pemikir arab sekular

16
Pemikir Arab Pemikir Arab Sekular: Sekular: Kasus Konsep Wahyu Kasus Konsep Wahyu Adnin Armas, M.A. Adnin Armas, M.A.

Upload: suardi-al-bukhari

Post on 05-Dec-2014

334 views

Category:

Education


0 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Pemikir arab sekular

Pemikir Arab Sekular:Pemikir Arab Sekular:Kasus Konsep Wahyu Kasus Konsep Wahyu

Adnin Armas, M.A.Adnin Armas, M.A.

Page 2: Pemikir arab sekular

Mohammed Arkoun: Pendekatan historisitas, sekalipun berasal dari Barat, namun pendekatan

tersebut bukan hanya sesuai untuk warisan budaya Barat saja. Pendekatan tersebut dapat diterapkan

dalam semua sejarah umat manusia. Tidak ada jalan lain dalam menafsirkan wahyu kecuali

menghubungkannya dengan konteks historis.

Mohammed Arkoun

Page 3: Pemikir arab sekular

Mohammed Arkoun :

Pendekatan historisitas akan menantang

segala bentuk pensakralan dan

penafsiran transenden yang dibuat teolog

tradisional.

Page 4: Pemikir arab sekular

Pendekatan historisitas adalah baik karena membongkar lapisan-lapisan konsep al-

Qur’an yang sudah mengendap lama dalam pandangan geologis kaum Muslim

ortodoks yang membeku.

Mohammed Arkoun :

Page 5: Pemikir arab sekular

Konsep al-Qur’an merupakan hasil

rumusan tokoh-tokoh historis, yang

mengangkat statusnya menjadi kitab suci.

Mohammed Arkoun :

Page 6: Pemikir arab sekular

Masalah-masalah yang selama ini telah

ditekan, ditabukan, dibatasi, dilarang, dan

semua itu diklaim sebagai sebuah kebenaran, jika

didekonstruksi, maka semua diskursus tadi

akan menjadi diskursus terbuka .

Mohammed Arkoun :

Page 7: Pemikir arab sekular

Mohammed Arkoun :Mushaf Utsmani tidak lain hanyalah hasil sosial dan budaya masyarakat yang

dijadikan “tak terfikirkan”

disebabkan semata-mata kekuatan dan

pemaksaan penguasa resmi .

Page 8: Pemikir arab sekular

WAHYU

EDISI LANGIT EDISI DUNIA

1Proses Pewahyuan

2Periode penetapan Mushaf (Official Closed Corpus)

3Periode Ortodoks

Mohammed ArkounMohammed Arkoun

Page 9: Pemikir arab sekular

Mohammed Arkoun: Al-Qur’an adalah “sebuah korpus yang selesai dan

terbuka yang diungkapkan dalam bahasa Arab, dimana kita tidak dapat mengakses kecuali melalui

teks yang ditetapkan setelah abad ke 4H/10 M.”

Mohammed Arkoun

Page 10: Pemikir arab sekular

“ Al-Qur’an adalah ‘produk budaya’ (muntaj thaqafi).

Disebabkan realitas dan budaya tidak bisa dipisahkan dari bahasa manusia, maka al-Qur’an adalah

teks bahasa (nass lughawi). Realitas, budaya, dan bahasa,

merupakan fenomena historis dan mempunyai konteks

spesifikasinya sendiri. Oleh sebab itu, al-Quran adalah teks historis (nas tarikhi). Historisitas teks, realitas dan budaya sekaligus

bahasa, menunjukkan bahwa al-Qur’an adalah teks manusiawi

(nas insani)”.

Nasr Hamid Abu Zayd (l. 1943):

Page 11: Pemikir arab sekular

“Kalam Ilahi wujud dalam bahasa manusia, jika tidak,

maka Kalam Ilahi tidak akan dimengerti. Pemikiran Islam

menjadi stagnan karena penekanan yang terlalu

berlebihan kepada dimensi ilahi (divine dimension).

Padahal al-Qur’an adalah kata Muhammad yang

meriwayatkan apa yang beliau katakan adalah Kalam Ilahi”.

Nasr Hamid Abu Zayd (l. 1943):

Page 12: Pemikir arab sekular

“ Teks-teks agama

adalah teks-teks bahasa yang

bentuknya sama dengan teks-teks yang

lain di dalam budaya”.

Nasr Hamid Abu Zayd (l. 1943):

Page 13: Pemikir arab sekular

“Saya mengkaji al-Qur’an sebagai

sebuah teks berbahasa Arab agar dapat dikaji baik oleh

kaum Muslim, Kristen maupun

Ateis”.

Nasr Hamid Abu Zayd (l. 1943):

Page 14: Pemikir arab sekular

"Sesungguhnya, kepercayaan atas wujud

metafisik teks (al-Qur'an) akan

menghapuskan upaya pemahaman yang ilmiah

bagi fenomena teks”.

Nasr Hamid Abu Zayd (l. 1943):

Page 15: Pemikir arab sekular

“Bagaimanapun, Kalam Ilahi perlu mengadaptasi diri-dan menjadi manusiawi- karena Tuhan ingin

berkomunikasi kepada manusia. Jika Tuhan berbicara dengan bahasa Tuhan,

manusia sama sekali tidak akan mengerti.”

Nasr Hamid Abu Zayd (l. 1943):

Page 16: Pemikir arab sekular

“Teks sejak awal diturunkan -ketika teks diwahyukan dan

dibaca oleh Nabi-, ia berubah dari sebuah teks Ilahi menjadi sebuah

konsep atau teks manusiawi, karena ia berubah dari tanzil menjadi takwil. Pemahaman

Muhammad atas teks mempresentasikan tahap paling

awal dalam interaksi teks dengan akal manusia.”

Nasr Hamid Abu Zayd (l. 1943):