endemik kepik hijau pucat, piezodorus hybneri gmelin...

11
73 ABSTRAK Endemik kepik hijau pucat, Piezodorus hybneri Gmelin (Hemiptera: Pentatomidae) dan pengendaliannya. Kepik hijau pucat meru- pakan hama penting pada tanaman kedelai. Hama ini mulai menyerang kedelai sejak tanaman ber- umur 35 hari setelah tanam (HST). Imago dan nimfa merusak dengan menusukkan stiletnya ke kulit polong langsung ke biji untuk mengisap cairan makanan. Akibat serangan yang ditimbulkan ter- gantung pada fase pertumbuhan polong dan biji waktu terjadi serangan, serta banyak dan letak tusu- kan pada biji. Tanda kerusakan akibat serangan P. hybneri adalah bintik coklat pada biji atau kulit polong bagian dalam. Serangan pengisap polong ini menyebabkan kualitas dan hasil panen berkurang dan mengakibatkan daya kecambah biji menurun. Peningkatan serangan P. hybneri diduga berkaitan dengan makin luasnya pertanaman kedelai dan tersedianya tanaman inang (pakan) secara terus menerus sepanjang tahun. Upaya pengendalian P. hybneri yang selama ini dilakukan adalah dengan menggunakan insektisida, kultur teknik, dan peng- gunaan musuh alami. Pengendalian secara kultur teknik dapat dilakukan dengan tanam serempak, penggunaan varietas tahan, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang, sanitasi selektif terhadap tanaman inang, dan penanaman tanaman perangkap. Selain itu, menggunakan pestisida secara bijaksana agar dapat meningkatkan peran musuh alami seperti laba-laba ( Araneidae) dan semut ( Formicidae) dalam menekan populasi P. hybneri di pertanaman. Kata kunci: P. hybneri, endemik, pengendalian ABSTRACT Endemic of red banded stink bug, Piezo- dorus hybneri Gmelin (Hemiptera: Pentato- midae) and its control. Red banded stink bug is one of the major pests of soybean in Indonesia. The insect attacks soybean starting from 35 days after sowing. The adults and the nimphs feed soybean by sucking the seed using their stylets. Damage caused by this pest depends on the pod and seed development, number and site of stylet punctures. The damage was characterized by brown spot on inner pod shell and seed coat. Severe damage re- duces soybean yield and seed vigor. The increase in soybean plantation and the availability of alterna- tive hosts may be a factor of the increase in stink bug population. Controls of stink bug can be con- ducted by application of chemical pesticides, cul- ture practices and natural enemies. The cultural practice control can be carried out by simultaneously planting, the use of resistant varieties, crop rota- tion with non-host plants, sanitation, and the use of trap crops. Selective chemical controls allow natural enemies such as spiders (Araneidae) and red ants (Formicidae) to act as a natural control. Keywords: P. hybneri, endemic, control PENDAHULUAN Kepik hijau pucat, Piezodorus hybneri merupakan hama penting yang bersifat polifag. Hama ini menyerang tanaman famili Legumi- noceae seperti kedelai, kacang hijau, kacang gude, kacang tunggak, kacang panjang, alfalfa, crotalaria, dan Sesbania rostrata (Funayama 2006; Nakamura dan Numata 2006). P. hybneri tersebar luas di daerah beriklim tropis dan sub- tropis, termasuk Indonesia dan Jepang Selatan, Amerika, Australia, dan Eropa (Wada et al . 2006; Musser et al. 2010; Temple et al. 2011). Serangan P. hybneri menyebabkan kerusakan secara ekonomi yaitu berupa kehilangan hasil serta kualitas panen, daya tumbuh biji me- nurun, vigor biji yang terserang rendah karena jaringan biji rusak oleh tusukan P. hybneri, serta menyebabkan penundaan umur masak tana- man (Leonard et al. 2011). P. hybneri dilaporkan menjadi hama penting pada tanaman kedelai di Jepang (Wada et al. 2006) dan Korea (Bae et al. 2008). Piezodorus sp. juga menjadi hama penting pada tanaman kedelai di Texas dan Louisiana, Amerika (Musser et al. 2010; Temple et al. 2011), dan pada tahun 2004 hama ini mengalami pele- dakan populasi di Louisiana (Joshua et al. 2007). Smith et al . (2009) melaporkan bahwa sejak 2006–2007, Piezodorus sp banyak ditemukan pada pertanaman kedelai di Arkansas Selatan. Di Indonesia, Piezodorus sp. ditemukan hampir ENDEMIK KEPIK HIJAU PUCAT, Piezodorus hybneri Gmelin (HEMIPTERA: PENTATOMIDAE) DAN PENGENDALIANNYA Marida Santi Yudha Ika Bayu dan Wedanimbi Tengkano 1) 1) Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak km 8, Kotak Pos 66 Malang 65101, Telp 0341-801468, fax 0341-801496; email santi4_nov@ yahoo.co.id *) Naskah diterima tanggal 24 Januari 2014; disetujui untuk diterbitkan tanggal 30 September 2014. Diterbitkan di Buletin Palawija No. 28: 73 – 83 (2014).

Upload: others

Post on 19-Jan-2020

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ENDEMIK KEPIK HIJAU PUCAT, Piezodorus hybneri Gmelin ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/... · tanaman budidaya (Reeves et al. 2010). Penelitian mengenai P. hybneri di

BAYU DAN TENGKANO: ENDEMIK KEPIK HIJAU PUCAT DAN PENGENDALIANNYA

73

ABSTRAKEndemik kepik hijau pucat, Piezodorus

hybneri Gmelin (Hemiptera: Pentatomidae)dan pengendaliannya. Kepik hijau pucat meru-pakan hama penting pada tanaman kedelai. Hamaini mulai menyerang kedelai sejak tanaman ber-umur 35 hari setelah tanam (HST). Imago dannimfa merusak dengan menusukkan stiletnya kekulit polong langsung ke biji untuk mengisap cairanmakanan. Akibat serangan yang ditimbulkan ter-gantung pada fase pertumbuhan polong dan bijiwaktu terjadi serangan, serta banyak dan letak tusu-kan pada biji. Tanda kerusakan akibat seranganP. hybneri adalah bintik coklat pada biji atau kulitpolong bagian dalam. Serangan pengisap polong inimenyebabkan kualitas dan hasil panen berkurangdan mengakibatkan daya kecambah biji menurun.Peningkatan serangan P. hybneri diduga berkaitandengan makin luasnya pertanaman kedelai dantersedianya tanaman inang (pakan) secara terusmenerus sepanjang tahun. Upaya pengendalian P.hybneri yang selama ini dilakukan adalah denganmenggunakan insektisida, kultur teknik, dan peng-gunaan musuh alami. Pengendalian secara kulturteknik dapat dilakukan dengan tanam serempak,penggunaan varietas tahan, pergiliran tanamandengan tanaman bukan inang, sanitasi selektifterhadap tanaman inang, dan penanaman tanamanperangkap. Selain itu, menggunakan pestisidasecara bijaksana agar dapat meningkatkan peranmusuh alami seperti laba-laba (Araneidae) dansemut (Formicidae) dalam menekan populasi P.hybneri di pertanaman.Kata kunci: P. hybneri, endemik, pengendalian

ABSTRACTEndemic of red banded stink bug, Piezo-

dorus hybneri Gmelin (Hemiptera: Pentato-midae) and its control. Red banded stink bug isone of the major pests of soybean in Indonesia. Theinsect attacks soybean starting from 35 days aftersowing. The adults and the nimphs feed soybeanby sucking the seed using their stylets. Damage

caused by this pest depends on the pod and seeddevelopment, number and site of stylet punctures.The damage was characterized by brown spot oninner pod shell and seed coat. Severe damage re-duces soybean yield and seed vigor. The increase insoybean plantation and the availability of alterna-tive hosts may be a factor of the increase in stinkbug population. Controls of stink bug can be con-ducted by application of chemical pesticides, cul-ture practices and natural enemies. The culturalpractice control can be carried out by simultaneouslyplanting, the use of resistant varieties, crop rota-tion with non-host plants, sanitation, and the useof trap crops. Selective chemical controls allownatural enemies such as spiders (Araneidae) andred ants (Formicidae) to act as a natural control.Keywords: P. hybneri, endemic, control

PENDAHULUAN

Kepik hijau pucat, Piezodorus hybnerimerupakan hama penting yang bersifat polifag.Hama ini menyerang tanaman famili Legumi-noceae seperti kedelai, kacang hijau, kacanggude, kacang tunggak, kacang panjang, alfalfa,crotalaria, dan Sesbania rostrata (Funayama2006; Nakamura dan Numata 2006). P. hybneritersebar luas di daerah beriklim tropis dan sub-tropis, termasuk Indonesia dan Jepang Selatan,Amerika, Australia, dan Eropa (Wada et al.2006; Musser et al. 2010; Temple et al. 2011).Serangan P. hybneri menyebabkan kerusakansecara ekonomi yaitu berupa kehilangan hasilserta kualitas panen, daya tumbuh biji me-nurun, vigor biji yang terserang rendah karenajaringan biji rusak oleh tusukan P. hybneri, sertamenyebabkan penundaan umur masak tana-man (Leonard et al. 2011).

P. hybneri dilaporkan menjadi hama pentingpada tanaman kedelai di Jepang (Wada et al.2006) dan Korea (Bae et al. 2008). Piezodorussp. juga menjadi hama penting pada tanamankedelai di Texas dan Louisiana, Amerika(Musser et al. 2010; Temple et al. 2011), danpada tahun 2004 hama ini mengalami pele-dakan populasi di Louisiana (Joshua et al. 2007).Smith et al. (2009) melaporkan bahwa sejak2006–2007, Piezodorus sp banyak ditemukanpada pertanaman kedelai di Arkansas Selatan.Di Indonesia, Piezodorus sp. ditemukan hampir

ENDEMIK KEPIK HIJAU PUCAT, Piezodorus hybneri Gmelin(HEMIPTERA: PENTATOMIDAE) DAN PENGENDALIANNYA

Marida Santi Yudha Ika Bayu dan Wedanimbi Tengkano 1)

1) Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan UmbiJl. Raya Kendalpayak km 8, Kotak Pos 66 Malang65101, Telp 0341-801468, fax 0341-801496; emailsanti4_nov@ yahoo.co.id

*) Naskah diterima tanggal 24 Januari 2014; disetujuiuntuk diterbitkan tanggal 30 September 2014.

Diterbitkan di Buletin Palawija No. 28: 73 – 83 (2014).

Page 2: ENDEMIK KEPIK HIJAU PUCAT, Piezodorus hybneri Gmelin ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/... · tanaman budidaya (Reeves et al. 2010). Penelitian mengenai P. hybneri di

74

BULETIN PALAWIJA NO. 28, 2014

di seluruh area pertanaman kedelai. Tengkanoet al. (2007) melaporkan bahwa P. hybneribanyak ditemukan di pertanaman kedelai diLampung yaitu di 16 lokasi dari 94 titik penga-matan serta ditemukan juga di SumateraSelatan dan berstatus penting (Tengkano 2007).Hasil penelitian Bayu et al. (2011) terhadapkomposisi pengisap polong kedelai di KebunPercobaan Ngale, Jawa Timur menunjukkanbahwa proporsi P. hybneri mencapai 25,20% danmerupakan spesies yang dominan setelahRiptortus linearis. P. hybneri juga ditemukandi habitat arboreal sepanjang tahun sehinggahutan menjadi sumber infestasi P. hybneri bagitanaman budidaya (Reeves et al. 2010).

Penelitian mengenai P. hybneri di Indone-sia masih sangat terbatas meskipun telahdinyatakan sebagai hama penting sehinggainformasi yang menjelaskan tentang hama inijuga terbatas. Makalah ini menguraikan bio-ekologi dan pengendalian P. hybneri padatanaman kedelai di Indonesia, berdasarkanreferensi yang tersedia di Indonesia dan di luarnegeri.

MORFOLOGI P. hybnery

Imago P. hybneri berwarna hijau pucat,ukurannya lebih kecil bila dibandingkan denganukuran imago Nezara viridula, yaitu berkisarantara 8–12 mm dengan rata-rata 10 mm.Antena berwarna agak kemerah-merahan, mataberwarna merah gelap, ocelus berwarna merahcerah (Wilis 1982; Iman dan Tengkano 2002).Piezodorus sp. merupakan pengisap polongyang unik karena pada bagian tubuh arahdorsal terdapat garis yang menghubungkankedua pangkal sayap. Warna garis tersebut adatiga macam yaitu merah, merah muda, danputih. Perbedaan warna tersebut diasumsikanmencirikan jenis kelamin, namun belum adapenelitian yang mendukung asumsi tersebut.Antara imago yang memiliki warna garisberbeda-beda tersebut dapat berkopulasisehingga disebut varietas. Ukuran badan imagojantan berkisar antara 8,00–9,00 mm dan betinaberkisar antara 09,00–10,00 mm. Telur dile-takkan secara berkelompok membentuk barisan.Tiap kelompok telur terdiri dari dua baris.Bentuk telur seperti tong, berwarna abu-abukehitaman serta memiliki garis putih (Miller1931; Wilis 1982; Iman dan Tengkano 2002).

Nimfa P. hybneri terdiri atas lima instar.Nimfa instar satu berukuran 1,1 mm. Antenadan tungkai berwarna kehitaman, mata ber-

warna merah, kepala dan pronotum berwarnazaitun gelap dan berkilap, bagian dorsal abdo-men berwarna kuning kemerahan. Nimfa in-star dua berukuran 1,60 mm (Miller 1931),sedangkan menurut Tengkano et al. (1992) danWillis (1982), ukuran nimfa instar dua adalah2,2 mm. Nimfa instar dua memiliki antena dantungkai berwarna kehitaman, kepala yang lebardan panjang, serta mata berwarna merah.Abdomennya berwarna kemerahan denganbercak-bercak hitam. Nimfa instar tiga ber-ukuran 2,70 mm (Miller 1931), sedangkan me-nurut Tengkano et al. (1992) dan Willis (1982),ukuran nimfa instar tiga adalah 3,34 mm. Nimfainstar tiga memiliki antena berwarna kehitaman,mata berwarna merah, dan abdomennya ber-warna kekuningan dengan bercak berwarnakehijauan. Nimfa instar empat berukuran 4,00mm (Miller 1931), sedangkan menurut Teng-kano et al. (1992) dan Willis (1982), ukurannimfa instar empat adalah 5,30 mm. Nimfa instarempat memiliki kepala berwarna coklat dan padanotum terdapat garis-garis membujur berwarnacoklat. Abdomennya berwarna agak coklatdengan bercak-bercak yang agak melebar dibagian tengah. Bercak-bercak tersebut ber-warna agak merah yang diselingi warna coklatdan hijau. Nimfa instar lima berukuran 5,70mm (Miller 1931), sedangkan menurut Teng-kano et al. (1992) dan Willis (1982), ukurannimfa instar lima adalah 8,59 mm. Nimfa in-star lima memiliki antena berwarna zaitunkecoklatan dan mata berwarna merah pucat.Kepala, torak, dan abdomen berwarna kuningkehijauan. Pada mesonotum tampak bintik-bintik hitam yang terlihat nyata pada bagianlateral dan kadang-kadang menyatu. Padabagian tersebut ditutupi oleh warna kuningkecoklatan yang tidak nyata. Abdomen bagiantengah arah dorsal dan lateral berwarna anggurterang (Miller 1931). Pada abdomen terdapatbercak putih yang dikelilingi warna kehitaman.

Perbedaan ukuran nimfa yang dilaporkanoleh Miller (1931) dengan Tengkano et al. (1992)dan Willis (1982) diduga disebabkan oleh faktorlingkungan dan jenis pakan yang diberikanpada saat pembiakan. Temperatur merupakanfaktor abiotik yang mempengaruhi pertum-buhan dan perkembangan serangga. Irigarayet al. (2006) dan Esperk et al. (2007) melaporkanbahwa ukuran kapsul kepala larva Lepidoteramengalami perkembangan yang lebih besarpada temperatur yang rendah dibandingkandengan perkembangannya pada temperaturyang tinggi. Makanan juga merupakan faktor

Page 3: ENDEMIK KEPIK HIJAU PUCAT, Piezodorus hybneri Gmelin ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/... · tanaman budidaya (Reeves et al. 2010). Penelitian mengenai P. hybneri di

BAYU DAN TENGKANO: ENDEMIK KEPIK HIJAU PUCAT DAN PENGENDALIANNYA

75

yang mempengaruhi pertumbuhan serangga.Pakan dengan jumlah karbohidrat, protein, dannitrogen yang tinggi akan menunjang per-tumbuhan dan perkembangan serangga (Fatmaet al. 2009).

BIOEKOLOGI P. hybneri

P. hybneri adalah serangga yang memilikimetamorfosis tidak sempurna yaitu telur, nimfa,dan imago (Gambar 1 dan 2). Menurut Miller(1931), lama stadia imago berkisar antara 25–74 hari dengan rata-rata 41,6 hari. Sedangkanmenurut Tengkano et al. (1992) dan Willis(1982), lama stadia imago berkisar antara 19–45 hari dengan rata-rata 30 hari. Siklus hidupP. hybneri dari telur sampai imago rata-rata30 hari. Imago P. hybneri (Gambar 2b danGambar 3). datang ke pertanaman sejak pembu-ngaan untuk meletakkan telur dan makan.Pada pagi hari, imago akan berada di atas per-mukaan daun dan pada siang hari imago akanturun ke polong untuk makan. Telur diletakkansecara berkelompok di permukaan atas daun

Gambar 3. Imago P. hybneri, garis merah (kiri) dangaris merah muda (kanan) pada pronotum.

Sumber: A. Puslitbang Tanaman Pangan 1990. B. http://www.boujo. net/handbook/saien/saie-65.html.

Gambar 2. Telur (A) dan imago P. hybneri garisputih pada pronatum (B).

Sumber: Puslitbang Tanaman Pangan 1990.

Gambar 1. Stadia nimfa dan imago P. hybneri.Sumber http://flickrhivemind.net/Tags/nymfa/Interesting.

atau di polong. Tiap kelompok telur terdiri daridua baris, berisi antara 9–12 butir. Masa inku-basi telur rata-rata 4 hari.

Imago jantan P. hybneri memiliki kemam-puan untuk menarik serangga sejenis baikjantan maupun betina karena memiliki feromonyang terdiri dari β-sesquiphellanrene, R-15-hexadecanolide, dan methyl-8-hexadecenoateterutama untuk imago betina di lapang (Huhet al. 2006; Endo et al. 2010). Imago jantan P.hybneri mulai kopulasi pada umur 4 hari setelahmenjadi imago. Vitalitas dan umur imago jantanP. hybneri mempengaruhi jumlah dan perban-dingan feromon (Endo et al. 2012). Moraes etal. (2008), melaporkan bahwa faktor makananjuga mempengaruhi perbandingan keragamanferomon pada pengisap polong. Perubahankeragaman feromon pada P. hybneri terjadipada dua minggu setelah lahir sehingga mengu-rangi kemampuan untuk menarik individu lain(Endo et al. 2012). Serangga yang memilikisiklus hidup yang panjang diduga akan membu-tuhkan waktu yang lebih lama dalam meresponferomon dan mencapai kematangan sexualsehingga proses reproduksinya juga akan lebihlambat.

Nimfa P. hybneri terdiri dari lima instar.Nimfa instar 1 berkembang antara 2–3 hari.Nimfa yang baru menetas akan bergeromboldi atas kulit telur di atas permukaan daun ataudi kulit polong. Nimfa instar 1 tidak makan,untuk pertumbuhan dan perkembangannyahanya membutuhkan kelembaban udara yangtinggi (Miller 1931; Willis 1982). Nimfa instar2 memiliki periode perkembangan antara 2–3hari (Miller 1931), sedangkan menurut Teng-kano et al. (1992) dan Willis (1982), adalah 3–5 hari. Nimfa instar 2 mulai menyebar menujuke polong untuk makan dan hidup bergeromboldi polong. Periode perkembangan nimfa instar3 antara 3–9 hari (Miller 1931), sedangkanmenurut Tengkano et al. (1992) dan Willis

A B

A B

Page 4: ENDEMIK KEPIK HIJAU PUCAT, Piezodorus hybneri Gmelin ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/... · tanaman budidaya (Reeves et al. 2010). Penelitian mengenai P. hybneri di

76

BULETIN PALAWIJA NO. 28, 2014

Gambar 4. Periode perkembangan P. hybneri padatiap stadia dan instar nimfa menurut Miller(1931), Tengkano et al. (1992), dan Willis (1982).

Gambar 5. Ukuran setiap instar nimfa P. hybnerimenurut Miller (1931), Tengkano et al. (1992),dan Willis (1982).

(1982) adalah 2–4 hari. Nimfa instar 4 memilikiperiode perkembangan antara 2–6 hari (Miller1931), sedangkan menurut Tengkano et al.(1992) dan Willis (1982), adalah antara 3–4hari. Periode perkembangan nimfa instar 5antara 4–6 hari (Miller 1931), sedangkanmenurut Tengkano et al. (1992) dan Willis(1982), periode perkembangan nimfa instar 5antara 4–7 hari. Rata-rata total umur nimfa P.hybneri adalah 18 hari dengan kisaran 14–22hari (Wilis 1982).

Perbedaan daur hidup dan ukuran P. hyb-neri yang dilaporkan oleh ketiga peneliti tersebutdisajikan pada Gambar 4 dan 5. Dari data Teng-kano et al. (1992) dan Willis (1982) diketahuibahwa stadia P. hybneri selalu lebih pendek danukuran P. hybneri selalu lebih besar dari sta-dia dan ukuran P. hybneri yang dilaporkan olehMiller (1931). Perbedaan suhu lingkunganpembiakan diduga menjadi faktor penentupanjang pendeknya periode perkembangan P.hybneri. Iklim panas akan mempercepat siklushidup serangga. Selain itu, perbedaan jenispakan juga akan mempengaruhi pertumbuhandan perkembangan P. hybneri. Kualitas pakanyang baik akan menyebabkan perkembanganstadia serangga semakin pendek dan ukuranserangga yang lebih besar. Penelitian terhadapjenis pakan dan pengaruhnya terhadap per-tumbuhan dan perkembangan serangga telahdilakukan pada hama pemakan polong kedelai(Helicoverpa armigera) pada tahun 2011. Hasil-nya menunjukkan bahwa perbedaan jenis pakanberpengaruh nyata terhadap ukuran serangga,

daur hidup, serta reproduksinya (Santi YIB danBaliadi, belum dipublikasi).

SERANGAN P. hybneri

Waktu Penyerangan

Imago P. hybneri mulai datang ke perta-naman kedelai sejak tanaman berumur 35 HSTuntuk bertelur dan mengisap daun. Pada saatitu, tanaman kedelai belum memiliki polong danbiji sehingga P. hybneri memperoleh makanandari cairan daun. Setelah terbentuk polong danbiji, imago serta nimfa P. hybneri akan merusakdan makan dengan cara menusukkan stiletnyake kulit polong hingga ke biji untuk mengisapcairan dan zat-zat makanan dari dalam bijikedelai, kecuali nimfa instar 1. Nimfa instar 1belum memerlukan makanan dan hanya memer-lukan kelembaban yang tinggi. Menurut Arifindan Tengkano (2010), kerusakan polong danbiji akibat serangan P. hybneri mulai terjadipada umur 42 HST, namun tingkat kerusak-annya mulai terlihat oleh stadia nimfa instar3, 4, dan 5, serta imago pada 63 HST. Nimfa P.hybneri instar 2 memiliki perilaku kurang gesitsehingga tingkat kerusakan yang ditimbulkanmasih sangat rendah.

Hasil penelitian Arifin dan Tengkano (2010)menyatakan bahwa tingkat kerusakan polongdan biji kedelai varietas Wilis mulai terlihatsetelah diinfestasi dengan dua ekor P. hybneriper 10 rumpun kemudian meningkat secaraproporsional dengan meningkatnya populasi P.hybneri. Tingkat kerusakan tertinggi diperolehsetelah tanaman diinfestasi dengan delapan

Page 5: ENDEMIK KEPIK HIJAU PUCAT, Piezodorus hybneri Gmelin ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/... · tanaman budidaya (Reeves et al. 2010). Penelitian mengenai P. hybneri di

BAYU DAN TENGKANO: ENDEMIK KEPIK HIJAU PUCAT DAN PENGENDALIANNYA

77

ekor P. hybneri per 10 rumpun pada 56 HST.Asadi (2009) melaporkan bahwa telah ditemu-kan P. hybneri pada tanaman kedelai pada 9MST namun populasinya masih rendah. Pening-katan populasi P. hybneri terjadi pada 10, 11,dan 12 MST dan populasi tertinggi ditemukanpada saat tanaman berumur 10 MST yaitumencapai 193 ekor/plot (2 m x 3 m). Berdasarkaninformasi tersebut dapat dikemukakan bahwaP. hybneri berstatus penting sehingga kebera-daannya perlu diperhatikan agar tidak menim-bulkan serangan.

Tanda Serangan

P. hybneri serta pengisap polong lainnya lebihmenyukai polong yang sudah berisi biji daripadapolong muda. Fase tersebut disukai oleh pengi-sap polong karena polong dan biji kedelai memi-liki kandungan zat-zat makanan seperti lemakdan protein yang dapat menunjang pertum-buhan dan perkembangan hama sehinggaterpilih sebagai bahan makanan. Seranganyang terjadi pada fase pembentukan polongakan menyebabkan polong kering dan gugur.Serangan pada fase pertumbuhan polong danperkembangan biji menyebabkan polong danbiji kempis, mengering lalu gugur. Seranganpada fase pengisian biji menyebabkan biji hitamdan busuk. Serangan pada fase pematanganpolong menyebabkan biji keriput dan ada bercakhitam kecoklatan. Serangan pada polong tuaatau menjelang panen menyebabkan biji ber-lubang. Tanda kerusakan akibat serangan P.hybneri adalah adanya bintik coklat pada bijiatau kulit polong bagian dalam.

Kehadiran serangga pada tanaman juga di-sebabkan oleh adanya senyawa kimia sekun-der yang dihasilkan oleh tanaman yang disebutallelochemicals. Setiap jenis tanaman memilikisenyawa biokimia primer maupun sekunderyang berbeda yang mempengaruhi ketertarikanserangga terhadap tanaman (Samira et al.2011). Dengan adanya allelochemicals dankairomone, serangga tertarik untuk mengada-kan interaksi dengan tanaman. Interaksiantara serangga dengan tanaman kedelai ada-lah sebagai usaha serangga untuk memper-tahankan diri atau untuk memenuhi kebutuhanhidupnya yaitu pakan, ruang untuk tempattinggal, dan untuk berkembang biak.

Dampak Serangan

Tingkat serangan P. hybneri terus meningkatapabila tidak dilakukan usaha penekanan

populasi pada awal pertumbuhan polong.Dampak serangan P. hybneri bergantung padatahap pertumbuhan polong dan biji waktuterjadi serangan, serta banyak tusukan padabiji. Pada tingkat populasi yang sama, dampakserangan pengisap polong terhadap produksikedelai berbeda menurut tahap pertumbuhantanaman serta perkembangan polong dan biji.Depieri dan Panizzi (2011) melaporkan bahwaterdapat korelasi yang positif antara waktupenyerangan pengisap polong dengan dampakyang ditimbulkan. Serangan pengisap polongmenyebabkan kuantitas dan kualitas hasilpanen berkurang serta mengakibatkan dayakecambah biji berkurang. Semakin meningkat-nya pelukaan pada biji menyebabkan umurmasak tanaman menjadi tertunda (Leonard etal. 2011).

Pada tingkat populasi relatif rendah, P.hybneri dan pengisap polong lainnya hanyamenyebabkan pelukaan (injury), belum meng-akibatkan kerusakan (damage) polong dan biji.Tanaman kedelai biasanya mampu mento-leransi, bahkan mengkompensasi pelukaan kecildengan cara menyalurkan energi atau sum-berdaya yang lebih banyak ke ujung bagiantanaman yang sedang tumbuh atau ke bagianpembentukan buah. Peningkatan serangan P.hybneri diduga berkaitan dengan makin luas-nya pertanaman kedelai dan tersedianyatanaman inang (pakan) secara terus menerussepanjang tahun. Ketersediaan pakan menye-babkan populasi P. hybneri berlimpah sehinggakerusakan yang ditimbulkan juga akan me-ningkat.

Arifin dan Tengkano (2010) melaporkanbahwa kehilangan hasil panen kedelai ber-banding lurus dengan tingkat kepadatan popu-lasi P. hybneri, kepadatan tinggi meningkatkankerusakan dan kehilangan hasil kedelai. Nilaitingkat kerusakan ekonomi P. hybneri sebesar0,58 ekor/10 rumpun untuk stadium nimfa dan0,63 ekor/10 rumpun untuk stadium imago.Besarnya nilai ambang ekonomi untuk P. hyb-neri lebih-kurang 1 ekor/20 rumpun. Kehi-langan hasil kedelai akibat P. hybneri dapatmencapai 10–41% bergantung pada kepadatanpopulasinya.

CARA PENGAMATAN POPULASIDAN TINGKAT SERANGAN

Tingkat kerusakan dan kehilangan hasilyang ditimbulkan oleh serangan hama pada

Page 6: ENDEMIK KEPIK HIJAU PUCAT, Piezodorus hybneri Gmelin ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/... · tanaman budidaya (Reeves et al. 2010). Penelitian mengenai P. hybneri di

78

BULETIN PALAWIJA NO. 28, 2014

tanaman kedelai sangat bervariasi, ditentukanoleh berbagai faktor antara lain tinggi ren-dahnya populasi, bagian tanaman yang dirusak,fase pertumbuhan tanaman, tanggap tanamanterhadap hama (varietas yang ditanam), dankemampuan petani melaksanakan pengen-dalian. Dalam kaitannya dengan fase pertum-buhan tanaman, fase pertumbuhan tanamantertentu (umur kritis) sangat penting diketahuiuntuk memudahkan pengamatan dan pengam-bilan keputusan pengendalian. Periode kritistanaman kedelai adalah pada waktu pemben-tukan polong hingga pengisian polong (Jessica2012).

Pengamatan populasi dan serangan P.hybneri dilakukan pada fase generatif yaitupada umur 35, 42, 49, 56, 63, 70, dan 77 HSTkarena pada fase tersebut sudah terbentukpolong dan biji (Jessica 2012). Waktu penga-matan sebaiknya didasarkan pada bioekologiP. hybneri, periode kritis tanaman kedelai dangangguan lingkungan. Selain itu, pola pertum-buhan bunga dan polong kedelai juga perludiperhatikan agar pengamatan tepat sasaran.Pengamatan populasi dapat dilakukan denganmenarik garis secara diagonal dan memilih limatitik sampel (empat titik pada daerah mendekatiujung garis diagonal dan satu titik pada perpo-tongan kedua garis diagonal). Pada masing-masing titik dipilih dua baris tanaman, masing-masing baris terdiri dari lima rumpun tanaman.Pengamatan dilakukan secara langsung terha-dap populasi imago dan nimfa P. hybneri. Padasaat panen diamati tingkat serangannya ter-hadap polong dan biji sampel.

PENGENDALIAN P. hybneri

Pengendalian Kimiawi

Upaya pengendalian terhadap berbagai jenispengisap polong yang dilakukan oleh petanipada umumnya adalah dengan aplikasi insek-tisida tanpa memperhatikan dampak negatifyang ditimbulkan (Naveed et al. 2009). Peng-ujian berbagai bahan aktif insektisida untukmengendalikan pengisap polong telah dilaku-kan pada tahun 2006. Insektisida berbahanaktif deltametrin dan klorpirifos diketahui efektifuntuk mengendalikan N. viridula dan R. linearisserta dapat mempertahankan hasil panensebesar 61,6% untuk deltametrin dan 45,3%untuk klorpirifos (Tengkano et al. 2007). Namun,penggunaan kedua insektisida tersebut masihbelum dapat mengatasi populasi serta tingkat

serangan yang ditimbulkan oleh pengisappolong termasuk P. hybneri. Pada kenyata-annya, aplikasi insektisida yang dilakukansecara terus menerus dalam jangka waktu yanglama akan menyebabkan terjadinya resistensidan resurjensi hama, musnahnya musuh alami(predator dan parasitoid), serta terganggunyakesehatan manusia dan lingkungan (Fernandeset al. 2010). Oleh karena itu, dalam pengen-dalian P. hybneri juga harus memperhatikanprinsip-prinsip PHT yang menekankan padapemantauan populasi hama sebagai pedomantindakan pengendalian. Pengendalian menggu-nakan insektisida dilakukan apabila populasirata-rata P. hybneri sama atau lebih besar dariambang ekonomi yang bernilai 1 ekor/20rumpun (Arifin dan Tengkano 2010). Apabilapopulasi P. hybneri kurang dari ambang eko-nomi tersebut maka tidak perlu dilakukanpengendalian namun pemantauan populasiharus tetap dilakukan hingga 70 HST. MenurutAsadi (2009), populasi P. hybneri meningkatterus hingga 70 HST.

Pengendalian Secara Kultur Teknik

Pengendalian secara kultur teknik atau carabudidaya dapat dilakukan antara lain dengantanam serempak, pergiliran tanaman dengantanaman bukan inang, pengumpulan P. hyb-neri secara mekanis, sanitasi selektif terhadaptanaman inang, penanaman varietas tahan, danpenanaman tanaman perangkap. Tanam serem-pak dimaksudkan agar tersedianya makananbagi hama menjadi lebih pendek dan suatu saatakan menjadi periode tidak ada pertanamansehingga perkembangan populasi hama dapatterputus. Penanaman tanaman secara serempakdilakukan pada areal yang seluas-luasnyadalam waktu 10 hari (Baliadi et al. 2008). Halini bertujuan untuk mengencerkan populasihama sehingga populasi hama tidak mencapaiambang ekonomi dan tidak perlu dilakukanpengendalian menggunakan insektisida. Selainitu, pertanaman yang ditanam awal juga tidakmenjadi sumber infestasi hama bagi perta-naman yang ditanam terakhir pada hamparantersebut. Pergiliran tanaman bertujuan untukmemutuskan daur hidup suatu hama denganmencegah tersedianya makanan, tempat untukhidup, dan berkembang biak. Sanitasi bertujuanuntuk menghilangkan sumber serangan yaituinang alternatif dengan melakukan pember-sihan lahan dari tanaman/sisa tanaman ter-serang, pembersihan pematang, serta tempat-tempat yang merupakan tempat bertelur, tempat

Page 7: ENDEMIK KEPIK HIJAU PUCAT, Piezodorus hybneri Gmelin ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/... · tanaman budidaya (Reeves et al. 2010). Penelitian mengenai P. hybneri di

BAYU DAN TENGKANO: ENDEMIK KEPIK HIJAU PUCAT DAN PENGENDALIANNYA

79

makan, dan tempat persembunyian hama.Sasaran sanitasi adalah gulma yang berpotensisebagai tanaman inang hama, sedangkan untuktanaman yang bernilai ekonomis, pengendalianterhadap hama dilakukan secara mekanis.

Pengendalian hama dengan tanamanperangkap pada prinsipnya adalah mencipta-kan keadaan agar populasi hama yang akandikendalikan mengumpul atau terkonsentrasipada area terbatas dan tidak mencapai perta-naman utama sehingga mudah untuk dikenda-likan. Hal ini dapat mengurangi penggunaaninsektisida dan meningkatkan daya kerja musuhalami (Baliadi dan Tengkano 2008). Tanamaninang yang berpotensi untuk dijadikan tanamanperangkap bagi P. hybneri adalah S. rostrata.Penggunaan S. rostrata dapat menekan populasiimago dan nimfa P. hybneri sebesar 45% danmenurunkan intensitas serangan sebesar 25%(Tengkano et al. 1994). Namun, S. rostrata tidakbernilai ekonomis dan memiliki morfologi yangtinggi dan besar sehingga proses pengamatandan pengendalian hama sulit dilakukan.

Tanaman inang yang digunakan untukmenggantikan S. rostrata sebagai tanamanperangkap P. hybneri adalah kacang hijauvarietas Merak (Baliadi et al. 2008). Penggu-naan kacang hijau varietas Merak sebagai tana-man perangkap telah direkomendasikan padapengelolaan hama terpadu (PHT) kedelai karenamemenuhi persyaratan yaitu efektif memerang-kap imago dan nimfa pengisap polong sebesarlebih dari 70% serta bernilai ekonomi. Meskipunhasil produksi kacang hijau varietas Merak lebihrendah dari pada kedelai namun harga jualnyajauh lebih tinggi. Keunggulan lain dari kacanghijau varietas Merak adalah karena polongkacang hijau varietas Merak berada di ataskanopi sehingga memudahkan dalam peman-tauan dan pengendalian terhadap hama dapatdilakukan secara mekanis.

Hokkanen (1991) mengemukakan bahwasalah satu persyaratan tanaman perangkapadalah fase yang lebih menarik tersedia dalamjangka waktu lama. Namun, kacang hijauMerak memiliki fase pertumbuhan yang tersediadalam jangka waktu yang pendek yaitu umurpanennya hanya 60 hari, sehingga dalam pe-manfaatannya harus ditingkatkan frekuensitanamnya. Peningkatan frekuensi tanamkacang hijau Merak dapat meningkatkan efek-tivitasnya sebagai tanaman perangkap P.hybneri dan berlangsung sampai kedelaiberumur 70 HST. Tingkat efektivitasnya ber-

kisar antara 71–91%. Efektivitas kacang hijauMerak sebagai tanaman perangkap dipengaruhioleh tata letaknya. Penempatan yang dianjur-kan adalah 6% ditanam bersamaan dengantanam kedelai serta 6% ditanam 1 minggu sete-lah tanam kedelai (Tengkano et al. 1994; Baliadiet al. 2008). Penentuan letak penanamantanaman perangkap juga perlu memperhatikanprilaku hama sasaran dan letak/arah sumberinfestasi hama. Penanaman kacang hijau Merakdianjurkan pada pinggir tanaman utama danletaknya ditentukan oleh arah sumber infestasihama yang mungkin terjadi. Penggunaan ka-cang hijau merak sebagai tanaman perangkappengisap polong dapat mengurangi penggunaaninsektisida sebesar 88% karena pengendalianhanya terkonsentrasi pada 12% lahan yang di-tanami tanaman kacang hijau varietas Merak.

Penelitian penggunaan tanaman perangkapuntuk menekan biaya penggunaan insektisidatelah dilakukan oleh Toews and Shurley (2009).Reay-Jones et al. 2009 juga melaporkan bahwapengisap polong cenderung berkoloni di tana-man perangkap sehingga pengendalian dapatdifokuskan hanya pada tanaman perangkaptersebut. Jessica (2012), melaporkan bahwapenggunaan varietas kedelai genjah sebagaitanaman perangkap dapat mengkonsentrasikanpopulasi pengisap polong pada pertanamankedelai varietas dalam sehingga dapat mengu-rangi penggunaan insektisida.

Penelitian tanaman perangkap untuk me-nekan biaya penggunaan insektisida telah di-lakukan oleh Toews and Shurley (2009). Reay-Jones et al. 2009 juga melaporkan bahwapengisap polong cenderung berkoloni di tana-man perangkap sehingga pengendalian dapatdifokuskan hanya pada tanaman perangkaptersebut. Jessica (2012), melaporkan bahwapenanaman varietas kedelai genjah sebagaitanaman perangkap dapat menarik pengisappolong untuk datang dan menyerang tanamantersebut sehingga tanaman kedelai utama yangumurnya lebih panjang dapat terhindar dariserangan pengisap polong. Meskipun tanamankedelai utama tetap berpotensi diserang peng-isap polong, namun intensitas serangannyarelatif kecil, sehingga mengurangi penggunaaninsektisida.

Penggunaan varietas tahan juga merupakankomponen pengendalian hama terpadu.McPherson et al. (2007) mengemukakan bahwapenggunaan varietas kedelai tahan hanyadifokuskan terhadap organisme pengganggu

Page 8: ENDEMIK KEPIK HIJAU PUCAT, Piezodorus hybneri Gmelin ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/... · tanaman budidaya (Reeves et al. 2010). Penelitian mengenai P. hybneri di

80

BULETIN PALAWIJA NO. 28, 2014

tanaman (OPT) sasaran. Penelitian mengenaipenggunaan varietas kedelai tahan telah dila-kukan oleh McPherson et al. (2007) yang menye-butkan bahwa genotipe IAC 100 yang merupa-kan genotipe asal Brazilia merupakan genotipekedelai tahan terhadap pengisap polong. Halserupa juga dikemukakan oleh Suharsono(2011) bahwa IAC 100 dan IAC 80 memilikiketahanan terhadap pengisap polong. PenelitianBayu dan Tengkano (2014) tentang pengujiangalur-galur harapan kedelai toleran lahanmasam dan kekeringan terhadap R. linearisdengan menggunakan genotipe IAC 100 danG100H sebagai pembanding tahan menun-jukkan bahwa IAC 100 dan G100H terindikasitahan terhadap R. linearis (pengisap polong).Varietas kedelai tahan terhadap P. hybneri diIndonesia belum ditemukan, sehingga perludilakukan pengujian terhadap galur-galurtahan R. linearis dan galur-galur hasil persi-langan lainnya terhadap P. hybneri. Varietaskedelai yang terindikasi tahan terhadappengisap polong dapat digunakan sebagai indukpersilangan dalam menciptakan varietas barutahan pengisap polong dan hasil tinggi.

Pengendalian Biologi

Pengendalian biologi terhadap pengisappolong yang telah dilakukan adalah menggu-nakan bioinsektisida Lecanicillium lecanii. L.lecanii dilaporkan efektif mengendalikan telurR. linearis pada tanaman kedelai (Prayogo 2011;Prayogo dan Santoso 2013) dan merupakancara pengendalian yang mudah, murah, sertatidak menimbulkan dampak negatif terhadaplingkungan. Namun, aplikasi L. lecanii terhadapP. hybneri belum diteliti. Diduga bahwa bioin-sektisida tersebut juga efektif untuk mengen-dalikan pengisap polong lainnya termasuk P.hybneri. Selain itu, pengendalian terhadappengisap polong juga telah dilakukan denganmenggunakan insektisida nabati berbahan aktifdaun Aglalia odorata. A. odorata 5% mampumengendalikan hama pengisap polong dandapat mencegah kehilangan hasil (Marwoto2007). Namun, pengujian keefektifannya ter-hadap P. hybneri belum dilakukan.

Pengendalian biologi yang lain adalah pe-manfaatkan musuh alami. Pengendalian pengi-sap polong dengan musuh alami belum banyakdilakukan. Laba-laba (Araneidae) dan semutmerah (Formicidae) adalah predator utama P.hybneri terutama stadia telur dan nimfa (Arifin2005; Hosetti dan Rudresh 2012). Kematianpengisap polong akibat predator tersebut pada

stadia telur dan nimfa dapat mencapai lebih dari90%. Tengkano et al. (2004), melaporkan bahwaOxyopes javanus mampu memangsa nimfa in-star 2 pengisap polong R. linearis, N. viridula,dan P. hybneri sebesar 8,5 ekor/hari atau 9,75ekor/2 hari dan tingkat pemangsaannya ber-gantung pada kepadatan populasi. Hal serupajuga dilaporkan oleh Windriyanti (2004), bahwaO. javanus lebih tertarik untuk memangsa nimfaP. hybneri instar 2 namun hanya 3 ekor/hari.Selain itu, telur P. hybneri juga dapat diparasitoleh Telenomus podisi, Trissolcus basalis, Gryonsp., Anastatus sp., dan Ooencyrtus sp. ImagoP. hybneri dapat diparasit oleh lalat tachinidae,Trichopoda giamocellii (Bailey 2007) danConopiid sp (Baliadi et al. 2008). Ciri-ciri imagoP. hybneri yang terparasit oleh Conopiid sp.yaitu tubuhnya berwarna kuning (Tengkano2014, Komunikasi pribadi).

Sampai saat ini telah ditemukan delapan jenisparasitoid telur pengisap polong, yakni Anasta-tus sp., Ooencyrtus malayensis., Telenomus sp.,T. basalis, dan empat jenis Gryon (Hirose et al.1987). Kedelapan jenis parasitoid telur tersebuttelah berhasil dibiakkan di laboratorium. Pene-litian tentang penggunaan musuh alami dalampengendalian biologi lainnya adalah pengen-dalian litchi stink bug oleh parasitoid Anastatusjaponicus (Li et al. 2014) dan pengendalianneotropical stink bugs oleh parasitoid telur(Laumann et al. 2010).

Musuh alami sebagai salah satu komponenekosistem berperan penting dalam prosesinteraksi intra–dan–inter-spesies. Tingkat pe-mangsaan musuh alami berubah-ubah menu-rut kepadatan populasi hama sehingga musuhalami digolongkan ke dalam faktor ekosistemyang tergantung kepadatan (density dependentfactors). Ketika populasi hama meningkat,mortalitas yang disebabkan oleh musuh alamisemakin meningkat, demikian pula sebaliknya.Musuh alami dapat dimanfaatkan untuk me-ngendalikan dan mengatur populasi hama padatingkat keseimbangan umum (general equilib-rium position), baik secara alamiah maupunbuatan. Pemanfaatan musuh alami secaraalamiah dapat dilakukan melalui konservasidan peningkatan efektivitas musuh alami,antara lain dengan menerapkan teknik budi-daya yang baik serta menggunakan pestisidasecara selektif dan bijaksana, sehingga tidakmengganggu kelangsungan hidup musuhalami. Pemanfaatan musuh alami secara buatandapat dilakukan dengan cara memperbanyakmusuh alami di laboratorium (augmentasi) dan

Page 9: ENDEMIK KEPIK HIJAU PUCAT, Piezodorus hybneri Gmelin ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/... · tanaman budidaya (Reeves et al. 2010). Penelitian mengenai P. hybneri di

BAYU DAN TENGKANO: ENDEMIK KEPIK HIJAU PUCAT DAN PENGENDALIANNYA

81

kemudian dilepas ke pertanaman (inundasi).Kendala dalam pemanfaatan musuh alami yaitukondisi agroekosistem dan adanya ketergan-tungan terhadap pestisida. Pemanfaatan musuhalami perlu diteliti lebih lanjut seperti dosis para-sitoid, waktu pelepasan, dan frekuensi pelepasanagar perannya dalam mengendalikan hamatanaman dapat berfungsi secara optimal.

KESIMPULAN

1. P. hybneri merupakan hama penting padatanaman kedelai di Indonesia dan menye-babkan kerusakan secara ekonomi yaituberupa kehilangan hasil serta kualitas panen,daya tumbuh biji menurun, vigor biji yangterserang rendah karena jaringan biji rusakoleh tusukan P. hybneri, serta menyebabkanpenundaan umur masak tanaman. P. hybneritersebar luas di daerah beriklim tropis dansubtropis.

2. Di Indonesia, P. hybneri tersebar di beberapapropinsi terutama Sumatera Selatan, Lam-pung, Sulawesi Tenggara, dan Jawa Timur.Hama ini memiliki delapan jenis tanamaninang yang merupakan faktor penunjangdalam pertumbuhan dan perkembanganpopulasi. Teknologi pengendalian P. hybneriyang telah dilakukan dan diketahui efektifadalah penggunaan insektisida berbahanaktif deltametrin. Selain itu, penggunaantanaman perangkap kacang hijau jugaefektif memerangkap populasi imago P.hybneri lebih dari 70%. Penggunaan ta-naman perangkap untuk pengendalian peng-isap polong termasuk P. hybneri pada per-tanaman kedelai dapat menurunkan peng-gunaan insektisida sebesar 88% karenapengendalian hanya terkonsentrasi padatanaman perangkap seluas 12%.

3. Di Indonesia, varietas tahan terhadap pengi-sap polong telah ditemukan, namun pengu-jian keefektifannya terhadap P. hybneribelum dilakukan. Teknologi pengendalianlain yang belum diuji keefektifannya dalammengendalikan P. hybneri adalah penggu-naan cendawan entomopatogen, parasitoid,predator, dan insektisida nabati yangsemuanya perlu penelitian lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. 2005. Lycosa pseudoannulata: laba-labapemangsa serangga hama kedelai. Berita PusatPenelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan32: 8–9.

Arifin, M. dan W. Tengkano. 2010. Tingkat keru-sakan ekonomi hama kepik punggung bergaris,Piezodorus hybneri pada kedelai. J. PenelitianPertanian Tanaman Pangan 29(1): 42–49.

Asadi. 2009. Identifikasi ketahanan sumberdayagenetik kedelai terhadap hama pengisap polong.Balai Penelitian dan Pengembangan Bioteknologidan sumberdaya Genetik Pertanian. Bul. PlasmaNutfah 15(1): 27–31.

Bae, S.D., H.J. Kim, G.H. Lee, S.T. Park, S.W. Lee.2008. Susceptibility of stink bugs collected in soy-bean fields in Milyang to some insecticides. Kor.J. Appl. Entomol. 47: 413–419.

Bailey, W. 2007. Stink bugs in corn and soybean.Integrated pest and crop management newslet-ter. Univ. of Missouri Newsletter 17: 14.

Baliadi, Y., W. Tengkano, Bedjo, Suharsono, danSubandi. 2008. Pedoman Penerapan Rekomen-dasi Pengendalian Hama Terpadu TanamanKedelai di Indonesia. Balai Penelitian TanamanKacang-kacangan dan Umbi-umbian. 106 hlm.

Baliadi, Y., dan W. Tengkano. 2008. Peningkatanefektifitas dan efisiensi PHT kedelai denganintegrasi tanaman perangkap kacang hijau danjagung serta sanitasi selektif polong Crotalariasp. Laporan Penelitian Tahun 2008. Balitkabi.34 hlm.

Bayu, M.S.Y.I., Christanto, dan W. Tengkano. 2011.Komposisi genus dan spesies pengisap polongkedelai pada pertanaman kedelai. Hlm. 271–278.dalam A. Widjono, Hermanto, N. Nugrahaeni.A.A. Rahmianna, Suharsono, F. Rozi, E. Ginting,A. Taufiq, A. Harsono, Y. Prayogo, dan E. Yusna-wan. (Eds.) Pros. Seminar Hasil PenelitianTanaman Aneka Kacang dan Umbi. PuslitbangTanaman Pangan. Bogor.

Bayu, M.S.Y.I., dan W. Tengkano. 2014. Evaluasiketahanan galur-galur harapan kedelai toleranlahan masam dan kekeringan terhadap kepikcoklat. Pro. Seminar Nasional 3 in One, Hortikul-tura, Agronomi, dan Pemuliaan Tanaman. Fak.Pertanian. Univ. Brawijaya: 322–327.

Bayu, M.S.Y.I., dan Y. Baliadi. 2011. Pengaruh jenispakan terhadap pertumbuhan dan keperidianpemakan polong, Helicoverpa armigera. Disam-paikan pada Seminar Intern Balai PenelitianTanaman Aneka Kacang dan Umbi, 13 Mei 2011.

Depieri, R.A. and A.R. Panizzi. 2011. Duration offeeding and superficial and in-depth damage tosoybean selected species of stink bugs (Hete-roptera: Pentatomidae). Neotrop. Entomol. 40:197–203.

Endo, N., R. Sasaki, and S. Muto. 2010. Pheromonalcross-attraction in true bugs (Heteroptera): at-traction of Piezodorus hybneri (Pentatomidae) toits pheromone versus the pheromone of Riptortuspedestris (Alydidae). Environ. Entomol. 39(6):1973–1979.

Page 10: ENDEMIK KEPIK HIJAU PUCAT, Piezodorus hybneri Gmelin ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/... · tanaman budidaya (Reeves et al. 2010). Penelitian mengenai P. hybneri di

82

BULETIN PALAWIJA NO. 28, 2014

Endo, N., T. Yasuda, T. Wada, S.E. Muto, and R.Sasaki. 2012. Age-related and individual varia-tion in male Piezodorus hybneri (Heteroptera:Pentatomidae) pheromones. PhysicologicalEntomol. 4p.

Esperk, T., T. Tammaru, S. Nylin. 2007. Intraspe-cific variability in number of larval instars ininsects. J. Econ. Entomol. 100: 627–645.

Fatma, K. A., M.R. Eman, F.S. Ibrahim, and E.N.Enas. 2009. Host plant shifting affect the biologyand biochemistry of Spodoptera litoralis (boisd.)(Lepidoptera: Noctuidae). Egypt. Acad. J. Biolog.Sci. 2(1): 63–71.

Fernandes, F.L., L. Bacci, M.S. Fernades. 2010.Impact and selectivity of insecticides to preda-tors and parasitoids. Entomol. Brasilis 3: 1–10.

Funayama, K. 2006. A new rearing method usingcarrots as food for the brownmarmorated stinkbug, Halyomorpha halys (Stal) (Heteroptera: Pen-tatomidae). Appl. Entomol. Zool. 41 (3): 415–418.

Hirose, Y., W. Tengkano, dan T. Okada. 1987. TheRole of egg parasitoids in the biological control onsoybean bugs in Indonesia. Diseminarkan diPuslitbangtan. 19 p.

Hokkanen H.M.T. 1991. Trap Cropping in PestManagement. Annu. Rev. Entomol. 36: 119–38.

Hossetti, B.B., and B.S. Rudresh. 2012. Studies onOecophylla smaragdina as a bio-control agentagainst pentatomid bug infesting on Pongamiatree. J. Environ. Biol. 33: 1103–1106.

http://flickrhivemind.net/Tags/nymfa/Interesting).Diakses 23 Juli 2014.

http://www.boujo. net/handbook/saien/saie-65.html.Diakses 23 Juli 2014.

Huh, H.S., K.H. Park, H.Y. Choo, and C.G. Park.2006. Attraction of Piezodorus hybneri to theaggregation pheromone components of Riptortusclavatus. J. of Chem. Ecology. 32 (3):681–691.

Iman, M., dan W. Tengkano. 2002. Buku PeganganHama-hama Kedelai di Indonesia. Balai Peneli-tian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Per-tanian. Badan Penelitian dan PengembanganPertanian. 45 hlm.

Irigaray, F.J.S.C., F. Moreno, I. Perez-Moreno, andV. Marco. 2006. Larval growth and the effect oftemperature on head capsule size in Lobesiabotrana (Lepidoptera: Tortricidae). Environ.Entomol. 35: 189–193.

Jessica, L.P. 2012. Assessment of stink bug feedingdamage in Louisiana soybean: use of a no-choicefeeding field protocol. Thesis of Graduate Facultyof the Louisiana State Univ. and Agric. and Mech.College. 74p.

Joshua H.T., J. Baldwin, P. Price, and B.R. Leonard.2007. Red banded Stink Bug, Piezodorus guildinii(Westwood): An emerging pest in Louisiana soy-

bean. ESA Annual Meeting, Dec. 9, 2007.Laumann, R.A., M.C.B. Moraes, J.P. Silva, A.M.C.

Vieira, S. Silveira, M. Borges. 2010. Egg parasi-toid wasps as natural enemies of the neotropicalstink bug Dichelops melacanthus. Pesqui.Agropecu. Bras. 45: 442–449.

Leonard, B.R., D.J. Boquet, B. Padgett, J.A. Davis,R. Schneider, J.L. Griffin, R.A. Valverde, and R.J.Levy Jr. 2011. Soybean green plant malady con-tributing factors and mitigation. Louisiana Agric.54: 32–34.

Li, D.S, C. Liao, B.X. Zhang, and Z.W. Song. 2014.Biological control of insect pests in litchi orchardsin China. Biol. Control 68: 23–36.

Marwoto. 2007. Potensi ekstrak daun Aglaia odoratauntuk pengendalian hama polong kedelai. hlm397–404 dalam D. Harnowo, A.A. Rahmianna,Suharsono, M.M. Adie, F. Rozi, Subandi, dan A.K.Makarim (Eds.) Pros. Peningkatan Produksi Ka-cang-kacangan dan Umbi-umbian MendukungKemandirian Pangan. Puslitbang TanamanPangan. Bogor.

McPherson, R.M., G.R. Buss, and P.M. Roberts.2007. Assessing stink bug resistance in soybeanbreeding lines containing genes from germplasmIAC-100. J. Econ. Entomol. 100: 1456–1463.

Miller, N.C.E. 1931. The Bionomics of some MalayanRhynchota (Hemiptera: Heteroptera). Depart. ofAgric. Straits Settlements and Federal MalayStates. Sci. Series 5: 53–60.

Moraes, M.C.B., M. Borges, M. Pareja, H.G. Vieira,F.T.P. de Souza Sareno, and R.A. Laumann.2008. Food and humidity affect sex pheromoneratios in the stink bug, Euschitus heros. Physiol.Entomol. 33(1): 43–50.

Musser, F.R., G.M. Lorenz, S.D. Stewart, and A.L.Catchot. 2010. Soybean insect losses for Missis-sippi, Tennessee, and Arkansas. MidsouthEntomol. 3: 48–54.

Nakamura, K and H. Numata. 2006. Effects of pho-toperiod and temperature on the induction of adultdiapause in Dolycoris baccarum (L.) (Heteroptera:Pentatomidae) from Osaka and Hokkaido, Japan.Appl. Entomol. Zool. 41(1): 105–109.

Naveed, A., G.Y. Dayananda, and B.B. Hosetti. 2009.Effect of some selected insecticides on the activ-ity of invertase at different stages of pentatomidbug Cyclopelta siccifolia. J. Our Nature 7: 222–225.

Prayogo, Y. 2011. Pengendalian dini hama kepikcoklat pada kedelai dengan pemanfaatan cenda-wan entomopatogen Lecanicillium lecanii. IptekTanaman Pangan 6(1): 99–115.

Prayogo, Y. dan T. Santoso. 2013. Viabilitas daninvektivitas formulasi cendawan entomopatogenLecanicillium lecanii sebagai biopestisida pengen-dalian telur kepik coklat Riptortus linearis. J.

Page 11: ENDEMIK KEPIK HIJAU PUCAT, Piezodorus hybneri Gmelin ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/... · tanaman budidaya (Reeves et al. 2010). Penelitian mengenai P. hybneri di

BAYU DAN TENGKANO: ENDEMIK KEPIK HIJAU PUCAT DAN PENGENDALIANNYA

83

Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 32(1): 57–66.

Puslitbang Tanaman Pangan, 1990. Petunjuk Bergambaruntuk Identifikasi Hama dan Penyakit Kedelai di Indo-nesia. Bogor. hlm. 69.

Reay-Jones, F.P., M.D. Toews, J.K. Greene, R.B.F.Reeves. 2009. Spatial dynamics of stink bugs(Hemiptera: Pentatomidae) and associated bollinjury in southeastern cotton fields. Environ.Entomol. 39: 956–969.

Reeves, R.B., J.K. Greene, F.P.F. Reay-Jones, M.D.Toews, P.D. Gerard. 2010. Effects of adjacenthabitat on populations of stink bugs (Heteroptera:Pentatomidae) in cotton as part of a variable ag-ricultural landscape in South Carolina. Environ.Entomol. 39: 1420–1427.

Samira, F., N. Bahram, and A.T. Asghar, 2011.Comparative life table parameters of the beet ar-myworm, Spodoptera exigua (Hubner) (Lepidop-tera, Noctuidae) on five host plants. J. Entomol.Res. Soc. 13(1): 91–101.

Smith, J.F., R.G. Luttrell, and J.K. Greene. 2009.Seasonal abundance, species composition andpopulation dynamics of stink bug in productionfields of early and late soybean in South Arkan-sas. J. Econ. Entomol. 102: 229–236.

Suharsono. 2011. Pemanfaatan sumber-sumberketahanan untuk perakitan tanaman tahan ter-hadap hama pada tanaman kedelai. Bul. Palawija21: 13–25.

Temple, J., J.A. Davis, J. Hardke, P. Price, S.Micinski, C. Cookson, A. Richter, and B.R.Leonard. 2011. Seasonal abundance and occur-rence of the redbanded stink bug in Louisianasoybeans. Louisiana Agric. 54: 20–22.

Tengkano, W., Harnoto, M. Taufiq, dan M. Iman.1992. Dampak negatif insektisida terhadapmusuh alami pengisap polong. Seminar HasilPenelitian Pendukung Pengendalian HamaTerpadu. Kerjasama Program Nasional PHT,Bappenas dengan Faperta-IPB. 29 hlm.

Tengkano, W., M. Iman, A.M. Tohir, and A. Naito.1994. Trap crops for control of soybean pod suck-ing bugs: IV. planting frequencies of mungbean.pp. 81–86 in I. Prasadja et al. (Eds.). EffectiveUse Agricultural Materials and Insect Pest Con-trol on Soybean. Report on CRIFC-JICA Res. Co-operation Program 1991–1994. Bogor Re. Inst.for Food Crops, Bogor, Indonesia.

Tengkano, W., Bedjo, dan Suharsono. 2004. Kemam-puan Oxyopes javanus Thorell memangsa nimfainstar 2 pengisap polong dan imago Etiellazinckenella Treit. Pada berbagai tingkat populasi.Hlm. 434–443 dalam A.K. Makarim et al. (eds)Kinerja Penelitian Mendukung Agribisnis Ka-cang-kacangan dan Umbi-umbian. PuslitbangTanaman Pangan. Bogor.

Tengkano, W. 2007. Daerah penyebaran hamakedelai dan musuh alaminya di lahan keringmasam Sumatera Selatan. Hlm. 369–383 dalamD. Harnowo et al. (eds). Peningkatan ProduksiKacang-kacangan dan Umbi-umbian Mendu-kung Kemandirian Pangan. Puslitbang Tana-man Pangan. Bogor.

Tengkano, W., Supriyatin, Suharsono, Bedjo, Y.Prayogo, dan Purwantoro. 2007. Status hamakedelai dan musuh alami pada agroekosistemlahan kering masam lampung. Iptek TanamanPangan 2 (1): 93–109.

Tengkano, W., Y. Baliadi, dan Purwantoro. 2007.Pengendalian pengisap polong kedelai Riptortuslinearis L. dan Nezara viridula L. dengan insek-tisida kimia di lahan kering masam ProvinsiLampung Hlm. 363–370 dalam hlm. 363-370dalam A. Harsono, A. Taufiq, A.A. Rahmianna,Suharsono, M.M. Adie, F. Rozi, A. Wijanarko, A.Widjono, dan R. Soehendi (Eds.) Pros. SeminarHasil Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Tahun 2007. Puslitbang TanamanPangan. Bogor.

Toews, M.D. and W.D. Shurley. 2009. Crop juxtapo-sition affects cotton fiber quality in Georgiafarmscapes. J. Econ. Entomol. 102: 1515–1522.

Wada, T., N. Endo, and M. Takahashi. 2006. Re-ducing seed damage by soybean bugs by growingsmall-seeded soybeans and delaying the sowingtime. Crop Protection 25: 726–731.

Wilis, M. 1982. Pengaruh umur polong kedelai(varietas Orba) terhadap pertumbuhan, perkem-bangan, dan mortalitas nimfa Piezodorus rubro-fasciatus Fb. (Hemiptera: Pentatomidae).Laporan Masalah Khusus. Fakultas Pertanian,IPB. 60 hlm.

Windriyanti, W. 2004. Preferensi dan respon fung-sional Oxyopes javanus Thorell sebagai pemangsahama pengisap polong Piezodorus hybneri Gmelin(Heteroptera: Pentatomidae); Nezara viridulaLinnaeus (Heteroptera: Pentatomidae); dan Rip-tortus linearis Linnaeus (Heteroptera: Alydidae).Tesis Pascasarjana. Univ. Brawijaya. 81 hlm.