(penerapan pada bpr/s )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...manajemen... · etika bisnis dan...

29
PROPOSAL TEKNIS PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL ( SOP ) EVALUASI PRAKTIK RISK BASED GCG dan FORMULASI SISTEM AUDIT INTERNAL BERBASIS RISIKO (RISK BASED INTERNAL AUDIT) (Penerapan pada BPR/S ) A. LATAR BELAKANG PENYUSUNAN SOP : Prosedur Standar Operasional ( SOP ) GCG merupakan buku panduan perusahaan dalam menjalankan operasional kegiatan berdasarkan standar kegiatan masing-masing unit kerja dalam suatu perusahaan yang didasarkan pada standar tata kelola kebijakan perusahaan yang baik ( Good Corporate Governance ). Proses penyusunan SOP GCG pada dasarnya merupakan serangkaian kegiatan proses “Mapping” dari masing-masing unit kerja (SBU) yang ada dalam organisasi perusahaan dan disusun berdasarkan arahan dari pihak Komite-Komite kerja dalam komponen Infrastruktur GCG yang dibentuk oleh Dewan kepatuhan ( biasanya dipimpin oleh seorang Direktur Kepatuhan ) yang dibantu secara teknis dalam pelaksanaan oleh pihak Pengawas Internal ( SPI ) dan pihak Audit Internal, dalam organisasi BPR / PD BPR / BPRS. Pada dasarnya SOP GCG adalah penjelasan teknis tentang sistem manajemen yang dipakai oleh BPR yang terintegrasi dengan komponen “Soft Structure” GCG yang mencakup penjelasan secara teknis dalam komponen-komponen sebagai berikut : 1. Budaya Perusahaan ( Corporate Culture ) hal ini dapat bersumber dari pedoman Peraturan Perusahaan; Notulen hasil agenda kegiatan perusahaan yang sudah menjadi kebiasaan ( bersumber dari Sekretaris ), Visi dan Misi Organisasi yang telah dituangkan dalam AD / ART Perusahaan. 2. Pedoman GCG ( Code of GCG ) 3. Kode Etik ( Code of Conduct ) (Perusahaan dan Bisnis) 4. Board Manual (Manual Pedoman bagi pihak Komisaris dan Direksi)

Upload: others

Post on 20-Aug-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif

PROPOSAL TEKNIS

PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL ( SOP ) EVALUASI PRAKTIK

RISK BASED GCG dan FORMULASI SISTEM AUDIT INTERNAL

BERBASIS RISIKO (RISK BASED INTERNAL AUDIT)

(Penerapan pada BPR/S )

A. LATAR BELAKANG PENYUSUNAN SOP :

Prosedur Standar Operasional ( SOP ) GCG merupakan buku panduan perusahaan

dalam menjalankan operasional kegiatan berdasarkan standar kegiatan masing-masing

unit kerja dalam suatu perusahaan yang didasarkan pada standar tata kelola kebijakan

perusahaan yang baik ( Good Corporate Governance ). Proses penyusunan SOP GCG

pada dasarnya merupakan serangkaian kegiatan proses “Mapping” dari masing-masing

unit kerja (SBU) yang ada dalam organisasi perusahaan dan disusun berdasarkan arahan

dari pihak Komite-Komite kerja dalam komponen Infrastruktur GCG yang dibentuk oleh

Dewan kepatuhan ( biasanya dipimpin oleh seorang Direktur Kepatuhan ) yang dibantu

secara teknis dalam pelaksanaan oleh pihak Pengawas Internal ( SPI ) dan pihak Audit

Internal, dalam organisasi BPR / PD BPR / BPRS.

Pada dasarnya SOP GCG adalah penjelasan teknis tentang sistem manajemen

yang dipakai oleh BPR yang terintegrasi dengan komponen “Soft Structure” GCG yang

mencakup penjelasan secara teknis dalam komponen-komponen sebagai berikut :

1. Budaya Perusahaan ( Corporate Culture ) hal ini dapat bersumber dari pedoman

Peraturan Perusahaan; Notulen hasil agenda kegiatan perusahaan yang sudah menjadi

kebiasaan ( bersumber dari Sekretaris ), Visi dan Misi Organisasi yang telah

dituangkan dalam AD / ART Perusahaan.

2. Pedoman GCG ( Code of GCG )

3. Kode Etik ( Code of Conduct ) (Perusahaan dan Bisnis)

4. Board Manual (Manual Pedoman bagi pihak Komisaris dan Direksi)

Page 2: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif

5. Penjelasan Piagam-Piagam (masing-masing komite) dalam GCG; Kebijakan

Perusahaan

6. Pengendalian Gratifikasi

7. Whistleblowing System

Materi penyusunan Evaluasi SOP GCG Berbasis Risiko pada dasarnya mengacu

pada ketentuan Matrik POJK Tentang Penyusunan TATA KELOLA GCG pada BPR /

BPRS / PD BPR secara jelas dan berdasarkan ketentuan teknis dalam bentuk “Petunjuk

Pelaksanaan” (Juklak) dan “Petunjuk Teknis” ( Juknis ) yang dibuat oleh Dewan

Kepatuhan dalam hal ini Direksi Kepatuhan ( Compliance Director ) yang diangkat oleh

pihak Board Members dalam hal ini Direktur Utama sebagai pihak pelaksananya dengan

dibantu oleh unit SPI dan pihak Audit Internal.

Dalam Pedoman GCG untuk Perbankan Indonesia yang disusun oleh KNKG,

bank adalah lembaga intermediasi yang dalam menjalankan kegiatan usahanya

bergantung pada dana masyarakat dan kepercayaan baik dari dalam maupun dari luar

negeri. Dalam menjalankan kegiatan usaha tersebut bank menghadapi berbagai risiko,

baik risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, maupun risiko reputasi. Banyaknya

ketentuan yang mengatur sector perbankan dalam rangka melindungi kepentingan

masyarakat, termasuk ketentuan yang mengatur kewajiban untuk memenuhi modal

minimum, sesuai dengan kondisi masing-masing bank, menjadikan sector perbankan

sebagai sector yang “Higly Regulated”.

Tugas Dewan Komisaris dan Direksi adalah melaksanakan cek and balances

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, maka Dewan Komisaris dan

Direksi BPR perlu bersama-sama menyepakati hal-hal penting antara lain :

1) Visi, Misi dan Corporate Value (Formulasi Ulang jika memerlukan revisi dan

penyesuaian Visi dan Misi dan Corporate Value)

2) Sasaran Usaha, Strategi, Rencana Jangka Panjang, maupun rencana kerja dan

anggaran tahunan (Formulasi Ulang jika memerlukan)

3) Kebijakan dalam memenuhi Peraturan Perundang-Undangan, anggaran dasar dan

Prudential Banking Practices, termasuk komitmen untuk menghindari segala bentuk

Page 3: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif

benturan kepentingan ( Conflict of Interest ) (Formulasi ulang dalam bentuk Platform

Kepatuhan dalam lingkup SKAI)

4) Kebijakan dan metode penilaian kinerja perusahaan (Performance Appraisal), unit-

unit dalam operasional bank dan personalianya. (Disesuaikan dengan kebutuhan

manajemen BPR yang bersangkutan dan untuk BPR dengan status Perusahaan Daerah

untuk penyesuaian kebijakan sesuai kebutuhan untuk menjadi PT / Perseroan

Terbatas maka dapat disesuaikan dengan mengacu pada Permenaker No. 1 Tahun

2017 tentang Struktur dan Skala Upah Berdasarkan Model Merit System)

5) Struktur organisasi di tingkat eksekutif yang mampu mendukung tercapainya sasaran

usaha perusahaan. (Evaluasi dan Formuliasi ulang jika diperlukan)

Berdasarkan ketentuan prinsip risiko maka dalam pembuatan Evaluasi SOP GCG

untuk BPR/PD BPR/BPRS dengan model berbasis risiko ( Risk Based GCG ). Model

berbasis risiko memiliki ketentuan sebagai berikut :

Implementasi Corporate Governance berdasarkan risiko adalah suatu metodologi

yang mana pengelola GCG menggunakannya untuk memberikan keyakinan/jaminan

bahwa risiko perusahaan akan dikelola dengan baik oleh entitas melalui penarapan

GCG yang efektif. Dengan kata lain, Suatu proses yang mengelola resiko sampai pada

suatu level yang dipertimbangkan untuk dapat diterima oleh dewan direksi dan jajaran

manajemen untuk bekerja secara efektif dan efisien. GCG berbasis manajemen resiko

perlu diaplikasikan pada setiap risiko yang mengancam tercapainya tujuan organisasi,

yang meliputi risiko keuangan, risiko strategis dan operasional, baik internal

organisasi maupun eksternal organisasi.

Dalam praktik untuk perumusan SOP GCG diawali dari Direktur Kepatuhan

(Compliance Director) yang diangkat oleh Direktur Utama dan fungsi kepatuhan ini

bertugas untuk memberikan aturan petunjuk pelaksana (juklak) dan aturan petunjuk

teknis (juknis) dan seorang Direktur yang melakukan tugas fungsi kepatuhan mengangkat

seorang “Satuan Kerja Kepatuhan” (SKK), yang dibantu satuan pengawas internal (SPI)

dan SKAI ( Satuan Kerja Audit Internal ).

Page 4: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif

Di dalam draf KNKG tersebut dikatakan beberapa hal, mengapa diperlukan GCG

berbasis manajemen resiko. Alasan yang pertama, manajemen risiko merupakan bagian

yang tidak bisa dipisahkan dari pelaksanaan corporate governance karena peran

manajemen risiko dalam memberikan jaminan atas pencapaian sasaran keberhasilan

usaha perusahaan. Kedua, pelaksanaan manajemen risiko yang baik memerlukan prinsip-

prinsip governance, Ketiga, risiko merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses

organisasi dan kegiatan utama organisasi ataupun proses lain organisasi. Manajemen

risiko jadi bagian yang tidak terpisahkan dari tanggung jawab manajemen, dalam

memastikan tercapainya sasaran organisasi. Maka manajemen risiko haruslah

diintegrasikan sepenuhnya ke dalam good corporate governance organisasi untuk lebih

memberikan kepastian terhadap pencapaian sasaran organisasi.

Gambar 1: Operasionalisasi kerangka kerja dan proses GCG berbasis manajemen risiko

(Sumber: Draf Pedoman Manajemen Risiko Berbasis Governance. KNKG:2011)

Page 5: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif

B. EVALUASI KOMITMEN PENERAPAN GCG

Penerapan GCG secara konsekuen dan berkelanjutan hanya dapat dicapai apabila

ada komitmen yang kuat dari organ perusahaan dan jajaran dibawahnya. Prinsip dasar

yang harus dilaksanakan oleh BPR dalam memastikan adanya komitmen adalah :

1. BPR harus memiliki rumusan visi dan misi yang jelas dan realistis (Rencana

Strategis)

2. BPR harus memiliki nilai-nilai perusahaan yang menggambarkan sikap moral

bank yang baik dalam pelaksanaan usahanya.

3. BPR harus memiliki pedoman tata kerja Dewan Komisaris dan tata kerja

Direksi dalam menjalankan peran dan tugasnya. (Code of Director dan Code of

Commisioner)

4. BPR harus memiliki rumusan etika bisnis dan pedoman perilaku perusahaan

yang penyusunannya dilakukan dengan melibatkan organ perusahaan (SBU)

dan jajaran dibawahnya. Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan

secara berkesinambungan dan konsisten sehingga membentuk budaya

perusahaan yang merupakan manifestasi dari nilai-nilai perusahaan. (Bisa

ditindaklanjuti dengan sistem “Performance Appraisal”)

5. BPR dalam fungsinya sebagai lembaga intermediasi dan sebagai bagian dari

dunia bisnis harus peduli dan berperan aktif dalam menjaga kelestarian sumber

daya alam dan lingkungan hidup. ( Program CSR )

6. BPR harus memiliki peraturan perusahaan (PP) atau perjanjian kerja bersama

yang dapat menjamin kepastian hak dan kewajiban para pihak sehingga dapat

mendukung suasana kerja yang kondusif.

7. BPR harus memiliki “Whistleblowing system” untuk memungkinkan

diperolehnya laporan dan pengaduan serta saran dan kritik dari pegawai dan

pemangku kepentingan lainnya.

Page 6: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif

C. EVALUASI ALUR SISTEM PENYUSUNAN SOP GCG BPR

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa dalam proses penyusunan SOP

GCG berbasis risiko pada lingkup BPR, maka perlu mengikuti alur proses dari Direktur

Kepatuhan / Pejabat Eksekutif Kepatuhan (jika sudah dibentuk oleh tim Ad Hoc Dewan

Komisaris dan dilaksanakan dengan memberikan laporan kepada Direktur Utama. Prinsip

penyusunan SOP GCG ini haruslah dilaksanakan dengan sistem “Role Model” yakni

memberikan porsi bagi masing-masing unit kerja (SBU/Strategic Business Unit) untuk

membuat SOP sesuai dengan standar acuan kerja dan sistem “Performance Appraisal”

(Contoh: Penyusunan Model Buku Pedoman Penilaian Kinerja Staff berdasarkan model

Merit System) yang sudah berjalan dibawah pengawasan dari tim SKK (Satuan Kerja

Kepatuhan) dan SKAI dan Satuan Pengawas Internal (SPI).

Berikut model alur sistem SOP GCG, dapat dilihat pada Skema 1 Sbb:

(Langkah Proses Penyusunan SOP)

Page 7: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif

Deskripsi Skema 1 :

- SFU berawal dari fungsi perencanaan strategis dari pihak “Stakeholder” dalam hal

ini pihak Direktur Utama, membuat perencanaan yang berpedoman pada beberapa

hal antara lain :

a) Manual GCG ( Pedoman Pelaksanaan GCG ), Manual Board

b) Rencana Strategis Perusahaan (Rencana Kerja dan Business Plan)

c) Visi dan Misi organisasi

d) Kode etik (Code of Conduct)

- Untuk Unit Bisnis (SBU) dibawahi oleh pihak Direktur Operasional melakukan

pembuatan SOP pemasaran produk dan SOP penjualan. Untuk sumber rujukan

pembuatan SOP tersebut tetap mengacu pada Konsep GCG, Rencana Strategis,

Visi dan Misi, Kebijakan Umum Perusahaan (KUP), dan Code of Conduct (COC)

/ Kode Etik.

- Pada tahap kebijakan untuk fungsi kepatuhan, Direktur Utama membentuk

Komite Kepatuhan (Compliance Committee) yang bertujuan untuk melakukan

perencanaan fungsi kepatuhan yang didukung oleh komponen :

Direktur Kepatuhan membentuk SKK (Satuan Kerja Kepatuhan)

Komite Manajemen Risiko

Satuan Pengawas Internal (SPI)

Audit Internal (SKAI)

Page 8: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif

- Setelah Direktur Utama melakukan tahap Perencanaan dalam bentuk SOP, maka

selanjutnya diserahkan kepada Dewan Komisaris (DEKOM), untuk dibuat

kebijakan dengan ditunjang dari SOP dari SPI (Eksternal) dan SOP Kontrol

Intern, maka selanjutnya oleh Dewan Komisaris di Pleno-kan kepada masing-

masing unit Bisnis dibawah persetujuan dari pihak Direktur Operasional, dan

ketika sudah mendapatkan persetujuan dari SBU maka pihak Dekom memberikan

persetujuan (Approval) untuk SOP yang telah disetujui saat Pleno dengan

membukukan sebagai Instruksi Direksi dan diedarkan ke segenap unit kerja

(SBU) untuk dieksekusi.

- Pihak Direktur Utama membuat SOP manajemen dan SOP untuk manajemen

risiko dan kepatuhan dengan dibantu oleh pihak Direktur yang membawahi fungsi

kepatuhan dan selanjutnya mendapatkan persetujuan dari pihak DEKOM untuk

pengesahan. SOP manajemen dapat berwujud sistem penilaian kinerja

(Performance Appraisal) yang merupakan instrument yang dapat dipakai untuk

mengurangi risiko kepatuhan dalam pelaksanaan pengukuran kinerja kesehatan

BPR dengan pertimbangan risiko. (Note : Acuan harus ada berdasarkan model

Buku Pedoman Penilaian Kinerja berbasis Merit System)

- Pihak Direktur utama membuat perencanaan untuk bagian umum dan SDM dalam

bentuk sistem Performance Appraisal dan membentuk SOP UMUM dan

Kepegawaian dengan mengacu pada Konsep GCG, Rencana Strategis, Visi dan

Misi, Kebijakan Umum Perusahaan dan COC.

- Pihak Direktur Operasional membuat SOP Pelayanan dalam produk BPR yakni

unit dana dan kredit dengan mengacu pada Konsep GCG, Rencana Strategis, Visi

dan Misi, Kebijakan Umum Perusahaan (KUP), dan COC. Penyusunan SOP

Kredit (Pemberian / BMPK, Pemantauan dan Penyelamatan).

- Pihak Direktur Utama membuat SOP Akuntansi dan IT, SOP Budget dan

Pelaporan dengan proses yang sama untuk mendapat persetujuan dari pihak

DEKOM.

Page 9: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif

- Tahap Ketiga adalah pihak DEKOM melakukan fungsi Audit Internal

berpedoman pada SKAI dengan dibantu oleh pihak SPI. ( Pedoman kerja

berdasarkan : ( Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank / SPFAIB)

(Keterangan : Fungsi Audit Internal ini adalah sebagai alat untuk membantu

memastikan bahwa BPR tersebut dapat mengelola dana yang terhimpun dan

masyarakat dan mampu mengamankan kegiatan bank sehingga dapat

menunjang program pembangunan Pemerintah.

( Proses Penyusunan Perintah Kerja / Working Instructions )

Page 10: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif

Deskripsi :

LANGKAH KERJA PERTAMA :

- Dalam melaksanakan langkah kerja (WI) yang merupakan pijakan strategis dalam

pelaksanaan / implementasi SOP GCG berbasis risiko, perlu dibedakan dalam

Level Perencanaan, yakni : Level Utama ( Person / Unit In Charge ) dan Level

Pendukung. Untuk level utama perlu dibentuk unit perencanaan atau komite

perencanaan. Untuk komite perencanaan dalam BPR dapat terdiri dari :

Direktur Utama

Direktur Fungsi Kepatuhan (SFU) dan membentuk : SKK (Satuan Kerja

Kepatuhan)

Satuan Pengawas Internal (SPI)

Tim Audit Internal

Tim manajemen Risiko

- Perumusan Kebijakan Strategis yang terdiri dari pihak : Komisaris, Direksi,

Komite Ad-Hoc ( Bila perlu dibentuk atas usulan Direktur Utama kepada

Dekom). Masing-masing memiliki rincian tugas sesuai dengan acuan di “Soft

Structure GCG”. Kebijakan strategis dalam bentuk sebagai berikut :

Visi dan Misi sesuai dengan komitmen perusahaan dalam menjalankan GCG

Rencana Strategis

Road Map Rencana Kerja BPR (Acuan pada RBB BPR)

Kebijakan umum perusahaan (KUP)

- Membuka Forum (Pleno) untuk proses WI dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

Page 11: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif

Mapping

Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif Waktu berdasarkan

lingkup pekerjaan teknis Konsultan sesuai MOU)

Melakukan diskusi kelompok lebih fokus (Focus Group Discussion)

Melakukan rapat antar unit, rapat komite, rapat kerja (Pengesahan)

Catatan :

Rapat Komite diinisiasi oleh Direktur / Manajer Bisnis / Unit yang

membidangi, dan dihadiri oleh semua elemen (DEKOM-DIREKSI-

KOMITE-MANAJER/Spv. Unit)

LANGKAH KERJA KEDUA : (Pekerjaan Utama)

Berikut model “Kerangka Kebijakan Tata Kelola Manajemen Risiko” yang menjadi

dasar formulasi sistem Pengendalian Internal dan Manajemen Risiko di lingkup BPR :

Page 12: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif
Page 13: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif
Page 14: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif
Page 15: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif
Page 16: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif
Page 17: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif
Page 18: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif
Page 19: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif

Berdasarkan Kerangka Tata Kelola Manajemen Risiko yang nantinya dijadikan pijakan kerja

untuk penyusunan sistem manajemen risiko di lingkup BPR maka pihak Konsultan

melakukan perencanaan untuk melakukan formulasi strategi pengendalian internal dalam

proses mitigasi risiko dalam hal ini risiko operasional BPR yang berpotensi terdampak risiko

FRAUD dalam kegiatan transaksi. Berikut kerangka Manajemen Risiko yang akan dibangun

berdasarkan tingkatan / level organisasi sesuai dengan “Pedoman KNKG dalam Membangun

Kerangka Manajemen Risiko Berdasarkan Kebijakan GCG :

Gb 1

Kerangka Manajemen Risiko

Adapun ruang lingkup pekerjaan Konsultan antara lain :

D. Jasa Pelatihan Internal (In House Training) :

Tujuan :

Bertujuan untuk memberikan pemahaman mendasar dan teknis kepada unit terkait dalam

sistem SKAI BPR/S dalam hal pemahaman fungsi dan tugas SKAI dalam menunjang

Page 20: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif

fungsi kepatuhan dan pengawasan terhadap potensi risiko yang merugikan dari setiap

aktivitas kegiatan operasional perbankan. Adapun tahapan proses dalam pelatihan ini

terdiri dari beberapa sub bahasan, antara lain :

1. Pemahaman atas SKAI dalam Perbankan /Overview SKAI dalam Perbankan

(Komponen Unit Kepatuhan)

2. Pemahaman Terhadap Sistem Pertahanan Berlapis dalam Mitigasi Risiko

Operasional Perbankan (Sistem Pertahanan Tiga Lapis Bank) disertai contoh kasus

dalam praktik perbankan

3. Pemahaman atas Kebijakan dan Prosedur Kepatuhan dalam Unit Bisnis Bank

4. Proses Audit Internal Bank. Adapun model sistem yang dipakai adalah :

4.1 Model Audit Investigatif (Forensic Auditing)

4.2 Model Audit Internal Berbasis Risiko (Risk Based Internal Audit)

Adapun proses tahapan materinya sebagai berikut :

a. Pembuatan Laporan Hasil Audit Internal (LHA)

b. Proses Penilaian Terhadap Kualitas Manajemen Risiko (Model pendekatan

ERM : Enterprise Risk Management) dalam setiap elemen risiko yang

ditetapkan untuk BPR/S sesuai SE OJK No. 01/SEOJK.03/2019)

c. Proses Audit Forensic dan Akuntansi Forensic & Pembuatan LHA FRAUD

d. Proses penyusunan SOP Mitigasi Risiko pada masing-masing unit kerja

operasional dan Fine Tuning System sesuai dengan Platform SOP GCG BPR/S

e. Proses penilaian risiko (Risk Assessment) mulai tahap identifikasi risiko sampai

pada tahap mitigasi dengan model template ERM (COSO)

5. Penentuan KPI Risiko dalam komponen risiko operasional (Red Flag) bagi kegiatan

“Micro Financing” dan Operasional BPR

6. Wujud Pengendalian Internal dalam Perbankan (Contoh Kasus)

7. Role Playing dalam aktivitas operasional BPR

8. Pemahaman Terhadap Fungsi Kepatuhan dan Risiko Kepatuhan

9. Sistem Pengendalian Internal Sesuai dengan COSO (Committee of Sponsoring

Organization of The Treadway Commission)

10. Kedudukan Departemen Internal Audit Dalam Struktur Organisasi Bank

11. Pemahaman Terhadap Sistem Manajemen Risiko & Model Inhirent Risk BPR

Page 21: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif

12. Studi Kasus Proses Mitigasi Risko Operasional & Assessment Risiko dengan model

: ERM (Enterprise Risk Management)

13. Pembuatan SOP (Standard Operating Procedure) pada masing-masing unit kerja

sesuai ketentuan GCG pada BPR (Fine Tuning System)

14. Mentoring System & Fine Tuning System

E. Jasa Konsultasi (Proses Pendampingan) :

Jasa pembuatan platform sistem manajemen risiko pada BPR/S dan KPI risiko (Red Flag

Indicator) dan proses “Fine Tuning System” dalam setiap Unit Kerja terkait. (Project Time

Line tersedia di Lampiran). Adapun deskripsi pekerjaan konsultan dapat dijabarkan sebagai

berikut :

1. Penentuan indikator (KRI) / Key Risk Indicator untuk “Red Flag” risiko (Hipotesis)

2. Formulasi KRI sebagai indikator awal deteksi kemungkinan FRAUD dalam Laporan

Keuangan dalam bentuk perumusan sasaran strategis pendeteksian risiko dalam laporan

keuangan (Early Warning System/EWS) (Uji Hipotesis)

3. Proses “Due Deligence” untuk “Deeper Assessment” dan proses penelitian lanjutan untuk

memperoleh hasil audit internal yang signifikan terhadap tujuan tata kelola manajemen

risiko (Analisis mendalam)

4. Melakukan proses acuan kerja audit berdasarkan SAS (Statement on Auditing Standard)

No.99 dengan tujuan memperoleh acuan penggunaan indikator “Red Flag” sebanyak 42

Red Flag untuk mendeteksi kecurangan Laporan Keuangan (Analisis mendalam)

5. Pengembangan konsep “THE FRAUD TRIANGLE” menjadi “THE FRAUD

DIAMOND” melalui proses penelitian ke masing-masing unit kerja dengan instrument

penelitian yang telah dibuat

6. Membantu pihak SKAI dan PE Audit Intern BPR untuk melakukan proses indentifikasi

langkah-langkah pencegahan kecurangan yang diyakini dapat diimplementasikan di unit

kerja

Page 22: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif

7. Melakukan formulasi KRI berdasarkan temuan indikator baru melalui proses riset

8. Melakukan proses atau tahapan dalam ERM (Enterprise Risk Management) setelah KRI /

Red Flag baru terbentuk

9. Proses formulasi strategi kebijakan anti FRAUD sesuai SE OJK NO. 1/POJK.03/2019

10. Pleno Meeting

F. Monitoring Project

Pemberian Garansi dalam bentuk melakukan proses pengawasan (Monitoring) terhadap

sistem yang telah diaplikasikan dalam kegiatan unit teknis masing-masing dalam bentuk

bimbingan dan pengarahan dan memastikan sistem telah berjalan sesuai dengan SOP teknis

pekerjaan Konsultan. Durasi waktu monitoring project adalah selama 12 (dua belas) bulan.

G. PESERTA TERKAIT :

1. Direktur Kepatuhan

2. Pejabat Eksekutif BPR (Manajemen Risiko)

3. SKAI dan Komisaris

4. Direktur Bisnis

5. Direktur Operasional

6. Staff Unit terkait

7. SPI

H. MEMBUAT SISTEM PENGENDALIAN RISIKO DAN KEPATUHAN :

Pada tahap ini Konsultan membuat sistem pengendalian risiko dan kepatuhan dengan

dibantu oleh beberapa unit fungsional antara lain :

Page 23: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif

- Pihak Level Utama : SPI – Komite Kepatuhan – Manajemen Risiko

- Pihak Level Unit : semua unit (SBU)

Pada Langkah kerja Kedua ini bertujuan untuk membuat SOP Manajemen Risiko

& Kepatuhan. Forum yang dipakai :

Rapat antar unit menghasilkan petunjuk teknis (Juknis) untuk dijalankan

dahulu.

Juknis kemudian di Fine Tuning (diterapkan) untuk beberapa bulan

kemudian (Misal : 3 bulan kerja)

Melakukan penyempurnaan sesuai dengan kebutuhan masing-masing unit

kerja

Hasil dibawa ke rapat Komite dan kemudian dilakukan pengesahan menjadi

SOP Manajemen Risiko dan Kepatuhan.

LANGKAH KERJA KETIGA ADALAH MEMBUAT SISTEM AUDIT :

Langkah kerja ini dilakukan oleh pihak Direksi Utama dibawah pengawasan

DEKOM untuk mengangkat Direktur yang membawahi fungsi kepatuhan secara

independen untuk membuat “Sistem Audit” dengan membentuk Komite Audit pada

Level Utama dan akan ditindak lanjuti oleh semua unit (SBU). Adapun hasil dari sistem

Audit ini adalah pembuatan SOP Pengendalian Internal ( Internal Control ) dan SOP

Satuan Pengawas Internal (SPI).

Forum pelaksanaan dalam membuat sistem audit antara lain :

1) Rapat antar unit (SBU) menghasilkan petunjuk teknis (Juknis) untuk dijalankan

terlebih dahulu,

2) Lakukan Fine Tuning (aplikasikan)

3) Hasil dibawa kepada rapat Komite

4) Pengesahan menjadi SOP

Page 24: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif

Berikut FLOW CHART Alur Sistem Kerja Proses Penyusunan SOP GCG dalam

Lingkup BPR/BPRS/PD BPR sebagai berikut :

(ACUAN APLIKASI SISTEM – ROLE MODEL)

PROSES AWAL ( 1 ) :

PROSES KEDUA ( 2 ) :

Page 25: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif

PROSES KETIGA ( 3 ) :

KESIMPULAN DRAFT SOP GCG BERBASIS RISIKO :

Berdasarkan penjelasan di tahap awal maka yang dimaksud dengan SOP GCG adalah

serangkaian sistem kerja terintegrasi antar masing-masing unit kerja (SBU) dalam

organisasi perusahaan (BPR) yang terstruktur secara sistematis yang menggambarkan

alur proses kerja yang saling terkait dalam membentuk sistem manajemen yang

sesuai dengan sistem tata kelola perusahaan yang baik (GCG). Secara umum proses

tersebut dapat digambarkan dalam sistem sebagai berikut :

Gb 2.

Page 26: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif

Penjelasan :

1) Progam GCG mencakup tiga komponen dalam proses penyusunan SOP yakni:

a) Komponen Management Policy (Kebijakan Sistem Manajemen) berbasis GCG

b) Kebijakan Kode Etik ( Code of Conduct )

c) Piagam (Charter ) yang terdiri dari komponen :

BOD ( Board of Director )

BOC ( Board od Committee )

Internal Audit ( SKAI )

2) SOP GCG dibentuk dari ketiga komponen yang saling berintegrasi yakni :

Sistem Manajemen

Kode Etik ( Code of Conduct )

Piagam-Piagam dalam GCG

I. SUSUNAN STAF KONSULTAN BMC

Berikut susunan Staf Konsultan BMC yang menjadi tim inti dan tim support sebagai

berikut :

Page 27: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif

No Nama Konsultan Pengalaman Proyek Status 1. Arno Haryo Utomo, SE.,MM PT (Persero). Semen Indonesia,

Tbk

PT. Bank Commonwealth

BANK SLEMAN

BANK BRI

BANK BJB

(CV Terlampir)

Project

Reviewer &

Project Head

Officer

2. Sugiyanto, SE., MMA (CV Terlampir) Tim Ahli

Utama Bidang

Banking Risk

Exposure

3. Dr. Hero Priono, SE., M.Si., Ak,

CA dan Tim

(CV Terlampir) Tim Ahli

Utama Bidang

Akuntansi &

Sistem

4. Garry Ardy Kusuma Supriyadi,

SE

(CV Terlampir) Tim

Konsultan

Pendukung

5. N/A (CV Terlampir)

6. Miftahulmahasin, SH., MH (CV Terlampir) Tim Project

Legal Officer

7.

8. Yopi Irawan, Amd - Training Project Officer Bank

BJB

- Training Project Officer Bank

Papua

Project Event

Organizer

9. - Training Project Officer Bank

BRI

Project Event

Organizer

J. PROJECT TIME LINE

Berikut estimasi “Project Time Line” yang kami gunakan untuk proses pekerjaan jasa

evaluasi dan formulasi sistem manajemen risiko berbasis kebijakan Tata Kelola (GCG) di

lingkup BPR/S (Terlampir dalam B/Q Konsultan).

Page 28: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif

Tim Konsultan kemudian telah menentukan kerangka kerja dan arah penanganan, sebagai

berikut :

Dengan kerangka kerja arah penanganan proyek maka time line kerja dapat dilihat

(Lampiran)

SOP Proyek Konsolidasi Tim Kerja Penyusunan Jadwal Koordinasi dengan Pemberi

Tugas Pengumpulan data pendukung

ANALISA

KONDISI &

POTENSI

TAHAP

PERENCANAAN

TAHAP PELAPORAN

Proses Evaluasi dan Pengolahan data

ANALISA

PEMBANDING

ANALISA

PROSPEKTIF

Draft Laporan Presentasi Laporan Final

Page 29: (Penerapan pada BPR/S )konsultanbpr.com/wp-content/uploads/...MANAJEMEN... · Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan ... Konsultasi dan pendampingan oleh Konsultan (Intensif

K. ESTIMASI HARGA PENENTUAN SENDIRI (HPS)

Berikut estimasi HPS tim BMC Consulting dapat dilihat pada Lampiran (xls)

DAFTAR LAMPIRAN :

- Lampiran 1 : Company Profile BMC Consulting

- Lampiran 2: B/Q Konsultan

- Lampiran 3:

- Lampiran 4:

- Lampiran 5:

Demikian Proposal Teknis ini kami buat dan berharap kami diperkenankan untuk

mempresentasikan dengan tujuan untuk memberikan penjelasan teknis kepada pihak

pengambil keputusan.