pemikiran jasser auda

Upload: eko-djulianto

Post on 07-Jul-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 pemikiran Jasser Auda

    1/2

     Jasser auda

     Tradisionalis

     Jasser Auda membagi kelompok Tradisionalis ke dalam beberapa kategori, yaitu

    Skolastik Tradisonalis, skolastik neo-tradisionalis, Neo-literalis, dan orientasi teori

    idilogis.

    a) Skolastik Tradisonalis

    Kelompok yang dikategorikan ini ulama-ulama yang mengikuti pandangan

    ‘ulama’ klasik, termasuk Sha’i, !aliki, "ana, "anbali, Shiah, atau #badiyah

    sebagai pemegang otoritas pemakna teks al-$ur’an maupun hadith. Seluruh

    penyelesaian problem selalu diru%ukkan kepada hasil-hasil i%tihad madhab ini.

    Kelompok ini melakukan i%tihad, %ika problem yang ter%adi tidak ditemukan dalam

    pandangan para imam madhab ini. &alam hal ini, #%tihad dilakukan melalui

    metode 'iyas yang diru%ukkan kepada hasil-hasil i%tihad sebelumnya.

    Salah satu (ontoh adalah tentang proses penetapan hukum tentang

    Kepemimpinan erempuan dalam "ukum #slam yang disampaikan oleh #mam

    *ni+ersitas #slam Saud di iyad. roses keputusan hukum dimulai dari penasiran

    !adhab "anbali, khususnya pendapat #bn Taymiyah, tentang hadith ukhary

    yang menyatakan/ 0tidak akan bahagia suatu kaum %ika dipimpin seorang

    perempuan1. roses penetapan dilakukan tanpa banyak memberikan pen%elasan

    tentang penasiran !adhab "anbali, karena apa yang disampaikan lebih

    dipengaruhi oleh kepentingan politik. Sehingga penetapan lebih diarahkan pada

    2ilayah yang diperbolehkan bagi perempuan untuk men%adi pemimpin, yaitu

    2ilayah-2ilayah pendidikan tertentu dan kesehatan perempuan, atau

    perempuan men%adi imam shalat bagi sesama %enis. Sedangkan pada 2ilayah

    sosial yang lain, seperti hukum, politik, peradilan, media, ekonomi, militer, dan

    pendidikan pada umumnya, perempuan tidak diperkenankan untuk memimpin.

    b) Skolastik neo-tradisionalis

    !enurut Jasser Auda kelompok Neo-Tradisonalis lebih terbuka disbanding

    dengan kelompok Tradisionalis, hanya sa%a masih terpaku pada madhab yang

    dianutnya. !ereka menerima berbagai madhab, khususnya madhab empat

    3!aliki,Sha’i, "ana, dan "anbali). Akan tetapi pada pilihan pendapat mereka

    lebih memilih pada pendapat yang mayoritas 3%umhur) disepakati oleh para

    imam madhab.

    () Neo-literalis

    Neo-literalis merupakan sebagian aliran dari kelompok tradisionlis yang

    disebut dengan aliran 4ahiriyah. !eskipun demikian enomena ini tidak sa%a

    ter%adi pada kelompok Sunni, pada kelompok Shia %uga demikian. Neo literalis

    kontemporer lebih menggantungkan pada koleksi-koleksi hadith dari satu ulama,

  • 8/18/2019 pemikiran Jasser Auda

    2/2

    seperti +ersi 5ahabi dari ulama "anbali, atau pada Shiah, hadith-hadith koleksi

    shiah. *lama-ulama literalis lama mendukung metode istishab sebagai kaidah

    usul yang men%adi komponen dasar ma'asid. Akan tetapi, Neo-letralis menolak

    ma'asid sebagai ligitasi hukum. ealitas sekarang menun%ukkan bah2a neo-

    literalis radikal mengkritik teori ma'asid yang dianggap sebagai ide sekuler yang

    menyamar.

    lo(king the means 3sadd al-&hara’i) pada tema yang sering diulang-ulang

    pada pendekatan neo-literalis sekarang ini adalah kepentingan otoritas

    penguasa, khususnya yang terkait pada hukum tentang perempuan. Seperti

    perempuan dilarang mengemudikan mobil, bepergian sendiri, beker%a pada

    stasion radio dan tele+isi, men%adi 2akil rakyat, bahkan ber%alan di per%alanan.

    d) 6rientasi teori idiologis.

    Sebuah aliran tradisionalis yang o+erlap dengan posmodernis dalam

    mengkritisi rasionalitas modern dan nilai-nilai bias 7ropa sentris yang

    kontradikti. 8a9lur ahman mengkategorikan aliran ini sebagai ‘8undamentalis

    ostmodern’. !ereka memiliki proyek perla2anan kepada barat dan khususnya

    demokrasi dan sistemnya. Argumen utama aliran ini adalah bah2a pemerintah,

    perundang-undangan, dan kekuasaan pemerintah adalah hak Tuhan se(ara

    mutlak, dan tidak diberikan kepada manusia sebagai kontrak atau hak.