penerapan metode role playing untuk …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh:...

92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA ANAK USIA DINI KELOMPOK B PADA TK PEMBINA CAWAS SKRIPSI DISUSUN OLEH: UTAMI CANDRA P. X8110051 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA JULI 2012

Upload: vanhanh

Post on 03-Apr-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA ANAK USIA

DINI KELOMPOK B PADA TK PEMBINA CAWAS

SKRIPSI

DISUSUN OLEH:

UTAMI CANDRA P.

X8110051

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

JULI 2012

Page 2: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Utami Candra P.

NIM : X8110051

Jurusan/Program Studi : Ilmu Pendidikan /Pendidikan Guru

Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD)

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ PENERAPAN METODE

ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BERCERITA ANAK USIA DINI KELOMPOK B PADA TK PEMBINA

CAWAS ” ini benar-benar hasil karya saya sendiri. Selama itu, sumber informasi

yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

daftar pustaka.

Apabila dalam kemudian hari terbukti atau dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,

saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Juli 2012

Utami Candra P.

X8110051

Page 3: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA ANAK USIA

DINI KELOMPOK B PADA TK PEMBINA CAWAS

Oleh:

UTAMI CANDRA P.

X8110051

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini,

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

JULI 2012

Page 4: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk di hadapkan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Surakarta, Juli 2012

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. St. Y. Slamet, M.Pd Muhammad Munif, S.PdI., M.A

NIP. 19461208 198203 1 001 NIP.198304022 01012 1 006

PENGESAHAN

Page 5: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk

memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dra. Hj. Siti Wahyuningsih, M.Pd

Sekretaris : Dra. Yulianti, M.Pd

Anggota I : Prof. Dr. St. Y. Slamet, M.Pd

Anggota II : Muhammad Munif, S. PdI., M.A

Disahkan Oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

a.n Dekan,

Pembantu Dekan I

Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M. Si.

Nip. 19660415 199103 1 002

Page 6: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

MOTTO

Dimuliakanlah orang yang menegakkan kebenaran dijalan Allah.

(Musafir)

Regrets and mistakes, they're memories made.

(Adele, Some One Like You)

Page 7: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERSEMBAHAN

Teriring Puji Syukur pada-Mu Ya Rabb, kupersembahkan karya ini untuk:

Abi dan Umi (Tetuko Prawihadi Nugraha & Tarmini)

Terimakasih untuk do’a dan kasih sayang yang tak pernah putus untukku,

yang selalu mengiringi setiap langkah hidupku. Kerja keras yang tak pernah henti

untuk mewujudkan pendidikan anak-anaknya.

Adikku (Restu Indra Prasetyo)

Terimakasih atas perhatian dan dukungan untukku selama ini, yang selalu

membutat kakak mu ini bersemangat.

Hawiku (Cholid Jamal Nahdi Binstabit)

Terimakasih atas dukungan dan perhatian selama ini.

Sahabatku dan Keluarga (Ikka Indah, Luluk Meilinda, Ristikha

Mustikawati, Mike Moranawati, Ratnawati)

Terimaksih untuk kebersamaan kita selama ini, kasih sayang, cinta kasih

kalian semua semoga persahabatan kita abadi tak terhenti dengan balutan kain

hitam, putih di kampus ungu, tak usang dimakan waktu.

Page 8: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

ABSTRAK

Utami Candra P. PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA ANAK USIA DINI

KELOMPOK B PADA TK PEMBINA CAWAS. Skripsi. Surakarta: Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

bercerita anak kelompok B pada TK Pembina Cawas dengan menggunakan

metode role playing.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) sebanyak dua

siklus, setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan

refleksi. Subjek penelitian adalah anak kelompok B TK Pembina Cawas sebanyak

26 anak. Sumber data terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder.

Pengumpulan data adalah dengan pengamatan, dokumentasi dan tes unjuk kerja.

Validitas data menggunakan triangulasi data dan trianggulasi metode. Analisis

data meliputi tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan verifikasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan menggunakan metode role

playing pada anak kelompok B TK Pembina Cawas, kemampuan bercerita dapat

meningkat. Pada kondisi awal prosentase ketuntasan anak mencapai 30,8%, pada

siklus I prosentase ketuntasan anak mencapai 50%, dan pada siklus II prosentase

ketuntasan anak mencapai 77%. Sesuai indikator kinerja yang telah ditetapkan

yaitu 75%, dapat diketahui bahwa kondisi awal dan siklus I belum mencapai

target yang ditetapkan maka dari itu peneliti melanjutkan ke siklus II, pada siklus

II indikator ketercapain mencapai 77%. Simpulan penelitian ini adalah melalui

metode role playing dapat meningkatkan kemampuan bercerita pada anak

kelompok B TK Pembina Cawas Klaten.

Kata kunci : kemampuan bercerita, metode role playing, anak TK kelompok B.

Page 9: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRACT

Utami Candra P. APPLICATION ROLE PLAYING METHOD TO

INCREASE CAPACITY EARLY AGE CHILDREN B IN THE TK

PEMBINA CAWAS. Skripsi, Teacher Training and Education Faculty of

Sebelas Maret University of Surakarta, July 2012.

The objectives of the reseach are to improve the storytelling ability

through serial picture medium to the children in B group of Pembina Cawas

Kindern Garten Klaten.

The reseach used a classroom action research method with two cycles.

Each cycle consisted of plaining, implementation, observation, and reflection. The

subject of the reseach were the 26 children in B group of Pembina Cawas Kindern

Garten Klaten. The data of the research were gathered through observation,

documentation, and performance test. Validity of data that used was triangulation

data and triangulation method. Data analizing technique that used was the critical

analysis and the interactive analysis which consist of three components i.e data

reduction, data display, and conclusion drawing or verification.

The result of the reseach showed with role playing method can improve

the storytelling ability of children in B group of Pembina Cawas Kindern Garten

Klaten. In the storytelling ability of the pre test before action was 30,8% children

who were obtained compalete criteria, improve prosentation was occurred in the

cycle improve was 50%, and in the second cycle the percentage of children

reached 77% completeness. Appropriate set of performance indicators which is

75%, can be seen that the initial conditions and the cycle I have not hit the target

and therefore researchers continue to cycle II, cycle II indicator reached of 77%.

The conclusion of the reseach is that serial role playing method can improve the

storytelling ability of children in B group of TK Pembina Cawas Kindern Garten

Klaten.

Key Word: the storytelling ability, role playing method, early age children B in

the TK.

Page 10: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

HALAMAN PERNYATAAN ............................................................... ii

HALAMAN PENGAJUAN ................................................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... v

HALAMAN MOTTO ........................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... vii

HALAMAN ABSTRAK....................................................................... viii

DAFTAR ISI.......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR............................................................................. xiii

DAFTAR TABEL.................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... xv

KATA PENGANTAR........................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian......................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian....................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................... 5

A. Kajian Teori ................................................................................ 5

1. Hakikat Kemampuan Bercerita ............................................ 5

a. Pengertian Kemampuan ................................................ 5

b. Pengertian Bercerita ...................................................... 6

c. Jenis-jenis Cerita ........................................................... 7

d. Cerita Untuk Anak Usia Dini ........................................ 10

Page 11: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

e. Manfaat Bercerita .......................................................... 10

f. Kemampuan Bercerita Anak Usia Dini ........................ 13

g. Penilaian Kemampuan Bercerita ................................... 13

2. Hakikat Kualitas Pembelajaran ............................................ 15

a. Pengertian Kualitas ....................................................... 15

b. Pengertian Pembelajaran ............................................... 16

c. Pengertian Proses Pembelajaran ................................... 16

d. Kualitas Proses Pembelajaran ....................................... 18

e. Kriteria dalam Proses Pembelajaran ............................. 18

3. Hakikat Anak Usia Dini ....................................................... 19

a. Pengertian Anak Usia Dini ........................................... 19

b. Prinsip-prinsip Perkembangan Usia Dini...................... 20

c. Prinsip-prinsip Pendidikan Usia Dini........................... 21

4. Hakikat Role Playing........................................................... 22

a. Pengertian Role Playing................................................. 22

b. Tujuan Role Playing....................................................... 24

c. Manfaat Role Playing..................................................... 25

d. Langkah-langkah menggunakan Role Playing............... 26

B. Hasil Penelitian yang Relevan..................................................... 27

C. Kerangka Berfikir ........................................................................ 29

D. Hipotesis Tindakan ...................................................................... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................... 32

A. Tempat penelitian dan waktu penelitian...................................... 32

1. Tempat penelitian .................................................................. 32

2. Waktu penelitian ................................................................... 32

B. Subjek Penelitian ......................................................................... 33

C. Jenis Penelitian............................................................................. 33

D. Strategi Penelitian ....................................................................... 33

E. Sumber Data ................................................................................ 34

Page 12: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 34

G. Validitas Data .............................................................................. 35

H. Teknik Analisis Data ................................................................... 36

I. Indikator Kinerja ......................................................................... 38

J. Prosedur Penelitian ...................................................................... 39

1. Siklus I ................................................................................ 41

a. Perencanaan .................................................................. 41

b. Tindakan ....................................................................... 41

c. Observasi ....................................................................... 41

d. Refleksi ......................................................................... 42

2. Siklis II ................................................................................ 43

a. Perencanaan .................................................................. 43

b. Tindakan ....................................................................... 43

c. Observasi ....................................................................... 43

d. Refleksi ....................................................................... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................... 45

A. Deskripsi Pratindakan.................................................................. 45

B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus.......................................... 48

C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus................................. 61

D. Pembahasan................................................................................... 67

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SASARAN..................... 69

A. Simpulan....................................................................................... 69

B. Implikasi....................................................................................... 69

C. Saran............................................................................................. 70

DAFTAR PUSTAKA. ........................................................................... 72

LAMPIRAN

Page 13: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berfikir ........................................................................... 30

Gambar 2 Teknik Pengambilan Data .............................................................. 38

Gambar 3 Skema Siklus Analisis Interaktif .................................................... 40

Gambar 4 Grafik Nilai Tes Kemampuan Bercerita Pada Kondisi Awal ......... 48

Gambar 4.1 Grafik Nilai Tes Kemampuan Bercerita Pada Siklus I .................... 54

Gambar 4.2 Grafik Nilai Tes Kemampuan Berbicara Pada Siklus II ................. 60

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Hasil Observasi Kinerja Guru Pada Siklus

I dan II ............................................................................................. 62

Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Anak Siklus I

dan II ............................................................................................... 64

Gambar 4.5 Kualitas Proses Pembelajaran Keseluruhan Pada Siklus I dan II .. 65

Gambar 4.6 Grafik Peningkatan Ketuntasan Bercerita Anak Siklus I dan II ... 66

Page 14: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Nilai Kemampuan Bercerita Pada Kondisi Awal ...................... 47

Tabel 2 Hasil Nilai Kemampuan Bercerita Pada Siklus I Pertemuan ............... 53

Tabel 3 Hasil Nilai Kemampuan Berb Pada Siklus II Pertemuan .................... 59

Tabel 4 Prosentase Kinerja Guru Pada Siklus I dan II ....................................... 62

Tabel 5 Prosentase Aktifitas Anak Pada Kondisi Awal, Siklus I dan II ............ 63

Tabel 6 Perbandingan Prosentase Kualitas Proses Pembelajaran

Secara Keseluruhan Pada Siklus I dan II ............................................. 64

Tabel 7 Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Anak Kondisi Awal Pada Siklus I

dan II ..................................................................................................... 66

Page 15: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Siklus I Pertemuan 1 ................................................................ 75

Lampiran 2 Skenario Pembelajaran Siklus I Pertemuan I. ......................... 79

Lampiran 3 Bahan Ajar Sikllus I Pertemuan I. ........................................... 82

Lampiran 4 Siklus I Pertemuan 2. ............................................................... 86

Lampiran 5 Skenario Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2. ......................... 90

Lampiran 6 Bahan Ajar Sikllus I Pertemuan 2. .......................................... 93

Lampiran 7 Siklus I Pertemuan 3 ................................................................. 97

Lampiran 8 Skenario Pembelajaran Siklus I Pertemuan 3 .......................... 101

Lampiran 9 Bahan Ajar Sikllus I Pertemuan 3............................................ 104

Lampiran 10 Siklus II Pertemuan 1. .............................................................. 108

Lampiran 11 Skenario Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1. ........................ 112

Lampiran 12 Bahan Ajar Sikllus II Pertemuan I............................................ 115

Lampiran 13 Siklus II Pertemuan 2. .............................................................. 118

Lampiran 14 Skenario Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2. .......................... 122

Lampiran 15 Bahan Ajar Sikllus II Pertemuan 2. .......................................... 125

Lampiran 16 Siklus II Pertemuan 3. .............................................................. 128

Lampiran 17 Skenario Pembelajaran Siklus II Pertemuan 3. ........................ 132

Lampiran 18 Bahan Ajar Sikllus II Pertemuan 3. .......................................... 135

Lampiran 19 Lembar Penilaian RKH Siklus I Pertemuan I. .......................... 138

Lampiran 20 Lembar Observasi Guru Mengajar Siklus I Pertemuan I. ........ 139

Lampiran 21 Lembar Penilaian RKH Siklus I Pertemuan 2. ......................... 142

Lampiran 22 Lembar Observasi Guru Mengajar Siklus I Pertemuan 2. ........ 143

Lampiran 23 Lembar Penilaian RKH Siklus I Pertemuan 3. ......................... 146

Lampiran 24 Lembar Observasi Guru Mengajar Siklus I Pertemuan 3. ........ 147

Lampiran 25 Rekapitulasi Observasi Kinerja Guru Mengajar Siklus I. ........ 150

Lampiran 26 Lembar Penilaian RKH Siklus II Pertemuan 1. ........................ 151

Lampiran 27 Lembar Observasi Guru Mengajar Siklus II Pertemuan 1. ...... 152

Lampiran 28 Lembar Penilaian RKH Siklus II Pertemuan 2. ........................ 155

Lampiran 29 Lembar Observasi Guru Mengajar Siklus II Pertemuan 2. ...... 156

Page 16: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

Lampiran 30 Lembar Penilaian RKH Siklus II Pertemuan 3. ........................ 159

Lampiran 31 Lembar Observasi Guru Mengajar Siklus II Pertemuan 2. ...... 160

Lampiran 32 Rekapitulasi Observasi Guru Mengajar Siklus II. .................... 163

Lampiran 33 Lembar Observasi Aktivitas Anak Siklus I Pertemuan 1. ........ 164

Lampiran 34 Lembar Observasi Aktivitas Anak Siklus I Pertemuan 2 ......... 166

Lampiran 35 Lembar Observasi Aktivitas Anak Siklus I Pertemuan 3 ......... 168

Lampiran 36 Rekapitulasi Aktivitas Anak Siklus I ....................................... 170

Lampiran 37 Lembar Observasi Aktivitas Anak Siklus II Pertemuan 1. ....... 171

Lampiran 38 Lembar Observasi Aktivitas Anak Siklus II Pertemuan 2 ........ 173

Lampiran 39 Lembar Observasi Aktivitas Anak Siklus II Pertemuan 3. ....... 175

Lampiran 40 Rekapitulasi Siklus II. .............................................................. 177

Lampiran 41 Indikator Ketercapaian Tujuan. ................................................ 178

Lampiran 42 Diskripsi Penilain Kemampuan Bercerita. ............................... 179

Lampiran 43 Format Penilaian Kemampuan Bercerita Pretest ...................... 182

Lampiran 44 Daftar Penilaian Anak Pretest .................................................. 184

Lampiran 45 Format Penilaian Kemampuan Bercerita Siklus I Pertemuan 1. 186

Lampiran 46 Format Penilaian Kemampuan Bercerita Siklus I Pertemuan 2. 188

Lampiran 47 Format Penilaian Kemampuan Bercerita Siklus I Pertemuan 3 190

Lampiran 48 Daftar Penilaian Anak Siklus I ................................................. 192

Lampiran 49 Format Penilaian Kemampuan Bercerita Siklus II Pertemuan 1.194

Lampiran 50 Format Penilaian Kemampuan Bercerita Siklus II Pertemuan 2.196

Lampiran 51 Format Penilaian Kemampuan Bercerita Siklus II Pertemuan 3.198

Lampiran 52 Daftar Penilaian Anak Siklus Siklus II ..................................... 200

Lampiran 53 Foto ........................................................................................... 202

Page 17: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya

sehingga proposal skripsi ini dapat diselesaikan dengan judul “ Penerapan

Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita Anak

Usia Dini Kelompok B Pada TK Pembina Cawas ”.

Banyak hambatan dalam penulisan proposal skripsi ini, namun berkat

bantuan dari berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab itu pada

kesempatan yang baik ini diucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surkarta

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ketua Program Studi PG-PAUD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Sekretaris Program Studi PG-PAUD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Prof. Dr. St. Y. Slamet, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Muhammad Munif, S.PdI., M.A selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan dorongan, semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi

ini.

7. Kepala Sekolah TK Pembina Cawas yang telah memberikan ijin penelitian.

8. Sumarsini selaku guru kelas TK Pembina Cawas yang telah memberikan

bantuan serta arahan kepada penulis selama proses awal pengambilan data

guna menyusun proposal penelitian tindakan kelas.

Page 18: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

9. Anak-anak kelompok B TK Pembina Cawas yang telah membantu penulis

selama proses awal pengambilan data guna menyusun proposal penelitian

tindakan kelas.

10. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dan kelemahan, karena

keterbatasan pengetahuan yang ada dan hasilnya masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, semua saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan.

Semoga kebaikan Bapak, Ibu dan semua pihak mendapat limpahan rahmat

dari Allah SWT dan menjadi amal kebaikan yang tiada putus-putusnya. Semoga

proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan

dunia pendidikan pada umumnya.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

Page 19: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakanfaktor utama dalam menentukan kualitas kehidupan

bangsa.Pendidikan mempunyai peran yang penting dalam menciptakan kehidupan

yang demokratis, cerdas, damai, terbuka terhadap hal – hal yang baru. Seperti yang

tercantum dalam SISDIKNAS (2003:2) bahwa tujuan pendidikan nasional adalah

mewujudkan masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berakhlak mulia,

berkeahlian, berdaya saing, maju dan sejahtera dalam wadah kesatuan Negara

Republik Indonesia yang didukung oleh manusia yang sehat, mandiri, beriman

bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berdasarkan hukum dan lingkungan,

mengusai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja dan disiplin.

Masyarakat semakin menyadari pentingnya pendidikan untuk meraih

kesempatan dalam berbagai bidang dengan meningkatkan kualitas daya manusia.

Tujuan pendidikan akan terwujud jika proses pembelajaran dilakukan secara

optimal. Pembelajaran merupakan proses berkesinambungan tidak hanya terbatas

pada penyampaian materi didepan kelas yang memberikan kesan kurang bermakna

bagi perkembangan anak.

Pembelajaran tentang Bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

peserta didik untuk berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara lisan

maupun tulisan. Pengembangan bahasa pada anak usia prasekolah merupakan

salah satu aspekperkembangan anak yang dalam pelaksaanaanya tidak dapat

dipisahkan dari semua kegiatan anak,baik itu berkaitan dengan

musik,sosial,matematika, sains, dan kegiatan apapun yang semuanya memberikan

kesempatan pada anak untuk dapat mengembangkan kemampuan berbahasanya.

Page 20: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Salah satu kenyataan menunjukkan bahwa pelaksanaan proses belajar guru

hanya menggunakan metode bercerita, yang hanya anak mendengarkan cerita yang

dibacakan oleh guruya.Salah satu pembelajaran yang perlu ditingkatkan di

kelompok B TK Pembina Cawas adalah metode bercerita yang digunakan. Hal ini

dapat dilihat dari hasil observasi yang dilakukan. Guru cenderung membuat anak

pasif karena kemampuan guru kurang dalam menggunakan model – model yang

inovatif sehingga membuat anak kurang tertarik dan tidak bersemangat dalam

proses pembelajaran. Penggunaan metode yang kurang tepat oleh guru akan

membingungkan anak dalam menerima isi cerita yang disampaikan.

Selain faktor guru dalam mengajar, pada saat guru menjelaskan materi

banyak anak kurang memperhatikan penjelasan guru. Hal ini dapat dilihat dari

benyaknya aktifitas lain yang dilakukan oleh anak antara lain : anak melamun,

anak mencorat – coret meja atau kursi, usil dengan teman sebangku, berbicara

dengan teman sebangku, hal ini membuktikan bahwa anak belum mengerti dengan

materi yang disampaikan guru.

Mencermati kondisi tersebut untuk mengembangkan kemampun bercerita

anak guru memiliki peran-peran yang utama dalam memfasilitasi secara

optimal.Bimbingan guru sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan minat anak

untuk dapat berceritadengan baik dan benar.Guru perlu menciptakan pembelajaran

yang menyenagkan dan bervariasi,memberi kesempatan pada anak untuk

mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan baik. Hal ini penulis mempunyai

pikiran untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan menerapkan metode

pembelajaran role playing. Penggunaan metode role playing membantu anak

memahami materi yang dianggap sulit, terutama pada kemampuan bercerita anak.

Bercerita merupakan kebutuhan universal manusia dananak-anak hingga

dewasa.Bagi anak-anakcerita tidak sekedar memberi manfaat emotif tetapi juga

membantu pertumbuhan mereka dalamberbagai aspek.Oleh karena itu bercerita

Page 21: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

merupakan aktifitas penting dan tak terpisahkan dalam program pendidikan untuk

anak-anak .

Alasan digunakan metode pembelajaran role playing yaitu : (1) guru

mendorong minat anak agar ikut aktif dalam proses pembelajaran. (2) anak dapat

memahami konsep tentang peranan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. (3) anak

tidak merasa jenuh dengan pembelajaran yang diajarkan oleh guru. (4) anak dapat

mengerti isi pesan cerita yang dibawakan.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengangkat

masalah ini untuk dijadikan penelitian dengan judul “PenerapanMetode Role

Playing untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita Anak Usia Dini Kelompok B

Pada TK Pembina Cawas “.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

Apakah dengan metoderole playing dapat meningkatkan kemampuan bercerita

anakusia dini kelompok B Tk Pembina Cawas?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini:

Untuk meningkatkan kemampuan bercerita anak melalui metode pembelajaran

role playing.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Praktis

a. Bagi guru

a. Memberikan pengalaman langsung kepada guru pada saat menerapkan

metode pembelajaran role playing.

Page 22: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

b. Memberi solusi permasalahan yang selama ini dihadapi anak pada

kemampuan bercerita dengan menggunakan metode pembelajaran role

playing.

c. Memberi masukkan bahwa metoderole playing adalah salah satu

media pembelajaran untukmeningkatkan kemampuan bercerita anak.

b. Bagi peneliti

a. Menambah pengetahuan dan wawasan dalam penerapan metode

pembelajaran role playing.

b. Bisa memberi masukan dalam pengembangan penelitian tidak hanya

pada kemampuan bercerita tetapi juga aspek bahasa, kemampuan

kognitif, sosial.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan kepada peneliti

berikutnya agar dapat menggunakan metode role playinguntuk meningkatkan

kemampuan bercerita maupun kemampuan lainnya dikemudian hari agar

menjadi lebih baik.

2. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai literature bagi pengembangan

kemampuan bercerita anak, sehingga dapat dijadikan referensi bagi peningkatan

kualitas dalam penerapanmetode pembelajaran role playing pada masa akan

datang.

Page 23: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Kemampuan Bercerita Anak Usia Dini

a. Pengertian Kemampuan

Kemampuan merupakan tolak ukur anak dalam melaksanakan berbagai

kegiatan/aktifitas. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang pengertian

kemampuan.

Samsudin (2009:54) membedakan kemampuan menjadi dua kategori yaitu:

1) actual ability (kemampuan nyata), merupakan suatu kemampuan yang segera

dapat didemonstrasikan dan diuji sekarang juga kerena kemampuan itu

merupakan suatu hasil yang bersangkutan dengan cara, bahan, dan dalam hal

tertentu yang telah dijalani, 2) potensial ability (kemampuan potensial),

merupakan kemampuan yang berasal dari bakat dalam diri sejaklahir.

Kemampuan adalah sifat bawaan lahir atau dipelajari yang memungkinkan

seseorang melakukan sesuatu yang bersifat mental atau fisik (Widiastuti, 2009).

Chaplin (1981:1) mendefinisikan kemampuan sebagai berikut ability (

kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat kesanggupan ) merupakan tenaga

(daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Menurut Woodworth dan

Marquis (Suryabrata, 2002:161) kemampuan (ability) mempunyai tiga arti yaitu

:

1) Prestasi yang merupakan kemampuan aktual, yang dapat diukur langsung

dengan alat atau tes tertentu.

2) Kapasitas yang merupakan kemampuan potensial, yang dapat diukur secara

tidak langsung dengan melaluipengukuran tehadap kecakapan individu, di

mana kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara dasar dengan

training yang intensif dan pengalaman.

Page 24: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

3) Sikap, yaitu kualitas yang hanya data diungkap atau diukur dengan tes

khusus yang sengaja dibuat untuk itu.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah

kesanggupan seseorang dalam melakukan suatu perbuatanatau pekerjaan yang

berupa bawaan dari lahir maupun hasil dari latihan danpraktek, kamampuan ini

dapat diukur langsung maupun secara tidak langsung dengan alat atau tes

tertentu.

b. Pengertian Bercerita

Bercerita merupakan salah satu kebutuhan untuk anak, dengan cerita anak

dapat mengembangkan imajinasinya. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya

tentang pengertian bercerita, anatara lain.

Menurut (Musfiroh 2005: 32-33) menyatakan bahwa cerita dalam

Kurikulum Berbasis Kompetensi digunakan sebagai materi untuk

pengembangan kompetensi dasar berkomunikasi.

Bachri (2005:10) bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan

tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan

tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain.

Tarigan, dkk (1993:6) menyatakan makna cerita sebagai berikut (1) cerita

sama dengan tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya hal ( peristiwa,

kejadian), (2) cerita sama dengan karangan yang menuturkan perbuatan,

pengalaman atau penderitaan orang, kejadian dan sebagainya baik yang sungguh-

sungguh terjadi maupun yang hanya rekaan, (3) cerita sama dengan lakon yang

diwujudkan dalam gambar hidup (sandiwara, wayang dan lain-lain).

Dari pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa bercerita adalah

menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan, peristiwa atau suatu

kejadian secara lisan atau tertulis untuk berkomunikasi dan menyampaikan suatu

maksud kepada orang lain.

Page 25: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

c. Jenis Cerita

Cerita untuk anak – anak dikategorikan ke dalam tiga jenis, yakni cerita

rakyat, cerita fiksi modern, dan cerita faktual. Ketiga cerita tersebut memiliki

sumber dan karakteristik yang berbeda, ketiganya dapat disajikan kepada anak

dengan penyesuaian.

1. Cerita Rakyat

Menurut (Abrams dalam Musfiroh, 2008:69) cerita rakyat dalam bahasa

inggris disebutfolktaleadalah narasi pendek dalam bentuk prosa yang tidak

diketahui penciptanya dan tersebar dari mulut – kemulut. Hal ini

disampaikan dari mulut – kemulut, maka cerita rakyat digolongkan kedalam

sastra lisan. Cerita rakyat berkaitan dengan lingkungan alam.

a. Ciri – ciri Cerita Rakyat

Cerita rakyat memiliki ciri – ciri sebagai berikut :

1) Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan, yaitu disebarkan

atau diwariskan melalui kata – kata dari mulut ke mulut dari suatu

generasi ke generasi berikutnya.

2) Disebarkan dalam bentuk yang standar, dalam kolektif tertentu

(masyarakat yang dimiliki cerita rakyat tersebut), dan dalam waktu

cukup lama (setidak – tidaknya dua generasi).

3) Memiliki versi – versi yang berbeda. Hal ini diakibatkan oleh cara

penyebarannya yang dari mulut – kemulut, dan bukan melalui rekaman.

4) Mempunyai bentuk berpola, seperti kata – kata klise, kata – kata

pembukaan dan penutup yang baku, serta ungkapan – ungkapan

tradisional.

5) Bersifat anonim, yakni sudah tidak diketahui lagi nama penciptanya.

6) Mempunyai kegunaan atau fungsi dalam kehidupan kolektif atau

masyarakat pemiliknya, seperti sebagai alat pendidikan pelipur lara,

protes sosial, dan proyek keinginan terpendam.

Page 26: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

7) Bersifat prologis, yaitu memiliki logika tersendiri yang tidak sesuai

dengan logika umum.

8) Menjadi milik bersama. Hal itu disebabkan penciptanya yang asli sudah

tidak diketahui lagi, sehingga setiap anggota kolektifnya merasa

memilikinya(Danandjaja dalam Musfiroh, 2008:70).

b. Bentuk – bentuk Cerita Rakyat

Menurut (Abrams dalam Musfiroh, 2008:70) cerita rakyat meliputi mite,

legenda, dan dongeng. Ketiganya memiliki beberapa perbedaan menyangkut

permasalahan cerita, tokoh cerita, serta anggapan pemiliknya terhadap

keberadaan cerita tersebut.

1) Mite

Mite adalah cerita yang dianggap benar – benar terjadi dan dianggap

benar – benar terjadi dan dianggap sakral oleh penduduknya. Mite

mengandung tokoh – tokoh dewa atau makhluk setengah dewa. Mite

melukiskan kelahiran bangsa, pertemuan orang tua dengan dewa – dewa

karunia atau sengsara, atau perjanjian dan larangan yang diadakan. Mite

tidak didasarkan pada pikiran logis melainkan perasaan dan pikiran mistis.

2) Legenda

Legenda adalah cerita yang dianggap benar – benar terjadi tetapi tidak

dianggap sakral oleh pemilik cerita. Yang tampil sebagai tokoh – tokohnya

adalah manusia yang sering memperlihatkan sifat – sifat dan kelebihan luar

biasa. Tokoh yang tampil dalam legenda adalah makhluk gaib yang hidup

yang hidup bersama – sama dengan peristiwa yang terjadi di dunia.

3) Dongeng

Dongeng adalah cerita khayali yang dianggap tidak benar – benar

terjadi, baik oleh penuturnya maupun oleh pendengarnya.

Page 27: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

2.Cerita Fiksi Modern

Cerita fiksi modern dapat dikategorikan menjadi cerita fantasi dan fiksi ilmiah

(Cox dalam Musfiroh, 2008:74). Cerita fiksi modern dianggap sebagai sastra

hipotesis dan sesuai untuk model belajar anak. Cerita tentang vampir yang ditulis

oleh Elizabeth dan cerita yang mempersonifikasikan binatang seperti halnya

winnie-the-Pooh oleh A. A. Milne misalnya, merupakan cerita fiksi modern yang

cenderung menstimulasi anak untuk bercerita kembali (retelling), baik secara lisan

maupun tertulis.

2. Cerita Faktual

Cerita faktual adalah cerita yang didasarkan pada peristiwa faktual yang

dialami oleh seseorang atau sekelompok orang. Cerita faktual biasanya diabadikan

dalam bentuk buku sejarah atau kitab suci yang dipercayakan kebenarannya.

Cerita ini berisi peristiwa – peristiwa penting yang dialami oleh tokoh. Unsur

didaktik dan informatif terdapat dalam cerita faktual ini.

a. Cerita biografi (ilmuwan, pahlawan, atau tokoh agama). Cerita untuk anak –

anak dalam kategori ini sudah terdapat dalam bnetuk buku dengan ilistrasi

yang menarik dan bervariasi. Cerita yang didasarkan pada kitab suci, karena

pertimbangan tertentu, dimasukkan dalam kategori ini, seperti Tidak Berbakti

kepada Orang Tua, Membelah Lautan. Cerita tersebut sangat diminati anak

usia 5-6 tahun. Pada masa itu menurut (Cox dalam Musfiroh,2008:76), anak

mulai menyukai kehadiran buku. Oleh karenanya apabila disediakan beberapa

buku dalam ruang baca, anak akan cenderung “pura- pura” membaca seperti

yang dilakukan guru atau orang tua mereka.

b. Cerita sejarah atau penggalan dari sejarah. Cerita sejarah sebenarnya cukup

sulit untuk dicerna anak. Meskipun demikian jika guru dapat mengambil

cerita yang telah diolah sedemikian rupa dan disesuaikan dengan tingkat

perkembangan anak maka cerita inipun akan tetap menarik. Cerita tentang

perang melawan Belanda, Jepang, dapat disajikan kepada anak dengan

berbagai delisi (penghapusan atau penyerdehanaan ) isi dan unsur cerita.

Page 28: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Beberapa cerita yang sejarah yang dimuat dalam majalah anak – anak khusus

untuk Taman Kanak- kanak biasanya dimanfaatkan guru untuk bercerita.

Dalam metode role playing ini jenis cerita yang digunakan adalah jenis cerita

fiksi modern, karena cerita fiksi modern cenderung menstimulasi anak untuk

bercerita kembali (retelling), baik secara lisan maupun tertulis.

d. Cerita Untuk Anak Usia Dini

Dongeng adalah cerita khayali yang dianggap tidak benar-benar terjadi, baik

oleh penuturnya maupun oleh pendengarnya. Dongeng diceritakan terutama untuk

hiburan, walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran, atau bahkan moral.

Seperti halnya mite dan legenda, dongeng pun diklasifikasikan menjadi sebentuk

yang lebih terinci meliputi dongeng binatang, dongeng biasa, anekdot (Danandjaja

dalam Musfiroh, 2008:74).

Dongeng merupakan cerita yang dapat dijadikan sumber cerita untuk anak

usia dini, terutama dongeng-dongeng tentang binatang atau fabel. Apabila

dongeng terlalu panjang guru dapat menulis ulang dengan beberapa perubahan

yang diperlukan.

e. Manfaat Bercerita

Cerita merupakan kebutuhan universal bagi manusia, dari anak-anak sampai

orang dewasa, hingga orang tua. Cerita tidak hanya sekedar memberi manfaat

emotif tetapi juga membantu pertumbuhan anak-anak dalam berbagai aspek.

Bercerita diyakini sebagai aktivitas penting dan tidak dapat dipisahkan dalam dunia

pendidikan untuk anak usia dini. Bercerita bagi anak memiliki manfaat yang sama

pentingnya dengan aktivitas dan program pendidikan itu sendiri.

Dalam penelitian yang dilakukan Masluhah (2010) menunjukan dengan bercerita

dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak, terbukti dari hasil yang diperoleh

anak dilihat dari rata-rata hasil pengamatan anak dari siklus I (68,8) dengan

Page 29: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

prosentase (40%), dan meningkat lagi siklus II (85,4) dengan prosentase (100%) yang

terus mengalami peningkatan.

Menurut Musfiroh (2008:81-100) menyatakan bahwa manfaat bercerita adalah:

(1) Membantu pembentukan pribadi dan moral anak, (2) Menyalurkan kebutuhaan

imajinasi dan fantasi, (3) Memacu kemampuan verbal, (4) Merangsang minat menulis

anak, (5) Membuka cakrawala yang dijelaskan sebagai berikut:

1) Membantu pembentukan pribadi dan moral anak

Bercerita memiliki pengaruh dalam cara berfikir dan berperilaku anak

karena mereka senang mendengarkan cerita walaupun walaupun dibacakan

berulang-ulang. Anak yang terbiasa menyimak cerita, akan tumbuh menjadi

pribadi yang lebih hangat, kompromis, dan memiliki kecerdasan interpersonal

lebih tinggi dari pada anak-anak yang tidak pernah mendengarkan cerita. Guru

mempunyai peran penting sebagai tempat bertanya dan berbagi. Hubungan

psikologis ini membuka peluang kepada pendidik untuk mengajarkan moral

kepada anak.

Bercerita mendorong perkembangan moral kepada anak karena

beberapa sebab yaitu (1) menghadapkan anak pada situasi yang mengandung

konsiderasi yang mungkin mirip dengan yang dihadapi anak dalam dunia

nyata, (2) cerita dapat memancing anak menganalisis situasi, (3) cerita

mendorong anak untuk menelaah perasaannya sendiri sebelum ia mendengar

respon orang lain untuk dibandingkan, (4) cerita mengembangkan rasa

konsiderasi atau tepa slira yaitu pemahaman dan penghargaan atas apa yang

telah dikerjakan sehingga siswa memilki konsiderasi terhadap orang lain

dalam dunia nyata.

2) Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi

Masa anak-anak adalah masa dimana anak memilki daya imajinasi

yang tinggi atau berkhayal yang tinggi. Anak-anak membutuhkan penyaluran

imajinasi dan fantasi tentang berbagai macam hal yang muncul pada pikiran

anak. Anak membutuhkan dongeng atau cerita karena beberapa hal

Page 30: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

diantaranya: (1) anak membangun gambaran-gambaran mental pada saat

memperdengarkan kata-kata yang melukiskan kejadian, (2) anak memperoleh

ketrampilan yang beraagam sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman

masing-masing, (3) anak memperoleh kebebasan untuk melakukan pilihan

secara mental, (4) anak memperoleh kesempatan menangkap imajinasi dan

citraan-citraan cerita, (5) anak memiliki tempat untuk melarikan permasalahan

seperti keinginan untuk melawan kemarahan, rasa iri, dan cemburu, (6) anak

memperoleh kesempatan untuk merangkai hubungan sebab akibat secara

imajinatif.

3) Memacu kemampuan verbal

Cerita yang bagus tidak sekedar menghibur tapi juga mendidik,

sekaligus merangsang berkembangnya komponen kecerdasan linguistik, yang

paling penting adalah kemampuan menggunakan bahasa untuk mencapai

sasaran praktis. Mendengarkan cerita yang bagus bagi anak sama dengan

melakukan serangkaian kegiatan fonologis, sintaksis, dan pragmatik. Selama

menyimak cerita, anak belajar bagaimana bunyi diucapkan dengan benar.

Secara langsung anak telah menajamkan kecerdasan linguistiknya.

4) Merangsang minat menulis anak

Cerita dapat memancing rasa kebahasaan anak, anak yang gemar

membaca dan mendegarkan cerita akan memiliki kemampuan berbicara,

menulis, dan memahami gagasan rumit secara lebih baik (Leonhardt dalam

Musfiroh, 2008:88). Cerita menumbuhkan kemampuan tulis anak, cerita dapat

menimbulkan inspirasi bagi anak untuk membuat cerita sendiri.

5) Membuka cakrawala

Cerita dapat membawa anak pada kegiatan yang lebih baik,

mempertinggi rasa ingin tahu yang tinggi, dan sikap menghargai kehidupan.

Bercerita memberikan jalan bagaimana cara memahami diri sendiri dan orang

lain, dan bagaimana memahami cerita itu sendiri.

Page 31: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Menurut Raines, dkk (Philips, 2008:1-5) manfaat bercerita antara lain:

1) Meningkatkan imajinasi anak-anak.

2) Mendukung dan memperluas kehidupan sosial anak-anak.

3) Mengembangkan lebih lanjut ketrampilan kognitif anak (seperti imajinasi,

spekulasi, dan pengetahuan).

4) Memberikan kontribusi signifikan terhadap semua aspek perkembangan

bahasa.

5) Jembatan untuk memperkenalkan huruf sejak usia dini.

f. Kemampuan Bercerita Anak Usia Dini

Berpijak dari berbagai pendapat yang diuraikan diawal, dapat disimpulkan

bahwa kemampuan bercerita anak usia dini adalah kesanggupan individu dalam

menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian

secara lisan dalam upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa.

g. Penilaian Kemampuan Bercerita

Taman Kanak-kanak adalah salah satu bentuk pendidikan maka kegiatan

bercerita merupakan implikasi dari sistem pendidikan yang memiliki kegiatan:

persiapan-pelaksanaan-evaluasi. Oleh karena itu evaluasi menjadi bagian yang tak

terpisahkan dalam kegiatan bercerita. Bachri (2005: 176) membagi penilaian

kegiatan menjadi dua, yaitu:

1) Penilaian Formatif

Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana proses kegiatan

bercerita telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Melalui evaluasi

akan diketahui kelemahan dan kelebihan pelaksanaan kegiatan bercerita yang

telah dilakukan sehingga dapat diketahui sejauh mana efektifitas

pelaksanaannya. Hasil dari pelaksanaan penilaian formatif dapat digunakan

sebagai bahan perbaikan terhadap proses pelaksanaan kegiatan bercerita

berikutnya. Bachri (2005:176) menjelaskan prosedur evaluasi formatif antara

Page 32: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

lain: (1) persiapan, (2) penyusunan dan pengembangan instrumen, (3)

pengambilan data, (4) analisis data, (5) penarikan simpulan, (6) tindak lanjut.

Berikut ini contoh persiapan kebutuhan evaluasi sumatif.

Informasi yang

dicarai

Indikator Instrumen yang

digunakan

Responden

Kejelasan suara

yang dihasilkan

anak dalam

bercerita.

Suara anak bisa

didengar seluruh

kelas.

Suara anak

mempunyai intonasi

yang jelas

Observasi Observer

Tabel di atas menunjukkan contoh mengenai satu komponen yang akan

dinilai, dalam pelaksanaan sesungguhnya tabel di atas akan dikembangkan

lebih luas terhadap komponen yang akan dievaluasikan.

2) Penilaian Sumatif (Hasil Belajar)

Penilaian sumatif bertujuan untuk memberi gambaran mengenai

keberhasilan anak dalam belajar. Bachri (2005: 192) mengemukakan bahwa

penilaian atau evaluasi sumatif dilakukan untuk mengetahui sejauh mana anak

didik dapat berpindah dari satu unit ke unit berikutnya.

Penilaian yang peneliti lakukan pada kegiatan bercerita adalah penilaian

formatif yaitu untuk menilai proses pembelajaran bercerita secara keseluruhan yang

mencakup observasi guru mengajar, observasi keaktifan anak, dan tes unjuk kerja.

Page 33: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

2. Hakikat Kualitas Proses Pembelajaran

a. Pengertian Kualitas

Para ahli tidak semua sependapat dengan pengertian kualitas (mutu) dalam

arti yang sama. Mutu adalah “paduan sifat-sifat produk yang menunjukkan

kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, baik kebutuhan yang

dinyatakan atau kebutuhan yang tersirat, masa kini dan masa depan”.

Depdiknasmengemukakan paradigma mutu dalam konteks pendidikan,

mencakup input, proses, dan output pendidikan. Lebih jauh dijelaskan bahwa input

pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk

berlangsungnya proses, yang dimaksud sesuatu adalah berupa sumberdaya dan

perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi keberlangsungan

proses. Input sumberdaya meliputi sumberdaya manusia (seperti ketua, dosen,

konselor, peserta didik) dan sumberdaya selebihnya (peralatan, perlengkapan, uang

bahan-bahan, dan sebagainya). Sedangkan input perangkat meliputi: struktur

organisasi, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana, program, dan

lain sebagainya. Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan dan sasaran yang

ingin dicapai. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung

dengan baik. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya mutu input

dapat diukur dari tingkat kesiapan input, makin tinggi kesiapan input, makin tinggi

pula mutu input tersebut.

Proses pendidikan merupakan proses berubahnya sesuatu menjadi sesuatu

yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input,

sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Proses dikatakan bermutu tinggi

apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemanduan input dilakukan secara

harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan

(enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar

mampu memberdayakan peserta didik.

Page 34: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Berdasarkan pendapat di atas dapat didefinisikan bahwa mutu adalah

perpaduan sifat-sifat barang atau jasa, yang menunjukkan kemampuannya dalam

memenuhi kebutuhan, baik yang tersurat maupun yang tersirat. ( Muhidin, 2011)

b. Pembelajaran

Menurut Hamalik (2003:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang

tersusun meliputi unsur – unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan

prosedur yang saling mempengaruhi dimana manusia terlibat dalam sistem

pengajaran yang terdiri dari siswa, guru dan tenaga pendidik lainnya.

Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan

lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih

baik.(Muhidin, 2011)

Dalam UUSPN No (2003:2) Pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran dirancang oleh guru untuk membangun kreatifitas berfikir yang dapat

meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya

meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu

proses yang dirancang oleh seseorang guru dengan peserta didik dalam suatu

lingkungan sehingga sehingga terjadi proses pembelajaran yang efektif dan efisien

untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

c. Pengertian Proses Pembelajaran

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi

yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang

diarahkankepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar

juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu.

Page 35: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Berdasarkan hal di atas maka dapat disimpulkan beberapa hal yang menjadi

hakikat belajar yaitu sebagai berikut:

1. Belajar merupakan suatu proses, yaitu merupakan kegiatan yang

berkesinambungan dimulai sejak lahir dan terus berlangsung seumur hidup.

2. Dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif

permanen

3. Hasil belajar ditujukan dengan aktivitas - aktivitas tingkah laku secara

keseluruhan.

4. Adanya peranan kepribadian dalam proses belajar antara lain aspek motivasi,

emosional, sikap dan sebagainya.

Pembelajaran (instruction), merupakan akumulasi dari konsep mengajar

(teaching) dan konsep belajar (learning). Penekanannya pada perpaduan antara.

keduanya, yakni kepada penumbuhan aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat

dipandang sebagai suatu sistem, sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponen

-komponen siswa atau peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas

dan prosedur serta alat atau media yang harus dipersiapkan.

Learning System menyangkut pengorganisasian dari perpaduan antara

manusia, pengalaman belajar, fasilitas, pemeliharaan atau pengontrolan, dan prosedur

yang mengatur interaksi perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan. Demikian

halnya juga dengan learning system, dimana komponen perencanaan mengajar, bahan

ajar, tujuan, materi dan metode, serta penilaian dan langkah mengajar akan

berhubungan dengan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan. (Muhidin, 2011)

Page 36: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

d. Kualitas Proses Pembelajaran

Pendidikan sesungguhnya merupakan suatu sistem yang dibentuk untuk

mencapai tujuan tertentu.Sistemadalahseperangkat komponen yang saling

berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu. Hal tersebut juga diungkapkan oleh

Salisbury bahwaSistem adalah sekelompok bagian-bagian yang bekerja sama sebagai

satu kesatuan fungsi. Kualitas dan sifat dasar dari setiap bagian dapat dilihat dalam

hubungannya dengan keseluruhan sistem. Setiap bagian hanya dapat dipahami

dengan memperhatikan pada bagaimana bagian itu berfungsi dalam hubungan ke

dalam kebulatan suatu sistem.

Sementara Johnson, dkkmengemukakan definisi sistem sebagaisuatu susunan

elemen-elemen yang saling berhubungan. (Muhidin, 2011)

Kesimpulan yang dapat diambil dari para ahli di atas, adalah bahwa sistem

dibentuk oleh komponen-komponen tertentu dan komponen-komponen ini saling

berinteraksi,berhubungan satu sama lain.

e. Kriteria dalam Penilaian Proses Belajar Mengajar

Menurut Sudjana (2008:59), kriteria penilaian proses belajar mengajar sangat

penting sebagai tolak ukur keberhasilan proses belajar mengajar antara lain :

1) Konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum. Kurikulum adalah

program belajar mengajar yang telah ditentukan sebagai acuan apa yang

seharusnya dilaksanakan.

2) Keterlaksanaan oleh guru. Dalam hal ini adalah sejauh mana kegiatan dan

program yang telah direncanakan dapat dilaksanakan oleh guru tanpa

mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti.

3) Keterlaksanaan oleh anak. Dalam hal ini dinilai sejauh mana anak melakukan

kegiatan belajar sesuai dengan program yang telah ditentukan guru tanpa

mengalami hambatan dan kesesulitan yang berarti.

Page 37: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

4) Motivasi belajar anak. Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat

dalam motivasi belajar yang ditunjukan oleh para anak pada saat

melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

5) Keaktifan para anak dalam kegiatan belajar. Penilaian proses belajar

mengajar terutama adalah melihat sajauh mana keaktifan anak dalam

mengikuti proses belajar mengajar.

6) Interaksi guru dengan anak. Interaksi guru dengan anak berkenaan dengan

komunikasi atau hubungan timbal balik atau hubungan dua arah antara anak

dan guru atau anak dengan anak dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.

7) Keterampilan atau kemampuan guru mengajar. Keterampilan atau

kemampuan guru mengajar merupkan puncak keahlian guru yang profesional

sebab merupakan penerapan semua kemampuan yang telah dimiliki dalam

hal pengajaran, komunikasi dengan anak, metode mengajar dll.

8) Kualitas hasil belajar yang dicapai oleh anak. Salah satu keberhasilan proses

belajar mengajar dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh anak.

3. Hakikat Anak Usian Dini

a. Pengertian Anak Usia Dini

Terdapat beberapa definisi mengenai anak usia dini. Definisi pertama

mengacu pada pengertian bahwa anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun

atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih delapan (0-8) tahun. Pengertian ini

didasarkan pada pandangan bahwa proses pendidikan dan pendekatan pola asuh anak

kelas I, II, dan III hampir sama dengan pola asuh anak usia dini sebelumnya. Batasan

di atas sejalan dengan pengertian dari NAEYC (National Associant for The

Education Young Children). Menurut NAEYC, anak usia dini atau early chilhood

adalah anak yang berada pada usia nol hingga delapan tahun. (Bredekamp dalam

Musfiroh 2008:1)

Definisi kedua membatasi pengertian usia dini pada anak usia satu hingga

lima (1-5) tahun. Pengertian ini didasarkan pada pembatasan dalam psikologi

Page 38: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

perkembangan yang meliputi bayi (Infancy atau babyhood) yakni usia 0-1 tahun, usia

dini (early chilhood) yakni usia 1-5 tahun, masa kanak-kanak akhir (late childhood)

yakni usia 6-12 tahun, dan seterusnya. Mustafa, dkk (Musfiroh 2008:1)

Dari beberapa definisi tersebut dapt disimpulkan bahwa anak usia dini adalah

anak usia 0-8 tahun dari bayi yakni berusia 0-1 tahun, usia dini yakni usia 1-5 tahun,

masa kanak-kanak akhir 6-12 tahun.

b. Prinsip-prinsip perkembangan Anak Usia Dini

Pengetahuan tentang prinsip perkembangan anak usia dini sangat penting

untuk memperoleh gambaran keumuman perilaku anak pada tahap tertentu.

Pengetahuan ini juga bermanfaat untuk memberikan bimbingan dan rangsangan

tertentu agar anak dapat mencapai kemampuan sepenuhnya serta memungkinkan guru

menyiapkan anak atas hal-hal yang diharapkan dari mereka pada usia tertentu.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 10 fakta dasar

mengenai prinsip perkembangan selama anak-anak. Hal ini tidak menutup

kemungkinan ditemukannya lagi prinsip yang baru sejalan dengan berlanjutnya

penelitian (Hurlock, 1997 ; Musthafa 2002 dalam Musfiroh 2008:3). Prinsip-prinsip

yang dimaksud adalah sebagai berikut: (1) perkembangan menyangkut perubahan, (2)

perkembangan awal lebih penting daripada perkembangan selanjutnya, (3)

perkembangan merupakan hasil proses hasil kematangan dan belajar, (4) pola

perkembangan dapat diramalkan karena memiliki pola tertentu, (5) pola

perkembangan mempunyai karakteristik tertentu yang dapat diramalkan, (6) terdapat

perbadaan individu dalam perkembangan aspek-aspek tertentu, (7) terdapat periode

dalam pola perkembangan yang disebut periode pra-lahir, masa neonatus, masa bayi,

masa kanak-kanak awal, masa kanak-kanak akhir, dan masa puber, (8) ada harapan

sosial untuk setiap periode perkembangan, (9) setiap bidang perkembangan

mengandung kemungkinan resiko tertentu, baik fisik maupun psikologi, yang dapat

mengubah pola perkembangan, (10) kebahagian bervariasi pada berbagai periode

perkembangan.

Page 39: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Perkembangan anak usia dini dimulai sejak proses pembuahan dan terjadi

mitosis. Asupan gizi dan kualitas rangsangan sangat menentukan proses

perkembangannya hingga melampaui fase-fase yang ditetapkan, yakni fase embrio

(8 minggu), janin (10 minggu), bayi, toddler, usia TK hingga usia SD awal.

Perkembangan tersebut meliputi berbgai aspek mulai dari aspek fisik, emotif, sosial,

bahasa, hingga kognitif.

c. Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan usia dini kini mulai memperoleh perhatian banyak orang, terutama

setelah disadari bahwa pendidikan pada masa-masa ini sangat mempengaruhi tahap

berikutnya. Proses pendidikan itu dimulai sejak dalam kandungan, yakni sejak masa

embrio terjadi. Proses pendidikan pada masa itu dapat dilihat dari perilaku orang tua.

Mereka menjaga tuturan, pikiran, dan perilaku karena percaya bahwa semua yang

dilakukan berimbas pada sang janin.

Begitu dilahirkan, proses pendidikan menjadi lebih teramati. Meskipun

terlihat lemah. Bayi adalah individu yang paling fleksibel, lentur, dan reaktif.

Pendidikan menjadi sesuatu yang sangat penting karena mereka belajar dan sangat

cepat. Dalam pendidikan terjadi proses belajar. Pendidikan untuk anak usia dini,

khususnya untuk anak-anak di Taman Kanak-kanak, harus memperhatikan beberapa

prinsip pendidikan, antara lain sebagai berikut.

1) Tk merupakan salah satu bentuk awal pendidikan sekolah. Untuk itu, TK perlu

menciptakan situasi pendidikan yang dapat memberikan rasa aman dan

menyenagkan.

2) Masing-masing anak memperoleh perhatian yang bersifat individu, sesuai dengan

kebutuhan anak-anak usia TK.

3) Perkembangan adalah hasil proses kematangan dan prose belajar.

4) Kegiatan belajar di TK adalah pembentukan perilaku melaui pembiasaan yang

terwujud dalam kegiatan sehari-hari.

Page 40: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

5) Sifat kegiatan belajar di TK merupakan pengembangan kemampuan yang telah

diperoleh di rumah.

6) Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan

anak (Hamalik dalam Musfiroh 2008:16).

Pendidikan untuk anak usia dini, dalam hal ini TK, harus mengacu pada

prinsip bermain sambil belajar atau belajar searaya bermain, karena dunia anak

adalah dunia bermain. Pembelajaran dalam konteks yang bermakna tidak hanya

esensial bagi pemahaman dan perkembangan konsep anak, tetapi juga penting untuk

merangsang motivasi pada diri anak. Jika pembelajaran yang diberikan relevan untuk

anak, mereka akan lebih termotivasi untuk belajar lebih lanjut. (Bredekamp dalam

Musfiroh 2008:17)

Masa bermain bagi anak-anak TK menandai dimulainya perkembangan

inisiatif, imajinatif, komunikasi, dan dorongan untuk mengetahui lingkungannya

(Hamalik dalam Musfiroh 2008:17).

4. Hakikat Role Playing

a. Pengertian Role Playing

Pada umumnya orang-orang menyebut role (peran) disini berarti rangakaian

perasaan, kata-kata, tindakan. Role merupakan sebuah alat yang unik dan lumrah

dengan berhubungan dengan orang lain, sedangkan playing berarti bermain.

Dalam penelitian yang dilakukan Sutino (2011) dengan menggunakan metode

role playing untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak, menunjukan bahwa

anak menjadi lebih aktif, karena mereka termotivasi untuk mengetahui isi cerita

yang dibawakan.

Menurut Joyce (2009-302) Role playing adalah model berbasis pengalaman dan

mensyaratkan adanya materi dukungan yang tidak berlaku banyak, selain situasi –

situasi permaslahan ini sendiri. Role Playing membantu masing – masing siswa

memecahkan dilema pribadi dengan bantuan kelompok sosial. Dalam dimensi sosial

memudahkan individu dalam menganalisis keadaan sosial khususnya masalah

antara manusia.

Page 41: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Joyce (2009-91)mengemukakan,

Role Playing as a model of teaching has roots in both the personal and sosial

dimension of educatian. It attempts to help individuals find personal meaning within

their sosial words and to resolve personal dilemmas with the assistance of the social

grup. In the sosial dimension, it’s allow individual to work together to analyzing

social situasion, aspecially interpersonal proble, and in developing decent and

democratic ways of coping with these situasion.

Dari uraian tersebut dapat diartikan role playing merupakan sebuah model

pengajaran yang berasal dari dimensi-dimensi pendidikan individu maupun sosial.

Model ini membantu anak untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial

mereka dan membantu memecahkan dilema pribadi dengan bantuan kelompok sosial.

Dalam dimensi sosial memudahkan individu dalam bekerja sama dalam menganalisis

keadaan sosial khususnya masalah antara manusia.

Pada prinsip Role Playing mengeksplorasi masalah-masalah hubungannya

dengan manusia dengan cara memainkan peran dalam situasi permasalahan kemudian

mendiskusikan peraturan. Siswa bersama – sama mengungkapkan perasaan, tingkah

laku, nilai, strategi pemecahan masalah, kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi

agar anak memberikan penilaian tentang permainan yang telah dilakukan. Role

Playing adalah berakting sesui dengan peran yang telah ditentukan untuk tujuan-

tujuan tertentu misalnya memerankan cerita rakyat.

Ladousse (Tompkins, 1998) memandang role playingcukup sederhana, singkat

dan fleksibel. Dalam Role playing anak mewakili dan mengalami beberapa jenis

karakter yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari. (Scarcella &Oxford dalam

Tompkins, 1998).

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa bermain peran merupakan

kegiatan menjadi orang lain sesuai dengan peran yang telah ditentukan dengan tujuan

mempertunjukan peristiwa yang berisi pesan – pesan moral yang dilakukan oleh dua

orang atau lebih. Bermain peran dapat dilakukan dengan latihan atau tanpa latihan

terlebih dahulu agar dalam pembelajaran siswa merasa lebih mengekspresikan

perasaan, memperoleh wawasan tentang sikap, mengembangkan ketrampilan dan

Page 42: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

berani menyikapi masalah yang dihadapi, mengembangkan kemampuan berimajinasi

menanamkan kemampuan bertanggung jawab dalam bekerja sama dengan orang lain.

b. Tujuan Role Playing

Tujuan Metode Role Playing ini digunakan untuk mencapai beberapa bentuk

tujuan pembelajaran baik secara interaksional maupun pengiring. Metode Role

Playing ini digunakan untuk meningkat kemampuan bercerita, misalnya drama

pendek.

Esensi role playing adalah keterlibatan partisipan dan peneliti dalam situasi

masalah yang sebenarnya dan adanya keinginan untuk memunculkan resolusi damai

serta memahami apa yang muncul dari keterlibatan tersebut Calhoun

(2009:329).RolePlaying bertujuan untuk, (1) mengeksplorasi perasaan anak, (2)

mentransfer dan mewujudkan pandangan mengenai perilaku, nilai, dan presepsi anak,

(3) mengembangkan kemampuan pemecahaan masalah dan tingkah laku, (4)

mengeksplorasi materi pelajaran dalam cara yang berbeda.

Menurut Hamalik (2003:199) tujuan role playing sesuai dengan jenis belajar

adalah sebagai berikut (1) Belajar dengan berbuat yaitu anak melakukan peranan

tertentu sesuai dengankenyataan yang sesungguhnya. Tujuan untuk mengembangkan

ketrampillan-ketrampilan interaktif atau reaktif, (2) Belajar tingkah laku pemeran, (3)

Belajar melalui balikan, pengamat menanggapai perilaku peran pemain peran yang

ditampilkan, (4) Belajar melalui pengkajian, penilaian, dan pengulangan yaitu

pemeran dapat memperbaiki ketrampilan-ketrampilan mereka dengan mengulanginya

dalam penampilan berikutnya.

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa

tujuan role playing adalah suatu aktifitas pembelajaran terencana dengan bermain

peran untuk mencapai ketrampilan-ketrampilan interaktif dan memupuk perilaku

sosial anak dalam kehidupannya. Perilaku sosial tersebut diantaranya sikap empatik

dan senang bekerjasama. Bermain peran dapat meningkatkan dan menumbuhkan

kerjasama anak dalam proses belajar. Kerjasama merupakan fenomena kehidupan

masyarakat. Melalui kerja sama manusia dapat membangkitkan dan menghimpun

Page 43: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

tenaga atau energi secara bersama-sama yang kemudian disebut sinergi. Metode role

playing diterapkan dengan cara bekerjasama antara siswa satu dengan anak lainnya.

c. Manfaat Role Playing

Shaftel dan Shaftel (Wahab 2009:109) mengemukakan bahwa role playing

memiliki dua manfaat utama yaitu “ education for citizen “ dan “ group counseling “.

Selain dua manfaat tersebut masih terdapat beberap manfaat lainnya. Penggunaan

metode ini akan memberikan manfaat apabila dilakukan dengan langkah-langkah

yang benar.

Manfaat role playing menurut Joyce dan Weils (2009:341), sebagai berikut :

1) Anak dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengenali dan

memperhitungkan perasaannya sendiri serta perasaan orang lain. Anak bisa

memiliki perilaku baru dalam menghadapi situasi sulit yang tengah dihadapi, dan

meningkatkan skill memecahkan masalah.

2) Role Playing bisa merangsang timbulnya beberapa aktifitas. Anak menikmati

tindakan atau pemeranan. Role playing adalah salah satu sarana untuk

mengembangkan materi instruksional. Tingkatkan dalam metode ini tindakan

pernah berakhir sendirinya, tetapai hanya membantu anak untuk mengekspresikan

nilai - nilai, perasaan, solusi masalah, dan tingakah laku yang ada dan terpendam

dalam diri anak.

Manfaat penggunaan metode bermain peran adalah sebagai berikut:

1) Membantu anak menemukan makna dirinya dalam kelompok.

2) Membantu anak memecahkan persoalan pribadi dengan bantuan kelompok.

3) Memberi pengalaman bekerjasama dalam memecahkan masalah.

4) Memberi anak pengalaman mengembangkan sikap dan ketrampilan

memecahkan masalah. (Anugrahwan, 2011)

Page 44: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Berpijak dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa role playing adalah

untuk membantu anak dalam memahami perasaan dirinya sendiri maupun orang lain

dan meningkatkkan kemampuan memecahkan masalah – masalah sosial.

d. Langkah – langkah menggunakan Role Playing.

Menurut Joyce dan Weil (2008:345-346) mengemukakan langkah – langkah

menggunakan role playing yaitu:

1) Memanaskan situasi kelompok

a) Mengidentifikasi dan memaparkan masalah.

b) Menjelaskan maslah.

c) Menafsirkan masalah.

d) Menjelaskan tentang role playing.

2) Memilih Partisipan

a) Menganalisis peran.

b) Memilih pemain yang melakukan peran.

3) Mengatur setting/latar

a) Mengatur sesi tindakan.

b) Menegaskan kembali peran.

c) Mendekatkan kemasalah yang akan dipelajari.

4) Menyiapkan pengamat

a) Menjelaskan tujuan dari role playing.

b) Memberikan tugas kepada pengamat.

5) Pemeranan.

a) Waktu tidak terlalu lama untuk tingkat pemula.

b) Memulai memerankan role playing.

c) Mengukuhkan role playing.

6) Berdiskusi dan Mengevaluasi

a) Mengulang kembali pemeranan.

b) Mengembangkan fokus utama.

Page 45: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

c) Mengembangkan pemeranan selanjutnya.

7) Jika terjadi kesulitan hal yang perlu dilakukan.

a) Membimbing dengan pertanyaan.

b) Mencari pengganti paran yang mengalami kesulitan tersebut.

c) Menghentikan dan melangkah ke tindak lanjut.

8) Jika pemain keluar skenario, hal yang perlu dilakukan:

a) Menghentikan lalu meluruskan kembali keadaan dan masalah.

b) Setelah anak paham memulai lagi bermain peran.

9) Jika anak lain mengganggu:

a) Diperingatkan agar tidak menggangu temannya.

b) Diberi tugas khusus.

c) Jangan memperdulikan.

d) Jika ada anak yang kurang setuju dengan peran temannya, akan diberi

kesempatan untuk memerankan

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini :

1. Sutino 2011 dengan judul “ Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan

Menggunakan Metode Role Playing pada Siswa SDN pandak I Sidoharjo

Sragen Tahun Ajaran 2010/2011”. Metode role playing mendorong siswa

untuk menjadi pembelajar yang aktif, karena mereka termotivasi untuk

mengetahui isi materi yang diberikan. Siswa memahami skenario/teks dengan

baik sehingga mereka bisa memberikan respon yang tepat terhadap pertanyaan

yang dibrikan oleh guru. Sebagai tehnik yang baru, role playing sangat

menarik dan berbeda dengan tehnik pembelajaran yang digunakan dalam

proses belajar mengajar.

Kesamaan antara penelitian tindakan kelas yang dilakukan sutino dengan

penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti adalah penggunaan metode

Page 46: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

role playing dalam pembelajaran, sedangkan perbedaanya adalah variabel

terikatnya.

2. Siska 2011 dengan judul “ Penerapan Metode Bermain Peran (Role Playing)

dalam meningkatkan Keterampilan Sosial dan Berbicara Anak Usia Dini TK

Al Kautsar Bandar Lampung Tahun Ajaran 2010/2011”. Penelitian dilakukan

dengan tiga siklus, dengan subjek anak-anak kelompok B TK Al-Kautsar

yang berjumlah 10 anak. Dari hasil pelaksanaan dan observasi yang

dilakukan, terjadi peningkatan yang cukup besar terutama pada siklus dua.

Disarankan bagi guru agar keterampilan sosial dan keterampilan berbicara

lebih dikembangkan lagi, baik dalam pembelajaran, pelaksanaan dan evaluasi

pembelajaran.Kesamaan antara penelitian tindakan kelas yang dilakukan siska

dengan penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti adalah penggunaan

metode role playing dalam pembelajaran, sedangkan perbedaanya adalah

variabel terikatnya.

3. Masluhah 2010 dengan judul “ Penggunaan Metode Bercerita Untuk

Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Pada Anak Kelompok B di RA Nurul

Karomah Rejoso Pasuruan”. Hasil penelitian menunjukan penggunaan metode

bercerita dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak kelompok B di RA

Nurul Karomah Rejoso Pasuruan, terbukti dari hasil yang diperoleh anak

dilihat dari rata-rata hasil pengamatan anak dari siklus I (68, 8) dengan

prosentase 40%, dan meningkat dengan siklus II (85, 4) dengan prosentase

100%, yang terus mengalami peningkatan. Kesamaan penelitian tindakan

kelas yang dilakukan masluhah dengen peneliti adalah salah satu variabelnya

yang sama yaitu bercerita, sedangkan perbedaanya kemampuan yang

ditingkatkan.

Dari hasil penelitian relevan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan

metode role playing dapat meningkatkan kemampuan bercerita anak. Terbukti

dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Hasil penelitian

menunjukan penerapan metode role playing dapat meningkatkan kemampuan

Page 47: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

bercerita anak, dilihat dari hasil pengamatan anak siklus I sebesar 50%, dan

meningkat dengan siklus II sebesar 77%.

C. Kerangka Berpikir

Pemahaman cerita pada saat kondisi awal masih rendah karena anak lebih

berpusat pada guru saja. Guru masih mengalami kesulitan dalam menentukan

metode pembelajaran untuk anak, kedisiplinan, minat, keaktifan, kerjasama, dan

kesungguhan anak masih rendah. Selain itu kuarang tersedianya buku-buku yang

mendukung pembelajaran tentang bercerita. Dengan kondisi ini kemudian peneliti

terdorong untuk merubah sistem pembelajaran dan melakukan tindakan untuk

mengatasi masalah - masalah tersebut. Peneliti akan menyajikan model

pembelajaran dengan metode role playing dalam proses pembelajaran bercerita.

Peneliti akan menggali aspek kognitif, afektif, serta mengekspresikan kemampuan

yang dimiliki oleh anak. Alasan peneliti menggunakan metode role playing

adalah (1) guru mendorong minat anak agar ikut aktif dalam proses pembelajaran,

(2) anak dapat memahami konsep tentang peranan tokoh – tokoh yang ada dalam

cerita, (3) anak tidak jenuh dengan pembelajaran yang diajarkan oleh guru (4)

anak dapat mengerti isi pesan cerita yang dibawakan.

Metode role playing ini anak terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran,

dengan melibatkan anak secara langsung diharapkan keaktifan anak akan

meningkat. Tindakan yang telah dilaksanakan peneliti diharapkan mencapai

kondisi akhir yaitu dengan menggunakan pemahaman cerita untuk mencapai

tujuan yang diharapkan.Peneliti telah melaksanakan 2 siklus penelitian, yaitu

siklus I, dan siklus II. Berdasarkan uraian diatas dapat digambarkan kerangka

berpikir sebagai berikut.

Page 48: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir.

Keadaan Awal

1. Kemampuan anak dalam bercerita rendah.

2. Guru belum menggunakan metode role playing.

Guru

Kesulitan menentukan

metode pembelajaran yang

tepat dalam pembelajaran

bercerita.

Anak

Kedisiplinan, minat, keaktifan,

kerja sama, dan kesungguhan

anak rendah.

Lingkungan

Tidak tersedianya buku-buku

yang mendukung

pembelajaran tentang

bercerita.

Penerapan metoderole playing dalam

pembelajaran cerita.(Penelitian Tindakan Kelas)

Kualitas proses pembelajaran

bercerita anak meningkat.

Hasil pembelajaran bercerita

meningkat.

Page 49: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

D. Hipotises Tindakan

Rumusan Hipotesis Tindakan sebagai berikut:

Penerapanmetoderole playing dapat meningkatkan kemampuan

berceritaanak usia dini pada anak kelompok B Tk Pembina Cawas.

Page 50: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di TK Pembina Cawas Kelompok B, Cawas, Klaten.

Pemilihan lokasi ini berdasarkan beberapa pertimbangan sebagai berikut:

1) Sekolah mengijinkan untuk dilaksanakan kegiatan penelitian menggunakan

metoderole playing dengan tujuan meningkatkan kualitas sekolah.

2) Sekolah bersedia memberikan data yang diperlukan peneliti.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester II Tahun Ajaran 2011/2012, dan

membutuhkan waktu selama 6 bulan, yaitu mulai bulan Februari 2012 sampai dengan

bulan Juli 2012. Rincian waktu dan jenis - jenis kegiatan penelitian dapat dilihat pada

tabel berikut ini

Tabel I. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas

No Jenis Kegiatan

Bulan

Feb Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan dan

Pengajuan

Proposal

2 Mengurus izin

penelitian

3. Pelaksanaan

penelitian siklus

4. Penyusunan

Laporan

5. Pelaksanaan

Ujian skripsi

Page 51: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian PTK ini adalahanak-anak TK kelompok B TK Pembina

Cawas, Klaten. Anak TK kelompok B terdiri dari 11 anak perempuan dan 15 anak

laki-laki. Pada dasarnya mereka dari latar belakang yang berbeda-beda dilihat dari

faktor ekonomi orang tua anak tapi sebagian besar dari mereka adalah anak golongan

menegah kebawah. Dari 26 anak ini adalah anak yang normal, tidak cacat dalam arti

tidak ada anak ABK (anak berkebutuhan khusus).

C. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut

Wardhani (2008:1.4) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh

guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki

kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

D. Strategi Penelitian

Strategi yang diambil dalam penelitian ini adalah strategi tindakan kelas

model siklus karena objek penelitiannya hanya satu sekolah. Rencana penelitian

terdiri atas: (1) perencanaan atau plaining yaitu membuat rencana sebelum

melaksanakan tindakan dengan membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH), lembar

observasi, indikator ketercapaian yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran

serta menyiapkan media berupa skenario sebuah cerita dan memahami makna

kemudian mengekspresikan dengan cerita. (2) Tindakan atau acting pada langkah ini

guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran yang mengacu

pada rencana pelaksanaan pembelajaran. Dalam hal ini pelaksanaan

pembelajarandilakukan dalam dua kali pertemuan. (3) Pengamatan atau observing,

dalam melakukan observasi dengan memakia format observasi dilakukan dengan

mengganti proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). (4) Refleksi atau reflecting

yaitu menindak lanjut hasil pengamatan sehingga dapat ditarik kesimpulan dari

seorang peneliti untuk mencapai tujuan.

Page 52: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

E. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari :

1. Sumber data primer, antara lain anak didik kelompok B Tk Pembina Cawas, guru

dan kepala sekolah.

2. Sumber data sekunder, antara lain berupa kurikulum, silabus, buku penilaian.

F. Teknik pengumpulan data

Teknik Pengumpulan data dalam suatu penelitian harus sesuai dengan maksud

dan tujuan penelitian yang sedang dilakukan dan jenis data yang diperlukan

berhubungan dengan hal tersebut,maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

sebagai berikut:

1. Observasi

Menurut Wahyudin & Agustin (2011:59) Observasi adalah suatu teknik yang

dapat dilakukan guru untuk mendapatkan berbagai informasi atau data tentang

perkembangan dan permasalahan anak. Observasi yang dilakukan oleh peneliti

berupa pengamatan aktif. Peneliti melakukan observasi langsung pada Anak

Kelompok B TK Pembina Cawas. Observasi difokuskan pada proses pembelajaran,

keaktifan saat bercerita. Observasi dilakukan selama pelaksanaan tindakan

berlangsung, dari observasi tersebut diperoleh data observasi sikap anak dalam

memahami cerita yang dibawakan saat prose pembelajaran..

2. Dokumentasi

Menurut St. Y. Slamet dan Suwarto (2007:53) dokumen adalah bahantertulis

maupun film yang digunakan sebagai sumber data.Dokumentasi merupakan

merupakan suatu metode untuk memperoleh atau mengetahui segala hal dengan

melihat buku-buku,arsip-arsip atau catatan yang berhubungan dengan orang yang

diteliti.Selain itu dokumentasi ini sebagai sumber data karena dalam banyak hal yang

digunkan untuk menguji.Selain itu sebagai bukti untuk suatu pengujian.

Page 53: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Dokumentasi dilakukan dengan mencatat/mengabadikan kegiatan berupa

foto/melihat arsip-arsip(catatan-catatan) yang dilakukan dalam penelitian. Dokumen-

dokumen tersebut antara lain berupa arsip perencanaan pembelajaran bercerita.

Teknikpengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dokumen resmi.

Dokumen resmi untuk mengetahui data awal yaitu silabus, RKH, sebelum dilakukan

tindakan, dan daftar nilai pembelajaran bercerita anak kelompok B tentang bercerita.

Sedangakan dokumen yang digunakan untuk megetahui perkembangan anak dalam

proses pembelajaran setelah tindakan berupa foto pembelajaran dan peningkatan

kemampuan bercerita anak dengan menerapkan metode role playing.

3. Tes Unjuk Kerja

Wahyudin & Agustin (2011:78) menjelaskan bahwa unjuk kerja (performance)

adalah penilaian yang menuntut anak didik untuk melakukan tugas dalam perbuatan

yang dapat diamati, misalnya praktik menyanyi, memperagakan sesuatu. Tes unjuk

kerja merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur sesuatu hal melalui

perbutan anak.

Tes unjuk kerja disini bertujuan untuk mengukur kemampuan anak dalam

bercerita yang berwujud penampilannya dalam bercerita di depan kelas.

G. Validitas Data

Semua data yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang

sebenarnya diukur atau diteliti. Untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian

ini, penelitian menggunakan teknik triangulasi. Menurut Moleong (2007:330)

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain, di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data itu. Dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi data dan

triangulasi metode. Teknik tersebut adalah:

1) Triangulasi sumber data, teknik ini digunakan untuk menguji kebenaran data

yang diperoleh dari satu informan dengan informan yang lain. Data yang sama

Page 54: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

atau sejenis, akan lebih valid kebenarannya bila digali dan dikomparansikan dari

beberapa sumber data yang berbeda. Dalam hal ini, kegiatan yang dilakukan

peneliti adalah membandingkan data/informasi terkait pembelajaran ketrampilan

bercerita dengan role playing, data nilai ketrampilan bercerita saat tindakan.

Hasil perbandingan data dari sumber data yang berbeda tersebut kemudian

disimpulkan.

2) Triangulasi metode, peneliti mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan

metode/tekhnik pengumpulan data yang berbeda. Kegiatan yang dilakukan

peneliti yakni membandingkan data yang telah diperoleh dari beberapa teknik

pengumpulan data yang berbeda, kemudian dapat ditarik simpulan data yang

lebih kuat validitasnya. Peneliti membandingkan data yang terkumpul dari

tekhnik observasi, wawancara, dan tes unjuk kerjaapressiasi cerita, kemudian

ditarik simpulan sehingga data benar-benar mendekati kevalidan.

H. TeknikAnalisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis interaktif Model Miles dan Huberman. Model analisis interaktif ini

mempunyai tiga komponen pokok, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan

kesimpulan(verifikasi). Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses

pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. Kegiatan pokok analisis model ini

meliputi : reduksi data, kesimpilan-kesimpulan penarikan/verifikasi (Milles dan

Hubermen 2007:20).

Adapun rincian model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data yaitu pemilihan pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis dilapangan, reduksi data merupakan suatu bentuk analisis menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi

Page 55: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

data dengan cara sedemikian sehingga dapat ditarik kesimpulan dan diverifikasi

(Milles dan Huberman 2007:16). Hasil reduksi data berupa uraian singkat yang

telah digolongkandalam suatu kegiatan tertentu. Reduksi data dilakukan dengan

cara menggumpulkan data dari proses pembelajaran, tes unjuk kerja, silabus,

RPP, dan foto kegiatan belajar menggunakan pembelajaran role playing

kemudian data disimpan.

2. Penyajian Data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun memberi kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam pelaksanaan

penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan suatu cara yang

utama bagi analisis kualitatif yang valid. Penyajian data berupa sekumpulan

informasi dalam bentuk tes naratif yang disusun, diatur, diringkas dalam bentuk

kategori-kategori sehingga mudah dipahami makna yang terkandung

didalamnya.Data yang sudah didapat dikelas kemudian disusun menjadi matrik

yang digunakan untuk penelitian.

3. Kesimpulan-kesimpulan (penariakan/verifikasi)

Setelah data-data direduksi, disajikan langkah terakhir adalah dilakukannya

penarikan kesimpulan.Data-data yang didapatkan dari hasil penelitian kemudian

diuji kebenaranny.Penarikan kesimpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi

utuh, sehingga kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian

berlangsung. Penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap yaitu dari

kesimpulan yang tepat dengan cara diskusi bersama mitra kolaborasi. Penarikan

kesimpulan dilaksanakan dengan membandingkan perolehan nilai tes

tersebut.Tes ini dilakukan lebih dari satu kali.Jika mengalami peningkatan maka

usaha yang dilakukan dikatakan berhasil. Menarik kesimpulan dilakukan dengan

cara berdiskusi dengan guru kelas kelompok B tentang hasil akhir yang telah

dicapai untuk menentukan langkah penelitian selanjutnya.

Page 56: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Gambar2.Pengambilan Data

(Sumber : Miles and Huberman 2007:20)

I. Indikator Kinerja

Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya

kemampuan bercerita pada anak kelompok B Tk Pembina Cawas dengan metode role

playing. Untuk mengukur ketercapain tujuan penelitian, digunakan indikatator

sebagai berikut Bachri (2005:170) :

No Aspek yang dinilai Target Prosentase Cara Mengukur

1

a. Memahami isi cerita

b. Jalan cerita yang sesuai

c. Lafal yang jelas saat

bercerita

d. Intonasi saat bercerita

e. Kelancaran

f. kemandirian

Siswa yang

mencapai

ketuntasan 20 dari

26 siswa.

Diamati saat

pembelajaran dengan

menggunakan lembar

penilaian unjuk kerja.

Pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan bercerita anak mencapai

rata-rata kelas dengan nilai tuntas berypa tanda lingkaran penuh (●) dengan kriteria

pencapaian pada siklus pertama dan seterusnya yaitu 75%.

Pengumpulan Data Penyajian Data

Reduksi Data

Kesimpulan-kesimpulan

penarikan/verifikasi

Page 57: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

J. Prosedur Penelitian

Menurut Arikunto (2007:20). Ada empat tahapan penting dalam penelitian

tindakan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, tindakan, dan refleksi. Hubungan keempat

tahapan tersebut menunjukan sebuah siklus atau kegiatan berkelanjutan berulang.

Prosedur penelitian merupakan rangkaian tahapan penelitian dari awal hingga akhir

penelitian. Penelitian ini merupakan tindakan kelas suatu penelitian yang mengkaji

tentang permasalahan dengan ruang lingkup yang tidak terlalu luas dan berkaitan

dengan perilaku seseorang/ kelompok tertentu, disertai dengan pengamatan terhadap

hal yang akan diteliti terhadap suatu perlakuan kemudian mengkaji sejauh mana

dampak perlakuan dalam mengubah, memperbaiki, atau meningkatkan mutu perilaku

itu terhadap perilaku dalam mengubah, memperbaiki, atau meningkatkan mutu

perilaku itu terhadap perilaku yang akan diteliti. Penelitian ini proses pengkajian

sistem berdaur sebagaimana dalam kerangka berfikir. Prosedur penelitian tindakan

kelas direncanakan dalam 2 siklus dan seterusnya,masing – masing siklus meliputi

perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan tindakan.

Pelaksanaan dilakukan dengan mangadakan pembelajaran yang dalam satu siklus

ada dua kali tatap muka yang masing – masing 2x35 menit sesuai RKH. Tiap siklus

dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang akan dicapai.Sistem penelitian dikutip

dari Suharsimi Arikunto (2007:74) digambarkan sebagai berikut:

Page 58: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Gambar 3. Siklus Penelitian Tindakan

Diadopsi dari Kemmis & Mc Taggart

(Suharsimi Arikunto,2009:12)

Perencanaan

Siklus I

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Perencanaan

Siklus II

Tindak lanjut

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Dan Seterusnya

Page 59: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

SIKLUS I

a. Perencanaan

Peneliti merencanakan tindakan, meliputi (1) penyusunan RKH sesuai

SK dan KD yang ditetapkan dengan role playing, (2) menyiapkan sarana

pendukung seperti ruang kelas, materi, sumber, dan media pembelajaran, (3)

menyiapkan instrument tes bercerita, dan (4) menyiapkan lembar observasi

siswa dan guru.

b. Tindakan

Pada langkah ini guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan

pembelajaran role playing yang mengacu pada rencana pelaksanaan

pembelajaran. Dalam hal ini, pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam dua

kali pertemuan.

1) Kegiatan awal

2) Kegiatan Inti

Dalam kegiatan inti dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu:

a) Eksplorasi

b) Elaborasi

c) Konfirmasi

3) Kegiatan Akhir

Peserta didik dan guru membuat kesimpulan pembelajaran yang telah

dilakukan.

c. Observasi

Observasi dilakukan oleh guru kelas B terhadap pelaksanaan tindakan

oleh peneliti dalam pembelajaran keterampilan bercerita dengan

menggunakan metoderole playing. Pada tahapan pengamatan dilakukan

beberapa hal, diantaranya sebagai berikut:

Page 60: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

1) Melakukan pengamatan terhadap anak (penilaian proses) dan kerja

guru didalam proses pembelajaran bercerita dikelas dengan

berpedoman pada lembar observasi aktifitas guru dan anak.

2) Melakukan penilaian kemampuan bercerita dengan berpedoman

pada lembar penilaian ter unjuk kerja bercerita.

d. Refleksi

Peneliti bersama guru kelas kelompok B membuat refleksi atau

tindakan pada siklus I. Pada tahap refleksi peneliti melakukan analisis

terhadap proses pelaksanaan pembelajaran siklus I dan hasil belajar berupa

nilai anak pada siklus I kemampuan bercerita dengen menggunakan metode

role playing. Peneliti juga berdiskusi dengan kolaborator untuk menemukan

permaslahan pembelajaran yanga akan digunakan sebagai dasar untuk

perbaikan perencanaan siklus berikutnya.

Page 61: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

SIKLUS II

a. Perencanaan

Peneliti merencanakan tindakan, meliputi (1) penyusunan RKH sesuai

SK dan KD yang ditetapkan dengan role playing, (2) menyiapkan sarana

pendukung seperti ruang kelas, materi, sumber, dan media pembelajaran, (3)

menyiapkan instrument tes bercerita, dan (4) menyiapkan lembar observasi

anak dan guru.

Perbaikan tindakan yang akan dilakukan dari hasil refleksi siklus I yaitu:

1) Guru meningkatkan kualitas proses daro aspek minat, keaktifan , kerjasama,

dan kesungguhan didalam proses pembelajaran dengan menciptakan kondisi

pembelajaran yang menyenangkan den memotivasi anak untuk belajar.

2) Memperbaiki naskah cerita drama pendek yang sudah dibuat pada siklus I.

3) Memotivasi anak agar berani dan percaya diri tampil berbicara didepan kelas

dengan cara penguatan verbal dan pemberian hadiah bagi si pemain drama.

4) Guru menciptakan setting panggung bermain peran seperti keadaan

sebenarnya dengan peralatan sederhana.

5) Menciptakan situasi belajar yang lebih menyenangkan.

b. Tindakan

Tindakan yang dilaksanakan pada siklus II ini berdasar pada hasil

refleksi siklus I, yaitu pembelajaran bercerita dengan menggunakan metode

role playing.

c. Observasi

Observasi dilakukan oleh guru kelas B terhadap pelaksanaan tindakan

oleh peneliti dalam pembelajaran keterampilan bercerita dengan

menggunakan metode role playing. Pada tahapan pengamatan dilakukan

beberapa hal, diantaranya sebagai berikut:

Page 62: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

1) Melakukan pengamatan terhadap anak (penilaian proses) dan kerja guru

didalam proses pembelajaran bercerita dikelas dengan berpedoman pada

lembar observasi aktifitas guru dan anak.

2) Melakukan penilaian kemampuan bercerita dengan berpedoman pada

lembar penilaian ter unjuk kerja bercerita.

d. Refleksi

Peneliti bersama guru kelas kelompok B menganalisi, merefleksi dan

mengevaluasi tindakan dan hasil observasi pada siklus II. Pada tahap refleksi

peneliti melakukan analisis terhadap proses pelaksanaan pembelajaran anak

pada siklus Itentang bercerita dengan menggunakan metode role playing.

Peneliti juga berdiskusi dengan kolaborator untuk menemukan temuam-temuan

pada siklus II.Dengan temuan tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk

menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan peneliti.

Page 63: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu dilakukan kegiatan

observasi. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui keadaan nyata pada anak

kelompok B Tk Pembina Cawas yang berjumlah 26 anak, terdiri dari 15 anak laki-

laki dan 11 anak perempuan. Hasil observasi adalah sebagai berikut:

1. Ditinjau dari segi guru

a. Guru masih menggunakan metode yang monoton.

Dalam pembelajaran guru belum menggunakan metode

pembelajaran yang inovatif, tetapi hanya menggunakan metode ceramah

dan penugasan saja dalam pembelajaran. Hal tersebut tentu saja membuat

kejenuhan dan kebosanan pada anak. Pembelajaran yang dilakukan

dengan metode ceramah membuat anak pasif dan tidak aktif dalam

pembelajaran.

b. Guru belum membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan

Tidak bisa kita pungkiri bahwa suasana pembelajaran yang

menyenangkan juga berpengaruh terhadap minat anak untuk bersemangat

dalam mengikuti pembelajaran.

2. Ditinjau dari segi anak

a. Anak masih sulit disuruh bercerita di depan kelas

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas maka

dapat diketahui bahwa pada pembelajaran bercerita anak masih sulit

sekali untuk bercerita didepan kelas. Anak cenderung malu atau tidak

memiliki rasa percaya diri untuk bercerita didepan kelas. Ketika anak

disuruh bercerita kedepan kelas banyak anak yang tidak mau maju

kedepan.

Page 64: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Rasa malu atau takut bercerita di depan kelas memberikan

dampak yang kurang baik terhadap anak untuk dapat bercerita di depan

kelas. Sehingga hal tersebut tentu saja membuat kemampuan anak dalam

bercerita masih kurang.

b. Anak terlihat kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran

Berdasarkan kegiatan pengamatan dikelas, terungkap bahwa

sebagian besar anak kurang antusias dalam mengikuti proses

pembelajaran karena kurangnya inovasi metode pembelajaran. Hal

tersebut terlihat dari sikap anak selama mengikuti pembelajaran, beberapa

anak tampak terlihat bebrbicara sendiri dengan temannya, bahkan ada

sebagian yang melakukan aktivitas pribadi, seperti menundukan kepala,

bermain alat tulis, memainkan tangan atau rambutnya sendiri.

Melalui hasil pengamatan, observasi awal maka peneliti

melakukan tes awal kemampuan bercerita yang sebelum tindakan

(pretest) dan diperoleh fakta sebagai berikut dari 26 anak dikelas B yang

mendapat nilai tuntas (●) 8 anak atau 30,8%, yang mendapat nilai stengah

tuntas (√) 5 anak atau 19,2%, yang mendapat nilai tidak tuntas (○) 13

anak atau 50%. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan masih

banyak anak yang mendapat nilai dibawah kriteria tuntas yaitu 18 anak

atau 69,2% dan ini berarti kemampuan anak kelompok B Tk Pembina

Cawas masih tergolong rendah.

Page 65: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Daftar Penilaian Anak pada Kondisi Awal sebagai berikut:

No Nilai Keterangan No Nilai Keterangan No Nilai Keterangan

1. 2,2 ● (T) 11. 2,2 ● (T) 21. 2 √ (ST)

2. 2 √ (ST) 12. 2,2 ● (T) 22. 1 ○ (TT)

3. 1,3 ○ (TT) 13. 2 √ (ST) 23. 1 ○ (TT)

4. 2,2 ● (T) 14. 1 ○ (TT) 24. 1 ○ (TT)

5. 1,3 ○ (TT) 15. 1 ○ (TT) 25. 1 ○ (TT)

6. 1,3 ○ (TT) 16. 1,2 ○ (TT) 26. 1 ○ (TT)

7. 2,2 ● (T) 17. 1 ○ (TT)

8. 2,2 ● (T) 18. 2,2 ● (T)

9. 2 √ (ST) 19. 2,2 ● (T)

10. 1,2 ○ (TT) 20. 1,8 ○ (TT)

Ketuntasan Klasikal = jumlah anak tidak tuntas = 13/26 x 100% = 50%

= jumlah anak setengah tuntas = 5/26 x 100% = 19,2%

= jumlah anak tuntas = 8/26 x 100% = 30,8%

Hasil pembelajaran kemampuan bercerita anak kelompok B Tk

Pembina Cawas pada kondisi awal disajikan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 1. Daftar Frekuensi Nilai Kemampuan berbicara Anak Kelompok B Tk

Pembina Cawas pada Kondisi Awal

No Nilai Frekuensi Prosentase (%) Keterangan

1 o 13 50% Tidak Tuntas

2 √ 5 19,2% Setengah Tuntas

3 ● 8 30,8% Tuntas

KKM = Tanda Lingkaran Penuh (●)

Anak Tuntas = 8 anak

Prosentase Keberhasilan = x 100%

= (8:26) x 100% = 30,8%

Page 66: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Melalui tabel frekuensi nilai tes kemampuan awal bercerita kelompok

B Tk Pembina Cawas sebelum diadakan tindakan melalui penggunaan

metode role playing pada tabel 1 dapat disajikan dalam bentuk grafik pada

gambar 4 sebagai berikut:

Gambar 4. Grafik Nilai Tes Kemampuan Awal Bercerita Kelompok B TK

Pembina Cawas Sebelum Tindakan.

B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, peneliti melakukan

tindakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi terkait dengan kegiatan

bercerita anak. Proses penelitian dilakukan dalam 2 siklus yang masing-masing

siklus terdapat 3 kali pertemuan. Waktu dalam penelitian ini dilaksanakan dari

kegiatan awal sampai kegiatan akhir, yaitu mulai dari pukul 7.30-10.00 (± 2,5

jam). Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: (1) perencanaan (plainning), (2)

pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observation), (4) refleksi (reflection).

1. Tindakan siklus I

Siklus dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, dimulai dari kegiatan awal,

sampai kegiatan akhir. Pertemuan ini berlangsung pada hari: Senin, 14 Mei

2012. Adapun langkah dalam siklus I dapat diuraikan sebagai berikut

0

2

4

6

8

10

12

14

o (Tidak tuntas) √ (Setengah tuntas) ● (Tuntas)

Page 67: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi:

1) Merencanakan Kegiatan Harian (RKH)

Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran

dengan menggunakan metode role playing untuk meningkatkan

kemampuan bercerita yang dalam 1 siklus direncanakan dalam 3 kali

pertemuan. Alokasi waktu setiap pertemuan adalah 120 menit.

Rencana pelaksanaan kegiatan harian pembelajaran mencakup

penentuan: kompetensi dasar, indikator, kegiatan belajar mengajar,

rincian waktu, metode/media (alat peraga), dan evaluasi.

2) Menyiapkan fasilitas dan alat peraga yang dibutuhkan

Ruangan kelas yang digunakan adalah kelas yang biasa

digunakan setiap hari. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru

menata ruanagan kelas seperti meja dan kursi. Selain mempersiapkan

ruangan kelas guru menyiapkan media atau alat peraga yang akan

digunakan untuk pembelajaran bercerita yaitu buku cerita.

3) Menyiapka lembar penilaian

Lembar penilaian ditunjukan kepada anak untuk mengetahui

kemampuan bercerita pada anak setelah diterapkannya metode role

playing.

4) Menyiapkan lembar pengamatan

Lembar pengamatan yang digunakan untuk mengatahui segala

aktifitas guru selama pelaksanaan pembelajaran berupa belangko

pengamatan yang mencakup bagaimana guru mengajar, kaktifan anak

saatbguru mengajar, hasil pembelajaran guru dalam menerapkan

metode role playing.

Page 68: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Tindakan pada siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari

Senin, 14 Mei 2012. Pelaksanaan tindakan 1 pertemuan kedua

dilaksanakan pada hari Selasa, 15 Mei 2012, dan pelaksanaan tindakan 1

pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Rabu, 16 Mei 2012 di ruang

kelas kelompok B selama 120 menit terdiri dari pembukaan, kegiatan inti

dan kegiatan akhir, yaitu pukul 07.30-10.00 WIB. Dalam pelaksanaan

tindakan 1,2,dan 3 peneliti bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan

belajar mengajar, sedangkan guru kelas melakukan pengamatan terhadap

proses pembelajaran.

Sebelum mengawali pembelajaran terlebih dahulu anak-anak

berbaris didepan kelas. Selesai berbaris di depan kelas anak-anak masuk

ke dalam kelas kemudian dilanjutkan presensi. Selesai melakukan

presensi berusaha guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif

di dalam kelas. Jika suasana sudah tenang guru melakukan apresepsi

mengenai pembelajaran bercerita yang akan diajarkan. Guru membawa

buku cerita yang nantinya akan dimainkan peran-peran yang ada di dalam

buku cerita tersebut.

Selesai melakukan apresepsi masuklah pada kegiatan inti. Pertama

guru memperkenalkan siapa saja tokoh-tokoh pemain dan karakter

pemain yang ada dalam buku cerita. Kedua guru muali menceritakan isi

cerita yang ada dalam buku cerita dan mnjelaskan bagaimana alur cerita

tersebut kepada anak-anak sebelum anak mulai memainkan peran (role

playing) dalam cerita tersebut.

Selesai bercerita anak disuruh untuk memainkan peran (role

playing) yang ada di dalam buku cerita, sambil guru mengarahkan anak

saat memerankan tokoh dalam cerita. Guru meminta beberapa anak untuk

maju ke depan dan meminta anak untuk memainkan peran sesuai dengan

cerita yang ada dalam buku cerita. Jika kelompok pertama selesai

Page 69: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

memainkan cerita tersebut, kemudian dilanjutkan kelompok berikutnya

untuk memainkan peran yang sama.

Pada kegiatan akhir guru mengulas kembali secara singkat apa

kegiatan pembelajaran yang diajarkan hari ini. Guru melakukan tanya

jawab dengan anak tentang apa yang diceritakan dalam buku cerita dan

mengambil kesimpulan bersama-sama tentang isi cerita tersebut. Menutup

kegiatan sebelum pulang dengan do’a bersama, salam,dan pulang.

c. Observasi

Tahap observasi peneliti mengamati proses pembelajaran bercerita dengan

menggunakan metode role playing secara langsung saat proses kegiatan

belajar mengajar sedang berlangsung. Uraian hasil observasi adalah sebagai

berikut:

1) Kinerja guru

Pada pembelajaran siklus satu berdasarkan hasil pengamatan dari

pelaksanaan pembelajaran dengan tiga kali pertemuan sebagai berikut:

Aktivitas pembelajaran guru yang baik adalah (1) melaksanakan

pembelajaran pembelajaran sesuai dengan RKH yang telah dibuat, (2)

melaksanakan evaluasi sesuai dengan perencanaan. Anak diminta maju

untuk bermain peran (role playing) menceritakan isi cerita di dalam

buku cerita secara singkat sesuai dengan rencana pembelajaran yang

ada.

Aktifitas guru yang kurang baik adalah (1) membangun semangat

anak untuk mengikuti pembelajaran dengan baik masih kurang, (2)

guru masih kurang dalm melakukan apresepsi (3) terlalu lama dalam

menjelaskan materi kepada anak.

2) Aktifitas anak

Berdasrkan pengamatan selama kegiatan pembelajaran, aktivitas

anak pada siklus I menunjukan masih kurangnya respon anak selama

proses pembelajaran. Uraian hasil observasi adalah sebagai berikut:

Page 70: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Aktivitas anak yang baik adalah (1) anak termotifasi untuk

mengikuti pembelajaran, (2) anak mengetahui tentang isi cerita yang

ada di dalam buku cerita yaang telah dibacakan oleh guru.

Aktivitas anak yang belum baik adalah (1) anak kurang

mendengarkan penjelasan dari guru, dalam mendengarkan penjelasan

dari guru sebagian anak tenang mendengarkan tetapi sebagian ada

yang sibuk sendiri, ada juga yang hanya diam tetapi setelah ditanya

sudah jelas atau belum malah tidak bisa menjawab, (2) sikap siswa

selama pembelajaran kurang tertib, anak masih suka ribut dan sibuk

sendiri (3) anak kurang bekerjasama dengan temannya.

d. Refleksi

Berdasarkan data-data yang diperoleh guru melalui observasi,

selanjutnya peneliti melakukan analisis dan refleksi terhadap hasil

pembelajaran pada masing-masing pertemuan. Tujuan dari refleksi

adalah untuk mengetahui kendala sekaligus solusi pelaksanaan pada

siklus selanjutnya. Data-data yang diperoleh dari refleksi adalah

melalui pengamatan dikumpulkan untuk dianalisis. Berdasarkan hasil

observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan pada

siklus I telah menunjukan perubahan yang berarti, baik pada keaktifan

anak selama belajar maupun pada pencapaian hasil belajar

kemampuan bercerita namun belum memenui target peneliti yakni

meningkat menjadi 75% sehingga masih perlu ditingkatkan pada

siklus II. Berikut ini adalah uraian hasil refleksi pada siklus I.

Adapun hasil belajar kemampuan bercerita yang dicapai pada

siklus I adalah sebagai berikut:

Page 71: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Daftar Penilaian Anak Siklus I sebagai berikut:

No Nilai Keterangan No Nilai Keterangan No Nilai Keterangan

1. 2,3 ● (T) 11. 2,2 ● (T) 21. 2,2 ● (T)

2. 2,2 ● (T) 12. 2,2 ● (T) 22. 1,7 ○ (TT)

3. 2,2 ● (T) 13. 2 √ (ST) 23. 1,8 ○ (TT)

4. 2,2 ● (T) 14. 2 √ (ST) 24. 1,7 ○ (TT)

5. 2 √ (ST) 15. 1,6 ○ (TT) 25. 1,8 ○ (TT)

6. 2 √ (ST) 16. 1,6 ○ (TT) 26. 1 ○ (TT)

7. 2,2 ● (T) 17. 1,1 ○ (TT)

8. 2,3 ● (T) 18. 2,2 ● (T)

9. 2,2 ● (T) 19. 2,3 ● (T)

10. 2 √ (ST) 20. 2,2 ● (T)

Ketuntasan Klasikal = jumlah anak tidak tuntas = 13/26 x 100% = 50%

= jumlah anak setengah tuntas = 5/26 x 100% = 19,2%

= jumlah anak tuntas = 8/26 x 100% = 30,8%

Hasil pembelajaran kemampuan bercerita anak kelompok B Tk

Pembina Cawas pad siklus I disajikan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2. Frekuensi Nilai Kemampuan Bercerita Anak Kelompok B Tk

Pembina Cawas.

No Nilai Frekuensi Prosentase (%) Keterangan

1 ○ 5 19,3% Tindak tuntas

2 √ 8 30,7% Setengah tuntas

3 ● 13 50%% Tuntas

KKM = Tanda Lingkaran Penuh (●)

Anak tuntas = 13 anak

Prosentase Keberhasilan = x 100%

= (13:26) x 100 % = 50%%

Page 72: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Tabel di atas menunjukan bahwa setelah dilaksanakan tindakan pada

siklus I pertemuan 1,2, dan 3 bahwa penerapan penggunaan metode role

playing dapat meningkatkan kemampuan bercerita terlihat dari hasil nilai yang

diperoleh pada siklus I pertemuan 1,2, dan 3 mengalami peningkatan. Anak

memperoleh nilai tidak tuntas (○) adalah 5 anak atau 19,3% dari 26 anak, yang

mendapatkan nilai setengah tuntas (√) adalah 8 anak atau 30,7% dari 26 anak,

dan yang mendapat nilai tuntas (●) adalah 13 anak atau 50% dari 26 anak.

Pada siklus I terdapat peningkatan hasil belajar dari kondisi

sebelumnya sejumlah 8 anak atau 30,8% meningkat menjadi 13 anak atau 50%.

Dengan demikian target pada indikator kinerja belum tercapai, sehingga

pembelajaran dilanjutkan ke siklus II. Melalui tabel frekuensi nilai tes

kemampuan bercerita kelompok B Tk Pembina Cawas pada siklus I tersebut

dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 2.1 sebagai berikut:

Gambar 4.1. Grafik Nilai Tes Kemampuan Bercerita Kelompok B Tk Pembina Cawas

Siklus I

0

2

4

6

8

10

12

14

o (Tidak tuntas) √ (Setengah tuntas) ● (Tuntas)

Page 73: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

2. Tindakan Siklus II

Siklus II dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, dimulai dari kegiatan awal

sampai kegiatan akhir. Pertemuan ini berlangsung pada hari: Kamis, 17 Mei 2012;

Jum’at, 18 Mei 2012; dan Senin, 21 Mei 2012. Adapun langkah dalam siklus II

dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan siklus I diketahui bahwa sudah

menunjukan adanya peningkatan hasil belajar kamampuan bercerita pada

anak kelompok B Tk Pembina Cawas, tetapi belum berhasil dengan

maksimal. Kemampuan anak secara klasikal masih 50% dari target

keberhasilan yang ingin dicapai sebesar 75%. Jadi pada siklus I baru 13 anak

yang dapat mencapai nilai tuntas dan masih perlu ditingkatkan pada siklus II.

Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II meliputi:

1) Merencanakan Kegiatan Harian (RKH)

Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran dengan

menggunakan metode role playing untuk meningkatkan kemampuan

bercerita yang dalam 1 siklus direncanakan dalam 3 kali pertemuan.

Alokasi waktu setiap pertemuan adalah 120 menit. Rencana pelaksanaan

kegiatan harian pembelajaran mencakup penentuan: kompetensi dasar,

indikator, kegiatan belajar mengajar, rincian waktu, metode/media (alat

peraga), dan evaluasi.

2) Menyiapkan fasilitas dan alat peraga yang dibutuhkan

Ruangan kelas yang digunakan adalah kelas yang biasa digunakan

setiap hari. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru menata

ruanagan kelas seperti meja dan kursi. Selain mempersiapkan ruangan

kelas guru menyiapkan media atau alat peraga yang akan digunakan

untuk pembelajaran bercerita yaitu buku cerita.

Page 74: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

3) Menyiapka lembar penilaian

Lembar penilaian ditunjukan kepada anak untuk mengetahui

kemampuan bercerita pada anak setelah diterapkannya metode role

playing.

4) Menyiapkan lembar pengamatan

Lembar pengamatan yang digunakan untuk mengatahui segala

aktifitas guru selama pelaksanaan pembelajaran berupa belangko

pengamatan yang mencakup bagaimana guru mengajar, kaktifan anak saat

guru mengajar, hasil pembelajaran guru dalam menerapkan metode role

playing.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Tindakan pada siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari

Kamis, 17 Mei 2012, pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jum’at, 18 Mei

2012, dan Senin, 21 Mei 2012 di ruang kelas kelompok B selama 120 menit

terdiri dari pembukaan, kegiatan inti dan kegiatan akhir, yaitu pukul 07.30-

10.00 WIB. Dalam pelaksanaan tindakan 1, 2, dan 3 peneliti bertindak sebagai

pemimpin jalannya kegiatan belajar mengajar, sedangkan guru kelas

melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran.

Sebelum mengawali pembelajaran terlebih dahulu anak-anak berbaris

didepan kelas. Selesai berbaris di depan kelas anak-anak masuk ke dalam

kelas kemudian dilanjutkan presensi. Selesai melakukan presensi berusaha

guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif di dalam kelas. Jika

suasana sudah tenang guru melakukan apresepsi mengenai pembelajaran

bercerita yang akan diajarkan. Guru membawa buku cerita yang nantinya

akan dimainkan peran-peran yang ada di dalam buku cerita tersebut.

Selesai melakukan apresepsi masuklah pada kegiatan inti. Pertama

guru memperkenalkan siapa saja tokoh-tokoh pemain dan karakter pemain

yang ada dalam buku cerita. Kedua guru mulai menceritakan isi cerita yang

ada dalam buku cerita dan menjelaskan bagaimana alur cerita tersebut kepada

Page 75: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

anak-anak sebelum anak mulai memainkan peran (role playing) dalam cerita

tersebut.

Selesai bercerita anak disuruh untuk memainkan peran (role playing)

yang ada di dalam buku cerita, sambil guru mengarahkan anak saat

memerankan tokoh dalam cerita. Guru meminta beberapa anak untuk maju ke

depan dan meminta anak untuk memainkan peran sesuai dengan cerita yang

ada dalam buku cerita. Jika kelompok pertama selesai memainkan cerita

tersebut, kemudian dilanjutkan kelompok berikutnya untuk memainkan peran

yang sama.

Pada kegiatan akhir guru mengulas kembali secara singkat apa

kegiatan pembelajaran yang diajarkan hari ini. Guru melakukan tanya jawab

dengan anak tentang apa yang diceritakan dalam buku cerita dan mengambil

kesimpulan bersama-sama tentang isi cerita tersebut. Menutup kegiatan

sebelum pulang dengan do’a bersama, salam,dan pulang.

c. Observasi

Tahap observasi peneliti mengamati proses pembelajaran bercerita

dengan menggunakan metode role playing secara langsung saat proses

kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Uraian hasil observasi adalah

sebagai berikut:

1) Kinerja guru

Pada pembelajaran siklus kedua berdasarkan hasil pengamatan dari

pelaksanaan pembelajaran dengan tiga kali pertemuan sebagai berikut:

Aktivitas pembelajaran guru yang baik adalah (1) melaksanakan

pembelajaran pembelajaran sesuai dengan RKH yang telah dibuat, (2)

membangun semangat anak dalam mengikuti pembelajaran, (3)

menyampaikan materi sesuai dengan yang ada dalam rencana kegiatan

harian (RKH), (4) melaksanakan evaluasi sesuai dengan perencanaan,

anak diminta maju untuk bermain peran (role playing) menceritakan isi

Page 76: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

cerita di dalam buku cerita secara singkat sesuai dengan rencana

pembelajaran yang ada.

Aktifitas guru yang cukup adalah (1) guru sudah cukup dalam

menyampaikan aprespsi, (2) guru cukup baik dalam menyampaikan

materi pembelajaran.

2) Aktifitas anak

Berdasrkan pengamatan selama kegiatan pembelajaran, aktivitas anak

pada siklus II adalah sebagai berikut:

Aktivitas anak yang baik adalah (1) anak termotifasi untuk mengikuti

pembelajaran, (2) anak mengetahui tentang isi cerita yang ada di dalam

buku cerita yaang telah dibacakan oleh guru (3) anak memperhatikan

penjelasan dari guru,.

Aktivitas anak yang cukup adalah (1) melakukan kerjasama dengan

teman sudah baik (2) anak bersikap baik dalam mengikuti pembelajaran.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses

pelaksanaan tindakan pada siklus II telah menunjukan perubahan yang

signifikan, baik pada keaktifan anak selama belajar maupun pada pencapaian

hasil belajar kemampuan bercerita, talah memenuhi target peneliti yakni 75%.

Berikut ini adalah uraian hasil refleksi pada siklus I.

Page 77: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Daftar Penilaian Anak Siklus II sebagai berikut:

No Nilai Keterangan No Nilai Keterangan No Nilai Keterangan

1. 2,6 ● (T) 11. 2,4 ● (T) 21. 2,3 ● (T)

2. 2,6 ● (T) 12. 2,4 ● (T) 22. 2,3 ● (T)

3. 2,3 ● (TT) 13. 2 √ (ST) 23. 2,3 ● (T)

4. 2,3 ● (T) 14. 2,5 ● (T) 24. 2 √ (T)

5. 2 √ (ST) 15. 2,4 ● (T) 25. 2,3 ● (T)

6. 2,3 ● (T) 16. 2,3 ● (T) 26. 1,3 ○ (TT)

7. 2,4 ● (T) 17. 1,4 ○ (TT)

8. 2,6 ● (T) 18. 2,4 ● (T)

9. 2,4 ● (T) 19. 2,5 ● (T)

10. 2 √ (ST) 20. 2,3 ● (T)

Ketuntasan Klasikal = jumlah anak tidak tuntas = 2/26 x 100% = 7,7%

= jumlah anak setengah tuntas = 4/26 x 100% = 15,3%

= jumlah anak tuntas = 20/26 x 100% = 77%

Hasil pembelajaran kemampuan bercerita anak kelompok B Tk

Pembina Cawas pada siklus II disajikan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 3. Frekuensi Nilai Kemampuan Bercerita Anak Kelompok B Tk

Pembina Cawas.

No Nilai Frekuensi Prosentase (%) Keterangan

1 ○ 2 7,7% Tindak tuntas

2 √ 4 15,3% Setengah tuntas

3 ● 20 77% Tuntas

KKM = Tanda Lingkaran Penuh (●)

Anak tuntas = 20 anak

Prosentase Keberhasilan = x 100%

= (20:26) x 100 % = 76,92%

Page 78: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Melalui tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan

tindakan siklus II anak yang memperoleh nilai tidak tuntas (○) adalah 2 anak

atau 7,7% dari 26 anak, nilai setengah tuntas (√) adalah 4 anak atau 15,3%

dari 26 anak, nilai tuntas (●) adalah 20 anak atau 77%.

Pada siklus II terdapat peningkatan hasil belajar dari siklus I sejumlah

13 anak atau 50% meningkat menjadi 20 anak atau 77%.

Melalui tabel frekuensi nilai tes kemampuan bercerita kelompok B Tk

Pembina Cawas pada siklus II tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik

pada gambar 4.2 sebagai berikut:

Gambar 4.2 Grafik Nilai Tes Kemampuan Bercerita kelompok B Tk Pembina

Cawas Siklus II

Praktek bercerita secara keseluruhan mengalami peningkatan dalam

ketepatan isi cerita, sistematika cerita, pelafalan, intonasi, serta kemandirian

bercerita anak juga mengalami peningkatan. Pencapaian indikator kemampuan

bercerita pada siklus II yaitu 77% dari indikator yang ditentukan adalah 75%.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dapat peneliti simpulkan kegiatan

bercerita kelompok B Tk Pembina Cawas pada siklus II sudah berhasil.

0

5

10

15

20

25

o (Tidak tuntas) √ (Setengah tuntas) ● (Tuntas)

Page 79: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

C. PERBANDINGAN HASIL TINDAKAN ANTAR SIKLUS

1. Kinerja Guru

Penilaian observasi kinerja guru ini terbagi menjadi dua bentuk penilaian

yaitu penilaian RKH (Rencana Kegiatan Harian) yang menilai perencanaan

kegiatan guru serta kelengkapan materi ajar atau instrumen yang diperlukan

dalam kegiatan tersebut, serta penilaian observasi guru mengajar yang menilai

bagaimana guru mnerapkan RKHnya dalam kegiatan secara keseluruhan.

Selanjutnya kedua bentuk penilaian tersebut dirangkum sehingga mendapatkan

hasil penilaian observasi kinerja guru secara keseluruhan.

Di dalam penilaian RKH terdapat 8 indikator yang diamati dan berikut

penilaian sesuai indikatornya: (1) kejelasan perumusan tujuan, (2) pemilihan

materi ajar, (3) pengorganisasian materi ajar, (4) pemilihan sumber/media

pembelajaran, (5) kejelasan skenario, (6) kerincian skenario pembelajaran, (7)

kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran, (8) kelengkapan instrumen.

Sedangkan dalam penilaian observasi guru mengajar, terbagi dalam 3

indikator dalam pra tindakan, kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.

Pencapaian kinerja guru mengalami peningkatan siklus I pertemuan 1 sebesar

3,01 atau 75%, siklus I pertemuan 2 sebesar 3,15 atau 78,75%, siklus I

pertemuan 3 sebesar 3,47 atau 86%. Siklus II pertemuan 1 sebesar 3,47 atau

86%, siklus II pertemuan 2 sebesar 3,35 atau 83%, siklu II pertemuan 3 sebesar

3,43 atau 85,75%.

Perbandingan nilai hasil kinerja guru sesudah tindakan dapat dilihat pada

tabel 4 berikut ini:

Page 80: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Tabel 4. Prosentase Kinerja Guru pada Siklus I dan Siklus II

No Tindakan Pertemuan Skor Rata-rata Prosentase(%)

1

Siklus I

Pertemuan 1 3,01

3,17

75%

Pertemuan 2 3,15 78,75%

Pertemuan 3 3,35 83%

2

Siklus II

Pertemuan 1 3,47

3,41

86%

Pertemuan 2 3,35 83%

Pertemuan 3 3,43 85,75%

Berdasarkan tabel 4 di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar

dibawah ini:

Gambar 4.3. Grafik perbandingan hasil observasi kinerja guru siklus I

pertemuan 1, 2, dan 3, serta siklus II pertemuan 1, 2, dan 3.

Berdasarkan gambar 4.3 diatas menunjukan pencapaian kinerja guru

mengalami peningkatan siklus I pertemuan 1 sebesar 3,01 atau 75%,klus I

pertemuan 2 sebesar 3,15 atau 78,75%, siklus I pertemuan 3 sebesar 3,35 atau

83%. Siklus II pertemuan I sebesar 3,47 atau 86%, siklus II pertemuan 2 sebesar

3,35 atau 83%, siklus II pertemuan 3 sebesar 3,43 atau 85,75%. Walaupun terjadi

2.7

2.8

2.9

3

3.1

3.2

3.3

3.4

3.5

3.6

Siklus I pert 1 Siklus I pert 2 Siklus I pert 3 Siklus II pert 1 Siklus II pert 2 Siklus II pert 3

Page 81: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

perubahan skor dari siklus I pertemuan 2 ke siklus I pertemuan 3, dan sempat

mengalami penurunan pada siklus II pertemuan 2, selanjutnya meningkat kembali

pada siklus II pertemuan 3, namun nilai perbandingan kedua siklus sama. Hal ini

terjadi karena jumlah penurunan tidak terlalu signifikan dan kemudian naik pada

pertemuan berikutnya, sehingga prosentase antara siklus I dan siklus II cenderung

seimbang.

2. Aktifitas Anak dalam Proses Pembelajaran

Selain dari kinerja guru secara keseluruhan, penilaian terhadap kualitas

proses pembelajaran juga diperoleh melalui pengamatan terhadap aktifitas anak

dalam proses pembelajaran berlangsung. Penilaian ini terbagi menjadi 3 indikator

inti yaitu keterlaksanaan oleh anak, motifasi belajar anak dan keaktifan dalam

kegiatan belajar. Pencapaian aktifitas anak dalam proses pembelajaran mengalami

peningkatan dari siklus I pertemuan 1 yaitu sebesar 2,25 atau 56,25%, aiklus I

pertemuan 2 sebesar 2,37 atau 59,37%, siklus I pertemuan 3 sebesar 65,62%.

Siklus II pertemuan I sebesar 2,85 atau 71,25%, siklus II pertemuan 2 sebesar 3,25

atau 81,25%, dan siklus II pertemuan 3 sebesar 3,5 atau 87,5%.

Perbandingan nilai hasil aktivitas anak dari siklus I pertemuan 1, 2, 3, dan

siklus II pertemuan 1, 2, 3 dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:

Tabel 5. Prosentase Aktivitas Anak pada Siklus I dan Siklus II

No Tindakan Pertemuan Skor Rata-rata Prosentase(%)

1

Siklus I

Pertemuan 1 2,25

2,41

56,25%

Pertemuan 2 2,37 59,37%

Pertemuan 3 2,62 65,62%

2

Siklus II

Pertemuan 1 2,85

3,2

71,25%

Pertemuan 2 3,25 81,25%

Pertemuan 3 3,50 87,5%

Page 82: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Berdasarkan tabel 5 tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik pada

gambar dibawah ini:

Gambar 4.4. Grafik Perbandingan hasil observasi aktivitas anak siklus I

pertemuan 1, 2 dan 3, serta siklus II pertemuan 1,2, dan 3.

3. Kualitas Proses Pembelajaran

Berdasarkan hasil pengamatan kualitas proses pembelajaran pra tindakan

sampai pada hasil pengamatan kualitas proses pembelajaran setelah tindakan yang

meliputiasi kinerja guru dan aktibitas anak, maka dapat peneliti simpulkan bahwa

kemampuan bercerita anak beserta proses kualitas pembelajaran kemampuan

bercerita kelompok B Tk Pembina Cawas pada penelitian kali ini telah meningkat

secara keseluruahan, hal ini dapat dilihat dari tabel kualitas proses pembelajaran

berikut ini :

Tabel 6. Perbandingan Prosentase Kualitas Proses Pembelajaran secara

keseluruhan pada Siklus I, dan Siklus II.

No Tindakan Pertemuan Prosentase

1 Siklus I Kinerja Guru 78,91%

Aktivitas anak 60,41%

2 Siklus II Kinerja Guru 85%

Aktivitas Anak 80%

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

Siklus I pert 1 Siklus I pert 2 Siklus I pert 3 Siklus II pert 1 Siklus II pert 2 Siklus II pert 3

Page 83: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Berdasarkan tabebel diatas dapat disajikan daalam grafik kualitas proses

pembelajaran dari siklus I dan siklus II sebagai berikut:

Gambar 4.5. Grafik Kualitas Proses Pembelajaran Keseluruhan Pada Siklus I

dan Siklus II.

Melalui hasil pengamatan secara keseluruhan dari grafik gambar di atas

maka selain dari hasil belajar anak, peningkatan juga terjadi pada kualitas

proses pembelajaran secara keseluruhan, berikut rangkuman pada siklus II

terhadap pengamatan kualitas proses pembelajaran:

a. Prosentase Kinerja Guru : 85%

b. Rata-rata Aktivitas Anak : 85%

4. Hasil Belajar Kemampuan Bercerita

Penilaian terhadap hasil belajar kemampuan bercerita anak dilakukan

dalam bentuk tes unjuk kerja di dalam setiap pertemuannya. Penilaian

kemampuan bercerita ini terbagi menjadi 5 indikator inti, yaitu ketepatan isi

cerita, sistematika jalan cerita, penggunaan bahasa meliputi pelafalan dan

intonasi, kelancaran bercerita dan kemandirian bercerita. Hasil penilaian

terhadap hasil belajar kemampuan bercerita anak dari sebelum da sesudah

tindakan dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini:

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

kinerja guru aktivitas anak kinerja guru aktivitas anak

Page 84: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Tabel 7. Rekapitulasi Ketuntasan belajar anak kelompok B Tk Pembina Cawas

pada Kondisi awal, Siklus I, Siklus II.

No Ketuntasan Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)

1 Tuntas 8 30,8% 13 50% 20 77%

2 Setengah tuntas 5 19,2% 8 34,7% 4 15,3%

3 Tidak tuntas 13 50% 5 19,3% 2 7,7%

Berdasarkan tabel di atas yaitu tabel rekapitulasi ketuntasan belajar anak

kelompok B Tk Pembina Cawas, terlihat adanya peningkatan pada ketuntasan belajar

anak pada kemampuan bercerita yaitu pada kondisi awal jumlah anak yang tuntas 8

anak atau 30,8%, kemudian Siklus I mengalami peningkatan sebanyak 13 anak atau

50%, dan pada Siklus II mengalami peningkatan sebanyak 20 anak atau 77%.

Data dari rekapitulasi ketuntasan belajar anak kelompok B Tk Pembina

Cawas pada kondisi awal, siklus I, siklus II di atas dapat disajikan dalam bentuk

gambar 4.6. yaitu grafik peningkatan ketuntasan kemampuan bercerita anak

kelompok B Tk Pembina Cawas pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II sebagai

berikut:

Gambar 4.6. Grafik Peningkatan Ketuntasan Kemampuan Bercerita Anak

Kelompok B Tk Pembina Cawas pada kondisi awal, siklus I, siklus II.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

kondisi awal siklus I siklus II

Page 85: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

D. PEMBAHASAN

Berdasarkan perumusan masalah, diskripsi hasil tindakan tiap siklus dan

perbandingan hasil tindakan antarsiklus, berikut ini akan dikemukakan pembahasan

mengenai kemampuan bercerita pada anak kelompok B Tk Pembina Cawas.

Hasil pengamatan dan analisis data menunjukan bahwa kemampuan bercerita

anak kelompok B Tk pembina Cawas mengalami peningkatan. Penilaian kemampuan

bercerita ini terbagi menjadi 5 indikator inti, yaitu ketepatan isi cerita, sistematika

jalan cerita, penggunaan bahasa meliputi pelafalan dan intonasi, kelancaran bercerita

dan kemandirian bercerita.

Hal ini dapat ditunjukan dengan pencapaian ketuntasan anak yang telah dicapai.

Pada kondisi awal prosentase ketuntasan anak mencapai 30,8%, pada siklus I

prosentase ketuntasan anak mencapai 50%, dan pada siklus II prosentase ketuntasan

anak mencapai 77%. Sesuai indikator yang telah ditetapkan yaitu 75%, dapat

diketahui bahwa kondisi awal dan siklus I belum mencapai target yang ditetapkan,

maka dari itu peneliti melanjutkan kesiklus II, pada siklus II indikator ketercapaian

mencapai 77%.

Dari hasil pengamatan di atas telah melampaui target kinerja 75%. Sehingga

melalui rangkuman tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajran kemampuan

bercerita dengan menggunkan metode role playing pada anak kelompo B Tk Pembina

Cawas dinyatakan meningkat. Sebelumnya sudah pernah dilaksanakan penelitian

yang menggunakan metode role playingantara lain penelitian yang dilaksanakan di

TK Al Kautsar Bandar Lampung oleh Siska pada tahun 2011. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penerapan metode bermain peran (role playing) dapat

meningkatkan ketrampilan berbicara Anak Usia Dini TK Al Kautsar Bandar

Lampung. Penelitian ke dua dilaksanakan di SDN Pandak I Sidoharjo Sragen oleh

Sutino pada tahun 2011. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa metode role playing

dapat mendorong siswa untuk menjadi pembelajar yang aktif..

67

Page 86: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di atas menunjukkan bahwa

dengan menggunakan metode role playing dapat meningkatkan kemampuan bercerita

Anak Usia Dini Kelompok B pada TK Pembina Cawas.

TK Pembina Cawas terdiri dari 26 anak , 2 anak dari 26 anak memiliki nilai

tidak tuntas, peneliti sudah melakukan bimbingan dan melaksanakan metode

pembelajaran role playing dengan maksimal, dan bagi anak yang belum tuntas

peneliti menyerahkan sepenuhnya kepada guru kelas TK Pembina Cawas untuk

ditindak lanjuti.

Page 87: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV maka peneliti dapat

menarik kesimpulan bahwa, metode role playing dapat meningkatkan

kemampuan bercerita anak, hal ini dapat dilihat dari kondisi awal anak yang

mendapat nilai tuntas sebesar 8 anak atau 30,8%, siklus I sebesar 13 anak atau

50%, dan siklus II sebesar 20 anak atau 77%. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan bercerita anak dapat meningkat

dengan menggunakan metode Role Playing pada anak kelompok B Tk Pembina

Cawas.

B. Implikasi

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa proses kemampuan

bercerita anak dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode role playing.

Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon

guru dalam upaya meningkatkan kemampuan bercerita dengan memperhatikan

faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran yaitu: penggunaan model,

metode dan media pembelajaran yang tepat.

Metode role playing ini juga dapat membantu peneliti dalam mengatasi

hambatan- hambatan dalam pembelajaran bercerita anak. Kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan metode role playing selain dapat

meningkatkan prestasi akademik juga bertujuan untuk mengembangkan

ketrampilan sosial anak. Di dalam penggunaan metode role playing anak

berlatih untuk saling membantu satu sama lain dalam menyampaikan cerita

kepada pendengar. Dengan metode role playing anak memiliki keberanian

untuk tampil bercerita karena anak tidak sendiri dalam memainkan cerita yang

ada. Dengan metode role playing proses pembelajaran yang berlangsung tidak

membuat anak merasa bosan dengan pembelajran yang disampaikan, karena

anak terlibat secara langsung di dalamnya. Penggunaan metode role playing

Page 88: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

juga lebih menarik dan menyenangkan anak karena di dalamnya anak sangat

tertarik memerankan tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita.

Dengan penggunaan metode role playing selain dapat meningkatkan

kemampuan bercerita yang dimiliki anak juga dapat meningkatkan kualitas

proses pembelajaran bercerita, baik aktivitas yang dilakukan oleh guru maupun

aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh anak. Guru menjadi lebih mudah

dalam melaksanakan pembelajaran bercerita tanpa harus mendominasi

pembalajarn kepada anak. Di dalam mengikuti pembelajaran anak menjadi

lebih aktif dengan memainkan peran atau tokoh yang ada di dalam cerita, tidak

hanya pasif mendengarkan guru yang bercerita. Dengan demikian penelitian ini

dapat meningkatkan kemampuan bercerita anak dengan menggunakan metode

role playing.

Hasil penelitan secara keseluruhan menunjukkan bahwa kemampuan

bercerita anak kelompok B TK Pembina Cawas mengalami peningkatan. Hal

ini memunjukkan bahwa metode role playing sesuai untuk kegiatan

pengembangan bercerita anak Taman Kanak-kanak.

C. Saran

Dari pembelajaran yang telah dilaksanakan maka peneliti ada beberapa

saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Pada pembelajaran bercerita diharapkan menggunakan berbagai metode

yang inovatif agar pembelajaran tidak membosankan untuk anak.

b. Selalu membuat anak aktif dalam pembelajaran bercerita dan juga pada

setiap pembelajaran lainnya, agar anak bisa mengembangkankan

kemampuannya tidak hanya pasif dalam berbagai kegiatan pembelajaran.

2. Bagi Anak

a. Anak diharapkan lebih aktif dalam berbagai kegiatan pembelajaran.

b. Anak selalu percaya diri dan berani untuk tampil bercerita di depan kelas.

c. Anak dapat mengekspresikan diri sesuai dengan imajinasinya.

Page 89: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

3. Bagi Sekolah

a. Agar tetap terus mengembangkan kemampuan guru dalam melaksanakan

proses pembelajaran dengan metode role playing.

b. Menyediakan sarana pembelajaran untuk kegiatan pembelajaran bercerita.

Page 90: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharjono, dan supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi

Aksara.

Bachri, Bachtiar S. 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita di Taman Kanak-kanak,

Teknik dab Prosedurnya. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembina Pendidikan Tenaga

Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Chaplin, 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta Utara: Raja Grafindo Persada.

Depdiknas Undang- Undang SISDIKNAS 2003. (UU RI No : 20 Tahun 2003). 2005.

Solo: Kharisma.

Djago Tarigan dkk, 1993.Kependidikan Ketrampilan Berbahasa. Depdikbut UT.

Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara.

Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada.

Joyce, B, dkk, 2009. Model – model Pengajaran; (terjemahan) Pustaka Pelajar.

Yogyakarta.

Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Taman Kanak-kanak dab Roudlatul

Atfal.(2004). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Miles dan Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:UI Press.

Musfiroh, F. 2008. Cerita Anak Usia Dini. Jogjakarta: Tiara Wacana.

Saminanto. 2010. Ayo Praktik PTK. Semarang: Rasail Media Grup.

St. Y. Slamet dan Suwarta. 2007. Dasar-Dasar Penelitian Kuantitatif. Surakarta:

Uns. Press.

Sudijono, A. 2006. Pengantar Evaluasi. Jakarta: Rajawali Press.

Page 91: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Sudjana, N. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Surya Brata. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Gafindo Persada.

Sutino (2011).“ Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Menggunakan Metode

Role Playing pada Siswa SDN pandak I Sidoharjo Sragen Tahun Ajaran

2010/2011”.Skripsi. Tidak dipublikasikan. Surakarta. Universitas Sebelas

Maret.

Suwandi, S. 2009. Penelitian Tindakan Kelas dan penulisan Karya Ilmiah;

Surakarta, Panitia Seleksi Penerimaan Calon Guru Rayon 13 (Milles dan

Huberman .200:20) Universitas Sebelas Maret.

Syamsudin, A. 2009. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Phillips, L. 2000. “Storytelling: The Seeds of Children’s Creativity”.Australian

Journal of Early Childhood. 25, 3. Diperoleh 20 April 2012

darihttp://louptales.com

Tompkins, P. 1998. “Role playing/simulation”. The Internet TESL Journal. IV, 8.

Diperoleh 17 April 2012, dari http://[email protected].

Wahyudin, U & Agustin, M. 2011. Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini.

Bandung: Refika Aditama.

Wardani. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka.

Wahab, A. A. 2009. Metode dan Model Model Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Bandung: Alfa Beta

Anugrahwan. 2011. Disediakan pada

(http:/anugrahwan.wordpress.com/2011/11/06/manfaat role playing) Diakses

tanggal 27 Maret 2012.

(http://www.wikipedia.org/wiki/Kemampuan) Diakses tanggal 17 Februari 2012.

Masluhah. 2010. Disediakan pada (http://jurnal.upi.edu/file/-edit.pdf)Di akses tanggal

9 April 2012.

Muhidin, S. 2009. Disediakan pada (http://sambasalim.com/pendidikan/kualitas-

proses-pembelajaran.html) Di akses tanggal 12 April 2012.

Siska. 2011. Disediakan pada (http://jurnal.upi.edu/file/4-Yulia_Siska-edit.pdf)Di

akses tanggal 12 April 2012.

Page 92: PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK …...lompok b pada tk pembina cawas skripsi disusun oleh: x8110051 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta juli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Widiastuti, 2009. Disediakan pada (http://alon-

alonwatonkelakon.blogspot.com/2009/05/kemampuan-ability_14.html) Diakses

tanggal 17 Februari 2012