pendekatan pengelolaan das terpadu untuk pembangunan waduk

6
PENDEKATAN PENGELOLAAN DAS TERPADU UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN (Studi Kasus Pembangunan Bendungan di Ethiopia) 1 Oleh : Heri Apriyanto Abstrak Pendekatan Pengelolaan DAS Terpadu (IWM) sebagai alternatif pendekatan yang digunakan dalam proses perencanaan untuk pembangunan bendungan di dunia secara umum, dan Ethiopia secara khususnya. Banyak masalah sosial, lingkungan dan ekonomi utama yang disebabkan oleh pembangunan bendungan. Penciptaan platform multipihak, integrasi metodologi soft system dengan aplikasi hard system, dan penyelesaian langkah-langkah perlindungan lingkungan menjadi salah satu komponen utama dari peningkatan metodologi perencanaan pembangunan bendungan baru di Ethiopia. Ilmu dan pengetahuan (metodologi) dapat membantu penduduk DAS menciptakan keragaman solusi pengelolaan sumber daya lokal yang tepat. Pelaksanaan kebijakan dan strategi lingkungan yang efektif dapat meningkatkan kualitas pengembangan wilayah berbasis DAS. Pendekatan IWM adalah alternatif yang efektif untuk menangani masalah sosial, lingkungan dan ekonomi yang terkait dengan perencanaan dan pembangunan bendungan baru. PENDAHULUAN Sampai awal tahun 1980-an, pengelola dan pembuat kebijakan sumber daya air melakukan pengelolaan dan pendistribusian air kepada masyarakat dengan fokus hanya pada memaksimalkan jumlah air yang tersedia untuk tujuan tersebut. Sebagai respon terhadap masalah air yang semakin serius, maka mulai dianjurkan untuk menggunakan pendekatan pengelolaan sumber daya air terpadu (Integrated Water Resource Management/IWRM). Sementara itu pendekatan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Integrated Watershed Management/IWM) juga dianjurkan digunakan sebagai alat perencanaan untuk perlindungan dan pengembangan air, tanah dan sumber daya alam lainnya. The Technical Advisory Committee of the Global Water Partnership (2002) mendefinisikan IWRM sebagai suatu proses yang mendorong pembangunan dan pengelolaan air, tanah dan sumber daya terkait secara terkoordinasi, dalam rangka memaksimalkan kesejahteraan ekonomi dan sosial yang dihasilkan dengan cara yang adil tanpa mengorbankan keberlanjutan ekosistem. Sebaliknya, IWM didefinisikan sebagai perlindungan, perbaikan dan penggunaan rasional terhadap air dan tanah dan sumber daya alam terbarukan di DAS, dalam rangka mencapai tujuan yang optimal baik manfaat ekologi, ekonomi dan sosial. Kedua pengertian tersebut mempertimbangkan air, sumber 1 Makalah ini merupakan saduran dari sebuah makalah yang berjudul Integrated Watershed Management : A Planning Methodology For Construction Of New Dams In Ethiopia yang ditulis oleh Bezuayehu Tefera dan Leo Stroosnijder, dan diterbitkan oleh Jurnal Lakes & Reservoirs: Research and Management 2007 12: 247–259 Halaman 1 / 6

Upload: heri-apriyanto

Post on 10-Nov-2015

14 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

DAS, Hidrologi

TRANSCRIPT

  • PENDEKATAN PENGELOLAAN DAS TERPADU UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN

    (Studi Kasus Pembangunan Bendungan di Ethiopia)1

    Oleh : Heri Apriyanto

    Abstrak Pendekatan Pengelolaan DAS Terpadu (IWM) sebagai alternatif pendekatan yang digunakan dalam proses perencanaan untuk pembangunan bendungan di dunia secara umum, dan Ethiopia secara khususnya. Banyak masalah sosial, lingkungan dan ekonomi utama yang disebabkan oleh pembangunan bendungan. Penciptaan platform multipihak, integrasi metodologi soft system dengan aplikasi hard system, dan penyelesaian langkah-langkah perlindungan lingkungan menjadi salah satu komponen utama dari peningkatan metodologi perencanaan pembangunan bendungan baru di Ethiopia. Ilmu dan pengetahuan (metodologi) dapat membantu penduduk DAS menciptakan keragaman solusi pengelolaan sumber daya lokal yang tepat. Pelaksanaan kebijakan dan strategi lingkungan yang efektif dapat meningkatkan kualitas pengembangan wilayah berbasis DAS. Pendekatan IWM adalah alternatif yang efektif untuk menangani masalah sosial, lingkungan dan ekonomi yang terkait dengan perencanaan dan pembangunan bendungan baru.

    PENDAHULUAN Sampai awal tahun 1980-an, pengelola dan pembuat kebijakan sumber daya air melakukan pengelolaan dan pendistribusian air kepada masyarakat dengan fokus hanya pada memaksimalkan jumlah air yang tersedia untuk tujuan tersebut. Sebagai respon terhadap masalah air yang semakin serius, maka mulai dianjurkan untuk menggunakan pendekatan pengelolaan sumber daya air terpadu (Integrated Water Resource Management/IWRM). Sementara itu pendekatan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Integrated Watershed Management/IWM) juga dianjurkan digunakan sebagai alat perencanaan untuk perlindungan dan pengembangan air, tanah dan sumber daya alam lainnya. The Technical Advisory Committee of the Global Water Partnership (2002) mendefinisikan IWRM sebagai suatu proses yang mendorong pembangunan dan pengelolaan air, tanah dan sumber daya terkait secara terkoordinasi, dalam rangka memaksimalkan kesejahteraan ekonomi dan sosial yang dihasilkan dengan cara yang adil tanpa mengorbankan keberlanjutan ekosistem. Sebaliknya, IWM didefinisikan sebagai perlindungan, perbaikan dan penggunaan rasional terhadap air dan tanah dan sumber daya alam terbarukan di DAS, dalam rangka mencapai tujuan yang optimal baik manfaat ekologi, ekonomi dan sosial. Kedua pengertian tersebut mempertimbangkan air, sumber

    1 Makalah ini merupakan saduran dari sebuah makalah yang berjudul Integrated Watershed Management : A Planning Methodology For Construction Of New Dams In Ethiopia yang ditulis oleh Bezuayehu Tefera dan Leo Stroosnijder, dan diterbitkan oleh Jurnal Lakes & Reservoirs: Research and Management 2007 12: 247259

    Halaman 1 / 6

  • daya alam lainnya, dan dimensi ekonomi, sosial dan ekologi. Proses IWRM mencakup dimensi waktu, sedangkan IWM mencakup dimensi ruang (DAS). Kerangka pengelolaan DAS berfokus pada DAS atau sungai sebagai unit perencanaan air dan pembangunan, terutama karena perencanaan berbasis DAS memiliki keuntungan, antara lain risiko pada setiap titik dapat dipahami dalam kaitannya dengan posisi topografi, dan efeknya terhadap hidrologi lokal dan produksi sedimen. Menggabungkan semua karakteristik fisik, politik dan ekonomi maka berarti bahwa sumber daya air harus dikelola secara DAS bukan berdasarkan batas administratif. Sedangkan prinsip-prinsip IWRM tidak jelas membahas mekanisme restorasi sungai, yang diperlukan untuk pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan. Upaya pengelolaan air (misalnya pembangunan bendungan) sering kali gagal karena fokus hanya pada faktor air saja dengan mengabaikan komponen lingkungan lainnya seperti masalah sedimen, atmosfer, biologi atau sosial. Pembangunan bendungan mungkin berhasil di salah satu sisi namun di sisi lain seperti bidang sosial, lingkungan dan ekonomi timbul masalah yang signifikan. Keberhasilan suatu perencanaan lebih didorong pada kekuatan sosial dan ekonomi, daripada pertimbangan teknis, dengan demikian pendekatan IWM telah bergeser dari fokus teknik ke pendekatan yang rasional, komprehensif dan partisipatif. Partisipasi stakeholder diharapkan dapat membuat pendekatan IWM lebih berhasil dan berkelanjutan. IWM adalah pendekatan yang relatif baru di Etiopia, yang diperkenalkan melalui Program konservasi tanah dan air (soil and water conservation (SWC) programme) di negara ini pada tahun 1980-an. Pendekatan SWS ini bertujuan untuk mengkonsentrasikan sumber daya manusia dan pembiayaan dalam satuan hidrologi dalam rangka pengendalian erosi tanah yang lebih baik. Pendekatan ini telah mampu melaksanakan restorasi lahan pertanian yang rusak, perbaikan kapasitas air dalam tanah, peningkatan woodlots, dan peningkatan produktivitas lahan padang rumput. Namun, terdapat perencanaan dan pelaksanan pembangunan bendungan tanpa persetujuan dari mitra (stakeholders DAS). Pembangunan bendungan pada saat itu hanya memperhitungkan kekuatan publik atau utilitas air dengan penilaian terbatas terutama untuk analisis biaya-manfaat secara teknis. Integrasi pembangunan bendungan, perubahan penggunaan lahan, dan SWC jarang dipraktekkan di Ethiopia, yang mengakibatkan terjadinya sedimentasi dan kerugian jangka panjang terkait dengan berkurangnya kapasitas penyimpanan air bendungan. Hal ini menjadikan masalah dan keprihatinan yang serius. Untuk tidak mengulang masalah yang ada, maka dalam rangka memenuhi keamanan pangan, elektrifikasi dan pasokan air, Pemerintah Ethiopia akan membangun bendungan baru, dengan melaksanakan SWC, pemanenan air in-situ dan reboisasi. Kebijakan Lingkungan Ethiopia memerintahkan semua pengembangan air besar dan proyek-proyek manajemen harus menjalani penilaian dampak lingkungan (AMDAL) dan masyarakat yang berada di wilayah proyek harus terlibat dalam desain, perencanaan dan pelaksanaan. Untuk memfasilitasi pelaksanaan yang lebih efektif perlu dipahami faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi IWM. Makalah ini bertujuan mengembangkan metodologi perencanaan IWM untuk membangun bendungan baru di Ethiopia.

    Halaman 2 / 6

  • PENGELOLAAN DAS TERPADU DAS didefinisikan sebagai wilayah di mana semua air mengalir ke sistem sungai tunggal. Saat ini terdapat sebuah konsensus global yang menyatakan bahwa DAS itu adalah unit yang tepat untuk upaya pengelolaan sumber daya alam dan air. Pendekatan IWM tersebut adalah, proses perencanaan pengelolaan yang multiresource, dan komprehensif, di mana semua stakeholder yang terkait dengan DAS, duduk bersama untuk menentukan kepentingan bersama, menetapkan prioritas, mengevaluasi alternatif, dan melaksanakan dan memantau hasil pembangunan. MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN Pembangunan bendungan pada umumnya bertujuan menyimpan air untuk pembangkit listrik, irigasi, penyediaan air domestik dan pengendalian banjir. Dari bendungan dapat menciptakan penghasilan dari pendapatan ekspor yang berasal dari penjualan langsung listrik atau dengan menjual tanaman segar atau produk olahan yang dihasilkan dengan menggunakan listrik. Jumlah penduduk yang semakin meningkat dan standar hidup yang lebih tinggi memerlukan pembangunan bendungan baru, serta pemeliharaan yang sudah ada. Meskipun manfaat besar, bagaimanapun, terdapat masalah sosial, lingkungan dan ekonomi yang disebabkan oleh pembangunan bendungan, seperti yang disajikan pada Tabel 1.

    Tabel 1 Dampak Negatif Pembangunan Bendungan Masalah di bidang

    Sosial Lingkungan Ekonomi pemindahan paksa orang

    yang tinggal di daerah yang akan tergenang oleh badan air dihasilkan

    merubah sistem produktif dan pola hidup masyarakat sekitar

    kesenjangan gender telah melebar

    Kurangnya partisipasi pada populasi masyarakat dalam urusan yang mempengaruhi kesejahteraan

    perubahan negatif dalam kuantitas/kualitas air, degradasi lahan, dan sedimentasi

    kesuburan tanah menurun dan kualitas tanah akibat dari genangan air, salinisasi

    Hilangnya keanekaragaman flora dan fauna, jenis hutan

    emisi gas rumah kaca penyebaran penyakit yang

    ditularkan melalui air (misalnya malaria)

    Hasil keuntungan dari pengoperasian bendungan (PLTA, supply air baku), biasanya milik pemilik bendungan atau pembangkit listrik, sering kali merugikan warga setempat karena hanya mendapatkan kompensasi atas biaya lingkungan dan sosial yang tak terelakkan akibat keterberadaan proyek-proyek tersebut.

    Sebagai pilihan pembangunan, bendungan besar seringkali menjadi titik fokus untuk kepentingan politisi, instansi pemerintah terpusat, lembaga keuangan internasional, dan industri pembangunan bendungan. Pendekatan terpadu untuk pengembangan DAS sering diabaikan dalam membuat keputusan seperti itu, sedangkan pendekatan sektoral lebih dipakai. Padahal ketika sebuah bendungan dibangun di satu titik di sebuah alur sungai, bagaimanapun, dapat mempengaruhi kepentingan hilir pengguna air rumah tangga, petani, penggembala ternak dan nelayan, dan neraca air DAS. Ini berarti bahwa perencanaan untuk masalah pembangunan bendungan harus dilihat dari perspektif yang lebih luas, baik dari segi ruang dan mata pencaharian manusia.

    Halaman 3 / 6

  • PENGALAMAN ETHIOPIA DALAM PROYEK PEMBANGUNAN AIR Negara Ethiopia memiliki sumber daya air yang berlimpah dan tersebar di seluruh negeri, namun pemanfaatannya masih rendah. Dari potensi tenaga air 30.000 MW, misalnya, hanya 1% saat ini sedang digunakan. Dari potensi irigasi 3,6 juta ha, hanya 5,5% telah dikembangkan. Selain itu, hanya 31% dari total penduduk Ethiopia yang memiliki akses ke air bersih, dengan cakupan penyediaan air pedesaan yang
  • Multistakeholder platform sebagai alat perencanaan untuk IWM Stakeholder, terkait dengan pembangunan bendungan, dapat didefinisikan sebagai individu, organisasi, badan-badan sektor publik, dan lembaga donor, yang terkait dengan sumber daya air, dan yang memiliki kepentingan perkembangan mereka. Perlu dicatat bahwa pendekatan IWM mengasumsikan pengelolaan seluruh bagian DAS atau river basin, yang berarti juga mempertimbangkan lahan/tanah sebagai bagian dari sumber daya air. Dengan demikian, pendekatan IWM diharapkan dapat mengatasi kepentingan kedua masyarakat baik hulu dan hilir. Sesuai dengan tujuan publik, maka keahlian mereka, transdisciplinary, dan kelompok multidisiplin harus digunakan, dengan kontribusi masing-masing anggotanya atau perspektif profesionalnya untuk menyelesaikan masalah yang sedang ditangani. Pemerintah Ethiopia telah membentuk beberapa lembaga publik untuk terlibat dalam pengembangan sumber daya air. Namun demikian, masih terdapat kurangnya koordinasi pelaksanaan kebijakan antara Kementerian Sumber Daya Air dan Otoritas Perlindungan Lingkungan Ethiopia di satu sisi, dan Perusahaan Tenaga Listrik di sisi lain. Sementara dua organisasi pertama berkaitan dengan isu lingkungan dan ekonomi terhadap pembangunan bendungan, maka Perusahaan Tenaga Listrik lebih tertarik pada keuntungan ekonomi pembangunan bendungan hydropower. Untuk mengurangi masalah kurangnya koordinasi, dan untuk meningkatkan pelaksanaan kebijakan lingkungan, maka Kementerian SDA akan mengkaji, merancang dan mengawasi pembangunan bendungan. Otoritas Perlindungan Lingkungan Ethiopia memastikan bahwa semua proyek pengembangan dan pengelolaan air harus disertai AMDAL. Kebijakan harus diarahkan untuk melibatkan stakeholder dalam perencanaan dan pengelolaan DAS. Penggunaan pendekatan IWM akan membawa stakeholders bersama pada sebuah platform umum yang harus ditekankan dalam proses penempaan kemitraan antara pemerintah, pembangun bendungan dan masyarakat. Untuk melakukannya, bagaimanapun, diperlukan semacam konsensus diantara kebutuhan stakeholder. Dengan memahami satu sama lain dan perbedaan mereka, stakeholder akan dapat mengatasi banyak masalah. Hard system sebagai alat untuk mendukung perencanaan IWM Memahami pengaruh perubahan penggunaan lahan yang dihasilkan dari konstruksi bendungan pada seperti pertanian, erosi tanah dan sedimentasi, adalah beberapa dari basis pengetahuan yang akan diterapkan selama praktek IWM atau untuk perencanaan bendungan baru. Untuk itu diperlukan beberapa teknologi atau model-model, seperti GIS dan model prediksi erosi, untuk mendukung hal tersebut. IWM juga harus memberi penekanan untuk menjamin kelestarian lingkungan (Millenium Development Goal 7) karena lingkungan, sebagai tema lintas sektor, dipengaruh oleh beberapa MDGs. Peningkatan efisiensi penggunaan air secara keseluruhan dan produktivitas biomassa pada skala DAS melalui perubahan kelembagaan dan teknologi dapat menjadi langkah awal penting dalam mencapai pembangunan yang lebih berkelanjutan.

    Halaman 5 / 6

  • Pertimbangan Ekonomi Untuk Perencanaan IWM Proyek pembangunan bendungan dinilai berhasil jika mereka mampu mendukung keamanan pangan, berkontribusi pada pengentasan kemiskinan, dan meningkatkan kesempatan kerja. Pelaksanaan IWM juga membutuhkan investasi keuangan yang besar. Sumber dana ini dapat berasal dari pengguna hilir (misalnya perusahaan listrik, utilitas air bersih) dan lembaga pendanaan lokal dan internasional. Bahan dan tenaga kerja yang ditanggung oleh para produsen hulu (petani) dalam melaksanakan IWM pada umumnya, dan tindakan konservasi tanah dan air khususnya, adalah besar dan harus dianggap sebagai sumber utama pendanaan. Isu Sosial Untuk Perencanaan IWM Para stakeholders turut berpartisipasi dalam negosiasi perjanjian proyek yang berhubungan dengan pemukiman kembali atau kompensasi, dan untuk berbagi manfaat. Sangat penting bahwa setiap komunitas yang tergusur oleh proyek bendungan dijadikan mitra dalam usaha bendungan, tidak hanya selama fase konstruksi, tetapi juga seluruh waktu beroperasionalnya bendungan. Mereka harus memiliki saham manfaat yang akan diperoleh dari proyek, dalam hal tanah atau aktiva tetap lainnya, serta mendapat keuntungan tahunan dari proyek (dividen misalnya dari listrik atau air). Selain itu, sebagian dari keuntungan dari proyek bendungan harus digunakan sebagai sumber keuangan bagi orang-orang yang melaksanakan pemukiman kembali dan kompensasi terhadap aset mereka yang hilang. KESIMPULAN Tidak ingin mengulangi pengalamanan kegagalan-kegagalan di bidang pembangunan sumber daya air, maka Pemerintah Ethiopia menggunakan pendekatan IWM untuk perencanaan dan pembangunan bendungan-bendungan baru dalam rangka keamanan pangan, persediaan air, dan pembangkit listrik. Pendekatan IWM tersebut bercirikan : Dalam proses penempaan kemitraan antara pemerintah, pembangun bendungan dan

    masyarakat dalam perencanaan bendungan baru, adalah penting untuk membawa semua pemangku kepentingan pada platform bersama. Partisipasi stakeholder diharapkan dapat membuat pendekatan IWM lebih berhasil dan berkelanjutan. Selain itu adanya tim multidisiplin dalam tahap perencanaan dan pembangunan, dimana setiap anggota menyumbang profesional perspektifnya untuk mengatasi masalah.

    Pertimbangan secara sosial, lingkungan dan ekonomi diberikan untuk menentukan apakah suatu proyek bendungan tersebut dilaksanakan atau tidak. Pembangunan bendungan juga dapat dilanjutkan setelah terdapat pengakuan memuaskan, dan kompensasi bagi penduduk DAS yang terkena dampak, dan penyelesaian langkah-langkah perlindungan lingkungan. Setiap komunitas yang tergusur dijadikan mitra dalam usaha bendungan, tidak hanya selama fase konstruksi, tetapi juga seluruh waktu beroperasionalnya bendungan.

    Pelaksanaan langkah-langkah perlindungan DAS yang efektif memerlukan informasi valid, yang diperoleh dari penggunaan teknologi hard systems dan soft systems.

    Halaman 6 / 6