pendidikan anak dalam pandangan islam

51
Pendidikan Anak dalam Pandangan Islam Makalah diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam semester enam dengan dosen pengempu Drs Wahyu Wibisana, M.Pd. Disusun Oleh : 1. Fitria Nurniawati (1001039) 2. Nina Saparika (1000225) 3. Sri Wahyuni (1004896) 4. Muhamad Fauzi (0905904) Jurusan Pendidikan Matematika 1

Upload: pipitria

Post on 01-Jan-2016

69 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

Pendidikan Anak dalam Pandangan Islam

Makalah

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Pendidikan

Agama Islam semester enam dengan dosen pengempu Drs Wahyu Wibisana,

M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Fitria Nurniawati (1001039)

2. Nina Saparika (1000225)

3. Sri Wahyuni (1004896)

4. Muhamad Fauzi (0905904)

Jurusan Pendidikan Matematika

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Pendidikan Indonesia

2013

1

Page 2: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga

Makalah Pendidikan Anak dalam Pandangan Islam dapat diselesaikan tepat pada

waktunya.

Makalah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu tugas

mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam. Penyusunan makalah ini

berdasarkan studi literatur dari berbagai buku dan artikel-artikel di internet

Makalah ini disusun dengan bantuan dari berbagai pihak baik secara

langsung ataupun tidak langsung. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih

kepada Bapak Drs Wahyu Wibisana, M.Pd selaku dosen Seminar Pendidikan

Agama Islam yang telah banyak memberikan pengarahan dan ilmu serta arahan

beliau dalam menyusun makalah ini. Penulis juga berterima kasih kepada teman-

teman yang telah membantu sehingga makalaah ini dapat selesai tepat waktu.

Adapun di dalam makalah ini belumlah sempurna dan masih terdapat

kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para

pembaca untuk dapat menyempurnakan makalah ini.

Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih

Bandung, Februari 2013

Penulis

2

Page 3: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................

1

B. Perumusan Masalah ................................................................. 2

C. Tujuan Penulisan ..................................................................... 2

D. Manfaat Penulisan .................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 4

A. Pendidikan dalam Islam.......................................................... 4

B. Pendidikan Anak Secara Islam di Keluarga............................ 8

C. Pendidikan Islam Di Sekolah.................................................. 25

D. Pendidikan islam pada anak di lingkungan masyarakat ....... 30

BAB III PENUTUP ................................................................................... 31

A. Kesimpulan .............................................................................. 31

B. Saran ......................................................................................... 31

3

Page 4: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Muchsin, Sulthon dan Wahid (2010 : 3), pendidikan adalah

suatu usaha sadar dan teratur serta sistematis yang dilakukan oleh orang-orang

yang bertanggungjawab, untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan

tabi’at sesuai dengan cita-cita pendidikan. Menuntut ilmu dalam pandangan islam,

pendidikan merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah (Ulwan,

1994 : 309-311). Oleh karena itu orang tua memiliki tanggung jawab untuk

mendidik anak-ananknya sejak dini.

Pendidik yang bertanggung jawab dalam pendidikan anak terdiri dari

orang tua, guru dan masyarakat. Masing-masing diantaranya memiliki

mkewajiban untuk menanamkan nilai-nilai islam dalam keluarga, sekolah dan

masyarakat. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak

perilaku-perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak dan kesalahan cara

mendidik yang dilakukan orang tua.

Buah didikan agama akan mampu merevolusi sikap atau akhlak dari yang

buruk menjadi baik, mampu memberikan perubahan dan pembiasaan, sikap,

tindak, dan tutur kata anak. Sebagian besar orang tua mengabaikan pendidikan

anak, khususnya dalam menanamkan nilai-nilai agama dan membina agama pada

diri anak. Pola asuh orang tua di dusun Kedungjati belum mengarah pada

pendidikan yang mengantarkan anak pada pengamalan moral serta agama.

4

Page 5: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

Mengingat pentingnya pendidikan anak secara islam baik dalam keluarga

, sekolah maupun masyarakat, maka diperlukan adanya pemahaman yang

mendalam mengenai cara-cara mendidik anak yang benar .Oleh karena itu,

penulis menyusun makalah yang berjudul “ Pendidikan Anak dalam Pandangan

Islam”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Apa hakikat pendidikan islam?

2. Bagaiman pendidikan anak dalam islam di lingkungan keluarga, sekolah dan

masyarakat?

C. Tujuan penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini

adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui apa hakikat pendidikan islam.

2. Mengetahui bagaimana pendidikan anak dalam islam di lingkungan keluarga,

sekolah dan masyarakat?

D. Manfaat penulisan

Adapun manfaat yang dipeoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai

berikut.

1. Memberikan pengetahuan mengenai cara menanamkan pendidikan secara

5

Page 6: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

islam di sekolah, keluarga dan masyarakat.

2. Dapat dijadikan acuan untuk menerapkan pendidikan anak secara islam dalam

lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

6

Page 7: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidikan dalam Islam

Terdapat benyak pengartian tentang pendidikan. Menurut kamus besar

Bahasa Indonesia (1989), pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan (proses, perbuatan, dan cara mendidik).

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh pendidik untuk

menanamkan sikap dan karakter kedewasaan terhadap peserta didik sehingga

terwujudnya tujuan pendidikan. Peserta didik yang dimaksud di sini adalah

manusia yang belum mencapai kedewasaan, sedangkan pendidik adalah manusia

dewasa yang bertanggung jawab atas peserta didik seperti ayah, ibu, guru, dan

sebagainya.

Seperti yang telah tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Th. 2003

Pasal 1 menyatakan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembagkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Bashori Muchsin, Moh. Sulthon, dan Abdul Wahid, pendidikan

merupakan bantuan yang diberikan untuk mengembangkan potensi atau

kemampuan serta penyesuaian diri, yang dilakukan secara sadar demi

7

Page 8: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

terwujudnya tujuan pendidikan itu sendiri.

Pendidikan dalam islam mempunyai arti penting karena merupakan ruh

dari awal turunya wahyu Allah, perintah pertama dalam Islam adalah untuk

membaca. Kata membaca di sini dalam arti lebih luas, termasuk di dalamnya

adalah meneliti, mengkaji, memahami, melakukan observasi, melakukan proses

pembelajaran dan proses pendidikan. Dengan demikian, pendidikan merupakan

tonggak awal dari kewahyuan. Hal ini dapat dicermati dari firman Allah surat Al-

Alaq;

”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang

Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia

mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS.Al-Alaq:1-5).

Terdapat beberapa hadist mengenai perintah Nabi Muhammad saw untuk

mencari ilmu, yaitu;

“ Tuntutlah ilmu semenjak buaian hingga liang lahat.” (H.R. Ibnu Abdul

Bari)

“ Menuntut Ilmu itu wajib bagi setiap muslim.”(H.R. Ibnu Adi dan Bayhaqi

dari Annas)

“Barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan dunia maka dengan ilmu dan

barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan akhirat maka dengan ilmu dan

barangsiapa yang menghendaki dunia dan akhirat maka harus dengan ilmu.”

8

Page 9: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

(H,R, Tabrani)

Pengembangan Ilmu Pengetahuan yang telah dikuasai harus diberikan

dan dikembangkan kepada orang lain. Nabi Muhammad saw sangat membenci

orang yang memiliki ilmu pengetahuan, tetapi tidak mau memberi dan

mengembangkan kepada orang lain (HR. Ibn al-Jauzy). Selain itu pendidikan

Islam yang bersumber dari Al Quran dan Hadist wajib dikembangkan dan

diaplikasikan dalam berbagai bidang ilmu sesuai kebutuhan manusia selama tidak

bertentangan dengan kaidah agama Islam.

Dalam Islam, pendidikan lebih dikenal dengan istilah tarbiyah, ta’lim,

riyadhah, irsyad, dan tadris. Sedangkan, pendidikan Islam adalah suatu proses

pendidikan melalui ajaran Islam untuk terbentuknya kepribadian Islam dalam diri

setiap anak didik yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dilakuakan oleh

orang dewasa muslim yang bertakwa. Menurut M. Arifin, pendidikan Islam

berarti sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk

memimpin kehidupanny asesuai cita-cita dan nila-nilai Islam yang telah menjiwai

dan mewarnai corak kepribadiannya.

Menurut Suyatno, pendidikan islam merupakan proses transinternalisasi

pengetahuan dan nilai islam kepda peserta didik melalui upaya pengajaran,

pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan

potensinya, guna mencapai keselrasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan

akhirat.

Pendidikan dalam Islam bertujuan untuk membentuk dan mewujudkan

peserta didik yang berkualitas, beribadah dengan ikhlas karena Allah, dan

9

Page 10: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

menjadikan Alah satu-satunya tempat menyembah dan bergantung. Menurut M.

Arifin, tujuan dari pendidikan Islam adalah mencipakan manusia yang berpredikat

muslim, benar-benar akan menjadi penganut aama yang baik, mentaati ajaran

islam, dan menjaga agar Rahmat Allah tetap berada dalam dirinya, serta mampu

memahami, menghayati, dan mengamalkan ajarannya sesuai iman dan akidah

Islamiayah. Dengan kata lain, tujuan akhir dari sebuah pendidikan islam adalah

manusia dewasa yang mukmin atau muslim, muhsin, dan muhlisin mutakin.

Adapun sumber dari pendidikan Islam adalah Al-Qur’an, As-Sunnah, kata-kata

sahabat (Madzhab Shahabi), kemaslahatan umat/sosial (Mashalil al-Mursalah),

tradisi atau adat kebiasaan masyarakat (‘Uruf), dan hasil pemikiran para ahli

dalam Islam (Ijtihad).

Barikut adalah kerakteristik dari pend dikan Islam:

Pendidikan Islam berusaha mempelajari segala hal untuk lebih mengenal Rob

(Allah)

Pendidikan Islam bukan sekedar pemenuhan otak saja, tetapi lebih mengarah

kepada penanaman aqidah.

Pendidikan Islam tidak hanya diperuntukan kepada orang-orang tertentu,

tetapi untuk seluruh umat manusia di segala penjuru dunia.

pendidikan Islam berlaku sampai kapan pun, tak peduli di zaman teknologi

secanggih apa pun, Islam tetap berfungsi sebagai pedoman hidup manusia

Pendidikan Islam mengatur ajaran yang integral, mencakup seluruh aspek

kehidupan manusia, dari masalah yang paling pribadi hingga kemasyarakatan

dan kebangsaan. Mulai dari adab dalam melakukan kegiatan sehari-hari

hingga urusan politik nasional dan internasional.

10

Page 11: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

Pendidikan Islam tidak hanya berbicara mengenai masalah ideologi saja,

tetapi juga mengatur seluruh dimensi kehidupan manusia di sektor ekonomi,

sosial, politik, ilmu pengetahuan dan sektor lainnya.

Pendidikan Islam tidak hanya mengatur ajaran tentang hubungan vertikal

dengan Allah (hablun minallah) saja, melainkan juga mengatur hubungan

kemasyarakatan antar sesama manusia (hablun minannas).

Pendidikan Islam berjalan dalam bingkai yang jelas dan realistis terhadap

kenyataan dalam masyarakat.

Pendidikan Islam berjalan seiring dengan perkembangan yang ada dalam

masyarakat dan tetap menjaga nilai-nilai keislaman sebagai landasan

berpijaknya.

Pendidika Islam menekankan aspek keseimbangan dalam segala hal.

Islam selalu sesuai untuk semua bangsa, zaman dan semua keadaan.

Karakteristik-karakteristik Pendidikan Islam tersebut menggambarkan

keunggulan Pendidikan Islam dibanding dengan pendidikan lainnya. Pendidikan

dalam Islam mempunyai ikatan langsung dengan nilai-nilai dan ajaran Islam yang

mengatur seluruh aspek kehidupan. Pendidikan Islam juga mengikuti

perkembangan yang ada ditengah masyarakat, termasuk perkembangan sains dan

tekhnologi.

B. Pendidikan anak secara Islam di Lingkungan Keluarga

Keluarga adalah lingkungan yang sangat dekat dengan anak, lingkungan

keluarga adalah lingkungan sosial pertama yang akan di rasakan oleh anak dan

lingkungan pertama ini anak akan mendapatkan suatu pengalaman dan pendidikan

11

Page 12: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

maka dalam pendidikan islam Pendidikan dalam lingkungan keluarga adalah

pendidikan pertama dan terutama bagi anak. Pendidikan di keluarga bertujuan

membentuk fondasi kepribadian Islam pada anak, yang akan dikembangkan

setelah anak masuk sekolah.

Orang tua dan guru adalah figur yang menjadi teladan bagi anak dalam

lingkungan keluarga dan sekolah. Keduanya berperan penting dalam pendidikan

anak secara Islam. Ketika anak masih kecil, dirinya berada dalam ayoman dan

tuntunan orang tua maupun guru. Pada usia sekolah dan pendidikan itu sebaiknya

orang tua dan pendidik memilik metoda untuk memperbaiki, meluruskan, dan

mendidik akhlaknya. Islam memiliki metoda dan cara dalam mendidik anak.

Dalam memperbaiki akhlak anak, cara yang dilakukan adalah dengan

nasihat yang lemah lembut. Jika tidak cukup dengan nasihat maka beralih ke cara

lain dengan meninggaalkan dan memboikotnya, tetapi jika sudah cukup dengan

cara itu maka tidak diperkenankan untuk beralih pada cara yang lainnya yaitu

pemukulan (Ulwan, 1994 :52). Tanggung jawab seorang pendidik dalam

pengajaran, bimbingan dan pendidikan dituntut sejak anak dilahirkan hingga

mencapai remaja bahkan dewasa.

Ayat-ayat Al-qur’an dan hadis-hadis Rasulullah SAW menganjurkan

kepada para pendidik untuk melaksanakan tanggung jawab dan

memperingkatkannya ketika lalai. Diantara ayat-ayat tersebut adalah sebagai

berikut.

12

Page 13: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

“ Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan kelauargamu dari api

neraka” (QS. At-Tahrim : 6)

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendiikan shalat dan bersabarlah

kamu dalam mengerjakannya ” (QS. Thaha : 132)

Sedangkan dalam hadis dijelaskan bahwa:

“Seseorang yang mendidik anaknya itu lebih baik daripada bersedakah satu sha

“ (HR. At-Tirmidzi)

“Ajarkanlah kebaikan kepada anak-anak kamu dan keluarga kamu dan didiklah

mereka” ( HR. Abdur Razzaq dan Sa’id bin Mansur)

Bertolak pada petunjuk-petunjuk Al-Qur’an dan hadis-hadis di atas,

seorang pendidik menaruh perhatian yang besar terhadap persoalan pendidikan

dari generasi ke generasi. Jika para pendidik baik ibu bapak maupun guru

bertanggung jawab atas pendidikan anak maka mereka harus mengetahui batas-

batas tanggung jawab tersebut dan tahapan-tahapan yang berkaitan dengannya.

Berikut ini adalah tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang pendidik dalam

mendidik anak secara islam.

1. Tanggung jawab pendidikan iman

Menurut Ulwan (1994 : 164) pendidikan iman adalah mengajarkan anak

tentang dasar-dasar keimanan sejak ia mengerti, membiasakannya rukun islam

13

Page 14: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

sejak ia memahami dan mengajarkan kepadanya dasar-dasar syariat sejak usia

tamyiz. Kewajiban pendidik adalah menumbuhkan anak atas dasar pemahaman di

atas sehingga anak terikat dengan islam. Sehingga setelah mendapat petunjuk dan

pendidikan ini, anak hanya akan mengenal islam sebagai agamanya.

Berikut ini adalah wasiat Rasulullah SAW (Ulwan, 1994 : 166)

a. Mengenalkan hukum-hukum halal dan haram kepada anak sejak dini

Jika ia telah mengenal perintah Allah pada usia dini maka ia tidak akan

mengenal hukum-hukum yang bertentangan dengan perintah dan larangan

dalam Islam.

b. Menyuruh anak untuk beribadah ketika telah memasuki usia tujuh tahun

Mengajarkan anak untuk beribadah sejak dini dilakukan agar anak dapat

mempelajari hukum-hukum ibadah sejak masa pertumbuhannya (Ulwan,

1994 : 167). Ajarkan anak dari hal-hal yang sederhana, kenalkan kepada

mereka jumlah rakaat dan waktu pelaksanaan shalat fardhu. Kemudian

berlanjut pada bacaan dalam shalat (Awwad, 1995 : 43-44)

c. Mendidik anak untuk mencintai Rasul, keluarganya dan membaca Al-Qur’an

Berbicara tentang mencintai Nabi, perkenalkan pula kepada anak tentang

peperangan Rasulullah SAW dan perjalanan hidup para sahabatnya. Hal ini

perlu dilakukan agar anak mampu meneladani perjalanan hidup orang-orang

terdahulu baik mengenai gerakan, kepahlawanan maupun jihad mereka

Adapun batasan tanggung jawab dan kewajiban pendidik adalah sebagai

berikut (Ulwan 1994 : 174).

Pertama, membina anak untuk beriman kepada Allah dilakukan sejak ia

dapat mengenal dan membedakan sesuatu. Dalam pembinaan ini, sebaiknya

14

Page 15: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

para pendidik melakukan sosialisasi secara berjenjang. Yaitu dari hal-hal yang

konkrit hingga yang abstrak, dari yang khusus ke yang umum dan dari yang

sederhana menuju pada hal yang lebih komlpeks.

Kedua, menanamkan kedalam jiwa anak kepribadian yang khusyuk takwa

dan ubudiyah kepada Allah SWT. Hal tersebut dilakukan dengan cara

menunjukkannya kekuasaan Allah SWT yang oenuh dengan mukjizat. Selain

itu, latih dan biasakan anak sejak usia dini untuk khusyuk didalam shalat serta

‘bersedih’ dan ‘menangis’ saat mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an

sebagaimana disabdakan Rasulullah Saw:

“Bacalah Al-Qur’an dan menangislah. Sekiranya engkau tidak dapat

menangis, bersikaplah seperti orang menangis.” (HR. Thabrani)

Kesimpulannya, pendidikan iman ini adalah pendidikan bagi anak-

anak baik secara moral maupun psikis. Ada hubungan yang erat antara iman

dengan moral dan akidah dengan perbuatan.

2. Tanggung jawab pendidikan moral

Menurut Alwan (1994 : 193) pendidikan moral adalah serangkaian

prinsip dasar moral dan keutamaan sikap serta watak yang harus dimiliki dan

dijadikan kebiasaan oleh anak. Moral, sikap dan tabiat adalah salah satu buah

iman yang kuat. Dalam hal moral ini, tanggung jawab pendidik meliputi

sebagai berikut.

a. Memperbaiki masalah kejiwaan anak, meluruskan penyimpangannya

mengangkat mereka dariseluruh kehinaan dan menganjurkan pergaulan

yang baik dengan orang lain.

15

Page 16: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

b. Mendidik anak-anak sejak kecil untuk berlaku benar, dapat dipercaya,

istiqomah, mementingkan orang lain, menolong orang yang membutuhkan

bantuan, menghormati orang tua, menghormati tamu, berbuat baik pada

tetangga, dan mencintai orang lain.

c. Membersihkan lidah anak-anak dari kata-kata kotor dan dari segala

perkataan yang dapat menyebabkan merosotnya nilai moral dan

pendidikan.

d. Membiasakan anak-anak denganperikemanusiaan yang mulia seperti

berbuat baik kepada anak-anak yatim, kaum fakir, dan mengasihani para

janda dan kaum miskin.

Dalam kenyataannya, masih ada fenomena-fenomena merosotnya moral

anak seperti berbohong, mencuri, mencela dan mecemooh serta bentuk

penyimpangan lainnya. Adapun faktor penyebab terjadinya fenomena ini adalah

sebagai berikut (Ulwan, 1994 : 207).

Pertama, karena teladan yang buruk. Hal ini disebabkan karena anak terbiasa

mendengarkan kalimat-kalimat yang buruk, celaan dan kata-kata yang mungkar

daro orang-orang disekelilingnya bahkan bias termasuk orang tua mereka sendiri.

Mak dari itulah peran orang tua dalam meberikan tauladan yang baik sangat

diperlukan.

Kedua, karena pergaulan yang rusak. Apabila anak dibiarkan bermain dengan

orang-orang yang kurang baik dalam perbuatan maupun perkataannya maka

sangatlah mungkin anak tersebut akan terpengaruh.

3. Tanggung jawab pendidikan fisik

Seorang ayah memiliki kewajiban untuk member nafkah kepada anak-

16

Page 17: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

anaknya. Diantara nafkah tersebut adalah menyediakan makanan, tempat tinggal

dan pakaian yang baik, sehingga fisik keluarganya dapat terhindar dari berbagai

penyakit. Adapun pendidikan fisik yang perlu diberikan oleh pendidik adalah

sebagai berikut.

a. Mengikuti aturan-aturan yang sehat dalam makan, minum dan tidur

Dalam hal makan, Rasulullah memberikan petunjuk yaitu menghindari

makanan yang mengandung racun dan melarang makan secara berlebihan

sampai melampaui kebutuhan. Berikut ini adalah beberapa etika ketika makan

(Awwad, 1995 : 49-50), yaitu:

Biasakan agar anak mencuci tangan terlebih dahulu dan menggunakan

tangan kanan ketika makan.

Biasakan anak untuk makan berjamaah karena dengan cara itu anak-anak

akan terlatih untuk mengutamakan dan mencintai orang lain.

Sebagai rasa hormat kepada orang tua, biasakan agar anak tidak

mendahului orang tua.

Biasakan agar anak-anak tidal mencela makanan yang tidak disukainya

Jika makanan jatuh, biasakan anak untuk membersihkan kemudian

memakannya setelah yakin bahwa tidak ada lagi kotoran dalam makanan

itu.

Selain diajarkan etika makan, pendidik juga bertanggungjawab untuk

mengajarkan etika minum. Petunjuk Rasulullah SAW dalam minum adalah

minum dua atau tiga kali teguk, tidak bernafas dalam bejana dan tidak minum

sambil berdiri (ULwan, 1994 : 247). Selain itu, ketika makan anak-anak tidak

terlalu banyak minum karena itu menyebabkan cepat kenyang. Ingatkan pula

17

Page 18: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

kepada anak untuk tidak meminum air es ketika musim panas karena hal itu

dapat menyebabkan sakit perut (Awwad, 1995 : 51).

Dalam hal tidur, Rasulullah SAW menganjurkan supaya posisi badan

ketika tidur miring ke sebelah kanan sebab posisi tidur yang miring ke

sebelah kiri dapat membahayakan jantung dan pernapasan (Ulwan, 1994 :

248). Selain itu ada pula beberapa etika yang perlu diajarkan orang tua

(Awwad 1995 : 54) yaitu.

Ingatkan anak-anak untuk tidur sesuai dengan jadwal tidurnya agar dapat

segera bangun

Ajari anak untuk tidak tidur menelungkup

Upayakan anak agar tidur dengan memakai selimut

Biasakan agar sebelum tidur, anak-anak membaca surat Al-Fatihah, Al-

Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas agar mereka senantiasa dijaga oleh Allah.

Sejak usia 10 tahun, anak laki-laki harus tidur terpisah dengan anak

perempuan. Mereka pun harus belajar tidur terpisah dari orang tuanya.

b. Membiasakan anak untuk berolahraga dan bermain ketangkasan

Sebagai realisasi dari firman Allah SWT, yaitu:

“Dan siapkanlah untuk menhadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu

sanggupi” (QS. Al-Anfal : 60)

Untuk melaksanakan perintah Allah itu maka islam menyerukan untuk

18

Page 19: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

mempelajari renang, memanah dan menunggang kuda (Ulwan, 1994 : 253)

c. Membiasakan anak untuk Zuhud dan tidak larut dalam kenikmatan.

d. Merealisasikan prinsip-pinsip “tidak boleh menyakiti diri sendiri dan orang

lain”

Berdasarkan kaidah islam, orang tua wajib untuk membimbing anak-anak

agar mengetahui aturan kesehatan dan cara pencegahan penyakit demi

terpeliharanya kesehatan dan pertumbuhan kekuatan jasmaninya.

4. Tanggungjawab pendidikan rasio (akal)

Pendidikan rasio (akal) adalah membentuk pola pikir anak dengan segala

sesuatu yang bermanfaat seperti ilmu-ilmu agama, kebudayaan dan peradaban.

Keimanan, moral, fisik dan akal saling berkaitan erat dalam proses pembentukan

kepribadian anak secara integral dan sempurna agar menjadi manusia yang

konsisten dan siap melaksanakan kewajiban, risalah dan tanggungjawab.

Tanggungjawab pendidik dalam pendidikan akal adalah sebagai berikut.

a. Kewajiban mengajar

Kewajiban mengajar adalah salah satu tanggung jawab yang penting

dalam islam. Bahkan ayat pertama yang diturunkan kepada Rasulullah SAW

adalah:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang

Paling Pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan Kalam. Dia

19

Page 20: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq : 1-5)

Bertolak pada pengarahan Al-Quran, kaum muslimin pada periode

Rasulullah SAW dan masa-masa sesudahnya penuh dedikasi dalam mengkaji

ilmu pengetahuan. Islam adalah agama yang menetapkan wajib belajar sejak

masa kanak-kanak dengan tidak membeda-bedakan ilmu-ilmu syarak dengan

ilmu-ilmu alam. Menuntut ilmu dalam pandangan islam merupakan suatu

kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah (Ulwan, 1994 : 309-311). Islam

juga adalah agama yang membagi kewajiban mengajar menjadi fardu ain dan

fardu kifayah. Dalam islam, baik wanita maupun laki-laki memiliki

kedudukan yang sama dalam mempelajari ilmu-ilmu fardu ain.

Orang tua sebagai pendidik memiliki tanggung jawab untuk

menumbuhkan kesadaran berpikir. Yang dimaksud dengan menumbuhkan

kesadaran berpikir adalah mengikat anak dengan :

Islam, baik sebagai agama maupun Negara

Al-Quran baik sebagai sistem maupun perundang-undangan

Sejarah islam, baik sebagai kejayaan maupun kemuliaan

Kebudayaan islam secara umum, baik sebagai jiwa maupun pikiran

Dan dakwah islam sebagai motivasi bagi gerak laku anak

Pendidikan agama pada anak di lingkungan keluarga sudah di anjurkan

untuk di laksanakan sesuai dengan UU. No 20 tahun 2003 yang menjelaskan nilai

nilai pendidikan agama yang salah satunya adalah menekankan pentingnya

pendidikan keluarga yang merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan

kehidupan bangsa melalui pendidikan seumur hidup.

Pendidikan islam pada lingkungan keluarga di indonesia diberikan

20

Page 21: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

melalui ajakan ajakan , pengalaman dan aturan aturan yang di berikan oleh orang

tua kepada anaknya, contohnya orang tua atau keluarga mengajak anaknya untuk

melakukan ibadah sholat bersama , menceritakan pengalamannya seputar

melaksanakan ibadah sholat dan perbutan perbuatan baik sehingga anak terdoktrin

untuk bisa seperti orang tuanya, dan memberikan aturan aturan kepada anak yang

membantu anak untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya

seperti contohnya mengatur anak perempuannya agar tidak pulang larut malam ,

mengatur anaknya untuk belajar agama dan memberikan hukuman kepada

anaknya untuk mengontrol anaknya jika sudah menyimpang dari kaidah atau

aturan aturan agama.

C. Pendidikan Islam Di Sekolah

Pendidikan Islam Di Sekolah

Sejak awal kemerdekaan republik indonesia, pendidikan agama telah

dilaksanakan di sekolah sekolah . pelaksanaan pendidikan agama itu adalah

implementasi dari landasan filosofis bangsa yang tertera dalam sila pertama

pancasila, yakni ketuhanan yang maha esa. Landasan konstitusional undang-

undang dasar 1945 pasal 29, yang menjelaskan tentang kedudukan agama di

indonesia , dan landasan sosial religius masyarakat indonesia sebagai

masyarakat yang beragama.

Tujuan terpenting dari pendidikan agama di lingkungan sekolah adalah

agar terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan

YME berakhlak mulia serta mengamalkan ajaran agamanya dengan sebaik

baiknya dan juga dapat menghargai dan menghormati penganut agama lain

21

Page 22: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

sesuai dengan keberadaan indonesia yang pluralis yang trediri dari berbagai

etnis , ras , bahasa , budaya , daerah dan agama di tuntut tetap untuk senantiasa

dapat menjaga kesatuan bangsa.

Pendidikan agama di sekolah telah dilaksanakan sejak tahun 1947,

sampai sekarang telah terjadi dinamika seputar pendidikan agama. Setidaknya

telah terjadi tiga fase perkembangan pendidikan agama di sekolah

Fase pertama (pada tahun 1946 – 1965) pada fase ini pendidikan agama

kelihatannya masih bersifat fluktuatif dengan indikasinya bahwa ada statemen

dalam undang undang tentang dasar dasar pendidikan dan pengajaran di

sekolah ( UU No. 4 tahun 1950) bahwa orang tua menetapkan apakah anaknya

ikut atau tidak dalam pendidikan agama begitu juga orang dewasa berhak

menentukan apakah di amengikuti pendidikan agama atu tidak , selain itu

dicantumkan juga bahwa pendidikan agama tidak mempengaruhi kenaikan

kelas . hal ini tertera pada Bab XXII pasal 20 UU No. 4 tahun 1950 yang

berbunyi “Menetapkan Pendidikan Agama menjadi mata pelajaran di sekolah-

sekolah mulai dari Sekolah Rakyat sampai dengan Universitas-Universitas

Negeri, dengan pengertian bahwa murid-murid berhak tidak ikut serta, apabila

wali murid/murid dewasa menyatakan keberatan.”

Fase kedua ( 1966 – 1989 ), pada fase ini adalah orde baru .PKI ( partai

komunis indonesia ) di bubarkan dan sekaligus juga melarang ideologi

komunis di indonesia. Untuk menghilangkan ideologi komunis di indonesia

salah satu alat yang ampuh adalah dengan meningkatkan peranan pendidikan

agama. Maka sejak di gelarnya sidang MPRS pada tahun 1966 , di tetapkan

22

Page 23: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

bahwa pendidikan nasional bertujuan antara lain mempertinggi mental , moral-

budi pekerti dan memperkuat keyakinan agama. Dengan demikian , posisi

pendidikan agama bertambah kuat dibanding dengan posisi fase pertama,

tertuang juga keputusan sidang MPRS nomor XXII/MPRS/1966 Bab I pasal 1

yang berbunyi: “Menetapkan pendidikan agama menjadi mata pelajaran di

sekolah-sekolah mulai dari Sekolah Rakyat sampai Universitas-Universitas

Negeri.”

Fase ketiga ( 1990 sampai dengan sekarang ) setelah diberlakukannya

undang undang No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional .pada fase

ini status pendidikan agama semakin kuat , pendidikan agama masuk dalam

sistem pendidikan nasional lewat undang undang tentang sistem pendidikan

nasional lewat undang undang tentang sistem pendidikan UU No. 2 tahun

1989 yang berbunyi “Diusahakan supaya terus bertambah sarana-saran yang

diperlukan bagi pengembangan pendidikan keagamaan dan kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa termasuk pandidikan agama yang dimasukkan

ke dalam kurikulum di sekolah-sekolah mulai dari Sekolah Dasar samppai

dengan Universtas-Universitas Negeri.”

Dari sejarah itu maka pendidikan agama disekolah di indonesia

merupakan mata pelajaran yang wajib untuk di ikuti di oleh semua anak.

Dengan melihat sejarah dan alasan munculnya pendidikan agama di indonesia

maka kita bisa mendapatkan bebrapa tujuan adanya pendidikan agama di

sekolah bagi anak yaitu :

1. Membentuk moral dan akhlak anak indonesia sejak kecil

23

Page 24: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

2. Membentuk kecintaan tanah air yang berlandaskan agama

3. Menerima kebhineka tunggal ikaan di indonesia

4. Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa

5. Mengembangkan potensi didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia , dan

menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Sedangkan pengertian pendidikan agama Islam (PAI) adalah usaha sadar

untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan

mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau

latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam

hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan

persatuan nasional

Masyarakat yang beragam membutuhkan ikatan keadaban yang dapat

dibangun dari nilai-nilai universal ajaran agama. Oleh karena itu guru harus bisa

mampu membelajarkann pendidikan agama yang difungsikan sebagai panduan

moral, mengangkat dimensi-dimensi konseptual ajaran agama seperti kejujuran,

keadilan, kebersamaan, kesadaran akan hak dan kewajiban, musyawarah dan

sebagainya untuk diaktualisasikan dalam kehidupan sesungguhnya.

Dalam islam juga memuat pandangan universal yaitu bahwa manusia

diciptakan oleh Allah sebagai makhluk tertinggi/termulia (Q.S At-Tin:4 dan Al-

Isra’: 70). Di sisi lain manusia juga diiciptakan sebagai makhluk dhoif (Q.S An-

Nisa’:28) sehingga setiap manusia mempunyai potensi salah.

24

Page 25: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

Tujuan pendidikan agama islam di sekolah menurut Standar Isi Badan

Standar Pendidikan Nasional adalah: menumbuhkebangkan akidah melalui

pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan,

pengamalan, pembiasaan, serta pengalamanpeserta didik tentang agama

islamsehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan

ketakwaannya kepada Allah SWT; mewujudkan manusia yang taat beragama dan

berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas,

produktif, jujur, adil, etis, berdidiplin, bertoleransi (tasamuh), menjag a

keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama

dalam komunitas sekolah.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka ruang lingkup pendidikan agama

Islam meliputi lima aspek pokok, yaitu Al Quran dan AL Hadist, Aqidah, Akhlak,

Fiqih, Tarikh dan Kebudayaan Islam. Al Quran dan Al Hadist merupakan sumber

utama ajaran islam artinya merupakan sumber aqidah, akhlak, Fiqih dan tarikh,

aqidah merupakan akar atau pokok agama. Fiqih dan akhlak merupakan

manifestasi dari dari aqidah. Akhlak merupakan aspek sikap hidup manusia

artinya bagaimana sistem norma mengatur hubungan manusia dengan Allah dan

antar sesama manusia.

Pembelajaran berhubungan dengan bagaimana membuat siswa dapat

belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya untuk belajar sendiri untuk

mempelajari apa yang teraktualisasi dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta

didik.

Dalam pembelajaran terdapat tiga komponen utama yang mempengaruhi

25

Page 26: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

pembelajaran pendidikan Agama Islam

1. Kondisi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

Kondisi pembelajaran PAI adalah semua faktor yang

mempengaruhi penggunaan metode pembelajaran PAI. Kondisi ini

berinteraksi dengan pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode

pembelajaran PAI. Kondisi pembelajaran PAI dapat diklasifikasikan

menjadi tujuan pembelajaran, karakteristik bidang studi PAI, karakteristik

peserta didik, dan kendala pembelajaran. Secara umum tujuan

pembelajaran PAI adalah mengantarkan peserta didik mampu memilih al

quran sebagai pedoman hidupnya. Menurut karakakteristiknya, PAI

menuntut adanya fakta, hukum, prinsip dan keimanan yang menyajikan

kebenaran Al Quran sebagai pedoman hidup manusia. Peserta didik pasti

memiliki perbedaan perkembangan kognitif, sosial, budaya, dan

sebagainya. Dilihat dari segi kendala ada lembaga yang memiliki tenaga

pendidik dan kependidikan yang memenuhi standar profesional dan ada

juga lembaga yang tidak memilikinya. Dilihat dari ketersediaan sarana

prasarana ada lembaga yang lengkap memilikinya dan ada juga yang

tidak lengkap memilikinya.

2. Metode Pembelajaran agama Islam

Metode pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi: (1) strategi

pengorganisasian, (2) strategi penyampaian, (3) strategi pengelolaan

pembelajaran. Strategi pengorganisasian meliputi pengorganisasian

bidang studi PAI yang mengacu pada kegiatan pemilihan isi, penataan isi,

26

Page 27: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

pembuatan diagram, skema, format dan sebagainya. Strategi

penyampaian pembelajaran PAI adalah metode-metode penyampaian

pembelajaran PAI yang dikembangkan untuk membuat siswa dapat

merespon dan menerima pelajaran PAI dengan mudah, cepat dan

menyenangkan. Komponen komponen yang mempengaruhi strategi

penyampaian ini yaitu media pembelajaran dan interaksinya dengan

peserta didik serta pola atau bentuk belajar mengajar.

Strategi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata

interaksi antara peserta didik dengan komponen-komponen pembelajaran

lain. Empat hal yang harus diperhatikan dalam strategi pengelolaan

pendidikan yaitu: (1) penjadwalan kegiatan pembelajaran yang

menunjukan tahap-tahap kegiatan yang harus ditempuh peserta didik

dalam pembelajaran, (2) pembuatan catatan kemajuan belajar psereta

didik melalui peneilaian berkala dan komprehensif dan berkala, (3)

pengelolaan motivasi motivasi peserta didik.

Menurut Mujib dan Mudzakkir (2008) menyatakan bahwa bentuk

metode pendidikan islamyang relavan dan efektif dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam adalah:

(1) Metode Diakronis

Metode Diakronis adalah metode mengajar islam yang

menonjolkan aspek sejarah, memberi pemahaman terhadap suatu metode

pemahaman terhadap suatu kepercayaan, sejarah atau kejadian dengan

melihatnya sebagai suatu kenyataan yang memliki kesatuan yang mutlak

27

Page 28: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

dengan waktu, tempat, kebudayaan, golongan, dan lingkungan tempat

kepercayaan, sejarah, dan kejadian itu muncul.

Metode ini menyebabkan peserta didik ingin megetahui, memahami,

menguraikan, dan meneruskan ajaran-ajaran islam dari sumber-sumber

dasarnya, yakni Al Quran dan Al Hadist serta latar belakang sejarahnya.

(2) Metode Sinkronis-Analitis

Metode Sinkronis-Analitis adalah metode yang memberikan

kemampuan analisis, teoretis yang teknnik pengajarannya meliputi

diskusi, lokakarya, seminar, kerja kelompok, resensi buku, lomba karya

ilmiah dan sebagainya.

(3) Metode Problem Solving

Metode ini merupakan pelatihan peserta didik yang dihadapkan

pada berbagai masalah suatu cabang ilmu pengetahuan dengan solusinya.

Metode ini dapat dikembangkan melalui teknik simulasi, micro-teaching,

critical incident.

(4) Metode Empiris

Metode empiris adalah suatu metode mengajar yang

memungkinkan peserta didik mempelajari ajaran Islam melalui proses

realisasi, aktualisasi, serta internalisasi norma-norma dan kaidah islam

melalui proses aplikasi yang menimbulkan suatu interaksi sosial.

(5) Metode Induktif

Metode induktif adalah metode yang dilakukan oleh pendidik

dengan cara mengajarkan materi yang khusus menuju kepada kesimpulan

yang umum.

28

Page 29: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

(6) Metode Deduktif

Metode deduktif adalah metode yang dilakukan oleh pendidik

dalam pengajaran ajaran Islam melalui cara menampilkan kaidah yang

umum kemudian menjabarkannya dengan berbagagai contoh masalah

sehingga menjadi terurai

3. Hasil Pembelajaran pendidikan Agama Islam

Hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi keefektifan,

efisiensi dan daya tarik. Keefektifan dapat diukur dengan kriteria:

kecermatan penguasaan kemampuan atau perilaku yang dipelajari,

kecepatan untuk kerja sebagai bentuk hasil belajar, kesesuaian dengan

prosedur kegiatan belajar mengajar yang ditempuh, kuantitas dan kualitas

hasil kerja, tingkat alih belajar dan tingkat retensi belajar. Efesiensi

belajar dapat diukur dengan rasio antara keefektifan dengan jumlah

waktu yang digunakan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan.

Pembelajaran PAI di sekolah juga bertujuan untuk menciptakan suasana

religius di sekolah sehingga sekolah akan mencetak generasi-generasi baru yang

islami. Menurut Muhaimin (2008) religiusitas dapat diwujudkan dalam berbagai

sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama tidak hanya terjadi saat seseorang

beribadah, tetapi saat melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan

supranatural.

Menurut islam, religiusitas adalah melaksanakan ajaran agama islam

secara menyeluruh (Q.S Al Baqarah: 208). Karena itu setiap muslim, baik dalam

berpikir, bersikap, dan bertindak, diperintahkan untuk berislam. Dalam melakukan

aktivitas ekonom, sosial, politik, atau aktivitas apapun seorang muslim

29

Page 30: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

diperintahkan untuk melakukannya dalam rangka beribadah kepada Allah.

Untuk menciptakan suasana religius di sekolah diperlukan model khusus

untuk merealisasikannya. Model penciptaan suasana religius sangat dipengaruhi

oleh situasi dan kondisi, tempat model itu akan diterapkan beserta penerapan

nilai-nilai yang menyertainya. Terdapat beberapa model untuk menerapkan

suasana religiusitas di sekolah antara lain:

1. Model Struktural

Penciptaan suasana religiusitas dengan mode struktural dilakukan dengan

penciptaan suasana religius yang disemangati oleh adanya peraturan-

peraturan, pembangunan kesan, baik dari dunia luar atas kepemimpinan

atau kebijakan lembaga pendidikan. Model ini menerapkan kegiatan

keagamaan yang dibuat atas prakarsa dari instruksi dari pimpinan

2. Model Formal

Penciptaan suasana religius model formal yaitu menciptakan suasana

religius yang didasari atas pemahaman bahwa pendidikan agama adalah

upaya manusia untuk mengajarkan masalah-masalah kehidupan akhirat

atau ruhani saja, sehingga pendidikan agama dihadapkan dengan

pendidikan non-keagamaan, pendidikan ke-Islam-an dan non-ke-Islam-

an, demikian seterusnya. Model ini berimplikasi terhadap pengembangan

pendidikan agama yang lebih berorientasi pada akhirat, sehingga masalah

keduniaan dianggap tidak penting dan adanya pemisahan antara sains dan

agama.

3. Model Mekanik

Hal yang mendasari model mekanik dalam penciptaan suasana religius di

30

Page 31: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

sekolah adalah pemahaman bahwa kehidupan terdiri atas berbagai aspek

dan pendidikan dipandang sebagai penanaman dan pengembangan

seperangkat nilai kehidupan yang masing-masing bergerak dan berjalan

sesuai fungsinya. Model ini berimplikasi terhadap pengembangan

pendidikan agama yang lebih menonjolkan fungsi moral dan spiritual

atau dimensi afektif dibanding kognitif dan psikomotor.

4. Model Organik

Penciptaan suasana religius dengan model organik yaitu menciptakan suasana

religius yang disemangati oleh adanya pandangan bahwa pendidikan agama

adalah suatu kesatuan atau suatu sistem yang berusaha mengembangkan

pandangan hidup agamis yang diaplikasikan dalam sikap hidup dan keterampilan

hidup yang religius.Implikasi model ini adalah adanya pengembangan pendidikan

agama yang dibangun dari fundamental doctrins dan fundamental values yang

tertuang dalam Al Quran dan As Sunah.

Menurut Kosim (2010) upaya optimalisasi penerapan pendidikan agama

Islam dapat dilakukan dengan: pertama, menerapkan pengintegrasian Pendidikan

Agama Islam (PAI) ke dalam mata pelajaran umum. Program ini sebenarnya telah

dilakukan sejak pada tahun 1994 dengan program PWKG lalu dikembangkan

menjadi program peningkatan Imtaq atau dikenal juga dengan integrasi IMTAQ

dan IPTEK. Namun sejak awal tahun 2000, program ini tidak lagi diterapkan dan

mendapat perhatian dari pemerintah. Padahal upaya mengintegrasikan PAI ke

dalam mata pelajaran umum akan menghilangkan dikotomi antara ilmu dan

31

Page 32: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

agama. Peserta didik juga akan mampu memahami dan merasakan bahwa semua

ilmu berasal dari Allah sehingga kelak ia menjadi ‘alim (orang yang berilmu) dan

dekat dengan al-‘Alim (Yang Maha Mengetahui). Jadi pemerintah daerah

diharapkan membentuk tim untuk mendesain kurikulum setiap mata pelajaran

umum dengan corak terintegrasi PAI. Adapun kesulitan guru-guru umum dalam

mengintegrasikan PAI tersebut dapat diatasi dengan menyusun panduan yang

lebih jelas serta mengadakan pelatihan-pelatihan secara berkelanjutan dan

terorganisir.

Kedua, menerapkan pendidikan al-Qur’an di sekolah. Misalnya melalui

Peraturan Daerah, Pendidikan Agama Islam dijadikan mata pelajaran muatan

lokal yang dapat diterapkan di SD, SMP, SMA dan SMK.

Ketiga, melanjutkan dan meningkatkan kualitas program keagamaan

yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah. Berbagai kegiatan keagamaan yang

telah diprogramkan pemerintah mesti dilanjutkan dan dipastikan berjalan dengan

baik. Misalnya ada program wirid remaja, subuh mubarakah, berpakaian muslim

di sekolah, pesantren Ramadhan dan sebagainya. Semua kegiatan tersebut mesti

dievaluasi dan ditindaklanjuti. Tidak saja guru, akan tetapi perangkat kelurahan

hingga RT dan RW juga diharapkan bertanggungjawab pelaksanaan kegiatan

keagamaan di masyarakat, seperti wirid remaja dan subuh mubarakah tersebut.

Demikian pula memakai pakain menutup aurat, termasuk jilbab tidak hanya

tanggungjawab sekolah, akan tetapi lembaga kursus seharusnya mendukung

kebijakan tersebut dengan membuat aturan setiap siswi muslim juga wajib

32

Page 33: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

mengenakan jilbab dan menutup aurat dalam mengikuti kursusu tersebut. Tanpa

dukungan masyarakat, maka kebijakan keagamaan yang ditetapkan pemerintah

hanya sekedar formalitas belaka.

Keempat, menerapkan model sekolah berwawasan imtaq. Sejak tahun

2007, Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK)

Departemen Agama telah menyusun konsep Sekolah Berwawasan Imtak.

Rencananya piloting sekolah tersebut akan diterapkan pada Tahun 2010.

Sebenarnya model ini sudah dilakukan di beberapa sekolah umum swasta,

semacam sekolah Islam terpadu. Terlepas dari ada tidaknya piloting tersebut,

pemerintah daerah sejatinya melakukan inovasi dengan membina sekolah–

setidaknya satu sekolah negeri–di setiap kota/kabupaten  sebagai model sekolah

berwawasan imtaq tersebut. Akan lebih baik lagi jika sekolah tersebut

diasramakan (boarding) sehingga pembinaan agama lebih efektif dilakukan.

Model sekolah ini diharapkan dapat dicontoh oleh sekolah lain sehingga akan

tercipta kompetisi masing-masing sekolah dalam mendidik generasi yang

berkualitas iman, ilmu, dan amal.

Kelima, melengkapi sarana pembinaan agama Islam di sekolah. Untuk

mendukung kegiatan pendidikan Islam di sekolah, mesti disediakan sarana yang

memadai. Sarana yang terpenting adalah mushalla dan tempat berwudhu’. Banyak

sekolah yang tidak memiliki mushalla. Atau memiliki mushalla tetapi tidak bisa

menampung seluruh siswa, demikian pula tempat berwudhu’. Mushalla sekolah

mesti dijadikan pusat kegiatan Islam di sekolah. Selain itu, sekolah juga perlu

33

Page 34: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

memiliki labor agama. Sarana labor agama dimaksud menyiapkan perlengkapan

yang menunjang materi pembelajaran, seperti perlengkapan shalat, peralatan

shalat jenazah, peralatan ibadah haji, peralatan thaharah, contoh jenis-jenis

binatang halal dan haram, dan sebagainya. Labor tersebut juga dilengkapi dengan

multimedia, seperti computer, infocus, dan sound system sehingga CD

pembelajaran PAI dan terkait dengannya juga dapat disaksikan.

Kelima upaya di atas diharapkan memberikan masukan untuk menghasilkan

ide-ide kreatif dalam pelaksanaan pendidikan Islam di sekolah.

D. Pendidikan islam pada anak di lingkungan masyarakat

Hampir sama dengan pendidikan dalam keluarga, pendidikan di tengah

masyarakat juga merupakan pendidikan sepanjang hayat lewat pengalamam hidup

sehari-hari. Masyarakat Islam memiliki karakteristik tersendiri dalam membentuk

perasaan taqwa di dalam diri individu. Masyarakat sangat berpengaruh dalam

mengubah perilaku individu. Masyarakat Islam juga memiliki kepekaan yang

tinggi sehingga mampu mencium penyelewengan individu dari jalan Islam dan

segera meluruskannya. Dalam pengawasannya individu tidak akan berani

melakukan kemaksiyatan secara terang-terangan.

Jadi di lingkungan masyarakat islam anak akan mendapatkan pendidikan

secara langsung dari masyarakat sendiri, secara individu apakah dari nilai baik

buruknya akan segera langsung terawasi oleh masyarakat

Di indonesia sendiri yang mayoritas penduduknya menganut agama

islam, lingkungan muslim yang kental di suatu daerah sangat membantu

mendidik anak untuk belajar agama, kondisi yang mendukung akan sangat

34

Page 35: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

berpengaruh pada pendidikan anak.contohnya dimana suatu daerah yang masih

menjalankan acara acara keagamaan secara rutin maka masyarakatnyapun pasti

akan tergerak untuk mengikuti dan secara tidak langsung akan belajar dari acara

tersebut, dimana suatu daerah yang masjid masjidnya masih di penuhi oleh anak

anak yang mengaji setiap sehabis shalat maghrib, maka pasti anak anak tidak

malas untuk ikut pergi mengaji dan belajar bersama anak anak yang lain.

Selain itu adat istiadat di indonesia yang masih sangat kental saling

mengingatkan masyarakat satu sama lain dalam menjalani ibadah atau saling

menjaga dari perbuatan kemunkaran ikut memberi peran dalam pendidikan islam.

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan Islam adalah suatu proses pendidikan melalui ajaran Islam

untuk terbentuknya kepribadian Islam dalam diri setiap anak didik yang

mencakup seluruh aspek kehidupan yang dilakuakan oleh orang dewasa muslim

35

Page 36: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

yang bertakwa. Pendidikan Islam harus diterapkan dari masa anak-anak di

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Keluarga

bertanggung jawab terhadap pendidikan awal anak. Keluarga mempunyai

tanggung jawab iman, tanggung jawab moral, tanggung jawab fisik, dan tanggung

jawab rasio. Sekolah bertanggung jawab terhadap pendidikan Islam pada anak

melalui mata pelajaran pendidikan agama Islam dan penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari anak. Sedangkan masyarakat mempunyai tanggung jawab

pendidikan Islam dengan membangun lingkungan yang islami sehinggga

membantu anak belajar agama. Dengan upaya penerapan pendidikan Islam

tersebut diharapkan anak tumbuh menjadi generasi Islam yang bertakwa kepada

Allah SWT.

B. Saran

Di era globalisasi ini pendidikan islam sangat dibutuhkan sebagai

penyaring kebudayaan baru yang datang sehingga masyarakat tetap bisa

mempertahankan nilai-nilai Islam dan ikut berkembang selaras dengan

perkembangan zaman. Keluarga, sekolah, dan masyarakat harus saling

bekerjasama untuk menciptakan lingkungan Islam yang kondusif.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M, Prof., H., M.Ed. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Daulay,Haidar Putra, Haji. (2009) Dinamika pendidikan islam di asia

tenggara.jakarta : Rineka Cipta

36

Page 37: Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

Daulay,Haidar Putra, Haji. (2009) Pemberdayaan Pendidikan Islam Di Indonesia

.jakarta : Rineka Cipta

Kosim, M. 2010. Optimalisasi Pendidikan Islam di Sekolah. [Online] Tersedia:

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/2010/10/16/optimalisasi-pendidikan-

islam-di-sekolah/ [5 Februari 2013].

Mazhahiri, Husain.(2002) pintar mendidik anak : panduan lengkap bagi orang

tua, guru, dan masyarakat berdasarkan ajaran islam. Jakarta : Lentera

Muhaimin, et al. 2008. Paradigma Pendidikan Islam : Upaya Mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung : Rosda.

Mujib, A. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana.

Mujib, Abdul, Dr., M.Ag. dan Dr. Jusuf Mudzakkir, M.Si. (2008). Ilmu

Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.

Wahid, Abdul, Drs., H., SH., MA. dkk. (2010). Pendidikan Islam Humanistik.

Bandung: PT. Refika Aditama.

37