penentuan koefisien restitusi tumbukan bola pada …
TRANSCRIPT
PENENTUAN KOEFISIEN RESTITUSI TUMBUKAN BOLA PADA PAPAN
BIDANG MIRING DENGAN VARIASI SUDUT, PERMUKAAN, DAN JENIS
BOLA MELALUI ANALISIS VIDEO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Chatarina Abi Sulistiawati
NIM: 171424016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENENTUAN KOEFISIEN RESTITUSI TUMBUKAN BOLA PADA PAPAN
BIDANG MIRING DENGAN VARIASI SUDUT, PERMUKAAN, DAN
JENIS BOLA MELALUI ANALISIS VIDEO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Chatarina Abi Sulistiawati
NIM: 171424016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana selayaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 14 Juni 2021
Penulis,
Chatarina Abi Sulistiawati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta:
Nama : Chatarina Abi Sulistiawati
NIM : 171424016
Demi pengembangan ilmu pengetahuan penulis memberikan wewenang kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulis yang berjudul:
“PENENTUAN KOEFISIEN RESTITUSI TUMBUKAN BOLA PADA
PAPAN BIDANG MIRING DENGAN VARIASI SUDUT, PERMUKAAN,
DAN JENIS BOLA MELALUI ANALISIS VIDEO”
Dengan demikian penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengolahnya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu
meminta izin maupun memberikan royalti kepada penulis, selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta 14 Juni 2021,
Yang menyatakan,
Chatarina Abi Sulistiawati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
ABSTRAK
PENENTUAN KOEFISIEN RESTITUSI TUMBUKAN BOLA PADA PAPAN
BIDANG MIRING DENGAN VARIASI SUDUT, PERMUKAAN, DAN
JENIS BOLA MELALUI ANALISIS VIDEO
Chatarina Abi Sulistiawati
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2021
Telah dilakukan sebuah penelitian mengenai penentuan koefisien restitusi
tumbukan bola dengan sebuah papan bidang miring dengan variasi jenis bola,
permukaan bidang, dan sudut kemiringan bidang. Pada bidang miring, koefisien
restitusi terbagi menjadi koefisien arah tegak lurus bidang ( ) dan koefisien arah
sejajar bidang ( ). Pada penelitian ini dapat menunjukkan ketika bola melewati
lintasan papan bidang miring yang panjang sehingga mengalami tumbukan
beberapa kali dari hasil pantulan, diketahui nilai dan semakin berkurang
dengan dapat bertanda negatif. Pada penelitian menunjukkan bahwa persamaan
kecepatan sudut sebelum dan sesudah tumbukan berbeda untuk masing-masing
jenis momen inersia bola berongga dan pejal. Metode analisis yang digunakan yaitu
analisis rekaman video tumbukan dengan bantuan aplikasi Logger Pro. Hasil
penelitian ini menunjukkan masing-masing bola dengan struktur penyusun bahan
dan massa bola yang berbeda membuat perilaku pantulan dan nilai -nya juga
menjadi berbeda. Pada variasi permukaan, permukaan papan yang memiliki gaya
gesek statis lebih besar dan nya menjadi berkurang. Sedangkan melalui
variasi sudut kemiringan diperoleh semakin besar sudutnya hasil mendekati
untuk pantulan pertama dan nilai semakin berkurang.
Kata kunci: koefisien restitusi, bidang miring, momen inersia, gaya gesek statis,
rotasi, analisis video
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRACT
DETERMINATION OF THE BALL COLLISION RESTITUTION
COEFFICIENT ON AN INCLINED PLANE BOARD WITH VARIATIONS IN
ANGLE, SURFACE, AND BALL TYPE THROUGH VIDEO ANALYSIS
Chatarina Abi Sulistiawati
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2021
A research has been carried out regarding the determination of the
restitution coefficient of a ball collision with an inclined plane board with
variations in the type of sphere, surface of the plane, and the angle of inclination of
the plane. On an inclined plane, the restitution coefficient is divided into the
perpendicular direction coefficient ( ) and the parallel plane direction coefficient
( ). In this study, it can be shown that when the ball passes through a long
inclined plane trajectory so that it experiences collisions several times from the
results of the reflection, it is known that the values of and are decreasing with
being negative. The research shows that the angular velocity equation before
and after the collision is different for each type of moment of inertia of a hollow
and solid ball. The analytical method used is the analysis of the collision video
recording with the help of the Logger Pro application. The results of this study
indicate that each ball has a different structure and mass of the ball makes the
reflection behavior and the value will also be different. In surface variations,
the surface of the board which has a greater static friction force and
decreases. Meanwhile, through the variation of the slope angle, the greater the
angle of , the results are closer to the first rebound and the value decreases.
Keywords: restitution coefficient, inclined plane, moment of inertia, static friction,
rotation, video analysis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
berkat, kasih, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “ Penentuan Koefisien Restitusi Tumbukan Bola pada Papan
Bidang Miring dengan Variasi Sudut, Permukaan, dan Jenis Bola Melalui
Analisis Video.”
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana pendidikan di Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini
penulis dengan setulus hati dan penuh rasa hormat mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Albertus Hariwangsa Panuluh, M.Sc., selaku dosen pembimbing
akademik dan dosen pembimbing skripsi, yang telah membimbing penulis
selama proses studi di Program Studi Pendidikan Fisika serta meluangkan
waktu dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran, ketelitian,
memberikan saran, dan kritikan sehingga penulis dapat termotivasi dalam
menuangkan gagasan-gagasan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika dan dosen penguji, yang telah memberikan izin bagi penulis untuk
mengerjakan tugas akhir dan memberikan bimbingan terkait penulisan skripsi
ini mulai dari awal penyusunan hingga selesai serta memberikan banyak
masukan dalam penyempurnaan penulisan skripsi.
3. Bapak Petrus Ngadiono selaku Laboran Laboratorium Fisika Universitas
Sanata Dharma yang telah membantu menyiapkan peralatan selama penulis
melaksanakan eksperimen di laboratorium.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
4. Ibu Elisabeth Dian Atmajati, S.Pd., M.Si., yang telah membantu penulis
memahami permasalahan materi perkuliahan maupun skripsi.
5. Ibu Ir. Sri Agustini Sulandari, M.Si., selaku dosen penguji yang telah
memberikan banyak masukan dalam penyempurnaan penulisan skripsi.
6. Seluruh dosen pendidikan fisika yang telah memberikan banyak ilmu,
motivasi, dan bimbingan kepada penulis selama perkuliahan di Universitas
Sanata Dharma.
7. Kedua orang tua tercinta penulis, bapak Herman Yosef Sudarno dan ibu Budi
Susilowati, yang dengan segala doa, cinta kasih, dan dukungannya menghantar
penulis hingga jenjang pendidikan S1 dan menjadikan penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
8. Anggota keluarga tercinta, Mbak Anggia Paskarani, Damara Yuliana,
Vinsensius Budi Pranata, dan Fransiskus Budi Pranata, yang senantiasa
mendoakan, mendukung, dan memberi semangat kepada penulis.
9. Sahabat-sahabat seperjuangan satu bimbingan skripsi, Agung Kris, Berkat,
Jever, dan Ayuk, yang senantiasa selalu membantu, saling memberikan
motivasi, semangat, dan dukungan selama proses pengerjaan skripsi.
10. Sahabat-sahabat terdekat dan tercinta penulis, Marfuah, Tika, dan Azizah yang
selalu membantu, saling menyemangati, memberikan refreshing penulis, dan
berbagi cerita selama perkuliahan. Sahabat terkasih grup Srikandi, Aik dan
Elsa yang selalu membantu, memberikan semangat serta saling mencurahkan
cerita yang memberi peneguhan.
11. Teman-teman yang telah membantu penulis mencari peralatan dan
melaksanakan eksperimen pendahuluan, Marfuah, Yosua, Elsa, Krisna, Agung
Kris, Azizah, Agung Naladi, Vina, Langgeng, Edwin, dan Serli.
12. Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan tahun 2017.
13. Semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung membantu dan tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga
penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Akhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.
Yogyakarta, 14 Juni 2021
Penulis,
Chatarina Abi Sulistiawati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................................................ vi
ABSTRACT ............................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
1.3. Batasan Masalah .......................................................................................... 6
1.4. Tujuan Penelitan .......................................................................................... 6
1.5. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
1.6. Sistematika Penulisan .................................................................................. 7
BAB 2 DASAR TEORI ............................................................................................. 9
2.1 Tumbukan ......................................................................................................... 9
2.2 Tumbukan pada Permukaan Bidang Miring................................................... 14
2.3 Gaya Gesek ..................................................................................................... 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
2.4 Gerak Rotasi ................................................................................................... 26
BAB 3 METODE PENELITIAN............................................................................. 41
3.1 Penentuan Koefisien Gaya Gesek Statis ..................................................... 41
3.2 Pengukuran Jari-Jari Bola ........................................................................... 45
3.3 Pengambilan data dan analisis video melalui aplikasi Logger Pro ............. 52
BAB 4 HASIL DAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 64
BAB 5 PENUTUP ................................................................................................... 97
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 97
5.2 Saran ............................................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 99
LAMPIRAN ........................................................................................................... 101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 (a) Ilustrasi peristiwa tumbukan ketika benda pertama bergerak dengan
kecepatan dan benda kedua bergerak dengan kecepatan saling mendekat, (b)
benda pertama dan kedua ketika bertumbukan, (c) benda pertama dan kedua setelah
bertumbukan memiliki kecepatan dan .......................................................... 9
Gambar 2.2 (a) Momentum masing-masing benda yang saling mendekat, (b) saat
bertumbukan, (c) setelah bertumbukan .................................................................... 10
Gambar 2.3 Tumbukan elastik (lenting sempurna) .................................................. 12
Gambar 2.4 Tumbukan tak lenting sama sekali ....................................................... 12
Gambar 2.5 Benda yang dijatuhkan di atas permukaan bidang miring ................... 14
Gambar 2.6 (a) Penguraian sumbu yang bekerja pada tumbukan benda di bidang
miring (b) Penguraian vektor kecepatan tumbukan benda di sepanjang lintasan
bidang miring ........................................................................................................... 16
Gambar 2.7 Gerak rotasi yang terjadi pada tumbukan bola di permukaan bidang
miring untuk setiap pantulan .................................................................................... 17
Gambar 2.8 Gaya gesek yang bekerja pada suatu benda .................................... 23
Gambar 2.9 (a) Gaya gesek ketika balok diam atau tidak bergerak, (b) balok tepat
akan bergerak, dan (c) balok sedang bergerak ......................................................... 24
Gambar 2.10 (a) Gerak rotasi murni, (b) gerak translasi murni, dan (c) gerak
gabungan .................................................................................................................. 26
Gambar 2.11 Gerak melingkar membentuk jari-jari R ............................................ 28
Gambar 2.12 (a) Gaya yang bekerja pada benda memiliki komponen tangensial
dan ke arah radial ,(b) uraian komponen percepatan ............................... 29
Gambar 2.13 (a) Bola berongga berjari-jari R dengan bagian yang diarsir
merupakan elemen luas (b) elemen luasan dari bola berongga yang
menyerupai cincin tipis ............................................................................................ 32
Gambar 2.14 Bola berongga berjari-jari R dengan sumbu putar di tengah ............. 35
Gambar 2.15 Bola pejal berjari-jari R ...................................................................... 35
Gambar 2.16 Gaya yang bekerja pada sebuah benda menghasilkan torsi ............... 36
Gambar 2.17 Bola di atas sebuah bidang miring ..................................................... 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
Gambar 2.18 Bola di atas bidang miring dari gambar 2.18 dilihat dari komponen
dan ....................................................................................................................... 39
Gambar 3.1 (a) Rangkaian alat untuk mengukur koefisien gesek statis yang tersusun
atas permukaan papan pantul yang diposisikan datar (horizontal) (b) bola (c) kotak
karton (d) beban (e) neraca pegas 44
Gambar 3.2 Foto rangkaian peralatan pengukuran koefisien gesek statis antara bola
tenis dengan papan permukaan amplas .................................................................... 45
Gambar 3.3 Fitur Picture with Photo Analysis pada menu insert ............................ 47
Gambar 3.4 Pengisian distance dan units pada ikon set scale ................................. 48
Gambar 3.5 Diameter luar bola tenis ....................................................................... 48
Gambar 3.6 Diameter dalam bola tenis .................................................................... 49
Gambar 3.7 Pengecekan titik nol pada jangka sorong ............................................. 51
Gambar 3.8 Pengukuran jari jari bola bekel dengan jangka sorong ........................ 51
Gambar 3.9 Diameter bola bekel ( ) ..................................................................... 52
Gambar 3.10 Desain papan pantulan bola................................................................ 55
Gambar 3.11 Rangkaian peralatan tumbukan bola pada permukaan bidang miring 56
Gambar 3.12 Perekaman tumbukan bola dengan permukaan papan bidang miring 57
Gambar 3.13 Fitur movie pada menu insert di Logger Pro ..................................... 58
Gambar 3.14 Ikon set scale pada fitur analyzer ....................................................... 59
Gambar 3.15 Pengisian distance dan units untuk set scale ...................................... 59
Gambar 3.16 Ikon set origin pada analyzer ............................................................. 60
Gambar 3.17 Pemberian jejak tumbukan bola setiap pantulan dengan add point ... 60
Gambar 3.18 Menampilkan grafik kecepatan melalui menu insert ......................... 61
Gambar 3.19 Memilih grafik yang akan ditampilkan untuk dianalisis .................... 61
Gambar 4. 1 Hasil analisis pengukuran jari-jari luar bola tenis 67
Gambar 4. 2. Hasil analisis pengukuran jari-jari dalam bola tenis melalui aplikasi
Logger Pro ............................................................................................................ 69
Gambar 4. 3 Grafik posisi x dan y bola tenis saat menumbuk permukaan amplas72
Gambar 4. 4 Posisi bola tenis yang memantul di permukaan amplas ................... 72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Gambar 4. 5. Grafik kecepatan pada sumbu terhadap waktu tumbukan bola tenis
di permukaan amplas dengan sudut (5,358 ) .......................................... 73
Gambar 4.6 Grafik kecepatan sejajar bidang ( ) terhadap waktu tumbukan bola
tenis permukaan amplas dengan = (5,358 ) ......................................... 75
Gambar 4. 7. Grafik kecepatan pada sumbu terhadap waktu tumbukan bola bekel
di permukaan amplas dengan sudut kemiringan (5,358 ) ....................... 79
Gambar 4. 8 Grafik kecepatan sejajar bidang ( ) terhadap waktu tumbukan bola
bekel permukaan amplas dengan = (5,358 ) . ....................................... 81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil pengukuran koefisien gesek statis 4 bola tenis terhadap permukaan
amplas. ..................................................................................................................... 65
Tabel 4.2 Pengukuran jari-jari luar bola tenis .......................................................... 68
Tabel 4.3 Pengukuran jari-jari dalam bola tenis ...................................................... 69
Tabel 4.4 Hasil pengukuran diameter bola bekel dengan menggunakan jangka
sorong ....................................................................................................................... 70
Tabel 4.5 Hasil koefisien restitusi tumbukan bola tenis terhadap permukaan amplas
dengan sudut kemiringan (5,358 ) .............................................................. 77
Tabel 4.6 Hasil koefisien restitusi tumbukan bola tenis terhadap permukaan amplas
dengan sudut kemiringan (10,649 ) ............................................................ 77
Tabel 4.7 Hasil koefisien restitusi tumbukan bola tenis terhadap permukaan amplas
dengan sudut kemiringan ......................................................... 78
Tabel 4.8 Hasil koefisien restitusi tumbukan bola tenis terhadap permukaan kayu
dengan sudut kemiringan .......................................................... 78
Tabel 4.9 Hasil koefisien restitusi tumbukan bola tenis terhadap permukaan kayu
dengan sudut kemiringan ........................................................ 78
Tabel 4.10 Hasil koefisien restitusi tumbukan bola tenis terhadap permukaan kayu
dengan sudut kemiringan ........................................................ 78
Tabel 4.11 Hasil koefisien restitusi tumbukan bola bekel terhadap permukaan
amplas dengan sudut kemiringan (5.358 ) .................................................. 83
Tabel 4.12 Hasil koefisien restitusi tumbukan bola bekel terhadap permukaan
amplas dengan sudut kemiringan ............................................ 84
Tabel 4.13 Hasil koefisien restitusi tumbukan bola bekel terhadap permukaan
amplas dengan sudut kemiringan ............................................ 84
Tabel 4. 14 Hasil koefisien restitusi tumbukan bola bekel terhadap permukaan kayu
dengan sudut kemiringan ........................................................... 84
Tabel 4.15 Hasil koefisien restitusi tumbukan bola bekel terhadap permukaan kayu
dengan sudut kemiringan (10,649 ) ............................................................ 85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Tabel 4.16 Hasil koefisien restitusi tumbukan bola bekel terhadap permukaan kayu
dengan sudut kemiringan ........................................................ 85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tumbukan merupakan peristiwa interaksi atau kontak langsung satu benda
dengan benda yang lain yang melibatkan kecepatan masing-masing benda. Dalam
hidup keseharian peristiwa tumbukan sangat dekat, dapat dijumpai, atau pernah
kita lakukan seperti pada permainan sepak bola saat tendangan kaki pemain
mengenai bola, tongkat pemukul mengenai bola golf, permainan bola bilyar saat
bola bergerak menumbuk bola yang lain atau saat kita menjatuhkan barang ke
lantai.
Melalui peristiwa tersebut kita dapat melihat bahwa indikator yang dimiliki
untuk dapat terjadi peristiwa tumbukan adalah benda bermassa yang bergerak atau
memiliki kecepatan, dapat dikatakan minimal salah satu benda tersebut memiliki
kecepatan untuk dapat melakukan interaksi. Setiap benda memiliki karakteristik
atau sifat karena terbuat dari bahan tertentu, hal ini memengaruhi tingkat
elastisitasnya dalam bertumbukan. Misalnya saja dalam permainan olahraga, saat
kita menjatuhkan bola basket dengan bola plastik di lapangan. Bola basket akan
memantul kembali hampir di posisi saat kita menjatuhkan sedangkan bola plastik
akan memantul lebih pendek bahkan ada pula yang tidak memantul sama sekali.
Dalam istilah keseharian, bola basket yang dijatuhkan tadi akan dikatakan lebih
elastis dibanding bola plastik. Hal itu menandakan setiap peristiwa tumbukan
memiliki nilai elastisitas tertentu. Nilai keelastisan atau kelentingan benda ketika
bertumbukan dalam fisika disebut koefisien restitusi. Koefisien restitusi
didefinisikan sebagai perbandingan kecepatan setelah tumbukan dengan kecepatan
sebelum tumbukan.
Penelitian tentang koefisien restitusi sudah beberapa kali dilakukan dengan
berbagai metode. Metode yang pernah dilakukan antara lain seperti analisis suara,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
analisis gerak, dan analisis video. Selain itu peristiwa tumbukan yang diteliti juga
dilakukan dengan berbagai cara ada yang berupa tumbukan dua bola atau
menjatuhkan benda di atas sebuah permukaan.
Penelitian menggunakan metode analisis suara berhasil dilakukan diawali
oleh Bernstein (1977) dengan rekaman mikrofon untuk menghitung koefisien
restitusi dengan merekam tekanan bunyi tiap satuan waktu ketika bola dijatuhkan
di atas sebuah permukaan. Selanjutnya penelitian serupa terus dikembangkan oleh
Stensgaard dan Lægsgaard (2001), Aguiar dan Laudares (2003), Amrani (2010)
dan beberapa peneliti lain dengan berbagai variasi benda yang dijatuhkan dan alat
yang digunakan untuk merekam. Hasil penelitian menunjukkan koefisien restitusi
dapat dicari dengan analisis suara.
Semua penelitian tentang analisis suara dilakukan di permukaan horizontal
atau mendatar. Selain itu dari keseluruhan jumlah tumbukan yang terjadi
ditentukan satu nilai koefisien restitusi dari hasil grafik terhadap (selisih
waktu tumbukan). Namun, diketahui bahwa ketika menjatuhkan benda di atas
permukaan, benda yang mengalami tumbukan terhadap permukaan tersebut
berangsur-angsur berhenti sehingga apabila melihat dari satu nilai koefisien
restitusi untuk keseluruhan jumlah tumbukan yang dialami mungkin tidak dapat
dilihat hal lain seperti perubahan energi di dalamnya. Selain itu, kekurangan
metode analisis suara yaitu tidak dapat melihat peristiwa tumbukannya melainkan
berupa grafik rekaman tekanan suara terhadap waktu serta untuk permukaan
pantulan yang lembut, suara pantulan bola akan sulit untuk terdeteksi oleh sensor
suara.
Penelitian tentang koefisien restitusi menggunakan sensor gerak juga pernah
dilakukan oleh Wadhwa (2014) dengan merekam ketinggian pantulan bola dan
percepatannya ketika dijatuhkan. Hasil penelitian menunjukkan koefisien restitusi
dapat dicari dengan sensor gerak untuk tumbukan di permukaan horizontal dengan
perbandingan ketinggiannya. Penelitian lain tentang koefisien restitusi berhasil
dilakukan dengan metode analisis video seperti Persson (2014) dan Sullivan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
(2019). Hasil penelitian menunjukkan koefisien restitusi pada permukaan
horizontal dapat dicari dengan analisis perbandingan ketinggian pantulan dalam
video melalui grafik posisi terhadap waktunya. Analisis video sendiri sudah
beberapa kali dilakukan untuk mengukur atau melihat berbagai fenomena dalam
fisika, seperti mengukur percepatan gravitasi, redaman, dan lain-lain. Menimbang
kekurangan dan kelebihan yang dapat diperoleh dari berbagai metode, pada
penelitian ini koefisien restitusi dilakukan dengan analisis video sehingga selain
dapat menganalisis nilai koefisien restitusi, kita juga dapat menganalisis gerakan
dan fenomenanya secara langsung dengan melihat gambar dari rekaman video
tumbukan yang terjadi. Selain itu ketika menggunakan permukaan jenis apapun
tetap dapat terdeteksi karena yang dianalisis merupakan gambar dari peristiwa
tumbukan setiap framenya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa koefisien restitusi sering diukur
untuk tumbukan yang terjadi di permukaan horizontal atau mendatar. Masih
sedikit yang membahas tentang koefisien restitusi di bidang miring. Salah satu
penelitian koefisien restitusi di bidang miring pernah dilakukan oleh Cross (2002)
untuk pantulan pertama bola dengan variasi kemiringan dan permukaan
menggunakan analisis video. Hasilnya diperoleh koefisien restitusi terbagi
menjadi dua yaitu koefisien restitusi arah sejajar dan koefisien restitusi arah
vertikal. Selain itu, penelitian tentang tumbukan di bidang miring pernah
dilakukan oleh Mastur (2015) untuk pantulan pertama menggunakan bola tenis
dengan variasi sudut kemiringan. Hasil penelitian tersebut diperoleh koefisien
restitusi arah vertikal tetap untuk berbagai sudut dan koefisien restitusi arah
sejajar semakin besar seiring sudut kemiringan yang semakin besar.
Mengetahui banyaknya faktor yang dapat memengaruhi kelentingan atau
koefisien restitusi pada peristiwa tumbukan. Maka, ada beberapa hal yang masih
dapat diteliti dari jenis penelitian ini terkhusus pada tumbukan bidang miring yang
masih jarang dilakukan. Kedua penelitian tumbukan pada bidang miring yang
disebutkan pada penjelasan di atas melakukan analisis untuk satu pantulan,
sedangkan pada bidang horizontal kita menjumpai koefisien restitusi dapat terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
untuk sejumlah pantulan dalam sekali percobaan. Artinya memungkinkan untuk
bola mengalami tumbukan lebih dari sekali selama melewati sebuah lintasan. Oleh
karena itu, pada penelitian ini kita akan melihat koefisien restitusi bola yang
menumbuk beberapa kali pada sebuah papan bidang miring. Hal itu dapat terjadi
dengan memperpanjang papan lintasan tumbukan.
Selama bola memantul di sepanjang lintasan bidang miring yang memiliki
sudut dan permukaan tertentu terjadi beberapa kali peristiwa tumbukan. Asumsi
untuk koefisien restitusi satu jenis bola yang memantul sepanjang bidang miring
tersebut adalah sama karena bola yang digunakan, papan yang dilewati, serta
sudutnya sama. Oleh karena itu, pada penelitian ini untuk tumbukan yang dialami
bola selama beberapa kali pada sebuah papan yang dikondisikan dalam posisi
miring tersebut akan diteliti koefisien restitusinya.
Pada penelitian ini koefisien restitusi ditentukan untuk berbagai variasi
permukaan. Hal ini berdasarkan fenomena yang sering juga kita jumpai, seperti
saat menjatuhkan bola di lapangan penuh rumput dengan menjatuhkan bola di
lapangan futsal yang permukaannya lebih halus (misal terbuat dari kayu). Disana
dapat kita perhatikan bahwa bola memantul dengan cara yang berbeda. Gerakan
bola dapat menjadi lebih cepat atau lambat, itu artinya permukaan mempengaruhi
kelentingan suatu benda.
Pada penjelasan sebelumnya dikatakan bahwa bahan atau bentuk benda
berpengaruh pada keelastikannya, dalam fisika hal ini diistilahkan momen inersia.
Kita tahu bahwa masing-masing bola memiliki momen inersia yang berbeda.
Penelitian tentang variasi bola pernah dilakukan oleh Persson (2014) pada bidang
datar, selain itu bahan yang digunakan berbagai macam mulai dari bola baja, bola
pingpong, bola tenis, bola golf dan lain-lain. Pada hasil penelitian Persson tersebut
dikatakan bahwa koefisien restitusi masing-masing bola berbeda. Oleh karena itu,
pada penelitian ini koefisien restitusi dicari untuk dua jenis bola yang berbeda
yaitu bola berongga dan bola pejal. Penelitian tentang tumbukan bola pejal pada
bidang miring untuk dicari koefisien restitusinya masih jarang dilakukan. Selain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
itu, penelitian ini berhasil menyelesaikan persamaan kecepatan sudut tumbukan
bola pejal pada bidang miring yang akan dicari koefisien restitusi arah
horizontalnya. Pada penelitian sebelum-sebelumnya kemiringan bidang
mempengaruhi hasil koefisien restitusi, oleh karena itu pada penelitian ini
pengaruh kemiringan dapat dilihat juga untuk masing-masing jenis bola tersebut.
Penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui persamaan kecepatan
sudut sebelum dan sesudah tumbukan masing-masing bola pada bidang miring
serta mengukur nilai koefisien restitusi tumbukan bola pada bidang miring dengan
berbagai variasi melalui aplikasi Logger Pro. Selain itu, harapannya melalui
penelitian ini dapat memberi banyak manfaat dan referensi yang dapat diperoleh
untuk mempelajari koefisien restitusi pada peristiwa tumbukan di bidang miring.
Selain itu, informasi terkait peristiwa tumbukan dan kaitannya dengan energi
kinetik dapat menambah wawasan untuk mempelajari lebih lanjut tentang
tumbukan. Melalui metode analisis video dengan Logger Pro, juga dapat
memberikan inovasi untuk mengembangkan pembelajaran atau praktikum pada
berbagai bidang fisika di sekolah. Terlebih karena perangkat ini mudah
didapatkan dan dekat dengan keseharian seperti kamera dan aplikasi Logger Pro.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah paparkan, maka permasalahan yang
akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana koefisien restitusi arah sejajar bidang ( ) dan koefisien
restitusi arah tegak lurus bidang ( ) pada peristiwa tumbukan bola pada
papan bidang miring dengan variasi jenis bola?
2. Bagaimana koefisien restitusi arah sejajar bidang ( ) dan koefisien
restitusi arah tegak lurus bidang ( ) pada peristiwa tumbukan bola pada
papan bidang miring dengan variasi jenis permukaan?
3. Bagaimana koefisien restitusi arah sejajar bidang ( ) dan koefisien
restitusi arah tegak lurus bidang ( ) pada peristiwa tumbukan bola pada
papan bidang miring dengan variasi sudut kemiringan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.3. Batasan Masalah
Permasalahan yang diteliti pada penelitian ini dibatasi pada:
1. Handicam yang digunakan untuk merekam video peristiwa tumbukan
memiliki kemampuan 90 fps (frame per second).
2. Tumbukan bola terhadap papan bidang miring untuk masing-masing bola
diukur koefisien restitusinya untuk sejumlah tiga tumbukan pertamanya.
3. Metode yang digunakan yaitu video analisis melalui software Logger Pro.
4. Variasi sudut yang digunakan berkisar 5-15 .
5. Bola yang digunakan yaitu bola bekel dan bola tenis.
6. Papan bidang miring terbuat dari kayu.
7. Permukaan yang digunakan yaitu permukaan amplas dan permukaan kayu.
1.4. Tujuan Penelitan
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menentukan koefisien restitusi arah sejajar bidang ( ) dan koefisien
restitusi arah tegak lurus bidang ( ) pada peristiwa tumbukan bola pada
papan bidang miring dengan variasi jenis bola.
2. Menentukan koefisien restitusi arah sejajar bidang ( ) dan koefisien
restitusi arah tegak lurus bidang ( ) pada peristiwa tumbukan bola pada
papan bidang miring dengan variasi jenis permukaan.
3. Menentukan koefisien restitusi arah sejajar bidang ( ) dan koefisien
restitusi arah tegak lurus bidang ( ) pada peristiwa tumbukan bola pada
papan bidang miring dengan variasi sudut kemiringan.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat untuk peneliti
a. Dapat mengetahui nilai koefisien restitusi arah sejajar bidang ( ) dan
koefisien restitusi tegak lurus bidang ( ) pada peristiwa tumbukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
bola pada papan bidang miring dengan variasi jenis bola, variasi jenis
permukaan, dan variasi sudut kemiringan.
2. Manfaat untuk pembaca
a. Mengetahui adanya perbedaan persamaan yang digunakan untuk
mencari kecepatan sudut bola pejal dan bola berongga sebelum
memperoleh koefisien restitusi arah sejajar bidang ( ).
b. Menambah wawasan mengenai penggunaan aplikasi Logger Pro untuk
menganalisis video dan gambar.
c. Mengetahui nilai koefisien restitusi sumbu ( ) dan koefisien
restitusi sumbu ( ) pada peristiwa tumbukan bola pada papan
bidang miring dengan variasi jenis bola, variasi jenis permukaan, dan
variasi sudut kemiringan.
3. Bagi Pembelajaran Fisika
a. Meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa terkhusus untuk
belajar tentang peristiwa tumbukan.
b. Dapat dijadikan bahan pembelajaran fisika maupun praktikum di
bidang mekanika.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB 1 Pendahuluan
Bab 1 menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB 2 Dasar Teori
Bab 2 berisikan dasar teori tentang tumbukan, tumbukan pada permukaan bidang
miring, gaya gesek, dan gerak rotasi.
BAB 3 Metode Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Bab 3 menguraikan mengenai alat dan bahan yang digunakan selama proses
pengambilan data serta cara menganalisis data.
BAB 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab 4 berisi hasil penelitian dan pembahasan dari hasil eksperimen yang telah
diperoleh.
BAB 5 Penutup
Bab 5 berisi kesimpulan dan saran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Tumbukan
Tumbukan merupakan peristiwa yang terjadi ketika dua benda yang masing-
masing memiliki massa dengan kecepatan awal dan massa dengan
kecepatan awal saling mendekat dan berinteraksi dengan menghasilkan
pertukaran momentum dan energi seperti pada gambar 2.1. Sehingga
mengakibatkan setelah terjadinya peristiwa tumbukan tersebut, masing-masing
benda bergerak dengan kecepatan akhir yang dinyatakan dalam dan .
Gambar 2.1 (a) Ilustrasi peristiwa tumbukan ketika benda pertama bergerak dengan kecepatan
dan benda kedua bergerak dengan kecepatan saling mendekat, (b) benda pertama dan kedua
ketika bertumbukan, (c) benda pertama dan kedua setelah bertumbukan memiliki kecepatan dan
Benda yang bermassa dengan kecepatan menjadi ciri utama dalam
mendefinisikan momentum suatu benda. Karena berkaitan dengan kecepatan,
maka momentum dapat juga didefinisikan sebagai tingkat kesukaran untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
mendiamkan gerak suatu benda (Tipler, 1998). Momentum linear termasuk
besaran vektor yang merupakan hasil kali massa dengan kecepatan suatu benda
benda. Apabila dinyatakan dalam persamaan menjadi sebagai berikut.
(2.1)
Ketika benda pertama dan benda kedua yang masing-masing memiliki massa
dan serta kecepatan masing-masing dan bergerak saling mendekat
seperti gambar 2.1 a, maka benda pertama disebut memiliki momentum sebesar
dan benda kedua memiliki momentum sebesar seperti gambar 2.2 a.
Kemudian setelah bertumbukan benda pertama akan memiliki momentum sebesar
dan benda kedua akan disebut memiliki momentum sebesar
seperti
pada gambar 2.2 c. Momentum total sebelum tumbukan akan sama dengan
momentum total setelah tumbukan. Meskipun momentum masing-masing benda
mengalami perubahan akibat tumbukan namun jumlah momentum kedua benda
akan sama (Giancoli, 2014).
Gambar 2.2 (a) Momentum masing-masing benda yang saling mendekat, (b) saat bertumbukan,
(c) setelah bertumbukan
Pada peristiwa tumbukan gaya yang bekerja pada benda berlangsung dalam
waktu yang singkat. Peristiwa yang berlangsung cepat ini ditandai dengan adanya
perubahan kecepatan secara vektor. Persamaan gaya menurut hukum II Newton
secara umum dapat dituliskan seperti persamaan 2.2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
(2.2)
Gaya yang bekerja pada waktu yang singkat tersebut merupakan fungsi waktu
yang dapat dituliskan sebagai berikut.
(2.3)
merupakan gaya (N) dan percepatan sebagai fungsi turunan kecepatan terhadap
waktu seperti pada persamaan 2.3. Gaya yang bekerja dalam selang waktu tertentu
tersebut menyebabkan perubahan kecepatan. Selanjutnya, karena adanya
perubahan kecepatan tersebut, yang merupakan momentum linear seperti pada
persamaan 2.1 juga mengalami perubahan. Perubahan momentum terjadi dari
momentum sebelum ke momentum sesudah tumbukan. Maka selisih perubahan
momentum dalam selang waktu yang singkat atau disebut juga impuls ( ) tersebut
dapat dituliskan sebagai berikut
∫ (2.4)
Setiap benda yang bergerak dengan kecepatan memiliki energi kinetik di
dalamnya. Energi kinetik dapat dikatakan kekal atau tidak kekal bergantung dari
jenis tumbukannya. Maka berdasarkan energi kinetik, tumbukan dibagi menjadi
tumbukan elastik (lenting sempurna), tumbukan tak elastik (lenting sebagian), dan
tumbukan tak elastik sempurna (tidak lenting sama sekali) (Sarojo, 2014).
Tumbukan elastik (lenting sempurna) terjadi ketika dua benda memiliki
energi yang sama pada saat sebelum maupun sesudah tumbukannya. Apabila tidak
ada perubahan internal pada energi potensial, maka energi kinetik total awal sama
dengan energi kinetik total akhir. Artinya, tidak ada perubahan energi kinetik pada
sistem. Pada tumbukan lenting sempurna seperti pada gambar 2.3, masing-masing
benda memiliki kecepatan awal dan dan setelah tumbukan besar
kecepatannya sama tetapi arahnya berlawanan. Pada tumbukan lenting sempurna
berlaku hukum kekekalan momentum dan hukum kekekalan energi kinetik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Gambar 2.3 Tumbukan elastik (lenting sempurna)
Hukum kekekalan energi kinetik dapat dituliskan sebagai berikut.
(2.5)
Dengan mengeliminasi ½ dan mengelompokkan dan hasil akhir diperoleh:
(2.6)
Pada tumbukan elastik (lenting sempurna) kecepatan sebelum tumbukan
, sama dengan nilai negatif dari kecepatan setelah tumbukan .
Tumbukan tak elastik terjadi ketika energi kinetik total sistemnya mengalami
perubahan. Artinya energi kinetik total sistem sebelum dan sesudah tumbukan
tidak sama meskipun momentum sistemnya kekal (Serway, 2009). Apabila
setelah tumbukan benda saling menempel dan bergerak bersama-sama dengan
kecepatan yang besarnya sama sebesar , maka peristiwa ini disebut tumbukan tak
elastik sempurna (tidak lenting sama sekali) seperti pada gambar 2.4.
Gambar 2.4 Tumbukan tak lenting sama sekali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Sedangkan apabila setelah tumbukan benda bergerak terpisah dan mengalami
kehilangan sebagian energi kinetik awalnya, maka jenis tumbukan ini disebut
tumbukan tak elastik (lenting sebagian). Gambaran peristiwa ini seperti pada
gambar 2.3. Hal yang membedakan terletak pada besarnya kecepatan setelah
tumbukan berkurang, sehingga tanda panah pada dan
yang merupakan
besaran vektor menjadi lebih pendek dari panjang mula-mula. Hal ini menandakan
kehilangan energi yang dialami selama peristiwa tumbukan lenting sebagian.
Menurut Giancoli (2014) sebagian energi kinetik awal yang hilang tersebut diubah
menjadi bentuk-bentuk energi lain.
Ukuran kelentingan suatu benda pada peristiwa tumbukan dinyatakan dalam
suatu koefisien yang disebut koefisien restitusi. Koefisien restitusi diturunkan dari
persamaan lenting sempurna.
Melalui hukum konservasi momentum persamaan dapat dituliskan sebagai
berikut:
(2.7)
Dengan mengelompokkan variabel yang sama pada persamaan momentum maka
diperoleh:
(2.8)
Karena tumbukan diasumsikan lenting maka hukum kekekalan energi kinetik
dituliskan sebagai berikut.
(2.9)
Sehingga persamaan energi kinetik dapat dituliskan kembali menjadi:
(
) (
) (2.10)
Kemudian dijabarkan secara aljabar menjadi:
(2.11)
Dengan membagi persamaan 2.11 dengan persamaan 2.10 diperoleh:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
(2.12)
Atau dapat dituliskan menjadi,
(2.13)
Koefisien restitusi dinyatakan sebagai perbandingan kecepatan sesudah
tumbukan dengan kecepatan sebelum tumbukan (Soedojo, 1986). Nilai koefisien
restitusi secara umum dapat dinyatakan seperti pada persamaan 2.14.
(2.14)
2.2 Tumbukan pada Permukaan Bidang Miring
Peristiwa tumbukan pada bidang miring terjadi ketika bola dengan massa
dengan kecepatan awal nol ( = 0 ) dijatuhkan tegak lurus bidang dari
ketinggian , kemudian menumbuk permukaan bidang miring yang memiliki
sudut kemiringan sebesar . Pada saat dijatuhkan benda mengalami gerak
translasi. Bola bermassa tersebut selanjutnya akan bergerak dengan kecepatan
sehingga memiliki momentum .
Gambar 2.5 Benda yang dijatuhkan di atas permukaan bidang miring
Ketika bola bermassa dijatuhkan pada permukaan keras bermassa
yang mula-mula diam dengan (massa benda kedua lebih besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
daripada massa benda pertama). Benda yang bermassa lebih kecil akan memantul
dengan kecepatan sebesar sedangkan tetap diam (Soedojo, 1986). Jenis
permukaan juga memberikan pengaruh terhadap selang waktu pantulan benda
. Adanya perubahan waktu tersebut menyebabkan terjadinya impuls. Hal
tersebut dikarenakan bola memberikan gaya pada permukaan dan permukaan
memberikan gaya yang sama dengan arah yang berlawanan pada permukaan bola.
Oleh karena itu, permukaan mendorong bola ke atas. Menurut Cross (2015),
energi kinetik awal bola yang dijatuhkan pada permukaan diubah menjadi energi
potensial elastis bola kemudian diubah kembali menjadi energi kinetik berupa
kecepatan setelah bertumbukan. Kecepatan yang dimiliki setelah menumbuk
digunakan bola bermassa untuk memantul kembali seperti pada gambar 2.6.
Pada bidang miring arah gerak benda dapat diuraikan menjadi komponen ke
arah sumbu dan komponen ke arah sumbu seperti pada gambar 2.5.
Komponen arah sejajar bidang sebagai komponen arah sumbu sedangkan
komponen tegak lurus bidang sebagai komponen ke arah sumbu y. Sehingga
benda tersebut yang memiliki kecepatan , kecepatannya juga dapat diuraikan ke
arah tegak lurus bidang (sumbu ) dan arah sejajar bidang (sumbu ). Kecepatan
ke arah tegak lurus bidang (sumbu disebut dan kecepatan ke arah sejajar
bidang (sumbu ) disebut seperti pada gambar 2.6 b. Sehingga perbandingan
kecepatan setelah tumbukan dengan kecepatan sebelum tumbukan atau yang
disebut koefisien restitusi tiap pantulannya terbagi dalam dua komponen yaitu
koefisien restitusi arah sejajar bidang (sumbu ) disebut dan koefisien restitusi
arah tegak lurus bidang (sumbu ) disebut .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Gambar 2.6 (a) Penguraian sumbu yang bekerja pada tumbukan benda di bidang miring (b)
Penguraian vektor kecepatan tumbukan benda di sepanjang lintasan bidang miring
Setelah bertumbukan pada bidang miring benda mengalami gerak rotasi
karena adanya gaya gesek seperti pada gambar 2.7. Menurut penelitian yang
dilakukan Cross (2002) gaya gesek yang melibatkan torsi di sekitar pusat massa
menyebabkan benda mengalami rotasi. Gerak rotasi terjadi jika sebuah benda
tegar berputar pada sumbu yang tetap. Benda tegar diistilahkan untuk benda yang
bentuknya tetap atau tidak dapat berubah bentuk, sehingga partikel yang
menyusunnya juga selalu konstan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Gambar 2.7 Gerak rotasi yang terjadi pada tumbukan bola di permukaan bidang miring untuk
setiap pantulan
Pada arah horizontal benda tidak hanya mengalami gerak translasi, tetapi juga
mengalami gerak rotasi. Kombinasi antara gerak translasi pusat massa dan gerak
rotasi terhadap sumbu putar disebut gerak menggelinding (Sarojo, 2014).
Menggelinding tanpa selip terjadi pada benda yang mengalami gaya gesek statis
terhadap bidang permukaannya.
Kecepatan yang dimiliki benda menggelinding tanpa selip mengikuti
persamaan:
(2.15)
Pada gerak rotasi momentumnya disebut momentum angular yang
merupakan perkalian antara momen inersia ( ) dengan kecepatan sudut ( yang
dapat dinyatakan dalam persamaan berikut.
(2.16)
Pada peristiwa tumbukan bentuk dan ukuran benda juga menjadi salah satu
hal yang mempengaruhi gerak benda tersebut. Benda yang memiliki massa dan
volume dikategorikan sebagai momen inersia. Momen inersia suatu benda
memberikan pengaruh terhadap gerak rotasinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Gerak benda ketika bertumbukan yang dipengaruhi oleh gesekan yaitu
pada arah sejajar bidang (sumbu ). Sedangkan arah tegak lurus bidang (sumbu )
tidak dipengaruhi gaya gesekan, sehingga untuk koefisien restitusinya diperoleh
melalui persamaan berikut (Cross, 2002).
(2.17)
dengan adalah koefisien restitusi arah tegak lurus bidang, adalah kecepatan
sesaat benda arah tegak lurus bidang setelah tumbukan ( ), dan adalah
kecepatan sesaat benda arah tegak lurus bidang sebelum tumbukan ( ).
Sedangkan koefisien restitusi untuk arah sejajar bidang (sumbu ) yang
dipengaruhi oleh gesekan dapat dihitung melalui persamaan berikut (Cross, 2002).
(2.18)
dengan adalah koefisien restitusi arah sejajar bidang (sumbu ), adalah
kecepatan sesaat benda setelah tumbukan pada arah sejajar bidang ( ),
adalah kecepatan sesaat benda sebelum tumbukan pada arah sejajar bidang ( ),
adalah jari-jari bola ( ), adalah kecepatan sudut sebelum tumbukan (
), dan adalah kecepatan sudut sesudah tumbukan ( ).
Kecepatan sudut setelah tumbukan pada bola berongga berkulit tipis dapat
diperoleh melalui persamaan (Cross, 2002):
( ( ) )
(2.20)
Kecepatan sudut sebelum tumbukan pada bola berongga berkulit tipis
dapat diperoleh melalui persamaan (Cross, 2002):
(
)
(2.21)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Dengan adalah jari-jari dalam bola berongga ( ), adalah jari-jari luar bola
berongga ( ), dan adalah koefisien gesek statis serta variabel yang lain
memiliki keterangan sama seperti pada persamaan-persamaan sebelumnya.
Sedangkan untuk bola pejal, terdapat tiga persamaan dasar yang digunakan
untuk mencari kecepatan sudut pada peristiwa tumbukannya dengan permukaan
bidang miring. Persamaan tersebut ditinjau berdasarkan uraian komponen gerak
yang dialami oleh bola ketika menumbuk papan bidang miring. Tiga persamaan
itu antara lain persamaan impuls arah horizontal, persamaan impuls arah vertikal,
dan persamaan impuls pada gerak rotasi.
Persamaan impuls arah horizontal bidang pada persamaan 2.22 melibatkan
gaya gesek yang terjadi antara permukaan bola dengan permukaan bidang. Gaya
tersebut menjadi salah satu penyebab bola mengalami penurunan kecepatan
setelah bertumbukan, sehingga terdapat tanda negatif di depan persamaan
momentum untuk arah horizontal (Cross, 2002). Selain itu arah gaya gesek
berlawanan dengan arah gerak benda.
∫ (2.22)
Persamaan impuls pada arah vertikal bidang melibatkan gaya normal yang
merupakan gaya dalam arah tegak lurus permukaan seperti pada persamaan 2.23.
Gaya normal terjadi ketika bola mengalami kontak saat menumbuk papan.
Sehingga dapat dituliskan sebagai berikut (Cross, 2002).
∫ ( ) (2.23)
Persamaan yang digunakan selanjutnya adalah persamaan torsi pada gerak
melingkar atau rotasi. Persamaan gerak rotasi digunakan karena bola bergerak
pada permukaan bidang miring dengan gaya gesek permukaan yang
mempengaruhi geraknya. Gaya gesek ini menjadi penyebab terjadinya gerak
rotasi seperti yang diuraikan pada penjelasan 2.4 pada dasar teori. Diketahui
bahwa , maka untuk memperoleh variabel (kecepatan sudut),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
merupakan hasil yang diturunkan terhadap waktu. Sehingga persamaan impuls
untuk gerak rotasi dapat diperoleh seperti persamaan 2.30.
∫ (2.24)
Selanjutnya mencari persamaan yang pada prosesnya dipengaruhi oleh gaya
gesek dengan persamaan gaya gesek statis pada persamaan 2.22.
Karena massa sama sehingga pada masing-masing ruas dapat dihilangkan menjadi
( )
(
)
Sehingga persamaannya menjadi
( ) (2.25)
Selanjutnya dengan persamaan impuls pada persamaan 2.24 diperoleh:
∫
Subtitusi persamaan dari persamaan 2.25 yang telah diperoleh sebelumnya
menjadi
( ( ( ) ))
( ( ) )
( ( ) )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Karena momen inersia dari bola pejal
maka disubtitusikan ke dalam
persamaan sehingga menjadi:
( ( ) )
(2.26)
Persamaan 2.26 tersebut digunakan untuk mencari kecepatan sudut setelah
tumbukan pada bola pejal dengan permukaan bidang. Selanjutnya untuk
kecepatan sudut sebelum tumbukan diperoleh dengan menguraikannya melalui
persamaan kecepatan sudut pada gerak rotasi sebagai berikut.
Subtitusikan dari persamaan 2.26 sebelumnya menjadi:
( ( ) )
Subtitusikan dari persamaan (2.25) yang diperoleh sebelumnya:
( )
Setelah disubtitusikan menjadi:
(
( )
( ) )
(2.27)
Selanjutnya kembali ke persamaan gaya gesek statis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Subtitusi persamaan 2.27 yang telah diperoleh sebelumnya
Menyamakan penyebut:
Kecepatan sudut sebelum tumbukan ( ) dapat dicari dari persamaan yang telah
diperoleh:
( ( ) )
Sehingga kecepatan sudut sebelum tumbukan pada tumbukan bola pejal terhadap
permukaan menjadi:
( ( ) )
(2.28)
Dengan adalah jari-jari bola pejal ( ), adalah koefisien gesek statis serta
variabel yang lain memiliki keterangan sama seperti pada persamaan-persamaan
sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2.3 Gaya Gesek
Ketika dua benda saling menyentuh dengan permukaan suatu benda yang satu
menyentuh permukaan benda yang lain maka masing-masing benda akan
melakukan gaya gesekan pada benda yang lain dengan arah sejajar dengan bidang
permukaan tersebut. Gaya gesek merupakan gaya yang bekerja pada suatu benda
tetapi arahnya berlawanan dengan arah gerak benda atau gaya luar yang
dikerjakan pada benda tersebut (Tipler, 1998).
Gaya gesek merupakan besaran vektor, sehingga besarnya dapat dinyatakan
dalam panjang anak panah dan arah gaya dinyatakan oleh arah anak panah seperti
pada gambar 2.8. Pada gambar tersebut gaya tarikan dinyatakan dalam dan gaya
berat benda . Sedangkan gaya gesek arahnya berlawanan dari gaya tarik
dan gaya normal N arahnya tegak lurus dari permukaan bidang. Semua gaya yang
bekerja pada gambar 2.8 ditarik dari pusat massa benda.
Gambar 2.8 Gaya gesek yang bekerja pada suatu benda
Gaya gesek dapat mempengaruhi perilaku benda yang dikenainya. Benda
dapat tetap diam atau bergerak bergantung besarnya gaya yang diberikan untuk
mengimbangi gaya gesekan yang dikerjakan permukaan terhadap benda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Gambar 2.9 (a) Gaya gesek ketika balok diam atau tidak bergerak, (b) balok tepat akan
bergerak, dan (c) balok sedang bergerak
Ketika suatu balok diberikan gaya luar atau di dorong dengan gaya horizontal
yang kecil, seperti pada gambar 2.9 a, ada kemungkinan balok tidak akan bergerak
sama sekali. Menurut Tipler (1998) hal ini dikarenakan permukaan juga
mengerjakan gaya horizontal yang dinamakan gaya gesekan statis , yang
mengimbangi gaya yang diberikan.
Komponen yang bekerja pada sistem gaya gesek pada gambar 2.9 antara lain
gaya yang sejajar bidang dan gaya normal yang merupakan gaya yang
diberikan permukaan pada balok yang arahnya tegak lurus permukaan bidang.
Pada syarat kesetimbangan ∑ , maka gaya gesek statis besarnya sama
namun berlawanan arah dengan yang diberikan, dan gaya normal besarnya
sama dan berlawanan arah dengan gaya berat benda .
Gaya gesek statis memiliki nilai dari nol sampai nilai maksimum . Nilai
bergantung dari gaya normal , apabila gaya normal diperbesar maka
dibutuhkan gaya yang besar untuk menggerakkan benda (Sears, 1982). Hal ini
menyebabkan ketika gaya F semakin diperbesar suatu saat balok akan mulai
bergerak. Apabila gaya yang diberikan masih kurang dari gaya gesek statis
maksimum , maka benda akan tetap diam seperti pada gambar 2.9 a karena
gaya belum dapat mengimbangi besarnya gaya gesek dan ikatan molekul antar
balok dan permukaan sangat erat di tempat kontak terjadinya gesekan. Sedangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
ketika gaya yang diberikan semakin diperbesar seperti gambar 2.9 b akhirnya
dapat mengimbangi gaya gesek statis maksimumnya maka suatu saat balok ada
pada posisi tepat akan bergerak. Artinya = , besarnya gaya tepat pada
harga maksimumnya. Besarnya gaya ini diperlukan untuk menimbulkan gerak
relatif dua benda yang mula-mula saling bersentuhan dan relatif diam. Apabila F
terus diperbesar maka akhirnya benda tidak lagi dalam posisi setimbang dan
melampaui benda akan mulai bergerak seperti 2.9 c. Menurut Serway
(2009) ketika benda sedang bergerak gaya geseknya kurang dari , gaya
gesek ini disebut gaya gesek kinetik.
Melalui fenomena tersebut, gaya gesek dapat dibedakan dan dinyatakan
berdasarkan koefisien geseknya. Koefisien gesek ( ) merupakan konstanta
kesebandingan yang besarnya tergantung dari kekasaran bidang dan benda yang
bekerja pada permukaan tersebut (Soedojo, 1986). Oleh karena itu koefisien gesek
( ) dapat dinyatakan untuk gaya gesek statis dan gaya gesek kinetik seperti pada
gambar 2.9.
Apabila dinyatakan dalam persamaan, maka gaya gesek statis ketika
benda tepat akan bergerak dapat dinyatakan dalam persamaan (Sears, 1982).
(2.29)
Sehingga koefisien gesek statis dapat diperoleh melalui:
(2.30)
Dengan merupakan koefisien gesek statis, merupakan gaya normal
(Newton), dan merupakan gaya gesek statis (Newton).
Sedangkan untuk gaya gesek kinetik, persamaannya dapat dinyatakan sebagai
berikut.
(2.31)
Maka koefisien gesek kinetik dinyatakan dengan persamaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
(2.32)
Dengan merupakan koefisien gesek kinetik, merupakan gaya normal
(Newton), dan merupakan gaya gesek kinetik (Newton).
2.4 Gerak Rotasi
Gerak benda tegar secara umum terbagi menjadi tiga yaitu gerak rotasi
murni, gerak translasi murni, dan gerak gabungan (rotasi dan translasi). Seperti
pada gambar 2.10 dengan sebagai kecepatan pusat massa dan sebagai
kecepatan rotasi. Gerak rotasi murni terjadi ketika pusat massa diam dan benda-
benda bergerak mengelilingi pusat massa (gambar 2.10b). Gerak translasi murni
terjadi ketika pusat massa bergerak sedangkan jarak benda-benda tidak berubah
terhadap pusat massa (gambar 2.10a). Gerak gabungan rotasi dan translasi terjadi
ketika pusat massa bergerak dan benda berotasi terhadap pusat massa (gambar
2.10c).
Gambar 2.10 (a) Gerak translasi murni, (b) gerak rotasi murni, dan (c) gerak gabungan
Sebuah benda dikatakan berotasi terhadap sumbu putarnya ketika setiap
titik pada benda tersebut bergerak melingkar terhadap pusat lingkaran yang berada
di sumbu putar (Sarojo, 2014). Besaran yang terdapat pada gerak rotasi meliputi
besaran-besaran sudut seperti kecepatan sudut dan percepatan sudut.
Persamaan gerak rotasi analog dengan persamaan dalam gerak translasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Kecepatan sudut merupakan perubahan perpindahan besar sudut setiap interval
waktu .
(2.34)
Kecepatan sudut dalam gerak rotasi analog dengan kecepatan linear ( ) dalam
gerak translasi. Perubahan besarnya sudut terkait dengan perpindahan linear pada
gerak translasi . Maka
(2.35)
Maka hubungan antara kecepatan sudut dengan kecepatan linear dapat dituliskan
menjadi:
(2.36)
Sedangkan percepatan sudut didefinsiikan sebagai perubahan kecepatan sudut
setiap satuan waktu. Percepatan sudut dapat dituliskan sebagai berikut.
(2.37)
Percepatan sudut analog dengan percepatan linear ( ) dalam gerak translasi.
(2.38)
Maka hubungan antara percepatan sudut dengan percepatan linear dapat dituliskan
menjadi:
(2.39)
Sama halnya dengan gerak lurus yang terbagi menjadi dua macam yaitu
gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan, terkait dengan
percepatannya gerak rotasi terbagi menjadi dua yaitu gerak melingkar beraturan
dan gerak melingkar berubah beraturan. Gerak melingkar adalah gerak yang
dialami benda yang membuat lintasan berbentuk lingkaran terhadap titik pusat
yang tetap sehingga memiliki jari-jari . Gerak melingkar sering dijumpai dalam
hidup keseharian, seperti gerak bumi yang mengeilingi matahari, gerak gir pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
roda sepeda, atau gerak putaran kipas angin dan bianglala yang berputar terhadap
porosnya.
Gerak melingkar beraturan terjadi pada benda yang membuat lintasan
berbentuk lingkaran dengan kecepatan konstan, meskipun demikian benda
tersebut tetap memiliki percepatan (Serway, 2009). Percepatan didefinisikan
sebagai perubahan kecepatan tiap satuan waktu yang pada gerak melingkar vektor
kecepatan terus menerus mengalami perubahan arah. Vektor kecepatan pada
gerak melingkar selalu bersinggungan dengan lingkaran dan tegak lurus jari-jari
lintasan seperti pada gambar 2.11.
Gambar 2.11 Gerak melingkar membentuk jari-jari R
Kecepatan dalam gerak melingkar dituliskan yang melambangkan kecepatan
tangensial, apabila dalam persamaan dituliskan sebagai.
(2.40)
Pada gerak melingkar beraturan percepatannya mengarah ke pusat lingkaran dan
memiliki besar seperti pada persamaan berikut.
(2.41)
Percepatan tersebut dinamakan percepatan sentripetal. Pada gerak melingkar
beraturan besar tetap karena besar dan juga tidak berubah (Sarojo, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Gerak melingkar berubah beraturan terjadi ketika kecepatan benda
berubah akibat adanya gaya yang bekerja pada benda itu sehingga memiliki
komponen percepatan tangensial (Giancoli, 2014). Gaya neto yang bekerja
menuju pusat lingkaran mengakibatkan kecepatan konstan. Sedangkan apabila
gaya neto tidak mengarah ke pusat lingkaran melainkan miring membentuk suatu
sudut, maka gaya tersebut akan memiliki dua buah komponen seperti pada gambar
2.12. Komponen yang mengarah ke pusat lingkaran disebut akan menghasilkan
percepatan sentripetal dan mempertahankan benda supaya tetap bergerak dalam
lingkaran. Serta komponen tangensial terhadap keliling lingkaran disebut
yang berpengaruh terhadap perubahan kecepatan. Melalui tersebut dihasilkan
komponen percepatan yang tangensial tehadap lingkaran . Apabila besar
kecepatan benda mengalami perubahan berarti terdapat komponen tangensial dari
suatu gaya yang sedang bekerja pada benda tersebut.
Gambar 2.12 (a) Gaya yang bekerja pada benda memiliki komponen tangensial dan ke arah
radial ,(b) uraian komponen percepatan
Pada gerak melingkar percepatan tangensial seperti pada gambar 2.12 b
dituliskan dalam persamaan sebagai berikut.
(2.42)
Sedangkan komponen radialnya yaitu percepatan sentripetal yang timbul akibat
adanya perubahan arah kecepatan benda seperti dalam persamaan 2.41 Apabila
dilihat dari gambar 2.13 b percepatan radial dan percepatan tangensial selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
saling tegak lurus satu sama lain dan sebagai besaran vektor arahnya berubah
berkelanjutan selama bergerak dalam lingkaran.
Partikel-partikel yang terdapat pada sebuah benda berputar akan bergerak
mengikuti lintasan lingkaran. Karena adanya komponen benda bergerak (berarti
memiliki kecepatan ) dalam gerak rotasi maka energi kinetik dapat dicari.
Sebelumnya telah diketahui bahwa kecepatan suatu partikel pada benda tegar
yang berotasi terhadap sumbu tetap seperti persamaan 2.40 dengan
= sehingga pada persamaan-persamaan selanjutnya kecepatan akan dituliskan
sebagai . Dimana adalah jarak partikel dari sumbu dan adalah kecepatan
sudut benda tersebut. Persamaan tersebut menyatakan bahwa meskipun partikel
memiliki kecepatan sudut sama, tetapi kecepatan tangensial masing-masing
bergantung pada jarak dari sumbu rotasi. Energi kinetik setiap partikel
ditentukan oleh massa dan kecepatan tangensialnya. Sehingga energi kinetiknya
dapat diperoleh sebagai berikut (Sears, 1982):
(2.43)
Dengan subtitusi persamaan 2.32 diperoleh hasil sebagai berikut.
(2.44)
Maka energi kinetik total yang merupakan jumlah dari energi kinetik seluruh
partikel di dalam benda dituliskan menjadi:
∑
(2.45)
dihitung untuk setiap partikel benda, kemudian dijumlahkan. Maka
persamaan tersebut dapat dituliskan menjadi:
*∑ +
(2.46)
Besaran di dalam kurung dinyatakan sebagai momen inersia ( ) yang merupakan
ukuran kelembaman suatu benda terhadap perubahan gerak rotasinya. Satuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
momen inersia dinyatakan dalam . Sehingga persamaan tersebut dapat
ditulis sebagai berikut.
(2.47)
Persamaan 2.40 disebut sebagai energi kinetik rotasi dengan satuan Joule.
Besarnya energi kinetik rotasi dipengaruhi oleh momen inersia dan kecepatan
sudut. Nilai energi kinetik rotasi tersebut sebanding dengan momen inersia dan
kecepatan sudutnya .
Membahas lebih lanjut tentang momen inersia, yang kita jumpai dalam
hidup keseharian benda tegar tidak terdiri dari titik melainkan memiliki bentuk
atau volume seperti silinder, bola, cincin, keping, balok, dan lain-lain. Sehingga
momen inersia benda tersebut dimisalkan sebagai sebuah benda yang terbagi
dalam elemen volume , yang masing-masing elemen volume tersebut memiliki
massa, dengan sebagai massa dalam elemen volume. Sehingga momen inersia
benda tegar dihitung secara integral menjadi sebagai berikut.
∫ (2.48)
Momen inersia suatu benda tergantung pada bentuk benda, yaitu ukuran
massa dan letak sumbu putarnya. Kendati demikian pengaruh massa dalam
momen inersia bergantung juga pada bagaimana massa tersebut terdistribusi
terhadap posisi sumbu rotasinya. Inersia rotasi menjadi lebih besar apabila massa
terkonsentrasi pada posisi yang lebih jauh dari sumbu rotasi. Oleh karena, setiap
benda tegar memiliki momen inersia, maka momen inersia untuk bola berongga
dan bola pejal yang digunakan pada penelitian memiliki persamaan yang
diperoleh dengan cara sebagai berikut dengan disini merepresentasikan jari-jari
luar dan juga jari-jari dalam dari benda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
1. Bola berongga
Gambar 2.13 (a) Bola berongga berjari-jari R dengan bagian yang
diarsir merupakan elemen luas (b) elemen luasan dari bola berongga
yang menyerupai cincin tipis
Pada bola berongga massa bola berada di kulit dan tipis. Untuk
memperoleh persamaan momen inersia diambil bagian kecil berupa
elemen luas dari bola berongga, kemudian menintegralkan secara
keseluruhan.
Pada gambar 2.13 a menunjukkan apabila diambil sebagian elemen
luas dari bola berongga bentuknya menyerupai cincin tipis seperti gambar
yang diarsir 2.13 b. Selanjutnya momen inersia bola berongga tipis ini
dapat dicari dengan menjumlahkan keseluruhan elemen luas yang berupa
cincin tipis tersebut melalui fungsi integral.
Diketahui R merupakan jari-jari bola berongga, merupakan jari-
jari untuk cincin tipis, merupakan massa untuk bola berongga,
merupakan elemen massa yang diambil dari sebagian kecil bola
berongga, merupakan luas permukaan bola berongga, merupakan
elemen luas yang diambil dari bola berongga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Elemen luas perlu diketahui dengan mengetahui panjang dan
ketinggian. Dimisalkan adalah ketinggian untuk elemen maka untuk
mengetahui ketinggian, diproyeksikan terhadap sumbu pusat sehingga
membentuk terhadap , sedangkan untuk sebagian kecil yang diambil
terbentuk . Sehingga untuk ketinggian menjadi:
Karena sudut sangat kecil maka , ketinggian (r) menjadi
(2.49)
Untuk memperoleh momen inersia seperti persamaan 2.48 perlu
dicari terlebih dahulu. Selanjutnya persamaan dapat diketahui
melalui:
(2.50)
Luasan pada gambar 2.13 b merupakan elemen luas yang
berupa selimut bola sehingga apabila dibuka luasnya menjadi panjang
yang berupa keliling lingkaran dikali dengan ketinggiannya.
(2.51)
Elemen massa dapat dituliskan menjadi:
(2.52)
Momen inersia diperoleh dengan menjumlahkan atau pengintegralan
elemen pada bola berongga yang terdiri dari susunan cincin tipis tersebut.
secara umum momen inersia dapat dicari dengan persamaan 2.53. Maka,
∫ (2.53)
∫
∫ (2.54)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Batas integral dari
sampai dengan
dengan melihat sumbu pusat rotasi
di tengah. Sehingga persamaan menjadi:
∫
(2.55)
Selanjutnya dapat dicari dengan segitiga yang terbentuk dari dan
pada gambar 2.31 a.
(2.56)
Apabila diuraikan dalam volume bola dan persamaan luas permukaan bola
menjadi,
∫
(2.57)
∫
∫
(2.58)
(
)
(2.59)
Sehingga persamaan momen inersia bola berongga diperoleh sebagai
berikut:
(2.60)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Gambar 2.14 Bola berongga berjari-jari R dengan sumbu putar di tengah
2. Bola pejal
Gambar 2.15 Bola pejal berjari-jari R
Bola pejal dengan jari-jari R sumbu melalui pusat bola seperti pada
gambar 2.15 terdiri dari susunan bola-bola berongga, maka merupakan
bola berongga berjari-jari , sehingga . Momen inersia
dapat ditentukan dengan mengintegralkan momen inersia bola berongga
sebagai berikut (Sarojo, 2014).
∫
Melalui persamaan 2.60 diperoleh persamaan untuk momen inersia bola
berongga,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
∫
(2.61)
∫
∫
Sehingga momen inersia bola pejal menjadi,
(2.62)
Ketika sebuah gaya dikerjakan pada benda yang berpusat pada sebuah
sumbu, maka benda tersebut akan mengalami rotasi terhadap sumbu. Gaya
tersebut menjadi penyebab benda berotasi atau berputar mengelilingi sebuah
sumbu putar. Kecenderungan gaya untuk merotasikan terukur dalam besaran yang
disebut torsi . Torsi yang diberikan pada sebuah benda oleh sebuah gaya akan
memberikan pengaruh terhadap kecepatan sudut benda tersebut. Torsi yang
merupakan besaran vektor sebanding dengan besarnya gaya dikalikan lengan
momen ( ) seperti pada gambar 2.16. Lengan momen ( ) merupakan jarak tegak
lurus dari sumbu putar ke garis dimana gaya itu bekerja.
Gambar 2.16 Gaya yang bekerja pada sebuah benda menghasilkan torsi
Secara umum persamaan torsi dapat dituliskan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
(2.63)
Dimana merupakan jarak tegak lurus dari sumbu rotasi ke garis kerja gaya.
Gaya yang menyebabkan benda berotasi bekerja tegak lurus terhadap lingkaran.
Apabila dihubungkan dengan hukum II Newton untuk besaran linear translasi
∑ yang menghubungkan percepatan sudut dengan tangensialnya. Maka
persamaannya menjadi:
(2.64)
(2.65)
Kemudian dikalikan dengan untuk kedua ruas menjadi:
(2.66)
Maka diperoleh bahwa , mengingat merupakan momen inersia maka
jumlah torsi dari semua partikel dapat dituliskan menjadi.
∑ ∑ (2.67)
∑ sebagai jumlah dari massa semua partikel dikalikan kuadrat jarak partikel
ke sumbu putar atau momen inersianya. Sehingga diperoleh hubungan torsi
dengan percepatan sudut sebagai berikut.
∑ (2.68)
Sama halnya dengan gerak translasi yang memiliki momentum linear, pada gerak
rotasi terdapat momentum angular seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada
persamaan 2.16 dilambangkan dengan . Impuls angular yang merupakan
perubahan momentum angular persatuan waktu karena adanya torsi yang bekerja
selama selang waktu tertentu. Torsi seperti pada persamaan 2.68 merupakan
fungsi waktu variabel dapat diturunkan sebagai berikut.
(2.69)
Apabila dihubungkan dengan momentum angularnya menjadi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
∫ ∫ (2.70)
Maka impuls angular pada gerak rotasi dapat dituliskan sebagai berikut.
∫ (2.71)
Gaya-gaya yang dapat menyebabkan gerak rotasi pada benda tegar antara
lain gaya berat (misalnya peristiwa ayunan fisis) dan gaya kontak (misal gaya
gesek, gaya tegang tali, dan gaya normal).
Gambar 2.17 Bola di atas sebuah bidang miring
Sebuah benda diletakan di sebuah bidang miring, misal bola. Maka benda
akan bergerak turun di sepanjang bidang miring. Apabila bidang miring licin
maka bola akan meluncur, tetapi jika terdapat gaya gesek maka benda tersebut
akan berputar pada sumbu melalui pusat massanya. Seperti penjelasan di 2.2
tentang tumbukan pada bidang miring sebelumnya, gerak yang
mengkombinasikan rotasi terhadap sumbu putar dan translasi pusat massa disebut
gerak menggelinding. Gerak menggelinding biasa dijumpai pada keseharian
seperti peristiwa bola mengelinding di lantai atau roda mobil yang menggelinding
di permukaan jalan. Apabila diperbesar gambarnya seperti gambar 2.18. Ketika
bola berputar dengan kecepatan sudut , sebuah titik di tepi bola memiliki
kecepatan terhadap pusat bola. Gaya gesekan yang dikerjakan permukaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
membuat kelajuan pusat massa berkurang berangsur-angsur dan menambah
kecepatan sudut sampai kondisi menggelinding terpenuhi.
Gambar 2.18 Bola di atas bidang miring dari gambar 2.18 dilihat dari komponen
dan
Gerak menggelinding terdiri dari dua jenis yaitu gerak menggelinding
tanpa selip dan mengelinding dengan selip (meluncur). Gerak menggelinding
disebabkan oleh adanya gaya gesek antara benda dengan bidang tempat benda
berada. Gerak menggelinding dengan selip disebabkan oleh gaya gesek kinetik.
Sedangkan gerak menggelinding tanpa selip bergantung dari gesekan statis
dengan permukaan. Gaya gesek statis berperan dalam hal ini karena titik kontak
antara benda yang mengelinding dengan permukaan selalu dalam keadaan diam
sesaat (Giancoli, 2014). Pada gambar 2.17 tersebut apabila bola bergerak
meluncur artinya benda sedang menggelinding tanpa selip dan bergerak translasi
murni. Hubungan antara kecepatan linear sumbu putar , kecepatan sudut , dan
jari-jari benda yang berotasi dapat dituliskan dalam seperti pada
persamaan 2.32.
Apabila gaya gesek statis antara benda-benda yang mengelinding dan
permukaan bidang miring sangat kecil atau bernilai nol. Maka, benda berbentuk
lingkaran tersebut akan bergerak meluncur daripada menggelinding atau secara
sekaligus mengalami gerak meluncur dan menggelinding. Gesekan statis harus
ada untuk memungkinkan benda menggelinding. Kendati demikian, gesekan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
diperhitungkan dalam persamaan energi, karena tidak ada usaha yang dihasilkan
oleh gaya gesek statis yang arahnya tegak lurus terhadap arah gerakan titik
kontak. Sebagian energi potensial dan energi kinetik tanpa selip diubah untuk
berotasi.
Membahas lebih lanjut tentang energi, ketika sebuah benda yang
mengalami translasi dan rotasi bersamaan, maka saat itu yang terjadi adalah benda
berotasi terhadap sumbu putar sementara pusat massa mengalami gerak translasi.
Maka, energi kinetiknya berupa gabungan antara energi kinetik rotasi dan energi
kinetik translasi. Energi kinetik total dapat dituliskan sebagai berikut.
(2.72)
Dengan merupakan kecepatan linear (m/s), sebagai momen inersia ( ),
dan adalah kecepatan sudutnya ( ).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB 3
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan menentukan koefisien restitusi tumbukan bola arah
sejajar bidang ( ) dan arah tegak lurus bidang ( ) bidang dengan variasi jenis
bola, variasi permukaan bidang pantul, dan variasi sudut kemiringan bidang
melalui analisis video dengan bantuan aplikasi Logger Pro.
Secara umum untuk menentukan koefisien restitusi tumbukan bola pada
bidang miring penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu penentuan
koefisien gesek statis maksimum, pengukuran jari-jari bola, dan pengambilan data
beserta analisis video dengan aplikasi Logger Pro. Masing-masing tahapan
memerlukan persiapan alat yang berbeda sehingga alat yang diperlukan dan
langkah-langkah akan dijelaskan pada setiap tahap kegiatannya.
3.1 Penentuan Koefisien Gaya Gesek Statis
Pengukuran koefisien gesek statis ( ) pada penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui kecepatan sudut sebelum dan sesudah tumbukan pada saat analisis
video. Penentuan koefisien gesek statis ( ) menerapkan prinsip kerja gaya gesek
statis yang memiliki dua kondisi yang dapat terjadi yaitu benda tetap diam ketika
dan tepat akan bergerak ketika . Oleh karena itu gaya
gesek statis memiliki nilai maksimum untuk membuat benda yang semula
diam hingga tepat akan bergerak ketika diberikan gaya yang besarnya sama
dengan gaya gesek statis maksimumnya. Besarnya gaya gesek ini sebanding
dengan gaya normal yang merupakan komponen tegak lurus pada benda yang
mengalami gaya kontak dengan permukaannya. Sehingga, koefisien gesek statis
bergantung pada sifat permukaannya. Pada penelitian ini terdapat dua variasi
permukaan papan pantul yaitu permukaan kayu dan permukaan amplas. Adapun
peralatan yang digunakan untuk menentukan koefisien gesek statis meliputi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
1. Neraca pegas
Neraca pegas digunakan untuk mengukur besarnya gaya tarik yang
diberikan pada sistem bola yang mengakibatkan sistem bola tersebut tepat
akan bergerak.
2. Neraca ohauss tiga lengan
Neraca ohauss tiga lengan digunakan untuk mengukur massa total
sistem yang akan diberi gaya tarikan melalui neraca pegas.
3. Papan pantul bidang miring
Papan pantul bidang miring tersebut dibuat dalam keadaan
mendatar/horizontal untuk pengukuran koefisien gesek statis ini. Papan
pantul terdiri dari dua permukaan yaitu permukaan kayu dan permukaan
amplas. Papan pantul yang digunakan berukuran cm.
Permukaan bidang pantul ini digunakan untuk mengukur koefisien gesek
statis antara permukaan dengan bola tenis dan bola bekel.
4. Bola tenis
Bola tenis sebagai salah satu jenis bola berongga berkulit tipis
(bola dengan cangkang tipis) digunakan untuk mengukur koefisien antara
bola dengan masing-masing permukaan bidang pantul. Bola yang
digunakan untuk mengukur koefisien gesek statis berjumlah empat buah
untuk menjaga keseimbangan sistem ketika diberikan gaya tarik melalui
neraca pegas.
5. Bola bekel
Bola bekel sebagai salah satu jenis bola pejal yang akan diukur
koefisien gesek statisnya terhadap masing-masing permukaan bidang
pantul. Bola bekel yang digunakan untuk mengukur koefisien gesek statis
berjumlah empat buah untuk menjaga keseimbangan sistem ketika
diberikan gaya tarik melalui neraca pegas.
6. Kotak karton
Kotak karton digunakan sebagai wadah untuk menarik bola.
Bentuk kotak karton menyerupai bangun ruang balok tanpa tutup. Prinsip
kerja kotak karton dengan bola sebagai alasnya seperti prinsip kerja kereta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
yang diberi gaya tarik melalui neraca pegas. Kotak karton yang digunakan
terbuat dari kertas duplex. Kertas duplex dipilih karena mudah didapatkan,
memiliki ukuran tebal, dan kaku. Karena ada dua jenis bola yaitu bola
tenis dan bola bekel yang memiliki ukuran berbeda, maka dibuat dua buah
kotak dengan ukuran yang disesuaikan dengan ukuran masing-masing
jenis bola.
7. Beban
Beban digunakan sebagai massa tambahan untuk menahan
kedudukan kotak karton supaya tetap seimbang dan dapat ditarik dengan
neraca pegas bersamaan dengan sistem bola.
Karena terdapat dua jenis bola dan dua jenis permukaan maka yang perlu
dicari koefisien gesek statisnya dalam penelitian ini antara lain koefisien gesek
statis antara tenis dengan permukaan bidang amplas, koefisien gesek statis bola
bola tenis dengan permukaan bidang kayu, koefisien gesek statis bola bekel
dengan permukaan bidang kayu, dan koefisien gesek statis bola bekel dengan
permukaan bidang amplas.
Koefisien gesek statis dapat ditentukan dengan mengukur terlebih dahulu
massa total sistem menggunakan neraca ohauss yang meliputi massa keempat
bola, massa kotak karton, dan massa beban. Massa total sistem digunakan untuk
mengukur gaya normal pada sistem. Sehingga gaya normal sistem
merupakan jumlah gaya berat ( ) yang dikerjakan sistem terhadap papan
permukaan berupa bidang datar tersebut. Selain itu, untuk mengetahui koefisien
gesek statis dilakukan pengukuran gaya tarik dari neraca pegas yang bekerja
ketika sistem tepat akan bergerak yang besarnya sama dengan gaya gesek statis
maksimum tetapi arahnya berlawanan.
Adapun langkah pengukuran koefisien gesek statis antara bola dengan
permukaan bidang meliputi:
1. Alat dirangkai seperti pada gambar 3.1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Gambar 3.1 (a) Rangkaian alat untuk mengukur koefisien gesek statis yang tersusun atas
permukaan papan pantul yang diposisikan datar (horizontal) (b) bola (c) kotak karton (d) beban (e)
neraca pegas
2. Koefisien gesek statis diukur bergantian untuk setiap jenis bola dan setiap
jenis permukaan dengan rangkaian peralatan seperti pada gambar 3.1.
3. Neraca pegas yang telah dihubungkan dengan kotak karton ditarik kearah
horizontal searah dengan gerak kotak karton hingga keempat bola tepat
akan bergerak. Selanjutnya, besarnya nilai gaya ( ) yang ditunjukkan
oleh neraca pegas pada saat keempat bola tepat akan bergerak digunakan
untuk menentukan besarnya koefisien gesek statis .
4. Pengukuran diulang sebanyak 10 kali.
5. Koefisien gesek statis dihitung menggunakan persamaan 2.30.
6. Ulangi langkah 3-5 untuk mengukur koefisien gesek statis bola bola tenis
dengan permukaan bidang kayu dan koefisien gesek statis bola bekel
dengan permukaan bidang kayu, dan koefisien gesek statis bola bekel
dengan permukaan bidang amplas seperti pada gambar 3.2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Gambar 3.2 Foto rangkaian peralatan pengukuran koefisien gesek statis antara bola tenis dengan
papan permukaan amplas
3.2 Pengukuran Jari-Jari Bola
Pengukuran jari-jari bola digunakan untuk menentukan kecepatan
sudut sebelum tumbukan ( dan kecepatan sudut sesudah tumbukan
melalui persamaan 2.20, persamaan 2.21, persamaan 2.26, dan
persamaan 2.28. Pengukuran jari-jari bola terbagi menjadi dua yaitu
pengukuran jari-jari luar bola tenis ( ) dan jari-jari dalam bola tenis
( ), dan pengukuran jari jari bola bekel ( ). Jari-jari bola tenis diukur
dengan analisis foto Logger Pro hal ini karena permukaan bola tenis yang
tidak rata dan bentuk lengkungan bola tenis yang cukup sulit apabila
diukur dengan alat ukur pada umumnya sedangkan diperlukan perlakuan
pengukuran jari-jari dalam bola tenis yang sama tanpa mengubah bentuk
atau posisi bola bekel ketika diukur. Maka analisis foto pada Logger Pro
dapat dijadikan alternatif untuk mengatasi hal tersebut. Sedangkan bola
bekel yang memiliki bentuk berupa padatan dari dalam hingga keluar
pengukuran jari-jarinya dapat dilakukan melalui diameter luar bola bekel
menggunakan jangka sorong.
Keterangan:
: jari-jari luar tenis
: jari-jari dalam tenis
: jari-jari bola bekel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
3.2.1 Pengukuran jari-jari luar dan jari-jari dalam bola tenis
Pengukuran jari-jari luar dan jari-jari dalam bola tenis dilakukan
dengan menggunakan aplikasi Logger pro. Selain dapat digunakan untuk
menganalisis video, Logger pro juga dapat digunakan untuk mengukur
besaran panjang melalui analisis gambar. Alat yang digunakan antara lain:
a. Handicam
Selain dapat digunakan untuk merekam, fitur kamera pada
handicam juga dapat digunakan untuk mengambil gambar bola yang akan
diukur jari-jarinya menggunakan analisis Logger Pro. Handicam yang
digunakan yaitu handicam Panasonic 90x.
b. Bola tenis
Bola tenis sebagai salah satu jenis bola berongga berkulit tipis
(bola dengan cangkang tipis) yang akan diukur jari-jari luar dan jari-
jari dalamnya .
c. Aplikasi Logger Pro
Selain untuk menganalisis video, Logger Pro dipilih untuk
mengukur jari-jari luar dan jari jari dalam melalui fitur analisis gambar
(picture). Aplikasi ini dipilih karena permukaan bola tenis yang tidak rata
dan diperlukannya perlakuan pengukuran jari-jari dalam bola tenis yang
sama tanpa mengubah bentuk atau posisi bola bekel ketika diukur.
d. Penggaris
Penggaris yang telah diketahui ukurannya dijadikan acuan
pengukuran ketika menganalisis. Posisi penggaris diletakan sebidang
dengan yang akan diukur.
Adapun langkah pengukuran jari-jari bola tenis antara lain sebagai berikut.
1. Untuk memudahkan pengukuran jari-jari dalam bola tenis maka perlu
diketahui bagian dalam bola tenis. Sehingga bola tenis dipotong menjadi dua
bagian yang sama besar terlebih dahulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
2. Acuan pengukuran diletakan sebidang dengan bola tenis yang akan diukur.
Pada penelitian ini digunakan penggaris kayu yang sudah diketahui skala
ukurnya.
3. Salah satu bagian bola tenis yang sudah dipotong beserta acuan pengukuran
diambil gambarnya dengan menggunakan kamera. File gambar dinamai
kemudian dipindahkan ke laptop untuk selanjutnya dianalisis ukurannya.
4. Langkah selanjutnya yaitu menampilkan file gambar ke dalam aplikasi
Logger Pro. File gambar ditampilkan dengan menggunakan fitur Picture With
Photo Analysis pada menu insert seperti gambar 3.3.
Gambar 3.3 Fitur Picture with Photo Analysis pada menu insert
5. Gambar yang telah dipilih selanjutnya dianalisis dengan fitur analyzer. Untuk
menentukan skala pengukuran dipilih set scale, kemudian tarik garis yang
akan dijadikan acuan pengukuran pada alat yang digunakan sebagai acuan
ukur pada gambar pengukuran yang digunakan (pada penelitian ini digunakan
penggaris kayu). Nilai ukur yang dijadikan acuan karena sudah diketahui dari
alat ukur yang digunakan selanjutnya diisikan pada kolom distance.
Selanjutnya satuan yang digunakan diisikan pada kolom units seperti pada
gambar 3.4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Gambar 3.4 Pengisian distance dan units pada ikon set scale
6. Setelah acuan ukuran sebenarnya diketahui, selanjutnya jari-jari luar dapat
dicari dengan menarik garis dari sisi kulit terluar hingga sisi terluar kulit bola
tenis di ujung yang lain pada gambar 3.5 yang merupakan diameter luar dari
bola tenis ( ). Pengukuran dilakukan sebanyak 10 kali. Untuk mengetahui
jari-jari yang merupakan ½ dari diameter maka masing-masing diameter luar
bola tenis yang sudah diketahui tersebut dibagi dua. Jari-jari luar bola ( )
tenis diukur dari pusat bola hingga kulit terluar bola.
Gambar 3.5 Diameter luar bola tenis
7. Untuk mengukur jari-jari dalam dapat dicari dengan menarik garis dari sisi
kulit dalam hingga sisi dalam bola tenis di ujung yang lain seperti pada
gambar 3.6 yang merupakan diameter dalam dari bola tenis ( ). Pengukuran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dilakukan sebanyak 10 kali. Untuk mengetahui jari-jari yang merupakan ½
dari diameter maka masing-masing diameter dalam bola tenis yang sudah
diketahui ini dibagi dua. Jari-jari dalam bola tenis diukur dari pusat bola
hingga bagian kulit dalam bola tenis ( ).
Gambar 3.6 Diameter dalam bola tenis
3.2.2 Pengukuran jari-jari bola bekel
Bola bekel berbentuk pejal yang artinya volumenya penuh berupa satu
bola utuh dan tidak memiliki celah di dalamnya. Sehingga jari-jari diukur
dari pusat bola hingga kulit terluar bola bekel ( ). Adapun peralatan yang
digunakan untuk mengukur jari-jari bola bekel antara lain:
1. Jangka sorong
Jangka sorong yang digunakan merek vernier. Jangka sorong
dipilih untuk mengukur jari-jari dari bola bekel karena disesuaikan
dengan bentuk bola pejal yang akan diukur yang berupa bola padatan
dan tidak memiliki rongga di dalamnya. Jangka sorong memiliki skala
utama dan skala nonius dengan pembacaan terkecil pada skalanya
sebesar 0,1 mm.
2. Bola bekel
Bola bekel sebagai salah satu jenis bola pejal yang akan diukur
jari-jarinya ).
Langkah pengukuran jari-jari bola bekel meliputi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
1. Jangka sorong yang digunakan dikalibrasi terlebih dahulu untuk
mengetahui kondisi alat ukur yang akan digunakan. Kalibrasi dilakukan
dengan cara melakukan pengecekan titik nol terlebih dahulu pada jangka
sorong.
2. Langkah pertama yang dilakukan untuk pengecekan titik nol yaitu dengan
membuka pengunci/penahan jangka sorong. Selanjutnya rahang geser
digeser hingga terkatup rapat. Kedudukan titik nol skala nonius dan skala
utama diamati seperti pada gambar 3.7. Apabila titik nol skala utama dan
skala nonius sudah segaris atau berimpit maka jangka sorong dapat
digunakan langsung tanpa perlu dikoreksi. Pada penelitian ini, titik nol
skala nonius berada di sebelah kanan titik nol skala utama berarti setiap
pembacaan jangka sorong kelebihan sebesar = . Nilai
diperoleh dengan mengamati salah satu nilai pada skala nonius yang
segaris/berimpit dengan skala utama. Pada penelitian ini skala nonius yang
berimpit yaitu pada angka 1. Maka
Selanjutnya untuk setiap pembacaan dengan jangka sorong tersebut, nilai
ukur harus dikurangi dengan . Sedangkan untuk kasus lain, apabila titik
nol skala nonius berada di sebelah kiri titik nol skala utama berarti setiap
pembacaan jangka sorong kekurangan sebesar =
. Nilai diperoleh dengan mengamati salah satu nilai pada skala
nonius yang segaris/berimpit dengan skala utama. Selanjutnya untuk setiap
pembacaan dengan jangka sorong tersebut, nilai ukur harus ditambah
dengan .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Gambar 3.7 Pengecekan titik nol pada jangka sorong
3. Setelah jangka sorong terkalibrasi, selanjutnya pengukuran jari-jari dapat
dilakukan dengan membuka pengunci dan meletakan bagian tengah bola
bekel diantara rahang geser dan rahang tetap. Selanjutnya rahang geser di
geser hingga menyentuh kulit terluar dari bola bekel di ujung yang lain.
Sebelum dikunci, dipastikan posisi bola bekel tidak longgar dan membagi
sama rata bagian volume bola menjadi dua seperti pada gambar 3.8.
Gambar 3.8 Pengukuran jari jari bola bekel dengan jangka sorong
4. Pembacaan jari-jari dilakukan dengan melihat panjang yang diukur dari A
ke B yang merupakan diameter dari bola bekel ( ) seperti pada gambar
3.9. Untuk mengetahui diameter, kedudukan skala utama yang berada di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
sebelah kiri titik nol skala nonius diamati. Pada penelitian ini skala utama
yang diperoleh untuk bola bekel sebesar 4,4 cm. Selanjutnya kedudukan
skala nonius yang berimpit dengan skala utama yaitu skala ke 7. Maka
hasil pengukuran diameter ini sebesar 4,47 cm dikurangi dengan hasil ralat
saat kalibrasi titik nol. Sehingga menjadi 4,46 cm. Pengukuran dilakukan
sebanyak 10 kali.
Gambar 3.9 Diameter bola bekel ( )
5. Jari-jari bola bekel merupakan ½ dari diameternya. Maka untuk mencari
jari-jari bola bekel, masing-masing diameter bola bekel yang sudah
diketahui tersebut dibagi 2. Jari-jari bola bekel diukur dari pusat bola
hingga bagian kulit terluar bola bekel ( ).
3.3 Pengambilan data dan analisis video melalui aplikasi Logger Pro
Pengambilan data berupa perekaman video tumbukan bola pada papan
bidang miring dilakukan sebelum video dianalisis. Analisis video tumbukan
bola dengan permukaan bidang miring digunakan untuk mengetahui
koefisien restitusi arah tegak lurus bidang dan arah sejajar bidang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
melalui persamaan 2.17 dan 2.18 Adapun peralatan yang digunakan antara
lain sebagai berikut.
1. Bola bekel
Bola bekel sebagai salah satu jenis bola pejal digunakan sebaga i
objek yang menumbuk permukaan bidang pantul. Bola bekel ini akan
dicari koefisien restitusi untuk setiap pantulannya.
2. Bola tenis
Bola tenis sebagai salah satu jenis bola berongga berkulit tipis (bola
dengan cangkang tipis) digunakan sebagai objek yang menumbuk
permukaan bidang pantul. Bola bekel ini akan dicari koefisien restitusi
untuk setiap pantulannya.
3. Papan pantul bidang miring
Papan pantul sebagai objek yang ditumbuk bola sekaligus sebagai
lintasan pantulan. Papan pantul terdiri dari dua permukaan yaitu
permukaan kayu dan permukaan amplas yang desain alatnya seperti pada
gambar 3.10. Papan pantul yang digunakan berukuran
cm. Papan pantul diposisikan miring sesuai dengan sudut yang akan
digunakan.
4. Penggaris
Penggaris yang digunakan disini penggaris kayu sebagai acuan ukur
dalam menganalisis video sekaligus acuan untuk menjatuhkan bola.
5. Statip
Statip digunakan untuk menahan penggaris agar tetap dalam keadaan
stabil ketika dijadikan acuan ukur.
6. Balok
Balok digunakan untuk penyangga sekaligus memvariasi sudut
kemiringan papan. Balok terbuat dari kayu yang terdiri dari tiga jenis
ukuran ketinggian yang berbeda sesuai dengan sudut kemiringan yang
digunakan. Balok tersusun atas tumpukan kayu balok yang memiliki
ukuran sama dan direkatkan dengan lem kayu sebelumnya, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
ketika digunakan tidak mempengaruhi gerak papan. Artinya ketika bola
dijatuhkan papan tidak bergerak atau bergoyang.
7. Penanda
Penanda yang digunakan disini menggunakan kertas berupa anak
panah dan diletakan di tempat menjatuhkan bola. Kertas ini sebagai
penanda acuan menjatuhkan bola agar saat menjatuhkan posisi dan
kedudukan tetap sama setiap pengulangan pengambilan data. Selain itu,
penanda dibuat dengan warna yang kontras dari background sehingga
dapat terlihat ketika dianalsis.
8. Selotip
Selotip disini digunakan untuk menandai bola tenis dan bola bekel
agar memudahkan saat dianalsis dengan Logger Pro. Selain itu,
pemberian tanda pada bola berfungsi untuk memberikan titik yang sama
saat dianalsis di aplikasi Logger Pro. Sehingga nilainya sama setiap
pengulangan pengambilan data. Selotip hitam dipilih karena papan
memiliki panjang yang mengharuskan perekaman dari jarak cukup jauh
sehingga memerlukan tanda yang jelas ketika dianalsis. Selotip diletakan
dibagian tengah bola, pemberian selotip harus sangat tipis dan massanya
sangat kecil mendekati nol sehingga tidak memberikan pengaruh
terhadap gerak bola tenis atau bola bekel yang sebenarnya.
9. Kain
Kain digunakan untuk background perekaman tumbukan bola
terhadap bidang miring. Kain berwarna putih dipilih sebagai background
sehingga kontras (berlawanan) dengan warna bola maupun warna papan.
10. Handicam
Handicam yang digunakan untuk merekam video pantulan bola pada
papan bidang miring yaitu handicam Panasonic 90x.
11. Tripod
Tripod digunakan untuk meletakan handicam sehingga posisinya
dapat diatur satu garis lurus dengan papan pantul dan dalam keadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
datar serta posisi tetap atau tidak bergerak-gerak ketika handicam
digunakan untuk merekam.
12. Aplikasi Logger Pro
Aplikasi Logger Pro digunakan untuk menganalisis video
tumbukan bola pada papan bidang miring yang akan dicari koefisien
restitusinya.
13. Laptop
Laptop yang sudah terinstal aplikasi logger pro digunakan sebagai
alat untuk menganalisis file video tumbukan bola dan papan bidang
miring yang akan dicari koefisien restitusinya.
Gambar 3.10 Desain papan pantulan bola
Keterangan:
A: permukaan amplas pada papan
B: permukaan kayu pada papan
1. Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan melakukan perekaman pada proses
tumbukan bola untuk masing-masing permukaan papan. Perekaman diawali
dengan menyusun alat seperti pada gambar 3.11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Gambar 3.11 Rangkaian peralatan tumbukan bola pada permukaan bidang miring
Keterangan:
1: Papan bidang miring
2: Bola
3: Penggaris
4: Balok kayu
5: Handicam
6: Tripod
Langkah-langkah pengambilan data bola tenis dan bola bekel meliputi:
1. Bidang miring diatur dalam sudut yang akan digunakan.
2. Permukaan yang digunakan sebagai papan pantul diatur dalam keadaan
menghadap objek yang akan menumbuk. Apabila digunakan permukaan
kayu, maka papan bidang miring dengan permukaan kayu dihadapkan
ke atas sesuai arah jatuh bola.
3. Perekaman dilakukan dengan menggunakan handicam yang telah
dinyalakan di fitur recording seperti pada gambar 3.12. Bola dijatuhkan
dari ketinggian 30 cm dengan kecepatan nol atau tanpa memberi
kecepatan awal. Lintasan yang dilalui bola harus lurus atau sejajar
dengan set pengukuran agar diperoleh hasil yang baik ketika dianalisis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Gambar 3.12 Perekaman tumbukan bola dengan permukaan papan bidang miring
4. Pantulan bola direkam hingga bola berhenti memantul (sudah
menggelinding) sepanjang lintasan papan permukaan.
5. Video hasil perekaman disimpan lalu diberi nama untuk selanjutnya
dianalisis.
6. Langkah selanjutnya yaitu mengatur papan dalam sudut yang berbeda
hingga dilakukan untuk tiga variasi sudut.
7. Langkah berikutnya, permukaan papan diganti dengan variasi
permukaan yang lain yaitu permukaan amplas. Selanjutnya dilakukan
langkah yang sama seperti poin 1 sampai 6 untuk pengambilan data
pada bola jenis yang sama untuk permukaan dengan berbeda.
8. Kemudian setelah perkaman bola tenis selesai, bola diganti dengan jenis
bola yang lain yaitu bola pejal disini digunakan bola bekel yang akan
dicari koefisien restitusinya. Untuk pengambilan data bola bekel
langkahnya sama seperti pengambilan data koefisien restitusi bola tenis
poin 1-7.
2. Analisis Video Koefisien Restitusi Tumbukan Bola Tenis dan Bola
Bekel di Bidang Miring
Analisis video ini berlaku untuk variasi tumbukan bola tenis dengan
permukaan kayu, bola tenis dengan permukaan amplas, bola bekel dengan
permukaan kayu, dan bola bekel dengan permukaan amplas. Masing-masing
variasi terbagi menjadi dua kegiatan setelah dianalisis titik datanya yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
menentukan koefisien restitusi arah sejajar bidang ( dan koefisien
restitusi arah tegak lurus bidang ( . Adapun langkah analisis untuk
mencari koefisien restitusi antara lain sebagai berikut:
1) Langkah pertama yang dilakukan adalah menampilkan video pantulan
bola yang telah di rekam. Video di tampilkan menggunakan fitur movie
melalui menu insert seperti pada gambar 3.14.
Gambar 3.13 Fitur movie pada menu insert di Logger Pro
2) Video yang telah dipilih kemudian dianalisis dengan menggunakan fitur
analyzer, pada fitur ini pertama pilih set scale seperti yang ditunjukan A
pada gambar 3.14. Kemudian pointer diarahkan ke sisi penggaris yang
akan dijadikan acuan ukur sebenarnya dalam video, yang sebelumnya
sudah diketahui nilainya. Setelah garis sudah lurus dan tepat dengan
skala yang akan dijadikan acuan ukur maka shift+klik dilepaskan.
Selanjutnya, akan muncul scale seperti gambar 3.15, pada kolom
distance diisi panjang yang sudah diketahui dari pengukuran sebenarnya
sebelum di video. Kemudian pada kolom units isikan satuan yang
disesuaikan dengan pengukuran yang dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Gambar 3.14 Ikon set scale pada fitur analyzer
Gambar 3.15 Pengisian distance dan units untuk set scale
3) Langkah selanjutnya adalah membuat titik koordinat bidang dengan
menggunakan set origin seperti yang ditunjukan B pada gambar 3.16.
Melalui set origin ini sumbu diatur tegak lurus bidang seperti pada
gambar 3.16 sedangkan sumbu diatur sejajar bidang miring. Pengaturan
set origin dilakukan dengan menggeser koordinat berwarna kuning yang
tampil pada video disesuaikan dengan papan pantul. Pengaturan ini
digunakan supaya posisi pantulan bola yang dianalisis pada papan sesuai
dengan grafik dan memfokuskan analisis hanya dilakukan sepanjang
lintasan papan bidang miring.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Gambar 3.16 Ikon set origin pada analyzer
4) Analisis gerakan pantulan bola dilakukan dengan menggunakan add
point, analisa dimulai ketika bola dijatuhkan hingga mencapai ujung
lintasan. Seperti pada gambar 3.17. Pemberian jejak gerakan tumbukan
bola setiap pantulannya melalui add point akan tampak seperti bulatan
biru, bola akan bergerak seiring dengan pemberian titik pada gambar.
Pemberian jejak dilakukan pada bagian yang sama pada bola.
Gambar 3.17 Pemberian jejak tumbukan bola setiap pantulan dengan add point
5) Pemberian titik pada video secara otomatis menampilkan juga grafik
hubungan posisi dan terhadap waktu ( ).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
6) Selain grafik posisi terhadap waktu, analisis ini juga dapat menampilkan
grafik kecepatan terhadap waktu. Grafik kecepatan inilah yang
selanjutnya digunakan untuk mencari koefisien restitusi bola. Untuk
menampilkan grafik kecepatan terhadap waktu dilakukan melalui menu
insert, kemudian pilih graph seperti pada gambar 3.18.
Gambar 3.18 Menampilkan grafik kecepatan melalui menu insert
7) Grafik kecepatan maupun kecepatan dapat dipilih untuk ditampilkan
bersamaan atau masing-masing dengan mengklik variabel terikat pada
grafik sumbu seperti pada gambar 3.19. Kemudian variabel grafik yang
akan ditampilkan dipilih. Kecepatan dipilih apabila ingin menampilkan
grafik terhadap waktu atau melalui menu more apabila ingin
menampilkan grafik kecepatan masing-masing sumbu secara bersamaan.
Gambar 3.19 Memilih grafik yang akan ditampilkan untuk dianalisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
8) Grafik kecepatan baik sumbu maupun digunakan untuk menentukan
koefisien restitusi. Kecepatan yang dicari yaitu kecepatan sebelum dan
sesudah tiap pantulannya. Untuk menentukan data kecepatan sebelum
dan sesudah tumbukan yang perlu diperhatikan adalah posisi dan
waktunya ketika sebelum dan sesudah menumbuk papan permukaan
bidang miring.
9) Koefisien restitusi arah tegak lurus bidang atau sumbu ( ) setiap
pantulan diperoleh dengan mencari kecepatan sebelum ( ) dan sesudah
tumbukan ( ) pada grafik kecepatan sumbu . Kemudian melalui
persamaan 2.17 koefisien restitusi sumbu ( ) dapat diketahui.
Kemudian untuk pantulan berikutnya dilakukan hal yang sama untuk
mengetahui nya hingga pantulan terakhir selama bola melintas di
papan.
10) Koefisien restitusi sumbu ( ) setiap pantulan dapat diperoleh
melalui persamaan 2.18 yang artinya komponen yang perlu dicari dari
grafik kecepatan yaitu kecepatan sumbu x sebelum tumbukan
dan kecepatan sesudah tumbukan ( . Selain itu untuk mencari
koefisien restitusi arah sejajar bidang perlu dicari kecepatan sudut
sebelum ( ) dan kecepatan sudut sesudah tumbukan ( ) melalui
perhitungan seperti pada persamaan 2.20 dan persamaan 2.21 terlebih
dahulu yang melibatkan variabel koefisien gesek ( ), kecepatan arah
tegak lurus sebelum tumbukan yang telah diperoleh dari langkah
nomer 8, kecepatan sumbu sebelum tumbukan , dan jari-jari
bola. Kemudian melalui persamaan tersebut diperoleh koefisien restitusi
arah sejajar bidang atau sumbu . Kemudian untuk pantulan
berikutnya dilakukan hal yang sama untuk mengetahui nya hingga
pantulan terakhir selama melintas di papan.
11) Analisis file video rekaman jenis bola yang sama dengan permukaan
berbeda dilakukan sama seperti langkah poin nomer 1-9 tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
12) Analisis bola bekel untuk masing-masing jenis permukaan dilakukan
sama seperti langkah poin 1-9 diatas. Hal yang berbeda yaitu mencari
koefisien restitusi arah sejajar bidang atau sumbu , yaitu terlebih
dahulu mencari kecepatan sudut sebelum ( ) dan kecepatan sudut
sesudah tumbukan ( ) digunakan persamaan 2.26 dan persamaan
2.28.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1. Pengukuran koefisien gesek statis bola dengan permukaan bidang
pantul
Koefisien gesek statis antara bola dengan permukaannya diperoleh melalui
langkah pada 3.1.1 melalui sistem bola yang ditarik dengan neraca pegas.
Pengukuran koefisien gesek statis ini digunakan untuk mengetahui kecepatan
sudut sebelum tumbukan ( ) dan kecepatan sudut sesudah tumbukan ( ) pada
bola tenis maupun bola bekel. Pada penelitian ini digunakan bola sejumlah empat
buah berfungsi untuk menjaga keseimbangan sistem. Penggunaan penutup
berbentuk kotak yang terbuat dari karton dimaksudkan agar bola tidak bergulir
masing-masing ketika ditarik dengan neraca pegas. Sistem ini mirip seperti kereta
luncur dengan bola sebagai rodanya dan mengukur besarnya gaya yang dapat
membuat kotak tepat akan bergerak. Sebelum dilakukan pengukuran koefisien
gesek, massa total bola diukur dengan neraca ohauss tiga lengan. Massa total
diperoleh dari jumlah massa 4 buah bola, massa karton, dan massa beban.
Pengukuran massa baik untuk koefisien gesek statis terhadap permukaan kayu
maupun permukaan amplas diperoleh hasil untuk masing-masing jenis bola
dengan ralat yang tertera pada lampiran. Pengukuran massa bola tenis diperoleh,
massa 4 buah bola tenis sebesar (228,020 ) gram, massa kotak karton tenis
sebesar (38,54 ) gram, dan massa beban sebesar (589,980 ) gram.
Sehingga massa total untuk sistem bola tenis sebesar (856,54 ) gram.
Sedangkan pengukuran massa sistem bola bekel diperoleh untuk massa 4 buah
bola bekel sebesar (185,820 ) gram, massa kotak bekel sebesar
(27,040 ) gram, dan massa beban yang digunakan sama seperti bola tenis
sebesar (589,980 ) gram. Sehingga massa total untuk sistem bola bekel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
sebesar (802,840 0,009) gram. Perhitungan massa tersebut selanjutnya digunakan
untuk mencari gaya normal yang besarnya sama dengan gaya berat . Gaya
berat yang besarnya sama dengan gaya normal yang bekerja terhadap permukaan
tersebut digunakan untuk mencari koefisien gesek statis melalui persamaan 2.30.
Gaya tarik yang dikerjakan melalui neraca pegas untuk menarik sistem sebagai
yang menyebabkan benda tepat akan bergerak, artinya besarnya sama dengan
gaya gesek yang bekerja pada sistem tersebut. Hasil perhitungan tertera pada tabel
4.1
Tabel 4.1 Hasil pengukuran koefisien gesek statis 4 bola tenis terhadap permukaan amplas.
Massa total = (856,54 ) gram
Percepatan gravitasi= 9,8
No
1 4,8 0,571
3 5 0,595
4 4,6 0,548
5 4,8 0,571
6 4,8 0,571
7 4,6 0,548
8 5 0,595
9 5 0,595
10 4,8 0,571
Koefisien gesek statis diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut:
Karena pada sistem bola dan permukaan saat bertumbukan tidak ada percepatan
vertikal maka gaya vertikal neto adalah nol.
∑
Oleh karena itu gaya normal ( ) menjadi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Besarnya gaya normal tersebut selanjutnya dimasukkan ke persamaan gaya gesek
2.30 untuk dicari koefisien geseknya. Karena besarnya sama dengan
maka menjadi:
Nilai koefisien gesek statis sebesar 0,571 untuk data 1 pada bola tenis dengan
permukaan amplas. Melalui perhitungan rata-rata dan ralat yang tertera pada
lampiran, koefisien gesek statis untuk empat buah bola tenis pada permukaan
amplas yaitu sebesar (0,573 ). Maka koefisien gesek statis untuk satu buah
bola tenis yang digunakan pada tumbukan di permukaan amplas yaitu nilai
koefisien gesek statis untuk empat buah bola dibagi empat. Sehingga untuk satu
buah bola tenis pada permukaan amplas koefisien gesek statisnya menjadi
(0,143 ).
Pada penelitian ini selain koefisien gesek statis bola tenis dengan permukaan
amplas dicari juga untuk koefisien gesek statis untuk bola tenis terhadap
permukaan kayu, bola bekel terhadap permukaan amplas, dan bola bekel terhadap
permukaan kayu. Sehingga dengan cara yang sama diperoleh koefisien gesek
statis untuk bola tenis dengan permukaan kayu sebesar (0,113 ), bola bekel
dengan permukaan kayu sebesar (0,101 ), dan bola bekel dengan
permukaan amplas sebesar (0,185 ).
4.1.2. Hasil Pengukuran jari-jari bola
A. Pengukuran jari-jari bola tenis
Pengukuran jari-jari bola tenis diperoleh melalui analisis foto di aplikasi
Logger Pro. Pengukuran ini menggunakan skala acuan yang skalanya diketahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
sebelum foto diambil sehingga set pengukuran dapat diatur sesuai skala yang
sebenarnya. Pengukuran jari-jari bola tenis terdiri dari pengukuran jari-jari luar
dan pengukuran jari-jari dalam bola tenis. Adapun hasil pengukuran jari-jari luar
dan jari-jari dalam bola tenis diperoleh seperti pada tabel 4.2 dan 4.3 sebagai
berikut.
Gambar 4. 1 Hasil analisis pengukuran jari-jari luar bola tenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Tabel 4.2 Pengukuran jari-jari luar bola tenis
No (m) (m)
1 0,0743 0,0371
2 0,0735 0,0367
3 0,0726 0,0363
4 0,0730 0,0365
5 0,0734 0,0367
6 0,0740 0,0373
7 0,0746 0,0373
8 0,0725 0,0362
9 0,0731 0,0365
10 0,0734 0,0367
Pengukuran jari-jari luar dari hasil analisis diperoleh sebagai diameter luar
bola tenis ( ). Karena yang akan dicari adalah jari-jari ( ), maka masing-
masing hasil diameter tersebut dibagi dua. Mengingat jari-jari luar merupakan
setengah dari diameter yang diukur dari pusat bola hingga ke kulit terluar bola
tenis. Sehingga hasil pengukuran jari-jari luar bola tenis beserta ralat yang tertera
dilampiran diperoleh (0,0367 ) m.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Gambar 4. 2. Hasil analisis pengukuran jari-jari dalam bola tenis melalui aplikasi Logger Pro
Tabel 4.3 Pengukuran jari-jari dalam bola tenis
No (m) (m)
1 0,0606 0,0303
2 0,0610 0,0305
3 0,0612 0,0306
4 0,0624 0,0312
5 0,0620 0,0310
6 0,0621 0,0310
7 0,0625 0,0312
8 0,0616 0,0308
9 0,0612 0,0306
10 0,0606 0,0303
Pengukuran jari-jari dalam bola tenis dari hasil analisis diperoleh sebagai
diameter luar bola tenis ( ). Karena jari-jari dalam ( ) merupakan setengah
dari diameter yang diukur dari pusat bola hingga ke kulit terluar bagian dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
bola tenis maka hasil diameter ) tersebut dibagi dua. Hasil pengukuran jari-jari
dalam bola tenis beserta ralat yang tertera di lampiran diperoleh (0,0308 )
m.
B. Pengukuran jari-jari bola bekel
Pengukuran jari-jari bola bekel dilakukan menggunakan jangka sorong. Hasil
pengukuran diperoleh seperti pada tabel 4.4 berikut. Pengukuran dilakukan setelah
jangka sorong dikalibrasi terlebih dahulu dengan pengecekan titik nol. Hasil yang
diperoleh pada tabel 4.4 merupakan hasil setelah jangka sorong dikalibrasi seperti
pada penjelasan langkah pengukuran bola bekel pada 3.2.2.
Tabel 4.4 Hasil pengukuran diameter bola bekel dengan menggunakan jangka sorong
No (m) (m)
1 0,0447 0,0223
2 0,0447 0,0223
3 0,0449 0,0224
4 0,0448 0,0224
5 0,0445 0,0222
6 0,0446 0,0223
7 0,0447 0,0223
8 0,0446 0,0223
9 0,0448 0,0224
10 0,0449 0,0224
Pengukuran menggunakan jangka sorong tersebut hasilnya berupa
diameter ( ) dari bola bekel maka diameter tersebut selanjutnya dibagi dua.
Karena jari-jari merupakan setengah dari diameter yang pada bola bekel ini diukur
dari pusat bola hingga ke kulit terluar dari bola bekel. Hasil pengukuran jari-jari
bola bekel dari pengukuran beserta ralatnya yang tertera pada lampiran
diperoleh sebesar (0,0224 ) m.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
4.1.3. Hasil Pengukuran Koefisien Restitusi
Pengukuran koefisien restitusi diperoleh melalui analisis video rekaman
tumbukan bola terhadap permukaan bidang miringnya melalui aplikasi Logger
Pro. Dari analisis video dapat diperoleh kecepatan sesaat sebelum tumbukan arah
tegak lurus bidang ( ), kecepatan sesaat setelah tumbukan arah tegak lurus
bidang ( ), kecepatan sesaat sebelum tumbukan arah sejajar bidang ( ),
kecepatan sesaat setelah tumbukan arah sejajar bidang ( ). Selanjutnya melalui
perhitungan persamaan dapat diperoleh koefisien restitusi arah tegak lurus bidang
( ) dan koefisien restitusi arah sejajar bidang ( ). Untuk koefisien restitusi arah
sejajar bidang atau sumbu ( ) terlebih dahulu dicari kecepatan sudut sebelum
tumbukan dan kecepatan sudut setelah tumbukan melalui variabel-variabel yang
diketahui seperti pada persamaan 2.18.
Gambar 4.3 berikut merupakan grafik posisi terhadap waktu dari salah satu
hasil analisis video yang dapat menunjukkan posisi benda selama mengalami
tumbukan di bidang miring. Grafik tersebut berfungsi untuk mengetahui gerak
benda yang dilihat dari sumbu (arah sejajar bidang) atau disebut juga arah
mendatar dan sumbu (arah tegak lurus bidang) atau dapat diartikan ketinggian
bola dari papan. Posisi tersebut menjadi teratur dan jelas dengan sebelumnya
mengatur koordinat kesetimbangan sistem menggunakan set origin seperti yang
telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Fungsi set origin tersebut dalam hal ini
untuk membuat grafik posisi terhadap waktu diketahui kejelasan letak sumbu dan
bidang atau lintasan yang di tempuh bola. Melalui grafik tersebut dapat diketahui
bahwa untuk posisi bola berdasarkan sumbu semakin lama semakin rendah
ketinggian pantulannya seperti pada saat eksperimen yang ditunjukan gambar 4.4.
Sedangkan posisi semakin besar sehingga grafik semakin naik, hal ini karena
benda semakin bergerak ke kanan menuruni bidang miring dan nilai poisisi nya
semakin besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Gambar 4. 3 Grafik posisi x dan y bola tenis saat menumbuk permukaan amplas
Gambar 4. 4 Posisi bola tenis yang memantul di permukaan amplas
Koefisien restitusi dapat ditentukan dengan menganalisis grafik kecepatan
terhadap waktu baik untuk kecepatan arah sejaajar bidang atau sumbu maupun
kecepatan arah tegak lurus bidang atau sumbu saat bertumbukan. Pada
penelitian ini dicari koefisien restitusi dan untuk bola selama melintas
sepanjang papan bidang miring. Untuk penentuan koefisien restitusi karena ada
dua buah variasi jenis bola yang berbeda yang masing-masing memiliki
penyelesaian melalui persamaan yang berbeda, terkhusus untuk penentuan
koefisien restitusi sejajar bidang ( ). Maka pengukuran koefisien restitusi dapat
dijelaskan untuk masing-masing jenis bola sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
1. Koefisien restitusi bola berongga berkulit tipis
Bola berongga berkulit tipis yang digunakan yaitu bola tenis. Koefisien
restitusi arah tegak lurus bidang atau sumbu ( ) dapat diperoleh dengan
melihat grafik kecepatan pada arah tegak lurus bidang ( ) terhadap waktu
seperti pada gambar 4.5.
Gambar 4. 5. Grafik kecepatan arah tegak lurus bidang ( ) terhadap waktu tumbukan bola tenis
di permukaan amplas dengan sudut (5,358 0,004)
Melalui grafik dicari kecepatan sesaat sebelum dan sesudah tumbukan
untuk pantulan pertama, kedua, dan ketiga pada bola tenis dengan permukaan
amplas pada = (5,358 ) . Kecepatan sesaat sebelum tumbukan baik di
sumbu maupun ditandai dengan adanya peningkatan kecepatan sedangkan
kecepatan setelah tumbukan mengalami penurunan atau lebih kecil dari
kecepatan sebelum tumbukan karena pengaruh adanya perubahan energi
kinetik yang akan dijelaskan lebih lanjut pada pembahasan. Kecepatan setelah
tumbukan selanjutnya meningkat lagi hingga dapat menghasilkan pantulan
berikutnya.
Kecepatan arah tegak lurus bidang atau sumbu sesaat sebelum tumbukan
ditandai dengan kecepatan bola yang meningkat sebelum akhirnya turun drastis
mendekati nol ketika tepat bertumbuk dengan papan bidang miring. Sedangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
setelah tumbukan bola kembali memantul dengan kecepatan yang lebih tinggi
dari ketika tepat menumbuk namun tidak lebih dari kecepatan sebelum
tumbukan. Berdasarkan grafik kecepatan arah tegak lurus bidang (sumbu ,
untuk pantulan pertama ( =1) mulai dari data ke 1 sampai data ke- 6 bola
mengalami peningkatan kecepatan. Pada data waktu ke 4,64 sekon dan
ketinggian bola dari bidang sebesar 0,128 m (data ke-6) merupakan kecepatan
sesaat bola sebelum bertumbukan, sebelum persis menumbuk pada data ke-7.
Penurunan kecepatan terjadi pada data ke 8 dengan waktu 4,72 sekon dan bola
berada pada ketinggian 0,08 m. Sehingga untuk pantulan pertama kecepatan
sesaat sebelum tumbukan dengan melihat data ke-6 pada tabel kecepatan
sebesar -1,541 m/s dan kecepatan sesaat setelah tumbukan pada data ke- 8
diketahui sebesar 0,717 m/s.
Melalui cara analisis yang sama untuk pantulan kedua ( =2), peningkatan
kecepatan terjadi pada data ke 15 sebesar -1,012 dan penurunan kecepatan
terjadi pada data ke 17 yaitu menjadi sebesar 0,347 . Sedangkan pantulan
ketiga peningkatan kecepatan persis sebelum menumbuk pada data ke-22
sebesar -0,680 dan menurun ketika persis menumbuk kemudian mulai
naik lagi tetapi tidak lebih besar dari kecepatan sebelum menumbuk ada pada
data ke-24 yaitu sebesar 0,217 . Tanda negatif pada kecepatan sebelum
tumbukan ( ) menandakan arah dari bola saat jatuh yaitu ke arah bawah
menuju permukaan bidang, sehingga bertanda negatif. Selanjutnya, data ini
digunakan untuk mencari koefisien restitusi sumbu pada masing-masing
pantulan.
Koefisien restitusi sumbu diperoleh melalui grafik pada kecepatan arah
sejajar bidang terhadap waktu seperti pada gambar 4.6. Penentuan kecepatan
arah sejajar dapat diketahui dengan analisis yang sama seperti penentuan
kecepatan pada arah tegak lurus bidang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Gambar 4.6 Grafik kecepatan sejajar bidang ( ) terhadap waktu tumbukan bola tenis permukaan
amplas dengan sudut kemiringan (5,358 0,004)
Kecepatan arah sejajar bidang dapat diketahui dengan menampilkan grafik
kecepatan sumbu dan bersamaan. Melalui analisis kecepatan tegak lurus
bidang untuk mengetahui kecepatan bola sesaat sebelum bertumbukan dan
kecepatan bola sesaat sesudah bertumbukan, indikator yang digunakan sama.
Kecepatan arah sejajar bidang sesaat sebelum tumbukan ( ) adalah kecepatan
yang mengalami peningkatan dari kecepatan awal bola sebelum persis
menumbuk papan, sedangkan kecepatan sesaat setelah tumbukan ( )
mengalami penurunan. Sehingga kecepatan setelah tumbukan lebih kecil
dibandingkan dengan kecepatan sebelum tumbukan. Pada tumbukan bola tenis
dengan permukaan amplas pada sudut kemiringan (5,358 ) diperoleh
untuk pantulan pertama kecepatan sesaat sebelum tumbukan arah sejajar pada
data ke 6 sebesar 0,215 m/s dan kecepatan sesaat setelah tumbukan menjadi
0,201 m/s pada data ke 8. Untuk pantulan kedua diperoleh kecepatan sesaat
sebelum tumbukan sebesar 0,375 m/s data ke 15 dan kecepatan sesaat setelah
tumbukan turun menjadi 0,353 m/s. Pada pantulan ketiga kecepatan sesaat
sebelum tumbukan arah sejajar diperoleh sebesar 0,446 m/s pada data ke-22
sedangkan kecepatan sesaat setelah tumbukan arah sejajar sebesar 0,387 m/s
pada data ke 24.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Pengukuran koefisien restitusi dapat diperoleh setelah variabel-variabel
tersebut diketahui. Untuk koefisien restitusi bola tenis pada permukaan amplas
dengan koefisien gesek statis sebesar (0,143 ), maka melalui persamaan
2.17 dan persamaan 2.18 dapat diperoleh untuk koefisien restitusi arah tegak
lurus bidang dan arah sejajar bidangnya.
Untuk koefisien restitusi arah tegak lurus bidang (sumbu ) pada pantulan
pertama setelah sebelumnya kecepatan sesaat sebelum dan sesudah tumbukan
sudah diketahui, perhitungannya menjadi sebagai berikut.
Dengan cara yang sama diperoleh untuk pantulan kedua dan untuk
pantulan ketiga .
Untuk koefisien restitusi sumbu ( dapat diperoleh melalui persamaan 2.20
dengan terlebih dahulu mencari kecepatan sudut sebelum dan sesudah tumbukan
melalui persamaan 2.20 dan persamaan 2.21. Kecepatan sudut sebelum tumbukan
untuk pantulan pertama diperoleh sebagai berikut.
Kecepatan sudut setelah tumbukan menjadi
( ( ) )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
( ( ) )
Tanda negatif pada menandakan arah gerak rotasi bola yang searah jarum
jam. Selanjutnya untuk koefisien restitusi ( ) dapat diperoleh dengan
persamaan 2.20 berikut.
Untuk pantulan kedua dan ketiga dilakukan dengan cara yang sama
sehingga diperoleh hasil seperti pada tabel 4.5. Pengukuran tumbukan bola
tenis pada permukaan amplas sudut (5,358 ) eksperimen diulang
sebanyak tiga kali, sehingga diperoleh ralat seperti pada lampiran.
Tabel 4.5 Hasil koefisien restitusi tumbukan bola tenis terhadap permukaan amplas dengan
sudut kemiringan (5,358 )
(pantulan ke-)
1 (0,48 ,01) (-0.28 ,01)
2 (0,37 ,01) (-0.22 ,02)
3 (0,34 ,01) (-0.17 ,01)
Pengukuran analisis video juga dilakukan untuk variasi sudut 10 dan 15
dengan hasil seperti pada tabel 4.6 dan 4.7.
Tabel 4.6 Hasil koefisien restitusi tumbukan bola tenis terhadap permukaan amplas dengan
sudut kemiringan (10,649 )
(pantulan ke-)
1 ( ) ( )
2 (0,35 ,01) (-0,117 )
3 ( ) (-0,08 )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Tabel 4.7 Hasil koefisien restitusi tumbukan bola tenis terhadap permukaan amplas dengan sudut
kemiringan (15,844 0,008)
(pantulan ke-)
1 ( ) ( )
2 ( ) (-0,130 )
3 ( ) (0,053 4)
Koefisien restitusi bola tenis juga diukur untuk permukaan yang berbeda
yaitu permukaan pantulan kayu dengan koefisien gesek statis sebesar
(0,113 ). Dengan cara penentuan dan untuk sesaat sebelum dan
sesudah tumbukan seperti sebelumnya beserta perhitungan dengan persamaan
diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.8 Hasil koefisien restitusi tumbukan bola tenis terhadap permukaan kayu dengan sudut
kemiringan (5,358 0,004)
(pantulan ke-)
1 (0,91 ,01) (-0.29 ,01)
2 (0,50 ,01) (-0.22 )
3 (0,30 ) (0.13 ,01)
Tabel 4.9 Hasil koefisien restitusi tumbukan bola tenis terhadap permukaan kayu dengan sudut
kemiringan (10,649 0,005)
(pantulan ke-)
1 (0,92 ,01) (-0,240 ,006)
2 (0,66 ,01) (-0,11 )
3 (0,61 ) (-0,068 )
Tabel 4.10 Hasil koefisien restitusi tumbukan bola tenis terhadap permukaan kayu dengan sudut
kemiringan (15,844 0,008)
(pantulan ke-)
1 (0,91 ) ( )
2 ( ) ( )
3 ( ) ( )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
2. Pengukuran Koefisien Restitusi Bola Pejal
Bola pejal yang digunakan pada penelitian ini adalah bola bekel. Pengukuran
koefisien restitusi pada bola pejal dilakukan dengan langkah analisis yang sama
seperti pengukuran koefisien restitusi bola tenis. Perbedaannya terdapat pada
perhitungan kecepatan sudutnya. Koefisien restitusi arah tegak lurus bidang atau
sumbu dapat diperoleh dengan melihat gambar 4.7 sebagai grafik kecepatan
pada arah tegak lurus bidang (sumbu ).
Gambar 4. 7. Grafik kecepatan arah tegak lurus bidang ( ) terhadap waktu tumbukan bola bekel
di permukaan amplas dengan sudut kemiringan (5,358 0,004)
Melalui grafik dapat diketahui kecepatan sesaat sebelum dan sesudah
tumbukan untuk tiga pantulan pertama bola bekel selama melintas di papan
bidang miring. Gambar 4.7 menunjukkan kecepatan pantulan pertama, kedua dan
ketiga untuk bola bekel dengan permukaan amplas pada sudut (5,358 ) .
Sama seperti analisis sebelumnya, kecepatan sesaat sebelum tumbukan ditandai
dengan adanya peningkatan kecepatan sedangkan kecepatan sesaat setelah
tumbukan mengalami penurunan atau tidak lebih besar dari kecepatan sebelum
tumbukan. Sebelum akhirnya kecepatan tersebut meningkat lagi hingga dapat
menghasilkan pantulan berikutnya. Kecepatan meningkat ketika bola sesaat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
sebelum menumbuk permukaan papan yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Pada
saat persis menumbuk kecepatan bola mendekati nol kemudian bola memantul
kembali dengan kecepatan yang lebih kecil dari pada tetapi arahnya
berlawanan. Kecepatan inilah yang selanjutnya disebut kecepatan sesaat setelah
tumbukan .
Pada penelitian ini pantulan pertama (n =1) mulai dari data ke 1 sampai data
ke- 12, bola mengalami peningkatan kecepatan pada data ke-9 dengan waktu
4,48 sekon dan berada pada ketinggian 0,13 m dari papan bidang miring, sebelum
persis menumbuk pada data ke-10. Penurunan kecepatan terjadi pada data ke-12
dengan waktu pada 4,6 sekon dan posisi 0,11 m dari permukaan papan. Sehingga
untuk pantulan pertama kecepatan sesaat sebelum tumbukan bola bekel dengan
melihat data pada tabel kecepatan untuk data ke-9 sebesar -1,492 m/s dan
kecepatan sesaat setelah tumbukan pada data ke-12 sebesar 1,064 m/s.
Melalui cara analisis yang sama untuk pantulan kedua ( =2), peningkatan
kecepatan terjadi pada data ke 19 sebesar -1,174 dan penurunan kecepatan
terjadi pada data ke-22 yaitu menjadi sebesar 0,811 . Sedangkan pantulan
ketiga peningkatan kecepatan persis sebelum menumbuk pada data ke-28 sebesar
-0,953 dan menurun ketika persis menumbuk kemudian mulai naik lagi tetapi
tidak lebih besar dari kecepatan sebelum menumbuk ada pada data ke-30 yaitu
sebesar 0,556 . Tanda negatif pada kecepatan sesaat sebelum tumbukan ( )
menandakan arah dari bola saat jatuh yaitu ke bawah atau pusat bumi, sehingga
bertanda negatif. Selanjutnya, data ini digunakan untuk mencari koefisien restitusi
sumbu pada masing-masing pantulan.
Koefisien restitusi arah sejajar bidang atau sumbu diperoleh melalui grafik
pada kecepatan arah sejajar bidang terhadap waktu seperti gambar 4.8. Penentuan
kecepatan arah sejajar dapat diketahui dari analisis kecepatan sumbu dengan
memperhatikan grafik kecepatan x terhadap waktu tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Gambar 4. 8 Grafik kecepatan sejajar bidang ( ) terhadap waktu tumbukan bola bekel
permukaan amplas dengan sudut kemiringan (5,358 0,004)
Kecepatan arah sejajar bidang sebelum tumbukan dapat diketahui
bersamaan dengan analisis kecepatan arah tegak lurus bidang sumbu untuk
mengetahui kecepatan bola sebelum bertumbukan dan kecepatan bola sesudah
bertumbukan. Melalui cara analisis yang sama seperti pada analisis video
tumbukan pada bola tenis, pada tumbukan bola bekel dengan permukaan
amplas dengan sudut kemiringan (5,358 ) diperoleh untuk pantulan
pertama kecepatan sesaat sebelum tumbukan arah sejajar ( ) meningkat pada
data ke 9 sebesar 0,166 dan kecepatan sesaat setelah tumbukan ( )
menjadi 0,142 pada data ke-12. Untuk pantulan kedua diperoleh
kecepatan sesaat sebelum tumbukan sebesar 0,491 m/s pada data ke -19 dan
kecepatan sesaat setelah tumbukan turun menjadi 0,347 m/s. Pada pantulan
ketiga kecepatan sesaat sebelum tumbukan arah sejajar diperoleh sebesar 0,640
m/s pada data ke-28, kemudian kecepatan sesaat setelah tumbukan arah sejajar
sebesar 0,588 m/s pada data ke 30.
Pengukuran koefisien restitusi dapat diperoleh setelah variabel-variabel
kecepatan tersebut diketahui. Untuk koefisien restitusi bola bekel pada
permukaan amplas dengan koefisien gesek statis sebesar (0,185 ).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Melalui persamaan 2.17 dan persamaan 2.18, maka dapat diperoleh untuk
dan .
Untuk koefisen restitusi arah tegak lurus bidang atau sumbu ( pada
pantulan pertama ( =1) setelah sebelumnya kecepatan bertumbukan sudah
diketahui, maka perhitungannya menjadi sebagai berikut.
Dengan menggunakan cara yang sama diperoleh untuk pantulan kedua
dan untuk pantulan ketiga . Untuk koefisien restitusi sumbu x dapat
diperoleh melalui persamaan 2.18 dengan terlebih dahulu mencari kecepatan
sudut sebelum dan sesudah tumbukan melalui persamaan 2.26 dan persamaan
2.28.
Berikut perhitungan kecepatan sudut sesudah dan sebelum tumbukan untuk
pantulan pertama bola bekel pada permukaan amplas:
( ( ) )
( (
))
Sehingga kecepatan sudut setelah tumbukan menjadi:
( ( ) )
(
)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Seperti bola tenis yang dapat bertanda negatif, pada bola bekel tanda negatif
pada kecepatan sudut menyatakan arah rotasi bola yang juga searah jarum
jam.
Selanjutnya untuk koefisien restitusi ( ) dapat diperoleh dengan persamaan
2.20.
Dengan cara yang sama diperoleh koefisien restitusi arah sejajar bidang atau
sumbu x ( ) pantulan kedua dan ketiga, sehingga apabila dituliskan dalam
tabel menjadi seperti pada tabel 4.11. Pengambilan data bola bekel masing-
masing percobaan diulang sebanyak tiga kali untuk menganalisa kesesuaian
eksperimen sehingga diperoleh ralat dengan data seperti pada lampiran.
Tabel 4.11 Hasil koefisien restitusi tumbukan bola bekel terhadap permukaan amplas dengan
sudut kemiringan (5.358 )
(pantulan ke-)
1 (0,73 ,01) (-0,266 ,002)
2 (0,66 ,01) (-0,22 ,02)
3 (0,55 ,01) (-0,15 ,03)
Selanjutnya untuk tumbukan bola bekel pada permukaan amplas dengan
variasi sudut yang lain diperoleh hasil seperti pada tabel 4.12 dan 4.13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Tabel 4.12 Hasil koefisien restitusi tumbukan bola bekel terhadap permukaan amplas dengan
sudut kemiringan (10,649 0,005)
(pantulan ke-)
1 (0,72 ,01) (-0,231 ,004)
2 (0,57 ,02) (-0,211 ,006)
3 (0,29 ,02) (-0,13 )
Tabel 4.13 Hasil koefisien restitusi tumbukan bola bekel terhadap permukaan amplas dengan
sudut kemiringan (15,844 0,008)
(pantulan ke-)
1 (0,761 ) (-0,209 )
2 (0,72 ) (-0,190 )
3 (0,54 ,01) (-0,162 )
Koefisien restitusi bola bekel juga diukur ketika bertumbukan dengan
permukaan bidang miring yang berbeda yaitu permukaan pantulan kayu
dengan koefisien gesek statis sebesar (0,101 ). Melalui analisis
penentuan dan seperti penjelasan sebelumnya serta perhitungan dengan
persamaan diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4. 14 Hasil koefisien restitusi tumbukan bola bekel terhadap permukaan kayu dengan sudut
kemiringan (5,358 0,004)
(pantulan ke-)
1 (0,94 ,01) (-0,270 ,004)
2 (0,72 ,01) (-0,13 )
3 (0,61 ) (-0,07 )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Tabel 4.15 Hasil koefisien restitusi tumbukan bola bekel terhadap permukaan kayu dengan
sudut kemiringan (10,649 )
(pantulan ke-)
1 (0,90 ,01) ( )
2 (0,82 ) ( )
3 (0,71 ) (-0,140 )
Tabel 4.16 Hasil koefisien restitusi tumbukan bola bekel terhadap permukaan kayu dengan sudut
kemiringan (15,844 0,008)
(pantulan ke-)
1 (0,95 ,01) ( )
2 ( ) ( )
3 ( ) (-0,08 )
Energi kinetik tumbukan bola sepanjang lintasan
Energi kinetik pada penelitian dicari untuk mengetahui perubahan energi
kinetik pada masing-masing pantulannya. Energi kinetik dihitung melalui
kecepatan yang sudah diketahui baik pada arah sejajar bidang (sumbu )
maupun arah tegak lurus bidang (sumbu ). Salah satu percobaan yang
diambil yaitu tumbukan bola tenis terhadap permukaan amplas pada sudut
kemiringan (5,358 ) . Energi kinetik pada kecepatan sumbu y terus
mengalami penurunan. Untuk pantulan pertama dari energi kinetik mula-mula
sebelum bertumbukan sebesar (0,068 0,002) J menjadi sebesar
(0,0158 0,0004) J setelah mengalami tumbukan. Setelah itu untuk pantulan
berikutnya (0,030 0,001) J menjadi (0,0042 0,0003) J, kemudian pada
pantulan ketiga energi kinetiknya (0,014 0,001) J menjadi (0,0017 0,0001) J
setelah bertumbukan. Energi kinetik terus menurun hingga mendekati nol
apabila lintasan sangat panjang. Disini berarti tidak berlaku hukum kekekalan
energi kinetik. Begitu pula hal tersebut terjadi untuk variasi bola, variasi
sudut, dan jenis permukaan yang lain seperti yang tertera pada lampiran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Energi kinetik pada sumbu atau arah sejajar bidang diperoleh dari
pengukuran energi pada kecepatan arah sejajar sumbu ( ). Energi kinetik
sumbu dipengaruhi oleh gaya gesek yang menyebabkan gerak rotasi
sehingga perhitungan energi kinetik menggabungkan energi kinetik translasi
dan energi kinetik rotasi. Ketika mengalami tumbukan energi kinetik pada
sumbu berkurang dari energi kinetik mula-mulanya. Selain itu selama
melintasi papan bidang miring, untuk pantulan kedua dan ketiga hasil energi
kinetik lebih besar meskipun juga mengalami penurunan setelah bertumbukan
dengan papan. Energi kinetik dari kecepatan jenis tumbukan bola tenis
pada permukaan amplas diperoleh sebagai berikut. Untuk pantulan pertama
energi kinetik total mula-mula sebesar (0,0021 ) J, kemudian menjadi
(0,0015 0,0004) J setelah bertumbukan. Pantulan kedua dengan energi
kinetik (0,0071 J menjadi sebesar (0,0051 J. Selanjutnya
pantulan ketiga energi kinetik mula-mula sebesar (0,0079 J,
kemudian menjadi sebesar (0,0058 ) J setelah bertumbukan.
4.2 Pembahasan
4.2.1. Koefisien Gesek Statis
Koefisien gesek statis diperoleh dengan mengetahui besarnya gaya tarik
sistem neraca pegas yang menyebabkan benda tepat akan bergerak. Neraca pegas
yang dihubungkan ke sistem bola ditarik hingga membuat sistem tersebut dalam
keadaan hampir bergerak. Koefisien gesek statis dalam sistem tumbukan di
permukaan bidang miring dapat mempengaruhi gerak rotasi benda sehingga perlu
diketahui terlebih dahulu besarnya masing-masing. Koefisien gesek statis diukur
untuk permukaan kayu dan permukaan dengan bola pejal dan bola berongga tipis
sebagai bendanya. Ketika gaya yang diberikan melalui neraca pegas sama
besarnya dengan gaya gesek statis maksimum yang membuat bola tepat akan
bergerak, maka melalui persamaan 2.29 diperoleh koefisien gesek statis untuk
masing-masing permukaan. Gaya gesek statis diukur pada keadaan permukaan
horizontal untuk mengetahui koefisien gesek statis ketika benda mulai berotasi
terhadap permukaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Gaya gesek statis terjadi pada benda yang berkontak dengan permukaan.
Setiap permukaan memiliki gaya gesek masing-masing. Pada penelitian ini
permukaan yang digunakan adalah amplas dan kayu. Sedangkan objek yang
dipakai adalah bola tenis dan bola bekel. Permukaan amplas yang lebih kasar
memiliki koefisien gesek statis lebih besar. Strukturnya amplas yang kasar
membuat benda tertahan ketika akan bergerak, sehingga diperlukan gaya tarik
cukup besar untuk membuat benda tepat akan bergerak. Sedangkan untuk struktur
permukaan yang lebih halus seperti permukaan kayu pada penelitian ini koefisien
gesek statisnya menjadi lebih kecil. Koefisien gesek ini selanjutnya akan
mempengaruhi gerak bola dalam berotasi setelah bertumbukan dan digunakan
untuk menentukan koefisien restitusi arah sejajar (horizontal) bidang atau sumbu
nya ( ). Koefisien gesek statis ini memberikan pengaruh terhadap pantulan
bola.
4.2.2. Pengukuran jari-jari
Pengukuran jari-jari dibedakan menjadi dua yaitu pengukuran untuk jari-
jari bola tenis dan pengukuran untuk jari-jari bola bekel. Bola tenis memiliki
struktur berongga dengan lapisan kulit terluar sedikit lebih kasar dan di tengah
berupa ruang kosong. Bola bekel memiliki struktur lebih keras dan lentur. Bentuk
dan struktur bahan bola bekel berupa padatan dari luar hingga ke dalam, tidak ada
celah di dalamnya, sehingga dikategorikan dalam jenis bola pejal. Pengukuran ini
menggunakan dua alat untuk mengukur jari-jarinya. Untuk bola tenis yang
memiliki rongga di dalamnya digunakan Logger Pro, sedangkan bola bekel
menggunakan jangka sorong untuk mencari jari-jarinya. Selain dapat digunakan
untuk menganalisis video, Logger Pro dapat digunakan untuk menganalisis
gambar. Pengukuran dilakukan dengan fitur foto analisis dengan syarat adanya
skala acuan ukuran yang sebenarnya yang telah diketahui sebelumnya. Letak
acuan ukur juga harus sebidang dengan gambar. Pengukuran jari-jari pada bola
tenis terdiri untuk pengukuran jari-jari dalam ( ) yang terukur dari pusat bola ke
jari-jari dalam bola seperti yang telah dijelaskan dalam hasil penelitian.
Sedangkan untuk pengukuran jari-jari luar dilakukan dari pusat bola ke jari-jari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
terluar bola ( ). Pengukuran dengan Logger Pro ini apabila dibandingkan
dengan pengukuran dengan alat ukur langsung memang terdapat sedikit selisih,
namun untuk permukaan bola tenis yang tidak rata dan bentuk lengkungan bola
tenis yang cukup sulit apabila diukur dengan alat ukur pada umumnya. Maka
analisis foto pada Logger Pro dapat dijadikan alternatif untuk mengatasi hal
tersebut dengan melakukan pengukuran selama beberapa kali untuk mendapatkan
hasil ukur beserta ralatnya.
Bola bekel memiliki jari-jari yang terukur dari pusat bola hingga bagian
kulit terluarnya. Sehingga pengukuran dapat dilakukan dari luar bola bekel dengan
mengetahui diameternya terlebih dahulu. Pengukuran jari-jari pada jenis bola
pejal ini dilakukan dengan jangka sorong untuk beberapa kali pengukuran.
Pengukuran jari-jari bola tenis dan bola bekel digunakan untuk mengetahui
besarnya jari-jari bola yang digunakan selama penelitian serta untuk mengetahui
koefisien restitusi arah sejajar bidang atau sumbu ( ).
4.2.3. Penentuan Koefisien Restitusi
Koefisien restitusi pada bidang miring terdiri dari koefisien restitusi arah
sejajar bidang ( ) dan koefisien restitusi arah tegak lurus bidang ( ). Pada
penelitian ini variasi dilakukan pada bidang miring dengan tiga variasi kemiringan
sudut mulai dari 5-15 . Bola yang dipantulkan juga divariasikan yaitu jenis bola
pejal (bola bekel) dan bola berongga tipis (bola tenis) dengan dua permukaan
pantul yang berbeda yaitu permukaan kayu dan permukaan amplas. Melalui hasil
penelitian, berikut analisis koefisien restitusi yang diperoleh dari hasil tumbukan
bola pada papan bidang miring.
Koefisien restitusi arah tegak lurus bidang miring ( )
Melalui hasil penelitian diketahui bahwa koefisien restitusi arah tegak
lurus bidang ( ) yang terjadi adalah gerak translasi setelah bola dijatuhkan.
Begitu pula untuk pantulan berikutnya, karena ketika mencapai puncak bola
berkecepatan mendekati nol kemudian jatuh kembali. Energi potensial awal
diubah menjadi energi kinetik begitu seterusnya hingga dapat dihasilkan beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
pantulan selama bola melintas di papan bidang miring. Meskipun lintasan
permukaan yang dilalui bola selama memantul sama, namun karena posisi bidang
pantul yang dibuat dalam kondisi miring pada penelitian ini ternyata berpengaruh
terhadap nilai koefisien restitusinya. Diketahui dari hasil penelitian untuk setiap
jenis bola nilai terus mengalami penurunan. Pada penelitian ini dilihat dari
pantulan pertama sampai pantulan ketiga. Hal ini terjadi karena energi kinetik
bola setelah bertumbukan bukan hanya berupa energi kinetik saja melainkan
sudah berkurang karena sebagian berubah ke bentuk energi lain. Pada kasus ini
menjadi diubah menjadi energi bunyi dan panas, yang dapat dibuktikan dari bunyi
pantulan bola yang dihasilkan ketika menumbuk papan. Penelitian tentang
tumbukan bidang miring pernah dilakukan sebelumnya oleh Mastur (2015),
dengan diukur untuk satu pantulan pertama dan belum dibahas secara detail
terkait energi kinetiknya. Melalui penelitian ini penambahan analisa pantulan
berikutnya dan analisa energi kinetik masing-masing pantulan digunakan untuk
mengetahui untuk pantulan berikutnya yang ternyata mengalami penurunan
dan bahkan apabila lintasan sangat panjang memungkinkan nilai menjadi nol.
Hal ini karena energi kinetik atau potensial sudah habis dan berubah menjadi
energi rotasi.
Melalui variasi sudut untuk satu jenis bola yang sama pada permukaan
yang sama, koefisien restitusi arah tegak lurus bidang nilainya mendekati
untuk pantulan pertama pada masing-masing bola, sedangkan untuk pantulan
berikutnya dapat berbeda karena perbedaan jarak lintasan yang ditempuh. Hal ini
dikarenakan energi yang dimiliki oleh bola pertama kali sama, yaitu variabel
kontrolnya dijatuhkan dari ketinggian yang sama ( ). Jadi meskipun
sudutnya berubah energi potensial pertama yang dimiliki bola sebenarnya sama.
Sehingga pada permukaan yang sama dan jenis bola yang sama, baik kecepatan
sebelum dan kecepatan sesudah tumbukan bola nilainya akan mendekati untuk
masing-masing variasi sudut. Sehingga meskipun sudut divariasikan, apabila
dijatuhkan dari ketinggian yang sama koefisien restitusi arah tegak lurus bidang
untuk pantulan pertama hasilnya mendekati. Sedangkan untuk pantulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
berikutnya berbeda karena ketinggian yang ditempuh bola juga berbeda maka
energi potensial yang diubah ke energi kinetiknya juga berbeda.
Koefisien restitusi arah tegak lurus bidang untuk variasi permukaan
dengan jenis bola yang sama menjadi lebih kecil ketika permukaan memiliki
gaya gesek statis besar. Dalam penelitian ini permukaan amplas memiliki
koefisien gesek statis lebih besar, tekstur tidak rata, dan permukaan yang lebih
kasar dari kayu. Artinya untuk permukaan yang rata atau memiliki gaya gesek
lebih kecil, bola dapat memiliki lebih besar dibandingkan dengan permukaan
yang kasar. Hal ini dikarenakan sebagian energi kinetik yang tadinya akan
dikembalikan kepada bola untuk selanjutnya diubah menjadi energi potensial
untuk menghasilkan pantulan diserap oleh papan pantul yang memiliki permukaan
lebih kasar istilahnya seperti diredam sehingga kecepatannya semakin berkurang
dari kecepatan awal sebelum bertumbukan. Apabila kecepatan setelah tumbukan
semakin berkurang dibandingkan dengan kecepatan pada pantulan sebelumnya
maka menjadi lebih kecil. Tumbukan bola tenis di permukaan amplas lebih
kecil nya dibandingkan bola tenis terhadap permukaan kayu. Begitu pula untuk
jenis bola bekel, di permukaan kayu lebih besar dibandingkan di permukaan
amplas.
Melalui variasi jenis bola, diketahui koefisien restitusi arah tegak lurus
masing-masing bola memiliki nilai yang berbeda. Masing-masing bola tersebut
memiliki kelebihan dan kekurangan, hal ini dikarenakan masing-masing bola
memiliki karakteristik bahan dan perilaku memantul yang berbeda. Bola bekel
dengan karakteristik bahan yang lebih lentur dapat memantul hampir kembali ke
tempat ketika dijatuhkan. Bola tenis dengan massa yang lebih besar, pantulannya
lebih lambat. Namun karena ukuran diameter yang besar, bola tenis lebih mudah
untuk dianalisis. Melalui penelitian ini diketahui bahwa struktur bahan penyusun
bola mempengaruhi koefisien restitusinya.
Pengukuran energi kinetik pada tiap pantulan untuk sebelum dan
sesudahnya seperti yang tertera pada lampiran dapat membuktikan energi kinetik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
mengalami penurunan selama melintas di papan bidang miring. Pada sebelum
pantulan energi kinetik selalu lebih besar, sedangkan setelah memantul energi
kinetiknya menjadi berkurang. Hal ini berlaku untuk pantulan-pantulan
berikutnya. Hingga dapat mencapai nol apabila lintasan semakin panjang, saat itu
artinya bola dalam keadaan berhenti bergerak.
Energi kinetik bola untuk arah tegak lurus bidang selama melintas
dengan cara memantul sepanjang papan bidang miring terus berkurang atau
semakin kecil. Sehingga koefisien restitusinya juga semakin kecil. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, adanya perubahan energi menyebabkan energi
kinetik bola sebelum dan sesudah bertumbukan berubah. Koefisien restitusi ini
dapat digunakan untuk sekaligus memahami cara kerja perubahan energi dalam
gerak bola yang memantul di bidang miring.
Koefisien restitusi arah sejajar bidang miring )
Koefisien restitusi arah sejajar bidang ( ) diperoleh melalui analisis
kecepatan arah sejajar bidang pada saat bola mengalami tumbukan. Koefisien
restitusi arah sejajar bidang dapat diperoleh dengan membandingkan kecepatan
sesaat sesudah tumbukan arah sejajar bidang dengan kecepatan sesaat sebelum
tumbukan arah sejajar bidang yang masing-masing dipengaruhi kecepatan
rotasinya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, beberapa faktor ternyata
mempengaruhi koefisien restitusinya antara lain gaya gesek, jenis bola, dan sudut
kemiringan papan. Koefisien restitusi dipengaruhi oleh gaya gesek ketika
benda mengalami kontak dengan permukaannya. Gaya gesek ini memberikan
pengaruh bola mengalami gerak rotasi. Sehingga seperti yang telah dipaparkan
sebelumnya kecepatannya terdiri dari kecepatan translasi dan kecepatan untuk
berotasi.
Melalui hasil penelitian diketahui nilai kecepatan sudut pada bola tenis
dan bekel semakin bertambah seiring gerakan bola yang memantul menuruni
bidang miring. Tanda negatif dalam peristiwa tumbukan yang terjadi di awal
pantulan tersebut berdasarkan hasil pengamatan pada analisis video menandakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
arah rotasi bola yang berputar searah jarum jam terhadap sumbu pusat rotasinya
(di tengah bola) selama melintas di papan bidang miring. Apabila dilihat data pada
lampiran, ketika bola melewati papan lintasan dengan cara memantul atau
bertumbukan dengan papan secara berangsur-angsur nilainya menjadi semakin
besar. Hal ini dapat terjadi mengingat energi kinetik translasi yang diubah untuk
berotasi. Selain itu seperti yang tertera pada teori, sistem bola yang bergerak di
lintasan bidang miring untuk mencapai suatu kondisi menggelinding hal itu
membuat kecepatan sudut benda tersebut akan semakin bertambah besar.
Sehingga semakin bergerak ke kanan nilai kecepatan sudutnya juga semakin
besar.
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan diketahui bahwa untuk
koefisien restitusi dapat bertanda negatif. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang pernah dilakukan Cross (2002) tentang tumbukan pada bidang miring.
Koefisien restitusi pada arah sejajar bidang dapat bertanda negatif, hal ini
berbeda dengan koefisien restitusi arah tegak lurus bidang . Tanda negatif
digunakan untuk menyatakan kecepatan dan gerak yang terjadi pada benda setelah
bertumbukan. Ketika bertanda negatif, semakin besar nilai , maka kecepatan
translasinya lebih besar dibandingkan kecepatan rotasi. Sedangkan semakin kecil
nilai , kecepatan gerak rotasinya semakin besar.
Koefisien restitusi arah sejajar bidang untuk berbagai sudut kemiringan,
diketahui semakin besar sudut nilai koefisien restitusinya semakin berkurang. Hal
ini menandakan kecepatan rotasi nilainya semakin mendekati kecepatan
translasinya . Hal itu menyebabkan gerak rotasi benda semakin besar ketika
sudut semakin diperbesar. Dalam eksperimen, bola masih dapat memantul ketika
sudut semakin diperbesar yang membedakan yaitu pada sudut kemiringan yang
lebih besar bola mengalami rotasi lebih lama selama melambung. Sehingga pada
saat eksperimen, semakin besar sudut kemiringan jumlah pantulan bola semakin
sedikit. Karena adanya perbedaan jumlah pantulan masing-masing bola pada
berbagai sudut, untuk sudut kecil 5 jumlah pantulan lebih banyak dibandingkan
sudut 15 yang paling banyak sejumlah tiga pantulan selama bola melintas di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
papan. Maka untuk mempermudah analisis pada penelitian ini diambil cukup
untuk tiga pantulan pertama yang dialami bola selama menumbuk permukaan
bidang miring.
Apabila ditinjau dari energi kinetiknya, setelah bola bertumbukan dengan
permukaan, semakin besar sudut kemiringan energi kinetik translasi masih lebih
besar dibandingkan dengan energi kinetik berotasi seperti yang tertera pada
lampiran. Oleh karena itu, ketika sudut kemiringan makin besar bola memiliki
kemungkinan mengalami gerak meluncur lebih besar dibandingkan berotasinya.
Hal ini dibuktikan dengan kecepatan yang juga semakin besar ketika sudut
diperbesar. Namun dalam eksperimen bola tidak langsung meluncur ketika
dijatuhkan, hal ini dikarenakan masih adanya gaya gesek antara permukaan dan
bola, sehingga bola masih dapat mempertahankan posisinya dengan memantul
kembali setelah bertumbukan seperti pada hasil eksperimen.
Seperti halnya arah tegak lurus bidang yang nilai koefisien restitusinya
( mengalami perubahan meskipun bola memantul di lintasan bidang miring
yang sama. Koefisien restitusi arah sejajar bidang ( selama mengalami
tumbukan beberapa kali dengan papan bidang miring yang terhitung dari pantulan
pertama hingga pantulan ketiga, nilai koefisien restitusinya juga semakin
berkurang. Hal ini dapat terjadi karena gaya kontak bola terhadap permukaan juga
terjadi beberapa kali selama bola menumbuk, hal itu menyebabkan benda
beberapa kali mengalami gaya kontak berupa gaya gesek. Gaya gesek menjadi
penyebab benda mengalami rotasi, sehingga nilai kecepatan rotasi semakin
mendekati kecepatan translasinya . Apabila lintasan sangat panjang maka yang
terjadi bola akan mengelinding ketika tidak dapat lagi memantul yakni saat energi
potensial untuk memantul telah diubah menjadi kinetik rotasi sepenuhnya.
Berdasarkan pengamatan saat eksperimen hal ini juga bergantung dari jenis bola,
untuk bola tenis yang tergolong bola berongga rotasi akan dihasilkan di
permukaan papan dengan cara mengelinding di lintasan ketika energi potensial
sudah diubah sepenuhnya menjadi energi rotasi, sedangkan untuk bola bekel yang
tergolong jenis bola pejal yang memiliki kecenderungan untuk menstabilkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
pantulan masih dapat memantul lebih banyak sepanjang lintasan dan rotasi
dilakukan selama melambung. Namun apabila lintasan sangat panjang, sama
seperti bola tenis, bola bekel akhirnya akan bergerak menggelilinding.
Koefisien restitusi arah sejajar bidang ( dipengaruhi oleh jenis
permukaan papan. Untuk berbagai permukaan papan yang digunakan, koefisien
restitusi arah sejajar bidang ( pada permukaan yang memiliki gaya gesek statis
lebih kecil yakni permukaan kayu, nilai koefisien restitusinya menjadi lebih besar
dibandingkan ketika bertumbukan dengan permukaan amplas yang memiliki gaya
statis lebih besar. Hal ini karena besarnya gaya gesek menyebabkan energi kinetik
yang diubah bola digunakan untuk berotasi semakin besar. Sehingga untuk bola
yang dipantulkan pada permukaan yang memiliki gaya gesek statis besar,
kecepatan translasi bola lebih banyak diubah untuk berotasi, hal itu
menyebabkan setelah menumbuk nilai menjadi jauh lebih kecil. Karena
kecepatan yang diubah menjadi gerak rotasi semakin bertambah, maka kecepatan
rotasi setelah bertumbukan menjadi semakin mendekati nilai kecepatan
translasinya . Sedangkan untuk permukaan dengan gaya gesek statis lebih kecil
seperti permukaan kayu yang digunakan pada penelitian ini, kecepatan
translasinya menjadi semakin besar artinya benda cenderung bergerak meluncur.
Maka untuk permukaan licin atau koefisien gesek statis kecil benda akan
cenderung mengalami gerak translasi.
Gaya gesek merupakan gaya yang mempengaruhi terjadinya gerak rotasi
pada bola ketika menumbuk papan bidang miring, sehingga ketika gaya gesek
statis makin besar kecepatan rotasi juga makin besar. Dibandingkan dengan
papan yang memiliki gaya gesek statis lebih kecil, energi bola tidak dikembalikan
sebagai energi translasi saja melainkan sudah sebagian menjadi energi rotasi.
Apabila gaya gesek statis lebih kecil, bola memiliki kemungkinan bergerak
meluncur lebih besar. Pada penelitian ini bola bekel dan tenis pada permukaan
amplas memiliki yang mendekati nya sehingga nilai koefisien restitusi
menjadi lebih kecil. Selain itu, perbedaan permukaan ini menyebabkan bola yang
memantul pada permukaan amplas memiliki waktu pantul lebih cepat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
dibandingkan dengan ketika memantul di kayu. Hal ini diukur untuk tiga
pantulan. Hal itu dikarenakan permukaan yang memiliki koefisien gesek statis
lebih besar, membuat benda bergerak lebih cepat ketika melambung namun
sekaligus energi potensial dengan cepat diubah menjadi energi rotasi seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya. Sehingga apabila lintasan sangat panjang
kemungkinan bola menghasilkan pantulan dengan ketinggian yang semakin
berkurang dan kelamaan bola akan menggelinding.
Apabila dilihat dari jenis bola koefisien restitusi arah sejajar bidang ,
masing-masing bola memiliki perilaku pantulan yang berbeda. Bola bekel yang
tergolong bola pejal memiliki kecepatan jauh lebih stabil. Sehingga gerakan bola
tidak langsung meluncur melainkan masih memantul dengan menyeimbangkan
gerak rotasinya. Berbeda dengan bola tenis yang memiliki momen inersia lebih
besar, yang menyebabkan energi potensial lebih cepat diubah ke energi rotasi.
Sehingga sebelum mencapai akhir lintasan bola tenis sudah bergerak
menggelinding terutama untuk sudut kemiringan kecil. Variasi jenis bola ini dapat
digunakan untuk melihat pengaruh momen inersia dan karakteristik bahan
terhadap koefsien restitusi arah sejajar bidang . Meskipun demikian, kedua
bola memiliki permukaan bahan yang berbeda, massa yang berbeda, dan jari-jari
beda, sehingga secara fisik tidak sama. Namun pada penelitian ini hal yang akan
dibandingkan adalah bentuk dari bola pejal dan bola berongga itu sendiri. Selain
itu sebagai variabel kontrol, kedua bola ini diberi perlakuan yang sama yaitu
dijatuhkan dari ketinggian 30 cm. Masing-masing bola mengalami perubahan
energi dan koefisien restitusi arah sejajar bidangnya yang dapat diukur dalam
fenomena tumbukan di bidang miring melalui persamaan yang telah diperoleh.
Hal utama yang membedakan adalah kestabilan bola untuk mempertahankan
kecepatan sesudah bertumbukan ketika menumbuk permukaan papan bidang
miring.
Energi kinetik arah sejajar bidang dianalisis seperti yang tertera pada
lampiran melalui energi kinetik total sebelum dan sesudah tumbukan yang
merupakan gabungan antara gerak translasi dan gerak rotasi. Sehingga energi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
kinetik total merupakan jumlah energi kinetik translasi dengan energi kinetik
rotasinya. Melalui hasil eksperimen diketahui bahwa energi kinetik total sesudah
bertumbukan mengalami penurunan. Sehingga energi kinetik total setelah
bertumbukan lebih kecil nilainya dibandingkan energi kinetik mula-mula sebelum
bertumbukan. Energi kinetik total awal berkurang karena sebagian energi kinetik
diubah dan digunakan untuk berotasi. Pada analisis gerak bola yang bertumbukan
di bidang miring yang mengalami translasi sekaligus berotasi, sebagian energi
potensial diubah menjadi energi kinetik rotasi. Sehingga, energi tersebut
digunakan untuk bertranslasi sambil berotasi. Hal ini sejalan dengan pendapat
Sarojo (2014) yang menjelaskan tentang fenomena gerak menggelinding tanpa
selip. Berdasarkan hasil analisis yang tertera pada lampiran diketahui bahwa
selama melintas di papan bidang miring energi kinetik pantulan sebelum
bertumbukan berikutnya, lebih besar dibandingkan energi kinetik pantulan
sebelum bertumbukan sebelumnya. Hal ini dapat terjadi karena kecepatan
translasi menjadi lebih besar juga ketika lintasan permukaan bidang miring
semakin panjang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Koefisien restitusi arah sejajar bidang dan arah tegak lurus bidang
( ) pada tumbukan bola dengan papan bidang miring dari pantulan pertama
hingga ketiga nilainya semakin berkurang. Melalui variasi eksperimen yang
dilakukan diperoleh:
a. Koefisien restitusi arah tegak lurus bidang ( ) masing-masing bola
memiliki nilai yang berbeda yang dipengaruhi beberapa faktor
diantaranya karakteristik bahan penyusun dan massa dari bola tersebut.
Sedangkan koefisien restitusi arah sejajar bidang , baik untuk bola
tenis (bola berongga) maupun bola bekel (bola pejal) berdasarkan
momen inersianya dapat ditentukan dengan persamaan kecepatan
sudutnya terlebih dahulu.
b. Tumbukan bola pada permukaan papan bidang miring yang memiliki
koefisien gesek statis lebih besar, nilai koefisien restitusi arah tegak
lurus bidang ( ) dan koefisien arah sejajar bidang nya menjadi
berkurang.
c. Koefisien restitusi arah tegak lurus bidang tumbukan bola dengan
papan bidang miring untuk pantulan pertama, nilainya mendekati
meskipun sudut divariasi. Sedangkan untuk koefisien restitusi arah
sejajar bidang semakin besar sudut kemiringan papan, nilai
koefisien restitusinya semakin berkurang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
5.2 Saran
Bagi pembaca yang ingin melakukan atau melanjutkan penelitian ini, penulis
menyarankan:
1. Ketika menggunakan bola dengan diameter kecil dibutuhkan kecermatan
dalam menandai titik yang sama saat menganalisis video, sehingga penulis
menyarankan untuk menggunakan bola dengan diameter yang lebih besar.
2. Penelitian dapat juga menggunakan perekam dengan kemampuan lebih
tinggi dari 90 fps untuk memperoleh hasil frame yang lebih detail ketika
dianalisis.
3. Pada penelitian ini untuk hasil penelitian yang baik, video yang dianalisis
merupakan video gerakan bola yang bergerak melalui jalur lintasan yang
sama sepanjang memantul di papan bidang miring.
4. Metode analisa video tidak hanya dapat digunakan untuk penentuan
koefisien restitusi tetapi juga dapat digunakan untuk penelitian bidang
fisika yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
DAFTAR PUSTAKA
Aguiar, C. E., and F. Laudares. "Listening to the coefficient of restitution
and the gravitational acceleration of a bouncing ball." American
Journal of Physics 71.5 (2003): 499-501.
Amrani, D. (2010). Investigating the relationship between the half-life
decay of the height and the coefficient of restitution of bouncing
balls using a microcomputer-based laboratory. European journal of
physics, 31(4), 717.
Bernstein, A. D. (1977). Listening to the coefficient of restitution.
American Journal of Physics, 45(1), 41-44.
Cross, R. (2002). Measurements of the horizontal coefficient of restitution
for a superball and a tennis ball. American Journal of Physics,
70(5), 482-489.
Cross, R. (2015). Behaviour of a bouncing ball. Physics Education, 50(3),
335.
Giancoli, Douglas C. 2014. Fisika: Prinsip dan Aplikasi Edisi ke 7 Jilid 1
diterjemahkan oleh Irzam Hardiansyah. Jakarta: Erlangga.
Mastur, Eliya Agustina. 2015. Pengukuran Koefisien Restitusi Pada
Bidang Miring Untuk Berbagai Sudut Menggunakan Video.
Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Persson, J. (2012). Measure the coefficient of restitution for sports balls.
Physics Education, 47(6), 662.
Sarojo, G. A. 2014. Seri Fisika Dasar Mekanika Edisi 5. Jakarta: Salemba
Teknika.
Sears, Francis W, Masrs W Zemansky, dan Hugh D Young. 1987. Fisika
Universitas Jilid 1 Edisi 6 diterjemakan oleh Soegeng dan Sri Jatno
Wirjosoedirjo. Jakarta: Erlangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Serway, Raymond dan John W. Jewett. 2009. Fisika untuk sains dan
Teknik diterjemahkan oleh Chriswan Sungkono. Jakarta: Salemba
Teknika.
Soedojo, Peter. 1986. Azas-Azas Ilmu Fisika Jilid 1. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Stensgaard, I., & Lægsgaard, E. (2001). Listening to the coefficient of
restitution-revisited. American Journal of Physics, 69(3), 301-305.
Sullivan, K. D. (2019). What’s in a Name: Why Do We Call a Bouncy
Ball Bouncy?. The Physics Teacher, 57(4), 229-231.
Tipler, Paul A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 1 diterjemahkan
oleh Lea Prasetio dan Rahmad W Adi. Jakarta: Erlangga.
Wadhwa, A. (2012). Measuring the rebound resilience of a bouncing ball.
Physics Education, 47(5), 620.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
LAMPIRAN
A. Penyelesaian Persamaan
Penyelesaian persamaan 2.20 dan persamaan 2.21 (persamaan kecepatan sudut
bola berongga sebelum dan sesudah bertumbukan)
( )
(
)
( ) (2.19)
Persamaan impuls pada gerak rotasi:
∫
∫
Subtitusi persamaan yang telah diperoleh pada persamaan 2.19 sebelumnya:
( ( ( ) ))
( ( ) )
( ( ) )
( ( ) )
( ( ) )
Karena
untuk bola berongga maka,
( ( ) )
Sehingga persamaan kecepatan sudut setelah tumbukannya menjadi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
( ( ) )
(2.20)
Selanjutnya untuk menentukan koefisien gesek statis dan kecepatan sudut sebelum
tumbukan ( )
Subtitusikan dari persamaan sebelumnya
( ( ) )
Subtitusikan dari persamaan 2.19 yang diperoleh sebelumnya:
( )
Setelah disubtitusikan menjadi:
( ( ) )
(
( )
( ) )
(
)
(
)
Kecepatan sudut setelah tumbukan yang dipengaruhi gaya gesek statis menjadi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
(
(
(
)
)
)
(
(
)
)
Sehingga kecepatan sudut sebelum tumbukan menjadi:
(2.21)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
B. Pengukuran Ralat Massa, Jari-Jari, dan Koefisien Gesek Statis
1. Massa 4 buah bola tenis Tabel b1. Pengukuran ralat massa 4 buah bola tenis
No ) ( )
1 227.9 228.02 0.12 0.0144
2 228 228.02 0.02 0.0004
3 228 228.02 0.02 0.0004
4 228 228.02 0.02 0.0004
5 227.9 228.02 0.12 0.0144
6 228.1 228.02 -0.08 0.0064
7 228.1 228.02 -0.08 0.0064
8 228 228.02 0.02 0.0004
9 228.1 228.02 -0.08 0.0064
10 228.1 228.02 -0.08 0.0064
∑ 0,056
√∑
√
√
√
Pengukuran massa empat bola tenis menjadi yaitu sebesar
(228,020 ) gr.
2. Massa kotak karton tenis Tabel b2. Pengukuran massa kotak karton tenis
No ) gr
1 38.5 38.54 0.0016
2 38.6 38.54 0.0036
3 38.4 38.54 0.0196
4 38.5 38.54 0.0016
5 38.5 38.54 0.0016
6 38.6 38.54 0.0036
7 38.6 38.54 0.0036
8 38.7 38.54 0.0256
9 38.6 38.54 0.0036
10 38.4 38.54 0.0196
Dengan cara yang sama pengukuran massa kotak wadah untuk bola tenis menjadi
yaitu sebesar (38,54 ) gram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
3. Massa beban Tabel b3. Pengukuran massa beban beserta ralatnya
No gr
1 590 589.98 0.0004
2 589.9 589.98 0.0064
3 590 589.98 0.0004
4 590 589.98 0.0004
5 590 589.98 0.0004
6 589.9 589.98 0.0064
7 590 589.98 0.0004
8 590 589.98 0.0004
9 590.1 589.98 0.0144
10 589.9 589.98 0.0064
Dengan cara yang sama pengukuran massa beban menjadi
yaitu sebesar (589.980 ) gram
Perhitungan massa total dan ralatnya menjadi
(228,02+38,54 +589,98) gr
856,54 gr
√
√
Maka massa total sistem bola tenis beserta ketdakpastiannya sebesar
(856,54 ) gr.
4. Massa 4 buah bola bekel Tabel b4. Pengukuran massa 4 buah bola bekel beserta ralat
No gr
1 185.8 185.82 0.0004
2 185.7 185.82 0.0144
3 185.8 185.82 0.0004
4 185.8 185.82 0.0004
5 185.8 185.82 0.0004
6 185.9 185.82 0.0064
7 185.9 185.82 0.0064
8 185.8 185.82 0.0004
9 185.8 185.82 0.0004
10 185.9 185.82 0.0064
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Dengan cara yang sama pengukuran massa empat bola bekel menjadi
yaitu sebesar (185,82 ) gram
5. Pengukuran massa kotak bola bekel Tabel b5. Pengukuran massa kotak bola bekel beserta ralat
No gr
1 27 27.04 0.0016
2 27 27.04 0.0016
3 27.1 27.04 0.0036
4 27.1 27.04 0.0036
5 27 27.04 0.0016
6 27.1 27.04 0.0036
7 27 27.04 0.0016
8 27 27.04 0.0016
9 27.1 27.04 0.0036
10 27 27.04 0.0016
Dengan cara yang sama pengukuran massa empat bola bekel menjadi
yaitu sebesar (27,040 ) gram.
Pengukuran massa total sistem bola bekel beserta ralatnya
(185,82+27,04 +589,98) gr
802,84 gram
√
√
Sehingga massa total sistem bola bekel beserta ralatnya menjadi
(802,840 0,009) gram.
6. Pengukuran koefisien gesek statis maksimum bola tenis permukaan
amplas Tabel b6. Perhitungan koefisien gesek statis maksimum 4 buah bola tenis dengan
permukaan tenis amplas
No (
1 4.8 0.5718 0.57368 0.00188 3.53
2 5 0.595 0.57368 -0.02132 4,55
3 4.6 0.548 0.57368 0.02568 6,59
4 4.8 0.571 0.57368 0.00268 7,18
5 4.8 0.571 0.57368 0.00268 7,18
6 4.6 0.548 0.57368 0.02568 6,59
7 5 0.595 0.57368 -0.02132 4,55
8 5 0.595 0.57368 -0.02132 4,55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
9 4.8 0.571 0.57368 0.00268 7,18
10 4.8 0.571 0.57368 0.00268 7,18
0.002715
√∑
√
√
√
Pengukuran koefisien gesek statis untuk empat bola tenis dengan
permukaan amplas menjadi yaitu sebesar (0,573 ).
Sehingga koefisien gesek statis untuk satu bola tenis sebesar
(0,143 ).
7. Pengukuran koefisien gesek statis maksimum bola tenis terhadap
permukaan kayu Tabel b7. Perhitungan koefisien gesek statis maksimum 4 buah bola tenis dengan
permukaan kayu
No
1 3.8 0.4526
2 3.8 0.4526
3 4 0.4765
4 3.6 0.428
5 3.8 0.4526
6 4 0.4765
7 4 0.4765
8 3.8 0.4526
9 3.8 0.4526
10 3.6 0.428
Dengan cara yang sama pengukuran koefisien gesek statis untuk 4 buah
bola tenis dengan permukaan kayu menjadi yaitu sebesar
(0.455 ). Sehingga, koefisien gesek untuk satu buah bola tenis
menjadi (0,113 ).
8. Pengukuran koefisien gesek statis maksimum bola bekel dengan
permukaan amplas Tabel b8. Perhitungan koefisien gesek statis maksimum 4 buah bola bekel dengan
permukaan amplas
No
1 6 0.762
2 5.8 0.737
3 5.8 0.737
4 6 0.762
5 6 0.762
6 5.8 0.737
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
7 5.8 0.737
8 5.6 0.711
9 5.8 0.737
10 5.6 0.711
Pengukuran koefisien gesek statis untuk 4 buah bola bekel dengan permukaan
amplas menjadi yaitu sebesar (0.739 ). Sehingga, untuk satu buah
bola bekel koefsien gesek statisnya menjadi (0,185 ).
9. Pengukuran koefisien gesek statis maksimum bola bekel terhadap
permukaan kayu Tabel b9. Perhitungan koefisien gesek statis maksimum 4 buah bola bekel dengan
permukaan kayu
No
1 3.2 0.406
2 3 0.381
3 3.2 0.406
4 3.4 0.4321
5 3.2 0.406
6 3.4 0.4321
7 3 0.381
8 3.2 0.406
9 3.2 0.406
10 3 0.381
Dengan cara yang sama pengukuran koefisien gesek statis untuk 4 buah
bola bekel dengan permukaan kayu menjadi yaitu sebesar
(0,404 ). Sehingga, untuk satu buah bola bekel menjadi
(0,101 ).
10. Pengukuran Jari-Jari Bola
a. Pengukuran jari-jari luar bola tenis
Tabel b10. Perhitungan jari-jari luar bola tenis beserta ralat
No
1 0.07434 0.03717 0.036768 -0.0004 1,06
2 0.07352 0.03676 0.036768 7,5 5,3
3 0.07265 0.036325 0.036768 0.000442 1,96
4 0.073 0.0365 0.036768 0.000268 7,16
5 0.07345 0.036725 0.036768 4,25 1,8
6 0.0746 0.0373 0.036768 -0.00053 2,8
7 0.07464 0.03732 0.036768 -0.00055 3,05
8 0.0725 0.03625 0.036768 0.000518 2,6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
9 0.07318 0.03659 0.036768 0.000178 3,18
10 0.07347 0.036735 0.036768 3,25 1,06
1,32
√∑
√
√
√
Pengukuran jari-jari luar menjadi yaitu sebesar
(0.0367 ) m.
b. Pengukuran jari-jari dalam bola tenis Tabel b11. Perhitungan jari-jari dalam bola tenis beserta ralat
No
1 0.06066 0.03033 0.030788 2,09
2 0.06107 0.030535 0.030788 6,38
3 0.06127 0.030635 0.030788 2,33
4 0.06241 0.031205 0.030788 1,74
5 0.06206 0.03103 0.030788 5,88
6 0.06214 0.03107 0.030788 7,98
7 0.0625 0.03125 0.030788 2,14
8 0.06169 0.030845 0.030788 3,31
9 0.06126 0.03063 0.030788 2,48
10 0.06069 0.030345 0.030788 1,49
Dengan cara yang sama pengukuran jari-jari dalam tenis menjadi
yaitu sebesar (0,0308 ) m.
c. Pengukuran jari-jari bola bekel Tabel b12. Perhitungan jari-jari bola bekel beserta ralat
No (m) (m)
1 0.0447 0.02235 1
2 0.0447 0.02235 1
3 0.0449 0.02245 8
4 0.0448 0.0224 1,6
5 0.0445 0.02225 1,2
6 0.0446 0.0223 3,6
7 0.0447 0.02235 1
8 0.0446 0.0223 3,6
9 0.0448 0.0224 1,6
10 0.0449 0.02245 8
Pengukuran jari-jari bola bekel menjadi yaitu sebesar
(0,0224 ) m.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
11. Pengukuran sudut beserta ralat
Persamaan yang digunakan
Keterangan
= ketinggian balok penyangga
= panjang papan ketika di beri balok penyangga
1. Sudut kemiringan papan Tabel b13. Pengukuran beserta ralat
No (cm)
1 14 149.7 5.342 5.35878 0.01678 0.00028
2 14.1 149.7 5.38 5.35878 -0.02122 0.00045
3 14 149.8 5.339 5.35878 0.01978 0.000391
4 14.1 149.9 5.373 5.35878 -0.01422 0.000202
5 14.2 149.9 5.411 5.35878 -0.05222 0.00272
6 14 149.7 5.342 5.35878 0.01678 0.00028
7 14.1 149.7 5.38 5.35878 -0.02122 0.00045
8 14.2 149.8 5.415 5.35878 -0.05622 0.00316
9 13.9 149.8 5.301 5.35878 0.05778 0.00334
10 13.9 149.1 5.3048 5.35878 0.05398 0.00291
0.014197
√∑
√
√
√
Pengukuran sudut kemiringan menjadi yaitu sebesar
(5.358 ) . Tabel b14. Pengukuran beserta ralat
No (cm)
1 149 28 10.64 10.649
2 148.9 27.8 10.57 10.649 0.006241
3 149 28 10.64 10.649
4 149 28 10.64 10.649
5 148.8 27.9 10.61 10.649 0.001521
6 148.8 28.1 10.69 10.649 0.001681
7 148.8 28 10.71 10.649 0.003721
8 149 28.1 10.75 10.649 0.010201
9 149 27.9 10.6 10.649 0.002401
10 148.9 28 10.64 10.649
Pengukuran sudut kemiringan menjadi yaitu sebesar
(10,649 )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Tabel b15. Pengukuran beserta ralat
No (cm)
1 145 41 15.78 15.844 0.00409
2 145.5 41 15.73 15.844 0.01299
3 145 41.3 15.89 15.844 0.00211
4 145.2 41.5 15.95 15.844 0.01123
5 145.3 41.4 15.9 15.844 0.00313
6 145.1 41 15.77 15.844 0.00547
7 145.4 41 15.74 15.844 0.01081
8 145 41.2 15.86 15.844 0.00025
9 145 41.4 15.93 15.844 0.00739
10 145 41.3 15.89 15.844 0.00211
Dengan cara yang sama pengukuran sudut kemiringan menjadi
yaitu sebesar (15,844 )
C. Pengukuran Koefisien Restitusi Beserta Ralat
1. Tenis amplas
a. Sudut kemiringan = (5.358 )
Gambar c1. Grafik kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Tabel c1. Hubungan antara waktu, posisi, dan kecepatan arah vertikal dan arah
horizontal bidang dari analisis video
No (sekon) X (m) Y(m) (m/s) (m/s)
1 4.44 0.059519 0.318004 0.073797 -0.04514
2 4.48 0.063158 0.30337 0.059328 -0.29875
3 4.52 0.063741 0.295956 0.067165 -0.70859
4 4.56 0.067242 0.251472 0.102161 -1.1006
5 4.6 0.070549 0.209459 0.170404 -1.46305
6 4.64 0.08191 0.128293 0.214509 -1.54074
7 4.68 0.089106 0.036853 0.18779 -0.48867
8 4.72 0.100433 0.082504 0.200879 0.716911
9 4.76 0.10604 0.137652 0.21009 0.95452
10 4.8 0.110536 0.175306 0.214783 0.693829
11 4.84 0.121532 0.193578 0.298011 0.29457
12 4.88 0.138637 0.197411 0.299361 -0.09559
13 4.92 0.144357 0.187914 0.319399 -0.52573
14 4.96 0.161714 0.156954 0.381087 -0.9146
15 5 0.178155 0.106028 0.374921 -1.01178
16 5.04 0.192903 0.045022 0.343053 -0.38745
17 5.08 0.203315 0.070708 0.352581 0.347216
18 5.12 0.220946 0.099449 0.373478 0.476648
19 5.16 0.234219 0.120387 0.378753 0.256026
20 5.2 0.248852 0.124025 0.432805 -0.14553
21 5.24 0.269985 0.108282 0.458913 -0.49921
22 5.28 0.287147 0.079792 0.445501 -0.67985
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
23 5.32 0.306059 0.029061 0.379043 -0.27785
24 5.36 0.321608 0.052664 0.386563 0.217348
25 5.4 0.332798 0.068465 0.452876 0.301577
26 5.44 0.353679 0.087515 0.607503 0.070261
27 5.48 0.38639 0.08263 0.652608 -0.34927
Tabel c2. Hasil analisis grafik data 1 tumbukan tenis terhadap papan amplas
1 0.717 -1.541 0.465 0.201 0.215 -21.672 -2.9379 -0.305
2 0.347 -1.012 0.342 0.353 0.375 -6.343 4.927 -0.28
3 0.245 -0.68 0.319 0.387 0.446 1.214 8.656 -0.17
Gambar c.2 Grafik kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu
Tabel c3. Hasil analisis grafik pada data 2 tumbukan tenis terhadap papan amplas
1 0.744 -1.472 0.5 0.176 0.216 -21.04 -2.717 -0.27
2 0.415 -1.009 0.41 0.361 0.431 -5.605 6.2 -0.21
3 0.231 -0.682 0.34 0.331 0.379 -0.817 6.766 -0.2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Gambar c3. Grafik kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu tumbukan bola
tenis dengan papan amplas
Tabel c4. Hasil analisis video data 3 tumbukan tenis terhadap papan amplas
1 0.766 -1.6 0.478 0.205 0.248 -22.08 -2.465 -0.27
2 0.395 -1.064 0.37 0.336 0.432 -6.005 6.091 -0.172
3 0.27 -0.751 0.36 0.397 0.475 0.487 8.962 -0.14
Tabel c5. Ralat koefisien restitusi arah tegak lurus bidang
n data ke -
∑
1 2 3 1 2 3
1 0.478 0.5 0.465 0.481 0.000361 0.000256 0.000626
2 0.37 0.41 0.342 0.374 0.001296 0.001024 0.002336
3 0.36 0.34 0.319 0.339 0.000413 0.000427 0.00084
√∑
√
√
√
Pengukuran koefisien restitusi sumbu y pantulan ke 1 beserta ralat menjadi
yaitu sebesar (0,48 ,01). Dengan cara yang sama pengukuran koefisien
restitusi sumbu y pantulan ke 2 beserta ralat menjadi yaitu sebesar
(0,37 ,01) dan pantulan ke 3 beserta ralat menjadi yaitu sebesar
(0,34 ,01)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Tabel c6. Ralat koefisien restitusi arah sejajar bidang (sumbu x)
data ke -
∑
1 2 3 1 2 3
1 -0.27
-
0.305 -0.27 -0.28 0.000025 0.000817
2 -0.172 -0.28 -0.21 -0.22
0.002368 0.000114 0.00352 0.006
3 -0.14 -0.17 -0.2 -0.17
0.0009 0.0009 0 0.0018
Pantulan 1
√∑
√
√
√
Pengukuran koefisien restitusi sumbu pantulan ke 1 beserta ralat menjadi yaitu sebesar (-0.28 ). Dengan cara yang sama pengukuran koefisien
restitusi sumbu pantulan ke 2 beserta ralat menjadi yaitu sebesar (-
0.22 ,02), dan pantulan ke 3 beserta ralat menjadi yaitu sebesar (-
0.17 ,01).
b. Sudut kemiringan = (10,649 )
Data 1
Gambar c4. Grafik kecepatan x dan y terhadap waktu untuk data 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Tabel c7. Hasil analisis video data 1 tumbukan tenis terhadap papan amplas
1 0.677 -1.486 0.45 0.315 0.366 -16.466 3.126 -0.2
2 0.324 -1.055 0.307 0.683 0.8 4.98 16.425 -0.12
3 0.095 -0.393 0.24 1.237 1.295 29.343 33.386 -0.053
Data 2
Gambar c.5 Grafik kecepatan x dan y terhadap waktu untuk data 2
Tabel c8. Hasil analisis video data 2 tumbukan tenis terhadap papan amplas
1 0.657 -1.523 0.431 0.219 0.354 -16.931 1.154 -0.18
2 0.456 -1.164 0.39 0.673 0.845 3.293 16.719 -0.082
3 0.112 -0.404 0.27 1.32 1.383 31.427 35.684 -0.045
Data 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Gambar c6. Grafik kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu untuk data 3
Tabel c9. Hasil analisis video data 3 tumbukan tenis terhadap papan amplas
1 0.786 -1.507 0.52 0.124 0.215 -22.075 -3.066 -0.23
2 0.376 -1.074 0.34 0.286 0.385 -7.059 4.883 -0.15
3 0.191 -0.772 0.24 0.339 0.42 -0.229 7.714 -0.13
c. Sudut kemiringan (15.844 )
Data 1
Gambar c.6. Grafik kecepatan x dan y terhadap waktu pada data 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Tabel c10. Hasil analisis video dan perhitungan tumbukan bola tenis dan permukaan papan amplas
data 1
1 0.751 -1.387 0.54 0.346 0.478 -13.023 4.702 -0.18
2 0.498 -0.932 0.53 1.068 1.179 14.736 26.569 -0.14
3 0.193 -0.522 0.36 1.59 1.701 37.691 43.582 0.029
Data 2
Gambar c7. Grafik kecepatan x dan y terhadap waktu pada data 2
Tabel c11. Hasil analisis video dan perhitungan tumbukan bola tenis dan permukaan papan amplas
1 0.813 1.513 0.53 0.543 0.633 -10.981 9.928 -0.17
2 0.413 0.83 0.49 1.219 1.321 20.913 31.175 -0.13
3 0.287 0.685 0.42 1.513 1.649 32.652 40.714 -0.04
Data 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Gambar c8. Grafik kecepatan x dan y terhadap waktu pada data 3
Tabel c 12. Hasil analisis video dan perhitungan tumbukan bola tenis dan permukaan papan amplas
1 0.766 1.578 0.48 0.524 0.634 -11.205 8.175 -0.21
2 0.36 0.88 0.41 1.266 1.366 22.089 32.385 -0.13
3 0.189 0.633 0.3 1.528 1.784 38.575 45.403 0.37
2. Tenis kayu
a. Sudut kemiringan = (5.358 )
Data 1
Gambar c11. Grafik hubungan kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu
pada data 1 tumbukan tenis pada papan kayu
Tabel c13. Hubungan antara waktu, posisi, kecepatan pada arah vertikal dan
arah horizontal bidang dari hasil analisis video tumbukan tenis pada papan kayu
No (sekon) X (m) Y(m) (m/s) (m/s)
1 4.28 0.029195 0.308949 0 0
2 4.32 0.029195 0.308949 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
3 4.36 0.029195 0.308949 0 0
4 4.4 0.029195 0.308949 0 0
5 4.44 0.029195 0.308949 0.002203 -0.00983
6 4.48 0.029195 0.308949 0.014862 -0.06172
7 4.52 0.029195 0.308949 0.056941 -0.25135
8 4.56 0.032367 0.294792 0.130006 -0.59861
9 4.6 0.041079 0.262549 0.175846 -0.99947
10 4.64 0.046988 0.21362 0.204878 -1.3502
11 4.68 0.056069 0.150535 0.250897 -1.48092
12 4.72 0.070206 0.075499 0.227862 -1.06112
13 4.76 0.075793 0.030662 0.160835 0.13557
14 4.8 0.080547 0.10101 0.221122 1.007466
15 4.84 0.091001 0.151226 0.210876 0.940016
16 4.88 0.080727 0.177172 0.214632 0.690839
17 4.92 0.094515 0.211187 0.294045 0.258961
18 4.96 0.109637 0.202086 0.374284 -0.2521
19 5 0.123519 0.182598 0.469629 -0.59189
20 5.04 0.146227 0.155573 0.559831 -0.86635
21 5.08 0.172429 0.110299 0.55966 -0.95497
22 5.12 0.193943 0.046135 0.489883 -0.30446
23 5.16 0.20757 0.082194 0.497651 0.432198
24 5.2 0.233951 0.113083 0.511822 0.451894
25 5.24 0.24951 0.124598 0.516701 0.226462
26 5.28 0.271526 0.132505 0.597204 -0.1245
27 5.32 0.299243 0.12028 0.622106 -0.54988
28 5.36 0.324801 0.083188 0.56886 -0.78131
29 5.4 0.347395 0.031457 0.457155 -0.39707
30 5.44 0.356656 0.044534 0.418218 0.16211
31 5.48 0.379913 0.062829 0.586841 0.297726
32 5.52 0.401124 0.080963 0.767594 0.107575
33 5.56 0.442515 0.078046 0.906557 -0.24165
Tabel c14. Hasil analisis video tumbukan bola tenis terhadap permukaan kayu
1 1.007 -1.061 0.94 0.221 0.228 -13.622 -0.124 -0.3
2 0.432 -0.955 0.452 0.498 0.56 1.914 10.994 -0.18
3 0.162 -0.781 0.207 0.418 0.569 6.42011 12.565 -0.12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Data 2
Gambar c10. Grafik hubungan kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu
pada data 2 tenis kayu
Tabel c15. Hasil analisis video tumbukan bola tenis terhadap permukaan kayu
1 1.097 -1.23 0.89 0.211 0.245 -15.726 -0.481 -0.27
2 0.53 -1.023 0.51 0.415 0.454 -2.515 7.614 -0.24
3 0.314 -0.741 0.423 0.571 0.756 10.438 17.337 0.17
Data 3
Gambar c9. Grafik hubungan kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu pada
data 3 tenis kayu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Tabel c16. Hasil analisis video tumbukan bola tenis terhadap permukaan kayu
1 1.073 -1.175 0.913 0.22 0.242 -15.032 -0.315 -0.29
2 0.503 -0.931 0.54 0.399 0.432 -2.045 7.356 -0.25
3 0.208 -0.736 0.28 0.471 0.616 7.706 13.883 0.11
b. Sudut kemiringan = (10,649 )
Data 1
Gambar c12. Grafik hubungan kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu
pada data 2 tenis kayu
Tabel c 17. Hasil analisis video tumbukan bola tenis terhadap permukaan kayu
1 0.901 -0.944 0.95 0.302 0.344 -8.365 3.705 -0.25
2 0.782 -1.237 0.63 0.801 0.906 5.256 18.477 -0.17
3 0.511 -0.818 0.62 1.048 1.151 18.592 27.281 -0.09
Data 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Gambar c13. Grafik hubungan kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu
pada data 2 tenis kayu
Tabel c 18. Hasil analisis video tumbukan bola tenis terhadap permukaan kayu
1 0.901 -0.976 0.92 0.287 0.339 -8.82 3.468 -0.24
2 0.786 -1.174 0.67 0.795 0.941 6.747 19.603 -0.108
3 0.511 -0.765 0.53 0.976 1.08 18.148 25.823 -0.068
Data 3
Gambar c14. Grafik hubungan kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu
pada data 3 tenis kayu
Tabel c 19. Hasil analisis video tumbukan bola tenis terhadap permukaan kayu
1 0.95 -1.047 0.9 0.305 0.356 -9.469 3.575 -0.24
2 0.812 -1.174 0.698 0.75 0.934 6.239 19.31 -0.058
3 0.567 -0.829 0.68 1.015 1.149 17.887 27.019 -0.047
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
c. Sudut kemiringan (15.844 ) Data 1
Gambar c15. Grafik hubungan kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu
pada data 1 tenis kayu
Tabel c 20. Hasil analisis video tumbukan bola tenis terhadap permukaan kayu
1 1.422 -1.455 0.97 0.351 0.484 -14.433 3.936 -0.2
2 0.682 -1.083 0.62 1.11 1.201 15.818 27.322 -0.172
3 0.392 -0.519 0.39 1.86 1.901 44.846 49.576 -0.158
Data 2
Gambar c16. Grafik hubungan kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu
pada data 2 tenis kayu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Tabel c21. Hasil analisis video tumbukan bola tenis terhadap permukaan kayu
1 1.386 -1.515 0.91 0.371 0.502 -14.206 4.768 -0.19
2 0.685 -1.143 0.59 1.122 1.235 16.138 28.055 -0.14
3 0.333 -0.742 0.33 1.764 1.917 27.665 45.136 -0.11
Data 3
Gambar c 17. Grafik hubungan kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu
pada data 3 tenis kayu
Tabel c 22. Hasil analisis video tumbukan bola tenis terhadap permukaan kayu
1 1.347 -1.544 0.87 0.41 0.523 -13.572 5.36 -0.21
2 0.672 -1.103 0.6 1.083 1.16 14.601 26.173 -0.19
3 0.229 -0.422 0.54 1.289 1.318 30.603 34.215 -0.17
3. Bekel Amplas
a. Sudut kemiringan = (5.358 ) Data 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Gambar c19. Grafik hubungan kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu
pada data 1 bekel amplas
Tabel c23. Hubungan antara waktu, posisi, dan kecepatan arah vertikal dan
horizontal bidang melalui analisis video bola bekel pada permukaan amplas
No (sekon) X (m) Y(m) (m/s) (m/s)
1 4.16 0.02425 0.320544 0 0
2 4.2 0.02425 0.320544 0.000322 -0.0041
3 4.24 0.02425 0.320544 -0.00121 -0.02648
4 4.28 0.02425 0.320544 0.000512 -0.11128
5 4.32 0.02456 0.31661 0.003654 -0.34331
6 4.36 0.022019 0.298598 0.06075 -0.71952
7 4.4 0.028894 0.261536 0.131631 -1.16611
8 4.44 0.03566 0.200717 0.138138 -1.45834
9 4.48 0.038492 0.139587 0.165519 -1.49192
10 4.52 0.049237 0.053353 0.118301 -0.81609
11 4.56 0.055447 0.049883 0.139565 0.409553
12 4.6 0.058516 0.111477 0.141665 1.063922
13 4.64 0.064481 0.161424 0.192881 1.041839
14 4.68 0.075153 0.201846 0.223499 0.722645
15 4.72 0.08344 0.222289 0.231441 0.272474
16 4.76 0.093274 0.223063 0.251998 -0.18083
17 4.8 0.10238 0.207947 0.307241 -0.63827
18 4.84 0.115001 0.173316 0.419682 -1.0541
19 4.88 0.137348 0.115702 0.490931 -1.17356
20 4.92 0.160313 0.05022 0.32767 -0.57931
21 4.96 0.17196 0.053116 0.333364 0.38711
22 5 0.18367 0.105494 0.347134 0.810715
23 5.04 0.200708 0.140479 0.353388 0.6614
24 5.08 0.209149 0.158956 0.436493 0.373824
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
25 5.12 0.231978 0.170648 0.591796 0.024585
26 5.16 0.259825 0.168881 0.672687 -0.49681
27 5.2 0.290613 0.129743 0.649042 -0.91236
28 5.24 0.310063 0.083776 0.639866 -0.95294
29 5.28 0.338929 0.018758 0.55812 -0.18165
30 5.32 0.370773 0.066783 0.588464 0.556659
31 5.36 0.385689 0.103581 0.589538 0.776023
32 5.4 0.404694 0.138722 0.611659 0.558032
33 5.44 0.433269 0.152845 0.750697 0.136046
34 5.48 0.467016 0.151543 0.843389 -0.34319
35 5.52 0.502776 0.124671 0.875892 -0.77713
36 5.56 0.539619 0.08403 0.846964 -1.08713
37 5.6 0.569833 0.027035 0.79988 -1.29218
Tabel c 24. Hasil analisis video tumbukan bola bekel terhadap permukaan
amplas
1 1.064 -1.472 0.713 0.142 0.166 -66.58 -13.715 -0.27
2 0.811 -1.174 0.69 0.347 0.491 -35.495 5.54 -0.17
3 0.556 -0.953 0.583 0.588 0.64 -15.063 16.141 -0.16
Data 2
Gambar c18. Grafik hubungan kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu
pada data 2 bekel amplas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Tabel c 25. Hasil analisis video tumbukan bola bekel terhadap permukaan
amplas
1 1.051 -1.333 0.78 0.16 0.182 -60.57 -11.491 -0.27
2 0.764 -1.152 0.64 0.374 0.426 -35.657 3.421 -0.24
3 0.411 -0.805 0.51 0.643 0.689 -4.385 20.757 -0.22
Data 3
Gambar c20. Grafik hubungan kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu
pada data 3 bekel amplas
Tabel c 26. Hasil analisis video tumbukan bola bekel terhadap permukaan
amplas
1 1.082 1.514 0.71 0.188 0.218 -65.22 -11.669 -0.26
2 0.8 1.178 0.67 0.369 0.379 -40.017 0.674 -0.27
3 0.554 0.976 0.56 0.521 0.726 -11.621 19.872 -0.07
b. Sudut kemiringan = (10,649 )
Data 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Gambar c21. Grafik hubungan kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu
pada data 1 bekel amplas
Tabel c 27. Hasil analisis video tumbukan bola bekel terhadap permukaan
amplas
1 1 -1.373 0.72 0.245 0.333 -53.493 -4.645 -0.22
2 0.596 -0.945 0.63 0.893 0.984 -0.598 31.262 -0.2
3 0.259 -0.904 0.28 1.344 1.428 30.356 54.29 -0.17
Data 2
Gambar c22. Grafik hubungan kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu
pada data 2 bekel amplas
Tabel c 28. Hasil analisis video tumbukan bola bekel terhadap permukaan amplas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
1 1.123 -1.49 0.75 0.27 0.342 -60.212 -6.277 -0.24
2 0.518 -0.974 0.53 0.962 1.01 2.016 32.84 -0.23
3 0.318 -0.904 0.35 1.341 1.46 29.954 55.197 -0.135
Data 3
Gambar c23. Grafik hubungan kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu pada
data 3 bekel amplas
Tabel c 29. Hasil analisis video tumbukan bola bekel terhadap permukaan amplas
1 1.01 -1.413 0.71 0.193 0.281 -57.402 -7.424 -0.23
2 0.543 -0.962 0.55 0.966 1.031 2.929 33.771 -0.22
3 0.229 -0.907 0.25 1.324 1.475 33.134 56.584 -0.08
c. Sudut kemiringan (15.844 )
Data 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Gambar c24. Grafik hubungan kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu pada
data 1 bekel amplas
Tabel c 30. Hasil analisis video tumbukan bola bekel terhadap permukaan amplas
1 1.009 -1.327 0.76 0.457 0.563 -42.453 5.855 -0.21
2 0.773 -0.995 0.75 1.214 1.305 7.94 43.956 -0.2
3 0.584 -1.025 0.56 1.985 2.112 48.15 81.224 -0.15
Data 2
Gambar c25. Grafik hubungan kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu
pada data 2 bekel amplas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Tabel c 31. Hasil analisis video tumbukan bola bekel terhadap permukaan amplas
1 1.017 -1.305 0.77 0.405 0.521 -43.588 4.189 -0.2
2 0.816 -1.217 0.72 1.232 1.365 0.43 43.727 -0.18
3 0.439 -0.835 0.52 1.914 2.002 52.781 79.033 -0.17
Data 3
Gambar c25. Grafik hubungan kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu pada
data 3 tumbukan bekel dengan permukaan amplas
Tabel c 32. Hasil analisis video tumbukan bola bekel terhadap permukaan amplas
1 0.95 -1.257 0.75 0.426 0.522 -40.355 5.145 -0.218
2 0.73 -1.044 0.7 1.197 1.296 6.566 43.276 -0.19
3 0.521 -0.932 0.55 1.933 2.048 49.759 79.639 -0.16
4. Bekel kayu
a. Sudut kemiringan = (5.358 )
Data 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Gambar c26. Grafik hubungan kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu
pada data 1 tumbukan bekel dengan permukaan kayu
Tabel c 33. Hasil analisis video tumbukan bola bekel terhadap permukaan kayu
1 1.329 -1.36 0.97 0.234 0.248 -31.265 -1.01 -0.27
2 1.022 -1.398 0.73 0.497 0.612 -10.865 16.446 -0.15
3 0.674 -1.134 0.59 0.625 0.754 5.215 25.576 -0.083
Data 2
Gambar c27. Grafik hubungan kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu
pada data 2 tumbukan bekel dengan permukaan kayu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Tabel c34. Hubungan antara waktu, posisi, dan kecepatan pada arah vertikal dan
horizontal bidang melalui analisis video bola bekel pada permukaan kayu
No (sekon) X (m) Y(m) (m/s) (m/s)
1 4 0.003836 0.316505 0.051732 -0.30611
2 4.04 0.004182 0.31211 0.101662 -0.58933
3 4.08 0.010826 0.283887 0.150167 -0.98323
4 4.12 0.017001 0.233515 0.182191 -1.37842
5 4.16 0.024388 0.16776 0.230863 -1.5481
6 4.2 0.036515 0.097956 0.246146 -1.29353
7 4.24 0.047136 0.019188 0.195257 -0.00306
8 4.28 0.052071 0.096969 0.220221 1.286008
9 4.32 0.055327 0.167984 0.179561 1.503627
10 4.36 0.065348 0.23732 0.247741 1.125102
11 4.4 0.074434 0.262358 0.334862 0.525412
12 4.44 0.093693 0.270508 0.386205 0.107173
13 4.48 0.107052 0.269348 0.396717 -0.26053
14 4.52 0.123992 0.25078 0.431888 -0.62937
15 4.56 0.141969 0.219027 0.460028 -1.00644
16 4.6 0.16133 0.169693 0.477754 -1.2707
17 4.64 0.179186 0.111395 0.502377 -1.25187
18 4.68 0.203685 0.024875 0.477771 -0.2173
19 4.72 0.220991 0.08594 0.390396 0.990451
20 4.76 0.229161 0.150708 0.430033 1.150198
21 4.8 0.250221 0.192167 0.580241 0.861049
22 4.84 0.28111 0.221133 0.621657 0.412854
23 4.88 0.303086 0.222862 0.593967 0.003751
24 4.92 0.325408 0.220197 0.615763 -0.37075
25 4.96 0.351657 0.195728 0.656663 -0.79288
26 5 0.381487 0.153851 0.638809 -1.05379
27 5.04 0.39865 0.104344 0.710176 -1.04357
28 5.08 0.435297 0.032047 0.742154 -0.16466
29 5.12 0.470357 0.092298 0.591142 0.69926
30 5.16 0.507666 0.12398 0.752303 0.762495
31 5.2 0.529418 0.156649 0.670585 0.630148
32 5.24 0.556603 0.176478 0.699715 0.357574
33 5.28 0.586505 0.189888 0.73444 -0.02512
34 5.32 0.612062 0.174209 0.841528 -0.42976
35 5.36 0.650977 0.157371 0.991681 -0.84698
36 5.4 0.701451 0.106063 0.934902 -1.24547
37 5.44 0.726418 0.041692 0.785251 -1.47069
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Tabel c35. Hasil analisis video tumbukan bola bekel terhadap
permukaan kayu
1 1.286 -1.294 0.99 0.22 0.246 -29.976 -0.897 -0.26
2 0.99 -1.254 0.78 0.39 0.502 -12.837 12.369 -0.14
3 0.699 -1.044 0.66 0.59 0.71 4.354 23.924 -0.089
Data 3
Gambar c28. Grafik hubungan kecepatan x dan kecepatan y
terhadap waktu pada data 3 tumbukan bekel dengan permukaan
kayu
Tabel c 36. Hasil analisis video tumbukan bola bekel terhadap
permukaan kayu
1 1.189 -1.348 0.88 0.225 0.23 -29.778 -1.16 -0.28
2 0.868 -1.347 0.64 0.418 0.562 -9.79 15.156 -0.1
3 0.632 -1.08 0.58 0.595 0.747 6.43 25.699 -0.033
b. Sudut kemiringan = (10,649 )
Data 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Gambar c29. Grafik hubungan kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu
pada data 1 tumbukan bekel dengan permukaan kayu
Tabel c 37. Hasil analisis video tumbukan bola bekel terhadap permukaan kayu
1 1.416 -1.512 0.93 0.343 0.38 -29.139 3.814 -0.24
2 1.102 -1.263 0.87 0.958 1.062 10.156 36.826 -0.16
3 0.714 -1.161 0.61 1.443 1.539 39.277 60.385 -0.14
Data 2
Gambar c30. Grafik hubungan kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu
pada data 2 tumbukan bekel dengan permukaan kayu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Tabel c 38. Hasil analisis video tumbukan bola bekel terhadap permukaan kayu
1 1.188 -1.334 0.89 0.359 0.393 -22.283 6.188 -0.25
2 1.122 -1.436 0.78 0.896 0.992 3.954 32.818 -0.17
3 0.852 -1.205 0.7 1.35 1.46 32.909 56.041 -0.13
Data 3
Gambar c31. Grafik hubungan kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu pada
data 3 tumbukan bekel dengan permukaan kayu
Tabel c 39. Hasil analisis video tumbukan bola bekel terhadap permukaan kayu
1 1.179 -1.32 0.89 0.429 0.463 -18.734 9.438 -0.24
2 1.079 -1.316 0.81 0.955 1.055 9.542 36.44 -0.16
3 0.961 -1.166 0.82 1.463 1.562 36.307 60.271 -0.15
c. Sudut kemiringan (15.844 )
Data 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Gambar c32. Grafik hubungan kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu pada
data 1 tumbukan bekel dengan permukaan kayu
Tabel c 40. Hasil analisis video tumbukan bola bekel terhadap permukaan kayu
1 1.342 -1.36 0.98 0.586 0.640 -15.112 15.296 -0.22
2 1.271 -1.317 0.96 1.592 1.706 35.487 65.636 -0.13
3 0.329 -1.372 0.23 2.931 3.035 109.054 128.11 -0.11
Data 2
Gambar c33. Grafik hubungan kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu pada
data 2 tumbukan bekel dengan permukaan kayu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Tabel c 41. Hasil analisis video tumbukan bola bekel terhadap permukaan kayu
1 1.28 -1.346 0.95 0.557 0.632 -13.23 16.409 -0.2
2 1.149 -1.372 0.83 1.536 1.683 35.574 63.926 -0.12
3 0.446 -1.262 0.35 2.724 2.837 99.943 119.182 -0.098
Data 3
Gambar c34. Grafik hubungan kecepatan x dan kecepatan y terhadap waktu pada
data 3 tumbukan bekel dengan permukaan kayu
Tabel c 42. Hasil analisis video tumbukan bola bekel terhadap permukaan kayu
1 1.206 -1.29 0.93 0.614 0.656 -10.022 18.092 -0.238
2 1.181 -1.386 0.85 1.497 1.63 32.36 61.315 -0.13
3 0.452 -1.305 0.34 2.633 2.789 97.085 116.832 -0.033
5. Ralat koefisien restitusi arah sejajar bidang (sumbu pantulan
pertama ( ) masing-masing tumbukan Tabel c 43. Hasil pengukuran beserta ralat tumbukan bola tenis terhadap
permukaan amplas pada masing-masing variasi sudut
Sudut kemiringan ( )
(0,48 ,01)
( )
( )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
pantulan ke-1 tenis amplas =
√
pantulan ke-1 tenis amplas pantulan ke-1 untuk tiga variasi sudut sebesar
( ).
Tabel c 44. Hasil pengukuran beserta ralat tumbukan bola tenis terhadap
permukaan kayu pada masing-masing variasi sudut
Sudut kemiringan ( )
(0,91 ,01)
(0,92 ,01)
(0,91 ,02)
Melalui cara yang sama pantulan ke-1 tenis kayu untuk tiga variasi sudut
menjadi ( ).
Tabel c 45. Hasil pengukuran beserta ralat tumbukan bola bekel terhadap
permukaan amplas pada masing-masing variasi sudut
Sudut kemiringan ( )
(0,73 ,01)
(0.72 ,01)
(0.76 )
Melalui cara yang sama pantulan ke-1 bekel terhadap permukaan amplas
untuk tiga variasi sudut menjadi ( )
Tabel c 46. Hasil pengukuran beserta ralat tumbukan bola bekel terhadap
permukaan kayu pada masing-masing variasi sudut
Sudut kemiringan ( )
(0,94 ,01)
(0,90 ,01)
(0,95 ,01)
Melalui cara yang sama pantulan ke-1 bekel terhadap permukaan kayu untuk
tiga variasi sudut menjadi ( ).
D. Perhitungan Energi Kinetik
1. Tenis Amplas
a. Sudut kemiringan papan = (5.358 )
Energi kinetik pada kecepatan arah tegak lurus bidang atau sumbu ( )
= energi kinetik total sebelum tumbukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
= energi kinetik total setelah tumbukan
Tabel d 1. Perhitungan energi kinetik arah tegak lurus bidang (sumbu beserta ralat bola tenis
sebelum bertumbukan dengan permukaan amplas
n Data 1 Data 2 Data 3 ∑
1 0.073472 0.068153 0.06218 0.067937 (0,068 0,002)
2 0.032491 0.029393 0.02921 0.030368 (0,030 0,001)
3 0.016187 0.013271 0.013349 0.014269 (0,014 0,001)
Tabel d 3. Perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola tenis setelah bertumbukan
dengan permukaan amplas
n Data 1 Data 2 Data 3
∑
1 0.01684 0.014754 0.01588 0.015827 (0,0158 0.0004)
2 0.004478 0.003456 0.00494 0.004292 (0,0042 0.0003)
3 0.002092 0.001723 0.00153 0.001782 (0,0017 0.0001)
Energi kinetik pada kecepatan arah sejajar bidang (sumbu ) ( )
= energi kinetik total (rotasi dan translasi) sebelum tumbukan
= energi kinetik total (rotasi dan translasi) setelah tumbukan
Tabel d4. Perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola tenis sebelum bertumbukan
dengan permukaan amplas
n
data 1 2 3 ∑
Ek trans Ek rot Ek trans Ek rot Ek trans Ek rot
1 0.001765 0.008775 0.001327 0.008454 0.001339 0.007968
(0.0021 )
2 0.005356 0.000649 0.004036 0.000724 0.005331 0.000565
(0.0071
3 0.006475
0.005709 2.65E-05 0.004122
(0.0079
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Tabel d5. Perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola tenis setelah bertumbukan
dengan permukaan amplas
n
data 1 data 2 data 3 ∑
Ek trans Ek rot Ek trans Ek rot Ek trans Ek rot
1 0.001206 0.000562 0.00116 0.00054 0.000889 0.000414
(0,0015 0,0004)
2 0.00324 0.001509 0.003576 0.001665 0.00374 0.001742
(0,0051
3 0.004523 0.002106 0.004298 0.002002 0.003144 0.001464
(0.0058 )
b. Sudut kemiringan papan = (10,649 )
Energi kinetik pada kecepatan arah tegak lurus bidang atau sumbu ( )
Tabel d 6. Perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola tenis sebelum bertumbukan
dengan permukaan amplas
N Data 1 Data 2 Data 3
1 0.063375 0.06657 0.065179 0.065042 (0,0650 0,0006)
2 0.031944 0.038886 0.033105 0.034645 (0,034 0,002)
3 0.004433 0.004684 0.017105 0.008741 (0,0087 0,0029)
Tabel d 7. Perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola tenis setelah bertumbukan
dengan permukaan amplas
n Data 1 Data 2 Data 3
1 0.013154 0.012388 0.017731 0.014424 (0,014 0.001)
2 0.003013 0.005968 0.004057 0.004346 (0,0043 0.0006)
3 0.000259 0.00036 0.001047 0.000555 (0,0005 0.0002)
Energi kinetik pada kecepatan arah sejajar bidang atau sumbu ( )
Tabel d 8. Perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola tenis sebelum bertumbukan
dengan permukaan amplas
N data 1 Data 2 Data 3
Ek trans Ek rot Ek trans Ek rot Ek trans Ek rot
1 0.003845 0.00179 0.003597 0.001675 0.001327 0.000618 (0.0021 0,0001)
2 0.018368 0.008553 0.020493 0.009542 0.004254 0.001981 (0.0071
3 0.048131 0.022412 0.054894 0.025561 0.005063 0.002357 (0.0079
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Tabel d 9. Perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola tenis setelah bertumbukan
dengan permukaan amplas
N
data 1 data 2 data 3
Ek trans Ek rot Ek trans Ek rot Ek trans Ek rot
1 0.002848 0.001326 0.001376 0.000641 0.001441 0.000905 (0.002946
2 0.013388 0.006234 0.012999 0.006053 0.002348 0.001093 (0.017
3 0.043916 0.020449 0.050007 0.023286 0.003298 0.021536 (0.047 )
c. Sudut kemiringan (15.844 ) Energi kinetik pada kecepatan arah tegak lurus bidang (sumbu ) ( )
Tabel d 10. Perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola tenis sebelum
bertumbukan dengan permukaan amplas
n Data 1 Data 2 Data 3
1 0.055212 0.065699 0.071465 0.064126 ( )
2 0.02493 0.019771 0.022225 0.022309 ( )
3 0.00782 0.013467 0.0115 0.010929 ( )
Tabel d 11. Perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola tenis setelah
bertumbukan dengan permukaan amplas
n Data 1 Data 2 Data 3
1 0.016187 0.01897 0.01684 0.017332 ( )
2 0.007118 0.004895 0.00372 0.005244 ( )
3 0.001069 0.002364 0.001025 0.001486 ( )
Energi kinetik pada kecepatan arah sejajar bidang atau sumbu ( )
Tabel d 12. Perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola tenis sebelum bertumbukan
dengan permukaan amplas
N data 1 Data 2 Data 3
Ek trans Ek rot Ek trans Ek rot Ek trans Ek rot
1 0.006557 0.003053 0.0115 0.005355 0.011536 0.005372 (0.0021
2 0.039894 0.018577 0.050083 0.023321 0.053553 0.024937 (0.0072 0,0004)
3 0.083041 0.038668 0.078041 0.03634 0.091342 0.042533 (0.0079 0007)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Tabel d 13. Perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola tenis setelah bertumbukan
dengan permukaan amplas
N data 1 data 2 data 3
Ek trans Ek rot Ek trans Ek rot Ek trans Ek rot
1 0.003436 0.0016 0.008462 0.00394 0.00788 0.003669 (0.0096 0,0001)
2 0.032736 0.015243 0.042647 0.019859 0.045999 0.021419 (0.059
3 0.072556 0.033786 0.065699 0.030593 0.067008 0.031202 (0.100
2. Tenis kayu Melalui cara yang sama seperti perhitungan ralat energi kinetik pada tenis
amplas, dengan mengambil hasil tiga data pengulangan percobaan
tumbukan tenis kayu pada bidang miring diperoleh hasil sebagai berikut.
a. Sudut kemiringan = (5.358 )
Energi kinetik pada kecepatan arah tegak lurus bidang atau sumbu
( )
Tabel d 14. Hasil perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola tenis sebelum
dan sesudah bertumbukan dengan permukaan kayu
1 0.038 0.002 0.032 0.001
2 0.027 0.001 0.006 0.002
3 0.0162 0.0004 0.0016 0.0004
Energi kinetik pada kecepatan arah sejajar bidang atau sumbu ( )
Tabel d 15. Hasil perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola tenis sebelum
dan sesudah bertumbukan dengan permukaan kayu
1 0.0021 0.0001 0.00198 0.00004
2 0.0072 0.0004 0.0081 0.0008
3 0.0078 0.0007 0.0101 0.0013
b. Sudut kemiringan = (10,649 ) Energi kinetik pada kecepatan sumbu ( )
Tabel d 16. Hasil perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola tenis
sebelum dan sesudah bertumbukan dengan permukaan kayu
1 0.0281 0.001 0.0242 0.0006
2 0.041 0.001 0.0181 0.0003
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
3 0.0185 0.0006 0.0081 0.0004
Energi kinetik pada kecepatan sumbu ( )
Tabel d 17. Hasil perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola tenis sebelum
dan sesudah bertumbukan dengan permukaan kayu
1 0.0050 0.0001 0.0037 0.0001
2 0.0361 0.0004 0.0257 0.0007
3 0.053 0.001 0.0432 0.0012
c. Sudut kemiringan (15.844 ) Energi kinetik pada kecepatan sumbu ( )
Tabel d 18. Hasil perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola tenis
sebelum dan sesudah bertumbukan dengan permukaan kayu
1 0.065 0.001 0.055 0.001
2 0.0353 0.0007 0.0132 0.0001
3 0.0095 0.002 0.0030 0.0005
Energi kinetik pada kecepatan sumbu ( )
Tabel d 19. Hasil perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola tenis sebelum
dan sesudah bertumbukan dengan permukaan kayu
3. Bekel Amplas
a. Sudut kemiringan = (5.358 ) Energi kinetik pada kecepatan sumbu ( )
Tabel d 20. Hasil perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola bekel
sebelum dan sesudah bertumbukan dengan permukaan amplas
1 0.048 0,002 0.0263 0,0001
2 0.0315 0,0003 0.0141 0,0003
3 0.0193 0,0004 0.006 0,001
1 0.0106 0.0003 0.0060 0.0003
2 0.060 0.001 0.0513 0.0075
3 0.126 0.018 0.115 0.016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
Energi kinetik pada kecepatan sumbu ( )
Tabel d 21. Hasil perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola bekel sebelum
dan sesudah bertumbukan dengan permukaan amplas
1 0.0012 0,0001 0.0009 0,0001
2 0.0061 0,0006 0.0042 0,0001
3 0.0152 0,0007 0.011 0,001
b. Sudut kemiringan = (10,649 ) Energi kinetik pada kecepatan sumbu ( )
Tabel d 22. Hasil perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola bekel sebelum
dan sesudah bertumbukan dengan permukaan amplas
J)
J)
1 0.047 0,001 0.025 0,001
2 0.0213 0,0002 0.0071 0,0004
3 0.0189 0,0002 0.0017 0,0002
Energi kinetik pada kecepatan sumbu ( )
Tabel d 23. Hasil perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola bekel sebelum
dan sesudah bertumbukan dengan permukaan amplas
J)
J)
1 0.0033 0,0001 0.0018 0,0002
2 0.0329 0,0002 0.028 0,001
3 0.068 0,001 0.0577 0,0003
c. Sudut kemiringan (15.844 ) Energi kinetik pada kecepatan sumbu ( )
Tabel d 24. Hasil perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola bekel sebelum
dan sesudah bertumbukan dengan permukaan amplas
J)
J)
1 0.038 0,001 0.023 0,001
2 0.027 0,002 0.014 0,001
3 0.020 0,001 0.006 0,001
Energi kinetik pada kecepatan sumbu ( )
Tabel d 25. Hasil perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola bekel sebelum
dan sesudah bertumbukan dengan permukaan amplas
J)
J)
1 0.0092 0,0002 0.0059 0,0002
2 0.0565 0,0006 0.047 0,001
3 0.136 0,001 0.1223 0,0003
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
4. Bekel kayu
a. Sudut kemiringan = (5.358 ) Energi kinetik pada kecepatan sumbu ( )
Tabel d 26. Hasil perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola bekel
sebelum dan sesudah bertumbukan dengan permukaan kayu
J)
J)
1 0.0412 0.0008 0.035 0.002
2 0.041 0.001 0.021 0,001
3 0.0273 0.0009 0.0103 0,0004
Energi kinetik pada kecepatan sumbu ( )
Tabel d 27. Hasil perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola bekel sebelum
dan sesudah bertumbukan dengan permukaan kayu
J)
J)
1 0.0022 0,0001 0.0017 0,0001
2 0.0071 0,0004 0.0069 0,0004
3 0.0079 0,0007 0.0126 0,0004
b. Sudut kemiringan = (10,649 ) Energi kinetik pada kecepatan sumbu ( )
Tabel d 28. Hasil perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola bekel
sebelum dan sesudah bertumbukan dengan permukaan kayu
J)
J)
1 0.044 0,002 0.037 0,003
2 0.041 0,002 0.0281 0,0004
3 0.0320 0,0005 0.016 0,002
Energi kinetik pada kecepatan sumbu ( ) Tabel d 29. Hasil perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola bekel sebelum
dan sesudah bertumbukan dengan permukaan kayu
J)
J)
1 0.0055 0,0001 0.0046 0,0004
2 0.034 0,001 0.028 0,001
3 0.074 0,002 0.065 0,002
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
c. Sudut kemiringan (15.844 ) Energi kinetik pada kecepatan sumbu ( )
Tabel d 30. Hasil perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola bekel
sebelum dan sesudah bertumbukan dengan permukaan kayu
J)
J)
1 0.041 0,001 0.037 0,001
2 0.042 0,001 0.033 0,001
3 0.039 0,001 0.003 0,001
Energi kinetik pada kecepatan sumbu ( ) Tabel d 31. Hasil perhitungan energi kinetik sumbu beserta ralat bola bekel sebelum
dan sesudah bertumbukan dengan permukaan kayu
J)
J)
1 0.0134 0,0004 0.0111 0,0002
2 0.0905 0,0017 0.076 0,001
3 0.27 0,01 0.24 0,01
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI