pendahuluan
DESCRIPTION
asalTRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepemimpinan adalah unsur yang tidak bisa dihindari dalam hidup ini.
Sudah merupakan fitrah manusia untuk selalu membentuk sebuah komunitas. Dan
dalam sebuah komunitas selalu dibutuhkan seorang pemimpin. Pemimpin adalah
orang yang dijadikan rujukan ketika komunitas tersebut. Pemimpin adalah orang
yang memberikan visi dan tujuan.
Menjadi pemimpin berarti bersiap untuk menjadi pembelajar. Mungkin
kita harus belajar memimpin dengan menggunakan posisi atau jabatan tertentu.
Buktikanlah hasil dari kepemimpinan kita dan pupuk selalu kredibiltas pribadi
hingga akhirnya orang mengikuti kita karena raihan atau prestasi bagus yang telah
kita capai. Kemudian, teruslah belajar, masukkanlah nilai-nilai spiritual dalam
kepemimpinan kita, dan akhirnya buatlah orang lain menjadikanmu pemimpin
mereka karena semua kualitas pribadi kita dan daya pikat spiritulitas kita pada
mereka. Dengan menpelajari dan mencotoh beberapa gaya kepemimpinan
Rasullah SAW sebagai anutan kita.
Seorang pemimpin tentunya harus dekat dengan tuhan,artinya harus
beribadah dengan rajin,harus jujur,komunikatif,kompeten selalu menyelesaikan
masalah dengan musyawarah agar mencapai mufakat.Inspiratif yang artinya
seorang pemimpin harus mempunyai ide-ide yang cemerlang yang berguna baik
untuk kelompoknya.Serta yang tidak kalah penting adalah rendah hati,tidak boleh
1
sombong dengan jabatan yang ia miliki karena semua itu semata-mata hanyalah
titipan Allah SWT.
Sebagai seorang pemimpin harusnya mempunyai jiwa yang lembut dan
peduli terhadap lingkungan dan sesama apalagi terhadap anggota
kelompoknya,pemimpin yang baik adalah pemimpin yang suka menolong dan
berlaku adil. Sealain itu seorang pemimpin juga harus bermoral. Pemimpin yang
bermoral menggunakan kekuasaan untuk mencapai tujuan organisasi,
menghormati hak, individu, dan kelompok, dan adil dalam berhubungan dengan
orang lain.
Berdasarkan uraian di atas maka disadari atau pun tidak kepemimpinan
adalah suatu fitrah, dan juga keharusan yang mesti kita laksanakan sepenuhnya.
Dengan ini maka perlu kiranya kita mengetahui apa itu Kepemimpinan, terutama
Kepemimpin berdasarkan Dienul Islam. Mudah-mudahan makalah ini dapat
menjadi pengantar untuk mengetahui kepemimpinan ini dengan lebih lanjut.
Amiin.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui kepemimpinan Rasulullah SAW dalam hijra-Nya
2. Mengetahui karakteristik pemimpin islam yang dekat dengan Tuhan
3. Mengetahui konsep pemimpin yang efisien
4. Mengetahhui Pemimpin yang berjiwa penolong
5. Mengetahui Pemimpin yang bermoralitas
6. Mengetahui pemimpin yang profesional
2
II. KEPEMIMPINAN RASULULLAH SAW SALAM HIJRAH-NYA
II.1 Nabi Muhammad SAW (53 tahun) Ahli Aqidah
Yang pertama adalah Rasulullah sendiri ia dijuluki sebagai aqidah . selama 23
tahun beliau berdakwah dan mampu mengubah masyarakat madinah. Masyarakat
madani artinya adalah masyarakat yang dekat dengan tuhan dan sejahtera.Menurut
Rachman (2008) aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara
umum (axioma) oleh manusia berdasarkan akal sehat,wahyu dan fitrah. Menurut
Andika dkk (2009) masyarakat madani adalah masyarakat yang
beradap ,menjujung tinggi nilai-nilai kemanusian yang maju dalam penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Masyarakat madani memiliki 3 ciri pokok yaitu pertama masyarakat itu
memiliki nilai dan normal yang diaktualisasikan dalam langgam kelembagaan
tertentu yang kedua masyarakat itu memiliki derajat kemandirian independensi
tertentu terhadap negara,ketiga adanya tujuan yang harus dicapai secara bersama-
sama,baik melalui fusi kekuatan sosial dalm masyarakat maupun membentuk
langkah-langkah sinergis diantara mereka (Holidin,2002).
II.2 Abu Bakar As Sidiq ( 51 Tahun ) Ahli Ekonomi
Abu Bakar As Siddiq lahir dimekah dengan nama kecil Abdul Ka’bah
kemudian diganti oleh Rasulullah menjadi Abdullah. Dia adalah salah satu orang
yang membantu mensukseskan hijrah Rasulullah. Beliau mendapat gelaran As
Siddiq kerana sentiasa membenarkan setiap perkataan dan tindakan Rasulullah
SAW (Kahar,2007). Peristiwa yang membawa kepada gelaran ini ialah apabila
3
berlakunya peristiwa Isra dan Mi'raj yang telah dialami oleh Rasulullah S.A.W.
Apabila orang ramai mengatakan baginda berdusta, malah ada dikalangan sahabat
yang ragu-ragu tentang peristiwa tersebut, Saidina Abu Bakar menjadi orang
pertama membenarkan dan mempercayai peristiwa tersebut dengan penuh
keyakinan tanpa ragu-ragu. Abu Bakar Adalah orang yang selalu menemani
Rasulullah ketika hijrah kemadinah,dia dijuluki sebagai ahli ekonomi karena
kepandaiannya dalam berdagang.Menurut Akbar (2005) menyatakan bahwa Abu
Bakar As Siddiq mendapat tugas untuk melaksanakan diyat (tembusan atas darah
kematian) dan penarikan hutang. Abu Bakar adalah orang yang selalu menemani
Rasullulah dalam berhijrah dia menyiapkan unta terbaik dengan harga 800
Dirham untuk dikendarai Rasulullah.
Dengan Julukannya sebagai ahli ekonomi Abu Bakar As Siddiq adalah orang
yang sangat kaya pada saat masuk islam hartanya tak kurang dari 40.000 Dirham
dari hasil dagangnya (Haekal,2005). Beliau sangat pandai dalam masalah ekonomi
dan perdagangan,dan setelah masuk islam ia masih terus berdagang dan
mendapatkan laba yang cukup besar. Menurut Wahyu (2008) bahwa ekonomi
islam adalah ilmu pengetahuan yang normatif,artinya ekonomi islam berusaha
mengarahkan apa yang seharusnya (das sollen) dilakukan manusia dalam kegiatan
ekonomi. Kecerdasan inilah yang menjadikan beliau kaya,Allah memang
memberi suatu kelebihan kepada Abu Bakar As Siddiq. Menurut Zaqqib (2006)
ahli ekonomi adalah orang yang pandai atau berkompeten dan mengusai ilmu
ekonomi dunia. Sepatutnya kita meneladani dan meniru Abu Bakar As Siddiq
dengan mempelajari bagaimana cara beliau mencapai kesuksesan.
4
II.3 Abdullah Bin Abu Bakar (25 Tahun) Ahli Strategi
Ketika itu Abdullah masih berusia 25 tahun,ia dijuluki sebagai ahli strategi
Rasulullah ketika beliau akan berperang. Menurut Ahyar (2013) Strategi berarti
cara dan seni menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu.Nah
tujuan Abdullah dalam strateginya adalah membantu Rasullulah agar menang
dalam peperangan. Menurut Soerhartono (2013) strategi kepemimpinan adalah
sesuatu yang sangat penting dalam suatu perumusan pencapaian tujuan.
II.4 Amir Bin Fuhairah ( 20 tahun ) Ahli Kekuatan Fisik
Amir bin Fuhairah adalah hamba sahaya milik abu bakar yang telah di
bebaskan. Ketika Nabi SAW dan abu bakar berhijrah ke madina ia bersembunyi di
gua tsur selama 3 hari,amir adalah seorang pengembala kambing yang saat itu
sebagai mata-mata Rasulullah. Setiap hari ia mengembalakan kambingnya
bersama pengembala lain ketika pulang ia berlambat-lambat hingga gelap malam
dan membawa kambing-kambingnya ke gua agar Rasulullah dapat meminum
susunya. Hal ini yang menjadikan amir di sebut sebagai ahli fisik.Imran (2006)
Menyatakan kekuatan fisik adalah kekuatan yang dimiliki berdasarkan
jasmaninya.
Ali (2008) Menyatakan kekuatan fisik akan bisa didapatkan apabila terus
menerus berlatih. Kekuatan fisik manusia tentulah berbeda dengan kekuatan fisik
nabi tidak perlu adanya latihan karena itu merupakan sebuah wahyu yang di
berikan oleh Allah seperti halnya kepadda Rasulullah dan Amir bin Fuhairah.
Jasan (2013) menyatakan kekuatan fisik Rasulullah sangat luar biasa beliau
mampu memunculkan batu besar untuk pertahanan kota Madinah. Jelaslah
5
Rasulullah di berikan wahyu seperti Amir bin Fuhairah yang mampu menyamar
tanpa di ketahui umat Quraisy. Ada (2011) Menyatakan kesehatan jasmani adalah
salah satu bagian dari kekuatan fisik.
II.5 Ali Bin Abi Thalib (15 tahun) Ahli Kepemimpinan / Kecerdasan
Intelektual
Ali Bin Abu Thalib saat itu masih sangat muda,ia baru berusia 15 tahun tapi ia
sudah sangat ikut membantu Rasulullah dengan kecerdasan intelektualnya atau
kecerdasan kepemimpinannya. Ali dijadikan anak angkat oleh Nabi SAW. Ali
bersedia tidur dikamar nabi untuk mengelabuhi kaum quraisy yang akan
mengagalkan hijrah Rasulullah. Hal tersebut yang menjadikan Alli disebut
sebagai ahli kecerdasan intelektual. Amzrah (2012) menyatakan perang khandaq
juga menmjadi saksi keberanian Ali bin Abi Thalib ketika memerangi Amar bin
Abdiwud.
Hal itu menunjukan sikap kepemimpinan Ali yang sudah berani memimpin
sebuah perang dan mengalahkan Amar bin Abdiwud yang akhirnya meninggal
dunia dan jasadnya terangkat menghilang kelangit. Abdul (2013) Menyatakan
pemimpin adalah orangn yang mampu mempengaruhi orang lain agar mau
mengikuti kehendaknya. Sedangkan Robbius (2012) menyatakan kepemimpinan
adalah kemampuan untuk memempengaruhi suatu kelompok untuk mecapai suatu
tujuan.
Kecerdasan intelekual pada nabi tentulah merupakan sebuah anugerah atau
wahyu dari Allah SWT,sehingga kecerdasan intelektual pada nabib sangat luar
biasa,berbeda dengan pada manusia. Selain itu kecerdasan intelektual adalah suatu
6
kemampuan untuk menjelaskan sifat pikiran yangh mencangkup sejumlah
kemampuan seperti menalar ,merencanakan dan memecahkan masalah
(Budi,2011).
2.6 Asma Bin Abu Bakar ( 12 tahun) Ahli Kekuatan Kecerdasan
Asma bin Abu bakar saat itu masih sangat muda sama seperti Ali, tetapi ia
sudah terlibat dalam hijrah Rasulullah ke Madinah. Dia adalah seorang wanita
mujahir yang sangat mulia dan tokoh yang sangat terkenal akan kemulian jiwa
dan kemauannya yang kuat. Zulkifilly (2011) Menyatakan dalam bukunya Asma ‘
mendapat gelarv dzatun nithaqin (si empunya ikat pinggang) karena dia
mengambil ikat pinggangnya lalu memotong menjadi dua kemudian yang satu dia
gunakan untuk sufrah (bungkus makanan untuk bekal) Rasulullah SAW dan yang
lain untuk membentuk qirbahnya,karena itulah ia dijuluki sebagai ahli kekuatan
kecerdasan.
Umar menyatakan kekuatan kecerdasan di bagi menjadi tiga kelompok yaitu
kecerdasan intelektual (IQ) ,kecerdasan Emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual
(SQ). Sealain itu Adam (2013) menyatakan kecerdasan adalah awal dari
pemikiran mencapai kesuksesan. Dan Zaenuri (2010) menyatakan kekuatan
kecerdasan bisa didapatkan melalui proses pelatihan atau bimbinngan arahan yang
tepat. Pemimpin yang cerdas adalah pemimpin yang mampu membuat anggotanya
selalu merasa sukses dan bisa menyelesaikan semua pekerjaanya dengan
baik,dengan terobosan - terobosan baru dari pemimpinnya (Maimunah,2009).
Apabila pemimpinnya cerdas anak buahnya pun akan mencerminkan sikap
seorang anutanya. Pemimpin yang cerdas akan selalu terlihat tenang.
7
III. KARAKTERISTIK PEMIMPIN YANG DEKAT DENGAN
TUHAN
3.1 Karakteristik Pemimpin Islam
1. Jujur
Pemimpin Yang baik adalah pemimpin yang jujur. Orang yang memiliki
kejujuran selalu melandasi ucapan dan keyakinan serta perbuatannya berdasarkan
ajaran islam. Akhmad (2008) menyatakan dalam hadis Nabi bersabda
“sesungguhnya kebenaran itu membawa ketenangan dan kedustaan menimbulkan
keragu-raguan”.
2. Komunikatif
Komunikatif menurut kamus besar bahasa indonesia artinya kemampuan
seseorang untuk mempergunakan bahasa yang secara sosial dapat diterima oleh
orang lain. Apriyani (2013) menyatakan pemimpin yang komunikatif mempunyai
ciri cinta damai,gemar membaca dan belajar,peduli sesama,sangat pandai
berbicara.
3. Kompeten
Seorang pemimpin harus kompeten artinya adalah ahli dalam bidangnya.
Tampubolon (2010) menyatakan pemimpin yang harus memiliki 4 macam
kualitas yaitu kejujuran,pandangan ke depan,mengihalmi pengikutnya dan
kompeten. Pemimpin yang kompeten adalah pemimpin yang menguasai terhadap
bidang yang ia kerjakan,tahu bagaimana membawa perusahaan itu agar
8
kedepannya lebih maju,mempunyai pandangan yang luas untuk kedepannya
(Danfar,2009).
4. Musyawarah
Musyawarah menurut bahasa artinya berunding dan berembug. Ismail (2010)
menyatakan persefahaman (consesus) menjadikan organisasi ini seolah-olah satu
komununitas atau keluarga kecil.
5. Inspiratif
Seorang pemimpin harus mempunyai jiwa inspiratif artinya harus
mempunyai ide-ide yang berdasarkan akal sehat sehingga bisa dilaksanakan.
Helena dkk (2010) menyatakan seseorang dapat dikatakan pemimpin yang
inspiratif jika pemimpin dapat menyalurkan emosi positif kepada karyawan atau
rekan kerjanya.
6. Rendah Hati
Seorang pemimpin harus mempunyai sifat rendah hati,artinya tidak
sombong dan sabar. Seorang pemimpin dikatakan rendah hati apabila ia mau
menerima kritik dan masukan dari bawahannya dan berhasilk membuat seluruh
anggota tim merasa diterima atau tidak dikucilkan (Elizer dkk,2014).
Pemimpin yang hubungannya dekat dengan Tuhan ada beberapa tujuan
hidup diantaranya sebagai berikut :
1. Abdullah (Mengabdi Kepada Allah)
Talib (2010) menyatakan bahwa Ibadah adalah melaksanakan
segala ketaatan dan perintah Allah yang berkaitan dengan akhlak dan kewajiban.
Sebagai Abdullah kita harus selalu mengagungkan dan menyembah kepada-Nya
9
tanpa menyekutukan dengan sesuatu apapun untuk mencapai keridhaan dan
mengharaap pahala-Nya diakhirat. Hakikat ibadah adalah ketundukan jiwa yang
timbul karena hati merasakan cinta akan tuhan yang ma’bud (disembah). Dalam
syariat islam ibadah mempunyai dua unsur yaitu unsur ketundukan dan kecintaan
yang paling dalam kepada Allah (Makfiah,2006).
Ibadah kepada Allah merupakan tujuan utama diciptakannya jin dan
manusia : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepadaku“(Qs.Adz-Dzariyat:56). Ibadah ini tidak bisa dilaksanakan
dengan benar kecuali apabila kekuasaan (terhadap manusia) diserahkan kepada
Allah:”Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah,dia telah memerintahkan agar
kamu tidak menyembah selain dia itulah agama yang lurus,tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahuinya” (Qs.Yusuf:40) (Al-Hasyimi,2009). Dan juga rasa
cinta adalah dasar dan motivasi orang mengabdi,ada pepatah “ Man ahabba
syai’an abadahu”(barang siapa mencintai sesuatu makan ia akan mengabdikan
dirinya kepada sesuatu yang dicintainya) (Mirahmadi,2010).
2. Khalifah (Pemimpin)
Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai daya untuk menarik orang
lain dengan tanpa paksaan agar mereka secara bersama-sama mewujudkan
visinya. Bay (2008) menyatakan manusia tugasnya sebagai khalifah dibumi
makskud dari khalifah adalah manusia diciptakan untuk mengatur apa-apa yang
ada dibumi. Manusia tidak akan bisa teratur dalam kehidupannya,melainkan
dengan adanya imam (pemimpin) yang berkuasa dan berdaulat.
10
Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian
memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang
atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan - alasannya. Seorang pemimpin
adalah seseorang yang aktif membuat rencana - rencana, mengkoordinasi,
melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama
sama
Khalifah berperan sebagai pemimpin umat baik urusan negara maupun
urusan agama.mekanisme pemilihan khalifah ada banyak cara. Rasulullah adalah
imamnya para imam,khalifah adalam imamnya rakyat dan alquran adalah
imamnya kaum muslimin (Fahri,2009).
Ajwa (2007) menyatakan kata khalifah dibedakan menjadi tiga
macam arti yaitu menganti kedudukan,jabatan,dan perubahan. Ibnu khaldum
menegaskan “kekhalifahan harus mampu menggerakan umat untuk bertindak
sesuai dengan ajaran islam dan menyeimbangkan kewajiban didunia dan diakhirat
(kewajiban dunia) harus seimbang (dengan kewajiban untuk akhirat). Seperti yang
diperintahkan oleh Nabi Muhammad “semua kepentingan dunia harus
mempertimbangkan keuntungan untuk kepentingan akhirat”. Ada tiga kata kunci
dalam definisi pemimpin yaitu kemampuan,mempengaruhi,tujuan
(Shobron,2009). Pemimpin juga sebagi agen perubahan dengan kegiatan
mempengaruhi orang-orang lebih dari pada pengaruh orang-orang tersebut
kepadanya.
khalifah memimpin sebuah khilafah,yaitu sebuah sistem kepemimpinan
umat,dengan menggunakan islam sebagai ideologi serta undang-undangnya
11
mengacu kepada Al-Quran,hadis,ijma,dan qiyas. Marwadi (2008) menyebutkan
dalam bukunya bahwa objek imamah (kepentingan umat islam) ialah untuk
meneruskan khilafah Nubuwwah (Kepemimpinan Nabi SAW).
IV. PEMIMPIN YANG EFISIEN
Seorang pemimpin adalah seorang yang mempunyai keahlian
memimpin,mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian atau pendapat orang
atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasanya. Pengertian efisien
adalah perbandingan yang terbaik antara input dan output hasil dengan sumber-
sumber yang dipergunakan,seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan
penggunaan sumber terbatas. Dengan kata lain hubugan antara apa yang telah
diselesaikan (Danfar,2009)
Pemimpin yang efisien tentunya mengerti macam-macam
kekosongan,yang pertama kekosongan hati. Pemimpin yang efisen memiliki
kecerdasan emosional. Hidayati dkk (2010) menyatakan bahwa emosi berperan
besar terhadap suatu tindakan bahkan dalam pengambilan keputusan “rasional”.
Kekosongan jiwa seorang pemimpin sudah sepatutnya dekat dengan tuhan yaitu
rajin beribadah kepada tuhan sehingga tidak merasakan kekosongan jiwa. Jiwanya
akan merasa tenang karena spiritualnya kuat. Kecerdasan spiritual adalah
kemampuan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai,yaitu
menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan
kaya,serta menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibandingkan dengan yang lain (Tikollah dkk,2010).
12
Kekosongan akal,seorang pemimpin sudah pasti memiliki kecerdasan
intelektual yang tinggi. Choiriah (2013) menyatakan kecerdasan intelektual adalah
kemampuan kognitif yang dimiliki organisme untuk menyesuaikan diri secara
efektif pada lingkungan yang kompleks dan selalu berubah serta dipengaruhi oleh
faktor gentik.
4.1 Dakwah (Pemberdaya)
Dakwah adalah mengajak orang kembali dari kebodohan kepada
mengerti,dari kesesatan kepada tuntunan dan ajaran Allah SWT dengan cara
hikmah dan mau’idha hasanah (Adnan,2005). Dakwah adalah pedoman yang
lengkap tentang perilaku manusia serta ketentuan hak dan kewajiabn manusia
pada kewajiban dan hidayah serta amal ma’ruf nabi munkar untuk mencapai
kepada kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat dengan melihat pandangan dan
pola pikiran manusia berdasarakan aqidah yang bermanfaat. Taufik (2013)
menyatakan dakwah adalah pedoman yang lengkap tentang perilaku manusia serta
ketentuan hak dan kewajiban. Dengan dakwah manusia akan terangkat dari
kehinaan,kebodohan,kemaksiatan dan kekufuran.
Dengan dakwah manusia tercerahkan dari kegelapan menuju
cahaya,dengan dakwah pula manusia memperoleh kebahagiaan dan kemuliaan
baik didunia maupun diakhirat (al-atsari,2007). Dalam islam,seorang pemimpin
mempunyai haknya bagaikan seorang orang tua karena ikatan batin,bagaimana
seorang guru karena memberikan ilmu dan pengetahuan bagaikan syekh karena
membimbing rohani dan pengendali (pemimpin) karena menentukan strategi dan
13
taktik berdakwah. Maka dakwah dalam islam mencakup seluruh makna yang
terkandung diatas (Kalli,2004)
4.2 Bergaul Dengan Baik
Bergaul merupakan salah satu interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan
kunci dari semua kehidupan bersama-sama. Bertemunya orang perorang secara
badaniah tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial.
Maka dapat dikatakan bahwa interaksi sosial merupakan dasar proses sosial,yang
menunjuk pada hubungan-hubungan sosial dinamis (Sutarno,2007). Kemampuan
bergaul adalah modal yang sangat besar manfaatnya bagi mobilitas sosial. Mereka
akan memperoleh berbagai informasi dari berbagai teman mereka. Kemampuan
bergaul membuat seseorang mengalami mobilitas yang tinggi karena berbagai
kebiasaan yang diadakan teman maupun jaringan kerja yang ada (Soeroso,2008).
Pemimpin yang mudah bergaul bisa dikatakan komunikatif. Komunikatif
ini sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan,yang pasti antara anggota dan
pemimpin. Menjadi komunikatif bukanlah tentang siapa diri kita,ekstrovet atau
introvet melainkan lebih kepada cara kita dalam menciptakan arus komunikasi
yang efektif (Nugraha,2012). Berlebihan dalam bergaul juga tidak baik akan
mendatangkan penyakit,maka dari itu bergaullah dengan sewajarnya,ciptakan
komunikasi yang baik. Demikian juga berlebih-lebihan dalam pergaulan akan
mendatangkan kerugian didunia dan diakhirat,seyogyanya bagi seorang hamba
dapat mengambil hikmah dari setiap pergaulan (Ath-thayar,2007).
4.3 Suka Menolong
14
Membangun karakter merupakan proses yang berlangsung seumur hidup.
Anak-anak akan tumbuh menjadi seorang yang berkarakter jika ia tumbuh dalam
lingkungan yang berkarater pula. Menanamkan tokoh tersembunyi dalam benak
anak-anak diharapkan dapat memberi kekuatan,arahan dan panduan perilaku yang
baik kepada anak-anak. Misalnya tokoh anak yang suka menolong,penyampaian
cerita bagaimana anak tersebut menolong orang lain,akan mengarahkan anak
untuk mendupkikasikan karakter tersebut dalam kehidupan sehari-harinya
(Aisyah,2010). Menolong adalah nenbrikan orang apa yang mereka
butuhkan,tidak selalu apa yang mereka inginkan. Hal yang diberikan jelas tidak
hanya sekedar materi atau benda,tetapi bisa juga non materl sifatnya dan
melakukan sesuatu yang orang lain tidak dapat lakukan sendiri atau membantu
orang yang tak punya waktu melakukannya (Izzah,2013).
Membantu orang lain merupakan hal yang penting yang kadang diabaikan.
Membantu orang lain kehendaknya dengan ikhlas tanpa pamrih. Membantu orang
lain tidak perlu digembar-gemborkan,cukup diri anda dan tuhan saja yang
tahu,percayalah dengan membantu orang lain makan kemudahan dan
keberuntungan selalu menyertai kita (Pangarep,2010). Seorang pemimpin sudah
sepatunya menjadi contoh anggotanya,harus suka menolong,termasuk menolong
anggota kelompoknya ketika sedang kesusahan. Pemimpin harus mempunyai jiwa
yang baik dan tangguh. Hamim (2012) menyatakan pemimppin yang baik adalah
pemimpin yang suka menolong dan berlaku adil.
4.4 Gemar Membaca
15
Membaca adalah ketrampilan mengenal dan memahami tulisan dalam
bentuk urutan lambang-lambang garfis dan perubahannya menjadi wicara yang
bermakna dalam mentuk pemahaman-pemahaman diam-diam atau pengajaran
keras-keras (Kridalaksana,2007). Membaca adalah sebuah kegiatan yang ringan
san sederhana karena dengan membaca kita akan memperoleh begitu banyak
ilmu,baik ilmu keagamaan maupun ilmu keduniaan. Dengan membaca kkita dapat
berjalan melintasi budaya dan keragaman dunia,membaca dapat pula dijadikan
sebagai penguat kepribadian,karena semakin banyak ilmu yang kita
dapat,diharapkan khazanah pemikir dan kebijaksanaan diri dapat terus
berkembang (Sukartiningngsih,2005).
Sebagai seorang pemmimpin sudah pasti harus gemar membaca
apapun,agar meningkatkan pengetahuan dan intelektual. Dengan membuat kita
menjadi tahu akan segalanya Dn menjadikan kita pandai,sempatkan waktu kita
setiap hari untuk membaca minimal 2 jam perhari disela-sela waktu istirahat
kita,dengan seperti itu setiap hari maka kita akan terbiasa. Beberapa manfaat
membaca adalah sebagai berikut : a). Meningkatkan kadar intelektual, b).
Memperoleh berbagai informasi dan pengetahuan hidup, c). Memiliki cara
pandang dan pola pikir yang luas, d). Memperkaya perbendaharaan kata, e).
Mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi dibelahan dunia, f). Meningkatkan
keimanan, g). Mendapatkan hiburan (Sapril,2010). Membaca merupakan jendela
dunia. Membaca merupakan jembatan penghubing dengan generasi-generasi
terdahulu. As-Suwaidan (2005) menyatakan sebaiknya seseorang membaca
mengkhususkan 70% dari bacaannya untuk bidang-bidng yang digemari yang
16
diharapkan dirinya akan menjadi pemimpin besar dalam bidang itu dan selebihan
30% untuk bidang ilmu lainnya.
V. PEMIMPIN YANG BERJIWA PENOLONG
Sebagai seorang pemimpin harusnya mempunyai jiwa yang lembut dan
peduli terhadap lingkungan dan sesama apalagi terhadap anggota kelompoknya.
Hamim (2012) menyatakan pemimpin yang baik adalah pemimpin yang suka
menolong dan berlaku adil. Berikut adalah sikap yang harus ada dalam jiwa
seoorang pemimpin :
5.1 Tolong Menolong Dalam Hal Kebaikan dan Ketaqwaan
Manusia dan persekitaran adalah dua elemen yang tidak boleh dipisahkan
dalam memastikan kesempurnaan dan kelangsungan kehidupan. Budaya ikram
atau budaya saling menolong juga merupakan amalan yang mulia yang boleh
mewujudkan keharmonian dalam sebuah masyarakat (Rosila, 2005).
a. Hubungan Baik dengan Tuhan
Untuk menjalin hubungan dekat dengan Allah ta’ala diperlukan suatu
peleburan. Kami berulang kali memerintahkan kepada jemaat kami untuk teguh
dalam hal ini. Sebab, kecuali seseorang terputus dari dunia dan kecintaan kepada
dunia menjadi dingin, dan ghairat alami serta peleburan kepada Allah Ta’ala tidak
tumbuh, tidak akan timbul pengabdian (Nuruddin, 2013).
Apabila hubungan manusia dengan Allah baik, maka alam ini akan
diperintahkan oleh-Nya untuk berkhidmat (melayani) eksistensi manusia dengan
sebaik-baiknya. Endang (2010) Tetapi jika hubungan manusia dengan Allah tidak
17
baik, maka alam ini tidak akan bersahabat kepada manusia, akhirnya timbullah
berbagai macam bencana.
b. Ibadah
Pengertian ibadah menurut Al-Qur’an tidak hanya terbatas pada apa yang
disebut ibadah mahdhah atau rukun islam saja, tetapi cukup luas seluas aspek
kehidupan yang ada selama wahyu Allah memberikan pegangannya dalam
persoalan itu (Beben, 2013).
c. Hubungan dengan Sesama
Walaupun Seseorang rajin beribadah kepada Allah, bila hubungan dengan
sesama manusianya buruk, maka ia tidak akan selamat di dunia maupun di
akhirat. Seyogyanya memang hubungan yang baik dan sehat antara seorang
hamba dengan Rabbnya akan berimbas atau berdampak positif pada hubungannya
dengan sesama manusia (Rahman, 2006).
Islam mengenal arti tolong menolong antar sesama manusia karena
diajarkan oleh kitab dan rasulnya. Sedekah adalah harta atau non harta yang
dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha dinluar zakat untuk kemaslahatan
umat, zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan
usaha untuk diberikan pada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat islam
(Fauzi, 2007).
d. Berperan untuk Orang Lain
Banyak kajian tentang sumber daya manusia dan keorganisasian yang
menyoroti masalah factor-faktor yang mempengaruhi kinerja. Suparman (2007)
menyatakan dalam lingkungan formal seperti di sekolah, seorang siswa bergaul
18
dengan teman sekolahnya dan berinteraksi dengan guru dan karyawan sekolahnya.
Dalam interaksi tersebut, ia mengalami proses sosialisasi.
1.1 Bukan Menolong dalam Dosa dan Kejahatan
Tidak mungkin individu yang kotor, akan melahirkan masyarakat yang baik.
Karena itu adalah jalan satu-satunya untuk membangun masyarakat madani, yaitu
masyarakat yang bersih dan beradab, penuh dengan nuansa tolong menolong
dalam kebaikan dan ketaqwaan serta jauh dari kerjasama dalam keburukan dan
dosa, adalah hanya dengan kembali kepada fitrah (Hermawan, 2012).
Pendayagunaan ZIS untuk pinjaman konsumtif di BAZIS kabupaten
Semarang lebih didasari oleh adanya prinsip ta’awun (tolong menolong), prinsip
tolong menolong itu bukanlah prinsip yang tidak diatur maupun dijelaskan dalam
Islam. “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (Q.S
Al-Maidah : 2) (Anam, F. 2011).
Saling tolong menolong dilakukan dalam kebaikan. Allah SWT melarang
tolong menolong dalam hal berbuat kejahatan. Misalnya, menolong teman
berdusta pada orangtuanya, saling bantu dalam menyontek ketika ulangan,
membantu dalam mencuri, dan sebagainya (Yusmansyah, 2006).
5.3 Teguh Hati (Konsisten)
Teguh adalah tetap berada di jalur petunjuk, konsisten diatas jalan ini,
istiqamah diatas kebaikan, dan terus berusaha untuk menambah. Ghazali (2009)
menyatakan dan jika tergelincir tumitnya maka dia langsung bertaubat. Bisa jadi
19
setelah taubat menjadi lebih baik dari sebelumnya. Itulah kondisi orang yang
bersifat dengan akhlak tsabat.
a. Iman
Untuk mencapai tujuan Negara, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh
dari aparat Negara. Selain itu, diperlukan juga pemimpin yang beriman, bermoral,
berilmu, terampil, dan demokratis. Beriman memiliki arti bahwa pemimpin yang
percaya kepada Tuhan YME, sehingga dalam menjalankan wewenangnya tidak
akan melakukan perbuatan-pervuatan yang dilarang oleh agama (Bernard, 2011).
b. Amal Sholeh
Tindakan kebaikan bukan untuk kepentingan Tuhan, sebab Tuhan adalah
Maha Kaya, tidak membutuhkan apapun dari manusia (Marzuki, 2010).Iman yang
abstrak dan amal yang kongkret, kaum muslimin perlu menjlankan ibadah-ibadah
yang diperintahkan Allah. Jadi, orang islam tidak cukup hanya dengan mengakui
rukun iman (percaya pada Allah, malikat, kitab-kitab, Rasul-rasul, hari akhir, dan
qada san qadar) tetapi juga harus melaksanakan rukun islam (mengucapkan dua
kalimat syahadat, mendirikan shalat, berpuasa pada bulan Ramadhan,
mengeluarkan zakat, dan menunaikan haji ke Mekkah bagi yang mampu) (Azra,
2005 ).
5.4 Saling Menasehati atau Mengingatkan ( Amal Shaleh)
Basri (2009) menyatakan Tawashi dalam kebenaran menunjukkan makna
bagaimanapun ketinggian ilmu dan iman seseorang tetaplah ia memerlukan untuk
dinasehati dan diingatkan. Allah berkata : “Demi masa. Sesungguhnya manusia
20
dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal sholeh, dan saling
menasehati dalam kebenaran dan kesabaran” (Q.S Al-Asr ayat 1-3).
Pemimpin dan rakyat harus saling mengingatkan. Siapa yang boleh
mengingatkan yaitu mereka yang ingat dan siapa yang diingatkan, yaitu mereka
yang lupa. Ada pesan ilahi bahwa :”Saling ingat mengingatkan tentang kebenaran
dan saling ingat mengingatkan tentang kesabaran”. Tidak dibiarkan kelu lidah
kalau harus berkata (mungkin ) tidak disenangi yang menjabat. Tidak dibiarkan
tangan ini kaku menulis sekedar mengingatkan. ( Siregar, 2008 ).
a. Sabar
Jika dikaitkan dengan dengan pola hidup dan kehidupan manusia dewasa
ini, maka manfaat adanya sikap sabar cukup menjanjikan akan terciptanya hidup
yang bermakna dan bertujuan yaitu semata-mata hanya untuk mencari keridhoan
Allah SWT (Hidayati, 2007). Pemimpin Negara, pemimpin sekolah, bahkan
pemimpin keluarga sekalipun, harus mempunyai keberanian untuk meminta
nasihat dari orang lain dan siap menerima koreksi. Ia juga harus sabar untuk tidak
ingin berkuasa terus-menerus ( Gymnastiar, 2007 ).
b. Kebenaran
Kebenaran dikaitkan dengan sifat atau karakteristik dari bagaimana cara
atau dengan alat apakah seseorang membangun pengetahuannya itu. Kebenaran
sangat sulit ditemukan dan dibuktikan. Implikasi dari penggunaan ayat untuk
memperoleh pengetahuan melalui alat tertentu atau mengakibatkan karakteristik
kebenaran yang dikandung oleh pengetahuan itu akan memiliki cara tertentu
untuk membuktikannya (Wesilah, 2009).
21
VI. PEMIMPIN YANG BERMORALITAS
Kepemimpinan etika terbina dari pada dua faktor (pillars) utama. Faktor
tersebut terdiri dari pada kedudukan pemimpin berkenaan sebagai manusia
bermoral dan kedudukan sebagai pengurus moral (moral manager). Menelusuri
watak Nabi Muhammad SAW dalam skop model didapati karakter sebagai
manusia bermoral dan pengurus moral telah wujud pada diri rasulullah SAW pada
zamannya (Ishak, 2011).
Tindakan kepemimpinan bergantung pada pembentukan hubungan sosial
yang efektif dan mencapai masa depan yang diinginkan melalui perjanjian serta
kerjasama. Pemimpin yang bermoral menggunakan kekuasaan untuk mencapai
tujuan organisasi, menghormati hak, individu, dan kelompok, dan adil dalam
berhubungan dengan orang lain (Sitanggang, 2013). Keterampilan memimpin
dapat dipelajari dari buku ataupun pelatihan kepemimpinan, namun menjadi
pemimpin berkarakter tidak cukup dengan melakukan dua hal tersebut. Menjadi
pemimpin yang konsisten mengembangkan komitmen untuk berperilaku yang
bermoral merupakan sebuah proses panjang dan dapat diruntut dari kehidupan
seseorang sejak dini.
Untuk mempersiapkan calon pemimpin yang mengembangkan komitmen
untuk berperilaku yang bermoral disarankan agar orang tua menggunakan metode
dialog, disertai keteladanan dan kedekatan dengan anak ketika melakukan
sosialisasi nilai pada anak-anaknya (Asyanti, 2009). Suharyat (2010) menyatakan
bahwa nilai moral adalah nilai yang membahasa bagaimana manusia
22
memperlakukan manusia lain untuk mendorong ke saling menguntungkan
kesejahteraan dan pertumbuhan kehdupannya.
6.1 Tauhid (Nilai Kebebasan)
Tauhid yaitu seorang hamba meyakini bahwa Allah SWT adalah Esa,
tidak ada sekutu bagiNya dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (ibadah), asma’
dan sifat-Nya. Urgensi tauhid adalah seorang hamba meyakini dan mengakui
bahwa Allah SWT semata, Rabb (Tuhan) segala sesuatu dan Rajanya.
Sesungguhnya hanya Dia yang Maha Pencipta, Maha Pengatur alam semesta.
Hanya Dia-lah yang berhak disembah, tiada sekutu bagi-Nya. Dan setiap yang
disembah selain-Nya adalah batil. Sesungguhnya Dia SWT bersifat dengan segala
sifat kesempurnaan, maha Suci dari segala aib dan kekurangan. Dia SWT
mempunyai nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang tinggi (Muhammad,
2009).
Ilmu aqidah (tauhid) adalah hal yang penting yang harus dipelajri setiap
muslim. Ilmu aqidah harus dipelajari terlebih dahulu sebelum kita mempelajari
yang lain seperti ilmu fiqih (fiqih ibadah seperti wudhu, sholat, puasa, dl), ilmu
akhlak, dan sebagainya (Muhammad, 2010).
Pada kepemimpinannya, Nabi Muhammad SAW senantiasa mengajarkan
doktrin tauhid dan mengajarkan pokok-pokok jaran Islam kepada kaum Muhajirin
dan Anshar di dalam masjid. Di dalam masjid kaum muslimin melakukan ibadah
berjamaah dan senantiasa bertemu, bermusyawarah untuk merundingkan masalah-
masalah yang bersma-sama mereka hadapi (Nasrah, 2005).
23
Mohammad (2008) menyatakan bagaimanapun, Islam telah menyediakan
garis panduan yang jelas dalam soal kepimpinan yang boleh di praktikan.
Penghayatan terhadap keindahan nama-nama Allah berupaya untuk mendorong
individu meneladani sifat-sifat tersebut sesuai dengan kedudukan dan kemampuan
kita sebagai makhluk-Nya. Secara umumnya, terdapat beberapa sifat yang amat
diperlukan untuk menjadi seorang pemimpin yang berkesan seperti mempunyai
ilmu pengetahuan yang mencukupi untuk memimpin dan berkeupayaan mentadbir
dan mengurus organisasi dari segi perancangan, penstafan, perlaksanaan dan
pengawalan untuk mencapai objektif yang ditentukan ( Mohammad, 2008 ).
6.2 Nikah (Nilai Keluarga)
Menurut Qomari (2007), hikmah syariat nikah diantaranya adalah : a).
Nikah adalah salah satu sunnah (ajaran) yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah
SAW. b). Nikah adalah satu upaya untuk menyempurnakan iman. c). Pernikahan
adalah sebaik-baiknya cara untuk mendapatkan anak, memperbanyak keturunan
dengan nasab yang terjaga. d). Pernikahan adalah satu hal yang menghindari kita
dari fitnah di dalam ruang lingkup masyarakat. e). Pernikahan melancarkan rezeki
yang ditakdirkan untuk kita.
Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil dalam suatu tatanan kehidupan
sosial. Keluarga adalah kelompok dari dua atau lebih individu yang dihubungkan
dengan kelahiran, pernikahan, atau adopsi dan tinggal bersama serta berbagai
fungsi sosial lainnya satu dengan yang lain (Rahmah, 2012). Dan apabila
sepasang suami istri masing-masing saling memahami apa tujuan dan hikmah
suatu pernikahan serta mengerti dan mau menjalankan hak dan kewajibannya
24
masing-masing dengan penuh tanggung jawab,segala sesuatu berjalan dan tentu
saja pada akhirnya akan membuahkan kebahagiaan dunia dan akhirat (Prakoso,
dkk, 2007).
Dalam pandangan islam pernikahan merupakan konsep illahi yang
didalamnya terkandung unsure-unsur religi maupun unsure sosial. Pernikahan
sebagai suatu cara membentuk keluarga merupakan perintah agama (QS. An-
nisa:3), agar manusia dapat hidup tentram dan bahagia (QS.Ar-
Rum:21) (Tampubolon,2010 ). Surat An-Nisa ayat 1-4 menjelaskan tentang apa
itu menikah, bagaimana menjalankannya (Ahmad, 2006).
Efek dari menikah bagi seorang laki-laki adalah menjadi suami. Dan
resiko perubahan itu adalah kewajiban-keajiban. Di antaranya kewajiban mencari
nafkah untuk menghidupi keluarga dan kewajiban sebagai kepala rumah tangga
alias pemimpin rumah tangga. ( Nata, 2007 ).
6.3 Hayati (Nilai Kemanusiaan)
Nilai kemanusiaan adalah nilai mengenai harkat dan martabat manusia.
Manusia merupakan makhluk yang tertinggi di antara makhluk ciptaan Tuhan
sehingga nilai-nilai kemanusiaan tersebut mencerminkan kedudukan manusia
sebagai makhluk tertinggi diantara makhluk-makhluk lainnya. Seseorang
mempunyai nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi menghendaki masyarakat
memiliki sikap dan perilaku sebagai layaknya manusia. Sebaliknya dia tidak
menyukai seikap dan perilaku yang sifatnya merendahkan orang lain (Alim,
2012).
25
Negara dalam hal ini para pemimpinnya yang punya otoritas kebijakan,
mestinya tahu, bahwa kevaliditasan nilai-nilai agama hanya bisa terukur oleh
kacamata tiap individu (person), bagaimana memahami hakikat kehidupan dengan
memandang rasa kemanusiaan. Etika kebangsaan diterapkan bukan hanya demia
menjaga stabilitas keamanan di masyarakat, tetapi untuk peningkat kesadaran
intern yang lebih berhaluan pada nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan
kesetaraan, berdasarkan asas Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila, dan UUD 1945
(Winarno, 2013).
Bentuk pendidikan yang dialakukan orang tua dalam menanamkan nilai-
nilai sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah ceramah, memberikan contoh
yang baik, memberi kebebasan yang bertanggung jawab, memberikan pendidikan,
dan menegur jika anak tersebut melakukan kesalahan (Masrukin, 2012).
Seorang pemimpin tidak boleh sedikitpun mempunyai sifat materialism
karena itu pasti akan terjerumus ke dalam sebuah kasus korupsi. Sudah tak dapat
disangkal lagi bahwa tirani materialism dan nilai-nilai kemanusiaan adalah dua
titik ekstrem yang selalu berlawanan. Manusia tidak mungkin resah karena
tersebarnya nilai-nilai kemanusiaan. Keresahan itu timbul karena tirani
materialisme. Tirani materialisme adalah sumber kejahatan, penyakit social,
penyelewengan moral, rusaknya hubungan persaudaraan, dan permusuhan
sesamamanusia (Al-Bahy Muhammad, 2005 ).
Bagaimana yang akan terjadi jika seorang pemimpin tidak memiliki sifat
nilai kemanusiaan. Pastilah akan ada banyak sekali yang dirugikan. Jawabannya
maka akan banyak sekali kekacauan, korupsi, dan lain-lain.Mengenai peningkatan
26
korupsi memang valid. Namun efektivitasnya hanya bersifat temporer. Sistem
pengawasan hanya akan menciptakan shock therapy dan ketakutan. Semua
tindakannya sah-sah saja menurut hukum, padahal itu melanggar nilai-nilai
kemanusiaan dan keadilan masyarakat ( Pradiansyah, 2006).
Nilai adalah patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam
menentukan pilihannya di antara cara-cara tindakan alternatif (Mulyana,2006).
Seperti sosiologi pada umumnya, Kuperman memandang norma sebagai salah
satu bagian terpenting dari kehidupan sosial sebab dengan penegakan norma
seseorang dapat merasa tenang dan terbebas dari segala tuduhan masyarakat yang
akan merugikan dirinya. Nilai merupakan keyakinan yang membuat seseorang
bertindak atas dasar pilihannya (Allport,2004). Nilai terjadi pada wilayah
psikologi yang disebut keyakinan. Keyakinan ditempatkan sebagai wilayah
psikologi yang lebih tinggi dari wilayah lainnya seperti hasrat, motif, sikap,
keinginan, dan kebutuhan.
Kluckhohn (Brameled,2004), mendefinisikan nilai sebagai konsepsi dari
apa yang diinginkan yang mempengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan antara dan
tujuan akhir tindakan. Nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan
pilihan. Pengertian tersebut merupakan kesimpulan dari beberapa pengertian nila
diatas, dimaksudkan sebagai takaran manusia sebagai pribadi yang utuh atau nilai
yang berkaitan dengan konsep benar dan salah yang dianut oleh 9 golongan atau
masyarakat tertentu. Nilai kemanusiaan adalah nilai mengenai harkat dan martabat
manusia.
27
Manusia merupakan makhluk yang tertinggi di antara makhluk ciptaan
Tuhan sehingga nilai-nilai kemanusiaan tersebut mencerminkan kedudukan
manusia sebagai makhluk tertinggi di antara makluk-makhluk lainnya. Seseorang
mempunyai nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi menghendaki masyarakat
memiliki sikap dan perilaku sebagai layaknya manusia (Koentjoroningrat,2006).
6.4 Adil (Nilai Keadilan)
Islam memerintahkan umatnya untuk berbuat adil dengan semua orang,
memerintah mereka berbuat adil dengan orang yang mereka cintai dan orang yang
mereka benci, ia menginginkan mereka adil secara mutlak hanya karena Allah,
bukan karena sesuatu yang lain, standarnya tidak dipengaruhi oleh kecintaan dan
kebencian; rasa cinta tidak mendorong umat Islam yang bertaqwa meninggalkan
kebenaran dan condong kepada kebatilan karena orang yang mereka cintai, dan
kebencian tidak menghalangi mereka melihat kebenaran dan memperhatikannya
karena orang yang mereka benci (Al-Hasyimi,2009). Adil adalah keutamaan
untuk diri sendiri yang terdiri dari 3 kumpulan keutamaan; bijaksana, kesucian
tubuh, keberanian, itu adalah perdamaian yang menguatkan satu sama lain, dan
mematuhinya dengan kekuatan yang istimewa sampai tidak saling berebut (untuk
menguasainya) dan tidak saling memukul seperti menuntutnya atas kebosanan
aibnya (Mohammad,2009). Dan diceritakan untuk manusia keluarga selalu meilih
dengan melayani diri sendiri terhadap dirinya sendiri dahulu, kemudia melayani
orang lain (Ichwana, dkk, 2010).
Keadilan dimanapun selalu terkait dengan manusia ketika ia menjalani
kehidupan kesehariannya, dan keterkaitannya dengan sesama manusia dimanapun
28
ia berada. Apa yang dirasakan manusia, keadilan yang dihadapinya kadangkala
tidaklah sesuai dengan keinginannya. Manusia berhadapan dengan berbagai
kendala yang bersumber dari faktor sosial, budaya, ekonomi, manusia, dan
lainnya (Meliono, 2012). Syarat menjadi seorangpemimpin salah satunya adalah
adil. Menurut Daud (2005) Syarat utama yang terpenting yang mesti ada pad
seorang pemimpin yaitu adil.
Menurut Wiloto (2006) bahwa pemimpin yang layak untuk dipilih di
situasi sekarang adalah seorang pemimpin yang memiliki visi dan misi yang
konkrit seta membangun daerah dan berpradigma ekonomi rakyat secara
benar, bukan hanya selogan apalagi politik semata. Pemimpin yang adil akan
menciptakan kemakmuran yaitu dengan meningkatkan taraf hidup rakyat,
memberdayakan potensi SDA dan SDM demi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat, serta menciptakan nilai tambah demi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
6.5 Amanah (Nilai Kejujuran)
Dengan adanya nilai-nilai kebaikan (akhlakul karimah) tersebut yang
tercermin dalam perilaku sehari-hari, tentunya akan semakin memberikan
kesadaran kepada setiap individu untuk selalu menerapkan nilai-nilai kejujuran
dalam proses pembelajaran yang akan selalu memberikan pancaran kebaikan di
masa yang akan datang (Salafudin, 2010). Agama Islam mengharuskan setiap
pemeluknya memiliki hati dan perasaan yang mawas dan kuat, oleh karena itu
semua amal perbuatan dapat dijauhkan dari sikap ekstrim dan memudah-
mudahkan. Amanah dalam perspektif agama Islam memiliki makna dan
29
kandungan yang luas, dimana seluruh makna dan kandungan tersebut bermuara
pada satu pengertian yaitu setiap orang merasakan bahwa Allah SWT senantiasa
menyertainya dalam setiap urusan yang dibebeani kepadanya, dan setiap orang
memahami dengan penuh keyakinan bahwa kelak ia akan dimintakan
pertanggungjawaban atas urusan tersebut (Noor, 2011).
Bagian terdepan dari nilai-nilai dan konsep-konsep luhur yang ditegaskan
dan diinformasikan ulang lewat wahyu Islam adalah kejujuran/ kebenaran, karena
kejujuran adalah keutamaan yang paling utama dan pangkal segala ahlaq dan
perilaku yang mulia. Kebesaran dan kedudukan mulia kejujuran ditunjukan oleh
banyaknya ayat dalam Al – Qur’an dan Hadits –Hadits yang diriwayatkan dari
Nabi.. Demikianlah kenyataannya bahwa setiap firman selalu disampaikan Nabi
sebagaimana difirmankan kepada beliau. (Hadiyanto, 2010). Sifat amanah inilah
yang dapat mengangkat posisi Nabi di atas pemimpin umat atau Nabi-Nabi
terdahulu ( Bya, 2008 ).
Pemimpin yang amanah adalah pemegang mandat yang dapat dipercaya (al-
amin). Yang memberi mandat adalah rakyat. Coba camkan apa yang dikatakan
oleh Mahatma Gandhi, “Di antara sikap moral yang peling penting adalah
mempercayai diri sendiri dan membangun kepercayaan dengan orang lain”.
Pemimpin yang amanah juga pemimpin yang objektif dan adil, tidak menyia-
nyiakan ksempatan untuk kebaikan dan kemajuan bersama, serta pantang
menyelewengkan wewenang. Dalam bahasa modern, amanah itu
disebut trust (kepercayaan) atau trustworthiness (layak dan bisa dipercaya).
Pemimpin amanah memiliki setidak-tidaknya tiga kriteria. Pertama, kapabilitas
30
yakni kemampuan atau kompetensi. Ini diukur antara lain, melalui kepandaian dan
ilmu, keterampilan mengelola dan memimpin. Kedua, integritas yakni kualitas
moral dan keluhuran budi pekerti. Ketiga, bukti dan hasil. (M. Alfian, 2009).
Sutikno (2010) menyatakan Tanpa amanah, karakter seseorang akan tergadai demi
kepentingan pribadi dan sesaat.
VII. PEMIMPIN YANG PROFESIONAL
VII.1 Bekerja sebagai Ibadah
Orang yang berkerja adalah mereka yang menyumbangkan jiwa dan
tenaganya untuk kebaikan diri, keluarga, masyarakat dan negara tanpa
menyusahkan orang lain. Al-Quran menggariskan golongan yang baik lagi
beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah, khusyu
sholatnya, baik tutur katanya, memelihara pandangan dan kemaluannya serta
menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya
(QS Al Mu’minun : 1 – 11) (Maharani, 2012). Rata-rata dalam hidup kita
menghabiskan waktu ± 30 tahun bekerja.Setelah itu pensiun, lalu manula, dan
kembali pulang, menghadap ke haribaan Tuhan Allah Yang Maha Esa.“Manusia
itu makhluk pencari makna. Kita seyogyanya berpikir, untuk apa menghabiskan
waktu yang sangat lama, ± 30 tahun bekerja (Santoso, 2009).
Dalam menghadapi tekanan-tekanan pada pelaksanaan tugasnya, selain
harus berpedoman kepada etika profesinya seorang internal auditor juga harus
berpegang teguh pada etika yang telah ditetapkan agamanya. Salah satu etika yang
berdasarkan keagamaan adalah etika kerja Islam.Etika kerja Islam yang
31
bersumber dari Syari’ah mendedikasikan kerja sebagai kebajikan (Yuteva, 2010).
Dari beberapa hasil riset, diidentifikasi bahwa kombinasi kepemimpinan kepala
sekolah yang profesional,taat beribadah harapan tinggi (partisipasi) warga
sekolah, dan budaya sekolah yang positif merupakan faktor penentu efektivitas
sekolah (Lestari, 2004).
Beberapa penelitian riset mendukung asumsi bahwa etos kerja merupakan
faktor penting yang menentukan pelaksanaan pekerjaan yang lebih baik dan
bertambahnya kepuasan (Tampubolon,2008).
VII.2 Bekerja sebagai Amanah
Al-Khazandar (2009) menytakan karena Allah memerintahkan menunaikan
amanah kepada pemiliknya, dan melarang berkhianat kepada Allah dan Rasul-
Nya, serta melarang menghianati semua amanah mereka.Dan Dia menjadikan
diantara sifat orang-orang yang beruntung adalah bahwa sesungguhnya mereka
menjaga janji dan amanah mereka. Dan jiwa manusia dengan fitrahnya cenderung
kepada pemberi nasehat yang dipercaya (al-Amin) dan berpegang kepada orang
yang kuat lagi dipercaya, sehingga non muslim mengutamakan orang yang
amanah. Dengan melaksanakan amanah dengan sebaik-baiknya, maka nyatalah
wujud keimanan seorang Muslim yang senantiasa bergerak aktif di dalam
dadanya.Karena pergerakanyang aktif itu, maka imannya menjadi produktif
menghasilkan karya kebaikan dan amalsholeh.Baginya, amanah meski berat
sekalipun adalah tanggung jawabnya tidak hanyakepada manusia tetapi juga
kepada Allah SWT (Fauzi, dkk, 2010).
32
Falsafal dan konsep amanah yang ditekankan dalam aspek kepemimpinan
adalah sesuatu yang perlu dipikul oleh pemimpin yang sudah diberi kepercayaan
(Hasan,2010). Bekerja adalah menjalankan perintah Allah, itulah pendorong
internal yang sangat efektif. Seorang muslim yang berjiwa sehat tentu saja
menginginkan amalannya merupakan sesuatu yang membanggakan (Jaya, 2011)
Kerja akan dilihat oleh Allah, Rasul, dan orang-orang beriman lainnya. Kemudian
kerja akan yang maha mengetahui hal yang ghaib, artinya Allah SWT mengetahui
kuealitas kerja kita, keikhlasan dalam bekerja, kejujuran dan amanah dalam
bekerja kemudia amal itu akan disiarkan secara langsung pada hari kiamat.
VII.3 Bekerja dengan Sungguh-sungguh
Seorang yang telah bekerja dan bersungguh-sungguh dalam pekerjaannya
akan bertambah martabat dan kemuliannya. Sebaliknya, orang yang tidak bekerja
alias menganggur, selain kehilangan martabat dan harga diri di hadapan dirinya
sendiri, juga di hadapan orang lain. Jatuhnya harkat dan harga diri akan
menjerumuskan manusia pada perbuatan hina. Tindakan mengemis, merupakan
kehinaan, baik di sisi manusia maupun di sisi Allah SWT (Pramandhika,
2011).Seorang leader adalah seorang pemimpin yang mampu mengeluarkan
pendapatnyabagi mengembangkan suatu organisasi bisnis dan dikerjakan secara
bersama dengan sungguh-sungguh oleh anggota organisasi (Miraza,2013).
Motivasi timbul dengan adanya beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi
sehingga menimbulkan tekanan dan rasa ketidakpuasan tersendiri sehingga
mendorong terciptanya produktivitas kerja pegawai yang tinggi
33
(Simanjuntak,2011). Etos kerja adalah watak atau karakter suatu kelompok
nasional atau kelompok rasial tertentu. Rukmana (2010) Maksudnya adalah etos
kerja dalam suatu perusahaan tidak akan muncul begitu saja, akan tetapi harus
diupayakan dengan sungguh-sungguh melalui proses yang terkendali dengan
melibatkan semua sumber daya manusia dalam seperangkat sistem dan alat-alat
pendukung yang ada dalam perusahaan tersebut. Dengan penciptaan karakter dan
watak yang sama diantara sumber daya manusia tersebut maka akan menjamin
terlaksananya fungsi-fungsi manajemen dengan baik dalam rangka mencapai
tujuan organisasi. Faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja pegawai salah
satunya adalah dengan menumbuhkan motivasi kerja di kalangan
pegawai.Motivasi adalah suatupendorong bagi pegawai untuk mau bekerja dengan
giat dan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Maidah,2009)
VII.4 Menghargai Waktu
Ketika Allah shubhaana wa ta’ala bersumpah dengan sesuatu dari makhluk-
Nya, maka hal itu menunjukkan urgensi dan keagungan hal tersebut. Dan agar
manusia mengalihkan perhatian mereka kepadanya sekaligus mengingatkan akan
manfaatnyayang besar.Sunnah datang untuk lebih menekankan tentang
pentingnya waktu serta berharganya zaman. Seluruh manusia akan dimintai
pertanggung jawaban terhadap nikmat waktu yang telah Allah berikan kepadanya
(Muhammad, 2013). Orang dengan tingkat kebutuhan pada tingkat aktualisasi diri
lebih menghargai waktu, menghargai sesama manusia dan mempunyai rasa yang
kuat pada kebenaran dan kesalahan, pada kebaikan dan kejelekan. Selanjutnya,
34
orang-orang ini mendorong diri sendiri (dorongan instrinsik) dan bukan mencari
dorongan dari orang lain (dorongan ekstrinsik). Dorongan ekstrinsik menunjukkan
karakteristik orang pada tingkat harga diri (Khoir, 2011). Fazrien dkk (2007)
menyatakan setiap pegawai dituntut untuk melaksanakan tugas dan pekerjaannya
dengansebaikbaiknya. Dalam melaksanakan pekerjaannya, seorang pegawai
melaksanakan pekerjaannya dengan mengacu pada Tupoksi yang ada sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Pemimpin afiliatif sangat menghargai perasaan-perasaan orang-orang yang
bekerja untuk dia, karena dia tidak menekankan pada hasil atau pencapaian
tujuan,tetapi lebih pada kebutuhan emosi para karyawannya. Gaya ini sangat
cocok sekali bagi perusahaan yang memiliki iklim kelompok.Ciri dari pemimpin
ini adalah menyenangi kerjasama, harmonisasi, interaksi yang ramah, membangun
relasi yang baik dengan orang yang dipimpinnya. Oleh karena itu jenis pemimpin
ini sangat menghargai waktu-waktu senggang, karena dengan begitu dia dapat
melakukan pendekatan dengan bawahan untuk membantu mereka melewati masa-
masa sibuk nantinya.empati sangat dikedepankan olehnya karena ia ingin peduli
pada karyawannya secara keseluruhan bukan hanya berdasarkan tanggung jawab
tugas (Alfian, 2010).
VII.5 Kerjasama
Kerjasama tim atau teamwork didefinisikan oleh Scarnati (2005) sebagai
proses yang memungkinkan orang biasa untuk mencapai hasil yang luar biasa.
(Safitri dkk,2012) Pemimpin harus menguasai cara-cara kepemimpinan. Untuk
35
memperoleh keterampilan di atas perlu pengalaman, dan karena itu pemimpin
harus benar-benar banyak bergaul, bekerjasama, dan berkomunikasi dengan orang
yang dipimpinnya.Yang penting jangan hanya tahu, tetapi harus dapat
melaksanakan (Putri, 2011). Memiliki keterampilan memimpin supaya dapat
bertindak sebagai seorang pemimpin yang baik.
Pemimpin perlu mempertimbangkan upaya untuk memotivasi karyawannya
agar bekerja dengan baik. Apabila motivasi bekerja karyawan rendah maka
kinerja karyawan akan menyusut seakan-akan kemampuan yang mereka miliki
rendah. Motivasi dan pembangkitan motivasi merupakan sebuah fungsi
manajemen yang penting untuk dilakukan (Setiawan, 2010).Gaya dan nilai dari
suatu budaya yang cenderung tidak banyak berubah dan akar-akarnya sudah
mendalam, walaupun terjadi penggantian manajer. Dalam organisasi dengan
budaya yang kuat, karyawan cenderung berbaris mengikuti penabuh genderang
yang sama. Nilai-nilai dan perilaku yang dianut bersama membuat orang merasa
nyaman dalam bekerja, rasa komitmen dan loyalitas membuat orang berusaha
lebih keras lagi dan didalamnya akan selalu dapat bekerja dengan kemampuannya
yang sama setiap waktu (Mastuti, 2009).
VII.6 Bekerja dengan Pengetahuan
Menurut Saliman (2011), pemimpin itu harus mempunyai kelebihan sebagai
persyaratan, antara lain : a). Kepastian, kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan
berbicara, kemampuan menilai. b). Prestasi, gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan
dalam bidang tertentu. c). Tanggungjawab, berani, tekun, mandiri, kreatif, ulet,
36
percaya diri, agresif. d). Partisipasi aktif, memiliki stabilitas tinggi, kooperatif,
mampu bergaul. d). Status, kedudukan sosial ekonomi cukup tinggi dan tenar.
Kemampuan itu dapat dan harus diajarkan. Suratno (2005) menyatakan
karena itu dalam peningkatan sumber daya khususnya sumber daya manusia,
peranan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai salah satu instrumen
pembangunan dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam berbagai
organisasi, sangat dibutuhkan tenaga-tenaga yang telah memiliki kemampuan di
bidang tugas masing-masing. Sebagai seorang pemimpin harus mempunyai
pengetahuan yang sangat luas dan terbuka ( Wahid,2005)
Pemimpin yang sukses sudah pasti bekerja dengan pengetahuan dengan
ilmu-ilmu pengetahuan yang ia miliki (Hendrawan,2010). Keberhasilan penerapan
manajemen pengetahuan sangat bergantung pada beberapa faktor.Yang pertama
adalah kualitas pemimpin perusahaan yang didukung semua lini. Disini sang
pemimpin, katakanlah manajemen menengah,harus komit dan taatasas dalam
menerapkan dan mengembangkan sistem secara partisipatif dan integral.Yang
kedua adalah dukungan budaya kerja berbasis pengetahuan di kalangan
manajemen dan karyawan. Secara eksplisit budaya pengetahuan akan memperkuat
budaya kerja yang ada. Dan yang ketiga, karena sebagai sistem maka manajemen
pengetahuan harusmerupakan sistem bisnis perusahaan yang total (Ariwibowo,
2009).
VII.7 Bekerja dengan Memiliki Keahlian
37
Kerja tim adalah bentuk kerja dalam kelompok yang harus diorganisasi dan
dikelola dengan baik. Tim beranggotakan orang-orang yang memiliki keahlian
yang berbeda-beda dan dikoordinasikan untuk bekerja sama dengan pimpinan.
Terjadi saling ketergantungan yang kuat satu sama lain untuk mencapai sebuah
tujuan. Dengan melakukan teamwork diharapkan hasilnya melebihi jika
dikerjakansecara perorangan (Octarina,2012).
Pemimpin dalam sebuah kepemimpinan harus mempunyai sifat terbuka atas
keahliannya kepada semua yang membutuhkan (Riyadiningsih,2012). Era
globalisasi dunia usaha ditandai dengan terbukanya persaingan yang ketat di
segala bidang, termasuk pada jasa pelayanan kesehatan (rumah sakit), Hal ini
merupakan suatu tantangan bagi pelaksanaan pembangunan bangsa
Indonesia.Organisasi–organisasi menghadapi tantangan untuk mampu
meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki keahlian khusus
sehingga mampu bersaing dengan dunia usaha (Darwito, 2008).
Pemimpin kharismatik adalah pemimpin yang memiliki visi yang jelas untuk
organisasi dan dapat dengan mudah mengkomunikasikan visi tersebut kepada para
anggota tim. Pemimpin mendahulukan kepentingan perusahaan dan kepentingan
orang lain dari kepentingan diri. Ia sebagai pemimpin perusahaan bersedia
memberikan pengorbanan untuk kepentingan perusahaan. Ia menimbulkan kesan
pada bawahannya bahwa ia memiliki keahlian untuk melakukan tugas
pekerjaannya, sehingga patut dihargai. Bawahan memiliki rasa bangga dan merasa
tenang berada dekat dengan pimpinannya.Pemimpin juga dapat tenang
38
menghadapi situasi yang kritikal, dan yakin dapat berhasil mengatasinya
(Afridhawati, 2009).
VII.8 Pengendalian Mutu
Trianingsih (2005) menyatakan pengendalian Mutu Terpadu merupakan
suatu sistem manajemen yang mengikutsertakan seluruh karyawan di semua
tingkatan dan dengan pengetrapan konsepsi pengendalian mutu dan metode-
metode statistik untuk mendapatkan kepuasan langganan dan yang
mengerjakannya. Melalui Program Pengendalian Mutu Terpadu, maka partisipasi
setiap karyawan dari seluruh tingkatan dan lini jabatan diarahkan pada produk dan
jasa yang lebih baik dengan biaya yang lebih rendah, meningkatkan pelayanan,
menambahkan keuntungan dan membuat organisasi perusahaan menjadi lebih
baik. Pengendalian mutu sangat berdampak positif terhadap nilai perusahaan
(Melia,2008).
Menurut Siregar (2008), pemimpin kependidikan mempunyai peranan
penting membudayakan mutu total, antara lain :
a. Mengembangkan system komunikasi yang baik
b. Membimbing dan mendorong tumbuhnya motivasi untuk mengatasi
berbagai masalah
c. Mengembangkan system pendelegasian yang paling efektif dan efisien
Mutu atau kualitas dapat didefinisikan dalam beberapa cara,tergantung
bagaimana cara orang memandang mutu itu sendiri (Trjandrawan,2008). Semua
manajer dituntut untuk menjalankan tugas-tugas yang sifatnya seremonial dan
39
simbolik. Ketika Rektor satu Perguruan Tinggi menyerahkan Ijazah pada waktu
wisuda ia menjalankan peran kepemimpinan simbolis. Peran ketiga adalah peran
penghubung. Manajer penjualan yang menerima informasi dari manajer
pengendalian mutu di dalam perusahaannya sendiri mempunyai kerjasama
hubungan internal. Hasibuan (2005) menyatakan Ketika manajer penjualan
tersebut berhubungan dengan para eksekutif penjualan lain melalui asosiasi
perdagangan pemasaran, ia mempunyai suatu kerjasama hubungan eksternal.
Mutu didefinisikan sebagai kesesuaian dengan kebutuhan konsumen yang
meliputi ketersediaan, pengiriman, ketahanan produk dan efektivitas biaya
(Toro,2007). Pengendalian mutu sebaiknya dilaksanakan dengan efektif dan
efisien. Menurut Soeharto (2008), tanda-tanda sebuah kegiatan pengendalian mutu
dikatakan efektif, apabila tepat waktu dan peka terhadap penyimpangan Metode
atau cara yang digunakan harus cukup peka, sehingga dapat mengetahui adanya
penyimpangan selagi masih awal. Dengan demikian dapat diadakan koreksi pada
waktunya sebelum persoalan berkembang menjadi besar sehingga sulit untuk
diadakan perbaikan. Bentuk tindakan yang diadakan tepat dan benar Untuk
maksud ini diperlukan kemampuan dan kecakapan menganalisis indikator secara
akurat dan objektif (Hartoyo,2008).
Terpusat pada masalah atau titik yang sifatnya strategis, dilihat dari segi
penyelenggaraan proyek (Hasbuana,2008). Dalam hal ini diperlukan kecakapan
memilih titik atau masalah yang strategis agar penggunaan waktu dan tenaga
dapat efisien. Mampu mengetengahkan dan mengkomunikasikan masalah dan
penemuan, sehingga dapat menarik perhatian pimpinan maupun pelaksana proyek
40
yang bersangkutan,agar tindakan koreksi yang diperlukan segera dapat
dilaksanakan. Kegiatan pengendalian tidak lebih dari yang diperlukan biaya yang
dipakai untuk kegiatan pengendalian tidak boleh melampaui faedah atau hasil dari
kegiatan tersebut, karena dalam merencanakan suatu pengendalian perlu dikaji
dan dibandingkan dengan hasil yang akan diperoleh. Dapat memberikan petunjuk
berupa prakiraan hasil pekerjaan yang akan datang, bilamana pada saat
pengecekan tidak mengalami perubahan.
VIII. PENUTUP
VIII.1 Kesimpulan
Dari beberapa uaraian diatas dapat disimpulkan :
1. Kepemimpinan Rasulullah SAW dalam hijrahnya melibatkan beberapa
sahabatnya yang mempunyai beberapa keahlian diantaranya yaitu seperti Abu
Bakar As Siddiq (Ahli Ekonomi), Abdullah Bin Abu Bakar (Ahli Strategi),
Amir Bin Fuhairah (Ahli Kekuatan Fisik), Ali Bin Abi Thalib (Ahli
Kepemimpinan/Kecerdasan Intelektual), Asma Bin Abu Bakar (Ahli
Kekuatan Kecerdasan).Selain itu Rasulullah SAW sendiri adalah Ahli
Aqidah.
2. Karakteristik pemimpin islam yang dekat dengan tuhan adalah pemimpin
yang Jujur, kejujuran pasti akan menunjukan kebenaran dan kebohongan akan
mengarah pada kejahatan atau kesesaraan. Komunikatif,artinya pemimpin itu
dapat berbicara dengan baik dan benar atau komunikatif. Kompeten,seorang
pemimpin harus kompeten atau ahlli dalam bidangnya. Musyawarah,apabila
41
mengambil keputusan harus berdasarkan musyawarah agar dicapai tujuan
mufakat yang sama. Inspiratif,mempunyai nilai-nilai yang dapat mengispirasi
anggotanya. Rendah Hati,seorang pemimpin harus mempunyai sikap yang
rendah hati artinya tidak sombong. Selain itu pemimpin yang hubungannya
dekat dengan tuhan adalah pemimpin yang Abdullah (mengabdi kepada
Allah) dan Khalifah (pemimpin).
3. Pemimpin yang efisien adalah pemimpin yang mempunyai sifat diantaranya
sebagai berikutt,yaitu Dakwah (Pemberdaya),Bergaul dengan Baik,Suka
Menolong,Gemar Membaca.
4. Seorang pemimpin juga harus berjiwa penolong yaitu yang berarti Tolong
Menolong dalam Kebaikan dan Tidak Tolong Menolong dalam
Kejahatan,selain itu juga Beriman Kepada Qada dan Qadar Allah serta
Pemimpin Yang Beramal Shaleh.
5. Pemimpin yang Bagus Moralitas adalah pemimpin yang mempunyai 5 nilai
moral dalam hidupnya yaitu Tauhid (Nilai Kebenaran),Nikah (Nilai
Keluarga),Hayati (Nilai Kemanusiaan), Adil (Nilai Keadilan) dan Amanah
(Nilai Kejujuran).
6. Seorang pemimpin yang profesional adalah pemimpin yang mempunyai 7
tujuan hidupnya yaitu yang pertama Bekerja Sebagai Ibadah,artinya bekerja
semata-mata karena Allah SWT. Yang kedua Bekerja Sebagai Amanah,yakin
bahwa jabatannya atau kepemimpinannya semata-mata adalah amanah dari
Allah SWT. Yang ketiga Bekerja dengan Sungguh-Sungguh,Dengan sepenuh
hati dan sepenuh jiwa melaksanakan pekerjaannya itu. Yang ke empat
42
Menghargai Waktu,mengerti dan paham betul bahwa waktu itu berharga
waktu adalah uang,sehingga tidak menyiayiakan waktu untuk hal yang tidak
berguna. Yang ke lima adalah Kerjasama,harus mampu bekerjasama dengan
timnya dengan baik. Yang keenam Bekerja dengan Pengetahuan,dengan akal
pikiran yang rasional. Yang terakhir adalah Bekerja dengan Memiliki
Keahlian.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul,syeh Mohd Naqhid. 2013. Kepemimpinan Efektif . Gramedia : Jakarta.
Adam Fetty. 2013. Peningkatan Kecerdasan Melalui Pembelajaran Aplikatif. Jurnal Biovature. Vol.1 No.1.
Adam,Holidin. 2011. Kesehatan Jasmani Masa Kini. Penebar Swadaya : Jakarta.
Adnan,Husain. 2005. Membentuk Manusia Berkarakter dan Beradab. Cakrawala Publishing : Jakarta.
Afridhawati, R. 2009. “Teori-teori Kepemimpinan”. Artikel Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Ahmad, Ginanjar Putra .2006 . Pembatasan Usia Kawin dan Persetujuan Calon Mempelai dalam Prepestif Hukum Islam. Jurnal Equality Vol.13 No.2.
Aisyah,Siti. 2010. Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Bercerita. Jurnal Prosiding 2 FKIP Universitas Terbuka. Vol. 2 No.2.
Akbar Zaenal. 2013. Riwayat Hidup Abu Bakar As-Siddiq. Gramedia : Jakarta.
Akhmad,Jazuli. 2008 . Kejujuran Promosi,Konsistensi Tranksaksi dan Memelihara Kepuasan Pelangan Sebagai Implementasi Konsep Pemasaran Dalam Islami. Jurnal Telaah Bisnis. Vol.9 No.2.
Al- Bayi Muhammad. 2005 . Revevansi Metode dan Pendekatan Islam . Jurnal Ilmiah Multidiciplinary Vol.1 No.1.
43
Al-atsari,Abu Salma. 2007. Dakwah ke Jalan Allah dan Akhlak Seorang Diri. Gema Insani Press : Jakarta.
Alfian. 2010. “Pribadi Baik Bagi Seorang Pemimpin”. Tesis Universitas Bina Nusantara.Al-Hasyimi, Muhammad Ali. 2009. Keadilan dan Persamaan dalam Masyarakat Muslim. Islam House : Jakarta.
Al-Hasyimi. 2009 . Moral dan Keadilan Sebagai Landasan Penegakan Hukum Yang Responsif. Jurnal Equality Vol.1 No.1.
Al-Hasyimy. 2009 . Jati Diri Wanita Muslimah . Terjemahan oleh M.Abul ghafar E.M pustaka Al-kautsar : Jakarta.
Ali,Muhammad. 2008. Pelatihan dan Pengembangan Kekuatan Fisik. Jurnal Agama Islam.Vol.1 No.1.
Alim, S. 2012. “Nilai Kemanusiaan”. Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta.
Al-Khazandar, Mahmud Muhammad. 2009. Amanah. Islam House : Jakarta.
Anam, F. 2011. “Analisis Pendayagunaan Zakat untuk Pinjaman Konsumtif Bagi Korban Bencana di Bazis Kabupaten Semarang”. Tesis.
Andita,Putri,Rosella Pernadi. 2009. Menuju Masyarakat Madani. Gramedia : Jakarta.
Apriyani,Yunida Nur. 2013 . Nilai - Nilai Pendidikan Karakter Dalam Kepemimpinan Khalifah Shalahuddin Al-Ayyubi dan Relevasinya Terhadap pendidikan agama islam. Universitas Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Ariwibowo, Widi. 2009. “Management Pengetahuan”. Jurnal Institut Pertanian Bogor.
As-suwaidah. 2005. Kurangnya Kegemaran Membaca Di Perpustakaan. Jurnal Iqra’. Vol.7 No.1.
Asyanti, Setia. 2009. “Keluarga sebagai Tonggak Penyemai Benih-benih Pemimpin yang Berkarakter Tangguh”. Jurnal Temu Ilmiah Nasional Psikologi Islami III Universitas Surakarta.Adnan, M. Anas. 2004. “Fiqih Dakwah: Pola Dan Kebijaksanaannya”. Digital Book Digital Journal Al-Manär Edisi I. :1-18.
44
At-Thayar. 2007. Membentuk Manusia Berkarakter dan Beradab. Cakrawala Publishing : Jakarta.
Azra,Yunan. 2010. Pendidikan Islam : Membentuk Manusia Berkarakter dan Beradab. Cakrawala Publishing : Jakarta.
Basri, Mu’inudinillah. 2009. “Pilah Pilar Selamat dari Kerugian”. Artikel Islami.
Bay, Joy. 2008 . Akutanbilitas dan Pembentukan Perilaku Amanah dalam Masyarakat Islam. Jurnal Salam vol.1 No.1.
Bay,Kaizal. 2008 . Pengertian Ulil Amri dalam Al-quran dan Implementasinya dalam Masyarakat. Jurnal Ushaluddin. Vol. 17 No.1
Beben. 2013. “Makalah Praktek Ibadah”. Makalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UPI.
Benard,Ahmad. 2011. Makna Ibadah dan Hakikatnya. Islam House : Jakarta
Budi,Pratama. 2011. Kecerdasan Intelektual Tolak Ukur Penyelesaian Masalah. Jurnal Pengetahuan. Vol.1 No.2.
Choiriah,Anis. 2013. Pengaruh Kecerdasan Emosional,Kecerdasan Intelektual,Kecerdasan Spiritual dan Etika Profesi Terhadap Tenaga Kerja Auditor dalam Kantor Akuntan Publik. Fakultas Ekonomi : Universitas Negri Padang.
Danfar. 2009. Pengertian Efisien. Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Bala Pustaka : Jakarta.
Darwito. 2008. “Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan”. Tesis Prodi Magister Manajemen Universitas Diponegoro Semarang.
Eliezer, Edward & Roy Setiawan. 2014 . Studi Dekritis Kepemimpinan Kristen pada Divisi Marketing di PT. Rembaka. Jurnal Acora .No.2 Vol.2.
Endang, Busri. 2010. “Futurologi dan Phenomenologi Nilai Spiritual (Hubungan Allah, Manusia, dan Alam)”. Jurnal Pendidikan Vol. 2, No. 1 (2010).
Fahri,M. 2009 . Dicari,Kepemimpinan Prespektif Islam . Jurnal Kepemimpinan Islam. Vol.1 No.2.
Fauzi, Ahmad, dkk. 2010. “Amanah”. Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia.
45
Fazrien Armhela,Sumartono,Tjahjanulin Domai. 2007. “Peran Pemimpin Dalam Pencapaian Kinerja Pegawai “. Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi,Universitas Brawijaya Malang.
Fhariq dan Faizal. 2005. Meneladani Sifat Abdullah Bin Abu Bakar. Unisulla: Semarang.
Ghazali, Muhammad Iqbal. 2009. Tsabat (Teguh Hati). Islam House : Jakarta.
Gymnastiar,Putri. 2007 . Uji Kesabaran Dalam Kehidupan Sehari-hari. Jurnal Akhlakul Kharimah vol.1 no.1.
Hadiyanto, Andy. 2010. “Kejujuran dalam Perspektif Hadits”. Artikel Kejujuran dalam Islam Prodi Psikologi Islami III Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UIN Yogyakarta.
Haekal,Muhammad Husain. 2005. Abu Bakar As-siddiq yang Lembut Hati. Litera Antar Nusa : Jakarta.
Hamim,Muhammad. 2012. Korelasi Anntara Hasta Brata (Konsep Kepemimpinan Dalam Prespektif Budaya Jawa) dan Islamic Leardership. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Hasan,Hasrizal.2010.”Seni Memilih Pemimpin Menurut Islam”.Fakultas Ekonomi Universitas Islam Riau.
Hasibuan, HS. 2005. “Manajer dan Perannya dalam Organisasi”. Jurnal Kemenag Smut.
Helena,Jessica & Devie . 2010 . Pengaruh Transformational Leadership Terhadap Organizational Culture dan Enterpreneurial Istensity sebagai Intervening Variable pada Perusahaan Publik di Surabaya. Jurnal Pengaruh Transformasi Leadership. Vol. 1 No.1.
Hendrawan,Beni.2010. “Pengaruh Efektifitas Peran Pemimpin Tingkat IV dan Keterraksesan Informasi Kelembagaan terhadap Minat Kerja Pengawai Negri Sipil di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Sumatera Selatan.Universitas Gadja Mada Yogyakarta.
Hermawan, Asep Deni. 2012. “Dari Ramadhan Menuju Titik Fitrah”. Khutbah Ied di Pasir Madur, Ciparay.
46
Hidayati, Nurul. 2007. “Sabar dalam Al-Quran Menurut Yusuf Al-Qordhowi”. Skripsi UIN Yogyakarta.Moeljono, Djokosantoso. 2008. More About Beyond Leadership 12 Konsep Kepemimpinan. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.Hussin, Sufean. 2005. Pentadbiran dalam Pembangunan Pendidikan. PTS Professional Publishing Sdn. Bhd. Buki ttinggi.
Hidayati,Reni,Yadi Purwanto dan Susatyo Yuwono. 2010. Kecerdasan Emosi Stres Kerja dan Kinerja Karyawan. Fakultas Psikologi,Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Holidin,Akbar. 2005. Masyarakat Madani Sejahtera. Jurnal Agama Islam. No.1 Vol.2.
Ichwana, Rangga, dkk. 2010. “Adil dan Perdamaian antara Sesama Manusia”. Jurnal Prodi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Imran,Muhammad. 2006. Kesehatan dan Kekuatan Fisik. PT.Elex Media Komputindo : Jakarta.
Ishak, Suraiya. 2011. “Model Kepemimpinan Etika Berlandas Sirah Nabi Muhammad SAW”. Jurnal Hadhari 3 (2)(2011) 23-44.
Ismail,Solahudin. 2010 . Pembentukan Organisasi Cemerlang Pandangan Dalam Melantik Pemimpin. Jurnal Kepemimpinan Islam Vol.2 No.1.
Izzah,FN. 2013. Sehat,Peduli,Adaptif,Toleransi,dan Suka Menolong. Jurnal UIN Kalijaga.
Jasan,Agus. 2013. Meneladani Sifat Kekuatan Fisik Rasulullah SAW. Jurnal Ahlak Agama. Vol.1 No.2.
Jaya, Agung Trana. 2011. “Hubungan Amanah dan Motivasi dengan Etos Kerja Kader Hidayatullah”. Tesis Universitas Indonesia.
Kahar,Irawati A. 2010 . Konsep Kepemimpinan Dalam Perubahan Organisasi ( Organization Change ) Pada Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi. Vol.4 No.1.
Kalli,Ahmad. 2004. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Grasindo : Jakarta.
Khoir, AM. 2011. “Menghargai Waktu untuk Seorang Pemimpin”. Skripsi Universitas Sumatera Utara.
47
Kridalaksana,Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Gramedia : Jakarta.
Lestari, Slamet. 2004. “Perspektif Kepemimpinan Pendidikan”. Jurnal Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
M.Alfian . 2009 . Pemimpin Menurut Pandangan Hamka Satu Tinjauan Dalam Tafsir Al-Azhar. Univesitas Malaya.
Maharani, Y. 2012. “Etos Kerja dalam Islam”. Jurnal Institut Pertanian Bogor.
Makfiyah. 2006 . Pemahaman Pendidikan Agama dan Pengaturnya Terhadap Pelalksanaan Ibadah Siswa MTS AL-FALAH Jakarta Selatan. Skripsi.
Marzuki. 2010. “Memilih Pemimpin yang Benar Perspektif Islam”. Jurnal Jurusan PKn Universitas Negeri Yogyakarta.
Masrukin, Hary. 2012. “Upaya Menanamkan Nilai-nilai Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab pada Anaknya yang Menjadi Siswa di SMAN 2 Kota Batu”. Jurnal Seminar Nasional Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang.
Mastuti, Fauziyah. 2009. “Pola Kepemimpinan Organisasi Pendidikan di Jawa Tengah Ditinjau dari Filsafat Pendidikan Menurut Kaplan”. Jurnal Prodi Magister Administrasi Publik Universitas Diponegoro.
Meliono, Irmayanti. 2012. “Dimensi Budaya dalam Prinsip Keadilan Amartya Sen dan Relevansinya di Indonesia”. Jurnal Prosiding the 4th International Conference on Indonesian Studies.
Mirahmadi,As-Sayed,Nurjan. 2008 . Khalifah Dalam Dinamika Sejarah. Jurnal Agama Islam. Vol.1.No.2.
Miraza,Bacthiar Hassan. 2013 .”Leadership : Being Right and Being Strong”.Jurnal Keungan dan Bisnis.Vol.5 No.3.
Muhammad, Abu. 2008 . Belajar Menghargai Waktu. Islam House : Jakarta
Muhammad, Syaikh. 2009. Ringkasan Fiqih Islam I. Islam House : Jakarta.
Muhammad. 2010 . “Mengenal 20 Sifat Allah SWT”. Serial Tausiyah PCI NU : Taiwan.
48
Nasrah. 2005. “Nabi Muhammad sebagai Pemimpin Agama dan Negara”. Jurnal Prodi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Nata,Amalia. 2007 . Pemaknaan,Penyesuaian,dan Komunikasi dalam Perkawinan
pada Dosen Perempuan. Jurnal Sosial dan Pembangunan Vol.1 No.1.
Noor, Ali Fikri. 2011. “Serial Akhlak Muslim : Amanah”. Artikel Serial Akhlak
Muslim : Jakarta.
Nugraha,Adi. 2012. Membina Hubungan dengan Orang Lain. Situs Al-Ukhuwah Jogja Dua.
Nuruddin, Fadhal Ahmad. 2013. “Mengembangkan Hubungan Penghambaan Sejati dengan Allah”. Jurnal.
Octarina, B. 2012. “Hubungan teamwork dengan Pimpinan”. Skripsi Universitas Sumatera Utara.
Pangarep,Puji. 2012. Nilai dan Etika Menolong. Jurnal Pusat Pengkajian Ilmu Pendidikan USM. Vol.1 No.1.
Pradiansyah. 2006 . Nialai-nilai Kemanusiaan. Gramedia : Jakarta.
Prakoso, Wahyu, dkk. 2007. “Akhlak dalam Keluarga”. Makalah MIPA FKIP Universitas Muhammadiyah Malang.
Pramandhika, Ananto. 2011. “Motivasi Kerja dalam Islam”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Putri. 2011. “Kepemimpinan Pendidikan”. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia.
Qomari, Abu Hamzah Ibnu. 2007. “Hikmah dan Hukum Nikah”. Majalah Qiblati Edisi 05 Tahun II/2007 : Jakarta.
Rachmawati,Hatib. 2008. Mengkaji Aqidah Islam. Lentera Hati : Tanggerang.
49
Rahmah, A. 2012. “Pola Asuh dalam Keluarga”. Jurnal Universitas Sumatera Utara.
Rahman, Abdur. 2006. “Membina Hubungan dengan Orang Lain”. Situs al-ukhuwah Jogja Dua.
Riyadiningsih,Hening. 2012 .“ Peran Kondisi Psikologi dan Karakteristik Pribadi Dalam Pengembangan Kepemimpinan Efektif : Sebuah Tinjauan Konseptual”.UNWIKU Purwokerto.
Robbius. 2012. Kepemimpinan Islam. Unisulla : Semarang.
Rosila, Nik. 2005. “Nilai dan Etika Menolong”. Jurnal Pusat Pengajian Ilmu Pendidikan USM.
Rukmana, WiddiEga. 2010. “AnalisisPengaruhHuman Relationship (HubunganAntarManusia) danKondisiFisikLingkunganterhadapEtosKerjadanKinerjaKaryawanDedy Jaya Plaza Tegal. SkripsiFakultasEkonomiUniversitasDiponegoro.
Saeroso. 2008. Aspek Kepribadian Seorang Pemimpin. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Salafudin. 2010. “Kecerdasan Spiritual dan Hubungannya dengan Penerapan Nilai-nilai Kejujuran Siswa MTs Daarul Hikmah Pamulang”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saliman. 2011. “Kepemimpinan (Konsep, Pendekatan, dan Strategi)”. Artikel Universitas Negeri Yogyakarta.
Santoso, Priyambudi. 2009. “Kerja (Kerja Keras) Itu Ibadah”. Jurnal IPB 2012.
Sapril. 2010. Budaya Membaca Masyarakat Kampus. Jurnal Iqra. Vol.4 No.1.
Scarniati . 2005 . “Pencapaian Team Work “. Gramedia : Jakarta
Setiawan, RB. 2010. “Aspek Kepribadian Seorang Pemimpin”. Skripsi Universitas Sumatera Utara.
50
Shihab,M.Quraish. 2005. Tafsir Al Misbah : Pesan,Kesan dan Keserasian Al-quran. Gramedia : Jakarta.
Shobron,Sudarno. 2009 . Khalifah Dalam Dinamika Sejarah. Jurnal Agama Islam. Vol.1 No.2.
Simanjuntak, MM. 2011. “Produktivitas Kerja Pegawai”. Skripsi Universitas Sumatera Utara.
Siregar, AR. 2008. “Manajemen Mutu”. Skripsi Universitas Sumatera Utara.
Sitanggang, RE. 2013. “Pemimpin yang Bermoral Tinggi”. Skripsi Universitas Sumatera Utara.
Suhartono, Antonius. 2013. Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan. Jurnal Kepemimpinan. Vol. 3 No.1.
Suharyat,Yayat. 2010 , Hubungan Antara Sikap Kepemimpinan Kharismatik
Dengan Etika Organisasi Pimpinan PTAIS di Kopertais I. Jurnal Sikap
dan Perilaku vol.1 No.1.
Sukarno. 2007. Pendidikan Multikultural. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.
Sukartiningsih,Wahyu. 2005. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Membaca. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol.5 No.1.
Suparman. 2007 . Gemar Sosialisasi . Jakarta : Crakawala Dunia
Suratno. 2005. “Konsep Kemampuan Sumber Daya Manusia”. Sulutkemenag.go.id diakses pada 18 Juni 2014 12:10.
Sutikno. 2010. Pemimpin Yang Amanah. Gramedia Jakarta.
Talib,Abdul Latif. 2010 . Hijrah Pemulaan Sebuah Kegemilangan. PTS Litera Sdn Bhd.
Tampubolon,Bianat Dulbert. 2010. Analisme Faktor Gaya Kepemimpinan dan Faktor Etos Kerja Terhadap Kinerja Pengawai Pada Organisasi yang Telah Menerapkan SNI 19-9001-2001. Jurnal Standarisasi. Vol.9.No.3.
51
Taufik. 2010. Wakaf dalam Prespektif Hukum Islam. Jurnal Fakultas Hukum,Universitas Pekalongan.
Tikallah,M.Ridwan,Iwan Triyuwono & H.Unti Ludigdo. 2010. Pengaruh Kecerdasan Emosional,Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akutansi. Jurnal Simposium Nasional Akutansi.
Triningsih. 2005. “Hubungan Pengendalian Mutu Terpadu dan Semangat Kerja dengan Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi PT Pabelan Surakarta Tahun 2005”. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Trjandrawan,Denny Iskandar. 2008. “Total Quality Management dalam Upaya Meningkatkan Mutu Guna Menunjang Aktivitas Perusahaan”. Jurnal Bisnis Vol.1 No.1.
Umar,Saeful. 2013. Meneledani Sifat Kecerdasan Rasull. Jurnal Agama Islam. Vol.3 No.1.
Wahid,Razak. 2005 . “Pengetua Sebagai Pemimpin Perubahan “. Jurnal Institut Pengetua.Vol.1 No.1.
Wahyu,Putra. 2008. Ekonomi Islam. Gramedia : Jakarta.
Wesilah. 2009. “Konsep Ilmu dan Kebenaran dalam Pemikiran Al-Ghazali”. Skripsi UIN Yogyakarta.
Wiloto. 2006. Visi Misi Seorang Pemimpin . Jurnal Kepemimpinan Vol.1 No.1.
Winarno, Ariel. 2013. “Keragaman Etika dan Budaya”. Artikel ISIF Cirebon.
Yumansyah. 2006 . Gemar Tolong Menolong . Gramedia : Jakarta.
Yuteva,Sekarani. 2010. “AnalisisPengaruhEtikaKerja Islam terhadapKomitmenProfesi Internal Auditor, KomitmenOrganisasi, danSikapPerubahanOrganisasi”. SkripsiFakultasEkonomiUniversitasDiponegoro Semarang 2010.
Zaenuri,Imam. 2010. Definisi Para Ahli Mengenai Strategi,Metode,Taktik,dan Model Pembelajaran. Universitas Muhammadiyah Palembang.
Zaini,muhammad. 2013. Aqidah Islam. Universitas Muslim Indonesia.
52
Zaqqib,Asmuni. 2006. Konsep Pembangunan Ekonomi Islam. Jurnal Ekonomi Islam. Vol.1 No.1.
Zulkiflli. 2011. Biografi Asma’. Gramedia : Jakarta.
53