pendahuluan

32
PENDAHULUAN PENDAHULUAN Harry S. Dachlan Harry S. Dachlan

Upload: xiu

Post on 18-Mar-2016

64 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

PENDAHULUAN. Harry S. Dachlan. Pengertian Filsafat (1). Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat ; berasal dari kata Yunani “ philosophia ” yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan . Akar katanya ialah philos ( philia , cinta ) dan sophia ( kearifan ). - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

PENDAHULUANPENDAHULUANHarry S. DachlanHarry S. Dachlan

[email protected] 2

Pengertian Filsafat Pengertian Filsafat (1)(1)

• Perkataan Inggris Perkataan Inggris philosophyphilosophy yang berarti yang berarti filsafat ;berasal dari kata Yunani “filsafat ;berasal dari kata Yunani “philosophiaphilosophia” ” yang lazim diterjemahkan sebagai yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. cinta kearifan.

• Akar katanya ialah Akar katanya ialah philos (philia,philos (philia, cinta) dan cinta) dan sophia sophia ((kearifan). kearifan).

• Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifancinta kearifan. .

• Dahulu Dahulu sophiasophia tidak hanya berarti kearifan saja, tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikan dalam memutuskan soal-dan bahkan kecerdikan dalam memutuskan soal-soal praktis (The Liang Gie, 1999). soal praktis (The Liang Gie, 1999).

04/24/23

[email protected] 3

Pengertian Filsafat Pengertian Filsafat (2)(2)• Menurut tradisi filsafati dari zaman Yunani Kuno, orang Menurut tradisi filsafati dari zaman Yunani Kuno, orang

yang pertama memakai istilah yang pertama memakai istilah philosophiaphilosophia dan dan philosophosphilosophos ialah ialah PytagorasPytagoras (592-497 S.M.), yakni seorang ahli (592-497 S.M.), yakni seorang ahli matematika yang kini lebih terkenal dengan dalilnya dalam matematika yang kini lebih terkenal dengan dalilnya dalam geometri yang menetapkan jumlah kuadrat sisi miring geometri yang menetapkan jumlah kuadrat sisi miring dalam segitiga siku-siku = jumlah kuadrat sisi-sisi siku-dalam segitiga siku-siku = jumlah kuadrat sisi-sisi siku-sikunya. sikunya.

• Pytagoras menganggap dirinya “Pytagoras menganggap dirinya “philosophos”philosophos” (pencinta (pencinta kearifan). Baginya kearifan yang sesungguhnya hanyalah kearifan). Baginya kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh Tuhan. dimiliki semata-mata oleh Tuhan.

• Orang yang oleh para penulis sejarah filsafat diakui Orang yang oleh para penulis sejarah filsafat diakui sebagai Bapak Filsafat ialah sebagai Bapak Filsafat ialah ThalesThales (640-546 S.M.). Ia (640-546 S.M.). Ia merupakan seorang filsuf yang mendirikan aliran filsafat merupakan seorang filsuf yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani. alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani.

• Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat adalah suatu Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat adalah suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya dan kaidah-kaidahnya (The Liang mulanya, unsur-unsurnya dan kaidah-kaidahnya (The Liang Gie, 1999).Gie, 1999).

04/24/23

[email protected] 4

• Menurut sejarah kelahiran istilahnya, filsafat terwujud sebagai Menurut sejarah kelahiran istilahnya, filsafat terwujud sebagai sikap yang ditauladankan oleh sikap yang ditauladankan oleh SocratesSocrates. .

• Yaitu sikap seorang yang cinta kebijaksanaan yang Yaitu sikap seorang yang cinta kebijaksanaan yang mendorong pikiran seseorang untuk mendorong pikiran seseorang untuk terus menerus majuterus menerus maju dan dan mencari kepuasan pikiranmencari kepuasan pikiran, , tidak merasa dirinya ahlitidak merasa dirinya ahli, , tidak tidak menyerah kepada kemalasanmenyerah kepada kemalasan, , terus menerus terus menerus mengembangkan penalarannyamengembangkan penalarannya untuk untuk mendapatkan mendapatkan kebenarankebenaran (Soeparmo, 1984). (Soeparmo, 1984).

• Timbulnya filsafat karena manusia Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagummerasa kagum dan dan merasa heranmerasa heran. .

• Pada tahap awalnya kekaguman atau keheranan itu terarah Pada tahap awalnya kekaguman atau keheranan itu terarah pada pada gejala-gejala alamgejala-gejala alam. Dalam perkembangan lebih lanjut, . Dalam perkembangan lebih lanjut, karena persoalan manusia makin kompleks, maka tidak karena persoalan manusia makin kompleks, maka tidak semuanya dapat dijawab oleh filsafat secara memuaskan. semuanya dapat dijawab oleh filsafat secara memuaskan.

• Jawaban yang diperoleh menurut Koento Wibisono dkk. Jawaban yang diperoleh menurut Koento Wibisono dkk. (1997), dengan melakukan refleksi yaitu berpikir tentang (1997), dengan melakukan refleksi yaitu berpikir tentang pikirannya sendiri. Dengan demikian, pikirannya sendiri. Dengan demikian, tidak semua persoalan tidak semua persoalan itu harus persoalan filsafatitu harus persoalan filsafat..

04/24/23

Beberapa DefinisiBeberapa Definisi• Robert Ackerman “Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect as a philosophy of science in one aspect as a

critique of current scientific opinions by comparison to critique of current scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paracticenot a discipline autonomous of actual scientific paractice”. ”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual).secara aktual).

• Lewis White Beck “Lewis White Beck “Philosophy of science questions and Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise determine the value and significance of scientific enterprise as a whole. as a whole. (Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi (Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan)dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan)

04/24/23 [email protected] 5

Beberapa DefinisiBeberapa Definisi• A. Cornelius Benjamin “A. Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is That philosopic disipline which is

the systematic study of the nature of science, especially of the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual discipines.in the general scheme of intellectual discipines. (Cabang  (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.)intelektual.)

• Michael V. Berry “Michael V. Berry “The study of the inner logic if scientific The study of the inner logic if scientific theories, and the relations between experiment and theory, theories, and the relations between experiment and theory, i.e. of scientific methods”i.e. of scientific methods”. (Penelaahan tentang logika . (Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.)antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.)

04/24/23 [email protected] 6

Beberapa DefinisiBeberapa Definisi• May Brodbeck “May Brodbeck “Philosophy of science is the ethically and Philosophy of science is the ethically and

philosophically neutral analysis, description, and clarifications of philosophically neutral analysis, description, and clarifications of science.”science.” (Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan  (Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu.dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu.

• Stephen R. Toulmin “Stephen R. Toulmin “As a discipline, the philosophy of science As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to elucidate the elements involved in the process of attempts, first, to elucidate the elements involved in the process of scientific inquiry observational procedures, patens of argument, scientific inquiry observational procedures, patens of argument, methods of representation and calculation, metaphysical methods of representation and calculation, metaphysical presuppositions, and so on and then to veluate the grounds of their presuppositions, and so on and then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal logic, practical validity from the points of view of formal logic, practical methodology and metaphysics”methodology and metaphysics”. (Sebagai suatu cabang ilmu, . (Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika).formal, metodologi praktis, dan metafisika).

04/24/23 [email protected] 7

Beberapa DefinisiBeberapa Definisi• Peter Caws “Peter Caws “Philosophy of science is a part of philosophy, which Philosophy of science is a part of philosophy, which

attempts to do for science what philosophy in general does for the attempts to do for science what philosophy in general does for the whole of human experience. Philosophy does two sorts of thing: on whole of human experience. Philosophy does two sorts of thing: on the other hand, it constructs theories about man and the universe, the other hand, it constructs theories about man and the universe, and offers them as grounds for belief and action; on the other, it and offers them as grounds for belief and action; on the other, it examines critically everything that may be offered as a ground for examines critically everything that may be offered as a ground for belief or action, including its own theories, with a view to the belief or action, including its own theories, with a view to the elimination of inconsistency and errorelimination of inconsistency and error. (Filsafat ilmu merupakan . (Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahanpenghapusan ketakajegan dan kesalahan

04/24/23 [email protected] 8

Berdasarkan pendapat di Berdasarkan pendapat di atas …..atas …..

• Diperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu Diperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemologis maupun aksiologisnya. epistemologis maupun aksiologisnya.

• Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu.mengakaji hakikat ilmu.

04/24/23 [email protected] 9

Kajian Hakikat IlmuKajian Hakikat Ilmu• Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud yang hakiki dari Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud yang hakiki dari

obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)ontologis)

• Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan yang benar? Apakah diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)

• Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis). (Jujun S. norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis). (Jujun S. Suriasumantri, 1982)Suriasumantri, 1982)

04/24/23 [email protected] 10

[email protected] 11

SECARA SINGKAT ARTI SECARA SINGKAT ARTI FILSAFATFILSAFAT• Definisi nominalDefinisi nominal: : Filein (= Filein (= mencintaimencintai)) dan dan sophia sophia

 (= kebijaksanaan).  (= kebijaksanaan). • Filsafat adalah ilmu yang mencintai dan Filsafat adalah ilmu yang mencintai dan

mencari kebijaksanaan.  mencari kebijaksanaan.  • Definisi realDefinisi real: Filsafat adalah : Filsafat adalah pengetahuan pengetahuan

mengenai semua hal melalui sebab-sebab mengenai semua hal melalui sebab-sebab terakhir yang didapat melalui penalaran atau terakhir yang didapat melalui penalaran atau akal budi; ia mencari dan menjelaskan hakikat akal budi; ia mencari dan menjelaskan hakikat dari segala sesuatudari segala sesuatu.  . 

• Obyek materialObyek material: mencari hakikat dari segala : mencari hakikat dari segala sesuatusesuatu

• Berfilsafat berarti mempertanyakan dasar dan Berfilsafat berarti mempertanyakan dasar dan asal-usul dari segala-galanya; untuk mencari asal-usul dari segala-galanya; untuk mencari orientasi dasar bagi kehidupan manusia.  orientasi dasar bagi kehidupan manusia. 

04/24/23

[email protected] 12

• FilsafatFilsafat adalah adalah pengetahuanpengetahuan metodis, sistematis dan koheren metodis, sistematis dan koheren tentang tentang seluruh kenyataanseluruh kenyataan (realitas). (realitas).

• FilsafatFilsafat merupakan merupakan refleksi rasionalrefleksi rasional (fikir) atas keseluruhan realitas (fikir) atas keseluruhan realitas untuk mencapai untuk mencapai hakikathakikat (= (= kebenaran) dan memperoleh kebenaran) dan memperoleh hikmathikmat (= kebijaksanaan).    (= kebijaksanaan).   

04/24/23

[email protected] 13

ILMU PENGETAHUANILMU PENGETAHUAN• Manusia menggunakan akal budi dan Manusia menggunakan akal budi dan

fikirannya untuk mencari tahu apa fikirannya untuk mencari tahu apa sebenarnya yang ada dibalik segala sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu.  Proses mencari kenyataan (realitas) itu.  Proses mencari tahu itu menghasilkan tahu itu menghasilkan kesadarankesadaran, yang , yang disebut disebut pengetahuanpengetahuan.  . 

• Jika proses itu memiliki ciri-ciri Jika proses itu memiliki ciri-ciri metodismetodis,  ,  sistematissistematis dan  dan  koherenkoheren, dan , dan cara mendapatkannya dapat cara mendapatkannya dapat dipertanggung-jawabkan, maka lahirlah dipertanggung-jawabkan, maka lahirlah ilmuilmu pengetahuanpengetahuan.  . 

04/24/23

[email protected] 14

ILMU PENGETAHUANILMU PENGETAHUAN• llmullmu pengetahuanpengetahuan adalah adalah pengetahuanpengetahuan

yang (1) disusun secara metodis, sistematis yang (1) disusun secara metodis, sistematis dan koheren (“bertalian”) tentang dan koheren (“bertalian”) tentang suatu suatu bidang tertentubidang tertentu dari kenyataan (realitas), dari kenyataan (realitas), dan yang (2) dapat digunakan untuk dan yang (2) dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) tersebut.bidang (pengetahuan) tersebut.

• IlmuIlmu pengetahuanpengetahuan menggali dan menekuni menggali dan menekuni hal-hal yang khusus dari kenyataan (realitas), hal-hal yang khusus dari kenyataan (realitas), makin nyatalah tuntutan untuk mencari tahu makin nyatalah tuntutan untuk mencari tahu tentang seluruh kenyataan. tentang seluruh kenyataan. 

04/24/23

[email protected] 15

Obyek Material dan Obyek Obyek Material dan Obyek Formal Formal 

• IlmuIlmu filsafatfilsafat memiliki memiliki obyek material obyek material dan dan obyek formalobyek formal.  . 

• Obyek materialObyek material adalah apa yang dipelajari dan adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan, dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan, yaitu gejala "manusia di dunia yang mengembara yaitu gejala "manusia di dunia yang mengembara menuju akhirat".  menuju akhirat". 

• Dalam gejala ini jelas ada tiga hal menonjol, yaitu Dalam gejala ini jelas ada tiga hal menonjol, yaitu manusia, duniamanusia, dunia, dan , dan akhiratakhirat.  . 

• Maka Maka ada filsafat tentang manusia (antropologi), ada filsafat tentang manusia (antropologi), filsafat tentang alam (kosmologi), dan filsafat filsafat tentang alam (kosmologi), dan filsafat tentang akhirat (teologi - filsafat ketuhanantentang akhirat (teologi - filsafat ketuhanan; kata ; kata "akhirat" dalam konteks hidup beriman dapat "akhirat" dalam konteks hidup beriman dapat dengan mudah diganti dengan kata Tuhan).  dengan mudah diganti dengan kata Tuhan). 

• Antropologi, kosmologi dan teologi, sekalipun Antropologi, kosmologi dan teologi, sekalipun kelihatan terpisah, saling berkaitan juga. kelihatan terpisah, saling berkaitan juga.

04/24/23

[email protected] 16

• Obyek formalObyek formal adalah cara pendekatan yang adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang sedemikian dipakai atas obyek material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logislogis, , konsistenkonsisten dan dan efisienefisien, maka dihasilkanlah , maka dihasilkanlah sistemsistem filsafatfilsafat. . 

• FilsafatFilsafat berangkat dari pengalaman konkret berangkat dari pengalaman konkret manusia dalam dunianya. Pengalaman manusia dalam dunianya. Pengalaman manusia yang kaya dengan segala sesuatu manusia yang kaya dengan segala sesuatu yang yang tersirattersirat ingin dinyatakan secara ingin dinyatakan secara tersurattersurat. .

• Dalam proses itu Dalam proses itu intuisiintuisi  (merupakan hal yang   (merupakan hal yang ada dalam setiap pengalaman) menjadi basis ada dalam setiap pengalaman) menjadi basis bagi proses bagi proses abstraksiabstraksi, sehingga yang tersirat , sehingga yang tersirat dapat diungkapkan menjadi tersurat. dapat diungkapkan menjadi tersurat. 

04/24/23

[email protected] 17

Hubungan Filsafat dengan Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan (1)Ilmu Pengetahuan (1)

• Dalam sejarah filsafat Yunani, filsafat Dalam sejarah filsafat Yunani, filsafat mencakup seluruh bidang ilmu pengetahuan. mencakup seluruh bidang ilmu pengetahuan.

• Lambat laun banyak ilmu-ilmu khusus yang Lambat laun banyak ilmu-ilmu khusus yang melepaskan diri dari filsafat. Meskipun melepaskan diri dari filsafat. Meskipun demikian, filsafat dan ilmu pengetahuan masih demikian, filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat. Sebab baik filsafat memiliki hubungan dekat. Sebab baik filsafat maupun ilmu pengetahuan sama-sama maupun ilmu pengetahuan sama-sama pengetahuan yang metodis, sistematis, koheren pengetahuan yang metodis, sistematis, koheren dan mempunyai  obyek material dan formal.dan mempunyai  obyek material dan formal.

• Yang membedakan diantara keduanya adalah: Yang membedakan diantara keduanya adalah: filsafat mempelajari seluruh  realitas, filsafat mempelajari seluruh  realitas, sedangkan ilmu pengetahuan hanya sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu realitas atau bidang tertentu.mempelajari satu realitas atau bidang tertentu.

04/24/23

[email protected] 18

Hubungan Filsafat dengan Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan (2)Ilmu Pengetahuan (2)

• Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran sebagai induk yang memberi sumbangan dan peran sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu dapat pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu dapat hidup dan berkembang.hidup dan berkembang.

• Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam mempertanggung-bersikap rasional dalam mempertanggung-jawabkan ilmunya. Pertanggungjawaban secara jawabkan ilmunya. Pertanggungjawaban secara rasional di sini berarti bahwa setiap langkah harus  rasional di sini berarti bahwa setiap langkah harus  terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan dan harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu dan harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argumen-argumen yang obyektif (dapat dengan argumen-argumen yang obyektif (dapat dimengerti secara intersubyektif).dimengerti secara intersubyektif).

04/24/23

Fungsi Filsafat Ilmu (1)Fungsi Filsafat Ilmu (1)• Sebagai alat mencari kebenaran dari segala Sebagai alat mencari kebenaran dari segala

fenomena yang ada.fenomena yang ada.• Mempertahankan, menunjang dan melawan atau Mempertahankan, menunjang dan melawan atau

berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.• Memberikan pengertian tentang cara hidup, Memberikan pengertian tentang cara hidup,

pandangan hidup dan pandangan dunia.pandangan hidup dan pandangan dunia.• Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang

berguna dalam kehidupanberguna dalam kehidupan• Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk

kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. (Disarikan dari Agraha Suhandi ,1989)sebagainya. (Disarikan dari Agraha Suhandi ,1989)

04/24/23 [email protected] 19

Fungsi Filsafat Ilmu (2)Fungsi Filsafat Ilmu (2)Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah:adalah:

• untuk memberikan landasan filosofik dalam untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagai konsep dan teori suatu memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah.membangun teori ilmiah.

• dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan antara hipotesis dengan evidensi dan theory of theory of explanation explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.

04/24/23 [email protected] 20

Substansi Filsafat IlmuSubstansi Filsafat Ilmu• Telaah tentang substansi Filsafat Ilmu, Telaah tentang substansi Filsafat Ilmu,

memaparkannya dalam empat bagian, memaparkannya dalam empat bagian, yaitu substansi yang berkenaan dengan: yaitu substansi yang berkenaan dengan: (1) fakta atau kenyataan,(1) fakta atau kenyataan,(2) kebenaran ((2) kebenaran (truthtruth),),(3) konfirmasi dan (3) konfirmasi dan (4) logika inferensi. (4) logika inferensi. (Ismaun, 2001)(Ismaun, 2001)

04/24/23 [email protected] 21

Fakta atau kenyataan (1)Fakta atau kenyataan (1)• Fakta atau kenyataan memiliki pengertian yang beragam, Fakta atau kenyataan memiliki pengertian yang beragam,

bergantung dari sudut pandang filosofis yang melandasinya.bergantung dari sudut pandang filosofis yang melandasinya.• Positivistik berpandangan bahwa sesuatu yang nyata bila ada Positivistik berpandangan bahwa sesuatu yang nyata bila ada

korespondensi antara yang sensual satu dengan sensual lainnya.korespondensi antara yang sensual satu dengan sensual lainnya.• Fenomenologik memiliki dua arah perkembangan mengenai Fenomenologik memiliki dua arah perkembangan mengenai

pengertian kenyataan ini. Pertama, menjurus ke arah teori pengertian kenyataan ini. Pertama, menjurus ke arah teori korespondensi yaitu adanya korespondensi antara ide dengan korespondensi yaitu adanya korespondensi antara ide dengan fenomena. Kedua, menjurus ke arah koherensi moralitas, fenomena. Kedua, menjurus ke arah koherensi moralitas, kesesuaian antara fenomena dengan sistem nilai.kesesuaian antara fenomena dengan sistem nilai.

• Rasionalistik menganggap suatu sebagai nyata, bila ada Rasionalistik menganggap suatu sebagai nyata, bila ada koherensi antara empirik dengan skema rasional, dankoherensi antara empirik dengan skema rasional, dan

• Realisme-metafisik berpendapat bahwa sesuatu yang nyata bila Realisme-metafisik berpendapat bahwa sesuatu yang nyata bila ada koherensi antara empiri dengan obyektif.ada koherensi antara empiri dengan obyektif.

• Pragmatisme memiliki pandangan bahwa yang ada itu yang Pragmatisme memiliki pandangan bahwa yang ada itu yang berfungsi.berfungsi.

04/24/23 [email protected] 22

Fakta atau kenyataan (2)Fakta atau kenyataan (2)• Di sisi lain, Lorens Bagus (1996) memberikan Di sisi lain, Lorens Bagus (1996) memberikan

penjelasan tentang fakta obyektif dan fakta ilmiah. penjelasan tentang fakta obyektif dan fakta ilmiah. Fakta obyektif yaitu peristiwa, fenomen atau bagian Fakta obyektif yaitu peristiwa, fenomen atau bagian realitas yang merupakan obyek kegiatan atau realitas yang merupakan obyek kegiatan atau pengetahuan praktis manusia. Sedangkan fakta ilmiah pengetahuan praktis manusia. Sedangkan fakta ilmiah merupakan refleksi terhadap fakta obyektif dalam merupakan refleksi terhadap fakta obyektif dalam kesadaran manusia. Yang dimaksud refleksi adalah kesadaran manusia. Yang dimaksud refleksi adalah deskripsi fakta obyektif dalam bahasa tertentu. Fakta deskripsi fakta obyektif dalam bahasa tertentu. Fakta ilmiah merupakan dasar bagi bangunan teoritis. ilmiah merupakan dasar bagi bangunan teoritis. Tanpa fakta-fakta ini bangunan teoritis itu mustahil. Tanpa fakta-fakta ini bangunan teoritis itu mustahil. Fakta ilmiah tidak terpisahkan dari bahasa yang Fakta ilmiah tidak terpisahkan dari bahasa yang diungkapkan dalam istilah-istilah dan kumpulan fakta diungkapkan dalam istilah-istilah dan kumpulan fakta ilmiah membentuk suatu deskripsi ilmiah.ilmiah membentuk suatu deskripsi ilmiah.

04/24/23 [email protected] 23

04/24/23 [email protected] 24

• a. Kebenaran koherensia. Kebenaran koherensi• Kebenaran koherensi yaitu adanya kesesuaian atau Kebenaran koherensi yaitu adanya kesesuaian atau

keharmonisan antara sesuatu yang lain dengan sesuatu yang keharmonisan antara sesuatu yang lain dengan sesuatu yang memiliki hirarki yang lebih tinggi dari sesuatu unsur tersebut, memiliki hirarki yang lebih tinggi dari sesuatu unsur tersebut, baik berupa skema, sistem, atau pun nilai. Koherensi ini bisa baik berupa skema, sistem, atau pun nilai. Koherensi ini bisa pada tatanan sensual rasional mau pun pada dataran pada tatanan sensual rasional mau pun pada dataran transendental.transendental.

• b.Kebenaran korespondensib.Kebenaran korespondensi• Berfikir benar korespondensial adalah berfikir tentang Berfikir benar korespondensial adalah berfikir tentang

terbuktinya sesuatu itu relevan dengan sesuatu lain. terbuktinya sesuatu itu relevan dengan sesuatu lain. Koresponsdensi relevan dibuktikan adanya kejadian sejalan atau Koresponsdensi relevan dibuktikan adanya kejadian sejalan atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan, berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan, antara fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya spesifikantara fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik

• c.Kebenaran performatifc.Kebenaran performatif• Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam

tampilan aktual dan menyatukan apapun yang ada dibaliknya, tampilan aktual dan menyatukan apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis yang teoritik, maupun yang filosofik, orang baik yang praktis yang teoritik, maupun yang filosofik, orang mengetengahkan kebenaran tampilan aktual. Sesuatu benar bila mengetengahkan kebenaran tampilan aktual. Sesuatu benar bila memang dapat diaktualkan dalam tindakan.memang dapat diaktualkan dalam tindakan.

04/24/23 [email protected] 25

• d.Kebenaran pragmatikd.Kebenaran pragmatikYang benar adalah yang konkret, yang individual dan yang spesifik Yang benar adalah yang konkret, yang individual dan yang spesifik dan memiliki kegunaan praktis.dan memiliki kegunaan praktis.

• e.Kebenaran proposisie.Kebenaran proposisi• Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep

kompleks, yang merentang dari yang subyektif individual sampai kompleks, yang merentang dari yang subyektif individual sampai yang obyektif. Suatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-yang obyektif. Suatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benar. Dalam logika Aristoteles, proposisi benar proposisinya benar. Dalam logika Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai dengan persyaratan formal suatu proposisi. adalah bila sesuai dengan persyaratan formal suatu proposisi. Pendapat lain yaitu dari Euclides, bahwa proposisi benar tidak Pendapat lain yaitu dari Euclides, bahwa proposisi benar tidak dilihat dari benar formalnya, melainkan dilihat dari benar dilihat dari benar formalnya, melainkan dilihat dari benar materialnya.materialnya.

• f.Kebenaran struktural paradigmatikf.Kebenaran struktural paradigmatik• Sesungguhnya kebenaran struktural paradigmatik ini merupakan Sesungguhnya kebenaran struktural paradigmatik ini merupakan

perkembangan dari kebenaran korespondensi. Sampai sekarang perkembangan dari kebenaran korespondensi. Sampai sekarang analisis regresi, analisis faktor, dan analisis statistik lanjut lainnya analisis regresi, analisis faktor, dan analisis statistik lanjut lainnya masih dimaknai pada korespondensi unsur satu dengan lainnya. masih dimaknai pada korespondensi unsur satu dengan lainnya. Padahal semestinya keseluruhan struktural tata hubungan itu yang Padahal semestinya keseluruhan struktural tata hubungan itu yang dimaknai, karena akan mampu memberi eksplanasi atau inferensi dimaknai, karena akan mampu memberi eksplanasi atau inferensi yang lebih menyeluruh.yang lebih menyeluruh.

04/24/23 [email protected] 26

• 3.Konfirmasi3.Konfirmasi• Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi

proses dan produk yang akan datang, atau proses dan produk yang akan datang, atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut atau probalistik. Menampilkan konfirmasi atau probalistik. Menampilkan konfirmasi absolut biasanya menggunakan asumsi, absolut biasanya menggunakan asumsi, postulat, atau axioma yang sudah dipastikan postulat, atau axioma yang sudah dipastikan benar. Tetapi tidak salah bila mengeksplisitkan benar. Tetapi tidak salah bila mengeksplisitkan asumsi dan postulatnya. Sedangkan untuk asumsi dan postulatnya. Sedangkan untuk membuat penjelasan, prediksi atau pemaknaan membuat penjelasan, prediksi atau pemaknaan untuk mengejar kepastian probabilistik dapat untuk mengejar kepastian probabilistik dapat ditempuh secara induktif, deduktif, ataupun ditempuh secara induktif, deduktif, ataupun reflektif.reflektif.

04/24/23 [email protected] 27

• 4.Logika inferensi4.Logika inferensi• Logika inferensi yang berpengaruh lama sampai Logika inferensi yang berpengaruh lama sampai

perempat akhir abad XX adalah logika matematika, perempat akhir abad XX adalah logika matematika, yang menguasai positivisme. Positivistik yang menguasai positivisme. Positivistik menampilkan kebenaran korespondensi antara fakta. menampilkan kebenaran korespondensi antara fakta. Fenomenologi Russel menampilkan korespondensi Fenomenologi Russel menampilkan korespondensi antara yang dipercaya dengan fakta. Belief pada antara yang dipercaya dengan fakta. Belief pada Russel memang memuat moral, tapi masih bersifat Russel memang memuat moral, tapi masih bersifat spesifik, belum ada skema moral yang jelas, tidak spesifik, belum ada skema moral yang jelas, tidak general sehingga inferensi penelitian berupa general sehingga inferensi penelitian berupa kesimpulan kasus atau kesimpulan ideografik.kesimpulan kasus atau kesimpulan ideografik.

• Post-positivistik dan rasionalistik menampilkan Post-positivistik dan rasionalistik menampilkan kebenaran koheren antara rasional, koheren antara kebenaran koheren antara rasional, koheren antara fakta dengan skema rasio, Fenomena Bogdan dan fakta dengan skema rasio, Fenomena Bogdan dan Guba menampilkan kebenaran koherensi antara Guba menampilkan kebenaran koherensi antara fakta dengan skema moral. fakta dengan skema moral.

04/24/23 [email protected] 28

• Realisme metafisik Popper menampilkan kebenaran Realisme metafisik Popper menampilkan kebenaran struktural paradigmatik rasional universal dan struktural paradigmatik rasional universal dan Noeng Muhadjir mengenalkan realisme metafisik Noeng Muhadjir mengenalkan realisme metafisik dengan menampilkan kebenaranan struktural dengan menampilkan kebenaranan struktural paradigmatik moral transensden. (Ismaun,2001:9)paradigmatik moral transensden. (Ismaun,2001:9)

• Di lain pihak, Jujun Suriasumantri (1982:46-49) Di lain pihak, Jujun Suriasumantri (1982:46-49) menjelaskan bahwa penarikan kesimpulan baru menjelaskan bahwa penarikan kesimpulan baru dianggap sahih kalau penarikan kesimpulan dianggap sahih kalau penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu, yakni tersebut dilakukan menurut cara tertentu, yakni berdasarkan logika. Secara garis besarnya, logika berdasarkan logika. Secara garis besarnya, logika terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu logika induksi dan terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu logika induksi dan logika deduksi.logika deduksi.

04/24/23 [email protected] 29

D. Corak dan Ragam Filsafat D. Corak dan Ragam Filsafat Ilmu (1)Ilmu (1)

• Ismaun (2001:1) mengungkapkan beberapa Ismaun (2001:1) mengungkapkan beberapa corak ragam filsafat ilmu, diantaranya:corak ragam filsafat ilmu, diantaranya:

• Filsafat ilmu-ilmu sosial yang berkembang Filsafat ilmu-ilmu sosial yang berkembang dalam tiga ragam, yaitu : (1) meta ideologi, dalam tiga ragam, yaitu : (1) meta ideologi, (2) meta fisik dan (3) metodologi disiplin (2) meta fisik dan (3) metodologi disiplin ilmu.ilmu.

• Filsafat teknologi yang bergeser dari C-E Filsafat teknologi yang bergeser dari C-E (conditions-Ends) menjadi means. Teknologi (conditions-Ends) menjadi means. Teknologi bukan lagi dilihat sebagai ends, melainkan bukan lagi dilihat sebagai ends, melainkan sebagai kepanjangan ide manusia.sebagai kepanjangan ide manusia.

04/24/23 [email protected] 30

D. Corak dan Ragam Filsafat D. Corak dan Ragam Filsafat Ilmu (2)Ilmu (2)

• Filsafat seni/estetika mutakhir menempatkan Filsafat seni/estetika mutakhir menempatkan produk seni atau keindahan sebagai salah satu produk seni atau keindahan sebagai salah satu tri-partit, yakni kebudayaan, produk domain tri-partit, yakni kebudayaan, produk domain kognitif dan produk alasan praktis.kognitif dan produk alasan praktis.

• Produk domain kognitif murni tampil memenuhi Produk domain kognitif murni tampil memenuhi kriteria: nyata, benar, dan logis. Bila etik kriteria: nyata, benar, dan logis. Bila etik dimasukkan, maka perlu ditambah koheren dimasukkan, maka perlu ditambah koheren dengan moral. Produk alasan praktis tampil dengan moral. Produk alasan praktis tampil memenuhi kriteria oprasional, efisien dan memenuhi kriteria oprasional, efisien dan produktif. Bila etik dimasukkan perlu ditambah produktif. Bila etik dimasukkan perlu ditambah human.manusiawi, tidak mengeksploitasi orang human.manusiawi, tidak mengeksploitasi orang lain, atau lebih diekstensikan lagi menjadi tidak lain, atau lebih diekstensikan lagi menjadi tidak merusak lingkungan.merusak lingkungan.

04/24/23 [email protected] 31

Daftar PustakaDaftar Pustaka• Achmad Sanusi,.(1998), Filsafah Ilmu, Teori Keilmuan, dan Metode Achmad Sanusi,.(1998), Filsafah Ilmu, Teori Keilmuan, dan Metode

Penelitian : Memungut dan Meramu Mutiara-Mutiara yang Tercecer, Penelitian : Memungut dan Meramu Mutiara-Mutiara yang Tercecer, Makalah, Bandung:  PPS-IKIP Bandung.Makalah, Bandung:  PPS-IKIP Bandung.

• Achmad Sanusi, (1999), Titik Balik Paradigma Wacana Ilmu : Achmad Sanusi, (1999), Titik Balik Paradigma Wacana Ilmu : Implikasinya Bagi Pendidikan, Makalah, Jakarta : MajelisPendidikan Implikasinya Bagi Pendidikan, Makalah, Jakarta : MajelisPendidikan Tinggi Muhammadiyah.Tinggi Muhammadiyah.

• Agraha Suhandi, Drs., SHm.,(1992), Filsafat Sebagai Seni untuk Agraha Suhandi, Drs., SHm.,(1992), Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya, (Diktat Kuliah), Bandung : Fakultas Sastra Unpad Bandung.Bertanya, (Diktat Kuliah), Bandung : Fakultas Sastra Unpad Bandung.

• Filsafat_Ilmu, Filsafat_Ilmu, <http://members.tripod.com/aljawad/artikel/filsafat_ilmu.htm”><http://members.tripod.com/aljawad/artikel/filsafat_ilmu.htm”>

• Ismaun, (2001), Filsafat Ilmu, (Diktat Kuliah), Bandung : UPI Bandung.Ismaun, (2001), Filsafat Ilmu, (Diktat Kuliah), Bandung : UPI Bandung.• Jujun S. Suriasumantri, (1982), Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Jujun S. Suriasumantri, (1982), Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar

Populer, Jakarta: Sinar Harapan.Populer, Jakarta: Sinar Harapan.• Mantiq, <http://media.isnet.org./islam/etc/mantiq.htm”>.Mantiq, <http://media.isnet.org./islam/etc/mantiq.htm”>.• Moh. Nazir, (1983), Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia IndonesiaMoh. Nazir, (1983), Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia• Muhammad Imaduddin Abdulrahim, (1988), Kuliah Tawhid, Bandung : Muhammad Imaduddin Abdulrahim, (1988), Kuliah Tawhid, Bandung :

Yayasan Pembina Sari Insani (Yaasin)Yayasan Pembina Sari Insani (Yaasin)

04/24/23 [email protected] 32