penerapan profesionalisme guru pendidikan...

78
PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP PGRI 12 JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh: ARIF MAULANA AKBAR NIM: 104011000129 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M

Upload: dinhtram

Post on 08-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

PENERAPAN

PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI SMP PGRI 12 JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

ARIF MAULANA AKBAR

NIM: 104011000129

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 2: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

PENERAPAN

PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI SMP PGRI 12 JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

ARIF MAULANA AKBAR

NIM: 104011000129

Di bawah Bimbingan

Muhammad Zuhdi, Ph.D.

NIP: 197207041997031002

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 3: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skipsi yang berjudul “PENERAPAN PROFESIONALISME GURU

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP PGRI 12 JAKARTA SELATAN” telah

diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 11 Maret 2010. Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Program Strata Satu (S1) pada jurusan Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 11 Maret 2010

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda

tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi PAI)

Dr. H. Abdul Fatah Wibisono, MA

NIP. 19580112.198803.1.002

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi PAI)

Drs. Sapiudin Shidiq, MA

NIP. 19670328.200003.1.001

Penguji 1

Dra. Djunaedatul Munawaroh, M.Ag

Page 4: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

NIP. 19580918.198701.2.001

Penguji II

Dra. Eri Rossatria, M.Ag

NIP. 19470717.196608.2.001

Mengetahui,

Dekan FITK

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA

NIP. 19571005.198703.003

Page 5: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar S1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan karya asli saya atau merupakan

hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi yang

berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 11 Maret 2010

Arif Maulana

Akbar

Page 6: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

ABSTRAK

Arif Maulana Akbar

Penerapan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12

Jakarta Selatan.

Pendidikan merupakan salah satu sarana yang sangat penting, baik

masyarakat yang berada di perkotaan maupun masyarakat yang berada di

perdesaan, untuk tercapainya kesejahteraan. Oleh karena itu, dibutuhkan individu-

individu yang mampu mewujudkan tujuan tersebut. Salah satu faktor yang

mendukung adalah tersedianya tenaga pendidik yang profesional dan

berkompeten. Terkait dengan hal tersebut, penulis melakukan penelitian tentang

penerapan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12

Jakarta Selatan. Sesuai dengan karakteristik masalah yang diangkat dalam skripsi ini

maka dalam penulisannya, penulis menggunakan Metode Studi Lapangan (Field Research), yaitu meneliti langsung ke lapangan untuk mencari informasi

sebanyak-banyaknya mengenai hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Ini dilakukan dengan cara observasi langsung di lapangan, melakukan wawancara

terhadap guru Pendidikan Agama Islam, dan menyebar angket kapada siswa untuk mengetahui penerapan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam dalam

memberikan pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah tersebut.

Adapun dalam pembahasannya penulis menggunakan Metode Kualitatif

dan pendekatan Deskriptif Analisis, yakni mengumpulkan data secara sistematis

dan konsisten, kemudian menyeleksi, membandingkan, menganalisis serta

menarasikan untuk mengambil kesimpulan. Diperkuat dengan wawancara

terhadap guru PAI yang ada di sekolah tersebut, serta pihak-pihak yang terkait,

seperti kepala sekolah dan kepala dewan guru, serta sebagian siswa yang beliau

ajar.

Hasil penelitian yang penulis temukan terkait dengan penerapan

profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan

adalah sudah berjalan dengan baik, hanya saja masih terkendala dengan sarana

dan prasarana yang kurang memadai. Seperti perpustakaan yang kurang terawat,

komputer yang kurang lengkap serta laboratorium yang belum bisa dimanfaatkan seca maksimal karena keterbatasan peralatan.

Page 7: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahiim

Segala puja dan puji bagi Allah SWT sebagai pagar penjaga nikmat-Nya,

zat yang Maha Menggenggam segala sesuatu yang ada dan tersembunyi di balik

jagad semesta alam, zat yang Maha Meliputi segala sesuatu yang terfikir maupun

yang tidak terfikir. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah atas Nabi

Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan bagi seluruh Umat Islam yang

terlena maupun terjaga atas sunnahnya.

Alhamdulillahirrabbil‘aalamiin, penulis mengucapkan rasa syukur

kepada Allah SWT atas segala rahmat dan pertolongan-Nya, sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan. Karena tanpa rahmat pertolongan-Nya tidaklah mungkin

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Penerapan Profesionalisme Guru Pendidikan

Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan.” Penulis gunakan untuk

memenuhi persyaratan kelulusan yang ditempuh di Jurusan Pendidikan Agama

Islam (PAI). Penulis tertarik mengangkat karya tulis ini karena berbekal dari

tanggung jawab guru yang menempatkan pekerjaannya sebagai sebuah profesi

yang menuntut sikap profesionalisme, maka setiap guru seharusnya mempunyai

kompetensi atau kemampuan dasar mencukupi yang harus dimilikinya. Tidak

mungkin seorang guru dapat melaksanakan tugas dan menjalani peranannya tanpa

memiliki kemampuan dan keahlian khusus di bidang pendidikan dan pengajaran,

serta ilmu pengetahuannya.

Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, penulisan skripsi ini tidak

akan terselesaikan bila tanpa bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, baik

secara moril maupun materil. Sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungannya,

sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terima

kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Page 8: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

2. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Prof. Dr. Armai Arief, M.Ag., Dosen Penasehat Akademik Jurusan

Pendidikan Agama Islam, angkatan 2004. Serta Bapak dan Ibu Dosen

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah yang telah

mengarahkan, mendidik, membimbing, dan memberikan ilmu yang sangat

bermanfaat untuk penulis.

4. Muhammad Zuhdi, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing skripsi, yang tidak

pernah menutup pintu keluasan waktunya untuk membimbing dan

memberikan semangat dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Seluruh jajaran pendidikan di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan tempat penulis

melakukan PPKT dan penelitian. Terima kasih atas bantuannya.

6. Ibu penulis Alfiyah dan Bapak penulis Bunasir tercinta, atas tirakat suci, doa

dan air mata tersebunyi bagi kehidupan penulis, terima kasih, semoga pintu

Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu, Amin. Adik

penulis Maghfirotul Hardika Ningrum dan Ahmad Chusnul Khuluk atas

semua persembahan dari surga ini. Seluruh keluarga; Kakek (almarhum) dan

nenek (almarhum), serta keluarga besar, terima kasih atas doa yang terucap.

7. Seseorang yang memberikan inspirasi terbesar, Ahmad Dhani Prasetyo, tidak

terkecuali semua personel Dewa 19 dan TRIAD (Ikmal Tobing, Prinzes

Amanda, Taraz Bistara, CH Pramita). Teman-teman Komunitas Restoe

Boemi (KRB), Terutama Bang Kiki dan Tante Ai, Baladewa, The Rockers,

dan Sara Ditaputri.

8. Teman-teman seperjalanan, KESAN MATA (Kesatuan Santri Ma’had

Takhoshshush) Simbang Kulon Pekalongan, PAI angkatan 2004, IMABA

(Ikatan Mahasiswa Batang), FKMP (Forum Komunikasi Mahasiswa

Pekalongan), FORMAL (Forum Komunikasi Alumni dan Santri Lirboyo),

Pak Muis dan Bu Nana, SOCIETAS RERUM, KASTIL (Komunitas

Setengah Lingkaran), Teman-teman hunian 78F (Apen, Bohal, Alung, Nico,

Jhonday, Amin, Hery, Jovan, Theman, Bang Mun), serta teman-teman yang

sering berkenan menginjakkan kaki di atmosfer 78F. Spesial untuk La Hila

Page 9: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

Band; semoga selalu sukses berkarya. Juga teman-teman yang lain tanpa

mengurangi rasa hormat penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu. Hanya ucapan terima kasih yang selalu terurai yang bisa penulis

sampaikan.

9. Staff Perpustakaan Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan, dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

atas pelayanannya.

10. Dan kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungan

kepada penulis baik secara moral maupun material, penulis ucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya.

Ciputat, 11 Maret 2010

Arif Maulana Akbar

Page 10: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

DAFTAR ISI

ABSTRAK..................................................................................................... .. i

KATA PENGANTAR ................................................................................... .. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. .. v

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................... 6

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7

BAB II. KAJIAN TEORI

A. Profesionalisme

1. Pengertian Profesionalisme ................................................................ 8

2. Syarat-syarat Profesionalisme ............................................................ 9

3. Bentuk-bentuk Kompetensi Profesionalisme .....................................11

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ................................................. 14

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

a. Dasar Pendidikan Agama Islam ................................................... 18

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam ................................................. 22

C. Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam ........................................ 24

2. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam ...................................... 27

3. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam ............................................... 29

D. Kerangka Konseptual ............................................................................... 30

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat, Waktu dan Fokus Penelitian ...................................................... 34

B. Metode Penelitian ..................................................................................... 34

Page 11: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

C. Populasi dan Sampel ................................................................................ 35

D. Tehnik Pengumpulan Data ......................................................................... 36

E. Instrumen Pengumpulan Data .................................................................... 36

F. Tehnik Pengolahan Data .......................................................................... 37

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Profil Sekolah

1. Sejarah berdirinya SMP PGRI 12 Jakarta Selatan ............................. 38

2. Visi dan Misi SMP PGRI 12 Jakarta Selatan ..................................... 39

3. Program Unggulan ............................................................................. 39

4. Tenaga Pengajar ................................................................................. 39

5. Karyawan ........................................................................................... 41

6. Siswa .................................................................................................. 42

7. Sarana dan Prasarana ......................................................................... 42

8. Kurikulum Yang Digunakan .............................................................. 43

B. Derkripsi dan Analisa Data Penerapan Profesionalisme Guru Pendidikan

Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan.

1. Derkripsi dan Analisa Observasi Penerapan Profesionalisme Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan .............. 44

2. Derkripsi dan Analisa Wawancara Penerapan Profesionalisme Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan .............. 47

3. Derkripsi dan Analisa Angket Penerapan Profesionalisme Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan .............. 50

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................. 59

B. Saran .................................. ..................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 61

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu sarana yang sangat penting, baik

masyarakat yang berada di perkotaan maupun masyarakat yang berada di

perdesaan, untuk tercapainya kesejahteraan. Oleh karena itu, dibutuhkan individu-

individu yang mampu mewujudkan tujuan tersebut. Salah satu faktor yang

mendukung adalah tersedianya tenaga pendidik yang profesional dan

berkompeten. Karena pendidik adalah: “Pimpinan yang diberikan dengan sengaja

dari orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya, baik jasmani dan

rohani, agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat.”1 Tidaklah mungkin

seorang pendidik, tanpa mempunyai sikap profesionalisme yang tinggi dan

kompetensi yang mencukupi, dapat memenuhi tugasnya sebagai seorang pendidik

dengan baik.

Dalam dunia pendidikan terdapat beberapa faktor yang saling berkaitan,

contohnya guru dengan siswa. Guru merupakan orang yang mengemban tugas

untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa, sehingga harus mempunyai

keahlian didalam memberikan ilmu pengetahuan kepada siswanya dengan

berdasarkan norma-norma susila yang berlaku di masyarakat. Bagi guru

Pendidikan Agama Islam (PAI), mereka juga harus memberikan ilmu

pengetahuan kepada siswanya dengan berdasarkan norma-norma susila menurut

ajaran Islam.

Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk menumbuhkan sikap mental,

prilaku dan kepribadian yang tentu saja memerlukan pendekatan yang bijaksana

dan hati-hati dari seorang guru. Untuk itu dibutuhkan kecakapan motivasi dan

berfikir jauh ke depan, dengan mencontohkan kepribadian dan keteladanan

seorang guru itu sendiri sebagai contoh atau model-model. Artinya, setiap guru

1Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1991), h. 13

Page 13: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

diharapkan mampu memberikan contoh bagi anak didiknya bagaimana berbuat,

bersikap dan bertingkah laku yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Di dalam masyarakat modern sendiri, yang menempatkan profesionalisme

sebagai salah satu tonggak pengembangan masyarakat global, maka profesi guru

merupakan salah satu profesi yang ada di masyarakat. Dedi Supriadi mengatakan,

“Jabatan guru dikenal sebagai suatu pekerjaan profesional, artinya jabatan ini

memerlukan suatu keahlian khusus serta harus menguasai pengetahuan yang

mendalam dalam spesialisasinya.”2

Berbekal dari tanggung jawab guru yang menempatkan pekerjaannya

sebagai sebuah profesi yang menuntut sikap profesionalisme, maka setiap guru

seharusnya mempunyai kompetensi atau kemampuan dasar mencukupi yang harus

dimilikinya. Tidak mungkin seorang guru dapat melaksanakan tugas dan

menjalani peranannya tanpa memiliki kemampuan dan keahlian khusus di bidang

pendidikan dan pengajaran, serta ilmu pengetahuannya. Jadi seorang guru harus

memiliki kompetensi yang mencukupi dalam melaksanakan profesinya.

Di dalam dunia pendidikan, komponen-komponen kompetensi tertera di

dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, No. 20, tahun 2003, pasal

39, ayat 2, dikatakan bahwa ”guru/pendidik merupakan tenaga profesional yang

bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan

penelitian dan pengabdian masyarakat, terutama bagi penidik pada perguruan

tinggi.3”

Selain itu, dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 19, Tahun 2005, Pasal 28,

tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), ayat 3, juga disebutkan

bahwa seorang pendidik ataupun pengajar harus memiliki 4 (empat) kompetensi,

yaitu:

2Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta: Adicita Karya

Nusa, 1999), h. 95

3Departemen Agama RI, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Tentang SISDIKNAS, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam, 2006), h. 27

Page 14: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

1. Kompetensi Pedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta

didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan

pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta

didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 2. Kompetensi Kepribadian, adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,

dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

3. Kompetensi Profesional, adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan peserta didik memenuhi

standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. 4. Kompetensi Sosial, adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari

masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta

didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan

masyarakat sekitar.4

Dalam penelitian ini penulis lebih melihat ke kompetensi pedagogik dan

profesional, karena pedagogik sangat mempengaruhi tingkat profesionalisme

seorang guru. Ditunjang dengan kompetensi kepribadian, karena setiap perkataan

dan perbuatan guru yang dilihat siswa setiap hari dianggap benar dan siswa akan

berusaha untuk mengikuti sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Oleh

karena itu jangan sampai, karena seorang guru tidak berkompeten, menyebabkan

minat siswa terhadap mata pelajaran agama (Baca: Pendidikan Agama Islam)

berkurang, atau tidak ada sama sekali. Hal ini hanya dapat dicegah dengan

penguasaan profesionalisme keguruan.

Dalam hal ini Utbah bin Abi Sofyan berkata kepada guru yng mengajarkan

ilmu kepada anaknya sebagai berikut: “Sebelum engkau memperbaiki anakmu,

hendaklah engkau memperbaiki dirimu terlebih dahulu. Karena mereka terpaku

pada matamu, yang baik disisi mereka adalah engkau katakan baik, dan keji di sisi

mereka adalah engkau katakan keji.”5

Maka dari itulah sebagai guru, khususnya guru Pendidikan Agama Islam,

dalam memberikan ilmu kepada siswanya harus disesuaikan dengan hukum yang

4Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19, Tahun 2005, tentang Standar Nasional

Pendidikan, di akses pada tanggal 21 Februari 2009 dari www.setjendiknas.or.id

5Mahmud Yunus, Metode Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: CV. Al-Hidayah, 1996),

h. 16

Page 15: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

berlaku yang terdapat di dalam al-Quran maupun al-Hadits. Sebagai guru dalam

kegiatan sehari-hari harus dapat mencerminkan kehidupan yang Islami, sehingga

guru tidak boleh menyuruh orang lain berbuat kebajikan sedangkan mereka

berbuat kerusakan. Hal ini diisyaratkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya Surah

Al-Baqarah ayat 44:

���������� ������� ����������� ����������

��� ��!"#�� ��$%#���� ���&')� �'*�)+ ���� , -⌧��� ���&'�/&�

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian,

sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu

membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir” (QS. Al-

Baqarah: 44).

Ayat al-Quran di atas mempunyai pengertian, bahwa sebagai guru tidak

hanya bertugas mengajarkan akan tetapi juga memberikan bimbingan kepada

siswa, agar melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan sehari-

harinya baik dalam ucapan maupun dalam tindakannya harus disesuaikan sesuai

dengan al-Quran dan al-Hadits.

Zainal Aqib mengatakan bahwa dalam menjalankan tugasnya sebagai guru

setidaknya harus memiliki kemampuan dan sikap sebagai berikut:

1. Menguasai kurikulum

Kurikulum sebagai program pendidikan secara utuh, mempunyai kedudukan

yang cukup penting dalam keseluruhan program pendidikan dan pengajaran.

Guru yang baik adalah guru yang berhasil dalam pengajaran dan mampu

mempersiapkan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan kurikulum.

2. Menguasai materi setiap mata pelajaran

Guru tidak hanya dituntut untuk menyelesaikan bahan pelajaran yang telah

ditetapkan, tetapi guru harus menguasai dan menghayati secara mendalam

semua materi yang akan diajarkan. Oleh karena itu, dalam memberikan materi pelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai pengelola proses

belajar mengajar di kelas yang dituntut banyak inisiatif dan penuh kreativitas. 3. Menguasai metode dan evaluasi belajar

Guru harus menguasai berbagai metode mengajar. Selain menguasai berbagai metode, guru juga harus mampu memilih metode yang tepat sesuai materi

pelajaran, tingkat kecerdasan siswa, dan sebagainya. Selanjutnya guru harus mampu mengukur dan menilai hasil pekerjaan siswa, terutama sekali yang

menyangkut kegiatan belajar mengajar, baik proses maupun hasil belajarnya.

4. Setia terhadap tugas

Page 16: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

Disebabkan pekerjaan guru menyangkut pertumbuhan, perkembangan fisik,

dan intelektual seorang anak manusia, segala kegiatan belajar mengajar harus

disiapkan secara matang. Untuk itu, guru harus benar-benar menyatu,

menjiwai dan menghayati tugas-tugas keguruannya. 5. Disiplin dalam arti luas

Pendidik ataupun seorang guru merupakan pemimpin yang menjadi panutan siswa-siswanya. Oleh sebab itu, disiplin bagi seorang guru merupakan bagian

penting dari tugas-tugas kependidikan. Dalam hal ini, tugas guru bukan saja melatih sikap disiplin, tetapi juga lebih penting adalah mendisiplinkan diri

sendiri sebagai ciri khas seorang guru.6

Sebagai siswa, setelah mendapatkan pelajaran pendidikan agama, maka

dalam dirinya akan tumbuh minat untuk melaksanakan ajaran agama sesuai

dengan ajaran yang pernah diterima di sekolah. Karena dalam kehidupannya

selalu melakukan hukum syariat agama, khususnya agama Islam. Pada akhirnya

sisiwa itu dapat digolongkan sebagai anak yang berguna bagi nusa, bangsa,

agama, maupun kedua orang tua.

Namun, kenyataan yang terjadi adalah profesionalisme yang seharusnya

dimiliki oleh setiap guru terkadang kurang bisa diterapkan secara maksimal

karena berbagai faktor. Diantaranya adalah kendala sarana dan prasarana yang

kurang memadai serta kualitas kompetensi guru yang tidak mencakup keempat

komponen-komponen kompetensi seperti yang tertera di dalam Peraturan

Pemerintah (PP) No. 19, Tahun 2005, Pasal 28, tentang Sistem Pendidikan

Nasional (SISDIKNAS), ayat 3, dan Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional, No. 20, tahun 2003, pasal 39, ayat 2, di atas.

Seperti yang terjadi di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan, kendala sarana dan

prasarana yang kurang memadai, seperti perpustakaan yang kurang lengkap, dan

ruang laboratorium yang kurang memadai, menjadi faktor yang mempengaruhi

proses belajar mengajar. Penerapan profesionalisme guru itu sendiri sudah

berjalan baik, hanya saja masih terkendala dengan sarana dan prasarana yang

kurang memadai tersebut.

6Zainal Aqib, Profesionalisme Guru dalam Pembelajara, (Surabaya: Insan Cendikia,

2002), h. 84-86

Page 17: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa penting untuk melakukan

penelitian mengenai “Penerapan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama

Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan.”

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan

masalah berdasarkan asumsi penulis, diantaranya:

a. Rendahnya minat siswa SMP PGRI 12 Jakarta Selatan dalam mengikuti

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini penulis dapatkan ketika

mengikuti seorang guru Pendidikan Agama Islam mengajar di kelas.

Gejalanya seperti suasana kelas yang tidak kondusif serta interaksi guru

dan siswa yang kurang komunikatif.

b. Penerapan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam dalam

memberikan pengajaran Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12

Jakarta Selatan yang kurang optimal. Gejalanya adalah guru kurang bisa

menyampaikan materi ajar dengan metode yang tepat serta penyampaian

materi ajar yang kurang relevan terhadap kondisi kekinian.

2. Pembatasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi pada penerapan profesionalisme guru

Pendidikan Agama Islam yang mencakup kualitas penguasaan materi dan

kualitas penjelasan materi dalam memberikan pengajaran Pendidikan Agama

Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan.

3. Perumusan Masalah

Bagaimana penerapan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam

dalam memberikan pengajaran Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12

Jakarta Selatan?

C. Tujuan Penelitian

Page 18: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan

profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam dalam memberikan pengajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara praktis hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan tambahan bagi para

guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan pengajaran Pendidikan

Agama Islam.

2. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah

kajian Pendidikan Agama Islam khususnya mengenai profesionalisme

keguruan.

Page 19: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Profesionalisme

1. Pengertian Profesionalisme

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata profesional artinya adalah

“bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk

menjalankannya (lawan amatir).”7

Menurut Mc Leod, sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah tentang

istilah profesional adalah kata sifat dari kata proffesion (pekerjaan) yang

berarti sangat mampu melakukan pekerjaan.8

Sedangkan menurut Moh. Uzer Usman, “kata profesional berasal dari

kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang

yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan

sebagainya.”Adapun guru profesional dapat diartikan sebagai “orang yang

memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga

ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan

maksimal.”9

Berbicara mengenai profesionalisme guru, hal ini sesuai dengan ajaran

Islam. Dimana di dalam Islam setiap pekerjaan harus dilakukan secara

profesional, dalam artian harus dilakukan dengan benar dan oleh orang yang

ahli. Sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW. sebagai berikut:

� أ�� ه���ة ر� ا� � ��ل :������� وإذا : ��ل ر�!ل ا� �� ا�

$ )روا3 ال�12رى(و�. ا-,� ال� +�� أه�� *�ن)'� ال%��

7Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999),

cet. Ke-10, h. 789

8Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2002), cet. Ke-7, h. 230

9Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001),

cet. Ke-13, h. 14-15

Page 20: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

“Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah SAW. telah

bersabda: Jika urusan itu diserahkan kepada orang yang bukan

ahlinya, maka nantikanlah saat kehancurannya.”10

Selanjutnya kata profesionalisme dalam kamus Inggris-Indonesia

karangan John M. Echols dan Hasan Shadily diartikan sebagai “sifat

profesional.”11

Sedangkan menurut Muhibbin Syah, profesionalisme adalah

“kualitas dan tindak tanduk khusus yang merupakan ciri orang profesional.”12

Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa profesionalisme guru adalah

sifat, perilaku, atau tindak tanduk guru yang profesional dan berkualitas, yang

memiliki kemampuan dan ketrampilan khusus dalam bidang keguruan

sehingga ia dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.

2. Syarat-Syarat Profesionalisme

Sebagai suatu profesi, guru harus memiliki syarat-syarat profesional.

Menurut Oemar Hamalik yang dikutip oleh Cece Wijaya dan A. Tabrani

Rusyan, mengemukakan syarat-syarat profesi guru terdiri dari:

a. Persyaratan fisik, yaitu kesehatan jasmani yang artinya seorang guru harus berbadan sehat dan tidak memiliki penyakit menular yang membahayakan.

b. Persyaratan psikis, yaitu sehat rohani yang artinya tidak mengalami

gangguan kejiwaan.

c. Persyaratan mental, yaitu memiliki sikap mental yang baik terhadap

profesi kependidikan, mencintai dan mengabdi serta memiliki dedikasi

yang tinggi pada tugas dan jabatannya.

d. Persyaratan moral, yaitu memiliki budi pekerti yang luhur dan memiliki

sikap susila yang tinggi.

e. Persyaratan intelektual, yaitu memiliki pengetahuan dan keterampilan

yang tinggi yang diperoleh dari lembaga pendidikan tenaga kependidikan,

10HM. Suwarta Wijaya, Asbabul Wurud; Latar Belakang Timbulnya Hadits-Hadits Rasul,

(Jakarta: Kalam Mulia, 2003), jilid I, cet. Ke-7, h. 144

11John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia,

1996), cet. Ke-21, h. 449

12Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja

Rosdakarya,2002), cet. Ke-7, h. 230

Page 21: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

yang memberi bekal guna menunaikan tugas dan kewajibannya sebagai

pendidik.13

Selain itu, syarat profesi yang dikemukakan oleh N. A. Ametembun

yang membagi syarat profesi kepada dua kategori, yaitu syarat primer dan

syarat sekunder. Masing-masing kategori tersebut memiliki bagian-bagian

sebagai berikut:

a. Syarat Primer, terbagi ke dalam dua kategori: Pertama, syarat yang berhubungan dengan unsur mendidik sebagai

transfer of values, yaitu:

1) Syarat personality, yaitu syarat yang menyangkut kepribadian

seseorang manjadi guru; meliputi kegiatan fisik, kesehatan psycis,

kesehatan psyco-somatic dan integritas pribadi.

2) Syarat morality, yaitu syarat yang manyangkut masalah kesusilaan

(moral).

3) Syarat religiusitas, yaitu syarat yang berhubungan dengan norma-

norma sebagaimana yang dianut oleh seorang guru.

Kedua, syarat yang berhubungan dengan interaksi proses belajar mangajar

sebagai transfer of knowledge dan skill, yaitu:

1) Syarat profesionality, yaitu syarat yang berhubungan dengan keahlian

di bidang keguruan terdiri dari pengetahuan dan keterampilan.

2) Syarat sociability, yaitu syarat yang berhubungan dengan kemampuan bergaul guru berdasarkan kompetensi sosial yang dimilikinya,

sehingga mudah disenagi anak didik. b. Syarat Sekunder, yaitu syarat formal, wewenang seseorang menjadi guru

yang berupa Surat Keputusan (SK) atau ijazah dari instansi yang berwenang.14

Dalam pasal 7 ayat (1) UU Guru dan Dosen, tentang guru profesional,

disebutkan bahwa profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus

yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip:

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.

b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,

ketakwaan, dan akhlak mulia.

c. Memiliki kualifikasi dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugas.

13Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses

BelajarMengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,1999), cet. Ke-1. h. 9

14N. A. Ametembun, Guru dan Administrasi Sekolah, (Bandung: IKIP, 1981), h. 10

Page 22: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.

e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.

f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.

g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.

h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesional.

i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenagan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan bagi guru dan memiliki

organisasi profesi keilmuan bagi dosen.15

3. Bentuk-bentuk Kompetensi Profesionalisme

Menurut Uzer Usman, seperti disebutkan dalam bukunya, bentuk-bentuk

kompetensi profesionalisme yaitu sebagai berikut:

a. Menguasai landasan kependidikan

Uzer Usman menyebutkan bahwa untuk memenuhi kompetensi

profesionalisme yang baik, seorang guru harus menguasai landasan

kependidikan sebagai berikut:

1) Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan

nasional a) Mengkaji tujuan pendidikan nasional.

b) Mengkaji tujuan pendidikan dasar dan menengah. c) Meneliti kaitan antara tujuan pendidikan dasar dan menengah

dengan tujuan pendidikan nasional. d) Mengkaji kegiatan-kegiatan pengjaran yang menunjang

pencapaian tujuan pendidikan nasional. 2) Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat

a) Mengkaji peranan sekolah sebagai pusat pendidikan dan

kebudayaan.

b) Mengkaji peristiwa-peristiwa yang mencerminkan sekolah sebagai

pusat pendidikan dan kebudayaan.

c) Mengelola kegiatan sekolah yang mencerminkan sekolah sebagai

pusat pendidikan dan kebudayaan.

3) Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat

dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar

a) Mengkaji jenis perbuatan untuk memperoleh pengetahuan,

ketrampilan dan sikap.

b) Mengkaji prinsip-prinsip belajar.

15Asrorun Ni’am Sholeh, Pemngembangan Profesionalitas Guru, Analisis Kronologis

Atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: eLSAS, 2006), cet. Ke-1, h. 105

Page 23: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

c) Menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam kegiatan belajar

mengajar.16

b. Menguasai bahan pengajaran

Kemudian yang harus dilakukan oleh seorang guru adalah

menguasai bahan pengajaran yang akan diajarkan kepada siswa, yaitu

sebagai berikut:

1) Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah

a) Mengkaji kurikulum pendidikan dasar dan menengah.

b) Menelaah buku teks pendidikan dasar dan menengah.

c) Menelaah buku pedoman khusus bidang studi.

d) Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dinyatakan dalam buku teks

dan buku pedoman khusus.

2) Menguasai bahan pengayaan

a) Mengkaji bahan penunjang yang relevan dengan bahan bidang

studi/mata pelajaran.

b) Mengkaji bahan penunjang yang relevan dengan profesi guru.17

c. Menyusun program pengajaran

Selanjutnya adalah dapat menyusun program pengajaran dengan

baik seperti di bawah ini:

1) Menetapkan tujuan pembelajaran

a) Mengkaji ciri-ciri tujuan pembelajaran.

b) Dapat merumuskan tujuan pembelajaran.

c) Menetapkan tujuan pembelajaran untuk satu satuan

pembelajaran/pokok bahasan.

2) Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran

a) Dapat memilih bahan pembelajaran sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai.

b) Mengembangkan bahan pembelajaran sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai.

3) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar

a) Mengkaji berbagai metode mengajar.

b) Dapat memilih metode mengajar yang tepat. c) Merancang prosedur belajar mengajar yang tepat.

16M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999),

h. 28

17M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional..., h. 28

Page 24: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

4) Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai

a) Mengkaji berbagai media pengajaran.

b) Memilih media pengajaran yang tepat.

c) Membuat media pengajaran yang sederhana. d) Menggunakan media pengajaran.

5) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar. a) Mengkaji berbagai jenis dan kegunaan sumber belajar.

b) memanfaatkan sumber belajar yang tepat.18

d. Melaksanakan program pengajaran

Dilanjutkan dengan melaksanakan program pengajaran yang terkait

dengan mata pelajaran yang bersangkutan, seperti:

1) Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat

a) Mengkaji prinsip-prinsip pengelolaan kelas

b) Mengkaji faktor-faktor yang emmpengaruhi suasana belajar

mengajar

c) Menciptakan suasana belajar mengajar yang baik d) Menangani masalah pengajaran dan pengelolaan

2) Mengatur ruangan belajar a) Mengkaji berbagai tata ruang belajar

b) Mengkaji kegunaan sarana dan prasarana kelas c) Mengatur ruang belajar yang tepat

3) Mengelola interaksi belajar mengajar a) Mengkaji cara-cara mengamati kegiatan belajar mengajar

b) Dapat mengamati kegiatan belajar mengajar

c) Menguasai berbagai ketrampilan dasar mengajar

d) Dapat menggunakan berbagai keterampilan kegiatan belajar

mengajar

e) Dapat mengatur murid dalam kegiatan belajar mengajar19

e. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan

Terakhir adalah menilai proses belajar mengajar untuk mengetahui

hasil yang didapatkan, dengan cara:

1) Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran

a) Mengkaji konsep dasar penilaian.

b) Mengkaji berbagai teknik penilaian.

c) Menyusun alat penilaian.

18M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional..., h. 28-29

19M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional..., h. 29

Page 25: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

d) Mengkaji cara mengolah dan menafsirkan data untuk menetapkan

taraf pencapaian murid

e) Dapat menyelenggarakan penilaian pencapaian murid

2) Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan b) Menyelenggarakan penilaian untuk perbaikan proses belajar

mengajar c) Dapat memenfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan proses

belajar mengajar20

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” yang mendapat awalan

“pe” dan akhiran “an” yang mengandung arti perbuatan (hal, cara, dan

sebagainya). Istilah pendidikan merupakan terjemahan dari bahasa Yunani,

yaitu “pedagogie”, yang berarti bimbingan kepada anak didik. Istilah ini

kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan istilah “education”

yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini

sering diterjemahkan dengan kata Tarbiyah yang berarti pendidikan.21

Pendidikan, yang berasal dari kata ”didik”, lalu kata ini mendapat awal

”me” sehingga menjadi ”mendidik”, artinya memelihara dan memberikan

latihan dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran,

tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.22

Pengertian pendidikan dalam kamus besar bahasa Indonesia ialah

proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan menusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.23

Menurut Mc Leod sebagaimana dikutip dari Muhibbin Syah, dalam

bahasa Inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate (mendidik)

20M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional..., h. 28-29

21Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), Cet. 1, h. 1

22Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,

2003), Edisi ketiga, cet. Ke-3, h. 263

23Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar..., h. 263

Page 26: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

artinya memberikan peningkatan (to elicit, to give riset to), dan

mengembangkan (to evolve, to develop). Dalam pengertian yang sempit,

education atau pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk

memperoleh pengetahuan.24

Jadi yang dimaksud dengan Pendidikan ialah bimbingan atau

pertolongan secara sadar yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam

perkembangan jasmaniah dan rohaniah ke arah kedewasaan dan seterusnya ke

arah terbentuknya kepribadian muslim. Dan, Pendidikan dalam arti sempit,

ialah bimbingan yang diberikan kepada siswa sampai ia dewasa.

Pendidikan dalam arti luas, ialah bimbingan yang diberikan sampai

mencapai tujuan hidupnya; bagi pendidikan Islam, sampai terbentuknya

kepribadian muslim. Jadi pendidikan Islam, berlangsung sejak anak dilahirkan

sampai mencapai kesempurnaannya atau sampai akhir hidupnya. Sebenarnya

kedua jenis pendidikan ini (arti sempit atau arti luas) satu adanya.25

Jika kita merujuk kamus bahasa Arab, kita akan menemukan tiga akar

kata untuk istilah tarbiyah. Pertama, ”rabba-yarbu” yang artinya bertambah

dan berkembang. Kedua, rabiya-yarbu yang dibandingkan dengan khafiya-

yakhfa yang berarti ”tumbuh dan berkembang”. Ketiga rabba-yarubbu yang

dibandingkan dengan madda-yamuddu dan berarti ”memperbaiki, mengurusi

kepentingan, mengatur, menjaga, dan memperhatikan”.

Dari pengertian-pengertian dasar diatas, kita dapat mengambil

kesimpulan bahwa:

Pertama, pendidikan merupakan kegiatan yang betul-betul memiliki

tujuan, sasaran, dan target. Kedua, pendidik yang sejati dan mutlak

adalah Allah SWT. Ketiga, pendidikan menuntut terwujudnya

program berjenjang melalui peningkatan kegiatan pendidikan dan

pengajaran selaras dengan urutan sistematika menanjak yang

membawa anak dari suatu perkembangan ke perkembangan lainnya.

24Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 1997), h.256

25Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’rif

Bandung ), h. 31-32

Page 27: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

Keempat, peran seorang pendidik harus sesuai dengan tujuan Allah

SWT menciptaknya. Artinya, pendidik harus mampu mengikuti

syariat agama Allah SWT.26

Menurut undang-undang sistem pendidikan nasional, pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.27

Menurut undang-undang sistem pendidikan nasional, pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.28

Azyumardi Azra, mengomentari bahwa yang dimaksud dengan

pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa mempersiapkan generasi

mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup

secara efektif dan efisien.29

Religi berasal dari bahasa Latin, menurut satu pendapat asalnya ialah

”relegere” yang mengandung arti mengumpulkan, membaca. Tetapi menurut

pendapat lain kata itu berasal dari religare yang berarti mengikat.30

26Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah Sekolah Dan Masyarakat,

(Jakarta: Gema Insani, 1995), h. 22

27UU Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Focus Media, 2003), h. 3

28Departemen agama RI,UU dan peraturan pemerintah RI tentang pendidikan, (Jakarta:

Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Islam, 2006), h. 5

29Azumardi Azra, Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos,

1998), h. 3

30Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI-Press, 1985), h.

10

Page 28: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

Adapun ”agama” merupakan perpaduan kata yang sangat mudah

diucapkan dan mudah untuk dijelaskan maksudnya (khususnya bagi orang

awam), tetapi sangat sulit memberikan batasan (definisi) yang tepat lebih-

lebih bagi para pakar.

Mahmud Saltut dalam bukunya Quraisy Shihab, menyatakan bahwa

agama adalah ketetapan-ketetapan Ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya

untuk menjadi pedoman hidup manusia.

Dalam bukunya Quraisy Shihab, menurut Syaikh Muhammad

Abdullah Badran, dalam bukunya Al-madkhal Ila Al-Adyan, berupaya untuk

menjelaskan arti agama dengan merujuk kepada al-Quran. Ia memulai

bahasannya dengan pendekatan kebahasaan.

Din yang biasa diterjemahkan ”agama”, menurut guru besar al-Azhar

itu, menggambarkan ”hubungan antara dua pihak dimana yang pertama

mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada yang kedua.”

Jika demikian agama adalah ”hubungan antara makhluk dan

khaliqnya.” hubungan ini mewujud dalam sikap batinnya serta tampak dalam

ibadah yang dilakukannya dan tercermin pula dalam sikap keseharianya.31

Sedangkan Islam, menurut pemakaian bahasa, berarti berserah diri

kepada Allah SWT.32 Hal ini dipertegas oleh firman Allah SWT berikut ini:

���0�1��� 23456 78�� 9:��1�;�4 "<�8�� >�?'1@�� 3�A B�C

5�D��*E☺����� �H%I���� ����J �KL�0-M�� 5N�O��/�� 9:�&EP�04

”Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama

Allah SWT, padahal kepada-Nyalah berserah diri segala apa yang di

langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya

kepada Allah SWTlah mereka dikembalikan. ”(Ali Imran: 83).33

31M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1992), h. 209-210

32Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah Sekolah Dan Masyarakat,

(Jakarta: Gema Insani, 1995), h. 24

33Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan

Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995), h. 89

Page 29: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

Kata Islam, menurut pendidikan umum yang berlaku, biasanya

mempunyai konotasi sebagai agama Allah SWT, atau agama yang berasal dari

Allah SWT (agama artinya jalan). Agama Allah SWT, berarti agama atau

ajaran yang bersumber dari Allah SWT, yang dimaksudkan jalan hidup yang

ditetapkan oleh Allah SWT bagi manusia untuk menuju dan kembali kepada-

Nya. Jadi agama Islam sebagai agama Allah SWT adalah jalan hidup yang

ditetapkan oleh Allah SWT (sebagai sumber kehidupan), yang harus dilalui

(ditempuh) oleh manusia, untuk kembali atau menuju kepada-Nya.

Oleh karena itu, bila manusia yang berpredikat muslim, benar-benar

harus menjadi penganut agama yang baik, yang senantiasa mentaati ajaran

Islam dan menjaga agar Rahmat Allah SWT tetap berada pada dirinya. Ia

harus mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajarnya yang

didorong oleh iman sesuai dengan akidah Islam.

Adapun mengenai pengertian pendidikan Islam menurut para ahli,

berbeda-beda pula seperti yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan Islam.

Menurut Athiyah Al-Abrasyi sebagaimana dikutip oleh Ramayulis

dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam Bahwa Pendidikan Islam (Al-Tarbiyah

Al-Islamiyah) mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan

bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya,

teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur

katanya, baik dengan lisan atau tulisan.34

Ahmad D. Marimba juga memberikan pengertian bahwa: “pendidikan

Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama

Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran

Islam”.35

Berdasarkan pandangan diatas, maka pendidikan Islam merupakan

sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan kepada seseorang

34Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), Cet. 1, h. 3-4

35Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam.., h. 4

Page 30: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-

nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kehidupan.

2. Dasar Dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

a. Dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar adalah tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesuatu

itu dapat tegak kokoh berdiri. Dimana dalam suatu bangunan dasar adalah

bagian yang sangat fundamental sebagai landasan agar bangunan tersebut

tegak kokoh berdiri. Demikian pula dasar pendidikan dalam pendidikan

Islam yaitu fundamen yang menjadi landasan atau asas agar pendidikan

dapat tegak berdiri tidak mudah roboh karena tiupan angin kencang berupa

ideologi yang muncul baik sekarang maupun yang akan datang.

Dasar pendidikan Islam secara garis besar ada 3 (tiga) yaitu: Al-

Quran, Al-Sunnah dan Perundang-Undangan yang berlaku di Negara kita.

1) Al-Qur’an

Al-Qur’an ialah kalam Allah SWT yang tiada tandingannya.

Dan merupakan mu’jizat diturunkan kepada Muhammad SAW, Nabi-

Nya, sebagai penutup para nabi dan rasul, dengan perantaraan Malaikat

Jibril, ditulis dalam mushaf-mushaf yang disampaikan kepada kita

secara mutawatir (oleh orang banyak), serta mempelajarinya

merupakan suatu ibadah, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri

dengan surat An-Nas.

Keberadaan Tidak dalam ranah sosial diragukan lagi, karena

Al-Qur’an telah mempengaruhi setiap sendi sistem pendidikan

Rasulullah SAW, dan Sahabat, serta diperkuat ketika Aisyah r.a

menegaskan bahwa akhlak Rasullah SAW. adalah Al-Qur’an, hal ini

sesuai dengan yang difirmankan Allah SWT dalam QS. Al-Furqan: 32

sebagai berikut:

�Q�R�� �CS5RT8�� U��0⌧"⌧V -W��� �QX�Y$# 5N�O?'�

�����0!/���� K�Z�L [\E]5?D�� , E;5�D⌧O-M

Page 31: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

�^�N;☯[5� `5N�� ⌧aE6�⌧&� U $N*\��'���H�� b⌧O5��0�

“Berkatalah orang-orang yang kafir: “mengapa al-

quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”;

demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan

Kami membacanya kelompok demi kelompok (QS. Al-Furqan:

32).36

Ada dua isyarat yang bias diambil dari penjelasan ayat diatas

yang berhubungan dengan pendidikan, yaitu, pengokohan hati dan

pemantapan keimanaan dan sikap tartil dalam membaca Al-Qur’an.

Penurunan Al-Qur’an yang dimulai dengan ayat-ayat yang

mengandung konsep pendidikan dapat menunjukan bahwa tujuan Al-

Qur’an yang terpenting adalah mendidik manusia melalui metode yang

bernalar serta sarat dengan kegiatan meneliti, membaca, mempelajari,

dan observasi ilmiah terhadap manusia sejak manusia masih dalam

bentuk segumpal darah dalam rahim Ibu, sebagaimana firman Allah

SWT berikut ini:

���0�R�� �c1@���� E;�?��H Y5RT8�� �d?'EI 2ef �d?'EI

>3*��g^ �� h35A id?'� 2jf ���0�R�� E;9��H��

k�0�V%I�� 2Xf Y5RT8�� >cl'�m �c?'/������ 2f >cl'�m >3*��g^ �� ��A 1c�

op&�4 2�f “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang

menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal

darah. Bacalah, dan tuhanmulah yang maha pemurah, yang

mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

(QS.al-Alaq: 1-5).37

36Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan

Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995), h. 564

37Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan

Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995), h. 1079

Page 32: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

2) Al-Sunnah

Dalam dunia pendidikan, Rasulullah SAW, seperti dalam HR

Bukhori Muslim, menyerukan untuk menuntut ilmu pengetahuan

sebagai pengetahuan bekal dalam pendidikan dengan sabdanya:

“Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban atas setiap muslim dan

muslimah.”

Mencermati hadits diatas menunjukan bahwa penguasaan ilmu

pengetahuan sangat penting untuk dijadikan sebagai bekal dalam

memasuki dunia yang penuh dengan problematika kehidupan, bahkan

untuk mempersiapkan diri memasuki kehidupan yang lebih kekal dan

abadi, yaitu kehidupan akhirat.38

Rasulullah SAW adalah sosok pendidik yang agung dan

pemilik metode yang sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik.

Beliau dapat memperhatikan manusia sesuai dengan kebutuhan,

karakteristik, dan kemampuan akalnya, terutama jika berbicara dengan

anak-anak. Beliau sangat memahami kondisi naluriah setiap orang

sehingga beliau mampu menjadikan mereka suka cita, baik material

maupun spiritual. Beliau senantiasa mengajak setiap orang untuk

mendekati Allah SWT dan syari’at-Nya sehingga terperiharalah fitrah

manusia melalui pembinaan diri setahap demi setahap, penyatuan

kecenderungan hati, dan pengarahan potensi menuju derajat yang lebih

tinggi.

3) Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia

a) UUD 1945, pasal 29

Ayat 1, berbunyi: “Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa”

38Muhammad Atyhiyah Al-Abrasy, Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam, (Jogyakarta:

Titian Ilahi Press, 1996), h. 5

Page 33: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

Ayat 2, berbunyi: “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

penduduk untuk memeluk agamanya masing-

masing dan beribadat menurut agamanya dan

kepercayaanya ”

Pasal 29, UUD 1945 ini memberikan jaminan kepada warga

negara RI untuk memeluk agama dan beribadat sesuai dengan

agama yang dipeluknya bahkan mengadakan kegiatan yang dapat

menunjang bagi pelaksanaan ibadat. Dengan demikian, pendidikan

Islam yang searah dengan bentuk ibadat yang diyakininya

diizinkan dan di jamin oleh negara.39

b) GBHN

Di dalam GBHN tahun 1993 bidang agama dan

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa no. 2 disebutkan:

“Bahwa kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap

tuhan yang maha esa makin dikembangkan sehingga terdapat

kualitas keimanaan dengan ketaqwaan terhadapa tuhan yang maha

esa, kualitas kerukunaan antara dan antar umat beragama dan

penganut kepercayaan terhadap Tuhan yang maha esa dalam usaha

memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa serta meningkatkan

keimanaan amal untuk bersama-sama membangun masyarakat.”

c) Undang-Undang No. 2 tahun 1999 tentang Sitem Pendidikan

Nasional.

1) Pasal 11 ayat 1 disebutkan:

“Jenis pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah

terdiri atas oendidikan umum, pendidikan kejuruan,

pendidikan luar biasa, pendidikan keduniaan, pendidikan

keagamaan, pendidikan akademik dan pendidikan

profesional”.

2) Pasal 11 ayat 2 disebutkan

“Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan yang

mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan

peranaan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus

39Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 2

Page 34: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

tentang ajaran agama yang bersangkutan. Di antara syarat

dan prasyarat agar peserta didik yang menjalankan

peranannya dengan baik diperlukan berpengetahuan ilu

pendidikan Islam. Mengingat Islam ini tidak hanya

menekankan kepada segi teoritis saja, tetapi juga praktis. Ilmu

pendidikan Islam termasuk ilmu praktis maka peserta didik

diharapkan dapat menguasai ilmu tersebut secara penuh

(teoritis dan praktis)”.40

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Berbicara tentang tujuan pendidikan, tak dapat tidak mengajak kita

berbicara tentang tujuan hidup, yaitu tujuan hidup manusia. Di mana

manusia diciptakan untuk menjadi khalifah, manusia yang dianggap

sebagai khalifah Allah SWT tidak dapat memegang peranan tanggung

jawab sebagai khalifah kecuali kalau ia dilengkapi dengan potensi-potensi

yang membolehkan berbuat demikian.

An-Nahlawy menunjukkan 4 tujuan dalam Pendidikan Agama

Islam yaitu:

1) Pendidikan akal dan persiapan pikiran, Allah SWT menyuruh manusia

merenungkan kejadian langit dan bumi agar beriman kepada Allah

SWT.

2) Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat asal pada anak-anak.

Islam adalah agama fitrah, sebab ajarannya tidak dari tabiat asal

manusia.

3) Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda dan

mendidik mereka sebaik-baiknya, baik laki-laki ataupun perempuan.

4) Berusaha untuk menyeimbangkan segala potesi-potensi dan bakat-

bakat.41

Al-Jammali menyebutkan tujuan-tujuan Pendidikan Agama Islam

sebagai berikut:

40Nur Uhbiyati, Ilmu ... (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 29-30

41Risnayanti, Implementasi Pendidikan Agama Islam Di Taman Kanak-Kanak Islam

Ralia Jaya Villa Dago Pamulang, (Jakarta: Perpustakaan Umum, 2004), h. 15

Page 35: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

1) Memperkenalkan kepada manusia akan kedudukannya di antara

makhluk-makhluk dan bertanggung jawab perseorangan dalam hidup

ini.

2) Memperkenalkan kepada manusia akan hubungan-hubungan sosialnya

dan tanggung jawabnya.

3) Memperkenalkan kepada manusia akan makhluk (alam semesta) dan

mengajaknya memahami hikmah penciptanya dalam menciptakannya.

4) Memperkenalkan kepada manusia akan pencipta alam maya pada ini,

untuk mengenal Allah SWT dan bertaqwa kepada-Nya42

Al-Abrasy dalam kajiannya tentang Pendidikan Agama Islam

menyimpulkan lima tujuan bagi Pendidikan Agama Islam:

Untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia

1) Persiapan untuk kehidupan dinia dan akhirat

2) Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi manfaat

3) Menyiapkan pelajar dalam menguasai profesi tertentu agar dapat

mencari rezeki dam hiodup dengan mudah diasamping memelihara

segi kerohaniaan dan keagamaan.

4) Menumbuhkan semangat ilmiah dalam jiwa pelajar itu mengkaji

bukan sekedar ilmu.43

Ibnu Khaldun, sebagai seorang pemikir terakhir dari zaman

keemasan Islam yang benyak menuliskan mengenai pendidikan, terutama

pada karyanya yang terkenal, yaitu muqadimah, membagi tujuan

pendidikan itu kepada:

1) Mempersiapkan seseorang dari segi keagamaan yaitu mengajarkannya

syiar-syiar agama menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah.

2) Menyiapkan seseorang dari segi akhlak

3) Menyiapkan seseorang dari segi kemayarakatan dan sosial

42Risnayanti, Implementasi Pendidikan..., h. 16

43Risnayanti, Implementasi Pendidikan..., h. 16

Page 36: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

4) Menyiapkan seseorang dari segi pekerjaan

5) Menyiapkan seseorang dari segi pemikiran

6) Menyiapkan seseorang dari segi keseniaan yang bernuansa Islam.44

C. Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Untuk membahas pengertian guru pendidikan agama Islam, penulis

akan mamaparkan terlebih dahulu pengertian guru dan pendidikan agama

Islam.

Pengertian guru, dari segi bahasa berarti orang yang mendidik.45 Dari

pengertian ini menjelaskan bahwa guru adalah orang yang melakukan

kegiatan mendidik atau mengajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

disebutkan bahwa guru berarti orang yang pekerjaannya (mata pencaharian,

profesinya) mengajar.46 Dengan demikian dapat dilihat bahwa guru secara

fungsional menunjukkan seseorang yang melakukan kegiatan dalam

memberikan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman serta keteladanan.

Sementara itu, dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional,

No. 20, tahun 2003, pasal 39, ayat 2, dikatakan bahwa guru/pendidik

merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan

pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian

masyarakat, terutama bagi penidik pada perguruan tinggi.47

44Risnayanti, Implementasi..., h. 17

45

WJS. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), cet.

Ke-12, h. 250

46

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 1988) , h. 288

47

Departemen Agama RI, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Tentang SISDIKNAS, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam, 2006) , h. 27

Page 37: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

Dengan demikian guru bukan hanya orang yang mengajar bidang studi

saja, tetapi guru juga orang yang mendidik dan membantu siswa dalam

perkembangan jasmani dan rohaninya untuk mencapai kedewasaan.

Dari pengertian guru di atas dapat diambil kesimpulan bahwa guru

bukan sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada anak didiknya di depan

kelas, tetapi merupakan tenaga profesional yang disamping memperhatikan

aspek kognitif, juga aspek psikomotorik dan afektif pada anak didik agar

tumbuh dan terbina secara utuh sebagai manusia-manusia yang berkepribadian

sehingga maksud mendidik untuk mengantarkan anak didik menuju ke arah

kedewasaan dapat tercapai.

Sebelum dibahas tentang pengertian pendidikan agama Islam, maka

terlebih dahulu diketahui tentang pendidikan agama secara umum. Dalam

terminologi bahasa Arab, istilah pendidikan disebut tarbiyah dengan

pengertian: “Mengembangkan, memelihara, mengasuh atau membesarkan.”

Kata tarbiyah disini dengan maksud mengembangkan dan meningkatkan

secara setahap demi setahap.48

Kemudian Ngalim Purwanto berpendapat, bahwa pendidikan ialah:

“Segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak untuk

memimpin perkembangan jasmani dan rohani ke arah kedewasaan”.49

Memimpin perkembangan jasmani dan rohani anak untuk diarahkan

kepada tingkat yang lebih dewasa, merupakan pekerjaan yang memerlukan

waktu sangat panjang. Oleh karena itu, dalam dunia pendidikan, guru sebagai

sosok yang berperan dalam transfer of knowledge harus saling berinteraksi

(hubungan timbal-balik) dengan siswanya. Karena dengan hubungan timbal-

balik diantara guru dan siswa, pada akhirnya dapat menghantarkan kepada

tujuan yang diharapkan.

48Yedi Kurniawan, Pendidikan Anak Sejak Dini Hingga Masa Depan, (Jakarta: Firdaus,

1992), cet. I, h. 1

49M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 1991), h. 11

Page 38: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan,

bahwa pendidikan ialah: “Usaha untuk menyiapkan peserta didik melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi perannya di masa yang akan

datang.”50 Peserta didik adalah: “Anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan

jenis pendidikan tertentu.” Sedangkan tenaga pendidik adalah: “Anggota

masyarakat yang bertugas membimbing, mengajar dan melatih peserta

didik.”51

Selanjutnya pembahasan mengenai pengertian Pendidikan Agama

Islam. Setelah dibahas tentang pengertian pendidikan, maka sampailah pada

pembahasan tentang pendidikan agama. Zuhairini, dkk. Mengatakan, bahwa

pendidikan agama adalah “Usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam

membantu anak didik supaya mereka sesuai dengan ajaran Islam.”52 Hidup

yang sesuai dengan al-Qur’an dan al-Hadits. Sehingga hidup ini dilaksanakan

dengan amar ma’ruf nahi munkar yang disesuaikan dengan kemampuan.

Oleh karena itu, ajaran dalam agama Islam menurut Barmawie Umary

dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Membangun persatuan umat secara teratur sesuai dengan perintah Allah

SWT dan ajaran Rasulullah SAW dalam segala aspek kehidupan, usaha

dan pergaulan.

b. Memiliki segala syarat, sifat, kekuatan, kecakapan untuk memperoleh

daya guna menyelamatkan bangsa dan negara.

c. Menjaga terpeliharanya hubungan baik, kerjasama, persatuan antar umat

Islam dengan golongan lain yang dapat diperoleh faedah dan

manfaatnya.53

50Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 02 Tahun 1989) dan

Peraturan Pelaksanaanya Dilengkapi Dengan Peraturan yang Dikeluarkan Sampai Dengan 1994,

(Jakarta: Sinar Grafika), cet . I, h. 2-3

51Undang-Undang..., h. 3

52Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama Dilengkapi dengan Sistem Modul

dan Permainan Simulasi, (Surabaya: Usaha Nasional, 1977), h. 77

53Barmawie Umary, Materi Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1993), cet. II, h. 87

Page 39: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

Jadi, pengertian guru Pendidikan Agama Islam adalah orang yang

memberikan materi pengetahuan agama Islam dan juga murid-muridnya agar

kelak menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT. Disamping itu,

guru Pendidikan Agama Islam sebagai pembimbing yang memberikan

bimbingan agar para murid dapat bertindak dengan prinsip-prinsip Islam dan

dapat mempraktekkan syari’at Islam.54

Pengertian di atas menunjukkan bahwa bimbingan dan dalam

pembentukan pribadi muslim pada anak didik dilakukan sejak dini, agar anak

didik dapat mengenal dan mengamalkan nilai-nilai agama sejak mendapat

pendidikan yang paling rendah.

2. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kompeten berarti cakap

(mengetahui); berkuasa (memutuskan, menentukan); berwenang. Sedangkan

kompetensi berarti kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan

sesuatu).55

Istilah kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna yang

dikemukakan beberapa ahli sebagaimana yang termuat dalam buku M. Uzer

Usman berikut:

Menurut Broke and Stone sebagaimana dikutip dalam Uzer Usman,

kompetensi merupakan Descriptive of qualitative natur or teacher behavior

appears to be entirely meaningful (Gambaran hakikat kualitatif dari perilaku

guru yang tampak sangat berarti).56

54

Tim Penyusun Buku Pedoman Guru Agama SD Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam

Depag RI, PedomanGuru Agama SD, (Jakarta: Proyek Pengambangan Sistem Pendidikan Agama,

1976), h. 8

55Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,

2003), Edisi ketiga, cet. Ke-3, h. 584

56 M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999),

h. 27

Page 40: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

Sementara Charles E. Johnson, kompetensi merupakan Competency as

a rational ferformance wich satisfatorily meet the objective for a desired

condition (Perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan

sesuai dengan kondisi yang diharapkan).57

Sedangkan Menurut Mc. Leod, kompetensi merupakan The state of

legally competent or qualified (Keadaan berwewenang atau memenuhi syarat

menuntut ketentuan hukum).58

Adapun kompetensi guru (teacher competency) the ability of a teacher

to responsibility perform has or her duties apropriately. Kompetensi guru

merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-

kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.

Dengan gambaran pengertian tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa

kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam

melaksanakan profesi keguruannya. Selanjutnya beralih pada istilah

“profesional” yang berarti a vocation an wich profesional knowledge of some

department a learning science is used in its applications to the of other or in

the practice of an art found it.

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan

yang bersifat profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara

sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum.

Atas dasar pengertian ini, ternyata pekerjaan profesional berbeda dengan

pekerjaan lainnya karena suatu profesi memerlukan kemampuan dan keahlian

khusus dalam melaksanakan profesinya.59

Di dalam dunia pendidikan, komponen-komponen kompetensi tertera

di dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 19, Tahun 2005, Pasal 28, tentang

57M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional..., h. 27

58M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional..., h. 27

59M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional..., h. 28

Page 41: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), ayat 3, disebutkan bahwa seorang

pendidik ataupun pengajar harus memiliki 4 (empat) kompetensi, yaitu:

a. Kompetensi Pedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,

perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi

yang dimilikinya. b. Kompetensi Kepribadian, adalah kemampuan kepribadian yang mantap,

stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

c. Kompetensi Profesional, adalah kemampuan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan peserta

didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar

Nasional Pendidikan.

d. Kompetensi Sosial, adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari

masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan

peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali

peserta didik, dan masyarakat sekitar.60

3. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) pasal

27 ayat (3) dikemukakan bahwa guru adalah tenaga pendidik yang khusus

diangkat dengan tugas utama mengajar. Disamping itu, ia mempunyai tugas

lain yang bersifat pendukung, yaitu membimbing dan mengelola administrasi

sekolah. Tiga tugas ini mewujudkan tiga layanan yang harus diberikan oleh

guru kepada siswa. Tiga layanan tersebut ialah:

a. Layanan instruksional.

b. Layanan bantuan (bimbingan dan konseling).

c. Layanan administrasi.61

Secara keseluruhan tugas guru itu adalah sama, yaitu: meliputi tiga

layanan di atas tadi. Namun bagi guru pendidikan agama Islam, segala bentuk

60Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19, Tahun 2005, tentang Standar

Nasional Pendidikan, (www.setjendiknas.or.id)

61Depag RI, UU Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Focus Media, 2003)

Page 42: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

layanan yang diberikan kepada pelajar hendaknya lebih mengarah kepada

pembentukan perilaku pelajaran yang Islami dan berakhlakul karimah.

D. Kerangka Konseptual

Guru profesional menurut Uzer Usman diartikan sebagai “orang yang

memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia

mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan

maksimal.” Kemudian bentuk-bentuk Kompetensi Profesionalisme menurut Uzer

Usman, yaitu:

Pertama, Menguasai landasan kependidikan; seperti mengenal tujuan

pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, mengenal fungsi sekolah

dalam masyarakat, mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat

dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar.

Kedua, Menguasai bahan pengajaran; seperti menguasai bahan pengajaran

kurikulum pendidikan dasar dan menengah, menguasai bahan pengayaan.

Ketiga, Menyusun program pengajaran; seperti menetapkan tujuan

pembelajaran, memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran, memilih dan

mengembangkan strategi belajar mengajar, memilih dan mengembangkan media

pengajaran yang sesuai, memilih dan memanfaatkan sumber belajar.

Keempat, Melaksanakan program pengajaran; seperti menciptakan iklim

belajar mengajar yang tepat, mengatur ruangan belajar, mengelola interaksi

belajar mengajar.

Kelima, Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah

dilaksanakan; seperti menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran,

menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

Penulis melihat, kondisi yang menyebabkan kurangnya profesionalisme

guru adalah kurang memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme. Kurang

memiliki kualifikasi dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang

tugas. Kurang memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.

Kurang memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.

Page 43: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

Kurangnya penghasilan. Serta kurang memiliki kesempatan untuk

mengembangkan diri.

Kemungkinan sebabnya adalah mereka jarang mengikuti workshop dan

pelatihan-pelatihan profesi keguruan. Jarang mengikuti seminar-seminar tentang

pendidikan. Kurangnya tingkat kesejahteraan guru, sehingga kurang fokus dalam

mengajar. Serta kurangnya sarana bagi guru untuk pengembangan diri. Oleh

karena itu, agar guru memiliki profesionalisme yang baik, yaitu dengan mengikuti

workshop dan pelatihan-pelatihan profesi keguruan. Mengikuti seminar-seminar

tentang pendidikan. Serta lebih banyak lagi belajar dan mencari literatur-literatur

yang berkaitan dengan pendidikan

Pada akhirnya, dengan program-program peningkatan profesionalisme

guru di atas, diharapkan seorang guru lebih memiliki bakat, minat, panggilan jiwa,

dan idealisme. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,

keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia. Memiliki kualifikasi dan latar belakang

pendidikan yang sesuai dengan bidang tugas. Memiliki kompetensi yang

diperlukan sesuai dengan bidang tugas. Memiliki tanggung jawab atas

pelaksanaan tugas keprofesionalan. Memperoleh penghasilan yang ditentukan

sesuai dengan prestasi kerja.

Penerapannya di sekolah adalah seorang guru harus memahami materi ajar

yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep, dan metode

keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar, memahami hubungan

konsep antar matapelajaran terkait, menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam

keilmuan sehari-hari, dan menguasai langkah-langkah untuk memperdalam

pengetahuan atau materi bidang studi.

Untuk lebih mempermudah dalam melihat penerapan profesionalisme guru

PAI di SLTP PGRI 12 Jakarta Selatan, kita dapat melihat kerangka konseptual

yang di olah dari pembahasan teori tentang profesionalisme dan buku Usman

Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 1999, dan buku

Asrorun Ni’am Sholeh, Pengembangan Profesionalitas Guru, Analisis Kronologis

atas Lahirnya Guru dan Dosen, (Jakarta: eLSAS,2006), Cet. Ke-1, h.105, dan UU

Page 44: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

RI NOMOR 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, BAB III Prinsip

Profesionalitas, Pasal 7, di bawah ini:

Page 45: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

INPUT

Kondisi Guru

GAP PROSES

1. Kurang memiliki bakat,

minat, panggilan jiwa, dan idealisme

2. Kurang memiliki

komitmen untuk

meningkatkan mutu

pendidikan, keimanan,

ketakwaan, dan akhlak

mulia

3. Kurang memiliki

kualifikasi dan latar

belakang pendidikan

yang sesuai dengan

bidang tugas

4. Kurang memiliki

kompetensi yang

diperlukan sesuai dengan bidang tugas

5. Kurang memiliki

tanggung jawab atas

pelaksanaan tugas

keprofesionalan

6. Kurangnya penghasilan

1. Mengikuti

workshop dan pelatihan-

pelatihan

profesi

keguruan

2. Mengikuti

seminar-

seminar

tentang

pendidikan

3. Lebih banyak

lagi belajar

dan mencari

literatur-

literatur yang

berkaitan dengan

pendidikan

1. Jarang

mengikuti

workshop

dan

pelatihan-pelatihan

profesi

keguruan

2. Jarang

mengikuti

seminar-

seminar

tentang

pendidikan

3. Kurangnya

tingkat

kesejahteraa

n guru,

sehingga

kurang fokus dalam

mengajar

4. Kurangnya

Ciri-ciri Guru Profesional

OUT PUT

a. Memiliki bakat,

minat, panggilan jiwa, dan idealisme

b. Memiliki komitmen

untuk meningkatkan

mutu pendidikan,

keimanan, ketakwaan,

dan akhlak mulia

c. Memiliki kualifikasi

dan latar belakang

pendidikan yang sesuai

dengan bidang tugas

d. Memiliki

kompetensi yang

diperlukan sesuai

dengan bidang tugas

e. Memiliki tanggung jawab atas

pelaksanaan tugas

keprofesionalan

f. Memperoleh

penghasilan yang

ditentukan sesuai

Strategi

Pemecahan

KERANGKA KONSEPTUAL

Masalah

1. seorang guru

harus memahami

materi ajar yang

ada dalam

kurikulum sekolah

2. memahami

struktur, konsep,

dan metode

keilmuan yang

menaungi atau

koheren dengan

materi ajar,

3. memahami

hubungan konsep

antar

matapelajaran

terkait

4. menerapkan

konsep-konsep

keilmuan dalam

keilmuan sehari-

hari

5. menguasai

APLIKASI

Penerapan di

Sekolah

Page 46: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

mber:

Di olah dari buku Uzer Usman Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya), 1999 dan buku Asrorun Ni’am Sholeh, Pengembangan

Profesionalitas Guru, Analisis Kronologis atas Lahirnya Guru dan Dosen, (Jakarta:

eLSAS,2006), Cet. Ke-1, h.105, dan UU RI NOMOR 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan

Dosen, BAB III Prinsip Profesionalitas, Pasal 7

Page 47: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

AB III

METODOLOGI PENELITIAN

E. Tempat, Waktu dan Fokus Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan.

Selain dipandang cocok dengan objek penelitian, juga merupakan

tempat penulis melakukan PPKT pada tahun 2008. Data yang diambil

lebih banyak, karena penulis mengikuti proses PPKT di sekolah tersebut

selama tiga bulan. Sedangkan waktu penelitian yaitu selama PPKT 2008

dan lima hari pada bulan Februari, yaitu pada tanggal 23-27 Februari

2009.

Fokus penelitian ini adalah meneliti bagaimana penerapan profesionalisme

guru Pendidikan Agama Islam dalam memberikan pengajaran Pendidikan Agama

Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan? Apakah sudah berjalan dengan baik atau

belum? Sehingga dapat dijadikan evaluasi bagi guru Pendidikan Agama Islam di

sekolah tersebut.

F. Metode Penelitian

Sesuai dengan karakteristik masalah yang diangkat dalam skripsi ini

maka dalam penulisannya, penulis menggunakan Metode Studi

Lapangan (field research), yaitu meneliti langsung ke lapangan untuk

mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai hal-hal yang

dibutuhkan dalam penelitian ini. Ini dilakukan dengan cara observasi

langsung di lapangan, melakukan wawancara terhadap guru Pendidikan

Agama Islam, dan menyebar angket kapada siswa untuk mengetahui

penerapan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam dalam

memberikan pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah tersebut.

Selain itu, penulis juga menggunakan buku-buku yang

memfokuskan kajiannya dalam Pendidikan Islam, dokumen-dokumen

Page 48: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

resmi, majalah dan surat kabar, baik sumber yang primer maupun

sekunder sebagai bahan rujukan teori profesionalisme keguruan. Yaitu

menggunakan buku-buku yang relevan dengan judul skripsi, setelah itu

penulis gunakan sebagai buku acuan.

Adapun dalam pembahasannya penulis menggunakan Metode

Kualitatif dan pendekatan Deskriptif Analisis, yakni mengumpulkan data

secara sistematis dan konsisten, kemudian menyeleksi, membandingkan,

menganalisis serta menarasikan untuk mengambil kesimpulan. Diperkuat

dengan wawancara terhadap guru PAI yang ada di sekolah tersebut,

serta pihak-pihak yang terkait, seperti kepala sekolah dan kepala dewan

guru, serta sebagian siswa yang beliau ajar.

G. Populasi dan Sampel

Populasi adalah “Jumlah keseluruhan subyek penelitian.”62 Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP PGRI 12 Jakarta Selatan

yang berjumlah 909. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi

terjangkau yang memiliki sifat yang sama dengan populasi.63 Guna untuk

menyederhanakan proses pengumpulan dan pengolahan data, penulis

menggunakan teknik sampling, dengan mengacu kepada pendapat

Suharsimi Arikunto yaitu apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik

diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih besar dapat diambil 10-15%, atau

20-25% atau lebih.

Dalam penelitian ini penulis hanya mengambil 11% dari jumlah

populasi yang ada, yaitu 99,99 sama dengan 100 siswa/i. Teknik

pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik atau

62Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. XII, h. 115.

63Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, h. 117.

Page 49: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

metode acak sederhana (simple random sampling). Dengan

pertimbangan sampel berjumlah 100 siswa dimaksudkan untuk

mempermudah penghitungan statistik. Dengan cara seperti ini, maka

diharapkan setiap anggota dari populasi memiliki kemungkinan yang

sama untuk di pilih sebagai sampel penelitian.

H. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga macam teknik

pengumpulan data, yaitu:

1. Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan sistemastis tentang

fenomena-fenomena yang diselidiki.64 Maksud dari observasi ini

adalah peneliti ingin melihat secara langsung kegiatan pengajaran itu

sendiri, apakah dilakukan secara profesional atau tidak.

2. Wawancara (interview), yaitu metode pengumpulan data dengan

jalan tanya jawab sepihak yang ditanyakan secara sistematis dan

berlandaskan kepada tujuan penyelidikan.65 Caranya adalah dengan

mengemukakan sejumlah pertanyaan yang terstruktur kepada objek

yang diteliti, yaitu semua guru PAI yang ada di sekolah tersebut, yang

berjumlah dua orang. Serta pihak-pihak yang mempunyai otoritas

untuk menilai profesionalisme guru pada lembaga pendidikan

tersebut, yaitu Kepsek. dan Wakepsek. Bid. Kurikulum.

3. Angket, yaitu pengumpulan data melalui daftar pertanyaan tertulis

yang ditanyakan oleh penulis kepada sebagian siswa yang diajar oleh

guru PAI, mengenai penerapan profesionalisme guru PAI di sekolah

tersebut. Model angket yang digunakan adalah dalam bentuk tabel

dan terdiri 15 (butir) pertanyaan dengan memberikan chek list pada

64Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1992), cet.

Ke-2, h. 136

65Sutrisno Hadi, Metodologi Research, h. 193

Page 50: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

setiap kolom yang sesuai dengan pilihan para siswa. Setiap butir

mempunyai alternatif 4 jawaban, sangat setuju (SS), setuju (S), tidak

setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

I. Instrumen Pengumpulan Data

1. Pedoman observasi, yaitu daftar (list) hal-hal yang harus diamati ketika

observasi.

2. Pedoman wawancara, yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan untuk guru yang

telah dibuat oleh penulis yang berkaitan dengan permasalahan yang berkaitan

dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi. Yaitu, penerapan

profesionalisme guru PAI di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan

3. Pedoman angket, yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan untuk siswa yang telah

dibuat oleh penulis yang berkaitan dengan permasalahan yang berkaitan

dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi. Yaitu, penerapan

profesionalisme guru PAI di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan

J. Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, langkah

selanjutnya adalah pengolahan data. Data yang diperoleh melalui

observasi dan wawancara diolah secara kualitatif artinya “data tersebut

digambarkan dengan kata-kata atau kalimat dipisah-pisahkan menurut

kategori untuk memperoleh kesimpulan”.66 Sedangkan data yang

diperoleh melalui angket atau kuesioner diolah secara kuantitatif artiya

“data tersebut berwujud angka-angka hasil perhitungan atau

pengukuran, dan kemudian dituangkan dalam bentuk kalimat yang

bersifat kualitataif”.67

66Anas Sujono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2000), cet. X, h. 245

67Anas Sujono, Pengantar Statistik..., h. 246.

Page 51: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

Data-data yang telah dikumpulkan diolah lalu dideskripsikan

dengan menggunakan teknik statistik sederhana. Adapun rumus yang

digunakan dalam mencari persentase adalah dengan rumus:

Keterangan : P = Angka Prosentase

F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Number of cases (Jumlah responden)

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku ”Pedoman

Penulisan Skripsi” oleh Tim Penyusun, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

P = F x 100 %

N

Page 52: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Profil Sekolah68

1. Sejarah Berdirinya SMP PGRI 12 Jakarta Selatan

Berawal untuk membantu pemerintah dalam pendidikan tahun 1981 di

Cilandak, PGRI memulai kegiatan pendidikan dengan 2 kelas dan berlangsung

dengan meminjam gedung sekolah (menumpang) SD 09/10 yang bertempat di

jalan Hj. Saleh Pondok Labu Jaksel dari tahun 1981-1997.

Pada tahun 1998 PGRI baru mendirikan bangunan di Jl. Pondok Labu I

B No 29 Pondok Labu Jakarta Selatan dengan SK Pendirian 2673/ 1. 851-

58/2007. Dari tahun 1998-Sekarang dengan jumlah kelas 20 ruangan, Peserta

didik sebanyak 909 orang, dengan Guru 45 orang, serta Pegawai atau tenaga

Administrasi 11 orang, di atas tanah seluas 2720 m2 adapun status sekolah

dalam terakriditasi “A”.

SMP PGRI 12 Jakarta Selatan memiliki standar sekolah permanen

dengan nomor statistik SMP (NSS/M): 204016307182 dengan luas bangunan

2. 713 M, Dan beralamat di Jl. Pondok labu 1B No 29 kelurahan Pondok Labu

Jakarta Selatan.

68Diperoleh dari soft file komputer SMP PGRI 12 Jakarta selatan dengan sedikit

modifikasi penyajian data: My Computer/Data/Profil Sekolah SLTP PGRI 12 Jakarta Selatan.

Page 53: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

2. Visi dan Misi SMP PGRI 12 Jakarta Selatan

Visi SMP PGRI 12 Jakarta Selatan adalah dengan melalui pendidikan

formal, menghasilkan SDM yang berkualitas, unggul di bidang iptek dan

imtaq.

Sedangkan misinya adalah menggali dan memberdayakan kompetensi

dan budi pekerti siswa dengan pengajaran, pelatihan, dan bimbingan melalui

komitmen bersama profesionalisme guru dan segenap tenaga kependidikan

sekolah.

Dengan visi dan misi di atas, diharapkan output dari lembaga

pendidikan ini mampu menghasilkan SDM yang berkualitas, unggul di bidang

iptek dan imtaq, serta mempunyai budipekerti yang baik.

3. Program Unggulan

a. Menerapkan kurikulum terpadu yang merupakan ciri khas, pengayaan dan

pendalaman materi Bahasa Asing (Arab-Inggris), Matematika dan

Komputer.

b. Menekankan pengajaran keagamaan, al-Qur’an, dan shalat berjama’ah.

c. Mengembangkan minat dan bakat siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler:

olah raga, PMR, Pramuka, Paskibra, UKS, dsb.

Dengan visi, misi dan program unggulan inilah yang membawa SMP

ini kepada kemajuan sehingga mendapat akreditasi “A.”

4. Tenaga Pengajar

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara

keseluruhan dengan guru pemegang peranan utama, karena ia adalah faktor

yang menentukan bagi keberhasilan pengajaran karena tanpa guru proses

belajar mengajar tidak akan langsung. Dengan demikian tujuan pendidikan

akan tercapai.

Saat ini semua bidang studi di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan dipegang

oleh guru-guru yang memiliki kompetensi tinggi, mereka adalah sarjana-

sarjana dari berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta.

Page 54: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

Adapun jumlah guru yang mengajar di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan

berjumlah 45 orang dengan latar belakang pendidikan yang berbeda. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 1

Tenaga Pengajar

No Nama Jenis Kelamin Pendidikan

1 Dra. Hj. Sartini, MM P S2 (Manajemen)

2 Hj. Hajarilah, S.Pd P S1 (B.inggris)

3 Dwi suprianto, S.Pd L S1 (Matematika)

4 M. Dahlan, S.Pd L S1 (Matematika)

5 Sutarno, S.Pd L S1 (Matematika)

6 Drs. Usmanawar L S1 (Ekonomi)

7 H. Jayadi Umar, S. Pd L S1 (Agama Islam)

8 Siti Rukoyah, S.Pd P S1 (Ekonomi)

9 Drs. A. Ramli Topan L S1 (B. Indonesia)

10 Sri Dady Riyanto,S. Pd L S1 (Fisika)

11 Endangsih N, S. Pd P S1 (Biologi)

12 Dwi Ema Kartini,S. Pd P S1 (B.Indonesia)

13 Dalmasri, S. Pd L S1 (B.Inggris)

14 Sri Kustantinah, S. Pd P S1 (Biologi)

15 Imam taufik, S. Pd L S1 (Penjaskes)

16 S. Budiningsih, S. Pd P S1 (B. Indonesia)

17 Linda Wati, S. Pd P S1 (Matematika)

18 Sudarwanarto, SE L S1 (Ekonomi)

19 Mulyadi, SE L S1 (Computer)

20 R. Krismayanti, S. Pd P S1 (Tata Boga)

21 Deny Suharman, SR L S1 (Matematika)

22 Syahrul Rahman, Sog L S1 (Computer)

23 Azian Indrawati, S. Pd P S1 (Sejarah)

24 Dalbini, S. Pd L S1 (B. Indonesia)

25 Novi Ziarni, SH P S1 (PPKN)

26 Agung Suprianto, ST L S1 (Matematika)

27 Atmaja, S.Ag L S1 (Agama Islam)

28 Abdul Rahim, S. Pd L S1 (B. Indonesia)

Page 55: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

29 Budiono, ST L S1 (Matematika)

30 Heni Widodo, S. Pd P S1 (Matematika)

31 Eni Novrita, P S1 (KTK)

32 Ending Wahyuni, SAI P S1 (Matematika)

33 Sri widiastuti, S. Pd P S1 (B. Inggris)

34 Nanang Budiarso, L S1 (Seni Budaya)

35 Parul Roji, BA L S1 (Penjaskes)

36 RatnaMambarSari,S.Pd P S1 (BK)

37 Aina Nur Utami, S. Pd P S1 (BK)

38 Susianti, S. Pd P S1 (B. Inggris)

39 Sumartini, S. Pd P S1 (B. Inggris)

40 Lilik julianto L S1 (B. Inggris)

41 Jumi Hartati, S. Pd P S1 (B. Inggris)

42 Sis Karno Binjai, S. Pd L S1 (B. Arab)

43 Dian Panji Sagita L S1 (Seni Musik)

44 Sumartini P S1 (B. Inggris)

45 Kartono, S. Pd L S1 (PPKN)

Jumlah pengajar laki-laki yaitu 25 orang; sedangkan jumlah pengajar

perempuan 20 orang. Jumlah keseluruhan pengajar yaitu 45 orang.

5. Karyawan

Karyawan merupakan salah satu unsur tenaga kependidikan, tenaga

kependidikan lainnya harus bekerjasama dengannya untuk mencapai tujuan

pendidikan yang telah ditentukan.

Dengan terjalinnya hubungan baik antara mereka, maka akan terjalin

kerjasama yang baik pula dan proses belajar mengajar akan berjalan dengan

lancar dan baik. Adapun karyawan yang membantu jalannya proses 11 orang.

Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel berikut:

Page 56: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

Tabel 2

Karyawan

No. Nama Karyawan Jenis

Kelamin Jabatan Pendidikan

1 Suyudi L Ka. TU SLA

2 Ngali L Staf TU SLA

3 Mawih L Staf TU SD

4 Eva Rohana P Staf TU SMK

5 Yelmareni P Staf TU SMA

6 dr. Lia Meyliana P Dokter S.1

7 Sri Yuli Triastantik, SKM P Suster S.1

8 Senen L Pesuruh SD

9 Acep Muyadi L Pesuruh SD

10 Munadi L Keamanan SMP

11 Rahmat Zamaludin L Pesuruh SLA

Jumlah karyawan laki-laki yaitu tujuh orang; sedangkan jumlah karyawan

perempuan empat orang. Jumlah keseluruhan karyawan yaitu 11 orang.

Jumlah karyawan yang pendidikan akhirnya SD yaitu tiga orang; SMP

satu orang; SLA tiga orang; SMK/SMA dua orang; dan S1 dua orang.

6. Siswa

Tabel 3

Siswa

Jenis Kelamin No Kelas

L P Jumlah

1. I 157 158 315

2. II 173 155 328

3. III 123 187 300

JUMLAH 453 456 909

7. Sarana dan Prasarana

Tabel 4

Sarana dan Prasarana

No. Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan

1 Ruang Kepsek. 1 Baik

2 Ruang Guru 1 Baik

3 Ruang TU 1 Baik

Page 57: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

4 Ruang Administrasi 1 Baik

5 Ruang Informasi 1 Baik

6 Ruang BK 1 Baik

7 Ruang OSIS 1 Baik

8 Ruang Tamu 1 Baik

9 Lab. Bahasa 1 Kurang

10 Lab. IPA 1 Cukup baik

11 Lab. Komputer 1 Baik

12 Mushola 1 Baik

13 UKS 1 Baik

14 Ruang Kelas 20 Cukup baik

15 Perpustakaan 1 Kurang

16 Lapangan Volly 1 Baik

17 Lapangan Badminton 1 Baik

18 Lapangan Futsal 1 Baik

19 Lapangan Sepak Bola 1 Baik

20 Lapangan Basket 1 Baik

21 Kantin 1 Bersih

22 Parkir 1 Cukup Luas

23 Pos Satpam 1 Baik

24 Toilet Guru 2 Bersih

25 Toilet Siswa 10 Bersih

8. Kurikulum Yang Digunakan

Perkembangan yang terjadi sekarang ini turut mempengaruhi

kurikulum yang digunakan oleh sekolah-sekolah. Hal ini dapat dilihat pada

kurikulum di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan, di mana untuk kelas 1 dan 2

menggunakan kurikulum yang baru yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan), sedangkan kelas 3 masih menggunakan KBK (Kurikulum

Berbasis Kompetensi).

Adapun kurikulum yang digunakan oleh sekolah SMP PGRI 12

Jakarta ialah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Struktur

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai berikut:

Tabel 5

Struktur Program Kurikulum KTSP

(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

No. Mata Pelajaran Alokasi Waktu

1 PPKn/ Pend. Kewarganegaraan 2 jam

2 Pendidikan Agama 2 jam

Page 58: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

3 Bahasa dan Sastra Indonesia 4 jam

4 Bahasa Inggris 4 jam

5 Pendidikan Jasmani 2 jam

6 Matematika 4 jam

7 IPA 4 jam

8 IPS 4 jam

9 Teknologi Informatika Komputer 2 jam

10 Seni Budaya 2 jam

11 Bimbingan dan Penyuluhan 1 jam

12 PLKJ 2 jam

13 Tata Boga 2 jam

14 Pembukuan 2 jam

Khusus pada mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Akhlak),

dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak

mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari

pendidikan agama dan visi misi sekolah.

B. Deskripsi dan Analisa Data Penerapan Profesionalisme Guru Pendidikan

Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan.

1. Deskripsi dan Analisa Observasi Penerapan Profesionalisme Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan.

Untuk dapat melakukan deskripsi dan analisa data observasi,

penulis menggunakan skor sebagai berikut:

1. Skor 1 berarti Tidak Baik,

2. Skor 2 berarti Kurang Baik,

3. Skor 3 berarti Cukup,

4. Skor 4 berarti Baik,

5. Skor 5 berarti Sangat Baik..

Penetapan skor ini berdasarkan pada terpenuhinya indikator-

indikator kompetensi yang dapat dilihat pada lampiran observasi. Hasilnya

adalah sebagai berikut:

Page 59: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

Tabel 6

Kompetensi Pedagogik

No. Aspek Penilaian Skor Nilai

Guru PAI 1 5 Sangat Baik 1 Persiapan tertulis

Guru PAI 2 5 Sangat Baik

Guru PAI 1 4 Baik 2 Keterampilan membuka pelajaran

Guru PAI 2 4 Baik

Guru PAI 1 4 Baik 3 Kualitas gaya interaksi dan pengelolaan pembelajaran Guru PAI 2 5 Sangat Baik

Guru PAI 1 3 Cukup 4 Penggunaan variasi metode dan

teknik pembelajaran Guru PAI 2 3 Cukup

Guru PAI 1 4 Baik 5 Keterampilan bertanya dan

menjawab pertanyaan Guru PAI 2 4 Baik

Guru PAI 1 3 Cukup 6 Penggunaan dan ketepatan

media/alat bantu pembelajaran Guru PAI 2 3 Cukup

Guru PAI 1 4 Baik 7 Evaluasi pembelajaran

Guru PAI 2 3 Cukup

Guru PAI 1 4 Baik 8 Keterampilan menutup pelajaran

Guru PAI 2 4 Baik

Dari tabel di atas, secara umum dapat diketahui bahwa kompetensi

pedagogik kedua guru PAI di sekolah tersebut telah berjalan dengan baik.

Meskipun ada sedikit perbedaan yaitu dalam kualitas gaya interaksi dan

pengelolaan pembelajaran, dan dalam evaluasi pembelajaran. Sedangkan

dalam kualitas gaya interaksi dan pengelolaan pembelajaran, guru PAI 2

lebih baik. Sedangkan dalam evaluasi pembelajaran, guru PAI 1 lebih

baik.

Tabel 7

Kompetensi Profesional

No. Aspek Penilaian Skor Nilai

Guru PAI 1 4 Baik 9 Kualitas penguasaan materi

Guru PAI 2 4 Baik

Guru PAI 1 5 Sangat Baik 10 Kualitas penjelasan materi

Guru PAI 2 4 Baik

Dari tabel di atas, secara umum dapat diketahui bahwa kompetensi

profesional kedua guru PAI di sekolah tersebut telah berjalan dengan baik.

Page 60: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

Meskipun ada sedikit perbedaan yaitu dalam kualitas penjelasan materi.

Dalam kualitas penjelasan materi, guru PAI 1 lebih baik.

Tabel 8

Kompetensi Kepribadian

No. Aspek Penilaian Skor Nilai

Guru PAI 1 4 Baik 11 Kepribadian yang mantap dan

stabil Guru PAI 2 4 Baik

Guru PAI 1 4 Baik 12 Kepribadian yang dewasa

Guru PAI 2 4 Baik

Guru PAI 1 3 Cukup 13 Kepribadian yang arif

Guru PAI 2 3 Cukup

Guru PAI 1 4 Baik 14 Kepribadian yang berwibawa

Guru PAI 2 4 Baik

Guru PAI 1 5 Sangat Baik 15 Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan Guru PAI 2 4 Baik

Dari tabel di atas, secara umum dapat diketahui bahwa kompetensi

kepribadian kedua guru PAI di sekolah tersebut telah berjalan dengan

baik. Meskipun ada sedikit perbedaan yaitu dalam berakhlak mulia dan

dapat menjadi teladan. Dalam kualitas penjelasan materi, guru PAI 1 lebih

baik.

Tabel 9

Kompetensi Sosial

No. Aspek Penilaian Skor Nilai

Guru PAI 1 4 Baik 16 Kemampuan berkomunikasi dan

bergaul secara efektif dengan

peserta didik Guru PAI 2 4 Baik

Guru PAI 1 5 Sangat Baik 17 Kemampuan berkomunikasi dan

bergaul secara efektif dengan sesama pendidik

Guru PAI 2 4 Baik

Guru PAI 1 3 Cukup 18 Kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan

orang tua atau wali peserta didik Guru PAI 2 4 Baik

Dari tabel di atas, secara umum dapat diketahui bahwa kompetensi

sosial kedua guru PAI di sekolah tersebut telah berjalan dengan baik.

Meskipun ada sedikit perbedaan yaitu dalam kemampuan berkomunikasi

dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik, guru PAI 1 lebih baik.

Page 61: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

Sedangkan dalam kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara efektif

dengan orang tua atau wali peserta didik, guru PAI 2 lebih baik.

Hasil temuan observasi dari dua orang guru PAI di atas

menunjukkan bahwa secara umum penerapan profesionalisme guru

Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan sudah berjalan

dengan baik, meskipun ada sedikit perbedaan yang dapat dilihat pada tabel

di atas.

2. Deskripsi dan Analisa Wawancara Penerapan Profesionalisme Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan.

a. Pelaksanaan Kurikulum

Dalam pelaksanaan kurikulum, sekolah selalu mengikuti

kurikulum yang berlaku, tentu saja dengan penyesuaian-penyesuaian

tertentu. Hal ini dijelaskan oleh Dwi Supriyanto, S.Pd., selaku wakil

kepala sekolah bidang kurikulum. Menurut beliau guru selalu aktif

terlibat dalam penyusunan kurikulum di sekolah. Artinya guru selalu

mengikuti MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) pada bidang

studi masing-masing, dan melakukan penyesuaian-penyesuaian untuk

meningkatkan mutu pendidikan yang ada.

Secara signifikan tidak ada kurikulum di sekolah ini yang

membedakan dengan sekolah lain. Kecuali Bahasa Arab, yang

merupakan salah satu program unggulan di sekolah ini.

b. Pengembangan Kurikulum

Untuk meningkatkan kualitas profesional di tingkat sekolah,

dilakukan dengan pengembangan diri secara rutin melalui MGMP

(Musyawarah Guru Mata Pelajaran), supaya pengembangan kurikulum

di sekolah tersebut berjalan lebih baik. Sedangkan pada tingkatan kelas

yaitu dengan mengetahui karakteristik masing-masing kelas, serta

memberikan pengembangan diri bagi siswa melalui pendidikan ekstra

kurikuler.

Page 62: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

Menurut Dwi Supriyanto, S.Pd., selaku wakil kepala sekolah

bidang kurikulum, ada beberapa kelemahan yang dimiliki guru-guru di

sekolah ini dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum, yaitu

kurangnya perangkat media serta ruang laboratorium (laboratorium

terpadu, ruang serbaguna, serta ruang multimedia). Hal ini dapat

menyebabkan proses pembelajaran dan pengembangan potensi anak

didik sedikit terkendala.

c. Kehadiran Guru

Dari hasil wawancara dengan Dra. Hj. Sartini, MM., selaku

kepala sekolah, guru di SLTP PGRI 12 Jakarta Selatan diharuskan

datang ke sekolah tepat waktu. Jika guru datang ke sekolah tidak tepat

waktu, sangsinya yaitu diberi teguran, baik dalam bentuk lisan maupun

tulisan.

Sedangkan menurut H. Jayadi Umar, S.Pd., selaku wakil kepala

bidang. humas dan juga guru PAI, jika beliau tidak hadir maka beliau

menyiapkan tugas bagi siswa. Sedangkan jika siswa yang tidak hadir,

maka diberikan tugas kepada siswa yang bersangkutan sebagai

pengganti jam pelajaran yang terlewati.

Sementara itu menurut Atmaja, S.Ag., selaku guru PAI, jika

beliau tidak hadir maka memberikan konfirmasi kepada pihak sekolah

dan memberikan tugas bagi siswa. Sedangkan jika siswa yang tidak

hadir, maka ditanyakan kepada teman terdekat siswa kenapa siswa

tersebut tidak hadir, serta diberitahukan kepada wali kelasnya.

Kemudian siswa tersebut disuruh belajar sendiri kepada temannya

megenai materi yang tertinggal.

d. Penguasaan Materi

Di SLTP PGRI 12 Jakarta Selatan, semua guru menjalankan

tugasnya sesuai dengan bidang ilmunya. Dra. Hj. Sartini, MM., selaku

kepala sekolah mengungkapkan adanya upaya peningkatan kualitas

Page 63: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

penguasaan materi bagi guru yaitu dengan mengikutkan guru dalam

seminar dan workshop, serta monitoring, baik oleh pihak sekolah, yaitu

dewan guru, maupun dari pihak luar.

Sedangkan dari pihak guru PAI, tugas kedua guru tersebut

sesuai dengan bidang ilmunya, yaitu S1 Pendidikan Agama Islam.

Keduanya juga meningkatkan kualitas penguasaan materi dengan

mengikuti seminar dan pelatihan peningkatan kualitas materi dan

mengikuti undangan pelatihan, serta seminar-seminar pendidikan.

e. Perencanan Pengajaran

Menurut Dra. Hj. Sartini, MM., selaku kepala sekolah, semua

guru SLTP PGRI 12 Jakarta Selatan membuat RPP masing-masing.

Dalam hal ini H. Jayadi Umar, S.Pd., selaku wakil kepala bidang.

humas dan juga guru PAI, beliau mengikuti RPP yang sudah ada, dan

disesuaikan dengan kurikulum yang mengacu kepada SK (Standar

Kelulusan). Sedangkan Atmaja, S.Ag., selaku guru PAI, membuat

sendiri RPP tersebut dengan acuan sendiri.

f. Strategi, Metode, dan Media Pengajaran

Dalam penerapan strategi, metode, dan penggunaan media

pengajaran, kepala sekolah memastikan semua guru menggunakan

strategi dan metode yang tepat dengan melakukan supervisi per satu

semester.

Kemudian, semua guru termasuk kedua guru PAI yang ada di

sekolah tersebut memastikan menggunakan strategi dan metode yang

tepat, yaitu dengan penggunaan alat bantu media yang disesuaikan

dengan materi. Secara umum tidak ada kesulitan dalam penggunaan alat

bantu media tersebut, hanya saja terkendala dengan minimnya alokasi

waktu penggunaannya.

Page 64: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

g. Evaluasi

Setelah semua proses pembelajaran tersebut berlangsung, hal

yang terakhir di lakukan adalah evaluasi. Kepala sekolah melakukan

evaluasi terhadap kinerja guru dengan pembinaan terus menerus, serta

memberikan kriteria-kriteria yang sesuai dengan profesionalismenya.

Hal-hal yang perlu diperbaiki adalah dipenuhinya perangkat

media serta ruangan laboratorium terpadu dan ruang serbaguna.

Kemudian melakukan usaha untuk meningkatkan kualitas diri melalui:

1) Diskusi dengan Guru Mata Pelajaran Agama Islam yang lain di

Sekolah pada minggu pertama,

2) Mengikuti MGMPAI (Musyawarah Guru Mata Pelajaran Agama

Islam) di Kecamatan pada minggu kedua,

3) Mengikuti MGMPAI (Musyawarah Guru Mata Pelajaran Agama

Islam) di Kotamadya pada minggu ketiga,

4) Workshop di Kanwil. Depag,

5) Mengikuti seminar-seminar tentang pendidikan, dsb.

3. Deskripsi dan Analisa Angket Penerapan Profesionalisme Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 12 Jakarta Selatan.

Dalam penelitian ini penulis menyebarkan angket kepada seratus

siswa SMP PGRI 12 Jakarta Selatan, yang terdiri dari 30 siswa kelas VII,

40 siswa kelas VIII, dan 30 siswa kelas IX, yang diajar oleh kedua guru

PAI. Penyebaran angket kepada siswa ini dimaksudkan untuk mengetahui

Penerapan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI

12 Jakarta Selatan. dari sudut pandang siswa. Hasilnya dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Tabel 10

Guru yang selalu datang tepat waktu

No. Alternatif Jawaban F %

a. Sangat Setuju 62 62

b. Setuju 27 27

1

c. Tidak Setuju 9 9

Page 65: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

d. Sangat Tidak Setuju 2 2

Jumlah 100 100%

Dari Tabel mengenai guru yang selalu datang tepat waktu,

sebanyak 62 siswa (62%) menjawab sangat setuju, 27 siswa (27%)

menjawab setuju, 9 siswa (9%) menjawab tidak setuju, dan 2 siswa (2%)

menjawab sangat tidak setuju. Artinya sebagian besar siswa sangat setuju

mengenai guru yang selalu datang tepat waktu, dan ini mengindikasikan

bahwa guru bersikap profesional dalam menjalankan tugasnya.

Tabel 11

Guru menyampaikan materi dengan cara yang mudah dipahami

No. Alternatif Jawaban F %

a. Sangat Setuju 32 32

b. Setuju 65 65

c. Tidak Setuju 3 3

2

d. Sangat Tidak Setuju 0 0

Jumlah 100 100%

Dari Tabel mengenai guru yang menyampaikan materi dengan cara

yang mudah dipahami, sebanyak 32 siswa (32%) menjawab sangat setuju,

65 siswa (65%) menjawab setuju, 3 siswa (3%) menjawab tidak setuju.

Tidak ada siswa yang menjawab sangat tidak setuju. Artinya sebagian

besar siswa setuju mengenai guru yang menyampaikan materi dengan cara

yang mudah dipahami, dan ini mengindikasikan bahwa guru bersikap

profesional dalam menjalankan tugasnya.

Tabel 12

Guru menjawab dengan baik pertanyaan dari siswa

mengenai materi yang ada di buku ajar

No. Alternatif Jawaban F %

a. Sangat Setuju 29 29

b. Setuju 60 60

c. Tidak Setuju 11 11

3

d. Sangat Tidak Setuju 0 0

Jumlah 100 100%

Page 66: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

Dari Tabel mengenai guru yang menjawab dengan baik pertanyaan

dari siswa mengenai materi yang ada di buku ajar, sebanyak 29 siswa

(29%) menjawab sangat setuju, 60 siswa (60%) menjawab setuju, 11 siswa

(11%) menjawab tidak setuju. Tidak ada siswa yang menjawab sangat

tidak setuju. Artinya sebagian besar siswa setuju mengenai guru yang

menjawab dengan baik pertanyaan dari siswa mengenai materi yang ada di

buku ajar, dan ini mengindikasikan bahwa guru bersikap profesional

dalam menjalankan tugasnya.

Tabel 13

Guru mempunyai pengetahuan dan pemahaman agama yang luas

No. Alternatif Jawaban F %

a. Sangat Setuju 67 67

b. Setuju 31 31

c. Tidak Setuju 2 2

4

d. Sangat Tidak Setuju 0 0

Jumlah 100 100%

Dari Tabel mengenai guru mempunyai pengetahuan dan

pemahaman agama yang luas, sebanyak 67 siswa (67%) menjawab sangat

setuju, 31 siswa (30%) menjawab setuju 2 siswa (2%) menjawab tidak

setuju. Tidak ada siswa yang menjawab tidak setuju sangat tidak setuju.

Artinya sebagian besar siswa sangat setuju mengenai guru mempunyai

pengetahuan dan pemahaman agama yang luas, dan ini mengindikasikan

bahwa guru bersikap profesional dalam menjalankan tugasnya.

Tabel 14

Guru berpenampilan rapi dan sopan

No. Alternatif Jawaban F %

a. Sangat Setuju 85 85

b. Setuju 12 12

c. Tidak Setuju 3 3

5

d. Sangat Tidak Setuju 0 0

Jumlah 100 100%

Dari Tabel mengenai guru berpenampilan rapi dan sopan, sebanyak

85 siswa (85%) menjawab sangat setuju, 12 siswa (12%) menjawab setuju,

Page 67: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

3 siswa (3%) menjawab tidak setuju. Tidak ada siswa yang menjawab

sangat tidak setuju. Artinya sebagian besar siswa sangat setuju mengenai

guru berpenampilan rapi dan sopan, dan ini mengindikasikan bahwa guru

bersikap profesional dalam menjalankan tugasnya.

Tabel 15

Guru berkepribadian baik dan memiliki kemampuan

dalam berkomunikasi

No. Alternatif Jawaban F %

a. Sangat Setuju 41 41

b. Setuju 58 58

c. Tidak Setuju 1 1

6

d. Sangat Tidak Setuju 0 0

Jumlah 100 100%

Dari Tabel mengenai guru berkepribadian baik dan memiliki

kemampuan dalam berkomunikasi, sebanyak 41 siswa (41%) menjawab

sangat setuju, 58 siswa (58%) menjawab setuju, 1 siswa (1%) menjawab

tidak setuju. Tidak ada siswa yang menjawab sangat tidak setuju. Artinya

sebagian besar siswa setuju mengenai guru berkepribadian baik dan

memiliki kemampuan dalam berkomunikasi, dan ini mengindikasikan

bahwa guru bersikap profesional dalam menjalankan tugasnya.

Tabel 16

Guru menggunakan buku sumber ajar lain

selain buku ajar wajib dari sekolah

No. Alternatif Jawaban F %

a. Sangat Setuju 19 19

b. Setuju 74 74

c. Tidak Setuju 7 7

7

d. Sangat Tidak Setuju 0 0

Jumlah 100 100%

Dari Tabel mengenai guru menggunakan buku sumber ajar lain

selain buku ajar wajib dari sekolah, sebanyak 19 siswa (19%) menjawab

sangat setuju, 74 siswa (74%) menjawab setuju, 7 siswa (7%) menjawab

tidak setuju. Tidak ada siswa yang menjawab sangat tidak setuju. Artinya

Page 68: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

sebagian besar siswa setuju mengenai guru menggunakan buku sumber

ajar lain selain buku ajar wajib dari sekolah, dan ini mengindikasikan

bahwa guru bersikap profesional dalam menjalankan tugasnya.

Tabel 17

Guru menciptakan suasana belajar yang menarik

No. Alternatif Jawaban F %

a. Sangat Setuju 28 28

b. Setuju 68 68

c. Tidak Setuju 4 4

8

d. Sangat Tidak Setuju 0 0

Jumlah 100 100%

Dari Tabel mengenai guru menciptakan suasana belajar yang

menarik, sebanyak 28 siswa (28%) menjawab sangat setuju, 68 siswa

(68%) menjawab setuju, 4 siswa (4%) menjawab tidak setuju. Tidak ada

siswa yang menjawab sangat tidak setuju. Artinya sebagian besar siswa

setuju mengenai guru menciptakan suasana belajar yang menarik, dan ini

mengindikasikan bahwa guru bersikap profesional dalam menjalankan

tugasnya.

Tabel 18

Siswa lebih faham jika guru menyampaikan materi ajar

dengan metode Ceramah

No. Alternatif Jawaban F %

a. Sangat Setuju 11 11

b. Setuju 13 13

c. Tidak Setuju 67 67

9

d. Sangat Tidak Setuju 9 9

Jumlah 100 100%

Dari Tabel mengenai siswa lebih faham jika guru menyampaikan

materi ajar dengan metode ceramah, sebanyak 11 siswa (11%) menjawab

sangat setuju, 13 siswa (13%) menjawab setuju, 67 siswa (67%) menjawab

tidak setuju, dan 9 siswa (9%) menjawab sangat tidak setuju. Artinya

sebagian besar siswa tidak setuju jika guru menyampaikan materi ajar

Page 69: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

dengan metode ceramah, dan ini mengindikasikan bahwa siswa lebih

faham jika guru menyampaikan materi ajar tidak dengan metode ceramah.

Dan memang sesuai dengan wawancara yang penulis lakukan

terhadap dua guru PAI di sekolah tersebut, menunjukkan bahwa mereka

lebih senang menggunakan metode tanya jawab dan diskusi. Hal ini

menunjukkan bahwa guru bersikap profesional dalam menjalankan

tugasnya.

Tabel 19

Siswa lebih faham jika guru menyampaikan materi ajar

dengan metode Demonstrasi

No. Alternatif Jawaban F %

a. Sangat Setuju 15 15

b. Setuju 63 63

c. Tidak Setuju 20 20

10

d. Sangat Tidak Setuju 2 2

Jumlah 100 100%

Dari Tabel mengenai siswa lebih faham jika guru menyampaikan

materi ajar dengan metode demonstrasi, sebanyak 15 siswa (15%)

menjawab sangat setuju, 63 siswa (63%) menjawab setuju, 20 siswa (20%)

menjawab tidak setuju, dan 2 siswa (2%) menjawab sangat tidak setuju.

Artinya sebagian besar siswa setuju mengenai mereka lebih faham jika

guru menyampaikan materi ajar dengan metode demonstrasi.

Dan memang sesuai dengan wawancara yang penulis lakukan

terhadap dua guru PAI di sekolah tersebut, menunjukkan bahwa mereka

lebih senang menggunakan metode tanya jawab dan diskusi. Hal ini

mengindikasikan bahwa guru bersikap profesional dalam menjalankan

tugasnya.

Tabel 20

Siswa lebih faham jika guru menyampaikan materi ajar

dengan metode Diskusi

No. Alternatif Jawaban F %

a. Sangat Setuju 6 6 11

b. Setuju 77 77

Page 70: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

c. Tidak Setuju 13 13

d. Sangat Tidak Setuju 4 4

Jumlah 100 100%

Dari Tabel mengenai siswa lebih faham jika guru menyampaikan

materi ajar dengan metode diskusi, sebanyak 6 siswa (6%) menjawab

sangat setuju, 77 siswa (77%) menjawab setuju, 13 siswa (13%) menjawab

tidak setuju, dan 4 siswa (4%) menjawab sangat tidak setuju. Artinya

sebagian besar siswa setuju mengenai mereka lebih faham jika guru

menyampaikan materi ajar dengan metode diskusi.

Dan memang sesuai dengan wawancara yang penulis lakukan

terhadap dua guru PAI di sekolah tersebut, menunjukkan bahwa mereka

lebih senang menggunakan metode tanya jawab dan diskusi. Hal ini

mengindikasikan bahwa guru bersikap profesional dalam menjalankan

tugasnya.

Tabel 21

Siswa lebih faham jika guru menyampaikan materi ajar

dengan metode Tanya jawab

No. Alternatif Jawaban F %

a. Sangat Setuju 28 28

b. Setuju 51 51

c. Tidak Setuju 21 21

12

d. Sangat Tidak Setuju 0 0

Jumlah 100 100%

Dari Tabel mengenai siswa lebih faham jika guru menyampaikan

materi ajar dengan metode tanya jawab, sebanyak 28 siswa (28%)

menjawab sangat setuju, 51 siswa (51%) menjawab setuju, 21 siswa (21%)

menjawab tidak setuju. Tidak ada siswa yang menjawab sangat tidak

setuju. Artinya sebagian besar siswa setuju mengenai mereka lebih faham

jika guru menyampaikan materi ajar dengan metode tanya jawab.

Dan memang sesuai dengan wawancara yang penulis lakukan

terhadap dua guru PAI di sekolah tersebut, menunjukkan bahwa mereka

lebih senang menggunakan metode tanya jawab dan diskusi. Hal ini

Page 71: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

mengindikasikan bahwa guru bersikap profesional dalam menjalankan

tugasnya.

Tabel 22

Guru menggunakan media dalam menyampaikan materi pelajaran

No. Alternatif Jawaban F %

a. Sangat Setuju 27 27

b. Setuju 59 59

c. Tidak Setuju 3 3

13

d. Sangat Tidak Setuju 11 11

Jumlah 100 100%

Dari Tabel mengenai guru menggunakan media dalam

menyampaikan materi pelajaran, sebanyak 27 siswa (27%) menjawab

sangat setuju, 59 siswa (59%) menjawab setuju, 3 siswa (3%) menjawab

tidak setuju, dan 11 siswa (11%) menjawab sangat tidak setuju. Artinya

sebagian besar siswa setuju mengenai guru menggunakan media dalam

menyampaikan materi pelajaran, dan ini mengindikasikan bahwa guru

bersikap profesional dalam menjalankan tugasnya.

Tabel 23

Guru memberikan pertanyaan/ulangan setiap selesai memberikan materi

No. Alternatif Jawaban F %

a. Sangat Setuju 12 12

b. Setuju 64 64

c. Tidak Setuju 24 24

14

d. Sangat Tidak Setuju 0 0

Jumlah 100 100%

Dari Tabel mengenai guru memberikan pertanyaan/ulangan setiap

selesai memberikan materi, sebanyak 12 siswa (12%) menjawab sangat

setuju, 64 siswa (64%) menjawab setuju, 24 siswa (24%) menjawab tidak

setuju. Tidak ada siswa yang menjawab sangat tidak setuju. Artinya

sebagian besar siswa setuju mengenai guru memberikan

pertanyaan/ulangan setiap selesai memberikan materi, dan ini

mengindikasikan bahwa guru bersikap profesional dalam menjalankan

tugasnya.

Page 72: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

Tabel 24

Guru melakukan remedial jika sebagian besar nilai siswa rendah

No. Alternatif Jawaban F %

a. Sangat Setuju 75 75

b. Setuju 22 22

c. Tidak Setuju 3 3

15

d. Sangat Tidak Setuju 0 0

Jumlah 100 100%

Dari Tabel mengenai guru melakukan remedial jika sebagian besar

nilai siswa rendah, sebanyak 75 siswa (75%) menjawab sangat setuju, 22

siswa (22%) menjawab setuju, dan 3 siswa (3%) menjawab tidak setuju.

Tidak ada siswa yang menjawab sangat tidak setuju. Artinya sebagian

besar siswa sangat setuju mengenai guru melakukan remedial jika

sebagian besar nilai siswa rendah, dan ini mengindikasikan bahwa guru

bersikap profesional dalam menjalankan tugasnya.

Dari hasil angket seratus siswa di atas penulis dapat menyimpulkan

bahwa penerapan profesionalisme guru PAI di SMP PGRI 12 Jakarta

Selatan sudah berjalan dengan baik. Karena menurut siswa SMP PGRI 12

Jakarta Selatan, guru PAI di SMP tersebut sudah menjalankan tugas

profesionalnya dengan baik.

Page 73: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

BAB V

PENUTUP

C. Kesimpulan

Dari pembahasan mengenai penerapan profesionalisme guru PAI di SMP

PGRI 12 Jakarta Selatan, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa penerapan

profesionalisme guru PAI di sekolah tersebut berjalan dengan baik, hanya saja

masih terkendala dengan sarana dan prasarana yang kurang memadai. Seperti

perpustakaan yang kurang terawat, komputer yang kurang lengkap serta

laboratorium yang belum bisa dimanfaatkan seca maksimal karena keterbatasan

peralatan.

Hal ini penulis dapatkan dan dapat dilihat dari hasil observasi, wawancara,

dan angket tentang penerapan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam di

SMP PGRI 12 Jakarta Selatan yang telah penulis peroleh dari lapangan.

D. Saran

Setelah penulis mengetahui dan menyimpulkan hasil dari temuan

penelitian di atas, penulis mengajukan beberapa saran terkait dengan penerapan

profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam di sekolah tersebut. Hal ini

dimaksudkan untuk lebih meningkatkan profesionalisme guru yang ada di sekolah

tersebut. Penulis mengajukan beberapa saran berikut ini:

1. Penggunaan alat bantu media (laboratorium terpadu, ruang serbaguna, serta

ruang multimedia) di sekolah tersebut harus lebih dimaksimalkan. Karena ada

dasarnya penerapan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam di sekolah

tersebut sudah berjalan dengan baik, hanya saja penggunaan alat bantu media

yang kurang dimaksimalkan dengan baik.

2. Penggunaan variasi metode yang lebih dimaksimalkan. Hal ini dimaksudkan

agar siswa tidak mengalami kejenuhan karena guru lebih terpaku pada satu

metode.

Page 74: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

3. Usaha untuk meningkatkan kualitas diri guru harus dipertahankan dan

dilakukan secara terus menerus. Seperti mengikuti MGMPAI (Musyawarah

Guru Mata Pelajaran Agama Islam), serta mengikuti workshop-workshop dan

seminar-seminar tentang pendidikan.

Page 75: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Al-Abrasy, Muhammad Atyhiyah, Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam,

Jogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996

Ametembun, N. A., Guru dan Administrasi Sekolah, Bandung: IKIP, 1981

An-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam Di Rumah Sekolah Dan

Masyarakat, Jakarta: Gema Insani, 1995

Aqib, Zainal, Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, Surabaya: Insan

Cendikia, 2002

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:

Rineka Cipta, 2006, Cet. XII

Azra, Azyumardi, Esai-Esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta:

Logos, 1998

Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, Jakarta: Proyek Pengadaan

Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995

Departemen Agama RI, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 Tentang SISDIKNAS, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam,

2006

Page 76: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

Departemen Agama RI, UU dan peraturan pemerintah RI tentang pendidikan,

Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Islam,

2006

Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,

1999, cet. Ke-10

Echols, John M. dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT

Gramedia, 1996, cet. Ke-21

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1992, cet. Ke-2

Kurniawan, Yedi, Pendidikan Anak Sejak Dini Hingga Masa Depan, Jakarta:

Firdaus, 1992, cet. I

Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-

Ma’rif Bandung

Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI-Press, 1985

Poerwadarminta, WJS., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,

1985

Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 1991

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994

Page 77: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

Risnayanti, Implementasi Pendidikan Agama Islam Di Taman Kanak-Kanak

Islam Ralia Jaya Villa Dago Pamulang, Skripsi Jakarta: Perpustakaan

Umum, 2004

Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1992

Sholeh, Asrorun Ni’am, Pengembangan Profesionalitas Guru, Analisis

Kronologis Atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, Jakarta: eLSAS, 2006,

cet. Ke-1

Sujono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2000, cet. X

Supriadi, Dedi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Yogyakarta: Adicita

Karya Nusa, 1999

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2002, cet. Ke-7

Tim Penyusun Buku Pedoman Guru Agama SD Dirjen Bimbingan Masyarakat

Islam Depag RI, Pedoman Guru Agama SD, Jakarta: Proyek

Pengambangan Sistem Pendidikan Agama, 1976

Tim Penyusun Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan

Skripsi, Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah 2007

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka, 1988

Page 78: PENERAPAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/590/1/92376-ARIF... · Rahman dan Rahim-Nya selalu terbuka untuk pengorbananmu,

Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 1997

Umary, Barmawie, Materi Akhlak, Solo: Ramadhani, 1993, cet. II

Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 02 Tahun 1989) dan

Peraturan Pelaksanaanya Dilengkapi Dengan Peraturan yang Dikeluarkan

Sampai Dengan 1994, Jakarta: Sinar Grafika, cet . I

Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya,

2001, cet. Ke-13

UU Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Focus Media, 2003

Wijaya, Cece dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses

BelajarMengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya,1999, cet. Ke-1

Wijaya, HM. Suwarta, Asbabul Wurud; Latar Belakang Timbulnya Hadits-Hadits

Rasul, Jakarta: Kalam Mulia, 2003, jilid I, cet. Ke-7

Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama Dilengkapi dengan Sistem

Modul dan Permainan Simulasi, Surabaya: Usaha Nasional, 1977

2. Internet www.setjendiknas.or.id, diakses pada tanggal 21 Februari 2009