pendidikan keluarga dalam al-qur’ane-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1970/1/skripsi...
TRANSCRIPT
PENDIDIKAN KELUARGA DALAM AL-QUR’AN
SURAT LUQMAN AYAT 17
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
NOVI DIAN AMALIYA
NIM 11113282
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2017
i
ii
iii
iv
v
MOTTO
﴾٦العسر يسرا ﴿﴾ إن مع ٥فإن مع العسر يسرا ﴿
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
Semua itu mudah jika kita menganggap itu mudah, yang membuat sulit
karna kita menganggap itu sulit. – (A. Ihya ulumuddin)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi rabbil’alamin, diiringi luapan syukur yang tak terkira dengan izin
Allah swt skripsi ini telah terselesaikan.
Saya persembahkan skripsi ini teruntuk orang-orang yang berharga dalam hidup
saya.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sang pemilik
dan pencipta alam semesta yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
”Pendidikan Keluarga dalam Al-Qur’an Kajian Surat Luqman Ayat 17”.
Shalawat serta salam tak lupa selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad saw, sebagai suri tauladan untuk panutan kita semua sehingga
kita dapat mencapai kebahagiaan ketentraman dunia dan akhirat.
Ucapan terima kasih penulis kepada pihak yang telah memotivasi,
membimbing serta memberikan masukan atau kritikan demi terwujudnya
skripsi ini. Maka dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat
dan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Ibu Siti Ruhayati selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Bapak Muh Hafidz, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi,
terimakasih atas bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan.
5. Bapak QI Mangku Bahjatulloh, LC., M.S.I selaku dosen pembimbing
akademik
vii
6. Seluruh anggota tim penguji skripsi yang telah meluangkan waktunya
untuk menilai kelayakan dan meguji skripsi dalam rangka
menyelesaikan studi Pendidikan Agama Islam di Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
7. Bapak K.H. Zoemri RWS (Alm) serta ibu Nyai Hj. Latifah selaku
pengasuh PPTI Al-Falah yang selalu mendoakan santri-santrinya.
8. Kedua orangtua tercinta, bapak KH. Muh Fadhil dan ibu Siti
Asmaunnah yang telah mencurahkan pengorbanan dan kasih sayangnya,
serta tiada hentinya menyertakan doa dalam setiap sujudnya bagi
penulis.
9. Kakak-kakakku, Anita Alfajriya, S.Pd.I, Ana Maria Ulfa, S.Pd.I,
Muhammad Annas Malik, juga kakak-kakak iparku yang senantiasa
memberikan nasihat dan pelajaran hidup yang berharga bagiku. Serta
seseorang yang telah memberikan warna dalam kehidupanku, juga
sebagai penyemangat keseharianku, Ahmad Ihya Ulumuddin, S.Pd.
10. Keluarga besarku yang ikut andil dalam semangat penulis untuk
penyelesaian skripsi ini.
11. Mbak Desty Prasetya, S.Pd., Mbak Evi Arfianti, S.E., Dek Rizka
Roikhana, M.Pd yang juga sangat berperan dalam semangat dan arahan
dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Sahabat-sahabat tercinta, Masruroh, Zuni Ma’rifah, Sopiya Nurrohmah,
Siti Ariyanti, Siti Nur Fadhilah, Lailatul Jannah, Istriyani yang telah
bersedia menjadi saudara setia dalam kebersamaan selama ini, susah
viii
senang kita bersama, berjuang bersama. Juga adikku Uswatun Fitriyah
yang telah memberikan semangat dan pelajaran hidup bagi penulis.
13. Keluarga besar PPTI Al Falah, teman-teman angkatan 2013, teman-
teman kamar C23 dan C24 yang sama-sama sedang berjuang meraih
toga simbol keberhasilan untuk lanjut ke impian masa depan, serta adek-
adek alumni kamar C17 yang juga turut memberikan semangat bagi
penulis.
14. Teman-teman seperjuangan PAI, PPL dan KKN angkatan 2013, juga
temanku Alisa Utami dan Siti Qomariah, S.Pd terimakasih atas
kebersamaan kita selama ini.
15. Semua pihak yang ikut serta memberikan bantuan dan motivasi yang
juga sangat berjasa dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari
kesalahan yang tentu saja jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan
kesempurnaan skripsi ini.
Dan penulis berharap semoga tulisan ini mempunyai nilai guna dan
manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Salatiga, 23 Mei 2017
Penulis
Novi Dian Amaliya
ABSTRAK
ix
Amaliya, Novi Dian. 2017. Pendidikan Keluarga dalam Al-Qur’an Surat Luqman
Ayat 17. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing
Muh.Hafidz, M.Ag.
Kata kunci: Pendidikan Keluarga dalam Al-Qur’an
Penelitian ini tentang pendidikan keluarga dalam al-Qur’an surat Luqman
ayat 17 bahwa pendidikan merupakan usaha memanusiakan manusia. Artinya,
dengan pendidikan manusia diharapkan mampu menemukan dari mana dirinya
berasal, hadir di dunia ini untuk apa dan setelah kehidupan ini akan ke mana,
sehingga ia menjadi lebih manusiawi, baik dalam berpikir, bersikap maupun
bertindak. Dalam upaya mencerdaskan anak, pendidikan keluarga merupakan
pendidikan utama bagi anak agar berkembang secara optimal dan bermakna. Dan
inti dari pendidikan keluarga itu sendiri adalah pendidikan agama, yang jika
dilakukan secara dini dan sebaik-baiknya akan memberikan fondasi kepribadian
yang kokoh terutama dalam menghadapi berbagai tantangan yang datang dari luar
diri anak. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah
(1)Bagaimana pokok pendidikan keluarga dalam Surat Luqman ayat 17?,
(2)Bagaimana relevansi pendidikan keluarga yang dipaparkan pada Surat Luqman
ayat 17 dalam pendidikan formal?.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan
penelitian kepustakaan (library research) dengan metode dokumentasi yaitu
mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, dan
sebagainya. Sumber data penelitian ini penulis bedakan menjadi dua kelompok,
yang pertama adalah sumber primer yang berasal dari Al-Quran dan yang kedua
adalah sumber sekunder yang berasal dari data yang diperoleh dari sumber-sumber
lain yang masih berkaitan dengan masalah penelitian, serta buku-buku lain yang
relevansinya berkaitan dengan pembahasan.
Kajian ini menunjukkan bahwa pokok pendidikan keluarga dalam surat
Luqman ayat 17 yaitu meliputi: (1) Shalat. Anak dapat mengenal Islam pada
mulanya melalui tanda/media keislaman seperti masjid dan lainnya. Terkadang
anak juga mempertanyakan kepada orang tuanya tentang ketuhanan, sehingga anak
bisa membiasakan diri untuk mengikuti orangtuanya dalam beribadah. (2) Amar
ma’ruf nahi munkar. Melaksanakan kewajiban beramar ma’ruf serta nahi munkar
adalah suatu kepastian yang mutlak. Bahkan tiada suatu pendapat ulama manapun
yang memberikan kelonggaran atau keringanan untuk tidak melakukannya. (3)
Sabar. Hakikat sabar adalah sebuah akhlak yang tertinggi diantara sekian banyak
x
akhlak jiwa. Sebuah akhlak yang berusaha untuk menghalangi seseorang
melakukan tindakan tidak terpuji.
DAFTAR ISI
xi
HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................... iv
PERTANYAAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................ v
MOTTO ............................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
ABSTRAK ............................................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 5
E. Metode Penelitian .................................................................................. 6
F. Definisi Operasional .............................................................................. 7
G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 16
BAB II KOMPILASI AYAT-AYAT
xii
A. Surat Luqman ayat 17 ........................................................................ 18
B. Mufrodat ............................................................................................. 18
C. Pokok kandungan Surat Luqman ayat 17 ........................................... 25
BAB III ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH SURAT LUQMAN
A. Asbabun Nuzul ................................................................................... 31
B. Munasabah ......................................................................................... 32
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pokok Pendidikan Keluarga dalam Surat Luqman Ayat 17 ............... 38
B. Relevansi dalam Pendidikan Formal .................................................. 53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 59
B. Saran ................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha memanusiakan
manusia. Artinya, dengan pendidikan manusia diharapkan mampu
menemukan dari mana dirinya berasal, hadir di dunia ini untuk apa dan
setelah kehidupan ini akan ke mana, sehingga ia menjadi lebih manusiawi,
baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak (Rusn, 2009: 123).
Diantara tiga pihak yang bertanggung jawab terhadap pendidikan,
keluarga merupakan penanggung jawab pertama dan utama. Karena anak
itu datang dari keluarga dan akan kembali ke dalam keluarga. Pendidikan
yang paling awal dalam keluarga yaitu sejak anak masih dalam kandungan
ibunya. Dalam hal ini ibu dan bapak merupakan pendidik pertama bagi anak
(Surya, 2001: 95).
Pendidikan dalam keluarga merupakan inti dan fondasi dari upaya
pendidikan secara keseluruhan. Segala sesuatu yang berkenaan dengan
pendidikan anak merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan
selanjutnya. Pendidikan dalam keluarga yang baik akan menjadi fondasi
yang kokoh bagi upaya-upaya pendidikan selanjutnya baik di sekolah
maupun di luar sekolah.
Dalam upaya mencerdaskan anak, pendidikan dalam keluarga
merupakan pendidikan pertama dan utama bagi anak agar berkembang
secara optimal dan bermakna. Agar pendidikan anak dapat berlangsung
2
dengan baik, ada sejumlah azas yang harus diperhatikan yaitu pendidikan
agama, kasih sayang, perkembangan anak, situasi kondusif, pembentukan
kebiasaan, keteladanan, motivasi dan bimbingan, dan komunikasi.
Inti dari pendidikan keluarga adalah pendidikan agama, yang jika
dilakukan secara dini dan sebaik-baiknya akan memberikan fondasi
kepribadian yang kokoh terutama dalam menghadapi berbagai tantangan
yang datang dari luar diri anak (Surya, 2001:2-3).
Dalam penelitian ini penulis menganalisis Surat Luqman ayat 17
karena tokoh dalam surat ini yaitu Luqman al-Hakim sangat memotivasi,
bagaimana mendidik dan membekali anak-anak dengan nasehat-nasehatnya
sebagaimana diabadikan dalam al-Qur’an. Nasehat ini merupakan pelajaran
sangat berharga bagi semua keluarga yang menginginkan.
Awalnya menanamkan rasa keimanan yang kuat dalam diri anak.
Lalu meyakini atas keesaan Tuhan dan tidak ada kekuatan lain selain dari
Tuhan. kemudian Luqman memberi nasehat shalat dan amar makruf nahi
mungkar, serta bersikap sabar menghadapi setiap musibah yang menimpa
anaknya yang memang harus dimiliki setiap Muslim (Noor,2015:177-181).
Salah satu nasehat yang disampaikan Luqman kepada anaknya
tentang keimanan tersebut, disebutkan dalam ayat al-Qur’an Surat Luqman
ayat 17
لة وأم ر بالمعروف وانه عن المنكر واصبر على ما يا بني أقم الص
لك من عزم المو ا (۷لقمان : ) ر أصابك إن ذ
3
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
Maksud ayat di atas yaitu Luqman mewasiatkan kepada anaknya
beberapa hal, diantaranya untuk selalu mendirikan shalat dengan sebaik-
baiknya, sehingga diridhai Allah. Jika shalat yang dikerjakan itu diridhai
Allah, perbuatan keji dan perbuatan mungkar dapat dicegah, jiwa menjadi
bersih, tidak ada kekhawatiran terhadap diri orang itu, dan mereka tidak
akan bersedih hati jika ditimpa cobaan, dan merasa dirinya semakin dekat
dengan Tuhannya. Selanjutnya mewasiatkan agar berusaha mengajak
manusia mengerjakan perbuatan-perbuatan baik yang diridhai Allah,
berusaha membersihkan jiwa dan mencapai keberuntungan, serta mencegah
mereka agar tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa.
Luqman juga mewasiatkan agar selalu bersabar dan tabah terhadap
segala macam cobaan yang menimpa, akibat dari mengajak manusia berbuat
baik dan meninggalkan perbuatan yang mungkar, baik cobaan itu dalam
bentuk kesenangan dan kemegahan, maupun dalam bentuk kesengsaraan
dan penderitaan (Departemen Agama, 2007:555).
Nasehat pokok yang disampaikan sesungguhnya merupakan hal
yang harus diberikan kepada seluruh umat manusia. Yakni, dimulai dari
bagaimana seseorang mendesain diri dengan keimanan kokoh,
menghormati dan menghargai kedua orang tua, beramal shalih untuk
4
investasi akhirat, menaburkan kebaikan di dunia, berusaha mencegah
maraknya kemaksiatan dan kemungkaran, sampai mengingatkan karunia
Allah yang begitu banyak dicurahkan kepada umat manusia. Semua itu
dalam upaya menjadikan manusia baik dan bermartabat serta bermanfaat
bagi manusia lainnya (Noor, 2015: 177-181).
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan oleh penulis,
maka penulis bermaksud untuk mengkaji lebih lanjut tentang
“ Pendidikan Keluarga dalam Al-Qur’an Surat Luqman ayat 17 ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengajukan permasalahan
pokok yaitu:
1. Bagaimana pokok pendidikan keluarga dalam Surat Luqman ayat 17?
2. Bagaimana relevansi pendidikan keluarga pada Surat Luqman ayat 17
dengan kurikulum pendidikan formal?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis dalam penelitian ini adalah
1. Untuk menjelaskan pokok pendidikan keluarga dalam Surat Luqman
ayat 17.
2. Untuk menjelaskan relevansi pendidikan keluarga yang dipaparkan
pada Surat Luqman ayat 17 dalam pendidikan formal?
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai oleh penulis yaitu:
1. Manfaat Teoritis
5
Hasil penelitian ini penulis harapkan dapat memberi masukan dan
sumbangan pemikiran dalam mengembangakan keilmuan Pendidikan
Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga dalam hal
pendidikan keluarga dalam Al-qur’an pada Surat Luqman ayat 17.
2. Manfaat praktis
a. Bagi penulis
Dapat menambah dan memperluas pemahaman berpikir tentang
pendidikan keluarga dalam Al-qur’an.
b. Bagi pembaca
Memberi pengetahuan bagi pembaca sebagai referensi dalam
pendidikan keluarga.
c. Bagi keluarga
Agar dapat memberikan gambaran pada keluarga dalam mendidik,
mengajak, dan mengajarkan kepada anak agar menjadi orang-orang
yang beriman dan takwa.
E. Metode Penelitian
1. Desain penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah pada penelitian kepustakaan
(library research), yaitu suatu bentuk penelitian terhadap literatur
dengan pengumpulan data atau informasi dengan bantuan buku-buku
6
yang berkaitan dengan Surat Luqman ayat 17 tentang pendidikan
keluarga, yang ada di perpustakan dan materi pustaka yang lainnya.
2. Sumber data
a. Sumber data primer
Karena sifat dari penelitian literer, maka datanya bersumber dari
literatur. Adapun yang menjadi sumber data primer adalah Surat
Luqman ayat 17 beserta tafsirannya menurut para mufasir, yaitu
Tafsir al-Maraghi, Tafsir Ibnu katsir, Tafsir al-Misbah, Tafsir
Departemen Agama RI.
b. Sumber data sekunder
Yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku referensi
yang berisi tentang pendidikan keluarga.
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan metode dokumentasi. Yang dimaksud dengan
metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, dan sebagainya.
4. Metode analisis data
Untuk menganalisis data dari pengumpulan data yang telah
dilakukan, penulis menggunakan metode analisis isi (content analysis).
Metode ini digunakan penulis untuk mendeskripsikan isi atau
kandungan yang ada dalam Surat Luqman ayat 17 tentang pendidikan
keluarga yang terkandung di dalam ayat tersebut.
7
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kekeliruan pembaca dalam memahami istilah
dalam judul penelitian ini, maka peneliti jelaskan definisi-definisi
operasionalnya. Beberapa istilah yang dipandang perlu untuk dijelaskan
adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan Keluarga
Pendidikan merupakan terjemahan dari education atau bahasa
latinnya educo yang berarti mengembangkan dari dalam; mendidik;
melaksanakan hukum kegunaan (Sutrisno, 2011:3).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pendidikan adalah
proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik (Departemen Pendidikan
Nasional, 2007:263).
Sedangkan menurut Ibnu Khaldun yang dikutip oleh Ramayulis dan
Nizar (2006:282) pendidikan adalah mentransformasikan nilai-nilai
yang diperoleh dari pengalaman untuk dapat mempertahankan
eksistensi manusia dalam peradaban masyarakat. Sebagai seorang filsuf
muslim pemikirannya memanglah sangat rasional dan berpegang teguh
pada logika. Corak ini menjadi pijakan dasar baginya dalam
membangun konsep-konsep pendidikan.
Pendapat al-Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Nata
(1997:161) bahwa seorang anak tergantung kepada orang tua yang
8
mendidiknya. Jika anak menerima kebiasaan dan ajaran hidup yang
baik, maka anak itu menjadi baik. Sebaliknya jika anak itu dibiasakan
melakukan perbuatan buruk dan dibiasakan kepada hal-hal yang jahat,
maka anak itu akan berakhlak jelek. Dalam masalah pendidikan al-
Ghazali lebih cenderung berpaham empirisme. Hal ini karena beliau
menekankan pengaruh pendidikan terhadap anak didik.
Sadulloh (2014:187) mengemukakan pengertian keluarga menurut
M.I. Soelaeman dalam arti luas dan sempit. Dalam arti luas berkaitan
dengan hubungan meliputi semua pihak yang ada pada hubungan darah
sehingga sering tampil sebagai warga. Sedangkan dalam arti sempit
keluarga yang didasarkan pada hubungan darah terdiri dari ayah, ibu,
anak yang dijuluki dengan (internal triagle).
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan keluarga adalah
pendidikan yang berlangsung dalam keluarga yang dilaksanakan oleh
orang tua sebagai tugas dan tanggung jawabnya dalam mendidik anak
dalam keluarga.
2. Surat Luqman
Sebelum menjelaskan lebih lanjut mengenai surat Luqman, penulis
akan memaparkan keutuhan surat Luqman ayat 1-34
9
10
11
Artinya:
1. Alif laam Miim
2. Inilah ayat-ayat Al Quran yang mengandung hikmat,
3. menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat
kebaikan,
4. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat
dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat.
5. mereka Itulah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari
Tuhannya dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.
6. dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan
Perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari
jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu
12
olok-olokan. mereka itu akan memperoleh azab yang
menghinakan.
7. dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami Dia berpaling
dengan menyombongkan diri seolah-olah Dia belum
mendengarnya, seakan- akan ada sumbat di kedua telinganya;
Maka beri kabar gembiralah Dia dengan azab yang pedih.
8. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal-amal saleh, bagi mereka syurga-syurga yang penuh
kenikmatan,
9. kekal mereka di dalamnya; sebagai janji Allah yang benar. dan
Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
10. Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan
Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya
bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang
biakkan padanya segala macam jenis binatang. dan Kami
turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya
segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.
11. Inilah ciptaan Allah, Maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa
yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah.
sebenarnya orang- orang yang zalim itu berada di dalam
kesesatan yang nyata.
12. dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman,
Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang
bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur
untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur,
Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
13. dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu
ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar".
14. dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam
Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang
ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
15. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan
aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya
di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali
kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka
Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
16. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit
atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
mengetahui.
13
17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan
yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah).
18. dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri.
19. dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah
suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
20. tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah telah
menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa
yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir
dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah tentang
(keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa
kitab yang memberi penerangan.
21. dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang
diturunkan Allah". mereka menjawab: "(Tidak), tapi Kami
(hanya) mengikuti apa yang Kami dapati bapak-bapak Kami
mengerjakannya". dan Apakah mereka (akan mengikuti bapak-
bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam
siksa api yang menyala-nyala (neraka)?
22. dan Barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah,
sedang Dia orang yang berbuat kebaikan, Maka Sesungguhnya ia
telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. dan hanya kepada
Allah-lah kesudahan segala urusan.
23. dan Barangsiapa kafir Maka kekafirannya itu janganlah
menyedihkanmu. hanya kepada Kami-lah mereka kembali, lalu
Kami beritakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala isi hati.
24. Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian
Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras.
25. dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah
yang menciptakan langit dan bumi?" tentu mereka akan
menjawab: "Allah". Katakanlah : "Segala puji bagi Allah"; tetapi
kebanyakan mereka tidak mengetahui.
26. kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi.
Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
27. dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut
(menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah
(kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan)
kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
28. tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari
dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan
14
membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha
mendengar lagi Maha melihat.
29. tidakkah kamu memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah
memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke
dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-
masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
30. Demikianlah, karena Sesungguhnya Allah, Dia-lah yang hak dan
Sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah Itulah
yang batil; dan Sesungguhnya Allah Dialah yang Maha Tinggi
lagi Maha besar.
31. tidakkah kamu memperhatikan bahwa Sesungguhnya kapal itu
berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya
kepadamu sebahagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak
bersyukur.
32. dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung,
mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan,
lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. dan tidak
ada yang mengingkari ayat- ayat Kami selain orang-orang yang
tidak setia lagi ingkar.
33. Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu
hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong
anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya
sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, Maka
janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan
jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam
(mentaati) Allah.
34. Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan
tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan
mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun
yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat
mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Sosok Luqman al-Hakim adalah seorang budak hitam yang lahir
di negeri kaum kulit hitam, Sudan. Dia adalah lelaki terpercaya.
Berpaling dari hal yang haram dan menjauhi kata-kata keji dan tak
berarti. Tak pernah dia menodai diri dengan dosa. Dia memiliki
15
keseriusan dalam perbaikan urusan masyarakat dan penyelesaian apa
yang mereka perselisihkan (Amuli, 2008). Dari kondisi sebagian
keluarga Muslim dan keinginan menciptakan keluarga ideal, sangat
patut mengetahui beberapa nasehat Luqmanul Hakim.
Mengenai surat Luqman itu sendiri terdapat banyak penjelasan,
diantaranya yaitu menurut Shihab (2002:273-274) dalam Tafsir Al-
Mishbah bahwa Surat Luqman adalah surat yang turun sebelum Nabi
Muhammad saw berhijrah ke Madinah. Surat ini terdiri dari 34 ayat,
semua ayatnya Makkiyyah menurut pendapat mayoritas ulama, adapula
ulama yang mengecualikan tiga ayat, yaitu ayat 27-29 atau dua ayat
yakni 27-28, dengan alasan bahwa ayat-ayat ini turun berdasar diskusi
dengan orang-orang yahudi yang ketika itu banyak bermukim di
Madinah. Pendapat ini di samping jalur sanadnya lemah, juga kalaupun
itu dipahami sebagai diskusi dengan orang yahudi, tidak tertutup
kemungkinan untuk dipahaminya terjadi di mekkah.
Penamaan surat ini dengan Surat Luqman sangat wajar, karena
beliau sangat populer dan nasihat beliau yang diuraikan sangat
menyentuh serta hanya disebut dalam surah ini. Tema utama surah ini
adalah ajakan kepada tauhid dan kepercayaan akan keniscayaan kiamat
serta pelaksanaan prinsip-prinsip dasar agama.
Surat Luqman juga dijelaskan dalam Tafsir al-Maraghi bahwa, surat
ini termasuk ke dalam kelompok surat Makiyyah, kecuali ayat 28, 29
dan 30. Ketiga ayat tersebut termasuk ke dalam kelompok Madaniyyah.
16
Surat ini terdiri atas 34 ayat dan ia diturunkan sesudah as-Safat (al-
Maraghi, 1993:130).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Surat Luqman ini terdiri dari 34 ayat,
turun di Mekah. Penamaan surat ini dengan Surat Luqman karena
terdapat kisah Luqman menasihati anaknya.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan yaitu gambaran singkat tentang subtansi
pembahasan secara garis besar. Agar dapat memberi gambaran yang lebih
jelas tentang keseluruhan isi dari skripsi ini, maka penulis membagi dalam
lima bab yang mana masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab, yaitu:
Bab I : Pendahuluan. Bagian pendahuluan menjelaskan mengenai
pokok permasalahan yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Operasional,
Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Bab II : Kompilasi Ayat. Dalam Bab ini memaparkan terjemahan,
kosa kata atau mufrodat.
Bab III : Asbabun Nuzul dan Munasabah. Pada bab ini dijelaskan
mengenai sebab-sebab turunnya ayat Al-qur’an Surat Luqman ayat 17, dan
hubungan keterkaitan dengan yang lain.
Bab IV : Pembahasan. Dalam pembahasan penulis menjabarkan
tentang pendidikan keluarga dalam Al-Qur’an yang meliputi: pokok
pendidikan keluarga dalam Al-Qur’an pada Surat Luqman ayat 17, serta
relevansi dengan kurikulum dipendidikan formal.
17
Bab V : Kesimpulan dari seluruh uraian yang telah dikemukakan dan
merupakan jawaban dari permasalahan penelitian ini.
BAB II
KOMPILASI AYAT-AYAT
A. Surat Luqman ayat 17
Sesuai dengan judul bab ini, maka penulis menyajikan kompilasi
ayat yang menjadi tema pembahasan dalam skripsi ini. Adapun redaksi
ayat 17 dari surat Luqman, sebagaimana disajikan dalam teks berikut
ini:
لة وأمر بالمعرو ف وانه عن المنكر واصبر على ما يا بني أقم الص
لك من عزم المو ا (۷لقمان : )ر أصابك إن ذ
18
Artinya : Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah).
B. Mufrodat
Setelah menyajikan teks ayat dan terjemahnya, perlu bagi penulis
untuk menyajikan beberapa kosa kata penting terkait dengan ayat
tersebut. Kosa kata yang disajikan sesuai dengan Al-Qur’an surat
Luqman ayat 17.
وأمر
الصل
ة
أقم
يا بني
Dan
perintahkanlah
(manusia)
Shala
t
Dirika
nlah
Wahai
anakku
المنكر
عن
وانه
بالمعرو
ف
Kemungk
aran/
kemaksiatan
Dari
Dan
cegahlah
mereka
Untuk
melakukan
kebaikan (taat
kepada Allah)
19
أصابك
ما
على
واصبر
Yang
menimpamu
(ketika
memerintah dan
mencegah)
Apa
Atas
Dan
bersabarlah
عزم
ر المو
من
لك ذ
إن
Perkara
yang ditekankan
dan penting
Term
asuk
Itu
Sesunggu
hnya
Dalam ayat ini akan disajikan seluruh kosa kata yang terdapat dalam
ayat 17 untuk memperjelas makna kosa kata seluruhnya.
1. Kata يا بني berasal dari gabungan kata يا dan ابن
Asli kata ابن itu ditasghir menjadi بني yang asalnya berarti anak
biasa setelah ditasghir maknanya menjadi anak sayang.
Dalam ensiklopedia al-Qur’an, kata ابن berasal dari kata bana-
yabni-bina’an yang berarti membangun, menyusun, membuat
fondasi. Kata ibn berasal dari akar kata banawa ( بنو ) atau banawun
20
.yang berarti seorang anak laki-laki (Shihab dkk, 2007:337) ( بنو )
Kata ابن dalam kamus Arab-Indonesia (Yunus, 2010:32) juga
diartikan dengan anak laki-laki.
قام berasal dari kata أقم .2
Dalam kamus Arab-Indonesia, kata قام bisa berkembang
menjadi قام أ yang berarti menegakkan, bermukim, mendiami
(Yunus, 2010:45). Sedangkan dalam ensiklopedia al-Qur’an, kata
( قياما -يقوم berarti ‘berdiri’. Bisa juga berarti memelihara ( قام -
sesuatu agar tetap ada, misalnya قيام الصلة berarti memelihara agar
shalat tetap dilaksanakan; berdiri atau memelihara baik atas pilihan
sendiri ataupun atas paksaan (Shihab dkk, 2007:645).
صلة .3
-adalah bentuk masdar dari kata kerja yang tersusun dari huruf صلة
huruf shad, lam, dan waw. Penggunaan kata Shalat dan pecahannya
sebagai suatu ibadah yang diajarkan oleh Nabi saw kepada kaum
Muslim. Menurut para ulama, mendirikan shalat berarti memenuhi
segala rukun dan syaratnya, berkesinambungan, khusyu’,
terpelihara, dan dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar
21
(Shihab dkk, 2007:896). Dalam kamus Arab-Indonesia-Inggris, kata
.berarti berdoa dan mendirikan shalat (Dzulfikar, 2010:384) صلة
Kata صلة dalam kamus Arab-Indonesia (Yunus,2010:220) juga
diartikan dengan shalat, sembahyang, do’a.
) adalah bentuk dari kata amara-ya’muru-amran أمر .4 -يأمر –امر
.yang berarti menyuruh (Yunus,2010:48) (امرا
Kata ر م أ juga disebutkan bentuk kata امرا وامارا-امر yang berarti
memerintahkan (al-Munawir, 1984:41)
(عرف ) adalah bentuk ism maf’ul (objek) dari kata ‘arafa معروف .5
yang tersusun dari ‘ain, ra’, dan fa’. Kata ma’ruf di dalam al-qur’an
disebutkan berdampingan dengan kata munkar. Meskipun memiliki
arti yang banyak, tetapi arti tersebut tetap bermuara pada arti
pokoknya, yakni segala yang dapat memberikan ketenangan dan
ketentraman jiwa dan karenanya dapat berkesinambungan (Shihab
dkk, 2007:533-534). Dalam kamus Arab-Indonesia, kata معروف
berarti kebaikan, kebajikan (Yunus,2010:263).
نهيا -ينهى –نهى ) berasal dari kata naha-yanha-nahyan انه .6 ) yang
mengandung arti melarang supaya tidak melampaui batas. Kata
naha (نهى) digunakan untuk menjelaskan segala macam bentuk
larangan Allah dan Rasul-Nya (Shihab dkk, 2007:692-693). Dalam
22
kamus Arab-Indonesia (Yunus, 2010:271), kata نهى juga diartikan
dengan melarang.
7. Kata رب ص dalam kamus Arab-Indonesia (Yunus,2010:211), berarti
bersabar, tabah hati, berani (atas sesuatu).
Kata رب ص berasal dari shabara-yashbiru-shabran ( يصبر -صبر
صبرا - ) terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf-huruf shad,
ba’, dan ra. Maknanya berkisar pada tiga hal; 1) menahan, 2)
ketinggian sesuatu, dan 3) sejenis batu. Dari makna menahan, lahir
makna konsisten/bertahan karena yang bersabar bertahan menahan
diri pada satu sikap. Sesseorang yang menahan gejolak hatinya
dinamai bersabar. Yang ditahan di penjara sampai mati dinamai
mashburah. Dari makna kedua, lahir kata shubr, yang berarti puncak
sesuatu. Dan, dari makna ketiga, muncul kata ash-shubrah, yakni
batu yang kukuh lagi kasar, atau potongan besi.
Ketiga makna tersebut dapat kait-berkait, apalagi pelakunya
manusia. Seorang yang sabar akan menahan diri dan untuk itu ia
memerlukan kekukuhan jiwa dan mental baja agar dapat mencapai
ketinggian yang diharapkannya. Sabar adalah menahan gejolak
nafsu demi mencapai yang baik atau yang terbaik (Shihab,
2002:309).
Dalam kamus al-Munawir (1984:813), kata صبرا -رب ص berarti
bersabar, tabah hati.
23
–صاب ) adalah bentuk kata shaba-yashubu-shauban صاب .8
صوبا -يصوب ) (Shihab dkk, 2007:903).
Kata ( أصاب ) صاب berarti menimpa, mengenai (Yunus,2010:42).
Bentuk kata صوبا –صاب dalam kamus Arab-Indonesia-Inggris,
diartikan dengan turun (hujan) (Dzulfikar, 2010:386). Dalam kamus
al-Munawir (1984:856), kata صوبا –صاب juga diartikan dengan
turun.
9. Kata ( لك .dalam ayat ini merujuk pada kesabaran dan kegigihan ( ذ
Namun bisa saja kata ini juga merujuk pada segala urusan yaang
telah disebutkan dalam ayat ini, termasuk urusan salat, amar makruf-
nahi mungkar. Akan tetapi, masalah kesabaran dan kegigihan ini
disebutkan setelah masalah kesabaran dalam ayat-ayat al-Quran
yang lain sehingga kemungkinan artinya merujuk pada makna yang
pertama sangat besar (Imani, 2008:297). Dalam kamus Arab-
Indonesia-Inggris (Dzulfikar, 2010:320), kata لك berarti itu (jarak ذ
jauh untuk dua laki-laki).
10. Kata عزم adalah bentuk dari kata ( عزما -يعزم –عزم ) yang
berarti bercita-cita tetap akan perbuatannya (Yunus,2010:260). Kata
adalah kata kerja bentuk lampau (fi’il madhi) dari bentuk عزم
masdar العزم. Kata ‘azm dari segi bahasa berarti keteguhan hati dan
24
tekad untuk melakukan sesuatu. Maksudnya adalah objek sehingga
makna penggalan ayat itu adalah shalat, amr ma’ruf dan nahi
mungkar-serta kesabaran-merupakan hal-hal yang telah diwajibkan
oleh Allah untuk dibulatkan atasnya tekad manusia. Sekian banyak
ayat yang menyebut sabar adalah bagian dari ‘azm al-umur, seperti
QS. Ali ‘Imran [3]: 186, asy-Syura [42]: 43, dan lain-lain. Maka,
atas dasar itu, bersabar, yakni menahan diri, termasuk dalam ‘azm
dari sisi bahwa ‘azm, yakni tekad dan keteguhan, akan terus bertahan
selama masih ada sabar. Dengan demikian, kesabaran diperlukan
oleh tekad serta kesinambungannya (Shihab, 2002: 310).
Dalam kamus al-Munawir (1984:996) juga disebutkan bahwa kata
.yang berarti maksud, niat العزم bentuk masdarnya adalah عزم
رأمو .11 adalah bentuk jamak dari kata أمر yang berarti pekerjaan,
perkara, urusan. Kata أمر adalah bentuk kata kerja perintah (fi’il
amr) dari kata kerja bentuk lampau (fi’il madhi) ر م ا (Yunus, 2010:
48). Kata ر م أ juga disebutkan bentuk dari kata امرا وامارا-امر
yang berarti memerintahkan (al-Munawir, 1984:41).
C. Pokok Kandungan Surat Luqman Ayat 17
Setelah menyajikan teks ayat dan terjemahnya, selanjutnya penulis
akan menyajikan beberapa pokok kandungan ayat 17 dari surat Luqman
menurut para mufasir.
25
Adapun redaksi ayat 17 dari surat Luqman, sebagaimana disajikan
dalam teks berikut ini:
لة وأمر بالمعروف وانه عن المنكر واصبر على ما يا بني أقم الص
لك من عزم المو ا (۷لقمان : )ر أصابك إن ذ
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
Berikut penafsiran para mufasir pada Surat Luqman ayat 17
mengenai pendidikan keluarga diantaranya:
1. Ibnu Katsir
Dalam Tafsir Ibnu katsir Surat Luqman ayat 17 itu
dipaparkan bahwa, Luqman berkata kepada anaknya, “hai anakku,
dirikanlah shalat” sejalan dengan kewajiban, hukum, rukun, dan
waktunya. “Dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan
cegahlah dari perbuatan yang mungkar” sesuai dengan
kesanggupanmu “serta bersabarlah terhadap apa yang menimpamu”,
sebab orang yang menyeru kepada jalan Allah, pasti mendapat
gangguan. “sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
ditetapkan.” Sesungguhnya kesabaran dalam menghadapi gangguan
26
manusia merupakan ketetapan yang diberikan Allah kepada para dai
(ar-Rifa’i, 2000: 792).
2. Departemen Agama RI
Ayat tersebut menerangkan bahwa Luqman mewasiatkan
kepada anaknya beberapa hal, diantaranya untuk selalu mendirikan
shalat dengan sebaik-baiknya, sehingga diridhai Allah. Jika shalat
yang dikerjakan itu diridhai Allah, perbuatan keji dan perbuatan
mungkar dapat dicegah, jiwa menjadi bersih, tidak ada kekhawatiran
terhadap diri orang itu, dan mereka tidak akan bersedih hati jika
ditimpa cobaan, dan merasa dirinya semakin dekat dengan
Tuhannya. Selanjutnya mewasiatkan agar berusaha mengajak
manusia mengerjakan perbuatan-perbuatan baik yang diridhai
Allah, berusaha membersihkan jiwa dan mencapai keberuntungan,
serta mencegah mereka agar tidak mengerjakan perbuatan-
perbuatan dosa.
Luqman juga mewasiatkan agar selalu bersabar dan tabah
terhadap segala macam cobaan yang menimpa, akibat dari mengajak
manusia berbuat baik dan meninggalkan perbuatan yang mungkar,
baik cobaan itu dalam bentuk kesenangan dan kemegahan, maupun
dalam bentuk kesengsaraan dan penderitaan (Departemen Agama,
2007:555).
3. Tafsir al-Misbah
27
Shihab (2002:308-310) menafsirkan surat Luqman ayat 17
itu dalam tafsir Al-Misbah bahwa, Luqman as. melanjutkan
nasihatnya kepada anaknya nasihat yang dapat menjamin
kesinambungan Tauhid serta kehadiran Ilahi dalam qalbu sang anak.
Yaitu perintah untuk melaksanakan shalat dengan sempurna syarat,
rukun, dan sunnah-sunnahnya. Dan, di samping memerhatikan diri
dan membentenginya dari kekejian dan kemungkaran, anjurkan pula
orang lain berlaku serupa. Karena itu, perintahkan secara baik-baik
siapa pun yang mampu diajak mengerjakan ma’ruf dan cegah
mereka dari kemungkaran. Memang akan banyak tantangan dan
rintangan dalam melaksanakan tuntunan Allah karena itu, tabah dan
bersabar terhadap apa yang menimpa. Sesungguhnya yang demikian
itu yang sangat tinggi kedudukannya dan jauh tingkatnya dalam
kebaikan yakni shalat, amr ma’ruf dan nahi munkar, dan kesabaran.
Nasihat Luqman di atas menyangkut hal-hal yang berkaitan
dengan amal-amal saleh yang puncaknya adalah shalat serta amal-
amal kebajikan yang tercemin dalam amr ma’ruf dan nahi munkar
juga nasihat berupa perisai yang membentengi seseorang dari
kegagalan, yaitu sabar dan tabah.
Menyuruh mengerjakan ma’ruf, mengandung pesan untuk
mengerjakannya karena tidaklah wajar menyuruh sebelum diri
sendiri mengerjakannya. Demikian juga melarang kemungkaran
menuntut agar yang melarang terlebih dahulu mencegah dirinya. Itu
28
menjadi sebab mengapa Luqman tidak memerintahkan, menyuruh,
dan mencegah. Di sisi lain, membiasakan anak melaksanakan
tuntunan ini menimbulkan dalam dirinya jiwa kepemimpinan serta
kepedulian sosial.
4. Tafsir Al-Maraghi
Dalam Tafsir Al-Maraghi dijelaskan bahwa Wasiat Luqman
kepada anaknya yaitu tentang perintah mendirikan shalat, karena di
dalam shalat itu terkandung ridha Tuhan, orang yang
mengerjakannya berarti menghadap dan tunduk kepada-Nya. Dan di
dalam shalat terkandung pula hikmah lainnya, yaitu dapat mencegah
orang yang bersangkutan dari perbuatan keji dan mungkar. Maka
apabila seseorang menunaikan hal itu dengan sempurna, niscaya
bersihlah jiwanya dan berserah diri kepada Tuhannya, baik dalam
keadaan suka maupun duka. Dan perintahkanlah orang lain supaya
membersihkan dirinya sebatas kemampuan. Maksudnya supaya
jiwanya menjadi suci dan demi untuk mencapai keberuntungan.
Dan cegahlah manusia dari semua perbuatan durhaka
terhadap Allah, dan dari mengerjakan larangan-larangan-Nya yang
membinasakan pelakunya serta menjerumuskan ke dalam azab
neraka yang apinya menyala-nyala, yaitu neraka jahanam dan
seburuk-buruk tempat kembali adalah jahanam. Dan bersabarlah
terhadap apa yang menimpa kamu dari orang lain, karena kamu
membela jalan Allah, yaitu ketika beramar ma’ruf atau bernahi
29
munkar kepada mereka. Karena di dalam hal tersebut terkandung
faedah yang besar dan manfaat yang banyak, di dunia dan di akhirat,
sebagaimana yang telah dibuktikan melalui berbagai macam
eksperimen dalam kehidupan dan sebagaimana yang telah
dijelaskan oleh nas-nas agama (al-Maraghi, 1993:158-160).
Jadi dari pendapat para mufasir di atas dapat disimpulkan, Surat
Luqman ayat 17 itu menjelaskan bahwa Luqman menasihati anaknya
menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan amal-amal saleh tentang
perintah mendirikan shalat karena di dalam shalat itu terkandung ridha
Tuhan, dan amal-amal kebajikan yang tercemin dalam amr ma’ruf dan
nahi munkar serta nasihat berupa perisai yang membentengi seseorang
dari kegagalan, yaitu sabar dan tabah.
Jika shalat yang dikerjakan itu diridhai Allah, perbuatan keji dan
mungkar dapat dicegah, jiwa menjadi bersih, tidak ada kekhawatiran
terhadap diri orang itu, dan mereka tidak akan bersedih hati jika ditimpa
cobaan, dan merasa dirinya semakin dekat dengan Tuhannya.
Melakukan perbuatan-perbuatan baik ini tergolong hal yang
seyogyanya dilakukan setiap orang dengan antusias karena pelakunya
akan diberi kedudukan yang paling mulia dan agung.
30
BAB III
ASBÂBUN NUZÛL DAN MUNÂSABAH
A. Asbâbun Nuzûl
Kata Asbâb adalah bentuk jamak dari kata سبب yang berarti sebab,
karena (Yunus,2010:161). Sedangkan kata Nuzûl berasal dari kata نزل –
نزول -زلين yang berarti turun (Yunus,2010:448). Sedangkan secara istilah,
menurut pendapat Shihab yang dikutip oleh Budihardjo (2012: 21) bahwa
Asbâb al-Nuzûl adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya
31
ayat, dimana ayat tersebut menjelaskan pandangan al-Qur’an tentang
peristiwa yang terjadi atau mengomentarinya.
Al-Qur’an diturunkan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw
secara berangsur-angsur dalam masa kurang lebih 23 tahun. Al-Qur’an
diturunkan untuk memperbaiki akidah, akhlak, ibadah dan pergaulan
manusia yang sudah menyimpang dari kebenaran. Sebab turunnya ayat atau
asbâbun nuzûl yang dimaksudkan disini yaitu sebab-sebab yang secara
khusus berkaitan dengan turunnya ayat-ayat tertentu (Syadali dan Rofi’i,
1997). Tetapi tidak semua ayat yang ada di dalam Al-Qur’an mempunyai
asbâbun nuzûl. Demikian juga dengan ayat 17 dari surat Luqman ini.
Adapun Asbâbun Nuzûl Surat Luqman ialah bahwa orang-orang
quraisy bertanya kepada Nabi saw tentang kisah Luqman beserta anaknya,
dan ketaatannya kepada kedua ibu bapaknya, maka turunlah surat ini (al-
Maraghi, 1993:130).
B. Munâsabah
Kata Munâsabah berasal dari kata مناسبة – يناسب - ناسب karena
mengikuti wazan (pola kata/pola dasar) مفاعلة –يفاعل – فاعل . Secara
etimologi munâsabah berarti kedekatan dan kemiripan (keserupaan). Bisa
juga berarti hubungan atau persesuaian. Secara terminologi, munâsabah
adalah ilmu Al-Qur’an yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar
ayat atau surat dalam Al-Qur’an secara keseluruhan dan latar belakang
penempatan ayat dan suratnya. Menurut Shihab yang dikutip oleh Baidan
bahwa munâsabah adalah kemiripan-kemiripan yang terdapat pada hal-hal
32
tertentu dalam Al-Qur’an baik surat maupun ayat yang menghubungkan
uraian satu dengan yang lainnya (Baidan, 2010:184-185).
Ilmu munâsabah yaitu menerangkan korelasi atau hubungan antara
suatu ayat dengan ayat yang lain, surat sebelum dan surat sesudah baik yang
ada di belakang maupun yang ada di awal (Syadali dan Rofi’i, 1997:168).
Munâsabah yang akan dijelaskan penulis disini adalah munâsabah
ayat yaitu hubungan antara surat Luqman ayat 17 dengan ayat lain yang
saling berkaitan, serta munâsabah surat yaitu hubungan antara surat
Luqman dengan surat sebelumnya (surat ar-Rum) dan hubungan surat
Luqman dengan surat sesudahnya (surat as-Sajdah).
1. Munasabah ayat
Tidak semua ayat yang ada di dalam Al-Qur’an mempunyai
keterkaitan khusus dengan ayat sebelum maupun sesudahnya. Jadi,
munasabah ayat yang akan dijelaskan penulis disini adalah munâsabah
ayat secara global (ayat 12-19) karena dalam ayat tersebut ada
keterkaitan penjelasan mengenai nasihat Luqman kepada anaknya.
Ayat secara global tersebut akan dihubungkan dengan ayat
sebelum dan sesudah, yaitu antara ayat 10-11 dengan ayat 12-19, dan
ayat 12-19 dengan ayat 20-21. Berikut akan dipaparkan penulis
mengenai munâsabah tersebut:
a. Munâsabah antara ayat 10-11 dengan ayat 12-19
33
Pada ayat-ayat yang lalu (ayat 10-11) diterangkan bahwa
Allah telah menciptakan langit, gunung-gunung, dan bintang-
bintang, serta menurunkan hujan yang dengannya tumbuh berbagai
macam tanaman dan tumbuh-tumbuhan. Semua itu merupakan
nikmat nyata yang dilimpahkan Allah untuk manusia. Pada ayat
berikut ini (ayat 12-19) diterangkan nikmat-nikmat Allah yang
tidak tampak, berupa hamba-hamba-Nya yang memiliki ilmu,
hikmah, dan kebijaksanaan seperti Luqman. Dengan pengetahuan
itu, ia telah sampai kepada kepercayaan yang benar dan budi pekerti
yang mulia, tanpa ada Nabi yang menyampaikan dakwah
kepadanya. Oleh Luqman kepercayaan dan budi pekerti yang mulia
itu diajarkan kepada putranya agar ia menjadi hamba yang sholih
di muka bumi ini.
b. Munâsabah antara ayat 12-19 dengan ayat 20-21
Pada ayat-ayat ini (12-19) diterangkan bukti-bukti keesaan
Allah, dan hikmah yang diberikan-Nya kepada Luqman sehingga
ia mengetahui akidah yang benar dan akhlak yang mulia. Kemudian
akhlak dan akidah itu diajarkan dan diwariskan kepada anaknya.
Pada ayat-ayat selanjutnya (20-21), Allah mencela sikap orang
musyrik yang selalu menyekutukan-Nya padahal amat banyak yang
dapat dijadikan bukti tentang keesaan dan kekuasaan-Nya, di langit
dan di bumi. Namun demikian, mereka lebih suka mengikuti ajakan
34
setan yang membawa kepada kesengsaraan daripada mengikuti
ajakan Rasulullah yang membawa mereka pada kebahagiaan.
2. Munâsabah Surat Luqman dengan Surat Ar-Rum
Surat Luqman terdiri dari 34 ayat, turun di Mekah setelah Surat
as-Saffat. Dinamai surat Luqman karena di dalamnya terdapat kisah
Luqman menasihati anaknya. Di dalam kisah itu terkandung pelajaran,
yaitu agar setiap orang tua mendidik anak-anaknya agama dan akhlak
yang baik. Pokok-pokok isinya menjelaskan tentang keimanan, hukum,
kisah, dan lain-lain (Departemen Agama RI, 2007:532).
Surat ar-Rum terdiri dari 60 ayat. Keseluruhannya turun sebelum
Nabi Muhammad saw berhijrah ke Madinah. Nama Surat ar-Rum telah
dikenal sejak masa Rasul saw. Penamaannya demikian, karena pada
awal surat ini disebut kata ar-Rum yang hanya disebut sekali dalam al-
Qur’an. Di samping itu, peristiwa yang diuraikan ayat-ayat surat ini
menyangkut Romawi yang sangat menarik perhatian kaum muslim
sehingga dengan menyebut nama surat ar-Rum asosiasi pikiran
langsung akan mengarah kepada surat ke-30 dalam urutan mushaf ini
(Shihab, 2012:131-132).
Adapun keterkaitan Surat Luqman dengan Surat Ar-Rum menurut
Departemen Agama RI (2007:532-533) adalah sebagai berikut:
a) Kedua surat sama-sama diawali dengan adanya manusia yang iman
dan manusia yang kafir. Bedanya adalah bahwa dalam Surat ar-
Rum yang ditekankan adalah kehancuran orang-orang yang kafir
35
seperti umat-umat terdahulu dan di akhirat masuk neraka,
sedangkan orang-orang yang beriman dijanjikan kemenangan di
dunia dan di akhirat mereka akan masuk surga. Dalam Surat
Luqman yang ditekankan adalah keberuntungan yang akan
diperoleh orang-orang yang beriman dan berbuat baik, serta
kerugian orang-orang yang kafir di akhirat.
b) Kedua surat juga mengemukakan alam sebagai tanda keberadaan
Allah dan kemahakuasaan-Nya. Dalam Surat ar-Rum yang
ditonjolkan adalah kehebatan alam itu sebagai tanda kekuasaan-
Nya, sedangkan dalam Surat Luqman yang ditonjolkan adalah
kemanfaatan alam tersebut. Keduanya bisa mengantarkan dan
mendorong manusia untuk beriman.
c) Kedua surat juga mengetengahkan kesamaan sikap kaum kafir
terhadap Al-Qur’an yaitu mereka tidak mempercayainya. Dalam
Surat ar-Rum, mereka mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah
sesuatu yang batil atau menyesatkan sehingga mereka menolaknya.
Sedangkan dalam Surat Luqman, mereka bersikap membelakangi
Al-Qur’an dan tidak mau mendengarkannya.
d) Kedua surat juga menyatakan bahwa kiamat pasti, dan janji Allah,
baik bagi mereka yang beriman maupun bagi mereka yang kafir,
juga pasti. Di akhir Surat ar-Rum, Nabi saw diminta tabah
menghadapi mereka yang tidak percaya, dan di akhir Surat
36
Luqman, manusia dihimbau agar mempersiapkan diri menghadapi
kiamat itu.
3. Munâsabah Surat Luqman dengan Surat As-Sajdah
Surat Luqman termasuk ke dalam kelompok surat Makiyyah,
kecuali ayat 28, 29 dan 30. Ketiga ayat tersebut termasuk ke dalam
kelompok Madaniyyah. Surat ini terdiri atas 34 ayat dan ia diturunkan
sesudah as-Safat (al-Maraghi, 1993:130).
Surat as-Sajdah terdiri dari 30 ayat, termasuk kelompok surat-surat
Makiyyah, yang diturunkan sesudah Surat al-Mu’minun. Dinamakan
as-Sajdah berhubung pada surat inni terdapat ayat sajdah, yaitu pada
ayat yang kelima belas.
Adapun keterkaitan Surat Luqman dengan Surat As-Sajdah adalah
sebagai berikut:
a) Kedua surat ini sama-sama menerangkan dalil-dalil dan bukti-bukti
tentang keesaan Allah.
b) Dalam Surat Luqman disebutkan keingkaran kaum musyrik
terhadap al-Qur’an, sedang Surat as-Sajdah menegaskan bahwa al-
Qur’an itu sungguh-sungguh diturunkan dari Allah.
c) Dalam Surat Luqman ayat 34 disebutkan bahwa ada lima hal yang
ghaib yang hanya diketahui Allah, sedang dalam Surat as-Sajdah,
Allah menerangkan dengan rinci hal-hal yang berhubungan dengan
yang ghaib itu (Departemen Agama RI, 2007:577-578).
37
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pokok Pendidikan Keluarga dalam Surat Luqman Ayat 17
Adapun pokok-pokok pendidikan keluarga dalam Surat Luqman
ayat 17 ini adalah sebagai berikut:
1. Shalat ( الصالة )
Anak dapat mengenal Islam pada mulanya melalui tanda/media
keislaman seperti masjid dan lainnya. Terkadang anak juga
mempertanyakan kepada orang tuanya tentang ketuhanan, sehingga
anak bisa membiasakan diri untuk mengikuti orangtuanya dalam
beribadah (Huda, 2009:54). Walaupun manusia ketika lahir
diumpamakan seperti kertas yang putih bersih atau lahir dengan
38
pembawaan yang dapat berkembang sendiri, tetapi perkembangan itu
tidak akan maju jika tidak melalui proses pendidikan (Huda, 2009:57).
Usaha pendidikan dilakukan atau diusahakan manusia
berdasarkan keyakinan tertentu. Keyakinan ini didasarkan atas suatu
pandangan, baik filosofis maupun ilmiah. Asas demikian merupakan
titik tolak yang wajar. Artinya tiap orang akan melaksanakan suatu
pekerjaan jika tujuan dan hasil pekerjaan itu mereka yakini dapat
dicapai.
Keyakinan ini disebut para ahli sebagai hukum-hukum dasar
atau teori-teori pendidikan. Dapat juga kita nyatakan sebagai teori klasik
dalam pendidikan. Maka relevansinya dengan kebutuhan anak akan
pendidikan ini dapat diketahui urgensinya dari uraian tentang teori-teori
filsafat pendidikan tentang terjadinya proses pendidikan (Huda,
2009:55).
Pendidikan agama yang dilakukan secara dini dan sebaik-
baiknya akan memberikan fondasi kepribadian yang kokoh terutama
dalam menghadapi berbagai tantangan yang datang dari luar dirinya
(Surya, 2001:2-3). Salah satu ibadah yang nampak yang dapat dilakukan
untuk mawas diri dari tantangan dunia luar yaitu dengan mendekatkan
diri kepada sang pencipta, salah satu caranya yaitu melaksanakan shalat
lima waktu.
Shalat merupakan pilar kedua setelah syahadat, bahkan
Rasulullah menegaskan bahwa pembeda orang-orang yang beriman
39
dengan orang kafir adalah shalatnya. Mengingat keagungan dan
kemuliaan shalat maka tidak sepantasnya kita meremehkannya. Sebab,
meremehkan shalat berarti meremehkan agama, memuliakan shalat
berarti memuliakan agama. Bahkan disebutkan bahwa orang yang
mengerjakan shalat berarti mendirikan agama, sedangkan orang
meninggalkan shalat berarti merobohkan agama (Masykur, 2011:3).
Pengertian shalat itu sendiri menurut bahasa berarti do’a,
sedangkan dalam terminology Islam shalat ialah suatu bentuk ibadah
yang terdiri dari perbuatan dan ucapan yang diawali dengan takbiratul
ihram dan diakhiri dengan salam, dengan beribadah kepada Allah
menurut syarat-syarat yang telah ditentukan (Gazalba, 1975:88).
Dalam pengertian lain, Shalat ialah salah satu sarana komunikasi
antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk ibadah yang di
dalamnya merupakan amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan
perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan
salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’
(as-Suyuti, 1998:30).
Jadi dapat disimpulkan bahwa shalat merupakan ibadah yang
terdiri dari perbuatan dan ucapan yang diawali dengan takbiratul ihram
dan diakhiri dengan salam, menurut syarat dan rukun yang telah
ditentukan syara’.
Pada hakikatnya, shalat bukan sekedar ucapan dengan lidah dan
bibir serta gerakan anggo ta badan. Akan tetapi shalat juga merupakan
40
ibadah hati. Saat lidah dan bibir membaca “Allahu Akbar”, hati
membenarkan keagungan Allah. Ia menjadi tertunduk dan hilanglah
keangkuhan dalam dirinya. Ucapan dan gerakan shalat bagaikan sebuah
bejana, sedangkan dzikir adalah isinya. Shalat yang dikerjakan tanpa
adanya mengingat Allah dalam hatinya bagaikan bejana kosong.
Begitu istimewanya shalat sehingga disebutkan bahwa shalat
sebagai sarana untuk memohon pertolongan Allah. Sebab shalat adalah
bentuk komunikasi seorang hamba dengan Tuhannya secara langsung,
tanpa perantara. Setiap hamba yang melafalkan dzikir, tasbih, dan
sebagainya dalam shalat, Allah menjawabnya. Selain itu, posisi sujud
seseorang yang shalat adalah posisi terdekat dengan Tuhannya. Karena
itulah shalat bisa dijadikan sebagai sarana memohon pertolongan Allah
SWT (Masykur, 2011:4-6).
Diantara hal-hal yang populer diucapkan setiap muslim dan
sudah menghujam dalam hati mereka adalah bahwa “shalat itu tiang
agama”. Sebenarnya memang shalat itu sungguh demikian. Shalat telah
membuat batas pemisah antara Islam dan bukan islam. Islam
memberikan sifat ini menjadikannya tiang agama. Dan puncak
ketinggiannya hanya semata karena kedudukannya yang tinggi,
keagungan nilainya, kebesaran kepentingannya di sisi Allah dan Rasul-
Nya. Allah Tabaraka wa Ta’ala telah memerintahkan kepada kita agar
menjaga shalat itu, dengan berfirman:
قانتين لة الوسطى وقوموا لل لوات والص حافظوا على الص
41
Peliharalah semua shalat (mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa.
Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’ (QS. Al-
Baqarah: 238)
Allah telah menjadikan shalat sebagai jalan untuk mencapai
kemenangan, keberuntungan, kebahagiaan, dan kesuksesan, baik di
dunia maupun di akhirat (ash-Shawwaf, 2007:1-2).
Esensi pertama dalam shalat adalah ikhlas. Seperti halnya
gambaran penciptaan Adam. Allah telah menciptakan Adam dalam
bentuk kejadian yang paling sempurna, lalu meniupkan roh kepadanya
sehingga dia hidup. Adam yang tercipta dari tanah yang panas pada
dasarnya tidak berarti apa-apa sebelum dituiupkan roh ke dalamnya.
Begitu pula shalat, tidak memiliki nilai apa-apa jika tidak disertai
dengan keikhlasan. Ikhlas merupakan esensi bagi setiap ibadah.
Kemudian esensi yang kedua yaitu menggunakan seluruh anggota badan
yang telah dianugerahkan Allah sesuai dengan keridhaan-Nya. Anggota
badan yang berupa jasmani digunakan untuk mengerjakan bentuk lahir
shalat, sedangkan anggota badan yang batin untuk bentuk batin shalat,
seperti ikhlas, khusyuk, tunduk dan rendah diri dihadapan Allah
(Bukhari,1999:23-24).
Shalat sempurna yang dibangun di atas kekhusyukan dan
kepatuhan akan menerangi hati, mengajar hamba bagaimana adab tata
krama peribadahan dan kewajiban-kewajiban ketuhanan bagi Allah
‘Azza wa jalla, dengan keagungan dan kemahabesaran Allah yang
ditanamkan oleh shalat ke dalam qalbu pelakunya. Sesungguhnya shalat
42
itu benar-benar menghiasi diri seseorang dan mempercantiknya dengan
akhlak-akhlak mulia, seperti kejujuran, amanah, qana’ah, setia, santun,
tawadhu’, adil, dan ihsan.
Menegakkan (melaksanakan) shalat termasuk tanda-tanda
keimanan yang paling besar, syi’ar-syi’ar agama yang paling agung, dan
tanda-tanda bersyukur kepada Allah yang paling tampak, atas anugerah
nikmat-nikmat-Nya yang tidak terhingga. Menyia-nyiakan dan tidak
melaksanakan shalat adalah berarti memutus hubungan dengan Allah
Ta’ala, kehilangan karunia-Nya, limpahan nikmat-nikmat-Nya serta
banyaknya kebaikan-Nya. Shalat yang benar adalah obat penawar untuk
penyakit-penyakit qalbu dan kerusakan jiwa, serta cahaya yang
melenyapkan kegelapan dosa-dosa dan perbuatan-perbuatan yang
mengakibatkan dosa (ash-Shawwaf,2007:3-4).
Kunci iman adalah ibadah. Benar tidaknya ibadah seseorang
sangat berpengaruh terhadap benar tidaknya iman. Kita telah
menyatakan dan mengakui iman kepada Allah, maka ibadah kita pun
hendaknya karena Allah dan menuruti ketentuan-ketentuan-Nya. Jadi,
pertanda seorang mukmin ialah ibadah dan perbuatannya (Al-
Ghazali,1985:65).
Adapun hikmah dari disyariatkannya shalat diantaranya adalah
membersihkan jiwa dan mensucikannya, menjadikan seseorang terbiasa
untuk melakukan munajat kepada Allah swt di dunia dan meminta
perlindungan kepada-Nya nanti di akhirat. Selain itu shalat juga
43
mencegah orang yang mengerjakannya dari perbuatan keji dan
kemungkaran (al-Jazairi, 2006:78-79).
2. Amar ma’ruf nahi mungkar ( امر معروف نهي منكر )
Hati memiliki peranan utama dalam menentukan baik buruknya
amal perbuatan yang dilakukan oleh setiap orang, maka kita sebagai
manusia muslim dan mukmin mempunyai kewajiban utama dalam hal
memperhatikan, memelihara serta menjaga sebaik-baiknya agar hati kita
selalu menuntun kita untuk menempuh jalan kebaikan dan kita pun
wajib meluruskannya apabila sewaktu-waktu hati kita menginginkan
hal-hal yang tidak diridai Allah Swt dan bertentangan dengan ajaran
agama-Nya.
Hati mengandung makna berbolak-balik atau berubah-ubah, jika
perubahan hati itu erat hubungannya dengan akidah dan keimanan maka
kita harus menjaganya dengan seksama, sebab perubahan ini akan
menentukan kebahagiaan dan keselamatan atau kecelakaan dan
kebinasaan (Hadad, 1999:123-124).
Jadi, yang diwajibkan kepada kaum muslimin itu hanyalah
beramar ma’ruf, yakni menyuruh melakukan kebajikan apabila melihat
orang lain meninggalkannya, kita diperintahkan untuk mengingkari atau
melarangnya. Demikian juga dalam hal yang disepakati para ulama
tentang keharamannya (Hadad, 1999:97-98).
Pengertian ma’ruf itu sendiri adalah suatu kata yang meliputi
segala macam hal yang diperintahkan oleh Allah dan Allah mencintai
44
orang yang melakukannya itu, sedangkan lawan dari ma’ruf adalah
munkar yaitu suatu kata yang meliputi segala macam hal yang dilarang
oleh Allah dan Allah membenci orang yang mengerjakan itu
(Hadad,1999:82).
Melakukan perbuatan amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan
identitas orang yang beragama. Dengan melakukan amar ma’ruf nahi
munkar, kita akan mendapatkan keberuntungan, seperti firman Allah:
ن و ه ن ي وف و ر ع م ال ون ب ر م أ ي ر و ي خ لى ال ون إ ع د ة ي م م أ ك ن ن م ك ت ل و
ون ح ل ف م م ال ك ه ئ ول أ و ر ك ن م ن ال ع
Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung (QS. Ali
Imran:104)
Barang siapa yang sanggup melakukan amar ma’ruf nahi
munkar maka kita akan mendapatkan keberuntungan, dihindarkan dari
azab Allah di dunia dan akhirat, harapan terkabulnya do’a, serta wujud
perjalanan di jalan Allah.
Allah telah memberikan tuntunan hidup bagi kita berupa agama
Islam, sebagai pedoman yang sempurna, karena di dalamnya terkandung
hukum dan ketentuan-ketentuan yang bertalian dengan urusan dunia dan
akhirat. Islam adalah agama hidup dan kehidupan, oleh sebab itu Islam
mengatur tata hidup manusia, baik dalam hubungan dengan sesamanya,
maupun hubungan manusia dengan Maha Penciptanya. Perlu kita sadari
hubungan sesama hamba Allah dalam melaksanakan tugas-tugas hidup,
lantaran kita tidak bisa melepaskan diri dari masyarakat (Al-Ghazali,
45
1985:62). Manusia sebagai individu, ia hidup bersama-sama di
masyarakat, hidup bersama dengan orang banyak di luar dirinya. Antara
individu dan masyarakat bagi seorang manusia tidak dapat terpisah satu
sama lain, artinya individu tak mungkin berkembang dengan sebaik-
baiknya, bahkan individu tak mungkin hidup, tanpa dibantu oleh dan
hidup bersama dengan orang lain.
Suatu masyarakat tak mungkin ada tanpa adanya anggota-
anggota masyarakat atau individu-individu yang hidup di dalamnya.
Sering juga suatu masyarakat dapat maju karena jasa-jasa orang-orang
tersebut yang pernah memimpin masyarakat itu atau yang pernah
memberikan sumbangannya dimana individu itu hidup dan bekerja.
Individu dan masyarakat tak dapat dipisahkan satu sama lain, dan saling
membutuhkan (Sadulloh, 2014:31). Masyarakat mencakup sekelompok
orang yang berinteraksi antar sesamanya, saling tergantung dan terikat
oleh nilai dan norma yang dipatuhi bersama, serta pada umumnya
bertempat tinggal di wilayah tertentu, dan ada kalanya mereka memiliki
hubungan darah atau kepentingan bersama (Sadulloh, 2014:204).
Dalam hidup bermasyarakat, seorang individu memiliki tugas
masing-masing diantaranya yaitu harus bersikap dan berbuat baik
terhadap diri sendiri dan masyarakat. Karena sejatinya sebagai makhluk
sosial, manusia itu membutuh manusia yang lain dalam kehidupan
bermasyarakat. Manusia adalah sebaik-baik makhluk Allah, dan kepada
mereka Allah menunjukkan jalan yang benar, yaitu agama Islam. Akan
46
tetapi karena keterbatasan sifat manusia banyak diantara mereka tersesat
perjalanan hidupnya, gugur oleh bujuk rayu setan. Setan senantiasa
berusaha agar manusia ingkar kepada Allah, yaitu dengan
memperlihatkan dan menjanjikan kemanisan hidup duniawi, sehingga
tidak sedikit manusia terlena dan akhirnya terlepas dari tuntunan Allah.
Oleh sebab itu, Allah memberikan beban kepada orang-orang yang
beriman agar melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar (Al-Ghazali,
1985:64).
Amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan fardhu kifayah.
Artinya, jika ada sekelompok orang yang menegakkannya, maka
gugurlah kewajiban itu bagi yang lainnya dan secara khusus pahalanya
diperoleh oleh orang-orang yang menegakkannya. Namun, jika tidak
ada seorangpun yang menegakkannya maka berdosalah semuanya.
Sesungguhnya hukum memerintahkan orang untuk mengerjakan
hal-hal yang wajib dan meninggalkan hal-hal yang haram adalah wajib.
Sedangkan hukum memerintahkan orang untuk mengerjakan hal-hal
yang dianjurkan dan meninggalkan hal-hal yang makruh adalah sunah
(Husaini,1999:135-136). Melaksanakan kewajiban beramar ma’ruf
serta nahi munkar adalah suatu kepastian yang mutlak. Bahkan tiada
suatu pendapat ulama manapun yang memberikan kelonggaran atau
keringanan untuk tidak melakukannya. Seperti halnya kewajiban shalat,
dalam keadaan bagaimanapun tetap wajib dikerjakan dan haram jika
dilalaikan atau ditinggalkan (Hadad,1999:82).
47
Dengan adanya amar ma’ruf dan nahi munkar, segala macam
persoalan dapat berjalan lurus sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Namun tanpa adanya amar ma’ruf dan nahi munkar, maka segala hak
dan kewajiban akan diabaikan, batas-batas yang tidak boleh dilalui akan
dilanggar seenaknya saja dan makin banyak akibat-akibat buruk yang
ditimbulkan karena dilalaikannya tugas tersebut. Dengan melaksanakan
amar ma’ruf dan nahi munkar itu akan mendapatkan pahala yang besar
karena tugasnya yang berat itu (Hadad,1999:81-82).
Untuk menghindarkan diri agar tidak terjerumus ke dalam
kemungkaran, maka lebih selamat jika kita meninggalkan ahli
kemungkaran itu selama mereka masih enggan mengikuti ajakan Allah
dan Rasul-Nya yaitu ajakan ke jalan kebaikan. Dengan demikian, sekali-
kali kita juga mendatangi rumah mereka semata-mata dengan maksud
beramar ma’ruf dan nahi munkar (Hadad,1999:91). Namun
Meninggalkan dan menjauhkan diri dari golongan ahli kemungkaran
dan kemaksiatan itu dilakukan apabila telah jelas nyata atau seolah ada
tanda-tanda keputusasaan bahwa mereka tidak akan menerima ajakan
kita. Di saat itulah kita baru diperkanankan meninggalkan mereka dan
menyerahkan urusan mereka kepada Allah SWT semata
(Hadad,1999:96).
3. Sabar ( صبر )
Setelah anak dikenalkan dengan konsep akhlak kepada Allah
melalui ibadah, dan berbakti kepada kedua orang tuanya, berikutnya
48
anak diajarkan pada akhlak kemasyarakatan yaitu mencakup pendidikan
amar ma’ruf nahi munkar seperti yang sudah dijelaskan diatas, setelah
itu dikenalkan juga dengan sabar (Huda,2009:120).
Kata sabar berasal dari bahasa Arab صبرا-يصبر -صبر yang
berarti bersabar, tabah hati, berani (Yunus, 2010:211). Diartikan pula
dengan mencegah dan menghalangi. Sabar adalah menahan diri untuk
tidak berkeluh kesah, mencegah lisan untuk merintih dan menghalangi
anggota tubuh untuk tidak menampar pipi dan merobek pakaian dan
sejenisnya (al-Jauziyah, 2006:2). Kata sabar juga dimaknai usaha
menahan diri dari hal-hal yang tidak disukai dengan sepenuh kerelaan
dan kepasrahan.
Sikap sabar sangat dibutuhkan oleh setiap orang, karena semua
orang pasti merasakan pahit getirnya kehidupan. Mengingat secara
fitrah manusia memang diciptakan dengan karakter yang tergesa-gesa
ingin mendapatkan sesuatu secara cepat dan instan, maka manusia
membutuhkan kekuatan untuk bersabar (Ahmadi, 2004:85). Hakikat
sabar itu sendiri adalah sebuah akhlak yang tertinggi diantara sekian
banyak akhlak jiwa. Sebuah akhlak yang berusaha untuk menghalangi
seseorang melakukan tindakan tidak terpuji (al-Jauziyah, 2006:6).
Beberapa hal berikut ini yang perlu disikapi dengan sabar, yaitu:
a. Kesabaran dalam taat beribadah
Ibadah adalah perintah Allah kepada umat manusia. Orang
mengerjakan shalat butuh sabar untuk menghasilkan shalat yang
49
khusyuk dan tuma’ninah. Pada umumnya ibadah bukanlah amalan
yang disukai hawa nafsu manusia. Bahkan hawa nafsu sering
merintanginya. Oleh karena itu, kesabaran mutlak diperlukan agar
ketaatan kepada Allah bisa istiqamah.
b. Kesabaran menjauhi maksiat
Selain menjalankan ketaatan, seorang muslim diharuskan
menjauhi kemaksiatan. Orang yang bersabar untuk senantiasa taat
kepada Allah itu berat, namun lebih berat lagi sabar untuk tidak
berbuat maksiat. Disinilah kesabaran mendapat nilai yang sangat
agung (Ahmadi,2004:86-89). Kesabaran ini pun dapat diperoleh
melalui lahir batin seseorang. Melalui lahirnya, seseorang harus
senantiasa meninggalkan dan menjauhi kemaksiatan. Sedangkan
melalui batinnya, seseorang tidak boleh memberi kesempatan
kepada jiwanya untuk memikirkan dan cenderung kepada
kemaksiatan (Husaini,1999:187).
c. Kesabaran menghadapi ujian
Kehidupan memang bisa direncanakan dan dibangun sesuai
dengan yang diinginkan. Namun manusia tidak bisa secara mutlak
mengendalikan dan menguasainya.
Sikap sabar tidak bisa ditunjukkan oleh mereka yang berkepribadian
lemah dan berjiwa rapuh. Untuk menjadi penyabar, seseorang harus
memiliki pengetahuan yang baik atas apa yang menimpanya. Lalu
50
ia harus memiliki keyakinan yang teguh bahwa Allah swt senantiasa
bersamanya (Ahmadi,2004:90-94).
d. Kesabaran dalam mengingat dosa-dosa terdahulu
Kesabaran ini mengingatkan seseorang akan ancaman-
ancaman Allah bagi hamba-hamba-Nya yang mengerjakan maksiat.
Kesabaran ini akan melahirkan perasaan takut dan menyesal
(Husaini,1999:187-188).
Kesabaran merupakan pengokoh segala urusan di dunia ini dan
salah satu akhlak mulia (Husaini,1999:185). Sebagaimana dijelaskan
dalam firman Allah swt:
ع م ن الل إ ة ل الص ر و ب الص ينوا ب ع ت نوا اس ين آم ذ ا ال ه ي ا أ ي
ين ر اب الص
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (QS
al-Baqarah:153)
Dengan kesabaran, seseorang akan memperoleh berbagai
manfaat yang akan dirasakan di dalam hati sanubari seseorang itu
sendiri. Berikut ini beberapa hikmah yang diperoleh dari kesabaran,
diantaranya yaitu:
a. Kesabaran melimpahruahkan pahala
Kesabaran mendatangkan pahala yang melimpahruah dari
Allah SWT. Dan pahala itu bukan semata-mata pada sifat sabarnya,
namun juga dampak dari kesabaran itu. Misalnya, ketika seseorang
membaca Al-Qur’an sering dijumpai setelah membaca beberapa
lembar ayat Al-Qur’an, perasaan jenuh atau mengantuk akan datang.
51
Ia ingin menyudahi meskipun setelah membaca Al-Qur’an tidak
segera melakukan pekerjaan lain. Jika sampai disini rasa jenuh dan
mengantuk ia turuti maka pahalanya terhenti. Namun orang yang
bersabar akan mampu mengalahkan perasaan jenuh dan mengantuk
itu. Ia terus bertahan, maka pahalanya pun semakin banyak karena
ayat yang dibaca juga lebih banyak.
b. Kesabaran selalu melahirkan kebajikan
Kesabaran merupakan anugerah Allah yang sangat besar
nilainya. Kehidupan di dunia, yang terkadang menyenangkan dan
saat lain menyedihkan, tidak mungkin diatasi, kecuali dengan sikap
sabar. Kenikmatan dalam bentuk pangkat atau kekayaan hanya akan
terjerumus, jika yang menerima terlalu bergembira hingga lupa diri.
Sebaliknya, penderitaan juga hanya akan membuat orang lebih jauh
menderita jika yang mendapatkan kurang tahan, lalu mencela Allah
dan berkeluh kesah secara berlebihan. Maka, kesabaranlah yang
membuat segala sesuatu menjadi bernilai kebaikan dan maslahat.
c. Kesabaran menghadapi cobaan merupakan bukti kekuatan iman
Orang-orang yang sukses umumnya adalah mereka yang
telah menempuh berbagai ujian berat dalam hidup ini dan mereka
berhasil mengatasinya. Para pejuang yang meraih kemenangan tidak
akan mencapai kedudukan itu sebelum mereka mampu mengatasi
berbagai rintangan dimedan perjuangan. Orang-orang yang kuat
52
menghadapi ujian berat adalah mereka yang pantas mendapatkan
penghormatan besar (Ahmadi,2004:95-101).
B. Relevansi dalam Pendidikan Formal
Pendidikan formal yang dimaksudkan penulis disini meliputi MI,
MTs, dan MA. Di dalam jenjang lembaga pendidikan formal, telah
diterapkan materi-materi pokok pendidikan yang ada di dalam Surat
Luqman ayat 17. Adapun pokok pendidikan tersebut akan di paparkan
penulis berikut ini:
1. Shalat
Penerapan materi shalat di dalam pendidikan formal, meliputi tingkat
jenjang lembaga pendidikan sebagai berikut:
a. Madrasah Ibtidaiyah
Dalam jenjang lembaga pendidikan tingkat MI, materi shalat sudah
diterapkan dalam mata pelajaran fiqih yang dibuktikan dengan
kompetensi dasar sebagai berikut:
1) Melafalkan bacaan shalat
2) Menghafalkan bacaan shalat
3) Menampilkan keserasian gerakan dan bacaan shalat
Selain dalam mata pelajaran fiqih, materi shalat juga diterapkan
dalam mata pelajaran sejarah kebudayaan islam yang dibuktikan
dengan kompetensi dasar yaitu mengamalkan shalat lima waktu
secara tertib sebagai bentuk pengamalan peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi
Muhammad saw.
53
Jadi, materi shalat sudah diterapkan dalam pendidikan formal
dalam jenjang Madrasah Ibtidaiyah, sebagaimana dibuktikan
dengan kompetensi dasar di atas.
b. Madrasah Tsanawiyah
Di jenjang lembaga pendidikan tingkat Madrasah Tsanawiyah,
materi shalat diterapkan dalam mata pelajaran Fiqih dengan
kompetensi dasar sebagai berikut:
1) Menghayati ketentuan shalat lima waktu
2) Menghayati ketentuan waktu shalat lima waktu
3) Meyakini ketentuan shalat berjamaah
4) Membiasakan diri shalat lima waktu
5) Membiasakan shalat tepat waktu
6) Membiasakan diri shalat berjamaah
7) Memahami ketentuan shalat lima waktu
8) Mempraktikkan shalat lima waktu
9) Memahami waktu-waktu shalat lima waktu
10) Mensimulasikan penentuan shalat lima waktu
11) Menganalisis ketentuan shalat berjamaah
12) Mendemonstrasikan tata cara shalat berjamaah
13) Meyakini kewajiban shalat dalam berbagai keadaan
14) Terbiasa melaksanakan shalat wajib dalam berbagai keadaan
15) Mamahami kaifiat shalat dalam berbagai keadaan
16) Memperagakan shalat dalam keadaan sakit
54
Jadi, materi shalat sudah diterapkan dalam pendidikan formal
tingkat Madrasah Tsanawiyah, sebagaimana dibuktikan dengan
kompetensi dasar di atas.
c. Madrasah Aliyah
Dalam pendidikan formal tingkat Madrasah Aliyah, tidak adanya
penerapan materi shalat di dalam Pendidikan formal jenjang ini.
2. Amar ma’ruf nahi mungkar
Penerapan materi Amar ma’ruf nahi mungkar di dalam pendidikan
formal, meliputi tingkat jenjang lembaga pendidikan sebagai berikut:
a. Madrasah Ibtidaiyah
Dalam pendidikan tingkat Madrasah Ibtidaiyah, penerapan materi
Amar ma’ruf nahi mungkar tidak ada dalam jenjang ini.
b. Madrasah Tsanawiyah
Di jenjang lembaga pendidikan tingkat Madrasah Tsanawiyah,
materi Amar ma’ruf nahi mungkar tidak ada di dalam Pendidikan
jenjang ini.
c. Madrasah Aliyah
Di jenjang lembaga pendidikan tingkat Madrasah Aliyah, materi
Amar ma’ruf nahi mungkar sudah diterapkan dalam mata pelajaran
Hadis dengan kompetensi dasar sebagai berikut:
1) Melakukan amar ma’ruf nahi mungkar kepada sesama
55
2) Mendeskripsikan hadis tentang amar ma’ruf nahi mungkar yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Said dan riwayat Ibnu
Majah dari Abu Hazim
3) Mencontohkan kebaikan sebagai pola dasar amar ma’ruf nahi
mungkar.
Selain dalam mata pelajaran Hadis, materi Amar ma’ruf nahi
mungkar juga diterapkan dalam mata pelajaran Al-Qur’an Hadis
dengan kompetensi dasar:
1) Mengartikan QS Ali Imran:104 dan hadis tentang amar ma’ruf
nahi mungkar
2) Menjelaskan kandungan QS Ali Imran:104 dan hadis tentang
amar ma’ruf nahi mungkar
3) Menunjukkan perilaku orang yang mengamalkan QS Ali
Imran:104 dan hadis tentang amar ma’ruf nahi mungkar
4) Melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar seperti terkandung
dalam QS Ali Imran:104 dan hadis tentang amar ma’ruf nahi
mungkar dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi, materi amar ma’ruf nahi mungkar sudah diterapkan dalam
pendidikan formal tingkat Madrasah Aliyah, sebagaimana
dibuktikan dengan kompetensi dasar di atas.
56
3. Sabar
Penerapan materi sabar di dalam pendidikan formal, meliputi tingkat
jenjang lembaga pendidikan sebagai berikut:
a. Madrasah Ibtidaiyah
Dalam jenjang lembaga pendidikan tingkat Madrasah Ibtidaiyah,
materi sabar diterapkan dalam mata pelajaran Akidah Akhlak
dengan kompetensi dasar sebagai berikut:
1) Memiliki sikap tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan
sebagai implementasi dalam meneladani kisah Masyitah
2) Mendeskripsikan sikap tabah dan sabar dalam menghadapi
cobaan dalam kisah Masyitah
3) Menyimulasikan sikap tabah dan sabar dalam menghadapi
cobaan sebagai implementasi dalam meneladani kisah Masyitah
Jadi, materi sabar sudah diterapkan dalam pendidikan formal
tingkat Madrasah Ibidaiyah, sebagaimana dibuktikan dengan
kompetensi dasar di atas.
b. Madrasah Tsanawiyah
Di dalam jenjang lembaga pendidikan tingkat Madrasah
Tsanawiyah, materi sabar diterapkan dalam mata pelajaran Akidah
Akhlak yakni dengan kompetensi dasar sebagai berikut:
1) Menjelaskan pengertian dan pentingnya tawakal, ikhtiyar, sabar,
syukur dan qana’ah
57
2) Mengidentifikasi bentuk dan contoh-contoh perilaku tawakal,
ikhtiyar, sabar, syukur dan qana’ah
3) Menunjukkan nilai-nilai positif dari tawakal, ikhtiyar, sabar,
syukur dan qana’ah dalam fenomena kehidupan
4) Membiasakan perilaku tawakal, ikhtiyar, sabar, syukur dan
qana’ah.
Jadi, materi sabar sudah diterapkan dalam pendidikan formal
tingkat Madrasah Tsanawiyah, sebagaimana dibuktikan dengan
kompetensi dasar di atas.
c. Madrasah Aliyah
Di jenjang lembaga pendidikan tingkat Madrasah Aliyah, materi
sabar diterapkan dalam mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X
semester ganjil, dengan kompetensi dasar sebagai berikut:
1) Menghayati makna syukur, qana’ah, ridha dan sabar
2) Terbiasa bersyukur, qana’ah, ridha dan sabar dalam kehidupan
3) Memahami makna syukur, qana’ah, ridha dan sabar
4) Menunjukkan contoh-contoh perilaku bersyukur, qana’ah, ridha
dan sabar.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa adanya keterkaitan antara pokok
pendidikan yang ada di dalam Surat Luqman ayat 17 dengan pendidikan
formal. Yaitu dengan diterapkannya materi pendidikan tersebut dalam
lembaga pendidikan formal tingkat MI, MTs, MA.
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kajian yang telah dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pokok Pendidikan Keluarga dalam Surat Luqman Ayat 17
Pendidikan dalam keluarga merupakan dasar yang kuat bagi
keberhasilan pendidikan selanjutnya baik di sekolah maupun di
masyarakat. Dan inti dari pendidikan keluarga itu sendiri adalah
pendidikan agama. Pendidikan Keluarga dalam Surat Luqman Ayat 17
dalam mencapai derajat takwa, apabila melaksanakan:
a. Shalat
Melakukan ibadah shalat dapat membersihkan jiwa dan
mensucikannya, menjadikan seseorang terbiasa untuk melakukan
munajat kepada Allah swt di dunia dan meminta perlindungan
kepada-Nya nanti di akhirat. Selain itu shalat juga mencegah orang
yang mengerjakannya dari perbuatan keji dan kemungkaran.
b. Amar ma’ruf nahi munkar
Barang siapa yang sanggup melakukan amar ma’ruf nahi munkar
maka kita akan mendapatkan keberuntungan, dihindarkan dari azab
Allah di dunia dan akhirat, harapan terkabulnya do’a, serta wujud
perjalanan di jalan Allah.
59
c. Sabar
Apabila kita senantiasa bersabar, hikmah yang akan kita peroleh
yaitu kesabaran itu melimpahruahkan pahala, selalu melahirkan
kebajikan, serta merupakan bukti kekuatan iman.
2. Relevansi dalam Pendidikan Formal
Adanya keterkaitan antara pokok pendidikan yang ada di dalam Surat
Luqman ayat 17 dengan pendidikan formal. Yaitu dengan diterapkannya
materi pendidikan tersebut dalam lembaga pendidikan formal tingkat
MI, MTs, MA.
B. Saran
Berdasarkan uraian kesimpulan di atas, penulis akan menyapaikan saran
sebagai berikut:
1. Pendidikan keluarga hendaknya sangat diperhatikan karena pendidikan
utama seseorang muncul dari dalam keluarga itu sendiri. Dan untuk
memajukan pendidikan Islam, nilai-nilai dalam Al-Qur’an harus terus
dilakukan. Karena semua ilmu itu bersumber dari Al-Qur’an. Selain itu,
hal ini juga bertujuan memberi keseimbangan antara pendidikan Islam
yang ditekankan dalam keluarga dengan kemajuan dunia yng
berkembang pesat dengan berbagai dampak positif maupun negatif.
2. Pentingnya penanaman nilai-nilai atau pokok pendidikan keluarga
dalam Surat Luqman ayat 17 saat ini karena pendidikan dalam keluarga
merupakan dasar yang kuat bagi keberhasilan pendidikan selanjutnya
60
baik di sekolah maupun di masyarakat, dan inti dari pendidikan keluarga
adalah pendidikan agama.
61
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Wahid. 2004. Risalah Akhlak: Panduan Perilaku Muslim Modern. Solo:
Era Intermedia
Al-Ghazali, Muhammad. 1985. Akhlak Seorang Muslim. Semarang: Wicaksana
Al-Jazairi, Abu Bakar Jabir. 2006. Fiqih Ibadah dari Minhajul Muslim. Surakarta:
Media Insani Publishing
Al-Jauziyah, Ibn al-Qayyim. 2006. Kemuliaan Sabar dan Keagungan Syukur.
Yogyakarta: Mitra Pustaka
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. 1993. Terjemah Tafsir al-Maraghi. Semarang: CV.
Toha Putra
Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. 2000. Kemudahan dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibnu
Katsir. Jakarta: Gema Insani
As-Suyuti, Imam Basori. 1998. Bimbingan Shalat Lengkap. Jakarta:Mitra Umat
Ash-Shawwaf, Muhammad Mahmud. 2007. Sempurnakan Sholatmu. Yogyakarta:
Mitra Pustaka
Baidan, Nashruddin. 2010.Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Budihardjo. 2012. Pembahasan Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Yogyakarta: Lokus
Bukhari, Abu Abdillah Muhammad bin Abdul Rahman. 1999. Keagungan dan
Keindahan Syariat Islam. Bandung: CV Putaka Setia
62
Departemen Agama RI. 2007. Al-Qur’an dan Tafsirnya (edisi yang
disempurnakan) Jilid VII. Jakarta: Al-Qur’an Departemen Agama RI
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi
ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Dzulfikar, Ahmad. 2010. Kamus Arab-Indonesia-Inggris. Yogyakarta: Mutiara
Media (Anggota IKAPI)
Gazalba, Sidi. 1975. Asas Agama Islam. Jakarta:Bulan Bintang
Husaini, Abdullah bin Alawy al-Haddad. 1999. Sentuhan-Sentuhan Sufistik:
Penuntun Jalan Akhirat. Bandung: Pustaka Setia
Hadad, al-Iman Abdullah Ba Alawi. 1999. Penyejuk Hati Penawar Jiwa. Bandung:
Pustaka Setia
Huda, Miftahul. 2009. Idelitas Pendidikan Islam. Malang: UIN Malang Press
(Anggota IKAPI)
Ibn Rusn, M. Abidin. 2009. Pemikiran al-Ghazali tentang Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Imani, Allamah Kamal faqih. 2008. Tafsir Nurul Quran: Sebuah Tafsir Sederhana
Menuju Cahaya al-Quran. Jakarta: Al-Huda
Munawir, Ahmad Warson. 1984. Al-Munawir: Kamus Arab-Indonesia.
Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-Buku Ilmiah Keagamaan Pondok
Pesantren Al-Munawir Krapyak Yogyakarta
Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam 1. Jakarta: Logos Wacana Ilmu
63
Ramayulis dan Nizar, Syamsul. 2006. Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem
Pendidikan Dan Pemikaran Para Tokoh. Jakarta:Kalam Mulia
Sadulloh, Uyoh. 2014. Pedagogik: Ilmu Mendidik. Bandung: Alfabeta
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an. Jakarta: Lentera Hati
Shihab, M. Quraish dkk. 2007. Ensiklopedia Al-Qur’an: kajian kosakata. Jakarta:
lentera hati
Shihab, M. Quraish. 2012. Al-Lubab: Makna, Tujuan dan Pelajaran dari Surah-
Surah Al-Qur’an. Tangerang: Lentera Hati
Surya, Mohamad. 2001. Bina Keluarga. Semarang: CV.Aneka Ilmu,anggota IKAPI
Sutrisno. 2011. Pembaharuan dan Pengembangan Pendidikan Islam. Yogyakarta:
Fadilatama
Syadali dan Rofi‟i, Ahmad. 1997. Ulumul Qur’an I untuk Fakultas Tarbiyah
Komponen MKDK. Bandung: CV Pustaka Setia
Yunus, Mahmud. 2010. Kamus Arab- Indonesia. Jakarta: PT.Mahmud Yunus Wa
Dzurriyyah
64
65
66
67
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Novi Dian Amaliya
Tempat, Tanggal Lahir : Magelang, 17 November 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kaligintung, Kalinegoro, Mertoyudan,
Magelang
Riwayat Pendidikan :
1. MI Tuhfatul Mubtadiin 2, lulus tahun
2007
2. MTsN Magelang, lulus tahun 2010
3. MAN 01 Kota Magelang, lulus tahun
2013
4. IAIN Salatiga, lulus tahun 2017
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 23 Mei 2017
Penulis,
Novi Dian Amaliya
Nim 11113282
68
69
70