penatalaksanaan fisioterapi pada kasus tuberkulosis paru ...eprints.ums.ac.id/39682/17/naskah...
TRANSCRIPT
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS
TUBERKULOSIS PARU DI RSP. ARIO WIRAWAN
SALATIGA
Naskah Publikasi
Diajukan Guna Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Sebagian Persyaratan
Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi
Oleh:
Dwi Noorhidayah
J100141017
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ABSTRAK
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA TUBERKULOSIS
DI RSP ARIO WIRAWAN SALATIGA
(Dwi Noorhidayah, J100141017, 2014)
Karya Tulis Ilmiah
Halaman isi 32, Daftar Tabel 8, Daftar Grafik 1,
Lampiran 3
Latar belakang :Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru merupakan
tuberkulosis yang menyerang paru tetapi juga dapat ditularkan ke bagian tubuh
lainnya, termasuk meningitis, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Mycobacterium
tuberculosis adalah batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan
sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet. Problematika fisioterapi yang didapatkan
adanya sputum dan sesak napas.
Metode : metode yang digunakan adalah pemberian pulse lip breathing exercise dan
latihan batuk efektif yang dievaluasi dengan menggunakan tabel letak sputum untuk
adanya sputum dan skala Borg untuk derajat sesak napas.
Tujuan : metode diatas untuk mengetahui tujuan pemberian pulse lip breathing
exercise dan latihan batuk efektif terhadap adanya sputum dan sesak napas. Hasil :
setelah dilakukan 6 kali terapi didapatkan hasil mulai menghilangnya sputum dan
berkurangnya derajat sesak napas.
Kesimpulan: pemberian pulse lip breathing exercise dan latihan batuk efektif dapat
mengurangi adanya sputum dan sesak napas.
Kata Kunci : Tuberkulosis, pulse lip breathing exercise, Paru, Batuk Efektif.
ABSTRACT
PHYSIOTHERAPY MANAGEMENT IN LUNG TIBERCULOSIS AT
RSP ARIO WIRAWAN, SALATIGA
(Dwi Noorhidayah, J100141017, 2014)
Scientific Writing Content of page 32, List of Table 8,List of Graphic 1,
Attachment 3
Background Tuberculosis (TB)is an infectious disease caused by Mycobacterium
tuberculosis. Pulmonary tuberculosis is tuberculosis that attacks the lungs but can
also spread to other body parts, including meningitis, kidney, bone, and lymph
nodes. Mycobacterium tuberculosis is acid-resistant aerobic rods that grows lowly
and are sensitive to heat and ultraviolet rays. Problematic physiotherapy obtained
their sputum and shortness of breath.
Methods : the method used is giving lip pulse and breathing exercises effective
coughing exercises are evaluated by using at able lay out for their sputum and Borg
scale for the degree of shortness of breath.
Objectives : the above method to determine the purpose of the pulse lip breathing
exercises and coughing exercises effective against their sputum and shortness of
breath.
Results :6 times after start of therapy showed the disappearance of sputum and
reduced the degree of breathlessness.
Conclusion :Giving pulse lip breathing exercises and coughing exercises can
effectively reduce their sputum and shortness of breath.
Key words: Tuberculosis, pulse lip breathing exercise, Lung, Effective Cough.
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Tuberkulosis sendiri yang saat ini dikenal dengan TB merupakan
masalah yang serius bagi kesehatan masyarakat di dunia. World Health
Organization (2003) menyatakan terdapat 22 negara dikategorikan sebagai
negara dengan angka kejadian yang tinggi terhadap TB. Dan Indonesia
sendiri menduduki peringkat ketiga setelah India dan China. .
Keluhan-keluhan pada penderita TB paru berupa batuk berdahak
selama 2-3 minggu, Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu
dahak bercampur darah,batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari
tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Tjandra, et al.
2006).
Peran fisioterapi dalam hal ini dapat berperan dalam hal membantu
mengurangi keluhan pada pada penderita TB paru, seperti adanya sputum
dan sesak napas dengan latihan batuk efektif dan breathing exercise.
2. Tujuan
Tujuan Umum: untuk menambah pengetahuan dan kemampuan dalam
mempelajari, mengidentifikasi, menganalisa dan mengambil suatu
kesimpulan pada kondisi Tuberkulosis paru. Tujuan Khusus: untuk
mengetahui pengaruh batuk efektif dan pulse lip breathing exercise dalam
membantu mengurangi sputum dan untuk mengetahui pengaruh batuk
efektif dan pulse lip breathing exercise dapat membantu mengurangi sesak
napas.
B. KERANGKA TEORI
Tuberkulosis – saat ini lebih lazim disingkat TB berasal dari kata
tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan kuman atau basil
tuberkulosis yang dalam bahasa kedokteran diberi nama dalam bahasa Latin
yaitu Mycrobacterium tuberculosis. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit
infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberkulosis dapat juga
mengenai ke bagian tubuh lainnya, seperti meningitis, ginjal, tulang, dan
nodus limfe (Smeltzer dan Bare dalam Lisa, 2010).
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan Tuberkulosis Paru, antara
lain merokok, faktor sosial ekonomi, status gizi, umur, dan jenis
kelamin.(Notoatmodjo, 2008).
Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB paru hingga
terbentuknya kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi
TB paru. Masa inkubasi TB paru biasanya berlangsung dalam waktu 4-8
minggu dengan rentang waktu antara 2-12 minggu. Dalam masa inkubasi
tersebut, kuman tumbuh hingga mencapai jumlah 103-104, yaitu jumlah yang
cukup untuk merangsang respons imunitas seluler. Selama brminggu-minggu
awal proses infeksi, terjadi pertumbuhan logaritmik kuman TB sehingga
jaringan tubuh yang awalnya belum tersensitisasi terhadap tuberculin (vaksin
TB), mengalami perkembangan sensitivitas. Pada saat terbentuknya kompleks
primer inilah, infeksi TB primer dinyatakan telah terjadi. Hal tersebut
ditandai oleh terbentuknya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu
timbulnya respons positif terhadap uji tuberkulin. Selama masa inkubasi, uji
tuberkulin masih negatif. Setelah kompleks primer terbentuk, imunitas seluler
tubuh terhadap TB telah terbentuk. Pada sebagian besar individu dengan
system imun yang berfungsi baik, begitu sistem imuns seluler berkembang,
proliferasi kuman TB terhenti (Retno, 2008).
Keluhan-keluhan pada penderita tuberkulosis berupa batuk berdahak.
Keluhan ini bisa terjadi selama 2-3 minggu. Penderita juga mengeluh nyeri
dada yang semakin bertambah saat batuk dan terkadang juga sesak napas.
Keluhan lain yang umum adalah demam. Penderita juga sering mengalami
keringat di malam hari. Keringat ini cukup banyak sehingga penderita harus
bangun dan berganti baju. Berat badan menurun tanpa sebab, mudak lelah,
dan hilangnya nafsu makan (Tjandra, et al. 2006).
Untuk mengetahui diagnosa pada kasus TB bisa didapat hasil
wawancara tentang keluhan pasien. Kedua, hasil pemerikasaan laboratorium
untuk menentukan basil tahan asam (BTA) dan basil TB secara pembiakan.
Ketiga, gambaran radiologik rontgen dada. Keempat, pemeriksaan BACTEC.
TB bisa sembuh dengan pemberian obat secara teratur selama waktu
tertentu meskipun yang sudah parah akan terjadi kerusakan pada paru. Dan
ada kemungkinan penderita TB paru yang sudah sembuh bisa terserang TB
paru lagi. Beberapa penyakit yang menyerupai kasus ini yaitu: alergi atau
asma, bronkiektasis, dan benda asing di paru-paru (aspirasi), limfadinitis akut
dan lain-lain (Kenneth, 2008).
1. Latihan Batuk Efektif
a. Definisi
Batuk diawali dengan inspirasi dalam diikuti dengan perubahan glotis,
relaksasi diafragma, dan kontraksi otot melawan glotis yang menutup.
Sekali glotis terbuka, akan menghasilkan aliran udara yang cepat
melalui trakea, sehingga sekret dan benda asing di saluran napas akan
keluar. Sedangkan latihan batuk efektif merupakan sebuah tehnik batuk
yang dilakukan untuk membersihkan sekresi dari saluran napas.
a. Tehnik batuk efektif
Sebelum melakukan latihan batuk efektif pasien disarankan untuk
minum air hangat. Posisi pasien bisa tidur terlantang atau duduk sesuai
kenyamanan pasien. Setelah itu terapis mengarahkan pasien untuk
inspirasi panjang yang dilakukan selama dua kali. Kemudian setelah
inspirasi pasien dianjurkan untuk membatukkan dengan kuat.
b. Tujuan latihan batuk efektif
Batuk efektif berfungsi untuk mengeluarkan sekret dan partikel-
partikel pada faring dan saluran napas. Selain itu untuk meningkatkan
ekspansi paru, moblisisasi sekresi, dan mencegah efek samping dari
retensi sekresi. Batuk efektif ini juga efektif untuk penderita TB.
2. Breathing Exercise
a. Definisi
Tehnik pulse lip breathing, merupakan latihan pernapasan yang paling
mudah dilakukan karena memberikan manfaat subyektif pada
penderita yaitu mengurangi sesak napas, rasa cemas, dan tegang
karena napas
b. Tehnik Pulse Lip Breathing Exercise
Latihan pernapasan ini dilakukan dengan cara tarik napas melalui
hidung selama beberapa detik dengan mulut tertutup dan buang napas
perlahan-lahan selama 4 sampai 6 detik melalui bibir mengerucut
seperti orang bersiul.
c. Tujuan Pulse Lip Breathing Exercise
Latihan pernapasan ini dapat mengaktifkan otot-otot perut saat
ekspirasi sehingga memperbaiki pertukaran gas yang dapat dilihat
dengan membaiknya saturasi oksigen arteri.
C. PROSES FISIOTERAPI
1. Anamnesis
Nama: Sulaeman, umur: 67 tahun, jenis kelamin: laki-laki, agama: islam,
pekerjaan: petani, alamat: Jl. Gaji RT 02 RW 05 Guntur, Demak, dan no.
RM: 124.933.
Awalnya sekitar 3 minggu lalu pasien mengeluh batuk darah disertai sesak
napas. setelah itu pasien merasa lemas dan nafsu makan berkurang. Pasien
merupakan perokok aktif sejak muda. Dan sudah behenti sejak 5 tahun
yang lalu.
2. Pemeriksaan Obyektif
Tekanan darah: 124/69 mmHg, denyut nadi: 102 kali per menit,
pernapasan: 32 kali per menit, temperatur: 36˚c, tinggi badan: 170 cm, dan
berat badan: 40 kg. Medika mentosa : aminopilin, ceforaxin 2x1 gr,
metylpredison 2x62,5 gr, neurobion 2x1 amp, asma caps 3x1 caps, OBH
sirup 3xcs, dan asam tranex 3x250 gr. Hasil dari PA laboratorium
menunjukkan bahwa pasien (+) Tuberkulosis.
Respiratori equipment: Pasien menggunakan alat bantu napas berupa O2
set. Bentuk dada: barrel chest. Pola pernapasan: pola pernapasan dada, dan
Clubbing finger: tidak.
Ekspansi thoraks R/L: menurun/ menurun. Vocal Fremitus: menurun (pada
sisi anterior dan posterior lobus kanan atas). Nyeri tekan: (-). Pemeriksaan
perkusi terdapat bunyi redup. Dan pada pemeriksaan auskultasi terdapat
suara napas ronchi, wheezing, dan letak sputum pada lobus apex dextra
paru.
3. Problematika Fisioterapi
Dari pemeriksaan yang telah dilakukan, diketahui permasalahan
fisioterapi, yaitu:
1. Impairment:adanya sputum dan sesak napas.
2. Functional limitation: keterbatasan duduk mandiri, berjalan yang
berjalan 15 meter dari bed ke kamar mandi.
3. Disability: penderita merupakan pasien rawat inap yang tidak
melakukan aktivitas sosialisasi dengan masyarakat.
4. Penatalaksanaan Fisioterapi
Adapun penatalaksanaan yang diberikan yaitu latihan batuk efektif, dan
pulse lip breathing exercise.
1. Latihan batuk efektif
Posisi pasien bisa tidur terlantang atau duduk sesuai kenyamanan
pasien. Setelah itu terapis mengarahkan pasien untuk inspirasi dalam.
Hal ini dilakukan selama dua kali. Kemudian setelah inspirasi, yang
ketiga dianjurkan pasien untuk membatukkan dengan kuat.
2. Pulse lip breathing exercise
Pasien terlentang dengan posisi kepala agak tinggi, atau posisi lain
yang sesuai dengan kenyamanan pasien. Kemudian mengajarkan
pasien menghirup napas perlahan dan dalam melalui mulut dan
hidung, sampai perut terdorong maksimal atau mengembang. Tahan
selama 8 hitungan (semampu pasien), selanjutnya menghembuskan
udara secara hemat melalui mulut dengan bibir terkatup secara
perlahan.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
Analisa dan pembahasan sebagai berikut:
A. Batuk efektif Berfungsi untuk Mengurangi Sputum
Tabel 1.3 Hasil pengukuran penurunan letak sputum
FT Tanggal Hasil
T1 14 Juli
2014
Sputum berada di paru lobus kanan superior, segmen
apex. pola pernapasan dada disertai dengan suara napas
ronchi, wheezing.
T2 15 Juli
2014
Sputum berada di paru lobus kanan superior, segmen
apex. pola pernapasan dada disertai dengan suara napas
ronchi, wheezing.
T3 16 Juli
2014
Sputum berada di paru lobus kanan superior, segmen
apex. pola pernapasan dada disertai dengan suara napas
ronchi, wheezing.
T4 17 Juli
2014
Sputum berada di paru lobus kanan superior, segmen
apex sedikit berkurang. pola pernapasan dada disertai
dengan suara napas ronchi, wheezing mulai
menghilang.
T5 18 Juli
2014
Sputum berada di paru lobus kanan superior, segmen
apex sedikit berkurang. pola pernapasan dada disertai
dengan suara napas ronchi, wheezing mulai
menghilang.
T6 19 Juli
2014
Sputum berada di paru lobus kanan superior, segmen
apex mulai menghilang. pola pernapasan dada disertai
dengan suara napas ronchi, wheezing sudah tidak ada.
B. pulse lip breathing exercise Berfungsi untuk Mengurangi Sesak Napas
Grafik 2.1 Hasil pengukuran penurunan sesak napas dengan skala BORG
B. Pembahasan
1. Pengurangan sputum
Sputum merupakan materi yang dikeluarkan dari saluran nafas
bawah oleh batuk (Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2001).. Keadaan abnormal
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
terapi 0 terapi 1 terapi 2 terapi 3 terapi 4 terapi 5 terapi 6
Grafik Penurunan Sesak Napas
Series 1
produksi mukus yang berlebihan (karena gangguan fisik, kimiawi, atau
infeksi yang terjadi pada membran mukosa) menyebabkan proses
pembersihan tidak berjalan normal sehingga mukus banyak tertimbun dan
bersihan jalan napas tidak efektif. Bila hal ini terjadi, membran mukosa
akan terangsang dan mukus akan dikeluarkan dengan tekanan intrathorakal
dan intra abdominal yang tinggi. Ketika batuk, udara keluar dengan
dengan akselerasi cepat membawa sputum yang tertimbun (Yosep, 2011).
Sputum tersebut akan lebih banyak keluar dengan batuk efektif karena
batuk efektif dilakukan dengan dibatukkan kuat sebanyak 2 kali sehingga
sputum yang tidak keluar saat dibatukkan pertama dapat keluar saat
dibatukkan yang kedua. Batuk yang Batuk efektif berfungsi untuk
mengeluarkan sekret dan partikel-partikel pada faring dan saluran napas.
Berdasarkan tabel di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
Batuk efektif, dan pulse lip breathing exercise. Tujuan Batuk efektif adalah
mengeluarkan sekret dan partikel-partikel pada faring dan saluran napas.
Batuk efektif ini juga efektif untuk penderita TB. Terbukti dari penelitian
di RS. Mardi Rahayu kudus menunjukkan baha pasien TB yang
melakukan latihan batuk efektif lebih mudah mengeluarkan sputum dari
pada pasien yang tidak melakukan latihan (Chrisanthus, 2010).
Sesak napas merupakan penyempitan atau penyumbatan pada jalan
napas akibat kurang lancarnya pemasukan udara pada saat inspirasi atau
pengeluaran udara saat ekspirasi. Sebab lain adalah karena berkurangnya
volume paru yang masih berfungsi baik, juga berkurangnya elastis paru,
bisa juga karena ekspansi paru terhambat (Christianthus, 2010).
Dengan melihat grafik di atas (Grafik 4.1) maka penulis dapat
menyimpulkan intervensi Batuk efektif, dan pulse lip breathing exercise
untuk mengurangi sesak napas. Keluhan-keluhan yang terdapat dalam
kasus ini sebenarnya saling berhubungan satu sama lain. Dengan
berkurangnya sputum di paru otomatis akan mengurangi keluhan sesak
napas.
E. SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Dari uraian bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
tuberkulosis paru dapat disebabkan karena merokok, faktor sosial ekonomi,
status gizi, umur, dan jenis kelamin. Setelah terserang tb, maka penanganan
yang dapat diberikan adalah perawatan secara intensif dan pemberian OAT
(obat anti tb) secara teratur. Di samping itu, problem fisioterapi yang
muncul antara lain adanya sputum dan sesak napas. Dalam hal ini,
fisioterapi dapat berperan dengan pemberian modalitas batuk efektif dan
breathing exercise. Pada kasus ini setelah dilakukan terapi sebanyak enam
kali disamping pemberian medika mentosa didapat pengurangan sputum dan
berkurangnya derajat sesak napas.
2. Saran
Sebagai penutup pada akhir Karya Tulis Ilmiah ini, penulis akan
memberikan saran kepada beberapa pihak, dimana penulis berharap saran-
saran ini dapat bermanfaat dalam menangani kasus tuberkulosis paru.
Kepada penderita diberi pengertian agar tetap rutin latihan dan melakukan
edukasi di rumah seperti yang di ajarkan fisioterapi di rumah sakit.
Kepada keluarga untuk menyadari keadaan yang dialami penderita agar
selalu memberikan semangat dan dorongan untuk melaksanakan program
terapi.
Kepada rekan-rekan fisioterapis hendaknya selalu bersikap
profesional dalam menjalankan profesinya. Selain itu, diharapkan dalam
bekerja selalu maksimal dan selalu mengikuti perkembangan ilmu yang
terus berkembang dengan mengikuti seminar-seminar secara rutin.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T. Y., Kamso, S., Basri, C., dan Surya, A. et al. 2006. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Asti Werdhani, Retno. 2008. Patologi, Klasifikasi, dan Diagnosis Tuberkulosis.
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga: FKUI.
Anonim. Askep Tuberkulosis. http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html.
Diakses pada tanggal 29 Desember 2014.
Anonim. Hubungan Rokok dan TBC.http://cybermed.cbn.net.id. Diakses pada
tanggal 12 November 2014.
Bahar, Asril. Tuberkulosis Paru. Dalam : Suyono, Slamet et al. Buku Ajar Ilmu
penyakit dalam Edisi Ke-3 Jilid 2. Jakarta: Media Eusculapius FKUI, 2001
Budiarto, eko dan Anggraini Dwi. Pengantar Epidemiologi. 2003. Jakarta : EGC.
C.Pearce, Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Penerjemah:
Handoyo, Sri Yuliani. Jakarta:PT. Gramedia.
F. Paulsen dan J. Waschke. 2008. Sobotta Atlas Anatomi Manusia: Anatomi Umum
dan Muskuloskeletal. Penerjemah: Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC.
Haryanto. 2005. Hubungan Antara Cara Batuk Efektif Menggunakan Metode Pulsed Lip Breathing Dengan Kualitas sputum. Semarang: Universitas Diponegoro.
Hinton, C. Kenneth. 2008. Penyakit Tuberkulosis Pada Anak : Diagnosa, Penatalaksanaan dan Pencegahan. www.grennebookeeshop.org/penatalaksanaan/ diakses pada 12 Desember 2014. Manalu, Helper Sahat P. Desember 2010. “Jurnal Etiologi Kesehatan: . Faktorfaktor yang Mempengaruhi Kejadian TB Paru dan Upaya penanggulangannya”. Vol. 9 No.4 Desember 2010Nizar, Muhammad. 2010. Pemberantasan dan Penanggualangan Tuberkulosis. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Nugroho, Yosep Agung. Desember 2011. “Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak Pada Pasien Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Baptis Kediri”. Jurnal STIKES RS Baptis Kediri. Volume 4 No. 2 Desember 2011.
Prahastiwi, Dwi. Pengaruh Sirih terhadap Tuberkulosis. http://digilib.uinsuka.ac.id.
Diakses pada tanggal 12 Desember 2014.
Pranomo, Christianthus wahyu. 2010. “Efektifitas Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Sputum Untuk Penemuan BTA Pada Pasien TB Paru di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Universitas Diponegoro. eprints.undip.ac.id/10476/1/artikel.pdf, 21 September 2014.
Sajinadiyasa, I GK, et al. Mei 2010. Prevalensi Dan Risiko Merokok Terhadap
Penyakit Paru di Poliklinik Paru Rumah Sakit Umum Pusat sanglah Denpasar. Vol.
11 no.2. http://ojs.unud.ac.Diakses pada 11 September 2014.
Septiawan, Budi (2008). Peningkatan Efektifitas Imunisasi BCG sebagai Upaya
Proteksi Tuberkulosis di Wilayah Puskesmas. https://budiseptiawan.
wordpress.com. Diakses pada tanggal 29 Desember 2014.
Wongsokusumo, Bahrawi. Oktober 2010. “Jurnal Tuberkulosis Indonesia”. Volume 7 ppti.info/ArsipPPTI/PPTI-Jurnal-Maret-2012.pdf diakses pada 11 September 2011.
Kurniawati, Lisa. Tuberkulosis Paru. http://digilib.unimus.ac.id/
download.php?id=8591. Diakses pada tanggal 13 November 2014