penerapan analisis abc pada pembuatan daftar permintaan tahunan dan nilai unit untuk masing –...
TRANSCRIPT
OPERATION MANAGEMENT
Penerapan Analisis ABC Pada Pembuatan Daftar Permintaan Tahunan dan Nilai Unit Untuk Masing – Masing Produk di Perusahaan Sepeda SPARTA
Big Paper
Disusun Oleh:
Yohan Suryanto Pramono
(10 / 310533 / PEK / 15410)
MAGISTER OF BUSINESS ADMINISTRATION
FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS
GADJAH MADA UNIVERSITY
2011
A. Latar Belakang
Perusahaan yang membeli produk atau membuat produk, dihadapkan pada keputusan
tentang persediaan. Persediaan adalah sumber daya yang bermanfaat untuk penggunaan secara
berjangka. Setiap kali input dan output dari perusahaan tidak digunakan, maka itu akan menjadi
persediaan. Operasional jasa layanan dan toko cenderung memiliki investasi yang kecil dalam
persediaan namun bagi banyak perusahaan, persediaan menyumbang persentase yang besar dari
aset.
Sistem persediaan adalah serangkaian kebijakan dan pengendalian yang memantau tingkat
persediaan dan menentukan tingkat apa yang harus dipertahankan, kapan persediaan harus diisi
dan bagaimana cara penanganan pesanan dalam jumlah besar. Sebuah sistem persediaan
menyediakan struktur organisasi dan kebijakan operasional untuk menjaga dan mengendalikan
barang yang akan distok. Sistem ini bertanggung jawab untuk pemesanan dan penerimaan barang
yaitu mengacu pada waktu pemesanan dan pelacakan mengenai apa yang telah diperintahkan
serta berapa jumlahnya dan siapa pemesannya. Sistem ini juga menerapkan prosedur yang baku
untuk penataan kembali atau mengembalikan barang dagangan yang tidak diinginkan.
Pengendalian persediaan yang efisien membutuhkan pengetahuan tentang apa yang harus
dibutuhkan. Menjaga persediaan melalui penghitungan, menempatkan pesanan, menerima stok
barang dan seterusnya membutuhkan waktu, tenaga dan biaya. Ketika ada batasan pada sumber
daya tersebut, langkah utama adalah mencoba menggunakan sumber daya yang tersedia untuk
mengontrol persediaan dalam cara yang terbaik yaitu fokus pada item yang paling penting dalam
persediaan.
Ketika sebuah perusahaan kecil akan menstok barang dengan jumlah sedikit, prosedur informal
tersebut dapat berfungsi dengan baik, namun sebuah perusahaan yang bertumbuh besar dan mulai
memerlukan berbagai macam barang inventaris, akan memiliki tingkat penggunaan sistem formal
yang berbeda yang dalam hal ini dapat menciptakan masalah yang berdampak pada biaya serta
adanya gangguan produksi dan penyediaan barang akhir.
Beberapa hal yang harus diperhatikan manajer operasional dan persediaan adalah:
1. Jumlah total persediaan naik lebih cepat dari pertumbuhan penjualan.
2. Ketidaktersediaan barang menyebabkan gangguan dalam produksi atau pengiriman untuk
pelanggan akan tertunda.
3. Biaya administrasi untuk pengadaan dan pemeliharan persediaan menjadi tinggi.
4. Ada banyak stok untuk beberapa item namun ada item lain yang terlalu sedikit.
5. Item yang hilang atau salah penempatan, adanya penurunan kualitas dan nilai keusangan
produk yang tinggi.
B. Rumusan Masalah
Seperti yang diketahui bahwa ada berbagai jenis sistem persediaan atau metode yang dapat
digunakan perusahaan untuk mengelola persediaan. Lebih dari satu jenis sistem dapat digunakan
pada perusahaan yang sama dan ada banyak faktor untuk dipertimbangkan dalam seleksi, seperti
variabilitas permintaan, biaya operasional sistem persediaan dan biaya unit item. Tujuan
mengklasifikasikan item ke dalam kelompok adalah untuk menetapkan tingkat kontrol yang tepat
atas setiap item.
Agar perusahaan dapat menerapkan klasifikasi pasokan persediaan ada beberapa pendekatan yang
terkait analisis ABC, yaitu:
1. Mengalikan biaya setiap item dengan proyeksi item tahun yang akan datang.
2. Mendaftar semua urutan item sesuai penggunaan tahunan.
3. Menjumlah daftar item dari atas ke bawah dan menentukan persentase kumulatif item.
4. Memindahkan item ke bawah daftar, menghitung tahunan kumulatif total item.
5. Menentukan persentase setiap penggunaan kumulatif untuk semua item.
C. Dasar Teori
Manajer operasional membuat sistem untuk mengelola persediaan salah satunya adalah
bagaimana barang persediaan dapat diklasifikasikan yang dikenal dengan nama analisis ABC.
Analisis ABC membagi barang persediaan yang ada menjadi tiga klasifikasi dengan basis volume
rupiah tahunan. Analisis ABC adalah sebuah aplikasi persediaan dari Prinsip Pareto. Prinsip Pareto
menyatakan: “Terdapat sedikit hal yang kritis dan banyak yang sepele”. Gagasannya adalah untuk
membuat kebijakan – kebijakan persediaan yang memfokuskan persediaan pada barang banyak
yang sepele. Tidaklah realistis jika memantau barang – barang yang tidak mahal dengan intensitas
yang sama dengan barang – barang yang sangat mahal.
Untuk menentukan volume rupiah tahunan dari analisis ABC, kita mengukur permintaan tahunan
dari setiap barang persediaan dikalikan biaya per unitnya. Sesuai Heizer and Render:
Barang – barang kelas A adalah barang – barang yang volume rupiah tahunanya tinggi. Walaupun
barang ini hanya mempresentasikan 15% dari persediaan total, mereka mempresentasikan 70%
sampai 80% dari total penggunaan uang.
Barang – barang kelas B adalah barang – barang yang volume rupiah tahunanya sedang. Walaupun
barang ini hanya mempresentasikan 30% dari persediaan total, mereka mempresentasikan 15%
sampai 25% dari total penggunaan uang.
Barang – barang kelas C adalah barang – barang yang volume rupiah tahunanya kecil. Walaupun
barang ini hanya mempresentasikan 55% dari persediaan total, mereka mempresentasikan sekitar
5% dari total penggunaan uang.
D. Penerapan Analisis ABC Pada Perusahaan Sparta
Toko sepeda Sparta mempunyai stok sepeda dan berbagai bagian dari sepeda termasuk rantai,
roda gigi, ban, roda dan aksesoris bersepeda yang disimbolkan dengan item code. Toko ini berada
di lokasi yang sibuk dan memiliki ruang penyimpanan yang sangat terbatas untuk persediaan.
Mereka sering kehabisan item dan tidak dapat melayani pelanggan. Untuk membantu mengelola
persediaan, toko ingin mengelompokkan stok dengan menggunakan sistem ABC. Untuk memulai
analisis ABC, asisten manajer operasi Sparta telah membuat daftar lengkap item stok toko,
permintaan tahunan dan nilai unit untuk masing - masing seperti yang ditunjukkan pada tabel
berikut.
Tabel 1 Daftar Barang Sepeda Sparta
Nomer kode
item
Permintaan
Tahunan
(unit)
Biaya unit
(Rupiah)
Nomer kode
item
Permintaan
Tahunan
(unit)
Biaya unit
(Rupiah)
B1 10 80000 B17 110 230000
B2 18 160000 B18 74 180000
B3 36 300000 B19 8 6100000
B4 9 123000000 B20 10 9350000
B5 4 7600000 B21 7 2700000
B6 3 8100000 B22 5 14000000
B7 19 4200000 B23 5 9000000
B8 56 350000 B24 46 670000
B9 105 170000 B25 32 1600000
B10 27 3500000 B26 101 450000
B11 19 360000 B27 83 120000
B12 12 1150000 B28 54 160000
B13 7 23000000 B29 14 420000
B14 10 2450000 B30 9 7050000
B15 6 6650000 B31 7 370000
B16 18 280000 B32 16 260000
Pengukuran permintaan tahunan atas setiap barang inventaris berdasarkan acuan:
1. Heizer dan Render:
Kelas item A mewakili sekitar 15% dari total persediaan barang serta mewakili 70% sampai
80% dari penggunaan total rupiah dan dikontrol ketat. Kelas B mewakili sekitar 30% barang
inventaris dan 15% sampai 25% dari nilai total rupiah dan kurang terkontrol ketat. Kelas C
mewakili 5% dari total rupiah tetapi sekitar 55% mewakili inventaris total dan kurang memiliki
kontrol. Hasil perhitungan analisis adalah:
Tabel 2 Analisis ABC berdasarkan Heizer dan Render
Kode
Volume Tahunan (unit)
Biaya Unit (Rp)
Volume Rupiah Tahunan
% Volume Rupiah Tahuna
n
% Kumulatif Rupiah
Rupiah Pakai
% Volume
Kelas
B4 9123.000.000,0
01.107.000.000,0
050,99% 50,99%
77,52% 18,60% A
B13 7 23.000.000,00 161.000.000,00 7,42% 58,41%
B12 12 1.150.000,00 13.800.000,00 0,64% 59,04%
B10 27 3.500.000,00 94.500.000,00 4,35% 63,40%
B20 10 9.350.000,00 93.500.000,00 4,31% 67,70%
B7 19 4.200.000,00 79.800.000,00 3,68% 71,38%
B22 5 14.000.000,00 70.000.000,00 3,22% 74,60%
B30 9 7.050.000,00 63.450.000,00 2,92% 77,52%
B25 32 1.600.000,00 51.200.000,00 2,36% 79,88%
20,45% 34,88% B
B19 8 6.100.000,00 48.800.000,00 2,25% 82,13%
B23 5 9.000.000,00 45.000.000,00 2,07% 84,20%
B26 101 420.000,00 42.420.000,00 1,95% 86,16%
B15 6 6.650.000,00 39.900.000,00 1,84% 88,00%
B24 46 670.000,00 30.820.000,00 1,42% 89,41%
B5 4 7.600.000,00 30.400.000,00 1,40% 90,82%
B17 110 230.000,00 25.300.000,00 1,17% 91,98%
B17 110 230.000,00 25.300.000,00 1,17% 93,15%
B6 3 8.100.000,00 24.300.000,00 1,12% 94,27%
B24 56 350.000,00 19.600.000,00 0,90% 95,17%
B21 7 2.700.000,00 18.900.000,00 0,87% 96,04%
B9 105 170.000,00 17.850.000,00 0,82% 96,86%
B18 74 180.000,00 13.320.000,00 0,61% 97,47%
B3 36 300.000,00 10.800.000,00 0,50% 97,97%
B27 83 120.000,00 9.960.000,00 0,46% 98,43%
2,03% 46,51% C
B28 54 160.000,00 8.640.000,00 0,40% 98,83%
B11 19 360.000,00 6.840.000,00 0,32% 99,14%
B29 14 420.000,00 5.880.000,00 0,27% 99,41%
B16 18 280.000,00 5.040.000,00 0,23% 99,65%
B32 16 260.000,00 4.160.000,00 0,19% 99,84%
B2 18 160.000,00 120.000,00 0,01% 99,84%
B31 7 370.000,00 2.590.000,00 0,12% 99,96%
B1 10 80.000,00 800.000,00 0,04% 100,00%
Total
10402.170.990.000,0
0100,00
%100,00%
100,00%
2. Meredith:
Kelas item A bernilai tinggi yaitu 15% hingga 20% dari total persediaan barang untuk 75
sampai 80% dari penggunaan total rupiah. Kelas item B nilainya medium: 30% hingga 40%
total persediaan barang menyumbang sekitar 15% dari penggunaan total rupiah tahunan.
Kelas item C bernilai rendah: 40% sampai 50% dari total persediaan barang untuk 10% sampai
15% dari penggunaan total rupiah tahunan.
Tabel 3 Analisis ABC berdasarkan Meredith
Kode
Volume Tahunan (unit)
Biaya Unit (Rp)
Volume Rupiah
Tahunan
% Volume Rupiah Tahuna
n
% Kumulatif
Rupiah
Rupiah Pakai
% Volume
Kelas
B4 9123.000.00
01.107.000.00
050,99% 50,99%
63,40% 14% AB13 7 23.000.000 161.000.000 7,42% 58,41%
B12 12 1.150.000 13.800.000 0,64% 59,04%
B10 27 3.500.000 94.500.000 4,35% 63,40%
B20 10 9.350.000 93.500.000 4,31% 67,70% 29,76% 21% B
B7 19 4.200.000 79.800.000 3,68% 71,38%
B22 5 14.000.000 70.000.000 3,22% 74,60%
B30 9 7.050.000 63.450.000 2,92% 77,52%
B25 32 1.600.000 51.200.000 2,36% 79,88%
B19 8 6.100.000 48.800.000 2,25% 82,13%
B23 5 9.000.000 45.000.000 2,07% 84,20%
B26 101 420.000 42.420.000 1,95% 86,16%
B15 6 6.650.000 39.900.000 1,84% 88,00%
B24 46 670.000 30.820.000 1,42% 89,41%
B5 4 7.600.000 30.400.000 1,40% 90,82%
B17 110 230.000 25.300.000 1,17% 91,98%
B17 110 230.000 25.300.000 1,17% 93,15%
B6 3 8.100.000 24.300.000 1,12% 94,27%
6,86% 65% C
B24 56 350.000 19.600.000 0,90% 95,17%
B21 7 2.700.000 18.900.000 0,87% 96,04%
B9 105 170.000 17.850.000 0,82% 96,86%
B18 74 180.000 13.320.000 0,61% 97,47%
B3 36 300.000 10.800.000 0,50% 97,97%
B27 83 120.000 9.960.000 0,46% 98,43%
B28 54 160.000 8.640.000 0,40% 98,83%
B11 19 360.000 6.840.000 0,32% 99,14%
B29 14 420.000 5.880.000 0,27% 99,41%
B16 18 280.000 5.040.000 0,23% 99,65%
B32 16 260.000 4.160.000 0,19% 99,84%
B2 18 160.000 120.000 0,01% 99,84%
B31 7 370.000 2.590.000 0,12% 99,96%
B1 10 80.000 800.000 0,04% 100,00%
Tota 1040 2.170.990.00 100,00 100,00 100,00
l 0 % % %
E. Pembahasan Hasil Perapan Analisis ABC
Heizer dan Render menggunakan referensi terhadap berbagai klasifikasi namun Meredith
cenderung meminimalkan biaya persediaan dengan mengurangi persentase penggunaan di kelas
A. Oleh karena itu persentase jumlah barang dan persentase penggunaan total rupiah tampak
berbeda. Persentase perbedaan analisis ABC antara Heizer - Render dan Meredith adalah bervariasi
untuk penggunaan kebutuhan individu. Melalui pengaturan proporsi persentase penggunaan total
rupiah dan total item, kita dapat meminimalkan biaya total persediaan. Setelah mengklasifikasikan
persediaan ke dalam kelas A, B, dan C, maka kita dapat mengontrol masing - masing kelas dengan
berbeda.
1. Kontrol untuk item kelas A:
Kontrol diperlukan untuk item persediaan yang memiliki biaya stock-out yang tinggi dan
menjelaskan sebagian besar dari nilai total persediaan. Kontrol untuk bahan baku digunakan
terus menerus dalam volume sangat tinggi dengan perubahan laju aliran yang dibuat secara
berkala sebagai perubahan posisi permintaan dan persediaan. Persediaan minimum
dipertahankan untuk menjaga terhadap fluktuasi.
2. Kontrol untuk item kelas B.
Barang-barang ini dipantau oleh sistem berbasis komputer dengan review secara berkala
oleh manajemen. Biaya stok-out untuk barang-barang kelas B harus berada pada posisi
sedang hingga rendah dan buffer stock harus memberikan kontrol yang memadai apabila
terjadi kehabisan stok walaupun pemesanan kurang sering terjadi.
3. Kontrol untuk item kelas C.
Kelas item C bermanfaat untuk sebagian besar barang inventaris dan kontrol rutin yang hati
- hati diperlukan untuk mendukung item ini. Sebuah sistem penyusunan ulang yang tidak
memerlukan evaluasi stok fisik biasanya akan cukup untuk mengendalikan kelas item ini.
Pengklasifikasian kontrol untuk ketiga item dirangkum sebagai berikut:
Tabel 4 Klasifikasi Item Persediaan
Rupiah Value per Unit Volume/Year Category
High High A
High Medium A
Medium High A
High Low B
Medium Medium B
Low High B
Medium Low C
Low Medium C
Low Low C
F. Kesimpulan
Alasan mengapa perusahaan perlu menerapkan analisis ABC adalah:
1. Untuk menjaga independensi operasi.
Pasokan bahan pada produksi memungkinkan fleksibilitas dalam pusat operasinya karena
ada biaya untuk produksi yang dianggarkan dan waktu untuk melakukan operasional. Oleh
karena itu, diperlukan penopang dari beberapa bagian dalam operasional sehingga waktu
kinerja yang pendek dapat mengkompensasi waktu kinerja yang lebih lama sehingga output
rata-rata dapat cukup stabil.
2. Untuk memenuhi permintaan variasi produk.
Permintaan tidak sepenuhnya diketahui sehingga persediaan yang aman atau persediaan
cadangan harus dijaga untuk menyerap variasi permintaan.
3. Untuk memungkinkan fleksibilitas dalam penjadwalan produksi.
Sebuah stok persediaan dapat mengurangi beban pada sistem produksi untuk mendapatkan
barang keluar (output) dan memungkinkan perencanaan produksi dapat berjalan lancar dan
dapat menurunkan biaya operasi melalui produksi ukuran.
4. Untuk menyediakan penyimpanan yang aman untuk variasi dalam waktu pengiriman bahan
baku.
Ketika bahan dipesan dari vendor, penundaan dapat terjadi karena sebuah variasi waktu
pengiriman, kekurangan bahan di vendor dan pengiriman bahan yang salah atau rusak..
5. Untuk mengambil keuntungan dari ukuran pesanan pembelian ekonomi.
Biaya tenaga kerja, telepon, mengetik, perangko, dan sebagainya adalah biaya permintaan.
Biaya pengiriman juga mendukung permintaan yang lebih besar, lebih besar pengiriman
semakin rendah biaya per unitnya.
G. Rekomendasi
Kebijakan yang mungkin didasarkan pada analisis ABC meliputi:
1. Pembelian sumber daya yang dikeluarkan pada pengembangan pemasok harus lebih tinggi
untuk item A daripada item C.
2. Item A harus memiliki kontrol ketat pada persediaan fisik agar itemnya termasuk dalam
daerah yang aman dan catatan persediaan untuk sebuah item harus diverifikasi lebih sering.
Oleh karena itu persetujuan untuk memesan atau menggunakan item A harus dari tingkat
manajemen yang tinggi.
3. Peramalan item A mungkin memerlukan perawatan lebih daripada barang-barang lainnya.
4. Setelah mengklasifikasikan persediaan berdasarkan analisis ABC, setiap item harus
diklasifikasikan lagi menurut kode awal agar lebih mudah untuk diperiksa.
Daftar Pustaka
Jay Heizer dan Barry Render, “Prinsip - prinsip Manajemen Operasi”, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta, 2001.
Kotler, Philip, and Kevin Kellar. Marketing Management: Analysis, Planning, and Control. Englewood
Cliffs, NJ: Prentice Hall, 2005.
Majalah Marketing, Maret 2009.
http://www.docstoc.com/docs/38313713/SPARTA.