pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni...

184
i PENDIDIKAN KARAKTER ANAK DALAM KELUARGA DISHARMONI (STUDI KASUS DI DESA KECANDRAN SALATIGA 2017) SKRIPSI Disusun guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh : NUR ZUMROTUS SHOLIHAH Nim : 111 14 055 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

Upload: others

Post on 27-Jan-2020

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PENDIDIKAN KARAKTER ANAK

DALAM KELUARGA DISHARMONI

(STUDI KASUS DI DESA KECANDRAN SALATIGA 2017)

SKRIPSI

Disusun guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh :

NUR ZUMROTUS SHOLIHAH

Nim : 111 14 055

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

ii

iii

iv

v

vi

MOTTO

فاستبقوا الخيرات

“Berlomba-lombalah dalam kebaikan”

vii

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur alhamdulillah kepada Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya dalam menyelesaikan karya ini.

Kupersembahkan karya ini kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta (Bp. Slamet Amin dan Ibu Istiqomah). Terima

kasih atas kasih sayang, cinta, dorongan, kepercayaan, kesabaran, jerih payah

serta pengorbanan tanpa pamrih.

2. Saudara-saudara sepupuku (Khotijah, Nur Khasanah, Siti Aisyah) yang telah

memberikan semangat untuk mengerjakan skripsi ini.

3. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan berbagai ilmu

kepadaku.

4. Ibu Dr. Muna Erawati, S.Psi, M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu

memberikan motivasi dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Sahabat-sahabatku (Siti Maunah, Alfinalia Maulani Islamiyah, Titik

Solikhati, Ardhi Suryaningtyas, Novia Ananda P dan Makrifatul Mustaniroh)

yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi

ini.

6. Semua teman seperjuanganku prodi PAI angkatan 2014 khususnya PAI B.

7. Semua teman- teman PPL di MAN Suruh Kab. Semarang (Farida, Nafiatun

Khasanah, Anis Azza, Zulfa Amaliyah, Siti Choiriyah, Mamik Kusrini,

Yuniar dan Anida) dan semua teman-teman KKN di Dusun Tanjungsari Desa

viii

Kedungrejo (Wahidatul Sofiah, Khasanah L, Wahyu H, Siti Nailatul dan Nur

Hayati) yang saya cintai.

8. Kepala Desa Kecandran Salatiga yang telah mengizinkan melakukan

peneltian di Kecandran Salatiga.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu penulis hingga dapat diselesaikan penyusunan skripsi ini.

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi, Allah SWT, yang

telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya yang tidak terhitung banyaknya. Salawat

dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, yang

telah menuntun manusia kepada jalan yang lurus untuk mencapai kebahagiaan dunia

dan akhirat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai berkat motivasi, bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan banyak terimakasih

kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi M.Pd, Ketua Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

IAIN Salatiga.

3. Ibu Hj. Siti Rukhayati M. Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(PAI).

4. Dosen pembimbing Ibu Dr. Muna Erawati, S.Psi, M.Si yang telah

memberikan bimbingan, arahan dan motivasi serta pengorbanan waktunya

dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Dosen Pembimbing Akademik Almarhum Bapak Prof. Dr. M. Zulfa, M.Ag.

yang telah membantu penulis selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

6. Kepada bapak dan ibu dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu dan

pengalaman dengan penuh kesabaran.

x

7. Karyawan-karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta

bantuan.

Semoga amal baik dari beliau mendapatkan pahala dari Allah SWT dan

mendapatkan ridho Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

khususnya bagi penulis dan bagi pembacanya.

Salatiga,10 Maret 2018

Penulis

Nur Zumrotus Sholihah

NIM. 111-14-055

xi

ABSTRAK

Sholihah, Nur Zumrotus. 2018. Pendidikan Karakter Anak dalam Keluarga

Disharmoni (Studi Kasus Di Desa Kecandran Salatiga 2017). Skripsi.

Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Muna Erawati,

M.Si.

Kata kunci: pendidikan karakter, keluarga disharmoni

Keluarga berperan penting dalam pembentukan karakter anak. Keutuhan

keluarga mempengaruhi proses pembentukan karakter anak. Tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi dan kendala

pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni di Desa Kecandran Salatiga

tahun 2017. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1)

Bagaimana strategi pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni di Desa

Kecandran Salatiga ? (2) Bagaimana kendala atau hambatan pendidikan karakter

anak dalam keluarga disharmoni di Desa Kecandran Salatiga ?

Pendekatan yang digunakan dalam penelitan ini adalah pendekatan kualitatif

dengan jenis penelitan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara

mendalam dan dokumentasi. Keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan

informan dan sumber data lainnya di sini diperlukan, sedangkan langkah analisis

data dilakukan dengan display data, reduksi data dan verifikasi data. Karakteristik

informan yang diteliti adalah orang tua baik ayah maupun ibu dari anak yang

mengalami disharmonisasi akibat perceraian dan anak dalam keluarga disharmoni.

Usia putra-putri berkisar antara 6 sampai 12 tahun, dan mereka tinggal di Desa

Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Informan yang terlibat dalam

penelitian ini berjumlah 6 orang yang terdiri dari orang tua dan anak dalam 3

keluarga disharmoni.

Hasil peneltian mengenai strategi pembentukan karakter anak dapat

diklasifkasikan berdasarkan 4 aspek yaitu tujuan, hal-hal yang diajarkan, cara

menanamkan pendidikan karakter pada anak dan evaluasinya. Berdasarkan

penelitan diketahui bahwa, masing-masing keluarga memiliki perbedaan tujuan, hal-

hal yang diajarkan dan cara dalam pembentukan karakter anak. Semua informan

menggunakan cara evaluasi yang sama dalam pembentukan karakter anak yaitu

dengan cara menyuruh anak membeli sesuatu ke warung. Berdasarkan penelitian

diketahui bahwa setiap keluarga disharmoni Desa Kecandran Salatiga memiliki

kendala-kendala yang berbeda-beda dalam membentuk karakter anak.

xii

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL .................................................................................................. i

LEMBAR BERLOGO ............................................................................. ii

JUDUL ...................................................................................................... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iv

PENGESAHAN KELULUSAN .............................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................... vi

MOTTO ..................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ..................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .............................................................................. ix

ABSTRAK ................................................................................................ xi

DAFTAR ISI ............................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Fokus Penelitian .................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6

D. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 6

E. Penegasan Istilah .................................................................................. 7

F. Telaah Pustaka ...................................................................................... 10

G. Metode Penelitian ................................................................................. 14

H. Sistematika Penulisan Skripsi ............................................................... 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................. 22

A. Pendidikan Karakter ............................................................................. 22

1. Pengertian Pendidikan Karakter ............................................................ 22

2. Tujuan Pendidikan Karakter .................................................................. 25

3. Fungsi Pendidikan Karakter .................................................................. 26

4. Landasan Pendidikan Karakter ............................................................. 26

5. Nilai-Nilai Karakter .............................................................................. 28

6. Pendidikan Karakter dalam Keluarga .................................................. 32

B. Keluarga Disharmoni ........................................................................... 39

1. Pengertian Keluarga Disharmoni ......................................................... 39

2. Faktor Penyebab Keluarga Disharmoni ............................................... 42

3. Dampak Keluarga Disharmoni ............................................................. 43

4. Fungsi Keluarga ................................................................................... 43

5. Komunikasi dalam Keluarga ............................................................... 45

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ........... 47

A. Profil Desa Kecandran Salatiga ........................................................... 47.

B. Profil Subyek Penelitian ....................................................................... 55

1. Profil Keluarga Bapak SF………………………………….................. 55

2. Profil Keluarga Ibu NR......................................................................... 56

3. Profil Keluarga Ibu MF.......................................................................... 58

xiii

C.Temuan Penelitian ……………......………………............................... 59

1. Stategi Pendidikan Karakter Anak dalam Keluarga Disharmoni.......... 60

2. Kendala Pendidikan Karakter Anak dalam Keluarga Disharmoni........ 80

BAB IV ANALISIS DATA .................................................................. 82

A. Stategi Pendidikan Karakter Anak dalam Keluarga Disharmoni........ 82

1. Tujuan Orang Tua Dalam Mendidik Karakter anak ............................ 82

2. Materi yang Diajarkan Orang Tua dalam Pendidikan Karakter....... 86

3. Cara Mendidik Anak Sesuai Dengan 16 Nilai Karakter....................... 87

4. Evaluasi Pendidikan Karakter Anak..................................................... 97

B. Kendala Pendidikan Karakter Anak dalam Keluarga Disharmoni...... 98

BAB IV PENUTUP ............................................................................... 100

A. Kesimpulan .......................................................................................... 100

B. Saran .................................................................................................... 102

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 104

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Total Berdasarkan Jenis Kelamin........................... 47

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Usia........................................................... 48

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Agama....................................................... 49

Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan................................................ 50

Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian....................................... 51

Tabel 3.6 Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Jenis Kelamin............................ 53

Tabel 3.7 Daftar Informan Keluarga Disharmoni.................................................... 54

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi

Lampiran 2 Lembar Bimbingan Skripsi

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 4 Surat Keterangan Setelah Penelitian

Lampiran 5 Pedoman Wawancara

Lampiran 6 Verbatim Wawancara

Lampiran 7 Dokumentasi

Lampiran 8 Daftar Nilai SKK

Lampiran 9 Riwayat Hidup Penulis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan

terutama untuk anak. Anaklah yang akan menjadi generasi penerus bagi

keluarga, teman dan bangsa. Pendidikan merupakan faktor utama dalam

membentuk pribadi manusia, memperbaiki masyarakat serta membangun

bangsa yang beradap. Sistem pendidikan yang baik diharapkan akan

memunculkan generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu

menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina

kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaan.

Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan anak

didik. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

mempunyai sifat konstruktif dalam hidup manusia (Hasbullah, 2012:6).

Membicarakan karakter merupakan hal sangat penting dan mendasar.

Karakter merupakan mustika hidup yang membedakan manusia dengan

binatang. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang.

Orang-orang yang berkarakter kuat dan baik secara individual maupun sosial

ialah mereka yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik.

2

Penguatan pendidikan karakter dalam konteks sekarang sangat relevan

untuk mengatasi krisis moral yang sedang terjadi di negara kita. Diakui atau

tidak diakui saat ini terjadi krisis yang nyata dan mengkhawatirkan dalam

masyarakat dengan melibatkan milik kita yang paling berharga yaitu anak-

anak. Krisis itu antara lain berupa meningkatnya pergaulan seks bebas,

maraknya angka kekerasan, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja,

kebiasaan menyontek, dan penyalahgunaan obat-obatan yang hingga saat ini

belum dapat diatasi secara tuntas.

Pendidikan karakter sebaiknya dimulai dari dalam keluarga karena

anak mulai berinteraksi dengan orang lain pertama kali terjadi dalam

lingkungan keluarga. Pendidikan karakter sebaiknya diterapkan sejak usia

kanak-kanak, karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak

dalam mengembangkan potensinya. Pembentukan karakter merupakan salah

satu tujuan pendidikan nasional. Dalam UU Sisdiknas tahun 2003 dinyatakan

bahwa tujuan pendidikan nasional antara lain mengembangkan potensi peserta

didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia (Zuchdi,

2011: 29).

Pendidikan karakter telah menjadi sebuah pergerakan pendidikan yang

mendukung pengembangan sosial, pengembangan emosional, dan

pengembangan etik para siswa. Pendidikan karakter dapat didefinisikan

sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter yang mulia (good

character) dari peserta didik dengan mempraktikkan dan mengajarkan nilai-

3

nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam hubungannya

dengan sesama manusia maupun dalam hubungannya dengan Tuhannya

(Samani dan Hariyanto, 2013: 44).

Persoalan karakter atau moral memang tidak sepenuhnya terabaikan

oleh lembaga pendidikan, akan tetapi dengan fakta-fakta seputar kemerosotan

karakter menunjukkan bahwa ada kegagalan pada institusi pendidikan dalam

menumbuhkan manusia yang berkarakter dan berakhlak mulia. Kemerosotan

karakter dan moral yang terjadi menegaskan bahwa peran guru yang mengajar

mata pelajaran apa pun harus memiliki perhatian dan menekankan pentingnya

pendidikan karakter pada para siswa.

Selain itu, dalam masa-masa penuh persoalan seperti sekarang ini,

orang tua perlu berusaha keras dalam ikut mendidik karakter ataupun moral

anak-anaknya agar mereka bisa berpikir, bersikap, dan bertindak sesuai

dengan norma-norma moralitas. Pendidikan karakter perlu dimulai dengan

penanaman pengetahuan dan kesadaran kepada anak akan bagaimana

bertindak sesuai nilai-nilai moralitas, sebab jika anak tidak tahu bagaimana

bertindak, perkembangan moral mereka akan terganggu.

Keluarga sebagai basis pendidikan karakter, maka tidak salah kalau

krisis karakter yang terjadi di Indonesia sekarang ini dapat dilihat sebagai

salah satu cerminan gagalnya pendidikan di keluarga. Anak memerlukan figur

ibu dan figur ayah secara komplementatif bagi pengembangan karakternya.

Hal ini karena ada peran-peran ayah yang khas yang sulit tergantikan oleh

4

perempuan, meskipun perempuan ini adalah single parent yang berperan

sebagai ayah-ibu sekaligus. Peran ayah ini diperlukan, baik bagi anak laki-laki

maupun anak perempuan. Pola pengasuhan ibu yang cenderung hati-hati akan

diseimbangkan oleh ayah. Umumnya ayah bersikap lebih santai, lugas dan

banyak memberikan kebebasan pada anak untuk bereksplorasi (Zubaedi,

2011: 144-148).

Berkaitan dengan pengembangan karakter anak, semua anggota

keluarga dapat memberikan pengaruh yang berarti. Pengembangan karakter

dapat terjadi melalui berbagai cara, yang paling sering dan mudah terjadi

adalah melalui peniruan yaitu dengan melihat dan mencontoh perilaku orang

di sekitarnya. Oleh karena itu, orang tua sebagai acuan pertama anak dalam

membentuk karakter perlu dibekali pengetahuan mengenai perkembangan

anak dengan melihat harapan sosial pada usia tertentu, sehingga anak akan

tumbuh sebagai pribadi yang berkarakter.

Pendidikan dalam keluarga pasti punya tujuan yaitu untuk membina

dan membentuk anggota keluarga (anak) yang beriman kepada Allah,

berakhlak mulia, cerdas, terampil, sehat, bertanggung jawab sehingga ia dapat

melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi.

Tujuan orang tua dalam mendidik karakter atau akhlak yaitu agar anak

menjadi saleh dan salehah (Zubaedi, 2011: 155).

Berbagai masalah yang menyebabkan ketidakharmonisan dalam

keluarga seperti persoalan ekonomi, perbedaan pendapat dan persoalan

5

prinsip hidup yang berbeda berpengaruh dalam pembentukan karakter anak,

apalagi dengan kondisi keluarga disharmoni, yaitu terjadi disfungsi peran

orang tua akibat kesibukan bekerja, karena keluarga yang tidak utuh, maupun

akibat komunikasi yang tidak berjalan dengan baik dalam keluarga sehingga

mengakibatkan anak kurang mendapatkan pengawasan dan bimbingan dari

orang tua. Hal ini juga sering terjadi di desa yang terletak di perbatasan antara

kota Salatiga dan Kabupaten Semarang yaitu Desa Kecandran Salatiga.

Bahkan ada juga orang tua yang memilih jalan untuk bercerai,

akibatnya anaklah yang menjadi korban. Banyak faktor yang menyebabkan

terjadinya kasus pertikaian dalam keluarga yang berakhir dengan perceraian.

Peristiwa perceraian itu menimbulkan berbagai akibat terhadap orang tua dan

anak antara lain anak mengalami kurang kasih sayang, anak mengalami

permasalahan moral, anak mudah mendapat pengaruh buruk dari

lingkungannya dan anak tidak berprestasi. Tercipta perasaan yang tidak

menentu, sejak saat ini ayah dan ibu tidak berperan efektif sebagai orang tua.

Mereka tidak lagi memperlihatkan tanggung jawab penuh dalam mengasuh

anak (Dagun, 1990: 150).

Di desa Kecandran terdapat seorang anak yang di anggap tidak baik

oleh masyarakat sekitar dan mengalami masalah tentang belajarnya yaitu sulit

memahami pelajaran serta mengalami masalah dalam pergaulannya.

Berdasarkan informasi yang penulis peroleh, anak tersebut mengalami

disharmonisasi keluarga akibat perceraian di Desa Kecandran Salatiga.

6

Dengan adanya fenomena tersebut dan melihat pentingnya pendidikan

karakter bagi anak, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di desa

Kecandran Salatiga dengan mengangkat judul “PENDIDIKAN

KARAKTER ANAK DALAM KELUARGA DISHARMONI (STUDI

KASUS DI DESA KECANDRAN SALATIGA 2017).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana strategi pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni

di Desa Kecandran Salatiga ?

2. Bagaimana kendala atau hambatan pendidikan karakter anak dalam

keluarga disharmoni di Desa Kecandran Salatiga ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat penulis rumuskan

tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui strategi pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni

di Desa Kecandran Salatiga.

2. Mengetahui kendala atau hambatan pendidikan karakter anak dalam

keluarga disharmoni di Desa Kecandran Salatiga.

D. Manfaat Penelitian

Dalam sub bab kegunaan penelitian, berisi tentang manfaat dalam

penelitian. Dalam penelitian ini memuat dua manfaat, yaitu secara teoretis dan

secara praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

7

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah khazanah

pengetahuan pada kajian pendidikan karakter dan mengenai keluarga

disharmoni.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi

keluarga yang disharmoni dalam program pendidikan karakter.

E. Penegasan Istilah

Untuk memudahkan dalam memahami, maka perlu diberikan

penegasan istilah yang dianggap penting dalam penafsiran. Adapun istilah

yang perlu ditegaskan adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan Karakter

Menurut Ki Hajar Dewantara (Hasbullah, 2012: 4) menjelaskan

bahwa pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak,

adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat

yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai

anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan

yang setinggi-tingginya.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai

sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti. Karakter adalah cara

berpikir, bersikap, dan bertindak yang menjadi ciri khas seseorang yang

menjadi kebiasaan yang ditampilkan dalam kehidupan bermasyarakat

(Zuchdi, 2011: 28).

8

Dalam pengertian yang sederhana pendidikan karakter adalah hal

positif apa saja yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter

siswa yang diajarnya. Pendidikan karakter telah menjadi sebuah

pergerakan pendidikan yang mendukung pengembangan sosial,

pengembangan emosional, dan pengembangan etik para siswa. Pendidikan

karakter menurut Burke (2001) semata-mata merupakan bagian yang

fundamental dari pendidikan yang baik .

Menurut Lickona (Samani dan Hariyanto, 2013: 44)

mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh

untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan

landasan inti nilai-nilai etis. Secara sederhana, Linckona (2004)

mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang dirancang secara

sengaja untuk memperbaiki karakter para siswa.

Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan

karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk

menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir,

raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai

pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan

watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk

memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan

mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh

hati.

9

Nilai-nilai karakter yang dimaksud dalam skripsi ini yaitu nilai-

nilai pendidikan karakter dalam keluarga. Menurut Aziz (2015: 143) nilai-

nilai pendidikan karakter dalam keluarga yang harus dikembangkan

semenjak anak usia dini memuat nilai agama, sosial dan budaya yang

terurai menjadi 16 poin antara lain yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin,

kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, menghargai

prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca,

peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.

2. Keluarga Disharmoni

Secara etimologis keluarga dalam istilah Jawa terdiri dari dua kata

yakni kawula dan warga. Kawula berarti abdi dan warga adalah anggota.

Artinya kumpulan individu yang memiliki rasa pengabdian tanpa pamrih

demi kepentingan seluruh individu yang bernaung di dalamnya.

Pengertian keluarga secara realitas adalah sekelompok orang yang terdiri

dari kepala keluarga dan anggotanya dalam ikatan nikah ataupun nasab

yang hidup dalam satu tempat tinggal, memiliki aturan yang ditaati secara

bersama dan mampu mempengaruhi antar anggotanya serta memiliki

tujuan dan program yang jelas. Keluarga terdiri atas ayah, ibu, anak,

saudara dan kerabat lainnya. Adapun keluarga batin biasanya terdiri dari

seorang ayah, ibu dan anak. Keluarga ini dapat dikatakan sebagai keluarga

kecil (Aziz, 2015: 16-17).

10

Keharmonisan suatu keluarga terutama kedua orang tua sangat

berperan dalam mendidik seorang anak untuk tumbuh dan berkembang,

dan juga dapat berinteraksi dengan baik dengan lingkungan sosial di

sekitarnya. Banyak keluarga yang mengalami disharmonisasi, ini ditandai

dengan hubungan orang tua yang tidak harmonis dan matinya komunikasi

antara orang tua dan anak. Disharmoni dapat diartikan sebagai keadaan

keluarga yang tidak harmonis atau tidak bahagia (Astorini, 2014: 188).

Keluarga disharmoni sering diistilahkan sebagai keluarga broken

home. Menurut kamus Inggris Indonesia (1992) kata broken home berasal

dari dua kata yaitu broken dan home. Broken yang artinya memecahkan

atau merusakkan sedangkan home artinya rumah. Keluarga disharmoni

yang dimaksud dalam skripsi ini yaitu keluarga yang mengalami

disharmonisasi akibat perceraian sehingga orang tua sudah tidak berfungsi

sebagaimana fungsinya.

F. Telaah Pustaka

Penelitian terdahulu dibutuhkan untuk memperjelas, menegaskan,

melihat kelebihan dan kelemahan berbagai teori yang digunakan penulis lain

dalam penelitian atau pembahasan masalah yang serupa. Selain itu penelitian

terdahulu perlu disebutkan dalam sebuah penelitian untuk memudahkasn

pembaca melihat dan membandingkan perbedaan teori yang digunakan dari

perbedaan hasil kesimpulan oleh penulis dengan peneliti yang lain dalam

11

melakukan pembahasan tema yang hampir serupa. Berikut ini penelitian yang

mempunyai topik atau tema yang hampir serupa dengan skripsi ini:

1. Skripsi yang ditulis oleh Syarif Anam Muhammad, Jurusan Tarbiyah

Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam

Negeri (STAIN) Salatiga 2013 yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan

Karakter dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler Siswa di Man Salatiga Tahun

2013”. Perbedaan skripsi ini dengan skripsi yang penulis teliti terletak

pada subyek penelitiannya yaitu dalam skripsi ini subyek penelitiannya

adalah kegiatan eksta kulikuler siswa di Man Salatiga, sedangkan

persamaan skripsi penulis dengan skripsi ini terletak pada fokus

penelitiannya yaitu sama-sama mengkaji pendidikan karakter.

2. Skripsi yang yang ditulis oleh Wahid Tri Mustofa, Jurusan Tarbiyah

Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam

Negeri (STAIN) Salatiga 2012 berjudul “Penerapan Pendidikan Karakter

di SMPIT Nurul Islam Tengaran Kabupaten Semarang Tahun 2011/2012”.

Perbedaan skripsi ini dengan skripsi yang penulis teliti yaitu terletak pada

subyek penelitiannya sedangkan persamaannya yaitu sama-sama mengkaji

tentang pendidikan karakter.

3. Skripsi yang yang ditulis oleh Putra Arief Perdana, Jurusan Pendidikan

Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga 2016

yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter yang Terkandung dalam

Buku Muhammad Al-Fatih 1453 Karya Felix Y. Siauw”. Perbedaan

12

skripsi ini dengan skripsi yang penulis teliti yaitu terletak pada metode

penelitiannya yaitu dalam skripsi ini menggunakan metode literatur

sedangkan skripsi yang penulis teliti menggunakan metode kualitatif.

Persamaan skripsi ini dengan skripsi yang penulis teliti sama-sama

mengkaji tentang pendidikan karakter.

4. Skripsi yang ditulis oleh Nasimatun Ni’mah, Jurusan Pendidikan Agama

Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Salatiga 2016 yang

berjudul “Manajemen Pendidikan Karakter Siswa di MTsN Susukan

Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017”. Perbedaan skripsi ini

dengan skripsi yang penulis teliti terletak pada subyek penelitiannya yaitu

pada skripsi ini subyek penelitiannya adalah MTsN Susukan sedangkan

persamaan skripsi ini dengan skripsi penulis yaitu sama-sama

menggunakan metode kualitatif.

5. Skripsi yang ditulis oleh Lu’luul Khasanah, Jurusan Pendidikan Agama

Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Salatiga 2016 yang

berjudul “Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Pendidikan Agama

Anak Studi Kasus Pada Tiga Keluarga di Kelurahan Lodoyong

Kecamatan Ambarawa Tahun 2017”. Perbedaan skripsi ini dengan skripsi

yang penulis teliti terletak pada obyek penelitiannya yaitu dalam skripsi

ini obyek penelitiannya pendidikan agama anak sedangkan skripsi yang

penulis teliti obyek penelitiannya yaitu pendidikan karakter. Persamaan

13

skripsi ini dengan skripsi yang penulis teliti yaitu terletak pada subyek

penelitiannya yang sama-sama meneliti keluarga bercerai.

6. Jurnal Syahrini Alhusin yang berjudul “Strategi Pembinaan Anak-anak

Broken Home di Panti Asuhan Pengamatan Kasus di Panti Asuhan

Yayasan Amal Bakti Sudjono dan Taruno Bakti Sukoharjo”. Persamaan

jurnal ini dengan skripsi yang penulis teliti yaitu terletak pada subyek

penelitiannya yang sama-sama meneliti anak-anak broken home,

sedangkan perbedaannya terletak pada obyek penelitiannya yaitu pada

jurnal ini meneliti tentang strategi pembinaan anak dan skripsi yang

penulis teliti meneliti tentang pendidikan karakter.

7. Jurnal Kusmaya Sari, yang berjudul “Dinamika Psikologis Anak Amplang

dengan Disharmoni Keluarga: Sebuah Autobiografi”. Tujuan penelitian ini

ialah untuk memahami dinamika psikologis yang terjadi pada anak

amplang yang memiliki disharmoni keluarga serta mencari tahu konflik

yang terjadi baik dari segi eksternal maupun internal pada diri anak

amplang lalu pemaknaan dan penerimaan atas pengalamannya. Persamaan

jurnal ini dengan skripsi yang penulis teliti terletak pada subyek

penelitiannya yaitu sama-sama meneliti tentang keluarga disharmoni

sedangkan perbedaan jurnal ini dengan skripsi yang penulis teliti terletak

pada obyek penelitiannya.

8. Jurnal Endang Astorini, yang berjudul “Hubungan antara Keluarga

Disharmonis dan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas X Dan XI SMA

14

Negeri 1 Kutorejo Mojokerto Tahun Ajaran 2012/2013”. Dari hasil

penelitian menerangkan bahwa ada hubungan yang negatif dan signifikan

antara keluarga disharmonis dengan prestasi belajar siswa. Jadi dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keluarga

disharmonis dan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa.

Persamaan jurnal ini dengan skripsi yang penuis teliti yaitu terletak pada

subyek penelitiannya yang sama-sama meneliti kuluarga disharmoni

sedangkan perbedaannya terletak pada metode penelitiannya yaitu pada

jurnal ini menggunakan metode kuantitatif.

Demikian beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,

penulis hanya menemukan empat penelitian dengan fokus yang sama

yaitu sama-sama menangani keluarga disharnoni. Adapun empat

penelitian lainnya juga memiliki persamaan dengan penelitian penulis

yaitu terletak pada obyek penelitian yang sama-sama menagkaji tentang

pendidikan karakter. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut terdapat

perbedaan dengan penelitian penulis yaitu terletak pada pendekatan

penelitian yang digunakan penulis adalah deskriptif kualitatif serta obyek

yang dikaji oleh penulis yaitu pendidikan karakter dan subyeknya yaitu

anak dalam keluarga disharmoni.

15

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.

Metode kualitatif merupakan metode penelitian yang lebih fleksibel

dalam artian langkah selanjutnya akan ditentukan oleh temuan selama

proses penelitian (Sarosa, 2012: 9).

Laporan penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Laporan penelitian ini berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan

gambaran penyajian laporan secara jelas. Peneliti akan mengkaji

permasalahan secara langsung dengan sepenuhnya melibatkan diri pada

situasi yang diteliti dan mengkaji buku-buku yang berhubungan dengan

permasalahan pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini yaitu orang tua baik ayah maupun ibu dari

anak yang mengalami disharmonisasi akibat perceraian dan anak dalam

keluarga disharmoni. Usia putra-putri berkisar antara 6 sampai 12 tahun,

dan mereka tinggal di Desa Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota

Salatiga.

Pada penelitian ini, Teknik sampel yang digunakan adalah

purposive sampling atau teknik sampel yang didasarkan atas tujuan dan

pertimbangan tertentu dari peneliti. Informan yang terlibat dalam

16

penelitian ini berjumlah 6 orang yang terdiri dari orang tua dan anak

dalam 3 keluarga disharmoni. Adapun daftar nama mereka yaitu SF

dengan putranya RZ, NR dengan putranya RH dan MF dengan putranya

MR.

3. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data

dan sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di

lapangan. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain yaitu

manusia dan berbagai bentuk alat-alat bantu serta dokumen-dokumen

lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil

penelitian namun berfungsi sebagai instrumen pendukung, oleh karena itu

kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur

keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan

peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan sumber data

lainnya di sini mutlak diperlukan.

4. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Kecandran Kecamatan Sidomukti

Kota Salatiga. Adapun peneliti memilih lokasi di Desa Kecandran

Kecamatan Sidomukti ini karena fenomena di tempat ini belum pernah

diteliti sebelumnya oleh peneliti sehingga peneliti tertarik dan ingin

meneliti lebih jauh lagi.

5. Sumber Data

17

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan

atau tempat penelitian. Kata-kata atau tindakan merupakan sumber

data yang diperoleh dari lapangan dengan mewawancarai. Peneliti

menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi secara langsung

tentang pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni di Desa

Kecandran Salatiga. Adapun sumber data langsung peneliti dapatkan

dari orang tua yang anaknya dalam keluarga disharmoni.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat dari sumber bacaan

dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari jumlah

penduduk dan dokumen-dokumen lainnya dari Desa. Peneliti

menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat hasil temuan dan

melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara.

6. Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah alat dan cara untuk

mengumpulkan data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa

teknik yaitu:

a. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,

melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang

18

lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan

tujuan tertentu (Mulyana, 2010: 180).

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara mendalam

(wawancara tak terstruktur) yang diarahkan pada masalah tertentu

dengan para informan yang sudah dipilih untuk mendapatkan data

yang diperlukan yaitu keluarga disharmoni di Desa Kecandran

Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Teknik wawancara yang

digunakan ini dilakukan secara tidak terstruktur, dimana peneliti tidak

melakukan wawancara dengan struktur yang ketat kepada informan

agar informasi yang diperoleh memiliki kapasitas yang cukup tentang

berbagai aspek dalam penelitian ini.

b. Dokumentasi

Sejumlah besar fakta dan data yang tersimpan dalam bahan

yang berbentuk dokumentasi yang berkaitan dengan pendidikan

karakter anak dalam keluarga disharmoni di Desa Kecandran

Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Dokumen yang dimaksud

adalah data kelurahan yang berbentuk catatan baik yang berbentuk

catatan dalam kertas maupun elektronik.

7. Analisis Data

Menganalisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis

dalam penelitian. Penelitian ini bersifat kualitatif, artinya menggunakan

data yang dinyatakan secara verbal dan kualifikasinya secara teoritis.

19

Sedangkan pengolahan datanya dilakukan secara rasional dengan

menggunakan pola induktif dengan menggunakan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Display data yaitu peneliti menyajikan semua data yang diperolehnya

dalam bentuk uraian atau laporan terperinci.

b. Reduksi data yaitu peneliti momotong data-data yang tidak perlu untuk

dibuang.

c. Verifikasi data yaitu sejak mulanya peneliti berusaha untuk mencari

makna data yang dikumpulkan, kemudian disimpulkan untuk

menjawab tujuan penelitian.

8. Pengecekan Keabsahan Data

Teknik pengujian validitas data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan dengan memanfaatkan suatu yang lain dari data

tersebut sebagai bahan pembanding atau pengecekan dari data itu sendiri.

Teknik triagulasi yang paling banyak digunakan ialah melalui sumber

lainnya. Ada tiga macam triagulasi sebagai teknik pemeriksaan, yaitu

sumber, metode, dan teori. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis

menggunakan teknik triagulasi sumber yang dilakukan dengan cara

membandingkan hasil wawancara apa yang dikatakan orang di depan

umum.

9. Tahap-Tahap Penelitian

20

Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu: tahap sebelum ke

lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan

laporan. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai

berikut:

a. Tahap Sebelum Ke Lapangan

Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian

paragigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi

lapangan dan permohonan ijin kepada obyek yang diteliti, konsultasi

fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian.

b. Tahap Pengerjaan Lapangan

Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan

dengan pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni di Desa

Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Data tersebut

diperoleh dengan wawancara dan dokumentasi.

c. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh

melalui dokumen maupun wawancara mendalam tentang pendidikan

karakter anak dalam keluarga disharmoni di Desa Kecandran

Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Kemudian dilakukan penafsiran

data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya

melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber

data yang di dapat dan metode perolehan data sehingga data benar-

21

benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data

yang merupakan proses penentuan dalam memahami kontens

penelitian yang sedang diteliti.

d. Tahap Penulisan Laporan

Tahap ini meliputi: kegiatan penyusunan hasil penelitian dari

semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian

makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan

dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi

kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindak lanjuti hasil bimbingan

tersebut oleh penulis skripsi. Langkah terakhir melakukan

penyususnan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman skripsi ini, maka akan dikemukakan

sistematika hasil penelitian yang secara garis besar dapat dilihat sebagai

berikut:

1. Bab I adalah pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan

istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan.

2. Bab II adalah kajian pustaka, yang berisi tentang penjelasan pendidikan

karakter dan penjelasan keluarga disharmoni.

22

3. Bab III adalah profil subyek penelitian dan temuan penelitian mengenai

pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni di Desa Kecandran

Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga.

4. Bab IV adalah pembahasan yang berisi tentang analisis mengenai

pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni.

5. Bab V adalah penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.

23

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Karakter secara bahasa berarti watak, sifat-sifat kejiwaan. Ratna

Megawangi menyatakan bahwa karakter berasal dari kata charassein

yakni to engrave yang artinya mengukir hingga terbentuk sebuah pola.

Dari asal kata tersebut dapat dipahami bahwa mendidik anak agar

memiliki karekter yang mulia diperlukan proses mengukir yakni

pengasuhan dan pendidikan yang tepat (Aziz, 2015:129).

Wynne mengemukakan bahwa karakter berasal dari Bahasa

Yunani yang berarti “to mark” (memadai) dan memfokuskan pada

bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau

perilaku sehari-hari (Mulyasa, 2014: 3). Oleh sebab itu, seseorang yang

berperilaku tidak jujur, curang, kejam dan rakus dikatakan sebagai orang

yang memiliki karakter jelek, sedangkan yang berperilaku baik, jujur, dan

suka menolong dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter

baik/mulia.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa karekter merupakan

nilai perilaku seseorang yang cakupannya tidak hanya menyangkut

hubungan dengan sesama manusia semata, namun juga berhubungan

24

dengan Tuhan dan lingkungan yang tersaji melalui pikiran, sikap,

perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama,

hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.

Dari definisi karekter tersebut, lahirlah konsep pendidikan

karakter (character education) sebagaimana dikemukakan oleh beberapa

ahli diantaranya Ratna Megawangi yang mendifinisikan pendidikan

karakter sebagai sebuah usaha untuk mendidik anak agar dapat mengambil

keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-

hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif pada

lingkungannya (Aziz, 2015: 131).

Pendidikan karakter menurut Fakry Gaffar yaitu sebuah proses

transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam

kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan

orang itu. Dalam definisi tersebut, ada tiga ide pikiran penting yaitu proses

transformasi nilai-nilai, ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan

menjadi satu dalam perilaku (Kesuma, dkk 2012: 5).

Pendidikan karakter juga dapat diartikan membentuk tabiat,

perangkai, watak, dan kepribadian seseorang dengan cara menanamkan

nilai-nilai luhur, sehingga nilai-nilai tersebut mendarah daging, menyatu

dalam hati, pikiran, ucapan dan perbuatan, dan menampakkan

pengaruhnya dalam realitas kehidupan secara mudah, atas kemauan

sendiri dan karena ikhlas semata-mata karena Allah SWT. Penanaman dan

25

pembentukan kepribadian tersebut dilakukan bukan hanya dengan cara

memberikan pengertian dan mengubah pola pikir dan pola pandang

seseorang tentang sesuatu yang baik dan benar, melainkan nilai-nilai

kebaikan tersebut dibiasakan, dilatihkan, dicontohkan, dilakukan secara

terus menerus dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari (Nata,

2013:400).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter

pada hakikatnya merupakan sebuah proses pendidikan yang dilakukan

untuk membentuk perilaku atau watak seseorang sehingga seseorang

mampu memahami, merasakan, membedakan sekaligus menerapkan

perbuatan atau sikap yang baik dan buruk tersebut dalam segala aspek

kehidupan.

Dalam perspektif Islam, pendidikan karakter secara teoretik

sebenarnya telah ada sejak Islam diturunkan di dunia, seiring diutusnya

Nabi Muhammad SAW untuk memperbaiki atau menyempurnakan akhlak

(karakter) manusia. Ajaran Islam sendiri mengandung sistematika ajaran

yang tidak hanya menekankan pada aspek keimanan, ibadah dan

mu’amalah, tetapi juga akhlak. Pengamalan ajaran Islam secara utuh

(kaffah) merupakan model karakter seorang muslim, bahkan

dipersonifikasikan dengan model karakter Nabi Muhammad SAW, yang

memiliki sifat shidiq, tabligh, amanah, fathonah (Mulyasa, 2014: 5).

26

2. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses

dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan

akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai

dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui

pendidikan karakter peserta didik diharapkan mampu secara mandiri

meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan

menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan

akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Mulyasa,

2014: 9).

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan

nasional. Dalam UU Sisdiknas tahun 2003 dinyatakan bahwa tujuan

pendidikan nasional antara lain mengembangkan potensi peserta didik

untuk memilih kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia (Zuchdi, 2011:

29).

Menurut Triatna,dkk (2012: 9-10), tujuan pendidikan karakter

yang pertama adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-

nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses

sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah).

Tujuan kedua pendidikan karakter adalah mengkoreksi perilaku peserta

didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh

27

sekolah. Tujuan ketiga dalam pendidikan karakter adalah mengembangkan

koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam

memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

3. Fungsi Pendidikan Karakter

Berdasarkan pendapat Kesuma, dkk bahwa pendidikan karakter

memiliki tiga fungsi yaitu:

a. Mengembangkan kemampuan yaitu berbagai kemampuan yang akan

menjadikan manusia sebagai mahluk yang berketuhanan (tunduk patuh

pada konsep ketuhanan) dan mengemban amanah sebagai pemimpin

dunia.

b. Membentuk watak mengandung makna bahwa pendidikan nasional

harus diarahkan pada pembentukan watak.

c. Peradaban bangsa, dengan kata lain bangsa yang beradab merupakan

dampak dari pendidikan yang menghasilkan manusia terdidik

(Kesuma, dkk, 2012: 8).

4. Landasan Pendidikan Karakter

Secara filosofis, pendidikan karakter sebagaimana dikemukakan

Muchlas Samani, harus berlandasan falsafah pancasila (Aziz, 2015: 134).

Setiap aspek karakter harus dijiwai oleh kelima sila Pancasila secara utuh

dan komprehensif yaitu:

a. Karakter bangsa yang berketuhanan yang maha esa teraplikasi dalam

sikap saling hormat menghormati, bekerja sama, dan berkebebasan

28

menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya, tidak

memaksakan agama dan kepercayaan kepada orang lain, serta tidak

melecehkan kepercayaan agama seseorang.

b. Bangsa yang menjunjung tinggi kemanusiaan yang adil dan beradab.

Perihal ini diwujudkan dalam perilaku hormat menghormati antar

warga dalam masyarakat sehingga timbul suasana kewargaan (civic)

yang saling bertanggung jawab, juga adanya saling hormat

menghormati antar warga bangsa sehingga timbul keyakinan dan

perilaku sebagai warga negara yang baik, adil dan beradab dan pada

gilirannya karakter citizenship (perilaku sebagai warga negara yang

baik) ini akan memunculkan perasaan hormat dari bangsa lain.

c. Bangsa yang mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini

berarti memiliki komitmen dan perilaku yang selalu mengutamakan

persatuan dan kesatuan Indonesia di atas kepentingan pribadi,

kelompok, dan golongan.

d. Bangsa yang demokratis dan menjunjung tinggi hukum dan hak asasi

manusia. Karakter kerakyataan tercerminkan dari sikap bersahaja,

tenggang rasa terhadap rakyat kecil yang menderita, selalu

mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara, mengutamakan

musyawarah untuk mufakat dalam mengambil keputusan untuk

kepentingan bersama.

29

e. Bangsa yang mengedepankan keadilan dan kesejahteraan. Adapun

karakter berkeadilan sosial tercermin dalam perbuatan yang menjaga

adanya kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan.

Sedangkan secara yuridis, pendidikan karakter pada hakikatnya

menjadi tujuan utama dari muatan UUD 1945 No. 2 Tahun 1989 yang

menjelaskan bahwa pendidikan secara substantif bertujuan mencerdaskan

kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia secara utuh.

Adapun landasan secara spiritual, pendidikan karakter merupakan misi

setiap ajaran agama yakni menciptakan perilaku terhadap sesama manusia

secara harmonis (Aziz, 2015: 136).

5. Nilai-Nilai Karakter

Berkaitan dengan dirasakan semakin mendesaknya implementasi

pendidikan karakter di Indonesia tersebut, Pusat Kurikulum Badan

Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional dalam

publikasinya berjudul Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (2011)

menyatakan bahwa pendidikan karakter pada intinya bertujuan

membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,

bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis,

berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh

iman dan taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan pancasila.

Dalam kaitannya itu telah diidentifikasi sejumlah nilai pembentuk

karakter yang meupakan hasil kajian empirik Pusat Kurikulum. Menurut

30

Samani dan Hariyanto (2013: 52) nilai-nilai yang bersumber dari agama,

pancasila, budaya dan tujuan pendidikan pendidikan nasional tersebut

adalah:

1) Religius

2) Jujur

3) Toleransi

4) Disiplin

5) Kerja keras

6) Kreatif

7) Mandiri

8) Demokratis

9) Rasa ingin tahu

10) Semangat kebangsaan

11) Cinta tanah air

12) Menghargai prestasi

13) Bersahabat/komunikatif

14) Cinta damai

15) Gemar membaca

16) Peduli lingkungan

17) Peduli sosial

18) Tanggung jawab

31

Menurut Aziz (2015: 143-144) nilai-nilai pendidikan karakter

dalam keluarga yang harus dikembangkan semenjak anak usia dini

memuat nilai agama, sosial dan budaya yang terurai menjadi 16 poin

antara lain yaitu:

1) Religius yakni sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan

ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah

agama lain, serta hidup rukun baik dengan sesama maupun pemeluk

agama lain.

2) Jujur yaitu dapat dipercaya dalam lingkup perkataan, tindakan dan

pekerjaan.

3) Toleransi adalah sikap dan tindakan untuk senantiasa menghargai

perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain

yang berbeda dari dirinya.

4) Disiplin yakni patuh terhadap aturan dalam keluarga.

5) Kerja keras yaitu bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas

apapun yang menjadi tanggung jawabnya.

6) Kreatif yakni bepikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara

atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7) Mandiri yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8) Demokratis, berarti memiliki pola pikir, sikap, dan berperilaku yang

menilai sama hak dan kewajibannya dari orang lain.

32

9) Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang

dipelajarinya, dilihat dan didengar.

10) Menghargai prestasi yakni sikap dan tindakan yang mendorong

dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat

dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.

11) Bersahabat atau komunikatif berarti tindakan yang memperlihatkan

rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

12) Cinta damai yaitu sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan

orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

13) Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk

membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

14) Peduli lingkungan yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya

mencegah kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya, dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam

yang sudah terjadi.

15) Peduli sosial yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan

bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

16) iTanggung jawab ialah sikap dan perilaku untuk melaksanakan tugas

dan kewajibannya yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan

yang maha esa.

33

6. Pendidikan Karakter dalam Keluarga

a. Manfaat dan Tujuan Pendidikan Karakter dalam Keluarga

Pendidikan karakter dalam keluarga pada hakikatnya menjadi

sebuah keniscayaan. Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga merupakan

basis pendidikan pertama dalam kehidupan setiap manusia. Pendidikan

secara formal baik pada lembaga pendidikan umum ataupun Islam

tampaknya kering dalam menyentuh ruang lingkup karakter. Oleh karena

itu, keluarga bermanfaat menjadi institusi pengembang pendidikan

karakter yang pertama bagi anggotanya, sehingga ketika pendidikan

karakter dirasa lemah dan kurang terealisasi pada jenjang pendidikan

formal, keluarga secara otomatis sudah memberikan dasar pendidikan

karakter secara utuh, realistis dan membentengi setiap anak dari gejolak

nafsu yang menggodanya (Aziz, 2015: 137).

Adapun tujuan pendidikan karakter dalam keluarga antara lain

memberikan bekal akhlak yang baik kepada setiap anak untuk mampu

berperilaku dan bersikap sesuai dengan aturan serta norma etika yang

berlaku. Tujuan pendidikan karakter dalam keluarga secara khusus adalah

membina dan mengarahkan anak-anak agar memiliki karakter yang baik

atau akhlak yang terpuji, sedangkan secara umum bertujuan untuk

menyiapkan agar dapat hidup secara optimal dan bermanfaat, baik bagi

dirinya, keluarganya, masyarakat, maupun agama dan bangsanya

(Syarbini, 2016: 12).

34

Pendidikan dalam keluarga pasti punya tujuan. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh Rehani dalam (Zubaedi, 2011: 155) bahwa tujuan

pendidikan keluarga adalah untuk membina dan membentuk anggota

keluarga (anak) yang beriman, kepada Allah, berakhlak mulia, cerdas,

terampil, sehat, bertanggung jawab, sehingga ia dapat melaksanakan

fungsi dan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi.

Tujuan orang tua dalam mendidik karakter atau akhlak yaitu agar

anak menjadi sholeh dan sholikhah. Tujuan yang diharapkan orang tua ini

sejalan dengan harapan Luqman Hakim dalam wasiat kepada anaknya,

seperti firman Allah dalam kitab suci al-Quran surat Luqman ayat 13-14

واذ قال لقمان البىه وهو يعظه يابىى ال تشرك باهلل اوشرك لظلم عظيم.

ه وهىا على وهه وفصاله فى ) ١٣( يىا األوسان بوالديه حملته أم ووص

)١١ (كالى المصير لدي ٲعاميه أن اشكرلى ولو

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata keapada anaknya,

ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “ Wahai anakku !

Janganlah engkau mempersekutukkan Allah, sesungguhnya

mempersembahkan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang

besar”. Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat

baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya

dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan

menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku

dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.

Ayat di atas mengajarkan untuk senantiasa mengajak anak-anak

untuk senantiasa taat dan patuh kepada Allah, tidak menyekutukan Allah.

35

Hendaknya anak-anak dididik untuk senantiasa berbuat baik kepada orang

tua karena meraka yang sudah mengasuh kita dan menyusui kita sampai

dua tahun. Anak-anak juga dididik untuk bisa berbuat baik terhadap

sesama manusia, menjauhi sifat sombong, angkuh, dan membanggakan

diri.

Atas dasar itu, tujuan pendidikan karakter yang paling utama

adalah membuat anak-anak semakin taat dan patuh kepada Allah,

sehingga ia mampu menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi

segala larangannya dalam setiap kehidupannya. Hal itu tampak dari upaya

keluarga dalam bentuk pemberian nasihat, pembiasaan dan contoh teladan

dari orang tua terhadap anak-anaknya dalam bertakarub kepada Allah

(Zubaedi, 2011: 156).

b. Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter dalam Keluarga

Menurut Aziz (2015: 140-141) secara umum prinsip-prinsip

pendidikan karakter dalam rangka melakukan hubungan dalam keluarga

dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1) Dalam konteks menjalin hubungan dengan orang tua dapat dipahami

senantiasa memperlakukan kedua orang tua secara istimewa sebab

orang tua memiliki kedudukan istimewa sehingga seorang anak harus

senantiasa berbakti dan mengistimewakan kedudukannya.

2) Karakter yang berhubungan dengan orang yang lebih tua pada

prinsipnya dapat dilakukan dengan sikap hampir sama dengan

36

memperlakukan kedua orang tua selagi orang yang bersangkutan

pantas mendapat penghormatan.

3) Membangun dan mengembangkan karakter terhadap orang yang

lebih muda berarti memberikan kasih sayang dengan ikut

membimbing dan mendidiknya serta membantu apabila mereka

memerlukan bantuan kita.

4) Membangun dan mengembangkan karakter dengan teman sebaya

dapat dilakukan dengan saling menghormati, menghargai, toleransi,

menemani dan bergaul secara tepat.

5) Prinsip karakter yang harus dikembangkan terhadap lawan jenis

diantaranya tidak melakukan pergaulan bebas, menghargai, tidak

membeda-bedakan status.

6) Membangun dan mengembangkan karakter dengan pasangan hidup

pada prinsipnya dapat dilakukan dengan mengembangkan sikap

ketenangan dan kasih sayang secara lahir maupun batin.

c. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Keluarga

Anggapan umum menyatakan bahwa keluarga merupakan

pendidik moral yang utama bagi anak-anak. Orang tua adalah guru moral

pertama bagi anak-anak, pemberi pengaruh yang paling dapat bertahan

lama. Hubungan orang tua dan anak juga mengandung signifikasi

emosional khusus, yang bisa menyebabkan anak-anak merasa dicintai dan

tidak berharga (Lickona, 1991: 42).

37

Pendidikan karakter bagi anak dalam keluarga pada dasarnya

diberikan sedini mungkin agar terpatri perilaku berkarakter dalam

kehidupan sehari-harinya. Pendidikan karakter ini dilakukan dilakukan

dari kebiasaan paling sederhana hingga bersifat komplek. Adapun

pendidikan karakter ini efektifnya diberikan melalui pembiasaan. Metode

pendidikan anak dengan menumbuhkan kasih sayang kepadanya kini

diyakini ketepatannya di dunia modern. Hal itu ternyata telah diterapkan

oleh teladan umat Islam, Rasulullah SAW (Syarifuddin, 2004:101).

Implementasi pendidikan karakter dalam keluarga juga dapat

dilakukan dengan keteladanan dari tiap keluarga yang bersangkutan, baik

keteladanan dari kedua orang tua, saudara ataupun kerabat lainnya. Hal

ini secara fisiologi dan psikologi anak khususnya usia dini hanya mampu

berpikir inderawi. Artinya seorang anak pada usia dini hanya mampu

memahami perihal yang bersifat maknawi. Maka dari itu pendidikan

karakter baik yang menyangkut aspek afektif maupun psikomotorik lebih

memerlukan contoh, keteladananm pembiasaan dan latihan dalam

keluarga secara terus-menerus (Aziz, 2015: 147).

Adapun bentuk implementasi pendidikan karakter dalam keluarga

dapat dilakukan melalui:

a) Manajemen marah

Setiap orang semenjak kecil hingga dewasa tampaknya pernah

mengalami amarah atas sesuatu yang menimpa atau merugikan dirinya.

38

Terlepas amarah itu sebagai naluri atau watak seseorang, amarah pada

hakikatnya dapat dikelola dengan baik dan dikendalikan semenjak kecil

pada kehidupan anak.

Bentuk pembiasaan ini dapat dimulai dari kedua orang tua dalam

menahan amarah ketika seorang anak melakukan kesalahan kepada

keduanya, kemudian kedua orang tua tersebut menasihatinya atas sikap

sabar yang dilakukannya. Nasihat mengelola amarah melalui kesabaran

hati juga berhubungan dengan pendidikan spiritual, yaitu Allah SWT

memberikan balasan pahala tanpa batas bagi setiap orang yang bersabar

dan mampu mengelola amarahnya.

Dalam ajaran Islam, terdapat tips mengelola amarah tanpa

merugikan orang lain dan lingkungan sekitarnya, yaitu dengan cara

berwudhu. Perihal ini karena amarah berasal dari syetan yang berasal dari

api. Dengan demikian, amarah dalam kehidupan keluarga dapat dikelola

dengan baik melalui penanaman kebiasaan untuk tidak marah, penanaman

kebiasaan untuk tidak marah, penanaman kebiasaan hidup sabar, serta

penguatan pendidikan spiritual yang teraplikasi dalam penghayatan

terhadap nilai-nilai agama.

b) Manajemen amanah

Secara sederhana amanah dapat diartikan dengan sikap dapat

dipercaya. Manajemen amanah pada hakikatnya dapat diimplementasikan

pertama kali dalam lingkungan keluarga. Amanah ini secara terus

39

menerus diberikan orang tua kepada anak-anaknya semenjak usia dini

melalui pemberian tugas dan tanggung jawab.

c) Manajemen kejujuran

Secara psikologi, selain sebagai sesuatu yang diajarkan, perilaku

jujur merupakan kebiasaan hidup seseorang. untuk itu pengelolaan

kejujuran dalam keluarga harus dilakukan melalui pembiasaan dan

keteladanan dari berbagai unsur dalam keluarga. Bentuk kejujuran ini

tidak sebatas mencakup sesuatu yang tidak enak semata, namun sesuatu

yang enak dan nyaman juga perlu diungkapkan secara jujur.

d. Tantangan Pendidikan Karakter dalam Keluarga

Sebuah upaya menciptakan perbaikan dan pengembangan sistem

pastinya terdapat berbagai kendala dan tantangan. Begitu pula dengan

tantangan pelaksanaan pendidikan karakter dalam keluarga terbagi atas

beberapa hal diantaranya:

1) Keluarga modern dizaman sekarang kurang begitu memahami

pentingnya pendidikan karakter.

2) Manusia modern lebih sibuk dalam pencapaian karir.

3) Kurangnya komunikasi dan diskusi baik antara ayah dengan ibu

ataupun antar keluarga dalam konteks pendidikan karakter.

4) Jarangnya kekompakan antara suami dengan istri dalam

mengimplementasikan pendidikan karakter dalam keluarga. Kondisi

keluarga Indonesia sangat bervariasi, tidak sedikit pasangan orang tua

40

yang bekerja meninggalkan rumah sehingga pengasuhan anak

digantikan oleh orang lain yang dikenal dengan baby sister (Zubaedi,

2011: 155).

B. Keluarga Disharmoni

1. Pengertian Keluarga Disharmoni

Banyak ahli mengemukakan bahwa keluarga memiliki definisi

yang sangat komplek. Secara etimologis keluarga dalam istilah Jawa terdiri

dari dua kata yaitu kawula dan warga. Kawula berarti abdi dan warga

adalah anggota. Artinya kumpulan individu yang memiliki rasa pengabdian

tanpa pamrih demi kepentingan seluruh individu yang bernaung di

dalamnya (Aziz, 2015: 15).

Secara normatif, keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang

karena terikat oleh suatu ikatan perkawinan, lalu mengerti dan merasa

berdiri sebagai suatu gabungan yang khas dan bersama-sama memperteguh

gabungan itu untuk kebahagiaan, kesejahteraan, dan ketentraman semua

anggota yang ada di dalam keluarga tersebut. Keluarga adalah jiwa

masyarakat dan tulang punggungnya. Kesejahteraan lahir dan batin yang

dinikmati oleh suatu bangsa, atau sebaliknya, kebodohan dan

keterbelakangannya, adalah cerminan dari keadaan keluarga-keluarga yang

hidup pada masyarakat bangsa tersebut (Ahid, 2010: 76).

Menurut Rohman (2013: 198) keluarga adalah pusat pendidikan

yang pertama dan utama yang dialami oleh anak. sejak adanya

41

kemanusiaan sampai sekarang ini kehidupan keluarga selalu

mempengaruhi perkembangan budi pekerti setiap manusia. Oleh karenanya

manusia akan selalu mendidik keturunannya dengan sebaik-baiknya

menyangkut aspek jasmani dan rohani. Hakekat keluarga itu adalah

semata-mata pusat pendidikan, meskipun terkadang berlangsung secara

amat sederhana dan tanpa disadari, tetapi jelas bahwa keluarga memiliki

andil yang terlibat dalam pendidikan anak.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian keluarga

adalah sekelompok orang yang terdiri dari kepala keluarga dan anggotanya

dalam ikatan nikah ataupun nasab yang hidup dalam satu tempat tinggal,

memiliki aturan yang ditaati secara bersama dan mampu mempengaruhi

antar anggotanya serta memiliki tujuan, program yang jelas dan berfungsi

sebagai pusat pendidikan yang pertama dan utama yang dialami oleh anak.

Keharmonisan keluarga memiliki peranan yang penting dalam

tumbuh kembang seseorang. Keluarga yang harmonis menjadi tempat

yang baik bagi tumbuh kembang seorang anak, sehingga mampu menjadi

individu yang sejahtera. Keluarga yang harmonis merupakan keluarga

dimana terdapat kasih sayang, saling hidup rukun dan saling menghormati

sehingga tercipta perasaan tentram dan damai yang lebih lanjut diharapkan

dapat mengurangi masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat

(Arintina dan Fauziah, 2015: 210).

42

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2007: 268), kata

disharmoni dapat diarikan sebagai kejanggalan atau ketidakselarasan.

Disharmoni keluarga yaitu kondisi dimana keluarga tidak dapat

menjalankan fungsi dan perannya sehingga masing-masing anggota

keluarga gagal menjalankan kewajiban peran mereka (Sari, 2013: 3). Jadi,

dapat disimpulkan bahwa keluarga disharmoni adalah kehidupan keluarga

yang struktur anggotanya masih lengkap tetapi didalam anggota keluarga

tersebut kurang adanya perhatian, kurangnya komunikasi, anggota

keluarga mempunyai kesibukan masing-masing dan pertengkaran terus

menerus antara ayah dan ibu yang bisa membawa perceraian keluarga.

Keluarga disharmoni sering diistilahkan sebagai keluarga broken

home. Menurut kamus Inggris Indonesia (1992) kata broken home berasal

dari dua kata yaitu broken dan home. Broken yang artinya memecahkan

atau merusakkan sedangkan home artinya rumah. Jadi, yang dimaksud

keluarga broken home adalah keluarga yang mengalami disharmonisasi

akibat perceraian, keributan sehingga orang tua sudah tidak berfungsi

sebagaimana fungsinya.

Menurut prespektif Islam, perceraian adalah berakhirnya akad

(kontrak) nikah karena satu sebab dari berbagai sebab yang mengharuskan

perkawinan itu berakhir (Mathlub, 2005: 305) Talak menurut bahasa arab

adalah “melepaskan ikatan”, yang dimakud di sini ialah melepaskan ikatan

pernikahan. Apabila pergaulan kedua suami istri tidak dapat mencapai

43

tujuan-tujuan pernikahan, maa hal itu akan mengakibatkan berpisahnya

dua keluarga. Apalagi bila perselisihan suami istri itu menimbulkan

permusuhan, mananam bibit kebencian antara keduanya atau terhadap

kaum kerabat mereka, sehingga tidak ada jalan lain, sedangkan ikhtiar

untuk perdamaian tidak dapat disambung lagi, maka talak (perceraian)

itulah jalan satu-satunya yang menjadi pemisah antara mereka (Rasjid,

2009: 401).

2. Faktor Penyebab Keluarga Disharmoni

Perceraian dalam keluarga biasanya berawal dengan suatu konflik

antara anggota keluarga. Bila konflik ini sampai titik kritis maka peristiwa

perceraian itu berada di ambang pintu. Banyak faktor yang menyebabkan

terjadinya kasus pertikaian dalam keluarga yang berakhir dengan

perceraian. Menurut Dagun (1990: 146) faktor-faktor ini antara lain:

a. Persoalan ekonomi.

b. Perbedaan usia yang besar.

c. Persoalan prinsip hidup yang berbeda.

d. Perbedaan penekanan dan cara mendidik anak, juga pengaruh dukungan

sosial dari pihak luar, tetangga, sanak saudara, sahabat dan situasi

masyarakat yang terkondisi.

3. Dampak Keluarga Disharmoni

Setiap tingkat usia anak dalam menyesuaikan diri dengan situasi

baru ini memperlihatkan cara dan penyelesaian berbeda. Anak ini sering

44

dibayangi rasa cemas, selalu ingin mencari ketenangan (Dagun, 1990:

148).Anak yang orang tuanya bercerai, kepercayaan dirinya terganggu. Ia

merasa seperti kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya (Baiquni,

2016: 114).

Kondisi keluarga disharmoni akibat perceraian akan menyebabkan

anak mengalami tekanan jiwa, pola perilaku anak kurang tertata dengan

baik, emosi tidak terkontrol, dan lebih senang menyendiri. Salah satu

dampak yang menonjol akibat disharmoni yaitu anak mempunyai

kepribadian yang menyimpang. Hal itu menyebabkan anak sulit untuk

bersosialisasi dalam memilih teman di dalam masyarakat. Misalnya, dalam

sebuah perceraian, anak ikut suami, maka terkadang suami mengajak anak

untuk membenci ibunya, menceritakan dia untuk tidak menyambung

silaturahmi dan tidak mendengarkan perkataan ibunya (Baiquni, 2016:115).

4. Fungsi Keluarga

Menurut Aziz (2015: 17) dilihat dari sisi fungsi, setiap keluarga

pada hakikatnya memiliki berbagai macam fungsi antara lain :

a. Fungsi ekonomi berarti keluarga menjadi tulang punggung memperoleh

sekaligus mengelola kegiatan ekonomi secara profesional.

b. Fungsi sosial adalah keluarga merupakan sarana pertama dalam proses

interaksi sosial dan menjalin hubungan yang erat baik dalam satu

keluarga ataupun secara luas. Fungsi sosial ini dapat dimaknai pula

45

bahwa keluarga adalah sumber inspirasi pertama dalam membangun

komunikasi melalui proses bicara secara sopan dan tepat.

c. Fungsi psikologis yaitu bahwa keluarga memiliki pengaruh yang besar

terhadap perkembangan dan kematangan psikologis anggotanya.

d. Fungsi reproduksi, tanpa adanya ikatan yang sah dalam sebuah keluarga

tidak akan menghasilkan keturunan yang sah pula.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara substantif

keluarga memiliki fungsi yang saling terkait antara fungsi satu dengan

fungsi yang lainnya. Keterikatan itu pada prinsipnya sebagai wahana untuk

mengembangkan seluruh potensi anggotanya agar dapat menjalankan

fungsinya di masyarakat dengan baik serta memberikan kepuasan dan

lingkungan sosial yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera.

5. Komunikasi dalam Keluarga

Komunikasi adalah hubungan kontak antara manusia, baik

individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau

tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia. Sebab setiap

orang semenjak bangun sampai tidur lagi, secara kodrati senantiasa terlibat

dalam komunikasi. Komunikasi dalam keluarga selain didasarkan pada

unsur kebutuhan interaksi juga didasarkan pada sikap saling menyayangi,

saling menghormati, saling menghargai, saling empati, serta keluarga

dianggap sebagai bagian yang paling tepat untuk diajak berkomunikasi.

46

Seiring dengan tata cara komunikasi yang baik sebagaimana telah

disinggung di atas, pemahaman pola komunikasi dalam keluarga juga

menjadi sesuatu yang penting untuk diperhatikan. Syaiful Bahri

menyatakan terdapat tiga pola komunikasi dalam keluarga antara lain

model stimulus-respon, model ABX, dan model interaksional (Aziz, 2015:

237).

Pola atau model Stimulus-Respon (S-R) dapat dipahami sebagai

proses komunikasi aksi-reaksi dengan asumsi bahwa kata-kata verbal

(lisan-tulisan, isyarat-isyarat nonverbal, gambar-gambar, dan tindakan-

tindakan tertentu akan dapat merangsang orang lain untuk memberikan

respon dengan cara tertentu. Oleh karena itu, proses ini dianggap sebagai

pertukaran atau pemindahan informasi atau gagasan.

Pola komunikasi ABX merupakan pola komunikasi yang

menggambarkan bahwa seseorang (A) menyampaikan informasi kepada

seseorang lainnya (B) mengenai sesuatu (X). Apabila A dan B mempunyai

sikap positif terhadap satu sama lain dan terhapap X (orang, gagasan atau

benda) hubungan itu merupakan simetri. Contohnya yaitu ketika

pembicaraan kedua orang tua itu berlangsung, anak sama sekali tidak

terlibat dalam pembicaraan itu. Sebagai obyek yang dibicarakan, anak

hanya menunggu hasilnya dan mungkin melaksanakannya sebatas

kemampuannya.

47

Pola interaksional ini berlawan dengan S-R. Model S-R

mengasumsikan manusia adalah pasif, sedangkan model interaksional

menganggap manusia jauh lebih aktif. Komunikasi digambarkan sebagai

pembentukan makna, yaitu penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain

oleh para peserta komunikasi. Dalam keluarga, interaksi terjadi dalam

macam-macam bentuk, dan yang mengawali interaksi tidak mesti dari

orang tua kepada anak, tetapi bisa juga sebaliknya dari anak kepada orang

tua, atau dari anak kepada anak (Aziz, 2015:239).

Beberapa pola komunikasi pada hakikatnya dapat diterapkan

sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi dalam keluarga.

Akan tetapi yang perlu menjadi prinsip dalam proses komunikasi dalam

keluarga hendaknya bersifat humanis, kasih sayang, toleran, dengan

menggunaka perkataan-perkataan yang baik, lembut, jujur dan tidak

menyinggung perasaan orang yang diajak berkomunikasi

48

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Profil Desa Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga

1. Letak dan Keadaan Geografis

Desa Kecandran adalah sebuah desa di Kecamatan Sidomukti Kota

Salatiga. Batas-batas Desa Kecandran yaitu sebelah utara berbatasan

dengan Kelurahan Pulutan, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan

Mangunsari, dan sebelah selatan dan barat berbatasan dengan Kelurahan

Dukuh dan Kelurahan Gedangan.

Dilihat dari kondisi tanahnya, Desa Kecandran mempunyai tanah

yang cukup subur. Hal ini dilihat dari banyaknya perkebunan di sekitar

Desa Kecandran. Penduduk Kecandran biasanya menanam salak, duku

dan pohon sengon area perkebunannya.

2. Keadaan Penduduk

Adapun keadaan penduduk Desa Kecandran Kecamatan Sidomukti

Kota Salatiga dapat di lihat dari data Monografi pada bulan November

2017 dibawah ini yang sudah dapat di pahami dengan tabel-tabel sebagai

berikut:

49

Tabel 3.1

Jumlah Penduduk Total Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah Penduduk Laki-Laki Jumlah Penduduk Perempuan

3320 3264

Jumlah Total Penduduk 6584

(Sumber: diambil dari data Monografi Bulan November 2017

Desa Kecandran)

Berdasarkan data pada tabel 3.1 jumlah penduduk Desa Kecandran

yaitu total 6584 jiwa diantaranya yaitu 3320 jiwa penduduk laki-laki dan

3264 jiwa penduduk perempuan.

Tabel 3.2

Jumlah Penduduk menurut Usia

Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

0-4 387 393 780

5-9 311 262 573

10-14 223 228 451

15-19 233 214 447

20-24 259 284 543

25-29 285 282 567

30-34 310 290 600

50

35-39 290 275 565

40-44 231 216 447

45-49 204 220 424

50-54 168 149 317

55-59 147 143 290

60-64 94 93 187

65-69 54 72 126

70-74 44 50 94

>74 77 90 167

(Sumber: diambil dari data Monografi Bulan November 2017 Desa

Kecandran)

Berdasarkan data pada tabel 3.2 bahwa jumlah penduduk paling

banyak terdapat pada kelompok umur 0-4 tahun yaitu 780 jiwa, sedangkan

jumlah penduduk paling sedikit terdapat pada kelompok umur 70-74 tahun

yaitu hanya 94 jiwa.

Tabel 3.3

Jumlah Penduduk Menurut Agama

No Keterangan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Islam 3264 3214 6476

2 Kristen 29 20 49

3 Katholik 22 23 45

51

4 Hindu 0 0 0

5 Budha 2 2 4

6 Kong Hu Chu 0 0 0

7 Kepercayaan 0 0 0

(Sumber: diambil dari data Monografi Bulan November 2017 Desa

Kecandran)

Mayoritas penduduk desa Kecandran beragama Islam yaitu 6476

jiwa. Kristen dan Katholik menempati urutan kedua dan ketiga dengan

jumlah 49 jiwa dan 45 jiwa, walaupun terjadi perbedaan agama, dalam

kehidupan sehari-hari penduduk desa Kecandran Kecamatan Sidomukti

tidak menggambarkan adanya perpecahan ataupun konflik akibat

perbedaan keyakinan. Bagi pemeluk agama Islam sebagai pemeluk

mayoritas sangat menghormati pemeluk agama lain serta toleransi dan

tidak membeda-bedakan satu dengan yang lain.

Tabel 3.4

Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

No Keterangan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Tidak/Belum Sekolah 672 748 1420

2 Belum Tamat

SD/Sederajat

367 322 689

3 Tamat SD/ Sederajat 886 862 1748

52

4 SLTP/Sederajat 528 515 1043

5 SLTA/Sederajat 633 546 1179

6 Diploma I/II 13 17 30

7 Akademi/Diploma III

Sarjana Muda

41 62 103

8 Diploma IV/ Strata I 117 132 249

9 Stata II 15 8 23

10 Strata III 1 0 1

(Sumber: diambil dari data Monografi Bulan November 2017 Desa

Kecandran)

Berdasarkan tabel 3.4 dapat diketahui bahwa cukup banyak

penduduk yang menempuh pendidikan diatas SLTA diantaranya yaitu

Diploma I/II dengan jumlah 30 jiwa, Akademi/Diploma III/ Sarjana Muda

dengan jumlah 103 jiwa, Diploma IV/ Strata I dengan jumlah 249 jiwa,

Strata II dengan jumlah 23 jiwa dan Strata III dengan jumlah 1jiwa.

Mayoritas tingkat pendidikan di Desa Kecandran hanya tamat SD dengan

jumlah 1748 jiwa, sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Desa

Kecandran sudah cukup baik terbukti dengan banyaknya jiwa yang

menempuh pendidikan diatas SLTA.

Tabel 3.5

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

53

No Keterangan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Belum/Tidak bekerja 650 657 1307

2 Mengurus Rumah Tangga 0 823 823

3 Pelajar/Mahasiswa 577 519 1096

4 Pensiunan 33 13 46

5 PNS 73 60 133

6 TNI 31 0 31

7 POLRI 18 0 18

8 Perdagangan 20 13 33

9 Petani/Pekebun 90 58 148

10 Peternak 3 0 3

11 Transportasi 5 0 5

12 Karyawan Swasta 366 314 680

13 Karyawan BUMN 2 3 5

14 Karyawan BUMD 0 2 2

15 Karyawan Honorer 13 6 19

16 Buruh Harian Lepas 795 394 1189

17 Buruh Tani/Perkebunan 75 43 118

18 Buruh Peternakan 1 1 2

19 Pembantu Rumah Tangga 0 22 22

20 Tukang Cukur 4 0 4

54

21 Tukang Listrik 1 0 1

22 Tukang Batu 38 0 38

23 Tukang Kayu 24 0 24

24 Tukang Sol Sepatu 2 0 2

25 Tukang Las 1 0 1

26 Tukang Jahit 0 16 16

27 Tukang Gigi 1 0 1

28 Penata Rias 0 3 3

29 Penata Rambut 1 0 1

30 Mekanik 9 0 9

31 Seniman 2 0 2

32 Imam Masjid 1 0 1

33 Juru Masak 1 0 1

34 Dosen 4 3 7

35 Guru 9 47 56

36 Arsitek 1 0 1

37 Konsultan 1 0 1

38 Dokter 1 0 1

39 Bidan 0 3 3

40 Perawat 2 1 3

41 Penyiar Radio 0 1 1

55

42 Pelaut 1 0 1

43 Sopir 50 0 50

44 Pedagang 38 44 82

45 Wiraswasta 260 122 382

(Sumber: diambil dari data Monografi Bulan November 2017 Desa

Kecandran)

Berdasarkan pada tabel 3.5 mayoritas penduduk Desa Kecandran

berprofesi sebagai buruh harian lepas dengan jumlah 1189 jiwa,

sedangkan penduduk yang belum atau tidak bekerja sebanyak 1307 jiwa

diantaranya 650 penduduk laki-laki dan 657 penduduk perempuan.

Tabel 3.6

Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Jenis Kelamin

Kepala Keluarga Laki-Laki Kepala Keluarga Perempuan

1794 274

Jumlah Total Kepala Keluarga 2068

(Sumber: diambil dari data Monografi Bulan November 2017 Desa

Kecandran)

Berdasarkan data pada tabel 3.6 jumlah kepala keluarga di Desa

Kecandran berjumlah 2068 kepala keluarga, diantaranya 1794 kepala

keluarga laki-laki dan 274 kepala keluarga perempuan.

56

3. Data Informan

Karakteristik informan yang diteliti adalah orang tua baik ayah

maupun ibu dari anak yang mengalami disharmonisasi akibat perceraian

dan anak dalam keluarga disharmoni. Usia putra-putri berkisar antara 6

sampai 12 tahun, dan mereka tinggal di Desa Kecandran Kecamatan

Sidomukti Kota Salatiga.

Informan yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 6 orang

yang terdiri dari orang tua dan anak dalam 3 keluarga disharmoni adapun

daftar nama mereka adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7

Daftar Informan Keluarga Disharmoni

No Nama Usia Hubungan dalam keluarga

1 SF 34 tahun Ayah

2 RZ 10 tahun Anak

3 NR 26 tahun Ibu

4 RH 6 tahun Anak

5 MF 32 tahun Ibu

6 MR 7 tahun Anak

57

B. Profil Subyek Penelitian

1. Profil Keluarga Bapak SF

SF adalah seorang ayah dari RZ yang tinggal di Dusun Winong

RT 03 RW 01 Kelurahan Kecandran. SF dikaruniai seorang anak laki-laki

yang bernama RZ. Usia SF yaitu 34 tahun, SF bercerai dengan istrinya

sejak RZ berusia 2 tahun. SF memiliki usaha konter di depan rumahnya

dan mengelola konter tersebut sendiri. Setiap harinya SF bisa mengawasi

keseharian RZ, karena SF hanya bekerja di lingkungan depan rumahnya.

Di Dusun Winong SF tergolong orang yang tingkat ekonominya mapan

terbukti di rumahnya ia mempunyai usaha konter dan mempunyai mobil.

Menurut penelitian, hubungannya SF dengan mantan istri tidak

baik, meskipun awal-awal perceraian masih beberapa kali menemui RZ,

akan tetapi sekarang sudah tidak pernah sama sekali. Mantan istri SF

sekarang sudah menikah lagi dan sudah mempunyai anak lagi serta sudah

pindah agama menjadi non Islam ikut agama suami baru (W2 SF 50)

SF melarang RZ bertemu dengan mantan istrinya dikarenakan

istrinya sudah pindah agama lain dan mempunyai keluarga baru, SF

khawatir kalau RZ dipengaruhi oleh mantan istrinya dan masuk agama

selain Islam. Hak asuh RZ jatuh kepada SF dan setiap hari SF yang

merawat RZ dibantu oleh nenek, kakek RZ dan tante RZ.

Penyebab perpisahan SF dan mantan istrinya dikarenakan

perbedaan pendapat dan keegoisan masing-masing, dan mereka

58

memutuskan untuk berpisah. SF belum memiliki istri lagi tetapi SF berniat

untuk mencari istri lagi agar bisa merawat RZ. RZ dulunya sering

menanyakan ibunya akan tetapi sekarang sudah tidak pernah lagi

menanyakan ibunya karena akan dimarahi ayahnya jika RZ menanyakan

ibunya.

RZ tinggal bersama dengan beberapa anggota keluarga yang lain

yaitu nenek, kakek, dan tantenya. Dalam kehidupan sehari-hari RZ

merupakan anak yang tidak manja karena sebagai orang tua tunggal, SF

merupakan ayah yang tegas dan ditakuti oleh RZ. RZ sekolah di MI

Maarif Pulutan dan berangkat sekolahnya dulunya bersepeda sendiri,

sekarang diantar oleh tantenya karena jalan yang semakin ramai. Tujuan

SF dalam mendidik RZ yaitu agar RZ tetap pada ajaran agama Islam dan

bisa menghormati pemeluk agama lain (W2 SF 79).

2. Profil Keluarga Ibu NR

NR beralamat di Dusun Ngaliyan RT 01 RW 05 Kelurahan

Kecandran. NR merupakan seorang ibu, keluarga NR dikaruniai seorang

putra bernama RH. RH merupakan anak tunggal dari NR dan mantan

suaminya. RH berusia 6 tahun dan masih duduk di tingkat TK yaitu TK

Besar. RH bersekolah di TK Candra Puspita Kecandran. Pada waktu

berangkat sekolah, RH biasanya diantar oleh neneknya.

Setiap harinya NR bekerja sebagai buruh di pabrik susu. Setiap

NR bekerja, RH diasuh oleh neneknya. RH tinggal bersama NR,

59

neneknya, kakeknya dan adik NR dan dalam membesarkan RH dibantu

oleh anggota keluarga lain ketika NR bekerja di pabrik susu. NR

merupakan seorang ibu muda yang masih berusia 26 tahun. NR

memutuskan untuk menikah pada usia muda yaitu 19 tahun. NR belum

mempunyai keinginan untuk menikah lagi karena usia perceraian yang

dialaminya baru 1 tahun dan masih ingin mengurus putranya sendiri.

Pada waktu NR bercerai dengan mantan suaminya, RH masih

berusia 5 tahun dan baru 1 tahun bercerai. Hubungan NR dengan mantan

suaminya tidak begitu baik. Mantan suami NR pada waktu awal-awal

perceraian masih sering menengok RH, akan tetapi sekarang sudah tidak

pernah lagi datang ke rumah untuk sekedar menengok RH (W2 NR 28).

Pemicu perceraian antara NR dan mantan suaminya yaitu faktor

ekonomi dan perbedaan pendapat antar keduanya. Pemicu yang kedua

yaitu faktor usia NR yang masih muda dan memutuskan untuk segera

menikah menyebabkan banyaknya perselisihan antar keduanya serta

keegoisan masing-masing kemudian memicu terjadinya perceraian (W2

NR 39).

RH apabila meminta sesuatu harus dituruti. NR merupakan ibu

yang tegas dan sering memarahi RH. Tujuan NR dalam mendidik

putranya yaitu berharap RH kelak menjadi anak yang soleh, berbakti dan

yang terpenting tidak boleh menjadi anak yang nakal (W2 NR 46).

60

Setiap harinya RH mengahabiskan waktu dirumah untuk

menonton TV dan bermain dengan teman-temannya. Dalam belajar RH

masih sangat sulit dan harus diingatkan oleh ibunya. Dalam mengerjakan

PR juga harus dibantu oleh ibunya, bahkan PR nya sering dikerjakan oleh

ibunya apabila tidak, RH akan marah.

3. Profil Keluarga Ibu MF

MF merupakan seorang ibu yang mempunyai seorang anak laki-

laki yang bernama MR. MF beralamat di Dusun Gedongan RT 01 RW 02

Kelurahan Kecandran. MF sekarang berusia 32 tahun dan putranya

berusaia 7 tahun. MR sekolah di MI Dukuh dan setiap harinya diantar oleh

pakde atau omnya karena letak sekolahnya yang jauh dari tempat

tinggalnya.

Setiap harinya MF bekerja sebagai keliling gosok atau keliling

menyetrika. MF bercerai ketika MR berusia 4 tahun. Dalam membesarkan

MR, MF dibantu oleh anggota keluarga lain dirumahnya. RH tinggal

bersama nenek, kakek dan adik perempuan MF. Merekalah yang

membantu dalam mengasuh MR ketika MF berkerja.

Hubungan antara MF dengan mantan suaminya terlihat tidak

begitu baik, karena dari terakhir bercerai sudah tidak lagi mengunjungi

MR. MR masih sering menanyakan ayahnya akan tetapi ayahnya sudah

tidak pernah sama sekali mengunjungi MR, beruntung di rumah MR

61

mempunyai nenek, kakek dan tantenya yang selalu menghibur MR (W2

MF 26).

Penyebab perceraian MF dan mantan suami yaitu dikarenakan

faktor ekonomi yang memicu terjadinya perselisihan-perselisihan yang

mengakibatkan perceraian keduanya. MF sekarang harus berjuang sendiri

untuk memenuhi kebutuhan MR dengan bekerja sebagai keliling

menyetrika di rumah-rumah, dikarenakan ayah MR sudah tidak

memberikan nafkah lagi untuk membesarkan MR. MF belum memiliki

niat untuk menikah lagi dan masih ingin fokus membesarkan putranya

sendiri.

MR adalah anak yang penurut, dan dalam belajar masih agak sulit,

akan tetapi MR merupakan anak yang pintar dan nilai-nilainya bagus

karena MR merupakan anak yang aktif di sekolah (W3 MF 68). Harapan

dan cita-cita MF dalam mendidik MR yaitu MF berharap pendidikan MR

sukses bisa sampai perguruan tinggi dan ilmunya bisa bermanfaat bagi

kehidupan MR kelak (W2 MF 44).

C. Temuan Penelitian

Setelah dilakukan wawancara terhadap keluarga disharmoni di

Desa Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga ditemukan pendidikan

karakter anak dalam keluarga disharmoni sebagai berikut:

1. Strategi pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni di

Desa Kecandran Salatiga

62

a. Tujuan orang tua dalam mendidik karakter anak dalam keluarga

disharmoni

Data yang berhasil dihimpun oleh penulis dapatkan melalui

wawancara kepada sumber yang bersangkutan harapan atau tujuan

orang tua yaitu sebagai berikut:

SF menuturkan,

“Ya misalkan yang paling inti aja masuk rumah harus

salam, dengan orang tua harus cium tangan yang pasti

pengennya anak saya tetep pada ajaran Islam, bukan

memaksakan, tapi nanti kalau dia udah gede juga dia bebas

mau pilih agama apa yang jelas sekarang ditekankan agama

Islam itu seperti ini mengajarkan kebaikan, kedamaian.

Kadang bertanya “agama lain juga gitu pah” saya menjawab

iya sama dan dia juga harus tahu kenapa harus memilih

Islam, dengan pengaruh-pengaruh TV kan ada yang bilang

orang kafir halal dibunuh itu tidak boleh dan tidak benar.

Ya kalau bertemu dengan orang beragama lain juga harus

baik. Apalagi dengan tamu harus baik itu kan berkah buat

kita,bocahe juga gak manja RZ itu mba, jadi enak” (W2 SF

79).

NR menuturkan,

“Ya banyak ya dek pengene ya jadi anak soleh,

tau agama dan terpenting mboten pareng nakal, manut sama

orang tua” (W2 NR 46).

MF menuturkan

“Harapane banyak mba yang pertama pengennya

pendidikannya sukses bisa sampe perguruan tinggi juga RH

agar RH punya bekal ilmu yang berrmanfaat bagi

kehidupannya dia kelak, ya intinya pengen pendidikannya

sukses mba pengen RH nurut juga sama saya” (W2 MF 44).

63

Tujuan orang tua kepada anaknya berbeda-beda setiap

keluarga, hal ini dipengaruhi oleh faktor pemicu perceraian yang

dialami oleh orang tua. Penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan dari

ketiga keluarga disharmoni yaitu sama-sama baik dan ingin anaknya

sukses dan patuh kepada orang tua.

Keluarga bapak SF bertujuan agar anaknya tetap dalam ajaran

Isalam dan bisa menghormati agama lain dikarenakan mantan istri SF

sudah pindah agama lain dan SF tidak ingin anaknya terpengaruh dan

ikut agama ibunya. Keluarga ibu NR bertujuan agar anaknya jadi anak

yang soleh dan tidak nakal atau bandel dikarenakan usia anak masih 6

tahun. Kelurga ibu MF bertujuan agar anaknya bisa mendapatkan

pendidikan yang sukses sampai perguruan tinggi dan ilmunya bisa

bermanfaat.

b. Materi yang diajarkan orang tua dalam pendidikan karakter

anak

Materi-materi yang sering diberikan orang tua terkait pendidikan

karakter meliputi nasihat-nasihat orang tua kepada anaknya agar dapat

mewujudkan harapan-harapan orang tua.

SF menuturkan,

“Ya sesuai dengan ajaran Islam dan tetap pada ajaran

Islam, karena agamanya kan sekarang Islam. harus

mengucap salam kalau masuk rumah, harus memuliakan

tamu” ( W2 SF 90).

64

NR menuturkan,

“Ya itu dek rapareng nakal, kan bocahe takut nek sama

aku dek jadi, hal-hal yang diajarkan kepada anak seng umur

segitu ya itu rapareng nakal terus dinasihati seng apik-apik.

Hehe” (W2 NR 55).

MF menuturkan,

“Kadang saya nasehati mba supaya nurut saya orang

tua, saya nasihati juga agar MR gak jadi orang nakal mba

agar gak nakali temene juga mba” ( W2

MF 52)

Hal-hal yang ajarkan orang tua yaitu berhubungan dengan harapan

yang diinginkan oleh orang tua. Keluarga SF lebih menekankan ajaran

agama Islam dan harus menghormati orang lain, sedangkan keluarga

NR yaitu nasihat agar tidak nakal karena anaknya cukup takut dengan

ibunya dan keluarga MF lebih menekankan agar anaknya patuh dan

patuh pada ibunya.

c. Cara mendidik anak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan

karakter dalam keluarga yang terurai menjadi 16 poin

1) Religius

SF menuturkan bahwa RZ dulunya belajar agama di TPQ,

tetapi sekarang sudah sulit untuk disuruh berangkat TPQ.

“Dulu TPQ sekarang sudah tidak, saiki ora gelem

sok wegah kalau disuruh TPQ dan kadang-kadang

ngajinya sekarang sama saya. Kalau mengenai solat ya

namanya anak kecil kalau gak diingetke lupa dan harus

saya ingetke, tapi solat maghrib yang selalu solat” (W3

SF 33).

65

RZ menuturkan,

“TPQ Maarif, dulu TPQ tapi sekarang udah gak,

solate mahrib aja (sambil malu-malu) ( W1 RZ 15)

NR menuturkan bahwa RH disuruh TPQ dan sering mencontoh

apabila NR ibadah solat.

“Kalo masih 6 tahun agak susah, tapi tetap

taksuruh TPQ, solatnya juga masih meniru saya kalo

saya solat bocahe ngikut gitu dek” (W2 NR 85).

RH menuturkan,

“TPQ di mesjid mba, kalo ibuk solat, ikut solat

juga kadang-kadang” (W1 RH 15).

MF menuturkan menuturkan bahwa MR belajar agama di TPQ

dan solatnya juga masih mencontoh ibunya.

“TPQ mba, di Mesjid deket RA Ma’arif, kalau

solat itu dia mahrib, isya mba soalnya tak ajak ke mesjid

anaknya. Caranya ya sering diajak ke masjid aja mba

mencontohkan langsung seperti itu” (W3 MF 21).

MR menuturkan,

“TPQ di Maarif mba, solatnya mahrib, isya di

masjid” ( W1 MR 23).

Dari hasil wawancara dengan orang tua dan anak dapat

disimpulkan cara menanamkan agar ada rasa takut apabila tidak

beribadah dengan cara menasehati, menyuruh dan teladan atau

memberikan contoh kepada anaknya. Pada usia 6-12 tahun biasanya

orang tua memasukkan anaknya ke TPQ agar anak mengetahui ilmu

66

agama, pada ibadah solat ketiganya masih belum sempurna dan

masih mencontoh orang tuanya. RZ sekarang tidak mau TPQ

karena sekarang sulit kalau disuruh berangkat TPQ, tetapi dulunya

RZ ikut TPQ dan ngajinya kadang dengan ayahnya sedangkan RH

dan MR masih berangkat TPQ sampai saat ini.

2) Jujur

SF menuturkan agar RZ takut berbohong dan terbuka dengan

ayahnya dengan cara ditanya-tanya dan diawasi.

“Carane di tanya-tanya istilah jawane didedes,

diawasi. Saya cukup tegas mba jadi orang tua, “kalau

kamu gak terbuka sering bohong, nanti tak kasike ke

mamamu ben ikut agamane mamamu “ gitu mba. Dia

udah takut” (W3 SF 31).

RZ menuturkan,

“Pernah dulu tapi sekarang udah gak , takut sama

papa” (W1 RZ 20).

NR menuturkan,

“Bocahe takut sama ibue dek, ya kalo anak kecil

masih polos nurut, jujur, banyak cerita juga. Carane ya

dinasehati agar gak bohong dek” (W2 NR 92).

RH menuturkan,

“Pernah, sering cerita mba” (W1 RH 19)

MF menuturkan,

“Anaknya cukup terbuka sih mba suka cerita-

cerita juga sama ibunya, suka ngajak bercanda ibunya

juga, kalau caranya cukup ditanya-tanya diajak cerita

mba”( W3 MF 30).

MR menuturkan,

67

“Pernah, sering mba,” ( W1 MR 28).

Dapat disimpulkan bahwa cara orang tua menanamkan agar

ada rasa takut berbohong dan anak terbuka pada orang tua yaitu

dengan cara diawasi dan diajak ngobrol. Dari ketiga keluarga yang

penulis teliti ada dua anak yang takut berbohong dikarenakan rasa

takut dengan orang tuanya yaitu RZ dan RH. Pada keluarga MF,

cara menanamkan agar anak terbuka yaitu dengan diajak bercerita

dan MF mendidik MR dengan lembut dan penuh kasih sayang. Dari

3 anak yang penulis teliti ketiganya menuturkan pernah berbohong

kepada orang tuanya, akan tetapi RZ sekarang sudah tidak pernah

berbohong karena takut dengan ayahnya SF.

3) Toleransi

Toleransi yang dimaksud yaitu cara menanamkan agar anak

bisa menghargai anggota keluarga lain baik sikap maupun

pendapat dalam keluarga.

SF menuturkan kadang sering ada kendala dan RZ juga sering

marah dengan neneknya.

“Kadang ada halangan, kan serumah ini sama

neneke, kadang neneke kan sering marahin dia. Tapi

kalo udah gitu tak suruh pergi aja RZ mungkin main

atau kerumah temene. Namanya neneke udah pikun,

udah sepuh juga. Saya mengajarkan untuk menghormati

sama orang tua” (W3 SF 43).

RZ menuturkan,

68

“Pernah, neneknya galak soalnya, gara-gara

menyalakan musik keras-keras”( W1 RZ 25).

NR menuturkan,

“Pernah, namanya juga anak kecil dek. Kalo

toleransi belum mudeng sih bocahe tapi kadang tak

suruh ngalah neneke ben bocahe gak rewel juga”(W2

NR 102).

RH menuturkan,

“Pernah, soalnya gak dibeliin mainan”(W1 RH

22).

MF menuturkan,

“Pernah mba sama neneknya, kadang anake saya

suruh minta maaf sama neneknya kalau lagi marah tapi

juga mbujuknya agak susah kemudian dia mau minta

maaf gitu mba” (W3 MF 38)

MR menuturkan,

“Pernah, soalnya gak boleh main hp”(W1

MR 33).

Dari hasil wawancara yang diperoleh peneliti terdapat

perbedaan cara menanamkan agar anak bisa menghargai orang lain,

baik sikap, pendapat di dalam keluarga. SF mengajarkan kepada

puteranya agar menghormati neneknya dan apabila neneknya

sedang marah menyuruh RZ pergi bermain. NR mengajarkan

kepada RH yang belum mengerti toleransi apabila neneknya marah

NR menyuruh neneknya untuk mengalah. MF mengajarkan MR

untuk meminta maaf apabila neneknya marah kepada MR. Dari

ketiga anak yang penulis teliti menuturkan bahwa ketiganya pernah

69

marah baik kepada ibu maupun neneknya. RH belum memiliki rasa

toleransi terhadap anggota keluarga lain.

4) Disiplin

SF menuturkan,

“Kalo masalah bangun ya tak bangunin tapi

susah, kalo sekolah aja kadang suka telat karena

bangune kesiangan, kalo dalam bermain sih saya tegas

harus pulang jam 4 mandi gitu mba” (W3 SF 53).

RZ menuturkan,

“Jam 6 lebih kadang suka telat datang ke sekolah”

(W1 RZ 27).

NR menuturkan,

“Bangune sulit dek kadang telat, ya takbangunke

wong masih mak-maken tidure we sama ibue”(W2 NR

107).

RH menuturkan,

“Jam 7 lebih kadang suka telat berangkat ke TK”

(W1 RH 25).

MF menuturkan,

“Bangunnya tepat waktu sih mba kadang jam 6

kan sekolahnya jauh jadi harus bangun awal. Dukuh kan

sekolahnya tapi gak pernah terlambat kalau datang ke

sekolah” (W3 MF 46).

MR menuturkan,

“Jam setengah 6 lebih sedikit”(W1 MR 36).

Dapat disimpulkan bahwa cara menanamkan agar anak patuh

pada aturan dalam keluarga kadang terdapat kendala-kendala. SF

memberikan aturan agar pulang tepat waktu yaitu jam 4 ketika RZ

70

bermain. Ketiga anak dalam keluarga disharmoni RZ,RH maupun

MR, ketika bangun tidur harus dibangunkan, akan tetapi diantara

tiga anak tersebut MR yang paling tepat waktu bangunnya dan tidak

pernah terlambat datang ke sekolah. Berbeda dengan RZ dan RH

yang sering terlambat datang ke sekolah karena bangunnya

kesiangan.

5) Kerja keras

SF menuturkan,

“Susah orange mba, dalam belajar dia masih

susah. Ya caranya saya ingetke ada PR gak yang harus

dikerjakan gitu aja mba sama belajarnya sama saya kalo

gak sama tantenya mba, gak saya leskan juga mba”(W3

SF 65).

RZ menuturkan,

“Ngerjain kadang-kadang kalo dimarahin papa”

(W1 RZ 31).

NR menuturkan,

“Ya itu to masih males-malesan belum ada kerja

kerase masih sulit dan perlu dinasihati”(W2 NR 116)

RH menuturkan,

“Gak pernah belajar, PR nya dibuatin ibuk” (W1

RH 30).

MF menuturkan,

“Belajarnya kadang sama saya, kadang juga sulit

disuruh belajar, anaknya sukanya malah mainan hp

terus dirumah ki, sama sukanya nonton tv, kalau ada

71

temene dia mau belajar kalau gak ya masih susah”(W3

MF 60).

Dengan keterangan diatas penulis masih menanyakan lagi

mengenai nilai yang diperoleh MR disekolah. Kemudian MF

menuturkan,

“Nilainya bagus sih mba, anaknya juga aktif kalau

disekolah, walaupun dia jarang belajar tapi kurang tau

ya mba nilainya bagus, anaknya nyantelan mba, hehe”

(W3 MF 68).

MR menuturkan,

“Belajar kalau ada PR”(W1 MR 43).

Cara menanamkan agar ada rasa sungguh-sungguh dalam

mengejar impian, sebagai pelajar RZ, RH dan MR harus

bersungguh-sungguh dalam belajar. Ketiga orang tua menamankan

agar anak giat belajar yaitu dengan cara dinasehati dan diingatkan

ada PR atau tidak. RZ, RH dan MR belum memiliki nilai karakter

kerja keras yang tinggi akan tetapi untuk masalah nilai atau prestasi

MR yang paling memperoleh nilai bagus disekolahnya, karena MR

anaknya memang aktif walaupun jarang belajar.

6) Kreatif

SF menuturkan bahwa belum ada rasa kreatif RZ akan tetapi

rasa ingin tahunya tinggi.

72

“Belum ada, tapi dia rasa ingin tahunya tinggi kan

disini ada komputer ya dia sukane kan ngegame mainan

perang-perangan dan sering tanya-tanya “ itu alat

perang negara mana pah” seperti itu mba. Bocahe

sekarang juga gak tak pegangin hp mba. Pokoe ada rasa

ingin tahu tentang Bahasa Inggris. Carane ya diberitahu

untuk memperbaiki gitu aja” (W3 SF 77).

RZ menuturkan bahwa ia tidak pernah memperbaiki mainan,

“Gak pernah, sukanya perang-perangan dan

pengen tahu game itu” (W1 RZ 36).

NR menuturkan bahwa RH cukup mempunyai kreatifitas,

“Paling ngotak-atik mainan dek.. walaupun

kadang mainane malah dirusak. Cara menanamkannya

ya diberi tahu untuk memperbaiki.” (W2 NR 120).

RH juga menuturkan,

“Pernah memperbaiki mainan, sukanya sama

mobil-mobilan”(W1 RH 35).

MF menuturkan bahwa MR juga memiliki kreatifitas yang

tinggi yaitu MR sering memperbaiki mainanya dan sepeda seperti

yang dituturkan MF dibawah ini:

“Kalau memperbaiki barang kadang-kadang

ngotak-atik mainanya mobil-mobilan, kalau gak

sepedanya biasanya diotak-atik, cara menanamkannya

ya cukup diberi tahu buat memperbaiki dicoba dulu gitu

mba” (W3 MF 74)

MR juga menuturkan hal yang sama bahwa dia juga sering

memperbaiki mobil-mobilan dan sepedanya. Dapat disimpulkan

bahwa RZ belum memiliki kreatifitas dalam dirinya sedangkan RH

dan MR memiliki kreatifitas yang tinggi dengan memperbaiki

73

mainanya atau sepeda sedangkan RZ rasa ingin tahunya tinggi dan

sering bertanya kepada ayahnya tentang hal yang dia sukai

Jadi dapat disimpulkan bahwa SF, NR dan MF menanamkan

agar anak mereka mempunyai ide baru untuk menyelesaikan atau

memperbaiki sesuatu yaitu dengan cara memberi tahu atau

mengingatkan untuk memperbaiki barang yang menjadi

kesukaannya.

7) Mandiri

SF dalam menanamkan agar anak tidak manja dan tidak

bergantung dengan anggota keluarga lain dengan cara RZ dilatih

menjadi anak yang mandiri. Dulunya ketika berangkat sekolah RZ

mengendarai sepeda tetapi karena jalan semakin ramai SF khawatir

dan sekarang RZ diantar oleh tantenya (W3 SF 97)

NR belum bisa menanamkan agar RH menjadi anak yang

mandiri karena NR tetap menuruti setiap permintaan RH dan

sekolahnya juga masih diantar neneknya seperti yang dituturkan NR

berikut ini:

“Harus diturutin dek kalo minta mainan ya harus

cepet dibelikan, ya kalo sekolah dianter neneknya” (W2

NR 127).

MF menuturkan bahwa sekolah MR harus diantar oleh

pakdenya karena letak sekolahnya yang jauh dari tempat tinggal

MR.

74

“Kalau berangkat sekolah diantar kan jauh

sekolahnya, biasanya diantar pakdenya kalau gak

omnya mba”(W3MF 52).

Jadi dapat disimpulkan bahwa RZ, RH dan MR memerlukan

bantuan anggota keluarga lain dalam kegiatan sehari-hari seperti

berangkat sekolah. Diantara ketiga anak tersebut RZ yang

mempunyai nilai karakter mandiri karena usianya juga lebih besar.

8) Demokratis

SF mengajarkan kepada RZ untuk tidak membeda-bedakan

teman dan terbuka kepada temannya. NR juga mengajarkan hal

yang sama untuk tidak membeda-bedakan teman dan RH dinasihati

agar tidak nakal dengan temannya seperti penuturan NR berikut ini:

“Ya dinasehati kalo temenan sama siapa aja yang

penting gak sama anak yang nakal” gitu aja dek” (W2

NR 134).

MF mengajarkan kepada putranya MR untuk menghargai

temannya dan berteman dengan siapa saja serta tidak boleh nakal.

Jadi ketiganya mengajarkan kepada putranya untuk berteman

dengan siapa saja dan tidak memilih-milih teman. RZ, RH maupun

MR memiliki teman yang banyak.

9) Rasa ingin tahu

SF menuturkan bahwa RZ memiliki rasa ingin tahu yang tinggi

tentang Bahasa Inggris dan permainan kesukaannya, sedangkan

cara menanamkan agar RZ memiliki rasa ingin tahu lebih

75

mendalam tentang hal-hal yang baru dengan cara diajarkan hal-hal

yang baru dan diajak cerita seperti yang dituturkan SF berikut ini:

“Caranya diajarkan tentang hal-hal yang baru dan

diajak ngobrol juga tentang hal-hal yang ia sukai gitu

biasanya mba” (W3 SF 83).

NR juga menuturkan bahwa RH juga memiliki rasa keingin

tahuan yang tinggi seperti yang dituturkan NR berikut ini:

“Iya sering kan dia suka nonton TV kadang suka

nanyain itu kartun apa gitu dan pengen tahu sampe beli

mainan kartun-kartun, kalo cara menanamkannya ya

diajak ngobrol dek” (W2 NR 141).

MF juga menuturkan bahwa MR memiliki rasa keingin tahuan

yang tinggi yaitu keingin tahuan mengenai hal yang MR sukai.

Berikut ini penuturan MF:

“Sering kadang tanya-tanya tentang hp mba, kan

dia tak pegangin hp biar buat mainan mba” (W3 MF

89).

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa RZ, RH dan MR memiliki

rasa keingintahuan yang tinggi mengenai hal-hal yang mereka

sukai. Cara SF, NR maupun MF menanamkan agar anak mereka

memiliki rasa ingin tahu yaitu dengan cara diajak cerita dan

diajarkan hal-hal yang baru.

10) Menghargai prestasi

SF menanamkan agar RZ mempunyai rasa menghargai

keberhasilan orang lain dengan cara dinasihati dan diberikan contoh

76

langsung, sedangkan NR menanamkan agar RH agar mempunyai

rasa menghargai keberhasilan orang lain dengan memberi tahu agar

menghargai orang lain tetapi RH belum paham tentang bagaimana

menghargai prestasi orang lain seperti yang dituturkan NR berikut

ini:

“Belum mengerti, kalo masalah itu kadang juga

tak bilangin harus menghargai sekedar mengucapkan,

tapi anaknya belum sampe situ” (W2 NR 147).

MF menanamkan agar MR mempunyai rasa menghargai

keberhasilan orang lain dengan cara menyuruhnya agar bisa

menghargai prestasi orang lain. Dari ketiganya RH yang belum

memiliki rasa menghargai prestasi orang lain, sedangkan RZ dan

MR memiliki rasa menghargai prestasi orang lain.

11) Bersahabat atau komunikatif

SF menanamkan agar RZ mudah bergaul dan bekerjasama

dengan anggota keluarga lain maupun dengan orang lain dengan

cara menasihati agar tidak pilih-pilih teman dan tidak membeda-

bedakan teman. NR mananamkan agar RH mudah bergaul dengan

cara tidak menyakiti orang lain dan menasihatinya agar tidak nakal

seperti yang dituturkan NR berikut ini:

“Gampang, dinasehati gak boleh bicara saru

kasar, gak boleh nakal intine” (W2 NR 158)

.

77

MF juga menekankan hal yang sama kepada MR seperti yang

dituturkan MF berikut ini:

“Dirumah sini temene lumayan sih, banyak juga.

Kadang saya nasihati agar berteman dengan siapa saja

dan gak boleh nakali temannya juga” (W3 MF 82).

Dari ketiga anak yang penulis teliti memiliki teman yang banyak

dan semuanya bersahabat atau komunikatif.

12) Cinta damai

SF menanamkan agar RZ mempunyai rasa ingin

menyenangkan orang lain dengan cara menjaga lisan, mengalah

dan kadang apabila RZ dijahili temannya SF menyuruhnya untuk

membalas seperti yang dituturkan SF berikut ini:

“Ya misalkan omonganya harus baik, kalo

dinakali kadang tak suruh bales kalo dinakaline parah,

kalo tidak ya di diemin aja. Tadi kan pas lagi dimarahin

neneknya juga tak suruh pergi maen apa kemana gitu

mba.” ( W3 SF 142).

NR menanamkan agar RH mempunyai rasa ingin

menyenangkan orang lain dengan cara menasihatinya agar tidak

nakal dan menyakiti orang lain, sedangkan MF juga menekankan

hal yang sama yaitu tidak boleh membeda-bedakan teman dan

tidak boleh nakal. Ketiga anak yang penulis teliti memiliki rasa

cinta damai RZ lebih suka mengalah, RH lebih suka menangis dan

membiarkan saja serta MR memilih untuk meminta maaf, karena

disuruh ibunya.

78

13) Gemar membaca

SF menanamkan agar RZ mempunyai rasa senang terhadap

buku dengan cara menyuruhnya membaca, tetapi RZ jarang

menurutinya membaca buku, seperti yang dituturkan SF berikut

ini:

“Jarang mba dalam belajar dan baca-baca masih

susah anakku itu, ya seperti tadi cukup diingetin dulu

aja, tapi tertariknya dengan bacaan perang-perang soale

game nya perang, kalau prestasi ya lumayan” (W3 SF

107).

NR menanamkan agar RH mempunyai rasa senang terhadap

buku dengan cara mengingatkan ada PR apa tidak agar memacu

RH mau membuka buku, tetapi masih sulit untuk disuruh

membaca. MF juga menanamkan agar MR mau membaca buku

dengan menyuruhnya membaca buku pelajaran, tetapi MR mau

membaca apabila ada temannya seperti yang dituturkan MF

berikut ini:

“Kalau ada temennya biasanya gampang disuruh

baca-baca buku pelajaran, kalau gak ya sulit. Namanya

juga anak kecil mba”(W3 MF 114).

Dari ketiga anak yang penulis teliti penulis dapat

menyimpulkan bahwa RZ, RH maupun MR tidak memiliki nilai

karakter gemar membaca, tetapi prestasi RZ dan RH sedang dan

prestasi MR bagus dikarenakan MR merupakan siswa yang aktif

disekolah.

79

14) Peduli lingkungan

SF menanamkan agar RZ mencintai lingkungan dengan cara

tidak boleh membuang sampah sembarangan seperti yang

dituturkan SF berikut ini:

“Kalo membantu menyapu belum soale cowo

juga masih kecil juga, saya mengajarkannya gak boleh

buang sampah sembarang itu udah mewakili, kemaren

kan pergi sampahe gak tak suruh buang dijalan tetap

bawa aja ditempat sampah mobil dan kemaren juga ada

orang lewat di depan rumah buang sampah dijalan, tak

suruh ambilin RZ” (W3 SF 155).

NR menanamkan agar RH mencintai lingkungan dengan

cara menasihatinya tetapi RH belum memiliki rasa peduli

lingkungan sekitarnya seperti yang dituturkan NR berikut ini:

“Gak pernah dek belum mudeng sampe situ, gak

pernah nyapu juga, tapi kadang tak nasehati kalo pulang

sekolah sepatunya taruh di rak gitu” (W2 NR 174).

MF menanamkan agar MR mencintai lingkungan dengan

cara menyuruhnya menyapu sebentar agar melatih MR mencintai

lingkungan. Dari tiga anank yang penulis teliti RZ dan MR

memiliki nilai peduli lingkungan yang tinggi, sedangkan RH

belum memahami pentingnya peduli lingkungan.

15) Peduli Sosial

SF menanamkan agar RZ mempunyai rasa tolong menolong

dengan cara mengajarkannya langsung seperti yang dituturkan SF

berikut ini:

80

“Ya sering mba dia saya ajarkan untuk saling

tolong-menolong karena hidup itu kan butuh orang lain

juga, kalo dirumah gampang kalo disuruh mau,

dipanggil langsung dateng” (W3 SF 131).

RZ juga menuturkan hal yang sama bahwa dia memiliki rasa

tolong-menolong yang tinggi seperti yang dituturkan RZ berikut

ini:

“Suka, kemaren ada yang jatoh dari sepeda tak

bantu” (W1 RZ 61).

NR menuturkan bahwa RH belum begitu paham bagaimana

tolong-menolong dan membantu anggota keluarga lain, seperti

yang dituturkan NR berikut ini”

“Gak pernah dek belum mudeng sampe situ, gak

pernah nyapu juga, tapi kadang tak nasehati kalo pulang

sekolah sepatunya taruh di rak gitu” (W2 NR 174).

MF menanamkan agar MR memiliki rasa tolong menolong

dengan cara menyuruhnya membantu pekerjaan rumah dengan

menyapu. Dari ketiga anak yang penulis teliti yang memiliki rasa

peduli sosial tinggi yaitu RZ dan MR sedangkan RH belum

memahami tolong-menolong.

16) Tanggung jawab

SF menanamkan kepad RZ agar ada rasa untuk selalu

melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai pelajar dengan cara

mengingatkan apabila ada PR seperti yang dituturkan SF berikut

ini:

81

“Saya ingetin harus ngerjain PR, saya bilangin

kalau gak mau ngerjain PR sampai saya dipanggil ke

sekolah saya gak mau dateng nanti dia tetep ngerjain

PR” (W3 SF 164).

NR menturkan bahwa RH belum memiliki rasa tanggung

jawab, seperti yang dituturkan NR berikut ini:

“Tanggung jawabnya belum timbul soale masih

males-malesan belajar maunya di TV terus, bermain

terus.. gitu dek” (W2 NR 181).

MF menuturkan apabila MR memperoleh PR dari sekolah,

MF selalu bertanya kepada MR, seperti yang dituturkan MF

berikut ini:

“Kalau ada PR dari sekolahnya pasti saya tanya-

tanya dan saya suruh mengerjakan. Tapi kalau PR dia

selalu mengerjakan karena saya suruh terus tapi kalau

belajar setiap hari belum mba, belajarnya kalau waktu ada

PR saja dan saya yang nyuruh”(W3 MF 134).

Dari ketiga anak yang penulis teliti RZ dan MR memiliki

tanggung jawab dengan pekerjaan rumahnya apabila mereka

disuruh mengerjakan oleh ayah maupun ibunya, sedangkan RH

masih belum memiliki tanggung jawab dengan pekerjaan

rumahnya karena masih malas-malasan.

d. Evaluasi pendidikan karakter dalam keluarga disharmoni

Evaluasi merupakan pengujian terhadap karakter anaknya,

biasanya dilakukan oleh orang tua yang ingin mengetahui tingkat

karakter anaknya.

82

SF menuturkan,

“Iya pernah, anakku tak kasih uang untuk beli teh

botol, berarti anakku boleh beli satu lagi dan harus bilang

“pah ini tak beliin ini uange tadi sisa segini dan tak beliin ini

satu” dan yang pasti harus bilang jujur pada papanya” (W2

SF 101).

NR menuturkan,

“Pernah bocahe manut sih dek takut sama ibue, jadi

mau yen disuruh-suruh dan jujur juga” (W2 NR 63).

MF menuturkan,

“Pernah mba, mesti uange dikembalikan mba, Kalau

pengen apa-apa ya bilang dulu sama saya” (W2 MF 65).

Biasanya orang tua memberikan evaluasi atau pengujian karakter

anaknya dengan cara menguji kejujuran anaknya dengan cara

menyuruhnya untuk membelikan sesuatu, dengan cara seperti itu orang

tua akan mengetahui tingkat kejujuran anaknya. Rata-rata pada tiga

keluarga disharmoni yang saya teliti di Desa Kecandran Kecamatan

Sidomukti Kota Salatiga pernah memberikan evaluasi kepada putranya

dengan catatan harus jujur kepada orang tuanya.

2. Kendala atau hambatan pendidikan karakter anak dalam keluarga

disharmoni di Desa Kecandran Salatiga

Sebagai orang tua tunggal, dalam membesarkan putra maupun

putrinya tentu ada kendala atau hambatan seperti yang dituturkan oleh SF

83

yang harus selalu mengingatkan RZ, karena RZ merupakan anak yang

pelupa, seperti yang dituturkan SF berikut ini:

“Anakku pelupa orange, jadi kendala-kendalane itu,

masih kecil tapi harus selalu diingetke, belajarnya agak

susah masuk kalau gak diingetke gak belajar. jan anake

lalinan mba. Prestasinya dalam sekolah sedang soalnya

anaknya pelupa, dan saya cuek saja kalau udah tak ingetin

gak mau yasudah. Yang penting diingetin dan tidak saya

leskan juga. Belajarnya sama saya, kalau gak sama

tantenya” (W2 SF 118).

NR menuturkan bahwa kendala-kendala dalam membesarkan RH

yaitu anaknya masih malas dalam belajar dan kalau minta sesuatu harus

dituruti, seperti yang dituturkan NR berikut ini:

“Ya kendalanya tetap ada ya soale kan masih kecil

juga, ya kadang bocahe masih sering nanyake bapake, kalo

belajar males-malesan pengene nonton tv terus tapi ya tetep

tak konkon belajar, tapi bocahe tetep angel terus kalo minta

apa-apa harus cepet diturutin kalo gak rewel”(W2 NR 76).

MF menuturkan bahwa kendala-kendala dalam membesarkan MR

yaitu MR masih sering menanyakan ayahnya dan dalam memenuhi

kebutuhan sehari-hari MR, seperti yang dituturkan MF berikut ini:

“Kendala-kendala pasti ada namanya sendiri ya mba,

kaki aja dua ya mba kalau 1 kaki saja juga pasti ada kedala

dalam berjalan sama mba sama kaya saya kadang MR suka

nanyain ayahnya, tapi ayahnya sudah gak pernah kesini

kadang saya juga mikir mba kasian MR, kadang kalau

pengen apa-apa saya juga harus memenuhi kebutuhan MR

sendirian juga. Kadang kalau dinasehati MR suka sulit,

kalau ada temene dia kadang mau” (W2 MF 90).

84

Dari tiga keluarga disharmoni di Desa Kecandran Salatiga yang

penulis teliti memiliki kendala-kendala yang berbeda yaitu pada keluarga

SF memiliki kendala yang harus diingatkan dalam belajar karena putranya

pelupa, pada keluarga NR memiliki kendala masih sulit dalam belajar dan

harus dituruti apabila menginginkan sesuatu sedangkan pada keluarga MF

memiliki kendala yaitu putranya masih sering menanyakan ayahnya dan

dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari putranya.

85

BAB IV

ANALISIS DATA

Berdasarkan pada data yang telah dipaparkan pada bab III, maka pada bab

ini akan dilakukan analisis data. Adapun hal-hal yang dianalisis yaitu strategi

pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni di Desa Kecandran Salatiga

yang meliputi tujuan orang tua dalam mendidik karakter, hal-hal yang diajarkan

orang tua, cara mendidik anak sesuai dengan nilai pendidikan karakter, evaluasi

pendidikan karakter anak dan dan kendala-kendala pendidikan karakter anak dalam

keluarga disharmoni Desa Kecandran Salatiga. Analisis ini berdasarkan pada data-

data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya yang menggambarkan pendidikan

karakter anak dalam keluarga disharmoni Desa Kecandran Salatiga.

A. Strategi Pendidikan Karakter Anak dalam Keluarga Disharmoni Di Desa

Kecandran Salatiga

1. Tujuan Orang Tua dalam Mendidik Karakter Anak

Berdasarkan penelitian terhadap keluarga disharmoni di Desa

Kecandran Salatiga ada tiga tujuan orang tua dalam mendidik karakter anak.

Pertama, agar anaknya tetap dalam ajaran Islam dan bisa menghormati agama

lain dikarenakan mantan istri sudah pindah agama serta berharap agar anak

dapat memuliakan tamu. Pada keluarga ini bertujuan agar anaknya memiliki

sikap toleransi dan menghargai pemeluk agama lain. Menurut Aziz (2015:143)

86

toleransi adalah sikap dan tindakan untuk senantiasa menghargai perbedaan

agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari

dirinya. Hal ini terdapat dalam Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa tidak boleh

menyembah Tuhan satu dengan Tuhan yang lain dan hendaknya bertoleransi

dengan cara bagimu agamamu, dan bagiku agamaku seperi firman Allah surat

Al-Kafirun berikut ini:

)ك ل ٱأ يه اي قل ١فرون ات ع أ ع (ل )بدم ٢بدون ل ا بدع أ نتم (و م )بدأ ع ون

٣ ل ابدأ ن ا (و ب دتم ع ع ا ٤)م ل ا ع أ نتم (و م ل كم ٥بد)أ ع بدون دينكم (

دين) لي (٦و

Artinya: "Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah

apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku

sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu

sembah, Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan

yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku". (QS

al-Kafiruun: 1-6).

Kedua, yaitu bertujuan agar anaknya menjadi anak yang sholeh, patuh

kepada orang tua dan tidak nakal atau bandel dikarenakan usia anak masih 6

tahun. Tujuan orang tua dalam mendidik karakter atau akhlak yaitu agar anak

menjadi sholeh dan sholikhah dengan cara tidak mempersekutukan Allah,

berbuat baik kepada orang tua terutama kepada ibunya karena ibu telah

mengandung dalam keadaan lemah dan menyapihnya. Tujuan yang

diharapkan orang tua ini sejalan dengan harapan Luqman Hakim dalam wasiat

87

kepada anaknya, seperti firman Allah dalam kitab suci al-Quran surat Luqman

ayat 13-14

واذ قال لقمان البىه وهو يعظه يابىى ال تشرك باهلل اوشرك لظلم عظيم.

يىا األوسا) ١٣( ه وهىا على وهه وفصاله فى ووص ن بوالديه حملته أم

)١١ (كالى المصير لدي ٲعاميه أن اشكرلى ولو

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata keapada anaknya,

ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “ Wahai anakku !

Janganlah engkau mempersekutukkan Allah, sesungguhnya

mempersembahkan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang

besar”. Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat

baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya

dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan

menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku

dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.

Anak-anak juga dididik untuk bisa berbuat baik terhadap sesama

manusia, menjauhi sifat sombong, angkuh, dan membanggakan diri. Atas

dasar itu, tujuan pendidikan karakter yang paling utama adalah membuat

anak-anak semakin taat dan patuh kepada Allah, sehingga ia mampu

menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segala larangannya dalam

setiap kehidupannya. Hal itu tampak dari upaya keluarga dalam bentuk

pemberian nasihat, pembiasaan dan contoh teladan dari orang tua terhadap

anak-anaknya dalam bertakarub kepada Allah (Zubaedi, 2011: 156). Ketiga,

bertujuan agar anaknya bisa mendapatkan pendidikan yang sukses sampai

88

perguruan tinggi dan ilmunya bisa bermanfaat serta orang tua berharap agar

anaknya patuh kepada orang tua.

Dengan demikian maka ketiga orang tua dalam keluarga disharmoni di

Desa Kecandra Salatiga mempunyai tujuan yang berbeda-beda kepada

anaknya. Tujuan dan harapan orang tua kepada anaknya selalu baik dan

menginginkan anaknya menjadi pribadi yang baik, taat beragama dan bisa

menghargai pemeluk agama lain. Tujuan dari ketiga keluarga disharmoni di

Desa Kecandran Salatiga yaitu sama-sama baik dan ingin anaknya sukses dan

patuh kepada orang tua.

Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Rahani dalam

(Zubaedi, 2011: 155) bahwa tujuan pendidikan keluarga adalah untuk

membina dan membentuk anggota keluarga (anak) yang beriman, kepada

Allah, berakhlak mulia, cerdas, terampil, sehat, bertanggung jawab, sehingga

ia dapat melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka

bumi.

Dalam hal ini, dapat digaris bawah betapa pentingnya pengaruh pola

asuh orang tua terhadap keberhasilan pendidikan karakter anak-anaknya di

lingkungan rumah tangga. Keberhasilan lembaga informal (keluarga) dalam

mendidik karakter anak-anaknya dipengaruhi oleh bagaimana pola asuh yang

dipilihnya dan kualitas asuhan, bimbingan dan kasih sayang yang diberikan.

Orang tua harus memilih pola asuh yang tepat bagi anak-anaknya agar bisa

berpengaruh positif terhadap pembentukan karakternya.

89

Menurut Muslich (2011: 98) menyatakan bahwa keluarga merupakan

wahana pertama dan utama bagi pendidikan karakter anak. Apabila keluarga

gagal melakukan pendidikan karakter pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi

institusi-institusi lain di luar keluarga (termasuk sekolah) untuk

memperbaikiknya. Kegagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan

berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang tidak berkarakter. Oleh sebab itu,

setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa karakter bangsa sangat

tergantung pada pendidikan karakter anak di rumah.

2. Materi yang diajarkan orang tua dalam pendidikan karakter anak

Materi yang diajarkan orang tua terkait pendidikan karakter anak

dalam keluarga disharmoni di Desa Kecandran Salatiga meliputi nasihat-

nasihat orang tua kepada anaknya agar dapat mewujudkan harapan-harapan

orang tua. Pertama, mengajarkan dengan tegas kepada anaknya agar patuh

pada ajaran Islam dan harus memuliakan tamu melalui nasihat. Kedua,

mengajarkan anaknya untuk tidak nakal, apabila putranya tidak patuh kadang

mencubitnya, hal ini dikarenakan NR memiliki emosi yang kurang stabil dan

senantiasa memberikan nasihat yang baik kepada putranya. Ketiga,

mengajarkan anaknya agar patuh kepada orang tua dan memberi nasihat agar

tidak mengganggu temannya.

Dengan demikian hal-hal yang ajarkan orang tua yaitu berhubungan

dengan harapan yang diinginkan oleh orang tua. Keluarga SF lebih

menekankan ajaran agama Islam dan harus menghormati orang lain, sedangkan

90

keluarga NR yaitu nasihat agar tidak nakal karena anaknya cukup takut dengan

ibunya dan keluarga MF lebih menekankan agar anaknya patuh dan patuh pada

ibunya.

Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Zubaedi

(2011: 157) yang mengatakan bahwa orang tua senantiasa memberikan

bimbingan dalam bentuk perintah untuk membaca dan mengafal doa-doa

ibadah shalat dan ibadah mahdhoh lainnya. Untuk penanaman rasa hormat

kepada orang tua diupayakan melalui penjelasan dan nasihat mengenai

pentingnya nilai-nilai akhlakul karimah. Penanaman akhlakul karimah melalui

pembiasaan dan contoh teladan dilakukan orang tua melalui ucapan, sikap dan

penampilan orang tua dalam kehidupan sehari-hari yang secara langsung bisa

diamati dan bisa dirasakan oleh anak-anak.

3. Cara mendidik anak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan karakter dalam

keluarga yang terurai menjadi 16 poin

Setelah dilakukan wawancara terhadap keluarga disharmoni di Desa

Kecandran Salatiga, penulis menyimpulkan cara mendidik anak sesuai dengan

nilai-nilai pendidikan karakter menurut Aziz (2015: 143) yang terurai menjadi

16 poin sebagai berikut:

1) Religius

Religius yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan

ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama

lain, serta hidup rukun baik dengan sesama maupun pemeluk agama lain.

91

Dari hasil wawancara dengan orang tua dan anak dalam keluarga

disharmoni di Desa Kecandran Salatiga dapat disimpulkan cara

menanamkan agar ada rasa takut apabila tidak beribadah dengan cara

menasehati, menyuruh dan teladan atau memberikan contoh kepada

anaknya. Pada usia 6-12 tahun biasanya orang tua memasukkan anaknya ke

TPQ agar anak mengetahui ilmu agama, pada ibadah solat ketiganya masih

belum sempurna dan masih mencontoh orang tuanya. RZ sekarang tidak mau

TPQ, tetapi dulunya RZ ikut TPQ dan ngajinya kadang dengan ayahnya

sedangkan RH dan MR masih berangkat TPQ sampai saat ini.

2) Jujur

Jujur yaitu dapat dipercaya dalam lingkup perkataan, tindakan dan

pekerjaan. Cara orang tua menanamkan agar ada rasa takut berbohong dan

anak terbuka pada orang tua yaitu dengan cara diawasi dan diajak ngobrol.

Pada keluarga SF, apabila putranya dinasihati untuk tidak berbohong tidak

patuh maka langkah terakhir dengan memberi hukuman dengan memberikan

hak asuh kepada mantan isrtrinya. Dari ketiga keluarga yang penulis teliti

ada dua anak yang takut berbohong dikarenakan rasa takut dengan orang

tuanya yaitu RZ dan RH. Pada keluarga MF, cara menanamkan agar anak

terbuka yaitu dengan diajak bercerita dan MF mendidik MR dengan lembut

dan penuh kasih sayang. Dari 3 anak yang penulis teliti ketiganya

menuturkan pernah berbohong kepada orang tuanya, akan tetapi RZ

sekarang sudah tidak pernah berbohong karena takut dengan ayahnya SF.

92

3) Toleransi

Toleransi yang dimaksud disini yaitu cara menanamkan agar anak bisa

menghargai anggota keluarga lain baik sikap maupun pendapat dalam

keluarga.

Dari hasil wawancara yang diperoleh peneliti terdapat perbedaan cara

menanamkan agar anak bisa menghargai orang lain, baik sikap, pendapat di

dalam keluarga. SF mengajarkan kepada puteranya agar menghormati

neneknya dan apabila neneknya sedang marah menyuruh RZ pergi bermain.

NR mengajarkan kepada RH yang belum mengerti toleransi apabila

neneknya marah NR menyuruh neneknya untuk mengalah. MF mengajarkan

MR untuk meminta maaf apabila neneknya marah kepada MR. Dari ketiga

anak yang penulis teliti menuturkan bahwa ketiganya pernah marah baik

kepada ibu maupun neneknya. RH belum memiliki rasa toleransi terhadap

anggota keluarga lain karena usianya masih kecil.

4) Disiplin

Disiplin yaitu patuh terhadap aturan dalam keluarga. Cara

menanamkan agar anak patuh pada aturan yaitu dengan cara memberikan

aturan kepada anak harus bangun jam berapa dan harus pulang jam berapa

ketika bermain, tetapi pelaksanaannya masih terdapat kendala-kendala yaitu

anak kadang harus dibangunkan setiap harinya. Ketiga anak dalam keluarga

disharmoni RZ, RH maupun MR, ketika bangun tidur harus dibangunkan,

akan tetapi diantara tiga anak tersebut MR yang paling tepat waktu

93

bangunnya dan tidak pernah terlambat datang ke sekolah. Berbeda dengan

RZ dan RH yang sering terlambat datang ke sekolah karena bangunnya

kesiangan.

5) Kerja keras

Kerja keras yaitu bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas

apapun yang menjadi tanggung jawabnya seperti belajar. Cara menanamkan

agar ada rasa sungguh-sungguh dalam mengejar impian yaitu dengan cara

dinasehati dan diingatkan ada PR atau tidak. RZ, RH dan MR belum

memiliki nilai karakter kerja keras yang tinggi akan tetapi untuk masalah

nilai atau prestasi MR yang paling memperoleh nilai bagus disekolahnya,

karena MR anaknya memang aktif walaupun jarang belajar.

6) Kreatif

Kreatif yaitu bepikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara

atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Menurut hasil penelitian, RZ

belum memiliki kreatifitas dalam dirinya sedangkan RH dan MR memiliki

kreatifitas yang tinggi dengan memperbaiki mainanya. Cara SF, NR dan MF

menanamkan agar anak mereka mempunyai ide baru untuk menyelesaikan

atau memperbaiki sesuatu yaitu dengan cara memberi tahu atau

mengingatkan untuk memperbaiki barang yang menjadi kesukaannya.

7) Mandiri

Mandiri yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. SF dalam menanamkan agar

94

anak tidak manja dan tidak bergantung dengan anggota keluarga lain dengan

cara RZ dilatih menjadi anak yang mandiri. Dulunya ketika berangkat

sekolah RZ mengendarai sepeda tetapi karena jalan semakin ramai SF

khawatir dan sekarang RZ diantar oleh tantenya. NR belum bisa

menanamkan agar RH menjadi anak yang mandiri karena NR tetap menuruti

setiap permintaan RH dan sekolahnya juga masih diantar neneknya, MF juga

menuturkan hal yang sama. Diantara ketiga anak tersebut RZ yang

mempunyai nilai karakter mandiri karena usianya juga lebih besar.

8) Demokratis

Demokratis berarti memiliki pola pikir, sikap, dan berperilaku yang

menilai sama hak dan kewajibannya dari orang lain. SF mengajarkan kepada

RZ untuk tidak membeda-bedakan teman dan terbuka kepada temannya, NR

dan MF juga mengajarkan hal yang sama. Jadi ketiganya mengajarkan

kepada putranya untuk berteman dengan siapa saja dan tidak memilih-milih

teman. RZ, RH maupun MR memiliki teman yang banyak.

9) Rasa ingin tahu

Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,

dilihat dan didengar. RZ, RH dan MR memiliki rasa keingintahuan yang

tinggi mengenai hal-hal yang mereka sukai. Cara SF, NR maupun MF

menanamkan agar anak mereka memiliki rasa ingin tahu yaitu dengan cara

diajak cerita dan diajarkan hal-hal yang baru.

95

10) Menghargai prestasi

Menghargai prestasi yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya

untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui

serta menghormati keberhasilan orang lain. SF menanamkan agar RZ

mempunyai rasa menghargai keberhasilan orang lain dengan cara dinasihati

dan diberikan contoh langsung, sedangkan NR menanamkan agar RH agar

mempunyai rasa menghargai keberhasilan orang lain dengan memberi tahu

agar menghargai orang lain tetapi RH belum paham tentang bagaimana

menghargai prestasi orang lain. MF menanamkan agar MR mempunyai rasa

menghargai keberhasilan orang lain dengan cara menyuruhnya agar bisa

menghargai prestasi orang lain. Dari ketiganya RH yang belum memiliki

rasa menghargai prestasi orang lain, sedangkan RZ dan MR memiliki rasa

menghargai prestasi orang lain.

11) Bersahabat atau komunikatif

Bersahabat atau komunikatif berarti tindakan yang memperlihatkan

rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. SF

menanamkan agar RZ mudah bergaul dan bekerjasama dengan anggota

keluarga lain maupun dengan orang lain dengan cara menasihati agar tidak

pilih-pilih teman dan tidak membeda-bedakan teman. NR mananamkan agar

RH mudah bergaul dengan cara tidak menyakiti orang lain dan

menasihatinya agar tidak nakal dan MF juga menekankan hal yang sama

96

kepada MR. Dari ketiga anak yang penulis teliti memiliki teman yang

banyak dan semuanya bersahabat atau komunikatif.

12) Cinta damai

Cinta damai yaitu sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan

orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. SF menanamkan

agar RZ mempunyai rasa ingin menyenangkan orang lain dengan cara

menjaga lisan, mengalah dan kadang apabila RZ dijahili temannya SF

menyuruhnya untuk membalas. NR menanamkan agar RH mempunyai rasa

ingin menyenangkan orang lain dengan cara menasihatinya agar tidak nakal

dan menyakiti orang lain, sedangkan MF juga menekankan hal yang sama

yaitu tidak boleh membeda-bedakan teman dan tidak boleh nakal. Ketiga

anak yang penulis teliti memiliki rasa cinta damai RZ lebih suka mengalah,

RH lebih suka menangis dan membiarkan saja serta MR memilih untuk

meminta maaf, karena disuruh ibunya.

13) Gemar membaca

Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk

membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. SF

menanamkan agar RZ mempunyai rasa senang terhadap buku dengan cara

menyuruhnya membaca, tetapi RZ jarang menurutinya membaca buku. NR

menanamkan dengan cara mengingatkan ada PR apa tidak agar memacu RH

mau membuka buku, tetapi hal itu masih belum dilakukan putranya. MF juga

97

menanamkan agar MR mau membaca buku dengan menyuruhnya membaca

buku pelajaran, tetapi MR mau membaca apabila ada temannya.

Dari ketiga anak yang penulis teliti penulis dapat menyimpulkan

bahwa RZ, RH maupun MR tidak memiliki nilai karakter gemar membaca,

tetapi prestasi RZ dan RH sedang dan prestasi MR bagus dikarenakan MR

merupakan siswa yang aktif disekolah.

14) Peduli lingkungan

Peduli lingkungan yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya

mencegah kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya, dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang

sudah terjadi. SF menanamkan agar RZ mencintai lingkungan dengan cara

tidak boleh membuang sampah sembarangan. NR menanamkan agar RH

mencintai lingkungan dengan cara menasihatinya tetapi RH belum memiliki

rasa peduli lingkungan. MF menanamkan agar MR mencintai lingkungan

dengan cara menyuruhnya menyapu sebentar agar melatih MR mencintai

lingkungan. Dari tiga anank yang penulis teliti RZ dan MR memiliki nilai

peduli lingkungan yang tinggi, sedangkan RH belum memahami pentingnya

peduli lingkungan.

15) Peduli sosial

Peduli sosial yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan

bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. SF

menanamkan agar RZ mempunyai rasa tolong menolong dengan cara

98

mengajarkannya langsung. NR menuturkan bahwa RH belum begitu paham

bagaimana tolong-menolong dan membantu anggota keluarga lain. MF

menanamkan agar MR memiliki rasa tolong menolong dengan cara

menyuruhnya membantu pekerjaan rumah dengan menyapu. Dari ketiga

anak yang penulis teliti yang memiliki rasa peduli sosial tinggi yaitu RZ dan

MR sedangkan RH belum memahami tolong-menolong.

16) Tanggung jawab

Tanggung jawab ialah sikap dan perilaku untuk melaksanakan tugas

dan kewajibannya yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan yang

maha esa. SF menanamkan kepad RZ agar ada rasa untuk selalu

melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai pelajar dengan cara

mengingatkan apabila ada PR. NR menturkan bahwa RH belum memiliki

rasa tanggung jawab. MF menuturkan apabila MR memperoleh PR dari

sekolah, MF selalu bertanya kepada MR. Dari ketiga anak yang penulis teliti

RZ dan MR memiliki tanggung jawab dengan pekerjaan rumahnya apabila

mereka disuruh mengerjakan oleh ayah maupun ibunya, sedangkan RH

masih belum memiliki tanggung jawab dengan pekerjaan rumahnya karena

masih malas-malasan.

Jadi cara orang tua mendidik karakter anak sesuai dengan 16 nilai

karakter diatas adalah sebagai berikut:

a. Keteladanan

99

Para informan lebih sering menggunakan keteladanan dengan cara

memberikan contoh langsung karena pada usia 6-12 tahun anak masih

sering meniru perilaku orang tuanya, orang tua menggunakan

keteladanan agar anak meniru perilaku positif yang diberikan orang tua

b. Pemberiaan nasihat

Orang tua lebih sering menasihati anaknya apabila anak berperilaku

menyimpang, karena pada usia 6-12 tahun anak masih perlu bimbingan

dan arahan orang tua, apalagi dengan keadaan keluarga disaharmoni.

c. Mengajak anak bercerita

Orang tua lebih sering mengajak anak bercerita karena para informan

menyadari bahwa membangun komunikasi dengan anak sangat penting

agar anak terbuka kepada orang tua, apalagi sebagai orang tua tunggal

yang harus tetap memberikan perhatian kepada anak.

d. Memberi hukuman

Apabila dalam memberi nasihat tidak terlaksana, maka langkah terakhir

yaitu memberikan hukuman kepada anak, tujuannya agar anak jera

dalam berperilaku tidak baik.

Adapun bentuk implementasi pendidikan karakter dalam

keluarga dapat dilakukan melalui manajemen marah, manajemen

amanah dan manajemen kejujuran. Hal ini sejalan dengan pendapat

yang dikemukakan oleh Aziz ( 2015: 146-147) yang mengatakan bahwa

implementasi pendidikan karakter dalam keluarga juga dapat dilakukan

100

dengan keteladanan dari tiap keluarga yang bersangkutan, baik

keteladanan dari kedua orang tua, saudara ataupun kerabat lainnya.

4. Evaluasi pendidikan karakter dalam keluarga disharmoni

Evaluasi merupakan pengujian terhadap karakter anaknya, biasanya

dilakukan oleh orang tua yang ingin mengetahui tingkat karakter anaknya.

Evaluasi pendidikan karakter dalam keluarga disharmoni Desa Kecandran

Salatiga dilakukan dengan cara menguji kejujuran anaknya, dengan evaluasi

orang tua dapat mengetahui apakah anaknya cukup jujur atau tidak. SF

memberikan evaluasi kepada anaknya dengan cara anaknya disuruh

membelikan sesuatu maka anak tersebut dapat membeli apa diinginkan

anaknya dan kemudian bilang kepada ayahnya. NR memberikan evaluasi

dengan cara menyuruh anaknya untuk membeli sesuatu, NR menekankan

bahwa yang penting anaknya mau ketika disuruh karena usianya juga masih 6

tahun. MF juga menekankan hal yang sama, apabila anaknya ingin sesuatu

harus bilang terlebih dahulu dengan ibunya.

Dengan demikian orang tua biasanya memberikan evaluasi atau

pengujian karakter anaknya dengan cara menguji kejujuran anaknya dengan

cara menyuruhnya untuk membelikan sesuatu, dengan cara seperti itu orang tua

akan mengetahui tingkat kejujuran anaknya. Rata-rata pada tiga keluarga

disharmoni yang saya teliti di Desa Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota

Salatiga pernah memberikan evaluasi kepada putranya dan kejujuran tidak

101

begitu penting dalam keluarga disharmoni terbukti dengan cara SF yang

membolehkan anaknya membeli sesuatu sebelum meminta izin kepada

ayahnya.

Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Aziz (2015: 149)

yang mengatakan bahwa pengelolaan kejujuran dalam keluarga pada

hakikarnya akan membawa pelakunya menuju kebaikan, dan setiap kebaikan

yang dilakukan akan mengantarkan pelakunya menuju surga. Dengan demikian,

selah satu kunci memperoleh kebahagiaan surga adalah bersikap jujur terhadap

diri sendiri dan orang lain.

Sementara itu pendapat Samani dan Hariyanto (2013: 51) mengatakan

bahwa jujur merupakan sikap yang menyatakan apa adanya, terbuka, konsisten

antara apa yang dikatakan dan dilakukan (berintegritas), berani karena benar,

dapat dipercaya (amanah) dan tidak curang.

B. Kendala atau hambatan pendidikan karakter anak dalam keluarga

disharmoni di Desa Kecandran Salatiga

Kendala-kendala pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni

ada tiga kendala. Pertama, orang tua harus selalu mengingatkan putranya karena

putranya merupakan anak pelupa dan memiliki masalah dalam belajarnya yaitu

sulit dalam menangkap materi pelajaran. Kedua, yaitu anaknya masih malas

dalam belajar dan apabila meminta sesuatu harus segera dituruti. Ketiga, yaitu

102

anaknya masih sering menanyakan ayahnya sedangkan ibunya harus bekerja

sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari anaknya, akibatnya anak menjadi

kurang perhatian.

Dari tiga keluarga disharmoni di Desa Kecandran Salatiga yang

penulis teliti memiliki kendala-kendala yang berbeda yaitu pada keluarga SF

memiliki kendala yang harus diingatkan dalam belajar karena putranya pelupa,

pada keluarga NR memiliki kendala masih sulit dalam belajar dan harus dituruti

apabila menginginkan sesuatu sedangkan pada keluarga MF memiliki kendala

yaitu putranya masih sering menanyakan ayahnya dan dalam memenuhi

kebutuhan sehari-hari putranya.

Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Aziz (2015:

149) yang mengatakan bahwa Sebuah upaya menciptakan perbaikan dan

pengembangan sistem pastinya terdapat berbagai kendala dan tantangan. Begitu

pula dengan tantangan pelaksanaan pendidikan karakter dalam keluarga terbagi

atas beberapa hal diantaranya yaitu keluarga modern dizaman sekarang kurang

begitu memahami pentingnya pendidikan karakter, manusia modern lebih sibuk

dalam pencapaian karir.

Apalagi dengan keadaan keluarga disharmoni yang pasti memiliki

kendala dan hambatan dalam menanamkan karakter pada anak seperti yang

dikemukakan oleh Dagun (1990: 148) yang mengemukakan bahwa dampak

103

keluarga disharmoni yaitu setiap tingkat usia anak dalam menyesuaikan diri

dengan situasi baru ini memperlihatkan cara dan penyelesaian berbeda.

104

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang mengacu pada rumusan masalah, peneliti

jabarkan pada bab III dan peneliti analisis dalam bab IV guna menjawab

pokok permasalahan dalam penelitian yang dilakukan, maka ada beberapa hal

yang menjadi titik tekan sebagai kesimpulan skripsi ini, yaitu:

1. Berikut ini strategi pendidikan karakter dalam keluarga disharmoni di

Desa Kecandran Salatiga:

a. Tujuan pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni di Desa

Kecandran Salatiga berbeda-beda. Tujuan dan harapan orang tua

kepada anaknya selalu baik dan menginginkan anaknya menjadi

pribadi yang baik, taat beragama dan bisa menghargai pemeluk agama

lain.

b. Materi yang ajarkan orang tua yaitu berhubungan dengan harapan

yang diinginkan oleh orang tua. Pertama, lebih menekankan ajaran

agama Islam dan harus menghormati orang lain. Kedua, yaitu nasihat

agar tidak nakal karena anaknya cukup takut dengan ibunya dan

ketiga, lebih menekankan agar anaknya patuh dan patuh pada ibunya.

105

c. Cara mendidik anak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan karakter

dalam keluarga yang terurai menjadi 16 poin diantaranya yaitu

religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,

demokratis, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, bersahabat atau

komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli

sosial dan tanggung jawab. Cara orang tua menanamkan pendidikan

karakter sesuai dengan 16 nilai tersebut melalui keteladanan,

pemberian nasihat, mengajak anak bercerita dan memberi hukuman

dapat diimplementasikan melalui manajemen marah, manajemen

amanah dan manajemen kejujuran.

d. Evaluasi atau pengujian karakter dilakukan dengan cara menguji

kejujuran anaknya dengan cara menyuruhnya untuk membelikan

sesuatu, dengan cara seperti itu orang tua akan mengetahui tingkat

kejujuran anaknya.

2. Kendala-kendala pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni di

Desa Kecandran Salatiga berbeda-beda. Pertama, orang tua harus selalu

mengingatkan putranya karena putranya memiliki sifat pelupa dan

memiliki masalah dalam belajarnya yaitu sulit dalam menangkap materi

pelajaran. Kedua, yaitu anaknya masih susah dalam belajar dan apabila

meminta sesuatu harus segera dituruti. Ketiga, yaitu anaknya masih sering

menanyakan ayahnya. Kendala lainnya yaitu sikap salah satu nenek dari

106

anak dalam keluarga disharmoni sering marah jadi dapat mempengaruhi

perkembangan karakter anak.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian dan menganalisa hasil yang didapatkan

melalui wawancara, penulis bermaksud memberikan saran bagi orang tua

dalam keluarga disharmoni, anak dalam keluarga disharmoni dan peneliti

selanjutnya yaitu sebagai berikut:

a. Bagi orang tua dalam keluarga disharmoni

Dalam menanamkan pendidikan karakter kepada anak hendaknya

diimbangi dengan perilaku yang baik sehingga menjadi teladan yang baik

bagi anak, meskipun menjadi orang tua tunggal yang berjuang mencari

nafkah seorang diri, luangkanlah waktu untuk memperhatikan anak dan

tetap menjaga komunikasi dengan anak.

b. Bagi anak dalam keluarga disharmoni

Anak hendaknya tetap patuh kepada nasihat orang tua, karena kondisi

keluarga disharmoni bukan menjadi alasan untuk tidak memiliki nilai-nilai

pendidikan karakter yang baik.

c. Bagi masyarakat

Masyarakat hendaknya tidak menganggap anak dalam keluarga

disharmoni tidak baik atas kondisi keluarga tersebut, karena masyarakat

juga ikut berperan dalam membimbing dan mengarahkan anak dengan

107

membantu memberikan pendidikan karakter pada anak agar terbentuk

generasi muda yang berkarakter.

d. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi kontribusi bagi peneliti

selanjutnya, untuk meneliti dan mengembangkan penelitian ini dengan

fokus yang berbeda agar lebih kreatif dan inovatif sekaligus menambah

khazanah wawasan serta pengetahuan bagi masyarakat.

108

DAFTAR PUSTAKA

Ahid, Nur. 2010. Pendidikan Keluarga dalam Prespektif Islam. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Astorini, Endang. 2014. Hubungan Antara Keluarga Disharmonis Dan Motivasi

Belajar Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas X dan XI SMA N 1

Kutorejo. Jurnal BK UNESA, 4: 187-193.

Aziz, Safrudin. 2015. Pendidikan Keluarga: Konsep Dan Strategi. Yogyakarta:

Gava Media.

Baiquni, Ahmad Nizar. 2016. Jika Salah Mengasuh Dan Mendidik Anak.

Yogyakarta: Sabil.

Dagun, Save M. 1990. Psikologi Keluarga (Peranan Ayah Dalam Keluarga).

Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

Echols, John M, Hasan Shadily.1992. Kamus Inggris Indonesia: An English-

Indonesian Dictionary. Jakarta: PT Gramedia.

Fauziah, Nailul, Yolanda Candra A. 2015. Keharmonisan Keluarga Dan

Kecenderungan Berperilaku Agresif Pada Siswa SMK. Jurnal Empati, 4:

208-212.

Hasbullah. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Kesuma, Dharma, dkk. 2012. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di

Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Lickona, Thomas. 1991. Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Siswa

Menjadi Pintar dan Baik. Terjemahan oleh Lita S. 2013. Bandung: Nusa

Media.

Mathlub, Abdul Majid M. 2005. Panduan Hukum Keluarga Sakinah. Solo: Era

Intermedia.

109

Mulyana, Deddy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Mulyasa. 2014. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Muslich, Mansur. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis

Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.

Nata, Abuddin. 2013. Kapita Selekta Pendidikan Islam: Isu-Isu Kontemporer

Tentang Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

Rasjid, Sulaiman. 2009. Fiqh Islam: Hukum Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Rohman, Arif. 2013. Memahami Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: CV Aswaja

Pressindo.

Samani, Muchlas, Hariyanto. 2013. Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Sari, Kusmaya. 2013. Dinamika Psikologis Anak Amplang Dengan Disharmoni

Keluarga: Sebuah Autobiografi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas

Surabaya, 2: 1-9.

Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar. Jakarta: PT Indeks.

Syarbini, Amirullah. 2016. Pendidikan Karakter Berbasis Keluarga: Studi Tentang

Model Pendidikan Karakter Dalam Keluarga Berbasis Islam. Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media.

Syarifuddin, Ahmad. 2004. Mendidik Anak: Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-

Quran. Jakarta. Gema Insani Press.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam

Lembaga Pendidikan Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Zuchdi, Darmiyati. 2011. Pendidikan Karakter Dalam Prespektif Dan Teori

Praktik. Yogyakarta: UNY Press.

110

DOKUMENTASI

Gambar 1. Mengurus ijin penelitian dengan Kepala Desa Kecandran Salatiga

Bapak Hari Bejono, SH

Gambar 2. Wawancara dengan informan SF

111

Gambar 3. Wawancara dengan informan RZ

Gambar 4. Wawancara dengan informan NR

112

Gambar 5. Wawancara dengan informan RH (baju biru garis-garis)

Gambar 6. Wawancara dengan informan MF

113

Gambar 7. Wawancara dengan infrorman MR

114

PEDOMAN WAWANCARA

A. Narasumber : orang tua dari anak dalam keluarga disharmoni

1. Salah satu tujuan orang tua dalam mendidik karakter yaitu agar anak menjadi

saleh dan salehah sesuai dengan firman Allah surat Luqman ayat 13 dan 14.

Apa tujuan atau harapan anda menanamkan karakter pada anak?

2. Materi-materi apa saja yang anda berikan kepada anak terkait pendidikan

karakter dalam keluarga?

3. Apakah anda pernah memberikan evaluasi terkait pendidikan karakter kepada

anak anda, misalnya dengan mengujinya? Apabila pernah, bagaimana caranya?

4. Apa kendala-kendala atau hambatan dalam mendidik karakter anak sebagai

single parent atau orang tua tunggal akibat dari disharmoni keluarga serta

bagaimana solusinya?

5. Bagaimana cara mendidik anak sesuai dengan nilai pendidikan karakter dalam

keluarga yang dikemukakan oleh Aziz (2015:143) yang terurai menjadi 16

poin?

No Nilai-Nilai Karakter Pertanyaan Indikator

1. Religius Bagaimana cara

menanamkan agar ada

rasa takut apabila tidak

beribadah?

Ibadah meliputi

solat 5 waktu,

mengaji, TPQ.

2. Jujur Bagaimana cara Tdak berbohong,

115

menanankan ada rasa

takut bila berbohong dan

terbuka pada orang tua?

tidak berbohong

dan terbuka mau

bercerita pada

keluarga.

3. Toleransi Bagaimana cara

menanamkan agar anak

bisa menghargai orang

lain baik sikap, pendapat

dalam keluarga?

Menghargai

sikap dan

pendapat, tidak

marah dengan

anggota keluarga

4. Disiplin Bagaimana cara

menanamkan agar anak

patuh pada aturan dalam

keluarga?

Aturan-aturan

keluarga seperti

bangun pagi.

5. Kerja keras Bagaimana cara

menanamkan agar ada

rasa sungguh-sungguh

dalam mengejar impian?

Bersungguh-

sungguh

misalnya dengan

giat belajar.

6. Kreatif Bagaimana cara

menanamkan agar anak

mempunyai ide baru

untuk menyelesaikan atau

Memperbaiki

barang yang

telah rusak.

116

memperbaiki sesuatu?

7. Mandiri Bagaimana cara

menanamkan agar anak

tidak manja dan

bergantung dengan

anggota keluarga lain?

Tidak manja dan

bergantung pada

anggota keluarga

lain.

8. Demokratis Bagaimana cara

menanamkan agar anak

memiliki sikap atau

perilaku yang tidak

membeda-bedakan orang

lain?

Tidak membeda-

bedakan orang

lain dan

berteman dengan

siapa saja.

9. Rasa ingin tahu Bagaimana cara

menanamkan agar anak

memiliki rasa ingin tahu

lebih mendalam tentang

apa yang dipelajarinya?

Belajar dengan

sungguh-

sungguh.

10. Menghargai prestasi Bagaimana cara

menanamkan agar punya

rasa menghargai

keberhasilan orang lain?

Menghargai

keberhasilan

orang lain

misalnya prestasi

117

akademik.

11. Bersahabat atau

komunikatif

Bagaimana cara

menanamkan agar anak

mudah bergaul dan

bekerjasama dengan

anggota keluarga atau

orang lain?

Bergaul dengan

teman dan tidak

memilih-milih

teman.

12. Cinta damai Bagaimana agar anak

punya rasa ingin

menyenangkan orang lain

dan tidak menyakiti orang

lain?

Menyenangkan

orang lain

misalnya tidak

berkata kasar.

13. Gemar membaca Bagaimana agar anak

mempunyai rasa senang

terhadap buku?

Membaca buku

baik novel,

komik dll.

14. Peduli lingkungan Bagaimana cara

menanamkan agar ada

rasa cinta lingkungan?

Cinta lingkungan

seperti

membantu orang

tua menyapu.

15. Peduli sosial Bagaimana cara

menanamkan agar ada

Tolong

menolong pada

118

rasa tolong-menolong

pada anak?

orang lain atau

anggota keluarga

misalnya

membantu

pekerjaan rumah.

16. Tanggung jawab Bagaimana cara

menanamkan agara ada

rasa untuk selalu

melaksanakan tugas dan

kewajibannya sebagai

pelajar?

Tugas dan

kewajibannya

sebagai pelajar

yaitu belajar

yang rajin.

B. Narasumber : Anak dalam keluarga disharmoni

NO Nilai-Nilai Karakter Pertanyaan Indikator

1. Religius Apakah anda selalu rajin

pergi TPQ atau ngaji?

Ibadah

2. Jujur Apakah anda pernah

bohong kepada ibu/ayah

dan terbuka pada

ibu/ayah?

Bohong dan

terbuka misalnya

cerita dengan

orang tua

3. Toleransi Bagaimana anda

menghargai pendapat

Pendapat anggota

keluarga

119

anggota keluarga lain? lain/tidak marah.

4. Disiplin Jam berapa anda bangun

apakah masih

dibangunkan atau bangun

sendiri?

Bangun pagi

5. Kerja keras Apakah anda selalu

belajar sungguh-sungguh

untuk mendapatkan

rangking dikelas?

Belajar sungguh-

sungguh

6. Kreatif Apakah anda selalu

memperbaiki barang adek

yang rusak?

Memperbaiki

barang

7. Mandiri Apakah anda kalau

sekolah diantar atau

berangkat sendiri?

Diantar sekolah

8. Demokratis Apakah anda berteman

dengan siapa saja?

Pertemanan

9. Rasa ingin tahu Apakah anda mempunyai

rasa ingin tahu terhadap

hal yang baru?

Hal yang baru

(inovasi baru)

10. Menghargai prestasi Bagaimana ketika ada Mendapatkan

120

teman anda yang berhasil

menandapatkan

rangking?

rangking

11. Bersahabat atau

komunikatif

Apakah anda selalu

berbagi makanan dengan

temannya?

Berbagi makanan

12. Cinta damai Apakah teman-teman

anda senang ketika anda

ikut bermain?

Merasa senang

atas kehadiran

dirinya

13. Gemar membaca Apakah anda suka

membaca buku

pelajaran?

Membaca buku

14. Peduli lingkungan Apakah anda selalu

membantu orang tua

membersihkan rumah?

Membantu orang

tua

membersihkan

rumah

15. Peduli sosial Bagaimana ketika ada

teman yang butuh

pertolongan?

Tolong-

menolong

16. Tanggung jawab Apakah anda selalu

mengerjakan PR dengan

Mengerjakan PR

121

tepat waktu?

122

VERBATIM WAWANCARA

Kode : W1 SF

Hari/Tanggal : Kamis, 2 November 2017

Tempat : Konter depan rumah SF

Pukul : 14.26

Informan : SF

Keterangan : 1. SF adalah ayah dari anak dalam keluarga disharmoni

2. Peneliti (P)

3. Informan (I)

Tema/Topik Baris Dialog Interprestasi

Meminta ijin

melakukan

penelitian

1

14

P: Assalamualaikum pak, nyuwun sewu

pak..niki saya Nur Zumrotus dari IAIN

Salatiga, ini tadi saya dari kelurahan

dapet data kalo panjenengan termasuk

subyek dari penelitian saya, niki saya kan

lagi menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pendidikan Karakter Anak Dalam

Keluarga Disharmoni”, saya minta tolong

sekali pak dengan kerelaan hati

panjenengan kira-kira panjenengan

purun saya wawancara pak? (sambil

menperlihatkan surat penellitian dari

kampus)

I: Wahh gimana ya mba, sebenarnya saya

juga mau membantu tapi sekarang lagi gak

selo mbak lagi nata dagangan mba.. (sambil

membaca surat penelitian dari kampus)

P: Mboten napa-napa pak, ini saja juga

tidak kesusu, saya nunggu panjengan selo

mawon pak, bagaimana? I: Waduh mba, yasudah besok saja kesini

lagi mba..

P: Njih pak, matursuwun saestu pak,

mohon maaf sebelumnya kira-kira besuk

jam berapa njih?

Menanggapi

dengan

respon baik,

artinya bapak

SF setuju

dengan

penelitian

yang akan

saya lakukan.

123

27

I: Ya kira-kira jam setengah 2nan aja mba..

P: Oh injih pak, besuk saya kesini lagi pak

sebelumnya matursuwun pak. Mangga..

124

Kode : W2 SF

Hari/Tanggal : Jumat, 3 November 2017

Tempat : Konter depan rumah SF

Pukul : 13. 37

Informan : SF

Keterangan :1. SF adalah ayah dari anak dalam keluarga disharmoni

2. Peneliti (P)

3. Informan (I)

Tema/ Topik Baris Dialog Interpretasi

Peneliti

bertemu lagi

dengan bapak

SF dikonter

depan

rumahnya

(melakukan

wawancara

depth

interview)

Penelilti

menanyakan

Riwayat

6

18

25

P: Assalamualaikum pak, ini saya

yang kemarin ajeng wawancara,

kira-kira bapak nembe sibuk

mboten?

I: Iya mba, oke kalau boleh tahu

wawancara apa ya mba?

P: Ini pak pertanyaannya seputar

budi pekerti adeknya, bagaimana

bapak menanamkannya seperti

itu kira-kira pak, soalnya saya

bener-bener butuh informasi

mendalam dari panjenengan pak.

(sambil memperlihatkan

pedoman wawancara kepada

informan)

I: Owalaa. Iya mba.. bertanya aja

gak papa nanti lagsung saya jawab.

P: Langsung saja njih pak

nyuwun sewu, bapak itu umurnya

berapa? ini sambil saya rekam ya

pak soalnya takut ada yang lupa

hehe, dan saya catat juga.

I: Saya 34 mba.

P: Kalau adeknya namanya siapa

pak? Dan kelas berapa?

I: Namanya RZ mba sekarang kelas

Menanyakan

lagi apakah SF

bersedia untuk

wawancara.

Menjelaskan

pertanyaan

wawancara

yaitu terkait

budi pekerti

anak.

125

Hidup?

Tujuan/Harapan

orang tua

kepada putra?

30

50

4 MI Pulutan mba.

P: njih pak, jadi kira-kira

umurnya 10 tahunan njih pak.

nyuwun sewu, dek RZ kadang-

kadang ndak masih nanyain ibue

pak dan waktu bapak pisah

dengan ibue, adek RZ umur

berapa pak?

I: Dulu iya, tapi sekarang udah gak

pernah, saya larang soalnya kan

ibunya juga udah menikah lagi,

udah pindah agama juga gak Islam.

Nanti takute kalau ikut ibue pindah

agama lain dan sekarang juga udah

gak pernah kesini juga kan udah

sibuk dengan keluarganya yang

baru. Lha kan dulu pisahnya juga

gara-gara perbedaan pendapat dan

sering cek-cok juga dengan ibunya.

Umur RZ waktu saya pisah dia

masih kecil masih 2 tahun.

P: Masuk pada inti njih pak,

tujuan/ harapan panjenengan

dateng putranipun itu apa ya pak?

I: Ya misalkan yang paling inti aja

masuk rumah harus salam, dengan

orang tua harus cium tangan yang

pasti pengennya anak saya tetep

pada ajaran Islam, bukan

memaksakan, tapi nanti kalau dia

udah gede juga dia bebas mau pilih

agama apa yang jelas sekarang

ditekankan agama Islam itu seperti

ini mengajarkan kebaikan,

kedamaian. Kadang bertanya

“agama lain juga gitu pah” saya

menjawab iya sama dan dia juga

harus tahu kenapa harus memilih

Islam, dengan pengaruh-pengaruh

TV kan ada yang bilang orang kafir

halal dibunuh itu tidak boleh dan

tidak benar. Ya kalau bertemu

Disekolahkan di

MI yaitu salah

satu sekolah

tingkat SD

berbasis Islam.

Dilarang

bertemu ibunya,

karena ibunya

sudah menikah

lagi dan punya

anak serta sudah

pindah agama

non Islam.

Harapan tetap

pada ajaran

Islam yang

mengajarkan

kebaikan dan

kedamaian.

126

Materi-materi

apa saya yang

diberikan orang

tua kepada

putranya?

Memberikan

evaluasi terkait

budi pekerti?

Kendala-

kendala yang

79

90

101

dengan orang beragama lain juga

harus baik. Apalagi dengan tamu

harus baik itu kan berkah buat

kita,bocahe juga gak manja RZ itu

mba, jadi enak.

P: njih pak jadi intinya tetap

pada ajaran Islam, lha kalau

materi-materi apa saja yang

panjenengan berikan terkait

dengan budi pekerti?

I: Ya sesuai dengan ajaran Islam

dan tetap pada ajaran Islam, karena

agamanya kan sekarang Islam.

harus mengucap salam kalau masuk

rumah, harus memuliakan tamu.

P: Apakah panjenengan pernah

memberikan evaluasi, misale di

tes ketika disuruh membelikan

sesuatu gitu pak?

I: iya pernah, anakku tak kasih uang

untuk beli teh botol, berarti anakku

boleh beli satu lagi dan harus bilang

“pah ini tak beliin ini uange tadi sisa

segini dan tak beliin ini satu” dan

yang pasti harus bilang jujur pada

papanya.

P: owh njih pak, kalau kendala-

kendala dalam menanamkan budi

pekerti pada anak apa, kan

sebagai orang tua tunggal pasti

ada hehe

I: Anakku pelupa orange, jadi

kendala-kendalane itu, masih kecil

tapi harus selalu diingetke,

belajarnya agak susah masuk kalau

gak diingetke gak belajar. jan anake

lalinan mba. Prestasinya dalam

sekolah sedang soalnya anaknya

pelupa, dan saya cuek saja kalau

udah tak ingetin gak mau yasudah.

Yang penting diingetin dan tidak

saya leskan juga. Belajarnya sama

Sesuai dengan

ajaran Islam,

harus mengucap

salam dan harus

memulilakan

tamu yang

datang.

Pernah

memberikan

evaluasi dan

kalau pengen

jajan harus jujur

dan bilang

papanya.

Anaknya pelupa

dan harus selalu

di ingetkan,

belajarnya juga

agak susah

masuk dan

prestasinya juga

sedang.

127

dihadapi?

Menyampaikan

keinginan

peneliti untuk

wawancara lagi

dengan SF dan

putranya.

118

saya, kalau gak sama tantenya.

P: Ngaten pak, matursuwun

sanget pak informasinya. Kapan-

kapan saya kesini lagi buat

wawancara sama adeknya dan

wawancara sama bapak terkait

nilai-nilai budi pekerti.

Berterimakasih

dan

menyampaikan

niat untuk

wawancara lagi

dengan SF dan

putranya.

128

Kode : W3 SF

Hari/Tanggal : Minggu, 5 November 2017

Tempat : Konter depan rumah SF

Pukul : 10.33

Informan : SF

Keterangan : 1. SF adalah ayah dari anak dalam keluarga disharmoni

2. Peneliti (P)

3. Informan (I)

Tema/Topik Baris Dialog Interpretasi

Nilai

karakter

religius

Nilai

22

P: Assalamualaikum pak, nembe sibuk

mboten pak. nyuwun sewu bade

wawancara lagi pak? kira-kira bisa

pak?

I: iya mba, mau tanya apa lagi??

P: ini pak mau tanya-tanya tentang

nilai-nilai budi pekerti, adek RZ

dirumah kan pak, kan hari minggu

hehe niatnya juga mau tanya-tanya

sama adenya mumpung libur sekolah..

I: iya dirumah, itu lagi mandi Rznya..

P: njih pak, langsung saja dek RZ itu

ikut TPQ mboten pak? solat e gimana

bolong-bolong mboten?

I: Dulu TPQ sekarang sudah tidak, saiki

ora gelem sok wegah kalau disuruh TPQ

dan kadang-kadang ngajinya sekarang

sama saya. Kalau mengenai solat ya

namanya anak kecil kalau gak diingetke

lupa dan harus saya ingetke, tapi solat

mahghrib yang selalu solat.

P: ohh njih pak, kalau agar anak itu

terbuka dan gak berani bohong itu

bagaimana caranya pak?

I: Carane di tanya-tanya istilah jawane

didedes, diawasi. Saya cukup tegas mba

Dulunya TPQ,

tapi sekarang

tidak dan

ngajinya kadang

sama papahnya.

Caranya

129

karakter

jujur

Nilai

karakter

toleransi.

Nilai

karakter

disiplin.

Nilai

karakter

kerja keras.

31

43

53

65

jadi orang tua, “kalau kamu gak terbuka

sering bohong, nanti tak kasike ke

mamamu ben ikut agamane mamamu “

gitu mba. Dia udah takut..

P: ngaten, yang ketiga itu bagaimana

caranya agar anak panjenengan saget

menghargai anggota keluarga lain pak?

I:Kadang ada halangan, kan serumah ini

sama neneke, kadang neneke kan sering

marahin dia. Tapi kalo udah gitu tak suruh

pergi aja RZ mungkin main atau kerumah

temene. Namanya neneke udah pikun,

udah sepuh juga. Saya mengajarkan untuk

menghormati sama orang tua.

P: Njih pak, kalau tentang disiplin

bagaimana pak carane mungkin

bangune harus jam berapa gitu pak dan

kalo bermain harus pulang jam berapa?

I: Kalo masalah bangun ya tak bangunin

tapi susah, kalo sekolah aja kadang suka

telat karena bangune kesiangan, kalo

dalam bermain sih saya tegas harus pulang

jam 4 mandi gitu mba.

P: Kalo boleh tahu dek RZ itu dalam

mengejar suatu itu kerja kerasnya

bagaimana pak kan sekarang masih

siswa jadi tugase cuman belajar njih

dan carane jenengan menenamkan agar

mau kerja keras pripun pak?

I: Susah orange mba, dalam belajar dia

masih susah. Ya caranya saya ingetke ada

PR gak yang harus dikerjakan gitu aja mba

sama belajarnya sama saya kalo gak sama

tantenya mba, gak saya leskan juga mba.

P: Adeke niku kreatif mboten pak

sering ngutek-utek mainane gitu mboten

pak? agar dek RZ kreatif niku carane

gimana pak?

I: Belum ada, tapi dia rasa ingin tahunya

tinggi kan disini ada komputer ya dia

sukane kan ngegame mainan perang-

perangan dan sering tanya-tanya “ itu alat

diawawsi dan

ditanya-tanya

mendalam agar

tidak bohong.

Mengajarkan

untuk mengalah

dengan neneknya

dan

menghormatinya.

Belum bisa

disiplin karena

masih susah

dibangunkan dan

masih terlambat

berangkat

sekolah.

Susah orangnya

dalam belajar dia

masih susah.

130

Nilai

karakter

kreatif dan

rasa ingin

tahu.

Nilai

karakter

komunikatif

dan

demokratis.

Nilai

karakter

mandiri.

Nilai

karakter

gemar

membaca.

77

83

87

97

107

perang negara mana pah” seperti itu mba.

Bocahe sekarang juga gak tak pegangin hp

mba. Pokoe ada rasa ingin tahu tentang

bahasa inggris. Carane ya diberitahu untuk

memperbaiki gitu aja.

P: Kalau cara agar RZ memiliki

keingintahuan yang tinggi bagaimana

pak?

I: Caranya diajarkan tentang hal-hal yang

baru dan diajak ngobrol juga tentang hal-

hal yang ia sukai gitu biasanya mba..

P: Adeke itu temene banyak pak,

panjenengan caranya gimana agar

adeke gak beda-bedain temen, terus dia

itu sukane lagu bahasa inggris. I: Temene banyak mba dia, bocae

gampang terbuka sama temen-temene, pas

mbae kemarin kesini kan dia juga banyak

temene seng kesini. Ya saya ngajarin agar

dia gak beda-bedain temen, semua kan

tetep temene.

P: Owh njih pak, jadi orange

komunikatif dan demokratis njih pak

adeke. Kalau sekolah masih dianter apa

berangkat sendiri pak?

I: Dulu berangkat sendiri pake sepeda, tapi

jalan kan rame sekarang nyebrang jalan

raya juga. Jadi sekarang dianter. Dia

termasuk anak gak manja mbk soalnya

saya latih untuk gak manja.

P: Adeke itu termasuk orang yang

gemar membaca mboten pak dirumah,

panjenengan carane gimana pak agar

anak itu mau membaca misale buku

pelajaran dan prestasinya gimana pak?

I: Jarang mba dalam belajar dan baca-baca

masih susah anakku itu, ya seperti tadi

cukup diingetin dulu aja, tapi tertariknya

dengan bacaan perang-perang soale game

nya perang, kalau prestasi ya lumayan..

P: Owalah njih pak, dia kalau ada

temene rangking 1 gitu sering ngucapin

Belum ada

kreatifnya tetapi

rasa ingin

tahunya tinggi.

Anaknya

bersahabat dan

temannya banyak

serta tidak

membeda-

bedakan teman.

Cukup mandiri

akan tetapi

karena jalan

yang rame maka

sekarang

berangkat

sekolahnya

diantar.

Jarang dalam

membaca akan

tetapi lebih

tertarik dengan

bacaan perang-

perang.

131

Nilai

karakter

menghargai

prestasi.

Nilai

karakter

peduli

sosial.

Nilai

karakter

cinta damai.

Nilai

karakter

peduli

lingkungan.

117

131

142

155

gak pak? dan carane jenengan gimana

pak agar anak mau menghargai prestasi

temen?

I: Kalau disekolah saya kurang tahu, yang

pasti ya mungkin ada. Ya saya nasehati

untuk menghargai orang lain dengan saya

contohi.

P: Temene kan tadi banyak ya pak,

adeke itu sering nolongin temen gak pak

kira-kira. Bagaimana carane jenengan

menanamkan tolong-menolong kepada

adeke tolong menolong kepada anggota

keluarga juga?

I: Ya sering mba dia saya ajarkan untuk

saling tolong-menolong karena hidup itu

kan butuh orang lain juga, kalo dirumah

gampang kalo disuruh mau, dipanggil

langsung dateng.

P: Carane gimana pak agar adeke itu

punya rasa ingin menyenangkan orang

lain dan tidak menyakiti orang lain?

I: Ya misalkan omonganya harus baik,

kalo dinakali kadang tak suruh bales kalo

dinakaline parah, kalo tidak ya di diemin

aja. Tadi kan pas lagi dimarahin neneknya

juga tak suruh pergi maen apa kemana gitu

mba.

P: Bagaimana carane agar anak itu

resikan dan tidak jorok pak misale

membantu menyapu gitu pak?

I: Kalo membantu menyapu belum soale

cowo juga masih kecil juga, saya

mengajarkannya gak boleh buang sampah

sembarang itu udah mewakili, kemaren

kan pergi sampahe gak tak suruh buang

dijalan tetap bawa aja ditempat sampah

mobil dan kemaren juga ada orang lewat

di depan rumah buang sampah dijalan, tak

suruh ambilin RZ

P: Yang terakhir ini pak, bagaimana

cara menanamkan agar mau

mengerjakan PR dan tanggung jawab

Tetap diajarkan

untuk

menghargai

orang lain

dengan contoh.

Kalau disuruh

anggota keluarga

mau, dipanggil

juga datang.

Orangnya harus

baik kalau

dimarahin diem.

Tidak boleh

membuang

sampah

sembaranga

132

Nilai

karakter

tanggung

jawab

164

pada belajarnya?

I: Saya ingetin harus ngerjain PR, saya

bilangin kalau gak mau ngerjain PR

sampai saya dipanggil ke sekolah saya gak

mau dateng nanti dia tetep ngerjain PR.

P: njih pak matursuwun saestu pak

informasinya, habis ini saya mau tanya-

tanya sama dek RZ njih pak.

I: Oh iya saya panggilkan (menuju rumah

dan memanggil dek RZ)

Tetap diingatkan

untuk

mengerjakan PR

tetapi masih

susah.

133

Kode : W1 RZ

Hari/Tanggal : Minggu, 5 November 2017

Tempat : Konter depan rumah SF

Pukul : 11.02

Informan : RZ

Keterangan : 1. RZ adalah anak dalam keluarga disharmoni

2. Peneliti (P)

3. Informan (I)

Tema/ Topik Baris Dialog Interpretasi

Perkenalan

dan

menanyakan

apakah mau

ditanya-

tanya.

Religius

Jujur

Toleransi

15

20

25

P: Hay dek kenalan dulu namaku

mbak zum, adek namane siapa?

I: RZ hehe (sambil malu-malu)

P: Adek kelas berapa?

I: Kelas 4..

P: Sekolahnya dimana?

I: MI Pulutan..

P: Dek, ini saya mau tanya-tanya

sama adek boleh gak?

I: Tanya apa? Boleh..

P: kamu TPQ nya dimana? Kalo

solat sering bolong-bolong gak?

I: TPQ Maarif, dulu TPQ tapi

sekarang udah gak, solate mahrib

aja (sambil malu-malu)

P: Oh iya dek, pernah bohong gak

sama papa?

I: Pernah dulu tapi sekarang udah

gak , takut sama papa.

P: Adek pernah gak marah sama

nenek, dan marah gara-gara apa?

I: Pernah, neneknya galak soalnya,

gara-gara menyalakan musik keras-

keras.

P: Adek kalo bangun jam berapa?

I: Jam 6 lebih kadang suka telat

Bersedia untuk

ditanya-tanya.

Takut berbohong

Toleransinya agak

kurang

Kurang disiplin

134

Disiplin

Kerja Keras

Kreatif

Rasa ingin

tahu

Mandiri

Komunikatif

Demokratis

Menghargai

prestasi

Cinta Damai

Gemar

membaca

Peduli

Lingkungan

Peduli sosial

Tanggung

jawab

27

31

36

40

43

46

51

53

57

61

65

datang kesekolah..

P: Adek belajare gimana sering

ngerjain PR gak?

I: Ngerjain kadang-kadang kalo

dimarahin papa.

P: Psernah memperbaiki mainan

yang rusak dek? Sukanya sama

mainan apa

I: Gak pernah, sukanya perang-

perangan dan pengen tahu game itu

P:Kalau sekolah dianterin apa

berangkat sendiri dek?

I: Di anterin tante.

P: Disekolah gimana dek temene

banyak gak?

I: Banyak..

P: Kalo ada temene yang

rangking 1, kamu ngucapin gak?

I: Kadang-kadang ngucapin..

P: Kamu kalo dimarahin nenek

gimana? Kalo di nakali teman

bales gak?

I: Gak bales..

I: Disuruh papa pergi main..

P: Kamu suka membaca gak?

I: Gak suka, sukanya ngegame

P: Kamu gimana kalo buang

sampah?

I: Ya ditempat sampah, dimarahin

papa kalo dibuang sembarangan..

P: Kamu suka nolongin temen

gak?

I: Suka, kemaren ada yang jatoh

dari sepeda tak bantu..

P: Kamu kalo ada PR dikerjain

gak?

I: Kadang-kadang kalo dimarahin

papa..

suka terlambat

Kurang

mempunyai rasa

kerja keras

Belum timbul rasa

kreatif tapi

keingin tahuannya

tinggi.

Masih bergantung

Mempunyai

banyak teman

Cukup

menghargai

prestasi

Lebih suka

mengalah

Tidak suka

membaca

Selalu membuang

sampah pada

tempatnya

Suka menolong

orang lain

Dalam belajar

kurang

bertanggung

jawab

135

Kode : W1 NR

Hari/Tanggal : Rabu, 1 November 2017

Tempat : Ruang tamu rumah NR

Pukul : 16.07

Informan : NR

Keterangan : 1. NR adalah ibu dari anak dalam keluarga disharmoni

2. Peneliti (P)

3. Informan (I)

Tema/Topik Baris Dialog Interprestasi

Meminta ijin

melakukan

penelitian

1

12

20

P: Assalamualaikum mba, nyuwun

sewu mba ini tadi saya dari

kelurahan dapet data kalau

panjenengan termasuk subyek dari

penelitian saya, niki saya kan lagi

menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pendidikan Karakter Anak Dalam

Keluarga Disharmoni”, saya minta

tolong sekali mba NR saget bantu

mba? Panjenengan ndak mba NR

temene mbaku ponaan pas SD?

I: Heeh dek, lha mbamu kerja mana

sekarang? Pie ya dek mbok ojo aku..

hehe

P: Kerja di pabrik kayu mba, kalau

mba NR kerja dimana? Lho mba, plis

to mba bantuin saya.. hehe

I: Kerja di pabrik susu saya, tapi saya

gak iso jawab dek, kan lama gak buka

Menanggapi

dengan respon

baik dan setuju

untuk wawancara

hari berikutnya.

136

buku, wes sui gak sekolah.. hehe

P: Mboten napa napa mba jawabe sak

isoe mba NR.. lha RH yang ngasuh

siapa mba kalau jenegan kerja?

I: Ya, neneknya to..Yawes besuk neh

kesini lagi dek..

P: Oke mba, kira-kira jam berapa?

I: Ya, jam semene pas saya pulang

kerja..

P: Njih mba matursuwun mba

137

Kode : W2 NR

Hari/Tanggal : Kamis, 2 November 2017

Tempat : Ruang tamu rumah NR

Pukul : 16.12

Informan : NR

Keterangan :1. NR adalah ibu dari anak dalam keluarga disharmoni

2. Peneliti (P)

3. Informan (I)

Tema/Topik Baris Dialog Interpretasi

Meminta ijin

apakah bisa

wawancara

atau tidak

NR setuju

untuk

wawancara

Menanyakan

riwayat

hidup NR

10

15

23

P: Assalamualaikum mba,

panjenengan kira-kira sakniki sibuk

gak mba? Kalau wawancara ne

sekarang kira-kira bagaimana mba?

I: Wawancara tentang apa to dek?

P: Wawancara tentang budi

pekertine adek e mba, bagaimana

cara menanamkan budi pekerti baik

kepada anak..

I: Tapi aku raiso jawab dek, salah nek

neng goaku.. udah lama gak buka

buku dek..

P: Njih dijawab saja mba sak-sake

jenengan hehe

I: Yaudah teko tak jawab ya..

P: Njih mba. Langsung aja ya mba,

nek umure jenengan kan saya udah

tau mba. Kira-kira sama kaya

mbakku, adeke namane siapa mba

sama umurnya berapa?

I: Namane RH, bocahe umurnya

masih 6tahun kalo sekolahnya masih

TK besar..

P: nyuwun sewu ya mba lha bapake

RH masih sering kesini untuk

nengokin RH mba?

Menanggapi

dan bersedia

untuk

wawancara

Ayah RH

dulunya sering

mengunjungi

RH, namun

sekarang

138

dan RH

Menanyakan

kapan pisah

Dan

alasannya

Harapan NR

kepada RH

Materi yang

diberikan NR

kepada RH

Menanyakan

evaluasi budi

pekerti RH

Kendala-

kendala

dalam

mendidik RH

28

33

39

46

55

63

I: Dulu waktu awal-awal pisah masih

sering kesini untuk nengokin RH.

P: Kalau boleh tahu waktu RH

umur berapa mba NR pisah itu?

I: Pas pisah RH masih 5 tahun, jadi

baru 1 tahu pisahannya, maklum kalo

masih sering nanyain bapaknya..

P: Oh begitu mba, nyuwun sewu

kalau boleh tahu gara-gara apa ya

mba pisahnya?

I: Ya kan nikahe masih muda saya, lha

gara-gara perbedaan pendapat dan

masih tinggi egoisnya kira-kira gitu,

P: Oh ngaten mba kira-kira

harapane mba NR kepada RH itu

apa mba?

I: Ya banyak ya dek pengene ya jadi

anak soleh, tau agama dan terpenting

mboten pareng nakal, manut sama

orang tua.

P: Njih mba, intinya manut ya mba,

terus nasehat-nasehat atau materi

yang mba NR berikan kepada RH

biasane materi apa mba?

I: Ya itu dek rapareng nakal, kan

bocahe takut nek sama aku dek jadi,

materi untuk anak seng umur segitu ya

itu rapareng nakal terus dinasihati

seng apik-apik. hehe

P: Jadi ngaten mba, terkait dengan

evaluasi, panjenengan pernah

mboten mba memberikan evaluasi

misale jenengan suruh ke warung

adeke jujur mboten adeke..

I: Pernah bocahe manut sih dek takut

sama ibue, jadi mau yen disurh-suruh

dan jujur juga.

P: Jadi pernah njih mba intinya,

kendala-kendala atau hambatan

panjenengan apa mba kan nyuwun

sewu sebagai orang tua tunggal buat

adeknya, kendala-kendalanya apa?

sudah tidak

pernah

Pisahnya pada

waktu usia RH

5 tahun dan

dikarenakan

perbedaan

pendapat

Harapannya

yaitu manut

sama orang

tua dan tidak

boleh nakal

Materinya

yaitu tidak

boleh nakal

dan dinasihati

terus

RH takut sama

ibunya dan

nurut sama

ibunya

Kendalanya

kadang masih

139

Nilai

karakter

religius

Nilai

karakter jujur

Nilai

karakter

toleransi

Nilai

karakter

disiplin

Nilai

karakter

76

85

92

102

107

I: Ya kendalanya tetap ada ya soale

kan masih kecil juga, ya kadang

bocahe masih sering nanyake bapake,

kalo belajar males-malesan pengene

nonton tv terus tapi ya tetep tak

konkon belajar, tapi bocahe tetep

angel terus kalo minta apa-apa harus

cepet diturutin kalo gak rewel,

P: Njih mba, sekarang caranya

panjenengan menanamkan budi

pekerti baik kepada putranya

gimana mba kalo tentang ibadah-

ibadah agar putranya mau ibadah?

I: Kalo masih 6 tahun agak susah, tapi

tetap taksuruh TPQ, solatnya juga

masih meniru saya kalo saya solat

bocahe ngikut gitu dek..

P: Kalau tentang kejujuran ya mba,

gimana carane jenengan agar anake

jenengan jujur, terbuka mba?

I: Bocahe takut sama ibue dek, ya kalo

anak kecil masih polos nurut, jujur,

banyak cerita juga. Carane ya

dinasehati agar gak bohong dek.

P: Jadi tetep disuruh TPQ ya mba,

kalo adeke pernah marah gak mba

sama neneke atau kakeke dirumah

ini lha terus bagaimana carane

jenengan menanamkan agar adeke

bisa bertoleransi mba?

I: Pernah, namanya juga anak kecil

dek. Kalo toleransi belum mudeng sih

bocahe tapi kadang tak suruh ngalah

neneke ben bocahe gak rewel juga.

P: Adeke kalo bangun jam berapa

mba, jenengan suka bangunke apa

gak mba?

I: Bangune sulit dek kadang telat, ya

takbangunke wong masih mak-maken

tidure we sama ibue..

P: Jadi masih dibangunin ya mba,

kalo belajar tadi masih malas-

sering

menanyakan

ayahnya dan

masih males-

malesan dalam

belajar

RH belajar

ngaji di TPQ

dan solatnya

masih

mencontoh

ibunya

RH takut sama

ibunya dan

jujur soalnya

masih kecil

Belum

mudeng

toleransi

Bangunnya

tidak tepat

waktu dan

masih

dibangunkan

140

kerja keras

Nilai

karakter

kreatif

Nilai

karakter

mandiri

Nilai

karakter

demokratis

Nilai

karakter rasa

ingin tahu

Nilai

karakter

menghargai

prestasi

Nilai

116

120

127

134

141

147

malasan ya mba, kalo kerja

kerasnya adeke gimana mba dalam

belajar? (Menanggapi pernyataan

NR tadi)

I: Ya itu to masih males-malesan

belum ada kerja kerase masih sulit dan

perlu dinasihati..

P: Kalo adeke suka memperbaiki

sesuatu apa gak mba?

I: Paling ngotak-atik mainan dek..

walaupun kadang mainane malah

dirusak. Cara menanamkannya ya

diberi tahu untuk memperbaiki.

P: Njih berarti cukup kreatif mba,

adeke kalo minta apa-apa harus

diturutin gak mba sama kalo ke

sekolah masih dianter apa gak mba?

I: Harus diturutin dek kalo minta

mainan ya harus cepet dibelikan, ya

kalo sekolah dianter neneknya.

P: Kalau adeknya itu temene

banyak gak mba di sekolah, carane

jenengan agar adeke gak milih-milih

temen gimana mba?

I: Ya dinasehati “ kalo temenan sama

siapa aja yang penting gak sama anak

yang nakal” gitu aja dek..

P: Kalau rasa ingin tahuannya

gimana mba, sering nanyain tentang

apa gitu adeknya?

I: Iya sering kan dia suka nonton TV

kadang suka nanyain itu kartun apa

gitu dan pengen tahu sampe beli

mainan kartun-kartun, kalo cara

menanamkannya ya diajak ngobrol

dek,

P: Kalau ada temene yang

berprestasi gimana mba adeke?

I: Belum mengerti, kalo masalah itu

kadang juga tak bilangin harus

menghargai sekedar mengucapkan,

tapi anaknya belum sampe situ..

Belum ada

rasa kerja

keras dalam

belajarnya

Kreatif dengan

memperbaiki

mainan

Harus

diturutin kalau

minta sesuatu

Dinasehati

ibunya agar

tidak memilih-

milih teman

Suka bertanya

tentang kartun

kesukaannya

Belum ada

rasa

menghargai

prestasi

Temannya

141

karakter

komunikatif

dan cinta

damai

Nilai

karakter

gemar

membaca

Nilai

karakter

peduli sosial

dan peduli

lingkungan

Nilai

karakter

tanggung

jawab

Berterima

kasih kepada

NR dan NR

memanggil

151

158

165

174

181

187

P: Dirumah sini temene banyak mba

adeke?

I: Ya banyak itu temene juga kan lagi

maen bocahe.

P: Njih mba jadi cukup komunikatif

adeke, kalo menanamkan agar

adeke tidak boleh menyakiti orang

lain gitu gimana mba?

I: Gampang, dinasehati gak boleh

bicara saru kasar, gak boleh nakal

intine..

P: Adeke ndak suka baca mba?

Gimana carane jenengan

menanamkan agar adeke suka baca

mba?

I: Kandani angel, maune nonton tv ya

carane diingetke terus ada PR apa gak

gitu..

P: Oh njih mba adeke nda sering

bantu-bantu jenengan dirumah

misale bantu nyapu atau kalo

pulang sekolah merapikan sepatu,

tasnya?

I: Gak pernah dek belum mudeng

sampe situ, gak pernah nyapu juga,

tapi kadang tak nasehati kalo pulang

sekolah sepatunya taruh di rak gitu..

P: Oh njih mba kalo tanggung

jawabnya adek tadi mba kan pelajar

jadi belajar gimana mba?

I: Tanggung jawabnya belum timbul

soale masih males-malesan belajar

maunya di TV terus, bermain terus..

gitu dek..

P: Jadi belum ada njih tanggung

jawabnya mba, tapi tetep diingatkan

ya mba seperti yang mba bilang tadi,

hehe

I: Iya dek harus gitu..

P: Cukup itu mba pertanyaanya,

matursuwun saestu mba NR udah

bantu saya, kalo boleh saya mau

banyak dan

cukup

komunikatif

Masih sulit

disuruh

membaca

Tidak pernah

membantu

ibunya dan

belum bisa

peduli

lingkungan

Belum ada

rasa tanggung

jawab dan

inginnya

nonton TV

dan bermain

142

RH

194 tanya-tanya juga sama adeknya,

kira-kira bagaimana mba?

I: Iya dek, tak panggilke RH dulu ya..

N: Njih mba matursuwun..

143

Kode : W1 RH

Hari/Tanggal : Kamis, 2 November 2017

Tempat : Ruang tamu rumah NR

Pukul : 16.35

Informan : RH

Keterangan : 1. RH adalah anak dalam keluarga disharmoni

2. Peneliti (P)

3. Informan (I)

Tema/ Topik Baris Dialog Interpretasi

Perkenalan

dan

menanyakan

apakah mau

ditanya-

tanya.

Religius

Jujur

Toleransi

Disiplin

15

19

22

25

P: Hallo dek kenalan dulu

namaku mbak zum, adek namane

siapa?

I: RH hehe (sambil tersenyum)

P: Adek kelas berapa?

I: Kelas TK besar

P: Sekolahnya dimana?

I: TK Candra Puspita

P: Dek, ini mba mau tanya-tanya

sama adek boleh enggak?

I: Iya mba tanya apa? Boleh..

P: kamu TPQ nya dimana? Kalo

solat sering bolong-bolong gak?

I: TPQ di mesjid mba, kalo ibuk

solat, ikut solat juga kadang-kadang.

P: Oh iya dek, pernah bohong gak

sama ibue? Sering cerita-cerita

gak sama ibue?

I: Pernah, sering mba,

P: Adek pernah gak marah sama

ibu dan marahnya gara-gara apa?

I: Pernah, soalnya gak dibeliin

mainan..

P: Adek kalo bangun jam berapa?

I: Jam 7 lebih kadang suka telat

berangkat ke TK

Bersedia untuk

ditanya-tanya.

TPQ di masjid dan

suka mencontoh

orang tua

Pernah berbohong

dan terbuka

Manja dan kurang

bertoleransi

Bangunnya

kesiangan

144

Kerja Keras

Kreatif

Mandiri

Komunikatif

Demokratis

Menghargai

prestasi

Cinta Damai

Gemar

membaca

Peduli

Lingkungan

Peduli sosial

Tanggung

jawab

Rasa ingin

tahu

30

35

38

41

44

48

50

53

56

59

63

P: Adek belajare gimana sering

ngerjain PR gak?

I: Gak pernah belajar, PR nya

dibuatin ibuk

P: Pernah memperbaiki mainan

yang rusak dek? Sukanya sama

mainan apa

I: Pernah memperbaiki mainan,

sukanya sama mobil-mobilan

P:Kalau sekolah dianterin apa

berangkat sendiri dek?

I: Di anterin ibuk kalo gak nenek

P: Disekolah gimana dek temene

banyak gak?

I: Banyak..

P: Kalo ada temene yang

rangking 1, kamu ngucapin gak?

I: Gak pernah..

P: Kamu kalo dimarahin ibu

gimana? Kalo di nakali teman

bales gak?

I: Nangis, gak bales

P: Kamu suka membaca gak?

I: Gak suka, sukanya nonton TV

P: Kamu gimana kalo buang

sampah?

I: Ya langsung dibuang aja..

P: Kamu suka nolongin temen

gak?

I: Suka..

P: Kamu kalo ada PR dikerjain

gak?

I: PR nya dikerjain ibuk.

P: Adek kalau nonton TV suka

tanya-tanya gak sama ibue?

I: Suka tanya kartun mobil-

mobilan..

P: Oke dek makasih ya, salaman

dulu pinter ngaji sama sekolah ya..

(sambil bersalaman)

Masih malas

untuk belajar

Sukanya mobil-

mobilan

Berangkat sekolah

diantar

Belum punya rasa

menghargai

prestasi

Mengalah dan

menangis

Kurang peduli

dengan

lingkungan

Suka menolong

Tidak pernah

mengerjakan PR

Rasa ingin tahu

tentang mobil-

mobilan

145

Kode : W1 MF

Hari/Tanggal : Senin,6 November 2017

Tempat : Ruang tamu rumah MF

Pukul : 16.20

Informan : MF

Keterangan : 1. MF adalah ibu dari anak dalam keluarga disharmoni

2. Peneliti (P)

3. Informan (I)

Tema/Topik Baris Dialog Interpretasi

Meminta ijin

melakukan

penelitian

MF bersedia

15

24

P: Assalamualaikum, maaf

mengganggu apakah ini benar

rumahnya ibu MF? Nyuwun sewu,

saya kan dari kelurahan dapat data

kalau panjenengan salah satu dari

subyek penelitian saya, ini kan saya

lagi skripsi dengan judul

“Pendidikan Karakter Anak Dalam

Keluarga Disharmoni”, kira-kira

ibuk purun mboten saya

wawancara? (Sambil

memperlihatkan surat penelitian

dari kampus)

I: Njih, saya sendiri MF, kira-kira

wawancara apa ya?

P: Ini bu, mau tanya-tanya tentang

carane panjenengan menenamkan

budi pekerti baik kepada anaknya,

kira-kira ibu mau membantu saya?

Soalnya saya butuh sekali informasi

mendalam tentang budi pekerti

anaknya..

I: Jadi nanti saya ditanya-tanya apa

saya yang nanya-nanya?

P: Iya buk, panjenengan yang saya

tanya-tanya mengenai budi pekerti

Bersedia untuk

wawancara dan

146

di wawancara

dan

menanggapi

dengan baik

Mengucapkan

terima kasih

karena sudah

di ijinkan

30

35

adeke, ngaten..hehe

I: Oh ngaten, njih tapi sekarang lagi

mau menyelesaikan gosokan mba,

gimana?

P: Iya buk, gak harus sekarang

besuk juga gapapa buk, kira-kira

ibue bersedia mboten saya tanya-

tanya?

I: Iya mba, besuk saja kesini lagi,

P: Kalau boleh sekalian juga mau

tanya-tanya sama adeknya buk,

I: Iya mba

P: Matursuwun buk atas

bantuannya,

I: Iya sama-sama mba

menaggapi

dengan respon

positif

Peneliti

berterima kasih

kepada MF

karena mau

membantunya

147

Kode : W2 MF

Hari/Tanggal : Selasa,7 November 2017

Tempat : Ruang tamu rumah MF

Pukul : 14.30

Informan : MF

Keterangan : 1. RH adalah ibu dari anak dalam keluarga disharmoni

2. Peneliti (P)

3. Informan (I)

Tema/Topik Baris Dialog Interpretasi

Peneliti

datang

kerumah

MF lagi

untuk

wawancara

Menanyakan

Riwayat

hidup

Menanyakan

pisahnya

pada waktu

MR umur

berapa

15

P: Assalamualaikum buk, ini saya

yang kemarin mau wawancara, kira-

kira ibuk sibuk mboten njih?

I: Iya mba silahkan langsung tanya-tanya

saja..

P: iya buk, mohon maaf ibuk itu

umurnya berapa kalau boleh tahu..

hehe

I: Saya 32 tahun mba,

P: Kalau boleh tahu adeknya namanya

siapa ya buk?

I: Namanya MR,

P: Kira-kira umurnya berapa buk

MR, berapa saudara MR itu buk?

I: Umur MR kira-kira 7 tahun, Cuma satu

mba anak saya.

P: Kalau sekolahnya MR dimana buk?

I: MR sekolah di MI Dukuh mba

P: Mohon maaf buk, pas jenengan

pisah, MR itu umurnya berapa bu?

Sekarang masih sering nanya-nanya

tentang bapake?

I: MR umurnya lagi 4 tahun pas pisah, ya

namanya anak kecil ya mba kadang suka

nanyain ayahnya, tapi untung disini

banyak saudaranya jadi bisa terhibur..

Subyek setuju

dengan respon

positif

Masih sering

menanyakan

ayahnya

148

Tinggalnya

sekarang

dengan

saudara

Harapan

orang tua

Materi yang

diberikan

orang tua

Evaluasi

budi pekerti

26

31

44

52

65

P: Disini tinggal sama siapa saja buk

panjenengan?

I: Disini sama saya, neneknya, adek saya

jadi rame mba disini banyak yang

nemenin MR juga, banyak yang jagain.

P: MR itu berapa bersaudara buk?

I: Hanya 1 mba, Cuma 1 dia saja.

P: Oh njih buk, harapane panjenegan

kepada MR itu bagaimana buk,

pengene MR itu gimana, cita-citane

panjenengan apa buk?

I: Harapane banyak mba yang pertama

pengennya pendidikannya sukses bisa

sampe perguruan tinggi juga RH agar RH

punya bekal ilmu yang berrmanfaat bagi

kehidupannya dia kelak, ya intinya

pengen pendidikannya sukses mba

pengen RH nurut juga sama saya.

P: Jadi pengen pendidikan dek RH itu

maju ya buk intinya, kalau materi-

materi atau nasehat apa yang sering

ibu berikan kepada RH?

I: Kadang saya nasehati mba supaya

nurut saya orang tua, saya nasihati juga

agar MR gak jadi orang nakal mba agar

gak nakali temene juga mba

P: Iya buk, Jadi intinya dinasihati agar

nurut dan gak nakal, kalau evaluasi

panjenengan pernah memberikan

evaluasi kepada MR gak buk?

I: Evaluasi gimana ya mba maksude?

(sambil merasa binggung)

P: Evaluasi begini buk, misale

jenengan suruh ke warung MR sisa

uangnya dikembalikan atau tidak?

I: Pernah mba, mesti uange dikembalikan

mba, Kalau pengen apa-apa ya bilang

dulu sama saya..

P: Jenengan penah marah buk sama

MR? Kayae panjenengan itu orange

kok penuh kasih sayang lembut gitu

hehe

Tinggal

bersama

saudara-

saudara dan

banuyak yang

menjaga MR

Dinasihati

agar tidak

nakal, nurut

sama orang

tua

Pernah

memberikan

evaluasi dan

anaknya jujur

149

Kendala-

kendala

yang

dihadapi

Meminta

ijin untuk

bertanya

kepada MR

Berterima

kasih

90

I: Ya namanya orang tua marah wajar ya

mba, tapi saya juga sayang sama MR

kalau apa-apa harus diturutin mba

anaknya maklum belum punya saudara

lain dan perhatian saya cuma besarin dia

dulu mba.

P: Njih buk, kalau mengenai kendala-

kendala panjenengan membesarkan

MR apa buk?

I: Kendala-kendala pasti ada namanya

sendiri ya mba, kaki aja dua ya mba kalau

1 kaki saja juga pasti ada kedala dalam

berjalan sama mba sama kaya saya

kadang MR suka nanyain ayahnya, tapi

ayahnya sudah gak pernah kesini kadang

saya juga mikir mba kasian MR, kadang

kalau pengen apa-apa saya juga harus

memenuhi kebutuhan MR sendirian juga.

Kadang kalau dinasehati MR suka sulit,

kalau ada temene dia kadang mau.

P: Mohon maaf ibu kerjanya dimana

njih? (sambil bergurau)

I: Saya kerjanya keliling gosok mba

nyetrika hehe

P: MR sekarang gak dirumah ya buk?

Kalau dirumah mau sekalian tanya-

tanya sama MR juga,

I: Gak dirumah lagi main mba

P: Kira-kira pulang sekolahnya jam

berapa buk besuk?

I: Pulangnya biasanya jam setengah 2

kalau gak ya jam 2.

P: Iya buk, saya besuk insaAllah kesini

lagi untuk lanjut tanya-tanya sama ibu

dan MR kalau sudah pulan dirumah..

I: Iya mba,

P: Terimakasih buk, atas waktunya

bisa bantu saya terimakasih sekali

buk,

I: Iya sama-sama mba..

Mendidik

dengan kasih

sayang

Sendiri, pasti

ada kendala

anaknya sering

susah di

nasihati

Merespon

dengan baik

dan

mengijinkan

MR untuk di

wawancara

Mengucapkan

terima kasih

150

kepada MF

karena mau

membantu

karena sudah

bersedia

membantu

151

Kode : W3 MF

Hari/Tanggal : Rabu,8 November 2017

Tempat : Ruang tamu rumah MF

Pukul : 14.05

Informan : MF

Keterangan : 1. MF adalah ibu dari anak dalam keluarga disharmoni

2. Peneliti (P)

3. Informan (I)

Tema/Topik Baris Dialog Interpretasi

Peneliti

bertanya

apakah MR

sudah

pulang

sekolah atau

belum

Nilai

karakter

religius

Nilai

karakter

5

21

P: Assalamualaikum buk, dek MR

nya ada apakah sudah pulang

sekolah atau belum buk?

I: Masuk dulu mba, MR di dalam lagi

nonton TV mba, masuk aja..

P: Njih buk, terimakasih ini saya mau

tanya-tanya lagi sama ibu dan MR

kira-kira ibuk lagi sibuk mboten?

I: Iya mba silahkan, lagi gak sibuk juga

mba,

P:MR itu solate gimana buk, sama

dia TPQ apa gak? Caranya

panjenengan agar MR mau

beribadah itu pripun buk?

I: TPQ mba, di Mesjid deket RA

Ma’arif, kalau solat itu dia mahrib, isya

mba soalnya tak ajak ke mesjid

anaknya. Caranya ya sering diajak ke

masjid aja mba mencontohkan langsung

seperti itu,

P: Jadi dicontohkan langsung njih

buk, kalau caranya menanamkan

agar putranipun mau terbuka gitu

gimana buk?

I: Anaknya cukup terbuka sih mba suka

cerita-cerita juga sama ibunya, suka

MR TPQ di

TPQ Maarif,

dan solatnya

harus diberi

contoh oleh

ibunya

Anaknya

terbuka dan

152

jujur

Nilai

karakter

toleransi

Nilai

karakter

disiplin

Nilai

karakter

mandiri

Nilai

karakter

kerja keras

Nilai

30

38

46

52

60

68

ngajak bercanda ibunya juga.kalau

caranya cukup ditanya-tanya diajak

cerita mba.

P: Adeknya pernah marah mboten

buk, sama jenengan apa sama

neneknya?

I: Pernah mba sama neneknya, kadang

anake saya suruh minta maaf sama

neneknya kalau lagi marah tapi juga

mbujuknya agak susah kemudian dia

mau minta maaf gitu mba.

P: Jadi disuruh minta maaf ya buk

sama neneknya, adeknya kalau

bangun jam berapa buk?

I: Bangunnya tepat waktu sih mba

kadang jam 6 kan sekolahnya jauh jadi

harus bangun awal. Dukuh kan

sekolahnya tapi gak pernah terlambat

kalau datang kesekolah..

P: Jadi karena sekolahnya jauh harus

bangun pagi ya buk, kalau sekolah

biasanya di antar siapa buk?

I: Kalau berangkat sekolah diantar kan

jauh sekolahnya, biasanya diantar

pakdenya kalau gak omnya mba,

P: Kalau belajarnya gimana buk

MR?

I: Belajarnya kadang sama saya, kadang

juga sulit disuruh belajar, anaknya

sukanya malah mainan hp terus

dirumah ki, sama sukanya nonton tv,

kalau ada temene dia mau belajar kalau

gak ya masih susah.

P: Jadi belajarnya masih agak susah

ya buk, tapi nilainya gimana buk

kalau disekolah?

I: Nilainya bagus sih mba, anaknya juga

aktif kalau disekolah, walaupun dia

jarang belajar tapi kurang tau ya mba

nilainya bagus, anaknya nyantelan mba,

hehe

P: Adeknya suka memperbaiki

sering cerita-

cerita

Kalau marah

sama neneknya

disuruh ibunya

minta maaf

Bangunnya

tepat waktu

karena letak

sekolahnya

yang jauh

Sekolahnya

diantar

pakdenya

Belajarnya

masih agak sulit

akan tetapi MR

tergolong anak

yang pintar

karena anaknya

nyantelan dan

nilai-nilai

disekolahnya

juga bagus

153

karakter

kreatif

Nilai

karakter

komunikatif,

demokratis

dan cinta

damai

Nilai

karakter rasa

ingin tahu

Nilai

karakter

menghargai

prestasi

Nilai

karakter

gemar

membaca

74

82

89

94

101

106

sesuatu barang apa tidak buk?

I: Kalau memperbaiki barang kadang-

kadang ngotak-atik mainanya mobil-

mobilan, kalau gak sepedanya biasanya

di otak-atik, cara menanamkannya ya

cukup diberi tahu buat memperbaiki

dicoba dulu gitu mba..

P: Adeknya kalau dirumah temene

banyak buk? Bagaimana caranya

jenengan agar adeknya gak milih-

milih teman buk?

I:Dirumah sini temene lumayan sih,

banyak juga. Kadang saya nasihati agar

berteman dengan siapa saja dan gak

boleh nakali temannya juga..

P: Kalau rasa ingin tahunya sendiri

bagaimana buk, sering tanya-tanya

sama panjenengan tentang apa gitu?

I: Sering kadang tanya-tanya tentang hp

mba, kan dia tak pegangin hp biar buat

mainan mba..

P: Caranya jenengan menumbuhkan

rasa ingin tahu anaknya gimana buk?

I: Biasanya saya ajak cerita-cerita

melatih dia biar terbuka juga mba,

P: Jadi diajak cerita-cerita ya buk,

Kalau caranya panjenengan

menanamkan agar anaknya

mempunyai rasa menghargai prestasi

bagaimana buk?

I: Caranya ya disuruh aja mba agar bisa

menghargai orang lain juga.

P: Kalau di ada temannya yang

rangking 1 biasanya adeknya

ngucapin atau gak buk?

I: Kurang tahu saya mba, tapi biasanya

cerita dan tak suruh ngucapin gitu,

P: Adeknya itu suka baca-baca atau

tidak buk? Bagaimana caranya

panjenengan agar adeknya itu gemar

membaca?

I: Kalau ada temennya biasanya

Kadang suka

memperbaiki

mobil-mobilan

Temannya

banyak dan

tidak milih-

milih teman

Rasa ingin

tahunya tinggi

dan sering

bertanya pada

ibunya

Kadang disuruh

untuk

menghargai

prestasi orang

lain

Kalau ada

temannya MR

mau membaca

154

Nilai

karakter

peduli

lingkungan

dan peduli

sosial

Nilai

karakter

tanggung

jawab

114

123

134

140

gampang disuruh baca-baca buku

pelajaran, kalau gak ya sulit. Namanya

juga anak kecil mba,

P: Baca buku pelajaran ya buk

biasanya, kalau adeknya itu suka

bantu-bantu dirumah atau gak buk

misale bantu jenengan menyapu gitu?

I: Kalau saya suruh kadang dia mau

nyapu sebentar, buat melatih dia juga

biar bisa mencintai lingkungan mba,

dan menjadi orang yang bersih.

P: Kalau mengenai tanggung

jawabnya sendiri bagaimana buk kan

sebagai pelajar tanggung jawabnya

masih belajar?

I: Kalau ada PR dari sekolahnya pasti

saya tanya-tanya dan saya suruh

mengerjakan. Tapi kalau PR dia selalu

mengerjakan karena saya suruh terus

tapi kalau belajar setiap hari belum

mba, belajarnya kalau waktu ada PR

saja dan saya yang nyuruh.

P: Jadi belajarnya kalau ada PR ya

buk, tapi harus disuruh ya buk.. ya

sudah buk, terimakasih banyak buk

atas waktunya. Sekarang saya akan

tanya-tanya sama MR gimana buk?

I: Iya mba silahkan tanya-tanya..

Kadang mau

membantu

menyapu rumah

Tanggung

jawabnya

kurang, karena

kalau ada PR

saja MR mau

belajar

MF

mengizinkan

peneliti untuk

bertanya-tanya

dengan MR

155

Kode : W1 MR

Hari/Tanggal : Rabu, 8 November 2017

Tempat : Ruang tamu rumah MF

Pukul : 14.30

Informan : MR

Keterangan : 1. MR adalah anak dalam keluarga disharmoni

2. Peneliti (P)

3. Informan (I)

Tema/ Topik Baris Dialog Interpretasi

Perkenalan

dan

menanyakan

apakah mau

ditanya-

tanya.

Religius

Jujur

8

13

17

23

P: Assalamualaikum dek,

lagi nonton apa? kenalan

dulu namaku mbak zum,

adek namane siapa?

(Menanggapi MR yang

sedang menonton TV)

I: Namaku MR (sambil

tersenyum)

P: Adek kelas berapa?

I: Kelas 1 SD

P: Adek sekolahnya

dimana?

I: Sekolahnya di MI Dukuh

P: Dek MR, ini mba mau

tanya-tanya sama adek

boleh enggak?

I: Iya mba boleh..

P: kamu TPQ nya

dimana? Kalo solat sering

bolong-bolong gak?

I: TPQ di Maarif mba,

solatnya mahrib, isya di

masjid..

P: Oh iya dek, pernah

bohong gak sama ibue?

Sering cerita-cerita gak

Bersedia untuk

ditanya-tanya.

TPQ di

TPQ Maarif dan

solatnya

mencontontoh ibunya

Pernah berbohong

dan sering cerita

156

Toleransi

Disiplin

Kerja Keras

Kreatif

Mandiri

Komunikatif

Demokratis

Menghargai

prestasi

Cinta Damai

Gemar

membaca

28

33

36

40

43

48

53

56

60

65

sama ibue?

I: Pernah, sering cerita mba,

P: Adek pernah gak

marah sama ibu dan

marahnya gara-gara apa?

I: Pernah, soalnya gak boleh

main hp.

P: Adek kalo bangun jam

berapa?

I: Jam setengah 6 lebih

sedikit.

P: Kalau berangkat

sekolah suka telat apa

gak?

I: Gak pernah telat mba

P: Adek belajare gimana

sering ngerjain PR gak?

I: Belajar kalau ada PR..

P: Pernah memperbaiki

mainan yang rusak dek?

Sukanya sama mainan apa

I: Pernah memperbaiki

mobil-mobilan dan sepeda.

P:Kalau sekolah dianterin

apa berangkat sendiri

dek?

I: Di anterin pakde kalau

gak dianter om..

P: Disini gimana dek

temene banyak gak?

I: Banyak..

P: Kalo ada temene yang

rangking 1, kamu

ngucapin gak?

I: iya disuruh ngucapin

P: Kamu kalo dimarahin

ibu gimana? Kalo di

nakali teman bales gak?

I: Minta maaf sama ibuk,

tidak bales biarin aja..

P: Kamu suka membaca

gak?

Manja dan kurang

bertoleransi

Bangunnya tepat

waktu

Tidak pernah

terlambat

Belajar kalau ada PR

Pernah memperbaiki

mainan dan sepeda

Sekolahnya diantar

pakde dan om

Temannya banyak

Cukup menghargai

prestasi

Kalau marah

kemudian meminta

maaf

Tidak suka membaca

157

Peduli

Lingkungan

Peduli sosial

Tanggung

jawab

Rasa ingin

tahu

69

72

75

79

83

I: Gak suka, sukanya nonton

TV sama mainan hp..

P: Kamu pernah bantu

ibu nyapu gak?

I: Ya pernah,

P: Kamu suka nolongin

temen gak?

I: Suka..

P: Kamu kalo ada PR

dikerjain gak?

I: PR nya dikerjain kan

disuruh ibuk

P: Adek kalau nonton

mainan hp sering tanya-

tanya sama ibue gak?

I: Suka tanya mainan di hp

P: Oke dek makasih ya,

salaman dulu sama mba

(Sambil bersalaman

dengan MR)

Membantu menyapu

Kadang suka

menolong teman

Kurang tanggung

jawab karena

belajarnya pada waktu

ada PR saja

Sering bertanya

tentang mainan

kesukaannya

158

159

160

161

162

163

164

165

166

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Nur Zumrotus Sholihah

2. Tempat, tanggal lahir : Salatiga, 18 April 1996

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Kewarganegaraan : Indonesia

6. Alamat : Candirejo Kalipanggang RT 01, RW 10 Kec.

Tuntang Kab. Semarang

7. HP : 085713631625

8. Latar Belakang Pendidikan Formal

a. TK Candra Puspita Lulus Tahun 2002

b. SD Negeri Kecandran 01 Lulus Tahun 2008

c. SMP N 4 Salatiga Lulus Tahun 2011

d. SMK N 1 Salatiga Lulus Tahun 2014

e. IAIN Salatiga Lulus Tahun 2018

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya,

Salatiga, 10 Maret 2017

Nur Zumrotus Sholihah (111-14-055)

167

168

169