pendahuluan

13
 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Manusia adalah subyek yang tak lepas dari aspek – aspek sosial. Manusia sejak lahir tidak berdaya dan membutuhkan orang lain untuk mampu menye suaikan diri den gan lin gku nga nny a. Sei ring per jal anan hidupn ya manusia memiliki pola perilaku yang sewaktu – waktu dapat diubah baik atas dasar kepentingan pribadi maupun kepentingan orang lain. Da lam meng ad ak an penyesuaian ini ba ny ak cara yang ha rus di te mp uh. Misalnya, pe ny esuaian terhad ap al am, li ng ku ng an, dan penyesuaian diri terhadap masyarakat sosial. Den gan tanggapan – tanggapan yang ber variasi, sif at hubun gan antara manusia dan lingkungan masyarakat pada umumnya adalah timbal balik. Adapun masyarak at itu sendiri terdiri dari beberapa lapisan sosial. le h kare na itu , kit a per lu men gka ji !Lapisan Masyarakat”. Agar sebagai makhluk sosial kita dapat berper il aku dan meny esuaikan diri terhadap lingkungan dengan menaati budaya dan aturan yang berlaku dalam suatu masyarakat. 2. Rumusan Masalah ". #agaimana perilaku indiv idu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya$ %. #aga imana t ipe – tip e perila ku sosial dal am masy arakat$ &. #aga imana ko nt ak da n jarak so si al da la m ma sy ar akat ket ika mu la i berinteraksi$ '. Apa kah p erbedaan elite dan massa$ (. Apaka h pelapi san sos ial itu, dan bag aiman a terjadi nya pela pisan so sial$ .! u" uan Penulisan ". )ntuk meng etahui pe ril aku individu dalam menyesuaikan diri de ngan lingkungannya, %. )ntuk meng etahu i tipe – t ipe p erilak u dal am masy arakat,

Upload: fitha-febrilia-rully

Post on 06-Oct-2015

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Filsafat pendidikan

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

1. Latar BelakangManusia adalah subyek yang tak lepas dari aspek aspek sosial. Manusia sejak lahir tidak berdaya dan membutuhkan orang lain untuk mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Seiring perjalanan hidupnya manusia memiliki pola perilaku yang sewaktu waktu dapat diubah baik atas dasar kepentingan pribadi maupun kepentingan orang lain.Dalam mengadakan penyesuaian ini banyak cara yang harus ditempuh. Misalnya, penyesuaian terhadap alam, lingkungan, dan penyesuaian diri terhadap masyarakat sosial. Dengan tanggapan tanggapan yang bervariasi, sifat hubungan antara manusia dan lingkungan masyarakat pada umumnya adalah timbal balik. Adapun masyarakat itu sendiri terdiri dari beberapa lapisan sosial. Oleh karena itu, kita perlu mengkaji Lapisan Masyarakat. Agar sebagai makhluk sosial kita dapat berperilaku dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan menaati budaya dan aturan yang berlaku dalam suatu masyarakat.

2. Rumusan Masalah1. Bagaimana perilaku individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya?2. Bagaimana tipe tipe perilaku sosial dalam masyarakat?3. Bagaimana kontak dan jarak sosial dalam masyarakat ketika mulai berinteraksi?4. Apakah perbedaan elite dan massa?5. Apakah pelapisan sosial itu, dan bagaimana terjadinya pelapisan sosial?

3. Tujuan Penulisan1. Untuk mengetahui perilaku individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya,2. Untuk mengetahui tipe tipe perilaku dalam masyarakat,3. Untuk mengetahui kontak dan jarak sosial dalam masyarakat,4. Untuk mengetahui perbedaan elite dan massa,5. Untuk mengetahui pelapisan sosial dalam masyarakat.

4. Manfaat Penulisan1. Mampu menjelaskan perilaku individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya,2. Mampu menjelaskan tipe tipe perilaku dalam masyarakat,3. Mampu menjelaskan kontak dan jarak sosial dalam masyarakat,4. Mampu menjelaskan perbedaan elite dan massa,5. Mampu menjelaskan pelapisan sosial dalam masyarakat.

A. PERILAKU DAN PENYESUAIANApabila seseorang menghadiri suatu undangan pesta, kemudian orang yang menghadirinya kurang dikenal karena berasal dari kelas sosial yang lain pula, maka orang sering merasa bingung karena mereka berada dalam situasi pertemuan yang serba asing .Sama halnya bila seseorang berada di Negara lain yang adat dan budayanya serba asing baginya,keadaan seperti ini sering disertai dengan perasaan malu.

B. Tipe-tipe perilaku sosial1. sikap dan keinginan-keinginan Menurut pendapat salah seorang sosiolog dan psikolog dari amerika mengemukakan ada 4 keinginan manusia sebagai makhluk sosial. Menurut sosiolog tersebut untuk meneliti seluk beluk kelompok tertentu, yang perlu diselidiki bukan hanya aktivitas dan penyusuainnya. Tetapi perlu juga diteliti mengenai perubahan-perubahan yang terjadi pada kehidupan bathiniyah, sikap-sikap, kehendak, maupun perasaannya. Lebih jauh sosiolog tersebut mengemukakan bahwa kehendak manusia sangat bervariasi,maka perlu disusun klasifikasinya, antara lain:a. kehendak untuk memepunyai pengalaman baru. Pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan pengejaran, melarikan diri, tertangkap, lolos dari kematian, dan lainnya merupakan pengalaman yang menegangkan. Ini merupakan ciri awal dari kehidupan manusia. Dalam keadaan seperti itu terjadi transformasi dari taraf yang asli ketaraf yang lebih rumit. Keadaan yang demikian lazim disebut pola mengejar kepentingan.b. kehendak akan keamanan. Manusia sering dihantui oleh rasa takut, cemas atau terwujud perasaan malu dan keinginan untuk melarikan diri. Manusia yang dikuasai oleh kehendak akan keamanan biasanya berhati-hati dan konservatif.c. kehendak untuk dihargai. Kehendak ini muncul atas dorongan keinginan mencintai dan dicintai serta penghargaan. Perwujudannya, misalnya kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Orang yang berprestasi ingin memperoleh penghargaan, anak yang berprestasi di sekolahnya ingin mendapat pujian. Untuk memperoleh itu semua, seseorang selalu menjaga diri dari perbuatan tercelah dan berusaha meningkatkan prestasinya sesuai dengan bakat dan kemampuannya masing-masing.d. kehendak ingin memperoleh pengakuan. Kehendak ini terwujud dalam perjuangan untuk memperoleh kedudukan dan berpengaruh dalam kelompok. Misalnya seorang politikus yang mengejar kedudukan politik tinggi. Motif yang berkaitan dengan keinginan untuk diakui melalui kepentingan yang berpusat pada diri sendiri inilah disebut ambisius.2. pemenuhan kepentingan Ada 2 kepentingan yang perlu dibahas, yaitu kepentingan dalam arti luas dan kepentingan dalam arti psikologis. Menurut polak (1974), kepentingan dalam arti luas adalah merupakan keadaan subyektif jiwa yang cenderung untuk bertindak dengan cara tertentu pula apabila ada stimulus, seperti rasa iri, kebencian, pemujaan, penghinaan, kepercayaan dan sebagainya. Kesemuanya itu berisikan sikap obyektif, tetapi yang dinilainya adalah keadaan jiwa. Kepentingan dalam arti psikologis dan rasional mempunyai implikasi kepentingan terhadap diri sendiri. Misalnya seorang ingin mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya di bidang kekeuasaan, prestise atau ekonomis. Keinginan untuk memperoleh keuntungan itu akan mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan yang terarah. C. Kontak Sosial dan Jarak Sosial1. Kontak Primer dan SekunderKontak primer dan sekunder adalah pengembangan dalam asosiasi tatap muka dengan hubungan erat, dimana perasaan visual selalu terlibat. Kontak sekunder ditandai dengan eksternalitas dan jarak. Orang yang mentalnya terbentuk dengan kontak primer akan mengembangkan ciri-ciri yang berbeda dengan mereka yang terbentuk jiwanya dari kontak sekunder.Kontrak sekunder lazim terjadi di kota, revolusi industry di Inggris yang membentuk kota memecah belah kehiupan sosial di pedesaan merupakan pelopor pembentukan huungan impersonal dan abstrak. Kontak sekunder menciptakan sikap abstrak yang memungkinkan manusia mengembangkan kpentingan jangka panjang yang telah dikalkulasikan.2. Kontak Simpatik dan KategorisOrang-orang yang tidak termasuk dalam ruang lingkup kontak primer. Mereka dianggap tidak termasuk dalam ruang lingkup kontak primer. Mereka dianggap tidak termasuk individu riil, namun membentuk kategori. Pada tahap pertama, kategorisasi terdapat proses penyesuaian bersahaja. Pertama kelompok dibatasi dengan memberikan tanda-tanda yang memudahkan untuk membedakan kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya, maka tibul simpati atau antipati. Hal ini merupakan sikap dimana simpati dan antipati menjadi sarana untuk menyeleksi terhadap hal-hal yang akan dialami.3. Jarak SosialJarak sosial (society space) bukan jarak secara fisik, namun yang penting adalah hubungan bathin yang mengikat anggota masyarakat. Jadi yang dimaksud dengan space adalah jarak psikis bukan fisik, yaitu jarak kebathinan atau rohaniah dan bukanlah jarak tubuh kasar. Keanekaragaman kehidupan sosial dan kebudayaan tidak mungkin dijelaskan tanpa memahami jarak sosial terlebih dahulu. Tanpa jarak sosial hanya ada manusia dan benda, namun tidak ada dunia sosial. Pengambilan jarak merupakan suatu pola perilaku yang essensial untuk mempertahankankelangsungan peradaban otoriter, demikian pula prestise membentuk suatu jarak.

D.Elite dan Massa

A. Elite1. PengertianSecara umum elite adalah menunjuk kepada kelompok orang yang dalam masyarakat menempati kedudukan tinggi (Ahmad : 1991). elite juga dapat diartikan sekolompok orang terkemuka di bidang bidang tertentu dan khususnya golongan yang memegang kekuasaan, yang mana posisinya dalam masyarakat di puncak struktur struktur sosial yang terpenting.2. Elite dan fungsi strategisDalam sutau kehidupan sosial yang teratur selalu ada kecenderungan untuk menyisihkan satu golongan yang penting. Memiliki kekuasaan dan mendapat kedudukan termuka dibanding massa. Golongan inilah yang dikenal dengan elite.Pengembanga elite ini tetap beranjak dari fungsi sosialnya, disamping adanya pertimbangan sesuai latar belakang sosial budaya masyarakat, dan kecenderungan yang digunakan untuk menentukan elite dalam masyarakat.Person menyebutkan bahwa ada 2 macam elite yaitu : Elite internal, dan Elite eksternal.Golongan elite sebagai minoritas sering ditampakkan dengan beberapa bentuk penampilan walau tidak selalu tampak secara eksplisit, hal ini berdasarkan tata nilai norma yang melahirkan stratifikasi sosial.Sehubungan dengan fungsi yang harus dijalankan oleh elite dalam memegang pimpinan ia harus dapat mengatur strategi yang tepat. Dari hal ini elite pemegang strategi dapat dibedakan sebagai berikut :a. Elite politikb. Elite ekonomi, militer, diplomatik, dan cendekiawan.c. Elite agama, filsof, pendidik dan pemuka masyarakat,d. Elite yang dapat memberikan kebutuhan psikologis.Elite dari segala elite dapatlah menjalankan fungsinya dengan mengajak para elite pemegang strategi ditiap bidangnya untuk bekerja sebaik baiknya.B. Massa Istilah massa dipergunakan untuk menunjukkan suatu pengelompokkan kolektif lain yang elementer dan spontan, yang dalam beberapa hal mempunyai crowd, tapi secara fundamental berbeda dengannya dalam hal hal lain.Ciri ciri yang membedakan didalam massa:1. Keanggotaannya berasal dari semua lapisan masyarakat atau strata sosial.2. Merupakan kelompok yang anonim,3. Sedikit sekali interaksi antar anggotanya,4. Very loosely organized.objek of interess yang menarik perhatian dari mereka yang membentuk massa adalah sesuatu yang terletak diluar kebudayaan dan kelompok setempat. Oleh karena itu, tidak diterangkan dalam istilah understanding setempat.C. Masyarakat dan MassaMassa adalah gambaran kosong dari suatu masyarakat. Mereka tidak mempunyai organisasi sosial, tidak ada lembaga kebiasaan dan tradisi, tidak terdapat struktur status peranan. Massa tidak di ciptakan melalui aturan atau harapan yang preestabilishet, maka ia merupakan sesuatu yang spontan, orisinil serta elementer.Secara paradoksial, bentuk perilaku massa terletak pada garis aktifitas individual dan bukan pada tindakan bersama. Jika garis garis ini bertemu, pengaruh dari massa kemungkinan adalah luar biasa. Seperti ditunjukkan oleh efek efek yang melanda lembaga lembaga sebagai akibat pertukaran atau bekerjanya selectiv interest dari massa.

Pelapisan Masyarakat1. Pengertian Pelapisan masyarakat merupakan perbedaan rendah-tingginya posisi atau kedudukan seseorang atau kelompok yang terdapat pada masyarakat bersangkutan. (Zainal Arifin, 2011: 55)Masyarakat terbentuk dari individu individu, sehingga individu individu yang terdiri dari berbagai latar belakang tentu akan membentuk suatu masyarakat heterogen yang terdiri kelompok kelompok sosial. Dengan adanya atau terjadinya kelompok sosial ini maka terbentuklah suatu pelapisan masyarakat atau terbentuklah masyarakat yang berstrata.Menurut Ahmadi (1991) bahwa masyarakat merupakan suatu kesatuan yang didasarkan ikatan ikatan yang sudah teratur dan boleh dikatakan stabil. Selain itu ada pula pendapat lain dari pitrim A. Sorokin Pelapisan masyarakat adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas kelas yang tersusun secara bertingkat.

2. Pelapisan Sosial Ciri Tetap Kelompok SosialPembagian dan pemberian kedudukan yang berhubungan dengan jenis kelamin nampaknya menjadi dasar dari seluruh sistem sosial masyarakat kuna. Seluruh masyarakat memberikan sikap dan kegiatan yang berbeda kepada kaum laki laki dan perempuan. Tetapi hal ini perlu diingat bahwa ketentuan ketentuan tentang pembagian kedudukan antara laki laki dan perempuan yang kemudian menjadi dasar daripada pembagian pekerjaan, semata mata adalah ditentukan oleh sistem kebudayaan itu sendiri.Di dalam organisasi masyarakat primitif pun dimana belum mengenal tulisan, pelapisan masyarakat itu sudah ada. Hal ini dapat kita lihat dalam berbagai bentuk sebagai berikut :1. Adanya kelompok berdasarkan jenis kelamin dan umur dengan perbedaan-perbedaan hak dan kewajiban.2. Adanya kelompok-kelompok pemimpin suku yang berpengaruh dan memiliki hak-hak istimewa,3. Adanya pemimpin yang paling berpengaruh,4. Adanya orang-orang yang dikecilkan di luar kasta dan orang yang di luar perlindungan hukum,5. Adanya pembagian kerja di dalam suku itu sendiri6. Adanya perbedaan standar ekonomi dan di dalam ketidaksamaan ekonomi itu secara umum.

3. Terjadinya Pelapisan Sosiala. Terjadi dengan sendirinyaProses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelunya oleh masyarakat itu, tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya. Pengakuan-pangakuan terhadap kekuasaan dan wewenang tumbuh dengan sendirinya.Pada pelapisan yang terjadi dengan sendirinya, maka kedudukan seseorang pada sesuatu strata atau pelapisan adalah secara otomatis, misalnya karena usia tua, karena pemilikan kepandaian yang lebih, atau kerabat pembuka tanah, seseorang yang memiliki bakat seni, atau sakti.b. Terjadi dengan disengajaSistem pelapisan yang disusun dengan sengaja ditujukan untuk mengejar tujuan bersama. Di dalam sistem pelapisan ini ditentukan secara jelas dan tegas adanya wewenang dan kekuasaan yang diberikan kepadaa seseorang.Di dalam sistem organisasi yang disusun dengan cara ini mengandung dua sistem, yaitu:a. Sistem fungsional merupakan pembagian kerja kepada kedudukan yang tingkatnya berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan yang sederajat.b. Sistem skalar merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga atau jenjang dari bawah ke atas (vertikal).Pembagian kedudukan ini di dalam organisasi formal pada pokoknya diperlikan agar. Organisasi itu dapat bergerak secara teratur untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tetapi sebenarnya terdapat pula kelemahan yang disebabkan sistem yang demikian tersebut,. Seperti:a. Karena organisasi itu sudah diatur sedemikian rupa, sehingga sering terjadi kelemahan di dalam menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat.b. Karena organisasi itu sudah diatur sedemikian rupa, sehingga membatasi kemampuan-kemampuan individual yang sebenarnya mampu tetapi karena kedudukannya yang mengangkat maka tidak memungkinkan untuk mengambil inisiatif.Kelemahan ini disebabkan oleh kedudukan yang mengikat sehingga tidak memiliki wewenang terhadap suatu bidang meskipun memiliki potensi.4. Sistem Pelapisan Menurut SifatnyaA. Sistem pelapisan masyarakat yang tertutupDi dalam sistem ini perpindahan anggota masyarakat kelapisan yang lain baik ke atas maupun ke bawah tidak mungkin terjadi, kecuali ada hal-hal yang istimewa. Sebagaiman kita ketahui masyarakat terbagi kedalam :a. Kasta Brahmana yang merupakan kastanya golongan-golongan pendeta dan merupakan kasta tertinggi.b. Kasta Ksatria merupakan kasta dari golongan bangsawan dan tentara yang dipandang sebagai lapisan kedua.c. Kasta Waisya merupakan kasta dari golongan pedagang yang dipandang sebagai lapisan menengah, ketiga.d. Kasta Sudra merupakan kasta dari golongan rakyat jelata.e. Paria adalah golongan dari mereka yang tidak mempunyai kasta.

B. Sistem pelapisan masyarakat yang terbukaDi dalam sistem yang demikian ini setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan untuk jatuh ke lapisan yang ada di bawahnya atau naik ke lapisan yang berada di atasnya.Status (kedudukan) yang diperoleh berdasarkan atas usaha sendiri disebut Achieved status. Di dalam hubungannya dengan pembangunan masyarakat, sistem pelapisan masyarakat yang terbuka sangat menguntungkan. Sebab setiap warga masyarakat diberi kesempatan untuk bersaing dengan yang lain. Dengan demikian orang berusaha untuk mengembangkan segala kecakapannya agar dapat meraih kedudukan yang dicita-citakan. Demikian sebaliknya bagi mereka yang tidak bermutu akan semakin didesak oleh mereka yang cakap, sehingga yang bersangkutan bisa jadi jatuh ke tangga sosial yang lebih rendah.

C. Beberapa teori tentang pelapisan sosialAhmadi (1991) menyebutkan bahwa ada yang membagi pelapisan masyarakat seperti berikut ini:a. Masyarakat terdiri dari kelas atas (upper class) dan kelas bawah (lower class).b. Masyarakat terdiri dari tiga kelas ialah kelas atas (upper class), kelsa menengah (middle class), dan kelas bawah (lower class).c. Sementara itu ada pula yang sering kita dengar; kelas atas (upper class), kelas menengah (middle class), kelas menengah bawah (lower middle class) dan kelas bawah (lower class).Orang dapat menduduki lapisan tertentu disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya: keturunan, kecakapan, pengaruh, kekuatan dan lain sebagainya.Beberapa pakar atau ahli yang dicantumkan, diantaranya:a. Aristoteles; mengatakan bahwa di dalam tiap-tiap negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat sekali, dan mereka yang berada di tengah-tengahnya.b. Selo Sumardjan dan soelaiman soemardi; menyatakan sebagai berikut: selama di dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai olehnya dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargainya maka barang itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem berlapis-lapis dalam masyarakat.c. Vilfredo Pareto; sarjana italia, menyatakan bahwa ada dua kelas yang senantiasa berbeda setiap waktu yaitu golongan elite dan golongan non elite. Menurut dia pangkal daripada perbedaan itu karena ada orang-orang yang memiliki kecakapan, watak, keahlian dan kapasitas yang berbeda-beda.d. Gaotano Mosoa; sarjana Italia, di dalam The Ruling Class menyatakan bahwa di dalam lapisan seluruh masyarakat dari masyarakat yang sangat kurang berkembang, sampai kepada masyarakat yang paling maju dan penuh kekuasaan dua kelas selalu muncul ialah kelas yang pemerintah dan kelas yang diperintah. e. Karl Marx; menjelaskan secara tidak langsung tentang pelapisan masyarakat menggunakan istilah kelas menururut dia, pada pokoknya ada dua macam di dalam setiap masyarakat yaitu kelas yang memilih tanah dan alat-alat produksi lainnya dan kelas yang tidak mempunyai dan hanya memiliki tenaga untuk disumbangkan di dalam proses produksi.Dari beberapa pendapat yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa ukuran atau kriteria yang biasanya dipakai untuk menggolong-golongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial adalah:a. Ukuran kekayaan (kebendaan) dapat dijadikan suatu ukuran; barang siapa yang mempunyai kekayaan paling banyak, termasuk ke alam lapisan sosial teratas. b. Ukuran kekuasaan. Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau wewenang terbesar, menempati lapisan sosial teratas.c. Ukuran kehormatan mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapatkan atau menduduki lapisan sosial teratas.d. Ukuran ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan dipakai ukuran oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengatahuan. Ukuran ini kadang-kadang menyebabkan menjadi negatif, karena ternyata bahwa bukan ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal itu mengakibatkan segala macam usaha untuk mendapatkan gelar tersebut walaupun secara tidak halal.Kriteria pelapisan sosial pada hakikatnya tergantung pada sistem nilai yang dianut oleh anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan.5. Kesamaan Derajat A. Persamaan hakMengenai persamaan hak ini selanjutnya dicantumkan dalam pernyataan sedunia tentang hak-hak asasi manusia atau Universitas Declaration of Human Right (1948) dalam pasal-pasalnya, seperti:Pasal 1; sekalian orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan budi dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.Pasal 2 ayat 1: setiap orang berhak atas semua hak-hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum dalam pernyataan ini dengan tak ada kecuali apa pun, seperti misalnya bangsa, warna, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pendapat lain, asal mula kebangsaan atau kemasyarakatan, milik, kelahiran ataupun kedudukan.Pasal 7: sekalian orang adalah sama terhadap undang-undang dan berhak atas perlindungan hukum yang sama dengan tak ada perbedaan. Sekalian orang berhak atas perlindungan yang sama terhadap setiap perbedaan yang memperkosa pernyataan ini dan terhadap setiap perbedaan semacam ini.B. Persamaan Derajat di IndonesiaEmpat pokok hak-hak asasi dalam empat pasal UUD 1945: Pertama; tentang kesamaan kedudukan dan kewajiban warga negara di dalam hukum dan dimuka pemerintahan. Pasal 27 ayat 1 menetapkan bahwa: Segala Warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam Hukum dan pemenrintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.Kedua, pasal 28 ditetapkan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan oleh undang-undang.Ketiga, dalam pasal 29 ayat 2 dirumuskan kebebasan asasi untuk memelik agama bagi penduduk yang dijamin oleh negara, yang berbunyi sebagai berikut: Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agmanya dan kepercyaannya itu.Keempat, adalah pasal 31 yang mengatur hak asasi mengenai pengajaran yang berbunyi: (1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran dan (2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang.