modul pelatihan active learning pbsi
DESCRIPTION
Modul ini dapat digunakan untuk pedoman pembelajaran aktif bagi calon guru.TRANSCRIPT
PENDAHULUANA. Pengantar
Selamat datang di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Ahmad Dahlan dalam rangka mengikuti Pelatihan Pembelajaran
Active Learning pada Program Kegiatan PPL dan KKL Terpadu 2015. Pelatihan ini
bertujuan agar peserta pelatihan memiliki bekal pengetahuan dan pengalaman
dalam pelaksanaan pembelajaran active learning di sekolah menengah pertama
dan sekolah menengah atas.
Pelatihan Pembelajaran Active Learning ini akan diarahkan dalam
pelaksanaan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Hal ini berkaitan dengan
peserta pelatihan pun merupakan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia STKIP-MPL. Dengan demikian, kegiatan pelatihan ini akan
diawali dengan materi pelatihan Keterampilan Menulis Kreatif, diantaranya
menulis puisi, prosa, dan drama. Selanjutnya, peserta akan diarahkan untuk
mengenal, memahami, dan mampu mengaplikasikan pembelajaran active
learning.
Modul Pelatihan ini disusun sebagai pedoman peserta untuk mengikuti
kegiatan pelatihan dan membantu mengarahkan peserta dalam pembelajaran
aktif. Oleh karena itu, kami berharap modul ini dapat digunakan dengan sebaik-
baiknya.
B. Sekilas Mengenai Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif didasarkan pada prinsip bahwa cara belajar terbaik bagi
peserta didik adalah dengan melakukan, menggunakan semua inderanya,
mengeksplorasi lingkungan yang terdiri atas orang, hal, tempat, dan kejadian
yang teradi dalam kehidupan nyata (pembelajaran kontekstual dan pemecahan
masalah). Selain itu, melalui belajar dari pengalaman langsung dan nyata ini,
hasil belajar akan lebih optimal dan bermakna bagi peserta didik.
Keterlibatan atif dengan lingkungan sosial dan fisik serta gagasan yang
berkait dengan kehidupan nyata akan mendorong peserta didik aktif berpikir
untuk mendapatkan pengetahuan baru dan memadukannya dengan
pengetahuan yang sudah dimiliki. Untuk memfasilitasi pembelajaran aktif, guru
harus menggunakan berbagai strategi yang aktif dan kontekstual, melibatkan
pembelajaran bersama, dan mengakomodasi perbedaan jender dan gaya belajar
masing-masing peserta didik. Hal tersebut bermanfaat untuk memaksimalkan
kemampuan peserta didik dalam memahami hal baru dan dapat menggunakan
informasi baru tersebut dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Pemebalajaran aktif juga dapat mengangkat tingkat pembelajaran dari
keterampilan berpikir tingkat rendah (pengamatan, menghafal, dan mengingat
informasi, pengetahuan akan gagasan umum-yakni tentang apa, di mana, dan
kapan) hingga keterampilan berpikir tingkat yang lebih tinggi (memecahkan
masalah, analisis, sitensis, evaluasi-yakni tentnag bagaimana dan mengapa).
C. Tujuan Pelatihan
Tujuan umum pelatihan ini adalah peserta diharapkan memahami dan
memiliki keterampilan dasar tentang pembelajaran aktif atau PAKEM di
sekolah menengah pertama dan atas sehingga dapat diterapkan dalam
rancangan serta disimulasikan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang
akan diampu nantinya. Secara khusus, tujuan pelatihan ini adalah untuk hal
berikut.
1. Mengembangkan memampuan calon guru bidang studi untuk memahami
teknik pembelajaran PAKEM di sekolah
2. Memberikan pengalaman pelatihan pembelajaran aktif untuk bekal menjadi
guru di sekolah atau menjadi fasilitator di lembaga pendidikan lain.
3. Mengimplementasikan teknik-teknik pembelajaran aktif dalam rangka
meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah.
D. Hasil yang Diharapkan
Setelah menyelesaikan pelatihan ini, para mahasiswa (calon guru) diharapkan
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam hal berikut.
1. Membuat perencanaan pembelajaran aktif atau PAKEM pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia di sekolah.
2. Menggunakan berbagai strategi pengajaran PAKEM dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia di sekolah.
3. Menciptkan lingkungan kelas yang dinamis yang mendukung pembelajaran
efektif dan memotivasi peserta didik untuk menghasilkan dan menampilkan
karya yang berkualitas.
4. Menilai secara efektif berbagai kemajuan peserta didik dengan berbagai cara
yang menggambarkan kemampuan otentik mereka (seperti tugas-tugas
dalam kehidupan nyata), dan menggunakan hasilnya bukan hanya untuk
melaporkan kemajuan mahasiswa tetapi juga untuk menjelaskan cara
menangani permasalahan belajar mereka.
5. Memahami dan mengembangkan strategi dasar untuk mengelola kelas
pembelajaran PAKEM di sekolah.
E. Sasaran Pelatihan
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP-
MPL.
F. Skenario Pelatihan
1. Penyajian materi melalui pelatihan aktif. Penyajian materi berupa pemberian
orientasi, fasilitas, kegiatan praktik, dan penampingan peserta.
2. Implementasi pembelajaran bidang studi bahasa Indonesia.
3. Penyusunan dan penilaian portofolio.
G. Narasumber/Fasilitator
Narasumber adalah dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Universitas Ahmad Dahlan.
PEMBUKAAN, TUJUAN, HARAPAN, KONTRAK PELATIHAN, DAN REFLEKSI AWAL
A. Pembukaan
1. Pengantar
Sesi ini disajikan sebagai kegiatan pembukaan pelatihan yang akan
berlangsung selama dua hari berturut-turut. Dalam sesi ini pimpinan terkait
dapat memberikan arahan dan dukungan yang dapat memotivasi seluruh
peserta pelatihan untuk mengikuti seluruh aktivitas rangkaian pelatian.
2. Tujuan
a. Peserta dapat memeroleh gambaran tentang beragam tantangan pendidikan
dan upaya optimalisasi dan efektivitas pendidikan melalui penerapan
pembelajaran aktif.
b. Peserta memeroleh gambaran tentang pelatihan dan hasil yang diharapkan.
3. Bahan dan alat
a. Audio System
b. Backdrop dan spanduk pelatihan
c. LCD dan layar
d. Peralatan pelatihan lain sesuai kebutuhan
4. Langkah kegiatan
a. Pembukaan
b. Sambuatan-sambutan
c. Penutup
B. Tujuan, Harapan, Kontrak Belajar, dan Refleksi Awal
1. Pengantar
Sesi ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan mengenai tujuan, isi,
harapan, kontrak belajar, dan refleksi awal terhadap proses belajar mengajar
yang dilaksanakan di sekolah.
2. Tujuan
Akhir sesi ini peserta diharapkan agar dapat:
a. Memahami tujuan dan isi pelatihan
b. Mengemukakan harapan dan kekhawatiran terhadap pelatihan
c. Membuat kesepakatan yang berlaku sebagai tata tertib dalam pelatihan
d. Membuat dan memahami pentingnya jurnal sebagai refleksi diri
e. Menggunakan dan memanfaatkan toolkit yang disediakan
f. Membuat, memahami, dan menyusun tugas membuat portofolio dalam
pelatihan
g. Memahami dan melakukan refleksi pelatihan.
3. Bahan dan Alat
Kit pelatihan, toolkit, LCD, laptop, papan flannel, kertas kartu warna-warni,
papan chart, isolasi, spidol.
4. Langkah Kegiatan
a. Perkenalan
Fasilitator memperkenalkan seluruh fasilitator lain kepada peserta, jika perlu
melalui permainan.
b. Penjelasan Teknis
Pendahuluan: fasilitator menjelaskan tujuan, materi, dan metode pelatihan
serta fungsi jurnal dan toolkit.
Metode: Fasilitator mengingatkan bahwa pelatihan ini menggunakan sistem
pembelajaan aktif, peserta diharapkan berpengalaman, melakukan aktivitas,
perserta berkontribusi membuat suatu karya, bukan bentuk pelatihan pasif
yang hanya mendengarkan saja.
Jurnal: fasilitator menjelaskan fungsi buku jurnal untuk mencatat berbagai
hal penting yang diperoleh dalam pelatihan, hal-hal yang masih
membingungkan, dan hal yang ingin diketahui lebih lanjut dari setiap sesi
dalam pelatihan. Mencatat semua hal penting yang dilihat dan dialami di
sekolah sebagai bentuk evaluasi diri, bahan renungan terhadap berbagai
pengalaman yang ada di sekolah nanti sebagai bentuk evaluasi dan refleksi
diri.
Toolkits: Bahan materi pelatihan dengan berbagai kelengkapan dan peralatan
yang diperlukan.
Portofolio: berupa dokumen yang berisi hasil karya peserta pelatihan, sesuai
dengan penugasan yang diberikan selama pelatihan. Portofolio dapat
menjadi alat penilaian perkembangan penguasaan kompetensi perserta
pelatihan.
Refleksi: pengisian refleksi dilaksanakan tentang pengalaman di setiap sesi
pelatihan. Pada hari kedua sebelum sesi-sesi dimulai dilaksanakan refleksi
untuk me-review matari yang sudah diperoleh pada pelatihan sebelumnya,
sekaligus mengidentifikasi saran-saran perbaikan untuk sesi-sesi berikutnya.
c. Tata tertib
Peserta menuliskan tata tertib pelatihan yang diusulkan, disepakati dan
harus ditepati oleh fasilitator dan seluruh peserta selama pelatihan
berlangsung.
d. Harapan dan kekhawatiran
Peserta menuliskan harapan dan kekhawatiran yang muncul atau yang
mereka duga akan terjadi selama pelatihan, menggunakan dua kertas
kartu warna yang berbeda. Begitu peserta telah selesai menuliskannya
diminta menempelkannya di papan flipchart untuk dapat dibaca dan
diambil kembali harapan yang telah terpenuhi dan kekhawatiran yang
ternyata tidak terjadi.
Catatan:
a. Fasilitator perlu menjelaskan bahwa kekhawtiran yang ditulis para peserta,
hanya terkait dengan pelatihan pembelajaran aktif ini saja.
b. Fasilitator pelu menyamakan persepsi tentang arti penting dan pemanfaatan
penulisan harapan dan kekhawatiran tersebut, serta
mengimplementasikannya.
5. Lembar Kegiatan Refleksi
Setiap peserta mendapatkan satu Blocknote yang dapat digunakan sebagai
Buku Jurnal sebagai catatan refleksi pengalaman belajar peserta di setiap sesi
pelatihan.
Lembar Kegiatan
BUKU JURNAL
Buku jurnal merupakan buku yang berisi catatan refleksi belajar setiap
peserta selama pelatihan, setiap buku jurnal diberi nama dan asal universitas
peserta. Buku ini akan dituliskan beberapa hal berikut. (a) semua hal penting
seperti pelajaran yang dipetik, hal-hal yang masih membingungkan dan hal
ingin diketahui lebih lanjut dari setiap sesi dalam pelatihan. (b) Semua hal
pening dari proses belajar dan mengajar yang dialami dan diamati di
pelatihan.
Buku ini wajib diisi oleh setiap peserta dan dikumpulkan setiap pagi hari
ke panitia dan akan dikembalikan ke peserta di akhir sesi setiap hari pelatihan
setelah diperiksa dan diberi masukan oleh fasilitator.
Sistematika
Tulislah refleksi untuk setiap sesi pelatihan dengan komponen sebagai
berikut.
a. Judul sesi :
b. Tujuan sesi :
c. Pengelaman yang saya peroleh ?
d. Materi yang masih membingungkan?
e. Hal-hal yang perlu saya pelajari lebih lanjut?
f. Kondisi dan kemampuan yang perlu saya perbaiki?
PAKEM DAN PENATAAN KELAS BERNUANSA PAKEM
A. Pengantar
Setiap anak pada dasarnya memiliki potensi yang luar biasa untuk
dikembangkan, bagaikan tambang emas yang siap digali. Guru bertugas untuk
mampu menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki setiap anak. Salah
satu cara yang dapat ditempuh adalah mengelola pembelajaran yang dapat
memberikan kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan segala potensi
yang dimiliinya. Salah satu stertegi yang dapat diterapkan untuk tujuan ini adalah
pembelajaran dengan PAKEM. Pembeajaran ini merupakan pembelajaran aktif
yang menekankan pada ketertiban siswa secara aktif untuk mengalami sendiri,
menemukan, memecahkan masalah sehingga potensi siswa secara aktif untuk
mengalami sendiri, menemukan, memecahkan masalah sehingga potensi siswa
berkembang secara optimal.
Pembelajaran PAKEM memiliki ciri-ciri sebagai berikut. (1) Pembelajaran
terpusat pada siswa; (2) Pembelajaran terkait dengan kehidupan nyata; (3)
Pembelajaran mendorong anak untuk berpikir tingkat tinggi; (4) Pembelajaran
melayani gaya belajar anak yang berbeda-beda; (5) Pembelajaran mendorong
anak berinteraksi multi arah; (6) Pembelajaran menggunakan lingkunga sebagai
media dan sumber belajar; (7) Pembelajaran berpusat pada anak; (8) Penataan
lingkungan yang memudahkan siswa melakukan aktivitas belajar; (9) Guru
memantau proses belajar siswa; (10) Guru memberikan umpan balik terhadap
hasil kerja anak.
B. Tujuan
Peserta dapat:
1. Menjelaskan ciri-ciri pembelajaran PAKEM
2. Mengemukakan alasan mengapa guru perlu mengenal PAKEM.
3. Memiliki perepsi yang positif terhadap PAKEM.
C. Pengelompokan
Peserta dikondisikan dalam bentuk kelompok dengan anggota maksimum 6
orang.
D. Bahan dan alat
Flip Chart, Video, LCD, Spidol, Lembar Tugas
E. Langkah Kegiatan
1. Pengantar
a. Fasilitator menjelaskan tujuan yang ingin dicapai pada sesi ini.
b. Fasilitator menjelaskan berbagai istilah yang terkait dengan pakem.
c. Fasilitator membimbing curah pendapat tentang pembelajaran aktif dan
contohnya.
d. Membagikan lembar kerja untuk mengamati video pembelajaran untuk
dapat membedakan pembelajaran konvensional dan pembelajaran aktif.
2. Diskusi Kelompok dan Pleno
Peserta dan fasilitator mendiskusikan hasil pengamatan dan menyampaikan
dalam diskusi pleno peserta bersama fasilitator untuk merumuskan ciri-ciri
pembelajaran aktif.
3. Pengerjaan tugas merancang penataan kelas bernuansa Pakem,
menayangkan dalam gallery walk dan memamerkannya.
4. Peserta mengunjungi gallery walk kelompok lain, dan salah satu anggota
kelompok menjelaskan kepada pengunjung.
F. Bahan Bacaan
1. Pembelajaran PAKEM
MODEL PAKEM (PARTISIPASI, AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN)
PAKEM berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus berpusat pada anak
(student-centre learning) dan pembelajaran harus bersifat menyenangkan
(learning is fun), agar mereka termotivasi untuk terus belajar sendiri tanpa
diperintah dan agar mereka tidak merasa terbebani atau takut. (Rusman,
2010:321). Untuk itu, maka aspek learning is fun menjadi salah satu aspek dalam
pembelajaran PAKEM, di samping upaya untuk terus memotivasi anak agar
mereka mengadakan eksplorasi, kreatif, dan bereksperimen terus dalam
pembelajaran.
Di samping itu, PAKEM adalah penerjemahan dari pilar pendidikan yang
dicanangkan oleh UNESCO:
a. Learning to know, yaitu mempelajari ilmu pengetahuan berupa aspek
kognitif dalam pembelajaran
b. Learning to do, yaitu belajar melakukan yang merupakan aspek pengalaman
dan pelaksanaannya.
c. Learning to be, yaitu belajar menjadi diri sendiri berupa aspek kepribadian
dan kesesuaian dengan diri anak (ini juga sesuai dengan konsep “multiple
intelligent” dari Howard Gardner, dan
d. Learning to life together, yaitu belajar hidup dalam kebersamaan yang
merupakan aspek kesosialan anak, bagaimana bersosialisasi, dan bagaimana
hidup toleransi dalam keberagamaan yang ada disekeliling siswa.
Tujuan PAKEM ini adalah terdapstnya perubahan paradigm di bidang
pendidikan, seperti yang dicanangkan oleh Depdiknas, bahwa pendidikan di
Indonesia saat ini sudah harus beranjak dari:
a. schooling menjadi learning,b. instructive menjadi facilitative,c. government role menjadi community role, dand. centralistic menjadi decentralitic.
Dengan demikian, perubahan paradigm pendidikan saat ini berarti bukan
hanya menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan formal seperti sekolah, tapi
sudah menjadi tanggung jawab semua pihak. Hal ini juga senada dengan konsep
tripusat yang diciptakan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu:
a. Pendidikan di lembaga pendidikan (formal);
b. Pendidikan dilembaga masyarakat (nonformal); dan
c. Pendidikan di keluarga (informal).
Perubahan paradigm juga harus terjadi bahwa pada kondisi sekarang ini,
peran guru harus menjadi seorang fasilitator yang dapat membantu siswanya
dalam belajar dan bukan sebaliknya hanya sebagai pemberi informasi; belajar
bukan hanya sekedar menyampaikan materi saja tanpa mengetahui apakah
materi yang disampaikan itu sudah bias dipahami oleh siswa atau belum.
Perubahan paradigm juga berkenaan dengan pengambilan keputusan.
PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam
bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, (Rusman, 2010:322).
Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembangnya
berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Pembelajaran merupakan implementasi kurikulum di sekolah dari dari
kurikulum yang sudah dirancang dan menuntut aktivitas dan kreativitas guru dan
siswa sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan secara efektif dan
menyenangkan. Ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Brooks (Rusman,
2010:323), yaitu “Pembaruan dalam harus dimulai dari bagaimana anak belajar,
dan bagaimana guru mengajar, bukan dari ketentuan hasil.”
Guru harus mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika
siswa belum dapat membentuk kompetensi dasar dan standar kompetensi
berdasarkan interaksi yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu,
guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran partisipatif, aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan supaya kompetensi dasar dan standar kompetensi
yang telah di rancang dapat tercapai. Guru juga harus ditutut agar melakukan
inovasi dalam segala hal yang berkaitan dengan kompetensi yang disandangnya
seperti inovasi dalam pembelajaran.
Untuk itu guru juga dituntut harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai
jenis-jenis belajar (multimetode dan multimedia) dan suasana belajar yang
kondusif, baik eksternal maupun internal. Dalam model PAKEM menurut
(Rusman, 2010:323); guru dituntut untuk dapat melakukan kegiatan
pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melalui partisipatif, aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat
menciptakan membuat karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya
dan usahanya sendiri, bukan dari gurunya.
a. Pembelajaran Partisipatif
Pembelajaran partisipatif yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa
dalam kegiatan pembelajaran secara optimal. Pembe pembelajaranlajaran ini
menitikberatkan pada keterlibatan siswa pada kegiatan (childcentre/student
centre) bukan pada dominasi guru dalamn materi pelajaran (teacher centre).
Jadi pembelajaran akan lebih bermakna bila siswa diberikan kesempatan
untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran,
sementara guru berperan sebagai fasilitator dan mediator sehingga siswa
mampu berperan dan berpartisipasi aktif dalam mengaktualisasikan
kemampuannya di dalam dan di luar kelas.
b. Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih
banyak melibatkan aktivitas siswa dalam mengases berbagai informasi dan
pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas,
sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat
meningkatkan pemahaman dan kompetensinya.
Dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak memosisikan dirinya sebagai
fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar (to facilitate of
kearning) kepada siswa. Dalam kegiatan ini siswa terlibat secara aktif dan
berperan dalam proses pembelajaran, sedamngkan guru lebih banyak
memberikan arahan dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi dan jalannya
proses pembelajaran.
c. Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang
mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas
siswa selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa
metode dan strategi yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain
peran, dan pemecahan masalah.
Pembelajaran kreaktif menuntut guru untuk merangsang kreativitas
siswa, baik dalam mengembangkan kecakapan berpikir maupun dalam
melakuakan suatu tindakan. Berpikir kreatif selalu dimulai dengan berpikir
kritis, yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada
atau memperbaiki sesuatu.
Berpikir kritis harus dikembangkan dalam proses pembelajaran agar siswa
terbiasa mengembangkan kreativitasnya. Pada umumnya, berpikir kreatif
memiliki empat tahapan sebagi berikut (Mulyasa, 2006: 192), yaitu:
1) Tahapan pertama; persiapan, yaitu proses pengumpulan informasi untuk
diuji.
2) Tahap kedua; inkubasi, yaitu suatu rentang waktu untuk merenungkan
hipotesis informasi tersebut sampai diperoleh keyakinan bahwa hipotesis
tersebut rasional.
3) Tahap ketiga; iluminasi, yaitu suatu kondisi untuk menemukan keyakinan
bahwa hipotesis tersebut benar, tepat dan rasional
4) Tahap keempat; verifkasi, yaitu pengujian kembali hipotesis untuk dijadikan
sebuah rekomendasi, konsep, atau teori.
Siswa dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang
menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif
dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya baru.
d. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan
pengalaman baru kepada siswa membentuk kompetensi siswa, serta
mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini
dapat dicapai dengan melibatkan serta mendidik mereka dalam
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Seluruh siswa harus
dilibatkan secara penuh agar bergairah dalam pembelajaran, sehingga
suasana pembelajaran betul-betul kondusif dan terarah pada tujuan dan
pembentukan kompetensi siswa.
Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan siswa secara aktif, karena
mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi. Siswa harus didorong untuk menafsirkan informasi yang di
sajikan oleh guru sampai informasi tersebut dapat diterima oleh akal sehat.
Dalam pelaksanaannya perlu proses penukaran pikiran, diskusi, dan
perdebatan dalam rangka pencapaian pemahaman yang sama terhadap
materi standar yang harus dikuasai siswa.
Pembelajaran efektif perlu didukung oleh suasana dan lingkungan belajar
yang memadai/kondusif. Oleh karena itu guru harus mampu mengelola
siswa, mengelola kegiatan pembelajaran, mengelola isi/materi pembelajaran,
dan mengelola sumber-sumber belajar. Menciptakan kelas yang efektif
dengan peningkatan efektivitas proses pembelajaran tidak bisa dilakukan
secara parsial,melainkan harus menyeluruh mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
Proses pelaksanaan pembelajaran efektif dilakukan melalui prosedur
sebagai berikut:
1) melakukan appersepsi ,
2) melakukan eksplorasi, yaitu memperkenalkan materi pokok dan
kompetensi dasar yang akan dicapai, serta menggunakan varuiasi
metode,
3) melakukan konsolidasi pembelajaran, yaitu mengaktifkan siswa dalam
pembentukan kompetensi siswa dan mengaitkannya dengan kehidupan
siswa,
4) melakukan penilaian, yaitu mengumpulkan fakta-fakta dan
data/dokumen belajar siswa yang valid untuk melakukan perbaikan
program pembelajaran.
Untuk melakukan pembelajaran yang efektif , guru harus memerhatikan
beberapa hal, sebagai berikut:
1) pengelolaan tempat belajar,
2)pengelolaan siswa,
3) pengelolaan kegiatan pembelajaran,
4)pengelolaan konten/materi pelajaran, dan
5) pengelolaan media dan sumber belajar.
e. Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu
proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat
antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under
pressure) (Mulyasa, 2006:194). Dengan kata lain, pembelajaran
menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dengan
siswa dalam proses pembelajaran. Guru memosisikan diri sebagai mitra
belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru
belajar dari siswanya. Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis
dan tidak ada beban, baik guru maupun siswa dalam melakukan proses
pembelajaran.
Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru
harus mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang
tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan
siswa secara optimal.
Ada empat aspek yang memengaruhi model PAKEM, yaitu pengalaman,
komunikasi, interaksi, dan refkeksi. Apabila dalam suatu pembelajaran
terdapat empat aspek tesebut, maka pembelajaran PAKEM terpenuhi.
1) Pengalaman
Aspek pengalaman ini siswa di ajarkan dapat belajar mandiri. Di dalamnya
terdapat banyak cara untuk penerapannya antara lain seperti eksperimen,
pengamatan, penyelidikan , dan wawancara. Aspek pengalaman ini siswa
belajar banyak melalui berbuat dan dengan melalui pengalaman langsung.
2) Komunikasi
Aspek komunikasi ini dapat dilakukan dengan beberapa bentuk,
mengemukakan pendapat, peresentasi laporan, dan memajangkan hasil
kerja. Kegiatan ini siswa dapat mengungkapakan gagasan, dapat
mengkonsolidasi pikirannya, mengeluarkan gagasannya, memancing gagasan
orang lain, dan membuat bangunan makna mereka dapat diketahui oleh
guru.
3) Interaksi
Aspek interaksi ini dapat dilakukan dengan cara interaksi, Tanya jawab,
dan saling melempar pertanyaan. Dengan hal-hal seperti itulah kesalahan
makna yang diperbuat oleh siswa-siswa berpeluang untuk terkorelasi dan
makna yang terbangun semakin mantap, sehingga dapat menyebabkan hasil
belajar meningkat.
4) Refleksi
Aspek ini yang dilakukan adalah memikirkan kembali apa yang telah
diperbuat/dipikirkan oleh siswa selama mereka belajar. Hal ini dilakukan
supaya terdapatnya perbaikan gagasan/makna yangbtelah dikeluarkan oleh
siswa dan agar mereka tidak mengulangi kesalahan. Di sini siswa diharapkan
juga dapat menciptakan gagasan-gagasan baru.
Dari hasil uraian model PAKEM khususnya guru, diharapkan dapat
menghasilkan pembelajaran yang berkualitas/bermutu dan menghasilkan
perubahan yang signifikan, seperti dalam peran guru di kelas, perlakuan
terhadap siswa, pertanyaan, latihan, interaksi, pengelolaan kelas serta
menjadikan guru menjadi inovatif.
Model-model pembelajaran yang mendukung pembelajaran PAKEM
menurut Udin S.Saud (Rusman, 2010:329) antara lain:
1) Pembelajaran kuantum
2) Pembelajaran berbasis kompetensi
3) Pembelajaran kontekstual
2. Penataan Ruang Kelas PAKEM
Penataan ruang kelas dapat mendukung atau menghambat kegiatan
pembelajaran aktif. Ruang kelas perlu ditata sedemikian rupa sehingga dapat
mendukung efektifitas pembelajaran. Ada banyak model penataan kelas sesuai
dengan tujuan dan kegiatan pembelajaran serta keadaan nyata di kelas. Jumlah
siswa, bentuk meja kursi dan perabotan yang lain akan menjadi pertimbangan
dalam menata kelas.
Cara penataan kelas bisa berubah-ubah tergantung kegiatan
pembelajarannya. Tata-letak fisik kelas pada umumnya bersifat sementara, luwes
dan sesuai dengan kenyataan. Artinya, guru dapat mengadakan perubahan
setiap saat sesuai dengan kebutuhan dan kesesuaian dengan materi ajarnya.
Berikut sepuluh bentuk penataan kelas yang dapat dipertimbangkan untuk
digunakan. Sekali lagi, tidak ada bentuk yang paling baik. Semua baik bila
digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kondisi nyata di kelas.
a. Formasi Tanda Pangkat
Susunan ruang kelas tradisional (deretan meja dan kursi) tidak kondusif bagi
pelaksanaan belajar aktif. Bila satu kelas terdiri 30 orang siswa atau lebih,
adakalanya perlu menata kelas dengan “gaya ruang kelas”. Formasi V atau
tanda pangkat dapat mengurang jarak antar siswa, penglihatan yang lebih
baik ke depan kelas. Siswa bisa saling melihat, daripada deretan lurus.
b. Gaya Tim
Mengelompokkan meja secara melingkar di dalam ruang kelas
memungkinkan Anda untuk meningkatkan interaksi tim. Di samping itu, Anda
dapat menempatkan meja untuk membentuk formasi yang paling akrab.
c. Bentuk U
Merupakan formasi serbaguna. Siswa dapat menggunakan permukaan meja
untuk membaca dan menulis, dapat melihat Anda dan atau media visual
Anda dengan mudah.
d. Meja Konferensi
Formasi ini sangat baik bila mejanya relatif bundar atau persegi. Formasi ini
meminimalkan dominasi guru dan memaksimalkan peran siswa. Meja
berbentuk persegi panjang bisa menciptakan kesan formal jika guru berada di
ujung meja.
e. Lingkaran
Interaksi tatap-muka akan lebih baik dengan hanya menempatkan siswa
dalam formasi lingkaran tanpa meja. Formasi ini sangat ideal untuk diskusi
kelompok besar. Bila ada ruang lingkaran yang memadai, Anda dapat
meminta siswa untuk menata kursi mereka secara cepat menjadi banyak
formasi sub-kelompok.
f. Kelompok pada kelompok
Formasi ini memungkinkan guru untuk melakukan diskusi terbuka atau
membuat drama, debat, melakukan pengamatan aktivitas kelompok. Disain
yang paling umum terdiri atas formasi lingkaran kursi, atau dapat
menempatkan meja di tengah-tengahnya yang dikelilingi kursi.
g. Ruang Kerja
Formasi ini cocok untuk lingkungan aktif khas laboratorium di mana siswa
duduk di ruang kerja untuk mengerjakan soal atau tugas (misal: hitung-
menghitung, mengoperasikan mesin, melakukan kerja laboratorium) segera
setelah ditunjukkan caranya. Cara yang baik untuk mendorong kemitraan
dalam belajar adalah dengan menempatkan dua siswa pada tempat kerja
yang sama dan berhadapan.
h. Pengelompokkan Berpencar
Jika ruang kelas Anda cukup besar atau tersedia tempat ruangan yang
memungkinkan, tempatkanlah meja/kursi yang dapat digunakan oleh sub-
sub kelompok untuk melakukan aktivitas belajar berbasis-tim. Usahakan
berpencar agak menjauh guna menghindari tidak saling mengganggu.
i. Ruang Kelas Tradisional
Jika memang tidak memungkinkan untuk membuat formasi lengkung,
cobalah mengelompokkan kursi secara berpasangan untuk memungkinkan
belajar secara berpasangan. Aturlah deretan dalam jumlah genap dan beri
ruang cukup antar deret agar pasangan siswa dalam deret ganjil dapat
memutar kursi sehingga terbentuklah ”kuartet” dengan pasangan yang
duduk tepat di belakangnya.
j. Auditorium
Lingkungan auditorium memang kurang kondusif untuk kegiatan belajar aktif,
namun masih ada harapan untuk itu. Jika kursinya masih bisa dipindah,
tempatkanlah dalam bentuk busur untuk menciptakan kedekatan dan siswa
dapat melihat bagian depan dengan jelas. Jika kursinya sudah tidak dapat
dipindah-pindah, maka perintahkanlah siswa untuk duduk sedekat mungkin
dengan bagian tengah.
Ada beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam penataan kelas:
a. Mobilitas
Kemudia bergerak baik bagi guru untuk berkeliling memantau proses belajar
anak dan memberikan bantuan. Kemudahan bergerak bagi siswa untuk
berbagai keperluan di kelas.
b. Aksesibilitas
Kemudian bagi semua pihak untuk menjangkau berbagai hal seperti alat
bantu belajar dan sumber belajar yang ada di kelas.
c. Komunikasi
Kemudahan guru dan siswa untuk mengungkakan gagasan, pikiran dan
perasaan melalui berbagai kegiatan berkomunikasi baik secara berklompok
atau klasikal.
d. Interaksi
Kemudahan bagi semua siswa dan guru untuk saling berinteraksi untuk
berbagai kegiatan dan kepentingan.
e. Dinamika
Suasana kelas tidak monoton dengan satu model penataan untuk berbagai
kegiatan pembelajaran dari berbagai mata pelajaran. Model penataan selalu
berubah dan berkembang sesuai dengan mata pelajaran, tujuan, kegiatan
pembelajaran.
STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF LEARNING
A. Pengantar
Keberhasilan pencapaian kompetensi pembelajaran oleh peserta didik sangat
bergantung kepada beberapa aspek. Salah satu aspek yang sangat
mempengaruhi adalah bagaimana seorang pendidik melaksanakan
pembelajaran. Kecenderungan pembelajaran saat ini masih berpusat pada dosen
dengan berceramah, sementara peserta didik kurang terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Akibatnya tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi
pembelajaran kurang optimal. Selain itu, media pembelajaran pun jarang
digunakan sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna.
Dengan demikian, penting diciptakan pembelajaran aktif oleh pendidik agar
pembelajaran dapat mencapai pada tingkat pembelajaran yang bermakna.
B. Tujuan
Peserta dapat:
1. Memahami pengertian pembelajaran aktif
2. Mengetahui dan memahami strategi pembelajaran aktif
3. Memiliki perepsi yang positif terhadap strategi pembelajaran aktif
C. Pengelompokan
Peserta dikondisikan dalam bentuk kelompok dengan anggota maksimum 6
orang.
D. Bahan dan alat
Flip Chart, LCD, Spidol, Lembar Tugas
E. Langkah Kegiatan
1. Pengantar
a. Fasilitator menjelaskan tujuan yang ingin dicapai pada sesi ini.
b. Fasilitator menjelaskan berbagai istilah yang terkait dengan pakem.
c. Fasilitator membimbing curah pendapat tentang pembelajaran aktif dan
contohnya.
d. Membagikan lembar kerja untuk mengetahui strategi pembelajaran aktif.
2. Diskusi Kelompok dan Pleno
Peserta dan fasilitator mendiskusikan hasil pengamatan dan menyampaikan
dalam diskusi pleno peserta bersama fasilitator untuk merumuskan strategi
pembelajaran aktif.
3. Pengerjaan tugas merancang penataan kelas bernuansa pembelajaran aktif.
4. Peserta bergantian memberikan pendapat dan peserta yang lain dapat
menanggapi.
5. Fasilitator mengevaluasi hasil diskusi peserta dan melakukan refleksi.
F. Bahan Bacaan
STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak
didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar
sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan
kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan
individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang
tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya
memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak tersebut, sehingga
pembelajaran benar-benar dapat merobah kondisi anak dari yang tidak tahu
menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang berperilaku
kurang baik menjadi baik. Kondisi riil anak seperti ini, selama ini kurang
mendapat perhatian di kalangan pendidik. Hal ini terlihat dari perhatian sebagian
guru/pendidik yang cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak
perorangan atau kelompok anak, sehingga perbedaan individual kurang
mendapat perhatian. Gejala yang lain terlihat pada kenyataan banyaknya guru
yang menggunakan metode pengajaran yang cenderung sama setiap kali
pertemuan di kelas berlangsung.
Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan
didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik
ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti inilah yang pada
umumnya terjadi pada pembelajaran konvensional. Konsekuensi dari
pendekatan pembelajaran seperti ini adalah terjadinya kesenjangan yang nyata
antara anak yang cerdas dan anak yang kurang cerdas dalam pencapaian tujuan
pembelajaran. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak diperolehnya ketuntasan
dalam belajar, sehingga sistem belajar tuntas terabaikan. Hal ini membuktikan
terjadinya kegagalan dalam proses pembelajaran di sekolah.
Menyadari kenyataan seperti ini para ahli berupaya untuk mencari dan
merumuskan strategi yang dapat merangkul semua perbedaan yang dimiliki oleh
anak didik. Strategi pembelajaran yang ditawarkan adalah strategi belajar aktif
(active learning strategy).
Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan
penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak
didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik
pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning)
juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju
pada proses pembelajaran.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian anak didik berkurang
bersamaan dengan berlalunya waktu. Penelitian Pollio (1984) menunjukkan
bahwa siswa dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari
waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian McKeachie (1986)
menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit pertama perthatian siswa dapat
mencapai 70%, dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 20 menit
terakhir.
Kondisi tersebut merupakan kondisi umum yang sering terjadi di lingkungan
sekolah. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi kegagalan dalam dunia
pendidikan kita, terutama disebabkan anak didik di ruang kelas lebih banyak
menggunakan indera pendengarannya dibandingkan visual sehingga apa yang
dipelajari di kelas tersebut cenderung untuk dilupakan. Sebagaimana yang
diungkapkan Konfucius:
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya lihat, saya ingat
Apa yang saya lakukan, saya paham
Ketiga pernyataan ini menekankan pada pentingnya belajar aktif agar apa
yang dipelajari di bangku sekolah tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Ungkapan
di atas sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam proses
pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan anak didik terhadap materi
pembelajaran. Mel Silberman (2001) memodifikasi dan memperluas pernyataan
Confucius di atas menjadi apa yang disebutnya dengan belajar aktif (active
learning), yaitu :
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit
Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa
teman lain, saya mulai paham
Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh
pengetahuan dan keterampilan
Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai
Ada beberapa alasan yang dikemukakan mengenai penyebab mengapa
kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu
jawaban yang menarik adalah karena adanya perbedaan antara kecepatan bicara
guru dengan tingkat kemampuan siswa mendengarkan apa yang disampaikan
guru. Kebanyakan guru berbicara sekitar 100-200 kata per menit, sementara
anak didik hanya mampu mendengarkan 50-100 kata per menitnya (setengah
dari apa yang dikemukakan guru), karena siswa mendengarkan pembicaraan
guru sambil berpikir. Kerja otak manusia tidak sama dengan tape recorder yang
mampu merekam suara sebanyak apa yang diucapkan dengan waktu yang sama
dengan waktu pengucapan. Otak manusia selalu mempertanyakan setiap
informasi yang masuk ke dalamnya, dan otak juga memproses setiap informasi
yang ia terima, sehingga perhatian tidak dapat tertuju pada stimulus secara
menyeluruh. Hal ini menyebabkan tidak semua yang dipelajari dapat diingat
dengan baik.
Penambahan visual pada proses pembelajaran dapat menaikkan ingatan
sampai 171% dari ingatan semula. Dengan penambahan visual di samping
auditori dalam pembelajaran kesan yang masuk dalam diri anak didik semakin
kuat sehingga dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan hanya
menggunakan audio (pendengaran) saja. Hal ini disebabkan karena fungsi sensasi
perhatian yang dimiliki siswa saling menguatkan, apa yang didengar dikuatkan
oleh penglihatan (visual), dan apa yang dilihat dikuatkan oleh audio
(pendengaran). Dalam arti kata pada pembelajaran seperti ini sudah diikuti oleh
reinforcement yang sangat membantu bagi pemahaman anak didik terhadap
materi pembelajaran.
Penelitian mutakhir tentang otak menyebutkan bahwa belahan kanan
korteks otak manusia bekerja 10.000 kali lebih cepat dari belahan kiri otak sadar.
Pemakaian bahasa membuat orang berpikir dengan kecepatan kata. Otak limbik
(bagian otak yang lebih dalam) bekerja 10.000 kali lebih cepat dari korteks otak
kanan, serta mengatur dan mengarahkan seluruh proses otak kanan. Oleh karena
itu sebagian proses mental jauh lebih cepat dibanding pengalaman atau
pemikiran sadar seseorang (Win Wenger, 2003:12-13). Strategi pembelajaran
konvensional pada umumnya lebih banyak menggunakan belahan otak kiri (otak
sadar) saja, sementara belahan otak kanan kurang diperhatikan. Pada
pembelajaran dengan Active learning (belajar aktif) pemberdayaan otak kiri dan
kanan sangat dipentingkan.
Thorndike (Bimo Wagito, 1997) mengemukakan 3 hukum belajar, yaitu :
1. law of readiness, yaitu kesiapan seseorang untuk berbuat dapat
memperlancar hubungan antara stimulus dan respons.
2. law of exercise, yaitu dengan adanya ulangan-ulangan yang selalu dikerjakan
maka hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lancar
3. law of effect, yaitu hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih
baik jika dapat menimbulkan hal-hal yang menyenangkan, dan hal ini
cenderung akan selalu diulang.
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus
kepada anak didik, agar terjadinya respons yang positif pada diri anak didik.
Kesediaan dan kesiapan mereka dalam mengikuti proses demi proses dalam
pembelajaran akan mampu menimbulkan respons yang baik terhadap stimulus
yang mereka terima dalam proses pembelajaran. Respons akan menjadi kuat jika
stimulusnya juga kuat. Ulangan-ulangan terhadap stimulus dapat memperlancar
hubungan antara stimulus dan respons, sehingga respons yang ditimbulkan akan
menjadi kuat. Hal ini akan memberi kesan yang kuat pula pada diri anak didik,
sehingga mereka akan mampu mempertahankan respons tersebut dalam
memory (ingatan) nya. Hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi
lebih baik kalau dapat menghasilkan hal-hal yang menyenangkan. Efek
menyenangkan yang ditimbulkan stimulus akan mampu memberi kesan yang
mendalam pada diri anak didik, sehingga mereka cenderung akan mengulang
aktivitas tersebut. Akibat dari hal ini adalah anak didik mampu mempertahan
stimulus dalam memory mereka dalam waktu yang lama (longterm memory),
sehingga mereka mampu merecall apa yang mereka peroleh dalam
pembelajaran tanpa mengalami hambatan apapun.
Active learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat
dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran,
sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi
hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi active
learning (belajar aktif) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory)
mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran
dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional.
Dalam metode active learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang
baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada
sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan
pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu
menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik
mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar.
Strategi pembelajaran aktif dapat diterapkan oleh guru dalam pembelajaran
di dalam kelas (indoor learning) maupun di luar kelas (outdoor learning) sebagai
berikut.
1. Brainstorming
Brainstorming adalah teknik kreatif sebuah kelompok yang mencoba
menemukan solusi suatu masalah tertentu dengan cara mengumpulkan daftar
ide secara spontan dari anggota kelompoknya. Brainstrorming adalah bagian
teknik untuk mendapatkan ide-ide kreatif sebanyak mungkin dalam kelompok.
Metode Brainstrorming dapat dipraktikkan kepada peserta didik yang sudah
memiliki pengetahuan awal tentang materi yang akan diajarkan. Metode ini
memancing peserta didik untuk aktif menuangkan ide, pendapat, maupun
pengalaman yang sudah dimilikinya secara bebas. Dalam keadaan ini, guru harus
dapat mengelola dan mengendalikan suasana kelas agar tidak terjadi keributan
karena peserta didik yang berlomba-lomba ingin menyampaikan pendapatnya.
Dalam penggunaan strategi ini, seorang guru dapat memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menyampaikan pendapatnya secara bergilir maupun
berkelompok terlebih dahulu.
2. Active Sharing Knowledge
Active sharing knowledge mempunyai arti sebagai saling tukar pengetahuan.
Strategi ini dapat digunakan untuk melihat tingkat kemampuan peserta didik, di
samping untuk membentuk kerjasama tim. Strategi ini dapat dilakukan pada
hampir semua mata pelajaran.
Strategi ini hampir sama dengan Brainstorming yang mendorong semua
peserta didik aktif dan berani mengungkapkan pendapatnya. Jadi, keberhasilan
strategi ini tergantung kerjasama tim dalam saling tukar pengetahuan dengan
temannya.
3. The Power Of Two
The power of two berarti dua kekuatan (kepala/pikiran). Artinya bahwa
strategi pembelajaran aktif ini menekankan untuk berpikir dua orang dalam
menyelesaikan masalah yang diajukan oleh guru. Berpikir dua orang lebih baik
daripada berpikir sendiri-sendiri karena ada peluang sharing pendapat. Strategi
ini dapat membantu peserta didik pasif berani menyampaikan ide pendapat,
maupun pengalamannya kepada temannya.
Dalam pelaksanaan strategi ini, guru mengetahui tingkat perbedaan
kemampuan setiap peserta didik, sehingga dalam diskusi tersebar antara peserta
didik yang pandai atau aktif dengan peserta didik yang biasanya pasif berbicara.
Semua peserta didik dianjurkan untuk menyampaikan pendapatnya kemudian
dipresentasikan di depan kelas.
Sebelum melaksanakan strategi ini, setiap peserta didik dapat memahami
terlebih dahulu materi yang akan didiskusikan atau diberikan oleh guru tugas
tersebut untuk dipelajari di rumah.
4. True or False
True or False artinya benar atau salah. Strategi ini merupakan aktivitas
kolaboratif yang dapat mengajak anak didik untuk terlibat ke dalam materi
pelajaran dengan segera. Strategi memancing peserta didik berlomba-lomba
menebak pernyataan-pernyataan yang diajukan guru. Strategi ini dapat
digunakan untuk mengukur pengetahuan peserta didik dalam memahami mata
pelajaran yang sudah dipelajari.
5. Everyone is A Teacher Here
Everyone is teacher here artinya semua orang bisa menjadi guru. Startegi ini
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk menjadi “guru” bagi
teman-temannya yang lainnya. Sehingga strategi ini sangat bagus untuk
meningkatkan keaktifan keikutsertaan peserta didik dalam pembelajaran.
6. Team Investigation
Team Investigation berarti kegiatan investigasi yang dilakukan oleh kelompok
untuk memecahkan masalah atau mencari jawaban dari pertanyaan yang
diberikan oleh guru. Strategi ini melatih peserta didik bekerja sama dalam tim
untuk menyelesaikan masalah. Dalam pelaksanaan startegi ini, perlu pembagian
tugas yang harus dilakukan setiap anggota kelompok untuk menyelesaikan
masalah.
7. Index Card Match
Index Card Match adalah strategi aktif yang biasanya menggunakan kartu
indeks untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik memahami pelajaran yang
sudah dipelajari. Strategi ini memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
berpasangan untuk memacahkan masalah yang diberikan oleh guru.
8. Information Search
Information search adalah strategi aktif yang memberikan kesempatan
peserta didik untuk mencari informasi melalui media atau sarana apa pun yang
dapat memungkinkan mereka mendapatkan informasi tersebut.
Agar informasi yang diperoleh peserta didik bisa bervariasi, guru dapat
menyuruh setiap kelompok belajar di tempat atau dengan media yang berbeda-
beda. Misalnya kelompok 1 mencari informasi di majalah, kelompok 2 di
perpustakaan, kelompok 3 di koran, dan seterusnya.
9. Synergenic Teaching
Synergenic Teaching adalah pembelajaran yang bersinergi. Strategi ini mirip
dengan Information Search, yang memberikan peserta didik pengalaman yang
berbeda dalam mempelajari materi yang sama.
Dalam pelaksanaannya, peserta didik dapat dibagi ke dalam beberapa
kelompok. Setiap kelompok dibagi ke beberapa tempat untuk mempelajari
sesuatu. Misalnya ada yang di kelas, perpustakaan, laboratorium, dan
sebagainya. Setelah setiap kelompok selesai mencari informasi maka hasilnya
disinergikan dengan kelompok lain yang belajar di tempat berbeda. Di sinilah,
peserta didik akan mendapatkan pengalaman berbeda dengan temannya dalam
mempelajari sesuatu.
10. G 2 G Exchange (Group to Group)
G 2 G Exchange adalah strategi pembelajaran kelompok di ruang yang
berbeda, teknik berbeda, dan cara yang berbeda. Dalam pelaksanaan strategi ini,
proses kegiatan belajar-mengajar tidak hanya terjadi di kelas, tetapi bisa juga
membagi kelompok belajar di luar kelas.
Prinsip pembelajaran strategi G 2 G adalah penggabungan 2-3 kelompok yang
belajar di tempat berbeda. Dalam hal ini, peserta didik dapat belajar pengalaman
belajar peserta yang lain, sehingga pengalaman belajar semakin bermakna bagi
mereka. Sebelum melakukan kegiatan ini, guru harus sudah menyiapkan
bahan/sumber belajar bagi setiap kelompok. Setelah kegiatan selesai, semua
kelompok dikumpulkan di dalam kelas untuk sharing bersama terkait topik yang
dibahas.
11. Snowballing
Snowballing ialah ibarat bola salju yang menggulung. Dalam pelaksanaan
strategi ini, guru dapat membagi peserta didik dalam beberapa kelompok untuk
mendiskusikan materi yang sedang dipelajari. Hasil diskusi kemudian digabung
dengan kelompok lain, dan cara ini bergulir seterusnya sampai semua kelompok
menjadi satu untuk mendiskusikan dan menyimpulkan secara bersama materi
yang didiskusikan.
12. Question Student Have
Question Student Have adalah pertanyaan yang dimiliki peserta didik. Strategi
ini dapat dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik memahami
topik yang sudah dipelajari. Setiap peserta didik diberi kesempatan untuk
membuat pertanyaan. Pertanyaan ditulis pada kertas kemudian digeser searah
jarum jam untuk dikomentari temannya, apakah pertanyaan tersebut layak
untuk didiskusikan.
Strategi ini mendorong semua peserta didik, khususnya peserta yang pasif
dalam pembelajaran untuk menuangkan pertanyaan.
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN AKTIF
A. Pengantar
Model adalah bagian dari stuktrur pembelajaran yang memiliki cakupan
terluas. Di dalam model terdapat pendekatan, strategi, metode, dan teknik.
Salah satu aspek penting dari sebuah model pembelajaran adalah sintaks, yang
merupakan langkah-langkah baku yang harus ditempuh dalam implementasi
model tersebut.
Dengan demikian, penting diciptakan pembelajaran aktif oleh pendidik agar
pembelajaran dapat mencapai pada tingkat pembelajaran yang bermakna.
B. Tujuan
Peserta dapat:
1. Mengetahui model-model pembelajaran aktif
2. Memahami sintaks model-model pembelajaran aktif
3. Mengetahui model pembelajaran aktif yang sesuai dengan mata
pelajaran bahasa Indonesia
C. Pengelompokan
Peserta dikondisikan dalam bentuk kelompok dengan anggota maksimum 6
orang.
D. Bahan dan alat
Flip Chart, LCD, Spidol, Lembar Tugas
E. Langkah Kegiatan
1. Pengantar
Fasilitator menjelaskan tujuan yang ingin dicapai pada sesi ini.
2. Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok mengenal model-model pembelajaran aktif dengan
menggunakan model Jigsaw.
3. Mendemonstrasikan hasil diskusi dengan kelompok asal (dengan model
Jigsaw).
4. Fasilitator mengevaluasi hasil diskusi peserta.
5. Penguatan, yaitu memberi penjelasan tambahan untuk memantapkan
pemahaman para peserta tentang model-model pembelajaran dan
bagaimana menerapakannya dalam proses pembelajaran.
6. Melakukan refleksi dan penutup.
F. Bahan Bacaan dan Materi Diskusi
Pembelajaran aktif (Active Learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan
penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak
didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik
pribadi yang mereka miliki. Disamping itu, pembelajaran aktif (Active Learning)
juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses
pembelajaran. Menurut Machmudah (2008), berikut adalah sintak atau langkah-
langkah model pembelajaran aktif (Active Learning) :
Fase 1: Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa
Dalam fase ini guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin
dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa. Tujuan belajar
yang disampaikan adalah untuk memahami sel darah pada sistem
peredaran darah.
Fase 2: Menyajikan informasi
Dalam fase ini guru menyampaikan penjelasan umum tentang
peredaran darah kepada siswa.
Fase 3: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok
Dalam fase ini guru membagikan kartu berisi informasi tentang sel darah
sebagai penentuan kelompok siswa.
Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Dalam fase ini guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat
mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5: Evaluasi
Dalam fase ini guru meminta siswa mempresentasikan hasil diskusi, guru
mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dengan
memberikan soal dan penjelasan.
Fase 6: Memberikan penghargaan
Dalam fase ini guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang
terbaik sesuai dengan kriteria guru.
Kelebihan dan Kelemahan Active Learning
Active learning sebagai model dalam pembelajaran mempunyai keuntungan
sebagai berikut :
a. Peserta didik lebih termotivasi
Model pembelajaran active learning memungkinkan terjadinya pembelajaran
yang menyenangkan. Suasana yang menyenangkan merupakan faktor motivasi
untuk peserta didik. Lebih mudah menyampaikan materi ketika peserta didik
menikmatinya. Dengan melakukan hal yang sedikit berbeda, peserta didik akan
lebih termotivasi untuk berpartisipasi dalam pembelajaran.
b. Mempunyai lingkungan yang aman
Kelas merupakan tempat di mana terjadi percobaan serta kegagalan-
kegagalan. Kita tidak hanya membolehkan terjadinya hal-hal tersebut, tetapi juga
memberi semangat bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Resiko harus
diambil untuk mendapatkan sesuatu yang berharga. Pendidik dapat
menyediakan lingkungan yang aman melalui modelling dan setting batas- batas
perilaku dalam kelas.
c. Pertisipasi oleh seluruh kelompok belajar
Peserta didik merupakan bagian dari rencana pembelajaran. Informasi tidak
diberikan pada peserta didik, tetapi peserta didik mencarinya. Beberapa kegiatan
membutuhkan kekuatan, kecerdasan, dan membutuhkan peserta didik untuk
menjadi bagiannya. Semua mempunyai tempat dan berkontribusi berdasarkan
karakteristik masing-masing.
d. Setiap orang bertanggung jawab dalam kegiatan belajarnya sendiri
Setiap orang bertanggung jawab untuk memutuskan apakah sesuatu hal
tepat untuk mereka. Setiap orang dapat menginterpretasikan tindakan-
tindakan untuk mereka sendiri dan mengaplikasikannya sesuai dengan
kondisi mereka.
e. Kegiatan bersifat fleksibel dan ada relevansinya
Peraturan dan bahasa boleh diubah menyesuaikan dengan tingkat
kebutuhan. Dengan membuat perubahan, kita dapat melakukan kegiatan
yang relevan dengan berbagai usia kelompok yang bervariasi dengan
mengeksplorasi konsep yang sama.
f. Reseptif meningkat
Dengan menggunakan active learning sebagai model dalam pembelajaran
di mana prinsip-prinsip dan penerapan dari prinsip-prinsip diekspresikan oleh
peserta didik, informasi menjadi lebih mudah untuk diterima dan diterapkan.
g. Pendapat induktif distimulasi
Jawaban atas pertanyaan tidak diberikan tetapi pertanyaan tersebut
dieksplorasi. Pertanyaan dan jawaban muncul dari peserta didik selama
kegiatan pembelajaran.
h. Partisipan mengungkapkan proses berpikir mereka
Sementara kegiatan diskusi berlangsung, pendidik dapat mengukur
tingkat pemahaman peserta didik. Dengan demikian pendidik dapat
berkonsentrasi pada hal-hal yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan.
i. Memberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan
Jika peserta didik melakukan kesalahan yang menyebabkan kegagalan,
hentikan kegiatan dan pikirkan alternatif lain dan mulai lagi kegiatan. Dengan
demikian peserta didik dapat belajar bahwa kesalahan dapat menjadi sesuatu
hal yang menguntungkan dan membimbing kita untuk menjadi lebih baik.
j. Memberi kesempatan untuk mengambil risiko
Peserta didik merasa bebas untuk berpartisipasi dan belajar melalui
keterlibatan mereka karena mereka tahu bahwa kegiatan yang dilakukan
merupakan simulasi. Mengambil risiko merupakan hal yang sulit dalam
masyarakat yang mengidolakan pemenang. Dengan memberikan kesempatan
pada siswa untuk berpartisipasi tanpa tekanan untuk menjadi pemenang, kita
telah memberi kebebasan untuk mencoba tanpa merasa malu untuk
melakukan kesalahan.
Sedangkan kelemahan-kelemahan dalam penerapan model pembelajaran active
learning adalah:
a. Keterbatasan waktu
Waktu yang disediakan untuk pembelajaran sudah ditentukan sebelumnya,
sehingga untuk kegiatan pembelajaran yang memakan waktu lama akan terputus
menjadi dua atau lebih pertemuan.
b. Kemungkinan bertambahnya waktu untuk persiapan
Waktu yang digunakan untuk persiapan kegiatan akan bertambah, baik
waktu untuk merancang kegiatan maupun untuk mempersiapkan agar peserta
didik siap untuk melakukan kegiatan.
c. Ukuran kelas yang besar
Kelas yang mempunyai jumlah peserta didik yang relatif banyak akan
mempersulit terlaksananya kegiatan pembelajaran dengan active learning.
Kegiatan diskusi tidak akan dapat memperoleh hasil yang optimal.
d. Keterbatasan materi, peralatan dan sumber daya
Keterbatasan materi, peralatan yang digunakan untuk melakukan kegiatan
pembelajaran, serta sumberdaya akan menghambat kelancaran penerapan
active learning dalam pembelajaran.
e. Risiko penerapan active learning
Hambatan terbesar adalah keengganan pendidik untuk mengambil berbagai
resiko diantaranya resiko peserta didik tidak akan berpartisipasi, menggunakan
kemampuan berpikir yang lebih tinggi atau mempelajari konten yang cukup.
Pendidik takut untuk dikritik dalam mengajar dan merasa kehilangan kendali
kelas serta keterbatasan keterampilan.
PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN AKTIF
A. Pengantar
Model adalah bagian dari stuktrur pembelajaran yang memiliki cakupan
terluas. Di dalam model terdapat pendekatan, strategi, metode, dan teknik.
Salah satu aspek penting dari sebuah model pembelajaran adalah sintaks, yang
merupakan langkah-langkah baku yang harus ditempuh dalam implementasi
model tersebut.
Dengan demikian, penting diciptakan pembelajaran aktif oleh pendidik agar
pembelajaran dapat mencapai pada tingkat pembelajaran yang bermakna.
B. Tujuan
Peserta dapat:
4. Mengetahui model-model pembelajaran aktif
5. Memahami sintaks model-model pembelajaran aktif
6. Mengetahui model pembelajaran aktif yang sesuai dengan mata
pelajaran bahasa Indonesia
C. Pengelompokan
Peserta dikondisikan dalam bentuk kelompok dengan anggota maksimum 6
orang.
D. Bahan dan alat
Flip Chart, LCD, Spidol, Lembar Tugas
E. Langkah Kegiatan
7. Pengantar
Fasilitator menjelaskan tujuan yang ingin dicapai pada sesi ini.
8. Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok mengenal model-model pembelajaran aktif dengan
menggunakan model Jigsaw.
9. Mendemonstrasikan hasil diskusi dengan kelompok asal (dengan model
Jigsaw).