penelitian model kompensasi

26
Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan - i - EXECUTIVE SUMMARY TAHUN ANGGARAN 2011 PENELITIAN MODEL KOMPENSASI NON UANG UNTUK PENGADAAN LAHAN INFRASTRUKTUR JALAN

Upload: ferry-handika

Post on 29-Dec-2015

34 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

xxxxxx

TRANSCRIPT

Page 1: Penelitian Model Kompensasi

Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan

- i -

EXECUTIVE SUMMARY

TAHUN ANGGARAN 2011

PENELITIAN MODEL KOMPENSASI NON – UANG

UNTUK PENGADAAN LAHAN INFRASTRUKTUR

JALAN

Page 2: Penelitian Model Kompensasi

Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan

- ii -

KATA PENGANTAR

Ringkasan Eksekutif ini merupakan ringkasan laporan penelitian yang menjelaskan

mengenai sejumlah alternatif kompensasi non-uang yang diberikan kepada

masyarakat terdampak terutama untuk pembangunan infrastruktur jalan. Secara

garis besar sebenarnya ringkasan eksekutif ini lebih sebagai pengantar bagi pembaca

untuk memahami bagaimana kompensasi non-uang diterapkan di Indonesia.

Diharapkan dengan membaca ringkasan eksekutif ini, ada keinginan untuk

mendalami bagaimana sesungguhnya kompensasi non-uang diterapkan.

Mengingat sifatnya yang berupa ringkasan maka banyak pembahasan yang

dipadatkan dan ada juga beberapa yang sengaja tidak dimasukkan karena dirasa

tidak terlalu penting. Oleh karenanya jika pembaca ingin memahami benar maka

sangat disarankan untuk juga membaca Laporan Akhir Penelitian sehingga bisa

mendapatkan gambaran yang holistic dan komprehensif.

Pelaksana Kegiatan menyadari bahwa Ringkasan Eksekutif ini masih jauh dari

sempurna dan sangat membutuhkan penyempurnaan atau masukan. Oleh karena

itu, tanggapan positif dari pembaca akan memperkuat dan menyempurnakan

Ringkasan Eksekutif ini.

Surabaya, November 2011

Tim Pelaksana

Page 3: Penelitian Model Kompensasi

Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan

- iii -

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iiii

1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1

2 KERANGKA KONSEPTUAL ................................................................... 2

2.1 Mekanisme Pengadaan Tanah untuk Infrastruktur Jalan ...................... 2

2.2 Permasalahan dalam Pengadaan Tanah Menurut Naskah Akademik RUU

Pengadaan Tanah ............................................................................ 4

2.3 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 4

3 METODE PENELITIAN ......................................................................... 5

4 HASIL PENELITIAN ............................................................................ 7

4.1 Alternatif Kompensasi Non Uang ....................................................... 7

4.1.1 Sertifikasi sebagai Bentuk Kompensasi Non Uang ....................... 7

4.1.2 Bentuk Lain Kompensasi Non Uang: Pembangunan Fasos ......... 12

4.2 Peluang Lain dalam Pemberian Kompensasi Non Uang ...................... 14

4.3 Permasalahan Pengadaan Tanah: Temuan Lapangan........................ 15

4.4 Usulan Model Pengadaan Tanah ..................................................... 19

5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .................................................. 20

5.1 Kesimpulan ................................................................................... 20

5.2 Rekomendasi................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22

Page 4: Penelitian Model Kompensasi

Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan

- 1 -

1 PENDAHULUAN

Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan dipandang

sebagai lokomotif pembangunan nasional dan daerah. Peran infrastruktur dalam

pembangunan dapat dilihat dari kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi yang

implikasinya terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Salah satu

infrastruktur yang dirasa mampu meningkatkan perekonomian adalah infrastruktur

jalan. Hal ini dibuktikan melalui sejumlah penelitian yang pernah dilakukan.

Meskipun demikian pada kenyataannya pelaksanaan di lapangan tidak semudah

membalikkan telapak tangan. Salah satu kendala yang menghadang adalah proses

pengadaan lahan yang tidak berjalan mulus. Di sisi lain untuk pembangunan jalan

yang menggunakan dana yang berasal dari lembaga donor seperti ADB dan World

Bank dituntut untuk membuat dokumen LARAP (Land Acquisition and Resettlement

Action Plan).

Dalam pelaksanaan di lapangan, kompensasi yang diberikan kepada masyarakat

kebanyakan berupa uang tunai dengan program cash and carry. Meskipun tidak

menutup kemungkinan juga untuk kompensasi yang tidak berupa uang tunai.

Berdasarkan hal tersebut, maka Balai Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Bidang Jalan

dan Jembatan mencoba membuat pedoman yang menjelaskan mengenai

kompensasi non-uang untuk pengadaan lahan infrastruktur jalan.

Untuk kegiatan pada tahun pertama ini penelitian difokuskan pada usaha untuk

mencari berbagai macam alternatif kompensasi non-uang yang pernah dilakukan

oleh sejumlah institusi. Alternatif ini akan menjadi dasar dalam penyusunan model

yang akan dilakukan pada tahun berikutnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam

bentuk pertanyaan sebagai berikut: “Apa saja alternative kompensasi non-

uang yang pernah dilakukan dalam pengadaan lahan untuk infrastruktur

jalan di Indonesia”, sehingga hasil dari penelitian yaitu teridentifikasinya alternatif

kompensasi non-uang dalam pengadaan lahan untuk infrastruktur jalan.

Page 5: Penelitian Model Kompensasi

Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan

- 2 -

2 KERANGKA KONSEPTUAL

Secara garis besar kerangka konseptual yang mendasari penelitian ini adalah

kebijakan mengenai pengadaan tanah yaitu PerPres No. 36 Tahun 2005 jo. Perpres

No. 65 Tahun 2005 dan Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2007. Kemudian

ditambah dengan guidelines LARAP dari IFC yang merupakan bagian dari World Bank

serta diperkaya dengan dengan Draft RUU Pengadaan Tanah.

2.1 Mekanisme Pengadaan Tanah untuk Infrastruktur Jalan

Berdasarkan pada penjelasan di atas maka secara garis besar terdapat 3 instansi

yang terlibat dalam pengadaan tanah, yaitu Badan Pertanahan Nasional (BPN),

Instansi yang memerlukan tanah, dan Pemerintah Daerah (Gubernur, Bupati dan

Walikota). Peran dan tugasnya masing-masing dalam bentuk bagan dapat dilihat

pada gambar 2.1. sementara gambar 2.2 menggambarkan mekanisme pengadaan

tanah untuk infrastruktur jalan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga.

Gambar 2-1 Instansi yang Terkait dengan Proses Pengadaan Tanah

Page 6: Penelitian Model Kompensasi

Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan

- 3 -

TAHAP I TAHAP IIITAHAP II TAHAP VTAHAP IV

PERMOHONAN DAN

PERSETUJUAN LOKASIMUSYAWARAH DAN DAFTAR NOMINATIF

PENITIPAN UGR KE PENGADILAN DAN

PENCABUTAN HAK

SOSIALISASI, INVENTARISASI DAN TIM PENILAI

HARGA TANAH

PEMBAYARAN DAN SURAT PELEPASAN

HAK (SPH)

Survey/Pemetaan Koridor

Trase Jalan

Ditjen Bina Marga

Rencana Alinyemen

Horisontal, Vertikal dan

Intersection

Ditjen Bina Marga

Rencana Ruang Milik Jalan

(RUMIJA)

Ditjen Bina Marga

Permohonan SP2LP

Ditjen Bina Marga

Penerbitan SP2LP

Gubernur/Walikota/Bupati

Pengadaan Tim Penilai

Harga Tanah

PPT

Pengumuman Hasil

Inventarisasi Tanah,

Bangunan dan Tanaman

PPT

Pembuatan Daftar dan Peta

Inventaris Tanah, Bangunan

dan Tanaman

Ditjen Bina Marga

Pematokan Batas Rumiija,

Inventarisasi Tanah,

Bangunan dan Tanaman

PPT

Sosialisasi Rencana

Pengadaan Tanah

PPT, Pemegang Hak, TPT

Rapat Persiapan Pengadaan

Tanah

PPT, TPT

Permohonan Mulai

Pengadaan Tanah ke PPT

Ditjen Bina Marga

Rekomendasi Harga Nyata

(Pasar)

Tim Penilai Harga Tanah

Sepakat

Musyawarah Ganti Rugi

Tanah

PPT, Pemegang Hak Tanah,

TPT

Penyediaan Dana

Pengadaan Tanah

Investor/Ditjen Bina Marga

Permintaan Dana Kepada

Badan Usaha/Instansi

TPT

Sepakat

Surat Keputusan Penetapan

Harga

PPT

Penyusunan Daftar

Nominatif dan Daftar

Pembayaran

PPT, TPT

Sepakat Sepakat

Ajukan Keberatan ike

Bupati/Walikota/Gubernur/

Mendagri

Pemegang Hak atas Tanah

Pengukuhan/Perubahan SK

Harga Sebelumnya

Bupati/Walikota/Gubernur/

Mendagri

Surat Pelepasan Hak,

Penyerahan Girik, HGB,

SHM

Pemegang Hak Tanah

Pembayaran Ganti Kerugian

Tanah

TPT, PPT, Pemegang Tanah

PENGADAAN TANAH

SELESAI

Titip ke Pengadilan

(Konsinyasi)

PPT/TPT

Usul Penyelesaian dengan

Pencabutan Hak (UU No. 20/

1961)

Bupati/Walikota/Gubernur/

Mendagri

Konsultasi Penyelesaian

dengan Pencabutan Hak

BPN, Menteri Terkait.

Menkumham

Usulan Penyelesaian

dengan Pencabutan Hak

kepada Presiden

BPN, Menteri Terkait.

Menkumham

Keputusan Pencabutan Hak

Presiden

Tidak

Ya

Ya

Tidak

< 120 hari

> 120 hari

Ya

Tidak

Tidak

Ya

Gambar 2-2 Mekanisme Pengadaan Tanah (Sumber: Direktorat Jenderal Bina Marga)

Page 7: Penelitian Model Kompensasi

Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan

- 4 -

2.2 Permasalahan dalam Pengadaan Tanah Menurut Naskah

Akademik RUU Pengadaan Tanah

Jika Bina Marga mengidentifikasi sejumlah masalah dalam pengadaan tanah, maka

telaah praxis-empiris dalam Naskah Akademik RUU Pengadaan tanah juga

mengidentifikasi persoalan dalam pengadaan tanah sebagai berikut:

1. Besaran Nilai Ganti Kerugian

2. Keengganan Masyarakat

3. Hambatan karena Hukum

4. Efektivitas Penitipan Uang Ganti Kerugian di Pengadilan

5. Administrasi Pertanahan

6. Efektivitas Penitipan Uang Ganti Kerugian di Pengadilan

7. Administrasi Pertanahan

8. Pembekuan Tanah secara Administratif

9. Lembaga Penilai Tanah

2.3 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dibangun suatu kerangka pemikiran penelitian

sebagai berikut

Pembangunan

Infrastruktur Jalan

Kebutuhan Tanah

Pemberian Kompensasi

Uang Tunai Non Uang Tunai

ALTERNATIF

KOMPENSASI NON

UANG

· Model LARAP IFC

· Model Resettlement

ADB

· PerPres

· PerKaBPN

Gambar 2-3 Kerangka Pemikiran Penelitian

Page 8: Penelitian Model Kompensasi

Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan

- 5 -

3 METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah pemberian kompensasi

non-uang dalam pengadaan lahan untuk infrastruktur jalan dengan desain penelitian

berupa penelitian kualitatif. Moleong (2010: 6) menjelaskan bahwa penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subyek penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut,

1. Observasi, dilakukan untuk melihat langsung bagaimana pelaksanaan

pengadaan tanah serta pemberian kompensasi

2. Wawancara dilakukan untuk menggali data dan informasi dari informan

kunci. Wawancara dilakukan dengan 3 teknik yaitu,

· Wawancara informal, terutama dilakukan kepada warga terkena

proyek yang memperoleh kompensasi

· Wawancara tidak terstruktur, terutama dilakukan kepada para

pelaksana di lapangan

· Wawancara semi terstruktur, terutama dilakukan kepada para

pemimpin selaku pengambil kebijakan

3. Focus Group Discussion dilakukan untuk menggali data dan informasi

kepada stakeholder terkait secara langsung yang lebih dari 3 orang tetapi

kurang dari 10 orang

4. Triangulasi Data dilakukan untuk menghindari adanya key informant bias,

yaitu kecenderungan peneliti untuk menggantungkan sebagian besar

informasi dari sejumlah kecil informan yang tidak mencerminkan unit analisis

keseluruhan termasuk juga untuk menghindari adanya leading question

dalam proses wawancara yang dilakukan

5. Studi Literatur dan Data sekunder dilakukan untuk membangun model

sebagai salah satu cara mensiasati keterbatasan yang ada di lapangan. Selain

itu juga untuk memperkaya penelitian termasuk pencarian informan kunci

Analisis data dalam penelitian dilakukan dengan tahap sebagai berikut:

Page 9: Penelitian Model Kompensasi

Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan

- 6 -

1. Mempelajari temuan lapangan mengenai pengadaan tanah di sejumlah lokasi

baik yang berasal dari hasil wawancara dan FGD ataupun hasil pengamatan

langsung tim peneliti sendiri

2. Mengkategorisasi dengan melakukan pemilahan terhadap hal-hal berikut:

a. Karakteristik masyarakat terdampak

b. Masalah dalam pengadaan tanah yang terjadi di lapangan

c. Usaha yang dilakukan oleh para pelaksana langsung di lapangan

untuk mengatasi masalah tersebut

3. Mengkaitkan apakah kebijakan yang berlaku saat ini termasuk juga LARAP

versi luar negeri sudah mengakomodasi usaha para pelaksana dalam

mengatasi masalah

4. Menguraikan apakah Draft RUU Pengadaan Tanah dan Usulan Model Resolusi

Puslitbang Sosekling sudah dapat menjawab kekurangan yang ada terkait

dengan pengadaan tanah

5. Mensintesiskan model/formula yang dirasa paling tepat untuk mendukung

kegiatan pengadaan tanah terutama pengadaan tanah untuk infrastruktur

jalan dan jembatan

Jika tahap tersebut digambarkan dalam bentuk bagan maka dapat dilihat pada

gambar berikut:

Mempelajari sejumlah

temuan lapangan

Melakukan Kategorisasi

Mengkaitkan kebijakan yang

berlaku dengan

permasalahan yang terjadi

Menguraikan Draft RUU dan

Model Puslitbang Sosekling

Sintesis model/formula yang

paling tepat

MULAI

· Hasil pengamatan

· Pendapat Pelaksana

Pengadaan Tanah

· Karakteristik Masyarakat

· Masalah di lapangan

· Usaha mengatasi masalah

· PerPres & PerKaBPN

· LARAP versi luar

negeri

· Draft RUU

· Model LARAP

Puslitbang Sosekling

SELESAI

MODEL PENGADAAN TANAH

INFRASTRUKTUR JALAN

Gambar 3-1 Skema Analisis Data Penelitian

Page 10: Penelitian Model Kompensasi

Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan

- 7 -

4 HASIL PENELITIAN

Lokasi yang dipilih sebagai tempat studi kasus yaitu di Kalimantan Barat tepatnya di

Kabupaten Sambas dan di Kota Ambon Provinsi Maluku. Selain itu juga dilakukan

studi literature dan data sekunder termasuk sharing data dengan penelitian lain yang

sejenis yang berlokasi di Kabupaten Jombang Jawa Timur dan Kabupaten Deli

Serdang Sumatera Utara. Dengan demikian, semua analisis dalam penelitian ini

untuk yang bersifat empiris bersumber dari kejadian pada 4 kota tersebut.

4.1 Alternatif Kompensasi Non Uang

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu mengidentifikasi sejumlah alternatif

kompensasi non uang yang pernah dilakukan di Indonesia. Pengalaman empiris di

Kalimantan Barat dan Maluku menunjukkan bahwa kompensasi yang diberikan

sebagian besar berupa uang tunai. Kompensasi yang bukan berupa uang tunai

terlihat di Kabupaten Sambas, Kalimantan barat yaitu pembuatan sertifikat bagi

mereka yang tanahnya belum bersertifikat. Sertifikasi ini sebagai bentuk

penghargaan kepada masyarakat yang telah secara ikhlas menyerahkan tanahnya

tanpa pemberian kompensasi. Kompensasi non uang lainnya yang juga ditemui di

lapangan yaitu di Kabupaten Maluku Tengah, di mana masyarakat terdampak

dibangunkan lapangan sepak bola dan perbaikan kubah masjid.

4.1.1 Sertifikasi sebagai Bentuk Kompensasi Non Uang

Pembuatan sertifikat sebagai salah satu bentuk kompensasi non uang ditemui di

pada pembangunan jalan Trans Kalimantan di Kabupaten Sambas. Sertifikasi ini

dilakukan bagi warga terdampak yang tanahnya belum bersertifikat. Selain

sertifikasi, warga terdampak juga diberikan santunan sekedarnya untuk bangunan

atau tanaman yang terkena proyek.

Sebagai salah satu kabupaten yang baru berdiri1 pasca otonomi daerah, maka

Kabupaten Sambas sangat giat membangun wilayahnya dimana salah satu yang

menjadi focus adalah pembangunan jalan. Prioritas diutamakan pada wilayah

1 Kabupaten Sambas dibentuk berdasarkan UU No. 10 Tahun 1999 dimana Ibukota Kabupaten Sambas pindah dari Kecamatan Singkawang ke Kecamatan Sambas. Sementara Kecamatan Singkawang berpisah dengan Kabupaten Sambas dan menjadi kota otonom sendiri

Page 11: Penelitian Model Kompensasi

Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan

- 8 -

perbatasan karena bagian utara Kabupaten Sambas berbatasan langsung dengan

Negara Malaysia. Membangun jalan baru bukanlah suatu hal yang mudah. Kendala

terbesar terutama pada keterbatasan anggaran.

Ketika Pemerintah Kabupaten Sambas mengajukan bantuan pada Kementerian

Pekerjaan Umum untuk pembangunan jalan terutama pada wilayah perbatasan,

Kementerian menyanggupi untuk membantu dengan syarat badan jalan sudah

terbangun meskipun masih berupa macadam. Mengingat ketika itu kenyataan di

lapangan belum ada jalan yang terbangun sama sekali, maka Pemerintah Kabupaten

Sambas menyanggupinya.

Pemerintah Kabupaten Sambas melalui Dinas PU Bina Marga, Pengairan dan Energi

Sumber Daya Mineral (PUBMPESDM) kemudian melakukan identifikasi dan

inventarisasi mengenai ruas mana yang akan menjadi prioritas untuk setidaknya

terbangun badan jalan. Melalui diskusi, maka disepakati ruasnya yaitu dari barat

daya yang berbatasan dengan Kota Singkawang hingga Perbatasan dengan Malaysia

di Timur Laut. Ruas yang ada dibagi menjadi 6 ruas yaitu:

Tabel 4-1 Ruas Jalan yang menjadi Prioritas Pembangunan di Kabupaten

Sambas

No. Nama Ruas Panjang (km)

1. Batas Singkawang – Tebas 40,46

2. Tebas – Sambas 32,24

3. Sambas – Tanjung Harapan 19,99

4. Tanjung Harapan – Galing 19,80

5. Galing – Simpang Tanjung 29,75

6 Simpang Tanjung – Aruk – Batas Serawak (Malaysia) 11,56

Total Panjang 153.80 km

Sumber: Dinas PUBMPESDM Kabupaten Sambas

Untuk ruas dari Batas Singkawang hingga Tanjung Harapan, badan jalan sudah ada

sehingga hanya diperlukan peningkatan. Dengan demikian, tugas yang berat di sini

adalah melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang berada di sekitar jalan

tersebut karena sebagian dari tanahnya akan terkena proyek. Sementara dari

Tanjung Harapan hingga Aruk jalan belum terbangun sama sekali.

Setelah identifikasi awal dilakukan, maka kemudian dilakukan sosialisasi secara

gencar. Mengingat masyarakat Sambas sangat menghormati para tokoh, maka

Page 12: Penelitian Model Kompensasi

Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan

- 9 -

sosialisasi dilakukan dengan melibatkan tokoh agama, tokoh adat termasuk juga

Camat dan Kepala Desa. Mahasiswa yang sedang melakukan KKN juga diajak turut

serta untuk membantu sosialisasi. Mereka semua dilibatkan dari awal.

Sejak sosialisasi awal, Bupati Sambas juga tidak segan-segan untuk turun langsung

ke lapangan. Dalam setiap sosialisasi, Bupati selalu menegaskan betapa pentingnya

keberadaan jalan. Di sisi lain Bupati juga menjelaskan anggaran yang terbatas

sehingga masyarakat diminta untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan jalan ini

dengan menyerahkan tanahnya secara ikhlas sehingga dapat mempercepat

pembangunan jalan. Alasan yang diuraikan Bupati yaitu jika Pemerintah Kabupaten

harus menyediakan anggaran lagi untuk pembebasan tanah, maka anggaran untuk

konstruksi jalannya sendiri akan menjadi lebih kecil sehingga dikhawatirkan tidak

cukup. Padahal jika badan jalan tidak terbangun, Kementerian PU tidak akan

membantu sehingga jalan tidak akan terwujud.

Melalui sosialisasi yang berulang kali dilakukan serta dibantu oleh para tokoh,

sebagian besar masyarakat bersedia menyerahkan tanahnya tanpa kompensasi

apapun. Mereka hanya meminta agar mereka tidak dipindahkan dari tempat asalnya.

Selain itu, mereka juga meminta agar tanah yang mereka serahkan tersebut benar-

benar digunakan untuk pembangunan jalan dan bukan untuk pembangunan yang

lain. Semua persyaratan tersebut dinyatakan mampu untuk dipenuhi oleh Bupati.

Sebagaimana janji Bupati, untuk wilayah dari Tanjung Harapan sampai dengan Aruk

maka kemudian dibuatlah badan jalan. Sebagian besar masih berupa macadam.

Tetapi jika dibandingkan dengan kondisi awal maka jelas terjadi peningkatan. Dalam

proses pembangunan, Bupati juga tidak segan-segan untuk turun langsung ke

lapangan meninjau pembangunan. Bahkan dalam salah satu kesempatan, mobil

dinas beliau pernah terjebak dalam lumpur. Beberapa gambar untuk memperlihatkan

kondisi tersebut bisa dilihat di bawah ini,

Page 13: Penelitian Model Kompensasi

Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan

- 10 -

Gambar 4-1 Ruas Tanjung Harapan – Galing

Gambar 4-2 Ruas Galing – Simpang Tanjung

Page 14: Penelitian Model Kompensasi

Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan

- 11 -

Gambar 4-3 Ruas Simpang Tanjung – Aruk

Setelah badan jalan terbangun maka Bupati kemudian mengusahakan pembuatan

sertifikat bagi masyarakat terdampak yang belum memiliki sertifikat. Pembuatan

sertifikat ini tidak dimasukkan dalam program pembangunan jalan tersebut tetapi

terpisah dalam program pemerintah Kabupaten Sambas yang lain. Namun pemberian

sertifikat ini diprioritaskan kepada masyarakat yang telah mengikhlaskan tanahnya

untuk pembangunan badan jalan tersebut. Oleh karena itu bisa dibilang pemberian

sertifikat ini merupakan bentuk penghargaan dan terima kasih dari Pemerintah

Kabupaten Sambas kepada masyarakat yang telah bersedia untuk berkorban.

Adapun bagaimana mekanisme dan prosesnya dalam penelitian ini kurang didalami

karena penelitian ini masih berfokus dalam mengidentifikasi bentuk-bentuk

alternative kompensasi non uang.

Hingga laporan ini disusun belum ada sertifikat yang sudah jadi mengingat

panjangnya prosedur pembuatan sertifikat dan terbatasnya sumber daya. Tetapi

daftar nama termasuk luasan tanah yang akan disertifikasi sudah ada semua dan

akan segera diproses. Seluruh biaya pembuatan sertifikat gratis dan ditanggung oleh

Pemerintah Kabupaten Sambas.

Page 15: Penelitian Model Kompensasi

Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan

- 12 -

4.1.2 Bentuk Lain Kompensasi Non Uang: Pembangunan Fasilitas

Sosial

Bentuk kompensasi non uang lainnya adalah pembangunan fasilitas sosial. Hal ini

ditemukan di Maluku tepatnya di Kabupaten Maluku Tengah pada proyek

pembangunan jalan provinsi Ruas Laha – Wakasihu. Proyek ini berada di bawah

kewenangan Pemerintah Provinsi Maluku yang didanai oleh loan dari World Bank dan

merupakan bagian dari program EIRTP (Eastern Indonesia Road Transport Project).

Proyek ini sendiri sudah selesai pada tahun 2008 yang lalu.

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Bidang Bina Marga, Dinas PU Provinsi

Maluku diketahui bahwa pembangunan jalan ini sebagian besar melintasi kawasan

bukit atau hutan yang tidak berpenduduk sehingga tidak diperlukan pengadaan

tanah. Meskipun demikian, ada beberapa perkampungan penduduk yang dilintasi

proyek tersebut salah satunya adalah Desa Wakasihu. Warga Desa sangat antusias

dan mendukung peningkatan jalan tersebut. Hal ini terkait akses ke desa mereka

selama ini belum sebaik dengan daerah lainnya, baik dari kualitas jalannya maupun

lebar jalannya.

Sebelumnya akses untuk menuju Desa Wakasihu memang sudah ada, tetapi dengan

kualitas jalan yang kurang baik (masih berupa latasir). Lebar jalannya juga masih

sempit (+ 3 m) dan hanya dapat dilalui satu kendaraan (mobil) sehingga jika mobil

berpapasan, terpaksa salah satu di antaranya harus berhenti agar yang lainnya bisa

berjalan. Kondisi ini tentu menyulitkan mobilitas warga, apalagi yang menggunakan

kendaraan besar. Seringkali warga harus berhenti beberapa kali hanya untuk

mempersilakan kendaraan lain lewat terlebih dahulu.

Oleh karena itu, ketika ada rencana pemerintah daerah untuk peningkatan jalan,

warga Desa Wakasihu menyambutnya dengan sangat antusias. Kendatipun dalam

program peningkatan jalan tersebut, ada beberapa bagian tanah milik masyarakat

yang terkena, warga tetap tidak mempermasalahkannya. Mereka bersedia

menyerahkan tanahnya tanpa harus ada kompensasi berupa uang. Hanya saja

sebagai bentuk imbal baliknya, mereka meminta dibangunkan lapangan sepak bola

dan bantuan untuk perbaikan kubah masjid.

Permintaan warga tersebut didasari oleh suatu kenyataan bahwa tanah yang terkena

peningkatan jalan (pelebaran) adalah tanah hak ulayat adat yang kepemilikannya

bersifat komunal. Dengan demikian, imbal balik atas penyerahan hak atas tanah

Page 16: Penelitian Model Kompensasi

Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan

- 13 -

kepada pemerintah sebaiknya dikembalikan pula dalam bentuk yang juga dapat

dinikmati oleh banyak orang. Karena jika imbal baliknya bersifat individual,

kemungkinan akan menjadi masalah di kemudian hari. Oleh karena itu, dipilih bentuk

kompensasi berupa pembuatan lapangan sepak bola dan pembangunan kubah

masjid.

Pembuatan lapangan sepak bola dipandang sebagai suatu prasarana yang bersifat

massal karena dapat digunakan oleh beberapa orang dalam waktu yang bersamaan.

Selain itu, lapangan sepak bola dapat dikatakan sebagai fasilitas sosial yang mampu

menarik perhatian banyak anggota masyarakat Desa Wakasihu sehingga dapat

membangun dan memperkuat soilidaritas di antara sesama warga. Warga pun tidak

akan melakukan protes terhadap penyerahan hak atas tanah kepada pemerintah

karena mereka pun dapat menikmati hasil imbal baliknya secara terbuka.

Pembangunan lapangan sepak bola ini juga dilakukan secara partisipastif. Artinya,

pihak pemerintah tidak serta merta membangun lapangan sepak bola di sembarang

tempat. Warga Desa Wakasihu meminta agar lapangan sepak bola dibangun di atas

bukit. Atas dasar permintaan warga, pemerintah pun secara akomodatif membangun

lapangan sepak bola di atas bukit.

Hal yang sama juga dilakukan untuk pembangunan fasilitas sosial lainnya, yakni

pembangunan kubah Masjid. Karena pada umumnya warga di Desa Wakasihu

menganut agama Islam, maka warga meminta agar pemerintah tidak perlu

memberikan ganti rugi berupa uang, tetapi dapat menggantinya dalam bentuk

pembangunan kubah masjid. Sejalan dengan alasan untuk pembangunan lapangan

sepak bola, pada pembangunan kubah masjid pun dapat dijelaskan bahwa sebagai

salah kelompok yang menganut agama Islam, maka Masjid menjadi pusat

pelaksanaan ibadah. Artinya, semua warga dapat menggunakan Masjid tersebut

tanpa ada pengecualian. Masjid adalah milik komunal dan dapat digunakan oleh

semua warga untuk beribadah dalam jumlah yang relatif banyak. Dalam konteks ini,

masjid selain dipandang sebagai sarana ibadah untuk menjalankan kewajiban

vertikal kepada Sang Pencipta, juga sebagai media memperkuat ikatan solidaritas

horizontal di antara sesama warga Desa Wakasihu. Dalam proses pembangunannya

pun, pemerintah tidak asal membangun saja, tetapi berdasarkan usulan warga

dengan menunjuk Masjid yang perlu dibangun berdasarkan prioritas yang dibuat

sendiri oleh warga.

Page 17: Penelitian Model Kompensasi

Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan

- 14 -

Pelaksanaan pembangunan fasilitas sosial, baik pembangunan lapangan sepak bola

maupun pembangunan kubah Masjid dilakukan bukan pada saat yang berbeda,

melainkan pada saat yang sama dengan pembangunan jalan. Ini dilakukan agar

memudahkan mobilisasi alat selain itu hal ini juga dilakukan untuk meminimalisasi

kecurigaan warga, sekaligus meningkatkan kualitas trust warga kepada pemerintah

bahwa pengorbanan warga tidak akan dikhianati. Akhirnya, saat ini kedua

pembangunan fasilitas social tersebut sudah dinikmati oleh warga bersamaan

dengan semakin baiknya kondisi jalan di Desa Wakasihu.

Gambar 4-4 Jalan Provinsi Laha – Wakasihu setelah Pembangunan

4.2 Peluang Lain dalam Pemberian Kompensasi Non Uang

Sebenarnya selain kedua bentuk di atas, masih ada peluang untuk pemberian

kompensasi non uang. Berdasarkan pengalaman di lapangan sesungguhnya banyak

masyarakat terdampak yang bersedia diberi ganti rugi yang bukan berupa uang

tunai. Mereka sudah senang diberi rumah baru atau tempat tinggal baru sebagai

pengganti rumah mereka yang terkena proyek.

Permasalahannya adalah belum tentu P2T atau instansi yang memerlukan tanah

mengabulkan keinginan mereka. Pengganjal utamanya adalah P2T mengalami

kesulitan karena terkendala peraturan yang berlaku. Memang dalam kebijakan

pengadaan tanah yang berlaku saat ini, dimungkinkan pemberian kompensasi

berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Namun ternyata aturan yang lain justru

menghambat kemungkinan tersebut. Untuk penggantian rumah dengan rumah

sebagai contoh misalnya, ternyata tidak mungkin dilakukan karena untuk setiap

pembangunan rumah yang menggunakan uang Negara maka itu menjadi asset

Negara dan tidak boleh diserah terimakan kepada pihak lain.

Page 18: Penelitian Model Kompensasi

Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan

- 15 -

Diringkas terdapat dalam bentuk table, alternative kompensasi non uang yang

pernah dilakukan dan memungkinkan untuk dilakukan selengkapnya dapat dilihat

dalam table 4-2.

Sebenarnya masih bisa dikembangkan bentuk-bentuk lain kompensasi non uang

dengan memperhatikan kegiatan yang terjadi pada tanah yang terkena proyek.

Karena mungkin saja untuk kegiatan pertanian bentuk kompensasi non uangnya

akan berbeda dengan kegiatan peternakan atau permukiman.

Oleh karena itu maka coba diusulkan serta bentuk kompensasi non uang yang

memungkinkan untuk diberikan pada setiap kegiatan yang mungkin terjadi pada

tanah yang terkena proyek. Usulan ini masih berupa draft dan disusun berdasarkan

kombinasi dari kajian literature, pengalaman di Negara lain dan pengalaman empiris

di lapangan selama survey dilakukan. Usulan tersebut selengkapnya dapat dilihat

pada table 4-3.

4.3 Permasalahan Pengadaan Tanah: Temuan Lapangan

Selain soal kompensasi sebenarnya masih banyak permasalahan lainnya dalam

pengadaan tanah. Oleh karena itu, bagian ini akan menguraikan mengenai

permasalahan yang terjadi dalam pengadaan tanah baik hasil temuan lapangan di

ataupun permasalahan yang diutarakan oleh para pelaku pengadaan tanah seperti

Direktorat Jenderal Bina Marga, Panitia Pengadaan Tanah, Tim Pengadaan Tanah,

Satker dan sejumlah komponen lainnya yang terlibat langsung dalam pengadaan

tanah.

Secara garis besar, sejumlah masalah yang berhasil diidentifikasi di lapangan yaitu

sebagai berikut,

1. Komitmen Pemerintah Daerah

2. Koordinasi antar instansi

3. Legal Formal

4. Status Tanah

5. Penentuan Kompensasi

6. Sistem Komunikasi

Page 19: Penelitian Model Kompensasi

Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan

- 16 -

Tabel 4-2 Bentuk Alternatif Kompensasi Non Uang yang Pernah Dilakukan/Diusulkan

No. Bentuk Alternatif Kompensasi Non Uang Dilakukan/Diusulkan Kendala Keterangan

1. Sertifikasi Dilakukan di Kabupaten Sambas

· Prosesnya lama

· Dana yang diperlukan cukup besar

· Dilakukan terpisah dari kegiatan pengadaan tanahnya sendiri

· Merupakan bentuk penghargaan dan terima kasih dari PemKab. Sambas kepada masyarakat terdampak yang telah ikhlas menyerahkan tanahnya

2. Pembangunan fasilitas social (lapangan sepakbola dan kubah masjid)

Dilakukan di Desa Wakasihu, Maluku Tengah

· Jika menggunakan uang Negara (APBN/ APBD) akan terhambat masalah administrasi

· Memungkinkan dilakukan jika fasilitas social tersebut tidak terlalu membutuhkan banyak biaya

· Pembangunan fasilitas social tersebut diambilkan dari anggaran fisik peningkatan jalan

· Pembangunan fasilitas social dilakukan bersama-sama dengan pengerjaan fisik jalan

3. Penggantian rumah dengan rumah · Diusulkan oleh masyarakat terdampak di Desa Tanjung Morawa B, Deli Serdang

· Diusulkan oleh Investor Jalan Tol Mojokerto - Kertosono

· Jika menggunakan uang Negara (APBN/ APBD) akan terhambat masalah administrasi

· Kesulitan mencari lokasi baru tempat pembangunan rumah pengganti

· Belum ada pengalaman sebelumnya

· Belum ada peraturan/kebijakan yang mengaturnya

· Penolakan oleh masyarakat

· Keberatan oleh P2T setempat

· Ditolak oleh P2T

· Untuk Desa Tanjung Morawa B, Deli Serdang, sebenarnya masyarakat terdampak menawarkan diri untuk mencarikan lokasi baru tempat pembangunan rumah pengganti

Sumber: Hasil Analisis, 2011

Page 20: Penelitian Model Kompensasi

Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan

- 17 -

Tabel 4-3 Usulan berbagai Bentuk Kompensasi Non Uang yang Mungkin Dilakukan

Kegiatan yang Terjadi di atas

tanah

Bentuk Kompensasi

Tanah Bangunan Bentuk lain

Rumah Toko Warung Pagar Kantor Lain-lain Sertifikasi Bantuan

Modal/Pelatihan Lain-lain

Pertanian V

· Sawah V V · Bibit Tanaman

· Pupuk

Perkebunan V

· Kebun/ladang V V · Bibit Tanaman

· Pupuk

Peternakan V

· Kandang V V · Bibit hewan

· Makanan hewan

Kehutanan V

V

Bibit Tanaman

Perikanan V

· Kolam

· Tambak V V

· Bibit hewan

· Makanan hewan

Pertambangan

V

Industri V

Pabrik

V

Utilitas

Bantuan pemindahan jaringan

Permukiman V V

V

V

Perkantoran V

V V Tukar guling

Pemerintahan V

V V Tukar guling

BUMN V

V V Tukar guling

Pertokoan V

V

V

V

Pendidikan V

V V · Sekolah

· Ruang Kuliah/ Belajar

Page 21: Penelitian Model Kompensasi

Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan

- 18 -

Kegiatan yang Terjadi di atas

tanah

Bentuk Kompensasi

Tanah Bangunan Bentuk lain

Rumah Toko Warung Pagar Kantor Lain-lain Sertifikasi Bantuan

Modal/Pelatihan Lain-lain

Warung/Kios V

V V

V V

Restoran V

V V · Restoran

· Tukar guling V V

Hotel V

V V · Hotel

· Tukar guling

TNI dan Polri V

V V Tukar guling

Kuburan V

Pemindahan

Ket: V Peluang pola kompensasi non uang yang mungkin dilakukan

Sumber: Hasil Analisis, 2011

Page 22: Penelitian Model Kompensasi

Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan

- 19 -

4.4 Usulan Model Pengadaan Tanah

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka akan coba diusulkan suatu model

pengadaan tanah yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang terjadi.

Model ini didasari pada Model Usulan Alternatif LARAP yang dibuat oleh Puslitbang

Sosekling. Model tersebut dimodifikasi dan disesuaikan berdasarkan kondisi yang

terjadi di lapangan serta disusun dengan juga mengacu pada draft RUU Pengadaan

Tanah dengan asumsi bahwa RUU tersebut akan segera disahkan sehingga Model ini

akan memperkaya dan memperkuat RUU.Selengkapnya dapat dilihat pada gambar

berikut:

Sosialisasi Rencana

Pembagian Tugas dan

Anggaran

Identifikasi Masyarakat

Terdampak dan Aset-

Asetnya

Penilaian

Musyawarah dan

Negosiasi

Pasca Pembayaran Ganti

Kerugian

- Konsultansi Publik Kesepakatan Lokasi

- Mekanisme Pengajuan Keberatan

Pelaksana: Lembaga Pertanahan

Penyedia Dana Pembebasan Tanah: Instansi yang memilik Tanah

Jaminan Kesejahteraan Masyarakat Terdampak: Pemerintah Daerah

Anggaran: Dinas terkait Pemerintah Daerah

Masyarakat Terdampak:

Langsung dan Tidak Langsung

Aset Terdampak:

Tanah, Bangunan, Tanaman dan Benda lain yang berkaitan atas tanah

- Dilakukan Tim Independen bidang per bidang tanah

- Dihitung pada saat pengumuman penetapan lokasi

- Dihitung juga kerugian lain yang bisa dinilai dengan uang

- Jaminan kesejahteraan warga terdampak

- Kepastian perolehan tanah

- Kemungkinan pemberian ganti rugi non uang

- Mekanisme pengajuan keberatan

- Tidak boleh ada masyarakat terdampak yang terlantar

- Diserahkan kepada Pemerintah Daerah untuk Monitoring dan

Evaluasi

Tahap Pengadaan Tanah Substansi Kegiatan

Gambar 4-5 Usulan Model Pengadaan Tanah

Page 23: Penelitian Model Kompensasi

Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan

- 20 -

5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bagian ini merupakan penutup hasil penelitian yang berupa kesimpulan dan

rekomendasi kegiatan yang dapat dilakukan berdasarkan penelitian ini.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik

sejumlah kesimpulan sebagai berikut,

· Pemberian kompensasi non uang yang pernah dilakukan yaitu berupa

sertifikasi kepada masyarakat yang tanahnya belum bersertifikat dan

pembangunan fasilitas sosial yang bisa dimanfaatkan bersama oleh warga.

Namun demikian, ada kecenderungan pemberian kompensasi non uang

memperhatikan sifat kepemilikan tanahnya, yakni hak kepemilikan individual

juga dikompensasi dengan yang sifat kepemilikannya individual (sertifikasi)

dan hak komunal juga dikompensasi dengan yang sifatnya komunal (fasilitas

sosial).

· Masyarakat sendiri sebenarnya tidak berkeberatan jika mereka diberi

kompensasi non uang dan salah satu yang banyak diusulkan adalah

penggantian rumah dengan rumah.

· Apapun bentuk kompensasi non uang yang diberikan tetapi harus menjamin

2 prinsip utama dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum, yaitu

jaminan kesejahteraan bagi warga terdampak dan kepastian perolehan tanah

bagi instansi yang memerlukan tanah.

· Masalah pemberian kompensasi hanya salah satu dari sekian banyak masalah

yang ditemui dalam pengadaan tanah. Masih banyak masalah lainnya yang

justru lebih pelik dari sekedar pemberian kompensasi, yakni: Komitmen

Pemerintah Daerah, Koordinasi antar instansi, legal formal, status tanah dan

system komunikasi

Page 24: Penelitian Model Kompensasi

Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan

- 21 -

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan tersebut maka tindak lanjut yang dapat dilakukan yaitu,

· Untuk pemberian kompensasi yang berupa non uang dapat dilakukan dengan

memberi tanah pengganti, memberi rumah pengganti, memberi bangunan

pengganti lainnya yang sesuai dengan bangunan yang lama seperti warung,

toko, kantor, dll.

· Pemberian kompensasi non uang juga bisa tidak berwujud fisik, misalnya

dengan memberikan sertifikat secara gratis kepada masyarakat yang

tanahnya belum bersertifikat, melakukan pelatihan atau bantuan modal

kepada masyarakat terdampak sehingga mereka memiliki kemampuan yang

lebih dibandingkan sebelumnya.

· Perlu ada pembagian tugas dan wewenang termasuk juga anggaran untuk

menjamin kesejahteraan masyarakat terdampak serta menghindari adanya

saling lempar tanggung jawab diantara instansi yang terlibat.

Page 25: Penelitian Model Kompensasi

Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan

- 22 -

DAFTAR PUSTAKA

Beilharz, Peter. 2005. Teori-Teori Sosial: Observasi Kritis terhadap Para Filosof

Terkemuka. Penerjemah Sigit Jatmiko. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bungin, H.M. Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Ife, Jim dan Frank Tesoriero. Community Development: Alternatif Pengembangan

Masyarakat di Era Globalisasi. Penerjemah: Sastrawan Manulang, Nurul Yakin

dan M. Nursyahid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

International Finance Corporation. 2002. Handbook for Preparing a Resettlement

Action Plan. Washington: International Finance Corporation

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung: PT.

Remaja RosdaKarya

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi dan Lingkungan, Badan

Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum. 2011.

Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali dalam Pembangunan Infrastruktur

PU Berbasis Sosial, Ekonomi dan Lingkungan. Disampaikan dalam Kolokium

Puslitbang Sosial, Ekonomi dan Lingkungan di Jakarta 27 Juli 2011

Saptomo, Ade. 2010. Hukum dan Kearifan Lokal. Jakarta: PT. Grasindo

Soetomo. 2009. Pembangunan Masyarakat: Merangkai Sebuah Kerangka.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sumardjono, Maria S.W., Nurhasan Ismail dan Isharyanto. 2008. Mediasi Sengketa

Tanah: Potensi Penerapan Alternatif Penyelesaian Sengketa (ADR) di Bidang

Pertanahan. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara

Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan

Pembangunan untuk Kepentingan Umum

Page 26: Penelitian Model Kompensasi

Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan

- 23 -

Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2006 Perubahan atas Peraturan Presiden No. 36

Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk

Kepentingan Umum

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 2007 tentang Ketentuan

Pelaksanaan Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah dirubah

dengan Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum

Artikel Lainnya

Draft Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Pengadaan Tanah

untuk Pembangunan, 2010

IFC’s Handbook for Preparing a Resettlement Action Plan, 2002

Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Pengadaan Tanah untuk

Pembangunan, 2010