hakikat pemikiran

51
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebelum pola pikir manusia berkembang pesat, terutama pemahaman filosofis terhadap kehidupan alamiah manusia serta berbagai pandangan tentang alam jagat raya ini. Menurut kodratnya, manusia adalah makhluk yang selalu ingin tahu terhadap seluruh kehidupan yang dijalaninya. Manusia juga mempunyai rasa ingin tahu terhadap rahasia alam, mencoba menjawab dengan menggunakan pengamatan dan penggunaan pengalaman, tetapi hal itu sering tidak terjawab secara memuaskan. Sehingga dalam hal ini timbul pengetahuan baru yang muncul dari kombinasi antara pengalaman dan kepercayaan. Secara sederhana perkembangan rasa ingin tahu ini dimulai dengan pertanyaan what “apa” tentang sesuatu kemudian dilanjutkan dengan how kemudian why. Pengetahuan yang diperoleh dari alam semesta ini selanjutnya merupakan dasar dai perkembangan ilmu pengetahuan alam. Semua pengetahuan dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Ilmu ini terus berkembang sejalan dengan sifat manusia yang selalu ingin tahu, terutama tentang benda yang ada disekelilingnya, alam jagad raya, bahkan dirinya sendiri. Hal tersebut mendorong manusia untuk memahami serta menjelaskan gejala-gejala yang terjadi dan dorongan rasa ingin tahu manusia tersebut membuat mereka mencari jalan keluar dari setiap apa yang terjadi. Pola pikir manusia dalam beberapa hal tidak terlepas dari simbol dan idiom-idiom budaya yang dimitoskan. Pemanfaatan simbol dan idiom cenderung dijadikan sebagai pengikat atau keterkaitan batiniah seseorang dengan nenek moyang sebagai salah satu pembentukan jati diri bangsa yang merupakan kekayaan budaya yang efektif untuk dipakai sebagai pelajaran terutama yang berkaitan dengan nilai moral.

Upload: sugiyono

Post on 08-Dec-2015

75 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

GOOD JOB

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

          Sebelum  pola  pikir  manusia  berkembang  pesat, terutama pemahaman filosofis terhadap

kehidupan alamiah manusia serta berbagai pandangan tentang alam jagat raya ini. Menurut

kodratnya, manusia adalah makhluk yang selalu ingin tahu terhadap seluruh kehidupan yang

dijalaninya. Manusia juga mempunyai rasa ingin tahu terhadap rahasia alam, mencoba menjawab

dengan menggunakan pengamatan dan penggunaan pengalaman, tetapi hal itu sering tidak terjawab

secara memuaskan. Sehingga dalam hal ini timbul pengetahuan baru yang muncul dari kombinasi

antara pengalaman dan kepercayaan.

            Secara sederhana perkembangan rasa ingin tahu ini dimulai dengan pertanyaan what “apa”

tentang sesuatu kemudian dilanjutkan dengan how kemudian why. Pengetahuan yang diperoleh dari

alam semesta ini selanjutnya merupakan dasar dai perkembangan ilmu pengetahuan alam. Semua

pengetahuan dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Ilmu ini terus berkembang

sejalan dengan sifat manusia yang selalu ingin tahu, terutama tentang benda yang ada

disekelilingnya, alam jagad raya, bahkan dirinya sendiri. Hal tersebut mendorong manusia untuk

memahami serta menjelaskan gejala-gejala yang terjadi dan dorongan rasa ingin tahu manusia

tersebut membuat mereka mencari jalan keluar dari setiap apa yang terjadi.

          Pola pikir manusia dalam beberapa hal tidak terlepas dari simbol dan idiom-idiom budaya

yang dimitoskan. Pemanfaatan simbol dan idiom cenderung dijadikan sebagai pengikat atau

keterkaitan batiniah seseorang dengan nenek moyang sebagai salah satu pembentukan jati diri

bangsa yang merupakan kekayaan budaya yang efektif untuk dipakai sebagai pelajaran terutama

yang berkaitan dengan nilai moral.

B.  Rumusan Masalah

1.      Apa hakikat manusia itu?

2.      Bagaimana sifat keingintahuan manusia?

3.      Bagaimana perkembangan alam pikiran manusia?

4.      Bagaimana sejarah, penalaran, dan cara memperoleh ilmu pengetahuan pada manusia?

C.  Tujuan Penulisan

1.      Menjelaskan  hakikat manusia.

2.      Memahami sifat keingintahuan manusia.

3.      Menganalisis perkembangan alam pikiran manusia.

4.      Menjelaskan sejarah, penalaran, dan cara memperoleh ilmu pengetahuan pada manusia.

BAB II

Pembahasan  1. Hakikat Manusia

1.1. Pengertian Hakikat Manusia

            Hakikat Manusia adalah makhluk yang kuat, ada juga yang menyebut hakikat manusia

adalah makhluk yang sempurna , ada  juga yang menyebutnya makhluk paling cerdas dari semua itu

menunjukan bahwa hakikat manusia adalah mahkluk yang positif. Manusia dengan segala sifat dan

karakternya, diciptakan dengan sebegitu sempurnanya. Hakikat manusia adalah sebagai berikut :

1.      Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya.

2.      Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku   intelektual dan

sosial.

3.      Mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan

mampu menentukan nasibnya.

4.      Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai

(tuntas) selama hidupnya.

5.      Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya

sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati.

6.      Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi

yang tak terbatas.

7.      Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.

8.      Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa

berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.

1.2. Hakikat Manusia Sebagai Makhluk yang Kuat

            Hakikat manusia sebagai mahluk yang kuat tentu karena manusia    dicipta dengan diberikan

akal. Dengan akalnya manusia bisa mengalahkan terbangnya burung yang terbang ke angkasa,

dengan akalnya manusia bisa berenang di dasar laut seperti ikan. Dibanding makhluk lainnya

manusai mempunyai kelebihan-kelebihan yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.

Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak    dalam ruang yang bagaimanapun, baik

didarat, dilaut, maupun diudara.     Sedangkan binatang  bergerak diruang yang terbatas. Walaupun

ada binatang yang bergerak didarat dan dilaut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak

bisa melampaui manusia.

           

1.3. Hakikat Manusia Sebagai Makhluk yang Bertanggung Jawab

                Sesungguhnya  hakikat  manusia  adalah mahluk yang bertanggung jawab atas

tindakannya dan manusia diberi naluri. Naluri adalah semacam dorongan alamiah dari dalam diri

manusia untuk memikirkan serta menyatakan suatu tindakan. Setiap makluk hidup memiliki

dorongan yang dapat diekspresikan secara spontan sebagai tanggapannya kepada stimulus yang

muncul dari dalam diri atau dari luar dirinya. Naluri ini tidak setiap waktu muncul yang baik tetapi

kadang muncul naluri kejahata. Namun pada hakikatnya atas tindakan kebaikan maupun kejahatan

manusia memiliki tanggung jawab.

           

1.4. Hakikat Manusia Dalam Wujud dan Sifatnya

            Mengenai wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan), akan dipaparkan

oleh paham eksistensialisme dengan tujuan agar menjadi masukan dalam membenahi konsep

pendidikan, yaitu:

1.      Kemampuan Menyadari Diri

      Kaum  rasional menunjuk kunci perbedaan manusia dengan hewan pada  adanya kemampuan

menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang

dimiliki oleh manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya memiliki ciri khas atau karakteristik

diri. Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dengan yang lain dan dengan

lingkungan fisik di sekitarnya.

2.      Kemampuan Bereksistensi

      Kemampuan  bereksistensi  adalah  kemampuan  menempatkan diri dan menerobos. Justru

karena manusia memiliki kemampuan bereksistensi inilah maka pada manusia terdapat unsur

kebebasan. Dengan kata lain, adanya manusia  bukan  ”berada”  seperti  hewan  dan  tumbuh-

tumbuhan, melainkan “meng-ada” di muka bumi. Jika            seandainya pada diri manusia ini tidak

terdapat kebebasan, maka manusia itu tidak lebih dari hanya sekedar “esensi” belaka, artinya ada

hanya sekedar “ber-ada” dan tidak pernah “meng-ada” atau “ber-eksistensi”. Adanya kemampuan

bereksistensi  inilah yang membedakan manusia sebagai makhluk human dari hewan selaku

mahkluk infra human, dimana hewan menjadi orderdil dari lingkungan, sedangkan manusia

menjadi manajer terhadap lingkungannya.

3.      Kata Hati

      Kata hati atau conscience of man juga sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, suara

hati, pelita hati, dan sebagainya. Conscience ialah “pengertian yang ikut serta” atau “pengertian

yang mengikut perbuatan”.   Manusia memiliki pengertian yang menyertai tentang apa yang akan,

yang sedang, dan yang telah dibuatnya, bahkan mengerti juga akibatnya, bagi manusia sebagai

manusia.

4.      Moral

      Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan, maka yang

dimaksud dengan moral (yang sering juga disebut etika) adalah perbuatan itu sendiri. Disini tampak

bahwa masih ada jarak antara kata hati dengan moral. Artinya seseorang yang telah memiliki kata

hatiyang tajam belum  otomatis  perbuatannya  merupakan  realisasi  dari kata hatinya itu. Untuk

menjembatani jarak yang mengantarai keduanya       masih ada aspek yang diperlukan yaitu

kemauan. Bukankah banyak orang yang memiliki kecerdasan akal tetapi tidak cukup memiliki

moral. Itulah sebabnya maka pendidikan moral juga sering disebut pendidikan kemauan.

5.      Tanggung Jawab

      Kesedian untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang menuntut tanggung jawab,

merupakan pertanda dari sifat orang yang bertanggung jawab. Wujud bertanggung jawab

bermacam-macam. Ada tanggung jawab kepada  diri sendiri, tanggung jawab kepada masyarakat,

dan tanggung jawab kepada Tuhan. Dengan demikian tanggung jawab dapat diartikan sebagai

keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntunan kodrat manusia,

dan bahwa hanya karena itu perbuatan tersebut dilakukan, sehingga sanksi apapun yang dituntutkan

(oleh kata hati, masyarakat, norma-norma agama), diterima dengan penuh kesadaran dan kerelaan.

6.      Rasa Kebebasan

      Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatu), tetapi sesuai dengan tuntunan

kodrat manusia. Kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya memang berlangsung dalam keterikatan.

Artinya, bebas berbuat sepanjang tidak bertentangan dengan tuntunan kodrat manusia.            

Kemerdekaan berkaitan erat dengan kata hati dan moral. Seseorang mengalami rasa merdeka

apabila segenap perbuatanya (moralnya) sesuai dengan apa yang dikatakan oleh kata hatinya, yaitu

kata hati yang sesuai dengan kodrat manusia.

7.      Kewajiban dan Hak

      Pada dasarnya hak itu adalah sesuatu yang masih kosong. Artinya meskipun hak tentang sesuatu

itu ada. Belum tentu seseorang mengetahuinya (misalnya hak memperoleh perlindungan hukum).

Pemenuhan hak dan pelaksanaan kewajiban bertalian erat dengan soal keadilan. Dalam hubungan

ini dapat dikatakan bahwa keadilan terwujud bila hak sejalan dengan kewajiban karena pemenuhan

hak dan pelaksaaan kewajiban dibatasi oleh situasi kondisi yang berarti tidak semua hak dapat

terpenuhi dan tidak segenap kewajiban dapat sepenuhnya dilakukan.

8.      Kemampuan Menghayati Kebahagian

      Pada saat orang menghayati kebahagian, aspek rasa lebih berperan dari pada aspek nalar. Oleh

karena, itu dikatakan bahwa kebahagian itu sifatnya irasional. Kebahagian itu ternyata tidak terletak

pada keadaanya sendiri secara factual (lulus sebagai sarjana, mendapat pekerjaan dan     seterusnya)

atau pun pada rangkaian prosesnya, maupun pada perasaan yang diakibatkannya tetapi terletak pada

kesangguapan menghayati     semuanya itu dengan keheningan jiwa, dan mendudukkan hal-hal

tersebut      didalam rangkaian atau ikatan tiga hal yaitu, usaha, norma-norma, dan takdir. Manusia

yang menghayati kebahagian adalah pribadi manusia dengan segenap keadaan dan kemampuannya.

Manusia menghayati         kebahagaian apabila jiwanya bersih dan stabil, jujur, bertanggung jawab,

mempunyai pandangan hidup dan keyakinan hidup yang kukuh dan bertekad untuk merealisasikan

dengan cara yang realistis.

2.  Sifat Keingintahuan Manusia

2.1. Ilmu Pengetahuan Alam Bagi Manusia

          Pengetahuan adalah segala sesuatu yang telah diketahui. Untuk  mengetahui sesuatu,

manusia dapat menggunakan indranya dengan cara mendengar, melihat, merasa, mencium, dan

sebagainya. Semua pengetahuan yang didasarkan secara indrawi dikategorikan sebagai pengetahuan

empiris, artinya pengetahuan yang bersumber dari pengalaman. Oleh karena itu, pengalaman

menjadi bagian penting dari             seluk-beluk adanya pengetahuan.

            Setiap orang memiliki pengetahuan karena pernah mengalami sesuatu dan setiap

pengalamannya dapat dijadikan landasan berfikir dan bertindak. Secara otomatis setiap orang

memiliki pengetahuan, akan tetapi kerena pengalaman setiap orang berbeda-beda, penyelesaian

masalahnya  bersumber pada pengalaman yang beragam sehingga pengetahuan menjadi semakin

banyak. Pengetahuan yang bersumber dari pengalaman akan membedakan cara penyelesaian

masalah, sekaligus memperkaya pengetahuan. Pengalaman merupakan pengetahuan yang sangat

berharga. Kerena pengalaman merupakan sumber pengetahuan yang utama dan kemudian

melahirkan  empirisme.  Empirisme adalah salah satu aliran dalam filsuf  yang menekankan

peranan pengalaman dalam   memperoleh pengetahuan dan pengetahuan itu sendiri. Beberapa

pandangan filsuf tentang pengalaman sebagai sumber pengetahuan, yaitu menggambarkan secara

mendalam bahwa sumber pertama pengetahuan adalah             pengalaman. Manusia yang belajar

dari pengalamannya adalah manusia yang memahami bahwa masa depan sangat bergantung      

padakecerdasan dalam mengambil pelajaran atau hikmah dibalik semua       pengalaman.

            Gagasan dalam pikiran manusia adalah ide yang terdapat dalam alat pikir yang disebut

dengan akal atau otak. Tidak ada seorang pun yang dapat menggambarkan bentuk konkret dari akal

yang ada hanyalah bentuk fisikal otak yang terdapat didalam kepala manusia. Sistem gagasan dalam

pikiran manusia adalah kelancaran kerja otak dalam menangkap segala sesuatu, mengembangkan

nalar dalam sebuah ide tentang sesuatu yang dimaksudkan, dan membentuk konsep demi

pembatasan sesuatu yang digagas.

            Manusia memiliki rasa ingin tahu atau kurioritas yang terus tumbuh dan berkembang sangat

pesat. Rasa ingin tahu manusia tidak pernah dapat terpuaskan, apabila suatu masalah dapat

dipecahkan akan timbul masalah lainnya yang menunggu pemecahanya. Manusia akan terus

bertanya setelah mengetahui apa, bagaimana, dan mengapa. Manusia mampu menggunakan

pengetahuan yang telah lama diperoleh untuk dikombinasikan dengan pengetahuan yang baru

menjadi pengetahuan yang lebih baru lagi. Hal ini demikian berlangsung berabad-abad sehingga

terjadi akumulasi pengetahuan. Manusia memiliki salah satu sifat yang paling esensial yaitu

berfikir, al-insan hayawanu naathiq, artinya manusia adalah makhluk yang berfikir. Karena itu

lahirnya ilmu pengetahuan tentang alam atau ilmu alamiah berasal dari pemikiran manusia tentang

jati diri alam.

2.2. Fungsi Ilmu Alamiah Bagi Manusia

            Ilmu alamiah sering disebut ilmu pengetahuan alam atau ilmu kealaman yang dalam Bahasa

Inggris disebu natural science. Ilmu ini merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji gejala-gejala

alam semesta, termasuk bumi sehingga terbentuknya konsep dan prinsip. Fungsi ilmu alamiah bagi

manusia didasarkan pada hal-hal berikut:

1.      Manusia tercipta dalam keadaan tidak memiliki ilmu pengetahuan.

2.      Manusia lahir dalam keadaan fitrah.

3.      Manusia diwajibkan mencari ilmu.

4.      Semua ilmu bersumber dari alam dan berasal dari Tuhan.

            Empat fungsi diatas merupakan titik tolak dan prinsip lahirnya ilmu pengetahuan. Karena

dengan empat pandangan tersebutlah, manusia tidak berhenti mengembangkan pendidikan, baik

secara teoritis maupun sacara praktis, sehingga ilmu pengetahuan semakin berkembang dan alam

semakin diketahui eksistensinya. Ilmu pengetahuan alam wajib dipelajari oleh manusia agar

manusia memiliki kapabilitas yang ilmiah dalam membaca gejala alam dan memanfaatkan

Hasil-hasil alam dengan baik dan benar. Salah satu ilmu yang menjelaskan  alam dilihat dari ciri-

ciri umumnya yang normatif adalah ilmu alamiah dasar. Ciri-ciri ilmu alamiah dasar adalah sebagai

berikut:

1.      Merupakan disiplin ilmu yang sudah ada.

2.      Objek penelitian berupa gejala alam.

3.      Memerlukan uji laboraturium dan uji eksperimental.

4.      Bersifat objektif.

5.      Berkelanjutan.

6.      Dapat dirasakan hasilnya.

7.      Rasional.

8.      Bersifat matematis dan teknologis, yakni dapat diterapkan dalam kehidupan manusia untuk

berbagai kepentingan.

3. Perkembangan Alam Pikir Manusia

          Manusia yang mempunyai rasa ingin tahu terhadap rahasia alam sehingga mencoba

menjawab dengan menggunakan pengamatan dan penggunaan pengalaman. Tetapi sering upaya itu

tidak terjawab secara memuaskan. Pada manusia kuno untuk memuaskan mereka menjawab sendiri.

Pengetahuan baru muncul dari kombinasi antara pengalaman dan kepercayaan yang disebut mitos,

sehingga cerita-cerita mitos disebut legenda. Mitos dapat diterima karena keterbatasan

penginderaan, penalaran, dan hasrat ingin tahu yang harus dipenuhi, sehubungan dengan kemajuan

zaman maka lahirlah ilmu pengetahuan dan metode ilmiah. Negara Indonesia yang pluralis

kesukuannya atau ras dan etnisnya, memiliki kebudayaan serta keyakinan agama beragam. Sarat

dengan legenda dan mitos-mitos yang patut di jadikan pelajaran. Secara filosofis semua bukan

sekedar mitos dan legenda , melainkan pesan-pesan yang tersirat didalamnya memberikan inspirasi

berpikir pada perkembangan manusia, dari yang berfikir mitologis menuju berpikir yang empiris

dan rasional.

            Legenda dan keyakinan manusia terhadap mitos-mitos yang memberikan pesan-pesan

religius sesungguhnya  tidak disampaikan oleh untaian cerita dan kata-kata yang tanpa makna

simbolis. Nilai-nilai kesusastraan dan sajak atau pantun-pantun yang diuntai dalam kalimat yang

puitis memberikan gambaran kemajuan estetik dan pola pikir manusia yang penuh kelembutan dan

keindahan. Sejak awal perkembangan berbagai mitos dan hubungannya dengan legenda, dongeng,

dan cerita rakyat lainnya. Sejarah mitos adalah bagian dari hakikat kehidupan manusia sejak

manusia dilahirkan ke dunia. Adapun hal-hal yang sangat penting dari mitos adalah sebagai berikut:

1.      Mitos diperlukan untuk menunjang sistem nilai hidup manusia.

2.      Mitos dapat memberi kejelasan tentang eksistensi manusia dalam hubungannya dengan alam

sekitar.

3.      Mitos dapat memberi kejelasan tentang bentuk hubungan yang baik antarsesama manusia dan

wujud Yang Maha Tinggi.

4.      Mitos adalah pencerahan masyarakat  yang hidup dimasa lalu dalam menemukan jawaban-jawaban

atas masalah yang disebabkan oleh situasi dan kondisi alam. Karena mitos adalah pandangan

manusia tentang berbagai gejala alam yang merupakan jawaban yang cerdas sesuai dengan

kepastiannya.

            Puncak pemikiran mitos adalah pada zaman Babillonia, yakni kira-kira 600-700 SM. Orang

Babillonia berpendapat bahwa alam semesta itu sebagai ruang setengah bola dengan bumi yang

datar sebagai lantainya dan langit, bintang-bintang sebagai atapnya. Namun yang menakjubkan

mereka telah mengenal bidang ekleptika sabagai bidang edar matahari dan menetapkan perhitungan

satu tahun, yaitu satu kali matahari beredar ketempat semulai yaitu 365,25 hari. Pengetahuan dan

ajaran tentang orang Babillonia setengahnya merupakan dugaan, imajinasi, kepercayaan atau mitos,

sehingga pengetahuan semacam ini disebut pseudo science ( sains palsu). Dalam hal ini ada tokoh-

tokoh Yunani dan lainnya yang memberikan sumbangan perubahan pemikiran pada waktu itu

adalah:

1.      Anaximander, langit yang kita lihat adalah setengah saja, langit dan isinya beredar mengelilingi

bumi dan Ia juga mengajarkan membuat jam dengan tongkat.

2.      Anaximenes, mengatakan unsur-unsur pembentukan semua benda adalah air, seperti pendapat

Thales yang mengatakan bahwa air adalah salah satu bentuk benda bila merenggang menjadi api

dan bila memadat menjadi tanah.

3.      Herakleitos, pengkoreksi pendapat Anaximenes, justru apilah yang menyebabkan transmutasi,

tanpa ada api benda-benda akan seperti apa adanya.

4.      Pythagoras, mengatakan semua unsur benda adalah tanah, api, udara, dan air. Ia juga

mengungkapkan dalil Pythagoras C² = A² + B², sehubungan dengan alam semesta  Ia mengatakan

bahwa bumi adalah bulat dan seolah-olah benda lain mengitari bumi termasuk matahari.

5.      Demokritos, bila benda dibagi terus maka pada suatu saat akan sampai pada bagian terkecil yang

disebut atom yang tetap dipakai sampai saat ini namun ada perubahan konsep.

6.      Empedokles, menyempurnakan pendapat Pythagoras, Ia memperkenalkan tentang tenaga penyekat

atau daya tarik-menarik dan data tolak-menolak. Kedua tenaga ini dapat mempersatukan atau

memisahkan unsur-unsur.

7.      Plato, yang mempunyai pemikiran yang brbeda dengan orang sebelumnya, Ia mengatakan bahwa

keanekaragaman yang tampak ini sebenarnya hanya satu duplikat saja dari semua yang kekal dan

immatrial. Seperti serangga yang beranekaragam itu merupakan duplikat yang tidak sempurna,

yang benar adalah idea serangga.

8.      Aristoteles merupakan ahli pikir, Ia membuat intisari dari ajaran orang sebelumnya Ia membuang

ajaran yang tidak masuk akan dan memasukan pendapatnya sendiri. Ia mengajarkan unsur dasar 

alam yang disebut hule. Zat ini tergantung kondisi sehingga dapat berwujud tanah, air, udara, atau

api. Terjadi transmutasi disebabkan oleh kondisi, angin, lembab, panas, dan kering.

9.      Ptolomeus, mengatakan bahwa bumi adalah pusat tata surya ( goesentris), berbentuk bulat diam

seimbang tanpa tiang penyangga.

10.  Avicenna merupakan ahli dibidang kedokteran, selain itu ahli lain dari dunia islam yaitu Al-Biruni

seorang ahli ilmu pengetahuan asli dan komtemporer.

           

            Perkembangan pola pikir manusia berevolusi secara bertahap mengikuti berbagai kejadian

dan pengalaman yang setiap hari silih berganti. Di Indonesia pola pikir nenek moyang kita

mengalami perubahan seiring dengan per-kembangan zaman, ilmu, dan pengetahuan. Agama-

agama yang berkembang, seperti adanya animisme dan dinamisme. Suatu kepercayaan terhadap

roh-roh nenek moyang dan para penguasa alam jagat raya ini dengan wilayahnya masing-masing.

4.  Sejarah, Penalaran, dan Cara Memperoleh Ilmu

     Pengetahuan Pada Manusia

4.1. Sejarah Manusia

          Secara umum, ada berbagai perdebatan tentang apakah manusia modern sekarang ini

berkembang di Afrika, dan kemudian menyebar ke seluruh dunia atau berkembang dari manusia

Neanderthal di Eropa. Dalam hal ini, berhadapan dengan suatu periode waktu yang sangat panjang

dan tidak bisa begitu saja dipastikan. Para peneliti pernah menemukan lukisan gua di Perancis

Selatan yang diperkirakan sudah ada sejak 30.000 tahun sebelum Masehi. Paparan tersebut

menyatakan bahwa terdapat problem fundamental di dalam penelitian ilmiah tentang asal usul

manusia, yakni bahwa suatu bukti fisik yang kecil seringkali dijadikan suatu pondasi bagi teori

besar tentang perkembangan dan proses migrasi manusia purba. Sehingga dapat dikatakan, satu

batu kecil bisa jadi titik awal bagi suatu teori masif tentang asal usul manusia. Berikut merupakan

jenis-jenis manusia:

1.      Homo Sapiens

            Homo sapiens adalah makhluk yang berfikir sehingga merupakan makhluk yang cerdas dan

bijaksana. Dengan daya pikirnya manusia dapat berfikir apakah sebaiknya dilakukan pada masa lalu

yang merupakan pengalaman. Pemikiran yang sifatnya abstrak merupakan salah satu wujud budaya

manusia yang kemudian diikuti wujud budaya lain, berupa tindakan atau perilaku, ataupun

kemampuan mengerjakan suatu tindakan

2.      Homo Faber

            Homo faber adalah manusia yang dapat membuat alat-alat dan mempergunakannya atau

disebut sebagai manusia kerja dengan salah satu tindakan atau wujud budayanya berupa manusia

(artifact). Manusia menciptakan alat-alat kerena menyadari kemampuan inderanya terbatas,

sehingga diupayakan membuat peralatan sebagai sarana pembantu untuk mencapai tujuan.

3.      Homo Languens

            Homo languens adalah manusia yang dapat berbicara sehingga apa yang menjadi pemikiran

dalam otaknya dapat disampaikan melalui bahasa kepada manusia lain. Bahasa sebagai ekspresi

dalam tingkat biasa adalah bhasa lisan.

4.      Homo Socius

            Homo socius adalah manusia yang dapat hidup bermasyarakat, bukan bergerombol seperti

binatang yang hanya mengenal hukum rimba, yaitu yang kuat yang berkuasa. Manusia

bermasyarakat diatur dengan tata tertib demi kepentingan bersama.

5.      Homo Ecconomicus

            Homo ecconomicus adalah manusia yang dapat mengadakan usaha atas dasar perhitungan

ekonomi. Salah satu prinsip dalam hukum ekonomi adalah bahwa semua kegiatan harus atas dasar

untung dan rugi. Dalam tingkat sederhana manusia mencukupi kebutuhannya sendiri, kemudian

atas dasar jasa maka dikembangkan sistem pasar sehingga hasil produksinya dijual dipasaran.

6.      Homo Religius

            Homo religius adalah manusia yang menyadari adanya kekuatan gaib yang memiliki

kemampuan  lebih hebat daripada kemampuan manusia, sehingga menjadikan manusia

berkepercayaan atau beragama.

7.      Homo Humanus dan Homo Aesteticus

                        Homo humanus adalah manusia yang berbudaya, sedangkan homo aesteticus adalah

manusia yang tahu akan keindahan. Dari perbedaan-           perbedaan yang sedemikian banyak

makin nyata bahwa manusia memang           memiliki sifat-sifat yang unik, jauh berbeda dari pada

hewan apalagi           tumbuhan. Sehingga manusia tidak dapat disamakan dengan binatang atau

tumbuhan.

            Sekitar empat juta tahun yang lalu muncul suatu spesies di Afrika yang merupakan

percabangan dari kera. Spesies inilah yang nantinya berkembang menjadi homo sapiens, atau

manusia sekaran ini.

4.2. Penalaran Manusia

            Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa

pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan

bertindak. Sikap dan yang bersumber pada pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan merasa

atau berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang diartikan dengan kegiatan berpikir dan

bukan dengan perasaan, meskipun seperti dikatakan Pascal, hati pun mempunyai logika tersendiri.

Meskipun demikian patut kita sadari bahwa tidak semua manusia kegiatan berpikir menyandarkan

diri pada penalaran. Jadi penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik

tertentu dalam menemukan kebenaran.

            Berpikir merupakan suatu kegiatan untttk menemukan pengetahuan yang benar. Apa yang

disebut benar bagi tiap orang adalah tidak sama maka oleh sebab itu kegiatan proses berpikir untuk

menghasilkan pengetahuan yang benar itu pun juga berbeda-beda. Dapat dikatakan bahwa tiap jalan

pikiran mempunyai apa yang disebut sebagai kriteria kebenaran, dan kriteria kebenaran ini

merupakan landasan bagi proses penemuan kebenaran tersebut. Penalaran merupakan suatu proses

penemuan kebenaran di mana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria kebenarannya masing-

masing. Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu:

 1. Pertama ialah adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut       logika. Dalam hal ini

maka dapat kita katakan bahwa tiap bentuk    penalaran mempunyai logikanya tersendiri. Atau

dapat juga disimpulkan       bahwa kegiatan penalaran merupakan satu proses berpikir logis, di

mana     berpikir logis di sini harus diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut         suatu pola

tertentu, atau dengan perkataan lain, menurut logika tertentu.     Hal ini patut kita sadari bahwa

berpikir logis itu mempunyai konotasi yang             bersifat jamak (plurar) dan bukan tunggal

(singular). Suatu kegiatan      berpikir bisa disebut logis ditinjau dari suatu logika tertentu, dan

mungkin       tidak Iogis bila ditinjau dari sudut logika yang lain. Hal ini scring    menimbulkan

gejala apa yang dapat kita sebut sebagai kekacauan         penalaran yang tidak konsistennya kita

dalam mernpergunakan pola        berpikir tertentu.

 2.  Kedua dari penalaran adalah sifat anaditik dari proses berpikirnya   penalaran merupakan suatu

kegiatan berpikir yang menyandarkan diri              kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yang

dipergunakan untuk       analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan. Artinya          

penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yarg mempergunakan     logika ilmiah, dari

demikian juga penalaran lainnya yang mempergunakan    logikanya tersendiri pula. Sifat analitik

ini, kalau kita kaji lebih jauh,            merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir tanpa

adanya pola berpikir tersebut maka tidak akan ada kegiatan, sebab pada hakikatnya      merupakan

suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.

4.3. Cara Manusia Memperoleh Ilmu Pengetahuan

            Pada zaman dahulu kemampuan manusia masih terbatas baik peralatan maupun pemikiran.

Keterbatasan itu menyebabkan pengamatan menjadi kurang  seksama, dan cara pemikiran yang

sederhana menyebabkan hasil pemecahan masalah memberikan kesimpulan yang kurang tepat.

Dengan demikian, pengetahuan yang terkumpul belum memberikan kepuasan terhadap rasa ingin

tahu manusia dan masih jauh dari kebenaran. Berbagai pengetahuan baru yang bermunculan dan

merupakan gabungan dari pengalaman dan kepercayaan. Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak

dapat terpuaskan atas dasar pengamatan maupun pengalamannya saja untuk memuaskan alam

pikirannya. Menurut Auguste Comte (1798-1857 M), dalam sajarah perkembangan jiwa manusia

baik sabagai individu maupun sebagai keseluruhan yang berlangsung tiga tahap, yaitu:

1. Tahap teologi atau fiktif.

2. Tahap filsafat atau metafisik.

3. Tahap positif atau ilmiah ril.          

            Dalam manusia curiosity (rasa ingin tahu) yang merupakan pikiran manusia berkembang

dari waktu kewaktu. Rasa ingin tahunya atau pengetahuannya selalu bertambah sehingga terjadi

timbunan pengetahuan. Rasa ingin tahu manusia berasal dari ingin mengenal dirinya sendiri, yang

akhirnya disadari bahwa dirinya terdiri atas dua unsur yaitu rohani dan jasmani. Perkembangan

selanjutnya adalah keingintahuan manusia pada alam sekitanya. Dengan kemampuan bahasa,

manusia berkomunikasi dan bertukar pengalaman tentang segala hal yang ada di alam serta

kegunaan bagi manusia.

BAB IIIPenutup

1. Kesimpulan

        Manusia adalah makhluk yang lemah dibandingkan makhluk lain, namun dengan akal budi dan

kemauannya yang sangat kuat maka manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan

teknologi untuk dapat hidup dengan lebih baik lagi.

         Menurut kodratnya manusia selalu ingin tahu terhadap seluruh kehidupan yang dilakoninya. Banyak mitos yang berkembang merupakan metode untuk memahami segala sesuatu yang ada dan terjadi di alam jagat raya ini, berbagai pertanyaan atas ketidaktahuan atau rasa penasaran manusia atas eksistensi jagat raya ini hanya dijawab dengan mitos.

         Manusia mampu menggunakan pengetahuan lama untuk dikombinasikan dengan pengetahuan baru menjadi pengetahuan yang lebih baru lagi, selain untuk kepuasan manusia juga keperluan praktis agar hidup manusia lebih mudah dan menyenangkan.

         Dalam sejarah manusia dapat berfikir bagaimana sumber keingintahuannya tidak terbatas pada keadaan diri manusia sendiri ataupun keadaan sekelilingnya.

2. Saran                        Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan

dalam makalah ini, tentunya masih banyak     kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya

pengetahuan dan      kekurangan rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul

makalah yang kami susun tersebut.

                        Kami selaku penulis banyak berharap para pembaca sudi      memberika kritik dan

saran yang tentunya membangun kepada kami, demi         mencapainya kesempurnaan dalam

makalah ini. Semoga makalah ini dapat             berguna bagi kami dan pada khususnya seluruh

pembaca makalah ini.

Daftar Pustaka

Herabudin. 2010. Ilmu Alamiah Dasar. Pustaka Setia: Bandung.

Jablonski dan Choplin. 2000. Catatan Teratur Evolusi Manusia.

Leakey, Richard. 2003. Asal Usul Manusia. Kepustakaan Populer Gramedia:                                      

Jakarta.

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengaetahuan Alam bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan suatu ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda di sekelilingnya, alam sekitarnya, angkasa luar, bahkan tentang dirinya sendiri..

Rasa ingin tahu seperti itu tidak dimiliki oleh makhluk lain. Jelas kiranya bahwa rasa ingin tahu itu tidak dimiliki oleh benda-benda tak hidup seperti batu, tanah, api, angina, dan sebagainya. Air dan udara memang bergerak dari satu tempat ke tempat lain, namun gerakannya itu bukan atas kehendaknya tetapi sekedar akibat dari pengaruh alamiah yang bersifat kekal.

Bagaimana dengan makhluk-makhluk hidup seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang? Sebatang pohon misalnya, menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan atau gerakan, namun gerakan itu terbatas pada mempertahankan kelestarian hidupnya yang bersifat tetap. Misalnya, daun-daun yang selalu cenderung untuk mencari sinar matahari atau akar-akar yang selalu cenderung untuk mencari air yang kaya mineral untuk kebutuhan hidupnya. Kecenderungan semacam ini nampak berlangsung sepanjang zaman.

Bagaimana dengan binatang yang menunjukkan adanya kehendak berpindah (eksplorasi) dari satu tempat ke tempat yang lain? Misalnya ikan, burung, harimau atau binatang yang sangat dekat dengan manusia yaitu monyet? Tentunya burung-burung bergerak dari satu tempat didorong oleh suatu keinginan, antara lain rasa ingin tahu. Ingin tahu apakah di sana ada cukup makanan untuk disantap sendiri atau bersama yang lain. Ingin tahu apakah disuatu tempat cukup aman untuk membuat sarang. Setelah mengadakan eksplorasi tentu mereka menjadi tahu. Itulah pengetahuan dari burung tadi. Burung juga memiliki pengetahuan bagaimana caranya membuat sarang di atas pohon. Burung manyar atau burung tempua begitu pandai menganyam sarangnya yang begitu indah bergelantungan pada daun kelapa, namun pengetahuannya itu ternyata tidak berubah-ubah dari zaman ke zaman.

Bagaimana dengan monyet yang begitu pandai? Bila kita perhatikan baik-baik kehidupan monyet-monyet tersebut, ternyata kehendak mereka ingin mengeksplorasi alam sekitar itu didorong oleh rasa ingin tahu yang tetap sepanjang zaman atau yang oleh Isaac Asimov (1972) disebut sebagai Idle Curiousity atau Instinct Instink itu berpusat pada satu hal saja yaitu untuk mempertahankan kelestarian hidupnya. Untuk itu mereka perlu makan, melindungi diri dan berkembang biak.

Bagaimana dengan manusia? Manusia juga memiliki instink seperti yang dimiliki oleh hewan dan tumbuh-tumbuhan. Namun, manusia memiliki kelebihan, yaitu kemampuan berpikir dengan kata lain curiousity-nya tidak idle tidak tetap seperti itu sepanjang zaman. Manusia memiliki rasa ingin tahu yang berkembang atau dengan kata lain, manusia mempunyai kemampuan berpikir. Ia bertanya terus setelah tahu tentang apa-nya, mereka juga ingin tahu bagaimana dan mengapa begitu. Manusia mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuannya yang baru, menjadi pengetahuannya yang lebih baru. Hal demikian itu berlangsung berabad-abad lamanya, sehingga terjadi suatu akumulasi pengetahuan. Sebagai ilustrasi, kita bayangkan saja manusia purba zaman dulu yang hidup di gua-gua atau di atas pohon. Namun karena kemampuannya berpikir tidak semata-mata didorong oleh sekedar kelestarian hidupnya tetapi juga untuk membuat hidupnya lebih menyenangkan, maka mereka mampu membuat rumah di atas tiang-tiang kayu yang kokoh dan bahkan sekarang manusia mampu membuat istana atau gedung-gedung pencakar langit. Bandingkan dengan burung tempua dengan sarangnya yang indah yang nampak tak mengalami perubahan sepanjang masa. Demikianlah juga dengan harimau yang hidup dalam gua-gua atau monyet yang membuat sarang di atas pohon tidak mengalami perubahan sepanjang zaman.

Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas itu menimbulkan perbendaharaan pengetahuan pada manusia itu sendiri. Hal ini tidak saja meliputi kebutuhan-kebutuhan praktis untuk hidupnya sehari-hari seperti bercocok tanam atau membuat panah atau lembing yang lebih efektif untuk berburu, tetapi pengetahuan manusia juga berkembang sampai kepada hal-hal yang menyangkut keindahan.

Dengan selalu berlangsungnya perkembangan pengetahuan itu, tampak lebih nyata bahwa manusia berbeda dengan hewan. Manusia merupakan makhluk hidup yang berakal serta mempunyai derajat yang tinggi bila dibandingkan dengan hewan atau makhluk lainnya.

Manusia sebagai makhluk berpikir diberi hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwa yang terjadi di sekitarnya termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu ini mendorong manusia untuk menjelaskan gejala-gejala alam serta berusaha memecahkan masalah yang dihadapi dan akhirnya manusia dapat mengumpulakan pengetahuan.

Pengetahuan yang terkumpul semain banyak disebabkan rasa ingin tahu manusia yang terus berkembang juga daya pikirnya. Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas itu menimbulkan pembendharaan pengetahuan pada manusia itu sendiri . hal ini tidak hnya meliputi tentang kebutuhan praktis hidupnya sehari-hari tetepi juga berkembang sampai pada hall-hal menyangkut keindahan dan seni.

Berlangsungnya perkembangan pengetahuan tersebut lebih dipermudah dengan adanya tukarmenukar informasi mengenai pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki masing-masing . Perkembangan pengetahuan pada manusia ini juga didukung oleh adanya sifat manusia yang ingin maju, sifat manusia yang selalu tidak puas, dan sifat yang ingin lebih baik. Mereka selalu berusaha mengerti dan memperoleh pengetahuan yang lebih banyak.

Sejalan dengan perkembangan pengetahuan tersebut rasa keindahan manusia juga ikut berkembang. Maka dalam kehidupannya pengetahuan yang telah dimiliki tersebut bukan hanya diterapkan dan digunakan untuk kebutuhan hidupnya tetapi juga menyangkut hal-hal yang bertalian dengan keindahan

Dengan selalu berlangsungnya perkembangan pengetahuan tampak lebih nyata bahwa manusia berbeda dari pada hewan. Manusia merupakan makhluk hidup yang berakal serta mempunyai derajat yang tertinggi bila dibandingkan dengan hewan atau makhluk selainnnya.

B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang diatas penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hakekat manusia dan sifat keingintahuannya?

2. Bagaimana perkembangan fisik, sifat pikiran manusia ?

3. Bagaimana sejarah pengetahuan manusia ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penlisan Makalah ini adalah bagaimana pembaca baik mahasiswa dan umum dapat mengetahui bagaimana dinamika Alam Pikiran Manusia Dan Perkembangannya.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu mahasiswa atau umum dapat memahami:

A. Hakekat manusia dan sifat keingintahuannya

B. Perkembangan fisik, sifat pikiran manusia

C. Sejarah pengetahuan manusia

BAB II. PEMBAHASAN

A. HAKEKAT MANUSIA DAN SIFAT KEINGINTAHUANNYA

Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk yang berfikir (Homo sapiens). Hal ini disebabkan sifat ingin tahu manusia yang besar, selalu bertanya tentang siapa, apa, bagaimana, kapan, dimana mengapa dsb. Tuhan memberi manusia kemampuan berbicara (Homo languens) hingga mampu menyampaikan pertanyaan dan pendapatnya kepada manusia lain. Manusia juga mampu membuat alat (Homo faber) yang dapat membantunya mencari nafkah, seperti kemampuan manusia membuat jaring ikan, panah untuk berburu, pisau, api untuk memasak dsb. Manusia memiliki rasa keindahan akan sesuatu(Homo aesteticus) sehingga munculah para perancang bangunan, model pakaian, adat istiadat suatu daerah dsb. Manusia juga mampu melakukan jual beli (Homo economicus) seperti yang terjadi di pasar manusia melakukan jual beli terhadap hasil kerjanya. Manusia diberi kelebihan dalam segala hal dibanding makhluk lain.

Manusia adalah makhluk religius, yang percaya akan adanya Tuhan yang maha adil. Manusia merupakan mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah.

Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, Al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Akan tetapi hampir sebagian besar para ilmuwan berpendapat membantah bahwa manusia berawal dari sebuah evolusi dari seekor binatang sejenis kera, konsep-konsep tersebut hanya berkaitan dengan bidang studi biologi. Anggapan ini tentu sangat keliru sebab teori ini ternyata lebih dari sekadar konsep biologi. Teori evolusi telah menjadi pondasi sebuah filsafat yang menyesatkan sebagian besar manusia. Dalam hal ini membuat kita para manusia kehilangan harkat dan martabat kita yang diciptakan sebagai mahluk yang sempurna dan paling mulia.

Walaupun manusia berasal dari materi alam dan dari kehidupan yang terdapat di dalamnya, tetapi manusia berbeda dengan makhluk lainnya dengan perbedaan yang sangat besar karena adanya karunia Allah yang diberikan kepadanya yaitu akal dan pemahaman. Itulah sebab dari adanya penundukkan semua yang ada di alam ini untuk manusia, sebagai rahmat dan karunia dari Allah SWT. {Allah telah menundukkan bagi kalian apa-apa yang ada di langit dan di bumi semuanya.}(Q. S. Al-Jatsiyah: 13). {Allah telah menundukkan bagi kalian matahari dan bulan yang terus menerus beredar. Dia juga telah menundukkan bagi kalian malam dan siang.}(Q. S. Ibrahim: 33). {Allah telah menundukkan bahtera bagi kalian agar dapat berlayar di lautan atas kehendak-Nya.}(Q. S. Ibrahim: 32), dan ayat lainnya yang menjelaskan apa yang telah Allah karuniakan kepada manusia berupa nikmat akal dan pemahaman serta derivat (turunan) dari apa-apa yang telah Allah tundukkan bagi manusia itu sehingga mereka dapat memanfaatkannya sesuai dengan keinginan mereka, dengan berbagai cara yang mampu mereka lakukan. Kedudukan akal dalam Islam adalah merupakan suatu kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia dibanding dengan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Dengannya, manusia dapat membuat hal-hal yang dapat mempermudah urusan mereka di dunia. Namun, segala yang dimiliki manusia tentu ada keterbatasan-keterbatasan sehingga ada pagar-pagar yang tidak boleh dilewati.

Dengan demikian, manusia adalah makhluk hidup. Di dalam diri manusia terdapat apa-apa yang terdapat di dalam makhluk hidup lainnya yang bersifat khsusus. Dia berkembang, bertambah besar, makan, istirahat, melahirkan dan berkembang biak, menjaga dan dapat membela dirinya, merasakan kekurangan dan membutuhkan yang lain sehingga berupaya untuk memenuhinya. Dia memiliki rasa kasih sayang dan cinta, rasa kebapaan dan sebagai anak, sebagaimana dia memiliki rasa takut dan aman, menyukai harta, menyukai kekuasaan dan kepemilikan, rasa benci dan rasa suka, merasa senang dan sedih dan sebagainya yang berupa perasaan-perasaan yang melahirkan rasa cinta. Hal itu juga telah menciptakan dorongan dalam diri manusia untuk melakukan pemuasan rasa cintanya itu dan memenuhi kebutuhannya sebagai akibat dari adanya potensi kehidupan yang terdapat dalam dirinya.

Oleh karena itu manusia senantiasa berusaha mendapatkan apa yang sesuai dengan kebutuhannya,hal ini juga dialami oleh para mahluk-mahluk hidup lainnya, hanya saja, manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya dalam hal kesempurnaan tata cara untuk memperoleh benda-benda pemuas kebutuhannya dan juga tata cara untuk memuaskan kebutuhannya tersebut. Makhluk hidup lain melakukannya hanya berdasarkan naluri yang telah Allah ciptakan untuknya sementara manusia melakukannya berdasarkan akal dan pikiran yang telah Allah karuniakan kepadanya.

Dewasa ini manusia, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah. Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara spermatozoa dengan ovum.

1. Siapakah Manusia

Kehadiran manusia pertama tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Asal usul manusia menurut ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari teori tentang spesies lain yang telah ada sebelumnya melalui proses evolusi.

Evolusi menurut para ahli paleontology dapat dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan tingkat evolusinya, yaitu :

a) Pertama, tingkat pra manusia yang fosilnya ditemukan di Johanesburg Afrika Selatan pada tahun 1942 yang dinamakan fosil Australopithecus.

b) Kedua, tingkat manusia kera yang fosilnya ditemukan di Solo pada tahun 1891 yang disebut pithecanthropus erectus.

c) Ketiga, manusia purba, yaitu tahap yang lebih dekat kepada manusia modern yang sudah digolongkan genus yang sama, yaitu Homo walaupun spesiesnya dibedakan. Fosil jenis ini di neander, karena itu disebut Homo Neanderthalesis dan kerabatnya ditemukan di Solo (Homo Soloensis).

d) Keempat, manusia modern atau Homo sapiens yang telah pandai berpikir, menggunakan otak dan nalarnya.

2. Beberapa Definisi Manusia :

a) Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara semua makhluk natural dan supranatural, manusia mempunyai jiwa bebas dan hakikat hakikat yg mulia.

b) Manusia adalah kemauan bebas. Inilah kekuatannya yg luar biasa dan tidak dapat dijelaskan : kemauan dalam arti bahwa kemanusiaan telah masuk ke dalam rantai kausalitas sebagai sumber utama yg bebas kepadanya dunia alam world of nature, sejarah dan masyarakat sepenuhnya bergantung, serta terus menerus melakukan campur tangan pada dan bertindak atas rangkaian deterministis ini. Dua determinasi eksistensial, kebebasan dan pilihan, telah memberinya suatu kualitas seperti Tuhan

c) Manusia adalah makhluk yg sadar. Ini adalah kualitasnya yg paling menonjol; Kesadaran dalam arti bahwa melalui daya refleksi yg menakjubkan, ia memahami aktualitas dunia eksternal, menyingkap rahasia yg tersembunyi dari pengamatan, dan mampu menganalisa masing-masing realita dan peristiwa. Ia tidak tetap tinggal pada permukaan serba-indera dan akibat saja, tetapi mengamati apa yg ada di luar penginderaan dan menyimpulkan penyebab dari akibat. Dengan demikian ia melewati batas penginderaannya dan memperpanjang ikatan waktunya sampai ke masa lampau dan masa mendatang, ke dalam waktu yg tidak dihadirinya secara objektif. Ia mendapat pegangan yg benar, luas dan dalam atas lingkungannya sendiri. Kesadaran adalah suatu zat yg lebih mulia daripada eksistensi.

d) Manusia adalah makhluk yg sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satuna makhluk hidup yg mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri ; ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.

e) Manusia adalah makhluk kreatif. Aspek kreatif tingkah lakunya ini memisahkan dirinya secara keseluruhan dari alam, dan menempatkannya di samping Tuhan. Hal ini menyebabkan manusia memiliki kekuatan ajaib-semu quasi-miracolous yg memberinya kemampuan untuk melewati parameter alami dari eksistensi dirinya, memberinya perluasan dan kedalaman eksistensial yg tak terbatas, dan menempatkannya pada suatu posisi untuk menikmati apa yg belum diberikan alam.

f) 6. Manusia adalah makhluk idealis, pemuja yg ideal. Dengan ini berarti ia tidak pernah puas dengan apa yg ada, tetapi berjuang untuk mengubahnya menjadi apa yg seharusnya. Idealisme adalah faktor utama dalam pergerakan dan evolusi manusia. Idealisme tidak memberikan kesempatan untuk puas di dalam pagar-pagar kokoh realita yg ada. Kekuatan inilah yg selalu memaksa manusia untuk merenung, menemukan, menyelidiki, mewujudkan, membuat dan mencipta dalam alam jasmaniah dan ruhaniah.

g) Manusia adalah makhluk moral. Di sinilah timbul pertanyaan penting mengenai nilai. Nilai terdiri dari ikatan yg ada antara manusia dan setiap gejala, perilaku, perbuatan atau dimana suatu motif yg lebih tinggi daripada motif manfaat timbul. Ikatan ini mungkin dapat disebut ikatan suci, karena ia dihormati dan dipuja begitu rupa sehingga orang merasa rela untuk membaktikan atau mengorbankan kehidupan mereka demi ikatan ini.

h) Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya sendiri, dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala yg bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan, ikut campur dalam alam yg independen, memiliki kekuatan untuk memilih dan mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup melawan kehidupan alami. Kekuatan ini memberinya suatu keterlibatan dan tanggung jawab yg tidak akan punya arti kalau tidak dinyatakan dengan mengacu pada sistem nilai.

3. PERSAMAAN dan PERBEDAAN MANUSIA DENGAN MAHLUK LAIN.

Manusia pada hakekatnya sama saja dengan mahluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan keunggulan yang dimiliki manusia dibanding dengan mahluk lain.

Manusia sebagai salah satu mahluk yang hidup di muka bumi merupakan mahluk yang memiliki karakter paling unik. Manusia secara fisik tidak begitu berbeda dengan binatang, sehingga para pemikir menyamakan dengan binatang. Letak perbedaan yang paling utama antara manusia dengan makhluk lainnya adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan hanya manusia saja yang memlikinya, sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bersifat instinctif.

Dibanding dengan makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan.kelebihan itu membedakan manusiadengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik di darat, di laut, maupun di udara. Sedangkan binatang hanya mampu bergerak di ruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak di darat dan di laut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa meampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atau makhluk lain dijelaskan dalam surat Al-Isra ayat 70.

Diantara karakteristik manusia adalah :

a) Aspek Kreasi

b) Aspek Ilmu

c) Aspek Kehendak

d) Pengarahan Akhlak

Selain itu Al Ghazaly juga mengemukakan pembuktian dengan kenyataan faktual dan kesederhanaan langsung, yang kelihatannya tidak berbeda dengan argumen-argumen yang dibuat oleh Ibnu Sina (wafat 1037) untuk tujuan yang sama, melalui pembuktian dengan kenyataan faktual. Al Ghazaly memperlihatkan bahwa; diantara makhluk-makhluk hidup terdapat perbedaan-perbedaan yang menunjukkan tingkat kemampuan masing-masing. Keistimewaan makhluk hidup dari benda mati adalah sifat geraknya. Benda mati mempunyai gerak monoton dan didasari oleh prinsip alam. Sedangkan tumbuhan makhluk hidup yang paling rendah tingkatannya, selain mempunyai gerak yang monoton, juga mempunyai kemampuan bergerak secara bervariasi. Prinsip tersebut disebut jiwa vegetatif.

Jenis hewan mempunyai prinsip yang lebih tinggi dari pada tumbuh-tumbuhan, yang menyebabkan hewan, selain kemampuan bisa bergerak bervariasi juga mempunyai rasa. Prinsip ini disebut jiwa sensitif. Dalam kenyataan manusia juga mempunyai kelebihan dari hewan. Manusia selain mempunyai kelebihan dari hewan.

Manusia juga mempunyai semua yang dimiliki jenis-jenis makhluk tersebut, disamping mampu berpikir dan serta mempunyai pilihan untuk berbuat dan untuk tidak berbuat. Ini berarti manusia mempunyai prinsip yang memungkinkan berpikir dan memilih. Prinsip ini disebut an nafs al insaniyyat. Prinsip inilah yang betul-betul membeda manusia dari segala makhluk lainnya.

B. PERKEMBANGAN FISIK, SIFAT PIKIRAN MANUSIA

Tubuh manusia berubah mulai sejak berupa sel sederhana yang selanjutnya secara bertahap menjadi manusia yang sempurna. Sel sederhana berasal dari sel kromosom sperma yang identik dengan kromosom sel telur, pada prosesnya akan terjadi kromosom yang tidak homolog yang akan menjadi laki-laki.

Lima minggu setelah terjadi konsepsi, bakal jantung mulai berdenyut yang selanjutnya akan membagi menjadi serambi kiri dan kanan pada minggu ke-9. Sedangkan pada minggu ke-13, janin sudah mulai berbentuk yang ditandai dengan berfungsinya berbagai organ, yang selanjutnya pada usia 18 minggu mulai terasa gerakan dari janin.

Pada usia 32 minggu, janin mulai mempersiapkan diri untuk dilahirkan dengan kepala di bawah makin mendekati lubang kelahiran. Pada saat ini gerakan semakin berkurang. Perkembangan tercepat terjadi pada saat setelah kelahiran sampai remaja.

Perubahan fisik yang sangat nyata, terjadi pada saat pubertas, yang ditandai di antaranya dengan tanda kedewasaan berupa tumbuhnya rambut pada daerah-daerah tertentu dan fungsi organ-organ reproduksi (organ genitalia).

Perkembangan pengetahuan pada manusia sangat dipengaruhi oleh perkembangan pengetahuan semasa anak-anak, berupa bimbingan yang baik oleh orang tua dan lingkungan yang terus akan terbawa sampai dewasa.

Sampai usia 2 tahun, perkembangan kecerdasan sangat cepat, dari belajar, makan, berbicara dan berjalan. Pada usia 2 7 tahun rasa ingin tahu akan makin besar. Masa remaja merupakan masa pertentangan dengan dirinya maupun dengan orang dewasa, karena selalu berusaha untuk memposisikan diri sebagai orang dewasa walaupun secara emosional belum memadai.

Selanjutnya, setelah usia 30 tahun, mulai dapat mengendalikan diri dan mampu menempatkan diri sebagai individu yang bertanggung jawab.

Tuhan menciptakan dua makhluk, yang satu bersifat anorganis (benda mati) dan yang lain bersifat organis (makhluk hidup). Benda yang menjadi pengisi bumi tunduk pada hukum alam (deterministis) dan makhluk hidup tunduk pada hukum kehidupan (biologis), tetapi yang jelas ciri-ciri kehidupan manusia sebagai makhluk yang tertinggi, lebih sempurna dari hewan maupun tumbuhan.

Dari sekian banyak ciri-ciri manusia sebagai makhluk hidup, akal budi dan kemauan keras itulah yang merupakan sifat unik manusia.

Rasa ingin tahu, juga merupakan salah satu ciri khas manusia. Ia mempunyai kemampuan untuk berpikir sehingga rasa keingintahuannya tidak tetap sepanjang zaman. Karena apa? Karena manusia akan selalu bertanya apa, bagaimana dan mengapa begitu. Manusia juga mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuan yang baru sehingga menjadi pengetahuan yang lebih baru.

Ada dua macam perkembangan alam pikiran manusia, yakni perkembangan alam pikiran manusia sejak dilahirkan sampai akhir hayatnya dan perkembangan alam pikiran manusia, sejak zaman purba hingga dewasa ini.

Manusia yang mempunyai rasa ingin tahu terhadap rahasia alam mencoba menjawab dengan menggunakan pengamatan dan penggunaan pengalaman, tetapi sering upaya itu tidak terjawab secara memuaskan. Pada manusia kuno untuk memuaskan mereka menjawab sendiri. Misalnya kenapa ada pelangi mereka membuat jawaban, pelangi adalah selendang bidadari atau kenapa gunung meletus jawabannya karena yang berkuasa marah. Dari hal ini timbulnya pengetahuan tentang bidadari dan sesuatu yang berkuasa. Pengetahuan baru itu muncul dari kombinasi antara pengalaman dan kepercayaan yang disebut mitos. Cerita-cerita mitos disebut legenda. Mitos dapat diterima karena keterbatasan penginderaan, penalaran, dan hasrat ingin tahu yang harus dipenuhi. Sehubungan dengan dengan kemajuan zaman, maka lahirlah ilmu pengetahuan dan metode ilmiah.

Puncak pemikiran mitos adalah pada zaman Babilonia yati kira-kira 700-600 SM. Orang Babilonia berpendapat bahwa alam semesta itu sebagai ruangan setengah bola dengan bumi yang datar sebagai lantainya dan langit dan bintang-bintang sebagai atapnya. Namun yang menakjubkan mereka telah mengenal bidang ekleptika sebagai bidang edar matahari dan menetapkan perhitungan satu tahun yaitu satu kali matahari beredar ketempat semula, yaitu 365,25 hari. Pengetahuan dan ajaran tentang orang Babilonia setengahnya merupakan dugaan, imajinasi, kepercayaan atau mitos pengetahuan semacam ini disebut Pseudo science (sains palsu)

Tokoh-tokoh Yunani dan lainnya yang memberikan sumbangan perubahan pemikiran pada waktu itu adalah :

1. Anaximander, langit yang kita lihat adalah setengah saja, langit dan isinya beredar mengelilingi bumi ia juga mengajarkan membuat jam dengan tongkat.

2. Anaximenes, (560-520) mengatakan unsur-unsur pembentukan semua benda adalah air, seperti pendapat Thales. Air merupakan salah satu bentuk benda bila merenggang menjadi api dan bila memadat menjadi tanah.

3. Herakleitos, (560-470) pengkoreksi pendapat Anaximenes, justru apilah yang menyebabkan transmutasi, tanpa ada api benda-benda akan seperti apa adanya.

4. Pythagoras (500 SM) mengatakan unsur semua benda adalah empat : yaitu tanah, api, udara dan air. Ia juga mengungkapkan dalil Pythagoras C2 = A2 + B2, sehubungan dengan alam semesta ia mengatakan bahwa bumi adalah bulat dan seolah-olah benda lain mengitari bumi termasuk matahari.

5. Demokritos (460-370) bila benda dibagi terus, maka pada suatu saat akan sampai pada bagian terkecil yang disebut Atomos atau atom, istilah atom tetap dipakai sampai saat ini namun ada perubahan konsep.

6. Empedokles (480-430 SM) menyempurnakan pendapat Pythagoras, ia memperkenalkan tentang tenaga penyekat atau daya tarik-menarik dan data tolak-menolak. Kedua tenaga ini dapat mempersatukan atau memisahkan unsur-unsur.

7. Plato (427-345) yang mempunyai pemikiran yang berbeda dengan orang sebelumnya, ia mengatakan bahwa keanekaragaman yang tampak ini sebenarnya hanya suatu duplikat saja dari semua yang kekal dan immatrial. Seperti serangga yang beranekaragam itu merupakan duplikat yang tidak sempurna, yang benar adalah idea serangga.

8. Aristoteles merupakan ahli pikir, ia membuat intisari dari ajaran orang sebelumnya ia membuang ajaran yang tidak masuk akal dan memasukkan pendapatnya sendiri. Ia mengajarkan unsur dasar alam yang disebut Hule. Zat ini tergantung kondisi sehingga dapat berwujud tanah, air, udara atau api. Terjadi transmutasi disebabkan oleh kondisi, dingin, lembah, panas dan kering. Dalam kondisi lembab hule akan berwujud sebagai api, sedang dalam kondisi kering ia berwujud tanah. Ia juga mengajarkan bahwa tidak ada ruang yang hampa, jika ruang itu tidak terisi suatu benda maka ruang itu diisi oleh ether. Aristoteles juga mengajarkan tentang klasifikasi hewan yang ada dimuka bumi ini.

9. Ptolomeus (127-151) SM, mengatakan bahwa bumi adalah pusat tata surya (geosentris), berbentuk bulat diam seimbang tanpa tiang penyangga.

10. Avicenna (ibn-Shina abad 11), merupakan ahli dibidang kedokteran, selain itu ahli lain dari dunia Islam yaitu Al-Biruni seorang ahli ilmu pengetahuan asli dan komtemporer. Pada abab 9-11 ilmu pengetahuan dan filasafat Yunani banyak yang diterjemahkan dan dikembangkan dalam bahasa Arab. Kebudayaan Arab berkembang menjadi kebudayaan Internasional.

PERIODE filsafat Yunani merupakan periode penting sejarah peradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari mite-mite menjadi yang lebih rasional. Pola pikir mite-mite adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan pelangi. Gempa bumi tidak dianggap fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika filsafat diperkenalkan, fenomena alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam yang terjadi secara kausalitas. Perubahan pola pikir tersebut kelihatannya sederhana, tetapi implikasinya tidak sederhana karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi kemudian didekati bahkan dieksploitasi. Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif, sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian.

Dari proses ini kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang akhirnya kita nikmati dalam bentuk teknologi. Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani merupakan poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia.Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena Bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. Zaman Kuno meliputi zaman filsafat pra-Socrates di Yunani. Prothagoras menyatakan bahwa manusia adalah ukuran untuk segala-galanya. Hal ini ditentang oleh Socrates (469-399 SM) dengan mengatakan bahwa yang benar dan yang baik harus dipandang sebagai nilai-nilai objektif yang dijunjung tinggi oleh semua orang. Hasil pemikiran Socrates dapat diketemukan pada muridnya Plato.

Dalam filsafatnya Plato mengatakan: realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia yang hanya terbuka bagi pancaindra dan dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dunia yang pertama

adalah dunia jasmani dan yang kedua dunia ide, sehingga adanya dualisme manusia yaitu dunia fisik dan dan dunia ide.Satu wilayah dari manusia adalah dunia indera, yang mengenai kita hanya dapat mempunyai pengetahuan yang tepat dan tidak tepat atau tidak sempurna dengan menggunakan lima indera. Dunia indera akan selalu berubah-ubah sesuai dengan kondisi yang diserap indera. Wilayah yang lain adalah dunia ide yang mengenainya kita mempunyai ilmu pengetahuan yang bersifat abadi dan kekal.Pendapat tersebut dikritik oleh Aristoteles dengan mengatakan bahwa yang ada itu adalah manusia-manusia yang konkret. Ide manusia tidak terdapat dalam kenyataan.

Aristoteles adalah filsuf realis, dan sumbangannya kepada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali. Sumbangan yang sampai sekarang masih digunakan dalam ilmu pengetahuan adalah mengenai abstraksi, yakni aktivitas rasional di mana seseorang memperoleh pengetahuan. Menurut Aristoteles ada tiga macam abstraksi, yakni abstraksi fisis, abstraksi matematis, dan metafisis.Abstraksi yang ingin menangkap pengertian dengan membuang unsur-unsur individual untuk mencapai kualitas adalah abstraksi fisis. Sedangkan abstraksi di mana subjek menangkap unsur kuantitatif dengan menyingkirkan unsur kualitatif disebut abstraksi matematis. Abstraksi di mana seseorang menangkap unsur-unsur yang hakiki dengan mengesampingkan unsur-unsur lain disebut abstraksi metafisis.Teori Aristoteles yang cukup terkenal adalah tentang materi dan bentuk. Keduanya ini merupakan prinsip–prinsip metafisis, Materi adalah prinsip yaug tidak ditentukan, sedangkan bentuk adalah prinsip yang menentukan. Teori ini terkenal dengan sebutan Hylemorfisyme.

Hippocrates (460-370 SM) adalah Bapak Ilmu Kedokteran, karena itu tidak mengherankan kalau dia membahas manusia dari titik tolak konstitusional. Terpengaruh oleh kosmologi Empedokles, yang menganggap bahwa alam semesta beserta isinya ini tersusun dari empat unsur dasar yaitu: tanah, air, udara, dan api. Dengan sifat-sifat yang didukungnya yaitu: kering, basah, dingin, dan panas, maka Hippocrates berpendapat bahwa dalam diri seseorang terdapat empat macam sifat tersebut yang didukung oleh keadaan konstitusional yang berupa cairan-cairan yang ada dalam tubuh orang itu, yaitu sifat kering terdapat dalam chole (empedu kuning), sifat basah terdapat dalam melanchole (empedu hitam), sifat dingin terdapat dalam phlegma (lendir), sifat panas terdapat dalam sanguis (darah).Keempat cairan tersebut ada dalam tubuh dalam proporsi tertentu. Apabila cairan-cairan tersebut adanya dalam tubuh dalam proporsi selaras (normal) orangnya normal (sehat), apabila keselarasan proporsi tersebut terganggu maka orangnya menyimpang dari keadaan normal (sakit).

Galenus menyempurnakan ajaran Hipocrates tersebut, dan membeda-bedakan kepribadian manusia atas dasar keadaan proporsi campuran cairan-cairan tersebut. Galenus sependapat dengan Hipocrates, bahwa di dalam tubuh manusia terdapat empat macam cairan yaitu : (1) chole; (2) melanchole, (3) plegma, (4) sanguis, dan bahwa cairan-cairan tersebut adanya dalam tubuh manusia secara teori dalam proporsi tertentu. Kalau suatu cairan adanya dalam tubuh itu melebihi proporsi yang seharusnya (jadi dominant) maka akan mengakibatkan adanya sifat-sifat kejiwaan yang khas. Sifat-sifat kejiwaan yang khas ada pada seseorang sebagai akibat dari dominant-nya salah satu cairan badaniah itu oleh Gelenus disebutnya temperament. Jadi, dengan dasar fikiran yang telah dikemukakan itu sampailah Galenus kepada penggolongan manusia menjadi empat tipe temperament, beralas pada dominasi salah satu cairan badaniahnya.Pengaruh ajaran Hipocrates yang kemudian di sempurnakan oleh Galenus, itu tahan uji sampai berapa abad, pendapatnya lama sekali diikuti oleh para ahli, hanya dengan variasi yang berbeda-beda. Bahkan sampai dewasa ini pun pengaruh itu masih sangat terasa. Lama-kelamaan latar belakang kefilsafatannya, yaitu adanya kesatuan dalam seluruh kosmos, ditinggalkan, dan sebagai akibatnya terdapat adanya dua garis perkembangan, yaitu: (a) yang menekankan pentingnya kejasmanian, yaitu teori-teori konstitusional, dan (b) yang menekankan pentingnya segi kejiwaan, yaitu teori-teori temperament.Pada zaman Alexander Agung (359-323 SM) sebagai kaisar Romawi dari Macedonia bidang filsafat tetap berkembang, namun pada saat itu tidak ada filsuf yang sungguh-sungguh besar kecuali Plotinus. Pada masa ini muncul beberapa aliran:Sinisme, Menurut paham ini jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut Logos. Oleh karena itu, segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang tidak dapat dihindari.

Aliran Sinisme merupakan pengembangan dari aliran Stoik. Stoik menyatakan penyangkalannya adanya Ruh dan Materi aliran ini disebut juga dengan Monoisme dan menolak pandangan Aristoteles dengan Dualismenya. Epikurime, segala-galanya terdiri atas atom-atom yang senantiasa bergerak. Manusia akan bahagia jika mau mengakui susunan dunia ini dan tidak boleh takut pada dewa-dewa. Setiap tindakan harus dipikirkan akan akibatnya. Aliran ini merupakan pengembangan dari teori atom Democritus sebagai obat mujarab untuk menghilangkan rasa takut pada takhayul. Neo Platonisme, paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat Plato. Tokohnya adalah Plotinus. Seluruh filsafatnya berkisar pada Allah sebagai yang satu. Segala sesuatu berasal dari yang satu dan ingin kembali kepadanya.

C. SEJARAH PENGETAHUAN MANUSIA

Manusia selalu merasa ingin tahu maka sesuatu yang belum terjawab dikatakan wallahualam, artinya Allah yang lebih mengetahui atau wallahualam bissawab yang artinya Allah mengetahui sebenarnya. Perkembangan lebih lanjut dari rasa ingin tahu manusia ialah untuk memenuhi kebutuhan nonfisik atau kebutuhan alam pikirannya, untuk itu manusia mereka-reka sendiri jawabannya.

A. Comte menyatakan bahwa ada tiga tahap sejarah perkembangan manusia, yaitu tahap teologi (tahap metafisika), tahap filsafat dan tahap positif (tahap ilmu). Mitos termasuk tahap teologi atau tahap metafisika. Mitologi ialah pengetahuan tentang mitos yang merupakan kumpulan cerita-cerita mitos. Cerita mitos sendiri ditularkan lewat tari-tarian, nyanyian, wayang dan lain-lain.

Secara garis besar, mitos dibedakan atas tiga macam, yaitu mitos sebenarnya, cerita rakyat dan legenda. Mitos timbul akibat keterbatasan pengetahuan, penalaran dan panca indera manusia serta keingintahuan manusia yang telah dipenuhi walaupun hanya sementara.

Puncak hasil pemikiran mitos terjadi pada zaman Babylonia (700-600 SM) yaitu horoskop (ramalan bintang), ekliptika (bidang edar Matahari) dan bentuk alam semesta yang menyerupai ruangan setengah bola dengan bumi datar sebagai lantainya sedangkan langit-langit dan bintangnya merupakan atap.

Tonggak sejarah pengamatan, pengalaman dan akal sehat manusia ialah Thales (624-546) seorang astronom, pakar di bidang matematika dan teknik. Ia berpendapat bahwa bintang mengeluarkan cahaya, bulan hanya memantulkan sinar matahari, dan lain-lain. Setelah itu muncul tokoh-tokoh perubahan lainnya seperti Anaximander, Anaximenes, Herakleitos, Pythagoras dan sebagainya.

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu. Hewan juga mempunyai rasa ingin tahu akan tetapi tidak berkembang atau disebut idle curiousity atau instinct. Segala aktivitasnya didorong oleh instink itu dengan tujuan untuk melestarikan hidupnya. Untuk itulah mereka mencari makan, melindungi diri dan berkembang biak.

Manusia mempunyai rasa ingin tahu yang berkembang. Akumulasi dari segala yang mereka dapat dari usahanya mendapatkan jawaban dari keingintahuannya itu merupakan pengetahuan-nya. Pengetahuan manusia selalu berkembang. Ia selalu tidak puas dengan fakta tetapi ingin tahu juga tentang apa, bagaimana dan mengapa demikian.

Berlandaskan pada pengetahuan tentang beberapa rahasia alam yang diperolehnya, manusia kemudian berusaha untuk menguasai dan memanfaatkan pengetahuannya untuk memperbaiki kualitas dan pemenuhan kebutuhan hidupnya.

B. Saran

Hendaknya sebagai manusia kita selalu mengasah kemampuan berpikir kita, mengoptimalkan kemampuan otak dan mencari ilmu pengetahuan dengan dengan cara yang di redhai Allah sebagai wujud rasa syukur kita kepada sang Khalik.

  BAB I                                                                PENDAHULUAN

A. Latar BelakangIlmu alamiah dasar merupakan kumpulan pengetahuan tentang konsep-konsep dasar dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi. Manusia sebagai subjek pokoknya yang dalam hal ini merupakan makhluk hidup yang paling tinggi kedudukannya. Salah satu indikatornya ialah sifat unik manusia.Dibandingkan dengan makhluk lain, jasmani manusia adalah lemah, tetapi rohani atau akal budi dan kemauannya sangat kuat.[1] Umumnya dikatakan bahwa manusia dan binatang berbeda karena akal budi yang dimilikinya (hewan memiliki akal budi yang bersifat terbatas atau biasa disebut insting ). Akal bersumber pada otak dan budi bersumber pada jiwa. Oleh karena itu, sejalan dengan perkembangannya manusia memanfaatkan akal budi yang dimilikinya dan juga ditunjang dengan rasa ingin tahu (kuriositas), maka berkembanglah pula ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Perkembangan pengetahuan pun lebih berkembang lagi manakala ditunjang dengan adanya tukar menukar informasi antar manusia.Pada zaman dahulu akibat dari terbatasnya peralatan untuk memperoleh pengetahuan, maka untuk menjawab keingintahuan tentang alam, manusia pada saat itu menciptakan mitos. Sehingga mitos pun digolongkan menjadi tiga, yaitu mitos sebenarnya, cerita rakyat, dan lagenda. Sehingga terdapat beberapa cara untuk mendapatkan kesimpulan, diantaranya prasangka (perasaaan), intuisi (batiniah), dan coba-ralat/trial error (untung-untungan).Untuk itu diperlukanlah syarat-syarat tertentu agar suatu ilmu itu dapat sesuai dengan keadaannya bukan dengan prasangka, intuisi, maupun coba-ralat/trial error. Adapun syaratnya, yaitu obyektif, metodik, sistematik, dan universal. Serta, untuk dapat memenuhi syarat ilmu pengetahuan seperti yang tersebut di atas, maka diperlukanlah metode ilmiah.B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah yang telah di kemukan diatas, maka rumusan masalah yang akan di bahas yaitu :1. Apa yang dimaksud dengan hakikat manusia dan sifat keingintahuannya ?2. Bagaimana Perkembangan fisik, sifat dan pemikiran manusia?3. Darimana asal pengetahuan manusia itu sendiri ?4. Bagaimana Perkembangan fisik, sifat dan pemikiran manusia dalam perspektif Islam ?

C. Tujuan PenulisanTujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang :1. Mengetahui hakikat manusia dan sifat keingintahuannya.2. Mengetahui perkembangan fisik, sifat dan pemikiran manusia.3. Mengetahui sejarah pengetahuan manusia.4. Mengetahui Perkembangan fisik, sifat dan pemikiran manusia dalam perspektif Islam.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia dan Sifat Keingintahuannya1. Hakikat ManusiaDidalam filsafat kontemporer secara hakiki terpusat pada pribadi manusia. Boleh jadi, tanpa situasi historis kita tidak bisa memahami apa dan esensi diri yang sebenarnya. Al Qur’an membuka pintu dunia baru, tentang kesadaran diri secara berurutan sampai kepada kesadaran yang universal. Ungkapan ini tidak terikat oleh suatu aliran tertentu. Saat dimana muncul ketika dihadapkan persoalan manusia terdorong untuk memikirkan eksistensi. Dimana keberadaannya bagaikan terlempar begitu saja.Hal ini membawa kita kepada penelitian mengenai dasar dari asal usul. Baik dari sisi kebebasan maupun dari sisi tanggung jawab. Hal tersebut akhirnya memunculkan masalah ketuhanan. Apakah Allah itu masuk dalam definisi manusia atau tidak? Apakah eksistensi manusia itu bersifat teosentris ataupun antroposentris? Partisipasi ataupun cukup dalam dirinya sendiri? Ada apakah dengan pernyataan ulama populer? “man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu” (barang siapa tahu akan dirinya, maka ia tahu akan Tuhannya). Dalam arti yang sebenarnya, kata “eksistensi” berarti data kosmis, sejauh mana manusia yang terlibat secara aktif di dalamnya. Hubungan erat antara masalah manusia dan masalah ketuhanan, terlihat baik pada mereka yang mengingkari Allah maupun pada mereka yang mengikuti-Nya. Kecenderungan tersebut pada dasarnya merupakan naluri manusia yang tidak bisa dipungkiri dan merupakan fitrah manusia.2. Sifat Keingintahuan ManusiaRasa ingin tahu (kuriositas), juga merupakan salah satu ciri khas manusia.[2] Ia mempunyai kemampuan untuk berpikir sehingga rasa keingintahuannya tidak tetap sepanjang zaman.[3] Karena manusia akan selalu bertanya apa, bagaimana dan mengapa begitu. Manusia juga mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuan yang baru sehingga menjadi pengetahuan yang lebih baru.Manusia selalu merasa ingin tahu maka sesuatu yang belum terjawab dikatakan wallahualam, artinya Allah yang lebih mengetahui atau wallahualam bissawab yang artinya Allah mengetahui sebenarnya. Perkembangan lebih lanjut dari rasa ingin tahu manusia ialah untuk memenuhi kebutuhan nonfisik atau kebutuhan alam pikirannya, untuk itu manusia mereka-reka sendiri jawabannya.

B. Perkembangan Fisik, Sifat dan Pemikiran ManusiaTuhan menciptakan dua makhluk, yang satu bersifat anorganis (benda mati) dan yang lain bersifat organis (makhluk hidup). Benda yang menjadi pengisi bumi tunduk pada hukum alam (deterministis) dan makhluk hidup tunduk pada hukum kehidupan (biologis), tetapi yang jelas ciri-ciri kehidupan manusia sebagai makhluk yang tertinggi, lebih sempurna dari hewan maupun tumbuhan. Dari sekian banyak ciri-ciri manusia sebagai makhluk hidup, akal budi dan kemauan keras itulah yang merupakan sifat unik manusia.1. Perkembangan Fisik ManusiaTubuh manusia berubah mulai sejak berupa sel sederhana yang selanjutnya secara bertahap menjadi manusia yang sempurna. Sel sederhana berasal dari sel kromosom sperma yang identik dengan kromosom sel telur, pada prosesnya akan terjadi kromosom yang tidak homolog yang akan menjadi laki-laki. Lima minggu setelah terjadi konsepsi, bakal jantung mulai berdenyut yang selanjutnya akan membagi menjadi 

serambi kiri dan kanan pada minggu ke-9. Sedangkan pada minggu ke-13, janin sudah mulai berbentuk yang ditandai dengan berfungsinya berbagai organ, yang selanjutnya pada usia 18 minggu mulai terasa gerakan dari janin.Pada usia 32 minggu, janin mulai mempersiapkan diri untuk dilahirkan dengan kepala di bawah makin mendekati lubang kelahiran. Pada saat ini gerakan semakin berkurang. Perkembangan tercepat terjadi pada saat setelah kelahiran sampai remaja. Perubahan fisik yang sangat nyata, terjadi pada saat pubertas, yang ditandai di antaranya dengan tanda kedewasaan berupa tumbuhnya rambut pada daerah-daerah tertentu dan fungsi organ-organ reproduksi (organ genitalia).Perkembangan pengetahuan pada manusia sangat dipengaruhi oleh perkembangan pengetahuan semasa anak-anak, berupa bimbingan yang baik oleh orang tua dan lingkungan yang terus akan terbawa sampai dewasa. Sampai usia 2 tahun, perkembangan kecerdasan sangat cepat, dari belajar, makan, berbicara dan berjalan. Pada usia 2 – 7 tahun rasa ingin tahu akan makin besar.Masa remaja merupakan masa pertentangan dengan dirinya maupun dengan orang dewasa, karena selalu berusaha untuk memposisikan diri sebagai orang dewasa walaupun secara emosional belum memadai. Selanjutnya, setelah usia 30 tahun, mulai dapat mengendalikan diri dan mampu menempatkan diri sebagai individu yang bertanggung jawab.2. Perkembangan Sifat dan Pemikiran ManusiaSifat ingin tahu manusia berkembang seiring dengan perkembangan umur dan waktu dimana manusia tersebut hidup. Pada zaman pra-sejarah manusia hidup dari berburu dan berladang yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain, kemudian meningkat menjadi petani dan peternak yang menetap. Fase perkembangan sifat dan pemikiran manusia adalah sebagai berikut :a. Masa bayi (0 – 2 Tahun)Masa bayi menurut psikologi disebut juga sebagai periode sensomotorik.Pada periode ini, perkembangan kecerdasan bayi sangat cepat. Ia mulai belajar makan, berjalan, berbicara dan mengikatkan diri pada orang lain. Dengan gerakan–gerakan anggota tubuhnya, ia belajar memadukan keterangan–keterangan melalui semua alat inderanya.b. Masa Kanak–kanak (3–5 Tahun)Masa kanak–kanak disebut sebagai periode praoperasional, dengan kisaran usia 2–7 tahun. Pada periode ini, dorongan keingintahuannya sangat besar, sehingga banyak yang menyebut masa ini sebagai masa bertanya. Apalagi pada masa ini si anak sudah memiliki keterampilan berbahasa lisan. Namun, pada masa ini pengungkapannya sering menggunakan lambang–lambang, seperti bermain mobil dengan garasinya menggunakan kotak kosong.c. Masa Usia Sekolah ( 6–12 Tahun )Masa ini disebut juga sebagai periode operasional nyata, dengan kisaran usia 7-11 tahun. Pada periode ini, anak sangat aktif, ditandai dengan perkembangan fisik, dan motorik yang baik. Para ahli psikologi menyebut juga masa ini sebagai “masa tenang”, karena proses perkembangan emosional si anak telah mendapatkan kepuasan maksimal sesuai dengan kemampuan individu. Perolehan pengetahuannya masih dengan induksi (pengamatan dan percobaan), walaupun sudah dimulai dengan menggunakan penalaran dan logika.d. Masa Remaja ( 13–20 Tahun )Masa remaja disebut juga periode operasional formal (11–15 tahun). Periode ini merupakan masa pertentangan (konflik), baik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang dewasa. Mereka berusaha mengekspresikan dirinya sebagai orang dewasa, padahal secara fisik, mental dan emosional belum mampu menggunakan nalar serta berhipotesis.e. Masa dewasa ( > 20 Tahun )Masa dewasa ini ditandai dengan kemampuan individu untuk berdiri sendiri. Mereka mampu mengendalikan perilakunya dengan baik, menempatkan dirinya sebagai anggota dalam kelompok serta merupakan individu yang bertanggung jawab. 

C. Sejarah Pengetahuan yang Diperoleh ManusiaManusia umumnya belajar dari manusia lain dalam mengamati alam sekitar. Semula manusia memperoleh pengetahuan berdasarkan intuisi (bisikan hati), seperti lalat berasal dari sampah. Pengetahuan dapat pula berdasarkan firasat, seperti mendung pertanda akan hujan. Pengetahuan berdasar mitos,[4] seperti pelangi 

adalah selendang bidadari. Selanjutnya manusia mulai mencoba, seperti memperbanyak tanaman dengan biji dan sebagainya.A. Comte menyatakan bahwa ada tiga tahap sejarah perkembangan manusia, yaitu tahap teologi (tahap metafisika), tahap filsafat dan tahap positif (tahap ilmu).[5] Mitos termasuk tahap teologi atau tahap metafisika. Mitologi ialah pengetahuan tentang mitos yang merupakan kumpulan cerita-cerita mitos. Cerita mitos sendiri ditularkan lewat tari-tarian, nyanyian, wayang dan lain-lain.Mitos timbul akibat keterbatasan pengetahuan, penalaran dan panca indera manusia serta keingintahuan manusia yang telah dipenuhi walaupun hanya sementara. Puncak hasil pemikiran mitos terjadi pada zaman Babylonia[6] (700-600 SM) yaitu horoskop (ramalan bintang), ekliptika (bidang edar Matahari) dan bentuk alam semesta yang menyerupai ruangan setengah bola dengan bumi datar sebagai lantainya sedangkan langit-langit dan bintangnya merupakan atap. Tonggak sejarah pengamatan, pengalaman dan akal sehat manusia ialah Thales (624-546) seorang astronom, pakar di bidang matematika dan teknik. Ia berpendapat bahwa bintang mengeluarkan cahaya, bulan hanya memantulkan sinar matahari, dan lain-lain. Setelah itu muncul tokoh-tokoh perubahan lainnya seperti Anaximander, Anaximenes, Herakleitos, Pythagoras dan sebagainya.

D. Perkembangan Fisik, Sifat dan Pikiran Manusia dalam Perspektif IslamDalam surat Al Mukminun ayat 12-14 Allah SWT menerangkan tentang proses penciptaan manusia. Sebelum para ahli dalam bidang kedokteran modern mengetahui proses asal usul kejadian penciptaan manusia dalam rahim ibunya, Allah SWT sudah terlebih dahulu mejelaskan perihal kejadian tersebut dalam Al Qur’an seperti dalam surat Al Mukminun ayat 12-14.Pada surat Al Mukminun ayat 12 -14 Allah SWT menjelaskan bahwa proses penciptaan manusia dalam rahim ibunya terbagi menjadi 3 fase yaitu: Fase air mani ,fase segumpal darah, fase segumpal daging. Yang masing-masing fasenya memakan waktu 40 hari.Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits yang di riwayatkan oleh bukhari, yang Artinya “Dari Abdullah bin Mas’ud ra., ia berkata : Rasulullah S.A.W bercerita kepada kami, beliaulah yang benar dan dibenarkan : “Sesungguhnva penciptaan perseoranganmu terkumpul dalam perut ibunya empat puluh hari dan empat puluh malam atau empat puluh malam, kemudian menjadi segumpal darah, kemudian Allah mengutus Malaikat, kemudian dipermaklumkan dengan empat kata, kemudian malaikat mencari rizkinya, ajalnya (batas hidupnya), amalnya serta celaka dan bahagianya kemudian Malaikat meniupkan ruh padanya........”.Kesimpulan kandungan surat Al Mukminun ayat 12-14 ini antara lain menjelaskan tentang proses kejadian manusia, Allah memberi kesempatan hidup di dunia kepada manusia, usia manusia ditentukan oleh Allah SWT, manusia diperintahkan untuk memikirkan proses kejadiannya agar tidak sombong kepada Allah dan sesama manusia.BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanPada hakikatnya, manusia adalah makhluk yang berfikir (Homo sapiens). Hal ini disebabkan sifat ingin tahu manusia yang besar, selalu bertanya tentang siapa, apa, bagaimana, kapan, dimana dan sebagainya.Tuhan memberi manusia kemampuan berbicara (Homo languens) hingga mampu menyampaikan pertanyaan dan pendapatnya kepada manusia lain. Manusia juga mampu membuat alat (Homo faber) yang dapat membantunya mencari nafkah, seperti kemampuan manusia membuat jaring ikan, panah untuk berburu, pisau, api untuk memasak dan sebagainya. Manusia memiliki rasa keindahan akan sesuatu (Homo aesteticus) sehingga munculah para perancang bangunan, model pakaian, adat istiadat suatu daerah.Manusia juga mampu melakukan jual beli (Homo economicus) seperti yang terjadi di pasar manusia melakukan jual beli terhadap hasil kerjanya. Manusia diberi kelebihan dalam segala hal dibanding makhluk lain.Manusia adalah makhluk religius, yang percaya akan adanya Tuhan yang maha adil.B. Kata penutupAlhamdulilah, dengan segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat kemurahan-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.Kami telah berupaya semaksimal mungkin dengan segala kemampuan namun kami yakin hasilnya masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran kami harapkan.

Akhirnya kami berdoa semoga makalah ini dapat membawa manfaat dan Allah SWT selalu menunjukkan kita jalan yang lurus, amin ya robbal alamin. 

DAFTAR PUSTAKA

Jasin, Drs. Maskori. 2010. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta : PT. Grafindo Persada. Purnama, Ir. Heri. 2008. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta : Rineka Cipta.

PERKEMBANGAN POLA PIKIR MANUSIA” ( Dari mitos sampai metode ilmiah )

“PERKEMBANGAN POLA PIKIR MANUSIA”

( Dari mitos sampai metode ilmiah )

Dosen pengampu:

Nanang Kholidin, M.Pd

Disusun oleh:

1.      Arina Hidayati D77213059

2.      Ulfiyah Ningsih D37213051

3.      Alieva Choirun Nisa D77213055

4.      Nahdiyatul Rohmah D77213081

Kelas 1B

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMUTARBIYAH dan KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

2013

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR……………………………………………………...…… ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.         Latar Belakang……………………………………………………………..1

1.2.         Rumusan Masalah………………………………………………………….1

1.3.         Tujuan Penulisan …………………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN

2.1. PERKEMBANGAN POLA PIKIR MANUSIA

2.2.2. Rasa Ingin Tahu……………………………………………………... 2

2.2.3. Mitos, kepuasan dan ketidak puasan terhadapnya…………………. .3

2.2.4. Penalaran dan tokoh –tokoh yang berjasa membawa perubahan

Pola berfikir ………………………………………………………. 4

2.2.5. Metode ilmiah dan langkah-langkah oprasional……………………. 5

BAB III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN……………………………………………………………… 6

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 7

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta ridho-

Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan Pola Pikir

pada Manusia” ( dari mitos sampai metode ilmiah ) ini dengan baik.

Penulis juga ingin mengucapkan terimaksih kepada semua pihak yang telah memberikan

bantuan dalam pembuatan makalah ini, yaitu:

1.      Nanang Kholidin, M.Pd, selaku dosen pembimbing.

2.      Semua pihak yang telah mendorong serta terlibat dalam proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu

penulis membutuhkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah

selanjutnya. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua, terutama penulis pada khususnya.

Surabaya, 09 September 2013

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk yang sempurna tidak lepas dari akal pikiran yang mereka punya.

Dari akal pikiran manusia timbulah rasa ingin tahu, rasa ingin tahu inilah yang mendorong untuk

mengenal, memahami, dan menjelaskan berbagai hal yang ada dan juga berusah untuk memecahkan

persoalan yang dihadapinya. Semua ini menyebabkan manusia mendapatkan pengetahuan.

Pengetahuan yang diperoleh mula-mula terbatas. Pada manusia kuno, untuk memuaskan

diri, mereka mencoba membuat jawaban sendiri. Dengan menggunakan logika, muncullah

pengetahuan yang berkuasa pada lautan, hutan, dan seterusnya. Pengetahuan baru yang merupakan

kombinasi antara pengalaman-pengalaman dan kepercayaan disebut mitos. Dengan demikian

seiring perkembangan zaman pola pikir manusia akan terus-menurus berubah-ubah.

1.2.            Rumusan Masalah

1.2.1.               Bagaimana perkembangan pola pikir manusia ( dari mitos sampai

metode ilmiah ) ?

1.2.2.      Aspek-aspek apa saja yang mempengaruhi perkembangan pola pikir pada manusia ?

1.3.            Tujuan Penulisan

1.3.1.      Unuk mengetahui perkembangan pola pikir manusia.

1.3.2.               Untuk mengetahui aspek-aspek perkembangan pola pikir manusia ( dari mitos

sampai metode ilmiah ).

 BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Perkembangan pola pikir manusia ( dari mitos samapai metode ilmiah )

Sejak lahirnya manusia dimuka bumi, mereka sudah bersentuhan dengan alam,

persentuhan dengan alam menimbulkan pengalaman. Alam memberiakan rangsangan kepada

manusia melalui pancaindra. Jadi pancaindra merupakan alat komunikasi antara alam dengan

manusia yang membuahkan pengalaman.Pengalaman itu saat demi saat terus bertambah dan

mempengaruhi pola pikir manusia. Perkembangan pola pikir manusia ini dari zaman ke zaman terus

berubah bahkan bertambah, karena dipngaruhi oleh beberapa aspek diantaranya:

2.2.1. Rasa Ingin Tahu

Dengan potensi akal yang dimiliki manusia, mereka dapat menemukan berbagai cara untuk

melindungi diri terhadap pengaruh lingkungan yang merugikan. Manusia memiliki sifat rasa ingin

tahu yang selalu berkembang dan tidak pernah dipuaskan.Kegiatan yang dilakukan manusia itu

kadang-kadang kurang serasi dengan tujuannya sehingga tidak dapat menghasilkan

pemecahan.Tetapi kegagalan biasanya tidak meimbulkan rasa putus asa, bahkan seringkali justru

membangkitkan semangat yang lebih menyala-nyala untuk memecahkan persoalan. Kegiatan untuk

mencari pemecahan dapat berupa:

a.       Penyelidikan langsung

b.      Penggalian hasil-hasil penyelidikan yang sudah pernah diperoleh orang lain

c.       Kerjasama dengan penyelidikan-penyelidikan lain yang juga sedang memecahkan soal yang sama

atau yang sejenis

Dengan selalu berlangsungan perkembangan pengetahuan itu tampak lebih nyata bahwa

manusia berbeda daripada hewan.Manusia merupakan makhluk hidup yang berakal serta

mempunyai derajat yang tertinggi bila dibandingkan dengan hewan atau makhluk lainnya.Manuasia

mampu menggunakan pengetahuan yang telah lama diperoleh untuk dikombinasikan dengan

pengetahuan yang baru menjadi pengetahuan yang lebih baru lagi.Hal ini demikian berlangsung

berabad-abad sehingga terjadi akumulasi pengetahuan.1[1]

2.2.2.                        Mitos, kepuasan dan ketidak puasan terhadapnya

1[1]Abdullah Aly dan Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar,Bumi Akasara, Jakarta, 1995 hal. 2-4

Manusia berusaha memenuhi kebutuhan nonfisik atau kebutuhan alam pikiran.Rasa ingin tahu

manusia ternyata tidak dapat terpuaskan hanya atas dasar pengamatan mau pun

pengalamannya.Untuk itulah, manusia menerka-nerka sendiri atas keingintahuannya itu.

Pengetahuan baru yang bermunculan dan kepercayaan itu lah yang kita sebut dengan

Mitos.Cerita yang berdasarkan atas mitos disebut Legenda.

Mitos timbul karena keterbatasan alat indera manusia, misalnya:

1.Alat Penglihatan.

2.Alat Pendengaran.

3.Alat Pencium dan Pengecap.

4.Alat Perasa.

Mitos dapat diterima oleh masyarakat pada masa lalu karena :

a. Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan oleh keterbatasan

penginderaan, baik langsung maupun dengan alat

b. Keterbatasan penalaran manusia pada masa itu

c. Terpenuhinya hasrat ingin tahunya

Puncak hasil pemikiran tersebut adalah pada zaman Babilonia (700-600 SM), bahwa alam

semesta seperti selungkup.Mereka telah mengenal ekliptika atau bidang edar matahari.Horoskop

atau ramalan nasib manusia berdasarkan perbintangan juga berasal dari zaman

Babilonia.Pengetahuan orang Babilonia ini setengahnya merupakan dugaan imajinasi, kepercayaan

atau mitos. Ini disebut “ PSEUDO SCIENCE” artinya mirip sains tapi bukan sains.2[2]

Beberapa ahli berpendapat bahwa mitos kepuasan dan ketidak puasan sebagai berikut :

Thales (624-546 SM)

Satu langkah lebih maju dari mitos dan pseudo science adalah ajaran orang Yunani pada 600-200

SM , Kemampuan manusia berfikir semakin maju dan didukung oleh perlengkapan pengamatan,

seperti teropong yang makin sempurna, maka mitos dan legenda makin ditinggalkan,.

Anaximander (610-546 SM)

Berpendapat bahwa alam semesta berbentuk bulat dan bumi sebagai pusatnya, langit dengan segala

isinya beredar mengelilingi bumi. Ia mengajarkan jam matahari.

Aneximes (560-520 SM)

Berpendapat unsur dasar pembentukan semua benda adalah air. Air dapat merenggang menjadi api

(gas) atau memadat menjadi tanah (padat). Ini merupakan teori pertama transmutasi unsur-unsur.

Herakleitos (560-470 SM)

Memberi koreksi pendapat tersebut yang menyatakan bahwa unsur api penyebab transmutasi

tersebut.

2[2] Heri Purnama, Ilmu Alamiah Dasar, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hal. 10-11

Pythagoras ( 500 SM)

Unsur dasar ada 4: Tanah, Api, Udara, dan Air. Ahli matematika yang menemukan dalil pythagoras

tentang segitiga siku-siku. Beliau berpendapat bahwa bumi bulat dan berputar sehingga alam

seolah-olah berputar mengelilingi bumi.

Demokritos (460-360 SM)

Bagian terkecil yang tidak dapat dibagi lagi disebut Atomos atau Atom.

Empedokles (480-430 SM)

Menyempurnakan ajaran Pythagoras tentang 4 unsur, yaitu dengan memperkenalkan adanya tenaga

penyekat atau tarik menarik dan tenaga pemisah atau tolak menolak. Kedua tenaga tadi yang

menyatukan dan memisahkan unsur tadi.

Plato (427-347 SM)

Menurut Plato keanekaragaman yang nampak ini sebenarnya suatu duplikat saja dari suatu yang

kekal dan immaterial.3[3]

2.2.3.                        Penalaran dan Tokoh-tokoh yang berjasa membawa perubahan pola fikir

Penalaran terbagai menjadi dua yaitu:

a.       Penalaran deduktif (Rasionalisme)

Menurut A. conte, dalam perkembangan manusia sesudah tahap mitos, manusia berkembang

dalam tahap filsafat, pada tahap filsafat rasio sudah terbentuk, tetapi belum ditemukan metode

berpikir secara obyektif, pada tahap filsafat ini manusia mencoba mempergunakan rasionya untuk

memahami obyek secara dangkal, tetapi obyek belum dimasuk secara metodoligis yang definitive

Menurut C.A. Van Peussen didalam bukunya mengetakan bahwa didalam mitos manusia

terikat.Manusia menerima keadaan sebagai takdir yang harus diterima. Lama-kelamaan manusia

tidak mau terikat, maka manusia harus berusah mencari penyelesaian denag rasio. Sehingga

manusia dapat menilai obyek (alam) tanpa meleburkan dirinya.Dapat memandang obyek (alam)

dengan lebih leluasa.

Pemecahan secara rasional berarti mengandalkan rasio dalam usaha memperoleh pengetahuan

yang benar.Kaum rasionalis mengembangkan paham yang disebut rasionalisme dalam menyusun

pengetahuan kaum rasionalis menggunakan penalaran deduktif. Penalaran deduktif adalah cara

berpikir yang bertolak dari pernyataan yang bersifat umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat

khusus.

Kesimpulan secara dekduktif ini menggunakan pola berfikir yang disebut silogisme, silogisme

terdiri dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.

3[3]Ibid., hal. 12-14

b.      Penalaran induktif (Emprisme)

Penalaran deduktif ternyata mempunyai kelemahan, maka muncullah pandangan lain

berdasarkan pengalaman konkrit, mereka yang mengembangkan pengetahuan berdasarkan

pengalamn konkrit ini disebut penganut empirisme. Paham empirisme menganggap bahwa

pengetahuan yang benar ialah pengetahuan yang didapat langsung dari pengalaman konkrit,

menurut paham empirisme ini, gejala alam bersifat konkrit dan dapat ditangkap dengan panca

indera manusia.

Penganut empirisme menyusun pengetahuan dengan menggunakan penalaran induktif. Penalaran

induktif adalah cara berpikir dengan menarik kesimpulan umum dari pengamatan atas gejala-gejala

yang bersifat khusus.

Penalaran deduktif tidak dapat diandalkan karena bersifat abstrak dan lepas dari

pengalaman.Demikian pula pengetahuan yang diperoleh hanya dari penalaran induktif juga tidak

dapat diandalkan karena kelemahan panca indera, karena itu himpunan pengetahuan yang diperoleh

belum dapat disebut pengetahuan.

TOKOH-TOKOH YANG BERJASA MEMBAWA PERUBAHAN POLA PIKIR.

a.       Thales ( 624-549 SM ) seorang filosofi dan ahli astronomi, berpendapat bahwa semu kehidupan

berasal dari air.

b.      Herakleitos ( 560-470 SM ), seorang pengkoreksi pendapat Anaximene bahwa justru apilah yang

menyebabkan adanya transmutasi itu. Tanpa api, benda-benda akan tetap seperti adanya.

c.       Empedokles ( 480-430 SM ), merupakan orang yang menyempurnakan ajaran Pythagoras tentang

empat unsur dasar yaitu tanah, air, udara dan api. Ia memperkenalkan tentang tenaga penyekat atau

daya tarik-menarik dan daya tolak menolak. Kedua tenaga tersebut dapat mempersatukan atau

memisahkan unsur-unsur itu.

d.      Aristoteles ( 384-322 SM ) seorang filosofi dan ahli ilmu alamiah, perangkum ajaran ahli-ahli

lain; orang pertama yang berusaha mengklasifikasikan hewan berdasar anatomi dan membedakan

langsung.4[4]

2.2.4.                        Metode Ilmiah dan Langkah-langkah Oprasional

1.      Metode ilmiah

Metode Ilmiah adalah suatu metode atau cara yang tepat untuk mencapai kebenaran antara

pengetahuan secara ilmiah dengan faktanya. Pengetahuan dapat dikatakan ilmiah bila pengetahuan

itu memiliki empat syarat,yaitu:

1.      Objektif.

Artinya pengetauan itu sesuai dengan objeknya/bukti.

2.      Metodik

Artinya pengetahuan itu di peroleh dengan menggunakan cara-cara tertentu dan terkontrol.

3.      Sistematik

4[4] Maskoeri Jasin, Ilmu Alamiah Dasar, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, Hal. 5-8

Artinya pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu system yang saling menjelaskan sehingga

seluruhnya merupakan kesatuan yang utuh.

4.      Berlaku Umum

Artinya pengetahuan itu tidak hanya diamati oleh beberapa orang tetapi semua orang dengan cara

eksperimentasi yang sama akan meperoleh hasil yang sama/konsisten.

Ditinjau dari cara berpikir manusia,pada dasarnya terdapat dua cara pokok untuk memperoleh

pengetahuan yang benar,ialah:

a.       Paham Rasionalisme

Rasionalisme adalah paham atau pandangan yang senantiasa di dasarkan pada kemampuan akal

daripada emosi. Dalam menyusun pengetahuannya, kaum rasionalis mempergunakan metode

deduktif, namun terdapat masalah utama dalam rasionalisme yaitu evaluasi terhadap kebenaran

dasar-dasar pemikiran atau alas an yang digunakan dalam penalaran deduktif.

b.      Paham Empirisme

Empirisme adalah anggapan bahwa pengetahuan di peroleh dari pengalaman langsung atau dari

indera.

5.      Langkah-Langkah Operasional Metode Ilmiah

Salah satu syarat ilmu pengetahuan ialah bahwa materi pengetahuan itu harus di peroleh melalui

metode ilmiah. Metode ilmiah tentu saj harus menjamin akan menghasilkan pengetahuan yang

ilmiah yatu yang bercirikan objektivitas,konsisten dan sistematik.

Langkah-langkah operasionalnya adalah sebagai berikut :

1.      Perumusan masalah

Yang di maksud dengan masalah disini adalah merupakan pertanyaan apa,mengapa,ataupun

bagaimana tentang objek yang diteliti. Masalah itu harus jelas batas-batas nya serta di kenal factor-

faktor yang mempengaruhinya.

2.      Penyusunan hipotesis

Hipotesis adalah suatu pernyataan yang menunjukkan kemungkinan-kemungkinan jawaban untuk

memecahkan masalah yang telah di tetapkan. Hipotesis juga dapat di pandang sebagai jawaban

sementara dari permasalahan yang harus di uji kebenarannya dalam suatu eksperimentasi.

3.      Pengujian hipotesis

Yaitu berbagai usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang telah diajukan

untuk dapat memperlihatkan apakah fakta-fakta yang mendukung dipotesis atau tidak.

4.      Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan ini berdasarkan analisis dari fakta-fakta,untuk melihat apakah hipotesis yang

diajukan itu diterima atau tidak.

Didalam Ilmu alamiah suatu kesimpulan bersifat sementara (tentatif); kesimpulan adalah sesuatu

yang harus di uji.Pengujian-pengujian seperti itu memerlukan data tambahan. Dengan demikian

akan di peroleh proses yang berkesinambungan secara terus menerus dan akan mengalami

kemajuan.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1.      Mitos timbul di sebabkan keterbatasan alat indera manusia yaitu alat penglihatan, alat

penginderaan,alat pencium, alat perasa.

2.      Kegiatan untuk mencari pemecahan dapat berupa penyelidikan langsung, penggalian hasil-hasil

penyelidikan yang sudah pernah diperoleh orang lain, kerjasama dengan penyelidikan-penyelidikan

lain yang juga sedang memecahkan soal yang sama atau yang sejenis

3.      Metode Ilmiah merupakan suatu metode atau cara yang tepat untuk mencapai kebenaran antara

pengetahuan secara ilmiah dengan faktanya.

4.      Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar pengetahuan dapat di katakan ilmiah objektif, metodik,

sistematik dan berlaku umum.

 

DAFTAR PUSTAKA

Aly, Abdullah, dan Rahma Eny. 1995., Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara

Jasin, Maskoeri. 2008., Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Purnama, Heri.1991., Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta