pendidikan karakter dalam novel sang penceraheprints.ums.ac.id/66867/2/publikasi ilmiah.pdf · rosi...

30
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAH RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II Pada Jurusan Magister Administrasi pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Upload: others

Post on 04-Jan-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAH

RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER

DI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II

Pada Jurusan Magister Administrasi pendidikan Sekolah Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh

ROSI DIANA SARI

Q 100 100 027

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

i

Page 3: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

ii

Page 4: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

iii

Page 5: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

1

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAH

RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI PONDOK

PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM

Abstract

The purpose of this study is to examine and describe : (1) Character Education in Sang Pencerah Novel, (2) Character education in PPMI Assalaam (3) The relevance between Character Education in Sang Pencerah and Character Education in PPMI Assalaam. This research uses qualitative approach with phenomenology design. The subjects of this study are students, teachers and principal in PPMI Assalaam. Techniques Data collection uses in-depth interviews, observation, and documentation. Technique validity of data in this research use triangulation of source with triangulation technique. Data analysis using Phenomenology Perspective model with data collection process, data reduction, data presentation, and conclusion. The results of this study are (1) there are 18 characters are found in Sang Pencerah Novel and also in PPMI Assalaam. Those characters are religius, honest, tolerance, discipline, work hard, creative, independent, democratic, curiosity, the spirit of nationality, love homeland, rewarding achievement, friendly/communicative, love peace, joy of reading, environmental care, social care, responsibility. (2) there are four relevances are found between Character Education in Sang Pencerah and Character Education in PPMI Assalaam. First, Principles relevance, there are three same principles the principle that said Allah is the only God, modern means adaptive and accomodating to new ideas both from within and outside the community, egalitarian means all people are equal which distinguishes each other is the devotion to Allah. Second, goal relevance, both have the same goal that is to create islamic generation that has a good moral based on Al-Quran and As-Sunnah. Third, content relevance, means the character education found in both almost the same. Fourth, method relevance, the way they educate the students are the same. For example, giving advice through lecturing, dialogue or discussion, habituation, giving a good example and problem based learning.

Keywords : Character, Novel, Pondok Pesantren

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan mendeskripsikan: 1) Pendidikan Karakter dalam Novel Sang Pencerah; 2) Pendidikan Karakter di PPMI Assalaam; 3) Relevansi antara Pendidikan Karakter dalam Sang Pencerah dan Pendidikan Karakter di PPMI Assalaam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain phenomenology. Subjek penelitian ini adalah siswa, guru, dan Kepala Sekolah di PPMI Assalaam.Teknik Pengumpulan Data menggunakan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Teknik

Page 6: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

2

keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dengan triangulasi teknik. Analisis data menggunakan model perspektif fenomenologi dengan proses pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Hasil penelitian adalah (1) ada 18 karakter yang ditemukan pada Novel Sang pencerah dan juga di PPMI Assalaam. Karakter-karakter tersebut adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab. (2) Ada empat relevansi yang ditemukan antara pendidikan karakter dalam Sang Pencerah dan pendidikan karakter di PPMI Assalaam: Pertama Relevansi prinsip, ada tiga kesamaan prinsip. Pertama Prinsip Tauhid, yang menyatakan keesaan Allah. Kedua Modern, yang berarti adaptif dan akomdatif terhadap ide-ide baru, baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar komunitas. Ketiga egaliterian yang berarti manusia semua sama yang membedakan adalah ketaqwaan terhadap Allah. Kedua Relevansi tujuan, keduanya mempunyai tujuan yang sama yaitu menciptakan generasi islam yang mempunyai ahlak berdasarkan Al-Quran dan As-Sunah. Ketiga Relevansi isi, berarti Nilai-nilai Pendidikan Karakter yang ditemukan dalam keduanya hampir sama. (4) Relevansi Cara. Cara pengajaran pendidikan karakter keduanya sama. Antara lain melalui pemberian nasihat berupa ceramah, dialog atau diskusi, pembiasaan, peneladanan, dan pembelajaran berbasis penyelesaian masalah.

Kata Kunci : Karakter, Novel, Pondok Pesantren

1. PENDAHULUAN

Pada usianya yang ke-73 tahun, bangsa Indonesia memiliki sejumlah

persoalan mendasar yang belum terselesaikan. Salah satu masalah mendasar

tersebut adalah cenderung menurunnya kondisi moral generasi muda. Hal ini

ditandai dengan munculnya berbagai perilaku menyimpang seperti penggunaan

narkoba, tindak kekerasan, dan maraknya seks bebas di kalangan remaja. Realitas

itu menunjukkan bahwa karakter generasi muda Indonesia memerlukan perhatian

lebih dari berbagai kalangan.

Pengangguran terdidik (lulusan SMA, SMK dan perguruan tinggi) cukup

mengkhawatirkan. Data BPS menunjukkan bahwa lulusan SMK masuk peringkat

tertinggi yakni 17,26%, berikutnya SMA 14,31%, lulusan perguruan tinggi

12,59%, serta diploma I/II/III 11,21%. Tamatan SD kebawah hanya 4,7%. Selain

pada generasi muda, permasalahan moral juga dapat ditemukan pada generasi

yang lebih senior. Kondisi ini dapat dilihat dari berbagai tindak kejahatan yang

terjadi di masyarakat. Dari waktu ke waktu kuantitas dan kualitas kejahatan terus

Page 7: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

3

bertambah. Tidak hanya melibatkan masyarakat kelas bawah kurang terdidik, saat

ini kejahatan juga melibatkan masyarakat kelas atas terdidik. Salah satu

bentuknya adalah kejahatan kerah putih seperti korupsi.

Berbagai masalah di atas memiliki relevansi dengan moralitas. Moralitas

di sini diartikan sebagai seperangkat nilai yang diyakini dan dijadikan pedoman

berperilaku. Oleh karena itu, untuk mengatasi berbagai persoalan sosial di atas,

aspek moral harus mendapat perhatian secara serius. Untuk mengulas masalah

moral tentu saja perlu membahas masalah pendidikan.

Lembaga pendidikan, khususnya sekolah dipandang sebagai tempat yang

strategis untuk membentuk karakter. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik

dalam segala ucapan, sikap, dan perilakunya mencerminkan karakter yang baik

dan kuat (Furqon, 2010: 3).Untuk itulah, urusan moral dan pendidikan menjadi

pekerjaan rumah semua pihak agar pembentukan karakter yang dirasa sebagai

cara yang tepat untuk memperbaiki moral bangsa dapat berjalan dengan baik.

Melalui konstitusinya, Indonesia mengamanatkan pemerintah agar

menyediakan minimal 20 persen dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) dialokasikan untuk pembangunan bidang pendidikan.

Harapannya sangat jelas, yaitu meningkatkan kualitas pendidikan. Yang harus

dipikirkan setelah ini adalah menentukan arah pendidikan indonesia akan dibawa

kemana. Dan pendidikan yang berorientasi pada pendidikan karakterlah yang

sekarang ini dibutukan oleh masyarakat Indonesia.

Komponen utama modal sosial, modal etika, dan semangat adalah

karakter. Bahkan, modal intelektual pun hanya akan terbentuk dengan cepat

apabila ada semangat belajat yang tinggi, yang pada dasarnya adalah karakter.

Tanpa semangat belajar yang tinggi, kemampuan intelektual tidak akan

berkembang. Jadi, pendidikan karakter merupakan bagian yang sangat penting

dari pembangunan masyarakat Indonesia.

Di tengah berbagai masalah itu, bangsa Indonesia memiliki modal sosial

yang sangat berharga karena memiliki lembaga pendidikan khas yang sudah teruji

keampuhannya dalam mendidik generasi muda sehingga memiliki karakter yang

baik, yaitu pondok pesantren. Lembaga pendidikan ini telah berdiri bahkan

Page 8: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

4

sebelum Indonesia merdeka. Dibangun dan dikelola dengan inisiatif masyarakat,

pondok pesantren biasanya dikelola dengan memanfaatkan sumber daya yang

dimiliki masyarakat sekitar.

Berbeda dengan lembaga pendidikan formal seperti sekolah, pada awalnya

pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah. Prinsip tata kelolanya benar-

benar dari, oleh, dan untuk masyarakat. Orientasi utama pendidikan pondok

pesantren adalah menjadikan santri menjadi Muslim sejati yang dapat

mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, aspek

moral atau nilai sangat diprioritaskan. Nilai-nilai Islam dijadikan sendi utama

dalam penyelenggaraan pendidikan di pesantren.

Dengan jumlah dan jangkauan wilayah yang tersebar di hampir seluruh

Indonesia, pesantren merupakan lembaga pendidikan yang sangat berperan dalam

membentuk karakter anak muda Muslim di Indonesia. Namun keunggulan

pesantren tidak hanya terletak padajumlah dan jangkauan. Keunggulan lain yang

tidak dapat diabaikan adalah prinsip-prinsip pendidikan yang senantiasa

mengutamakan aspek nilai dibandingkan aspek pengetahuan dan keterampilan.

Dalam hierarki pendidikan pesantren, nilai adalah prioritas tertinggi karena

dianggap menjadi penentu bagi pengetahuan dan keterampilan. Karakter

demikian, tentu saja tidak dapat dipisahkan dengan karakter agama Islam yang

menjadikan nilai sebagai panduan hidup.

Pesantren memiliki metode pembelajaran yang khas dalam membelajarkan

nilai. Zarkasy (2013) menyebutkan, dalampesantrenterdapatkonseppancajiwa atau

lima nilai utama yang meliputi (1) keikhlasan, (2) kesederhanaan, (3) berdikari,

(4) ukhuwah islamiah, dan (5) bebas. Panca jiwa ini telah menjadi konsep umum

yang dijadikan rujukan di hampir seluruh pesantren di Indonesia, seperti di

Pesantren Agro El Nur Falah Salatiga (Juliono, 2005), Pesantren Putri Al-

Mawadah Ponorogo (Dermawan, 2016), Pesantren Mu’adhalah Pamekasan

(Bukhory, 2011), dan pesantren-pesantren lain di Indonesia.

Selama bertahun-tahun, kelima nilai dalam panca jiwa pondok pesantren

melandasi proses pendidikan di pesantren, sehingga lembaga pendidikan itu dapat

melahirkan intelektual, pemikir, ulama, dan anggota masyarakat yang memiliki

Page 9: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

5

jasa besar membangun peradaban. Lima nilai dasar itu pula yang membuat

pesantren di Indonesia tetap eksis menjadi lembaga yang dihormati dan

diperhitungan.

Selain pancajiwa, untuk mewujudkan generasi yang berakhlakul karimah,

pesantren menggunakan enam strategi pendidikan yang khas. Mu'minah (2015)

menyebutkan enam strategi tersebut adalah peneladanan, pembentukan

lingkungan, pembiasaan, pembimbingan, perhatian, dan penghukuman.

Peneladanan menjadi sangat penting karena pendidikan akhlak di

pesantren tidak cukup dengan kata-kata dan anjuran. Dalam hal ini keteladanan

merupakan karakter paling utama. Pembentukan lingkungan (milieu).Diacu pada

nasihat “kullumaasamiuhu min harokatin au ashwatinfihadzal-ma'hadyakunu

'amilan min 'awamilitarbiyah”. Artinya, pendidikan berlangsung secara total

dengan memanfaatkan setiap momen untuk menanamkan karakter yang mulia dan

moral yang baik kepada anak didik”.

Pembiasaan (training and habit) diterapkan dengan menjadikan semua

aktivitas di pondok pesantren sebagai pendidikan dan pelatihan dan disiplin untuk

hidup di masyarakat kelak. Pembimbingan (guidance) dalam pembentukan

karakter dan moral santri antara lain dilakukan dengan memberikan nasihat,

arahan, semangat, dan seterusnya. Perhatian (care and interest) mensyaratkan

pendidik memahami betul suasana dan kondisi anak didiknya, kelebihan dan

kekurangannya, sehingga anak didik merasa betul-betul dibimbing pendidiknya,

dan ini menciptakan hubungan harmonis antara kyai dan santri. Terakhir,

penghukuman (punishment) diberikan sebagai mekanisme mendidik bagi santri

yang melanggar.

Dalam novel Sang Pencerah karya AkmalNaseryBasral, berbagai nilai

pendidikan karakter khas pesantren diungkapkan. Novel Sang Pencerah adalah

novel biografi tentang kehidupan KH Ahmad Dahlan, pendiri Perkumpulan

Muhammadiyah. Oleh pembaca Indonesia, novel ini cukup diperhitungkan,

terlihat dari angka penjualan yang cukup tinggi, ulasan positif di berbagai forum,

dan diraihnya penghargaan Indonesia Islamic Book Fair Award pada 2011.

Page 10: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

6

Salah satu aspek yang membuat Sang Pencerah mendapat apresiasi secara

luas adalah kualitas intrinsik yang dimilikinya, salah satunya kekuatan amanat.

Novel ini memiliki berbagai amanat tentang bagaimana menjadi Muslim yang

baik dalam berbagai situasi. Melalui tokoh Darwis atau KH Ahmad Dahlan,

penulis novel ini menunjukkan sejumlah karakter utama seorang Muslim. Tokoh

KH Ahmad Dahlan yang menjadi pusat penceritaan dalam novel ini dikisahkan

mendirikan dan mengelola lembaga pendidikan. Oleh karena itu, penulis juga

menarasikan berbagai metode pembelajaran termasuk nilai-nilai utama yang

diajarkan tokoh KH Ahmad Dahlan.

Meskipun karya fiksi, keunggulan nilai yang disampaikan penulis melalui

karyanya merupakan nilai yang berharga dan dapat diadaptasi dalam kehidupan

yang sebenarnya. Oleh karena itu, melalui penelitian ini peneliti bermaksud

mendeskripsikan pendidikan karakter dalam novel Sang Pencerah kemudian

menemukan relevansinya dengan pendidikan karakter di pondok pesantren,

khususnya di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam. Penelitian ini akan

memiliki kegunaan praktis yang besar untuk mengembangkan pendidikan karakter

sesuai dengan gagasan-gagasan KH Ahmad Dahlan sebagaimana dikisahkan

dalam novel Sang Pencerah.

2. METODE

Metode dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan desain

penelitian fenomenologi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap

pertama adalah penelitian novel. Tahap kedua dilaksanakan di Pondok Pesantren

Modern Islam Assalaam. Pelaksanaan penelitian pada bulan Oktober 2017 sampai

dengan Januari 2018. Sumber data penelitian ini yaitu data yang berhubungan

dengan pendidikan karakter di PPMI Assalaam, hasil wawancara langsung dengan

santri, pengajar dan Kepala Sekolah.

Teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian pustaka,simak dan

catat, teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Keabsahan data

menggunakan teknik triangulasi sumber dan metode. Teknik analisis data ini

menggunakan analisis model interaktif. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono,

Page 11: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

7

2010:247) menjelaskan bahwa dalam proses analisis data kualitatif terdapat empat

kegiatan utama yang saling berkaitan dan terjadi secara bersamaan, yaitu

pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau

verifikasi.

Reduksi data dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah memilih

data-data yang sudah dipilih dari Novel Sang Pencerah. Tahap kedua adalah

merangkum kembali catatan-catatan lapangan dengan memilih hal-hal yang pokok

dan difokuskan kepada hal-hal penting yang berhubungan dengan penanaman

pendidikan karakter di PPMI Assalaam. Rangkuman catatan lapangan tersebut

disusun secara sistematis agar memberikan gambaran yang lebih tajam tentang

hasil yang diperoleh serta mempermudah pelacakan kembali terhadap data yang

diperoleh.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pendidikan Karakter dalam Novel Sang Pencerah

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter di Indonesia

diidentifikasikan berasal dari empat sumber, yaitu agama, Pancasila, budaya, dan

tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan keempat sumber nilai tersebut,

teridentifikasi sejumlah nilai pendidikan karakter seperti berikut: religius, jujur,

toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,

semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,

bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli

sosial, dan tanggung jawab. Nilai-nilai pendidikan karakter tersebut menjadi

landasan untuk meneliti nilai-nilai pendidikan karakter yang ada pada novel Sang

Pencerah.

Berdasarkan penelitian pustaka dalam novel Sang Pencerah ditemukan

nilai-nilai pendidikan karakter sebagai berikut:

Tabel 1 Pendidikan Karakter dalam Novel Sang Pencerah

NoKarakter Wujud Karakter No Data

Jumlah Data

a. Salat 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15 15

1 Religius

b. Berdakwah 16, 17, 18, 19, 20 5

Page 12: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

8

c. Menyebut Nama Allah 21, 22, 23, 24 4d. Meneladani Rasullulah 25, 26, 27 3e. Ibadah Haji 28, 29 2f. Berdoa 30 1g. Percaya kepada Allah 31 1h. Puasa 32 1i. Membaca Al Quran 33, 34, 35 3

2 Jujur a. Mengakui kesalahan 36 1a. Menghargai Perbedaan agama/Kepercayaan orang lain 37, 38, 39, 40, 41 5

3 Toleransi

b. Menghargai Perbedaan Pendapat 42 1a. Disiplin Belajar 43 14 Disiplin

b. Disiplin Administrasi 44, 45 2a. Sungguh-sungguh belajar 46, 47, 48, 49, 50 5

5 Kerja Keras

b. Sungguh-sungguh beribadah 51 1a. Metode pengajaran baru 52, 53, 54, 55, 56, 57 6b. Pemakaian hal-hal baru 58, 59, 60, 61, 62, 5

6 Kreatif

c. Mempelajari sesuatu yang baru 63, 64 2

7 Mandiri a. Melakukan perjalanan Haji sendiri

65, 66

2a. Menilai diri sendiri dan orang lain sama 67, 68 2

8 Demokratis

b. Memberikan kesempatan untuk berpendapat 69 1

9 Rasa Ingin Tahu

a. Selalu menanyakan hal-hal yang belum diketahui

70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84 15

10 Semangat Kebangsaan 85, 86 2

11 Cinta Tanah Air 87, 88 2

a. Mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain

89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99 11

12 Menghargai Prestasi

b. Menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat 100, 101 2

Page 13: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

9

a. Memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan saudara 102, 103 2b. Memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain yang berbeda pandangan dan berbeda organisasi 104, 105, 106, 107 4

13 Bersahabat/ Komunikatif

c. Memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain yang berbeda agama 108 1

14 Cinta Damai a. Tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman

109, 110, 111 3

a. Mengutip Buku 112 1b. Membaca Buku 113, 114 2

15 Gemar Membaca

c. Mengoleksi Majalah 116 1a. Melestarikan lingkungan 117 1

16 Peduli Lingkungan

b. Membersihkan lingkungan 118 1a. Memberi bantuan biaya haji 119 1

b. Membantu Fakir Miskin

120, 121, 122, 123, 124, 125, 126, 127, 128, 129 10

c. Memberi sumbangan membangun langgar 130, 131, 132 3

17 Peduli Sosial

d. Bergabung dengan organisasi kesehatan dan pendidikan 133 1

a. Membaktikan diri dalam pengajaran agama 134 1b. Bertanggung jawab belajar 135 1

18 Tanggung Jawab

c. Bertanggung jawab dalam perdagangan 136 1

3.2 Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam

Page 14: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

10

Dalam penelitian di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam peneliti

menemukan ada 18 karakter yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,

kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semngat kebangsaan, cinta tanah air,

tanggung jawab

Pertama karakter religius, penanaman karakter religius ditanamkan dengan

mewajibkan seluruh santri untuk melaksanakan shalat lima waktu dengan

berjama`ah tepat waktu. Selain itu pembiasaan puasa sunnah senin kamis juga

puasa daud yang difasilitasi dengan baik oleh pihak pondok membuat santri

banyak yang melaksanakan puasa sunnah. Pembiasaan mengikuti kajian

keagamaan dalam lingkup kecil sampai lingkup yang lebih luas seperti halaqoh

hujroh (kajian dengan wali kamar), halaqoh mantiqoh (kajian dengan wali

asrama), dan kajian rutin dua kali seminggu seluruh santri di masjid Assalaam.

Kedua karakter jujur, ditanamkan dengan memberikan konsekuensi untuk

santri yang mencontek ketika ujian yaitu meninggalkan ruang kelas dan

mengerjakan ujian diluar ruang ujian. Selain itu dalam Buku Tata Tertib Dasar

Santri terdapat beberapa aturan yang tidak membenarkan santri melakukan hal-hal

yang tidak jujur. Seperti pada Bab 7 tentang Kebersihan, keindahan, keamanan,

ketertiban, ukhuwah dan kesehatan pasal 21 ayat 2 poin r santri tidak dibenarkan

memberikan keterangan dan tanda tangan palsu, juga pada poin u mencuri,

menipu, memalak (meminta dengan paksa), menggelapkan dan atau melakukan

kejahatan lain atau sejenis. Kedua poin dalam pasal 21 tersebut jika dilakukan

maka akan masuk pada pelanggaran kategori c. Yang berarti pelanggaran berat.

Ketiga karakter toleransi, ada tiga kategori toleransi, menghargai

perbedaan agama, menghargai perbedaan suku dan etnis, menghargai perbedaan

pendapat, sikap dan tindakan. Menghargai perbedaan agama diperlihatkan saat

menerima tamu dengan perbedaan agama, dari dokumentasi yang ditemukan pada

tahun 2017 Assalaam pernah dikunjungi Duta Besar Amerika untuk indonesia

Joseph R Donovan. Hal ini menjadi contoh menghormati tamu dari kalangan dan

agama apapun perlu disambut dan dihormati dengan baik. Menghargai perbedaan

suku dan etnis, santri yang bersekolah di Assalaam berasal dari berbagai daerah di

indonesia dan pastinya terdiri dari beberapa suku dan etnis. Dengan tinggal

Page 15: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

11

bersama dan hidup rukun itu artinya semua bisa menghargai perbedaan satu sama

lain.

Keempat karakter disiplin, penegakan aturan kedisiplinan di PPMI

Assalaam mengacu pada Buku Tata Tertib Dasar Santri. Menurut santri

penegakan kedisiplinan sangat baik di Assalaam. Terutama penegakan

kedisiplinan salat jamaah lima waktu ke masjid. Untuk santri kelas 7 sampai kelas

9 MTs penegakan kedisiplinan dibawah Organisasi Pelajar Pondok Pesantren

Modern Islam Assalaam. Sedangkan untuk kelas 10 sampai kelas 12 dibawah

wewenang Ustadz dan Ustadzah. Penegakan kedisiplinan santri dimulai dari

bangun tidur sampai tidur kembali.

Kelima karakter kerja keras, kerja keras Sifat kerja keras dapat dilihat dari

kesungguhan santri dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan mengikuti

kegiatan-kegiatan yang menunjang pembelajaran. Kehidupan berasrama di

pondok membuat kehidupan santri berbeda dengan mereka yang tidak tinggal di

Pondok Pesantren. Tantangan yang dihadapi lebih berat. Salah satunya karena

jauh dari orang tua. Di tahun awal santri belajar di Assalaam kebanyakan masih

kesulitan untuk membiasakan diri belajar dengan 20 pelajaran. Dan harus

mengikuti pola kehidupan di asrama yang berbeda dengan saat mereka masih di

rumah. Dengan semangat dan kerja keras mereka bisa tetap bertahan dan

beradaptasi dengan lingkungan barunya

Keenam karakter kreatif, Di Pondok Pesantren Assalaam ada beberapa

kegiatan besar diluar kegiatan rutin sehari-hari. Beberapa kegiatan besar tersebut

adalah Mahakarsa, Art Festival, POSA (Pekan Olahraga Santri Assalaam),

Festival rayon, Language Festival dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan tersebut di

laksanakan oleh santri sendiri. Mulai dari pembuatan proposal, penyusunan tema

kegiatan, dan pelaksanaan kegiatan. Guru atau Ustadzah berperan sebagai

pembimbing kegiatan. Dari kegiatan-kegiatan inilah muncul karakter kreatif dari

diri santri.

Ketujuh karakter mandiri, Santri yang tinggal di Pondok Assalaam berusia

mulai 12 sampai 18 tahun. Mereka tinggal 24jam di dalam asrama dan jauh dari

orang tua. Santri dituntut untuk dapat mengurusi kehidupannya sendiri dan

Page 16: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

12

menjalankan aktifitasnya sendiri tanpa tergantung pada orang lain. Mereka harus

menyiapkan keperluan belajarnya, mengerjakan tugas-tugas, mencuci, dan

membersihkan kamar sendiri. Dari gambaran kehidupan sehari-hari ini sudah

nampak karakter mandiri santri Pondok Assalaam.

Kedelapan demokratis, Beberapa kegiatan yang menunjukkan karakter

demokratis adalah Pemilihan ketua kelas, pemilihan ketua kamar dan pemilihan

ketua OP3MIA. OP3MIA adalah Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern

Islam Assalaam. Pemilihan ketua kelas dan pemilihan ketua kamar dilaksanakan

di kelas dan di kamar. Namun untuk pemilihan ketua OP3MIA dilaksanakan di

area Pondok dan disaksikan oleh seluruh santri. Proses pemilihan ketua OP3MIA

sendiri ada beberapa tahapan. Salah satu dari tahapan tersebut adalah orasi. 5

besar ketua OP3MIA yang telah lolos seleksi akan berorasi di depan seluruh santri

untuk menyampaikan visi misinya jika kedepan akan terpilih menjadi ketua

OP3MIA.

Kesembilan rasa ingin tahu, Di pondok Assalaam ada beberapa club santri

diluar kegiatan ekstrakulikuler. Beberapa diantaranya adalah Triple-I, Karnisa,

language club dan Casa. Triple-I adalah klub untuk anak-anak tingkat mts yang

menyukai pelajaran IPA. Kegiatan ini dilaksanakan seminggu sekali. Kegiatannya

biasanya melakukan praktikum di laboratorium IPA. Selain praktikum, santri juga

diajari membuat laporan praktikum dan karya tulis ilmiah. Satu semester sekali

santri akan melakukan penelitian keluar pondok. Selanjutnya adalah karnisa.

Karnisa sendiri adalah nama majalah. Maka dari itu santri yang tergabung dalam

karnisa adalah tim penulisan majalah. Mereka meluangkan waktunya untuk

mengerjakan majalah, liputan, membuat laporan, editing dan layout. Kemudian

adalah CASA, Club Astronomi Santri Assalaam. Ini adalah club paling terkenal di

Assalaam bahkan mungkin di Indonesia. Pondok Pesantren Assalaam adalah satu-

satunya Pondok Pesantren yang mempunyai observatorium di Indonesia.

Kesepuluh dan Kesebelas cinta tanah air dan semangat kebangsaan, untuk

menumbuhkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air, diadakan upacara

peringatan 17 Agustus, memutarkan lagu-lagu kebangsaan di hari-hari tertentu.

Page 17: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

13

Dan di mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan santri diminta menyanyi lagu

kebangsaan.

Keduabelas menghargai prestasi, Karakter menghargai prestasi

dicontohkan oleh berbagai kalangan di Pondok Pesantren Assalam. Menghargai

prestasi dicontohkan dengan cara memberikan hadiah untuk santri yang

berprestasi. Seperti pemberian hadiah untuk santri yang mendapat peringkat satu

paralel di semua unit sekolah. Selain unit sekolah, dari unit kesantrian juga

memberikan hadiah untuk santri-santri berprestasi. Beberapa kategori santri yang

mendapat hadiah adalah santri terajin se asrama, santri teladan se asrama, dan

kamar terbersih se asrama. Untuk santri-santri yang telah berprestasi di luar

pondok, akan di buatkan pamflet oleh bagian sekretariat pondok kemudian akan di

pasang di website Assalaam dan dicetak untuk kemudian di pasang di area

Pondok.

Ketigabelas bersahabat/komunikatif, Santri Assalaam berasal dari berbagai

latar belakang suku dan keluarga. Ketika sudah menjadi satu di Pondok menjadi

santri, maka akan menjadi santri yang sama santri Assalaam. Hal tersebut

membuat santri Assalaam menjadi lebih mudah bergaul dengan teman-teman

yang lainnya.

Keempatbelas cinta damai, Cinta damai identik dengan tidak ada

permusuhan. Namun dalam kehidupan sehari-hari santri, banyak terjadi

ketidakcocokan santri satu dengan yang lainnya. Hal ini lazim terjadi karena

perbedaan latar belakang, pendapat dan lain-lain. Ketika terjadi ketidakcocokan

pengasuh akan menyelesaikan masalah dengan mediasi.

Kelimabelas gemar membaca, Kegiatan pembiasaan membaca di

Assalaam dilakukan rutin adalah membaca Al Quran. Untuk jadwal yang sudah

pasti adalah setelah salat subuh dan setelah salat maghrib. Selain itu membaca Al

Quran dilaksanakan mandiri. Selain membaca Al Quran santri juga sering

membaca buku di perpustakaan. Perpustakaan Assalaam buka siang sampai pukul

15.00. Kemudian buka lagi malam hari setelah salat isya. Banyak santri yang

mengunjungi perpustakaan di malam hari.

Page 18: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

14

Keenambelas peduli lingkungan, Untuk menumbuhkan karakter peduli

lingkungan untuk santri adalah menjaga kebersihan area kamarnya masing-

masing. Santri di Pondok Assalaam tinggal di dalam asrama. Ada 5 asrama di area

lingkungan komplek santriwati. Yang menjadi tanggung jawab santri adalah

kamarnya masing-masing dan lingkungan asramanya. Untuk kamar, santri

membagi jadwal piket kamarnya masing-masing. Lalu untuk lingkungan asrama,

santri membagi piket asrama. Untuk kebersihan selain lingkungan asramanya

menjadi tanggung jawab bagian kebersihan. Selain bertanggung jawab dengan

kebersihan lingkungannya, santri juga diharapkan membuang sampah pada

tempatnya. Setiap dua minggu satu kali diadakan kebersihan umum. Menjelang

perpulangan santriwati juga di adakan kebersihan umum.

Ketujuhbelas peduli sosial, Karakter peduli sosial ditanamkan kepada

santri Assalaam melalui penggalangan dana jika ada orangtua santri yang

meninggal, terjadi bencana alam atau musibah. Jika ada orangtua santri yang

meninggal maka dana sosial tersebut akan diberikan langsung kepada keluarga

santri. Jika terjadi bencana alam atau musibah, dana yang sudah digalang akan

diserah terimakan melalui lembaga penyalur bantuan seperti ACT (Aksi Cepat

Tanggap).

Kedelapanbelas tanggung jawab, Penanaman nilai tanggung jawab yang

ditanamkan di Pondok Pesantren Assalaam pada dasarnya menyatu pada

kehidupan santri sehari-hari. Pertama, bertanggung jawab pada diri sendiri. Santri

diwajibkan bertanggung jawab atas segala kebutuhannya sendiri. Santri

melaksanakan segala rutinitas mulai bangun tidur, makan, salat, mencuci baju dan

kegiatan yang bersifat pribadi sendiri. Selain itu kegiatan-kegiatan yang ada di

dalam pondok juga wajib dilaksanakan oleh santri. Dengan adanya kewajiban

tersebut santri dituntun untuk dapat bertanggung jawab dalam menjalankan setiap

kegiatan dan dapat menerima segala konsekuensi atas segala sikap dan

perilakunya selama menjalankan kegiatan tersebut. Penanaman nilai tanggung

jawab tidak hanya mengajarkan santri untuk bertanggung jawab pada diri sendiri

tapi juga bertanggung jawab pada orang lain.

Page 19: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

15

3.3 Relevansi Pendidikan Karakter dalam Novel Sang Pencerah dan

Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata “relevansi” dimaknai

sebagai hubungan atau kaitan. Merujuk pada makna leksikal tersebut, pada sub

bab ini peneliti akan mengulas hubungan, kaitan, persamaan, dan perbedaan

antara pendidikan karakter dalam novel Sang Pencerah dengan pendidikan

karakter di PPMI Assalaam. Berdasarkan uraian pada bagian-bagian sebelumnya,

ditemukan bahwa relevansi dua variabel tersebut dapat diuraikan dalam empat

jenis relevansi, yaitu relevansi prinsip, tujuan, isi, dan cara.

3.3.1 Relevansi Prinsip

Dengan membandingkan prinsip pendidikan karakter dalam novel Sang

Pencerah yang telah diuraikan dengan lima prinsip pendidikan di PPMI

Assalaam, dapat dikemukakan bahwa keduanya relevan. Prinsip-prinsip yang

relevan adalah ketauhidan (berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah), berkemajuan

(modern), dan berdiri di atas semua golongan (egaliter).Meskipun dalam teks

ketiga prinsip itu dituliskan dengan diksi yang berbeda, namun ketiga prinsip

berpangkal pada keyakinan dasar yang sama.

Prinsip ketauhidan dengan prinsip berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah

adalah prinsip yang sama dan sebangun karena tauhid merupakan dasar ajaran Al-

Quran dan As-Sunnah. Mengimani ke-Esa-an Allah SWT berarti juga mengimani

Al-Quran dan As-Sunnah sebagai kitab suci yang sempurna sebagai pedoman

bertindak dan berperilaku. Tauhid dan Al-Quran dan As-Sunnah merupakan satu

kesatuan konsep. Tauhid adalah nilai, adapun Al-Quran dan As-Sunnah adalah

dalilnya. Setiap perintah dan larangan yang terdapat dalam Al-Quran dan As-

Sunnah merupakan pandangan yang berpangkal pada tauhid.

Modernitas adalah prinsip kedua yang relevan. Baik tokoh KH Ahmad

Dahlan maupun PPMI Assalaam sangat adaptif dan akomodatif terhadap gagasan-

gagasan baru, baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar komunitas. Sikap

ini berpangkal pada kesadaran bahwa dunia terus berubah dan manusia juga harus

berubah. Modernitas yang tercermin dalam sikap tokoh KH Ahmad Dahlan dan

prinsip yang dikembangkan PPMI Assalam tercermin dalam sikap yang

Page 20: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

16

memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bagian

yang penting untuk dipelajari. Baik dalam novel Sang Pencerah maupun PPMI

Assalaam, modernitas tidak dihadap-hadapkan secara berseberangan dengan

tradisi. Sejumlah tradisi yang dinilai relevan dan bernilai baik dipandang tetap

perlu dipertahankan.

Prinsip ketiga yang relevan adalah prinsip egaliterian yang oleh PPMI

Assalam disebut dengan istilah “berdiri di atas semua golongan”. Egaliterianisme

yang dibawa tokoh KH Ahmad Dahlan berkutat pada keyakinan bahwa manusia

memiliki kedudukan yang sama. Kemuliaan manusia tidak diukur berdasarkan

harta, pangkat, dan jabatannya melainkan berdasarkan ketaqwaannya kepada

Allah SWT. Adapun di PPMI Assalaam, prinsipegaliter tercermin dalam sikap

moderat yang menentang fanatisme, eksklusivitas, dan sekterianisme. Meskipun

disusun dengan redaksional yang berbeda, kedua prinsip ini berpijak pada

anggapan bahwa kedudukan manusia tidakditentukan oleh atribusi ekonomi dan

sosialnya, melainkan oleh ketaqwaannya terhadap Allah SWT.

3.3.2 Relevansi Tujuan

Pendidikan karakter dipahami sebagai proses pendidikan yang berorientasi

pada terbentuknya karakter positif pada peserta didik. Dari definisi sederhana

tersebut dapat diperoleh bahwa tujuan pendidikan karakter adalah membentuk

karakter positif peserta didik. Karakter positif dapat meliputi berbagai karakter

yang ditetapkan oleh masing-masing lembaga pendidikan sesuai dengan visi dan

misi lembaga bersangkutan.

Dalam novel Sang Pencerah disebutkan bahwa tujuan pendidikan karakter

adalah terbentuknya akhlak manusia Islam yang sesuai Al-Quran dan Al-Hadis.

Dalam Al-Quran disebutkan bahwa manusia memiliki peran sebagai khalifah di

muka bumi. Agar bisa menjalankan tugas besar tersebut, manusia harus memiliki

seperangkat nilai, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan tuntutan Islam.

Nilai dasar Islam telah disebutkan dalam Al-Quran, untuk memiliki pengetahuan

yang baik manusia perlu belajar dari berbagai sumber, adapun keterampilan bisa

diperoleh melalui berbagai proses latihan.

Page 21: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

17

Tujuan besar pendidikan tersebut dirinci dalam berbagai bagian novel

Sang Pencerah, terutama dalam adegan yang mengisahkan kemuliaan akhlak KH

Ahmad Dahlan. Misalnya, agar menjadi manusia yang memiliki akhlak yang

terpuji, pedoman yang harus digunakan adalah Al-Quran dan As-Sunnah. Jika ada

tradisi yang bertentangan dengan dua sumber hukum Islam tersebut, maka

seorang Muslim harus memiliki keberanian untuk menyatakan ketidaksetujuan

dan keberanian untuk memperbaikinya. Dengan demikian, ia tidak larut dalam

arus tradisi yang kurang baik.

Dalam buku Keassalaaman: Pedoman Bermuamalah di Lingkungan

Yayasan Majelis Pengajian Islam Surakarta disebutkan bahwa tujuan

penyelenggaraan pendidikan di PPMI Assalaam meliputi tiga hal, yaitu (1)

membentuk kader-kader ulul albab yang ikut aktif dalam usaha amar maruf nahi

mungkar; (2) mengembangkan sikap hidup modern berdasarkan Al-Quran dan

As-Sunnah Al-Maqbullah dalam keihlasan, kedisiplinan, ketertiban, kebersihan,

kedamaian, dan keteladanan; dan (3) menjadikan santri sebagai generasi muda

yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter

dalam novel Sang Pencerah dan pendidikan karakter di PPMI Assalam memiliki

relevansi dalam tujuan, yaitu terciptanya generasi yang memiliki akhlak sesuai

dengan Al-Quran dan As-Sunnah. Salah satu karakter manusia yang ingin

diciptakan dalam keduanya adalah manusia yang berpikir maju dan modern

dengan tetap berpegang teguh pada ajaran Al-Quran dan As-Sunnah. Namun

demikian, keduanya juga mengakomodasi perubahan dan perkembangan,

sehingga akhlak berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah diterjemahkan pada

konteks yang berbeda-beda.

3.3.3 Relevansi Isi

Berdasarkan kajian sosiologi sastra terhadap teks novel Sang pencerah

ditemukan bahwa dalam novel tersebut ditemukan 18 jenis pendidikan karakter.

Sementara itu, juga telah dikemukakan pendidikan karakter di PPMI Assalaam.

Berdasarkan hasil wawancara, melihat dokumentasi, dan observasi di lapangan

ditemukan bahwa terdapat 18 pendidikan karakter sebagaimana tercantum dalam

Page 22: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

18

Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan

Karakter.

Meskipun nilai pendidikan karakter dalam novel Sang Pencerah dan

implementasinya dalam pendidikan karakter di PPMI Assalaam dikatakan sama-

sama memuat 18 nilai pendidikan karakter, namun porsi dan intensitasnya

berlainan. Selain itu, antara nilai yang digambarkan dalam novel dengan nilai

yang diamalkan dalam PPMI Assalaam juga memiliki perbedaan dalam aspek

teknis. Perbedaan tersebut terjadi karena setting waktu dalam novel berbeda

dengan waktu pengambilan data di PPMI Assalam. Kisah dalam novel Sang

Pencerah terentang pada akhir abad 18 hingga abad 19 yaitu ketika KH Ahmad

Dahlan lahir pada 1 Agustus 1868 dan meninggal pada 23 Februari 1923. Adapun

pengambilan data di PPMI Assalam dilakukan pada 2017 dan 2018. Perbedaan

era atau seting waktu tersebut tentu membawa implikasi yang berbeda karena

perkembangan zaman, struktur sosial, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih konkret, relevansi isi antara

pendidikan karakter dalam novel Sang Pencerah dengan pelaksanaannya di PPMI

Assalam disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Pendidikan Karakter dalam Novel Sang Pencerah dan

Implementasi Pendidikan Karakter di PPMI Assalaam

No Nilai Pendidikan

Karakter

Penggambaran dalam

novel Sang Pencerah

Implementasi di PPMI

Assalam

1. Religius Melaksanakan salat,

zakat, puasa, haji

Salat berjamaah, zakat,

puasa, berkurban, umrah

bersama

2. Jujur Mengakui kesalahan

yang dilakukan.

- Mengerjakan tes atau ujian

tanpa mencontek.

- Memberikan sanksi kepada

siswa yang mencontek,

berbohong, mencuri, dll.

3. Toleransi - Menghormati orang

lain yang

mempercayai ramalan

- Menghormati teman

yang berbeda suku.

- Menghormati teman

Page 23: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

19

No Nilai Pendidikan

Karakter

Penggambaran dalam

novel Sang Pencerah

Implementasi di PPMI

Assalam

Jayabaya.

- Mempelajari agama

orang lain.

yang berbeda pendapat.

4. Disiplin - Terdapat nasihat,

disiplin dalam

mengerjakan sesuatu

akan membuat urusan

menjadi lebih lancar.

- Melaksanakan salat lima

waktu tepat pada

waktunya.

- Berangkat ke sekolah

sesuai waktu yang telah

ditentukan.

5. Kerja Keras - Menggunakan waktu

luang untuk belajar

bahasa Arab.

- Bersungguh-sungguh

dalam mengikuti

pembelajaran di kelas.

- Bersungguh-sungguh

menyelesaikan target-

target kelulusan.

6. Kreatif Mengambil siasat untuk

menghadapi situasi sulit.

Menempuh cara baru

untuk menyelesaikan

perselisihan.

- Munculnya karakter

kreatif karena kegiatan-

kegiatan yang disusun

mengharuskan santri

membuat sesuatu yang

baru.

7. Mandiri - Sejak usia 13 tahun

Kiai Dahlan sudah

pergi haji sendiri dan

harus mengurus

semua keperluannya

sendiri.

Mengurus keperluan pribadi

seperti baju, kebersihan

kamar, secara mandiri.

8. Demokratis KH Ahmad Dahlan

berunding untuk

menentukan materi yang

akan dipelajari.

- Memilih ketua organisasi

pelajar (op) secara

bersama-sama.

- Merencanakan kegiatan

Page 24: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

20

No Nilai Pendidikan

Karakter

Penggambaran dalam

novel Sang Pencerah

Implementasi di PPMI

Assalam

Meminta saran santri saat

akan menentukan nama

persarikatan yang dirikan.

melalui musyawarah.

9. Rasa Ingin Tahu - Santri bertanya

tentang hal-hal yang

belum dipahaminya

kepada KH Ahmad

Dahlan.

- Santri melakukan

pengamatan astronomi

menggunakan teropong

bintang.

- Santri melakukan

penelitian dalam klub

karya ilmiah remaja

10. Semangat

Kebangsaan

Mendirikan perkumpulan

pembaharu dalam bidang

pendidikan.

Mengabdikan dirinya

supaya kehidupan

masyarakat lebih baik

lagi.

11 Cinta Tanah Air Mengikuti Organisasi

kebangsaan Budi Utomo.

- Melaksanakan upacara

bendera, menyanyikan

lagu kebangsaan,

memperkenalkan

pahlawan nasional.

12 Menghargai Prestasi Memberikan pujian jika

ada hal baik yang

dilakukan oleh orang

lain.

Memberikan hadiah untuk

santri berprestasi, santri

teladan, santri terajin.

Memberikan beasiswa untuk

rangking 10 paralel santri

MTs yang akan melajutkan

ke jenjang SMA

Memberikan hadiah ibadah

umroh gratis bagi santri yang

Page 25: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

21

No Nilai Pendidikan

Karakter

Penggambaran dalam

novel Sang Pencerah

Implementasi di PPMI

Assalam

hafal 30 juz

13 Bersahabat/Komunik

atif

Bergaul dengan banyak

kalangan. Dengan bangsa

belanda, kalangan

nasionalis, kalangan kiai,

kalangan rakyat miskin.

Membina hubungan baik

dengan seluruh santri.

Walaupun berbeda tingkat,

berbeda asal daerah, berbeda

suku.

14 Cinta Damai Kiai Dahlan mengalah

dengan orang yang

memusuhinya, tidak

berusaha untuk membalas

dendam.

Penyelesaian konflik

antarsantri melalui mediasi.

15 Gemar Membaca Kiai Dahlan sudah

membaca hampir semua

kitab karangan Kiai

Sholeh Darat dan juga

membaca berbagai jenis

buku dan majalah.

Menggunakan waktu luang

untuk membaca buku di

perustakaan atau

menghafalkan kitab.

16 Peduli lingkungan Menjaga kebersihan

kompleks masjid Gede

Menjaga kebersihan

lingkungan sekitar asrama

dimana santri tinggal.

17 Peduli sosial Sering memberi makan

orang-orang miskin.

Mengajak orang-orang

kaya untuk ikut

menyumbangkan baju

bekas dan makanan untuk

orang miskin

Mengadakan penggalangan

dana saat terjadi bencana

alam.

Melakukan bakti sosial untuk

desa yang membutuhkan

bantuan.

18 Tanggung jawab Kyai Dahlan bertanggung

jawab sebagai anak kai

harus belajar agama lebih

banyak daripada yang

Santri bertanggung jawab

atas dirinya sendiri selama

hidup di dalam pondok.

Page 26: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

22

No Nilai Pendidikan

Karakter

Penggambaran dalam

novel Sang Pencerah

Implementasi di PPMI

Assalam

lain karena akan menjadi

penerus ayahnya.

3.3.4 Relevansi Cara

Pendidikan karakter dalam novel Sang Pencerah dilakukan melalui

berbagai cara, antara lain melalui pemberian nasihat berupa ceramah, dialog atau

diskusi, pembiasaan, peneladanan, dan pembelajaran berbasis penyelesaian

masalah. Cara-cara tersebut juga digunakan PPMI Assalaam dalam pelaksanaan

pendidikan karakter bagi santri.

Metode ceramah merupakan metode pembelajaran yang sangat umum

dipraktikkan dalam berbagai lembaga pendidikan dan di berbagai kesempatan.

Metode ini relatif mudah dan murah karena tidak menuntut prasyarat kondisi dan

alat tertentu. Model pembelajaran ini hanya mempersyaratkan kehadiran guru atau

ustad yang memiliki pengetahuan dan santri yang mendengarkan. Meskipun kerap

dipandang sebagai metode pembelajaran yang kuno, metode ini masih tetap

digunakan baik di sekolah, pesantren, perguruan tinggi, maupun lembaga-lembaga

pendidikan lain.

Dalam berbagai adegan dalam novel Sang Pencerah digambarkan KH

Ahmad Dahlan memberikan ceramah kepada murid-muridnya ketika mereka

mengaji di langgar. Dalam kesempatan ini murid-murid duduk untuk

mendengarkan penjelasan KH Ahmad Dahlan mengenai berbagai persoalan hidup

dan nilai yang akan diajarkan. Di berbagai kesempatan KH Ahmad Dahlan juga

menceritakan kisah-kisah teladan agar hikmahnya atau amanatnya dapat dipahami

dan diamalkan oleh santri.

Di PPMI Assalam, model ceramah juga digunakan di berbagai

kesempatan, baik dalam pembelajaran dalam kelas maupun proses pembelajaran

di luar kelas. Di dalam kelas guru memberikan penjelasan tertentu mengenai hal-

hal baik dan buruk berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah. Dalam hal ini cermah

guru atau ustad menjadi penting karena ustad mewakili institusi yang memiliki

Page 27: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

23

legitimasi untuk mendidik. Sebagai orang yang lebih dewasa, berpendidikan lebih

tinggi, dan memiliki legitimasi keilmuan, cermah dari guru atau ustad memiliki

bobot didaktis yang tinggi.

Metode diskusi juga digunakan tokoh KH Ahmad Dahlan dalam berbagai

kesempatan pembelajaran bersama santri. Salah satu adegan menunjukkan tokoh

KH Ahmad Dahlan bertanya kepada santrinya tentang topik apa yang akan

dipelajari pada kesempatan tersebut. Pertanyaan ini merupakan pintu pembuka

diskusi yang memungkinkan santri dapat menyatakan gagasannya secara leluasa.

Melalui pertanyaan ini, tokoh KH Ahmad Dahlan memberi kesempatan kepada

santri untuk mengungkapkan pendapat mengenai hal-hal yang menarik minatnya,

juga tanggapan mereka terhadap persoalan yang dihadapi.

Saat tokoh KH Ahmad Dahlan berencana mendirikan perkumpulan, ia

juga membuka diskusi dengan santri-santrinya. Nama Muhammadiyah yang

kemudian hari menjadi nama persarikatan yang didirikan KH Ahmad Dahlan

merupakan nama yang diperoleh dari usulan Sangidu, salah satu muridnya. Dalam

proses pemilihan nama tersebut terdapat diskusi antara santri dengan KH Ahmad

Dahlan tanpa adanya jarak yang memisahkan keduanya.

Metode diskusi dipraktikkan oleh seluruh guru atau ustad di PPMI

Assalam di berbagai kesempatan. Selain dalam kegiatan intrakurikuler dalam

kelas, metode ini juga digunakan dalam kegiatan halaqoh mantiqoh, halaqoh

hujroh, dan konsultasi pengurus organisasi pelajar dengan pembimbing dalam

penyusunan progam dan perencanaan kegiatan. Dalam halaqoh mantiqoh santri

dalam satu rayon berkumpul untuk mendiskusikan dinamika kehidupan asrama,

seperti tentang kebersihan, ketertiban, aturan baru, dan penetapan sanksi bagi

pelanggar. Adapun dalam halaqoh hujroh santri dan ustad membahas hal-hal yang

lebih personal dalam lingkup penghuni kamar, seperti hubungan antarsantri dalam

satu kamar, kebersihan, dan lainnya. Adapun dalam proses bimbingan antara

pengurus organisasi pelajar dan pembimbingnya, santri biasanya mengusulkan

program-program kegiatan yang diminati. Ustad atau Ustdzah memberikan

pertimbangan kebaikan dan keburukan usulan santri tersebut untuk

ditindaklanjuti.

Page 28: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

24

Metode pendidikan karakter lain yang terdapat dalam novel Sang

Pencerah adalah pembiasaan (habituasi) dalam melaksanakan hal-hal baik. Dalam

novel Sang Pencerah salah satu proses pendidikan ini ditunjukkan dalam

pelaksanaan salat berjamaah di masjid secara rutin. Salat berjamaah merupakan

salah satu ritual utama dalam agama Islam, terutama bagi laki-laki. Pembiasaan

melaksanakan salat berjamaah bukan hanya berguna membantuk karakter disiplin,

tetapi juga menjadi sarana membangun hubungan baik antarumat.

Di lingkungan PPMI Assalaam, habituasi juga menjadi metode yang

sangat diandalkan. Untuk mengembangkan karakter relijius, setiap santri

dibiasakan bangun pagi dan segera melaksanakan salat Subuh berjamaah di

masjid. Demikian pula pada waktu salat yang lain, setiap santri yang sedang tidak

berhalangan diwajibkan melaksanakan salat berjamaah di masjid. Kebiasaan yang

secara terus-menerus ini sangat berguna agar karakter relijius dan disiplin terpatri

dalam setiap santri.

Selain pembiasaan, peneladanan adalah metode lain yang dapat dijumpai

dalam novel Sang Pencerah sekaligus dilaksanakan di PPMI Assalaam. Dalam

novel Sang Pencerah dapat ditemukan berbagai kebaikan yang dilakukan oleh

tokoh KH Ahmad Dahlan dan kemudian ditirukan oleh murid-muridnya. Pada

halaman 103 diceritakan tokoh KH Ahmad Dahlan memberikan kain kepada tiga

orang penjual sapi yang miskin. Ibadah sosial yang dilakukan oleh KH Ahmad

Dahlan menjadi model perilaku yang ditiru oleh murid-muridnya. Bahkan pada

kemudian hari ketika Persarikatan Muhammadiyah terbentuk, amal sosial menjadi

salah satu visi organisasi.

Di PPMI Assalam keteladanan dari pengelola dan ustad dan ustazah

ditunjukkan dalam berbagai bentuk perilaku. Selain salat berjamaah, guru

memberikan teladan dalam berbicara, berpakaian, dan menjaga kebersihan

lingkungan. Dalam hal berbicara, misalnya, pengelola dan guru membiasakan diri

berbahasa secara santun dalam tiga bahasa agar ditiru oleh para santri. Dalam hal

berpakaian, pengelola dan guru menggunakan pakaian panjang yang menutup

aurat serta dalam kondisi rapi dan bersih. Adapun dalam menjaga kebersihan

Page 29: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

25

lingkungan, para guru membersihkan lingkungan tempat tinggalnya agar ditiru

oleh santri.

4. Penutup

Berdasarkan uraian hasil penelitian yang dipaparkan pada penelitian ini, dapat

simpulkan hal-hal sebagai berikut:

4.1 Dalam novel Sang Pencerah terdapat berbagai amanat yang substansinya

sesuai dengan 18 nilai pendidikan karakter sebagaimana tersebut dalam Surat

Edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor:384/MPN/LL/2011

tentang Pendidikan Karakter.Nilai pendidikan karakter dalam novel tersebut

disampaikan secara tersurat dan tersirat melalui narasi, dialog, dan konflik

yang dialami tokoh.

4.2 PPMI Assalam telah mengimplementasikan 18 nilai pendidikan karakter

dalam proses pendidikan terhadap santri, baik dalam kegiatan intrakurikuler

maupun ekstrakrukuler. Nilai-nilai pendidikan karakter tersebut dilaksanakan

dengan mempertimbangkan kondisi sosial budaya pesantren dan dengan porsi

yang beragam sesuai dengan kebutuhan dan situasi.

4.3 Nilai pendidikan karakter dalam novel Sang Pencerah memiliki relevansi

dengan pendidikan karakter di PPMI Assalaam dalam empat hal, yaitu

relevansi prinsip, relevansi tujuan, relevansi isi, dan relevansi cara. Meskipun

relevan, nilai pendidikan karakter dalam Sang Pencerah dengan nilai

pendidikan karakter yang diajarkan di PPMI Assalaam memiliki perbedaan

karena perbedaan setting waktu dan perkembangan zaman di berbagai bidang.

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia. 2011. Pangkalan Data Pondok Pesantren. (http://pbsb.ditpdpontren.kemenag.go.id/pdpp/Diakses pada 6 Januari 2018

Dhofier, Zamakhsyari, 2011. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES

Hidayatullah, Furqon. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta. Yuma Pustaka.

H.B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press

Page 30: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PENCERAHeprints.ums.ac.id/66867/2/PUBLIKASI ILMIAH.pdf · ROSI DIANA SARI Q 100 100 027 ... pesantren didirikan tanpa campur tangan pemerintah

26

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung; Alfabeta

Zarkasyi, Abdullah Syukri. 2005. Manajemen Pesantren Pengalaman Pondok Modern Gontor. Ponorogo; Trimurti Press