pendahuluan a. latar belakang masalah penelitian · otonom adalah sepadan dengan kenaikan...

115
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang didasari prinsip otonomi daerah dan dilandasi oleh UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam penyelenggaraannya, otonomi daerah pada prinsipnya adalah memberikan kewenangan Pemerintah Daerah secara proporsional untuk mengelola secara luas dan memiliki tanggung jawab nyata dengan mekanisme pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang adil dan merata baik berupa uang maupun sumber daya lainnya yang telah diatur menurut undang-undang yang berlaku. Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat membangun suatu sistem perimbangan keuangan antara pusat dan daerah secara adil merata. Indikator dari keberhasilan sistem ini ialah tertampungnya aspirasi warga, berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah, pertanggungjawaban eksplorasi sumber daya yang ada, pengembangan serta transparansi realisasi dari alokasi pendapatan dan belanja. Dalam UU No.32 tahun 2004 disebutkan bahwa dalam pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah atas roda pemerintahan yang dijalankannya, Pemerintah Pusat akan mentransfer Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan bagian daerah dari Dana Bagi Hasil yang terdiri dari pajak dan sumber daya alam sebagai upaya

Upload: dangdang

Post on 27-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan

nasional yang didasari prinsip otonomi daerah dan dilandasi oleh UU No. 32

tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam penyelenggaraannya,

otonomi daerah pada prinsipnya adalah memberikan kewenangan Pemerintah

Daerah secara proporsional untuk mengelola secara luas dan memiliki

tanggung jawab nyata dengan mekanisme pengaturan, pembagian, dan

pemanfaatan sumber daya nasional yang adil dan merata baik berupa uang

maupun sumber daya lainnya yang telah diatur menurut undang-undang yang

berlaku. Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat membangun suatu sistem

perimbangan keuangan antara pusat dan daerah secara adil merata. Indikator

dari keberhasilan sistem ini ialah tertampungnya aspirasi warga,

berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah,

pertanggungjawaban eksplorasi sumber daya yang ada, pengembangan serta

transparansi realisasi dari alokasi pendapatan dan belanja.

Dalam UU No.32 tahun 2004 disebutkan bahwa dalam pelaksanaan

kewenangan Pemerintah Daerah atas roda pemerintahan yang dijalankannya,

Pemerintah Pusat akan mentransfer Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana

Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan bagian daerah dari

Dana Bagi Hasil yang terdiri dari pajak dan sumber daya alam sebagai upaya

2

untuk menegakkan azas keadilan dalam pembangunan. Dana transfer dari

Pemerintah Pusat diharapkan dapat digunakan secara efektif dan efisien oleh

Pemerintah Daerah guna meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat.

Disamping dana perimbangan tersebut, Pemerintah Daerah mempunyai

sumber pendanaan sendiri berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD),

pembiayaan, dan lain-lain pendapatan. Kebijakan penggunaan semua dana

tersebut diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Kebijakan penggunaan dana

tersebut sudah seharusnya memprioritaskan kepentingan masyarakat dan

mengalokasikannya secara secara transparan dan akuntabel.

Konsekuensi fiskal atas pelaksanaan otonomi daerah yang terjadi di

Indonesia ialah kebijakan otonomi daerah mengakibatkan setiap daerah yang

terdesentralisasi memiliki tanggung jawab besar yang tidak diiringi oleh

kapasitas fiskal yang memadai. Menyadari konsekuensi fiskal tersebut, maka

Pemerintah Pusat membuat suatu kebijakan perimbangan keuangan untuk

menutupi kesenjangan fiskal tiap daerah dengan harapan bahwa transfer yang

berupa dana perimbangan tersebut mampu memberdayakan daerah kearah

kemandirian.

Banyak pakar ekonomi yang berpendapat bahwa kendati Pemerintah

Daerah memperoleh dana perimbangan yang lebih besar, namun hal ini

dibarengi dengan merosotnya jumlah Penerimaan Asli Daerah. Hal tersebut

juga tidak menutup kemungkinan bahwa pemerintah daerah cenderung

memiliki respon pengeluaran operasional yang lebih banyak dari transfer

yang diberikan Pemerintah Pusat terutama yang berasal dari Dana Alokasi

3

Umum daripada yang berasal dari pendapatan asli daerahnya sendiri atau

dikenal dengan istilah “Flypaper Effect” yang memberikan indikasi anomali

atau keganjilan karena terus bergantung pada suntikan Dana Alokasi Umum

dari Pemerintah Pusat sehingga pada praktiknya, transfer dari Pemerintah

Pusat merupakan sumber dana utama Pemerintah Daerah untuk membiayai

operasi utamanya sehari-hari kemudian oleh Pemerintah Daerah “dilaporkan”

di perhitungan APBD.

Fenomena Flypaper Effect seperti yang diungkapkan sebelumnya

adalah suatu pengertian mengenai fenomena pada suatu kondisi ketika

Pemerintah Daerah merespon pengeluaran operasional atas belanja daerahnya

lebih banyak berasal dari transfer/grants atau spesifiknya pada unconditional

grants daripada pendapatan asli dari daerahnya tersebut sehingga akan

mengakibatkan pemborosan dalam Belanja Daerah karena mengakibatkan

ketergantungan fiskal. Unconditional grants yang diproksikan dengan Dana

Alokasi Umum ditentukan berdasarkan celah fiskal yaitu kebutuhan fiskal

dikurangi kemampuan fiskal daerah dan alokasi dasar yang dialokasikan

secara lump sum dari pemerintah pusat. Hal tersebut mempunyai konsekuensi

terhadap Pemerintah Daerah yaitu Pemerintah Daerah menjadi kurang

termotivasi dalam memaksimalkan potensi pendapatan asli daerahnya dan

kecenderungan untuk melakukan pemborosan anggaran serta membuka celah

penyelewengan dana anggaran. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan

bahwa Pemerintah Daerah memanfaatkan informasi yang bersifat asimetri

4

dalam penyusunan dan perealisasian APBD sehingga akan menciptakan ilusi

fiskal.

Pendekatan standar mengenai Flypaper Effect diresmikan oleh

Bradford dan Oates (1971), memprediksikan bahwa hibah kepada Pemerintah

Daerah setara dengan kenaikan pendapatan masyarakat. Alasan adalah uang

yang sepadan dan dengan demikian Pemerintah Daerah harus memiliki

kecenderungan yang sama untuk menafkahkan pendapatan individu atau

lump-sum grants (Oates, 1999).

Pendekatan tersebut memberikan gambaran bahwa setiap kenaikan

transfer yang diberikan oleh Pemerintah Pusat untuk daerah otonom sepadan

dengan kenaikan pendapatan masyarakat suatu daerah otonom tersebut.

Alasannya adalah setiap penerimaan pemerintah yang berasal dari masyarakat

harus dialokasikan kepada masyarakat secara sepadan. Hal tersebut berlaku

juga terhadap Pemerintah Daerah untuk mengalokasikan penerimaan asli

daerahnya sendiri yang berasal dari masyarakat daerahnya dengan sepadan

walaupun dalam praktiknya Pemerintah Daerah masih sangat mengandalkan

transfer yang berasal dari Dana Alokasi Umum untuk pengeluaran

operasionalnya.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Pramela (2009) pada

Kabupaten/Kota di Sumatera Utara yang menyimpulkan bahwa pengujian

secara simultan membuktikan bahwa telah terjadinya Flypaper Effect pada

Belanja Daerah provinsi Sumatera Utara. Penelitian tersebut meneliti

pemerintah daerah luar Jawa padahal hingga saat ini output dari desentralisasi

5

fiskal masih berpusat di pulau Jawa sehingga perlu dilakukan penelitian lebih

lanjut terhadap Pemerintah Daerah yang sudah memiliki keunggulan dalam

pengelolaan keuangan daerah yaitu di Pulau Jawa terutama pada

Kota/Kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki banyak daerah dengan

beragam tingkat pendapatan dan kebutuhan fiskalnya. Selain itu, penelitian

tersebut hanya menguji Flypaper Effect pada tahun berjalan sehingga perlu

penelitian lebih lanjut lagi dengan menggunakan lag agar mengetahui

prediksi Belanja Daerah.

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Maimunah (2006), dalam

penelitiannya tersebut menemukan bahwa terjadi Flypaper Effect pada

kabupaten/kota di Sumatera terhadap Belanja Daerah tahun 2004 dengan

tanpa lag, selain itu Maimunah menyebutkan bahwa Flypaper Effect juga

terjadi ketika digunakan dengan lag, nilai koefisien DAU lebih besar dari

DAU tanpa lag demikian pula dengan koefisien PAD dengan lag lebih besar

dari PAD tanpa lag. Hal tersebut agar mengetahui bahwa Flypaper Effect

berpengaruh terhadap prediksi Belanja Daerah. Akan tetapi, penelitian

tersebut masih dalam lingkup Sumatera dan dilakukan berdasarkan data

tahun 2004 yang dimana pada tahun tersebut konsep desentralisasi fiskal

masih belum stabil. Selain itu, dalam teknik analisis data masih mengkaji

secara cross-section yaitu tahun 2003 dan 2004 sehingga perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut dengan runtut waktu data yang lebih jauh sehingga

dapat menjawab permasalahan terutama tentang kecenderungan atau prediksi

Flypaper Effect dalam meningkatkan jumlah Belanja Daerah.

6

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : ”FLYPAPER EFFECT

PADA DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN PENDAPATAN ASLI

DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA DAERAH (BD) PADA

KOTA/KABUPATEN DI JAWA TENGAH” .

B. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Apakah terjadi Flypaper Effect pada Belanja Daerah (BD) Pemerintah

Kota/Kabupaten di Jawa Tengah?

2. Apakah terjadi Flypaper Effect pada prediksi Belanja Daerah (BD)

Pemerintah Kota/Kabupaten di Jawa Tengah?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui adanya Flypaper Effect pada Belanja Daerah (BD)

Pemerintah Kota/Kabupaten di Jawa Tengah.

2. Untuk mengetahui adanya Flypaper Effect pada prediksi Belanja Daerah

(BD) Pemerintah Kota/Kabupaten di Jawa Tengah.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan serta

pertimbangan kebijakan bagi pemerintah dan sebagai evaluasi kinerja

masa lalu baik dalam proses perencanaan, penganggaran, evaluasi, dan

7

aktuasi dari APBD dan APBN untuk menjadi acuan kinerja masa depan

untuk lebih efektif, efisien, dan ekonomis.

2. Bagi Masyarakat Umum

Penelitian ini diharapkan mampu menjawab permasalahan yang ada dalam

masyarakat khususnya yang berkaitan dengan kinerja dan akuntabilitas

pemerinrah daerah dalam pengalokasian dan pemerolehan sumber

pendapatan daerah sehingga masyarakat mampu menilai dan menyikapi

permasalahan daerah secara objektif.

3. Bagi Kalangan Akademisi

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan dasar bagi penelitian

selanjutnya.

8

BAB II

TELAAH PUSTAKA DAN KERANGKA PENELITIAN

A. Telaah Pustaka

1. Pengertian Flypaper Effect

Flypaper Effect adalah suatu fenomena pada suatu kondisi ketika

Pemerintah Daerah merespon belanja daerahnya lebih banyak berasal

dari transfer/grants atau spesifiknya pada transfer tidak bersyarat atau

unconditional grants daripada pendapatan asli dari daerahnya tersebut

sehingga akan mengakibatkan pemborosan dalam Belanja Daerah.

Unconditional grants yang diproksikan dengan Dana Alokasi Umum

ditentukan berdasarkan celah fiskal yaitu kebutuhan fiskal dikurangi

kemampuan fiskal daerah dan alokasi dasar yang dialokasikan secara

keseluruhan (lump sum) dari pemerintah pusat.

Koleman (1996) memberikan penjelasan mengenai efek dari

transfer tidak bersyarat yaitu :

“The recent creation of lump-sum welfare grants has renewed

interest in the effects of intergovernmental aid on state and local

spending. One of the more consistent findings in the empirical

literature is that lump-sum aid boosts public expenditure more

than an equivalent increase in private income”.

Penjelasan tersebut memberikan gambaran bahwa setiap transfer

tidak bersyarat yang diberikan kepada Pemerintah Daerah merupakan

9

konsekuensi atas otonomi daerah yang berlaku agar tidak menyebabkan

kesenjangan dalam pelaksanaan pembangunan daerah walaupun dalam

beberapa studi empiris banyak ditemukan bahwa transfer tak bersyarat

mengakibatkan peningkatan pengeluaran publik melebihi kenaikan

pendapatan masyarakatnya.

Menurut teori Peacock dan wiseman dalam Purbayu dan Retno

(2005) menjelaskan bahwa Pemerintah Daerah senantiasa berusaha

memperbesar pengeluaran, sedangkan masyarakat tidak suka membayar

pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah

yang semakin besar tersebut. Teori Peacock dan Wiseman tersebut

menjelaskan bahwa secara ideal hal tersebut menyebabkan pemungutan

pajak yang semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah dan

meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah

juga semakin meningkat. Oleh karena itu, dalam keadaan normal,

meningkatnya Pendapatan Domestik Bruto setiap masyarakat

menyebabkan Pendapatan Asli Daerah semakin besar sehingga secara

sepadan akan menyebabkan pengeluaran Pemerintah Daerah menjadi

semakin besar pula.

Hal tersebut ternyata tidak selalu ideal dan seolah menyimpang

dari konteks rill. Di temukannya fenomena Flypaper Effect

mengidentifikasikan bahwa Pemerintah Daerah dalam memenuhi

kebutuhan publik senantiasa cenderung lebih merespon atas pengeluaran

atau belanja daerahnya dari grants atau transfer dan lebih “berhemat”

10

dalam optimalisasi pengeluaran yang berasal dari pendapatan asli

daerahnya yang merupakan hasil dari kenaikan Pendapatan Domestik

Bruto sehingga akan menciptakan kecenderungan pemborosan Belanja

Daerah.

Pendekatan standar mengenai Flypaper Effect diresmikan oleh

Bradford dan Oates pada tahun 1971 yang memprediksikan bahwa hibah

kepada pemerintah daerah setara dengan kenaikan pendapatan

masyarakat. Pendekatan tersebut memberikan gambaran bahwa setiap

kenaikan transfer yang diberikan oleh Pemerintah Pusat untuk daerah

otonom adalah sepadan dengan kenaikan pendapatan masyarakat dari

suatu daerah otonom tersebut. Alasannya adalah setiap penerimaan

pemerintah yang berasal dari masyarakat harus dialokasikan kepada

masyarakat secara sepadan.

Hal tersebut berlaku juga terhadap Pemerintah Daerah untuk

mengalokasikan pendapatan asli daerahnya sendiri yang berasal dari

masyarakat daerahnya dengan sepadan. Walaupun dalam praktiknya,

dalam memenuhi kebutuhan publik, Pemerintah Daerah masih sangat

mengandalkan transfer yang berasal dari Dana Alokasi Umum untuk

pengeluaran belanjanya sehingga seolah menciptakan ilusi fiskal yaitu

dimana masyarakat membayar pajak dan mengharapkan mendapatkan

kontraprestasi tidak langsung yang sepadan akan tetapi Pemerintah

Daerah tersebut dalam memenuhi kebutuhan publik cenderung merespon

lebih besar dari Dana Alokasi Umum yang merupakan transfer tidak

11

bersyarat dari Pemerintah Pusat bukan dari Pendapatan Asli Daerahnya

sendiri sehingga yang terjadi adalah peningkatan Belanja Daerahnya

menjadi tidak sepadan dengan Pendapatan Asli Daerahnya. Selain itu,

Flypaper Effect juga mempengaruhi kecenderungan belanja Pemerintah

Daerah pada periode selanjutnya sehingga efek tersebut akan berakibat

jangka panjang.

Dalam teori lainnya yaitu teori individual choice dinyatakan

bahwa, ” dollar-to-dollar, a matching grants will induce a greater

expansion in spending on the public good will than will a lump-sum,

unconditional grant” . Teori tersebut menjelaskan bahwa setiap transfer

yang bersifat sepadan dengan peningkatan penerimaan masyarakat akan

mengakibatkan peningkatan yang lebih besar dalam pemenuhan barang

atau kebutuhan publik untuk masyarakat sehingga kecenderungan untuk

lebih merespon dari Dana Alokasi Umum yang bersifat transfer tidak

bersyarat tidak dapat dihindari. Hal tersebut bertujuan untuk menutupi

pemborosan pengeluaran yang tidak sepadan dengan peningkatan

pendapatan masyarakat yang sebagian peningkatan pendapatan tersebut

disetor ke kas negara dan daerah sebagai pajak atau pendapatan asli

daerahnya.

Realita dari fenomena tersebut mempunyai konsekuensi terhadap

Pemerintah Daerah khususnya di Indonesia yaitu Pemerintah Daerah

menjadi kurang termotivasi dalam memaksimalkan potensi pendapatan

asli daerahnya. Selain itu, Dana Alokasi Umum dengan sifatnya yang

12

tidak bersyarat mengakibatkan tekanan fiskal pada basis pajak lokal akan

menurun yang kemudian menyebabkan penerimaan pajak juga

mengalami penurunan sementara pengeluaran untuk memenuhi

kebutuhan publik tetap meningkat. Ini berarti transfer secara tidak

langsung akan mengurangi beban pajak masyarakat sehingga pemerintah

daerah tidak perlu menaikkan pajak guna membiayai penyediaan barang

publik. Oleh karena itu, analisis ini menegaskan bahwa pengeluaran

pemerintah daerah dalam penyediaan barang publik adalah akibat dari

kenaikan transfer khususnya yang bersifat tidak bersyarat dan memiliki

kecenderungan tidak ideal dari yang seharusnya. Hasil temuan Haryono

(2007:2) menemukan bahwa data empiris menunjukkan proporsi

Pendapatan Asli Daerah (PAD) hanya mampu membiayai belanja

Pemerintah Daerah paling tinggi sebesar 20 persen.

Praktik yang terjadi di Indonesia mengenai efek dari transfer tidak

bersyarat ialah ketika Pemerintah Daerah yang memungut pajak lokal

dan menyetorkannya ke kas negara kemudian Pemerintah Pusat

mentransfer Dana Alokasi Umum (DAU) yang merupakan transfer tidak

bersyarat kepada Pemerintah Daerah untuk memenuhi kebutuhan publik.

Akan tetapi, Pemerintah Daerah menunjukan respon lebih besar terhadap

transfer tersebut untuk memenuhi kecenderungn belanja publik yang

semakin besar daripada efek pajak yang disetorkan ke kas negara

tersebut.

13

2. Dana Alokasi Umum

Dalam UU No. 33 tahun 2004 menjelaskan bahwa yang dimaksud

Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan

APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan

keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam

pelaksanaan desentralisasi. Pembagian dana untuk daerah melalui bagi

hasil berdasarkan daerah penghasil cenderung menimbulkan

ketimpangan antar daerah dengan mempertimbangkan kebutuhan dan

potensi daerah. Alokasi Dana Alokasi Umum bagi daerah yang potensi

fiskalnya besar namun kebutuhan fiskalnya kecil akan memperoleh

alokasi Dana Alokasi Umum yang relatif kecil. Sebaliknya daerah yang

memiliki potensi fiskalnya kecil namun kebutuhan fiskalnya besar akan

memperoleh alokasi Dana alokasi Umum relatif besar. Dengan maksud

melihat kemampuan APBD dalam membiayai kebutuhan-kebutuhan

daerah dalam rangka pembangunan daerah yang dicerminkan dari

penerimaan umum APBD dikurangi dengan belanja pegawai (Halim,

2009).

Halim (2009) menyatakan bahwa ketimpangan ekonomi antara

satu Provinsi dengan Provinsi lain tidak dapat dihindari dengan adanya

desentralisasi fiskal. Disebabkan oleh minimnya sumber pajak dan

Sumber Daya Alam yang kurang dapat digali oleh Pemerintah Daerah.

Untuk menanggulangi ketimpangan tersebut, Pemerintah Pusat

berinisiatif untuk memberikan subsidi berupa DAU kepada daerah. Bagi

14

daerah yang tingkat kemiskinanya lebih tinggi, akan diberikan DAU

lebih besar dibanding daerah yang kaya dan begitu juga sebaliknya.

Selain itu untuk mengurangi ketimpangan dalam kebutuhan pembiayaan

dan penugasaan pajak antara pusat dan daerah telah diatasi dengan

Dalam Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan

keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah menjelaskan

bahwa jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26%

(dua puluh enam persen) dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang

ditetapkan dalam APBN. DAU untuk suatu Daerah dialokasikan atas

dasar celah fiskal dan alokasi dasar. Celah fiskal adalah kebutuhan fiskal

dikurangi dengan kapasitas fiskal Daerah. Kebutuhan fiskal Daerah

merupakan kebutuhan pendanaan Daerah untuk melaksanakan fungsi

layanan dasar umum dan Kapasitas fiskal Daerah merupakan sumber

pendanaan Daerah yang berasal dari PAD dan Dana Bagi Hasil.

Sedangkan alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai

Negeri Sipil Daerah.

Adapun cara menghitung dana alokasi umum menurut ketentuan

adalah sebagai berikut:

a. Dana Alokasi Umum (DAU) di tetapkan sekurang-kurangnya 26%

dari penerimaan dalam negri yang di tetapkan dalam APBN.

b. Dana Alokasi Umum (DAU) untuk daerah provinsi dan untuk daerah

kabupaten/kota ditetapkan masing-masing 10% dan 90% dari dana

alokasi umum sebagaimana di tetapkan di atas.

15

c. Dana Alokasi Umum (DAU) untuk suatu daerah kabupaten/kota

tertentu ditetapkan berdasarkan perkalian jumlah dana alokasi umum

untuk seluruh daerah kabupaten/kota yang ditetapkan dalam APBN

dengan porsi daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.

d. Porsi daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud di atas

merupakan proporsi bobot daerah kabupaten/kota yang bersangkutan

terhadap jumlah bobot semua daerah kabupaten/kota di seluruh

Indonesia.

Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan nol

menerima DAU sebesar alokasi dasar. Adapun Daerah yang memiliki

nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut lebih kecil dari alokasi

dasar menerima DAU sebesar alokasi dasar setelah dikurangi nilai celah

fiscal dan Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai

negatif tersebut sama atau lebih besar dari alokasi dasar tidak menerima

DAU. Proporsi DAU antara daerah provinsi dan kabupaten/kota

ditetapkan berdasarkan imbangan kewenangan antara provinsi dan

kabupaten/kota. Hasil penghitungan DAU per provinsi, kabupaten, dan

kota ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Berdasarkan UU No. 33

tahun 2004 Pasal 36 menyatakan bahwa penyaluran DAU dilaksanakan

setiap bulan masing-masing sebesar 1/12 (satu perdua belas) dari DAU

Daerah yang bersangkutan.

16

3. Pendapatan Asli Daerah

Dalam Undang-Undang No. 33 tahunn 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah

menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Pendapatan Asli Daerah,

selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang

dipungut berdasarkan Peraturan daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Penerimaan Pendapatan Asli Daerah merupakan akumulasi dari

Pos Penerimaan Pajak yang berisi Pajak Daerah dan Pos Retribusi

Daerah, Pos Penerimaan Non Pajak yang berisi hasil perusahaan milik

daerah, Pos Penerimaan Investasi serta Pengelolaan Sumber Daya Alam

(Bastian, 2002).

Menurut Abdul Halim 2002, menyatakan bahwa Pendapatan Asli

Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari

sumber ekonomi asli daerah. Adapun kelompok pendapatan asli daerah

dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu:

a. Pajak Daerah. Pajak Daerah merupakan pendapatan daerah yang

berasal dari pajak.

b. Retribusi Daerah. Retribusi Daerah merupakan pendapatan daerah

yang berasal dari retribusi daerah. Dalam struktur APBD baru

dengan pendekatan kinerja, jenis pendapatan yang berasal dari pajak

daerah dan restribusi daerah berdasarkan UU No.34 Tahun 2000

17

tentang Perubahan Atas UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak

Daerah dan Rertibusi Daerah, dirinci menjadi:

1) Pajak Provinsi. Pajak ini terdiri atas: (i) Pajak kendaraan

bermotor dan kendaraan di atas air, (ii) Bea balik nama

kendaraan bermotor (BBNKB) dan kendaraan di atas air, (iii)

Pajak bahan bakar kendaran bermotor, dan (iv) Pajak

pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air

permukaan.

2) Jenis pajak Kabupaten/kota. Pajak ini terdiri atas: (i) Pajak

Hotel, (ii) Pajak Restoran, (iii) Pajak Hiburan, (iv) Pajak

Reklame, (v) Pajak penerangan Jalan, (vi) Pajak pegambilan

Bahan Galian Golongan C, (vii) Pajak Parkir.

3) Retribusi. Retribusi ini dirinci menjadi: (i) Retribusi Jasa

Umum, (ii) Retribusi Jasa Usaha, (iii) Retribusi Perijinan

Tertentu.

c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik

daerah yang dipisahkan. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil

pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan

penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah

dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan

ini meliputi objek pendapatan berikut:

1) Bagian laba perusahaan milik daerah.

2) Bagian laba lembaga keuangan bank.

18

3) Bagian laba lembaga keuangan non bank.

4) Bagian laba atas pernyataan modal/investasi.

5) lain-lain PAD yang sah. Pendapatan ini merupakan penerimaan

daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Jenis

pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut:

a) Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan.

b) Penerimaan jasa giro.

c) Peneriman bunga deposito.

d) Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.

e) Penerimaan ganti rugi atas kerugian/kehilangan kekayaan

daerah (TP-TGR).

4. Belanja Daerah

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58

Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah menyebutkan bahwa

Belanja Daerah adalah kewajiban Pemerintah Daerah yang diakui

sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Belanja Daerah dipergunakan

dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib

dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-

undangan. Belanja penyelenggaraan urusan wajib yang diprioritaskan

untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat

dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam

bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas

19

sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem

jaminan sosial.

Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005

Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah diklasifikasikan menurut

organisasi, fungsi, program dan kegiatan, serta jenis belanja. Klasifikasi

belanja menurut organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005

Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah disesuaikan dengan susunan

organisasi pemerintahan daerah. Klasifikasi belanja menurut fungsi

sebagaimana dimaksud diatas terdiri dari:

a. Klasifikasi berdasarkan urusan pemerintahan; dan

b. Klasifikasi fungsi pengelolaan keuangan negara.

Klasifikasi belanja berdasarkan urusan pemerintahan

diklasifikasikan menurut kewenangan pemerintahan provinsi dan

kabupaten/kota. Klasifikasi belanja menurut fungsi pengelolaan

keuangan negara yang digunakan untuk tujuan keselarasan dan

keterpaduan pengelolaan keuangan negara terdiri dari:

a. Pelayanan umum;

b. Ketertiban dan keamanan;

c. Ekonomi;

d. Lingkungan hidup;

e. Perumahan dan fasilitas umum;

20

f. Kesehatan;

g. Pariwisata dan budaya;

h. Agama;

i. Pendidikan; serta

j. Perlindungan sosial.

Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah disesuaikan

dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.

Klasifikasi belanja menurut jenis belanja sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005

Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah terdiri dari:

a. Belanja pegawai;

b. Belanja barang dan jasa;

c. Belanja modal;

d. Bunga;

e. Subsidi;

f. Hibah;

g. Bantuan sosial;

h. Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan; dan

i. Belanja tidak terduga.

Penganggaran dalam APBD untuk setiap jenis belanja

sebagaimana dimaksud pada ayat (7) Peraturan Pemerintah Republik

21

Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah, berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

B. Kerangka Penelitian

Pemerintah Daerah dalam rangka memenuhi kebijakan fiskal,

kebutuhan publik, dan pembangunan daerahnya didasarkan atas Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah yang disusun sedemikian rupa dengan

berazaskan pada Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah dan menganut prinsip otonomi daerah. Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah tersebut memuat pos-pos sumber dan alokasi dari setiap

elemen baik pendapatan maupun Belanja Daerah yang disusun berdasarkan

pertimbangan pembangunan yang akan dicapai daerah di tahun berjalan yang

dianggarkan. Setiap kegiatan yang melibatkan pendapatan dan belanja daerah

kemudian dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran disetiap akhir

periode anggaran kepada Pemerintah Pusat dalam hal ini Direktorat Jenderal

Perimbangan Keuangan dan kemudian dipublikasikan umtuk pihak yang

berkepentingan umumnya masyarakat luas.

Dalam setiap elemennya, anggaran dan laporan realisasi APBD terdiri

dari beberapa akun/pos yaitu Pendapatan Daerah, Belanja Daerah, dan

Pembiayaan Daerah. Pendapatan Daerah dikategorikan kedalam tiga pos

utama yaitu pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain

Pendapatan yang Sah. Dalam Pos Belanja Daerah, Belanja Daerah dibagi

kedalam beberapa pos yaitu Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung

Daerah. Selain itu, terdapat pula pos pembiayaan yang tercantum.

22

Pendapatan Asli Daerah merupakan suatu gambaran/informasi

mengenai sumber daya potensial yang terdapat di daerah otonom. Hal

tersebut menggambarkan tingkat kemandirian daerah dalam pelaksanaan

otonomi daerahnya dan upaya dalam memaksimalkan sumber daya secara

efektif dan efisien.

Dana Perimbangan sebagaimana yang tercantum dalam Undang-

Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah ialah dana yang bersumber dari

pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai

kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana

Perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana

Alokasi Khusus. Berbeda dengan Dana Bagi Hasil dan Dana Alokasi Khusus,

Dana Alokasi Umum bersifat Unconditional Grants yang merupakan dana

yang bersumber dari pendapatan APBN dan dialokasikan dengan tujuan

pemeratan kemampuan keuangan antar daerah secara sukarela untuk

mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

sehingga Pemerintah Daerah cenderung merespon lebih besar dari Dana

Alokasi Umum daripada Pendapatan Asli Daerahnya sendiri terhadap Belanja

Daerah tersebut atau terjadi fenomena Flypaper Effect.

Pada penelitian ini, variabel Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli

Daerah, dan Belanja Daerah merupakan elemen yang dilaporkan dalam

Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Daerah. Setiap periodenya, laporan

tersebut di periksa dan dipublikasikan di situs pemerintah. Berdasarkan

23

laporan tersebut masyarakat akan mampu menilai kinerja Pemerintah Daerah

dalam upaya memenuhi kebutuhan publik. Flypaper Effect yang menjadi

fokus dalam penelitian ini dapat di identifikasi secara empiris dari variabel

Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah yaitu dengan melihat efek

dari kedua variabel tersebut terhadap variabel terikatnya yaitu Belanja

Daerah. Flypaper Effect terjadi ketika variabel Dana Alokasi Daerah secara

positif mempunyai efek lebih besar daripada efek Pendapatan Asli Daerah

terhadap Belanja Daerah tahun berjalan. Efek yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah daya respon dari Dana Alokasi Umum dan Pendapatan

Asli Daerah sebagai variabel bebas yang secara empiris ditunjukan melalui

besaran nilai koefisien atas pengaruh kedua variabel tersebut terhadap

variabel teikatnya yaitu Belanja Daerah.

Selain itu, Flypaper Effect juga terjadi pada prediksi belanja

Pemerintah Daerah yang disebabkan kebijakan pendapatan dan belanja

daerah tahun sebelumnya. Flypaper Effect pada prediksi Belanja Daerah

terjadi ketika Pemerintah Daerah dalam membelanjakan anggaran tahun

berjalannya mempunyai keterikatan dengan realisasi Belanja Daerah tahun

lalu.

Secara empiris, analisis dilakukan pada variabel independen dan

terikat dengan menggunakan lag pada regresi berganda. Hal tersebut

bertujuan untuk mengetahui besarnya variabel independen tahun lalu yaitu

Dana Alokasi Umum tahun lalu (DAUt-1) dan Pendapatan Asli Daerah tahun

lalu (PADt-1) secara simultan dan parsial terhadap variabel dependen pada

24

tahun berjalan yaitu Belanja Daerah tahun berjalan (BDt). Tahap tersebut

berguna untuk meneliti bahwa Flypaper Effect terjadi pula pada prediksi

Belanja Daerah (BDt) tahun berjalan. Dalam sudut pandang lag, Belanja

Daerah tahun berjalan (BDt) dipengaruhi oleh Dana Alokasi Umum tahun

lalu (DAUt-1). Flypaper Effect terjadi ketika pengaruh Dana Alokasi Umum

yang menggunakan lag atau Dana Alokasi Umum tahun lalu (DAUt-1)

memiliki nilai koefisien lebih besar dari Dana Alokasi Umum tanpa lag atau

Dana Alokasi Umum tahun berjalan (DAUt) terhadap Belanja Daerah tahun

berjalan (BDt).

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan prediksi adalah suatu

kecenderung Pemerintah Daerah dalam membelanjakan anggarannya

mempunyai kaitan dengan kebijakan dan realisasi anggaran tahun lalu. Hal

tersebut menjadi tidak wajar ketika Pemerintah Daerah meningkatkan respon

penggunaan Dana Alokasi Umum pada tahun berjalan daripada tahun

sebelumnya sehingga seolah menciptakan efek asimetris yaitu pemerintah

membuat kebijakan atas setiap alokasi Belanja Daerah guna memenuhi

kebutuhan publik yang seolah lebih meningkat dari tahun sebelumnya dengan

selalu mengkampanyekan bahwa hal tersebut merupakan bukti kemandirian

daerah padahal kenyataannya bahwa peningkatan Belanja Daerah tersebut

terjadi karena respon Pemerintah Daerah terhadap Dana Alokasi Umum yang

lebih meningkat dari tahun sebelumnya dan bukan karena pengaruh atas

peningkatan Pendapatan Asli Daerah.

25

Dari uraian di atas, maka dapat diilustrasikan kerangka penelitian

seperti tertera pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Penelitian

C. Hipotesis Penelitian

Flypaper Effect terjadi ketika Pemerintah Daerah dalam melakukan

belanja daerahnya terlalu boros dengan menggunakan Dana Alokasi Umum

daripada pendapatan asli daerahnya. Maemunah (2006) dalam penelitinannya

menemukan bahwa Flypaper Effect terjadi pada Belanja Daerah Kota/Kabupaten

di Sumatera. Hal tersebut sependapat dengan penelitian Pambudi (2007) yang

menyatakan bahwa dalam Belanja Daerah, Pemerintah Daerah cenderung lebih

banyak merespon dari Dana Alokasi Umum sehingga terjadi Flypaper Effect pada

Kabupaten/Kota di Bali. Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

H1 : Flypaper Effect terjadi pada Belanja Daerah (BD) Pemerintah

Kota/Kabupaten di Jawa Tengah.

Laporan Realisasi AnggaranPemerintah Daerah

Dana Alokasi Umum Pendapatan AsliDaerah

Belanja Daerah

Flypaper Effect

26

Dalam penelitian Maemunah (2006) menyatakan bahwa untuk

mengkonfirmasi penelitian terhadap prediksi yang pernah dilakukan oleh Holtz-

Eakin et al (1985) menyimpulkan bahwa terdapat keterkaitan sangat erat antara

transfer dari Pemerinta Pusat dengan belanja pemerintah daerah untuk setiap

tahunnya.

Sukriy & Halim (2004) dalam penelitiannya melakukan regresi dengan lag

satu tahun, yakni antara DAU 2003 dan PAD 2003 dengan BD 2004. Hasil yang

ada pada pengujian tersebut akan dibandingkan dengan pengujian tanpa lag yaitu

DAU 2003 dan PAD 2003 dengan BD 2003 sehingga dapat disimpulkan bahwa

Flypaper Effect juga terjadi pada kecenderungan atau prediksi Belanja Daerah.

Belanja Daerah yang menjadi bahasan dalam penelitian ini yaitu merupakan

realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Hipotesis Kedua yang diajukan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H2 : Flypaper Effect terjadi pada prediksi Belanja Daerah (BD)

Pemerintah Kota/Kabupaten di Jawa Tengah.

27

BAB III

METODE PENELITIAN DAN TEKNIK ANALISIS DATA

A. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan studi empiris untuk mengetahui pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat yang menjadi objek penelitian

dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif.

2. Objek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli

Daerah, dan Belanja Daerah yang dilaporkan dalam laporan Realisasi APBD

Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2007-2009.

3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah

Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Sampel dari populasi yang ada

diambil secara keseluruhan dari semua sampel yang ada dari populasi

penelitian yaitu seluruh Kota/Kabupaten di Jawa Tengah yang telah

menyerahkan laporan realisasi anggarannya tahun 2007-2009 ke Badan

Pusat Statistik (BPS) provinsi Jawa Tengah dan memublikasikannya

kedalam situs Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Daerah atau

www.djpk.depkeu.go.id dan situs resmi pemerintah lainnya.

28

Berdasarkan kriteria tersebut, maka sampel yang terpilih adalah

sebanyak 35 kota/kabupaten di Provinsi Jawa Tengah sebagaimana

tercantum dalam tabel 1.

Tabel 1Kota/Kabupaten Sampel

No. Kota/Kabupaten1. Kab. Banjarnegara2. Kab. Banyumas3. Kab. Batang4. Kab. Blora5. Kab. Boyolali6. Kab. Brebes7. Kab. Cilacap8. Kab. Demak9. Kab. Grobogan10. Kab. Jepara11. Kab. Karang Anyar12. Kab. Kebumen13. Kab. Kendal14. Kab. Klaten15. Kab..Kudus16. Kab. Magelang17. Kab. Pati18. Kab. Pekalongan19. Kab. Pemalang20. Kab. Purbalingga21. Kab. Purworejo22. Kab. Rembang23. Kab. Semarang24. Kab. Sragen25. Kab. Sukoharjo26. Kab. Tegal27. Kab. Temanggung28. Kab. Wonogiri29. Kab. Wonosobo30. Kota. Magelang31. Kota. Pekalongan

(Bersambung ke halaman berikutnya)

29

No. Kota/Kabupaten32. Kota. Salatiga33. Kota. Semarang34. Kota. Surakarta35. Kota. TegalSumber: Data Sekunder yang Diolah

4. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu sumber data

penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media

perantara (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002). Data yang

digunakan adalah Laporan Realisasi APBD Kota/Kabupaten di Provinsi

Jawa Tengah periode 2007-2009 yang didapat dari situs resmi

www.djpk.depkeu.go.id dan situs resmi pemerintah lainnya.

5. Metode Pengumpulan Data

a. Dokumentasi

Metode ini dilakukan dengan menganalisis laporan realisasi APBD

Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dan dokumen lain yang terkait

dengan objek yang diteliti.

b. Studi Pustaka

Metode ini dilakukan dengan mempelajari berbagai literatur yang

berhubungan dengan masalah yang akan diteliti untuk memperoleh

landasan teori yang digunakan dalam penelitiaan.

6. Definisi Operasional Variabel

a. Variabel Dependen (Y)

Pada penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah

Belanja Daerah. Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang

30

diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun

anggaran yang bersangkutan. Menurut Undang-Undang No. 58 Tahun

2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Belanja Baerah

dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan provinsi atau kota/kabupaten yang terdiri dari

urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan

perundang-undangan. Data tentang Belanja Daerah yang akan diteliti

diambil dari laporan realisasi APBD Kota/Kabupaten di Jawa Tengah

untuk tahun anggaran yang berakhir 2007, 2008, dan 2009. Data

Belanja Daerah diperoleh langsung dari situs www.djpk.depkeu.go.id

dan situs resmi pemerintah lainnya sehingga tidak lagi dilakukan

penghitungan.

b. Variabel Independen

1). Dana Alokasi Umum (X1)

Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN,

yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan

antar daerah untuk membiayai kebutuhan pembelanjaannya dalam

rangka pelaksanaan desentralisasi.

Jumlah keseluruhan Dana Alokasi Umum ditetapkan

sekurang-kurangnya 26% (dua puluh enam persen) dari Pendapatan

Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN. Dana Alokasi

Umum untuk suatu Daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan

alokasi dasar. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan

31

nol menerima Dana Alokasi Umum sebesar alokasi dasar.

Sedangkan, untuk daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan

nilai negatif tersebut lebih kecil dari alokasi dasar menerima Dana

Alokasi Umum sebesar alokasi dasar setelah dikurangi nilai celah

fiskal. Adapun Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan

nilai negatif tersebut sama atau lebih besar dari alokasi dasar tidak

menerima Dana Alokasi Umum (UU No. 33 tahun 2004 pasal 27 dan

pasal 32). Data tentang Dana Alokasi Umum diambil dari laporan

realisasi APBD Kota/Kabupaten di Jawa Tengah untuk tahun

anggaran yang berakhir 2007, 2008, dan 2009.

Data Dana Alokasi Umum diperoleh langsung dari situs

www.djpk.depkeu.go.id dan situs resmi pemerintah lainnya sehingga

tidak lagi dilakukan penghitungan.

2). Pendapatan Asli Daerah (X2)

Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh

daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Pendapatan Asli Daerah bersumber

dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan, dan pendapatan asli daerah lainnya yang

sah.

Data Pendapatan Asli Daerah diperoleh langsung dari situs

www.djpk.depkeu.go.id dan situs resmi pemerintah lainnya sehingga

tidak lagi dilakukan penghitungan.

32

B. Teknik Analisis Data

1. Uji Asumsi Klasik

Data penelitian dianalisis secara runtut pertahun yaitu untuk tahun

anggaran yang berakhir 2007, 2008, dan 2009. Tahap-tahap dalam

menganalisis data yaitu pada tahap awal dilakukan uji asumsi klasik yang

terdiri dari :

a. Uji Multikolonieritas

Uji Multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah dalam

model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel independen. Jika

terjadi korelasi antar variabel independen berarti ada multikolinearitas.

Multikolinearitas dapat dideteksi dengan mengamati hasil analisis

regresi dengan menggunakan SPSS for Windows yaitu pada tolerance

value atau variance inflation factor (VIF) adalah 10. Jika tolerance

value dibawah 0,10 atau nilai VIF diatas 10 maka dapat dipastikan telah

terjadi multikolinearitas. Selain menggunakan VIF, dapat dengan

melihat besarnya nilai koefisien korelasi antarvariabel bebasnya. Jika

nilai koefisien korelasi antara masing-masing variabel bebasnya tidak

lebih dari 0,5 maka model tersebut tidak mengandung unsur

multikolinear.

b. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah

model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk

33

menguji Autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Waston (DW),

yaitu jika nilai DW terletak antara du dan (4 – dU) atau du ≤ DW ≤ (4 –

dU), berarti bebas dari Autokorelasi. Jika nilai DW lebih kecil dari dL

atau DW lebih besar dari (4 – dL) berarti terdapat Autokorelasi. Nilai

dL dan dU dapat dilihat pada tabel Durbin Waston, yaitu nilai dL ; dU =

α ; n ; (k – 1). Keterangan : n adalah jumlah sampel, k adalah jumlah

variabel, dan α adalah taraf signifikan.

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas dimaksudkan untuk menguji variabel yang

menunjukan varian variabel tidak sama untuk setiap pengamatan. Salah

satu cara untuk melihat adanya gejala heterokedastisitas adalah

digunakan uji Park Geyser dengan bantuan software SPSS 12.0 for

Windows yaitu dengan membuat model regresi yang menunjukkan

hubungan antara nilai absolut residual (e) sebagai variabel dependent

dengan variabel independent-nya.

Jika dalam uji Park Geyser parsial diperoleh nilai signifikansi

thitung variabel DAU dan nilai signifikansi thitung variabel PAD, masing-

masing memiliki nilai signifikansi lebih besar dari nilai sebesar 0,05

maka dapat disimpulkan tidak terjadinya gejala heterokedastisitas.

d. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah dalam model

regresi antara variabel terikat dan bebas keduanya mempunyai distribusi

normal atau tidak. Analisis data mensyaratkan data berdistribusi normal

34

yang bertujuan untuk untuk menghindari bias dalam analisis data. Cara

mendeteksi dengan menggunakan histogram regression residual yang

sudah distandarkan serta menggunakan analisis kai kuadrat (χ2) atau

Kolmogorov-Smirnov. Kurva nilai residual terstandardisasi dikatakan

menyebar dengan normal apabila nilai Kolmogorov-Smirnov Z ≤ Z

tabel atau nilai asymp. sig.(2-tailed) > α.

2. Analisis Regresi

Setelah uji asumsi klasik, maka dilakukan Analisis regresi secara

parsial dan simultan. Adapun model regresi yang digunakan dalam

penelitian ini:

a. Analisis Regresi berganda

Regresi berganda digunakan untuk meneliti apakah komponen-

komponen pendapatan daerah tersebut secara simultan mempengaruhi

Belanja Daerah (BD) dan dapat mengetahui variabel mana yang

memiliki efek paling kuat terhadap Belanja Daerah (BD).

Persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut:

Yt = + + +Dimana:

Yt : jumlah Belanja Daerah tahun t

: (DAUt)

: Koefisien regresi 1

: (PADt)

: Koefisien regresi 2

35

ε : Error term

Analisis regresi secara parsial juga digunakan dalam penelitian

ini yang bertujuan untuk melihat pengaruh positif jumlah Dana

Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap

Belanja Daerah (BD) secara parsial.

Dalam analisis regresi diatas, salah satu syarat terjadinya

Flypaper Effect yaitu ketika pengaruh positif Pendapatan Asli Daerah

(PAD) secara signifikan memiliki efek (nilai koefisien regresi) lebih

kecil daripada efek dari Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja

Daerah (BD).

b. Analisis Regresi Berganda Dengan Lag

Tahap selanjutnya yaitu menganalisis variabel independen

dengan menggunakan lag pada regresi berganda. Hal tersebut

bertujuan untuk mengetahui besarnya variabel independen tahun lalu

yaitu Dana Alokasi Umum tahun lalu (DAUt-1) dan Pendapatan Asli

Daerah tahun lalu (PADt-1) secara simultan dan parsial terhadap

variabel dependen pada tahun berjalan yaitu Belanja Daerah tahun

berjalan (BDt). Tahap tersebut berguna untuk meneliti bahwa

Flypaper Effect terjadi pula pada prediksi Belanja Daerah (BDt) tahun

berjalan. Dalam sudut pandang lag, Belanja Daerah tahun berjalan

(BDt) dipengaruhi oleh Dana Alokasi Umum tahun lalu (DAUt-1).

Flypaper Effect terjadi ketika pengaruh Dana Alokasi Umum

yang menggunakan lag atau Dana Alokasi Umum tahun lalu

36

(DAUt-1) memiliki nilai koefisien lebih besar dari Dana Alokasi

Umum tanpa lag atau Dana Alokasi Umum tahun berjalan (DAUt)

terhadap Belanja Daerah tahun berjalan (BDt). Persamaan regresi

yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yt = + ( − ) + ( − ) +keterangan:

Yt : jumlah Belanja Daerah tahun berjalan t( − ) : (DAUt-1)

: Koefisien regresi 1− 1 : (PAD t-1)

: Koefisien regresi 2

ε : Error term

3. Pengujian Hipotesis

Dalam menguji hipotesis dilakukan beberapa langkah pengujian

untuk menganalisis data untuk dapat menarik kesimpulan dari hipotesis

yang diajukan. Adapun langkah-langkah pengujian yang dilakukan adalah

dengan menguji data tahun anggaran 2007, 2008, dan 2009 terpisah secara

runtut pertahun dengan sebagai berikut:

a. Pengujian Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah

terjadi Flypaper Effect pada Belanja Daerah (BD) Pemerintah

Kota/Kabupaten di Jawa Tengah. Dalam menguji hipotesis pertama,

37

pengujian hipotesis dilakukan melalui beberapa langkah pengujian

sebagai berikut:

1) Langkah Pengujian 1

Pada langkah pengujian 1, peneliti menguji pengaruh Dana

Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

terhadap Belanja Daerah (BD) secara simultan dilakukan dengan

menggunakan uji F dengan tingkat signifikansi 5% melalui

langkah-langkah sebagai berikut (Gujarati, 1995):

a) Merumuskan hipotesis langkah pengujian statistik

Ho: βj = 0, artinya Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara simultan tidak

berpengaruh pada terhadap Belanja Daerah (BD).H : βj ≠ 0, artinya Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara simultan berpengaruh

pada terhadap Belanja Daerah (BD).

b) Menentukan kriteria pengujian

Menggunakan derajat kepercayaan sebesar 95% dan derajat

kebebasan (k-1) (n-k), maka kriteria pengujian dapat

ditentukan sebagai berikut:

Jika Fhitung ≤ Ftabel maka Ho diterima atau nilai sig. F > α

Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak atau nilai sig. F ≤ α.

Artinya jika Fhitung lebih besar dari Ftabel atau nilai sig. F ≤ α

maka Ha diterima.

38

c) Menentukan besarnya nilai F

Mencari besarnya nilai Fhitung dengan rumus (Gujarati, 1995):

Fhitung =)/()1(

)1/(2

2

knR

kR

Keterangan:

R2 = koefisien determinasi

n = besar sampel

k = besar variabel

d) Menarik Kesimpulan

Menarik kesimpulan mengenai diterima atau tidaknya hipotesis

pada regresi secara simultan ialah dengan cara

membandingkan hasil pada langkah b) dan c).

2) Langkah Pengujian 2

Langkah pengujian ini ditujukan untuk menganalisis

regresi secara parsial dari setiap variabel untuk mengetahui

pengaruh positif dari setiap variabel. Langkah pengujian tersebut

dilakukan sebagai berikut:

a) Menguji pengaruh positif Dana Alokasi Umum (DAU)

terhadap Belanja Daerah (BD).

Pada langkah ini, sampel yang diteliti sebanyak 35

sampel sehingga termasuk sampel besar (>30) maka dilakukan

pengujian secara parsial dengan menggunakan uji z one-tailed

test dengan tingkat signifikansi 5%. Pengujian pada langkah

39

ini bertujuan untuk menguji variabel Dana Alokasi Umum

(DAU) yang berpengaruh positif terhadap variabel Belanja

Daerah (BD) secara parsial. Adapun rumus untuk mencari

besarnya nilai zhitung (Gujarati, 1995):

zhitung = )( ie

i

S

Keterangan:

βi = koefisien regresi masing-masing variabel independen

Se(βi) = standar deviasi dari koefisien regresi masing-masing

variabel independen.H : βj = 0, artinya Dana Alokasi Umum (DAU) secara parsial

tidak berpengaruh positif pada terhadap Belanja Daerah (BD).H : βj > 0, artinya Dana Alokasi Umum (DAU) secara parsial

berpengaruh positif pada terhadap Belanja Daerah (BD).

Dengan n=35 dan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05),

maka kriteria pengujian dapat ditentukan sebagai berikut:

Jika zhitung ≤ ttabel maka Ho diterima atau nilai sig. z > α

Jika zhitung > ttabel maka Ho ditolak atau nilai sig. z < α.

Kriteria penerimaan hipotesis dalam pengujian ini ialah

jika zhitung lebih besar dari ztabel maka Dana Alokasi Umum

(DAU) secara parsial berpengaruh positif pada terhadap

Belanja Daerah (BD) dan dapat menjadi acuan dalam

penarikan hipotesis penelitian pertama.

40

b) Menguji pengaruh positif Pendapatan Asli Daerah (PAD)

terhadap Belanja Daerah (BD).

Dalam menguji pengaruh positif Pendapatan Asli

Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah (BD) secara parsial

dilakukan dengan menggunakan uji z one-tailed test dengan

tingkat signifikansi 5%. Adapun rumus untuk mencari

besarnya nilai zhitung (Gujarati, 1995):

zhitung = )( ie

i

S

Keterangan:

βi = koefisien regresi masing-masing variabel independen

Se(βi) = standar deviasi dari koefisien regresi masing-masing

variabel independen.H : βj = 0, artinya Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara

parsial tidak berpengaruh positif pada terhadap Belanja Daerah

(BD).H : βj > 0, artinya Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara

parsial berpengaruh positif pada terhadap Belanja Daerah

(BD).

Dengan n=35 dan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05),

maka kriteria pengujian dapat ditentukan sebagai berikut:

Jika zhitung ≤ ttabel maka Ho diterima atau nilai sig. z > α

Jika zhitung > ttabel maka Ho ditolak atau nilai sig. z < α.

41

Kriteria penerimaan hipotesis dalam pengujian ini ialah

jika zhitung lebih besar dari ztabel maka Pendapatan Asli Daerah

(PAD) secara parsial berpengaruh positif pada terhadap

Belanja Daerah (BD) dan dapat menjadi acuan dalam

penarikan hipotesis penelitian pertama.

3) Menarik Kesimpulan Hipotesis Pertama

Untuk menentukan apakah terjadi flypaper effect yaitu

ketika output yang dihasilkan dari langkah-langkah pengujian

diatas menunjukan bahwa secara signifikan, pengaruh positif dari

variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) tersebut memiliki efek

(nilai koefisien regresi) lebih kecil daripada efek dari Dana Alokasi

Umum (DAU) terhadap Belanja Daerah (BD).

b. Pengujian Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah

terjadi Flypaper Effecet pada prediksi Belanja Daerah (BD)

Pemerintah Kota/Kabupaten di Jawa Tengah. Dalam menguji

hipotesis kedua, pengujian hipotesis dilakukan melalui beberapa

langkah pengujian sebagai berikut:

1) Langkah Pengujian

Dalam menguji hipotesis kedua, maka diuji dahulu

sebelumnya pengaruh Dana Alokasi Umum tahun lalu (DAUt-1)

dan Pendapatan Ali Daerah tahun lalu (PADt-1) secara simultan

terhadap Belanja Daerah tahun berjalan (BDt) dilakukan dengan

42

menggunakan uji F dengan tingkat signifikansi 5% melalui

langkah-langkah sebagai berikut (Gujarati, 1995):

a) Merumuskan hipotesis langkah pengujian secara statistik

Ho: βj = 0, artinya Dana Alokasi Umum tahun lalu (DAUt-1)

dan Pendapatan Asli Daerah tahun lalu (PADt-1) secara

simultan tidak berpengaruh pada terhadap Belanja Daerah

tahun berjalan (BDt).H : βj ≠ 0, artinya Dana Alokasi Umum tahun lalu (DAUt-1)

dan Pendapatan Asli Daerah tahun lalu (PADt-1) secara

simultan berpengaruh pada terhadap Belanja Daerah tahun

Berjalan (BDt).

b) Menentukan kriteria pengujian

Menggunakan derajat kepercayaan sebesar 95% dan derajat

kebebasan (k-1) (n-k), maka kriteria pengujian dapat

ditentukan sebagai berikut:

Jika Fhitung ≤ Ftabel maka Ho diterima atau nilai sig. F > α

Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak atau nilai sig. F ≤ α

c) Menentukan besarnya nilai F

Mencari besarnya nilai Fhitung dengan rumus (Gujarati, 1995):

Fhitung =)/()1(

)1/(2

2

knR

kR

Keterangan:

R2 = koefisien determinasi

43

n = besar sampel

k = besar variabel

d) Kesimpulan

Menarik kesimpulan mengenai diterima atau tidaknya hipotesis

regresi berganda dalam langkah diatas dilakukan dengan cara

membandingkan hasil pada langkah b) dan c).

2) Menarik kesimpulan Hipotesis kedua

Untuk menentukan bahwa Flypaper Effect terjadi pada

prediksi Belanja Daerah Kota/Kabupaten di Jawa Tengah, maka

dilakukan pengujian dengan menggunakan lag satu tahun dalam

regresi berganda yaitu pada pengaruh Dana Alokasi Umum tahun

lalu (DAUt-1) dan Pendapatan Asli Daerah tahun lalu (PADt-1)

terhadap Belanja Daerah tahun berjalan (BDt) secara simultan yang

kemudian akan dibandingkan dengan koefisien Dana Alokasi

Umum ketika tanpa lag yaitu pada pengaruh Dana Alokasi Umum

(DAUt) dan Pendapatan Asli Daerah (PADt) terhadap Belanja

Daerah (BDt) secara simultan.

Syarat diterimanya hipotesis tersebut apabila besarnya nilai

koefisien regresi Dana Alokasi Umum tahun lalu (DAUt-1) atau

dengan lag yang sebelumnya telah di uji pada langkah-langkah

penelitian lebih besar daripada nilai koefisien Dana Alokasi Umum

(DAUt) tanpa lag.

44

Hal tersebut didukung oleh peneliti terdahulu. Menurut

Sukriy & Halim, dalam Maemunah (2006) bahwa daya prediksi

DAU tarhadap Belanja Daerah adalah lebih kuat pada regresi

dengan lag (DAU 2001 terhadap Belanja Daerah 2002).

45

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Kondisi Umum Provinsi Jawa Tengah

Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

oleh dua Provinsi besar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur. Provinsi ini

berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Samudra Hindia

dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Timur di

sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Luas wilayahnya 32.548

km², atau sekitar 25,04% dari luas pulau Jawa. Luas yang ada terdiri dari

1,00 juta hektar (30,80 persen) lahan sawah dan 2,25 juta hektar (69,20

persen) bukan lahan sawah. Provinsi Jawa Tengah juga meliputi Pulau

Nusakambangan di sebelah selatan (dekat dengan perbatasan Jawa Barat),

serta Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa. Letaknya 5o40' dan 8o30'

Lintang Selatan dan antara 108o30' dan 111o30' Bujur Timur (termasuk

Pulau Karimunjawa). Jarak terjauh dari Barat ke Timur adalah 263 Km

dan dari Utara ke Selatan 226 Km (tidak termasuk pulau Karimunjawa).

Secara administratif Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 Kabupaten

dan 6 Kota, yaitu:

46

Tabel 2

Daftar Kota dan Kabupaten Provinsi Jawa Tengah

No. Kabupaten/Kota Ibukota1. Kabupaten Banjarnegara Banjarnegara2. Kabupaten Banyumas Purwokerto3. Kabupaten Batang Batang4. Kabupaten Blora Blora5. Kabupaten Boyolali Boyolali6. Kabupaten Brebes Brebes7. Kabupaten Cilacap Cilacap8. Kabupaten Demak Demak9. Kabupaten Grobogan Purwodadi10. Kabupaten Jepara Jepara11. Kabupaten Karanganyar Karanganyar12. Kabupaten Kebumen Kebumen13. Kabupaten Klaten Klaten14. Kabupaten Kendal Kendal15. Kabupaten Kudus Kudus16. Kabupaten Magelang Mungkid17. Kabupaten Pati Pati18. Kabupaten Pekalongan Kajen19. Kabupaten Pemalang Pemalang20. Kabupaten Purbalingga Purbalingga21. Kabupaten Purworejo Purworejo22. Kabupaten Rembang Rembang23. Kabupaten Semarang Ungaran

24. Kabupaten Sragen Sragen25. Kabupaten Sukoharjo Sukoharjo26. Kabupaten Tegal Slawi27. Kabupaten Temanggung Temanggung28. Kabupaten Wonogiri Wonogiri29. Kabupaten Wonosobo Wonosobo30. Kota Magelang31. Kota Pekalongan32. Kota Salatiga33. Kota Semarang34. Kota Surakarta35. Kota TegalSumber: www.jawatengah.go.id

Jumlah penduduk Jawa Tengah tercatat sebesar 32,63 juta jiwa atau

sekitar 14 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Hal tersebut

47

menjadikan Jawa Tengah sebagai provinsi ketiga di Indonesia dengan

jumlah penduduk terbanyak setelah Jawa Barat dan Jawa Timur. Jumlah

penduduk perempuan lebih besar dibandingkan jumlah penduduk laki-laki.

Ini ditunjukkan oleh rasio jenis kelamin (rasio jumlah penduduk laki-laki

terhadap jumlah penduduk perempuan) sebesar 98,53. Penduduk Jawa

Tengah belum menyebar secara merata di seluruh wilayah Jawa Tengah.

Umumnya, penduduk banyak bertempat tinggal di daerah kota

dibandingkan kabupaten. Secara rata-rata kepadatan penduduk Jawa

Tengah tercatat sebesar 1.002 jiwa setiap kilometer persegi, dan wilayah

terpadat adalah Kota Surakarta dengan tingkat kepadatan sekitar 12 ribu

orang setiap kilometer persegi.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tahun 2008 yang ditunjukkan

oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas

dasar harga konstan 2000, lebih lambat dari tahun sebelumnya, yaitu 5,46

persen (2007 = 5,59 persen). Hal tersebut cukup beralasan mengingat

kondisi perekonomian pada tahun ini cukup bergejolak dengan adanya

krisis moneter yang melanda seluruh negara di dunia. Pertumbuhan riil

sektoral tahun 2008 mengalami fluktuasi dari tahun sebelumnya.

Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan sebesar 7,81 persen, meskipun peranannya terhadap PDRB

hanya sekitar 3,48 persen. Sektor pertambangan dan penggalian ternyata

mengalami pertumbuhan yang paling rendah selama tahun 2008, yaitu

sebesar 3,83 persen. Sektor industri pengolahan masih memberikan

48

sumbangan tertinggi terhadap ekonomi Jawa Tengah yaitu sebesar 33,08

persen, dengan laju pertumbuhan sebesar 4,50 persen. Sektor pertanian

yang juga merupakan sektor dominan memberikan sumbangan berarti bagi

perekonomian Jawa Tengah sebesar 19,60 persen dengan pertumbuhan riil

sebesar 5,09 persen. Sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami

pertumbuhan sebesar 5,10 persen, masih mempunyai peranan yang cukup

besar terhadap pertumbuhan ekonomi, karena mampu memberi andil

sebesar 19,73 persen.

B. Analisis Data

1. Uji Asumsi Klasik

Dalam analisis data penelitian, data dianalisis secara runtut

pertahun yaitu untuk tahun anggaran 2007, 2008, dan 2009. Pada tahap

awal, dilakukan uji asumsi klasik dengan pembahasan sebagai berikut:

a. Uji Multikolinieritas

Berdasarkan hasil uji multikolinieritas dengan bantuan software

SPSS 12.0 for Windows dapat diketahui bahwa nilai dari Variance

Inflation Factor (VIF) Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan

Asli Daerah (PAD) pada tahun data 2007, 2008, dan 2009 sebagai

berikut seperti yang tercantum dalam tabel 3.

49

Tabel 3

Ringkasan Hasil Uji Multikolinearitas dengan SPSS 12.0

NamaVariable

Variance Inflation Factor (VIF)2007 2008 2009

DAU 1,093 1,120 1,208PAD 1,093 1,120 1,208

Sumber: Lampiran 4, 5, dan 6

Dalam hasil pengujian tersebut diketahui bahwa nilai VIF

masing-masing variabel independen pada tahun 2007, 2008, dan 2009

lebih kecil dari nilai 10 sehingga dapat disimpulkan tidak adanya gejala

multikolinearitas.

b. Uji Autokorelasi

Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson dengan bantuan software

SPSS 12.0 for Windows yang telah dilakukan, diperoleh nilai Durbin-

Watson sebesar 2,351 pada output data tahun 2007. Pada output data

tahun 2008 diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 2,247, dan sebesar

1,804 pada output data tahun 2009 (Lampiran 1, 2, dan 3). Nilai

tersebut dibandingkan dengan nilai tabel Durbin Watson dengan tingkat

signifikansi () 0,05 atau 5%, untuk n = 35 dan k = 2, nilai dU = 1,587

dan dL = 1,343. Jadi kesimpulannya adalah nilai uji Durbin Watson

pada data tahun anggaran 2007, 2008, dan 2009 berada di antara nilai

dU dan 4 - dU. Hal ini merupakan bukti tidak adanya autokorelasi positif

maupun negatif sehingga dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

50

c. Uji Heterokedastisitas

Untuk mendeteksi adanya gejala heteroskedastisitas maka

digunakan uji Park Geyser dengan bantuan software SPSS 12.0 for

Windows yaitu dengan membuat model regresi yang menunjukkan

hubungan antara nilai absolut residual (e) sebagai variabel dependent

dengan variabel independent-nya. Dari hasil perhitungan uji parsial

diperoleh nilai signifikansi thitung variabel Dana Alokasi Umum (DAU)

dan nilai signifikansi thitung variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD)

pada data tahun anggaran 2007, 2008, dan 2009, masing-masing

memiliki nilai signifikansi lebih besar dari nilai sebesar 0,05 untuk

setiap tahun data. Berdasarkan bukti tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas seperti yang tercantum

dalam tabel dibawah ini:

Bukti autokorelasinegatif

2,247 2,351

Gambar 2. Kurva Uji Statistik Durbin-Watson 2007 - 2009

4-dL=2,6574-dU =2,413dU =1,587dL=1,343

Bukti autokorelasipositif

Daerah keragu-raguan Daerah Keragu-raguan

f(d)

1,804

Tidak ada autokorelasi positifdan Negatif

51

Tabel 4

Ringkasan Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan SPSS 12.0

NamaVariable

Signifikansi2007 2008 2009

DAU 0,441 0,277 0,465PAD 0,621 0,604 0,921

Sumber: Lampiran 4, 5, dan 6

d. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang

diteliti telah terdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas

menggunakan analisis Kolmogorov-Smirnov. Kurva nilai residual

dikatakan menyebar dengan normal apabila nilai asympatic significance

(2 tailed) > 0,05 (alpha).

Berdasarkan hasil analisis data dengan bantuan software SPSS

12.0 for Windows pada Lampiran 4, 5, dan 6 dapat diketahui bahwa

nilai asymp. sig. (2-tailed) untuk unstandardized variable data tahun

anggaran 2007, 2008, dan 2009 memiliki nilai lebih besar dari nilai

yaitu 0,05 seperti yang tercantum di tabel 5, sehingga data yang

digunakan pada tahun-tahun data tersebut dinyatakan berdistribusi

normal dan layak menggunakan regresi sebagai teknik analisis data

parametrik.

52

Tabel 5

Ringkasan Hasil Uji Normalitas dengan SPSS 12.0

Test Tahun2007 2008 2009

Kolmogorov-Smirnov Z 0,770 0,887 1,113Asymp. Sig. (2-tailed) 0,594 0,412 0,168

Sumber: Lampiran 4, 5, dan 6

2. Pengujian Hipotesis

Dalam menguji hipotesis pertama dan kedua dilakukan beberapa

langkah pengujian untuk menganalisis data sehingga dapat menarik

kesimpulan dari hipotesis-hipotesis yang diajukan. Adapun langkah-

langkah pengujian yang dilakukan adalah dengan menguji data tahun

anggaran 2007, 2008, dan 2009 terpisah secara runtut pertahun dengan

pembahasan sebagai berikut:

a. Pengujian Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah

terjadi Flypaper Effect pada Belanja Daerah (BD) Pemerintah

Kota/Kabupaten di Jawa Tengah. Dalam menguji hipotesis pertama,

pengujian hipotesis dilakukan melalui beberapa langkah pengujian

sebagai berikut:

1) Tahun Anggaran 2007

a) Langkah Pengujian 1

Pada langkah pengujian ini, peneliti menguji pengaruh

Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah

53

(PAD) terhadap Belanja Daerah (BD) secara simultan dengan

bantuan software SPSS 12.0 for Windows.

Selanjutnya, data input yang digunakan terdapat pada

lampiran 1, 2, dan 3 sehingga diperoleh hasil perhitungan yang

dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6

Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda 2007

No. VariabelKoefisienRegresi Sig.

1 DAU07 0,988 0,0002 PAD 07 0,721 0,000Konstanta = -24,162Adjusted R2 = 0,954Dependen Variabel = BD07

Berdasarkan tabel 6, maka dapat dibuat persamaan

regresi berganda sebagai berikut:

BD=-24,162+0,988DAU+0,721PAD

Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan beberapa hal :

i. Konstanta sebesar -24,162 artinya jika variabel Dana

Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) bernilai nol, maka Belanja Daerah (BD)

Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah akan mengalami

penurunan sebesar -24,162.

ii. Nilai koefisien regresi variabel Dana Alokasi Umum

(DAU) menunjukkan nilai positif yaitu sebesar 0,988. Hal

ini menunjukkan bahwa variabel Dana Alokasi Umum

54

(DAU) mempunyai pengaruh positif terhadap Belanja

Daerah (BD), artinya jika variabel lain dalam keadaan

konstan, maka setiap kenaikan variabel Dana Alokasi

Umum (DAU) sebesar satu satuan akan menyebabkan

Belanja Daerah (BD) naik sebesar 0,988 satuan pada

Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah.

iii. Koefisien regresi variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD)

menunjukkan nilai positif yaitu sebesar 0,721. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah

(PAD) mempunyai pengaruh positif terhadap Belanja

Daerah (BD), artinya jika variabel lain dalam keadaan

konstan, maka setiap kenaikan variabel Pendapatan Asli

Daerah (PAD) sebesar satu satuan akan menyebabkan

Belanja Daerah (BD) naik sebesar 0,721 satuan pada

Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah.

Selanjutnya berdasarkan tabel 6, maka dapat dilakukan

pula analisis koefisien determinasi dan uji F sehingga dapat

mengambil kesimpulan dengan analisis sebagai berikut:

i. Analisis Koefisien Determinasi

Melalui perhitungan statistik dengan bantuan software

SPSS 12.0 for Windows diperoleh koefisien adjusted R2

sebesar 0,954 artinya sebesar 95,4 persen variasi

perubahan variabel Belanja Daerah (BD) dapat dijelaskan

55

oleh variasi perubahan variabel Dana Alokasi Umum

(DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD), sedangkan

sisanya 4,6 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

diteliti.

ii. Uji F

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan

degree of freedom (2-1) (35-2) dan tingkat kesalahan () =

0,05 diperoleh nilai Fhitung sebesar 355,528 sedangkan nilai

Ftabel sebesar 4,14. Hasil analisis menunjukan nilai Fhitung >

Ftabel maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara

simultan variabel Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap

Belanja Daerah seperti yang dijelanskan dalam tabel

berikut:

Tabel 7

Hasil Uji F Tahun 2007

F tabel 4,14

F hitung 355,528

Sumber: Lampiran 7

b) Langkah Pengujian 2

Pada Langkah Pengujian kedua ini, untuk mengetahui

variabel Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) yang berpengaruh positif terhadap variabel

Belanja Daerah (BD) secara parsial dengan n=35 maka

digunakan uji z one-tailed. Dari hasil analisis dengan n

56

sebanyak 35 ternasuk sampel besar dan tingkat kesalahan 0,05

dapat diketahui ztabel sebesar ± 1,65.

Tabel 8

Hasil Uji z Tahun 2007

Variabel z hitung z tabel SigKonstanta -,766 0,449DAU 20,534 1,65 0,000PAD 8,894 1,65 0,000

z tabel = 1,65Sumber: Data sekunder diolah

Berdasarkan tabel tersebut maka dapat diketahui

pengaruh secara parsial variabel Dana Alokasi Umum (DAU)

dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap variabel Belanja

Daerah dengan analisis sebagai berikut:

i. Dana Alokasi Umum (DAU)

Untuk menguji pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU)

terhadap Belanja Daerah Kota/Kabupaten di Jawa Tengah,

maka digunakan uji z. Hasil perhitungan statistik regresi

berganda untuk variabel Dana Alokasi Umum (DAU)

diperoleh nilai zhitung sebesar 20,534 sedangkan untuk z tabel

sebesar 1,65 yang berarti zhitung > ztabel dan nilai

signifikansinya sebesar 0,000 lebih kecil dari =0,05.

Maka Dana Alokasi Umum (DAU) secara parsial

berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah (BD)

Kota/Kabupaten di Jawa Tengah.

57

Secara grafik dapat dijelaskan dalam gambar sebagai

berikut :

ii. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Untuk menguji pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD)

terhadap Belanja Daerah (BD) Kota/Kabupaten di Jawa

Tengah, maka digunakan uji z. Hasil perhitungan statistik

regresi berganda untuk variabel Pendapatan Asli Daerah

(PAD) diperoleh nilai zhitung sebesar 8,894 sedangkan

untuk ztabel sebesar 1,65 yang berarti zhitung > ztabel. Dan

nilai signifikansinya sebesar 0,000 lebih kecil dari =0,05.

Maka Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara parsial

berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah (BD)

Kota/Kabupaten di Jawa Tengah.

Secara grafik dapat dijelaskan dalam gambar sebagai

berikut :

Zhitung=20,534

DaerahPenerimaan H0

DaerahPenolakan Ho

ztabel = 1,65

Gambar 3. Kurva Uji z DAU tahun 2007

58

c) Menarik Kesimpulan Hipotesis Pertama (Tahun Anggaran

2007).

Untuk menentukan apakah terjadi flypaper effect yaitu

ketika output yang dihasilkan dari langkah-langkah pengujian

diatas menunjukan bahwa secara signifikan, pengaruh positif

dari variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) tersebut memiliki

efek (nilai koefisien regresi) lebih kecil daripada efek dari

Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Daerah (BD).

Hasil pengujian regresi berganda menunjukan bahwa

Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) secara parsial berpengaruh positif terhadap Belanja

daerah. Selain itu, Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara simultan berpengaruh

terhadap Belanja Daerah (BD).

Pada Tabel 6, diketahui bahwa nilai koefisien regresi

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah sebesar 0,988 sedangkan

nilai koefisien regresi Pendapatan Asli Daerah hanya sebesar

zhitung = 8,894

Daerah

Penerimaan H0

Daerah

Penolakan Ho

ztabel = 1,65

Gambar 4. Kurva Uji z PAD tahun 2007

59

0,721. Hasil analisis tersebut menunjukan bahwa terjadi

Flypaper Effect pada Belanja Daerah (BD) Pemerintah

Kota/Kabupaten di Jawa Tengah (tahun anggaran 2007).

Oleh karena itu hipotesis pertama yang menyatakan

bahwa terjadi Flypaper Effect pada Belanja Daerah (BD)

Pemerintah Kota/Kabupaten di Jawa Tengah diterima.

2) Tahun Anggaran 2008

Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah

terjadi Flypaper Effect pada Belanja Daerah (BD) Pemerintah

Kota/Kabupaten di Jawa Tengah. Dalam menguji hipotesis

pertama, pengujian hipotesis dilakukan melalui beberapa langkah

pengujian sebagai berikut:

a) Langkah Pengujian 1

Pada langkah pengujian ini, peneliti menguji pengaruh

Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) terhadap Belanja Daerah (BD) secara simultan dengan

bantuan software SPSS 12.0 for Windows. Selanjutnya, data

input yang digunakan terdapat pada lampiran 1, 2, dan 3

sehingga diperoleh hasil perhitungan yang dapat dilihat pada

tabel berikut:

60

Tabel 9

Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda 2008

No. Variabel KoefisienRegresi

Sig.

1 DAU08 0,946 0,0002 PAD 08 0,727 0,000Konstanta = 32,856Adjusted R2 = 0,958Dependen Variabel = BD08

Berdasarkan tabel 9, maka dapat dibuat persamaan

regresi berganda sebagai berikut:

BD= 32,856+0,946DAU+0,727PAD

Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan beberapa hal :

i. Konstanta sebesar 32,856 artinya jika variabel Dana

Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

bernilai nol, maka Belanja Daerah (BD) Kota/Kabupaten di

Jawa Tengah akan mengalami kenaikan sebesar 32,856.

ii. Nilai koefisien regresi variabel Dana Alokasi Umum (DAU)

menunjukkan nilai positif yaitu sebesar 0,946. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel Dana Alokasi Umum (DAU)

mempunyai pengaruh positif terhadap Belanja Daerah (BD),

artinya jika variabel lain dalam keadaan konstan, maka

setiap kenaikan variabel Dana Alokasi Umum (DAU)

sebesar satu satuan akan menyebabkan Belanja Daerah

(BD) naik sebesar 0,946 satuan pada Kota/Kabupaten di

Jawa Tengah.

61

iii. Koefisien regresi variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD)

menunjukkan nilai positif yaitu sebesar 0,727. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah

(PAD) mempunyai pengaruh positif terhadap Belanja

Daerah (BD), artinya jika variabel lain dalam keadaan

konstan, maka setiap kenaikan variabel Pendapatan Asli

Daerah (PAD) sebesar satu satuan akan menyebabkan

Belanja Daerah (BD) naik sebesar 0,727 satuan pada

Kota/Kabupaten di Jawa Tengah.

Selanjutnya berdasarkan tabel 9, maka dapat dilakukan

pula analisis koefisien determinasi dan uji F sehingga dapat

mengambil kesimpulan dengan analisis sebagai berikut:

i. Analisis Koefisien Determinasi

Melalui perhitungan statistik dengan bantuan software

SPSS 12.0 for Windows diperoleh koefisien adjusted R2

sebesar 0,960 artinya sebesar 96,0 persen variasi perubahan

variabel Belanja Daerah dapat dijelaskan oleh variasi

perubahan variabel Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Pendapatan Asli Daerah (PAD), sedangkan sisanya 13,0

persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.

ii. Uji F

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan degree

of freedom (2-1) (35-2) dan tingkat kesalahan () = 0,05

62

diperoleh nilai Fhitung sebesar 386,800 sedangkan nilai Ftabel

sebesar 4,14. Hasil analisis menunjukan nilai Fhitung > Ftabel

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara simultan

variabel Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap Belanja Daerah.

Tabel 10

Hasil Uji F Tahun 2008

F tabel 4,14

F hitung 386,800

Sumber: Lampiran 8

b) Langkah Pengujian 2

Pada Langkah Pengujian kedua ini, untuk mengetahui

variabel Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli

Daerah (BD) yang berpengaruh positif terhadap variabel

Belanja Daerah (BD) secara parsial dengan n=35 maka

digunakan uji z one-tailed. Dari hasil analisis dengan n

sebanyak 35 ternasuk sampel besar dan tingkat kesalahan 0,05

dapat diketahui ztabel sebesar ± 1,65.

Tabel 11

Hasil Uji z Tahun 2008

Variabel z hitung z tabel SigKonstanta 1,076 0,290DAU 20,701 1,65 0,000PAD 8,981 1,65 0,000

z tabel = 1,65

Sumber: Data sekunder diolah

63

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui pengaruh

secara parsial variabel Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap variabel Belanja

Daerah (BD) yaitu:

i. Dana Alokasi Umum (DAU)

Untuk menguji pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU)

terhadap Belanja Daerah (BD) Kota/Kabupaten di Jawa

Tengah, maka digunakan uji z. Hasil perhitungan statistik

regresi berganda untuk variabel Dana Alokasi Umum

(DAU) diperoleh nilai zhitung sebesar 20,701 sedangkan

untuk ztabel sebesar 1,65 yang berarti zhitung > ztabel dan nilai

signifikansinya sebesar 0,000 lebih kecil dari =0,05. Maka

Dana Alokasi Umum (DAU) secara parsial berpengaruh

positif terhadap Belanja Daerah (BD) Kota/Kabupaten di

Jawa Tengah.

Secara grafik dapat dijelaskan dalam gambar sebagai

berikut :

Zhitung=20,701

DaerahPenerimaan H0

DaerahPenolakan Ho

ztabel = 1,65

Gambar 5. Kurva Uji z DAU Tahun 2008

64

ii. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Untuk menguji pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD)

terhadap Belanja Daerah (BD) Kota/Kabupaten di Jawa

Tengah, maka digunakan uji z. Hasil perhitungan statistik

regresi berganda untuk variabel Pendapatan Asli Daerah

(PAD) diperoleh nilai zhitung sebesar 8,981 sedangkan untuk

ztabel sebesar 1,65 yang berarti zhitung > ztabel dan nilai

signifikansinya sebesar 0,000 lebih kecil dari =0,05. Maka

Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara parsial berpengaruh

positif terhadap Belanja Daerah (BD) Kota/Kabupaten di

Jawa Tengah.

Secara grafik dapat dijelaskan dalam gambar sebagai

berikut :

c) Menarik Kesimpulan Hipotesis Pertama (Tahun Anggaran

2008)

Untuk menentukan apakah terjadi flypaper effect yaitu

ketika output yang dihasilkan dari langkah-langkah pengujian

diatas menunjukan bahwa secara signifikan, pengaruh positif

zhitung = 8,981

DaerahPenerimaan H0

DaerahPenolakan Ho

ztabel = 1,65

Gambar 6. Kurva Uji z PAD Tahun 2008

65

dari variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) tersebut memiliki

efek (nilai koefisien regresi) lebih kecil daripada efek dari

Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Daerah (BD).

Hasil pengujian regresi berganda menunjukan bahwa

Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) secara parsial berpengaruh positif terhadap Belanja

daerah (BD). Selain itu, Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara simultan berpengaruh

terhadap Belanja Daerah (BD).

Pada Tabel 9 telah diketahui bahwa nilai koefisien

regresi Dana Alokasi Umum (DAU) adalah sebesar 0,947

sedangkan pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) nilai koefisien

regresinya hanya sebesar 0,727 maka hasil analisis tersebut

menunjukan bahwa terjadi Flypaper Effect pada Belanja

Daerah (BD) Pemerintah Kota/Kabupaten di Jawa Tengah

(tahun anggaran 2008).

Oleh karena itu, hipotesis pertama yang menyatakan

bahwa terjadi Flypaper Effect pada Belanja Daerah (BD)

Pemerintah Kota/Kabupaten di Jawa Tengah diterima.

3) Tahun Anggaran 2009

Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah

terjadi Flypaper Effect pada Belanja Daerah (BD) Pemerintah

Kota/Kabupaten di Jawa Tengah. Dalam menguji hipotesis pertama,

66

pengujian hipotesis dilakukan melalui beberapa langkah pengujian

sebagai berikut:

a) Langkah Pengujian 1

Pada langkah pengujian ini, peneliti menguji pengaruh

Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) terhadap Belanja Daerah (BD) secara simultan dengan

bantuan software SPSS 12.0 for Windows.

Selanjutnya, data input yang digunakan terdapat pada

lampiran 1, 2, dan 3 sehingga diperoleh hasil perhitungan yang

dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 12

Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda 2009

No. Variabel KoefisienRegresi

Sig.

1 DAU09 0,870 0,0002 PAD 09 0,947 0,000Konstanta = 33,397Adjusted R2 = 0,949Dependen Variabel = BD09

Berdasarkan tabel 12, maka dapat dibuat persamaan

regresi berganda sebagai berikut:

BD= 33,397+0, 870DAU+0, 947PAD

Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan beberapa hal :

i. Konstanta sebesar 33,397 artinya jika variabel Dana

Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) bernilai nol, maka Belanja Daerah (BD)

67

Kota/Kabupaten di Jawa Tengah akan mengalami

kenaikan sebesar 33,397.

ii. Nilai koefisien regresi variabel Dana Alokasi Umum

(DAU) menunjukkan nilai positif yaitu sebesar 0,870. Hal

ini menunjukkan bahwa variabel Dana Alokasi Umum

(DAU) mempunyai pengaruh positif terhadap Belanja

Daerah (BD), artinya jika variabel lain dalam keadaan

konstan, maka setiap kenaikan variabel Dana Alokasi

Umum (DAU) sebesar satu satuan akan menyebabkan

Belanja Daerah (BD) naik sebesar 0,870 satuan pada

Kota/Kabupaten di Jawa Tengah.

iii. Koefisien regresi variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD)

menunjukkan nilai positif yaitu sebesar 0,947. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah

(PAD) mempunyai pengaruh positif terhadap Belanja

Daerah (BD), artinya jika variabel lain dalam keadaan

konstan, maka setiap kenaikan variabel Pendapatan Asli

Daerah (PAD) sebesar satu satuan akan menyebabkan

Belanja Daerah (BD) naik sebesar 0,947 satuan pada

Kota/Kabupaten di Jawa Tengah.

Selanjutnya berdasarkan tabel 12, maka dapat

dilakukan pula analisis koefisien determinasi dan uji F

68

sehingga dapat mengambil kesimpulan dengan analisis sebagai

berikut:

i. Analisis Koefisien Determinasi

Melalui perhitungan statistik dengan bantuan software

SPSS 12.0 for Windows diperoleh koefisien adjusted R2

sebesar 0,949 artinya sebesar 94,9 persen variasi

perubahan variabel Belanja Daerah dapat dijelaskan oleh

variasi perubahan variabel Dana Alokasi Umum (DAU)

dan Pendapatan Asli Daerah (PAD), sedangkan sisanya

5,1 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.

ii. Uji F

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan

degree of freedom (2-1) (35-2) dan tingkat kesalahan () =

0,05 diperoleh nilai F hitung sebesar 316,106 sedangkan

nilai F tabel sebesar 4,14. Hasil analisis menunjukan nilai

Fhitung > Ftabel maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara

simultan variabel Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap Belanja Daerah (BD).

Tabel 13

Hasil Uji F Tahun 2009

F tabel 4,14

F hitung 316,106

B. Sumber: Lampiran 9

69

b) Langkah Pengujian 2

Pada Langkah Pengujian kedua ini, untuk mengetahui

variabel Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) yang berpengaruh positif terhadap variabel Belanja Daerah

(BD) secara parsial dengan n=35 maka digunakan uji z one-tailed.

Dari hasil analisis dengan n sebanyak 35 ternasuk sampel besar dan

tingkat kesalahan 0,05 dapat diketahui ztabel sebesar ± 1,65.

Tabel 14

Hasil Uji z Tahun 2009

Variabel z hitung z tabel SigKonstanta 0,939 0,355DAU 15,787 1,65 0,000PAD 9,970 1,65 0,000

z tabel = 1,65Sumber: Data sekunder diolah

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui pengaruh secara

parsial variabel Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) terhadap variabel Belanja Daerah (BD) yaitu:

i. Dana Alokasi Umum (DAU)

Untuk menguji pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU)

terhadap Belanja Daerah (BD) Kota/Kabupaten di Jawa

Tengah, maka digunakan uji z. Hasil perhitungan statistik

regresi berganda untuk variabel Dana Alokasi Umum

(DAU) diperoleh nilai zhitung sebesar 15,787 sedangkan

untuk ztabel sebesar 1,65 yang berarti zhitung > ztabel dan nilai

70

signifikansinya sebesar 0,000 lebih kecil dari =0,05. Maka

Dana Alokasi Umum (DAU) secara parsial berpengaruh

positif terhadap Belanja Daerah (BD) Kota/Kabupaten di

Jawa Tengah. Secara grafik dapat dijelaskan dalam gambar

sebagai berikut :

ii. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Untuk menguji pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD)

terhadap Belanja Daerah (BD) Kota/Kabupaten di Jawa

Tengah, maka digunakan uji z. Hasil perhitungan statistik

regresi berganda untuk variabel Pendapatan Asli Daerah

(PAD) diperoleh nilai zhitung sebesar 9,970 sedangkan untuk

ztabel sebesar 1,65 yang berarti zhitung > ztabel. Dan nilai

signifikansinya sebesar 0,000 lebih kecil dari =0,05. Maka

Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara parsial berpengaruh

positif terhadap Belanja Daerah (BD) Kota/Kabupaten di

Jawa Tengah.

Zhitung=15,787

DaerahPenerimaan H0

DaerahPenolakan Ho

ztabel = 1,65

Gambar 7. Kurva Uji z DAU Tahun 2009

71

Secara grafik dapat dijelaskan dalam gambar sebagai

berikut :

c) Menarik Kesimpulan Hipotesis Pertama (Tahun Anggaran 2009)

Untuk menentukan apakah terjadi flypaper effect yaitu

ketika output yang dihasilkan dari langkah-langkah pengujian

diatas menunjukan bahwa secara signifikan, pengaruh positif dari

variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) tersebut memiliki efek

(nilai koefisien regresi) lebih kecil daripada efek dari Dana Alokasi

Umum (DAU) terhadap Belanja Daerah (BD).

Hasil pengujian regresi berganda menunjukan bahwa Dana

Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara

parsial berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah (BD). Selain

itu, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) secara simultan berpengaruh terhadap Belanja Daerah (BD).

Pada Tabel 12, telah diketahui bahwa nilai koefisien regresi

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah sebesar 0,870 sedangkan pada

zhitung = 9,970

Daerah

Penerimaan H0

Daerah

Penolakan Ho

ztabel = 1,65

Gambar 8. Kurva Uji z DAU Tahun 2009

72

Pendapatan Asli Daerah (PAD) nilai koefisien regresinya sebesar

0,947 maka hasil analisis tersebut menunjukan bahwa tidak terjadi

Flypaper Effect pada Belanja Daerah (BD) Pemerintah

Kota/Kabupaten di Jawa Tengah (tahun anggaran 2009).

Oleh karena itu hipotesis pertama yang menyatakan bahwa

terjadi Flypaper Effect pada Belanja Daerah (BD) Pemerintah

Kota/Kabupaten di Jawa Tengah ditolak.

b. Pengujian Hipotesis Kedua

1) Uji Asumsi Klasik

Dalam menguji hipotesis kedua yaitu terjadi Flypaper Effect

pada prediksi Belanja Daerah dengan lag 2007-2008 dan lag 2008-

2009 terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik dari setiap data

yang akan diuji sebagai berikut:

a) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas dilakukan dengan bantuan

software SPSS 12.0 for Windows sehingga dapat diketahui

bahwa nilai Variance Inflation Factor (VIF) Dana Alokasi

Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada tahun

data lag 2007-2008 dan lag 2008-2009 sebagai berikut seperti

yang tercantum dalam tabel berikut:

73

Tabel 15

Ringkasan Hasil Uji Multikolinearitas dengan SPSS 12.0

NamaVariable

Variance Inflation Factor (VIF)2007 2008

DAU 1,093 1,120PAD 1,093 1,120

Sumber: Lampiran 10 dan 11

Dalam hasil pengujian tersebut diketahui bahwa nilai

VIF masing-masing variabel independen pada tahun 2007 dan

2008, lebih kecil dari nilai 10 sehingga dapat disimpulkan

tidak adanya gejala multikolinearitas.

b) Uji Autokorelasi

Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson dengan bantuan

software SPSS 12.0 for Windows yang telah dilakukan,

diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 2,136 pada output data

tahun 2007 dan sebesar 2,182 pada output data tahun 2008

(Lampiran 10 dan 11). Nilai tersebut dibandingkan dengan

nilai Durbin Watson tabel dengan tingkat signifikansi () 0,05

atau 5%, untuk n = 35 dan k = 2, nilai dU = 1,587 dan dL =

1,343. Jadi kesimpulannya adalah nilai uji Durbin Watson pada

tahun data 2007 dan 2008 berada di antara nilai dU dan 4 - dU.

Hal ini merupakan bukti tidak adanya autokorelasi positif

maupun negatif.

74

c) Uji Heterokedastisitas

Untuk mendeteksi adanya gejala heteroskedastisitas

maka digunakan uji Park Geyser dengan bantuan software

SPSS 12.0 for Windows yaitu dengan membuat model regresi

yang menunjukkan hubungan antara nilai absolut residual (e)

sebagai variabel dependent dengan variabel independent-nya.

Dari hasil perhitungan uji parsial diperoleh nilai signifikansi

thitung variabel Dana Alokasi Umum (DAU) dan nilai

signifikansi thitung variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada

tahun data 2007 dan 2008, masing-masing memiliki nilai

signifikansi lebih besar dari nilai sebesar 0,05 untuk setiap

tahun data seperti yang tercantum dalam tabel. Berdasarkan

bukti tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

gejala heteroskedastisitas.

Gambar 9. Kurva Uji Statistik Durbin-Watson

4-dL=2,6574-dU =2,413dU =1,587dL=1,343

Bukti autokorelasipositif

Daerah keragu-raguan Daerah Keragu-raguan

2,136 2,182

Bukti autokorelasinegatif

Tidak ada autokorelasi positifdan Negatif

f(d)

75

Tabel 16Ringkasan Hasil Uji Heteroskedastisitas

dengan SPSS 12.0

NamaVariable

Signifikansi2007 2008

DAU 0,473 0,473PAD 0,666 0,558

Sumber: Lampiran 10 dan 11

d) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah

data yang diteliti telah terdistribusi normal atau tidak.

Pengujian normalitas menggunakan analisis Kolmogorov-

Smirnov. Kurva nilai residual dikatakan menyebar dengan

normal apabila nilai asympatic significance (2 tailed)> 0,05

(alpha).

Berdasarkan hasil analisis data dengan bantuan

software SPSS 12.0 for Windows pada Lampiran 10 dan 11,

dapat diketahui bahwa nilai asymp. sig. (2-tailed) untuk

unstandardized variable tahun data 2007 dan 2008 memiliki

nilai lebih besar dari nilai yaitu 0,05 seperti yang tercantum

di tabel 17, sehingga data yang digunakan pada tahun-tahun

data tersebut dinyatakan berdistribusi normal dan layak

menggunakan regresi sebagai teknik analisis data parametrik.

76

Tabel 17Ringkasan Hasil Uji Normalitas dengan SPSS 12.0

Test Tahun2007 2008

Kolmogorov-Smirnov Z 0,618 0,938Asymp. Sig. (2-tailed) 0,840 0,342

Sumber: Lampiran 10 dan 11

2) Pengujian Hipotesis Kedua (Lag 2007-2008)

Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah

terjadi Flypaper Effecet pada prediksi Belanja Daerah (BD)

Pemerintah Kota/Kabupaten di Jawa Tengah. Dalam menguji

hipotesis kedua, pengujian hipotesis dilakukan melalui beberapa

langkah pengujian sebagai berikut:

a) Langkah Pengujian

Pada langkah pengujian hipotesis kedua dengan lag

2007-2008, peneliti menguji pengaruh Dana Alokasi Umum

(DAU2007) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD2007) terhadap

Belanja Daerah (BD2008) secara simultan dengan bantuan

software SPSS 12.0 for Windows.

Selanjutnya, data input yang digunakan terdapat pada

lampiran 1, 2, dan 3 sehingga diperoleh hasil perhitungan yang

dapat dilihat pada Tabel berikut:

77

Tabel 18

Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda Lag 2008

No. VariabelKoefisienRegresi Sig.

1 DAU07 1,008 0,0002 PAD 07 0,662 0,000Konstanta = 40,728Adjusted R2 = 0,946Dependen Variabel = BD08

Berdasarkan tabel 18, maka dapat dibuat persamaan

regresi berganda sebagai berikut:

BD2008=40,728+1,008DAU2007+0,662PAD2007

Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan beberapa hal :

i. Konstanta sebesar 40,728 artinya jika variabel DAU2007

dan PAD2007 bernilai nol, maka BD2008 di Kota/Kabupaten

Provinsi Jawa Tengah akan mengalami kenaikan sebesar

40,728.

ii. Nilai koefisien regresi variabel DAU2007 menunjukkan

nilai positif yaitu sebesar 1,008. Hal ini menunjukkan

bahwa variabel Dana Alokasi Umum tahun 2007

(DAU2007) mempunyai pengaruh positif terhadap Belanja

Daerah tahun 2008 (BD2008) artinya jika variabel lain

dalam keadaan konstan, maka setiap kenaikan variabel

DAU2007 sebesar satu satuan akan menyebabkan BD2008

naik sebesar 1,008 satuan pada Kota/Kabupaten di Jawa

Tengah.

78

iii. Koefisien regresi variabel PAD2007 menunjukkan nilai

positif yaitu sebesar 0,662. Hal ini menunjukkan bahwa

variabel Pendapatan Asli Daerah tahun 2007 (PAD2007)

mempunyai pengaruh positif terhadap Belanja Daerah

tahun 2008 (BD2008), artinya jika variabel lain dalam

keadaan konstan, maka setiap kenaikan variabel PAD2007

sebesar satu satuan akan menyebabkan BD2008 naik

sebesar 0,662 satuan pada Kota/Kabupaten di Jawa

Tengah.

Selanjutnya, berdasarkan tabel 18, maka dapat

dilakukan pula analisis koefisien determinasi dan uji F

sehingga dapat mengambil kesimpulan dari langkah pengujian

sebagai berikut:

i. Analisis Koefisien Determinasi

Melalui perhitungan statistik dengan bantuan software

SPSS 12.0 for Windows diperoleh koefisien adjusted R2

sebesar 0,946 artinya sebesar 94,6 persen variasi

perubahan variabel Belanja Daerah tahun berjalan 2008

(BD2008) dapat dijelaskan oleh variasi perubahan variabel

Dana Alokasi Umum tahun 2007 (DAU2007) dan

Pendapatan Asli Daerah tahun 2007 (PAD2007), sedangkan

sisanya 5,4 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

diteliti.

79

ii. Uji F

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan

degree of freedom (2-1) (35-2) dan tingkat kesalahan () =

0,05 diperoleh nilai Fhitung sebesar 301,070 sedangkan nilai

Ftabel sebesar 4,14. Hasil analisis menunjukan nilai Fhitung >

Ftabel maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara

simultan variabel Dana Alokasi Umum tahun 2007

(DAU2007) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD2007)

berpengaruh terhadap Belanja daerah tahun berjalan 2008

(BD2008) seperti yang dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 19

Hasil Uji F Lag 2008

F tabel 4,14

F hitung 301,070

Sumber: Lampiran 12

b) Menarik Kesimpulan Hipotesis Kedua (Lag 2007-2008).

Dalam menentukan bahwa Flypaper Effect terjadi pada

prediksi Belanja Daerah tahun 2008 kabupaten/kota di Jawa

Tengah, maka hasil pengujian dengan menggunakan lag satu

tahun dalam regresi berganda yaitu pada pengaruh Dana

Alokasi Umum tahun 2007 (DAU2007) dan Pendapatan Asli

Daerah tahun 2007 (PAD2007) secara simultan terhadap Belanja

Daerah tahun berjalan 2008 (BD2008) dibandingkan dengan

koefisien regresi Dana Alokasi Umum ketika tanpa lag yaitu

pada pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU2007) dan

80

Pendapatan Asli Daerah (PAD2007) secara simultan terhadap

Belanja Daerah (BD2007).

Berdasarkan analisis pada pengujian hipotesis kedua

ini, maka hipotesis kedua (H2) diterima apabila nilai koefisien

Dana Alokasi Umum tahun 2007 (DAU2007) ketika dengan lag

lebih besar daripada nilai koefisien Dana Alokasi Umum

(DAU2007) ketika tanpa lag.

Hasil dari analisis pembahasan uji hipotesis kedua ini

diketahui besarnya koefisien regresi Dana Alokasi Umum

tahun 2007 (DAU2007) ketika dengan menggunakan lag yaitu

sebesar 1,008 (tabel 18). Sedangkan besarnya nilai koefisien

regresi Dana Alokasi Umum tahun 2007 (DAU2007) ketika

tidak menggunakan lag adalah sebesar 0,988 (tabel 6) sehingga

diketahui bahwa besarnya koefisien regresi Dana Alokasi

Umum tahun 2007 ketika menggunakan lag memiliki nilai

koefisien regresi lebih besar daripada ketika tidak

menggunakan lag.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hipotesis

kedua yang menyatakan bahwa terjadi Flypaper Effect pada

prediksi Belanja Daerah (BD) Pemerintah Kota/Kabupaten di

Jawa Tengah diterima.

81

3) Pengujian Hipotesis Kedua (Lag 2008-2009)

Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah

terjadi Flypaper Effecet pada prediksi Belanja Daerah (BD)

Pemerintah Kota/Kabupaten di Jawa Tengah. Dalam menguji

hipotesis kedua, pengujian hipotesis dilakukan melalui beberapa

langkah pengujian sebagai berikut:

a) Langkah Pengujian

Pada langkah pengujian hipotesis kedua dengan lag

2008-2009, peneliti menguji pengaruh Dana Alokasi Umum

(DAU2008) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD2008) terhadap

Belanja Daerah (BD2009) secara simultan dengan bantuan

software SPSS 12.0 for Windows.

Selanjutnya, data input yang digunakan terdapat pada

lampiran 1, 2, dan 3 sehingga diperoleh hasil perhitungan yang

dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20

Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda Lag 2009

No. Variabel KoefisienRegresi

Sig.

1 DAU08 0,888 0,0002 PAD 08 1,030 0,000Konstanta = 28,379Adjusted R2 = 0,939Dependen Variabel = BD09

Berdasarkan tabel 20, maka dapat dibuat persamaan

regresi berganda sebagai berikut:

82

BD2009=-28,379+0,888DAU2008+1,030PAD2008

Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan beberapa hal :

i. Konstanta sebesar 28,379 artinya jika variabel DAU2008

dan DAU2008 bernilai nol, maka BD2009 Kota/Kabupaten di

Jawa Tengah akan mengalami penurunan sebesar 28,379.

ii. Nilai koefisien regresi variabel DAU2008 menunjukkan

nilai positif yaitu sebesar 0,888. Hal ini menunjukkan

bahwa variabel Dana Alokasi Umum tahun 2008

(DAU2008) mempunyai pengaruh positif terhadap Belanja

Daerah tahun 2009 (BD2009), artinya jika variabel lain

dalam keadaan konstan, maka setiap kenaikan variabel

Dana Alokasi Umum tahun 2008 (DAU2008) sebesar satu

satuan akan menyebabkan Belanja Daerah tahun 2009

(BD2009) naik sebesar 0,888 satuan pada Kota/Kabupaten

di Jawa Tengah.

iii. Koefisien regresi variabel PAD2008 menunjukkan nilai

positif yaitu sebesar 1,030. Hal ini menunjukkan bahwa

variabel Pendapatan Asli Daerah tahun 2008 (PAD2008)

mempunyai pengaruh positif terhadap Belanja Daerah

tahun 2009 (BD2009), artinya jika variabel lain dalam

keadaan konstan, maka setiap kenaikan variabel

Pendapatan Asli Daerah tahun 2008 (PAD2008) sebesar satu

satuan akan menyebabkan Belanja Daerah tahun 2009

83

(BD2009) sebesar 1,030 satuan pada Kota/Kabupaten di

Jawa Tengah.

Selanjutnya, berdasarkan tabel 20, maka dapat

dilakukan pula analisis koefisien determinasi dan uji F

sehingga dapat mengambil kesimpulan dari langkah pengujian

sebagai berikut:

i. Analisis Koefisien Determinasi

Melalui perhitungan statistik dengan bantuan software

SPSS 12.0 for Windows diperoleh koefisien adjusted R2

sebesar 0,939 artinya sebesar 93,9 persen variasi

perubahan variabel Belanja Daerah tahun berjalan 2009

(BD2009) dapat dijelaskan oleh variasi perubahan variabel

Dana Alokasi Umum tahun 2008 (DAU2008) dan

Pendapatan Asli Daerah tahun 2008 (PAD2008), sedangkan

sisanya 6,1 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

diteliti.

ii. Uji F

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan

degree of freedom (2-1) (35-2) dan tingkat kesalahan () =

0,05 diperoleh nilai Fhitung sebesar 263,837 sedangkan nilai

Ftabel sebesar 4,14. Hasil analisis menunjukan nilai Fhitung >

Ftabel maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara

simultan, variabel Dana Alokasi Umum tahun 2008

84

(DAU2008) dan Pendapatan Asli Daerah tahun 2008

(PAD2008) berpengaruh terhadap Belanja Daerah tahun

berjalan 2009 (BD2009) seperti yang dijelaskan dalam tabel

berikut:

Tabel 21

Hasil Uji F Lag 2009

F tabel 4,14

F hitung 263,837

Sumber: Lampiran 13

c) Menarik Kesimpulan Hipotesis Pertama (Lag 2008-2009).

Dalam menentukan bahwa Flypaper Effect terjadi pada

prediksi Belanja Daerah tahun 2009 Kota/Kabupaten di Jawa

Tengah, maka hasil pengujian dengan menggunakan lag satu

tahun dalam regresi berganda yaitu pada pengaruh Dana

Alokasi Umum tahun 2008 (DAU2008) dan Pendapatan Asli

Daerah tahun 2008 (PAD2008) secara simultan terhadap Belanja

Daerah tahun berjalan 2009 (BD2009) dibandingkan dengan

koefisien regresi Dana Alokasi Umum ketika tanpa lag yaitu

pada pengaruh Dana Alokasi Umum tahun 2008 (DAU2008)

dan Pendapatan Asli Daerah tahun 2008 (PAD2008) secara

simultan terhadap Belanja Daerah tahun 2008 (BD2008).

Berdasarkan analisis pada pengujian hipotesis kedua

ini, hipotesis kedua (H2) diterima jika nilai koefisien regresi

Dana Alokasi Umum tahun 2008 (DAU2008) ketika dengan lag

85

memiliki nilai koefisien regresi lebih besar daripada nilai

koefisien Dana Alokasi Umum tahun 2008 (DAU2008) ketika

tanpa lag.

Hasil dari analisis pembahasan uji hipotesis kedua ini

diketahui besarnya koefisien regresi Dana Alokasi Umum

tahun 2008 (DAU2008) ketika dengan menggunakan lag yaitu

sebesar 0,888 (tabel 20). Sedangkan besarnya nilai koefisien

regresi Dana Alokasi Umum tahun 2008 (DAU2008) ketika

tidak menggunakan lag adalah sebesar 0,946 (tabel 9) sehingga

diketahui besarnya koefisien regresi Dana Alokasi Umum

tahun 2008 (DAU2008) ketika menggunakan lag lebih kecil

daripada ketika tidak menggunakan lag.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hipotesis

kedua yang menyatakan bahwa terjadi Flypaper Effect pada

prediksi Belanja Daerah (BD) Pemerintah Kota/Kabupaten di

Jawa Tengah ditolak.

C. Pembahasan

1. Pembahasan Hipotesis Pertama

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama, dapat

diketahui bahwa terjadi Flypaper Effect pada Belanja Daerah (BD)

Pemerintah di Jawa Tengah untuk tahun anggaran 2007 dan 2008. Hal

tersebut dapat terlihat dari efek positif dari pengaruh yang ditimbulkan

oleh Dana Alokasi Umum (DAU) lebih besar daripada efek positif

86

yang ditimbulkan oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap

Belanja Daerah (BD) Pemerintah Kota/Kabupaten di Jawa Tengah

pada tahun anggaran yang bersangkutan.

Hasil positif tersebut menunjukan bahwa baik Dana Alokasi

Umum (DAU) yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada

pemerintah kota/kabupaten maupun Pendapatan Asli Daerah (PAD)

yang dihasilkan dari potensi yang ada di pemerintah kota/kabupaten

sendiri akan mampu menaikan jumlah Belanja Daerah (BD) yang

dikeluarkan pemerintah kota/kabupaten yang bersangkutan. Akan

tetapi, seperti yang dijelaskan sebelumnya, efek positif yang

ditunjukan oleh Dana Alokasi Umum (DAU) lebih dominan jika

dibandingkan dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) nya sendiri

sehingga hal tersebut membuktikan bahwa Flypaper Effect terjadi

pada Belanja Daerah (BD) Pemerintah Kota/Kabupaten di Jawa

Tengah untuk tahun anggaran 2007 dan 2008. Bradford dan Oates

(1971) memberikan pandangan bahwa fenomena Flypaper Effect

tersebut secara empiris memberikan gambaran bahwa pada tahun

bersangkutan pemerintah daerah masih belum mandiri dalam

melaksanakan pemerintahan daerahnya sendiri karena pemerintah

daerah dalam alokasi Belanja Daerah (BD) nya cenderung merespon

lebih besar dari Dana Alokasi Umum (DAU) yang merupakan transfer

tak bersyarat dari pemerintah pusat.

87

Pada pengujian hipotesis pertama untuk tahun anggaran 2009

menyatakan bahwa tidak terjadi Flypaper Effect pada Belanja Daerah

(BD) Pemerintah Kota/Kabupaten di Jawa Tengah. Hal tersebut

ditunjukan oleh besarnya efek positif yang dihasilkan oleh Dana

Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Daerah (BD) di tahun

bersangkutan lebih kecil daripada efek positif yang dihasilkan oleh

Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hasil penelitian tersebut dapat

memberikan suatu gambaran bahwa pada tahun 2009 pemerintah

Kota/Kabupaten sudah menunjukan indikasi kemandirian dalam

pelaksanaan kegiatan pemerintahannya karena Belanja Daerah (BD)

tahun bersangkutan merespon lebih besar dari Pendapatan Asli Daerah

(PAD) nya.

Hasil pengujian hipotesis pertama untuk tahun anggaran 2007

dan 2008 telah konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh

Pramela (2009) yang menyatakan bahwa telah terjadi Flypaper Effect

pada Belanja Daerah (BD) provinsi Sumatra Utara dan juga konsisten

dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukri Abdullah dan Abdul

Halim dalam Maimunah (2004). Sedangkan hipotesis pertama tahun

2009 menyatakan bahwa tidak terjadi Flypaper Effect pada Belanja

Daerah (BD) Pemerintah Kota/Kabupaten di Jawa Tengah sehingga

tidak konsisten dengan penelitian Pramela (2009) yang menyatakan

bahwa telah terjadi Flypaper Effect pada Belanja Daerah (BD)

provinsi Sumatra Utara dan juga konsisten tidak dengan penelitian

88

yang dilakukan oleh Sukri Abdullah dan Abdul Halim dalam

Maimunah (2004).

2. Pembahasan Hipotesis Kedua

Dalam pengujian hipotesis kedua penelitian ini membuktikan

bahwa untuk tahun anggaran dengan lag 2007-2008 dimana Dana

Alokasi Umum tahun 2007 mempunyai kecenderungan yang

mengakibat peningkatan respon terhadap Dana Alokasi Umum tahun

2008 sehingga Flypaper Effect terjadi pula pada prediksi Belanja

Daerah (BD) Pemerintah Kota/Kabupaten di Jawa Tengah untuk tahun

2008 kemudian dapat diambil kesimpulan bahwa telah terjadi

Flypaper Effect pada prediksi Belanja Daerah (BD) Pemerintah

Kota/Kabupaten di Jawa Tengah untuk tahun 2008.

Pengujian hipotesis kedua selanjutnya ialah untuk tahun

anggaran dengan lag 2008-2009. Hasil pengujian tersebut

menyimpulkan bahwa tidak terjadi Flypaper Effect pada prediksi

Belanja Daerah (BD) Pemerintah Kota/Kabupaten di Jawa Tengah.

Secara empiris menjelaskan bahwa Dana Alokasi Umum tahun 2008

tidak mempunyai kecenderungan yang mengakibat terjadinya

Flypaper Effect pada prediksi Belanja Daerah (BD) Pemerintah

Kota/Kabupaten di Jawa Tengah untuk tahun 2009.

Prediksi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah setiap

peningkatan Belanja Daerah tahun berjalan (BDt) merupakan

kecenderungan respon terlalu besar yang berasal dari efek yang di

89

timbulkan oleh Dana Alokasi Umum tahun lalu (DAUt-1) sehingga

kecenderungan tersebut merupakan indikasi terjadinya Flypaper Effect

pada Belanja Daerah tahun berjalan (BDt).

Hasil pengujian hipotesis kedua untuk tahun lag 2007-2008 ini

konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukriy dan halim

(2004), dan Maimunah (2006). Sedangkan untuk hipotesis kedua

untuk tahun lag 2008-2009 tidak konsisten dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukriy dan halim (2004), dan Maimunah (2006).

90

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

pada bab sebelumnya, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Terjadi Flypaper Effect pada Belanja Daerah (BD) Pemerintah

Kota/Kabupaten di Jawa Tengah untuk Tahun anggaran 2007 dan 2008.

Sedangkan untuk tahun anggaran 2009 tidak terjadi Flypaper Effect pada

Belanja Daerah (BD) Pemerintah Kota/Kabupaten di Jawa Tengah.

2. Terjadi Flypaper Effect pada prediksi Belanja Daerah (BD) Pemerintah

Kota/Kabupaten di Jawa Tengah untuk tahun anggaran 2008. Sedangkan

untuk tahun anggaran 2009 tidak terjadi Flypaper Effect pada Prediksi

Belanja Daerah (BD) Pemerintah Kota/Kabupaten di Jawa Tengah.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil, pembahasan, dan kesimpulan yang telah di lakukan

sebelumnya maka dapat diimplikasikan sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah sebaiknya perlu menciptakan suatu sistem atau prosedur

yang tetap memerhatikan kesenjangan fiskal namun lebih menekankan

efektifitas dan efisienitas dalam proses perencanaan, penganggaran, dan

evaluasi kinerja sehingga dalam pengalokasian transfer dana dari

pemerintah pusat ke daerah tidak menimbulkan efek ketergantungan di

91

tingkat pemerintah daerah yang menyebabkan ketidakmandirian dalam

mengelola pemerintahannya ditengah otonomi daerah yang berlaku saat

ini serta mengawasi alokasi dari transfer untuk mencegah terjadinya

penyelewengan dari penggunaan Dana Alokasi Umum (DAU) terutama

dengan memperjelas serta mengoptimalkan profesionalisme fungsi

BAWASDA dan BPK.

2. Bagi masyarakat umum sebagai pemberi amanat atau prinsipal sebaiknya

telibat secara penuh baik dengan cara monitoring maupun secara aktif

terlibat dari setiap alokasi Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah

sehingga bisa menilai akuntabilitas dan kinerja pemerintah daerah

bersangkutan secara objektif serta mampu memberikan saran dan kritik

tepat sasaran. Keterlibatan penuh dari setiap elemen masyarakat akan

menciptakan sistem pemerintahan yang sadar akan perannya sebagai

agen yang senantiasa mengusahakan kesejahteraan bagi masyarakatnya.

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peneliti hanya mengkaji dari aspek keuangan sektor publik dalam

penelitian ini sehingga tidak mengkaji aspek keperilakuan dari fenomena

Flypaper Effect ini. Dengan menggunakan aspek keperilakuan,

diharapkan jawaban atas permasalahan tidak hanya berakhir di titik

”Tahu” akan tetapi mampu menyentuh lebih dalam lagi dari titik

persoalan yang ada sehingga akan melampaui batas “Tahu” dan lebih jauh

menemukan fenomena tersebut kearah “Kenapa”, “bagaimana”, bahkan

“siapa”.

92

2. Peneliti hanya menggunakan data Laporan Realisasi anggaran tahun

2007-2009 se-kota/kabupaten di Jawa Tengah sehingga untuk fenomena

Flypaper Effect pada tahun anggaran 2010 dan 2011 belum terkaji pada

penelitian ini.

3. Penelitian hanya meneliti seberapa besar pengaruh efek transfer terhadap

Belanja Daerah (BD) sehingga belum mengkaji efek dari alokasi transfer

tersebut ke setiap pos-pos Belanja Daerah (BD).

93

DAFTAR PUSTAKA

Aragon , Fernando M. 2008. The Flypaper Effect Revisited. STICERD, LondonSchool of Economics. November 2008.

Bastian, Indra. 2007. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. BPFE-Yogyakarta.Yogyakarta.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Gujarati, Damodar dan Sumarno Zain. 1995. Ekonometrika Dasar. Jakarta:Erlangga.

Halim, Abdul. 2004. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. EdisiRevisi. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Halim, Abdul. 2009. Akuntansi Sktor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. EdisiRevisi. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

http://www.bpkp.go.id/uu.bpkp (diakses 2 Juni 2011)

http://www.bps.go.id/aboutus.php?tabel=1&id_subyek=13 (diakses 17 Mei 2011)

http://jateng.bps.go.id/2006/web06bab110/110fina_ind.html (diakses 23 Juni2011)

http://www.djpk.depkeu.go.id/datadjpk/ (diakses Juni 2011)

Indriyanto, Nur, dan Bambang Supomo. 2002. Penelitian Bisnis Untuk Akuntansidan Manajemen. BPFE. Yogyakarta.

James R. Hines, Jr., dan Richard H. Thaler. 1995. Anomalies: The FlypaperEffect. The Journal of Economic Perspectives. Vol. 9, No. 4. (Autumn,1995), pp. 217-226.

Kuncoro, Haryo. 2007. Fenomena Flypaper Effect Pada Kinerja KeuanganPemerintah Daerah Kota Dan Kabupaten Di Indonesia . SNA IX .UnhasMakasar . 26-27 Juli 2007.

Kuncoro, Mudrajad. 2010. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi Edisi 3.Jakarta: Erlangga.

94

Maimunah, Mutiara. 2006. Flypaper Effect Pada Dana Alokasi Umum (DAU) danPendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah PadaKabupaten/Kota di Pulau Sumatra. SNA IΧ, Padang 23-26 Agustus 2006.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Mardiasmo. 2002. Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah. Penerbit Andi.Yogyakarta.

Oates, Wallace. 1999. An essay on fiscal federalism. Journal of EconomicLiterature 37: 1120-1149.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 TentangPengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun 2009 tentang Dana Alokasi Umum DaerahProvinsi, Kabupaten, Dan Kota Tahun 2010.

Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2010 tentang Dana Alokasi Umum DaerahProvinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2011.

Santosa, P.B, dan Rahayu, R.F. 2005. Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD)Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Dalam Upaya PelaksanaanOtonomi Daerah Di Kabupaten Kediri . Jurnal Dinamika PembangunanVol. 2 No. 1 / lull 9 – 18.

Strumpf , Koleman S. Tanpa Tahun. A Predictive Index for the Flypaper Effect.Department of Economics. University of North Carolina at Chapel Hill†

Sujana. 2002. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti. Tarsito.Bandung.

Suliyanto. 2008. Modul Econometrika. Jurusan Manajemen, Universitas JenderalSoedirman. Purwokerto.

Spiegel, Murray R. 2004. Schaum’s Outlines: Statistik. Erlangga. Jakarta.

Spiegel, Murray R., John Schiller., R. Alu Srinivasa. 2004. Schaum’s Outlines:Probabilitas dan Statistik, edisi kedua . Erlangga. Jakarta.

Tim Penyusun Modul Praktikum Analisis Statistik. 2009. Praktikum AnalisisStatistik. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 TentangPemerintahan Daerah.

95

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 TentangPerimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan PemerintahanDaerah.

Widodo, Pambudi Tri. 2007. Flypaper Effect Pada Dana Alokasi Umum (Dau)Dan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Terhadap Belanja Daerah PadaKabupaten/Kota Di Bali (Studi Pada Kabupaten/Kota Di Bali). SkripsiUniversitas Islam Indonesia . Yogyakarta. (tidak dipublikasikan).

96

Lampiran 1. Data Dana Alokasi Umum Tahun 2007-2009

No. DaerahDAU

2007 2008 20091 Kab. Banjarnegara 452.544 488.707 504.7652 Kab. Banyumas 654.154 702.152 735.1613 Kab. Batang 362.659 401.575 416.4134 Kab. Blora 447.775 478.260 487.3165 Kab. Boyolali 528.784 571.498 586.0216 Kab. Brebes 657.982 716.426 716.6037 Kab. Cilacap 671.263 754.599 782.1578 Kab. Demak 438.288 483.239 488.8149 Kab. Grobogan 563.699 615.030 614.891

10 Kab. Jepara 461.230 505.642 522.07011 Kab. Karanganyar 459.156 506.156 517.67012 Kab. Kebumen 585.365 616.395 638.80413 Kab. Kendal 453.755 490.895 512.80914 Kab. Klaten 694.207 744.677 726.19215 Kab. Kudus 421.953 460.541 471.86916 Kab. Magelang 548.521 588.002 596.43817 Kab. Pati 559.748 603.264 621.16918 Kab. Pekalongan 411.159 465.324 475.25619 Kab. Pemalang 530.443 561.313 577.86520 Kab. Purbalingga 416.181 450.743 462.11021 Kab. Purworejo 471.735 515.796 526.630

22 Kab. Rembang 361.876 398.411 407.15923 Kab. Semarang 455.990 493.166 508.705

24 Kab. Sragen 513.575 551.266 551.91325 Kab. Sukoharjo 460.662 498.936 509.73326 Kab. Tegal 550.407 606.452 624.99227 Kab. Temanggung 389.124 421.056 430.27628 Kab. Wonogiri 556.870 598.933 614.59929 Kab. Wonosobo 389.518 427.667 431.74330 Kota Magelang 235.917 256.525 256.73431 Kota Pekalongan 235.899 264.052 265.36632 Kota Salatiga 212.614 225.385 236.69633 Kota Semarang 586.736 634.864 687.62934 Kota Surakarta 374.500 420.912 435.47135 Kota Tegal 220.303 236.194 241.785

(dalam jutaan rupiah)

97

Lampiran 2. Data Realisasi Pendapatan Asli Daerah Tahun 2007-2009

No. DaerahPAD

2007 2008 20091 Kab. Banjarnegara 36.524 41.909 49.5992 Kab. Banyumas 83.305 89.086 101.4143 Kab. Batang 25.614 29.990 36.5184 Kab. Blora 30.732 45.377 50.0005 Kab. Boyolali 43.201 53.787 65.1246 Kab. Brebes 34.121 45.819 65.0817 Kab. Cilacap 63.269 71.290 100.7848 Kab. Demak 29.903 32.271 41.8669 Kab. Grobogan 39.096 44.648 46.891

10 Kab. Jepara 53.900 55.951 72.71811 Kab. Karanganyar 48.716 54.224 64.01712 Kab. Kebumen 50.752 53.940 61.13013 Kab. Kendal 52.394 60.462 62.62714 Kab. Klaten 40.776 51.335 59.15615 Kab. Kudus 52.727 56.442 71.40516 Kab. Magelang 60.388 70.945 69.55517 Kab. Pati 55.576 57.506 70.62418 Kab. Pekalongan 31.523 41.228 48.132

19 Kab. Pemalang 45.047 51.928 53.65920 Kab. Purbalingga 43.770 56.222 68.86621 Kab. Purworejo 39.899 39.591 47.48122 Kab. Rembang 51.050 47.343 56.75523 Kab. Semarang 63.804 69.439 90.18824 Kab. Sragen 50.591 54.013 57.45025 Kab. Sukoharjo 37.533 43.082 45.132

26 Kab. Tegal 50.598 52.751 67.13327 Kab. Temanggung 34.987 36.697 39.99328 Kab. Wonogiri 42.735 41.529 60.943

29 Kab. Wonosobo 26.553 31.513 45.00330 Kota Magelang 28.720 33.989 49.37431 Kota Pekalongan 22.447 21.757 22.54532 Kota Salatiga 30.425 34.301 38.99133 Kota Semarang 231.884 236.882 259.41134 Kota Surakarta 86.345 95.039 106.75935 Kota Tegal 58.870 59.021 65.269

(dalam jutaan rupiah)

98

Lampiran 3. Data Realisasi Belanja Daerah Tahun 2007-2009

No. Daerah BD2.007 2.008 2.009

1 Kab. Banjarnegara 620.943 707.148 729.036

2 Kab. Banyumas 866.677 1.046.091 1.112.316

3 Kab. Batang 529.407 603.586 611.716

4 Kab. Blora 637.082 841.778 871.729

5 Kab. Boyolali 693.115 788.925 880.086

6 Kab. Brebes 916.849 1.038.723 1.043.264

7 Kab. Cilacap 894.516 1.047.201 1.142.689

8 Kab. Demak 636.275 708.194 739.360

9 Kab. Grobogan 739.195 833.353 817.577

10 Kab. Jepara 611.500 754.396 804.539

11 Kab. Karanganyar 632.500 796.488 799.688

12 Kab. Kebumen 883.424 911.892 993.217

13 Kab. Kendal 631.571 771.433 799.716

14 Kab. Klaten 873.587 1.015.523 1.023.033

15 Kab. Kudus 654.273 729.760 900.715

16 Kab. Magelang 791.818 904.917 911.934

17 Kab. Pati 806.954 990.449 985.496

18 Kab. Pekalongan 525.330 670.632 697.229

19 Kab. Pemalang 643.960 743.391 769.848

20 Kab. Purbalingga 570.961 715.223 702.705

21 Kab. Purworejo 618.099 710.537 754.722

22 Kab. Rembang 565.692 596.094 593.546

99

Lampiran 3. Lanjutan

23 Kab. Semarang 674.034 726.553 787.323

24 Kab. Sragen 707.066 802.642 810.435

25 Kab. Sukoharjo 616.795 720.414 740.005

26 Kab. Tegal 717.616 869.416 913.245

27 Kab. Temanggung 519.948 594.489 609.738

28 Kab. Wonogiri 716.890 828.131 977.243

29 Kab. Wonosobo 522.731 616.555 632.221

30 Kota Magelang 323.171 416.823 471.235

31 Kota Pekalongan 313.088 390.248 390.965

32 Kota Salatiga 283.951 401.129 430.982

33 Kota Semarang 1.238.237 1.351.845 1.604.782

34 Kota Surakarta 639.638 765.306 842.537

35 Kota Tegal 369.340 406.025 478.916

(dalam jutaan rupiah)

100

Lampiran 4. Hasil Output Uji Asumsi Klasik tahun 2007

a. Uji Multikolinieritas

Coefficients(a)

Model

UnstandardizedCoefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

CollinearityStatistics

BStd.Error Beta

Tolerance VIF

1 (Constant)

-2657,70

9

26084,938 -,102 ,919

DAU07 1,163 ,056 ,768 20,677 ,000 ,915 1,093PAD07 2,297 ,201 ,424 11,423 ,000 ,915 1,093

a Dependent Variable: BD07

b. Uji Autokorelasi

Model Summary(b)

Model R R SquareAdjusted R

SquareStd. Error ofthe Estimate Durbin-Watson

1 ,980(a) ,960 ,957 39064,543 2,351a Predictors: (Constant), PAD07, DAU07b Dependent Variable: BD07

c. Uji Heterokedastisistas

Coefficients(a)

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

t Sig.B Std. Error Beta1 (Constant

) -,283 ,293 -,967 ,341

DAU07 ,019 ,024 ,147 ,780 ,441PAD07 ,009 ,017 ,094 ,499 ,621

a Dependent Variable: abres

101

d. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

StandardizedResidual

N 35

Normal Parameters(a,b)Mean ,0000000Std. Deviation ,97014250

Most ExtremeDifferences

Absolute ,130Positive ,130Negative -,096

Kolmogorov-Smirnov Z ,770Asymp. Sig. (2-tailed) ,594

a Test distribution is Normal.b Calculated from data.

102

Lampiran 5. Hasil Output Uji Asumsi Klasik Tahun 2008

a. Uji Multikolinieritas

Coefficients(a)

ModelUnstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.CollinearityStatistics

BStd.Error Beta

Tolerance VIF

1 (Constant)

39303,591

28395,409 1,384 ,176

DAU08 1,175 ,057 ,772 20,586 ,000 ,893 1,120PAD08 2,336 ,218 ,402 10,721 ,000 ,893 1,120

a Dependent Variable: BD08

b. Uji Autokorelasi

Model Summary(b)

Model R R SquareAdjusted R

SquareStd. Error ofthe Estimate Durbin-Watson

1 ,980(a) ,960 ,957 42139,128 2,247a Predictors: (Constant), PAD08, DAU08b Dependent Variable: BD08

c. Uji Heterokedastisistas

Coefficients(a)

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

t Sig.B Std. Error Beta1 (Constant

) 10529,306 19773,373 ,532 ,598

DAU08 ,044 ,040 ,203 1,107 ,277PAD08 -,080 ,152 -,096 -,524 ,604

a Dependent Variable: abres

103

d. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 35

Normal Parameters(a,b)Mean ,0000000Std. Deviation 40880,9593760

0Most ExtremeDifferences

Absolute ,150Positive ,150Negative -,081

Kolmogorov-Smirnov Z ,887Asymp. Sig. (2-tailed) ,412

a Test distribution is Normal.b Calculated from data.

104

Lampiran 6. Hasil Output Uji Asumsi Klasik Tahun 2009

a. Uji MultikolinieritasCoefficients(a)

Model

UnstandardizedCoefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

CollinearityStatistics

BStd.Error Beta

Tolerance VIF

1 (Constant)

37357,513

33885,189 1,102 ,278

DAU09 1,107 ,069 ,658 15,967 ,000 ,828 1,208PAD09 3,002 ,248 ,499 12,111 ,000 ,828 1,208

a Dependent Variable: BD2009

b. Uji Autokorelasi

Model Summary(b)

Model R R SquareAdjusted R

SquareStd. Error ofthe Estimate Durbin-Watson

1 ,977(a) ,955 ,952 50477,432 1,804a Predictors: (Constant), PAD2009, DAU2009b Dependent Variable: BD2009

c. Uji HeteroskedastisitasCoefficients(a)

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

t Sig.B Std. Error Beta1 (Constant

) 13219,751 24180,586 ,547 ,588

DAU09 ,037 ,049 ,142 ,740 ,465PAD09 ,018 ,177 ,019 ,100 ,921

a Dependent Variable: abres

105

d. NormalitasOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

StandardizedResidual

N 35

Normal Parameters(a,b)Mean ,0000000Std. Deviation ,97014250

Most ExtremeDifferences

Absolute ,188Positive ,188Negative -,084

Kolmogorov-Smirnov Z 1,113Asymp. Sig. (2-tailed) ,168

a Test distribution is Normal.b Calculated from data.

106

Lampiran 7. Hasil Output Uji Regresi Berganda Tahun 2007

Variables Entered/Removed(b)

ModelVariablesEntered

VariablesRemoved Method

1 PAD07,DAU07(a) . Enter

a All requested variables entered.b Dependent Variable: BD07

Model Summary

Model R R SquareAdjusted R

SquareStd. Error ofthe Estimate

1 ,978(a) ,957 ,954 25,29842a Predictors: (Constant), PAD07, DAU07

ANOVA(b)

ModelSum of

Squares df Mean Square F Sig.1 Regressio

n455083,21

1 2 227541,606 355,528 ,000(a)

Residual 20480,327 32 640,010Total 475563,53

9 34

a Predictors: (Constant), PAD07, DAU07b Dependent Variable: BD07

Coefficients(a)

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

Z Sig.B Std. Error Beta1 (Constant

) -24,162 31,541 -,766 ,449

DAU07 ,988 ,048 ,802 20,534 ,000PAD07 ,721 ,081 ,348 8,894 ,000

a Dependent Variable: BD07

107

Lampiran 8. Hasil Output Uji Regresi Berganda Tahun 2008

Variables Entered/Removed(b)

ModelVariablesEntered

VariablesRemoved Method

1 PAD08,DAU08(a) . Enter

a All requested variables entered.b Dependent Variable: BD08

Model Summary

Model R R SquareAdjusted R

SquareStd. Error ofthe Estimate

1 ,980(a) ,960 ,958 24,32884a Predictors: (Constant), PAD08, DAU08

ANOVA(b)

ModelSum of

Squares df Mean Square F Sig.1 Regressio

n457888,53

2 2 228944,266 386,800 ,000(a)

Residual 18940,566 32 591,893Total 476829,09

8 34

a Predictors: (Constant), PAD08, DAU08b Dependent Variable: BD08

Coefficients(a)

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

Z Sig.B Std. Error Beta1 (Constant

) 32,856 30,537 1,076 ,290

DAU08 ,946 ,046 ,793 20,701 ,000PAD08 ,727 ,081 ,344 8,981 ,000

a Dependent Variable: BD08

108

Lampiran 9. Hasil Output Uji Regresi Berganda Tahun 2009

Variables Entered/Removed(b)

ModelVariablesEntered

VariablesRemoved Method

1 PAD09,DAU09(a) . Enter

a All requested variables entered.b Dependent Variable: BD09

Model Summary

Model R R SquareAdjusted R

SquareStd. Error ofthe Estimate

1 ,976(a) ,952 ,949 28,60703a Predictors: (Constant), PAD09, DAU09

ANOVA(b)

ModelSum of

Squares df Mean Square F Sig.1 Regressio

n517378,06

6 2 258689,033 316,106 ,000(a)

Residual 26187,593 32 818,362Total 543565,65

9 34

a Predictors: (Constant), PAD09, DAU09b Dependent Variable: BD09

Coefficients(a)

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

Z Sig.B Std. Error Beta1 (Constant

) 33,397 35,581 ,939 ,355

DAU09 ,870 ,055 ,692 15,787 ,000PAD09 ,947 ,095 ,437 9,970 ,000

a Dependent Variable: BD09

109

Lampiran 10. Hasil Output Uji Asumsi Klasi Tahun Lag 2007-2008

a. Uji MultikoliniaritasCoefficients(a)

Model

UnstandardizedCoefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

CollinearityStatistics

BStd.Error Beta

Tolerance VIF

1 (Constant)

46724,560

30640,031 1,525 ,137

DAU07 1,295 ,066 ,790 19,601 ,000 ,915 1,093PAD07 2,266 ,236 ,387 9,595 ,000 ,915 1,093

a Dependent Variable: BD08

b. Uji Autokorelasi

Model Summary(b)

Model R R SquareAdjusted R

SquareStd. Error ofthe Estimate Durbin-Watson

1 ,976(a) ,952 ,949 45886,204 2,136a Predictors: (Constant), PAD07, DAU07b Dependent Variable: BD08

c. Uji Heterokedastisitas

Coefficients(a)

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

t Sig.B Std. Error Beta1 (Constant

) 21320,310 20262,033 1,052 ,301

DAU07 ,032 ,044 ,133 ,727 ,473PAD07 -,068 ,156 -,080 -,435 ,666

a Dependent Variable: abres

110

d. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 35

Normal Parameters(a,b)Mean ,0000000Std. Deviation 44516,1569999

5Most ExtremeDifferences

Absolute ,104Positive ,104Negative -,096

Kolmogorov-Smirnov Z ,618Asymp. Sig. (2-tailed) ,840

a Test distribution is Normal.b Calculated from data.

111

Lampiran 11. Hasil Output Uji Asumsi Klasik Tahun Lag 2008-2009

a. Uji MultikolinieritasCoefficients(a)

Model

UnstandardizedCoefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

CollinearityStatistics

BStd.Error Beta

Tolerance VIF

1 (Constant)

35683,781

36609,527 ,975 ,337

DAU08 1,146 ,074 ,665 15,571 ,000 ,893 1,120PAD08 3,459 ,281 ,526 12,312 ,000 ,893 1,120

a Dependent Variable: BD09

b. Uji AutokorelasiModel Summary(b)

Model R R SquareAdjusted R

SquareStd. Error ofthe Estimate Durbin-Watson

1 ,974(a) ,948 ,945 54328,977 2,182a Predictors: (Constant), PAD08, DAU08b Dependent Variable: BD09

c. Uji HeteroskedastisitasCoefficients(a)

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

t Sig.B Std. Error Beta1 (Constant

) 25384,003 25035,306 1,014 ,318

DAU08 ,037 ,050 ,135 ,726 ,473PAD08 -,114 ,192 -,110 -,592 ,558

a Dependent Variable: abres

112

d. Uji NormalitasOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

StandardizedResidual

N 35

Normal Parameters(a,b)Mean ,0000000Std. Deviation ,97014250

Most ExtremeDifferences

Absolute ,159Positive ,159Negative -,088

Kolmogorov-Smirnov Z ,938Asymp. Sig. (2-tailed) ,342

a Test distribution is Normal.b Calculated from data.

113

Lampiran 12. Hasil Output Uji Regresi Berganda Tahun Lag 2007-2008

Variables Entered/Removed(b)

ModelVariablesEntered

VariablesRemoved Method

1 PAD07,DAU07(a) . Enter

a All requested variables entered.b Dependent Variable: BD08

Model Summary

Model R R SquareAdjusted R

SquareStd. Error ofthe Estimate

1 ,974(a) ,950 ,946 27,42136a Predictors: (Constant), PAD07, DAU07

ANOVA(b)

ModelSum of

Squares df Mean Square F Sig.1 Regressio

n452767,31

1 2 226383,655 301,070 ,000(a)

Residual 24061,787 32 751,931Total 476829,09

8 34

a Predictors: (Constant), PAD07, DAU07b Dependent Variable: BD08

Coefficients(a)

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

z Sig.B Std. Error Beta1 (Constant

) 40,728 34,187 1,191 ,242

DAU07 1,008 ,052 ,818 19,328 ,000PAD07 ,662 ,088 ,319 7,532 ,000

a Dependent Variable: BD08

114

Lampiran 13. Hasil Output Uji Regresi Berganda Tahun Lag 2008-2009

Variables Entered/Removed(b)

ModelVariablesEntered

VariablesRemoved Method

1 PAD08,DAU08(a) . Enter

a All requested variables entered.b Dependent Variable: BD09

Model Summary

Model R R SquareAdjusted R

SquareStd. Error ofthe Estimate

1 ,971(a) ,943 ,939 31,16439a Predictors: (Constant), PAD08, DAU08

ANOVA(b)

ModelSum of

Squares df Mean Square F Sig.1 Regressio

n512486,65

0 2 256243,325 263,837 ,000(a)

Residual 31079,009 32 971,219Total 543565,65

9 34

a Predictors: (Constant), PAD08, DAU08b Dependent Variable: BD09

Coefficients(a)

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

z Sig.B Std. Error Beta1 (Constant

) 28,379 39,117 ,726 ,473

DAU08 ,888 ,059 ,697 15,169 ,000PAD08 1,030 ,104 ,456 9,929 ,000

a Dependent Variable: BD09

\

115

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Riandasa Anugerah Febrian dilahirkan di Majalengka pada tanggal 10

Februari 1989 sebagai putra pertama dari Bapak Jauhar Nurhikmat Waluyadi dan

Ibu Mamah Wastimah. Saat ini penulis bertempat tinggal di jalan Sumurtama

Blok Wage RT/RW 02/04 Desa Surawangi Kecamatan Jatiwangi Kabupaten

Majalengka, Jawa Barat. Telp: 085727860079. Alamat Email:

[email protected]. Facebook dan Tweeter: [email protected]/

Blog: http//accounting1st.wordpress.com. Pendidikan SMA di SMAN 1 Jatiwangi

dan lulus tahun 2007 kemudian melanjutkan kuliah di Universitas Jenderal

Soedirman Jurusan Akuntansi.

Selama mengikuti progran S1 Akuntansi di Universitas Jenderal

Soedirman penulis aktif dalam kegiatan organisasi dan kewirausahaan. UKM

Bursa FE Unsoed menjadi pilihannya sebagai organisasi selama penulis berada di

kampus. Penulis juga mengikuti beberapa program kewirausahaan diantaranya

Pekan Mahasiswa Wirausaha, workshop small business, dan kegiatan

kewirausahaan lainnya.