sri dewi wulansari g 701 10 027

102
FORMULASI KUNYIT PROGR FAKULTAS MAT MASKER WAJAH GEL PEEL OFF T PUTIH (Curcuma mangga Valeton SKRIPSI SRI DEWI WULANSARI G 701 10 027 RAM STUDI FARMASI JURUSAN K TEMATIKA DAN ILMU PENGETA UNIVERSITAS TADULAKO JULI 2014 F EKSTRAK & Zijp) KIMIA AHUAN ALAM

Upload: indaharlinda

Post on 26-Dec-2015

485 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

skripsi

TRANSCRIPT

Page 1: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

FORMULASI MASKER WAJAH GEL PEEL OFF EKSTRAKKUNYIT PUTIH (Curcuma mangga Valeton & Zijp)

SKRIPSI

SRI DEWI WULANSARI

G 701 10 027

PROGRAM STUDI FARMASI JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

JULI 2014

FORMULASI MASKER WAJAH GEL PEEL OFF EKSTRAKKUNYIT PUTIH (Curcuma mangga Valeton & Zijp)

SKRIPSI

SRI DEWI WULANSARI

G 701 10 027

PROGRAM STUDI FARMASI JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

JULI 2014

FORMULASI MASKER WAJAH GEL PEEL OFF EKSTRAKKUNYIT PUTIH (Curcuma mangga Valeton & Zijp)

SKRIPSI

SRI DEWI WULANSARI

G 701 10 027

PROGRAM STUDI FARMASI JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

JULI 2014

Page 2: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

ii

FORMULASI MASKER WAJAH GEL PEEL OFF EKSTRAKKUNYIT PUTIH (Curcuma mangga Valeton & Zijp)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratandalam menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1)

Program Studi Farmasi pada Jurusan Kimia FMIPAUniversitas Tadulako

SRI DEWI WULANSARI

G 701 10 027

PROGRAM STUDI FARMASI JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

JULI 2014

ii

FORMULASI MASKER WAJAH GEL PEEL OFF EKSTRAKKUNYIT PUTIH (Curcuma mangga Valeton & Zijp)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratandalam menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1)

Program Studi Farmasi pada Jurusan Kimia FMIPAUniversitas Tadulako

SRI DEWI WULANSARI

G 701 10 027

PROGRAM STUDI FARMASI JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

JULI 2014

ii

FORMULASI MASKER WAJAH GEL PEEL OFF EKSTRAKKUNYIT PUTIH (Curcuma mangga Valeton & Zijp)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratandalam menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1)

Program Studi Farmasi pada Jurusan Kimia FMIPAUniversitas Tadulako

SRI DEWI WULANSARI

G 701 10 027

PROGRAM STUDI FARMASI JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

JULI 2014

Page 3: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

iii

Page 4: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

iv

Page 5: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

v

Page 6: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

vi

A B S T R A K

Kulit secara alami dapat mengalami penuaan dini disebabkan oleh radikalbebas yang berasal dari lingkungan seperti polusi, matahari, gesekan mekanik dansuhu panas atau dingin. Berkaitan dengan hal tersebut maka dibutuhkan zatantioksidan untuk mencegah terjadinya reaksi reaktif radikal bebas. Salah satutanaman yang memiliki khasiat sebagai antioksidan yang berasal dari alam adalahkunyit putih (Curcuma mangga Valeton & Zijp). Oleh karena itu, dalampenelitian ini ekstrak kunyit putih diformulasikan menjadi bahan masker wajahgel peel off dengan menggunakan basis hidrogel. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui konsentrasi PVA (Polivinil alkohol) yang optimum untukmenghasilkan sediaan masker wajah gel peel off ekstrak kunyit putih yangmemenuhi mutu fisik dan stabilitas sediaan gel sehingga dapat stabil dalam waktupenyimpanan. Pada penelitian ini ekstrak etanol kunyit putih diformulasi menjadisediaan gel dengan menggunakan variasi konsentrasi basis polivinil alkohol yaitu10%, 15% dan 20% serta dilakukan pemilihan formula optimum. Formulaoptimum yang didapatkan yaitu formula A dengan menggunakan polivinil alkohol10%, kemudian dilakukan evaluasi karakteristik mutu fisik dan stabilitas meliputipengamatan organoleptis, homogenitas, pengukuran pH, viskositas, daya sebardan lama waktu sediaan mengering selama 21 hari pada suhu penyimpanan yangberbeda, yaitu pada suhu kamar dan suhu 40oC. Data hasil evaluasi dianalisissecara deskriptif dan secara statistik menggunakan metode ANOVA.

Hasil penelitian sediaan gel peel off pada formula optimum menunjukkansediaan yang stabil meliputi homogenitas, pH, viskositas, daya sebar dan lamawaktu mengering dengan nilai data secara statistik menunjukkan bahwa tidakberbeda secara signifikan (p>0,05).

Kata kunci : Rimpang kunyit putih (Curcuma mangga Valeton & Zijp), maskerwajah gel peel off, polivinil alkohol.

Page 7: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

vii

A B S T R A C T

Skin may experience premature aging naturally caused by free radicals thatcome from the environment such as pollution, sunlight, mechanical friction, andhot or cold temperature. In this regard, it is necessary antioxidants to prevent freeradicals reactive reaction. One of the plants that have natural antioxidantproperties is white turmeric (Curcuma mangga Valeton & Zijp). Therefore, in thisresearch the white turmeric extract is formulated into a gel material peel-off facemask using a hydrogel base. This study is aimed to determine the optimumconcentration of PVA (polyvinyl alcohol) to produce a gel peel-off face maskpreparation of white turmeric extract that fullfil the physical quality and stabilityof gel preparation, so it can be stable during storage. In this study, the ethanolextract of white turmeric is formulated into a gel preparation using variousconcentration of polyvinyl alcohol base, that is 10%, 15% and 20% and thenchoosing the optimum formula. The optimum formula is formula A that using10% of polyvinyl alcohol, then evaluated the characteristic of physical quality andstability include organoleptic observation, homogeneity, pH measurement,viscosity, spreadibility and the preparation’s time to dry out for 21 days atdifferent temperature of storage, specifically at room temperature and 40oC.Evaluation data were analyzed descriptively and statistically using ANOVAmethods.

The results of optimum formula peel-off gel preparation showed by thedata value statistically that the stable preparation include homogeneity, pH value,viscosity, spreadibility, and the drying time was not significantly different.

Keywords: White Turmeric (Curcuma mangga Valeton & Zijp), peel-off facemask gel, polyvinyl alcohol.

Page 8: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Alhamdulillahirrabbil’alamiin, Tiada kata yang pantas dan patut penulis

ucapkan, selain memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. karena atas

rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

yang berjudul “Formulasi Masker Wajah Gel Peel Off Ekstrak Kunyit Putih

(Curcuma mangga Valeton & Zijp)”.

Penelitian dan penulisan skripsi dilakukan dalam rangka memenuhi salah

satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Program Studi Farmasi. Adapun penyelesaian tugas akhir

didasarkan pada literatur dan bahan kuliah, serta bimbingan dan arahan dari

bapak/ibu dosen pembimbing serta pihak-pihak terkait. Selama penyusunan

skripsi, penulis tidak terlepas dari berbagai hambatan, namun berkat usaha, kerja

keras, kesabaran, doa serta dukungan baik bersifat materi maupun bersifat moril

sehingga hambatan tersebut dapat teratasi dan skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis dengan segala hormat menyampaikan terima kasih sedalam-

dalamnya kepada semua pihak yang berperan penting dalam penyelesaian skripsi

ini, teristimewa penulis persembahkan untuk orang yang telah membesarkan,

mendidik dan membimbing penulis selama 21 tahun, yakni Ayahanda

Syahbuddin dan ibunda Nursiah Abbas. Tak lupa pula rasa terima kasih yang

tak terhingga penulis persembahkan kepada adik tersayang Lidwina Azzahra dan

Mohammad Afandi Syahputera yang selalu memberikan dorongan dan

dukungan serta mendoakan kesuksesan penulis.

Page 9: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

ix

Penghargaan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada Ibu Yuliet,

S.Si., M.Si., Apt. dan Bapak Syariful Anam, S.Si., M.Si., Apt. selaku Dosen

Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, wawasan, arahan, dan

meluangkan waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada

penyelesaian penelitian dan penulisan skripsi, penulis mendapat bantuan dari

berbagai pihak, untuk itu dengan segala hormat ucapan terimakasih penulis

sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Basir, S.E., M.S., selaku Rektor Universitas

Tadulako yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk

menempuh pendidikan di Universitas Tadulako.

2. Bapak Drs. H. Abdullah, MT., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Tadulako beserta jajarannya yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program

pendidikan Farmasi di FMIPA UNTAD Palu.

3. Bapak Syariful Anam, S.Si., M.Si., Apt. selaku Koordinator Program Studi

Farmasi FMIPA UNTAD.

4. Ibu Alwiyah Mukaddas, S.Farm., M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing

akademik dan sebagai dosen penguji yang selalu memberikan motivasi,

kritikan dan bimbingan kepada penulis.

5. Dra. Hj. Nurlina Ibrahim, M.Si., Apt., Evi Sulastri, S.Si., M.Si., Apt.,

Yusriadi, S.Si., M.Si., Apt., Akhmad Khumaidi, S.Si., M.Sc., Apt., selaku

dosen pembahas yang telah memberikan masukan, arahan dan kritikan hingga

selesainya skripsi ini.

Page 10: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

x

6. Seluruh staf Dosen Program Studi Farmasi FMIPA UNTAD yang telah

membantu penulis sejak awal kuliah hingga terselesaikannya tugas akhir ini.

7. Laboran farmasi FMIPA UNTAD (ka wira, ka vana, ka wayan, ka ian dan ka

deni) yang selalu sabar mendampingi sejak awal penelitian.

8. Untuk Arfandi yang saya banggakan yang telah memberikan dukungan moril

maupun material selama ini, maafkan jika penulis selalu merepotkan.

9. Keluargaku yang tercinta, khususnya om pendo terima kasih buat semua

bantuan, dukungan dan doanya.

10. Sahabat-sahabat tersayang (ida nurlelah, agatha cristy pagiu, shelly theresia

mogadi, gietha naurandhini pasaribu, crista octaviani, febri astuti, octavianna

bekti rahayu, pinkan sovia wengkang, adiray yudhistira) yang selalu

memberikan dukungan dan doa, maafkan saya selalu merepotkan kalian.

11. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa angkatan 2010 (POT’10) yang tidak

dapat penulis sebut namanya satu persatu, terima kasih atas segala

kebersamaan, kerja sama, bimbingan, bantuan, motivasi dan maaf bila ada

kata atau tingkah laku yang melukai perasaan selama ini.

12. Seluruh mahasiswa Farmasi Angkatan 2009, 2011, 2012 dan 2013.

13. Dan tak lupa, teman sekamar KKNPI (isra, ika dan intan) serta keluarga

namun tak sedarah yaitu seluruh warga Desa Pusungi Kec. Ampana Tete

yang menerima saya dengan iklas selama 2 bulan dan telah memberikan

semangat motivasi hingga sekarang.

14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu yang telah

membantu penulis selama penelitian dan selama penyusunan skripsi ini.

Page 11: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

xi

Penulis berharap semoga ALLAH SWT. membalas segala kebaikan yang

telah diberikan kepada penulis dan semoga ALLAH SWT. senantiasa

melimpahkan Nikmat, Hidayah, dan Rahmat_Nya kepada kita semua. Penulis

menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga

masukan berupa Kritik dan saran yang membangun sangat penulis butuhkan untuk

memperbaiki dan menyempurnakan tulisan ini. Akhirnya dengan segala

kerendahan hati dan semoga apa yang tersirat dalam tulisan ini dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak.

` Palu, Juli 2014Penulis,

(Sri Dewi Wulansari)

Page 12: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................i

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ...........................................iv

HALAMAN PERNYATAAN ...........................................................................v

ABSTRAK .........................................................................................................vi

ABSTRACT .......................................................................................................vii

KATA PENGANTAR .......................................................................................viii

DAFTAR ISI.......................................................................................................xii

DAFTAR TABEL ..............................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xvi

DAFTAR ISTILAH ...........................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................11.1 Latar Belakang .............................................................................11.2 Rumusan masalah ........................................................................51.3 Tujuan Penelitian .........................................................................51.4 Manfaat Penelitian .......................................................................51.5 Batasan Masalah ..........................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................72.1 Tumbuhan Kunyit Putih ..............................................................72.2 Ekstraksi ......................................................................................102.3 Kulit .............................................................................................132.4 Masker Wajah ..............................................................................162.5 Sediaan Gel ..................................................................................18

Page 13: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

xiii

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................303.1 Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................303.2 Alat dan Bahan Penelitian ...........................................................303.3 Prosedur Penelitian ......................................................................313.4 Analisis Data ...............................................................................36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. .........374.1 Hasil penelitian ............................................................................374.2 Pembahasan .................................................................................45

BAB V PENUTUP ..........................................................................................575.1 Kesimpulan ..................................................................................575.2 Saran ............................................................................................57

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................58

LAMPIRAN .......................................................................................................62

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................84

Page 14: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Formula Masker Wajah Gel Peel Off .................................................33

Tabel 4.1 Sifat Fisik Masker Wajah Gel Peel Off Ekstrak Kunyit Putih ...........37

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Organoleptis .........................................................38

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Homogenitas ........................................................39

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran pH .........................................................................40

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Viskositas .............................................................41

Tabel 4.6 Hasil pengukuran Daya Sebar ............................................................42

Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Waktu Mengering .................................................43

Tabel 4.8 Hasil Uji Paired Samples t Test .........................................................44

Page 15: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kunyit Putih ...................................................................................8

Gambar 2.2 Rumus Struktur Kurkuminoid ........................................................9

Gambar 2.3 Penampang Kulit ............................................................................13

Gambar 2.4 Rumus Bangun Polivinil Alkohol ..................................................26

Gambar 2.5 Rumus Bangun Karbomer ..............................................................27

Gambar 2.6 Rumus Bangun Gliserin .................................................................28

Gambar 2.7 Rumus Bangun Metil Paraben .......................................................29

Gambar 4.1 Grafik Pengukuran pH ...................................................................40

Gambar 4.2 Grafik Pengukuran Viskositas ........................................................41

Gambar 4.3 Grafik Pengukuran Daya Sebar ......................................................42

Gambar 4.4 Grafik Pengukuran Waktu Mengering ...........................................43

Page 16: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Keterangan Hasil Determinasi Kunyit Putih ......................62

Lampiran 2 Hasil Determinasi Kunyit Putih ...................................................63

Lampiran 3 Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Etanol Kunyit Putih ...............64

Lampiran 4 Skema Kerja Pembuatan Gel .......................................................65

Lampiran 5 Evaluasi Mutu Fisik Dan Stabilitas Gel ......................................66

Lampiran 6 Perhitungan ..................................................................................67

Lampiran 7 Uji ANOVA dua arah ..................................................................70

Lampiran 8 Uji Paired Samples t Test ............................................................72

Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian ...............................................................80

Lampiran 10 Foto Alat Yang Digunakan Selama Penelitian ............................83

Page 17: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

xvii

DAFTAR ISTILAH

Adhesi : Gaya tarik menarik antar molekul yang berbeda jenisnya. Gaya

ini menyebabkan antara zat yang satu dengan yang lain dapat

menempel dengan baik karena molekulnya saling tarik

menarik atau merekat.

Alkalizing Agent : Bahan yang berfungsi sebagai pembasa, ketika keadaan suatu

sediaan bersifat asam.

Biocompatible : Sifat material yang dapat memberikan performa pada respon

yang sesuai di sebuah aplikasi yang spesifik, adalah bahan

sintetis atau alami yang digunakan untuk mengganti bagian

dari sistem hidup atau untuk berfungsi dalam kontak dengan

jaringan hidup. Bahan biokompatibel dimaksudkan untuk

antarmuka dengan sistem biologi untuk mengevaluasi,

mengobati, menambah atau mengganti setiap jaringan, organ

atau fungsi tubuh.

Biodegradable : Kemampuan untuk terurai, dengan aman dan relatif cepat,

secara biologis, ke dalam bahan-bahan mentah alam dan

membaur kembali ke lingkungan, bisa saja bahan padat yang

terurai ke dalam tanah atau bahan cair yang terurai ke dalam

air.

Coil : Suatu bentuk bundar berupa gulungan yang terbentuk oleh

serangkaian lingkaran yang konsentris.

Page 18: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

xviii

Filming Agent : Bahan yang berfungsi sebagai pembentuk lapisan flim setelah

pengaplikasian sediaan gel masker peel off.

Gelling Agent : Bahan yang berfungsi sebagai pembentuk gel.

Peel off : Terkelupas.

Plasticizer : Material yang ditambahkan untuk meningkatkan beberapa sifat

atau properties dari polimer, misalnya kemampuan kerja

(workability), ketahanan terhadap panas (heat resistance),

ketahanan terhadap temperatur rendah (low-temperature

resistance), ketahanan terhadap cuaca (weathering resistance),

sifat insulasi (insulation properties), ketahanan terhadap

minyak (oil resistance).

Tensile strength : Tegangan maksimum yang dapat ditahan oleh suatu material

ketika sedang diregangkan atau ditarik sebelum suatu material

saling terpisah, diukur sebagai gaya per satuan luas.

Page 19: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit adalah organ tubuh yang merupakan permukaan luar organisme

dan membatasi lingkungan dalam tubuh dengan lingkungan luar. Kulit

berfungsi untuk melindungi jaringan terhadap kerusakan kimia dan fisik,

terutama kerusakan mekanik dan terhadap masuknya mikroorganisme

(Setiadi, 2007).

Kulit secara alami dapat mengalami penuaan dini dan hal ini dapat

disebabkan oleh sumber radikal bebas yang berasal dari lingkungan seperti

polusi udara, sinar matahari, gesekan mekanik, suhu panas atau dingin dan

reaksi oksidasi yang berlebihan yang dapat menyebabkan reaksi oksidatif

seperti kerusakan sel atau kematian sel. Penuaan kulit dapat menurunkan

elastisitas kulit dan menyebabkan kerusakan melanin (Mutchler, 1991).

Tubuh manusia memiliki sistem antioksidan untuk mengenal

reaktivitas radikal bebas, yang secara berkelanjutan dibentuk sendiri oleh

tubuh. Tetapi dalam keadaan tertentu tubuh tidak dapat mengatasinya sendiri

sehingga tubuh memerlukan zat-zat antioksidan dari luar tubuh untuk

mencegah terjadinya reaksi reaktif radikal bebas tersebut.

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat oksigen

Page 20: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

2

reaktif dan radikal bebas dalam tubuh. Senyawa antioksidan akan

menyerahkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas sehingga menjadi

bentuk molekul yang normal kembali dan menghentikan berbagai kerusakan

yang ditimbulkan (Dalimartha & Soedibyo, 1999). Antioksidan berperan

sangat penting dalam melindungi kulit karena antioksidan menyerap radikal

bebas dan kembali dinetralisir. Berdasarkan sumber perolehannya ada 2

macam antioksidan yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintetik. Adanya

kekhawatiran akan kemungkinan efek samping yang belum diketahui dari

antioksidan sintetik menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif yang

sangat dibutuhkan. Antioksidan alami umumnya mempunyai gugus hidroksil

dalam struktur molekulnya (Sunarni, 2005).

Penggunaan kosmetik yang mengandung senyawa antioksidan dapat

mencegah terjadinya penuaan dini akibat radikal bebas. Salah satu tanaman

yang memiliki khasiat sebagai antioksidan dan berasal dari alam adalah

kunyit putih. Rimpang kunyit putih mengandung senyawa metabolit sekunder

diantaranya turmerin, minyak esensial dan kurkuminoid. Kurkuminoid terdiri

dari kurkumin, dismetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin. Senyawa

tersebut merupakan kelompok senyawa fenolik yang dapat berkhasiat sebagai

antioksidan dan antibakteri (Anonim, 2007).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumarny dkk. (2013)

membuktikan bahwa kunyit putih (Curcuma mangga) memiliki aktivitas

penangkap radikal bebas (IC50) sebesar 233,18 µg/mL. Sedangkan pada hasil

Page 21: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

3

penelitian Melannisa dkk. (2011) terhadap kunyit putih dengan spesies lain

(Curcuma zedoaria) memiliki nilai IC50 sebesar 170,78 µg/mL. Selain itu,

berdasarkan hasil penelitian Adila dkk. (2013), menunjukkan bahwa secara in

vitro kunyit putih mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus dengan luas zona hambat sebesar 9,26 mm dan tergolong memiliki

aktivitas antibakteri yang sedang. Staphylococcus aureus merupakan bakteri

pada kulit yang dapat mengakibatkan terjadinya jerawat (Kumar, 2007).

Ekstrak kunyit putih (Curcuma mangga) diformulasikan menjadi bahan

sediaan masker gel peel off dengan basis gel hidrogel.

Masker wajah gel peel off memiliki beberapa manfaat diantaranya

mampu merilekskan otot-otot wajah, menyegarkan, melembabkan,

melembutkan kulit serta menjaga elastisitas kulit. Penggunaan sediaan masker

wajah gel peel off sangat mudah dalam pemakaian karena tidak menimbulkan

rasa sakit, gel cepat kering, setelah gel mengering dapat dibersihkan dengan

cara mengangkat lapisan gel dari kulit tanpa menggunakan air, sehingga lebih

praktis dalam penggunaanya (Harry, 1982).

Pada sediaan masker wajah gel peel off, diharapkan dapat diperoleh

lapisan gel yang lembut, mudah diaplikasikan di kulit dan relatif cepat

membentuk lapisan tipis yang dapat dikelupas. Kualitas fisik masker wajah

gel peel off dipengaruhi oleh komposisi bahan yang digunakan. Filming agent

merupakan salah satu komponen dari sediaan masker wajah gel peel off.

Filming agent berperan penting dalam pembuatan masker wajah gel peel off

Page 22: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

4

karena dapat menentukan viskositas, daya sebar dan lama pengeringan pada

sediaan tersebut.

Polivinil alkohol merupakan salah satu filming agent yang banyak

digunakan dalam sediaan topikal karena bersifat biodegradable dan

biocompatible (Ogur, 2005). Penggunaan polivinil alkohol memberikan

kemampuan filming pada sediaan sehingga sangat mempengaruhi penerimaan

konsumen terkait dengan lama pengeringan gel masker (Rowe dkk., 2009).

Polivinil alkohol juga dapat meningkatkan viskositas yang dapat

mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas sediaan. Menurut Tudorachi dkk.,

(1999) penambahan jumlah polivinil alkohol akan meningkatkan tensile

strength dari lapisan yang terbentuk. Pada kelembaban rendah, lapisan

bersifat lebih kuat namun rapuh sedangkan pada kelembaban tinggi diperoleh

lapisan yang fleksibel dan lembut (Mitsui, 1997).

Konsentrasi polivinil alkohol yang dapat digunakan sebagai

pembentuk lapisan film masker wajah gel peel off dengan rentang 10-16%

(Lestari dkk., 2013). Pada konsentrasi 7-10% polivinil alkohol digunakan

dalam kosmetik (Rowe dkk., 2009). Pada konsentrasi 12-15% polivinil

alkohol menghasilkan gel yang dapat disebarkan, membuat gel yang sangat

mudah kering dan residu film yang terbentuk memiliki sifat plastik dan kuat,

yang digunakan khususnya sebagai preparat kosmetik (Anwar, 2012).

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menentukan komposisi

optimum polivinil alkohol sebagai film agent dalam sediaan masker wajah gel

Page 23: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

5

peel off ekstrak rimpang kunyit putih agar memenuhi mutu fisik dan stabilitas

yang diharapkan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Berapa konsentrasi PVA (Polivinil alkohol) yang optimum untuk

menghasilkan masker wajah gel peel off ekstrak kunyit putih yang

memenuhi mutu fisik gel?

2. Bagaimana stabilitas mutu fisik masker wajah gel peel off ekstrak kunyit

putih dengan penggunaan basis PVA (Polivinil alkohol)?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengetahui konsentrasi optimum PVA (Polivinil alkohol) untuk

menghasilkan masker wajah gel peel off ekstrak kunyit putih yang

memenuhi mutu fisik gel.

2. Mengetahui stabilitas mutu fisik masker wajah gel peel off ekstrak kunyit

putih dengan penggunaan basis PVA (Polivinil alkohol).

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah

penggunaan kunyit putih, menambah pengetahuan dan informasi ilmiah

mengenai masker wajah gel peel off ekstrak kunyit putih dan menjadi sumber

referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut atau penelitian lain

mengenai formulasi masker wajah gel peel off.

Page 24: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

6

1.5 Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada formulasi masker wajah gel peel off

ekstrak kunyit putih dengan menggunakan variasi konsentrasi polivinil

alkohol serta dilakukan evaluasi stabilitas mutu fisik masker wajah gel peel

off selama 21 hari.

Page 25: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kunyit putih (Curcuma mangga)

a. Klasifikasi (Ramadhanil dan Sahlan, 2014)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Liliopsida

Famili : Zingiberales

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma mangga Valeton & Zijp.

b. Nama Daerah

Tanaman kunyit mempunyai nama yang beragam diberbagai

daerah, misalnya kunyi (Sunda), kuning (Gayo), unik (Batak), kunyit

(Melayu), cahang (Dayak), janar (Banjar), kunir atau temu (Jawa), konye

(Madura), kunyik (Sasak), huni (Bima), alawahu (Gorontalo), kuni

(Toraja), kunyi (Makassar), unyi (Bugis), kumino atau unin (Ambon),

rame atau mingguai (Irian) (Rukmana, 1994).

c. Deskripsi

Kunyit putih merupakan tanaman obat yang dibudidayakan di

beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Thailand, Filipina, Malaysia,

Page 26: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

8

dan Indonesia. Di Indonesia, kunyit putih banyak ditemukan sebagai

tanaman liar di lahan yang subur pada daerah dengan ketinggian 1000

meter di atas permukaan laut (Pratiwi, 2006).

(a) (b)Gambar 2.1 a. Tanaman kunyit putih b. Rimpang kunyit putih

Tanaman ini memiliki tinggi dapat mencapai 60 cm. Batang semu

berwarna hijau, batang sejati berupa rimpang berkembang di dalam tanah,

beruas-ruas, bercabang-cabang, berwarna coklat, bagian dalam berwarna

putih, berbau aromatik. Setiap batang semu tersusun atas 2-9 helai daun

yang berbentuk lonjong, berwarna hijau, panjang 31-60 cm, lebar 10-18

cm, panjang tangkai daun (termasuk helaian) 43-60 cm. Perbungaan

berupa bunga majemuk bulir, ibu tangkai bunga muncul dari antara 2 ruas

rimpang (lateralis), bulat memanjang, panjang 9-23 cm, lebar 4-6 cm,

panjang 10-37 cm. Kelopak bunga berwarna putih. Mahkota bunga

berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4,5 cm, helaian mahkota

berbentuk lonjong, berwarna putih dengan ujung berwarna merah, panjang

1,25-2 cm, lebar 1 cm (Anonim, 2013).

Page 27: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

9

d. Kandungan Kimia

Kunyit putih memiliki kandungan kimia yaitu kurkuminoid,

campuran stigmaterol dan β-sitosterol, 1,17-bis-1,4,6-heptatrien-3-on, 7-

hidroksi-6metoksi, kaumarin, zerumin B, curcumanggosida, asam-4-

hidroksisinamik, calcalatarin A dan labda-8(17) 12-diene 15 16-dial,

alkaloid, flavonoid, saponin, asam lemak, protein dan karbohidrat

(Kusmiyati, 2011). Fraksi kurkuminod terdiri dari kurkumin,

dismetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin.

(a)

(b)

(c)Gambar 2.2 a. Rumus struktur kurkumin,

b. Rumus struktur dismetoksikurkumin,c. Rumus struktur bisdesmetoksikurkumin.

e. Khasiat

Kunyit putih dapat berkhasiat mengobati berbagai penyakit seperti

penambah nafsu makan, penangkal racun, penurun panas tubuh, pencahar,

mengobati gatal-gatal, bronkhitis, asma dan radang yang disebabkan oleh

luka (Fauziah, 1999).

Page 28: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

10

Kunyit putih telah terbukti memiliki efek farmakologis yaitu

memiliki sifat sebagai hemostatis (menghentikan pendarahan), menambah

nafsu makan, antitoksik, dan mempercepat penyembuhan luka serta

bermanfaat untuk menyembuhkan luka akibat kanker dan tumor.

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya

dengan menggunakan pelarut. Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan

cara ekstraksi tanaman obat dengan ukuran partikel tertentu dan

menggunakan medium pengekstraksi (menstrum) yang tertentu pula. Ekstrak

yang diperoleh sesudah pemisahan cairan dari residu tanaman obat

dinamakan micella. Micella dapat diubah menjadi bentuk obat siap pakai

seperti ekstrak cair dan tinktura atau bahan antara yang selanjutnya dapat

diproses menjadi ekstrak kering (Agoes, 2009).

a) Proses pembuatan ekstrak (Anonim, 1985)

1. Pembuatan serbuk simplisia dan klasifikasinya. Simplisia dibuat serbuk

simplisia kering dengan peralatan tertentu sampai derajat kehalusan

tertentu. Proses ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak. Makin halus

serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif dan makin efisien,

namun makin halus serbuk, maka akan makin rumit secara teknologi

peralatan untuk tahapan filtrasi.

2. Cairan pelarut. Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah

pelarut yang baik untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang

aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan

Page 29: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

11

dan dari senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung

sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan.

3. Separasi dan pemurnian. Tujuan tahapan ini adalah memisahkan

senyawa yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa

berpengaruh pada senyawa kandungan yang dikehendaki, sehingga

diperoleh ekstrak yang lebih murni. Proses pada tahapan ini adalah

pengendapan, pemisahan dua cairan tidak bercampur, sentrifugasi,

dekantasi, filtrasi serta proses adsorpsi dan penukar ion.

4. Pemekatan atau penguapan (vaporasi dan evaporasi). Pemekatan berarti

jumlah parsial senyawa terlarut (solut) secara penguapan pelarut tidak

sampai menjadi kering, melainkan ekstrak hanya menjadi kental atau

pekat.

5. Rendemen. Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang

diperoleh dengan simplisia kering.

b) Ekstraksi dengan menggunakan pelarut (Anonim, 1985)

1. Cara dingin.

1.1 Maserasi. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur ruangan.

1.2 Perkolasi. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu

baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur

ruangan. Ekstraksi ini membutuhkan pelarut yang lebih banyak.

Page 30: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

12

2. Cara panas.

2.1 Refluks. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur

titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas

yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya

dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali

sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

2.2 Soxhletasi. Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang

selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga

terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan

dengan adanya pendinginan balik.

2.3 Digesti. Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan

kontinyu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur

ruangan yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50oC.

2.4 Infus. Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur

penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih,

temperatur terukur 96-98oC selama waktu tertentu (15-20 menit).

2.5 Dekok. Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (30 menit)

pada temperatur terukur 96-98oC.

Page 31: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

13

2.3 Kulit (Latifah & Tranggono, 2007)

a. Fungsi Kulit

Kulit merupakan ‘selimut’ yang menutupi permukaan tubuh dan

memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan

dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah

mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus-

menerus (pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan

suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen

melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari,

sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi

dari luar.

Gambar 2.3 Penampang kulit (Latifah & Tranggono, 2007).

b. Lapisan-lapisan Kulit

1. Epidermis.

Sudut pandang kosmetika, epidermis merupakan bagian kulit

yang menarik karena kosmetik dipakai pada epidermis. Meskipun ada

Page 32: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

14

beberapa jenis kosmetik yang digunakan sampai ke dermis, namun

penampilan epidermis tetap menjadi tujuan utama.

Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh,

yang paling tebal berukuran 1 milimeter, misalnya pada telapak kaki

dan telapak tangan, dan lapisan yang tipis berukuran 0,1 milimeter

terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel epidermis

disebut keratinosit.

a. Lapisan tanduk (Stratum corneum) terdiri atas lapisan sel yang pipih,

mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak

berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian

besar terdiri atas keratin, jenis protein yang tidak larut dalam air dan

sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan

dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar.

Secara alami, sel-sel yang sudah mati dipermukaan kulit akan

melepaskan diri untuk bergenerasi. Permukaan lapisan tanduk

dilapisi oleh suatu lapisan pelindung lembab tipis yang bersifat

asam, yang disebut mantel asam kulit.

b. Lapisan jernih (Stratum lucidum) merupakan lapisan yang terletak

tepat di bawah stratum corneum, tipis, jernih, mengandung eleidin,

sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Antara

stratum lucidum dan stratum granulosum terdapat lapisan keratin

tipis yang disebut rein’s barrier yang tidak bisa ditembus

(impermeable).

Page 33: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

15

c. Lapisan berbutir-butir (Stratum granulosum) tersusun oleh sel-sel

keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti

mengkerut.

d. Lapisan malphigi (Stratum spinosum atau malphigi layer) memiliki

sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval.

Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut

protein.

e. Lapisan basal (Stratum germinativum atau membran basalis) adalah

lapisan terbawah epidermis. Di dalam lapisan basal juga terdapat sel-

sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinisasi dan

fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan memberikan sel-

sel keratinosit melalui dendrit-dendritnya.

2. Dermis.

Dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan

elastin, yang berada di dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan

terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Serabut kolagen dapat mencapai

72% dari keseluruhan berat kulit manusia bebas lemak.

Di dalam dermis terdapat folikel rambut, papila rambut, kelenjar

keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung

pembuluh darah dan ujung saraf.

3. Subkutis.

Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak. Sel-sel

lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir, sehingga

Page 34: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

16

membentuk seperti cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus

adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiap-tiap tempat dan juga

pembagian antara laki-laki dan perempuan tidak sama (berlainan).

Dibawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot.

2.4 Masker Wajah

Menurut Pipin Tresna (2010), masker wajah (Face Mask) adalah

kosmetik yang dipergunakan pada tingkat terakhir dalam perawatan kulit

wajah yang tidak bermasalah. Penggunaannya dilakukan setelah pemijatan,

dioleskan pada seluruh wajah kecuali alis, mata dan bibir sehingga akan

tampak memakai topeng wajah. Masker juga termasuk kosmetik yang bekerja

secara mendalam karena dapat mengangkat sel-sel tanduk yang sudah mati.

a. Kegunaan masker wajah (Mitsui, 1997)

1. Menjaga lapisan tanduk pada kulit tetap dalam keadaan lembab.

Kelembaban ini berasal dari sediaan masker yang mengandung

humektan dan emolient.

2. Masker mempunyai kemampuan sebagai adsorben dan membersihkan

kotoran pada permukaan kulit ketika dikelupas setelah masker

mengering.

3. Pengeringan dari flim pada kulit mengakibatkan sejumlah tekanan pada

kulit. Setelah pengeringan, suhu kulit dan sirkulasi darah meningkatkan.

4. Masker tipe peel off, sangat efektif dalam membersihkan lapisan tanduk

yang sudah tua.

Page 35: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

17

b. Macam-macam bentuk sediaan masker wajah

Menurut Pipin Tresna (2010), masker terdiri atas berbagai macam

bentuk. Berikut ini adalah macam-macam masker dan penggunaannya

yaitu:

1. Masker Serbuk.

Masker ini terdiri dari bahan serbuk (kaolin, titanium, dioksida,

magnesium karbonat), gliserin, air suling, hidrogen peroksida (H2O2)

yang berfungsi untuk memutihkan dan mengencangkan kulit. Dalam

penggunaannya, bahan bubuk tersebut dicampurkan dengan

aquadestilata atau air mawar, hingga menjadi adonan kental. Dalam

membuat adonan tersebut memerlukan keahlian agar tidak terlalu cair

maupun tidak terlalu kental dan mudah dioleskan pada kulit wajah.

2. Masker Gel (Peel off Mask).

Masker ini membentuk tembus terang (transparant) pada kulit.

Bahan dasar adalah bersifat jelly dari gom, tragakan dan biasanya

dikemas dalam tube. Penggunaanya langsung diratakan pada kulit

wajah. Adapun cara mengangkatnya dengan cara mengelupas, diangkat

pelan-pelan secara utuh mulai dagu ke atas sampai ke pipi dan berakhir

di dahi. Jenis masker yang ada di pasaran biasanya tergantung merk,

ada yang untuk semua jenis kulit, ada yang dibedakan sesuai jenis kulit.

3. Masker Krim.

Penggunaan masker krim sangat praktis dan mudah. Saat ini

telah tersedia masker krim untuk aneka jenis kulit, yang dikemas dalam

Page 36: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

18

kemasan tube. Salah satu keuntungan lain dari masker krim adalah

dapat dipadukan dari beberapa jenis bahan masker. Oleh karena itu

masker ini merupakan pilihan tepat bagi mereka yang memiliki kulit

kombinasi. Untuk daerah kering, digunakan masker untuk kulit kering,

sedangkan untuk daerah berminyak, digunakan masker untuk kulit

berminyak. Adapun cara penggunaan masker krim pada wajah dan leher

dengan cara dioleskan hingga merata, ditunggu hingga kering (kurang

lebih 20 menit) dan diangkat dengan menggunakan handuk yang

lembab.

2.5 Sediaan Gel

Menurut Farmakope edisi IV (1995), Gel (gelones) merupakan

sediaan semipadat yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau

molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.

Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih dan

tembus cahaya yang mengandung zat-zat aktif dalam keadaan terlarut. Gel

dapat dibentuk oleh selulosa seperti hidroksipropilselulosa dan hidroksipropil

metilselulosa (Lachman, 1994).

Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal atau

dimasukkan ke dalam lubang tubuh (Anonim, 1995).

Page 37: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

19

a. Penggolongan Gel

1. Menurut Farmakope Indonesia Edisi ke IV (1995), berdasarkan fase

pembentukan gel, gel dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

i. Gel dua fase. Dalam sistem dua fase, jika massa gel terdiri dari

jaringan partikel kecil yang terpisah (misalnya gel Aluminium

Hidroksida). Namun jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif

besar, massa gel tersebut biasanya disebut sebagai magma (misalnya

Magma Bentonit).

ii. Gel fase tunggal. Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik

yang tersebar serba sama dalam suatu cairan hingga tidak terlihat

adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel

fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik (misalnya

karbomer, turunan selulosa) atau dari gom alam (misalnya tragakan).

2. Menurut Lieberman dkk., (1989), berdasarkan sifat pelarutnya, gel

dikelompokkan menjadi hidrogel dan organogel.

i. Hidrogel. Hidrogel adalah gel dengan pelarut air. Hidrogel umumnya

terbentuk oleh molekul polimer hidrofil yang saling sambung silang

melalui ikatan hidrogen, interaksi ionik atau interaksi hidrofob.

Hidrogel memiliki tegangan permukaan yang rendah dengan cairan

biologi dan jaringan sehingga meminimalkan kekuatan adsorbsi

protein dan adhesi sel.

ii. Organogel. Organogel adalah gel dengan pelarut bukan air.

Page 38: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

20

3. Menurut Swarbrick dan Boyland (1992), berdasarkan bentuk dan

struktur gel, gel dikelompokkan menjadi 4 yaitu :

i. Kumparan acak. Struktur gel dibentuk oleh komponen pembentuk

gel golongan polimer sintetik dan derivate selulosa. Mekanisme

pembentukan gel disebabkan adanya interaksi antara polimer-

polimer atau terjadi penggabungan antara molekul polimer yang

menyebabkan jarak antar partikel menjadi kecil dan terbentuk ikatan

silang antar molekul yang jumlahnya makin lama makin banyak.

Ikatan silang antar molekul akan mengurangi mobilitas pelarut dan

terbentuk massa gel. Penambahan jumlah polimer berikutnya akan

menaikkan sifat viskositas dan ketegaran massa gel.

ii. Heliks. Struktur gel dibentuk oleh komponen pembentuk gel

golongan gom xanthan dan polisakarida dengan bentuk struktur gel

lebih teratur akibat adanya jalinan antara dua rantai polimer.

iii. Batang. Batang disebut juga struktur gel model egg box yang terjadi

ikatan silang antara polimer dengan kation divalen. Contoh yang

spesifik adalah kalsium alginat.

iv. Bangunan kartu. Struktur gel yang terbentuk dari partikel koloid

terjadi akibat penggabungan antara muatan positif dari koloid

dengan muatan negatif dari permukaan datar partikel koloid.

b. Pembuatan Gel (Ansel, 1989)

Proses pembuatan gel dan magma harus dibuat baru atau segar

dengan cara pengendapan fase terdispersi, agar mendapatkan suatu derajat

Page 39: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

21

kehalusan dan bersifat seperti gelatin dari bagian partikel-partikel tersebut.

Endapan yang bersifat gelatin dihasilkan apabila larutan unsur anorganik

bereaksi membentuk suatu senyawa kimia yang tidak larut, sehingga

mempunyai daya tarik-menarik yang tinggi dengan air.

Gel dan magma juga dapat dibuat dengan cara hidrasi langsung

dalam air dari zat kimia anorganik, bentuk yang dihidrasi terdiri dari fase

terdispersi. Gel dan magma memiliki daya tarik-menarik yang tinggi

antara fase terdispersi dan medium berair, sehingga sediaan ini akan tetap

merata atau tidak ada perubahan selama didiamkan.

c. Sifat dan Karakteristik Gel (Zatz dan Kusla, 1989)

1. Swelling. Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel

dapat mengabsorbsi larutan yang mengakibatkan terjadi pertambahan

volume. Pelarut akan berpenetrasi di antara matriks gel dan terjadi

interaksi antara pelarut dengan gel.

2. Sineresis. Sineresis adalah suatu proses yang terjadi akibat adanya

kontraksi di dalam masa gel dan akibatnya akan keluar air yang terjerat

dari dalam gel, disebabkan oleh penyimpanan gel dalam waktu lama

dan terjadi fluktuasi suhu pada penyimpanan gel. Cairan yang terjerat

akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Mekanisme terjadinya

kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat tekanan elastis pada

saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegaran gel akan

mengakibatkan jarak antara matriks berubah, sehingga memungkinkan

Page 40: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

22

cairan bergerak menuju permukaan. Sineresis dapat terjadi pada

hidrogel maupun organogel.

3. Efek suhu. Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk

melalui penurunan temperatur, tetapi dapat juga pembentukan gel

terjadi setelah pemanasan sampai suhu tertentu. Contohnya metil

selulosa dan HPMC terlarut dan membentuk gel pada air dingin.

Sedangkan karagenan membentuk gel pada suhu 80oC. Fenomena

pembentukan gel atau pemisahan gel yang disebabkan oleh pemanasan

disebut thermogelation.

4. Efek elektrolit. Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan

berpengaruh pada gel hidrofilik, karena ion akan berkompetisi secara

efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada dan terbentuk garam

koloid yang larut. Contohnya gel Na-alginat akan segera mengeras

dengan adanya sejumlah konsentrasi ion kalsium yang disebabkan

karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai kalsium

alginat yang tidak larut.

5. Rheologi. Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan

yang terflokulasi memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan

menunjukkan jalan aliran non-Newton yang dikarakterisasi oleh

penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran.

d. Stabilitas Gel

Stabilitas gel adalah sifat gel untuk mempertahankan distribusi

halus dan teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu

Page 41: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

23

yang panjang. Perubahan dalam temperatur dapat menyebabkan gel

tertentu mendapatkan kembali bentuk cairnya. Beberapa gel menjadi encer

setelah pengocokkan dan kembali menjadi setengah padat atau padat

setelah dibiarkan tidak terganggu untuk beberapa waktu tertentu, peristiwa

ini disebut tiksotropi (Ansel, 1989).

Menurut Angela (2012), untuk memperoleh nilai kestabilan suatu

sediaan kosmetika dalam waktu yang singkat, maka dapat dilakukan uji

stabilitas dipercepat. Jika hasil pengujian suatu sediaan pada uji dipercepat

diperoleh hasil yang stabil, maka sediaan tersebut stabil pada penyimpanan

suhu kamar selama 1 tahun. Adapun cara pengujian stabilitas fisik

dipercepat pada sediaan gel, antara lain:

1. Elevated temprature.

Uji ini digunakan sebagai indikator kestabilan. Setiap kenaikan

suhu 10oC akan mempercepat reaksi 2-3 kalinya, namun secara praktis

cara ini agak terbatas karena kenyataannya suhu yang jauh di atas

normal akan menyebabkan perubahan yang tidak pernah terjadi pada

suhu normal.

2. Elevated humidities.

Umumnya uji ini dilakukan untuk menguji kemasan produk.

Jika terjadi perubahan pada produk dalam kemasan karena pengaruh

kelembaban, maka hal ini menandakan bahwa kemasannya tidak

memberikan perlindungan yang cukup terhadap atmosfer.

Page 42: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

24

3. Cycling test.

Tujuan pengujian ini untuk menguji terjadinya sineresis pada

gel. Sineresis merupakan gejala yang terjadi pada saat gel mengkerut

waktu tegak dan sebagian cairan antarsel keluar, terjadi karena

kristalisasi tambahan atau pembentukan titik-titik kontak tambahan

antara segmen-segmen polimer. Pengujian ini memiliki 2 siklus yaitu

pada suhu dingin (4oC) dan suhu tinggi (40oC).

e. Bahan Pembentuk Gel

1. Bahan Pengembang.

Gel dapat dibentuk oleh carbomer 940 yang didispersikan dalam

air dengan penambahan zat-zat alkali (trietanolamin) dan turunan

selulosa seperti hidroksipropilselulosa dan hidroksipropilmetilselulosa

(Lachman, 2008). Selain itu bahan organik turunan selulosa lainnya

yang digunakan sebagai bahan pengembang adalah natrium karboksi

metil selulose. Bahan pengembang gel juga dapat dibuat dari bahan

anorganik seperti Aerosil dan bentonit dengan konsentrasi 15-20%

(Voight, 1994).

2. Bahan Humektan.

Humektan adalah bahan yang berfungsi untuk meningkatkan

kandungan air dari lapisan terluar kulit yang berupa senyawa

higroskopis yang umumnya larut air. Selain perannya dalam kosmetik,

humektan juga berfungsi menjaga kandungan lembab dan stabilitas dari

sediaan kosmetik (Mitsui, 1997).

Page 43: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

25

Gliserin, propilen glikol, sorbitol 70% dan polietilenglikol

dengan berat molekul yang lebih rendah digunakan sebagai bahan

pelembab (humektan). Pilihan suatu pelembab tidak hanya berdasarkan

laju perubahan kelembaban, tetapi juga efeknya terhadap susunan dan

viskositas sediaan. Bahan-bahan ini mencegah sediaan menjadi kering

dan mencegah pembentukan kerak bila sediaan dikemas dalam botol. Di

samping itu, bahan-bahan ini juga memperbaiki konsistensi suatu

sediaan (Lachman, 2008).

3. Bahan pengawet.

Bahan zat antimikroba berguna untuk melindungi produk

terhadap kemungkinan kontaminasi oleh mikroorganisme patogen dan

melindungi produk selama pemakaian. Bahan pengawet harus

memenuhi kriteria umum seperti toksisitas rendah, kestabilan pada

pemanasan dan penyimpanan serta dapat bercampur secara kimia.

Adapun bahan pengawet khas yang digunakan dalam formulasi

farmasetik dan kosmetik antara lain alkohol, aldehid, fenolik, kuarterner

dan paraben (Lachman, 2008).

Page 44: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

26

f. Komposisi gel peel off

1. PVA (Polivinil alkohol).

Gambar 2.4 Rumus bangun polivinil alkohol (Rowe dkk., 2009).

Film agent atau film former diklasifikasikan dalam senyawa

yang memiliki tipe kelarutan dalam air dan alkohol. Film agent

memiliki kemampuan untuk membentuk film setelah pelarutnya

menguap (Mitsui, 1997). Salah satu jenis filming agent yang banyak

digunakan dalam sediaan kosmetik adalah PVA (Polivinil alkohol).

PVA adalah polimer sintetik yang berupa serbuk berbentuk granul

berwarna putih dan tidak berbau, dibuat dengan polimerisasi vinil asetat

yang diikuti dengan hidrolisis parsial dari gugus ester. PVA dapat

digunakan sebagai filming agent dan agen peningkat viskositas. PVA

digunakan sebagai filming agent karena dapat membentuk lapisan yang

dapat dikelupas setelah mengering. Viskositas dan kekuatan film

bervariasi, tergantung pada derajat saponifikasi dan polimerisasi

(Mitsui, 1997 dan Rowe dkk., 2009).

PVA memiliki serbuk yang higroskopis, agak sukar larut dalam

air dan tidak larut dalam seluruh pelarut organik. Dalam kosmetik,

konsentrasi polivinil alkohol yang digunakan sekitar 7-10% yang

diketahui bersifat tidak iritasi terhadap kulit dan mata (Rowe dkk.,

2009). Polivinil alkohol digunakan sebagai pembentuk lapisan film

Page 45: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

27

masker wajah gel peel off dengan rentang konsentrasi 10-16% (Lestari

dkk., 2013).

2. Karbomer.

Gambar 2.5 Rumus bangun carbomer (Rowe dkk., 2009).

Karbomer digunakan sebagian besar di dalam cairan atau

sediaan formulasi semisolid sebagai agen pensuspensi atau agen

penambah kekentalan. Karbomer merupakan polimer sintetik asam

akrilat dengan berat molekul tinggi, serbuk halus, berwarna putih,

bersifat asam, higroskopik, dengan sedikit karakteristik bau. Karbomer

dapat larut di dalam air, di dalam etanol (95%) dan gliserin, dapat

terdispersi di dalam air untuk membentuk larutan koloidal bersifat asam

dan sifat merekatnya rendah. Dispersi karbomer dalam air akan

menghasilkan pH 2,8 - 3,2 (Zatz dan Kushla, 1996). Karbomer akan

mengembang apabila terkena kontak dengan air. Karbomer akan

mengembang jika didispersikan dalam air, dengan adanya penambahan

zat-zat alkali seperti trietanolamin atau diisopropilamin untuk

membentuk suatu sediaan semipadat (Lieberman dkk., 1989). Karbomer

digunakan untuk bahan pembentuk gel pada konsentrasi 0,5-2,0%

(Rowe dkk., 2009). Kelebihan dari karbomer adalah dapat memberikan

Page 46: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

28

viskositas tinggi pada konsentrasi rendah, memiliki rentang viskositas

yang lebar serta sifat alir yang baik, kompatibel dengan bermacam-

macam bahan aktif, memiliki karakter bioadesif, memiliki stabilitas

termal yang baik serta karakteristik organoleptis yang akseptabel (Islam

dkk., 2004).

3. Gliserin.

Gambar 2.6 Rumus bangun gliserin (Rowe dkk., 2009).

Dalam sediaan formulasi kosmetik dan topikal, gliserin biasanya

digunakan untuk sifat humektan dan emolien. Pemerian gliserin bersifat

higroskopis, tidak berwarna, tidak berbau, kental, cairan higroskopis

dan memiliki rasa manis. Kelarutannya larut dalam air, sedikit larut

dalam aseton, praktis tidak larut dalam benzen dan kloroform, dapat

bercampur dengan etanol dan metanol, serta praktis tidak larut dalam

minyak. Konsentrasi yang biasanya digunakan sebagai bahan humektan

dan emolien sekitar ≤ 30% (Rowe dkk., 2009).

Page 47: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

29

4. Metil paraben (Nipagin).

Gambar 2.7 Rumus bangun metil paraben (Rowe dkk., 2009).

Metil paraben paling sering digunakan sebagai pengawet

antimikroba dalam kosmetik. Metil paraben bisa digunakan sendiri

maupun dengan kombinasi paraben lain atau dengan agen antimikroba

lainnya. Aktivitas antimikroba ditunjukkan pada pH 4-8. Pemerian

metil paraben bubuk kristal putih, tidak berbau dan memiliki sedikit

rasa terbakar. Larut dalam air panas, etanol 95% (1:3), eter (1:10) dan

metanol. Konsentrasi metil paraben yang biasanya digunakan sebesar

0,02-0,3% (Rowe dkk., 2009).

Page 48: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmasetika Program

Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Tadulako, selama bulan Februari sampai dengan April 2014.

3.2 Bahan Dan Alat

a. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah kunyit putih,

aquadest, polivinil alkohol (kualitas farmasetis), karbomer (kualitas

farmasetis), gliserin (kualitas farmasetis), metil paraben (kualitas

farmasetis), kertas saring, aluminium foil, tisu dan etanol 70% (Brataco).

b. Alat

Peralatan yang digunakan adalah pisau pemotong, blender

(National), wadah maserasi, kaca objek, viskometer (Brookfield), Moisture

Analyzer (Citizen), pH meter (Consort C561), inkubator (SL El Lab),

cawan porselin, stopwatch, timbangan gram (Ohaus), Rotary evaporator

(Eyela), termometer, hotplate (Denville), sendok tanduk, alat pengaduk,

pipet tetes, gelas ukur, gelas kimia, mortir dan stamper.

Page 49: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

31

3.3 Prosedur Penelitian

a. Identifikasi Tanaman

Identifikasi tanaman kunyit putih dilakukan di UPT Sumber Daya

Hayati Sulawesi Tengah.

b. Pengumpulan Tanaman Kunyit Putih

Kunyit putih diperoleh dari rimpang tanaman kunyit putih yang

terletak di Desa Sangele Kecamatan Pamona Puselembah Kabupaten Poso.

c. Pembuatan Simplisia Kunyit Putih

Rimpang kunyit putih disortasi basah yang dilakukan terhadap

bahan tanaman yang tidak dapat digunakan lagi, kemudian dilakukan

pencucian dibawah air mengalir. Selanjutnya kunyit putih diangkat dan

ditiriskan. Kulit rimpang dikupas dan dilakukan pengubahan bentuk

rimpang dengan cara perajangan kecil-kecil lalu dikeringkan dengan cara

diangin-anginkan. Setelah kering, kemudian disortasi kering terhadap

bahan-bahan yang terlalu gosong atau bahan yang rusak. Setelah itu,

simplisia tersebut diblender halus hingga membentuk serbuk dan

ditempatkan dalam suatu wadah. Lalu dilakukan penentuan kadar air

simplisia sebelum diekstraksi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

kandungan air dalam simplisia yang berhubungan dengan tingkat

kestabilannya terhadap aktivitas mikroba. Penentuan kadar air dilakukan

dengan menggunakan alat moisture analyzer, dengan memasukkan sampel

pada wadah penimbangan kemudian suhu pengeringan diatur. Tunggu

beberapa saat suhu ruang dan suhu dalam wadah pengering akan

Page 50: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

32

ditampilkan selama pengujian. Nilai kelembaban ditampilkan pada layar

moisture analyzer menandakan sampel telah kering dan berat tidak lagi

berubah.

c. Pembuatan Ektrak Kunyit Putih

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara remaserasi. Serbuk

simplisia kunyit putih ditimbang sebanyak 1 kg, kemudian dimasukkan ke

dalam wadah, ditambahkan pelarut etanol 70% sampai serbuk simplisia

terendam. Proses ini dilakukan selama 3x24 jam sambil diaduk setiap hari.

Setelah itu disaring menggunakan kertas saring. Proses ini dilakukan

berulang-ulang hingga tidak ada lagi senyawa yang teresktrak, ditandai

dengan warna pelarut yang jernih. Filtrat yang diperoleh diuapkan

pelarutnya dengan menggunakan rotary vakum evaporator dengan suhu

≤50oC. Pelarut yang tersisa diuapkan diatas penangas air hingga diperoleh

ekstrak kental. Hasil ekstrak kental ini selanjutnya digunakan sebagai

bahan utama pembuatan masker wajah.

Page 51: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

33

d. Formulasi Sediaan Gel Peel Off Ekstrak Kunyit Putih

1. Rancangan Formula

Formulasi masker wajah gel peel off ekstrak kunyit putih dibuat

dalam 3 formula yaitu formula A, B dan C dengan variasi konsentrasi

PVA (Polivinil alkohol) sebagai filming agent, sedangkan bahan

tambahan lainnya tetap.

Tabel 3.1 Formula masker wajah gel peel off

2. Pembuatan Sediaan Masker Gel Peel Off Ekstrak Kunyit Putih

a. Disiapkan alat dan bahan.

b. Dilakukan penimbangan bahan sesuai perhitungan untuk pembuatan

masker wajah gel peel off dengan bobot masing-masing formula

dalam 100 gram (lampiran 6).

c. Polivinil alkohol dikembangkan dengan air suling panas kemudian

diaduk diatas hotplate pada suhu 80o-90oC hingga homogen dengan

penambahan sedikit demi sedikit sisa air suling (campuran 1).

Komponen BahanFormula Fungsi

BahanA B C

Ekstrak KunyitPutih

1,7% 1,7% 1,7%Bahan utama

Polivinil Alkohol 10% 15% 20%Filmingagent

Karbomer 0,5% 0,5% 0,5%Gellingagent

Triethanolamin 0,5% 0,5% 0,5%Alkalizing

agentGliserin 10% 10% 10% Humektan

Metil Paraben 0,3% 0,3% 0,3% PengawetAir suling ad 100 100 100 Pelarut

Page 52: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

34

d. Karbomer dikembangkan dalam air suling dan diaduk menggunakan

mortir sehingga membentuk massa gel kemudian ditambahkan

triethanolamin dan diaduk hingga homogen (campuran 2).

e. Selanjutnya metil paraben dilarutkan dalam air suling panas pada

suhu 80o-90oC.

f. Kemudian campuran 2 dan larutan metil paraben dimasukkan secara

berturut-turut ke dalam campuran 1 yang telah mengembang,

kemudian diaduk hingga homogen (campuran 3).

g. Setelah itu, ekstrak kunyit putih didispersikan dengan gliserin dan

diaduk hingga terdispersi merata, kemudian dimasukkan sedikit

demi sedikit ke dalam campuran 3, sambil terus diaduk hingga

homogen dan terbentuk massa gel.

h. Sediaan yang telah jadi dimasukkan masing-masing ke dalam wadah.

i. Dilakukan pengujian mutu fisik masker gel peel off untuk

mengetahui konsentrasi optimum polivinil alkohol.

3. Evaluasi Sediaan Masker Gel Peel Off Ekstrak Kunyit Putih

Pengujian mutu fisik masker wajah gel peel off yang telah dibuat

untuk memilih formula yang optimum meliputi pengamatan

organoleptis, pengukuran homogenitas, pH, viskositas, pengujian daya

sebar dan waktu sediaan mengering. Kemudian formula yang optimum

dilakukan evaluasi stabilitas mutu fisik selama 21 hari dengan selang

waktu 1, 7, 14, dan 21 hari pada kondisi suhu penyimpanan yang

berbeda, yaitu pada suhu kamar dan 40oC.

Page 53: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

35

a. Pengamatan organoleptis.

Semua gel yang telah dibuat dilakukan pengamatan

organoleptis yang meliputi perubahan bentuk, warna dan bau.

b. Homogenitas.

Sebanyak 1 gram gel yang telah dibuat dioleskan pada kaca

objek. Kemudian dikatupkan dengan kaca objek yang lainnya dan

dilihat apakah basis tersebut homogen dan permukaannya halus

merata.

c. Pengukuran pH.

Dilakukan dengan cara memasukkan gel ke dalam wadah,

lalu diukur pHnya dengan pH meter yang sebelumnya telah

dikalibrasi dengan dapar standar (pH 4 dan pH 7).

d. Uji viskositas.

Dilakukan dengan menggunakan alat viskometer Brookfield

digital dengan menggunakan spindel nomor 6 kemudian dicelupkan

ke dalam gel dengan kecepatan putar sebesar 5 rpm kemudian

viskositas masker gel peel off dapat terbaca pada layar monitor alat

viskometer.

e. Uji daya sebar.

Sebanyak 1 gram gel diletakkan secara hati-hati di atas kaca

berukuran 20x20 cm. Selanjutnya ditutupi dengan kaca yang lain dan

digunakan pemberat diatasnya hingga bobot mencapai 125 gram,

kemudian diukur diameternya setelah 1 menit.

Page 54: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

36

f. Uji waktu sediaan mengering.

Pengujian waktu kering dilakukan dengan cara mengoleskan

gel sebanyak 0,1 gram secara merata dengan area pengolesan

2,5x2,5 cm di lengan tangan dan diamati waktu yang diperlukan

sediaan mengering, yaitu waktu dari saat mulai dioleskannya masker

gel hingga terbentuk lapisan yang kering dan elastis yang dapat

dikelupas dari permukaan kulit tanpa meninggalkan massa gel.

4. Analisis Data

Data yang diperoleh pada pengamatan organoleptis dan

homogenitas dianalisis secara deskriptif sedangkan data pada

pengamatan viskositas, pengujian pH, uji daya sebar dan uji waktu

sediaan mengering dianalisis secara statistik dengan menggunakan

metode ANOVA pada taraf kepercayaan 95%. Metode ANOVA

digunakan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi polivinil

alkohol terhadap mutu fisik gel peel off. Untuk pengujian stabilitas

sediaan gel dengan selang waktu 1, 7, 14 dan 21 hari dianalisis secara

statistik menggunakan paired samples t test dengan tingkat kepercayaan

95%.

Page 55: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

a. Pemilihan Formula Optimum

Pemilihan formula yang optimum dilakukan untuk memilih

formula yang stabil. Pada penelitian ini dibuat 3 formula dengan variasi

konsentrasi polivinil alkohol, kemudian dilakukan evaluasi mutu fisik

yang meliputi pengamatan organoleptis, homogenitas, pengukuran pH,

viskositas, daya sebar dan waktu mengering. Hasil evaluasi yang

dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.1 Sifat fisik masker wajah gel peel off ekstrak kunyit putih

Formula Replikasi

Hasil pengamatan

pHViskositas

5 rpm(cPs)

DayaSebar(cm)

WaktuMengering

(menit)Homogenitas Organoleptis

A1 6,28 30.600 6,3 8,50

Homogen,ada

gelembungudara

Sangat kental,kuning

kecoklatan tuadan berbaukhas kunyit

2 6,19 29.700 6 9,023 6,25 25.467 5,9 8,50

Rata-rata 6,24a 28.589a 6,1a 8,67a

SD 0,05 2741,35 0,22 0,3

B1 6,28 71.600 5,7 6,302 6,20 60.100 5,3 7,423 6,45 53.800 5,5 6,30

Rata-rata 6,31b 61.833b 5,5b 6,67b

SD 0,13 9025,79 0,2 0,65

C1 6,33 102.000 5,5 5,452 6,31 126.000 4,6 4,023 6,29 111.000 5 3,48

Rata-rata 6,31b 113.000c 5,03c 4,32c

SD 0,02 12124,36 0,45 1,02Ket :Dengan alat uji, abjad yang berbeda menunjukkan perbedaan yang signifikan sedangkan

abjad yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan.Sediaan A = formula dengan konsentrasi PVA 10%.Sediaan B = formula dengan konsentrasi PVA 15%.Sediaan C = formula dengan konsentrasi PVA 20%.

Page 56: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

38

b. Pengujian Stabilitas Mutu Fisik Masker Wajah Gel Peel Off Ekstrak

Kunyit Putih

1. Pengamatan Organoleptis

Pengamatan organoleptis yang dilakukan meliputi perubahan

bentuk (konsistensi), warna dan bau yang dilakukan secara visual pada

suhu kamar dan suhu 40oC dengan selang waktu 1, 7, 14 dan 21 hari.

Hasil uji organoleptis yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4.2

dibawah ini:

Tabel 4.2 Hasil pengamatan organoleptis masker gel peel offFormula Temperatur Waktu

pengamatanBentuk Warna Bau

A Suhu kamar Hari-1 Sangatkental

Kuningkecoklatan

tua

Khaskunyit

Hari-7 Kental Kuningkecoklatan

muda

Khaskunyit

Hari-14 Kental Kuningkecoklatan

muda

Khaskunyit

Hari-21 Kental Kuningkecoklatan

muda

Khaskunyit

Suhu 40oC Hari-1 Sangatkental

Kuningkecoklatan

tua

Khaskunyit

Hari-7 Kental Kuningkecoklatan

muda

Khaskunyit

Hari-14 Kental Kuningkecoklatan

muda

Khaskunyit

Hari-21 Kental Kuningkecoklatan

muda

Khaskunyit

Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.

Page 57: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

39

2. Pengamatan Homogenitas

Pengamatan homogenitas gel dilakukan pada kaca objek. Hasil

pengamatan yang dilakukan dengan selang waktu 1, 7, 14 dan 21 hari

pada suhu kamar dan suhu 40oC dapat dilihat pada Tabel 4.3 dibawah

ini:

Tabel 4.3 Hasil pengamatan homogenitas masker gel peel offFormula Temperatur Waktu

pengamatanPengamatan homogenitas

A Suhu kamar Hari ke-1 Homogen,ada gelembung udara

Hari ke-7 Homogen,tanpa gelembung udara

Hari ke-14 Homogen,tanpa gelembung udara

Hari ke-21 Homogen,tanpa gelembung udara

Suhu 40oC Hari ke-1 Homogen,ada gelembung udara

Hari ke-7 Homogen,tanpa gelembung udara

Hari ke-14 Homogen,tanpa gelembung udara

Hari ke-21 Homogen,tanpa gelembung udara

Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.

Page 58: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

40

3. Pengukuran pH

Uji pH dilakukan menggunakan pH meter. Pengujian dilakukan

dengan selang waktu 1, 7, 14 dan 21 hari. Hasil pengukuran dapat

dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.4 Hasil pengamatan pH masker gel peel off

Formula TemperaturpH

Hari-1 Hari-7 Hari-14 Hari-21A Suhu

kamar5,92 6,35 6,23 6,276,86 6,8 6,8 6,396,42 6,7 6,63 6,36

Rata-rata,±SD 6,4±0,47 6,62±0,24 6,56±0,29 6,34±0,06

A Suhu 40oC 6,17 6,41 6,29 6,636,92 6,6 6,79 6,826,54 6,8 6,71 6,89

Rata-rata,±SD 6,5±0,38 6,6±0,19 6,59±0,27 6,78±0,13Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.

6,16,15

6,26,25

6,36,35

6,46,45

6,56,55

6,66,65

6,76,75

6,86,85

6,96,95

7

pH

Gambar 4.1 Grafik hasil pengukuran pH sediaan gelpada penyimpanan suhu kamar dan suhu 40oC

40

3. Pengukuran pH

Uji pH dilakukan menggunakan pH meter. Pengujian dilakukan

dengan selang waktu 1, 7, 14 dan 21 hari. Hasil pengukuran dapat

dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.4 Hasil pengamatan pH masker gel peel off

Formula TemperaturpH

Hari-1 Hari-7 Hari-14 Hari-21A Suhu

kamar5,92 6,35 6,23 6,276,86 6,8 6,8 6,396,42 6,7 6,63 6,36

Rata-rata,±SD 6,4±0,47 6,62±0,24 6,56±0,29 6,34±0,06

A Suhu 40oC 6,17 6,41 6,29 6,636,92 6,6 6,79 6,826,54 6,8 6,71 6,89

Rata-rata,±SD 6,5±0,38 6,6±0,19 6,59±0,27 6,78±0,13Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.

Hari ke-1 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21

Gambar 4.1 Grafik hasil pengukuran pH sediaan gelpada penyimpanan suhu kamar dan suhu 40oC

40

3. Pengukuran pH

Uji pH dilakukan menggunakan pH meter. Pengujian dilakukan

dengan selang waktu 1, 7, 14 dan 21 hari. Hasil pengukuran dapat

dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.4 Hasil pengamatan pH masker gel peel off

Formula TemperaturpH

Hari-1 Hari-7 Hari-14 Hari-21A Suhu

kamar5,92 6,35 6,23 6,276,86 6,8 6,8 6,396,42 6,7 6,63 6,36

Rata-rata,±SD 6,4±0,47 6,62±0,24 6,56±0,29 6,34±0,06

A Suhu 40oC 6,17 6,41 6,29 6,636,92 6,6 6,79 6,826,54 6,8 6,71 6,89

Rata-rata,±SD 6,5±0,38 6,6±0,19 6,59±0,27 6,78±0,13Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.

Gambar 4.1 Grafik hasil pengukuran pH sediaan gelpada penyimpanan suhu kamar dan suhu 40oC

Suhu kamar

Suhu 40°C

Page 59: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

41

4. Pengukuran Viskositas

Pengukuran viskositas dilakukan dengan viskometer Brookfield

menggunakan kecepatan 5 rpm dan spindel nomor 6. Pengujian ini

dilakukan dengan selang waktu 1, 7, 14 dan 21 hari pada suhu kamar

dan suhu 40oC. Hasil pengujian viskositas dapat dilihat pada Tabel 4.5

dan Gambar 4.2 dibawah ini:

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan viskositas masker gel peel off

Formula TemperaturViskositas (cPs)

Hari-1 Hari-7 Hari-14 Hari-21A Suhu

kamar23600 23000 25600 3420046000 29800 26200 2920038800 36000 37200 36800

Rata-rata,±SD 36133,±11434,6

29600,±6502,3

33000,±6531,1

33400,±3862,64

A Suhu 40oC 35800 51000 43200 3580033600 30400 27200 3040032600 37000 28400 42600

Rata-rata,±SD 34000,±1637,1

39466,±10519,3

32933,±8911,5

36266,±6113,5

Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

45000

Vis

kosi

tas

(cP

)

Gambar 4.2 Grafik hasil pengukuran viskositas sediaan gelpada penyimpanan suhu kamar dan suhu 40oC

41

4. Pengukuran Viskositas

Pengukuran viskositas dilakukan dengan viskometer Brookfield

menggunakan kecepatan 5 rpm dan spindel nomor 6. Pengujian ini

dilakukan dengan selang waktu 1, 7, 14 dan 21 hari pada suhu kamar

dan suhu 40oC. Hasil pengujian viskositas dapat dilihat pada Tabel 4.5

dan Gambar 4.2 dibawah ini:

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan viskositas masker gel peel off

Formula TemperaturViskositas (cPs)

Hari-1 Hari-7 Hari-14 Hari-21A Suhu

kamar23600 23000 25600 3420046000 29800 26200 2920038800 36000 37200 36800

Rata-rata,±SD 36133,±11434,6

29600,±6502,3

33000,±6531,1

33400,±3862,64

A Suhu 40oC 35800 51000 43200 3580033600 30400 27200 3040032600 37000 28400 42600

Rata-rata,±SD 34000,±1637,1

39466,±10519,3

32933,±8911,5

36266,±6113,5

Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

45000

hari ke-1 hari ke-7 hari ke-14 hari ke-21

Gambar 4.2 Grafik hasil pengukuran viskositas sediaan gelpada penyimpanan suhu kamar dan suhu 40oC

41

4. Pengukuran Viskositas

Pengukuran viskositas dilakukan dengan viskometer Brookfield

menggunakan kecepatan 5 rpm dan spindel nomor 6. Pengujian ini

dilakukan dengan selang waktu 1, 7, 14 dan 21 hari pada suhu kamar

dan suhu 40oC. Hasil pengujian viskositas dapat dilihat pada Tabel 4.5

dan Gambar 4.2 dibawah ini:

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan viskositas masker gel peel off

Formula TemperaturViskositas (cPs)

Hari-1 Hari-7 Hari-14 Hari-21A Suhu

kamar23600 23000 25600 3420046000 29800 26200 2920038800 36000 37200 36800

Rata-rata,±SD 36133,±11434,6

29600,±6502,3

33000,±6531,1

33400,±3862,64

A Suhu 40oC 35800 51000 43200 3580033600 30400 27200 3040032600 37000 28400 42600

Rata-rata,±SD 34000,±1637,1

39466,±10519,3

32933,±8911,5

36266,±6113,5

Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.

Gambar 4.2 Grafik hasil pengukuran viskositas sediaan gelpada penyimpanan suhu kamar dan suhu 40oC

Suhu kamar

Suhu 40°C

Page 60: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

42

5. Pengukuran Daya Sebar

Pengukuran daya sebar dilakukan dengan cara meletakkan 1

gram gel diatas kaca berukuran 20x20 cm, kemudian digunakan

pemberat seberat 125 gram selama 1 menit. Pengukuran ini dilakukan

dengan selang waktu 1, 7, 14 dan 21 hari terhadap gel yang disimpan

pada suhu kamar dan suhu 40oC. Hasil pengukuran daya sebar dapat

dilihat pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.3 dibawah ini:

Tabel 4.6 Hasil pengamatan daya sebar masker gel peel off

Formula TemperaturDaya sebar (cm)

Hari-1 Hari-7 Hari-14 Hari-21A Suhu

kamar5,4 5,7 6,1 6,25,1 5,3 6,8 6,85,6 5,7 6,7 6,8

Rata-rata,±SD 5,4±0,25 5,6±0,23 6,4±0,38 6,6±0,35A Suhu 40oC 5,4 5,4 6 6,1

6 6 6,2 6,25,9 6,5 6,4 6,5

Rata-rata,±SD 5,8±0,32 5,9±0,55 6,2±0,2 6,3±0,21Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.

0

1

2

3

4

5

6

7

hari ke-1

Day

a se

bar

(cm

)

Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran daya sebar sediaan gelpada penyimpanan suhu kamar dan suhu 40oC

42

5. Pengukuran Daya Sebar

Pengukuran daya sebar dilakukan dengan cara meletakkan 1

gram gel diatas kaca berukuran 20x20 cm, kemudian digunakan

pemberat seberat 125 gram selama 1 menit. Pengukuran ini dilakukan

dengan selang waktu 1, 7, 14 dan 21 hari terhadap gel yang disimpan

pada suhu kamar dan suhu 40oC. Hasil pengukuran daya sebar dapat

dilihat pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.3 dibawah ini:

Tabel 4.6 Hasil pengamatan daya sebar masker gel peel off

Formula TemperaturDaya sebar (cm)

Hari-1 Hari-7 Hari-14 Hari-21A Suhu

kamar5,4 5,7 6,1 6,25,1 5,3 6,8 6,85,6 5,7 6,7 6,8

Rata-rata,±SD 5,4±0,25 5,6±0,23 6,4±0,38 6,6±0,35A Suhu 40oC 5,4 5,4 6 6,1

6 6 6,2 6,25,9 6,5 6,4 6,5

Rata-rata,±SD 5,8±0,32 5,9±0,55 6,2±0,2 6,3±0,21Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.

hari ke-1 hari ke-7 hari ke-14 hari ke-21

Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran daya sebar sediaan gelpada penyimpanan suhu kamar dan suhu 40oC

42

5. Pengukuran Daya Sebar

Pengukuran daya sebar dilakukan dengan cara meletakkan 1

gram gel diatas kaca berukuran 20x20 cm, kemudian digunakan

pemberat seberat 125 gram selama 1 menit. Pengukuran ini dilakukan

dengan selang waktu 1, 7, 14 dan 21 hari terhadap gel yang disimpan

pada suhu kamar dan suhu 40oC. Hasil pengukuran daya sebar dapat

dilihat pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.3 dibawah ini:

Tabel 4.6 Hasil pengamatan daya sebar masker gel peel off

Formula TemperaturDaya sebar (cm)

Hari-1 Hari-7 Hari-14 Hari-21A Suhu

kamar5,4 5,7 6,1 6,25,1 5,3 6,8 6,85,6 5,7 6,7 6,8

Rata-rata,±SD 5,4±0,25 5,6±0,23 6,4±0,38 6,6±0,35A Suhu 40oC 5,4 5,4 6 6,1

6 6 6,2 6,25,9 6,5 6,4 6,5

Rata-rata,±SD 5,8±0,32 5,9±0,55 6,2±0,2 6,3±0,21Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.

Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran daya sebar sediaan gelpada penyimpanan suhu kamar dan suhu 40oC

Suhu kamar

Suhu 40°C

Page 61: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

43

6. Pengukuran Waktu Mengering

Pengujian waktu mengering dilakukan dengan cara

mengoleskan sediaan gel di lengan tangan hingga gel mengering dan

dapat dikelupas. Pengujian dilakukan dengan selang waktu 1, 7, 14 dan

21 hari pada suhu kamar dan suhu 40oC. Hasil pengujian waktu

mengering dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.4 dibawah ini:

Tabel 4.7 Hasil pengamatan waktu mengering masker gel peel off

Formula TemperaturWaktu mengering (menit)

Hari-1 Hari-7 Hari-14 Hari-21A Suhu

kamar9,01 9,27 10,23 11,239,50 9,25 10,56 11,089,35 9,35 10,01 10,30

Rata-rata,±SD 9,29±0,25 9,29±0,05 10,27±0,28 10,87±0,76A Suhu 40oC 10,39 8,55 11,45 12,25

12,35 9,02 12,15 13,0813,52 9,10 12,20 14,10

Rata-rata,±SD 12,09±1,58 8,89±0,29 11,93±0,42 13,14±0,93Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.

0

2

4

6

8

10

12

14

hari ke-1

Wak

tu m

enge

ring

(m

enit

)

Gambar 4.4 Grafik hasil pengukuran waktu mengering sediaangel pada penyimpanan suhu kamar dan suhu 40oC

43

6. Pengukuran Waktu Mengering

Pengujian waktu mengering dilakukan dengan cara

mengoleskan sediaan gel di lengan tangan hingga gel mengering dan

dapat dikelupas. Pengujian dilakukan dengan selang waktu 1, 7, 14 dan

21 hari pada suhu kamar dan suhu 40oC. Hasil pengujian waktu

mengering dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.4 dibawah ini:

Tabel 4.7 Hasil pengamatan waktu mengering masker gel peel off

Formula TemperaturWaktu mengering (menit)

Hari-1 Hari-7 Hari-14 Hari-21A Suhu

kamar9,01 9,27 10,23 11,239,50 9,25 10,56 11,089,35 9,35 10,01 10,30

Rata-rata,±SD 9,29±0,25 9,29±0,05 10,27±0,28 10,87±0,76A Suhu 40oC 10,39 8,55 11,45 12,25

12,35 9,02 12,15 13,0813,52 9,10 12,20 14,10

Rata-rata,±SD 12,09±1,58 8,89±0,29 11,93±0,42 13,14±0,93Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.

hari ke-1 hari ke-7 hari ke-14 hari ke-21

Gambar 4.4 Grafik hasil pengukuran waktu mengering sediaangel pada penyimpanan suhu kamar dan suhu 40oC

43

6. Pengukuran Waktu Mengering

Pengujian waktu mengering dilakukan dengan cara

mengoleskan sediaan gel di lengan tangan hingga gel mengering dan

dapat dikelupas. Pengujian dilakukan dengan selang waktu 1, 7, 14 dan

21 hari pada suhu kamar dan suhu 40oC. Hasil pengujian waktu

mengering dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.4 dibawah ini:

Tabel 4.7 Hasil pengamatan waktu mengering masker gel peel off

Formula TemperaturWaktu mengering (menit)

Hari-1 Hari-7 Hari-14 Hari-21A Suhu

kamar9,01 9,27 10,23 11,239,50 9,25 10,56 11,089,35 9,35 10,01 10,30

Rata-rata,±SD 9,29±0,25 9,29±0,05 10,27±0,28 10,87±0,76A Suhu 40oC 10,39 8,55 11,45 12,25

12,35 9,02 12,15 13,0813,52 9,10 12,20 14,10

Rata-rata,±SD 12,09±1,58 8,89±0,29 11,93±0,42 13,14±0,93Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.

Gambar 4.4 Grafik hasil pengukuran waktu mengering sediaangel pada penyimpanan suhu kamar dan suhu 40oC

Suhu kamar

Suhu 40°C

Page 62: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

44

7. Pengujian Perbandingan Paired Samples t Test Stabilitas Mutu

Fisik Masker Gel Peel Off Antara Suhu Kamar dan Suhu 40oC

Pengujian dianalisis secara statistik menggunakan paired

samples t test dengan tingkat kepercayaan 95%. Pengujian ini dilakukan

untuk mengetahui perbedaan antara suhu kamar dan suhu 40oC pada

pengukuran pH, viskositas, daya sebar dan waktu mengering yang

diamati pada hari pertama, hari ke 7, hari ke 14 dan hari ke 21. Hasil

analisis data tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.8 dibawah ini:

Tabel 4.8 Hasil uji paired samples t testFormula Pengujian Waktu pengamatan

Hari 1 Hari 7 Hari 14 Hari ke-21A pH tidak

berbedasignifikanp = 0,125

tidakberbeda

signifikanp = 0,900

tidakberbeda

signifikanp = 0,253

berbedasignifikanp = 0,012

Viskositas tidakberbeda

signifikanp = 0,800

tidakberbeda

signifikanp = 0,390

tidakberbeda

signifikanp = 0,713

tidakberbeda

signifikanp = 0,191

Daya sebar tidakberbeda

signifikanp = 0,270

tidakberbeda

signifikanp = 0,373

tidakberbeda

signifikanp = 0,149

tidakberbeda

signifikanp = 0,149

Waktumengering

tidakberbeda

signifikanp = 0,074

tidakberbeda

signifikanp = 0,130

berbedasignifikanp = 0,028

tidakberbeda

signifikanp = 0,108

Ket : A = formula optimum dengan konsentrasi PVA 10%.

Page 63: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

45

4.2 Pembahasan

Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah kunyit putih.

Terlebih dahulu kunyit putih dilakukan identifikasi pada UPT Sumber Daya

Hayati Sulawesi Tengah. Identifikasi bertujuan untuk membandingkan dan

memastikan terhadap kebenaran spesies tanaman yang digunakan dalam

penelitian. Berdasarkan hasil identifikasi dapat dipastikan bahwa tanaman

yang digunakan tersebut adalah tanaman kunyit putih dengan nama Latin

Curcuma mangga Valeton & Zijp. Selanjutnya dilakukan pengolahan

rimpang hingga menjadi serbuk simplisia kunyit putih. Simplisia yang telah

kering diserbukkan dengan menggunakan blender. Proses penyerbukkan ini

bertujuan untuk memperbesar luas kontak serbuk simplisia kunyit putih

dengan cairan penyari, sehingga proses ektraksi dapat berlangsung dengan

maksimal. Kemudian dilakukan penentuan kadar air simplisia sebelum

diekstraksi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kandungan air dalam sampel

yang berhubungan dengan tingkat kestabilan sampel terhadap aktivitas

mikroba. Hasil perhitungan kadar air simplisia kunyit putih sebesar 9,35%.

Hasil ini sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

661/Menkes/SK/VII/1994 tentang obat tradisional dipersyaratkan kadar air

untuk serbuk simplisia adalah kurang dari 10%. Kadar air dibawah 10% dapat

menginaktifkan enzim yang terdapat di dalam simplisia sehingga

meminimalisir kemungkinan degradasi senyawa-senyawa kimia dan juga

dapat menghindari pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diinginkan.

Page 64: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

46

Pembuatan ekstrak etanol rimpang kunyit putih dilakukan dengan

menggunakan metode remaserasi. Metode remaserasi merupakan cara

ekstraksi yang paling sederhana, tidak menggunakan pemanasan dan tidak

memerlukan banyak biaya. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan

masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut

karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dan

diluar sel maka larutan yang terpekat didesak keluar (Voight, 1994). Cairan

penyari yang digunakan adalah etanol 70%, yang mana efektif untuk

menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, mudah berpenetrasi ke dalam

sel, kadar toksisitasnya rendah dan mampu menarik semua jenis zat aktif,

baik bersifat polar, semi polar dan non polar. Menurut Kusmiyati (2011),

kunyit putih mengandung senyawa kimia seperti kurkuminoid. Kurkuminoid

merupakan senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan (Tegar, 2012).

Kurkuminoid juga dapat larut dalam etanol, aseton dan metanol. Berdasarkan

hasil penelitian Pujimulyani (2006) menyatakan bahwa metode maserasi

dengan menggunakan pelarut etanol dapat menghasilkan ekstrak kunyit putih

dengan sifat antioksidan yang paling tinggi dibandingkan pelarut aseton dan

metanol. Selain itu, metode ini dapat mencegah kerusakan senyawa yang

terkandung dalam tanaman akibat suhu yang tinggi jika dilakukan penyarian

dengan pemanasan. Sifat antioksidan akan berkurang jika dipanaskan.

Semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu pemanasan, akan berakibat

pada penurunan sifat antioksidan (Pudjihartati, 1999).

Page 65: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

47

Ekstrak yang didapatkan dengan menggunakan metode maserasi

sebanyak 46,88 gram dengan rendemen ekstrak 9,4% (Lampiran 6).

Karakteristik ekstrak yang diperoleh yaitu berwarna kuning kecoklatan tua,

kental dan memiliki bau yang khas aromatik kunyit.

Sediaan yang dibuat pada penelitian ini yaitu masker wajah gel peel

off ekstrak kunyit putih. Proses pembuatan masker wajah gel peel off

dilakukan dalam beberapa langkah. Langkah pertama adalah

mengembangkan polivinil alkohol dalam air suling panas. Hal ini bertujuan

untuk membasahi partikel polivinil alkohol sehingga lebih mudah larut.

Polivinil alkohol digunakan sebagai filming agent karena memiliki sifat

adhesive atau dapat membentuk lapisan film yang dapat dikelupas setelah

mengering (Lestari dkk., 2013). Dengan mekanisme pembentukan film yakni

pada kelembaban rendah struktur polivinil alkohol akan merapat dan

membentuk lapisan yang lebih kuat dan keras, yang kemudian terlihat sebagai

pengeringan lapisan gel dan lapisan tersebut dapat dikelupas dari kulit, tanpa

meninggalkan bekas pada permukaan kulit. Sehingga bahan aktif akan dapat

terdesak keluar dari matriks gel dan mengalami kontak dengan permukaan

kulit. Didukung dengan adanya saluran folikel rambut, bahan aktif akan dapat

menuju site of action. Pencampuran polivinil alkohol dibantu dengan

pengadukan dan pemanasan menggunakan hotplate. Penggunaan suhu tinggi

bertujuan agar polivinil alkohol lebih cepat larut. Langkah kedua, karbomer

yang berfungsi sebagai gelling agent dikembangkan dalam air suling. Gelling

agent merupakan faktor yang penting dalam formulasi gel karena

Page 66: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

48

memberikan struktur matriks tiga dimensi yang dapat membantu penjeratan

molekul-molekul zat aktif. Karbomer juga dapat meningkatkan viskositas

(kekentalan sediaan), dengan menggunakan donor hidroksil dari polivinil

alkohol yang ditambahkan pada polimer. Kombinasi dari donor hidroksil dan

satu atau lebih donor hidroksil akan menghasilkan kekentalan karena bentuk

ikatan hidrogen. Terjadinya ikatan hidrogen dengan molekul polimer dapat

membentuk gel yang tidak coil sehingga dapat meningkatkan viskositas

(Anwar, 2012). Selain itu, karbomer memiliki daya adhesive yang relatif kuat

pada kulit sehingga meningkatkan waktu kontak antara sediaan dan kulit.

Karbomer merupakan polimer yang larut dalam air dan jumlah air yang

banyak akan menghidrasi stratum korneum sehingga terjadi perubahan

permeabilitas stratum korneum menjadi lebih permeabel terhadap zat aktif

yang dapat meningkatkan permeasi zat aktif. Lalu ditambahkan beberapa

tetes triethanolamin. Triethanolamin merupakan agen pembasa yang

berfungsi untuk menaikan pH karbomer (pH 2-3) menjadi 5-6. Netralisasi ion

karbomer tersebut menyebabkan molekul secara sempurna dari tidak coil

menjadi struktur yang panjang, sehingga memberikan kekentalan secara

instan (Anwar, 2012). Langkah ketiga, metil paraben yang berfungsi sebagai

bahan pengawet dilarutkan dalam air suling panas. Gel peel off ekstrak kunyit

putih rentan dengan pertumbuhan mikroba karena sebagian besar

mengandung air. Metil paraben paling sering digunakan sebagai pengawet

dalam kosmetik. Metil paraben larut dalam air panas sehingga sesuai

digunakan untuk sediaan yang mengandung air dalam jumlah besar (Rowe

Page 67: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

49

dkk., 2009). Langkah terakhir, penambahan ekstrak dilakukan setelah

terbentuk massa gel. Ekstrak kunyit putih didispersikan dalam gliserin.

Pendispersian ini bertujuan untuk membantu ekstrak kunyit putih terdistribusi

merata dan mempermudah pencampuran ekstrak dalam sediaan gel. Gliserin

juga berfungsi sebagai humektan. Gliserin yang bersifat higroskopis dengan

afinitas yang tinggi untuk menarik dan menahan molekul air sehingga

menjaga kestabilan dengan cara mengadsorbsi lembab dari lingkungan dan

mengurangi penguapan air dari sediaan (Barel dkk., 2009). Gliserin memiliki

massa yang lebih kental daripada bahan yang sejenis dan juga berfungsi

sebagai plasticizer yang dapat meningkatkan elastisitas dari film yang

terbentuk (Tamaela dan Lewerissa, 2007).

Setelah terbentuk sediaan masker gel peel off, dilakukan evaluasi mutu

fisik terhadap sediaan gel yang menggunakan variasi konsentrasi polivinil

alkohol (10%, 15% dan 20%) untuk memilih formula yang optimum. Pada

pengamatan organoleptis menunjukkan bahwa formula A, B dan C memiliki

bau khas kunyit putih dan berwarna kuning kecoklatan tua. Tekstur gel sangat

kental dan homogenitas pada formula A, B dan C menunjukkan sediaan gel

yang homogen dan terdapat gelembung udara. Pada pengukuran pH formula

A, B dan C menunjukkan nilai 6,24; 6,31; 6,31 sehingga memenuhi kriteria

tingkat keasaman (pH) fisiologis kulit yaitu antara 4,5-6,5 (Latifah dkk.,

2007) dan berdasarkan hasil uji statistik menggunakan metode ANOVA

menghasilkan nilai yang tidak berbeda signifikan (Lampiran 7). Pada

pengukuran viskositas, nilai viskositas formula A, B dan C secara berturut-

Page 68: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

50

turut sebesar 28.589 cPs, 61.833 cPs dan 113.000 cPs, dan hasil uji statistik

dengan metode ANOVA, menghasilkan nilai yang berbeda signifikan

(Lampiran 7). Hal ini dikarenakan tiap formula menggunakan variasi

konsentrasi polivinil alkohol. Polivinil alkohol dapat meningkatkan jumlah

serat polimer sehingga semakin banyak juga cairan yang tertahan dan terikat

(Martin dkk., 1993). Semakin meningkat konsentrasi polivinil alkohol dapat

meningkatkan viskositas sediaan masker wajah gel peel off (Rowe dkk.,

2009). Pada pengukuran daya sebar didapatkan hasil pada formula A, B dan

C secara berturut-turut yaitu 6,1 cm, 5,5 cm dan 5,03 cm, dan hasil uji

statistik dengan metode ANOVA, menghasilkan nilai yang berbeda signifikan

(Lampiran 7). Penurunan daya sebar terjadi melalui peningkatan ukuran unit

molekul karena telah mengabsorbsi pelarut sehingga cairan tersebut tertahan

dan meningkatkan tahanan untuk mengalir dan menyebar (Martin dkk.,

1993). Hal ini sesuai dengan teori hubungan antara daya sebar dan viskositas

dari masker gel peel off, dimana semakin tinggi viskositas, maka daya sebar

akan semakin rendah dan begitu pula sebaliknya (Ameliawati, 2012). Pada

pengukuran sediaan mengering diperoleh waktu mengering pada formula A,

B dan C secara berturut-turut yaitu 8,67 menit, 6,67 menit dan 4,32 menit,

dan dianalisis secara statistik dengan metode ANOVA, menghasilkan nilai

yang berbeda signifikan (Lampiran 7). Perubahan lama mengering pada

sediaan diduga karena pengaruh variasi konsentrasi polivinil alkohol, semakin

banyak jumlah polivinil alkohol menyebabkan semakin cepatnya gel

mengering. Hal ini disebabkan penambahan polivinil alkohol tiap formula

Page 69: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

51

dapat mengikat air yang lebih banyak, sehingga kandungan air dalam masker

gel berkurang dan waktu mengering pun menjadi lebih cepat.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diperoleh, maka dipilihlah

formula yang optimum yaitu formula yang menggunakan polivinil alkohol

sebanyak 10%. Dimana pH formula A sesuai dengan standar pH kulit sekitar

4,5-6,5, nilai viskositas formula A sebesar 25.000-31.000 cPs, nilai daya

sebar formula A sekitar 5-7 cm, dan waktu mengering formula A tidak lebih

dari 30 menit. Lama mengering berguna untuk menghantarkan bahan aktif

namun tidak boleh terlalu lama pula karena dapat berpengaruh pada

penerimaan konsumen terhadap pemakaian sediaan gel peel off.

Pada formula A dengan polivinil alkohol 10% dilakukan uji stabilitas

mutu fisik pada suhu kamar dan suhu 40oC dengan selang waktu 1, 7. 14 dan

21 hari yang meliputi pengamatan organoleptis, homogenitas, pengukuran

pH, viskositas, daya sebar dan waktu sediaan mengering.

1. Uji organoleptis

Uji organoleptis dimaksudkan untuk mengamati tampilan fisik

suatu sediaan yang meliputi bentuk, warna dan bau suatu sediaan. Hasil

pengamatan organoleptis yang dilakukan pada suhu kamar dan suhu 40oC

hari ke 1 menunjukkan bahwa gel pada formula yang optimum berbentuk

sangat kental, berwarna kuning kecoklatan tua dan memiliki bau yang khas

kunyit. Setelah pengamatan pada suhu kamar dan suhu 40oC hari ke 7, 14

dan 21 menunjukkan perbedaan organoleptis dengan pengamatan pada hari

Page 70: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

52

ke 1. Hasil pengamatan pada hari ke 7, 14 dan 21 pada sediaan mengalami

penurunan kekentalan, perubahan warna menjadi kuning kecoklatan muda

namun masih memiliki bau yang khas kunyit. Adanya penurunan

kekentalan pada sediaan gel peel off kemungkinan disebabkan oleh wadah

kemasan yang kurang kedap udara sehingga udara dari luar dapat masuk,

sedangkan terjadinya perubahan warna pada sediaan kemungkinan

disebabkan adanya oksidasi. Adanya reaksi oksidasi juga dapat

menyebabkan terjadinya penurunan viskositas. Hal ini disebabkan karena

putusnya ikatan rangkap karbomer pada sediaan yang menjadi ikatan lebih

lemah dan lebih mudah putus.

2. Uji homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat dan mengetahui

tercampurnya bahan-bahan pada sediaan gel. Hasil uji homogenitas gel

pada formula yang optimum pada suhu kamar dan suhu 40oC hari ke 1

menunjukkan semua sediaan gel memiliki homogenitas yang baik namun

terlihat adanya gelembung-gelembung udara. Gelembung udara tersebut

terbentuk karena molekul dari polimer membentuk coil yang kuat dan

ikatan hidrogen antara polivinil alkohol dan karbomer belum terjadi secara

langsung. Setelah beberapa waktu gelembung udara tersebut akan hilang

karena terbentuknya ikatan hidrogen antara polivinil alkohol dan

karbomer.

Setelah pengamatan pada suhu kamar dan suhu 40oC hari ke 7, 14

dan 21 menunjukkan sediaan gel tidak mengalami pemisahan dan tetap

Page 71: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

53

homogen, yang ditandai dengan tidak adanya gelembung-gelembung udara

lagi yang terlihat. Hal ini menunjukkan bahwa bahan gel yang digunakan

dalam formulasi ini terlarut dan tercampur sempurna serta pengawet yang

digunakan terbukti efektif dengan tidak adanya pertumbuhan jamur dalam

sediaan gel.

3. Uji pH (Derajat Keasaman)

Uji pengukuran pH dilakukan untuk mengetahui keamanan sediaan

waktu akan digunakan. Hal ini karena sediaan merupakan sediaan topikal

yang akan digunakan di kulit wajah sehingga sedapat mungkin memiliki

pH yang mendekati pH kulit, yaitu 4,5-6,5 (Latifah dan Tranggono, 2007).

Pengujian dilakukan dengan cara menggunakan pH meter yang telah

dikalibrasi terlebih dahulu (pada pH 4 dan pH 7).

Berdasarkan hasil pengukuran pada suhu kamar dan suhu 40oC hari

ke 1, 7, 14 dan 21 didapatkan nilai pH sekitar 6,3-6,9 (Tabel 4.4)

Berdasarkan hasil pengukuran, nilai pH mengalami perubahan yang relatif

sedikit. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh suhu kamar yang tidak

terkontrol sehingga dapat mempengaruhi terbentuknya senyawa kuinon

oleh reaksi oksidasi pada senyawa fenolik (Kurniati, 2011). Namun kadar

keasaman semua sediaan gel masih sesuai dengan pH kulit dan dapat

membantu menjaga stabilitas dari bahan aktif didalamnya. pH sediaan

topikal tidak boleh terlalu asam karena dapat mengiritasi kulit dan tidak

boleh terlalu basa karena dapat membuat kulit menjadi bersisik.

Page 72: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

54

Data hasil pengukuran pH pada suhu kamar dan suhu 40oC selama

waktu penyimpanan 21 hari dianalisis secara statistik menggunakan paired

samples t test dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil analisis pH tersebut

menunjukkan bahwa data pH formula optimum tidak berbeda secara

signifikan (p>0,05), sehingga formula gel peel off tersebut dinyatakan

stabil dalam penyimpanan.

4. Uji viskositas

Viskositas merupakan parameter yang penting dalam sediaan

semipadat. Semakin tinggi viskositas suatu sediaan, meningkatkan waktu

retensi pada tempat aplikasi, tetapi juga menurunkan daya sebar. Besar

viskositas suatu sediaan tergantung pada tujuan penggunaan sediaan

tersebut. Sediaan yang digunakan untuk pengobatan biasanya lebih lembut.

Sedangkan sediaan yang digunakan untuk melindungi kulit, memiliki

konsistensi yang lebih kental (Garg dkk., 2002). Pada pengujian viskositas

alat yang digunakan adalah Viskometer Brookfield dan menggunakan

spindel nomor 6 dengan kecepatan 5 rpm.

Berdasarkan hasil pengukuran pada suhu kamar dan suhu 40oC hari

ke 1, 7, 14 dan 21 didapatkan nilai sekitar 29.000-40.000 cPs (Tabel 4.5).

Hasil pengukuran viskositas kemudian diolah secara statistik

menggunakan paired samples t test dengan taraf kepercayaan 95% dan

menunjukkan bahwa semua sediaan gel tidak mengalami perbedaan

viskositas yang signifikan (p>0,05), sehingga viskositas sediaan tersebut

dinyatakan stabil dalam penyimpanan.

Page 73: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

55

5. UJi daya sebar

Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kemampuan

pemerataan dan penyebaran masker gel peel off saat diaplikasikan ke kulit

serta pengeluaran gel dari wadah. Gel yang baik membutuhkan waktu

yang lebih sedikit untuk tersebar dan akan memiliki nilai daya sebar yang

tinggi (Shai dkk., 2009). Pengukuran daya sebar dilakukan dengan

menggunakan lempeng kaca berukuran 20x20 cm dan dengan penambahan

beban seberat 125 gram selama 1 menit. Nilai daya sebar yang diinginkan

untuk masker gel peel off adalah antara 5,0-7,0 cm (Garg dkk., 2002).

Berdasarkan hasil pengukuran daya sebar pada suhu kamar dan

suhu 40oC hari ke 1, 7, 14 dan 21 didapatkan hasil sekitar 5-7 cm (Tabel

4.6). Selanjutnya dianalisis secara statistik menggunakan paired samples t

test dengan taraf kepercayaan 95% didapatkan hasil bahwa nilai

pengukuran daya sebar dengan selang waktu hari ke 1, 7, 14 dan 21 pada

suhu kamar dan suhu 40oC antar sediaan yaitu tidak berbeda secara

signifikan (p>0,05). Hal ini berarti daya sebar sediaan gel tersebut

dinyatakan stabil dalam penyimpanan.

6. Uji waktu sediaan mengering

Uji waktu mengering bertujuan untuk mengetahui waktu yang

diperlukan oleh masker gel peel off untuk mengering setelah diaplikasikan

ke kulit. Uji waktu mengering ini dilakukan karena masker gel peel off

diharapkan akan membentuk lapisan film dalam waktu tertentu setelah

diaplikasikan. Lama pengeringan yang diharapkan dari masker gel peel off

Page 74: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

56

yang dihasilkan adalah antara 15-30 menit (Nurrochmach, 2012).

Pengujian lama waktu sediaan mengering dilakukan dengan mengoleskan

0,1 gram sediaan gel pada area 2,5x2,5 cm di kulit lengan tangan dan

dibiarkan hingga mengering dan dapat dikelupas.

Hasil uji lama waktu mengering sediaan gel pada suhu kamar dan

suhu 40oC dengan selang waktu hari ke 1, 7, 14 dan 21 menghasilkan

sediaan masker gel peel off ektrak kunyit putih yang memiliki waktu untuk

mengering antara 8-14 menit (Gambar 4.7). Waktu mengering sediaan gel

yang terlalu cepat kemungkinan dikarenakan kesalahan dalam pengujian

waktu mengering yang dilakukan pada area yang terlalu kecil yaitu 1x1

cm, sedangkan dalam prosedur pengolesan dilakukan pada area 2,5x2,5

cm. Selanjutnya data hasil pengujian waktu mengering sediaan gel peel off

pada suhu kamar dan suhu 40oC dengan selang waktu hari ke 1, 7, 14 dan

21 dianalisis secara statistik menggunakan paired samples t test dengan

tingkat kepercayaan 95%. Hasil analisis data formula optimum yaitu tidak

berbeda secara signifikan (p>0,05). Hal tersebut menyatakan bahwa waktu

mengering sediaan gel pada formula optimum dinyatakan stabil dalam

penyimpanan.

Page 75: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

57

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan analisis data yang dilakukan, dapat

disimpulkan bahwa :

1. Formula sediaan masker wajah gel peel off ekstrak kunyit putih yang

memenuhi mutu fisik sediaan gel paling baik adalah dengan konsentrasi

polivinil alkohol sebesar 10% dibandingkan polivinil alkohol 15% dan

20%.

2. Formula A yang menggunakan polivinil alkohol sebesar 10% memenuhi

stabilitas mutu fisik yang stabil yang menghasilkan sediaan gel yang

tetap homogen, nilai pH 6,3-6,9, nilai viskositas 29.000-40.000 cPs, nilai

daya sebar 5-7 cm dan lama waktu mengering 8-14 menit.

5.2 Saran

1. Untuk pengujian selanjutnya perlu dilakukan uji kekuatan tarikan pada

saat gel akan dikelupas untuk mempermudah pada saat pengelupasan.

2. Perlunya dilakukan pengujian aktivitas antioksidan dan antibakteri pada

sediaan gel peel off ekstrak kunyit putih agar dapat mengetahui potensi

antioksidan dan antibakteri ekstrak kunyit putih setelah diformulasi

menjadi sediaan gel peel off.

Page 76: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

58

DAFTAR PUSTAKA

Adila, R., Nurmiati., dan Agustien, A., 2013, Uji Antimikroba Curcuma sp.Terhadap Pertumbuhan Bakteri Candida albicans, Staphylococcus aureus,Escherichia coli, Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.

Agoes, G., 2009, Teknologi Bahan Alam, Edisi revisi, Institut Pertanian Bogor,Bogor.

Ameliawati, Y., T., 2012, Prediksi Komposisi Optimum Filming Agent PolivinilAlkohol Dan Humektan Gliserin Formula Gel Masker Peel Off AntiacneEkstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L.) Aplikasi Dengan DesainFaktorial, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Anonim, 1985, Materia Medica Indonesia, Jilid V, Dirjen POM, DepartemenKesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi 4, Dirjen POM, DepartemenKesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

, 2007, Temu Putih, Dirjen POM, Departemen Kesehatan RepublikIndonesia, Jakarta.

, 2013, Acuan Sediaan Herbal, Vol. 5, Direktorat Obat Asli Indonesia,Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta.

Angela, L., 2012, Aktivitas Antioksidan Dan Stabilitas Fisik Gel Anti-Aging YangMengandung Ekstrak Air Kentang Kuning (Solanum tuberosum L.),Program Ekstensi Departemen Farmasi, Fakultas Matematika Dan IlmuPengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok.

Ansel, H., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi 4, Penerjemah FaridaIbrahim, Universitas Indonesia, Jakarta.

Anwar, E., 2012, Eksipien Dalam Sediaan Farmasi – Karakteristik dan Aplikasi,Penerbit Dian Rakyat, Jakarta.

Barel, A., O., Paye, M., dan Maibach, H., I., 2009, Handbook of Cosmetic Scienceand Technology, Third Edition, Informa Healthcare USA, New York.

Dalimartha, S., dan Soedibyo, M., 1999, Awet Muda Dengan Tumbuhan Obat danDiet Suplemen, Trubus Agriwidya, Jakarta.

Fauziah, M., 1999, Temu-temuan dan Empon-emponan, Budidaya danManfaatnya, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Page 77: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

59

Garg, A., Deepika, A., dan Singla, A., K., 2002, Spreading of SemisolidFormulation, Pharmaceutical Technology, USA.

Harry, R., G., 1982, Harry’s Cosmeticology, Edisi Ketujuh, Chemical PublishingCompany, New York.

Islam, M.T., Rodriguez-Hornedo, N., Ciotti, S., dan Ackermann, C., 2004,Rheological Characterization of Topical Carbomer Gels Neutralized toDifferent pH, Pharmaceutical Research, diakses pada tanggal 27 Mei 2014.

Kumar, 2007, Antibacterial Screening Of Selected Indian Medicinal PlantsAgainst Acne-inducing Bacteria, Tropical Journal Of PharmaceuticalResearch, diakses pada tanggal 27 Maret 2014.

Kurniati, N., 2011, Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas Antioksidan Formula KrimMengandung Ekstrak Kulit Buah Delima (Punica granatum), FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Farmasi,Universitas Indonesia, Depok.

Kusmiyati, Aznam, N., Handayani, S., 2011, Isolasi dan Identifikasi Zat AktifEkstrak Metanol Rimpang Kunyit Putih (Curcuma mangga Val) FraksiEtil Asetat), Fakultas Farmas, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.

Lachman, L., 2008, Teori Dan Praktek Farmasi Industri Bagian 2, Edisi 3,Terjemahan Siti Suyatmi, Universitas Indonesia, Jakarta.

Latifah F., dan Tranggono R., I., 2007, Buku Pegangan Ilmu PengetahuanKosmetik, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Lestari, P. M., Sutyasningsih, R. B., dan Ruhimat, 2013, The Influence of IncreaseConcentration Polivinil Alcohol (PVA) As a Filming Agent On PhysicalProperties of The Peel-Off Pineapple Juice (Ananas comosus L.), AsianSocieties of Cosmetic Scientists Conference, diakses pada tanggal 25 Mei2014.

Lieberman, Rieger, dan Banker, 1989, Pharmaceutical Dossage Form: DispenseSystem, Volume Kedua, Marchell Dekker Inc, New York.

Martin, A., Swarbrick, J., dan Cammarata, A., 1993, Farmasi Fisik: Dasar-dasarFarmasi Fisik Dalam Ilmu Farmasetik, Edisi Ketiga, Penerjemah: Yoshita,UI Press, Jakarta.

Melannisa, R., Da’i, M., dan Rahmi, R., 2011, Uji Aktivitas Penangkap RadikalBebas Dan Penatapan Kadar Fenolik Total Ekstrak Etanol Tiga RimpangGenus Curcuma Dan Rimpang Temu Kunci (Boesenbergia pandurata),

Page 78: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

60

Pharmacon: Pharmaceutical Journal Of Indonesia, Vol. 12, No. 1, diakses27 Oktober 2013.

Mitsui, T., 1997, New Cosmetic Science 1st Edition 28, Elsevier Science B. V.,Amsterdam.

Mutchler, E., 1991, Dinamika Obat, Edisi V, terjemahan M. B. Widianto dan A.S. Ranti, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Nurrohmach, 2012, Optimasi Filming Agent Polivinil Alkohol Dan HumektanGliserin Dalam Formula Gel Masker Peel Off Antiacne Ekstrak DaunKemangi (Ocimum sanctum L.) Aplikasi Dengan Desain Faktorial,Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Ogur, E., 2005, Polyvinyl Alcohol: Materials, Processing and Applications,Volume 16, Nomor 12, diakses pada tanggal 15 Juni 2014.

Pratiwi, W., 2006, Penentuan Daya Inhibisi Ekstrak Air Dan Etanol Temu PutihTerhadap Aktivitas Tirosin Kinase Secara In Vitro, Departemen Kimia,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut PertanianBogor, Bogor.

Pudjihartati, V., L., 1999, Stabilitas Antioksidan Ekstrak Kunyit SelamaPenyimpanan Umbi dan Pemanasan, Tesis S2, Fakultas Teknik Pertanian,Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Pujimulyani, D., 2006, Sifat Antioksidatif Ekstrak Kunyit Putih Dengan PelarutAseton, Etanol dan Metanol, Fakultas Teknologi Pertanian, UniversitasWangsa Manggala, Yogyakarta.

Ramadhanil, dan Sahlan, 2014, UPT Sumber Daya Hayati Sulawesi Tengah,Herbarium Universitas Tadulako, Palu.

Rukmana, R., 1994, Kunyit, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Rowe, R., Sheskey, P., dan Quinn, M., 2009, Handbook Of PharmaceuticalExicipient, 6th edition, Pharmaceutical Press, Amerika Serikat.

Setiadi, 2007, Anatomi dan Fisiologi Manusia, Graha Ilmu, Jakarta.

Shai, A., Maibach, H.I., dan Baran, R., 2009, Handbook of Cosmetic and SkinCare, Skin Structure, Informa Healthcare, London.

Sumarny, R., Djamil, R., Indira, A., 2012, Kadar Kurkumin dan PotensiAntioksidan Ekstrak Etanol Rimpang Temu Putih (Curcuma zedoaria,Curcuma mangga) dan Temu Lawak (Curcuma xanthorrhiza), Seminar

Page 79: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

61

Nasional POKJANAS TOIXLII, Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila,Jakarta.

Sunarni, 2005, Tanaman Berkhasiat Antioksidan, cetakan ke-2, Penebar Swadaya,Jakarta.

Swarbrick, J., dan Boylan, J. C., 1992, Encyclopedia of PharmaceuticalTechnology, Marchell Dekker Inc, New York.

Tamaela, P., dan Lewenssa, S., 2008, Karakteristik Edible Film dari Karagenan,Ichthyos, diakses pada tanggal 2 Juni 2014.

Tegar, M., 2012, Korelasi Aktivitas Kurkuminoid Sebagai Antioksidan DenganHasil Uji Penambatan Molekul Plants In Silico, LaboratoriumFarmakokimia, Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Tresna, P., 2010, Modul 1 Dasar Rias Perawatan Kulit Wajah, Prodi PendidikanTata Busana, Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, FakultasPendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia,Bandung.

Tudorachi, N., Cascaval, C. N., Rusu, M., dan Pruteanu, M., 1999, Testing ofPolyvinyl Alcohol and Strach Mixtures as Biodegradable PolymericMaterials, Polymer Testing, 19, diakses pada tanggal 27 April 2014.

Voight R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada UniversityPress, Yogyakarta.

Zatz, J. L., dan Kushla, G. P., 1989, Pharmaceutical Dosage Form: DisperseSystems, Volume 1, Edisi Kedua, Marchell Dekker Inc, New York.

Page 80: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

62

Lampiran 1.

Surat Keterangan Hasil Determinasi Tanaman Kunyit Putih

Page 81: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

63

Lampiran 2.

Hasil Determinasi Tanaman Kunyit Putih

Page 82: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

64

Lampiran 3.

Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Etanol Kunyit Putih

- Sortasi basah- Pencucian rimpang- Penggupasan dan perajangan

rimpang- Pengeringan simplisia- Sortasi kering- Simplisia diblender hingga

membentuk serbuk- Penentuan kadar air simplisia

- Diekstraksi dengan metodemaserasi

Disaring

Kunyit putih

Serbuk simplisia

Ekstrak kentalkunyit putih

Filtrat Residu

Diuapkan denganRotary Evaporator

Ekstrak kental etanol kunyit putih

Page 83: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

65

Lampiran 4.

Skema Kerja Pembuatan Gel Peel Off Ekstrak Kunyit Putih

Dikembangkan dalam air suling

Diaduk diatas hotplate ditambahkanPada suhu 80-90oC triethanolamin(Campuran 1) (Campuran 2)

Kedua campuran dicampurkan sedikit demi sedikit

Ditambahkan

Diaduk hingga homogen

Dimasukkan dalam wadah

Ekstrak kunyit putih didispersikandengan gliserin

Metil paraben yang telahdilarutkan dalam air suling panas

Alat dan Bahan

Polivinil alkohol dan karbomer

Disiapkan

Sediaan gel peel off ekstrak kunyit putih

Page 84: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

66

Lampiran 5.

Evaluasi Mutu Fisik dan Stabilitas Sediaan Gel Peel OffEkstrak Kunyit Putih

Pengamatan Organoleptis Pengamatan Homogenitas

Perubahan bentuk, warna Gel dioleskan pada kaca objekdan bau gel

Pengukuran pH Pengukuran viskositas Pengukuran Pengukurandaya sebar waktu mengering

diukur dengan diukur denganpH meter viskometer Brookfield

dengan spindel no.6 pada 1 gram gel 0,1 gram gel5 rpm

kaca 20x20 cm dioleskan padalengan area 1x1 cm

diukur diameter setelah1 menit

Dianalisis secara deskriptif dan menggunakan Anova

Pembahasan

Kesimpulan

Sediaan gel

Page 85: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

67

Lampiran 6.

Perhitungan-perhitungan

1. Perhitungan berat ekstrak :

Berat wadah = 254, 43 g

Berat wadah + ekstrak = 301,31 g

Berat ekstrak = (berat wadah+ekstrak) - berat wadah

= 301,31 g - 254, 43 g

= 46,88 gram

2. Perhitungan kadar air = bobot awal - bobot akhir x 100%bobot awal

= 1,059 – 0,96 x 100%0,96

= 9,34%

3. % Rendemen ekstrak = bobot ekstrak yang diperoleh x100%bobot simplisia awal

= 46,88 x100%489,93

= 9,4 %

4. Perhitungan bahan formula sediaan gel peel off ekstrak kunyit putih :

a. A (polivinil alkohol 10%)

Ekstrak 1,7% =,

x 110 = 1,87 g

Polivinil alkohol 10% = x 110 = 11 g

Karbomer 0,5% =,

x 110 = 0,55 g

Triethanolamin 0,5% =,

x 110 = 0,55 g

=,, = 0,5 ml (10 tetes)

Gliserin 10% = x 110 = 11 g

= , = 8,7 ml

Metil paraben 0,3% =,

x 110 = 0,33 g

Page 86: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

68

Air suling ad 110 ml

b. B (polivinil alkohol 15%)

Ekstrak 1,7% =,

x 110 = 1,87 g

Polivinil alkohol 15% = x 110 = 16,5 g

Karbomer 0,5% =,

x 110 = 0,55 g

Triethanolamin =,

x 110 = 0,55 g

=,, = 0,5 ml (10 tetes)

Gliserin 10% = x 110 = 11 g

= , = 8,7 ml

Metil paraben 0,3% =,

x 110 = 0,33 g

Air suling ad 110 ml

c. C (polivinil alkohol 20%)

Ekstrak 1,7% =,

x 110 = 1,87 g

Polivinil alkohol 20% = x 110 = 22 g

Karbomer 0,5% =,

x 110 = 0,55 g

Triethanolamin =,

x 110 = 0,55 g

=,, = 0,5 ml (10 tetes)

Gliserin 10% = x 110 = 11 g

= , = 8,7 ml

Metil paraben 0,3% =,

x 110 = 0,33 g

Air suling ad 110 ml

5. Perhitungan bahan formula yang optimum sediaan gel peel off.

Formula optimum :

Ekstrak 1,7% =,

x 110 = 1,87 g

Polivinil alkohol 10% = x 110 = 11 g

Page 87: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

69

Karbomer 0,5% =,

x 110 = 0,55 g

Triethanolamin 0,5% =,

x 110 = 0,55 g

=,, = 0,49 ml (10 tetes)

Gliserin 10% = x 110 = 11 g

= , = 8,7 ml

Metil paraben 0,3% =,

x 110 = 0,33 g

Air suling ad 110 ml

Page 88: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

70

Lampiran 7.Perhitungan variasi PVA menggunakan ANOVA

1. Pengukuran pH

pH

Kelompok N

Subset for alpha = 0.05

1

TukeyHSDa

PVA 10 3 6.2400

PVA 15 3 6.3100

PVA20 2 6.3200

Sig. .579

Duncana PVA 10 3 6.2400

PVA 15 3 6.3100

PVA20 2 6.3200

Sig. .351

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,571.

2. Pengukuran viskositas

Viskositas

Kelompok N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

TukeyHSDa

PVA 10 3 2.8589E4

PVA 15 3 6.1833E4

PVA20 3 1.1300E5

Sig. 1.000 1.000 1.000

Duncana PVA 10 3 2.8589E4

PVA 15 3 6.1833E4

PVA20 3 1.1300E5

Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Page 89: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

71

3. Pengukuran daya sebar

daya_sebar

Kelompok N

Subset for alpha = 0.05

1 2

TukeyHSDa

PVA20 3 5.0333

PVA 15 3 5.5000 5.5000

PVA 10 3 6.0667

Sig. .233 .141

Duncana PVA20 3 5.0333

PVA 15 3 5.5000 5.5000

PVA 10 3 6.0667

Sig. .114 .066

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

4. Pengukuran waktu mengering

waktu_mengering

Kelompok N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

TukeyHSDa

PVA20 3 2.7167E2

PVA 15 3 4.1400E2

PVA 10 3 5.3400E2

Sig. 1.000 1.000 1.000

Duncana PVA20 3 2.7167E2

PVA 15 3 4.1400E2

PVA 10 3 5.3400E2

Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Page 90: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

72

Lampiran 8.

Perhitungan Stabilitas Gel Menggunakan Paired Samples t TestPada Suhu Kamar

1. Pengukuran pHa. Hari ke-1 dan ke-7

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 pH_1 -

pH_7-.21667 .25106 .14495 -.84035 .40701 -1.495 2 .274

b. Hari ke-1 dan ke-14

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 pH_1 -

pH_14-.15333 .19140 .11050 -.62879 .32213 -1.388 2 .300

c. Hari ke-1 dan ke-21

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 pH_1 -

pH_21.06000 .41000 .23671 -.95850 1.07850 .253 2 .824

Page 91: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

73

2. Pengukuran Viskositas

a. Hari ke-1 dan ke-7

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Viskositas_1 -

Viskositas_76.5333

3E3

8443.5379

64874.87892

-

14441.5777

4

27508.2444

11.340 2 .312

b. Hari ke-1 dan ke-14

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Viskositas_1 -

Viskositas_146.4666

7E3

11686.459

406747.18048

-

22564.1078

5

35497.4411

8.958 2 .439

c. Hari ke-1 dan ke-21

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Viskositas_1 -

Viskositas_212.73333

E3

13714.712

297918.19284

-

31335.9006

8

36802.5673

5.345 2 .763

Page 92: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

74

3. Pengukuran Daya Sebara. Hari ke-1 dan ke-7

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Dayasebar_1 -

Dayasebar_7-.20000 .10000 .05774 -.44841 .04841 -3.464 2 .074

b. Hari ke-1 dan ke-14

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Dayasebar_1 -

Dayasebar_14

-

1.16667.50332 .29059 -2.41699 .08366 -4.015 2 .057

c. Hari ke-1 dan ke-21

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Dayasebar_1 -

Dayasebar_21

-

1.23333.45092 .26034 -2.35349 -.11317 -4.737 2 .042

Page 93: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

75

4. Pengukuran Waktu Mengering

a. Hari ke-1 dan ke-7

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Waktumengering_1 -

Waktumengering_7

-

.0033

3

.25502 .14723 -.63683 .63016 -.023 2 .984

b. Hari ke-1 dan ke-14

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Waktumengering_1 -

Waktumengering_14

-

.9800

0

.28844 .16653 -1.69653 -.26347 -5.885 2 .028

c. Hari ke-1 dan ke-21

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std.

Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Waktumengering_1 -

Waktumengering_21-1.58333 .63501 .36662 -3.16078 -.00589 -4.319 2 .050

Page 94: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

76

Lampiran 9.

Perhitungan Stabilitas Gel Menggunakan Paired Samples t TestPada Suhu 40oC

1. Pengukuran pHa. Hari ke-1 dan ke-7

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper

Pair 1 pH_1 -

pH_7-.06000 .32924 .19009 -.87788 .75788 -.316 2 .782

b. Hari ke-1 dan ke-14

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper

Pair 1 pH_1 -

pH_14-.05333 .16073 .09280 -.45260 .34594 -.575 2 .624

c. Hari ke-1 dan ke-21

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper

Pair 1 pH_1 -

pH_21-.18000 .39598 .28000 -3.73774 3.37774 -.643 1 .636

Page 95: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

77

2. Pengukuran Viskositas

a. Hari ke-1 dan ke-7

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Viskositas_1 -

Viskositas_7

-

5.4666

7E3

9246.2605

15338.33099

-

28435.6510

8

17502.3177

5-1.024 2 .414

b. Hari ke-1 dan ke-14

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Viskositas_1 -

Viskositas_141.06667

E37414.40040 4280.70607

-

17351.7249

8

19485.0583

2.249 2 .826

c. Hari ke-1 dan ke-21

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Viskositas_1 -

Viskositas_21

-

2.26667

E3

6885.73404 3975.48040

-

19371.7782

8

14838.4449

5-.570 2 .626

Page 96: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

78

3. Pengukuran Daya Sebar

a. Hari ke-1 dan ke-7

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Dayasebar_1 -

Dayasebar_7-.20000 .34641 .20000 -1.06053 .66053 -1.000 2 .423

b. Hari ke-1 dan ke-14

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Dayasebar_1 -

Dayasebar_14-.43333 .20817 .12019 -.95045 .08378 -3.606 2 .069

c. Hari ke-1 dan ke-21

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Dayasebar_1 -

Dayasebar_21-.50000 .26458 .15275 -1.15724 .15724 -3.273 2 .082

Page 97: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

79

4. Pengukuran Waktu Mengering

a. Hari ke-1 dan ke-7

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Waktumengering_1 -

Waktumengering_7

3.196

671.29516 .74776 -.02068 6.41402 4.275 2 .051

b. Hari ke-1 dan ke-14

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Waktumengering_1 -

Waktumengering_14

.1533

31.19069 .68744 -2.80449 3.11116 .223 2 .844

c. Hari ke-1 dan ke-21

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Waktumengering_1 -

Waktumengering_21-1.05667 .69974 .40399 -2.79491 .68158 -2.616 2 .120

Page 98: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

80

Lampiran 9.

Dokumentasi Penelitian

(A) (B)

(C) (D)

Gambar 1. Foto tanaman kunyit putih (A), Simplisia kunyit putih (B), Prosesmaserasi serbuk simplisia kunyit putih (C), Ekstrak kental kunyitputih (D).

Page 99: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

81

Gambar 2. Pengamatan pada pemilihan formula optimum.(ket : A = PVA 10%, B = PVA 15%, C = PVA 20%).

Gambar 3. Pengamatan organoleptis pada formula optimum.(Ket : A = PVA 10%).

Gambar 4. Pengamatan homogenitas pada formula optimum.

Page 100: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

82

(A) (B)Gambar 5. Pengujian daya sebar pada formula optimum (A),

Pengukuran daya sebar pada formula optimum (B).

Gambar 6. Pengujian waktu sediaan mengering pada formula optimum.

Page 101: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

83

Lampiran 10.

Foto Alat-alat Yang Digunakan Selama Penelitian

(A) (B) (C)

(D) (E) (F)

(G)Gambar 7. Viskometer Brookfield (A), pH meter (B), Moisture Analyzer (C),

Neraca Ohaus (D), Hotplate (E), Inkubator (F), Rotary VakumEvaporator (G).

Page 102: Sri Dewi Wulansari G 701 10 027

84

RIWAYAT HIDUP

Sri Dewi Wulansari lahir di Tentena pada tanggal 16 April 1993. Anakpertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Syahbuddin dan Ibu NursiahAbbas. Pendidikan Sekolah Dasar di tempuh di SD Negeri Inpres 3 Tatura Paludan lulus pada tahun 2004. Pendidikan selanjutnya adalah Sekolah MenengahPertama, ditempuh di SMP Negeri 2 Palu dan lulus pada tahun 2007. Kemudianpada tahun 2007 melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas ditempuh diSMA Negeri 2 Palu dan lulus pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, melalui jalur Seleksi Lokal Penerimaan Mahasiswa Barumelanjutkan studi di Perguruan Tinggi Universitas Tadulako Palu dan terdaftarsebagai mahasiswa Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)Program Studi Farmasi. Selama menjalankan studi pernah menjadi penguruseLSAM FMIPA periode 2011-2012 dan juga ikut pernah terlibat dalam kegiatanHIMAFAR dan kemahasiswaan dalam bidang akademik maupun non akademik.