penerapan pendidikan karakter bagi masyarakat...
TRANSCRIPT
PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER BAGI
MASYARAKAT MARJINAL
(Studi Kasus di Yayasan Nara Kreatif Jakarta)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
ALPRILIA NURIANI RACHMAWATI
NIM 1112018200054
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M / 1438 H
i
ABSTRAK
Alprilia Nuriani Rachmawati (NIM : 1112018200054). Penerapan Pendidikan
Karakter bagi Masyarakat Marjinal (Studi Kasus di Yayasan Nara Kreatif
Jakarta)
Skripsi, Jakarta : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Pendidikan karakter merupakan suatu usaha sengaja yang dilakukan dalam
membantu pengembangan karakter dengan optimal dan membentuk kepribadian
seseorang melalui budi pekerti agar menjadi manusia yang bermoral, serta mampu
bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya.
Sasaran penerapan pendidikan karakter pada penelitian ini merupakan masyarakat
marjinal yang mana mereka adalah kelompok masyarakat yang hidup di bawah garis
kemiskinan diakibatkan karena himpitan ekonomi, sehingga akses untuk
mendapatkan kebutuhan hidup yang layak pun tidak dapat terpenuhi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan
pendidikan karakter bagi masyarakat marjinal di Yayasan Nara Kreatif dan faktor apa
saja yang mendukung Yayasan Nara Kreatif menerapkan pendidikan karakter ini.
Selain itu, untuk melihat kendala apa saja yang dihadapi dan apa bentuk upaya yang
dilakukan agar penerapan pendidikan karakter ini berjalan efektif. Penelitian ini
dilaksanakan di Yayasan Nara Kreatif dengan menggunakan metode kualitatif
deskriptif analisis. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui
observasi dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendidikan karakter bagi
masyarakat marjinal di Yayasan Nara Kreatif berhasil dilakukan dengan adanya
kedekatan, serta interaksi dan komunikasi yang terjalin dengan warga belajar. Selain
itu, membangun kerjasama dengan orangtua dan pihak yayasan agar penerapan
pendidikan karakter ini dapat berjalan dengan efektif.
Kata kunci : Pendidikan Karakter, Masyarakat Marjinal.
ii
ABSTRACT
Alprilia Nuriani Rachmawati (NIM : 1112018200054). Implementation of
Character Education for Marginal Community (Case Study at Nara Kreatif
Foundation Jakarta)
Character education is a deliberate effort that made for assist the development
of the optimal character and shaping one's personality through manners in order to
become a morality, and able to behave and act based on the values that have become
his personality. The object implementation of character education in this study is a
marginal society in which they are groups of people living below poverty line
resulting from the economic crush, so that access to basic life needs were not met.
The purpose of this study was to determine how the implementation of
character education for marginalized communities in Nara Kreatif Foundation and
what factors are supporting Nara Kreatif Foundation implement this character
education. Moreover, to see any constraints faced and what kind of effort made to
keep the implementation of character education is effective. This research was
conducted at Nara Kreatif Foundation using descriptive qualitative method of
analysis. The data collection techniques in this study through observation and
interviews.
The results showed that the implementation of character education for
marginalized communities in Nara Kreatif Foundation is successful with a proximity,
as well as interaction and communication is established with the learners. Moreover,
building cooperation with parents and the foundation so that the implementation of
character education is to be effective.
Key Word : Character Education, Marginal Community
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT senantiasa penulis ucapkan karena
berkat rahmat, karunia, serta ridha-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd).
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi diri penulis dan para pembaca.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan umat
manusia yaitu Nabi Muhammad SAW yang menjadi rahmat bagi seluruh alam,
sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
yang terdapat di dalamnya. Namun berkat dukungan, bimbingan, serta do’a dari
berbagai pihak, penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Maka dengan segala
kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Hasyim Asy’ari, M. Pd. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan, atas nasehat,
arahan dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.
3. Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA. Dosen Pembimbing I Skripsi yang telah
meluangkan waktu, tenaga, serta pikiran dengan penuh kesabaran membimbing
dan mengarahkan proses penulisan skripsi ini.
4. Dr. Jejen Musfah, MA. Dosen Pembimbing II Skripsi yang telah meluangkan
waktu, tenaga, serta pikiran dengan penuh kesabaran membimbing dan
mengarahkan proses penulisan skripsi ini.
iv
5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen jurusan Manajemen Pendidikan yang telah mendidik,
mengajar, dan melatih dengan memberikan ilmu dan pengetahuannya selama
perkuliahan.
6. Nezatullah Ramadhan, Ketua Yayasan Nara Kreatif beserta keluarga besar
Yayasan Nara Kreatif (Dewan Pembina, Dewan Pengawas, Pengurus, Pengajar,
Anak Asuh dan Warga Belajar) yang telah memberikan izin dan memfasilitasi
penulis dalam melakukan penelitian dan bersedia menjadi narasumber penulis
hingga selesai.
7. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, Bapak (Rachmat Sanjaya) dan Mamah
(Ade Siti Mariam) yang tidak pernah lelah mendidik penulis sampai saat ini, yang
senantiasa memberikan do’a, dukungan moril maupun materil, arahan, nasihat
dan bimbingan setiap saat tanpa ada henti-hentinya, sampai akhirnya penulis
dapat menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi.
8. Kakak-kakak yang terhebat, A Deden dan A Firman yang selalu mengingatkan
penulis agar segera menyelesaikan perkuliahan dan memberikan dukungan
sampai terselesaikannya skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat tersayang, Fitri, Risma, Uswah, Nada, Azka, Annisa, dan Shinta
yang selalu mendukung setiap saat, walau terkadang sulit menyatukan waktu
untuk sekedar berkumpul bersama. Namun, kalian selalu menjadi bagian dari
cerita kehidupan penulis dari awal perkuliahan hingga seterusnya, dan pastinya
akan selalu dirindukan.
10. Keluarga kedua yaitu Anies Nurfitriani, Sheila Ayu Mutiaroh, Bejo Nurdamirin
dan Rosim yang selalu mendukung dan memotivasi, serta mendengarkan keluh
kesah penulis, sampai mereka menjadi bagian dari warna baru dalam kehidupan.
11. Teman-teman seperjuangan Manajemen Pendidikan angkatan 2012, Tim Power
Ranger, dan Teman MP-B yang selalu indah untuk dikenang, selalu berbaik hati
dan saling support satu sama lain.
v
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga seluruh kebaikan,
jasa, dan do’anya yang telah diberikan kepada penulis menjadi pintu datangnya
ridho dan kasih sayang oleh Allah SWT di dunia dan akhirat kelak.
Penyusunan skripsi ini tentunya masih belum sempurna, oleh karena itu saran
dan kritik yang bersifat konstruktif penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca sekalian. Aamiin.
Ciputat, Oktober 2016
Hormat saya,
Penulis
Alprilia Nuriani Rachmawati
vi
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Alprilia Nuriani Rachmawati
NIM : 1112018200054
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan : Manajemen Pendidikan
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Penerapan Pendidikan Karakter bagi
Masyarakat Marjinal (Studi Kasus di Yayasan Nara Kreatif Jakarta) adalah
benar hasil karya sendiri dibawah bimbingan :
Pembimbing 1
Nama : Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA
NIP : 19540802 198503 1 002
Pembimbing 2
Nama : Dr. Jejen Musfah, MA
NIP : 19770602 200501 1004
Demikian surat pernyataan ini saya buat, dengan sebenar-benarnya dan
saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan
hasil karya sendiri.
Jakarta, Oktober 2016
Yang menyatakan
Alprilia Nuriani Rachmawati
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
UJI REFERENSI
ABSTRAK .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ............................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 9
C. Pembatasan Masalah ........................................................................ ........ 9
D. Rumusan Masalah .................................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 10
F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 10
BAB II KAJIAN TEORI TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER &
MASYARAKAT MARJINAL
A. Pendidikan Karakter .................................................................................. 12
1. Pengertian Pendidikan Karakter .......................................................... 12
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter ............................................. 18
3. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter Bangsa ................................... 20
viii
4. Sumber-sumber Nilai Karakter ........................................................... 24
5. Prinsip Pengembangan Pendidikan Karakter ...................................... 25
6. Faktor Penyebab Krisis Pendidikan Karakter ..................................... 27
7. Pendekatan Pendidikan Karakter ........................................................ 29
B. Masyarakat Marjinal ................................................................................. 32
1. Pengertian Masyarakat Marjinal ......................................................... 32
2. Penderitaan Migran Perkotaan ............................................................ 34
3. Pendidikan Kaum Miskin .................................................................... 36
C. Kajian terhadap Penelitian Terdahulu ....................................................... 38
D. Kerangka Berfikir ...................................................................................... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Obyek Penelitian ....................................................................................... 41
B. Metode Penelitian ...................................................................................... 42
C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 42
D. Teknik Analisis Data ................................................................................. 43
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................................... 45
1. Sejarah Singkat Yayasan Nara Kreatif ................................................ 45
2. Identitas Yayasan Nara Kreatif ........................................................... 47
3. Visi dan Misi Yayasan Nara Kreatif ................................................... 47
4. Data Pengurus, Pengajar, Anak Asuh dan Warga Belajar .................. 48
5. Proses Penerimaan Anak Asuh dan Warga Belajar ............................ 51
6. Sarana dan Prasarana ........................................................................... 52
7. Kurikulum Pembelajaran .................................................................... 53
8. Kerjasama Yayasan ............................................................................. 53
ix
B. Deskripsi dan Analisis Data ...................................................................... 54
1. Penerapan Nilai-nilai Pendidikan Karakter ......................................... 54
2. Faktor Pendukung Penerapan Pendidikan Karakter ............................ 80
3. Kendala dan Upaya dalam Penerapan Pendidikan Karakter ............... 82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 89
B. Saran .......................................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 91
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................................... 94
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Waktu Kegiatan Penelitian ........................................................................... 41
Tabel 4.1 Data Pengurus dan Pengajar Yayasan Nara Kreatif berdasarkan Jenjang
Pendidikan .................................................................................................... 49
Tabel 4.2 Data Warga Belajar dan Anak Asuh berdasarkan Latar Belakang .............. 50
Tabel 4.3 Data Warga Belajar dan Anak Asuh berdasarkan Tingkat Pendidikan ...... 51
Tabel 4.4 Jadwal Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) ................................................. 58
Tabel 4.5 Jadwal Kegiatan Pendidikan Agama Islam .................................................. 60
Tabel 4.6 Jadwal Kegiatan Hasanah Qur’ani ............................................................... 63
Tabel 4.7 Kegiatan dan Penanaman Nilai-nilai Karakter di Yayasan Nara Kreatif ..... 77
Tabel 4.8 Jadwal Kegiatan Yayasan Nara Kreatif ....................................................... 82
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sumber Nilai Karakter dan Budaya ....................................................... 25
Gambar 4.1 Kegiatan Nara Bersih ............................................................................. 64
Gambar 4.2 Kegiatan Ekstrakurikuler Pencak Silat ................................................... 65
Gambar 4.3 Kegiatan Ekstrakurikuler Futsal ............................................................. 67
Gambar 4.4 Kegiatan Karnaval perayaan HUT RI ke-71 .......................................... 70
Gambar 4.5 Suasana Buka Puasa Bersama ................................................................ 71
Gambar 4.6 Pemotongan Hewan Qurban Idul Adha 1437H ..................................... 72
Gambar 4.7 Kelas Inspirasi ........................................................................................ 74
Gambar 4.8 Nara Sehat Sunatan Massal .................................................................... 75
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara ............................................................................. 95
Lampiran 2 Hasil Wawancara Ketua Yayasan .......................................................... 99
Lampiran 3 Hasil Wawancara Kepala Sekolah ......................................................... 104
Lampiran 4 Hasil Wawancara Pengajar Paket A ....................................................... 108
Lampiran 5 Hasil Wawancara Pengajar Paket C ........................................................ 111
Lampiran 6 Hasil Wawancara Pengajar Paket B ....................................................... 114
Lampiran 7 Hasil Wawancara Warga Belajar ........................................................... 117
Lampiran 8 Hasil Wawancara Warga Belajar ............................................................ 120
Lampiran 9 Hasil Wawancara Warga Belajar ............................................................ 123
Lampiran 10 Profil Yayasan Nara Kreatif ................................................................... 126
Lampiran 11 Data Pengurus dan Pengajar Yayasan Nara Kreatif ................................ 133
Lampiran 12 Data Warga Belajar ................................................................................ 134
Lampiran 13 Surat Keterangan Penelitian ................................................................... 147
Lampiran 14 Surat Pengesahan Yayasan Nara Kreatif ................................................ 148
Lampiran 15 Surat Permohonan Bimbingan ............................................................... 149
Lampiran 16 Surat Permohonan Izin Penelitian .......................................................... 150
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia pada era globalisasi sekarang ini sudah
menjadi hal yang mutlak dan wajib ditempuh oleh setiap lapisan masyarakat.
Dengan perkembangan yang begitu cepat ini menuntut masyarakat Indonesia
harus mampu bersaing dengan Negara lain. Pada Undang-Undang tentang
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa sistem
pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan
pendidikan, peningkatan mutu, serta relevansi dan efisiensi manajemen
pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan
kehidupan lokal, nasional, dan global.
Namun, pada kenyataannya pendidikan di Indonesia sekarang ini lebih
cenderung dirasakan oleh lapisan masyarakat kelas menengah dan lapisan
masyarakat atas. Hal ini sangat amat memprihatinkan mengingat pemerintah
sudah mencanangkan program wajib belajar Sembilan tahun bagi sekolah
negeri secara gratis, namun masih saja ada masyarakat yang tidak
mempergunakan kesempatan tersebut. Permasalahan ini mungkin terjadi
diakibatkan kurangnya pemahaman masyarakat mengenai esensi pendidikan,
dukungan dan kondisi dari lingkungan sekitar, serta keadaan ekonomi
keluarga yang rendah.
Permasalahan tersebut biasanya dirasakan dari masyarakat golongan
bawah atau masyarakat pra-sejahtera atau yang lebih dikenal sebagai
masyarakat marjinal. Masyarakat marjinal merupakan kelompok masyarakat
yang hidup dibawah standar kemiskinan. Mereka adalah golongan masyarakat
yang terpinggirkan atau yang dikucilkan dari lingkungan mereka sendiri.
Menurut Paulo Freire, Kaum marjinal dibedakan dua kelompok yang jarang
mendapat perhatian dalam hal pendidikan. Pertama, penyandang cacat, yaitu
yang kurang beruntung mendapatkan pendidikan yang memadai dan
2
pendidikannya dibedakan dengan kaum “normal” yang menjadikan kaum
cacat menjadi terasing dari lingkungan sosial, tereklusi dari sistem sosial
orang-orang normal. Kedua, anak-anak jalanan, kaum miskin yang sudah
terbiasa dengan kekerasan.1 Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Provinsi DKI Jakarta menerangkan bahwa jumlah penduduk miskin di DKI
Jakarta pada bulan Maret 2015 sebesar 398,92 ribu orang (3,93 persen). Data
tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan pada bulan September 2014
(412,79 ribu orang atau 4,09 persen), yang mana jumlah penduduk miskin
turun sebesar 13,87 ribu atau turun 0,16 poin.2 Berdasarkan data yang
diperoleh tersebut sudah seharusnya mereka yang tergolong dalam masyarakat
pra-sejahtera atau masyarakat marjinal mendapatkan dan merasakan
pendidikan yang layak.
Dewasa ini, dapat kita perhatikan banyak anak-anak yang putus
sekolah dan memilih untuk bekerja demi menyambung kehidupannya, seperti
menjadi pengamen jalanan. Dukungan yang kurang dari lingkungan sekitar
juga sangat mempengaruhi seseorang tidak dapat menempuh pendidikan.
Bahkan ada angkatan usia kerja yang seharusnya sudah dapat memperoleh
pekerjaan di tempat kerja yang layak, namun karena jenjang pendidikan yang
diperolehnya rendah sehingga tidak dapat memperoleh itu semua, seperti
menjadi asisten rumah tangga, supir angkot, tukang ojeg, dan sebagainya. Hal
ini butuh perhatian khusus bagi pemerintah ataupun instansi atau lembaga
swasta, dan bahkan masyarakat sendiri untuk menangani permasalahan ini.
Salah satu bentuk pendidikan alternatif yang mungkin dapat dilaksanakan bagi
mereka melalui pendidikan non-formal.
Pendidikan non-formal diselenggarakan oleh warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan dan berfungsi sebagai pengganti, penambah
dan/pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan
1 Mohammad Ali Fauzi, “Pendidikan Alternatif Kaum Marjinal (Studi Kasus
Pembelajaran PAI di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga)”, Skripsi pada
IAIN Walisongo Semarang, 2007, h. 25, tidak publikasikan. 2 Sri Santo Budi Muliatinah, “Tingkat Kemiskinan di DKI Jakarta Maret 2015”,
Berita Resmi Statistik BPS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta, 15 September 2015, h. 1.
3
sepanjang hayat. Pendidikan non-formal meliputi pendidikan kecakapan
hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan
dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang
ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan
pendidikan non-formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan,
kelompok belajar, pusat kegiatan masyarakat, majelis taklim, serta satuan
pendidikan yang sejenis.3
Saat ini di Indonesia sudah banyak didirikan berbagai macam satuan
pendidikan non-formal, salah satunya yaitu Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM). Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan
prakarsa pembelajaran masyarakat yang didirikan dari, oleh, dan untuk
masyarakat.4 Dengan adanya Pusat Kegiatan Belajar (PKBM) diharapkan
dapat memperbaiki pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan bagi
masyarakat pra-sejahtera atau masyarakat marjinal. Kegiatan yang ada Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat pun bermacam-macam, seperti adanya kegiatan
pembelajaran dan kegiatan usaha (bisnis). Diharapkan dengan adanya
beberapa kegiatan tersebut, dapat menarik minat masyarakat untuk dapat
melanjutkan pendidikan mereka, serta mengasah kreativitas yang mereka
miliki. Tidak hanya mendapatkan pembekalan ilmu dan kreativitas saja, Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) disini diharapkan dapat menerapkan
pendidikan karakter sama seperti halnya yang diterapkan pada sekolah formal
pada umumnya. Apalagi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang
menangani masyarakat marjinal dimana warga belajarnya berasal dari lapisan
masyarakat kelas bawah, perlu adanya penerapan pendidikan karakter disetiap
kegiatan yang dilaksanakan.
3 Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat Upaya Menawarkan Solusi terhadap
Berbagai Problem Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 135-136. 4 Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Standar dan Prosedur
Penyelenggaraan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), (Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2012), h. 4.
4
Menurut Thomas Lickona (1991) dalam buku Pendidikan Karakter
(Gunawan: 2012) mendefinisikan bahwa pendidikan karakter adalah
pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi
pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah
laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja
keras, dan sebagainya.5 Dewasa ini, pendidikan karakter sangat penting untuk
diterapkan, karena banyaknya perilaku yang tidak berkarakter yang dilakukan
oleh masyarakat sekarang ini. Beberapa perilaku yang tidak berkarakter yang
sering kali kita temui antara lain tawuran antar pelajar, maraknya „geng
motor‟, pergaulan bebas dan penggunaan NARKOBA.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh CNN Indonesia, kasus-kasus
pencurian kerap terjadi di Jakarta sepanjang tahun 2014. Angka kasus
pencurian dengan kekerasan (curas) mencapai 904 kasus. Sementara kasus
pencurian dengan disertai pemberatan (curat) sebanyak 3.515 kasus. Tindak
pencurian kendaraan bermotor (curanmor) sebanyak 3.162 kasus. Itu belum
termasuk kasus-kasus kriminal lain. Kasus pemerasan misalnya hanya turun
9,79% dari tahun 2013, yakni sebanyak 433 kasus. Kasus pemerkosaan malah
meningkat 10,52% dibanding tahun sebelumnya. Dari total 57 kasus pada
tahun 2013, kasus pemerkosaan naik menjadi 63 kasus di tahun 2014.6
Melalui data tersebut dapat diketahui bahwa sekarang ini makin banyaknya
perilaku yang tidak bermoral dan berakhlak terjadi, khususnya di Jakarta.
Hal yang memicu perilaku yang tidak berkarakter tersebut mungkin
dikarenakan adanya kesenjangan ekonomi-sosial-politik, tindakan KKN
(Korupsi Kolusi Nepotisme), serta ketidakadilan hukum sehingga perilaku
tidak berkarakter pun timbul. Hal ini sangat memprihatikan bagi bangsa
Indonesia, karena ini menunjukkan kelemahan dan kerapuhan karakter yang
dimiliki bangsa ini. Oleh karena itu dibutuhkan peran dari berbagai sektor,
5 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung:
Alfabeta, 2012), h.23. 6 Yohannie Linggasari dan Donatus Fernanda Putra, Jakarta Kota Paling Tak Aman
Sejagat, CCTV, & Sniper Disiapkan, 2015,
(http://m.cnnindonesia.com/nasional/20150129081301-20-28184/jakarta-kota-paling-tak-
aman-sejagat-cctv-sniper-disiapkan/).
5
tidak hanya dari pemerintah, melainkan lembaga pendidikan baik negeri atau
swasta, dan masyarakat sekitar yang perlu mengoptimalkan pendidikan
karakter di Indonesia.
Pada tahun 2010, pemerintah di Indonesia khususnya Kementerian
Pendidikan Nasional telah memberlakukan program penerapan pendidikan
karakter, hal ini dikarenakan sebagai bentuk perbaikan moral dan karakter
bangsa di Indonesia. Program tersebut dirumuskan kedalam 18 nilai
pendidikan budaya dan karakter bangsa yang diterapkan dalam mata pelajaran,
ekstrakurikuler, dan kegiatan sehari-hari. Dengan diterapkannya pendidikan
karakter diharapkan dapat membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif,
berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik,
berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa
berdasarkan Pancasila.
Dalam ajaran Islam, pembentukan karakter dengan nilai agama dan
norma bangsa sangat penting, karena antara akhlak dan karakter merupakan
satu kesatuan yang kukuh seperti pohon dan yang menjadi inspirasi
keteladanan akhlak dan karakter adalah Nabi Muhammad SAW. Pilar-pilar
pembentukan karakter Islam bersumber pada Al-Quran, Sunnah atau hadis,
dan keteladanan Nabi Muhammad SAW.7 Sebagaimana yang dijelaskan dalam
Al-Qur‟an Surat Al-Ahzab: 21,
“Sungguh, telah ada suri teladan yang baik pada (diri) Rasulullah bagimu,
(yaitu) bagi orang yag mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari
Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab [33]: 21).
7Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter: Pendidikan
Berbasis Agama & Budaya Bangsa, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 45-46.
6
Jika di dalam Al-Qur‟an terdapat kisah para nabi atau orang-orang
yang durhaka, maka tujuannya adalah untuk membina moral. Orang-orang
yang baik seperti para nabi selalu berada dalam kemenangan. Sebaliknya,
orang-orang yang jahat selalu berada dalam kebencian Tuhan dan akhir
perjuangannya berada dalam kerugian. Hal ini dapat ditarik pelajaran agar
manusia memiliki sikap yang baik agar mendapat kasih sayang Tuhan dan
menjauhi perbuatan yang buruk agar tidak dibenci Tuhan.8
Berkaitan dengan pernyataan di atas Allah SWT berfirman di dalam
Al-Qur‟an Surat Al-Qashash: 84,
“Siapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka dia akan mendapat
(pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan siapa yang datang
dengan (membawa) kejahatan, maka orang-orang yang telah mengerjakan
kejahatan itu hanya diberi balasan (seimbang) dengan apa yang dahulu
mereka kerjakan.” (QS. Al-Qashash [28]: 84).
Hal yang paling penting dalam pendidikan karakter adalah kesadaran
untuk memahami apa yang dilakukannya adalah hal yang terbaik. Untuk
semakin menguatkan kesadaran untuk memahami ini, dibutuhkan contoh atau
suri teladan yang baik dari para pendidik dan orang-orang yang terlibat dalam
dunia pendidikan.9 Penerapan pendidikan karakter tidak hanya dilaksanakan di
sekolah formal saja, melainkan perlu dilaksanakan oleh semua instansi dan
seluruh lapisan masyarakat, salah satunya ialah dari bentuk pendidikan non-
formal yaitu Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM).
8 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 212. 9 Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia: Revitalisasi
Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa, (Jogjakarta: Ar-
Ruzz, 2011), h. 19.
7
Dengan adanya penerapan pendidikan karakter pada Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM) khusunya bagi masyarakat marjinal, dapat
memperbaiki moral serta akhlak mereka melalui kegiatan-kegiatan yang ada
pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang bersangkutan.
Penerapan 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa bagi masyarakat
marjinal tentu dalam prosesnya tidaklah mudah, diperlukan proses yang
panjang dan dilakukan secara bertahap agar penerapan pendidikan karakter
berjalan efektif.
Yayasan Nara Kreatif yang berlokasi di daerah Jakarta Timur
merupakan salah satu dari sekian banyak Pusat Kegiatan Belajar Mengajar
(PKBM) yang ada di Indonesia yang menerapkan pendidikan karakter pada
setiap kegiatan yang dilaksanakan, khususnya bagi masyarakat marjinal.
Yayasan Nara Kreatif didirikan pada tanggal 31 Januari 2013, dan baru
adanya pengesahan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia dengan Nomor: AHU-3071.AH.01.04.Tahun 2014. Awal
mula didirikannya Yayasan Nara Kreatif yaitu bergerak dalam bidang daur
ulang limbah kertas dan organik, karena melihat limbah kotor yang ada di
lingkungan masyarakat sekitar yang sayang apabila tidak dimanfaatkan
semaksimal mungkin. Setelah satu tahun usaha dalam bidang daur ulang
cukup berhasil, founder Yayasan Nara Kreatif, Nezatullah Ramadhan
membuka Sekolah Kejar Paket (A/B/C) yang mana didirikannya ini sebagai
bentuk keprihatinan pada anak jalanan serta masyarakat marjinal yang tidak
dapat menempuh pendidikan seperti anak pada umumnya, namun masih
memiliki semangat untuk belajar. Sekolah kejar paket tersebut
diselenggarakan secara gratis atau tanpa dipungut biaya sama sekali dan
sumber dana yang membiayai penyelenggaraan sekolah kejar paket ini ialah
keuntungan yang diperoleh dari usaha daur ulang limbah kertas dan organik.
Selain kegiatan pembelajaran, di yayasan ini juga terdapat kegiatan
yang mendukung seperti kegiatan pengolahan limbah dan daur ulang
(recycle), olahraga, gotong royong setiap 1 bulan sekali, dll. Selain itu juga
ada beberapa program yang mungkin biasanya kita dapatkan pada sekolah
8
formal, yaitu Organisasi Intra Sekolah (OSIS), Majalah Dinding, Study Tour,
dll. Alumni atau lulusan yang bersekolah di Yayasan Nara Kreatif sampai saat
ini sudah mencapai ±60 orang dan kebanyakan dari lulusan tersebut lebih
memilih untuk bekerja, khususnya untuk lulusan yang mengambil Paket C,
sedangkan lulusan yang berasal dari Paket A dan Paket B ±30% yang
melanjutkan bersekolah di Yayasan Nara Kreatif dan selebihnya melanjutkan
di luar Yayasan Nara Kreatif.
Penulis tertarik meneliti di Yayasan Nara Kreatif karena setiap
kegiatan yang dilaksanakan ditanamkan nilai-nilai pendidikan karakter,
sehingga masyarakat marjinal yang bersekolah di yayasan tersebut dapat
memiliki moral dan akhlak yang jauh lebih baik dari yang sebelumnya. Sebab
menurut founder Yayasan Nara Kreatif, Nezatullah Ramadhan,
mengungkapkan bawah penerapan nilai-nilai pendidikan karakter ini karena
melihat kemampuan yang dimiliki warga belajar yang kurang dibandingkan
dengan yang lain, maka beliau pun lebih menekankan dari kepribadian atau
menanamkan nilai-nilai karakter di setiap kegiatan yang dilaksanakan, karena
dari kepribadian inilah dapat menunjang kesuksesan serta dapat memperbaiki
sedikit demi sedikit moral atau ahlak yang sekarang ini semakin menurun10
.
Dalam prosesnya hal tersebut tidaklah mudah untuk diterapkan begitu
saja bagi mereka, sebab dari latar belakang yang mereka miliki sangat
kurangnya penanaman nilai-nilai karakter dalam kehidupan mereka sehari-
hari. Latar belakang warga belajar yang bersekolah di Yayasan Nara Kreatif
ini beraneka macam, ada yang berasal dari keluarga Broken Home, putus
sekolah (Drop Out), Asisten Rumah Tangga (ART), buruh pabrik, dan
pengamen jalanan. Terkadang penyampaian pesan ataupun contoh dalam
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Yayasan Nara Kreatif disalah artikan oleh
mereka. Lingkungan dimana mereka tinggal dan bergaul pun juga dapat
menjadi salah satu faktor tidak mudahnya menanamkan nilai-nilai pendidikan
karakter bagi mereka.
10
Hasil wawancara dengan Ketua Yayasan Nara Kreatif, Nezatullah Ramadhan, ,
(Jakarta, 26 Mei 2015).
9
Berdasarkan uraian masalah di atas, penulis merasa tertarik untuk
meneliti permasalahan tersebut ke dalam penelitian yang berjudul “Penerapan
Pendidikan Karakter bagi Masyarakat Marjinal (Studi Kasus Yayasan Nara
Kreatif Jakarta)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi
masalah-masalah dalam penelitian ini yaitu:.
1. Latar belakang warga belajar yang berasal dari masyarakat marjinal.
2. Masih kurangnya penerapan nilai-nilai pendidikan karakter bagi
masyarakat marjinal khususnya bagi warga belajar di Yayasan Nara
Kreatif.
3. Masih kurangnya kerjasama dari orangtua siswa dan pihak Yayasan Nara
Kreatif dalam menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter.
4. Pendekatan yang digunakan untuk menerapkan nilai-nilai pendidikan
karakter di Yayasan Nara Kreatif belum maksimal, khususnya dalam
penyampaian pesan atau nasihat kepada warga belajar.
5. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan di Yayasan Nara Kreatif masih
belum berjalan optimal.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas diperlukan pembatasan
masalah agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan mudah, terarah, tidak
meluas, dan mendapatkan hasil sesuai dengan yang diinginkan. Maka untuk
menentukan fokus penelitian, penulis hanya meneliti mengenai penerapan
nilai-nilai pendidikan karakter bagi masyarakat marjinal dengan studi kasus
di Yayasan Nara Kreatif Jakarta.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis mencoba meneliti,
mengkaji, dan merumuskan penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana penerapan nilai-nilai pendidikan karakter bagi masyarakat
marjinal di Yayasan Nara Kreatif?
10
2. Apa faktor pendukung yang mempengaruhi Yayasan Nara Kreatif untuk
menerapkan pendidikan karakter?
3. Kendala dan upaya apa saja yang dilakukan Yayasan Nara Kreatif dalam
penerapan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan
yaitu:
1. Untuk mengetahui faktor yang mendorong Yayasan Nara Kreatif
menerapkan pendidikan karakter.
2. Untuk mengetahui penerapan pendidikan karakter bagi masyarakat
marjinal di Yayasan Nara Kreatif.
3. Untuk mengetahui kendala-kendala dan upaya yang dilakukan untuk
menerapkan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa di Yayasan
Nara Kreatif.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat
baik secara teoritis maupun praktis kepada berbagai pihak sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Untuk khazanah intelektual, diharapkan penelitian ini dapat
memberikan kontribusi pengembangan pengetahuan bagi dunia pekerjaan
sosial, khususnya yang berfokus pada bidang pendidikan yang
menerapkan pendidikan bagi masyarakat marjinal.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi yayasan, sebagai bahan masukan bagi Yayasan Nara Kreatif dan
pihak terkait dalam menerapkan pendidikan karakter bagi masyarakat
marjinal.
b. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi mengenai penerapan
pendidikan karakter di Yayasan Nara Kreatif bagi masyarakat marjinal
dan dapat memberikan kontribusi pengembangan khazanah ilmu.
11
c. Bagi penulis, memberikan motivasi untuk penulis untuk belajar lebih
banyak serta dapat memperoleh pengalaman langsung dalam
penerapan pendidikan karakter bagi masyarakat marjinal di Yayasan
Nara Kreatif.
12
BAB II
KAJIAN TEORI TENTANG
PENDIDIKAN KARAKTER & MASYARAKAT MARJINAL
A. Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Sebelum pembahasan mengenai pendidikan karakter, ada
baiknya kita harus memahami dulu definisi dari pendidikan itu sendiri.
Banyak para ahli yang mendefinisikan pendidikan dari berbagai
macam sudut pandang. Menurut Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menerangkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.1
Ada pula yang mendefiniskan pendidikan bermakna sebagai
usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi
bawaan, baik jasmani maupun rohani, sesuai dengan nilai-nilai yang
ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Bagi kehidupan umat
manusia, pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus
dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan, mustahil suatu kelompok
manusia dapat hidup dan berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-
cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagian menurut konsep pandangan
hidup mereka.2 Dengan kata lain bahwa pendidikan ialah sesuatu yang
dibutuhkan setiap individu sepanjang hayatnya untuk dapat
menumbuhkembangkan potensi yang dimiliki.
1 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2 Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 32.
13
Beberapa definisi tentang pendidikan dari para pakar
pendidikan tersebut, yang perlu kita ketahui diantaranya adalah definisi
yang disampaikan oleh Prof. Langeveld. Pakar pendidikan dari
Belanda ini mengemukakan, bahwa pendidikan ialah suatu bimbingan
yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa
untuk mencapai tujuan, yaitu kedewasaan. Selain itu, definisi
pendidikan juga dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara dalam
kongres Taman Siswa yang pertama pada 1930 ia menyebutkan,
bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran
(intelek), dan tubuh anak. Dalam Taman Siswa tidak boleh dipisah-
pisah bagian-bagian itu agar kita dapat memajukan kesempurnaan
hidup, kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras
dengan dunianya.3 Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh Ki
Hadjar Dewantara dapat diketahui bahwa sesungguhnya pendidikan
lebih tertuju kepada memajukan budi pekerti peserta didik.
Pendidikan adalah proses permartabatan menuju puncak
optimasi potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimilikinya.
Pendidikan adalah proses membimbing, melatih, dan memandu
manusia terhindar atau keluar dari kebodohan dan pembodohan.
Pendidikan adalah metamorfosis perilaku menuju kedewasaan sejati.
Pendidikan juga dapat didefinisikan sebagai proses elevasi yang
dilakukan secara nondiskriminasi, dinamis, dan intensif menuju
kedewasaan individu, dimana prosesnya dilakukan secara kontinyu
dengan sifat yang adaptif dan nirlimit atau tiada akhir.4
Pendidikan pada intinya merupakan proses penyiapan subjek
didik menuju manusia masa depan yang bertanggung jawab. Kata
“bertanggung jawab” mengandung makna, bahwa subjek didik
dipersiapkan untuk menjadi manusia yang berani berbuat dan berani
3 Ibid, Choirul Mahfud, h. 33
4 Sudarwan Dani, Pengantar Kependidikan: Landasan, Teori, dan 234 Metafora
Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 2-3.
14
pula bertanggung jawab atas perbuatannya.5 Dengan kata lain, dalam
definisi tersebut menjelaskan bahwa pendidikan membentuk peserta
didik untuk menjadi manusia yang berani dan bertanggung jawab.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat diketahui
bahwa pendidikan pada dasarnya ialah suatu upaya untuk membentuk
peserta didik menjadi pribadi dewasa yang berbudi pekerti luhur,
menumbuhkembangkan potensi yang dimiliki, serta bertanggung
jawab atas perbuatannya.
Setelah mengetahui definisi dari pendidikan, maka selanjutnya
ialah mengenai karakter. Definisi mengenai karakter banyak
diungkapkan oleh beberapa ahli. Menurut bahasa (etimologis) istilah
karakter berasal dari bahasa Latin kharakter, kharassaein, dan kharax,
dalam bahasa Yunani character dari kata charassaein, yang berarti
membuat tajam dan membuat dalam. Sementara itu, dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional kata karakter berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, atau bermakna
bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas,
sifat, tabiat, temperamen, watak.
Sementara menurut istilah (terminologis) terdapat beberapa
pengertian tentang karakter, sebagaimana telah dikemukakan oleh
beberapa ahli, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Hornby and Parnwell (1972) mendefinisikan karakter adalah
kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi.
b. Simon Philips (2008), karakter adalah kumpulan tata nilai yang
menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan
perilaku yang ditampilkan.
c. Doni Koesoema A. (2007) memahami bahwa karakter sama
dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau
karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang
5 Ibid, Sudarwan Dani, h. 4.
15
bersumber dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-
bentukan yang diterima dari lingkungan.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditegaskan bahwa
karakter merupakan perilaku manusia yang berhubungan dengan
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan,
dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma,
budaya, dan adat istiadat.6 Berdasarkan uraian mengenai karakter,
dapat diketahui bahwa karakter yaitu suatu nilai yang dimiliki pada
tiap manusia dan nilai-nilai tersebut didasarkan atas norma agama,
hukum, budaya, dan adat istiadat.
Pengertian lain menerangkan karakter, secara lebih jelas,
mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behavior),
motivasi (motivation), dan keterampilan (skills). Karakter meliputi
sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas
intelektual, seperti berpikir kritis dan alasan moral, perilaku seperti
jujur dan bertanggung jawab, mempertahankan prinsip-prinsip moral
dalam situasi penuh ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan
emosional yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara efektif
dalam berbagai keadaan, dan komitmen untuk berkontribusi dengan
komunitas dan masyarakatnya.7
Maka dapat diberikan kesimpulan bahwa karakter ialah nilai
yang ada pada diri manusia dan mengacu pada sikap, perilaku,
motivasi, dan keterampilan untuk melakukan hal terbaik yang
dimilikinya sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
6 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung:
Alfabeta, 2012), h. 1-4. 7 Ngainun Naim, Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam
Pengembangan Ilmu dan Pembentukan Karakter Bangsa, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012),
h. 55.
16
Setelah kita mengetahui definisi dari karakter, baik secara
terminologis ataupun etimologis, dapat dengan mudah kita
mendefinisikan pendidikan karakter.
Menurut Thomas Lickona (1991), pendidikan karakter adalah
pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui
pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata
seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur bertanggungjawab,
menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya.
Menurut Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi
dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan
akhlak. Tujuannya adalah untuk membentuk pribadi anak, supaya
menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara
yang baik. Oleh karena itu, hakikat pendidikan karakter dalam
konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni
pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa
Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi
muda.8 Dengan kata lain pendidikan karakter disini sama halnya
dengan pendidikan morak dan akhlak yang mana membentuk
kepribadian anak, serta membina kepribadian generasi muda.
Ada pula ahli yang menerangkan bahwa pendidikan karakter
sama halnya dengan pendidikan akhlak dalam perspektif islam.
Dalam konsep Ibn Miskawaih, pendidikan akhlak merupakan upaya
menuju terciptanya sikap batiniah yang mampu mendorong secara
spontan lahirnya tindakan-tindakan yang bernilai baik. Kriteria benar-
salah dan baik-buruk untuk menilai suatu tindakan dikaitkan kepada
Alquran dan petunjuk Nabi Muhammad, sebagai pedoman tertinggi
dalam Islam.
Kajian konsep akhlak telah lama dirumuskan oleh tokoh-tokoh
Islam, seperti Ibnu Miskawaih, Imam Al-Ghazali, Ibn Sina, Syeikh
Ataillah. Semua telaah ini menegaskan , tujuan tertinggi pendidikan
8 Ibid., h. 23-24.
17
akhlak adalah terbentuknya karakter positif dalam perilaku manusia.
Karakter positif ini bersumber dari penghayatan dan pengamalan
ajaran Allah SWT dalam rutinitas kehidupan manusia.
Dalam sebuah pendidikan, pendidikan karakter ataupun
pendidikan akhlak, kedua istilah ini tidak ada pertentangan. Sebab,
keduanya membutuhkan sebuah tindakan nyata sebagai ekspresi nilai
personal. Keduanya tidak bisa lepas dari sumber nilai-nilai dalam
spiritualitas, agama, bahkan budaya.9 Maka menurut pengertian di
atas bahwasanya pendidikan karakter atau pendidikan akhlak
Menurut Sisca Rahmadona, Farida Hanum, dan Arif Roham
mendefinisikan pendidikan karakter yaitu “Character Education is
done by instilling core ethical values as the basis for a good
character. The goal is the formation of good character” 10
, yang dapat
didefinisikan bahwa pendidikan karakter merupakan penanaman nilai-
nilai dasar untuk sebuah karakter yang baik, karena tujuannya ialah
pembentukan karakter yang baik.
Pendidikan karakter diartikan juga sebagai the deliberate us of
all dimensions of school life to foster optimal character development
(usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah
untuk membantu pengembangan karakter dengan optimal). Hal ini
berarti bahwa untuk mendukung perkembangan karakter peserta didik
harus melibatkan seluruh komponen di sekolah baik dari aspek isi
kurikulum (the content of the curriculum), proses pembelajaran (the
process of instruction), kualitas hubungan (the quality of
relationships), penanganan mata pelajaran (the handling of
9 Mochamad Ziaulhaq, Sekolah Berbasis Nilai, (Bandung: Ihsan Pers, 2015), h. 17-
18. 10
Sisca Rahmadonna, Farida Hanum dan Arif Rohman, “Development of Children
Character Through Model of Communication, Education, Information in Marginal
Communities in Yogyakarta”,h. 263-267, dalam Proceeding: Empowering The Primary
Education for The Brighter Generation, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2013),
h.263.
18
discipline), pelaksanaan aktivitas ko-kurikuler, serta etos seluruh
lingkungan sekolah.11
Pendidikan karakter juga bukan sekedar mengajarkan mana
yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu, pendidikan karakter
adalah usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik
(habituation) sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak
berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya. Dengan
kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan
pengetahuan yang baik (moral knowing), perasaan yang baik atau
loving good (moral feeling) dan perilaku yang baik (moral action)
sehingga terbentuk perwujudan kesatuan perilaku dan sikap hidup
peserta didik.12
Berdasarkan pengertian dari beberapa para ahli di atas, dapat
kita ketahui bahwa pendidikan karakter adalah usaha sengaja yang
dilakukan dalam membantu pengembangan karakter dengan optimal
dan membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti
agar menjadi manusia yang bermoral, serta mampu bersikap dan
bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya.
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter
Adapun tujuan pendidikan karakter sejalan dengan Undang-
Undang Dasar 1945 Pasal 3 (3):
“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang diatur dengan undang-undang”
11
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsep dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2013), h. 14. 12
Kementerian Pendidikan Nasional, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter,
(Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukan, 2011), h. 6.
19
Sedangkan fungsi pendidikan nasional dirumuskan:
“mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat dirumuskan tujuan dari
pendidikan karakter adalah untuk membangun dan mengembangkan
karakter/budi pekerti peserta didik pada setiap jalur, jenis, dan jenjang
pendidikan agar dapat menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur
menurut ajaran agama dan nilai-nilai luhur dari setiap butir sila dari
Pancasila. Secara khusus bertujuan mengembangkan potensi anak
didik agar berhati baik, berpikiran baik, berkelakuan baik, memiliki
sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negara, dan mencintai
sesama umat manusia.
Fungsi pendidikan karakter menumbuhkembangkan
kemampuan dasar peserta didik agar berpikir cerdas, berperilaku yang
berakhlak, bermoral, dan berbuat sesuatu yang baik, yang bermanfaat
bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat, membangun kehidupan
bangsa yang multikultur, membangun peradaban bangsa yang cerdas,
berbudaya yang luhur, berkontribusi terhadap pengembangan hidup
umat manusia, membangun sikap warga negara yang cinta damai,
kreatif, mandiri, maupun hidup berdamping dengan bangsa lain.13
Sedangkan menurut Kementerian Pendidikan Nasional dalam
Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter memaparkan bahwa
pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang
membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi: (1)
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati
baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) membangun bangsa
yang berkarakter Pancasila; (3) mengembangkan potensi warga negara
13
Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, (Jakarta:
Badouse Media, 2011), h. 36-37.
20
agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya
serta mencintai umat manusia.
Selain itu, pendidikan karakter berfungsi (1) membangun
kehidupan bangsa yang multikultural; (2) membangun peradaban
bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan mampu berkontribusi
terhadap pengembangan kehidupan ummat manusia; mengembangkan
potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik
serta keteladanan baik; (3) membangun sikap warganegara yang cinta
damai, kreatid, mandiri, dan mampu hidup berdampingan dengan
bangsa lain dalam suatu harmoni.14
Dari fungsi dan tujuan di atas dapat
diketahui bahwasanya pendidikan karakter memiliki peran yang cukup
penting untuk membentuk kepribadian peserta didik. Maka dari itu
untuk mencapai tujuan tersebut dan berfungsi secara maksimal
diperlukan peran dari berbagai pihak, tidak hanya guru melainkan
semua pihak yang terlibat di dalamnya.
3. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter Bangsa
Mulai tahun pelajaran 2011, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia mengumumkan kepada seluruh tingkat
pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter.
Ada 18 nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan karakter bangsa,
antara lain;
NO Nilai Karakter Uraian
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama
lain. Religius adalah proses mengikat
14
Kementerian Pendidikan Nasional, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter,
(Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukan, 2011), h. 7.
21
kembali atau bisa dikatakan dengan
tradisi, sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan
manusia dan manusia serta
lingkungannya.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai
perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang
lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas,
serta menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah
bergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
22
8. Demokratis
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak
yang menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain.
9. Rasa ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
10.
Semangat
Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan
berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta tanah air
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat
yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang
tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik bangsa.
12.
Menghargai
Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
13.
Bersahabat
/Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa
senang berbicara, bergaul, dan bekerja
sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang
menyebabkan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadiran
dirinya.
23
15. Gemar membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk
membaca berbagai bacaan yang
memberikan manfaat bagi dirinya.
16. Peduli lingkungan
Sikap dan tindakan yang berupaya
mencegah kerusakan lingkungan alam
disekitarnya, dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam,
karakter dimulai dalam sosial dan
budaya), negara dan Tuhan Yang
Maha Esa.15
Berdasarkan nilai-nilai karakter yang sudah dijelaskan, maka
dapat kita ketahui bahwa setiap kegiatan yang ada di setiap tingkat
satuan pendidikan harus terkandung 18 karakter tersebut. Hal ini
sangat penting untuk diterapkan karena dapat menanamkan kepada
seluruh peserta didik nilai-nilai karakter yang positif dan memperbaiki
moral atau akhlak bangsa Indonesia menjadi lebih baik. Selain
diterapkan oleh peserta didik, peran serta dari pendidik dan tenaga
pendidik juga perlu karena sebagai panutan atau contoh bagi peserta
didik dalam menerapkan nilai-nilai karakter tersebut.
15
Retno Listyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, & Kreatif,
(Jakarta:Esensi, 2012), h. 5-8.
24
4. Sumber-Sumber Nilai Karakter
Nilai-nilai karakter dan budaya bangsa dikonstruksi dari
berbagai sumber, antara lain agama, Pancasila, budaya dan tujuan
pendidikan nasional (Sarbaitinil, 2014 dalam Yaumi, 2014). Sumber-
sumber tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Nilai-nilai karakter dan budaya bangsa bersumber dari ajaran
agama. Bangsa Indonesia memiliki keberagaman keyakinan dan
kepercayaan. Agama Islam, Kristen, Hindu, Buddha, aliran
kepercayaan, dan berbagai bentuk kepercayaan lain dapat hidup
dengan baik di negara ini walaupun sering juga terjadi gesekan-
gesekan kecil. Pluralitas dalam beragama telah melahirkan tata
nilai, dan budaya yang beragam yang menghasilkan nilai-nilai
agung dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
b. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia juga telah
menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan nilai-nilai yang dianut
secara nasional oleh warga negara. Negara Kesatuan Republik
Indonesia dibangun oleh para pendiri bangsa atas dasar prinsip-
prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut
Pancasila. Pancasila terdapat pada pembukaan UUD 1945 dan
dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam
UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum,
ekonomi, kemasyarakatan, budaya dan seni.
c. Budaya sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang
hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya
yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar
dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam
komunikasi antar anggota masyarakat itu. Posisi budaya yang
demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan
budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan dan karakter
bangsa.
25
Agama
Pancasila
Budaya
Tujuan Pendidi
kan
d. Tujuan pendidikan nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus
dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh
berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan
pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang
harus dimiliki warga negara Indonesia.16
Gambar 2.1 Sumber Nilai Karakter dan Budaya
Dari berbagai macam sumber nilai karakter dan budaya dapat
dipahami bahwasanya nilai-nilai karakter tersebut timbul dari ajaran
agama, pancasila, budaya, serta tujuan pendidikan itu sendiri. Apabila
dapat disinkronisasikan secara keseluruhan, maka nilai-nilai karakter
yang diajarkan pun akan berjalan efektif. Oleh karena itu, dibutuhkan
sinergi dari berbagai macam pihak agar penerapan nilai-nilai karakter
dan budaya ini berjalan dengan semestinya.
5. Prinsip Pengembangan Pendidikan Karakter
Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan
pendidikan karakter mengusahakan agar peserta didik mengena dan
menerima nilai-nilai karakter sebagai milik peserta didik dan
bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan
16
Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar, & Implementasi,
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 82-85.
26
mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan
selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri.
Berikut prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan
pendidikan karakter (Kemendiknas, 2010a: 11-13),
a. Berkelanjutan, mengandung makna bahwa proses pengembangan
nilai-nilai karakter merupakan sebuah proses panjang dimulai dari
awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan
pendidikan.
b. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya
satuan pendidikan mensyaratkan bahwa proses pengembangan
karakter dilakukan melalui setiap mata pelajaran, dan dalam setiap
kegiatan kurikuler, ekstra kurikuler dan kokurikuler.
c. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan melalui proses belajar
mengandung makna bahwa materi nilai-nilai karakter bukanlah
bahan ajar biasa. Tidak semata-mata dapat ditangkap sendiri atau
diajarkan, tetapi lebih jauh diinternalisasi melalui proses belajar.
d. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan
menyenangkan. Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan
karakter dilakukan oleh peserta didik bukan oleh pendidik.17
Dari beberapa prinsip yang sudah dijelaskan, diketahui bahwa
dalam penerapan pendidikan karakter bagi peserta didik harus
dikembangkan secara berkelanjutan. Maksudnya, penerapan
pendidikan karakter tidak hanya diterapkan pada saat proses belajar
saja, melainkan diterapkan melalui kegiatan-kegiatan yang ada pada
lingkungan sekolah agar penerapan nilai-nilai karakter dapat berjalan
secara maksimal.
Dalam pendidikan karakter sangat penting dikembangkan nilai-
nilai etika inti seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung jawab,
dan rasa hormat terhadap diri dan orang lain bersama dengan nilai-nilai
17
Nanang Purwanto, Pengantar Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h.
193-194.
27
kinerja pendukungnya seperti ketekunan, etos kerja yang tinggi, dan
kegigihan sebagai basis karakter yang baik. Sekolah harus
berkomitmen untuk mengembangkan karakter peserta didik
berdasarkan nilai-nilai dimaksud, mendefinisikannya dalam bentuk
perilaku yang dapat diamati dalam kehidupan sekolah sehari-hari.
Selain itu, sekolah harus mencontohkan nilai-nilai itu, mengkaji dan
mendiskusikannya, menggunakannya sebagai dasar dalam hubungan
antarmanusia, dan mengapresiasi manifestasi nilai-nilai tersebut di
sekolah dan masyarakat. Yang terpenting, semua komponen sekolah
bertanggung jawab terhadap standar-standar perilaku yang konsisten
sesuai dengan nilai-nilai inti.18
Dengan tanggung jawab yang diemban sekolah tersebut,
diharapkan sekolah dapat secara maksimal menerapkan nilai-nilai
karakter kepada peserta didik dan peserta didik pun dapat
menerapkannya tidak hanya di sekolah saja melainkan di masyarakat
dimana mereka tinggal. Karena bahwasanya penerapan nilai-nilai
karakter tersebut akan berjalan efektif jika sudah diterapkan di
lingkungan mayarakat dan memberikan dampak yang baik pula.
6. Faktor Penyebab Krisis Pendidikan Karakter
a. Dunia pendidikan kita telah memberikan porsi yang sangat besar
untuk pengetahuan, tetapi melupakan pengembangan sikap/nilai
dan perilaku dalam pembelajarannya. Dunia pendidikan kita sangat
meremehkan mata pelajaran yang berkaitan dengan pembentukan
karakter. Di lain pihak, tidak dipungkiri, bahwa pelajaran-pelajaran
yang mengembangkan karakter bangsa seperti Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Pendidikan Agama, Ilmu
Pengetahuan Sosial dalam pelaksanaan pembelajarannya lebih
banyak menekankan pada aspek kognitif daripada aspek afektif dan
aspek psikomotorik. Di samping itu, penilaian dalam mata-mata
18
Masnur Muslich, Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 129-130.
28
pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan belum secara total
mengukur sosok utuh untuk pribadi siswa.
b. Sistem pendidikan di Indonesia hanya menyiapkan para siswa
untuk masuk ke jenjang perguruan tinggi atau hanya untuk mereka
yang punya bakat pada potensi akademik (ukuran IQ tinggi).
c. Dunia pendidikan di Indonesia saat ini terjebak pada menyiapkan
manusia dadakan atau manusia “instant”. Hal ini tergambarkan
ketika menjelang Ujian Nasional atau Ujian Akhir Sekolah, dimana
orangtua yang dengan gencarnya mencari lembaga bimbingan
belajar untuk men-drill dan “memaksakan” anak-anaknya agar bisa
menguasai bidang ilmu yang diujikan, dalam waktu yang relatif
singkat. Banyak orangtua yang seolah-olah mengecilkan arti
pendidikan yang telah dikenyam oleh anaknya selama ini, apabila
pada akhir masa sekolah nilai ujian anaknya jelek. Sementara itu,
perilaku-perilaku yang baik seperti taat pada orangtua dan guru,
rajin shalat, tidak suka berbohong, berani memimpin, dan perilaku
baik lainnya, jarang disentuh orangtua sebagai kriteria keberhasilan
suatu kerberhasilan.
d. Praktik pendidikan yang pada saat ini terjadi yaitu lebih dikuasai
oleh ideologi ekonomi kapitalis dan liberalis, yang antara lain
ditandai oleh penekanan kurikulum pada bidang penguasaan ilmu,
teknologi dan keterampilan, pemenuhan kebutuhan dunia usaha
dan industry, menganggap pendidikan sebagai salah satu
komoditas yang diperjualbelikan, penerapan manajemen bisnis,
tunduk pada hukum transaksional, mengaggap biaya pendidikan
sebagai investasi yang menguntungkan, menganggap murid
sebagai pelanggan yang harus dimanjakan, dan menempatkan guru
sebagai fasilitator atau pelayan yang harus melayani keinginan para
siswa. Praktik pendidikan yang demikian itu telah menggeser atau
memarginalkan pendidikan agama dan pendidikan karakter.
29
e. Pelaksanaan pendidikan agama di Indonesia saat ini mengalami
kegagalan. Kegagalan tersebut antara lain, karena pelajaran agama
yang diajarkan di sekolah-sekolah itu lebih banyak bersifat ritual
dan dogmatik. Pelajaran agama tersebut masih berkisar pada
pengajaran tentang persoalan hukum-hukum, aturan-aturan,
larangan-larangan, dan lain sebagainya.
Dengan meninjau beberapa faktor di atas, sangat memprihatinkan
dewasa ini bangsa Indonesia mengalami krisis karakter karena beberapa
hal tersebut. Faktor tersebut disebabkan oleh beberapa hal, dari sistem
pendidikan itu sendiri sampai pendidikan agama yang kurang. Krisis yang
dialami sekarang ini tidak lain karena penanaman nilai-nilai karakter yang
kurang ataupun guru belum mengetahui pendekatan seperti apa yang tepat
agar penerapannya tersebut tepat sasaran.
7. Pendekatan Pendidikan Karakter
Berikut ini ringkasan dari penjelasan Kemendiknas (2010b: 14-37)
terkait tentang pendekatan karakter,
a. Keteladanan
Satuan pendidikan formal dan non-formal harus menunjukkan
keteladanan yang mencerminkan nilai-nilai karakter yang ingin
dikembangkan. Selain itu, keteladanan juga dapat ditunjukkan dalam
perilaku dan sikap pendidik dan tenaga kependidikan dalam
memberikan contoh tindaka-tindakan yang baik sehingga diharapkan
menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya.
b. Pembelajaran
Pembelajaran dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, di
satuan pendidikan formal dan nonformal, serta di luar satuan
pendidikan.
1) Kelas
Pembelajaran karakter dilaksanakan melalui proses belajar
setiap materi pelajaran atau kegiatan yang dirancang khusus. Setiap
30
kegiatan belajar mengembangkan kemampuan dalam ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor.
2) Satuan pendidikan formal dan nonformal
Budaya satuan pendidikan formal dan nonformal adalah
suasana kehidupan satuan pendidikan formal dan nonformal
dimana peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, pendidik
dengan pendidik, pendidik/konselor dengan peserta didik, antara
tenaga kependidikan dengan pendidik dan peserta didik, dan
antaranggota kelompok masyarakat dengan warga satuan
pendidikan formal dan nonformal
Interaksi sosial kultural internal kelompok dan
antarkelompok terikat oleh berbagai aturan, norma, moral, serta
etika bersama yang berlaku di suatu satuan pendidikan formal dan
nonformal. Jujur, bertanggung jawab, cerdas, kreatif, sehat dan
bersih, peduli, dan gotong royong merupakan nilai-nilai yang
dikembangkan dalam budaya satuan pendidikan formal dan
nonformal.
3) Luar satuan pendidikan formal dan nonformal
Pembelajaran karakter dilaksanakan melalui kegiatan
ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh
seluruh/sebagian peserta didik, dirancang satuan pendidikan formal
dan nonformal sejak awal tahun pelajaran atau program
pembelajaran, dan dimasukkan ke dalam kalender akademik.
Kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler akan semakin bermakna
jika diisi dengan berbagai kegiatan bermuatan nilai yang menarik
dan bermanfaat bagi peserta didik. Kegiatan yang akan
dikembangkan dalam pembentukan karakter adalah kegiatan yang
terencana, terprogram, dan tersistem.
c. Pemberdayaan dan Pembudayaan
Pada tahap implementasi pengembangan karakter
dikembangkan pengalaman belajar dan proses pembelajaran yang
31
bermuara pada pembentukan karakter dalam diri peserta didik. Proses
ini dilaksanakan melalui proses pemberdayaan dan pembudayaan
sebagaimana digariskan sebagai salah satu prinsip penyelenggaraan
pendidikan nasional. Proses ini berlangsung dalam tiga pilar
pendidikan yakni dalam satuan pendidikan formal (sekolah), informal
(keluarga), dan nonformal (masyarakat).
d. Penguatan
Penguatan sebagai respon dari pendidikan karakter perlu
dilakukan dalam jangka panjang dan berulang terus-menerus.
Penguatan dimulai dari lingkungan terdekat dan meluas pada
lingkungan yang lebih luas. Penguatan juga dapat terjadi dalam proses
habituasi. Hal ini akhirnya akan membentuk karakter yang akan
terintegrasi melalui proses internalisasi dan personalisasi pada diri
masing-masing individu. Penguatan juga dapat dilakukan dalam
berbagai bentuk, termasuk penataan lingkungan belajar dalam satuan
pendidikan formal dan nonformal yang menyentuh dan
membangkitkan karakter.
e. Penilaian
Penilaian terhadap pendidikan karakter dapat dilakukan
terhadap kinerja pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik. Hal-
hal yang terkait dengan penilaian kinerja pendidik atau tenaga
kependidikan, antara lain: (1) hasil kerja: kualitas kerja, kuantitas
kerja, ketepatan waktu penyelesaian kerja, kesesuaian dengan
prosedur, (2) komitmen kerja: inisiatif, kualitas kehadiran, kontribusi
terhadap keberhasilan kerja, kesediaan melaksanakan tugas dari
pimpinan, dan (3) hubungan kerja: kerja sama, integritas,
pengendalian diri, kemampuan mengarahkan dan memberikan inspirasi
bagi orang lain.19
19
Nanang Purwanto, Pengantar Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h.
194-198.
32
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa agar
pendidikan karakter berjalan secara efektif diperlukan beberapa
pendekatan. Pendidikan karakter dapat diterapkan tidak hanya pada
lingkungan sekolah saja, melainkan pada lingkungan keluarga dan
masyarakat. Selain itu, perlu adanya suri tauladan atau panutan yang
baik sehingga peserta didik dapat mencontohkan yang baik pula. Salah
satu suri tauladan yang patut dicontoh adalah Nabi Muhammad SAW
yang mana dinyatakan dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 21,
“Pada diri Rasulullah itu terdapat suri tauladan yang baik-baik buat
kamu sekalian”. Selain itu, pendidik ataupun tenaga kependidikan
harus dapat mencontohkan nilai-nilai karakter, agar dapat dicontoh
oleh peserta didik. Penilaian dari apa yang mereka sudah lakukan juga
penting dilakukan karena sebagai bahan evaluasi apakah penerapan
pendidikan karakter tersebut berjalan maksimal atau tidak.
B. Masyarakat Marjinal
1. Pengertian Masyarakat Marjinal
Kaum marjinal sama halnya dengan masyarakat yang miskin
atau masyarakat pinggiran yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Masyarakat marjinal adalah golongan masyarakat yang merasakan
penderitaan atas himpitan ekonomi dalam kehidupan sehari-sehari
mereka.
Menurut Paulo Freire, Kaum marjinal dibedakan dua kelompok
yang jarang mendapat perhatian dalam hal pendidikan. Pertama,
penyandang cacat, yaitu yang kurang beruntung mendapatkan
pendidikan yang memadai dan pendidikannya dibedakan dengan kaum
“normal” yang menjadikan kaum cacat menjadi terasing dari
lingkungan sosial, tereklusi dari sistem sosial orang-orang normal.
Kedua, anak-anak jalanan, kaum miskin yang sudah terbiasa dengan
33
kekerasan.20
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat
marjinal dikelompokan menjadi dua macam, yaitu penyandang cacat
dan anak jalanan. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan mereka
terasingkan dari lingkungannya.
Masyarakat marjinal juga dapat definisikan sebagai kalangan
masyarakat yang akhirnya terasing dan tersingkir akibat
ketidakberdayaan mereka untuk mengakses kebutuhan-kebutuhan
hidup dengan layak.21
Berdasarkan pengertian tersebut, terasingnya
masyarakat marjinal dikarenakan ketidakberdayaan atau ketidak
mampuan mereka untuk mengakses kebutuhan hidup yang layak.
Kebutuhan yang dimaksud disini penulis mencontohkan seperti
kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan.
Golongan masyarakat marjinal, pada umumnya terjebak dalam
kemiskinan karena tiadanya modal dan akses ke sumber-sumber
pendanaan dan peluang-peluang usaha yang tidak memihak
kepadanya. Hasil yang diperoleh dari usahanya pun rata-rata minim,
dimana penghasilan yang diperoleh hanya cukup untuk hidup
sederhana.22
Definisi di atas menjelaskan bahwa masyarakat marjinal
terjebak karena masalah ekonomi yang menyebabkan penghasilan
mereka pun di bawah rata-rata.
Dari beberapa pengertian di atas mengenai masyarakat
marjinal, dapat kita ketahui bahwa masyarakat marjinal merupakan
kelompok masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan
diakibatkan karena himpitan ekonomi, sehingga akses untuk
mendapatkan kebutuhan hidup yang layak pun tidak dapat terpenuhi,
20
Mohammad Ali Fauzi, “Pendidikan Alternatif Kaum Marjinal (Studi Kasus
Pembelajaran PAI di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga)”, Skripsi pada
IAIN Walisongo Semarang, 2007, h. 25, tidak publikasikan. 21
Yanti Dewi Purwanti, Koentjoro, dan Esti Hayu Purnamaningsih, “Konsep Diri
Perempuan Marginal”, Jurnal Psikologi, 2000, h. 48. 22
Agus Wijanarko, “Pemberdayaan Masyarakat Marjinal yang Bekerja sebagai
Pedagang Kaki Lima untuk Meningkatkan Pendapatannya (Studi Kasus pada Pedagang Kaki
Lima di Simpang Lima Semarang)”, Tesis pada Pascasarjana Universitas Negeri Semarang,
Semarang, 2005, h. 1, tidak dipublikasikan.
34
seperti ketidakberdayaan mereka untuk mendapatkan pendidikan dan
kesehatan yang layak.
2. Penderitaan Migran Perkotaan
Migran perkotaan biasanya merupakan kelompok yang kurang
beruntung. Mereka hidup di tempat kumuh, pinggiran sungai, sebagai
pekerja kasar, kuli bangunan, kuli angkut, tukang becak, pengemis,
anak jalanan, parkir, dan lain-lain. Mereka biasanya berpendidikan
rendah, tidak memahami berbagai peraturan daerah, dan lain-lain.
Mereka yang hidup miskin dan menderita di perkotaan sebenarnya
lebih rentan dan berbahaya ketimbang yang hidup miskin di pedesaan.
Mereka yang di pedesaan lebih hidup tenang, pasrah menerima nasib,
tetapi yang hidup di kota pasti tertekan dengan peluang lebih banyak
untuk berperilaku menyimpang.
Hidup sebagai migran perkotaan memang penuh derita untuk
sebagian besar dari mereka. Salah satu derita yang biasa dialami adalah
yang disebut derita status (status anguish), yaitu penderitaan yang
disebabkan karena adanya pertentangan-pertentangan status bagi
seseorang (Eitzen, 1991). Dari status ada tiga macam, yaitu
marginalitas, status tidak konsisten (inconsistency status), dan status
menarik diri (withdrawal status). Marginalitas adalah suatu kondisi
yang berasal dari dua gaya hidup yang berbeda-beda dan setengah-
setengah. Dalam kondisi ini biasanya banyak ketegangan-ketegangan
psikologis. Dari sini biasanya lahir tingkah laku aneh-aneh sebagai
gambaran adanya konflik batin di dalamnya. Status tidak konsisten
dialami seorang di satu lapisan sosial rendah, tetapi dari sisi lain punya
status peringkat tinggi. Sedangkan status menarik diri terjadi sebagai
hasil kehilangan status dan orang-orang seperti ini biasanya mencari
kambing hitam sebagai penyebab masalah dengan berbagai macam
35
reaksi perubahan yang radikal revolusioner untuk mengubah
statusnya.23
Keadaan seperti itu membuat kelompok marjinal merasa hidup
penuh dengan beban, tidak seperti kelompok masyarakat pada umunya.
Belum lagi kerasnya hidup yang dirasakan oleh masyarakat marjinal di
perkotaan, hal ini semakin menunjukkan bahwa masyarakat seperti ini
dibutuhkan treatment khusus dari pemerintah. Apabila hal ini
dibiarkan begitu saja, dikhawatirkan masyarakat marjinal akan
semakin menjamur dimana-mana.
Orang miskin di daerah perkotaan hidup di kawasan
pemukiman yang memiliki berbagai fasilitas tetapi tanpa akses yang
memadai untuk dapat menikmatinya. Mereka termasuk dalam
kelompok masyarakat marginal, kalangan masyarakat yang akhirnya
terasing dan tersingkir akibat ketidakberdayaan mereka untuk
mengakses kebutuhan-kebutuhan hidup dengan layak.24
Kebutuhan
hidup tersebut meliputi ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. Hal yang
membuat mereka tersingkir atas ketidakberdayaan mereka ialah karena
mereka terasingkan atau terkucilkan dari lingkungan masyarakat
dimana mereka tinggal. Hal yang mungkin menyebabkan ini terjadi
karena adanya kesenjangan sosial di lingkungan masyarakat, sehingga
masyarakat marjinal yang memang berasal dari kalangan ekonomi
lemah tidak dapat menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan
kelompok masyarakat kelas atas. Selain itu, rendahnya pendidikan
yang masyarakat marjinal miliki semakin membuat kelompok
masyarakat ini terasingkan, apalagi minimnya pengetahuan yang
mereka peroleh sehingga fasilitas yang memang sudah tersedia tidak
dapat dimanfaatkan oleh kelompok masyarakat marjinal.
23
M. Saleh Marzuki, Pendidikan Nonformal, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010),
h. 207-209. 24
Yanti Dewi Purwanti, Koentjoro, dan Esti Hayu Purnamaningsih, “Konsep Diri
Perempuan Marginal”, Jurnal Psikologi, 2000, h. 48.
36
3. Pendidikan Kaum Miskin
Kemiskinan ialah sebuah kelemahan negara dalam arti
ketidakmampuan untuk memberikan kebutuhan-kebutuhan dasar bagi
warga negara atau ketidakmampuan untuk mendistribusikan barang-
barang dan jasa umum secara merata. Kemiskinan yang terus
berlangsung bahkan meningkat dapat disebabkan karena
ketergantungan rakyat miskin terhadap mereka yang berada pada
posisi kekuasaan, kurang dukungan hukum, dan akses pelayanan
umum (pendidikan, kesehatan, lapangan pekerjaan, dan lain-lain).25
Hal tersebut menjadi masalah konkret yang sampai sekarang
masih dirasakan oleh masyarakat Indonesia, khususnya dalam
pengentasan kemiskinan di bidang pendidikan. Ini merupakan titik
lemah bangsa Indonesia dimana pendidikan yang seharusnya dapat
dirasakan oleh berbagai pihak, namun pada kenyataannya pemerataan
pendidikan pun masih kurang.
Kemiskinan merupakan masalah yang sangat serius dihadapi
oleh Indonesia. Kebanyakan penduduk Indonesia rentan terhadap
kemiskinan. Hampir 40 persen dari penduduk (lebih dari 110 juta
orang) Indonesia hidup hanya sedikit diatas garis kemiskinan nasional
dan mempunyai pendapatan kurang dari US$ 2 per hari (World Bank,
2005, policy brief “Poverty Reduction”).
Ditengah berbagai persoalan yang mendera negeri ini,
pendidikan diharapkan bisa menjadi tumpuan harapan sebagai titik
berangkat untuk bangkit dari keterpurukan dan kemiskinan. Agar hak
atas pendidikan dapat dipenuhi, pemerintah perlu menjamin
pendidikan tanpa biaya dan wajib belajar bagi semua anak. Pemerintah
juga dituntut menghargai kebebasan para orangtua untuk memilihkan
anak-anaknya dalam memperoleh pendidikan berkualitas.
25
Arip Mutaqien, dkk., Menuju Indonesia Sejahtera: Upaya Konkret Pengentasan
Kemiskinan, (Jakarta: Khanata, 2006), h. 47.
37
Dari permasalahan tersebut, perlu adanya pengakuan dan
perluasan pendidikan non-formal dan informal dan pemenuhan hak
atas pendidikan, karena memiliki kaitan yang sangat erat. Meskipun
pemerintah telah menaikkan anggaran pendidikan hingga 11,8%
(2007), dan pada tahun yang akan datang (2008) mencapai 12% dari
total APBN, pemberian dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS),
namun karena situasi angka kemiskinan dan penggangguran
meningkat, ada keterbatasan dalam akses pendidikan bagi mereka yang
serba kekurangan.26
Hal ini perlu segera ditangani dengan adanya bantuan ataupun
kerjasama dari lingkungan sekitar, seperti perluasan lapangan
pekerjaan, membuka balai pelatihan untuk mengembangkan
kemampuan yang dimiliki masyarakat, serta yang utama ialah
memasilitasi program pendidikan gratis bagi masyarakat yang kurang
mampu.
Menurut Hakikur Rahman, sistem pendidikan yang interaktif
juga dapat diterapkan untuk mengembangkan pendidikan bagi
kelompok masyarakat marjinal, yang mana masyarakat tersebut hidup
dengan berbagai kekurangan. Oleh karena itu, hal ini menjadi sebuah
tantangan bagi para pemimpin di seluruh dunia untuk menyediakan
program pemberantasan buta huruf, pelayanan kesehatan, dan
dukungan lainnya untuk mengembangkan kehidupan masyarakat
marjinal. Informasi, arus informasi yang bebas dan mudah diakses
dapat dipergunakan sebagai bahan dasar yang utama dalam
memberdayakan masyarakat marjinal untuk mengembangkan
pengetahuan mereka.27
Sependapat dengan pendapat di atas,
bahwasanya di era globalisasi sekarang ini pemerintah sebaiknya
26
Siti Sarah Muwahidah dan Zakkiyudin Baidhowy, Islam, Good Governance, dan
Pengentasan Kemiskinan, (Jakarta: MAARIF Institute for Culture and Humanity, 2007), h.
57. 27
Hakikur Rahman, “Empowering Marginal Communities with Interactive Education
Systems”, Jurnal Pendidikan, h. 1.
38
memfasilitasi masyarakat yang kurang mampu dengan beberapa
keahlian atau keterampilan dan memberikan akses yang mudah untuk
menggunakan fasilitas yang diberikan agar mereka pun bersaing
dengan kalangan masyarakat yang lainnya, serta dapat merasakan
fasilitas yang diberikan.
C. Kajian terhadap Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang terdahulu, ada beberapa penelitian
yang memiliki relevansi dengan judul yang diteliti oleh penulis.
Pertama, penelitian tersebut berjudul Implementasi Pendidikan
Karakter Bangsa bagi Anak Terlantar di Panti Asuhan Nurul Qur’an
Bekasi, yang diteliti oleh Ayu Nur Azizah (1110018200076, Jurusan
Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan, UIN
Jakarta, 2014). Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa 18 nilai karakter
bangsa telah diterapkan melalui berbagai kegiatan sehari-hari yang
dilakukan oleh anak. Pengimplementasian nilai-nilai tersebut tidak hanya
pengajaran saja, tetapi langsung diterapkan oleh anak asuh. Meskipun
mengalami banyak kendala dalam pelaksanaannya, namun pendidikan
karakter budaya bangsa di panti asuhan menjadi efektif karena langsung
dilaksanakan di bawah pengawasan Pembina, guru, dan senior di panti
asuhan.
Kedua, dalam penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Ali
Fauzi yang berjudul Pendidikan Alternatif Kaum Marjinal (3101129,
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, IAIN Walisongo
Semarang, 2007). Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa
pendidikan alternatif muncul sebagai reaksi atas anggapan kurang tepatnya
kurikulum nasional yang dibuat pemerintah. Selain itu, program
pendidikan alternatif bagi kaum marjinal juga bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan dan daya produksi kaum petani, kaum tukang,
pengrajin dan sebagainya.
39
Ketiga, dalam penelitian yang dilakukan oleh Adhi Afwan
Mubarok yang berjudul Pendidikan Karakter Anak Jalanan Melalui
Program Pendidikan Agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan
Yogyakarta (07102241017, Program Studi Pendidikan Luar Sekolah,
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidika, Universitas
Negeri Yogyakarta, 2012). Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa
pendidikan karakter anak jalanan dilaksanakan melalui program
pendidikan agama islam dengan melalui perencanaan yang melibatkan
beberapa faktor, antara lain pendidik, sasaran warga belajar, fasilitas
belajar, dan kurikulum. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat
ditemukan faktor yang mendukung keberhasilan dari program yang
dilaksanakan, yaitu tersedianya alat-alat ibadah dan terdapat volunteer
yang peduli dengan program tersebut. Selain faktor pendorong, ada faktor
yang menghambat berlangsungnya program pendidikan karakter ini, antara
lain kondisi psikis anak jalanan yang masih labil, disiplin waktu yang
kurang konsisten dari pendidik, dan motivasi anak jalanan yang belum
stabil untuk ikut serta dalam kegiatan.
Dari beberapa penelitian di atas dalam penelitian yang sudah
dilakukan belum membahas tentang permasalahan yang akan diteliti
mengenai Penerapan Pendidikan Karakter bagi Masyarakat Marjinal
(Studi Kasus di Yayasan Nara Kreatif Jakarta). Perbedaan dengan
beberapa penelitian yang sebelumnya yaitu terletak pada objek yang akan
diteliti, masyarakat marjinal. Masyarakat marjinal disini ialah masyarakat
yang mengikuti kegiatan di Yayasan Nara Kreatif dimana mereka
perannya yaitu sebagai warga belajar atau peserta didik. Selain itu,
penerapan pendidikan karakter disini lebih menekankan pada beberapa
kegiatan yang dilaksanakan Yayasan Nara Kreatif yang mana di setiap
kegiatan tersebut menanamkan nilai-nilai karakter. Dengan kata lain,
penulis akan meneliti tentang penerapan pendidikan karakter khususnya
pada kegiatan yang dilaksanakan bagi masyarakat marjinal.
40
D. Kerangka Berfikir
Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian yang terdahulu, dapat
diketahui bahwa menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter tidaklah
mudah khususnya bagi masyarakat marjinal. Ada beberapa kendala yang
dirasakan belum maksimalnya penerapan nilai-nilai pendidikan karakter
bagi masyarakat marjinal, seperti lingkungan masyarakat dimana mereka
tinggal yang tidak mendukung, kurangnya kerjasama antara orangtua
dengan pihak Yayasan Nara Kreatif, serta penyampaian pesan atau nasihat
yang terkadang disalah artikan oleh warga belajar.
Yayasan Nara Kreatif merupakan tempat dimana para warga
belajar (khususnya kaum marjinal) dapat memperoleh pendidikan ataupun
merasakan kegiatan-kegiatan yang sama seperti sekolah formal pada
umumnya. Yayasan Nara Kreatif diharapkan dapat menerapkan nilai-nilai
pendidikan karakter secara maksimal disetiap kegiatan yang dilakukan
agar para warga belajar mengetahui bahwa setiap kegiatan dapat diambil
manfaatnya dan mereka dapat mengaplikasikan manfaat yang mereka
peroleh dalam kehidupan sehari-hari.
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Obyek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Yayasan Nara Kreatif yang berlokasi di
Perumahan Bumi Harapan Permai Pratama III, Blok K Nomor 4,
Kelurahan Kampung Dukuh, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur.
Penulis melakukan penelitian di Yayasan Nara Kreatif ini untuk
mengetahui sejauh mana penerapan pendidikan karakter bagi
masyarakat marjinal ini berlangsung dan faktor-faktor apa saja yang
mendukung, serta kendala yang dihadapi pada saat penerapan dan apa
upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut.
2. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian yang dilakukan ialah terhitung dari bulan
Maret hingga bulan September 2016. Berikut merupakan waktu
kegiatan penelitian yang dilakukan.
Tabel 3.1
Waktu Kegiatan Penelitian
N
o. Jenis Kegiatan
Waktu
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
1. Bimbingan skripsi
BAB 1-3
2. Pengumpulan data
3. Pelaksanaan
penelitian
4. Pengolahan data
5. Bimbingan BAB 4-5
6. Uji referensi
7. Munaqosah
42
B. Metode Penelitian
Dilihat dari tujuan penelitian, fokus penelitian ini adalah
mengamati, dan melihat bagaimana penerapan pendidikan karakter bagi
masyarakat marjinal di Yayasan Nara Kreatif. Dengan demikian penelitian
ini dapat dikategorikan sebagai penelitian kualitatif. Dengan pendekatan
tersebut diharapkan dapat diperoleh pemahaman dan penafsiran yang
mendalam mengenai makna, kenyataan, dan fakta yang relevan. Dalam
penelitian ini, sasaran yang hendak dicapai adalah untuk mendeskripsikan,
memahami dan memaknai sistem penerapan pendidikan karakter bagi
masyarakat marjinal di Yayasan Nara Kreatif.
Metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek alamiah (sebagai lawannya adalah
eksperimen) melalui pengamatan, wawancara atau penelaahan dokumen.1
Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor, metodologi kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang atau pelaku yang dapat diamati.2
Oleh sebab itu, berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berfikir
yang telah dipaparkan didepan, untuk mendapatkan data yang akan
mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan, maka jenis penelitian
yang dianggap tepat adalah penelitian kualitatif deskriptif analisis.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
diperoleh dari hasil observasi dan wawancara yang dikonsolidasikan:
1. Observasi
Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi langsung. Dalam observasi disini, peneliti hanya sebagai
pengamat yang tidak mengikuti secara penuh seluruh kegiatan yang
1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R
& D, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 15. 2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1998), h. 231.
43
dilakukan anak terkait penerapan pendidikan karakter bagi masyarakat
marjinal di Yayasan Nara Kreatif. Observasi dilaksanakan untuk
memperoleh data mengenai kondisi objek yang diteliti, melihat dan
mengamati beberapa kegiatan yang berlangsung di Yayasan Nara
Kreatif terkait penerapan nilai-nilai pendidikan karakter. Penulis
melakukan observasi untuk mengikuti kegiatan keseharian beberapa
warga belajar yang berasal dari masyarakat marjinal dalam penerapan
pendidikan karakter.
2. Wawancara
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara tidak
terstruktur yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bentuk-
bentuk informasi tertentu. Peneliti mewawancarai ketua yayasan
kepala sekolah dan pengajar sebagai responden, serta warga belajar
sebagai informan untuk memperkuat jawaban mengenai penerapan
pendidikan karakter bagi warga belajar yang berasal dari masyarakat
marjinal dalam seluruh kegiatan yang dilaksanakan di Yayasan Nara
Kreatif.
D. Teknis Analisa Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian kualitatif
adalah model analisis dan mengalir (flow model). Langkah-langkah yang
dipergunakan dalam model ini antara lain: pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
1. Pengumpulan Data
Peneliti membuat catatan data yang dikumpulkan melalui
observasi, wawancara dan studi dokumentasi yang merupakan catatan
lapangan yang terkait dengan pertanyaan atau tujuan penelitian.
2. Reduksi Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, yakni dari observasi, wawancara dan
studi dokumentasi. Setelah dibaca, dipelajari, maka langkah
44
selanjutnya adalah mengadakan reduksi data. Langkah ini berkait erat
dengan proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan,
mengabstraksikan dan mentransformasikan data mentah yang
diperoleh dari hasil peenelitian. Reduksi data dilakukan selama
penelitian berlangsung. Langkah ini dilakukan sebelum data benar-
benar dikumpulkan. Peneliti sudah megetahui data-data apa saja yang
dilakukan terkait penelitian.
3. Penyajian Data
Penyajian data atau kumpulan informasi yang memungkinkan
peneliti melakukan penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data yang
mudah dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah teks naratif yang
menceritakan secara panjang lebar temuan penelitian.
4. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan atau verikfikasi merupakan langkah
selanjutnya. Analisisnya menggunakan analisis model interaktif.
Artinya analisis ini dilakukan dalam bentuk interaktif dari ketiga
komponen utama tersebut. Data yang terkumpul dari hasil observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi yang terkait dengan penelitian
direduksi untuk dipilih mana yang paling tepat untuk disajikan. Proses
pemilihan data akan difokuskan pada data yang mengarah untuk
pemecahan masalah, penemuan, pemaknaan, atau untuk menjawab
pertanyaan penelitian.3
3 Ayu Nur Azizah, “Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa Bagi Anak Terlantar
di Panti Asuhan Nurul Qur’an Bekasi”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014, h.
37-38, tidak publikasikan.
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Yayasan Nara Kreatif
Yayasan Nara Kreatif merupakan salah satu yayasan
kewirausahaan sosial (social entrepreneur) yang mana bergerak dalam
bidang pengolahan limbah perusahaan (green office) dan lembaga
pendidikan (green education), khususnya limbah kertas. Hasil dari
pengolahan limbah tersebut dikaryakan menjadi produk berdaya guna dan
berdaya jual untuk akses pendidikan sekolah bebas biaya, serta tempat
tinggal (asrama).1
Yayasan Nara Kreatif berlokasi di Perumahan Bumi Harapan
Permai Pratama III, Blok K Nomor 4, Kelurahan Kampung Dukuh,
Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Latar belakang didirikannya
Yayasan Nara Kreatif ini karena bentuk kepedulian terhadap lingkungan
sekitar, terlebih dewasa ini semakin kurangnya kesadaran masyarakat
terhadap limbah kotor yang ada disekitar, serta bertambahnya anak-anak
usia sekolah yang putus sekolah dan menjamurnya anak jalanan di Ibu
Kota Jakarta. Berdasarkan latar belakang masalah itu akhirnya Nezatullah
Ramadhan selaku founder memiliki ide untuk mendirikan Yayasan Nara
Kreatif.
Awal mula didirikannya Yayasan Nara Kreatif ini ketika
Nezatullah Ramadhan mengikuti program peminjaman modal bagi
mahasiswa, pada saat itu beliau masih berkuliah atau menyandang status
sebagai mahasiswa di Politeknik Negeri Jakarta jurusan Teknik Mesin.
Modal yang diberikan pada saat itu tidaklah banyak, namun
dimaksimalkan penuh untuk pendirian Yayasan Nara Kreatif. Salah satu
bentuk investasi modalnya yaitu untuk pembuatan mesin pengolah limbah
1 Profil Yayasan Nara Kreatif, tahun 2016, h.2.
46
kertas. Mesin pengolahan limbah kertas tersebut beliau ciptakan sendiri
bermodal dari ilmu yang beliau dapatkan pada saat kuliah. Pada awal
mulanya Yayasan Nara Kreatif berlokasi di satu petak rumah kontrakan,
namun seiring berjalannya waktu akhirnya Yayasan Nara Kreatif didukung
oleh salah satu rekanan kerjasamanya untuk mengkontrak 1 rumah yang
lebih layak untuk dihuni.
Produk yang diolah oleh Yayasan Nara Kreatif diproduksi oleh
anak-anak asuh yang tinggal di asrama yang telah disediakan. Anak-anak
asuh ini berasal dari anak-anak yatim, putus sekolah, dan marjinal. Mereka
diasramakan tidak hanya untuk tinggal, melainkan untuk dididik dan
diberikan pendidikan, serta keterampilan. Selain itu, mereka juga diberikan
penanaman nilai-nilai karakter dalam kesehariannya, karena berdasarkan
latar belakang mereka tersebut, penanaman nilai-nilai karakter sangatlah
minim bahkan hampir tidak ada.
Selain disediakannya asrama atau tempat tinggal, dalam
pemenuhan kegiatan sosial lainnya Yayasan Nara Kreatif memberikan
fasilitas pendidikan sekolah bebas biaya, yaitu dengan mengadakan
pendidikan kesetaraan sekolah kejar paket, khususnya bagi anak yatim,
putus sekolah, dan marjinal. Adapun tujuan dari pelaksanaan sekolah kejar
paket ini adalah sebagai berikut:
a. Memberikan pendidikan kesetaraan bebas biaya bagi seluruh kalangan
masyarakat
b. Menanamkan kepada warga belajar nilai-nilai budi pekerti yang luhur
c. Menyelenggarakan pendidikan yang menumbuhkembangkan potensi
warga belajar untuk menjadi manusia yang mandiri, berjiwa
kepemimpinan dan kreatif
d. Memberikan pembinaan, pengarahan, serta wadah bagi warga belajar
untuk mengembangkan serta menggali potensi diri bersosial
47
e. Mewadahi generasi muda untuk berkontribusi nyata di dunia
pendidikan.2
Berdasarkan tujuan diselenggarakannya pendidikan kesetaraan
tersebut, dapat diketahui bahwa Yayasan Nara Kreatif sangat concern
terhadap pendidikan bagi masyarakat menengah bawah, khususnya bagi
masyarakat marjinal. Keberadaan Yayasan Nara Kreatif kini menjadi
wadah bagi mereka untuk mendapatkan pendidikan yang layak, serta
meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
2. Identitas Yayasan Nara Kreatif
Yayasan Nara Kreatif merupakan kewirausahaan sosial, yang
bergerak dalam pengolahan limbah perusahaan dan lembaga pendidikan,
khususnya yang berbahan dasar kertas. Hasil pengolahannya tersebut
digunakan untuk akses pendidikan sekolah bebas biaya dan tempat tinggal
(asrama).
Nama Yayasan : Yayasan Nara Kreatif
Alamat : Perumahan Bumi Harapan Permai Pratama III
Blok K Nomor 4, Kelurahan Kampung Dukuh,
Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur
No. Telepon : 021-87782967
Website : www.narakreatif.co.id
Akta Notaris : Netty Maria Machdar, SH
Akta Nomor 65 tanggal 06 Februari 2013
3. Visi dan Misi Yayasan Nara Kreatif
a. Visi Yayasan Nara Kreatif
“Rumah Kreatif Melayani Umat”. Menjadi rumah kreatif se-
Nusantara dalam pengolahan limbah kertas serta organik yang
memberikan kemudahan kepada anak jalanan dan anak keluarga
dhuafa dalam mewujudkan kehidupan yang lebih baik.
2 Profil Yayasan Nara Kreatif, 2016, h. 35.
48
b. Misi Yayasan Nara Kreatif
1) Memberikan kemudahan dengan mengajarkan keterampilan dan
keahlian mengubah limbah kertas, serta organik yang tidak bernilai
menjadi bernilai guna kepada anak keluarga dhuafa.
2) Mewujudkan kehidupan lebih baik dengan memberikan pendidikan
agama dan sekolah secara gratis, sampai diberikan beasiswa untuk
kuliah.
3) Mengubah situasi dan kondisi kehidupan keluarga dhuafa untuk
lebih baik, dengan pendekatan karakter serta penanaman pola pikir
yang lebih baik.
4) Menjadikan anak keluarga dhuafa sebagai mitra bisnis, bukan
sebagai pekerja agar menumbuhkan kemandirian masyarakat
secara berkelanjutan.
5) Mengubah pola pikir dan karakter anak keluarga dhuafa, untuk
kreatif dalam mewujudkan kehidupan lebih baik.3
4. Data Pengurus, Pengajar, Anak Asuh dan Warga Belajar
a. Data Pengurus dan Pengajar
Kondisi di Yayasan Nara Kreatif ini, khususnya untuk
kestrukturan dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu divisi operasional
dan divisi pendidikan. Untuk operasional, dipimpin oleh Kepala
Operasional dan dibawahi oleh Sekretaris, Staff Produksi dan Staff
Logistik. Penanggung jawab untuk produksi ini diserahkan kepada
salah satu anak asuh Yayasan Nara Kreatif yang dianggap mampu
untuk diberikan tanggung jawab lebih dari pada anak asuh lainnya.
Selain itu untuk penanggung jawab logistik merupakan salah satu
alumni warga belajar yang mengenyam pendidikan kesetaraan paket C.
Sedangkan untuk pendidikan dipimpin oleh Kepala Sekolah dan
dibawahi oleh Administrasi, Kesiswaan, Pengajar Sekolah Kejar Paket,
dan Pengajar Agama Islam.
3 Profil Yayasan Nara Kreatif, 2016, h. 3-4.
49
Adapun kualifikasi pengurus divisi operasional, divisi
pendidikan, dan pengajar secara keseluruhan berjumlah 16 orang,
terdiri dari 10 orang laki-laki dan 6 perempuan. Pendidikan terakhir
Strata 1 (S1) 4 orang, Diploma III (D3) 2 orang, SMA sebanyak 9
orang dan SMP sebanyak 1 orang. Untuk tenaga pengajar yang ada di
Yayasan Nara Kreatif kebanyakan masih berstatus sebagai mahasiswa
yang berasal dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan
Tinggi Swasta (PTS). Dengan mengusung visi dan misi yayasan serta
niat yang tulus dan ikhlas, status akademis yang dimiliki pengajar di
Yayasan Nara Kreatif tidak menjadi sekat untuk berbagi terhadap
sesama.
Berikut merupakan data yang diterima mengenai pengurus
divisi operasional dan divisi pendidikan, serta pengajar berdasarkan
tingkat pendidikan di Yayasan Nara Kreatif,
Tabel 4.1
Data pengurus dan pengajar Yayasan Nara Kreatif berdasarkan
jenjang pendidikan
No. Tingkat Pendidikan
Terakhir Jumlah Prosentase
1. S1 4 25 %
2. D3 2 12,5 %
3. SMA 9 56,25 %
4. SMP 1 6,25 %
Jumlah 16 100 %
b. Keadaan Anak Asuh dan Warga Belajar
Anak-anak yang berada di Yayasan Nara Kreatif terdapat dua
kelompok, yaitu anak asuh dan warga belajar. Anak asuh merupakan
anak yang tinggal atau diasramakan di Yayasan Nara Kreatif. Selain
itu diberikan keterampilan produksi daur ulang, penanaman nilai-nilai
karakter dalam keseharian, dan mengenyam pendidikan kesetaraan.
Sedangkan untuk warga belajar sendiri adalah anak yang hanya
50
mengenyam pendidikan kesetaraan di Yayasan Nara Kreatif dan
mengikuti beberapa kegiatan yang berlangsung, tanpa diwajibkan
untuk tinggal atau diasramakan dan mengikuti keterampilan produksi
daur ulang.
Latar belakang mereka pun berbeda-beda, ada yang berasal dari
pengamen jalanan, Asisten Rumah Tangga (ART), buruh, broken
home, putus sekolah, office boy, dll. Alasan mereka bergabung di Nara
Kreatif bermacam-macam, namun kebanyakan dari mereka bergabung
karena ketidakmampuan dalam segi keuangan dan bahkan ada yang
termarjinalkan dari lingkungan atau meresa dikucilkan dari lingkungan
masyarakat.
Berikut merupakan data anak asuh dan warga belajar
berdasarkan latar belakang yang berada di Yayasan Nara Kreatif,
Tabel 4.2
Data warga belajar dan anak asuh berdasarkan latar belakang
No. Latar Belakang Jumlah Prosentase
1. Putus Sekolah / Drop Out 133 73,5 %
2. Broken Home 13 7,1 %
3. Anak Jalanan 3 1,7 %
4. Pekerja (ART, Buruh,
Office Boy, dll.) 18 9,9 %
5. Yatim / Piatu 14 7,8 %
Jumlah 181 100 %
Data tersebut berasal studi dokumentasi dari Yayasan Nara
Kreatif dari mulai bulan Januari 2015 hinggan September 2016.
Adapun untuk data yang lebih terperinci terdapat di Lampiran 12.
Tabel tersebut menunjukkan bahwa keberadaan jumlah anak asuh dan
warga belajar ini merupakan gambaran kecil dari potret masyarakat
marjinal di DKI Jakarta. Mereka butuh perhatian khusus dari
pemerintah untuk mendapatkan kehidupan yang layak, serta mendapati
fasilitas yang memadai seperti masyarakat pada umumnya.
51
Sedangkan data anak asuh dan warga belajar berdasarkan
jenjang pendidikan di Yayasan Nara Kreatif per bulan September 2016
adalah sebagai berikut,
Tabel 4.3
Data warga belajar dan anak asuh berdasarkan tingkat pendidikan
No. Tingkat
Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. Paket A 16 10 26
2. Paket B 17 7 24
3. Paket C 22 14 36
TOTAL 55 31 86
5. Proses Penerimaan Anak Asuh dan Warga Belajar
Dari hasil observasi yang dilakukan, untuk proses penerimaan baik
untuk anak asuh dan warga belajar tidak ada perbedaan. Mereka yang
memiliki keinginan untuk bergabung menjadi bagian di Yayasan Nara
Kreatif diterima baik oleh pengurus disana. Untuk jumlah anak asuh yang
tinggal atau diasramakan di Yayasan Nara Kreatif berjumlah sebanyak 22
orang, terdiri dari 10 anak perempuan dan 12 anak laki-laki. Sedangkan
untuk warga belajar berjumlah sebanyak 64 terdiri dari 21 anak perempuan
dan 43 anak laki-laki. Adapun daerah asal mereka kebanyakan yang
tinggal di sekitar Yayasan Nara Kreatif, namun tidak sedikit pula yang
berasal dari luar kota DKI Jakarta.
Proses kedatangan warga belajar dan anak asrama ke Yayasan Nara
Kreatif melalui beberapa cara yaitu:
a. Melalui teman yang terlebih dulu berada di Yayasan Nara Kreatif
b. Melalui tetangga, mereka memberi informasi kepada orang-orang
disekitar dan mengetahui keberadaan Yayasan Nara Kreatif
c. Datang sendiri, mereka melihat-lihat spanduk yang terpasang di pagar
Yayasan Nara Kreatif dan bertanya kepada pengurus untuk informasi
kegiatan yang diselenggarakan Yayasan Nara Kreatif
52
d. Melalui media elektronik dan media cetak, kegiatan yang berlangsung
di Yayasan Nara Kreatif beberapa kali kerap diliput oleh stasiun TV
Swasta Indonesia (Trans 7, TV One, Metro TV, Net TV, Daai TV,
Kompas TV, dll.) dan masuk ke beberapa redaksi di media cetak,
bahkan setiap kegiatan yang berlangsung dapat diketahui melalui
social media milik Yayasan Nara Kreatif (Instagram dan Twitter).
Berasal dari informasi tersebut, mereka berusaha mencari tahu seputar
Yayasan Nara Kreatif.
6. Sarana dan Prasarana
Untuk menunjang berbagai kegiatan yang berlangsung, maka
sarana dan prasarana yang memadai pun harus diutamakan. Adapun sarana
dan prasarana yang disediakan Yayasan Nara Kreatif terdiri dari ruang
kantor (Ketua yayasan, divisi operasional, dan divisi pendidikan), ruang
rapat, kamar anak asuh laki-laki, kamar anak asuh perempuan, dapur,
kamar mandi, mini library, dll. Namun, sangat disayangkan belum adanya
ruang belajar khusus untuk pendidikan kesetaraan sekolah kejar paket.
Berdasarkan hasil observasi, ruang tengah dan garasi di Yayasan Nara
Kreatif beralih fungsi pada saat malam hari untuk kegiatan belajar
mengajar. Dengan kondisi seperti ini, pengajar bekerja keras untuk
mengelola kondisi pembelajaran agar berjalan secara kondusif.
Dalam hal prasarana pendukung kegiatan lainnya seperti komputer,
sudah memadai meskipun kondisinya ada beberapa komputer yang tidak
berfungsi dengan baik, namun untuk alat peraga dan alat olahraga belum
disediakan oleh pihak Yayasan Nara Kreatif. Dengan keterbatasan tersebut
tentunya akan menjadi kendala mengingat sarana dan prasarana diperlukan
untuk mendukung kelancarana pelaksanaan kegiatan yang berlangsung di
Yayasan Nara Kreatif.
53
7. Kurikulum Pembelajaran
Untuk melaksanakan pendidikan kesetaraan, kegiatan belajar
mengajar di Yayasan Nara Kreatif, khususnya untuk sistem
pembelajarannya menggunakan kurikulum yang dikeluarkan oleh
pemerintah yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sebagai
salah satu acuan dalam melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan hail
pengamatan, kurikulum yang diterapkan juga disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat yang bersekolah di Yayasan Nara Kreatif,
mengingat warga belajar yang bersekolah berasal dari masyarakat
marjinal. Oleh sebab itu, Yayasan Nara Kreatif mengkombinasikan
kurikulum yang ada dengan hal-hal yang dibutuhkan oleh warga belajar
disana. Selain itu pula, kurikulum yang ada diintegrasikan dengan nilai-
nilai karakter agar warga belajar selain mendapatkan pemahaman secara
akademik juga dapat menanamkan nilai-nilai positif dalam kehidupan
kesehariannya.
8. Kerjasama Yayasan
Dalam menjalani kegiatan di Yayasan Nara Kreatif, maka
diperlukan kerjasama dengan pihak-pihak lain untuk memenuhi kebutuhan
seluruh program. Meskipun terdapat kegiatan operasional yaitu
pengolahan daur ulang kertas yang dapat membantu beberapa kegiatan
operasional di Yayasan Nara Kreatif, namun bantuan dari beberapa
perusahaan sangat membantu untuk memperlancar seluruh kegiatan yang
ada. Berikut perusahaan yang menjalin kerjasama dengan Yayasan Nara
Kreatif:
a. PT Merck Tbk
b. Bank Mandiri
c. Bank BNI Syariah
d. YBM BRI
e. PT Nutrifood
f. Garuda Food
54
g. PT Astra Internasional
h. dll.
B. Deskripsi dan Analisis Data
Dalam penelitian, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif,
pengumpulan data di lapangan penulis menggunakan beberapa metode yang
digunakan, yaitu: observasi dan wawancara. Penggunaan metode tersebut
diharapkan dapat membantu penulis dalam mengetahui kondisi yang
sebenarnya di Yayasan Nara Kreatif, khususnya dalam penerapan nilai-nilai
pendidikan karakter bagi masyarakat marjinal yang melakukan beberapa
kegiatan di tempat tersebut. Melalui kegiatan observasi, penulis melakukan
pengamatan yang bertujuan mengetahui keadaan warga belajar, anak asuh,
pengurus, pengajar, dan kegiatan yang berlangsung di Yayasan Nara Kreatif.
Wawancara dilaksanakan sebagai salah satu cara untuk menggali
informasi langsung dari ketua yayasan, kepala sekolah, pengajar, dan warga
belajar. Wawancara dilaksanakan berkaitan dengan semua kegiatan yang
berlangsung di Yayasan Nara Kreatif yang berkaitan dengan penerapan nilai-
nilai pendidikan karakter, faktor pendukung, kendala-kendala yang dihadapi
dan upaya yang dilakukan.
Berdasarkan informasi yang telah didapatkan dengan wawancara,
observasi, dan dokumentasi, diharapkan dapat mengungkapkan bagaimana
penerapan nilai-nilai pendidikan karakter pada masyarakat marjinal khususnya
di Yayasan Nara Kreatif. Bentuk pertanyaan dan jawaban dari setiap
responden yang telah dilakukan analisis dituangkan dalam bentuk deskripsi
sebagai berikut.
1. Penerapan Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Dengan menganalisis jawaban yang telah diberikan oleh beberapa
narasumber, mulai dari ketua yayasan, kepala sekolah, pengajar, dan
warga belajar ternyata penerapan pendidikan karakter yang berlangsung di
55
Yayasan Nara Kreatif melalui beberapa kegiatan yang dilangsungkan.
Baik itu kegiatan yang sifatnya rutin ataupun yang sifatnya tentatif.
Menurut beberapa warga belajar, dengan penerapan nilai-nilai
pendidikan karakter ini dapat membentuk kepribadian dari warga belajar
itu sendiri. Menurut Neng Saimah salah satu anak asuh dan warga belajar
Nara Kreatif Paket C mengungkapkan :
Salah satu nilai pendidikan karakter yang saya dapatkan ialah
Leadership, karena anak asuh yang dianggap paling dewasa ialah saya,
maka saya bertanggung jawab untuk adik-adik di Yayasan Nara
Kreatif untuk memberikan contoh yang baik dan ketegasan saya
sebagai seorang kaka untuk mendidikan adik-adik saya. Selain itu
diajarkan juga sopan santun dan tentang pendidikan agama, karena di
Nara Kreatif lebih ditekankan kepada pendidikan agama atau
pembentukan akhlak. Menurut saya itu merupakan hal yang paling
penting.4
Ditinjau dari hasil wawancara dengan salah satu warga belajar tersebut
dapat dikatakan bahwa kegiatan yang berlangsung menandakan bahwa
mereka benar-benar dibentuk dari segi kepribadian dan akhlaknya.
Berdasarkan pada kajian teori yang sudah dipaparkan dalam BAB II,
pendidikan karakter karakter sama halnya dengan pendidikan moral dan
akhlak yang mana membentuk kepribadian anak, serta membina
kepribadian generasi muda.
Warga belajar Nara Kreatif yang lainnya yaitu Anita Rahayu
menambahkan :
Di Nara Kreatif ditanamkan banyak sekali nilai karakter, karena
memang anak-anak yang bergabung di Nara Kreatif banyak yang
berasal dari anak jalanan, kaum dhuafa, yang mana kalau berbicara
mereka tidak mengenal sopan santun dan etika. Maka dari itu, di Nara
Kreatif dididik agar perilaku mereka yang dulu jangan terbawa sampai
sekarang. Selain itu, adanya penanaman akhlak dan moral bagi
mereka, salah satunya dikhususkan adanya kelas pendidikan agama
Islam.5
4 Hasil wawancara dengan Warga Belajar/Anak Asuh Yayasan Nara Kreatif,
Neng Saimah (Paket C), pada Minggu, 4 September 2016. 5 Hasil wawancara dengan Warga Belajar Yayasan Nara Kreatif, Anita Rahayu
(Paket C), pada Sabtu, 20 Agustus 2016.
56
Dilihat dari hasil wawancara tersebut, tergambarkan bahwa Yayasan
Nara Kreatif menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter dikarenakan latar
belakang dari anak-anak yang bergabung di Nara Kreatif. Dengan adanya
penerapan pendidikan karakter ini diharapkan, karakter dari setiap warga
belajar dapat berubah sedikit demi sedikit. Kepala Sekolah Nara Kreatif
yang bertanggung jawab untuk divisi pendidikan di Yayasan Nara Kreatif
memaparkan bahwa :
Penerapan pendidikan karakter di Nara Kreatif yang paling utama ialah
menerapkan dan menanamkan nilai-nilai karakter mereka di setiap
kegiatan yang dilaksanakan. Contohnya ialah pada saat proses
pembelajaran, para pengajar dituntut untuk dapat memberikan nilai-
nilai karakter yang baik disamping pengetahuan akademik. Selain itu,
dalam keseharian di luar dari jam sekolah kita juga mengajari nilai-
nilai karakter, contohnya untuk saling menghargai terhadap sesama,
atau yang lebih tua, atau terhadap yang lebih muda. Selain itu,
diajarkan sopan santun dan membangun akhlak mereka.6
Berdasarkan pemaparan beliau, proses pelaksanaan pendidikan
karakter sendiri tidak hanya berlangsung pada saat Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) saja, melainkan di setiap kegiatan yang berlangsung di
Yayasan Nara Kreatif. Penerapan pendidikan karakter ini pun butuh peran
serta dari pengajar untuk dapat mengajari nilai-nilai karakter di luar jam
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Dari pengamatan penulis, cara
penyampaian untuk menerapakan nilai-nilai pendidikan karakter pun
tidaklah mudah. Mereka harus diajari secara berkelanjutan atau terus-
menerus sehingga terbentuk dengan sendirinya. Sebab pada dasarnya
prinsip dari pengembangan pendidikan karakter yaitu berkelanjutan, yang
mana proses pengembangan nilai-nilai karakter merupakan sebuah proses
yang panjang.7 Selain itu pula, perbaikan diri dari pengajar pun mesti
dilakukan karena seringkali para warga belajar mencontohkan perilaku
yang dilakukan oleh pengajar. Contohnya secara tidak sengaja ada salah
6 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Nara Kreatif , Muhammad Taufik,
pada Minggu, 7 Februari 2016. 7 Nanang Purwanto, Pengantar Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h.
193-194.
57
satu pengajar yang minum dengan cara berdiri, hal ini sering kali ditiru
oleh warga belajar. Padahal etika yang baik dan benar adalah apabila
minum posisi kita diharuskan duduk.8 Maka dari itu sebelum menerapkan
nilai-nilai pendidikan karakter terhadap warga belajar, harus dimulai
diterapkan dari diri masing-masing khususnya pengajar yang berinteraksi
langsung dengan warga belajar.
Ketua Yayasan Nara Kreatif, Nezatullah Ramadhan pun
menambahkan:
Kami memang tidak memiliki dokumen atau draft untuk setiap
kegiatan dan nilai-nilai karakter apa saja yang harus diterapkan, tetapi
pada dasarnya kami menerapkan secara langsung melalui contoh atau
tindakan yang kami lakukan. Kami selalu menanamkan kepada warga
belajar bahwa setiap kegiatan yang dilaksanakan terdapat berbagai
macam nilai-nilai yang terkandung, dan dipastikan kegiatan tersebut
bermanfaat bagi mereka.9
Dari hasil pengamatan penulis, kegiatan yang berlangsung di Yayasan
Nara Kreatif memang tidak terdapat draft atau dokumen yang jelas terkait
dengan kegiatan yang diselenggarakan. Namun, penulis melihat 18 nilai
yang terkandung pada nilai-nilai pendidikan karakter bangsa sudah
diaplikasikan di setiap kegiatan yang diselenggarakan. Berikut hasil dari
pengamatan penulis terkait dengan kegiatan dan nilai-nilai pendidikan
karakter yang diterapkan.
a. Pendidikan Kesetaraan
Salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh Yayasan Nara
Kreatif yaitu dengan menyelenggarakan Program Pendidikan
Kesetaraan Kelompok Belajar (Kejar) Paket A, B, dan C. Pendidikan
kesetaraan ini dilatarbelakangi minimnya tingkat pendidikan yang
diperoleh masyarakat marjinal yang berada di sekitar Yayasan Nara
Kreatif. Selain itu pula, kegiatan pendidikan kesetaraan ini untuk
memberikan kesempatan kedua bagi mereka yang termarjinalkan dari
8 Hasil observasi dari bulan Maret-September 2016.
9 Hasil wawancara dengan Ketua Yayasan Nara Kreatif, Nezatullah Ramadhan,
pada Senin, 28 Agustus 2016.
58
lingkungannya untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi. Kegiatan ini bekerjasama dengan salah satu Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di Depok yaitu Yayasan Bina
Insan Mandiri (YABIM) yang mana pendiri dari PKBM tersebut yaitu
Pak Nurokhim merupakan Dewan Pengawas Yayasan Nara Kreatif.
Pendidikan kesetaraan di Yayasan Nara Kreatif diselenggarakan
tanpa dipungut biaya atau dengan kata lain gratis. Hal ini dikarenakan
keuntungan atau profit hasil dari kreativitas daur ulang limbah kertas
yang diproduksi dialokasikan salah satunya untuk akses kegiatan
pendidikan. Kegiatan pendidikan ini diselenggarakan pada waktu
malam hari, karena mengingat rata-rata warga belajar yang bersekolah
di Nara Kreatif ada yang bekerja di siang harinya, sama halnya dengan
pengajar yang berkontribusi di kegiatan ini.
Berikut jadwal Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang
diselenggarakan di Yayasan Nara Kreatif.
Tabel 4.4
Jadwal Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
HARI JAM PAKET A PAKET B PAKET C
Selasa 19.00 – 22.00
1) PKn
2) B. Indonesia
3) IPS
1) IPS
2) PKn
3) Matematika
1) PKn
2) Matematika
3) Geografi
Rabu 17.30 – 21.30 Pendidikan Agama Islam
Kamis 19.00 – 22.00
1) B. Inggris
2) IPA
3) Komputer
1) B. Inggris
2) B.Indonesia
3) IPA
1) B. Indonesia
2) Sosiologi
3) B. Inggris
Jumat 19.00 – 20.00 Matematika Komputer 1) Ekonomi
2) Komputer 20.00 – 21.00
Sabtu Ekstrakurikuler
59
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, penerapan nilai-nilai
pendidikan karakter untuk kegiatan pendidikan kesetaraan ini
keseluruhan 18 nilai karakter diterapkan. Mulai dari nilai karakter
religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Salah satu contoh yang dapat dilihat dari nilai karakter religius
yaitu setiap memulai dan mengakhiri Kegiatan Belajar Mengajar,
warga belajar diwajibkan untuk berdoa bersama-sama, sehingga hal ini
menjadi rutinitas yang berkelanjutan serta menanamkan kepada
mereka apabila ingin memulai dan mengakhiri melakukan sesuatu
harus berdoa terlebih dulu. Contoh nilai karakter yang lainnya yaitu
displin, yang mana Kegiatan Belajar Mengajar di Nara Kreatif sudah
terjadwalkan dari mulai jam masuk hingga jam pulang. Warga belajar
mau tidak mau harus mentaati peraturan yang sudah ditetapkan,
mereka diharuskan datang tepat waktu dan apabila mereka berhalangan
hadir dikarenakan sakit atau izin maka terlebih dulu mereka harus izin
kepada Wali Kelas masing-masing. Hal ini menanamkan kepada warga
belajar bahwa hidup disiplin itu diperlukan, salah satunya disiplin
terhadap waktu dan peraturan yang ditetapkan.
Dengan penerapan nilai-nilai tersebut, diharapkan warga belajar
yang mengikuti pendidikan kesetaraan di Nara Kreatif dapat
memperoleh manfaat yang berlebih, tidak hanya kemampuan dari segi
akademis tetapi juga pembentukan karakter mereka sehingga mereka
dapat aplikasikan pada kehidupan mereka sehari-hari dan bermanfaat
pula bagi orang-orang disekitar.
b. Pendidikan Agama Islam
Selain kegiatan pendidikan kesetaraan, Yayasan Nara Kreatif juga
mengadakan kegiatan Pendidikan Agama Islam berupa kelas Agama
yang dilaksanakan setiap hari Rabu dari pukul 17.30 – 21.30 WIB.
60
Kegiatan ini diselenggarakan mengingat latar belakang warga belajar
yang berasal dari masyarakat marjinal yang membutuhkan
pengetahuan mengenai agama Islam, sebab kebanyakan dari mereka
yang belum memahami mengenai materi agama Islam. Dengan
diadakanya kelas agama seperti ini, diharapkan mereka mendapatkan
pengetahuan mengenai Agama Islam yang mungkin sebelumnya
mereka tidak ketahui.
Berikut jadwal kegiatan Pendidikan Agama Islam yang
diselenggarakan Yayasan Nara Kreatif.
Tabel 4.5
Jadwal Kegiatan Pendidikan Agama Islam
NO JAM KEGIATAN
1 17.30 – 18.00 Salawat
2 18.00 – 18.15 Sholat Maghrib berjamaah
3 18.15 – 18.30 Dzikir dan Do’a
4 18.30 – 19.00 Tadarus dan membaca Al-Qur’an
5 19.00 – 19.45 Materi PAI (SKI / Fiqih / Adab / Ibadah)
6 19.45 – 20.00 Sholat Isya berjamaah
7 20.00 – 20.30 Tajwid untuk Qur’an dan Iqra
8 20.30 – 21.30 Muhadoroh (berpidato) / Bahasa Arab
Berdasarkan pengamatan penulis, nilai karakter yang diterapkan
pada kelas agama ini lebih didominasi pada nilai karakter religius,
namun ada beberapa nilai karakter lainnya yaitu jujur, disiplin,
toleransi, disiplin, kreatif, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, cinta
damai, gemar membaca, peduli sosial, dan tanggung jawab. Nilai
karakter religius sangat mendominasi terlebih dari materi-materi yang
diajarkan. Selain itu dengan diselenggarakannya kelas agama,
menumbuhkan nilai karakter mereka yang lainnya yaitu gemar
membaca. Gemar membaca disini tidak hanya membaca buku
61
pengetahuan mengenai materi agama islam, melainkan membaca kitab
suci Al-Qur’an. Banyak diantara mereka yang masih terbata-bata
dalam membaca Al-Qur’an, bahkan ada yang sama sekali belum bisa
membaca. Maka dari itu agar mereka dapat membaca Al-Qur’an
dengan baik dan benar, terdapat proses pembelajaran Tadarus dan
Tajwid yang dibimbing oleh Ustadz.
Contoh nilai karakter lainnya yang diterapkan pada kegiatan ini
yaitu menghargai prestasi. Kegiatan yang diselenggarakan di kelas
agama tidak hanya mendengarkan materi atau ceramah dari pengajar
atau Ustadz saja, tetapi memberikan kesempatan kepada warga belajar
untuk menyampaikan materi mengenai agama Islam berupa kegiatan
Muhadoroh (berpidato). Pada Muhadoroh ini, warga belajar secara
bergiliran setiap minggunya untuk tampil di depan menyampaikan
materi yang sebelumnya sudah dipersiapkan. Dengan mereka tampil di
depan untuk berMuhadoroh melatih kepercayaan diri mereka untuk
tampil di depan umum, selain itu untuk lebih menghargai orang yang
berbicara di depan. Hal inilah yang harus benar-benar dibentuk, karena
terkadang ada beberapa warga belajar yang masih saja tidak mau
mendengarkan (mengobrol) temannya untuk berbicara depan. Disinilah
penanaman nilai-nilai karakter tersebut harus diterapkan secara
berkelanjutan agar lambat laun nilai-nilai tersebut tertanam pada diri
mereka tanpa harus ada paksaan dari manapun.
c. Kelas Komputer
Kelas komputer merupakan kegiatan akademik selanjutnya yang
diselenggarakan Yayasan Nara Kreatif. Kelas komputer ini diadakan
karena era globalisasi sekarang ini mengharuskan kita untuk sadar
akan teknologi, dan selain itu ada sebagian warga belajar yang masih
belum bisa mengoperasikan komputer. Hal inilah yang menjadi salah
satu alasan diselenggarakanya kelas komputer di Yayasan Nara
Kreatif. Pembelajaran kelas komputer diadakan setiap seminggu satu
kali, untuk Paket A diadakan di hari Kamis, sedangakan untuk Paket B
62
dan Paket C diadakan di hari Jumat dengan durasi waktu masing-
masing 1 jam. Terkadang waktu 1 jam masih terbilang kurang, terlebih
karena ada hambatan yaitu fasilitas komputer yang masih kurang dan
tidak diimbangi dengan jumlah warga belajar yang ada. Namun,
antusias warga belajar untuk mengikuti kelas komputer ini begitu
tinggi, meskipun terkadang mereka harus bergantian untuk
menggunakan komputer.
Nilai yang diterapkan pada kegiatan kelas komputer ini salah
satunya ialah disiplin dengan waktu, karena dengan waktu yang
terbilang singkat maka mereka harus mempergunakan waktu tersebut
dengan sebaik mungkin dengan cara hadir tepat waktu pada saat kelas
dimulai. Selain itu, nilai karakter yang selanjutnya ialah toleransi yang
mana dengan keterbatasan fasilitas yang ada, mau tidak mau mereka
harus secara bergantian untuk dapat mempergunakan media penunjang
tersebut. Maka dari itu, dibutuhkan toleransi terhadap sesame agar
dapat mempergunakan fasilitas yang serupa. Nilai karakter lainnya
yang diterapkan yaitu rasa ingin tahu. Dengan mengikuti kelas
komputer, diharapkan keterampilan mereka dapat bertambah dan
membuka wawasan mereka mengenai teknologi. Mengingat ada
sebagian dari warga belajar yang masih awam mengoperasikan
komputer, maka dengan diselenggarakanya kelas komputer ini
menstimulus mereka untuk dapat mencari tahu tentang apa saja yang
mereka pelajari untuk dapat mengoperasikan komputer.
Penerapan nilai karakter pada kegiatan ini dibutuhkan
pendampingan dari pengajar, sebab apabila tidak ada pendampingan
secara langsung maka sama saja membiarkan mereka tersesat pada
ketidaktahuan mereka.
d. Hasanah Qur’ani
Selain kegiatan pendidikan agama Islam di hari Rabu, Yayasan
Nara Kreatif bekerjasama dengan Bank BNI Syariah mengadakan
kegiatan pendidikan agama Islam lainnya yang dinamakan dengan
63
Hasanah Qur’ani. Kegiatan ini terealisasi mengingat anak-anak yang
berkontribusi di Yayasan Nara Kreatif minim akan pengetahuan agama
Islam, dan dirasa tidak cukup apabila pendidikan agama Islam
diadakan hanya satu minggu sekali. Maka dari itu, dengan adanya
kegiatan agama Islam tambahan yaitu Hasanah Qur’ani, dapat
membuka wawasan mereka mengenai ilmu agama Islam dan bacaan
Al-Qur’an. Selain menyampaikan materi mengenai Agama Islam, ada
waktu dimana tambahan untuk pendidikan umum mereka, hal ini
dilakukan agar ada variasi di setiap kegiatannya dan mencegah anak-
anak dari kejenuhan pada saat belajar. Tenaga pengajarnya sendiri
yaitu 3 orang Ustadz dan masing-masing Ustadz menyampaikan materi
yang berbeda-beda. Nilai karakter yang diterapkannya pun sama
halnya seperti kegiatan Pendiidkan Agama Islam, hanya saja kegiatan
ini lebih rutin diadaka setiap harinya. Berikut merupakan jadwal
kegiatan Hasanah Qur’ani
Tabel 4.6
Jadwal Kegiatan Hasanah Qur’ani
WAKTU SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU
05.00 – 06.30 Qur’an Qur’an Qur’an Qur’an Qur’an Fiqih
08.00 – 09.00
( >15 Tahun) Tafsir Hadits Umum Umum
09.00 – 10.00 Umum Umum Umum Umum
10.00 – 12.00
( <15 Tahun) Khoth Mahfudzat Umum Umum
14.00 – 15.30
Sirah &
Salawat
Nabi
Sirah &
Salawat
Nabi
Umum
15.00 – 17.00 Dzikir Adab
18.00 – 20.00 Tauhid
e. Nara Bersih
Nara Bersih merupakan salah satu bentuk kegiatan seperti gotong
royong membersihkan lingkungan sekitar yang diadakan setiap satu
bulan satu kali di hari minggu tiap akhir bulan. Tujuan dari kegiatan
64
ini yaitu untuk menumbuhkan kepedulian warga belajar terhadap
lingkungan sekitar, serta rasa memiliki terhadap tempat mereka
belajar.
Gambar 4.1
Kegiatan Nara Bersih salah satunya membersihkan lingkungan
sekitar di Yayasan Nara Kreatif
Ada beberapa nilai-nilai karakter yang diterapkan pada kegiatan
Nara Bersih ini, yang paling mendominasi yaitu peduli terhadap
lingkungan, mengingat tujuan diadakan kegiatan ini memang salah
satunya untuk menumbuhkan rasa kepedulian mereka terhadap
lingkungan sekitar, tidak hanya lingkungan di sekitar Nara Kreatif,
melainkan lingkungan dimanapun mereka berada. Selain itu, nilai
karakter berikutnya yakni tanggung jawab. Masing-masing warga
belajar diberitahukan sebelumnya akan ada kegiatan Nara Bersih dan
mereka diwajibkan membawa alat kebersihan sesuai dengan yang
diinformasikan, biasanya alat kebersihan yang dibawa antara lain
karung, sapu lidi, dan cangkul. Mereka bertanggung jawab untuk
membawa serta menjaga alat kebersihan tersebut, sebab apabila
mereka tidak membawa maka akan menghambat kegiatan Nara Bersih
dan waktu pun tidak berlangsung efektif. Hal ini juga bersinggungan
dengan nilai karakter disiplin, yang mana kegiatan Nara Bersih ini
dilaksanakan di pagi hari pada pukul 07.00 – 10.00 WIB, maka tidak
jarang mereka datang terlambat karena waktu pelaksanaannya yang
mereka anggap terlalu pagi. Pelaksanaan kegiatan Nara Bersih
65
dilakuka pukul 07.00 WIB karena mengingat udara pagi hari yang
masih sehat dan segar, serta cuaca yang belum terlalu terik. Maka dari
itu, pengajarnya pun wajib mencontohkan kepada warga belajar untuk
hadir tepat waktu, karena mereka menilai sosok pengajar sebagai role
model di tempat mereka belajar. Jangan sampai pengajar hanya
sekedar memberikan instruksi, namun tidak diimbangi dengan perilaku
yang sebenarnya.
f. Ekstrakurikuler (Futsal dan Pencak Silat)
Kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di Yayasan Nara
Kreatif untuk saat ini ada dua kegiatan yaitu Futsal dan Pencak Silat.
Kegiatan futsal sendiri diselenggarakan 2 minggu sekali pada hari
Sabtu pukul 20.00 – 22.00 WIB, sedangkan untuk pencak silat rutin
diadakan seminggu sekali pada hari Sabtu pukul 09.00 – 10.00 WIB.
Gambar 4.2
Kegiatan Ekstrakurikuler Pencak Silat
Pencak silat merupakan salah satu ekstrakurikuler baru yang
diselenggarakan Yayasan Nara Kreatif yang bertujuan sebagai wadah
bagi warga belajar untuk menyalurkan minat dan bakatnya pada
olahraga beladiri ini, sehingga dapat mencegah dari perbuatan yang
negatif seperti perkelahian atau tawuran. Nilai karakter yang
diterapkan pada kegiatan pencak silat ini, antara lain disiplin, rasa
ingin tahu, cinta damai, peduli sosial, dan tanggung jawab. Salah satu
contoh aktivitas yang terlihat penanaman nilai pendidikan karakter
66
yaitu tanggung jawab, karena dengan mempelajari silat kita
bertanggung jawab agar dapat mempergunakannya sebagai seni bela
diri atau olahraga saja, bukan untuk digunakan untuk melakukan
perbuatan yang negatif. Selain dari pada itu, kegiatan pencak silat ini
untuk menumbukan nilai karakter rasa ingin tahu karena setiap
banyaknya gerakan yang dilakukan ternyata memiliki fungsinya
masing-masing, maka diharapkan warga belajar timbul rasa ingin tahu
untuk hal tersebut.
Namun sayangnya minat warga belajar yang mengikuti kegiatan
pencak silat ini tidak terlalu tinggi, justru minat yang tinggi berasal
dari masyarakat sekitar yang rutin ikut serta pada kegiatan ini. Ini
menjadi tugas bagi pengurus pendidikan, bagaimana caranya agar
menumbuhkan minat warga belajar agar dapat antusias mengikuti
ekstrakurikuler pencak silat.
Selain pencak silat, kegiatan ekstrakurikuler lainnya yaitu futsal.
Futsal merupakan salah satu olahraga yang digemari oleh warga
belajar khususnya untuk laki-laki, karena mereka dapat menyalurkan
minat dan bakat mereka pada bidang olahraga ini. Futsal sempat
diadakan 1 tahun yang lalu, namun karena tidak ada penanggung jawab
dan yang melatih, maka diberhentikan untuk sementara waktu sampai
akhirnya aktif kembali pada bulan Agustus 2016 ini.
67
Gambar 4.3
Kegiatan Ekstrakurikuler Futsal
Nilai karakter yang diterapkan pada olahraga futsal ini yaitu
disiplin, kerja keras, rasa ingin tahu, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, dan tanggung jawab. Berdasarkan pengamatan
penulis salah satu nilai karakter yang terlihat pada kegiatan futsal ini
yaitu bersahabat/komunikatif. Hal ini tergambarkan ketika mereka
dibentuk menjadi 2 tim yang berbeda dan saling bertanding satu sama
lain, terlihat kerjasama di masing-masing tim tersebut agar dapat
menjadi pemenang. Selain itu, ada pula nilai karakter kerja keras yang
mana untuk menjadi pemain yang handal tidaklah mudah, dibutuhkan
latihan secara terus menerus, inilah yang tergambarkan dari kegiatan
futsal tersebut.
Meskipun kegiatan futsal diselenggarakan dengan kurun waktu 2
minggu sekali, namun antusiasme warga belajar khususnya laki-laki
sangat tinggi. Inilah yang menjadi evaluasi bagi pengurus pendidikan,
bagaimana cara agar ekstrakurikuler yang diselenggarakan
mendapatkan respon yang baik serta antusiasme yang tinggi dari warga
belajar. Selain itu, pastikan tertanam nilai-nilai pendidikan karakter
pada setiap kegiatan dan memberikan penjelasan setiap aktivitas yang
dilakukan agar mereka memahami tujuan dari aktivitas tersebut.
68
g. Kreativitas Daur Ulang
Awal mula berdirinya Yayasan Nara Kreatif ialah karena bentuk
kepedulian terhadap lingkungan sekitar, karena banyaknya limbah
kotor yang nampaknya dapat dimanfaatkan kembali. Hasil olahan
limbah ini diproduksi sebagai produk yang bernilai guna dan bernilai
jual. Bahan pengolahan limbah ini ialah berasal dari kertas bekas yang
sudah tidak terpakai dan gedebong pisang yang sudah dikeringkan.
Dengan adanya kreativitas daur ulang limbah kertas ini, diharapkan
produk yang dihasilkan nanti dapat bermanfaat bagi masyarakat luas
baik untuk instansi atau perseorangan. Hasil produksi kreativitas daur
ulang tersebut dikaryakan menjadi souvenir, office supplies, media
kitas, wedding kits, dan lain-lain.
Dari kegiatan kreativitas daur ulang ini terdapat beberapa nilai
karakter yang diterapkan yaitu kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu,
bersahabat/komunikatif, dan peduli lingkungan. Tingkat kreativitas
pada kegiatan ini benar-benar dilatih karena bahan utama untuk
pengolahannya menggunakan limbah kertas dan hasilnya nanti dapat
dijual baik itu untuk perseorangan ataupun perusahaan. Namun untuk
sekarang, kegiatan ini hanya dilaksanakan oleh anak asuh Nara Kreatif,
tetapi tidak menutup ruang bagi warga belajar apabila ingin
mengetahui dan mempelajari proses kreativitas daur ulang limbah
kertas ini.
h. HUT Nara Kreatif
Hari Ulang Tahun berdirinya Yayasan Nara Kreatif merupakan
kegiatan rutin yang diselenggarakan setiap tahunnya pada tanggal 31
Januari. Kegiatan yang diselenggarakan biasanya mengadakan
perlombaan antar Paket A, B, dan C, lalu penampilan dari masing-
masing paket (puisi, menyanyi, tarian, dll.). Selain perlombaan dan
penampilan, diadakan juga doa bersama yang mana sebagai salah satu
wujud syukur kepada Allah SWT karena masih diberi kesempatan
untuk dapat memberikan manfaat bagi orang lain dengan keberadaan
69
Yayasan Nara Kreatif. Nilai karakter pada kegiatan ini antara lain,
religius, disiplin, kerja keras, kreatif, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, peduli lingkungan, peduli sosial, dan
tanggung jawab.
Contoh kegiatan dari penerapan nilai karakter tersebut yaitu pada
saat penampilan warga belajar yang mana mereka dituntut untuk
tampil kreatif, maka dari itu untuk menampilkan sesuatu yang kreatif
dibutuhkan usaha dan kerja keras agar apa yang kita inginkan dapat
terwujud.
i. Hari Kartini
Hari Kartini merupakan perayaan hari besar nasional sebagai
bentuk memperingati perjuangan Kartini dalam memperjuangkan hak
wanita Indonesia yang dilaksanakan tiap tahunnya pada tangga 21
April. Tujuan dilaksanakannya hari Kartini bukan semata-mata hanya
peringatan hari besar melainkan kilas balik mengenai perjuangan
Kartini untuk dapat meningkatkan derajat kaum wanita Indonesia agar
mendapati pendidikan yang setara. Perayaan yang diselenggarakan
oleh Nara Kreatif berupa perlombaan dan penampilan dari warga
belajar. Nilai karakter yang diterapkan pada kegiatan ini antara lain
kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, dan tanggung jawab.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis antusiasme warga belajar
pada saat mengikuti perayaan Hari Kartini ini cukup tinggi, namun
masih harus ditekankan tentang makna sebenarnya dari perayaan
Kartini ini agar mereka mengetahui perjuangan yang sesungguhnya.
j. Nara Merah Putih
Nara Merah Putih diselenggarakan untuk memperingati dan
memeriahkan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang jatuh pada
tanggal 17 Agustus setiap tahunnya. Kegiatan ini biasa dilaksanakan
setipa tanggal 17 Agustus di mulai dari pagi hingga siang hari. Bentuk
kegiatannya pun bermacam-macam, seperti perlombaan dan karnaval.
70
Semua kegiatan ini wajib diikuti oleh seluruh warga belajar karena
sebagai bentuk kecintaan terhadap tanah air dan semangat kebangsaan
sebagai Warga Negara Indonesia. Selain itu pula, dilatih kretivitas
masing-masing warga belajar, khususnya pada kegiatan karnaval yang
mana membutuhkan kreativitas agar terlihat diferensiasi dari tim yang
lainnya. Nilai karakter yang diterapkan pada kegiatan Nara Merah
Putih ini antara lain disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, peduli lingkungan, peduli sosial,
dan tanggung jawab.
Gambar 4.4
Kegiatan Karnaval pada Perayaan HUT RI ke-71
k. Buka Puasa Bersama
Setiap bulan suci Ramadhan, Yayasan Nara Kreatif rutin
mengadakan kegiatan Buka Puasa Bersama, entahlah itu yang memang
diselenggarakan sendiri oleh Yayasan Nara Kreatif ataupun dari pihak
luar yang mengadakan kegiatan Buka Puasa Bersama dan Yayasan
Nara Kreatif hanya sebagai wadah atau tempat kegiatannya saja.
Tujuan dari diselenggarakan kegiatan ini yaitu untuk mempererat tali
silahturahim, serta meningkatkan ketaqwaan terhadap Allah SWT,
karena kegiatan yang diselenggarakan tidak hanya sekedar buka puasa
bersama melainkan ada kultum atau ceramah dari Ustadz.
71
Gambar 4.5
Suasana Buka Puasa Bersama di Yayasan Nara Kreatif
Rabu, 22 Juni 2016
Nilai karakter yang diterapkan pada kegiatan Buka Puasa Bersama
ini salah satu yang mendominasi ialah Religius, sedangkan yang
lainnya antara lain toleransi, kreatif, bersahabat/komunikatif, dan
peduli sosial. Toleransi disini yaitu toleransi antar umat beragama yang
mana ada salah satu dari warga belajar Nara Kreatif beragama Kristen,
namun pengurus pendidikan tetap mengundang warga belajar tersebut
untuk hadir namun tidak wajib. Hal ini untuk menghindari adanya
diskriminasi terhadap umat yang beragama lain, maka dari itu perlunya
penanaman nilai karakter tersebut kepada warga belajar.
l. Nara Qurban
Nara Qurban diselenggarakan karena mengingat perayaan hari
besar agama Islam yaitu Idul Adha. Selain itu, diadakannya Nara
Qurban sebagai wujud syukur kepada Allah SWT karena masih
diberikan kesempatan untuk merasakan Idul Adha dan berbagi
terhadap sesama. Bentuk kegiatan yang dilaksanakan ialah
pemotongan dan pembagian hewan qurban. Nilai yang diterapkan pada
kegiatan ini antara lain religius, toleransi, dan peduli sosial. Nilai
religius disini ialah bagaimana warga belajar atau anak asuh memaknai
hari raya Idul Adha yang sebenarnya, dan nilai dari peduli sosial yaitu
wujud kepedulian terhadap sesama yang mana membantu meringankan
72
beban orang lain salah satunya yaitu dengan pembagian hewan qurban,
sedangkan nilai karakter toleransi yaitu pembagian hewan qurban
disini tidak memandang ras, budaya, atau pun golongan keluarga
melainkan semua masyarakat yang berada di sekitar Yayasan Nara
Kreatif mendapati manfaat pembagian hewan qurban tersebut.
Gambar 4.6
Pemotongan Hewan Qurban
Idul Adha 1437H
m. Study Tour
Study tour merupakan kegiatan rutin yang direncanakan setiap
tahunnya, yang bertujuan sebagai wadah untuk menambah pengalaman
dan pengetahuan baru bagi warga belajar. Selain itu, meningkatkan
semangat untuk belajar dan menghilangkan kejenuhan. Untuk tahun
2016 ini, Yayasan Nara Kreatif sudah mengadakan study tour ke
daerah Ciomas, Bogor dan pesertanya tidak hanya berasal dari
Yayasan Nara Kreatif saja melainkan ada 2 sekolah lainnya yang ikut
serta pada kegiatan ini, yaitu Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM)
Depok dan Sekolah Taman Harapan Bekasi. Pesertanya memang
sengaja dibuat tidak hanya dari Yayasan Nara Kreatif saja karena
bertujuan untuk menambah relasi dan saling bertukar pengalaman satu
sama lain. Nilai karakter yang diterapkan pada kegiatan study tour ini
meliputi religius, jujur, toleransi, disiplin, kreatif, mandiri, rasa ingin
73
tahu, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, peduli
lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Salah satu contoh penerapan nilai pendidikan karakter pada
aktivitas yang dilakukan yaitu jujur, dimana terkadang ada saja ditemui
pihak yang tidak bertanggung jawab untuk mencuri hak yang bukan
miliknya. Hal ini terjadi pada saat study tour tahun ini, yang mana
ketika akan berangkat ada salah satu warga belajar yang kehilangan
telepon genggamnya (HP) pada saat menginap di Yayasan. Tim panitia
pun menggeledah seluruh isi tas anak-anak yang menginap di Yayasan
pada saat itu dan menanyakan secara personal kepada masing-masing
dari mereka, hingga pada akhirnya diberi pengertian bahwa mencuri
barang yang bukan miliknya ialah perbuatan yang dosa dan dilarang,
bahkan bisa di proses hukum. Maka, salah satu dari mereka akhirnya
mengakuinya dan ditanya lebih lanjut alasan mengapa ia melakukan
perbuatan tersebut, dikarenakan tidak memiliki uang dan akan menjual
telepon genggamnya tersebut.
Hal seperti inilah yang benar-benar harus ditanamkan kepada
warga belajar yaitu sikap jujur dan keterbukaan, karena mungkin ada
permasalahan yang mereka rasakan namun tidak ada wadah untuk
menyampaikannya. Peran dari pengajar sangatlah penting, karena
untuk membangun sebuah kedekatan dan keakraban tidak lah mudah
terlebih dengan latar belakang mereka yang berasal dari masyarakat
marjinal. Penerapan nilai-nilai harus lebih rutin dan berkelanjutan agar
berjalan maksimal.
n. Kelas Inspirasi
Kelas Inspirasi merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan
Yayasan Nara Kreatif yang mana mengundang pembicara dari
berbagai latar belakang, mulai dari pengusaha, direksi sampai CEO
atau pemilik suatu perusahaan. Hal ini bertujuan agar mereka menjadi
salah satu sosok yang menginspirasi mereka, karena mereka yang
menjadi inspirator menceritakan kisah hidup mereka mulai dari yang
74
bukan siapa-siapa sampai pada akhirnya mereka bisa menjadi
pimpinan suatu perusahaan. Dengan adanya Kelas Inspirasi seperti ini
membangkitkan rasa keingintahuan mereka tentang sosok yang
menjadi pembicara tersebut. Warga belajar yang hadir pada Kelas
Inspirasi diwajibkan untuk bertanya kepada pembicara terkait dengan
apa yang telah disampaikan.
Gambar 4.7
Kelas Inspirasi oleh CEO/Founder Momo Milk Indonesia
Selasa, 31 Mei 2016
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, kelas inspirasi ini adalah
salah satu kegiatan yang menarik dan mungkin jarang ditemui di
sekolah formal pada umumnya. Namun sayangnya apabila kelas
inspirasi ini diadakan pada waktu siang hari warga belajar yang datang
jauh lebih sedikit, mengingat pada siang hari ada beberapa mereka
yang bekerja.
o. Nara Sehat
Nara Sehat merupakan kegiatan yang diselenggarakan Nara Kreatif
yang bentuk kegiatannya berupa khitanan massal, pengobatan gratis,
senam/olahraga dan sebagainya. Tujuan diselenggarakan Nara Sehat
sebagai salah satu wadah yang memfasilitasi masyarakat di sekitar
Yayasan Nara Kreatif untuk mendapati fasilitas kesehatan tanpa
dipungut biaya. Berdasarkan pengamatan penulis, kegiatan Nara Sehat
75
ini diselenggarakan karena adanya kerjasama dengan instansi yang
menyelenggarakan kegiatan kesehatan.
Gambar 4.8
Kegiatan Nara Sehat Sunatan Massal Tahun 2014
supported by YBM BRI
Dari kegiatan Nara Sehat ada beberapa nilai karakter yang
diterapkan yaitu toleransi, disiplin, bersahabat/komunikatif, dan peduli
sosial. Toleransi disini dikarenakan peserta yang mengikuti Nara Sehat
bisa berasal dari mana saja, karena kembali ke tujuan semula yaitu
untuk membantu sesama, hal ini pula tak lepas dari nilai karakter
peduli sosial. Maka dari itu, dengan diadakannya kegiatan seperti ini
menumbuhkan rasa empati serta kepedulian terhadap sesama, yang
mungkin sebelumnya belum pernah dilakukan.
p. Company/Factory Visit
Kunjungan ke perusahaan/pabrik atau biasa disebut dengan
company/factory visit merupakan kegiatan kunjungan untuk
mengetahui proses langsung dari sebuah barang yang di produksi dari
perusahaan yang bersangkutan. Dengan diadakan kegiatan ini,
diharapkan warga belajar dapat bertambah wawasan serta pengetahuan
mereka yang semula mereka hanya mengetahui barang yang
diproduksi tersebut dapat langsung dikonsumsi, lain halnya bila
mengetahui proses pembuatannya dari awal. Dari hasil pengamatan
76
penulis, company/factory visit ini terakhir diadakan pada tahun 2015 di
PT Garuda Food yang berlokasi di Bandung. Nilai karakter yang
diterapkan pada kegiatan ini antara lain disiplin, rasa ingin tahu, dan
bersahabat/komunikatif. Nilai karakter yang mendominasi pada
kegiatan ini ialah rasa ingin tahu, sebab diharapkan dengan adanya
kunjungan seperti ini menumbuhkan rasa keingintahuan warga belajar
terhadap sesuatu hal yang baru. Bukan itu saja, sikap disiplin mereka
pun harus ditunjukkan ketika melakukan kunjungan, karena bisa saja
perusahaan yang dikunjungi tersebut melihat dan menilai kedisiplinan
warga belajar.
q. Workshop Keterampilan
Kegiatan workshop keterampilan disini merupakan pelatihan bagi
masyarakat yang ingin mengetahui proses pembuatan daur ulang
limbah kertas. Namun tidak hanya itu saja, Yayasan Nara Kreatif
menyediakan workshop keterampilan menjahit dan sablon. Trainer
untuk workshop keterampilan ini yaitu anak asuh Yayasan Nara
Kreatif. Mereka sebelumnya sudah diberikan pembelajaran dan
pelatihan terlebih dulu, sampai pada akhirnya dapat memberikan
pelatihan kepada orang lain. Nilai karakter yang ditanamkan pada
kegiatan ini meliputi disiplin, kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, dan peduli sosial.
r. 1000 Project
Sama halnya seperti workshop keterampilan, kegiatan 1000 Project
ini merupakan salah satu bentuk pelatihan bagi masyarakat khususnya
yang bertempat tinggal di Kepulauan Seribu. 1000 Project bekerjasama
dengan Astra International untuk memberikan pelatihan pembuatan
gelang dan kalung yang melibatkan masyarakat Kepulauan Seribu
dengan harapan mereka semua dapat terlibat dalam program ekonomi
kreatif yang diselenggarakan oleh pemerintah. Dari Yayasan Nara
Kreatif, anak asuh lah yang dikirim untuk memberikan pelatihan bagi
masyarakat yang berada disana. Tidak hanya membuat kalung dan
77
gelang saja, mereka juga melatih bagaiamana cara membuat Paper
Bag dan memproduksi sabun batang sendiri. Nilai karakter yang
tertanam pada kegiatan ini antara lain disiplin, kerja keras, kreatif, rasa
ingin tahu, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, dan peduli
sosial. Diharapkan tidak hanya anak asuh saja yang dapat memberikan
pelatihan, melainkan warga belajarnya pun juga dapat ikut serta pada
kegiatan ini.10
Tabel 4.7
Kegiatan dan Penanaman Nilai-nilai Karakter
di Yayasan Nara Kreatif
NO KEGIATAN NILAI KARAKTER
1 Pendidikan Kesetaraan
Sekolah Kejar Paket
Religius, jujur, toleransi, disiplin,
kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah
air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai,
gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, dan tanggung jawab.
2 Pendidikan Agama
Islam
Religius, jujur, disiplin, toleransi,
disiplin, kreatif, rasa ingin tahu,
menghargai prestasi, cinta damai,
gemar membaca, peduli sosial, dan
tanggung jawab.
3 Kelas Komputer Disiplin, toleransi, dan rasa ingin
tahu.
4 Hasanah Qur’ani
Religius, jujur, disiplin, toleransi,
disiplin, kreatif, rasa ingin tahu,
menghargai prestasi, cinta damai,
gemar membaca, peduli sosial, dan
tanggung jawab.
5 Nara Bersih
Disiplin, bersahabat/komunikatif,
peduli lingkungan, dan tanggung
jawab.
10
Hasil observasi dari bulan Maret-September 2016.
78
6 Pencak Silat
Disiplin, rasa ingin tahu, cinta
damai, peduli sosial, dan tanggung
jawab.
7 Futsal
Disiplin, kerja keras, rasa ingin tahu,
menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, dan
tanggung jawab.
8 Kreativitas Daur
Ulang
Kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu,
bersahabat/komunikatif, dan peduli
lingkungan.
9 HUT Nara Kreatif
Religius, disiplin, kerja keras,
kreatif, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, peduli
lingkungan, peduli sosial, dan
tanggung jawab.
10 Hari Kartini
Kreatif, mandiri, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah
air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, dan
tanggung jawab.
11 Nara Merah Putih
Disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, semangat kebangsaan, cinta
tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai,
peduli lingkungan, peduli sosial, dan
tanggung jawab.
12 Buka Puasa Bersama
Religius, toleransi, kreatif,
bersahabat/komunikatif, dan peduli
sosial.
13 Nara Qurban Religius, toleransi, dan peduli sosial.
14 Study Tour
Religius, jujur, toleransi, disiplin,
kreatif, mandiri, rasa ingin tahu,
menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai,
peduli lingkungan, peduli sosial, dan
tanggung jawab.
15 Kelas Inspirasi
Disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
menghargai prestasi, dan
bersahabat/komunikatif.
16 Nara Sehat
(Pengobatan Gratis,
Toleransi, disiplin,
bersahabat/komunikatif, dan peduli
79
Sunatan Massal, dsb.) sosial.
17 Company/Factory
Visit
Disiplin, rasa ingin tahu, dan
bersahabat/komunikatif.
18 Workshop
Keterampilan
Disiplin, kerja keras, kreatif, rasa
ingin tahu, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, dan peduli
sosial.
19 1000 Project
Disiplin, kerja keras, kreatif, rasa
ingin tahu, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, dan peduli
sosial.
Dari hasil pengamatan penulis mengenai 18 nilai-nilai karakter bangsa
yang diterapkan melalui beberapa kegiatan di Yayasan Nara Kreatif dapat
diketahui bahwa pentingnya menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter,
khususnya bagi mereka yang berasal dari masyarakat marjinal yang mana
pembentukan karakter mereka pun minim. Salah satu pengajar Paket A
pun menambahkan :
Cara untuk menerapkan nilai pendidikan karakter tersebut yaitu semua
harus dibangun dengan kedekatan, kalau warga belajar menganggap
kita keluarga atau teman, maka akan ada rasa memiliki. Maka disini
pengajar dituntut untuk memiliki kedekatan agar mudah membangun
karakter mereka.11
Berdasarkan pernyataan tersebut, pengajar harus membangun
kedekatan agar penanaman nilai-nilai pendidikan karakter dapat
diaplikasikan secara mudah. Sebab dengan latar belakang mereka tersebut
dibutuhkan daya serta upaya, dan proses agar dapat mengubah karakter
mereka terdahulu, dan membentuk karakter yang diharapkan. Peran serta
tidak hanya dari pengurus dan pengajar yang terlibat di Yayasan Nara
Kreatif, melainkan dukungan dari lingkungan sekitar pun sangat
dibutuhkan agar berjalan dengan semestinya.
11
Hasil wawancara dengan Pengajar Paket A, Hoirunnisa, pada hari Rabu, 9
Desember 2015.
80
2. Faktor Pendukung Penerapan Pendidikan Karakter
Di setiap kegiatan yang direncanakan, pastinya ada beberapa faktor
yang mendukung agar kegiatan tersebut terealisasi. Begitu pula dengan
nilai-nilai pendidikan karakter yang diterapkan di Yayasan Nara Kreatif,
pastinya ada beberapa faktor sehingga harus diaplikasikan.
Menurut Ketua Yayasan Nara Kreatif, Nezatullah Ramadhan
menjelaskan faktor utama yang melatarbelakangi penerapan pendidikan
karakter :
Hal yang melatarbelakangi salah satuya ialah latar belakang dari warga
belajar itu sendiri, yaitu yang berasal dari masyarakat marjinal. Kami
memang tidak memiliki dokumen atau draft untuk setiap kegiatan
yang diselenggarakan dan berikut nilai-nilai pendidikan karakter apa
saja yang harus diterapkan, tetapi pada dasarnya kami menerapkan
kepada mereka melalui contoh ataupun tindakan yang kami lakukan,
khususnya pengurus dan pengajar yang berkontribusi di Nara Kreatif.12
Berdasarkan pernyataan tersebut, faktor pendukung penerapan
pendidikan karakter yang berlangsung di Yayasan Nara Kreatif yaitu
dikarenakan latar belakang mereka yang berasal dari masyarakat marjinal.
Hal ini memang butuh perhatian yang penuh mengingat minimnya nilai-
nilai pendidikan karakter yang mereka dapatkan.
Selain itu, salah satu warga belajar Yayasan Nara Kreatif
menambahkan:
Nilai-nilai karakter itu penting, karena tidak selamanya kita bersekolha
di Nara Kreatif, ada saatnya kita akan kembali atau pulang ke
masyarakat. Jadi perlunya penanaman nilai-nilai karakter disini agar
nantinya pada saat diterapkan ke masyarakat lebih mudah.13
Dari hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa selain latar
belakang dari warga belajar, hal lainnya menjadi faktor pendukung yaitu
karena pentingnya penerapan nilai-nilai karakter itu sendiri. Sebab mereka
nantinya akan kembali lagi ke masyarakat dan diharapkan nilai-nilai
karakter yang didapatkan bisa diaplikasikan ke kehidupan mereka, tidak
12 Hasil wawancara dengan Ketua Yayasan Nara Kreatif, Nezatullah Ramadha,
pada hari Senin, 28 Agustus 2016. 13
Hasil wawancara dengan warga belajar Yayasan Nara Kreatif, Anita Rahayu,
pada hari Sabtu, 20 Agustus 2016.
81
hanya di Yayasan Nara Kreatif dan apa yang mereka peroleh dapat
bermanfaat bagi banyak pihak.
Sedangkan menurut warga belajar lainnya memaparkan :
Faktor penerapan pendidikan karakter karena mungkin anak-anak
remaja sekarang terlalu bebas terutama dalam pergaulan, maka dari itu
keluarga Nara Kreatif agar tidak terjerumus ke pergaulan yang neko-
neko di luar sana, jadi kita punya arah yaitu yang diisi dengan
kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan Nara Kreatif.14
Pergaulan remaja sekarang ini juga menjadi salah satu faktor,
penerapan pendidikan karakter di Yayasan Nara Kreatif. Berdasarkan data
warga belajar Yayasan Nara Kreatif, mayoritas warga belajar yang
mendaftarkan diri dan mengikuti pendidikan kesetaraan di Nara Kreatif
karena di latar belakangi putus sekolah, dan putus sekolah disini beraneka
ragam, ada yang dikarenakan memiliki masalah dengan gurunya di
sekolah, sering kali membolos, bertengkar dengan teman di sekolah,
kurangnya biaya, dan ada pula yang putus sekolah di karenakan malas
untuk bersekolah. Hal inilah yang menjadikan alasan pentingnya
penerapan pendidikan karakter bagi mereka, khususnya bagi mereka yang
berasal dari masyarakat marjinal.
Melihat berbagai faktor yang melatarbelakangi penerapan pendidikan
karakter itu sendiri, maka Yayasan Nara Kreatif mengupayakan dengan
berbagai kegiatan yang diselenggarakan, baik itu yang rutin atau tentatif.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan agar penerima manfaat yakni
masyarakat marjinal yang berkontribusi di Yayasan Nara Kreatif itu
sendiri dapat merasakan beberapa kegiatan yang positif dan bermanfaat
bagi kehidupan mereka, dan memberikan mereka pelajaran, serta
pengalaman yang berharga. Berikut beberapa kegiatan yang dihimpun dari
hasil pengamatan penulis di Yayasan Nara Kreatif.
14 Hasil wawancara dengan warga belajar/anak asuh Yayasan Nara Kreatif, Neng
Saimah, pada hari Minggu, 4 September 2016.
82
Tabel 4.8
Jadwal Kegiatan Yayasan Nara Kreatif
NO KEGIATAN WAKTU
1 Pendidikan Kesetaraan
Sekolah Kejar Paket
Selasa & Kamis : 19.00 – 22.00
Jumat : 19.00 – 21.00
2 Pendidikan Agama Islam Rabu : 17.30 – 21.30
3 Kelas Komputer Kamis : 21.00 – 22.00 (Paket A)
Jumat : 19.00 – 21.00 (Paket B & C)
4 Hasanah Qur’ani Senin – Sabtu
5 Nara Bersih Minggu : 07.00 – 10.00
(di akhir bulan)
6 Pencak Silat Sabtu : 09.00 – 10.00
7 Futsal Sabtu : 19.00 – 22.00
(2 minggu 1x)
8 Kreativitas Daur Ulang Senin – Sabtu : 09.00 – 17.00
9 HUT Nara Kreatif 31 Januari
10 Hari Kartini 21 April
11 Nara Merah Putih 17 Agustus
12 Buka Puasa Bersama Bulan Ramadhan
13 Nara Qurban Idul Adha
14 Study Tour 1 tahun 1x
15 Kelas Inspirasi Tentatif
16
Nara Sehat
(Pengobatan Gratis,
Sunatan Massal, dsb.)
Tentatif
17 Company/Factory Visit Tentatif
18 Workshop Keterampilan Tentatif
19 Liputan Media Tentatif
20 Project 1000 -
3. Kendala dan Upaya dalam Penerapan Pendidikan Karakter
a. Kendala dalam Penerapan Pendidikan Karakter
Dalam menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter bagi masyarakat
marjinal di Yayasan Nara Kreatif tidaklah mudah, pastinya ada
kendala atau hambatan dalam proses penerapannya tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa narasumber,
ada beberapa kendala yang dirasakan pada saat penerapan pendidikan
83
karakter. Hal ini diungkapkan oleh salah satu pengajar Yayasan Nara
Kreatif yang mengungkapkan :
Kesulitannya yaitu yang mana mereka berasal dari berbagai macam
latar belakang dan bahkan tingkah laku mereka ada yang tidak
sewajarnya dilakukan (berbicara kasar, dsb.). Terkadang para
pengajar sulit menyuruh warga belajar untuk mengikuti peraturan
yang diterapkan di Nara Kreatif, karena mereka mulanya hidup
bebas tanpa aturan. Hal yang masih menjadi kendala adalah
bagaimana cara yang efektif agar warga belajar ini mau mematuhi
aturan-aturan yang berlaku dan mengubah pola pikir mereka.15
Berdasarkan pemaparan tersebut bahwasanya kendala yang
dihadapi dalam penerapan pendidikan karakter ini adalah mengubah
pola pikir mereka. Pola pikir mereka dapat berubah apabila adanya
pembiasaan yang dilakukan secara berkelanjutan oleh pengajar kepada
warga belajar. Selain itu adanya kerjasama antara orangtua dan
yayasan agar penerapan pendidikan karakter ini berjalan secara
maksimal.
Salah satu pengajar lain pun menambahkan bahwa :
Kendala yang paling sering ditemukan adalah ketika warga belajar
sulit untuk diatur dan dinasehati.16
Hal ini menjadi permasalahan yang harus ditemukan solusinya
bersama-sama, karena apabila ini dibiarkan begitu saja penerapan
nilai-nilai pendidikan karakter tidak akan berjalan semestinya.
Pendapat yang serupa pun diungkapkan oleh Kepala Sekolah
Yayasan Nara Kreatif yang mengungkapkan bahwa :
Kendala yang kami hadapi dalam penerapan pendidikan
karakter yaitu sifat malas dari warga belajar itu sendiri yang
terkadang kurang tercapainya nilai-nilai karakter yang kami
ajarkan. Karena dilihat dari latar belakang mereka yang
awalnya mereka memiliki kebiasaan yang tidak mudah diatur
dan ketika menjadi bagian dari kami yang mana diterapkan
beberapa peraturan yang harus mereka laksanakan. Selain itu,
minimnya inisiatif dari pengajar pada saat mereka mengajar
15
Hasil wawancara dengan Pengajar Yayasan Nara Kreatif, Hoirunnisa, pada
hari Rabu, 9 Desember 2016. 16
Hasil wawancara dengan Pengajar Yayasan Nara Kreatif, Anis Nurfitriani,
pada hari Selasa, 21 Juni 2016.
84
dan menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter kepada warga
belajar, sehingga belum tercapai secara maksimal.17
Dari beberapa pernyataan narasumber tersebut dapat diketahui
bahwa memang untuk menerapkan pendidikan karakter tidaklah
mudah, apalagi melihat latar belakang warga belajar yang berasal
dari masyarakat marjinal. Pembentukan karakter mereka harus
dilakukan secara berkelanjutan dan dilakukan secara aktif, serta
menyenangkan agar nilai-nilai karakter dapat diaplikasikan oleh
masing-masing diri warga belajar.
Berbeda halnya dengan apa yang diamati oleh Ketua Yayasan
Nara Kreatif. Beliau tidak hanya melihat sisi dari warga belajarnya
saja melainkan dari semua sisi. Beliau mengungkapkan :
Ditinjau dari sudut pandang saya, ada beberapa kendala yang
saya amati antara lain,
1) Sulit untuk membangun kesepahaman dengan sesama
pengajar dan belum satu visi dan misi;
2) Kesulitan untuk mencari sistem yang baik agar siswa-siswa
yang bersekolah di Yayasan Nara Kreatif menjadi orang
yang berkualitas; dan
3) Kurang kerjasama dengan orangtua siswa.18
Berdasarkan yang pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa
tidak semua kendala yang dihadapi datangnya berasal dari warga
belajar itu sendiri, melainkan pihak-pihak yang berkontribusi di
dalamnya, salah satunya ialah pengajar. Selain itu, kerjasama yang
kurang antara orangtua dengan yayasan pun menjadi kendala yang
selanjutnya. Dengan mengidentifikasi beberapa kendala yang
dihadapi dalam proses penerapan nilai-nilai pendidikan karakter
ini, diharapkan dapat ditemukan solusi atau pemecahan agar
penerapan pendidikan karakter dapat berjalan maksimal. Adapun
17
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Yayasan Nara Kreatif, Muhammad
Taufik, pada hari Minggu, 7 Februari 2016. 18
Hasil wawancara dengan Ketua Yayasan Nara Kreatif, Nezatullah Ramadhan,
pada hari Senin, 28 Agustus 2016.
85
upaya dalam mengatasi kendala pendidikan karakter akan dibahas
pada pembahasan selanjutnya.
b. Upaya dalam Mengatasi Kendala Penerapan Pendidikan Karakter
Dalam penerapan pendidikan karakter bagi masyarakat marjinal
yang berkontribusi di Yayasan Nara Kreatif, khususnya warga belajar
dan anak asuh pastinya ditemukan berbagai macam kendala dan
permasalahan. Namun dari pada itu, dari kendala yang ada dapat
ditemukan beberapa solusi atau pemecahan masalah yang dapat
membantu proses penerapan pendidikan karakter. Berdasarkan
wawancara dengan beberapa narasumber, penulis mendapati beberapa
upaya yang dapat dilakukan agar penerapan pendidikan karakter dapat
berjalan semestinya.
Menurut salah satu pengajar Yayasan Nara Kreatif memaparkan
upaya dalam penanganan permasalahan penerapan pendidikan karakter
yakni :
Solusi yang dapat dilakukan yaitu sering berbicara atau ada
interaksi dengan mereka. Hal ini dilakukan agar mereka mencurahkan
permasalahan mereka kepada kita sebagai pengajar. Selain itu,
memantau aktivitas mereka melalui sosial media dan ikut serta
berinteraksi, hal itu akan jauh membuat warga belajar lebih nyaman
untuk cerita kepada pengajar apabila terdapat masalah. Namun yang
terpenting ialah harus membangun kedekatan dengan warga belajar itu
sendiri.19
Mengenai pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa pentingnya
menjalin interaksi antara warga belajar dan pengajar. Menurut
pengamatan penulis, pengajar harus dapat memposisikan diri dimana
ada saatnya bisa menjadi seorang teman atau kaka dan di sisi lain
menjadi pengajar yang memberikan ilmu pengetahuan dan mendidik
mereka. Dengan adanya interaksi antara warga belajar dan pengajar,
maka dapat menjalin kedekatan dengan mereka, dan ketika pengajar
19
Hasil wawancara dengan Pengajar Paket A Yayasan Nara Kreatif, Hoirunnisa,
pada hari Rabu, 9 Desember 2015.
86
menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter akan jauh lebih mudah
serta dapat diaplikasikan oleh mereka
Pengajar lain pun mengutarakan hal yang serupa :
Membangun komunikasi dengan warga belajar, orangtua, dan
lingkungan sekitar. Karena mereka akan menganggap bahwa ada
yang memperhatikan mereka.20
Dari pernyataan tersebut lebih menunjukkan bahwa interaksi
berupa komunikasi dengan mereka sangat penting, karena kurangnya
perhatian yang mereka dapatkan di luar sana. Maka dari itu, peran serta
dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk suksesnya penerapan
pendidikan karakter bagi mereka.
Namun lain halnya yang diungkapkan oleh pengajar pendidikan
kesetaraan paket B :
Solusinya adalah keikhlasan dan kesabaran, serta intospeksi diri.
Dengan keikhlasan maka denga seiring berjalannya waktu, anak-
anak akan dapat mengikuti apa yang sudah diajarkan dan
ditetapkan oleh Nara Kreatif. Sedangkan kesabaran adalah kunci
utamanya, kalau semisal kita tidak sabar menghadapi mereka,
bagaimana bisa menuruti kita. Yang terakhir introspeksi diri yaitu
mengevaluasi apakah kita salah dalam penyampaian maupun
perilaku dan mengevaluasi tindakan apa yang sebaiknya
dilakukan.21
Dilihat dari pernyataannya, bahwa upaya yang dilakukan tidak
hanya membangun komunikasi dengan warga belajar yang
bersangkutan melainkan lebih kepada diri pribadi pengurus dan
pengajar yang mengajari mereka untuk dapat menerapkan nilai-nilai
pendidikan karakter. Bahwasanya, sebelum memberikan pembelajaran
bagi mereka, pengajar harus dapat mencontohkan perilaku nilai-nilai
karakter yang baik pula, karena apa yang mereka lihat begitu pula yang
akan mereka tiru.
20
Hasil wawancara dengan Pengajar Paket C Yayasan Nara Kreatif, Roosna Sari
Mauludina, pada hari Rabu, 9 Desember 2015. 21
Hasil wawancara dengan Pengajar Paket B Yayasan Nara Kreatif, Anis
Nurfitriani, pada hari Selasa, 21 Juni 2016.
87
Beliau pun menambahkan bahwa upaya selanjutnya yang dapat
dilakukan bisa saja dengan menarik minat mereka dengan
menyelenggarakan kegiatan yang diminati oleh anak-anak. Dengan
kata lain hal ini bertujuan untuk menunjang kebutuhan dan keinginan
dari anak-anak tersebut.22
Upaya lainnya yang dapat diterapkan agar penerapan nilai-nilai
pendidikan berjalan dengan maksimal juga disampaikan oleh beberapa
warga belajar. Salah satu warga belajar Yayasan Nara Kreatif
mengungkapkan :
Upaya yang dapat dilakukan yaitu membuat peraturan yang lebih
ketat, karena anak-anak yang bersekolah di Nara Kreatif masih
harus dipantau satu per satu agar mereka tidak melakukan hal-hal
yang tidak sesuai dengan peraturan. Menurut saya lebih
menyadarkan anak-anak dengan sendirinya mana yang harus dan
tidak seharusnya dilakukan, tanpa harus dipantau setiap saat oleh
pengajar.23
Berdasarkan pemaparan warga belajar tersebut diketahui bahwa
minimnya kesadaran mereka mengenai tanggung jawab yang mereka
miliki, oleh karena dibutuhkannya peraturan yang ketat agar mereka
paham apa yang seharusnya dilakukan. Peran serta dari pengurus dan
pengajar sangat dibutuhkan untuk menciptakan suatu peraturan yang
efektif, serta mensosialisasikan peraturan tersebut secara personal
dengan cara penyampaian yang mereka mudah mengerti.
Hal serupa juga diutarakan oleh warga belajar lainnya :
Upaya yang dilakukan yaitu membuat peraturan yang lebih ketat
dan menanamkan kepada anak-anak rasa bertanggung jawab. Salah
satu contohnya yaitu ketika jam pelajaran belum selesai, ada saja
diantara mereka yang pulang lebih dulu. Seharusnya peratura
dibuat jauh lebih ketat, misalnya bisa diberi sanksi atau hukuman
apabila pulang sekolah lebih dulu tanpa alasan yang jelas selama 3
22
Hasil wawancara dengan Pengajar Paket B Yayasan Nara Kreatif, Anis
Nurfitriani, pada hari Selasa, 21 Juni 2016. 23
Hasil wawancara dengan warga belajar Yayasan Nara Kreatif, Anita Rahayu,
pada hari Sabtu, 20 Agustus 2016.
88
kali, maka adanya pemanggilan orangtua atau hukuman sampai
anak tersebut jera dan tidak mengulangi perbuatannya lagi.24
Berbeda halnya dengan yang disampaikan oleh Kepala Sekolah
Yayasan Nara Kreatif. Beliau mengungkapkan :
Solusinya yaitu diadakan pelatihan terutama kepada pengurus dan
pengajar. Mereka harus diberi training untuk mengetahui cara
penanganan anak-anak yang termarjinalkan tersebut. Untuk warga
belajar sendiri, mereka harus diberikan kegiatan-kegiatan yang
sifatnya kegiatan yang mereka butuhkan dan berbeda dari yang
sebelumnya agar mereka jauh lebih antusias. Selain itu, penanaman
yang rutin nilai-nilai karakter kepada warga belajar harus lebih
sering diingatkan, karena penanaman nilai karakter itu tidak bisa
satu atau dua kali diajarkan, tetapi harus rutin dan sebagai pengajar
harus mencontohkan yang baik pula agar berjalan maksimal.25
Agar upaya dalam penanganan kendala penerapan pendidikan
karakter bagi masyarakat marjinal dibutuhkan peran serta dari berbagai
pihak, khususnya pengurus dan pengajar yang berinteraksi langsung
dengan warga belajar. Selain itu dalam penyampaiannya pun
dibutuhkan penanganan yang berbeda dari anak-anak pada umumnya,
karena melihat warga belajar yang diajar berasal dari latar belakang
masyarakat marjinal. Maka dalam penerapannya harus diadakan
pembiasaan secara berkelanjutan atau rutin, dan memberikan contoh
yang baik pula kepada mereka. Salah satu pendekatan dari pendidikan
karakter yaitu penguatan yang mana pendidikan karakter perlu
dilakukan dalam jangka panjang dan berulang terus-menerus.26
Upaya-
upaya tersebut diharapkan dapat direalisasikan dan segera mungkin
dapat diterapkan demi suksesnya proses penerapan nilai-nilai
pendidikan karakter di Yayasan Nara Kreatif.
24
Hasil wawancara dengan warga belajar Yayasan Nara Kreatif, Windy Meilani,
pada hari Sabtu, 20 Agustus 2016. 25
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Yayasan Nara Kreatif, Muhammad
Taufik, pada hari Minggu, 7 Februari 2016. 26
Nanang Purwanto, Pengantar Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014),
h. 194-198.
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa penerapan pendidikan karakter bagi masyarakat
marjinal di Yayasan Nara Kreatif adalah sebagai berikut :
1. Penerapan pendidikan karakter dilakukan melalui beberapa kegiatan
yang diselenggarakan dan terdapat kandungan nilai-nilai karakter di
dalamnya, baik itu kegiatan rutin ataupun kegiatan yang sifatnya
tentatif.
2. Faktor yang mendukung peneapan pendidikan karakter ini dikarenakan
latar belakang warga belajar dan anak asuh yang berasal dari
masyarakat marjinal yang kurang akan penanaman nilai-nilai karakter
pada kehidupan kesehariannya.
3. Kendala yang dihadapi ketika menerapkan nilai-nilai pendidikan
karakter yaitu masih menemukan kesulitan bagaimana cara yang
efektif untuk mengubah pola pikir warga belajar agar kepribadian
mereka yang sebelumnya dapat berubah.
Dari hasil kesimpulan di atas dapat dirumuskan teori bahwa
penerapan pendidikan karakter bagi masyarakat marjinal di Yayasan Nara
Kreatif berhasil dilakukan dengan adanya kedekatan, serta interaksi dan
komunikasi yang terjalin dengan warga belajar. Selain itu, membangun
kerjasama dengan orangtua dan pihak yayasan agar penerapan pendidikan
karakter ini dapat berjalan dengan efektif.
90
B. Saran
Berdasarkan paparan dan kesimpulan tersebut, maka penulis
menyampaikan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat untuk
kedepannya agar penerapan pendidikan karakter di Yayasan Nara Kreatif
berjalan secara maksimal, antara lain :
1. Pihak yayasan dapat mencoba untuk menjalin kerjasama dengan
instansi yang serupa yang menangani masyarakat marjinal, karena
sebagai salah satu acuan agar penerapan pendidikan karakter dapat
berjalan efektif.
2. Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan harus lebih bervariatif lagi,
hal ini dilakukan agar anak tidak mudah jenuh dan meningkatkan
antusias anak-anak pada saat menghadirinya.
3. Kunjungan rutin orangtua atau wali ke Yayasan Nara Kreatif, hal ini
perlu dilakukan agar adanya kerjasama antara pihak yayasan dan
orangtua, sehingga penerapan pendidikan karakter dapat berjalan
efektif.
4. Training bagi pengurus dan pengajar mengenai bagaimana teknik yang
tepat untuk menerapkan pendidikan karakter, khususnya bagi
masyarakat marjinal.
5. Mengaktifkan kembali kegiatan kelas membaca dengan metode yang
kreatif agar warga belajar antusias dan dapat membiasakan kegiatan
membaca, tidak hanya di yayasan melainkan menjadikan budidaya
membaca dalam diri sendiri.
91
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Maswardi Muhammad. Pendidikan Karakter Anak Bangsa. Jakarta:
Badouse Media, 2011.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta, 1998.
Azizah, Ayu Nur, “Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa Bagi Anak
Terlantar di Panti Asuhan Nurul Qur’an Bekasi”, Skripsi pada UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta: 2014. tidak dipublikasikan.
Azzet, Akhmad Muhaimin. Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia:
Revitalisasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Belajar dan
Kemajuan Bangsa. Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2011.
Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat. Standar dan Prosedur
Penyelenggaraan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012.
Fauzi, Mohammad Ali, “Pendidikan Alternatif Kaum Marjinal (Studi Kasus
Pembelajaran PAI di SMP Alternatif Qaryah Tharbiyah Kalibening
Salatiga)”, Skripsi pada IAIN Walisongo Semarang: 2007. tidak
dipublikasikan.
Gunawan, Heri. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung:
Alfabeta, 2012.
Joesoef, Soelaiman. Konsep Dasar Pendidikan Non-Formal. Jakarta: Bumi
Aksara, 1992.
Kementerian Pendidikan Nasional. Panduan Pelaksanaan Pendidikan
Karakter. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011.
Linggasari, Yohannie & Donatus Fernanda Putra. “Jakarta Kota Paling Tak
Aman Sejagat, CCTV, & Sniper Disiapkan”,
http://m.cnnindonesia.com/nasional/20150129081301-20-
28184/jakarta-kota-paling-tak-aman-sejagat-cctv-sniper-disiapkan/, 11
November 2015.
92
Listyarti, Retno. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, & Kreatif.
Jakarta: Esensi, 2012.
Marzuki, Saleh. Pendidikan Nonformal. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.
Muliatinah, Sri Santo Budi. “Tingkat Kemiskinan di DKI Jakarta Maret
2015”, Berita Resmi Statistik BPS Provinsi DKI Jakarta. Jakarta, 15
September 2015.
Mutaqien, Arip dkk. Menuju Indonesia Sejahtera: Upaya Konkret Pengentasan
Kemiskinan. Jakarta: Khanata, 2006.
Muwahidah, Siti Sarah dan Zakkiyudin Baidhowy. Islam, Good Governance,
dan Pengentasan Kemiskinan. Jakarta: MAARIF Institute for Culture
and Humanity, 2007.
Nata, Abuddin. Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan
Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.
Purwanti, Yanti Dewi, Koentjoro, dan Esti Hayu Purnamaningsih. Konsep
Diri Perempuan Marginal. Jurnal Psikologi. 2000.
Purwanto, Nanang. Pengantar Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014.
Ramadhan, Nezatullah. Wawancara. Jakarta, 26 Mei 2015.
Salahudin, Anas dan Irwanto Alkrienciehie. Pendidikan Karakter: Pendidikan
Berbasis Agama & Budaya Bangsa. Bandung: Pustaka Setia, 2013.
Sisca Rahmadonna, Farida Hanum dan Arif Rohman, Development of
Children Character Through Model of Communication, Education,
Information in Marginal Communities in Yogyakarta, Proceeding:
Empowering The Primary Education for The Brighter Generation
2013.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2010.
Wijanarko, Agus, “Pemberdayaan Masyarakat Marjinal yang Bekerja sebagai
Pedagang Kaki Lima untuk Meningkatkan Pendapatannya (Studi
Kasus pada Pedagang Kaki Lima di Simpang Lima Semarang)”, Tesis
pada Pascasarjana Universitas Negeri Semarang: 2005. tidak
dipublikasikan.
93
Zubaedi. Pendidikan Berbasis Masyarakat Upaya Menawarkan Solusi
terhadap Berbagai Problem Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
_______. Desain Pendidikan Karakter: Konsep dan Aplikasinya dalam
Lembaga Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group, 2013.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
95
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA
A. Untuk Ketua Yayasan
1. Apa yang melatar belakangi berdirinya Yayasan Nara Kreatif?
2. Dikelola oleh siapa sajakah Yayasan Nara Kreatif?
3. Kapan pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif mulai
berlangsung?
4. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif?
5. Bagaimana struktur kepengurusan di bagian pendidikan untuk saat ini?
6. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan di Yayasan
Nara Kreatif?
7. Apa yang melatarbelakangi Yayasan Nara Kreatif untuk lebih merangkul
kepada kelompok masyarakat marjinal?
8. Program/kegiatan apa sajakah yang diselenggarakan Yayasan Nara Kreatif
dalam membina warga belajar yang berasal dari masyarakat marjinal?
9. Apa yang melatarbelakangi Yayasan Nara Kreatif menerapkan pendidikan
karakter disetiap program/kegiatan yang diselenggarakan?
10. Sejak kapan penerapan nilai-nilai karakter diberlakukan di Yayasan Nara
Kreatif?
96
B. Untuk Kepala Sekolah
1. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif?
2. Bagaimana struktur kepengurusan di bagian pendidikan untuk saat ini?
3. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan di Yayasan
Nara Kreatif?
4. Berasal dari latar belakang apa sajakah warga belajar yang mengikuti
kegiatan di Yayasan Nara Kreatif?
5. Program/kegiatan apa sajakah yang diselenggarakan Yayasan Nara Kreatif
dalam membina warga belajar yang berasal dari masyarakat marjinal?
6. Bagaimanakah cara menerapkan pendidikan karakter yang berlangsung di
Yayasan Nara Kreatif?
7. Bagaimanakah cara menarik minat warga belajar agar mau mengikuti
program/kegiatan yang dilaksanakan Yayasan Nara Kreatif?
8. Siapa sajakah yang bertanggung jawab atas proses pelaksanaan penerapan
pendidikan karakter di Yayasan Nara Kreatif?
9. Kendala apa saja yang dihadapi dalam menerapkan pendidikan karakter
dalam setiap program/kegiatan yang berlangsung di Yayasan Nara
Kreatif?
10. Apa solusi/pemecahan masalah dari kendala yang dihadapi dalam
penerapan pendidikan karakter di Yayasan Nara Kreatif?
97
C. Untuk Pengajar
1. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif?
2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan di Yayasan
Nara Kreatif?
3. Bagaimanakah cara menerapkan pendidikan karakter yang berlangsung di
Yayasan Nara Kreatif?
4. Bagaimanakah cara menarik minat warga belajar agar mau mengikuti
program/kegiatan yang dilaksanakan Yayasan Nara Kreatif?
5. Kendala apa saja yang dihadapi dalam menerapkan pendidikan karakter
dalam setiap program/kegiatan yang berlangsung di Yayasan Nara
Kreatif?
6. Apa solusi/pemecahan masalah dari kendala yang dihadapi dalam
penerapan pendidikan karakter di Yayasan Nara Kreatif?
7. Bagaimanakah menurut Anda penerapan pendidikan karakter yang
dilaksanakan Yayasan Nara Kreatif? Apakah sudah berjalan efektif atau
belum?
8. Apa saran atau masukan bagi Yayasan Nara Kreatif agar penerapan
pendidikan karakter berlangsung efektif?
98
D. Untuk Warga Belajar/Anak Asuh
1. Apa pekerjaan atau kegiatan yang sedang kamu jalani sekarang?
2. Sudah berapa lama kamu bersekolah di Nara Kreatif?
3. Apa saja yang kamu ketahui mengenai kegiatan di Nara Kreatif?
4. Apakah kamu mengikuti semua kegiatan yang ada di Nara Kreatif?
Berikan alasannya!
5. Bagaimana menurut kamu kegiatan yang ada di Nara Kreatif?
6. Menurut kamu, nilai-nilai karakter apa saja yang kamu dapatkan ketika
mengikuti kegiatan di Nara Kreatif?
7. Menurut kamu, apa faktor yang mempengaruhi Yayasan Nara Kreatif
menerapkan nilai-nilai karakter pada setiap kegiatan yang
diselenggarakan?
8. Apakah kamu menerapkan nilai-nilai karakter yang didapatkan di Nara
Kreatif pada kehidupan sehari-hari?
9. Apakah menurut kamu kegiatan yang ada di Nara Kreatif sudah sesuai
dengan yang Anda butuhkan atau belum?
10. Upaya aja saja yang harus dilakukan Yayasan Nara Kreatif agar penerapan
nilai-nilai karakter berjalan dengan semestinya?
11. Saran atau ide apa yang kamu dapat berikan agar kegiatan di Nara Kreatif
lebih diminati oleh warga belajar?
99
Lampiran 2
HASIL WAWANCARA
Hari/Tanggal : Senin, 28 Agustus 2016
Interviewee : Nezatullah Ramadhan
Jabatan : Pendiri/Ketua Yayasan Nara Kreatif
Waktu : 10.50 WIB
Tempat : Yayasan Nara Kreatif
Pokok Pembicaraan
1. Apa yang melatar belakangi berdirinya Yayasan Nara Kreatif?
Jawaban: Yayasan Nara Kreatif didirikan sebagai bentuk keprihatinan pada
lingkungan sekitar dimana banyak limbah organik yang tidak dimanfaatkan
oleh masyarakat disekitar lingkungan. Berangkat dari keprihatinan inilah, saya
membentuk Yayasan Nara Kreatif untuk mengolah benda yang tidak berguna
menjadi berdaya guna. Beberapa produk yang diolah berasal dari limbah
organik antara lain; Paper Bag, Light Craft, Certificate, Drop Box, dan lain-
lain. Selain itu, adanya kegiatan pendidikan dengan membuka Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat bagi masyarakat pra-sejahtera yaitu Program Kejar Paket
A/B/C secara Gratis, dan menerapkan pendidikan karakter bagi masyarakat
pra-sejahtera tersebut.
2. Dikelola oleh siapa sajakah Yayasan Nara Kreatif?
Jawaban: Untuk pengelolaan yayasannya sendiri yang bertanggung jawab
adalah saya pribadi sebagai founder dan Ketua Yayasan, dan tidak lupa ada
struktur kepengurusan sendiri yang ikut serta mengelola Nara Kreatif, mulai
dari Dewan Pembina, Dewan Pengawas, Sekretaris, Bendahara, Divisi
Operasional dan Divisi Pendidikan.Yayasan Nara Kreatif juga berdiri pada
dua sisi yaitu divisi operasional yang menangani kreatifitas produksi daur
ulang kertas dan divisi pendidikan yang mana mengurusi pendidikan
kesetaraan kejar Paket A, B, dan C. Untuk masing-masing divisi memiliki
100
kepengurusan sendiri yang dipimpin oleh Kepala Operasional (Divisi
Operasional) dan Kepala Sekolah (Divisi Pendidikan).
3. Kapan pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif mulai
berlangsung?
Jawaban: Pelaksanaan pendidikan sendiri di Nara Kreatif berlangsung sejak
akhir tahun 2013, dan pembentukan pendidikan kesetaraan ini dilatar
belakangi karena anak-anak sekitar yang masih belum mendapati pendidikan
atau dikatakan putus sekolah karena berbagai macam alasan, seperti tidak
adanya biaya, drop out dari sekolah, keluarga yang tidak mendukung untuk
bersekolah, dll. Hal inilah yang mendorong kami untuk membuka pendidikan
kesetaraan yang mana sasaran utama kami ialah anak-anak yatim, marjinal,
dan putus sekolah. Namun tidak menutup kemungkinan ada anak-anak yang
dari latar belakang yang lain untuk mengikuti pendidikan di tempat kami.
4. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif?
Jawaban: Pendidikan yang dilaksanakan di Nara Kreatif yaitu Pendidikan
Nonformal dalam bentuk Pendidikan Kesetaraan Paket A, B, dan C. Untuk
legalitas dari dinas pendidikan sendiri, Nara Kreatif masih belum mengantongi
izin, namun kami menjalin kerjasama dengan salah satu Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM) Yayasan Bina Insan Mandiri (YBIM) atau yang
lebih dikenal dengan Sekolah Master yang ada di Depok. Jadi untuk
pembelajarannya dilaksanakan di Nara Kreatif, namun untuk keikutsertaan
Ujian Nasionalnya bekerjasama dengan PKBM tersebut. Untuk
pelaksanaannya sendiri, kami disini lebih mengutamakan pendidikan yang
membentuk akhlak, kepribadian, atau karakter warga belajar. Karena
mengingat latar belakang mereka yang berasal dari keluarga marjinal, serta
minim bahkan kurangnya pembentukan dari kepribadian mereka sendiri. Oleh
karena itu, kami disini tidak terlalu mengutamakan unggul dalam bidang
akademik, tapi yang lebih utama yaitu bagaimana mengubah kepribadian
mereka sebelum dan sesudah mengemban pendidikan di Nara Kreatif,
khususnya penerapan nilai-nilai karakter.
101
5. Bagaimana struktur kepengurusan di bagian pendidikan untuk saat ini?
Jawaban: Untuk divisi pendidikan sendiri terdiri dari pengurus dan pengajar.
Struktur kepengurusan terdiri dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah
bidang Kesiswaan, serta Administrasi. Hal yang membedakan antara pengurus
dan pengajar ialah beban tanggung jawab yang diemban. Karena untuk
pengurus disini lebih mendesain dan mengevaluasi program atau kegiatan,
serta merancang arah pendidikan Nara Kreatif ini akan dibawa kemana untuk
kedepannya. Sedangkan untuk pengajar sifatnya yang menjalankan program
yang telah disusun, serta transfer ilmu kepada para warga belajar. Namun
untuk pendidikan di Nara Kreatif, tidak kami tekankan untuk menonjol di
bidang akademik, kami lebih menekankan pengembangan karakter atau
akhlak, maka dari itu dari pengajarnya sendiri harus mampu untuk mendeliver
nilai-nilai karakter yang harus diaplikasikan kepada mereka.
6. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan di
Yayasan Nara Kreatif?
Jawaban: Ditinjau dari sudut pandang saya, ada beberapa kendala yang saya
amati untuk pelaksanaan pendidikan di Nara Kreatif antara lain,
a. Sulit untuk membangun kesepahaman dengan sesama pengajar dan belum
satu visi dan misi
b. Kesulitan untuk mencari sistem yang baik agar siswa-siswa yang
bersekolah di Yayasan Nara Kreatif menjadi orang yang berkualitas
c. Kurang kerjasama dengan orangtua siswa
7. Apa yang melatarbelakangi Yayasan Nara Kreatif untuk lebih
merangkul kepada kelompok masyarakat marjinal?
Jawaban: Kami merangkul kelompok keluarga marjinal disini karena kami
melihat mereka merupakan kelompok masyarakat yang terpinggirkan dari
lingkungan masyarakat mereka sendiri, atau bisa dikatakan dikucilkan. Hal
inilah yang kami ingin ubah, yaitu mereka pun pantas dan layak untuk
mendapati manfaat seperti masyarakat pada umumnya. Dilihat dari latar
belakang warga belajar yang mengenyam pendidikan di Nara Kreatif ada yang
berasal dari Asisten Rumah Tangga (ART), buruh pabrik, office boy,
102
pengangguran, tukang ojek, pengupas bawang di pasar, juru parkir, dan lain
sebaginya. Kondisi seperti ini amat sangat memprihatinkan, oleh karena itu
kami mencoba memfasilitasi mereka salah satunya berupa pendidikan bebas
biaya dalam bentuk Pendidikan Kesetaraan Paket A, B, dan C bebas biaya.
Selain sekolah kejar paker, mereka pun kami ikut sertakan berbagai dengan
berbagai kegiatan, antara lain factory visit, kelas inspirasi yang mengundang
beberapa tokoh-tokoh masyarakat yang menginspirasi, seminar dan lain-lain.
8. Program/kegiatan apa sajakah yang diselenggarakan Yayasan Nara
Kreatif dalam membina warga belajar yang berasal dari masyarakat
marjinal?
Jawaban: Program atau kegiatan di Nara Kreatif ada yang sifatnya sudah
terjadwalkan dan ada yang tentatif. Untuk sifatnya yang tentatif, terkadang
kegiatan dilaksanakan di Nara Kreatif (in class) ataupun kunjungan ke
beberapa tempat (out class). Namun untuk sifatnya terjadwalkan ada beberapa
kegiatan yaitu seperti kelas agama, kelas komputer, ekstrakurikuler futsal dan
pencak silat, serta Nara Bersih. Sedangkan yang tentatif antara lain Kelas
Inspirasi, Nara Sehat, Factory Visit atau Company Visit, seminar, dan lain
sebagainya. Kami berusaha memberikan kegiata-kegiatan yang menunjang
kemampuan mereka agar apa yang mereka miliki akan terus berkembang.
9. Apa yang melatarbelakangi Yayasan Nara Kreatif menerapkan
pendidikan karakter disetiap program/kegiatan yang diselenggarakan?
Jawaban: Hal yang melatar belakangi salah satunya ialah latar belakang dari
warga belajar sendiri, yaitu yang berasal dari masyarakat marjinal. Kami
memang tidak ada dokumen ataupun draft untuk setiap kegiatannya dan
berikut nilai-nilai apa saja yang harus diterapkan, tetapi pada dasarnya kami
menerapkan ke mereka melalui contoh ataupun tindakan yang kami lakukan,
khususnya pengurus dan pengajar yang berkontribusi di Nara Kreatif. Kami
selalu menanamkan ke warga belajar bahwa setiap kegiatan yang dilaksanakan
terdapat berbagai macam nilai-nilai yang terkandung. Maka dari itu, tim
pengurus sendiri yang membuat program ataupun kegiatan harus
mempertimbangkan baik buruknya program atau kegiatan yang akan
103
dilaksanakan, dan harus dipastikan hal tersebut bermanfaat bagi mereka.
Kalaupun akan mengadakan kegiatan yang sifatnya refreshing harus tetap ada
nilai yang terkandung pada setiap kegiatan.
10. Sejak kapan penerapan nilai-nilai karakter diberlakukan di Yayasan
Nara Kreatif?
Jawaban: Penerapan nilai karakter sendiri sudah kami aplikasikan sejak
Yayasan Nara Kreatif berdiri, karena tujuan kami yaitu membentuk
kepribadian, akhlak, serta karakter mereka agar dapat diterapkan di
lingkungan masyarakat mereka serta bermanfaat bagi orang banyak.
Mengetahui,
Interviewee Interviewer
Ketua Yayasan Penulis
Nezatullah Ramadhan Alprilia Nuriani Rachmawati
104
Lampiran 3
HASIL WAWANCARA
Hari/Tanggal : Minggu, 7 Februari 2016
Interviewee : Muhammad Taufik
Jabatan : Kepala Pendidikan Sekolah Nara Kreatif
Waktu : 19.35 WIB
Tempat : Yayasan Nara Kreatif
Pokok Pembicaraan
1. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif?
Jawaban: Nara Kreatif mengadakan program pendidikan kesetaraan atau
sekolah kejar paket A, B, dan C yang mana dalam proses pelaksanaannya
tidak hanya memberikan pengetahuan dalam bidang akademik saja, tetapi
disetiap materi yang diajarkan pada setiap warga belajar ditanamkan nilai-nilai
karakter atau budi pekerti, salah satu contohnya yaitu penanaman sikap sopan
santun. Karena hal ini dilatar belakangi warga belajar itu sendiri yang mana
mereka memiliki krisis akan penanaman nilai-nilai karakter.
2. Bagaimana struktur kepengurusan di bagian pendidikan untuk saat ini?
Jawaban: Struktur kepengurusan di pendidikan sendiri untuk saat ini sudah
terbentuk kestrukturan, namun belum berjalan secara maksimal. Masing-
masing dari pengurus dibutuhkan pelatihan-pelatihan yang mana nantinya
mampu me-manage dari kepengurusan itu sendiri, sehingga tercapailah
pendidikan yang baik.
3. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan di
Yayasan Nara Kreatif?
Jawaban: Kendala dalam pelaksanaan pendidikan yaitu salah satunya dari
kualitas tenaga pendidikan atau pengajar, karena mereka minim akan
pengetahuan tentang kependidikan dan belum memiliki pengalaman untuk
mengajar dan mendidik. Kualitas pendidikan akan jauh lebih baik apabila
105
didukung dengan pengajar yang memiliki kemampuan atau skill. Selain dari
pengajar, kendala selanjutnya yakni dari fasilitas. Meskipun fasilitas saat ini
jauh lebih baik dari yang sebelumnya, seperti untuk pembelajaran komputer
sudah ada 10 komputer yang tersedia, hanya saja belum ada kelas tersendiri.
Untuk fasilitas yang belum terpenuhi lainnya seperti belum tersedianya ruang
kelas khusus untuk belajar, media pembelajaran yang terkait dengan mata
pelajaran (alat peraga), dsb.
4. Berasal dari latar belakang apa sajakah warga belajar yang mengikuti
kegiatan di Yayasan Nara Kreatif?
Jawaban: Warga belajar yang mengikuti pendidikan di Nara Kreatif berasal
dari berbagai macam latar belakang, antara lain anak-anak jalanan, anak
yatim-piatu, broken home, keluarga kurang mampu, dan anak autism. Mereka
datang untuk belajar dan kami berikan fasilitas pendidikan bebas biaya.
5. Program/kegiatan apa sajakah yang diselenggarakan Yayasan Nara
Kreatif dalam membina warga belajar yang berasal dari masyarakat
marjinal?
Jawaban: Program yang kami selenggarakan berbagai macam, ada pendidikan
kesetaraan paket A, B, dan C. Lalu untuk kegiatan lainnya seperti pendidikan
agama Islam, keterampilan komputer, kelas inspirasi, dan Nara Bersih. Untuk
Nara Bersih merupakan salah satu kegiatan yang rutin diadakan setiap 1 bulan
sekali, yaitu dengan kegiatan membersihkan lingkungan sekitar yayasan. Hal
ini kami lakukan untuk menanamkan kepada mereka cinta lingkungan,
tanggung jawab terhadap kebersihan, kerja sama, dan rasa memiliki yang
besar. Selain itu, kami juga ikutsertakan warga belajar untuk mengikuti
Seminar Company/Factory Visit,dan pameran-pameran untuk menambah
wawasan mereka.
6. Bagaimanakah cara menerapkan pendidikan karakter yang berlangsung
di Yayasan Nara Kreatif?
Jawaban: Penerapan pendidikan karakter di Nara Kreatif yang paling utama
ialah menerapkan dan menanamkan nilai-nilai karakter mereka di setiap
kegiatan yang dilaksanakan. Contohnya ialah pada saat proses pembelajaran,
106
para pengajar dituntut untuk dapat memberikan nilai-nilai karakter yang baik
disamping pengetahuan akademik. Selain itu, dalam keseharian diluar dari jam
sekolah kita juga mengajari mereka nilai-nilai karakter, contohnya untuk
saling menghargai terhadap sesama, atau yang lebih tua, atau terhadap yang
lebih muda. Selain itu, diajarkan sopan santun dan membangun akhlak
mereka.
7. Bagaimanakah cara menarik minat warga belajar agar mau mengikuti
program/kegiatan yang dilaksanakan Yayasan Nara Kreatif?
Jawaban: Cara menarik minat mereka yaitu pertama-tama kita lihat dari tujuan
mereka terlebih dulu, yang mana kebanyakan dari mereka bersekolah untuk
mendapatkan ijazah. Maka dari pada itu kami menjembatani mereka untuk
meraih tujuan tersebut, dengan cara memberikan kegiatan-kegiatan menarik
yang dapat memotivasi mereka, yang mana setelah mereka mendapati Ijazah
atau lulus nantinya mereka dapat menjadi orang yang bermanfaat dan sukses.
Selain itu kami juga ajarkan berwirausaha, hal ini diajarkan agar orientasi
mereka setelah lulus bukan hanya bekerja diperusahaan, melainkan mereka
dapat membuka lapangan kerja sendiri, dan dari berwirausaha itu dapat
ditanamkan sikap untuk menjadi orang mandiri tanpa bergantung kepada
orang lain, serta menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
8. Siapa sajakah yang bertanggung jawab atas proses pelaksanaan
penerapan pendidikan karakter di Yayasan Nara Kreatif?
Jawaban: Dalam proses pelaksanaan pendidikan karakter ini, semua pihak
yang ada didalamnya terutama pengurus dan pengajar bertanggung jawab agar
tercapai tujuan yang diharapkan. Pengajar disini bertugas untuk memantau
anak-anak didiknya yang diajarkan, sedangkan pengurus memantau
pendidikan itu secara global, yakni dari pengajarnya dan warga belajar itu
sendiri.
9. Kendala apa saja yang dihadapi dalam menerapkan pendidikan karakter
dalam setiap program/kegiatan yang berlangsung di Yayasan Nara
Kreatif?
107
Jawaban: Kendala yang kami hadapi dalam penerapan pendidikan karakter
yaitu sifat malas dari warga belajar itu sendiri yang terkadang kurang
tercapainya nilai-nilai karakter yang kami ajarkan. Karena dilihat dari latar
belakang mereka yang awalnya mereka memiliki kebiasaan yang tidak mudah
diatur, dan ketika mereka menjadi bagian dari kami yang mana diterapkan
beberapa peraturan yang harus mereka laksanakan. Selain itu, minimnya
inisiatif dari pengajar pada saat mereka mengajar dan menanamkan nilai-nilai
pendidikan karakter kepada warga belajar, sehingga belum tercapai secara
maksimal.
10. Apa solusi/pemecahan masalah dari kendala yang dihadapi dalam
penerapan pendidikan karakter di Yayasan Nara Kreatif?
Jawaban: Solusinya yaitu diadakan pelatihan terutama kepada pengurus dan
tenaga pendidik/pengajar. Mereka harus diberikan training untuk mengetahui
cara penangaan anak-anak yang termarjinalkan tersebut. Untuk warga
belajarnya sendiri, mereka harus diberikan kegiatan-kegiatan yang sifatnya
kegiatan yang mereka butuhkan dan berbeda dari yang sebelumnya agar
mereka jauh lebih antusias. Selain itu, penanaman yang rutin nilai-nilai
karakter kepada warga belajar, harus lebih sering diingatkan, karena
penanaman nilai karakter itu tidak bisa satu atau dua kali diajarkan, tetapi
harus rutin dan sebagai pengajar pun harus mencontohkan yang baik pula agar
berjalan maksimal.
Mengetahui,
Interviewee Interviewer
Kepala Sekolah Penulis
Muhammad Taufik Alprilia Nuriani Rachmawati
108
Lampiran 4
HASIL WAWANCARA
Hari/Tanggal : Rabu, 9 Desember 2015
Interviewee : Hoirunnisa
Jabatan : Pengajar Paket A / PKn
Waktu : 15.40 WIB
Tempat : Yayasan Nara Kreatif
Pokok Pembicaraan
1. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif?
Jawaban: Pelaksanaan kegiatan pendidikan di Nara Kreatif berlangsung dari
selasa sampai sabtu, yaitu hari Selasa, Kamis, Jumat, dan Sabtu. Sedangkan
untuk pendidikan Agama Islam berlangsung pada hari Rabu (Agama: B. Arab,
Fiqih, Akhlak, Al-Qur’an).
2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan di
Yayasan Nara Kreatif?
Jawaban: Kendala yang dihadapi pada saat pelaksanaan yaitu kehadiran warga
belajar yang fluktuatif, tetapi kembali ke pengajar itu sendiri sebab hal ini
mungkin terjadi karena kurangnya kedekatan yang terjadi dengan warga
belajar. Dilihat dari latar belakang mereka yang berasal dari keluarga marjinal
dan penanaman karakter yang berbeda pula, maka pada saat mereka sekolah
mereka butuh kasih sayang atau terjalin kedekatan antara pengajar dan warga
belajar. Karena dengan menjalin kedekatan dan memberi mereka kasih
sayang, maka akan jauh lebih mudah untuk mengambil hatinya agar mereka
mau masuk sekolah.
3. Bagaimanakah cara menerapkan pendidikan karakter yang berlangsung
di Yayasan Nara Kreatif?
Jawaban: Cara menerapkannya yaitu semua harus dibangun dengan
chemistry/kedekatan, kalau warga belajar menganggap kita keluarga atau
109
teman, maka akan ada rasa memiliki. Maka disini pengajar dituntut untuk
memiliki kedekatan agar mudah membangun karakter mereka.
4. Bagaimanakah cara menarik minat warga belajar agar mau mengikuti
program/kegiatan yang dilaksanakan Yayasan Nara Kreatif?
Jawaban: Cara menarik minat mereka untuk Kegiatan Belajar Mengajar
terlebih dulu, pengajar harus ditekankan untuk menunjukkan perilaku-perilaku
yang baik kepada warga belajar dan harus mengkorelasikan antara materi
pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, pengajar juga harus dapat
membaur dengan warga belajar, jangan sampai ada sekat atau gap antara
pengajar dan warga belajar. Lalu membuat kegiatan yang mungkin berbeda
dari yang sebelumnya, contohnya diadakan senam setiap satu bulan sekali atau
pertandingan futsal, dsb. agar kegiatan yang berlangsung tidak monoton.
5. Kendala apa saja yang dihadapi dalam menerapkan pendidikan karakter
dalam setiap program/kegiatan yang berlangsung di Yayasan Nara
Kreatif?
Jawaban: Kesulitan pasti ada, yang mana mereka berasal dari berbagai macam
latar belakang dan bahkan tingkah laku mereka ada yang tidak sewajarnya
dilakukan (berbicara kasar, dll.). Terkadang para pengajar sulit untuk
menyuruh warga belajar untuk mengikuti peraturan yang diterapkan di Nara
Kreatif, karena mereka mulanya hidup bebas tanpa aturan. Hal yang masih
menjadi kendala adalah bagaimana cara yang efektif agar warga belajar ini
mau mematuhi aturan-aturan yang berlaku dan merubah pola pikir mereka.
6. Apa solusi/pemecahan masalah dari kendala yang dihadapi dalam
penerapan pendidikan karakter di Yayasan Nara Kreatif?
Jawaban: Menurut saya, solusi yang dapat dilakukan yaitu sering berbicara
atau ada interaksi dengan mereka, hal ini dilakukan agar mereka mencurahkan
permasalahan mereka kepada kita sebagai pengajar. Selain itu, memantau
aktivitas merek melalui media sosial dan ikut berinteraksi, itu akan jauh
membuat warga belajar lebih nyaman untuk cerita ke pengajar apabila ada
masalah. Namun yang terpenting ialah harus membangun kedekatan dengan
warga belajar itu sendiri.
110
7. Bagaimanakah menurut Anda penerapan pendidikan karakter yang
dilaksanakan Yayasan Nara Kreatif? Apakah sudah berjalan efektif atau
belum?
Jawaban: Menurut saya penerapan pendidikan karakter di Nara Kreatif belum
terlalu efektif. Kalau dilihat dari segi tahun berdiri belum ada progress yang
signifikan, tapi step by step mulai ada peningkatan, contohnya warga belajar
mulai ada perubahan dari segi perilaku, berubah menjadi lebih baik lagi. Kalau
dari penerapan nilai religious, ada beberapa dari mereka yang tadinya apabila
mau mengerjaka sholat harus diperintah terlebih dulu, tapi lambat laun mereka
sadar dengan sendirinya. Lalu, yang tadinya mungkin ada beberapa warga
belajar yang berkata kasar, untuk sampai saat ini jauh lebih berkurang.
8. Apa saran atau masukan bagi Yayasan Nara Kreatif agar penerapan
pendidikan karakter berlangsung efektif?
Jawaban: Saran untuk pendidikan di Nara Kreatif, agar lebih banyak diberikan
waktu antara pengajar dan warga belajar di luar jam belajar agar terjalin
kedekatan dan interaksi yang baik. Selain itu antara pengajar yang satu dengan
yang lainnya harus memiliki kesamaan visi misi agar penanaman karakter
dapat berjalan maksimal.
Mengetahui,
Interviewee Interviewer
Pengajar Penulis
Hoirunnisa Alprilia Nuriani Rachmawati
111
Lampiran 5
HASIL WAWANCARA
Hari/Tanggal : Rabu, 9 Desember 2015
Interviewee : Roosna Sari Mauludina
Jabatan : Pengajar Paket C / Geografi
Waktu : 16.30 WIB
Tempat : Yayasan Nara Kreatif
Pokok Pembicaraan
1. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif?
Jawaban: Pelaksanaan pendidikan di Nara Kreatif, khususnya untuk
Pendidikan Kesetaraa, kalau di hari awal masuk Kegiata Belajar Mengajar
(KBM) yaitu hari Selasa warga belajaranya semangat dan antusias, dilihat dari
presensi kehadirannya. Namun, ketika beranjak di hari Kamis, Jumat, dan
Sabtu jumlah warga belajar yang hadir berkurang, entah itu karena kesibuka
warga belajar yang ada beberapa masih bekerja atau hal lainnya. Kalau untuk
kegiatan kelas membaca, sampai saat ini warga belajar Paket A, B, dan C
selalu mengikuti kegiatan tersebut.
2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan di
Yayasan Nara Kreatif?
Jawaban: Kendala yang dihadapi yaitu ketika ada beberapa warga belajar yang
tidak mengikuti aturan dengan baik, dan berperilaku seenaknya sendiri. Selain
itu, kehadiran warga belajar yang fluktuatif dan terkadang ada warga belajar
yang tidak mengikuti KBM hingga absen satu minggu bahkan lebih.
3. Bagaimanakah cara menerapkan pendidikan karakter yang berlangsung
di Yayasan Nara Kreatif?
Jawaban: Cara penerapan pendidikan karakter di Nara Kreatif sendiri lebih
menekankan kepada pengajar, karena mereka sebagai contoh bagi warga
belajar untuk berperilaku yang sesuai dengan nilai-nilai karakter. Mereka
112
harus menerapkan nilai-nilai tersebut tidak hanya pada saat memberikan
materi pelajaran saja, melainkan diluar dari pada itu harus dapat memberi
contoh yang baik, seperti mengucapkan maaf, terima kasih, tolong, dll.
4. Bagaimanakah cara menarik minat warga belajar agar mau mengikuti
program/kegiatan yang dilaksanakan Yayasan Nara Kreatif?
Jawaban: Cara yang menarik minat warga belajar yaitu dengan membangun
kedekatan antara warga belajar dan pengajar, entah itu disetiap kegiatan yang
berlangsung di Nara Kreatif ataupun di luar dari pada itu.
5. Kendala apa saja yang dihadapi dalam menerapkan pendidikan karakter
dalam setiap program/kegiatan yang berlangsung di Yayasan Nara
Kreatif?
Jawaban: Kendala yang kami hadapi yaitu sulit untuk mengatur warga belajar,
karena mungkin mereka terbiasa dengan aktivitas yang kurang baik. Namun
disini kami masih belum bisa menemukan cara yang sesuai untuk menerapkan
atau menanamkan nilai-nilai karakter kepada warga belajar.
6. Apa solusi/pemecahan masalah dari kendala yang dihadapi dalam
penerapan pendidikan karakter di Yayasan Nara Kreatif?
Jawaban: Membangun komunikasi dengan warga belajar, orang tua, dan
lingkungan sekitar. Karna mereka akan menganggap bahwa ada yang
memperhatikan mereka.
7. Bagaimanakah menurut Anda penerapan pendidikan karakter yang
dilaksanakan Yayasan Nara Kreatif? Apakah sudah berjalan efektif atau
belum?
Jawaban: Di Nara Kreatif terbagi atas warga belajar dan anak asuh. Untuk
anak asuh ialah anak yang tinggal atau diasramakan di Nara Kreatif,
sedangkan untuk warga belajar ialah mereka hanya untuk mengikuti program
pendidikan kesetaraan saja. Penerapan pendidikan karakter bagi anak asuh
khususnya, sudah berjalan efektif karena mereka lebih peka atau sensitive
dengan lingkungan sekitar, seperti mengucapkan salam atau ucapan terima
kasih. Saya pun sebagai pengajar merasa malu, karena saya sendiri belum
menerapkan nilai-nilai karakter yang baik di dalam diri. Lalu utuk penerapan
113
pendidikan karakter bagi warga belajar belum cukup maksimal, hal ini
mungkin dikarenakan intensitas waktu yang kurang untuk tatap muka dengan
penagajr itu sendiri.
8. Apa saran atau masukan bagi Yayasan Nara Kreatif agar penerapan
pendidikan karakter berlangsung efektif?
Jawaban: Saran dari saya agar diberikan 1 hari full dengan adanya interaksi
pengajar dan warga belajar, tetapi fokusnya yaitu dengan penanaman nilai-
nilai pendidikan karakter dan dibantu dengan pihak-pihak yang ingin men-
support kegiatan tersebut.
Mengetahui,
Interviewee Interviewer
Pengajar Penulis
Roosna Sari Mauludina Alprilia Nuriani Rachmawati
114
Lampiran 6
HASIL WAWANCARA
Hari/Tanggal : Selasa, 21 Juni 2016
Interviewee : Anis Nurfitriani
Jabatan : Pengajar / Paket B
Waktu : 19.35 WIB
Tempat : Yayasan Nara Kreatif
Pokok Pembicaraan
1. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif?
Jawaban: Pelaksanaan pendidikan di Yayasan Nara Kreatif yaitu dengan
pendidikan agama, pendidikan akademik dan pendidikan karakter. Untuk
pendidikan agama dilaksanakan pada setiap hari rabu pukul 17.30-21.30 WIB
dengan materi pembelajaran mengenai tajwid, akidah akhlak, fikih, Sejarah
Kebudayaan Islam dan Tadarus Al-qur’an dan iqra, bahasa Arab dan Public
Speaking. Untuk pendidikan akademik dilaksanakan pada hari selasa, kamis,
jum’at dan sabtu. Dengan tingkatan kelas yaitu paket A,B dan C. Ada 6 mata
pelajaran yang diajarkan untuk paket A dan B, dan 7 mata pelajaran untuk
paket C. Mata pelajaran yang diajarkan adalah mata pelajaran yang diuji
nasionalkan yaitu : matematika, b. Indonesia, b. Inggris, ipa, ips, ekonomi,
sosiologi, pkn, dan geografi. Selain dari mata pelajaran tersebut anak-anak
warga belajar kami ajarkan pula ketrampilan komputer dan kegiatan
esktrakurikuler silat, menari dan futsal. Dan juga beberapa seminar atau kelas
edukasi dengan para motivator. Untuk pendidikan karakter yang kita
laksanakan adalah pada setiap saat mereka beraktivitas artinya tidak dibatasi
dengan waktu 24 jam. Dengan pengenalan adab dan sopan santun serta
bagaimana cara bersyukur, berterima kasih, meminta maaf, menyayangi yang
lebih kecil, menghormati yang lebih besar, seputar adab keseharian mereka.
115
2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan di
Yayasan Nara Kreatif?
Jawaban: Kendala yang paling sering dihadapi adalah ketika anak-anak warga
belajar sedang berkurang jumlah kehadirannya. Disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu bekerja, malas, hilang tanpa kabar dan sebagainya. Karena
berkurangnya minat belajar mereka adalah masalah terbesar dalam proses
pendidikan di Nara Kreatif.
3. Bagaimanakah cara menerapkan pendidikan karakter yang berlangsung
di Yayasan Nara Kreatif?
Jawaban: Penerapan pendidikan karakter yang dilakukan di Nara kreatif
adalah dengan mengajarkan adab keseharian. Dan itu dilakukan dengan tidak
terjadwalkan, artinya 24 jam perilaku mereka dibawah pengawasan dari kami.
4. Bagaimanakah cara menarik minat warga belajar agar mau mengikuti
program/kegiatan yang dilaksanakan Yayasan Nara Kreatif?
Jawaban: Biasanya anak-anak akan tertarik dengan hal-hal baru. Jadi sebisa
mungkin kami membuat kegiatan yang memang diminati dengan anak-anak.
Dalam artian kegiatan yang kami adakan adalah untuk menunjang kebutuhan
dan keinginan anak-anak warga belajar.
5. Kendala apa saja yang dihadapi dalam menerapkan pendidikan karakter
dalam setiap program/kegiatan yang berlangsung di Yayasan Nara
Kreatif?
Jawaban: Kendala yang dihadapi sampai saat ini saya belum merasakan
kendala yang banyak. Yang paling sering adalah ketika warga belajar sulit
untuk diatur dan di nasehati.
6. Apa solusi/pemecahan masalah dari kendala yang dihadapi dalam
penerapan pendidikan karakter di Yayasan Nara Kreatif?
Jawaban: Solusinya adalah keikhlasan dan kesabaran serta introspeksi diri.
Dengan keikhlasan maka dengan seiring berjalannya waktu anak-anak akan
dapat mengikuti apa yang sudah diajarkan dan ditetapkan oleh nara kreatif.
Sedangkan kesabaran adalah kunci utamanya, kalau semisal kita tidak sabar
mengahadpi mereka bagaimana mereka bisa menuruti kita. Yang terakhir
116
instropeksi diri yaitu mengevaluasi apakah kita salah dalam penyampaian
maupun perilaku dan mengevaluasi tindakan apa yang sebaiknya dilakukan.
7. Bagaimanakah menurut Anda penerapan pendidikan karakter yang
dilaksanakan Yayasan Nara Kreatif? Apakah sudah berjalan efektif atau
belum?
Jawaban: Sejauh ini sudah cukup efektif. Bukti nyatanya adalah perubahan
sikap, perilaku dari warga belajar itu sendiri.
8. Apa saran atau masukan bagi Yayasan Nara Kreatif agar penerapan
pendidikan karakter berlangsung efektif?
Jawaban: Mengadakan workshop tentang pendidikan karakter. Dengan tujuan
agar tidak melulu seperti itu-itu saja kegiatannya atau cara yang digunakan.
Mengetahui,
Interviewee Interviewer
Pengajar Penulis
Anis Nurfitriani Alprilia Nuriani Rachmawati
117
Lampiran 7
HASIL WAWANCARA
Hari/Tanggal : Minggu, 4 September 2016
Interviewee : Neng Saimah
Waktu : 18.45 WIB
Tempat : Yayasan Nara Kreatif
Pokok Pembicaraan
1. Apa pekerjaan atau kegiatan yang sedang kamu jalani sekarang?
Jawaban: Kegiatan yang saya jalani untuk sekarang ini yaitu menjadi anak
asuh di Yayasan Nara Kreatif dan sedang fokus ke kegiatan kreatifitas
produksi daur ulang kertas, sebab banyaknya pesanan dari beberapa
perusahaan.
Ayah sopir dan Ibu kuli ngupas bawang.
2. Sudah berapa lama kamu bersekolah di Nara Kreatif?
Jawaban: Saya sudah bersekolah di Nara Kreatf selama hampir 2 tahun dan
tinggal di asrama putri Nara Kreatif menjadi anak asuh kurang lebih 1 tahun.
Ayah saya bekerja sebagai sopir, sedangkan ibu saya menjadi kuli pengupas
bawang di Pasar Induk Kramat Jati.
3. Apa saja yang kamu ketahui mengenai kegiatan di Nara Kreatif?
Jawaban: Selain ada sekolah kejar paket, di Nara Kreatif terdapat pendidikan
pembangunan karakter, produktivitas, serta keterampilan komputer
4. Apakah kamu mengikuti semua kegiatan yang ada di Nara Kreatif?
Berikan alasannya!
Jawaban: Selama ini saya selalu mengikuti semua kegiatan di Nara Kreatif,
karena memang saya tinggal di Nara Kreatif dan sebagian waktu saya
habiskan untuk kegiatan di Nara Kreatif. Tetapi kalau ada kegiatan outing ,
anak asuh yang ikut serta tidak semuanya dilibatkan, atau bisa dibilang rolling
untuk kegiatan di luar Nara Kreatif.
118
5. Bagaimana menurut kamu kegiatan yang ada di Nara Kreatif?
Jawaban: Menurut saya kegiatan sekolah sudah menyenangkan, tapi
ekstrakurikuler mesti ditambahkan meskipun sudah ada futsal dan tari, tapi
mesti diperbanyak.
6. Menurut kamu, nilai-nilai karakter apa saja yang kamu dapatkan ketika
mengikuti kegiatan di Nara Kreatif?
Jawaban: Menurut pendapat saya yaitu Leadership, karena anak asuh yang
dianggap paling dewasa ialah saya, maka saya bertanggung jawab untuk adik-
adik di Yayasan Nara Kreatif untuk memberikan contoh yang baik dan
ketegasan saya sebagai seorang kaka untuk mendidik adik-adik saya. Selain
itu diajarkan juga sopan santun dan tentang pendidikan agama, karena di Nara
Kreatif lebih ditekankan kepada pendidikan agama atau pembentukan akhlak.
Menurut saya itu merupakan hal yang paling penting.
7. Menurut kamu, apa faktor yang mempengaruhi Yayasan Nara Kreatif
menerapkan nilai-nilai karakter pada setiap kegiatan yang
diselenggarakan?
Jawaban: Faktornya mungkin karena anak-anak remaja sekarang terlalu bebas
terutama dalam pergaulan, maka dari itu agar keluarga Nara tidak terjerumus
ke pergaulan yang neko-neko di luar sana, jadi kita punya arah dengan diisi
dengan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di Nara Kreatif.
8. Apakah kamu menerapkan nilai-nilai karakter yang didapatkan di Nara
Kreatif pada kehidupan sehari-hari?
Jawaban: Untuk saat ini saya masih belajar untuk menerapkan nilai-nilai yang
diajarkan, apalagi mengenai leadership, karena terkadang untuk memimpin
diri sendiri saja itu susah apalagi untuk memimpin banyak orang, belum lagi
dengan perbedaan berbagai watak dan usia yang tidak terlalu jauh berbeda
dengan saya dan itu yang menurut saya sulit.
9. Apakah menurut kamu kegiatan yang ada di Nara Kreatif sudah sesuai
dengan yang Anda butuhkan atau belum?
Jawaban: Alhamdulillah sudah cukup, selain ada pendidikan sekolahnya,
terdapat pula pendidikan agama dan kreativitas produksi daur ulang kertas,
119
dan menurut saya sudah melebihi sekolah-sekolah formal pada umumnya.
Bahkan adanya pengembangan karakter juga dan menurut saya lebih lengkap
bersekolah di Nara Kreatif.
10. Upaya aja saja yang harus dilakukan Yayasan Nara Kreatif agar
penerapan nilai-nilai karakter berjalan dengan semestinya?
Jawaban: Upayanya mungkin mendengarkan keluh kesah kami baik warga
belajar atau anak asuh, karena mungkin mereka bingung mau menceritakan
permasalahan mereka ke siapa, diharapkan dengan seperti itu kamu akan lebih
terbuka.
11. Saran atau ide apa yang kamu dapat berikan agar kegiatan di Nara
Kreatif lebih diminati oleh warga belajar?
Jawaban: Menurut saya sudah lumayan banyak kegiatan yang dilaksanakan,
karena warga belajar yang bersekolah di Nara Kreatif sudah memiliki
kesibukan seperti bekerja. Mungkin selain dari kegiatan ekstrakurikuler,
mereka harus diberikan tanggung jawab di beberapa kegiatan yang
diselenggarakan, hal ini dilakukan agar mereka juga memiliki tanggung jawab
di Nara Kreatif dan membentuk rasa memiliki. Selain itu, mereka harus
dilibatkan di kelas kreativitas produksi daur ulang kertas, agar mereka
memiliki kemampuan untuk mengolah daur ulang kertas.
Mengetahui,
Interviewee Interviewer
Warga Belajar Penulis
Neng Saimah Alprilia Nuriani Rachmawati
120
Lampiran 8
HASIL WAWANCARA
Hari/Tanggal : Sabtu, 20 Aguustus 2016
Interviewee : Anita Rahayu
Waktu : 17.30 WIB
Tempat : Yayasan Nara Kreatif
Pokok Pembicaraan
1. Apa pekerjaan atau kegiatan yang sedang kamu jalani sekarang?
Jawaban: Pekerjaan yang saya jalani sekarang bekerja di PT Merck sebagai
packing obat. Saya bisa bekerja di perusahaan farmasi tersebut dikarenakan
mendapati fasilitas yang ditawarkan oleh Yayasan Nara Kreatif, yaitu
disalurkannya sebagai pekerja di salah satu bagian dari korporasi rekanan
Nara Kreatif, salah satunya yaitu PT Merck.
2. Sudah berapa lama kamu bersekolah di Nara Kreatif?
Jawaban: Saya sudah bersekolah di Nara Kreatif sejak Maret 2015.
3. Apa saja yang kamu ketahui mengenai kegiatan di Nara Kreatif?
Jawaban: Saya pribadi selama setahun ini menjadi anak asuh Nara Kreatif dan
rutinitas kegiatan saya disini antara lain bangun pagi, solat subuh,
membersihkan lingkungan yayasan, ceramah dhuha, kreativitas produksi daur
ulang kertas, sablo, menjahit, dan pada malam harinya yaitu sekolah. Setiap
bulannya di hari Minggu diselenggarakan kegiatan Nara Bersih, dan ada pula
Kelas Inspirasi yang mengundang tokoh-tokoh yang menginspirasi, seperti
Maudy Koesnaedi, CEO PT Garudafood, dan masih banyak lainnya.
4. Apakah kamu mengikuti semua kegiatan yang ada di Nara Kreatif?
Berikan alasannya!
Jawaban: Selama satu tahun saya bergabung, ada beberapa kegiatan yang saya
ikuti namun juga ada beberapa yang tidak. Hal ini dikarenaka pada saat itu
121
selain menjadi anak asuh, saya juga masih bekerja di tempat lain sebagai
pelayan di rumah makan dari jam 9 pagi hingga jam 6 sore.
5. Bagaimana menurut kamu kegiatan yang ada di Nara Kreatif?
Jawaban: Saya mendapatkan banyak pengalaman yang awalnya saya tidak
tahu menjadi tahu, dan juga menambah wawasan. Selain itu menambah teman
juga, karena yang tadinya kita monoton dengan kegiatan di dalam, jadi kita
dapat menambah teman dengan adanya kegiata di luar.
6. Menurut kamu, nilai-nilai karakter apa saja yang kamu dapatkan ketika
mengikuti kegiatan di Nara Kreatif?
Jawaban: Di Nara Kreatif ditanamkan banyak sekali nilai karakter, karena
memang anak-anak yang bergabung di Nara banyak yang berasal dari anak
jalanan, kaum dhuafa, yang mana mereka kalau berbicara mereka tidak
mengenal sopan santun dan etika. Maka dari itu, di Nara Kreatif dididik agar
perilaku mereka yang dulu jangan sampai terbawa sampai sekarang. Selain itu,
adanya penanaman akhlak dan moral bagi mereka, salah satunya yaitu
dikhususkan adanya kelas pendidikan agama Islam.
7. Menurut kamu, apa faktor yang mempengaruhi Yayasan Nara Kreatif
menerapkan nilai-nilai karakter pada setiap kegiatan yang
diselenggarakan?
Jawaban: Karena nilai-nilai karakter itu penting, karena tidak selamanya kita
bersekolah di Nara Kreatif, ada saatnya kita akan kembali atau pulang ke
masyarakat. Jadi perlunya penanaman nilai-nilai karakter disini agar nantinya
pada saat diterapkan ke masyarakat sekitar lebih mudah. Selain itu faktor
lainnya ialah agar kita juga mencintai lingkungan, dengan menjaga lingkungan
sekitar dan tidak membuang sampah sembarangan.
8. Apakah kamu menerapkan nilai-nilai karakter yang didapatkan di Nara
Kreatif pada kehidupan sehari-hari?
Jawaban: Alhamdulillah nilai-nilai yang saya dapatkan di Nara Kreatif dapat
saya terapkan di kehidupan keseharian saya, meskipu saya masih harus banyak
belajar.
122
9. Apakah menurut kamu kegiatan yang ada di Nara Kreatif sudah sesuai
dengan yang Anda butuhkan atau belum?
Jawaban: Untuk kegiatannya mungkin sudah sesuai, namun kalau dilihat
fasilitas yang dimiliki Nara Kreatif masih kurang memadai seperti dari tempat
untuk belajarnya. Saya berharap Nara Kreatif memiliki biaya untuk
membenahi fasilitasnya agar terlihat seperti sekolah formal pada umumnya,
yaitu ada bangku dan meja, serta ada ruang kelas sendiri agar pada saat belajar
jauh lebih fokus.
10. Upaya aja saja yang harus dilakukan Yayasan Nara Kreatif agar
penerapan nilai-nilai karakter berjalan dengan semestinya?
Jawaban: Peraturan yang lebih ketat, karena anak-anak yang bersekolah di
Nara Kreatif masih harus dipantau satu per satu agar anak-anak tidak
melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan. Menurut saya lebih
menyadarkan anak-anak dengan sendirinya mana hal yang harus dan tidak
seharusnya dilakukan, tanpa harus dipantau setiap saat oleh pengajar.
11. Saran atau ide apa yang kamu dapat berikan agar kegiatan di Nara
Kreatif lebih diminati oleh warga belajar?
Jawaban: Kalau bisa untuk laki-laki diadakan olahraga futsal setiap
minggunya dan untuk perempuan diadakan kelas tata boga.
Mengetahui,
Interviewee Interviewer
Warga Belajar Penulis
Anita Rahayu Alprilia Nuriani Rachmawati
123
Lampiran 9
HASIL WAWANCARA
Hari/Tanggal : Sabtu, 20 Agustus 2016
Interviewee : Windy Meilani
Waktu : 18.30 WIB
Tempat : Yayasan Nara Kreatif
Pokok Pembicaraan
1. Apa pekerjaan atau kegiatan yang sedang kamu jalani sekarang?
Jawaban: Kegiatan yang saya sedang jalani yaitu bekerja di PT Merck di
bagian Packaging.
2. Sudah berapa lama kamu bersekolah di Nara Kreatif?
Jawaban: Saya bersekolah di Nara Kreatif sudah hampir 1 tahun 6 bulan, sejak
bulan Februari 2015.
3. Apa saja yang kamu ketahui mengenai kegiatan di Nara Kreatif?
Jawaban: Untuk kegiatan di Nara Kreatif yaitu adanya kegiatan pendidikan
atau sekolah, pendidikan agama islam, dan kebersihan/Nara Bersih.
4. Apakah kamu mengikuti semua kegiatan yang ada di Nara Kreatif?
Berikan alasannya!
Jawaban: Kalau untuk kegiatan di Nara Kreatif ada beberapa yang saya ikuti
dan juga ada yang tidak, karena adanya kesibukan pekerjaan di siang harinya.
5. Bagaimaa menurut kamu kegiatan yang ada di Nara Kreatif?
Jawaban: Kegiatan yang ada di Nara Kreatif sangat menarik, banyak pelajaran
yang dapat kita peroleh, apalagi kalau ada Kelas Inspirasi yang mana
mengundang tokoh-tokoh yang menginspirasi. Jadi menambah pengalaman
buat kita dan bisa sharing juga dengan pembicaranya.
6. Menurut kamu, nilai-nilai karakter apa saja yang kamu dapatkan ketika
mengikuti kegiatan di Nara Kreatif?
124
Jawaban: Nilai-nilai karakter yang diterapkan sangat mendidik, seperti
diajarkan sopan santu, harus menghormati yang lebih tua dari kita, dan disini
kita diajarkan bagaimana menjadi seorang anak yang memiliki moral dan
akhlak yang baik, meskipu latar belakang kita dari kelas menengah bawah.
7. Menurut kamu, apa faktor yang mempengaruhi Yayasan Nara Kreatif
menerapkan nilai-nilai karakter pada setiap kegiatan yang
diselenggarakan?
Jawaban: Faktornya menurut saya karena diajara agama Islam mengajarkan
bahwa kebersihan merupakan sebagian dari iman, maka dari itu perlunya
menjaga kebersihan, dari mulai diri sendiri sampai lingkungan sekitar. Selain
itu kalau ditinjau dari pendidikan umum, kita sebagai umat manusia harus
terus banyak belajar, karena orang yang tidak berilmu itu akan sesat pada
waktunya, maka pentingnya mencari ilmu karena penting bagi kita di dunia
ataupun di akhirat.
8. Apakah kamu menerapkan nilai-nilai karakter yang didapatkan di Nara
Kreatif pada kehidupan sehari-hari?
Jawaban: Saya menerapkan nilai-nilai karakter yang didapatkan di Nara
Kreatif, seperti menjaga kebersihan. Apabila ada sampah ada di jalan, maka
dibuang ke tempat sampah. Lalu apabila ada teman saya yang kurang
memahami tentang pelajaran yang sudah diberikan, saya bantu untuk
mengajari teman saya agar ilmu yang saya dapatkan jauh lebih bermanfaat.
9. Apakah menurut kamu kegiatan yang ada di Nara Kreatif sudah sesuai
dengan yang Anda butuhkan atau belum?
Jawaban: Menurut saya kegiatan yang ada sudah cukup sesuai, mungkin
kurangnya kegiatan olahraga saja.
10. Upaya aja saja yang harus dilakukan Yayasan Nara Kreatif agar
penerapan nilai-nilai karakter berjalan dengan semestinya?
Jawaban: Upaya yang dilakukan yaitu membuat peraturan yang lebih ketat dan
menanamkan kepada anak-anak rasa bertanggung jawab. Salah satu contohnya
yaitu, ketika jam pelajaran belum selesai, ada saja diantara mereka yang
pulang lebih dulu. Seharusnya peraturan dibuat jauh lebih ketat, misalnya bisa
125
diberi sanksi atau hukuman apabila pulang sekolah lebih dulu tanpa alasan
yang jelas selama 3 kali, adanya pemanggilan orangtua atau hukuman apa saja
sampai anak tersebut jera dan tidak mengulangi perbuatannya lagi.
11. Saran atau ide apa yang kamu dapat berikan agar kegiatan di Nara
Kreatif lebih diminati oleh warga belajar?
Jawaban: Menurut saya sudah cukup, karena Nara Kreatif sudah cukup
terkenal dan kegiatan-kegiatannya pun sudah menarik. Mungkin pengajarnya
ditambah lagi, karena terkadang ada kaka-kaka pengajar yang tidak bisa
mengisi di waktu yang sudah dijadwalkan.
Mengetahui,
Interviewee Interviewer
Warga Belajar Penulis
Windy Meilani Alprilia Nuriani Rachmawati
133
Lampiran 11
DATA PENGURUS DAN PENGAJAR
YAYASAN NARA KREATIF
DIVISI OPERASIONAL
NO NAMA PENDIDIKAN TERAKHIR STATUS POSISI
1 Rosim SMA
PENGURUS
Kepala Operasional
2 Bejo Nurdamirin Penanggung Jawab Logistik
3 Asep Wildan SMP Penanggung Jawab Produksi
DIVISI PENDIDIKAN
NO NAMA PENDIDIKAN TERAKHIR STATUS POSISI
1 Muhammad Taufik SMA
PENGURUS
Kepala Sekolah
2 Anis Nurfitriani Kesiswaan
3 Sheila Ayu Mutiaroh S1 Pendidikan Ekonomi Administrasi/Sekretaris
4 Muhammad Ilham Nur SMA
PENGAJAR
Pendidikan Agama Islam 5 Gazali S1 Agama Islam
6 Hadiri Abdurrazaq S1 Agama Islam
7 Dion Arochman Wijanarko S1 Administrasi Bisnis
Pendidikan Kesetaraan Paket
A, B, dan C
8 Mohammad Rizky D3 Teknik Sipil
9 Annisa Ayuningtias D3 Kesehatan
10 Alprilia Nuriani
SMA
11 Bejo Nurdamirin
12 Fardhan Zaka Ramzy
13 Hoirunnisa
14 Roosna Sari Mauludina
134
134
Lampiran 12
DATA WARGA BELAJAR
YAYASAN NARA KREATIF
NO NAMA LENGKAP PAKET ALAMAT LATAR BELAKANG
1 Muhammad Rian Setiabudi A
a) Tinggal bersama ayah (sudah cerai)
b) Putus sekolah, dikeluarkan, karena
bertengkar dengan teman
c) Ayah bekerja sebagai kuli bangunan
2 Rokiyah B Batu ampar RT 001 RW 004, Kramat
Jati, Jakarta Timur
a) Ibu rumah tangga denggan 2 anak
b) Suami bekerja sebagai PNS
3 Mega Pertiwi C Jl. Dukuh 5, RT 05 RW 04, Jakarta
Timur
a) Putus sekolah karena ekonomi
b) Anak ke-3 dari 3 bersaudara
c) Pernah dikeluarkan dari sekolah
4 Ardiyansyah A
a) Putus sekolah karena tidak boleh sekolah
oleh gurunya
b) Tinggal bersama orangtua dengan saudara
5 Viqi Yoga Sageatya C Jl. Balai Kambang , Condet, Jakarta
Timur
a) Putus sekolah karena tidak mampu
b) Tinggal sendiri/merantau
6 Aziz Maulana C Jl. Gotong Royong RT 012 RW 04,
Jakarta Timur
a) Putus sekolah karena tidak mampu bayar
biaya
b) Tinggal bersama orangtua
7 Delas Januar Firmansyah B Jl. Dukuh 5, RT 015 RW 05
a) Putus sekolah
b) Tinggal bersama orangtua
c) Orangtua sudah bercerai
8 Dimas Prasetya C Jl. Dukuh a) Tidak memiliki pekerjaan
b) Orientasi untuk mendapatkan ijazah
9 Ida Syafitri C Jl. Dukuh a) Bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga
135
b) Orangtua masih ada di Bengkulu
10 Zulkarnain C Jl. Al-Bashor RT 04 RW 03, Kp. Dukuh a) Putus sekolah karena sikap dan ekonomi
b) Tidak ada kegiatan
11 Jibran Muhammad B Jl. Pucung 1, RT 01 RW 04, Condet
Balekambang Putus sekolah karena malas
12 Irwanfauzi A Jl. Pucung 2, RT 11 RW 02, Condet,
Balekambang
a) Piatu
b) Putus sekolah karena malas
13 Ricky Gunawan C Jl. H. M. Sabar, RT 05 RW 01, No. 29,
Kp. Rambutan
a) Yatim
b) Putus sekolah karena kurang biaya
c) Kegiatan di Majelis
14 Reynaldi Yusuf C Jl. Kesehatan RT 05 RW 011, No. 29,
Kel. Kp. Gedong, Pasar Rebo
a) Putus sekolah karena malas
b) Tidak ada kegiatan
15 Meidina Lestari C Jl. Pala a) Putus sekolah karena biaya
b) Tidak ada kegiatan
16 Afda Anggraeni A Jl. Dukuh V, RT 004 RW 04, No. 66,
Kel. Dukuh, Kec. Kramat Jati
a) Putus sekolah karena absen
b) Tidak ada kegiatan
17 Putri Oktaviani C Jl. Penggilingan Baru 2, RT 04 RW 08,
Kp. Dukuh
a) Putus sekolah karena malu
b) Tidak ada kegiatan
18 Nurul Yahya C Jl. Pucung 2, RT 012, RW 04
a) Ibu sudah tidak ada
b) Ayah bekerja
c) Dikeluarkan dari sekolah karena sakit 1
minggu selama PKL
d) Tidak ada kegiatan
19 Muhammad Oxyfirdaus B Jl. Pucung 3 RT 10 RW 04 Putus sekolah karena sekolah bulutangkis
20 Hadzan Adha C Jl. Pucung 2, RT 011 RW 04 Putus sekolah karena biaya
136
21 Ade Saputra C Jl. Al-Bashor RT 004 RW 03, No. 9
a) Ayah kerja wiraswasta
b) Ibu Rumah Tangga
c) Putus sekolah karena biaya
22 Diah Ayu Ambarsari C Jl. Al-Bashor RT 003 RW 03 a) Ayah wiraswasta
b) Ibu Rumah Tangga
23 Laila Afdila C Jl. Al-Bashor RT 003 RW 003, No. 26 Putus sekolah karena biaya
24 Zikri Ahmad Azzam B Jl. Asqo 2 Rambutan a) Putus sekolah karena pindah
b) Orangtua bercerai
25 Yayat C Jl. Gg. Sadar a) Bekerja di kios
b) Putus sekolah karena biaya
26 Rasyid Alamsyah C Kp. Cakung, Jatisari - Jatiasih
a) Ayah buruh
b) Ibu dagang
c) Malas
27 Megita
28 Halimatus Sa'diah C Jl. Dukuh V, No. 114 RT 005 RW 004 Putus sekolah karena biaya
29 Oki Ramadi Jl. Al-Amin RT 011 RW 06 a) Putus sekolah karena tidak naik kelas
b) Dagang dan buruh
30 Muhammad Maulana Jl. Pucung RT 012 RW 004, Kel.
Balekambang, Kec. Kramat Jati
a) Ayah tukang ojek
b) Ibu Rumah Tangga
c) Kegiatan sehari-hari bekerja
31 Nur Hidayat Jl. Batu Alama Jaya RT 01 RW 03
a) Ayah: Buruh
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
c) Bekerja
32 Martha Oko Jl. Dukuh V, RT 009 RW 05
a) Tinggal bersama tante
b) Kegiatan sehari-hari di rumah
c) Ayah: Petani
d) Ibu: Ibu Rumah Tangga
33 Tuju Lasmini C Jl. Dukuh V, RT 002 RW 04, No. 22 a) Ayah: Petani
b) Ibu: Petani
137
c) Kegiatan: Tukang Jahit
33 Selvi Ratna A. Jl. BHP RT 001 RW 002 a) Ayah: Buruh Bangunan
b) Ibu: Kerja di Pasar Induk
34 Ramdhan Akbar Jl. Bhacang Fuji, RT 07 RW 08, No. 25
a) Ayah: Karyawan di toko
b) Ibu Rumah Tangga
c) Tinggal bersama Ibu
d) Kegiatan sehari-hari: Mengamen
35 Camelia Wanda Jl. Bhacang Fuji, RT 07 RW 08, No. 25
a) Ayah: Karyawan di toko
b) Ibu Rumah Tangga
c) Tinggal bersama Ibu
36 Adi Nugroho Jl. Bhacang Fuji, RT 04 RW 07, No. 82
a) Ayah: Pensiun
b) Ibu Rumah Tangga
c) Kegiatan sehari-hari: Mengamen
37 Teguh Jl. Sigma RT 05 RW 20, No. 13, Pondok
Gede
a) Ayah: Satpam
b) Ibu Rumah Tangga
c) Kegiatan sehari-hari: Mengamen
38 Clara Indah Putri Jl. Al-Umar II, RT 002 RW 012, Lubang
Buaya
a) Ayah: Wiraswasta
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
39 Adi Saputra Jl. Juwet RT 03 RW 03 a) Ayah: Wiraswasta
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
40 Rio Pratama C Jl. Dukuh V, RT 06 RW 04 a) Ayah: Buruh
b) Ibu: Cleaning Service
41 Adin Setiawan Rumah Sakit Kesdam a) Ibu: Buruh
b) Ayah: Karyawan
42 Sofyan Jl. Al-Amin Kp. Karpus RT 011 RW 06,
Kramat Jati
a) Ayah: Pedagang
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
43 Dimas Putra Jl. Dukuh RT 07 RW 011, Condet Raya a) Ayah: Buruh Pabrik
138
b) Ibu: Buruh Pabrik
44 Anggara Rafi Jl. Batu Tumbuh RT 010 RW 09,
Kramat Jati
a) Ayah: Karyawan
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
45 Hairia Ulfah Jl. Kampung Dukuh RT 07 RW 003, No.
29
a) Ayah: Pedagang
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
46 M. Birjan Jl. Kampung Dukuh RT 07 RW 003, No.
29
a) Ayah: Pedagang
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
47 Wawan Septiawan Jl. Gunung Putri RT 01 RW 07, Gn.
Putri, Bogor Pekerjaan Wiraswasta
48 Arif Prio D. Jl. Jengki Cipinangasem RT 04 RW 12,
Kb. Pala, Makasar Pekerja di PT Aquatiqo Air Indonesia
49 Muhammad Abdul Kolek C Jl. Amil Wahab, RT 08 RW 09 No. 31,
Kramat Jati, Jakarta Timur Kuliah
50 Nafa Nur Amalia C Jl. Dukuh VI, RT 06 RW 02, No. 21 a) Ayah: Buruh
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
51 Lutfi Ramadhan C Jl. Kemang Sari IV, RT 02 RW 09,
Bekasi
a) Ayah: Sopir Angkot
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
c) Aktivitas: di Rumah
52 Muhammad Batar Yudha Pratama Jl. Ketapang No. 40, Jati Padang, Pasar
Minggu, Jakarta Selatan
53 Fadil Farur Rahman B Jl. Dukuh VI, RT 06 RW 02, No. 21 a) Ayah: Buruh
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
54 Eka Rahmawati A Jl. Dukuh V, RT 004 RW 04, No. 26 a) Ayah: Buruh
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
55 Akbar Ramadhan Kp. Rambutan, RT 09 RW 01 a) Ayah: Buruh
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
56 Herman Kp. Kemangsari IV, RT 002 RW 009
57 Ramlan A Kp. Dukuh, RT 01 RW 09 Bekerja
58 Feri Satriawan C Jl. H. Bakot, Pinang Ranti a) Ayah: Biro Jasa
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
139
59 Abdul Rohim C Jl. Kemang Sari IV, RT 01 RW 09, Jati
Bening, Bekasi
a) Orangtua: Wiraswasta
b) Kegiatan di Rumah
60 Dika Cahya Setiawan B Jln. Pondok Gede a) Kegiatan: Karyawan
b) Orangtua: Buruh
61 Ahmad Sugiyanto C Jl. SMA 48 RT 011 RW 01 Ayah: Satpam dan Ojek
62 Wahyu Muarif
63 Ibnu Dzakir A Kp. Tengah RT 08 RW 01, Kel. Tengah a) Ayah: Wiraswasta
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
64 Farhan A Gg. H. Sabar a) Ayah: Kerja
b) Ibu: Pedagang
65 Muh. Rizky B Jl. Juwet RT 03 RW 03 No. 82, Kel.
Dukuh
a) Anak Yatim
b) Ibu: sudah menikah lagi
66 Ade Supriatna Jl. Kemangsari 04, RT 02 RW 09, Jati
Bening, Pondok Gede, Bekasi
a) Ayah: Sopir Pribadi
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
67 Febrianatasya A Kp. Dukuh RT 003 RW 04, No. 44, Kel.
Dukuh, Kec. Kramat Jati
a) Ayah: Wiraswasta
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
c) Putus sekolah karena stroke
68 Chandra Haryanto C Jl. Cendrawasih 2 RT 02 RW 06, Kel.
Jati Raden, Kranggan, Bekasi Putus sekolah karena masalah ekonomi
69 Yana Suryana B Jl. Asmin RT 07 RW 03, Kel. Susukan,
Kec. Ciracas Putus sekolah karena masalah ekonomi
70 Fauzi A Kp. Dukuh RT 006 RW 04
a) Orangtua sudah bercerai
b) Tinggal bersama nenek
c) Alasan putus sekolah karena nakal
71 M. Roffif Andriawan A Jl. Pucung, Komp. Griya Munggang,
No. 10D
Putus sekolah karena ada masalah pribadi
dengan ustadz
72 Dwi Handayani C Jl. Juwet RT 02 RW 03 a) Orangtua sudah bercerai
140
b) Ayah berdagang kopi
c) Putus sekolah karena tidak ada biaya
d) Kegiatan sekarang jaga distro di PGC
73 Friska Maharani B Jl. H. M. Sabar RT 03 RW 01, No. 4 Orangtua sudah bercerai
74 Rizki Febianto A Jl. H. M. Sabar a) Orangtua sudah bercerai
b) Sekolah hanya untuk mengisi waktu luang
75 Angga Maulana C Jl. Dukuh V, RT 05 RW 04, No. 45
a) Orangtua sudah meninggal
b) Tinggal bersama Paman
c) Putus sekolah karena biaya
d) Kegiatan sehari-hari di Rumah
76 Uky Astrawan Asem Nirbaya, RT 17 RW 02, No. 108,
Pinang Ranti
a) Orangtua sudah bercerai
b) Alasan berhenti sekolah karena merawat
ibu yang sakit stroke
77 Iman Udin Asem Nirbaya, RT 17 RW 02, No. 108,
Pinang Ranti
a) Ibu sudah meninggal
b) Ayah wiraswasta
c) Alasan putus sekolah karena ekonomi
d) Aktifitas sehari-hari bekerja sebagai kuli di
Taman Bunga TMII
78 Agus Hariyanto A Jl. Haji Kaiman
a) Ayah: Buruh
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
c) Alasan putus sekolah karena bekerja,
mencari duit
79 Dicky Alfiani C Jl. Pintu II TMII RT 04 RW 01, Kp.
Makasar, Pinang Ranti, Jakarta Timur
a) Ayah meninggal dunia
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
c) Ekonomi yang kurang
80 Billy Bayu Januari C Jl. Pintu II TMII RT 04 RW 01, Kp.
Makasar, Pinang Ranti, Jakarta Timur a) Ayah meninggal dunia
141
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
c) Alasan putus sekolah karena ekonomi
81 Mohamad Ikbal Tawakal B Kp. Rambutan, Jl. Galur RT 07 RW 010,
No. 30
a) Ayah meninggal dunia
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
82 Wanda C Jl. Penggilingan Baru I, RT 09 RW 04,
Kel. Dukuh Putus sekolah karena masalah ekonomi
83 Ahmad Kodri B Jl. Penggilingan Baru I, RT 09 RW 04,
Kel. Dukuh
84 Adam Syahroni A Jl. TB. Simatupang, Gg. Asem Berisil Putus sekolah karena masalah ekonomi
85 Andi B Jl. Margonda Raya, No. 336A, Depok Putus sekolah karena masalah ekonomi
86 Chairul Setiawan A Jl. Kramat, Lubang Buaya, Jakarta
Timur
a) Putus sekolah karena masalah ekonomi
b) Bekerja di Klinik Daarus Syifa
87 Riska Hildayanti C Jl. Penggilingan Baru RT 013 RW 004,
No. 25
a) Ayah: Karyawan Swasta
b) Ibu: Buruh Cuci
c) Putus sekolah karena kurang biaya
88 Meyfani Abigael C Jl. Penggilingan Baru RT 16 RW 004,
No. 12A, Wisma Dukuh 21
a) Tidak Bekerja
b) Putus sekolah
89 Andrianto C Jl. Dukuh 3 RT 004 RW 004, Kramat
Jati, Jakarta Timur
a) Ayah: Buruh
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
c) Putus sekolah karena masalah ekonomi
90 Naryanto C Jl. Dukuh V, Gg. 100, RT 09 RW 05,
Kramat Jati
a) Kegiatan sedang melamar pekerjaan
b) Putus sekolah karena orangtua sudah tidak
mampu membiayai
91 Bisma Arya Putra C Jl. Kramat. RT 004 RW 002 a) Ayah: Karyawan Swasta
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
142
c) Putus sekolah
92 Slamet Aryadi B Jl. Mahoni Dukuh, Jakarta Timur
a) Ayah: Karyawan Swasta
b) Ibu: Buruh
c) Putus sekolah
93 Anang Kurnia Wahab C Jl. Tanah Merdeka RT 010 RW 002
a) Putus sekolah karena masalah ekonomi
b) Kegiatan sehari-hari menjadi operator
warnet
94 Chairul Septian C Jl. Kampung Dukuh, RT 11 RW 004
a) Ayah: Pensiunan
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
c) Putus sekolah dikarenakan sering
membolos
95 Abdul Hanip C Jl. Kp. Pulo, RT 07 RW 09
a) Putus sekolah karena malas
b) Aktivitas sehari-hari di rumah
c) Ayah: Tidak bekerja
d) Ibu: Guru
96 Flabio Octarino Jl. Dukuh V, Gg. Voly RT 06 RW 03
a) Ayah: Wiraswasta
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
c) Putus sekolah karena sibuk dancer
d) Aktivitas sehari-hari sebagai Pekerja
97 Yanih C Jl. Dukuh V, RT 02 RW 05
98 Livia Ananda C Belakang pasar induk Putus sekolah karena ada masalah
99 Yoga Bramantara C Jl. Malaca RT 04 RW 08, No. 12 Kel.
Munjul, Kec. Cipayung, Jakarta Timur
a) Tinggal dengan kakek dan nenek
b) Alasan putus sekolah karena masalah
ekonomi
c) Kegiatan sehari-hari tidak bekerja
100 Ryan Fardilan A Jl. Condet Raya, RT 02 RW 05, No. 39
a) Ayah: Wiraswasta
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
c) Alasan putus sekolah karena sering
membolos
143
101 M. Ardiansyah B Jl. Dukuh V RT 010 RW 05, Dukuh,
Kramat Jati
a) Ayah: Go-Jek
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
c) Alasan putus sekolah karena sering
membolos
102 Arkadius Lamber C Jl. Kesehatan Cijantung, RT 07 RW 011
a) Ayah sudah meninggal
b) Tinggal bersama Ibu
c) Kegiatan sehari-hari tidak bekerja
103 Muhammad Rizqi Hasbi M. C Jl. Kenanga, Gg. Teratai, Kel. Kalisari,
Pasar Rebo
a) Tingga di asrama Kalisari
b) Alasan putus sekolah karena mondok
pesantren non-formal
104 Agus Nurhanifah C Jl. Kelapa Gading I, No. I, Cililitan
a) Ayah: Buruh
b) Ibu sudah meninggal
c) Tinggal di Kost
105 Siti Rahayu C Jl. Kelapa Gading I, No. I, Cililitan
a) Ayah: Kuli Bangunan
b) Ibu: Asisten Rumah Tangga
c) Tinggal di Kost
106 Eka Marliana C Gg. Salak RT 07 RW 04 No. 63, Kel.
Dukuh, Kramat Jati, Jakarta Timur Putus sekolah karena masalah biaya
107 Roval Darmawan C Jl. Kemangsari II, No. 18A, Kec.
Pondok Gede, Kel. Jati Bening
a) Ayah: Karyawan Swasta
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
c) Bekerja di tempat makan Bebek Kaleyo
108 Ahmad Syahrul B Kp. Kemang RT 07 RW 9, No. 38,
Pondok Gede
a) Ayah: Sopir
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
109 Andrian Julianto B Jl. Mangga RT 003 RW 009, Kel. Jati
Makmur, No. 41, Pondok Gede
a) Pekerjaan sebagai Messenger di
Perusahaan
b) Alasan putus sekolah karena malas
144
c) Ayah: Karyawan Swasta
d) Ibu: Ibu Rumah Tangga
110 Bima Surya Kurniawan A Gudang Air RT 15 RW 002
a) Alasan sekolah karena ingin belajar
bersama teman-teman
b) Ibu: Buruh
111 Firman Soerbakty C Jl. Penas IV Blok BB 5, Pondok Bambu
Asri, Duren Sawit, Jakarta Timur
Alasan sekolah karena ingin melanjutkan ke
Perguruan Tinggi
112 Makmud Rizal B Jl. Dukuh I, RT 001 RW 11, No. 15 Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
113 Desylia B Jl. Cawang III Gg. Bakti Mulia, RT 13
RW 08, No. 10 Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
114 Istriyah A Jl. Penggilingan Baru RT 03 RW 11,
Kav. 3 Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
115 Fuad Fadhillah C Jl. Dukuh RT 09 RW 04, No. 58 Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
116 Romli Pradana B Jl. Kalibata City Tower Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
117 Bayu Firmansyah C Jl. Dukuh III RT 10 RW 02 Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
118 Vita Delina C Jl. Dukuh III RT 006 RW 001 Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
119 M. Irfan C Jl. Kalibata Raya, Gg. Madrasah RT 08
RW 01 Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
120 Eka Putri Aulia B Jl. Karya I RT 006 RW 001, Kel. Kp.
Tengah Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
121 M. Irfansyah C Gg. Harum RT 09 RW 01, Kel.
Rambutan, Kec. Ciracas, Jakarta Timur Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
122 Novita Yulianti B Gg. H. Jum RT 009 RW 001, Kel.
Rambutan, Kec. Ciracas, Jakarta Timur Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
123 Roy Ardiansyah C Jl. Joprapol RT 010 RW 005, Kel.
Rambutan, Kec. Ciracas, Jakarta Timur Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
124 Syarif Setiawan C Jl. Dukuh III Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
125 Bayu Aji Agung P. B Jl. Kalfari RT 03 RW 06 Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
126 Anjas Budi Santoso B Jl. Kalfari RT 03 RW 06 Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
127 Ananda Risqi A Kp. Rambutan RT 03 RW 02 Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
(Belum lancar membaca
145
128 Maisya Fauziah A Jl. Juwet RT 010 RW 03 Alasan sekolah ingin lancar membaca
129 Rhama Chandra D. B Jl. Dukuh 3 Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
130 Angga Reksa S.D B Jl. Dukuh 5 Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
131 Jaelani C Jl. Kalfari RT 03 RW 06 Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
132 M. Rommy Kurniawan C Jl. H. Baping RT 002 RW 09 Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
133 Nur Fandi Rohman B Jl. Masjid Al-Munir RT 011 RW 03 Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
134 Rendy Dwi Alfian C Jl. Malaka RT 004 RW 006 Alasan sekolah ingin mendapatkan pekerjaan
135 Fadjri Nugroho B Jl. Dukuh V, Gg. Juwet RT 02 RW 03 Alasan sekolah ingin belajar
136 Indra Alfiyanzah B Jl. Dukuh V, Gg. 100 Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
137 Mirwan C Jl. Kp. Kemang RT 02 RW 09 Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
138 Dicky C Jl. Bulak sari RT 010 RW 09 Putus sekolah karena orangtua
139 Moh. Syaifulloh C Jl. Mundu RT 03 RW 04 Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
140 Yanih C Jl. Dukuh V RT 02 RW 05 Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
141 Iwan Teguh Saputra C Jl. H. Ali RT 05 RW 04 Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
142 Daryono B Jl. Pijar RT 006 RW 004 Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
143 Dimah Nur Halimah C Pinang Ranti Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
144 Achmad Sahid Rivaldi A Jl. H. Sabar RT 05 RW 01 a) Ayah: Security
b) Ibu: Ibu Rumah Tangga
145 Yuni Sefianti A BHP Blok J-7 Putus sekolah karena lingkungan sekolah
146 Dandi Tri Dinata C Jl. H. Taiman RT 08 RW 10, Kel.
Gedong, Kec. Pasar Rebo Putus sekolah karena tidak mau sekolah
147 Narni B Jl. Tanah Merdeka VII RT 06 RW 06,
Kel. Rambutan, Kec. Ciracas Putus sekolah
148 Tuju Lasmini C Jl. Dukuh, RT 02 RW 04 Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
149 Raja Ar'rafi N.F B Gg. H. Jum, RT 010 a) Ayah: Pedagang
b) Ingin melanjutkan sekolah
150 Martin Luther C Dukuh, RT 16 RW 04, No. 18 Alasan sekolah ingin melanjutkan sekolah
151 Irwan B RT 001 RW 003 Putus sekolah
152 Nirmala Qhoirunisa C Gg. H. Ali, Jl. Al-Bashor, Kel. Dukuh Putus sekolah
153 Ricky Susanto C Jl. Lanig Putus sekolah
146
154 Aldi Saputra C Jl. Dukuh V Putus sekolah karena tidak ada biaya
155 Chairunnisa B Jl. Pijar No. 23 Putus sekolah
156 Ratna Puji Astuti C Jl. Bumi Pratama III, Blok J-17 Putus sekolah
157 Rizky Nuramal B Jl. Dukuh V RT 010 RW 05 Putus sekolah karena tidak mau sekolah
158 Abdurrahman Ari Prasetya A Jl. Juwet RT 002 RW 003, Dukuh,
Kramat Jati
Putus sekolah karena latar belakang masalah
keluarga
159 Mendi Saputra C Jl. Dukuh V, RT 09 RW 05, Kramat Jati Putus sekolah karena ikut orangtua di Jakarta
160 Hari Saputra A Jl. Dukuh V Dalam, RT 008 RW 05 Putus sekolah karena jauh dari tempat tinggal
161 Rahma Wati A Jl. Dukuh V Dalam, RT 008 RW 05 Putus sekolah
162 Taufik Arrahman A Jl. Dukuh V Dalam, RT 006 RW 05 Putus sekolah
163 Ardika Pradana A Gg. H. Ali III Putus sekolah karena tidak naik kelas
147
Lampiran 13
SURAT KETERANGAN PENELITIAN
148
Lampiran 14
SURAT PENGESAHAN YAYASAN NARA KREATIF
149
Lampiran 15
SURAT PERMOHONAN BIMBINGAN
150
Lampiran 16
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN