pemikiran ahmad syafii maarif tentang islam dalam...

105
PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM BINGKAI KEINDONESIAAN DAN KEMANUSIAAN DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Dalam Ilmu Syariah Dan Hukum Oleh Muhammad Aulia Rachman NPM.1321020098 Jurusan : Siyasah FAKULTAS SYARI’AH & HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 1439 H / 2017 M

Upload: phamdang

Post on 09-Mar-2019

270 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM

DALAM BINGKAI KEINDONESIAAN DAN KEMANUSIAAN

DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Syarat-syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Dalam Ilmu Syariah Dan Hukum

Oleh

Muhammad Aulia Rachman

NPM.1321020098

Jurusan : Siyasah

FAKULTAS SYARI’AH & HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG

1439 H / 2017 M

Page 2: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM

DALAM BINGKAI KEINDONESIAAN DAN KEMANUSIAAN

DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Syarat-syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Dalam Ilmu Syariah Dan Hukum

Oleh

MUHAMMAD AULIA RACHMAN

NPM.1321020098

Jurusan : Siyasah

Pembimbing I : Drs. H. Chaidir Nasution, M.H.

Pembimbing II : Drs. Henry Iwansyah, M.A.

FAKULTAS SYARI’AH & HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG

1439 H / 2017 M

Page 3: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

ii

ABSTRAK

PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM

DALAM BINGKAI KEINDONESIAAN DAN KEMANUSIAAN

DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH

Oleh

Muhammad Aulia Rachman

1321020098

Sebagai penduduk mayoritas di Nusantara semestinya

umat Islam tidak lagi sibuk mempersoalkan hubungan Islam,

keindonesiaan, dan kemanusiaan. Ketiga konsep itu harus

ditempatkan dalam satu nafas sehingga Islam yang

dikembangkan di Indonesia adalah Islam yang ramah, terbuka,

inklusif dan mampu memberi solusi terhadap masalah-masalah

besar bangsa dan negara. Islam yang dinamis dan bersahabat

dengan lingkungan kultur, sub-kultur, dan agama kita yang

beragam.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana

pemikiran Ahmad Syafii Maarif tentang Islam dalam bingkai

keindonesiaan dan kemanusiaan? dan bagaimana perspektif

Fiqh Siyasah terhadap konsep Islam dalam bingkai

keindonesiaan dan kemanusiaan pemikiran Ahmad Syafii

Maarif ? Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pandangan

Ahmad Syafii Maarif mengenai konsep Islam dalam bingkai

keindonesiaan dan kemanusiaan. Serta untuk mengetahui

perspektif Fiqh Siyasah terhadap konsep Islam dalam bingkai

keindonesiaan dan kemanusiaan pemikiran Ahmad Syafii

Maarif.

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library

research) yang bersifat deskriptif analitis dengan menggunakan

pendekatan kualitatif. Pengumpulan data yang digunakan

dengan mengadakan penelaahan terhadap buku-buku, literatur-

literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang berhubungan

Page 4: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

iii

dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian yang berkaitan

dengan permasalahan ini penulis menggunakan penelaahan yang

pada hal ini penelitian dilakukan dengan meneliti sumber-

sumber data tertulis, yaitu: buku Islam dalam bingkai

keindonesiaan dan kemanusiaan serta buku-buku

kemasyarakatan dalam kehidupan sosial, buku-buku fiqih

siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

dijadikan referensi dalam penelitian ini.

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa,

pemikiran Ahmad Syafii Maarif tentang Islam dalam bingkai

keindonesiaan dan kemanusiaan adalah suatu pemikiran

integratif antara Islam, keindonesiaan dan kemanusiaan dimana

ketiga hal tersebut dapat saling berintegrasi satu sama lain untuk

mewujudkan peradaban Islam di Indonesia yang maju, progresif,

ramah, terbuka, dan inklusif. Perspektif Fiqh Siyasah terhadap

pemikiran Ahmad Syafii Maarif adalah terdapat keserasian

antara prinsip – prinsip Fiqh Siyasah dengan konsep Islam,

keindonesiaan dan kemanusiaan. Kemudian pemikiran Ahmad

Syafii Maarif lebih kepada arah teori pemikiran politik Islam

integrasi seperti yang dianut oleh pemikir politik Islam

kontemporer seperti Husein Haikal, Fazlur Rahman dan

Mohammed Arkoun.

Page 5: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

iv

KEMENTERIAN AGAMA

UIN RADEN INTAN LAMPUNG

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

Jl. Letkol H. Endro Suratmin, Sukarame Bandar Lampung. 35131

PERSETUJUAN

Judul skripsi : PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF

TENTANG ISLAM DALAM BINGKAI

KEINDONESIAAN DAN KEMANUSIAAN

DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH

Nama : M. Aulia Rachman

NPM : 1321020098

Program Studi : Siyasah

Fakultas : Syariah dan Hukum

DISETUJUI

Untuk dimunaqasyahkan dan dipertahankan dalam Sidang

Munaqasyah Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Raden Intan Lampung.

Pembimbing I

Drs. H. Chaidir Nasution, M.H. NIP. 19580201 198603 1 002

Pembimbing II

Drs. Henry Iwansyah, M.A. NIP. 19581207 198703 1 003

Ketua Jurusan,

Drs. Susiadi AS., M. Sos.I NIP. 195808171993031002

Page 6: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

v

KEMENTERIAN AGAMA

UIN RADEN INTAN LAMPUNG

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

Jl. Letkol H. Endro Suratmin, Sukarame Bandar Lampung. 35131

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul Pemikiran Ahmad Syafii Maarif

Tentang Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan Dan Kemanusiaan

dalam Perspektif Fiqh Siyasah disusun oleh Muhammad Aulia

Rachman NPM 1321020098 Jurusan Siyasah, telah diujikan

dalam sidang munaqasyah Fakultas Syari’ah IAIN Raden

Intan Lampung pada Hari/Tanggal: Rabu, 4 Oktober 2017.

TIM DEWAN PENGUJI

Ketua : Dr. Jayusman, M. Ag. (………………)

Sekertaris : Arif Fikri, SHI., M.Ag (………………)

Penguji I : Dr. Alamsyah. S.Ag., M.Ag (………………)

Penguji II : Drs. H. Chaidir Nasution, M.H. (………………)

Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Dr. Alamsyah, S.Ag., M.Ag.

NIP. 197009011997031002

Page 7: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

vi

MOTTO

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu

berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-

mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara

kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.1

1 Q.S Al – Hujurat :13

Page 8: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

vii

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur yang mendalam, dengan telah

diselesaikannya Skripsi ini Penulis mempersembahkannya

kepada:

1. Mama dan Papa tercinta yang senantiasa selalu

mengajarkan kebaikan, rasa syukur dan keberanian untuk

selalu berada di jalan yang diberkahi Allah, tidak ada

kata yang dapat ananda ucapkan selain ribuan terima atas

segala yang telah Mama dan Papa berikan, kesabaran

dalam do’a mu menjadi kunci suksesnya Ananda di

kemudian hari. Tidak ada do’a yang terkabulkan selain

do’a dari orangtua yang ikhlas. Semoga rahmat, berkah,

karunia dan cinta Allah selalu bersama Mama dan Papa.

2. Adikku Hanifah yang selalu memberikan semangat,

kasih sayang, kesabaran dan do’a dalam mengerjakan

skripsi ini, semoga kebaikan dan kesabaranmu menjadi

amal yang baik bagimu.

Page 9: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

viii

RIWAYAT HIDUP

Muhammad Aulia Rachman dilahirkan di Bandar

Lampung pada tanggal 29 April 1995, anak pertama dari dua

bersaudara, buah hati perkawinan pasangan Bapak Zuhri Ali dan

Ibu Marlisna.

Pendidikan yang pernah penulis tempuh yang pertama

yaitu Raudhatul Athfal Aji Daya dari tahun 1999 sampai dengan

tahun 2000. Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah

Dasar di SD Al - Azhar 2 Bandar Lampung selama enam tahun

yaitu dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2006. Selanjutnya

penulis melanjutkan pendidikan tingkat menengah pertama di

SMPN 21 Bandar Lampung selama tiga tahun yaitu dari tahun

2006 sampai dengan tahun 2009. Setelah tamat menengah

pertama, penulis menempuh pendidikan menengah atas di

Madrasah Aliyah Negeri 1 (MAN) Model Bandar Lampung

selama tiga tahun yaitu mulai tahun 2009 sampai dengan tahun

2013. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan ke jenjang

pendidikan tinggi, pada Universitas Islam Negeri Raden Intan

Bandar Lampung, mengambil program studi Siyasah pada

Fakultas Syariah.

Page 10: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

ix

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang lebih indah selain rasa syukur penulis

panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

karunia, berkah dan rahmat-Nya, berupa ilmu pengetahuan,

kesehatan dan petunjuk, sehingga skripsi dengan judul

“Pemikiran Ahmad Syafii Maarif Tentang Islam dalam Bingkai

Keindonesiaan dan Kemanusiaan dalam Perspektif Fiqh

Siyasah” dapat diselesaikan. Shalawat serta salam disampaikan

kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan pengikut-

pengikutnya yang setia.

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan studi pada program Srata Satu (S1) jurusan

Siyasah Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Raden Intan

Bandar Lampung guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H)

dalam bidang ilmu syari’ah.

Atas bantuan pihak dalam proses penyelesaian skripsi

ini, tak lupa dihaturkan terimakasih sedalam-dalamnya. Secara

rinci ungkapan terimakasih itu disampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Alamsyah, S.Ag.,M.,Ag selaku Dekan

Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Raden Intan

Bandar Lampung yang senantiasa tanggap terhadap

kesulitan-kesulitan mahasiswa.

2. Bapak Drs. H. Chaidir Nasution, M.H dan Drs. Henry

Iwansyah, M.A., masing-masing selaku Pembimbing I

dan Pembimbing II yang telah banyak meluangkan

waktu dalam membimbing, mengarahkan dan

memotivasi hingga skripsi ini selesai.

3. Bapak dan Ibu Dosen, serta para Staf Karyawan Fakultas

Syari’ah.

4. Pemimpin dan Karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah

dan Universitas yang telah memberikan informasi, data,

referensi dan lain-lain.

5. Para sahabat seperjuangan yang senantiasa memberikan

semangat dan waktunya dalam hal berdiskusi khususnya

Page 11: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

x

kepada Bayak Djakasuria, Dirta Sanjaya Agung Putra

dan Irfan Ahadis untuk terus mendorong agar segera

terselesaikannya skripsi ini. Semoga waktu dan kebaikan

kalian diberikan ganjaran yang terbaik dari Allah SWT.

6. Seluruh teman-teman Siyasah angkatan 2013 Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden

Intan Lampung yang telah saling mendukung di hari-hari

penyusunan skripsi ini, khususnya Idham Nurcholis dan

Sahal Mustofa yang sudah mengikhlaskan waktunya

membantu dan memberikan motivasi sejak masa

perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini, semoga

Allah SWT membalas kebaikan kalian dengan sebaik-

baiknya balasan.

7. Teman-teman Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Komisariat Syariah dan Hukum UIN Raden Intan

Lampung yang senantiasa memberikan curahan fikiran,

pengalaman dan referensi agar penulisan skripsi ini

berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan penulis, sangat

bahagia rasanya dapat mengenal kalian semua dan

menjadi bagian keluarga besar Himpunan Mahasiswa

Islam (HMI) Komisariat Syariah dan Hukum UIN Raden

Intan Lampung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, hal itu tidak lain disebabkan karena keterbatasan

kemampuan, waktu, dan data yang dimiliki. Untuk itu kiranya

para pembaca dapat memberikan masukan dan saran-saran, guna

melengkapi penulisan ini.

Akhirnya, diharapkan betapapun kecilnya karya tulis

(skripsi) ini dapat menjadi sumbangan yang cukup berarti dalam

pengembangan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, .................2017

Penulis,

Muhammad Aulia Rachman

Page 12: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................... i

ABSTRAK ............................................................................ ii

PERSETUJUAN .................................................................. iii

PENGESAHAN ................................................................... iv

MOTTO ................................................................................ v

PERSEMBAHAN ................................................................. vi

RIWAYAT HIDUP .............................................................. vii

KATA PENGANTAR ......................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................ x

BAB I : PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul ............................................. 1

B. Alasan Memilih Judul ..................................... 2

C. Latar Belakang Masalah .................................. 3

D. Rumusan Masalah ........................................... 7

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ................... 7

F. Metode Penelitian ............................................ 8

BAB II : LANDASAN TEORI

A. Pengertian Fiqh Siyasah ................................... 11

B. Ruang Lingkup Fiqh Siyasah .......................... 14

C. Prinsip Siyasah tentang Bernegara dan

Bermasyarakat

1. Menurut Al – Qur’an ............................... 16

2. Menurut Hadist ......................................... 25

D. Teori Fiqh Siyasah tentang Agama dan

Negara Modern ............................................... 28

1. Teori Sekuleristik ...................................... 30

2. Teori Teokrasi ........................................... 33

3. Teori Integrasi .......................................... 39

Page 13: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

xii

BAB III : BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN AHMAD

SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM

DALAM BINGKAI KEINDONESIAAN DAN

KEMANUSIAAN

A. Riwayat Hidup Ahmad Syafii Maarif ............. 47

B. Karya – karya Ahmad Syafii Maarif ............... 54

C. Kondisi Sosial – Politik pada Masa Ahmad

Syafii Maarif dan Kepemimpinan Beliau di

Muhammadiyah ............................................... 57

D. Pemikiran Ahmad Syafii Maarif tentang

Tentang Islam dalam Bingkai Keindonesiaan

dan Kemanusiaan ............................................ 61

1. Islam dan Nusantara .................................. 61

2. Islam dan Kemanusiaan............................. 70

3. Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan

Kemanusiaan ............................................ 73

BAB IV : ANALISIS

Pemikiran Ahmad Syafii Maarif tentang Islam

dalamBingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan

Perspektif Fiqh Siyasah ........................................ 79

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................... 87

B. Saran ................................................................ 88

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

BAB I

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya terlebih

dahulu penulis akan menegaskan arti dan maksud dari istilah-

istilah yang terdapat pada judul ini. Adanya penegasan tersebut

diharapkan tidak akan menimbulkan pemahaman yang berbeda

dengan apa yang penulis maksudkan, sebab judul adalah

kerangka dalam berfikir dan bertindak dalam suatu penelitian

ilmiah. Hal ini untuk menghindari penafsiran yang berbeda di

kalangan pembaca suatu karya imiah, maka perlu adanya suatu

penjelasan dengan memberi arti beberapa istilah yang

terkandung di dalam judul skripsi ini. Penelitian yang akan

penulis lakukan ini berjudul: "PEMIKIRAN AHMAD SYAFII

MAARIF TENTANG ISLAM DALAM BINGKAI

KEINDONESIAAN DAN KEMANUSIAAN DALAM

PERSPEKTIF FIQH SIYASAH". Judul tersebut terdiri dari

beberapa pokok pembahasan dalam kajian yang penulis buat

yakni:

1. Pemikiran sendiri berarti kegiatan akal manusia untuk

mencermati suatu pengetahuan yang telah ada, untuk

mendapatkan atau mengeluarkan pengetahuan yang baru.1

2. Ahmad Syafii Maarif adalah seorang adalah seorang

ulama, ilmuwan dan pendidik Indonesia. Ia pernah

menjabat Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah,

Presiden World Conference on Religion for Peace

(WCRP) dan pendiri Maarif Institute, dan juga dikenal

sebagai seorang tokoh yang mempunyai komitmen

kebangsaan yang tinggi.

3. Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan adalah sebuah buku yang berisi gagasan reflektif sejarah

1 Jamaluddin, Berfikir Apa dan Bagaimana, Surabaya Indah, 1989.

hlm.26

Page 15: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

2

inklusif dari seorang cendekiawan muslim dan guru

bangsa, Ahmad Syafii Maarif. 2

4. Perspektif merupakan suatu sudut pandang dalam

melihat realita yang ada sehingga perspektif memiliki

cakupan ruang yang begitu luas.

5. Fiqh Siyasah adalah adalah suatu konsep Fiqh yang

berguna untuk mengatur hukum ketatanegaraan dalam

bangsa dan negara yang bertujuan untuk mencapai

kemaslahatan dan mencegah kemudharatan dengan nilai –

nilai Islami.3

Berdasarkan penjelasan istilah-istilah yang terdapat dalam

judul, maka dapat diambil suatu pemahaman, bahwa yang

dimaksud dengan "PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF

TENTANG ISLAM DALAM BINGKAI

KEINDONESIAAN DAN KEMANUSIAAN DALAM

PERSPEKTIF FIQH SIYASAH ", adalah pandangan dari fiqh

siyasah terhadap Pemikiran Ahmad Syafii Maarif tentang Islam

dalam bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan terkait

perkembangan Islam di Indonesia selama ini.

B. Alasan Memilih Judul

Adapun yang menjadi tujuan peneliti untuk membahas

judul tersebut ialah:

Alasan Objektif :

1. Ingin lebih menguasai Konsep pemikiran Ahmad Syafii

Maarif tentang Islam dalam bingkai Keindonesiaan dan

Kemanusiaan selama ini.

2 Ahmad Syafii Maarif, Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan

Kemanusiaan (Bandung : Mizan, 2015) cover belakang. 3 Shobir Thoimah, Dirosatu Fi Nidhomih Islam, Dar Al-Ajil, Beirut.

Hlm. 178.

Page 16: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

3

2. Untuk mengkaji lebih dalam tentang Konsep Islam

dalam bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan yang

dikaji melalui perspektif fiqh siyasah.

Alasan Subjektif :

1. Pembahasan ini sangat relevan dengan disiplin ilmu

pengetahuan yang penulis pelajari di Fakultas Syariah

Jurusan Siyasah.

2. Tersedianya literatur yang menunjang sebagai referensi

kajian dalam usaha menyelesaikan karya ilmiah ini.

C. Latar Belakang Masalah

Sebagai penduduk mayoritas di Nusantara semestinya

umat Islam tidak lagi sibuk mempersoalkan hubungan Islam,

keindonesiaan, dan kemanusiaan. Ketiga konsep itu harus

ditempatkan dalam satu nafas sehingga Islam yang

dikembangkan di Indonesia adalah Islam yang ramah, terbuka,

inklusif dan mampu memberi solusi terhadap masalah-masalah

besar bangsa dan negara. Islam yang dinamis dan bersahabat

dengan lingkungan kultur, sub-kultur, dan agama kita yang

beragam. 4

Namun, yang terjadi adalah sebaliknya di mana Islam

sering disalah pahami dengan cara diasingkan dari fakta budaya

dan sosial lingkungannya.5 Sehingga mengakibatkan Islam

menjadi ahistoris dan gamang menghadapi perubahan, atau juga

gagal dalam mengemban misinya menuntun peradaban, konsep

Islam dan integrasi dengan nilai – nilai keindonesiaan masih

dipermasalahkan oleh beberapa pihak seolah Pancasila belum

dapat memberikan ruang yang cukup bagi Islam, keindonesiaan

4 Ahmad Syafii Maarif, Op.cit.hlm. 17

5 Charles Kurzman, ―Pengantar Islam Liberal dan Kontekss dan

Kontekss Islaminya‖. Dalam Charles Kurzman (ed), Wacana Islam Liberal

Pemikiran Islam Kontemporer tentang Isu- isu Global, terj. Bahrul Ulum dan

Heri Junaidi (Jakarta, Paramadina, 2003), hlm. xlv-lx.

Page 17: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

4

dan nilai – nilai kemanusiaan untuk berkembang dan menuntun

ke arah peradaban yang gemilang.

Sebagai Negara dengan penduduk muslim terbesar di

dunia, wacana mengenai kebangsaan, kemanusiaan dan

kemajuan peradaban menjadi tema yang banyak

diperbincangkan oleh para akademisi, pegiat humanis dan

cendikiawan muslim tanah air. Hal ini menjadi suatu

keniscayaan mengingat Indonesia memiliki keragaman budaya,

ras, dan agama yang merupakan suatu konstruksi berdirinya

Negara Republik Indonesia.

Furnivaal, seorang sejarawan asal Inggris merasa

pesimis dengan masyarakat plural di Indonesia. Ia bahkan

meramalkan bahwa masyarakat Indonesia yang plural akan

mengalami kegagalan karena potensi konflik yang besar.6

Pertanda paling jelas dari masyarakat Indonesia yang bersifat

majemuk itu adalah tidak adanya kehendak bersama (common

will). 7

Hal ini bisa kita lihat dari konflik yang terjadi berakar

dari tidak adanya kata sepakat dari pelaku konflik di Indonesia

yang selalu saja mengklaim golongan, suku, agama yang mereka

adalah yang paling benar. Klaim kebenaran (truth claim) dengan

cara membabi buta ini merusak kerukunan dan kedamaian

sebagai kehendak (tujuan) utama dan bersama di Indonesia.

Salah satu konflik yang banyak yang terjadi di Indonesia adalah

konflik yang bernuansakan agama.8

6 M. Dawam Rahardjo dalam Kata Pengantar, Budhy Munawar

Rachman, Sekularisme, Liberalisme dan Pluralisme, Islam progresif dan

perkebambangan diskursusnya (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia,

2010) hlm. LI. 7 Nasikun, Sistem Sosial Indonesia (Jakarta: RajaGrafindo, 1995)

hlm. 29. 8 Dari tahun ke tahun konflik dan kekerasan atas nama agama masih

terus terjadi di Indonesia. Data-data ini dapat dilihat dalam laporan The

Wahid Institute, Lampu Merah Kebebasan Beragama, Laporan Kebebasan

Beragama dan Toleransi TWI 2011 (Jakarta, 2011).

Page 18: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

5

Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif, dikenal dengan Buya

Syafii Maarif, adalah seorang cendekiawan muslim yang

concern dalam bidang politik Islam. Ia berlatar belakang

pendidikan formal Muallimin Jogjakarta yang kemudian

melanjutkan kesarjanaannya dalam bidang sejarah. Salah satu

buku beliau yaitu Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan Dan

Kemanusiaan karya Ahmad Syafii Maarif adalah sebuah

masterpiece yang memberikan sumbangan sangat berharga bagi

bangsa Indonesia untuk memahami keislaman dalam bingkai

keindonesiaan dan kemanusiaan.

Ahmad Syafii Maarif menggambarkan situasi bumi

Nusantara yang mulai memicu konflik di era modern, penyebab

utamanya bukan karena perbedaan agama, melainkan lebih

banyak dipicu oleh perbedaan kepentingan politik dan ekonomi,

karena dipelopori oleh para provokator tidak bertanggungjawab,

parokial, dan berniat buruk. Mereka ini cenderung menyukai

konflik dan gemar mengeruk keuntungan dari kondisi keruh.

Sebagiannya lagi, kondisi buruk tersebut dipicu oleh adanya

sikap pongah sekelompok penganut ajaran Islam tertentu, yang

menganggap kelompok lain sebagai Islam cacat.

Dalam buku ini Ahmad Syafii Maarif mencari formulasi

solusional terhadap permasalahan, tantangan, serta hambatan

yang dialami bangsa Indonesia, terkait Islam dan kebangsaan.

Untuk tujuan itu, Buya telah berhasil mendeteksi adanya tiga

kisaran sumber problema bangsa ini, sekaligus menemukan

kunci pemecahannya. Kunci tersebut rupanya terletak pada isu

keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan. Berbagai problema

yang telah dan mungkin timbul akibat pergesekan sosial, yang

dilatari oleh persoalan yang mengatasnamakan agama, politik,

ekonomi atau berbagai corak kepentingan lainnya, diyakini

dapat dengan mudah diselesaikan bila mampu menyelaraskan

tiga poros tersebut, sebagai bentuk keharmonisan antara

perbedaan untuk membangun sebuah peradaban yang gemilang.

Hal ini sejalan dengan perintah Al-Quran pada Surat Al –

Hujurat ayat 13 yaitu :

Page 19: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

6

Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan

kamu dari seorang laki-laki dan seorang

perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-

bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling

kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang

paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah

orang yang paling takwa diantara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi

Maha Mengenal.

Fiqh siyasah salah satu ilmu dalam rumpun Fiqh telah

memberikan beberapa prinsip terkait hubungan dalam bernegara

dan bermasyarakat agar nilai-nilai Islam dapat menuntun ke arah

peradaban yang lebih gemilang, di mana prinsip – prinsip

tersebut digali melalui Al – Qur‘an dan Hadist. Termasuk

mengenai beberapa prinsip kajian fiqh siyasah pula membahas

tentang Pemikiran Politik Islam yang diwakili para pemikir

muslim dari era klasik hingga kontemporer yang membahas

mengenai negara, bangsa, kemanusiaan dan masyarakat.

Pemikiran dari para pemikir muslim ini pula yang nantinya

memberikan warna dengan 3 model konsepsi bernegara dan

bermasyarakat dalam Islam yaitu model sekuleristik, teokrasi,

dan integrasi.

Mengingat pemikiran Ahmad Syafii Maarif tentang

Islam dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan yang

bersifat persuasif agar para kader bangsa dapat merawat

Indonesia melalui nilai – nilai Islam yang memanusiaakan dan

merawat kebangsaan, maka dari itu penulis berusaha melihat

perspektif fiqh siyasah terkait hal tersebut melalui prinsip –

prinsip fiqh siyasah dan pemikiran politik terkait negara, bangsa,

dan kemanusiaan dari para pemikir muslim.

Page 20: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

7

Atas dasar hal – hal sebagaimana dipaparkan di atas

penulis mengangkat judul ini untuk dijadikan skripsi mengenai

Pemikiran Ahmad Syafii Maarif tentang Islam dalam bingkai

keindonesiaan dan kemanusiaan perspektif fiqh siyasah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis

merumuskan pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pemikiran Ahmad Syafii Maarif tentang Islam

dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan ?

2. Bagaimana perspektif Fiqh Siyasah terhadap konsep Islam

dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan pemikiran

Ahmad Syafii Maarif ?

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian.

a. Untuk mengetahui pandangan Ahmad Syafii Maarif

mengenai konsep Islam dalam bingkai keindonesiaan

dan kemanusiaan.

b. Untuk mengetahui perspektif fiqh siyasah terhadap

konsep Islam dalam bingkai keindonesiaan dan

kemanusiaan pemikiran Ahmad Syafii Maarif.

2. Kegunaan penelitian

a. Kegunaan secara teoritis sebagai sumbangan ilmu

pengetahuan kepada pembaca untuk mengetahui lebih

rinci pemikiran Ahmad Syafii Maarif tentang Islam

dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan dalam

kajian Fiqih Siyasah.

b. Kegunaan praktis yaitu untuk memperluas wawasan

bagi penulis, untuk memenuhi syarat akademik dalam

menyelesaikan studi di Fakultas Syari'ah dan Hukum

UIN Raden Intan Lampung.

Page 21: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

8

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Studi ini merupakan penelitian pustaka

(Library Research), yaitu serangkaian kegiatan yang

berkenan dengan metode pengumpulan data pustaka,

membaca, dan mencatat serta mengolah bahan

penelitian9. Dalam penelitian ini data yang akan dibaca

dan dicatat adalah buku-buku hasil karya Syafii Maarif

sebagai rujukan utama serta menggunakan buku-buku

karya ilmuan sosial-keagamaan lain yang bertamakan

keindonesiaan, kemanusiaan dan keagamaan sebagai

rujukan tambahan untuk memahami pandangan Syafii

Maarif tentang Islam, keindonesiaan dan kemanusiaan.

Penelitian ini juga termasuk dalam kategori historis-

faktual karena yang diteliti adalah pemikiran seorang

tokoh.10

2. Data dan Sumber Data

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian pustaka

adalah subjek data diperoleh. Data dan sumber data

yang diperlukan dalam penulisan ini dapat dibedakan

menjadi dua kelompok yaitu:

a. Data Primer

Merupakan literatur yang langsung

berhubungan dengan Al – Qur‘an dan hadist terkait

Prinsip – Prinsip Siyasah kemudian karya ilmiah

Syafii Maarif terkait esai dan buku Islam dalam

bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan.

9 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia, 2004), hlm. 3. 10

Anton Bakker, Metode-metode Filsafat, (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1984), hlm. 136.

Page 22: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

9

b. Data Sekunder

Yaitu sumber data yang berupa buku, koran, karya

tulis, majalah, bulletin, dan artikel-artikel yang

dapat mendukung dalam penulisan penelitian ini

yang kaitanya dengan pemikiran Islam klasik

hingga kontemporer, Indonesia dan kemanusiaan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

dengan mengadakan penelaahan terhadap buku-buku,

literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan

yang ada hubungannya dengan masalah yang

dipecahkan. Dalam penelitian yang berkaitan dengan

permasalahan ini penulis menggunakan penelaahan

yang dalam hal ini penelitian lakukan dengan meneliti

sumber-sumber data tertulis, yaitu: buku Islam dalam

bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan, pemikiran

politik Islam, buku-buku Fqih Siyasah, artikel, makalah

seminar, dan tulisan lain yang dapat dijadikan referensi

dalam penelitian ini.

4. Metode Analisa Data

Adapun metode analisa data yang penulis

gunakan adalah metode

deduktif dan induktif, yakni :

a. Deduktif, dipakai untuk mengambil kesimpulan

dari uraian yang bersifat umum kepada

pengertian khusus atau detail. Dengan harapan

keterangan – keterangan dari data yang diperoleh

dapat dispesifikasikan dan disimpulkan serta bisa

memperoleh gambaran utuh tentang Konsep

Islam dalam bingkai keindonesiaan dan

kemanusiaan.

b. Induktif, yaitu suatu cara pengenalisaan obyek

ilmiah tertentu dari ketentuan – ketentuan khusus

kemudian menarik kesimpulan umum. Dengan

Page 23: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

10

metode ini akan dianalisa konsep pemikiran

Ahmad Syafii Maarif menganai Islam dalam

bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan

kemudian diambil kesimpulannya tentang

bagaimanakah pandangan dari fiqh siyasah

tentang konsep Islam dalam bingkai

keindonesiaan dan kemanusiaan.

Page 24: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Fiqh Siyasah

Kata fiqh siyasah yang dalam tulisan bahasa

Arabnya adalah ― السياسه الفقه ” berasal dari dua kata yaitu

kata fiqh ( الفقه) dan yang kedua adalah al-siyasi ( السياسهه) Kata fiqh secara bahasa adalah faham. Ini seperti yang

diambil dari ayat Al – Qur‘an, yang menyatakan :

...............

―kaum berkata: Wahai Syu’aib, kami tidak memahami

banyak dari apa yang kamu bicarakan............‖.11

Secara

istilah, menurut ulama usul, kata fiqh berarti mengerti

hukum-hukum syariat yang sebangsa amaliah yang digali

dari dalil-dalilnya secara terperinci.12

Sedangkan al-siyasi pula, secara bahasa berasal dari

― سياسههه – يسههه – سهها ” yang memiliki arti mengatur

( دبر/أمر ), seperti di dalam hadis:

كان بنو إسرائيل يسوسهم أنبياؤىم أي تتوىل أمورىم كما يفعل “ ”األمراء والوالة بالرعية

yang berarti: ―Adanya Bani Israil itu diatur oleh nabi-nabi

mereka, yaitu nabi mereka memimpin permasalahan

mereka seperti apa yang dilakukan pemimpin pada

rakyatnya‖.

11

QS. Hud : 91 12

Wahbah al-Zuhayli, Ushul al-Fiqh al-Islami (Damaskus: Dâr al-

Fikr, 2001) vol. 1, 18.

Page 25: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

12

Apabila digabungkan kedua kata fiqh dan al-

siyasi maka fiqh siyasah yang juga dikenal dengan

nama siyasah syar‘iyyah secara istilah memiliki berbagai

arti:

1. Menurut Imam Al-Bujairimi, fiqh siyasah adalah

memperbagus permasalahan rakyat dan mengatur

dengan cara memerintah mereka dengan sebab

ketaatan mereka terhadap pemerintahan menuju

kemaslahatan.13

2. Menurut Wuzarat al-Awqaf wa al-Syu’un al-

Islamiyyah bi al-Kuwait, fiqh siyasah adalah

memperbagus kehidupan manusia dengan

menunjukkan pada mereka pada jalan yang dapat

menyelamatkan mereka pada waktu sekarang dan

akan datang, serta mengatur permasalahan mereka.14

3. Menurut Imam Ibn ‗Abidin, fiqh siyasah adalah

kemaslahatan untuk manusia dengan menunjukkannya

kepada jalan yang menyelamatkan, baik di dunia

maupun di akhirat. Siyasah berasal dari Nabi, baik

secara khusus maupun secara umum, baik secara lahir,

maupun batin. Segi lahir, siyasah berasal dari para

sultan (pemerintah), bukan lainnya. Sedangkan secara

batin, siyasah berasal dari ulama sebagai pewaris Nabi

bukan dari pemegang kekuasaan.15

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, terdapat

dua unsur penting di dalam fiqh siyasah yang saling

berhubungan secara timbal balik, yaitu yang pertama adalah

pihak yang mengatur dan yang kedua adalah pihak yang

13

Sulaiman bin Muhammad al-Bujairimi, Hasyiah al-

Bujairima ala al-Manhaj (Bulaq: Mushthafa al-Babi al-Halabi, t.t.), vol. 2,

178. 14

Wuzarat al-Awqaf wa al-Syu‘un al-Islamiyyah bi al-Kuwait, Al-

Mausu'at al-Fiqhiyyah (Kuwait: Wuzarat al-Awqaf al-Kuwaitiyyah, t.t.) vol.

25, 295. 15

Ibn ‗Abidin, Radd al-Muhtar ‘ala al-Durr al-Mukhtar (Beirut:

Dar Ihya al-Turats al-‗Arabi, 1987), vol. 3, 147.

Page 26: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

13

diatur.16

Melihat kedua unsur tersebut, menurut Prof. H. A.

Djazuli, menyatakan bahwa fiqh siyasah itu mirip dengan

ilmu politik, yang mana dinukil dari Wirjono Prodjodikoro

bahwa dua unsur penting dalam bidang politik, yaitu negara

yang perintahnya bersifat eksklusif dan unsur masyarakat.17

Akan tetapi, jika dilihat dari segi fungsinya, fiqh

siyasah berbeda dengan politik. Menurut Ali Syariati seperti

yang dinukil Prof. H. A. Djazuli, bahwa fiqh siyasah tidak

hanya menjalankan fungsi pelayanan (khidmah), tetapi juga

pada saat yang sama menjalankan fungsi pengarahan

(ishlah). Sebaliknya, politik dalam arti yang murni hanya

menjalankan fungsi pelayanan, bukan pengarahan.18

Perbedaan tersebut tampak apabila disadari bahwa

dalam menjalani politik di dalam hukum Islam haruslah

terkait oleh kemestian untuk senantiasa sesuai dengan

syariat Islam, atau sekurang-kurangnya sesuai dengan

pokok-pokok syariah yang kulli.

16

H. A. Djazuli, Fiqh Siyasah (Jakarta: Kencana, 2007), hlm.28. 17

Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Ilmu Negara dan

Politik (Bandung: Eresco, 1971) hlm.6. 18

H. A. Djazuli, Op.Cit.hlm.28.

Page 27: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

14

B. Ruang lingkup fiqh siyasah

Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama

dalam menentukan ruang lingkup kajian fiqh siyasah. Ada

yang membagi menjadi lima bidang, ada yang membagi

menjadi empat bidang, dan lain-lain. Namun, perbedaan ini

tidaklah terlalu prinsipil. Menurut Imam Al-Mawardi,

seperti yang dituangkan di dalam karangan fiqh siyasah-nya

yaitu Al-Ahkam al-Sulthaniyyah, maka dapat diambil

kesimpulan ruang lingkup fiqh siyasah adalah sebagai

berikut19

:

1. Siyasah Dusturiyyah

2. Siyasah Maliyyah

3. Siyasah Qadla‘iyyah

4. Siyasah Harbiyyah

5. Siyasah Idariyyah

Sedangakan menurut Imam Ibn Taimiyyah, di dalam

kitabnya yang berjudul al-Siyasah al-Syar‘iyyah, ruang

lingkup fiqh siyasah adalah sebagai berikut20

:

1. Siyasah Qadla‘iyyah

2. Siyasah Idariyyah

3. Siyasah Maliyyah

4. Siyasah Dauliyyah/ Siyasah Kharijiyyah

Sementara Abdul Wahab Khalaf lebih

mempersempitnya menjadi tiga bidang kajian, yaitu21

:

1. Siyasah Qadla‘iyyah

2. Siyasah Dauliyyah

3. Siyasah Maliyyah

19

Alî bin Muhammad al-Mâwardî, al-Ahkam al-Sulthaniyyah wa al-

Wilayat al-Diniyyah (Beirut: Dar al-Kutub al-‗Alamiyyah, 2006), 4;

Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007),

hlm.13. 20

Ibid., hlm.13. 21

Ibid.

Page 28: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

15

Salah satu dari ulama terkemuka di Indonesia, T. M.

Hasbi, justru membagi ruang lingkup fiqh siyasah menjadi

delapan bidang berserta penerangannya, yaitu:22

1. Siyasah Dusturiyyah Syar‘iyyah (kebijaksanaan

tentang peraturan perundang-undangan)

2. Siyasah Tasyri‘iyyah Syar‘iyyah (kebijaksanaan

tetang penetapan hukum)

3. Siyasah Qadla`iyyah Syar‘iyyah (kebijaksanaan

peradilan)

4. Siyasah Maliyyah Syar‘iyyah (kebijaksanaan ekonomi

dan moneter)

5. Siyasah Idariyyah Syar‘iyyah (kebijaksanaan

administrasi negara)

6. Siyasah Dauliyyah/ Siyasah Kharijiyyah Syar‘iyyah

(kebijaksanaan hubungan luar negeri atau

internasional)

7. Siyasah Tanfidziyyah Syar‘iyyah (politik pelaksanaan

undang-undang)

8. Siyasah Harbiyyah Syar‘iyyah (politik peperangan).

Dari sekian uraian tentang, ruang lingkup fiqh

siyasah dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian pokok.

Pertama, politik perundang-undangan (Siyasah

Dusturiyyah). Bagian ini meliputi pengkajian tentang

penetapan hukum (Tasyri’iyyah) oleh lembaga legislatif,

peradilan (Qadla’iyyah) oleh lembaga yudikatif, dan

administrasi pemerintahan (Idariyyah) oleh birokrasi atau

eksekutif.23

Kedua, politik luar negeri (Siyasah Dauliyyah/

Siyasah Kharijiyyah). Bagian ini mencakup hubungan

keperdataan antara warga negara yang muslim dengan yang

bukan muslim yang bukan warga negara. Di bagian ini juga

ada politik masalah peperangan (Siyasah Harbiyyah), yang

mengatur etika berperang, dasar-dasar diizinkan berperang,

pengumuman perang, tawanan perang, dan genjatan

22

H.A. Djazuli, Op.cit, hlm.30. 23

Muhammad Iqbal, Op.cit, hlm.13.

Page 29: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

16

senjata.24

Ketiga, politik keuangan dan moneter (Siyasah

Maliyyah), yang antara lain membahas sumber-sumber

keuangan negara, pos-pos pengeluaran dan belanja negara,

perdagangan internasional, kepentingan/ hak-hak publik,

pajak dan perbankan.25

C. Prinsip Siyasah Tentang Bernegara

1. Menurut Al – Qur’an

a. Prinsip Manusia Sebagai Umat yang Satu

................

Artinya : Manusia itu adalah umat yang

satu26

..........

Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan

kamu dari seorang laki-laki dan perempuan,

dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa

dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.

Sesungguhnya yang paling mulia di antara

kamu di sisi Allah adalah orang yang paling

taqwa di antara kamu.27

24

Ibid., hlm. 14. 25

Ibid. 26

Q.S. Al-Baqarah : 213 27

Q.S. Al-Hujurat :13

Page 30: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

17

b. Prinsip Kepemimpinan

..........

Artinya : Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan

taatilah Rasul-Nya dan ulil amri di antara

kamu.28

c. Prinsip Musyawarah

Musyawarah memegang peranan penting dalam

pengambilan keputusan urusan umat beriman. Bahkan

isyarat pentingnya musyawarah ini diapit oleh penjelasan

Al-Qur'an tentang orang mendirikan shalat dan

menafkahkan sebagian hartanya sebagai orang yang

mematuhi seruan Allah. Ini menandakan bahwa

musyawarah merupakan prinsip penting dalam Islam yang

posisinya hanya setingkat di bawah kewajiban shalat.

Artinya : Dan (bagi) orang-orang yang menerima

(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan

salat, sedang urusan mereka (diputuskan)

dengan musyawarah antara mereka; dan mereka

menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami

berikan kepada mereka.29

d. Prinsip Persatuan dan Persaudaraan

28

Q.S.An – Nisa :59 29

Q.S.Asy - Syu’ara:38

Page 31: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

18

Artinya : Sesungguhnya orang orang mukmin adalah

bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua

saudaramu dan bertakwalah kepada Allah

supaya kamu mendapat rahmat.30

e. Prinsip Persamaan

Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan

kamu dari seorang laki-laki seorang perempuan

dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan

bersuku-suku supaya kamu saling kenal

mengenal.31

f. Prinsip Hidup Bertetangga / Hubungan antar Negara

Artinya : Sembahlah Allah dan janganlah kamu

mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan

berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak,

30

Q S.AI-Hujurat :10 31 Q.S. Al-Hujurat :13

Page 32: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

19

karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang

miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang

jauh.32

g. Prinsip Tolong-Menolong dan Membela yang Lemah

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan

melanggar kehormatan bulan-bulan haram,

jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya,

dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan

(pula) mengganggu orang-orang yang

mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari

kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila

kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka

bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali

kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena

mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil

haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada

mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam

(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan

tolong-menolong dalam berbuat dosa dan

pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada

32 Q.S.An – Nisa :36

Page 33: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

20

Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-

Nya.33

Artinya : Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan

perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi

penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka

menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah

dari yang munkar, mendirikan shalat,

menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah

dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat

oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa

lagi Maha Bijaksana.34

h. Prinsip Membela Negara

Artinya : Jika kamu tidak berangkat untuk berperang,

niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang

pedih dan digantinya kamu dengan kaum yang

lain dan kamu tidak akan dapat memberi

33 Q.S.Al – Maidah :2 34 Q.S.At – Taubah :71

Page 34: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

21

kemudaratan kepada-Nya sedikit pun. Allah

Maha Kuasa atas segala sesuatu.35

i. Prinsip Hak-hak Asasi

1) Hak untuk Hidup

Artinya : Dan janganlah kamu membunuh jiwa

yang diharamkan Allah (membunuhnya)

melainkan dengan suatu alasan yang

benar. Dan barangsiapa dibunuh secara

zalim maka sesungguhnya Kami telah

memberi kekuasaan kepada ahli warisnya

(atau penguasa untuk menuntut si

pelaku), tetapi janganlah ahli waris itu

melampaui batas dalam membunuh.

Sesungguhnya ia adalah orang yang

mendapat pertolongan. 36

2) Hak atas Penghormatan dan Kehidupan Pribadi

35

Q.S.At – Taubah : 39 36

Q.S.A1 – Isra : 33

Page 35: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

22

Artinya : Hai orang-orang beriman, janganlah

suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang

lain (karena) boleh jadi mereka (yang

diolok olok) Iebih dari mereka (yang

mengolok-olok) dan jangan pula wanita-

wanita (mengolok-olokkan) wanita-

wanita lain (karena) boleh jadi wanita-

wanita (yang diperolokkan) Iebih baik

dari wanita (yang mengolok) dan

janganlah kamu mencela dirimu sendiri (sesama mukmin) dan janganlah kamu

panggil memanggil dengan gelar-gelar

yang buruk.37

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jauhilah

kebanyakan dari prasangka,

sesungguhnya sebagian prasangka itu

adalah dosa dan janganlah kamu

mencari-cari kesalahan orang lain dan

janganlah sebagian kamu menggunjing

37

Q.S.Al – Hujurat :11

Page 36: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

23

sebagian yang lain. Sukakah salah

seorang di antara kamu memakan daging

saudaranya yang sudah mati? Maka

tentulah kamu merasa jijik kepadanya.

Dan bertakwalah kepada Allah.38

3) Hak Berpendapat dan Berserikat

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah

Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil

amri di antara kamu. Kemudian jika

kamu berlainan pendapat tentang

sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada

Allah (Al Quran) dan Rasul

(sunnahnya), jika kamu benar-benar

beriman kepada Allah dan hari kemudian.

Yang demikian itu lebih utama (bagimu)

dan lebih baik akibatnya.39

4) Hak Kebebasan Beragama, Toleransi atas Agama

dan Hubungan antar Pemeluk Agama

.....................

38

Q.S. AI –Hujurat :12 39

Q.S.An – Nisa : 59

Page 37: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

24

Artinya: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama

(Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar

daripada jalan yang salah........40

.............

Artinya : Dan janganlah kamu memaki-maki

sembahan-sembahan yang mereka

sembah selain Allah, karena nanti mereka

akan memaki Allah dengan melampaui

batas tanpa pengetahuan......41

Artinya : Allah tidak melarang kamu untuk berbuat

baik dan berlaku, adil terhadap orang-

orang yang tidak memerangi kamu

karena agama dan tidak (pula) mengusir

kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah

menyukai orang-orang yang berlaku

adil.42

40

Q.S.AI-Baqarah :256 41

Q.S.Al-An'am :108 42

Q.S Al – Mumtahanah :8

Page 38: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

25

j. Prinsip Amal Makruf dan Nahi Munkar

.......................

Artinya : Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan

untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf,

dan mencegah dan yang munkar dan beriman

kepada Allah....... 43

k. Prinsip dalam Menetapkan Para Pejabat atau

Pelaksana Suatu Urusan

.......................

Artinya : Sesungguhnya orang yang paling baik untuk

kamu pekerjakan adalah orang yang kuat lagi dapat

dipercaya (dapat diserahi amanat). 44

2. Menurut Hadist

a. Prinsip Tanggung Jawab Seorang Pemimpin

ر راع والرجل راع كلكم راع وكلكم مسؤول عن راعيتو واألمي لده وكلكم راع على أىل ب يتو والمرأة راعية على ب يت زوجها وو

وكلكم مسؤول عن راعيتو

Artinya : Tiap-tiap kamu adalah pemimpin dan

bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya,

seorang kepala negara yang memimpin rakyat

bertanggung jawab atas mereka, dan seorang

43

Q.S.Ali – lmran :l10 44

Q.S.AI-Qashash :26

Page 39: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

26

laki-laki adalah pemimpin penghuni rumahnya

dan bertanggung jawab atas mereka (Muttafaq

'alaih). 45

b. Prinsip Hubungan antara Pemimpin dan yang Dipimpin

Berdasarkan Persaudaraan Saling Mencintai

يصلون خيار أئمتكم الذين تحبونهم ويحبونكم، وتصلون عليهم وتكم الذين تبغضونهم ويبغضونكم ،وتلعنونهم عليكم، وشرار أئم

ويلعنونكم

Artinya : Pemimpin-pemimpin kamu yang baik adalah

pemimpin-pemimpin yang mencintai mereka

(rakyat) dan mereka mencintai kamu, mereka

mendoakan kamu dan kamu mendoakan mereka.

Sedangkan pemimpin-pemimpin kamu yang tidak

baik adalah para pemimpin yang kamu benci dan

mereka membenci kamu, kamu melaknat mereka

dan mereka melaknat kamu (H.R. Ahmad). 46

c. Prinsip Kebebasan Berpendapat

لكم ثلثا، أن تعبدوه، ول تشركوا به شيئا، وأن إن هللا يرضى قوا تعتصموا بحبل هللا جميعا ول تفر

Artinya : Sesungguhnya Allah meridai bagi kamu tiga hal:

bahwa hendaklah kamu menyembah-Nya dan

jangan menyekutukan-Nya, bahwa kamu

berpegang kepada tali Allah dan jangan kamu

terpecah belah, dan bahwa kamu memberi

nasehat (kritik) terhadap orang-orang yang

menjadi pemimpin kamu (H.R.Muslim). 47

45

Al-Imam Ahmad Bin Hanbal, Al-Maktab Al-Islami, Jilid II, t.t,

hlm. 5 dan 54. 46

Ahmad Bin Hanbal, Musnad, Jilid VI, Hlm. 24. 47

Dikutip Dalam Ibn Taimiyah, Loc. Cit.

Page 40: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

27

d. Prinsip dalam Mengangkat Para Pejabat Negara atau

Peiaksana Suatu Urusan

ع اعة إذا ضي كيف إضاعتها يا رسول : قال . ت األمانة فانتظر الس

اعة : هللا؟ قال إذا أسند األمر إلى غير أهله فانتظر الس

Artinya : Jika kamu menghilangkan amanat maka

tunggulah masa kehancuran, Ditanyakan:

"Bagaimana yang dimaksud

menghilangkannya?" Beliau menjawab, "Jika

suatu perkara diserahkan kepada orang yang

bukan ahlinya."48

e. Prinsip Persaudaraan

لتباغضوا، ولتحاسدوا، ولتدابرو، ولتقاطعوا، وكونواعبادهللا يحل لمسلم أن يهجر أخاه فوق ثلث إخوانا، ول

Artinya : Janganlah kamu saling membenci, saling

menghasut, dan saling membelakangi, tapi

jadilah kamu sebagai hamba Allah yang

bersaudara. Tidak halal bagi seorang muslim

memutuskan hubungan dengan saudaranya di

atas tiga hari (H.R. Bukhari). 49

Ayat-ayat dan hadis-hadis di atas tampak bahwa Al –

Qur‘an dan Sunnah Rasul tidak menentukan sistem dan

bentuk tertentu mengenai kehidupan bermasyarakat dan

bernegara yang harus diikuti umat Islam, melainkan dasar-

dasarnya saja. Tapi dari dasar dan prinsip-prinsip itu dapat

dikembangkan sistem sosial pemerintahan dan sistem

ekonomi sesuai dengan tuntutan zaman. Artinya, sistem dan

bentuk pemerintahan serta teknis pengelolaan diserahkan

kepada kehendak umat sesuai dengan masalah-masalah

48

Sebagaimana Dikutip Dalam Abdul Karim Zaidan, "Individu Dan

Negara Menurut Pandangan Islam" Dalam Hamidullah Dkk, Politik Islam,

Konsepsi Dan Dokumentasi, Terjernahan Jamaluddin Kafie,Cs, PT Bina

Ilmu,Surabaya, 1987, hlm. 170. 49

Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, Jilid IE, Juz 8, hlm. 13.

Page 41: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

28

kehidupan duniawi yang timbul pada tempat dan zaman

mereka.50

D. Teori Fiqh Siyasah Tentang Agama Dan Negara

Modern

Wacana seputar konsep negara Islam telah

melahirkan kontroversi dan polarisasi intelektual di

kalangan pemikir politik Islam. Apakah benar, misalnya

Rasulullah pernah mendirikan atau menganjurkan negara

Islam (Islamic state), bukan negara suku (clannish state)

seperti yang dikemukakan Ali Abdur Raziq. Apakah

institusionalisasi Islam dalam bentuk negara merupakan

kewajiban syariat ataukah semata-mata kebutuhan rasional

seperti yang diteorikan Ibnu Khaldun ?

Secara garis besar terdapat dua kekuatan dalam

memandang Islam dan negara. Pertama, kaum subtansialis,

yang memiliki pokok-pokok pandangan sebagai berikut :

1. Bahwa substansi atau kandungan iman dan amal lebih

penting daripada bentuknya.

2. Pesan-pesan Al-Qur'an dan hadis, yang bersifat abadi

dalam esensinya dan universal dalam maknanya, harus

ditafsirkan kembali oleh masing-masing generasi kaum

muslim sesuai dengan kondisi sosial pada masa mereka.

3. Mereka menerima struktur pemerintahan yang ada

sekarang sebagai bentuk negara yang final.

Kedua, kaum skripturalis, mereka berpandangan bahwa

pesan-pesan agama sebagian besarnya sudah jelas

termaktub di dalam Al-Qur'an dan hadis. Selanjutnya hanya

50

Suyuthi Pulungan, Fikih Siyasah: Ajaran, Sejarah Dan Pemikiran,

Penerbit Ombak, Yogyakarta, 2014. hlm. 22

Page 42: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

29

perlu diterapkan dalam kehidupan. Karena itu, mereka

cenderung lebih berorientasi kepada syariat.51

Dari kedua kelompok tersebut jelas bahwa di satu

pihak institusi negara Islam tidaklah perlu, yang terpenting

adalah komitmen penerapan nilai-nilai Islam dalam

kehidupan berbangsa, ini dianut oleh kaum subtansialis. Di

pihak lain, kelompok skripturalis, yang berpandangan

bahwa pesan-pesan agama perlu adanya institusi yang

mengaturnya yaitu negara Islam, yang berorientasi pada

syariat.

Bila diamati dengan saksama, sesungguhnya kedua

kelompok tersebut pada dasarnya memiliki tujuan yang

sama, yaitu sama-sama ingin mengartikulasikan pesan

agama dengan penuh komitmen dan integral (kaffah).

Tujuan yang sama inilah yang hendaknya dibangun dan

dikedepankan, berlomba-lomba dalam kebaikan dan

kebenaran. Terutama saat ini, dengan menjamurnya partai

politik Islam.

Azyumardi Azra melihat adanya tiga corak

kecenderungan baru, yaitu formalistik (menurut aturan

secara kaku) artinya melihat Islam sebagaimana aturan yang

ada tanpa melihat isi, substantifistik (hakikat, inti) artinya

memunculkan Islam dari sisi substansinya bukan sebagai

ajaran formalnya, dan sekularistik, artinya melihat agama

sebagai ajaran yang terpisah dengan urusan duniawi. Dari

tiga kecenderungan yang diajukannya, ia menganjurkan

Islam semestinya memakai pola substantifistik, artinya

memunculkan Islam dari sisi substansinya bukan sebagai

ajaran formalnya.52

Melihat hubungan agama dan negara sebagaimana

diungkapkan di atas, bahwa secara umum, ada tiga macam

51

Mark R. Woodward, Jalan Baru Islam, Memetakan Paradigma

Mutakhir Islam Indonesia, Terj. Chaniago, Mizan, Bandung, 2004, hlm. 285-

289. 52

Republika, 25 Mei 1999.

Page 43: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

30

arus umum wacana (discourse) tentang hubungan agama

dan negara, yakni (1) pemikiran yang menghendaki

keterpisahan agama dari sistem kenegaraan, (2) wacana

yang melihat hubungan komplementer agama dan negara,

(3) wacana yang bercorak integratif.

1. Teori Sekuleristik

Paradigma sekularistik mengajukan pemisahan

(disparitas) agama atas negara dan pemisahan negara

atas agama. Konsep Ad-dunya al-akhirah, ad-din ad-

dawlah atau umur ad-dunya umur ad-din dikotomikan

secara diametral. Dalam konteks Islam, paradigma ini

menolak pendasaran negara kepada Islam, atau paling

tidak, menolak determinasi Islam pada bentuk tertentu

dari negara.53

Pemrakarsa paradigma sekularistik salah

satunya, adalah Ali Abdul Al-Raziq 54

seorang

cendekiawan Muslim dari Mesir.

Dalam bukunya, Al-Islam wa Ushul al-Hukm,

Raziq mengatakan bahwa Islam hanya sekadar agama

dan tidak mencakup urusan negara, Islam tidak

mempunyai kaitan agama dengan sistem pemerintahan

kekhalifahan, kekhalifahan termasuk kekhalifahan al-

Khulafa' ar-Rasyidin, bukanlah sebuah sistem politik

keagamaan atau keislaman tetapi sebuah sistem yang

duniawi. Ali Abdul Al-Raziq sendiri menjelaskan

pokok pandangannya bahwa, Nabi Muhammad SAW

itu hanyalah seorang Rasul yang bertugas

menyampaikan seruan agama. Beliau semata-mata

53

Muhammad Albahy, Islam dan Sekularisme Antara Cita dan

Fakta, Alih bahasa: Hadi Mulyo, Ramadhani, Solo, 1988, hlm. 10. 54

la adalah seorang hakim di Mesir sejak tahun 1330 H (1915 M.),

dan aktifis politik (dalam Hizb al-Ummah, salah satu organisasi politik

radikal saat itu, ia menjabat sebagai wakil Ketua). Pada tahun 1925 M., ia

menerbitkan bukunya yang sangat kontroversial, yaitu al-Islam wa Ushul al-

Hukm. Akibat buku ini, jabatan hakim yang disandangnya dicopot oleh

Majelis Ulama Tertinggi Mesir. Lihat Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah,

Ensiklopedi Islam Indonesia, Djambatan, Anggota IKAPI, Jakarta, 1992,

hlm. 102 – 103

Page 44: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

31

mengabdi kepada agama tanpa disertaai kecenderungan

terhadap kekuasaan maupun kedudukan sebagai raja.

Nabi bukanlah seorang penguasa maupun

pemegang kuasa tertinggi dalam pemerintahan negara.

Beliau tidak pernah mendirikan suatu negara dalam

pengertian yang selama ini berlaku dalam ilmu politik.

Sebagaimana halnya dengan para Nabi yang telah

mendahuluinya, Muhammad SAW hanyalah seorang

Rasul. Beliau bukanlah seorang raja, pendiri suatu

negara, maupun penganjur berdirinya suatu

pemerintahan politik seperti itu.55

Pemikiran tersebut

berangkat dari pemahaman Ali Abdul Al-Raziq bahwa

Nabi Muhammad Saw adalah semata-mata utusan

(Allah) untuk mendakwahkan agama murni tanpa

bermaksud untuk mendirikan negara. Nabi tidak

mempunyai kekuasaan duniawi, negara, ataupun

pemerintahan.

Nabi tidak mendirikan kerajaan dalam arti

politik atau sesuatu yang mirip dengan kerajaan. Dia

adalah nabi semata sebagaimana halnya nabi-nabi

sebelumnya. Dia bukan raja, bukan pendiri negara, dan

tidak pula mengajak umat untuk mendirikan kerajaan

duniawi. 56

Atas dasar itu, kehidupan kemasyarakatan

yang dibebankan kepada Nabi Muhammad maka hal itu

bukan termasuk dari tugas risalahnya. Karena itu,

setelah beliau wafat, tidak seorang pun yang dapat

menggantikan tugas risalah itu. Abu Bakar muncul

hanya sebagai pemimpin yang bersifat duniawi (profan)

atau pemimpin politik yang bercorak kekuasaan dan

pemerintahan. Dengan demikian, menurut paradigma

ini, hukum Islam tidak dapat begitu saja diterapkan dan

diberlakukan dalam suatu wilayah politik tertentu.

55

Ali 'Abd ar-Raziq, Khilafah dan Pemerintahan Dalam Islam, Terj.

Afif Mohammad, Pustaka, Bandung, 1985, hlm. 99. 56

Munawir Sjadzali, op. cit., hlm. 143 – 144.

Page 45: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

32

Hukum Islam tidak dapat dijadikan hukum positif,

kecuali telah diterima sebagai hukum nasionalnya.

Negara sekular di sini adalah pemisahan agama dan

negara sehingga negara tidak menjadikan agama

sebagai instrumen politik tertentu. Karenanya, tidak ada

ketentuan-ketentuan keagamaan yang diatur melalui

legislasi negara. Agama adalah urusan pemeluknya

masing-masing yang tidak ada sangkut-pautnya dengan

negara.

Ketentuan agama yang menuntut keterlibatan

publik (intern pemeluk agama) tidak perlu meminjam

tangan negara untuk memaksakan pemberlakuannya,

namun cukup diatur sendiri oleh pemeluk agama yang

bersangkutan. Dengan demikian dapat dikatakan,

sebuah negara dapat dikatakan sekular jika negara

tersebut tidak menjadikan kitab suci sebagai dasar

konstitusinya, dan tidak menjadikan hukum agama

sebagai hukum nasional. Atas dasar itu, semua agama

memiliki posisi yang sama, tidak ada yang

diistimewakan. Orang lain yang memiliki persamaan

pendapat dengan Ali Abdul Al-Raziq adalah Ahmad

Luthfi Al-Sayyid. Menurutnya agama dan negara adalah

dua hal yang berbeda. Dalam membangun negara, kaum

Muslimin tidak harus mengikatkan diri pada Islam dan

pan Islamisme karenanya tidak lagi relevan.57

Program Ahmad Luthfi Al-Sayyid adalah

memadukan antara prinsip-prinsip Islam dan filsafat

Yunani, gagasan-gagasan pencerahan Prancis dan

liberalisme Inggris. Pemaduan pemikiran ini membawa

Ahmad Luthfi Al-Sayyid memusatkan perhatiannya

pada sejumlah prinsip yang dapat mempertegas garis-

garis pokok pemikiran yang ia tampilkan dan yang

secara keseluruhannya terwujud dalam liberalisme

Mesir pada dasawarsa-dasawarsa pertama abad ke-20.

57

Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada,Fiqh Siyasah, Erlangga,

Jakarta,2008,hlm 30

Page 46: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

33

Prinsip-prinsip tersebut adalah mendirikan suatu

pemerintahan bercorak sekuler yang didasarkan atas

asas manfaat, menafsirkan agama hanya dalam kerangka

hubungan manusia dan Tuhannya, menentukan kriteria-

kriteria perilaku perorangan dan akhirnya mempertegas

gagasan nasionalisme Mesir. Perlu juga disebutkan

bahwa ketika Partai Umat dibentuk, dengan penamaan

umat di situ tidak dimaksudkan umat dalam konsepsi

Islam melainkan umat bangsa Mesir yang terdiri dari

orang-orang Kristen, Yahudi dan Islam yang semuanya

tidak disatukan oleh hukum syari‘at, melainkan oleh

hubungan-hubungan alamiah yang lahir dari kehidupan

bersama di tempat yang sama. Lebih lanjut, seperti

ditegaskan oleh Ahmad Luthfi Al-Sayyid, Islam

bukanlah dasar Nasionalisme.

2. Teori Teokrasi (Negara Agama)

Teori teokrasi memecahkan masalah dikotomi

tersebut dengan mengajukan konsep bersatunya agama

dan negara. Agama Islam dan negara, dalam hal ini,

tidak dapat dipisahkan. Wilayah agama juga meliputi

politik atau negara. Karenanya, menurut teori teokrasi

negara merupakan lembaga politik dan keagamaan

sekaligus. Pemerintahan negara diselenggarakan atas

dasar kedaulatan Ilahi (divine sovereignty), karena

memang kedaulatan itu berasal dan berada di tangan

Tuhan. 58

Ajaran normatif bahwa Islam tidak mengenal

pemisahan agama dari negara didukung pula oleh

pengalaman umat Islam di Madinah di bawah

kepemimpinan Nabi Muhammad.59

Terhadap paradigma

ini, penjelasan lebih tegas dikemukakan Bahtiar Effendy

yang mengemukakan bahwa pada ujung satu spektrum,

beberapa kalangan Muslim beranggapan bahwa Islam

58

Din Syamsuddin, Etika dalam Membangun Masyarakat Madani,

Logos, Jakarta, 2002, hlm. 58. 59

Kamaruzzaman, op. cit., hlm. xxxviii

Page 47: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

34

harus menjadi dasar negara dan Syari'ah harus diterima

sebagai konstitusi negara, kemudian mengenai

kedaulatan politik ada di tangan Tuhan oleh karena itu

gagasan tentang negara-bangsa (nation-state)

bertentangan dengan konsep ummah yang tidak

mengenal batas-batas politik atau kedaerahan. Beberapa

tokoh pemikir lain seperti Rasyid Ridha, sebagai seorang

yang berkecenderungan tradisional begitu percaya

dengan lembaga kesultanan Usmani yang menurutnya

adalah juga kekhalifahan, walaupun mereka bukan dari

keturunan Quraisy dan Arab.

Rasyid Ridha tampaknya menutup mata terhadap

despotisme kesultanan Usmani. Kekhalifahan Usmani

baginya merupakan pranata politik supra nasional yang

mewakili nabi pasca Abbasiyah yang mempersatukan

umat Islam di berbagai belahan dunia yang perlu

dihidupkan dengan tugas untuk mengatur urusan dunia

dan agama, suatu pemikiran yang sama persis dengan

pemikiran Al-Mawardi. Alasannya karena Al-Qur‘an,

hadis, dan ijma‘ pun menghendakinya.60

Tentu saja ahlul al-hall wa al-‘aqd, sebagai

lembaga pemilih khalifah juga perlu dibentuk. Hanya

saja lebih maju dibanding pemikir politik Islam klasik

yang realis pada masa klasik dan pertengahan, walaupun

untuk khalifah menurutnya mesti seorang ahli fiqh yang

karenanya untuk mempersiapkannya perlu didirikan

lembaga pendidikan tinggi keagamaan, tetapi untuk ahlul

al-hall wa al-‘aqd anggotanya bukan saja ahli agama

yang sudah mencapai tingkat mujtahid melainkan juga

pemuka masyarakat dari berbagai bidang.

Berbeda dengan pemikir politik sebelumnya,

lembaga representatif itu dalam pandangannya juga

60

Sebagaimana ulasan Bassam Tibi dalam the Challenge of

Fundamentalisme yang diterjemahan dalam judul bahasa Indonesia, wacana

Fundamentalisme; Islam Politik dan Dunia Baru, (Cet. I; Tiara Wacana;

Yogyakarta, 2000). Hlm. 63

Page 48: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

35

bertugas mengangkat khalifah, mengawasi jalannya

pemerintahan, mencegah penyelewengan khalifah, dan

menurunkannya jika dibutuhkan, sekalipun harus dengan

perang atau kekerasan demi kepentingan umum.

Meskipun pandangan-pandangan Rasyid Ridha sulit

diterima untuk konteks kekinian, di mana Rosenthal

menganggapnya berada dalam posisi utopis dan

romantis, 61

bagaimanapun Rasyid Ridha telah berhasil

memformulasikan tradisi dan merancangkan gagasan

dasar bagi para penganjur negara Islam berikutnya.

Rasyid Ridha merupakan penghubung yang

penting antara teori klasik tentang kekhalifahan dengan

gagasan mengenai negara Islam pada abad ke-20 yang

dikembangkan oleh Sayyid Quthb dan Al-Maududi.

Keduanya telah mengembangkan yang dalam istilah

Profesor Majid Khadduri disebut devine nomocracy

(negara hukum Ilahi) atau menurut Istilah Profeser Tahir

Azhari nomokrasi Islam.62

Selanjutnya beliau mengakui prinsip syura

(musyawarah) dan aplikasi prinsip itu berbeda dengan

gagasan demokrasi yang dikenal dalam diskursus politik

modern dewasa ini. Dengan kata lain, dalam konteks

pandangan semacam ini, sistem politik modern di mana

banyak negara Islam yang baru merdeka telah

mendasarkan bangunan politiknya diletakkan dalam

posisi yang berlawanan dengan ajaran-ajaran Islam.63

Di

antara mereka yang termasuk ke dalam kategori

pendukung alur pemikiran semacam ini adalah Syekh

61

Gamal al-Banna, relasi Agama dan Negara, (Cet.I; Mata Air

Publising: Jakarta, 2006), hlm. 32 62

Ibid, hlm. 37 63

Bahtiar Effendy, Islam dan Negara, Transformasi Pemikiran dan

Praktik Politik Islam di Indonesia, Paramadina, Jakarta, 1998, hlm.12

Page 49: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

36

Hasan Al-Bana, Sayyid Quthb, dan pemikir Pakistan Abu

A'la Al- Maududi dan Ali Al-Nadvy.64

Dengan demikian, dalam perspektif teokrasi,

pemberlakuan dan penerapan hukum Islam sebagai

hukum positif negara adalah hal yang niscaya,

sebagaimana dinyatakan Imam Khomeini yang dikutip

Marzuki dan Rumaidi, bahwa dalam negara Islam

wewenang menetapkan hukum berada pada Tuhan. Tiada

seorang pun berhak menetapkan hukum. Dan yang boleh

berlaku hanyalah hukum dari Tuhan65

. Pernyataan

Khomeini ini diperkuat oleh pernyataan Abu A'la Al-

Maududi, salah seorang tokoh pendukung paradigma ini,

bahwa kedaulatan adalah milik Allah. Dia (Allah)

sendirilah yang menetapkan hukum. Tak seorang pun,

bahkan nabi pun tidak berhak memerintah atau menyuruh

orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan segala

sesuatu atas dasar hak atau kemauannya sendiri. Nabi

sendiri juga terikat kepada perintah- perintah Allah.66

Paradigma teokrasi ini yang kemudian melahirkan

paham negara-agama, di mana kehidupan kenegaraan

diatur dengan menggunakan prinsip-prinsip keagamaan,

sehingga melahirkan konsep Islam din wa dawlah (Islam

agama sekaligus negara). Sumber hukum positifnya

adalah sumber hukum agama. Masyarakat tidak bisa

membedakan mana aturan negara dan mana aturan

agama karena keduanya menyatu. Oleh karena itu, dalam

paham ini, rakyat yang menaati segala ketentuan negara

berarti ia taat kepada agama, sebaliknya, memberontak

dan melawan negara berarti melawan agama yang berarti

juga melawan Tuhan.

Negara dengan model demikian tentu saja sangat

potensial terjadinya otoritarianisme dan kesewenang-

64

Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, Ajaran, Sejarah dan

pemikiran, UI Press, Jakarta, 1993, hlm.1 65

Din Syamsuddin, op. cit., hlm. 58 66

Marzuki dan Rumadi, op. cit., hlm. 24.

Page 50: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

37

wenangan penguasa, karena rakyat tidak dapat

melakukan kontrol terhadap penguasa yang selalu

berlindung di balik agama. Karena sifatnya yang

demikian, maka para penulis barat, sejauh dikaitkan

dengan Islam, sering melihat negara agama tidak

compatible dengan demokrasi.

Demokrasi yang berangkat dari paham

antroposentris meniscayakan manusia menjadi pusat

segala sesuatu, termasuk pusat kedaulatan, sehingga

kepala negara harus tunduk pada kehendak dan kontrol

rakyat. Sedangkan negara agama yang berangkat dari

paham teosentris menjadikan Tuhan sebagai pusat segala

sesuatu. Kepala negara merupakan penjelmaan dari

Tuhan yang meniscayakan ketundukan mutlak tanpa

reserve. Atas nama Tuhan penguasa bisa berbuat apa

saja dan menabukan perlawanan rakyat.67

Negara teokrasi mengandung unsur pengertian

bahwa kekuasaan mutlak berada di tangan Tuhan, dan

konstitusi negara berdasarkan pada wahyu Tuhan

(Syari‘ah). Sifat teokratis negara dalam pandangan

Syi'ah dapat ditemukan dalam pemikiran banyak ulama

politik Syi'ah. Khomeini, umpamanya, menyatakan

bahwa dalam negara Islam wewenang menetapkan

hukum berada pada Tuhan. Tiada seorang pun berhak

menetapkan hukum dan yang boleh berlaku hanyalah

hukum dari Tuhan.

Kendati demikian, pemikir politik Iran kontemporer

menolak penisbatan Republik Islam Iran dengan negara

teokratis. Sistem kenegaraan Iran memang menyiratkan

watak demokratis, seperti ditunjukkan oleh penerapan

asas distribusi kekuasaan berdasarkan prinsip Trias

Politica, dan pemakaian istilah republik sebagai bentuk

dari negara itu sendiri. Paradigma penyatuan agama dan

negara juga menjadi anutan kelompok fundamentalisme

67

Marzuki Wahid dan Rumadi, Fiqh Mazhab Negara Kritik Atas

Politik Hukum Islam Di Indonesia, LKis, Yogyakarta, 2001, hlm. 25 – 26

Page 51: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

38

Islam yang cenderung berorientasi nilai- nilai Islam yang

dianggapnya mendasar dan prinsipil.

Paradigma fundamentalisme menekankan totalitas

Islam, yakni bahwa Islam meliputi seluruh aspek

kehidupan. Menurut salah seorang tokoh kelompok ini

ialah Al-Maududi yang memberikan pemahaman bahwa

syari'ah tidak mengenal pemisahan antara agama dan

politik atau antara agama dan negara.

Syari'ah adalah skema kehidupan yang sempurna

dan meliputi seluruh tatanan kemasyarakatan; tidak ada

yang lebih dan tidak ada yang kurang. Negara Islam

yang berdasarkan syari'ah itu, dalam pandangan Al-

Maududi harus didasarkan pada tiga prinsip dasar, yaitu ;

bahwa ia mengakui kedaulatan Tuhan dengan menerima

otoritas Nabi Muhammad SAW, memiliki status wakil

Tuhan, dan menerapkan musyawarah. Berdasarkan

prinsip-prinsip tersebut, kedaulatan yang sesungguhnya

berada pada Tuhan.

Negara berfungsi sebagai kendaraan politik untuk

menerapkan hukum-hukum Tuhan, dalam statusnya

sebagai wakil Tuhan. Dalam perspektif demikian,

konsepsi Maududi tentang negara Islam bersifat

teokratis, terutama menyangkut konstitusi negara yang

harus berdasarkan Syari'ah. Tetapi Al-Maududi sendiri

menolak istilah tersebut dan lebih memilih istilah teo-

demokratis, karena konsepsinya mengandung unsur

demokratis, yaitu adanya peluang bagi rakyat untuk

memilih pemimpin negara.68

Teori teokrasi ini merefleksikan adanya

kecenderungan untuk menekankan aspek legal dan

formal idealisme politik Islam. Kecenderungan seperti

ini biasanya ditandai oleh keinginan untuk menerapkan

Syari'ah secara langsung sebagai konstitusi negara.

Dalam konteks negara-bangsa yang ada dewasa ini

68

Din Syamsuddin, op. cit., hlm. 59

Page 52: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

39

seperti Turki, Mesir, Sudan, Maroko, Pakistan, Malaysia,

Aljazair dan Indonesia, model formal ini mempunyai

potensi untuk berbenturan dengan sistem politik

modern.69

Asumsinya ditegakkan di atas pemahaman

bahwa Islam adalah satu agama sempurna yang

mempunyai kelengkapan ajaran di semua segmen

kehidupan manusia, termasuk di bidang praktik

kenegaraan.

Karenanya, umat Islam berkewajiban untuk

melaksanakan sistem politik Islami sebagaimana telah

dicontohkan oleh Nabi Muhammad dan empat Al-

Khulafa' al-Rasyidin. Pandangan ini menghendaki agar

negara menjalankan dwifungsi secara bersamaan, yaitu

fungsi lembaga politik dan keagamaan. Menurut teori

ini, penyelenggaraan suatu pemerintahan tidak

berdasarkan kedaulatan rakyat melainkan merujuk

kepada kedaulatan ilahi (divine sovereignity), sebab

penyandang kedaulatan paling hakiki adalah Tuhan.

Pandangan ini mengilhami gerakan fundamentalisme.70

3. Teori Integrasi

Agama dan negara, menurut teori integrasi,

berhubungan secara simbiotik dan saling berintegrasi,

yakni suatu hubungan yang bersifat timbal balik dan

saling memerlukan. Dalam hal ini, agama memerlukan

negara karena dengan negara, agama dapat berkembang.

Sebaliknya, negara juga memerlukan agama, karena

dengan agama, negara dapat berkembang dalam

bimbingan etika dan moral-spiritual.71

Aliran pemikiran ini menyadari, istilah negara

(dawlah) tidak dapat ditemukan dalam Al-Qur'an.

69

Bahtiar Effendi, op. cit., hlm. 14 70

Fundamentalisme diartikan sebagai gerakan keagamaan yang

mengacu pada pemahaman dan praktik-praktik zaman salaf (zaman Nabi dan

sahabat). Lihat Zuly Qodir, Syari’ah Demokratik: Pemberlakuan Syari’ah

Islam di Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004, hlm. 35. 71

Din Syamsuddin, op. cit., hlm. 60.

Page 53: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

40

Meskipun terdapat berbagai ungkapan dalam Al-Qur'an

yang merujuk atau seolah-olah merujuk kepada

kekuasaan politik dan otoritas, akan tetapi ungkapan-

ungkapan ini hanya bersifat insidental dan tidak ada

pengaruhnya bagi teori politik. Bagi mereka, jelas bahwa

Al-Qur'an bukanlah buku tentang ilmu politik.

Namun demikian, penting untuk dicatat bahwa

pendapat seperti ini juga mengakui bahwa Al-Qur'an

mengandung nilai-nilai dan ajaran-ajaran yang bersifat

etis mengenai aktivitas sosial dan politik umat manusia.

Ajaran-ajaran ini mencakup prinsip-prinsip tentang

keadilan, kesamaan, persaudaraan, dan kebebasan. Untuk

itu, bagi kalangan yang berpendapat demikian, sepanjang

negara berpegang kepada prinsip-prinsip seperti itu,

maka mekanisme yang diterapkannya adalah sesuai

dengan ajaran-ajaran Islam.72

Dengan alur argumentasi semacam ini,

pembentukan sebuah negara Islam dalam pengertiannya

yang formal dan ideologis tidaklah begitu penting. Bagi

mereka, yang terpenting adalah bahwa negara— karena

posisinya yang bisa menjadi instrumental dalam

merealisasikan ajaran-ajaran agama menjamin

tumbuhnya nilai-nilai dasar seperti itu. Jika demikian

halnya, maka tidak ada alasan teologis atau religius

untuk menolak gagasan-gagasan politik mengenai

kedaulatan rakyat, negara, bangsa sebagai unit teritorial

yang sah, dan prinsip-prinsip umum teori politik modern

lainnya. Dengan kata lain, sesungguhnya tidak ada

landasan yang kuat untuk meletakkan Islam dalam posisi

yang bertentangan dengan sistem politik modern.73

Aliran dan model pemikiran yang kedua lebih

menekankan substansi daripada bentuk negara yang legal

72

Bahtiar Effendi, op. cit., hlm. 13 73

Para pendukung pemikiran ini, di antaranya adalah pemikir Mesir

Mohammad Husein Haykal dan pemikir Pakistan Fazlur Rahman dan

Qamaruddin Khan.

Page 54: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

41

dan formal. Karena wataknya yang substansialis itu

(dengan menekankan nilai-nilai keadilan, persamaan,

musyawarah, dari partisipasi yang tidak bertentangan

dengan prinsip-prinsip Islam) kecenderungan itu

mempunyai potensi untuk berperan sebagai pendekatan

yang dapat menghubungkan Islam dengan sistem politik

modern, di mana negara-bangsa merupakan salah satu

unsur utamanya.74

Tampaknya Al-Mawardi, seorang

teoritikus politik Islam terkemuka, bisa disebut sebagai

salah satu tokoh pendukung paradigma ini. Sebab dalam

karyanya yang masyhur, Al-Ahkam al- Sulthaniyyah, ia

menyatakan bahwa lembaga kepala negara dan

pemerintahan diadakan sebagai pengganti fungsi

kenabian dalam menjaga agama dan mengatur dunia.75

Husein Heikal termasuk dalam paham kelompok

yang berpendapat bahwa Islam tidak menentukan sistem

dan bentuk pemerintahan yang harus diikuti oleh umat.

Ia menyatakan sebagaimana dikutip Suyuthi Pulungan

bahwa, sesungguhnya Islam tidak menetapkan sistem

tertentu bagi pemerintahan, akan tetapi Ia meletakkan

kaidah-kaidah bagi tingkah laku dan muamalah dalam

kehidupan antar manusia. Kaidah-kaidah itu menjadi

dasar untuk menetapkan sistem pemerintahan yang

berkembang sepanjang sejarah.76

Pemeliharaan agama dan pengaturan dunia

merupakan dua jenis aktifitas yang berbeda, namun

mempunyai hubungan secara simbiotik. Keduanya

merupakan dua dimensi dari misi kenabian. Dalam

kerangka hubungan simbiotik ini, Ibnu Taimiyah dalam

as-Siyasah asy-Syar'iyyah juga mengatakan,

sesungguhnya adanya kekuasaan yang mengatur urusan

74

Bahtiar Effendi, op. cit., hlm. 15 75

Imam Al-Mawardiy, Hukum Tatanegara dan Kepemimpinan

dalam Takaran Islam, Terj. Abdul Hayyie al-Kattani, Kamaluddin Nurdin,

Gema Insani Press, Jakarta, 2000, hlm.15. 76

J.Suyuthi Pulungan, op. cit., hlm. 295 – 296.

Page 55: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

42

manusia merupakan kewajiban agama yang terbesar,

sebab tanpa kekuasaan negara agama tidak bisa berdiri

tegak.77

la pun menganggap bahwa penegakan negara

merupakan tugas suci yang dituntut oleh agama sebagai

salah satu perangkat untuk mendekatkan manusia kepada

Allah. Di dalam konsep ini, syari'ah (hukum Islam)

menduduki posisi sentral sebagai sumber legitimasi

terhadap realitas politik. Demikian juga negara

mempunyai peranan yang besar untuk menegakkan

hukum Islam dalam porsinya yang benar.

Masyarakat Islam adalah masyarakat yang

egaliter dan terbuka atau inklusif, saling berbuat baik dan

kerjasama, dan tidak melakukan diskriminasi

berdasarkan gender atau kulit. Dari sisi lain, Fazlur

Rahman menjelaskan konsep syura (musyawarah). Syura

bukan berarti bahwa seseorang meminta nasehat kepada

orang lain, seperti yang terjadi dahulu antara khalifah

dan ahl halli wa al–‗alqd, tetapi nasehat timbal balik

melalui diskusi bersama.

Tentu saja konsep demokrasi yang dipilih Fazlur

Rahman ini dengan, katanya lebih lanjut, berorientasi

pada etika dan nilai spiritual Islam, tidak semata-mata

bersifat material seperti di Barat. Karena pilihannya pada

sistem demokrasi itulah, Ia mengkritik para tokoh Islam

yang menentang demokrasi, seperti terhadap Al-

Maududi seperti yang telah dijelaskan di muka.

Sebagaimana Fazlur Rahman, Arkoun juga

berpendapat sama. Pertama-tama ia menjelaskan

perbedaan antara kekuasan dan wewenang. Wewenang

menurutnya bersifat mistis-teologis seperti ketika Nabi di

Mekah dan kekuasan bersifat rasional seperti ketika Nabi

77

Taqiyuddin Ibnu Taimiyah, Pokok-Pokok Pedoman dalam

Bernegara, Terj. Henri Laoust, CV Diponegoro, Bandung, 1967, hlm. 162 –

210.

Page 56: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

43

di Madinah yang selalu dikelilingi dewan yang

beranggotakan paling tidak 10 orang. Selanjutnya,

Arkoun menerima pernyataan Ibn Khaldun bahwa sistem

kekhalifahan tidak berbeda dengan sistem kerajaan yang

dominatif dan hegemonik yang telah melakukan tindakan

sakralisasi terhadap yang duniawi seperti terlihat pada

terminologi bai’ah dan wakil Allah di muka bumi.78

Dari sini kemudian Ia lebih menyetujui negara

demokratis, mengkritik para ulama yang telah ikut

melestarikan status quo kekuasaan dinasti yang jauh dari

moral Islam, dan mengecam pelaksanaan konsep dzimmi

(yang terlindung) bagi masyarakat non Muslim.

Dalam pandangannya, kendati penerapan konsep

itu lebih baik dibanding dengan kaum Muslimin yang

hidup di tengah mayoritas umat agama lain, tetapi tidak

dapat dipungkiri bahwa model toleransi dzimmi tersebut

adalah model toleransi tanpa peduli. Ini karena Ia

biasanya disertai dengan tindakan mengurangi peran

kelompok lain yang non Muslim. Sebagai pemikir

modern, Arkoun di satu sisi mengkritik habis sekularisasi

gaya Ataturk di Turki yang bagi Arkoun merupakan

bentuk kesadaran naif yang didasari oleh kekagetan

budaya, tetapi di pihak lain ia juga menolak

pembentukan negara Islam, ala Khomeini karena telah

melakukan sakralisasi terhadap sesuatu yang sebenarnya

duniawi. 79

Adapun prinsip kenegaraan dalam Islam adalah

syura, ijtihad, dan penerapan syari‘at yang tujuannya,

bagi Arkoun, untuk mewujudkan masyarakat yang

bermoral, bertanggung jawab, dan bermartabat, sehingga

78

Tema-tema pembaharuan Fazlur Rahman tesebar dalam tulisan-

tulisannya, baik jurnal, artikel maupun buku. Salah satunya lihat, Islamic

Modernism; Its Scope, Method and Alternatives, (vol. IV; IJMES:

Cambride), h. 321-335. lihat juga, Fazlurrahman, Islam dan Modernitas:

Tentang Tronsformasi Intelektual, (Bandung; Pustaka Hidayah, 1995), h. 83 79 Ibid, hlm. 337

Page 57: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

44

anggota masyarakat Muslim diridhai Allah dalam

menjalankan tugas pribadi dan sosialnya secara harmonis

baik antar sesama muslim maupun dengan pemeluk

agama lain yang mendiami negara yang sama.

Dengan demikian, dalam teori integrasi ini masih

tampak adanya kehendak mengistimewakan penganut

agama mayoritas untuk memberlakukan hukum-hukum

agamanya di bawah legitimasi negara. Atau paling tidak,

karena sifatnya yang integratif dan simbiotik tersebut,

hukum-hukum agama masih mempunyai peluang untuk

mewarnai hukum-hukum negara, bahkan dalam masalah

tertentu tidak menutup kemungkinan hukum agama

dijadikan sebagai hukum negara.

Hal di atas bisa saja terjadi karena sifat integrasi

antara agama dan negara mempunyai tingkat dan kualitas

yang berbeda. Kualitas integrasi tersebut secara

sederhana dapat digambarkan dengan negara model

demikian sangat mendekati negara agama, bahkan bisa

dikatakan negara agama yang masih malu-malu untuk

menunjukkan jati dirinya. Dengan melihat model-model

tersebut, proses politik hukum Islam di Indonesia

mempunyai kecenderungan semakin meningkatnya

aspek agama yang masuk ke wilayah negara dengan

disahkannya ketentuan-ketentuan agama melalui proses

legislasi atau dikenal dengan Islamisasi hukum di

Indonesia.

Teori integrasi berpendirian bahwa agama dan

negara berhubungan secara simbiotik dan saling

berintegrasi. Dengan kata lain, terjalin hubungan timbal-

balik atau saling memerlukan. Dalam kerangka ini,

agama memerlukan negara karena dengan dukungan

negara agama dapat berkembang. Sebaliknya negara

membutuhkan agama karena agama menyediakan

seperangkat nilai dan etika untuk menuntun perjalanan

kehidupan bernegara. Teori ini berusaha keluar dari

belenggu dua sisi pandangan yang berseberangan:

Page 58: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

45

teokrasi dan sekularistik. Selanjutnya, teori integrasi

melahirkan gerakan modernisme dan neomodernisme

kedepannya.80

80

Menurut Harun Nasution, modernisme dalam masyarakat Barat

mengandung arti pikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk merubah paham-

paham, adat istiadat, institusi- institusi lama, dan sebagainya, untuk

disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi modern. Harun Nasution, Pembaharuan dalam

Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Bulan Bintang, Jakarta, 1996, hlm.

11.

Page 59: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

46

Page 60: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

47

BAB III

BIOGRAFI AHMAD SYAFII MAARIF

A. Riwayat Singkat Ahmad Syafii Maarif

Ahmad Syafii Maarif lahir dari pasangan Ma'rifah Rauf

dan Fathiyah pada hari Sabtu, 31 Mei 1935 di bumi Calau

Sumpur Kudus "Makkah Darat", Sumatera Barat. Sumpur

Kudus "Makkah Darat" (Makkah Darek dalam bahasa Minang)

adalah ungkapan yang sering diulang-ulang tidak saja oleh kaum

elit negeri Minang, rakyat jelata pun tak lupa pula

menyebutnya.81

Sewaktu kecil Syafii Maarif tidak ada cita-cita

tinggi yang ingin diraih, tidak ada angan-angan untuk jadi apa

atau siapa, karena memang lingkungan nagari yang sempit dan

sederhana itu tidak mendorong orang untuk menjadi sosok

melebihi orang kampungnya.

Ahmad Syafii Maarif sering di panggil dengan istilah

―Buya‖ oleh orang yang dekat dengannya. Istilah Buya di

ucapkan kepada Syafii Maarif karena ia pantas menyandang

panggilan Buya yang memang sudah menjadi ulama yang benar-

benar alim, dan juga dikenal sebagai pendidik, sekaligus

ilmuwan atau cendekiawan yang mempunyai reputasi intelektual

yang sangat tinggi. Namun Ahmad Syafii Maarif sendiri

mengatakan ―tidak usahlah disebut dengan Buya, cukup dengan

nama saja, sebutan Buya masih dipermasalahkan‖.82

Ayah Syafii Maarif lahir pada tahun 1900, Ia adalah

seorang terpandang di

kampung, saudagar gambir, jauh sebelum dia diangkat menjadi

kepala nagari tahun 1936. Keluarga Ahmad Syafii Maarif

merupakan keluarga terhormat, ayahnya sebagai kepala suku

81

Ahmad Syafii Maarif, Titik-Titik Kisar di Perjalanan Ku

(Yogyakarta: Ombak, 2006), hlm. 3 82

Abd. Rohim Ghazali dan Saleh Partaonan Daulay (editor),

Refleksi 70 Tahun Ahmad Syafii Maarif Cermin untuk Semua (Jakarta: Maarif

Institute, 2005), hlm. 37

Page 61: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

48

Melayu dengan menyandang gelar Datuk Rajo Malayu yang

dijabatannya sampai wafat. Secara ekonomi, ayahnya termasuk

dalam kategori elit di kampung, tempat masyarakat mengadu

tentang berbagai masalah, tidak saja menyangkut masalah

ekonomi, juga masalah adat dan lembaga tingkat nagari. Adapun

Ibunya wafat pada tahun 1937 dalam usia sekitar 32 tahun,

sempat dua tahun menyusuinya.

Ahmad Syafii Maarif menikah pada tanggal 5 Februari

awal tahun 1965 dengan seorang gadis bernama Nurkhalifah.

Maarif menikah di rumah mertuanya (Sarialam dan Halifah)

yang dikenal dengan kawasan Mandahiling dalam sebuah

upacara sederhana. Pada saat menikah, usia Ahmad Syafii

Maarif sudah berumur 30 tahun. Ahmad Syafii Maarif memiliki

beberapa orang anak, anak pertamanya bernama Salman yang

lahir di Yogyakarta pada bulan Maret 1966. Namun sayang,

Salman meninggal diusianya kurang sedikit dari 20 bulan,

setelah sakit beberapa lama di Padang.

Dengan meninggalnya Salman, Syafii Maarif begitu

terpukul batinnya, sebagaimana diungkapkannya ―sungguh nak,

kepergianmu menyebabkan batin ayah sangat terguncang, tetapi

inilah kenyataan pahit dan perih yang harus dilalui. Hanya iman

saja yang dapat menolong agar tidak terus berlarut dalam

suasana ketidakstabilan jiwa83

.

Anak selanjutnya adalah bernama Iwan yang lahir pada

November tahun 1968 dan ia wafat pada Oktober tahun 1973.

Anak ketiga Ahmad Syafii Maarif adalah Mohammad Hafiz

yang lahir premature dengan berat badan 2.20 kg pada 25 Maret

1974. Dari ketiga anaknya, Hafiz merupakan anak satu-satunya

yang hidup hingga dewasa. Kini Syafii Maarif hidup dengan

anak semata wayangnya bernama Mohammad Hafiz dan

isterinya Hj Nurkhalifah.

Panggilan Ibu Hj.Nurkhalifh (isteri) terhadap Ahmad

Syafii Maarif yaitu dengan sebutan Kak Oncu, sebuah kebiasaan

anak nagari Sumpur Kudus memanggil suaminya berdasarkan

83

Ibid, hlm.186

Page 62: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

49

urutan kelahiran di kalangan keluarganya. Dan dalam perjalanan

hidupnya, melalui suasana suka dan duka, perang dan damai,

hanya satu kata yang diucapkannya, yaitu bersyukur. Rasa

syukur itulah yang merupakan perekat rumah tangga yang

beranggotakan tiga orang tersebut: Buya, Ibu Hj. Nurkhalifah,

dan Mohammad Hafiz.84

Mohammad Hafiz sangat bangga pada ayahnya (Syafii

Maarif), yang telah memberi pelajaran secara relatif demokratis,

dan liberal, di mana bertiga mempunyai suara equal dalam

menyampikan pendapat, dan kadang disertai adu argumen.

Ketika Hafiz mengobrol ringan dengan seorang teman Syafii

Maarif di Padang, orang tersebut mengatakan bahwa;

―…..ayahmu itu adalah gambaran pribadi orang Minang yang

seutuhnya dan semestinya sikap yang egaliter, sederhana, adil,

tegas, dan jujur…..‖ 85

tentulah Hafiz tidak menyangkal, apalagi

Hafiz hidup di antara orang Minang selama setahun lebih di

Padang.

Kesimpulan yang didapatkan mungkin seorang Ahmad

Syafii Maarif adalah salah satu segelintir orang yang dari sekian

lapis generasi Minang yang bisa mempertahankan image orang

Minang yang semestinya, setelah generasinya yang melahirkan

pribadi seperti H. Agus Salim, Moh. Hatta, Buya Hamka dan

lainnya.

Di samping itu, dalam buku Refleksi 70 tahun Ahmad

Syafii Maarif kesan yang diutarakan Moh. Hafiz tentang

ayahnya (Syafii Maarif), ada dua macam fungsi, sebagai seorang

ayah dan sebagai seorang individu yang unik. Sebagai seorang

ayah, selama hidup di bawah naungan beliau, pelajaran paling

berharga Mohammad Hafiz adalah tentang tawakkal dan

kesederhanaan manusianya, terutama menghadapi kenakalan

seorang anak bernama Mohammad Hafiz, bahkan sampai

dewasa pun masih bandel, keras kepala, dan tidak mau diatur.

84

Ibid, hlm. 73 85

Abd Rohim Ghazali, Saleh Partaonan Daulay, Refleksi 70 Tahun

Ahmad Syafii Maarif:Cermin Untuk Semua, h.11

Page 63: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

50

Sedangkan sebagai seorang individu yang unik, Syafii

Maarif memberikan pelajaran bagaimana seharusnya ―hablum

minannas‖, berhubungan dengan individu-individu lain di muka

bumi ini, yaitu dengan selalu berprasangka positif dan baik serta

menghilangkan berprasangka buruk pada orang, saling

menghargai dan menghormati. Terkadang sedikit naif, sikap

agak berlawanan dengan sikap pandangan/opini Muhammad

Hafiz sendiri yang ekstra hati-hati, bahkan cenderung sarkastik

terhadap orang.86

Ahmad Syafii Maarif memulai pendidikannya formalnya

di Sekolah Rakyat (SR) Sumpur Kudus. Selanjutnya Ahmad

Syafii Maarif melanjutkan sekolah di Madrasah Ibtidaiyah

Muhammadiyah Sumpur Kudus hingga selesai pada tahun 1947.

Setelah lulus dari Madrasah Ibtidaiyah, Ahmad Syafii Maarif

melanjutkan pendidikan di Madrasah Mu'allimin

Muhammadiyah di Balai Tengah, Lintau dan selesai pada tahun

1953.

Pendidikan menengah tidak seluruhnya dihabiskan di

Lintau, tetapi sebagian dilanjutkan di Yogjakarta dan

meneruskan pendidikannya di Madrasah Mu‘alimin Yogyakarta.

Ternyata datang ke Jawa meneruskan pendidikan tidak semudah

yang dibayangkan. Karena ada beberapa alasan dari pihak

sekolah untuk menolak Ahmad Syafii Maarif masuk ke kelas

empat, yaitu; pertama, kelas empat sudah penuh, kedua, dari

seorang guru, Syafii Maarif mendengar bahwa kualitas pelajaran

di Yogya lebih tinggi dibandingkan dengan Mu‘alimin daerah

lain. Jadi Ahmad Syafii Maarif akan mengalami kesulitan bila

masuk ke kelas empat.

Awalnya Ahmad Syafii Maarif merasa syok, namum

Ahmad Syafii Maarif tidak bisa berbuat apa-apa dan kemudian

menganggur, jika tidak mau mengulang kelas tiga. Semua itu

dihadapinya dengan tabah, dan mengulang kuartal terakhir kelas

tiga Mu‘alimin,87

sehingga akhirnya dapat tamat pada 12 Juli

1956. Ahmad Syafii Maarif "mendinamisasikan" dirinya, berkat

86

Abd. Rohim Ghazali, Op.Cit, h. 11 87

Ahmad Syafii Maarif, Op.Cit, hlm.. 106

Page 64: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

51

M. Sanusi Latief, ia melanjutkan pendidikannya di Madrasah

Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta.

Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya pada

tahun 1956, Ahmad Syafii Maarif melanjutkan pendidikannya di

Surakarta, tepatnya di Universitas Cokroaminoto Surakarta

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Namun baru

satu tahun kuliah bantuan itu sempat terhenti karena hubungan

pulau Jawa dan Sumatera terputus akibat pemberontakan

PRRI/Permesta 88

, akhirnya Ahmad Syafii Maarif memutuskan

untuk tidak melanjutkan kuliah, kemudian Ahmad Syafii Maarif

menjadi guru di desa Baturetno, Wonogiri, Jawa Tengah.89

Sambil mengajar, Ahmad Syafii Maarif kembali

melanjutkan kuliah, karena sering tidak masuk kuliah karna

sering mengajar akibatnya Ahmad Syafii Maarif hanya tamat

Sarjana Muda (BA) pada tahun 1964. Putus sambung kuliah

sudah pernah dirasakannya, namun karena motivasi belajar yang

cukup tinggi, akhirnya ia berhasil menyelesaikan kuliah, walau

harus ditempuh sambil bekerja. 90

Gelar Sarjana (Drs)

diperolehnya di Yogyakarta dari FKIS IKIP Yogyakarta pada

Agustus 1968,91

dengan skripsi berjudul ―Gerakan Komunis di

88

PPRI adalah Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia,suatu

pemerintahan tandingan dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara(dari

masyumi) sebagai Perdana Menteri, PPRI di proklamirkan di Padang, tanggal

15 Februari 1958. Pemberontakan ini menuntut otonomi regional, perbaikkan

Duumvirate Soekarno dan Hatta, Pembentukan Senat, Penggantian Kepala

Staf ABRI Jendral Nasution dan Stafnya, dan pembatasan aktivitas PKI.

Permesta adalah Perjuangan Semesta Alam, yang bergabung dengan PPRI

yang dipimpin oleh H. N. V.Sumual, Permesta diproklamirkan pada tanggal 2

Maret 1957 di Makassar, Sulawesi Selatan. Bahtiar Effendy, Islam Dan

Negara : Transformasi Pemikiran dan Praktik Politik Islam di Indonesia, hlm.

97-98 89

Ahmad Syafii Maarif, Independensi Muhammadiyah; Di Tengah

Pergumulan Pemikiran Islam dan Politik (Jakarta: Cidesindo, 2000), hlm.

172 90

Abd. Rohim Ghazali, Refleksi 70 Tahun Ahmad Syafii Maarif, h.

Xi 91

Ahmad Syafii Maarif, Independensi Muhammadiyah di Tengah

Pergumulan Pemikiran Islam dan Politik, hlm. 172-173

Page 65: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

52

Vietnam (1930-1954)‖, di bawah bimbingan Dharmono

Hardjowidjono, dosen sejarah Asia Tenggara.

Untuk teman-teman seangkatannya, Ahmad Syafii

Maarif adalah lulusan pertama. Dalam pengembangan

akademika, Ahmad Syafii Maarif berangkat ke Amerika, ia

belajar sejarah pada Nothern Illinois University (1973) dan Ohio

State University (1980) hingga memperoleh gelar MA. Di

Athens ia tinggal bersama teman- temannya dari Malaysia yang

juga aktivis MSA (Muslim Students’ Association) yang masih

serba belia, sementara usia Syafii Maarif sendiri sudah di atas 30

tahun. Selama perkembangan pemikiran keislamaan Syafii

Maarif di Athens belum ada perkembangan yang berarti, Syafii

Maarif masih terpasung dalam status quo.

Masih berkutat pada ajaran Maududi, Maryam Jameelah,

tokoh-tokoh Ikhwan, Masyumi, dan gagasan tentang negara

Islam. Iqbal, pemikir dan penyair dari pakistan pun telah Syafii

Maarif ikuti, tetapi ruh ijtidanya belum singgah secara mantap di

otak Syafii Maarif yang masih bercorak aktivis, belum reflektif

dan kontemplatif. Apalagi Syafii Maarif aktif dalam MSA

(Muslim Students Association), yang masih merindukan

tegaknya sebuah negara Islam di suatu Negeri.92

Di lingkungan MSA, ia bergaul dengan teman-teman

dari Saudi Arabia, Kuwait, Mesir, Iraq, Libia, Al-Jazair, di

samping teman-teman dari Indonesia dan Malaysia. Dari segi

moral pergaulan, MSA sungguh bagus, hati-hati, dan saling

menjaga. Tidak ada di antara mereka yang larut dalam budaya

serba bebas ala Barat. Di Athens ia adalah salah seorang khatib

pada hari Jum‘at yang diselenggarakan di sebuah ruangan luas

di lingkungan kampus.

Teori-teori keislaman yang bertolak dari sikap anti asing

ternyata tidak mampu menawarkan solusi bagi masalah

modernitas yang semakin sekuler kalau bukan ateistik. Sebuah

paradoks berlaku di sini. Para pendukung Maududi, Qutb, yang

mengkritik Barat in toto, umumnya tidak betah hidup di

92

Ahmad Syafii Maarif, Op.Cit, hlm..209

Page 66: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

53

negerinya sendiri, karena berhadapan dengan penguasa yang

korup, otoritarian, dan ulama konservatif. Justru mereka

memilih hidup di barat yang dijadikan sasaran kritik itu.93

Menurut Syafii Maarif, di dunia ini tidak boleh memakai

kaca mata hitam. Di antara mahasiswa muslim yang datang dari

berbagai penjuru dunia, tidak sedikit yang menemukan Islam

setelah mereka belajar di Barat. Bahkan sebagian mereka

menjadi puritan. Di tanah airnya masing-masing belum tentu

mereka mengenal shalat dan praktik-praktik Islam lainnya, di

Barat justru muncul kesadaran baru untuk mencapai Muslim

yang baik. Oleh sebab itu akan lebih bijak bila orang bersikap

lapang dada akan segala hal, jangan terlalu ekstrim atau anti

terhadap sesuatu, sebab Barat dan Timur itu milik Allah.

Kearifan tidak bersifat Barat atau bersifat Timur. Orang

bisa saja menemukan kearifan itu di mana saja asal di cari

dengan sungguh-sungguh melalui hati dan otak yang terbuka

semata-mata karena rindu kepada kebenaran. Syafii Maarif pun

berkata Islam haruslah senantiasa bersentuhan dengan realitas.

Bukan saja bersentuhan, tetapi malah wajib berupaya mengubah

realitas yang pengap menjadi sesuatu yang asri, adil, dan penuh

rahmat yang dapat diukur dengan parameter apa pun.94

Pada tahun 1978 diusia 43 tahun Maarif meninggalkan

Athens. Di Ohio inilah ia mendapat MA pada Departemen

Sejarah dengan tesis ―Islamic Politics Under Guided Democracy

in Indonesia‖ (1959-1965) dibawah bimbingan Prof. William H.

Frederick, Ph.D, seorang ahli Indonesia dan sejarah Jepang yang

teramat baik terhadapnya.

Dari sinilah Ahmad Syafii Maarif mengikuti ke mana

tapak kaki melangkah sampai mencapai puncak prestasi

akademik, Ph.D (Doctor of Philosophy), dari negara yang

mengklaim dirinya sebagai "Bapak Demokrasi", Amerika

Serikat, tepatnya di University of Chicago (Desember 1983) 95

93

Ibid, hlm. 213 94

Ibid, hlm..214 95

Ibid, hlm. Sampul

Page 67: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

54

dalam usia 47 tahun. Tidak mudah bagi Maarif untuk

meneruskan belajar ke Universitas Chicago, sekalipun ia sudah

diterima untuk program Ph.D dalam Pemikiran Islam. Bantuan

sahabatnya M. Amien Rais, sungguh menjadi penting bagi

Maarif untuk bisa belajar Islam ke kampus tersebut. Professor

Frederick turut membantunya untuk mendapatkan beasiswa dari

Ford Foundation dan USAID melalui perwakilannya di Jakarta.

Akhirnya dengan bantuan banyak pihak, beasiswa itu

bisa ia dapatkan. Pada saat-saat awal itu tidak terbayang dalam

otakknya bahwa Chicago akan mengubah secara fundamental

sikap intelektualnya tentang Islam dan kemanusiaan. Gelar Ph.D

dalam bidang pemikiran Islam diselesaikan pada tahun 1983

dengan disertasi ―Islam as the Basic of State; A Study of the

Islamic Political Ideal as Reflected in the Constituent Assembly

Debates in Indonesia‖ dibawah bimbingan Prof. Dr. Fazlur

Rahman.96

B. Karya-Karya Ahmad Syafii Maarif

Ahmad Syafii Maarif adalah seorang penulis yang

produktif, mulai belajar menulis semenjak masih sekolah di

Madrasah Mu‘allimin Muhammadiyah Yogyakarta tahun 1950-

an, diteruskan sampai sekarang setelah batang usianya di atas

setengah abad97

. Sebagian karangannya adalah mengenai Islam.

Tulisan-tulisannya diterbitkan pada artikel-artikel yang

bertebaran di media masa, seperti surat kabar (Mercusuar,

Abadi, Adil dan Kedaulatan Rakyat), majalah (Panji

Masyarakat, Suara Muhammadiyah, Dermaha, Islah, Gatra dan

Genta) dan jurnal (Informasi dan Mizan).98

Bakat menulis Ahmad Syafii Maarif banyak disalurkan

melalui suara Muhammadiyah. Bermacam topik yang ia tulis,

tetapi umumnya menyangkut masalah agama, sejarah, dan

politik. Sewaktu bekerja pada Suara Muhammadiyah, ia pun

96

Ahmad Syafii Maarif, Peta Bumi Intlektualisme Islam di

Indonesia (Jakarta: Mizan, 1995) hlm.3 97

Ibid, hlm. 5 98

Ahmad Syafii Maarif, Islam dan Pancasila sebagai Dasar Negara

(Jakarta: LP3ES, 2006), h.lm sampul akhir

Page 68: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

55

pernah menjadi anggota PWI (Persatuan Wartawan Indonesia)

cabang Yogyakarta. Setelah sekian lama menjadi korektor,

posisi redaksi kemudian diberikan kepada Ahmad Syafii Maarif

sampai Ia berhenti bekerja di sana karena beliau mau berangkat

ke Amerika Serikat pada Juli 1972.

Beberapa bukunya telah diterbitkan oleh penerbit

terkenal. Sampai kini, Ahmad Syafii Maarif telah menghasilkan

berbagai karya. Segudang ―produk pemikirannya‖, dan jejak

langkah yang telah digoreskan, merupakan hasil dari sebuah

proses yang panjang, berliku, bahkan penuh duri. Kesulitan dan

tantangan hidup telah dibacakan sebagai peluang untuk bergerak

terus tanpa henti.

Puluhan buku telah lahir dari tangan beliau yang semula tidak

memiliki cita- cita yang besar dan muluk-muluk.

Tugasnya sebagai ketua PP Muhammadiyah yang

diembannya selama tujuh tahun (1998-2005) telah membawanya

ke pusaran perkembangan politik, sosial, dan budaya secara

nasional dan internasional. Periode ini adalah titik-titik krusial

dalam transformasi republik ini, dan Ahmad Syafii Maarif di

antara anak bangsa yang ikut mengambil peran. Di antara karya-

karya Ahmad Syafii Maarif adalah:

1. Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan

(2009).

2. Menerobos Kemelut Refleksi Cendekiawan Muslim

(2006).

3. Titik-Titik Kisar di Perjalanan Ku (2006).

4. Menggugah Nurani Bangsa (2005).

5. Mencari Autentitas dalam kegalauan (2004).

6. Independensi Muhammadiyah di Tengah Pergumulan

Pemikiran Islam dan Politik (2000).

7. Islam dan Politik Membingkai Peradaban (1999).

8. Islam Kekuatan Doktrin dan Keagamaan Umat (1997).

9. Keterkaitan antara Sejarah, Filsafat, dan Agama (1997).

10. Islam dan Politik; Teori Belah Bambu Masa Demokrasi

Terpimpin (1996).

Page 69: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

56

11. Muhammadiyah dalam Konteks Intelektual Muslim

(Bandung: Mizan, 1995).

12. Membumikan Islam (1995).

13. Percik-Percik Pemikiran Iqbal (1994).

14. Peta Bumi Intelektualisme Islam di Indonesia (1994).

15. Islam dan Politik di Indonesia (1988).

16. Al-Qur‘an, Realitas Sosial dan Limbo Sejarah (1985).

17. Islam dan Masalah Kenegaraan; Studi tentang Percaturan

dalam Konstituante (1985).

18. Dinamika Islam (1984).

19. Islam, Mengapa Tidak? (1984).

20. Islam, Politik dan Demokrasi di Indonesia dalam

Aspirasi Umat Islam

Indonesia (1983).

21. Mengapa Vietnam Jatuh Seluruhnya ke Tangan Komunis

(1975).

Tulisan-tulisan Ahmad Syafii Maarif sampai saat ini

masih terus mengalir, terutama yang selalu diterbitkan pada

kolom Resonasi Republika (bergantian dengan penulis lainnya).

Dan tulisan-tulisannya sangat beragam, tidak hanya tentang

keislaman, namun juga mencakup tentang keindonesiaan dan

kemanusiaan.

Ahmad Syafii Maarif adalah satu dari sedikit

cendekiawan Muslim Indonesia yang secara serius memikirkan

nasib bangsanya. Melalui tulisan-tulisannya, Ahmad Syafii

Maarif ingin berbagi kegelisahan sekaligus mengajak untuk

mengatasinya, kepada semua anak bangsa.

Kiranya melalui karya-karyanya, Ahmad Syafii Maarif

ingin mengajak bangsa Indonesia khususnya, dalam

melaksanakan kegiatan-kegiatannya hendaknya berdasarkan

pada Al-Qur‘an dan Hadits, politik harus dibangun sesuai

dengan moralitas Al-Qur‘an. Demikian juga dengan kegiatan

kehidupan di dunia ini, segala kegiatannya kendaknya

berlandaskan Al-Qur‘an dan Hadits Rasulullah saw, seperti

dalam ukhwah islamiyah, yaitu persaudaraan Islam, dari

manapun berasal, tetapi terikat sesaudara seagama Islam, bukan

Page 70: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

57

dengan masih mementingkan golongan dan budaya masing-

masing.

Kini, Di usia senjanya, bersama istrinya Ny. Hj.

Nurkhalifah, sebagai sumber inspirasinya dan anak semata

wayangnya, Mohammad Hafiz, Ahmad Syafii Maarif tetap

menikmati hari-harinya. Ahmad Syafii Maarif berharap di sisa

hidupnya, Ia mampu menghasilkan karya-karya besar tentang

Islam dan kemanusiaan.

Dapat dipastikan bahwa karya itu kelak akan

memberikan sumbangan besar bagi peradaban. Kecintaan

Ahmad Syafii Maarif terhadap bangsa Indonesia pula yang

membuatnya menaruh harapan besar pada generasi muslim

Indonesia muda untuk terus berfikir progresif, idealis, dan

humanis dimana hal ini selalu beliau tuangkan dalam tulisan-

tulisannya.

C. Kondisi Sosial Politik Ahmad Syafii Maarif dan

Kepemimpinan Beliau di Muhammadiyah

Pembentukan Intelektual terjadi pada waktu Syafii

Maarif belajar Di Madrasah Mu‘allimin Muhammadiyah di

Balai Tangan, Lintau, selama menganggur selam tiga tahun

pasca Syafii Maarif. Dengan modal pendidikan Mu‘allimin,

Syafii Maarif telah berani berpidato di depan publik kampung

yang jumlahnya terbatas. Bahkan lebih dari itu, Syafii Maarif

sudah berani pula memberi ceramah di tempat- tempat lain.

Dengan bekal ilmu agama yang serba sedikit, sebagai

pemula, Syafii Maarif telah berani berdebat di masjid

menghadapi kaum elit Sumpur Kudus dengan semangat tinggi.

Topik perdebatan tidak melebihi masalah-masalah khilafiah di

tingkat kampung. Paham agama Muhammadiyah yang telah

dipompakan ke dalam otak dan hatinya sejak masih belajar di

Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Sumpur Kudus telah

Page 71: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

58

menjadi modal Syafii Maarif untuk berkayuh lebih jauh, sampai

ke puncak karier akademiknya.99

Pertumbuhan Intelektual terjadi setelah meneruskan

pelajaran ke Madrasah Mu‘allimin Jogjakarta. Wawasan

semakin luas, tetapi nalurinya sebagai seorang ―Fundamentalis‖

belum berubah. Bahkan sampai Syafii Maarif belajar sejarah

pada Universitas Ohio di Athens, Amerika Serikat, paham

agamanya belum banyak mengalami perubahan. Cita-cita politik

Syafii Maarif tetap saja ingin menaklukan Indonesia agar

menjadi Negara Islam, padahal batang usianya ketika itu sudah

di atas 40 tahun.

Perkembangan Intelektual Syafii Maarif terjadi di

lingkungan Kampus Universitas Chicago. Syafii Maarif

mengalami kebangkitan spiritual dan intelektual yang baru. Otak

dan hatinya mendapatkan ―virus‖ pencerahan. Menurut Syafii

Maarif, ini adalah perkembangan pemikiran keislaman dan

keindonesiaan. Peran Fazlur Rahman, dengan segala kritiknya

kepada sang guru, sungguh sangat besar. Strategi dan

pendekatan yang digunakannya agar Syafii Maarif menimbang

seluruh kekayaan khazanah Islam klasik dan modern dengan Al-

Qur‘an sebagai sumber pokoknya.100

Pematangan Pemikiran Syafii Maarif terjadi setelah ia

kembali dari Chicago, Islam bagi Syafii Maarif adalah sumber

moral utama dan pertama. Al-Qur‘an adalah Kitab suci dengan

sebuah benang merah pandangan dunia yang jelas sebagai

pedoman dan acuan tertinggi dalam semua hal, termasuk acuan

dalam berpolitik. Pasca Chicago pemikiran keindonesiaan dan

keagamaan Syafii Maarif telah lebur menjadi satu. Menurut

Syafii Maarif Islam yang dianut mayoritas penduduk tidak boleh

menang sendiri, saudara-saudara sebangsa dan setanah air tetapi

berbeda iman haruslah dilindungi dan diperlakukan secara adil

dan proporsional.101

99

Ahmad Syafii Maarif, Op.Cit, hlm. x 100

Ibid, hlm. xi 101

Ibid , hlm. 404

Page 72: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

59

Pada Muktamar tahun 2000 di Jakarta, Ahmad Syafii

Maarif kemudian terpilih untuk memimpin Muhammadiyah

untuk periode 2000-2005. Selama kepemimpinan Ahmad Syafii

Maarif di Muhammadiyah, banyak terobosan baru yang belum

pernah dilakukan pada periode kepemimpinan sebelumnya. Jika

pada periode sebelumnya Muhammadiyah lebih banyak tampil

dan dikenal sebagai gerakan da‘wah, pendidikan, dan amal

usaha sosial, maka pada era Syafii Maarif, Muhammadiyah

lebih mewarnai percaturan bangsa dan menjawab tantangan

perkembangan dunia.

Dorongan beliau untuk membubuhkan dan memberikan

ruang pada lahirnya pemikiran kritis di Muhammadiyah,

intensifnya hubungan antar umat beragama dan ormas Islam

lainnya, keterlibatan yang sangat aktif dalam gerakan Moral

Anti Korupsi, serta partisipasi aktifnya dalam berbagai forum

dialog dunia untuk memecahkan berbagai persoalan

kemanusiaan adalah di antara beberapa terobosan yang sangat

terasa signifikansinya.

Di era Ahmad Syafii Maarif, posisi Muhammadiyah

yang mengambil jarak dari semua partai politik dan tidak terlibat

pada politik praktis juga kembali ditegaskan. Hal itu terumuskan

lewat Tanwir Makassar pada Juni 2003 yang tidak

mendukung partai dan calon presiden tertentu. Bahkan, di saat

tokoh-tokoh bangsa dan ormas Islam lainnya larut dan tergoda

pada perebutan kekuasaan, Syafii Maarif justru tidak bergeming

dan tetap konsisten dengan perannya sebagai pemimpin umat

dan guru bangsa.

Hal ini tentu saja berangkat dari keyakinan beliau selama ini,

bahwa Muhammadiyah pada dasarnya adalah gerakan

pemikiran, sosial, dan da‘wah. Jadi, Muhammadiyah bukan

gerakan politik yang bisa dijadikan untuk dijadikan alat untuk

merebut kekuasaan.102

102

Abd Rohim Ghazali dan Saleh Partaonan Daulay,

Muhammadiyah dan Politik Islam Inklusif, hlm. 116-117

Page 73: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

60

Kesan yang diperoleh Ahmad Syafii Maarif dalam

menjalankan tugas sebagai ketua PP Muhammadiyah dengan

sebanyak mungkin kegiatannya adalah:

1) Muhammadiyah dengan segala kelemahannya masih

berada di papan atas. Tapi bila parameter yang

digunakan adalah cita-cita Al-Qur‘an untuk menciptakan

sebuah masyarakat Indonesia yang bermoral,

Muhammadiyah masih juga berada di awal jalan,

suasana seperti ini memang memprihatinkan. Tentu

untuk bergerak ke sana merupakan tanggung jawab

semua kekuatan bangsa dengan pimpinan pemerintah

yang juga harus bermoral.103

2) Pada sisi lain Syafii Maarif menggambarkan bahwa isu-

isu pembaharuan dikerjakan Muhammadiyah barulah

sekedar menyentuh jenis ijtihad pinggiran, sementara

jenis ijtihad di luar itu belum disentuh banyak oleh

Muhammadiyah. 104

3) Yang menjadi sorotan adalah karena Muhammadiyah

menyebut dirinya sebagai gerakan Islam, gerakan

da‘wah amar ma‘ruf nahi munkar. Rumusan semacam

ini mengisaratkan tanggung jawab yang besar sekali,

sementara energi Muhammadiyah lebih banyak terkuras

oleh kerja- kerja sosial kemasyarakatan.

4) Dalam berbagai forum Syafii Maarif sering mengatakan

bahwa di bidang pendidikan dan kesehatan,

Muhammadiyah hanyalah sebagai pembantu pemerintah,

tidak lebih dan tidak kurang.

5) Muhammadiyah belum mampu menawarkan sistem

alternatif, baik untuk pendidikan, kesehatan, maupun

dalam bidang-bidang kemanusiaan lain yang selalu

memerlukan perhatian khusus.

103

Ahmad Syafii Maarif, Op.Cit, hlm. 348 104

M. Yunan Yunus, Teologi Muhammadiyah Cita Tajdid dan

Realitas Sosial(Jakarta: Uhamka Press, 2005), hlm. 72

Page 74: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

61

Selanjutnya, Ahmad Syafii Maarif adalah salah seorang

yang mempunyai prakarsa untuk mendirikan Maarif Institute for

Culture and Humanity. Lembaga ini didirikan di Jakarta pada

tahun 2002 dan secara resmi berdiri pada tanggal 28 Februari

2003. Adapun salah satu misi Maarif Institute adalah

memperjuangkan percepatan proses konsolidasi demokrasi di

Indonesia dengan memperkuat peran dan fungsi civil society,

legislative dan eksekutif serta mendorong proses resolusi

konflik, mediasi dan rekonsiliasi.105

Ahmad Syafii Maarif adalah tokoh yang menghindari

politik praktis, Ia menjadi Ketua Pimpinan Pusat

Muhammadiyah lebih kurang tujuh tahun dan tidak pernah

terjun ke politik praktis, baik itu menjabat jabatan publik,

mencalonkan ataupun bergerak melalui partai politik.

Pemikiran Ahmad Syafii Maarif merupakan khazanah

intelektual yang sangat berharga di Indonesia di mana beliau

terlibat secara intens dan serius sebagai pelaku utama yang

bergerak di luar sistem praktis yang mencurahkan segenap

perhatiannya sebagai pelaku yang menyerukan pergerakan

moral dan memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi

bangsa Indonesia.

D. Pemikiran Ahmad Syafii Maarif tentang Islam dalam

Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan

1. Islam dan Nusantara

Istilah Nusantara berasal dari dua kata: nusa dan

antara, dibaca Nusantara, huruf a dibuang satu, sebuah

kaidah yang umum dalam bahasa Indonesia. Nusa

(bahasa Sanskerta/bahasa Kawi) berarti pulau, tanah air.

Antara berarti jarak, sela, selang, di tengah-tengah dua

benda. Nusantara adalah pulau-pulau yang terletak antara

Benua Asia dan Australia,106

diapit oleh dua lautan,

105

Raja Juli Antono, Laporan Tahunan (Jakarta, Maarif Institute,

2000-2007), hlm. 4 106

J.S Badudu dan Sutan Mohammad Zain, Kamus Umum Bahasa

Indonesia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1994 hlm 63 dan 950

Page 75: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

62

lautan India dan Pasifik. Dalam bahasa Jawa ngoko

antara dapat berarti: let, sela-selaning barang loro (jarak,

sela antara dua benda).107

Asal mula pemberian nama Indonesia, secara

etimologis Indonesia merujuk kepada bahasa latin Indus

yang berarti India dan Nesos dari bahasa Yunani kuno,

bermakna pulau. George S.W. Earl, etnolog Inggris,

tahun 1850 mengusulkan istilah Indunesians. Kemudian

muridnya, James Richardson Logan menggunakan

Indonesia sebagai sinonim dengan Indian Archipelago.

Kemudian sarjana Jerman dari Universitas Berlin, Adolf

Bastian mempopulerkan nama itu dalam buku

Indonesien oder die Inseln des Malayichen Archipels. 108

Ki Hajar Dewantara, sarjana Indonesia pertama

yang mempergunakan nama itu di ruang publik dengan

menobatkannya menjadi biro pers di negeri Belanda

dengan nama Indonesisch Pers-bureau tahun 1913. Tapi

sebagai nama sebuah bangsa baru muncul tahun 1920-an

di kalangan PI (Perhimpunan Indonesia) di Belanda.

Walaupun tidak semua sepakat dengan pemberian nama

itu, namun suara mayoritas dalam PI yang kemudian

menetapkannya sebagai nama bangsa yang muda itu. 109

Banyaknya jumlah pulau di Nusantara, yaitu lebih

dari 17.000, maka tidaklah salah jika ada pakar yang

menamakan Indonesia sebagai Benua Maritim, atau bisa

juga disebut Benua Kepulauan yang jaraknya antara

barat dan timur 5.110 Km, dari utara ke selatan 1.888

Km. Benua Maritim ini bertebaran pada kedua sisi

khatulistiwa antara 94° 15' dan 141°05' bujur timur dan

107

Widada, Kamus Basa Jawa (Bausastra Jawa), Yogyakarta :

Penerbit Kanisius, 2001. hlm 540 108

Bernard.H.M Vlekke, NUSANTARA : A History Of The East

Indian Archipelago. Cambridge – Massachussetts : Harvard University Press,

1945, hlm.V 109

Ahmad Syafii Maarif, Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan

Kemanusiaan (Bandung : Mizan, 2015) hlm.56.

Page 76: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

63

dari 6°081 lintang utara ke °15' lintang selatan.110

Luas

seluruh daratan Nusantara 1.919.443 111

sedangkan luas

lautan mencapai 5.800.000 Km dengan panjang garis

pantai seluruhnya 81.000 Km.

Jika kita dapat bertahan sebagai sebuah bangsa dan

negara yang utuh dan berdaulat penuh dalam rentang

waktu yang tak terbatas, sungguh merupakan anugerah

Allah yang sangat tinggi nilainya. Ke arah itulah kita

akan melangkah dengan membuang egoisme sub-kultur,

parokialis kepongahan daerah, kepentingan sesaat, dan

pragmatisme politik yang tuna nilai. Harus senantiasa

diingat bahwa bangsa ini terlalu besar dan mahal untuk

dikorbankan bagi meraih tujuan-tujuan rendahan sesaat.

Tentu untuk mendekati cita-cita itu prinsip keadilan

bagi seluruh rakyat Indonesia jangan lagi disia-siakan,

sebagaimana ia telah tersia-siakan selama ini. Peribahasa

Melayu kuno berbunyi, raja adil, raja disembah, raja

zalim, raja disanggah. Raja di sini dalam konteks

demokrasi adalah sistem kekuasaan yang sudah

beroperasi lebih 60 tahun pasca Proklamasi.112

Sebelum kedatangan agama Hindu, Buddha dan

Islam datang ke Nusantara, bumi ini sudah didiami oleh

penganut berbagai agama dan kepercayaan animisme,

dinamisme. Agama Hindu, Budha dan mungkin

campuran antara keduanya telah beroperasi di berbagai

pulau Nusantara sejak abad ke-5 Masehi. Mula-mula

kegiatan Hindu terlihat di Kutai, di Jawa Barat mucul

kerajaan Tarumanagara pada permulaan dan pertengahan

abad ke-5M.113

Dalam perjalanan sejarah Nusantara, baik pada era

sriwijaya, Mataram Kuno, Majapahit, atau pada masa

110

Biro Pusat Statistik, Statistik Indonesia, Jakarta, 1975, hlm. 3 111

Christine Drake, National Integration In Indonesia : Patterns

And Policies. Honolulu : University Of Hawaii Press, 1989, hlm. 9 112

Ahmad Syafii Maarif, Loc.Cit. 113

Ahmad Syafii Maarif, Op.Cit. hlm.34

Page 77: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

64

modern, kearifan lokal kurang diberi apresiasi, terlebih

jika politik kekuasaan yang dikembangkan dengan nafsu

sentralistik. Daerah yang letaknya jauh dari pusat, akan

di anak tirikan dengan kewajiban membayar upeti pada

pusat kekuasaan, hal ini mengakibatkan pemberontakan.

Sebuah fakta sejarah bahwa Nusantara yang amat

strategis letaknya ini menjadi lahan yang subur bagi

penyebar agama dan kepercayaan dari luar. Ditambah

lagi dengan kandungan buminya yang kaya untuk

menopang kehidupan manusia. Nusantara menjadi target

bangsa lain untuk bermacam kepentingan seperti agama,

ekonomi, perdagangan, kultur dan selanjutnya

penjajahan. Hindu dan Budha patut menjadi perhatian,

karena dua agama ini yang mewarnai Nusantara, selain

karena dua agama ini bercorak asia. Hal ini terlihat dari

kerajaan Majapahit yang Hindu mengalahkan Sriwijaya

yang Budha pada abad ke-14.114

Abad-abad berikutnya sampai abad 16, terutama

pulau Jawa dan Sumatera masih menjadi pusat-pusat

kegiatan Hindu dan Buddha, sementara pengaruh Islam

belum merata, sekalipun ada teori yang diungkapkan

dalam Seminar sejarah masuknya Islam ke Indonesia, di

Medan tahun 1963, mengatakan bahwa Islam telah

datang ke Nusantara pada abad ke-1 Hijriah/abad ke-7/8

Miladiah langsung dari Arabia. 115

Jikalau teori ini benar, ternyata Islam memerlukan

proses pergumulan sekitar lima abad sampai munculnya

kerajaan Muslim pertama di akhir abad ke-13 di Pasai.

Ada perbedaan antara Hindu dan Buddha, Hindu bersifat

elitis berdasarkan kasta, sedangkan Buddha lebih mirip

dengan Islam dalam tatanan sosial, bercorak egalitarian.

Dampak yang masih terasa sebagai warisan sejarah dari

kedua agama ini adalah peninggalan candi-candi raksasa

114

Ibid. 115

Panitia Seminar Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia, Risalah

Seminar Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia. Medan, 1963, hlm 256.

Page 78: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

65

yang tetap dipelihara sebagai cagar budaya yang sangat

berharga, meskipun pengikut Hindu dan Buddha

sekarang telah menjadi minoritas kecuali Hindu di

Bali.116

Islam sebagai pendatang baru telah menaklukkan

Nusantara sehingga dalam perjalanan waktu yang cukup

lama, telah menjadi agama yang dipeluk oleh sebagian

besar penduduk sampai sekarang. agama Hindu dan

Budha sangat berpengaruh di Nusantara selama berabad-

abad terutama elitnya, sementara penduduknya masih

tetap dalam animisme.

Melalui kedatangan Islam, peta sosio-religius

Nusantara mengalami perubahan drastis, elite dan

rakyatnya menjadi Muslim, setidaknya secara formal

demografis. Namun gesekan kemudian terjadi dengan

agama Kristen yang punya track record buruk dengan

Islam selain karena sama-sama agama misi, dan pernah

bertempur sejak abad ke-7 masehi melalui Perang salib.

Tetapi golongan minoritas seperti Kristen,

Katholik, Hindu, Buddha, dan Konfusianisme telah

hidup dengan damai berdampingan dengan saudara-

saudara mereka yang beragama Islam. Adapun kadang

muncul konflik di era modern, penyebab utamanya

bukan karena perbedaan agama, melainkan lebih banyak

dipicu oleh perbedaan kepentingan politik dan ekonomi,

diciptakan oleh mereka yang tidak bertanggung jawab

dan berniat buruk.

Islam menawarkan posisi egalitarian bagi semua

manusia di depan Tuhan dan di depan sejarah, sebuah

doktrin yang tidak dikenal Hindu. Ini merupakan salah

satu faktor penyebab Islam muncul sebagai pemenang di

Nusantara dalam hal kuantitas. Watak pelaut saudagar

Nusantara juga turut andil dalam proses Islamisasi,

116

W.F. Wertheim, Indonesian Society In Transition : A Study Of

Social Change. The Hague: W. Van hoove publishers, 1969, hlm. 196

Page 79: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

66

berdagang sambil berdakwah merupakan gejala umum di

nusantara kala itu.

Dalam Islam, orang merasa harga dirinya tidak

tersekat-sekat oleh kasta yang melecehkan martabat

manusia selama ratusan tahun. Namun dalam perjalanan

sejarah, banyak kelompok muslim yang menganggap

mereka lebih mulia dari yang lain, faktornya antara lain

karena darah atau menyandang atribut buatan lain. Di

kalangan bangsawan muncul perasaan sombong, merasa

lebih tinggi derajatnya dibanding masyarakat banyak,

padahal bisa saja mereka memiliki turunan dari bajak

laut yang kebetulan menang perang. Bahkan mungkin

saja raja Jawa sekarang tidak mustahil mengalir darah

Ken Arok yang merampok Ken Dedes dari Tunggul

Ametung.117

Jika dibandingkan kerajaan Hindu, sistem

kekuasaan Muslim jelas lebih longgar sekalipun masih

dalam sistem dinastik, sebuah penyimpangan yang

dimulai dari pengangkatan Yazid oleh Mu‘awiyah pada

680 Masehi. Pada satu sisi persamaan antara sistem

politik Hindu dengan sistem yang dijalankan oleh

kerajaan Muslim yakni sama-sama bercorak dinasti

minus kasta yang kental di Hindu. 118

Proses Islamisasi yang berkembang dengan sangat

cepat ternyata tidak hanya dipengaruhi oleh dunia

perdagangan, namun juga keinginan masyarakat Jawa

untuk memiliki identitas dan nilai baru. Ditopang pula

dengan melemahnya majapahit secara politik, ekonomi

dan sosialnya tinggal mengikuti saja. Selain itu pasokan

senjata dari Turki Usmani yang menyuplai kerajaan

Aceh dalam memenangkan banyak pertempuran pada

abad ke-16. Ditambah lagi dengan kualitas keimanan

umat Islam yang merasa Tuhan senantiasa berpihak

117

Ahmad Syafii Maarif, Op.Cit. hlm.67-68 118

Ibid. hlm.72

Page 80: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

67

padanya, sekalipun minoritas, hal ini menumbuhkan rasa

solidaritas dan kepercayaan diri umat Islam.

Pendapat Ricklefs yang dikutip maarif mengatakan

Islam disebarkan di Indonesia tidak hanya melalui

persuasi dan tekanan komersial, namun juga melalui

pedang. Merupakan perwujudan bahwa agama sering

tidak mampu untuk mengawal perilaku ekspansi politik

kekuasaan. Oleh karenanya orang harus hati-hati dalam

membedakan antara ekspansi politik kekuasaan dan

pengembangan agama.119

Islamisasi dipacu juga dengan kedatangan Barat

dan kegiatan Kristenisasi di Nusantara. Datangnya

bangsa Eropa ke bumi Nusantara yang mengusung misi

Gold, Glory, Gospel menyebabkan sejumlah besar

bangsawan Indonesia menjadi pemeluk Islam sebagai

langkah politik untuk menghadapi penetrasi Kristen.

Itulah sebabnya sekira penjajahan Barat tidak datang ke

Nusantara, belum tentu penduduk mayoritas Negara ini

adalah Muslim. Para bangsawan yang secara kultural

masih kental dengan Hindu melihat Islam sebagai

kekuatan pembebas. Dengan masuknya mereka ke dalam

barisan Islam yang dipelopori oleh para Kyai, guru

agama dan Dai, kelas bangsawan ini sementara aman

posisinya sampai mereka dan pemimpin agama

dikalahkan oleh Barat.120

Sama halnya dengan jasa Belanda yang

menempatkan Nusantara di bawah satu payung

administrasi kolonial secara paksa, proses ini juga

merupakan bentuk jasa secara tak langsung. Walaupun

penyatuan administrasi itu guna mempermudah mereka

dalam menguras harta kekayaan tanah jajahan. Sekalipun

Islam telah mucul sebagai pemenang dalam pergumulan

dengan agama-agama yang datang sebelumnya, secara

119

M.C. Ricklefs, A History Of Modern Indonesia. London And

Basingstoke : The Macmillan Press, 1982, hlm. 13 120

Ibid. hlm 82 - 83

Page 81: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

68

kultural, apa yang sudah dicapai Islam lebih banyak pada

dataran formal dan kuantitatif. Pada sisi kualitatif, sisa-

sisa peninggalan lama pada sebagian orang di Nusantara

justru masih dipelihara. Apalagi Islam sebagai agama

datang ke sini pada umumnya tidak melalui kekuatan

pedang dan pemaksaan, mengikuti pola pendahulunya

Hindu dan Buddha, melalui perembesan damai, sehingga

sistem kepercayaan lama sebagian baru hilang di

permukaan. 121

Tetapi pada saat ekspansi kekuasaan, jalan

kekerasan tidak mustahil telah dilakukan. Orang tidak

boleh menutup mata jika kekerasan itu memang terjadi.

Di bawah permukaan, format sinkritisme yang berlapis-

lapis justru masih bertahan, terutama berupa animisme

dan dinamisme, kepercayaan asli yang sudah berakar

jauh sebelum kedatangan pengaruh India ke Nusantara.

Itulah sebabnya gerakan Islam puritan yang dimulai abad

ke-19 di Sumatera Barat menemui banyak kesulitan

kultural dalam menghadapi lapisan nilai-nilai lama yang

telah bertapak kukuh sebelumnya.

Puritanisme agresif yang tampak pada gerakan

paderi di Sumatera Barat telah semakin ditinggalkan,

diganti dengan pendekatan-pendekatan kultural yang

lebih mencerahkan dan persuasif. Muhammadiyah lahir

pada awal dasawarsa kedua abad ke-20 di Yogyakarta,

pusat kebudayaan Jawa, dan kemudian berkembang

dengan sangat cepat di Ranah Minang. Di samping

mengusung bendera puritanisme moderat, kegiatan

konkretnya di lapangan pendidikan dan kesehatan telah

mengukuhkan dirinya sebagai gerakan Islam yang

berorientasi amal yang terkemuka di bumi. Setidak-

tidaknya, pada tataran jumlah, hampir tidak ada gerakan

Islam yang bisa menandinginya.

121

Ahmad Syafii Maarif, Op.Cit. hlm.35

Page 82: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

69

Gerakan Islam tradisi dalam NU (Nahdlatul

Ulama), lahir tahun 1926, yang semula ingin

membendung pengaruh puritanisme dan lebih

mengutamakan tradisi dan nilai-nilai lama, dalam

perkembangan belakangan bahkan semakin dekat dengan

Muhammadiyah, telah membuka diri secara lebar

terhadap pemikiran-pemikiran baru Islam.

Belakangan Muhammadiyah dan NU yang

mewakili arus besar Islam di Indonesia telah bahu-

membahu dalam mengibarkan panji-panji Islam terbuka,

modern, dan moderat, sebuah modal sosial yang sangat

strategis bagi kelangsungan Indonesia sebagai bangsa

yang plural pada masa-masa yang akan datang. Sudah

menjadi semacam aksioma, selama NU dan

Muhammmadiyah bergandengan tangan, bangsa ini tetap

merasa aman dari ancaman radikalisme ekstrem. Selain

itu, kiprah Muhammadiyah dan NU dalam ranah

pendidikan patut diapresiasi karena Belanda dalam

menyebarkan radius pengaruh mereka melalui

pendidikan dan pelayanan sosial kesehatan. Namun

berkat adanya lembaga pendidikan dan kesehatan yang

dimiliki Muhammadiyah, serta kekuatan kultural yang

berasal dari pesantren NU, pengaruh Belanda setidaknya

dapat ditangani.122

Sejarah yang baik selalu menuntut kejujuran

penulisnya, sesuatu yang tidak mudah karena manusia

itu bersifat nisbi dan sarat dengan kepentingan.123

Yang

selalu diminta adalah agar orang jangan menulis sejarah

tanpa fakta, betapapun fakta itu dapat merugikan dirinya

atau golongan manusia yang dikaguminya. Menulis

sejarah selalu menuntut integritas pribadi sejarawan

secara prima. Tanpa integritas, karya sejarah yang

dihasilkan pasti mengandung cacat akademik.

122

Ibid, hlm. 36-37 123

Ibid, hlm. 49

Page 83: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

70

Proses penggunaan Bahasa Indonesia yang

merupakan cabang dari bahasa Melayu yang berasal dari

kepulauan Riau. Berawal dari Pemerintah Hindia

Belanda pada perkisaran abad yang lalu memilih bahasa

Melayu sebagai ―bahasa administrasi kekuasaannya

untuk mengoptimalkan efisiensi eksploitasi

kolonialnya‖. Selain itu, kualitas saudagar melayu dalam

berdakwah juga menjadikan bahasa ini semakin meluas

penggunaannya di bumi Nusantara. Berbeda dengan

bahasa Jawa yang kental akan kasta, karena memang

kelahirannya pada puluhan abad yang lalu kental dengan

sekat-sekat sosial. Sementara itu, bahasa melayu

cenderung egaliter dan pantas untuk digunakan sebagai

bahasa pemersatu wilayah yang multikultural ini.

2. Islam dan Kemanusiaan

Isu demokrasi terkait kemanusiaan, kemajemukan,

toleransi dan kebangsaan dibahas di sini oleh Ahmad

Syafii Maarif dimana beliau menyatakan Indonesia ke

depan harus menyatakan secara sadar bahwa sistem

demokrasi adalah pilihan satu-satuya, warga negara

Indonesia tidak boleh berpaling pada sistem yang lain.

Nabi yang mendapat wahyu tidak menunjukkan dirinya

lebih tinggi dari para sahabatnya jika sedang

bermusyawarah. Penampilan Nabi yang mulia di

tengah-tengah sahabatnya pastilah akan terus

mengilhami kultur egalitarianisme pada umat Islam.124

Masalah keragaman agama dan budaya tidak bisa

lepas dari prinsip kebebasan yang merupakan salah satu

pilar utama demokrasi. Tetapi di mata Al-Qur‘an

kebebasan bukan lah tanpa batas, yaitu dibatasi oleh

ruang lingkup kemanusiaan itu sendiri. Manusia hanya

bebas dalam melakukan perbuatan-perbuatan yang

betul-betul bersifat ikhtiariah, yakni yang di dalamnya

Ia mempunyai pilihan untuk melakukan atau tidak

124

Musa Al – Musawi, Meluruskan Penyimpangan Syi’ah,

Terjemahan. Ahmad Munif. Jakarta: Qalam, 1995, hlm. 36-37

Page 84: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

71

melakukan. Oleh karena itu Ia pun bertanggung jawab

dalam hal -hal yang benar-benar Ia tidak terpaksa dalam

melakukan atau tidak melakukannya125

Dalam Islam jiwa kebangsaan yang sejati tidak

boleh bertentangan dengan kemanusiaan, melainkan

harus menjadi bentuk dan kemanusiaan yang nyata.

Oleh karena itu, kebangsaan ini tidak mengandung arti

permusuhan dengan bangsa lain, melainkan

mengandung rasa satu dengan bangsa sendiri, rasa satu

dalam suka dan duka, rasa satu dalam kehendak menuju

kepada kebahagiaan hidup lahir dan batin seluruh

bangsa.126

Jalan yang terbaik dan sah bagi seorang muslim

dalam kehidupan bermasyarakat adalah

mengembangkan kultur toleransi. Karena Al-Qur‘an

menguatkan adanya eksistensi ke berbagai suku, bangsa,

agama, bahasa, dan sejarah. Semua ini hanya mungkin

hidup dalam harmonis, aman, dan damai jika di sana

kultur lapang dada dijadikan perekat utama. Paradigma

yang terdapat di dalam Al-Qur‘an, baik ayat-ayat

toleransi maupun reinterpretasi ayat-ayat yang

seringkali digunakan untuk tindakan toleransi.

Perbedaan dan keragaman dalam menafsirkan

ajaran agama adalah fakta yang harus diakui.

Masalahnya menjadi lebih penting jika diingatkan pula

bahwa bukan saja kekuatan masing-masing dimensi

keagamaan yaitu dimensi keyakinan, pengetahuan,

ritual, pengabdian dan pengalaman relegius pada setiap

kesatuan etnis kultural yang berbeda-beda, bahkan

besarnya ruang lingkup dan dalamnya pengaruh agama

dalam kehidupan sosial juga tidak sama.

Peradaban Islam yang dibangun di Indonesia tidak

boleh hanyut dan larut dalam unsur-unsur lokal yang

125

Ibid. Hlm. 143 126

Ki Hadjar Dewantara, Asas-asas, hlm. 30

Page 85: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

72

negatif dan terbelakang dan juga tidak terseret oleh arus

global yang dapat mengundang malapetaka bagi Islam

Indonesia, seperti perilaku kekerasan atas nama agama

dan gaya hidup materialistik. Islam sebagai acuan moral

individu dan publik harus diberi posisi utama dalam

pergaulan antara manusia baik lokal, nasional dan

global.127

Khusus untuk menghadapi tantangan global

yang semakin dahsyat, Islam Indonesia perlu

melahirkan pasukan intelektual kelas satu. Pasukan ini

di samping memahami warisan pemikiran klasik Islam

dengan baik juga mengetahui perkembangan peradaban

kontemporer umat manusia.

Kesenjangan antara bentuk dan isi sudah lama

terlihat di semua bangsa muslim di dunia. Karena umat

Islam lebih terpaku oleh bentuk dengan mengabaikan

isi. Corak dan bentuk yang serba Islam akan menjadi

bumerang ketika bentuk-bentuk formal gagal

menampilkan nilai-nilai keislaman dengan kualitas

tinggi. Kesenjangan semacam ini berlaku karena orang

pada umumnya mengabaikan kualitas, inilah yang

dimaksud dengan pergumulan antara bentuk dan isi.

Islam mampu bertahan selama berabad-abad di

nusantara ini, dengan segala kekuatan dan

kelemahannya. Agar jumlah umat Islam ini tidak

menurun, masalah peningkatan kualitas harus lebih

diutamakan. Indonesia dengan semboyan Bhineka

Tunggal Ika adalah sebuah bangsa multi etnis, multi

iman, dan multi ekspresi kultural dan politik. Hal ini

jika dikelola dengan baik, cerdas, dan jujur pasti akan

merupakan sebuah kekayaan kultural. Hal inilah yang

menunjang masa depan Indonesia yang harus kita bela

dan perjuangkan.

Ketulusan adalah sifat dasar yang menyatu dengan

karakter manusia. Orang yang mengaku bijak tapi

127

Ahmad Syafii Maarif, Op.Cit. hlm.208

Page 86: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

73

curang dalam berbuat adalah adalah pengakuan palsu.

Begitu juga seseorang yang memperdagangkan agama

atas nama Tuhan adalah orang yang sedang main api

tentang kebenaran dan sekaligus mengingkari konsep

ketulusan.

Peta peradaban global juga jauh dari selesai jika

ditinjau dari sistem kenabian yang sudah semakin

terlantar di tengah arus sekularisme/ateisme atau arus

fundamentalisme agama. Kenyataan yang terbentang di

depan kita pada permulaan abad ke–21 ini bukan

pemahaman moral dan kultural yang berlaku, melainkan

justru oleh si kuat atas si lemah dengan korban ribuan

manusia tak berdosa. Sasaran utamanya kali ini adalah

beberapa bangsa-bangsa muslim. Ilmu pengetahuan

tidak digunakan untuk memuliakan manusia, tetapi

malah untuk menghancurkannya.

3. Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan Dan

Kemanusiaan

Dalam karya Ahmad Syafii Maarif ini Dengan

jelas memperlihatkan dan didukung oleh argumen-

argumen yang dapat dipertanggungjawabkan bahwa

antara Islam, keindonesiaan, dan kemanusiaan tidak saja

bisa berjalan bersama dan seiring, tetapi ketiganya dapat

menyatu dan saling mengisi untuk membangun sebuah

taman sari yang khas Indonesia. Ketiga kekuatan nilai

itu mestilah saling melengkapi.

Di taman sari ini, watak universal Islam tampil

dalam wujud kemanusiaan yang adil dan beradab.

Sebagai agama yang dipeluk oleh mayoritas penduduk

Nusantara, semua gerakan yang bercorak Islam harus

senantiasa mempertimbangkan dengan cermat dan

cerdas realitas sosio-historis Indonesia, demi keamanan,

kedamaian, dan kejayaan agama ini dalam mencapai

Page 87: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

74

tujuan mulia yang harus pula ditempuh dengan cara-cara

yang mulia dan beradab. 128

Di luar koridor itu, Islam hanya akan berhenti pada

tataran ritual yang kehilangan ruh, sedangkan misi

utamanya tercecer di tengah jalan. Yang tersisa

hanyalah kerangkanya dalam bentuk formal, jika bukan

monster, tetapi sepi dari nilai-nilai kemanusiaan yang

halus, elok, dan sejuk; ia bukan lagi Islam yang hidup

dan menghidupkan; bukan pula Islam kenabian atau

Islam Qur'ani yang selalu memberi inspirasi untuk

berbuat yang terbaik bagi semua makhluk. 129

Pesan Ahmad Syafii Maarif yang tersurat dalam

buku ini adalah agar para kader bangsa menjaga stamina

spiritual dan komitmen yang tulus untuk sebuah

Indonesia yang adil dan bermartabat. beliau

menginginkan terbentuknya sebuah Indonesia sebagai

perumahan, yang membuat betah bagi kehidupan

bersama sebagai bangsa dan negara.130

Kelalaian kita sejak Proklamasi adalah sikap yang

tidak serius dalam upaya memelihara dan menjaga

sesuatu yang tidak given ini, karena menyangka

semuanya sudah beres, semuanya sudah tertata.

Pandangan serba parokial inilah yang menjadi salah satu

sebab mengapa bangsa ini sering dihadapkan kepada

letupan-letupan sosial-politik yang menguras energi dan

perhatian, tidak jarang pula berdarah-darah.

Potensi untuk menjaga keutuhan bangsa ini di

kalangan NU dan Muhammadiyah sungguh luar biasa.

Perkara pimpinan yang lebih tua terkadang merasa tidak

nyaman dengan kiprah anak-anak muda ini, bukan

perkara aneh. Bukankah setiap terobosan pemikiran

128

Ibid. hlm.312 – 313. 129

Muhammad Iqbal, The Reconstruction Of Religious Thought In

Islam. Lahore: Kashmiri Bazar, 1971, hlm. 148 130

Jakob Oetama, Berpikir Ulang Tentang Keindonesiaan. Jakarta:

Penerbit Buku Kompas, 2011, hlm. 4

Page 88: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

75

yang maju hampir pasti akan menimbulkan

keguncangan dan mungkin kecurigaan, tetapi secara

diam-diam diikuti dengan syarat landasan pemikiran

yang ditawarkan cukup kuat secara agama dan akal

sehat. 131

Ini terjadi pada umumnya karena masalah

kesenjangan bacaan, informasi, dan luas sempitnya

radius pergaulan. Anak-anak muda barangkali lebih

rakus dalam melalap bacaan-bacaan baru yang lebih

segar, sementara yang tua masih terpaku dengan

khazanah yang serba-klasik yang relevansinya belum

tentu sesuai dengan perkembangan baru. Gejala

semacam ini tampaknya seakan-akan telah menjadi

kecenderungan sejarah hampir di semua negeri Muslim.

Peradaban Islam tidak boleh dibiarkan seperti

kerakap di atas batu, mati tidak, hidup pun enggan.

Harus ada keberanian untuk melakukan terobosan

dengan berpijak atas dalil-dalil agama yang dipahami

secara benar dan cerdas, tekstual sekaligus kontekstual.

Penafsiran Islam klasik jangan dijadikan berhala,

sehingga hilang keberanian untuk menafsirkan Islam

dengan cara baru, segar, dan bertanggung jawab.

Tafsiran baru ini harus benar dalam perspektif ilmu,

tetapi tetap berada dalam parameter iman yang tulus.

Kemudian untuk semua gerakan Islam di

Indonesia, yang harus diingat selalu dan diperhitungkan

dengan hati-hati adalah agar benturan-benturan yang

berbau agama, etnis, dan kultural tidak boleh terjadi lagi

di masa yang akan datang. Ongkosnya terlalu mahal

yang harus dibayar, dan sampai batas-batas tertentu

telah merusak suasana taman sari Nusantara yang elok

itu. Indonesia sebagai bangsa dan negara yang belum

berusia satu abad, dengan pengalaman manis dan pahit

yang telah dilaluinya, harus pandai belajar secerdas

131

Ahmad Syafii Maarif, Op.Cit. hlm.318

Page 89: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

76

mungkin dan memetik kearifan dari kelampauan penuh

rona dan pengalaman yang sangat berharga itu. 132

Karena kita telah memilih demokrasi sebagai

sistem politik yang sudah diperjuangkan sejak awal

pergerakan nasional pada abad yang lalu, maka

konsistensi kita dalam membelanya tidak boleh

kepalang tanggung, sekalipun sering sangat melelahkan.

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, demokrasi

di tangan para petualang politik bisa menjadi sumber

malapetaka dan kesengsaraan, seperti jelas terlihat

dalam politik luar negeri Amerika yang imperialistik di

bawah Presiden Bush (2001-2009) yang menghancurkan

bangsa-bangsa lain dengan berbagai dalih palsu. 133

Manusia tidak beriman pun harus dilindungi oleh

negara selama mereka patuh kepada konstitusi dan

hukum positif yang berlaku di Indonesia, ketentuan

serupa juga berlaku bagi mereka yang mengaku

beriman. Tidak ada hak negara untuk menghukum

seorang yang tak beriman, selama dia tidak melanggar

undang-undang. Beriman atau tak beriman adalah

pilihan bebas seseorang, asal semuanya itu dilakukan

dengan jujur dan penuh tanggung jawab serta tidak

eksklusif. Dalam perspektif ini, seorang yang berpindah

agama ke agama lain atau memilih tidak beragama

merupakan hak asasi manusia yang wajib dihormati.

Fikih klasik Islam yang menghukum mati orang murtad

harus ditinjau kembali, karena berlawanan dengan ruh

Al-Qur'an, sekalipun Allah marah kepada mereka yang

berganti iman.

Al-Qur'an haruslah dipahami secara holistik,

diikuti benang merah ajarannya, sehingga di depan mata

kita terlihat jelas bentangan sebuah pandangan dunia

yang elok, asri, dan diliputi rasa keadilan yang penuh

rahmat untuk semua makhluk, tanpa kecuali. Barangkaii

132

Ibid, hlm. 318 - 319 133

Ibid, hlm 319

Page 90: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

77

dunia ideal semacam ini tidak mungkin diraih di muka

bumi, tetapi roda peradaban harus bergerak ke arah itu

tanpa merasa letih, sekalipun perjalanan dipenuhi onak

dan duri, Apa yang dinamakan perjuangan hidup adalah

menyingkirkan onak dan duri itu dengan sikap berani

yang penuh kearifan. Manakala umat Islam mampu

menampilkan rona kehidupan yang sarat dengan nilai-

nilai kemanusiaan, itulah hakikat dakwah yang

menghidupkan, dakwah yang sejati. 134

Menciptakan sebuah bangunan Islam dalam

bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan dalam satu

tarikan napas lebih merupakan kerja dakwah dan

kebudayaan bukan sekedar kerja politik. Melalui

pendekatan dakwah dan kebudayaan, nilai-nilai dasar

Islam, keindonesiaan, dan kemanusiaan dapat dirancang

dengan lebih teliti, sabar, dan berdaya jangkau jauh. Jika

nilai-nilai dasar ini sudah kuat, maka pengaruhnya di

ranah politik juga akan terasa, yaitu tampilnya politik

yang berkeadaban, bukan politik kekuasaan yang

kerjanya menyikut kiri-kanan, tidak peduli orang lain

tersingkir dan tersungkur. Politik yang dibimbing oleh

nilai-nilai profetik pastilah akan bermuara pada

kedamaian dan keadilan, sekalipun para pelakunya

berbeda ideologi.

Di tangan para pemimpin dengan kualitas di atas,

persenyawaan antara Islam yang didukung oleh agama-

agama lain yang hidup di Tanah Air kita, dengan

keindonesiaan dan kemanusiaan, bangsa ini akan

menemukan jati dirinya yang sejati dan padu. Dengan

persenyawaan ini, Pancasila akan diberi fondasi spiritual

kenabian yang tahan banting. Sebuah Indonesia masa

depan yang utuh sungguh memerlukan dasar spiritual

kultural yang kukuh dalam upaya menopang harkat dan

134

Ibid, hlm. 322

Page 91: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

78

martabat bangsa ini untuk masa yang panjang, tanpa

batas.135

135

Ibid, hlm.328

Page 92: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

79

BAB IV

ANALISIS

Pemikiran Ahmad Syafii Maarif tentang Islam dalam

bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan perspektif Fiqh

Siyasah

Ahmad Syafii Maarif meyakini bahwa, hubungan Islam,

keindonesiaan dan kemanusiaan dengan hubungan budaya yang

tidak bisa dipisahkan. Lebih lanjut ia menyatakan, bahwa

hubungan Islam, keindonesiaan dan kemanusiaan harus

ditempatkan dalam satu garis dan senafas. Islam lahir dan

berkembang di Indonesia sepenuhnya dalam darah dan daging

sejarah serta tidak dalam kevakuman budaya. Sebagai agama

sejarah, Islam telah, sedang, dan akan terus bergumul dengan

lingkungan yang senatiasa berubah. Karena tujuan Islam adalah

mengarahkan perubahan itu agar tidak tergelincir dari jalan lurus

esensi keislaman yaitu paradaban, kemanusiaan, dan keadilan.

Islam yang tidak berwatak keras dan kasar, teror, dan radikal

Realita negara kita yang sebagian besar penduduknya

adalah muslim maka sangat dibutuhkan suatu sumber dalam

membuat hukum yang bersendi Islam yang sumber tersebut

tidak lain adalah Al-Qur‘an dan hadist. Meskipun demikian,

teks-teks Al-Quran tidak dapat dipahami secara eksklusif akan

tetapi harus secara inklusif dan holistik. Dengan demikian posisi

fiqh siyasah sangat besar dalam membuat suatu aturan agar

peraturan tersebut dapat terealisasi baik dari segi ritual maupun

dari segi sosial kemasyarakatan dalam hal ini berbangsa dan

bernegara dengan tujuan mencapai kemaslahatan. Kemaslahatan

yang dimaksud adalah kemaslahatan dari segi bernegara dan

bermasyarakat.

Fiqh siyasah memberikan prinsip – prinsip yang dijadikan

sebagai indikator untuk menjalankan roda pemerintahan dalam

bernegara secara Islami yang diperoleh dari Al – Qur‘an dan

Hadist yang bertujuan untuk memberikan kemaslahatan di dunia

dan keselamatan di akhirat kelak. Prinsip – prinsip secara

Page 93: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

80

implisit yang diperoleh dari fiqh siyasah secara keseluruhan

tertuju pada suatu tujuan negara dan bangsa dalam lingkup

masyarakat untuk merealisasikan tujuan Islam yang menjadi

rahmat bagi seluruh alam.

Peran Islam dan pemikir muslim yang ingin dikembangkan

di Indonesia adalah sebuah Islam yang ramah, terbuka, inklusif,

dan mampu memberi solusi terhadap masalah-masalah besar

bangsa dan negara. Sebuah Islam yang dinamis dan bersahabat

dengan lingkungan kultur, sub-kultur, dan agama yang

beragam, sebuah Islam yang memberi keadilan, kenyamanan,

keamanan, dan perlindungan kepada semua orang yang berdiam

di Nusantara ini.

Menurut Ahmad Syafii Maarif, daulat tuanku hampir selalu

mengalahkan daulat rakyat yang merupakan pengkhianatan dari

demokrasi yang sehat. Demokrasi mengamanahkan para pemain

yang jujur, bertanggung jawab, lapang dada, dan memiliki

integritas. Demi tegaknya sebuah sistem politik yang berpihak

sepenuhnya pada kepentingan dan kesejahteraan umum. Di sisi

masyarakat, timbul budaya kekerasan yang dipertontonkan

segolongan orang yang mengatasnamakan Islam. Hal ini

berimbas pada stigma negatif yang diterima Islam, tidak lagi

terlihat sebagai sumber rahmat, namun dipaksa oleh mereka

menjadi sumber malapetaka, sumber kekerasan, akibat tafsiran

yang salah dan ahistoris. Yang dilakukan mereka merupakan

tindakan yang gagap terhadap realita kontemporer, adalah benar

bahwa perbuatan yang mungkar harus dilawan, namun harus

didahului oleh perbuatan yang ma‘ruf.

Seharusnya kita mampu menyediakan alternatif yang lebih

baik jika sistem yang kita nilai sudah rusak. Hal ini hanya bisa

dilakukan oleh yang orang yang memiliki pikiran yang tulus

sabar dan cerdas. Bukan pekerjaan hura-hura dan demonstrasi

dengan pekik Allahu Akbar, tetapi harus dilakukan melalui kerja

yang serius dan terarah. Semua gerakan Islam di Indonesia harus

selalu mengingat dan memperhitungkan secara hati-hati agar

tidak terjadi lagi di masa depan benturan yang berbau agama,

etnis, dan kultural. Indonesia sebagai negara besar yang belum

Page 94: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

81

berusia satu abad, memiliki pengalaman manis dan pahit yang

dilalui, harus pandai mengambil pelajaran untuk memetik

kearifan dari masa lalu. Karena kita telah memilih demokrasi

sebagai sistem politik yang diperjuangkan dan dipertahankan

sejak awal pergerakan nasional, kita harus membelanya dengan

total, sekalipun amat melelahkan. Namun harus diingat,

demokrasi di tangan orang yang salah dapat menjadi sumber

malapetaka dan kesengsaraan.

Berbicara mengenai Islam, keindonesiaan, dan kemanusiaan

berarti kita masuk ke dalam ranah yang luas. Peta masa depan

Indonesia yang hendak dibangun dan diciptakan harus menjamin

rasa kenyamanan dan keamanan melalui prinsip keadilan yang

berlaku secara merata, tanpa pandang bulu. Tanggung jawab

umat Islam Indonesia untuk menciptakan negara yang adil dan

berwajah ramah karena jumlah mayoritasnya dan juga karena

ajaran Islam memang menghendaki itu. Namun tanggung jawab

itu akan sia-sia jika kualitas umat Islam masih dibawah standar

dan kurang terdidik.

Menurut Maarif, manusia tidak beriman harus dilindungi

oleh negara selama mereka patuh kepada konstitusi dan hukum

positif yang berlaku di Indonesia. Ketentuan itu juga hendaknya

berlaku bagi mereka yang beriman. Al-Qur‘an harus dipahami

secara holistik, diikuti benang merah ajarannya, sehingga di

depan mata kita terlihat jelas pandangan dunia yang indah,

damai dan asri yang diliputi keadilan yang penuh rahmat untuk

semua makhluk. Manakala umat Islam mampu menampilkan

yang seperti itu, menampilkan rona kehidupan yang hidup dalam

nilai-nilai kemanusiaan, maka itulah hakikat dakwah yang sejati.

Maka demi upaya membumikan keindonesiaan dan

kemanusiaan kita, piagam jakarta tidak perlu lagi dilihat dari

perspektif legal formal, namun diambil ruhnya berupa tegaknya

keadilan yang merata bagi seluruh penghuni nusantara.

Pancasila harus membuka pintu selebar-lebarnya untuk

menerima sumber moral dari agama yang berkembang di

Indonesia dan Islam sebagai agama mayoritas dan ajarannya

bersifat holistik, harus berperan besar. Kelima sila dalam

Page 95: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

82

pancasila tidaklah perlu dipersoalkan dalam Teologi Islam jika

dipahami secara arif dan bijak.

Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa akan menjadi

hampa jika keadilan dan kemakmuran untuk semua tidak

menjadi realitas di Tanah Air kita. Pengalaman masa lampau

ketika Islam dibenturkan dengan politik kekuasaan jangan

sampai terulang lagi, sebab akan menghasilkan hal yang sia-sia.

Islam yang harus ditawarkan adalah sebuah Islam yang bersedia

bergandengan tangan dengan nilai-nilai keindonesiaan dan nilai

kemanusiaan yang adil dan beradab.

Cara beragama yang benar harus terlihat secara konkret

dalam perilaku penganutnya yang jujur, ikhlas, dan lapang dada.

Segala perbedaan yang terlihat dalam sistem teologis masing-

masing agama jangan digunakan untuk merenggangkan kualitas

persaudaraan lintas umat, namun harus jadi sumber untuk

memperkaya pengalaman keagamaan bangsa ini.

Fiqh siyasah dalam hal ini menyikapi konsep Pemikiran

Ahmad Syafii Maarif terkait Islam dalam bingkai Keindonesiaan

dan Kemanusiaan sejalan dengan prinsip – prinsip siyasah

terkait manusia sebagai umat yang satu, musyawarah, persatuan

dan persaudaraan, persamaan, membela negara, keadilan, dan

hak-hak asasi.

Dilihat dari teori para pemikir muslim kontemporer

pemikiran Ahmad Syafii Maarif terkait Islam dalam bingkai

keindonesiaan dan kemanusiaan lebih kepada arah teori

pemikiran politik Islam integrasi hal ini terletak pada konsepsi

pemikiran Islam dan relasinya dengan negara dan masyarakat

yang dianut oleh pemikir seperti Husein Haikal, Fazlur Rahman

dan Mohammed Arkoun. Para pemikir tersebut menyatakan

bahwa menurut teori tersebut, kendati Islam tidak menunjukkan

preferensinya pada sistem politik tertentu, tetapi dalam Islam

terdapat prinsip-prinsip moral atau etika bagi kehidupan

bernegara, yang untuk pelaksanaannya umat Islam bebas

memilih sistem mana pun yang terbaik.

Page 96: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

83

Lebih lanjut mengenai hal tersebut, pemikiran Ahmad

Syafii Maarif terkait tipologi ini dapat terlihat dengan

argumentasi beliau yang menyatakan untuk lebih

mengedepankan konsepsi Islam kultural bukan struktural.

Dalam hal ini Ahmad Syafii Maarif menilai substansi Islam

dapat terejawentahkan bukan karena menganut model negara

Islam dengan sistem aristokrat tetapi Islam dapat termanifestasi

oleh perbuatan para muslim yang ada di Indonesia dengan

bersifat toleran, humanis, inklusif, dan selalu berfikiran terbuka

akan segala hal. Islam yang ingin ditunjukan di Indonesia bagi

beliau adalah Islam yang ramah dan merangkul seluruh kader

bangsa untuk berjalan ke arah Indonesia yang maju, berdaulat,

adil, dan makmur untuk seluruh warganya.

Gerakan ke arah itu sudah dimulai, tetapi masih

memerlukan visi yang lebih tajam lagi sehingga citra Islam yang

tampil adalah Islam yang mengayomi semua pihak. Jika

berbicara tentang Islam, keindonesiaan, dan kemanusiaan,

berarti telah memasuki suatu ranah yang dalam dan luas. Peta

masa depan Indonesia yang hendak dibangun dan ciptakan

haruslah demikian rupa, sehingga siapa pun yang hidup di

Nusantara ini benar-benar merasakan kenyamanan dan

keamanan, karena prinsip keadilan berlaku untuk semua, tidak

ada diskriminasi dengan pertimbangan dan alasan apa pun.

Mayoritas penduduk beragama Islam, tanggung jawab

merekalah untuk menciptakan sebuah Indonesia yang adil dan

berwajah ramah menjadi sangat besar pula sesuai dengan jumlah

mereka yang besar. Tetapi tanggung jawab itu akan sukar

dilaksanakan jika kualitas umat Islam masih di bawah standar,

miskin, kurang terdidik, dan sempit hati.

Menciptakan sebuah bangunan Islam dalam bingkai

keindonesiaan dan kemanusiaan dalam satu tarikan napas lebih

merupakan kerja dakwah dan kebudayaan ketimbang kerja

politik. Melalui pendekatan dakwah dan kebudayaan, nilai-nilai

dasar Islam, keindonesiaan, dan kemanusiaan dapat dirancang

dengan lebih teliti, sabar, dan berdaya jangkau jauh. Jika nilai-

nilai dasar ini sudah kuat, maka pengaruhnya di ranah politik

Page 97: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

84

juga akan terasa, yaitu tampilnya politik yang berkeadaban,

bukan politik kekuasaan yang kerjanya menyikut kiri-kanan,

tidak peduli orang lain tersingkir dan tersungkur. Politik yang

dibimbing oleh nilai-nilai profetik pastilah akan bermuara pada

kedamaian dan keadilan, sekalipun para pelakunya berbeda

ideologi.

Terkait hal-hal itu nantinya akan tercipta suatu peradaban

integratif antara pemahaman Islam muslim Indonesia dengan

pembangunanan peradaban di Indonesia yang saling

melengkapi, melindungi, dan mewujudkan cita-cita para The

Founding fathers bangsa Indonesia. Pengalaman keberhasilan

atau kegagalan kita selama sekian dasawarsa harus menjadi

landasan bangsa muslim di Indonesia untuk terus berkembang

ke arah yang lebih visioner dan progresif. Kita tidak saja

memerlukan otak-otak besar yang telah dan akan lahir dari

rahim bangsa ini, tetapi juga, dan mungkin malah yang paling

mendesak, punya hati nurani yang bersih, sebersih air Danau

Matano di Sorowako.

Otak cerdas telah banyak dilahirkan, tetapi hati yang cerdas

dan tulus masih perlu diperjuangkan. Bagaimana mengawinkan

antara otak dan hati, itulah sebenarnya yang perlu dilakukan

oleh seluruh sistem pendidikan kita di masa depan yang tidak

terlalu jauh. Kecerdasan otak dapat melahirkan para ilmuwan

dan teknolog besar. Tetapi itu belum cukup, harus didampingi

oleh kecerdasan hati yang akan membuahkan kearifan dan sikap

timbang rasa yang adil. Indonesia sebagai bangsa besar yang

heterogen dan plural sungguh memerlukan para pemimpin yang

cerdas dan arif itu. Kelemahan sistem pendidikan Indonesia

sejak merdeka terletak pada kurangnya perhatian terhadap

dimensi hati ini.

Arwah para pendiri bangsa dan negara ini akan tersenyum

ria di alam sana bilamana para penerusnya adalah mereka yang

cerdas, arif, dan berhati nurani yang peka. Tetapi arwah itu akan

menangis terisak dengan isakan yang dalam sekali, bilamana

para penerus yang datang kemudian sudah tidak hirau lagi

Page 98: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

85

dengan nilai-nilai mulia yang sebenarnya terpahat kukuh dalam

jiwa bangsa ini sejak saat pembentukannya pada tahun 1920-an.

Ahmad Syafii Maarif optimis dalam menatap masa depan

Islam dalam bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan dengan

syarat umat akan lebih mengutamakan kualitas dalam semua

dimensi kehidupan. Kesadaran yang mendalam untuk

memperbaiki kondisi umat ini perlu selalu dimiliki oleh para

pemimpin mereka, jika kita memang ingin melihat masa depan

Indonesia berpihak kepada Islam. Tetapi jika Islam itu menang

dalam perlombaan peradaban haruslah ditafsirkan sebagai Islam

yang memayungi semua orang.

Page 99: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

86

Page 100: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

87

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan bab-bab terdahulu dan untuk

mengetahui pembahasan dalam skripsi ini, penulis membuat

beberapa kesimpulan, sebagai berikut:

1. Pemikiran Ahmad Syafii Maarif tentang Islam dalam

Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan adalah suatu

pemikiran integratif antara Islam, keindonesiaan dan

kemanusiaan di mana ketiga hal tersebut dapat saling

berintegrasi satu sama lain untuk mewujudkan peradaban

Islam di Indonesia yang maju, progresif, ramah, terbuka,

dan inklusif. Pemikiran ini memiliki visi untuk

memberikan ruang pada agama Islam agar pemikiran

mengenai Islam, keindonesiaan dan kemanusiaan dapat

diterima dan tidak perlu diperdebatkan lagi sehingga

Islam dapat berjalan sejalan dengan ketiga hal tersebut

sehingga bermanifestasi menjadi sebuah Islam yang

memayungi Keindonesiaan dan kemanusiaan sehingga

Islam di Indonesia lebih berkemajuan dan memberi rasa

keadilan, keamanan, dan perlindungan bagi seluruh

warganya.

2. Perspektif fiqh siyasah terhadap Pemikiran Ahmad

Syafii Maarif tentang Islam dalam bingkai

Keindonesiaan dan Kemanusiaan adalah terdapat

keserasian antara prinsip – prinsip fiqh siyasah dengan

pemikiran Ahmad Syafii Maarif tentang Islam dalam

bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan terkait

manusia sebagai umat yang satu, musyawarah, persatuan

dan persaudaraan, persamaan, membela negara, keadilan,

dan hak-hak asasi. Pemikiran Ahmad Syafii Maarif

terkait Islam dalam bingkai Keindonesiaan dan

Kemanusiaan lebih kepada arah tipologi pemikiran

politik Islam moderat seperti yang dianut oleh pemikir

Page 101: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

88

politik Islam kontemporer seperti Husein Haikal, Fazlur

Rahman, dan Mohammed Arkoun.

B. Saran

Melihat keadaan bangsa Indonesia yang masih sangat

disibukan dengan perebutan kekuasaan dan aksi saling sikut

antar saudara seagama dan setanah air untuk memperoleh

jabatan, sangat disayangkan sekali mengingat para pendiri

bangsa kita sudah memberikan pondasi yang sangat kuat

untuk menatap masa depan Bangsa Indonesia menjadi

bangsa yang berkebudayaan, berkeadilan, dan sarat akan

persatuan.

Pemikiran progresif Ahmad Syafii Maarif untuk

melakukan integrasi antar nilai – nilai Islam dengan

Keindonesiaan dan Kemanusaain haruslah dipahami sebagai

kerjasama antar kader bangsa untuk mewujudkan sebuah

bangsa Indonesia yang yang berdaulat, adil, dan makmur.

Optimisme Ahmad Syafii Maarif untuk mengembangkan

sebuah Islam yang terbuka, inklusif, adil, dan humanis harus

dijadikan contoh untuk para kader muslim muda yang

progresif untuk menjadi motivasi dalam mewujudkan bangsa

Indonesia yang terbuka untuk semua walau berbeda unsur

suku, agama, dan budaya.

Refleksi sejarah dalam buku Islam dalam bingkai

Keindonesiaan dan Kemanusiaan yang di dalamnya terdapat

banyak nilai – nilai terkait kebangsaan, keindonesiaan, dan

kemanusiaan di mana unsur politik dan pertentangan antara

kubu harus dipahami secara holistik agar menjadi evalusi

untuk menatap masa depan Indonesia kedepan yang lebih

cerah dengan dipayungi nilai – nilai Islam yang universal

dan humanis.

Page 102: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

89

DAFTAR PUSTAKA

Acemoglu, Daron, and James A. Robinson. Mengapa Negara

Gagal. Elex media komputindo : Jakarta, 2015.

Alim,Muhammad, Asas-asas Negara Hukum Modern dalam

Islam, LKIS, Yogyakarta, 2010.

Alfian, Muhammadiyah: The Political Behavior of a Muslim

Modernist Organization Under Dutch Colonialism.

Gadjah Mada University Press, Yogyakarta: 1989.

Alisjahbana, Sutan Takdir. Sejarah Kebudayaan Indonesia

Dilihat dari Segi Nilai-Nilai. Dian Rakyat, Jakarta:

1982.

Anshari, Endang Saifuddin. Piagam Jakarta 22 Juni 1945:

Sebuah Konsensus Nasional tentang Dasar Negara

Republik Indonesia (1945-1949). Gema Insani, Jakarta:

1997.

Amiruddin, M. Hasbi, Konsep Negara Islam Menurut Fazlur

Rahman, UII Press, Yogyakarta, 2000.

Asshidiqie, Jimly, Hukum Tatanegara Dan Pilar – Pilar

Demokrasi, Cetakan Ke 2, Sinar Grafika, Jakarta, 2012.

Baswedan, Anies, Merawat Tenun Kebangsaan Refleksi Ihwal

Kepemimpinan, Demokrasi Dan Pendidikan, Serambi,

Jakarta, 2015.

Castles, Francis G., et al., eds. The Oxford handbook of the

welfare state. OUP Oxford, 2012.

Djazuli, Atjep, Fiqh Siyasah: implementasi kemaslahatan umat

dalam rambu-rambu syari'ah, Cetakan Keempat,

Kencana, Jakarta, 2009.

Hakim, Abdul Aziz, Negara Hukum dan Demokrasi di

Indonesia, Pustaka Pelajar Yogyakarta, 2011.

Hamka, Keadilan Sosial Dalam Islam, Cetakan Ke 2, Gema

Insani, Depok, 2016.

Page 103: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

90

Iqbal, Muhammad, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin

Politik Islam, Prenada Media Grup, Jakarta, 2014.

Ismail, Asep Usman, Al – Qur’an Dan Kesejahteraan Sosial,

Lentera Hati, Tangerang, 2012.

Jeffries, Vincent, and Clarence E. Tygart. The influence of

theology, denomination, and values upon the positions of

clergy on social issues. Journal for the Scientific Study

of Religion, 1974.

Kelsen, Hans. Teori Umum Tentang Hukum Dan Negara.

Nusamedia : Bandung, 2006.

Koslowski, Peter. Restructuring the Welfare State. Springer,

Berlin, Heidelberg, 1997.

Kuntowijoyo, Identitas Politik Islam, Penerbit Mizan, cet 2,

Bandung, 1997.

Latif, Yudi. Negara paripurna: historisitas, rasionalitas, dan

aktualitas Pancasila. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

2015.

Latief, Hilman. "Fikih Kebinekaan, Pandangan Islam Indonesia

tentang Umat, Kewargaan, dan Kepemimpinan Non

Muslim." Mizan, Bandung, 2015.

Maarif, Ahmad Syafii, Independensi Muhammadiyah Di

Tengah Pergumulan Pemikiran Islam dan Politik,

Cidesindo, Jakarta, 2000.

Maarif, Ahmad Syafii, Islam dalam bingkai keindonesiaan dan

kemanusiaan: sebuah refleksi sejarah. Edisi Kedua,

Mizan, Bandung, 2015.

Maarif, Ahmad Syafii, Islam dan Pancasila sebagai dasar

negara: studi tentang perdebatan dalam konstituante.

Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta, 2006.

Maarif, Ahmad Syafii. Otobiografi Ahmad Syafii Maarif: titik-

titik risau di perjalananku. Ombak, Jakarta, 2006.

Page 104: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

91

Maarif, Ahmad Syafii, Peta Bumi Intlektualisme Islam di

Indonesia, Mizan, Jakarta, 1995.

MD, Mahfud, Politik Hukum Di Indonesia, Cetakan Ke 5, PT

Raja Grafindo, Jakarta, 2012.

Munroe, Trevor, An Introduction to Politics, Stephenson‘s Litho

Press, Jamaica , 2002

Murphy, Jeffrie G. Punishment and the moral emotions: Essays

in law, morality, and religion. OUP USA, 2012.

Musa, Muh. Yusuf, Politik dan Negara Dalam Islam, Terj. M.

Thalib, Pustaka Pelajar, Surabaya, 1990.

Nafis, Cholil, Kependudukan Perspektif Islam, Cetakan Ke 2,

Mitra Abadai Press, Jakarta, 2011.

Pulungan, J. Suyuthi, Fikih Siyasah, Penerbit Ombak,

Yogyakarta, 2014

Ranadireksa, Hendarmin, Arsitektur Konstitusi Demokratik,

Fokus Media, Bandung, 2015.

Rawls, John. Teori Keadilan: Dasar-Dasar Filsafat Politik

untuk Mewujudkan Kesejahteraan Sosial dalam Negara.

Pustaka Pelajar : Yogyakarta, 2006.

Sjadzali, Munawir, Islam dan Tata Negara Ajaran, Sejarah dan

Pemikiran, Edisi Kelima, UI Press,Jakarta, 1990.

Stryker, Robin. Globalization and the welfare state,

International journal of sociology and social policy,

1998.

Sukardja, Ahmad. Piagam Madinah & Undang-Undang Dasar

1945 NRI 1945: kajian perbandingan tentang dasar

hidup bersama dalam masyarakat yang majemuk. Sinar

Grafika, Jakarta, 2012.

Sukmana, Osman, Et.Al, Negara Kesejahteraan Dan Pelayanan

Sosial, Intrans Publishing, Jawa Timur, 2015.

Syah, Mudakir Iskandar, Hukum dan Keadilan, Grafindo Utama,

Jakarta, 1985.

Page 105: PEMIKIRAN AHMAD SYAFII MAARIF TENTANG ISLAM DALAM …repository.radenintan.ac.id/2023/1/SKRIPSI_M._AULIA_RACHMAN.pdf · siyasah, artikel, makalah seminar, dan tulisan lain yang dapat

92

Yasni, Z, Bung Hatta Menjawab, Gunung Agung, Jakarta, 1979.

Yunus, M. Yunan, Teologi Muhammadiyah Cita Tajdid dan

Realitas Sosial Uhamka Press, Jakarta: 2005.