pendahuluan kombu
TRANSCRIPT
PROSES FERMENTASI TEH KOMBUCHA (KOMBUCHA TEA)
Makalah
disusun untuk memenuhi tugasmata kuliah Teknologi Fermentasi
oleh
Rahmat Darma Wansyah1105105010013
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIANFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH2013
I. PENDAHULUAN
Tren konsumen saat ini adalah mencari produk pangan yang bersifat alami
(organik). Hal ini juga berdampak semakin dijauhinya pemakaian antibiotik
sebagai obat – obatan. Salah satu bahan alami yang berpotensi menggantikan
antibiotik adalah kombucha. Bahan alami ini telah lama dikonsumsi oleh
masyarakat Cina sebagai minuman kesehatan, dan saat ini telah beredar di
berbagai negara termasuk Indonesia.
Mengenai khasiat teh, banyak para ahli kesehatan mengakuinya. Salah satu
diantaranya adalah sebagai zat antioksidan, yakni zat yang sering disebut-sebut
sebagai salah satu penyakit kanker. Menurut para ahli, semua jenis the
mengandung senyawa-senyawa yang bermanfaat, seperti polifenol, tehofilin,
flavonoid, tannin, vitamin B kompleks, vitamin C, E, K, serta sejumlah mineral
seperti Zn, Se, Mn, dan Mg.
Belakangan ini muncul sejenis teh yang sebenarnya sudah lama dikenal
sebagai minuman kesehatan. Minuman teh tersebut dikenal dengan nama teh
kombucha (kombucha tea) atau yang biasa dikenal dengan teh jamsi. Teh jamsi
adalah kependekan dari Teh Jamur Siberia. Di daerah asalnya yaitu Siberia, jamur
ini disebut sebagai Hung Dja Koo, yang berarti Jamur Teh Merah (Hung = merah,
Dja = teh, Koo = jamur).
Di Indonesia sendiri, teh kombucha telah dimanfaatkan sebagai minuman
kesehatan sejak tahun 1930-an. Masyarakat Indonesia lebih mengenalnya dengan
sebutan the kombu. Di beberapa daerah, orang menyebut ragi penghasil teh ini
dengan sebutan “jamur dipo”, yang berarti “jamur benteng”. Mengetahui
manfaatnya yang tidak sedikit, tak berlebihan jika banyak orang yang
menjulukinya dengan sebutan “tea of immortality” atau the rahasia panjang umur.
Teh Kombucha atau yang sering disebut dengan teh jamsi, merupakan salah
satu minuman fungsional yang telah cukup dikenal oleh sebagian masyarakat dan
mempunyai keuntungan bagi kesehatan. Selain berkhasiat, minuman ini juga
mudah dalam pembuatannya. Umumnya untuk membuat teh Kombucha
digunakan jenis teh hitam atau teh hijau. Minuman kesehatan kombucha
ini sebenarnya teh juga, namun mendapat pengolahan tambahan berupa proses
peragian atau fermentasi menggunakan beberapa jenis mikroorganisme (bakteri,
kapang), yang hanya dapat hidup pada media air teh manis. Proses peragiannya
mirip dengan proses penciptaan yoghurt, yang dihasilkan dari fermentasi susu
dengan bibit ragi yoghurt. Beda dengan kebanyakan obat dan ramuan herbal yang
berbau tidak sedap dan rasanya bikin perut mual, kombucha justru bercita rasa
istimewa yang menyegarkan.
Kombucha merupakan minuman dalam bentuk teh yang difermentasi
dengan oleh (starter) bakteri Acetobacter xylinum dan ragi Saccharomyces
cerevisiae, serta beberapa mikroorganisme yang baik untuk sistem pencernaan.
Teh fermentasi ini juga mengandung beberapa asam-asam organik dan vitamin
yang bermanfaat dalam proses metabolisme dalam tubuh dan mengandung asam
glukoronat yang bermanfaat untuk merangsang pembentukan sel-sel kekebalan
tubuh.
II. PEMBAHASAN
2.1 Bahan Baku Pembuatan Kombucha
Bahan baku utama dalam pembuatan teh kombucha yaitu teh. Semua jenis
teh dapat dijadikan sebagai substrat dalam pembuatan teh kombucha, baik itu teh
hijau, teh hitam, ataupun teh kuning. Bahkan penelitian baru-baru ini telah
dilakukan untuk membuat teh kombucha dengan bahan dasar (substrat) berupa teh
rosella (Hisbiscus sabdariffa L). Penelitian mengenai manfaat teh bunga rosella
sudah banyak dilakukan di universitas-universitas di Indonesia maupun
universitas luar negeri. Semua hasil penelitian menunjukkan hasil yang sama yaitu
manfaat teh bunga rosella sangat bagus.
Selain seduhan teh, terdapat dua komponen penting dalam proses
pembuatan kombucha yaitu starter kombu dan sukrosa (gula pasir). Kultur
kombucha mengandung berbagai macam bakteri dan khamir di antaranya
Acetobacter xylinum, Acetobacter aceti, Acetobacter pasteurianus,
Gluconobacter, Brettanamyces bruxellensis, Brettanamyces intermedius, Candida
fomata, Mycoderma, Mycotorula, Pichia, Saccharomyces cerevisiae,
Schizosaccharomyces, Torula, Torulaspora delbrueckii, torulopsis,
Zygosaccharomyces bailii dan Z. rouxii.
Starter kombu adalah organisme berbentuk lembaran gel berwarna putih
dengan ketebalan antara 0.3-1.2 cm dan terbungkus selaput liat. Starter ini
merupakan koloni dari khamir dengan beberapa bakteri. Dalam istilah asing,
jamur kombu biasa dikenal dengan nama SCOBY (Symbiotic Coloni of Bacteria
and Yeast). Kultur yang disebut pelikel ini terbuat dari selulosa hasil metabolisme
bakteri asam asetat. Kultur kombucha dapat terletak mengapung di permukaan
cairan atau kadang dijumpai tenggelam di dalam cairan teh kombucha. Kultur
kombucha mencerna gula menjadi asam-asam organik, vitamin B dan C, serta
asam amino dan enzim. Kultur ini juga berperan sebagai mikroorganisme
probiotik yang baik bagi kesehatan.
Koloni kombucha mewakili hubungan simbiosis antara bakteri dan khamir.
Acetobacter xylinum dalam aktivitasnya menunjukkan perannya sebagai bakteri
utama dalam koloni kultur. Beberapa kombinasi bakteri-khamir dalam kombucha
antara lain Acetabacter sp. dan Pichia, Zygosaccharomyces. Jumlah khamir yang
terdapat di dalam koloni sangat bervariasi, namun yang paling sering ditemukan
berasal dari genera Brettanomyces, Zygosaccharomyces dan Saccharomyces.
Rendahnya laju kontaminasi oleh mikroorganisme berbahaya (patogen dan
pembusuk) menandakan bahwa kombucha juga dapat diproduksi sendiri tanpa
adanya risiko patogen bagi kesehatan. Keasaman produk kombucha relatif tinggi,
yaitu dengan total asam sekitar 33 g/L, dan dalam jumlah ini kontaminan lain
akan sulit tumbuh. Namun apabila fermentasi berlangsung terlalu lama, maka
keasaman akan meningkat sangat jauh sehingga dapat membahayakan orang yang
mengkonsumsinya.
Komponen penting kedua dalam pembuatan kombucha adalah sukrosa.
Sukrosa merupakan senyawa kimia yang termasuk karbohidrat, memiliki rasa
manis, berwarna putih, bersifat anhidrous dan larut dalam air. Sukrosa adalah
disakarida yang mempunyai peran penting dalam pengolahan makanan dan
banyak terdapat pada tebu, bit, siwalan, dan kelapa kopyor. Sukrosa merupakan
gula yang murah dan diproduksi dalam jumlah besar. Secara komersial gula pasir
dibuat melalui proses penyulingan dan kristalisasi (Nicol, 1982).
Sukrosa yang digunakan pada kombucha tidak berfungsi sebagai pemanis
melainkan sebagai sumber energi bagi khamir dan bakteri untuk tetap bertahan
hidup melalui proses fermentasi dan respirasi (Hoffman,1999). Dijelaskan pula
bahwa khamir dan bakteri kombucha mendapatkan energi dengan memecah
ikatan-ikatan gula menjadi ATP. Selama proses fermentasi, gula akan terurai
menjadi gas, asam organik dan komponen lainnya.
II.2 Peralatan Pendukung
Peralatan yang dibutuhkan untuk membuat kombucha tidak sulit ditemukan
karena memang merupakan peralatan dapur. Pada umumnya, peralatan yang
dibutuhkan untuk membuat the kombucha terdiri dari panci stainless steel, stoples
kaca/ gelas bening, dan serbet atau sapu tangan.
Panci stainless steel berfungsi untuk merebus air. Bisa juga menggunakan
panci email yang tidak ada cacatnya, karena kalau lapisan emailnya sudah
mengelupas biasanya keluar karat dari dalam lapisan email sehingga dapat
mengkontaminasi starter. Stoples kaca/gelas bening digunakan untuk tempat
fermentasi pembuatan teh kombucha. Penggunaan tempat dari plastik (seperti
botol aqua) atau tempat dari bahan logam tidak dianjurkan karena akan
mengakibatkan oksidasi. Tempat dari kaca adalah yang terbaik karena kaca
bersifat inert. Adapun serbet atau sapu tangan berfungsi untuk menutup stoples
tempat teh kombucha dibuat.
II.3 Tahapan Pembuatan Kombucha
Pembuatan teh kombucha dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.
1. Buat teh dengan cara biasa. Untuk per liter air, tambahkan 2 sdt teh hijau/hitam
kedalam air yang baru mendidih. Anda juga bisa gunakan teh-celup. Biarkan teh
mengembang selama 15 menit.
2. Saring teh atau pisahkan teh celupnya dari air.
3. Tambahkan 70 – 100 gram (lebih kurang 2- 3 ons) gula putih untuk satu liter air
the, kemudian diaduk.
4. Biarkan cairan teh yang sudah mengandung gula tersebut dingin menyamai
temperatur ruangan tidak lebih tinggi dari 20-25oC (68° - 77° F) karena koloni
kombucha akan mati bila berada dalam cairan yang panas.
5. Bila teh sudah sama dengan temperatur ruangan, masukkan kedalam toples,
atau tempat/wadah dari Stainless Steel. Yang dari Gelas adalah yang terbaik.
Metal/besi selain Stainless Steel akan tidak memuaskan hasilnya karena asam
yang terbentuk akan bereaksi pada metal.
6. Tambahkan seduhan teh dengan koloni kombucha sebanyak 10% dari jumlah
seduhan teh.
7. Tutup tempat fermentasi dengan dengan kain yang rapat, agar semut, lalat dan
nyamuk, debu atau pollutan lainnya tidak bisa masuk. Yang penting udara bisa
mengalir dengan bebas. Ikat mulut toples dengan karet.
9. Fermentasi berlangsung sekitar 8 – 12 hari, tergantung suhu. Lebih hangat
temperatur ruangan, lebih cepat proses fermentasinya. Kombucha Colony
memerlukan tempat yang tenang dan hangat dan tidak boleh digoyang dan
dipindah-pindah. Temperatur teh tidak boleh berada dibawah 68oF (20oC) dan
tidak boleh lebih dari 86oF (30 oC). Temperatur idealnya adalah 74- 80 oF (23 – 27 oC). koloni kombucha akan rusak bila terkena sinar matahari
10. Bila teh telah mencapai tingkat keasaman yang benar (Ph 2,7 – 3,2), yang
tergantung pada cita-rasa individu, ambil koloni kombucha dengan tangan yang
bersih
11. Untuk memperoleh kepuasan maksimal dari minuman ini, biarkan minuman
ini sekitar beberapa hari (sekurang-kurangnya 5 hari) setelah ditaroh dalam botol.
Kegiatan bakteri terhenti karena minuman yang didalam botol tanpa udara,
sementara raginya terus bekerja. Jika botol benar-benar tertutup dengan baik, gas
yang dihasilkan oleh kegiatan ragi, tidak bisa keluar. Sehingga minuman yang
berbuih halus dihasilkan.
2.4 Proses yang Terjadi selama Fermentasi
Pembentukan kombucha pertama kali dimulai dari proses fermentasi dengan
sedikit oksigen dari lingkungan. Saat terjadi proses ini, organisme menghasilkan
enzim yang menguraikan senyawa gula menjadi alkohol (etanol) dan gas
karbondioksida. Pada kondisi lingkungan yang berkecukupan oksigen, reaksi yang
terjadi bukan fermentasi. Proses ini tidak menghasilkan etanol, tetapi
karbondioksida dan air. Pada kedua reaksi, produk samping yang dihasilkan
berupa panas, ditandai dengan naiknya suhu lingkungan saat proses terjadi.
Ragi atau khamir memulai aktivitasnya memecah fruktosa dan sukrosa
(gula) dengan bantuan enzim ekstraseluler sehingga tidak menjadi glukosa.
Hasilnya adalah alkohol (etanol) dan gas karbondioksida. Kemudian hasil ini akan
bereaksi dengan air membentuk senyawa asam karbonat. Glukosa berasal dari
inversi sukrosa oleh khamir menghasilkan glukosa dan fruktosa. Acetobacter
sebagai bakteri utama dalam kultur kombucha mengoksidasi etanol menjadi
asetaldehid lalu kemudian menjadi asam asetat. Aktivitas biokimia yang kedua
dari bakteri Acetobacter adalah pembentukan asam glukonat yang berasal dari
oksidasi glukosa. Sukrosa dipecah menjadi gluosa dan fruktosa oleh khamir. Pada
pembuatan etanol oleh khamir dan selulosa oleh A. xylinum, glukosa dikonversi
menjadi asam glukonat melalui jalur fosfat pentosa oleh bakteri asam asetat,
sebagian besar fruktosa dimetabolis menjadi asam asetat dan sejumlah kecil asam
glukonat. Bakteri asam laktat juga menggunakan glukosa untuk mensintesis
selulosa mikroba. Fruktosa masih tertinggal sebagian dalam media fermentasi dan
diubah menjadi bentuk yang lebih sederhana oleh mikroorganisme sehingga dapat
digunakan sebagai substrat fermentasi. Kultur dalam waktu bersamaan juga
menghasilkan asam-asam organik lainnya.
Bakteri A. xylinum mengubah gula menjadi selulosa yang disebut
nata/pelikel dan melayang di permukaan medium. Jika nutrisi dalam medium telah
habis dikonsumsi, kultur akan berhenti tumbuh tetapi tidak mati. Kultur akan aktif
lagi jika memperoleh nutrisi kembali. Bakteri asam asetat memanfaatkan etanol
untuk tumbuh dan memproduksi asam asetat. Adanya asam asetat menstimulasi
khamir untuk memproduksi etanol kembali. Interaksi simbiosis ini ditemukan
pada Glukonobacter dan S.cerevisiae. Konsentrasi asam asetat dalam kombucha
hanya meningkat sampai batas tertentu lalu mengalami penurunan. Hal ini terjadi
karena pemanfaatan asam asetat lebih lanjut oleh A. xylinum ketika jumlah gula
dalam media teh mulai habis. Penurunan kadar asam ini juga dikarenakan
fermentasi etanol oleh khamir juga mengalami penurunan dikarenakan Ph yang
sangat rendah serta mulai habisnya gula dalam larutan.
Acetobacter juga mampu menghidrolisis sukrosa menggunakan
levansukrase menjadi glukosa dan sebuah polisakarida fruktosa. Jenis gula
(sukrosa, glukosa, fruktosa) memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap
pembentukan etanol dan asam laktat, namun konsentrasi gula secara individu
hanya mempunyai pengaruh yang sangat kecil terhadap rasa kombucha.
Selama proses fermentasi teh kombucha terjadi aktivitas mikroorganisme
yang berlangsung secara simultan dan sekuensial. Proses fermentasi dimulai
dengan aktivitas khamir yang memecah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa
dengan bantuan enzim ekstraseluler invertase dan selanjutnya glukosa direduksi
menjadi etanol dan karbondioksida yang terbentuk bereaksi dengan air
membentuk asam karbonat.
Laju pemecahan sukrosa menjadi fruktosa lebih tinggi dibandingkan
terhadap produksi glukosa. Kedua gula ini dapat digunakan oleh A. xylinum untuk
memproduksi asam organik dan biosintesis selulosa. A. xylinum tidak aktif me-
metabolisis fruktosa seperti halnya glukosa, sehingga fruktosa terakumulasi di
dalam larutan.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam proses fermentasi adalah:
1. Ketersediaan nutrisi meliputi unsur C, N, P, dan K.
2. Ph medium sekitar 5,5.
3. Suhu fermentasi 23 – 27 °C dengan tolaransi dalam kisaran 18 – 35 °C.
4. Ketersediaan udara namun tidak dalam bentuk aerasi aktif.
5. Tidak boleh ada goncangan atau getaran.
6. Tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung.
III. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Kombucha merupakan minuman dalam bentuk teh yang difermentasi dengan
oleh (starter) bakteri Acetobacter xylinum dan ragi Saccharomyces cerevisiae,
serta beberapa mikroorganisme yang baik untuk sistem pencernaan.
2. Semua jenis teh dapat dijadikan sebagai substrat dalam pembuatan teh
kombucha, baik itu teh hijau, teh hitam, bahkan teh rosella.
3. Pada proses fermentasi kombucha terjadi penguraian sukrosa menjadi glukosa,
selanjutnya glukosa diubah menjadi alkohol dan asam-asam organik oleh
bakteri dan khamir.
4. Sukrosa yang digunakan pada kombucha tidak berfungsi sebagai pemanis
melainkan sebagai sumber energi bagi khamir dan bakteri.
5. Beberapa faktor menentukan keberhasilan dalam pembuatan kombucha,
seperti pH, kelembaban, aerasi, cahaya, peralatan, dan guncangan mekanis.
DAFTAR PUSTAKA
Hoffman, N. 1995. Kombucha Elixir of Manchurian Tea. The Kombucha Journal.http://www. Kombu.de. (5 Maret 2005)
Mboy, F. 2013. Teh Kombucha Bukan Sembarang Teh. http://www.lintasgayo.com.
Naland, H. 2008. Kombucha, Teh dengan Seribu Khasiat. Jakarta: PT. Agromedia.
Nicol, W. M. 1982. Sucrose and Food Technology. Di dalam: G. G. Birch dan K.J. Parker (eds). Sugar: Science and Technology. Applied Science Publ. London, pp : 211-222.
Saputra, H. 2004. Sekilas Cara Membuat Minuman Teh Kombucha (Kombucha Tea). [email protected]
Suandi. 2012. Cara Membuat Kombucha. http://sumbersehatalami.blogspot.com