penentuan kebutuhan pupuk p untuk tanaman kedelai,...

8
1 Diterbitkan di Bul. Palawija No. 15: 1–8 (2008) 1) Peneliti Ekofisiologi Balai Penelitian Tanaman Kacang- kacangan dan Umbi-umbian, Kotak Pos 66 Malang 65101, Telp. (0341) 801468, e-mail: [email protected] PENENTUAN KEBUTUHAN PUPUK P UNTUK TANAMAN KEDELAI, KACANG TANAH DAN KACANG HIJAU BERDASARKAN UJI TANAH DI LAHAN KERING MASAM ULTISOL Andy Wijanarko dan Abdullah Taufiq 1) ABSTRAK Ketersediaan P pada tanah masam umumnya rendah sehingga diperlukan pemupukan P. Pemupukan P yang didasarkan pada status kandungan P dalam tanah dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemupukan. Kebutuhan pupuk dapat diketahui melalui kalibrasi uji tanah. Kalibrasi uji tanah merupakan percobaan tentang tanggap tanaman terhadap pemupukan pada status hara tanah tertentu. Tingkat ketersediaan hara dalam tanah dinyatakan dalam tingkat rendah, sedang, dan tinggi, atau dalam suatu kisaran kandungan hara tertentu. Uji kalibrasi juga dapat dilakukan pada lokasi dengan status hara tanah bervariasi dari rendah sampai tinggi. Kandungan hara P dalam tanah dengan Bray I di lahan kering masam Ultisol termasuk pada kate- gori rendah untuk tanaman kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau masing-masing adalah <5 ppm P 2 O 5 , <9 ppm P 2 O 5 , dan <7 ppm P 2 O 5 . Metode Bray I dan Bray II adalah metode yang baik untuk menduga tingkat ketersediaan P untuk kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau pada tanah Ultisol. Kata kunci: P tersedia, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, Ultisol. ABSTRACT Determination of P Fertilizer for Soybean, Groundnut and Mungbean Based on testing on Ultisol Acid Dryland. The phosphorous (P) avail- ability on acid soil is generally low, so that need P fertilization. Phosphorous fertilization based on the status of soil P content can increase the effectiveness and efficiency of P fertilization. The fertilizer require- ment can be assessed based on soil test calibration. Calibration of the soil test is a trial about the response of a crop to fertilizer application on certain nutrient contain in the soil. The nutrient availability in the soil is expressed as low, medium, and high level, or in a range of certain nutrient contain. The calibra- tion test also can be carried out on location with varying soil nutrient status from low to high. The available P concentration in dry land Ultisol extracted with Bray I for soybean, groundnut, and mungbean clas- sified as low if the soil contain <5 ppm P 2 O 5 , <9 ppm P 2 O 5, dan <7 ppm P 2 O 5 respectively. The Bray I and Bray II methods are good methods to assess avail- ability of P on Ultisol for soybean, groundnut, and mungbean. Keywords: available P, soybean, groundnut, mung- bean, Ultisol. PENDAHULUAN Salah satu strategi yang ditempuh untuk peningkatan produksi pangan nasional adalah melalui perluasan areal tanam. Salah satu lahan yang potensial untuk pengembangan tanaman pangan adalah lahan kering masam. Lahan masam sebagian besar berada di Sumatera dan Kalimantan, yaitu sekitar 16,8 juta (Muljadi 1977). Menurut Van der Heide et al. (1992) sekitar 22 juta ha di Sumatera dan 15,5 juta ha di Kali- mantan. Namun demikian, lahan kering masam yang berpotensi untuk pengembangan palawija dan padi gogo hanya 5,1 juta ha, termasuk di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara (Abdur- rachman et al. 1999). Permasalahan dalam usaha tani tanaman pangan di lahan masam adalah rendahnya pH, ketersediaan P, Ca, K, dan N, serta adanya keracunan Al, Mn, dan Fe (Erfandi dan Nursyamsi 1996). Tanah mineral masam (Ultisol dan Oxisol) merupakan tanah yang didominasi oleh mineral kaolinit, oksida besi dan aluminium (Hairiah et al. 2000). Bentuk Al yang beracun bagi akar tanaman adalah Al-monomerik, yaitu Al 3+ , Al(OH) 2+ , Al(OH) 2 + , Al(OH) 3 , dan Al(SO 4 ) + . Aktivitas Al-monomerik semakin meningkat pada pH tanah <5,5, dan keracunan Al akan meningkat dengan meningkatnya kandungan mineral liat silikat 2:1. Al-monomerik selain berpengaruh langsung terhadap tanaman juga menurunkan ketersediaan P karena adanya fiksasi oleh Al. Salah satu cara untuk mencukupi kekurangan P adalah melalui pemupukan. Agar pemupukan efektif dan efisien maka harus memperhatikan

Upload: dangdung

Post on 06-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penentuan Kebutuhan Pupuk P untuk Tanaman Kedelai, …balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/02/bp_no... · hara terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, ... Hubungan

WIJANARKO DAN TAUFIQ: KEBUTUHAN PUPUK P UNTUK KEDELAI, KACANG TANAH, DAN KACANG HIJAU

1

Diterbitkan di Bul. Palawija No. 15: 1–8 (2008)

1) Peneliti Ekofisiologi Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Kotak Pos 66 Malang 65101,Telp. (0341) 801468, e-mail: [email protected]

PENENTUAN KEBUTUHAN PUPUK P UNTUK TANAMAN KEDELAI,KACANG TANAH DAN KACANG HIJAU BERDASARKAN UJI TANAH

DI LAHAN KERING MASAM ULTISOL

Andy Wijanarko dan Abdullah Taufiq1)

ABSTRAKKetersediaan P pada tanah masam umumnya

rendah sehingga diperlukan pemupukan P.Pemupukan P yang didasarkan pada statuskandungan P dalam tanah dapat meningkatkanefektivitas dan efisiensi pemupukan. Kebutuhan pupukdapat diketahui melalui kalibrasi uji tanah. Kalibrasiuji tanah merupakan percobaan tentang tanggaptanaman terhadap pemupukan pada status hara tanahtertentu. Tingkat ketersediaan hara dalam tanahdinyatakan dalam tingkat rendah, sedang, dan tinggi,atau dalam suatu kisaran kandungan hara tertentu.Uji kalibrasi juga dapat dilakukan pada lokasi denganstatus hara tanah bervariasi dari rendah sampaitinggi. Kandungan hara P dalam tanah dengan BrayI di lahan kering masam Ultisol termasuk pada kate-gori rendah untuk tanaman kedelai, kacang tanah,dan kacang hijau masing-masing adalah <5 ppm P2O5,<9 ppm P2O5, dan <7 ppm P2O5. Metode Bray I danBray II adalah metode yang baik untuk mendugatingkat ketersediaan P untuk kedelai, kacang tanah,dan kacang hijau pada tanah Ultisol.

Kata kunci: P tersedia, kedelai, kacang tanah, kacanghijau, Ultisol.

ABSTRACTDetermination of P Fertilizer for Soybean,

Groundnut and Mungbean Based on testing onUltisol Acid Dryland. The phosphorous (P) avail-ability on acid soil is generally low, so that need Pfertilization. Phosphorous fertilization based on thestatus of soil P content can increase the effectivenessand efficiency of P fertilization. The fertilizer require-ment can be assessed based on soil test calibration.Calibration of the soil test is a trial about the responseof a crop to fertilizer application on certain nutrientcontain in the soil. The nutrient availability in thesoil is expressed as low, medium, and high level, orin a range of certain nutrient contain. The calibra-tion test also can be carried out on location with varyingsoil nutrient status from low to high. The available

P concentration in dry land Ultisol extracted withBray I for soybean, groundnut, and mungbean clas-sified as low if the soil contain <5 ppm P2O5, <9 ppmP2O5, dan <7 ppm P2O5 respectively. The Bray I andBray II methods are good methods to assess avail-ability of P on Ultisol for soybean, groundnut, andmungbean.

Keywords: available P, soybean, groundnut, mung-bean, Ultisol.

PENDAHULUANSalah satu strategi yang ditempuh untuk

peningkatan produksi pangan nasional adalahmelalui perluasan areal tanam. Salah satu lahanyang potensial untuk pengembangan tanamanpangan adalah lahan kering masam. Lahanmasam sebagian besar berada di Sumatera danKalimantan, yaitu sekitar 16,8 juta (Muljadi1977). Menurut Van der Heide et al. (1992) sekitar22 juta ha di Sumatera dan 15,5 juta ha di Kali-mantan. Namun demikian, lahan kering masamyang berpotensi untuk pengembangan palawijadan padi gogo hanya 5,1 juta ha, termasuk diSulawesi Selatan dan Sulawesi Utara (Abdur-rachman et al. 1999). Permasalahan dalam usahatani tanaman pangan di lahan masam adalahrendahnya pH, ketersediaan P, Ca, K, dan N, sertaadanya keracunan Al, Mn, dan Fe (Erfandi danNursyamsi 1996).

Tanah mineral masam (Ultisol dan Oxisol)merupakan tanah yang didominasi oleh mineralkaolinit, oksida besi dan aluminium (Hairiah etal. 2000). Bentuk Al yang beracun bagi akartanaman adalah Al-monomerik, yaitu Al3+,Al(OH)2+, Al(OH)2

+, Al(OH)3, dan Al(SO4)+.Aktivitas Al-monomerik semakin meningkat padapH tanah <5,5, dan keracunan Al akan meningkatdengan meningkatnya kandungan mineral liatsilikat 2:1. Al-monomerik selain berpengaruhlangsung terhadap tanaman juga menurunkanketersediaan P karena adanya fiksasi oleh Al.

Salah satu cara untuk mencukupi kekuranganP adalah melalui pemupukan. Agar pemupukanefektif dan efisien maka harus memperhatikan

Page 2: Penentuan Kebutuhan Pupuk P untuk Tanaman Kedelai, …balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/02/bp_no... · hara terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, ... Hubungan

2

BULETIN PALAWIJA NO. 15, 2008

kandungan hara dalam tanah. Kebutuhan pupukP tanaman dipengaruhi oleh faktor tanah danfaktor tanaman. Tanaman mempunyai responyang berbeda terhadap pemberian P. Unsur Pdiserap oleh tanaman dalam bentuk ion-ionmonofosfat dan difosfat. Kekahatan P biasanyamulai muncul pada minggu ke 4, tanaman ter-lihat kerdil, ukuran daun kecil, dan pada dauntua berwarna hijau gelap kemudian dengan cepatberubah warna menjadi kuning. Tanaman dika-takan toleran terhadap kekahatan P apabilamasih dapat tumbuh normal pada kadar hara Pdalam tanah rendah (Havlin et al. 1999).

Pemupukan berimbang yang didasarkan padakandungan hara dalam tanah akan meningkat-kan efisiensi, menghindari terjadinya persainganantar unsur hara dalam tanah, dan mencegahterjadinya polusi/pencemaran air tanah. Selainmemperhatikan status dan dinamika hara dalamtanah juga harus mempertimbangkan kebutuhantanaman untuk mencapai produksi optimum.Dengan pendekatan ini, maka dapat dihitungkebutuhan pupuk suatu tanaman pada berbagaistatus keharaan dalam tanah (status rendah,sedang, dan tinggi).

Salah satu cara untuk mengetahui kebutuhanpupuk pada berbagai kondisi tanah adalahdengan melakukan kalibrasi uji tanah. Kalibrasiuji tanah merupakan percobaan tentang tanggaptanaman terhadap pemupukan pada status haratertentu untuk mengetahui batas kritisnya.Tingkat ketersediaan hara dalam tanah dinyata-kan dalam tingkat rendah, sedang, dan tinggi,atau dalam suatu kisaran hara tertentu. Ujikalibrasi dapat dilakukan pada lokasi denganstatus hara tanah bervariasi dari rendah sampaitinggi (Sofyan et al. 2004). Makalah ini menyaji-kan penentuan rekomendasi pemupukan P padakedelai, kacang tanah dan kacang hijau di lahankering masam Ultisol dengan menggunakanAnalisis keragaman yang dimodifikasi atau metodeNelson dan Anderson (1977).

PENETAPAN DOSIS PEMUPUKAN PBERDASARKAN UJI TANAH

Salah satu masalah P pada tanah masamadalah sebagian besar P dalam tanah maupun Pyang ditambahkan melalui pemupukan seringberada pada keadaan yang tidak tersedia bagitanaman. Cara yang biasa digunakan sebagaipenduga besarnya potensi cadangan hara dalam

tanah adalah melalui: (1) analisis kimia tanah dilaboratorium, (2) hasil uji perangkat sederhana(soil test kit), dan (3) penilaian tanggapantanaman terhadap pupuk berdasarkan metodepetak omisi (omission plot). Perkiraan potensipenyediaan hara dan jumlah pupuk P yang perluditambahkan dapat diperkirakan dari hasil-hasiluji tersebut (Abdulrachman dan Sembiring 2006).

Analisis kimia tanah atau yang dikenal denganuji tanah adalah suatu cara untuk menentukanstatus hara dalam tanah sebagai dasar penyusun-an rekomendasi pemupukan. Kegiatan uji tanahdibagi menjadi tiga tahapan: (1) studi korelasiyang bertujuan untuk mendapatkan metodeekstraksi terbaik untuk analisis tanah, (2) studikalibrasi untuk menentukan batas kritis suatuhara terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman,dan (3) penyusunan rekomendasi pemupukanuntuk tiap jenis tanaman pada jenis tanahtertentu. Secara umum uji tanah bertujuanuntuk: (1) menetapkan status ketersediaan haradalam tanah; (2) menunjukkan tingkat keserius-an defisiensi atau keracunan terhadap suatuunsur hara; (3) menyusun rekomendasi pe-mupukan; dan (4) menilai harkat hara tanahuntuk memantau pencemaran lingkungan akibatpemupukan berlebihan atau pencemaran limbah(Melsted and Peck 1972).

METODE ANALISIS P TANAHTanaman menyerap P dari tanah dalam bentuk

ion fosfat, terutama H2PO4– dan HPO4

2– yangterdapat dalam larutan tanah. Ion H2PO4

– lebihbanyak dijumpai pada tanah yang lebih masam,sedangkan pada pH yang lebih tinggi (>7) bentukHPO4

2– lebih dominan. Di samping ion-ion ter-sebut, tanaman dapat menyerap P dalam bentukasam nukleat, fitin, dan fosfohumat (Havlin et al.1999 ). Pada tanah masam, P bersenyawa dalambentuk-bentuk Al-P dan Fe-P, sedangkan padatanah bereaksi basa umumnya bersenyawasebagai Ca-P. Adanya bentuk-bentuk pengikatanP tersebut menyebabkan perbedaan tingkatkelarutan unsur P tersebut.

Penggunaan metode untuk menganalisis Pdalam tanah sangat tergantung pada reaksi tanah(pH tanah). Metode ekstraksi P dengan larutanasam keras HCl 25%, Bray I, Bray II, Truog cocokdigunakan untuk tanah masam, sedangkan untuktanah alkalin dengan metode Olsen dan Colwell(Al-Jabri 2007).

Page 3: Penentuan Kebutuhan Pupuk P untuk Tanaman Kedelai, …balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/02/bp_no... · hara terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, ... Hubungan

WIJANARKO DAN TAUFIQ: KEBUTUHAN PUPUK P UNTUK KEDELAI, KACANG TANAH, DAN KACANG HIJAU

3

Penggunaan metode ekstraksi P dengan HCl25% dimaksudkan untuk mengetahui cadanganfosfat dalam tanah atau biasa disebut jugadengan analisis P total. Pengekstrak tersebutakan melarutkan bentuk-bentuk senyawa fosfat.Pada kondisi masam, fosfat terikat sebagaisenyawa Fe-P dan Al-P yang sukar larut.Ekstraksi P dengan metode Bray I atau Bray IIyang mengandung NH4F akan membentuksenyawa rangkai dengan Al dan Fe danmembebaskan ion PO4

3–. Pengekstrak tersebutbiasanya digunakan pada tanah dengan pH <5,5.Pada tanah dengan pH netral/alkalin, P terikatsebagai Ca-Mg-PO4. Metode Olsen yangmenggunakan NaHCO3 sebagai pengekstrakakan mengendapkan Ca, Mg-CO sehingga PO4

3–

dibebaskan ke dalam larutan. Pengekstrak inibiasanya digunakan untuk tanah dengan pH >5,5(Balai Penelitian Tanah 2005). Unsur P yangterekstrak dengan metode Bray I, Bray II, Truog,dan Olsen disebut sebagai P tersedia.

PENETAPAN PEMUPUKAN FOSFATPADA KEDELAI, KACANG TANAH,

DAN KACANG HIJAU

Penentuan Metode EkstraksiPendugaan status P dalam tanah dapat

dilakukan melalui analisis tanah di laboratorium

dengan berbagai metode analisis tanah. Sifatpengekstrak yang digunakan untuk analisis Ptanah bervariasi tergantung metode yang digu-nakan. Tidak semua metode ekstraksi sesuaidigunakan sebagai pendugaan status P padasemua jenis tanah dan tanaman. Untuk menge-tahui metode mana yang baik dapat dilakukandengan melakukan uji korelasi. Tahapan dalampengujian ini adalah: (1) menganalisis contohtanah yang digunakan dalam percobaan denganbeberapa metode, (2) kemudian dilakukan peng-ujian tanggap tanaman terhadap pemupukanpada beberapa tingkat status hara, (3) membuatanalisis regresi antara nilai hasil uji tanah daribeberapa metode pengekstrak dengan hasil relatifdari tanaman. Pengekstrak terbaik ditentukanoleh persamaan regresi yang mempunyai nilaikoefisien korelasi tertinggi dan nyata (Sofyan etal. 2004).

Nursyamsi et al. (2004) menunjukkan bahwapendugaan tingkat ketersediaan P denganmetode pengekstrak Bray I dan Bray II memilikikorelasi yang tinggi dengan pertumbuhan tanam-an kedelai di lahan masam Oxisol. Kedua peng-ektrak tersebut juga mempunyai korelasi yangtertinggi untuk menduga kebutuhan pupuk Puntuk kedelai pada tanah Ultisol Lampung (Wija-narko dan Sudaryono 2007). Pengekstrak P

Gambar 1. Hubungan antara ketersediaan P pada beberapa metode dengan persentase hasil (hasil relatif)tanaman kacang tanah pada Ultisol Banjarnegara, 2006.

Page 4: Penentuan Kebutuhan Pupuk P untuk Tanaman Kedelai, …balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/02/bp_no... · hara terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, ... Hubungan

4

BULETIN PALAWIJA NO. 15, 2008

dengan Bray I dan P-Bray II memberikan nilaikorelasi yang tertinggi dengan hasil kacang tanahdan kacang hijau pada Ultisol Banjarnegara,sedangkan pengekstrak Truog dan HCl 25%mempunyai nilai korelasi yang rendah, kecualiTruog pada kacang hijau (Gambar 1 dan 2) (Wija-narko dan Taufiq 2008, Wijanarko et al. 2008).Hasil ini menunjukkan bahwa penilaian tingkatketersediaan P untuk kedelai, kacang tanah, dankacang hijau di lahan masam dapat dilakukandengan metode Bray-1 dan Bray-2.

Penentuan Batas Kritis Unsur Hara PSebelum menyusun rekomendasi pupuk, batas

kritis suatu hara (critical nutrient concentration)untuk tanaman pada tanah tertentu perlu dite-tapkan terlebih dahulu. Batas kritis adalah kadarhara di dalam tanah di mana produksi ataukualitas tanaman mencapai optimum. Bila kadarhara tanah lebih rendah dari batas kritis makatanaman akan memberikan respon yang tinggiterhadap pemberian pupuk. Sebaliknya bila kadarhara lebih tinggi dari batas kritis maka tanamantidak respon terhadap pemberian pupuk. Bataskritis suatu hara dapat ditetapkan dengan pro-

sedur Cate dan Nelson (1971) yang menghasilkandua kelas, yakni kelas rendah (di bawah nilaibatas kritis) dan tinggi (di atas nilai batas kritis).Penentuan batas kritis juga dapat ditetapkandengan prosedur Nelson dan Anderson (1977)atau biasa disebut dengan Analisis keragamanyang dimodifikasi yang menghasilkan tigakelas, yakni: rendah, sedang, dan tinggi(Nursyamsi dan Fajri 2005).

Batas kritis yang ditetapkan dengan metodeCate dan Nelson (1971) bersifat kualitatif danhanya membagi kelas status hara tanah menjadidua kelas yaitu rendah dan tinggi. Sedangkandengan metode analisis keragaman yang dimo-difikasi dari Nelson dan Anderson (1977) dapatmembagi kelas status hara tanah menjadi lebihdari dua kelas, tergantung pada ketersediaan datayang diperoleh dari percobaan kalibrasi. Prinsippembagian kelas dengan metode Nelson danAnderson (1977) adalah meminimalkan kera-gaman sifat dalam satu kelompok populasi danmemaksimalkan keragaman antar kelompokpopulasi (Setyorini et al. 2003).

Kelas status hara dapat dikatagorikan rendah,sedang, dan tinggi. Setiap kelas status hara mem-

Gambar 2. Hubungan antara ketersediaan P pada beberapa metode dengan persentase hasil (hasil relatif)tanaman kacang hijau pada Ultisol Banjarnegara, 2006.

Page 5: Penentuan Kebutuhan Pupuk P untuk Tanaman Kedelai, …balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/02/bp_no... · hara terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, ... Hubungan

WIJANARKO DAN TAUFIQ: KEBUTUHAN PUPUK P UNTUK KEDELAI, KACANG TANAH, DAN KACANG HIJAU

5

berikan informasi khusus tentang respon hasilyang diharapkan yaitu:1. Kelas status hara rendah mengindikasikan

kebutuhan pupuk yang lebih banyak, responpemupukan P tinggi, tanpa pupuk gejala kahatakan muncul, pertumbuhan tanaman tanpapupuk tidak normal, kemungkinan mati kecilmeskipun tidak berbuah.

2. Kelas status hara sedang menunjukkan kebu-tuhan hara sedang, respon pemupukan Psedang, tanpa pupuk pertumbuhan tanamankurang normal, gejala kahat tidak muncul, danproduksi rendah.

3. Kelas status hara tinggi memerlukan pupukyang sedikit, respon pemupukan rendah,tambahan pupuk hanya untuk pemeliharaankesuburan tanah.Hasil penetapan batas kritis hara P tanah

untuk tanaman kedelai di tanah Ultisol meng-gunakan pengekstrak Bray I adalah 5 dan 23 ppmP2O5, sedangkan dengan menggunakan peng-ekstrak Bray II adalah 11 dan 38 ppm P2O5. Ber-dasarkan batas kritis ini maka kelas ketersediaanhara P untuk klas ketersediaan rendah, sedang,dan tinggi berturut-turut adalah <5, 5–23 dan >23ppm P2O5 dengan metode Bray I dan denganmetode Bray II adalah <11, 11–38, dan >38 ppmP2O5 (Tabel 1). Hasil penelitian kalibrasi uji Ptanah di lapang untuk kedelai pada Typic Kan-diudoxs,Lampung menunjukkan bahwa kelasketersediaan P tanah terekstrak Bray I adalah:rendah (< 8), sedang (8–20),dan tinggi (>20 ppmP2O5), sedangkan terekstrak Bray II masing-masing adalah <12, 12–36, dan >36 ppm P2O5)(Nursyamsi et al. 2004). Sedangkan pada tanahVertisol, batas kritis P tanah untuk tanamankedelai adalah 60 dan 38 ppm P2O5 berturut-turutdengan pengekstrak Truog dan Olsen (Nursyamsidan Nurul Fajri 2004).

Hasil penetapan batas kritis hara P tanahuntuk tanaman kacang tanah di tanah Ultisoldengan pengekstrak Bray I adalah 9 ppm P2O5,

sedangkan dengan Bray II batas kritisnya adalah20 ppm P2O5 (Tabel 2 dan 3). Berdasarkan bataskritis ini maka kelas ketersediaan hara P untukklas ketersediaan rendah, sedang, dan tinggiberturut-turut adalah <9, 9–18 dan >18 ppm P2O5dengan metode Bray I dan dengan metode BrayII adalah <20, 20–31 dan >31 ppm P2O5 (Tabel2).

Hasil penetapan batas kritis hara P tanahuntuk tanaman kacang hijau di tanah Ultisoladalah 7 ppm P2O5, 17 ppm P2O5, dan 38 ppmP2O5 masing-masing dengan pengekstrak Bray I,Bray II, dan Truog. Berdasarkan batas kritis inimaka kelas ketersediaan hara P rendah, sedang,dan tinggi adalah <7, 7–11 dan >11 ppm P2O5dengan metode Bray I, <17, 17–25 dan >25 ppmP2O5 dengan metode Bray II, dan dengan metodeTruog adalah <38, 38–46 dan >46 ppm P2O5(Tabel 3).

Kelas ketersediaan hara ini mempengaruhirespon tanaman terhadap pemupukan. Padatanah dengan kelas ketersediaan hara rendahmaka respon tanaman terhadap pemupukan akantinggi, tetapi sebaliknya pada tanah dengan kelasketersediaan hara tinggi maka respon tanamanterhadap pemupukan juga rendah. Nilai bataskritis hara P ini kemungkinan akan berbeda padajenis tanaman dan tanah yang berbeda.

Penentuan Rekomendasi Pemupukan PRekomendasi kebutuhan pupuk ditetapkan

berdasarkan kurva respon pemupukan P pada

Tabel 1. Batas kritis hara P tanah pada lahan keringmasam Ultisol Lampung untuk kedelai berdasarpengekstrak Bray I dan Bray II.

Pengekstrak Rendah Sedang Tinggi

Bray I (ppm P2O5) <5 5–23 >23Bray II (ppm P2O5) <11 11–38 >38

Tabel 2. Batas kritis hara P pada Ultisol Banjarnegarauntuk tanaman kacang tanah berdasar peng-ekstrak Bray I dan Bray II.

Pengekstrak Rendah Sedang Tinggi

Bray I (ppm P2O5) < 9 9–18 >18Bray II (ppm P2O5) < 20 20–31 > 31

Tabel 3. Batas kritis hara P pada Ultisol Banjarnegarauntuk tanaman kacang hijau berdasar peng-ekstrak Bray I, Bray II, dan Truog.

Pengekstrak Rendah Sedang Tinggi

Bray I (ppm P2O5) <7 7–11 >11Bray II (ppm P2O5) <17 17–25 >25Truog (ppm P2O5) <38 38–46 >46

Page 6: Penentuan Kebutuhan Pupuk P untuk Tanaman Kedelai, …balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/02/bp_no... · hara terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, ... Hubungan

6

BULETIN PALAWIJA NO. 15, 2008

setiap kelas status hara tanah yang disusunmelalui berbagai metode pendekatan. Pemilihanmetode sangat dipengaruhi oleh ketersediaan datadan informasi penelitian kalibrasi uji tanah yangtelah dilaksanakan. Metode yang sering diguna-kan untuk menyusun kurva respon pemupukanadalah metode kuadrat terkecil (MKT) dan metodeMitscherlich-Bray yang dibuat untuk masing-masing kelas uji tanah. Tanah-tanah denganstatus hara rendah akan memberikan respontinggi terhadap pemupukan, di mana pemberianpupuk akan meningkatkan produksi tanaman.Sebaliknya tanah-tanah dengan status haratinggi tidak akan memberikan respon terhadappemupukan. Berdasarkan persamaan kurvarespon ini ditentukan dosis optimum untuk setiapkelas uji tanah mengikuti kaidah analisis ekonomi(Setyorini et al. 2003). Berdasarkan pengaruhpemupukan P terhadap respon hasil tanamanmaka dapat ditetapkan dosis pemupukan optimal

untuk kedelai, kacang tanah, dan kacang hijaupada status ketersediaan hara rendah, sedang,dan tinggi (Tabel 4, 5, dan 6).

Dari data pada Tabel 4, 5, dan 6 ditunjukkanadanya perbedaan kebutuhan pupuk P padamasing-masing tanaman dan tingkat kelasketersediaan hara. Havlin et al. (1999) menge-mukakan bahwa kebutuhan pupuk P tanamanselain bergantung pada faktor tanah juga ber-gantung pada faktor tanaman. Tanaman mempu-nyai respon yang berbeda terhadap pemberian P.

Manfaat Rekomendasi Pemupukan Pberdasarkan Uji Tanah

Pendekatan uji tanah pada umumnya dituju-kan untuk tanaman pangan dan hortikulturaberumur pendek (semusim) dan mempunyaisistem perakaran dangkal. Sedangkan untuktanaman buah-buahan atau perkebunan yangberumur panjang (tahunan) dan mempunyai

Tabel 4. Rekomendasi pemupukan P untuk tanaman kedelai pada setiapkelas ketersediaan P pada tanah Ultisol.

Kelas Persamaan regresi R2 Dosis optimumhara P (kg SP36/ha)

Rendah Y = –0,0003X2 + 0,1377X + 3,392 0,99 104Sedang Y = –0,0004X2 + 0,1123X + 12,639 0,61 86Tinggi Y = –0,0003X2 + 0,0723X + 18,143 0,82 40

Tabel 5. Rekomendasi pemupukan P untuk tanaman kacang pada setiapkelas ketersediaan P pada tanah Ultisol.

Kelas Persamaan regresi R2 Dosis optimumhara P (kg SP36/ha)

Rendah Y = –0,003X2 + 0,341X + 11,789 0,94 65Sedang Y = –0,0037X2 + 0,383X + 17,493 0,91 47Tinggi Y = –0,0031X2 + 0,240X + 33,762 0,83 27

Tabel 6. Rekomendasi pemupukan P untuk tanaman kacang pada setiapkelas ketersediaan P pada tanah Ultisol.

Kelas Persamaan regresi R2 Dosis optimumhara P (kg SP36/ha)

Rendah Y = –0,039X2 + 0,4217X + 10,377 0,75 59Sedang Y = –0,0019X2 + 0,526X + 12,576 0,93 45Tinggi Y = –0,003X2 + 0,2385X + 21,096 0,58 23

Page 7: Penentuan Kebutuhan Pupuk P untuk Tanaman Kedelai, …balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/02/bp_no... · hara terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, ... Hubungan

WIJANARKO DAN TAUFIQ: KEBUTUHAN PUPUK P UNTUK KEDELAI, KACANG TANAH, DAN KACANG HIJAU

7

perakaran dalam, penentuan rekomendasi pupukyang umum digunakan adalah uji analisistanaman (plant analysis) (Setyorini et al. 2003).

Penggunaan uji tanah sebagai dasar reko-mendasi pemupukan dapat meningkatkanefektivitas dan efisiensi pemupukan karena dila-kukan berdasarkan konsentrasi atau keterse-diaan hara dalam tanah. Konsep ini juga biasadisebut dengan pemupukan berimbang. Konseppemupukan berimbang bertujuan untuk menen-tukan dosis pupuk berdasarkan tingkat kesu-buran tanah serta kebutuhan tanaman (Setyoriniet al. 2003). Manfaat lain dari penggunaan ujitanah sebagai dasar rekomendasi pemupukanadalah pengaruhnya terhadap lingkungan. Peng-gunaan pupuk yang sesuai dengan kebutuhantanaman akan menghindari terjadinya pence-maran lingkungan. Penggunaan pupuk P yangberlebih dalam budidaya pertanian dapat menye-babkan pencemaran tanah, karena pupuktersebut mengandung logam berat. Kondisi sepertiini akan berdampak buruk terhadap kesehatankonsumen (Kurnia et al. 2004).

KESIMPULAN

1. Metode ekstraksi yang sesuai untuk mendugastatus P di tanah Ultisol untuk tanamankedelai dan kacang tanah adalah P-Bray I danP-Bray II, sedangkan untuk tanaman kacanghijau selain kedua metode ekstraksi tersebut,juga dapat dengan metode Truog.

2. P tersedia dalam tanah dikategorikan rendah,sedang, dan tinggi untuk kedelai adalah <5,5–23 dan >23 ppm P2O5 dengan metode BrayI dan dengan metode Bray II adalah <11, 11–38, dan >38 ppm P2O5 dan kebutuhan pupuk-nya 104, 86, dan 40 kg SP36/ha.

3. P tersedia dalam tanah dikategorikan rendah,sedang, dan tinggi untuk kacang tanah adalah<9, 9–18 dan >18 ppm P2O5 dengan metodeBray I dan dengan metode Bray II adalah <20,20–31, dan >31 ppm P2O5 dan kebutuhanpupuknya 65, 47, dan 27 kg SP36/ha.

4. P tersedia dalam tanah dikategorikan rendah,sedang, dan tinggi untuk kacang hijau adalah<7, 7–11, dan >11 ppm P2O5 dengan metodeBray I, <17, 17–25, dan >25 ppm P2O5 denganmetode Bray II, dan dengan metode Truogadalah <38, 38–46, dan >46 ppm P2O5 dan ke-butuhan pupuknya 59, 45, dan 23 kg SP36/ha.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrachman, S dan H. Sembiring. 2006. Pupuk fosfatpada padi sawah. IPTEK Tanaman Pertanian1(1):79–87.

Abdurachman, A, K. Nugroho, dan Sumarno. 1999.Pengembangan lahan kering untuk menunjangketahanan pangan nasional. Pros. Seminar SumberDaya Lahan. Puslitanak. Hlm. 21–32.

Al-Jabri, M. 2007. Perkembangan uji tanah dan strategiprogram uji tanah masa depan di Indonesia. JurnalLitbang Pertanian 26(2): 54–66.

Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk Teknis AnalisisKimia Tanah, Tanaman, Air dan pupuk. BadanLitbang Pertanian. 136 hlm.

Cate, R.B and L.A. Nelson. 1971. A simple statisticalprocedure for partitioning soil test correlation intotwo classes. SSSA 35:858–860.

Erfandi, D dan D. Nursyamsi. 1996. Rehabilitasi tanahmasam pada areal transmigrasi Sitiung dengan carapembuatan teras gulud dan pengelolaan pupuk. Pros.Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi HasilPenelitian Tanah dan Agroklimat. Pusat PenelitianTanah dan Agroklimat. Hlm. 1–13.

Hairiah, K, Widianto, S. R. Utami, D. Suprayogo,Sunaryo, S. M. Sitompul, B. Lusiana, R. Mulia, M.V. Noordwijk, dan G. Cadisch. 2000. PengelolaanTanah Masam Secara Biologi; Refleksi Pengalamandari Lampung Utara. SMT Grafika Desa Putera,Jakarta. 187 hlm.

Havlin, J.I, J.D. Beaton, S.M. Tisdale, and W.L. Nelson.1999. Soil Fertility and Fertilizer. An Introduction toNutrient Management. Prentice Hall, Upper SaddleRiver. New Jersey. p. 499

Kurnia, U, H. Suganda, R. Saraswati, dan Nurjaya.2004. Teknologi pengendalian pencemaran lahansawah. Hlm. 251–286. Dalam F. Agus et al. (editor).Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. PusatPenelitian dan Pengembangan Tanah danAgroklimat.

Melsted, S.W. and T.R. Peck. 1972. The principles ofsoil testing. In L.M.Walsh and J.D. Beaton (Eds.).Soil Testing and Plant Analysis. Soil Sci.Soc. ofAmerica. Inc. Madison, Wisconsin.

Muljadi, M. 1977. Sumberdaya tanah kering, penyebarandan potensinya untuk kemungkinan budidayapertanian. Makalah Kongres Agronomi, Perhimpu-nan Agronomi Indonesia. 24 hlm.

Nelson, L.A and R.L. Anderson. 1977. Partitioning ofsoil test crop response probability. p. 19–38. In PeckT,Rata-rata, J.T. Copr Jr, D.A. Witney (Eds). SoilTesting: Correlation and Interpreting The Analyti-cal Results. ASA Special Publ. No. 29. ASA-CSSA.Madison, Wiscosin, USA.

Page 8: Penentuan Kebutuhan Pupuk P untuk Tanaman Kedelai, …balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/02/bp_no... · hara terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, ... Hubungan

8

BULETIN PALAWIJA NO. 15, 2008

Nursyamsi, D dan Nurul Fajri, 2005. Penelitian korelasiuji tanah hara phosphorus di tanah Andisol untukkedelai (Glycine max, L.). Jurnal Ilmu Tanah danLingkungan 5(2): 27–37.

Nursyamsi, D, MT. Sutriadi, dan U. Kurnia. 2004.Metode ekstraksi dan kebutuhan pupuk P tanamankedelai pada tanah masam Typic Kandiudox diPapanrejo, Lampung. Jurnal Tanah dan Iklim. Hlm.15–25.

Setyorini, D, J.S. Adiningsih, dan S. Rochayati. 2003.Uji Tanah sebagai dasar penyusunan rekomendasipemupukan. Balai Penelitian Tanah, Puslibang-tanak.

Sofyan, A, Nurjana, dan A. Kasno, 2004. Status haratanah sawah untuk rekomendasi pemupukan. Hlm.83–114 dalam F. Agus et al. (editor). Tanah Sawahdan Teknologi Pengelolaannya. Pusat Penelitian danPengembangan Tanah dan Agroklimat.

Van der Heide, J., S. Setijono, M.S. Syekhfani, E.N.Flach, K. Hairiah, S.M. Sitompul, and M. vanMoordwijk. 1992. Can low external input croppingsystem on acid upland soils in the humid tropics besustainable? Agrivita 15:1–10.

Wijanarko, A dan A. Taufiq. 2008. Kalibrasi P padatanaman kacang tanah di tanah Ultisol. JurnalAgrivigor, Fakultas Pertanian, Universitas Hasa-nuddin. 7(3): 272–281.

Wijanarko, A dan Sudaryono. 2007. Uji kalibrasi P padatanaman kedelai di tanah Ultisol Seputih BanyakLampung Tengah. Prosiding Seminar Hasil Pene-litian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Hlm. 233–242. Dalam Harnowo, D(Penyunting). Peningkatan Produksi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Mendukung Keman-dirian Pangan. Badan Penelitian dan PengembanganPertanian. Pusat Penelitian dan PengembanganTanaman Pangan, Bogor.

Wijanarko, A, A. Taufiq, dan A.A. Rahmianna. 2008.Kalibrasi P pada tanaman kacang hijau di tanahUltisol Banjarnegara, Jawa Tengah. JurnalAgrikultura, Fakultas Pertanian, UniversitasPadjadjaran, Bandung. 18(3).

DAFTAR ISIPENENTUAN KEBUTUHANPUPUK P UNTUK TANAMANKEDELAI, KACANG TANAHDAN KACANG HIJAUBERDASARKAN UJI TANAHDI LAHAN KERING MASAMULTISOL1

Andy Wijanarko dan AbdullahTaufiq1)1

POTENSI EKSTRAK BIJIMIMBA SEBAGAIINSEKTISIDA NABATI