pencemaran sungai gajahwong
TRANSCRIPT
Pencemaran Sungai Gajahwong
PENCEMARAN SUNGAI GAJAHWONG
Pencemaran air merupakan kondisi perubahan sifat-sifat air secara fisika, kimia
maupun biologi yang dapat mengganggu pemanfaatannya dan menimbulkan bahaya bagi
peruntukannya. Pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar (polutan)
yang dapat berupa gas, bahan-bahan terlarut dan partikulat. Pencemaran memasuki badan
air dengan berbagai cara, misalnya melalui atmosfer, tanah, limpasan (runoff) pertanian,
limbah domestik dan perkotaan, pembuangan limbah industri, dan lain-lain (Effendi,
2003). Terjadinya perubahan kualitas air baik secara alami atau karena kegiatan manusia
menyebabkan air tersebut memiliki dampak buruk bagi kehidupan makhluk hidup.
Kondisi kualitas air yang diukur berdasarkan parameter-parameter tertentu dengan
menggunakan metode tertentu disebut mutu air. Status mutu air merupakan kondisi mutu
air yang menunjukkan keadaan air tercemar atau tidak tercemar dengan membandingkan
kondisi baku mutu air. Status mutu air dapat ditentukan dengan berbagai metode, seperti
metode STORET dan metode Indeks Pencemaran. Kedua metode tersebut tentunya
memiliki karakteristik tertentu dalam menentukan status mutu air.
Metode STORET ialah metode penentuan status mutu air yang mengklasifikasikan
mutu air menjadi 4 kelas yaitu: kelas A “baik sekali” (memenuhi baku mutu) jika skor 0,
kelas B “baik” (cemar ringan) jika skor -1 sd. -10, kelas C “sedang” (cemar sedang) jika
skor -11 sd. -30, dan kelas D “buruk” (cemar berat) jika skor >-30. Data yang digunakan
ialah data kualitas air secara periodik (time series data) agar dapat diketahui nilai
maksimal, minimal dan rerata setiap parameter kualitas air yang diuji. Setiap parameter
air yang diuji dibandingkan dengan nilai baku mutu air kemudian diberi skor dengan
aturan: jika sesuai baku mutu air diberi skor 0 dan jika melebihi baku mutu air diberi skor
sesuai jumlah dan jenis parameter (fisika, kimia dan biologi). Total skor semua parameter
air yang diuji digunakan untuk menentukan status mutu air.
Metode Indeks Pencemaran merupakan metode penentuan tingkat pencemaran
relatif terhadap parameter kualitas air yang diizinkan. Indeks pencemaran bagi
peruntukannya (PIj) merupakan fungsi dari konsentrasi kualitas air (Ci) dibagi parameter
kualitas air yang terdapat pada baku mutu air (Lij). Setiap parameter kualitas air memiliki
Febriyan Rachmawati09/289442/GE/06764
Pencemaran Sungai Gajahwong
nilai Ci/Lij yang menunjukkan pencemaran relatif oleh parameter kualitas air tersebut.
Jika nilai Ci/Lij suatu parameter lebih dari 1 maka perlu dihitung nilai Ci/Lij baru dengan
rumus: 1 + P log (Ci/Lij)pengukuran. Nilai Ci/Lij baru untuk parameter yang tidak lebih dari 1
tetap sama dengan (Ci/Lij)pengukuran. Nilai Ci/Lij baru dari semua parameter kualitas air
dicari nilai maksimal dan reratanya untuk perhitungan indeks pencemaran. Nilai indeks
pencemaran (PIj) digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran air dengan ketentuan:
memenuhi baku mutu jika 0 ≤ PIj ≤ 1, cemar ringan jika 1 < Pij ≤ 5, cemar sedang jika 5
< PIj ≤ 10 dan cemar berat jika PIj > 10.
Sungai Gajahwong ialah sungai yang mengalir dari utara ke selatan di sebelah timur
kota Yogyakarta. Sungai tersebut dilintasi oleh orang-orang yang bepergian melalui Jalan
Solo (dekat IAIN), Jalan Kusumanegara (dekat Kebun Binatang Gembira Loka) atau
Jalan Ngeksigondo menuju Kotagede. Tercemarnya air Sungai Gajahwong diakibatkan
oleh banyaknya sampah dan berbagai limbah padat maupun cair yang dibuang ke sungai.
Limbah tersebut berasal dari sejumlah kegiatan industri di sepanjang Sungai Gajahwong
seperti pabrik susu, pabrik kulit, pabrik sarung tangan golf, Kebun Binatang Gembira
Loka serta industri tahu dan tempe. Sebagian besar industri tersebut sudah memiliki
instalasi pengolahan air limbah (IPAL), namun untuk limbah domestik masih ada yang
belum diolah melalui IPAL. Limbah cair yang berasal dari berbagai pabrik di sepanjang
bantaran Sungai Gajahwong mengandung logam, bahan beracun, dan minyak mineral.
Selain itu, banyak residu pertanian yang mengandung pestisida masuk ke aliran sungai.
Data hasil pemantauan kualitas air Sungai Gajahwong tahun 2003 dapat digunakan
untuk perhitungan dan penentuan status mutu air. Data tersebut berisi hasil pengukuran
14 parameter kualitas air di Sungai Gajahwong yang terbagi menjadi 11 segmen. Data
yang ada bersifat time series yaitu data bulan Maret, Juni dan September sehingga dapat
dilakukan perhitungan dengan metode STORET dan metode Indeks Pencemaran
digunkan untuk menghitung tingkat pencemaran selama 3 bulan tersebut. Berdasarkan
perhitungan dengan metode STORET dan Indeks Pencemaran, air Sungai Gajahwong
telah tercemar. Air Sungai Gajahwong dikategorikan telah mengalami pencemaran berat
berdasarkan perhitungan dengan metode STORET. Hal tersebut karena setiap segmen
sungai memiliki skor lebih dari -30. Adapun parameter kualitas air yang dominan
Febriyan Rachmawati09/289442/GE/06764
Pencemaran Sungai Gajahwong
mencemari air sungai ialah BOD, COD, NH3-N dan bakteri Coli (T). Penentuan status
mutu air Sungai Gajahwong dengan metode Indeks Pencemaran menyatakan bahwa
Sungai Gajahwong tergolong kelas cemar ringan hingga cemar sedang. Pada bulan Maret
2003, segmen-segmen Sungai Gajahwong didominasi oleh kategori cemar ringan. Pada
bulan Juni dan September 2003, segmen-segmen Sungai Gajahwong didominasi oleh
kategori cemar sedang. Pencemaran Sungai Gajahwong diindikasikan dengan timbulnya
bau tak sedap dan munculnya wabah penyakit. Air sungai menjadi tidak layak untuk
dikonsumsi sehingga banyak hewan ternak yang mati lantaran minum air sungai.
Solusi kebijakan yang dapat dilakukan ialah pemerintah membuat larangan
membangun di tepian sungai. Kebijakan tersebut disertai dengan adanya denda mahal
bagi siapa pun yang melanggar. Dengan demikian, akan mengurangi pembangunan di
tepian sungai karena masyarakat yang akan mendirikan bangunan di tepian Sungai
Gajahwong akan memikirkannya secara matang mengingat denda yang mahal. Strategi
lain yang dapat dilakukan ialah membentuk komunitas masyarakat pinggir sungai peduli
lingkungan. Komunitas tersebut senantiasa mengajak dan mengimbau masyarakat pinggir
sungai untuk menjaga kebersihan sungai serta memantau keadaan sungai. Selain itu,
upaya menggali potensi Sungai Gajahwong sebagai sungai wisata juga dapat dilakukan
untuk meminimalisasi pencemaran. Sungai Gajahwong dapat dikembangkan menjadi
lokasi wisata sungai seperti di Sungai Winongo yang saat ini sudah mulai berjalan
(Warta, 2011). Wisata sungai akan memacu masyarakat untuk memiliki budaya menjaga
sungai agar selalu bersih, misalnya dengan tidak membuang sampah secara sembarangan.
DAFTAR PUSTAKA:
Anonim. 2003. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003
Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Jakarta: Menteri Negara Lingkungan
Hidup.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius.
Warta. 2011. Limbah Domestik Cemari Sungai Gajahwong, http://www.waspada.co.id
diakses tanggal 31 Maret 2012 pukul 20.21
Febriyan Rachmawati09/289442/GE/06764