1_pa4_irc_lap pendahuluan

106
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Penguatan dan Pengembangan Kerjasama Antar Daerah Kerjasama Antar Daerah April 2011

Upload: decentralization-support-facility

Post on 20-Mar-2016

227 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Kerjasama Antar Daerah April 2011 Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Penguatan dan Pengembangan Kerjasama Antar Daerah   Kerjasama Antar Daerah April 2011 Direktorat Dekonsentrasi dan Kerjasama Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri dan Decentralization Support Facility    

TRANSCRIPT

Page 1: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Penguatan dan Pengembangan Kerjasama Antar Daerah

Kerjasama Antar DaerahApril 2011

Page 2: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

 

Page 3: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

       

Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Penguatan & Pengembangan Kerjasama Antar Daerah

   

Kerjasama Antar Daerah April 2011 Direktorat Dekonsentrasi dan Kerjasama Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri dan Decentralization Support Facility

Page 4: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

DECENTRALIZATION SUPPORT FACILITY Gedung Bursa Efek Indonesia, Gedung I, Lantai 9 Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12190 Telepon: (+6221) 5299 3199 Fax: (+6221) 5299 3299 Website: www.dsfindonesia.org Decentralization Support Facility (DSF) merupakan dana perwalian multi donor yang dipimpin oleh Pemerintah Indonesia, yang bertujuan untuk mendukung agenda desentralisasi pemerintah. DSF berupaya mencapai tujuannya dengan memenuhi tiga peranan, yaitu membantu Pemerintah Indonesia meningkatkan: (i) harmonisasi, keselarasan, dan efektivitas bantuan pembangunan; (ii) penyusunan dan pelaksanaan kebijakan; dan (iii) kapasitas pemerintah, terutama di tingkat daerah. Keanggotaan DSF terdiri dari BAPPENAS, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, dan sembilan donor (ADB, AusAID, CIDA, DFID, Pemerintah Jerman, Pemerintah Belanda, UNDP, USAID, dan Bank Dunia). Dukungan keuangan untuk DSF utamanya diberikan oleh DFID, dan juga kontribusi dari AusAID serta CIDA. Foto pada halaman sampul merupakan hak cipta World Bank Photo Library. Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Penguatan & Pengembangan Kerjasama Antar Daerah merupakan hasil kerja konsultan dan staf Bank Dunia. Temuan, interpretasi, dan kesimpulan dalam laporan ini tidak mencerminkan pendapat DSF maupun donor yang diwakili. Desain sampul oleh Harityas Wiyoga.  

Page 5: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

2011

DECENTRALIZATION

SUPPORT FACILITY

THE WORLD BANK

LAPORAN PENDAHULUAN RENCANA AKSI PENGUATAN

DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH

DIREKTORAT DEKONSENTRASI DAN KERJASAMA

DIREKTORAT JENDERAL PEMERINTAHAN UMUM

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

DAN

DECENTRALIZATION SUPPORT FACILITY

Page 6: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

2 | P a g e

D A F T A R I S I

DAFTAR ISI

PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

1.2 Tujuan

1.3 Metodologi

1.4 Sistematika Pembahasan

BAB 2 TEORI DAN KONSEP KAD

2.1 Konsep Dasar KAD

2.2 Pembangunan Wilayah

2.3 Konsep Pelaksanaan KAD

2.4 Bentuk Kegiatan KAD

2.5 Monitoring dan Evaluasi

BAB 3 PEMBELAJARAN KAD AUSTRIA, SWISS DAN JERMAN

3.1 KAD Regional Management di Austria

3.2 KAD Regional Management di Swiss 3.3 KAD Regional Management di Jerman

3.4 Pembelajaran KAD Austria, Swiss dan Jerman

BAB 4 PEMETAAN KAD DI INDONESIA

4.1 Latar belakang dan Tujuan Kerja Sama Antar Daerah

4.2 Regulasi KAD

4.3 Kelembagaan KAD

4.4 Pembiayaan dan Pengelolaan Keuangan KAD

4.5 Monitoring dan Evaluasi KAD

4.6 Peran Berbagai Pelaku dalam KAD di Indonesia 4.7 Peluang dan Tantangan KAD di Indonesia

BAB 5 TUPOKSI DAN KEBIJAKAN DITJEN PUM TERKAIT KAD

5.1 Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi

5.2 Kebijakan Ditjen PUM terkait KAD

5.3 Rencana Ditjen PUM Untuk Mengembangkan KAD di Masa Datang

5.4 Komunikasi, Kerjasama dan Koordinasi Ditjen PUM

Page 7: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

3 | P a g e

KATA PENGANTAR

Sesuai dengan kebutuhan Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum (Ditjen PUM) di Kementerian dalam

Negeri untuk memperkuat dan mengembangkan kerjasama antar daerah untuk meningkatkan kualitas

pelayanan publim di tanah air, maka The World Bank melalui program Decentralization Support Facility

(DSF) memberikan dukungan dan fasilitasi dengan menugaskan 2 orang konsultan (Makhdonal Anwar

dan Nunik Yunarti) untuk membantu Ditjen PUM di dalam menyusun suatu Rencana Aksi Ditjen PUM di

dalam mencapai tujuan tersebut.

Kegiatan penyusunan Rencana Aksi Penguatan dan Pengembangan Kerjasama Antar Daerah ini akan

dilakukan selama kurang lebih 50 hari kerja sesuai dengan Terms of Reference yang ditentukan. Secara

garis besar kegiatan yang sudah dimulai sejak akhir Desember 2010 yang lalu ini akan dibagi ke dalam 2

kelompok besar yaitu kajian literatur dan pengumpulan data lainnya yang relevan sebagai dasar untuk

melakukan analisa terhadap situasi, kondisi, kebutuhan serta perspektif pengembangan Kerjasama

Antar Daerah (KAD) di Indonesia, khususnya untuk meningkatkan pelayanan publik. Di dalam fase ini,

selain pengumpulan data sekunder, juga dilakukan workshop untuk mengumpulkan isu- isu terbaru dan

kondisi aktual mengenai KAD di tanah air. Di dalam workshop yang terlaksana tanggal 7 Februari 2011 di

Jakarta berkat kerjasama dengan German International Cooperation/GIZ (dulu GTZ) dan Ditjen PUM ini,

dihadiri oleh pakar – pakar serta praktisi KAD dari Jakarta, Semarang, Bandung, Yogyakarta dan

Surakarta.

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka pada akhir Maret 2011 nanti, DSF kembali akan

mengadakan workshop ke-2 dengan agenda menyajikan rancangan rencana aksi tersebut di hadapan

Ditjen PUM dan narasumber serta praktisi KAD di tanah air untuk mendapatkan masukan – masukan

terhadap rancangan rencana aksi tersebut.

Di dalam laporan pendahuluan ini akan dipaparkan hasil kajian literatur dan informasi – informasi aktual

lainnya yang diperoleh melalui workshop tersebut di atas sebagai bahan bagi konsultan bersama – sama

dengan Ditjen PUM untuk menyusun Rencana Aksi Penguatan dan Pengembangan KAD yang

direncanakan akan selesai pada akhir April 2011.

Jakarta, 21 Februari 2011

Makhdonal Anwar/Nunik Yunarti

Page 8: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

4 | P a g e

BAB 1 PENDAHULUAN

Des esentralisasi telah mengalihkan peran, tanggung jawab, pengambilan keputusan, pembiayaan,

manajemen serta kontrol terhadap penerimaan dan belanja dari sektor pelayanan publik dari

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Tanggung jawab pemerintah daerah menjadi lebih

kompleks sehingga perlu mencari jalan terbaik untuk penyediaan pelayanan publik. Salah satu

instrumen untuk menjawab tantangan ini adalah Kerja sama antar daerah. 1.1 Latar belakang

Berdasarkan Undang-undang No 32/2004 tentang Pemerintah Daerah, kerja sama merupakan hak

setiap daerah otonom dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya, khususnya dalam tugas

utamanya pada peningkatan penyediaan pelayanan publik.

Dilakukannya kerjasama antar daerah akan memberi manfaat seperti pelayanan publik yang lebih baik,

meningkatkan kohesi antar pemerintah daerah, mengurangi konflik antar darah, peningkatan

infrastruktur wilayah, dan meningkatkan koordinasi dalam perencanaan tata ruang serta pengembangan

wilayah. Disamping itu secara teknis kerja sama antar daerah dapat menjadi instrumen untuk menjawab

kelemahan instrumen yang terbentuk melalui mekanisme struktural pembangunan.

Ada beberapa prioritas yang dapat dilakukan untuk pengembangan serta penguatan kerjasama antar

daerah di Indonesia. Salah satunya adalah meningkatkan kapasitas pemerintah pusat yang berwenang

dalam kerja sama antar daerah, dalam hal ini adalah Sub Direktorat Kerja sama antar Daerah (Subdit

KAD), Direktorat Dekonsentrasi dan Kerjasama, Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum (Ditjen PUM),

Kementrian Dalam Negeri. Untuk itu, DSF (Decentralization Support Facility) melakukan kegiatan

Pengembangan Rencana Aksi Direktorat Jenderal PUM untuk mendukung pemerintah daerah dalam

mengimplementasikan kerja sama antar daerah dengan lebih efektif.

1.2 Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membuat Rencana Aksi bagi Subdit KAD, Direktorat Dekonsentrasi

dan kerjasama, Ditjen PUM dalam mengembangkan Kerjasama Antar Daerah (KAD) di Indonesia

khususnya untuk meningkatkan pelayanan publik di beberapa sektor seperti Kesehatan, Pendidikan dan

Transportasi. Rencana Aksi yang dihasilkan nantinya diharapkan dapat menjadi panduan bagi Subdit KAD

dalam mendukung Pemerintah Daerah untuk mengimplementasikan kerja sama antar daerah dengan

lebih efektif.

D

Page 9: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

5 | P a g e

1.3 Metodologi

Ada beberapa metode ataupun kegiatan yang dilakukan dalam penyusunan laporan rencana aksi

penguatan dan pengembangan kerjasama antar daerah:

1. Melakukan Desk Study

Yaitu kegiatan pengumpulan data dan informasi dari berbagai sumber (literatur, laporan-laporan,

hasil studi, jurnal, dan lain-lain) untuk kemudian dianalisa dan dituliskan menjadi suatu laporan yang

memuat 3 poin utama yang mendasari penyusunan rencana aksi penguatan dan pengembangan

KAD bagi Subdit KAD Ditjen PUM, yaitu: i).Teori, konsep serta best practices KAD; ii). Kendala dan

peluang KAD di Indonesia sebagai hasil dari pemetaan; iii).Tupoksi dari Subdit KAD

2. Menyelenggarakan workshop 1: Pembahasan hasil Desk Study

Tujuan diselenggarakannya workshop ini adalah:

a) Untuk mempresentasikan dan mendiskusikan hasil temuan awal dari desk study yang dilakukan

oleh tim DSF, khususnya terkait dengan peluang dan kendala pengembangan kerja sama antar

daerah

b) Untuk mendapatkan masukan dari para stakeholder yang terlibat dalam kerja sama daerah

terkait dengan peluang dan kendala tersebut

3. Menyelenggarakan workshop 2: Pembahasan Draft Rencana Aksi

Setelah diperoleh masukan dari workshop pertama, kemudian dilakukan kegiatan penyusunan draft

rencana aksi. Draft tersebut kemudian dibahas dalam suatu workshop dengan tujuan:

a) Mempresentasikan dan mendiskusikan draft rencana aksi penguatan dan pengembangan KAD

b) Mendapatkan masukan dari para stakeholder yang terlibat dalam kerja sama daerah terkait

dengan draft rencana aksi tersebut

4. Laporan Final

Laporan ini memuat seluruh kegiatan yang telah dilakukan dalam penyusunan rencana aksi

penguatan dan pengembangan KAD disertai dengan Rencana Aksi yang diusulkan (final).

Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan Rencana Aksi bagi Subdit KAD

Ditjen PUM dapat digambarkan sebagai berikut.

Page 10: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

6 | P a g e

GAMBAR 1.1 PENYUSUNAN RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KAD

1.4 Sistematika Pembahasan

Laporan pembahasan mengenai Rencana Aksi penguatan dan pengembangan kerja sama antar daerah

akan meliputi 7 bab, dengan sistematika berikut ini.

BAB 1 PENDAHULUAN

Latar belakang penulisan laporan, tujuan dan manfaat, metodologi serta sistematika pembahasan

dalam laporan ini akan dipaparkan di bagian pendahuluan.

BAB 2 TEORI DAN KONSEP KAD

Bab 2 akan memberikan penjelasan dan gambaran detil mengenai kerjasama antar daerah yang

sesuai dengan teori serta konsep yang berlaku. Bagian ini akan memuat hal-hal yang dibutuhkan

untuk membentuk dan menjalankan KAD secara ideal agar mencapai hasil yang diharapkan secara

optimal. Pembahasan akan dimulai dari latar belakang dan sejarah singkat mengenai awal mulanya

kerjasama antar daerah (KAD), yang dilanjutkan dengan pembahasan mengenai prinsip-prinsip

dasar, pembiayaan, hingga ke pelaksanaan dan konsep pengawasan dan evaluasi KAD.

BAB 3 PEMBELAJARAN KAD DI JERMAN DAN AUSTRIA

Kerjasama antar daerah yang diawali oleh Eropa khususnya Jerman dan Austria diharapkan bisa

menjadi inspirasi bagi daerah-daerah di Indonesia di dalam mencapai tujuan pembangunan daerah

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN

KAD

(Subdit KAD, Ditjen PUM)

TEORI, KONSEP, BEST PRACTICES KAD

PEMETAAN KAD DI INDONESIA: PELUANG &

KENDALA KAD

TUPOKSI SUBDIT KAD DITJEN PUM

Page 11: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

7 | P a g e

dan regional. Walaupun implementasi KAD di Eropa tersebut tidak akan bisa 100 persen diterapkan

di Indonesia karena aspek budaya lokal serta peraturan perundangan yang berbeda, namun

keberhasilan pelaksanaan KAD di Jerman dan Austria yang menganut prinsip-prinsip dasar KAD yang

baik ini, tetap bisa dijadikan patokan atau acuan bagi daerah-daerah di tanah air di dalam mengelola

KAD.

BAB 4 PEMETAAN KAD DI INDONESIA

Dalam bab 4 akan digambarkan pelaksanaan KAD di Indonesia dengan menampilkan aktor-aktor

pelaku KAD di Indonesia, aspek-aspek legal formal KAD, kelembagaan KAD, pembiayaan serta

pengelolaan keuangan, monitoring dan evaluasi KAD. Hasil analisa dari pemetaan KAD di Indonesia

ini diharapkan bisa menjelaskan kepada kita semua hal-hal yang menjadi faktor pendukung KAD

serta hal lainnya yang justru menjadi penghambat KAD di tanah air.

BAB 5 PROFIL DAN TUPOKSI DITJEN PUM TERKAIT KAD

Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri, khususnya Subdit KAD di

dalam kaitannya dengan isu-isu KAD akan memainkan peran yang sangat penting di dalam fungsinya

memfasilitasi dan membina KAD. Selama ini peran dan fungsi Ditjen PUM di dalam

menumbuhkembangkan KAD di Indonesia belumlah terlihat jelas. Berdasarkan keadaan tersebut

maka bab 5 dari laporan akan memuat profil dan tupoksi Ditjen PUM Kemdagri dalam kaitannya

dengan pengembangan KAD di Indonesia. Bagian ini juga mencoba untuk membuat suatu gambaran

mengenai komunikasi, kerjasama dan koordinasi yang dilakukan Ditjen PUM baik secara internal,

yaitu dengan Direktorat lainnya di Kemdagri yang bersentuhan dengan isu-isu KAD; maupun

eksternal, yaitu dengan Kementerian/Lembaga lainnya seperti Bappenas, Kementerian

Pembangunan Daerah Tertinggal.

BAB 6 RENCANA AKSI DITJEN PUM DALAM MENGEMBANGKAN KAD UNTUK PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK

Dalam bab 6 akan dibahas mengenai (usulan) rencana aksi 5 tahun kepada Ditjen PUM di dalam

upayanya untuk menumbuhkembangkan KAD khususnya di sektor pelayanan publik. Rencana aksi

ini akan disusun berdasarkan hasil analisa kebutuhan yang diperoleh dari kondisi eksisting (bab 4

dan 5) dikaitkan dengan kondisi ideal (bab 2 dan 3), yang kemudian diperkaya dan dipertajam

dengan hasil workshop yang akan diselenggarakan khusus untuk membahas (usulan) rencana aksi

ini. Salah satu tema yang akan disampaikan di dalam rencana aksi ini adalah bahwa Ditjen PUM

sebaiknya memiliki panduan atau pedoman untuk membentuk dan mengembangkan KAD bidang

pelayanan publik.

BAB 7 PENUTUP

Bab 7 akan menutup laporan ini dan akan memuat ringkasan singkat beserta kesimpulan dari

seluruh materi laporan.

Page 12: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

8 | P a g e

BAB. 2 TEORI DAN KONSEP KAD

alam literatur yang berkembang di dunia, istilah kerjasama daerah atau kerjasama regional lebih

dikenal dengan sebutan intergovernmental management. Pengertian intergovernmental management

yang dimaksudkan di sini bukanlah sekedar hubungan antar pemerintah daerah biasa melainkan sesuatu

yang merupakan inti dari hubungan antar daerah.1

Masih sering terjadi kesalahpahaman di dalam memahami pengertian manajemen antar daerah dan di

dalam mengelola manajemen antar daerah tersebut, terutama di dalam cara memandang kelembagaan

kerjasama itu sendiri. Sebagian besar pelaku kerjasama masih terbelenggu di dalam paradigma klasik

kerjasama sama daerah yang di dalam pengelolaannya masih didominasi nuansa hirarki struktural

formal.2 Tatanan ini sangat berbeda dengan tatanan organisasi yang mengutamakan hirarki dengan

kewenangan yang bersifat terpusat. Dalam

tatanan networking/jejaring tidak dikenal adanya

struktur kewenangan sentralistik. Semua anggota

kerjasama bersifat bebas dan mandiri serta

mempunyai komitmen untuk menghasilkan suatu

konsensus sebagai wujud dari aksi bersama.

Perbedaan pandangan terhadap manajemen

antar daerah ini sangat terasa di Indonesia yang

cukup lama menerapkan sistem pemerintahan

sentralistik terutama pada masa orde baru.

2.1 Konsep Dasar KAD

Latar Belakang dan Sejarah

Konsep Kerjasama Antar Daerah (KAD) dan penerapannya, sebenarnya telah lama dikembangkan di

sejumlah negara di benua Eropa, seperti Jerman, Austria, Belanda, Swiss, dan sebagainya sejak 30 tahun

yang lalu. KAD di negara – negara Eropa tersebut terbukti telah menjadi instrumen pembangunan

kewilayahan yang berhasil melahirkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, penciptaan pelayanan

publik yang berkualitas kepada rakyat, dan menciptakan proses integrasi sosial, budaya dan politik yang

kuat. Sejak tahun 1970-an dalam rangka menciptakan terobosan-terobosan baru karena instrumen-

1 McGuire, Michael, 2006, "Intergovernmental Management : A View From The Bottom", Public Administration Review 2 Albrow, Martin, 2005, Birokrasi, Tiara Wacana, Jakarta

� Cara pandang kerjasama antar

daerah sebagai suatu lembaga bersifat

hirarkis struktural sangatlah kurang

tepat, karena sifat atau roh yang

terbentuk dari kerjasama antar daerah

(intergovernmental management),

adalah hubungan sejajar yang

menempatkan networking/jejaring di

posisi paling depan.

D

Page 13: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

9 | P a g e

instrumen pembangunan dan pengembangan yang ada kurang mampu memenuhi tuntutan jaman yang

terus mengalami perubahan, muncul praktek – praktek pengembangan wilayah di negara – negara di

Eropa Barat. Bentuk - bentuk KAD yang diinisiasi pada saat itu mempunyai pola yang beraneka ragam

yang terus mengalami perkembangan. Walaupun demikian, prinsip-prinsip dan cara kerja dasar KAD dan

tata kelola wilayah yang telah terbentuk terbukti cukup ampuh sebagai instrumen untuk melaksanakan

pembangunan dan/atau pengembangan yang ingin dicapai oleh sebuah wilayah regional. Pola kerjasama

serta bentuk kelembagaan kerjasama antar daerah yang teridentifikasi di beberapa negara dapat

dikelompokkan sebagai berikut:3

1. Intergovernmental Service Contract

Merupakan kontrak jasa yang dilakukan bila suatu daerah membayar daerah yang lain untuk

melaksanakan jenis pelayanan tertentu seperti penjara, pembuangan sampah, dll.

2. Joint Service Agreement

Merupakan perjanjian kerjasama untuk menjalankan fungsi perencanaan, anggaran dan

pemberian pelayanan tertentu kepada masyarakat daerah yang bekerjasama, misalnya dalam

pengaturan perpustakaan wilayah, komunikasi antar polisi dan pemadam kebakaran, kontrol

kebakaran, pembuangan sampah.

3. Intergovernmental Service Transfer 4

Merupakan pelimpahan secara permanen suatu tanggung jawab dari satu daerah ke daerah lain

seperti bidang pekerjaan umum, prasarana dan sarana, kesehatan dan kesejahteraan,

pemerintahan dan keuangan publik.

Perlu diketahui juga bahwa selain tiga tipe kerjasama di

atas, kecenderungen yang terjadi saat ini di negara – negara

maju adalah pencanangan kerjasama dengan konteks

networking/kolaborasi/jejaring terutama di bidang

perencanaan dan mitigasi bencana. Metode kerjasama

seperti ini menjadi model alternatif untuk menggantikan

model birokrasi klasik yang bersifat top down karena

sifatnya yang mengandalkan jejaring yang fleksibel dan

dinamis.5

3 Pratikno (Ed.), 2007, Kerjasama Antar Daerah : Kompleksitas dan Tawaran Format Kelembagaan, Jogja Global Media, Yogyakarta. 4 Henry, N. 1995. Public Administration and Public Affairs. Sixth Edition. Englewood Cliffs, N.J. 5 Waugh Jr, W.L. and G.Streib. 2006. “Collaboration and Leadership for Effective Emergency Management”.

Negara – negara maju di

Eropa mulai beralih ke

kerjasama antar daerah

bersifat jejaring publik

non-hirarkis, non-

struktural

Page 14: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

10 | P a g e

Di Indonesia sendiri, sejak digulirkannya era otonomi daerah telah terjadi proses regionalisasi dalam

konteks subnasional. Proses regionalisasi yang terjadi ini bisa disebabkan oleh berbagai latar belakang

seperti sejarah, kesamaan budaya, permasalahan yang sama dan lain lain, dan merupakan suatu bentuk

aliansi pembangunan daerah berbatasan yang pada akhirnya akan membentuk suatu wilayah. Kondisi ini

bisa dipahami sebagai tumbuhnya kesadaran daerah untuk memanfaatkan KAD sebagai salah satu

pendekatan strategis dalam pembangunan. Pemahaman daerah bahwa KAD bisa mendorong

percepatan pembangunan mulai tumbuh dan pada akhirnya juga bisa menekan disparitas pembangunan

antar daerah.

Instrumen – instrumen yang dikenal selama ini

(konvensional) seperti RUTRK, RPJM, RKP dll,

serta kebijakan lainnya yang merupakan produk

dari proses perencanaan struktural telah

terbukti tidak cukup efektif di dalam upaya

untuk melakukan percepatan pembangunan

daerah. Produk – produk ini tidak mampu

mengimbangi kecepatan dinamika yang terjadi

di daerah. Untuk itulah mekanisme non-

struktural yang bersifat dinamis non hirarkis

dibutuhkan untuk melengkapi dan menutupi

kelemahan mekanisme struktural tersebut. KAD

memiliki mekanisme pengambilan keputusan

yang unik dan berbeda dari mekanisme yang

dikenal dan digunakan pada proses pengambilan keputusan perencanaan formal (struktural). Pada

mekanisme formal seluruh produk perencanaan diputuskan melalui mekanisme struktural-hirarkis dan

sesuai prosedur baku yang diatur berlandaskan UU dengan regulasi/petunjuk pelaksanaannya. 6

Prinsip Dasar KAD

Seperti sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa cara pandang klasik pada organisasi lembaga

kerjasama antar daerah tidak relevan lagi dengan karakter lembaga kerjasama yang mengkolaborasikan

daerah-daerah otonom ke dalam hubungan kerjasama antar daerah. Birokrasi yang memiliki pola

hubungan strukturalis – hierarkis menjadi kurang sesuai dengan karakter networking yang flexible dalam

semangat kerjasama. Kerjasama Antar Daerah (KAD) seperti ini hanya dapat terbentuk dan berjalan

apabila didasarkan pada adanya kesadaran bahwa daerah-daerah tersebut saling membutuhkan untuk

mencapai satu tujuan. Inilah yang menjadi prinsip dasar dari KAD yaitu adanya tujuan bersama yang

ingin diraih secara bersama-sama.7

6 Makhdonal Anwar, Tenaga Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010, “Laporan Februari 2010, Evaluasi RM KPDT dan Input Untuk Rencana Aksi 2010”. 7 Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management”.

KAD mengutamakan azas

musyawarah (konsensus) yang

bisa terjadi karena pengelolaan

KAD yang bersifat jejaring.

Artinya, setiap anggota KAD

berada pada posisi yang sejajar

dengan hak dan kewajiban yang

sama.

Page 15: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN

Selain itu adanya dukungan dari luar wilayah

kerjasama (misalnya pemerintahan pusat atau

provinsi) serta permintaan akan kerjasama

yang digagas oleh masyarakat lokal akan

meningkatkan kualitas dan efektifitas

kerjasama itu sendiri. Komitmen dan ikatan

yang kuat di antara pengambil keputusan

tertinggi di daerah masing – masing (dalam hal

ini kepala pemerintahan) akan mendasari

kerjasama tersebut. Komitmen yang dimaksud

adalah komitmen untuk bekerjasama dalam

penanganan isu-isu yang telah disepakati, dan

lebih mendahulukan kepentingan bersama dibanding kepentingan masing

tersebut perlu dimiliki oleh para pejabat, baik pada level teknis, manajerial, maupun pimpinan, sehingga

langkah-langkah yang diperlukan, termasuk pemangkasan birokrasi dalam kerjasama dapat dilakukan

untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi gerak.

Untuk mengoptimalkan potensinya, kerjasama antar daerah dapat menjadi salah satu alternatif

inovasi/konsep yang didasarkan pada pertimbang

menguntungkan terutama dalam bidang

desentralisasi dan otonomi daerah, melalui berbagai payung regulasi (peraturan pemerintah)

mendorong kerjasama antar daerah. Kerjasama diharapkan menjadi satu jembatan yang dapat

mengubah potensi konflik kepentingan antar daerah menjadi sebuah potensi pembangunan yang saling

menguntungkan.8

Agar berhasil melaksanakan kerjasama dibutuhkan prinsip

prinsip good governance. Beberapa prinsip diantara prinsip

pedoman dalam melakukan kerjasama antar daerah yaitu:

• Transparansi, artinya daerah yang bekerjasama atau telah bersepakat untuk

kerjasama harus transparan dalam memberikan berbagai data dan informasi yang

dibutuhkan dalam rangka kerjasama tersebut.

• Akuntabilitas, artinya daerah bekerjasama harus bersedia untuk

mempertanggungjawabkan, menyajikan, melaporkan, dan mengungkap

dan kegiatan yang terkait dengan kegiatan kerjasama.

• Partisipatif, artinya prinsip partisipasi harus digunakan dalam bentuk konsultasi, dialog, dan

negosiasi dalam menentukan tujuan yang harus dicapai, cara mencapainya dan mengukur

kinerjanya, termasuk cara membagi kompensasi dan risiko.

8 Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management”9 http://www.governance-indonesia.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=74

AN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH

Selain itu adanya dukungan dari luar wilayah

kerjasama (misalnya pemerintahan pusat atau

provinsi) serta permintaan akan kerjasama

yang digagas oleh masyarakat lokal akan

meningkatkan kualitas dan efektifitas

endiri. Komitmen dan ikatan

yang kuat di antara pengambil keputusan

masing (dalam hal

ini kepala pemerintahan) akan mendasari

kerjasama tersebut. Komitmen yang dimaksud

adalah komitmen untuk bekerjasama dalam

yang telah disepakati, dan

lebih mendahulukan kepentingan bersama dibanding kepentingan masing-masing daerah. Komitmen

tersebut perlu dimiliki oleh para pejabat, baik pada level teknis, manajerial, maupun pimpinan, sehingga

, termasuk pemangkasan birokrasi dalam kerjasama dapat dilakukan

untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi gerak.

Untuk mengoptimalkan potensinya, kerjasama antar daerah dapat menjadi salah satu alternatif

inovasi/konsep yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas, sinergis dan saling

menguntungkan terutama dalam bidang-bidang yang menyangkut kepentingan lintas wilayah. Kebijakan

desentralisasi dan otonomi daerah, melalui berbagai payung regulasi (peraturan pemerintah)

a antar daerah. Kerjasama diharapkan menjadi satu jembatan yang dapat

mengubah potensi konflik kepentingan antar daerah menjadi sebuah potensi pembangunan yang saling

Agar berhasil melaksanakan kerjasama dibutuhkan prinsip-prinsip umum sebagaimana terdapat dalam

. Beberapa prinsip diantara prinsip good governance yang ada dapat dijadikan

pedoman dalam melakukan kerjasama antar daerah yaitu:9

, artinya daerah yang bekerjasama atau telah bersepakat untuk

kerjasama harus transparan dalam memberikan berbagai data dan informasi yang

dibutuhkan dalam rangka kerjasama tersebut.

, artinya daerah bekerjasama harus bersedia untuk

mempertanggungjawabkan, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas

dan kegiatan yang terkait dengan kegiatan kerjasama.

, artinya prinsip partisipasi harus digunakan dalam bentuk konsultasi, dialog, dan

negosiasi dalam menentukan tujuan yang harus dicapai, cara mencapainya dan mengukur

erjanya, termasuk cara membagi kompensasi dan risiko.

“Buku Saku Regional Management”.

indonesia.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=74 “Prinsip-prinsip Good Governance”

Gambar 1. Ilustrasi Jejaring Publik untuk KAD, Su

www.fuelyourwritting.com

APRIL 2011

11 | P a g e

masing daerah. Komitmen

tersebut perlu dimiliki oleh para pejabat, baik pada level teknis, manajerial, maupun pimpinan, sehingga

, termasuk pemangkasan birokrasi dalam kerjasama dapat dilakukan

Untuk mengoptimalkan potensinya, kerjasama antar daerah dapat menjadi salah satu alternatif

an efisiensi dan efektivitas, sinergis dan saling

bidang yang menyangkut kepentingan lintas wilayah. Kebijakan

desentralisasi dan otonomi daerah, melalui berbagai payung regulasi (peraturan pemerintah)

a antar daerah. Kerjasama diharapkan menjadi satu jembatan yang dapat

mengubah potensi konflik kepentingan antar daerah menjadi sebuah potensi pembangunan yang saling

bagaimana terdapat dalam

yang ada dapat dijadikan

, artinya daerah yang bekerjasama atau telah bersepakat untuk melakukan

kerjasama harus transparan dalam memberikan berbagai data dan informasi yang

, artinya daerah bekerjasama harus bersedia untuk

kan segala aktivitas

, artinya prinsip partisipasi harus digunakan dalam bentuk konsultasi, dialog, dan

negosiasi dalam menentukan tujuan yang harus dicapai, cara mencapainya dan mengukur

prinsip Good Governance”

Gambar 1. Ilustrasi Jejaring Publik untuk KAD, Sumber:

Page 16: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN

• Efisiensi, artinya dalam melaksanakan kerjasama tersebut harus mempertimbangkan nilai

efisiensi yaitu bagaimana menekan biaya untuk memperoleh suatu hasil tertentu, atau

bagaimana menggunakan biaya yan

• Efektivitas, artinya selalu mengukur keberhasilan dengan membandingkan target atau

tujuan yang telah ditetapkan dalam kerjasama dengan hasil yang nyata diperoleh.

• Konsensus, artinya dalam melaksanakan

masing-masing pihak yang terlibat dalam kerjasama tersebut dapat menyetujui suatu

keputusan.

• Saling menguntungkan dan memajukan

teguh prinsip saling menguntungka

pegangan dalam setiap keputusan dan mekanisme kerjasama.

Selain enam prinsip umum di atas, beberapa prinsip khusus yang dapat digunakan sebagai acuan dalam

kerjasama antar daerah yaitu:10

• Dibentuk melalui pendekatan dari bawah (

menggunakan prinsip 3K (Komunikasi, Kerjasama, dan Koordiasi) sebagai pilar instrumen

pelaksanaan dan kerja kolektif

(team work) yang erat antar

aktor regional,

• Kerjasama tersebut harus

dibangun untuk kepentingan

umum dan kepentingan yang

lebih luas,

• Kerjasama antar pelaku yang

tidak bersifat hirarkis melainkan

merupakan jejaring

(networking) kelembagaan,

• Keterikatan yang dijalin dalam

kerjasama tersebut harus

didasarkan atas saling

membutuhkan,

• Keberadaan kerjasama tersebut harus saling memperkuat pihak

• Harus ada keterikatan masing

• Harus tertib dalam pelaksanaan kerjasama sebagaimana telah diputuskan,

• Kerjasama harus dibangun diatas rasa saling percaya, saling menghargai, saling memahami

dan manfaat yang dapat diambil kedua belah pihak.

10 Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, 2007. Regional Management, Panduan Pembentukan dan Pengelolaan.

AN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH

, artinya dalam melaksanakan kerjasama tersebut harus mempertimbangkan nilai

efisiensi yaitu bagaimana menekan biaya untuk memperoleh suatu hasil tertentu, atau

bagaimana menggunakan biaya yang sama tetapi dapat mencapai hasil yang lebih tinggi.

, artinya selalu mengukur keberhasilan dengan membandingkan target atau

tujuan yang telah ditetapkan dalam kerjasama dengan hasil yang nyata diperoleh.

, artinya dalam melaksanakan kerjasama tersebut harus dicari titik temu agar

masing pihak yang terlibat dalam kerjasama tersebut dapat menyetujui suatu

Saling menguntungkan dan memajukan. Dalam kerjasama antar daerah harus dipegang

teguh prinsip saling menguntungkan dan saling menghargai. Prinsip ini harus menjadi

pegangan dalam setiap keputusan dan mekanisme kerjasama.

Selain enam prinsip umum di atas, beberapa prinsip khusus yang dapat digunakan sebagai acuan dalam

melalui pendekatan dari bawah (bottom-up), melalui proses inisiasi lokal dengan

menggunakan prinsip 3K (Komunikasi, Kerjasama, dan Koordiasi) sebagai pilar instrumen

pelaksanaan dan kerja kolektif

(team work) yang erat antar

Kerjasama tersebut harus

dibangun untuk kepentingan

umum dan kepentingan yang

Kerjasama antar pelaku yang

tidak bersifat hirarkis melainkan

merupakan jejaring

) kelembagaan,

atan yang dijalin dalam

kerjasama tersebut harus

didasarkan atas saling

Keberadaan kerjasama tersebut harus saling memperkuat pihak-pihak yang terlibat,

Harus ada keterikatan masing-masing pihak terhadap perjanjian yang telah disepakati,

rus tertib dalam pelaksanaan kerjasama sebagaimana telah diputuskan,

Kerjasama harus dibangun diatas rasa saling percaya, saling menghargai, saling memahami

dan manfaat yang dapat diambil kedua belah pihak.

Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, 2007. Regional Management, Panduan Pembentukan dan Pengelolaan.

Gambar 2, Prinsip 3 K, Sumber: Benjamin Abdulrahman, LEKAD 2008

APRIL 2011

12 | P a g e

, artinya dalam melaksanakan kerjasama tersebut harus mempertimbangkan nilai

efisiensi yaitu bagaimana menekan biaya untuk memperoleh suatu hasil tertentu, atau

g sama tetapi dapat mencapai hasil yang lebih tinggi.

, artinya selalu mengukur keberhasilan dengan membandingkan target atau

tujuan yang telah ditetapkan dalam kerjasama dengan hasil yang nyata diperoleh.

kerjasama tersebut harus dicari titik temu agar

masing pihak yang terlibat dalam kerjasama tersebut dapat menyetujui suatu

. Dalam kerjasama antar daerah harus dipegang

n dan saling menghargai. Prinsip ini harus menjadi

Selain enam prinsip umum di atas, beberapa prinsip khusus yang dapat digunakan sebagai acuan dalam

), melalui proses inisiasi lokal dengan

menggunakan prinsip 3K (Komunikasi, Kerjasama, dan Koordiasi) sebagai pilar instrumen

pihak yang terlibat,

masing pihak terhadap perjanjian yang telah disepakati,

rus tertib dalam pelaksanaan kerjasama sebagaimana telah diputuskan,

Kerjasama harus dibangun diatas rasa saling percaya, saling menghargai, saling memahami

Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, 2007. Regional Management, Panduan Pembentukan dan Pengelolaan.

insip 3 K, Sumber: Benjamin Abdulrahman, LEKAD 2008

Page 17: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

13 | P a g e

Tujuan dan Manfaat Pembentukan KAD

Secara umum, tujuan pembentukan dan pelaksanaan kerjasama antar daerah adalah untuk menciptakan

kemandirian daerah dalam mengelola, mengembangkan dan meningkatkan seluruh potensi daerah guna

menunjang kesejahteraan masyarakat. Kerjasama yang dibentuk oleh para aktor regional tersebut

ditujukan untuk menjawab tantangan dinamika

pembangunan daerah yang meliputi bidang ekonomi, sosial,

politik, teknologi dan lingkungan. Sasaran utamanya adalah

menciptakan kerjasama antar daerah yang saling

menguntungkan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dengan memperkuat dan meningkatkan daya

tahan, daya tarik dan daya saing daerah.

Secara rinci, tujuan pembentukan dan pelaksanaan KAD

tersebut adalah sebagai berikut: 11

• Memunculkan economic growth (petumbuhan

ekonomi). Selain menyediakan lapangan kerja bagi angkatan kerja baru, Regional

Management diharapkan dapat memperbaiki kesejahteraan atau meningkatkan pendapatan

(ekonomi) masyarakat daerah.

• Meningkatkan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat luas di daerah – daerah yang

bekerjasama sehingga tercapai kualitas pelayanan publik yang baik.

• Meningkatkan penyerapan tenaga kerja, menciptakan peluang kerja baru atau melakukan

pengurangan tingkat penganguran di daerah.

• Menciptakan price stability (stabilitas harga) untuk menciptakan rasa aman dan tenteram

pada masyarakat daerah. Harga yang tidak stabil akan memunculkan rsa gamang dan was-

was pada masyarakat dan kemungkinan akan berdampak pada rendahnya kepercayaan

masyarakat kepada pemerintah.

• Meningkatkan sistem pengelolaan lingkungan, meningkatkan usaha pelestarian dan usaha

konservasi.

• Meningkatkan sistem pengelolaan wilayah untuk menciptakan pemerataan pembangunan

dalam wilayah.

• Meningkatkan pengelolaan sektor-sektor potensial yang merupakan potensi unggulan di

daerah.

11 Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, 2007. Regional Management, Panduan Pembentukan dan Pengelolaan.

KAD bertujuan meraih

kemandirian dalam

pengelolaan seluruh

potensi daerah untuk

kesejahteraan masyarakat

Page 18: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN

• Membuat keterkaitan antar sektor yang lebih serasi dalam wilayah, sehingga memunculkan

sinergitas dan berkesinambungan.

• Meningkatkan produktivitas sektor tanaman pangan untuk pemenuhan kebutuhan pangan

wilayah.

• Membangun kekuatan

masyarakat untuk menjamin kekuatan integrasi sosial dan integrasi politik.

Menurut Weichart (2003) terdapat 4 tahap yang dibutuhkan untuk membentuk suatu KAD yang baik.

Langkah – langkah tersebut dapat dilihat di ilustrasi di bawah ini.

Peningkatan Daya Tahan Wilayah

Salah satu tujuan dan manfaat yang bisa dipetik dari mekanisme KAD adalah kemampuannya di dalam

meningkatkan daya tahan secara kewilayahan di dalam menghadapi berbagai permasalahan yang tidak

bisa diselesaikan secara cepat melalui mekanisme konvensional.

Kerjasama antar daerah dapat dijadikan sebagai metode pelengkap alternatif untuk meningkatkan daya

tahan wilayah. Berbagai kemitraan dan kerjasama yang dapat dilakukan antara lain kerjasama dalam

kelancaran koleksi dan distribusi barang pokok dan kebutuhan

kerjasama pemenuhan kebutuhan tenaga pendidik dan kesehatan, kerjasama pembangunan daerah

aliran sungai (DAS), kerjasama penanggulangan penyebaran penyakit menular, kerjasama pengelolaan

persampahan, air minum, produksi

mitigasi bencana alam dan pasca bencana, dan lain

Gambar 3, Proses Pembentukan KAD, Sumber: Weichart, 2003

AN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH

Membuat keterkaitan antar sektor yang lebih serasi dalam wilayah, sehingga memunculkan

sinergitas dan berkesinambungan.

Meningkatkan produktivitas sektor tanaman pangan untuk pemenuhan kebutuhan pangan

budaya sebagai basisi moral dan komunikasi dan sebagai daya hidup

masyarakat untuk menjamin kekuatan integrasi sosial dan integrasi politik.

Menurut Weichart (2003) terdapat 4 tahap yang dibutuhkan untuk membentuk suatu KAD yang baik.

rsebut dapat dilihat di ilustrasi di bawah ini.

Salah satu tujuan dan manfaat yang bisa dipetik dari mekanisme KAD adalah kemampuannya di dalam

meningkatkan daya tahan secara kewilayahan di dalam menghadapi berbagai permasalahan yang tidak

bisa diselesaikan secara cepat melalui mekanisme konvensional.

Kerjasama antar daerah dapat dijadikan sebagai metode pelengkap alternatif untuk meningkatkan daya

tahan wilayah. Berbagai kemitraan dan kerjasama yang dapat dilakukan antara lain kerjasama dalam

kelancaran koleksi dan distribusi barang pokok dan kebutuhan pokok masyarakat kawasan terpencil,

kerjasama pemenuhan kebutuhan tenaga pendidik dan kesehatan, kerjasama pembangunan daerah

aliran sungai (DAS), kerjasama penanggulangan penyebaran penyakit menular, kerjasama pengelolaan

persampahan, air minum, produksi dan pemasaran produk unggulan masyarakat, kerjasama dalam

mitigasi bencana alam dan pasca bencana, dan lain-lain.

Gambar 3, Proses Pembentukan KAD, Sumber: Weichart, 2003

APRIL 2011

14 | P a g e

Membuat keterkaitan antar sektor yang lebih serasi dalam wilayah, sehingga memunculkan

Meningkatkan produktivitas sektor tanaman pangan untuk pemenuhan kebutuhan pangan

budaya sebagai basisi moral dan komunikasi dan sebagai daya hidup

masyarakat untuk menjamin kekuatan integrasi sosial dan integrasi politik.

Menurut Weichart (2003) terdapat 4 tahap yang dibutuhkan untuk membentuk suatu KAD yang baik.

Salah satu tujuan dan manfaat yang bisa dipetik dari mekanisme KAD adalah kemampuannya di dalam

meningkatkan daya tahan secara kewilayahan di dalam menghadapi berbagai permasalahan yang tidak

Kerjasama antar daerah dapat dijadikan sebagai metode pelengkap alternatif untuk meningkatkan daya

tahan wilayah. Berbagai kemitraan dan kerjasama yang dapat dilakukan antara lain kerjasama dalam

pokok masyarakat kawasan terpencil,

kerjasama pemenuhan kebutuhan tenaga pendidik dan kesehatan, kerjasama pembangunan daerah

aliran sungai (DAS), kerjasama penanggulangan penyebaran penyakit menular, kerjasama pengelolaan

dan pemasaran produk unggulan masyarakat, kerjasama dalam

Page 19: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

15 | P a g e

Peningkatan Daya Tarik Wilayah

Melalui KAD, daerah-daerah dapat melakukan kerjasama dalam konteks regional sehingga upaya

membangun infrastruktur daerah dapat dilakukan secara bersama dan terintegrasi sesuai dengan

kebutuhan daerah hingga lebih terarah dan

efisien. Di samping itu, sinergi dan harmonisasi

kebijakan pembangunan, khususnya dalam

bidang investasi, dapat dilakukan secara bersama

sehingga secara regional mempunyai daya tarik

bagi investor.

Kerjasama antar daerah yang dapat dilakukan

dalam konteks peningkatan daya tarik regional ini, antara lain adalah pembangunan prasarana dan

sarana perhubungan dan transportasi, energy, telekomunikasi, penyediaan tenaga kerja terampil,

infrastruktur pelayanan publik, penciptaan iklim investasi regional yang kondusif, pelayanan satu atap

(one stop service), pengembangaan dan pemanfaatan potensi ekonomi regional dan lainnya.

Peningkatan Daya Saing Wilayah

Faktor ketersediaan barang, kualitas, harga dan ketepatan waktu serta pelayanan merupakan sebagian

kecil persyaratan yang harus dipenuhi daerah agar dapat bersaing di tingkat regional, nasional maupun

internasional. Faktor – faktor tersebut di atas sering kali sulit dipenuhi oleh insdustri lokal akibat dari

keterbatasaan sumberdaya dan infrastruktur.

Untuk mengatasi masalah seperti ini, masing – masing daerah dalam suatu region seharusnya

melakukan kerjasama yang saling menguntungkan, saling menutupi kekurangan dan kelemahan agar

dapat mencapai suatu skala ekonomi yang dibutuhkan untuk berdaya saing. Berbagai bentuk kerjasama

dalam rangka meningkatkan daya saing antara lain pengembangan produk unggulan melalui clusterisasi

seperti pengembangan kawasan produksi bidang peternakan, perikanan, perkebunan, industri kecil dan

rumah tangga, pertambangan, pariwisata, agroindustri dan lain-lain sesuai dengan potensi yang dapat

dikembangkan dalam suatu region.

Pembiayaan KAD

Swadaya KAD

Kebutuhan utama dalam proses pembentukan sampai implementasi kelembagaan KAD adalah

kebutuhan akan ketersediaan anggaran. Untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan dan memegang

teguh prinsip keswadayaan, maka setiap anggota KAD diharuskan mengalokasikan anggaran dalam

bentuk iuran tetap untuk pembiayaan kelembagaan KAD. Pengalokasiaan anggaran tersebut

bersumber dari anggaran daerah masing - masing.

Selain anggaran yang berasal iuran anggota sebagai sumber pembiyaan utama, sumber anggaran

juga bisa berasal dari pemerintah provinsi. Sistem kelembagaan yang efektif, akuntabel dan

transparan dapat menimbulkan minat pemerintah pusat atau provinsi untuk mengintegrasikan

� Sumber pembiayaan KAD yang

utama adalah iuran daerah peserta

KAD ditambah bantuan pemerintah

pusat/provinsi dan sumber lainnya.

Page 20: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

16 | P a g e

program-program sektoral mereka ke dalam skema program kerja KAD dengan adanya pemetaan

potensi yang jelas dan strategi regional yang masuk akal, maka pihak pemerintah pusat tentu

mempunyai dorongan yang kuat untuk mengalokasikan dana untuk kegiatan unggulan KAD.

Selain lembaga pemerintah, dengan pengelolaan yang bersifat kolektif, akuntabel dan transfaran

tadi, maka kelompok dunia usaha atau lembaga non pemrintah akan memiliki keyakinan dalam hal

keamanan berinvestasi atau berhubungan bisnis dengan daerah-daerah yang termasuk dalam

lembaga KAD.

Hibah

Bantuan Hibah adalah anggaran yang berasal dari pihak dalam dan luar negeri yang bersifat

tidak mengikat.

Peran Lembaga Pemerintahan dan Masyarakat 12

Tingkat Pusat

Peranan pemerintah pusat di dalam kerangka kerjasama antar daerah adalah sebagai fasilitator dan

tempat daerah untuk berkonsultasi mengenai hal – hal yang menyangkut pelaksanaan kerjasama antar

daerah. Melalui instrument yang dimiliki, pemerintah pusat bisa menjalankan fungsi – fungsi advokasi

kepada daerah yang melakukan kerjasama.

Pemerintah pusat juga bisa memberikan stimulus ataupun dorongan kepada daerah – daerah yang

berbatasan untuk melakukan kerjasama di dalam proses pembangunan daerah tersebut.

Fasilitasi pemerintah pusat juga sangat berperan untuk mendukung daerah yang bekerjasama untuk

mendapatkan dukungan dari perusahaan –

perusahaan, lembaga donor internasional dan

untuk penyediaan infrastruktur.

Tingkat Provinsi

Pemerintahan di tingkat provinsi sebagai wakil

pemerintah pusat di daerah bisa berperan

mewadahi aktivitas lembaga – lembaga dalam

struktur kerjasama antar daerah untuk

berkomunikasi, bekerjasama dan berkoordinasi.

Misalnya provinsi bisa melakukan mediasi inisiatif

maupun usulan pengembangan kerjasama daerah

12

Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management”.

� Dalam konteks KAD, Pemerintah

Pusat menjalankan fungsi – fungsi

fasilitasi, koordinasi serta advokasi

untuk membantu daerah – daerah yang

melakukan kerjasama. Dalam

kaitannya dengan pembiayaan,

Pemerintah Pusat juga diharapkan

memberikan dan yang bersifat

menstimulasi KAD.

Page 21: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

17 | P a g e

dalam pemberdayaan, pengelolaan dan pemasaran potensi daerah. Dapat dikatakan bahwa provinsi

berperan penting sebagai penghubung ke dalam dan ke luar lembaga kerjasama antar daerah yang telah

terbentuk. Selengkapnya provinsi bisa berperan dalam:

• Melakukan fungsi komunikasi secara luas

kepada lembaga-lembaga di dalam

maupun di luar struktur lembaga

kerjasama antar daerah dalam rangka

mendukung segala kegiatan yang

berkenaan dengan pengembangan suatu

kerjasama antar daerah;

• Memfasilitasi pertemuan – pertemuan

yang mendukung penguatan dan

pengembangan kerjasama antar daerah;

• Menyediakan forum mediasi yang mewadahi diskusi, perumusan usulan/agenda/program,

maupun pemecahan konflik internal yang terjadi selama pertemuan-pertemuan

berlangsung.

Dengan karakteristik demikian maka provinsi sebaiknya mempunyai legitimasi formal yang dapat diakui

semua pihak. Adanya lembaga khusus di tingkat provinsi bisa didirikan, tetapi sangat tergantung kepada

kebutuhan. Sebagai fasilitator provinsi harus menjaga netralitasnya, tetapi juga memiliki kewenangan

yang cukup disegani oleh seluruh stakeholder daerah. Hal ini menjadi pertimbangan utama karena

lingkup tugasnya mencakup lintas-batas daerah berikut keanekaragaman karakteristik yang dimiliki

masing-masing daerah.

Tingkat Kabupaten

Di tingkat Kabupaten/Kota, peran pemerintah daerah adalah

memastikan sesuai dengan komitmen kerjasama agar

konsensus yang sudah disepakati di dalam mekanisme

kerjasama antar daerah tersebut dapat terlaksana dengan

optimal. Peran kepala pemerintahan di daerah ini sangat

penting, mengingat posisi dan fungsinya sebagai pengambil

keputusan di daerah tersebut. Kepala pemerintahan

kabupaten/kota tersebut juga harus mengetahui

mekanisme, prinsip dan karakter dari kerjasama antar daerah.

Masyarakat luas

Keterlibatan masyarakat dalam konteks kerjasama antar daerah adalah sangat penting. Masyarakat

merupakan subjek sekaligus objek dari kerjasama itu sendiri. Masyarakatlah yang paling mengetahui

semua permasalahan yang dialami di wilayah yang ditempatinya. Masyarakat dalam pengertian luas

Pemerintah Provinsi

adalah perwakilan

Pemerintah Pusat di

daerah.

Masyarakatlah yang paling

mengetahui kebutuhan dan

permasalahan di daerahnya.

Page 22: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN

diharapkan sangat bisa memberikan masukan serta ide untuk kepentingan pembangunan daerah dalam

kerangka kerjasama antar daerah.

melakukan penelitian dan kajian dalam penyusunan rencana usaha (business plan) bagi

pengembangan ekonomi daerah dan regional atau melakukan penelitian dan kajian untuk

keperluan penyusunan kebijakan pembangunan daerah dan regional.

2.2 Pembangunan Wilayah

Pemahaman Dasar

Asas Desentralisasi

Asas sentralisasi sebagai paradigma pengembangan wilayah ternyata kurang efektif untuk

memberdayakan kompetensi daerah dalam

ini membatasi peluang munculnya inisiatif dan gagasan kreatif daerah untuk secara proaktif

merencanakan dan mengelola pelaksanaan pembangunan daerah. Kelemahan asas sentralisasi:

• Adanya jarak antara pe

cenderung "didominasi" pemerintah pusat, sedangkan pemerintah daerah hanya sekedar

menjadi objek;

• Adanya ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat, baik secara politis

maupun ekonomis, khususnya dalam pembiayaan pembangunan;

13

Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management”

Gambar 4, Faktor Kunci KAD, Sumber: diolah sendiri dari berbagai sumber, 2011

AN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH

diharapkan sangat bisa memberikan masukan serta ide untuk kepentingan pembangunan daerah dalam

Misalnya masyarakat dari kalangan profesional dan akademisi bisa

melakukan penelitian dan kajian dalam penyusunan rencana usaha (business plan) bagi

pengembangan ekonomi daerah dan regional atau melakukan penelitian dan kajian untuk

n penyusunan kebijakan pembangunan daerah dan regional.

Dari berbagai informasi di

atas dapatlah disumpulkan

bahwa terdapat berbagai

faktor kunci yang bisa

menjadi penyebab

keberhasilan suatu KAD

jika hal

berfungsi dengan baik,

atau bisa juga sebaliknya,

akan menjadi alasan

kekagalan suatu KAD ji

faktor –

tersebut tidak berjalan

sebagaimana mestinya.

Asas sentralisasi sebagai paradigma pengembangan wilayah ternyata kurang efektif untuk

memberdayakan kompetensi daerah dalam merencanakan dan mengelola pembangunan wilayah. Asas

ini membatasi peluang munculnya inisiatif dan gagasan kreatif daerah untuk secara proaktif

merencanakan dan mengelola pelaksanaan pembangunan daerah. Kelemahan asas sentralisasi:

Adanya jarak antara pemerintah pusat dan daerah karena pelaksanaan pembangunan

cenderung "didominasi" pemerintah pusat, sedangkan pemerintah daerah hanya sekedar

Adanya ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat, baik secara politis

s, khususnya dalam pembiayaan pembangunan;

“Buku Saku Regional Management”.

Gambar 4, Faktor Kunci KAD, Sumber: diolah sendiri dari berbagai sumber, 2011

APRIL 2011

18 | P a g e

diharapkan sangat bisa memberikan masukan serta ide untuk kepentingan pembangunan daerah dalam

Misalnya masyarakat dari kalangan profesional dan akademisi bisa

melakukan penelitian dan kajian dalam penyusunan rencana usaha (business plan) bagi

pengembangan ekonomi daerah dan regional atau melakukan penelitian dan kajian untuk

Dari berbagai informasi di

atas dapatlah disumpulkan

bahwa terdapat berbagai

faktor kunci yang bisa

menjadi penyebab

keberhasilan suatu KAD

jika hal – hal tersebut

berfungsi dengan baik,

atau bisa juga sebaliknya,

akan menjadi alasan

kekagalan suatu KAD jika

– faktor kunci

tersebut tidak berjalan

sebagaimana mestinya.

Asas sentralisasi sebagai paradigma pengembangan wilayah ternyata kurang efektif untuk

merencanakan dan mengelola pembangunan wilayah. Asas

ini membatasi peluang munculnya inisiatif dan gagasan kreatif daerah untuk secara proaktif

merencanakan dan mengelola pelaksanaan pembangunan daerah. Kelemahan asas sentralisasi:13

merintah pusat dan daerah karena pelaksanaan pembangunan

cenderung "didominasi" pemerintah pusat, sedangkan pemerintah daerah hanya sekedar

Adanya ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat, baik secara politis

Page 23: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

19 | P a g e

• Pelaksanaan pembangunan daerah seringkali kurang sesuai kebutuhan karena pelaksanaan

pembangunan daerah dikendalikan pemerintah pusat, sehingga seringkali hasil-hasilnya

tidak tepat sasaran dan kurang terasa manfaatnya.

• Adanya anggapan bahwa semua daerah mempunyai kesamaan sehingga mengabaikan

keragaman dan ciri khas masing-masing daerah.

Otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi telah membuka wacana baru bagi pemerintah

kabupaten/kota. Administrasi pemerintahan menjadi lebih fleksibel, karena tidak harus tergantung

sepenuhnya kepada skema dan mekanisme yang sepenuhnya ditentukan oleh pemerintah pusat.

Pengalaman penerapan pola sentralisasi telah mengakibatkan munculnya keseragaman, sehingga

keragaman dan kekhasan lokal kurang dapat berkembang.

Instrumen Pembangunan Wilayah

Kita mengenal dua instrumen pembangunan, yaitu instrumen pembangunan formal dan instrumen

pembangunan nonformal, baik yang bersifat keruangan maupun non-keruangan. Dalam kerangka KAD,

kedua instrumen pembangunan wilayah ini diintegrasikan agar saling mengisi dan menutupi kelemahan,

sehingga keberadaan masing-masing tidak saling menghambat tetapi saling mendukung.

Komitmen-Konsensus

Pembentukan komitmen bersama sebagai dasar dari kerja sama regional, dijalankan melalui proses

pewilayahan desentralistik. Salah satu kelebihan proses desentralistik ini adalah ditonjolkannya

kekuatan politik endogen yang ditandai dengan tumbuhnya inisiatif lokal (bottom-up) yang kemudian

berkembang menjadi inisiatif regional.

Inisiatif dari bawah yang kemudian disatukan sebagai inisiatif regional ini tentunya juga memunculkan

perbedaan kebutuhan dan kepentingan antaraktor regional. Namun, hal tersebut justru melahirkan

konsensus yang berisi komitmen kerja sama regional. Jadi, komitmen bersama (regional) yang

merupakan platform kerja sama regional dilahirkan melalui negosiasi dari berbagai kepentingan

sehingga mencapai sebuah konsensus yang bersifat “win-win” (saling menguntungkan).

Kelembagaan inilah yang menggunakan dan mengedepankan aspek Komunikasi dan Koordinasi dalam

menjalin Kerjasama (3K) satu dengan lainnya dalam mencapai suatu komitmen bersama yang

mencerminkan pilar regionalisasi. Inilah salah satu kekuatan regionalisasi yang sekaligus menjadi

komponen penting bagi keberhasilan pembangunan.14

14 Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management”.

Page 24: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

20 | P a g e

Pedoman Pendekatan Pembangunan Wilayah

Pendekatan Keruangan

Suatu kesatuan wilayah dibentuk berdasarkan pendekatan teknis kewilayahan, yakni pendekatan

homogenitas, sistem/fungsional, dan perencanaan/pengelolaan. Proses teknis pembentukan wilayah ini

dilanjutkan dengan proses legitimasi pelaksanaan berupa suatu kebijakan atau keputusan politik untuk

mendapatkan hasil final.

Region adalah lanjutan dari bentuk teknis kewilayahan yang kemudian diputuskan secara politis. Dengan

kata lain, wilayah yang dibentuk dengan pendekatan homogenitas, fungsional, dan

perencanaan/pengelolaan dapat bertransformasi menjadi region atau pewilayahan desentralistik.

Potensi dan Kekuatan Endogen Regional

Parameter potensi berdasarkan faktor potensi dan tambahan kekuatan endogen berupa kekuatan politik

regional (komitmen) sebagai tahap awal pembentukan program-program strategis regional terdiri dari 4

(empat) komponen, yaitu:15

• Penawaran: tenaga kerja, modal, infrastruktur, dan Struktur Ekonomi

• Permintaan: potensi pasar

• Lingkungan: SDA, ruang dan lokasi, dan keindahan alam

• Sosial Politik Regional: budaya politik, kepastian hukum, dan otonomi daerah

Dalam mengidentifikasi kekuatan regional, tidak hanya terbatas pada identifikasi potensi sumber daya

semata. Diperlukan faktor potensi lain yang dapat terhimpun secara sinergis hingga membentuk suatu

kekuatan endogen. Hal ini tercermin pada motivasi aktor-aktor regional untuk menggalang komitmen

dalam rangka menjalin kerja sama regional.

Jejaring

Pelaksanaan program-program strategis regional dapat dijalankan dan diorganisasikan melalui sebuah

lembaga kerjasama regional. Sebagai wadah yang dibentuk melalui kesepakatan antardaerah anggota

kerja sama regional, lembaga ini dituntut untuk dapat merepresentasikan kepentingan region. Tanggung

jawab yang diemban oleh lembaga kerja sama regional tentu menghasilkan konsekuensi-konsekuensi

logis mengenai bagaimana seharusnya lembaga ini bekerja dan dimana posisinya dalam konteks kerja

sama regional tersebut.

Pemanfaatan struktur jejaring merupakan bentuk yang selalu ditemui dalam pelaksanaan kerja sama

regional, masing-masing aktor regional yang terlibat di dalam sebuah kerja sama regional berada pada

posisi heterarkis/seimbang. Jejaring sendiri dapat didefinisikan sebagai sebuah konfigurasi dari para

aktor yang berada pada hubungan saling membutuhkan (interdependensi).

15 Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management”.

Page 25: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

21 | P a g e

Perencanaan Strategis

Prinsip pokok untuk membangun sebuah strategi pembangunan wilayah adalah:16

• Pendekatan yang didasarkan pada potensi dan kebutuhan yang dimiliki oleh masing-masing

daerah.

• Terciptanya kesepakatan dengan aktor lokal yang dapat memfasilitasi pembangunan atau

strategi daerah sebagai respon untuk mengembangkan peluang dan mengintegrasikan

kepentingan sosial, ekonomi, dan lingkungan.

• Aktivitas pemerintah (pusat/provinsi) bersama dengan aktor regional harus terintegrasi ke

dalam strategi regional.

Stimulasi Pembangunan Regional

Inisiasi dan inovasi kabupaten/kota untuk merumuskan program-program strategis regional dan

membentuk sebuah kerjasama regional harus didukung. Lembaga kerjasama antar daerah/regional

merupakan instrumen untuk merespon inisiasi regional tersebut dengan mengupayakan dan

memberikan stimulasi-stimulasi yang dibutuhkan sesuai dengan kewenangan dan kemampuan yang

dimiliki, baik dalam proses pembentukan program maupun pembiayaan. Bentuk stimulasi untuk

merespon inisiatif-inisiatif regional adalah:

• Rangkaian diskusi dan pembahasan mengenai gagasan pembentukan program strategis dan

kerja sama antardaerah yang mengikutsertakan stakeholders.

• Dimulainya saling pengertian, penyesuaian kebijakan antardaerah dengan kebijakan di

atasnya, dan konsensus untuk menyatukan visi dan misi.

• Memberi masukan kepada lembaga KAD dalam melakukan persiapan berupa orientasi

pembangunan, penguatan dan pengembangan proyek.

2.3 Konsep Pelaksanaan KAD

Peran lembaga KAD adalah menjembatani instrumen pembangunan formal dan instrumen

pembangunan nonformal dalam rangka menciptakan sinergitas dan keselarasan program pembangunan

dan kemitraan yang bersifat lintas daerah serta lintas pelaku. Fungsi lembaga KAD ini sebagai sebuah

instrumen pembangunan wilayah adalah menjadi pemicu (trigger) bagi inisiatif yang inovatif dalam

membentuk kerja sama regional dan mendukung pelaksanaan kerja sama regional yang akan dan sudah

terbentuk.

16

Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management”.

Page 26: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

22 | P a g e

Komunikasi, Kerjasama dan Koordinasi (3K)

Komunikasi, Kerjasama, dan Koordinasi (3K) merupakan ciri dari proses terbentuknya program strategis

regional. Berbagai bentuk program kerja sama yang dilaksanakan haruslah menuai hasil yang

memuaskan semua daerah terkait atau berdasarkan “win-win solution” bagi setiap anggota kerja sama

regional. Hal tersebut dapat tercapai dengan adanya kebersamaan yang mencerminkan kekuatan

endogen regional dan sekaligus komitmen pelaksanaan program kegiatan bersama. Komunikasi, kerja

sama, dan koordinasi ini merupakan sebuah kesatuan pilar pembangunan wilayah dan merupakan

kekuatan utama dari kerja sama regional.

Program strategis regional dalam kemasan kerja sama antar daerah yang bersifat nonstruktural lebih

menitikberatkan unsur komunikasi sebagai komponen utama. Hal ini sesuai dengan karakteristik kerja

sama yang berbentuk jejaring, dimana aspek komunikasi lebih berperan dibandingkan dengan landasan

instruksi koordinatif yang biasa dilakukan dalam konteks pembangunan hirarkis.

Konsep Program Strategis

Program strategis dalam konteks pembangunan wilayah desentralistik terdiri dari komponen-komponen

program yang merupakan produk dari proses 3K. Isi dari komponen program yang berupa Data Dasar

(baseline), Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pembiayaan ini merupakan hasil dari konsensus aktor-aktor

regional dan stakeholders terkait. Komponen program strategis tersebut merupakan landasan bagi

perumusan program strategis, dalam arti pijakan program yang dirumuskan bersama-sama melalui

kesepakatan.

Data Dasar (Baseline)

Data dasar merupakan penggambaran kondisi regional baik dari segi potensi maupun kendala dan

limitasi dari semua sektor dan aspek (fisik, ekonomi, sumber daya, sosial budaya, dan lain-lain). Dalam

program ini diperlukan penyusunan database semua sektor tersebut, baik dalam bentuk statistik

maupun grafis. RTRW sebagai salah satu produk instrumen pembangunan formal dapat dijadikan

sebagai salah satu masukan untuk pemetaan kondisi regional ini, terlebih lagi dalam RTRW juga memuat

standar-standar formal normatif yang dapat dijadikan sebagai pedoman identifikasi kekuatan dan

kelemahan wilayah. Materi-materi yang termuat dalam data dasar regional (baseline) antara lain adalah

kondisi dan permasalahan:

• Fisik (Sarana dan Prasarana) dan Sumber Daya Alam

• Kependudukan dan Sumber Daya Manusia

• Hukum dan Kebijakan

• Aktivitas Sektoral

• Pemerintahan

• Sosial Budaya, dan lain-lain

• Jejaring dan kerja sama regional yang telah ada

Page 27: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

23 | P a g e

Secara umum, peta akan tergambar dalam sebuah baseline study yang memuat segala aspek potensi

dan kendala daerah baik secara fisik, ekonomi, hukum, pemerintahan, pelayanan publik, investasi, dan

lain sebagainya.

Perencanaan Program Strategis Regional

Perencanaan program strategis yang di dalamnya melibatkan unsur-unsur regional yang berkepentingan

hendaknya benar-benar mencerminkan kebutuhan bersama. Orientasi program pada proses dan hasil

yang dicapai tentunya diikuti oleh konsekuensi-konsekuensi yang harus dipenuhi pada proses

perencanaan. Konsekuensi tersebut adalah dituntutnya sebuah program melalui perencanaan yang baik

dan realistik, yang antara lain berisikan:17

• Rumusan masalah yang jelas dan spesifik,

• Tujuan umum, tujuan khusus, dan sasaran yang berkaitan dengan masalah,

• Sasaran bersifat spesifik, dapat diukur, masuk akal dan realistik, mempunyai jangka waktu

(SMART: Specific, Measurable, Achieveable, Realistic, and Time limit),

• Strategi dan kegiatan yang efektif,

• Alokasi sumber daya yang efisien.

Perencanaan program strategis dapat terjadi melalui layaknya tahapan perencanaan klasik (logical

framework-planning), yaitu:18

• Identifikasi sumber permasalahan,

• Menentukan aspek sebab-akibat,

• Analisis faktor kekuatan dan kelemahan,

• Formulasi visi dan misi regional,

• Melaksanakan program aksi berdasarkan prioritas yang disepakati.

Pola Pelaksanaan

Pelaksanaan dan mekanisme proses pembentukan program-program strategis regional digulirkan

melalui pemetaan regional berdasarkan persamaan kebutuhan. Pola-pola yang digunakan dalam

pelaksanaan program strategis regional ini harus benar-benar mencerminkan sifat-sifat perencanaan

pembangunan desentralistik. Karakter khusus dari pola pelaksanaan program strategis ini antara lain:

• Bottom-up

Pola “dari bawah” ini sudah diaplikasikan sejak awal perumusan program, inisiator regional yang

merupakan representasi dari kepentingan dan kebutuhan daerah atau region benar-benar diperhatikan

dengan tindakan fasilitasi dan pendampingan oleh RMA dan SKPD terkait.

17 Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management”. 18 Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management”.

Page 28: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

24 | P a g e

• Partisipatif

Pola partisipatif diwujudkan dalam keterlibatan semua unsur regional terkait, baik publik maupun privat,

bahkan dari lembaga lain seperti LSM, perguruan tinggi, lembaga donor, dan forum stakeholders.

• Kesetaraan dan Jejaring

Kelebihan dari program strategis regional dalam hal kelembagaan adalah adanya kesetaraan antar

pelaku-pelaku program yang ditunjukkan dengan konsep jejaring (heterarkis) dimana semua pelaku

mempunya hak dan kewajiban yang seimbang.

• Kolektif

Kolektivitas unsur-unsur regional dalam merumuskan dan melaksanakan program strategis merupakan

pola yang sangat tepat untuk menciptakan rasa memiliki program bagi semua pihak, dengan kata lain,

program yang dirumuskan dan dijalankan bersama ini adalah program milik bersama.

• Terbuka

Pola keterbukaan dalam pelaksanaan program strategis regional ini berarti adanya transparansi baik

dalam proses perumusan, proses pengambilan keputusan, manajemen dan keuangan, serta semua

pihak terkait mengetahui kelebihan dan kekurangan masing masing. Dengan keterbukaan ini,

diharapkan terciptanya kebersamaan yang lebih erat dalam perumusan dan pelaksanaan program-

program strategis regional.

Pola Pembiayaan

Pembiayaan pelaksanaan program-program strategis regional sepenuhnya ditentukan melalui

kesepakatan bersama. Jumlah dan jenis kontribusi yang diberikan oleh masing-masing anggota

kerjasama antar daerah mencerminkan besarnya niat dan kesungguhan para aktor regional untuk

mengikat diri dalam sebuah kerja sama. Jumlah dan jenis kontribusi masing-masing aktor regional harus

memiliki asas kepatutan dan realistis sesuai dengan visi dan misi kerja sama. Jumlah kontribusi yang

diberikan oleh masing-masing daerah tidak harus sama, mengingat kemampuan finansial masing-masing

tidak selalu sama, dalam arti salah satu daerah mungkin lebih mampu dari yang lain atau sebaliknya.

2.4 Bentuk Kegiatan KAD

Kegiatan Komunikasi

Pelaksanaan konsep KAD dalam kerangka kegiatan komunikasi dapat diwujudkan melalui berbagai

kegiatan. Kegiatan komunikasi ini dilakukan dengan tujuan untuk menguatkan kebersamaan melalui

dialog antar aktor regional dan stakeholders terkait.

Page 29: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

25 | P a g e

a. Rapat Kerja

Definisi : Rapat kerja merupakan suatu bentuk pertemuan antar pihak-pihak terkait untuk

membahas segala kegiatan yang dibutuhkan beserta agenda pelaksanaannya dalam

konteks KAD.

Manfaat : Menyatukan visi dan misi kelembagaan secara internal sehingga terbentuk pondasi

platform yang kuat dalam melaksanakan program-program kerja yang diagendakan.

Peserta : Pihak-pihak terkait, diantaranya seperti pengurus lembaga kerja sama regional (bila

sudah terbentuk), daerah otonom terkait, stakeholders, adviser, maupun

perorangan/lembaga lain.

Agenda : Pembahasan program kerja, implementasi dan evaluasi kinerja

Waktu : Sesuai dengan yang disepakati

Biaya : Dianggarkan dari kas lembaga KAD atau dari sumber lain yang sah dan telah disepakati.

b. Pertemuan Dialogis

Definisi : Pertemuan dialogis adalah sebuah pertemuan antara pihak-pihak yang berkepentingan

dengan tujuan untuk menjaring masukan, mendiskusikan kendala/permasalahan yang

dihadapi secara intensif, diseminasi agenda dan implementasi program kerja, dan hal-

hal lain yang dianggap perlu untuk dibahas. Kegiatan tatap muka dan dialog antarpihak

terkait merupakan suatu sarana untuk dapat membahas tema-tema tertentu secara

khusus.

Manfaat : Mewadahi aspirasi dari semua pihak yang berkepentingan dalam rangka menciptakan

hubungan yang komunikatif antarpelaku.

Peserta : Stakeholders regional (lembaga kerja sama regional, sektor publik, SKPD, privat, LSM

dan tokoh masyarakat)

Agenda : Menjaring masukan, pembahasan program kerja, implementasi, dan evaluasi kinerja.

Waktu : Fleksibel, sesuai kebutuhan.

Biaya : Dianggarkan dari kas lembaga KAD atau dari sumber lain yang sah dan telah disepakati.

Page 30: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

26 | P a g e

c. Konferensi Regional

Definisi : Konferensi regional merupakan platform komunikasi yang terdiri dari para pemegang

kebijakan (bupati dan walikota) bersama para mitra pemerintahan daerah (legislatif)

dan hasilnya merupakan kesepakatan program pembangunan lintas daerah; forum

lintas daerah.

Manfaat : Menyatukan visi misi pembangunan regional antarpengambil keputusan masing-masing

daerah anggota dan menciptakan kesepakatan yang saling menguntungkan.

Peserta : Para penentu kebijakan daerah otonom kabupaten/kota yang tergabung dalam kerja

sama regional dan SKPD terkait.

Agenda : Pembahasan bidang-bidang kerja sama regional

Waktu : Sesuai dengan yang disepakati

Biaya : Dianggarkan dari kas masing-masing daerah atau sesuai kesepakatan.

d. Seminar, Lokakarya, dan FGD

Manfaat : Memperluas wacana keilmuan dan memperbesar peluang terciptanya gagasan-gagasan

baru dalam tema-tema tertentu yang berkaitan dengan kerja sama regional.

Peserta : Seminar: semua komponen dan atau pihak-pihak yang tertarik untuk mengikuti dan

undangan yang dipercaya sebagai pemapar (narasumber) dan pembahas.

Lokakarya dan FGD: pengelola lembaga kerjasama antar daerah dan stakeholders serta

undangan lain yang terkait.

Agenda : Pembahasan isu-isu aktual berkaitan dengan program-program yang dilakukan dalam

lingkup kerja sama regional dan pembahasan hasil program yang telah terlaksana.

Waktu : Fleksibel sesuai dengan dinamisasi dan perkembangan informasi keilmuan yang aktual.

Biaya : Dianggarkan dari kas lembaga KAD, kas masing-masing daerah, atau dari sumber lain

yang sah dan telah disepakati.

Page 31: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

27 | P a g e

e. Pameran & Studi Banding

Manfaat : Memperkenalkan, menciptakan, dan meningkatkan citra region dalam rangka

meningkatkan daya saing

Peserta : Seluruh pengurus lembaga kerja sama regional dari pimpinan sampai staf, dan bila

diperlukan dapat pula mengundang advokator maupun lembaga lain sebagai peninjau.

Agenda : Pembahasan program kerja, implementasi, dan evaluasi kinerja.

Waktu : Sesuai dengan yang disepakati

Biaya : Dianggarkan dari kas lembaga KAD atau dari sumber lain yang sah dan telah disepakati.

f. Pembinaan Aktor KAD Regional

Aktor regional merupakan pelaku langsung pembangunan pada suatu wilayah baik perorangan

maupun kelompok/lembaga. Aktor regional mempunyai peran yang sangat besar mengingat kondisi

riil di lapangan yang dihadapi. Inisiator regional adalah perorangan, kelompok, atau lembaga yang

mempunyai prakarsa untuk membangun wacana menuju terbentuknya kerja sama regional.

Keberadaannya tidak masuk dalam struktur organisasi, sebab inisiator berperan sebelum

terbentuknya organisasi. Secara teknis kegiatan pembinaan aktor KAD regional ini dapat dilakukan

antara lain melalui:

• FGD antara aktor dan inisiator regional, Tim Internal KAD, SKPD terkait dan Adviser

• Seminar untuk aktor dan inisiator regional

• Kursus-kursus singkat bagi aktor dan inisiator regional untuk pendalaman know how mengenai

kerja sama regional, dan lain-lain

g. Publikasi Perencanaan, Hasil dan Tindak Lanjut Kegiatan

Materi-materi yang harus disiapkan dalam publikasi perencanaan, hasil, dan tindak lanjut kegiatan ini

antara lain: dokumentasi, laporan-laporan, manfaat kegiatan yang telah dilakukan, perubahan pra dan

pascakegiatan, gambaran rencana kegiatan dan hasil yang diharapkan, dan lain-lain

Publikasi perencanaan, hasil, dan tindak lanjut kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara:

• Pameran/Ekspos,

• Seminar,

• Pembentukan situs/homepage sebagai media publikasi lembaga kerja sama regional,

• Liputan di media massa (elektronik dan cetak),

• Pembuatan pamflet dan buletin,

• Pertemuan-pertemuan di lingkup kecamatan dan kelurahan melalui aparat-aparatnya, dan lain-

lain

Page 32: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

28 | P a g e

Kegiatan Kerjasama

Kerjasama dalam konteks program strategis regional merupakan muara dari kesepakatan masing-masing

aktor regional, stakeholders, dan pihak-pihak lain yang terkait dalam menyatukan kepentingan dan

kebutuhan semua pihak.

Penentuan Program Unggulan (Key Projects)

Key project atau yang kita kenal sebagai program unggulan adalah salah satu unsur kerja sama regional

yang harus ada, mengingat bidang yang akan dikerjasamakan harus sudah jelas dan sesuai dengan

kebutuhan seluruh daerah otonom (kabupaten/kota) anggota kerja sama regional.

Dalam konteks kerja sama regional, penentuan program unggulan dilakukan berdasarkan kesepakatan

bersama. Contoh Key Project yang paling sederhana adalah pemasaran region (Regional Marketing).

Daerah secara bersama melakukan pemasaran wilayah melalui promosi, ekspose, dan sebagainya

dengan tujuan untuk “menjual” dan meningkatkan image wilayah sebagai satu kesatuan.

Contoh lainnya adalah dalam konteks peningkatan pelayanan publik misalnya: sistem administrasi

perijinan satu atap, pengelolaan sistem transportasi bersama dll.

Fasilitasi dan Mediasi Pembangunan

Fasilitasi dan mediasi pembangunan regional merupakan salah satu bentuk dukungan yang diberikan

oleh lembaga KAD kepada region dalam rangka menjalankan program-program regional, baik internal

maupun eksternal. Bentuk fasilitasi dan mediasi ini dapat berupa usaha untuk mengupayakan

kemudahan-kemudahan birokrasi dan regulasi, penguatan jejaring, advokasi, penghubung antarpihak,

dan lain-lain.

Dalam proses pembahasan program, lembaga KAD dan dinas terkait dapat sejak dini mengikutsertakan

berbagai pihak yang berpotensi untuk mendukung pelaksanaan program. Hal ini dilakukan untuk

memperlancar proses pelaksanaan program dengan cara, misalnya, melibatkan sumber dana (baik

publik maupun privat) dalam pembahasan konsep dan pengembangan konsep program

Bantuan Teknis Pendampingan

Dalam menjalankan program-program kerja sama, akan sangat mungkin terdapat kelemahan-kelemahan

dan kendala teknis yang menghambat jalannya program. Dalam hal ini, diperlukan bantuan teknis

berupa pendampingan dari pihak tertentu yang menguasai materi tersebut, dan tentunya diperlukan

suatu langkah proaktif dari lembaga kerja sama regional untuk dapat memperoleh bantuan teknis ini.

Materi-materi bantuan teknis:

• Capacity Building (Pembangunan/peningkatan Kapasitas Institusi)

• Baseline Study (Studi Dasar)

• OSS/RIA (One Stop Services/Regulatory Impact Assessment)

Page 33: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

29 | P a g e

• Analisis Iklim Usaha

• Penguasaan teknologi informasi, dan lain-lain

Sumber Bantuan teknis antara lain:

• Sektor publik

• LSM dan Asosiasi

• Lembaga donor

• Perguruan Tinggi, dan lembaga-lembaga lain

Membangun Networking

Networking berperan penting dalam promosi dan pemasaran region seluas-luasnya terutama dalam

kerangka pemasaran wilayah untuk meningkatkan daya jual dan daya saing wilayah. Manfaat menjalin

hubungan baik dengan institusi lain dan menunjukkan kinerja terbaik adalah peningkatan citra kerja

sama regional yang dikelola sehingga banyak kemudahan-kemudahan yang akan diperoleh, baik dalam

mendatangkan investasi maupun dalam pendalaman materi know how pada bidang-bidang tertentu

berkaitan dengan tujuan kerja sama regional yang dikelola. Lembaga kerja sama regional dapat

mengembangkan jaringannya dengan cara:

• Memperkenalkan lembaga kerja sama regional kepada masyarakat luas dan instansi-instansi

maupun lembaga-lembaga dalam dan luar negeri

• Menyebarluaskan kemungkinan-kemungkinan kerja sama kepada masyarakat dan instansi-

instansi maupun lembaga-lembaga dalam dan luar negeri

• Melakukan audiensi dan menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga yang relevan, dalam

dan luar negeri, dan lain-lain

Kegiatan Koordinasi

Sinkronisasi Program Pembangunan

Sinkronisasi program pembangunan merupakan upaya untuk menyelaraskan program-program

pembangunan yang dijalankan antara program daerah (kabupaten/kota), regional (lingkup region), dan

provinsi maupun pusat melalui produk-produk kebijakan seperti Renstra, RTRW, dan sebagainya. Hal ini

dimaksudkan untuk menghindari tumpang tindih program pembangunan dan kesalahan komunikasi

antarprogram pembangunan pada level yang berbeda.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam rangka sinkronisasi program-program pembangunan regional

antara lain adalah:

• Pembentukan forum diskusi dengan tema tertentu yang melibatkan instansi sektoral lain

dan stakeholder terkait.

• Penyelarasan program-program sektoral regional dengan program sektoral daerah dan

provinsi/pusat.

Page 34: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

30 | P a g e

Harmonisasi Kebijakan

Kebijakan merupakan salah satu stimulan pembangunan, dimana kebijakan-kebijakan yang ada

seharusnya memberikan kontribusi yang besar bagi aktivitas pembangunan. Semakin kondusif kebijakan

yang diberlakukan pada suatu daerah, maka akan semakin baik pula iklim usaha yang diciptakan.

Namun, kondusivitas kebijakan pada satu daerah saja tidaklah cukup. Dalam konteks kerja sama

antardaerah, harmonisasi kebijakan jauh lebih penting karena bukan hanya iklim kebijakan daerah per

daerah saja yang diperhitungkan namun justru dalam lingkup regional harus terdapat keharmonisan.

Langkah-langkah dalam harmonisasi kebijakan antara lain:

• Identifikasi dan pembandingan jumlah dan jenis kebijakan masing-masing daerah anggota,

• Penjaringan input yang berupa persepsi dan harapan dari pihak-pihak terkait/terkena

dampak kebijakan

• Studi kasus daerah lain yang sukses (best practices)

• Peninjauan kembali terhadap kebijakan-kebijakan masing-masing daerah berdasarkan

contoh sukses masukan dari pihak-pihak yang terkena dampak kebijakan yang hasilnya

berupa penyesuaian kebijakan dalam lingkup satu kesatuan region.

2.5 Monitoring dan Evaluasi

Pengertian Dasar Monev

Penyelenggara KAD terlebih dahulu harus memahami prinsip-prinsip dasar pengembangan system

evaluasi sebelum membangun dan menjalankan KAD. Prinsip tersebut antara lain :

• Sederhana dan mudah dikontrol,

• Kapasitas evaluasi yang kuat,

• Informasi yang terbuka dan dapat dievaluasi,

• Adanya penghargaan terhadap kinerja,

• Kejelasan status evaluasi

Dengan memahami prinsip-prinsip dasar tersebut, diharapkan instrument monitoring dan evaluasi

nantinya akan lebih aplikatif dan bermanfaat bagi pengembangan KAD.

Baseline

Hal lain yang juga perlu disiapkan adalah data dasar terkait sektor atau objek yang akan dikerjasamakan.

Data dasar ini menjadi penting untuk dapat menjadi pijakan awal terhadap suatu wilayah yang akan atau

sedang melakukan kerjasama sehingga ke depan paska kerjasama - penyelenggara, masyarakat atau

Page 35: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

31 | P a g e

pemangku kepentingan lainnya dapat melihat perubahan dan perbedaan yang terjadi terhadap objek

yang dikerjasamakan – sebelum dan sesudahnya. Data dasar yang dibutuhkan adalah penggambaran

kondisi regional baik dari segi potensi maupun kendala dan limitasi dari semua sektor dan aspek,

misalnya sektor fisik, ekonomi, sosial budaya, sumberdaya, dan sebagainya. Tentunya penggalian data

dasar tersebut disesuaikan relevansinya dengan objek yang akan dikerjasamakan. Oleh karena itu

penyusunan data dasar baik yang berbentuk statistik maupun grafis adalah kebutuhan bagi

penyelenggaraan kerjasama antar daerah.

Merumuskan Indikator Kinerja

Tentunya program kerja sama yang dilakukan diharapkan dapat membuahkan dampak positif

bagi masyarakat, pemerintah maupun sektor swasta. Untuk itu perlu dipahami secara bersama,

indikator apa yang perlu dirumuskan, ketika program kerja sama tersebut dikatakan berhasil

dan bagaimana indikator kinerjanya ketika KAD dinilai telah memiliki kinerja yang baik? Untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, ada baiknya perlu dipahami terlebih dahulu

mengenai pengertian terhadap indikator kinerja.

Indikator Kinerja adalah uraian ringkas dengan menggunakan ukuran kuantitatif ataupun

kualitatif yang mengindikasikan pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah disepakati

dan ditetapkan.

Manfaat dari sebuah indikator kinerja adalah :

• Sebagai dasar penilaian kinerja, baik dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan, maupun

setelah pelaksanaan kegiatan,

• Sebagai petunjuk kemajuan dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran

Penetapan indikator kinerja di dalam suatu proses kerjasama (ataupun proses dalam pengertian luas)

dapat dijelaskan sebagai berikut:

Indikator kinerja Input, indikator ini mengukur jumlah sumber daya seperti anggaran (dana), SDM,

peralatan, material dan masukan lainnya yang dapat dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan.

Dengan demikian kita bisa meninjau distribusi sumberdaya dan kemudian dianalisis apakah alokasi

sumberdaya yang dimiliki telah sesuai dengan rencana stratejik yang telah ditetapkan. Misalnya :

• Jumlah alokasi anggaran yang dibutuhkan,

• Sumberdaya manusia yang terlibat,

• Peralatan / infrastruktur apa saja yang digunakan.

Indikator kinerja Output, indikator ini dijadikan landasan untuk menilai kemajuan suatu kegiatan

apabila tolak ukur dikaitkan dengan sasaran kegiatan yang terdefinisi dengan baik dan terukur, untuk itu

indikator ini harus sesuai dengan lingkup dan sifat kegiatan sektor yang dikerjasamakan, misalnya :

• Jumlah penerima manfaat dari pengelolaan sampah bersama,

• Jumlah pasien terhadap jasa kesehatan yang dikelola bersama,

Page 36: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

32 | P a g e

Indikator kinerja Hasil/Outcome, Indikator ini lebih utama dibandingkan sekedar output, karena tidak

selalu hasil/outcome dari suatu kegiatan tercapai walaupun keluaran/output dari kegiatan tersebut

tercapai. Hasil menggambarkan tingkat pencapaian yang lebih tinggi yang dapat menyangkut

kepentingan banyak pihak. Dengan indikator hasil, masyarakat atau pemerintah daerah yang terlibat

dapat mengetahui apakan hasil yang telah diperoleh dalam bentuk output memang dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya dan memberikan kegunaan yang besar bagi masyarakat.

Indikator kinerja Manfaat/Benefit, indikator ini menggambarkan manfaat yang diperoleh dari indikator

hasil/outcome. Umumnya manfaat tersebut baru tampak setelah beberapa waktu ke depan, khususnya

dalam rentang waktu menengah atau rentang waktu yang relatif lebih panjang. Dalam indikator manfaat

menunjukan hal yang diharapkan untuk dicapai bila keluaran dapat diselesaikan dan berfungsi dengan

optimal.

Indikator kinerja Dampak/Impact, indikator ini memperlihatkan pengaruh yang ditimbulkan dari

manfaat hasil kegiatan sebuah KAD. Seperti halnya indikator manfaat, indikator dampak juga baru dapat

diketahui dalam rentang waktu menengah atau panjang. Indikator dampak menunjukan dasar pemikiran

mengapa kegiatan dilaksanakan, menggambarkan aspek makro pelaksanaan kegiatan, tujuan kegiatan

secara sektoral, regional, nasional dan global.

Dari semua indikator tersebut, hal yang juga perlu diperhatikan adalah, Indikator kinerja yang

dirumuskan harus bersifat SMART.

Dari penjelasan di atas selanjutnya bisa

dimanfaatkan dalam proses melakukan

monitoring dan evaluasi terhadap program kerja

sama antar daerah dengan mengacu pada

indikator-indikator yang telah ditetapkan.

���� SMART:

• Specific: jelas, tidak mengundang pemahaman beragam,

• Measureable: dapat diukur,

• Achievable: dapat dicapai,

• Relevant: sesuai dengan kebutuhan program,

• Timebound: tepat waktu

Page 37: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN

BAB. 3. PEMBELAJARAN KAD AUSTRIA, SWISS

ada bagian sebelumnya, kita telah mempelajari bahwa Kerjasama Antar Daerah yang dimaksudkan

di dalam teori – teori yang ada adalah KAD yang tergolong kepada

yaitu KAD dengan karakternya yang non

produknya adalah berupa suatu konsensus bersama

model KAD Regional Management)

yang cukup panjang terkait KAD seperti ini

dan tertinggal. Pelaksanaan KAD di tiga negara seperti Jerman, Austria dan Swiss bisa dijadikan

pembelajaran bagaimana mengelola KAD yang ba

mempunyai kekhususan tersendiri.

3.1 KAD Regional Management di Austria

Jika dilihat ke belakang maka Kerjasama Antar Daerah di Austria telah melewati masa lebih dari 30

tahun. Hal yang mendasari kebijakan baru di bidang kerjasama antar daerah ini adalah kebij

Kanselir Austria untuk mengentaskan daerah

daerah pegunungan di tahun 1979.

Kebijakan politik Austria di bidang regional telah memberikan impulse baru dan mengakibatkan

perubahan di Eropa sejak Austria menjadi anggota Uni Eropa di tahun 1994. Negara

19 McGuire, Michael, 2006, "Intergovernmental Management : A View From The Bottom"

P

Gambar 5, Tipikal struktur organisasi KAD Austria, Swiss dan Jerman, Sumber:

diolah sendiri dari berbagai sumber, 2011.

AN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH

PEMBELAJARAN KAD AUSTRIA, SWISS

DAN JERMAN

ada bagian sebelumnya, kita telah mempelajari bahwa Kerjasama Antar Daerah yang dimaksudkan

teori yang ada adalah KAD yang tergolong kepada Intergovernmental Management

n karakternya yang non-struktural, jejaring publik, mengutamakan komitmen dan

produknya adalah berupa suatu konsensus bersama (di Indonesia pola seperti ini lebih dikenal dengan

model KAD Regional Management). Eropa sebagai negara maju, ternyata telah memi

ang terkait KAD seperti ini terutama untuk mengatasi disparitas daerah

dan tertinggal. Pelaksanaan KAD di tiga negara seperti Jerman, Austria dan Swiss bisa dijadikan

pembelajaran bagaimana mengelola KAD yang baik.

KAD di Austria, Swiss dan Jerman

dibentuk dengan tujuan untuk

mempercepat pembangunan

perekonomian dan meningkatkan

kualitas pelayanan publik di

berbagai bidang, terutama untuk

daerah – daerah yang kurang

maju dibandingkan daerah

lainnya. Secara umum, tipikal

kelembagaan KAD di tiga negara

tersebut dapat dilihat di gambar

berikut ini, walaupun tentunya

masing – masing negara

KAD Regional Management di Austria

Jika dilihat ke belakang maka Kerjasama Antar Daerah di Austria telah melewati masa lebih dari 30

tahun. Hal yang mendasari kebijakan baru di bidang kerjasama antar daerah ini adalah kebij

Kanselir Austria untuk mengentaskan daerah – daerah pedesaan yang lambat berkembang terutama di

daerah pegunungan di tahun 1979.

Kebijakan politik Austria di bidang regional telah memberikan impulse baru dan mengakibatkan

perubahan di Eropa sejak Austria menjadi anggota Uni Eropa di tahun 1994. Negara

Management : A View From The Bottom", Public Administration Review

Gambar 5, Tipikal struktur organisasi KAD Austria, Swiss dan Jerman, Sumber:

diolah sendiri dari berbagai sumber, 2011.

APRIL 2011

33 | P a g e

PEMBELAJARAN KAD AUSTRIA, SWISS

DAN JERMAN

ada bagian sebelumnya, kita telah mempelajari bahwa Kerjasama Antar Daerah yang dimaksudkan

Intergovernmental Management,19

struktural, jejaring publik, mengutamakan komitmen dan

(di Indonesia pola seperti ini lebih dikenal dengan

. Eropa sebagai negara maju, ternyata telah memiliki pengalaman

terutama untuk mengatasi disparitas daerah – daerah maju

dan tertinggal. Pelaksanaan KAD di tiga negara seperti Jerman, Austria dan Swiss bisa dijadikan

KAD di Austria, Swiss dan Jerman

dibentuk dengan tujuan untuk

mempercepat pembangunan

perekonomian dan meningkatkan

pelayanan publik di

berbagai bidang, terutama untuk

daerah yang kurang

maju dibandingkan daerah

lainnya. Secara umum, tipikal

kelembagaan KAD di tiga negara

tersebut dapat dilihat di gambar

berikut ini, walaupun tentunya

masing negara

Jika dilihat ke belakang maka Kerjasama Antar Daerah di Austria telah melewati masa lebih dari 30

tahun. Hal yang mendasari kebijakan baru di bidang kerjasama antar daerah ini adalah kebijakan khusus

daerah pedesaan yang lambat berkembang terutama di

Kebijakan politik Austria di bidang regional telah memberikan impulse baru dan mengakibatkan

perubahan di Eropa sejak Austria menjadi anggota Uni Eropa di tahun 1994. Negara – negara lainnya

, Public Administration Review

Page 38: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

34 | P a g e

pada saat itu mempunyai masalah utama di dalam kebijakan politik di tingkat regional, yaitu tidak

adanya kegiataan koordinasi administrasi dan lembaga yang melaksanakannya di tingkat regional

tersebut. Berdasarkan pengalamannya melalui kebijakan politik regional-nya yang khas sejak tahun 80-

an, di mana hampir di seluruh kabupaten/distrik di Austria telah melakukan Kerjasama Antar Daerah

dengan platform Regional Management, Austria merupakan acuan negara – negara lain di dalam

melaksanakan kegiatan – kegiatan pembangunan di tingkat regional.20

Kerjasama Antar Daerah (Regional Management) di Austria sejak dulu sampai sekarang dipahami

sebagai lembaga interface yang menjembatani pemerintahan administratif, pasar dan kepentingan

regional lainnya yang dibentuk berdasarkan

prinsip Bottom-Up. KAD RM ini merupakan

perwujudan pembangunan regional yang

profesional semenjak masa uji coba beberapa

puluh tahun yang lalu, hingga saat ini di mana

semua region telah menjalankannya dengan pola

yang sama dan dengan fungsi pengendalian

regional. Salah satu wujud profesionalitas

tersebut adalah semakin diakuinya profesi

Regional Manager yang didukung oleh teori dan

dunia pendidikan dan diakuinya bentuk baru

Komunikasi, Koordinasi dan Kerjasama di

tingkatan regional.21

Dari KAD Regional Management yang ada di Austria, terdapat 4 model Kerjasama22, yaitu:

• Bentuk organisasi KAD sebagai aliansi beberapa Kabupaten. Bentuk seperti ini merupakan

bentuk yang paling banyak dijumpai di Austria. Keuntungan bentuk seperti ini adalah

tingginya fleksibilitas dan hubungan yang erat dengan wilayahnya. Aliansi seperti ini harus

dikelola secara profesional jika jumlah kabupaten yang bekerja sama cukup besar.

• Bentuk organisasi KAD sebagai platform politik. Bentuk seperti ini merupakan penambahan

tokoh – tokoh politik aktif di wilayah kerjasama dengan tujuan agar aspirasi wilayah lebih

didengarkan di tingkatan pemerintahan yang lebih tinggi di atasnya. Kunci keberhasilannya

terletak kepada keinginan dan kesiapan untuk bekerjasama dan berkoordinasi lintas partai

politik untuk tujuan wilayah kerjasama.

20 OeSB Consulting, 2004, Systematische Evaluierung des Regionalmanagements in Oesterreich. 21 Zeman, A., 2005, Regionalmanagement- Bestandsaufnahme und Potentialanalyse einer Institution am Beispiel Salzburgs. 22 Heintel, M., 2005, Regionalmanagement in Österreich. Professionalisierung und Lernorientierung.

� Austria memulai KAD dengan

kebijakan pusat yang membentuk

peraturan perundangan untuk

mendorong daerah melakukan KAD,

namun dalam pelaksanaannya tetap

mengutamakan prinsip bottom-up

dengan mekanisme Komunikasi,

Koordinasi dan Kerjasama.

Page 39: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

35 | P a g e

• Bentuk organisasi KAD sebagai inisiatif regional. Bentuk organisasi ini merupakan produk

dari inisiatif dari kelompok masyarakat/NGO yang ingin berpartisipasi secara aktif di dalam

pembangunan regional yang sangat berhasil untuk wilayah kerjasama yang tidak terlalu luas

serta mengedepankan prinsip “bottom-up”.

• Bentuk organisasi KAD di tingkatan negara bagian. Bentuk KAD ini dikendalikan sepenuhnya

oleh negara bagian dan oleh karena sifatnya yang top-down, semakin banyak ditinggalkan

karena kemampuannya di dalam menjalankan kerjasama dan kurang diterima di

masyarakat.

3.2 KAD Regional Management di Swiss

Seperti halnya di Austria, Swiss juga mempunyai sejarah yang cukup panjang mengenai Kerjasama Antar

Daerah Regional Management Di Swiss KAD terbentuk berdasarkan dua program bantuan pemerintah

yaitu: Investitionshilfegesetzt fuer Bergebiete 1974 (IHG) – Peraturan Bantuan Investasi Derah

Pegunungan 1974 -, dan Program Regio Plus tahun 1997 yang mempunyai karakter identis dengan

program bantuan dari Uni Eropa.23

Agar wilayah – wilayah tersebut bisa mendapatkan program bantuan pemerintah Swiss tersebut, maka

persyaratan yang harus dipenuhi adalah terbentuknya kelembagaan di wilayah atau region yang

mempunyai konsep pembangunan regional. Pembentukan kelembagaan ini berdasarkan kepada

karakter topografi di wilayah pegunungan, contohnya daerah – daerah di pegunungan yang jumlah

penduduknya sedikit menggabungkan diri ke dalam suatu wadah (KAD RM). Pada pelaksanaannya

pemerintah pusat Swiss bersedia untuk mendanai hingga 80 % biaya sekretariat lembaga KAD RM

tersebut.24

Sekretaris KAD RM dipilih dan diangkat oleh wilayah.

Seringkali posisi ini diisi oleh tokoh – tokoh regional

seperti walikota, pengusaha lokal, dll. Sekretaris regional

ini juga mendapatkan dukungan dari Biro Koordinasi CH-

Regio yang berfungsi sebagai pusat informasi dan

dokumentasi dan sekaligus bekerja sama dengan

lembaga pendidikan untuk menawarkan pelatihan dan

workshop terkait.25

23 http://www.regiosuisse.ch/regionalpolitik/rp-verg-instrumente, Regionalpolitik 1970 – 2007 und deren Finanzinstrumente 24 http://www.regiosuisse.ch/regionalpolitik/rp-verg-instrumente, Regionalpolitik 1970 – 2007 und deren Finanzinstrumente 25 http://www.regiosuisse.ch/regionalpolitik/rp-verg-instrumente, Regionalpolitik 1970 – 2007 und deren Finanzinstrumente

Di Swiss, Konsep

Pembangunan Regional

yang disusun oleh

Lembaga KAD

merupakan syarat untuk

mendapatkan stimulus

pemerintah pusat.

Page 40: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

36 | P a g e

3.3 KAD Regional Management di Jerman

Pemikiran KAD di Jerman dimulai sejak pemerintah Jerman menggulirkan konsep regionalisasi di wilayah

Jerman (Barat) sejak tahun 70-an. Semenjak tahun 1990, KAD RM di Jerman semakin menempati posisi

penting sebagai “soft” Instrumen di tingkatan regional dan semakin dilibatkan di dalam proses

perencanaan kegiatan kewilayahan. Hal ini merupakan reaksi atas beragamnya tugas dan fungsi KAD RM

di Jerman. Di sisi lain, hal ini juga menunjukkan keterbatasan performa dari tenaga kerja di KAD RM yang

terdiri dari tenaga kerja sukarela dan honorer yang tentu saja mempunyai keterbatasan kapasitas di

dalam mengendalikan proses pembangunan wilayah yang kompleks.

Studi literatur untuk tema Kerjasama Antar Daerah di Jerman menunjukkan bahwa definisi mengenai

tema Kerjasama Antar Daerah yang ideal tidak ditemukan di dalam berbagai tulisan melainkan lebih

banyak didapatkan dari praktek di lapangan dan semuanya mengarah kepada konsep KAD Regional

Management.26

Model KAD Regional Management di Jerman dapat dibedakan berdasarkan penempatannya di

tingkatan wilayah administratif, seperti:27

• KAD RM di tingkatan perencanaan wilayah,

• KAD RM di tingkatan sebagian dari wilayah,

• KAD RM di tingkatan kabupaten/distrik dan,

• KAD RM di lintas wilayah administratif.

Pengelompokan di atas berorientasi kepada kriteria keruangan semata. Sementara itu berdasarkan

kemampuan lembaga KAD RM dalam mengimplementasikan kegiatan di lapangan terdapat dua tipe

kelembagaan KAD RM yaitu; 28

• Bentuk organisasi KAD RM di tingkatan asosiasi perencanaan regional, dan

• Bentuk organisasi KAD RM di tingkatan Kommunal (setingkat kabupaten).

Berdasarkan kriteria tersebut di atas ternyata bentuk KAD RM yang paling dianjurkan jika ingin berhasil

di dalam implementasinya adalah KAD RM yang ditempatkan di tingkatan asosiasi perencanaan wilayah,

dengan syarat bentuk organisasinya memiliki pimpinan dan fasilitas sumber daya yang memadai.29

Asosiasi perencanaan wilayah di Jerman mempunyai keuntungan yaitu bisa bereaksi secara cepat dan

mempunyai fleksibiltas tinggi, kompetensi dan efisiensi yang tinggi serta relatif bebas di dalam membuat

keputusan dan di dalam manajemen kegiatan. Selain itu bentuk ini dapat diterima oleh stakeholder di

26 Schäffer, Verena: Regionalmanagement in Sachsen-Anhalt. Theoretische Grundlagen und praktische Ausgestaltung im Vergleich dreier Regionen. Diplomarbeit im Fachbereich Geographie an der Freien Universität Berlin 2003. 27 Troeger-Weiss, Gabi: Regionalmanagement. Ein neues Instrument der Landes- und Regionalplanung. Augsburg 1998. 28 Troeger-Weiss, Gabi: Regionalmanagement. Ein neues Instrument der Landes- und Regionalplanung. Augsburg 1998. 29 Schäffer, Verena: Regionalmanagement in Sachsen-Anhalt. Theoretische Grundlagen und praktische Ausgestaltung im Vergleich dreier Regionen. Diplomarbeit im Fachbereich Geographie an der Freien Universität Berlin 2003.

Page 41: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

37 | P a g e

bidang politik, ekonomi, akademik dan pemerintahan, selain itu juga didukung oleh motivasi yang tinggi

di dalam melaksanakan pembangunan regional.

Kelembagaan KAD RM yang ditempatkan di tingkatan Kommunal30 di Jerman hanya bisa berjalan dengan

baik jika KAD RM tersebut memiliki eksistensi di tingkatan regional. Kunci keberhasilannya terletak

kepada bentuk kelembagaan yang kuat dengan tugas pokok dan fungsi yang jelas dari struktur

kelembagaannya, serta kaitannya dengan stakeholder lainnya terutama di bagian perencanaan.

Tugas KAD RM di Jerman

Tugas yang diemban oleh KAD RM di Jerman sangat beragam. KAD RM dimengerti sebagai “soft”

instrument untuk pembangunan kewilayahan. Namun demikian di Jerman juga sering terjadi diskusi

hangat mengenai biaya operasional dan manfaat dari KAD RM itu sendiri. Professor Dr. Otmar Seibert

dari FH Weihenstephan memformulasikan tugas – tugas dari KAD RM dalam suatu pameran “Euregia

2006”31 di kota Leipzig sebagai berikut:

1. Pusat Informasi dan Public Relation: penyusunan materi informasi; mengkoordinir

pelaksanaan kegiatan; presentasi; kegiatan-kegiatan PR dan Humas; Marketing ke dalam dan

ke luar; membangun sistem data base.

2. Konsultasi dan Pelatihan: Konsultasi terhadap pemilik proyek; konsultasi untuk perusahaan

dan pendirian usaha; kegiatan sertifikasi; moderasi dan mediasi.

3. Manajemen Jejaring dan Koordinasi: pembinaan terhadap kelompok kerja; membuka dan

membina hubungan ke stakeholder rekanan di bidang ekonomi dan sosial.

4. Manajemen Kegiatan: inisiasi kegiatan; perencanaan kegiatan; realisasi kegiatan;

“pengawalan” kegiatan; networking antara kegiatan – kegiatan sektoral.

5. Monitoring, Pelaksanaan dan Peningkatan Kapasitas: “pengawalan” proses; memastikan

keberhasilan kegiatan; evaluasi; pemeriksaan dan pelaporan; pengerjaan proposal;

seminar/workshop peningkatan kapasitas.

Istilah “Regional Management” mengandung penjelasan tentang spektrum tugas yang kompleks yaitu

inisiasi pembangunan regional yang berorientasi kepada proses dan pelaksanaan lintas sektoral atas

dasar konsep pembangunan stakeholder lokal dengan memperhatikan faktor – faktor eksternal. KAD RM

menggarisbawahi fungsi – fungsi koordinasi dan kerjasama, image wilayah, ketersediaan informasi,

sertifikasi dan membangun networking yang stabil. Keberhasilan menjalankan tugas dan fungsi tersebut

dikarenakan adanya kemampuan kompetensi di bidang sosial di samping kemampuan di bidang teknis. 32

30 Setingkat Kabupaten/Kota jika di Indonesia. 31 Euregia adalah Kongres dan Pameran tahunan di Leipzig, Jerman mengenai Regional Development yang diikuti sebagian besar negara – negara Eropa. Informasi mengenai Euregia bisa didapatkan di www.euregia-leipzig.de 32 Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.: Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und Umweltfragen, München 2000.

Page 42: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

38 | P a g e

Berdasarkan kepada hal ini, maka keberhasilan suatu KAD RM di Jerman tidak hanya ditentukan oleh

keberhasilan di bidang perekonomian, tetapi juga harus diukur berdasarkan manfaat sosial yang

dirasakan masyarakat dari kegiatan yang diinisiasi oleh wilayah berdasarkan potensi endogen.33

Keberhasilan suatu KAD RM di Jerman dewasa ini diukur berdasarkan kriteria berikut ini:34

• Inisiatif dan Motivasi lokal,

• Prinsip Bottom-Up dengan partisipasi luas dari pelaku usaha dan masyarakat,

• Hubungan kontekstual yang erat dengan wilayah,

• Tolok ukur yang berorientasi kepada lintas sektor,

• Berorientasi kepada proses dan hasil akhir,

• Memperhatikan faktor eksternal wilayah di dalam proses perencanaan dan pelaksanaan

kegiatan,

• Profesionalitas.

3.4 Pembelajaran KAD Austria, Swiss dan Jerman

Pola KAD

Pelaksanaan di lapangan menunjukkan bahwa tidak ditemukan suatu pola umum yang berlaku dalam

mengimplementasikan instrument KAD di Jerman, Austria dan Swiss. Kesamaan bentuk organisasi

pelaksana KAD telah digambarkan di bagian sebelumnya yaitu sama – sama menganut organisasi

Regional Management. Selain itu juga terdapat intensitas yang berbeda dalam pelaksanaan KAD di

masing – masing negara yang dapat dijadikan pembelajaran.

Swiss dan Austria merupakan negara yang paling berpengalaman dengan Kerjasama Antar Daerah

Regional Management yang berorientasi kepada perkembangan regional lebih dari 20 tahun. Namun

demikian pada implementasinya, Austria dan Swiss belum terlalu menghubungkan antara Kerjasama

Antar Daerah ini dengan rencana tata ruang di tingkat kabupaten dan negara bagian. Yang menjadi dasar

utama dari pembentukan KAD di sini adalah kebijakan pemerintah pusat masing – masing dalam

menyelsaikan permasalahan daerah – daerah yang mempunyai kelemahan di beberapa bidang karena

alasan – alasan tertentu.

Hal ini juga terjadi di negara – negara bagian di Jerman, di mana KAD mulai dibicarakan setelah kebijakan

regionalisasi dimulai di Jerman. Penanggung jawab kegiatan diberikan kepada masing – masing menteri

ekonomi di negara bagian atas dasar kapasitas yang dimiliki oleh kementerian ekonomi di negara bagian.

33 Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.: Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und Umweltfragen, München 2000. 34 Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.: Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und Umweltfragen, München 2000.

Page 43: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

39 | P a g e

Namun demikian tujuan – tujuan pembangunan di masing – masing negara bagian tetap dikoordinasikan

dengan kementerian sektoral lainnya di negara bagian tersebut.

Pelaksanaan KAD di negara bagian Hessen dan Schleswig-Holstein ditentukan oleh program kerja

regional yang sudah terintegrasi. Untuk KAD RM tentu saja program kerja terintegrasi ini merupakan

suatu instrument yang mempunyai “daya pukul” yang baik. Di kedua negara bagian ini juga terdapat

beberapa kelompok kerja lintas kementerian yang bekerjasama dan berkoordinasi di dalam menjalankan

program bantuan pembangunan regional dari pemerintah.35

Peran Pemerintah Pusat/Negara Bagian

Peran pemerintah pusat (dan negara bagian) di Jerman sebagian besar dibatasi sebagai penyedia

fasilitas atau instrument yang bersifat memberikan stimulus seperti Program Regional, memberikan

informasi dan konsultasi. Tugas dan fungsi lembaga KAD RM apapun bentuknya diserahkan sepenuhnya

kepada keadaan dan situasi yang terbaik untuk region masing – masing. Negara bagian Thuringen

pernah mencoba untuk melaksanakan kerjasama antar daerah RM yang dikoordiniasikan oleh Regional

Manager dari posisinya di negara bagian. Namun hal ini mendapatkan protes keras dari daerah – daerah

(kabupaten) yang bekerjasama yang meragukan keberhasilan intervensi seperti ini dari negara bagian.

Pengalaman dari Austria menunjukkan bahwa salah satu faktor keberhasilan KAD adalah pengelolaan

yang berdasarkan terutama kepada kekuatan dan kemampuan sendiri. Perlu diingat juga bahwa di

Jerman pelaksanaan KAD RM yang baik adalah di wilayah bekas Jerman Barat yang memang sudah maju,

berbeda dengan wilayah – wilayah bekas Jerman Timur yang di tahun 1990an baru bergabung menjadi

Negara Republik Federasi Jerman dan pada saat itu masih relatif tertinggal dalam segala hal.36

Tugas Lembaga KAD

Walaupun mempunyai perbedaan di dalam menjalankan kebijakan pembangunan, terdapat kesamaan di

dalam tugas yang diemban oleh KAD dan kemampuan yang harus dimiliki. Satu hal yang penting adalah

lembaga KAD mempunyai sifat sebagai “pengurus” untuk kepentingan strategis regional, alih teknologi,

regional marketing (ke luar dan ke dalam) serta membangun dan memelihara networking di wilayah

kerja. Posisi pimpinan lembaga KAD yang menjalankan tugas KAD sehari – hari juga harus dilaksanakan

oleh orang yang mempunyai kompetensi di bidang sosial dan keilmuan dan bisa memimpin suatu tim

kerja.37

35

Schäffer, Verena: Regionalmanagement in Sachsen-Anhalt. Theoretische Grundlagen und praktische Ausgestaltung im Vergleich dreier

Regionen. Diplomarbeit im Fachbereich Geographie an der Freien Universität Berlin 2003.

36 Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.: Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und Umweltfragen, München 2000. 37 Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.: Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und Umweltfragen, München 2000.

Page 44: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN

struktural yang ada. Melalui sifat dan karakter yang dinamis, menjalankan conse

disasari komitmen masing – masing pelaku kerjasama, maka permasalahan penting lintas wilayah dan

lintas sektoral bisa dipecahkan secara kolektif.

Knowledge Management

KAD RM harus dipahami sebagai organisasi yang terus belajar dan harus

terus belajar. Untuk itu, maka kegiatan

untuk media bertukar informasi sesama lembaga pelaksana KAD sangat membantu hal ini. Demikian

juga dengan kegiatan peningkatan kapas

Anggaran Regional dan Fund

Pembiayaan KAD sebaiknya tetap mengandalkan kemampuan swadaya KAD, atau melalui

kemampuannya bisa menarik minat perusahaan swasta atau perorangan untuk memberikan sumbangan

kepada KAD. Contoh menarik yang terjadi di Freiburg (Jerman), adalah bagaimana KAD di Freiburg bisa

mendapatkan pendanaan yang cukup besar dari perusahaan swasta yang ada di wilayah kerjanya.

38 Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.: Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und Umweltfragen, München 2000. 39 Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.: Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und Umweltfragen, München 2000.

Gambar 6, Fungsi lembaga KAD non-struktural, Sumber: diolah sendiri

dari berbagai sumber, 2011

AN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH

Fungsi Lembaga KAD

Dalam konteks kerjasama terdapat tiga

pola pengambilan keputusan dan

pemecahan masalah yaitu melalui

mekanisme pasar yang mengutamakan

profit; mekanisme struktural

mekanisme non-struktural yang

berorientasi kepada benefit. Seperti

tergambar di ilustrasi di samping ini

bahwa KAD Regional Management di

Austria, Swiss dan Jerman merupakan

pelengkap untuk menanggulangi

kekurangan dan kelemahan mekanisme

struktural. Mekanisme ini tidak bersifat

menggantikan fungsi –

tetapi menjadi alternative jika

pemecahan permasalahan regional tidak

bisa dilakukan melalui mekanisme

struktural yang ada. Melalui sifat dan karakter yang dinamis, menjalankan consensus bersama yang

masing pelaku kerjasama, maka permasalahan penting lintas wilayah dan

lintas sektoral bisa dipecahkan secara kolektif.

KAD RM harus dipahami sebagai organisasi yang terus belajar dan harus diberikan kesempatan untuk

terus belajar. Untuk itu, maka kegiatan – kegiatan yang menunjang hal tersebut seperti forum KAD

untuk media bertukar informasi sesama lembaga pelaksana KAD sangat membantu hal ini. Demikian

juga dengan kegiatan peningkatan kapasitas aktor pelaksana di lembaga KAD.38

Pembiayaan KAD sebaiknya tetap mengandalkan kemampuan swadaya KAD, atau melalui

kemampuannya bisa menarik minat perusahaan swasta atau perorangan untuk memberikan sumbangan

h menarik yang terjadi di Freiburg (Jerman), adalah bagaimana KAD di Freiburg bisa

mendapatkan pendanaan yang cukup besar dari perusahaan swasta yang ada di wilayah kerjanya.

Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.: Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und

ement in der Praxis. Hrsg.: Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und

struktural, Sumber: diolah sendiri

APRIL 2011

40 | P a g e

Dalam konteks kerjasama terdapat tiga

pola pengambilan keputusan dan

pemecahan masalah yaitu melalui

mekanisme pasar yang mengutamakan

profit; mekanisme struktural dan

struktural yang

berorientasi kepada benefit. Seperti

tergambar di ilustrasi di samping ini

bahwa KAD Regional Management di

Austria, Swiss dan Jerman merupakan

pelengkap untuk menanggulangi

kekurangan dan kelemahan mekanisme

Mekanisme ini tidak bersifat

fungsi struktural,

tetapi menjadi alternative jika

pemecahan permasalahan regional tidak

bisa dilakukan melalui mekanisme

nsus bersama yang

masing pelaku kerjasama, maka permasalahan penting lintas wilayah dan

diberikan kesempatan untuk

kegiatan yang menunjang hal tersebut seperti forum KAD

untuk media bertukar informasi sesama lembaga pelaksana KAD sangat membantu hal ini. Demikian

Pembiayaan KAD sebaiknya tetap mengandalkan kemampuan swadaya KAD, atau melalui

kemampuannya bisa menarik minat perusahaan swasta atau perorangan untuk memberikan sumbangan

h menarik yang terjadi di Freiburg (Jerman), adalah bagaimana KAD di Freiburg bisa

mendapatkan pendanaan yang cukup besar dari perusahaan swasta yang ada di wilayah kerjanya.39

Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.: Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und

ement in der Praxis. Hrsg.: Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und

Page 45: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

41 | P a g e

Regional Management REGINA dengan kegiatan „Konsep Energi

Wilayah Neumarkt/0pf.“

Ide:

Konsep Energi Wilayah Neumarkt bertujuan untuk mengembangkan

strategi untuk memperkuat sirkulasi dan distribusi energy melalui

kontribusi masing – masing daerah.

Penanggungjawab dan Partner:

Kelompok Kerja yang terdiri atas politisi wilayah, tenaga ahli,

masyarakat yang didampingi oleh Regional Management untuk

memikirkan konsep pengembangan energy di wilayah tersebut.

Pemerintah Daerah mendukung ide ini dan menyediakan sumber daya

manusia dan pendanaan.

Pelaksanaan Kegiatan:

Pada tahun 1998 berdiri “Pleno Energi Wilayah Neumarkt/Opf.” 40 yang bertujuan untuk menurunkan kadar

emisi CO2 melalui penyusunan dan pengembangan kebijakan energi wilayah dan memberikan nilai tambah

terhadap wilayah. KAD ini merupakan suatu platform untuk ide – ide baru, memberikan input, kelompok kerja

dan menjadi jembatan antara kepentingan sektor public dan kepentingan swasta. KAD ini terdiri atas 4

kelompok kerja yaitu:

• Sumber dan supply energy, Strategi pasar,

• Sumber bioenergi (kayu, raps),

• Efisiensi dan produktifitas energy.

40

http://www.reginagmbh.de/reginalmanagement-reginalentwicklung/energie/energieplenum.html

CONTOH KEGIATAN KAD DI JERMAN DI BIDANG PENGELOLAAN ENERGI

Page 46: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

42 | P a g e

Manfaat:

Forum Energi sejak 1998 sampai 2002 ini telah menghasilkan beberapa usulan kegiatan dan melaksanakan:

• Mendirikan Energy Agency yang bertempat di KAD REGINA dan bertugas untuk memberikan informasi dan

petunjuk kepada masyarakat mengenai mekanisme penghematan energy serta mengadakan penyuluhan –

penyuluhan mengenai tema energy tersebut.

• Melakukan penelitian mengenai kondisi energy di wilayah,

• Menyusun konsep pembangkit listrik tenaga angin bersama – sama dengan pemerintah daerah yang

menghasilkan diijinkannya pembangunan pembangkit listrik tenaga angin,

• Melengkapi rumah sakit dengan peralatan pembangkit listrik tenaga surya yang berasal dari kelompok

masyarakat dan perorangan,

• Menyelenggarakan “Energy Week” sejak tahun 1999.

Untuk lebih mengintensifkan kegiatan penyebaranluasan informasi, maka dibentuklah suatu logo yang

bertujuan untuk memperkuat fungsi Pleno Energi ini sebagai jejaring public di wilayah dan menambah tingkat

popularitas. Dalam waktu satu tahun, forum ini bisa menerima 600 sampai 700 pertanyaan mengenai tema

energy dari berbagai lapisan masyarakat dan pelaku industri. Di sisi lain tema “sadar energy” telah menjadi

topic yang hangat di region.

Sumber: REGINA GmbH, Uwe Krappitz, Dr. Grundler-Str. 1, 92318 Neumarkt/Opf., Tel. 09181/907666,

www.regina-nm.de, e-mail: [email protected]

Page 47: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

43 | P a g e

BAB 4 PEMETAAN KAD DI INDONESIA

Tah

Ebe eberapa tahun belakangan ini telah banyak dilakukan kerjasama antar daerah. Kegiatan-kegiatan

seperti rapat koordinasi antar daerah, pertemuan dialogis, serta berbagai kegiatan workshop, seminar,

lokakarya yang bertujuan untuk merintis serta mengembangkan kerjasama yang sudah ada, marak

dilakukan oleh banyak pemerintah daerah di Indonesia.

Kerjasama antar daerah dapat terjadi antara pihak:

i. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan Pemerintah Kabupaten/Kota lainnya.

Kerjasama tersebut bisa terjadi antara kabupaten/kota yang berada dalam satu propinsi, seperti :

kerja sama antara Kota dan Kabupaten Solok (sumber daya air), antara Kabupaten Asahan dan Kota

Tanjung Balai (sarana dan prasarana); antara Kabupaten dan Kota Malang serta Kota Batu (aset dan

potensi daerah) serta antara Kabupaten Bontang, Sanggata dan Tenggarong (Bosanggarong).

Sedangkan kerjasama antar kabupaten/kota beda propinsi misalnya: Pawonsari (Pacitan, Wonogiri,

Gunung Kidul), Jabodetabekjur (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Cianjur)

ii. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan Pemerintah Propinsi

Seperti pembangunan Jalan sejajar Mebidang yang merupakan kerjasama antara Propinsi dengan

tiga kabupaten/kota.

iii. Pemerintah Propinsi dengan Pemerintah Propinsi lainnya

Seperti antara Propinsi Lampung dan Banten Sumatera Bagian Selatan (jembatan Selat Sunda),

regional Sulawesi yang tergabung dalam Badan Kerjasama Pembangunan Regional sulawesi (BKPRS),

antara propinsi yang terdapat di pulau Sumatera (di bidang transportasi laut, udara, darat dan

informasi teknologi), kerjasama Mitra Praja Utama (meliputi Propinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa

Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, NTB, NTT dan Lampung)

iv. Pemerintah Daerah (baik Kabupaten/Kota maupun Propinsi) dengan pihak ketiga

Misalnya kerjasama yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Grobogan dengan Yayasan

Danamon Peduli pada tahun 2009 berupa pembangunan unit pengolahan sampah organik pasar

untuk diolah menjadi pupuk kompos organik di Kota Purwodadi

Pembahasan mengenai pemetaan kerjasama daerah di Indonesia akan membatasi pada lingkup

kerjasama yang terjadi antara sesama pemerintah daerah kabupaten/kota maupun propinsi. Akan

dibahas mengenai kondisi kerjasama antar pemerintah daerah di Indonesia mulai dari latar belakang

serta tujuan dilakukan kerjasama, regulasi yang mendasarinya, bentuk kelembagaan serta

pembiayaannya, peran dari para pelaku yang terlibat didalamnya, hambatan/kendala/permasalahan

aktual yang dihadapi, serta peluang untuk ke pelaksanaan kedepan.

B

Page 48: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

44 | P a g e

4.1 Latar belakang dan Tujuan Kerja Sama Antar Daerah

Latar Belakang Kerjasama Antar Daerah

Banyak faktor yang dapat melatar belakangi terjadinya suatu kerja sama antar pemerintah daerah di

Indonesia. Namun apabila disimpulkan sebenarnya ada 3 faktor utama, yaitu:

1. Fasilitasi yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat

Misalnya fasilitasi pembentukan Regional Management (selanjutnya disingkat RM) oleh Kementrian

Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) di beberapa daerah, seperti: RM Danau Toba yang terdiri

dari 7 kabupaten di Propinsi Sumatera Utara (Samosir, Tapanuli Utara, Simalungun, Karo, Dairi, Toba

Samosir dan Humbang Hasundutan), RM Jonjok Batur yang terdiri dari 3 kabupaten di Propinsi Nusa

Tenggara Barat (Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur).

2. Fasilitasi yang dilakukan oleh Pemerintah Propinsi

Fasilitasi bisa dilakukan oleh satu atau lebih pemerintah propinsi dengan ataupun tanpa bantuan

pihak ketiga, seperti misalnya:

� Pembentukan Sekretariat Bersama (Sekber) Kartamantul (Yogyakarta, Sleman dan Bantul) atas

fasilitasi Pemerintah Propinsi DIY degan bantuan SDC (Badan Kerjasama Pembangunan Swiss)

dalam proyek YUDP (Yogyakarta Urban Development Project)

� Pemerintah Propinsi DKI Jakarta bersama dengan Pemerintah Propinsi Jawa Barat menegaskan

perlunya pengembangan terpadu Megapolitan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang Bekasi dan

Cianjur (Jabodetabekjur) sebagai solusi untuk masalah-masalah pembangunan di wilayahnya.

Kemudian dengan diinisiasi oleh Kementrian Dalam Negeri membentuk BKSP (Badan Kerja

Sama Pembangunan) Jabodetabekjur yang terdiri dari Propinsi Jawa Barat, Propinsi DKI Jakarta

dan Propinsi Banten.

3. Adanya kesadaran dari pihak pemerintah daerah kabupaten/kota akan kondisinya terkait dengan:

� Adanya keterbatasan akan:

Kapasitas daerah, terutama dalam hal kemampuan dan pendapatan

Potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh daerah

� Adanya persamaan kondisi dalam hal:

Karakteristik wilayah, misalnya tipologi alam yang sama berpotensi akan terjadinya bencana

alam yang sama

Permasalahan yang dihadapi, misalnya masalah sosial yang relatif sama seperti

kependudukan, ketenagakerjaan, pendidikan dan kesehatan

� Adanya perbedaan/kesenjangan dalam hal:

ketersediaan fasilitas umum/infrastruktur

kondisi ekonomi antar daerah

Page 49: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

45 | P a g e

� Adanya kebutuhan yang sama akan:

penyediaan dan pelayanan fasilitas umum

peningkatan daya saing dan ekonomi daerah

sinergi horisontal dan vertikal dalam hal perencanaan, pembiayaan danpelaksanaan

pembangunan serta dalam pendayagunaan, pengelolaan dan pemasaran potensi daerah

Contohnya adalah sebagai berikut:

� RM Barlingmascakeb (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen) terbentuk

karena adanya inisiatif pemerintah daerah kabupaten/kota terkait yang didasari oleh kesadaran

akan terbatasnya kapasitas dan potensi daerah, kebutuhan akan peningkatan daya saing daerah

serta sinergi dalam perencanaan/pembiayaan/pelaksanaan pembangunan daerah

� BKAD Pawonsari (Pacitan, Wonogiri dan Wonosari) terbentuk didasari adanya persamaan

tipologi alam serta masalah yang dihadapi, dan kesenjangan pengembangan ekonomi lokal di

daerah perbatasan. Tipologi alam yang relatif sama menyebabkan potensi terjadinya bencana

alam yang relatif sama. Karena letaknya yang saling berbatasan, permasalahan sosial yang

dihadapi juga relatif sama seperti kamtibmas, kependudukan serta ketenagakerjaan.

BAGAN 4.1 LATAR BELAKANG KERJA SAMA ANTAR DAERAH

MELATAR BELAKANGI TERJADINYA

KAD

FASILITASI PEMERINTAH PUSAT

FASILITASI PEMERINTAH

PROPINSIKESADARAN

PEMKAB/KOTA, TERKAIT:

KETERBATASAN, PERSAMAAN, PERBEDAAN & KEBUTUHAN

Page 50: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN

Tujuan Kerjasama Antar Daerah

Kerjasama yang terjadi antar pemerintah daerah di Indonesia dilakukan dengan tujuan beragam. Namun

secara garis besar tujuan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam kategori

1. Percepatan pembangunan perekonomian wilayah.

Dalam hal ini kerjasama daerah dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan

sumber pendapatan asli daerah

beberapa pemerintah daerah berbagi strategi untuk mempromosikan wilayahnya secara bersama

sama. Langkah yang diambil antara lain dengan cara mensinkronkan

daerah terkait, memperkuat jejaring antar daerah, memperkuat identitas pelayanan tertentu serta

memberikan pelayanan khusus (jika diperlukan). Pelayanan khusus yang dimaksud misa

dengan mempermudah iklim investasi bagi pihak swasta dengan cara mengurangi hambatannya.

Contoh kerjasama dengan tujuan ini adalah

kerjasama yang dilakukan antara pemerintah Banjarnegara, Purbalin

Kebumen di Jawa Tengah. Fokus kerjasama adalah dalam hal mempromosikan dan memasarkan

potensi serta produk wilayah secara bersama, seperti potensi pariwisata.

Secara lebih spesifik lagi, tujuan untuk mempercepat pembangunan perekonomian juga diharapkan

untuk mengentaskan daerah tertinggal. Dengan menggunakan forum

Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) mengembangkan kerjasama a

tertinggal dengan harapan dapat mengentaskan daerah yang bersangkutan dari ketertinggalannya.

Percepatan Pembangunan Wilayah

Peningkatan Pelayanan Publik

� Penegasan batas wilayah

Tujuan Lainnya � Transmigrasi

� Penanggulangan bencana

� Dll

AN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH

Kerjasama Antar Daerah

BAGAN 4.2 TUJUAN KAD

Kerjasama yang terjadi antar pemerintah daerah di Indonesia dilakukan dengan tujuan beragam. Namun

dapat dikelompokkan ke dalam kategori berikut ini:

Percepatan pembangunan perekonomian wilayah.

aerah dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan

sumber pendapatan asli daerahnya. Untuk mempercepat pembangunan ekonomi wilayahnya,

beberapa pemerintah daerah berbagi strategi untuk mempromosikan wilayahnya secara bersama

yang diambil antara lain dengan cara mensinkronkan peraturan yang ada di tiap

daerah terkait, memperkuat jejaring antar daerah, memperkuat identitas pelayanan tertentu serta

memberikan pelayanan khusus (jika diperlukan). Pelayanan khusus yang dimaksud misa

dengan mempermudah iklim investasi bagi pihak swasta dengan cara mengurangi hambatannya.

Contoh kerjasama dengan tujuan ini adalah Regional Management (RM) Barlingmascakeb yaitu

kerjasama yang dilakukan antara pemerintah Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan

Kebumen di Jawa Tengah. Fokus kerjasama adalah dalam hal mempromosikan dan memasarkan

potensi serta produk wilayah secara bersama, seperti potensi pariwisata.

Secara lebih spesifik lagi, tujuan untuk mempercepat pembangunan perekonomian juga diharapkan

untuk mengentaskan daerah tertinggal. Dengan menggunakan forum Regional Management

Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) mengembangkan kerjasama a

tertinggal dengan harapan dapat mengentaskan daerah yang bersangkutan dari ketertinggalannya.

Percepatan Pembangunan Wilayah

Peningkatan Pelayanan Publik

Penegasan batas wilayah

Transmigrasi

Penanggulangan bencana

APRIL 2011

46 | P a g e

Kerjasama yang terjadi antar pemerintah daerah di Indonesia dilakukan dengan tujuan beragam. Namun

aerah dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta

. Untuk mempercepat pembangunan ekonomi wilayahnya,

beberapa pemerintah daerah berbagi strategi untuk mempromosikan wilayahnya secara bersama-

an yang ada di tiap

daerah terkait, memperkuat jejaring antar daerah, memperkuat identitas pelayanan tertentu serta

memberikan pelayanan khusus (jika diperlukan). Pelayanan khusus yang dimaksud misalnya terkait

dengan mempermudah iklim investasi bagi pihak swasta dengan cara mengurangi hambatannya.

(RM) Barlingmascakeb yaitu

gga, Banyumas, Cilacap dan

Kebumen di Jawa Tengah. Fokus kerjasama adalah dalam hal mempromosikan dan memasarkan

Secara lebih spesifik lagi, tujuan untuk mempercepat pembangunan perekonomian juga diharapkan

Regional Management (RM),

Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) mengembangkan kerjasama antar daerah

tertinggal dengan harapan dapat mengentaskan daerah yang bersangkutan dari ketertinggalannya.

T

U

J

U

A

N

Page 51: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

47 | P a g e

2. Peningkatan pelayanan publik

Selain untuk percepatan pembangunan ekonomi wilayah, dengan kerja sama antar pemerintah

daerah juga diharapkan dapat mengurangi kesenjangan daerah dalam pelayanan umum khususnya

yang ada di wilayah terpencil, perbatasan antar daerah dan daerah tertinggal. Ini merupakan

konsekuensi logis setelah diterapkannya sistem desentralisasi, karena sebelum era desentralisasi

masalah administratif regional adalah otoritas perencanaan pemerintah propinsi. Dalam era

desentralisasi pemerintah daerah perlu bekerja sama dalam mengelola wilayahnya sebagai suatu

entitas yang terpadu. Hal ini ditegaskan oleh pasal 196 UU No 32/2004 tentang Pemerintah Daerah

yang menyatakan bahwa daerah wajib mengelola pelayanan publik secara bersama untuk

menciptakan efisiensi dan demi kepentingan masyarakat. Contoh kasus untuk tujuan ini adalah

Sekretariat Bersama (Sekber) Kartamantul, yaitu kerja sama yang melibatkan pemerintah Kota

Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul. Tiga pemerintah daerah ini bersepakat untuk

memperbaiki pelayanan publik secara bersama meliputi pengelolaan persampahan, pengelolaan air

limbah dan drainase, penyediaan air bersih, pengelolaan jalan dan transportasi serta tata ruang.

Contoh lainnya adalah kerja sama dalam pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Kota Denpasar

dan Kabupaten sekitarnya (Badung, Gianyar dan Tabanan) yang tergabung dalam wadah Sarbagita.

3. Tujuan lainnya, seperti:

� Kerja sama daerah ditujukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi sekaligus

meningkatkan pelayanan publik. Misalnya BKAD (Badan Kerja Sama Antar Daerah)

Subosukawonosraten, yaitu kerja sama di wilayah Keresidenan Surakarta antara Kota Surakarta

dengan enam kabupaten sekitarnya yaitu Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen,

dan Klaten. Selain untuk percepatan pembangunan ekonomi (meliputi kegiatan kepariwisataan,

ketenagakerjaan dan transmigrasi, lingkungan hidup, penelitian dan pengembangan Iptek,

Informasi dan komunikasi kehumasan) juga ditujukan untuk peningkatan pelayanan publik di

bidang perhubungan darat, kesehatan, satpol PP, dan pemadam kebakaran

� Ditujukan untuk penegasan batas wilayah, yaitu kerjasama yang terjadi antara kabupaten/kota

yang berbatasan seperti antara Kabupaten Grobogan dengan Kabupaten Semarang.

� Kerjasama Transmigrasi. Misalnya antara Kabupaten Grobogan dengan Kabupaten Kapuas hulu

(Kalimantan Barat), Kabupaten Bungo (Jambi), Kabupaten Katingan (Kalimantan Tengah)

� Kerjasama dalam hal penanggulangan bencana, seperti Forum Merapi yang merupakan

kerjasama antara beberapa kabupaten yang terletak di sekeliling gunung Merapi (meliputi

Sleman, Magelang, Klaten dan Boyolali) bersama dengan kelompok masyarakat sipil lintas

propinsi Yogyakarta dan Jawa Tengah

� Dan lain-lain

Page 52: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

48 | P a g e

4.2 Regulasi KAD

Peraturan Perundangan di Tingkat Pusat

Di tingkat pusat ada berbagai peraturan perundangan mulai dari Undang-undang sampai dengan Surat

Edaran Menteri yang harus di jadikan acuan saat pemerintah daerah melakukan kerjasama.

Undang-Undang

UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara

UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan

UU No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Daerah

UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025

Peraturan Pemerintah :

PP No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2004-2009

PP No. 23 Tahun 2005 tentang Badan Layanan Umum

PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

PP No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

PP No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

PP No. 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKKIP)

PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah

Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

PP No. 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kerjasama Daerah

PP 57/2005 tentang Hibah kepada daerah

Keputusan Presiden :

Keputusan Presiden (Kepres) No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah, sebagaimana telah dirubah terakhir dengan Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2007 Tentang

Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah

Peraturan Menteri :

Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007

Permendagri No. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah

Permendagri No. 69 Tahun 2007 tentang Kerja Sama Pembangunan Perkotaan

Permendagri No. 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama Daerah

Permendagri No. 23 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Kerjasama Antar Daerah.

Permendagri No. 37 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Tahun 2011

Surat Edaran

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 120/1730/SJ Tanggal 13 Juli 2005;

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 900/2677/SJ Tanggal 8 November 2007.

Page 53: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN

Dari Sekian banyak peraturan perundangan yang telah disebutkan diatas, dapat dikatakan bahwa empat

(4) peraturan diantaranya merupakan landasan hukum utama yang mendasari kerjasama antar

pemerintah daerah, yaitu terkait dengan

dalam implementasinya.

BAGAN 4.3 LANDASAN HUKUM KAD DI TINGKAT PUSAT

Mandat untuk melakukan kerja sama disebutkan dalam Pasal 195 UU No 32/2004 tentang Pemerintah

Daerah yang terdiri dari 4 buah pasal, bahwa:

1) Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah

daerah lain yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik, sinergi

dan saling menguntungkan

2) Kerjasama dapat diwujudkan dalam bentuk badan kerjasama antar daerah yang diatur dengan

keputusan bersama

3) Dalam penyediaan pelayanan publik, daerah dapat beke

4) Kerjasama yang membebani masyarakat dan daerah harus mendapatkan persetujuan DPRD

Untuk menciptakan efisiensi dalam

sama bahkan mewajibkan pihak daerah untuk

1) Pelaksanaan urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak lintas daerah dikelola bersama oleh

daerah terkait

2) Untuk menciptakan efisiensi, daerah

daerah sekitarnya untuk kepentingan masyarakat

3) Untuk pengelolaan kerjasama daerah membentuk badan kerjasama

4) Apabila daerah tidak melaksanakan kerjasama sebagaimana

pelayanan publik tersebut dapat dilaksanakan oleh pemerintah

Peraturan Menteri Dalam Negeri No 22/2009

tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama DaerahPeraturan Menteri Dalam Negeri No 23/2009

tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawas Kerjasama antar Daerah

Peraturan pemerintah No 50/2007

tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja sama daerah

Undang-Undang No 32/2004 tentang Pemerintah Daerah

(Pasal 195

AN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH

Dari Sekian banyak peraturan perundangan yang telah disebutkan diatas, dapat dikatakan bahwa empat

(4) peraturan diantaranya merupakan landasan hukum utama yang mendasari kerjasama antar

dengan mandat diadakannya kerjasama sampai dengan aturan teknis

BAGAN 4.3 LANDASAN HUKUM KAD DI TINGKAT PUSAT

Mandat untuk melakukan kerja sama disebutkan dalam Pasal 195 UU No 32/2004 tentang Pemerintah

Daerah yang terdiri dari 4 buah pasal, bahwa:

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah dapat mengadakan kerjasama

an pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik, sinergi

Kerjasama dapat diwujudkan dalam bentuk badan kerjasama antar daerah yang diatur dengan

Dalam penyediaan pelayanan publik, daerah dapat bekerjasama dengan pihak ketiga

Kerjasama yang membebani masyarakat dan daerah harus mendapatkan persetujuan DPRD

menciptakan efisiensi dalam urusan pelayanan publik, pasal 196 (ayat 2) undang

sama bahkan mewajibkan pihak daerah untuk mengelolanya secara bersama. Berikut petikannya:

Pelaksanaan urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak lintas daerah dikelola bersama oleh

daerah wajib mengelola pelayanan publik secara bersama dengan

untuk kepentingan masyarakat

Untuk pengelolaan kerjasama daerah membentuk badan kerjasama

aksanakan kerjasama sebagaimana dimaksud ayat 1 dan 2, pengelolaan

pelayanan publik tersebut dapat dilaksanakan oleh pemerintah

Peraturan Menteri Dalam Negeri No 22/2009

tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama DaerahPeraturan Menteri Dalam Negeri No 23/2009

tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawas Kerjasama antar Daerah

Peraturan pemerintah No 50/2007

tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja sama daerah

Undang No 32/2004 tentang Pemerintah Daerah

(Pasal 195 – 197)

APRIL 2011

49 | P a g e

Dari Sekian banyak peraturan perundangan yang telah disebutkan diatas, dapat dikatakan bahwa empat

(4) peraturan diantaranya merupakan landasan hukum utama yang mendasari kerjasama antar

diadakannya kerjasama sampai dengan aturan teknis

Mandat untuk melakukan kerja sama disebutkan dalam Pasal 195 UU No 32/2004 tentang Pemerintah

mengadakan kerjasama dengan

an pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik, sinergi

Kerjasama dapat diwujudkan dalam bentuk badan kerjasama antar daerah yang diatur dengan

rjasama dengan pihak ketiga

Kerjasama yang membebani masyarakat dan daerah harus mendapatkan persetujuan DPRD

urusan pelayanan publik, pasal 196 (ayat 2) undang-undang yang

mengelolanya secara bersama. Berikut petikannya:

Pelaksanaan urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak lintas daerah dikelola bersama oleh

mengelola pelayanan publik secara bersama dengan

dimaksud ayat 1 dan 2, pengelolaan

Page 54: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

50 | P a g e

Pasal 196 ini kemudian diperkuat dengan dibuatnya Surat Edaran (SE) Departemen Dalam Negeri No.

120/1730/SJ. Terkait dengan pelayanan publik, salah satu poin dalam SE tersebut menyatakan bahwa

Kerja Sama Antar Daerah yang berdekatan, sifatnya wajib dilaksanakan dalam rangka mendekatkan

pelayanan kepada masyarakat, khususnya pelayanan yang terdapat di daerah yang berbatasan seperti

pendidikan dasar, pelayanan kesehatan (Puskesmas), penanganan sampah terpadu, penyuluhan

pertanian, pengairan, penanganan Daerah Aliran Sungai (DAS), perencanaan tata ruang, dan lain-lain.

Terkait dengan implementasi kerjasama daerah, Pasal 197 UU No. 32/2004 menyatakan bahwa tata cara

pelaksanaan kerjasama daerah diatur dalam peraturan pemerintah. Untuk memenuhi amanat tersebut,

maka pada bulan Agustus 2007 pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) No 50/2007

tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah. Berikut poin-poin penting yang tercakup dalam

peraturan ini:

Tema Isi PP No. 50/2007

Definisi

Kerjasama antar

Daerah

“Kesepakatan antara gubernur dengan gubernur atau gubernur dengan

bupati/walikota atau antara bupati/walikota dengan bupati/walikota yang lain,

dan atau gubernur, bupati/walikota dengan pihak ketiga, yang dibuat secara

tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban”

Prinsip a) efisiensi; b) efektivitas; c) sinergi; d) saling menguntungkan; e) kesepakatan

bersama; f) itikad baik; g) mengutamakan kepentingan nasional dan keutuhan

wilayah NKRI; h) persamaan kedudukan; i) transparansi; j) keadilan; dan k)

kepastian hukum

Subyek Meliputi gubernur, bupati, walikota dan pihak ketiga

Obyek Meliputi seluruh urusan pemerintahan yang telah menjadi kewenangan daerah

otonom dan dapat berupa penyediaan pelayanan publik

Tata Cara Kerja

Sama antar

Daerah

Salah satu pihak memprakarsai/menawarkan kerjasama →→→→ Diterima →→→→ Membuat

Kesepakatan bersama →→→→ Menyiapkan Rancangan Perjanjian Kerjasama yang

memuat: a. subjek kerja sama; b. objek kerja sama; c. ruang lingkup kerja sama; d.

hak dan kewajiban para pihak; e. jangka waktu kerja sama; f. pengakhiran kerja

sama; g. keadaan memaksa; dan h. penyelesaian perselisihan. Rancangan

perjanjian kerja sama melibatkan perangkat daerah terkait dan dapat meminta

pendapat dan saran dari para pakar, perangkat daerah provinsi, Menteri dan

Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen terkait →→→→ Kepala

daerah dapat menerbitkan Surat Kuasa untuk penyelesaian rancangan bentuk

kerja sama →→→→ Pelaksanaan perjanjian kerja sama dapat dilakukan oleh Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Page 55: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

51 | P a g e

Tema Isi PP No. 50/2007

Peran DPRD Rencana kerjasama daerah yang membebani daerah dan masyarakat harus

mendapat persetujuan dari DPRD dengan ketentuan apabila biaya kerja sama

belum teranggarkan dalam APBD tahun anggaran berjalan dan/atau

menggunakan dan/atau memanfaatkan aset daerah.

Kerja sama daerah yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi

dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan biayanya sudah teranggarkan

dalam APBD tahun anggaran berjalan tidak perlu mendapat persetujuan dari

DPRD

Hasil Kerjasama

Berupa uang/surat berharga dan aset/non material berupa keuntungan →→→→

setor ke kas daerah (sebagai PAD)

Berupa barang →→→→ aset pemda yang terlibat, dibagi secara proporsional sesuai

perundangan

Penyelesaian

perselisihan

Musyawarah; atau keputusan gubernur (untuk KAD dalam satu propinsi) dan

keputusan menteri (untuk KAD lintas propinsi)

Pembentukan

Badan Kerjasama

Badan kerja sama dapat dibentuk untuk Kerjasama Antar Daerah (KAD) yang

dilakukan secara terus-menerus atau berlangsung dalam waktu minimal 5

tahun, dan bukan SKPD

Tugas Badan Kerjasama ini termasuk pengelolaan, monitoring dan evaluasi

pelaksanaan Kerjasama Antar Daerah (KAD). Badan Kerjasama juga dapat

memberikan masukan atau saran mengenai langkah-langkah yang diperlukan

apabila ada permasalahan dalam pelaksanaan kerjasama.

Biaya penyelenggaraan Badan Kerjasama menjadi tanggung jawab bersama

Kepala Daerah-daerah yang terkait dengan kerjasama.

Pembinaan dan

Pengawasan

Pembinaan dan Pengawasan umum KAD propinsi atau antarkabupaten/kota

lain propinsi dilakukan oleh Menteri

Pembinaan dan pengawasan teknis KAD propinsi atau antarkabupaten/kota

lain propinsi dilakukan oleh Menteri dan Pimpinan LPND terkait

Pembinaan dan pengawasan mulai dari penjajakan, negosiasi,

penandatanganan, pelaksanaan, sampai dengan pengakhiran kerjasama

Selain poin-poin diatas, PP No 50/2007 juga mengamanatkan bahwa petunjuk teknis tata cara kerja

sama daerah; dan tata cara pembinaan dan pengawasan kerja sama antar daerah perlu diatur dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri). Atas dasar amanat tersebut, maka pada bulan Mei

2009 diterbitkan dua Permendagri:

Page 56: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

52 | P a g e

1. Permendagri No. 22/2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerja Sama Daerah

2. Permendagri No. 23/2009 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Kerja Sama Antar

Daerah

Berikut poin-poin penting yang terdapat dalam kedua Permendagri tersebut:

Tema Isi Permendagri

Permendagri No 22/2009

Tahapan Tata Cara Kerja Sama

Daerah

Meliputi:

Persiapan → Penawaran → Penyiapan Kesepakatan → Penandatanganan

kesepakatan → Penyiapan perjanjian → Penandatanganan perjanjian →

Pelaksanaan

Pembentukan

TKKSD (Tim

Koordinasi

Kerjasama

Daerah)

TKKSD merupakan tim yang dibentuk oleh Kepala Daerah (Gubernur maupun

bupati/walikota) untuk membantu Kepala Daerah dalam menyiapkan kerja

sama daerah

Gubernur/Bupati/Walikota membentuk TKKSD untuk menyiapkan kerja sama

daerah

Tugas TKKSD meliputi: 1. Melakukan inventarisasi dan pemetaan bidang/potensi daerah yang akan

dikerjasamakan

2. Menyusun prioritas objek yang akan dikerjasamakan

3. Memberikan saran terhadap proses pemilihan daerah dan pihak ketiga

4. Menyiapkan kerangka acuan/proposal obyek kerja sama daerah

5. Membuat dan menilai proposal dan studi kelayakan

6. Menyiapkan materi kesepakatan bersama dan rancangan perjanjian kerja

sama

7. Memberikan rekomendasi kepada gubernur untuk penandatanganan

kesepakatan bersama dan perjanjian kerja sama 8. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kerjasama

daerah kabupaten/kota

Struktur organisasi TKKSD:

� Ketua : Sekretaris Daerah

� Wakil Ketua 1 : Asisten yang membidangi kerja sama daerah

� Wakil Ketua2 : Kepala Bappeda

� Sekretaris : Kepala Biro yang membidangi kerjasama daerah

� Anggota tetap : Kepala Biro Hukum, Kepala SKPD bidang pemerintahan,

Kepala SKPD yang membidangi Keuangan dan Pengelolaan Aset

� Anggota tidak tetap: Kepala SKPD yang melaksanakan kerja sama, kepala SKPD yang terkait dengan pelaksanaan kerja sama, tenaga ahli/pakar

TKKSD Propinsi maupun Kabupaten/Kota dapat membentuk Tim Teknis untuk

menyiapkan materi teknis terhadap objek yang akan dikerjasamakan

Page 57: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

53 | P a g e

Permendagri No 23/2009

Pembinaan dan

Pengawasan

(Binwas) KSAD

Propinsi

Dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri, dengan membentuk Sekretariat Bersama

Tentang Sekretariat Bersama:

� Anggotanya terdiri dari unsur Kementrian Dalam Negeri dan wakil dari

Departemen/LPND serta tenaga profesional

� Berkedudukan di Ditjen Pemerintahan Umum (PUM)

� Pembentukannya ditetapkan oleh Keputusan Menteri Dalam Negeri Binwas dilakukan di 4 tahapan dengan cara:

1. Tahap Penjajakan meliputi:

a.Memberikan informasi mengenai: i).peraturan perundangan terkait dengan

objek yang dikerjasamakan; ii).sumber pendanaan, tata cara perolehannya dan

petunjuk pengadministrasiannya; iii).daerah yang telah melakukan KSAD;

iv).daerah yang telah membentuk badan kerja sama antar daerah

b.Memberikan asistensi mengenai pra studi kelayakan dan pembentukan badan

kerja sama daerah

c.Memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi keapda daerah propinsi

dalam memperoleh dukungan dari Departemen/Lembaga Non Departemen terkait dengan objek KSAD

2. Tahap Negosiasi meliputi:

a.Memberikan bimbingan, supervisi, dan konsultasi kepada daerah propinsi

dalam penyusunan materi, finalisasi kesepakatan dan penyusunan perjanjian

kerja sama

b.Memberikan informasi kepada daerah propinsi mengenai tenaga

ahli/profesional terkait aspek teknis, hukum dan keuangan

3. Tahap Penandatanganan meliputi:

a.Membantu pemda dalam berkoordinasi dengan Menteri/Pimpinan Lembaga

Pemerintah Non Departemen untuk mendukung kesepaktan KSAD b.Membantu pemda dalam berkoordinasi dengan Menteri/pimpinan

penandatanganan perjanjian KSAD

4. Tahap Pelaksanaan dan Pengakhiran meliputi:

a.Melakukan monitoring dan evaluasi

b.Memberikan pertimbangan apabila terjadi permasalahan

c.Memberikan masukan kepada Menteri Dalam Negeri dalam penyelesaian

perselisihan

d.Mengingatkan para pihak untuk melakukan persiapan pengakhiran

Pembinaan dan

Pengawasan

(Binwas) KSAD kabupaten/

kota

Dilakukan oleh gubernur, dengan membentuk TKKSD

Tentang TKKSD:

� Berkedudukan pada Sekretariat Daerah � Pembentukannya ditetapkan oleh Keputusan Gubernur

Binwas dilakukan di 4 tahapan dengan cara yang sama dengan Sekber, kecuali

untuk tahapan penandatanganan meliputi:

a.Dalam penandatanganan kesepakatan, membantu pemerintah daerh

kabupaten/kota dalam berkordinasi dengan Gubernur dan Menteri/Pimpinan

LPND untuk mendukung kesepakatan KSAD

b.Dalam penandatanganan perjanjian kerja sama, membantu pemerintah darah

dalam berkoordinasi dengan Gubernur, Menteri/Pimpinan LPND, untuk hadir

menyaksikan penandatanganan perjanjian KSAD

Page 58: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

54 | P a g e

Terkait dengan peraturan perundangan utama yang telah diuraikan di atas, ada beberapa issue penting

yang menjadi perhatian berbagai pihak:

1. Undang-Undang No 32/2004 tentang Pemerintah Daerah

Pada saat ini pihak Kementrian Dalam Negeri telah menyiapkan draft revisi UU No 32/2004. Terkait

dengan kerja sama daerah, revisi yang diusulkan dimaksudkan untuk mendorong pihak daerah agar

melakukan kerjasama disamping juga mempertegas bahwa urusan kerja sama daerah adalah

merupakan urusan dari Pemerintahan Umum. Berikut usulan revisinya:

a) Kerjasama dimasukkan dalam urusan Pemerintahan Umum

b) Pemerintah pusat akan memberikan insentif bagi daerah yang melakukan kerjasama

c) Sifat kerjasama akan dibedakan menjadi dua kategori yaitu:

i. Kerjasama wajib (urusan tertentu/fungsi-fungsi pelayanan, seperti pendidikan, kesehatan,

transprotasi, lingkungan, sampah, DAS, dll)

ii. Kerjasama sukarela (daerah dapat menentukan sendiri urusan apa saja yang akan

dikerjasamakan)

2. PP No. 50/2007 tentang tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja sama daerah

Secara umum, PP No 50/2007 dapat dikatakan telah dapat memayungi kerjasama daerah yang

terjadi di Indonesia. Namun demikian, ada beberapa poin penting yang seringkali menjadi

hambatan dalam implementasi PP No 50/2007 ini diantaranya adalah:

a) Mengenai inisiatif atau prakarsa kerja sama, dalam pasal 7 disebutkan: “Kepala Daerah Kepala

daerah atau salah satu pihak dapat memprakarsai atau menawarkan rencana kerja sama kepada

kepala daerah yang lain dan pihak ketiga mengenai objek tertentu”. Hal ini berarti bahwa

kerjasama harus diawali oleh inisiatif dari pihak daerah, padahal dalam kenyataannya pihak lain

(baik pemerintah maupun non pemerintah) bisa saja menjadi inisiator awal jika melihat

potensi/peluang diadakannya kerjasama

b) Dalam pasal 14 dan 15 disebutkan bahwa apabila dalam proses kerjasama antar daerah tersebut

terjadi perselisihan, maka dapat diselesaikan dengan cara musyawarah atau keputusan

gubernur (berlaku untuk kabupaten/kota yang berselisih) atau keputusan menteri (berlaku

untuk propinsi yang berselisih). Penyelesaian perselisihan dengan cara melibatkan gubernur

atau menteri melalui surat keputusannya, bertentangan dengan prinsip kerjasama “persamaan

kedudukan”, seperti yang telah disebutkan dalam pasal 2 poin (h). Beberapa ahli mengusulkan

bahwa sebaiknya penyelesaian perselisihan, selain melalui musyawarah juga sebaiknya

dikembalikan pada mekanisme peraturan perundangan yang berlaku.

c) Pasal 24 ayat (1) menyebutkan bahwa dalam rangka membantu kepala daerah melakukan

kerjasama dengan daerah lain yang dilakukan terus menerus atau minimal lima tahun, kepala

daerah dapat membentuk badan kerja sama. Walaupun pada ayat (2) pasal yang sama telah

dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Badan kerja sama adalah bukan perangkat daerah,

namun dalam prakteknya masih banyak pihak daerah yang mengira bahwa badan yang

dimaksud merupakan perangkat daerah yang harus dibentuk dengan mengacu pada PP No.

Page 59: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

55 | P a g e

41/2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Untuk mengatasinya beberapa pakar

berpendapat bahwa seyogyanya jika istilah “badan” bisa diganti dengan “institusi”.

d) Pasal 25 menjelaskan bahwa Badan kerjasama mempunyai beberapa tugas. Salah satu tugas dari

badan tersebut adalah melakukan pengelolaan atas pelaksanaan kerjasama. Kata pengelolaan

ini seringkali menjadi rancu, dimengerti oleh pihak daerah sebagai eksekutor atau pelaksana

teknis dari kerjasama daerah tersebut. Padahal yang dimaksud dengan pengelolaan disini adalah

fungsi badan kerjasama sebagai media atau jembatan yang mengkomunikasikan serta

mengkoordinasikan kerjasama tersebut diantara para anggotanya. Sedangkan fungsi eksekutor

berada pada SKPD terkait di masing-masing pemerintah daerah.

3. Permendagri No. 22/2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerja Sama Daerah

Secara umum para pakar serta praktisi kerjasama daerah beranggapan bahwa hal-hal yang diatur

dalam Permendagri 22/2009 ini kurang memberi ruang pada pemerintah daerah dalam

melaksanakan kerjasama. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh hal-hal berikut:

a) Tahapan kerjasama daerah yang diatur dalam Permendagri ini dirasakan terlalu panjang dan

kaku, sehingga ada usulan untuk menyederhanakannya.

b) Ada kekhawatiran bahwa nantinya TKKSD yang telah dibentuk akan menjadi cikal bakal dari

badan kerjasama antar daerah. Dari proses pembentukan serta anggotanya, TKKSD (Tim

Koordinasi Kerjasama Daerah) merupakan tim yang beranggotakan aparat pemerintah daerah

(struktural). Sedangkan badan kerjasama daerah, berdasarkan best practices yang terjadi di

dalam maupun di luar negeri, selain aparat pemerintah daerah diharapkan juga beranggotakan

dari kalangan profesional. Selain itu juga pembentukan TKKSD dirasakan cukup memakan waktu,

dan kadang-kadang justru menyulitkan untuk proses kerjasama antar daerah (pengalaman

fasilitasi Kedu Plus).

c) Belum membuka ruang bagi kalangan

masyarakat umum maupun profesional

untuk berperan serta secara aktif sebagai

mitra dalam kerjasama antar daerah.

Peluang untuk berpartisipasi hanya ada

bagi para tenaga ahli/pakar kerja sama

antar daerah sebagai salah satu anggota

tidak tetap dari TKKSD, seperti yang

disebutkan dalam pasal 5.

Selain itu, Permendagri 22/2009 belum

mencakup penjelasan mengenai cara apa yang

harus dilakukan pihak pemerintah daerah untuk

melaksanakan tahapan kerja sama yang telah

ditentukan. Hal ini membuat pihak pemerintah

daerah yang akan bekerja sama tidak mengetahui

bagaimana untuk melakukannya.

Issue terkait perundangan kerjasama antar daerah di Indonesia: Revisi UU 32/2004

→ urusan Pemerintahan Umum, pemberlakuan insentif, kerjasama wajib vs sukarela

PP 50/2007

→ prakarsa kerja sama, penyelesaian perselisihan, istilah “badan” kerja sama, fungsi “pengelolaan” badan kerjasama

Permendagri 22/2007

→kurang memberi ruang bagi pemerintah daerah dan masyarakat, belum mencakup bagaimana cara melaksanakan tahapan kerjasama

Page 60: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

56 | P a g e

Peraturan Perundangan di Tingkat Daerah

Secara garis besar, peraturan yang dibuat di tingkat daerah dapat digolongkan menjadi 2 kategori, yaitu

peraturan yang dibuat secara bersama oleh para pihak pemerintah daerah yang bekerja sama, dan

peraturan yang dibuat oleh masing-masing Pemerintah Daerah termasuk pemerintah propinsi yang

memfasilitasi terjadinya kerja sama.

BAGAN 4.4 PERATURAN/PERUNDANGAN DI TINGKAT DAERAH

Kerjasama yang dilakukan antar pemerintah daerah umumnya didahului dengan kesepakatan bersama

dari para pihak pemerintah daerah yang melakukan kerja sama, ditandai dengan ditandatanganinya

naskah MOU (Memorandum of Understanding) atau kesepakatan bersama. MOU kemudian

ditindaklanjuti dengan disusunnya Perjanjian Kerja Sama Para Pihak serta Surat Keputusan ataupun

peraturan yang dibuat secara bersama oleh para Kepala Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang

bekerja sama. Seperti misalnya Surat Keputusan Bersama lima bupati untuk membentuk kerjasama

manajemen wilayah Barlingmascakeb di tahun 2003; Peraturan Bersama Walikota Tegal, Walikota

Pekalongan, Bupati Brebes, Bupati Tegal, Bupati Pemalang, Bupati Pekalongan dan Bupati Batang

tentang pembentukan Regional Manajemen antar Sapta Mitra Pantura tahun 2005; Surat Keputusan

Bersama Bupati/Walikota Subosukawonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Kartasura, Wonogiri,

Karanganyar, Sragen, Klaten) tahun 2001 yang kemudian diperbaharui pada tahun 2006; Surat

Keputusan Bersama Bupati Pacitan, Bupati Wonogiri dan Bupati Gunung Kidul tahun 2002 tentang

terbentuknya BKAD (Badan Kerja sama Antar Daerah) Pawonsari; dan Surat Keputusan Bersama

Pemerintah Daerah Kendal, Demak, Salatiga, Grobogan dan Kabupaten serta Kota Semarang tentang

kerja sama program pembangunan di wilayah Kedungsepur pada tahun 2005.

Sementara itu sebagian kecil daerah yang melakukan kerja sama ada yang membuat peraturan

perundangan di daerahnya masing-masing. Umumnya diawali dengan dikeluarkannya Surat Keputusan

Gubernur, seperti misalnya SK Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Pembentukan Sekretariat

Bersama Kartamantul tahun 1997; dan SK Gubernur Jabar, Banten dan DKI Jakarta tentang

pembentukan Badan Kerja Sama Pembangunan (BKSP) Jabodetabekjur tahun 2006. Beberapa daerah

yang melakukan kerja sama juga mengeluarkan Surat Keputusan DPRD yang berisikan tentang

persetujuan DPRD terhadap kerja sama yang dilakukan.

MOU

(Kesepakatan

Bersama)

SK Gubernur Contoh: SK Gub DIY

(Kartamantul) ; SK Gub DKI, Jabar,

Banten (BKSP

Jabodetabekjur)

Perjanjian

Kerja sama

Surat Keputusan

Bersama (SKB)

Bupati/Walikota

SK DPRD

Page 61: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

57 | P a g e

Berikut anatomi MOU atau kesepakatan bersama yang biasanya dibuat oleh pemerintah daerah yang

bekerjasama.

No. Bagian Berisikan

1 Pendahuluan Logo meliputi: i).Burung Garuda Hitam;

ii).Kesepakatan para pihak

Judul : “KESEPAKATAN BERSAMA” antar subyek kerja sama

(para pihak yang bekerja sama)

Nomor : Masing-masing pihak

Tentang : Bidang kerja sama yang menjadi obyek kerja sama

sesuai kewenangan daerah otonom

2. Isi Kesepakatan Bersama meliputi:

Identitas Para Pihak 1.Nama; 2.Jabatan; 3.Alamat Kantor; 4.Keputusan Pengangkatan

dalam Jabatan KDH

Maksud dan Tujuan Maksud : Apa yang diinginkan secara umum dari pelaksanaan

kerja sama

Tujuan : Apa yang diinginkan secara khusus dari pelaksanaan

kerja sama

Objek dan Ruang Lingkup Objek : Seluruh urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah otonom (PP 38/2007)

Ruang lingkup : Penjabaran dari obyek kerja sama

Bentuk Kerjasama Dituangkan dalam bentuk perjanjian kerja sama (berdasarkan

Pasal 5 PP No 50/2007)

Sumber Biaya Sumber biaya pelaksanaan kerjasama (APBN, APBD, sumber lain

yang sah)

Tahun anggaran dimulainya kerja

sama

Berdasarkan kesepakatan para pihak yang bekerja sama

Jangka Waktu Maksimal 12 bulan

Rencana Kerja 1. Jangka waktu penyusunan rancangan perjanjian kerjasama oleh

masing-masing daerah

2. Tanggal pembahasan bersama rancangan perjanjian kerja sama

3. Jadwal penandatanganan perjanjian kerja sama

3. Penutup Kalimat penutup : mengatur mulai berlakunya kerja sama

Tanda tangan : para pihak

Sumber: Anatomi Penulisan Kesepakatan Bersama & Perjanjian Kerja sama, Biro Otda dan Kerjasama Setda Prov Jateng, 2010

Page 62: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

58 | P a g e

Selanjutnya anatomi Perjanjian Kerja sama yang biasanya dibuat oleh pemerintah daerah yang

bekerjasama.

No. Bagian Berisikan

1 Dasar 1. Pelaksanaan kesepakatan bersama kepala daerah

2. Pendelegasian wewenang dari kepala daerah

3. Peraturan yang relevan

2 Pendahuluan Logo meliputi: i). Logo Daerah

ii).Tidak memakai logo (sudah teknis)

Judul : “PERJANJIAN KERJA SAMA” PARA PIHAK

(PP 50/2007 & Permendagri 22/2009)

Nomor : Masing-masing pihak

Perihal : inti kerja sama

2. Isi Perjanjian Kerja sama:

Subyek kerja sama Kepala SKPD yang telah mendapat pendelegasian wewenang dari

kepala daerah

Obyek kerja sama Seluruh urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah

daerah (PP No 38/2007)

Ruang lingkup kerja sama Penjabaran dari objek kerjasama

Hak dan kewajiban Hak : Apa yang akan diperoleh para pihak

Kewajiban : Apa yang harus dikerjakan para pihak

↓ sanksi

(ringan, sedang, berat, sesuai kewenangan)

Jangka waktu kerja sama Obyek > Kesepakatan para pihak < bentuk

Keadaan memaksa Mengatur apabila terjadi keadaan memaksa

Penyelesaian perselisihan 1. Musyawarah

2. Keputusan Gubernur (antara daerah dalam 1 propinsi)

3. Keputusan menteri (antara daerah beda propinsi

4. Abaikan pasal 1266 dan 1267 KUH Perdata (Proses Putusan

Pengadilan)

Pengakhiran kerja sama 1. Kesepakatan para pihak

2. Tujuan Perjanjian Kerja sama telah tercapai

3. Wan Prestasi

4. Dibuat Perjanjian Kerja sama baru

5. Muncul norma baru dalam peraturan perundangan

6. Merugikan kepentingan nasional

7. Berakhirnya masa Perjanjian kerja sama

3. Penutup Kalimat penutup : mengatur mulai berlakunya perjanjian kerja

sama

Tanda tangan : para pihak

Sumber: Anatomi Penulisan Kesepakatan Bersama & Perjanjian Kerja sama, Biro Otda dan Kerjasama Setda Prov Jateng, 2010

Page 63: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN

4.3 Kelembagaan KAD

Dalam prakteknya kerja sama antar daerah di Indonesia ada yang bersifat

non struktural (desentralistik). Yang dimaksud struktural yaitu apabila kerja sama terbentuk melalui

mekanisme struktural sesuai prosedur formal birokratis dan memiliki pola pengelolaan yang hirarkis.

Sedangkan kerjasama non struktural (desentralistik) adalah kerja sama yang terbentuk berdasarkan

kebutuhan serta keinginan daerah untuk memberdayakan potensinya dalam rangka meningkatkan

pelayanan dan kekuatan daya saing secara bersama

struktural atau jejaring41.

BAGAN 4.5 VARIASI BENTUK KERJA SAMA ANTAR DAERAH DI INDONESIA

Kerjasama daerah yang bersifat struktural

kerjasama. Kerjasama antar pemerintah daerah

saling berbatasan/berdekatan maupun tidak, contohnya:

→ Antar kabupaten/kota yang berbatasan/berdekatan

� Kerja sama penegasan wilayah perbatasan, dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui secara

pasti batas daerah administrasi antar daerah yang bersangkutan sehingga dapat mewujudkan

legitimasi hukum. Misalnya penegasan batas daerah antara Kabupaten Grobogan dengan

41

Abdurahman, Benyamin, 2010, Dukungan DSF terhadap

Struktural

Badan Kerja Sama

AN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH

Dalam prakteknya kerja sama antar daerah di Indonesia ada yang bersifat struktural

(desentralistik). Yang dimaksud struktural yaitu apabila kerja sama terbentuk melalui

sedur formal birokratis dan memiliki pola pengelolaan yang hirarkis.

Sedangkan kerjasama non struktural (desentralistik) adalah kerja sama yang terbentuk berdasarkan

kebutuhan serta keinginan daerah untuk memberdayakan potensinya dalam rangka meningkatkan

pelayanan dan kekuatan daya saing secara bersama-sama, dengan pengelolaan melalui pola non

BAGAN 4.5 VARIASI BENTUK KERJA SAMA ANTAR DAERAH DI INDONESIA

struktural ada yang dilakukan tanpa ataupun dengan

. Kerjasama antar pemerintah daerah tanpa lembaga bisa terjadi antara kabupaten/kota yang

saling berbatasan/berdekatan maupun tidak, contohnya:

Antar kabupaten/kota yang berbatasan/berdekatan

wilayah perbatasan, dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui secara

pasti batas daerah administrasi antar daerah yang bersangkutan sehingga dapat mewujudkan

legitimasi hukum. Misalnya penegasan batas daerah antara Kabupaten Grobogan dengan

kungan DSF terhadap RM Forum, Jakarta

Kerja sama

antar Daerah

di Indonesia

Struktural

Tanpa Lembaga Kerja Sama

Non Struktural

Regional Management (RM)

APRIL 2011

59 | P a g e

struktural (sentralistik) dan

(desentralistik). Yang dimaksud struktural yaitu apabila kerja sama terbentuk melalui

sedur formal birokratis dan memiliki pola pengelolaan yang hirarkis.

Sedangkan kerjasama non struktural (desentralistik) adalah kerja sama yang terbentuk berdasarkan

kebutuhan serta keinginan daerah untuk memberdayakan potensinya dalam rangka meningkatkan

sama, dengan pengelolaan melalui pola non

dengan wadah/lembaga

bisa terjadi antara kabupaten/kota yang

wilayah perbatasan, dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui secara

pasti batas daerah administrasi antar daerah yang bersangkutan sehingga dapat mewujudkan

legitimasi hukum. Misalnya penegasan batas daerah antara Kabupaten Grobogan dengan

Non Struktural

Jaring Pelayanan Publik

Page 64: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

60 | P a g e

Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal dengan Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung

dengan Kabupaten Wonosobo, antara Kabupaten dan Kota Magelang .

� Kerja sama pengelolaan sarana dan prasarana. Seperti kerja sama pemanfaatan air bersih di

wilayah Kabupaten Semarang dan Kabupaten Kendal oleh Kota Semarang; kerja sama pelayanan

trayek angkutan perbatasan serta pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah

terpadu antara Kabupaten dan Kota Magelang; kerja sama pengelolaan sampah antara

Kabupaten dan Kota Bogor; serta kerjasama penanganan malaria di Kab Purworejo, Magelang,

dan Kulonprogo yang didanai oleh Kementrian Kesehatan. Dalam pelaksanaan kerjasama

penanganan malaria, pelaksana dari masing-masing kabupaten bertanggung jawab kepada

pemerintah daerahnya masing-masing, dan gubernur menjadi tempat pertanggung jawaban

akhir.

� Kerja sama tata ruang, seperti pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Progo antara Kabupaten

dan Kota Magelang

→ Antar kabupaten/kota yang tidak berbatasan

� Kerja sama transmigrasi yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan potensi masyarakat

baik di daerah asal maupun daerah tujuan. Kerjasama transmigrasi ini telah berjalan di beberapa

daerah seperti Kabupaten Grobogan dengan Kabupaten Kapuas Hulu (Kalbar), Kabupaten Bungo

(Jambi) dan Kabupaten Katingan (Kalteng); Kabupaten Temanggung dengan Propinsi Kalimantan

Barat, sampai saat ini sekitar 69 kk (236 jiwa) transmigran telah ditempatkan; Kabupaten

Gunung Kidul dengan beberapa kabupaten di Sumatera dan Kalimantan seperti OKI dan OKU

(Sumsel), Muara Jambi dan Kubu Raya (Jambi), Bengkalis (Riau), Kutai (Kaltim), Waringin Timur

(Kalteng), Sambas (Kalbar)

Kerja sama struktural dengan membentuk lembaga badan kerja sama antara lain seperti Badan Kerja

Sama Antar Daerah (BKAD) Subosukawonosraten, Badan Kerja Sama Pembangunan (BKSP)

Jabodetabekjur, serta BKAD Pawonsari. Ciri struktural terutama terlihat dari kepengurusan dari Badan

Kerjasama yang dibentuk seluruhnya merupakan pegawai negeri sipil, dan pembentukan lembaga juga

umumnya di inisiasi oleh pemerintah pusat.

Sementara itu kerjasama daerah non struktural dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu Regional

Management (RM) dan Jaring Pelayanan Publik. Dilihat dari kelembagaan kerja samanya dapat

dikatakan bahwa RM dan Jaring Pelayanan Publik memiliki bentuk kelembagaan serta struktur organisasi

yang relatif sama, dimana beberapa pos didalam struktur tersebut diduduki oleh kalangan profesional.

Perbedaan terletak pada lingkup kerja sama, dimana jaring pelayanan publik lebih fokus pada sektor

pelayanan publik (sesuai PP 38/2007), sedangkan RM selain pada sektor pelayanan publik juga

mencakup pengembangan perekonomian wilayah. Contoh bentuk kerja sama jaring pelayanan publik

yang sering dijadikan best practices karena dianggap berhasil adalah Sekretariat Bersama Kartamantul.

Selain itu juga ada Sarbagita (Bali) memiliki fokus pada pelayanan persampahan dan Gerbarkartasusila

(Jawa Timur) memiliki fokus pada sarana dan prasarana jalan.

Page 65: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

61 | P a g e

Terbentuknya RM di Indonesia diawali dengan RM Barlingmascakeb pada tahun 2003, yaitu kerja sama

antara 5 Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang meliputi Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas,

Cilacap dan Kebumen dengan lingkup kerja sama meliputi sektor perdagangan, pariwisata dan investasi.

Seperti halnya Sekber Kartamantul, RM Barlingmascakeb juga seringkali dianggap sebagai salah satu

praktek KAD yang cukup berhasil dilihat dari manfaat yang diperoleh oleh para anggotanya. Tahun

berikutnya (2004) karena terinspirasi dengan RM Barlingmascakeb terbentuklah RM Sapta Mitra

Pantura (biasa di singkat SAMPAN), yaitu kerja sama antara 7 kabupaten kota yang juga berada di

Propinsi Jawa Tengah meliputi Kabupaten dan Kota Pekalongan dan Tegal, Kabupaten Brebes, Pemalang

dan Batang dengan lingkup kerja sama sama dengan Barlingmascakeb. Kemudian setahun berikutnya

(2005) Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) mulai mensosialisasikan dan menginisiasi

pembentukan 12 RM yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

Struktur Kelembagaan Kerja Sama Antar Daerah

Ketiga bentuk lembaga kerja sama yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya – yaitu badan kerja

sama (struktural), RM dan Jaring Pelayanan Publik – memiliki tipikal struktur organisasi yang relatif

berbeda. Sebagai catatan, sampai saat ini belum ada satupun aturan yang memayungi berbagai bentuk

lembaga kerja sama yang telah berkembang sampai saat ini.

� BADAN KERJA SAMA (STRUKTURAL)

Badan Kerja sama Antar Daerah umumnya dibentuk melalui mekanisme struktural dalam artian melalui

inisiasi pemerintah pusat, dan dikelola seluruhnya oleh pegawai pemerintah daerah yang melakukan

kerja sama secara bergantian. Salah satunya adalah Badan Kerja Sama Antar Daerah (BKAD)

Subosukowonosraten yang didirikan pada tahun 2001 beranggotakan 1 kota dan 6 kabupaten yang

seluruhnya berada di Propinsi Jawa Tengah terdiri dari Kota Surakarta, Kabupaten Boyolali, Sukoharjo,

Kartasura, Wonogiri, Karanganyar, Sragen dan Klaten. Lingkup kerja samanya cukup luas meliputi

beberapa sektor pelayanan publik (seperti kesehatan, satpol PP, pemadam kebakaran, perhubungan

darat) serta pengembangan ekonomi wilayah (seperti kepariwisataan litbang Iptek, informasi dan

komunikasi kehumasan, ketenaga kerjaan dan transmigrasi). Contoh lainnya adalah kerjasama antara

kabupaten lintas propinsi, BKAD Pawonsari yang dibentuk pada tahun 2002 antara pemerintah Pacitan

(Jawa Timur), Wonogiri (Jawa Tengah) dan Gunung Kidul (DIY) dengan lingkup kerja sama di sektor

pelayanan publik (seperti pembangunan infrastruktur dan penanggulangan masalah sosial dan bencana

alam) dan pengembangan ekonomi wilayah (seperti program pengembangan pariwisata, pelestarian dan

pemanfaatan sumber daya alam serta pengembangan ekonomi lokal).

Kerja sama lintas propinsi lainnya yang membentuk badan kerja sama antar daerah dan cukup banyak

melibatkan kabupaten/kota adalah Badan Kerja Sama Pembangunan (BKSP) Jabodetabekjur (Jakarta,

Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Cianjur) yang telah terbentuk sejak tahun 1976 atas prakarsa dari

pemerintah Propinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat dengan diinisiasi oleh pihak Kementrian Dalam Negeri.

Page 66: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

62 | P a g e

Lingkup kerjasamanya sangat luas meliputi: (i).Penataan ruang; (ii)Pemukiman sarana dan prasarana;

(iii).Sumber daya air, kebersihan dan lingkungan hidup; (iv).Transportasi, perhubungan dan pariwisata;

(v).Agro bisnis, koperasi dan usaha kecil menengah; (vi).Industri, perdagangan, pertambangan dan

investasi; (vii).Kependudukan, ketentraman dan ketertiban; (viii).Kesehatan dan pendidikan; dan

(ix).Sosial dan tenaga kerja

Pada prakteknya ada sedikit perbedaan pada struktur kelembagaan Badan Kerja sama di Indonesia.

Persamaannya terletak pada personel yang mendudukinya yang seluruhnya berasal dari pejabat

struktural daerah yang melakukan kerja sama, secara bergiliran.

BAGAN 4.6 STRUKTUR KELEMBAGAAN BADAN KERJA SAMA ANTAR DAERAH (BKAD)

SUBOSUKAWONOSRATEN

Sekretariat BKAD Subosukawonosraten

Page 67: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

63 | P a g e

Keterangan Bagan Struktur Kelembagaan Badan Kerja Sama:

� Forum tertinggi, beranggotakan seluruh unsur pimpinan daerah anggota kerja sama antar daerah.

Untuk BKAD Subosukowonosraten, Forum tertinggi yang bernama Forum Bengawan beranggotakan

1 walikota dan 6 bupati, yang sampai saat ini belum pernah mengadakan pertemuan. Sebagai

catatan, untuk kasus BKSP Jabodetabekjur, karena bersifat lintas wilayah maka forum tertinggi

bukan hanya di isi oleh bupati atau walikota saja, tapi juga oleh 3 gubernur yaitu Gubernur DKI

Jakarta, Jawa Barat dan Banten, dan diketuai oleh salah satu gubernur secara bergantian.

� Koordinator/Kepala sekretariat, sebagai pimpinan harian BKAD dijabat oleh Asisten I bidang

Pemerintahan Kota Surakarta (BKAD Subosukawonosraten). Untuk BKSP, fungsi koordinator

diemban oleh kepala sekretariat. Seperti halnya koordinator BKAD, kepala sekretariat BKSP juga

dijabat secara bergiliran dari tiap propinsi selama 5 tahun sekali. Secara fungsional, kepala

sekretariat bertanggung jawab kepada propinsi yang mengangkatnya, sedangkan secara operasional

bertanggung jawab kepada 3 propinsi.

� Sub Sekretariat, berkedudukan di kabupaten/kota lainnya dijabat oleh staf pemerintah kabupaten/

kota terkait.

Dengan bentuk kelembagaan struktural ini, ada beberapa kendala ataupun hambatan yang dirasakan

dalam pelaksanaan teknis kerja sama yaitu:

� Lemahnya koordinasi serta komunikasi antar daerah yang bekerjasama karena faktor kedinasan

dan juga ego sektoral. Hal ini terutama terlihat dari kurangnya koordinasi dan komunikasi antara

Kepala Daerah dari masing – masing pemerintah daerah, maupun antara Kepala Daerah dengan

sub sekretariat BKAD yang terdapat di semua pemerintah kabupaten/kota yang tergabung di

dalam aliansi pembangunan ini. Akibatnya:

Terjadi kendala birokrasi terkait dengan rantai pengambilan keputusan dan penyebarluasan

informasi di daerah yang bekerja sama.

Kesulitan sinkronisasi dalam memadukan program badan kerja sama dengan program

masing-masing pemerintah daerah, dan di sisi lain masih terjadi inefisiensi yaitu dengan

terjadinya tumpang tindih program (dilakukan oleh badan kerja sama sekaligus juga oleh

SKPD daerah anggota)

� Sumber Daya Manusia (SDM) di sekretariat Badan Kerja sama seluruhnya merupakan pegawai

negeri yang secara struktural telah memiliki tupoksi utama masing-masing, sehingga dalam

prakteknya akan memprioritaskan tupoksi utamanya dibandingkan dengan tugasnya di

sekretariat Badan Kerja sama.

Page 68: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

64 | P a g e

� JARING PELAYANAN PUBLIK (NON STRUKTURAL)

Dalam pendekatan jaring pelayanan publik yang terfokus pada aspek pelayanan publik, komunikasi

kewilayahan dilakukan dalam rangka menghasilkan sinkronisasi dan harmonisasi kebijakan dan program.

Salah satu kerjasama yang termasuk dalam kategori jaring pelayanan publik adalah Sekretariat Bersama

(Sekber) Kartamantul yaitu kerja sama antara pemerintah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan

Bantul yang terbentuk sejak tahun 2007 dengan inisiasi dari Pemerintah Propinsi DI Yogyakarta.

BAGAN 4.7 STRUKTUR KELEMBAGAAN SEKRETARIAT BERSAMA (SEKBER) KARTAMANTUL

Struktur kelembagaan sekretariat bersama terdiri dari:

� Dewan Pengarah, beranggotakan seluruh jajaran pemerintah daerah terkait dengan struktur

Dewan Pembina, beranggotakan unsur seluruh pimpinan kepala daerah

Pelaksana harian yang diketuai oleh salah satu sekretaris daerah (secara bergantian) serta

beranggotakan sekretaris daerah lainnya beserta para kepala dinas terkait

� Direktur, berasal dari kalangan profesional yang mempunyai kompetensi di bidang manajemen

wilayah. Direktur dibantu oleh beberapa staf yang juga berasal dari kalangan profesional untuk

mengisi beberapa bagian seperti bagian perencana&monev, bagian fasilitasi &advokasi, sekretariat

(umum dan keuangan) serta unit operasional

� Tim teknis (Pokja), melibatkan berbagai stakeholders, merumuskan kebijakan dan meneruskannya

pada Dewan Pengarah

Page 69: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

65 | P a g e

� REGIONAL MANAGEMENT (RM)

RM merupakan sebuah pendekatan relatif baru di Indonesia. Pendekatan RM mewajibkan pelibatan

masyarakat dan sektor swasta secara aktif dalam kegiatan kerja sama antar daerah. Tidak ada format

yang baku bagi bentuk kelembagaan RM, karena dibuat berdasarkan hasil kesepakatan antar aktor

regional yang bekerja sama. Namun karena RM merupakan jejaring antara publik dan swasta maka

unsur yang terlibat harus berperan dalam struktur kelembagaan, meliputi unsur eksekutif (pemerintah

daerah), legislatif (DPRD), pihak swasta (seperti dunia usaha, perbankan), dan masyarakat (termasuk

organisasi profesi, Perguruan Tinggi, tokoh masyarakat, LSM, dll).

BAGAN 4.8 STRUKTUR KELEMBAGAAN REGIONAL MANAGEMENT

BUPATI

A

BUPATI

B

FORUM REGIONAL

FORUM MULTY STAKEHOLDERS

FASILITATOR (PEM PUSAT/PROV/NGO)

DEWAN EKSEKUTIF

REGIONAL MANAGER

SEKRETARIS

ANALIS

HUKUM & PERUNDANG-

UNDANGAN

ANALIS

PEREKONOMIAN &

INVESTASI

ANALIS

PEMASARAN

BUPATI

C

BUPATI

D

BUPATI

E

ANGGOTA DEWAN EKSEKUTIF

SEKRETARIAT DEWAN

EKSEKUTIF

Dalam aplikasinya, terdapat sedikit perbedaan struktur kelembagaan antara RM. Perbedaan yang jelas

misalnya terjadi antara 12 RM fasilitasi KPDT dengan RM di Jawa Tengah (seperti RM Barlingmascakeb

dan RM Sampan). Dalam RM fasilitasi KPDT, peran propinsi berada diluar struktur Dewan eksekutif,

sedangkan dalam RM di Jawa Tengah pihak propinsi merupakan bagian dari Dewan Eksekutif dengan

fungsinya sebagai sekretaris, memberikan fasilitasi langsung sesuai kebutuhan lembaga kerja sama.

Secara umum struktur kelembagaan Regional Management seperti dalam bagan 4.8, yaitu terdiri dari

Forum Regional, Forum Komunikasi Regional, Dewan Eksekutif, Regional Manager, dan Fasilitator.

Masing-masing unsur organisasi tersebut memiliki tugas dan kewenangan sebagai berikut42:

42

Abdurahman, Benyamin, 2010, Dukungan DSF terhadap RM Forum, Jakarta

Page 70: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

66 | P a g e

1. Inisiator, adalah perorangan, kelompok, atau lembaga yang mempunyai prakarsa untuk

membangun wacana menuju terbentuknya RM. Keberadaannya tidak harus masuk dalam struktur

organisasi, sebab inisiator dapat berperan sebelum terbentuknya kelembagaan. Namun biasanya

para inisiator termasuk para aktor regional yang masuk dalam kelompok Forum Regional.

2. Forum Regional, adalah forum yang beranggotakan Kepala Pemerintah Kabupaten/Kota anggota

kerjasama regional yang memiliki kewenangan: (i) Menetapkan kebijakan dan penyediaan dana

operasional kerjasama regional; dan (ii) Mengusulkan Manajer Regional dengan berkonsultasi

dengan DPRD.

3. Forum Komunikasi Regional (Forum Multy Stakeholders), merupakan unsur stakeholders dari

wilayah kerjasama regional yang dapat terdiri dari DPRD, Eksekutif, Profesional, Tokoh Masyarakat,

LSM, Asosiasi, dan Komponen masyarakat lainnya. Keberadaan forum komunikasi regional

dimaksudkan untuk: (i). mengontrol pelaksanaan kerjasama regional; (ii).memberikan masukan pada

rencana kerja regional yang akan dilaksanakan; (iii) pemecahan masalah yang perlu mendapatkan

masukan dari berbagai pihak.

4. Dewan Eksekutif, keanggotaannya terdiri dari wakil Pemerintah Daerah (dalam hal ini dapat diwakili

oleh Bakorwil, Bapeda Provinsi, atau Dinas-Dinas di lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota).

Kepengurusan Dewan Eksekutif berasal dari anggota Forum Regional yang dapat ditetapkan secara

bergilir diantara anggota. Tugas dan tanggungjawabnya meliputi: (i) penyusunan program kegiatan,

penetapan anggaran, mengikat kontrak dengan Regional Manager, dan melakukan monitoring dan

evaluasi pelaksanaan kegiatan Regional Management/Marketing oleh Regional Manager. (ii)Dewan

Eksekutif bertanggungjawab kepada forum regional; (iii) Anggaran operasional Dewan Eksekutif

ditanggung bersama oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kab/Kota anggota

kerjasama regional, dan sumber pendanaan lainnya; (iv) Menunjuk Regional Manajer atas mandat

masing-masing Pemkab/Kota berdasarkan konsultasi dengan legislatif dan melalui proses

penjaringan publik.

5. Regional Manager, adalah tenaga profesional yang dipilih melalui proses penjaringan publik

berdasarkan usulan dari masing-masing anggota dengan tugas: (i) Menyusun program kerja Regional

Management Agency; (ii) Melaksanakan Program Kerja; (iii) Mengaktifkan kerjasama antardaerah;

(iv) Melakukan promosi dan pemasaran wilayah; dan (v) memperoleh kesepakatan investasi.

6. Fasilitator, adalah lembaga Pemerintah pada tingkat yang lebih tinggi. Untuk kasus Jawa Tengah,

diwakili oleh Badan Koordinasi Lintas Kabupaten/Kota Wilayah III Provinsi Jawa Tengah. Tugas

Bakorwil III adalah memfasilitasi seluruh kegiatan penyiapan pembentukan Regional Management

hingga terbentuknya kerjasama regional tersebut

Sebagai catatan, masing-masing fungsi tersebut diatas dapat memiliki nama istilah yang berbeda, namun

pada fungsinya masing-masing komponen perlu terwakili.

Selain dari struktur kelembagaan, perbedaan antara bentuk lembaga kerja sama yang ada di Indonesia

bisa dilihat dari beberapa aspek berikut.

Page 71: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RE

NC

AN

A A

KSI

PE

NG

UA

TA

N D

AN

PE

NG

EM

BA

NG

AN

KE

RJA

SAM

A A

NT

AR

DA

ER

AH

A

PR

IL 2

01

1

67

| P

ag

e

NO

TO

PIK

AN

ALI

SA

B

EN

TU

K L

EM

BA

GA

KE

RJA

SA

MA

AN

TA

R D

AE

RA

H

BA

DA

N K

ER

JA S

AM

A

(ST

RU

KT

UR

AL)

JAR

ING

PE

LAY

AN

AN

PU

BLI

K

(NO

N S

TR

UK

TU

RA

L)

RE

GIO

NA

L M

AN

AG

EM

EN

T

(NO

N S

TR

UK

TU

RA

L)

1.

Co

nto

h K

AD

B

KA

D S

ub

osu

kaw

on

osr

ate

n, B

KA

D

Paw

on

sari

, BK

SP J

abo

de

tab

ekj

ur

Sekb

er

Kar

tam

antu

l, K

ed

un

gse

pu

r, K

ed

u

Plu

s

Bar

lingm

asc

ake

b, S

amp

an, 1

2 R

M

fasi

lita

si/

be

ntu

kan

KP

DT

2.

Inis

iato

r te

rbe

ntu

kn

ya

KA

D

Pe

me

rin

tah

Pro

pin

si:

BK

AD

Su

bo

suka

wo

no

srat

en

(in

isia

si G

TZ)

BK

SP J

abo

de

tab

ekj

ur

(in

isia

si k

em

en

tria

n

Dal

am N

ege

ri)

Pe

me

rin

tah

Pu

sat:

BA

KD

Pa

wo

nsa

ri

Pe

me

rin

tah

Pro

pin

si:

Kar

tam

antu

l. K

ed

un

gse

pu

r (m

ela

lui

keb

ijaka

n

tata

ru

ang

be

rup

a ka

was

an

pri

ori

tas)

� P

em

eri

nta

h P

usa

t:

KP

DT

de

nga

n b

antu

an L

SM L

eka

d (

12

RM

)

� P

em

eri

nta

h P

rop

insi

:

Bar

lingm

asc

ake

b (

me

lalu

i ke

bija

kan

tat

a

ruan

g b

eru

pa

kaw

asan

pri

ori

tas)

� P

em

eri

nta

h K

abu

pat

en

/Ko

ta:

Sam

pan

(in

isia

si P

erg

uru

an T

ingg

i)

3.

Pe

ma

ha

ma

n K

AD

IG

R (

Inte

r G

ove

rnm

en

tal R

ela

tio

ns)

IGM

(In

terg

ove

rnm

en

tal M

anag

em

en

t)

IGM

(In

terg

ove

rnm

en

tal M

anag

em

en

t)

4.

Pro

ses

Pe

mb

en

tuk

an

lem

ba

ga

K

asu

s Su

bo

suka

wo

no

srat

en

:

Inis

iasi

pe

me

rin

tah

pro

pin

si d

g G

TZ →

Inis

iati

f p

em

kab

/ko

ta t

erk

ait →

kese

pak

atan

be

rsa

ma

(MO

U) →

kep

utu

san

be

rsam

a

Kas

us

BK

SP J

abo

de

tab

ekj

ur:

Pra

kars

a P

em

da

Jab

ar d

an P

em

da

DK

I

Jaka

rta→

Inis

iasi

Ke

me

en

tria

n D

alam

Ne

geri→

Pe

ratu

ran

Be

rsam

a G

ub

ern

ur

DK

I,

Jab

ar, B

ante

n

Kas

us

Kar

tam

antu

l:

Ke

bija

kan

pe

me

rin

tah

pu

sat

(P3

KT

utk

Kar

tam

antu

l)/p

em

eri

nta

h p

rop

insi

(kaw

asan

pri

ori

tas

utk

Ke

du

ngs

ep

ur)→

Inis

iasi

pe

me

rin

tah

pro

pin

si →

Inis

iati

f p

em

kab

/ko

ta t

erk

ait →

kese

pak

atan

be

rsa

ma

(MO

U) →

kep

utu

san

be

rsam

a

Terd

iri d

ari 4

tah

ap

Tah

ap I

(Pra

kars

a)

Tah

ap II

(P

re In

stit

usi

on

alis

asi)

Tah

ap II

I (In

stit

usi

on

alis

asi

)

Tah

ap IV

(P

ela

ksan

aan

)

5.

Pro

ses

rek

rutm

en

sta

f

Tid

ak

ada

rekr

utm

en

st

af

dar

i ka

lan

gan

pro

fesi

on

al,

kare

na

selu

ruh

st

af

be

rasa

l

dar

i p

ega

wai

p

em

da

kab

up

ate

n/k

ota

pe

laku

KA

D

Re

kru

tme

n s

taf

pro

fesi

on

al [

Dir

ekt

ur

dib

antu

bb

rp s

taf

di b

agia

n p

ere

nca

na

&m

on

ev,

fa

silit

asi

&ad

voka

si,

sekr

eta

riat

(um

um

dan

ke

uan

gan

) se

rta

un

it

op

era

sio

nal

] d

ilaku

kan

se

cara

te

rbu

ka

Re

kru

tme

n

staf

p

rofe

sio

nal

(R

egi

on

al

Man

aje

r, s

taf

bid

ang

pe

ma

sara

n,

eko

no

mi

dan

in

vest

asi,

hu

kum

d

an

sekr

eta

ris)

dila

kuka

n s

eca

ra t

erb

uka

Page 72: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RE

NC

AN

A A

KSI

PE

NG

UA

TA

N D

AN

PE

NG

EM

BA

NG

AN

KE

RJA

SAM

A A

NT

AR

DA

ER

AH

A

PR

IL 2

01

1

68

| P

ag

e

NO

TO

PIK

AN

ALI

SA

B

EN

TU

K L

EM

BA

GA

KE

RJA

SA

MA

AN

TA

R D

AE

RA

H

BA

DA

N K

ER

JA S

AM

A

(ST

RU

KT

UR

AL)

JAR

ING

PE

LAY

AN

AN

PU

BLI

K

(NO

N S

TR

UK

TU

RA

L)

RE

GIO

NA

L M

AN

AG

EM

EN

T

(NO

N S

TR

UK

TU

RA

L)

6.

Ke

we

na

ng

an

Le

mb

ag

a

Bad

an k

erj

a sa

ma

me

ngk

oo

rdin

asik

an,

me

mfa

silit

asi p

ere

nca

naa

n y

ang

tela

h

dia

ngg

arak

an (

ole

h S

KP

D t

erk

ait)

se

rta

me

nge

lola

man

aje

me

n d

en

gan

be

rko

ord

inas

i de

nga

n S

KP

D t

erk

ait

Sekr

eta

riat

Be

rsa

ma

(Se

kbe

r) b

erf

un

gsi

me

laks

anak

an f

asili

tasi

, ko

ord

inas

i dan

me

dia

si a

nta

r an

ggo

ta K

AD

Re

gio

na

l m

an

ag

em

en

t b

erf

un

gsi

me

laks

anak

an f

asili

tasi

, ko

ord

inas

i dan

me

dia

si a

nta

r an

ggo

ta K

AD

7.

Pe

ren

can

aa

n K

eg

iata

n

da

n p

en

ga

mb

ila

n

ke

pu

tusa

n

Pe

ren

can

aan

ke

giat

an d

ifas

ilita

si d

an

dik

oo

rdin

asi o

leh

Ko

ord

inat

or

de

nga

n

me

libat

kan

SK

PD

me

nga

cu p

ad

a M

OU

yan

g te

lah

dis

ep

akat

i ole

h k

ep

ala

pe

me

rin

tah

an. H

asil

kep

utu

san

dila

ksan

akan

ole

h S

KP

D t

erk

ait

Sekb

er

Kar

tam

antu

l be

rsam

a d

en

gan

tim

tekn

is m

em

fasi

litas

i pe

nyu

sun

an d

an

pe

rum

usa

n r

en

can

a ke

giat

an t

ahu

nan

.

Re

nca

na

kegi

atan

tsb

did

asar

kan

pad

a is

u

pe

nti

ng

linta

s b

atas

dan

dis

esu

aika

n

de

nga

n r

en

can

a m

asin

g-m

asi

ng

pe

me

rin

tah

dae

rah

te

rkai

t. R

en

can

a

kegi

atan

tsb

ke

mu

dia

n d

iaju

kan

ke

pad

a

pe

laks

ana

har

ian

. Se

tela

h m

en

dap

at

pe

rse

tuju

an d

ari p

ela

ksan

a h

aria

n,

kegi

atan

dila

ksan

akan

ole

h S

KP

D t

erk

ait.

De

wa

n E

kse

ku

tif

(DE

) m

en

terj

em

ahka

n

keb

ijaka

n F

oru

m R

eg

ion

al (

FR)

me

nja

di

keb

ijaka

n s

trat

egi

s. K

em

ud

ian

, Re

gio

na

l

Ma

na

jer

(RM

) m

ela

ksan

akan

nya

.

Pro

du

k p

ere

nca

naa

n w

ilaya

h d

ihas

ilkan

me

lalu

i me

kan

ism

e M

usr

en

ba

ng

Re

gio

nal

, yan

g d

ilaks

anak

an s

eb

elu

m

mas

ing2

dae

rah

an

ggo

ta K

AD

me

laku

kan

Mu

sre

nb

angd

a &

se

be

lum

Mu

sre

nb

ang

pro

pin

si (

kasu

s R

M S

amp

an)

8.

Pe

ran

tia

p s

tak

eh

old

er

a

.Pe

me

rin

tah

P

usa

t � M

em

bu

at r

egu

lasi

(K

em

en

tria

n D

alam

Ne

geri

)

� In

isia

tor

awal

ke

rja

sam

a.

Co

nto

h:

BK

AD

Paw

on

sari

Me

mb

uat

re

gula

si (

Ke

me

ntr

ian

Dal

am

Ne

geri

)

Du

kun

gan

pe

mb

iaya

an u

tk o

pe

rasi

on

al

dan

pe

me

lihar

aan

se

kto

ral.

Co

nto

h:

pe

nge

lola

an T

PA

dan

IPA

L

(Kar

tam

antu

l)

Me

mb

uat

re

gula

si (

Ke

me

ntr

ian

Dal

am

Ne

geri

)

Me

mfa

silit

asi

dan

m

en

gko

ord

inas

i

pe

mb

en

tuka

n R

M (

KP

DT)

b

.Pe

me

rin

tah

Pro

pin

si

Seb

agai

inis

iato

r a

wal

ke

rjas

am

a.

Co

nto

h:

BK

AD

Su

bo

suka

wo

no

srat

en

� Se

bag

ai in

isat

or

dan

me

nge

luar

kan

SK

Gu

be

rnu

r u

tk t

erb

en

tukn

ya S

ekb

er

� D

uku

nga

n u

tk b

iaya

op

era

sio

nal

dan

pe

me

lihar

aan

se

kto

ral

� Se

bag

ai a

ngg

ota

tim

te

knis

,

me

ren

can

akan

ke

giat

an s

ekb

er

Seb

agai

Fa

sili

tato

r¸ m

en

yiap

kan

terb

en

tukn

ya R

M

Seb

agai

an

ggo

ta D

ew

an

Ek

sek

uti

f (D

E),

iku

t se

rta

me

nyu

sun

pro

gram

ke

giat

an

dan

pe

ren

can

aan

an

ggar

an

Page 73: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RE

NC

AN

A A

KSI

PE

NG

UA

TA

N D

AN

PE

NG

EM

BA

NG

AN

KE

RJA

SAM

A A

NT

AR

DA

ER

AH

A

PR

IL 2

01

1

69

| P

ag

e

NO

TO

PIK

AN

ALI

SA

B

EN

TU

K L

EM

BA

GA

KE

RJA

SA

MA

AN

TA

R D

AE

RA

H

BA

DA

N K

ER

JA S

AM

A

(ST

RU

KT

UR

AL)

JAR

ING

PE

LAY

AN

AN

PU

BLI

K

(NO

N S

TR

UK

TU

RA

L)

RE

GIO

NA

L M

AN

AG

EM

EN

T

(NO

N S

TR

UK

TU

RA

L)

c.

Pe

me

rin

tah

Ka

bu

pa

ten

/Ko

ta

Pe

nga

mb

il ke

bija

kan

Pe

laks

ana

kerj

asa

ma

(SK

PD

te

rkai

t)

Me

nd

ud

uki

se

luru

h p

os

kep

en

guru

san

BK

AD

Pe

nga

mb

il ke

bija

kan

(yai

tu D

ew

an P

em

bin

a)

Me

nyu

sun

pro

gram

(ti

m t

ekn

is d

an

pe

laks

ana

har

ian

dar

i de

wan

pe

mb

ina)

Pe

laks

ana

kerj

asa

ma

(SK

PD

te

rkai

t)

Pe

nga

mb

il ke

bija

kan

(yai

tu a

ngg

ota

Fo

rum

Re

gio

na

l )

Me

nyu

sun

pro

gram

kegi

atan

/an

ggar

an &

mo

ne

v (y

aitu

angg

ota

De

wan

Eks

eku

tif)

Pe

laks

ana

kerj

asa

ma

(SK

PD

te

rkai

t)

d

. M

asy

ara

ka

t

(pro

fesi

on

al,

pa

ka

r,

aso

sia

si,

pe

rgu

rua

n

tin

gg

i d

ll)

Aso

sia

si p

en

gusa

ha

ho

tel d

an a

sosi

asi

pe

ngu

sah

a m

eu

be

l

Pe

rgu

ruan

Tin

ggi C

on

toh

: U

GM

, UII

,

UM

Y, U

niv

Atm

ajay

a Yo

gyak

arta

Mas

yara

kat

Kas

us

Kar

tam

antu

l: d

alam

pe

laks

anaa

n k

egi

atan

pe

ne

rtib

an

pe

mb

uan

gan

sam

pah

ile

gal d

i

Sin

gosa

ren

Aso

sia

si

Kas

us

Kar

tam

antu

l: O

rgan

da

Pe

rgu

ruan

Tin

ggi C

on

toh

: U

niv

ers

itas

Dip

on

ego

ro d

alam

pe

mb

en

tuka

n R

M

Sam

pan

Kal

anga

n p

rofe

sio

nal

se

bag

ai R

eg

ion

al

Ma

na

jer

dan

bb

rp s

taf

Aso

sia

si p

en

gusa

ha

Co

nto

h:

RM

Bar

lingm

asc

ake

b

e

. N

GO

-

YLK

I, W

alh

i Le

mb

aga

Ke

rjas

am

a A

nta

r D

aera

h (

LEK

AD

)

yait

u d

alam

fas

ilita

si, a

dvo

kasi

, ko

nsu

ltas

i

f.

Do

no

r

GTZ

(p

roye

k R

ED

) SD

C (

Bad

an K

erj

asam

a P

em

ba

ngu

nan

Swis

s),

GTZ

(p

roye

k G

LG),

USA

ID

GTZ

(p

roye

k R

ED

)

Su

mb

er:

Dio

lah

dar

i be

rbag

ai s

um

be

r

Page 74: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

70 | P a g e

4.4 Pembiayaan dan Pengelolaan Keuangan KAD

Aspek pembiayaan serta pengelolaan keuangan merupakan salah satu hal yang mempengaruhi

keberlanjutan suatu lembaga kerja sama. Bagian berikut ini akan menguraikan mengenai sumber

pembiayaan serta manajemen penganggaran dan pembiayaan yang selama ini dilakukan oleh berbagai

lembaga kerja sama antar daerah yang sudah terbentuk di Indonesia.

Sumber-Sumber Pembiayaan KAD

Dalam prakteknya selama ini ada beberapa sumber pembiayaan yang digunakan untuk melaksanakan

kerja sama antar daerah adalah:

1. Iuran rutin dari APBD tiap kabupaten/kota yang melakukan kerja sama

Sumber ini dilakukan hampir oleh semua daerah kabupaten/kota yang bekerja sama, seperti:

� RM Barlingmascakeb, sejak tahun 2004 sampai saat ini tiap kabupaten anggota kerja sama

menyetor iuran dari APBDnya masing-masing sebesar Rp 100 juta (2004) dan Rp. 150 juta (2009)

� RM Sampan, tiap kabupaten/kota menyetor iuran sebesar Rp 100 juta/tahun

� BKAD Subosukawonosraten, tiap kabupaten/kota menyetor iuran rutin yang dialokasikan untuk

operasional sekretariat BKAD.

� BKAD Pawonsari, tiap kabupaten awalnya menyetor Rp 20 juta/tahun. Dari iuran tersebut, sub

sekretariat yang terdapat di dua kabupaten mendapat pengembalian masing-masing sebesar Rp

6 juta untuk biaya operasional. Besarnya iuran tahun 2009 adalah Rp 25 juta/kabupaten untuk

menunjang implementasi kegiatan kerja sama di bidang pariwisata

2. Dianggarkan di SKPD masing-masing pemerintah kabupaten/kota yang melakukan kerja sama:

� Sekber Kartamantul:

biaya operasional kantor Sekber

Kartamantul dianggarkan dari APBD

ketiga daerah dengan prosentase yang

sama

biaya operasional dan pemeliharaan

sektoral yang dikerjasamakan (seperti

pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir

dan Instalasi Pembuangan Air Limbah)

melalui perjanjian kerjasama sektoral

yang ditandatangani bupati/walikota

dianggarkan di APBD ketiga daerah

melalui SKPD masing-masing yang

terkait dengan prosentase berdasarkan

beban volume serta jumlah pengguna

Sumber-sumber pembiayaan KAD: Iuran rutin APBD kabupaten/kota pelaku KAD

Dianggarkan di masing-masing SKPD terkait

Dukungan Propinsi (Dana Dekonsentrasi) dan Pemerintah pusat (APBN)

Dukungan pihak luar

→Donor: GTZ, UNDP

→Perguruan Tinggi: Unsoed

Page 75: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

71 | P a g e

� Sekber Kedu Plus (sedang dirintis):

anggaran operasional kantor sekber rencananya akan ditanggung oleh daerah dimana

sekber berada dan harus dianggarkan secara khusus dari dana APBD daerah tersebut

anggaran untuk pelaksanaan kegiatan sektoral dilakukan dengan cara sharing program dan

dimasukkan dalam APBD SKPD terkait di masing-masing daerah

3. Dukungan Pemerintah Propinsi (dana dekonsentrasi) dan Pemerintah Pusat (APBN), seperti:

� Kegiatan pasar lelang Bapepti di RM Barlingmascakeb terselenggara berkat dukungan

pemerintah pusat dan propinsi

� Dukungan pemerintah pusat dan propinsi untuk biaya operasional dan pemeliharan sektoral

(seperti pengelolaan TPA dan IPAL) di Kartamantul

� Iuran dari pihak propinsi (Jabar, DKI Jakarta dan Banten) untuk biaya operasional dan koordinasi

BKSP Jabodetabekjur, disamping juga bantuan fisik dan jasa

4. Dukungan dari pihak luar, seperti:

� UNDP melalui proyeknya, Partnership for Governance Reform in Indonesia, pada tahun

2004/2005 memberikan bantuan kepada RM Barlingmascakeb sebesar Rp 1.5 milyar

� GTZ melalui proyeknya, Good Local Government, memfasilitasi wokshop dan Focus Group

Discussion (FGD) dalam rangka pembentukan kelompok kerja, mekanisme prosedur

kelembagaan serta dukungan terhadap pengembangan kapasitas SDMnya di RM Sampan dan

Sekber Kedu Plus

� Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto menyelenggarakan sosialisasi, roadshow,

seminar/semiloka pengembangan kerjasama antar daerah dengan RM Barlingmascakeb

Manajemen Penganggaran dan Pembiayaan

Dalam mengelola keuangannya, lembaga kerja sama daerah harus berpedoman pada peraturan

perundangan yang berlaku. Ada 2 aturan utama yang harus menjadi pedoman daerah yang bekerja

sama dalam mengelola penganggaran serta pembiayaannya:

1. PP No. 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan daerah (beserta turunannya)

2. Permendagri No 37/2010 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah Tahun 2011

Dalam pasal 6 ayat 1 PP No 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dijelaskan bahwa

pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Dengan demikian

semua kegiatan pengelolaan keuangan dalam kerja sama daerah, mulai dari kegiatan perencanaan

sampai dengan pertanggungjawabannya harus mengikuti peraturan ini beserta peraturan lain yang

merupakan turunannya.

Page 76: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

72 | P a g e

BAGAN 4.9 DASAR HUKUM PENGELOLAAN KEUANGAN KAD

PP No. 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan Omnibus Regulation, yaitu satu

peraturan komprehensif yang terpadu dari banyak undang-undang dan peraturan pemerintah43. Dari

bagan diatas terlihat bahwa PP tersebut merupakan paduan dari 6 Undang-undang dan 1 Peraturan

Pemerintah. Kemudian PP No 58/2005 tersebut di ikuti dengan lahirnya Permendagri No 13/2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang diubah dengan Permendagri No 59/2007.

Dalam Permendagri tersebut antara lain diatur langkah-langkah perencanaan program serta

penganggarannya yang harus dipedomani oleh pihak pemerintah daerah. Langkah-langkah tersebut juga

merupakan pedoman yang harus diikuti dalam proses penganggaran kegiatan/program yang dilakukan

dalam rangka kerja sama antar daerah.

BAGAN 4.10 LANGKAH-LANGKAH PENGANGGARAN KAD

43

Daryanto, 2009, Tinjauan Yuridis Permasalahan Pengelolaan Keuangan Daerah Dalam KAD di Prop Jateng dan DIY, Jakarta

Menetapkan nama

program & kegiatan

Menetapkan indikator kinerja &

target

Membuat Rancangan Anggaran Biaya (RAB) tiap program/kegiatan

Konversikan RAB ke dalam kode rekening

(sesuai Permendagri)

Tentukan kontribusi masing-masing

Pemda

(kesepakatan bersama)

Membuat RKA untuk belanja langsung

(oleh SKPD terkait di masing-masing Pemda)

� UU 17/2003 ttg Keuangan Negara

� UU 1/2004 ttg Perbendaharaan

Negara

� UU 15/2004 ttg Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung jawab

Keuangan Negara

� UU 25/2004 ttg SPPN

� UU 32/2004 ttg Pemerintahan Daerah

� UU No 33/2004 ttg Perimbangan

Keuangan ant pem pusat dan Pemda

� PP No 24/2005 ttg SAP

PP No. 58/2005

tentang

Pengelolaan

Keuangan daerah

Permendagri No

13/2006 tentang

Pedoman

Pengelolaan

Keuangan Daerah

diubah dengan

Permendagri No

Page 77: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

73 | P a g e

Dalam prakteknya penganggaran untuk keperluan kerja sama antar daerah di Indonesia dibebankan

kepada pos44:

1. Belanja langsung melalui Dana Transfer

Hal ini dilakukan oleh RM Barlingmascakeb, RM Sampan dan Sekber Kartamantul. Berdasarkan studi

yang dilakukan oleh Daryanto (tahun 2009) pembebanan anggaran ini tidaklah tepat, karena

berdasarkan Permendagri No 13/2006 yang diubah dengan Permendagri No 59/2007, dana transfer

hanya dimungkinkan melalui belanja tidak langsung tertentu, seperti belanja pegawai, bunga,

subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga

2. Bantuan Sosial

Dilakukan oleh RM Sampan, Sekber Kartamantul dan BKAD Subosukawonosraten. Hal ini juga tidak

sesuai dengan peraturan perundangan tersebut, sebab;

a. Pada kenyataannya, penganggaran melalui bantuan sosial tersebut dilakukan secara terus

menerus. Padahal dalam Permendagri pasal 45 disebutkan: “Bantuan sosial yang diberikan

secara tidak terus menerus/tidak mengikat diartikan bahwa pemberian bantuan tersebut tidak

wajib dan tidak harus diberikan setiap tahun anggaran”

b. Lembaga penerima tidak termasuk kriteria yang bisa diberikan bantual sosial, seperti yang

disebutkan dalam Permendagri tersebut: “Belanja bantuan sosial digunakan untuk

menganggarkan pemberian bantuan yang bersifat sosial kemasyarakatan dalam bentuk uang

dan/atau barang kepada kelompok/anggota masyarakat dan partai politik

3. Hibah

Penganggaran melalui pos dana hibah yang dilakukan oleh BAKD Subosukawonosraten, Sekber

Kartamantul, RM Barlingmascakeb dan RM Sampan, juga menghadapi permasalahan yang sama

seperti penganggaran melalui bantuan sosial

a. Penganggaran hibah yang dilakukan secara terus menerus ternyata menyalahi aturan yang

tertera dalam pasal 44 Permendagri 59/2007, yang menyebutkan: “Hibah yang diberikan secara

tidak mengikat/tidak secara terus menerus diartikan bahwa hibah tersebut ada batas akhirnya

tergantung pada kemampuan keuangan daerah dan kebutuhan atas kegiatan tersebut dalam

menunjang penyelenggaraan pemerintah daerah”

b. Berdasarkan penjelasan pasal 27 PP 58/2005, hibah digunakan untuk menganggarkan

pemberian uang/barang atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah darah lainnya,

perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan yang secara spesifik telah

ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat secara tidak terus menerus.

Padahal lembaga kerja sama tidak bisa dikategorikan sebagai masyarakat ataupun organisasi

kemasyarakatan.

44

Daryanto, 2009, Tinjauan Yuridis Permasalahan Pengelolaan Keuangan Daerah Dalam KAD di Prop Jateng dan DIY, Jakarta

Page 78: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

74 | P a g e

Adanya permasalahan dalam hal penentuan pos anggaran yang tepat bagi kerja sama daerah ini

menunjukkan bahwa peraturan yang ada secara yuridis tidak melindungi pengelolaan keuangan kerja

sama antar daerah. Titik terang ditunjukkan dengan diterbitkannya Permendagri No 37/2010 tentang

Pedoman Penyusunan APBD 2011. Pada angka IV hal-hal khusus poin 3 dalam Permendagri tersebut

disebutkan: “Dalam penyelenggaraan pembangunan yang melibatkan beberapa daerah untuk

peningkatan pelayanan masyarakat secara lebih efektif dan efisien, pemerintah daerah dapat menyusun

program dan kegiatan melalui pola kerjasama antar daerah dengan mempedomani PP No. 50/2007

tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Antar Daerah. Apabila pemerintah daerah membentuk badan

kerja sama maka masing-masing pemerintah daerah menganggarkan dalam bentuk APBD dalam bentuk

belanja hibah kepada badan kerja sama”. Dengan adanya aturan ini maka mekanisme pos

penganggaran kerja sama antar daerah menjadi lebih jelas, yaitu melalui pos belanja tidak langsung

hibah, dengan beberapa konsekuensi yang harus dipenuhi, yaitu45:

1. Kabupaten/kota yang sudah punya badan kerjasama harus segera merubah dan menyesuaikan diri

dengan badan kerja sama seperti yang diatur dalam PP No 50/2007

2. Badan kerjasama yang sudah ada harus menyusun dokumen perencanaan yang diintegrasikan

dengan dokumen perencanaan pembangunan daerah seperti RPJMD, RPKD

3. Badan kerja sama harus menetapkan instrumen pendukung anggaran (seperti Standar Biaya dan

Analisis Standar Belanja) sehingga bisa dihindari adanya duplikasi serta pemborosan anggaran

4. Harus segera ada peraturan yang dapat menjadi pedoman dalam pengaturan sistem dan prosedur

perencanaan, pengganggaran, pelaksanaan penatausahaan, akuntansi, pelaporan dan

pertanggungjawaban badan kerjasama

5. Permendagri No 37/2010 hanya berlaku untuk satu tahun saja (2011), oleh karena itu sebaiknya

substansi mengenai penganggaran kerja sama daerah sebaiknya diatur dan dimasukkan ke dalam

Peraturan Daerah tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah. Dibuatnya Peraturan daerah

ini juga merupakan amanat dari PP 58/2005 dan Permendagri 59/2007, yang menyebutkan bahwa

pihak pemerintah daerah diwajibkan menerbitkan peraturan daerah tersebut yang penyusunannya

harus sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

4.5 Monitoring dan Evaluasi KAD

Kegiatan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan kerjasama antar daerah merupakan salah satu tugas

pokok dari pemerintah pusat yaitu Ditjen Pemerintahan Umum Kementrian Dalam Negeri, khususnya

Sub Direktorat Kerja Sama Antar Daerah (selanjutnya disebut dengan Subdit KAD). Berdasarkan

Peraturan Menteri Dalam Negeri No 23/2009 tentang Pembinaan dan Pengawasan Kerja Sama Antar

Daerah, untuk melakukan pembinaan dan pengawasan Kementrian Dalam Negeri (dalam hal ini SubDit

KAD) membentuk sekretariat bersama yang beranggotakan unsur Kementrian Dalam Negeri, wakil dari

45

Daryanto, 2009, Tinjauan Yuridis Permasalahan Pengelolaan Keuangan Daerah Dalam KAD di Prop Jateng dan DIY, Jakarta

Page 79: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

75 | P a g e

Departemen/ Lembaga Pusat Non Departemen terkait, serta tenaga profesional. Kegiatan pembinaan

dan pengawasan sendiri terdiri dari lima tahapan, dimana salah satu kegiatan dalam tahapan yang

terakhir adalah kegiatan monitoring dan evaluasi. Namun, karena sampai saat ini Sekretariat Bersama

belum terbentuk, maka dari pihak pemerintah pusat kegiatan monitoring dan evaluasi KAD belum

pernah dilaksanakan.

Namun demikian, dari beberapa laporan kegiatan yang dihasilkan oleh GTZ (Germany Technical

Cooperation)46, dapat diketahui hasil serta manfaat yang telah dirasakan beberapa kerja sama antar

daerah yang telah terbentuk, khususnya di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah seperti RM

Barlingmascakeb dan BKAD Subosukawonosraten.

Manfaat yang telah dirasakan dengan adanya RM Barlingmascakeb meliputi:

� Efisiensi dan efektivitas pendayagunaan potensi dan promosi daerah melalui Pameran Potensi

Perdagangan, Pariwisata dan Investasi.

� Mengurangi persaingan yang tidak sehat antar daerah anggota KAD.

� Memperkuat posisi tawar dan daya saing daerah.

� Mengurangi ketergantungan kepada pemerintah pusat.

� Meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat khususnya para Petani dan UMKM

melalui Pasar Lelang Forward Komoditi Agro

Manfaaf yang dirasakan dengan diaadakannya kerja sama antar daerah Subosukawonosraten:

� Efisiensi pemanfaatan smbr daya (anggaran, infrastruktur, SDM) untuk pembangunan potensi-

potensi ekonomi di wilayah Solo Raya

� Menguatnya jejaring kerja sama antar Pemda (khususnya dalam penyelesaian masalah dan

upaya menangkap peluang ekonomi)

� Terbukanya akses ke pasar dan sumber pendanaan

� Terbukanya peluang kerjasama di beberapa bidang strategis

4.6 Peran Berbagai Pelaku dalam KAD di Indonesia

Berdasarkan konsep serta pengalaman best practice pelaksanaan kerja sama antar daerah di berbagai

negara seharusnya berbagai pihak ikut terlibat, mulai dari semua tingkatan pemerintah, pihak swasta

dan masyarakat, sampai dengan lembaga donor. Gambaran mengenai bentuk serta sejauh mana

keterlibatan berbagai pihak dalam implementasi kerja sama antara pemerintah daerah di Indonesia akan

diuraikan pada bagian ini. Secara garis besar, keterlibatan berbagai pihak tersebut dapat dilihat pada

gambar berikut.

46

GTZ atau yang sekarang dikenal dengan GIZ (Germany International Cooperation) adalah lembaga donor dari Jerman yang sejak awal tahun

2000-an berkecimpung memfasilitasi dan mendorong kerja sama antar pemerintah daerah di Indonesia, melalui proyek GLG (Good Local

Governance) atau Tata Pemerintahan Daerah yang Baik dan RED.

Page 80: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

76 | P a g e

PEMERINTAH

PROPINSI

PEMERINTAH

KAB/KOTA

DONOR

SWASTA

(Industri,

perbankan,dll)

ASOSIASI

LSMPERGURUAN TINGGI

PENELITI

MASYARAKAT

UMUM

PEMERINTAH

PUSAT

2

GAMBAR 4.12 PERAN PELAKU KAD DI INDONESIA

PEMERINTAH PUSAT

Idealnya pemerintah pusat berperan sebagai regulator yang memastikan adanya regulasi yang

memayungi berlangsungnya kerja sama, fasilitasi, koordinasi serta advokasi untuk membantu daerah

yang sedang bekerja sama. Berdasarkan tugas pokok dan fungsinya (selanjutnya disebut dengan

tupoksi), pemerintah pusat yang terkait dengan fungsi ini adalah Kementrian Dalam Negeri serta

Bappenas untuk sinkronisasi program. Namun dalam prakteknya ada dua kementrian lain yang juga

memiliki peran serta yaitu Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) dan Kementrian Usaha

Kecil, Menengah dan Koperasi (KUKM). Sebagai catatan, koordinasi antara berbagai lembaga/

kementrian terkait di tingkat pusat dapat dikatakan masih sangat minim (lihat bab berikut).

→→→→ Kementrian Dalam Negeri

Seperti yang diamanatkan dalam PP No. 50/2007 (tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah)

dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 41/2010 (Tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja),

pengelolaan serta wewenang untuk urusan Kerja sama antara daerah berada dibawah Kementrian

Dalam Negeri Ditjen Pemerintahan Umum, khususnya Direktorat Dekonsentrasi dan Kerja Sama Sub

Direktorat Kerja Sama antar Daerah (Subdit KAD). Uraian mengenai peran dari Subdit KAD akan dibahas

secara mendalam pada bagian 5.

Page 81: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

77 | P a g e

Sedangkan wewenang untuk pengelolaan kerja sama pengembangan wilayah dan kerja sama perkotaan

berada di bawah Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah (Ditjen Bina Bangda), khususnya Subdit

Pengembangan Wilayah 1 dan 2 Direktorat Pengembangan Wilayah, dan Subdit Kerja Sama Perkotaan

Direktorat Penataan Perkotaan. Berdasarkan Permendagri No. 41/2010, tugas dari Subdit Kerjasama

Pengembangan Wilayah adalah penyiapan perumusan kebijakan dan fasilitasi serta monitoring dan

evaluasi pelaksanaan penyerasian dan pengendalian pengembangan wilayah antarprovinsi dan

antarkabupaten dan antarkota di wilayah Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan (untuk Subdit Wilayah 1)

dan wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Adapun tugas dari Subdit Kerja Sama

Perkotaan adalah melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan dan fasilitasi serta pengendalian

kerjasama pembangunan perkotaan. Dalam melaksanakan tugasnya, Subdit Kerjasama Perkotaan

menyelenggarakan fungsi: penyiapan bahan perumusan kebijakan, fasilitasi dan evaluasi serta

pengendalian kerjasama antar negara dan perkotaan antar daerah.

Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2011 disebutkan bahwa program Ditjen Bangda terkait kerja

sama antar daerah adalah: i). Fasilitasi pembangunan kawasan perkotaan; ii).Peningkatan pertumbuhan

ekonomi daerah; dan iii).Fasilitasi wilayah terpadu. Produk hukum yang dihasilkan oleh Ditjen Bangda

serta menjadi pedoman dalam kerjasama perkotaan adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri No

69/2007 tentang Kerja sama Pembangunan Perkotaan. Peran Ditjen Bangda dalam kerja sama wilayah

pada saat ini terlihat dari intervensi dan dukungan terhadap Regional Management (RM) Teluk Bone.

Peran lain Kementrian Dalam Negeri pada masa sebelum desentralisasi adalah menginisiasi

terbentuknya BKSP Jabodetabekjur, prakarsa awal Pemerintah Propinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat.

→→→→ Bappenas,

Dilihat dari tugas pokok dan fungsinya, Deputi bidang pengembangan Regional dan Otonomi Daerah

Bappenas mempunyai kewenangan terkait dengan kerja sama antar daerah. Ada dua direktorat di

bawah deputi tersebut yang memiliki fungsi terkait. Pertama, Direktorat Kawasan Khusus Daerah

tertinggal, khususnya Sub Direktorat Daerah Tertinggal. Fungsi dari subdit ini secara khusus terkait

dengan pengembangan kawasan/daerah tertinggal, mulai dari penyusunan rencana, koordinasi serta

sinkronisasi program dengan kementrian terkait (dalam hal ini adalah Kementrian Pembangunan

Daerah Tertinggal disingkat KPDT) sampai dengan pemantauan/evaluasi/penilaian serta pelaporan atas

pelaksanaan kebijakan dan program di bidang pengembangan kawasan tertinggal yang dilakukan

kementrian tersebut. Salah satu strategi yang dikembangkan oleh KPDT dalam mengembangkan

kawasan tertinggal adalah mengembangkan kerja sama antar daerah tertinggal dengan menggunakan

metode Regional Management (RM). Kedua , Direktorat Pengembangan Wilayah. Salah satu fungsi yang

di emban oleh direktorat ini adalah fasilitasi, koordinasi, dan kerjasama dalam rangka pengembangan

wilayah dan antar wilayah, terkait kerjasama pengembangan sub-regional, kerjasama antar daerah

propinsi dan kabupaten, serta antar institusi. Saat ini Bappenas dengan dukungan DSF (Decentralization

Support Facility) World Bank sedang melakukan kegiatan evaluasi berupa kajian dan penilaian singkat

terhadap RM yang difasilitasi oleh KPDT dan juga penguatan kapasitas berupa dukungan bagi RM untuk

menghasilkan dokumen perencanaan berupa skenario jangka panjang (20th), rencana strategis jangka

menengah (5th) dan rencana aksi tahunan.

Page 82: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

78 | P a g e

→→→→ Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT)

Asisten Deputi V/5 bidang Urusan Kerjasama Antara Daerah dan Regional KPDT memiliki tugas pokok

dan fungsi berupa perumusan kebijakan, koordinasi pelaksanaan kebijakan, operasional serta

monitoring dan evaluasi kerja sama antar daerah dan regional, khususnya daerah yang masuk dalam

kategori sebagai daerah tertinggal. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, salah satu kebijakan yang

digunakan untuk penguatan dan pengembangan kerjasama antar daerah adalah dengan menerapkan

instrumen Forum Regional Management (RM). Sejak tahun 2005 KPDT memperkenalkan pendekatan

RM kepada beberapa daerah tertinggal, dan sampai saat ini telah memfasilitasi terbentuknya 12 RM di

Indonesia. Pendekatan RM diharapkan dapat berperan sebagai instrumen strategis dalam percepatan

pembangunan untuk daerah tertinggal. Kedua belas RM yang sudah terbentuk berada tersebar di

beberapa pulau, yaitu:

1) Sumatera: RM Danau Toba (Sumatera Utara), RM Janghiangbong (Bengkulu), RM Kaukus Setara Kuat

(Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung)

2) Kalimantan: RM Perbatasan Propinsi Kalimantan Barat (Kalimantan Barat)

3) Sulawesi: RM Aksess (Sulawesia selatan), RM Wanua Mappatuo (Sulawesi Selatan), RM Kawasan

Terpadu Teluk Tomini (Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Sulawesi Utara), RM Kawasan Terpadu Teluk

Bone (Sulawesi Selatan dan Sulawasi Tenggara)

4) Nusa Tenggara: RM Jonjok Batur (Nusa Tenggara Barat), RM Pulau Sumbawa (Nusa Tenggara Barat),

RM Perbatasan Kawasan Nusa Tenggara Timur (Nusa Tenggara Timur)

5) Papua: RM Kawasan Teluk Papua Barat (Papua Barat)

→→→→ Kementrian Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

(KKUKM),

Deputi VII Bidang Pengkajian Sumber Daya Usaha Kecil

dan Menengah Kementrian Koperasi, Usaha Kecil dan

Menengah (KKUKM) telah ikut memanfaatkan beberapa

platform RM yang sudah mulai terbentuk untuk

mengarahkan dukungan kebijakan dan programnya ke

daerah. KKUKM berperan dalam memberikan intervensi

kepada 3 region (RM) yang telah terbentuk oleh fasilitasi

KPDT yaitu RM Jonjok Batur, RM Danau Toba (LTRM) dan

RM Janghiangbong. Intervensi diawali dengan melakukan

identifikasi faktor perekat kerja sama untuk para usaha

kecil dan menengah (UKM). Kemudian dilakukan

peningkatan kapasitas (seperti pelatihan-pelatihan) serta

penguatan jaringan pengelolaan UKM.

Peran Pemerintah Pusat dalam KAD: Kementrian Dalam Negeri

→ Mengeluarkan berbagai regulasi

→ Inisiasi terbentukan KAD Bappenas

→ Sinkronisasi program dg kementrian terkait

→ Evaluasi RM

→ Penguatan kapasitas RM KPDT

→Fasilitasi pembentukan RM KKUKM

→Dukungan program UKM di RM Koordinasi antar kementrian/

lembaga di pusat sangat minim

Page 83: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

79 | P a g e

PEMERINTAH PROPINSI

Berdasarkan Permendagri No. 23/2009 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Kerja Sama

Antar Daerah, peran yang diharapkan dari pemerintah propinsi adalah dalam hal pembinaan dan

pengawasan (binwas). Binwas dilakukan dengan membentuk TKKSD (Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah)

yang mempunyai tugas dalam hal penjajakan, negosiasi, penandatanganan, pelaksanaan dan

pengakhiran. Berdasarkan data Ditjen PUM sampai saat ini ada 14 TKKSD tingkat Propinsi yang sudah

dibentuk, namun belum diketahui sejauh mana peran yang telah dilakukan.

Sementara itu, sebelum diberlakukannya permendagri tersebut urusan kerjasama antar daerah

umumnya berada dibawah koordinasi Sekretariat Daerah (Setda), baik berbentuk biro yang khusus

mengurusi masalah kerja sama maupun tidak secara khusus. Untuk bentuk kelembagaan kerja sama RM

(Regional Management) perwakilan dari pemerintah propinsi (Bakorwil ataupn Bappeda Propinsi)

dimasukkan ke dalam struktur organisasinya sebagai salah satu anggota Dewan Eksekutif (DE). DE antara

lain bertugas/bertanggung jawab mulai dari menyusun program kegiatan, perencanaan anggaran

sampai dengan melakukan monitoring dan evaluasi. Salah satu kegiatan yang telah dilakukan oleh

pemerintah propinsi dalam RM adalah memfasilitasi advokasi dan pelatihan pada berbagai platform

kerja sama antar daerah, bersama dengan KPDT dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) LEKAD

(Lembaga Kerja Sama Antar Daerah). Peran pemerintah propinsi dalam RM yang cukup signifikan adalah

di Jawa Tengah, yang juga berperan sebagai insiator awal kerja sama serta memfasilitasi program

kegiatan yang berkaitan dengan lintas wilayah (kasus BKAD Subosukawonosraten)

Adapun contoh peran propinsi yang cukup signifikan dalam mengkoordinasi kerja sama antara

pemerintah daerah adalah Propinsi DI Yogyakarta. Sejak tahun 1990-an, tiga pemerintah daerah di

Propinsi DI Yogyakarta meliputi Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul telah bekerja sama

dengan koordinasi pemerintah propinsi dalam pelaksanaan Program Pembangunan Prasarana Kota

Terpadu (P3KT). Kegiatan utama P3KT adalah menyusun Program Investasi Jangka Menengah (PJM)

khususnya untuk sektor prasarana perkotaan di Yogyakarta raya. Hal ini melahirkan gagasan untuk

menindaklanjuti kerja sama yang telah tercipta tersebut dengan dirumuskannya konsep mengenai

kelembagaan kerja sama yang diberi nama Sekretariat Bersama (Sekber) Kartamantul.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerintah propinsi yang ikut berperan dalam mendorong

dan memperkuat kerja sama antar daerah kabupaten/kota di daerahnya saat ini jumlahnya masih sangat

terbatas. Hanya beberapa pemerintah propinsi (seperti Jawa Tengah dan DIY) yang dapat dikatakan

bahwa perannya cukup signifikan.

Page 84: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

80 | P a g e

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Pemerintah Kabupaten/Kota merupakan pelaku inti dari kerja sama yang dilakukan. Peran kepala

pemerintah di tingkat ini sangat penting mengingat posisi dan wewenangnya sebagai pengambil

keputusan tertinggi. Dapat dikatakan bahwa komitmen dari kepala daerah kabupaten/kota merupakan

salah satu faktor penting yang dapat

menentukan keberlangsungan kerja sama antar

daerah. Kurangnya komitmen kepala daerah

menyebabkan banyaknya kerja sama daerah

yang tidak kunjung di implementasikan

walaupun daerah yang bersangkutan sudah

membuat kesepakatan untuk bekerja sama.

Disamping itu kondisi saat ini yang

menunjukkan masih rendahnya respon daerah

dalam menginisiasi kerja sama antar daerah,

disinyalir karena kurangnya pemahaman dari

pihak pemerintah daerah itu sendiri mengenai

manfaat dari kerja sama daerah serta orientasi

sebagian daerah bukan pada peningkatan

pelayanan publik tapi pada perolehan

keuntungan (profit) saja.

Atas mandat Permendagri No. 23/2009 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Kerja Sama

Antar Daerah, tiap bupati/walikota diharuskan membentuk Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah (TKKSD)

untuk membantu kepala daerah dalam menyiapkan kerja sama daerah. Persiapan yang dimaksud mulai

dari inventarisasi/pemetaan bidang/potensi daerah yang akan dikerjasamakan, mempersiapkannya

sampai dengan melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kerjasama daerah

kabupaten/kota. Sampai saat ini telah terbentuk 56 TKKSD kabupaten/kota yang tersebar di seluruh

wilayah. Namun sampai saat ini belum ada informasi sejauh mana kegiatan yang telah dilakukan oleh

TKKSD yang sudah terbentuk tersebut.

Sementara itu sebelum diberlakukannya peraturan tersebut, di beberapa kabupaten/kota urusan kerja

sama antar daerah umumnya berada dibawah koordinasi Sekretariat Daerah (Setda). Misalnya seperti

pada Biro Kerjasama. Kab. Gunung Kidul, berdasarkan Perda tentang Pembentukan, Susunan Organisasi

dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD telah ditetapkan pembentukan Bagian

Kerjasama dan Investasi pada tahun 2006. Kemudian berdasarkan Peraturan Bupati GunungKidul No.

179/2008, berubah menjadi Bagian Kerjasama dan Pengendalian Pertanahan dengan beberapa fungsi

berikut (terkait dengan kerjasama)

� Penyusunan rencana kegiatan Bagian Kerjasama dan pengendalian pertanahan

� Perumusan kebijakan dan pengkoordinasian bidang kerja sama daerah

Kendala KAD dari sisi Pemerintah

Kabupaten/Kota:

→Rendahnya respon daerah dalam

menginisiasi KAD disebabkan kurangnya

pemahaman tentang manfaat KAD dan

orientasi profit (bukan pelayanan publik)

→Stagnasi kesepakatan KAD yang sudah

dibuat, karena minimnya komitmen

kepala daerah (ego kedaerahan masih

tinggi)

Page 85: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

81 | P a g e

� Pelaksanaan promosi kerjasama

� Pemberian fasilitasi kerjasama

� Penyelenggaraan kerjasama antar daerah dan antar lembaga lain

� Pengkajian dan pengembangan kerjasama daerah

� Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan kerjasama daerah

� Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan Bagian Kerjasama

Saat ini Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul sedang menyusun Draft Peraturan Bupati tentang Tata

Cara Kerjasama Daerah, dan telah dikonsultasikan ke Kementrian Dalam Negeri, Kanwil Kemkumham

dan Pemprop DIY. Draft tersebut saat ini sedang diproses oleh Bagian Hukum Setda Kabupaten Gunung

Kidul.

NON PEMERINTAH

Pembahasan pelaku non pemerintah meliputi

seluruh unsur masyarakat (umum, profesional,

tokoh masyarakat, organisasi masyarakat,

perguruan tinggi), swasta (asosiasi, perbankan,

industri, dll), Lembaga Swadaya Masyarakat, dan

pihak donor.

→→→→ Masyarakat dan Swasta

Sudah seyogyanya masyarakat terlibat dalam

konteks kerja sama antar daerah. Karena selain

sebeai subyek, masyarakat juga merupakan

obyek dari kerja sama yang paling mengetahui

kebutuhan serta permasalahan yang di alami

wilayahnya. Demikian pula halnya dengan pihak

swasta.

Kondisi saat ini menunjukkan bahwa keterlibatan masyarakat serta pihak swasta dalam kerja sama antar

daerah masih sangat minim. Keterlibatan hanya terbatas pada beberapa kalangan saja:

� Perguruan Tinggi, seperti:

Dukungan Universitas Diponegoro (Undip) dalam menginisaiasi Lembaga Promosi dan Investasi

yang menandai berdirinya RM Sampan

Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) bekerjasama dengan RM Barlingmascakeb

menyelenggarakan sosialisasi, road show, seminar/semiloka pengembangan Kerjasama Antar

Daerah

Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta (UMY) dan Universitas Atmajaya Yogyakarta bekerja sama dengan Kartamantul

Peran Non Pemerintah dalam KAD: Masyarakat

→Perguruan Tinggi (inisiasi, sosialisasi, dll)

→Profesional (Regional Manager&staf) Pihak Swasta

→Asosiasi pengusaha & Organda LSM (Lekad)

→Fasilitasi, advokasi, konsultasi Donor (GTZ, UNDP, USAID, SDC)

→ Fasilitasi, advokasi, konsultasi

Page 86: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

82 | P a g e

� Kalangan Profesional, yaitu sebagai regional manajer dan beberapa staf pendukungnya (dalam RM

dan sekretariat bersama)

� Asosiasi, seperti asosiasi pengusaha (Barlingmascakeb), asosiasi pengusaha hotel dan asosiasi

pengusaha meubel (Subosukawonosraten), dan Organda (Kartamantul)

→→→→ Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Lembaga Swadaya Masyarakat yang paling banyak berperan dalam memfasilitasi kerja sama daerah

pada saat ini adalah Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kerja sama antar Daerah (LEKAD).

Sejak didirikan pada tahun 2005, LEKAD telah melakukan berbagai kegiatan fasilitasi, advokasi,

konsultasi serta pelatihan terkait dengan kerja sama antar daerah. Dalam melakukan berbagai

kegiatannya, LEKAD kerap kali bekerja sama dengan berbagai lembaga internasional seperti GTZ

(Germany Technical Cooperation). Kegiatan yang telah dilakukan di tingkat pusat antara lain seperti

diskusi terbatas, seminar, dan fasilitasi beberapa wilayah Kerja Sama Antar Daerah bersama dengan

beberapa Kementrian seperti KPDT, Kementrian Dalam Negeri, Bappenas dan KKUKM. Sedangkan di

tingkat daerah, kegiatan yang telah dilakukan oleh LEKAD bersama dengan pemerintah propinsi dan

kabupaten/kota umumnya terkait dengan advokasi, konsultasi serta pelatihan dalam memfasilitasi

pembentukan dan pengembangan di wilayah kerja sama antar daerah. Bersama dengan KPDT dan

dengan difasilitasi oleh pemerintah propinsi wilayah kerja sama daerah terkait, LEKAD telah melakukan

advokasi serta pelatihan di beberapa wilayah RM hasil fasilitasi KPDT, meliputi RM Aksess (Sulawesi

Selatan), RM Lake Toba (Sumatera Utara), RM Jonjok Batur (Nusa Tenggara Barat), RM Janghiangbong

(Bengkulu), RM Setara Kuat (Bengkulu, Lampung dan Sumatera Selatan). Selain itu juga LEKAD

membantu kegiatan KPDT dalam mengembangkan strategi Regional Management untuk kerjasama

daerah di beberapa wilayah seperti Teluk Tomini, Teluk Bone dan Teluk Cendrawasih.

→→→→Lembaga Donor

Ada beberapa lembaga donor yang ikut berperan dalam mengembangkan kerja sama antar daerah di

Indonesia, yaitu GTZ, UNDP, USAID, SDC. GTZ (Germany Technical Cooperation), atau yang sekarang

berubah naman menjadi GIZ (Germany International Cooperation) dapat dikatakan merupakan lembaga

donor yang paling banyak berperan dalam memfasilitasi kerja sama antar pemerintah daerah di

Indonesia. Melalui proyek GLG (Good Local Governance) atau Tata Pemerintahan Daerah yang Baik dan

RED selama 2006-2009 GTZ telah memfasilitasi beberapa kerjasama antar daerah di beberapa daerah di

Jawa Tengah (seperti RM Sampan dan BKAD Kedu), DI Yogyakarta (Sekber Kartamantul). Di RM Sampan

dan Kedu, GLG GTZ memfasilitasi penerapan kajian kebutuhan pengembangan kapasitas. Sementara di

Kartamantul, GLG GTZ memperkuat manajeman Sekber dan juga menginisiasi topik baru kerjasama,

yaitu perencanaan tata guna lahan. Disamping itu GTZ-GLG dengan bekerja sama dengan lembaga lain

menghasilkan beberapa publikasi yang dapat dijadikan acuan dan bermanfaat bagi pengembangan kerja

sama antar pemerintah daerah di Indonesia, yaitu:

Page 87: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

83 | P a g e

a) Kajian Kebutuhan Pengembangan Kapasitas bagi Pelaksanaan KAD untuk meningkatkan

Penyelenggaraan Pelayanan Umum Di Jawa Tengah (2007)

b) Dampak KAD terhadap Pembangunan Propinsi serta Peranan Propinsi dalam Mendukung Kerja

Antar kabupaten/Kota di Jawa Tengah (2007)

c) Pre-Institusionalisasi dan Penyusunan Program Dukungan bagi Kerjasama antar Daerah dalam

Pengelolaan Sampah di Wilayah Pekalongan (Kota Pekalongan, Kab. Pekalongan dan Kab. Batang)

(2008)

d) Pengembangan Kapasitas untuk Kerjasama Antar Daerah di Wilayah Kedu Plus dengan Fokus

Utama pada Pelayanan Kesehatan, Pendidikan dan Tata Ruang (2009)

e) Dukungan dan Fasilitasi Penyusunan Program Bersama Pelayanan Umum di Kawasan Perbatasan

dalam Kerangka Kerja Sama Penataan Ruang di Wilayah KAD Sampan (2009)

f) Fasilitasi Pelembagaan Kerjasama Pelayanan Publik (kesehatan, pendidikan, dan tata ruang dan

lingkungan) antar Daerah Kabupaten/Kota di Wilayah Kedu Plus (2009); Penulis: Anang Gurendro

g) Merajut Kepentingan, Menebar Kesejahteraan: Upaya Peningkatan Pelayanan Dasar melalui

Kerjasama Antar Daerah (2009)

Sementara itu, SDC (Swiss Agency for Development Cooperation) atau Lembaga Kerja sama

Pembangunan Swiss membawa gagasan kerja sama antar daerah. Melalui proyek YUDP (Yogyakarta

Urban Development Project) atau Proyek Pembangunan Perkotaan Yogyakarta, SDC

mengimplementasikan gagasan kerja sama tersebut ke dalam suatu konsep dan percontohan kerja sama

secara nyata yaitu kerja sama antara Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul atau yang dikenal

dengan sebutan Kartamantul.

Lembaga asing lainnya yang juga ikut berperan dalam kerja sama antar daerah di Indonesia adalah

USAID melalui proyek DEMY BIGG (Decentralized Environmental Management for Yogyakarta – Building

Institution for Good Governance) berupa dukungan pada tataran teknis dan kelembagaan yang sesuai

dengan kebutuhan, sesuai dengan prinsip-prinsip pemerintahan daerah yang baik. Proyek tersebut

antara lain dilakukan di Kartamantul. Sedangkan UNDP melaui proyek Partnership for Government

Reform in Indonesia pada tahun anggaran 2004/2005 memberikan dukungan anggaran sebesar Rp 1, 5

milyar kepada Barlingmascakeb.

4.7 Peluang dan Tantangan KAD di Indonesia

Berikut ini adalah kesimpulan yang dapat diambil terkait dengan kekuatan/peluang serta kelemahan/

hambatan kerjasama antar daerah yang terjadi di Indonesia selama ini.

Page 88: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RE

NC

AN

A A

KSI

PE

NG

UA

TA

N D

AN

PE

NG

EM

BA

NG

AN

KE

RJA

SAM

A A

NT

AR

DA

ER

AH

A

PR

IL 2

01

1

84

| P

ag

e

K

EK

UA

TA

N/P

ELU

AN

G

KE

LEM

AH

AN

/TA

NT

AN

GA

N

K E L E M B A G A A N

Te

rdap

at b

erb

agai

po

la k

ele

mb

agaa

n

KA

D y

ang

tela

h b

erk

em

ban

g d

an

me

nu

nju

kkan

has

il se

rta

man

faat

yan

g

cuku

p b

aik

Tin

ggin

ya le

giti

mas

i ke

lem

bag

aan

KA

D

yan

g su

dah

te

rbe

ntu

k

Pe

ngg

un

aan

te

nag

a p

rofe

sio

nal

di

be

be

rap

a K

AD

be

rdam

pak

pad

a

efe

ktiv

itas

KA

D

Pe

ran

pe

me

rin

tah

pu

sat:

D

uku

nga

n p

em

eri

nta

h p

usa

t u

ntu

k

pe

ngu

atan

dan

pe

nge

mb

anga

n K

AD

T

em

a K

AD

mu

lai m

era

mb

ah

be

rbag

ai K

em

en

teri

an

� F

un

gsi r

eg

ion

al

ma

rke

tin

g b

elu

m t

eri

nte

gras

i

� P

era

n s

tak

eh

old

er

KA

D b

elu

m s

esu

ai d

en

gan

har

apan

:

P

em

eri

nta

h P

usa

t: B

elu

m a

dan

ya 3

K (

koo

rdin

asi,

kom

un

ikas

i dan

ke

rjas

ama)

lin

tas

sekt

ora

l di t

ingk

at p

usa

t

P

em

eri

nta

h P

rop

insi

: ju

mla

h p

em

eri

nta

h p

rop

insi

yan

g b

erp

era

n d

alam

KA

D m

asih

terb

atas

(D

I Yo

gyak

arta

dan

Jaw

a Te

nga

h),

kar

en

a b

elu

m t

erl

alu

dip

aham

i bah

wa

pe

ran

pri

pin

si a

dal

ah s

eb

agai

wak

il p

em

eri

nta

h p

usa

t (f

un

gsi f

asili

tasi

, me

dia

si, k

atal

isat

or)

P

em

eri

nta

h K

abu

pat

en

/Ko

ta:

R

en

dah

nya

re

spo

n d

aera

h d

alam

me

ngi

nis

iasi

KA

D, d

ise

bab

kan

ku

ran

g p

aham

nya

pih

ak p

em

eri

nta

h d

aera

h a

kan

man

faat

KA

D s

ert

a o

rie

nta

si s

eb

agia

n d

aera

h

terh

adap

pro

fit

bu

kan

pe

laya

nan

mas

yara

kat

B

anya

knya

ke

sep

akat

an k

erj

a sa

ma

dae

rah

yan

g ti

dak

dit

ind

akla

nju

ti a

tau

pu

n

me

nga

lam

i sta

gnas

i dik

are

nak

an m

inim

nya

ko

mit

me

n p

imp

inan

dae

rah

ata

u

tin

ggin

ya e

go k

ed

aera

han

T

erb

atas

nya

kap

asit

as p

ers

on

il p

en

gelo

la K

AD

yan

g b

era

sal d

ari k

alan

gan

PN

S

kare

na

terk

en

dal

a d

en

gan

tu

po

ksi u

tam

anya

Co

nto

h k

asu

s: s

taf

BK

AD

yan

g se

bag

ian

me

rup

akan

PN

S yg

me

mp

un

yai t

uga

s p

oko

k

dal

am p

em

eri

nta

han

tid

ak b

isa

foku

s m

en

gelo

la K

AD

K

en

dal

a b

iro

kras

i te

rkai

t d

en

gan

ran

tai p

en

gam

bila

n k

ep

utu

san

dan

pe

nye

bar

luas

an in

form

asi d

i dae

rah

yan

g b

eke

rja

sam

a

P

era

n m

asya

raka

t: r

ela

tif

ren

dah

, te

rbat

as p

ada

par

tisi

pas

i be

be

rap

a p

erg

uru

an t

ingg

i (y

ang

mas

ih h

aru

s d

itin

gkat

kan

lagi

) se

rta

be

be

rap

a as

osi

asi s

aja

Page 89: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RE

NC

AN

A A

KSI

PE

NG

UA

TA

N D

AN

PE

NG

EM

BA

NG

AN

KE

RJA

SAM

A A

NT

AR

DA

ER

AH

A

PR

IL 2

01

1

85

| P

ag

e

K

EK

UA

TA

N/P

ELU

AN

G

KE

LEM

AH

AN

/TA

NT

AN

GA

N

R E G U L A S I

� A

dan

ya a

man

at k

erj

asam

a an

tar

dae

rah

be

rdas

arka

n U

U N

o.

32

/20

04

te

nta

ng

Pe

me

rin

tah

Dae

rah

� A

dan

ya b

eb

era

pa

pe

ratu

ran

pe

run

dan

gan

yan

g m

em

ayu

ngi

kerj

asam

a an

tar

dae

rah

(P

P

50

/20

07

, Pe

rme

nd

agri

22

/20

09

dan

Pe

rme

nd

agri

23

/20

09

)

� P

erm

en

dag

ri N

o 3

7/2

01

0

ten

tan

g P

ed

om

an P

en

yusu

nan

AP

BD

Tah

un

20

11

me

mb

eri

kan

ke

pas

tian

hu

kum

te

nta

ng

sum

be

r p

em

bia

yaan

KA

D

(wal

aup

un

han

ya u

ntu

k ta

hu

n

20

11

saj

a)

Be

be

rap

a p

asal

dal

am P

P N

o 5

0/2

00

7 d

iras

akan

me

nja

di k

en

dal

a:

In

isia

tif

awal

ke

rja

sam

a h

aru

s d

ari

pih

ak d

aera

h,

pad

ahal

dal

am k

en

yata

ann

ya p

ihak

la

in (

bai

k p

em

eri

nta

h m

aup

un

no

n p

em

eri

nta

h)

bis

a sa

ja m

en

jad

i in

isia

tor

awal

jik

a

me

lihat

po

ten

si/p

elu

ang

dia

dak

ann

ya k

erj

asam

a (p

asal

7)

P

en

yele

saia

n p

ers

elis

ihan

(p

asal

14

dan

15

)de

nga

n c

ara

kep

utu

san

gu

be

rnu

r (u

ntu

k

kab

up

ate

n/k

ota

) at

au

kep

utu

san

m

en

teri

(u

ntu

k p

rop

insi

),

be

rte

nta

nga

n

de

nga

n

pri

nsi

p k

erj

asam

a “p

ers

amaa

n k

ed

ud

uka

n”

{pas

al 2

po

in (

h)}

.

M

asih

ban

yak

dae

rah

yan

g m

en

gan

ggap

bah

wa

Bad

an k

erj

a sa

ma

adal

ah m

eru

pak

an

pe

ran

gkat

dae

rah

yan

g h

aru

s d

ibe

ntu

k d

en

gan

me

nga

cu p

ada

PP

No

. 4

1/2

00

7 t

en

tan

g

Org

anis

asi P

era

ngk

at D

aera

h.

Sa

lah

sat

u t

uga

s b

adan

ke

rja

sam

a ya

ng

dije

lask

an d

alam

pas

al 2

5 y

aitu

me

laku

kan

pe

nge

lola

an

atas

p

ela

ksaa

n

kerj

a sa

ma,

se

rin

gkal

i d

ime

nge

rti

ole

h

pih

ak

dae

rah

se

bag

ai e

kse

kuto

r at

au p

ela

ksan

a te

knis

dar

i ke

rjas

ama

dae

rah

te

rse

bu

t.

Pe

rme

nd

agri

No

22

/20

09

dan

No

. 23

/20

09

dir

asak

an:

K

ura

ng

me

mb

eri

kan

ru

ang

bag

i pih

ak d

aera

h u

ntu

k m

ela

kuka

n k

erj

a sa

ma,

te

rkai

t

de

nga

n:

T

ahap

an k

erj

asam

a d

aera

h d

iras

akan

te

rlal

u p

anja

ng

dan

kak

u

K

ekh

awat

iran

TK

KSD

(y

ang

selu

ruh

nya

b

eri

sika

n

staf

st

rukt

ura

l)

akan

m

en

jad

i

bad

an k

erj

asam

a an

tar

dae

rah

B

elu

m

me

mb

uka

ru

ang

bag

i ka

lan

gan

m

asya

raka

t u

mu

m/

pro

fesi

on

al

un

tuk

be

rpe

ran

se

rta

seca

ra a

ktif

se

bag

ai m

itra

dal

am k

erj

asam

a an

tar

dae

rah

. P

elu

ang

han

ya t

erb

atas

pad

a te

nag

a ah

li/p

akar

ke

rja

sam

a (p

asal

5 P

erm

en

dag

ri 2

2/2

00

9).

B

elu

m m

en

caku

p b

ahas

an t

en

tan

g b

agai

man

a ca

ra p

em

eri

nta

h d

aera

h u

ntu

k

me

laks

anak

an t

ahap

an k

erj

a sa

ma

yan

g te

lah

dit

en

tuka

n

B

elu

m d

apat

me

nga

kom

od

ir k

eb

era

daa

n le

mb

aga

kerj

asam

a ya

ng

ada

� R

egu

lasi

te

rkai

t ke

uan

gan

KA

D, y

aitu

Pe

rme

nd

agri

No

13

/20

06

yg

dir

evi

si d

en

gan

Pe

rme

nd

agri

No

59

/20

07

te

nta

ng

Pe

do

man

Pe

nge

lola

an K

eu

anga

n D

aera

h b

erd

amp

ak p

ada

kera

guan

dae

rah

un

tuk

me

laku

kan

ke

rjas

ama,

kar

en

a b

elu

m je

lasn

ya p

os

angg

aran

dan

pe

ratu

ran

pe

nge

lola

an k

eu

anga

n d

aera

h (

terk

ait

pas

al 4

2-4

4 t

en

tan

g h

ibah

)

� B

elu

m a

dan

ya p

and

uan

/pe

do

man

op

era

sio

nal

yan

g sa

nga

t d

ibu

tuh

kan

dae

rah

dal

am

me

laks

anak

an k

erj

a sa

ma.

Page 90: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RE

NC

AN

A A

KSI

PE

NG

UA

TA

N D

AN

PE

NG

EM

BA

NG

AN

KE

RJA

SAM

A A

NT

AR

DA

ER

AH

A

PR

IL 2

01

1

86

| P

ag

e

K

EK

UA

TA

N/P

ELU

AN

G

KE

LEM

AH

AN

/TA

NT

AN

GA

N

PE

RE

NC

AN

AA

N

DA

N

PE

MB

IAY

AA

N

� H

asil

po

siti

f/m

anfa

at b

eb

era

pa

KA

D (

pe

laya

nan

pu

blik

dan

pe

mb

angu

nan

eko

no

mi r

egi

on

al)

� M

en

gin

tegr

asik

an p

ere

nca

naa

n K

AD

de

nga

n p

rose

s

pe

ren

can

aan

yan

g ad

a, d

en

gan

me

laku

kan

Mu

sre

nb

angr

eg

seb

elu

m M

usr

en

ban

gpro

p

atau

pu

n M

usr

en

ban

gda.

Se

hin

gga

KA

D d

apat

me

nja

di p

artn

er

di d

alam

Re

nja

SK

PD

un

tuk

mas

alah

lin

tas

wila

yah

ad

min

istr

atif

� D

uku

nga

n p

em

bia

yaan

dar

i be

rbag

ai p

ihak

(pe

me

rin

tah

pu

sat,

pro

pin

si d

an d

on

or)

� K

esu

litan

dal

am m

en

yela

rask

an/

me

ngi

nte

gras

ikan

re

nca

na

kegi

atan

KA

D d

en

gan

RP

JM/R

en

stra

� Si

nkr

on

isas

i pro

gram

lem

bag

a K

AD

de

nga

n d

aera

h a

ngg

ota

ke

rjas

ama.

Dae

rah

an

ggo

ta k

erj

asam

a m

en

ghad

api k

esu

litan

dal

am m

em

adu

kan

pe

nga

loka

sian

an

ggar

an a

nta

ra d

aera

h p

ada

tah

un

yan

g sa

ma,

kar

en

a

iura

n p

en

dan

aan

re

lati

f te

rbat

as. D

i sis

i lai

n m

asih

te

rjad

i in

efi

sie

nsi

,

de

nga

n t

erj

adin

ya t

um

pan

g ti

nd

ih p

rogr

am (

dila

kuka

n o

leh

lem

bag

a

KA

D s

eka

ligu

s ju

ga o

leh

SK

PD

dae

rah

an

ggo

ta)

� P

rose

s M

on

ev

be

lum

be

rjal

an (

ind

ikat

or

be

lum

dit

eta

pka

n)

Page 91: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

87 | P a g e

BAB 5 TUPOKSI DAN KEBIJAKAN DITJEN PUM TERKAIT

KAD

Berdasarkan PP No.38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah

Pusat, Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kota, urusan pengelolaan

serta koordinasi kerjasama antar daerah berada dibawah kewenangan Kementrian Dalam Negeri,

khususnya Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum (Ditjen PUM)

5.1 Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi

Keputusan Presiden No 88/2003 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon 1 Departemen yang

ditindaklanjuti Peraturan Menteri Dalam Negeri No 41/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementrian dalam Negeri, menyebutkan bahwa Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum (selanjutnya

disingkat dengan Ditjen PUM) merupakan salah satu dari tujuh47 Ditjen yang ada di dalam struktur

organisasi Kementrian Dalam Negeri. Adapun tugas Ditjen PUM adalah merumuskan serta

melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pemerintahan umum. Sedangkan fungsinya

adalah:

a. Perumusan kebijakan di bidang pemerintahan

umum

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pemerintahan

umum

c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan

kriteria di bidang pemerintahan umum

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang pemerintahan umum

e. Pelaksanaan administrasi Dirjen PUM

Secara struktural Ditjen PUM terbagi atas lima

direktorat dan satu sekretariat, dimana salah satu

direktoranya adalah Direktorat Dekonsentrasi dan

47

Ke enam Ditjen lainnya adalah: Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik, Ditjen Otonomi Daerah, Ditjen Bina Pembangunan Daerah, Ditjen

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Ditjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil, serta Ditjen Keuangan Daerah.

Tugas dari Sub Direktorat

Kerjasama Daerah adalah

melaksanakan penyiapan

perumusan kebijakan,

pembinaan, fasilitasi serta

monitoring dan evaluasi

penyelenggaraan kerjasama

antar daerah dan daerah

dengan pihak ketiga.

Page 92: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

88 | P a g e

Kerjasama yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Direktorat Jenderal Pemerintahan

Umum di bidang dekonsentrasi dan kerjasama.

Sedangkan fungsi direktorat ini meliputi:

a. Penyiapan perumusan kebijakan dan fasilitasi penyelenggaran dekonsentrasi dan tugas pembantuan

b. Penyiapan perumusan kebijakan dan fasilitasi pembinaan peran gubernur sebagai wakil pemerintah

c. Penyiapan perumusan kebijakan dan fasilitasi pembinaan kerjasama daerah

d. Penyiapan perumusan kebijakan dan fasilitasi pembinaan kecamatan

e. Penyiapan perumusan kebijakan dan fasilitasi pembinaan pelayanan umum

f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat

Secara khusus, fungsi dalam poin c merupakan bagian tugas dari Sub Direktorat Kerjasama Daerah

(selanjutnya disingkat menjadi Subdit KD), yang merupakan salah satu subdit dari 5 subdit serta 1 sub

bag yang berada di dalam Direktorat Dekonsentrasi dan Kerjasama. Secara lengkap, tugas dari Subdit KD

adalah melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, pembinaan, fasilitasi serta monitoring dan

evaluasi penyelenggaraan kerjasama antar daerah dan daerah dengan pihak ketiga.

Dalam melaksanakan tugasnya, Subdit KAD menyelenggarakan beberapa fungsi berikut:

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan koordinasi kerjasama antar daerah

b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan koordinasi kerjasama daerah

dengan pihak ketiga

c. Penyiapan bahan perumusan kebijakan dan fasilitasi pemberdayaan kapasitas kelembagaan

kerjasama

d. Pemantauan evaluasi pelaksanaan kerjasama antar pemerintah daerah dan pemerintah daerah

dengan pihak ketiga.

Secara lebih rinci, dapat disimpulkan bahwa tugas Ditjen PUM dalam kerjasama antar daerah adalah:

1. Membuat regulasi

2. Mengawal kerjasama daerah

3. Mendorong kerjasama daerah

4. Memperkuat kerjasama

5. Mensosialisasikannya kepada seluruh stakeholder terkait

Dalam melaksanakan tugasnya, subdit KD dibagi menjadi 2 seksi:

1. Seksi Kerjasama I, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan dan fasilitasi

serta monitoring dan evaluasi kerjasama antar pemerintah daerah, serta pemberdayaan kapasitas

kelembagaan kerjasama antar daerah

2. Seksi Kerjasama II, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan dan

fasilitasi serta monitoring dan evaluasi kerjasama dengan pihak ketiga, serta pemberdayaan

kapasitas kelembagaan kerjasama dengan pihak ketiga

Page 93: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

89 | P a g e

GAMBAR 5.1

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DITJEN PEMERINTAHAN UMUM

KEMENTRIAN DALAM NEGERI

DIREKTORAT JENDERAL

PEMERINTAHAN UMUM

SEKRETARIAT DITJEN

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

DIREKTORAT DEKONSENTRASI DAN

KERJASAMA

DIREKTORAT WILAYAH ADMINISTRASI

DAN PERBATASAN

DIREKTORAT POLISI PAMONG PRAJA, DAN

PERLINDUNGAN MASYARAKAT

DIREKTORAT KAWASAN DAN

PERTANAHAN

DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN

PENANGGULANGAN BENCANA

SUBBAG TATA USAHA

SUBDIT

DEKONSENTRASI DAN

TUGAS PEMBANTUAN

SUBDIT

FASILITASI GUBERNUR

SEBAGAI WAKIL

PEMERINTAH

SUBDIT

KERJASAMA DAERAH

SEKSI

KERJASAMA I

SEKSI

KERJASAMA II

SUBDIT

FASILITASI

KECAMATAN

SUBDIT

FASILITASI

PELAYANAN UMUM

Page 94: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

90 | P a g e

5.2 Kebijakan Ditjen PUM terkait KAD

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 telah mengarahkan antara lain

pada pembangunan ekonomi dan wilayah berkelanjutan, serta untuk mengembangkan kekuatan daya

saing kewilayahan melalui interaksi antar daerah yang didorong dengan membangun keterkaitan sistem

produksi, distribusi dan pelayanan antar daerah. Untuk itu peran kerja sama antar daerah menjadi

semakin dibutuhkan realisasinya.

Dalam RPJPN juga disebutkan tentang arah kebijakan untuk mewujudkan pembangunan yang lebih

merata dan berkeadilan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kerjasama antar daerah dalam rangka

memanfaatkan keunggulan komparatif maupun kompetitif setiap daerah, menghilangkan ego daerah

yang berlebihan, serta menghindari timbulnya inefisiensi dalam pelayanan publik.

Berdasarkan arah kebijakan dan strategi pembangunan, Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum

(selanjutnya disebut dengan Ditjen PUM) memiliki prioritas:

1. Reformasi birokrasi dan tata kelola

2. Iklim investasi dan iklim usaha

3. Daerah tertinggal, terdepan dan pasca konflik

Ketiga prioritas kemudian dijabarkan menjadi program stratejik Ditjen PUM 2010-2014 yaitu Program

penguatan penyelenggaraan pemerintahan umum. Kemudian program diukur efektivitasnya melalui 8

indikator kinerja program, dimana satu diantaranya terkait dengan kerjasama antar daerah yaitu

Prosentase peningkatan jumlah daerah yang melaksanakan kerjasama daerah dalam bidang ekonomi,

prasarana dan pelayanan publik. Program stratejik Ditjen PUM 2010-2014 diturunkan menjadi enam

kegiatan, satu diantaranya terkait dengan kegiatan kerjasama antar daerah yaitu Penyelenggaraan

hubungan pusat dan daerah serta kerjasama daerah (lihat Tabel 5.1).

Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 050 – 222 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis

Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum Tahun 2010-2014, tujuan dari Ditjen PUM secara umum

adalah meningkatkan sinergitas hubungan antar pusat dan daerah dalam penyelenggaraan

pemerintahan umum. Tujuan tersebut kemudian dijabarkan ke dalam beberapa sasaran, satu

diantaranya terkait dengan kerjasama antara daerah yaitu Meningkatnya pelaksanaan kerjasama antar

daerah dan pembinaan wilayah dalam rangka harmonisasi hubungan antara susunan pemerintahan,

yang kemudian diukur melalui 4 indikator sasaran. Uraian lengkap mengenai Renstra dapat dilihat pada

tabel 5.2

Page 95: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RE

NC

AN

A A

KSI

PE

NG

UA

TA

N D

AN

PE

NG

EM

BA

NG

AN

KE

RJA

SAM

A A

NT

AR

DA

ER

AH

A

PR

IL 2

01

1

91

| P

ag

e

TA

BE

L 5

.1 A

RA

H K

EB

IJA

KA

N D

AN

ST

RA

TE

GI

PE

MB

AN

GU

NA

N D

IRE

KT

OR

AT

JE

ND

ER

AL

PE

ME

RIN

TA

H U

MU

M

Pri

ori

tas

Pe

mb

an

gu

na

n

Na

sio

na

l

Pri

ori

tas

Ke

me

nd

ag

ri

Pri

ori

tas

Dit

jen

PU

M

Pro

gra

m

Str

ate

gik

Ke

me

nd

ag

ri

20

10

-20

14

Pro

gra

m

Str

ate

gik

Dit

jen

PU

M

20

10

-20

14

Ind

ika

tor

Kin

erj

a P

rog

ram

(te

rka

it K

AD

)

Ke

gia

tan

Dit

jen

PU

M

20

10

-20

14

(te

rka

it K

AD

)

Sa

sara

n

Ke

gia

tan

Dit

jen

PU

M (

terk

ait

KA

D)

Diu

ku

r m

ela

lui

IKU

(In

dik

ato

r K

ine

rja

Uta

ma

)

1).

Re

form

asi

Bir

okr

asi d

an T

ata

Ke

lola

;

2).

Pe

nd

idik

an;

3).

Ke

seh

atan

;

4).

Pe

nan

ggu

lan

gan

Ke

mis

kin

an

;

5).

Ke

tah

anan

Pan

gan

;

6).

Infr

astr

ukt

ur;

7).

Ilkim

inve

sta

si

dan

iklim

usa

ha;

8).

En

erg

i;

9).

Lin

gku

nga

n

Hid

up

dan

Pe

nan

ggu

lan

gan

Be

nca

na;

10

).D

aera

h

Te

rtin

gga

l,

terd

ep

an, t

erl

uar

dan

pas

ca k

on

flik

;

11

).K

eb

ud

ayaa

n,

kre

atif

itas

dan

ino

vasi

te

kno

logi

;

Po

in 1

, 4, 6

, 7,

dan

10

dar

i

pri

ori

tas

pe

mb

angu

nan

nas

ion

al

1. R

efo

rmas

i

bir

okr

asi d

an

tat

a

kelo

la

2. I

klim

inve

stas

i

dan

iklim

usa

ha

3. D

aera

h t

ert

ingg

al,

terd

ep

an d

an

pas

ca k

on

flik

13

pro

gram

Pro

gra

m

pe

ng

ua

tan

pe

ny

ele

ng

ga

raa

n

pe

me

rin

tah

an

um

um

1 d

ari 8

ind

ikat

or,

yait

u:

Pro

sen

tase

pe

nin

gk

ata

n

jum

lah

da

era

h

ya

ng

me

lak

san

ak

an

ke

rja

sam

a d

ae

rah

da

lam

bid

an

g

ek

on

om

i,

pra

sara

na

da

n

pe

laya

na

n p

ub

lik

1 d

ari 6

ke

giat

an

yait

u:

Pe

nye

len

gg

ara

an

hu

bu

ng

an

pu

sat

da

n d

ae

rah

se

rta

ke

rja

sam

a

da

era

h

1 d

ari 6

sas

ara

n

yait

u:

Te

rfa

silita

sin

ya

pe

ny

ele

ng

ga

raa

n

hu

bu

ng

an

pu

sat

da

n d

ae

rah

,

de

ko

nse

ntr

asi

da

n

tug

as

pe

mb

an

tua

n,

ke

rja

sam

a a

nta

r

da

era

h,

da

n

pe

nin

gk

ata

n

pe

laya

na

n u

mu

m

da

lam

ra

ng

ka

ha

rmo

nis

asi

hu

bu

ng

an

an

tar

susu

na

n

pe

me

rin

tah

an

.

9 d

ari 1

1 in

dik

ato

r:

1. J

um

lah

ru

mu

san

ke

bija

kan

dan

pro

du

k

hu

kum

bid

an

g p

usa

t d

an

dae

rah

,

de

kon

sen

tras

i dan

tu

gas

pe

mb

an

tuan

,

ke

rja

sam

a a

nta

r d

ae

rah

, dan

pe

nin

gkat

an

pe

laya

nan

um

um

2. J

um

lah

lap

ora

n m

on

ito

rin

g d

an

eva

luas

i

hu

bu

nga

n p

usa

t d

an

dae

rah

,

de

kon

sen

tras

i dan

tu

gas

pe

mb

an

tuan

,

ke

rja

sam

a a

nta

r d

ae

rah

dan

pe

nin

gkat

an

pe

laya

nan

um

um

(tri

wu

lan

, se

me

ste

r d

an a

khir

tah

un

)

3. P

rose

nta

se p

en

ingk

ata

n ju

mla

h d

aera

h

yan

g m

ela

ksa

nak

an k

erj

asam

a d

ae

rah

dal

am b

ida

ng

eko

no

mi,

pra

sara

na

dan

pe

laya

nan

pu

blik

4. P

rose

nta

se ju

mla

h d

ae

rah

yan

g

me

ne

rim

a m

anfa

at d

ari k

erj

asa

ma

dae

rah

dal

am b

ida

ng

eko

no

mi,

pra

sara

na,

da

n p

ela

yan

an p

ub

lik

5. J

um

lah

sis

tem

dat

ab

ase

dan

sis

tem

mo

ne

v ke

rjas

ama

dae

rah

yan

g d

isu

sun

6. J

um

lah

pe

me

taan

pe

laks

an

aan

kerj

asam

a d

aera

h b

aik

yan

g su

kse

s

mau

pu

n y

an

g ga

gal

7. J

um

lah

pe

mu

takh

iran

pe

me

taan

pe

laks

an

aan

ke

rja

sam

a d

aera

h b

aik

yan

g su

kse

s m

au

pu

n y

ang

gaga

l

8. P

rose

nta

se ju

mla

h k

egi

atan

fas

ilita

si

kerj

asam

a at

nar

da

era

h y

ang

diu

sulk

an

9. P

rose

nta

se ju

mla

h k

egi

atan

DK

TP

yan

g

dila

po

rkan

ole

h t

im D

KT

P p

rop

insi

Page 96: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RE

NC

AN

A A

KSI

PE

NG

UA

TA

N D

AN

PE

NG

EM

BA

NG

AN

KE

RJA

SAM

A A

NT

AR

DA

ER

AH

A

PR

IL 2

01

1

92

| P

ag

e

TA

BE

L 5

.2 R

EN

CA

NA

ST

RA

TE

GIS

DIR

EK

TO

RA

T J

EN

DE

RA

L P

EM

ER

INT

AH

UM

UM

(D

ITJE

N P

UM

)

VIS

I

MIS

I T

UJU

AN

S

AS

AR

AN

IN

DIK

AT

OR

SA

SA

RA

N

Te

rwu

jud

nya

pe

nye

len

gg

ara

an

pe

me

rin

tah

an

um

um

da

lam

wa

da

h

Ne

ga

ra K

esa

tua

n

Re

pu

bli

k I

nd

on

esi

a.

1.

Me

mp

erk

uat

ke

ruku

nan

nas

ion

al m

ela

lui

pe

rsat

uan

dan

ke

satu

an n

asio

nal

dal

am k

era

ngk

a

NK

RI

2.

Me

mfa

silt

iasi

te

rcip

tan

ya k

ete

ntr

aman

dan

kete

rtib

an u

mu

m, p

erl

ind

un

gan

mas

yara

kat

dan

pe

ne

gaka

n h

ak-h

ak s

ipil

3.

Me

mfa

silit

asi t

erw

uju

dn

ya k

ep

asti

an h

uku

m b

atas

wila

yah

ne

gara

dan

pe

nin

gkat

an k

erj

sam

a so

sial

,

eko

no

mi d

an b

ud

aya

anta

r n

egar

a ya

ng

be

rbat

asan

de

nga

n N

KR

I, p

en

ega

san

dae

rah

di

lap

anga

n, p

en

yele

ngg

araa

n t

op

on

imi d

an

pe

me

taan

bat

as w

ilaya

h a

dm

inis

tras

i

pe

me

rin

tah

an s

ert

a p

en

yele

saia

n s

en

gke

ta

pe

rtan

ahan

4.

Me

mfa

silit

asi t

erw

uju

dn

ya p

en

yele

ngg

araa

n

hu

bu

nga

n p

usa

t d

an d

aera

h d

an p

ela

ksan

aan

aza

s

de

kon

sen

tras

i dan

tu

gas

pe

mb

antu

an,

pe

nin

gk

ata

n k

erj

asa

ma

an

tar

da

era

h,

ke

rja

sam

a

da

era

h d

en

ga

n p

iha

k k

eti

ga

se

rta

me

wu

jud

ka

n

terc

ipta

ny

a p

en

ing

ka

tan

ku

ali

tas

pe

lay

an

an

um

um

5.

Me

mfa

silit

asi p

en

yele

ngg

araa

n k

ew

en

anga

n

dae

rah

di k

awas

an o

tori

ta

6.

Me

mfa

silt

iasi

pe

nye

len

ggar

aan

man

aje

me

n

pe

nce

gah

an d

an p

en

gan

ggu

lan

an b

en

can

a

7.

Me

nd

oro

ng

terc

iptn

ya p

en

yele

nga

raan

pe

me

rin

tah

yan

g b

aik.

Me

nin

gkat

kan

sin

erg

ita

s h

ub

un

gan

pu

sat

dae

rah

dal

am

pe

nye

len

ggar

aan

pe

me

rin

tah

an u

mu

m

1. M

en

ingk

atn

ya d

uku

nga

n

refo

rmas

i di b

idan

g p

ela

yan

an

um

um

2. M

en

ingk

atn

ya p

ela

ksan

aan

ke

rja

sam

a a

nta

r d

ae

rah

da

n

pe

mb

inaa

n w

ilaya

h d

alam

ran

gka

har

mo

nis

asi h

ub

un

gan

anta

r su

sun

an p

em

eri

nta

han

3. M

en

ingk

atn

ya

pe

nge

mb

anga

n w

ilaya

h

pe

rbat

asan

an

tar

ne

gara

4. M

en

ingk

atn

ya p

en

ataa

n

wila

yah

ad

min

istr

asi,

pe

ne

gasa

n b

atas

an

tar

dae

rah

dan

to

po

nim

i

5. M

en

ingk

atn

ya k

ual

itas

kele

mb

agaa

n d

an a

par

at

Satp

ol P

P d

an S

atlin

mas

6. M

en

ingk

atn

ya

pe

nge

mb

anga

n k

awas

an

khu

sus

di d

aera

h

7. M

en

ingk

atn

ya k

apas

itas

kele

mb

agaa

n d

an s

arp

ras

pe

me

rin

tah

an p

asca

be

nca

na/

pe

ngu

ran

gan

re

siko

be

nca

na

Sasa

ran

ke

-2 (

terk

ait

KA

D)

dic

apai

de

nga

n in

dik

ato

r:

1.

Jum

lah

dae

rah

yan

g

dif

asili

tasi

dal

am r

angk

a

pe

nge

mb

anga

n k

erj

a sa

ma

eko

no

mi d

aera

h

2.

Jum

lah

sis

tem

dat

abas

e &

sist

em

mo

ne

v, s

ert

a

pe

me

taan

dan

pe

mu

ktak

hir

an d

ata

kerj

asam

a d

aera

h

3.

Pro

sen

tase

jum

lah

kegi

atan

fas

ilita

si

kerj

asam

a an

tar

dae

rah

yan

g d

iusu

lkan

4.

Pro

sen

tase

jum

lah

kegi

atan

DK

TP y

ang

dila

po

rkan

ole

h t

im D

KTP

Pro

pin

si

Page 97: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

93 | P a g e

5.3 Rencana Ditjen PUM Untuk Mengembangkan KAD di Masa Datang

Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2011 terdapat program terkait Kerja sama antar Daerah, yaitu

dibawah Ditjen Pemerintahan Umum (PUM) dan Ditjen Bina Pembangunan Daerah (Bangda). Dibawah

PUM telah disediakan program penguatan penyelenggaraan pemerintah umum melalui kegiatan

penyelenggaraan hubungan Pusat dan Daerah serta Kerja Sama Daerah.

Untuk tahun 2011 Sub Direktorat Kerjasama Daerah telah menyusun beberapa kegiatan disertai dengan

output yang diharapkan.

TABEL 5.3 MATRIK KEGIATAN SUBDIT KERJASAMA DAERAH TAHUN 2011

No. Kegiatan Output

1. Finalisasi norma, standar, pedoman dan

manual sebagai implementasi PP No.

50/2007

Tersedianya NSPM sebagai implementasi PP No.

50/2007

2. Koordinasi pembinaan dan pengawasan

penyelenggaraan kerjasama antar daerah

Tersusunnya rekomendasi tata cara pembinaan

dan pengawasan kerjasama antar daerah

3. Pendampingan dekonsentrasi kegiatan

fasilitasi pengembangan kerjasama daerah

Terlaksananya program dekonsentrasi kegiatan

fasilitasi pengembangan kerjasama daerah

4. Fasilitasi asistensi dan supervisi

pelaksanaan kerjasama antar daerah

Terlaksananya fasilitasi pelaksanaan kerjasama

antar daerah dan pihak ketiga di 9 propinsi

5. Evaluasi pelaksanaan kerjasama daerah Tersedianya rekomendasi tentang pelaksanaan

kerjasama daerah

6. Sosialisasi perundangan terkait kerjasama

daerah

Tersosialisasikannya produk hukum tentang

kerjasama daerah di 25 propinsi

7. Fasilitasi penanganan masalah kerjasama

daerah

Tersedianya rekomendasi tentang penanganan

masalah kerjasama antar daerah

8. Penyelenggaraan dekonsentrasi kegiatan

pengembangan kerjasama ekonomi darah

di 9 propinsi

Meningkatnya kapasitas aparat pemda dalam

pengembangan kerjasama ekonomi daerah di 9

propinsi (NAD, Riau, Banten, Jatim, Kalteng, Sulsel,

NTB, Maluku dan Sulbar)

9. Sosialisasi dan updating data sistem

potensi daerah yang akan dikerjasamakan

antar daerah maupun pihak ketiga

Tersedianya database potensi daerah dalam

rangka kerjasama daerah maupun dengan pihak

ketiga.

Page 98: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

94 | P a g e

5.4 Komunikasi, Kerjasama dan Koordinasi Ditjen PUM

Komunikasi, kerjasama serta koordinasi seyogyanya dilakukan oleh Subdit Kerjasama dengan beberapa

kementrian ataupun lembaga di tingkat pusat yang terkait dengan program kerjasama antar daerah.

Sampai saat ini dapat dikatakan bahwa komunikasi, kerjasama maupun koordinasi yang telah dilakukan

sangatlah terbatas.

Ada beberapa lembaga/kementrian di tingkat pusat yang juga memiliki kewenangan ataupun terkait

dengan urusan kerjasama antar daerah. Diantaranya adalah Direktorat Bina Pembangunan Daerah

(Ditjen Bina Bangda) Kementrian Dalam Negeri, Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah tertinggal serta

Direktorat Pengembangan Wilayah Bappenas, Direktorat Kawasan Khusus Daerah tertinggal (khususnya

Sub Direktorat Daerah Tertinggal) Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT), serta Deputi VII

Bidang Pengkajian Sumber Daya Usaha Kecil dan Menengah Kementrian Koperasi, Usaha Kecil dan

Menengah (KKUKM).

Dibandingkan dengan lembaga lainnya, dapat dikatakan bahwa komunikasi, kerjasama serta koordinasi

yang terjalin antara Subdit KAD dengan Ditjen Bina Bangda lebih intensif. Misalnya pada saat

penyusunan Permendagri No 22/2009 serta Permendagri No. 23/2009, proses perancangan

Permendagri tentang Sister City. Dengan Bappenas, koordinasi yang dilakukan sesuai dengan tupoksi

dari Subdit yang bersangkutan di Bappenas yaitu penyusunan rencana kegiatan tahunan, koordinasi

serta sinkronisasi program. Sedangkan dengan KPDT dan KUKM, Subdit KAD belum pernah

berkomunikasi, berkoordinasi maupun bekerjasama.

Untuk itu kebutuhan komunikasi, koordinasi serta kerjasama antar lembaga ataupun kementrian pusat

perlu lebih ditingkatkan. Amanat dari Permendagri No 23/2009 mengenai pembentukan Sekretariat

Bersama yang berkedudukan di Ditjen PUM, pada saat terbentuk nanti diharapkan dapat menjadi wadah

bagi lembaga maupun kementrian di tingkat pusat untuk saling berkoordinasi, agar tidak terjadi program

kerja yang tumpang tindih ataupun kebijakan dan kegiatan yang kontra produktif dalam upaya

pengembangan KAD di masa datang.

Page 99: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

95 | P a g e

D A F T A R R E F E R E N S I

Albrow, Martin, 2005, Birokrasi, Tiara Wacana, Jakarta

Anwar, Makhdonal, Tenaga Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010, “Laporan Februari 2010, Evaluasi RM KPDT dan

Input Untuk Rencana Aksi 2010”.

Anwar, Makhdonal, 2010, Konsep Manajeman Wilayah Solo Raya: Restrukturisasi BKAD

Subosukawonosraten, GTZ

Abdurahman, B., 2011, Bahan Presentasi Dukungan Bappenas terhadap 10 Forum Regional

Management: Kegiatan Peningkatan Kapasitas Perencanaan KSAD, DSF

Abdurahman, B., 2011, Laporan Awal Dukungan Bappenas terhadap 10 Forum Regional Management:

Kegiatan Peningkatan Kapasitas Perencanaan KSAD, DSF

Abdurahman, B., 2009, Pemahaman Dasar Regional Management & Regional Marketing, Lembaga

Pengembangan dan Pemberdayaan Kerja Sama Antar Daerah, Semarang

Barlingmascakeb, 2010, Prosiding Semiloka Pengelolaan Keuangan Daerah Dalam Kerjasama Antar

Daerah, Purwokerto

Buletin Kartamantul Edisi 6 Tahun I/2006, Yogyakarta

Buletin Kartamantul Edisi 7 Tahun I/2007, Yogyakarta

Daftar Inventarisasi Kerja Sama Antar Daerah Kabupaten/Kota

Daryanto, 2009, Tinjauan Yuridis Permasalahan Pengelolaan Keuangan Daerah dalam KerjaSama Antar

Daerah (KAD) di Prpinsi Jawa Tengah dan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, GTZ

Decentralization as Contribution to Good Governance (DECGG), 2010, Prosiding Lokakarya dan Pelatihan

Pengenalan Dasar-Dasar Kerjasama Antar Daerah (KAD) dan Perumusan Dokumen Legal dan

Administratif bagi KAD, Semarang

Departemen Dalam Negeri Ditjen Pemerintahan Umum, 2009, Himpunan Pedoman Penyelenggaraan

Kerja Sama Daerah

Fahmi, F.Z, 2010, Pelajaran dari Efektivitas Kerja Sama Antar Pemerintah Daerah di Kartamantul:

Ringkasan Tugas Akhir di Planologi ITB, Bandung

Firman, Tommy, 2009, Multi local-government under Indonesia’s decentralization reform: The Case of

Kartamantul (Greater Yogyakarta), Habitat International

GTZ, 2006, Bersama Mengelola Perkotaan: Kerja Sama Antar Daerah Kartamantul, Yogyakarta

GTZ, 2009, Good Local Governance (GLG) 2006-2009: Compilation of Publications

Page 100: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

96 | P a g e

GTZ, 2010, Prosiding Lokakarya Pengelolaan Keuangan dan Aset dalam Kerja Sama Antar Daerah,

Jakarta

GTZ, 2008, Model Kerja Sama Penataaan Ruang Kawasan Perbatasan, Kasus: Kawasan Mirota Jl.

Godean, Yogyakarta

Gurendo, A., 2009, Fasilitasi Pelembagaan Kerja Sama Pelayanan Publik (Kesehatan, Pendidikan, dan

Tata Ruang dan Lingkungan) Antar-Daerah Kabupaten/Kota di Wilayah Kedu Plus, GTZ

Haryanto, R., 2010,Notulensi dan Summary Pengelolaan Keuangan Daerah dalam KerjaSama Antar

Daerah¸Purwokerto

Henry, N. 1995. Public Administration and Public Affairs. Sixth Edition. Englewood Cliffs, N.J.

Heintel, M., 2005, Regionalmanagement in Österreich. Professionalisierung und Lernorientierung.

Keban, Y.T., 2009, Kerja Sama Antar Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi: Isu Strategis, Bentuk dan

Prinsip, Yogyakarta

Kementrian Dalam Negeri, Ditjen PUM, 2010, Keputusan Menteri Dalam Negeri No 050-222 Tahun 2010

tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum Tahun 2010-2014

Kementrian Dalam Negeri, Ditjen PUM Direktorat Dekonsentrasi dan Kerjasama, 2010, Laporan

Pelaksanaan Kegiatan Rapat Evaluasi Pelaksanaan Kerjasama Antar Daerah

Kementrian Dalam Negeri, Ditjen PUM Direktorat Dekonsentrasi dan Kerjasama, 2010, Prosiding Rapat

Finalisasi Norma, Standar, Pedoman dan Manual sebagai Tindak Lanjut PP No 50 Tahun 2007

Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, 2007. Regional Management, Panduan Pembentukan

dan Pengelolaan.

Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah, sebagaimana telah dirubah terakhir dengan Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2007 tentang

Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Lekad, 2007, Laporan Akhir Dampak Kerja Sama Antar-Daerah terhadap Pembangunan Provinsi serta

Peranan Pemerintah Provinsi dalam Mendukung Kerja Sama Antar Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, GTZ

Lekad, 2007, Laporan Akhir Kajian Kebutuhan Pengembangan Kapasitas bagi Pelaksanaan Kerjasama

Antar Daerah untuk Meningkatkan Penyelenggaraan Pelayanan Umum di Jawa Tengah, GTZ

Magister Pembangunan Wiilayah & Kota Universitas Diponegoro, Regional Management & Marketing

Page 101: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

97 | P a g e

McGuire, Michael, 2006, "Intergovernmental Management : A View From The Bottom", Public

Administration Review

Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.: Bayerisches Staatsministerium für

Landesentwicklung und Umweltfragen, München 2000.

OeSB Consulting, 2004, Systematische Evaluierung des Regionalmanagements in Oesterreich.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 69 Tahun 2007 tentang Kerja Sama Pembangunan Perkotaan

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,

sebagaimana telah diubah dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 37 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2011

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik

Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama

Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan

Kerjasama Antar Daerah.

Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Badan Layanan Umum

Peraturan Pemerintah 57/2005 tentang Hibah kepada daerah

Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKKIP)

Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Pemerintah Daerah

Provinsi, dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2004-

2009

Page 102: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

98 | P a g e

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kerjasama Daerah

Pratikno (Ed.), 2007, Kerjasama Antar Daerah : Kompleksitas dan Tawaran Format Kelembagaan, Jogja

Global Media, Yogyakarta.

Prinsip-prinsip Good Governance, http://www.governance-

indonesia.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=74

Regionalpolitik 1970 – 2007 und deren Finanzinstrumente,

http://www.regiosuisse.ch/regionalpolitik/rp-verg-instrumente,

Sanctyeka, T. dkk, 2009, Membangun Daerah Melalui Kerja Sama Pelayanan Publik dan Pengembangan

Ekonomi Wilayah: Pembelajaran dari Kerja Sama Antar Daerah (KSAD) di Jawa Tengah dan DIY, GTZ

Sanctyeka, T., 2009, Siasat Meretas Dilema Kerja Sama antar Daerah dalam Peningkatan Kesejahteraan

Masyarakat

Sekretariat Bersama Kartamantul, 2008, Laporan Kegiatan Tahun 2007, Yogyakarta

Schäffer, Verena: Regionalmanagement in Sachsen-Anhalt. Theoretische Grundlagen und praktische

Ausgestaltung im Vergleich dreier Regionen. Diplomarbeit im Fachbereich Geographie an der Freien Universität Berlin 2003.

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 120/1730/SJ Tanggal 13 Juli 2005

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 900/2677/SJ Tanggal 8 November 2007

Suwandi, Made, 2010, Menata Pembagian Urusan Pemerintah Antar Tingkat Pemerintahan dalam

Koridor UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Jakarta

Tarigan, A., 2009, Kerja Sama Antar Daerah (KAD) untuk Peningkatan Penyelenggaraan Pelayanan

Publik, Bappenas, Jakarta

Troeger-Weiss, Gabi: Regionalmanagement. Ein neues Instrument der Landes- und Regionalplanung.

Augsburg 1998.

Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management”.

Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan

Negara

Page 103: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

99 | P a g e

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah untuk

kedua kalinya dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Daerah

Undang-Undang No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional

Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025

Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Waugh Jr, W.L. and G.Streib. 2006. “Collaboration and Leadership for Effective Emergency

Management”.

Yunus, U.M, 2005, Kerja Sama Antar Daerah di Era Otonomi: Belajar dari Keunikan Pawonsari, Jurnal

Kebijakan Ekonomi

Zeman, A., 2005, Regionalmanagement- Bestandsaufnahme und Potentialanalyse einer Institution am

Beispiel Salzburgs.

Zuhri, M., 2004, Penelitian Kerja Sama antar Daerah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, Semarang

Page 104: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

 

Page 105: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan

 

Page 106: 1_PA4_IRC_Lap Pendahuluan