pendahuluan - universitas brawijayablog.ub.ac.id/erina04/files/2013/03/ekologi.pdf · 2013. 3....
TRANSCRIPT
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
PENDAHULUAN
Tujuan observasi
Penerapan ekologi adalah pemanfaatan penelitian ekologi untuk mencapai tujuan-
tujuan yang praktis. Penelitian ekologi membantu untuk menjaga dan mengatur sumber-
sumber alam dan melindungi lingkungan agar tetap seimbang dan sesuai dengan daya
dukung lingkungan. Tujuan tersebut diantaranya yaitu:
1. Mengetahui sejarah dibangunnya Alun-alun Kota Malang.
2. Mengetahui fungsi dan tujuan dibangunnya Alun-alun Kota Malang.
3. Mengetahui metode pembangunan kawasan Alun-alun Kota Malang.
4. Mengetahui luas dan kapasitas Alun-alun Kota Malang.
5. Mengetahui kekayaan hayati yang ada di Alun- alun kota Malang, serta faktor-
faktor yang terkait didalamnya.
6. Memprediksi tingkat kelimpahan kekayaan hayati dan menganalisis
keadaannya serta peranannya dalam ekosistem.
7. Menganalisis komponen biotik dan abiotik yang ada di Alun-alun kota Malang.
8. Menganalisis pemanfaatan sumber daya alam yang ada di Alun-alun kota
Malang dari berbagai aspek.
9. Konservasi kawasan alun-alun kota Malang
10. Mengetahui pengaruh pada lingkungan antara alun-alun kota Malang jaman
Dahulu dengan alun-alun kota Malang jaman sekarang.
11. Menganalisis Analisa Pola Penataan Kawasan Pusat Kota (Alun-alun Kota
Malang).
12. Menganalisis kondisi saat ini alun-alun kota Malang yang dapat diperbaiki
melalui gagasan baru.
13. Penelitian ekologi juga bisa membantu untuk menjaga kelestarian dan
mengatur sumber-sumber alam serta melindungi lingkungan agar tetap
seimbang dan sesuai dengan daya dukung lingkungan.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Metodologi Observasi
Waktu dan Tempat Observasi
Observasi ekologi ini dilaksanakan pada Hari Selasa, Tanggal 12 maret 2013,
Jam 13.00 WIB , bertempat di Area Taman Kota II (Alun-alun Kota Malang dan
Sekitarnya).
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini dilakukan dengan survey lapang atau mengunjungi
langsung Area Taman Kota II (Alun-alun Kota Malang dan Sekitarnya), serta
penelusuran informasi elektronik (internet) dan studi literatur .
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Selayang Pandang
lun-alun merupakan identitas kota maupun kabupaten di Jawa pada
umumnya. Konsep keruangan alun-alun merupakan simbol kesatuan aktivitas
yang bersifat filosofis-religius, politis, ekonomis dan kultural, namun dalam
perkembangannya dari jaman kerajaan hingga sekarang selalu mengalami perubahan
maupun pergeseran makna. Kawasan Alun-alun Kota Malang merupakan pusat
pemerintahan Kabupaten Malang pada jaman dulu sekaligus merupakan lokasi awal
pertumbuhan wilayah Malang. Identifikasi terhadap sejarah dan perkembangan
kawasan Alun-alun Kota Malang dilakukan untuk menemukan potensi pelestarian
pada kawasan alun-alun, sebagai wujud menghargai warisan budaya, perwujudan
identitas dan mewarisi nilai sejarah. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif,
analisis sinkronik diakronik perkembangan kawasan serta potensi pelestarian dengan
penilaian makna kultural, nilai guna serta perkembangan kawasan. Kebijakan politik
yang berpengaruh terhadap perkembangan kawasan alun-alun di antaranya: Staadblad
1819 No. 16, kebijakan UU Gula dan UU agraria (1870) UU desentralisasi (1903)
serta proklamasi kemerdekaan RI.
awasan Alun-alun kota Malang sebagai pusat kota, akan berkembang
dan tumbuh, seiring dengan perkembangan waktu, serta perubahan
elemen-elemen kota dalam inter-relasinya. Studi eksploratif bertujuan untuk
’menggambarkan’ suatu gejala, secara lebih terinci dari karakter spasial kawasan
Alun-alun. Kawasan Alun-alun kota Malang, ditinjau dalam keterkaitan dengan
fungsi bangunan-bangunan sekitarnya, serta dalam perannya sebagai ruang publik
kota. Pendekatan sejarah lebih ditekankan kepada perkembangan fisik kawasan
Alun-alun kota Malang, yang signifikan berpengaruh kepada pembentukan
karakter spasial. Pendekatan ini, bertujuan untuk memahami proses ’pembentuk’
karakter spasial kawasan Alun-alun kota Malang yang ada sekarang. Pendekatan
lapangan (eksplorasi lapangan) dalam penelitian ini, merupakan hal yang utama,
untuk melihat dan memahami kondisi aktual karakter spasial kawasan. Perubahan
A
K
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
karakter spasial Alun-alun, terjadi cukup signifikan setelah kawasan tersebut
menjadi CBD (Central Bisnis Distrik). Alun-alun bergeser peran, menjadi
penyangga kegiatan komersial, kawasan sekitarnya. Alun-alun menjadi tempat
parkir, menjadi tempat berjualan para PKL, selain untuk rekreasi masyarakat
kota.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Alun-alun Kota Malang
Pada zaman sekarang, hampir semua kota di Indonesia memiliki sebuah alun-
alun. Alun-alun pada masa sekarang ini lebih berfungsi sebagai pusat keramaian atau
tempat berkumpulnya masyarakat dari segala lapisan.
Alun-alun kota malang sudah ada sejak tahun 1882 pada saat masa
pemerintahan gubernur jenderal Daendels (1808-1811). Alun-alun kota Malang ini
didesain dengan adanya kolam yang disertai dengan air mancur di tengah-tengahnya.
Air mancur adalah bagian yang utama yang tidak bisa dihilangkan dari bagian alun-
alun. Menurut kepala bidang fisik dan prasarana, Badan Perencanaan Pembangunan
Kota (Bappeko) Malang Bapak Drs. Ir. Jarot Edy Sulistyono, MS. , Bentuk air mancur
alun-alun kota Malang adalah kontemporer. Disebut kontemporer karena gerakannya
tidak simetris seperti sebelumnya. Kolam air mancur dikelilingi oleh tangga yang
memberi kesan seperti ruang teater terbuka. Disekitar kolam, terdapat taman yang
berumput dengan pohon-pohon yang besar dan rindang. Dan ada pula tempat duduk
atau gazebo yang ada disekitar pohon. Hal inilah yang menyebabkan alun-alun kota
malang tampak sejuk dan nyaman untuk dikunjungi.
Alun-alun Malang
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Alun-alun Malang
Pada awalnya Alun-alun merupakan tempat berlatih perang (gladi yudha) bagi
prajurit kerajaan, tempat penyelenggaraan sayembara dan penyampaian titah (sabda)
raja kepada kawula (rakyat), pusat perdagangan rakyat dan juga hiburan.
(Habraken, 1978)
Dari buku Nagara Kertagama, dapat diketahui bahwa alun-alun telah ada pada
zaman Hindu-Budha, ada bukti yang menjelaskan bahwa di Candi Trowulan terdapat
alun-alun. Asal-usul alun-alun ini sebenarnya berawal dari kepercayaan masyarakat
tani yang setiap kali ingin menggunakan tanah untuk bercocok tanam, harus
mengadakan upacara minta izin kepada “dewi tanah,” yaitu dengan jalan membuat
sebuah lapangan “tanah sakral” yang berbentuk “persegi empat” yang selanjutnya
dikenal sebagai alun-alun.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Alun-alun Malang Tempoe-Doeloe
Masa kerajaan Mataram, di Alun-alun depan istana secara rutin rakyat
Mataram menghadap Penguasa. Alun-alun pada masa ini sudah berfungsi sebagai
pusat administratif dan sosial bagi penduduk pribumi. Fungsi administratif:
masyarakat berdatangan ke alun-alun untuk memenuhi panggilan ataupun
mendengarkan pengumuman atau melihat unjuk kekuatan berupa peragaan bala
prajurit dari penguasa setempat. Fungsi Sosial dapat dilihat dari kehidupan masyarakat
dalam berinteraksi satu sama lain, apakah dalam perdagangan, pertunjukan hiburan
ataupun olah raga. Untuk memenuhi seluruh aktivitas dan kegiatan tersebut alun-alun
hanya berupa hamparan lapangan rumput yang memungkinkan berbagai aktivitas
dapat dilakukan.
Alun-alun Malang
Masa masuknya Islam, bangunan Masjid dibangun di sekitar alun-alun. Alun-
alun juga digunakan sebagai tempat kegiatan-kegiatan hari besar Islam termasuk
Sholat Idul Fitri. Pada saat ini banyak alun-alun yang digunakan sebagai perluasan
dari masjid seperti Alun-alun Kota Bandung.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Masjid Jami
(Habraken, 1978)
Pada periode berikutnya kehadiran kekuasaan Belanda di Nusantara, ikut
memberi warna bentuk baru dalam tata lingkungan alun-alun. Hal ini terlihat dengan
didirikannya bangunan penjara pada sisi lain alun-alun, termasuk di Alun-alun
Yogyakarta. Pendirian bangunan-bangunan untuk kepentingan Belanda sekaligus
mengurangi fungsi simbolis alun-alun, kewibawaan penguasa setempat (penguasa
pribumi).
Periode zaman Kemerdekaan, Banyak alun-alun yang beralih fungsi. Salah
satunya Alun-alun Malang. Faktor pendorong perubahan / pertumbuhan ini
bermacam-macam, diantaranya Kebijakan Pemerintah, Aktivitas Masyarakat, dan
Perdagangan. Agar tidak tertinggal dengan gerak zaman, beberapa alun-alun juga
menyediakan fasilitas “Hot-Spot,” seperti di alun-alun Kota Batu.
B. Fungsi dan Tujuan Alun-alun Kota Malang
Fungsi Alun-alun kota Malang, dapat ditinjau dari beberapa segi kehidupan
diantaranya yaitu:
Segi ekonomi
Alun-alun kota Malang jika dipandang dari segi ekonomi berfungi sebagai
sektor perdagangan atau ajang untuk mencari nafkah. Seperti yang kita ketahui
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
bahwa didalam alun-alun banyak terdapat pedagang kaki lima yang menjajakan
dagangannya, yang juga merupakan sumber mata pencarian bagi warga kota
Malang . Selain itu juga terdapat Mall di sekitar alun alun yang merupakan pusat
perbelanjaan warga Malang dan sekitarnya. Hal ini menunjukkan bahwa Alun-alun
Kota Malang mempunyai daya tarik tersendiri berupa tempat yang cukup strategis
dalam menjalankan siklus ekonomi sehingga banyak pedagang dan Mall di sekitar
Alun-alun.
Segi Sosial
Alun-alun kota Malang merupakan tempat rekreasi keluarga yang murah
meriah dan sangat nyaman. Di Alun-alun sangat banyak warga kota Malang
maupun wisatawan asing yang berkunjung untuk jalan-jalan menikmati indahnya
taman kota. Selain itu juga banyak muda-mudi atau kaum remaja yang berkumpul
untuk sekedar melepas penat maupun menikmati udara perkotaan.
Sebagai Ruang Terbuka Hijau
Di sekitar Alun-alun kota Malang banyak terdapat pohon-pohon yang besar
dan dalam jumlah yang banyak, hal ini tentu saja juga merupakan merupakan
fungsi alun-alun sebagai ruang terbuka hijau kota Malang. Fungsi ini sangat
penting untuk kota Malang yang mulai padat dengan pembangunan gedung. Alun
alun juga bisa dikatakan sebagai jantung kota malang.
Sebagai Sarana Hiburan
Di alun-alun ini kita juga bisa melihat langsung pertunjukan yang sudah ada
sejak bertahun-tahun yang lalu, yaitu sebuah tontonan yang menampilkan
kepandaian seekor kera kecil mengendarai sepeda pancal, menggendong boneka
kecil, memikul keranjang, dan tingkah-tingkah lucu lainnya, si pemilik biasanya
mengiringi pertunjukan ini dengan tabuhan ala kadarnya sambil memberikan
instruksi pada si kera. Masyarakat biasa menyebut pertunjukan ini dengan istilah
“Komidi Bedes.”
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Daerah Resapan Air
Selain ruang terbuka hijau, alun alun Malang juga memiliki fungsi yang
tidak kalah penting untuk Kota Malang yaitu sebagai daerah resapan air. Di dalam
alun alun banyak terdapat lubang lubang resapan atau biasa disebut gorong-gorong
untuk menampung air hujan agar tidak terjadi banjir. Di Malang sudah sangat
jarang daerah resapan air, dan banyak yang sudah beralih fungsi menjadi gedung-
gedung bertingkat.
Taman Kota
Fungsi ini menegaskan bahwa alun-alun kota Malang sebagai taman kota
yang mempunyai nilai keindahan taman atau estetika kota dan ciri khas tersendiri.
Tujuan dibangunnya Alun-alun kota Malang ini secara garis besar adalah
untuk membangun pusat kota yang dalam peranannya sebagai ruang publik kota,
dimana pusat kota ini akan tumbuh dan berkembang seiring dengan berjalannya
waktu.
C. Metode Pembangunan Kawasan Alun-alun Kota Malang
Seperti kota di Jawa jaman Hindia Belanda pada umumnya, kota Malang juga
berpusat di alun alun. Di alun-alun ini terdapat bangunan pemerintahan seperti Kantor
Bupati, Asisten Residen, dan Penjara. Pusat Bisnis seperti bank, Kantor Pos, Bioskop
serta pusat keramaian lainnya. Selain itu pusat keagamaan seperti Masjid dan dua
gereja, katolik dan protestan. Dapat disimpulkan bahwa alun-alun di kota Malang juga
merupakan sentra keramaian karena berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau tempat
orang-orang beraktivitas. Pada umumnya struktur tata ruang kota tradisional di Jawa
terdiri atas sebuah lapangan luas yang di tengahnya ditanam sebuah atau dua buah
pohon beringin. Lapangan ini disebut alun-alun.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Pola arsitektur alun-alun Malang merupakan poros bagi bangunan-bangunan
yang ada di sekitarnya dan merupakan satu kesatuan yang memiliki hubungan erat,
sehingga membentuk struktur tata ruang pusat kota yang baik dengan perletakan
gedung-gedungnya. Tata letak kotanya didominasi oleh sebuah alun-alun yang terletak
di pusat kota; dimana secara garis besar mirip dengan tipologi kota-kota kabupaten di
Jawa. Hanya saja, perletakan bangunan penting – seperti Kantor Kabupaten – tidak
berhadapan dengan Kantor Asisten Residen (sekarang Kantor KPN). Letak Kantor
Asisten Residen tersebut berada di sebelah Selatan alun-alun, sedangkan Kantor
Kabupaten terletak di sebelah Timur alun-alun dan tidak menghadap ke alun-alun.
Seiring dengan perkembangan suatu kota, banyak perubahan yang terjadi pada
penataan ruang kawasan. Bergantinya fungsi-fungsi yang ada menjadi fungsi tertentu
yang baru (perdagangan dan jasa), dimana di satu pihak sangat menguntungkan pihak
swasta dan Pemerintah Kota dalam meningkatkan perekonomian kota. Akan tetapi, di
lain pihak akan merugikan kalangan tertentu yang berusaha melestarikan bangunan-
bangunan kuno bersejarah. Meskipun perkembangan jaman menuntut adanya
perubahan, namun hendaknya tidak sampai menghilangkan konsep dasarnya. Kiranya
akan lebih baik jika dipadukan antara dua kepentingan yang berbeda tersebut.
Hal ini nampak pada kondisi eksisting kawasan pusat kota alun-alun Kota
Malang, dimana beberapa bangunan baru yang telah menggantikan bangunan-
bangunan lama, seperti Penjara Wanita berubah menjadi Alun-alun Mall, Gedung
Bioskop Ria berubah menjadi Bank Lippo, Rumah Wakil Residen Kabupaten berubah
menjadi Kantor Pos dan Giro, Societet Concordia berubah menjadi Sarinah, dan
Nederlands Indishe Escompto Mij berubah menjadi Kantor Inspeksi Pajak.
Perubahan-perubahan yang terjadi merupakan hasil dari tuntutan kebutuhan
kota akan fasilitas-fasilitas penunjang kota, yang tidak mungkin untuk dihalangi.
Selama penentuan fungsi baru yang akan menggantikan fungsi lama masih sesuai
dengan tata guna lahan kawasan pusat kota. Dengan kata lain, fungsi baru tersebut
tidak mengalahkan fungsi dominan kawasan, yaitu kawasan pusat kota, antara lain
fungsi pendidikan, peribadatan, perdagangan, dan jasa.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
D. Luas Kawasan Alun-alun Kota Malang
Alun-alun merdeka kota Malang memiliki bentuk persegi dan luas area 23.970
m2
yang terletak di jalan merdeka.
(Peta alun-alun kota Malang)
Sketsa peta alun-alun kota Malang
(Habraken,1978)
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
E. Kekayaan Hayati, Flora dan Fauna
Taman kota atau alun-alun kota merupakan paru-paru kota. Alun-alun adalah
cerminan identitas dari suatu kota. Sehingga penataan alun-alun kota sangat
berpengaruh terhadap pandangan para pelancong ataupun masyarakat yang singgah
disuatu kota.Penataan alun-alun kota malang ini sangat baik dengan air mancur
sebagai bagian utamanya dan di sekeliling air mancur terdapat pepohonan dan
tanaman yang sangat menghijaukan mata,sehingga banyak keluarga atau rombongan
pengunjung dari luar kota memanfaatkan alun-alun kota malang sebagai tempat
persinggahan sekaligus melepas rasa penat,ini terbukti ketika kami melakukan
observasi tempat ini sangat ramai sekali.
Kekayaan hayati yang ada dialun-alun kota malang ini meliputi komponen
biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik yaitu berupa:
1. Pohon : Tanaman kayu keras dan tumbuh tegak, berukuran besar dengan
percabangan yang kokoh. Yang termasuk dalam jenis pohon ini adalah beringin,
cemara, palem, dan lainnya.
2. Perdu : Jenis tanaman seperti pohon terapi berukuran kecil, batang cukup berkayu
tetapi kurang tegak dan kurang kokoh. Yang termasuk dalam jenis perdu adalah
bougenvillle, kembang sepatu, dan lainnya.
3. Semak : Tanaman yang agak kecil dan rendah, tumbuhnya melebar atau merambat.
4. Tanaman penutup tanah : Tanaman yang lebih tinggi rumputnya, berdaun dan
berbunga indah. Yang termasuk dalam jenis ini adalah krokot .
5. Rumput : Jenis tanaman pengalas, merupakan tanaman yang persisi berada diatas
tanah. Yang termasuk dalam jenis ini adalah rumput jepang.
Sedangkan komponen yang abiotik berupa air yang ada di air mancur, Batuan yang
berada di dalam taman ini memberikan kesan natural, Gazebo yang dibuat di sekitar taman
ditujukan sebagai tempat istirahat dan menikmati pemandangan, paving yang digunakan
sebagai jalan setapak,udara,serta lampu taman sebagai penerang pada malam hari dan
menambah keindahan alun-alun kota malang.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Tumbuhan (flora) sangat memegang peranan penting terhadap masa depan dunia
yang lebih baik. Karena tumbuhan mempunyai fungsi-fungsi yang sangat penting dalam
kehidupan ini yaitu menyerap karbon dioksida (CO2) dan mengubahnya menjadi oksigen
(O2). Salah satu fungsi dari tumbuhan adalah sebagai penghias baik taman, rumah, jalan
sebagai peneduh jalan dan sebagainya. Dari observasi kelompok kami (kelompok 9), flora
yang terdapat ditaman kota sebagian besar didominasi oleh pepohonan yaitu pohon
cemara, pohon mahoni, pohon beringin ,pohon palem botol, pohon karsen, pohon mangga,
pohon pisang kipas, pohon sikat botol, pohon pinus, dan pohon kelapa. Pohon dapat
membantu dalam penyimpanan air hasil prestipitasi (hujan). Akar pohon akan menyerap
air dan menyimpannya didalam tanah sebagai air tanah dan air bawah tanah. Sehingga
dapat menggurangi limpasan air permukaan (run off) dan dapat mengurangi bahaya banjir.
Selain pepohonan juga terdapat tanaman lain yaitu bunga boegenvil, rerumputan,
krokot. Selain itu terdapat tanaman Perdu yang menyerupai pohon, tetapi berukuran kecil,
batangnya berkayu tetapi kurang tegak dan kurang kokoh. Seperti pohon bunga sepatu.
Selain flora, di alun-alun kota malang ini juga terdapat fauna. Fauna yang paling
banyak disini yaitu burung dara. Dialun-alun kota malang ini terdapat sarang burung dara
sehingga banyak dijumpai burung dara disini. Selain burung dara juga ada kucing serta
monyet karena terdapat topeng monyet sebagai hiburan. Dengan adanya fauna yang ada
disekitar alun-alun kota Malang ini maka dapat menambah keindahan tamannya.
F. Kelimpahan, Keadaan , dan Peranan Kekayaan Hayati serta
Flora dan Fauna Dalam Ekosistem
Kekayaan hayati yang ada dialun-alun kota malang ini sangat banyak terutama
didominasi oleh komponen biotik yang berupa pepohonan,rerumputan. Sedangkan
komponen abiotik yang paling banyak yaitu tanah, udara serta batu. Keadaan
komponen biotik dan abiotik dialun-alun kota malang ini sudah terawat dengan baik
karena terlihat subur dan rindang namun, masih ada saja pengunjung yang kurang
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
bertanggung jawab dengan membuang sampah sembarangan sehingga dapat
mengurangi keindahan alun-alun kota. Padahal di alun-alun kota malang ini telah
disediakan tempat sampah. Peranan yang paling menonjol dari komponen biotik yaitu
menyerap karbon dioksida (CO2) dan mengubahnya menjadi oksigen (O2) sehingga
dapat membersihkan dan menyegarkan udara.
Flora (tumbuhan) yang ada di alun-alun kota malang ini memiliki peranan
yang berbeda beda yaitu:
1. Pohon mahoni
Dialun-alun kota malang terdapat pohon mahoni cukup banyak.Pohon
mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 35-40 m dan
diameter mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir.
Kulit luar berwarna cokelat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan
kulit batang berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi
cokelat tua, beralur dan menge lupas setelah tua.
Pohon mahoni bisa mengurangi polusi udara sekitar 47% - 69% sehingga
disebut sebagai pohon pelindung sekaligus filter udara dan daerah tangkapan air.
Daun-daunnya bertugas menyerap polutan-polutan di sekitarnya. Sebaliknya,
dedaunan itu akan melepaskan oksigen (O2) yang membuat udara di sekitarnya
menjadi segar. Ketika hujan turun, tanah dan akar-akar pepohonan itu akan
mengikat air yang jatuh, sehingga menjadi cadangan air.
2. Pohon Beringin
Pohon beringin dialun-alun kota malang ini hanya sedikit jumlahnya dan
sangat besar,munkin karena sangat besar sehingga jumlahnya sedikit bila
dibandingkan pohon yang lainnya. Beringin yang bernama latin Ficus benyamina
L, memiliki ketinggian sekitar 20 - 25 m. Batangnya tegak, bulat, dengan
permukaan kasar. Pada bagian batang ini keluar akar gantung (akar udara). Pohon
yang disebut waringin pada masyarakat Jawa dan Sumatera ini, memiliki bentuk
daun tunggal, bertangkai pendek, dengan letak bersilang berhadapan. Bunganya
tunggal, keluar dari ketiak daun, sementara buahnya buni bewarna hijau saat masih
muda dan merah setelah tua.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Pohon beringin memiliki kemampuan sebagai tanaman konservasi mata air
dan penguat lereng alami. Hal tersebut dapat dilihat dari struktur perakarannya
yang dalam dan akar lateral yang mencengkeram tanah dengan baik. Selain itu,
jenis-jenis beringin memang diketahui sebagai habitat beberapa burung, reptilian,
serangga dan mamalia yang mengkonsumsi buahnya. Jadi, dengan menanam
beringin, secara tidak langsung juga akan mengkonservasi fauna yang menjadikan
beringin sebagai tempat hidupnya. Beringin juga memiliki kemampuan yang tinggi
untuk menyerap polusi dalam hal ini CO2 dan timbal hitam di udara.
3. Pohon Karsen
Pohon karsen di alun-alun kota malang ini terletak disekeliling luar
sehingga membentuk lingkaran serta jumlahnya juga banyak. nama latin atau nama
ilmiah untuk tanaman ini adalah Muntingia calabura, tanaman ini banyak di temui
di daerah tropis. banyak juga ditemui di pinggir selokan, retakan dinding dan
tempat lainnya.Pohon kersen sangat bermanfaat sebagai peneduh jalan karena
daunya yang lebat dan batangnya yang lebih lentur namun kuat.
4. Pohon Cemara
Pohon cemara (Casuarina sp.) di alun-alun kota ini jumlahnya cukup
banyak dan tersebar disekitar taman. Manfaat pohon Cemara sesuai dengan
pengamatan kami ada beberapa yaitu sebagai perindang taman, sebagai penahan
angin serta penahan erosi atau banjir.
5. Pohon Pisang Kipas
Pohon kipas di alun-alun kota ini tersebar diarea taman dengan jumlah yang
banyak.Tinggi Pohon Pisang Kipas 3 meter hingga 9 meter dan batangnya kokoh.
Pelepahnya bertindih-tindih dan keluar dari kiri dan kanan batang dengan daun
yang mempunyai tetulang. Pokok ini tidak berbunga kecuali di tempat asalnya
kerena perbedaan iklim. Sulur tumbuh daripada bahagian pangkal pokok induk.
Akarnya jenis merayap. Pohon ini berfungsi sebagai tanaman hiasan.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
6. Pohon mangga
Pohon mangga di alun-alun kota malang ini jumlahnya sedikit dan terletak
dipinggir jalan setapak.Pohon mangga ini berfungsi sebagai peneduh dan buahnya
bisa di manfaatkan untun dikonsumsi.
7. Palem Botol (Hyophorbe lagenicaulis )
Palem botol di alun-alun kota malang ini terdapat disekeliling luar dari air
mancur.Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwasanya palem botol merupakan pohon yang beasal dari salah satu suku
Palmae yang ketinggiannya mencapai kurang lebih sekitar 2 meter. Bentuknya
hampir mirip dengan palem raja, tetapi batang yang tumbuh tegak meninggi
mempunyai bagian terbesar pada bagian batang bawah, kelihatan menggembung,
mirip seperi botol, sehingga dinamakan palem botol.Palem botol merupakan salah
satu tanaman hias dari keluarga Araceceae dimanfaatkan sebagai penghias di alun-alun
kota ini.
8. Rumput
Sebagian besar area dialun-alun kota malang ini dipenuhi rumput walaupun
ada sebagian yang dipaving.Dengan adanya rumput di alun-alun kota malang ini
menambah suasana hijau disini dan segar. Rumput terkadang dianggap sebagai
gulma, yaitu tumbuhan pengganggu tanaman bila berada di sekitar tanaman utama
atau tanaman yang sengaja ditanam. Meskipun begitu, rumput juga bisa dijadikan
sebagai penghias taman.
Peranan rumput disini yaitu sebagai pelindung tanaman dan penahan air.
Jadi tak hanya pohon saja yang dapat menahan air, rumput juga dapat menutupi
tanah dan mencegah pengikisan tanah di saat hujan. Pada saat hujan, air akan
diserap ke tanah dibantu oleh rumput. Dengan begitu, air hujan tidak langsung
mengalir ke selokan, tetapi ditahan dulu oleh rumput. Di samping itu, rumput juga
bisa memperbaiki kesuburan tanah.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
9. Tanaman hias lainnya
Dialun-alun kota malang ini tanamannya banyak sekali selain pohon
tanaman yang lainnya yaitu bunga boegenvil, krokot, bunga sepatu dan bunga
lainnya yang berfungsi sebagai penghias taman. Bunga-bunga ini tersebar di area
alun-alun ini sehingga menambah keindahan alun-alun. Bunga-bunga ini juga ada
yang diletakkan di pot yang terletak mengelilingi air mancur.
Sedangkan untuk fauna yang ada dialun-alun kota malang ini yaitu burung
dara, kucing dan monyet. Burung dara berfungsi untuk menambah hiburan serta
memperindah taman sehingga menarik pengunjung. Sedangkan monyet disini menjadi
objek tontonan yang bisa disewa sebagai hiburan.
G. Komponen Biotik dan Abiotik yang Berpengaruh
Alun-alun kota Malang, membentuk suatu ekosistem alun-alun. Komponen
penyusunnn ekosistem terdiri dari komponen biotik dan komponen abiotik.
Komponen biotik (bio=hidup) meliputi semua makhluk hidup yang terdapat
dalam ekosistem. Diantaranya yaitu burung merpati, nyamuk, tanaman (pepohonan &
rerumputan), alga, fitoplankton, kucing, semut, serangga.
Berdasarkan fungsinya, makhluk hidup dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Produsen
Produsen adalah makhluk hidup yang dapat menghasilkan makanan sendiri.
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah tumbuhan hijau atau tumbuhan yang
mempunyai klorofil serta organisme autotrof. Di dalam ekosistem perairan,
komponen biotik yang berfungsi sebagai produsen adalah berbagai jenis
fitoplankton dan alga (yang ada dikolam air mancur).
Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan makanan sendiri yang
berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari
dan kimia.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Alga adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan
perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki “organ”
seperti yang dimiliki tumbuhan (akar, batang, daun, dan sebagainya).
Fitoplankton adalah salah satu komponen autotrof plankton yang memperoleh
energi melalui proses fotosintesis sehingga mereka harus berada pada bagian
permukaan (disebut sebagai zona euphotic) lautan, danau atau kumpulan air yang
lain. Melalui fotosintesis, fitoplankton menghasilkan banyak oksigen yang
memenuhi atmosfer Bumi.
b. Konsumen
Konsumen adalah makhluk hidup yang memperoleh energi dari bahan
makanan yang dibuat oleh produsen. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah
manusia dan hewan. Karena tidak dapat membuat makanan sendiri dan selalu
bergantung pada makhluk hidup lain, maka konsumen bersifat heterotrof.
Berdasarkan jenis makanannya, konsumen dapat dibagi menjadi tiga jenis:
Herbivora, konsumen yang hanya mengonsumsi tumbuhan dan merupakan
konsumen tingkat pertama.
Karnivora, organisme pemakan daging saja dan juga memakan hewan
herbivora sehingga disebut dengan konsumen kedua.
Omnivora, pemakan segala (tumbuhan dan hewan).
Heterotrof adalah organisme yang tergantung pada organisme lain untuk
mendapatkan makanan.
c. Dekomposer
Dekomposer atau Pengurai adalah komponen biotik yang berperan
menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme yang telah mati ataupun
hasil pembuangan sisa pencernaan. Makhluk hidup yang berperan sebagai pengurai
adalah bakteri dan jamur saprofit. Dengan adanya organisme pengurai, zat mineral
atau unsur hara hasil penguraian yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan dapat
meresap ke dalam tanah.
Bakteri Saprofit adalah bakteri yang menguraikan tumbuhan atau hewan mati,
serta sisa-sisa atau kotoran organisme. Bakteri saprofit menguraikan protein,
karbohidrat, dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
senyawa lain yang lebih sederhana sehingga keberadannya sangat berperan dalam
membersihkan sampah organik di lingkungan sekitar.
Komponen Abiotik (a=tidak, bio=hidup). Abiotik adalah komponen yang tidak
hidup. Komponen abiotik menyediakan tempat hidup, makanan, dan kondisi yang
diperlukan oleh komponen biotik, sehingga komposisi komponen abiotik sangat
memengaruhi jenis komponen biotik yang dapat hidup. Di alun-alun kota Malang,
meliputi air, tanah, suhu, cahaya matahari, udara, batu, sampah.
a. Air
Air berfungsi sebagai pelarut zat-zat dalam tubuh, sistem pengangkut, dan
tempat berlangsungnya reaksi-reaksi biokimia di dalam tubuh. Keberadaan air pada
suatu ekosistem sangat memengaruhi jenis makhluk hidup yang dapat hidup.
Hewan dan tumbuhan juga beradaptasi untuk menyesuaikan dengan keadaan air di
lingkungannya.
b. Tanah
Keadaan tanah menentukan jenis tumbuhan yang dapat hidup dan jenis-jenis
tumbuhan akan menentukan jenis-jenis hewan yang dapat hidup.
c. Suhu
Suhu memengaruhi reaksi biokimiawi di dalam tubuh. Suhu yang terlalu
rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan gangguan pada reaksi-reaksi
biokimiawi di dalam tubuh sehingga aktivitasnya terganggu. Oleh karena itu setiap
makhluk hidup memerlukan suhu optimum untuk pertumbuhan dan
perkembangannya.
d. Cahaya Matahari
Cahaya matahari diperlukan untuk proses fotosintesis tumbuhan hijau. Cahaya
matahari juga memengaruhi suhu bumi menjadi sesuai untuk kehidupan berbagai
makhluk hidup.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
e. Udara
Udara merupakan campuran berbagai macam gas. Gas-gas tersebut memiliki
fungsi berbeda pada ekosistem. Misalnya Oksigen diperlukan oleh makhluk hidup
untuk respirasi/bernapas.
f. Batu
Batu juga termasuk komponen abiotik penyusun ekosistem di alun-alun kota
Malang. Batu banyak dijumpai disekitar kolam air mancur dan disekitar areal
pepohonan yang rindang, yang biasanya oleh pengunjung digunakan untuk duduk-
duduk santai.
g. Sampah
Sampah dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia. Di alun-alun kota malang,
masih saja ditemukan sampah bekas makanan. Khususnya di setiap sudut area alun-
alun. Padahal di sekitar alun-alun telah disediakan banyak tempat sampah.
Kurangnya kesadaran manusia untuk membuang sampah pada tempatnya, akan
mengurangi nilai estetika dari alun-alun tersebut.
H. Pemanfaatan Sumber Daya yang Ada Jika Ditinjau dari
Beberapa Aspek
Karakter spasial sumber daya alun-alun Kota Malang:
Ditinjau dari aspek politik
Perkembangan kawasan alun-alun terlihat pada perubahan massa bangunan,
gaya bangunan dan fungsi bangunan.
Ditinjau dari aspek ekonomi
Perkembangan kawasan alun-alun terlihat pada perubahan guna lahan, fungsi
bangunan, kondisi fisik alun-alun serta aktivitas. Perkembangan ekonomi semakin
pesat, diiringi dengan perubahan tatanan fisik.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Ditinjau dari aspek sosial budaya
Perkembangan kawasan alun-alun terlihat pada perubahan aktivitas, gaya
bangunan serta citra kawasan. Potensi pelestarian di Kawasan Alun-alun Kota
Malang ditemukan pada bangunan Hotel Riche, Toko Oen, Gereja Hati Kudus, Mall
Sarinah, Kantor Pajak Pratama, Bank Indonesia, Kantor Kabupaten, Pendopo
Kabupaten, Hotel Santoso, Kantor KPPN, Hotel Pelangi, Bank Mandiri, Masjid
Jami’, Kantor Sekretariat Masjid Jami’, Gereja Imanuel, dan alun-alun.
I. Konservasi Kawasan Alun-alun Kota Malang
Konservasi kawasan diterapkan pada pusat kota alun-alun Kota Malang
dimaksudkan sebagai upaya untuk memanfaatkan obyek pelestarian guna menunjang
kehidupan masa kini, mengarahkan perkembangan yang diselaraskan dengan
perencanaan masa lalu yang tercermin dalam obyek pelestarian, serta menampilkan
sejarah pertumbuhan lingkungan kota.
Pengembangan prasarana konservasi sumber daya air, terdiri atas :
Pengembangan prasarana imbuhan alami ( natural recharge) dengan cara
mempertahankan hutan kota atau ruang-ruang terbuka hijau eksisting serta
menambah kawasan hutan kota dan ruang-ruang terbuka hijau sampai mencapai
minimal 30% .
Pengembangan prasarana imbuhan buatan ( artificial recharge) dengan cara
mempertahankan sumur resapan dan waduk-waduk kota eksisting, penambahan
serta pembangunan sumur-sumur resapan dangkal dan/atau biopori serta sumur
resapan dalam (injection well), situ (tampungan sementara) kota dan teknik-
teknik konservasi lain dalam rangka memasukkan air sebanyak-banyaknya ke
dalam tanah, sebagai upaya menabung air, mengurangi limpasan permukaan
(genangan atau banjir) dan mengurangi dampak perubahan iklim global.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Pembatasan pengambilan air tanah dangkal di kawasan perumahan dan
permukiman secara bertahap.
Pelarangan pengambilan air tanah dalam terutama di zona kritis air tanah.
Pengembangan sistem pusat pelayanan kegiatan kota yang melayani seluruh
wilayah kota dan/atau regional, yakni pada Kawasan Alun-alun dan sekitarnya,
dengan fungsi :
1. Pelayanan primer : pemerintahan, perkantoran, perdagangan dan jasa, sarana
olahraga, dan peribadatan;
2. Pelayanan sekunder : pendidikan, fasilitas umum dan sosial, perdagangan dan
jasa, perumahan serta ruang terbuka hijau.
J. Pengaruh Pada Lingkungan Antara Alun-alun Kota Malang
Jaman Dahulu dengan Alun-alun Kota Malang Jaman
Sekarang
Alun-alun jaman dahulu berfungsi sebagai pusat kota atau poros bagi bangunan-
bangunan yang ada di sekitarnya sehingga membentuk struktur tata ruang pusat kota yang
baik dengan perletakan gedung-gedungnya. Di sebelah Selatan alun-alun terletak Keraton
Raja atau Penguasa setempat. Di sebelah Barat ada Masjid Agung, sedangkan sejumlah
bangunan resmi lainnya didirikan di sisi Barat atau Timur. Alun-alun merupakan titik
pertemuan dari jalan-jalan utama yang menghubungkan Keraton dengan bagian Barat, Utara,
dan Timur dari kota. Sedangkan daerah Selatan Keraton merupakan daerah tempat tinggal
keluarga Raja dan para pengikutnya.
Saat ini bangunan-bangunan disekitar alun-alun tersebut sudah berubah fungsi. Seperti
Penjara Wanita berubah menjadi Alun-alun Mall, Gedung Bioskop Ria berubah menjadi Bank
Lippo, Rumah Wakil Residen Kabupaten berubah menjadi Kantor Pos dan Giro, Societet
Concordia berubah menjadi Sarinah, dan Nederlands Indishe Escompto Mij berubah menjadi
Kantor Inspeksi Pajak. Dengan perubahan fungsi bangunan tersebut membuat daerah alun-
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
alun tidak hanya menjadi pusat kota tetapi juga menjadi pusat perekonomian dan perkantoran.
Hal ini membuat daerah sekitar alun-alun Kota Malang menjadi semakin padat oleh pejalan
kaki maupun kendaraan.
Dengan perubahan yang begitu pesat di Kota Malang, alun-alun yang awalnya
merupakan daerah terbuka berbentuk pelataran karena perubahan tersebut saat ini di alun-
alun menjadi lahan terbuka hijau dimana terdapat pola pertamanan, street furniture, dan
penempatan parkir kendaraan di alun-alun yang seakan-akan membatasi gerak masyarakat
dalam berinteraksi dengan ruang luarnya.
K. Analisa Pola Penataan kawasan Pusat Kota (Alun-alun Kota
Malang)
Kawasan alun-alun dalam interelasinya dengan lingkungan sekitar
Keterangan gambar :
1. Alun-alun kota Malang 8. Hotel Pelangi
2. Kantor Kabupaten 9. Pusat Perbelanjaan Sarinah
3. Masjid Agung 10. Ramayana Mall
7
3
4 9
5
10
1
8 6 11
2 14
12
13
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
4. Gereja kristen protestan 11. Pusat Perbelanjaan Mitra & Gajah Mada Plaza
5. Gereja Katredal 12. Malang Plaza
6. Kantor Pos 13. Pasar Besar
7. Kampung Kauman 14. Kampung Kidul Dalem
Kawasan Alun-alun kota Malang secara garis besar dibatasi oleh :
Barat : Masjid Jami, Gereja
Timur : Kantor Bupati
Utara : Sarinah, Bank Indonesia
Selatan : Kantor Pelayanan Pembendaraan Negara, Kantor pos
Landasan Analisis
Pusat kota yang berperan sebagai simpul aktifitas kota didukung oleh letak
geografis Kota Malang yang cukup strategis menjadikan kota tersebut makin maju dan
berkembang di segala bidangnya. Potensi internal ini diwujudkan dalam
perkembangan ekonomi, terutama sektor perdagangan dan jasa. Oleh sebab itu,
segenap potensi yang ada sebaiknya dapat dikendalikan, agar kawasan dapat
dioptimalkan secara rasional.
Konsepsi Dasar Analisis
Penelusuran pola penataan kawasan pusat kota alun-alun Malang
dititikberatkan pada perpaduan dua hal, yaitu:
(a) Kajian dan telaah kembali konsepsi penataan pusat kota alun-alun Malang
berdasarkan konsep awal penataannya untuk menghindari adanya kecenderungan
perubahan.
(b) Pembatasan terhadap adanya penambahan aktifitas baru yang dikhawatirkan
akan semakin menambah parah kondisi yang sudah ada.
Perpaduan kedua hal tersebut dilakukan dengan melihat potensi kawasan –
baik fisik, lokasi, aktifitas, dan pola tata guna lahannya – terhadap pengembangan
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
kawasan tersebut. Dari hasil analisa ini akan diperoleh suatu acuan bagi pembatasan
aktifitas dan tata guna lahan kawasan pusat kota alun-alun Malang.
Analisis Visual Kawasan
(a) Karakter Kawasan
Dalam kawasan alun-alun Malang dapat ditelaah dua elemen rona kawasan
utama yang memiliki karakteristik khas, yaitu:
1. Elemen ruang terbuka:
Alun-alun sebagai ruang terbuka hijau kota semula hanya berupa pelataran.
Dalam perkembangan-nya, terdapat pola pertamanan, street furniture, dan
penempatan parkir kendaraan di alun-alun yang seakan-akan membatasi gerak
masyarakat dalam ber-interaksi dengan ruang luarnya. Sebagai urban mass, alun-
alun semakin terjepit oleh luapan parkir dari bangunan-bangunan yang ada di
sekiling alun-alun.
2. Elemen yang berkaitan dengan nilai estetis ruang:
Secara visual kendaraan yang menempati area hijau alun-alun mengurangi
nilai estetis ruang luar. Peranan ruang terbuka alun-alun dengan tekstur lansekap
yang berbaur dengan beragam bentuk elemen material memberi kesan kualitas dan
karakter crowded (berdesak-desakan).
(b) Tata Ruang dan Massa Bangunan
Pola tata ruang kawasan alun-alun tidak terlepas dari sistem dan distribusi
pusat kegiatan di sekitar kawasan alun-alun Malang. Jaringan dan sistem sirkulasi kota
telah merangsang pusat kegiatan ekonomi di kawasan alun-alun, seperti pertokoan dan
perbelanjaan yang mendominasi struktur ruang kawasan.
Pola ruang terbuka (open space) alun-alun tidak boleh digunakan sebagai
peluberan aktifitas kaki lima dan tempat parkir. Massa bangunan memiliki
keseimbangan (balance) dengan ruang luar alun-alun, yang dalam perkembangannya
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
mengalami ketidakseimbangan dengan ruang sekitar kawasan akibat pertumbuhan
kawasan pertokoan dan jasa lainnya.
Urban mass yang berupa solid-mass maupun void-mass terhadap struktur
ruang pusat kawasan alun-alun menunjukkan daerah yang padat bangunan dan
crowded (berdesak-desakan) bagi sirkulasi pejalan kaki maupun transportasi angkutan
kota.
(c) Kualitas Visual
Karakter lingkungan melalui pe-maknaan ruang akan mempengaruhi fungsi
ruang dalam pengaturannya dengan komunikasi perilaku masyarakat pemakai ruang.
Di kawasan alun-alun Malang, karakter visual lingkungan interaksi dengan diwarnai
oleh berbagai bentuk, elemen, benda (bangunan dan ruang) dan perilaku
masyarakatnya.
Kejelasan bentuk massa bangunan akan memperkuat kejelasan terhadap
kehadiran suatu tempat. Keterpaduan visual dan fasad akan memberikan citra pemakai
terhadap karakter visual. Kejelasan tata guna dan pengaturan tata bangunan terhadap
ruang-ruang luar serta jaringan (lingkage) akan memudahkan masyarakat pemakai,
mengenali kawasan dan kejelasan arah yang akan dituju. Hal ini berkaitan langsung
terhadap kehadiran massa bangunan yang ada di kawasan alun-alun Malang. Karakter
visual lingkungan dan bangunan akan memudahkan masyarakat segi kenikmatan dan
kenyamanan ketika mengakomodasikan kegiatannya.
Analisis Penyediaan Tempat Parkir
Parkir merupakan perantara bagi orang yang mempergunakan sarana
transportasi menuju ke tempat pedestrian sebelum menuju ke tempat tujuan akhirnya.
Tempat parkir sebagai tempat pemberhentian kendaraan harus tetap sedekat mungkin
dengan tujuan yang hendak dicapai. Idealnya dekat dengan pintu yang dilalui dan
masih di dalam lingkup pencapaian si pemarkir.
Pada kondisi eksisting, di kawasan alun-alun Malang perletakan tempat parkir
sudah semakin meluber hingga memakan sebagian tempat di alun-alun. Hal ini dirasa
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
cukup mengganggu masyarakat yang ingin melakukan aktifitas non-formal di alun-
alun, karena ruang yang seharusnya digunakan untuk bersantai menjadi semakin
berkurang oleh pemanfaatan sebagian ruang bagi kepentingan tempat parkir.
Penyediaan tempat parkir hendak-nya cukup disediakan oleh masing-masing
bangunan yang ada di kawasan alun-alun. Indoor parking lebih sesuai karena
pencapaian ke tempat tujuan bisa dilakukan sedekat mungkin. Hal ini jika di
perbandingkan dengan tempat parkir yang ada di alun-alun, maka masyarakat yang
akan menuju ke tempat tujuan seperti ke pertokoan harus menyeberang jalan yang
lalu lintasnya cukup padat. Dengan demikian tingkat kenyamanan, keamanan dan
jarak tempuh ke tujuan akan semakin berkurang. Hendaknya dihindari adanya parkir
di pinggir jalan (on street parking) pada kawasan alun-alun Malang karena hal
tersebut sangat mengganggu kelancaran arus lalulintas.
Analisis Penyediaan Pedestrian
Penyediaan pedestrian sebagai prasarana pejalan kaki harus mem-perhatikan
kualitasnya terhadap faktor material, faktor keamanan, dan kenyamanan. Hal tersebut
sangat penting, mengingat pedestrian meru-pakan prasarana pejalan kaki yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat terutama bagi mereka yang memerlukan jarak capai yang
lebih dekat ke tempat tujuan.
Prasarana pejalan kaki yang ada dinilai cukup bagus namun perlu pelebaran,
khususnya trotoar, karena kondisi eksisting saat ini sekedar sebagai pelengkap.
Disamping itu, perlu diperhatikan faktor keamanan dan kenyamanannya; seperti masih
adanya penempatan tiang listrik yang memakan ruang pada trotoar bahkan hingga
menjorok ke jalan. Penempatan tiang listrik yang ada di depan Kantor Kabupaten,
Bank Lippo, Pertokoan Ria, Pertokoan Sarinah, Kantor Pos dan Giro, serta Hotel
Pelangi harus dipindahkan ke tempat yang lebih menjamin tingkat keamanan dan
kenyamanan pejalan kaki.
Analisis Tata Guna Lahan Kawasan
Analisis tata guna lahan dimaksudkan untuk mengatur jenis kegiatan yang
diijinkan di atas lahan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan identifikasi
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
guna lahan pada kawasan pusat kota alun-alun Malang yang terdiri atas fungsi
perkantoran, peribadatan, perdagangan, jasa dan ruang terbuka, serta pendidikan.
Pada tata guna lahan kawasan alun-alun Malang menunjukkan fungsi-fungsi
tersebut di atas telah tercakup, namun nampak adanya indikasi bahwa fungsi
komersial akan semakin mendominasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan keberadaan
Alun-alun Mall, Mitra Pasaraya, Plasa Malang, Sarinah Plasa, Gajah Mada Plasa, dan
sekitarnya. Kenyataan tersebut jelas akan menambah semakin dominannya fungsi
komersial (perdagangan dan perbelanjaan) pada kawasan alun-alun Malang. Dengan
demikian, fungsi lain di luar fungsi komersial pada kawasan alun-alun Malang
tersebut diharapkan tetap dipertahankan dari adanya kecenderungan semakin
menumpuknya kegiatan di pusat kota.
Pusat kota alun-alun Malang memiliki peruntukan tanah campuran (mixed-use)
yang penerapannya telah berlangsung sejak pertama kali dibangun pada masa
kolonial. Penerapan konsep mixed-use yang hingga kini tetap terpelihara merupakan
suatu inspirasi bagi Pemerintah Kota Malang dalam menentukan kebijakan
pengembangan kawasan selanjutnya.
Konsep dasar yang dipergunakan dalam pengerahan peruntukan tanah Kota
Malang sebagai acuan bagi peruntukan tanah di kawasan pusat kota alun-alun Malang
adalah zoning. Atas dasar hal tersebut masih cukup fleksibel terhadap peruntukan
tanah yang lain dengan beberapa persyaratan. Sebagai zoning yang memberikan arti
fungsi dominan kawasan memerlukan persyaratan pengendalian sebagai berikut:
(a) Penggunaan tanah sesuai dengan dasarnya harus dijaga lebih besar dari 60%.
(b) Kegiatan-kegiatan maupun peng-gunaan tanah selain yang sesuai dengan fungsi
dasar, diper-kenankan masuk ke dalam kawasan tertentu dengan syarat:
Memenuhi persyaratan HO (hinter ordonantie).
Mempunyai kaitan fungsional yang kuat.
Tidak mendominasi dalam pemanfaatan tanah di dalam kawasan tertentu.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Merujuk pada rencana tata ruang kota yang ada, maka telah ditetapkan fungsi
lahan pusat kota sebagai perkantoran, perdagangan dan jasa, maupun fasilitas kota
lainnya seperti fasilitas sosial. Hal tersebut pada gilirannya akan memberikan
pengaruh terhadap perkembangan guna lahan pusat Kota Malang.
Perkembangan pusat kota akan diikuti oleh meningkatnya tuntutan akan
kebutuhan lahan. Keterbatasan lahan dan tingginya intensitas pembangunan
mengakibatkan adanya kecenderungan yang besar terhadap pertumbuhan bangunan
pusat kota secara vertikal. Kenyataan ini juga dihadapi oleh kawasan pusat kota alun-
alun Malang dengan intensitas bangunan yang tinggi.
Dengan demikian, konsep struktur penataan ruang kawasan pusat kota alun-
alun Malang bisa diperoleh dari pengamatan pola perkembangan guna lahan pusat
kota Malang sejak tahun 1914 hingga saat ini dengan menerapkan super impose pada
peta tata guna lahan. Dari hasil analisa ini diharapkan akan diperoleh suatu
kesimpulan sementara tentang konsep struktur penataan ruang kawasan pusat kota
alun-alun Malang.
L. Kondisi Saat ini Alun-alun Kota Malang yang Dapat
Diperbaiki Melalui Gagasan Baru
Kegiatan komersial
para PKL di alun-alun
Kegiatan rekreasi di depan
kantor pos di area selatan alun-
alun
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Berdasarkan hasil observasi kelompok 9, dewasa ini kondisi Alun-alun
khususnya kota Malang telah mengalami pergeseran fungsi. Alun-alun kota Malang
hanya terkesan sebagai tempat berkumpulnya orang-orang dari berbagai wilayah
untuk singgah sejenak tanpa memiliki kesan yang berarti. Alun-alun kota Malang
hanya sebatas digunakan untuk tempat berjualan pedagang kaki lima, tempat pasangan
memadu kasih, tempat berkumpulnya keluarga yang berkunjung, dan tempat pemuda-
pemuda bermain sepak bola. Kondisi ini tidak mencerminkan fungsi dari keberadaan
alun-alun itu sendiri. Tidak ada yang istimewa dari alun-alun kota Malang sehingga
tidak ada yang diingat atau tidak terlintas di pikiran tentang keberadaan Alun-Alun
kota Malang jika mereka (pengunjung) diminta untuk menceritakan tempat-tempat
mana saja yang mereka kunjungi di Kota Malang.
Berdasarkan pemaparan diatas dalam mengoptimalkan fungsi sosial budaya
dari alun-alun, seharusnya antar pihak terkait mengupayakan optimalisasi lingkungan
fisik dan sosial alun-alun yang nantinya dapat menjadi tonggak sosial budaya dan aset
pariwisata kota Malang.
Gagasan baru dari kelompok 9 yakni membagi kawasan alun-alun kota Malang
menjadi beberapa bagian, dimana bagian tersebut menonjolkan aset yang khas dari
daerah Malang. Misalnya :
Pada bagian pertama adalah area khusus yang menyediakan makanan atau
minuman khas kota Malang. Area ini adalah cluster para PKL dan sebagai solusi
atas tidak tertatanya PKL di area Alun-alun Merdeka yang mengganggu badan trotoar
dan merusak pemandangan. Area ini tentu memudahkan pembeli untuk menikmati
sajian makanan dan minuman pada tempat yang lebih layak, bersih, dan tertata.
Kedua adalah area khusus yang menyediakan pertunjukan kesenian dan
budaya tradisional dari daerah Malang. Area ini diharapkan dapat mengakrabkan
masyarakat dengan kesenian tradisional sehingga masyarakat mengenal dan mencintai
kesenian tradisional. Di tengah era globalisasi yang rentan menyeret masyarakat pada
arus budaya barat yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Area ini juga sebagai
ajang apresiasi seni masyarakat pada pelaku seni seperti penari, dalang, dan pemain
gamelan. Di sini masyarakat diberi hiburan sekaligus ajang penyaluran bakat bagi
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
para pekerja seni tradisional. Event ini digelar satu bulan sekali pada waktu yang
potensial meningkatnya kunjungan wisatawan, sehingga misi pengenalan dan
pelestarian budaya menjadi efektif.
Ketiga adalah area khusus yang menyediakan oleh-oleh (cederamata atau
souvenir) khas kota Malang. Area ini diharapkan dapat menjadi wadah eksistensi
UKM industri kreatif serta memberi ruang bagi pengrajin untuk meningkatkan
kreativitasnya. Di area ini para wisatawan akan dengan mudah memilih dan membeli
oleh-oleh untuk rekan dan keluarga. Dengan area ini kerajinan tradisional akan tetap
terjaga dan menjadi aksesoris yang unik dan bernilai sejarah untuk menghiasi
ruangan.
Keempat adalah area khusus yang menyediakan permainan atau hiburan yang
berwawasan edukatif. Dapat pula berisi permainan tradisional yang memiliki nilai
edukatif tersendiri.
Kelima yaitu area khusus yang menyediakan tempat istirahat (rest area) bagi
wisatawan asing maupun domestik yang sedang berkunjung ke alun-alun kota
Malang. Merupakan tempat bagi para pengunjung untuk bersantai dan berinteraksi
satu sama lain dengan pengunjung lainnya. Dalam area ini juga terdapat power point
tentang pengenalan dan sosialisasi budaya-budaya Indonesia, terutama Malang serta
sejarah terbentuk budaya tersebut. area ini juga dilengkapi dengan wifi zone dan
beberapa unit PC untuk menunjukkan bahwa budaya modern dan tradisional tetap
dapat berjalan beriringan dan saling mendukung.
Jadi, dengan adanya strategi seperti diatas maka fungsi sosial budaya alun-
alun kota Malang dapat ter-optimalkan. Diantaranya dapat meningkatkan kualitas
sumber daya insani; dapat menambah wawasan budaya Indonesia; dapat mendorong
percepatan pertumbuhan teknologi informasi dan komunikasi, yang erat kaitannya dengan
akses masyarakat untuk mendapat informasi, bertukar pengetahuan dan pengalaman, sekaligus
akses pasar. Disisi lain kawasan alun-alun kota Malang menjadi tertata dengan rapi.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
M. Foto dan Keterangan
Berikut adalah foto hasil observasi kelompok 9 di alun-alun kota Malang
Tugu alun-alun kota Malang Peta wisata kota Malang
Bundaran air mancur Gazebo alun-alun
Toilet umum Aktivitas ekonomi warga
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Pedagang asongan Pedagang kaki lima
Spider plant
(Chlorophytum comosum)
Pisang kipas
Sikat botol
Pink Meredian
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Palem Hangjuang
Bunga kana Beringin
Cemara Norfolk
Cemara angin
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Nine’s grup crew
Nine’s group crew
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
N. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan terhadap kawasan pusat kota
alun-alun Malang, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
(a) Kawasan pusat kota alun-alun Malang merupakan kawasan yang penting dalam
sejarah Kota Malang.
(b) Diperlukan adanya konsepsi penataan pusat kota alun-alun Malang berdasarkan
kondisi awal untuk menghindari adanya kecenderungan perubahan yang
menghilangkan eksistensi alun-alun.
(c) Diperlukan adanya kebijakan pembatasan aktifitas dan tata guna lahan kawasan
pusat kota alun-alun Malang yang tercermin dalam bangunan-bangunan di
sekitar alun-alun.
O. Saran
Dengan diadakannya kegiatan observasi di kawasan alun-alun kota Malang
ini, akan dapat menambah wawasan kita untuk menambah kemampuan dalam
menganalisis sebuah kawasan perkotaan. Serta bisa dijadikan sebagai bahan rujukan
oleh pihak-pihak yang terkait. Akan tetapi, kami (kelompok-9) menyadari bahwa
laporan observasi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami mengharapkan
masukan berupa kritikan yang membangun dari Bapak Dosen mata kuliah ekologi
demi kesempurnaan laporan observasi ini.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
DAFTAR PUSTAKA
Budihardjo, Eko, & Hardjohubojo, Sudanti. 1993. Kota Berwawasan Lingkungan.
Bandung: Penerbit Alumni.
Branch, Melville C. 1995. Perencanaan Kota Komprehensif: Pengantar & Penjelasan.
Yogyakarta: Gadjahmada University Press.
Handinoto, & Soehargo, Paulus H. 1996. Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial
Belanda di Malang. Yogyakarta: LPPM UK. Petra dan ANDI.
Hadi, Yusron. 1994. Pengembangan Bentuk Perdagangan dan Konservasi Bangunan:
Suatu Pendekatan Revitalisasi pada Kawasan Perdagangan Pecinan. Skripsi
Teknik Arsitektur. Yogyakarta: Universitas Gadjahmada.
Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Jawa. Seri Etnogarafi Indonesia No. 2. Jakarta:
PN. Balai Pustaka..
Wiryomartono, A Bagoes P. 1994. Bangunan Lama dan Bersejarah: Direvitalisasi Dalam
Konteks Kekinian. Artikel. Majalah Konstruksi.
___________. 1995. Seni Bangunan dan Seni Binakota Di Indonesia: Kajian
Mengenai Konsep, Struktur, dan Elemen Fisik Kota Sejak Peradaban Hindhu-
Budha, Islam, Hingga Sekarang. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Link : blog.ub.ac.id/erina04
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang