pendahuluan

Upload: hollow46

Post on 20-Jul-2015

391 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Tanaman kubis merupakan sayuran yang potensial untuk dikembangkan di Jawa Timur dan merupakan salah satu produk pertanian yang banyak dibutuhkan masyarakat. Pembudidayaan tanaman kubis di Jawa Timur mengalami perluasan panen dari tahun 2006 2009. Tahun 2006 luas panen di Jawa Timur sekitar 150.303 Ha dan tahun 2009 luas panen di Jawa Timur mencapai 171.596 Ha (BPS, 2010). Usaha peningkatan produksi tanaman seringkali dihadapkan adanya gangguan hama dan penyakit. Kerugian besar bahkan kegagalan panen dapat terjadi bila gangguan tersebut tidak diatasi dengan baik. Kehilangan hasil kubis akibat serangan hama cukup tinggi yakni dapat mencapai 100% oleh Pluttela xylostella (Rukmana, 1994). Berbagai cara ditempuh untuk mengatasi hama pengganggu dengan menggunakan varietas tahan, mengadakan pergiliran tanaman, penanaman serempak dan penggunaan pestisida (Cahyono, 2002). Tumpangsari tanaman kubis - kemangi merupakan salah cara untuk menekan serangan hama pada tanaman kubis. Pola tanam yang cocok untuk tumpang sari tanaman kubis dengan tanaman aromatik adalah 1 - 2 - 1, sedangkan untuk jenis tanaman yang baik untuk menekan populasi hama adalah dengan tanaman kemangi (Henik, 2004). Jarak tanam merupakan hal yang terpenting dalam budidaya tanaman. Penentuan jarak tanam yang tepat dan efisien berarti dapat menentukan hasil

2

perluasan lahan sehingga dapat memanfaatkan lahan (Nazaruddin, 1993). Pengaturan jarak tanam dimaksudkan untuk mengatur sinar matahari bagi tanaman dan mencegah terjadinya persaingan akar tanaman dalam mengambil unsur hara dari dalam tanah. Makin rapat jarak tanamnya makin banyak populasi tanaman per satuan luas yang berarti makin ketat persaingan akar dan makin ketat pula dalam perebutan memperoleh sinar matahari. Hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman (Anwar, 2003). Dari penjelasan diatas, salah satu usaha untuk meningkatkan produksi tanaman kubis yaitu dengan pengaturan jarak tanam pada tanaman kubis dalam sistem tumpangsari dengan tanaman kemangi .

1.2. Tujuan Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jarak tanam pada tanaman kubis (B. oleracea) dalam sistem tumpangsari dengan tanaman kemangi (O. americanum L.)

1.3. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Diduga dengan jarak tanam tertentu dapat mempengaruhi hasil pertumbuhan dan produktivitas kubis secra optimal.

3

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Taksonomi Tanaman Kubis Dalam ilmu tumbuhan menurut Rukmana (1994) tanaman kubis / Kol diklasifikasikan sebagai berikut : Divisio Sub divisio Kelas Famili (suku) Genus (marga) Spesies (jenis) : Spermatophyta (tanaman berbiji) : Angiosspermae (biji berada di dalam buah) : Dicotyledonae (biji berkeping dua atau biji belah) : Cruciferae : Brassica : Brassica oleraceae, L.

2.2. Morfologi Tanaman Kubis Kubis merupakan tanaman semusim, artinya pertumbuhan vegetatif dan generatif terjadi pada tahun/musim yang sama. Daunnya bulat, oval, sampai lonjong, membentuk roset akar yang besar dan tebal, warna daun bermacam macam, antara lain putih (forma alba), hijau (forma viridis), dan merah keunguan (forma rubra). Pada awal daunnya yang berlapis lilin tumbuh lurus, daun - daun berikutnya tumbuh membengkok menutupi daun - daun muda yang terakhir tumbuh. Pertumbuhan daun terhenti ditandai dengan terbentuknya krop atau telur (kepala) dan krop samping pada kubis tunas (Brussel sprouts). Selanjutnya, krop akan pecah dan keluar malai bunga yang bertangkai panjang, bercabang - cabang,

4

berdaun kecil - kecil, mahkota tegak, berwarna kuning. Buahnya buah polong berbentuk silindris, panjang 5 - 10 cm, berbiji banyak. Biji berdiameter 2 - 4 mm, berwarna cokelat kelabu (Cahyono, 2002).

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman kubis tumbuh dengan baik pada ketinggian 1000 - 2000 m dpl sedangkan untuk varietas dataran rendah dapat tumbuh optimal pada ketinggian 100 - 200 m dpl. Kelembaban yang diperlukan tanaman antara 80% - 90%, dengan suhu berkisar antara 15OC - 20OC, serta cukup mendapat sinar matahari. Jenis tanah yang baik untuk tanaman kubis adalah lempung berpasir dengan pH berkisar antara 6 - 7 (Rukmana, 1994).

2.4. Varietas Tanaman Kubis Menurut Rukmana (1994) varietas - varietas tanaman kubis / kol yang biasa dibudidayakan ialah: Kubis putih (B.oleraceae var.capitata L. f. alba DC) Kubis merah (B.oleraceae var.capitata L. f. rubra) Kubis savoy (B.oleraceae var.sabauda L.) Sedangkan kubis putih juga masih digolongkan lagi menjadi 3, yaitu: Kubis Kepala Bulat Kubis yang mempunyai krop berbentuk bulat dan kompak, ukuran daun kecil sampai sedang dan mempunyai beberapa daun luar yang berwarna hijau

5

muda,memiliki teras atau hati kecil dan mempunyai batang yang pendek. Misalnya K-K Cros, Green cup, Ecarliana, Globe Master, Emerald Cross Hybrid. Kubis Kepala Bulat Runcing Krop kubis berbentuk bulat dengan ujung bagian atas meruncing sehingga nampak berbentuk bulat telur.Misalnya Early Jersey Wakefield, Green Point, Early Spalding. Kubis Kepala Bulat Datar Kubis yang mempunyai krop bulat dengan bagian atasnya mendatar sehingga nampak gepeng, kubis ini lebih dikenal dengan sebutan Kol Gepeng, Misalnya Premium Flat Dutch, Early Flat Dutch, O-S Cross dan Surehead.

Berdasarkan penelitian Romli (2010) bahwa respon varietas kubis dataran rendah terhadap pemberian berbagai jenis mulsa yang terbaik adalah varietas KKCross dan KS-Cross dengan komponen produksi (bobot segar crop) sebesar 1086.11 gram dan 955 gram pada perlakuan pemberian mulsa.

2.5. Perkembangan Tanaman Kubis Jenis komoditi ekspor di Indonesia sangat beragam, serta nilai penjualan yang tinggi. Komoditas kubis merupakan komoditi ekspor yang tertinggi dari beberapa komoditas lainnya, hal tersebut ditunjukkan pada beberapa macam komoditi ekspor dari sektor pertanian diukur berdasarkan berat pada tahun 2005-2009 dibawah ini:

6

Tabel 1. Hasil Hortikultura Menurut Negara Tujuan Tahun 2005 - 2009

Produktivitas tanaman kubis juga bervariasi dari tahun ketahun dan menunjukkan produktivitas tertinggi dari komoditas lainnya, ini dapat dilihat dari tabel 2 dibawah : Tabel 2. Produktivitas Tanaman Sayur - Sayuran di Indonesia Tahun 2005-2009

Trend produktivitas tanaman kubis fluktuatif di sebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, anomali cuaca yang berubah ubah dan akibat penggunaan pestisida secara terus menerus (BPS, 2010).

7

Dalam meningkatkan produktivitas kubis terdapat beberapa kendala yang merugikan salah satunya (P. xylostella) karena merupakan hama utama yang sangat merusak tanaman Braaicaceae, terutama kubis, sawi, kubis bunga, brokoli, selada dan caisin di Indonesia (Herlinda dan Winahasa, 2003) P. xylostella lebih dikenal xylostella sebagai ulat daun kubis. Larava muda P.

menyerang tanaman kubis dengan memakan jaringan permukaan

bawah atau atas daun dan meninggalkan lapisan tapis/ transparan sehingga daun sobek/lubang. Pada serangan yang tinggi, hampir seluruh daun dimakan dan hanya meninggalkan tulang daun. Pengendalian P. xylostella dapat dilakukan dengan (1) Pemanfaatan musuh alami, (2) Penanaman dengan sistem tumpangsari dengan tanaman repellent, (3) Penanaman dengan sistem tumpangsari dengan tanaman perangkap P. xylostella, (4) penanaman serempak dalam satu hamparan, dan (5) penggunaan insektisida (Uhan,2003). Menurut Soeroto et al (1994) ekstrak biji buah srikaya (Amonna squantosa) dan sirsak (A. muricata) pada kosentrasi 10% dapat digunakan untuk mengendalikan P. xylostella.

2.6. Sistem Tumpangsari Pada umumnya sistem tumpangsari lebih menguntungkan dibandingkan dengan system monokultur karena produktivitas lahan menjadi tinggi, jenis komoditas yang dihasilkan beragam, hemat dan dalam pemakaian sarana produksi dan resiko kegagalan dapat diperkecil (Beets, 1982). Disamping keuntungan diatas, sistem tumpangsari juga dapat memperkecil erosi, bahkan cara ini berhasil mempertahankan kesuburan tanah (Ginting dan Yusuf, 1982).

8

Budidaya tanaman kubis yang di tumpangsarikan dengan tanaman aromatik kemangi dapat menekan serangan hama tanaman kubis (Henik, 2004). Disamping itu penggunaan tanaman aromatik kemangi dapat mengurangi penggunaan pestisida, menurut Kardinan (2001) penggunaan pestisida khususnya yang bersifat sintesis berkembang luas karena dianggap paling cepat dan ampuh mengatasi hama. Namun, penggunaannya ternyata menimbulkan kerugian seperti resistensi hama, resujensi hama, terbunuhnya musuh alami dan masalah pencemaran lingkungan dan sangat berbahaya bagi manusia.

2.7. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Tanaman Kubis Ketika dua atau lebih jenis tanaman tumbuh bersamaan akan terjadi interaksi, masing - masing tanaman harus memiliki ruang yang cukup untuk memaksimumkan kerjasama dan meminimumkan kompetisi. Oleh karena itu, dalam tumpangsari perlu dipertimbangkan berbagai hal yaitu (1) pengaturan jarak tanam, (2) populasi tanaman, (3) umur panen tiap-tiap tanaman dan (4) arsitektur tanaman (Sullivan, 2003 cit Suwarto et al, 2005). Jarak tanam berhubungan dengan luas atau ruang tumbuh yang ditempatinya dalam penyediaan unsur hara, air dan cahaya. Jarak tan yang terlalu lebar kurang efisien dalam pemanfaatan lahan, bila terlalu sempit akan terjadi persaingan yang mengakibatkan produktifitasnya rendah. Kepadatan populasi tanaman dapat ditingkatkan sampai mencapai daya dukung lingkungan, karena keterbatasan lingkungan pada akhirnya akan menjadi pembatas pertumbuhan tanaman. Menurut prinsip faktor leibig, materi esensial yang tersedia minimum

9

cenderung menjadi faktor pembatas pertumbuhan (Odum, 1959 dan Boughey, 1968). Pengaturan kepadatan populasi tanaman dan pengaturan jarak tanam pada tanaman budidaya dimaksudkan untuk menekan kompetisi antara tanaman. Setiap jenis tanaman mempunyai kepadatan populasi tanaman yang optimum untuk mendapatkan produksi maksimum. Apabila tingkat kesuburan tanah dan air tersedia cukup, maka kepadatan populasi tanaman yang optimum ditentukan oleh kompetisi diatas tanah daripada di dalam tanah atau sebaliknya (Andrews dan Newman, 1970). Jarak tanam sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Hal ini disebabkan adanya persaingan yang ketat antar tanaman baik dalam memperoleh unsur hara di dalam tanah maupun dalam mendapatkan sinar matahari untuk fotosintesis. Selain itu untuk tanaman yang tidak tahan lindung, jarak tanam rapat menyebabkan batangnya tumbuh menjulang tinggi dan buahnya sedikit. Sedang jarak tanam longgar menyebabkan jumlah populasi per satuan luas lahan sedikit sehingga tidak efisien (Sunarjono, 2000 dalam Anwar 2003). Menurut Harjadi (1990) mengemukakan bahwa jarak tanam juga mempengaruhi populasi tanaman dan keefisienan penggunaan cahaya, juga mempengaruhi kompetisi antar tanaman dalam penggunaan air, unsur hara, dengan demikian mempengaruhi hasil. Jarak tanam yang lebih rapat menurunkan hasil tanaman secara individu sedangkan jarak tanam yang lebih lebar akan menurunkan hasil total karena populasi tanaman per satuan luas lebih sedikit. Oleh karena itu pengaturan jarak

10

tanam optimum adalah suatu tindakan yang penting dalam teknik berbudidaya (Tohari, 2001 dalam Anwar, 2003). Pada umunnya jarak tanam kubis menggunakan ukuran 50 cm x 60 cm, jarak tanam yang digunakan bervariasi tergantung dari varietas kubis yang digunakan. Untuk varietas yang kecil jarak yang digunakan 30 cm - 40 cm misalnya Yersey Wakefied. Varietas sedang menggunakan jarak tanam 60 cm - 70 cm, misalnya KK-Cross. Varietas besar menggunakan jarak tanam 80 cm - 100 cm, misalnya Shanghai (Rukmana, 1994).

11

III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kemiri Kecamatan Paserpan, Kabupaten Pasuruan. Pada ketinggian tempat 200 meter dari permukaan laut, waktu pelaksanaannya dimulai bulan September sampai dengan bulan November 2012.

3.2. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybag pembenihan, benih kubis dataran rendah KK-Cross, benih tanaman kemangi, pupuk kandang sapi, pupuk Urea, ZA, SP-36, KCl. Furadan 3G dan Dhitane M-45. Alat-alat yang digunakan antara lain : alat ukur, alat berat dan kertas milimeter box.

3.3. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) diulang 6 (tiga) kali, perlakuan yang diujikan adalah jarak tanam kubis dengan kemangi yang terdiri dari 4 level yaitu : J1 = Jarak tanam 50 cm x 60 cm J2 = Jarak tanam 60 cm x 60 cm J3 = Jarak tanam 70 cm x 60 cm J4 = Jarak tanam 80 cm x 60 cm

12

3.4. Pelaksanaan Penelitian 3.4.1. Media Semai Media semai yang digunakan adalah tanah, pupuk kandang serta pasir dengan perbandingan 1 ; 1 ; 1 . Tanah, pupuk kandang dan pasir yang sudah dikeringkan kemudian diayak dengan ayakan pasir agar terbebas dari kotoran selanjutnya ditempatkan pada kotak persemaian kayu ukuran (50 - 60 cm x 30 40 cm x 15 - 20 cm) yang bagian bawahnya sudah berlubang (untuk drainase) dengan ketebalan media 10 - 15 cm. 3.4.2. Persemaian Benih Benih yang akan disemai di pelihara selama 25 hari dengan penyiraman setiap pagi dan sore hari agar kelembaban terjaga dan pertumbuhan tanaman normal. Kemudian untuk mencegah penyakit busuk daun dilakukan

penyemprotan fungisida Dithane M-45 dengan cara disemprotkan merata pada persemaian. 3.4.3. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah dialakukan dengan membajak ataupun mencakul sampai kedalaman 40 cm. Tanah yang telah dibajak dibiarkan 1 sampai 2 minggu. Selanjutnya dibuat bedengan-bedengan dengan ukuran lebar 150 cm dan

panjang 250 cm sebanyak 24 bedengan dan tinggi bedengan 30 cm. Jarak antar petak 50 cm. Bersama dengan pembuatan bedengan, dilakukan pemberian pupuk kandang yang sebagai pupuk dasar yang disebar diatas bedengan. Kebutuhan pupuk kandang dalam satu bedengan 9 Kg (30 ton/Ha).

13

3.4.4. Penanaman Penanaman dilakukan dua minggu setelah pemberian pupuk kandang. Bibit kubis yang digunakan adalah bibit yang mempunyai 4 helai daun atau berumur 1 bulan lalu ditanam pada bedengan dengan berbagai jarak tanam sesuai kelompok. Untuk tanaman aromatik ditanam dengan jarak tanam dalam barisan 30 cm x 30 cm. 3.4.5. Pemeliharaan Penyulaman tanaman dilakukan 7 hari setelah pindah tanam, penyulaman dilakukan jika ada tanaman yang mati atau pertumbuhannya tidak normal diganti dengan tanaman sisa persemaian yang usianya sama. Penyiraman dilakuakan setiap hari sekali, apabila kondisi tanah masih lembab penyiraman dilakukan pada sore hari dikhawatirkan dengan kondisi yang lembab bila di tambahkan air akan menimbulkan ekosistem bagi hama dan penyakit. Penyiangan dilakuakan bersamaan dengan pendangiran. Penyiangan

dilakukan apabila terdapat rumput atau tanaman lain yang mengganggu dengan cara dicabut atau dapat pula dilakukan bersamaan dengan pendangiran yaitu menggemburkan tanah dengan cara membolak balik dan mengaduk tanah untuk memperbaiki aerasi tanah dan drainase tanah. Pemupukan diberikan 4 kali yaitu dengan cara benamkan disekeliling tanaman utama (kubis), dengan dosis 200 Kg/Ha Urea, 250 Kg/Ha SP36, 150 Kg/Ha KCl. Waktu pemberian pupuk urea jangan sampai pupuk terkena langsung pada tanaman karena jika hal tersebut terjadi maka tanaman akan

14

mengalami kematian atau daunnya bisa gosong karena kandungan pupuk nitrogen pada pupuk urea tinggi. 3.4.6. Pengendalian Hama dan Penyakit Pecegahan penyakit pada tanaman kubis dilakukan dengan pengolahan lahan dan menggunakan pestisida, sedangkan pengendalian hama dilakuakan secara mekanis.

3.5. Parameter Pengamatan Pengamatan dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam dan pengamatan selanjutnya dilakukan dengan interval 7 hari sekali. Pengamatan dilakukan sore hari. Adapun pengamatannya meliputi: Jumlah Daun Dihitung semua daun yang telah membuka sempurna dan masih berwarna hijau. Luas daun Diukur dengan menggunakan kertas millimeter box, menghitung luas daun bagian bawah, tengah dan atas masing-masing diambil 1 sampel. Berat Segar Menimbang masa krop pada saat panen tiap - tiap tanaman sampel. Diameter Crop Mengukur diameter krop pada saat panen tiap - tiap tanaman sampel. Intensitas Serangan Dengan mengamati tingkat kerusakan tanaman pada tiap-tiap tanaman sampel.

15

Penentuan tingkat kerusakan tanaman kubis menurut Departemen Pertanian (2000) adalah mengikuti ketentuan sebagai berikut: 1. Sangat berat, kerusakan >50% 2. Berat, kerusakan 30%-50% 3. Cukup berat, kerusakan 15%-29% 4. Ringan, kerusakan 1%-14% 5. Tidak ada serangan, kerusakan 0% Intensitas kerusakan atau serangan menurut Djafaruddin (2000). Dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Dimana: I = Intensitas/beratnya kerusakan/serangan n1 = jumlah dari sampel dengan skala ke-I vi = skala ke-I N = jumlah total sampel yang diamati Z = nilai skala tertinggi yang ada di antara sampel. Populasi Hama Menghitung jumlah hama P. xylostella pada tiap - tiap tanaman sampel.

16

3.6. Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian kemudian dianalisa dengan Analisa Sidik Ragam. Bila hasil Analisa Sidik Ragam menunjukkan adanya pengaruh nyata atau sangat nyata, maka dilanjutkan dengan uji BNJ 5%.

17

DAFTAR PUSTAKA

Andrews, R.E. dan E.I. Newman. 1970. Root Density and Competitor for Nutrient. Plant Ecol. 5 : 147 161. Anwar, Chairil. 2003. Pengaruh Panjang Ajir Dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Mentimun (Cucumis sativus, L.) Varietas Spring Swallow. Universitas Merdeka Pasuruan. Halaman 9-30 Badan Pusat Statistik. 2010. Analisa Komoditas Kubis di Indonesia. Jakarta Beets, W.C. 1982. Multiple Cropping and Tropical Farming System. Gower Publico. Chicago Boughey, A.S. 1968. Ecology of population. The Mac-Millan Co., New York Cahyono, B. 2002. Cara Meningkatkan Budidaya Kubis. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. Ginting, A.N. dan H. Yusif. 1982. Aliran Permukaan dan Erosi Pada Lahan Beberapa jenis Tanaman dan Hutan. Puslithut. Garut Harjadi, M.M.S.S. 1990. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta. 197 halaman Kardinan, A. 2001. Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta. Nazaruddin. 1993. Sayuran Dataran Rendah. Penebar Swadaya. Jakarta. 142 halaman Odum, E.P. 1959. Fundamentals of Ecology. 2nd. WB Saunders. London. Romli. 2010. Respon Varietas Kubis Dataran Rendah Terhadap Pemberian Berbagai Jenis Mulsa. Jurnal Agroland 17 (1) : 30 37, Maret 2010 Rukmana, R. 1994. Bertanam Kubis. Kanisius. Yogyakarta. Slatyer, R.O. 1971. Physiological Siqnificance of Internal Water Realition to Crop Yield InPhysiological Aspects of Crop Yield.J.D. Eastin, F.A. Haqskins, C.Y. Sullivan and C.H.M. Van Bavel (Eds). Am.Soe.Agron. Crop.Sci.Mepageau Amer, Madison Wisconsin.p: 53 87.

18

Sukorini Henik. 2004. Publikasi Ilmiah. Pengaruh Pola Tanam Tanaman Aromatik-Kubis Terhadap Hama Plutella xylostella Pada Budidaya Kubis Organik. Universitas Muhamadiyah Malang. Soeroto, AH Cahyaniati. 1994. Pengelolaan Organisme Pengganggu Tumbuhan Secra Terpadu pada Tanaman Kubis. Suwarto, S. Yahya, Handoko, M.A. Chozin. 2005. Kompetisi Tanaman Jagung dan ubi kayu dalam system tumpangsari. USU. Medan. Uhan.2003. Kehilangan Hasil Panen Kubis karena ulat Krop Kubis (Crocidomia binotalis), Zell dan cara pengendaliannya. Jurnal Hortikultura 3(2):22-26 Winasa, I.W. & Herlinda, S. 2003. Population of Diamonback Moth, Plutella xlostella,L. (Lepidoptera; Yponomeutidae), and Its Damage and Parasitoids on Brassicaceous Crops, p. 310-315. In; Organic farming and Sustainable Agriculture in the Tropics. Proceding of an International Seminar, Palembang Oktober 8-9, 3003

19

LAMPIRAN 1. DENAH PENELITIAN Kelompok 1 J12 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 J44

J24

J32

J13

J26

J31

J43

J11

J23

J34

J46

J15

J25

J36

J42 KETERANGAN J1 : Jarak Tanam 50cm x 60cm

J16

J21

J35

J41

J2 : Jarak Tanam 60cm x 60cm J3 : Jarak Tanam 70cm x 60cm

J14

J22

J33

J45

J4 : Jarak Tanam 80cm x 60cm

50 cm

50 cm

50 cm

UTARA

20

LAMPIRAN 2. JADWAL KEGIATAN

No 1. 2. 3. 4. 5.

Jenis Kegiatan Pembuatan Media Semai Sterilisasi Benih Penyemaian Pengolahan Lahan I Pengolahan Lahan II dan Pemupukan Dasar

Tanggal

Keterangan

6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

Penanaman Penyulaman Pemupukan Susulan I Penyiangan dan Pendangiran Pengamatan Pemupukan Susulan II Pemupukan Susulan III Pemanenan