pencegahan pence mar an industri sawit

Upload: arbhy-indera-i

Post on 05-Apr-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit

    1/24

    MAKALAH PENCEGAHAN PENCEMARAN

    PENCEMARAN PADA INDUSTRI SAWIT

    oleh

    Arbhy Indera Ikhwansyah1007113576

    Kalas A

    JURUSAN SARJANA TEKNIK KIMIA

    FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU

    PEKANBARU

    2011

  • 8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit

    2/24

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

    mencurahkan segala rahmat dan hidayah-Nya serta kesehatan kepada penulis

    sehingga mampu menyelesaikan tugas makalah Pencegahan Pencemaran

    tentang Pencemaran Pada Industri Sawit ini tepat pada waktunya.

    Penulis Mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing

    Pencegahan Pencemaran serta semua pihak yang telah memberikan saran dan

    arahan kepada penulis dalam penyusunan makalah ini.

    Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan,mengingat refrensi yang

    didapat tidak terlalu banyak. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan

    saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini

    dimasa mendatang.

    Pekanbaru, Oktober 2011

    Arbhy Indera I

  • 8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit

    3/24

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ............................................................................. i

    DAFTAR ISI ........................................................................................ ii

    BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

    1.1.Latar Belakang .................................................................... 1

    1.2.Rumusan Masalah ............................................................... 2

    1.3.Tujuan Penulisan ................................................................. 2

    BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 3

    2.1.Proses Pengolahan CPO dan Limbahnya ........................... 3

    2.1.1.Stasiun Penerimaan TBS ........................................... 3

    2.1.2.Stasiun Rebusan (Sterilizer Station) ........................... 4

    2.1.3.Stasiun Penebahan (Thresing Station) ....................... 5

    2.1.4.Stasiun Pembakaran Janjangan

    Kosong (Incenerator Station) ..................................... 6

    2.1.5.Stasiun Pengempaan (Pressing Station) .................... 6

    2.1.6.Stasiun Pemurnian (Clarification Station) ................... 72.1.7.Stasiun Pengolahan Biji (Karnel Station) .................... 10

    2.2.Jenis dan Potensi Limbah Industri Sawit ............................. 14

    2.3.Karakteristik Limbah Industri Sawit ...................................... 17

    BAB III KESIMPULAN .......................................................................... 20

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 21

  • 8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit

    4/24

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Minyak sawit mentah (Crude Palm Oil, CPO) merupakan komoditas

    andalan penghasil devisa bagi Indonesia dari sektor industri agro. Indonesia

    memagang peranan penting dalam penguasaan pasar CPO dunia dimana

    sekitar 80% minyak kelapa sawit yang beredar dipasaran dunia dihasilkan oleh

    Indonesia dan Malaysia. Selain itu dinyatakan juga bahwa kontribusi minyak

    sawit terhadap ekspor nasional mencapai 6%, sehingga menbuat komoditas ini

    menjadi nomor dari produksi Indonesia. Sejak tahun 2005 minyak sawit telah

    minjadi minyak makan terbesar di dunia. Konsumsi minyak sawit dunia

    mencapai 26% dari total konsumsi minyak makan dunia. Pasokan CPO untuk

    produksi dalam negeri juga meningkat menjadi 12,8 juta ton pada tahun 2005,

    bila dibandingkan dengan tahun 2004 yang hanya mencapai 12,5 juta ton.

    Permintaan atas minyak nabati dan penyediaan untuk biofuel telah

    mendorong peningkatan permintaan minyak nabati yang bersumber dari Crude

    Palm Oil (CPO). Hal ini disebabkan tanaman kelapa sawit memiliki potensimenghasilkan minyak sekitar 7 ton / hektar bila dibandingkan dengan kedelai

    yang hanya 3 ton / hektar. Indonesia memiliki potensi pengembangan

    perkebunan kelapa sawit yang sangat besar karena memiliki cadangan lahan

    yang cukup luas, ketersediaan tenaga kerja, dan kesesuaian agroklimat.

    Luas perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2007 sekitar 6,8

    juta hektar (Ditjen Perkebunan, 2008 dalam Hariyadi, 2009) yang terdiri dari

    sekitar 60% diusahakan oleh perkebunan besar dan sisanya sekitar 40%diusahakan oleh perkebunan rakyat (Soetrisno, 2008). Luas perkebunan kelapa

    sawit diprediksi akan meningkat menjadi 10 juta hektar pada 5 tahun

    mendatang. Mengingat pengembangan kelapa sawit tidak hanya dikembangkan

    di wilayah Indonesia bagian barat saja, tetapi telah menjangkau wilayah

    Indonesia bagian timur.

    Dengan bertambahnya produksi CPO berarti akan bertambah pula

    jumlah limbah yang dihasilkan. Baik limbah cair, limbah padat, maupun gas.

  • 8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit

    5/24

    Limbah yang dihasilkan PKS termasuk kategori limbah berat dengan kuantitas

    yang tinggi dan kandungan kontamina mencapai hingga 20.000-60.000 mg/l

    untuk BOD (biochemical oxygen demand) dan 40.000-120.000 mg/l untik COD

    (chemocal oxygen demand). Kadar air 95%, padatan terlarut/tersuspensi 4,5%,

    serta sisa minyak dan lemak emulsi 0,5-1% (Buku panduaan Teknologi

    Pengendalian Dampak Lingkungan Industri Kelapa Sawit Di Indonesia).

    1.2. Rumusan Masalah

    Pengembangan perkebunan kelapa sawit memiliki dampak positif dan

    dampak negatif. Dampak positif yang ditimbulkan antara lain adalah

    meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan penerimaan devisa

    negara, memperluas lapangan pekerjaan, meningkatkan produktivitas, dan

    daya saing, serta memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri

    dalam negeri. Selain dampak positif ternyata juga memberikan dampak negatif.

    Secara ekologis sistem monokultur pada perkebunan kelapa sawit telah

    merubah ekosistem hutan, hilangnya keanekaragaman hayati dan ekosistem

    hutan hujan tropis, serta plsama nutfah, sejumlah spesies tumbuhan dan

    hewan. Selain itu juga mengakibatkan hilangnya sejumlah sumber air, sehingga

    memicu kekeringan, peningkatan suhu, dan gas rumah kaca yang mendorongterjadinya bencana alam. Secara sosial juga sering menimbulkan terjadinya

    konflik antara perusahaan dengan masyarakat sekitar baik yang disebabkan

    oleh konflik kepemilikan lahan atau karena limbah yang dihasilkan oleh industri

    kelapa sawit. Limbah yang dihasilkan oleh industri kelapa sawit merupakan

    salah satu bencana yang mengintip, jika pengelolaan limbah tidak dilakukan

    secara baik dan profesional, mengingat industri kelapa sawit merupakan

    industri yang sarat dengan residu hasil pengolahan.Namun dalam makalah ini akan dititik beratkan mengenai limbah-limbah

    apa saja yang berasal dari industri CPO dan berasal dari proses apa limbah

    tersebut serta jumlah kandungannya.

    1.3. Tujuan Penulisan

    Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan

    oleh dosen pengampu mata kuliah pencegahan Pencemaran tentang limbah

    yang berasal dari industri CPO dan besaral dari proses apa limbah tersebut.

  • 8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit

    6/24

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1. Proses Pegnolahan CPO dan Limbahnya

    Bahan baku yang digunakan dalam proses ini adalah tandan buah segas

    (TBS). Minyak kelapa sawit (Palm Oil) berasal dari serabut kelapa sawit,

    sedangkan minyak inti sawit (Palm Kernet Oil) berasal dari inti buah kelapa

    sawit. CPO atau minyak sawit mentah didapat dari hasil pengepresan serabut

    (fiber) kelapa sawit.Untuk mendapatkan minyak kelapa sawit yang berkualitas

    baik, diperlukan proses panjang dan kontrol yang cermat. Mulai dari

    pengangkutan tandan buah segar (TBS) dari kebun ke pabrik sampai dihasilkan

    minyak sawit dan hasil sampingan lain. Secara garis besar, Proses Pengolahan

    Kelapa sawit melalui tahap tahap:

    1. Stasiun Penerimaan TBS (fruit Reception Station)

    2. Stasiun Perebusan (Sterilizer Station)

    3. Stasiun Penebahan (Threshing Station)

    4. Stasiun Pembakaran Jajangan Kosong (Incenerator Station)

    5. Stasiun Pengepressan (Pressing Station)6. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification Station)

    7. Stasiun Pengolahan Biji (Kernel Station)

    2.1.1. Stasiun Penerimaan TBS

    Sebelum TBS sampai ke stasiun penerimaan buah. Buah terlebih dahulu

    dipanen di kebun sawit. Dari proses pemanenan, limbah yang ada berupa

    pelepah pohon sawit yang ikut dipotong sebelum mengambil buah. Pelepah inibiasanya disusun disuatu tempat dan kemudian dibiarkan membusuk. Ini

    merupakan limbah padat yang berasal dari perkebunan. Namun karena

    dibiarkan membusuk, hal ini berpotensi menimbulkan emisi gas CO2 yang

    berasal dari proses pembusukan.

    Sedangkan stasiun penerimaan buah berfungsi sebagai tempat

    penerimaan TBS dari kebun. Kualitas minyak kelapa sawit yang baik adalah

    dihasilkan dari kualitas yang baik. Stasiun penerimaan buah adalah stasiun

  • 8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit

    7/24

    pertama yang paling menentukan hasil pabrik. Bila operasi di stasiun

    penerimaan buah sudah tidak baik, maka tujuan dan tugas pabrik dapat

    dinyatakan gagal. Pada stasiun ini terdapat beberapa peralatan, yaitu:

    1. Jembatan Timbang (Weight Bridge)

    Jembatan Timbang (Weight Bridge) berfungsi untuk menimbang berapa

    banyak TBS yang masuk ke dalam pabrik. Selain itu, jembatan timbang juga

    berfungsi untuk Menimbang minyak kelapa sawit dan kernel yang dipasarkan.

    2. Loading Ramp

    Loading ramp adalah tempat penerimaan buah di dalam pabrik yang salah

    satu fungsingnya adalah untuk mengurangi kadar kotoran TBS, seperti pasir,

    batu, kelopak buah, dan lain-lain. Kesemuanya itu merupakan limbah padat

    yang dihasilkan pada tahap loading ramp ini..

    3. Alat Penarik (Capstan)

    Fungsi capstan adalah untuk menarik lori keluar dan masuk sterilizer.

    4. Lori Buah (FruitCages)

    Dari loading ramp, TBS diisikan kedalam lori lori yang terbuat dari besi

    plat dan mempunyai lubang lubang kecil yang berfungsi untuk meratakan

    distribusi steam dan pengeluaran air kondensat.5. Jaringan Rail (Rail Track)

    Rail Track adalah sebagai fasilitator untuk pergerakan lori dari dank e

    loading ramp, transfer carriage dan rebusan. Lori berisi TBS ditarik kedalam

    sterilizer untuk diteruskan kepengolahan berikutnya.

    6. Transfer Carriage System

    Fungsi transfer carriage system adalah :

    a. Memindahkan lori berisi TBS ke jalur rebusanb. Memindahkan lori kosong ke jalur loading ramp

    2.1.2. Stasiun Rebusan (SterilizerStation)

    Lori yang telah berisi TBS dimasukkan kedalam sterilizer untuk proses

    perebusan. Sterilizer merupakan bejana tekan yang menggunakan uap dengan

    tekanan sekitar 3.5 kg/cm2 dan dilengkapi dengan pintu (depan dan belakang).

  • 8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit

    8/24

    Proses perebusan adalah menggunakan panas uap untuk merebus TBS

    dengan cara perpindahan panas, yaitu :

    1. Perpindahan secara konveksi, yaitu dari uap ke fruitlet

    2. Perpindahan secara konduksi, yaitu panas masuk ke dalam kernel dan

    lapisan dalam buah

    Pada stasiun ini, buah serta lorinya direbus dalam tempat rebusan dengan

    mengalirkan / menekankan uap panas selama 60 menit ke dalam tempat

    rebusan. Suhu uap yang digunakan adalah 125 0C dan tekanan dalam ruang

    sterilisasi 2,5 atmosfir. Adapun tujuan perebusan TBS :

    Menonaktifkan enzym-enzym (lipase) yang dapat menyebabkan

    kenaikan ALB (asam lemak bebas), karena enzym lipase non aktif

    pada suhu 45 derajat celcius

    Memudahkan proses pelepasan fruitlet (brondolan) dari janjang

    Mengkondisikan daging buah, sehingga sel minyak dapat terlepas untuk

    diekstraksi di stasiun press dan dimurnikan di stasiun klarifikasi.

    Mengurangi kadar air pada biji, sehingga memudahkan pemecahan dan

    menaikkan efisiensi pemecahan

    Untuk memudahkan terlepasnya inti dari cangkangnya.

    Untuk mengkoagulasikan protein sehingga proses pemurnian minyak lebih

    mudah.

    Hal yang perlu diperhatikan dalam proses perebusan ini adalah

    sebaiknya perebusan jangan terlalu lama dan jangan terlalu cepat. Perebusan

    yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan minyak.

    Sebaliknya, perebusan yang terlalu cepat menyebabkan semakin banyak buah

    yang tidak lepas dari tandannya.

    2.1.3. Stasiun Penebahan (ThreshingStation)

    Stasiun penebahan merupakan stasiun setelah proses perebusan. Stasiun

    ini berfungsi untuk melepaskan/ mengeluarkan/ memisahkan buah dari tandan

    atau janjangan. Lori yang berisikan TBS masak dituangkan ke dalam automatic

    feeder. Automatic feeder (pengumpan otomatis) adalah alat yang berfungsi

    untuk mengatur pemasukan buah yang akan ditebahkan ke dalam thresher. Di

  • 8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit

    9/24

    thresher terjadi pemisahan brondolan dengan janjangan kosong. Janjangan

    kosong akan masuk pada horizontal Empty Bunch Conveyor, sedangkan

    brondolan jatuh melalui kisi kisi thresher dan masuk ke Conveyor janjangan.

    Below Thresher, yang kemudian diteruskan ke fruit elevator untuk dinaikkan ke

    Top Cross Conveyor dan kemudian masuk ke Disgester.

    Janjangan kosong pada proses ini merupakan limbah padat, namun

    dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler untuk menghasilkan uap atau

    sebagai pupuk.

    2.1.4. Station Pembakaran Janjangan Kosong (Incenerator Station)

    Tandan buah kosong yang sudah tidak mengandung buah diangkut oleh

    horizontal Empty Bunch Conveyor ke tempat pembakaran (incinerator) sampai

    menjadi abu yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan

    uap yang digunakan dalam proses sterilisasi. Sisa pembakaran berupa abu

    yang mengandung 30% K2O, yang digunakan untuk pemupukan Kalium di

    kebun. Sebagian tandan kosong digunakan sebagai bahan mulsa. Incenerator

    dilengkapi dengan :

    Pintu masuk janjangan kosong

    Cerobong asap

    Celah celah pada bagian bawahnya

    Pintu tempat pengeluaran abu, tempat masuknya udara untuk

    memperlancar pembakaran.

    2.1.5 Stasiun Pengempaan (PressingStation)

    Berondolan yang terpisah dari janjangan (tandan) selanjutnya akan di

    proses pada stasiun pengempaan (Press Station). Tujuan utama proses

    pengempaan adalah untuk mengeluarkan minyak dari buah. Press station

    terdiri dari beberapa unit peralatan, yaitu:

    1. Fruit Elevator dan Distributing Conveyor

    Alat ini berfungsi untuk membawa buah yang telah dipipil atau ditebas menuju

    ketel aduk atau digester guna mempersiapkan proses pelumatan buah.

  • 8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit

    10/24

    2. Digester (Ketel Aduk)

    Fungsi Digester :

    Melepaskan sel - sel minyak dari daging buah dengan cara mencabik dan

    mengaduknya

    Memisahkan daging buah dengan nut dan Menghomogenkan massa

    brondolan/fruitlet sebelum diumpan ke press.

    Mempertahankan temperatur massa campuran fruitlet agar tetap pada suhu

    90 - 95 derajat celcius , untuk dapat menghasilkan pengutipan minyak yang

    efektif pada proses pengepresan.

    Hal hal yang perlu diperhatikan pada digester :

    Pelumatan (peremasan) buah harus baik, maksudnya daging buah dengan

    sempurna terlepas dari bijinya

    Temperatur digester harus tetap dijaga yaitu antara 90 100oC

    Pisau pisau pengaduk harus pada kondisi baik, jika aus segera diganti.

    3. Screw Press

    Fungsi alat pengempa (Screw Press) adalah untuk memisahkan minyak

    kasar (crude oil) dari daging buah (mesocarp) dan biji (nut). Proses

    pengempaan bertujuan untuk membantu mengeluarkan minyak dan melarutkan

    sisa-sisa minyak yang terdapat di dalam ampas. Proses pengempaan

    dilakukan dengan melakukan penekanan dan pemerasan pulp yang dicampur

    dengan air yang bersuhu 95o C. Prinsip kerja screw press adalah menekan

    bahan lumatan dalam tabung yang berlubang dengan alat ulir yang berputar

    sehingga minyak akan keluar lewat lubang lubang tabung. Minyak dari screw

    press ditampung oil gutter dan dialirkan ke sand trap tank sedangkan ampas

    press di umpan ke Cake Breaker Conveyor (CBC) untuk diproses lebih lanjut.

    Pada proses ini terdapat limbah padat berupa ampas atau serat dan biji

    dari berondolan sawit. Ampas nantinya akan digunakan sebagai bahan bakar

    boiler guna menghasilkan uap panas dan biji akan diproses lebih lanjut lagi.

    2.1.6 Stasiun Pemurnian (ClarificationStation)

    Cairan yang dihasilkan dari stasiun pengempaan pada awalnya ditampung

    pada crude oil gutter (talang minyak). Selanjutnya minyak akan dikirim ke

  • 8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit

    11/24

    stasiun pemurnian. Stasiun ini merupakan stasiun terpenting di dalam usaha

    memperkecil kehilangan minyak (oil losses). Peralatan utama yang digunakan :

    1. Sand Trap Tank

    Minyak yang berasal dari screw press ditampung dalam oil gutter.

    Selanjutnya minyak tersebut dialirkan ke sand trap tank untuk mengendapkan

    pasir pasir yang terikut secara gravitasi. Minyak yang telah terpisah dengan

    pasir selanjutnya akan dialirkan ke ayakan getar (vibration screen).

    Pasir-pasir yang terikut merupakan pengotor minyak atau limbah padat

    yang terdapat pada proses ini.

    2. Vibrating Screen

    Minyak kasar dari sand trap tank dipompakan ke vibrating screen untuk

    memisahkan kotoran yang bukan padatan/non oil solid (NOS) yang masih

    terbawa oleh minyak dimana kotoran dikembalikan ke digester sedangkan

    minyak ditampung pada crude oil tank.

    Fraksi yang dipisahkan dalam ayakan getar ini dan juga merupakan

    limbah atau pengotor dari CPO adalah :

    Pasir dan tanah yang berasal dari panenan

    Serat atau ampas yang terikut dalam minyak

    3. Crude Oil Tank

    Alat ini berfungsi untuk mengendapkan partikel partikel yang tidak larut

    dan lolos dari ayakan getar (vibrating screen). Di dalamnya terjadi proses

    pemanasan dengan menggunakan coil pemanas yang bertujuan untuk

    memprtahankan suhu pada 90o C.

    4. Clarifier Tank

    Minyak yang berada di lapisan atas crude oil tankdipompakan ke clarifiertank setelah melalui distributing tank untuk proses sentrifusi. Prinsip dari proses

    pemurnian minyak di tangki pemisah (clarifier tank) adalah melakukan

    pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga campuran minyak

    kasar dapat terpisah dari air. Tangki ini berupa dua ruangan bersekat untuk

    memisahkan minyak pada bagian atas tangki dan sludge di bagian bawah

    tangki. Minyak yang mengalir dari atas dipompakan oleh skimmer menuju wet

    oil tank sedangkan bagian bawah dipompakan menuju sludge tank.

  • 8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit

    12/24

    5. Wet Oil Tank

    WO Tank merupakan tempat penampungan minyak yang berasal dari

    clarifier tank yang untuk selanjutnya akan dipompakan pada oil purifier.

    6. Sludge Tank

    Sludge tank berfungsi sebagai penampung sludge dari clarifier yang masih

    mengandung minyak sekitar 7 9 %.

    7. Sand Cyclone

    Alat ini berfungsi untuk mengurangi jumlah pasir dan padatan yang

    mungkin masih terdapat pada minyak yang berasal dari sludge tank. Alat ini

    terbuat dari logam yang dapat memisahkan lumpur/ pasir secara grafitasi dan

    ditempatkan pada pipa aliran antara sludge tank dengan sand tank yang

    kemudian dialirkan menuju buffer tank.

    8. Buffer Tank

    Buffer tank berfungsi untuk menampung minyak yang berasal dari sludge

    tank untuk diteruskan ke decanter. Letaknya disamping Hot Water Tank yaitu

    wadah yang berisikan air panas yang diperlukan untuk menambah kebutuhan

    air pengenceran disamping air kondensat, dan untuk pencucian decanter dan

    purifier.9. Decanter

    Decanter merupakan peralatan untuk menjernihkan minyak dari buffer

    tank, dimana crude oil dipisah menjadi solid, light phase (oil), dan heavy phase

    (sludge). Solid akan jatuh pada decanter solid conveyer dan diangkut keluar

    pabrik untuk dijadikan pupuk. Minyak yang terdapat pada sludge dipompakan

    ke crude oil tank melalui oil recovery tank. Light phase (oil) dialirkan ke wet oil

    tank menuju oil purifier untuk dimurnikan dari Lumpur yang masih ada.10. Oil Purifier

    Berfungsi untuk memisahkan minyak dengan air dan kotoran kotoran

    halus yang masih ada di dalam minyak.

    11. Vacuum Dryer

    Minyak yang terpisah oleh tekanan dari oil purifier akan naik ke vacuum

    dryer untuk dikeringkan kandungan airnya dengan system pengapan hampa.

  • 8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit

    13/24

    Pemisahan air dari minyak dalam vacuum dryer dipengaruhi oleh suhu minyak,

    kehampaan udara dan interaksi suhu minyak dengan kehampaan.

    12. Strorage Tank

    Storage tank merupakan tangki penimbunan minyak sementara sebelum

    dikirim ke konsumen. Tangki ini dilengkapi dengan alat pemanas dimana agar

    kondisi minyak tetap berkualitas baik.

    13. Collecting Tank

    Colleting tank berfungsi untuk menampung minyak yang over flow dari

    semua tangki. Alat ini terletak di lantai bawah sehingga mudah menampung

    minyak yang berlebih tersebut.

    14. Fat Pit

    Di dalam fat pit ini dilakukan pengutipan minyak untuk mengurangi

    banyaknya minyak yang hilang pada buangan akhir. Minyak hasil kutipan ini

    dikumpulkan di recovery tank.

    2.1.7. Station Pengolahan Biji (KernelStation)

    Pada stasiun ini biji yang tidak dipakai untuk mendapatkan minyak akan

    diolah sehingga dapat menjadi barang produksi. Peralatan yang digunakandalam stasiun pengolahan biji ini :

    1. Cake Breaker Conveyor (CBC)

    CBC berfungsi sebagai pemecah cake yang bergumpal dari pressan,

    sehingga serat dan biji dapat dipisahkan.

    2. Depericarper

    Depericarper berfungsi untuk memisahkan ampas dan biji yang telah terurai

    pada CBC, dimana terjadi pemisahan fraksi ringan dan fraksi berat. Fraksiringan akan keluar melalui bagian atas menuju shell hopper untuk dijadikan

    bahan bakar boiler. Fraksi berat diolah dengan Polishing Drum. Pada

    depericarper ampas buah yang masih mengandung serabut dan biji diaduk dan

    dipanaskan sampai keduanya terpisah. Selanjutnya dilakukan pemisahan

    secara pneumatis. Serabut selanjutnya dibawa ke boiler, sedangkan biji

    disalurkan ke dalam nut cleaning atau polishing drum. Tujuannya adalah agar

    biji bersih dan seragam.

  • 8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit

    14/24

    3. Polishing Drum

    Polishing Drum berfungsi menghilangkan serat serat yang asih melekat

    pada biji yang dapat mengganggu jalannya proses pemecahan biji pada Nut

    Creaker.

    4. Secondary Depericarper

    Serat yang telah dipisahkan dari biji pada polishing drum akan diteruskan

    ke secondary depericarter, sehingga biji akan jatuh ke ripple mill.

    5. Ripple Mill

    Ripple Mill berfungsi untuk memecahkan biji. Pada Ripple Mill, biji akan

    dipecah menjadi kernel (inti) dan cangkang (shell).

    6. Shell Winower

    Shell Winower berfungsi untuk memisahkan cangkang dari kernel.

    7. Hydrocyclone

    Hydrocyclone berfungsi untuk mengutip kernel dari cracked mixture

    terutama broken kernel.

    8. Kernel Drying (pengering inti)

    Kernel drying berfungsi untuk menurunkan kandungan air dengan

    menghembuskan udara panas dan keluar dari lubang lubang yang sudahada, sehingga pengeringan inti setiap lapisan terjadi dengan baik.

    9. Bunker Kernel

    Bunker kernel berfungsi untuk penyimpanan kernel produksi sebelum

    dipasarkan atau dikirim pada proses lebih lanjut.

    Untuk melihat limbah padat ataupun cairan pada proses industri CPO

    secara lengkap dengan menggunakan bagan aliran proses adalah dibawah ini :

  • 8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit

    15/24

    Weight Bridge

    Loading Ramp

    Fresh FruitBunches

    Thresher

    Digester

    Screw Press

    Sand Trap TankDepericarper

    Nut Polishing Drum

    Ripple Mill

    LTDS

    KernelSeparating Drum

    Hidrocyclone

    Kernel Dryer

    Bunker Kernel

    Vibrating Screen

    CO Tank

    Clarifier Tank

    Bak Penampungan

    Oil TankSludge Tank

    Sand Cyclone

    Buffer Tank

    Decanter

    Oil Purifier

    Float Tank

    Vacuum Dryer

    Strorage Tank

    CPO Despat

    Recycle TankBak Penampung

    Efluent Treatment

    Sludge Pit

    Boiler

    Sterilizer

    JanjanganKosong

    Crude OilBiji - Ampas

    Minyak + Sludge Minyak

    Solid Oil

    Perkebunan

    Limbah padatberupa pelepah Limbah gas berupa CO2

    dari pembusukanpelepah

    Pasir

    Pasir yang masih terbawa

    Serat yang terikut

    Pertikel kecil yang masih lolos

    Pasir, lumpur atau padatan lain

    Air dan kotoran halus dalam minyak

    Air dan limbah cair lainnya

    Serabut

    Gambar 1: Proses Industri Sawit dan Jenis Limbahnya Berdasarkan Tahapan

    Proses.

  • 8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit

    16/24

  • 8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit

    17/24

    2.2 Jenis dan Potensi Limbah Industri Sawit

    Jenis limbah industri sawit pada generasi pertama adalah limbah limbah

    padat yang terdiri dari tandan kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain.

    Sedangkan limbah cair terjadi pada in house keeping. Limbah padat dan limbah

    cair pada generasi berikutnya dapat di lihat pada Gambar 3. Pada gambar

    tersebut terlihat bahwa limbah yang terjadi pada generasi pertama dapat

    dimanfaatkan dan terjadi limbah berikutnya. Pada Gambar 4 dan Tabel 1

    terlihat potensi limbah yang dapet dimanfaatkan sehingga memiliki nilai

    ekonomi yang tidak sedikit. Salah satunya adalah potensi limbah yang dapat

    dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara yang mampu menggantikan pupuk

    sentesis.

  • 8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit

    18/24

  • 8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit

    19/24

    Limbah padat tandan kosong merupakan limbah padat yang jumlahnya

    cukup besar yaitu sekitar 6 juta ton yang tercatat pada tahun 2004, namun

    pemanfaatanya masih terbatas. Limbah tersebut selama ini dibakar dan

    sebagian ditebarkan dolapangan sebagai mulsa. Presentase tankos terhadap

    TBS sekitar 20% dan setiap ton tankos menganding unsur hara N, P, K dan Mg

    yang berturut-turut setara dengan 3 Kg Urea; 0,6 Kg CIRP; 12 Kg MOP; dan 2

    Kg Kieserit. Dengan demikian dari satu unit PKS kapasitas 30 ton TBS/jam atau

    600 ton TBS/hari akan menghasilkan pupuk N, P, K, dan Mg berturut-turut

    adalah 360 Kg Urea; 72 Kg CIRP; 1.440 Kg MOP; dan 240 Kg Kieserit (Lubis

    dan Tobing, 1989). Potensi dan pemanfaatan limbah PKS sebagai hara dalam

    suatu areal tertentu dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini :

    Sedangkan limbah padat seperti cangkang dan serat sebesar 1,73 juta

    ton dan 3,74 jut ton. Dari hasil perhitungan untuk setiap hektar tanaman

    memberikan gambaran dan informasi untuk menentukan kelayakan daur ulanglimbah sawit sebagai pupuk tanaman. Pada Tabel 3 dibawah ini disajikan

    potensi limbah padat sawit sebagai hara.

  • 8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit

    20/24

    Satu hektar sawit menghasilkan pelepah daun dengan bobot kering

    14,47 ton sekali dalam 30 tahun (peremajaan) dan sekitar 10,40 ton pangkasan

    setahun. Produksi TBS setahun sekitar 20,08 ton dengan bobot kering 10,59

    ton dan tandan kosong 22% dari jumlah TBS yaitu 4,42 ton dengan bobot

    kering 1,55 ton.

    2.3 Karakteristik Limbah Industri Sawit

    Hampir seluruh air buangan PKS mengandung bahan organik yang dapat

    mengalami degradasi. Oleh karenanya dalam pengolahan limbh perlu diketahui

    karakteristik limbah tersebut, antara lain yaitu :

    Dari Balance Sheet ekstraksi minyak kelapa sawit diketahui bahwa jumlah

    air limbah yang dihasilkan dari 1 ton CPO yang diproduksi adalah 2,50 ton,

    disajikan pada Tabel 4

    Efisiensi pabrik sawit dapat ditingkatkan dengan pemakaian Decanter

    yang hanya menghasilkan limbah cair sekitar 0,3-0,4 ton untuk setiap 1 ton

    TBS yang diolah, sehungga limbah cair yang dihasilkan dapt ditekan hanya 24

    ton/jam atau 1,667 m

    3

    per 1 ton CPO yang dihasilkan. Limbah cair yangdihasilkan dari seluruh proses pruduksi minyak sawit diperkirakan maksimal

    sekitar 60% dari seluruh tandan buah segar yang diolah.

    Berdasrkan hasil penelitian terhadap beberapa PKS milik PTP (dianggap

    mewakili PKS pada umumnya) oleh Bank Dunia diketahui bahwa kualitas

    limbah cair (inlet) yang dihasilkan berpotensi mencemari badan air

    penerima limbah adalah seperti yang disajikan pada Tabel 5

  • 8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit

    21/24

    Kandungan hara spesifik dari limbah sawit scara keseluruhan dpat dilihatpada Tabel 6 dibawah ini

  • 8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit

    22/24

    Kandungan hara dalam abu pembakaran tandan kosong dan serat serta

    cangkang dapat dilihat pada Tabel 7 dibawah ini

  • 8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit

    23/24

    BAB III

    KESIMPULAN

    Permintaan atas minyak nabati dan penyediaan untuk biofuel telah

    mendorong peningkatan permintaan minyak nabati yang bersumber dari Crude

    Palm Oil (CPO). Hal ini disebabkan tanaman kelapa sawit memiliki potensi

    menghasilkan minyak sekitar 7 ton / hektar bila dibandingkan dengan kedelai

    yang hanya 3 ton / hektar.

    Dengan bertambahnya produksi CPO berarti akan bertambah pula

    jumlah limbah yang dihasilkan. Baik limbah cair, limbah padat, maupun gas.

    Limbah yang dihasilkan PKS termasuk kategori limbah berat dengan kuantitas

    yang tinggi dan kandungan kontamina mencapai hingga 20.000-60.000 mg/l

    untuk BOD (biochemical oxygen demand) dan 40.000-120.000 mg/l untik COD

    (chemocal oxygen demand). Kadar air 95%, padatan terlarut/tersuspensi 4,5%,

    serta sisa minyak dan lemak emulsi 0,5-1% (Buku panduaan Teknologi

    Pengendalian Dampak Lingkungan Industri Kelapa Sawit Di Indonesia).

    Secara ekologis sistem monokultur pada perkebunan kelapa sawit telah

    merubah ekosistem hutan, hilangnya keanekaragaman hayati dan ekosistemhutan hujan tropis, serta plsama nutfah, sejumlah spesies tumbuhan dan

    hewan. Selain itu juga mengakibatkan hilangnya sejumlah sumber air, sehingga

    memicu kekeringan, peningkatan suhu, dan gas rumah kaca yang mendorong

    terjadinya bencana alam. Secara sosial juga sering menimbulkan terjadinya

    konflik antara perusahaan dengan masyarakat sekitar baik yang disebabkan

    oleh konflik kepemilikan lahan atau karena limbah yang dihasilkan oleh industri

    kelapa sawit. Limbah yang dihasilkan oleh industri kelapa sawit merupakansalah satu bencana yang mengintip, jika pengelolaan limbah tidak dilakukan

    secara baik dan profesional, mengingat industri kelapa sawit merupakan

    industri yang sarat dengan residu hasil pengolahan.

  • 8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit

    24/24

    DAFTAR PUSTAKA

    Bapedal. 1995. Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup No. 51/Kep-

    MenLH/-10/1995. Jakarta. Lampiran B.IV

    Direktorat Jenderal Perkebunan. 2006. Statistik Kelapa Sawit 2005.

    Departemen Pertanian

    Subdit Pengolahan Lingkungan Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen

    PPHP, Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Pengolahan Limbah

    Industri Kelapa Sawit. Jakarta:Departemen Pertanian

    Indriyati. 2008. Potensi Limbah Industri Kelapa Sawit Di Indonesia. Jakarta :

    M.Tek.Ling Vol. 4, ISSN : 016.7735