penerapan sistem e-budgeting sebagai bentuk …

16
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602- 73470-5-2 532 PENERAPAN SISTEM E-BUDGETING SEBAGAI BENTUK PEMANFAATAN TEKNOLOGI PADA ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 Nurul Khotimah, S.A.P 1 , Dr. Retno Sunu Astuti, M.Si 2 . Universitas Diponegoro Alamat Korespondensi: [email protected] ABSTRAK Saat ini teknologi berkembang sangat pesat dan sudah memasuki era revolusi industry 4.0 yang kerap juga dikenal dengan era digitalisasi. Semua lini kehidupan telah terkena dampak dari era digital tanpa terkecuali instansi pemerintahan. Bahkan Indonesia sudah bersiap untuk mengahadapai perubahan dampak adanya digitalisai dengan melakukan refornasi birokrasi yang merupakan bentuk transformasi pemerintahan dalam mengahdapai perubahan didalam pemerintahan menuju e-government yaitu sistem penyelenggaraan pemerintahan berbasis internet serta dengan melakukan berbagai inovasi di dalam pelayanan dan penyelenggaraan pemerintahan salah satunya dalah penerapan sistem e-budgeting sebagai bentuk transparansi yang dilakukan pemrintah didalam penyusunan anggaran belanja daerah. Dalam penerapan sistem e-budgeting ini, ada beberapa daerah yang telah berhasil menerapkan sistem tersebut namun ada pula yang mengalamai kendala dalam proses penerapanya, salah satunya adalah Provinsi DKI Jakarta, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mencari tau atau menganalisis hal-hal apa sajakah yang menjadi kendala penerapan sistem e-budgeting di Provinsi DKI Jakarta dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk mejelaskan kendala penerapan sistem e- budgeting tersebut dengan hasil bahwa kendala yang dihadapi adalah berkaitan dengan koordinasi, komunikasi, kompetensi dan sumber daya dari para pelaksanaa serta permasalahan sistem sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kendala dalam penerapan sistem e-budgeting ini adalah kendala di tingkat pelaksana bukan sistem. Kata Kunci : Revolusi Industri, E-budgeting, Sumber Daya, Komunikasi. ABSTRACT Currently technology is developing very rapidly and has entered the era of the industrial revolution 4.0 which is often also known as the era of digitalization. All lines of life have been affected by the digital age without exception government agencies. Even Indonesia is ready to deal with the changing impact of digitalization by conducting bureaucratic refinement which is a form of government transformation in achieving change in government towards e-government, namely internet-based governance system and by making various innovations in government service and administration, one of which is the application of the system e-budgeting as a form of transparency carried out by the government in the preparation of regional expenditure budgets. In the implementation of this e-budgeting system, there are several regions that have succeeded in implementing the system, but there are also some that experience obstacles in the implementation process, one of which is DKI Jakarta Province, so this research aims to find out or analyze what things are becoming constraints on the implementation of the e-budgeting system in DKI Jakarta Province by using a descriptive method with a qualitative approach to explain the obstacles to the implementation of the e-budgeting system with the result that the constraints faced are related to coordination, communication, competence and resources of the implementers as well as system problems so it can be concluded that most of the obstacles in implementing the e-budgeting system are the constraints at the implementer level not the system. Keywords: Industrial Revolution, E-budgeting, Resource,Communication. PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi di seluruh dunia saat ini berkembang dengan sangat pesat. Hal ini ditandai dengan berkembangnya revolusi industri

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN SISTEM E-BUDGETING SEBAGAI BENTUK …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

532

PENERAPAN SISTEM E-BUDGETING SEBAGAI BENTUK

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PADA ERA REVOLUSI

INDUSTRI 4.0

Nurul Khotimah, S.A.P1, Dr. Retno Sunu Astuti, M.Si

2.

Universitas Diponegoro

Alamat Korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Saat ini teknologi berkembang sangat pesat dan sudah memasuki era revolusi industry 4.0 yang

kerap juga dikenal dengan era digitalisasi. Semua lini kehidupan telah terkena dampak dari era

digital tanpa terkecuali instansi pemerintahan. Bahkan Indonesia sudah bersiap untuk

mengahadapai perubahan dampak adanya digitalisai dengan melakukan refornasi birokrasi yang

merupakan bentuk transformasi pemerintahan dalam mengahdapai perubahan didalam

pemerintahan menuju e-government yaitu sistem penyelenggaraan pemerintahan berbasis internet

serta dengan melakukan berbagai inovasi di dalam pelayanan dan penyelenggaraan pemerintahan

salah satunya dalah penerapan sistem e-budgeting sebagai bentuk transparansi yang dilakukan

pemrintah didalam penyusunan anggaran belanja daerah. Dalam penerapan sistem e-budgeting ini,

ada beberapa daerah yang telah berhasil menerapkan sistem tersebut namun ada pula yang

mengalamai kendala dalam proses penerapanya, salah satunya adalah Provinsi DKI Jakarta,

sehingga penelitian ini bertujuan untuk mencari tau atau menganalisis hal-hal apa sajakah yang

menjadi kendala penerapan sistem e-budgeting di Provinsi DKI Jakarta dengan menggunakan

metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk mejelaskan kendala penerapan sistem e-

budgeting tersebut dengan hasil bahwa kendala yang dihadapi adalah berkaitan dengan koordinasi,

komunikasi, kompetensi dan sumber daya dari para pelaksanaa serta permasalahan sistem

sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kendala dalam penerapan sistem e-budgeting ini

adalah kendala di tingkat pelaksana bukan sistem.

Kata Kunci : Revolusi Industri, E-budgeting, Sumber Daya, Komunikasi.

ABSTRACT

Currently technology is developing very rapidly and has entered the era of the industrial

revolution 4.0 which is often also known as the era of digitalization. All lines of life have been

affected by the digital age without exception government agencies. Even Indonesia is ready to deal

with the changing impact of digitalization by conducting bureaucratic refinement which is a form

of government transformation in achieving change in government towards e-government, namely

internet-based governance system and by making various innovations in government service and

administration, one of which is the application of the system e-budgeting as a form of

transparency carried out by the government in the preparation of regional expenditure budgets. In

the implementation of this e-budgeting system, there are several regions that have succeeded in

implementing the system, but there are also some that experience obstacles in the implementation

process, one of which is DKI Jakarta Province, so this research aims to find out or analyze what

things are becoming constraints on the implementation of the e-budgeting system in DKI Jakarta

Province by using a descriptive method with a qualitative approach to explain the obstacles to the

implementation of the e-budgeting system with the result that the constraints faced are related to

coordination, communication, competence and resources of the implementers as well as system

problems so it can be concluded that most of the obstacles in implementing the e-budgeting system

are the constraints at the implementer level not the system.

Keywords: Industrial Revolution, E-budgeting, Resource,Communication.

PENDAHULUAN

Ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi di seluruh dunia saat ini berkembang

dengan sangat pesat. Hal ini ditandai dengan berkembangnya revolusi industri

Page 2: PENERAPAN SISTEM E-BUDGETING SEBAGAI BENTUK …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

533

yang sudah melalui beberapa tahap. Tahap pertama atau yang lebih dikenal

dengan revolusi industri 1.0 dimulai pada abad ke-18 dengan ditemukanya mesin

uap untuk meningkatkan produktivitas yang jauh lebih tinggi. Tahap kedua atau

revolusi industri 2.0 dimulai pada tahun 1900 ditandai dengan mulai ditemukanya

tenaga listrik. Tahap ketiga atau revolusi industri 3.0 dimulai pada tahun 1970

yang ditandai dengan berkembangnya proses otomatisasi pekerjaan-pekerjaan

yang cukup kompleks, dan teknologi saat ini sudah sampai tahap ke empat yang

kerap disebut dengan revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan berkembangnya

teknologi sensor dan era digitalisasi (Alamsyah, 2018)

Revolusi industri 4.0 merupakan masa dimana teknologi berkembang

sangat cepat yang memungkinkan komunikasi untuk bertukar informasi

dilakukan melalui internet yang digunakan sebagai alat komunikasi antar individu

maupun antar sistem. Ada 4 hal utama yang berkaitan dengan revolusi industri 4.0

yaitu Cyber-physical system (koneksi antara dunia nyata dan dunia virtual),

Internet of Things (IoT), Internet of Service (IoS) dan Smart-factory. (Roblek,

Mesko & Krapz,2016) dalam (Purwandini & Irwansyah, 2018)

Dampak dari revolusi industri 4.0 ini adalah berbagai kegitan dapat

dilaksanakan melalui internet atau jaringan nirkabel serta berbagai sistem digital

yang tentunya mempermudah dan mempercepat berbagai kegiatan yang dilakukan

manusia. Seluruh elemen kehidupan telah terdampak perkembangan teknologi,

tanpa terkecuali organisasi swasta dan organisasi publik. Organisasi swasta

maupun organisasi publik dituntut mengikuti perkembangan teknologi dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat, karena saat ini istilah revolusi industri

tidak hanya digunakan di dalam bidang industri namun juga di dalam dunia

pemerintahan atau birokrasi. Digitalisasi sudah masuk dan mempengaruhi

penyelenggaraan pelayanan dan pemerintahan di seluruh dunia termasuk di

Negara Indonesia.1

Untuk menghadapai gelombang revolusi industri 4.0 ini pemerintah

meluncurkan peta jalan atau roadmap dengan judul Making Indonesia 4.0 untuk

1 https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/bitung/id/berita/berita-terbaru/202-berita-kantor-pelayanan-

perbendaharaan-negara/2861-tantangan-dan-peluang-birokrasi-menghadapi-revolusi-industri-4-

0.html

Page 3: PENERAPAN SISTEM E-BUDGETING SEBAGAI BENTUK …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

534

mengantisipasi perubahan besar yang mungkin akan terjadi, dimana di dalam

roadmap tersebut terdapat 10 Prioritas Nasional dalam menghadapai revolusi

industri 4.0. 2 10 Prioritas Nasional yang dicanangkan Pemerintah Indonesia untuk

menghadapai revolusi industri 4.0 antara lain : 1)Perbaikan alur aliran material,

2)Mendesain ulang zona industri, 3)Akomodasi standar sustainability,

4)Pemberdayaan UMKM, 5)Membangun infrastruktur digital nasional, 6)Menarik

infrastruktur asing, 7)Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM),

8)Pembentukan ekosistem inovasi, 9)Menerapkan insentif investasi teknologi,

10)Harmonisasi aturan dan kebijakan.3 Melihat 10 Prioritas Nasional yang

disampaikan oleh presiden, tentunya poin-poin tersebut lebih banyak berkaitan

dengan revolusi di bidang industri, namun di dalam poin tersebut membahas

beberapa hal yang juga dapat diterapkan oleh bidang-bidang lain di dalam

penyelenggaraan pemerintahan yang ada di Indonesia diantaranya pembentukan

ekosistem inovasi dan penerapkan insentif investasi teknologi.

Di Indonesia, organisasi publik mengantisipasi perkembangan teknologi

yang kian tak terbendung dengan melakukan berbagai inovasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini juga sejalan dengan reformasi birokrasi

yang memfokuskan reformasi birokrasi pada permasalahan organisasi, peraturan

perundang-undangan, SDM aparatur, kewenangan, pelayanan publik, dan pola

pikir sehingga salah satu langkah yang dilakukan untuk menghadapai era revolusi

4.0 adalah dengan penerapan E-Government dalam upaya pelayanan kepada

masyarakat baik pelayanan informasi maupun data-data secara transparan. E-

Government merupakan sistem informasi manajemen dalam bentuk implementasi

pelayanan publik yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi, yang

digunakan sebagai media informasi dan komunikasi secara interakif antara

pemerintah dengan kelompok-kelompok masyarakat dan sesama lembaga

pemerintahan itu sendiri. E-Government yang dilakukan oleh pemerintah dimulai

dari bentuk layanan yang sederhana yaitu penyediaan informasi dan data-data

berbasis komputer tentang pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan sebagai

2 http://presidenri.go.id/berita-aktual/jadikan-making-indonesia-4-0-sebagai-agenda-nasional.html

3 http://indonesiabaik.id/infografis/10-prioritas-nasional-making-indonesia-40

Page 4: PENERAPAN SISTEM E-BUDGETING SEBAGAI BENTUK …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

535

bentuk wujud transparansi dalam pelayanan publik. Dari sudut pemerintahan E-

Government juga bisa dimanfaatkan sebagai sarana komunikasi baik intern di

kalangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) maupun masyarakat. Dengan

adanya E-Government , pemerintah juga memberikan inovasi terhadap suatu

sistem keuangan yang bisa memberikan kemudahan kinerja organisasi pemerintah

yaitu e-budgeting. Emilsyah (2014) dalam (Gunawan, 2016)

Penerapan e-budgeting yang merupakan salah satu sistem perancanaan

yang digunakan untuk menyusun anggaran belanja daerah menggunakan program

komputer berbasis web yang dilakukan secara online dan terintegrasi dengan

tujuan untuk menigkatkan transparansi penyusunan anggaran serta meminimalisir

kesalahan dalam perencanaan dan adanya mark up anggaran, karena menurut

perwakilan ICW pada wawancara di salah satu stasiun televisi mengungkapkan

bahwa menurut data 90% kasus korupsi yang terjadi di Indonesia adalah

disebabkan oleh penyalahgunaan sistem penganggaran. Menurut Mentri

Keuangan penerapan e-budgeting ini telah dilaksanakan dibeberapa daerah yang

ada di Indonesia yaitu sebanyak 8 Daerah pada tahun 2017.4 Dalam penerapan e-

budgeting ada yang berhasil menerapkan sistem tersebut salah satunya adalah

Kota Surabaya yang mampu mencapai efesiensi biaya, waktu, efektifitas kerja dan

transparansi dalam penerapan sistem e-budgeting yang dimana Surabaya dapat

dikatakan juga sebagai pelopor dalam penerapan sistem e-budgeting sehingga

Surabaya dapat menjadi contoh bagi daerah lain.(Khoirunnisak & Arishanti,

2017)

Selain Surabaya yang dinilai berhasil menerapkan sistem e-budgeting, dan

mampu mengefesienkan penggunaan anggaran, ada pula beberapa daerah yang

mengalami hambatan dalam proses penerapanya salah satunya adalah pemerintah

DKI Jakarta yang beberapa saat lalu ramai di perbincangkan mengenai Rancangan

APBD tahun 2020. Sebelumnya penerapan e-budgeting Jakarta sudah dikatakan

berjalan cukup baik, dimana pada tahun 2015 Gubernur DKI Jakarta Basuki

Tjahaya Purnama (Ahok) mengungkap adanya dana tidak wajar sebesar 12,1

Trilyun, namun saat ini permasalahan tentang proses e-budgeting ini kembali

menjadi sorotan dan perbincangan (Ningsih, Nelly, & Rasuli, 2018)

4 https://www.gatra.com/detail/news/298029-menkeu-sayangkan-baru-8-daerah-pakai-e-budgeting

Page 5: PENERAPAN SISTEM E-BUDGETING SEBAGAI BENTUK …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

536

Sebagai Ibu Kota Negara, DKI Jakarta tentunya menjadi pusat perhatian

dan menjadi contoh berbagai daerah di Indonesia dalam pengelolaan keuangan

daerah, namun faktanya saat ini proses penerapan e-budgeting mengalami

berbagai kendala yang menghambat penerapan e-budgeting tersebut, dimana e-

budgeting merupakan salah satu bentuk inovasi yang di lakukan pemerintah di era

revolusi industri 4.0. Sehingga hal-hal yang menjadi kendala dalam penerapan e-

budgeting ini cukup menarik untuk dianalisis lebih dalam lagi menginggat sistem

ini diharapkan menjadi sistem yang benar-benar mampu meningkatkan

transparansi anggaran di setiap pemerintahan baik pusat maupun daerah, dan

penelitian ini tentunya berbeda dengan yang dilakukan oleh Khoirunissak dimana

di dalam penelitianya Ia membahas tentang kaitan e-budgeting dengan

pencapaian good governance sedangkan penelitian yang dikaji peneliti adalah

tentang hambatan atau kendala yang dihadapai dalam penerapan e-budgeting di

DKI Jakarta, sehingga rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah masih

adanya kendala di dalam proses penerapan e-bugeting sedangkan tujuan penelitian

ini adalah untuk megungkapkan dan menganalisis hal-hal apa sajakah yang

menjadi kendala dalam penerapan sistem e-budgeting tersebut.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan deskriptif dengan pendekatan kualitatif

yang digunakan untuk menganalisis hal-hal apa sajakah yang menjadi tantangan

dalam penerapan e-budgeting sebagai bentuk penyelenggaraan pemerintahan di

era revolusi industri 4.0 melalui studi literature/ kajian pustaka yang dilakukan

oleh penulis dengan menganalisis beberapa artikel dan jurnal ilmiah yang

berkaitan dengan penerapan e-budgeting dibeberapa daerah yang ada di Indonesia.

KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

Dalam penelitian ini, digunakan teori yang dikemukan oleh Van Meter &

Van Horn yang dapat digunakan untuk menganalisis implementasi suatu program

maupun kebijakan, dimana berdasarkan latar belakang, terdapat permasalahan di

dalam penerapan sistem e-budgeting di DKI Jakarta, sehingga penulis tertarik

untuk menganalisis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Van Meter & Van

Horn. Teori ini mencakup 6 variabel yang mempengaruhi implementasi, meliputi

standar dan sasaran kebijakan, komunikasi antar organisasi dan kegiatan

Page 6: PENERAPAN SISTEM E-BUDGETING SEBAGAI BENTUK …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

537

pelaksanaan, sumber daya, karakteristik badan pelaksana, kondisi sosial ekonomi

dan politik, dan disposisi pelaksana. Keenam variabel inilah yang digunakan

untuk menganalisis/menggambarkan kendala yang dihadapai dalam penerapan

sistem e-budgeting.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengertian E-Budgeting

Menurut pemaparan Direktur Perencanaan Anggaran Daerah pada

Koordinasi Bidang Keuangan Daerah Secara Nasional, e-budgetig adalah sistem

penyusunan anggaran di dalam lingkungan Pemerintah Daerah baik Provinsi,

Kabupaten ataupun Kota. Siatem ini dapat digunakan untuk mengawasi anggaran

agar transaparan dalam proses penyusunan anggaran pada suatu pemerintah

daerah. Selain untuk meningkatkan transparansi anggaran, penerapan sistem ini

juga digunakan sebagai alat bantu dalam proses pengelolaan keuangan daerah

mulai dari tahapan perancangan anggaran sampai pertanggungjawaban anggaran

sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk meningkatkan kualitas

belanja dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah daerah serta menjaga

pengendalian dan konsistensi perencanaan dan penganggaran. 5

Dasar hukum penerapan e-budgeting adalah butir 8.2.12.3 lampiran II

Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019, dinyatakan bahwa meningkatnya

kualitas belanja dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah daerah

dengan sasarannya antara lain meningkatnya sistem pengelolaan keuangan daerah

melalui penerapan e-budgeting dan butir 8.3.12.3b lampiran II Peraturan Presiden

nomor 2 tahun 2015 ditegaskan bahwa peningkatan kapasitas aparatur pemerintah

daerah dengan tujuan meningkatkan kualitas belanja dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah dengan arah kebijakannya adalah tersedianya

dokumen panduan penerapan e-budgeting, tersedianya sistem aplikasi e-budgeting

bagi pemerintah daerah dan meningkatkan persentase jumlah daerah yang

menerapkan e-budgeting.6

Penerapan sistem e-budgeting juga merupkan salah satu bentuk

pemanfaatan teknologi dan upaya peningkatan efektifitas dan efesiensi

5 https://www.djkn.kemenkeu.go.id/pug/assets/files/informasi/Perpres-Nomor-2-Tahun-2015.pdf

6 http://keuda.kemendagri.go.id/asset/kcfinder/upload/files/Dit1-E-Budgeting.pdf

Page 7: PENERAPAN SISTEM E-BUDGETING SEBAGAI BENTUK …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

538

perencanaan anggaran belanja daerah, namun dalam penerapanya ada beberapa

hal yang dapat menjadi bahan evaluasi untuk penerapan di wilayah-wilayah lain

yang ada di Indonesia menggingat pada tahu 2020 diharapkan seluruh daerah

telah menerapkan sistem e-budgeting sebagai salah satu bentuk transparansi

perencanaan anggaran belanja daerah namun dengan melihat kondisi masing-

masing daerah tersebut.7 hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya

penyalahgunaan anggaran atau korupsi. Penerapan sistem e-budgeting ini akan

dibahas dan dianalisis menggunakan model implementasi yang dikemukan oleh

Van Meter dan Van Horn.

Van Meter dan Van Horn mengungkapkan bahwa ada 6 variabel yang

mempengaruhi implementasi yaitu standar dan sasaran kebijakan, komunikasi

antar organisasi dan kegiatan pelaksanaan, sumber daya, karakteristik badan

pelaksana, kondisi sosial ekonomi dan politik, dan disposisi pelaksana. Keenam

variabel tersebut digunakan sebagai alat untuk menganalisis penerapan e-

budgeting dibeberapa daerah yang ada di Indonesia. ( Hamdi Muchlis:2015)

2. Standar Dan Sasaran Kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan berkaitan dengan hal-hal apa sajakan yang

menjadi sasaran penerapan sebuah program ataupun sebuah kebijakan, sehingga

dapat diukur dan dianalisis sejauh mana keberhasilan penerapan program tersebut

sehingga pemahaman tentang maksud umum dari suatu standar dan tujuan

kebijakan sangatlah penting. Implementasi kebijakan yang berhasil, bisa menjadi

gagal (frustated) ketika para pelaksana (officials), tidak sepenuhnya menyadari

standar dan tujuan kebijakan tersebut. Standar dan tujuan kebijakan memiliki

kaitan erat dengan disposisi para pelaksana (implementors). Arah disposisi para

pelaksana (implementors) program maupun kebijakan terhadap standar dan tujuan

kebijakan juga merupakan hal yang “crucial”. Implementors mungkin saja gagal

dalam melaksanakan kebijakan, dikarenakan mereka menolak atau tidak mengerti

apa yang menjadi tujuan suatu kebijakan ataupun suatu program.8

7 https://www.antaranews.com/berita/811960/kemendagri-siap-integrasikan-e-planning-dan-e-

budgeting 8 https://kertyawitaradya.wordpress.com/2010/04/13/implementasi-kebijakan-publik-model-van-

meter-van-horn-the-policy-implementation-process/

Page 8: PENERAPAN SISTEM E-BUDGETING SEBAGAI BENTUK …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

539

Penerapan sistem e-budgeting sebagi salah satu bentuk transformasi

penyelenggaraan pemerintahan di era digital ini juga harus memiliki standard dan

sasaran yang jelas agar dapat diterapkan dan memperoleh hasil sesaui yang

diharapkan. Hal ini telah dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta dengan mejadikan

Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 28 Tahun 2019 tentang Pedoman

Oprasional Implementasi E-budgeting Tahap Penggangaran sebgai dasar dalam

menerapkan penyusunan e-budgeting. Didalam Pergub tersebut dijelaskan

mengenai pedoman pelaksanaan tahapan penyususan e-budgeting mulai dari

tahapan yang paling dasar hingga tahap akhir dengan sangat rinci, sehingga

dengan adaya Pergub ini tentunya memudahkan setiap SKPD/OPD dalam

merumuskan anggaran masing-masing sesuai kebutuhan. Pergub ini tentunya

menjadi standar dalam proses penerapan e-budgeting agar berjalan sesuai yang

diharapkan dan mampu memberikan dampak yang cukup signifikan baik dari segi

efektifitas anggaran maupun transparansi penggunaan anggaran.

3. Komunikasi Antar Organisasi Dan Kegiatan Pelaksanaan

Agar kebijakan publik bisa dilaksanakan dengan efektif, menurut Van

Horn dan Van Mater hal-hal yang menjadi standar tujuan harus dipahami dengan

baik oleh para individu (implementors) yang bertanggung jawab atas pencapaian

standar dan tujuan kebijakan, karena itu standar dan tujuan harus

dikomunikasikan kepada para pelaksana. Komunikasi dalam kerangka

penyampaian informasi kepada para pelaksana kebijakan tentang apa menjadi

standar dan tujuan harus konsisten dan seragam (consistency and uniformity) dari

berbagai sumber informasi dengan tujuan untuk meminimalisir kesalah fahaman

antar pelaksana program/kebijakan.

Jika tidak terdapat kejelasan dan konsistensi serta keseragaman terhadap

suatu standar dan tujuan kebijakan, maka hal-hal yang menjadi standar dan tujuan

kebijakan sulit untuk bisa dicapai. Dengan adanya kejelasan standard an tujuan,

para pelaksana kebijakan dapat mengetahui apa yang diharapkan darinya dan tahu

apa yang harus dilakukan. Dalam suatu organisasi publik, pemerintah daerah

misalnya, komunikasi sering merupakan proses yang sulit dan komplek. Proses

pentransferan berita ke bawah di dalam organisasi atau dari suatu organisasi ke

organisasi lainnya, dan keepada komunikator lain, sering mengalami

Page 9: PENERAPAN SISTEM E-BUDGETING SEBAGAI BENTUK …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

540

ganguan (distortion) baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Jika sumber

komunikasi berbeda memberikan interprestasi atau pengertian yang tidak

sama (inconsistent) terhadap suatu standar dan tujuan, atau sumber informasi

sama memberikan interprestasi yang penuh dengan pertentangan (conflicting),

maka pada suatu saat pelaksana kebijakan akan menemukan suatu kejadian yang

lebih sulit untuk melaksanakan suatu kebijakan ataupun program secara intensif.

Di dalam penyusunan e-budgeting melibatkan berbagai Satuan Kerja

Perangakat Daerah (SKPD)/Organisasi Perangkat Daerah (OPD), sehingga

komunikasi instansi harus berjalan dengan baik agar. Namun jika dilihat dari

munculnya beberapa pemberitaan mengenai kisruh penerapan e-budgeting di DKI

Jakarta dan setiap pihak saling melempar tanggung jawab, maka dapat diakatakan

bahwa komunikasi antar organisasi kurang maksimal, hal ini dapat dilihat dari

pernyataan berbagai pihak salah satunya pernyataan anggota DRPD DKI Jakarta

yang mengungkapkan bahwa berkas anggaran yang akan dibahas di dalam rapat

DPRD baru diberikan pada saat pelaksanaan rapat yang dimana menurutnya hal

ini menjadi penghambat dalam proses pemerikasaan anggaran sedangkan menurut

data yang diperoleh ada beberapa kejanggalan dalam anggaran belanjayang telah

di publikasikan beberapa saat serta terjadi perubahaan anggaran tanpa adanya

penjelasan. Hal ini tentunya menjadi tanda tanya publik dan publik memerlukan

penjelasan dari setiap penggunaan anggaran yang diajukan tersebut dengan jelas.9

Melihat permasalahan diatas, komunikasi tentunya manjadi salah masalah

utama yang menjadi penghambat penerapan e-budgeting tersebut. Dimana dalam

penerapan sistem ini, komunikasi menjadi hal yang sangat penting untuk

dilakukan menginggat proses penggangaran tidak dapat dilakukan hanya satu

belah pihak saja melaikan kerjasama setiap tingkatan organisai yang ada di DKI

Jakarta agar penyususunan penggunaan anggaran sesuai dengan kebutuhan dan

lebih transparan dan jika terdapat kesalahan maka dapat dilakukan koreksi

bersama-sama sebelum anggaran tersebut disahkan.

Dari permasalahan permasalahan komunikasi ini kita dapat mengatakan

bahwa dengan adanya teknologi, memang memberikan kemudahan dalam

9 https://www.narasi.tv/mata-najwa/lagi-temuan-baru-anggaran-aneh-

dki?utm_source=yt&utm_medium=description-najwashihab&utm_campaign=matanajwa-

part1&utm_content=lagi-temuan-baru-anggaran-aneh-dki

Page 10: PENERAPAN SISTEM E-BUDGETING SEBAGAI BENTUK …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

541

melakukan pekerjaan di dalam penyelenggaraan pemerintahan, namun

koordinasi/komunikasi yang baik juga mesti menjadi perhatian agar penerapan

sistem secanggih apapun tanpa adanya komunikasi yang baik, akan menumbulkan

berbagai masalah dalam proses penerapanya, yang dalam hal ini penerapan e-

budgeting yang dalam proses penginputanya harus rinci dan jelas agar dapat

menjadi bahan koreksi bersama termasuk masyarakat sebelum anggaran tersebut

disahkan.

4. Sumber Daya

Keberhasilan implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan

memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya yang

terpenting dalam menentukan keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Setiap

tahap implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas

sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan

secara politik. Selain sumber daya manusia, sumber daya finansial dan waktu

menjadi perhitungan penting dalam keberhasilan implementasi kebijakan.

Di dalam penerapan sistem e-bugeting ini, aspek sumber daya juga

menentukan keberhasilan penerapan sistem e-budgeting tersebut dikarenakan

tidak semua orang memiliki kemampuan untuk mengoprasikan sistem berbasis

teknologi, dan DKI Jakarta dalam penerapan sistem ini telah menggunakan ahli

konsultan IT yang digunakan juga di Surabaya yang sudah terbukti berhasil untuk

di terapkan. Namun tim ini hanya bertugas untuk membuat sebuah sistem e-

budgeting sedangkan untuk segala teknis pelaksanaan penginputan data di

serahkan kepada pemerintah DKI Jakarta.10

Dalam proses penginputan data inilah

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengungkapkan bahwa adanya polemik

mengenai anggaran yang dirasa ganjil tersebut disebabkan oleh sistem e-

budgeting yang tidak mampu memverifikasi angka-angka tak masuk akal ketika di

input. kemudian permaslaahan yang kedua adalah petugas yang tidak tertib dalam

memasukan data rencana anggaran.11

10

https://www.liputan6.com/news/read/2189524/asal-usul-penerapan-sistem-e-budgeting-di-

pemprov-dki 11

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20191102153108-20-445085/kisruh-aibon-kpk-

dukung-rencana-anies-perbaiki-e-budgeting

Page 11: PENERAPAN SISTEM E-BUDGETING SEBAGAI BENTUK …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

542

Alasan yang dikemukan Gubernur DKI Jakarta mengenai sistem e-

budgeting yang tidak mampu memferivikasi angka-angka tersebut tentunya

menimbulkan pertanyaan sejauh mana kompetensi para petugas peng-inputan data

rencana anggaran sehingga terjadi kesalahan dalam proses penginputan tersebut,

dimana kesalahan dalam penginputan data tersebut dirasa merugikan berbagai

pihak terutama masyarakat. Selain berkaitan dengan kompetensi para petugas

pelaksana penginputan anggaran. hal ini juga berakitan dengan sistem

pengawasan penganggaran yang seharusnya melakukan pemeriksaan kembali

terhadap rencana anggaran yang akan di publikasikan kepada masyarakat

sehingga masyarakat tidak mendapatkan informasi yang salah karena perencanaan

anggaran sebagai dokumen resmi yang di publikasikan oleh Pemprov seharusnya

memberikan informasi yang baik dan benar yang dibutuhkan masyarakat dalam

menggawal pengesahan anggaran belanja daerah, sehingga dengan adanya

permasalahan ini, maka dapat dikatakan bahwa sumber daya yang di Pemprov

DKI Jakarta masih kurang berkompeten dalam pelaksanaan penginputan

anggaran, hal ini tentunya menjadi koreksi untuk Pemprov Jakarta dalam

meningkatkan kompetensi para penyusun anggaran.

5. Karakteristik Badan Pelaksana

Kinerja implementasi kebijakan akan sangat dipengaruhi oleh ciri yang

tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya. Hal ini berkaitan dengan

konteks kebijakan yang akan dilaksanakan pada beberapa kebijakan dituntut

pelaksana kebijakan yang ketat dan displin. Pada konteks lain diperlukan agen

pelaksana yang demokratis dan persuasif. Selaian itu, cakupan atau luas wilayah

menjadi pertimbangan penting dalam menentukan pelaksana kebijakan.

Karakteristik badan pelaksana ini juga berkaitan dengan kemampuan

pelaksanaan teknis untuk melakukan berbagai aspek yang digunakan untuk

melaksanakan program maupun kebijakan yang meliputi kemampuan teknis,

mengontrol, mengkoordinasi, manajerial, komitmen terhadap pelaksanaan

kebijakan maupun program yang dalam pembahasan ini berkaitan dengan

penerapan sistem e-budgeting, tentunnya beberapa badan pelaksana dapat

dikatakan kurang memiliki kemampuan untuk mengontrol ataupun memeriksa

validitas data yang disampaikan kepada publik sehingga menimbulkan berbagai

Page 12: PENERAPAN SISTEM E-BUDGETING SEBAGAI BENTUK …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

543

polemik dikarenakan kelalaian dalam sistem pemeriksaan sebelum data tesebut di

publikasikan, padahal seharusnya data-data yang di input mengalami beberapa

kali pengecekan sebelum di publikasikan sebagai rencana anggaran yang kemudia

akan dilanjutkan untuk di bahas di DPRD DKI Jakarta dan kemudian untuk

disahkan sebagai anggaran belanja tahun 2020.

6. Kondisi Sosial Ekonomi Dan Politik

Kondisi Sosial dan Politik berkaitan dengan sejauh mana lingkungan

eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik. Lingkungan sosial,

ekonomi dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi sumber masalah dari

kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Karena itu, upaya implementasi

kebijakan mensyaratkan kondisi lingkungan eksternal yang kondusif.

Kondisi sosial ekonimi dan politik tentunya cukup memepengaruhi

semakin panasnya polemik terkaitan kesalahan dalam melakukan rencana

penganggaran ini, hal ini terlihat dari banyaknya berbagai respon terhadap

permasalahan ini. kemudian banyak pihak yang menyampaikan pandangannya

terkait permasalaahan ini. Respon inilah yang akan mempengaruhi penerapan

sistem e-budgeting kedepan dengan segala kritik dan masukan yang diberikan

dengan harapan menjadi bahan perbaikan dan pertimbangan untuk melakukan dan

merumuskan anggaran.

7. Disposisi Pelaksana atau Sikap Pelaksana

Van Metter dan Van Horn mengungkapkan bahwa sikap penerimaan atau

penolakan dari agen pelaksana kebijakan sangat mempengaruhi keberhasilan

maupun kegagalan dalam implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin

terjadi karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi masyarakat

setempat yang mengenal betul permasalahan dan persoalan yang mereka rasakan.

Sebab kebijakan publik biasanya bersifat top down yang sangat mungkin para

pengambil keputusan tidak mengetahui bahkan tidak mampu menyentuh

kebutuhan, keinginan atau permasalahan yang harus diselesaikan.

Pemahaman tentang maksud umum dari suatu standar dan tujuan

kebijakan adalah penting. Karena, bagaimanapun juga implementasi kebijakan

yang berhasil, bisa jadi gagal (frustated) ketika para pelaksana (officials), tidak

sepenuhnya menyadari terhadap standar dan tujuan kebijakan. Arah disposisi para

Page 13: PENERAPAN SISTEM E-BUDGETING SEBAGAI BENTUK …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

544

pelaksana (implementors) terhadap standar dan tujuan kebijakan. Arah disposisi

para pelaksana (implementors) terhadap standar dan tujuan kebijakan juga

merupakan hal yang “crucial”. Implementors mungkin bisa jadi gagal dalam

melaksanakan kebijakan, dikarenakan mereka menolak apa yang menjadi tujuan

suatu kebijakan.

Sebaliknya, penerimaan yang menyebar dan mendalam terhadap standar

dan tujuan kebijakan diantara mereka yang bertanggung jawab untuk

melaksanakan kebijakan tersebut, adalah merupakan suatu potensi yang besar

terhadap keberhasilan implementasi kebijakan.Pada akhirnya, intesitas disposisi

para pelaksana dapat mempengaruhi pelaksanaan kebijakan. Kurangnya atau

terbatasnya intensitas disposisi ini, akan bisa menyebabkan gagalnya

implementasi kebijakan.

Berkitan dengan penerapan sistem e-budgeting yang saat ini tengah

menjadi perbincangan hangat, tentunya perlu dilakukan penegasan kembali

tentang tujuan penerapan sistem tersebut beserta aturan-aturan yang dalam

penerapanya, sehingga setiap SKPD/OPD mampu bekerja secara maksimal untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah DKI Jakarta. Namun

berita terbaru mengungkapkan bahwa orang pejabat di lingkungan Pemprov yaitu

Kepala Bappeda dan Kadis Pariwisata menggundurkan diri sebagai salah satu

bentu tagging jawab moral dan tentunya ini menjadi contoh yang baik.12

Dengan

adanya pengunduran diri dua pejabat tersebut menunjukan bahwa Pemprov

memegang komitmen untuk mencapai tujuan penerapan sistem e-budgeting

sehingga seiapapun yang melakukan kelalaian baik disengaja ataupun tidak

disengaja harus dikenakan sanksi sehingga dapat menjadi bahan pemeblajaran

SKPD/OPD lainnya agar lebih berhati-hati dalam melaksanakan tugasnya.

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tantangan yang

dihadapai dalam penerapan sistem e-budgeting sebagai salah satu bentuk inovasi

penyelenggaraan pemerintahan di era digital ini tidak hanya berkaitan dengan

12

https://www.youtube.com/watch?v=r8nY7nN6ACc

Page 14: PENERAPAN SISTEM E-BUDGETING SEBAGAI BENTUK …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

545

sistem namun lebih banyak berkaitan dengan kesiapan sumber daya sebagai

instrument utama dalam penerapan sistem e-budgeting. Berdasarkan analisis yang

dilakukan, kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan e-budgeting tersebut

diantaranya adalah yang pertama kurangnya komunikasi antar organisasi yang

menyebabkan terjadinya beberapa kesalahan dalam proses penginputan data-data

maupun terjadinnya miss komunikasi yang menyebabkan terjadinya saling lempar

tanggung jawab, kemudian yang kedua terjadi kesalahan sistem yang tidak

mampu memverifikasi data menjadi alasan kesalahan dalam proses perencanaan,

kemudian yang ketiga adalah kurangnya kompetensi sumber daya dalam

perumusan anggaran menggunakan sistem e-budgeting, dan yang terakhir adalah

kurangnya komitmen Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dalam penerapan e-

budgeting serta kurangnya pengawasan dalam setiap tahapan perencanaan.

Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat diketahui bahwa permasalahan

utama dalam perumusan rancangan anggaran di DKI Jakarta adalah permasalahan

komunikasi dan kompetensi sumber daya dalam proses penginputan rencana

anggaran yang diajukan ,maka hendaknya perlu dilakukan komunikasi serta

koordinasi antar eksekutif dengan OPD/SKPD, kemudian antara eksekutif dan

legislatif dalam rangka perumusan Anggaran Belanja Daerah sehingga tidak

terjadi saling tuding dan saling menyalahkan, selain itu pengecekan kembali

secara teliti setiap instrumen yang di input juga menjadi catatan penting dalam

pelaksanaan sistem e-budgeting. Kemudian, pemeriksaan di setiap tahapan

penganggaran juga hendaknya dilaksanakan dengan teliti agar tidak ada lagi

anggaran tidak masuk akal yang tertuang di dalam perencanaan, selain itu

kompetensi sumber daya yang diberikan tugas untuk melakukan input anggaran

juga sebiknya diberikan pelatihan penggunaan sistem e-budgeting agar tidak

melakukan kesalahan dalam proses input yang mengakibatkan kesalahan yang

fatal dan jika memang terjadi kesalahan sistem sehingga menyebabkan kesalahan

dalam penginputan data rancangan anggaran yang dilakukan oleh SKPD/OPD,

maka hendaknya Pemprov segera melakukan perbaikan agar tidak lagi terjadi

kesalahan di dalam proses penganggaran.

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: PENERAPAN SISTEM E-BUDGETING SEBAGAI BENTUK …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

546

Hamdi, Muchlis. 2015. Kebijakan Publik : Proses, Analisis, dan Partisipasi.

Bogor : Ghalia Indoensia.

Alamsyah, R. (2018). Analisis Dampak Industri 4.0 terhadap Sistem Pengawasan

Ketenaganukliran di Indonesia. Jurnal Forum Nuklir, 12(2)(2), 47–54.

Retrieved from

http://jurnal.batan.go.id/index.php/jfn/article/download/5037/4367

Gunawan, D. R. (2016). Penerapan Sistem E-Budgeting Terhadap Transparansi

dan Akuntabilitas Keuangan Publik (Studi Pada Pemerintah Kota

Surabaya). 8(1), 72–102.

Khoirunnisak, R., & Arishanti, D. (2017). Penerapan E-Budgeting Pemerintah

Kota Surabaya dalam Mencapai Good Governance. 2017, 27–28.

Ningsih, V., Nelly, R., & Rasuli, M. (2018). Analisis Penerapan R-Planning dan

E-Budgeting pada Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah

Kabupaten Bengkalis). Jurnal Ekonomi, 26, 18–31.

Purwandini, D. A., & Irwansyah. (2018). Komunikasi Korporasi pada era industri

4.0. Jurnal Ilmu Sosisl, 17(1), 53–63.

Rangga Pandu Asmara. 2019. Kemendagri siap integrasikan e-planing dan e-

budgeting. antara news.com.

https://www.antaranews.com/berita/811960/kemendagri-siap-integrasikan-e-

planning-dan-e-budgeting

Andi Muttya Keteng. 2015. Asal Usul Penerpan Sistem E-Budgeting di Pemprov

DKI. Liputan6.co. https://www.liputan6.com/news/read/2189524/asal-usul-

penerapan-sistem-e-budgeting-di-pemprov-dki

2019. Kisruh Anggaran Fantastis, Dua Pejabat Pemprov Mundur. CNN

Indonesia. https://www.youtube.com/watch?v=r8nY7nN6ACc

Abdul Rozak. 2017. Menkeu Sayangkan Baru 8 Daerah pakai E-Budgeting.

Gatra.com. https://www.gatra.com/detail/news/298029-menkeu-sayangkan-

baru-8-daerah-pakai-e-budgeting

Irawan Tri Nugroho. 2018. Tantangan dan Peluang Birokrasi Menghadapi

Revolusi Industri 4.0. KPPN Bitung.

https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/bitung/id/berita/berita-terbaru/202-berita-

Page 16: PENERAPAN SISTEM E-BUDGETING SEBAGAI BENTUK …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

547

kantor-pelayanan-perbendaharaan-negara/2861-tantangan-dan-peluang-

birokrasi-menghadapi-revolusi-industri-4-0.html

2018. Jadikan Making Indonesia 4.0 Sebagai Agenda Nasional. PresidenRI.go.id

http://presidenri.go.id/berita-aktual/jadikan-making-indonesia-4-0-sebagai-

agenda-nasional.html

http://indonesiabaik.id/infografis/10-prioritas-nasional-making-indonesia-40

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/pug/assets/files/informasi/Perpres-Nomor-2-

Tahun-2015.pdf

Kertya Witaradya Governance Consultant. 2010. Implemetasi Kebijakan Publik

Model Van Meter Van Horn : The Policy Implementation Procces.

https://kertyawitaradya.wordpress.com/2010/04/13/implementasi-kebijakan-

publik-model-van-meter-van-horn-the-policy-implementation-process/

https://www.youtube.com/watch?v=KOc5s9hp_44 narasi tv

https://www.narasi.tv/mata-najwa/lagi-temuan-baru-anggaran-aneh-

dki?utm_source=yt&utm_medium=description-

najwashihab&utm_campaign=matanajwa-part1&utm_content=lagi-temuan-

baru-anggaran-aneh-dki

2019. Kisruh Aibon, KPK Dukung Rencana Anies Perbaiki E-Bugeteting.

cnnindonesia.com. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20191102153108-

20-445085/kisruh-aibon-kpk-dukung-rencana-anies-perbaiki-e-budgeting

Paparan Direktur Perencanaan Anggaran Daerah pada Rapat Koordinasi Data

Bidang Keuangan Daerah Secara Nasional. http://keuda.kemendagri.go.id/

asset/kcfinder/upload/files/Dit1-E-Budgeting.pdf