pendahuluan

9
PENDAHULUAN Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. 1 Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio- budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial 1 Human Communication: Konteks-konteks Komunikasi 1

Upload: jiank-primadina

Post on 04-Jul-2015

149 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang

berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan

disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau

mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.

Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah

kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari

banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,

perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya,

merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung

menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha

berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan

perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.1

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks,

abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.

Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.2

Berbicara masalah budaya terkadang seseorang merasa bahwasanya kesulitan untuk

berkomunikasi dengan orang lain, hal tersebut adalah lumrah adanya karena memiliki

suatu perbedaan.

Komunikasi akan efektif diketika antara sumber berita dengan audies memiliki

kultur budaya yang sama. Maka bila kita berbicara tentang komunikasi, maka mau

atau tidak mau kita harus mempelajari kultur dan budaya demi keefektifan

komunikasi antara individu dengan individu atau individu denga kelompok. Pada

kesempatan ini sedikit kami akan melihat menejemen konflik dan adaptasi antar

budaya. Dua suku yang kita ambil yakni suku Jawa yang diwakili Jogja dengan suku

Sunda yang diwakili Banten.

1 Human Communication: Konteks-konteks Komunikasi

2 Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. 2006.

Bandung:Remaja Rosdakarya.hal.25

1

Page 2: PENDAHULUAN

A. SUKU BUDAYA

Indonesia adalah negara kesatuan yang terbentang dari sabang hingga

merauke, dari sinilah tak lagi dipungkiri bahwa Indonesia memiliki berbagai suku

budaya. Adanya berbagai suku memicu munculnya konflik diberbagai daerah

diIndonesia. Akan tetapi sebelum membahas tentang menejemen konflik ataupu

adaptasi maka kita harus kenali terlebih dahulu budaya dan karakteristik yang

dimiliki.

a. Suku Jawa ( Yogyakarta)

Bila kita melihat suku jawa khususnya yang ada di Jogja maka akan ada

sedikit perbedaan dengan suku-suku jawa lainnya seperti di solo, tegal,

pekalongan dan sekitarnya. Perbedaan ini muncul karena kultur budaya kraton

yang ada di jogja masilah kental dibandingkan dengan kraton solo.

Untuk mata pencaharian masyarakat Jogja sangatlah beragam karena jika kita

lihat letak geografis jogja sangatlah komples. Daerah teretorial Jogja dilingkar

gunung dan laut. Bisa kita lihat untuk Kabupaten Gunungkidul menjadi

pegunungan yang berbatasan dengan Jawa Tengah seperti Pracimantoro,

Kulonprogo pegunungan juga yang berbatasan dengan Magelang, Puwodadi.

Hemat saya dari letak geografi saja kita bisa melihat adanya lingkaran teretorial

yang kuat ditambah adanya budaya Kraton yang cukup aktif dalam

penyelenggaraan segala ritual kerajan menjadikan masyarakat Jogja kental dengan

adat istiadat walaupun dewasa ini mulailah pudar.

Yang paling unik di Jigja ini kita bisa melihat pusat pembelanjaan yang

disana terbangun Mal-mal yang megah sejalur dengan pusat Kerajaan Jogja, dari

sinilah bisa kita lihat secara jelas adanya alkurturasi, bagaimana budaya asli masih

di pegang tapi tidak menutup adany budaya lain yang masuk.

Berbicara masalah konflik antar budaya tidak terlalu terlihat di Jogja kecuali

jika budaya lain itu mencoba mengusik dan merubah budaya yang sudah pakem.

Kita ambil contoh saja, Mungkin masing teriang-iyang di telinga kita masalah

ketetapan atau pemilihan. Kasus ini cukuplah menjadi gambaran bahwasannya

kekuatan kraton jogja dengan segala budayanya masih menjadi no satu utuk

masyarakat jogja. Secara teori sebagian besar masyarakat jogja adalah masyarakat

yang colektifis.

2

Page 3: PENDAHULUAN

b. Suku Sunda (Banten)

Secara singkat tentang etnis sunda adalah sebagai berikut ;

Jika dikaitkan dengan teori tentang masysarakat kolektifis dan individualis

bisa dikatakn banten memiliki keduanya. Jika digambarkan secara geografis

wilayah banten maka semakin ke arah barat dan selatan atau ke tepi maka akan

semakin kolektifis. Area ini merupakan arean pedesaan pinggir pantai dan

pegunungan. Semakin ke tengah, timu dan utara maka semakin individualistic.

Dan area ini merupakan perkotaan dan industri.

Dikawasan indutri orang masing-masing sibuk dan apatis. Dan juga

banyaknya para pendatang yang yang datang ke kota untuk mencari pekerjaan.

Sehingga kebanyakan orang tikad saling mengenal. Itulah yang membuat orang

menjadi individualistis.

Adapun mengenai konflik kami memilih untuk mengangakat kasus tentang

penyerangan kelompok Ahmadiyah di kecamatan malingping pandeglang banten.

Di sini kaum minoritas ( Ahmadiyah ) yang menjadi korban. Penyerangan terjadi

karena adanya stereotype dari kelompok agama islam lain yang lebih besar yang

menganganggap mereka sesat dan harus diberantas.

B. ADABTASI ANTAR BUDAYA

Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan

sekitarnya untuk bertahan hidup. Organisme yang mampu beradaptasi terhadap

lingkungannya mampu untuk merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya.

Akan tetapi jika kita masuk dalam kajian Antropologi maka makna dari

adaptasi adalah cara menyesuaikan diri dengan budaya lain setempat.Organisme yang

mampu beradaptasi akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi

akan termarjinalkan dari budaya setempat.

Pada umumnya suku jawa dan sunda dalam proses adaptasi tidak jauh beda,

karena karakterisrtik kedua suku tersebut tidak eklusif melainkan terbuka tapi

memilili ranah khusus yang tidak boleh trjamah oleh budaya asing.

C. MENEJEMEN KONFLIK

Konflik ada/muncul ketika aktifitas yang bertentangan terjadi. Dimulai dari yang kecil

seperti perbedaan opini sampai perang. Itu adalah bentuk konflik. Konflik merupakan

nsuatu hal yang pasti terjadi baik diinginkan ataupun tidak baik sengaja ataupun

tidak.

3

Page 4: PENDAHULUAN

Rollof (1987) mengelompokan beberapa sumber konflik :

1. Salah penafsiran terhadap perilaku satu sama lain

2. Persepsi yang bertentangan

3. Ketidak setujuan

Konflik akan menjadi masalah jika kedua pihak yang terlibat mengetahui adanya

konflik dan membesarkannya, namun jika tidak maka tidak akan menimbulkan

masalah dalam hubungan mereka.

Komunikasi merupakan alat yang digunakan untuk membuat konflik atau

menyelesaikan konflik.

Assumsi tetnang konflik

Olsen (1978) :

1. Expressive konflik : timbul dari keinginan untuk melampiaskan ketegangan/

emosi dari perasaan dongkol ( collectivistic) sering tidak objektif

2. Instrumental konflik : tumbuh dari perbedaan dalam tujuan dan cara pelaksanaan (

individualistic) lebih objektif

Konflik style

Adalah type/cara umum dalam memenej konflik dalam berbagai situasi yang berbeda

Menurut Glenn dkk (1977) :

1. Individualistic

- Factual inductive yaitu mulai dengan fakta-fakta penting lalu secara induktif

bergerak mengambil kesimpulan

- Axiomative deductive yaitu mulai dengan prinsip2 umum lalu mengurangi

implikasi pada situasi tertentu

2. Collectivistic

- Affective intuitive yaitu berdasarkan emosi dan perasaan

Intinya dua di atas lebih rasional daripada yang dibawah

Namun menurut Rahim (1983) ada lima style manajemen konflik:

An Integrating : mencari solusi yang bisa diterima kedua belah pihak

A Compromising : mencari solusi yang bisa diterima kedua belah pihak

namun mungkin bukan di opsi yang pertama

A Dominating : kita mencoba mengontrol atau mendominasi situasi dan

mencari posisi yang lebih menguntungkan diri sendiri

4

Page 5: PENDAHULUAN

An Obliging : mengalah dan menerima apa yang pihak lawan inginkan

An Avoiding : menghindari masalah tersebut

Dari lima style di atas dua yang pertama biasa digunan oleh member

individualistic dan sisanya oleh member kolektifis

D. KESIMPULAN

a. Suku Jawa ( Yogyakarta)

Setelah melihat teori tentang konflik diatas, bahwa konflik antara penetapan

dengan pemilihan maka kami melihat bagaimana orang-orang koliktifis bersatu

padu untuk mewujudkan keinginannya terwujud dengan segala cara.

b. Suku Sunda (Banten)

Dari analisis tentang konflik di atas dapat diuraikan bahwa konflik yang

terjadi antara warga muslim dengan Ahmadiyah di Kec. Malingping Keb.

Pandeglangdi selesaikan dengan jalan mendominasi ( A Dominating...Rahim’s

theory) dan juga berdasarkan emosi dan perasaan. Kelompok dominan

menganggap bahwa Ahmadiyah itu melanggar norma-norma yang disepakati oleh

mereka tentang agama. (group’s normative expectations for behavior are violated)

Ada beberapa cara penyelesaian konflik dan juga penanggulangannya ;

a. Penanggulangan Konflik :

-Memberikan ruang untuk saling berkomunikasi.

-Menumbuhkan dan membantu setiap anggota agar saling memahami perbedaan

kebudayaan yang ada.

- Mengadakan pertukaran pelajar guna saling mempelajari satu sama yang lain.

-Menunbuhkan kebersamaan dan persamaan dibawah idiologi Pancasia.

b. Cara penyelesain Konflik :

-Mediasi

-Arbitrasi

-Ajudikasi

-Kompromi, dll

5

Page 6: PENDAHULUAN

E. PENUTUP

13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki

dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-

suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling

mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Ayat diatas mengisaratkan bahwasannya tidak ada suku yang paling baik akantetapi

adanya perbedaan antara satu suku dengan suku yang lain untu saling melengkapi bukan

untuk saling menjatuhkan. Konflik itu wajar terjadi dan itupun menjadi fithah adanya akan

tetapi yang terpenting untuk kita sebagai pelajar untuk bisa arif dan bijaksana dalam

menyikapi perbedaan.

6