penerapan model active learning dalam …
TRANSCRIPT
PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI KELAS VIII SMPN 26 SATU ATAP PALLANTIKANG KAB. MAROS
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh:
ANUGRAH
105 192 465 15
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H / 2019 M
PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI KELAS VIII SMPN 26 SATU ATAP PALLANTIKANG KAB. MAROS
SKRIPSI
Oleh:
ANUGRAH
105 192 465 15
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H / 2019 M
vii
ABSTRAK
Anugrah. 105 192 465 15. 2019. Penerapan Model Active Learning Dalam Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Kelas VIII SMPN 26 Satu Atap Pallantikang KAb. Maros. Dibimbing oleh Sumiati dan Ferdinan.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui penerapan model Active Learning dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMPN 26 Satu Atap Pallantikang
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas (PTK). Instrumen peneltian yang digunakan yaitu pedoman observasi, instrumen tes dan catatan dokumentasi Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu tes, observasi dan dokumnetasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik reduksi data, paparan data, dan penyimpulan data.
Penggunaan model active learning setelah diterapkan di kelas VIII oleh peneliti dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga efektivitas pembelajaran dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam meningkat, berdasarkan nilai rata-rata tes siswa sebelum menggunakan model active learning adalah 50,98 dengan jumlah siswa tuntas 16 dan siswa tidak tuntas 35. Adapun nilai rata-rata siswa setelah menggunakan model active learning pada siklus I yaitu 61,56 dengan jumlah siswa tuntas 26 dan siswa tidak tuntas 25, pada siklus II nilai rata-rata siswa yaitu 76,17 dengan jumlah siswa tuntas 43 dan siswa tidak tuntas 8. Peningkatan efektivitas pembelajaran dilatar belakangi oleh 3 faktor yaitu yang pertama keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran dan faktor yang kedua adalah keterlibatan langsung ketika proses pembelajaran dengan model active learning serta faktor yang ketiga adalah daya tangkap dalam menerima materi pembelajaran.
Kata Kunci: Active Learning, dan Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
viii
KATA PENGANTAR
حيم ن ٱلره حم ٱلره بسم ٱلله
Alhamdulillah segala puji dan syukur terpanjatkan kehadirat Allah
SWT. Tuhan pencipta segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini dan
seluruh isi alam semesta yang telah memberikan kenikmatan kepada kita,
baik itu secara jasmani maupun rohani. Berkat rahmat dan petunjuk-Nya
pula, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta
salam tercurah kepada pimpinan Islam yang telah membawa sinar
kecemerlangan Islam yaitu Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabat-sahabatnya yang telah membimbing umat kearah jalan yang
benar.
Tentunya penulis tidak terlepas dari dukungan dan sumbangan
pemikiran dari segenap pihak yang penulis rasakan selama ini atas jasa-
jasanya yang diberikan secara tulus ikhlas, baik material maupun spiritual
dalam usaha mencari kesempurnaan dan manfaat dari penulisan skripsi
ini, tak lupa penulis ungkapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada.
1. Kedua orang tua tercinta, H. Muh Nur dan Nur Asma, yang selalu
memberikan cinta dan kasih sayang, dorongan semangat dan
motivasinya, setiap waktu bersujud dan berdoa demi kelancaran
penulisan skripsi ini hingga tercapainya cita-cita penulis.
ix
2. Prof. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, SE., MM sebagai Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar. Yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis sehingga terselesainya skripsi ini.
3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si sebagai Ketua Prodi Pendidikan
Agama Islam di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Makassar.
5. Dr. Hj. Sumiati, M.A dan Dr. Ferdinan, S.Pd.I, M.Pd.I selaku
pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan
membimbing serta memberikan pengarahan, sehingga skripsi ini
dapat tersusun.
6. Bapak/Ibu para dosen Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar.
7. Misbahuddin, S.Pd. selaku kepala sekolah SMP Negeri 26 Satu Atap
Pallantikang Kab. Maros, yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian.
8. Bapak/Ibu guru SMP Negeri 26 Satu Atap Pallantikang Kab. Maros.
9. Teman dan sahabat penulis, yang selalu memberikan dukungan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Terakhir ucapan terima kasih juga disampaikan kepada mereka yang
namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu tetapi banyak
menyelesaikan skripsi ini.
x
Penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai
pihak yang sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu
persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-
mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Terutama bagi diri pribadi penulis. Aamiin.
Makassar, 9 Dzulhijjah 1440 H 10 Agustus 2019 M
Anugrah 10519246515
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.................................................................................. i
HALAMAN JUDUL……………………………………………….…………….. ii
PENGESAHAN SKRIPSI…………………………………………………...… iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH………………………………..………….. iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI........................................... vi
ABSTRAK................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR................................................................................. viii
DAFTAR ISI............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 7
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Model Active Learning................................................................. 8
1. Pengertian Model Active Learning.......................................... 8
2. Ciri-Ciri Active Learning........................................................... 9
3. Karakteristik Active Learning................................................. 10
4. Prinsip Active Learning.......................................................... 13
5. Langkah-Langkah Active Learning........................................ 14
xii
B. Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.................. 15
1. Pengertian Efektifitas Pembelajaran..................................... 15
2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam............................... 23
3. Usaha Untuk Meningkatkan Efektivitas pembelajaran PAI... 28
C. Kerangka Berfikir....................................................................... 29
D. Hipotesis Tindakan.................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian......................................................................... 33
B. Lokasi dan Objek Penelitian...................................................... 34
C. Faktor yang Diselidiki................................................................ 34
D. Prosedur Penelitian................................................................... 35
E. Instrumen Penelitian.................................................................. 39
F. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 40
G. Teknik Analisis Data.................................................................. 41
H. Indikator Keberhasilan............................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................... 43
1. Sejarah Singkat SMPN 26 Satu Atap Pallantikang............. 43
2. Lokasi Sekolah SMPN 26 Satu Atap Pallantikang............... 44
3. Visi dan Misi......................................................................... 44
4. Kondisi Objek Sekolah......................................................... 45
B. Pembahasan Hasil Penelitian.................................................... 48
xiii
1. Gambaran Efektivitas Pembelajaran PAI Sebelum
Menggunakan Model Active Learning................................ 48
2. Pembahasan Hasil Siklus I................................................ 52
3. Pembahasan Hasil Siklus II............................................... 60
C. Gambaran Hasil Penerapan Model Active Learning................. 69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................ 74
B. Saran........................................................................................ 75
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 76
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Model Pembelajaran Aktif dengan Model
Pembelajaran Konvensioanal................................................................... 12
Tabel 4.1 Identitas Guru........................................................................... 45
Tabel 4.2 Rekapitulasi Peserta Didik Tahun 2019/2020.......................... 46
Tabel 4.3 Jadwal Pelajaran PAI Kelas VIII............................................... 46
Tabel 4.4 Identitas Staf............................................................................ 47
Tabel 4.5 Fasilitas Sekolah...................................................................... 47
Tabel 4.6 Hasil Belajar Pra Siklus............................................................ 50
Tabel 4.7 Hasil Belajar Siklus I................................................................. 56
Tabel 4.8 Hasil Belajar Siklus II................................................................ 66
Tabel 4.9 Hasil Penerapan Model Active Learning.................................. 70
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi seperti sekarang ini ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) berkembang sangat pesat, hal ini menghadapkan
negara-negara di seluruh dunia dengan berbagai tantangan dan
persaingan dalam dunia global. Oleh karena itu, untuk mengatisipasi hal
tersebut, maka Indonesia harus mampu mengoptimalkan semua potensi
yang dimiliki, baik potensi sumber daya alam maupun potensi sumber
daya manusia, agar Indonesia dapat bersaing dengan negara-negara lain.
Dalam pengembangan potensi, suatu negara tidak bisa lepas dari peran
pendidikan, karena pendidikan merupakan media dan juga sebagai tolak
ukur kemajuan suatu negara.
Sesuai dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 1 menyatakan bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.1
Berdasarkan penjelasan mengenai pendidikan di atas, dapat di
pahami bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan manusia untuk
mewujudkan dan mengembangkan kemampuan pembawaan yang
1 Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
NasionalPasal 1.
2
dimilikinya melalui proses belajar mengajar, pola-pola kelakuan manusia
menurut apa yang diharapkan masyarakat. Berbicara mengenai proses
pendidikan, tentu tidak dapat dipisahkan dengan semua upaya yang harus
dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas,
sedangkan sumber daya yang berkualitas itu, dilihat dari segi pendidikan,
telah terkandung secara jelas dalam tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang
tercapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan
pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan, pengajaran,
dan latihan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks
ini, tujuan pendidikan merupakan suatu komponen sistem pendidikan
yang menempati kedudukan dan fungsi sentral. Itu sebabnya, setiap
tenaga kependidikan perlu memahami dengan baik tujuan pendidikan
agar berupaya melaksanakan tugas dan fungsinya untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditentukan.
Islam juga sangat mengutamakan pendidikan sebagaimana firman
Allah SWT dalam Q.S. Al-Alaq (96:1-5).
ù& t�ø%$# ÉΟ ó™$$Î/y7 În/u‘“Ï% ©!$#t,n=y{∩⊇∪t, n=y{z≈ |¡ΣM}$# ô ÏΒ@, n=tã∩⊄∪ ù&t� ø%$#y7 š/u‘uρãΠ t�ø.F{ $#∩⊂∪“Ï%©!$#zΟ ¯=tæÉΟn
=s)ø9 $$ Î/∩⊆∪ zΟ=tæz≈ |¡Σ M}$#$ tΒóΟ s9 ÷Λs>÷ètƒ∩∈∪
Terjemahnya:
1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, 4) Yang mengajar (manusia)
3
dengan perantaran kalam, 5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.2
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
kehidupan, sebab melalui pendidikan seseorang dapat menggali bakat
dan mengembangkan seluruh potensi serta membentuk kepribadian anak.
Salah satu pendidikan yang berperan penting dalam kehidupan manusia
adalah Pendidikan Agama Islam, karena Pendidikan Agama Islam
merupakan salah satu pelajaran yang mengajarkan bagaimana siswa
bertingkah laku sesuai dengan ajaran agama Islam. Hal ini yang juga
penting adalah bahwa Pendidikan Agama Islam memberikan pelajaran
dasar dan tuntunan yang kaitannya dengan ibadah (hablum minaAllah)
dan hubungan dengan sesama manusia (hablum minannas).3
Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran
utama.Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa
merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses
pembelajaran.Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk
mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat
memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan.
Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena
merekalah yang akan belajar. Pembelajaran adalah suatu usaha
2Al-Qur’an dan Terjemahan QS.Al-Alaq (96):1-5
3Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran PAI, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2012), h. 13.
4
mengorganisasi lingkungan sehingga meciptakan kondidis belajar bagi
siswa.
Untuk keberhasilan sebuah pembelajaran pendidik memiliki peran
yang sangat penting. Pendidik harus memiliki berbagai macam
kemampuan diantaranya, membekali diri dengan berbagai macam ilmu
pengetahuan, keterampilan, seperti mengelola program belajar mengajar,
mengelola kelas, penggunaan media, menguasai landasan pendidikan,
mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa, melayani
bimbingan dan penyuluhan serta memilih model dan metode
pembelajaran yang tepat. Jadi model pembelajaran merupakan salah satu
faktor atau komponen pendidikan yang sangat menentukan berhasil
tidaknya suatu pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran tentu dibutuhkan suatu model
maupun metode pembelajaran yang mampu memberikan kebermaknaan
belajar bagi siswa. Karena kebermaknaan belajar tersebut tergantung dari
bagaimana cara siswa belajar. Cara belajar dengan mendengarkan
ceramah dari guru tersebut merupakan wujud dari interaksi belajar.
Namun dengan mendengarkan saja, patut diragukan efektifitasnya.
Belajar akan efektif jika peserta didik diberikan banyak kesempatan untuk
melakukan sesuatu, melalui berbagai model, metode dan media
pembelajaran yang tepat, sehingga siswa akan dapat berinteraksi secara
aktif dengan memanfaatkan segala potensi yang dimilikinya.
5
Keaktifan siswa dan suasana dalam proses pembelajaran sangat
menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Solusi yang
bisa diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan
membuat pembelajaran yang menarik, efektif, dan variatif. Salah satu
caranya adalah dengan menggunakan suatu model pembelajaran yang
memberikan keleluasaan bagi siswa untuk bereksplorasi dan berdiskusi
dengan siswa lainnya, serta mampu memberikan motivasi pada siswa
untuk memahami setiap materi atau konsep yang didiskusikan. Berkaitan
dengan hal tersebut, salah satu alternatif yang dapat digunakan guru
adalah dengan menerapkan model active learning.
Model active learning ini dapat membantu guru untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, dengan melibatkan siswa
secara aktif dalam pembelajaran sehingga siswa lebih lama mengingat
apa yang sudah dipelajarinya. Model active learning merupakan salah
satu model pembelajaran yang dapat menghidupkan suasana dan
mengaktifkan siswa untuk bertanya ataupun menjawab. Model active
learning disajikan agar lebih merangsang pengetahuan siswa mengenai
materi yang disajikan guru, mengajak siswa untuk mandiri dan terlibat
penuh dalam proses pembelajaran, meningkatkan keseriusan siswa
dalam memahami materi.4 Sehingga dapat mempengaruhi efektivitas
pembelajaran pendidikan agama Islam.
4Muhammad Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Konstektual dalam
Pembelajaran Abad21, (Jakarata: Ghalia Indonesia, 2014), h. 208.
6
Penerapan model active learning dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dapat meningkatkan kualitas pembelajan Pendidikan Agama
Islam di sekolah yang selama ini kualitasnya kurang begitu jelas sehingga
hasil pembelajarannya pun menjadi kurang baik. Sekolah-sekolah yang
mempunyai guru Pendidikan Agama Islam yang kreatif akan selalu
mencoba memberikan pengajaran yang terbaik kepada siswa baik dengan
menggunakan media-media atau model-model yang variatif agar siswa
mendapatkan pendidikan yang lebih baik.
Berdasarkan latar belakang tersebut penilitian tertarik untuk
melalakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Model
ActiveLearning dalam Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di Kelas VIIISMPN 26 Satu Atap Pallantikang
Kab. Maros” sebagai penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan
model Active Learning dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran
Pendidikan Agama Islamdi kelas VIII SMPN 26 Satu Atap Pallantikang
Kab. Maros?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk mengetahui penerapan model Active Learning
7
dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
kelas VIII SMPN 26 Satu Atap Pallantikang Kab. Maros.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih atau
kontribusi terhadap lembaga-lembaga pendidikan dalam pelaksanaan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
b. Menambah wawasan dalam dunia pendidikan mengenai model active
learningdalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
c. Sebagai dasar pemikiran untuk peneliti selanjutnya, baik oleh peneliti
sendiri maupun peneliti-peneliti lainnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi lembaga pendidikan yang bersangkutan, penelitian ini kiranya
dapat menjadi monitoring dan evaluasi terhadap kualitas serta
efektivitas pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
masukan untuk menerapkan model Active Learning dalam
meningkatkan efektifas pembelajaran Pendidikan Agama islam.
c. Bagi guru, sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas, serta menambah wawasan dan
mengembangkan kemampuan guru dalam menerapkan model active
learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam sehingga
dapat mengembangkan profesionalitas guru.
8
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Model Active Learning
1. Pengertian Active Learning
Secara pedagogis pembelajaran aktif (active learning) adalah
proses pembelajaran yang tidak hanya didasarkan pada proses mencatat
dan mendengarkan. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti
mereka mendominasi aktifitas pembelajaran. Pembelajaran aktif adalah
melibatkan siswa dalam melakukan sesuatu dan berpikir tentang apa yang
dilakukan oleh siswa itu sendiri.1 Proses pembelajaran dapat dikatakan
active learning jika mengandung komitmen artinya materi, metode dan
startegi pembelajaran bermanfaat untuk siswa dan sesuai dengan
kebutuhan siswa. Guru lebih banyak mendengarkan dari pada berbicara,
menghormati ide-ide siswa, memberi pilihan, dan memberikan
kesempatan pada siswa untuk memutuskan sendiri.
Pembelajaran aktif yaitu siswa aktif selama kegiatan pembelajaran
dapat berupa secara fisik melakukan sesuatu atau secara intelektual
melakukan sesuatu (sebagai abstraksi dari siswa yang bersifat reflektif).2
Pembelajaran aktif (active learning) pembelajaran yang menekankan
keaktifan siswa untuk mengalami sendiri, untuk berlatih, untuk berkegiatan
sehingga baik dengan daya pikir, emosional dan keterampilannya, mereka
1 Istarani dan Muhammad Ridwan, 50 Tipe Pembelajaran Kooperatif, (Medan:
Media Persada, 2014), h. 234. 2 Warsono, Pembelajaran Aktif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012) h.
24.
9
belajar dan berlatih. Pendidik adalah fasilitator, suasana kelas demokratis,
kedudukan pendidikan adalah pembimbing dan pemberi arah, siswa
merupakan objek sekaligus subjek dan mereka bersama-sama saling
mengisi kegiatan, belajar aktif dan kreatif.3
Beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model
active learning adalah suatu model pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses
pembelajaran (mencari informasi, mengolah informasi, dan
menyimpulkannya untuk kemudian diterapkan atau dipraktikkan) dengan
menyediakan lingkungan belajar yang membuat siswa tidak tertekan dan
senang melaksanakan kegiatan belajar.
2. Ciri-Ciri Active Learning
Terdapat beberapa ciri-ciri active learning dalam panduan
pembelajaran model Active Learning In School, yaitu :
a. Pembelajaran berpusat pada peserta didik.
b. Pembelajaran berkaitan dengan kehidupan nyata.
c. Pembelajaran mendorong anak untuk berpikir tingkat tinggi.
d. Pembelajaran melayani anak yang memilliki tingkat kecerdasan
yang berbeda-beda.
e. Pembelajaran mendorong peserta didik untuk berinteraksi dengan
peserta didik dan guru.
3 Muhammad Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Konstektual dalam
Pembelajaran Abad 21, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), h. 208.
10
f. Pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai media atau
sumber belajar.
g. Pembelajaran berpusat pada anak.
h. Penataan lingkungan belajar memudahkan peserta didik untuk
melakukan kegiatan belajar.
i. Guru memantau proses belajar peserta didik.
j. Guru memberikan umpan balik kerja peserta didik.4
Paparan di atas dapat peneliti tekankan bahwa dalam
pembelajaran tidak terlepas dari tujuan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi pembelajaran.
3. Karakteristik Active Learning
Banyak cara, model atau teknik yang dapat dipergunakan dalam
teknik pembelajaran. Secara garis besar efektifitas penerapan model
active learning dapat dilihat dalam bentuk piramida belajar berikut :
4 Hamzah B. Uno dan Nurdin Muhammad, Belajar Dengan Pendekatan
Pailkem: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 76.
11
Gambar 2.1. Efektifitas Model Pembelajaran
Gambar efektifitas model pembelajaran menunjukkan dua
kelompok model pembelajaran, yaitu pembelajaran pasif dan
pembelajaran aktif. Gambaran tersebut juga menunjukkan bahwa
kelompok pembelajaran aktif cenderung membuat siswa lebih mengingat
(retention rate of knowledge) materi pembelajaran. Sudut pandang model
pembelajaran aktif sangat berbeda dengan model pembelajaran
konvensional, dalam proses belajar mengajar dengan model
pembelajaran konvensional siswa lebih dipandang sebagai obyek
pendidikan. 5
5Ari Samahdi, Active Learning (Jakarta: Teaching Improvement Workshop
Enginering Education Development Project, 2009) h. 46.
12
Uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan tentang
perbedaan antara model pembelajaran active learning (belajar aktif) dan
model pembelajaran konvensional.
Tabel 2.1. Perbedaan Model Pembelajaran Aktif dengan Model Konvensional
Pembelajaran Aktif Pembelajaran Konvensional
Berpusat pada siswa Berpusat pada pendidik
Penekanan pada menemukan
Pengetahuan
Penekanan pada menerima
Pengetahuan
Lebih menyenangkan Kurang menyenangkan
Memberdayakan semua indera dan
potensi siswa
Kurang memberdayakan semua
Indera dan potensi siswa
Menggunakan berbagai macam
media
Tidak banyak menggunakan
media
Active Learning memiliki karakteristik-karakteristik sebagai
berikut:
a. Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian
informasi oleh pengajar, melainkan pada pengembangan
keterampilan pemikiran analitis dan kritis materi yang sedang
diajarkan.
b. Siswa tidak hanya mendengarkan materi pembelajaran secara
pasif, tetapi ikut berpartisipasi dalam mengerjakan sesuatu
yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
13
c. Penekanan pada ekplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan
dengan materi pembelajaran.
d. Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa
dan melakukan evaluasi.
e. Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi dalam proses
pembelajaran.
Secara umum suatu proses pembelajaran aktif memungkinkan
diperolehnya beberapa hal. Pertama, interaksi yang timbul selama proses
pembelajaran akan menimbulkan positive interdependence dimana
konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara
bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar. Kedua, setiap
individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar
harus dapat mendapatkan penilaian untuk setiap siswa sehingga terdapat
individual accountability. Ketiga, proses pembelajaran aktif ini agar dapat
berjalan dengan efektif diperlukan tingkat kerjasama yang tinggi sehingga
akan memupuk social skills.6
4. Prinsip Active Learning
Prinsip-prinsip active learning adalah:
a. Prinsip motivasi.
b. Prinsip latar konteks
c. Prinsip terarah.
d. Prinsip hubungan sosial.
6Ibid, h. 47.
14
e. Prinsip belajar sambil bekerja.
f. Prinsip menemukan.
g. Prinsip pemecahan masalah.
Hakikatnya, peserta didik telah memiliki potensi dalam dirinya.
Guru harus memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mencari
dan menemukan informasi sendiri. Pelaksanaan pembelajaran hendaknya
diperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran aktif, prinsip ini dapat
dilaksanakan dan mendorong peserta didik dalam belajar.7
5. Langkah-Langkah Active Learning
Langkah-langkah active learning, yaitu:
a. Fase 1: Menyampaikan tujuan dan motivasi
Fase ini guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa.
b. Fase 2: Menyajikan informasi
Fase ini guru menyampaikan penjelasan umum tentang materi
yang akan dipelajari.
c. Fase 3: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok
Fase ini guru membagikan kartu berisi informasi tentang materi
pembelajaran
d. Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Fase ini guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada
saat mereka mengerjakan tugas
7 Istarani dan Muhammad Ridwan , Op.cit.,h. 238.
15
e. Fase 5: Evaluasi
Fase ini guru meminta siswa mempresentasikan hasil diskusi,
guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari dengan memberikan soal dan penjelasan
f. Fase 6: Memberikan penghargaan
Fase ini guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang
terbaik sesuai dengan kriteria guru.8
B. Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas berasal dari kata efektif, yang berarti dapat membawa
hasil, berhasil guna, pengaruhnya, akibatnya, atau kesannya. Menurut PP
nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan bahwa
suasana pembelajaran yang efektif yaitu suasana belajar yang interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, inovatif dan menemukan sendiri.9
Efektivitas proses pembelajaran seharusnya ditinjau dari
hubungan guru tertentu yang mengajar kelompok siswa tertentu, di dalam
situasi tertentu dalam usahanya mencapai tujuan-tujuan instruksional
tertentu. Efektivitas proses pembelajaran berarti tingkat keberhasilan guru
8 Novian, Model Pembelajaran Active Learning, diakses dari
novian25.blogspot.com/2013/09/model-pembelajaran-active-learning.html?m=1, pada tanggal 12 Januari 2019 pukul 20:17
9 Sofyan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum
2013, (Jakarta: PT Prestasi Pustakarya, 2013), h. 119.
16
dalam mengajar kelompok siswa tertentu dengan menggunakan metode
tertentu untuk mencapai tujuan instruksional tertentu.10
Dunne berpendapat bahwa efektivitas pembelajaran memiliki dua
karakteristik. Karakteristik pertama ialah “memudahkan murid belajar”
sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep atau
sesuatu hasil belajar yang diinginkan. Kedua, bahwa keterampilan diakui
oleh mereka yang berkompeten menilai, seperti guru, pengawas, tutor
atau murid sendiri.11
Suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil baik atau
efektif, jika kegiatan belajar mengajar tersebut dapat membangkitkan
proses belajar. Adapun penentuan atau ukuran dari pembelajaran yang
efektif terletak pada proses pembelajaran dan hasilnya. Terdapat tujuh
indikator yang menunjukan pembelajaran yang efektif, diantaranya yaitu:
a. Pengorganisasian Materi yang Baik
Pengorganisasian merupakan cara mengurutkan materi
yang akan disampaikan secara logis dan teratur, sehingga dapat
dilihat adanya keterkaitan yang jelas antara topik yang satu dengan
topik yang lainnya selama pertemuan berlangsung. Dalam
pengorganisasian materi ada beberapa hal yang harus diperhatikan
diantaranya yaitu: perincian materi, urutan materi dari yang mudah
ke yang sukar dan keterkaitan antara materi dengan tujuan.
10
Popham, W. James, Teknik Mengajar Secara Sistematis (Terjemahan),
(Jakarta: Rineka cipta, 2003), h. 7. 11
Ahmad, Efektivitas Pembelajaran, diakses dari
http://www.sekedarposting.com/2015/04/efektivitas-pembelajaran.html , pada tanggal 13 Januari 2019 pukul 14.28.
17
b. Komunikasi yang Efektif
Kecakapan dalam penyajian materi termasuk pemakaian
media dan alat bantu atau teknik lain untuk menarik perhatian
siswa, merupakan salah satu karakteristik pembelajaran yang baik.
Kemampuan berkomunikasi tidak hanya diwujudkan melalui
penjelasan secara verbal, tetapi dapat juga berupa makalah yang
tertulis atau rencana pembelajaran yang jelas dan mudah
dimengerti.
c. Penguasaan dan Antusiasme Terhadap Materi Pelajaran
Materi merupakan salah satu bagian pokok dalam
pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut agar mampu
menguasai materi pelajaran dengan baik dan benar. Selain itu juga,
seorang guru harus mampu mengorganisasikan dan
menghubungkan materi yang diajarkan dengan pengetahuan yang
telah dimiliki oleh siswa, sehingga proses pembelajaran di kelas
menjadi hidup.
d. Sikap Positif Terhadap Siswa
Sikap positif mempunyai peran penting yaitu memberikan
dorongan dan membangkitkan motivasi siswa dalam proses
pembelajaran. Salah satu bentuk sikap positif dapat ditujukan baik
dalam kelas kecil maupun besar. Sikap positif dalam kelas kecil
dapat berupa perhatian terhadap masing-masing siswa, sedangkan
18
sikap positif dalam kelas besar dapat berupa perhatian terhadap
kelompok yang mengalami kesulitan.
e. Pemberian Nilai yang Adil
Pemberian informasi sejak awal terhadap kompetensi yang
harus dikuasai siswa dalam proses belajar berdampak terhadap
motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, sehingga hal
tersebut berkontribusi terhadap nilai pelajaran siswa. Keadalian
untuk pemberian nilai dapat tercermin melalu kesesuaian tes
dengan materi yang diajarkan, usaha siswa untuk mencapai tujuan,
kejujuran siswa dalam memperoleh nilai, serta umpan balik
terhadap hasil yang dicapai siswa.
f. Keluwesan dalam Pendekatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran sangat berkaitan dengan bebrapa
karakteristik siswa, karakteristik mata pelajaran, dan berbagai
hambatan yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. Oleh
karena itu perlu kiranya seorang guru mempunyai pendekatan yang
bervariasi, supaya proses belajar mengajar menajadi menarik dan
menyenangkan.
g. Hasil Belajar Siswa yang Baik
Memberikan penilain terhadap hasil belajar merupakan
suatu yang mutlak yang harus dilakukan oleh guru. Dalam
melakukan penelitian terhadap hasil belajar, seorang guru harus
19
mempunyai indikator atau petunjuk untuk memperoleh ukuran dan
data hasil belajar siswa.12
Melalui proses pembelajaran, siswa akan berkembang ke arah
pembentukan manusia sebagaimana tersirat dalam tujuan pendidikan.
Supaya pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, guru harus
mampu mewujudkan proses pembelajaran dalam suasana kondusif.
Proses pembelajaran yang efektif dapat terwujud melalui kegiatan yang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Berpusat pada Siswa
Keseluruhan kegiatan proses pembelajaran, siswa
merupakan subjek utama. Oleh karena itu, dalam proses ini,
hendaknya siswa menjadi perhatian utama dari para guru. Semua
bentuk aktivitas hendaknya diarahkan untuk membantu
perkembangan siswa. Keberhasilan proses pembelajaran terletak
dalam perwujudan diri siswa sebagai pribadi mandiri, pelajar efektif
dan pekerja produktif.
b. Interaksi Edukatif antara Guru dan Siswa
Proses pembelajaran, hendaknya terjalin hubungan yang
bersifat edukatif. Guru tidak hanya sekadar penyampai bahan yang
harus dipelajari, tetapi sebagai figur yang dapat merangsang
perkembangan pribadi siswa. Interaksi antara guru dengan siswa
12
Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: PT Raja grafindo Persada, 2013), h. 44.
20
hendaknya berdasarkan sentuhan-sentuhan psikologi, yaitu adanya
saling memahami antara guru dengan siswa. Rasa percaya diri
dapat ditumbuhkan dalam suasana seperti itu.
c. Suasana Demokratis
Suasan demokratis dalam kelas akan banyak memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berlatih mewujudkan dan
mengembangkan hak dan kewajibannya. Suasan demokratis dapat
dikembangkan dalam proses pembelajaran melalui hubungan guru
dengan siswa. Dalam suasana demokratis, semua pihak
memperoleh penghargaan sesuai dengan potensi dan prestasinya
sehingga dapat memupuk rasa percaya diri, dan gilirannya dapat
berinovasi dan berkreasi sesuai dengan kemampuannya masing-
masing.
d. Variasi Metode Mengajar
Tidak satu pun metode mengajar itu efektif untuk seluruh
materi atau bahan pelajaran. Satu metode mungkin cocok untuk
bahan tertentu, tetapi tidak cocok untuk bahan yang lain. Oleh
sebab itu, guru harus bisa memilih metode yang tepat dan sesuai
dengan bahan yang diajarkan. Dengan perkataan lain,
menggunakan metode mengajar yang bervariasi. Dengan metode
mengajar yang bervariasi, berarti guru tidak mengajar dengan satu
metode saja, tetapi berganti-ganti sesuai dengan tujuan, bahan,
situasi dan lain-lain. Dengan metode yang bervariasi akan
21
menimbulkan rasa senang pada siswa, tidak cepat bosan atau
jenuh. Siswa pun akan bersemangat untuk belajar, sehingga
memungkinkan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih baik.
e. Guru Profesional
Dengan jiwa profesionalisme, guru mencintai pekerjaannya
dan melaksanakannya dengan penuh dedikasi dan tanggung
jawab. Tuntutan profesionalisme bagi guru Pendidikan Agama
Islam memiliki nilai lebih dibanding guru-guru lain. Karena tanggung
jawab profesi bagi guru-guru Pendidikan Agama Islam, bukan saja
kepada kepala sekolah atau orang yang memberinya tugas
mengajar, tetapi lebih dari tanggung jawab kepada Allah Swt.
f. Bahan yang Sesuai dan Bermanfaat
Bahan yang diajarkan guru bersumber dari kurikulum yang
telah ditetapkan secara relatif baku. Tugas guru adalah mengolah
dan mengembangkan bahan pengajaran menjadi sajian yang dapat
dicerna oleh siswa secara tepat dan bermakna. Oleh sebab itu,
bahan yang diajarakan harus sesuai dengan kemampuan, kondisi
siswa dan lingkunganya, sehingga memberikan makna dan faedah
bagi siswa.
g. Lingkungan yang Kondusif
Keberhasilan proses pembelajaran, sangat ditentukan oleh
faktor lingkungan. Upaya menciptakan lingkungan bagi tercapainya
tujuan pembelajaran dan pengajaran sangat penting. Lingkungan
22
yang kondusif adalah lingkungan yang dapat menunjang bagi
proses pembelajran secara efektif.
h. Sarana Belajar yang Menunjang
Proses pembelajaran akan berlangsung secara efektif
apabila ditunjang oleh sarana yang baik. Sarana belajar yang
secara langsung terkait dengan proses pembelajaran adalah alat
bantu mengajar. Jenis alat bantu mengajar amat beragam dari
sederhana hingga kompleks. Selain itu ada sarana lain, seperti
labolatorium, aula, lapangan olahraga, perpustakaan. Mengingat
banyaknya alat bantu mengajar, maka guru harus memilih jenis alat
mana yang benar-benar sesuai dan menunjang kegitan pengajaran.
Untuk menentukan yang sesuai dan mununjang kegiatan
pembelajaran, mestilah melihat tujuan, bahan, metode dan situasi
pengajaran.13
Adapun untuk efektivitas terhadap hasil, penilaiannya mengacu
pada ketuntasan belajar, yaitu ditentukan dengan kriteria minimal ideal
sebagai berikut:
a. Untuk kompetensi dasar pada KI-3 dan KI-4, siswa dinyatakan
belum tuntas belajar untuk menguasai kompetensi dasar yang
dipelajarinya apabila menunjukkan indikator nilai <65 dari hasil
test formatif, dan dinyatakan sudah tuntas belajar menguasai
13
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam: Berbasis Integrasi dan Kompetensi (Jakarta: PT Rajagrafindi Persada, 2014), h. 199.
23
kompetensi dasar yang dipelajarinya apabila menunjukkan
indikator nilai >65 dari hasil test formatif.
b. Untuk kompetensi dasar pada KI-1 dan KI-2, ketuntasan siswa
dilakukan dengan memperhatikan aspek sikap pada KI-1 dan
KI-2 untuk seluruh mata pelajaran, yakni jika profil sikap siswa
secara umum berada pada kategori baik menurut standar yang
ditetapkan satuan pendidikan yang bersangkutan.14
2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pembelajaran Agama Islam
Dalam pembelajaran terjadi interaksi dari berbagai kompenen,
diantaranya yaitu: siswa, guru dan materi pelajaran atau sumber
belajar. Pembelajaran berasal dari kata dasar “ajar” yang artinya
petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Dari kata
“ajar” ini lahirlah kata kerja “belajar” yang berarti berlatih atau
berusaha memperoleh kepandaian dan ilmu. Pembelajaran dimaknai
sebagai proses, cara dan perbuatan yang dapat menjadikan orang
atau makhluk hidup belajar. 15 Artinya, dengan kegiatan pembelajaran
seseorang dapat memperolah ilmu pengetauan tentang materi yang
dipelajari.
Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan. Pada
dasarnya pendidikan adalah suatu proses dari upaya “memanusiakan
manusia”, ini mengandung implikasi bahwa tanpa pendidikan maka
14
Kunandar, loc.cit. 15
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka, 1990), h. 664.
24
manusia tidak akan menjadi manusia dalam arti sebenarnya, yaitu
manusia yang utuh dengan segala fungsinya. Pendidikan mempunyai
pengertian yang luas, mencakup semua perbuatan atau semua usaha
dari generasi tua untuk mengalihkan nilai-nilai serta melimpahkan
pengetahuan, pengalaman, kecakapan serta keterampilan kepada
generasi selanjutnya, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka, agar
dapat memenuhi fungsi hidup mereka, baik jasmani maupun rohani.16
Menurut Muhaimin dalam Tohirin Pendidikan Islam adalah
nama sistem, yaitu sistem pendidikan yang Islami, yang memiliki
komponen-komponen yang secara keseluruhan mendukung
terwujudnya sosok Muslim yang diidealkan. Pendidikan Islam ialah
pendidikan yang teori-teorinya disusun berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadist.17
Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal shaleh.
Oleh karena itu, pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman
dan pendidikan amal dan juga karena ajaran Islam berisi tentang
ajaran sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat menuju
kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan
Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat.
Pendidikan agama dapat didefenisikan sebagai upaya untuk
mengaktualkan sifat-sifat kesempurnaan yang telah dianugerahkan
16
Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Pendidikan Islam, (yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 27.
17 Tohirin, op.cit, h. 11.
25
oleh Allah SWT kepada manusia, upaya tersebut dilaksanakan tanpa
pamrih apapun kecuali untuk semata-mata beribadah kepada Allah.
Secara terminologi Pendidikan Agama Islam sering diartikan
dengan pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam.18 Menurut Zakiyah
Darajat yang kutip Heri Gunawan Pendidikan Agama Islam adalah
suatu usaha sadar untuk membina dan mengasuh peserta didik agar
senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh (kaffah),
lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta
menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.19
Defenisi Pendidikan Agama Islam secara lebih rinci dan jelas,
tertera dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam ialah sebagai upaya
sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa, dan
berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran Agama Islam dari
sumbernya kitab suci Al-Qur’an dan Hadits, melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.20
Peneliti menyimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam
adalah usaha sadar untuk menanamkan nilai-nilai agama Islam
kepada peseta didik dan bisa menerapkannya dalam kehidupannya
sehari-hari.
b. Landasan Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
18
Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 201. 19
Ibid, h. 201 20
Ibid, h. 201.
26
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah
berdasarkan pada beberapa landasan. Paling tidak ada tiga landasan
yang mendasari pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di lembaga
pendidikan dasar dan menengah. Ketiga landasan tersebut adalah,
landasan yuridis formal, landasan psikologi, dan landasan religius.
Landasan yuridis maksudnya ialah landasan yang berkaitan
dengan dasar dan undang-undang yang berlaku pada suatu negara.
Landasan yuridis formal tersebut terdiri atas tiga macam: (a) Dasar
ideal, yaitu dasar falsafah negara Pancasila, sila pertama, Ketuhanan
Yang Maha Esa. (b) Dasar struktural atau konstitusional, yaitu UU
Dasar 45, dalam bab XI pasal 29 ayat 1 yang berbunyi, “Negara
berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa”21
Landasasan psikologi maksudnya ialah, landasan yang
berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal
ini didasarkan bahwa manusia dalam hidupnya baik sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat, dihadapkan pada hal-hal yang
membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram, sehingga
memerlukan suatu pegangan hidup. Pegangan hidup itu dianamakan
dengan agama.22
Landasan religius maksudnya ialah landasan yang bersumber
dari ajaran agama Islam. Menurut ajaran agama Islam pendidikan
agama adalah perintah Allah swt., dan merupakan perwujudan
21
Ibid, h. 199. 22
Ibid, h. 199.
27
beribadah kepadanya-Nya. Landasan ini bersumber pada Al-Qur’an
dan Al-hadits. 23 Dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat yang
menunjukkan perintah tersebut, diantaranya Q.S An-Nahl ayat 125.
äí ÷Š $# 4’n<Î) È≅‹Î6 y™ y7 În/u‘ Ïπyϑõ3Ïtø: $$ Î/ Ïπ sàÏãöθ yϑø9 $#uρ ÏπuΖ|¡ptø: $# ( Ο ßγ ø9 ω≈ y_ uρ ÉL©9 $$ Î/ }‘Ïδ
ß |¡ôm r& 4 ¨βÎ) y7 −/u‘ uθ èδ ÞΟn=ôãr& yϑÎ/ ¨≅|Ê tã Ï& Î#‹ Î6 y™ ( uθ èδ uρ ÞΟn=ôãr& tωtGôγ ßϑø9 $$ Î/
Terjemahnya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.24
c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi kesersian,
keselarasan dan keseimbangan anatara beberapa hal berikut:
1) Hubungan manusia dengan Allah
2) Hubungan manusia dengan manusia
3) Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
4) Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama
Islam meliputi tujuh pokok, yaitu:
1) Keimanan
2) Ibadah
3) Alqur’an dan Hadist
23
Ibid, h. 199 24
Al-Quran dan Terjemahan QS. An- Nahl (16):125
28
4) Akhlak
5) Muamalah
6) Syari’ah
7) Tarikh/ sejarah.25
3. Usaha Untuk Meningkatkan Efektivitas pembelajaran PAI
Dalam kaitanya dengan usaha untuk meningkatkan efektivitas
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu adanya faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses
belajar mengajar antara lain:
a. Faktor tujuan pembelajaran yang akan dicapai, khususnya
dalam efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
b. Faktor anak didik yang perlu mendapat perhatian adalah pada
bakat, minat, intelegensi, tingkat kematangan, usia dan jumlah
murid perkelas/kelompok,
c. Faktor situasi yang mencakup tempat belajar dan waktu
belajar/lama belajar,
d. Faktor materi dan fasilitas belajar mengajar. Materi dilihat jenis
materinya apa beraspek afektif, kognitif atau lebih menekankan
pada psikomotor. Fasilitas atau sarana prasarana dilihat dari
segi jenis, kualitas dan kuantitas,
e. Faktor pribadi guru berkaitan dengan kemampuan profesional
guru, kemampuan personal, senioritas dan pengalaman.26
25
Muntholi’ah, Konsep Diri Positif Penunjng Prestasi PAI, (Semarang: Kerja sama Penerbit Mangkang Indah dan Yayasan Al-Qalam, 2002), h. 20.
29
Beberapa faktor diatas diharapkan guru dapat mengambil
benang merah agar proses belajar mengajar, khususnya pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Guru memperhatikan setiap
potensi diri peserta didik agar peningkatan efektivitas pembelajaran
PAI dapat terwujud sesuai dengan tujuan dari pendidikan Islam itu
sendiri.
C. Kerangka Berfikir
Keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran merupakan
kunci utama belajar. Keaktifan dalam belajar sering menjadi prediktor
yang baik bagi hasil belajar Akan tetapi kondisi berbeda ketika peneliti
menemukan bahwa kegiatan proses pembelajaran Pendidikan Agama
Islam kurang berjalan dengan maksimal, hal ini disebabkan karena guru
hanya memberikan penjelasan atau metode ceramah yang menoton,
dampak terdapat beberapa siswa yang mengantuk atau mengobrol di
kelas ketika pembelajaran berlangsung, kurang konsentrasinya siswa
terhadap penjelasan yang disampaikan oleh guru, rasa ingin tahu siswa
belum terbangun, siswa tidak berani berargumentasi atau bersifat pasif di
kelas, ditambah lagi dengan banyaknya siswa yang belum memenuhi
target pencapaian kriteria ketuntasan minimal (KKM). Kondisi seperti ini
menyebabkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang berlangsung
kurang maksimal dan kurang efektif.
26
Chabib Thoha dan Abdul Mu'ti, PBM-PAI Di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1998), h. 229
30
Permasalahan ini harus segera ditindak lanjuti dengan upaya
meningkatan efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN
26 Satu Atap Pallantikang Kab. Maros. Hal tersebut dapat diatasi dengan
adanya inovasi-inovasi terbaru dalam pembelajaran. Kesempatan siswa
untuk berperan aktif dalam pembelajaran dapat terlaksana dalam
penggunaan model pembelajaran active learning. Model active learning
yang dilaksanakan pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN
26 Satu Atap Pallantikang Kab. Maros merupakan suatu pembelajaran
yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Dalam
pembelajaran aktif tersebut, materi pembelajaran bukan ditransfer secara
langsung dari guru ke siswa, tetapi dibentuk sendiri oleh siswa
berdasarkan pengalaman dan interaksinya dengan teman dan lingkungan
sebagai sumber belajar.
Tujuan yang ingin dicapai dengan model active learning adalah
meningkatkan penguasaan atau pemahaman siswa melalui keterlibatan
aktif siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan tujuan pengiringnya,
antara lain adalah untuk meningkatkan tanggung jawab, ketrampilan
belajar, interaksi sosial, minat dan kepercayaan diri siswa. Untuk itu calon
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas yaitu
“menerapkan model pembelajaran Active Learning” untuk meningkatkan
efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Melalui model active learning siswa dilatih untuk kreatif dan aktif
sehingga afektif dan psikomotorik siswa dapat berkembang. Jika siswa
31
berada dalam lingkungan pembelajaran yang kondusif serta suasana
pembelajaran menyenangkan diharapkan siswa lebih mudah memahami
materi yang diajarkan, sehingga hasil belajar kognitif siswa dapat lebih
baik lagi. dapat Dengan cara demikian, diharapkan penerapan model
active learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat
menghidupkan kelas dengan pembelajaran yang menyenangkan sehingga
dapat menunjang keaktifan siswa dan pada akhirnya dapat meningkatkan
efektivitas pembelajaran secara maksimal. Dalam hal ini peneliti
merumuskan kerangka berfikir sebagai berikut:
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada tinjauan teoritis dan kerangka berfikir di atas,
maka hipotesis yang akan diujikan dalam penelitian ini adalah “jika
penerapan model active learning diterapkan di SMPN 26 Satu Atap
Penerapan Model Active Learning
di Kelas VIII SMPN 26 Satu Atap
Pallantikang Kab.Maros
Pendidikan Agama Islam
Meningkatnya Efektivitas Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan
diterapkannya Model Active Learning
32
Pallantikang Kab.Maros maka efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dapat meningkat”.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau sering disebut dengan clasroom
action research. Action research merupakan istilah dari penelitian
tindakan. PTK merupakan penelitian yang bersifat kasuistik dan
berkonteks pada kondisi, keadaan, dan situasi yang ada di dalam kelas
yang dilaksanakan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang
terjadi guna meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas.1
Definisi lain tentang PTK juga dikemukakan oleh TIM PIPIS dan
PPKP yang menyatakan:
”PTK sebagai suatu bentuk kajian yan bersifat reflektif oleh itu perlu tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dan tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tibdkan yang dilakukan itu, serta membaiki kondisi ketika praktik pembelajaran tersebut dilakukan”.2
Pengertian di atas dapat dipahami bahwa penelitian tindakan
kelas merupakan sebuah metode penelitian yang pelaksanaanya
dilakukan untuk mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam konteks
pembelajaran di kelas dan langkah-langkah yang dapat digunakan oleh
guru dalam memperbaiki kualitas pembelajaran.
1 Hamid Darmadi, Desain dan Implementasi Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
(Bandung: Alfabeta, 2015), h. 12. 2 Kisyani Laksono dan Tatag Yuli Eko Siswono, Penelitian Tindakan Kelas,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2018), h. 4.
34
B. Lokasi dan Objek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di SMPN 26 Satu Atap
Pallantikang yang beralamat di Jl. Pallantikang Kecamatan Maros
Baru, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan.
2. Objek Penelitian
Adapun objek penelitian ini adalah siswa SMPN 26 Satu Atap
Pallantikang Kab. Maros kelas VIII. Jumlah siswa kelas VIII 51 orang
siswa yang terdiri dari 23 siswa laki-laki dan 28 siswa perempuan.
C. Faktor yang Diselidiki
Faktor yang diselidiki dalam penelitian yaitu penerepan model
active learning dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Model active learning adalah suatu model pembelajaran
yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam
proses pembelajaran dengan menyediakan lingkungan belajar yang
membuat siswa tidak tertekan dan senang melaksanakan kegiatan belajar
sedangkan efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari
suatu proses interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam
penelitian tindakan kelas yang menggunakan model penelitian Kemmis
35
dan Mc Taggart yang diterapkan dalam penelitian ini tergambar dalam
bagan lingkaran sebagai berikut:
Gambar 3.2 Skema/bagan siklus dalam PTK3
3 Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 92.
36
Siklus I
1. Perencanaan
a. Permintaan izin pada kepala sekolah di SMPN 26 Satu Atap
Pallantikang Kab. Maros. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
izin penelitian dari kepala sekolah yang ingin di tempati
meneliti.
b. Peneliti melakukan observasi atau pengamatan tentang kondisi
anak didik dalam kegiatan belajar mengajar di SMPN 26 Satu
Atap Pallantikang Kab. Maros. Dari sini peneliti dapat
mengambil kesimpulan tentang efektivitas pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
c. Mengidentifikasi permasalahan dalam pelaksanaan pengajaran
yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan model active learning dalam meningkatkan
efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
d. Peneliti berdiskusi dengan guru SMPN 26 Satu Atap
Pallantikang Kab. Maros dalam merencanakan kegiatan
penerapan model active learning dalam meningkatkan
efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
e. Membuat Rancangan Kegiatan Harian (RKH) yang
berhubungan dengan efektivitas pembelajaran Pendidikan
Agama Islam.
37
f. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terkait
pembelajaran dengan menggunakan model active learning.
g. Menyusun atau menetapkan teknik pemantauan pada setiap
tahapan penelitian dengan menggunakan alat format observasi.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan penelitian di lakukan melalui beberapa tahap
sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi faktor-faktor hambatan dan kemudahan yang
dihadapi dalam proses pembelajaran yang mengaktifkan anak
didik dalam penerapan model active learning.
b. Melaksanakan proses pembelajaran berdasarkan RPP yang
telah dibuat.
c. Memberikan kesempatan siswa untuk berperan aktif selama
proses pembelajaran seperti bertanya, dan mengungkap
pendapat.
3. Observasi
Observasi dilakukan yaitu sebagai berikut:
a. Peneliti melakukan evaluasi hasil penerapan model active
learning, dilanjutkan dengan analisis data data yang ada
berdasarkan format pemantauan. Tujuannya untuk mengetahui
efektivitas keberhasilan dan hambatan dari penerapan model
active learning dalam kegiatan pembelajaran.
38
b. Melakukan perbaikan cara penerapan model active learning
berdasarkan hasil evaluasi yang dapat meningkatkan efektivitas
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
4. Refleksi
Refleksi dilakukan pada saat berakhirnya semua kegiatan.
Refleksi pada siklus pertama ini dilakukan dengan cara menyimpulkan
data yang diperoleh.
Siklus II
1. Perencanaan
a. Membuat Rancangan Kegiatan Harian (RKH) yang
berhubungan dengan efektivitas pembelajaran Pendidikan
Agama Islam.
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terkait
pembelajaran dengan menggunakan model active learning.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Melaksanakan proses pembelajaran berdasarkan RPP yang
telah dibuat.
b. Melakukan pemantauan selama proses pembelajaran
berlangsung dengan mengutamakan perhatian peserta didik.
3. Observasi
a. Melakukan evaluasi hasil penerapan model active learning
dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran Pendidikan
Agama Islam pada siklus II.
39
b. Melakukan perbaikan cara menerapan model active learning
berdasarkan hasil evaluasi.
4. Refleksi
Refleksi pada siklus II ini sama dengan siklus I yakni
menyimpulkan data yang telah diperoleh.
E. Instrumen Penelitian
Adapun isntrumen penelitian yang digunakan yaitu:
1. Pedoman Observasi
Observasi adalah pengamatan secara langsung.4 Observasi
digunakan untuk mengumpulkan data dan mencatat segala kejadian
selama proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung.
Dari data observasi siswa ini dapat dilihat apakah aktivitas siswa
mencakup ranah afektif ketika menggunakan model active learning.
2. Instrumen Tes
Instrumen tes digunakan dalam rangka melaksanakan
kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan,
pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau
dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta
didik. Tes dapat dibagi menjadi : (a) Tes prestasi belajar atau
achievement test, (b) Tes penguasaan atau proficiency test, (c) Tes
bakat atau aptitude test, (d) Tes diagnostik atau diagnostic test.5
4 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,2008), hlm 76. 5 Zainal Arifin, Evaluasi Itstruksional, Prinsip, Teknik Prosedur, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2009), h. 118.
40
Dalam penelitian ini menggunakan tes prestasi belajar atau tes hasil
belajar, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan aktual
sebagai hasil belajar siswa.
3. Catatan Dokumentasi
Dokumentasi adalah barang-barang yang tertulis.6
Dokumentasi ini digunakan untuk menghimpun data yang berkaitan
dengan data-data sekolah, nama pendidik, peserta didik, serta arsip-
arsip yang berhubungan dengan penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu:
1. Observasi
Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Observasi non sistematis yaitu observasi yang dilakukan oleh
pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.
b. Observasi sistematis yaitu observasi yang dilakukan oleh
pengamatan dengan menggunakan pedoman observasi sebagai
pengamatan.7
2. Tes
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman. Tes
6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), hlm. 201.
7 Kisyani Laksono dan Tatag Yuli Eko Siswono, op.cit, h. 55
41
formatif ini diberikan setiap akhir siklus. Bentuk soal yang diberikan
adalah pilihan guru (objektif).8
3. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu, peninggalan tertulis dalam berbagai
kegiatan ataukejadian yang dari segi waktu relatif, belum terlalu lama
dan teknik pengumpulan data dengan hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen, agenda dan sebagainya.Dalam hal ini penulis menggunakan
dokumentasi untuk memperkuat hipotesa agar hasil penelitian yang
lebih akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.9
G. Teknik Analisis Data
Penelitian ini digunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis
data kualitatif dilakukan melalui tiga tahap, sebagi berikut:
a. Reduksi data
Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang
dilakukan melalui seleksi, pemfokusan, dan pengabstraksian data
mentah menjadi data yang bermakna.10
b. Paparan data
Paparan data adalah proses penampilan data secara lebih
sederhana dalam bentuk naratif, representasi tabular termasuk
8 Ibid, h. 103.
9 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D), (Cet. XXVI; Bandung: Alfabeta, 2017), h. 167 10
Ibid, h. 73.
42
dalam format matriks atu grafis. Pada data ini disajikan secara
naratif yang lebih ringkas.11
c. Penyimpulan data
Penyimpulan data adalah proses pengambilan intisari dari
sajian data yang telah terorganisai dalam bentuk pernyataan
kalimat atau formula yang singkat dan padat, tetapi mengandung
pengertian yang luas.12
H. Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini apabila
hasil belajar siswa telah mencapai 70% sehingga efektivitas pembelajaran
Pendidikan Agama Islam telah meningkat setelah penerapan model active
learning dan tujuan indikator kurikulum dapat tercapai.
11
Ibid, h. 74 12
Ibid, h. 74.
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat SMPN 26 Satu Atap Pallantikang
SMP Negeri 26 Satu Atap Pallantikangmerupakan sekolah yang
berada di bawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Maros yang diresmikan pada tanggal 12 April 2005 dengan
sistem manajemenpendidikan sekolah satu atap dengan Sekolah
Dasar Negeri 37 Panaikang. SMPN Satu Atap Pallantikang merupakan
nama sekolah pada saat itu, kemudian berubah menjadi SMPN 26 Satu
Atap Pallantikang pada tanggal 7 Juni 2008. Saat itu yang menjabat
sebagai kepala sekolah adalah Muhammad Akib, S.Pd dengan tenaga
pendidik/guru honor (GTT) 4.
Pada awal tahun 2006pertama kalinya sekolah ini mendapatkan
tenaga pendidik/guru PNS untuk bidang
studi Pendidikan Kewarganegaraan kemudian pada awal tahun 2007
sekolah ini mendapatkan 1 orang tenaga guru PNS untuk bidang
studi Bahasa Inggris sehingga saat itu jumlah guru yang berstatus PNS
sebanyak 2 orang guru. Pada tanggal tanggal 11 November 2009 SMP
Negeri 26 Satu Atap Pallantikang memperoleh akreditasinya.
SMP Negeri 26 Satu Atap Pallantikangpada awal tahun pelajaran
baru 2016/2017 hingga saat ini untuk jabatan kepala sekolah dijabat oleh
44
Bapak Misbahuddin, S.Pd yang sebelumnya juga merupakan salah satu
guru kelas dari SMP Negeri 26 Satu Atap Pallantikang.1
2. Lokasi Sekolah SMPN 26 Satu Atap Pallantikang
Nama Sekolah : SMPN 26 Satu Atap Pallantikang
Alamat :Jl. Pallantikang Kec. Maros Baru
Nomor Statistik : 201190302005
NPSN : 40308261
Tahun Berdiri : 2005
Luas Tanah : ± 2000 m2
Status Sekolah : Negeri
Akreditasi : C (tanggal 11 November 2009)
Nama-nama kepala sekolah sejak tahun 2005
a. Muhammad Akib, S.Pd : 2005 - 2016
b. Misbahuddin, S.Pd : 2016 - sekarang
3. Visi dan Misi
a. Visi Sekolah
“ Cerdas, Beriman dan Bertaqwa”
b. Misi Sekolah
1) Melaksanakan kegiatan belajaran mengajar dan bimbingan
secara optimal
2) Megembangkan profesionalisme guru dan pegawai
3) Menumbuhkan minat baca, bakat dan kreatifitas siswa
1Sumber Data Tata Usaha SMPN 26 Satu Atap Pallantikang pada tanggal
25 Juli 2019
45
4) Menata lingkungan sekolah dengan baik
5) Mengoptimalkan kegiatan keagamaan dengan baik
4. Kondisi Objek Sekolah
a. Guru
Guru yang mengajar di SMPN 26 Satu Atap Pallantikang,
sebagian berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dan
sebagian lainnya merupakan honorer. Berikut data tenaga
pendidik dan kependidikan di SMPN 26 Satu Atap Pallantikang.
Tabel 4.1 Identitas Guru
No Nama Status Jabatan/ Guru Mapel
1. Misbahuddin, S.Pd PNS Kepala Sekolah
2. Muhammad Akib, S.Pd PNS Wakil Kepala Sekolah
3. Herlina Amrah, S.S PNS Kepala Perpustakaan
4. Patimah, S.Pd GTT Bimbingan Konseling
5. Anita Hamid, S.S PNS BHS. Inggris
6. Julyani, S.Pd PNS Matematika
7. Satriah, S.Pd PNS Penjaskes
8. Abdul Mappa Nurdin, S.Pd PNS I P S
9. Simah, S.Pd PNS P K N
10. Andi Asnidar, S.Si., S.Pd PNS I P A
11. Irma, S.Pd PNS P A I
12. A.Hindhoung Al Ma’rief,
S.T., S.Pd
GTT Seni Budaya
46
13. Sarwinah, S.Pd GTT Prakarya
14. Nurdin, S.Pd GTT Matematika
Sumber Data: Tata Usaha SMPN 26 Satu Atap Pallantikang
b. Siswa
Tabel 4.2 Rekapitulasi Peserta Didik Tahun 2019 / 2020
No Kelas Jumlah
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 VII 1 31 27 58
2 VIII 1 23 28 51
3 IX 1 26 20 46
Jumlah Siswa 80 75 155
Sumber Data: Tata Usaha SMPN 26 Satu Atap Pallantikang
c. Jadwal Pelajaran
Tabel 4.3 Jadwal Pelajaran PAI Kelas VIII
Kelas Hari Jam Ke- /
Pukul Mata Pelajaran
VIII Selasa 3 – 5 /
09.05-11.35 Pendidikan Agama
Islam
Sumber Data: Tata Usaha SMPN 26 Satu Atap Pallantikang
d. Staf/ Tatausaha
Tabel 4.4 Identitas Staf
No Nama Status Jabatan
1. Suria Wijaya, S.E PNS Staf TU
47
2. Syamsul Rijal PNS Staf TU
3. Muliana PNS Staf TU
4. Jalaluddin, S.E PTT Staf TU
5. A. Baso Ali, S.E PTT Staf TU
6. A. Baso Amin PTT Teknisi
7. A. Rezkiana Putri, S.Pd PTT Operator
Sumber Data: Tata Usaha SMPN 26 Satu Atap Pallantikang
e. Sarana dan Prasarana
Tabel 4.5 Fasilitas Sekolah
No Fasilitas Jumlah Keterangan
1 Ruang Kepala Sekolah 1 Terpakai
2 Ruang Guru 1 Terpakai
3 Ruang Kelas 3 Terpakai
4 Perpustakaan 1 Terpakai
5 WC Guru 1 Terpakai
6 WC Murid 3 Terpakai
7 Kantin 1 Terpakai
8 Dapur 2 Terpakai
Sumber Data: Tata Usaha SMPN 26 Satu Atap Pallantikang
48
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Gambaran Efektivitas Pembelajaran PAI Sebelum
Menggunakan Model Active Learning
Pra siklus dilakukan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Proses pembelajaran pra tindakan ini dilakukan
guru dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Selama
ini, dalam proses pembelajaran juga seringkali menggunakan metode
ceramah, padahal dengan menggunakan metode ceramah secara terus
menerus akan timbul rasa jenuh pada siswa, akibatnya siswa tidak
memperhatikan saat guru menjelaskan materi pembelajaran, atau sibuk
bersenda gurau dengan teman sebangku, sehingga pembelajaran tidak
efektif.2
Kegiatan pra siklus ini peneliti berperan sebagai observer terhadap
proses pembelajaran yang dipimpin oleh guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam dengan cara mengamati langsung keadaan kelas selama
proses pembelajaran berlangsung, sehingga diperoleh gambaran
mengenai situasi dan kondisi belajar peserta didik serta kondisi lingkungan
sekolah dan fasilitas penunjang proses belajar yang ada.
Dari hasil observasi yang dilakukan di SMPN 26 Satu Atap
Pallantikang Kelas VIII dapat dilihat bahwa efektivitas pembelajaran
Pendidikan Agama Islam pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020
masih rendah.
2 Observasi, Kelas VIII SMPN 26 Satu Atap Pallantikang, 16 Juli 2019
49
Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa yang telah dicapai
pada saat pra tindakan adalah 50,98 dimana angka tersebut termasuk
kedalam kedalam kategori kurang baik, seluruh siswa nilainya kurang dari
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 65 atau siswa tidak tuntas hingga
mencapai 100%, dan dari pengamatan kami sebagai guru dan peneliti
diketahui bahwa siswa kurang berminat dalam pembelajaran ini karena
siswa merasa bosan dengan model pembelajaran konvensional.
Hasil observasi diolah dengan cara mendeskripsikan hasil
pengamatan dan kemudian dijadikan data tambahan atau pelengkap dari
data kualitatif yang berupa hasil tes pada akhir proses pembelajaran.
Adapun hasil observasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah
sebagai berikut:
a) Model pembelajaran yang digunakan guru adalah model
konvensional dan menggunakan metode ceramah
b) Guru tidak menggunakan media apapun dalam proses
pembelajaran
c) Banyaknya siswa yang mengobrol, menggeleng ketika diberi
pertanyaan,bahkan ada beberapa yang meletakkan wajahnya
di atas meja karena merasa bosan dengan metode tersebut.
d) Didapati bahwa nilai rata-rata siswa adalah 50,98 dari hasil tes
akhir yang dilakukan pada akhir proses pembelajaran pra
siklus.
50
Berikut ini adalah hasil tes atau pra siklus pada proses
pembelajaran yang akan dijelaskan pada tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6 Hasil Belajar Pra Siklus3
No Nama Nilai Keterangan
Evaluasi Tuntas Tidak Tuntas
1 Fajriani 20
Tidak Tuntas
2 Annisa Putri Wijaya 15
Tidak Tuntas
3 A. Mahrum Nisatul A 55
Tidak Tuntas
4 Adelia Ramadani 60
Tidak Tuntas
5 Achmad Zaki 45
Tidak Tuntas
6 Annisa 55
Tidak Tuntas
7 Ayu Ramadhani 40
Tidak Tuntas
8 Fibri Sri Wulan R 70 Tuntas
9 Ikhsan 45
Tidak Tuntas
10 Jaelani 35
Tidak Tuntas
11 Muh. Arief Zainuddin 30
Tidak Tuntas
12 Muh. Ashar 55
Tidak Tuntas
13 Muhammad Basir 55
Tidak Tuntas
14 M. Nabil 45
Tidak Tuntas
15 Muh. Rafli 60
Tidak Tuntas
16 Nur Asisa 65 Tuntas
17 Nurfitriani 85 Tuntas
18 Nur Khasanah Gaffar 80 Tuntas
19 Nur Ramadhani -
Tidak Tuntas
20 Nurul Annisa 60
Tidak Tuntas
21 Risal 40
Tidak Tuntas
22 Sahrul 65 Tuntas
23 Sitti Haeriyana 70 Tuntas
24 Sitti Nurhaliza Suhadi -
Tidak Tuntas
25 Sitti Surahma, S 65 Tuntas
26 M. Haecal Alef 50
Tidak Tuntas
27 Haerul 45
Tidak Tuntas
28 Abi wijaya 55
Tidak Tuntas
29 Aldiansyah 80 Tuntas
3 Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 26 Satu Atap Pallantikang Sebelum
Menggunakan Model Active Learning
51
30 Alfian Saputra 40
Tidak Tuntas
31 Amalia Ahmad 55
Tidak Tuntas
32 Darmawati 60
Tidak Tuntas
33 Vania Kansa Amara 50
Tidak Tuntas
34 Fitrah Ramadhani 65 Tuntas
35 Herman 55
Tidak Tuntas
36 Ikram 50
Tidak Tuntas
37 Mildayani 50
Tidak Tuntas
38 Muh. Bilal 65 Tuntas
39 M.Yahya -
Tidak Tuntas
40 Nasrul 35
Tidak Tuntas
41 Niar Arianti 70 Tuntas
42 Nur Asni 70 Tuntas
43 Nur Fadillah Alia 70 Tuntas
44 Nurfitriani M. Jufri 65 Tuntas
45 Nurhidayat 60
Tidak Tuntas
46 Putri 50
Tidak Tuntas
47 Rahmat 60
Tidak Tuntas
48 Rosita 40
Tidak Tuntas
49 Supiana 75 Tuntas
50 Rafli Nuralim -
Tidak Tuntas
51 Sitti Hardianti 70 Tuntas
Jumlah Nilai Siswa 2600
Nilai Rata-rata 50,98
Persentase Ketuntasan 31 %
Jumlah Siswa yang Tuntas
16
Jumlah Siswa yang Tidak Tuntas
35
Berdasarkan hasil pra tindakan tersebut, 35 siswa atau 69% siswa
belum tuntas dan 16 siswa atau 31% siswa yang tuntas. Dengan ini
bahwa perolehan hasil belajar siswa pada pra siklus masih menunjukkan
hasil yang sangat kurang sehingga efektivitas pembelajaran masih
rendah.
52
Hal ini memberikan indikator bahwa proses pembelajaran belum
mencapai tujuan yang diharapkan peneliti yang tertuang dalam indikator
keberhasilan pembelajaran.
2. Pembahasan Hasil Siklus I
Dalam pelaksaan tahap siklus 1 ini, peneliti mengacu pada
peningkatan efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
menerapkan model active learning. Siklus 1 dilaksanakan dalam 2 kali
pertemuan, satu pertemuan 3 jam pelajaran (3 x 40 menit). Pokok
pembahasan pada siklus 1 yaitu meyakini kitab-kitab Allah, mencintai Al-
Qur’an. Pada siklus 1 ini peneliti akan menerapkan model pembelajaran
active learning, adapun tahapan siklus 1 mencakup kegiatan:
a. Perencanaan
Dalam perencanaan ini mencakup beberapa kegiatan,
antara lain sebagai berikut:
1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
dengan materi Meyakini kitab-kitab Allah, Mencintai Al-
Qur’an
2) Menyiapkan bahan ajar yang berhubungan dengan materi
yang diajarkan dalam proses pembelajaran
3) Membuat lembar observasi dan membuat tes atau soal
yang akan digunakan setiap siklusnya.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Pertemuan Pertama
53
Guru membuka pelajaran dengan salam dan
mengawali dengan doa bersama yang dipimpin oleh ketua
kelas. Kemudian guru menyiapkan kondisi kelas termasuk
posisi bangku peserta didik agar memudahkan proses
pembelajaran dan mengabsen peserta didik yang hadir dalam
pembelajaran. Guru lalu menginformasikan kepada peserta
didik mengenai materi yang akan dipelajari yaitu meyakini
kitab-kitab Allah, mencintai Al-Qur’an. Kemudian guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dari
materi meyakini kitab-kitab Allah, mencintai Al-Qur’an. Dan
guru menjelaskan kepada peserta didik model yang akan
digunakan dalam pembelajaran kali ini adalah model
pembelajaran active learning.4
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai dan memotivasi siswa dilanjutkan dengan
menjelaskan secara umum materi yang akan dipelajari yaitu
Meyakini Kitab-Kitab Allah, selanjutnya guru megorganisasi
siswa ke dalam 5 kelompok yang dibagi secara acak dan
membagikan kartu berisi informasi tentang materi
pembelajaran. Setiap kelompok mendapat tugas satu materi
yang berbeda dari kelompok lain. Setelah pembagian
kelompok dan materi, guru membimbing kelompok –
4 Siklus I Pertemuan Pertama, Kelas VIII SMPN 26 Satu Atap Pallantikang, 18 Juli 2018
54
kelompok belajar untuk mengerjakan tugasnya masing-
masing. Setelah selesai berdiskusi, tiap kelompok
meyampaikan hasil pembahasan yang telah didiskusikan
secara bergantian dan guru memberikan penghargaan bagi
kelompok yang terbaik sesuai dengan kriteria guru. Setelah
pembelajaran selesai, peserta didik dan guru bersama-sama
membuat kesimpulan pembelajaran. Lalu, guru
menginformasikan kepada peserta didik materi yang akan
dipelajari pada pertemuan berikutnya. Setelah kegiatan
selesai guru menutup pembelajaran dengan salam.
2) Pertemuan Kedua
Pembelajaran diawali denganguru membuka pelajaran
dengan salam dan mengawali dengan doa bersama yang
dipimpin oleh ketua kelas. Kemudian guru menyiapkan kondisi
kelas termasuk posisi bangku peserta didik agar
memudahkan proses pembelajaran dan mengabsen peserta
didik yang hadir dalam pembelajaran, kemudian mereview
materi yang diajarkan sebelumnya.5
Dengan memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya, materi sebelumnya, pada saat memberikan
kesempatan kepada para siswa untuk bertanya jawab terlihat
peningkatan antusias siswa dalam proses pembelajaran ini.
5 Siklus I Pertemuan Kedua, Kelas VIII SMPN 26 Satu Atap Pallantikang, 23 Juli 2019
55
Diakhir proses pembelajaran, maka diadakan tes
dalam bentuk soal pilihan ganda sebanyak 10 soal dan soal
essai sebanyak 3 soal . Setelah dipastikan semua siswa
sudah mendapat soal, lalu guru mempersilahkan kepada
siswa untuk mengerjakannya. Dan tidak boleh melihat buku
paket ataupun LKS, dengan tidak melihat buku paket dan LKS
maka akan dapat diketahui kemampuan siswa dan
peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan model
pembelajaran active learning.
Diakhir pembelajaran guru menginformasikan kepada
peserta didik materi yang akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya. Setelah kegiatan selesai guru menutup
pembelajaran dengan salam.
Daftar nilai siswa pada siklus I akan dijelaskan pada
tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7 Hasil Belajar Siklus I6
No Nama Hasil
Evaluasi Keterangan
1 Fajriani 40 Tidak Tuntas
2 Annisa Putri Wijaya 25 Tidak Tuntas
3 A. Mahrum Nisatul A 70 Tuntas
4 Adelia Ramadani 65 Tuntas
5 Achmad Zaki 0 Tidak Tuntas
6 Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 26 Satu Atap Pallantikang Pada Siklus 1 Setelah
Menggunakan Model Active Learning
56
6 Annisa 75 Tuntas
7 Ayu Ramadhani 60 Tidak Tuntas
8 Fibri Sri Wulan R 90 Tuntas
9 Ikhsan 75 Tuntas
10 Jaelani 60 Tidak Tuntas
11 Muh. Arief Zainuddin 50 Tidak Tuntas
12 Muh. Ashar 45 Tidak Tuntas
13 Muhammad Basir 0 Tidak Tuntas
14 M. Nabil 70 Tuntas
15 Muh. Rafli 60 Tidak Tuntas
16 Nur Asisa 80 Tuntas
17 Nurfitriani 85 Tuntas
18 Nur Khasanah Gaffar 90 Tuntas
19 Nur Ramadhani 70 Tuntas
20 Nurul Annisa 60 Tidak Tuntas
21 Risal 60 Tidak Tuntas
22 Sahrul 75 Tuntas
23 Sitti Haeriyana 85 Tuntas
24 Sitti Nurhaliza Suhadi 60 Tidak Tuntas
25 Sitti Surahma, S 80 Tuntas
26 M. Haecal Alef 50 Tidak Tuntas
27 Haerul 0 Tidak Tuntas
28 Abi wijaya 55 Tidak Tuntas
29 Aldiansyah 85 Tuntas
30 Alfian Saputra 55 Tidak Tuntas
31 Amalia Ahmad 70 Tuntas
32 Darmawati 60 Tidak Tuntas
33 Vania Kansa Amara 0 Tidak Tuntas
34 Fitrah Ramadhani 75 Tuntas
35 Herman 75 Tuntas
36 Ikram 60 Tidak Tuntas
37 Mildayani 60 Tidak Tuntas
38 Muh. Bilal 75 Tuntas
39 M.Yahya 50 Tidak Tuntas
40 Nasrul 55 Tidak Tuntas
41 Niar Arianti 70 Tuntas
42 Nur Asni 80 Tuntas
43 Nur Fadillah Alia 85 Tuntas
57
44 Nurfitriani M. Jufri 80 Tuntas
45 Nurhidayat 75 Tuntas
46 Putri 60 Tidak Tuntas
47 Rahmat 65 Tuntas
48 Rosita 60 Tidak Tuntas
49 Supiana 75 Tuntas
50 Rafli Nuralim 50 Tidak Tuntas
51 Sitti Hardianti 85 Tuntas
Jumlah Nilai Siswa 3140
Nilai Rata-Rata 61,56
Persentase Ketuntasan 51%
Jumlah Siswa yang Tuntas 26
Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar,
pada tabel 4.6 hasil belajar pra siklus dengan jumlah nilai
2600 dengan persentase ketuntasan 31% sedangkan
peningkatan pada hasil belajar siswa di siklus I dapat dilihat
pada tabel 4.7 dengan nilai tertinggi 90, dengan nilai rata-rata
61,56 dengan presentase ketuntasan 51%.
58
Gambar 4.1 Diagram Hasil Belajar Siswa Pra Siklus dan Siklus I
c. Observasi
Selama proses pembelajaran berlangsung peneliti
melakukan penilaian dan pengamatan selama proses
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang
disediakan. Peneliti mengamati aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung. Peneliti melakukan catatan
lapangan sebagai bahan pengamatan dan evaluasi hasil
tindakan siklus pertama, yang kemudian didapati beberapa
kekurangan-kekurangan diantaranya:
1) Masih ada beberapa siswa yang tidak peduli dan tidak
memperhatikan penjelasan guru, sehingga nilai hasil
belajar mereka tidak mencapai KKM
31%
51%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Pra Siklus Siklus I
Hasil Belajar Siswa
59
2) Meskipun pada siklus I di pertemuan 1 dan 2 sudah
nampak antusias dan respon positif siswa, namun masih
ada beberapa orang siswa yang asyik mengobrol dengan
temannya selama proses pembelajaran.
3) Dalam dua pertemuan pada proses pembelajaran siklus I
beberapa siswa masih terlihat kurang percaya diri ketika
hendak menjawab pertanyaan, bahkan hanya sekedar
bertanya. Hal tersebut disebabkan belum terbiasanya
siswa dengan model pembelajaran active learning,
dimana potensi yang dimiliki siswa dapat digali dan
diketahui dengan keberanian dan kepercayaan diri
mereka untuk berbicara, bertanya, dan menjawab
pertanyaan. Disamping itu siswa juga masih
membutuhkan penyesuaian dengan keaktifan mereka di
dalam kelas yang sebelumnya siswa hanya
mendengarkan penjelasan dari guru di dalam kelas, dan
penelitipun merasa masih belum optimal dalam
mengarahkan jalannya pembelajaran.
d. Refleksi
Pada tahap refleksi ini peneliti merencanakan
perbaikan terhadap permasalahan-permasalahan yang ada
pada siklus I agar dapat diperbaiki pada proses pembelajaran
60
di siklus II. Adapun rencana perbaikan yang akan dilakukan
peneliti adalah:
1) Meningkatkan keberanian dan rasa percaya diri siswa
dengan cara memberikan point tambahan pada siswa
yang aktif bertanya dan berani menjawab pertanyaan.
2) Memberikan semangat kepada siswa dengan memberikan
pujian dan sugesti positif serta lebih bersikap tegas.
3) Peneliti harus lebih optimal dalam mengarahkan jalannya
pembelajaran, sehingga tidak ada lagi siswa yang tidak
peduli dan sibuk sendiri dengan aktifitasnya saat jam
pelajaran berlangsung.
Berdasakan hasil observasi penelitian tindakan pada
siklus I dan refleksi di atas maka peneliti dan guru mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam merasa bahwa penelitian
harus dilanjutkan pada siklus II untuk mendapatkan
peningkatan efektivitas pembelajaran yang diharapkan.
3. Pembahasan Hasil Siklus II
Pembelajaran pada siklus II hampir sama dengan proses
pembelajaran pada siklus I, bertujuan untuk memperbaiki dan
menyempurnakan kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan pada
siklus I, dilaksanakan pada jam pelajaran ketiga sampai jam pelajaran
kelima dengan durasi waktu 3 X 40 menit dari pukul 09.45-11.35
a. Perencanaan
61
Dalam tahap siklus II ini, guru dan peneliti membahas
kekurangan dalam siklus I yang telah menerapkan model
pembelajaran active learning namun hasilnya belum maksimal.
Terlihat pada hasil belajar siswa setelah penerapan model
tersebut, siswa yang mencapai nilai KKM yaitu 65 hanya ada 26
siswa dari jumlah keseluruhan 51 siswa. Dengan hasil tersebut
peneliti bersama guru merancang kembali skenario
pembelajaran siklus II.
Perencanaan yang disusun dalam siklus II ini dilakukan
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Guru harus lebih optimal dalam mengarahkan jalannya
pembelajaran.
2) Untuk meningkatkan keberanian dan rasa percaya diri
siswa, guru memberikan point tambahan pada siswa
yang aktif bertanya dan berani menjawab pertanyaan.
3) Memberikan semangat kepada siswa yang masih
bersikap tidak peduli terhadap jalannya pembelajaran
dengan memberikan pujian dan sugesti positif serta lebih
bersikap tegas.
4) Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
penyempurnaannya.
62
5) Menyiapkan lembar observasi dan membuat alat
evaluasi berupa soal-soal untuk peserta didik.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Pertemuan Pertama
Guru membuka pelajaran dengan salam dan
mengawali dengan doa bersama yang dipimpin oleh ketua
kelas. Kemudian guru menyiapkan kondisi kelas termasuk
posisi bangku peserta didik agar memudahkan proses
pembelajaran dan mengabsen peserta didik yang hadir
dalam pembelajaran. Guru lalu menginformasikan kepada
peserta didik mengenai materi yang akan dipelajari yaitu
menghindari minuman keras, judi dan pertengkaran.
Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai dari materi menghindari minuman keras, judi
dan pertengkaran. Dan guru menjelaskan kepada peserta
didik model yang akan digunakan dalam pembelajaran kali
ini sama dengan model pembelajaran sebelumnya
yaitumodel pembelajaran active learning.7
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai dan memotivasi siswa dilanjutkan dengan
menjelaskan secara umum materi yang akan dipelajari
yaitumenghindari minuman keras, judi dan pertengkaran,
7 Siklus II Pertemuan Pertama, Kelas VIII SMPN 26 Satu Atap Pallantikang, 30 Juli 2019
63
selanjutnya guru megorganisasi siswa ke dalam 5 kelompok
yang dibagi secara acak dan membagikan kartu berisi
informasi tentang materi pembelajaran. Setiap kelompok
mendapat tugas satu materi yang berbeda dari kelompok
lain. Setelah pembagian kelompok dan materi, guru
membimbing kelompok – kelompok belajar untuk
mengerjakan tugasnya masing-masing. Setelah selesai
berdiskusi, tiap kelompok meyampaikan hasil pembahasan
yang telah didiskusikan secara bergantian dan guru
memberikan penghargaan bagi kelompok yang terbaik
sesuai dengan kriteria guru.
Setelah pembelajaran selesai, peserta didik dan guru
bersama-sama membuat kesimpulan pembelajaran. Lalu,
guru menginformasikan kepada peserta didik materi yang
akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. Setelah
kegiatan selesai guru menutup pembelajaran dengan salam.
2) Pertemuan Kedua
Guru membuka pelajaran dengan salam dan
mengawali dengan doa bersama yang dipimpin oleh ketua
kelas. Kemudian guru menyiapkan kondisi kelas termasuk
posisi bangku peserta didik agar memudahkan proses
pembelajaran dan mengabsen peserta didik yang hadir
dalam pembelajaran. Guru lalu menginformasikan kepada
64
peserta didik mengenai materi yang akan dipelajari yaitu
memahami hukum bacaan qalqalah.8
Guru megorganisasi siswa ke dalam 5 kelompok yang
dibagi secara acak. Guru memberi tugas kepada masing-
masing kelompok untuk mengidentifikasi dan membuat
resume kelompok. Kemudian guru memberi kertas plano
dan spidil kepada kelompok untuk menulis resume . Setelah
selesai menulis resume, tiap kelompok mempresentasikan
hasil resume secara bergantian dan guru memberikan
penghargaan bagi kelompok yang terbaik sesuai dengan
kriteria guru.
Peserta didik dan guru bersama-sama membuat
kesimpulan pembelajaran. Lalu, guru menginformasikan
kepada peserta didik materi yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya. Setelah kegiatan selesai guru
menutup pembelajaran dengan salam.
3) Pertemuan Ketiga
Guru membuka pelajaran dengan salam dan
mengawali dengan doa bersama yang dipimpin oleh ketua
kelas. Kemudian guru menyiapkan kondisi kelas termasuk
posisi bangku peserta didik agar memudahkan proses
pembelajaran dan mengabsen peserta didik yang hadir
8 Siklus II Pertemuan Kedua, Kelas VIII SMPN 26 Satu Atap Pallantikang, 6 Juli 2019
65
dalam pembelajaran, kemudian mereview materi yang
diajarkan sebelumnya.9
Dengan memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya, materi sebelumnya, pada saat memberikan
kesempatan kepada para siswa untuk bertanya jawab
terlihat peningkatan antusias siswa dalam proses
pembelajaran ini.
Diakhir proses pembelajaran, maka diadakan tes
dalam bentuk soal pilihan ganda sebanyak 10 soal dan soal
essai sebanyak 3 soal . Setelah dipastikan semua siswa
sudah mendapat soal, lalu guru mempersilahkan kepada
siswa untuk mengerjakannya. Dan tidak boleh melihat buku
paket ataupun LKS, dengan tidak melihat buku paket dan
LKS maka akan dapat diketahui kemampuan siswa dan
peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan model
pembelajaran active learning.
Diakhir pembelajaran guru menginformasikan kepada
peserta didik materi yang akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya. Setelah kegiatan selesai guru menutup
pembelajaran dengan salam.
Daftar nilai siswa pada siklus II akan dijelaskan pada
tabel 4.8 berikut:
9 Siklus II Pertemuan Ketiga, Kelas VIII SMPN 26 Satu Atap Pallantikang, 13 Agustus
2019
66
Tabel 4.8 Hasil Belajar Siklus II10
No Nama Hasil
Evaluasi Keterangan
1 Fajriani 60 Tidak Tuntas
2 Annisa Putri Wijaya 40 Tidak Tuntas
3 A. Mahrum Nisatul A 90 Tuntas
4 Adelia Ramadani 80 Tuntas
5 Achmad Zaki 75 Tuntas
6 Annisa 85 Tuntas
7 Ayu Ramadhani 75 Tuntas
8 Fibri Sri Wulan R 95 Tuntas
9 Ikhsan 85 Tuntas
10 Jaelani 80 Tuntas
11 Muh. Arief Zainuddin 75 Tuntas
12 Muh. Ashar 55 Tidak Tuntas
13 Muhammad Basir 75 Tuntas
14 M. Nabil 85 Tuntas
15 Muh. Rafli 70 Tuntas
16 Nur Asisa 90 Tuntas
17 Nurfitriani 95 Tuntas
18 Nur Khasanah Gaffar 95 Tuntas
19 Nur Ramadhani 85 Tuntas
20 Nurul Annisa 75 Tuntas
21 Risal 0 Tidak Tuntas
22 Sahrul 85 Tuntas
23 Sitti Haeriyana 95 Tuntas
24 Sitti Nurhaliza Suhadi 80 Tuntas
25 Sitti Surahma, S 90 Tuntas
26 M. Haecal Alef 75 Tuntas
27 Haerul 0 Tidak Tuntas
28 Abi wijaya 80 Tuntas
29 Aldiansyah 95 Tuntas
30 Alfian Saputra 70 Tuntas
31 Amalia Ahmad 90 Tuntas
32 Darmawati 85 Tuntas
10
Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 26 Satu Atap Pallantikang Pada Siklus II Setelah
Menggunakan Model Active Learning
67
33 Vania Kansa Amara 80 Tuntas
34 Fitrah Ramadhani 85 Tuntas
35 Herman 90 Tuntas
36 Ikram 80 Tuntas
37 Mildayani 85 Tuntas
38 Muh. Bilal 90 Tuntas
39 M.Yahya 60 Tidak Tuntas
40 Nasrul 60 Tidak Tuntas
41 Niar Arianti 85 Tuntas
42 Nur Asni 90 Tuntas
43 Nur Fadillah Alia 95 Tuntas
44 Nurfitriani M. Jufri 90 Tuntas
45 Nurhidayat 0 Tuntas
46 Putri 80 Tuntas
47 Rahmat 85 Tuntas
48 Rosita 60 Tidak Tuntas
49 Supiana 90 Tuntas
50 Rafli Nuralim 75 Tuntas
51 Sitti Hardianti 95 Tuntas
Jumlah Nilai Keseluruhan 3885
Nilai Rata-Rata 76,17
Persentase Ketuntasan 84%
Jumlah Siswa yang Tuntas 43
68
Gambar 4.2 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
c. Observasi
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses
pembelajaran pada siklus II bahwa terdapat beberapa
peningkatan proses pembelajaran antara lain:
1) Peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam, hal ini dapat dilihat pada tabel
hasil belajar siswa di siklus II yaitu nilai terendah 40,
sedangkan nilai tertinggi 95 dengan hasil rata-rata 76,17.
2) Suasana kelas sudah lebih lebih menarik dan siswa lebih
antusias dalam pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran active learning.
3) Pemberian arahan dan motivasi dari guru sudah lebih
optimal sehingga membuat siswa lebih tertarik dan
51%
84%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Siklus I Siklus II
Hasil Evaluasi
Hasil Evaluasi
69
merespon positif terhadap proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran active learning.
4) Pada tahap siklus II ini, terdapat 84% siswa yang mendapat
nilai minimal 65 sesuai dengan KKM (kriteria ketuntasan
minimal) yang digunakan oleh SMP Negeri 26 Satu Atap
Pallantikang, maka kelas dianggap tuntas secara umum.
d. Refleksi
Hasil refleksi pada siklus II yang dilakukan oleh peneliti
dan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah
sebagai berikut:
1) Meningkatnya efektivitas pembelajaran pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan
model pembelajaran active learning. Sehingga apa yang
diharapkan oleh peneliti di awal penelitian tercapai.
2) Hampir seluruh peserta didik sudah mencapai KKM 65, ini
pun berarti bahwa yang diharapkan oleh peneliti di awal
penelitian sudah tercapai.
3) Pemberian point tambahan untuk siswa yang aktif bertanya
dan berani menjawab pertanyaan ternyata sangat efektif
untuk meningkatkan keberanian dan rasa percaya diri
siswa.
4) Penggunaan model pembelajaran active learning ternyata
sangat cocok diterapkan pada materi Meyakini Kitab-Kitab
70
Allah dan Menghindari Minuman Keras, Judi, dan
Pertengkaran
Dari hasil refleksi di atas yang menunjukkan
peningkatan efektivitas dan aktivitas siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam dengan menggunakan model pembelajaran active
learning dapat mempengaruhi minat belajar siswa, karena
minat belajar siswa meningkat maka efektivitas pembelajaran
juga dapat meningkat, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
apa yang diinginkan peneliti pada awal penelitian sudah
tercapai sehingga penelitian ini tidak dilanjutkan pada siklus
berikutnya.
C. Gambaran Hasil Penerapan Model Active Learning
Adapaun gambaran hasil peneraparan model active learningdi
kelas VIII SMPN 26 Satu Atap Pallantikang yaitu:
Tabel 4.9 Hasil Penerapan Model Active Learning
No Nama Hasil Evaluasi
Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 Fajriani 20 40 60
2 Annisa Putri Wijaya 15 25 40
3 A. Mahrum Nisatul A 55 70 90
4 Adelia Ramadani 60 65 80
5 Achmad Zaki 45 0 75
6 Annisa 55 75 85
7 Ayu Ramadhani 40 60 75
8 Fibri Sri Wulan R 70 90 95
9 Ikhsan 45 75 85
71
10 Jaelani 35 60 80
11 Muh. Arief Zainuddin 30 50 75
12 Muh. Ashar 55 45 55
13 Muhammad Basir 55 0 75
14 M. Nabil 45 70 85
15 Muh. Rafli 60 60 70
16 Nur Asisa 65 80 90
17 Nurfitriani 85 85 95
18 Nur Khasanah Gaffar 80 90 95
19 Nur Ramadhani - 70 85
20 Nurul Annisa 60 60 75
21 Risal 40 60 0
22 Sahrul 65 75 85
23 Sitti Haeriyana 70 85 95
24 Sitti Nurhaliza Suhadi - 60 80
25 Sitti Surahma, S 65 80 90
26 M. Haecal Alef 50 50 75
27 Haerul 45 0 0
28 Abi wijaya 55 55 80
29 Aldiansyah 80 85 95
30 Alfian Saputra 40 55 70
31 Amalia Ahmad 55 70 90
32 Darmawati 60 60 85
33 Vania Kansa Amara 50 0 80
34 Fitrah Ramadhani 65 75 85
35 Herman 55 75 90
36 Ikram 50 60 80
37 Mildayani 50 60 85
38 Muh. Bilal 65 75 90
39 M.Yahya - 50 60
40 Nasrul 35 55 60
41 Niar Arianti 70 70 85
42 Nur Asni 70 80 90
43 Nur Fadillah Alia 70 85 95
44 Nurfitriani M. Jufri 65 80 90
45 Nurhidayat 60 75 0
46 Putri 50 60 80
47 Rahmat 60 65 85
72
48 Rosita 40 60 60
49 Supiana 75 75 90
50 Rafli Nuralim - 50 75
51 Sitti Hardianti 70 85 95
Jumlah Nilai Siswa 2600 3140 3885
Nilai Rata-rata 50,98 61,56 76,17
Jumlah Siswa yang Tuntas 16 (31%) 26 (51%) 43 (84%)
Jumlah Siswa yang Tidak Tuntas
35 (69%) 25 (49%) 8 (16%)
Pada tabel terlihat bahwa nilai rata-rata tes siswa pada pra siklus
adalah 50,98 dengan jumlah siswa tuntas 16 yaitu 31% dan siswa tidak
tuntas 35 yaitu 69%. Sedang pada siklus I nilai rata-rata siswa 61,56
dengan jumlah siswa tuntas 26 yaitu 51% dan siswa tidak tuntas 25 yaitu
49%, pada siklus II nilai rata-rata siswa 76,17 dengan jumlah siswa tuntas
43 yaitu 84%, dan siswa tidak tuntas 8 yaitu 16%. Hal ini menunjukkan
bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan modelactive learning
dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran siswa yaitu dari 31%
menjadi 51% dan akhirnya 84%.Hal ini menunjukkan bahwa proses
pembelajaran dengan menggunakan dengan menggunakan model active
learning dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran.
73
Gambar 4.3
Diagram Hasil Belajar Siswa Keseluruhan
Peningkatan efektivitas juga dilatar belakangi oleh beberapa faktor
hasil belajar yang peneliti analisis dari para peserta didik ketika
pembelajaran berlangsung didalam kelas yaitu sebagai berikut:
1. Keaktifan yang kondusif
Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), siswa terlihat selalu
aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Dan pada
saat proses pembelajaran dikelas berlangsung, siswa juga tampak
aktif secara fisik, intelektual, dan emosional nya. Ketika guru
memaparkan pelajaran siswa aktif menanggapi dan juga ketika
guru bertanya siswa juga aktif menjawab namun semua nya aktif
secara terarah dan tetap kondusif, hanya terlihat satu atau dua
orang siswa yang agak pasif.
31%
51%
84%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Hasil Belajar Siswa
Hasil Evaluasi
74
2. Keterlibatan Langsung
Adanya semangat dan atusias dari para siswa ketika proses
pembelajaran berlangsung dengan model active learning. Siswa
merespon positif terhadap kegiatan kegiatan yang diarahkan guru
didalam kelas. Siswa juga terdorong untuk aktif dan menginginkan
dirinya untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran tersebut.
Sehingga siswa begitu aktif didalamya dan memudahkan untuk
tercapainya tujuan pembelajaran.
3. Daya tangkap
Proses pembelajaran disekolah harus memperhatikan
keragaman kecerdasan yang dimiliki anak, dengan cara seperti
ini, potensi dan hak anak akan dapat dihargai atas dasar
perbedaan dan kemampuan. Namun para siswa disini terlihat
memiliki daya tangkap dalam belajar dan mampu
menyeimbangkan kemampuannya dengan temannya.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasildan pembahasan dalam penelitian yang berjudul
“Penerapan Model Active Learning dalam Meningkatkan Efektivitas
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas VIII SMPN 26 Satu Atap
Pallantikang, maka dapatdisimpulkanbahwa:
Penggunaanmodel active learning yang
telahditerapkanolehpenelititernyatadapatmeningkatkanhasil belajar
siswasehingga efektivitas pembelajarandalammatapelajaranPendidikan
Agama Islam meningkat, berdasarkan nilai rata-rata
tessiswapadaprasiklusadalah50,98denganjumlahsiswatuntas16 yaitu
31%dansiswatidaktuntas35 yaitu 69%. Sedangkanpadasiklus I nilai rata-
rata 61,56denganjumlahsiswatuntas26 yaitu 51%dansiswatidaktuntas25
yaitu 49%. Sementarapadasiklus II nilai rata-rata
76,17denganjumlahsiswatuntas43yaitu 84% dansiswatidaktuntas8 yaitu
16%. Peningkatan efektivitas pembelajaran dilatar belakangi oleh 3 faktor
yaitu yang pertama keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran dan
faktor yang kedua adalah keterlibatan langsungketika proses
pembelajarandengan model active learningserta faktor yang ketiga adalah
daya tangkap dalam menerima materi pembelajaran.
75
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti/penulis mengajukan
beberapa saran, yaitu :
1. Pihaksekolahhendaknyamemberikandukunganpenuhdenganterusm
eningkatkansaranadanprasarana yang terkaitdengan media yang
dibutuhkan guru.
2. Guru dalam proses
pembelajaranhendaknyaselaluberupayauntukmenggunakanmodel
pembelajaran yang menarik seperti active learning dan metode-
metode pembelajaran yang bervariatif, sehinggapembelajaranaktif
yang menyenangkan yang dapatmeningkatkanefektivitas
pembelajaran.
3. Siswahendaknyadapatlebihsemangatdanberperanaktifdalammengik
uti proses pembelajaran, baikuntukmatapelajaranPendidikan
Agama Islamataupunmata pelajaran yang lainnya.
77
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran dan Terjemahannya.
Amri, Sofyan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta: PT Prestasi Pustakarya.
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Itstruksional, Prinsip, Teknik Prosedur. Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
................................2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Darmadi, Hamid. 2015. Desain dan Implementasi Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Bandung: Alfabeta.
Depdikbud. 1990 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka
Gunawan, Heri. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: Alfabeta.
Hosnan, Muhammad. 2014. Pendekatan Saintifik dan Konstektual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
http://novian25.blogspot.com/2013/09/model-pembelajaran-active-learning.html?m=1, pada tanggal 12 Januari 2019 pukul 20:17
http://www.sekedarposting.com/2015/04/efektivitaspembelajaran.html, pada tanggal 13 Januari 2019 pukul 14.28.
Istrani dan Ridwan, Muhammad. 2014. 50 Tipe Pembelajaran Kooperatif. Medan: Media Persada.
James, W Popham. 2003 Teknik Mengajar Secara Sistematis (Terjemahan). Jakarta: Rineka cipta.
Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: PT Raja grafindo Persada.
78
Laksono, Kisyani dan Siswono, Tatag Yuli Eko. 2018. Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Majid, Abdul. 2012. Belajar dan Pembelajaran PAI. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muntholi’ah. 2002. Konsep Diri Positif Penunjng Prestasi PAI. Semarang: Kerja sama Penerbit Mangkang Indah dan Yayasan Al-Qalam.
Salim, Haitami dan Kurniawan, Syamsul. 2012. Studi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Samahdi, Ari. 2009. Active Learning. Jakarta: Teaching Improvement Workshop Enginering Education Development Project.
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Thoha, Chabib dan Mu’ti, Abdul. 1998. PBM-PAI Di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Tohirin. 2014. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam: Berbasis Integrasi dan Kompetensi. Jakarta: PT Rajagrafindi Persada.
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Uno, Hamzah B dan Muhammad, Nurdin. 2011. Belajar Dengan Pendekatan Pailkem: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik. Jakarta: Bumi Aksara.
Warsono. 2012. Pembelajaran Aktif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
BIOGRAFI PENULIS
ANUGRAH. Lahir di Maros pada tanggal 26
Januari 1997, anak ketiga dari tiga bersaudara.
Buah hati dari pasangan bapak H.Muh Nur dan
Ibu Nur Asma. Penulis memasuki Pendidikan
Sekolah Dasar di SDN No. 7 Kassi pada tahun
2003 dan tamat pada tahun 2009, kemudian
melanjutkan pendidikan tingkat menengah
pertama pada tahun 2009 di SMP Negeri 2 Unggulan Maros dan tamat
pada tahun 2012 dan melanjutkan pendidikan tingkat menengah atas
pada tahun 2012 di SMA Negeri 3 Lau Maros dan tamat pada tahun 2015.
Pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai mahasiswa di
Universitas Muhammadiyah Makassar, Fakultas Agama Islam, program
studi Pendidikan Agama Islam dengan program pendidikan strata 1,dan
selesai pada tahun 2019.