pendekatan kognitif behavioral

108
KOGNITIF BEHAVIORAL 1. PENDEKATAN BEHAVIORAL (BEHAVIORAL THERAPHY) PENDAHULUAN Pendekatan behavioral didasari oleh hasil eksperimen yang melakukan investigasi tentang prinsip- prinsip tingkah laku manusia. Eksperimen-eksperimen tersebut menghasilkan teknik-teknik spesifik dalam pendekatan ini yang dipelopori oleh beberapa tokoh behaviorisme yang terpercaya. Tokoh behaviorisme yang melahirkan teknik-teknik konseling antara lain, Skinner, Watson, Pavlov, dan Bandura. Pendekatan tingkah laku atau behavioral menekankan pada dimensi kognitif individu dan menawarkan berbagai metode yang berorientasi pada tindakan (action-oriented) untuk membantu mengambil langkah yang jelas dalm mengubah tingkah laku. Istilah modifikasi perilaku (behavior modification) dan pendekatan (behavioral approach) banyak digunakan secara bersamaan dengan makna yang sama. Konseling behavior memiliki asumsi dasar bahwa setiap tingkah laku dapat dipelajari, tingkah laku lama dapat diganti dengan tingkah laku baru, dan manusia memiliki potensi berperilaku baik atau buruk, tepat atau salah. Selain itu, manusia dipandang sebagai individu yang mampu melakukan refleksi atas tingkah lakunya sendiri, mengatur serta dapat mengontrol perilakunya, dan dapat belajar tingkah laku baru atau dapat mempengaruhi perilaku orang lain (Walker & Shea, 1988, p. 36). 1

Upload: ade-irma-arifin

Post on 30-Jul-2015

6.210 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

KOGNITIF BEHAVIORAL

1. PENDEKATAN BEHAVIORAL (BEHAVIORAL THERAPHY)

PENDAHULUAN

Pendekatan behavioral didasari oleh hasil eksperimen yang melakukan

investigasi tentang prinsip-prinsip tingkah laku manusia. Eksperimen-eksperimen

tersebut menghasilkan teknik-teknik spesifik dalam pendekatan ini yang

dipelopori oleh beberapa tokoh behaviorisme yang terpercaya. Tokoh

behaviorisme yang melahirkan teknik-teknik konseling antara lain, Skinner,

Watson, Pavlov, dan Bandura. Pendekatan tingkah laku atau behavioral

menekankan pada dimensi kognitif individu dan menawarkan berbagai metode

yang berorientasi pada tindakan (action-oriented) untuk membantu mengambil

langkah yang jelas dalm mengubah tingkah laku. Istilah modifikasi perilaku

(behavior modification) dan pendekatan (behavioral approach) banyak digunakan

secara bersamaan dengan makna yang sama. Konseling behavior memiliki asumsi

dasar bahwa setiap tingkah laku dapat dipelajari, tingkah laku lama dapat diganti

dengan tingkah laku baru, dan manusia memiliki potensi berperilaku baik atau

buruk, tepat atau salah. Selain itu, manusia dipandang sebagai individu yang

mampu melakukan refleksi atas tingkah lakunya sendiri, mengatur serta dapat

mengontrol perilakunya, dan dapat belajar tingkah laku baru atau dapat

mempengaruhi perilaku orang lain (Walker & Shea, 1988, p. 36).

SEJARAH

Perkembangan pendekatan behavior diawali pada tahun 1950-an dan awal

1960-an sebagai radikal menentang perspektif psikoanalisis yang dominan.

Pendekatan ini dihasilkan berdasarkan hasil eksperimen para behaviorist yang

memberikan sumbangan pada prinsip-prinsip belajar dalam tingkah laku manusia.

Pendekatan ini memiliki perjalanan panjang mulai dari penelitian laboraturium

terhadap binatang hingga eksperimen terhadap manusia. Secara garis besar,

sejarah perkembangan pendekatan behavioral terdiri dari tiga trend utama, yaitu

trend I : konditioning klasik (classical conditioning), trend II kondisioning operan

(operant conditioning), dan ternd III terapi kognitif (cognitive therapy) (Corey,

1986, p.174)

1

TREND I : CLASSICAL CONDITIONING

Tren pertama dalam pendekatan behavioral adalah classical conditioning.

Tokoh classical conditioning yang banyak dijadikan refernsi adalah Ivan

Petrovich Pavlov. Ia adalah seorang psikolog dari Rusia lahir di Rjasan 14

september 1849 dan meninggal di Leningrad 27 februari 1936 (1849-1936). Ia

memiliki dasar pendidikan ilmu faal sebagai Doktor kedokteran dari Universitas

St. Petersburg. Studinya tentang refleks merupakan dasar bagi perkembangan

aliran psikologi behaviorisme dan sebagai dasar penelitian proses belajar dan

pengembangan teori belajar. Hasil penelitian Pavlov yang terkenal adalah tentang

refleks berkondisi (conditioned reflex) dengan sebutan proses kondisioning klasik,

penelitiannya menggunakan anjing yang dalam keadaan lapar ditempatkan pada

ruang kedap suara. Dihadapan anjing, diletakkan meja untuk meletakkan makanan

yang mudah dijangkau anjing. Pada leher dipasang alat pada kelenjar ludahnya

yang dihubungkan dengan selang sehingga saat air liur yang keluar dapat

ditampung dan diukur dengan menggunakan gelas ukuran.

Proses konditioning dalam penelitian ini adalah stimulus yang digunakan bunyi

bel, dan makanan. Pada percobaan pertama, tahapannya adalah Conditioning

Stimulus (CS) berupa bel, Unconditioning Stimulus (US) adalah makanan,

Unconditioning Response (UR) adalah air liur. Ketika percobaan pertama, bel

dibunyikan dan tidak menghasilkan air liur, makanan menghasilkan air liur.

Kemudian pada percobaan kedua proses konditioning, CS berupa bel diikuti

pemberian US berupa makanan dengan diulang sebanyak 10-20 kali. Setelah

terbentuk asosiasi antara CS dan US. Ketika CS berupa bunyi bel dibunyikan

tanpa US yaitu makanan, diikuti CR yaitu keluar air liur.

Pada penelitian ini jarak waktu pemberian CS dan US serta penghentian

pemberian US mengakibatkan terjadi proses penghapusan (extinction) yaitu ketika

CS dan US telah membentuk CR, proses ini disebut tahap akuisisi (acquisition

stage). Bila jarak waktu antara CS dan US selama 18 detik, maka terjadi

penurunan CR, seperti saat percobaan kesatu, kehadiran CS tanpa diikuti US

secara terus menerus akan melemahkan CR. Hal ini disebut dengan penghapusan

(extinction). Akan tetapi setelah fase laten, bila proses ini diulang dengan jarak

waktu 1 atau 2 detik antara CS1 dan US2, maka akan kembali terjadi CR. Dengan

2

demikian CS + US = CR. Dalam hal ini US memperkuat munculnya CR, maka

US berfungsi sebagai positive reinforcement. Pavlov menemukan bahwa fase

penurunan bersifat temporer, karena pada saat setelah periode istirahat selama 30

menit. Pemberian CS langsung diikuti munculnya CR. Peristiwa ini disebut

spontaneous recovery. Penerapan proses dapat dilakukan dengan berhasil pada

anjing, monyet, dan manusia. Proses penghapusan extinction dapat dilihat pada

gambar di bawah ini.

+

Pada tahun 1950-an Pavlovian classical conditioning dan Hullarin Lerning

Theory digunakan oleh Joseph Wolpe dan Arnold Lazarus di Afrika Utara dan

Hans Eysenck di Inggris dalam membantu menyembuhkan phobia di area

kedokteran (Corey, 1986, p. 174).

TREND II : OPERANT CONDITIONING

Trend kedua adalah operant conditioning. Operant behavior terdiri dari

tingkah laku yang beroperasi dilingkungan yang menghasilkan konsekuensi. Pada

classical conditioning, organisme dipandang sebagai responden yang pasif seperti

penggunaan air liur pada anjing. Sedangkan operant conditioning, organisme

dipandang sebagai responden yang aktif. Contoh tingkah laku operan adalah

membaca, menulis, menyetir, dan makan dengan menggunakan alat(Corey, 1986,

p. 174).

Operant conditioning awalnya dikembangkan oleh E.L. Thorndike.

Prinsip-prinsip operant conditioning yaitu reinforcer diasosiasikan dengan

respons, karena respon itu beroperasi memberi reinforcement. Respon tersebut

disebut tingkah laku operan (operant behavior). Dalam pecobaan ini

3

CR (Air Liur)

CS

CS

menggambarkan tingkah laku operan sebelumnya belum pernah dimiliki, ketika ia

melakukan tingkah laku tersebut dan mendapat hadiah (reinforcement) maka

tingkah laku tersebut berpeluang untuk sering terjadi.

Tokoh lain yang mengembangkan operant conditioning adalah B.F.

Skinner yang berpendapat bahwa tingkah laku yang dikontrol berdasarkan pada

prinsip operant conditioning yang memiliki asusi bahwa perubahan tingkah laku

diikuti dengan konsekuensi (Corey, 1986, p. 174-175). Operant conditioning

memusatkan pada akibat tingkah laku sehingga disebut juga instrumental

conditioning. Skinner percaya bahwa tingkah laku yang paling berarti adalah

tingkah laku operant dan tingkah laku ini dikontrol oleh akibat-akibatnya yang

diistilahkan dengan reinforcer atau punisher (Rosjidan, 1994, p. 8).

Skinner, pelopor behaviorisme menolak semua teori kepribadian dan

analisi kehidupan internal. Satu-satunya aspek yang nyata dan relevan dengan

psikologi adalah tingkah laku yang teramati dan satu-satuinya cara mengotrol dan

meramalkan tingkah laku adalah mengaitkannya dengan kejadian yang mengawali

tingkah laku di lingkungan (event antecedent). Ia juga tidak tertarik dengan

perbedaan individual seperti trait, gaya hidup (life style), ego dan self. Perbedaan

tingkah laku disebabkan oleh perbedaan kejadian yang menyebabkannya bukan

karena kondisi psikologis. Ia juga berpendapat bahwa binatang dan manusia

memiliki perbedaan kompleksitasnya, tapi secara umum proses tingkah laku

mengikuti prinsip yang sama. Berdasarkan hasil penelitian tingkah laku, diambil

kesimpulan tetang klasifikasi tingkah laku, yaitu :

1. Tingkah laku responden, yaitu respon organisme terhadap stimulus

spesifik berhubungan dangan rspon tersebut. Contohnya adalah air liur

keluar saat melihat makanan, menghindar saat akan dipukul, takut saat

akan ujian, dan sebagainya.

2. Tingkah laku operan yaitu, organisme melakukan pilihan respon saat

dihadapkan pada stimulus. Pilihan ini dipengaruhi efek atau

konsekuensi yang mengikuti respon tersebut.

Asumsi dasar operant conditioning tentang tingkah laku antara lain

tingkah laku mengikuti hukum atau prinsip tertentu, tingkah laku dapat

diramalkan, tingkah laku dapat dikontrol atau dimanipulasi, tingkah laku dikontrol

4

degan teknik analisis fungsional dalam bentuk hubungan sebab akibat dan

bagaimana suatu respon timbul mengikuti stimuli atau kondisi tertentu yang

dikontrol penyebabnya.

Percobaan operant conditioning dilakukan oleh B.F Skinner menggunakan

media burung merpati yang dimasukkan kedalam kotak Skinner yang kedap suara.

Salah satu dinding kotak terdapat bintik yang akan mengeluarkan cahaya merah

setiap dipatuk, dan diikuti oleh keluarnya makanan (reinforcement). Merpati

dilatih untuk mematuk dari lubang makanan. Pada percobaan ini, merpati berdiri

didekat bintik cahaya (dan lubang makanan) dan diberi makanan. Merpati berdiri

dekat bintik cahaya dan menegakkan kepala, kemudian keluar makanan.

Kemudian merpati mematuk bintik cahaya dan keluar makanan. Merpati menjadi

makin sering mematuk bintik cahaya karena akan mendapat hadiah

(reinforcement) beriupa makanan. Percobaan ini mengajar merpati untuk memilih

tingkah laku baru, yaitu mematuk bintik cahaya merah untuk mendapatkan

makanan. Pembentukan tingkah laku (shaping) dengan teknik ini disebut

pendekatan berangsur (successive approximation).

5

SAStimulus Kotak

R3Mematuk cahaya

R1Mematuk dinding

R2Menabrak dinding

R4Diam

Penguat

Diagram Konseling Instrumen

TREN III: KOGNITIF

Tokoh pada trend ketiga ini adalah Albert Bandura dengan teori belajar

sosial. Bandura berpandangan bahwa manusia dapat berfikir dan mengatur tingkah

lakunya sendiri, manusia dan lingkungan saling mempengaruhi dan fungsi

kepribadian melibatkan interaksi satu orang dengan orang lainnya. Teori balajar

sosial didasarkan pada konsep saling menentukan (reciprocal determinism)-

menjelaskan hubungan timbal balik antara individu-lingkungan-tingkah laku-

tanpa reinforcement dan pengaturan diri(self regulation/kognitif). Terdapat tiga

proses yang dapat dipakai untuk regulasi diri yakni manipulasi

eksternal,memonitor, evaluasi tingkah laku internal.

6

R1Mematuk dinding

SAStimulus Kotak

R3Respon kondisi

R1Mematuk dinding

R2Menabrak dinding

R4Diam

Penguat

Proses regulasi internal:

Observasi diri,berdasarkan kualitas dan kuantitas penampilan ,orisinalitas

dan tingkah laku.

Penilaian tingkah laku, melihat kesesuaian tingkah laku dengan standar

pribadi,dengan standar norma orang lain,menilai pentingnya aktifitas

tersebut dan memberi atribut performasi.

Standar pribadi, didapat dari pengalaman mengamati model,

menginterpretasi reinforcement dari performansi.

Perbandingan sosial, kolektif dan orang lain.

Respon diri,berdasarkan pengamatan dan penilaian.

Proses regulasi eksternal:

Memberikan standar untuk megevaluasi tingkah laku.

Memberi penguatan agar tingkah laku dilakukan lagi.

Faktor

Eksternal

Faktor Internal

Self Observation Judgemental Process Self Respon

Standar Masyarakat Dimensi Performansi

Standar pribadi,

sumber model dan

penguatan

Reaksi evaluasi diri

Penguatan

Kualitas Pedoman performs: Positif

Frenkuensi Norma standar Negatif

Kuantitas Perbandingan sosial Dampak terhadap self

Orisinalitas Perbandingan personal Dihadiahi

Kebenaran bukti Perbandingan kolektif Dihukum

Dampak Menghargai aktivasi

Tanpa respon self

Penyimpangan Sangan dihormati

Etika

Netral

Direndahkan

Atribut performansi

Lokus pribadi

Lokus eksternal

7

Struktur kepribadian menurut Bandura adalah:

Self system

Struktur kognitif yang memberi pedoman mekanisme dan seperangkat

fungsi persepsi, evaluasi dan pengaturan tingkah laku.

Self regulation

Kemampuan berfikir digunakan untuk memanipulasi lingkungan dengann

strategi reaktif untuk mencapai tujuan dan proaktif untuk menentukan

tujuan baru yang lebih tinggi

Self effication

Penilaian diri, apakah ia mampu / tidak mampu melakukan tindakan

dengan baik dan memuaskan.

Sember self effication

o Pengalaman menguasai suatu prestasi yang berisi prestasi yang

dicapai di masa lalu

o Pengalaman vikarius, efikasi meningkat disaat mengamati

keberhasilan orang lain atau sebaliknya.

o Persuasi sosial, sangat bergantung rasa percaya pada pemberi

persuasi atau sifat realistik dari apa yang dipersuasi

o Pembangkitan emosi, kondisi emosi yang mengikuti kegiatan akan

mempengaruhi efikasi

Collective afficacy

Keyakinan masyarakat bahwa usaha secara bersama-sama dapat

menghasilkan perubahan sosial tertentu.

PANDANGAN TENTANG MANUSIA

Manusia dipandang memiliki potensi untuk berperilaku baik atau buruk,

tepat atau salah. Manusia mampu melakukan refleksi atas tingkah lakunya, dapat

mengatur serta mengontrol perilakunya dan dapat belajar tingkah laku baru atau

mempengaruhi perilaku orang lain

8

KONSEP DASAR

Istilah behavioral conseling pertama sekali dikemukakan oleh Krumboltz.

Ciri-ciri utama behavioral conseling ini adalah:

Proses pendidikan

Konseling membantu konseli mempelajari tingkah laku baru untuk

memecahkan masalahnya

Teknik rakit secara individual

Dalam proses konseling, menentukan tujuan konseling, proses asesmen,

dan teknik-teknik dibangun oleh konseli dengna bantuan konselor

Metodologi ilmiah

Konseling behavioral dilandasi oleh metode ilmiah dalam melakukan

asesmen dan evaluasi konseling.

Pendekatan behavioral didasari oleh pandangan ilmiah tentang tingkah

laku manusia yaitu pendekatan yang sistematik dan terstruktur dalam konseling.

Pandangan ini melihat individu sebagai produk dari kondisioning sosial, sedikit

sekali melihat potensi individu sebagai prosedur lingkungan. Pada awal

pendekatan ini hanya mempercayai hal yang dapat diamati dan diukur sebagai

sesuatu yang sah dalam pengukuran kepribadian (radical behaviorism), dan

dikembangkan lebih lanjut yang mulai menerima fenomena yang abstrak seperti

id, ego, super ego dan ilusi. Pendekatan ini memandang perilaku yang malajusted

sebagai hasil belajar dari lingkungan secara keliru.

Konseling behavioral dikenal juga dengan modifikasi perilaku yang dapat

diartikan sebagai tindakan yang bertujuan untuk mengubah perilaku.

Modifikasi perilaku memiliki kelebihan dalam menangani masalah-masalah yang

dialami oleh individu, yaitu :

Langkah-langkah dalam memodifikasi perilaku dapat direncanakan

terlebih dahulu.

Perincian pelaksanaan dapat diubah selama treatmen disesuaikan dengan

kebutuhan konseli.

9

Bila berdasarkan evaluasi sebuah teknik gagal memberikan perubahan

pada konseli, teknik tersebut dapat diganti dengan teknik lain.

Teknik-teknik konseli dapat dijelaskan dan diatur secara rasional serta

dapat diprediksi dan dievaluasi secara objektif.

Waktu yang dibutuhkan lebih singkat

Dalam memahami tingkah laku, terdapat beberapa model tingkah laku

yang dipengaruhi oleh teori-teori psikologi. Model-model tersebut antara lain:

Model psikodinamika, yaitu tingkah laku manusia ditentukan kehidupan

dinamika intra-psikis individu (id, ego, superego).

Model biofisik, yaitu tingkah laku ditentukan oleh organisasi neurologi,

belajar perseptual motor, kesiapan fisiologis, integrasi dan perkembangan

sensori.

Model lingkungan, yaitu tingkah laku ditentukan oleh interaksi antara

individu dan lingkungan.

Model tingkah laku, yaitu tingkah laku dapat diobservasi dan diukur.

TUJUAN KONSELING

Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar

Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif

Memberi pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari

Membantu konseli membuang respon-respon yang lama yang merusak diri

atau maladaptif dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat

dan sesuai.

Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptif,

memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan

Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran

dilakukan bersama antara konseli dan konselor

PERAN DAN FUNGSI KONSELOR

10

Peran konselor dalam konseling behavioral berperan aktif, direktif dan

menggunakan pengetahuan ilmiah unuk menemukan solusi dari persoalan

individu. Konselor behavioral biasanya berfungsi sebagai guru, pengarah dan ahli

yang mendiagnosa tingkah laku yang maladaptive dan menetukan prosedur yang

mengatasi persoalan tingkah laku individu. Selain itu, konselor juga sebagai

model bagi kliennya.

TAHAP-TAHAP KONSELING

Konseling behavioral memiliki empat tahap yaitu :

Melakukan asesmen (assessment)

Menentukan tujuan (goal setting)

Mengimplementasikan teknik (technique implementation)

Evaluasi dan mengakhiri konseling (evaluation termination)

Melakukan Asesmen (Assessment)

Tujuan melakukan asesmen adalah untuk menentukan apa yang dilakukan

oleh konseli pada saat ini. Asesmen dilakukan adalah aktivitas nyata, perasaan dan

pikiran konseli. Kanfer dan Saslow (1969) mengatakan terdapat tujuh informasi

yang digali dalam asesmen, yaitu :

Analisis tingkah laku yang bermasalah yang dialami konseli saat ini

Analisis situasi yang didalamnya masalah konseli terjadi

Analisis motivasional

Analisis self control,yaitu tingkatan control diri konseli terhadap tingkah

laku bermasalah ditelusuri atas dasar bagaimana control itu dilatih dan atas

dasar kejadian-kejadian yang menetukan keberhasilan self control

Analisis hubungan sosial

Analisis lingkungan fisik-sosial budaya

Dalam kegiatan asesmen ini konselor melakukan analisis ABC

A= antecedent (pencetus perilaku)

B= behavior (perilaku yang dipermasalahkan)

11

C= consequence (konsekuensi atau akibat perilaku tersebut)

Contoh Analisis Teori ABC

A= terlambat bangun pagi

B= terlambat masuk sekolah 30 menit setelah jam belajar pertama dimulai

sebanyak 6 kali dalam sebulan

C= tidak mengikuti pelajaran jam pertama, kurang memahami materi pelajaran

pada jam pertama

Menetapkan Tujuan (Goal Setting)

Burks dan Engelkes (1978) mengemukakan bahwa fase goal setting

disusun atas tiga langkah, yaitu :

(1) membantu konseli untuk memandang masalahnya atas dasar tujuan-tujuan

yang diinginkan,

(2) memperhatikan tujuan konseli berdasarkan kemungkinan hambatan-

hambatan situasional tujuan belajar yang dapat diterima dan dapat diukur,

(3) memecahkan tujuan kedalam sub tujuan dan menyusun tujuan menjadi

susunan yang berurutan

Implementasi teknik (Technique Implementation)

Setelah merumuskan tujuan konseling, konselor dan konseli menentukan

strategi belajar yang terbaik untuk membantu konseli mencapai perubahan tingkah

laku yang diinginkan. Dalam implementasi teknik konselor membandingkan

perubahan tingkah laku antara baseline data dengan data intervensi.

Evaluasi dan pengakhiran (Evaluation and Termination)

12

Evaluasi dibuat atas dasar apa yang konseli perbuat. Tingkah laku konseli

digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas konselor dan efektivitas

tertentu dari teknik yang digunakan. Terminasi lebih dari sekedar mengakhiri

konseling, terminasi meliputi:

Menguji apa yang konseli lakukan terakhir

Eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling tambahan

Membantu konseli mentransfer apa yang dipelajari ke tingkah laku konseli

Memberi jalan untuk memantau secara terus menerus tingkah laku konseli

(Rosjidan,1994, p.25)

Selanjutnya konselor dan konseli mengevaluasi implementasi teknik yang

telah dilakukan serta menentukan lamanya intervensi dilaksanakan sampai tingkah

laku diharapkan menetap.

TEKNIK TEKNIK KONSELING

Ada 2 jenis, untuk meningkatkan tingkah laku atau menurunkan tingkah laku.

Untuk meningkatkan prilaku : penguatan positif, token economy,

pembentukan tingkah laku (shaping), pembuatan kontrak (contingency

contract)

Untuk menurunkan tingkah laku: Penghapusan (extinction), Time-out,

Pembanjiran (flooding), penjenuhan (satiation), Hukuman (punishment),

terapi aversi, desensitisasi sistematis.

Penguatan positif (positive reinforcement)

Penguatan positif (positive reinforcement) adalah memberikan penguatan

yang menyenangkan setelah setelah tingkah laku yang diinginkan ditampilkan

yang bertujuan agar tingkah laku yang diinginkan cenderung akan diulang ,

meningkat, atau menetap di masa yang akan dating (Walker & Shea, 1984)

Penguatan negatif (negative reinforcement) yaitu menghilangkan aversive

stimulus yang biasa dilakukan agar tingkah laku yang tidak diinginkan berkurang

dan tingkah laku yang diinginkan meningkat.

13

Reinforcement dapat bersifat tidak menyenangkan atau tidak memberi dampak

pada perubahan tingkah laku tujuan (Sukadji, 1983, p.12)

Klasifikasi Tingkah Laku

Awal

Konsekuensi Kemungkinan

efek

Reinforcement + Ria

membersihkan

kamarnya

Orangtua ria

member pujian

Ria akan terus

membersihkan

kamarnya

Reinforcement - Bob mengeluh

tentang kakak

kelas yang

memukul dan ia

tidak mau masuk

sekolah

Orangtua bob

membolehkannya

tidak masuk

sekolah

Bob akan terus

tidak masuk

sekolah

Prinsip-Prinsip penerapan penguatan positif (reinforcement positive)

Agar mendapatkan hasil yang maksimal konselor perlu memperhatikan

prinsip reinforcement, antara lain:

Penguatan positif tergantung pada penampilan tingkah laku yang

diinginkan

Tingkah laku yang diinginkan diberi penguatan segera setelah tingkah laku

tersebut ditampilkan

Pada tahap awal, proses perubahan tingkah laku yang diinginkan diberi

penguatan setiap kali tingkah laku tersebut ditampilkan

Ketika tingkah laku yang diinginkan sudah dapat dilakukan dengan baik,

penguatan diberikan secara berkala dan pada akhirnya dihentikan.

Pada tahap awal, penguatan social selalu diikuti dengan penguatan yang

berbentuk benda

Hubungan penguatan (reinforcement) dan tingkah laku

Reinforcement diikuti oleh tingkah laku (Grandma’s Law)

14

Tingkah laku yang diharapkan harus diberi reinforcement segera setelah

ditampilkan

Reinforcement harus sesuai dan bermakna bagi individu atau kelompok

yang diberi reinforcement

Pujian atau hadiah yang paling kecil tapi banyak lebih efektif dari yang

besar tapi sedikit

Jenis-jenis Penguatan (reinforcement)

Ada 3 jenis reinforcement yang dapat digunakan untuk modifikasi tingkah

laku, yaitu:

Primary reinforcer atau uncondition reinforcer, reinforcement yang

langsung dapat dinikmati misalnya makanan dan minuman

Secondary reinforcer atau conditioned reinforcer, reinforcement berupa

uang, senyuman, pujian, medali, pin, hadiah, dan kehormatan

Contingency reinforcement, tingkah laku yang tidak menyenangkan

dipakai sebagai syarat agar anak melakukan tingkah laku menyenangkan,

misal kerjakan PR dulu baru nonton TV

Penerapan Penguatan positif yang efektif

Ada beberapa persyaratan yang perlu dipertimbangkan agar penguatan

dapat bekerja secara efektif, antara lain:

Memberikan penguatan dengan segera

Penguatan akan memiliki efek yang lebih bermakna bila diberikan segera

setelah tingkah laku yang diinginkan dilakukan oleh konseli, dengan

alasan agar tidak ada tingkah laku lain yang menyela

Memilih penguatan yang tepat

Mengatur kondisi situasional

Menentukan kuantitas penguatan

Memilih kualitas dan kebaruan penguatan

Memberikan sampel penguatan

Menangani persaingan asosiasi

15

Mengatur jadwal penguatan

Mempertimbangkan efek penguatan terhadap kelompok

Menangani efek kontrol kontra

Langkah-Langkah pemberian penguatan (reinforcement)

1. Mengumpulkan informasi tentang permasalahan melalui analisis ABC

a. Antecendent (pencetus prilaku)

b. Behavior ( prilaku yang dipermasalahkan; Frekuensi, intensitas,

dan durasi )

c. Consequence (akibat yang diperoleh dari perilaku tersebut)

2. Memilih perilaku target yang ingin ditingkatkan

3. Menetapkan data awal (baseline) perilaku awal

4. Menetapkan reinforcement yang bermakna

5. Menetapkan jadwal pemberian reinforcement

6. Penerapan reinforcement positif

Ilustrasi Kasus

Rika sering terlambat masuk sekolah

Ibu tidak berhasil mendorong rika untuk siap lebih cepat

Ibu mempersiapkan hadiah dengan menyatakan “kalau rika siap tepat jam

6.30, akan mendapat boneka cantik.”

Pada saat rika siap jam 6.30, ibu member boneka cantik. Hal ini dilakukan

beberapa kali sampai terbentuk perilaku yang diharapkan atau target

perilaku

Kelemahannya adalah bila dalam jangka waktu lama hadiah boneka

dihilangkan, anak memiliki kemungkinan akan kembali terlambat.

Perilaku yang muncul semata-mata karena hadiah. Hal ini merupakan

prinsip belajar Clasiccal conditioning Pavlov

Bila menggunakan prinsip Operant Conditioning Skinner. Reinforcemnt

diberikan pada saat anak secara mandiri berperilaku yang diharapkan.

Perilaku akan cenderung menetap, karena kesadaran muncul dari diri

sendiri

16

Jadwal pemberian penguatan

Terdapat beberapa bentuk jadwal pemberian penguatan yang dibutuhkan

sesuai dengan karakteristik konseli.

Penguat berkelanjutan (Continuous reinforcement), diberikan setiap kali

tingkah laku muncul, bila reinforcement dihentikan maka tingkah laku

akan cepat hilang.

Penguat berselang seling (intermittent reinforecement), diberikan secara

selang seling yaitu:

o Interval tetap (fixed interval), berselang secara teratur misalnya

setiap 5 menit

o Interval berubah (variable interval), diberikan dalam waktu tidak

tentu, misalnnya berselang 3, 4, 5, 6, dan 7 menit. Penghapusan

lebih lambat disbanding interval tetap.

o Perbaikan tetap (fixed ratio): reinforcement sesudah respons yang

dikehendaki muncul kesekian kalinya misalnya setelah muncul

sepulu atau duabelas kali

o Perbandingan berubah (variable ratio): reinforcement diberi secara

acak setelah 8,9,10,11,12 kali perilaku muncul dengan rata-rata

sama dengan fixed ratio. Penghapusan pada rasio variabel paling

lambat terjadi.

Bagan Jadwal reinforcement

17

Kartu Berharga ( Token Economy)

Kartu berharga ( token economy ) merupakan teknik konseling behavioral

yang didasarkan pada prinsip operant conditioning Skinner yang termasuk di

dalamnya adalah penguatan. Token economy adalah strategi menghindari

pemberian reinforcement secara langsung, token merupakan penghargaan yang

dapat ditukar, kemudian dengan berbagai barang yang diinginkan oleh konseli.

Token Economy bertujuan untuk mengembangkan perilaku adaptif melalui

pemberian reinforcement dengan token. Ketika tingkah laku yang diinginkan telah

cenderung menetap, pemberian token dikurangi secara bertahap (Corey, 1986,p.

185).

Agrass (1978) mengatakan bahwa konselor sebaiknya memberikan variasi

cadangan reinforcement untuk meningkatkan perilaku. Ia memberikan catatan

bahwa substansi utama token adalah target perilaku yang teridentifikasi dengan

jelas dan berbagai barang atau hak istimewa yang akan didapatkan oleh konseli

(dalam Corey, 1986,p. 185). Menurut Corey, token economy dapat diaplikasikan

untuk membentuk tingkah laku ketika penghargaan dan berbagai reinforcement

social tidak berhasil digunakan. Penggunaan token sebagai reinforcer untuk

membentuk tingkah laku memiliki beberapa keuntungan, yaitu:

Token tidak mengurangi nilai insentif, terutama ketika kekuatan

pemerolehan (earning power) dan nilainya meningkat seiring dengan

peningkatan perilaku.

18

Reinforcement

Continuous Reinforcement

Intermitted Reinforcement

Interval

Fixed interval

Variable interval

Ratio

Fixed ratio

Variable ratio

Token dapat mengurangi penundaan antara tingkah laku yang diinginkan

dengan hadiah (reward).

Token dapat digunakan sebagai motivator konkrit (concrete motivator)

untuk merubah tingkah laku tertentu.

Token adalah bentuk penguatan yang positif.

Individu memiliki kesempatan untuk menentukan bagaimana

menggunakan token yang didapat.

Token economy dapat mengarahkan ke peningkatan moral konseli dan staf.

Sisten token dapat memungkinkan untuk mengukur penguatan social.

Token menjadi jembatan antara institusi dan kehidupan di luar sekolah

(Corey, 1986,p. 185).

Langkah – Langkah Penerapan Token Economy, Yaitu:

Membuat analisis ABC

Menetapkan target perilaku yang akan dicapai dengan konseli

Penetapan besar harga atau poin token yang sesuai dengan perilaku target

Penetapan saat kapan token akan diberikan pada konseli

Menetapkan perilaku awal program

Memilih reinforcement yang sesuai dengan konseli

Memilih tipe token yang akan digunakan, misalnya: bintang, stempel, dan

kartu.

Mengidentifikasi pihak yang terlibat dalamprogram seperti staf sekolah,

guru, relawan, siswa, anggota token economy

Menetapkan jumlah dan frekuensi penukaran token,missal 25-75 token

perorang dan menurun hingga 15- 30 token perhari

Membuat pedoman pelaksanaan token economy (perilaku mana yang akan

diberi penguatan, bagaiman cara memberi penguatan dengan token, kapan

waktu pemberian, berapa jumlah token yang bisa diperoleh, data apa yang

harus dicatat, kapan dan di mana data akan dicatat siapa administratornya,

dan bagaimana prosedur evaluasinya).

Pedoman diberikan pada konseli dan staf

Lakukan monitoring.

19

Checklist token economy diiringi dengan reward menu

Reward Waktu Poin

Meminjam buku cerita 2 hari 20

Menonton film 1 kali 30

Main di time zone 1 kali 50

Pembentukan ( Shaping )

Shaping adalah membentuktingkah laku baru yang sebelumnya belum

ditampilkan dengan memberikan reinforcement secara sistematik dan langsung

setiap kali tingkah laku ditampilakan. Tingkah laku diubah secara bertahap

dengan memperkuat unsur – unsur kecil tingkah laku baru yang diinginkan secara

berturut – turut sampai mendekati tingkah laku akhir.

Langkah – langkah Penerapan Shaping

Membuat analisis ABC

Menetapkan target perilaku yang akan dicapai dengan konseli

Tentukan bersama jenis reinforcement positif yang akan digunakan

Membuat perencanaan dengan membuat tahapan pencapaian perilaku

mulai dari perilaku awal sampai perilaku akhir

Perencanaan dapat dimodikasikan selama berlangsung program shaping

Penetapan waktu pemberian reinforcement pada setiap tahap program

Penerapan Perencanaan Shaping

Konseli harus diberi tahu sebelum perencanaan dilakukan

Beri penguatan segera pada saat awal perilaku

Jangan pindah ke tahap berikut sebelum konseli menguasai perilaku pada

satu tahap

Bila belum yakin penguasaan perilaku konseli, dapat digunakan aturan:

perpindahan tahap bila sudah benar 6 dari 10 percobaan

20

Jangan terlalu sering memberi penguatan pada satu tahap, dan tidak

memberi penguatan pada tahap lainnya

Kalau konseli berhenti bekerja, maka konselor dapat berpindah cepat ke

tahap berikut. Mungkin tahapan tidak tepat atau reinforcement tidak

efektif.

Cek efektivitas penguatan

Atau apakah tahapan terlalu rendah

Atau perpindahan tahap terlalu cepat, sehingga harus kembali pada tahap

sebelumnya.

Bila untuk melanjutkan konseli mendapatkan kesulitan, maka dilatih ulang

pada tahap yang dirasa sulit.

Factor Yang Mempengaruhi Efektivitas Shaping

Spesifikkan perilaku akhir yang ingin dicapai. Ketepatan pemilihan

perilaku yang spesifik akan mempengaruhi ketepatan hasil.

Memilih perilaku awal. Hal ini bertujuan untuk menetapkan level

pencapaian awal yang dimiliki,karena program shaping bertujuan untuk

mencapai perilaku secara bertahap

Memilih tahap shaping, mulai dari perilaku awal bergerak ke perilaku

akhir

Tidak ada pedoman yang ideal ; berapa kali percobaan dari satu

langkah ke langkah berikutnya.

Tidak ada pedoman yang ideal ; berapa banyak tahapan yang harus

digunakan pada program shaping.

Penetapan ditentukan fleksibel sesuai kecepatan belajar konseli

Ketepatan jarak waktu perpindahan tahapan

Perpindahan dari langkah pertama ke langkah berikutnya harus sesuai

dengan tahapan, jangan terlalu cepat dan jangan terlalu lambat.

Upayakan pindah pada saat perilaku sudah menetap.

Penetapan setiap tahapan jangan terlalu dekat/kecil jaraknya

21

Tapi kalau terlanjut terlalu cepat pindah tahap dan perilaku yang

diharapkan hilang atau tidak muncul, maka kembali ke tahap

sebelumnya.

Pembuatan Kontrak (Contingency Contacting)

Pembuatan kontrak adalah mengatur kondisi sehingga konseli

menampilkan tingkah laku yang diinginkan berdasarkan kontrak antara konseli

dan konselor.

Prinsip Dasar Kontrak

Kontrak disertai dengan penguatan

Reinforcement diberikan dengan segera

Kontrak harus dinegoisasikan secara terbuka dan bebas serta disepakati

antara konseli dan konselor

Kontrak harus fair

Kontrak harus jelas (target tingkah laku, frekuensi, lamanya kontrak)

Kontrak dilaksanakan secara terintegrasi dengan program sekolah.

Langkah – langkah pembuatan kontrak

Pilih tingkah laku yang akan diubah dengan melakukan analisis ABC.

Tentukan data awal (baseline data) (tingkah laku yang akan diubah).

Tentukan jenis penguatan yang akan diterapkan.

Berikan reinforcement setiap kali tingkah laku yang diinginkan

ditampilkan sesuai jadwal kontrak.

Berikan penguatan setiap saat tingkah laku yang ditampilkan menetap.

Contoh kontrak 1

Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Jumlah

Tidak terlambat

Murid

mengajukan

pertanyaan yang

22

bagus pada guru

Murid

menyerahkan

tugas tepat waktu

KONTRAK TINGKAH LAKU

Tingkah laku yang bermasalah

Masalah yang dialami saat ini adalah subjek sering tidak dapat

menyelesaikan tes atau ulangan sebelum waktu yang disediakan berakhir. Perilaku

yang ditunjukkan oleh subjek adalah pada subjek mengerjakan tes atau ulangan

dengan batas waktu yang telah ditentukan subjek tidak dapat fokus dalam

mengerjakan tes atau ulangan. Subjek cenderung untuk mengajak temannya

mengobrol, sambil sesekali mengerjakan tugasnya. Sehingga pada saat waktu

untuk mengerjakan sudah habis, subjek tidak dapat menyelesaikan seluruh tugas

ataupun soal yang diberikan.

Tingkah laku yang diinginkan

Subjek mampu untuk focus dan tepat waktu dalam menyelesaikan tes atau

ulangan tanpa berbicara dengan temannya.

Sangsi

Bila subjek tidak dapat menyelesaikan tes atau ulangan tepat waktu, maka

subjek juga tidak dapat waktu istirahat.

Hadiah

Bila subjek dapat menyelesaikan tes atau ulangan tepat waktu, maka

subjek akan mendapatkan tambahan 10 poin nilai.

Tanda tangan

Siswa : …………………………………………………..

23

Guru : …………………………………………………..

Pihak lain yang terlibat : …………………………………………………..

KONTRAK TINGKAH LAKU

Saya, (nama subjek), pada tanggal ..... menyatakan bahwa saya setuju melakukan

hal – hal di bawah ini :

- Focus dan tepat waktu dalam menyelesaikan tes atau ulangan tanpa

berbicara dengan teman.

- Tidak mengajak teman mengobrol saat mengerjakan tes atau ulangan.

………………….. …………………

Tanda tangan siswa Tanda tangan guru

Usaha saya dianggap berhasil bila:

Saya dapat menyelesaikan tes atau ulangan tepat waktu tanpa berbicara dengan

teman.

Bila saya telah berhasil melakukan hal di atas, maka saya akan mendapatkan

tambahan 10 poin nilai.

Tanggal berakhirnya kontrak, …………….

………………….. ………………….

Tanda tangan siswa Tanda tangan guru

Penokohan (Modeling)

Modeling merupakan belajar melalui observasi dengan menambahkan atau

mengurangi tingkah laku yang teramati, menggenelisirkan berbagai pengamatan

24

sekaligus, melibatkan proses kognitif. Terdapat beberapa tipe modeling, yaitu

modeling tingkah laku baru yang dilakukan melalui observasi terhadap model

tingkah laku yang diterima secara social individu memperoleh tingkah laku model

baru. Modeling mengubah tingkah laku lama yaitu dengan maniru tingkah laku

model yang tidak diterima social akan memperkuat / memperlemah tingkah laku

tergantung tingkah laku model itu diganjar atau dihukum. Modeling simbolik yaitu

modeling melalui film dan televisi menyajikan contoh tingkah laku, berpotensi

sebagai sumber model tingkah laku. Modeling kondisioning banyak dipakai untuk

mempelajari respons emosional. Contoh emosi seksual yang timbul akibat nonton

film porno dilampiaskan ke objek yang ada di dekatnya, perkosaan atau

pelecehan.

Proses penting modeling

Perhatian, harus focus pada model. Proses ini dipengaruhi asosiasi

pengamat dengan model, sifat model yang atraktif, arti penting tingkah

laku yang diamati bagi si pengamat.

Representasi, yaitu tingkah laku yang akan ditiru harus disimbolisasikan

dlam ingatan.

Peniruan tingkah laku model, yaitu bagaimana melakukannya ? Apa yang

harus dikerjakan ? Apakah sudah benar ? Hasil lebih pada pencapaian

tujuan belajar dan efikasi pembelajar.

Motivasi dan penguatan. Motivasi tinggi untuk melakukan tingkah laku

model membuat belajar menjadi efektif.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan penokohan (Modeling)

Ciri model seperti, usia, status social, jenis kelamin, keramahan.

Anak lebih senang meniru model seusianya daripada model dewasa.

Anak cenderung meniru model yang standar prestasinya dalam

jangkauannya.

Anak cenderung mengimitasi orang tuanya yang hangat dan terbuka.

Prinsip – prinsip modeling

25

Belajar bisa diperoleh melalui pengamatan langsung dan bisa tidak

langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain berikut

konsekwensinya.

Kecakapan social tertentu bisa diperoleh dengan mengamati dan

mencontoh tingkah laku model yang ada.

Reaksi – reaksi emosional yang terganggu bisa dihapus dengan mengamati

orang lain yang mendekati objek atau situasi yang ditakuti tanpa

mengalami akibat menakutkan dengan tindakan yang dilakukannya.

Pengendalian diri dipelajari melalui pengamatan atau model yang dikenai

hukuman.

Status kehormatan model sangat berarti.

Individu mengamati seorang model dan dikuatkan untuk mencontoh

tingkah laku model.

Modeling dapat dilakukan dengan model symbol melalui film dan alat

visual lainnya.

Para konseling kelompok terjadi model ganda karena peserta bebas meniru

pemimpin kelompok atau peserta lain.

Prosedur modeling dapat menggunakan berbagai teknik dasar modifikasi

perilaku.

Kasus yang diterapi dengan modeling antara lain : penderita fobia,

ketergantungan atau kecanduan obat – obatan, ketergantungan atau kecandaan

alcohol, gangguan kepribadian berat psikosis, kesulitan anak adaptasi di sekolah,

dan takut sekolah.

Prinsip-prinsip modeling

Belajar bisa di peroleh melalui pengalaman langsung dan tidak langsung

dengan cara mengamati tingkah laku orang lain berikut dengan

konsekuensinya.

26

Kecakapan sosial tertentu bisa diperoleh dengan mengamati dan

mencontoh tingkah laku model yang ada.

Reaksi-reaksi emosional yang terganggu bisa dihapus dengan mengamati

orang lain yang mendekatiobyek atau situasi yang ditakuti tanpa

mengalami akibat menakutkan dengan tindakan yang dilakukannya.

Pengendalian diri dipelajari melalui pengamatan dari model yang dikenai

sebuah hukuman.

Status kehormatan model sangat berarti

Individu mengamati seorang model dan dikuatkan untuk mencontoh

tingkah laku model.

Modeling dapat dilakukan dengan model simbol melalui film dan alat

visual lain.

Pada konseling kelompok terjadi model ganda karena peserta bebas

meniru perilaku pemimpin kelompok atau peserta lain.

Prosedur modeling dapat menggunakan berbagai teknik dasar modifikasi

perilaku.

Pengaruh modeling

Pengambilan respon atau keterampilan baru dan memperlihatkannya

dalam perilaku baru.

Hilangnya respon takut setelah melihat tokoh melakukan sesuatu yang

menimbulkan rasa takut konseli,tidak berakibat buruk bahkan berakibat

positif.

Melalui pengamatan terhadap tokoh, seseorang terdorong untuk

melakukan sesuatu yang mungkin sudah diketahui atau dipelajari dan tidak

ada hambatan.

Macam-macam model

Model nyata (live modeling), seperti: terapis,guru,anggota keluarga atau

tokoh yang dikagumi dijadikan model oleh konseli

Model simbolik (symbolic modeling), seperti: tokoh yang dilihat melalui

film,video, atau media lain.

27

Model ganda (multiple modeling), seperti:terjadi dalam kelompok, seorang

anggota mengubah sikap dan memperlajari sikap baru setelah mengamati

anggota lain bersikap.

Langah-langkah

Menetapkan bentuk model (live model,symbolic model,multiple model )

Pada live model, pilih model yang bersahabat atau teman sebaya konseli

yang memiliki kesamaan seperti : usia,status ekonomi,dan penampilan

fisik. Hal ini penting terutama bagi anak-anak.

Bila mungkin gunakan lebih dari satu model.

Kompleksitas perilaku yang dimodelkan harus sesuai dengan tingkat

perilaku konseli.

Kombinasikan modeling dengan aturan,instruksi,behavioral rehearsal, dan

penguatan.

Pengelolaan Diri (Self Management)

Sekf Management adalah prosedur dimana individu mengatur perilakunya

sendiri. Pada teknik ini individu terlibat pada beberapa atau keseluruhan

komponen dasar yaitu: menentukan perilaku sasaran, memonitor perilaku tersebut,

memilih prosedur yang akan diterapkan, melaksanakan prosedur tersebut, dan

mengevaluasi efektivitas prosedur tersebut (Sukadji, 1983, p.96).

Tahap-tahap pengelolaan diri

Pengelolaan diri biasanya dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai

berikut:

Tahap montor diri atau observasi diri

Pada tahap ini konseli dengan sengaja mengamati tingkah lakunya sendiri

serta mencatatnya dengan teliti. Catatan ini dapat menggunakan daftar cek

atau catatan observasi kualitatif. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh

konseli dalam mencatat tingkah lakuadalah frekuensi,intensitas, dan durasi

tingkah laku.

28

Tahap evaluasi diri

Pada tahap ini konseli membandingkan hasil catatan tingkah laku dengan

target tingkah laku yang telah dibuat oleh konseli. Perbandingan ini

bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi program. Bila

program tersebut tidak berhasil, maka perlu ditinjau kembali program

tersebut, apakah target tingkah laku yang ditetapkan memiliki ekspektasi

yang terlalu tinggi, perilaku yang ditargetkan tidak cocok, atau penguatan

yang diberikan tidak sesuai.

Tahap pemberian penguatan,penghapusan atau hukuman

Pada tahap ini konseli mengatur dirinya sendiri, memberikan

penguatan,menghapus dan membarikan hukuman pada diri-sendiri. Tahap

ini merupakan tahap yang paling sulit karena membutuhkan kemauan yang

kuat dari konseli untuk melaksanakan program yang yang telah dibuat

secara kontinyu.

Penghapusan (Extinction)

Penghapusan (extinction) adalah menghentikan reinforcement pada

tingkah laku yang sebelumnyadiberi reinforcement.

klasifikasi Tingkah laku

awal

konsekuensi Kemungkinan

efek

Extinction

(penurunan)

Jim mencuci

mobil ayahnya

Ayahnya tidak

peduli

Jim akan berhenti

mencuci mobil

ayah

Extinction

(penurunan)

Jason meletakkan

jem ditempat

duduk joe

Joe tidak

mempedulikannya

Jason akan

menghentikan

meletakkan jem

dikursi teman-

temannya

Langkah-langkah

29

Tentukan tingkah laku yang akan dihentikan dengan analisis ABC

Bila tingkah laku itu ditampilkan, guru atau orang tua diam dan tidak

memberikan indikasi bahwa guru atau orang tua melihat tingkah laku

tersebut

Extinction akan lebih kuat bila dikombinasikan dengan teknik penguatan

positif.

Factor yang mempengaruhi pelaksanaan penghapusan

Control terhadap pemberi penguatan bagi perilaku yang akan

diturunkan/dihapuskan. Saat perilaku diabaikan jangan sampai ada orang

lain yang member perhatian/penguatan pada perilaku yang tidak

diharapkan.

Penurunan perilaku dikombinasi dengan penguatan positif bagi perilaku

alternatif. Penguatan diberi secara gradual. Misalnya saat anak menangis

menjerit-jerit diabaikan, kemudian setelah anak diam menangis selama 15

detik-1 menit kemudian diberi penguatan positif.

Lakukan pada situasi yang memaksimalkan program extinction dan

meminimalkan situasi yang memungkinkan pihak lain memperkuat

perilaku yang tidak diharapkan. Misalnya anak temper tantrum di super

market akan sulit ditenangkan dibandingkan dilakukan di rumah.

Memberi instruksi dengan membuat aturan. Contoh suami setiap pulang

kantor selalu mengeluh kemacetan lalu lintas. Istri mengatakan “Tono

kemacetan terjadi setiap hari dan tidak ada yang bisa dilakukan dengan

mengeluh. Saya lebih suka bicara dengan kamu tentang hal lain. Tapi

kalau suatu saat nanti kamu pulang dan complain lagi tentang lalu lintas,

saya akan mengabaikannya”. Ini perlu dilakukan beberapa kali agar benar-

benar menurun.

Extinction akan berlangsung cepat setelah diikuti continuous

reinforcement pemberian penguatan setiap kali perilaku diharapkan

muncul. Contohnya anak meminta perhatian saat ibu sedang bicara di

telepon, ibu mengabaikan. Begitu anak diam dan tenang, ibu langsung

memperhatikan dan memberikan apa yang dibutuhkan anak.

30

pemberian continuous reinforcement pada extinction akan lebih cepat

menurunkan perilaku yang tidak diharapkan dibandingkan intermittent

reinforcement.

Extinction bisa menghasilkan perilaku agresi. Hal ini dapat diminimalisir

apabila mengkombinasi antara penghapusan (extinction) dengan penguatan

positif (positive reinforcement) bagi perilaku alternatif yang muncul.

Perilaku yang sudah hilang dapat muncul kembali setelah beberapa waktu.

Ini disebut spontaneous recovery. Bila hal ini terjadi maka perlu dilakukan

kembali atau dilanjutkan program penghapusan (extinction).

Prinsip penting dalam modifikasi tingkah laku adalah :bila ingin perilaku

muncul lebih sering maka beri dia penguatan. Bila ingin perilaku menurun

atau hilang,maka abaikanlah.

Pembanjiran (Flooding)

Pembanjiran (flooding) adalah membanjiri konseli dengan situasi atau

penyebab kecemasan atau tingkah laku tidak dikehendaki, sampai konseli sadar

bahwa yang dicemaskan tidak terjadi. Pembanjiran (flooding) merupakan teknik

modifikasi perilaku berdasarkan prinsip teori yang dikemukakan oleh B.F.

Skinner. Pembanjiran sesuai untuk menangani kasus fobia. Tujuannya untuk

menurunkan tingkat rasa takut yang ditimbulkan, dengan menggunakan stimulus

yang dikondisikan (condition stimulus) yang dimunculkan secara berulang-ulang

sehingga terjadi penurunan, tanpa member penguatan (reinforcement).

Cara-cara penerapan pembanjiran (flooding)

Terdapat dua cara melakukan penerapan pembanjiran (flooding), yaitu:

1. Invivo

Yaitu, konselor mencoba membawa konseli hadir pada situasi atau

stimulus yang menimbulkan rasa takut dengan segera selama terapi

berlangsung, dilakukan selama 1 jam atau lebih setiap sesinya, disertai

pencegahan terhadap perilaku untuk menghindari atau lari dari situasi

31

tersebut. Misal takut akan ketinggian, dimulai dengan mengajak konseli

melihat ke jendela dari ruang lantai 1, lantai 2, sampai ke lantai 10.

2. Imajeri

Yaitu, stimulus yang menakutkan bisa dihadirkan juga dengan

membayangkan, konselor akan membuat gambaran situasi yang semakin

meningkatkan rasa takut dan semakin mencemaskan. Pengalaman konseli

membayangkan tanpa disertai akibat yang dahsyat dapat menurunkan

tingkat rasa takutnya, dan ia akan siap menghadapi situasi sebenarnya.

Teknik ini biasa digunakan untuk kasus-kasus fobia, obsesif, psikotik.

Teknik flooding dikembangkan oleh Stamfl 1975 dengan nama terapi

implosif.

Prosedur terapi implosif

Langkah-langkah penerapan terapi implosif adalah:

Pencarian stimulus yang memicu gejala.

Menaksir bagaimana gejala-gejala berkaitan dan bagaimana gejala-

gejala membentuk perilaku konseli.

Meminta konseli membayangkan sejelas-jelasnya apa yang dijabarkan

tanpa disertai celaan atas kepantasan situasi yang dihadapi.

Bergerak semakin dekat kepada ketakutan paling kuat yang dialami

konseli, dan meminta konseli untuk membayangkan apa yang paling

ingin dihindarinya.

Mengulang prosedur tersebut sampai kecemasan tidak muncul lagi

dalam diri konseli.

Penjenuhan (Satiation)

Penjenuhan (satiation) adalah varian flooding untuk self control. Kontrol

diri adalah bagaimana individu mengontrol variable eksternal yang menentukan

tingkah laku. Hal ini dilakukan dengan memindahkan atau menghindar

32

(removing/avoiding) dari situasi berpengaruh buruk. Memperkuat diri (reinforce

oneself) yaitu member reinforcement kepada diri sendiri, terhadap ‘prestasi”

dirinya. Self punishment yaitu menghukum diri sendiri bisa hukuman fisik atau

mengurangi hak-haknya seperti menonton TV atau membeli makanan atau barang

yang diinginkannya.

Penjenuhan (satiation) adalah membuat diri jenuh terhadap suatu tingkah

laku, sehingga tidak lagi bersedia melakukannya. Menurunkan atau

menghilangkan tingkah laku yang tidak diinginkan dengan memberikan

reinforcement yang semakin banyak dan terus menerus, sehingga individu merasa

puas dan tidak akan melakukan tingkah laku yang tidak diinginkan lagi.

Contoh:

Ani suka sekali makan permen, untuk menurunkan kebiasaan tersebut, ia

diberi permen sebanyak-banyaknya sampai ia tidak ingin lagi permen, karena

nilai permen sudah berkurang.

Agus selalu meminjam alat tulis temannya tanpa izin. Pada hari penerapan

satiation, guru mempersiapkan alat tulis di meja agus. Setelah jam pertama,

guru memberi lagi tiga alat tulis, hal ini berlangsung sampai jam sekolah

berakhir. Pada batas tertentu, agus tidak membutuhkan alat tulis lagi, karena

nilai dari alat tulis tersebut sudah berkurang.

Hukuman (punishment)

Hukuman atau punishment merupakan intervensi operant-conditioning

yang digunakan konselor untuk mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan.

Skinner berkeyakinan bahwa hukuman kerap kali digunakan bukan untuk

menghilangkan tingkah laku yang tidak diinginkan tetapi hanya mengurangi

kecenderungan tingkah laku. Ketika hukuman dihilangkan maka tingkah laku

tersebut akan muncul kembali

Klasifikasi Tingkah Laku

AwalKonsekuensi

Kemungkinan

efek

Punishment Gina duduk di Gina dicubit ibu Gina tidak lagi

33

(Hukuman) tangan kursi setiap kali duduk

di tangan kursi

duduk di tanag

kursi

Akan tetapi, hukuman memiliki efek emosional yang negative seperti

kemarahan atau depresi. Bila hukuman digunakan harus diiringi dengan penguatan

positif.

Hal-hal yang harus diperhatikan

Dalam pemberian punishment terdapat beberapa prinsip yang harus

diperhatikan yaitu:

Hukuman diberikan segera setelah perilaku yang tidka diinginkan muncul pada

satu situasi, agar individu sedikit memiliki keinginan untuk mengulang kembali

perilaku tersebut bila berada pada situasi yang sama.

Penerapan punishment dalam pengubahan tingkah laku, lebih kepada fungsi

konsekuensi yang memberi efek penurunan perilaku.

Pemberian hukuman bisa dilakukan sebagai tambahan atas kensekuensi tingkah

laku (tambahan tugas) atau penghilangan sesuatu yang menyenangkan bagi

siswa (mengikuti kegiatan ekstrakurikuler diganti dengan tugas tambahan).

Efek samping emosional pemberian hukuman

Tingkah laku yang tidak diinginkan hanya ditekan saat ada hukuman

Jika tingkah laku alternative tidak muncul, konseli akan menarik diri

Pengaruh hukuman bisa jadi generalisasi pada tingkah laku lain yang berkaitan

dengan tingkah laku yang dihukum. Misal anak dihukum karena terlambat, jadi

tidak suka sekolah, semua pelajaran, semua guru dan sebagainya.

Terdapat tiga metode operan yang digunakan untuk mengurangi perilaku, yaitu

time-out, overcorrection dan response cost.

1. Hukuman fisik

Bentuknya bisa stimulus aversif, hukuman aversif, aversif sederhana. Jenis

hukuman aversif yaitu kejut listrik (electric shock), suara keras, diberi

34

amoniak, ditarik rambutnya, dan cubit yang disebut dengan unconditional

punishers.

2. Timeout

Yaitu pemberian hukuman dengan memisahkan individu dari situasi.

3. Reprimands

Stimulus verbal negative (Jangan! Itu jelek! ) diterapkan saat perilaku yang

tidak diharapkan muncul.

4. Response cost

Membebankan “biaya” apabila individu melakukan perilaku yang tidak

diharapkan, misalnya tidak boleh pinjam buku perpustakaan, dan memberi

tugas tambahan di rumah. Biasa digunakan sebagai bagian darin penerapan

token economy, dengan pengurangan atao pemotongan nilai token.

Time-out

Merupakan teknik menyisihkan peluang individu untuk mendapatkan

penguatan positif. Teknik ini biasa digunakan di kelas, di mana siswa yang

berprilaku tidak diharapkan diasingkan atau dipindahkan dari siswa-siswa yang

lain pada waktu yang spesifik dan terbatas. Sehingga dalam keadaan terasing,

individu tidak lagi berupaya untuk melakukan perilaku yang dapat menarik

perhatian guru maupun teman-temannya.

Tipe-tipe time out

Exclusionary atau ekslusi

Memindahkan individu dari situasi yang member peluang mendapat penguatan

untuk waktu singkat ke dalam ruang time out. Berdasarkan hasil penelitian,

lima menit adalah waktu yang efektif dalam pemberian time out. Kalau dalam

situasi belajar di kelas, berarti individu dipindahkan dari ruang kelas. Akan

dopindahkan ke ruang time out tertentu (isolasi) misalnya perpustakaan atau

ruang lain.

Nonexclusionary

Individu dipindahkan untuk beberapa saat pada situasi dengan sedikit

ponguatan. Contoh ketika siswa menganggu kelas, tidak diperbolehkan

35

berpartisipasi dalam aktivitas kelad dan diabaikan oleh guru selama beberapa

saat. Setelah itu boleh kembali berpartisipasi. Dapat disebut observational,

menempatkan siswa di luar akitivitas (tidak boleh mengikuti) tapi ia masih bisa

melihat aktivitas tersebut. Contoh: menempatkan siswa di pojok kelas atau

menuruhnya menundukkan kepala atau tetap di tempat duduk tapi tidak boleh

ikut aktivitas beberapa saat.

Contoh Format time-out

Siswa : ……………………………………….

Guru : ………………………………………..

Tanggal : ………………………………………..

Waktu Tingkah laku

sebelum time-

out

Tingkah laku selama

time-out

Tingkah laku

setelah time-

out

Masuk Keluar

Langkah – langkah time out

Menyeleksi perilaku spesifik yang akan diubah, misalnya: lompat dari

bangku.

36

Memaksimalkan kondisi untuk memunculkan perilaku alternative,

sehingga dapat diberi penguatan saat ini dilakukan individu sebagai

pengganti perilaku yang tidak diharapkan.

Meminimalisir penyebab timbulnya perilaku yang mendapat hukuman,

dengan mengidentifikasi di awal program. Serta menghilangkan peluang

munculnya penguatan bagi perilakunynag tidak diharapkan.

Memilih hukuman yang efektif, dengan memastikan menghukum segera

saat perilaku tidak diharapkan muncul, dan diberikan setiap kali perilaku

tersebut muncul, dan tidak diberikan bersamaan dengan penguatan

Penerapan hukuman dilakukan dengan aturan yang jelas; beri tahu konseli

semua program yang akan dilakukan, dan katakan ia akan diberi hukuman

segera setiap kali perilaku tidak diharapkan muncul, dan akan mendapat

penguatan. Hindari hukuman diberi bersamaan dengan reinforcement,

administrasikan dengan baik pemberian hukuman.

Program dilakukan dengan langkah dan aturan main yang jelas, lakukan

pencatatan data dan lakukan pemantauan

Terapi Aversi

Kontrol diri aversi → Konseli

Terapi pengaturan diri → Terapis

Stimuli yang tidak disukai ( aversive stimuli) akan menciptakan stimulus

yang tidak menyenangkan bersamaan dengan stimulus yang ingin dikontrol.

Terapi aversi merupakan teknik yang bertujuan untuk meredakan gangguan-

gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosiaan tingkah laku

simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang

tidak diinginkan terhambat kemunculannya.

Stimulus aversi biasanya berupa hukuman dengan kejutan listrik atau

ramuan yang membuat mual. Kendali aversi bisa melibatkan penarikan penguatan

positif atau penggunaan hukuman. Area penggunaan aversi adalah untuk tingkah

laku maladatif antara lain; ketergantungan alcohol, obat-obatan, merokok, obsesi,

37

kompulsi, berjudi, homoseksualitas, penyimpangan seksual seperti pedofila.

Merupakan teknik utama untuk alkoholik, melalui pemberian ramuan yang

menimbulkan mula kedalam alcohol yang diminum. Prosedur aversif menyajikan

cara-cara menahan respons maladaptive pada suatu periode, sehingga ada

kesempatan untuk memperoleh tingkah laku alternative yang adaptif.

Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan terapi aversi

Hukuman jangan sering digunakan, meskipun konseli menginginkannya. Apabila

masih ada alternative baiknya digunakan cara-cara pemberian reinforcement

positif, untuk mengurangi efek samping hukuman.

Bila menggunakan hukuman, perumusan tingkah laku alternative harus spesifik

dan jelas.

Hukuman digunakan dengan cara-cara yang tidak mengakibatkan konseli merasa

ditolak sebagai pribadi

Konseli harus tahu bahwa konsekuensi aversif diasosiasikan dengan tingkah laku

maladaptive spesifik

Jenis konseling aversi

Aversi kimia yaitu dengan memasukkan bahan kimia yang menimbulkan mual ke

dalam alcohol

Kejutan listrik yaitu dengan menggunakan 2 elektroda yang dipasang dilengan,

betis atau jari

Covert sensitization yaitu dengan meminta konseli membayangkan perilaku

maladaptive yang biasa dilakukan dan akibat negative utnuk menimbulkan rasa

menyesal atau merasa bersalah

Disensitisasi sistematis

Digunakan untuk menghapus rasa cemas dan tingkah laku menghindar.

Dilakukan dengan menerapkan pengkondisian klasik yaitu dengan melemahkan

kekuatan stimulus penghasil kecemasan, gejala kecemasan bisa dikendalikan dan

38

dihapus melalui penggantian stimulus. Melibatkan teknik relaksasi. Melatih

konseli untuk santai dan mengasosiasikan keadaan santai dengan pengalaman

pembangkit kecemasan yang dibayangkan atau divisualisasi

Langkah-langkah

Analisis tingkah laku yang membangkitkan kecemasan

Menyusun tingkat kecemasan

Membuat daftar situasi yang memunculkan/ meningkatkan taraf kecemasan mulai

dari yang paling rendah-paling tinggi

Melatih relaksasi konseli yang digariskan Yacobsen dan diuraikan rinci oleh

Wolpe yaitu dnegan berlatih pengenduran otot dan bagian tubuh dengan titik berat

wajah, tangan, kepala, leher, pundak, punggung, perut, dada, dan anggota badan

bagian bawah

Konseli mempraktikkan 30 menit tiap hari, hingga terbiasa untuk santai dengan

cepat

Pelaksanaan desensitisasi konseli dalam santai dan mata tertutup

Meminta konseli membayangkan dirinya berada pada suatu situasi yang netral,

menyenangkan, santai, nyaman, tenang. Saat konseli santai diminta

membayangkan situasi yang menimbulkan kecemasan pada tingkat yang paling

rendah

Dilakukan terus secara bertahap sampai tingkat yang memunculkan rasa cemas,

dan dihentikan

Kemudian dilakukan relaksasi lagi sampai konseli santai, diminta membayangkan

lagi pada situasi dengan tingkat kecemasan yang lebih tinggi dan sebelumnya

Terapi selesai apabila konseli mampu tetap santai ketika membayangkan situasi

yang sebelumnya paling menggelisahkan dan mencemaskan

Cocok untuk kasus fobia, takut ujian, impotensi, frigiditas, kecemasan neurotic,

kekuatan yang digeneralisasikan

Penyebab kegagalan disensitisasi sistematis :

– Konseli yang mengalami kesulitan dalam melakukan relaksasi

– Tingkatan kecemasan yang tidak relevan atau tidak tepat saat disusun bersama

konseli

39

– Ketidak memadaian dalam membayangkan (Wolpe 1969)

2. PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR

THERAPY (REBT)

PENDAHULUAN

40

Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah

pendekatan behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan antara perasaan,

tingkah laku, dan pikiran. Pendekatan REBT dikembangkan oleh Albert Ellis

melalui beberapa tahapan. Pandangan dasar pendekatan ini tentang manusia

adalah bahwa individu memiliki tendensi untuk berpikir irasional yang salah

satunya didapat melalui belajar sosial. Di samping itu, individu juga memiliki

kapasitas untuk belajar kembali untuk berpikir rasional. Pendekatan ini bertujuan

untuk mengajak individu untuk mengubah pikiran-pikiran irasionalnya ke pikiran

yang rasional melalui teori GABCDE.

SEJARAH

Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah pendekatan yang

dikembangkan oleh Albert Ellis pada tengah tahun 1950an yang menekankan pada

pentingnya peran pikiran pada tingkah laku (Corey,1995,p.381). Pada awalnya

pendekatan ini disebut dengan Rational Therapy (RT). Kemudian Ellis

mengubahnya menjadi Rational-Emotive Therapy (RET) pada tahun 1961. Pada

tahun 1993, dalam Newsletter yang dikeluarkan oleh the Institute for Rational

Emotive Therapy, Ellis mengumumkan bahwa ia mengganti nama Rational

Emotive Therapy (RET) menjadi Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT).

(Nelson Jones,1995, p.309; Corey, 1995,p.381)

Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) merupakan pendekatan

kognitif-behavioral. Pendekatan ini merupakan pengembangan dari pendekatan

behavioral. Dalam proses konselingnya, Rational-Emotive Behavior Therapy

(REBT) berfokus pada tingkah laku individu, akan tetapi REBT menekankan

bahwa tingkah laku yang bermasalah disebabkan oleh pemikiran yang irasional

sehingga fokus penanganan pada pendekatan REBT adalah pemikiran individu.

REBT adalah pendekatan yang bersifat direktif, yaitu pendekatan yang

membelajarkan kembali konseli untuk memahami input kognitif yang

menyebabkan gangguan emosional, mencoba mengubah pikiran konseli agar

membiarkan pikiran irasionalnya atau belajar mengantisipasi manfaat atau

konsekuensi dari tingkah laku (George & Cristiani, 1990,p.81).

41

Kata rational yang dimaksud Ellis adalah kognisi atau proses berpikir yang

efektif dalam membantu diri sendiri (self helping) bukan kognisi yang valid secara

empiris dan logis. Menurut Ellis, rasionalitas individu bergantung pada penilaian

individu berdasarkan keinginan atau pilihannya atau berdasarkan emosi dan

perasaannya (Nelson-Jones,1995,p.309). Ellis memperkenalkan kata behavior

(tingkah laku) pada pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT)

dengan alasan bahwa tingkah laku sangat terkait dengan emosi dan perasaan

(Nelson-Jones,1995,p.309).

PANDANGAN TENTANG MANUSIA

Pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) memandang

manusia sebagai individu yang didominasi oleh sistem berpikir dan sistem

perasaan yang berkaitan dalam dalam sistem psikis individu. Keberfungsian

individu secara psikologis ditentukan oleh pikiran, perasaan, dan tingkah laku.

Tiga aspek ini saling berkaitan karena satu aspek mempengaruhi aspek lainnya

(Walen et.al., 1992,p.15). Secara khusus pendekatan Rational-Emotive Behavior

Therapy (REBT) berasumsi bahwa individu memiliki karakteristik sebagai

berikut:

Individu memiliki potensi yang unik untuk berpikir rasional dan irasional.

Pikiran irasional berasal dari proses belajar yang irasional yang didapat

dari orang tua dan budayanya.

Manusia adalah makhluk verbal dan berpikir melalui simbol dan bahasa.

Dengan demikian, gangguan emosi yang dialami individu disebabkan oleh

verbalisasi ide dan pemikiran irasional.

Gangguan emosional yang disebabkan oleh verbalisasi diri (self

verbalising) yang terus menerus dan persepsi serta sikap terhadap kejadian

merupakan akar permasalahan, bukan karena kejadian itu sendiri.

Individu memiliki potensi untuk mengubah arah hidup personal dan

sosialnya.

42

Pikiran dan perasaan yang negatif dan merusak diri dapat diserang dengan

mengorganisasikan kembali persepsi dan pemikiran, sehingga menjadi

logis dan rasional (George & Cristiani, 1990, p.82-83).

Landasan filosofi Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) tentang

manusia tergambar dalam quotation dari Epictetus yang dikutip oleh Ellis :

Men are disturbed not by things, but by the views which they take of them.

(manusia terganggu bukan karena sesuatu, tetapi karena pandangan terhadap

sesuatu)

Landasan filosofi Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) tentang

manusia, melekat pada epistemology atau theory of knowledge, dialectic atau

sistem berpikir, sistem nilai dan prinsip etik (Walen et.al.,1992,p.3). Secara

epistemologi, individu diajak mencari cara yang reliable dan valid untuk

mendapatkan pengetahuan dan menentukan bagaimana kita mengetahui bahwa

sesuatu itu benar. Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) mengadvokasi

berpikir ilmiah dan berdasarkan bukti empiris (Walen et.al.,1992,p.4). Secara

dialektik, Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) berasumsi bahwa berpikir

logis itu tidak mudah. Kebanyakan individu cenderung ahli dalam berpikir tidak

logis (Walen et.al., 1992, p.5).

Contoh berpikir tidak logis yang biasanya banyak menguasai individu

adalah :

Saya harus sempurna.

Saya baru saja melakukan kesalahan, bodoh sekali !

Ini adalah bukti bahwa saya tidak sempurna, maka saya tidak berguna

(Walen et. al., 1992, p.5).

Secara sistem nilai, terdapat dua nilai eksplisit dalam filosofi Rational-

Emotive Behavior Therapy (REBT) yang biasanya dipegang oleh individu namun

tidak sering diverbalkan, yaitu :

1. Nilai untuk bertahan hidup (survival)

2. Nilai kesenangan (enjoyment)

43

Kedua nilai ini didesain oleh individu agar ia dapat hidup lebih panjang,

meminimalisir stress emosional dan tingkah laku yang merusak diri, serta

mengaktualisasikan diri sehingga individu dapat hidup dengan penuh dan bahagia

(Walen et.al.,1992,p.5-6). Tujuan-tujuan ini dipandang sebagai pilihan daripada

kebutuhan. Hidup yang rasional terdiri dari pikiran, perasaan, dan tingkah laku

yang berkontribusi terhadap pencapaian tujuan-tujuan yang dipilih individu.

Sebaliknya, hidup yang irasional terdiri dari pikiran, perasaan, dan tingkah laku

yang menghambat pencapaian tujuan tersebut (Nelson-Jones, 1995, p.313).

Selanjutnya, manusia dipandang memiliki tiga tujuan fundamental (Nelson-

Jones,1995,p.312), yaitu :

1. Untuk bertahan hidup (to survive)

2. Untuk bebas dari kesakitan (to be relatively free from pain)

3. Untuk mencapai kepuasan (to be reasonably satisfied or content)

Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) juga berpendapat bahwa

individu adalah hedonistik, yaitu kesenangan dan bertahan hidup adalah tujuan

utama hidup. Hedonisme dapat diartikan sebagai pencarian kenikmatan dan

menghindari kesakitan. Bentuk hedonisme khusus yang membutuhkan perhatian

adalah penghindaran terhadap kesakitan dan ketidaknyamanan. Dalam Rational-

Emotive Behavior Therapy (REBT), hal ini menghasilkan Low Frustation

Tolerance (LFT). Individu yang memiliki LFT terlihat dari pernyataan-pernyataan

verbalnya seperti : ini terlalu berat, saya pasti tidak mampu, ini menakutkan, saya

tidak bisa menjalani ini (Walen et.al.,1992,p.8).

Ellis mengidentifikasi 11 keyakinan irasional individu yang dapat

mengakibatkan masalah, yaitu :

1. Dicintai dan disetujui oleh orang lain adalah sesuatu yang sangat esensial.

2. Untuk menjadi orang yang berharga, individu harus kompeten dan

mencapai setiap usahanya.

3. Orang yang tidak bermoral, kriminal dan nakal merupakan pihak yang

harus disalahkan.

44

4. Hal yang sangat buruk dan menyebalkan adalah bila segala sesuatu tidak

terjadi seperti yang saya harapkan.

5. Ketidakbahagiaan merupakan hasil dari peristiwa eksternal yang tidak

dapat dikontrol oleh diri sendiri.

6. Sesuatu yang membahayakan harus menjadi perhatian dan harus selalu

diingat dalam pikiran.

7. Lari dari kesulitan dan tanggung jawab lebih mudah daripada

menghadapinya.

8. Seseorang harus memiliki orang lain sebagai tempat bergantung dan harus

memiliki seseorang yang lebih kuat yang dapat menjadi tempat bersandar.

9. Masa lalu menentukan tingkah laku saat ini dan tidak bisa diubah.

10. Individu bertanggung jawab atas masalah dan kesulitan yang dialami oleh

orang lain.

11. Selalu ada jawaban yang benar untuk setiap masalah. Dengan demikian,

kegagalan mendapatkan jawaban yang benar merupakan bencana

(Gladding, 1992, pp.115-116).

Ellis berpendapat bahwa secara natural berpikir irasional dan memiliki

kecenderungan merusak diri sendiri (self-defeating behavior), oleh karena itu

individu memerlukan bantuan untuk berpikir sebaliknya. Namun, Ellis juga

mengatakan individu memiliki cinta dan menolong orang lain selama mereka

tidak berpikir irasional. Untuk menjelaskannya dalam lingkaran berpikir irasional

(the circle of irrational thinking). Berpikir irasional mengarah kepada kebencian

terhadap diri (self-hate) yang mengarah pada tingkah laku yang merusak diri

sendiri (self distructed behavior) kemudian individu akan membenci orang lain

sehingga pada akhirnya menyebabkan bertindak irasional kepada orang lain dan

secara terus menerus mengikuti lingkaran tersebut (Thompson et.al.2004,p.207).

Lingkaran berpikir irasional :

45

KONSEP DASAR

Asumsi Dasar

Ellis (1993) mengatakan beberapa asumsi dasar REBT yang dapat

dikategorisasikan pada beberapa postulat, antara lain:

- Pikiran, perasaan dan tingkah laku secara berkesinambungan saling

berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain

- Gangguan emosional disebabkan oleh faktor biologi dan lingkungan

- Manusia dipengaruhi oleh orang lain dan lingkungan sekitar dan

individu juga secara sengaja mempengaruhi orang lain disekitarnya

46

Doni membenci dirinya

Doni bertingkah laku yang

merusak diri (self-defeating

behavior)

Doni membenci orang lain

Orang lain merespon

secara irasional

kepada Doni

Doni terlibat dalam

berpikir irasional

- Manusia menyakiti diri sendiri secara kognitif, emosional, dan tingkah

laku. Individu sering berpikir yang menyakiti diri sendiri dan orang

lain

- Ketika hal yang tidak menyenangkan terjadi, individu cenderung

menciptakan keyakinan yang irasional tentang kejadian tersebut

- Keyakinan irasional menjadi penyebab gangguan kepribadian individu

- Sebagian besar manusia memiliki kecenderungan yang besar untuk

membuat dan mempertahankan gangguan emosionalnya

- Individu bertingkah laku menyakiti diri sendiri (self-defeating

behavior)

Tiga hipotesis fundamental yang menjadi landasan pendekatan Rational-

Emotive Behavior Therapy (REBT) menurut Nelson-Jones (1995), yaitu :

1. Pikiran dan emosi yang saling berakitan

2. Pikiran dan emosi biasanya saling mempengaruhi satu sama lain,

keduanya bekerja seperti lingkaran yang memiliki hubungan sebab-

akibat, dan pada poin tertentu, pikiran dan emosi menjadi hal yang

sama

3. Pikiran dan emosi cenderung berperan dalam self-talk (perbincangan

dalam diri individu yang kerap kali diucapkan oleh individu sehingga

menjadi pikiran dan emosi). Sehingga pernyataan internal individu

sangat berarti dalam menghasilkan dan memodifikasi emosi individu

Menurut Ellis, terdapat enam prinsip teori REBT, antara alain:

1. Pikiran adalah penentu proksimal yang paling penting terhadap emosi

individu

2. Disfungsi berpikir adalah penentu utama stress emosi

3. Cara terbaik untuk mengatasi stress adalah mengubah cara berpikir

(mind set)

4. Percaya atas berbagai faktor yaitu pengaruh genetik dan lingkungan

yang menjadi penyebab pikiran yang irasional

47

5. Menekankan pada masa sekarang (present) daripada pengaruh masa

lalu

6. Perubahan tidak terjadi dengan mudah (Walen et. al., 1992, p.15-16)

Proses Berpikir

Tiga tingkatan berpikir yang dimiliki individu menurut pandangan

pendekatan REBT, yaitu:

1. Berpikir tentang apa yang terjadi berdasarkan fakta dan bukti-bukti

(inferences)

2. Mengadakan penilaian terhadap fakta dan bukti (evaluation)

3. Keyakinan terhadap proses inferences dan evaluasi (core belief)

(Froggatt, 2005, p.4)

Ellis berpendapat bahwa yang menjadi sumber terjadinya masalah-

masalahemosional adalah evaluative belief yang dikenal dalam istilah REBT

adalah irrational belief yang dapat dikategorikan menjadi empat yaitu:

1. Demand (tuntutan) adalah tuntutan atau ekspektasi yang tidak realistis

dan absolute terhadap kejadian atau individu yang dapat dikenali

dengan kata-kata seperti, harus, sebaiknya, dan lebih baik

2. Awfulising adalah cara melebih-lebihkan konsekuensi negatif dari

suatu situasi sampai pada level yang ekstrim, sehingga kejadian yang

tidak menguntungkan menjadi kejadian yang sangat menyakitkan

3. Low frustation tolerance (LFT) adalah kelanjutan dari tuntutan untuk

selalu berada dalam kondisi nyaman dan merefleksikan

ketidaktoleransian terhadap ketidaknyamanan

4. Global evaluations of human worth, yaitu menilai keberhargaan diri

sendiri dan orang lain. Hal ini bermakna bahwa individu dapat diberi

peringkat yang berimplikasi bahwa pada asumsi beberapa orang lebih

buruk atau tidak berharga dari yang lain (Walen et. al., 1992, pp. 17-

18)

Ellis membagi pikiran individu dalam tiga tingkatan, yaitu:

48

1. Pikiran dingin (cool), yaitu pikiran yang bersifat deskriptif dan

mengandung sedikit emosi

2. Pikiran hangat (warm), yaitu pikiran yang mengarah pada satu

preferensi atau keyakinan rasional, pikiran ini mengandung evaluasi

yang mempengaruhi pembentukan perasaan

3. Pikiran panas (hot), yaitu pikiran yang mengadung unsur evaluasi yang

tinggi dan penuh dengan perasaan

Tabel 6.1 contoh tiga tingkatan pikiran manusia

Pikiran yang dingin

“Saya perhatikan bahwa ayah saya itu galak”

Pikiran yang hangat

“Saya tidak suka kegalakan ayah saya, saya harap dia tidak bertindak seperti itu”

Pikiran yang panas

“Saya benar-benar benci perbuatan ayah saya. Dia tidak boleh berbuat itu pada

saya. Dia tidak berhak melakukan itu! Saya akan bunuh dia!”

Rasionalitas sebagai Filosofi Personal

Individu memiliki personal aturan-aturan atau filosofi hidup yang

dipengaruhi oleh pola asuh, ajaran agama, prinsip umum hidup atau opini yang

dipegang teguh secara umum. Karena dipegang teguh secara dogmatik, prinsip ini

dipaksakan secar kaku dapat menjadi masalah bagi individu yang menghambat

pencapaian tujuan untuk kesenangan dan bertahan hidup. Prinsip-prinsip ini yang

menjadi fokus untuk diubah (Walen et. al., 1992, p.13)

REBT membantu individu untuk mengembangkan filosofi hidup yang baru

yang dapat membantu mengurangi stress dan meningkatkan kebahagiaan.

Pandangan REBT bahwa individu dapat memilih untuk menyakiti diri sendiri

dengan pikiran yang tidak logis dan tidak ilmiah atau mengembangkan

kebahagiaan hidup dengan berpikir rasional berdasarkan bukti-bukti dan fakta.

49

Tujuan-tujuan prinsip rasional adalah untuk meningkatkan keyakinan dan

kebiasaan yang sesuai dengan prinsip untuk bertahan hidup, mencapai kepuasan

dalam hidup, berhubungan dengan orang lain dengan cara yang positif, dan

mencapai keterlibatan yang intim dengan beberapa orang

Konselor membantu konseli untuk selalu ingat bahwa semua orang bisa

salah dan terpeleset, mengurangi tuntutan untuk menjadi perfeksionis,

mengembangkan penerimaan diri, dan penerimaan terhadap orang lain yang

positif. Perubahan ini dilandasi oleh pikiran yang logis dan ilmiah yang

menghasilkan perubahan yang mendalam pada filosofi hidup dan sikap individu

(Walen et. al., 1992, p. 13-14)

Teori ABC

Teori ABC adalah teori tentang kepribadian individu dari sudut pandang

pendekatan REBT, kemudian ditambahkan D dan E untuk mengakomodasi

perubahan dan hasil yang diinginkan dari perubahan tersebut. Selanjutnya,

ditambahkan G yang diletakkan diawal untuk memberikan konteks pada

kepribadian individu:

G (Goals) atau tujuan-tujuan yaitu tujuan fundamental

A (Activating events in a person’s life) atau kejadian yang mengaktifkan atau

mengakibatkan individu

B (Beliefs) atau keyakinan baik rasional maupun irasioanl

C (Consequences) atau konsekuensi baik emosional maupun tingkah laku

D (Disputing irrational belief) atau melakukan dispute pikiran rasional

E (Effective new philosophyof life) atau mengembangkan filosofi hidup yang efektif

F (Futher action / new feeling) atau aksi yang dilakukan lebih lanjut dan perasaan baru

yang dikembangkan

(Nelson-Jones, 1995, p.316)

Contoh episode emosional yang cenderung salah menginterpretasikan

kejadian dan mengakibatkan salah

A1 Activating event – apa yang terjadi

“Saya bertemu teman di jalan tetapi tidak menyapa saya”

A2 Inferences about what happened

50

“Dia mengacuhkan saya, dia membenci saya”

B Belief about A

“Saya tidak berharga sebagai teman, maka saya adalah orang yang tidak berharga

(evalusai)”

C Reaksi

Emosi : depresi

Tingkah laku : menghindari orang-orang (Froggatt, 2005, p.1)

Ellis menegaskan bahwa irrational thinking (berpikir rasional) menjadi

masalah bagi individu karena:

1. Menghambat individu-individu dalam mencapai tujuan, menciptakan

emosi yang ekstrim yang melibatkan stress dan menghambat mobilitas

dan mengarahkan pada tingkah laku yang menyakiti diri sendiri

2. Menyalahkan kenyataan (salah menginterpretasikan kejadian yang

terjadi atau tidak didukung oleh bukti yang kuat)

3. Mengandung cara yang tidak logis dalam mengevaluasi diri, orang lain

dan lingkungan sekitar (Froggatt, 2005, p.1)

Pendekatan REBT berpendapat bahwa individu mengalahkan atau

mengganggu dirinya dengan dua cara, yaitu dengan memegang teguh keyakinan

irasional tentang self (diri) yang disebut dengan ego disturbance dan dengan

memegang teguh keyakinan irasioanl tentang emosi dan kenyamanan fisik, hal ini

disebut dengan discomfort disturbance (Froggatt, 2005, p.2)

Ego disturbance mempresentasikan kecemasan dan kemarahan terhadap

citra diri (self-image) seperti “saya harus…”, melakukan yang terbaik atau tidak

boleh gagal. Kemudian diikuti oleh evaluasi diri yang negatif , ketika saya gagal

atau tidak mendapat pengakuan dari orang lain, berarti saya adalah orang yang

tidak baik. Hal ini mengakibatkan kecemasan, tekanan emosional yang

diakibatkan dari persepsi negatif yang mengarah pada berbagai masalah seperti

menghindari situasi terjadinya kegagalan tersebut, ketidak setujuan, ketakutan

untuk mengemukakan pendapat (Froggatt, 2005, p.2)

51

Sedangkan discomfort disturbance dihasilkan dari tuntutan atas orang lain

seperti: “orang lain harus memperlakukan saya dengan baik, atau tuntutan atas

lingkungan sekitar seperti situasi dimana saya tinggal harus seperti yang saya

harapkan “ (Froggatt, 2005, p.2). Discomfort disturbance terdiri dari dua tipe

yaitu:

1. Low frustration-tolerance (LFT)

Hal ini dihasilkan dari tuntutan terhadap lingkungan yang tidak

terpenuhi, diikuti oleh kejadian buruk. Seperti : “lingkungan harus seperti

yang saya inginkan, atau saya tidak bisa bertahan bila lingkungan sekitar

tidak seperti yang saya inginkan”

2. Low discomfort-tolerance (LDT)

Hal ini timbul dari tuntutan individu bahwa ia tidak boleh memiliki

pengalaman yang tidak nyaman secara emosi dan fisik. Seperti keyakinan

sebagai berikut: “saya harus dapat berbahagia setiap saat. Hal ini

mengakibatkan individu tidak memiliki toleransi terhadap

ketidaknyamanan dan cenderung menghindari dari situasi yang

membuatnya tidak nyaman.“ (Froggatt, 2005, p.3)

TUJUAN KONSELING

Memiliki minat diri (self interest)

Memiliki minat social (social interest)

Memiliki pengarahan diri (self direction)

Toleransi (tolerance)

Fleksibel (flexibility)

Memiliki penerimaan (acceptance)

Dapat menerima ketidakpastian (acceptance of uncertainty)

Dapat menerima diri sendiri (self acceptance)

Dapat mengambil resiko (risk taking)

Memiliki harapan yang realistis (realistic expectation)

Memiliki toleransi terhadap frustasi yang tinggi ( high frustration

tolerance).

52

Memiliki tanggung jawab pribadi (self responbility)

PERAN DAN FUNGSI KONSELOR

Peran dan fungsi konselor dalam pendekatan Rational-Emotive Behavior

Therapy (REBT):

a. Aktif-direktif : mengambil peran lebih banyak untuk memberikan

penjelasan terutama pada awal konseling.

b. Mengkonfirmasi pikiran irasional konseli secara lansung.

c. Menggunakan berbagai teknik untuk menstimulus konseli untuk berfikir

dan mendidik kembali diri konseli sendiri.

d. Secara terus-menerus “menyerang” pemikiran irasional konseli.

e. Mengajak konseli untuk mengatasi masalahnya dengan kekuatan berfikir

bukan emosi.

f. Bersifat didaktif (George & cristiani).

Konselor diharapkan memiliki kemampuan bahasa yang baik karena

dalam REBT di dominasi oleh teknik-teknik yang menggunakan pengolahan

verbal. Selain itu konselor harus mempunyai keterampilan untuk membangun

hubungan konseling yang diantaranya adalah :

1. Empati

2. Menghargai

3. Ketulusan

4. Kekongkritan

5. Konfrontasi

TAHAP-TAHAP KONSELING

Terdapat beberapa tahap konseling dalam REBT antara konselor dan

konseli :

TAHAP 1

53

Proses dimana konseli diperihatkan dan disadarkan bahwa mereka tidak

logis dan irasional. Proses ini membantu konseli memahami bagaimana

dan mengapa dapat menjadi irasional. Pada tahap ini konseli diajarkan

bahwa mereka memiliki potensi untuk mengubah hal tersebut.

TAHAP 2

Tahap ini konseli dibantu untuk yakin bahwa pemikiran dan perasaan

negative tersebut dapat ditantang dan diubah. Tahap ini konseli

mengeksplorasi ide-ide untuk menentukan tujuan rasional. Konselor

membantu konseli mengembangkan pikiran rasionalnya dengan cara

mendebat pikiran irasional konseli dengan menggunakan pertanyaan untuk

menantang validitas ide tentang diri, orang lain, dan lingkungan sekitar

dengan menggunakan teknik-teknik REBT.

TAHAP 3

Dalam tahap akhir ini konseli dibantu untuk secara terus menerus

mengembangkan pikiran rasional serta mengembangkan filosofi hidup

yang rasional sehingga konseli tidak terjebak pada masalah yang

disebabkan oleh pemikiran irasional.

Tahap konseling ini merupakan proses natural dan berkelanjutan. Dalam

tahap-tahap tersebut terdapat dua tugas utama konselor yaitu :

1. Interpersonal : membangun hubungan terapeutik, membangun rapport,

dan suasana yang kolaboratif.

2. Organizational : bersosialisasi dengan konseli untuk memulai terapi,

mengadakan proses asesmen awal, menyetujui wilayah masalah dan

membangun tujuan konseling.

Terdapat beberapa langkah intervensi konseling dengan pendekatan REBT :

1. Bekerja sama dengan konseli ( engage with client )

Membangun hubungan dengan konseli yang dapat dicapai dengan

mengembangkan empati, kehangatan dan penghargaan.

Memperhatikan tentang “secondary disturbance” atau hal yang

mengganggu konseli yang mendorong konseli mencari bantuan.

54

Memperlihatkan kepada konseli tentang kemungkinan perubahan yang

bisa dicapai dan kemampuan konselor untuk membantu konseli

mencapai tujuan konseling.

2. Melakukan assessment terhadap masalah, orang dan situasi (assess the

problem, person, and situation).

Mulai mengidentifikasi pandangan-pandangan tentang apa yang

menurut konseli salah.

Perhatikan bagaimana perasaan konseli mengalami masalah ini.

Laksanakan asesmen secara umum dengan mengidentifikasi latar

belakang personal dan sosial, kedalaman masalah, hubungan dengan

kepribadian individu, dan sebab-sebab non psikis seperti : kondisi

fisik, lingkungan, dan penyalahgunaan obat.

3. Mempersiapkan konseli untuk terapi (prepare the client for therapy)

Mengklarifikasi dan menyetujui tujuan konseling dan motivasi konseli

untuk berubah.

Mendiskusikan pendekatan yang akan digunakan dan implikasinya.

4. Mengimplementasikan program penanganan (implement the treatment

program).

Menganilisis episode spesifik di mana inti masalah itu terjadi,

menemukan keyakinan-keyakinan yang terlibat dalam masalah, dan

mengembangkan homework.

Mengembangkan tugas-tugas tingkah laku untuk mengurangi

ketakutan atau memodifikasi tingkah laku.

Menggunakan teknik-teknik tambahan yang diperlukan.

5. Mengevaluasi kemajuan (evaluate progress).

Pada menjelang akhir intervensi konselor memastikan apakah konseli

mencapai perubahan yang significant dalam berfikir atau perubahan

tersebut disebabkan oleh faktor lain.

6. Mempersiapkan konseli untuk mengakhiri konseling (prepare the client

for termination).

Mempersiapkan konseli untuk mengakhiri proses konseling dengan

menguatkan kembali hasil yang sudah dicapai. Selain itu, mempersiapkan

55

konseli untuk dapat menerima adanya kemungkinan kemunduran dari hasil

yang sudah dicapai atau kemungkinan mengalami masalah di kemudian

hari.

TEKNIK-TEKNIK KONSELING

Tujuh Faktor yang dapat digunakan untuk mendeteksi pikiran

irasional:

1.Lihat pada generalisasi yang berlebihan

(overgeneralisasion),seperti :’saya mendapatkan nilai 50, pada mata

pelajaran matematika, maka saya memang tidak bisa metematika”

2. Lihat pada distorsi (distortion), kadang-kadang mengacu pada pikiran

yang beranggapan tentang keseluruhan atau tidak sama sekali (all or

nothing thinking), berpikir hitam-putih, semua baik atau semua buruk,

seperti “saya tidak dapat nilai A pada semua mata kuliah, lihat saja KRS

saya, saya memang bukan mahasiswa yang baik”

3.Lihat pada hal-hal yang dihapus (deletion), yaitu tendensi untuk berfokus

pada kejadian negative dan menghapus kejadian positif, seperti : “saya

kalah dua kali,dan menang satu kali, pada permainan berikutnya, saya pati

kalah.

4. Lihat pada hal-hal yang dianggap tragedy atau bencana

(catastrophising) yaitu kesalahan yang dilebih-lebihkan dan kebrhasilan

yang dikecilkanseperti :”Saya Cuma beruntung dapat nilai A”

5.Lihat pada penggunaan kata-kata absolute seeprti harus , selalu, tidak

boleh, tidak pernah “saya tidak boleh berbuat kesalahan”

6.Lihat pada pernyataan yang menunjukan ketidaksetujuan terhadap

sesuatu atau seseorang yang konseli piker mereka tidak dapat menahannya,

seperti “dia seharusnya dihukum dan tidak diperbolehkan bebas begitu

saja”.

7.Lihat pada ramalan (Fortune Telling) atau prediksi masa depan seperti

“saya hanya tahu bahwa teman saya tidak senang pada pesta saya”

TEKNIK KOGNITIF

56

Dispute kognitif (cognitive disputation)

Adalah usaha untuk mengubah keyakinan irasional konseli melalui

Philosophical persuation, didactic Presentation, Socratic Dialogue, vicarious

experience, dan berbagai ekspresi verbal lainnya. Teknik untuk melakukan

Dispute kognitif (cognitive disputation) adalah dengan bertanya :

*Pertanyaan-pertanyaan untuk melakukan dispute logis :

Apa benar begitu ?

Apakah itu logis ?

Mengapa tidak ?

Mengapa harus begitu ?

*Pertanyaan untuk Reality testing :

Apa buktinya ?

Apa yang terjadi kalau ?

*Pertanyaan untuk Pragmartic Disputation

Apakah ini berharga untuk dipertahankan ?

Apa yang akan terjadi bila kamu berpikir demikian ?

Analisis Rasional (rational Analysis)

Teknik untuk mengajarkan konseli bagaimana membuka dan mendebat

keyakinan irasional.

Dispute Standard ganda (double-standard dispute)

Mengajarkan konseli melihat dirinya memiliki standar ganda mengenai

dirinya, orang lain dan lingkungan sekitar.

57

Skala Katastropi (catastrophe scale)

Membuat proporsi tentang peristiwa –peristiwa yang

menyakitkan .Misalanya : dari 100% buatlah presentase peristiwa yang

menyakitkan, urutkan dari yang paling tinggi presentasenya sampai yang palin

rendah.

Devil’s advocate atau rational role reversal

Yaitu meminta konseli untuk memainkan peran yang memiliki keyakinan

rasional sementara konselor memainkan peran menjadi konseli yang

irasional.Konseli melawan keyakinan irasional konselor dengan keyakinan

rasional yang diverbalisasikan.

Membuat frame ulang (reframing)

Mengevaluasi kembali hal-hal yang mengecewakan dan tidak

menyenangkan dengan mengubh frame berfikir konseli.

TEKNIK IMAGERI

Dispute Imajinasi (Imaginal disputation)

Strategi Imaginal disputation melibatkan penggunaan imageri.setelah

melakukan dispute secara verbal ,Konselor meminta konseli membayangkan

dirinya kembali pada situasi yang menjadi masalah dan melihat apakah emosinya

berubah,.Bila ya, maka konselor meminta konseli untuk mengatakan [ada dirinya

sebagai individu yang berpikir lebih rasional dan mengulang kembali proses

diatas.bilabelum maka keyakinan irasionalnya masih ada.

Kartu control emosional (the emosional control card-ECC )

Adalah alat yang membantu konseli menguatkan dan memperluas praktik

Rational-Emotive Threpahy(REBT).ECC biasa digunakan untuk memperkuat

proses belajar , secara lebih kusus persaan marah (anger), kritik diri (self-

critiscm), kecemasan (anxiety),dan depresi.

58

Proyeksi waktu (Time Projection)

Meminta konseli untuk memvisualisasikan kejadian yang tidak

menyenagkan ketika kejadian itu terjadi, setelah itu membayangkan seminggu

kemudian, sebulan kemudian,enam bulan kemudian, setahun kemudian dan

seterusnya.

Teknik melebih-lebihkan (the blow-up technique)

Adalah variasi dari teknik “worst Case imaginery). Memnita konseli

membayangkan kejadian yang menyakitkan atau kejadian yang menakutkan , lalu

melebih-lebihkan pada taraf yangtinggi, hal ini bertujuan agar konseli dapat

mengontrol ketakutannya.

TEKNIK BEHAVIORAL

Dispute tingkah laku (behavioral disputation)

Memberi kesempatan kepada konseli untuk mengalami kejadian yang

menyebabkannya berpikir irasional dan melawan keyakinannya tersebut.

Bermain peran (role Playing)

Dengan bantuan konselor, konseli memainkan role play tingkah laku baru

yang sesuai dengan keyakinan irasional

Peran rasional terbalik (rasional role reversal)

Meminta konseli memainkan peran yang memiliki keyakinan rasional

sementara konselor memainkan peran menjadi konseli yang irasional.

Pengalaman langsung(exposure)

Konseli secara sengaja memasuki situasi yang menakutkan, proses ini

dilakukan melalui perencanaa dan penerapan keterampilan mengatasi masalah.

Menyerang rasa malu (shame attacking)

59

Melakukan konfrontasi terhadap ketakutan untuk malu dengan secara

sengaja bertingkah laku yang memalukan dan mengundang ketidaksetujuan

lingkungan sekitar.konseli diajarkan mengelola dan mengantisipasi persaan

malunya.

Pekerjaan rumah (homework assignments)

Bergunaatau dapat digunakan sebagai self-help work,terdapat beberapa

aktifitas yang dapat dilakukan dalam teknik ini yaitu :membaca, mendengarkan ,

menulis,dll.

TEKNIK KOGNITIF TEKNIK IMAGERI TEKNIK

BEHAVIORAL

Dispute kognitif

(cognitive disputation)

Dispute Imajinasi

(Imaginal disputation)

Dispute tingkah laku

(behavioral disputation)

Analisis Rasional

(rational Analysis)

Kartu control emosional

(the emosional control

card-ECC )

Bermain peran (role

Playing)

Dispute Standard ganda

(double-standard

dispute)

Proyeksi waktu (Time

Projection)

Peran rasional terbalik

(rasional role reversal)

Skala Katastropi

(catastrophe scale)

Teknik melebih-lebihkan

(the blow-up technique)

Pengalaman

langsung(exposure)

Devil’s advocate atau

rational role reversal

Menyerang rasa malu

(shame attacking)

Membuat frame ulang

(reframing)

Pekerjaan rumah

(homework assignments)

60

3. PENDEKATAN REALITAS (REALITY THERAPHY)

PENDAHULUAN

Pendekatan realitas dikembangkan oleh William Glasser,

seorang psikolog dari California. Dalam pendekatan ini,

61

konselor bertindak aktif, direktif, dan didaktif. Dalam konteks ini, konselor

berperan sebagai guru dan sebagai model bagi konseli. Disamping itu, konselor

juga membuat kontrak dengan konseli untuk pengubah perilakunya. Ciri yang

sangat khas dari pendekatan ini adalah tidak terpaku pada kejadian di masa lalu,

tetapi lebih mendorong konseli untuk menghadapi realitas. Pendekatan ini juga

tidak memberi perhatian pada motif-motif bawah sadar sebagaimana pandangan

kaum psikoanalis. Akan tetapi, lebih menekankan pada pengubahan tngkah laku

yang lebih bertanggungjawab dengan merencanakan dan melakukan tindakan-

tindakan tersebut.

SEJARAH

William Glasser merupakan lulusan dari the Case Institute of Technology

sebagai Insyinyur Kimia pada tahun 1944 di usia 19 tahun, kemudian ia

mengambil master di bidang Psikologi Klinis pada usia 23 tahun di Universitas

yang sama. Pada tahun 1956 Glasser menjadi kepala bagian psikiatri di the

Ventura School of Girls yang merupakan intituisi untuk menangani kenakalan

remaja perempuan. Pada saat inilah Glasser mengembangkan konsep pendekatan

realitas. Glasser menggunakan istilah reality therapy pada April 1964 pada

manuskrip yang berjudul Reality Therapy; A Realistic Approach ti the Young

Offender.

PANDANGAN TENTANG MANUSIA

Glasser percaya bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan psikologis

yang secara konstan (terus-menerus) hadir sepanjang rentang kehidupannya dan

harus dipenuhi. Ketika seseorang mengalami masalah hal tersebut disebabkan oleh

satu faktor, yaitu terhambatnya seseorang dalam memenuhi kebutuhan

psikologisnya. Keterhambatan tersebut pada dasarnya karena penyangkalan

terhadap realita, yaitu kecenderungan seseorang untuk menghindari hal-hal yang

tidak menyenangkan.

Cinta (Belonging/love)

62

Salah satu kebutuhan biologis manusia adalah kebutuhannya untuk merasa

memiliki dan terlibat atau melibatkan diri dengan orang lain. Kebutuhan ini

disebut Glasser sebagai identity society, yang menekankan pentingnya hubungan

personal. Beberapa aktivitas yang menunjukan kebutuhan ini adalah;

persahabatan, acara perkumpulan tertentu, dan keterlibatan dalam organisasi

kemahasiswaan. Oleh Glasser dibagi dalam tiga bentuk; sociall belonging, work

belonging, dan family belonging.

Kekuasaan (Power)

Kebutuhan akan kekuasaan (power) meliputi kebutuhan untuk berprestasi,

merasa berharga, dan mendapatkan pengakuan. Kebutuhan ini biasanya

diekspresikan melalui kompetisi dengan orang-orang disekitar kita, memimpin,

mengorganisir, menyelesaikan pekerjaan sebaik mungkin, menjadi tempat

bertanya atau meminta pendapat bagi orang lain, melontarkan ide atau gagasan

dan sebagainya.

Kesenangan ( Fun )

Merupakan kebutuhan untuk merasa senang, bahagia. Pada anak-anak,

terlihat dalam aktivitas bermain. Kebutuhan ini muncul sejak dini, kemudian terus

berkembang hingga dewasa. Misalnya, berlibur untuk menghilangkan kepenatan,

bersantai, melucu, humor, dll

Kebebasan ( Freedom )

Kebebasan (freedom) merupakan kebutuhan untuk merasakan kebebasan

atau kemerdekaan dan tidak bergantung pada orang lain, misalnya membuat

pilihan (aktif pada organisasi kemahasiswaan), memutuskan akan melanjutkan

studi pada jurusan apa, bergerak dan berpindah dari suatu tempat ke tempat lain.

Ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya maka orang tersebut

mencapai identitas sukses, terkait dengan konsep perkembangan kepribadian yang

sehat itandai dengan berfungsinya individu dalam memenuhikebutuhan

psikologisnya secara tepat.(Hnasen, Warner, an Smith 1980, p. 224)dalam proses

63

pembentukan individu mengembangkan keterlibatan secara emosional dengan

orang lain. Orang lain memberikan perhatian dan individu berpikir bahwa ia

memiliki arti. Proses berlangsung sejak bayi. Ibu membuat anakbelajar merasakan

keterlibatan orang lain, kedekatan, kehangatan psikologis dan ikatan emosional.

Kemudian anak belajar bagaimana menerima dan memberi kasih sayang, dan

belajar bahwa dirinya memilik arti bagi dirinya dan orang lain.

Bila sejak kecil anak tidak merasakan menerima dan memberi kasih

sayang ia akan mengalami kesulitan dalam mencintai, memberi kasih sayang,

atau bagaimana ia berarti bagi dirinya dan orang lain. Belajar bagaimana

bertingkah laku yang bertangguang jawab merupakan hal yang sangat penting

unuk mencapai identitas sukses. Anak akan memperolehnya dengan terlibat pada

berbagai aktifitas yang memenuhi kebutuhannya melalui interaksi dengan

orangtua yang bertanggungjawab untuk menunjukkan keterlibatan alam

pengasuhan anaknya dengan menjai model, melatih keisiplinan, mencintai an

sebagainya.Dapat dirumuskan, pandangan glasser tentang manusia adalah :

1. Setiap individu bertanggung jawab terhadap kehidupannya

2. Tingkah laku seseorang merupakan upaya mengontrol lingkungan untuk

memenuhi kebutuhannya.

3. Individu ditantang untuk menghadapi realitatanpa mempedulikan kejadian

dimasa lalu, serta tidak memberi perhatian pada sikap dan motivasi di

bawah sadar.

4. Setiap orang memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu pada masa

kini

KOSEP DASAR

Ketika seseorang dapat memenuhi apa yang diinginkan, kebutuhan

tersebut terpuaskan.tetapi, jika apa yang diperoleh tidak sesuai dengan

keinginan,makaorang akan frustasi, dan pada akhirnya akan terus memunculkan

perilaku baru sampai keinginannya terpuaskan. Artinya, ketika timbul perbdaan

64

antara apa yang diinginkan dengan apa ygang diperoleh, membuat individu terus

memunculkan perilaku-perilaku yang spesifik. Jadi, perilaku yang dimunculkan

adalah bertujuan, yaitu dibentuk untuk mengatasi hambatan antara apa yang

diinginkan dengan apa yang diperoleh, atau muncul karena dipilih oleh individu.

Teori Kontrol

Penerimaan terhadap realita, menurut Glasser harus tercermin dalam

perilaku total (total behavioral) yang mengandung empat komponen, yaitu:

berbuat (doing), berpikir (thingking), merasakan(feeling) dan menunjukan respon-

respon fisiologis (physiology). Glasser dalam Corey menjelaskan bahwa secara

langsung mengubah cara kita merasakan terpisah dari apa yang kita dan pikirkan,

merupakan hal yang sangat sulit dilakukan.

Ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, menurut Glasser orang

tersebut mancapai indentitas sukses.

Konsep 3R

Responsibility (tanggungjawab)

Kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan tanpa harus merugikan

orang lain.

Reality (kenyataan)

Kenyataan yang akan menjadi tantangan bagi individu untuk memenuhi

kebutuhannya. Setiap individu harus memahami bahwa ada dunia nyata, dimana

mereka harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam rangka mengatasi

masalahnya. Realita yang dimaksud adalah sesuatu yang tersusundari kenyataan

yang ada dan apa adanya.

Right (kebenaran)

Merupakan ukuran atau norma-norma yang diterima secara umum,

sehingga tingkah laku dapat diperbandingkan. Individu yang melakukan hal ini

mampu mengevaluasi diri sendiri bila melakukan sesuatu melalui perbandingan

65

tersebut dan ia merasa nyaman bila mampu bertingkah laku dalam tata cara yang

diterima secara umum.

PROSES KONSELING

Menurut Glasser, hal-hal yang membawa perubahan sikap dari penolakan

ke penerimaan realitas yang terjadi selama proses konseling adalah (Corey,

1991:553-536):

Konseli dapat mengeksplorasi keinginan, kebutuhan, dan apa yang

dipersepsiakn tentang kondisi yang dihadapinya

Konseli focus pada perilaku sekarang tanpa terpaku pada permasalahan

masa lalu

Konseli mau mengevaluasi perilakunya, merupakan kondisi dimana

konseli membuat penilaian tentang apa yang telah ia lakukan terhadap

dirinya berdasarkan sistem nilai yang berlaku di masyarakat

Konseli mulai menetapkan perubahan yang dikehendakinya dan komitmen

terhadap apa yang telah direncanakan

TAHAP-TAHAP KONSELING

Thompson, et.al. (2004: 115-120) mengemukakan delapan tahap dalam konseling

realitas

Tahap 1: Konselor Menunjukkan Keterlibatan dengan Konseli (Be Friend)

Pada taahp ini konselor mengawali pertemuan dengan bersikap otentik,

hangat, dan menaruh perhatian pada hubungan yang sedang dibangun. Konselor

harus dapat melibatkan diri kepada konseli dengan memperlihatkan sikap hangat

dan ramah. Hubungan yang terbangun antara konselor dengan konseli sangat

penting sebab konseli akan terbuka dan bersedia menjalani proses konseling jika

dia merasa bahwa konselornya terlibat, bersahabat, dan dapat dipercaya.

Menunjukkan keterlibatan dengan konseli dapat melalui perilaku

attending. Perilaku ini tampak dalam kontak mata (menatap konseli), ekspresi

66

wajah (menunjukkan minatnya tanpa dibuat-buat), duduk dengan sikap terbuka,

melakukan respon refleksi, dll.

Konselor harus menunjukkan sikap antusias dan berteksd membantu

konseli. Konselor harus bersikap genuine. Konselor juga tidak menghakimi

konseli atau tidak memberi penilaian terhadap apa yang telah dilakukan konseli.

Tahap 2: Fokus pada Perilaku Sekarang

Tahap kedua merupakan eksplorasi diri bagi konseli. Konseli

mengungkapkan ketidaknyamanan yang ia rasakan dalam menghadapi

permasalhannya. Lalu konselor meminta konseli mendeskripsikan hal-hal apa saja

yang telah dilakukan dalam menghadapi kondisi tersebut. Tahapan ini meliputi:

Ekplorasi “picture album” (keinginan, kebutuhan, dan persepsi

Menanyakan keinginan konseli

Konselor : “saya akan membantu anda jika anda bersedia mendiskusikan

apa yang sedang alami.”

Konseli : “ saya baik-baik saja kok.”

Konselor : “saya juga berharap seperti itu, tapi mungkin ada yang ingin

anda sampaikan dengan kedatangan anda ke sini.”

Konseli : “sudah satu tahun belakangan saya mengenal putaw dan

merasa tenang setelah mengkonsumsinya.”

Konselor : “apa yang anda inginkan dengan mengkonsumsi putaw?”

Konseli : “kondisi keluarga membuat saya tertekan dan saya

memperoleh ketenangan dengan mengkonsumsi putaw.”

Menanyakan apa yang benar-benar diinginkan konseli

Konselor : “ jadi, anda menginginkan ketenangan? Ketenangan yang

bagaimana yang anda inginkan?”

Konseli : “saya pusing setiap hari mendengar pertengkaran orangtua

saya.”

Konselor : “kamu ingin orangtuamu tidak selalu bertengkar?”

Konseli :” ya…”

Konselor :”apa lagi yang benar-benar kamu inginkan?”

67

Menanyakan apa yang terpikir oleh konseli tentang yang diinginkan orang

lain dari dirinya dan menanyakan bagaimana konseli melihat hal tersebut

Konselor : “apa yang diinginkan orangtua dari anda?”

Konseli :”mereka ingin saya menjadi anak yang penurut, padahal saya

begini karena mereka Cuma sibuk bertengkar, tidak pernah

memperhatikan saya…”

Pada tahapan kedua ini konselor juga perlu mengatakan kepada konseli

apa yang dapat dilakukan konselor, yang diinginkan konselor dan konseli, dan

bagaimana konselor melihat situasi tersebut, kemudian membuat komitmen untuk

konseling.

Tahap 3: Mengeksplorasi Total Behavior Konseli

Konselor menanyakan secara spesifik apa yang dilakukan konseli; cara

pandang dalam konseling realita, akar permasalahan konseli bersumber pada

perilakunya (doing), bukan pada perasaannya. Misal, konseli mengungkapkan

setiap kali menghadapi ujian ia mengalami kecemasan yang luar biasa. Dalam

pandangan konseling realita, yang harus diatasi bukan kecemasan konseli, tetapi

hal-hal apa saja yang telah dilakukannya untuk menghadapi ujian.

Tahap 4: Konseli Menilai Diri Sendiri atau Melakukan Evaluasi

Konselor menanyakan kepada konseli apakah pilihan berikutnya didasari

oleh keyakinan bahwa hal itu baik baginya. Fungsi konselor tidak untuk menilai

besar atau salah perilaku konseli, tetapi membimbing konseli untuk menilai

perilakunya saat ini. Beri kesempatan kepada konseli untuk mengevaluasi,apakah

ia cukup terbantu dengan pilihannya tersebut.

Pada tahapan ini, respon-respon konselor di antaranya menanyakan apakah

yang dilakukan konseli dapat membantunya keluar dari permasalahan atau

sebaliknya. Konselor menanyakan kepada konseli apakah pilihan perilakunya

didasari oleh keyakinan bahwa hal tersebut baik baginya. Fungsi konselor tidak

untuk menilai benar atau salah perilaku konseli, tetapi membimbing konseli untuk

menilai perilakunya saat ini. Beri kesempatan kepada konseli untuk

mengevaluasinya, apakah ia cukup terbantu dengan pilihannya tersebut.

68

Kemudian bertanya kepada konseli apakah pilihan perilakunya dapat memenuhi

apa yang menjadi kebutuhan konseli saat ini, menanyakan apakah konseli akan

tetap pada pilihannya, apakah hal tersebut meruapakan perilaku yang dapat

diterima, apakah realistis, apakah benar-benar dapat mengatasi masalahnya,

apakah keinginan konseli realistis atau dapat terjadi/dicapai, bagaimana konseli

memandang pilihan perilakunya, sehingga konseli dapat menilai apakah hal itu

cukup membantunya, dan menanyakan komitmen konseli untuk mengikuti proses

konseling.

Tahap 5: Merencanakan Tindakan yang Bertanggung Jawab

Tahap dimana konseli mulai menyadari bahwa perilakunya tidak

menyelesaikan masalah, dan tidak cukup menolong keadaan dirinya, dilanjutkan

dengan membuat perencanaan tindakan yang lebih bertanggung jawab. Rencana

yang disusun sifatnya spesisfik dan konkret. Hal-hal yang dilakukan konseli untuk

keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi.

Tahap 6: Membuat Komitmen

Konselor mendorong konseli untuk merealisasikan rencana yang telah

disusunnya bersama konselor sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan.

Tahap 7: Tidak Menerima Permintaan Maaf atau Alasan Konseli

Konseli akan bertemu kembali dengan konselor pada batas waktu yang

telah disepakati bersama. Pada tahapan ini konselor menanyakan perkembangan

perubahan perilaku konseli. Apabila konseli tidak atau belum berhasil melakukan

apa yang telah direncanakannya, permintaan maaf konseli atas kegagalannya tidak

untuk dipenuhi konselor. Sebaliknya, konselor mengajak konseli untuk melihat

kembali rencana tersebut dan mengevaluasinya mengapa konseli tidak berhasil.

Konselor selanjutnya membantu konseli merencanakan kembali hal-hal yang

belum berhasil ia lakukan. Pada tahapan ini sebaiknya konselor menghindari

pertanyaan dengan kata “ mengapa” sebab kecenderungannya konseli akan

bersikap depensif dan mencari-cari alasan.

69

Kondisi: pada waktu yang telah disepakati (dua minggu setelah sesi

sebelumnya), konseli datang menemui konselor. Dalam proses konseling ia

bercerita bahwa dalam waktu dua minggu ini ia tetap cemas ketika jam pelajaran

matematika karena tidak dapat menjawab soal-soal latihan yang diberikan guru.

Contoh respon yang salah

Konseli : “ saya tetap merasa cemas saat pelajaran matematika,

pelajarannya sulit..”

Konselor : “menagapa kamu merasa sulit?”

Konseli : “saya tidak pernah sempat untuk belajar karena PR saya banyak

bu..”

Contoh respons yang benar

Konseli : “saya tetap merasa cemas saat pelajaran matematika, pelajarannya

sulit..”

Konselor : “ kamu bisa menceritakan kepada saya hal-hal yang menghambat

kamu tetap merasa sulit?”.

Pada tahapan ini, konselor juga tidak memberikan hukuman, mengkritik,

dan mendebat, tetapi hadapkan konseli pada konsekuensi. Menurut Glasser,

memberikan hukuman akan mengurangi hukuman akan mengurangi keterlibatan

konseli dan menyebabkan ia merasa lebih gagal. Saat konseli belum berhasil

melakukan perubahan, hal itu merupakan pilihannya dan ia akan merasakan

konsekuensi dari tindakannya. Konselor member pemahaman pada konseli, bahwa

kondisinya akan membaik jik ia bersedia melakukan perbaikan itu. Selain itu,

konselor jangan mudah menyerah. Proses konseling yang efektif antara lain

ditunjukkan dengan seberapa besar kegigihan konselor untuk membantu konseli.

Ada kalanya konseli mengharapkan konselor menyerah dengan bersikap pasif,

tidak kooperatif, marah, atau apatis, namun pada tapap ini konselor dapat

menunjukkan bahwa ia benar-benar terlibat dan ingin membantu konseli

mengatasi permasalahannya. Kegigihan konselor dapat memotivasi konseli untuk

bersama-sama memecahkan masalah.

Tahap 8: Tindak Lanjut

70

Merupakan tahap terakhir dalam konseling. Konselor dan konseli

mengevaluasi perkembangan yang dicapai, konseling dapat berakhir atau

dilanjutkan jika tujuan yang telah ditetapkan belum tercapai.

TUJUAN KONSELING

Layanan konseling bertujuan membantu konseli mencapai identitas

berhasil. Konseli yang mengetahui identitasnya, akan mengetahui langkah-

langkah apa yang akan ia lakukan di masa yang akan datang dengan segala

konsekuensinya. Bersama-sama konselor, konseli dihadapkan kembali pada

kenyataan hidup, sehingga dapat memahami dan mampu menghadapi realitas.

PERAN DAN FUNGSI KONSELOR

Fungsi konselor dalam pendekatan realitas adalah melibatkan diri dengan

konseli, bersikap direktif dan didaktik, yaitu berperan seperti guru yang

mengarahkan dan dapat saja mengkonfrontasi, sehingga konseli mampu

menghadapi kenyataan. Di sini, terapis sebagai fasilitator yang membantu konseli

agar bisa menilai tingkah lakunya sendiri secara realistis.

RINGKASAN

Menurut Glasser, setiap individu memiliki kebutuhan psikologis yang

secara konstan hadir sepanjang rentang kehidupan dan harus dipenuhi, dan

individu mengalami permasalahan psikologis karena ia terhambat dalam

memenuhi kebutuhan psikologisnya.

Keterhambatan pemenuhan kebutuhan psikologis pada dasarnya karena

peyangkalan terhadap realitas, yaitu kecendrungan seseorang untuk

menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan.

Dalam pendekatan realistis, penerimaan terhadap realita dapat dicapai

dengan melakukan sesuatu yang realistis (reality), bertanggung jawab

(responsibility) dan benar (right) dikenal dengan istilah 3R.

Konsep 3R harus tercermin dalam keseluruhan perilaku konseli (total

behavior), meliputi tindakan (doing), pikiran (thinking), perasaan (feeling),

dan respon-respon fisiologisnya (physiology).

71

Perilaku total (total behavior) individu dianalogikan seperti berfungsinya

kendaraan roda empat. Seperti halnya keempat roda mobil membawa arah

mobil berjalan, demikian halnya keempat komponen dari total behavior

tersebut menetapkan arah hidup individu.

Pandangan Glasser tentang manusia adalah setiap individu bertanggung

jawab terhadap kehidupannya, tingkah laku seseorang merupakan upaya

mengontrol lingkungan untuk mememuhi kebutuhannya, individu

ditantang untuk menghadapi realita tanpa memperdulikan kejadian-

kejadian di masa lalu, serta tidak member perhatian pada sikap dan

motivasi dibawah sadar, dan setiap orang memiliki kemampuan untuk

melakukan sesuatu pada masa kini.

Kebutuhan dasar manusia menurut Glasser meliputi kebutuhannya untuk

merasa memiliki dan terlibat atau melibatkan diri dengan orang lain,

kebutuhan akan power, kebutuhan untuk merasa senang, bahagia, dan

kebutuhan untuk merasakan kebebasan/kemerdekaan dan tidak bergantung

pada orang lain.

Perkembangan kepribadian yang sehat ditandai dengan berfungsinya

individu dalam memenuhi kebutuhan psikologisnya scara tepat. Gasser

menyebutnya dengan istilah : identitas berhasil” dan “identitas gagal”.

Konseling ini bertujuan membantu individu mencapai identitas berhasil,

yaitu individu yang mengetahui langkah-langkah apa yanga akan ia

lakukan di masa yang akan datang dengan segala konsekuensinya.

Bersama-sama konselor, konseli dihadapkan kembali pada kenyataan

hidup, sehingga dapat memahami dan mampu menghadapi realita.

Daftar Pustaka

Komalasari,Gantina, Eka Wahyuni, & Karsih.2011.Teori dan Teknik

Konseling.Jakarta Barat:PT Indeks

72

73