penegakan hukum yang dilakukan polrestabes …

14
DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016 Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/ 1 PENEGAKAN HUKUM YANG DILAKUKAN POLRESTABES SEMARANG TERHADAP TINDAK PIDANA PEMERASAN DAN PENGANCAMAN DI JALAN RAYA Raden Bagus Satriyo Pamuditya*, Nyoman Serikat, Budhi Wisaksono Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro Email: [email protected] ABSTRAK Penegakan hukum yang dilakukan Polrestabes semarang dalam tindak pidana pemerasan dan pengancaman di jalan raya. Hukum pidana harus pula menjawab kasus-kasus pemerasan dan pengancaman yang masih ada ditengah-tengah masyarakat khususnya di jalan raya. Ditegaskan dalam Kitab Undang-undang Hukum pidana Pasal 368 sendiri bertujuan untuk menanggulangi adanya tindakan yang tidak bertanggungjawab seperti pemerasan dan pengancaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara penegakan hukum yang digunakan oleh kepolisian dalam menghadapi tindak pidana pemerasan dan pengancaman yang dilakukan di jalan raya dan untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dialami oleh kepolisian dalam menghadapi tindak pidana pemerasan dan pengancaman yang dilakukan di jalan raya. Metode pendekatan yang digunakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis empiris, yaitu meneliti objek yang bersifat yuridis, juga melihat kenyataan dan didasarkan kepada pengalaman yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat. Spesifikasi peelitian dalam penulisan hukum ini mengguanakan metode deskriptif analitis yang menggambarkan atau menuliskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang ada secara rinci, sistematis dan menyeluruh yang menyangkut permasalahan yang akan dibahas. Berdasarkan latar belakang tersebut penulisan akan membahas tentang (1)Bagaimana penegakan hukum yang dilakukan oleh Polrestabes Semarang dalam menghadapi tindak pidana pemerasan dan pengancaman yang dilakukan di jalan raya ? Serta (2)Apakah kendala yang ditemukan oleh polisi dalam menghadapi tindak pidana pemerasan dan pengancaman yang dilakukan di jalan raya? Hasil penelitian, Penegakan hukum yang dilakukan oleh polrestabes semarang sudah sangat optimal, namun masih banyaknya kesadaran masyarakat yang terus-menerus mengabaikan peringatan yang diberikan dari pihak kepolisian kepada masyarakat, membuat kejahatan yang terjadi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Namun pemberian informasi kemasyarakat kurang mengena ke dalam kehidupan masyarakat yang sudah terkikis secara moral dan mentalnya dan penanganan kasus-kasus perampasan dan pengancaman dijalan raya seharusnya tidak ada hambatan serius, namun di polrestabes Semarang menemukan banyak hambatan yang terjadi, baik hambatan dari luar polrestabes Semarang bahkan dari dalam polrestabes Semarang. Yang dari waktu ke waktu sudah menjadi alasan klasik, namun itu juga bukan suatu hambatan yang dapat memperlambat jalannya proses untuk memerangi kejahatan perampasan dan pengancaman dijalan raya. Kata Kunci : PENEGAKAN HUKUM, POLRESTABES SEMARANG, TINDAK PIDANA PEMERASAN DAN PENGACAMAN ABSTRACT Law enforcement conducted Polrestabes Semarang in criminal acts of extortion and threatening on the highway. The criminal law must also answer the cases of extortion and threatening that still exist among the people, especially on the highway. Affirmed in the Book of Law Criminal Law Article 368 itself aims to tackle their irresponsible actions such as extortion and threatening. The purpose of this study was to determine how law enforcement used by the

Upload: others

Post on 17-Nov-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENEGAKAN HUKUM YANG DILAKUKAN POLRESTABES …

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016

Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

1

PENEGAKAN HUKUM YANG DILAKUKAN POLRESTABES

SEMARANG TERHADAP TINDAK PIDANA PEMERASAN DAN

PENGANCAMAN DI JALAN RAYA

Raden Bagus Satriyo Pamuditya*, Nyoman Serikat, Budhi Wisaksono

Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro Email: [email protected]

ABSTRAK

Penegakan hukum yang dilakukan Polrestabes semarang dalam tindak pidana pemerasan

dan pengancaman di jalan raya. Hukum pidana harus pula menjawab kasus-kasus pemerasan dan

pengancaman yang masih ada ditengah-tengah masyarakat khususnya di jalan raya. Ditegaskan

dalam Kitab Undang-undang Hukum pidana Pasal 368 sendiri bertujuan untuk menanggulangi

adanya tindakan yang tidak bertanggungjawab seperti pemerasan dan pengancaman. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui cara penegakan hukum yang digunakan oleh kepolisian

dalam menghadapi tindak pidana pemerasan dan pengancaman yang dilakukan di jalan raya dan

untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dialami oleh kepolisian dalam menghadapi tindak

pidana pemerasan dan pengancaman yang dilakukan di jalan raya.

Metode pendekatan yang digunakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

yuridis empiris, yaitu meneliti objek yang bersifat yuridis, juga melihat kenyataan dan didasarkan

kepada pengalaman yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat. Spesifikasi peelitian dalam

penulisan hukum ini mengguanakan metode deskriptif analitis yang menggambarkan atau

menuliskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang ada secara

rinci, sistematis dan menyeluruh yang menyangkut permasalahan yang akan dibahas.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulisan akan membahas tentang (1)Bagaimana

penegakan hukum yang dilakukan oleh Polrestabes Semarang dalam menghadapi tindak pidana

pemerasan dan pengancaman yang dilakukan di jalan raya ? Serta (2)Apakah kendala yang

ditemukan oleh polisi dalam menghadapi tindak pidana pemerasan dan pengancaman yang

dilakukan di jalan raya?

Hasil penelitian, Penegakan hukum yang dilakukan oleh polrestabes semarang sudah

sangat optimal, namun masih banyaknya kesadaran masyarakat yang terus-menerus mengabaikan

peringatan yang diberikan dari pihak kepolisian kepada masyarakat, membuat kejahatan yang

terjadi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Namun pemberian informasi kemasyarakat kurang

mengena ke dalam kehidupan masyarakat yang sudah terkikis secara moral dan mentalnya dan

penanganan kasus-kasus perampasan dan pengancaman dijalan raya seharusnya tidak ada

hambatan serius, namun di polrestabes Semarang menemukan banyak hambatan yang terjadi, baik

hambatan dari luar polrestabes Semarang bahkan dari dalam polrestabes Semarang. Yang dari

waktu ke waktu sudah menjadi alasan klasik, namun itu juga bukan suatu hambatan yang dapat

memperlambat jalannya proses untuk memerangi kejahatan perampasan dan pengancaman dijalan

raya.

Kata Kunci : PENEGAKAN HUKUM, POLRESTABES SEMARANG, TINDAK PIDANA

PEMERASAN DAN PENGACAMAN

ABSTRACT

Law enforcement conducted Polrestabes Semarang in criminal acts of extortion and

threatening on the highway. The criminal law must also answer the cases of extortion and

threatening that still exist among the people, especially on the highway. Affirmed in the Book of

Law Criminal Law Article 368 itself aims to tackle their irresponsible actions such as extortion

and threatening. The purpose of this study was to determine how law enforcement used by the

Page 2: PENEGAKAN HUKUM YANG DILAKUKAN POLRESTABES …

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016

Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

2

police in the face of extortion and threatening criminal acts committed on the highway and to

identify any obstacles experienced by the police in the face of extortion and threatening criminal

acts committed on the highway.

The method used is used in this research is juridical empirical method, which examines objects

juridical, also see the reality and based on the experience in the social life. Specifications peelitian

in this legal writing mengguanakan descriptive analytical methods that describe or write the state

of the object of research at the present time based on the facts that there is a detailed, systematic

and thorough regarding issues to be discussed.

Based on this background paper will discuss (1) how the law enforcement carried out by

Polrestabes Semarang in the face of extortion and threatening criminal acts committed on the

highway? And (2) What problems were found by police in the face of extortion and threatening

criminal acts committed on the highway?

The results of the research, conducted by the law enforcement Polrestabes Semarang already

highly optimized, but there are many public awareness are constantly ignoring the warning given

by the police to the public, making the crime is increasing from year to year. However, the

provision of information kemasyarakat less wear to the lives of people who already eroded

morally and mentally and handling cases of deprivation and threatening highway should be no

serious obstacle, but in Polrestabes Semarang find many obstacles that happens, either the

resistance of the outer Polrestabes Semarang even of the Polrestabes Semarang. Which over time

has become a classic excuse, but it's also not an obstacle that can slow down the process to fight

crime and threatening deprivation of highway.

Keywords: LAW ENFORCEMENT, POLRESTABES SEMARANG, CRIME AND BLACKMAIL

THERT

I. PENDAHULUAN Penegakan hukum memang telah

menjadi persoalan yang hingga saat

ini mungkin masih menimbulkan

tanda tanya. Bukan tanpa alasan,

namun karena secara faktual telah

banyak kasus-kasus hukum yang

terlewatkan dan gagal dieksekusi

oleh aparat penegak hukum.

Indonesia memiliki cita-cita

reformasi untuk mendudukkan

hukum di tempat tertinggi dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara

yang hingga saat ini tak pernah

terealisasi. Bahkan dapat dikatakan

hanya tinggal mimpi dan angan-

angan. Begitulah realita yang terjadi

saat ini di kalangan masyarakat

Indonesia. Masyarakat seharusnya

sadar betul akan kondisi seperti ini,

karena pada saat ini atau situasi

sekarang banyak masyarakat telah

mengalami pergeseran mental

bahkan dapat menghancurkan moral

pada generasi muda sekarang. Pada

dasarnya harus ditanamkan bagi

seluruh lapisan masyarakat baik dari

kalangan atas sampai kalangan

bawah, bahkan dari para pejabat

hingga rakyat jelata bahwa keamanan

yang terjadi sekarang bukanlah rasa

aman yang diiinginkan oleh seluruh

lapisan masyarakat.

Penegakan hukum yang tidak

berjalan dengan baik dan efektif

dapat menyebabkan kerusakan dan

kehancuran di berbagai bidang

(politik, ekonomi, sosial, dan

budaya). Selain itu buruknya

penegakan hukum juga akan

menyebabkan rasa hormat dan

kepercayaan masyarakat terhadap

hukum semakin menipis dari hari ke

hari. Akibatnya, masyarakat akan

mencari keadilan dengan cara

mereka sendiri tanpa memandang

bahwa ada hukum yang berlaku di

sekitar mereka. Berbagai tindakan

Page 3: PENEGAKAN HUKUM YANG DILAKUKAN POLRESTABES …

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016

Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

3

main hakim sendiri di masyarakat

akan dilakukan karena merupakan

salah satu wujud ketidakpercayaan

masyarakat terhadap hukum yang

ada.

Kondisi Hukum di Indonesia saat

ini lebih sering menuai kritik dari

pada pujian. Berbagai kritik

diarahkan baik yang berkaitan

dengan penegakan hukum, kesadaran

hukum , kualitas hukum, ketidak

jelasan berbagai hukum yang

berkaitan dengan proses

berlangsungnya hukum dan juga

lemahnya penerapan berbagai

peraturan. Kritik begitu sering

dilontarkan berkaitan dengan

penegakan hukum di Indonesia.

Kebanyakan masyarakat kita akan

bicara bahwa hukum di Indonesia itu

dapat dibeli, yang menang mereka

yang mempunyai jabatan, nama dan

kekuasaan, yang punya uang pasti

aman dari gangguan hukum walau

aturan negara dilanggar. Ada

pengakuan di masyarakat bahwa

karena hukum dapat dibeli maka

oknum aparat penegak hukum tidak

dapat diharapkan untuk melakukan

penegakkan hukum secara

menyeluruh dan adil. Sejauh ini,

hukum tidak saja dijalankan sebagai

rutinitas belaka tetapi juga

dipermainkan seperti barang

dagangan.

Indonesia adalah negara hukum

berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945 yang

menjunjung tinggi Hak Asasi

Manusia serta menjamin segala

warganegara bersamaan

kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan dan wajib menjunjung

tinggi hukum dan pemerintahan itu

dengan tidak ada kecualinya.

Polri Orde Baru adalah Polri

yang berbeda dengan masa

sebelumnya. Bila selama rejim Orde

Baru pembangunan Polri dijadikan

sebagai instrumennya, sekarang tidak

lagi. Sejak 1 April 1999, secara

kelembagaan Polri dikeluar dari

Angkatan Bersenjata Republik

Indonesia (ABRI). Sebagaimana

organisasi kepolisian di negara-

negara demokrasi lainnya, fungsi

Polri selanjutnya adalah sebagai alat

negara, penegak hukum, pelindung

dan pengayom serta pelayan

masyarakat. Sebagai aparatur

penegak hukum, maka tidak tepat

lagi bila Polri menjadi bagian dari

sebuah kesatuan yang bertugas

mempertahankan negara, yakni

Angkatan Bersenjata Republik

Indonesia (ABRI). Untuk

selanjutnya, organisasi yang dikenal

sebagai pengemban Tri Brata ini

mesti melakukan berbagai

perubahan, mulai dari paradigmatik

sampai ke empirik. Tanpa semangat

itu, nampaknya kepercayaan publik

atas perubahan peran yang dimaksud,

akan terus merosot.1

Hampir satu dasawarsa sudah

didengarkan jargon “Reformasi

Menuju Polri yang Profesional”.

Belakangan, jargon tadi mendapat

tambahan satu kata kunci lagi, yakni

“Mandiri”. Jadi lebih lengkapnya,

semangat perubahan dalam tubuh

Polri sekarang adalah, “Menuju

Reformasi Polri yang Mandiri dan

Profesional”. Di bawah

kepemimpinan Kapolri Jenderal

Roesmanhadi, semangat tersebut di

1 Awaloeddin Djamin, Sejarah

Perkembangan Kepolisian di Indonesia: Dari Zaman Kuno sampai sekaranga, (Jakarta: Yayasan Brata Bhakti Polri, 2006), Hal. 493.

Page 4: PENEGAKAN HUKUM YANG DILAKUKAN POLRESTABES …

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016

Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

4

atas diperkenalkan. Kemudian secara

berturut-turut, Kapolri penerusnya

Jenderal Rusdihardjo, Dai Bachtiar,

Sutanto dan Kapolri sekarang

Badrodin Haiti, mengemban moral

publik untuk lebih

mengoperasionalkan reformasi Polri

yang dimaksud.

Dalam masyarakat yang kian

menuntut penerapan prinsip Tata

Kelola Pemerintahan yang Baik

(good governance), barangkali tidak

berlebihan bila pertanyaan tersebut

dikemukakan. Berhubung Polri

merupakan aparatur negara, maka

pertanggungjawaban akhirnya adalah

kepada pemilik kedaulatan, yakni

seluruh rakyat Indonesia. Dalam

konteks goodgovernance, Polri sudah

sewajarnya menjalankan prinsip-

prinsip yang akuntabel, transparan,

menghargai kesetaraan, taat hukum

dan demokratik.

Oleh karena itu polisi sebagai

penegak hukum yang ada, harus

bersifat adil tak pandang bulu tua,

muda, kaya, miskin. Tugas pokok

kepolisian merupakan tugas-tugas

yang harus dikerjakan atau

dijalankan oleh lembaga kepolisian,

dengan demikian tugas lembaga yang

dijalankan oleh anggota kepolisian

dapat dimaknai sebagai bentuk atau

jenis dari pekerjaan khusus. Jenis

pekerjaan tersebut menjadi tugas dan

wewenang kepolisian yang harus

dijalankan dengan pengetahuan

Intelektual, keahlian atau kemahiran

yang diperoleh melalui pendidikan

atau training, dijalankan secara

bertanggung jawab dengan

keahlianya, dan berlandaskan moral

dan etika.

Kepolisian Negara Republik

Indonesia sebagai salah satu lembaga

penyelenggaran tugas dan fungsi

pemerintahan dalam melaksanakan

tugas dan fungsinya juga harus

berdasarkan legitimasi hukum yang

berlaku. Dimana fungsi utama dari

polisi adalah menegakkan hukum

dan melayani kepentingan

masyarakat umum. Sehingga dapat

dikatakan bahwa tugas polisi adalah

melakukan pencegahan terhadap

kejahatan dan memberikan

perlindungan kepada masyarakat.

Berikut ini ada beberapa tugas dari

Polrestabes Semarang, yaitu:2

a. Memelihara keamanan dan

ketertiban masyarakat;

b. Menegakkan hukum;

c. Memberikan perlindungan,

pengayoman, dan pelayanan

kepada masyarakat.

Polisi adalah hukum yang hidup,

melalui polisi janji-janji dan tujuan-

tujuan hukum untuk mengamankan

serta melindungi masyarakat menjadi

kenyataan. Perincian tugas

Polrestabes Semarang, misalnya:3

a) Memelihara ketertiban dan

menjamin ketertiban umum;

b) Memelihara keselamatan orang,

benda dan masyarakat, termasuk

memberi perlindungan dan

pertolongan;

c) Memelihara keselamatan negara

terhadap gangguan yang berasal

dari dalam;

d) Mencegah dan memberantas

menjalarnya penyakit-penyakit

masyarakat;

e) Mengusahakan ketaatan warga

negara dan masyarakat terhadap

peraturan-peraturan negara.

Kejahatan sering kali terjadi di

dalam masyarakat, baru-baru ini

2 Pasal 13 UU NO.2 Tahun 2002.

3 Prof.Dr. Satjipto Rahardjo,SH,Penegakan

Hukum, ( Yogyakarta : Genta Publishing, 2009), Hal. 45.

Page 5: PENEGAKAN HUKUM YANG DILAKUKAN POLRESTABES …

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016

Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

5

kejahatan pemerasan dan

pengancaman sangat marak sekali

terutama terjadi di jalan raya seperti

pembegalan, penjambretan, dan

penodongan; itu semua masuk di

dalam premanisme. Pelanggaran

norma hukum sangat jelas terjadi

didalam pemerasan dan

pengancaman tersebut. Di kota besar

sering kali terjadi kejahatan di jalan

raya contoh hal kota semarang.

Faktanya di dalam masyarakat

seperti pembegalan sering kali

terjadi. Hampir setiap bulan ada

kasus mengenai pembegalan di kota

Semarang dan pelaku tidak segan-

segan melukai bahkan membunuh

korbannya. Warga diselimuti

kecemasan didalam menjalankan

aktifitas dimalam hari. Setidaknya

telah terjadi 24 kejadian yang tercatat

di Biro Operasi Polda Jawa Tengah

selama kurun waktu Januari-Februari

2016. Warga masyarakat diselimuti

kecemasan untuk beraktifitas sehari-

hari di malam hari.

Hukum pidana harus pula

menjawab kasus-kasus pemerasan

dan pengancaman yang masih ada

ditengah-tengah masyarakat,

khususnya di jalan raya. Salah satu

bentuk dari premanisme adalah

melakukan delik pemerasan atau

pengancaman. Delik pengancaman

atau pemerasan sebagaimana yang

ditegaskan dalam Kitab Undang-

undang Hukum Pidana Pasal 368

sendiri bertujuan untuk

menanggulangi adanya tindakan

yang tidak bertanggungjawab seperti

pemerasan dan pengancaman.

Banyaknya modus pemerasan dan

pengancaman harus menjadi

perhatian khusus bagi aparat penegak

hukum.

Penegakan hukum merupakan

sarana bagi Negara Republik

Indonesia dalam menciptakan

ketertiban dan keamanan bagi

seluruh rakyat. Dalam penegakan

hukum untuk menemukan kebenaran

dari seluruh tindak pidana yang

terjadi, dibutuhkan hukum pidana

sebagai alat untuk pelanggaran

hukum. Sekarang ini Indonesia

sedang diramaikan dengan

banyaknya kasus pengancaman dan

pemerasan yang terjadi di jalan raya.

Hal ini tentu saja membuat resah

sebagian besar masyarakat.

Dari kepolisian kita dapat

mendengar banyaknya kasus seperti

penganiayaan dan pemerasan

terhadap tersangka yang dilakukan

oleh oknum polisi pada saat proses

penyidikkan, perihal kriminalitas

terhadap pimpinan komisi

pemberantasan korupsi dan yang

paling mencolok dalam kalangan

masyarakat adalah mengenai

pelanggaran lalu lintas yang menjadi

kelalaian kalangan masyarakat.

Keprihatinan yang mendalam

tentunya saat kita melihat reformasi

hukum yang masih berjalan lambat

dan masih belum memberikan rasa

keadilan bagi masyarakat dan

ketegasan bagi siapapun. Mungkin

tiadalah berlebihan jika dikatakan

bahwa pada dasarnya apa yang

terjadi akhir-akhir ini merupakan

ketiadaan keadilan yang

dipresepsikan oleh masyarakat (the

absence of justice). Ketidakadilan ini

merupakan akibat dari pengabaian

hukum (diregardling the law),

ketidakhormatan pada hukum

(disrespecting the law),

ketidakpercayaan pada hukum

(distrusting the law) serta adanya

Page 6: PENEGAKAN HUKUM YANG DILAKUKAN POLRESTABES …

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016

Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

6

penyalahgunaan hukum (misuse of

the law).

Kasus seperti pembegalan atau

pun kasus-kasus lain yang

berhubungan dengan kejahatan yang

terjadi di jalan raya, sepenuhmya

merupakan tanggung jawab

kepolisian dan anggota masyarakat

bersama untuk menciptakan suasana

yang aman serta tentram didalam

kehidupan masyarakat sehari-hari.

Namun pihak kepolisian juga

diharapkan dapat memunculkan ide-

ide atau suatu rancangan keamanan

yang dapat di jalankan secara

bersama.

Atas dasar uraian tertulis di atas

penulis tertarik untuk melakukan

penulisan hukum yang membahas

mengenai masalah penegakan hukum

yang di lakukan Polrestabes

Semarang terhadap tindak pidana

pemerasan dan pengancaman yang

dilakukan di jalan raya.

Dari uraian di atas dirumuskan

beberapa permasalahan yang

berhubungan dengan penegakan

hukum yang dilakukan Polrestabes

Semarang terhadap tindak pidana

pemerasan dan pengancaman di jalan

raya. Permasalahan tersebut adalah:

1. Bagaimana penegakan hukum

yang dilakukan oleh Polrestabes

Semarang dalam menghadapi tindak

pidana pemerasan dan pengancaman

yang dilakukan di jalan raya ?

2. Apakah kendala yang

ditemukan oleh pihak Polrestabes

Semarang dalam menghadapi tindak

pidana pemerasan dan pengancaman

yang dilakukan di jalan raya?

II. METODE PENELITIAN

Dalam suatu karya ilmiah yang

ada, salah satunya bertujuan untuk

menemukan kebenaran data valid

atau kebenaran ilmiah. digunakan

langkah-langkah, dengan mengikuti

prosedur-prosedur penelitian ilmiah

dan juga menggunakan metode-

metode tertentu dalam usaha untuk

mengadakan penelitian. Pada

umumnya penelitian bertujuan untuk

menemukan data, mengembangkan

atau menguji suatu penelitian.

Menemukan berarti beruaha

memperoleh sesuatu untuk mengisi

kekosongan atau kekurangan,

sedangkan mengembangkan berarti

memperluas dan menggali lebih

dalam lagi terhadap sesuatu yang

telah ada. dengan demikian

dibutuhkan metode penelitian, dalam

arti luas di dalamnya menyangkut

proses-proses, asas-asas dan prosedur

tertentu untuk mencari jawaban atas

persoalan-persoalan yang ada.

Istilah metodologi berasal dari

kata metode yang artinya jalan ke .

Metode ini biasanya menyangkut

masalah cara kerja, yaitu cara untuk

memahami objek yang menjadi

sasaran ilmu pengetahuan yang

bersangkutan .

Penelitian merupakan suatu

sarana pokok atau usaha untuk

menemukan, mengembangkan, usaha

mana dilakukan menggunakan

metode ilmiah. Menurut Soeryono

Soekanto Penelitian Hukum yaitu :

Penelitian hukum dimaksudkan

sebagai kegiatan ilmiah berdasarkan

pada metode sistematika dan

pemikiran tertentu, yang bertujuan

untuk mempelajari satu atau

beberapa gejala hukum tertentu

dengan jalan menganalisa kecuali itu

juga diadakan pemeriksaan yang

mendalam terhadap fakta-fakta

hukum tersebut, untuk kemudian

mengusahakan suatu pemecahan

Page 7: PENEGAKAN HUKUM YANG DILAKUKAN POLRESTABES …

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016

Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

7

yang timbul didalam gejala yang

bersangkutan.

III. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Upaya Penegakan Hukum Yang

Dilakukan Oleh Polrestabes

Semarang Dalam Menghadapi

Tindak Pidana Pemerasan dan

Pengancaman yang Dilakukan di

Jalan Raya

Setiap orang yang mengalami,

melihat, menyaksikan dan/atau

menjadi korban peristiwa yang

merupakan tindak pidana berhak

untuk mengajukan laporan atau

pengaduan kepada penyelidik dan

atau penyidik baik lisan maupun

tertulis.”

Menurut dari RESKRIM Semarang

bapak AKP P Pantja SH MH,

mengatakan bahwa pihak Polrestabes

Semarang telah melakukan banyak

uapaya agar keamanan di jalan raya

dapat terjadi, namun masih saja

banyak tindakan-tindakan kejahatan

yang terjadi.

Upaya yang dilakukan dirasa sudah

sangat maksimal, seperti adanya

polisi tenda di setiap kelurahan dan

petugas lalu lintas kepolisian pada

jam-jam tertentu melakukan patrol

jalan raya agar para pengguna jalan

raya tidak merasa resah akan

banyaknya tindak kejahatan yang

marak terjadi seperti begal, rampok,

dan lain-lain.4

Beliau juga menambahkan jika

perbuatan-perbuatan penyakit

masyarakat itu telah sering terjadi di

daerah-daerah yang jarang dilalui

pengguna jalan, atau seperti daerah

4 Hasil wawancara dengan bapak AKP P

Pantja R SH MH.,RESKRIM POLRESTABES Semarang 2016.

yang memiliki penerangan lampu

yang kurang, contoh:

a. Jalan Suratmo

b. Jalan Dawung

c. Jalan Menuju Unika

d. Jalan Sampangan

e. Jalan Siliwangi

f. Jalan Bukit Semarang Baru

g. Jalan Menuju Mijen

h. Jalan Untung Suropati

i. Jalan Mataram

Menurut beliau peran warga

masyarakat juga harus optimal agar

keamanan dapat terjadi dan para

pengguna jalan bisa merasa aman

dan tenang ketika sedang berkendara

dimanapun dan jam berapapun

mereka berkendara di jalan raya.

Hampir sama halnya dengan

RESKRIM SEMARANG, bapak

Pantja,5 menurut pandangan Catur

Gatot Efendi (Kasat Lantas)

menjabarkan bahwa, kejahatan

dijalan raya sering terjadi ketika para

pengendara sedang lengah, didaerah

yang kurang penerangan atau

didaerah yang sepi. Beliau juga

mengkritik Pemerintah Kota

Semarang agar penerangan di setiap

jalan harus dibenahi agar

meminimalis tindakan-tindakan

kejahatan di jalan raya. Himbauan

dari kepolisian juga sudah sering

diumumkan ke masyarakat, namun

tetap saja ada warga atau orang yang

menyepelekan himbauan tersebut.

Ketika sudah terjadi kejahatan

barulah mereka menyalahkan pihak

kepolisian, sedangkan dari pihak

kepolisian sudah berupaya seoptimal

mungkin untuk menanggulangi

penyakit masyarakat tersebut.

5 Hasil Wawancara dengan Catur Gatot

effendi, Kasat Lantas Polrestabes Semarang, 2016.

Page 8: PENEGAKAN HUKUM YANG DILAKUKAN POLRESTABES …

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016

Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

8

A. Modus Perampasan Yang

Sering Dilakukan Oleh Pelaku

di Jalan Raya

Banyak modus perampasan dan

pengancaman yang terjadi di

jalan raya. Contoh:

1. Pemepetan kendaraan lalu di

rampas kendaraan korban. (

Begal)

2. Perampasan benda berharga

saat sedang berkendara (

Jambret )

3. Meminta uang pungutan liar (

Premanisme)

Hal ini banyak terjadi di jalan-

jalan raya di Kota semarang.

Banyaknya genk motor yang

sering kumpul dianggap juga

sebuah ancaman bagi warga

masyarakat. Pihak kepolisian

juga sudah teramat sering

melakukan razia dijalan-jalan

utama bahkan sampai jalan-jalan

yang sepi agar genk motor

ataupun begal yang berkeliaran

dapat dibasmi dengan cepat.

Pihak Kepolisian gencar-

genjarnya melakukan oprasi

Elang untuk mengurangi tindak

kejahatan di jalan raya.

Oprasi tersebut sangat lah efektif

untuk mengurangi kejahatan

yang terjadi, hampir setiap hari

tengah malam melakukan suatu

operasi di seluruh kota semarang

yang rawan terjadi kejahatan di

jalan raya.

Sesuai dengan aturan yang

berlaku, para warga masyarakat

juga seharusnya dapat menyadari

bahwa kemanan dijalan raya

harus dijunjung tinggi secara

bersama-sama, namun tetap saja

masih banyak warga masyarakat

tidak mempedulikan hal itu.

Seperti contoh di tahun 2013,

banyak sekali kejahatan

perampasan harta orang lain :

“Tindak kejahatan pemerasan

dan pengancaman di jalan raya

sejumlah 166 kasus pada tahun

itu”.

Modus-modus yang dipakai oleh

para pelaku sebenarnya sudah

dapat diprediksi oleh masyarakat,

namun banyak masyarakat

lengah akan hal itu. Contoh

modus-modus kasus pemerasan

dijalan raya, modus perampasan

sepeda motor di jalan semakin

beragam. Seperti yang dilakukan

Sup (30), warga Jalan Onta Raya,

Pandean Lamper, Gayam Sari,

Semarang. Dia berpura-pura

ditabrak agar dia bisa mengambil

motor milik korban. Sup kini

harus mendekam dalam penjara

setelah tertangkap petugas Polsek

Gajahmungkur.

Sebelum tertangkap, Sup beraksi

pada Selasa (13/5) dini hari lalu.

Saat itu, dia membuntuti

korbannya bernama Sugiarto

(49), warga Tegalsari, Candisari,

Kota Semarang. Dia mengikuti

Sugiarto sejak dari Jalan Kawi

hingga tikungan Tegalsari.

Untuk melancarkan aksinya, Sup

menyewa seorang perempuan

bernama Sep. Tugas Sep adalah

pemanis agar akting Supri

meyakinkan di depan korban.

Setelah membuntuti, Sup

berpura-pura seolah tertabrak

hingga jatuh. "Korban panik dan

berupaya membantu Supri dan

Sep," kata Kapolsek

Gajahmungkur, Kompol

Meiliyan Rahmadi.

Sup berupaya menjatuhkan

mental korban dan meminta ganti

Page 9: PENEGAKAN HUKUM YANG DILAKUKAN POLRESTABES …

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016

Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

9

rugi. Sup lalu minta diantar

pulang. Korban pun menuruti dan

mengantar Sup pulang,

sedangkan Sep ditinggal di lokasi

kecelakaan bersama dengan

Honda Beat milik Sup. Saat di

tengah perjalanan itulah, Sup

menjalankan aksinya.

Dia merampas Mio JT milik

Sugiarto. Korban tak kuasa

mempertahankan motor

miliknya. Dia pun langsung

melaporkan ke polisi. Beruntung

polisi bergerak cepat dan

mendatangi lokasi kecelakaan. Di

sana polisi mengamankan Sep.

"Berbekal pengakuan perempuan

itu, kami membekuk Sup di

rumahnya bersama motor

rampasannya," ujar Meiliyan.

Ada juga yang modus terbaru,

seperti perampasan mobil dan

sepeda motor yang pelakunya

berkedok sebagai debt collector:

Kapolrestabes Semarang AKP P

Pantja R SH. MH

mengungkapkan, bahwa kasus

perampasan motor dengan

mengaku sebagai debt collector

dari leasing ini merupakan modus

kejahatan baru. Sebab, pelaku ini

sebenarnya hanya pekerja lepas

yang bekerja jika hanya

dibutuhkan oleh leasingnya .

“Para pelaku ini hanya freelance,

namun mereka tetap bekerja

dengan berpura-pura menagih

tunggakan motor seakan-akan itu

dari leasing, padahal motor

tersebut akan dibawa lari,”

jelasnya saat gelar perkara di

Mapolrestabes Semarang, Kamis

(14/5).

Selain itu, komplotan yang terdiri

dari Aji Setyono (23), Fahrul

Rozak (32), Ponjo Aji (21),

Kuswantoro (32), dan Muh

Romadhon (25) tersebut, juga

telah terlatih dalam menagih

sepeda motor. Bahkan, tak segan-

segan pelaku ini menuduh

korbannya telah telat bayar

angsuran motor.

Pihak Kapolrestabes berharap

dan menghimbau agar warga

jangan mudah percaya ketika di

jalan, ada seseorang yang tiba-

tiba meminta motor dan

mengaku-aku dari leasing.

“Usahakan, warga harus meminta

penagihnya tersebut untuk

menunjukan tanda pengenal dan

surat kerja dari leasing,”.

Seperti yang diberitakan

sebelumnya, lima pelaku

perampasan sepeda motor dengan

modus mengaku sebagai leasing

kreditur sepeda motor, berhasil

diringkus satuan Resmob

Polrestabes Semarang. Tak main-

main, komplotan ini sudah

beraksi hingga 20 kali di wilayah

Semarang dan sekitarnya. Dari

tangan pelaku, disita sebanyak 17

unit sepeda motor lengkap

dengan STNK dan kunci kontak.

Pada tahun 2011 lalu ada juga

modus balap liar dijadikan ajang

perampasan bagi para korban,

kasusnya: Meski polisi tak

bosan-bosannya merazia,

tampaknya fenomena balap liar

terus digemari sejumlah remaja

di Kota Semarang. Ironisnya,

selain permainan itu

membahayakan pelaku dan orang

di sekitarnya, aksi balap liar tak

jarang diwarnai insiden

perampasan.

Tim Reskrim Polsek Semarang

Barat berhasil meringkus dua

pelaku perampasan yang beraksi

Page 10: PENEGAKAN HUKUM YANG DILAKUKAN POLRESTABES …

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016

Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

10

di sekitar lokasi balap liar di

Jalan Raya depan Kampung Laut

areal PRPP, Semarang Barat.

Pelaku menggasak barang-barang

berharga seperti HP, uang hingga

motor.

“Pelaku sempat menjadi buron

selama dua bulan lebih, sebelum

akhirnya berhasil kami tangkap.

Mereka melakukan perampasan

terhadap korban saat

menyaksikan balap liar di

kawasan PRPP,” ujar

Kapolrestabes Semarang Kombes

Elan Subilan dalam gelar perkara

di Mapolsek Semarang Barat,

Jum’at (23/11). Dua tersangka

masing-masing; Wisnu Sodikin

(23), warga Jalan Tawang Aglik

Kidul RT 02/RW 05, Tawang

Mas, Semarang Barat dan BK

(17) warga Jalan Ronggolawe I,

Gisikdrono, Semarang Barat.

Perampasan yang dilakukan dua

tersangka ini terjadi pada 22

September 2012 lalu di depan

rumah makan Kampung Laut

Kawasan PRPP. Korbannya

adalah Mahendra Sri Sutrisno

(24), warga Jalan Gondomono

No 15 RT 01/RW 09, Semarang

Utara.

Modus yang digunakan tersangka

adalah menuduh korban

membawa kabur uang taruhan

balap liar sebesar Rp 200 ribu.

Posisi korban saat itu sedang

nongkrong bersama empat

teman-temannya sembari

menyaksikan aksi trek-trekan di

kawasan tersebut. “Karena

merasa tidak melakukannya,

korban mengelak dari tuduhan

tersebut. Dari situlah para

tersangka kemudian memukuli

korban hingga satu di antara

tersangka mengeluarkan senjata

tajam jenis parang,” terang

Kapolrestabes didampingi

Kapolsek Semarang Barat

Kompol Yani Permana.

Takut celaka oleh senjata tajam

milik pelaku, akhirnya korban

menyerah tak berdaya saat

tersangka merampas HP, jaket,

helm merk VOG dan dompet

korban yang berisi uang tunai

sebesar Rp 550 Ribu.

Tersangka Mahendra Sri Sutrisno

mengaku iseng-iseng melakukan

perampasan tersebut. “Uang hasil

perampasan kami gunakan untuk

membeli minuman keras,” ujar

pria yang kesehariannya bekerja

sebagai kuli serabutan ini.

Mempertanggungjawabkan

perbuatannya, dua tersangka

bakal terjerat Pasal 365 KUHP

tentang pencurian dengan tindak

kekerasan dengan ancaman

hukuman penjara maksimal 15

tahun penjara.

Di Indonesia Etika Kepolisian

menurut Kunarto adalah

serangkaian aturan dan peraturan

yang ditetapkan untuk

membimbing petugas dalam

menetukan, apakah tingkah laku

pribadi benar atau tidak. Realita

Dari Peran Polrestabes Semarang

saat Ini terkait dengan begal.

Rangkuman Etika Polri yang

dimaksud telah dituangkan dalam

UU Nomor 2 tahun 2002 pasal 34

dan pasal 35. Pasal –pasal

tersebut mengamanatkan agar

setiap anggota Polri dalam

melaksanakan tugas dan

wewenangnya harus dapat

mencerminkan kepribadian

bhayangkara Negara seutuhnya.

Mengabdikan dirinya sebagai alat

Page 11: PENEGAKAN HUKUM YANG DILAKUKAN POLRESTABES …

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016

Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

11

Negara penegak hukum, yang

tugas dan wewenangnya

bersangkut paut dengan hak dan

kewajiban warga Negara secara

langsung, diperlukan kesadaran

dan kecakapan teknis yang

tinggi, oleh karena itu setiap

anggota Polri harus menghayati

dan menjiwai etika profesi

kepolisian dalam sikap dan

perilakunya

Penegakan hukum adalah proses

dilakukannya upaya untuk

tegaknya atau berfungsinya

norma-norma hukum secara

nyata sebagai pedoman perilaku

dalam lalu lintas atau hubungan-

hubungan hukum dalam

kehidupan bermasyarakat dan

bernegara. Ditinjau dari sudut

subjeknya dibagi menjadi 2

dalam arti luas dan sempit.

Dalam arti luas, proses

penegakan hukum itu melibatkan

semua subjek hukum dalam

setiap hubungan hukum. Siapa

saja yang menjalankan aturan

normatif atau melakukan sesuatu

atau tidak melakukan sesuatu

dengan mendasarkan diri pada

norma aturan hukum yang

berlaku, berarti dia menjalankan

atau menegakkan aturan hukum.

Dalam arti sempit, dari segi

subjeknya itu, penegakan hukum

itu hanya diartikan sebagai upaya

aparatur penegakan hukum

tertentu untuk menjamin dan

memastikan bahwa suatu aturan

hukum berjalan sebagaimana

seharusnya. Dalam memastikan

tegaknya hukum itu, apabila

diperlukan, aparatur penegak

hukum itu diperkenankan untuk

menggunakan daya paksa.

Pada prakteknya penegakan

hukum yang dilakukan oleh

polisi senantiasa mengandung 2

pilihan. Pilihan pertama adalah

penegakan hukum sebagaimana

yang disyaratkan oleh undang-

undang pada umumnya, dimana

ada upaya paksa yang dilakukan

polisi untuk menegakan hukum

sesuai dengan hukum acara yang

diatur dalam undang undang No.

8 tahun 1981 tentang KUHAP.

Sedangkan pilihan kedua adalah

tindakan yang lebih

mengedepankan keyakinan yang

ditekankan pada moral pribadi

dan kewajiban hukum untuk

memberikan perlindungan

kepada anggota masyarakat.

1. Kendala yang Ditemukan

Oleh Polisi Dalam

Menghadapi Tindak Pidana

Pemerasan Dan

Pengancaman yang

Dilakukan Di Jalan Raya

Ada beberapa kendala dari dalam

pihak kepolisian, yaitu:

1. Kurangnya personil anggota

kepolisian merupakan kendala

yang dihadapi oleh jajaran

Kepolisian Polrestabes

Semarang, piket di masing-

masing polsek hanya terdiri dari

kurang lebih 10 personil polisi

sehingga untuk merespon laporan

atau temuan adanya kegiatan

perampasan dan pengancaman

dijalan raya menjadi kurang

optimal.

2. Kurangnya kendaraan

oprasional. Kurangnya kendaraan

oprasional anggota. Bila jumlah

kendaraan oprasional baik mobil

ataupun sepeda motor yang

digunakan untuk menjalankan

Page 12: PENEGAKAN HUKUM YANG DILAKUKAN POLRESTABES …

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016

Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

12

patroli jumlahnya cukup

memadahi maka tentunya

kegiatan patroli akan semakin

lancar dan bisa semakin intensif

dilakukan dalam upaya

mencegah dan menanggulangi

terjadinya aksi perampasan dan

pengancaman dijalan raya

sehingga akan terciptanya

kondisi masyarakat yang

kondusif, aman dan nyaman.

3. Banyak juga dari aparatur

kepolisian sering melalaikan

tugasnya, seperti:

Ngantuk saat bertugas

Meninggalkan pos keamanan

Pulang sebelum jam piket

selesai

Tidak tanggap akan kejadian

Kurangnya fokus anggota

dimalam hari

Petugas lengah dalam

bertugas

4. Serta kesadaran para petugas

kepolisian masih rendah untuk

menjalin kerja sama dengan

masyarakat agar tercipta suasana

yang aman dan tentram di

kehidupan masyarakat

IV. KESIMPULAN DAN

SARAN A . KESIMPULAN

Penegakan hukum yang

dilakukan oleh Polrestabes

Semarang sudahlah sangat

optimal, namun masih

banyaknya masyarakat yang

terus-menerus mengabaikan

peringatan yang diberikan

dari pihak kepolisian kepada

masyarakat, yang membuat

kejahatan yang terjadi

semakin meningkat dari

tahun ke tahun.

Pada intinya penegakan

hukum oleh Polrestabes

Samarang sudah bagus dan

sudah maksimal. Kinerja

kepolisian dalam memerangi

kejahatan perampasan dan

pengancaman dijalan raya

sudah dapat dibilang

mendapat nilai yang bagus.

Namun pemberian informasi

ke masyarakat kurang

mengena kedalam kehidupan

masyarakat yang sudah

terkikis secara moral dan

mentalnya.

Penanganan kasus-kasus

perampasan dan

pengancaman dijalan raya

seharusnya tidak ada

hambatan serius, namun di

Polrestabes Semarang

ditemukan banyak hambatan

yang terjadi, baik hambatan

dari luar bahkan maupun

dalam Polrestabes Semarang,

antara lain :

Hambatan dari dalam :

Kurangnya personil anggota

kepolisian, sehingga untuk

merespon laporan atau

temuan adanya kegiatan

perampasan dan

pengancaman dijalan raya

menjadi kurang optimal;

Kurangnya kendaraan

oprasional bagi anggota

Polrestabes Semarang;

Banyak juga dari aparatur

kepolisian kurang optimal

pada saat melaksanakan

tugas;

Serta kesadaran para petugas

kepolisian masih rendah

untuk menjalin kerja sama

Page 13: PENEGAKAN HUKUM YANG DILAKUKAN POLRESTABES …

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016

Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

13

dengan masyarakat agar

tercipta suasana yang aman

dan tentram di kehidupan

masyarakat.

Hambatan dari luar :

Kendala yang sering muncul

yaitu banyaknya masyarakat

yang menghiraukan

peringatan dari petugas

kepolisian agar selalu

menjaga keamanan bersama

serta menjaga keharmonisan

setiap elemen masyarakat;

Waktu kejadian yang terjadi

dari tengah malam hingga

dini hari, waktu tersebut

adalah jam orang

beristirahat;

kurangnya kesadaran dan

efek jera dari Pelaku

perampasan dan

pengancaman dijalan raya

seakan tidak pernah jera

melakukan aksi perampasan

dan pengancaman dijalan

raya;

Hilangnya barang bukti

berupa uang perampasan

yang akan di taruhkan dalam

aksi perampasan dan

pengancaman dijalan raya;

Banyaknya pelaku yang

menggunakan alat atau

senjata agar menakuti korban

dan bahkan untuk melawan

apparat kepolisian;

pelaku yang mengancam

korban sampai si korban

mengalami trauma

berkepanjangan bahkan

korban sampai kehilangan

jiwanya;

masyarakat sekitar kejadian

cenderung telat atau sudah

lama terjadi tindakan

perampasan baru mereka

melapor ke pihak kepolisian;

Para korban juga ada yang

pasrah jika dia menjadi

korban perampasan dijalan

raya.

Dari waktu ke waktu,

hambatan-hambatan diatas

menjadi alasan klasik;

namun itu juga bukan suatu

hambatan yang dapat

memperlambat jalannya

proses memerangi kejahatan

perampasan dan

pengancaman dijalan raya.

B. SARAN

Saran-saran adalah sebagai

berikut:

1. 1. Penegakan hukum di

Polrestabes Semarang

hendaknya harus bisa

dipahami dan diketahui

oleh seluruh lapisan

masyarakat, agar seluruh

lapisan masyarakat dapat

membantu dalam

menciptakan keamanan

bersama serta pihak

kepolisian dalam

tugasnya mengayomi

masyarakat dapat berjalan

dengan lancar. Sosialisasi

sangatlah perlu dilakukan

pihak Polrestabes

Semarang, agar

masyarakat lebih

mengerti bagaimana cara

mengantisipasi tindak

kejahatan yang terjadi di

jalan raya.

2. Polrestabes Semarang

hendaknya menambahkan

personil untuk menjaga

daerah-daerah yang

dianggap rawan kejahatan

Page 14: PENEGAKAN HUKUM YANG DILAKUKAN POLRESTABES …

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016

Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

14

di jalan raya. Dan juga

menambah pos-pos tenda

polisi, agar masyarakat

merasa lebih aman dan

lebih mudah untuk

melapor bila terjadi

tindak kejahatan di jalan

raya.

V. DAFTAR PUSTAKA

A. Buku :

Al Marsudi, Subandi. 2006.

Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta:

Ghalia Indonesia.

Ali, Mahrus, Kejahatan Korporasi

Kajian Relevansi Sanksi

Tindakan Bagi

Penanggulangan Kejahatan

Korporasi. Yogyakarta: Arti

Bumi Intaran, 2008.

Arief, Barda Nawawie. 1997. Pidana

dan Pemidanaan. Semarang:

Badan Penerbit UNDIP.

Handayani, Fully, Pengantar Hukum

Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta,

2004.

Muladi dan Nawawi A. 1984. Teori-

Teori dan Kebijakan Pidana.

Bandung: Alumni.

Mertokusumo, Sudikno. 2002.

Mengenal Hukum, Yogyakarta:

Liberty.

Moeljatno, Asas-Asas Hukum

Pidana, Jakarta: Rineka Cipta,

2008.

Prodjodikoro, Wirjono. 1967. Asas-

asas Hukum Pidana di Indonesia.

Bandung: Refika Aditama.

Rahardjo, Satjipto. 2009. Penegakan

Hukum, Yogyakarta: Genta

Publishing.

Saleh, Roeslan. 1983. Stelsel Pidana

Indonesia, Jakarta: Aksara Baru.

Sudarto.1990. Hukum Pidana I,

Semarang: Yayasan Sudarto.

. 1997. Suatu Dilema Dalam

Pembaharuan Sistem Pidana

Indonesia, Semarang: FH

UNDIP.

. 1986. Hukum dan Hukum

Pidana, Bandung: Alumni.

. 1986. Kapita Selekta

Hukum Pidana, Bandung,

Alumni.

B. Peraturan Perundang –

Undangan :

1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2002, Tentang Kepolisian

republic Indonesia;

2. Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana.

C. Hasil Wawancara

P. Pantja R., S.H., M.H., Kanit

Idik I Reskrim Polrestabes

Semarang;

Catur Gatot efendi, Kasat Lantas

Polrestabes Semarang;

Meilyan Rahmadi, Kapolsek

Gajah Mungkur Kota Semarang;

Restiana Pasaribu, Kasat Binmas

Polrestabes Semarang;

Naim umur 35 tahun, selaku

Korban penipuan.