pemikiran sekitar metode mengajar

Upload: irwansajatoo

Post on 19-Jul-2015

173 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

MENGAPA MENGAJAR ANAK Inginkah Anda melayani anak? Sudahkah Anda mengajar di Sekolah Minggu? Mengapa kita mengajar anak? Apakah kita mengajar di Sekolah Minggu karena ditugaskan bapak pendeta atau para majelis? Apakah kita merasa tertarik dengan anak karena itu kita ingin mencoba mengajar mereka? Banyak alasan baik yang dapat menjadi dasar kita melayani maupun mengajar anak, tetapi ada alasan yang jauh lebih kuat untuk mengajar Firman Tuhan kepada anak. Apa yang menjadi dasar pelayanan kita? A. MENGAJAR ADALAH KEHENDAK ALLAH Ajarlah Jikalau kita membuka Alkitab bersama, kita akan merasa heran bahwa Allah sungguh mempedulikan anak. Dalam Ulangan 6:47a kita dapat membaca ringkasan dari sepuluh hukum. Hal yang terutama adalah: "Mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa dan dengan segenap kekuatan". Hukum pertama ini langsung disusul dengan satu perintah: Ajarkan kepada anak. Menurut Ulangan 6:7 dan 11:19 pengajaran tidak terbatas pada waktu dan tempat tertentu melainkan tiap kesempatan dalam kehidupan seharihari dapat dipakai untuk mengajar. Anak seringkali bertanya, kagum akan sesuatu, merasa heran atau takut dan gentar. Inilah kesempatan yang baik untuk menyampaikan dengan wajar pesan yang tepat sesuai dengan situasi yang dihadapi. Didiklah Amsal 22:6 dimulai dengan kata perintah: "Didiklah"! Tuhan berkehendak agar anak diajar, diberitahukan dan dididik. Pendidikan itu merupakan satu proses: Anak diajarkan apa yang baik dan yang perlu dilakukan. Anak melihat teladan yang baik, melalui guru atau orangtuanya. Anak diberi kesempatan dalam kehidupan seharihari untuk melaksanakan apa yang telah dipelajari. Taruhlah di dalam Hati Tujuan dari pengajaran rohani adalah bahwa Firman Allah ditaruh di dalam hati manusia, bahkan dalam hati anak (Ulangan 11:1819). Tujuan itu diusahakan dalam Perjanjian Lama melalui pengajaran yang tertib dan teliti. Tujuan ini tercapai dalam masa Perjanjian Baru dimana Tuhan sendiri yang menaruh FirmanNya ke dalam hati manusia melalui RohNya (Yeremia 31:33; Ibrani 10:16). Jadi pada waktu kita mengajar Firman Allah kepada anak, Firman itu ditaruh dalam hati

1

mereka. Inilah kehendak Allah. Ceritakanlah dari Generasi ke Generasi Mazmur 78:28 membuka beberapa rahasia kepada kita. Hati pemazmur meluapluap mengenai perbuatan Tuhan yang mengherankan, bukan hanya yang dia alami tetapi juga yang diceritakan nenek moyangnya. Kepada siapakah Daud mewariskan pengalaman hatinya ini? Kepada generasi berikutnya supaya mereka juga mengetahuinya. Demikian juga umat Tuhan jaman ini. Tiap generasi mempunyai tugas menyampaikan perbuatan Tuhan kepada generasi berikutnya. Untuk itu keluarga dan gereja harus bekerjasama. Dari hal yang baru kita selidiki jelas terlihat bahwa pengajaran seteliti itu dimulai di rumah tangga. Tetapi selain menerima pelajaran di rumah, anak perlu diajar mengenai agama di sekolah dan perlu diundang ke Sekolah Minggu. Bahkan anak sewaktuwaktu dapat ikut kebaktian dengan orang dewasa untuk menikmati kehadiran Tuhan di rumah Tuhan bersamasama, sehingga mereka merasa sebagai bagian dari anggota jemaat besar itu. Bersama dengan orang dewasa mereka belajar takut akan Tuhan dan melakukan segala perintah Tuhan (Ulangan 31:1213). B. ANAK MEMBUTUHKAN JURUSELAMAT Pengajaran meskipun sesuai dengan kehendak Tuhan, tidak secara otomatis membawa kepada keselamatan. Contohnya adalah bangsa Israel. Sesudah keluar dari Mesir mereka diajar dan dididik oleh Allah sendiri melalui hambaNya Musa. Meskipun begitu hampir semua perbuatan mereka tidak menyukakan hati Allah. Mereka tidak bersedia menuruti jalan Tuhan. Berulang kali mereka memberontak dan melawan kehendak Allah. Sehingga akhirnya dua orang saja yaitu Yosua dan Kaleb yang sampai di negeri perjanjian, sedang semua orang lain dihukum mati di padang belantara. Anak adalah Orang Berdosa Tuhan yang panjang sabar memulai lagi mendidik generasi berikutnya dimana pada waktu keluar dari Mesir mereka masih anakanak. Sebelum sampai ke negeri perjanjian generasi itupun memberontak terhadap Tuhan seperti orangtua mereka (Bilangan 21:49). Apakah yang diperbuat Tuhan? Apakah mereka harus mati di padang belantara seperti orangtuanya? Tidak! Musa disuruh mendirikan ular tedung, sebagai lambang bahwa penyelesaian soal dosa menusia tidak dapat dicapai melalui pendidikan saja melainkan harus ada kematian Tuhan Yesus sebagai ganti kita orang berdosa. Anak lahir sudah dengan kecenderungan berbuat dosa. Anak tidak diajar berdusta atau marah, mungkin juga tidak melihatnya pada diri

2

orangtua, namun pada suatu hari kita dapat menemukan seorang anak berdusta, marah, dll. Dari manakah datangnya perbuatan itu? Raja Daud berkata: "Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku." (Mazmur 51:7). Kejadian 8:21 berkata bahwa yang ditimbulkan hati manusia adalah jahat sejak kecil. Pergumulan mengenai dosa mulai dalam hati anak pada waktu ia masih kecil. Anak yang berdosa dan memerlukan keselamatan itu, dibicarakan oleh Tuhan Yesus dalam Matius 18:14. Karena itu anak tak hanya membutuhkan pengajaran yang teliti saja, tetapi mereka perlu diperkenalkan kepada seorang Juruselamat. Anak Dapat Percaya Sering kita orang dewasa menganggap rendah pengertian rohani seorang anak, padahal anak tersebut sanggup untuk menyesali dosanya dan datang kepada Tuhan Yesus. Seorang anak dapat percaya kepada Tuhan Yesus dan dapat memperoleh keselamatan. Lebih dari itu, sifat seorang anak yang bersedia menerima apa yang diberikan kepadanya, perlu diteladani oleh orang dewasa untuk masuk kerajaan sorga. Hal yang sama ditekankan dalam Markus 10:15. Mengapa kita harus bersifat seperti anak untuk memperoleh keselamatan? Karena keselamatan diperoleh dengan cara menerima apa yang Tuhan sediakan. Untuk seorang anak tidak ada kesulitan untuk menerima sesuatu. Tiap hari ia dipelihara oleh orangtuanya. Ia menerima makanan, pakaian, dan pertolongan Tuhan dalam kesakitan, dll. Pada waktu seorang anak mendengar dan mengerti tentang kasih Allah dalam Tuhan Yesus, ia seringkali sudah siap membuka hatinya dan menerima keselamatan yang disediakan baginya. Rasul Paulus mengingatkan Timotius bahwa sejak kecil ia telah diajarkan Firman Tuhan, dan dituntun kepada keselamatan melaluinya (2Timotius 3:15). Timotius menerima keselamatannya pada waktu muda. C. MELAYANI ANAK BERAKIBAT BESAR Tuhan berjanji bahwa FirmanNya tidak akan kembali dengan siasia, melainkan akan beroperasi dalam hati orang yang mendengarnya. Demikian juga dengan anak yang diajar. Anak Tidak Akan Mundur Seringkali kita takut bahwa anak yang percaya kepada Tuhan Yesus tidak akan tetap dalam iman mereka. Tetapi Firman Tuhan berjanji bahwa anak yang diajarkan jalan Tuhan tidak akan menyimpang daripadanya pada masa tuanya (Amsal 22:6). Anak Dapat Memuliakan Allah

3

Anak lebih spontan dalam hal menyanyi dan memuji Tuhan daripada orang dewasa. Pujian dari hati anak berkenan kepada Bapa di sorga. Hal itu telah diungkapkan raja Daud pada masa Perjanjian Lama. "Dari mulut bayibayi dan anakanak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawanMu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam." (Mazmur 8:3) Pada waktu Tuhan Yesus memasuki kota Yerusalem untuk terakhir kalinya, anakanaklah yang bersorak di dalam Bait Allah "Hosana bagi Anak Daud." Mereka telah melihat perbuatan Tuhan Yesus. Jika kita memperkenalkan Tuhan Yesus kepada anak, reaksi mereka yang spontan adalah memuji Tuhan. Anak Adalah Harapan Bangsa Anak yang diperbaharui oleh Tuhan Yesus sangat berarti dalam masyarakat. Pasti di antara mereka ada yang kelak menjadi pemimpin pemimpin negara. Dalam Alkitab kita dapat melihat akibat pendidikan terhadap seorang anak. Seorang anak yang lahir baru, di kemudian hari dapat menjadi garam bagi masyarakat dan negara, bahkan terang untuk generasi yang akan datang. Sifat jujur, setia dan bertanggung jawab akan membawa berkat bagi masyarakat. Apakah Anda ingin melayani anak? Itu adalah hal yang sangat baik, karena Tuhan sendiri menghendaki agar anakanak diajar; anakanak membutuhkan Juruselamat dan Tuhan memberi janji bahwa ada akibat yang besar dan kekal dalam kehidupan anak yang percaya. Bahan diringkas dari sumber: Judul Buku: Pedoman Pelayanan Anak Pengarang : Ruth Laufer Penerbit : Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia, Departemen Pembinaan Anak dan Pemuda, BatuMalang, 1993 Halaman : 9 16 PRINSIP DASAR DALAM METODE MENGAJAR (Oleh : Dr. Mary Go Setiawani) Mengajar adalah suatu seni. Guru yang cakap mengajar dapat merasakan bahwa mengajar Sekolah Minggu adalah suatu hal yang menggembirakan, yang membuatnya melupakan kelelahan. Selain itu guru juga dapat mempengaruhi muridnya melalui kepribadiannya. Guru yang ingin muridmuridnya mengalami kemajuan, perlu mengadakan pengamatan dan penelitian terhadap teori dan praktek mengajar sehingga ia dapat terusmenerus meningkatkan cara mengajar. Sepuluh

4

jenis prinsip dasar dalam cara mengajar yang disajikan di bawah ini, dapat dipakai sebagai petunjuk oleh para guru Sekolah Minggu guna meningkatkan cara mengajar mereka. 1. Menguasai Isi Pengajaran Hukum yang pertama dalam teori "Tujuh Hukum Mengajar" dari John Milton Gregory berbunyi: "Guru harus mengetahui apa yang diajarkan." Jika guru sendiri mengetahui dengan jelas inti pelajaran yang akan disampaikan, ia dapat meyakinkan murid dengan wibawanya, sehingga murid percaya apa yang dikatakan guru, bahkan merasa tertarik terhadap pelajaran. 2. Mengetahui dengan Jelas Sasaran Pengajaran Pengajaran yang jelas sasarannya membuat murid melihat dengan jelas inti dari pokok pelajaran itu. Mereka dapat menangkap seluruh liputan pelajaran, bahkan mengalami kemajuan dalam proses belajar. Empat macam ciri khas yang harus diperhatikan pada saat memilih dan menuliskan sasaran pengajaran: a. Inti dari sasaran harus disebutkan dengan jelas. b. Ungkapan penting dari sasaran harus bertitik tolak dari konsep murid. c. Sasaran harus meliputi hasil belajar. d. Hasil sasaran yang dapat dicapai. Contoh: 1) Murid mengetahui dengan jelas halhal yang terjadi pada waktu perjalanan PI Paulus yang pertama kali. 2) Murid memahami inti sari keselamatan atau dilahirkan kembali. 3) Murid sudah dapat mempelajari pelajaran mengampuni orang lain. 4) Murid dapat menguasai tehnik berPI pribadi. Contohcontoh di atas telah menjelaskan empat macam hasil belajar yang berbeda: pengetahuan, pengertian, sikap, dan ketrampilan. 3. Utamakan Susunan yang Sistematis Pengajaran yang tidak bersistem bagaikan sebuah lukisan yang semrawut, tidak memberikan kesan yang jelas bagi orang lain. Tidak adanya inti, tidak tersusun, tidak sistematis, akan sulit dipahami dan sulit diingat. Oleh sebab itu inti pengajaran harus disusun dengan teratur dan sistematis. 4. Banyak Gunakan Contoh Kehidupan Pada saat Yesus mengajar, Ia sering menggunakan contoh atau perumpamaan kehidupan seharihari, misalnya dalam khotbah di atas bukit, Ia telah menggunakan contohcontoh sebagai berikut: a. Keadaan alam (Mat 5:4546) b. Tumbuhtumbuhan dan binatang (Mat 6:2630) c. Organ tubuh manusia (Mat 5:2930).

5

d. Kehidupan seharihari (Mat 7:911) e. Proyek bangunan (Mat 7:2427) f. Hukum pemerintah (Mat 5:2326) g. Kehidupan beragama (Mat 6:58) Contoh kehidupan adalah jembatan antara kebenaran Alkitab dengan kehidupan yang nyata, yang membuat teori tidak terpisahkan dari kehidupan. 5. Cakap Menggunakan Bentuk Cerita Bentuk cerita tidak hanya diutarakan dengan katakata, namun juga boleh dicoba dengan menambahkan gerakangerakan, yang memperdalam kesan murid. Bentuk yang paling lazim adalah menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan kebenaran. 6. Menggunakan Panca Indera Murid Penggunaan bahan pengajaran yang berbentuk audio visual berarti menggunakan panca indera murid. Bahan pengajaran audio visual bukan saja cocok untuk Sekolah Minggu anakanak, juga untuk Sekolah Minggu pelbagai usia. Ensiklopedia adalah buku yang sering dipakai oleh para ilmuwan, namun di dalamnya terdapat banyak penjelasan yang menggunakan gambargambar. Itu berarti bahwa para ilmuwan pun perlu bantuan gambar untuk mengadakan penelitian. Para ahli pernah mengadakan catatan statistik selama 15 bulan, sebagai hasilnya mereka mendapatkan persentase dari isi pelajaran yang masih dapat diingat oleh murid: bagi murid yang hanya tergantung pada indera pendengaran saja masih dapat mengingat 28%, sedangkan bagi murid yang menggunakan indera pendengaran ditambah dengan indra penglihatan dapat mengingat 78%. 7. Melibatkan Murid dalam Pelajaran Melibatkan murid dalam pelajaran dapat menambah ingatan mereka, juga motivasi dan kegemaran mereka. Cara itu dapat menghilangkan kesalahpahaman yang mungkin terjadi ditengah pertukaran pikiran antara guru dan murid, selain mengurangi tingkah laku yang mengacau. Misalnya: biarkan murid menggunakan katakatanya sendiri untuk menjelaskan argumentasi atau pendapatnya; biarlah murid menggali dan menemukan hubungan antar konsep yang berbeda, biarlah murid bergerak sebentar. Jika murid sibuk melibatkan diri dengan pelajaran, maka tidak ada peluang lagi untuk mengacau atau membuat ulah. 8. Menguasai Kejiwaan Murid Guru yang ingin memberikan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid, tentu harus memahami perkembangan jiwa murid pada setiap usia. Ia juga harus mengetahui dengan jelas kebutuhan dan masalah pribadi mereka. Pengertian antara guru dan murid adalah syarat utama untuk komunikasi timbal balik.

6

Komunikasi yang baik dapat membuat penyaluran pengetahuan menjadi lebih efektif. 9. Gunakanlah Cara Mengajar yang Hidup Sekalipun memiliki cara mengajar yang paling baik, namun jika terus digunakan dengan tidak pernah diubah, maka cara itu akan hilang kegunaannya dan membuat murid merasa jemu. Cara yang terbaik adalah menggunakan cara mengajar yang bervariasi dan fleksibel, untuk menambah kesegaran. 10. Menjadikan Diri Sendiri Sebagai Teladan Masalah umum para guru adalah dapat berbicara, namun tidak dapat melaksanakan. Pengajarannya ketat sekali, namun kehidupannya sendiri banyak cacat cela. Cara mengajar yang efektif adalah guru sendiri menjadikan diri sebagai teladan hidup untuk menyampaikan kebenaran, dan itu merupakan cara yang paling berpengaruh. Kewibawaan seseorang terletak pada keselarasan antara teori dan praktek. Jikalau guru dapat menerapkan kebenaran yang diajarkan pada kehidupan pribadinya, maka ia pun memiliki wibawa untuk mengajar. Bahan di atas diambil dan diedit dari: Judul Buku: Pembaruan Mengajar Penulis : Dr. Mary Go Setiawani Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung Halaman : 7679

MENGAJAR DENGAN ALAT PERAGA Media mengajar yang paling dikenal di dalam pelayanan anak sering disebut dengan istilah singkat, alat peraga. Alat peraga dapat berbentuk gambar, flashchard, wayang, boneka jari, rumah Palestina, boks pasir dan lain sebagainya. Bahan dari alam semesta juga bisa dipakai sebagai media mengajar. Bahan tersebut dikenal dengan istilah: peraga benda, antara lain bunga, daun dan buahbuahan. Semua yang menolong untuk menerangkan berita yang ingin disampaikan dan memberi kesan yang tepat dan dalam kepada anak, termasuk media mengajar. Asalusul Media Mengajar Media mengajar alat peraga dan peraga benda sering disebut sebagai alat modern, karena kesadaran mengenai pentingnya memakai media mengajar dalam pelayanan anak yang masih baru. Namun Allah pernah memakai media mengajar semacam itu pada empat ribu tahun yang lalu. Di Gunung Sinai bangsa Israel diajar melalui Kemah Allah. Ini merupakan peraga benda yang yang tidak ada bandingnya. Cara

7

menghampiri Allah diajar melalui peraga benda itu. Meskipun Allah tidak boleh digambar dan tidak boleh dipatungkan, cara menghampiri Allah diajar melalui beraneka macam gambar dan peraga benda. Melalui pemakaian alat peraga dan peraga benda, imajinasi anak dirangsang, perasaan anak disentuh dan kesan yang mendalam diperoleh. Melaluinya anak belajar dengan semangat dan dapat mengingat dengan baik. Mengapa Mengajar dengan Alat Peraga? Dalam mengajar, panca indera dan seluruh kesanggupan seorang anak perlu dirangsang, digunakan dan dilibatkan, sehingga tak hanya mengetahui, melainkan dapat memakai dan melakukan apa yang dipelajari. Panca indera yang paling umum dipakai dalam mengajar adalah "mendengar". Melalui mendengar, anak mengikuti peristiwa demi peristiwa dan ikut merasakan apa yang disampaikan. Seolaholah telinga mendapatkan mata. Anak melihat sesuatu dari apa yang diceritakan. Namun ilmu pendidikan berpendapat, bahwa hanya 20% dari apa yang didengar dapat diingat kemudian hari. Kesan yang lebih dalam dapat dihasilkan jikalau apa yang diceritakan "dilihat" melalui sebuah gambar. Dengan demikian melalui "mendengar" dan "melihat" akan diperoleh kesan yang jauh lebih dalam. Media Mengajar (alat peraga dan peraga benda) seperti: gambar, gambar berkembang, flashcard, slides menolong anak untuk mengingat dengan lebih baik, yaitu mampu mengingat 50% dari apa yang didengar dan dilihatnya. Keseimbangan dalam Memakai Alat Peraga Pemakaian alat peraga merangsang imajinasi anak dan memberikan kesan yang dalam! Meskipun begitu, alat peraga dan peraga benda perlu dipakai secara seimbang. Umpamanya, pada satu pelajaran ayat hafalan diajar dengan menggunakan alat peraga. Pada kesempatan lain, permulaan cerita mendapat perhatian yang khusus, dan pada pelajaran lainnya lagi, seluruh cerita diperagakan. Melalui cara ini setiap hari Minggu, anak memperoleh "sesuatu yang khusus". Hal ini membangun rasa ingin tahu anak dari minggu ke minggu. Dalam memilih alat peraga atau peraga benda, guru perlu waspada, sehingga tidak memakai: media mengajar yang terlalu kecil sehingga anak sulit melihat, dan menjadi ribut. Gambar yang terlalu asing pada perasaan anak, umpamanya gambar tertentu dari luar negeri yang kurang cocok di Indonesia. Perasaan aneh atau lucu tidak menguntungkan dalam proses belajar mengajar ini. Karena itu sebaiknya guru hanya memakai alat peraga yang tepat dan bermutu sebagai alat bantu mengajar. Bahan di atas diambil dan diedit dari: Judul Buku: Pedoman Pelayanan Anak Penulis : Ruth Laufer Penerbit : YPII, Batu, Malang Halaman : 134135 dan 150

8

SERBASERBI Membuat Alat Peraga Sendiri Anda dapat berkreasi dan membuat sendiri alat peraga dengan bahan bahan yang ada di sekitar anda atau dari bendabenda yang sudah tidak terpakai. Berikut ini eBinaAnak menyajikan beberapa tips/ kreasi mengenai alat peraga yang dapat dipakai dalam mengajar. 1. Gambargambar Anda bisa mengumpulkan gambargambar mengenai kehidupan sehari hari dari koran dan majalah yang sudah tidak dibaca atau kalender yang sudah tidak dipakai, misalnya gambar orang sedang naik bis, gambar ibu membuat kue, gambar anakanak pergi ke sekolah sambil bergandengan tangan, gambar petani mencari rumput di sawah, gambar orang berdoa, gambar orang memegang Alkitab, gambar pengemis di pinggir jalan, atau juga juga gambar buahbuahan, gambar binatang, pohonpohon dan sebagainya. Tempelkan gambargambar tersebut satu per satu pada kertas karton yang berukuran sama agar rapi. Susunlah gambargambar sesuai dengan urutan agar dapat membentuk cerita. Gambargambar ini dapat anda gunakan sebagai alat peraga saat ingin menjelaskan kisah tertentu pada anakanak, misalnya menunjukkan contoh penerapan, kejadian tertentu atau hal lain sesuai dengan tema dan tujuan pelajaran yang akan anda sampaikan. 2. Surat Kabar/Koran bekas Koran bekas dapat dilipat dan dibentuk menjadi beraneka ragam "topi," seperti topi bajak laut, topi koki, topi perawat, topi minang, mahkota raja dan sebagainya. Selain itu, koran bekas juga dapat dibuat baju, jubah, sarung dan sebagainya. Topi dan baju dari koran bekas ini dapat dikombinasikan dan digunakan saat anda ingin memerankan tokoh tertentu dalam cerita yang akan anda sampaikan, misalnya: Raja Herodes, Penggembala, Petani, Nabi, dan sebagainya menurut jalannya cerita. 3. Boks Pasir Buat kotak dari papan kayu dengan ukuran panjang dan lebar 50 cm dengan ketinggian 30 cm atau menurut ukuran yang anda inginkan. Ayaklah pasir dan cucilah bersih serta masukkan dalam kotak. Anda dapat membuat gunung, lembah, jalan dan tempat kejadian dengan boks pasir ini. Anda juga dapat melengkapinya dengan orangorangan, pohonpohonan atau rumahrumahan dari kertas. 4. Lainlain

9

Demikian pula sepatu bekas, botol bekas, ranting pohon, maupun bendabenda yang ada di sekitar anda dapat digunakan sebagai alat bantu mengajar, tentunya sesuaikan dengan tema dan tujuan cerita yang akan anda sampaikan. Selamat mencoba! MEMAHAMI GAYA BELAJAR GURU SEKOLAH MINGGU Sama seperti tidak ada anak yang murni memiliki Gaya Belajar tertentu, demikian juga tidak ada guru yang murni memiliki gaya GLOBAL saja atau ANALITIK saja. Namun, mengenali Gaya Belajar dominan kita sebagai seorang guru akan sangat membantu dalam mengevaluasi tugas pelayanan kita sebagai guru SM. Seorang guru dapat menolong murid untuk mengenali kelebihan atau kekurangan Gaya Belajarnya sehingga mereka tidak mengalami frustasi di kelas, demikian juga seorang guru dapat menolong dirinya sendiri dengan mengenali Gaya Belajar + mengajar dominan yang dimilikinya. Dengan demikian, guru dapat lebih mawas diri pada apa yang harus ditingkatkannya, sementara guru juga dapat lebih mengoptimalkan kelebihannya supaya makin efektif dalam mengajar. A. APAKAH SEBAIKNYA MURID DAN GURU MEMILIKI GAYA BELAJAR DOMINAN YANG SAMA? Para orangtua, guru, dan murid mungkin berpikir bahwa sebaiknya guru dan murid memiliki Gaya Belajar dominan yang sama. Namun kadang situasi terbaik adalah kebalikannya. Bagi murid yang lebih GLOBAL berada di dalam kelas guru ANALITIK dapat membantu memberikan struktur yang lebih jelas. Demikian pula seorang murid ANALITIK dapat melakukan yang terbaik di kelas guru GLOBAL karena di sana ia dapat memperoleh gambaran yang menyeluruh dan tidak hanya terfokus pada suatu rincian saja. B. LIMA CIRI GAYA MENGAJAR Bila anda ingin mengetahui Gaya Belajar/mengajar dominan anda, cobalah melakukan evaluasi terhadap halhal di bawah ini: 1. Lingkungan Ruang Kelas Dari ruang kelasnya, seorang guru dapat terlihat apakah dia cenderung GLOBAL atau ANALITIK. Seorang guru GLOBAL mungkin memiliki ruang kelas yang dirancang seperti rumah. Ada posterposter, tanamantanaman, karpet dan sofa. Bagi orang ANALITIK itu kelihatan seperti tumpukan barang rongsokan. Tetapi bagi orang GLOBAL, mereka mendapatkan "suasana" nyaman.

10

Sebaliknya, dari dalam ruang kelas seorang guru ANALITIK anda mungkin menemukan instruksi latihan menghadapi kebakaran, pengumuman harian, bagan dan denah yang berhubungan dengan pelajaran hari itu. Para guru ANALITIK sering menjaga ruang kelas mereka sebersih dan serapi mungkin sehingga murid dapat berkonsentrasi dalam belajar dan bukan pada lingkungan. 2. Hal Mengatur Ruang Kelas Guruguru dengan gaya ANALITIK yang kuat hampir selalu memiliki serangkaian peraturan di kelas yang dicetak dan dibagikan kepada para murid di awal tahun pelajaran. Peraturanperaturan itu, dinyatakan secara spesifik termasuk konsekuensinya, sehingga tidak akan ada anak yang kebingungan. Guru yang lebih GLOBAL hanya memiliki satu atau dua peraturan umum di kelas. Sebagai contoh, "Baik hati dan lembutlah kepada setiap orang" atau Hormatilah yang lain." Setelah itu, bila situasi lain muncul yang membutuhkan penerapan peraturan khusus, seorang guru GLOBAL menangani masalah hanya berdasarkan kasus demi kasus. 3. Sikap Terhadap Para Murid Guru GLOBAL menempatkan prioritas yang tinggi pada penghargaan diri dan bahkan akan memberikan pelajaran tentang hal ini sebelum mereka mengajarkan mata pelajaran mereka. Guru GLOBAL yakin bahwa para murid tidak bisa berhasil kecuali jika mereka memiliki keyakinan terlebih dahulu. Guru ANALITIK juga percaya bahwa penghargaan diri itu penting, tetapi mereka percaya bahwa anak mencapai penghargaan diri dengan mengalami kesuksesan. Jadi guru ANALITIK dominan mungkin menentukan standar yang tinggi dan mungkin kelihatan keras kepada muridmurid mereka, karena mereka ingin para murid berhasil memperoleh penghargaan diri. 4. Mengajarkan Isi Pelajaran Bila saatnya mengajarkan isi pelajaran tertentu, guru yang lebih ANALITIK menggunakan banyak kuliah, kegiatankegiatan pribadi, dan tugastugas membaca. Mereka mendorong para murid untuk bekerja dengan tidak tergantung dan mungkin kadangkadang kelihatannya hampir tidak bersahabat bagi murid GLOBAL Guru yang lebih GLOBAL cenderung menggunakan diskusi, kegiatan kelompok, dan belajar bersama. Karena guru GLOBAL mencoba membuat mata pelajaran itu penting secara pribadi bagi setiap murid, mereka sering berbagi pengalaman secara pribadi dan berharap murid mereka melakukan yang sama. Hal ini bisa membuat seorang

11

ANALITIK menjadi tidak nyaman dan tidak sabar. 5. Pemberian Nilai Guru ANALITIK hampir selalu menentukan skala pemberian nilai. Jika angka 92100 berarti A dan seorang murid mendapat angka 91,8, seorang guru ANALITIK akan memberikan nilai B. Guru ANALITIK dominan sering memiliki kriteria pemberian nilai yang sangat spesifik, dan murid dapat percaya bahwa guru itu konsisten. Guru ANALITIK kelihatannya tidak banyak memberikan pujian, tetapi bila guru itu berkata bagus, ini mungkin pujian tertinggi yang akan diterima seorang. Guru GLOBAL tidak begitu spesifik dalam memberikan nilai. Jika 92 berarti A dan seorang murid mendapat 91,8, guru GLOBAL mungkin berkata cukup dekat, tergantung kepada kepercayaan guru seberapa kerasnya murid itu belajar. Guru GLOBAL dominan menekankan partisipasi kelas dan mungkin bahkan memberikan nilai untuk seberapa sering sumbangansumbangan dilakukan dalam diskusi kelas atau pekerjaan kelompok. Bahan ini diambil dan diedit dari: Judul buku: Cara Mereka Belajar Penulis : Cynthia Ulrich Tobias Penerbit : Harvest Publication House Halaman : 141145

CARA MENGAJARKAN AYAT HAFALAN PADA ANAK AUDITORY, VISUAL DAN TACTILE Pada edisi yang lalu (045) eBinaAnak telah menyajikan sebuah kasus mengenai 3 orang anak SM yang memiliki Gaya Belajar yang berbeda. Ani adalah Auditory Learner, Vivi adalah Visual Learner, dan Teddy adalah Tactile (kinesthetic) Learner. Edisi kali ini akan membahas mengenai bagaimana guru SM dapat membantu anakanak tsb belajar Alkitab dengan penuh sukacita sambil mengoptimalkan hasil dari Gaya Belajar mereka masingmasing. Tips berikut adalah cara mengajarkan Ayat Hafalan pada ketiga tipe anak tersebut: A. KELOMPOK AUDITORY Ajaklah anak auditory memilih teman untuk berlatih bersama. Bantulah

12

mereka menghafal ayat ke dalam suatu pola berirama, seperti puisi, lagu, atau rap. Biarkan mereka membaca dengan suara keras, bila memungkinkan, rekamlah suara mereka dan minta mereka mengulangnya sambil mendengarkan kembali hasil rekaman tsb. Jauhkan mereka dari gangguangangguan visual (misal: di tempat yang sering dilewati orang, di ruang terbuka dengan banyak pemandangan, di ruang kelas kesenian yang memiliki banyak benda). B. KELOMPOK VISUAL Sediakan tempat yang luas, terang, serta perlengkapan secukupnya untuk menggambar dan menulis. Dorong mereka untuk membuat catatan, atau menggambar sambil memikirkan sesuatu saat mencoba menghafalkan ayat. Mungkin mereka akan suka membuat kartukartu kecil yang berisikan kata dan gambar pengingat yang mereka buat sendiri. Tindakan menulis, menggambar, memberi warna akan sangat membantu mereka dalam menghafal. C. KELOMPOK TACTILE Berikan kebebasan pada mereka untuk mengekspresikan diri dalam gerakan. Bila perlu, bantulah mereka menciptakan gerakangerakan tertentu sebagai pengganti kata yang harus mereka hafalkan. Biasanya, anak Tactile akan mengingat dengan baik apa yang mereka pelajari melalui gerakangerakan yang diciptakannya sendiri. Selamat melayani! /Tim Redaksi (Meilania)

SERBA SERBI KATAKATA BIJAK UNTUK GURU "The important thing is not so much that every child should be taught, as that every child should be given the wish to learn." (John Lubbock) "Hal yang penting bukanlah setiap anak harus diberi pelajaran, tetapi bahwa setiap anak seharusnya diberikan keinginan untuk belajar." (John Lubbock) "Could I climb to the highest place in Athens, I would lift my voice and proclaim: 'Fellow citizens, why do you turn and scrape every stone to gather wealth, and take so little care of your children to whom one day you must relinquish it all?'" (Socrates)

13

"Kalau aku boleh naik ke tempat yang paling tinggi di Athena, maka aku akan mengangkat suaraku dan meneriakkan: 'Temanteman sebangsaku, mengapa engkau membalikkan dan mengorek setiap batu untuk mengumpulkan kekayaan, tapi memberikan perhatian yang sangat sedikit pada anakanak anda, yang kepadanya suatu ketika anda harus serahkan semuanya?'" (Socrates) "Children have never been very good at listening to their elders, but they have never failed to imitate them." (James Baldwin) "Anakanak tidak pernah pandai mendengarkan apa yang dikatakan para orang tua/guru, tetapi mereka tidak pernah gagal dalam meniru mereka." (James Baldwin) "This is my mission field: a child's heart Where endless thoughts and actions start, For in that heart through word and deed I plant and water sacred seed." (Marcia Baldon) "Inilah ladang misiku, yaitu hati seorang anak Dimana pemikiran dan tindakan yang tak berkesudahan berawal Karena dalam hati ini melalui katakata dan perbuatan Aku menanam dan menyirami benihbenih yang kudus." (Marcia Baldon) PEMIKIRAN SEKITAR METODE MENGAJAR Metode dapat diartikan sebagai "teknik", "cara", atau "prosedur". Setiap kegiatan mengajar memerlukan metode yang tepat dan relevan untuk mencapai tujuan. Karena itu, persiapan mengajar dengan target dapat menghasilkan rencana pengajaran, guru harus memikirkan metode secara seksama. Pemikiran itu dimulai dengan tiga pertanyaan penting: 1. Siapakah peserta didik saya? Bagaimana kelompok usia dan perkembangan serta kebutuhan mereka? 2. Apakah tujuan belajar yang saya harapkan dapat dicapai secara konkret (menyatakan perubahan tingkah laku, sikap, dan pemahaman)? 3. Apa saja yang saya perlukan untuk mencapai tujuan belajar? Sumbersumber bahan bacaan (literatur), informasi, dan alat bantu (media) apa saja yang mungkin saya gunakan guna membantu peserta didik mencapai tujuan?

14

BEBERAPA PRINSIP PEMIKIRAN METODE MENGAJAR 1. Memikirkan soal metode mengajar sangatlah penting dalam tugas pedidikan dan pengajaran karena Yesus Sang Guru Agung telah memberikan teladan keguruan sebagaimana dijelaskan oleh Kitab Injil. Di antara Yesus dengan muridmuridNya senantiasa terjadi interaksi dialogis. Lawrence O. Richards, dalam "A Theology of Christian Education" (1975, h.31), meringkaskan interaksi antara Yesus dengan muridmuridNya sebagai berikut: YESUS: menerangkan bertanya berbuat menugaskan MURIDMURID: mendengar, bertanya menjawab mengamati, menirukan melakukan, bertanya

2. Metode mengajar yang perlu kita pilih dan kembangkan haruslah kreatif sedemikian rupa. Pendekatan mengajar kreatif menekankan kegiatan peserta didik, sebagai pelaku tugas belajar, sementara guru hanya berperan sebagai pembimbing, pemberi arah, dan bantuan seperlunya. Seterusnya, kegiatan belajar kreatif dapat menumbuhkan kreativitas baru dalam pemikiran perasaan, dan sikap peserta didik sehingga setelah mengikuti kegiatan belajar, peserta didik dapat tiba kepada suatu kesimpulan: "Aha, ada sesuatu yang baru yang saya peroleh!" Di samping itu, dengan tugas mengajar kita harus berupaya sehingga peserta didik memperoleh makna dari apa yang telah dipelajarinya. Jika peserta didik mendapatkan "makna praktis dan pribadi" dari apa yang baru dipelajarinya, maka selanjutnya ia akan terdorong untuk belajar lebih giat. Ia akan berharap untuk selalu memperoleh halhal baru dan segar. Segar dalam arti mampu "menyentuh" aspek batiniah. 3. Sesungguhnya tidak ada metode mengajar yang dapat dikategorikan paling tepat bagi setiap kesempatan mengajar. Karena itu kita harus selalu selektif. Sehubungan dengan pemilihan dan pengambilan keputusan tentang metode ini, beberapa hal berikut perlu kita perhatikan sebagai alat pemikiran tentang kriteria. Pemilihan metode mengajar yang "tepat" ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu: a. Kemampuan/ketrampilan guru. Bagaimana kemampuan dan ketrampilan guru dalam menggunakan metode yang ditetapkannya? b. Kebutuhan peserta didik. Dalam segi apakah guru mengharapkan peserta didik mengalami perubahan?

15

c. Besarnya kelompok. Cocokkah metode yang dipilih untuk kelompok yang akan dihadapi? d. Tujuan pelajaran. Apakah metode yang dipilih dan akan dipakai cukup baik untuk membantu tercapainya tujuan belajar? e. Keterlibatan peserta didik. Mampukah metode yang dipilih membuat para peserta didik aktif belajar? Bisakah diharapkan terjadi suasana atau interaksi dialogis dalam kegiatan belajarmengajar? f. Kesesuaian dengan bahan pengajaran. Sesuaikah metode yang dipilih dengan sifat bahan pelajaran? g. Fasilitas yang tersedia. Cukupkah fasilitas yang tersedia untuk menunjang pelaksanaan kegiatan belajarmengajar, sesuai dengan metode yang ditetapkan? h. Waktu yang tersedia. Mungkinkah suatu metode diterapkan dalam belajar mengajar, dilihat dari segi waktu? Metode karya wisata misalnya, tentu membutuhkan waktu untuk refleksi dan memberikan laporan. i. Variasi pengalaman belajar. Dalam penetapan metode kita harus mempertimbangkan berapa jauh variasi pengalaman belajar dapat terjadi. Pengalaman belajar bagaimana yang dapat maksimal terjadi? Mendengar sajakah? Melihat sajakah? Berpikir dan berbuatkah? j. Ketrampilan tertentu dari peserta didik. Metode yang kita tetapkan dalam mengajar hendaklah sedemikian rupa sehingga dapat membangkitkan ketrampilan tertentu. Kalau tidak peserta didik menjadi pasif; hanya tahu teori. Hal ini penting apalagi berkaitan dengan pengajaran yang ingin menanamkan segisegi "how to" atau "teknik". 4. Pemilihan variasi metode mengajar pada prinsipnya perlu bertitik tolak dari corak komunikasi yang ditimbulkan oleh pemakaian metode itu. Interaksi yang terjadi di antara guru dan peserta didik bisa meliputi dua jenis komunikasi. a. Satu arah Yaitu pihak guru kepada peserta didik. Termasuk dalam metode ini adalah: ceramah, kuliah, cerita, demonstrasi, metode audio visual: film, video, poster, dll. Yaitu dari pihak peserta didik kepada gurunya.

16

Termasuk ke dalam metode ini antara lain: laporan baca, hasil riset, studi kasus, studi kelompok, studi mandiri buku, percobaan lapangan, suratmenyurat, survai lapangan, mengikuti buku pegangan, hafalan, tes, paper, tulisan reflektif. b. Dua arah Dimana terjadi relasi dan interaksi dialogis di antara guru dengan peserta didik. Ada tiga kategori metode termasuk dapat menciptakan relasi dan interaksi dialogis ini: Diskusi kelompok: brainstorming, buzzgroup, studi kasus, kelompok kecil, forum, wawancara, diskusi panel, seminar, simposium, kolokium, lokakarya, berbagi rasa, dll. Drama: dialog, bacaan dramatis, mimik, pantomim, permainan, permainan peran, sosiodrama, tabloid, dll. Metode proyek: studi kasus, mentor (bimbingan studi), kelompok kerja, pemecah masalah, dll. 5. Selalu ada tingkat, jenis serta penekanan tertentu dalam proses belajar sebagai tujuan akhir dari halhal yang ingin dicapai oleh guru. Sudah tentu hal itu turut berpengaruh atas pemilihan dan penetapan metode. a. Jika proses belajar ingin menekankan segi peningkatan pengetahuan dan pengertian peserta didik, maka sudah tentu guru perlu memperhatikan prinsipprinsip dan pendekatan berikut: Tekanan diberikan pada keaktifan berpikir (menalar), atau upaya mempertimbangkan dan memahami. Melibatkan pancaindera dalam kegiatan belajar. Selalu diberi upaya untuk mengemukakan apa yang dibahas sekarang ini dan yang dibicarakan untuk waktu yang akan datang. Dengan begitu peserta didik mengetahui kesinambungan kemajuan belajarnya. Tafsirkanlah konsep, ide, gagasan secara kontekstual. Penjelasan terhadap konsep, ide atau gagasan harus diberikan secara jelas dan tuntas. Hal ini dapat mempermudah peserta didik dalam membentuk dan mengembangkan konsepnya sendiri. Mengemukakan relevansi prinsip dan gagasan terhadap situasi yang dihadapi. Jika peserta didik selalu dapat melihat keterkaitan dari apa yang dipelajari dengan kebutuhan dan situasi yang sedang dihadapi, maka proses transfer dalam belajar dapat dikatakan sudah terjadi. b. Jika tekanan diberikan kepada pencapaian segisegi nilai dan moral, maka guru perlu memperhatikan prinsipprinsip belajar berikut: Tekankan contohcontoh yang konkret dan kontekstual. Gunakan sumbersumber otoritatif, seperti biografi, dan ruang kesaksian atau berbagi rasa.

17

Identifikasi dengan kondisi dan tokoh tertentu, seperti melalui metode drama, pembacaan puisi, atau sorotan terhadap biografi. Aktifkan refleksi pribadi, klarifikasi nilai (penjelasan tanpa mempertanyakan soal "mengapa") dan diskusi kelompok. Sumber: Judul Buku: Menjadi Guru Profesional Pengarang : B.S. Sidjabat, Ed.D. Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1994 Halaman : 89 94

ARTIKEL (2) PENGGUNAAN METODE MENGAJAR YANG BERBEDA Metode mengajar adalah teknik guru dalam menyalurkan informasi kepada ASM. Karena minat, taraf intelegensi dan daya perhatian dari setiap kelas berbeda, maka GSM harus dapat menggunakan metode mengajar yang berbeda dengan bijaksana. Kali ini akan diperkenalkan tujuh macam metode mengajar, untuk menolong GSM mengajar dengan suasana yang lebih menyegarkan dan efektif. 1. Metode Tanya Jawab (Question & Answer) Adapun bentuk tanya jawab dapat dibagi ke dalam empat jenis: a. Pertanyaan yang bersifat mencari informasi (Informational questions). b. Pertanyaan tertutup (Closeended questions), yaitu pertanyaan yang tidak perlu dipertimbangkan apakah harus dijawab dengan jawaban yang penjang lebar atau yang singkat. Hanya perlu dijawab dengan betul atau salah. c. Pertanyaan yang menuntut pemikiran (Three dimensional questions), yaitu pertanyaan yang bukan hanya menuntut fakta, melainkan selangkah lebih maju untuk menunjuk sebab, arti, dan perasaan. d. Pertanyaan terbuka (Openended questions), dimana murid sendiri mengalami hal tersebut, dan menjawab pertanyaan sesuai dengan kebenaran yang diterima mereka secara pribadi. Adapun prinsipprinsip dalam mengajukan pertanyaan adalah sebagai berikut: Pertanyaan harus jelas, singkat, dan sesuai dengan tingkat penerimaan murid. Jangan terlalu banyak mengajukan pertanyaan betul salah.

18

Terlebih dahulu ajukan pertanyaan kepada semua murid. Baru kemudian sebutkan nama salah seorang murid untuk menjawab, tetapi jangan memanggil secara berurutan. Tentu saja boleh memberi kebebasan kepada murid untuk menjawab pertanyaan, tetapi perhatikanlah jangan sampai sebagian orang terusmenerus menjawab pertanyaan. Sebaiknya berikan kesempatan pada setiap murid untuk berpartisipasi. Setelah bertanya, berikan waktu yang cukup untuk berpikir. Guru jangan terburuburu memberikan jawaban. Jikalau jawaban murid salah, jangan ditegur atau ditertawakan. Sedapat mungkin pujilah kelebihannya dan perbaiki kesalahannya dengan cara yang bijaksana. Jikalau murid tidak dapat menjawab pertanyaan yang telah diajukan, jangan menunggu terlalu lama. Undang murid lain untuk menjawab. Jangan menambahkan pertanyaan lain dalam pertanyaan yang kita ajukan. Dapat menjelaskan pertanyaan dengan mengajukan pertanyaan lain. Pertanyaan harus dipersiapkan terlebih dahulu. Untuk memberikan pertanyaan yang baik, perlu menyediakan waktu untuk mempersiapkannya. 2. Metode Diskusi (Discussion) Guru mengajukan pertanyaan yang bersifat merangsang, yang dapat membangkitkan minat murid untuk berpartisipasi dalam diskusi yang positif. Bentukya antara lain: a. Studi Kasus (Case Study) Studi kasus dapat diutarakan dengan bentuk yang berbedabeda. Uraikan secara terinci keadaan yang terdapat dalam sebuah kasus, agar murid dapat mencari cara penyelesaian yang mungkin dapat dipakai. Contohcontoh bentuk studi kasus yang berbeda seperti berikut: utarakan sebuah cerita yang belum selesai; mengutip laporan surat kabar, mengajukan suatu masalah kejiwaan; utarakan dengan gambar untuk merangsang murid berdiskusi; atau memakai riwayat hidup para tokoh, laporan sejarah, catatan statistik, dan sebagainya. b. Debat (Debate) Dua orang atau dua kelompok murid memperdebatkan satu masalah dari segi pro dan kontranya. Dari proses perdebatan itu, murid dapat memahami pandanganpandangan yang timbul dari konsep konsep yang berbeda. Mereka yang ikut serta dalam perdebatan haruslah mempunyai pengenalan yang cukup dan persiapan yang mantap tentang soal yang didiskusikan. c. Metodemetode diskusi lainnya yang terdapat dalam buku ini

19

adalah: Penyelesaian/pemecahan masalah (Problem Solving) Pengumpulan gagasan secara mendadak (Brainstorming) Kelompok berbincangbincang (Buzz Group/Two by Two) 3. Metode Drama Bentuknya antara lain: a. Peragaan Gambar (Picture Posing) Metode ini cocok untuk anakanak yang usianya agak kecil. Urutannya adalah sebagai berikut: Pilihlah sebuah gambar yang berkaitan dengan isi pelajaran. Mendiskusikan inti pelajaran tersebut. Menirukan sikap dari tokoh yang terdapat dalam gambar. Menghafal ayat Alkitab atau mengajukan pertanyaan. b. Monolog Mintalah seorang murid untuk mempersiapkan dengan baik dan memerankan diri sebagai salah seorang tokoh Alkitab/tokoh cerita. Lalu dengan memakai kata ganti orang pertama mengisahkan riwayat hidup, perasaan atau pun konsep terhadap pengalaman tertentu dan lainlain. c. Metodemetode drama lainnya yang terdapat dalam buku ini adalah: Pantomim (Pantomime) Drama (Formal Dramatization) Peragaan peran (Role Playing) 4. Metode Ceramah (Lecture) Melalui ceramah GSM menyampaikan satu pokok pelajaran kepada murid secara teratur dan sistematis dalam bentuk pidato. Halhal penting yang harus diperhatikan antara lain ialah: a. Sasaran dari pokok pelajaran harus jelas. b. Kumpulkan bahanbahan yang cukup. c. Berusahalah untuk menggunakan istilahistilah yang sederhana. d. Jangan memakai suara yang datar (monoton), perhatikan kecepatan tinggi dan rendahnya nada suara kita. e. Ingatlah bahwa isi ceramah harus teratur dan sistematis supaya pendengarnya mudah mengerti dan mengingatnya. f. Jangan menggunakan pembagian yang terlalu banyak. g. Ulangilah bagian depan untuk membawa mereka masuk ke bagian berikutnya. Jangan sampai masingmasing bagian terlepas dari konteksnya. 5. Metode Kelompok Pendengar (Listening Teams) Guru membacakan sebuah laporan atau naskah dengan membagi murid menjadi dua atau beberapa kelompok. Mintalah setiap kelompok

20

menyimak butirbutir penting yang telah ditentukan (misalnya kelompok pertama memperhatikan hal yang positif, sedangkan kelompok dua memperhatikan hal yang negatif). Kemudian setiap kelompok harus kembali memberikan laporan kepada guru dan teman teman sekelasnya. Setelah itu baru mengadakan diskusi 6. Metode Simposium (Symposium) Simposium adalah serangkaian ceramah pendek yang disampaikan oleh sekelompok kecil orang kepada seluruh murid. Boleh mengundang para ahli sebagai pembicara, atau meminta murid untuk mempersiapkan terlebih dahulu baganbagan yang berbeda. Kemudian mereka masingmasing menyampaikan segisegi dan konsepkonsep di bawah pimpinan seorang pemimpin. 7. Metode Peninjauan ke Lapangan (Field Survey) Maksudnya adalah mengadakan survey, mencari informasi bersama sama dengan temanteman sekelas secara terpimpin dan terarah, untuk memperoleh bahan dan pengalaman yang orisinal. Adapun langkahlangkahnya sebagai berikut: a. Mengatur dan menghubungi terlebih dahulu, mempersiapkan transportasi dan penanggung jawabnya. b. Berilah petunjuk kepada murid mengenai halhal dan bagian bagian penting yang perlu diteliti. c. Membuat laporan tentang halhal yang telah didengar, dilihat dan dipelajari mereka, sewaktu mengadakan penelitian di lapangan. Bahan dirangkum dari sumber: Judul Buku: Pembaruan Mengajar Pengarang : Dr. Mary Go Setiawani Penerbit : Kalam Hidup, Bandung Halaman : 95 102 SERBASERBI Sehubungan dengan surat pembaca pada edisi y.l. yang menanyakan tentang cerita kartun anakanak "Crayon ShinChan", maka berikut ini kami kutipkan sedikit uraian untuk menjawab surat tsb. TEKNIK BERCERITA Bercerita merupakan salah satu teknik menyampaikan Firman Tuhan yang paling sering digunakan oleh guru Sekolah Minggu. Tuhan Yesus pun, semasa hidupNya di dunia, menggunakan teknik bercerita dalam mengajarkan kebenaran kepada para pengikut dan pendengarNya.

21

Ada banyak alasan mengapa seseorang memilih menggunakan teknik bercerita dibanding teknik lainnya seperti drama, diskusi, atau menggunakan peralatan audio visual. Beberapa alasan yang sering dikemukakan adalah: 1. Lebih Praktis dan Fleksibel Praktis karena dapat dilakukan seorang diri tanpa koordinasi dengan orang lain (seperti drama, misalnya) dan juga fleksibel karena cerita dapat disampaikan hampir di segala tempat maupun situasi, baik di dalam atau di luar kelas, kepada orang dalam jumlah banyak atau sedikit. 2. Lebih Murah (Tanpa atau dengan Alat Peraga) Bercerita merupakan alat pengajaran yang sangat murah, karena dapat digunakan dengan atau tanpa alat peraga. Guru Sekolah Minggu dapat bebas memilih dan mengembangkan sendiri alat peraga yang bervariasi, baik membawa gambar, peraga, boneka sebagai partner, membuat sketsa selama bercerita, menciptakan gerakgerik tertentu dan melibatkan anak dalam cerita, dan variasivariasi yang lain. 3. Pada Umumnya Anak Lebih Menyukai Cerita Untuk anak yang lebih kecil, bahkan cerita yang sudah dikenal pun akan tetap memiliki daya tarik bila guru dapat mengemasnya dengan variasi cerita yang menarik, yang disertai adeganadegan pengulangan pada bagian tertentu. Sedangkan bagi anak yang lebih besar, keahlian guru membangkitkan rasa ingin tahu anak terhadap kelanjutan cerita akan memikat perhatian mereka selama proses bercerita disampaikan. Sayangnya, Teknik Bercerita seringkali dianggap sebagai teknik yang paling "mudah", sehingga sebagian guru merasa tidak perlu melakukan persiapan karena mereka tinggal "menceritakan ulang" isi bahan persiapan mengajar yang telah dibaca atau didapatnya dari kelompok persiapan guru. Padahal, dalam menyampaikan cerita, seseorang harus benarbenar memiliki persiapan yang cukup matang untuk mengemas ulang bahan pengajarannya. Hal ini penting untuk dilakukan supaya pada saat cerita disampaikan, tujuan yang ingin dicapai benarbenar sampai pada sasaran. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam menggunakan Teknik Bercerita antara lain: 1. Pendengar Harus Terlibat Seorang guru Sekolah Minggu biasanya menyampaikan cerita lengkap dengan berbagai intisari pengajarannya tanpa melibatkan anakanak yang diajarnya. Padahal, keterlibatan anak secara aktif akan

22

semakin mendorong pemahaman anak akan arti cerita. Dalam beberapa kesempatan pelayanannya, Tuhan Yesus tidak hanya menyampaikan cerita, kotbah atau perumpamaan saja, namun juga membuat para pendengarNya memberikan respons/tanggapan. Dan dari berbagai tanggapan tersebut, Tuhan Yesus mengemasnya sedemikian rupa untuk melanjutkan apa yang ingin disampaikanNya pada orang banyak. (Luk 20:919, Luk 17:16, Luk 14:1214 dilanjutkan dengan ayat 1524) 2. Cerita Dapat Dimengerti dan Memiliki Makna Bagi Pendengarnya Dalam menyampaikan cerita, guru juga harus jeli melihat kebutuhan rohani anak yang dilayaninya, keadaan dan situasi dimana anak tersebut tinggal, serta pengetahuan anak tentang dunianya. Cerita di Alkitab mengenai "perumpamaan bendahara yang tidak jujur", misalnya, akan kurang mengena bila disampaikan pada anak balita, tapi kisah "Tuhan Yesus memberkati anakanak" akan jauh lebih mengena dan kontekstual bagi kehidupan mereka. Tuhan Yesus sendiri dalam menyampaikan perumpamaan, misalnya, menggunakan tempat dan situasi yang sudah akrab dengan para pendengarnya, seperti: seorang penabur dengan tanah garapannya, seorang ayah dan anaknya, seorang tuan dan hamba, para pekerja di kebun anggur, dan sebagainya. 3. Guru BenarBenar Memahami Cerita yang akan Disampaikan Seorang pembawa cerita yang baik dapat membawa anakanak serasa masuk ke dalam tempat dan suasana cerita yang sesungguhnya dan dapat membuat karakter dalam cerita menjadi lebih hidup. Hal ini bisa terjadi apabila guru benarbenar memahami cerita yang akan disampaikan. Halhal yang perlu dipahami dengan benar antara lain: a. Tempat Kejadian Dalam menggambarkan tempat kejadian, gunakanlah alat peraga dan kalimat yang jelas untuk memudahkan anakanak menggambarkan dan memahami tempat terjadinya peristiwa tersebut. b. Kejadian/Peristiwa Dalam bercerita pada anakanak kecil, sebaiknya anda menyampaikan alur kejadian secara urut, dari awal, pertengahan hingga akhir. Cerita yang menggunakan alur flashback tidak akan banyak membantu anakanak dalam memahami dan mengerti cerita yang disampaikan. Jika suatu cerita merupakan kelanjutan dari cerita sebelumnya, maka, sebelum bercerita, berilah pertanyaan pada anakanak untuk mengingatkan cerita

23

sebelumnya. Usahakan anda menceritakan terjadinya peristiwa secara kronologis. c. Karakter Dalam bercerita, jelaskan karakternya, tokoh atau pelaku yang terdapat dalam cerita tersebut, siapa namanya, bagaimana kepribadiaannya, bagaimana bentuk wajahnya, penakut, pemalu atau pemberani. Bagaimana bentuk badannya, tinggi, kurus, pendek, gemuk. Apa status sosialnya, raja, penduduk, pendatang, pedagang atau pemungut cukai. Apa motivasi yang dimiliki tokoh tersebut. Apa keistimewaannya. Dan kembangkanlah karakternya dengan jelas. Ada sebagian orang yang disebut "berbakat" atau "berkharisma" sehingga dengan mudah orangorang ini memikat perhatian para pendengarnya. Namun sebagai pelayan Tuhan, janganlah kita berkecil hati bahkan terkecoh oleh penampilan luar seseorang. Ingatlah bahwa dalam menyampaikan Firman Tuhan, tugas kita sebagai guru Sekolah Minggu adalah mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin dan bertanggung jawab di hadapan Tuhan, selanjutnya Roh Kudus yang akan bekerja untuk memberikan buahbuah pertobatan. Sumber: 1. Judul buku : The Complete Handbook for Children Ministry (How to Reach & Teach the Next Generation) Editor : Dr. Robert J. Choun dan Dr. Michael Lawson Penerbit : Thomas Nelson Publisher Halaman : 308309 2. Tim Redaksi (Meilania) TIPS BERCERITA HALHAL YANG PERLU DIPERHATIKAN SAAT BERCERITA "Ceritanya menarik sekali!" "Wah ... ceritanya benarbenar membosankan" "Ehmm ... apa ya ceritanya tadi?" "Ceritanya bagus sih ... tapi, maksudnya apa saya tidak tahu" "Yaah .. kalau itu sih saya sudah tahu ceritanya ..." Berbagai komentar anak di atas tentulah sudah tidak asing bagi para guru Sekolah Minggu. Cerita, di satu sisi, dapat memikat perhatian anak, tapi sebaliknya, cerita juga dapat menjauhkan perhatian anak dari guru yang bercerita. Oleh karena itu seorang guru harus benarbenar mempersiapkan diri dengan baik sebelum memberanikan diri bercerita di depan anakanak. Sedikitnya ada 3 hal penting yang perlu mendapat perhatian, yaitu:

24

A. ORANG YANG BERCERITA 1. Penampilan Meskipun bukan yang utama, penampilan tetap harus dijaga. Guru harus tampak rapi, bersih, mengenakan baju yang pantas dan membuatnya merasa nyaman serta mudah bergerak, bersikap wajar dan rileks. 2. Gerakan Tubuh Gerakan tubuh harus dijaga supaya tidak mengalihkan perhatian anak dari fokus cerita. Beberapa orang memiliki kecenderungan melakukan gerakangerakan yang "mengganggu" tanpa disadarinya, seperti: memasukkan tangan ke dalam saku celana, menggarukgaruk kepala, pandangan selalu ke atas, dsb. Guru sebaiknya memang bergerak selama menyampaikan cerita, asal tidak berlebihan sehingga malah membingungkan anak karena harus menoleh dan memutar kepalanya. 3. Ekspresi Idealnya pandangan mata mengarah pada mata murid, asal jangan menatap dengan terlalu tajam atau melihat pada muridmurid tertentu saja. Dalam bercerita, gunakanlah ekspresi muka (takut, marah, benci, senang). Ubahlah tekanan suara (berat, ringan), kecepatan suara (cepat, lambat), dan volume suara (keras, kecil), serta bentuk suara (gagap, serak). Perhatikan setiap jeda kalimat. 4. Pilihan Kata Pilihan kata harus tepat, dan di sinilah letak pentingnya persiapan yang matang. Dalam bercerita kepada anak pilihlah katakata dan pakailah bahasa yang sederhana menurut tingkatan pemahaman mereka. Hindari istilah yang sulit, kecuali istilah tersebut memang merupakan bagian penting dalam cerita, misalnya: akan menjelaskan mengenai sinagoge. Arahkan setiap komentar dan pertanyaan agar tujuan pengajaran dapat disampaikan serta hindarilah cerita yang panjang lebar. Buatlah agar cerita yang disampaikan seringkas mungkin, untuk menjaga konsentrasi dan perhatian anakanak, selain itu setelah cerita berakhir masih ada waktu untuk diskusi. B. KESELURUHAN CERITA 1. Pendahuluan Bagian ini sangat menentukan keberhasilan seluruh cerita anda,

25

karena merupakan momen penting untuk mengikat perhatian anak. Pendahuluan harus dibuat semenarik mungkin sehingga menimbulkan rasa ingin tahu anak. Kalimat pendahuluan dengan menanyakan, "Siapa yang masih ingat cerita minggu lalu?" sepertinya bukan ide yang baik. 2. Perubahan Meskipun telah dipersiapkan dengan matang, tidak menutup kemungkinan akan terjadi perubahan saat anda menyampaikan cerita, misalnya, ada anak yang memotong cerita anda dengan pertanyaan, ada anak yang menangis, ada anak yang berkelahi, dsb. Di sini anda dituntut untuk "menyelamatkan situasi" dengan berbagai cara, termasuk dengan menggunakan situasi yang sedang berkembang sebagai bahan cerita. 3. Fokus Hindarilah menyisipkan ajaran moral lain di tengahtengah cerita, selain akan mengaburkan cerita utama, hadirnya "pesan sponsor" tersebut akan membuat cerita utama kehilangan daya tariknya. 4. Penutup Cerita harus diakhiri dengan situasi yang membuat anak menahan napas serta menantinantikannya. Begitu sampai pada klimaks, segeralah akhiri, karena bila terlau pamnjang lebar, anakanak biasanya akan merasa jenuh dan letih. Berikan kesan yang mendalam pada anak saat anda menyampaikan penutup karena inilah bagian penting yang perlu anda tekankan pada mereka. C. PENGATURAN TEMPAT DAN SUASANA Cerita dapat disampaikan dengan duduk mengelilingi meja, di atas lantai/tikar, atau berkerumun di dekat api unggun. Yang penting pastikan bahwa anakanak merasa nyaman sebelum cerita dimulai dan bahwa setiap anak memiliki pandangan yang jelas (tidak terhalang) pada guru yang akan menyampaikan cerita. Pendengar anakanak cenderung untuk mendekat pada orang yang bercerita selama cerita berlangsung, khususnya jika ada alat bantu yang menarik, seperti: orangorangan, boneka maupun wayang. Jadi, buatlah aturan tertentu sebelum cerita disampaikan. Hubungan yang akrab dapat dibangun antara guru dan anakanak dengan kontak mata dan interaksi. Untuk memelihara hubungan ini usahakan kelas terdiri dari sekelompok kecil anak, dan anak yang memiliki fisik paling kecil dapat duduk di bagian depan. Bila cerita harus disampaikan dalam kelompok besar, maka posisikan

26

guruguru yang lain untuk duduk di tengah anakanak, supaya dapat menjaga dan memberikan contoh pada anak bagaimana sikap mendengarkan yang baik. Jika anda memikirkan kemungkinan terjadinya pengalihan perhatian anak, misalnya oleh anakanak lain yang berkeliaran di lokasi cerita, rencanakan agar setiap anak membawa sesuatu sepanjang anda bercerita. Misalnya untuk cerita "domba yang hilang", anda dapat memberikan masingmasing anak stiker bergambar domba untuk direkatkan di tengah cerita. Gunakan gerakan tangan, nyanyian atau tanda yang sama sebagai tanda dimulainya cerita atau sebagai usaha menarik kembali perhatian anak pada anda. Pada akhirnya, selain berbagai usaha di atas, banyak berlatih juga turut membantu "keberhasilan" anda bercerita. Latihan bercerita di depan cermin akan sangat membantu, terutama bagi para guru yang baru memasuki dunia pelayanan anak. Anda juga dapat merekam suara (audio) atau penampilan anda (audio visual) untuk kemudian didengarkan dan atau dilihat kembali guna melihat kekurangan serta melakukan perbaikan. Bahan ini dirangkum dari: 1. Judul buku : Pembaruan Mengajar Penulis : Dr. Mary Go Setiawan Penerbit : Yayasan Kalam Hidup Halaman : 9294 2. Judul buku : The Complete Handbook for Children Ministry (How to Reach & Teach the Next Generation) Editor : Dr. Robert J. Choun dan Dr. Michael Lawson Penerbit : Thomas Nelson Publisher Halaman : 308309 SERBASERBI VARIASI MEMBUKA CERITA YANG KREATIF Seorang pembawa cerita yang baik dapat membawa anakanak serasa masuk ke dalam tempat dan suasana cerita yang sesungguhnya dan dapat membuat karakter dalam cerita menjadi lebih hidup. Ketrampilan guru menggunakan berbagai macam dan jenis suara, menjadi penting karenanya. Ketrampilan membuka cerita dengan menggunakan suarasuara memiliki daya tarik tersendiri, karena biasanya, dengan segera anak akan memusatkan perhatian pada asal suara tersebut muncul, siapa lagi kalau bukan pada si guru yang akan memulai ceritanya. Beberapa ide untuk membuka cerita antara lain:

27

1. Cerita/Ilustrasi Singkat Sebelum cerita utama disampaikan, berikan cerita/ilustrasi singkat sebagai pengantar cerita. Ilustrasi haruslah dipilih yang singkat dan sesuai dengan tujuan cerita. Misalnya cerita: "Tuhan Yesus mati di salib." Tujuan cerita: "Betapa setianya Tuhan menebus dosa kita." Cerita ilustrasi singkat yang dipakai: "Kisah induk ayam yang rela mati terbakar untuk melindungi anak anaknya." Untuk memikat anak, tirukan suara induk ayam yang sedang memanggil anakanaknya, atau suara ayam yang sedang ribut karena terjadi kebakaran. 2. Kalimat Puitis/Pepatah Sebagai "penarik" perhatian anak, sebelum bercerita berikan semacam slogan, pepatah atau kalimat yang puitis. Misalnya, kita dapat memulai cerita dengan berteriak keras dan tegas! "MERDEKA! MERDEKA! MERDEKA ATAU MATI! DARAHKU KUPERSEMBAHKAN AGAR ENGKAU ... MERDEKA!" Lalu dengan suara lembut jelaskanlah pada anakanak Sekolah Minggu, "Adikadik, para pejuang pada waktu itu bertekad, Indonesia harus merdeka. Kalau perlu. kemerdekaan itu harus ditebus dengan darah! Walau harus mati mereka rela agar kita semua bisa merdeka ... Begitu juga Tuhan Yesus ..." (langsung masuk ke cerita utama tentang Tuhan Yesus yang rela mati untuk menebus dosa kita). 3. Mendramatisasi Awal cerita Teknik ini langsung menuju inti cerita (tidak berteletele). Misalnya cerita tentang penyaliban Tuhan Yesus. Cerita ini dapat dimulai dengan kekasaran dan penghinaan para prajurit kepada Yesus sebelum menyalibkan Yesus. Tirukan sikap para prajurit tersebut. (Dengan suara keras, lantang, sikap congkak dan bengis) "Maju! Ayo maju! Hayoo jalan! Katanya Mesias, kok loyo... cepaatt! (tarr bunyi cambuk bergema keras) Ayo jalan..!" (dilanjutkan dengan cerita sesungguhnya) 4. Tokoh Tersembunyi Pada variasi ini guru menjadi tokoh Alkitab yang menjadi saksi mata kisah dalam Alkitab. Misalnya: (Guru memulai sambil berekspresi sedih & terisakisak) "Tidak! Ia tidak boleh mati! Tidak! Tidaakkk! Oh.. Tuhan kenapa Engkau mati ... hu ... hu ... hu ... Dulu aku begitu sombong mau mati demi Engkau, tapi nyatanya aku takut Tuhan ... huu ... hu ... hu ... Tahukah kalian apa yang terjadi dengan Guruku? ... Baik ... akan aku ceritakan ..." (Masuk ke cerita dengan teknik seolaholah pencerita adalah saksi mata kejadian itu.) Di akhir cerita tanyakan pada anakanak "Siapakah Pencerita itu?" Jawaban yang benar adalah Petrus.

28

5. Cerita di dalam cerita Kreasi ini adalah dengan "membungkus" cerita dalam "cerita tambahan" agar "sajian" cerita menjadi lebih menarik. Misalnya: Glegar ... darr ... darr suara kilat menyambarnyambar "Malam itu Kiki sedang tidur sendirian di kamarnya. Mendengar suara kilat dan guntur bersahutan, Kiki jadi ketakutan, ia segera berdoa: "Tuhan tolonglah aku!". Kemudian dengan penuh penyerahan kepada Yesus, Kiki memejamkan matanya. Tanpa disadarinya ia bermimpi seperti benarbenar terjadi ... bahkan Kiki sampai berteriak "Jangan! ... jangan kau seret Yesusku sekejam itu. Tolonglah bapak prajurit ... tolong! Hentikan! Lihat darahNya sangat banyak! Pak, ampunilah Dia!" Tetapi rupanya prajurit itu tidak mempedulikan Dia dan ... (masuk ke cerita utama, setelah cerita berakhir) "Jangan ... jangan!!!" (berteriaklah keras!) "Ki... Kiki ... kenapa engkau berteriakteriak terus," kata Papa Kiki yang membangunkan Kiki. Kiki terkejut rupanya ia sedang bermimpi ... "Papa, tadi Kiki bermimpi seolaholah Kiki melihat sendiri penyaliban Tuhan Yesus di bukit Golgota ..." 6. Suara Bunyibunyian Teknik ini sangat mudah dan disukai anakanak. Pada kreasi ini guru menirukan bunyibunyian, baik suara binatang, angin, maupun suara yang lain. Ada banyak bunyi yang dapat ditirukan dalam suatu cerita, misalnya: Suara cambuk prajurit: tar ... tar ... tar Suara sepatu prajurit: tok ... tok ... tok Suara orang banyak berbisikbisik: sstt.. ssstt.. Suara Yesus terjatuh : .. brakk .. aaahhh Teriakan prajurit : .. Ayo .. jalan! Desah nafas pemikul salib: ohh ..ohh ..ohh Teriakan orang ketakutan: gelap! ..ggllaaappp! Mulailah cerita dengan memberikan bunyibunyian suara semacam di atas. Dan diteruskan langsung pada alur cerita yang diinginkan. Demikian beberapa ide membuka cerita yang kreatif, kiranya hal ini dapat menolong anda dalam bercerita kepada anakanak. Selamat mencoba! Bahan ini diambil dan diedit dari: Judul buku : Mengajar Sekolah Minggu yang Kreatif Penulis : Paulus Lie Penerbit : Yayasan Andi Halaman : 3639 Kata Pokok: AJAR, PENGAJARANPENGAJARAN INJIL Info 06001

29

1. Berasal dari Allah. Yoh 7:16; Kis 13:12 2. Diajarkan oleh Firman Allah. 2Tim 3:16 3. Adalah ibadah. 1Tim 6:3; Tit 1:1 4. Percabulan dihukum oleh . 1Tim 1:911 5. Mengadakan persekutuan dengan Allah dan AnakNya. 1Yoh 1:3; 2Yoh 1:9 6. Membawa kepada pengudusan. Rom 6:1722; Tit 2:12 7. Supaya jangan dihujat orang. 1Tim 6:1; Tit 2:5 8. Hambahamba Tuhan harus: 8.1 Bertekun di dalam . 1Tim 4:13,16 8.2 Terdidik . 1Tim 4:6 1Ti 4:6 Dengan selalu mengingatkan halhal itu kepada saudarasaudara kita, engkau akan menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik, terdidik dalam soalsoal pokok iman kita dan dalam ajaran sehat yang telah kauikuti selama ini. 8.3 Mengerjakan . 1Tim 4:16 8.4 Memberitakan apa yang sesuai dengan . Tit 2:1 8.5 Berpegang pada dengan sungguhsungguh. 2Kor 2:17; Tit 2:7 8.6 Berpegang dengan teguh pada . Tit 1:9 9. Orangorang kudus taat dengan segenap hati kepada . Rom 6:17 10. Orangorang kudus tetap dalam . Kis 2:42 11. Selalu tulus dan setia, supaya memuliakan . Tit 2:10 12. Ketaatan orangorang kudus menimbulkan pengertian terhadap . Yoh 7:17 13. Orangorang yang melawan: 13.1 Adalah bodoh. 1Tim 6:4 13.2 Mencaricari soal. 1Tim 6:4 13.3 Adalah sombong. 1Tim 6:3,4 13.4 Jangan diterima. 2Yoh 1:10 13.5 Harus waspada. Rom 16:17 14. Tidak dapat diterima lagi oleh orang fasik.

30

2Tim 4:3

31