pendidikan islam pada masa

14
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI SUMATERA A. Pendahuluan. Sejarah Pendidikan Islam dimulai sejak agama Islam masuk ke Indonesia, yang oleh sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa awal mula masuknya di pulau Sumatera bagian utara di daerah Aceh. Artinya, sejarah pendidikan Islam sama tuanya dengan masuknya agama Islam ke Indonesia. Hal ini disebabkan karena pemeluk agama baru tersebut sudah tentu ingin mempelajari dan mengetahui lebih dalam tentang ajaran-ajaran Islam. Ingin pandai sholat, berdoa dan membaca Al-Quran yang menyebabkan timbulnya proses belajar, meskipun dalam pengertian yang amat sederhana. Dari sinilah mulai timbul pendidikan Islam, dimana pada mulanya mereka belajar di rumah-rumah, langgar atau surau, mesjid kemudian berkembang menjadi pondok pesantren. Setelah itu baru timbul sistem madrasah yang teratur sebagaimana yang kita kenal sekarang ini. Agama Islam masuk ke Sumatera pada abad ke-7 M dan dapat berkembang dengan pesat, terutama sejak kehancuran Kerajaan Sriwijaya karena serangan Raja Rajendracoladewi dari India pada 1030 M. Agama Islam yang secara berangsur-angsur berkembang di pesisir utara Pulau

Upload: rudhy-insany

Post on 12-Dec-2014

130 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendidikan Islam Pada Masa

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASAKERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI SUMATERA

A. Pendahuluan.

Sejarah Pendidikan Islam dimulai sejak agama Islam masuk ke Indonesia, yang

oleh sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa awal mula masuknya di pulau Sumatera

bagian utara di daerah Aceh. Artinya, sejarah pendidikan Islam sama tuanya dengan

masuknya agama Islam ke Indonesia. Hal ini disebabkan karena pemeluk agama baru

tersebut sudah tentu ingin mempelajari dan mengetahui lebih dalam tentang ajaran-

ajaran Islam. Ingin pandai sholat, berdoa dan membaca Al-Quran yang menyebabkan

timbulnya proses belajar, meskipun dalam pengertian yang amat sederhana. Dari

sinilah mulai timbul pendidikan Islam, dimana pada mulanya mereka belajar di

rumah-rumah, langgar atau surau, mesjid kemudian berkembang menjadi pondok

pesantren. Setelah itu baru timbul sistem madrasah yang teratur sebagaimana yang

kita kenal sekarang ini.

Agama Islam masuk ke Sumatera pada abad ke-7 M dan dapat berkembang

dengan pesat, terutama sejak kehancuran Kerajaan Sriwijaya karena serangan Raja

Rajendracoladewi dari India pada 1030 M. Agama Islam yang secara berangsur-

angsur berkembang di pesisir utara Pulau Sumatera ini kemudian mendapatkan

pijakan yang amat kuat dengan berdirinya Kerajaan Samudera Pasai yang merupakan

Kerajaan Islam pertama di Indonesia yang terletak di Kampung Samudera di tepi

Sungai Pasai yang berdiri pada pertengahan abad ke-13 M.

Namun, bagaimana pendidikan agama Islam pada masa kerajaan tersebut dan

bagaimana pula pendidikan agama Islam di kerajaan-kerajaan Islam lainnya pada saat

agama Islam di Sumatera. Oleh karena itu, dalam makalah ini pemakalah akan

memaparkan sedikit tentang pendidikan Islam pada masa kerajaan di Sumatera.

Page 2: Pendidikan Islam Pada Masa

B. Rumusan Masalah.

Bagaimana pendidikan Agama Islam pada masa kerajaan-kerajaan Islam di

Sumatera ?

C. Tujuan Penulisan.

Untuk mengetahui bagaimana sistem pendidikan Islam pada saat agama Islam

berkembang di kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera.

D. Kerajaan Samudra Pasai.

Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudra Pasai, yang

didirikan pada abad ke-13 M dengan raja pertamanya Malik Ibrahim bin Mahdum.

Yang kedua bernama Al-Malik Al-Shaleh dan yang terakhir bernama Al-Malik Sabar

Syah (tahun 1444 M/ abad ke-15 H).1 Pada tahun 1345, Ibnu Batutah dari Maroko

sempat singgah di Kerajaan Pasai pada zaman pemerintahan Malik Az-Zahir, raja

yang terkenal alim dalam ilmu agama dan bermazhab Syafi’i, mengadakan pengajian

sampai waktu sholat Ashar dan fasih berbahasa Arab serta mempraktekkan pola

hidup yang sederhana.2

Pendidikan yang berlaku di zaman kerajaan Pasai sebagai berikut;

Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syari’at adalah Fiqh mazhab

Syafi’i.

Sistem pendidikannya secara informal berupa majlis ta’lim dan halaqoh.

Tokoh pemerintahan merangkap tokoh agama.

Biaya pendidikan bersumber dari negara.

Pada zaman kerajaan Samudra Pasai mencapai kejayaannya pada abad ke-14 M,

maka pendidikan juga tentu mendapat tempat tersendiri. Mengutip keterangan Tome

Pires, yang menyatakan bahwa “di Samudra Pasai banyak terdapat kota, dimana antar

warga kota tersebut terdapat orang-orang berpendidikan.3

1. Mustofa Abdullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung , CV. Pustaka Setia, 1999, halm. 54.

2. Zuhairini, et.al, Sejarah Pendidikan Islam , Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2000, halm. 135

Page 3: Pendidikan Islam Pada Masa

Menurut Ibnu Batutah, Pasai pada abad ke-14 M, sudah merupakan pusat studi

Islam di Asia Tenggara, dan banyak berkumpul ulama-ulama dari negara-negara

Islam. Ibnu Batutah menyatakan bahwa Sultan Malikul Zahir adalah orang yang cinta

kepada para ulama dan ilmu pengetahuan. Bila hari jum’at tiba, Sultan sembahyang

di Masjid menggunakan pakaian ulama, setelah sembahyang mengadakan diskusi

dengan para alim pengetahuan agama, antara lain: Amir Abdullah dari Delhi, dan

Tajudin dari Ispahan. Bentuk pendidikan dengan cara diskusi disebut Majlis Ta’lim

atau halaqoh. Sistem halaqoh yaitu para murid mengambil posisi melingkari guru.

Guru duduk di tengah-tengah lingkaran murid dengan posisi seluruh wajah murid

menghadap guru.

E. Kerajaan Perlak.

Kerajaan Islam kedua di Indonesia adalah Perlak di Aceh. Rajanya yang

pertama Sultan Alaudin (tahun 1161-1186 H/abad 12 M). Antara Pasai dan Perlak

terjalin kerja sama yang baik sehingga seorang Raja Pasai menikah dengan Putri Raja

Perlak. Perlak merupakan daerah yang terletak sangat strategis di Pantai Selat

Malaka, dan bebas dari pengaruh Hindu.4

Kerajaan Islam Perlak juga memiliki pusat pendidikan Islam Dayah Cot Kala.

Dayah disamakan dengan Perguruan Tinggi, materi yang diajarkan yaitu bahasa

Arab, tauhid, tasawuf, akhlak, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah dan

tata negara, mantiq, ilmu falaq dan filsafat. Daerahnya kira-kira dekat Aceh Timur

sekarang. Rajanya yang ke enam bernama Sultan Mahdum Alaudin Muhammad

Amin yang memerintah antara tahun 1243-1267 M, terkenal sebagai seorang Sultan

yang arif bijaksana lagi alim. Beliau adalah seorang ulama yang mendirikan

Perguruan Tinggi Islam yaitu suatu Majlis Taklim tinggi dihadiri khusus oleh para

murid yang sudah alim. Lembaga tersebut juga mengajarkan dan membacakan kitab-

kitab agama yang berbobot pengetahuan tinggi, misalnya kitab Al-Umm karangan

3. M.Ibrahim, et.al, Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh, Jakarta, CV. Tumaritis, 1991, halm. 61.

4. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia , Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2001, halm. 29.

Page 4: Pendidikan Islam Pada Masa

Imam Syafi’i. Dengan demikian pada kerajaan Perlak ini proses pendidikan Islam

telah berjalan cukup baik.5

F. Kerajaan Aceh Darussalam.

Kerajaan Aceh Darussalam adalah hasil peleburan kerajaan Islam Aceh di

belahan Barat dan Kerajaan Islam Samudra Pasai di belahan Timur. Putra Sultan

Abidin Syamsu Syah diangkat menjadi Raja dengan Sultan Alaudin Ali Mughayat

Syah (1507-1522 M). Bentuk teritorial yang terkecil dari susunan pemerintahan

Kerajaan Aceh adalah Gampong (Kampung), yang dikepalai oleh seorang Keucik dan

Waki (wakil). Gampong-gampong yang letaknya berdekatan dan yang penduduknya

melakukan ibadah bersama pada hari jum’at di sebuah masjid merupakan suatu

kekuasaan wilayah yang disebut mukim, yang memegang peranan pimpinan mukim

disebut Imeum mukim.6

Jenjang pendidikan yang ada di Kerajaan Aceh Darussalam diawali pendidikan

terendah Meunasah (Madrasah). Yang berarti tempat belajar atau sekolah. Sistem

pendidikan di Dayah (Pesantren) seperti di Meunasah tetapi materi yang diajarkan

adalah kitab Nahu, yang diartikan kitab yang dalam Bahasa Arab, meskipun arti Nahu

sendiri adalah tata bahasa (Arab).

Bidang pendidikan di kerajaan Aceh Darussalam benar-benar menjadi

perhatian. Pada saat itu terdapat lembaga-lembaga negara yang bertugas dalam

bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan yaitu;

Balai Seutia Hukama, merupakan lembaga ilmu pengetahuan, tempat

berkumpulnya para ulama, ahli pikir dan cendikiawan untuk membahas dan

mengembangkan ilmu pengetahuan.

Balai Seutia Ulama, merupakan jawatan pendidikan yang bertugas mengurus

masalah-masalah pendidikan dan pengajaran.

5. Abdullah Mustofa, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung , CV. Pustaka Setia, 1999, halm. 32.

6. M. Ibrahim, et.al., Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh, halm. 75.

Page 5: Pendidikan Islam Pada Masa

Balai Jama’ah Himpunan Ulama, merupakan kelompok studi tempat para

ulama dan sarjana berkumpul untuk bertukar fikiran membahas persoalan

pendidikan dan ilmu pendidikannya.

Kerajaan Aceh telah menjalin suatu hubungan persahabatan dengan kerajaan

Islam terkemuka di Timur Tengah yaitu kerajaan Turki. Pada masa itu banyak pula

ulama dan pujangga-pujangga dari berbagai negeri Islam yang datang ke Aceh. Para

ulama dan pujangga ini mengajarkan ilmu agama Islam (Theologi Islam) dan

berbagai ilmu pengetahuan serta menulis bermacam-macam kitab berisi ajaran

agama. Karenanya pengajaran agama Islam di Aceh menjadi penting dan Aceh

menjadi kerajaan Islam yang kuat di nusantara.

Diantara para ulama dan pijangga yang pernah datang ke kerajaan Aceh antara

lain Muhammad Azhari yang mengajar ilmu Metafisika, Syekh Abdul Khair Ibn

Syekh Hajar ahli dalam bidang pogmatic dan mistik, Muhammad Yamani ahli dalam

bidang ilmu usul fiqh dan Syekh Muhammad Jailani Ibn Hasan yang mengajar

logika.7

Pada masa kejayaan kerajaan Aceh, masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636)

oleh Sultannya banyak didirikan masjid sebagai tempat beribadah umat Islam, salah

satu masjid yang terkenal Masjid Baitul Rahman, yang juga dijadikan sebagai

Perguruan Tinggi dan mempunyai 17 daars (fakultas). Dengan melihat banyak para

ulama dan pujangga yang datang ke Aceh, serta adanya Perguruan Tinggi, maka

dapat dipastikan bahwa kerajaan Aceh menjadi pusat studi Islam. Karena faktor

agama Islam merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kehidupan

masyarakat Aceh pada periode berikutnya. Menurut B.J. Boland, bahwa seorang

Aceh adalah seorang Islam.8

G. Kerajaan Langkat.

Pada tahun 1900, kerajaan Langkat belum memiliki lembaga pendidikan formal.

Pendidikan yang dilaksanakan masih dengan pendidikan non formal, yaitu dengan

7. Ibid, halm. 88.8. Ibid, halm. 89.

Page 6: Pendidikan Islam Pada Masa

belajar kepada guru-guru agama ataupun ahli-ahli dalam bidang tertentu. Bagi

keluarga kerajaan juga diberikan pendidikan yang seperti ini. Para guru-guru itu

diundang ke istana untuk memberikan ceramah dan pengajaran kepada raja beserta

keluarganya. Ketika itu dinamika intelektual khususnya dalam bidang pendidikan

belum menjadi fokus perhatian para sultan. Nampaknya mereka masih sibuk dengan

masalah politik yang terjadi, yaitu berkaitan dengan perluasan wilayah kekuasaan dan

lain sebagainya. Hal tersebut menjadikan dinamika intelektual di Langkat tidak

berkembang dengan baik dan kurang mendapat perhatian. Baru, setelah sultan Abdul

Aziz menjadi sultan Langkat, lembaga pendidikan formal yang dinamakan maktab

(madrasah) dapat berdiri dan menjadi pusat pendidikan agama bagi masyarakat

Langkat.

Dengan berdirinya madrasah Al-masrullah tahun 1912, madrasah Aziziah pada

tahun 1914 dan madrasah Mahmudiyah tahun 1921, maka Langkat menjadi salah

satu dari tempat yang dituju oleh pencari-pencari ilmu dari berbagai daerah.

Disebutkan bahwa selain dari masyarakat Langkat yang belajar pada kedua maktab

tersebut, maka banyak pelajar-pelajar yang datang dari dalam dan luar pulau

Sumatera, seperti Riau, Jambi, Tapanuli, Kalimantan Barat, Malaysia, Brunei dan lain

sebagainya.

Pada awalnya madrasah (maktab) ini hanya disediakan untuk anak-anak

keturunan raja dan bangsawan saja, namun pada perkembangannya maktab ini

memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk dapat belajar dan menuntut ilmu.

Beberapa tokoh nasional yang pernah belajar di maktab ini antara lain adalah Tengku

Amir Hamzah dan Adam Malik.

Ketiga lembaga pendidikan tersebut didirikan oleh sultan Abdul Aziz yang

kemudian diberi nama dengan perguruan Jama’iyah Mahmudiyah. Pada tahun 1923

perguruan Jama’iyah Mahmudiyah telah memiliki 22 ruang belajar, 12 ruang asrama,

disamping berbagai fasilitas lainnya seperti 2 buah Aula, sebuah rumah panti asuhan

untuk yatim piatu, kolam renang, lapangan bola dan sebagainya. Untuk meningkatkan

mutu pendidikan pada perguruan Jama’iyah Mahmudiyah, maka tenaga pengajarnya

Page 7: Pendidikan Islam Pada Masa

sebagian besar merupakan guru-guru yang pernah belajar ke Timur tengah seperti

Mekkah, Medinah dan Mesir. Mereka semua dikirim atas biaya Sultan setelah

sebelumnya diseleksi terlebih dahulu, hingga sekitar tahun 1930 siswa-siswa yang

belajar di perguruan ini sekitar 2000 orang yang berasal dari berbagai macam daerah.

Selanjutnya sultan Abdul Azis kemudian mendirikan lembaga pendidikan

umum bagi masyarakat Langkat yaitu sekolah HIS dan Sekolah Melayu, yang banyak

memberikan materi-materi pelajaran umum. Mengenai gaji-gaji guru dan biaya

perawatan bangunan semuanya ditanggung oleh pihak kesultanan Langkat, dalam hal

ini dapat dikatakan bahwa segala biaya yang berkaitan dengan fasilitas-fasilitas

pendidikan di Langkat ditanggung sepenuhnya oleh pemerintahan kerajaan.

Memang pada awal tahun 1900-an Pemerintahan Belanda telah mendirikan

sekolah Langkatsche School (Sekolah Belanda) 9. Namun penerimaan siswanya masih

sangat terbatas, di masa itu yang diterima hanya anak-anak bangsawan dan dan anak

pegawai Ambtenaar Belanda serta orang-orang kaya yang berharta, dalam bahasa

pengantarnya lembaga pendidikan ini menggunakan bahasa Belanda. Selain itu

didirikan juga ELS (Europese Logare School) dan untuk anak-anak keturunan Cina

didirikan Holland Chinese School atau HCS.

H. Kesimpulan.

Pendidikan Islam di Indonesia telah bermula sejak kedatangannya ke Indonesia,

bahkan salah satu sarana yang menjadi penyebaran Islam itu sendiri adalah aspek

9. T.M. Lah Husni, Biografi-Sejarah Pujangga Nasional Tengku Amir Hamza, Medan: Husni, 1971, halm. 5.

Page 8: Pendidikan Islam Pada Masa

pendidikan. Sejarah pendidikan Islam di Nusantara pada masa awal Islam dapat

ditelusuri kepada sejarah kerajaan Samudera Pasai sebagai kerajaan Islam pertama di

Nusantara.

Lembaga pendidikan tradisional telah dikenal dalam pendidikan Islam di

Nusantara pada masa awal Islam, berupa mesjid, surau, dayah, meunasah, pesantren

dan madrasah.

Masa transisi pendidikan antara masa kerajaan Islam di Nusantara dan

kolonialisme Belanda dapat ditelusuri pada masa kerajaan Langkat. Pada masa

kerajaan Langkat, Madrasah telah benar-benar melembaga.

Daftar Pustaka

Page 9: Pendidikan Islam Pada Masa

Mustofa Abdullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung , CV.

Pustaka Setia, 1999.

Zuhairini, et.al, Sejarah Pendidikan Islam , Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2000.

M.Ibrahim, et.al, Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh, Jakarta, CV.

Tumaritis, 1991.

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia , Jakarta, PT. Raja Grafindo

Persada, 2001.

Abdullah Mustofa, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung , CV.

Pustaka Setia, 1999.

T.M. Lah Husni, Biografi-Sejarah Pujangga Nasional Tengku Amir Hamza,

Medan: Husni, 1971.