identifikasi penyakit ubi kayu di provinsi...

6
Hardaningsih et al.: Identifikasi penyakit ubi kayu di Provinsi Lampung 604 IDENTIFIKASI PENYAKIT UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG Sri Hardaningsih, Nasir Saleh, dan Muslikul Hadi Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian ABSTRAK Hawar bakteri, antraknose dan bercak coklat yang disebabkan berturut-turut oleh Xanthomonas campestris pv manihotis, Colletotrichum sp. dan Cercospora henningsii meru- pakan penyakit pada ubikayu yang umum dijumpai di Indonesia. Identifikasi penyebab penyakit ubikayu dilakukan di Laboratorium Mikologi Balai Penelitian Tanaman Kacang- kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) selama Januari–Agustus 2011 pada tanaman ubikayu umur 1–6 bulan berasal dari beberapa daerah di propinsi Lampung. Dari hasil identifikasi menunjukkan bahwa busuk batang / umbi disebabkan oleh asosiasi tiga patogen, yaitu: Botryodiplodia sp., Sclerotium rolfsii, dan Fusarium sp. Sedangkan Colletotrichum sp selain menyebabkan mati pucuk pada stek dan tanaman dewasa juga dapat menginfeksi pada bagian cabang dengan gejala hawar. Adapun pada bercak daun putih teramati Cercospora sp. yang berasosiasi dengan Ramularia sp. Pengendalian penyakit yang dianjurkan adalah menanam stek sehat atau diperlakukan dengan fungisida yang sesuai melalui perawatan stek, menyemprot atau aplikasi melalui tanah. Kata kunci: penyakit, ubi kayu, Lampung ABSTRACT Identification of cassava diseases at Lampung province. Bacterial blight, anthrac- nose, and brown spot caused by Xanthomonas campestris pv manihotis, Colletotrichum sp. and Cercospora henningsii fungi, respectively are common diseases on cassava. The identifi- cation of cassava diseases is necessary to know the causal agents, potencial, disease develop- ment, and management to control the disease. Identification of cassava diseases was carried out at Mycology Laboratory, ILETRI during January–August 2011. The identification result indicated that stem/root rot were associated with three patogens i.e. Botryodiplodia sp., Sclerotium rolfsii, and Fusarium sp. The shoot and leaf die-back were caused by Colleto- trichum sp. and were able to infect branches with the blight symptom. The pathogen of white leaf spot was identified as Cercospora sp. and associated with Ramularia sp. The suggested control methods were planting of healthy cuttings, applying proper fungicides by dipping, spraying, and or drenching. Keywords: cassava, diseases, Lampung PENDAHULUAN Penyakit tanaman merupakan salah satu faktor penghambat peningkatan produksi ubi kayu. Hawar, antraknose, dan bercak coklat yang disebabkan oleh bakteri Xantho- monas campestris pv manihotis, Colletotrichum sp./Gloesporium sp., dan Cercospora henningsii merupakan penyakit yang umumnya terdapat pada pertanaman ubi kayu di Indonesia dan di luar negeri (Lozano et al. 1981; Zinsou et al 2006; Banito et al 2007; Semangun 2008). Pada tahun 2007-2008 di lokasi pertanaman ubikayu di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Lampung dijumpai bahwa penyakit busuk batang/cabang dan umbi juga merupakan penyakit yang sering dijumpai. Di samping itu juga dilaporkan adanya penyakit lain yang

Upload: vonhan

Post on 29-Jun-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI PENYAKIT UBI KAYU DI PROVINSI …balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...penyakit ubikayu dilakukan di Laboratorium Mikologi Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan

Hardaningsih et al.: Identifikasi penyakit ubi kayu di Provinsi Lampung 604

IDENTIFIKASI PENYAKIT UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG

Sri Hardaningsih, Nasir Saleh, dan Muslikul Hadi Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

ABSTRAK Hawar bakteri, antraknose dan bercak coklat yang disebabkan berturut-turut oleh

Xanthomonas campestris pv manihotis, Colletotrichum sp. dan Cercospora henningsii meru-

pakan penyakit pada ubikayu yang umum dijumpai di Indonesia. Identifikasi penyebab

penyakit ubikayu dilakukan di Laboratorium Mikologi Balai Penelitian Tanaman Kacang-

kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) selama Januari–Agustus 2011 pada tanaman ubikayu

umur 1–6 bulan berasal dari beberapa daerah di propinsi Lampung. Dari hasil identifikasi

menunjukkan bahwa busuk batang / umbi disebabkan oleh asosiasi tiga patogen, yaitu:

Botryodiplodia sp., Sclerotium rolfsii, dan Fusarium sp. Sedangkan Colletotrichum sp selain

menyebabkan mati pucuk pada stek dan tanaman dewasa juga dapat menginfeksi pada

bagian cabang dengan gejala hawar. Adapun pada bercak daun putih teramati Cercospora

sp. yang berasosiasi dengan Ramularia sp. Pengendalian penyakit yang dianjurkan adalah

menanam stek sehat atau diperlakukan dengan fungisida yang sesuai melalui perawatan stek,

menyemprot atau aplikasi melalui tanah.

Kata kunci: penyakit, ubi kayu, Lampung

ABSTRACT Identification of cassava diseases at Lampung province. Bacterial blight, anthrac-

nose, and brown spot caused by Xanthomonas campestris pv manihotis, Colletotrichum sp.

and Cercospora henningsii fungi, respectively are common diseases on cassava. The identifi-

cation of cassava diseases is necessary to know the causal agents, potencial, disease develop-

ment, and management to control the disease. Identification of cassava diseases was carried

out at Mycology Laboratory, ILETRI during January–August 2011. The identification result

indicated that stem/root rot were associated with three patogens i.e. Botryodiplodia sp.,

Sclerotium rolfsii, and Fusarium sp. The shoot and leaf die-back were caused by Colleto-

trichum sp. and were able to infect branches with the blight symptom. The pathogen of white

leaf spot was identified as Cercospora sp. and associated with Ramularia sp. The suggested

control methods were planting of healthy cuttings, applying proper fungicides by dipping,

spraying, and or drenching.

Keywords: cassava, diseases, Lampung

PENDAHULUAN Penyakit tanaman merupakan salah satu faktor penghambat peningkatan produksi

ubi kayu. Hawar, antraknose, dan bercak coklat yang disebabkan oleh bakteri Xantho-

monas campestris pv manihotis, Colletotrichum sp./Gloesporium sp., dan Cercospora

henningsii merupakan penyakit yang umumnya terdapat pada pertanaman ubi kayu di

Indonesia dan di luar negeri (Lozano et al. 1981; Zinsou et al 2006; Banito et al 2007;

Semangun 2008).

Pada tahun 2007-2008 di lokasi pertanaman ubikayu di Jawa Timur, Jawa Tengah,

dan Lampung dijumpai bahwa penyakit busuk batang/cabang dan umbi juga merupakan

penyakit yang sering dijumpai. Di samping itu juga dilaporkan adanya penyakit lain yang

Page 2: IDENTIFIKASI PENYAKIT UBI KAYU DI PROVINSI …balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...penyakit ubikayu dilakukan di Laboratorium Mikologi Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2011 605

belum pernah dilaporkan sebelumnya di Indonesia yaitu dengan gejala mati pucuk pada

stek, bercak daun melebar, karat pada daun dan batang (Sri Hardaningsih 2009).

Lampung yang merupakan sentra produksi ubikayu, dilaporkan semakin meluas daerah

sebaran penyakitnya dengan intensitas yang semakin tinggi, disertai dengan timbulnya

penyakit lain yang belum pernah dilaporkan sebelumnya. Mengingat hal tersebut di atas

maka identifikasi penyakit ubikayu dilanjutkan pada bulan Januari–Agustus 2011 untuk

mengetahui penyebab penyakitnya, intensitas dan statusnya.

BAHAN DAN METODE Sebagai bahan identifikasi adalah bagian tanaman ubi kayu berumur 1–6 bulan yang

dikumpulkan dari beberapa lokasi di Propinsi Lampung yang menunjukkan gejala: (1)

busuk batang/umbi (Gambar 1), (2) gejala mati pucuk pada stek dan tanaman dewasa

(Gambar 2), (3) hawar pada bagian cabang dan (4) bercak coklat atau putih pada daun.

Pengamatan pada bahan tanaman dilakukan dengan dua cara: 1) jaringan tanaman

yang menunjukkan gejala diamati langsung dengan menggunakan mikroskop pembe-

saran 400x dan 2) jaringan tanaman yang menunjukkan gejala ditumbuhkan pada

media PDA. Untuk pengamatan langsung, dilakukan menggunakan scalpel (pisau) dan

atau jarum preparat pada jaringan tanaman sakit yang menunjukkan gejala dan terdapat

pertumbuhan dari patogen, selanjutnya diamati pada mikroskop. Isolasi jaringan sakit

dilakukan dengan memotong jaringan kira-kira seluas 0,25 cm x 0,25 cm dengan

menggunakan scalpel. Selanjutnya jaringan tersebut direndam dalam larutan NaOCl

0,5% dan dicuci 2x menggunakan air steril kemudian ditumbuhkan pada media PDA

secara aseptis. Hasil pengamatan langsung dan hasil pertumbuhan pada media diban-

dingkan dan diidentifikasi berdasarkan karakteristik mikologisnya menggunakan bebe-

rapa acuan, yaitu von Arx (1981), Gams et al. (1987) Inokulasi Botryodiplodia, Fusa-

rium. dan Colletotrichum dilakukan pada tanaman ubikayu umur tiga bulan pada enam

klon UJ5, UJ3, CMM 02048-6, OMM 9908-4, ADIRA 4 dan KASPRO dengan aplikasi

melalui tanah. Sedangkan Ramularia diinokulasikan keenam klon ubikayu sama seperti

tersebut di atas dengan mengoleskan suspensi konidia pada daun ubikayu umur 1,5

bulan dengan kerapatan konidia 104/ml. Pengamatan gejala serangan dilakukan satu

minggu setelah inokulasi.

Gambar 1 Gejala serangan busuk batang. Gambar 2 Gejala mati pucuk.

Page 3: IDENTIFIKASI PENYAKIT UBI KAYU DI PROVINSI …balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...penyakit ubikayu dilakukan di Laboratorium Mikologi Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan

Hardaningsih et al.: Identifikasi penyakit ubi kayu di Provinsi Lampung 606

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gejala busuk batang/umbi Pengamatan pada tanaman sakit termasuk :batang, kulit batang, dan akar ditemukan

3 jenis jamur: (1) pada biakan membentuk klamidospora di ujungnya klamidospora

terminalis (Gambar 3) kemudian konidia coklat tua, bersel dua dengan ukuran 24 x 10

µm (Gambar 4), (2) miselium rapat berukuran diameter kecil (ukuran 10 µm x 5 µm) warna putih tidak terbentuk konidia, terdapat sklerotia berukuran kecil dan seragam (3)

konidia hialin bentuk bulan sabit dengan ukuran 4 µm x 50 µm. Pengamatan mikros-kopis pada hasil isolasi pada potato dekstrose agar sama seperti hasil pengamatan

langsung yaitu ditemukan tiga jamur dengan karakteristik yang identik sama dengan

Botryodiplodia, Fusarium, dan Colletotrichum (Tabel 1).

Lozano et al. (1981) dan sumber lain menyebutkan bahwa busuk akar dan batang

pada ubikayu disebabkan oleh asosiasi beberapa patogen yaitu Diplodia manihoti, Fusa-

rium spp. Verticillium dahliae dan Nectria haematococca (teleomorf = stadium sempurna

dari Fusarium sp.) (APS 2012).

Gejala mati pucuk/tunas Pengamatan langsung dengan mikroskop dan pengamatan setelah dilakukan isolasi

jaringan terinfeksi ditemukan setae berwarna coklat tua yang merupakan ciri khas jamur

dari marga Colletotrichum, konidium bengkok, berukuran 26 µm x 2 µm (Gambar 5). Hasil penelitian Prayogo dan Sri Hardaningsih (2001) menemukan bahwa jamur

Colletotrichum manihotis merupakan penyebab penyakit antraknosa pada ubikayu di KP

Genteng, Banyuwangi dengan gejala hawar daun dan mati pucuk. Menurut (APS 2012)

juga menyatakan bahwa antraknos yang disebabkan oleh asosiasi jamur penyebab

antraknos yaitu Gloesporium dan Colletotrichum (Tabel 1).

Gejala hawar cabang, bercak daun coklat, dan bercak daun putih Pada bercak daun coklat: konidiofor coklat kehijauan pucat, konidia berbentuk

tabung lurus atau bengkok dan menyempit membulat bagian ujung dengan pangkal

terpotong. Konidia coklat kehijauan mempunyai sekat 2–8, dengan ukuran 30-60 µm x 4-6 µm (Gambar 6) dan menurut Semangun (2008) diidentifikasi sebagai Cercospora henningsii. Pada gejala bercak daun putih ditemukan konidia bentuk lonjong dengan isi

sel yang jelas kedua ujungnya, berukuran 8 µm x 5 µm dan miselium tidak berwarna (Gambar 7). Menurut von Arx (1981) konidia dengan karakteristik seperti di atas

diidentifikasi sebagai Ramularia sp. Hasil inokulasi menggunakan Ramularia sp. pada

daun ubikayu hanya menunjukkan gejala pada daun dalam satu pot saja dari 18 pot

yang diinokulasi sehingga kurang mewakili dalam pengambilan kesimpulan. Sehingga

kesimpulan sementara disebutkan bahwa gejala bercak putih pada daun ubikayu diduga

berasosiasi dengan jamur Ramularia sp. (Tabel 1). Kesimpulan ini sama seperti laporan

dari APS (2012) yang menyebutkan bahwa bercak daun putih disebabkan oleh

Phaeoramularia manihotis.

Busuk pada batang dan umbi dinilai penting sehingga perlu diantisipasi dan dila-

kukan tindakan pencegahan dan pengendalian karena dapat menyebar dari tanaman

Page 4: IDENTIFIKASI PENYAKIT UBI KAYU DI PROVINSI …balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...penyakit ubikayu dilakukan di Laboratorium Mikologi Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2011 607

muda ke tanaman tua. Di samping menyerang cabang dengan menunjukkan gejala

hawar, Colletotrichum sp. ternyata juga menyebabkan mati pucuk/tunas, sehingga

penyakit mati pucuk dan mati tunas perlu diwaspadai karena dapat menyebar ke daerah

lain melalui bahan stek.

Pengendalian penyakit pada ubikayu dapat dikendalikan menggunakan beberapa

cara menurut Lozano et al. (1981); Semangun (2008) yaitu dengan menanam stek sehat,

atau diperlakukan dengan fungisida yang cocok dengan cara perawatan stek, menyem-

prot, atau aplikasi melalui tanah.

Gambar 3. Klamidospora terminalis

Botryodiplodia sp.

Gambar 4. Konidia Botryodiplodia sp.

Gambar 5. Konidia dan setae (duri)

Colletotrichum sp.

Gambar 6. Konidia C. Henningsii.

Gambar 7 Konidia Ramularia sp.

Page 5: IDENTIFIKASI PENYAKIT UBI KAYU DI PROVINSI …balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...penyakit ubikayu dilakukan di Laboratorium Mikologi Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan

Hardaningsih et al.: Identifikasi penyakit ubi kayu di Provinsi Lampung 608

Tabel 1. Penyakit ubi kayu yang ditemukan di Propinsi Lampung (umur 1-6 bulan).

Lokasi / Kabupaten Umur/bulan Gejala Penyebab penyakit

Pekalongan (Lampung Timur) 3 bulan Busuk pangkal batang Botryodiplodia sp./

Fusarium sp.

Pekalongan (Lampung Timur) 3 bulan Busuk basah Sclerotium rolfsii

Natar (Lampung Selatan) 6 bulan Busuk batang/ mati

pucuk/mati tunas

Fusarium sp.

Pekalongan (Lampung Timur) 6 bulan Busuk umbi Botryodi plodia, Fusarium

Pekalongan (Lampung Timur) 6 bulan Busuk umbi Fusarium sp.

Tegineneng,Pasa-waran 2 bulan Mati pucuk/tunas Colletotrichum sp.

Tegineneng Pasa-waran 1,5 bulan Mati pucuk/tunas Colletotrichum sp.

Sulusuban (Lampung Timur) 6 bulan Busuk umbi Fusarium sp.

Kotabumi (Lampung Utara) 3 bulan Busuk umbi/batang Sclerotium rolfsii

Kotabumi (Lampung Utara) 6 bulan Busuk umbi Botryodiplodia sp.

Sukadana (Lampung Tengah) 2,5 bulan Busuk batang Fusarium sp.

Sukadana (Lampung Tengah) 2 bulan Hawar batang Colletotrichum sp.

KESIMPULAN Dari hasil identifikasi penyakit ubikayu diperoleh beberapa kesimpulan:

1. Penyakit busuk batang dan umbi disebabkan oleh asosiasi tiga patogen, yaitu:

Botryodiplodia sp. Sclerotium rolfsii, dan Fusarium sp.

2. Colletotrichum sp. selain sebagai penyebab mati pucuk juga berasosiasi dengan

jamur yang menginfeksi cabang.

3. Bercak daun coklat disebabkan oleh Cercospora henningsii, sedangkan penyakit

bercak putih pada daun ubi kayu berasosiasi dengan jamur Ramularia sp.

4. Penyakit busuk batang/umbi merupakan penyakit penting, dan penyebab penyakit

mati pucuk juga dapat menyebabkan infeksi pada cabang.sehingga perlu diantisipasi

dan diwaspadai karena patogen dapat menyebar ke daerah lain melalui umbi dan

bahan stek.

5. Pengendalian penyakit dianjurkan dengan menanam stek sehat, atau diperlakukan

dengan fungisida yang sesuai melalui perawatan stek, menyemprot, atau aplikasi

melalui tanah.

DAFTAR PUSTAKA Agnassim B, Valeri V, Kossi EK, Kerstin W. 2007. Assessment of Major Cassava Disease in

Togo in Relation to Agronomic and Environmental Characteristics in System Approach.

[APS], http://www.apsnet.org. [3 Jan 2012].

Booth C, Gibson IAS. 1973. CMI Descriptions of Fungi and Bacteria No.361. CMI, Kew,

Surrey, England.

Gaams W et al. 1987. CBS Course of Mycology (Third Ed.). Centraal Bureau Voor Schimmel

Cultures Baarn-Delf. 136 p.

Lozano JC et al. 1981. Field Problems in Cassava, CIAT, Colombia. 205 p.

Prayogo Y, Sri Hardaningsih. 2001. Potensi jamur Gliocladium roseum untuk Pengendalian

Penyakit Antraknosa (Colletotrichum manihotis) pada ubikayu. Prosiding Kongres XVI

dan Seminar Nasional Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. Jurusan Hama dan

Page 6: IDENTIFIKASI PENYAKIT UBI KAYU DI PROVINSI …balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...penyakit ubikayu dilakukan di Laboratorium Mikologi Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2011 609

Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Institute Pertanian Bogor Bekerja sama dengan

Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. Bogor, 22-24 Agustus 2001. Hal 112-116.

Semangun H. 2008. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia.Edisi Kedua Gadjah

Mada University Press. 476 h.

Von Arx JA. 1981. The Genera of Fungi Sporulating in Pure Culture. Strauss & Kramer

GmbH Germany.

Sri Hardaningsih. 2009. Penyakit pada ubikayu di propinsi Jawa Timur, Jawa engah dan

Lampung. Makalah Poster disampaikan pada Seminar Hasil Penelitian Tanaman

Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.

Zinsou V, Wydra K, Ahohuendo B, Schreider L. 2006. Leaf Waxes of Cassava in Relation to

Ecozone and Resistance to Xanthomonas Blight. Euphytica 149: 189-198.