penerapan model visualization auditory and …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel...

15
PENERAPAN MODEL VISUALIZATION AUDITORY AND KINESTETHIC (VAK) TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI LUBUK TUA TAHUN AJARAN 2017/2018 Oleh: Lingga Pratama Randu 1 , As Elly S 2 , Elya Rosalina 3 . Program Studi Pendidikan Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau. E-Mail: [email protected]. ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Visualization Auditory and Kinestethic (VAK) Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua Tahun Ajaran 2017/2018”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua Tahun Ajaran 2017/2018 setelah diterapkan model VAK dapat dikategorikan baik?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua Tahun Ajaran 2017/2018 setelah diterapkan model VAK. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu ( quasi eksperiment) yang dilaksanakan tanpa adanya kelas pembanding. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua tahun ajaran 2017/2018 yang berjumlah 102 siswa dan sebagai sampel adalah kelas VIII.1 yang berjumlah 30 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes berupa soal uraian yang memuat indikator kemampuan pemahaman konsep matematika. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t pada taraf signifikansi α = 5% = 0,05, diperoleh thitung3,23>ttabel1,699, hal ini berarti hipotesis (Ha) diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua Tahun Ajaran 2017/2018 setelah diterapkan model VAK secara signifikan dapat dikatagorikan baik. Rata-rata nilai kemampuan pemahaman konsep matematika setelah diterapkan model VAK sebesar 77 dengan kategori baik dan persentase siswa yang termasuk kategori baik mencapai 73,4 %. Kata kunci: Visualization Auditory and Kinestethic (VAK), Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika. 1 Alumni Prodi Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau 2, 3 Dosen Prodi Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau

Upload: others

Post on 18-Jan-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN MODEL VISUALIZATION AUDITORY AND …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Lingga.pdf · adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua tahun ajaran 2017/2018

PENERAPAN MODEL VISUALIZATION AUDITORY AND KINESTETHIC

(VAK) TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP

MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI LUBUK TUA

TAHUN AJARAN 2017/2018

Oleh:

Lingga Pratama Randu 1, As Elly S 2, Elya Rosalina 3.

Program Studi Pendidikan Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau.

E-Mail: [email protected].

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Visualization Auditory and Kinestethic

(VAK) Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII

SMP Negeri Lubuk Tua Tahun Ajaran 2017/2018”. Rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah kemampuan pemahaman konsep matematika siswa

kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua Tahun Ajaran 2017/2018 setelah diterapkan

model VAK dapat dikategorikan baik?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk

Tua Tahun Ajaran 2017/2018 setelah diterapkan model VAK. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi eksperiment) yang

dilaksanakan tanpa adanya kelas pembanding. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua tahun ajaran 2017/2018

yang berjumlah 102 siswa dan sebagai sampel adalah kelas VIII.1 yang berjumlah

30 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes berupa soal uraian yang

memuat indikator kemampuan pemahaman konsep matematika. Data yang

terkumpul dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t pada taraf

signifikansi α = 5% = 0,05, diperoleh thitung3,23>ttabel1,699, hal ini berarti hipotesis

(Ha) diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman

konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua Tahun Ajaran

2017/2018 setelah diterapkan model VAK secara signifikan dapat dikatagorikan

baik. Rata-rata nilai kemampuan pemahaman konsep matematika setelah

diterapkan model VAK sebesar 77 dengan kategori baik dan persentase siswa

yang termasuk kategori baik mencapai 73,4 %.

Kata kunci: Visualization Auditory and Kinestethic (VAK), Kemampuan

Pemahaman Konsep Matematika.

1 Alumni Prodi Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau 2, 3 Dosen Prodi Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau

Page 2: PENERAPAN MODEL VISUALIZATION AUDITORY AND …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Lingga.pdf · adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua tahun ajaran 2017/2018

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu tentang berbagai bilangan yang memiliki pola

tertentu, penggunaan dan beberapa pembuktian yang logis untuk menyelesaikan

berbagai masalah (Pratiwi dkk, 2015:321). Kalimat “pembuktian yang logis”

tersebut tidak akan mudah dipahami siswa apabila tidak memahami konsep

dengan baik. Hal tersebut sependapat dengan Syahrir dkk (2013:89) yang

menyatakan bahwa Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk

menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek, apakah objek tertentu

merupakan contoh konsep atau bukan.

Akan tetapi dalam kenyataanya masih sangat rendah sekali kemampuan

pemahaman konsep matematika siswa. Hal tersebut diketahui melalui data hasil

studi pendahuluan pada tanggal 26 April 2017 dengan pemberian soal tes yang

memuat indikator pemahaman konsep matematika kepada 35 orang siswa kelas

VIII SMP Negeri Lubuk Tua Tahun Ajaran 2016/2017. Dari data tersebut

menunjukan bahwa sebesar 5,71% atau sebanyak 2 orang siswa yang termasuk

dalam kriteria cukup baik dan sebesar 45,72% atau sebanyak 16 orang siswa yang

termasuk dalam kriteria rendah serta sebesar 48,57% atau sebanyak 17 orang

siswa yang termasuk dalam kriteria sangat rendah.

Berdasarkan permalahan tersebut maka salah satu solusi yang bisa digunakan

yaitu dengan menerapkan model-model pembelajaran yang dapat memberikan

pengalaman belajar secara langsung kepada siswa. Salah satu model pembelajaran

yang dapat digunakan yaitu model pembelajaran Visualization Auditory and

Kinestethic (VAK). Karena model pembelajaran VAK memfokuskan pada

pemberian pengalaman belajar secara langsung dan menyenangkan melalui gaya

belajar siswa (Hapsari & Budiharti, 2016:2). Menurut DePorter & Hernacki

(2008:116) ketiga modalitas atau gaya belajar tersebut adalah gaya visual (belajar

dengan penglihatan), gaya belajar audio (belajar dengan pendengaran) dan gaya

belajar kinestetik (belajar dengan bergerak/ bereksperimen atau praktek).

Dengan menggunakan model pembelajaran VAK siswa diharapkan dapat

menemukan sendiri konsep-konsep materi matematika karena dalam

Page 3: PENERAPAN MODEL VISUALIZATION AUDITORY AND …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Lingga.pdf · adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua tahun ajaran 2017/2018

penerapannya model pembelajaran ini siswa diajak mengkombinasikan ketiga

gaya belajar siswa. Menurut Antari dkk (2016:3) model pembelajaran VAK

sangat efektif untuk pembelajaran karena melibatkan ketiga indera yang dimiliki

anak, sehingga anak akan mampu menyerap pengetahuan lebih banyak karena

siswa ikut langsung dalam pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Apakah kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII

SMP Negeri Lubuk Tua Tahun Ajaran 2017/2018 setelah diterapkan model

Visualization Auditory and Kinestethic (VAK) dapat dikategorikan baik ?”.

2. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan pemahaman

konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua Tahun Ajaran

2017/2018 setelah diterapkan model pembelajaran Visualization Auditory and

Kinestethic (VAK).

B. LANDASAN TEORI

1. Pengertian Matematika

Matematika adalah ilmu tentang berbagai bilangan yang memiliki pola

tertentu, penggunaan dan beberapa pembuktian yang logis (Pratiwi dkk,

2015:321). Matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima

pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang

terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang

didefinisikan, ke aksioma sampai ke dalil (Russefendi dalam Heruman, 2013:1).

Sementara itu menurut Lidinillah (2006:1) matematika adalah suatu bahan kajian

yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif,

yaitu suatu kebenaran diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya

sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat kuat dan jelas.

2. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

Kemampuan pemahaman konsep matematika adalah kemampuan menyerap

ide-ide matematika (Lestari & Yudhanegara, 2015:81). Menurut Septriani dkk

(2014:17) Pemahaman konsep matematika merupakan kemampuan siswa untuk

Page 4: PENERAPAN MODEL VISUALIZATION AUDITORY AND …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Lingga.pdf · adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua tahun ajaran 2017/2018

memahami suatu materi pelajaran matematika dengan pembentukan

pengetahuannya sendiri dan mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain

yang mudah dimengerti serta mengaplikasikannya.

Menurut Tim PPPG Matematika (dalam Nizarwati dkk, 2009:63) indikator-

indikator kemampuan pemahaman konsep matematika adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep.

a. Menyatakan ulang maksud dari konsep.

b. Membuat definisi konsep dalam bentuk lain.

2. Kemampuan mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai

dengan konsepnya.

a. Menentukan sifat-sifat dari suatu objek berdasarkan konsep.

b. Menentukan suat konsep berdasarkan sifat-sifat tertentu.

3. Kemampuan memberikan contoh dan bukan contoh.

a. Menuliskan contoh yang lain.

b. Menuliskan contoh yang benar dan contoh yang salah.

4. Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi

matematika

a. Memaparkan suatu konsep dalam bentuk gambar, grafik, tabel dll.

b. Menuliskan kalimat matematika dari suatu konsep.

5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep.

a. Menuliskan syarat perlu dari suatu konsep.

b. Menuliskan syarat cukup dari suatu konsep.

6. Kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu.

a. Memilih prosedur yang tepat dalam menemukan konsep.

b. Menyelesaikan soal dengan langkah-langkah yang tepat.

7. Kemampuan mengaplikasikan konsep / algoritma ke pemecahan masalah.

a. Menggunakan suatu konsep untuk memecahkan masalah.

b. Mengerjakan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

3. Pengertian Model Visualization Auditory and Kinestethic (VAK)

Model pembelajaran VAK adalah model pembelajaran yang mengoptimalkan

ketiga modalitas atau gaya belajar siswa untuk menjadikan sibelajar merasa

nyaman (Shoimin, 2016:226). Hal tesebut sependapat dengan Lestari &

Yudhanegara (2015:58) bahwa model pembelajaran VAK adalah model

pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan alat indra

yang dimiliki siswa.

4. Langkah-langkah Model Pembelajaran VAK

Langkah-langkah model pembelajaran VAK menurut Russel (2011:45) yaitu

sebagai berikut:

Page 5: PENERAPAN MODEL VISUALIZATION AUDITORY AND …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Lingga.pdf · adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua tahun ajaran 2017/2018

a. Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan).

Pada kegiatan pendahuluan, guru memberikan motivasi untuk

membangkitkan minat peserta didik dalam belajar, dan meningkatkan

motivasi peserta didik.

b. Tahap penyampaian dan tahap pelatihan (kegiatan inti pada eksplorasi dan

elaborasi).

Pada kegiatan inti, guru mengarahkan peserta didik untuk ikut aktif dalam

pembelajaran yang baru secara mandiri, menyenangkan, relevan, melibatkan

panca indera yang sesuai dengan gaya belajar VAK, misalnya:

1) Visual: (a) Guru menggunakan materi visual.

(b) Guru menggunakan aneka warna agar lebih menarik.

(c) Peserta didik melihat gambar yang ditampilkan guru.

(d) Guru menugaskan kepada peserta didik untuk mengilustrasikan ide-

idenya ke dalam gambar.

2) Auditory:

(a) Guru menggunakan variasi vokal dalam mengajar.

(b) Guru menyanyikan lagu yang berhubungan dengan materi.

(c) Guru dan peserta didik bersama-sama menyanyikan lagu tersebut.

(d) Guru menjelaskan arti dan makna yang ada pada lagu tersebut.

3) Kinesthetic:

(a) Guru menggunakan alat bantu mengajar untuk menumbuhkan rasa

ingin tahu peserta didik.

(b) Guru memperagakan materi, kemudian peserta didik menebak

gerakan yang dilakukan oleh guru.

(c) Peserta didik secara berkelompok menampilkan gerakan yang

berhubungan dengan materi pembelajaran, kemudian meminta

kelompok lain untuk menebak gerakan tersebut.

(d) Guru memberikan kebebasan pada peserta didik untuk belajar sambil

berjalan-jalan.

(e) Peserta didik bekerja dalam kelompok diskusi.

c. Tahap akhir.

Pada tahap akhir, guru memberikan penguatan kesimpulan tentang materi

pembelajaran, guru memberikan informasi tentang materi yang akan datang

kemudian guru mengakhiri pembelajaran dengan berdoa.

4. Keunggulan dan Kelemahan Model VAK

Keunggulan dan kelemahan model pembelajaran VAK menurut Shoimin

(2016: 228) :

a. Keunggulan Model Pembelajarn VAK.

1) Pembelajaran akan lebih efektif karena mengkombinasikan ketiga gaya

belajar.

Page 6: PENERAPAN MODEL VISUALIZATION AUDITORY AND …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Lingga.pdf · adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua tahun ajaran 2017/2018

2) Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa yang telah dimiliki

oleh pribadi masing-masing.

3) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa.

4) Mampu melibatkan siswa secara maksimal dalam menentukan dan

memahami suatu konsep melalui kegiatan fisik seperti demonstrasi,

percobaan, observasi dan diskusi aktif.

5) Mampu menjangkau setiap gaya pembelajaran siswa.

6) Siswa yang memiliki kemampuan bagus tidak akan terhambat oleh siswa

yang lemah dalam belajar karena model ini mampu melayani kebutuhan

siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.

b. Kelemahan Model Pembelajaran VAK.

“Kelemahan dari model pembelajaran VAK adalah tidak banyak orang

mampu mengkombinasikan ketiga gaya belajar tersebut. Dengan demikian,

orang yang hanya mampu menggunakan satu gaya belajar hanya akan mampu

menangkap materi jika menggunakan metode yang lebih memfokuskan

kepada salah satu gaya belajar yang didominasi”.

C. METODOLOGI PENELITIAN

1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII. 1 SMP Negeri Lubuk Tua pada

semester ganjil tahun ajaran 2017/2018 yaitu pada bulan agustus 2017.

2. Rancangan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka penelitian ini menggunakan

metode eksperimen semu (quasi eksperiment) yang dilaksanakan tanpa adanya

kelas pembanding. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pre-test dan post-test group. Desain penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

Kelas Sampel : O1 X O2

(Arikunto, 2010:124).

Keterangan:

O1 :Pre-test.

O2 : Post-test.

X : Perlakuan atau Treatment.

3. Populasi dan Sampel Penelitian

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua Tahun Ajaran 2017/2018 yang berjumlah 102

orang siswa dan yang menjadi sampelnya adalah kelas VIII.1 berjumlah 30 orang

Page 7: PENERAPAN MODEL VISUALIZATION AUDITORY AND …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Lingga.pdf · adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua tahun ajaran 2017/2018

siswa yang diberikan perlakuan (treatment) dengan menggunakan model

pembelajaran VAK.

4. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan teknik tes berupa

pemberian soal yang memuat indikator kemampuan pemahaman konsep

matematika sebanyak 7 butir soal. Pelaksanaan tes dilakukan dua kali, yaitu tes

awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Data yang terkumpul kemudian dianalisis

dengan menghitung nilai rata-rata dan simpangan baku kemudian uji normalitas

dan selanjutnya dilakukan uji hipotesis (uji-t). Pada pengujian uji-t dilakukan

dengan taraf signifikansi = 5 %.

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pelaksanaan pre-test (tes awal) dilakukan pada tanggal 16 Agustus 2017.

Berdasarkan hasil penghitungan data tes awal dari 30 siswa yang mengikuti tes

awal diperoleh nilai tertinggi adalah 65 dan nilai terendah adalah 9 dengan nilai

rata-rata 27,3 dan simpangan baku 14,7. Dari 30 siswa yang mengikuti pre-test,

22 orang atau 73,33% siswa yang masuk dalam kategori sangat rendah, 7 orang

atau 23,33% siswa yang termasuk dalam kategori rendah dan 1 orang atau 3,34%

siswa yang termasuk dalam kategori cukup kemampuan pemahaman konsep

matematika-nya, sehingga dapat disimpulkan bahwa di tes awal ini 100 % siswa

masih dalam kondisi di bawah kategori baik.

Pelaksanaan post-test (tes akhir) dilakukan pada tanggal 24 Agustus 2017.

Berdasarkan hasil penghitungan data post-test dari 30 siswa yang mengikuti post-

tes diperoleh nilai tertinggi adalah 96 dan nilai terendah adalah 57 dengan nilai

rata-rata 77 dan simpangan baku 11,90. Dari 30 siswa yang mengikuti post-test,

11 orang siswa atau 36,7% siswa yang masuk dalam kategori sangat baik, 11

orang siswa atau 36,7% siswa yang termasuk dalam kategori baik dan 8 orang

siswa atau 26,6% siswa yang termasuk dalam kategori cukup kemampuan

pemahaman konsep matematikanya atau sebanyak 73,4% siswa yang telah

mencapai kategori baik.

Page 8: PENERAPAN MODEL VISUALIZATION AUDITORY AND …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Lingga.pdf · adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua tahun ajaran 2017/2018

Berdasarkan data pre-test dengan post-test diketahui terdapat perbedaan nilai

rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Perbedaan tersebut

disajikan dalam grafik 1 berikut ini:

Grafik 1 Perbedaan Nilai Rata-rata Antara Pre-test dengan Post-test.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan kriteria terima H0 jika thitung < ttabel atau

sebaliknya. Dengan taraf signifikansi α = 0,05 dan dk = n –1. Berdasarkan hasil

penghitungan, hasil uji-t post-test diperoleh nilai thitung = 3,23. Pada derajat

kebebasan dk = n – 1 = 29 dan α = 0,05 diperoleh ttabel= 1,699. Maka thitung > ttabel

(3,23 > 1,699) maka H0 ditolak dan Ha diterima artinya kemampuan pemahaman

konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua Tahun Ajaran

2017/2018 setelah diterapkan model VAK dalam kategori baik.

2. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri Lubuk Tua selama dua minggu dan

dilakukan langsung oleh peneliti. Dalam pelaksanaannya peneliti menggunakan

model Visualization Auditory and Kinestethic (VAK) dengan tujuan untuk

mengetahui hasil penerapan model VAK terhadap kemampuan pemahaman

konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua.

Pada pelaksanaannya penelitian diawali dengan melakukan pre-test (tes

awal). Berdasarkan hasil penghitungan data tes awal dari 30 siswa yang mengikuti

tes awal diperoleh nilai tertinggi adalah 65 dan nilai terendah adalah 9 dengan

nilai rata-rata 27,3. Dari 30 siswa yang mengikuti pre-test, 22 siswa atau 73,33%

siswa yang masuk dalam kategori sangat rendah, 7 orang siswa atau 23,33% siswa

Page 9: PENERAPAN MODEL VISUALIZATION AUDITORY AND …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Lingga.pdf · adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua tahun ajaran 2017/2018

yang termasuk dalam kategori rendah dan 1 orang siswa atau 3,34% siswa yang

termasuk dalam kategori cukup kemampuan pemahaman konsep matematikanya.

Dari hasil tersebut menujukan bahwa kemampuan pemahaman konsep

matematika siswa masih rendah sekali.

Adapun pencapaian masing-masing indikator kemampuan pemahaman

konsep matematika siswa pada pre-test dapat dilihat pada grafik 2 berikut:

Grafik 2

Persentase Pencapaian Masing-masing Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Pada Pre-Test.

Berdasarkan grafik 2 di atas diketahui bahwa pencapaian masing-masing

indikator kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yaitu pada indikator

1 (menyatakan ulang sebuah konsep) sebesar 19,8 %, indikator 2 (memberikan

contoh dan bukan contoh dari suatu konsep) sebesar 41,7 % , indikator 3

(mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu) sebesar 1,67 %, indikator 4

(menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis) sebesar 27,5 %,

indikator 5 (mengembangkan syarat perlu/ syarat cukup suatu konsep) sebesar

21,7 %, indikator 6 (menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau

operasi tertentu) sebesar 39 % dan indikator 7 (mengaplikasikan konsep atau

algoritma dalam pemecahan masalah) sebesar 28,5 %.

Setelah melakukan pre-test (tes awal) selanjutnya kelas yang menjadi sampel

(kelas VIII.1) diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

VAK sebanyak tiga pertemuan. Namun sebelum melaksanakan pembelajaran,

Page 10: PENERAPAN MODEL VISUALIZATION AUDITORY AND …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Lingga.pdf · adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua tahun ajaran 2017/2018

peneliti melakukan sosialisasi mengenai model pembelajaran yang akan

diterapkan dan sistematika pelaksanaannya. Sosialisasi ini dilakukan karena

sebelumnya belum pernah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model

VAK

Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2017 pada jam

pelajaran sekolah yang dihadiri oleh 30 orang siswa dengan alokasi waktu 2 x 40

menit. Pada pertemuan ini materi yang dibahas yaitu operasi hitung penjumlahan

dan pengurangan bentuk aljabar. Sebelum memulai kegiatan belajar mengajar,

sebelumnya peneliti menjelaskan tujuan dari materi yang akan dipelajari dan

membantu siswa membentu kelompok diskusi. Selanjutnya peneliti memberikan

penjelasan singkat tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bentuk

aljabar, setelah itu peneliti membagikan LKS kepada siswa, kemudian siswa

mendiskusikannya.

Di pertemuan ini kondisi belajar siswa terlihat tidak kondusif, banyak siswa

yang terlihat acuh tak acuh dan asyik mengobrol. Untuk mengatasi hal tersebut

peneliti mendekati mereka yang mengobrol tersebut kemudian membimbing

mereka dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada di LKS. Setelah

selesai berdiskusi, selanjutnya kelompok yang terpilih mempresentasikan hasil

diskusi mereka di depan kelas dengan media puzzle aljabar.

Pada pertemuan ini kelompok yang maju yaitu kelompok 3 yang

beranggotakan Ummu Nurhabibah, Eva Kurnia, Rini Afrida Susfitasari, Tri

Wilujeng dan Agung Prayogo. Sementara itu siswa yang menanggapi yaitu

Nurma Tini Astini dari kelompok dua, Dwi Fajar Karenda dari kelompok enam

dan Yunita dari kelompok empat. Kelompok yang maju di pertemuan ini

menyimpulkan bahwa dalam operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk

aljabar hanya dapat dilakukan pada variabel yang sama.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus 2017 pada jam ke 1-

2 jam pelajaran sekolah yang dihadiri oleh 30 orang siswa. Di pertemuan ini

materi yang dibahas yaitu operasi perkalian dan perpangkatan bentuk aljabar.

Sebelum memulai kegiatan belajar mengajar peneliti mengkondisikan siswa untuk

duduk sesuai dengan kelompok yang sudah terbentuk kemarin. Selanjutnya

Page 11: PENERAPAN MODEL VISUALIZATION AUDITORY AND …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Lingga.pdf · adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua tahun ajaran 2017/2018

peneliti menjelaskan secara singkat tentang operasi perkalian dan perpangkatan

bentuk aljabar. Setelah itu siswa diberikan LKS kemudian siswa

mendiskusikannya.

Di pertemuan kedua ini kondisi belajar terlihat lebih kondusif daripada

pertemuan pertama, namun masih ada beberapa siswa yang terlihat mengobrol

dan tak memperdulikan kegiatan diskusi mereka. Setelah siswa selesai berdiskusi,

peneliti melakukan pengundian untuk memilih kelompok yang akan

mempresentasikan hasil diskusi mereka. Dari hasil pengundian terpilih kelompok

enam yang beranggotakan Yudi Putra Pratama, Ahmad Badarudin, Roubet

Surajjudin, Ardi Sujarwanto dan Dwi Fajar Karenda yang akan mempresentasikan

hasil diskusi mereka. Dari kelompok yang maju, Yudi Putra Pratama sebagai

pemateri menjelaskan hasil diskusi mereka dengan tulisan-tulisan di papan tulis.

Sementara itu siswa yang menanggapi presentasi kelompok enam yaitu Marlingga

Nugroho dari kelompok satu dan Nike Ardila dari kelompok dua.

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 2017 pada jam ke 1-

2 jam pelajaran sekolah yang dihadiri oleh 28 orang siswa, dua orang siswa

lainnya izin rapat untuk penentuan kepengurusan OSIS yang baru. Pada

pertemuan ini materi yang dibahas yaitu operasi pembagian bentuk aljabar. Sama

seperti pertemuan kedua, sebelum memulai kegiatan belajar mengajar siswa

dikondisikan dengan berkumpul pada kelompok yang sudah terbentuk kemarin.

Setelah itu peneliti memberikan beberapa pertanyaan mengenai materi

sebelumnya. Pada tahap ini terlihat antusiasme siswa sangat tinggi dalam

menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh peneliti.

Selanjutnya peneliti menjelaskan secara singkat mengenai materi operasi

pembagian bentuk aljabar kemudian membagikan LKS kepada siswa. Setelah itu

siswa berdiskusi untuk mencari penyelesaian soal-soal di LKS. Setelah siswa

selesai berdiskusi selanjutnya peneliti melakukan pengundian, dari hasil

pengundian terpilih kelompok satu yang beranggotakan Riko Saputra, Marlingga

Nugroho, Mitra Amanda, Roy Diansyah dan Irvansyah. Saat mempresentasikan

hasil diskusi mereka, Riko Saputra sebagai pemateri menjelaskannya melalui

tulisan-tulisan di papan tulis dan bahasa yang digunakan sehari-hari. Sementara

Page 12: PENERAPAN MODEL VISUALIZATION AUDITORY AND …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Lingga.pdf · adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua tahun ajaran 2017/2018

itu siswa yang menanggapi presentasi dari kelompok yang maju yaitu Rini Afrida

Susfitasari dari kelompok tiga. Selanjutnya setelah kegiatan diskusi dan tanya

janya jawab selesai, peneliti memberikan penjelasan ulang atau resume dari materi

yang dipelajari hari ini.

Setelah diberikan perlakuan atau pembelajaran dengan menggunakan model

VAK selanjutnya kelas VIII. 1 sebagai kelas sampel diberikan tes akhir (post-

test). Pelaksanaan post-test dilakukan di tanggal 24 Agustus 2017 yaitu pada jam

ke 6-7 jam pelajaran sekolah dengan alokasi waktu 80 menit.

Berdasarkan hasil penghitungan post-test diperoleh hasil nilai rata-rata

kemampuan pemahaman konsep matematika siswa sebesar 77 dan simpangan

baku sebesar 11,90. Dari 30 siswa yang mengikuti post-test, 11 orang siswa atau

36,7% siswa yang masuk dalam kategori sangat baik, 11 orang siswa atau 36,7%

siswa yang termasuk dalam kategori baik dan 8 orang siswa atau 26,6% siswa

yang termasuk dalam kategori cukup kemampuan pemahaman konsep

matematikanya atau sebanyak 73,4% siswa yang telah mencapai kategori baik.

Adapun pencapaian masing-masing indikator kemampuan pemahaman

konsep matematika siswa pada post-test dapat dilihat pada grafik 3 berikut:

Grafik 3 Persentase Pencapaian Masing-masing Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Pada Pre-Test.

Berdasarkan grafik 3 di atas diketahui bahwa pencapaian masing-masing

indikator kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yaitu pada indikator

1 sebesar 75,4 %, indikator 2 sebesar 80,8 % , indikator 3 sebesar 98,3 %,

Page 13: PENERAPAN MODEL VISUALIZATION AUDITORY AND …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Lingga.pdf · adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua tahun ajaran 2017/2018

indikator 4 sebesar 65 %, indikator 5 sebesar 66,7 %, indikator 6 sebesar 88,5 %

dan indikator 7 sebesar 69,2 %.

Perbedaan pencapaian masing-masing indikator kemampuan pemahaman

konsep matematika siswa pada pre-test dengan post-test disajikan dalam tabel 1

berikut ini:

Tabel 1

Persentase Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Antara

Pre-test dengan Post-test

No Indikator Ke - Persentase

Pre-test Post-test

1 Menyatakan ulang sebuah konsep 19,8 % 75,4 %

2 Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep 41,67 % 80, 8 %

3 Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya

1,67 % 98,3 %

4 Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis 27,5 % 65 %

5 Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suat

konsep

21,7 % 66,7 %

6 Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu

39 % 88,5 %

7 Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan

masalah

28,5 % 69,2 %

Total Persentase 179,84% 543,90%

Peningkatan 364,06 %

Berdasarkan tabel 1 di atas diketahui bahwa terdapat peningkatan masing-

masing indikator kemampuan pemahaman konsep matematika siswa antara pre-

test dengan post-test yaitu sebesar 364,06 %.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis uji-t terhadap nilai post-test

diperoleh thitung = 3,23. dengan taraf signifikansi = 5% = 0,05, dk = n – 1 = 30 – 1

= 29 diperoleh ttabel = 1,699 sehingga thitung > ttabel (3,23 > 1,699) maka H0 ditolak

dan Ha diterima, artinya kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas

VIII SMP Negeri Lubuk Tua Tahun Ajaran 2017/2018 setelah diterapkan

pembelajaran dengan model VAK secara signifikan dapat dikategorikan baik. Hal

tersebut disebabkan karena pembelajaran matematika dengan menggunakan

model VAK membuat siswa lebih aktif dalam belajar karena siswa dapat

menyerap ilmu dengan mengekspresikan ketiga gaya belajar yang memang sudah

dimiliki siswa sejak lahir. Hal ini sependapat Sari (2014:3-4) yang menyatakan

Page 14: PENERAPAN MODEL VISUALIZATION AUDITORY AND …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Lingga.pdf · adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua tahun ajaran 2017/2018

bahwa gaya belajar yang dimiliki peserta didik merupakan salah satu modalitas

yang berpengaruh dalam pembelajaran, pemrosesan dan komunikasinya.

E. SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa

kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk

Tua Tahun Ajaran 2017/2018 setelah diterapkan pembelajaran dengan model

Visualization Auditory and Kinestethic (VAK) secara signifikan dalam kategori

baik. Hal ini diketahui dari nilai rata-rata yang dicapai yaitu 77 dengan katagori

baik dan persentase sebanyak 73,4%. Hal lain juga ditunjukan dengan

penghitungan uji hipotesis yang menunjukan bahwa thitung > ttabel = 3,23 > 1,699

sehingga hipotesis yang diajukan dapat diterima kebenarannya.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas, maka peneliti

menyampaikan saran-saran kepada pihak terkait, yaitu sebagai berikut:

1. Bagi pembaca, hendaknya mencari referensi yang lebih mendalam mengenai

model pembelajaran VAK sehingga tidak mengalami kesulitan pada saat

penerapannya di kelas.

2. Bagi pendidik, jika ingin menerapkan model VAK disarankan untuk

melakukan persiapan dan perencanaan yang matang sehinggan dalam

pelaksanaannya dapat berjalan dengan maksimal.

3. Bagi peneliti-peneliti lainnya, sebaiknya melakukan evaluasi pertanyaan-

pertanyaan pemahaman konsep matematika dengan perencanaan yang

matang.

F. DAFTAR PUSTAKA

Antari, K. Y., dkk. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Visual, Auditory,

Kinestethic Berbantuan Media Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan

Kognitif Konsep Bilangan.E-Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas

Pendidikan Ganesha. Vol. 4, No. 1.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi

2010. Jakarta: Rhineka Cipta.

Page 15: PENERAPAN MODEL VISUALIZATION AUDITORY AND …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Lingga.pdf · adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua tahun ajaran 2017/2018

DePorter, B & Hernacki, M. 2008.Quantum Learning: Membiasakan Diri Belajar

Nyaman dan Menyenangkan. Bandung:Kaifa.

Hapsari, F. D & Budiharti.2015.Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Matematika Dengan Menggunakan Model Visual Auditory Kinestethic

(VAK). Jurnal Tidak Diterbitkan. Universitas PGRI: Yogyakarta.

Heruman. 2013. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Lestari, K. E & Yudhanegara, M. R. 2015.Penelitian Pendidikan Matematika.

Bandung: Refika Aditama.

Lestari, N. O, dkk. 2015. Analisis Terhadap Pola Asuh dan Gaya Belajar Siswa

Berprestasi. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pedagogia. Vol. 7, No. 2.

Lidinillah, D. A. M. 2006. Strategi Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.

Makalah disampaikan pada Kegiatan Pembinaan Profesionalisme Guru SD

Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya Maret 2006: Universitas Pendidikan

Indonesia.

Nizarwati, dkk. 2009. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi

Konstruktivisme Untuk Mengajarkan Konsep Perbandingan Trigonometri

Siswa Kelas X SMA. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 3, No. 2.

Pratiwi, H., dkk. 2014. Penerapan Model Visualization, Auditory, Kinesthetic

(VAK) Dengan Multimedia Untuk Meningkatkan Pembelajaran Matematika

Tentang Bangun Ruang Pada Siswa Kelas V SDN Taman Winangun Tahun

Ajaran 2014/2015. Jurnal Kalam Cendekia.Vol. 3, No.3.1, Hal 319-325.

Russel, L. 2011. The Accelerated Learning Fielbook. Bandung: Nusa Media.

Sari, A. K. 2014. Analisis Karakteristik Gaya Belajar VAK (Visual, Auditorial,

Kinestetik) Mahasiswa Pendidikan Informatika Angkatan 2014. Jurnal

Ilmiah Edutic. Vol. 1, No. 1.

Septriani, N., dkk. 2014. Pengaruh Penerapan Pendekatan Scaffolding Terhadap

Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP

Pertiwi 2 Padang. Jurnal Pendidikan Matematika.Vol.3, No. 3, Part 1: Hal.

17-21.

Shoimin, A. 2016.63 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013. Ar-

Ruzz Media: Yogyakarta.

Syahrir, dkk. 2013. Analisi Kesulitan Pemahaman Konsep dan Prinsip Materi

Pokok Dimensi Tiga Siswa Kelas XI SMK Keperawatan Yahya Bima.

Jurnal Prisma Sains. Vol. 1, No. 1.