pendahuluan -...
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN- Jeruk merupakan tanaman tahunan yang menguntungkan- Penggunaan Pestisida tinggi sehingga tidak ramah bagi
lingkungan- Pengendalian menggunakan agens hayati dapat
diterapkan dalam budidaya jeruk sehinggameminimalkan penggunaan pestisida
Agen hayati :
Semua organisme yang dalam tahap perkembangannya dapat
dipergunakan untuk keperluan pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian Hayati : Pengendalian organisme pengganggu
tanaman (OPT) oleh musuh alami (Agens pengendali hayati)
AGENS HAYATI TRICHODERMA
- Mengendalikan penyakit tular tanah (Fusarium sp., Phytophthora sp.
Verticillium sp. dll.) dan sebagai dekomposer kompos
- Mampu menekan/menghambat sumber inokulum penyakit tanaman
- Mampu melindungi perkecambahan biji dan akar-akar tanaman dari sumber
infeksi penyakit tanaman
- Dapat berkembangbiak dan menyebar didalam tanah dengan cepat
- Aman terhadap lingkungan, manusia dan hewan
- Selaras dengan keseimbangan alam, mudah dan murah, serta tidak
menimbulkan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang baru.
Kegunaan :
Mekanisme antagonis
T
P
1. Siapkan dedak sebanyak 1 kg, masukkan dedak ke dalam bak plastik.
2. Tambahkan aquadest 700 ml dan 3.75 gram yeast extract yang telah
dilarutkan dalam 300 ml aquadest, aduk sampai merata.
3. Timbang dedak 100 gram, masukkan ke dalam kantong plastik tahan panas
ukuran ¼ kg lalu dijepit.
4. Media dedak di steril dalam autoclave dengan suhu 120º C dan tekanan 1 atm
dan dikonstankan selama 20 menit.
5. Setelah dingin, media siap diinokulasikan isolat dari biakan murni dengan
jarum ose ke dalam masing-masing kantong plastik dan ditutup kembali
dengan melipat kantong lalu dipanasi api agar kantong tertutup rapat sehingga
tidak kontaminasi, dilakukan di laminar airflow.
6. Inkubasikan dalam suhu ruang sampai seluruh permukaan media ditumbuhi
jamur Trichoderma (± 30 hari)
Cara pembuatan :
Bentuk padat :
7. Media dedak yang penuh spora jamur dibuka, dimasukkan ke dalam
amplop-amplop kertas lalu dioven dengan suhu 50 ºC semalam.
8. Setelah dedak di oven, kemudian di blender sampai halus, lalu diayak untuk
memisahkan bagian yang halus dan yang kasar.
9. Bagian yang halus digunakan sebagai biopestisida bentuk ekstrak, dan
sebelum digunakan untuk aplikasi dihitung dulu kerapatan sporanya.
10. Untuk menghitung kerapatan sporanya,siapkan 1 gram ekstrak dedak
ditambah aguadest steril 100 ml, aduk rata lalu disaring menggunakan
kain kasa, kemudian dihitung sporanya menggunakan haemocytometer
type Neubauer Improve.
1. Membuat media Potato Dextrose Agar (PDA) denga cara menimbang PDA sebanyak
20 gram ditambah 1 liter aquadest lalu dipanaskan diatas api kecil sambil diaduk
sampai larut dan mendidih.
2. Masukkan media PDA ke dalam erlenmeyer, lalu ditutup dengan kapas dan
aluminium foil sampai rapat.
3. Media PDA disteril dalam autoclave pada suhu 120ºC dan tekanan 1 atm dan
dikonstankan selama 20 menit.
4. Setelah itu cairkan media diatas api kecil, setelah media hangat tambahkan antibiotik
lalu tuangkan media pada petridish, biarkan media sampai dingin dan membeku.
5. Kemudian inokulasikan isolat murni Trichoderma ke dalam media PDA dengan
menggunakan jarum ose di dalam laminar airflow.
6. Inkubasikan pada suhu ruang selam ± 30 hari.
7. Setelah isolat penuh dan sporanya sudah tumbuh dihitung kerapatan sporanya
dengan cara isolat-isolat hasil perbanyakan diambil sporanya ditambah aquadest lalu
diblender agar tercampur rata kemudian dihitung jumlah sporanya menggunakan
haemocytometer type Neubauer Improve dengan cara meneteskan suspensi pada
bidang hitung 1 cc, ditutup dengan gelas penutupnya. Kerapatan spora yang
dikehendaki minimal adalah 107.
Trichoderma bentuk suspensi :
Rebah kecambah (Phytium sp., Fusarium sp.,
rhizoctonia sp., Phytopthora sp.)
Phytium sp Phytopthora sp
Busuk akar dan batang (Phytophthora sp.)
DIPLODIA
DIPLODIA BASAH DIPLODIA KERING
DIPLODIA
❖ Umumnya menyerang batang atas di lapang
❖ Pada benih sebelum okulasi, batang bawah tertentu
mempunyai kerentanan yang tinggi
CARA MEMBUAT BUBUR CALIFORNIA
Kapur hidup
(CaO) + Air 1 volume Serbuk Belerang
+ 10 volume air
Mendidih ± 10 menit
Larutan
merah
Endapan
kuning
2 volume
Kapur mati
(CaCO3)
1 bagian belerang : 2 bagian kapur : 10 bagian air
Patogen : Bakteri Candidatus Liberibacter asiaticus (CLas)
Serangga vektor : Diaphorina citri Kuw
CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration)
❖ Bibit jeruk pada umumnya belum menunjukkan gejala
❖ Benih menjadi terinfeksi CVPD jika mata tempel berasal daritanaman/BPMT yang sakit atau perbenihan di area pertanaman terinfeksiCVPD yang terdapat vektor
❖ Penyambungan sangat efektif menularkan bakteri CLas, tingkat infeksimelalui grafting mencapai 100% pada 120 HSI menggunakan mata tempelterinfeksi
❖ Di lapang, tanpa pengendalian penyakit CVPD, pertanaman jeruk berumur1 - 5 tahun mengalami penurunan produksi 2-4 tahun setelah munculnyagejala pertama. Pertanaman lebih dari 5 tahun penurunan produksisignifikan pada 5-10 tahun setelah munculnya gejala pertama
Gejala penyakit
Gejala greening sektoral Blotching, daun mengeras, mengecil
Buah tidak simetris
Difisiensi Zn
Difisiensi Fe
Difisiensi Mn
Difisiensi Mg
Difisiensi Mg
Pengamatan mikroskop Uji dengan dot blot
Uji Pati-Yodium
DETEKSI PENYAKIT CVPD DENGAN PCR
Pada garis yang sama dengan
positif kontrol (pada pita
berukuran 1160 bp) Alat pembaca : Biodoc gel
Proses elektroforesis
Vektor : Kutu loncat jeruk Diaphorina citri
• Periode kritis : saat pertunasan
Instar 1
Instar 2
Instar 3
Instar 4 Instar 5
TELUR
NIMFA
Fase hidup DC
PELEPASAN PARASITOID Diaphorina citri
Pengendalian hayati pada fase nimfa
dengan Tamarexia radiata
Pengendalian hayati pada fase imago
dengan Hirsutella citriformis
Isolat H. citriformis
Cara pembuatan
Pengendalian hayati pada fase imago
dengan Beauveria bassiana
Bentuk padat :
Campur dan larutkan 25 gram H. citriformis dalam bentuk padat dengan 5 liter air,
semprotkan secara merata pada D. citri yang terdapat pada tunas daun
menggunakan alat penyemprot (handsprayer ). Aplikasi dilakukan pada awal musim
hujan , waktu penyemprotan sebaikanya pagi / sore hari
Bentuk cair :
Larutan suspensi H. citriformis ditambah perekat kemudian disemprotkan secara
merata pada tunas daun yang terdapat D.citri menggunakan alat penyemprot.
Aplikasi dilakukan pada awal musim hujan, waktu penyemprotan sebaiknya
dilakukan pagi/ sore hari.
Cara aplikasi