penerapan community based tourism dalam …...real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap...

49
1 Kode /Nama Bidang Ilmu : 699 / Kepariwisataan LAPORAN AKHIR PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN SEBAGAI UPAYA PEMBERDAYAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA TARO KECAMATAN TEGALLALANG ,GIANYAR BALI TIM PENELITI 1. Ni Putu Ratna Sari , SST. Par., M.Par (Ketua) NIDN 0002077806 2. Fanny Maharani Suarka, SST. Par., M.Par (Anggota) NIDN 0012028105 Dibiayai dari dana Dana PNBP Universitas Udayana dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Nomor 1684/UN.14.1.11/PNL.01.00.00/2015 Tanggal 25 Mei 2015 PROGRAM STUDI DIPLOMA IV PARIWISATA FAKULTAS PARIWISATA UNIVERSITAS UDAYANA OKTOBER 2015

Upload: others

Post on 26-Dec-2019

18 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

1

Kode /Nama Bidang Ilmu : 699 / Kepariwisataan

LAPORAN AKHIR

PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM

PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN SEBAGAI UPAYA

PEMBERDAYAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA TARO

KECAMATAN TEGALLALANG ,GIANYAR BALI

TIM PENELITI

1. Ni Putu Ratna Sari , SST. Par., M.Par (Ketua) NIDN 0002077806

2. Fanny Maharani Suarka, SST. Par., M.Par (Anggota) NIDN 0012028105

Dibiayai dari dana Dana PNBP Universitas Udayana dengan Surat Perjanjian Penugasan

Pelaksanaan Penelitian Nomor 1684/UN.14.1.11/PNL.01.00.00/2015

Tanggal 25 Mei 2015

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV PARIWISATA

FAKULTAS PARIWISATA

UNIVERSITAS UDAYANA

OKTOBER 2015

Page 2: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

2

Page 3: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

3

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL …………………………………………………….............. 1

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………..... 2

DAFTAR ISI …………………………………………………………...................... 3

DAFTAR GAMBAR................................................................................................... 4

RINGKASAN……………………………………………………………………….. 5

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………......... 16

BAB III METODE PENELITIAN………………………………………………...... 23

BAB IV PEMBAHASAN……………………….………………………………...... 25

BAB V KESIMPULAN.............................................................................................. 36

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..

LAMPIRAN

37

Page 4: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

4

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1................... …………………………………………………….............. 28

Gambar 4.2…………………………………………………….................................. 29

Gambar 4.3 …………………………………………………………......................... 30

Page 5: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

5

RINGKASAN

PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM PENGEMBANGAN

PARIWISATA BERKELANJUTAN SEBAGAI UPAYA PEMBERDAYAAN

SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA TARO KECAMATAN

TEGALLALANG ,GIANYAR BALI

Ni Putu Ratna Sari 11), Fanny Maharani Suarka 2) 1 Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Badung

Telp/Fax : 0361 223798, E-mail : [email protected] 2 Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Badung

ABSTRAK

Penelitian ini berlokasi di Desa Taro,Tegallalang Gianyar Bali. Latar belakang penelitian

adalah peran masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan di Desa Taro dalam pemberdayaan

sosial ekonomi perlu dilakukan agar pariwisata berbasis masyarakat dijadikan bentuk paradigma

baru pembangunan pariwisata yang mengusung prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui penerapan Community Based Tourism pada

pengembangan pariwisata berkelanjutan sebagai upaya pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat

di Desa Taro Tegallalang Gianyar Bali.Pengumpulan data dilakukan dengan observasi,

wawancara, studi kepustakaan. Data dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa penerapan CBT dari aspek ekonominya adalah

1)adanya dana untuk pengembangan wisata berbasis masyarakat seperti english club, 2)terciptanya

lapangan pekerjaan seperti pengelola indusri sanggah taro, homestay, supllier, dan pengelola

restoran, 3) Timbulnya pendapatan dari penjualan rumput gajah, tenaga kerja. Aspek sosialnya

adalah 1)Peningkatan Kualitas Hidup yang bisa terlihat dari meningkatnya bahasa Inggris

masyarakat, 2)Peningkatan kebanggaan komunitas di lihat dari motivasi masyarakat untuk

menciptkan peluang bisnis pariwisata seperti misalnya akan dibentuk paket wisata yang menjual

kamar, trekking, dan makanan tradisional, cooking class juga mulai bermunculan yang

mengandalkan bumbu tradisional Bali, 3) Kesediaan dan kesiapan masyarakat ingin lebih terlibat

langsung dalam setiap kegiatan kepariwisataan di Desa Taro

Kata Kunci : Penerapan, Community Based Tourism, pariwisata berkelanjutan, pemberdayaan

sosial-ekonomi, Desa Taro,

BAB I PENDAHULUAN

Desa Taro memiliki potensi alam yang masih alami dan sangat cocok

dikembangkan pariwisata pedesaan. Pentingnya menerapkan pariwisata berbasis

komunitas dalam pembangunan sektor kepariwisataan di Desa Taro sudah semestinya

menjadi keharusan, karena apa yang disuguhkan oleh pariwisata berbasis komunitas

ini sangat berbeda jauh dan bertolak belakang dengan jenis pariwisata konvensional

Page 6: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

6

yang sedang berlangsung sekarang ini. Jika pariwisata konvensional memberikan

dampak yang sangat buruk terhadap lingkungan maka sebaliknya pariwisata berbasis

komunitas adalah pariwisata yang bersahabat dan ramah terhadap lingkungan.

Pariwisata berbasis komunitas memiliki peluang lebih mampu mengembangkan

obyek-obyek dan atraksi-atraksi wisata berskala kecil, dan oleh karena itu dapat

dikelola oleh komunitas-komunitas dan pengusaha-pengusaha lokal, menimbulkan

dampak sosial-kultural yang minimal, dan dengan demikian memiliki peluang yang

lebih besar untuk diterima oleh masyarakat. Pariwisata berbasis komunitas

memberikan peluang yang lebih besar bagi partisipasi komunitas lokal untuk

melibatkan diri di dalam proses pengambilan keputusan keputusan dan di dalam

menikmati keuntungan perkembangan industri pariwisata, dan oleh karena itu lebih

memberdayakan masyarakat.

Peran masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan di Desa Taro terutama

dalam pemberdayaan sosial ekonomi perlu dilakukan agar pariwisata berbasis

masyarakat dijadikan sebagai salah satu bentuk paradigma baru pembangunan

pariwisata yang mengusung prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (Sustainable

Development) demi pencapaian pendistribusian kesejahteraan rakyat secara lebih

merata, sehingga proses kedepannya pembangunan dan pengembangan sektor

kepariwisataan di Desa Taro dapat tumbuh dan berkembang dan bermanfaat bagi

masyarakatnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan Community

Based Tourism pada pengembangan pariwisata berkelanjutan sebagai upaya

pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat di Desa Taro Kecamatan Tegallalang

Gianyar Bali

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Desa Taro Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar Bali.

Desa Taro bisa ditempuh kurang lebih 1 jam 30 menit dari Denpasar.

2.2. Definisi Operasional Variabel

Penerapan Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan berbasis Community Based

Tourism (CBT) yang dimaksud pada penelitian ini adalah penerapan Community Based

Tourism pada pengembangan pariwisata berkelanjutan sebagai upaya pemberdayaan

sosial-ekonomi masyarakat di Desa Taro Kecamatan Tegalalang Gianyar Bali dimana

masyarakat lokal dapat dan ingin diikut sertakan dalam pengembangannya karena

peran masyarakat setempat amat penting mengingat masyarakatlah yang akan aktif dan

menerima manfaat dari keberlanjutan pariwisata tersebut dengan mengetahui budaya,

adat dan kearifan lokal masyarakat.

2.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa data tentang

Desa Taro. Data kualitatif diperoleh dari informasi responden yang tertuang dalam variabel

penelitian. Sumber data yang dipergunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer

Page 7: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

7

adalah data yang didapat dari sumber pertama yang dipergunakan sebagai sampel, seperti data

hasil wawancara dengan masyarakat dan pihak terkait. Data sekunder adalah data yang diperoleh

dari instansi berwenang seperti Dinas Pariwisata Bali yang terkait dengan topik yang diteliti.

2.4. Penentuan Informan

Informan diperoleh dari orang yang mengetahui tentang perkembangan kepariwisataan di

Desa Taro yaitu Aparat desa, tokoh-tokoh masyarakat, organisasi kepariwisataan terkait dan

masyarakat.

2.5.Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1) Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung ke Desa Taro untuk mendapat

gambaran yang sebenarnya terhadap masalah yang diteliti.

2) Wawancara terstruktur yaitu mengadakan wawancara dengan informan kunci yang dipakai

sebagai sampel dengan berpedoman pada kuesioner yang telah disusun.

3) Studi Kepustakaan, dalam penelitian ini banyak menggunakan buku-buku dan makalah –

makalah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3.6. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif kualitatif yaitu

mendeskripsikan penerapan Community based Tourism di Desa Taro mendeskripsikan dalam

bentuk uraian.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Desa Taro

Sejarah Desa Taro.

Desa Adat Taro berjarak kurang lebih 40 kilometer dari Denpasar. Bisa

ditempuh sekitar satu jam dengan melewati kawasan hijau dengan udara sejuk. Konon,

seperti diyakini masyarakat setempat Desa Taro erat kaitannya dengan kedatangan Rsi

Markandya. Made Puri, yang telah menjadi Bendesa Adat Taro sejak tahun 1952

menuturkan tentang kedatangan Rsi Markandya. Beliau berkata “Dari cerita tetua saya,

konon desa ini ada berkat Rsi Markandya yang datang dari Jawa dan dalam tapanya

melihat sinar dari kawasan ini,” terangnya. Sinar inilah yang konon menyebabkan Rsi

Markandya datang dan hendak tinggal di kawasan yang dulu disebut Sarwada. Sarwada

merupakan singkatan dari Sarwa Ada (Serba Ada). Lama kelamaan desa ini berubah

nama dan disebut Desa Taro, ucapnya sejurus kemudian. Desa Taro merupakan salah

satu daerah wisata di Kabupaten Gianyar yang berjarak kurang lebih 40 km dari

Denpasar dan berada pada ketinggian 650 meter diatas permukaan laut. Populasi

mencapai 9400 jiwa, dengan 1888 kepala keluarga dalam luas areal 1562,20 Ha. Secara

geografis Desa Taro merupakan bagian dari kawasan Munduk Gunung Lebah, dataran

tinggi yang membujur dari Utara ke Selatan diapit oleh dua aliran sungai yakni sungai

Oos Ulu Luh di sebelah Barat dan sungai Oos Ulu Muani di sebelah Timur. Kedua

Page 8: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

8

aliran sungai ini kemudian menyatu di tepi Barat Desa Ubud yang dikenal dengan nama

Campuhan Ubud. Pada bagian utara Desa Taro berbatasan dengan Desa Apuan,

Kintamani, di bagian timur dengan Desa Sebatu, Tegallalang, selatan berbatasan

dengan Desa Kelusa, Tegallalang, di barat dengan Desa Puhu, Payangan. Wilayah

Desa Adat taro terdiri dari 14 Desa Adat :Sengkaduan, Alas Pujung,Tebuana, Let,

Pisang Kaja, Pisang Kelod, Patas, Belong, Puakan, Pakuseba, Taro Kaja, Taro Kelod,

Tatag dan Ked

Desa Taro memiliki satu keunikan yang tak dimiliki desa lain di Bali yakni

dengan adanya sapi putih yang dianggap keramat. Masyarakat Desa Taro, terutama

warga Desa Pakraman Taro Kaja sangat meyakini kesucian hewan ini. Bahkan mereka

tak berani memelihara secara pribadi apalagi membunuh hewan suci tersebut.

Seandainya ada sapi putih yang lahir dari sapi peliharaannya, ketika mencapai umur

enam (6) bulan pasti diserahkan pada Desa untuk merawat. Ditambahkan, hingga kini

keberadaan sapi putih didesanya mencapai 50 ekor dan dalam kesehariannya, anggota

masyarakat ditugaskan secara bergilir untuk memberi makan sapi-sapi tersebut. Intinya

sapi tersebut diperlakukan istimewa. Demikian pula dengan keturunan sapi putih

tersebut, meskipun lahir berwarna lain.

Selain disucikan sapi putih ini juga dimanfaatkan sebagai sarana pelengkap

(saksi) upacara di Bali yaitu Ngasti (dan yang setingkat dengan upacara itu). Lembu

(Sapi) Putih ini dibawa ke tempat upacara dan oleh penyelenggara upacara dituntun

mengelilingi areal atau tempat upacara sebanyak tiga kali. Upacara ini disebut

dengan Purwa Daksina. Rapya menerangkan, untuk dapat menggunakan sapi putih di

desanya, pihak desa menarik biaya sewa. Untuk satu kali upacara, baik itu jaraknya

jauh atau dekat pihak desa menarik ongkos lebih kurang Rp 600 ribu dengan 15 orang

pendamping. Memang, jumlah pendamping tersebut cukup banyak, namun diakuinya

hal itu untuk menjaga hal-hal yang tak diinginkan.

Kini, Desa Taro tak lagi hanya dikenal dengan sapi putihnya, karena sejak

beberapa tahun silam perangkat Desa Adat Taro telah bekerjasama dengan investor

untuk mengembangkan pariwisata di desanya dengan membuat pariwisata gajah.

Tempat wisata gajah itu pun berhadap-hadapan dengan tempat sapi putih. Menurut

Rapya, pihak desa menyiapkan lahan sekitar 2,5 hektar untuk tempat wisata gajah itu,

dan untuk lahan tersebut pihak desa mendapat bagian keuntungan 15 persen. Hingga

kini, populasi gajah di tempat tersebut mencapai 26 ekor.

3.2 Analisis potensi Desa Taro

1. Attraction

Atraksi adalah sesuatu atau kegiatan menarik yang menjadi pemikat ketertarikan orang untuk

datang dan menikmatinya. Atraksi ini juga bisa bersifat unik karena tidak dapat dijumpai

dengan mudah ditempat lain. Keunikan atraksi inilah yang akan menjadi komponen utama

orang berkunjung ke Desa Taro, secara umum atraksi atraksi tersebut misalnya : (hasil

penelitian 2015)

1) Atraksi Alam : Keindahan alam pedesaan seperti sawah-sawah yang masih asri,

aktivitas pertanian dan kerajinan masyarakat, wisata petualangan seperti Trekking,

cycling, Elephant Ride, ATV .

2) Atraksi Budaya :

Page 9: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

9

a. Pura gunung raung, yang merupakan warisan leluhur,

b. Kegiatan kegiatan keagamaan, ritual, dan tradisi tradisional,

c. tarian ”Narnir” yang merupakan tarian sakral masyarakat Desa Taro yang

dipentaskan hanya pada saat upacara-upacara piodalan di pura, pertama kali

dipentaskan pada Pesta Kesenian Bali (PKB) tahun 2013. Akan tetapi tarian ini

belum memiliki hak paten.

d. Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah

penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan yang

dilakukan masyarakat Bali,

e. Balinese Farming yaitu: wisatawan diajak untuk belajar metekap, memula, serta

semua kegiatan-kegiatan di sawah.

f. Coocking class yaitu wisatawan diajak untuk belajar memasak makanan -

makanan khas Bali. Yang selanjutnya yaitu wisata spiritual

g. ”Mekemit” yaitu kombinasi antara wisata alam, budaya serta spiritual, dimana

wisatawan diajak diperkenalkan terhadap kehidupan masyarakat Bali, dengan

mengunjungi rumah – rumah masyarakat, memperkenalkan jenis-jenis bangunan

khas Bali, dijelaskan tentang upacara-upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat

setempat, dinner dengan menu khas Bali, kemudian malamnya diajak untuk

menonton kunang-kunang, kemudian melukat, maturan, kemudian dilanjutkan

dengan kegiatan meditasi atau yoga. Dan paginya akan disuguhkan dengan

kegiatan melihat sunrise serta suguhan breakfast

3) Atraksi Buatan:

a. Pajenengan Agung (Bale Kulkul),

b. Bale Agung,

c. Objek Wisata spiritual lembu Putih,

d. Elephant SafariAksesbilitas

2. Amenities

- Sebagai sarana tinggal pengunjung, baik yang bersifat sementara (half day visit)

maupun jangka waktu yang lama, maka rumah-rumah penduduk dapat dimanfaatkan

sebagai homestay wisatawan yang datang. Homestay penduduk harus memenuhi

standar keamanan dan kenyamanan, oleh karena itu penataan standarisasi homestay

harus ditata dan dikelola dengan baik. Karena para wisatawan yang datang dan tinggal

akan berinteraksi secara langsung dan mengamati lingkungan rumah mereka tinggal.

Gaya hidup family host juga harus ramah , sopan dan bersahabat. Jumlah homestay

yang terdapat di Desa Taro Kurang lebih 7 unit, namun masih akan bertambah,

sementara Restoran hanya terdapat 1 buah, yaitu di dalam kawasan wisata elephant

safari.

Keberadaan warung makan relatif banyak, yang dikelola oleh masyarakat lokal selain itu

terdapat juga kantin, yang terdapat pada kawasan lembu putih. Selain itu juga terdapat

travel agent ,Travel yang terdapat di Desa Taro bernama : ”Taro Transport” yang melayani

banyak destinasi diantaranya ”Kintamani Tour” yang mana travel ini memiliki 20 anggota

dengan 20 armada.

3. Aksesibilitas

Kondisi Jalan menuju Desa Taro cukup Baik, namun masih perlu perbaikan karena masih ada

beberapa ruas jalan yang masih belum memadai karena adanya kerusakan. Akses jalan

Page 10: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

10

menuju Desa Taro diantaranya : kalau dari selatan : dari Kedewatan, menuju Lungsiakan,

Payogan, dilanjutkan daerah Sebali, Kliki, Yeh Tengah, Brasela, Desa Taro. Jika ditempuh

dari daerah Tegalalang, kemudian menuju daerah Kliki, daerah Brasela, Desa Taro.

Adapun jenis transportasi yang digunakan yaitu mobil pribadi, mobil travel, sepeda motor,

maupun sepeda.

4. Kelembagaan

Hanya terdapat sebuah Organisai kepariwisataan yg ada di Desa Taro yang yang letaknya di

kawasan wisata lembu putih yang bernama ” Yayasan Lembu Putih” yang dikelola serta

di danai oleh swadaya Masyarakat Desa Taro. Di Kawasan Desa Taro terdapat beberapa

kelompok sadar wisata (darwis), salah satunya adalah ”Taro Clean and Green” adapun

kegiatan yang dilakukan yaitu menyadarkan masyarakat tentang pentingnya menjaga

lingkungan, salah satu bukti nyata adalah dengan mensosialisasikan maupun mengedukasi

para siswa di sekolah tentang bahaya sampah, serta cara pengolahan sampah di Desa Taro,

sehingga Desa Taro menjadi bersih dan asri

4.3 Penerapan Community Based Tourism pada pengembangan pariwisata

berkelanjutan sebagai upaya pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat di Desa

Taro Kecamatan Tegallalang Gianyar Bali

4.3.1 Penerapan community based tourism dari dimensi ekonomi adalah :

1. Adanya dana untuk pengembangan wisata berbasis masyarakat

Salah satu usaha yang dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat di bidang pariwisata

diantaranya dengan mengadakan english club di Banjar Taro Kaja yaitu sejenis

pelatihan bagi generasi muda baik anak –anak sekolah seminggu 4 kali tentang

pembelajaran bahasa inggris yang nantinya berguna dalam pengembangan pariwisata

di Desa Taro. Adapun kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Senin dan Kamis, dengan

para pengajarnya dari swadaya masyarakat, yaitu para senior yang sharing pengalaman

serta pengetahuan kepada para generasi muda di Desa Taro.

2. Terciptanya lapangan pekerjaan.

Terdapat beberapa perusahaan industri di kawasan Desa Taro yaitu :

a. Industri pembuatan sanggah (tugu) dari paras Taro.

b. Industri yang bergerak di bidang pariwisata terdiri atas wisata gajah (elephant

Safari) yang dikelola oleh investor asing yang berasal dari Australia yang

mempekerjakan masyarakat lokal. Jumlah tenaga kerja yang terserap di Elefant

Safari ini sekitar 300 orang dimana sebanyak 50 % adalah memang masyarakat

lokal Desa Taro.

c. Objek Wisata Lembu Putih yaitu objek wisata spiritual yang dikelola oleh swadaya

masyarakat yang diwadahi oleh yayasan lembu putih yang diketuai oleh bapak

Made Madriana. Masyarakat lokal yang bekerja di Yayasan Lembu putih ini sebanyak 13 orang.

d. Di bidang Transportasi terdapat juga kelompok masyarakat yang dinamakan Taro

transport. Taro Transport ini melayani wisatawan yang ingin berkeliling di Desa

Page 11: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

11

Taro dan menikmati produk produk wisata di Desa Taro. Masyarakat lokal yang

tergabung dalam Taro Transport ini memiliki tempat di Yayasan Lembu putih

sebagai tempat mobil mobil transport mereka di tempatkan.

e. Terdapat juga 10 buah homestay yang masih belum memiliki nama karena milik

masyarakat lokal dimana pemilik homestay ini biasanya langsung menawarkan

paket trekking, mekemit, cooking class dan lain-lain.

f. Supplier

Sebagian besar masyarakat Desa Taro yaitu sekitar 50-60 % bermata pencaharian

menjadi pemasok (supllier) dalam industri pembuatan sanggah (tugu) dari bahan

paras taro, namun ada pula yang bergerak dalam bidang suplier buah dan sayuran

yang bernama ” Kertayasa Fruit ;;and vegetables supplier” Suplier ini memasok

kebutuhan buah dan sayur untuk di elephant safari dan beberapa hotel di denpasar.

g. Cooking Class

h. Agrowisata kopi luwak di banjar Patas pemiliknya addalah Made Budiana.

Wisatawan yang datang ke tempat ini disuguhkan dari pembuatan kopi luwak

sampai pada tahap kopi luwak bisa dihidangkan untuk diminum.

3. Timbulnya pendapatan masyarakat lokal

Pendapatan masyarakat lokal diperoleh dengan menjadi tenaga kerja di Elefant Safari,

yayasan Lembu Putih, bekerja di Agrowisata Kopi Luwak dan Cooking Class.

Pemilik Homestay tentunya mendapatkan pendapatan dari sewa kamar, penjualan

paket paket wisata yang ditawarkan seperti cooking class, mekemit di pura Dalem,

wisata petik Jeruk, ATV cycling, wisata kuang kunang dan lain sebagainya. Selain

itu dampak ekonomi yang di dapat yaitu masyarakat mendapatkan pemasukan

dengan menjual makanan untuk lembu putih, yaitu berupa : ”padang Gajah” dengan

harga Rp. 50.000 untuk 6 ikat dengan sistem bergilir. Sementara gaji yang diterima

oleh masyarakat yang bekerja di kawasan wisata lembu putih rata-rata Rp. 30.000

per hari.

Jika dilihat dari dimensi ekonomi penerapan community based tourism atau pariwisata

berbasis masyarakat di Desa Taro sudah berjalan dalam tahap pengembangan artinya

saat ini masih sedang mengalami tahap perkembangan menuju ekonomi yang lebih

baik.

4.3.2 Penerapan community based tourism dari dimensi sosial terdapat 3 indikator yang

menjadi kriteria yaitu’lh

1. Peningkatan kualitas hidup yang bisa terlihat dari meningkatnya kemampuan masyarakat

Desa Taro terutama anak anak untuk bisa menggunakan bahasa Inggris dalam bekerja

sebagai guide free land wisatawan. Kualitas hidup yang lebih baik juga diperoleh karena

masyarakat lokal telah menerima penghasilan dari pariwisata yang masuk di Desa Taro.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masuknya priwisata di Desa Taro tidak

menyebabkan perubahan gaya hidup dna pola perilaku masyarakat Desa Taro. Justru

masyarakat Desa Taro menciptakan produk pariwisata yang mencirikan budaya lokal

Page 12: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

12

mereka seperti mekemit, wisata spiritual, memasak makanan tradisional Bali. Keuntungan

ekonomi yang diperoleh masyarakat Desa Taro tentunya akan berdampak pada

meningkatnya standar hidup baik dari segi kesehatan, tingkat pendidikan. Di samping itu

dengan adanya Elefant Safari di Desa Taro yang memberikan sumbangan kepada banjar

Taro Kaja untuk pelaksanan upacara keagamaan setiap bulan sehingga warga banjar tidak

perlu mengeluarkan biaya untuk upacara kagamaan karena mereka memiliki banyak pura.

Sehingga pendapatan yang mereka peroleh dari bekerja bisa dipergunakan untuk keperluan

lainnya seperti menyekolahkan anak.

2. Peningkatan kebanggaan komunitas di lihat dari dengan adanya pariwisata di Desa Taro,

masyarakat bisa menyadari bahwa Desa Taro memang memiliki keunikan tersendiri

dengan segala potensi dan daya tarik wisatanya sehingga masayarakat bisa menciptakan

peluang bisnis pariwisata seperti misalnya akan dibentuk paket wisata yang menjual

kamar, restoran, trekking, dan makanan tradisional, cooking class juga mulai bermunculan

yang mengandalkan bumbu tradisional Bali. Dengan adanya Gajah di Desa Taro juga

menjadikan Desa Taro mudah dikenal oleh masyarakat luar dan mudah di kenal wisatawan

karena Gajah memang pertama kali ada di Desa Taro dibanding tempat lainnya. Dengan

adanya kebanggaan ini maka dengan tersendirinya masyarakat Desa Taro akan

melestariakan alam dan budaya untuk keberlanjutan pariwisata di Desa Taro. Seperti yang

telah dilakukan oleh masyarakat setmpat yaitu menghormati keberadaan lembu putih

sebagai warisan leluhur, pelestarian hutan bambu yang digunakan sebagai jalur trekking,

penggunaan bumbu bumbu masakan Bali untuk disuguhkan dalam setiap cooking class

yang diadakan di Desa Taro.

3. Kesediaan dan kesiapan masyarakat ingin lebih terlibat langsung dalam setiap kegiatan

kepariwisataan di Desa Taro. Sebagian besar masyarakat Desa Taro memang

menginginkan pariwisata bisa berkembang dengan lebih baik lagi agar usaha yang telah

dilakukan dalam setiap kegiatan pariwisata sekarang bisa terus berlanjut. Berpartisipasi

secara langsung sebagai pekerja dan pengelola usaha pariwisata seperti homestay,

pengelola agrowisata, pengelola cooking class merupakan bentuk aktivitas pariwisata yang

mendatangkan keuntungan ekonomi secara langsung bagi masyarakat lokal, meskipun saat

ini masih dalam tahap pengembangan. Sebagaian besar masyarakat yang berpartisipasi

langsung maupun tidak langsung pada CBT mengganggap aktivitas kepariwisataan di desa

mereka sebagai kegiatan paruh waktu. Analisis dimensi ekonomi dan sosial

mengindikasikan adanya peningkatan lapangan pekerjaan bagi penduduk lokal dan

pertumbuhan, akan tetapi adanya mekanisme pembagian pendapatan dapat lebih

bermanfaat pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal Desa Taro

Kesimpulan

Penerapan Community Based Tourism pada pengembangan pariwisata berkelanjutan

sebagai upaya pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat di Desa Taro Kecamatan

Tegallalang Gianyar Bali dilihat dari dimensi ekonomi adalah.1)Adanya dana untuk

pengembangan wisata berbasis masyarakat melalui pelatihan berbahasa inggris untuk

generasi muda 2).Terciptanya lapangan pekerjaan baik sebagai pekerja maupun

sebagai pengelola usaha pariwisata 3) Timbulnya pendapatan masyarakat lokal dari

penyewaan homestay, penjualan paket wisata, penjualan rumput gajah, sebagai

supllier. Dimensi sosial dari penerapan CBT di Desa Taro adalah 1)Peningkatan

Page 13: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

13

kualitas hidup yang bisa terlihat dari meningkatnya kemampuan berbahasa Inggris,

tingkat pendidikan, dan kesejahteraan meningkat, 2) Peningkatan kebanggaan

komunitas di lihat dengan kesadaran untuk tetap mempertahankan keunikan potensi

dan daya tarik wisatanya dengan memciptakan produk berbasis lokal, 3) Kesediaan dan

kesiapan masyarakat ingin lebih terlibat langsung dalam setiap kegiatan

kepariwisataan di Desa Taro terbukti dengan partisipasi langsung sebagai tenaga kerja

dan pengelola usaha pariwisata.

Saran

Peran pemerintah dan stakeholder dalam setiap pengembangan pariwisata berkelanjutan

hendaknya mengarah pada pariwisata berbasis masyarakat. Melibatkan masyarakat

dalam setiap pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengembangan

Community Based Tourism agar masyarakat bisa mendapatkan peluang –peluang

terciptanya usaha-usaha pariwisata.

Ucapan Terima kasih

Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

laporan ini antara lain Kepala Desa Taro, semua pengurus yayasan Lembu Putih yang

tidak bisa saya sebutkan satu persatu, masyarakat desa Taro, pengelola usaha cooking

class, kopi luwak.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2014. http://desataro.blogspot.com/2010/08/potensi-alam.html 19 feb 2014

Anonim 2015. http://perencanaankota.blogspot.com/2012/01/community-based-tourism-pariwisata.html

Gortazar, Luis and Cripriano Martin. 1999. Tourism and Sustainable Development. France: International Scientific Council for Island Development.

Häusler, Nicole & Strasdas, Wolfgang , 2003, Training Manual for Community-Based Tourism.

Zschortau.

Murphy, Peter E.1985.Tourism, A Community Approach.Great Britain: University Cambridge.

Nurhidayati, Sri Endah. Community Based Tourism (CBT) sebagai Pendekatan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan (Jurnal).Surabaya: Program Studi D3 Pariwisata FISIP Universitas

Airlangga dan diakses dalam

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Community%20Based%20Tourism%20_CBT_.pdf

diunduh dan disalin tanggal 3 mei 2013 Review of Tourism Research,XXVI (2), Jakarta

Suansri, Potjana, 2003, Community Based Tourism Hand Book , Thailand : Rest Project

Timothy, Dallen J., 1999, Participatory Planning: a view of tourism in Indonesia,Annals Of

Tourism Research, 26: 371-391

Page 14: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pariwisata sangat berperan besar dalam menggerakan ekonomi rakyat, karena

dianggap sektor yang paling siap dari segi fasilitas, sarana dan prasarana dibandingkan dengan

sektor usaha lainnya. Harapan ini dikembangkan dalam suatu strategi pemberdayaan masyarakat

melalui pengembangan pariwisata yang berbasis kerakyatan atau community-based tourism

development demi mencapai pariwisata yang berkelanjutan karena pada hakikatnya

pengembangan pariwisata berkelanjutan akan di dasarkan pada kerifan lokal masyarakat setempat

demi menjaga kelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat.

Dalam pembangunan pariwisata berbasis komunitas, yang terpenting adalah bagaimana

memaksimalkan peran serta masyarakat dalam berbagai aspek pembangunan pariwisata itu

sendiri. Masyarakat diposisikan sebagai penentu, serta keterlibatan maksimal masyarakat mulai

dari proses perencanaan sampai kepada pelaksanaannya. Masyarakat berhak menolak jika ternyata

pengembangan yang dilakukan tidaklah sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat itu

sendiri.

Desa Taro terkenal dengan keberadaan sapi putih di desa tersebut. Demikian pula dengan

kerajinan paras dan Pura Kahyangan Jagat, Pura Gunung Raung. Namun belakangan ini, selain

menyebut sapi putih masyarakat juga mulai menyebut-nyebut nama gajah. Desa Taro berjarak

kurang lebih 40 kilometer dari Denpasar. Bisa ditempuh sekitar satu jam. Secara geografis Desa

Taro merupakan bagian dari kawasan Munduk Gunung Lebah, dataran tinggi yang membujur dari

Utara ke Selatan diapit oleh dua aliran sungai yakni sungai Oos Ulu Luh di sebelah Barat dan

sungai Oos Ulu Muani di sebelah Timur. Potensi alam yang dimiliki Desa Taro adalah persawahan

dengan pesona teraseringnya, hutan Adat yang memiliki potensi jalur trekking yang cukup

menantang, dan perkebunan seperti jeruk, lidah buaya, enau dan lainnya. Potensi yang memikat

ini didukung oleh sarana jalan yang memadai dengan lokasi yang sangat strategis yang

menghubungkan kawasan Kintamani dengan Ubud dengan jalan yang menurun dan banyak

wisatawan yang melewati Desa Taro ini.

Desa Taro memiliki potensi alam yang masih alami dan sangat cocok dikembangkan

pariwisata pedesaan. Pentingnya menerapkan pariwisata berbasis komunitas dalam pembangunan

Page 15: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

15

sektor kepariwisataan di Desa Taro sudah semestinya menjadi keharusan, karena apa yang

disuguhkan oleh pariwisata berbasis komunitas ini sangat berbeda jauh dan bertolak belakang

dengan jenis pariwisata konvensional yang sedang berlangsung sekarang ini. Jika pariwisata

konvensional memberikan dampak yang sangat buruk terhadap lingkungan maka sebaliknya

pariwisata berbasis komunitas adalah pariwisata yang bersahabat dan ramah terhadap lingkungan.

Pariwisata berbasis komunitas memiliki peluang lebih mampu mengembangkan obyek-obyek dan

atraksi-atraksi wisata berskala kecil, dan oleh karena itu dapat dikelola oleh komunitas-komunitas

dan pengusaha-pengusaha lokal, menimbulkan dampak sosial-kultural yang minimal, dan dengan

demikian memiliki peluang yang lebih besar untuk diterima oleh masyarakat. Pariwisata berbasis

komunitas memberikan peluang yang lebih besar bagi partisipasi komunitas lokal untuk

melibatkan diri di dalam proses pengambilan keputusan keputusan dan di dalam menikmati

keuntungan perkembangan industri pariwisata, dan oleh karena itu lebih memberdayakan

masyarakat

Peran masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan di Desa Taro terutama dalam

pemberdayaan sosial ekonomi perlu dilakukan agar pariwisata berbasis masyarakat dijadikan

sebagai salah satu bentuk paradigma baru pembangunan pariwisata yang mengusung prinsip-

prinsip pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) demi pencapaian pendistribusian

kesejahteraan rakyat secara lebih merata, sehingga proses kedepannya pembangunan dan

pengembangan sektor kepariwisataan di Desa Taro dapat tumbuh dan berkembang dan

bermanfaat bagi masyarakatnya.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang menjadi rumusan masalah adalah

Bagaimanakah penerapan Community Based Tourism pada pengembangan pariwisata

berkelanjutan sebagai upaya pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat di Desa Taro

Kecamatan Tegallalang Gianyar Bali ?

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui penerapan Community Based Tourism pada pengembangan pariwisata

berkelanjutan sebagai upaya pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat di Desa Taro Kecamatan

Tegallalang Gianyar Bali

Page 16: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Community Based Tourism

B. Pengertian

Community Based Tourism ( CBT ) is a form of tourism in which a significant number of

local people has substantial control over, and involvement in its development and

management. The major proportion of the benefits remains within the local economy.

Members of the community, even those who are not directly involved in tourism enterprises,

gain some form of benefits as well (e.g. community fund, multiplier effect)." (Häusler &

Strasdas 2003, p.3)

Menurut Garrod (2001:4), terdapat dua pendekatan berkaitan dengan penerapan prinsip-

prinsip perencanaan dalam konteks pariwisata. Pendekatan pertama yang cenderung dikaitkan

dengan sistem perencanaan formal sangat menekankan pada keuntungan potensial dari

ekowisata. Pendekatan kedua, cenderung dikaitkan dengan istilah perencaan yang partisipatif

yang lebih concern dengan ketentuan dan pengaturan yang lebih seimbang antara

pembangunan dan perencanaan terkendali. Pendekatan ini lebih menekankan pada kepekaan

terhadap lingkungan alam dalam dampak pembangunan ekowisata.

Salah satu bentuk perencaan yang partisipatif dalam pembangunan pariwisata adalah

dengan menerapkan Community Based Tourism (CBT) sebagai pendekatan pembangunan.

Nicole Hausler (2003), mengemukakan gagasan tentang definisi dari Community Based

Tourism (CBT) yaitu:

1. Bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk

mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan pembangunan pariwisata.

2. Masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam usaha- usaha pariwisata juga mendapat

keuntungan.

3. Menuntut pemberdayaan secara politis dan demokratisasi dan distribusi keuntungan

kepada communitas yang kurang beruntung di pedesaan.

Page 17: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

17

Suansri (2003:14), mendefinisikan CBT sebagai pariwisata yang memperhitungkan aspek

keberlanjutan lingkungan, sosial, dan budaya. CBT merupakan alat bagi pembangunan

komunitas dan konservasi lingkungan atau dengan kata lain CBT merupakan alat bagi

pembangunan pariwisata berkelanjutan. Dalam definisi yang disampaikan oleh Suansri,

gagasan untuk memunculkan tools berparadigma baru dalam pembangunan pariwisata adalah

semata- mata untuk menjaga keberlangsungan dari pariwisata itu sendiri.

C. Prinsip- prinsip Community Based Tourism

Terdapat beberapa prinsip dasar CBT yang disampaikan Suansri (20003: 12) dalam

gagasannya yaitu:

1. Mengakui, mendukung dan mengembangkan kepemilikan komunitas dalam industri

pariwisata.

2. Mengikutsertakan anggota komunitas dalam memulai setiap aspek.

3. Mengembangkan kebanggaan komunitas.

4. Mengembangkan kualitas hidup komunitas.

5. Menjamin keberlanjutan lingkungan.

6. Mempertahankan keunikan karakter dan budaya di area lokal.

7. Membantu berkembangnya pembelajaran tentang pertukaran budaya pada komunitas.

8. Menghargai perbedaan budaya dan martabat manusia.

9. Mendistribusikan keuntungan secara adil pada anggota komunitas.

10. Berperan dalam menentukan presentase pendapatan ( pendistribusian pendapatan )

dalam proyek yang ada di komunitas.

Sepuluh prinsip dasar tersebut harus menjadi tumpuan, arah dan prinsip dasar dari

pembangunan pariwisata agar keberlanjutannya terjamin. Meski dalam prinsip yang

disampaikan secara eksplisit, Suansri lebih memfokuskan pada kepentingan masyarakat lokal,

tetapi ide utama yang disampaikan Suansri dalam prinsip dasar tersebut adalah hubungan

yang seimbang antara wisatawan dan masyarakat lokal dalam industri pariwisata.

Keseimbangan yang dimaksud antara lain dalam hal status kepemilikan komunitas,

pembagian keuntungan yang adil, hubungan sosial budaya yang didasari sikap saling

menghargai, dan upaya bersama untuk menjaga lingkungan.

Page 18: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

18

Sebagai tindak lanjut Suansri ( 2003:21-22 ) menyampaikan point- point yang merupakan

aspek utama pengembangan CBT berupa 5 dimensi, yaitu:

1. Dimensi Ekonomi, dengan indikator:

(1) Adanya dana untuk pengembangan komunitas (2) Terciptanya lapangan pekerjaan

di sektor pariwisata (3) Timbulnya pendapatan masyarakat lokal dari sektor

pariwisata.

2. Dimensi Sosial, dengan indikator:

(1) Meningkatnya kualitas hidup (2) Peningkatan kebanggaan komunitas (3)

Pembagian peran yang adil antara laki- laki, perempuan, generasi muda dan tua

(4) Membangun penguatan organisasi komunitas.

3. Dimensi Budaya, dengan indikator:

(1) Mendorong masyarakat untuk menghormati budaya yang berbeda. (2) Membantu

berkembangnya pertukaran budaya (3) Budaya pembangunan melekat erat dalam

budaya lokal.

4. Dimensi Lingkungan, dengan indikator:

(1) Mempelajari carrying capacity area (2) Mengatur pembuangan sampah (3)

Meningkatkan keperdulian akan perlunya konservasi.

5. Dimensi Politik, dengan indikator:

(1) Meningkatkan partisipasi dari penduduk lokal (2) Peningkatan kekuasaan

komunitas yang lebih luas (3) Menjamin hak- hak dalam pengelolaan SDA.

Menurut Prayogo dalam Mulyadi (2009) menyebutkan dalam pengembangan pariwisata,

partisipasi masyarakat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Partisipasi langsung adalah partisipasi masyarakat secara sadar yang memang

diarahkan untuk mengembangkan pariwisata, meliputi pembangunan secara gotong

royong, keterlibatan dalam pengusaha pariwisata atau dengan melalui pembinaan rasa

ikut memiliki di kalangan masyarakat oleh pemerintah.

2. Partisipasi tidak langsung adalah partisipasi yang dilakukan secara tidak langsung

bersentuhan dengan kegiatan pariwisata. Masyarakat secara individu tidak langsung

mendapatkan kontribusi dari kegiatan pariwisata meliputi pemeliharaan kebersihan

lingkungan, pembinaan seni dan budaya yang bermutu, pembinaan keindahan dan

pembinaan kepribadian.

Page 19: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

19

Menurut Garrod et al., 2001; Timothy dan Boyd, 2003, disebutkan bahwa

partisipasi masyarakat dibagi menjadi dua, 1) partisipasi pengambilan keputusan, 2)

Partisipasi pembagian manfaat pariwisata. Karena dengan adanya manfaat ke masyarakat

akan meningkatnya partisipasinya dalam pengembangan pariwisata. Keteribatan

masyarakat dalam pengambilan keputusan bermakna bahwa masyarakat dapat mempunyai

keinginan dan harapan yang bisa dikeluarkan terebih untuk kepentingan pengembangan

pariwisata sehingga nantinya bisa dijadikan masukan pada pengembangan pariwisata

selanjutnya. Sedangkan pada peran pembagian manfaat pariwisata, dimaksudkan bahwa

masyarakat memiliki kesempatan mendapatkan manfaat ekonomi dengan adanya

pariwisata. Permasalahan yang sering muncul adalah masyarakat tidak pernah dilibatkan

dalam setiap kegiatan pariwisata dan terkesan melupakan keberadaan masyarakat lokal.

Hal inilah yang sering menimbulkan konflik di masyarakat lokal tempat pariwisata itu

berkembang. (adikampana, 2013)

Aspek Utama Pengembangan CBT

Sumber : Rest (1997)

Hausler dalam Nurhidayati, Community Based Tourism (CBT) merupakan suatu

pendekatan pembangunan pariwisata yang menekankan pada masyarakat lokal (baik yang

terlibat langsung dalam industri pariwisata maupun tidak) dalam bentuk memberikan

Page 20: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

20

kesempatan (akses) dalam manajemen dan pembangunan pariwisata yang berujung pada

pemberdayaan politis melalui kehidupan yang lebih demokratis, termasuk dalam

pembagian keuntungan dari kegiatan pariwisata yang lebih adil bagi masyarakat lokal”.

Hausler memandang bahwa masyarakat perlu diperhatikan lebih kritis untuk ikut serta

dalam kegiatan pembangunan pariwisata karena masyarakat berperan penting dalam

menyediakan sumber daya di daerahnya.

Murphy (1985) menyebutkan untuk mencapai tujuan masyarakat tuan rumah dan

keinginan serta kemampuan mereka menyerap manfaat pariwisata perlu adanya

perencanaan dan pengelolaan untuk mengembangkan industri dalam kerangka ekologi.

Pendekatan ini memungkinkan integrasi dan pengembangan komponen industri untuk

skala yang lebih selaras dengan kemampuan fisik dan manusia daerah destinasi.

Yaman & Mohd dalam Kusuma (2012) mengemukakan beberapa pendekatan CBT

yaitu: CBT berorientasi pada manusia (pemerintah dan masyarakat) yang mendukung dan

tetap menjaga sumber daya alam dan budaya. Pemerintah akan berfungsi sebagai

fasilitator, koordinator atau badan penasehat SDM dan penguatan kelembagaan. Kedua,

partisipasi dari stakeholder. CBT dideskripsikan sebagai berbagai bentuk aktivitas yang

meningkatkan dukungan yang lebih luas terhadap pembangunan ekonomi dan sosial

masyarakat. Mata pencaharian atau penghidupan masyarakat dapat ditingkatkan dengan

konservasi sumber daya sebagai upaya perlindungan dan pelestarian lingkungan dalam

sosial masyarakat. Peningkatan lingkup partisipasi yang lebih luas ini termasuk partisipasi

dalam sektor informal, hak dan hubungan langsung/tidak langsung dari sektor lainnya.

Pariwisata berperan dalam pembangunan internal dan mendorong pembangunan aktivitas

ekonomi yang lain seperti industri, jasa dan sebagainya. Anggota masyarakat juga dapat

berpartisipasi dalam bentuk kewirausahaan. Ketiga, pembagian keuntungan yang adil.

Tidak hanya berkaitan dengan keuntungan langsung yang diterima masyarakat yang

memiliki usaha di sektor pariwisata tetapi juga keuntungan tidak langsung yang dapat

dinikmati masyarakat yang tidak memiliki usaha. Keempat, penggunaan sumber daya lokal

secara berkesinambungan. Sumber daya lokal adalah sumber daya alam dan budaya yang

dimiliki dan dikelola oleh masyarakat setempat yang merupakan suatu aset baik secara

individu maupun berkelompok. Hal itu bisa menumbuhkan kepedulian, penghargaan diri

sendiri dan kebanggaan pada seluruh anggota masyarakat. Sumber daya yang ada menjadi

Page 21: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

21

lebih meningkatkan nilai, harga dan menjadi alasan pengunjung atau wisatawan ingin

datang ke desa. Kelima, penguatan institusi lokal. Penting untuk melibatkan komite dengan

anggota berasal dari masyarakat. Tujuan utamanya adalah mengatur hubungan antara

penduduk, sumber daya dan pengunjung. Hal ini membutuhkan perkembangan

kelembagaan yang ada di sana. Sehingga perlu membentuk lembaga dengan pimpinan

yang dapat diterima semua anggota masyarakat. Penguatan kelembagaan bisa dilakukan

melalui pelatihan dan pengembangan individu dengan ketrampilan kerja yang diperlukan

(teknik, managerial, komunikasi, pengalaman kewirausahaan dan pengalaman organisasi).

2.2 Pariwisata Berkelanjutan

“Sustainable tourism is a tourism which concerns with management of the sustainable

development of the natural, built, social and cultural tourism resources of the host community

in order to meet the fundamental criteria of promoting their economic well-being, preserving

their nature, culture, social life, intra and inter-generational equity of costs and benefits,

securing their life sufficiency and satisfying the tourists’ needs.”(Butler, 1991)

Pembangunan pariwisata berkelanjutan merupakan sebuah proses dan sistem

pengembangan pariwisata yang bisa menjamin keberlangsungan atau keberadaan sumber daya

alam dan kehidupan sosial-budaya serta memberikan manfaat ekonomi hingga generasi yang

akan datang. Secara garis besar, indikator yang dapat dijabarkan dari karakteristik

berkelanjutan antara lain adalah lingkungan. Artinya, industri pariwisata harus peka terhadap

kerusakan lingkungan seperti; pencemaran limbah, sampah yang bertumpuk, dan kerusakan

pemandangan yang diakibatkan pembabatan hutan, gedung yang letak dan arsitekturnya tidak

sesuai, serta sikap penduduk yang tidak ramah. Dengan kata lain aspek lingkungan lebih

menekankan pada kelestarian ekosistem dan biodiversitas, pengelolaan limbah, penggunaan

lahan, konservasi sumber daya air, proteksi atmosfer, dan minimalisasi kebisingan dan

gangguan visual.

Pembangunan pariwisata berkelanjutan merupakan sebuah proses dan sistem

pengembangan pariwisata yang bisa menjamin keberlangsungan atau keberadaan sumber

daya alam dan kehidupan sosial-budaya serta memberikan manfaat ekonomi kepada generasi

sekarang hingga generasi yang akan datang guna memberantas atau mengentasakan

Page 22: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

22

kemiskinan (WTO, 2004:3-6). Gortazar (1999) menambahkan bahwa pariwisata

berkelanjutan mempunyai penekanan khusus pada tiga hal yaitu;

a. Pelestarian warisan alam dan budaya serta tradisi masyarakat lokal dengan mengurangi

konteks yang intensif dan massal terhadap objek-objek wisata budaya;

b. Pengurangan dampak-dampak negatif yang ditimbulkan sehubungan dengan

pengembangan pariwisata;

c. Pemberdayaan masyarakat lokal untuk mempertinggi kehidupan sosial dan budayanya

guna meningkatkan kualitas dan standar hidup masyarakat lokal.

World Tourism Organization (2000) memperkirakan akan ada peningkatan jumlah

kedatangan wisatawan internasional yang sangat tinggi hingga mencapai 937 juta wisatawan

pada tahun 2010. Kedatangan wisatawan dalam jumlah yang banyak akan mengakibatkan

dampak negatif terhadap lingkungan seperti degradasi lingkungan dan pencemaran air, udara

dan tanah. Meningkatnya kedatangan wisatawan di suatu daerah tujuan wisata disebabkan

oleh berbagai motivasi perjalanan wisatawan. Menurut Harssel (1994), pariwisata dibagi

menjadi sepuluh jenis yaitu; pariwisata alam (ecotourism), pariwisata budaya (cultural

tourism), pariwisata sosial (social tourism), pariwisata aktif/petualangan (active/adventure

tourism), pariwisata rekreasi (recreational tourism), pariwisata olahraga (sport tourism),

pariwisata minat khusus (specialized tourism), pariwisata kegamaan (religious tourism),

pariwisata kesehatan (health tourism) dan pariwisata etnis (ethnic tourism). Pengklasifikasi

tersebut berdasarkan atas motivasi perjalanan wisatawan.

Page 23: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

23

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Desa Taro Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar Bali.

Desa Taro bisa ditempuh kurang lebih 1 jam 30 menit dari Denpasar.

3.2. Definisi Operasional Variabel

Penerapan Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan berbasis Community Based Tourism

(CBT) yang dimaksud pada penelitian ini adalah penerapan Community Based Tourism pada

pengembangan pariwisata berkelanjutan sebagai upaya pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat

di Desa Taro Kecamatan Tegalalang Gianyar Bali dimana masyarakat lokal dapat dan ingin diikut

sertakan dalam pengembangannya karena peran masyarakat setempat amat penting mengingat

masyarakatlah yang akan aktif dan menerima manfaat dari keberlanjutan pariwisata tersebut

dengan mengetahui budaya, adat dan kearifan lokal masyarakat.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa data tentang

Desa Taro. Data kualitatif diperoleh dari informasi responden yang tertuang dalam variabel

penelitian. Sumber data yang dipergunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer

adalah data yang didapat dari sumber pertama yang dipergunakan sebagai sampel, seperti data

hasil wawancara dengan masyarakat dan pihak terkait. Data sekunder adalah data yang diperoleh

dari instansi berwenang seperti Dinas Pariwisata Bali yang terkait dengan topik yang diteliti.

3.4. Penentuan Informan

Informan diperoleh dari orang yang mengetahui tentang perkembangan kepariwisataan di

Desa Taro yaitu Aparat desa, tokoh-tokoh masyarakat, organisasi kepariwisataan terkait dan

masyarakat.

Page 24: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

24

3.5.Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

4) Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung ke Desa Taro untuk mendapat

gambaran yang sebenarnya terhadap masalah yang diteliti.

5) Wawancara terstruktur yaitu mengadakan wawancara dengan informan kunci yang dipakai

sebagai sampel dengan berpedoman pada kuesioner yang telah disusun.

6) Studi Kepustakaan, dalam penelitian ini banyak menggunakan buku-buku dan makalah –

makalah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3.6. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif kualitatif yaitu

mendeskripsikan penerapan Community based Tourism di Desa Taro mendeskripsikan dalam

bentuk uraian.

Page 25: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

25

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Desa Taro

Sejarah Desa Taro.

Desa Adat Taro berjarak kurang lebih 40 kilometer dari Denpasar. Bisa

ditempuh sekitar satu jam dengan melewati kawasan hijau dengan udara sejuk. Konon,

seperti diyakini masyarakat setempat Desa Taro erat kaitannya dengan kedatangan Rsi

Markandya. Made Puri, yang telah menjadi Bendesa Adat Taro sejak tahun 1952

menuturkan tentang kedatangan Rsi Markandya. Beliau berkata “Dari cerita tetua saya,

konon desa ini ada berkat Rsi Markandya yang datang dari Jawa dan dalam tapanya

melihat sinar dari kawasan ini,” terangnya. Sinar inilah yang konon menyebabkan Rsi

Markandya datang dan hendak tinggal di kawasan yang dulu disebut Sarwada. Sarwada

merupakan singkatan dari Sarwa Ada (Serba Ada). Lama kelamaan desa ini berubah

nama dan disebut Desa Taro, ucapnya sejurus kemudian.

Desa Taro merupakan salah satu daerah wisata di Kabupaten Gianyar yang berjarak

kurang lebih 40 km dari Denpasar dan berada pada ketinggian 650 meter diatas

permukaan laut. Populasi mencapai 9400 jiwa, dengan 1888 kepala keluarga dalam

luas areal 1562,20 Ha. Secara geografis Desa Taro merupakan bagian dari kawasan

Munduk Gunung Lebah, dataran tinggi yang membujur dari Utara ke Selatan diapit

oleh dua aliran sungai yakni sungai Oos Ulu Luh di sebelah Barat dan sungai Oos Ulu

Muani di sebelah Timur. Kedua aliran sungai ini kemudian menyatu di tepi Barat Desa

Ubud yang dikenal dengan nama Campuhan Ubud. Pada bagian utara Desa Taro

berbatasan dengan Desa Apuan, Kintamani, di bagian timur dengan Desa Sebatu,

Tegallalang, selatan berbatasan dengan Desa Kelusa, Tegallalang, di barat dengan Desa

Puhu, Payangan. Wilayah Desa Adat taro terdiri dari 14 Desa Adat :Sengkaduan, Alas

Pujung,Tebuana, Let, Pisang Kaja, Pisang Kelod, Patas, Belong, Puakan, Pakuseba,

Taro Kaja, Taro Kelod, Tatag dan Ked

Page 26: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

26

Desa Taro memiliki satu keunikan yang tak dimiliki desa lain di Bali yakni

dengan adanya sapi putih yang dianggap keramat. Masyarakat Desa Taro, terutama

warga Desa Pakraman Taro Kaja sangat meyakini kesucian hewan ini. Bahkan mereka

tak berani memelihara secara pribadi apalagi membunuh hewan suci tersebut.

Seandainya ada sapi putih yang lahir dari sapi peliharaannya, ketika mencapai umur

enam (6) bulan pasti diserahkan pada Desa untuk merawat. Ditambahkan, hingga kini

keberadaan sapi putih didesanya mencapai 50 ekor dan dalam kesehariannya, anggota

masyarakat ditugaskan secara bergilir untuk memberi makan sapi-sapi tersebut. Intinya

sapi tersebut diperlakukan istimewa. Demikian pula dengan keturunan sapi putih

tersebut, meskipun lahir berwarna lain.

Selain disucikan sapi putih ini juga dimanfaatkan sebagai sarana pelengkap

(saksi) upacara di Bali yaitu Ngasti (dan yang setingkat dengan upacara itu). Lembu

(Sapi) Putih ini dibawa ke tempat upacara dan oleh penyelenggara upacara dituntun

mengelilingi areal atau tempat upacara sebanyak tiga kali. Upacara ini disebut

dengan Purwa Daksina. Rapya menerangkan, untuk dapat menggunakan sapi putih di

desanya, pihak desa menarik biaya sewa. Untuk satu kali upacara, baik itu jaraknya

jauh atau dekat pihak desa menarik ongkos lebih kurang Rp 600 ribu dengan 15 orang

pendamping. Memang, jumlah pendamping tersebut cukup banyak, namun diakuinya

hal itu untuk menjaga hal-hal yang tak diinginkan.

Kini, Desa Taro tak lagi hanya dikenal dengan sapi putihnya, karena sejak

beberapa tahun silam perangkat Desa Adat Taro telah bekerjasama dengan investor

untuk mengembangkan pariwisata di desanya dengan membuat pariwisata gajah.

Tempat wisata gajah itu pun berhadap-hadapan dengan tempat sapi putih. Menurut

Rapya, pihak desa menyiapkan lahan sekitar 2,5 hektar untuk tempat wisata gajah itu,

dan untuk lahan tersebut pihak desa mendapat bagian keuntungan 15 persen. Hingga

kini, populasi gajah di tempat tersebut mencapai 26 ekor.

Potensi yang dimiliki Desa Taro :

1. Persawahan

Page 27: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

27

Desa yang terletak 6 Km utara Pujung,memiliki pesona alam yang indah karena teras-

teras sawah kehijauan alam yang asri dan angin segarnya Area persawahan yang

terbentang luas dengan tanah yang terasering merupakan lumbung padi Desa Taro. Dengan

pemandangan alam yang masih alami sangat mendukung untuk mengembangkan wisata

alam khususnya di Desa Taro bagian Kaja.

2. Hutan Adat

Di Desa Taro terdapat Hutan adat yang terletak di banjar Puakan di wilayah Taro bagian

barat. hutan ini memiliki potensi sebagai jalur tracking yang cukup menantang. bagi yang

ingin menguji adrenalin dapat berkunjung kesini

3.Perkebunan

Mayoritas mata pencaharian masyarakat Desa Taro terletak pada bidang perkebunan. Hal

ini dapat terlihat dengan banyaknya terdapat berbagai jenis tanaman perkebunan seperti

jeruk, lidah buaya, enau, dan lain sebagainya. Dengan banyaknya potensi yang dimiliki

sangat diumungkinkan untuk dibangunnya agrowisata.

Potensi yang memikat ini didukung oleh sarana jalan yang memadai dengan lokasi yang

sangat strategis yang menghubungkan kawasan kintamani dengan ubud dengan jalan yang

menurun. oleh karena itu banyak wisatawan yang melewati Desa Taro ini

4.2 Analisis potensi Desa Taro

5. Attraction

Atraksi adalah sesuatu atau kegiatan menarik yang menjadi pemikat ketertarikan orang

untuk datang dan menikmatinya. Atraksi ini juga bisa bersifat unik karena tidak dapat

dijumpai dengan mudah ditempat lain. Keunikan atraksi inilah yang akan menjadi

komponen utama orang berkunjung ke Desa Taro, secara umum atraksi atraksi tersebut

misalnya : (hasil penelitian 2015)

Page 28: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

28

4) Atraksi Alam : Keindahan alam pedesaan seperti sawah-sawah yang masih asri,

aktivitas pertanian dan kerajinan masyarakat, wisata petualangan seperti Trekking,

cycling, Elephant Ride, ATV .

Gambar 4.1 Wisata bersepeda (cycling) di Desa Taro 2015

5) Atraksi Budaya :

h. Pura gunung raung, yang merupakan warisan leluhur,

i. Kegiatan kegiatan keagamaan, ritual, dan tradisi tradisional,

j. tarian ”Narnir” yang merupakan tarian sakral masyarakat Desa Taro yang

dipentaskan hanya pada saat upacara-upacara piodalan di pura, pertama kali

dipentaskan pada Pesta Kesenian Bali (PKB) tahun 2013. Akan tetapi tarian ini

belum memiliki hak paten.

k. Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah

penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan yang

dilakukan masyarakat Bali,

l. Balinese Farming yaitu: wisatawan diajak untuk belajar metekap, memula, serta

semua kegiatan-kegiatan di sawah.

m. Coocking class yaitu wisatawan diajak untuk belajar memasak makanan -

makanan khas Bali.

Page 29: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

29

Gambar 4.2 Cooking Class di Desa Taro 2015

n. ”Mekemit” yaitu kombinasi antara wisata alam, budaya serta spiritual, dimana

wisatawan diajak diperkenalkan terhadap kehidupan masyarakat Bali, dengan

mengunjungi rumah – rumah masyarakat, memperkenalkan jenis-jenis bangunan

khas Bali, dijelaskan tentang upacara-upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat

setempat, dinner dengan menu khas Bali, kemudian malamnya diajak untuk

menonton kunang-kunang, kemudian melukat, maturan, kemudian dilanjutkan

dengan kegiatan meditasi atau yoga. Dan paginya akan disuguhkan dengan

kegiatan melihat sunrise serta suguhan breakfast

6) Atraksi Buatan:

e. Pajenengan Agung (Bale Kulkul),

f. Bale Agung,

g. Objek Wisata spiritual lembu Putih,

h. Elephant SafariAksesbilitas

Page 30: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

30

6. Amenities

- Sebagai sarana tinggal pengunjung, baik yang bersifat sementara (half day visit)

maupun jangka waktu yang lama, maka rumah-rumah penduduk dapat dimanfaatkan

sebagai homestay wisatawan yang datang. Homestay penduduk harus memenuhi

standar keamanan dan kenyamanan, oleh karena itu penataan standarisasi homestay

harus ditata dan dikelola dengan baik. Karena para wisatawan yang datang dan tinggal

akan berinteraksi secara langsung dan mengamati lingkungan rumah mereka tinggal.

Gaya hidup family host juga harus ramah , sopan dan bersahabat. Jumlah homestay

yang terdapat di Desa Taro Kurang lebih 7 unit, namun masih akan bertambah,

sementara Restoran hanya terdapat 1 buah, yaitu di dalam kawasan wisata elephant

safari.

Keberadaan warung makan relatif banyak, yang dikelola oleh masyarakat lokal selain

itu terdapat juga kantin, yang terdapat pada kawasan lembu putih

Selain itu juga terdapat travel agent ,Travel yang terdapat di Desa Taro bernama : ”Taro

Transport” yang melayani banyak destinasi diantaranya ”Kintamani Tour” yang mana

travel ini memiliki 20 anggota dengan 20 armada.

Gambar 4.3 Homestay di desa Taro 2015

Page 31: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

31

7. Aksesibilitas

Kondisi Jalan menuju Desa Taro cukup Baik, namun masih perlu perbaikan karena masih

ada beberapa ruas jalan yang masih belum memadai karena adanya kerusakan. Akses jalan

menuju Desa Taro diantaranya : kalau dari selatan : dari Kedewatan, menuju Lungsiakan,

Payogan, dilanjutkan daerah Sebali, Kliki, Yeh Tengah, Brasela, Desa Taro. Jika ditempuh

dari daerah Tegalalang, kemudian menuju daerah Kliki, daerah Brasela, Desa Taro.

Adapun jenis transportasi yang digunakan yaitu mobil pribadi, mobil travel, sepeda motor,

maupun sepeda.

8. Kelembagaan

Hanya terdapat sebuah Organisai kepariwisataan yg ada di Desa Taro yang yang letaknya

di kawasan wisata lembu putih yang bernama ” Yayasan Lembu Putih” yang dikelola serta

di danai oleh swadaya Masyarakat Desa Taro. Di Kawasan Desa Taro terdapat beberapa

kelompok sadar wisata (darwis), salah satunya adalah ”Taro Clean and Green” adapun

kegiatan yang dilakukan yaitu menyadarkan masyarakat tentang pentingnya menjaga

lingkungan, salah satu bukti nyata adalah dengan mensosialisasikan maupun mengedukasi

para siswa di sekolah tentang bahaya sampah, serta cara pengolahan sampah di Desa Taro,

sehingga Desa Taro menjadi bersih dan asri

8.3 Penerapan Community Based Tourism pada pengembangan pariwisata berkelanjutan

sebagai upaya pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat di Desa Taro Kecamatan

Tegallalang Gianyar Bali

4.3.1 Penerapan community based tourism dari dimensi ekonomi adalah :

1. Adanya dana untuk pengembangan wisata berbasis masyarakat Salah satu usaha yang dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat di bidang pariwisata

diantaranya dengan mengadakan english club di Banjar Taro Kaja yaitu sejenis

pelatihan bagi generasi muda baik anak –anak sekolah seminggu 4 kali tentang

pembelajaran bahasa inggris yang nantinya berguna dalam pengembangan pariwisata

di Desa Taro. Adapun kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Senin dan Kamis, dengan

Page 32: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

32

para pengajarnya dari swadaya masyarakat, yaitu para senior yang sharing pengalaman

serta pengetahuan kepada para generasi muda di Desa Taro.

2.Terciptanya lapangan pekerjaan.

Terdapat beberapa perusahaan industri di kawasan Desa Taro yaitu :

i. Industri pembuatan sanggah (tugu) dari paras Taro.

j. Industri yang bergerak di bidang pariwisata terdiri atas wisata gajah (elephant

Safari) yang dikelola oleh investor asing yang berasal dari Australia yang

mempekerjakan masyarakat lokal. Jumlah tenaga kerja yang terserap di Elefant

Safari ini sekitar 300 orang dimana sebanyak 50 % adalah memang masyarakat

lokal Desa Taro.

k. Objek Wisata Lembu Putih yaitu objek wisata spiritual yang dikelola oleh swadaya

masyarakat yang diwadahi oleh yayasan lembu putih yang diketuai oleh bapak

Made Madriana. Masyarakat lokal yang bekerja di Yayasan Lembu putih ini

sebanyak 13 orang.

l. Di bidang Transportasi terdapat juga kelompok masyarakat yang dinamakan Taro

transport. Taro Transport ini melayani wisatawan yang ingin berkeliling di Desa

Taro dan menikmati produk produk wisata di Desa Taro. Masyarakat lokal yang

tergabung dalam Taro Transport ini memiliki tempat di Yayasan Lembu putih

sebagai tempat mobil mobil transport mereka di tempatkan.

m. Terdapat juga 10 buah homestay yang masih belum memiliki nama karena milik

masyarakat lokal dimana pemilik homestay ini biasanya langsung menawarkan

paket trekking, mekemit, cooking class dan lain-lain.

n. Supplier

Sebagian besar masyarakat Desa Taro yaitu sekitar 50-60 % bermata pencaharian

menjadi pemasok (supllier) dalam industri pembuatan sanggah (tugu) dari bahan

paras taro, namun ada pula yang bergerak dalam bidang suplier buah dan sayuran

yang bernama ” Kertayasa Fruit ;;and vegetables supplier” Suplier ini memasok

kebutuhan buah dan sayur untuk di elephant safari dan beberapa hotel di denpasar.

o. Cooking Class

Page 33: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

33

p. Agrowisata kopi luwak di banjar Patas pemiliknya addalah Made Budiana.

Wisatawan yang datang ke tempat ini disuguhkan dari pembuatan kopi luwak

sampai pada tahap kopi luwak bisa dihidangkan untuk diminum.

3. Timbulnya pendapatan masyarakat lokal

Pendapatan masyarakat lokal diperoleh dengan menjadi tenaga kerja di Elefant

Safari, yayasan Lembu Putih, bekerja di Agrowisata Kopi Luwak dan Cooking

Class. Pemilik Homestay tentunya mendapatkan pendapatan dari sewa kamar,

penjualan paket paket wisata yang ditawarkan seperti cooking class, mekemit di pura

Dalem, wisata petik Jeruk, ATV cycling, wisata kuang kunang dan lain sebagainya.

Selain itu dampak ekonomi yang di dapat yaitu masyarakat mendapatkan

pemasukan dengan menjual makanan untuk lembu putih, yaitu berupa : ”padang

Gajah” dengan harga Rp. 50.000 untuk 6 ikat dengan sistem bergilir. Sementara gaji

yang diterima oleh masyarakat yang bekerja di kawasan wisata lembu putih rata-rata

Rp. 30.000 per hari.

Jika dilihat dari dimensi ekonomi penerapan community based tourism atau pariwisata

berbasis masyarakat di Desa Taro sudah berjalan dalam tahap pengembangan artinya

saat ini masih sedang mengalami tahap perkembangan menuju ekonomi yang lebih

baik.

4.3.2 Penerapan community based tourism dari dimensi sosial terdapat 3 indikator yang menjadi

kriteria yaitu

1. Peningkatan kualitas hidup yang bisa terlihat dari meningkatnya kemampuan masyarakat

Desa Taro terutama anak anak untuk bisa menggunakan bahasa Inggris dalam bekerja sebagai

guide free land wisatawan. Kualitas hidup yang lebih baik juga diperoleh karena masyarakat lokal

telah menerima penghasilan dari pariwisata yang masuk di Desa Taro. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa masuknya priwisata di Desa Taro tidak menyebabkan perubahan gaya hidup

dna pola perilaku masyarakat Desa Taro. Justru masyarakat Desa Taro menciptakan produk

pariwisata yang mencirikan budaya lokal mereka seperti mekemit, wisata spiritual, memasak

Page 34: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

34

makanan tradisional Bali. Keuntungan ekonomi yang diperoleh masyarakat Desa Taro tentunya

akan berdampak pada meningkatnya standar hidup baik dari segi kesehatan, tingkat pendidikan.

Di samping itu dengan adanya Elefant Safari di Desa Taro telah memberikan sumbangan kepada

banjar Taro Kaja untuk pelaksanan upacara keagamaan sekitar Rp 150.000.000 per bulan sehingga

warga banjar tidak perlu mengeluarkan biaya untuk upacara kagamaan karena mereka memiliki

banyak pura. Sehingga pendapatan yang mereka peroleh dari bekerja bisa dipergunakan untuk

keperluan lainnya seperti menyekolahkan anak.

2. Peningkatan kebanggaan komunitas di lihat dari dengan adanya pariwisata di Desa Taro,

masyarakat bisa menyadari bahwa Desa Taro memang memiliki keunikan tersendiri dengan segala

potensi dan daya tarik wisatanya sehingga masayarakat bisa menciptakan peluang bisnis pariwisata

seperti misalnya akan dibentuk paket wisata yang menjual kamar, restoran, trekking, dan makanan

tradisional, cooking class juga mulai bermunculan yang mengandalkan bumbu tradisional Bali.

Dengan adanya Gajah di Desa Taro juga menjadikan Desa Taro mudah dikenal oleh masyarakat

luar dan mudah di kenal wisatawan karena Gajah memang pertama kali ada di Desa Taro dibanding

tempat lainnya. Dengan adanya kebanggaan ini maka dengan tersendirinya masyarakat Desa Taro

akan melestariakan alam dan budaya untuk keberlanjutan pariwisata di Desa Taro. Seperti yang

telah dilakukan oleh masyarakat setmpat yaitu menghormati keberadaan lembu putih sebagai

warisan leluhur, pelestarian hutan bambu yang digunakan sebagai jalur trekking, penggunaan

bumbu bumbu masakan Bali untuk disuguhkan dalam setiap cooking class yang diadakan di Desa

Taro.

3. Kesediaan dan kesiapan masyarakat ingin

lebih terlibat langsung dalam setiap kegiatan kepariwisataan di Desa Taro. Sebagian besar

masyarakat Desa Taro memang menginginkan pariwisata bisa berkembang dengan lebih baik

lagi agar usaha yang telah dilakukan dalam setiap kegiatan pariwisata sekarang bisa terus

berlanjut. Berpartisipasi secara langsung sebagai pekerja dan pengelola usaha pariwisata seperti

homestay, pengelola agrowisata, pengelola cooking class merupakan bentuk aktivitas pariwisata

yang mendatangkan keuntungan ekonomi secara langsung bagi masyarakat lokal, meskipun saat

ini masih dalam tahap pengembangan. Sebagaian besar masyarakat yang berpartisipasi langsung

maupun tidak langsung pada CBT mengganggap aktivitas kepariwisataan di desa mereka sebagai

kegiatan paruh waktu. Analisis dimensi ekonomi dan sosial mengindikasikan adanya

peningkatan lapangan pekerjaan bagi penduduk lokal dan pertumbuhan, akan tetapi adanya

Page 35: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

35

mekanisme pembagian pendapatan dapat lebih bermanfaat pada peningkatan kesejahteraan

masyarakat lokal Desa Taro.

Page 36: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

36

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Penerapan Community Based Tourism pada pengembangan pariwisata berkelanjutan sebagai

upaya pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat di Desa Taro Kecamatan Tegallalang Gianyar

Bali dilihat dari dimensi ekonomi adalah.1)Adanya dana untuk pengembangan wisata berbasis

masyarakat melalui pelatihan berbahasa inggris untuk generasi muda 2).Terciptanya lapangan

pekerjaan baik sebagaipekerja maupun sebagai pengelola usaha pariwisata 3) Timbulnya

pendapatan masyarakat lokal dari penyewaan homestay, penjualan paket wisata, penjualan rumput

gajah, sebagai supllier. Jika dilihat dari dimensi ekonomi penerapan community based tourism

atau pariwisata berbasis masyarakat di Desa Taro sudah berjalan dalam tahap pengembangan

artinya saat ini masih sedang mengalami tahap perkembangan menuju ekonomi yang lebih baik.

Dimensi sosial dari penerapan CBT di Desa Taro adalah 1)Peningkatan kualitas hidup yang bisa

terlihat dari meningkatnya kemampuan masyarakat Desa Taro berbahasa Inggris, tingkat

pendidikan, dna kesejahteraan meningkat, 2) Peningkatan kebanggaan komunitas di lihat dengan

kesadaran untuk tetap mempertahankan keunikan potensi dan daya tarik wisatanyadengan

memcipatkan produk yang memang mempertahankan budaya lokal, 3) Kesediaan dan kesiapan

masyarakat ingin lebih terlibat langsung dalam setiap kegiatan kepariwisataan di Desa Taro.

Terbukti dengan partisipasi sebagai tenaga kerja dan pengelola usaha pariwisata. Pengembangan

pariwisata berkelanjutan sebagai upaya pemberdayaan sosial ekonomi Desa Taro telah mengalami

tahap perkembangan dan dapat lebih bermanfaat pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal

Desa Taro

Saran

1. Peran pemerintah dan stakeholder dalam setiap pengembangan pariwisata berkelanjutan

hendaknya mengarah pada pariwisata berbasis masyarakat.

2. Melibatkan masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan yang berkaitan dengan

pengembangan Community Based Tourism agar masyarakat bisa mendapatkan peluang –peluang

terciptanya usaha-usaha pariwisata.

Page 37: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

37

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2014. http://desataro.blogspot.com/2010/08/potensi-alam.html 19 feb 2014

Anonim 2015. http://perencanaankota.blogspot.com/2012/01/community-based-tourism-pariwisata.html

Gortazar, Luis and Cripriano Martin. 1999. Tourism and Sustainable Development. France: International Scientific Council for Island Development.

Häusler, Nicole & Strasdas, Wolfgang , 2003, Training Manual for Community-Based Tourism. Zschortau.

Murphy, Peter E.1985.Tourism, A Community Approach.Great Britain: University Cambridge.

Nurhidayati, Sri Endah. Community Based Tourism (CBT) sebagai Pendekatan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan (Jurnal).Surabaya: Program Studi D3 Pariwisata

FISIP Universitas Airlangga dan diakses dalam

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Community%20Based%20Tourism%20_CBT_.pdf

diunduh dan disalin tanggal 3 mei 2013 Review of Tourism Research,XXVI (2), Jakarta

Suansri, Potjana, 2003, Community Based Tourism Hand Book , Thailand : Rest Project

Timothy, Dallen J., 1999, Participatory Planning: a view of tourism in Indonesia,Annals Of Tourism Research, 26: 371-391

Page 38: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

38

LAMPIRAN 1. FORMAT JUSTIFIKASI ANGGARAN

1. Honor

Honor Honor/jam (Rp) Waktu Minggu Honor per tahun

(jam/minggu) (Rp)

Thn 1 Thn Thn

Ketua 40,000 1,000,000

Anggota 1 40,000 1,000,000

SUB TOTAL (Rp) 2,000,000

2.Peralatan Penunjang

Material Justifikasi Kuantitas Harga Harga Peralatan

Pemakaian Satuan Penunjang (Rp)

(Rp) Thn 1 Thn Thn

camera digital 1,500,000 1,500,000

SUB TOTAL (Rp) 1,500,000

3. Bahan Habis Pakai

Material Justifikasi Kuantitas Harga Biaya per tahun

Pemakaian Satuan (Rp)

(Rp) Thn 1 Thn Thn

Kertas 5 rim 34,500 172,500

CD R 5 buah 3,500 17,500

Cartridge Black & Colour 4 buah 400,000 1,600,000

Pulpen 10 buah 10,000 100,000

Pensil 10 buah 5,000 50,000

Penggaris 5 buah 2,000 10,000

Page 39: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

39

Kertas buram 2 buah 25,000 50,000

Map 10 buah 5,000 50,000

flas disk 2 buah 100,000 200,000

sewa komputer 125,000 1,250,000

SUB TOTAL (Rp) 3,500,000

4. Perjalanan

Material Justifikasi Kuantitas Harga Biaya per Tahun

Perjalanan Satuan (Rp)

(Rp) Thn 1 Thn Thn

sewa mobil Survey/sampling/ 200,000 1,000,000

beli bensin 77 liter 6,500 500,000

SUB TOTAL (Rp) 1,500,000

5. Lain-Lain

Kegiatan Justifikasi Kuantitas Harga Biaya per Tahun

Satuan (Rp)

(Rp) Thn 1 Thn Thn

penyususunan proposal 5 kali 90,000 450,000

fotokopi bahan 800 200,000

laporan kemajuan 5 buah 20,000 100,000

laporan draf dan final 10 jilid 25,000 250,000

dokumentasi 10 kali 50,000 500,000

SUB TOTAL (Rp) 1,500,000

TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN SETIAP TAHUN (RP)

Th 1

10,000,000

LAMPIRAN 3. FORMAT SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITI/ PELAKSANA DAN PEMBAGIAN TUGAS

Page 40: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

40

No. Nama/NIDN Instansi Asal Bidang

Ilmu

Alokasi Waktu

(jam/minggu)

Uraian Tugas

1

Ni Putu

Ratna Sari, S

ST.

Par.,M.Par./

0002077806

Fakultas

Pariwisata

pariwisata 25 Minggu Persiapan,

survey ke

lapangan,

penyusunan

laporan draf,

penyusunan

laporan

kemajuan,

laporan final

2

Fanny

Maharani

Suarka S ST.

Par.,M.Par./

0012028105

Fakultas

Pariwisata

pariwisata 25 Minggu Persiapan,

survey ke

lapangan,

penyusunan

laporan draf,

penyusunan

laporan

kemajuan,

laporan final

3

Lampiran 4 . FORMAT BIODATA KETUA DAN ANGGOTA TIM PENELITI

(Wajib ditandatangani asli dengan tinta WARNA BIRU) 1. Ketua Peneliti

A. Identitas Diri

1.

Nama Lengkap (dengan

gelar)

Ni Putu

Ratna

Sari, S

ST.

Par.,M.P

ar.

P

2. Jabatan Fungsional Lektor

3. Jabatan Struktural

4. NIP/NIK/No.Identitas

lainnya 197807022008122001

5. NIDN 0002077806

6. Tempat dan Tanggal

Lahir Denpasar, 2 Juli 1978

7. Alamat Rumah

Jl. Nangka Utara. Perumahan Taman Nangka

Indah E16

8. Nomor Telepon/Faks

/HP 0361-9151515

Page 41: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

41

9. Alamat Kantor Jl. Dr. R. Goris No.7 Denpasar

10. Nomor Telepon/Faks

(0361) 223798

11. Alamat e-mail [email protected]

12. Lulusan yang telah

dihasilkan S-1= … orang; S-2= …Orang; S-3= Orang …

13. Mata Kuliah yg diampu 1.Hospitality 2.Kesehatan dan keselamatan kerja 3.Seminar Pariwisata 4.Manajemen kantor depan I 5.Kode etik pariwisata 6.Manajemen SDM Pariwisata 7.Manajemen Kantor depan II

B. Riwayat Pendidikan

Program S-1 S-2 S-3

Nnama Perguruan Tinggi Universitas Udayana

Universitas Udayana

BiBidang Ilmu Pariwisata Kajian Pariwisata

Tahun Masuk 1995 2006

Tahun Lulus 2000 2008

Judul Skripsi/Thesis/Disertasi Pengaruh Promosi Personal Selling terhadap volume penjualan kamar di Hotel Jatra Kuta

Motivasi pekerja perempuan Bali pada hotel melati di kawasan pariwisata Ubud

Nama Pembimbing/Promotor Drs. Ida Bagus Ketut Astina M, Si., dan Dra AA Sagung Kartika Dewi, MM

Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH.,MS dan Ni Made Heny Urmila Dewi, SE.,M Si.

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir

(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber *) Jml (Juta Rp.)

1. 2011 “Jual Beli Kepala” Dalam Industri Pariwisata Bali

DIPA 7.500.000

2. 2012 Motivasi Perempuan Bali bekerja Pada Hotel Bintang di Kawasan Pariwisata Kuta

DIPA 7.500.000

Page 42: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

42

3. 2012 Evaluasi Penerapan Pariwisata Berwawasan Lingkungan dan

Budaya berdasarkan Nilai Nilai Tri

Hita Karana di Fivelements (Puri

Ahimsa), Mambal, Badung, Bali

Lainnya -

4. 2013 Atraksi wisata di hotel bintang dan

kontribusinya terhadap masyarakat

local di kawasan Pariwisata Kuta

DIPA 7.500.000

Dst.

*) Tuliskan sumber pendanaan : PDM, SKW, Pemula, Fundamental, Hibah Bersaing, Hibah Pekerti, Hibah Pascasarjana, Hikom, Stranas, Kerjasama Luar Negeri dan Publikasi Internasional, RAPID, Unggulan Stranas atau sumber lainnya.

D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada

Masyarakat

Pendanaan

Sumber *) Jml (Juta Rp.)

1. 2010 Pengabdian masyarakat dalam bentuk aksi kebersihan dan penghijauan fak

pariwisata unud 23 April 2010

Lainnya

4.000.000

2. 2011 Pengabdian masyarakat dalam bentuk

aksi kebersihan dan penghijauan fak

pariwisata unud 28 April 2011

Lainnya

4.000.000

3. 2012 Pembinaan Pariwisata Melalui Pendidikan dan Pelatihan Bahasa Jepang Bagi Generasi Muda di Desa Pengotan, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli

DIPA 4.000.000

4 2012 Pelatihan kepariwisataan Berbasis

Riset dan Inovasi Daam Pengelolaan

Bisnis Wisata Agro di Desa Pengotan

Kabupaten Bangli

DIPA 4.000.000

5. 2013 Pelatihan Kepariwisataan Berbasis

Riset Dalam Pengembangan

Agrowosata Herbal di desa Pengotan

Kabupaten Bangli

DIPA 4.000.000

6. 2014 Pelatihan menjadi Guide wisata Alam sebagai optimalisasi Sumber daya Manusia di desa taro Kecamatan Tegallalang Gianyar bali

DIPA 5.000.000

*) Tuliskan sumber pendanaan : Penerapan IPTEKS – SOSBUD, Vucer, Vucer Multitahun, UJI, Sibermas, atau sumber dana lainnya

Page 43: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

43

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor Nama Jurnal

1. Evaluasi Penerapan Pariwisata Berwawasan

Lingkungan dan Budaya berdasarkan Nilai

Nilai Tri Hita Karana di Fivelements (Puri

Ahimsa), Mambal, Badung, Bali

Vol 12 No. 1 ISSN 1411-9668

Bumi Lestari Jurnal Lingkungan Hidup

2.

3.

4.

Dst.

F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral pada Pertemuan/ Seminar Ilmiah dalam 5

Tahun Terakhir

No. Nama Pertemuan ilmiah/

Seminar

Judul Artikel Ilmiah Waktu dan

Tempat

1.

2.

Dst.

G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Buku Tahun Jumlah

Halaman

Penerbit

1.

2.

H. Pengalaman Perolehan HKI dalam 5 – 10 Tahun Terakhir

No. Judul/Thema HKI Tahun Jenis No.P/ID

1.

2.

3.

4.

Dst.

Page 44: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

44

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial

Lainnya yang Telah Diterapkan

Tahun Tempat

Penerapan

Respon

Masyarakat

1.

2.

3.

4.

Dst.

J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau

institusi lainnya)

No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi

Penghargaan

Tahun

1.

2.

Dst.

Ketua Peneliti (Ni Putu Ratna Sari S ST.Par.M.Par) NIP. 197807022008122001 2. Anggota Peneliti 1

A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap (dengan gelar) Fanny Maharani Suarka S ST. Par.,M.Par. P

2. Jabatan Fungsional Asisten Ahli

3. Jabatan Struktural

4. NIP/NIK/No.Identitas lainnya 198102122005022010

5. NIDN 0012028105

6. Tempat dan Tanggal Lahir Denpasar, 12 Februari 1981

7. Alamat Rumah Jln. Waturenggong gg III A no 22 Denpasar

8. Nomor Telepon/Faks /HP

0361 – 231578 / 08123672979

9. Alamat Kantor Jl. Dr. R. Goris No.7 Denpasar

10. Nomor Telepon/Faks (0361) 223798

11. Alamat e-mail [email protected]

12. Lulusan yang telah

dihasilkan S-1= … orang; S-2= …Orang; S-3= Orang …

Page 45: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

45

13. Mata Kuliah yg diampu 1.Sikap Dasar Profesi 2.Public Relatiom 3.Manajemen Kantor Depan 2 4.Manajemen Tata Graha 2 5.Pengantar Akomodasi dan Restoran 6.Hospitality 7.Leisure and Recreation 8.Manajemen Kantor Depan 1 9.Manajemen Tata Graha 1

B. Riwayat Pendidikan

Program S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan Tinggi STP Negeri Nusa Dua Bali

Universitas Udayana

Bidang Ilmu Pariwisata Kajian Pariwisata

Tahun Masuk 1999 2005

Tahun Lulus 2002 2010

Judul Skripsi/Thesis/Disertasi Analisis potensi wisata budaya desa wongaya gede kecamatan Penebel Tabanan

Strategi pengembangan ekowisata di desa Jehem Kabupaten Bangli

Nama Pembimbing/Promotor I Wayan Merta SE., M.Si. dan Drs. Ida Bagus Puja., M. Kes

Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH.,MS dan Drs. I Nyoman Sunarta ,M Si.

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir

(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber *) Jml (Juta Rp.)

1. 2010

Eksistensi dan Esensi Makanan Tradisional Bali Sebagai Penunjang Culinary Tourism Di Kabupaten Badung

Dana DIPA

7.500.000

2 2012

Adaptasi Makanan Tradisional Bali Pada Hotel Berbintang Dalam Menunjang Pariwisata di Kabupaten Badung

Dana DIKTI Dosen

7.500.000

Page 46: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

46

Muda

3. 2012

Motivasi Perempuan Bali bekerja Pada Hotel Bintang di Kawasan Pariwisata Kuta

Dana DIPA

7.500.000

4. 2013

Atraksi wisata di Hotel Bintang dan

kontribusinya terhadap masyarakat local

di kawasan Pariwisata Kuta

Dana DIPA

7.500.000

4.

Dst.

*) Tuliskan sumber pendanaan : PDM, SKW, Pemula, Fundamental, Hibah Bersaing, Hibah Pekerti, Hibah Pascasarjana, Hikom, Stranas, Kerjasama Luar Negeri dan Publikasi Internasional, RAPID, Unggulan Stranas atau sumber lainnya.

D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada

Masyarakat

Pendanaan

Sumber *) Jml (Juta Rp.)

1. 2006 Pemberdayaan Masyarakat Adat Dalam Mengelola Obyek Wisata Tanah Lot

DIPA 4.000.000

2. 2007 Pengembangan dan Strategi Pemasaran Pantai Amed Sebagai Obyek Wisata Diving

DIPA 4.000.000

3. 2007 Makanan Tradisional Bali Sebagai Penunjang Culinary Tourism Dalam Pengembangan Desa Wisata

DIPA 4.000.000

4 2010 Penyuluhan Sistem Pengelolaan Pariwisata Berbasis Kerakyatan Pada Objek Wisata Desa Thingan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung

DIPA 4.000.000

5. 2012 Pengembangan Makanan Khas Daerah Bali Sebagai Wisata Kuliner (Culinary Tourism)

DIPA 4.000.000

6.

*) Tuliskan sumber pendanaan : Penerapan IPTEKS – SOSBUD, Vucer, Vucer Multitahun, UJI, Sibermas, atau sumber dana lainnya

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor Nama Jurnal

Page 47: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

47

1. Pengembangan dan Strategi Pemasaran Pantai Amed Sebagai Obyek Wisata Diving di Desa Purwakerthi Karangasem

Vol. 8 No. 2, Tahun 2009, ISSN : 1412-0925, hal. 51-54

Udayana Mengabdi Diterbitkan oleh Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana

2. Pengembangan Desa Wisata Kendran sebagai Daya Tarik Wisata di Kecamatan Tegalalang

Vol. 1 No. 1, Juli-Desember 2010, ISSN: 2087-5576, hal. 13-27,

Hospitaliti & Manajemen diterbitkan oleh STP Bali Internasional Denpasar

3. Eksistensi dan Esensi Makanan Tradisional Bali Sebagai Penunjang Culinary Tourism Di Kabupaten Badunng

ISSN 1410 – 3729 Analisis Pariwisata :

4. Identifikasi Potensi dan Program Pengembangan Produk Ekowisata di Desa Tihingan Kec. Banjarangkan Kab. Klungkung

Vol. 6 No. 2, edisi Nopember 2011

ECOTROPHIC

Dst.

F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral pada Pertemuan/ Seminar Ilmiah dalam 5

Tahun Terakhir

No. Nama Pertemuan ilmiah/

Seminar

Judul Artikel Ilmiah Waktu dan

Tempat

1.

2.

3.

4.

Dst.

G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Buku Tahun Jumlah

Halaman

Penerbit

1.

2.

Page 48: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

48

3.

4.

Dst.

H. Pengalaman Perolehan HKI dalam 5 – 10 Tahun Terakhir

No. Judul/Thema HKI Tahun Jenis No.P/ID

1.

2.

3.

4.

Dst.

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial

Lainnya yang Telah Diterapkan

Tahun Tempat

Penerapan

Respon

Masyarakat

1.

2.

J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau

institusi lainnya)

No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi

Penghargaan

Tahun

1.

Anggota Peneliti,

(Fany Maharani Suarka, S ST. Par.,M.Par) NIP. 198102122005022010

Page 49: PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM …...Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan

49