penegakan hukum terhadap tindak pidana …digilib.unila.ac.id/30329/20/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENYIMPANGAN(FRAUD) DALAM TRANSAKSI PERBANKAN
(Skripsi)
OlehM FERRYZAL PRATAMA
NPM: 1412011223
FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRAK
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENYIMPANGAN(FRAUD) DALAM TRANSAKSI PERBANKAN
OlehM FERRYZAL PRATAMA
Pelaksanaan perjanjian antara pihak bank dengan pihak nasabah dapat memicusuatu tindakan fraud, baik yang dilakukan oleh pihak internal bank maupun yangdilakukan oleh pihak luar bank. Fraud sendiri adalah sebuah perbuatankecurangan yang melanggar hukum yang dilakukan secara sengaja dan sifatnyadapat merugikan pihak lain. Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalahbagaimanakah penegakan hukum terhadap tindak pidana penyimpangan frauddalam transaksi perbankan? dan apakah faktor yang menjadi penghambat dalampenegakan hukum terhadap tindak pidana penyimpangan fraud dalam transaksiperbankan?.
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridisempiris. Sedangkan berdasarkan sifat, bentuk, dan tujuannya adalah penelitiandeskriptif dan problem identification, yaitu mengidentifikasi masalah yangmuncul kemudian dijelaskan berdasarkan peraturan-peraturan atau perundang-undangan yang berlaku serta ditunjang dengan landasan teori yang berhubungandengan penelitian. Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian iniadalah kualitatif, dan prosedur pengumpulan data dalam penulisan penelitian inidengan cara studi kepustakaan dan lapangan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, diketahuibahwa penegakan hukum terhadap tindak pidana penyimpangan fraud dalamtransaksi perbankan adalah melalui upaya dengan diterapkannya tahap-tahappenegakan hukum yaitu tahap formulasi, aplikasi dan eksekusi, serta faktor-faktoryang menjadi penghambat yaitu faktor Undang-Undang, sebenarnya sudah sangatjelas, namun nyatanya dilapangan belum diterapkan. Faktor penegak hukum,dalam hal ini aparat penegak hukum harus meningkatkan kualitas dan kuantitas.Aparat penegak hukum khususnya sumber daya manusia Kepolisian masih perlumengetahui tentang bidang tindak pidana penyimpangan fraud dalam transaksiperbankan untuk proses penyelidikan dan penyidikan. Faktor sarana dan fasilitas,kurangnya sarana dan fasilitas penunjang diantaranya mekanisme untukmenunjang dalam proses penyelidikan dan penyidikan. Faktor masyarakat,
M Ferryzal Pratamakurangnya kesadaran masyarakat terhadap hukum. Terakhir faktor kebudayaan,pada era modern seperti ini, siapapun dapat melakukan perbuatan yang dapatmerugikan orang lain, baik materi maupun bukan materi, dikarenakan faktorkesempatan serta kehidupan glamour dari pelaku tindak pidana penyimpanganfraud dalam transaksi perbankan dikalangan pergaulan teman-temannya.Ditambah kurangnya akan kesadaran dari masyarakat akan tentang penegakanhukum terhadap tindak pidana perbankan dimana memerlukan barang bukti yangkuat sehingga bagi yang melakukan perbuatan tersebut dapat dikenakan sanksihukuman pidana.
Saran yang disampaikan dalam penelitian ini adalah Bank diharapkan agar lebihterbuka dan dapat bekerja sama dengan aparat penegak hukum terhadap kasus-kasus tindak pidana perbankan agar kasus tersebut dapat diproses hingga ke ranahpengadilan, dengan begitu tujuan akhir penegakan hukum dapat tercapai. SertaPerlunya peningkatan kualitas dari aparat penegak hukum dengan caradiberikannya pemahaman yang mendalam tentang tindak pidana penyimpanganfraud dalam transaksi perbankan.
Kata Kunci: Penegakan hukum, fraud, transaksi perbankan
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENYIMPANGAN
(FRAUD) DALAM TRANSAKSI PERBANKAN
Oleh
M FERRYZAL PRATAMA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
Sarjana Hukum
Pada
Bagian Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis adalah Muhammad Ferryzal Pratama,
penulis dilahirkan di Cianjur, Jawa Barat pada tanggal 18
September 1995. Penulis adalah anak pertama dari tiga
bersaudara, dari pasangan Bapak Muhammad Isa Iskandar, dan
Ibu Nelis Susilawati.
Penulis mengawali pendidikam formal di TK Taruna Jaya yang diselesaikan
pada Tahun 2001, SDN 3 Perumnas Way Halim yang diselesaikan pada Tahun
2007, SMP Negeri 21 Bandar Lampung yang diselesaikan pada Tahun 2010 , dan
SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang diselesaikan pada Tahun 2013.
Selanjutnya penulis pada Tahun 2014 diterima sebagai Mahasiswa Fakultas
Hukum Universitas Lampung, dalam program pendidikan Strata 1 (S1) melalui
jalur seleksi SBMPTN, dan pada pertengahan Juni 2016 penulis memfokuskan
diri dengan mengambil bagian Hukum Pidana. Pada Tahun 2017, penulis
mengikuti program pengabdian langsung kepada masyarakat yaitu Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Desa Terbanggi Ilir, Kecamatan Bandar Mataram, Kabupaten
Lampung Tengah.
MOTTO
“The beauty of sujud is, you whisper down on earth and it’s heard up in
the heavens”
“Hidup bukan tentang siapa yang terbaik,
tetapi siapa yang bisa berbuat baik dan bukan yang pura-pura baik”
(Muhammad Ferryzal Pratama)
“Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu,
dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu,
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”
( Q.S Al-Baqarah: 216 )
PERSEMBAHAN
Dengan segala puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT.
Atas rahmat hidayah-Nya dan dengan segala kerendahan hati,
Ku persembahkan Skripsi ini kepada:
Kedua Orang Tua Tercinta,
Ayahanda Muhammad Isa Iskandar dan Ibunda Nelis Susilawati
yang Senantiasa membesarkan, mendidik, membimbing, mendoakan,
berkorban dan mendukungku, terimakasih untuk semua kasih sayang dan
cinta yang luar biasa sehingga aku bisa menjadi seseorang yang kuat dan
konsisten kepada cita-cita.
Adik-adikku Farryza Dwi Putri Iskandar dan Fellyzia Tri Febriana
yang selalu memotivasi dan memberikan doa untuk keberhasilanku.
Teman-teman tersayang
Terimakasih untuk seluruh teman-teman yang telah memberikan
dorongan semangat dan cinta kasih sayangnya sampai saya menjadi
pribadi yang sukses
Almamater tercinta Universitas Lampung
Tempatku memperoleh ilmu dan merancang mimpi untuk jalan menuju
kesuksesanku kedepan
Semoga ALLAH SWT. selalu memberikan Karunia dan nikmat yang tiada
henti
Untuk kita semua. Aamiin
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT.
karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi yang berjudul “Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana
Penyimpangan (Fraud) Dalam Transaksi Perbankan” Sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas
Lampung.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
untuk itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan
untuk pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini. pada penulisan skripsi ini
penulis mendapatkan bimbingan, arahan serta dukungan dari berbagai pihak
sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan baik. Pada kesempatan ini,
penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya
terhadap:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M. P, selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. Bapak Armen Yasir, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Lampung.
3. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Lampung.
4. Ibu Dona Raisa Monica, S.H., M.H., selaku Sekertaris Bagian Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Lampung sekaligus selaku Dosen Pembimbing
II yang telah memberikan arahan, masukan, dan saran serta kepedulian yang
luar biasa kepada penulis sehinga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
5. Ibu Firganefi, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan arahan, masukan, dan saran sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Bapak Gunawan Jatmiko, S.H., M.H., selaku Dosen Pembahas I yang telah
memberikan arahan, kritikan, dan saran serta masukan kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Ibu Rini Fathonah, S.H., M.H., selaku Dosen Pembahas II yang telah
memberikan arahan, kritikan, dan saran serta masukan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
8. Ibu Lindati Dwiatin, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang memberikan arahan, kritikan, dan saran serta masukan dalam proses
pembelajaran perkuliahan dan penulisan skripsi ini.
9. Seluruh Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung
serta para Dosen pengajar di Fakultas Hukum Universitas Lampung yang
penuh dedikasi dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
10. Para Staf dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung, terutama
kepada bagian Hukum Pidana: Bu As, Bude Siti, dan Pakde.
11. Bapak Hasmy S.H., M.H., selaku Hakim Pengadilan Negeri Tanjung Karang,
Bapak M Rama Erfan S.H., M.H., selaku Jaksa Kejaksaan Negeri Bandar
Lampung, Bapak Rinaldy Sucipno selaku Anggota Penyidik Reskrim Polresta
Bandar Lampung, Ibu Fitria Agustina S.H selaku Kepala Verifikator Bank
Mandiri Cabang Kartini Bandar Lampung, dan Ibu Dr. Erna Dewi S.H.,
M.H., selaku Dosen atau Akademisi Hukum Pidana yang telah membantu
dalam mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini,
terimakasih untuk semua kebaikan dan bantuannya kepada penulis.
12. Sangat teristimewa untuk kedua orang tuaku papa Muhammad Isa Iskandar
dan mama Nelis Susilawati yang telah memberikan perhatian, kasih sayang,
cinta, semangat, dan doa serta dukungan yang tak terhingga selama ini
diberikan kepada anak laki-laki pertamamu selama ini. Terimakasih teramat
dalam atas segalanya semoga abang dapat membahagiakan, membanggakan,
dan menjadi anak yang selalu berbakti untuk Papa dan Mama.
13. Adik-adik tercintaku Farryza Dwi Putri Iskandar dan Fellyzia Tri Febriana
terimakasih untuk doa dan dukungan yang selama ini diberikan kepada abang
selama ini. Semoga kelak kita dapat menjadi orang sukses yang akan
mengangkat derajat dan membuat Papa dan Mama bangga.
14. Terima kasih kepada seseorang yang namanya selalu kuselipkan dalam doa,
atas semangat, motivasi, serta nasihat dan masukan-masukan yang
membangun kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
15. ECS sahabat yang sudah ku anggap seperti saudara namun tak sedarah:
Faris Faishol Nur Sudiharta S.P, Rizka Masfufa S.H, Wiranida S.STP yang
telah mendengarkan keluh kesahku, baik persoalan perkuliahan maupun
kehidupan, mendukung, membantu, menyemangatiku dalam proses
menyelesaikan studi di Universitas Lampung ini. Semoga persahabatan
kita selalu kompak untuk selamanya dan kita semua bisa menjadi orang
yang sukses nantinya.
16. Badoq Cherereu teman seperjuangan dalam proses perkuliahan dari awal
hingga akhir: M Eldi Ermawan S.H, Maharani Ari Putri S.H, Kesuma Irdini
S.H, Mas Achmad Hadiansyah S.H, terimakasih telah membantu,
mendengarkan keluh kesahku, dan mendukung serta menyemangatiku dalam
proses menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung ini,
semoga pertemanan kita selalu kompak untuk selamanya dan kita semua
menjadi orang yang sukses dunia maupun akhirat. Aamiin
17. Teman-teman seperjuangan skripsi yang penuh perjuangan mulai dari
pengajuan judul skripsi sampai ujian terakhir: Siti Novalda Rigayo S.H,
Meilinda Sari S.H, M Raka Edwira S.H, M Randa Edwira S.H, Melinda
Sopiani S.H, Nisa Cornelya S.H, Regina Prananda S.H , Adelia Monica S.H ,
Anggia Jelita S.H, Siska Dwi Azizah Warganegara S.H, Andrea Ayu S.H,
Nita Triani S.H, Marsha Atma S.H, Novia Rahmayani S.H, Destea Susagiani
S.H, Shabrina Kirana S.H, Korin Suryani Sirait S.H, Karina Gita S.H, Mayza
Amelia S.H.
18. Teman-teman KKN Desa Terbanggi Illir, Kecamatan Bandar Mataram,
Kabupaten Lampung Tengah: Faris Faisol Nur Sudihartha, Lucyani Putri
Wulandari, Milia Rahman, Fajriza Suthoni, Rian Parsaoran, Suseno Akbar,
Anggi Prasetyo, Eganio, Rosita, Juwita Anjelina, Sabrina Afifah, Siti Amelia,
dan Adinda Ayu Lintang S. Terimakasih telah memberikan cerita baru dalam
hidup saya dan membatu dalam kebersamaan selama KKN dan sampai
sekarang, semoga kita selalu bahagia.
19. Kakak-Kakak 2013 Fakultas Hukum: M Yulian S.H, Roro Ayu S.H, Niken
Chandra S.H, Auliannisa Saraswati S.H, Yunicha Nita S.H, Alya Nurhafidza
S.H, Panji Arianto S.H, M Akbar S.H terimakasih atas bantuan serta
masukan dalam proses perkuliahan hingga penulisan skripsi ini.
20. Teman yang tak terduga hingga menjadi sahabat: Lucyani Putri Wulandari
S.H, Kgs Ahmad Zulfikar S.Kom, Jenny Rafiqah Akmal A.md, Anggi
Ananda Putri S.Pd, Ria Monica Fitaloca S.E, Chintara S.P, Rizki Ade Maulita
S.P terimakasih telah membantu, menemaniku, serta meluangkan waktu
untuk mendengarkan keluh kesahku selama proses penyusunan penulisan
skrispi ini maupun yang lainnya.
21. Gerbong Squad teman pance sepermainan: Windi Rosalita A.md, Gita Ratna
A.md A.K, Fadlillah Ahmad A.md Kep, Esta Kania A.md Keb yang telah
membantu, menemaniku, serta meluangkan waktu untuk mendengarkan
keluh kesahku selama proses penyusunan penulisan skripsi ini maupun
yang lainnya.
22. Almamater tercinta, Universitas Lampung yang telah memberikan banyak
kenangan, banyak ilmu, banyak teman dan sampai saya menjadi seseorang
yang berguna bagi almamaterku dan negeriku.
23. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini, terimakasih atas semua bantuan dan
dukungannya.
Akhir kata atas bantuan, dukungan, semangat, dan doa dari kalian semua, penulis
hanya mampu mengucapkan terimakasih dan mohon maaf apabila ada yang salah
dalam penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan keilmuan
pada umumnya dan ilmu hukum khususnya hukum pidana.
Bandar lampung, 08 Februari 2018
Penulis
M Ferryzal Pratama
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN Halaman
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ............................................. 8
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................................... 8
D. Kerangka Teori dan Konseptual ....................................................... 9
E. Sistematika Penulisan ....................................................................... 13
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Penegakan Hukum ........................................................... 14
B. Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum ............................... 18
C. Pengertian Tindak Pidana Perbankan ................................................ 19
D. Pengertian Tindak Pidana Fraud ....................................................... 23
E. Dasar Hukum Tindak Pidana Fraud .................................................. 27
III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah ........................................................................... 32
B. Sumber Data ....................................................................................... 32
C. Penentuan Narasumber ........................................................................ 34
D. Prosedur Pengumpulan Data dan Metode Pengolahan ....................... 35
E. Analisis Data ....................................................................................... 36
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyimpangan (Fraud)
Dalam Transaksi Perbankan ................................................................. 37
B. Faktor Penghambat Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana
Penyimpangan (Fraud) Dalam Transaksi Perbankan .......................... 67
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................. 76
B. Saran .................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang memiliki kegiatan menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan, giro, deposito, dan menyalurkan
dana kepada masyarakat bagi yang memerlukan dana dalam bentuk kredit. Peran
bank sangat penting bagi perekonomian Indonesia karena bank memiliki peran
untuk pengendalian stabilitas keuangan, pengendalian inflasi, dan pengaturan
sistem pembayaran. Dengan semakin kompleksnya produk dan aktivitas bank,
maka risiko yang dihadapi bank akan semakin meningkat, sehingga perlu
diimbangi dengan kualitas penerapan manajemen resiko yang memadai.1
Pendirian bank di Indonesia bertujuan untuk menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan
ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.2
Dengan berpedoman usaha yang dilakukan bank, yaitu menarik uang dari
masyarakat dan menyalurkan kembali kemasyarakat3, dalam hal ini sebuah bank
dapat mengajak masyarakat untuk ikut berpatisipasi dalam meningkatkan
1Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tentang Perubahan atas Bank IndonesiaNomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum,hlm.1 butir (a).
2 Malayu S. P. Hasibuan, Dasar-dasar Perbankan, PT.Bumi Aksara., Jakarta, 2001, hlm. 4.3Ibid
2
ekonomi Indonesia pada umumnya, dan pertumbuhan ekonomi masyarakat itu
sendiri pada khususnya.
UUD 1945 hasil perubahan menegaskan, bahwa Indonesia adalah negara yang
berdasarkan hukum (rechtstaat), bukan berdasarkan kekuasaan (machstaat),
apalagi bercirikan negara penjaga malam (nachtwachterstaat). Penegakan
hukum sebagai bagian dari legal sistem, tidak dapat dipisahkan dengan
substansi hukum (legal substance) dan budaya hukum (legal culture).4
Penegakan hukum pada hakikatnya merupakan penegakan ide-ide atau konsep-
konsep tentang keadilan, kebenaran, kemanfaatan sosial, dan sebagainya.
Penegakan hukum merupakan usaha untuk mewujudkan ide dan konsep-konsep
tersebut menjadi kenyataan. Hakikatnya penegakan hukum mewujudkan nilai-
nilai atau kaedah-kaedah yang memuat keadilan dan kebenaran, penegakan
hukum bukan hanya menjadi tugas dari para penegak hukum yang sudah di kenal
secara konvensional , tetapi menjadi tugas dari setiap orang. Meskipun demikian,
dalam kaitannya dengan hukum publik pemerintahlah yang bertanggung jawab.5
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok
Perbankan yang telah disempurnakan menjadi Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 tentang Perbankan, dalam Pasal 3 disebutkan bahwa fungsi utama
Perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat terlihat bahwa transaksi keuangan
berkaitan dengan produk dan jasa yang ditawarkan oleh pihak perbankan. Produk
4Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Alumni: Bandung, 1986.5Siswanto Sunarso, Wawasan Penegakan Hukum Di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti:
Bandung, 2005.
3
dan jasa yang ditawarkan oleh pihak perbankan tersebut antara lain berupa
tabungan, deposito, giro, dan kredit.
Usaha dan jenis kegiatan yang dilakukan oleh bank, akan membuka kesempatan
bagi pihak yang tidak bertanggung jawab atau oknum-oknum tertentu untuk
memetik keuntungan pribadi, yakni dengan melakukan kecurangan-kecurangan
yang merugikan pihak lain atau bahkan melakukan suatu tindak pidana. Pihak
atau oknum yang melakukan suatu tindak pidana tersebut adalah mereka yang
dalam pekerjaan sehari-harinya menggunakan bank sebagai sarana untuk
melakukan tindak pidana baik yang meliputi pihak eksternal bank maupun yang
meliputi pihak internal bank, misalnya pegawai bank, anggota direksi bank,
nasabah bank, anggota dewan komisaris bank, pemegang saham bank, maupun
pejabat negara yang berwenang dalam mengawasi bank.
Tindak pidana adalah suatu perbuatan (handeling) yang diancam dengan pidana
oleh Undang-Undang, bertentangan dengan hukum (onrechtmatig) dilakukan
dengan kesalahan (schuld) oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab.
Rumusan pengertian tindak pidana oleh Simons dipandang sebagai rumusan yang
lengkap karena akan meliputi :
1. Diancam dengan pidana oleh hukum
2. Bertentangan dengan hukum
3. Dilakukan oleh seseorang dengan kesalahan (schuld)
4. Seseorang itu dipandang bertanggung jawab atas perbuatannya.6
6Roni Wiyanto, Asas-asas Hukum Pidana Indonesia, C.V.Mandar Maju: Bandung, 2012, Hlm. 160.
4
Terdapat klasifikasi pelaku tindak pidana didalam ketentuan Pasal 55 dan Pasal 56
KUHP, yaitu:
1. Mereka yang melakukan (Plegen);
2. Mereka yang menyuruh melakukan (Doen Plegen);
3. Mereka yang turut serta (Mede Plegen); dan
4. Mereka yang menggerakkan atau menganjurkan atau membujuk (Uitlokker).7
Kegiatan transaksi keuangan biasanya pihak nasabah dengan bank mengadakan
suatu perjanjian yang berisi kesepakatan antara bank dengan nasabah di dalam
melakukan suatu transaksi perbankan. Perjanjian tersebut dapat berupa antara
pihak bank dengan nasabah penyimpan dana (kreditur) ataupun dengan nasabah
peminjam dana (debitur). Di dalam pelaksanaan perjanjian antara pihak bank
dengan pihak nasabah dapat memicu suatu tindakan fraud, baik yang dilakukan
oleh pihak internal bank maupun yang dilakukan oleh pihak luar bank.
Fraud sendiri adalah sebuah istilah di bidang IT yang artinya sebuah perbuatan
kecurangan yang melanggar hukum (illegal acts ) yang dilakukan secara sengaja
dan sifatnya dapat merugikan pihak lain. Istilah keseharian adalah kecurangan
diberi nama yang berlainan seperti pencurian, penyerobotan, pemerasaan,
penjiplakan, penggelapan, dan lain-lain. Orang awam sering kali mengartikan
bahwa fraud secara sempit adalah tindak pidana atau perbuatan korupsi. Fraud
atau kecurangan itu sendiri adalah tindakan yang melawan hukum oleh orang-
orang dari dalam dan atau luar organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan
keuntungan pribadi dan atau kelompoknya yang secara langsung merugikan pihak
7 Diah Gustiniati dan Budi Rizki Husin, Azas-Azas dan Pemidanaan Hukum Pidana Di Indonesia,Justice Publisher: Bandar Lampung, 2014, hlm. 175-176.
5
lain.8 Dasar hukum fraud terdapat didalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Pokok-Pokok Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan terbagi menjadi tiga belas
macam tindak pidana yang diatur mulai dari Pasal 46 sampai dengan Pasal 50A.
Salah satu contoh kasus fraud yang terjadi adalah masalah yang melibatkan salah
satu bank BUMN dengan pejabat publik di Lampung. Kasus dengan modus yang
terjadi di Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kantor Cabang Utama Teluk Betung,
Bandar Lampung oleh Natar Perdana Group (NPG), perusahaan milik Wakil
Bupati Lampung Selatan Eky Setyanto (ES). Saat mengajukan kredit, tercatat
Direktur PT NPM dan CV NPA adalah Eky Setyanto, NPG berperan sebagai
avalis (lembaga pembiayaan) dan mengajukan kredit kendaraan bermotor/KKB
kepada PT BRI KCU Telukbetung Bandar Lampung, Diduga NPG
menyalahgunakan kesepakatan dengan memalsukan dokumen kredit, dari jumlah
kreditor tersebut sebanyak 10.795 kreditor atau senilai Rp81,2 miliar dinyatakan
fiktif. Kredit macet tersebut terjadi disinyalir atau diduga karena dana KKB
dipergunakan untuk keperluan ES dalam proses pencalonannya sebagai wakil
bupati pada Pilkada Kabupaten Lampung Selatan 2010. CV NPA pada tahun 2011
secara bertahap mengembalikan seluruh tunggakan dana, berikut bunga ke BRI
dalam tempo yang cukup singkat, sekitar empat bulan, NPA mengembalikan
seluruh pinjaman ke BRI pada pertengahan tahun 2011.9
Kasus fraud lainnya yang terjadi adalah kasus pencairan deposito dan melarikan
pembobolan tabungan nasabah Bank Mandiri yang melibatkan lima tersangka
8https://arezky125.wordpress.com/ Diakses pada tanggal 1 Agustus 2017, pada pukul 14:20 WIB.9http://www.gresnews.com/berita/analisis_hukum/0282-analisis-dugaan-kredit-fiktif-bri-teluk-
betung/0/ Diakses pada tanggal 30 Juli 2017 pada pukul 11:30 WIB.
6
dimana salah satu pelakunya Costumer Service bank tersebut. Modusnya
memalsukan tanda tangan di slip penarikan, kemudian ditransfer ke rekening
tersangka. Kasus yang juga terjadi pada tahun 2011 ini menyebabkan kerugian
Rp.18 miliar.10
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/28/DPNP tanggal 9
Desember 2011, fraud merupakan tindakan penyimpangan atau pembiaran yang
sengaja dilakukan untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi bank, nasabah,
atau pihak lain, yang terjadi di lingkungan bank dan atau menggunakan sarana
bank sehingga mengakibatkan bank, nasabah, atau pihak lain menderita kerugian
dan atau pelaku fraud memperoleh keuntungan keuangan baik secara langsung
maupun tidak langsung.11
Tindakan fraud dapat dipicu oleh beberapa faktor yang dapat berasal dari dalam
diri ataupun yang berasal dari luar dirinya. Secara umum penyebab seseorang
melakukan tindakan fraud, yaitu tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi. Semakin
banyak transaksi yang dilakukan perbankan maka potensi fraud akan semakin
tinggi, sehingga industri perbankan perlu mewaspadai terjadinya fraud di tengah
perkembangan ekonomi saat ini.
Fraud sendiri dilihat sangat merugikan dalam sektor perbankan karena dapat
menyebabkan hilangnya kepercayaan dari masyarakat atau nasabah kepada bank
yang berdampak buruk bagi keberlangsungan kegiatan bank. Tindak pidana fraud
sangat merugikan nasabah bahkan pemerintah melalui kas Negara. Dengan kata
10http://tekno.kompas.com/read/2011/05/03/09441743/inilah.9.kasus.kejahatan.perbankanDiakses pada tanggal 30 Juli 2017 pada pukul 12:15 WIB.
11Surat Edaran Nomor 15/15/DPNP/2013 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagiBank Umum,hlm.2 Poin (1) Bag. A.
7
lain, dapat dikatakan bahwa dampak yang akan dirasakan akibat dari ambruknya
atau hancurnya sebuah bank tidak hanya terbatas berdampak pada bank yang
bersangkutan melainkan akan berdampak luas pada bank-bank lain atau bahkan
berdampak pada sistem perekonomian suatu negara yang tidak mustahil akan
sangat mengganggu fungsi sistem keuangan (sistem moneter) dan sistem
pembayaran dari negara yang bersangkutan dan sistem pembayaran dunia.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas penegakan hukum terhadap tindak
pidana fraud itu sendiri belum maksimal di dalam proses penyelesaiannya, bahkan
dari kasus-kasus yang sudah terjadi di Indonesia masih mengalami ketidakjelasan
dalam proses penyelesaiannya, baik proses penyeselesaian melalui pengadilan
maupun proses secara intern antara pihak bank itu sendiri maupun dari pihak
nasabah.
Sepatutnya diberlakukan peningkatan dalam penegakan hukum terhadap pelaku
atau oknum-oknum tertentu yang melakukan tindak pidana fraud dalam transaksi
perbankan agar bagi pelaku atau oknum-oknum yang melakukan perbuatan
tersebut dapat dikenakan hukuman pidana. Oleh karena itu maka penulis
menganggap bahwa perlunya penulis memilih judul ini. Dalam skripsi yang
dibahas, penulis mengangkat sebuah judul yaitu: “Penegakan Hukum Terhadap
Tindak Pidana Penyimpangan (Fraud) Dalam Transaksi Perbankan”.
8
B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan memperhatikan pokok-pokok pikiran di
atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimanakah penegakan hukum terhadap tindak pidana penyimpangan
(fraud) dalam transaksi perbankan ?
b. Apakah faktor yang menghambat penegakan hukum terhadap tindak pidana
penyimpangan (fraud) dalam transaksi perbankan ?
2. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari Hukum Pidana Materiil, Hukum Pidana
Formil dan Hukum Pelaksanaan Pidana dengan membahas bagaimana penegakan
hukum terhadap pelaku penyimpangan (fraud) dalam transaksi perbankan serta
faktor yang menghambat penegakan hukum terhadap tindak pidana penyimpangan
(fraud) dalam transaksi perbankan. Sedangkan ruang lingkup tempat dan waktu
yakni penelitian skripsi ini dilakukan di Bandar Lampung, pada tahun 2017.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adanya penelitian ini dimaksudkan untuk mencapainya suatu tujuan tertentu.
Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
hukum ini adalah sebagai berikut :
9
a. Untuk mengetahui penegakan hukum terhadap tindak pidana penyimpangan
(fraud) dalam transaksi perbankan.
b. Untuk mengetahui faktor yang menghambat terhadap penegakan hukum
terhadap tindak pidana penyimpangan (fraud) dalam transaksi perbankan.
2. Kegunaan Penelitian
Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Kegunaan Teoritis
Kegunaan penulisan ini secara teoritis adalah untuk menganalisis bagaimana
penegakan hukum terhadap tindak pidana penyimpangan (fraud) dalam transaksi
perbankan.
b. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini dapat berguna untuk memberi informasi bagi masyarakat,
aparat penegak hukum, dan mahasiswa mengenai bagaimana penegakan hukum
terhadap tindak pidana penyimpangan (fraud) dalam transaksi perbankan.
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual
1. Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis adalah susunan dari beberapa anggapan, pendapat, cara, aturan,
asas, keterangan sebagai satu kesatuan yang logis yang menjadi landasan, acuan,
dan pedoman untuk mencapai tujuan dalam penelitian atau penulisan.12
a. Penegakan hukum pidana apabila dilihat sebagai bagian dari mekanisme
penegakan hukum (Pidana), maka pemidanaan yang biasa juga diartikan
12 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti: Bandung, 2004, hlm.77.
10
pemberian pidana tidak lain merupakan suatu proses kebijakan yang sengaja
direncanakan. Artinya pemberian pidana itu untuk benar-benar dapat terwujud
direncanakan melalui beberapa tahap, yaitu:
1) Tahap Formulasi yaitu tahap penetapan pidana oleh pembuat Undang-
Undang.
2) Tahap Aplikasi yaitu tahap pemberian pidana oleh badan yang berwenang.
3) Tahap Eksekusi yaitu tahap pelaksanaan pidana oleh instansi pelaksana
yang berwenang.13
Pada skipsi ini penulis menggunakan teori penegakan hukum yang lebih
berfokus di tahap aplikasi tanpa mengesampingkan tahap formulasi dan tahap
eksekusi. Tahap pertama sering disebut juga tahap pemberian pidana “in
abstracto”, sedangkan tahap kedua dan ketiga merupakan tahap “in concreto”.
Dilihat dari suatu proses mekanisme penegakan hukum pidana, maka ketiga
tahapan tersebut diharapkan merupakan satu jalinan mata rantai yang saling
berkaitan dalam satu kebulatan sistem.14
Penegakan hukum pidana dapat terwujud melalui tahap formulasi yaitu tahap
penegakan hukum pidana in abstracto oleh badan pembuat Undang-Undang.
Dalam tahap ini pembuat Undang-Undang melakukan kegiatan memilih nilai-
nilai yang sesuai dengan keadaan dan situasi masa kini dan masa yang akan
datang, kemudian merumuskannya dalam bentuk perundang-undangan pidana
untuk mencapai perundang-undangan pidana yang paling baik dalam arti
memenuhi syarat keadilan dan daya guna.
13Muladi dan Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti:Bandung, 2002, hlm. 173.
14 Muladi dan Barda Nawawi, Bunga Rampai Hukum Pidana, Alumni: Bandung, 1992, hlm. 91.
11
b. Keberhasilan penegakan hukum mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang mempunyai arti yang netral, sehingga dampak negatif atau positifnya
terletak pada isi faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor ini saling berkaitan
dengan eratnya, merupakan esensi serta tolak ukur dari efektivitas penegakan
hukum. Faktor-faktor tersebut adalah:
1) Perundang-Undangan (Substansi Hukum).
2) Penegak Hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan
hukum.
3) Sarana atau Fasilitas yang mendukung penegakan hukum.
4) Masyarakat, yakni dimana hukum tersebut diterapkan.
5) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.15
2. Konseptual
Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara
konsep-konsep khusus yang mempunyai arti-arti yang berkaitan dengan istilah
yang diteliti atau diketahui.16 Berdasarkan definisi tersebut, maka konseptualisasi
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Penegakan Hukum adalah proses dilakukannya upaya tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku dalam
lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara.17
15 Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rineka Cipta:Jakarta, 1983, Hlm. 8-10.
16Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia: Jakarta, 2007, hlm.132.
17Sunarso, Loc. Cit.
12
b. Tindak Pidana adalah kelakuan yang diancam dengan pidana, yang bersifat
melawan hukum yang berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh
orang yang mampu bertanggung jawab.18
c. Fraud adalah tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan
untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi bank, nasabah, atau pihak lain,
yang terjadi di lingkungan bank dan atau menggunakan sarana bank sehingga
mengakibatkan bank, nasabah, atau pihak lain menderita kerugian dan atau
pelaku fraud memperoleh keuntungan keuangan baik secara langsung maupun
tidak langsung.19
d. Transaksi adalah suatu kejadian ekonomi atau keuangan yang melibatkan
paling tidak dua pihak (seseorang dengan seseorang atau beberapa orang
lainnya) yang saling melakukan pertukaran, melibatkan diri dalam perserikatan
usaha pinjam meminjam dan lain-lain atas dasar suka sama suka ataupun atas
dasar suatu ketetapan hukum atau syariat yang berlaku.20
e. Perbankan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.21
18 Diah Gustiniati dan Budi Rizki Husin, Azas-Azas dan Pemidanaan Hukum Pidana Di Indonesia,Justice Publisher: Bandar Lampung, 2014, hlm. 84.
19 Surat Edaran Nomor 13/28/DPNP/2011 tentang Penerapan Strategi Anti-Fraud bagi BankUmum, hlm.2 Poin (2).
20 Slamet Wiyono, Cara Mudah Memahami Akutansi Perbankan Syariah Berdasarkan PSAK danPAPSI, PT Gramedia Widiasarana Indonesia: Jakarta, 2005.
21 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7Tahun 1992 tentang Perbankan, 1998, Pasal 1 butir (2).
13
E. Sistematika Penulisan
I. PENDAHULUAN
Pada bagian memuat latar belakang, rumusan permasalahan dan ruang lingkup,
tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teoritis dan konseptual, serta
sistematika penulisan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini menjelaskan mengenai pengertian penegakan hukum, faktor
yang mempengaruhi penegakan hukum, pengertian tindak pidana perbankan,
pengertian tindak pidana fraud, serta dasar hukum tindak pidana fraud dari
buku referensi, opini serta pendapat para ahli.
III. METODE PENELITIAN
Pada bagian ini menjelaskan metode apa saja yang digunakan dalam
melakukan penelitian hukum, prosedur-proser penelitian, sumber dan jenis
data, serta pengumpulan data sehingga dapat mempermudah dalam
menganalisis objek penelitiannya.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini berisi tentang pembahasan berdasarkan hasil penelitian
terhadap permasalahan yang ada dalam penulisan skripsi ini dengan studi
kepustakaan dan studi lapangan.
V. PENUTUP
Pada bagian ini berisikan kesimpulan yang merupakan hasil akhir dari
penelitian dan pembahasan serta berisikan saran-saran penulis yang diberikan
berdasarkan penelitian dan pembahasan yang berkaitan dengan permasalahan
dalam penelitian skripsi ini.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Penegakan Hukum
Penegakan hukum merupakan salah satu bentuk layanan pemerintah dalam bidang
hukum yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga negara penegak hukum,
terintegrasi dalam sistem peradilan pidana yang terdiri dari unsur kepolisian,
kejaksaan, pengadilan, lembaga pemasyarakatan, belakangan ditambah dengan
unsur penasehat hukum. Tugas pokok masing-masing lembaga penegak hukum
tersebut diatur di dalam undang-undang tersendiri.
Penegakan hukum, Soerjono Soekanto menyatakan:
Secara konsepsional inti dan arti dari penegakan terletak pada kegiatanmenyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidahyang mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaianpenjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara, danmempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Di dalam penegakan hiduppasangan nilai-nilai ketertiban dan nilai ketentraman, nilai kepentinganumum dan nilai kepentingan pribadi, nilai kelestarian dan nilai inovatismeyang dijabarkan dalam kaidah-kaidah hukum yang kemudian menjadipedoman atau patokan bagi perilaku atau sikap tindak yang dianggap pantasyang bertujuan untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankankedamaian.22
22 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengeruhi Penegakan Hukum, Raja GrafindoPersada, 2004, hlm. 5.
15
Penegakan hukum secara konkret adalah berlakunya hukum positif dalam praktik
sebagaimana seharusnya patut dipatuhi. Oleh karena itu, memberikan keadilan
dalam suatu perkara berarti memutuskan hukum in concreto dalam
mempertahankan dan menjamin di taatinya hukum materiil dengan menggunakan
cara prosedural yang ditetapkan oleh hukum formal.23
Suatu negara yang sedang membangun, fungsi hukum tidak hanya sebagai alat
kontrol sosial atau sarana untuk menjaga stabilitas semata, tetapi juga sebagai alat
untuk melakukan pembaharuan atau perubahan didalam suatu masyarakat.
Kebijakan hukum pidana sebagai salah satu usaha dalam menanggulangi
kejahatan dalam penegakan hukum pidana yang rasional. Penegakan hukum
pidana yang rasional tersebut terdiri dari tiga tahap, yaitu:24
1. Tahap Formulasi, adalah tahap penegakan hukum pidana in abstracto oleh
badan pembentuk Undang-Undang. Dalam tahap ini pembentuk Undang-
Undang melakukan kegiatan memilih nilai-nilai yang sesuai dengan keadaan
dan situasi masa kini dan masa yang akan datang, kemudian merumuskannya
dalam bentuk peraturan perundang-undangan pidana untuk mencapai hasil
perundang-undangan pidana yang paling baik, dalam arti memenuhi syarat
keadilan dan daya guna. Tahap ini dapat juga disebut dengan tahap kebijakan
legislatif.
23 Dellyana Shant,Konsep Penegakan Hukum, Liberty: Yogyakarta, 1998, hlm. 33.24 Muladi dan Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti:
Bandung, hlm. 173.
16
2. Tahap Aplikasi, adalah tahap penerapan hukum pidana oleh aparat-aparat
penegak hukum mulai dari kepolisian, kejaksaan hingga pengadilan. Dalam
tahap ini aparat penegak hukum menegakkan serta menerapkan peraturan
perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh badan pembentuk Undang-
Undang. Dalam melaksanakan tugas ini, aparat penegak hukum harus
memegang teguh nilai-nilai keadilan dan daya guna. Tahap kedua ini dapat
juga disebut tahap kebijakan yudikatif.
3. Tahap Eksekusi, adalah tahap pelaksanaan hukum pidana secara konkret oleh
aparat pelaksana pidana. Dalam tahap ini aparat pelaksana pidana bertugas
menegakkan peraturan pidana yang telah dibuat oleh pembentuk Undang-
Undang melalui penerapan pidana yang telah ditetapkan oleh pengadilan.
Aparat pelaksana dalam menjalankan tugasnya harus berpedoman kepada
peraturan perundang-undangan pidana yang telat dibuat oleh pembentuk
Undang-Undang (Legislatur) dan nilai-nilai keadilan serta daya guna.
Ketiga tahap penegakan hukum pidana tersebut, dilihat sebagai suatu usaha atau
proses yang rasional yang sengaja direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu.
Cita hukum bangsa dan negara Indonesia adalah pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, untuk membangun
negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, cita hukum itulah
Pancasila.25
25 Roeslan Saleh, Pembinaan Cita Hukum dan Asas-Asas Hukum Nasional, Dunia Pikir: Jakarta,1996, hlm. 15.
17
Hakikatnya penegakan hukum mewujudkan nilai-nilai atau kaedah-kaedah yang
memuat keadilan dan kebenaran, penegakan hukum bukan hanya menjadi tugas
dari para penegak hukum yang sudah di kenal secara konvensional , tetapi
menjadi tugas dari setiap orang. Meskipun demikian, dalam kaitannya dengan
hukum publik pemerintahlah yang bertanggung jawab.
Penegakan hukum dibedakan menjadi dua, yaitu:26
1. Ditinjau dari sudut subyeknya:
Pengertian arti luas, proses penegakkan hukum melibatkan semua subjek hukum
dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau
melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada
norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakkan
aturan hukum. Sedangkan dalam arti sempit, penegakkan hukum hanya diartikan
sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan
memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya.
2. Ditinjau dari sudut obyeknya, yaitu dari segi hukumnya:
Pengertian dalam arti luas, penegakan hukum yang mencakup pada nilai-nilai
keadilan yang di dalamnya terkandung bunyi aturan formal maupun nilai-nilai
keadilan yang berada dalam bermasyarakat. Sedangkan dalam arti sempit,
penegakan hukum itu hanya menyangkut penegakan peraturan yang formal dan
yang tertulis.
26 Ibid hlm. 34.
18
B. Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
Penegakan hukum bukan semata-mata pelaksanaan perundang-undangan saja,
namun terdapat juga faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu sebagai
berikut:27
1. Faktor Perundang-Undangan (Substansi Hukum)
Praktek penyelenggaraan penegak hukum di lapangan seringkali terjadi
pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan. Hal ini dikarenakan konsepsi
keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak sedangkan kepastian
hukum merupakan prosedur yang telah ditentukan secara normatif. Kebijakan
yang tidak sepenuhnya berdasarkan hukum merupakan suatu yang dapat
dibenarkan sepanjang kebijakan tidak bertentangan dengan hukum.
2. Faktor Penegak Hukum
Salah satu kunci dari keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau
kepribadian dari penegak hukumnya sendiri. Dalam rangka penegakan hukum
oleh setiap lembaga penegak hukum, keadilan dan kebenaran harus dinyatakan,
terasa, terlihat dan diaktualisasikan.
3. Faktor Sarana dan Fasilitas
Sarana dan fasilitas yang mendukung mencakup tenaga manusia yang
berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai,
27 Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rineka Cipta:Jakarta, 1983, Hlm. 8-10.
19
penegakan hukum tidak dapat berjalan dengan lancar dan penegak hukum tidak
mungkin menjalankan peran semestinya.
4. Faktor Masyarakat
Masyarakat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pelaksanaan penegakan
hukum, sebab penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk
mencapai dalam masyarakat. Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat maka
akan semakin memungkinkan penegakan hukum yang baik.
5. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan Indonesia merupakan dasar dari berlakunya hukum adat. Berlakunya
hukum tertulis (perundang-undangan) harus mencerminkan nilai-nilai yang
menjadi dasar hukum adat. Dalam penegakan hukum, semakin banyak
penyesuaian antara peraturan perundang-undangan dengan kebudayaan
masyarakat, maka akan semakin mudah menegakannya.
C. Pengertian Tindak Pidana Perbankan
Pengertian istilah tindak pidana dibidang perbankan adalah tindak pidana yang
terjadi di kalangan dunia perbankan, baik yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Perbankan, sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan maupun dalam
perundang-undangan lainnya.
Tindak pidana perbankan adalah tindak pidana yang hanya diatur dalam Undang-
Undang Perbankan, yang sifatnya intern. Beberapa kalangan berpendapat bahwa
pengertian tindak pidana perbankan dan tindak pidana di bidang perbankan tidak
20
perlu dibedakan mengingat tindak pidana perbankan merupakan kejahatan atau
delik umum yang dilakukan di dalam lembaga perbankan.
Terdapat perbedaan pengertian tindak pidana perbankan dengan tindak pidana di
bidang perbankan. Perbedaan tersebut didasarkan pada perlakuan peraturan
terhadap perbuatan-perbuatan yang telah melanggar hukum yang berhubungan
dengan kegiatan dalam menjalankan usaha bank. Selanjutnya dikatakan bahwa
tindak pidana perbankan terdiri atas perbuatan-perbuatan pelanggaran terhadap
ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Pokok-
Pokok Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perbankan.28
Pengertian tindak pidana perbankan tersebut di atas maka dapat disimpulkan
terdapat dua pengertian, yaitu:
1. Tindak pidana perbankan adalah setiap perbuatan yang melanggar ketentuan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Pokok-Pokok Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Tindak Pidana Perbankan sendiri
berarti perbuatan pelanggaran terhadap Undang-Undang Perbankan dan
Peraturan Pelaksananya. Tindak pidana ini mengandung pengertian tindak
pidana itu semata-mata dilakukan oleh bank atau orang bank. Adapun tentang
istilah “Tindak Pidana Perbankan” mengartikannya sebagai tindak pidana yang
terdiri atas perbuatan-perbuatan pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan
28 Moch Anwar, Tindak Pidana Dibidang Perbankan, Alumni: Bandung, 1986.
21
Pokok-Pokok Perbankan, pelanggaran mana dilarang dan diancam dengan
hukuman oleh undang-undang itu.29
2. Tindak Pidana di bidang Perbankan adalah setiap perbuatan yang melanggar
ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Perbankan, sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, KUHP dan
Peraturan Hukum Pidana Khusus seperti Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Tindak Pidana Korupsi, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002
tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Tindak Pidana di bidang Perbankan itu
sendiri berarti perbuatan-perbuatan yang melawan hukum dalam ruang lingkup
seluruh kegiatan usaha pokok lembaga keuangan bank. Tindak pidana ini lebih
netral dan lebih luas karena dapat mencakup tindak pidana yang dilakukan oleh
orang diluar dan didalam bank atau kedua-duanya.30
Tindak Pidana di bidang Perbankan Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang Pokok-Pokok Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dapat dikategorikan
sebagai tindak pidana kejahatan di bidang perbankan sebagaimana menurut
ketentuan Pasal 51 Ayat 1:31
“Tindak pidana sebagai mana dimaksud dalam Pasal 46, Pasal 47, Pasal 47A, Pasal 48 ayat (1), Pasal 49, Pasal 50, dan Pasal 50 A adalah kejahatan.”
29 Ibid.30 Marjono Reksodiputro, Kemajuan Pembangunan Ekonomi Dan Kejahatan, Pelayanan Keadilan
Dan Pengabdian Hukum: Jakarta Pusat, 1994, hlm. 74.31 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 Tentang Perbankan.
22
Perbuatan-perbuatan yang dimaksud dalam Pasal 51 Ayat (1) adalah perbuatan
yang digolongkan sebagai tindak pidana kejahatan yang dimana akan dikenakan
ancaman hukuman yang lebih berat dibandingkan dengan sekedar pelanggaran.
Hal ini mengingat, bahwa bank adalah lembaga yang menyimpan dana yang
dipercayakan masyarakat kepadanya, sehingga perbuatan yang dapat
mengakibatkan rusaknya kepercayaan masyarakat kepada bank, yang pada
dasarnya juga akan merugikan bank maupun masyarakat perlu segera dihindarkan.
Dengan digolongkan sebagai tindakan kejahatan, diharapkan akan lebih terbentuk
ketaatan yang tinggi terhadap ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Mengenai tindak pidana kejahatan yang dilakukan oleh anggota Dewan
Komisaris, Direksi, atau pegawai Bank pada dasarnya berlaku ketentuan-
ketentuan tentang sanksi pidana, mengingat sifat ancaman pidana dimaksud
berlaku umum. Terkategori sebagai unsur-unsur tindak pidana di bidang
perbankan terkait ketentuan-ketentuan pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang Pokok-Pokok Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, adalah Barang Siapa
yang :
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan tanpa izin usaha
dari pimpinan Bank Indonesia
b. Membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan
atau dalam proses laporan, ataupun dalam dokumen atau laporan kegiatan
usaha, laporan transaksi, atau rekening suatu bank.
c. Menghilangkan atau tidak memasukkan atau menyebabkan tidak
dilakukannya pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan, ataupun
23
dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau
rekening suatu bank.
d. Mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, atau
menghilangkan adanya suatu pencatatan dalam pembukuan atau dalam
laporan, ataupun dalam dokumen atau laporan transaksi atau rekening suatu
bank atau dengan sengaja mengubah, mengaburkan, menghilangkan,
menyembunyikan, atau merusak catatan pembukuan tersebut.
Pelaku tindak pidana di bidang perbankan dapat dikenakan sanksi hukum berupa
pidana penjara dan pidana denda berdasarkan ketentuan Pasal 46, Pasal 47A,
Pasal 48, dan Pasal 49 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Pokok-
Pokok Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perbankan.
Tindak Pidana Perbankan sering kali mengandung elemen-elemen kecurangan
(deceit), penyesatan (misrepresentation), penyembunyian kenyataan (concealment
of facts), manipulasi (manipulation), pelanggaran kepercayaan (breach of trust),
akal-akalan (subterfuge), atau penggelakan peraturan (ilegal circumvention)
sehingga sangat merugikan masyarakat secara luas”.32
D. Pengertian Tindak Pidana Fraud
1. Definisi Fraud
Hukum Pidana secara umum menyebut fraud dengan “Pencurian dengan
Penipuan”, “Pencurian dengan Penggelapan dan Penipuan”, “Penyelewengan
32 Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum Kejahatan Bisnis, Jakarta Timur: Prenada Media, 2003,hlm, xiii.
24
yang dilakukan oleh Pegawai Bank” dan lain sebagainya. Namun ada pula yang
mendefinisikan fraud sebagai tindak kesengajaan untuk menggunakan sumber
daya perusahaan secara tidak wajar dan menyembunyikan fakta dengan maksud
memperoleh keuntungan pribadi. Dalam bahasa yang lebih sederhana, fraud
adalah penyelewengan.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor 13/28/DPNP perihal penerapan strategi anti
fraud bagi bank umum menjelaskan pengertian fraud adalah tindakan
penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan untuk mengelabui,
menipu, atau memanipulasi bank, nasabah, atau pihak lain, yang terjadi di
lingkungan bank dan atau menggunakan sarana bank sehingga mengakibatkan
bank, nasabah, atau pihak lain menderita kerugian dan atau pelaku fraud
memperoleh keuntungan keuangan baik secara langsung maupun tidak
langsung.33Fraud juga bisa berati proses pembuatan meniru suatu benda
(dokumen-dokumen) dengan maksud untuk menipu.
Menurut BPK RI fraud didefinisikan sebagai salah satu tindakan melawan hukum
yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh sesuatu dengan cara menipu.
Istilah fraud memiliki banyak arti, namun pada dasarnya fraud adalah tindakan
kecurangan yang merugikan berbagai pihak dikarenakan informasi yang
terkandung di dalamnya menjadi tidak relevan lagi. Akibat adanya perilaku
manajemen yang tidak transparan ini menyebabkan kecurangan pelaporan
keuangan dalam perusahaan terus tumbuh dari waktu ke waktu.
33 Surat Edaran Nomor 13/28/DPNP/2011 tentang Penerapan Strategi Anti-Fraud bagi BankUmum, hlm.2 Poin (2).
25
Fraud sendiri mengandung unsur-unsur:
1. Kecurangan yaitu pegawai bank melakukan kecurangan dengan cara
mengambil dana nasabah yang seharusnya bukan miliknya.
2. Penyembunyian fakta, yang mana pegawai bank melakukannya dengan cara
mentransfer uang nasabah kepada rekening pribadinya, namun tidak tercantum
di dalam buku tabungan nasabah. Ketika nasabah menanyakan uangnya
kemana, pegawai bank tersebut akan beralasan adanya error system sehingga
dana tidak tercantum di dalam buku nasabah, ataupun cara-cara lain yang
dilakukan oleh pelaku untuk menyembunyikan fakta yang sebenarnya.
3. Memanipulasi data, dengan cara misalnya merubah nama nasabah menjadi
orang lain (pihak ketiga diluar bank), yang mana pada akhirnya uang nasabah
akan beralih pada pihak ketiga tersebut.
4. Pelanggaran kepercayaan, dalam hal ini pegawai bank jelas telah melakukan
pelanggaran kepercayaan karena tidak bisa menjaga kepercayaan yang telah
diberikan oleh nasabah tersebut.
2. Faktor Penyebab Fraud
Pelaku suatu tindakan fraud dalam melakukan tindakan kecurangannya biasanya
disebabkan karena beberapa alasan, baik yang berasal dari dalam dirinya sendiri
maupun yang berasal dari luar dirinya. Seseorang bisa melakukan tindakan fraud
apabila dilandasi oleh tiga hal yaitu kesempatan (opportunity), tekanan atau
insentif (pressure or incentive), dan rasionalisasi (rationalization). Ketiganya
26
saling mendukung sama lain dan membentuk pilar kecurangan yang disebut
sebagai segitiga fraud (fraud triangle).34
Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing segitiga fraud yaitu :
a. Tekanan (Pressure)
Keinginan seseorang untuk hidup yang lebih baik dan lepas dari keadaan
ekonomi yang buruk serta dorongan dari lingkungan untuk bergaya hidup
mewah membuat seseorang mendapatkan tekanan untuk memenuhi semua
keinginannya sehingga melakukan suatu tindakan kecurangan atau fraud.
b. Kesempatan (Opportunity)
Pengawasan internal yang lemah serta pengelolaan manjamen yang kurang
memadai menyebabkan seseorang berani untuk melakukan tindakan fraud
dengan alasan tidak akan ada yang mengetahui tindakannya sehingga
membuat pelaku berani mengambil kesempatan melakukan tindakan fraud.
c. Rasionalisasi (Rationalization)
Para pelaku fraud biasanya mencari berbagai alasan secara rasional untuk
menutupi tindakan mereka. Sehingga membuat tindakan yang mereka
lakukan seolah-olah dianggap wajar oleh masyarakat.
3. Pelaku Fraud
Pelaku fraud dapat diklasifikasikan ke dalam 2 kelompok, yaitu manajemen dan
karyawan atau pegawai. Pihak management biasanya melakukan tindakan fraud
ditujukan untuk kepentingan perusahaan. Bentuk-bentuk tindakan fraud yang
34 Maylia Pramono Sari & Sukirman, Model Deteksi Kecurangan Berbasis Fraud Triangle,Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2013, dalam jurnal Akuntansi & Auditing volume 9 No.2,hlm.206.
27
sering dilakukan oleh pihak manajemen dapat berupa memanipulasi, pemalsuan,
atau pengubahan terhadap dokumen pendukung yang merupakan sumber
penyajian laporan keuangan.
Sedangkan tindakan fraud yang dilakukan oleh karyawan atau pegawai ditujukan
untuk keuntungan individu, yang biasa dikenal dengan employee fraud . Tindakan
fraud yang dilakukan oleh karyawan atau pegawai umumnya yang sedang
menghadapi situasi masalah keuangan dan dilakukan karena melihat adanya
peluang yang disebabkan karena kurang memadainya pengawasan internal dalam
bank tersebut.
E. Dasar Hukum Tindak Pidana Fraud
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Perbankan,
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan terbagi menjadi tiga belas macam tindak pidana yang diatur mulai dari
Pasal 46 sampai dengan Pasal 50A. Ketiga belas tindak pidana itu dapat
digolongkan ke dalam empat macam:35
a. Tindak pidana yang berkaitan dengan perizinan, diatur dalam Pasal 46.
b. Tindak Pidana yang berkaitan dengan rahasia bank, diatur dalam Pasal 47
Ayat (1) Ayat (2) dan Pasal 47 A.
c. Tindak pidana yang berkaitan dengan pengawasan dan pembinaan bank diatur
dalam pasal 48 Ayat (1) dan Ayat (2).
d. Tindak pidana yang berkaitan dengan usaha bank diatur dalam pasal 49 Ayat
(1) huruf a,b dan c, Ayat (2) huruf a dan b, Pasal 50 dan Pasal 50A.
35 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7Tahun 1992 Tentang Perbankan.
28
Ketentuan Pasal 46 Ayat (1):
Barang siapa menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanantanpa izin usaha dari Pimpinan Bank Indonesia sebagaimana dimaksuddalam Pasal 16, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 5(lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dan paling banyakRp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah).”
Ketentuan Pasal 46 Ayat (1) sering menimbulkan permasalahan yaitu: Pertama,
apakah yang dimaksud dengan “menghimpun dana dari masyarakat”. Kedua,
apakah simpanan yang dimaksudkan dalam pasal ini hanya berupa giro, tabungan,
deposito dan sertifikat deposito atau juga meliputi bentuk lain yang dipersamakan
dengan itu. Ketiga, apakah si pelaku harus menggunakan nama bank atau tidak.
Ketentuan Pasal 49 Ayat (1):
Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja:
a. membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuanatau dalam proses laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatanusaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank;
b. menghilangkan atau tidak memasukkan atau menyebabkan tidakdilakukannya pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan, maupundalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi ataurekening suatu bank;
c. mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, ataumenghilangkan adanya suatu pencatatan dalam pembukuan atau dalamlaporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporantransaksi atau rekening suatu bank, atau dengan sengaja mengubah,mengaburkan, menghilangkan, menyembunyikan atau merusak catatanpembukuan tersebut, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dan palingbanyak Rp. 200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah).
29
Suatu pertanyaan yang sering timbul adalah apakah tindak pidana yang diatur
dalam Undang-Undang Perbankan merupakan tindak pidana umum atau khusus.
Hal ini berkaitan dengan tugas penyidikan terhadap tindak pidana ini. Terdapat
kesan, bahwa pihak Kepolisian menganggapnya sebagai tindak pidana umum,
karena walaupun tindak pidana ini diatur di luar KUHP, tetapi Undang-Undang
Perbankan tidak mengatur Hukum Acara khusus mengenai tindak pidana
perbankan. Ada pihak lain yang menyebut sebagai tindak pidana khusus, karena
diatur di luar KUHP, ancaman hukum berat dan kumulatif dengan minimum
hukuman dan ada sedikit hukum acara seperti yang diatur dalam Pasal 42 yang
berkaitan dengan permintaan keterangan yang bersifat rahasia bank dalam proses
peradilan perkara pidana.
Keputusan yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia
Nomor: M01.PW.07.03 Tahun 1982 tanggal 4 Februari 1982 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana tindak pidana perbankan
termasuk dalam tindak pidana khusus (sebagai penjelasan dari Pasal 284
KUHAP).36
Hal yang terjadi didalam suatu tindak pidana di bidang perbankan yang dilakukan
oleh orang dalam terdapat beberapa Undang-Undang yang dapat dan biasanya
diterapkan yaitu, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Fraud sendiri dapat
ditemukan dalam Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
36 Penjelasan dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Tentang HukumAcara Pidana, ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 76, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209 ), Pasal 284 Ayat (2).
30
Tentang Pencurian, Pasal 372 KUHP tentang Penggelapan, dan Pasal 378 KUHP
Tentang Perbuatan Curang.
Ketentuan Pasal 362 KUHP:
“Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagiankepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawanhukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama limatahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah”.
Pasal ini termasuk dalam kategori fraud karena perbuatan yang dilakukannya
adalah dengan cara mengambil sesuatu milik orang lain (dalam hal ini adalah
mengambil uang nasabah yang seharusnya bukan dalam kekuasaan pegawai
banknya).
Ketentuan Pasal 372 KUHP:
“Barangsiapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatuyang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang adadalam kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena penggelapan,dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda palingbanyak sembilan ratus rupiah”. Pasal ini mencakup pengertian tentang fraudkarena dilakukan dengan sengaja mengambil sesuatu yang merupakan milikorang lain (dalam hal ini uang nasabah).
Ketentuan Pasal 378 KUHP:
“Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau oranglain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabatpalsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkanorang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supayamemberi hutang maupun menghapuskan piutang diancam karena penipuandengan pidana penjara paling lama empat tahun”.
Pasal ini termasuk dalam kategori fraud karena perbuatan yang dilakukannya
untuk menguntungkan diri sendiri dan dilakukan secara melawan hukum. Karena
perilaku fraud jelas dilakukan untuk menguntungkan diri sendiri, namun masih
31
banyak kasus demi kasus yang terjadi sehingga dapat dilihat bahwa hukum
sepertinya tidak memiliki kekuatan bagi pelaku fraud itu sendiri.
III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan yuridis normatif dan
yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif merupakan upaya memahami
persoalan dengan tetap berada atau bersandarkan pada lapangan atau kajian ilmu
hukum, sedangkan pendekatan yuridis empiris adalah untuk memperoleh
kejelasan dan pemahaman dari permasalahan penelitian berdasarkan realitas yang
ada atau studi kasus.37
B. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah data primer (primary
data) dan data sekunder (secondary data).
1. Data Primer
Data yang digunakan adalah data primer yang didapat dari lokasi penelitian,
responden yang terkait dengan transaksi perbankan antara pihak internal bank dan
nasabah. Sumber data yang ada di lokasi penelitian, yaitu berdasarkan wawancara.
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu dengan Kepala Verifikator
Bank Mandiri Cabang Kartini Bandar Lampung, Penyidik Polresta Bandar
37 Soerjono Soerkanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press.Jakarta, 2007,hlm.41.
33
Lampung, Jaksa Kejaksaan Negeri Bandar Lampung, Hakim Pengadilan Negeri
Bandar Lampung dan salah satu Dosen atau Akademisi Bagian Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Lampung.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari penelitian kepustakaan dan
dokumen, yang merupakan hasil penelitian dan pengolahan orang lain, yang sudah
tersedia dalam bentuk buku-buku atau dokumen yang biasanya disediakan di
perpustakaan, atau milik pribadi.38
Data sekunder mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan
hukum tersier.39 Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu terdiri
dari:
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer bersumber dari :
1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 jo. Undang-Undang Nomor 73
Tahun 1958 tentang Pemberlakuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP).
2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP).
3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Perbankan,
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan.
38 Hilman Hadikusuma, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum, MandarMaju:Bandung, 1995 hlm. 65.
39 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press. Jakarta, 2007,hlm. 52.
34
b. Bahan Hukum Sekunder
Yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum
primer, meliputi Keputusan Menteri, Peraturan Bank Indonesia, Surat Edaran
serta Lembaran Negara.
Bahan hukum sekunder bersumber dari:
1) Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tentang Perubahan atas
Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko
bagi Bank Umum.
2) Surat Edaran Nomor 13/28/DPNP/2013 tentang Penerapan Strategi Anti-
Fraud bagi Bank Umum.
3) Surat Edaran Nomor 15/15/DPNP/2013 tentang Pelaksanaan Good
Corporate Governance bagi Bank Umum.
c. Bahan Hukum Tersier
Yaitu bahan hukum berupa literatur-literatur mengenai penelitian ini, meliputi
buku-buku ilmu hukum, hasil karya dari kalangan hukum, dan lainnya yang
berupa penelusuran internet, jurnal, surat kabar, makalah, kamus, ensiklopedia,
dan artikel pada majalah.
C. Penentuan Narasumber
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, narasumber merupakan orang yang
mengetahui secara jelas atau menjadi sumber informasi.40 Narasumber dalam
penulisan skripsi ini adalah pihak-pihak yang mengetahui secara jelas berkaitan
40Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Ke-4,Jakarta: Balai Pustaka, 2008, hlm. 58.
35
dengan Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyimpangan (Fraud)
dalam Transaksi Perbankan :
1. Kepala Verifikator Bank Mandiri Cabang Kartini Bandar Lampung = 1 orang
2. Penyidik Polresta Bandar Lampung = 1 orang
3. Jaksa Kejaksaan Negeri Bandar Lampung = 1 orang
4. Hakim Pengadilan Negeri Bandar Lampung = 1 orang
5. Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Unila = 1 orang
Jumlah = 5 orang
D. Prosedur Pengumpulan Data dan Metode Pengolahan
1. Prosedur pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini ditempuh
sebagai berikut :
a. Studi Kepustakaan, Studi Kepustakaan adalah mengumpulkan data yang
dilakukan dengan cara membaca, mengutip, mencatat dan memahami
berbagi litertur yang ada hubungannya dengan materi penelitian, berupa
buku-buku, peraturan perundang-undangan, majalah-majalah, serta
dokumen lain yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
b. Studi Lapangan, Studi Lapangan adalah mengumpulkan data dengan
penelitian langsung pada tempat atau objek penelitian yang dilakukan
dengan wawancara kepada para informan yang sudah ditentukan.
36
2. Pengolahan Data
Data yang terkumpul, diolah melalui pengolahan data dengan tahap-tahap
sebagai berikut:
a. Identifikasi data, yaitu meneliti kembali data yang diperoleh dari
keterangan para responden maupun dari kepustakaan, hal ini perlu untuk
mengetahui apakah data tersebut sudah cukup dan dapat dilakukan untuk
proses selanjutnya. Semua data yang diperoleh kemudian disesuaikan
dengan permasalahan yang ada dalam penulisan ini, editing dilakukan
pada data yang sudah terkumpul diseleksi dan diambil data yang
diperlukan.
b. Klasifikasi data, yaitu menghubungkan, membandingkan dan
menguraikan data serta mendeskripsikan data dalam bentuk uraian untuk
kemudian ditarik kesimpulan.
c. Sistematisasi data, yaitu penyusunan data secara sistematis sesuai dengan
pokok bahasannya sehingga memudahkan analisis data.
E. Analisis Data
Data hasil pengolahan tersebut dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu
menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, logis dan
efektif sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil analisis
guna menjawab permasalahan yang ada.
V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dan diuraikan
oleh penulis, maka dapat disimpulkan yaitu:
1. Penegakan hukum terhadap tindak pidana penyimpangan fraud dalam
transaksi perbankan berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Pokok-Pokok Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dapat dilakukan dengan
melalui dua jalur yaitu dengan jalur non penal yang lebih menitikberatkan
pada sifat preventif atau pencegahan sebelum terjadinya kejahatan dengan
lebih mengarahkan kepada sosialisasi peraturan perundang-undangan
khususnya Undang-Undang yang mengantur tentang tindak pidana
perbankan. Selanjutnya melalui jalur penal yang menitikberatkan pada sifat
refresif atau pemberantasan setelah terjadinya kejahatan dengan dilakukannya
penyidikan untuk selanjutnya dapat di proses melalui pengadilan.
Pada proses tersebut termasuk pada tahap formulasi, dimana tahap formulasi
merupakan tahap penetapan sanksi oleh pihak yang berwenang. Agar
penegakan hukum pidana terhadap pelaku tindak pidana penyimpangan fraud
dalam transaksi perbankan lebih maksimal, penerapan tahap penegakan
77
hukum harus berlanjut hingga ke tahap aplikasi yang merupakan tahap
pemberian sanksi oleh pihak yang berwenang serta tahap eksekusi yang
merupakan tahap dimana pelaksanaan sanksi dilakukan oleh pihak yang
berwenang.
2. Faktor Penghambat Penegakan hukum terhadap tindak pidana penyimpangan
fraud dalam transaksi perbankan, antara lain:
a. Undang-Undang, Undang-Undang tindak pidana perbankan memiliki
sanksi pidana yang berat tetapi pada penerapannya masih belum
maksimal.
b. Penegak Hukum, kelemahannya adalah terbatasnya jumlah aparat
penegak hukum dan unit khusus yang menangani kasus tindak pidana
penyimpangan fraud dan masih lemahnya pemahaman aparat penegak
hukum terhadap pengetahuan mengenai tindak pidana perbankan.
c. Sarana dan Fasilitas, tidak memiliki mekanisme yang memadai atau
bahkan aparat penegak hukum sebagian tidak mengetahui tindak pidana
penyimpangan fraud dalam transaksi perbankan yang terjadi. Jika hal-hal
tersebut tidak terpenuhi, maka mustahil penegakan hukum akan
mencapai tujuannya dengan baik.
d. Masyarakat, dimana para korban yang dirugikan atas tindak pidana
penyimpangan fraud dalam transaksi perbankan agar melaporkan kepada
pihak yang berwajib dan tidak mencabut lagi laporannya apabila dirasa
pelaku mengembalikan hak dari korban agar kasus tersebut tetap berjalan
sampai pada ranah pengadilan.
78
e. Kebudayaan, pada era modern seperti ini, siapapun dapat melakukan
perbuatan yang dapat merugikan orang lain, baik materi maupun bukan
materi, dikarenakan kesempatan serta kehidupan glamour dari pelaku
tindak pidana penyimpangan fraud dalam transaksi perbankan dikalangan
pergaulan teman-temannya. Ditambah kurangnya akan kesadaran dari
masyarakat akan tentang penegakan hukum terhadap tindak pidana
perbankan dimana memerlukan barang bukti yang kuat sehingga bagi
yang melakukan perbuatan tersebut dapat dikenakan sanksi hukuman
pidana.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka dalam hal ini penulis dapat memberikan
saran:
1. Bank diharapkan agar lebih terbuka dan dapat bekerja sama dengan aparat
penegak hukum terhadap kasus-kasus tindak pidana perbankan agar kasus
tersebut dapat diproses hingga ke ranah pengadilan sehingga kasus-kasus
tersebut dapat diselesaikan dan memberikan efek jera terhadap pelaku
oknum-oknum pegawai bank, dengan begitu tujuan akhir penegakan hukum
dapat tercapai.
2. Perlunya peningkatan kualitas dari aparat penegak hukum dengan cara
diberikannya pemahaman yang mendalam tentang tindak pidana
penyimpangan fraud dalam transaksi perbankan.
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN Halaman
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ............................................. 8
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................................... 8
D. Kerangka Teori dan Konseptual ....................................................... 9
E. Sistematika Penulisan ....................................................................... 13
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Penegakan Hukum ........................................................... 14
B. Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum............................... 18
C. Pengertian Tindak Pidana Perbankan ................................................ 19
D. Pengertian Tindak Pidana Fraud ....................................................... 23
E. Dasar Hukum Tindak Pidana Fraud .................................................. 27
III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah ........................................................................... 32
B. Sumber Data ....................................................................................... 32
C. Penentuan Narasumber........................................................................ 34
D. Prosedur Pengumpulan Data dan Metode Pengolahan ....................... 35
E. Analisis Data ....................................................................................... 36
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyimpangan (Fraud)
Dalam Transaksi Perbankan................................................................. 37
B. Faktor Penghambat Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana
Penyimpangan (Fraud) Dalam Transaksi Perbankan .......................... 67
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................. 76
B. Saran.................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Abdulkadir, Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Citra AdityaBakti: Bandung.
Anwar, Moch. 1986. Tindak Pidana Dibidang Perbankan. Alumni: Bandung.
Atmasasmita, Romli. 2003. Pengantar Hukum Kejahatan Bisnis. Prenada Media:Jakarta Timur.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia:Edisi Ke-4. Jakarta: Balai Pustaka.
Gustiniati, Diah dan Budi Rizki Husin. 2014. Azas-Azas dan Pemidanaan HukumPidana Di Indonesia. Justice Publisher: Bandar Lampung
Hadikusuma, Hilman. 1995. Metode Pembuatan Kertas Kerja Atau Skripsi IlmuHukum. Mandar Maju: Bandung.
Harahap, M Yahya. 1985. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAPPenyidik dan Penuntutan. Sinar Grafika: Jakarta.
Hasibuan, Malayu S.P. 2001. Dasar-Dasar Perbankan. Bumi Aksara: Jakarta.
Muladi dan Barda Nawawi Arief. 1992. Teori-Teori dan Kebijakan Pidana,Alumni: Bandung.
- - - - - - - - - -. 2002. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Citra AdityaBakti: Bandung.
Nawawi Arief, Barda. 1998. Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan danPengembangan Hukum Pidana. PT Citra Aditya Bakti: Bandung.
- - - - - - - - - -. 2008. Kebijakan Hukum Pidana, Kencana: Jakarta.
- - - - - - - - - -. 2008. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidanadalam Penanggulangan Kejahatan. Kencana: Jakarta.
Rahardjo, Satjipto. 1986. Ilmu Hukum. Alumni: Bandung.
- - - - - - - - - -. 2009. Masalah Penegakan Hukum. Sinar Baru: Bandung.
Reksodiputro, Marjono. 1994. Kemajuan Pembangunan Ekonomi Dan Kejahatan.Pelayanan Keadilan Dan Pengabdian Hukum: Jakarta Pusat.
R.M, Sunarto. 1994. Penuntutan Dalam Praktek Peradilan. Sinar Grafika:Jakarta.
Saleh, Roeslan. 1996. Pembinaan Cita Hukum dan Asas-Asas Hukum Nasional.Dunia Pikir: Jakarta.
Shant, Dellyana. 1998. Konsep Penegakan Hukum. Liberty: Yogyakarta.
- - - - - - - - - -. Soerjono. 1983. Faktor-faktor yang Mempengaruhi PenegakanHukum. Rineka Cipta: Jakarta.
Soekanto, Soerjono. 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengeruhi PenegakanHukum. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
- - - - - - - - - -. 2007. Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia Press:Jakarta.
Sunarso, Siswanto. 2005. Wawasan Penegakan Hukum Di Indonesia, PT CitraAditya Bakti: Bandung.
Wiyanto, Roni. 2012. Asas-asas Hukum Pidana Indonesia. C.V. Mandar Maju:Bandung.
Wiyono, Slamet. 2005. Cara Mudah Memahami Akutansi Perbankan SyariahBerdasarkan PSAK dan PAPSI, PT Gramedia Widiasarana Indonesia:Jakarta.
2. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 jo. Undang-Undang Nomor 73 Tahun1958 tentang Pemberlakuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang HukumAcara Pidana (KUHAP).
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-UndangNomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tentang Perubahan atas BankIndonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi BankUmum.
Surat Edaran Nomor 13/28/DPNP/2013 tentang Penerapan Strategi Anti-Fraudbagi Bank Umum.
Surat Edaran Nomor 15/15/DPNP/2013 tentang Pelaksanaan Good CorporateGovernance bagi Bank Umum.
3. Jurnal, Web
Sari, Maylia Pramono,dan Sukirman. 2013. Model Deteksi Kecurangan BerbasisFraud Triangle. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
http://www.gresnews.com/berita/analisis_hukum/0282-analisis-dugaan-kredit-fiktif-bri-teluk-betung/0/
http://tekno.kompas.com/read/2011/05/03/09441743/inilah.9.kasus.kejahatan.perbankan
https://arezky125.wordpress.com/