pemetaan keluarga miskin eks-karesidenan surakarta

Upload: san-adam

Post on 30-Oct-2015

127 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • PERSEBARAN KELUARGA MISKIN

    eks. KARESIDENAN SURAKARTA

    TAHUN 2008 dan 2011

    Makalah

    Oleh:

    TEDY ARDITYA ROCHMAN

    NIM K5406041

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2012

  • ii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

    DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv

    DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... v

    BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

    A. Latar Belakang .............................................................................. 1

    B. Perumusan Masalah ....................................................................... 2

    1. Pertumbuhan Ekonomi ............................................................ 2

    2. Upah Minimum ....................................................................... 2

    3. Tingkat Pendidikan dan Pengangguran ................................... 3

    BAB II. ISI/PEMBAHASAN ........................................................................ 4

    A. Persebaran Keluarga Miskin.......................................................... 4

    1. Kota Surakarta ......................................................................... 4

    2. Kabupaten Boyolali ................................................................. 7

    3. Kabupaten Sukoharjo .............................................................. 10

    4. Kabupaten Sragen ................................................................... 12

    5. Kabupaten Klaten .................................................................... 15

    6. Kabupaten Karanganyar .......................................................... 18

    7. Kabupaten Wonogiri ............................................................... 21

    B. Faktor Penyebab Kemiskinan ........................................................ 24

  • iii

    1. Pertumbuhan Ekonomi ............................................................ 24

    2. Upah Minimum ....................................................................... 25

    3. Pendidikan ............................................................................... 27

    4. Tingkat Pengangguran............................................................. 28

    C. Penanggulangan Kemiskinan di eks. Karesidenan Surakarta ........ 29

    1. Tingkat Pengangguran............................................................. 29

    2. Upah Minimum ....................................................................... 29

    3. Pendidikan ............................................................................... 29

    4. Tingkat Pendidikan ................................................................. 30

    BAB III. KESIMPULAN ............................................................................... 31

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 32

  • iv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Rumah Tangga Miskin Menurut Kecamatan dan Klasifikasi Kemiskinan

    Kota Surakarta Tahun 2008 dan 2011 ............................................. 4

    Tabel 2. Rumah Tangga Miskin Menurut Kecamatan dan Klasifikasi Kemiskinan

    Kabupaten Boyolali Tahun 2008 dan 2011 ..................................... 7

    Tabel 3. Rumah Tangga Miskin Menurut Kecamatan dan Klasifikasi Kemiskinan

    Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 dan 2011 ................................... 10

    Tabel 4. Rumah Tangga Miskin Menurut Kecamatan dan Klasifikasi Kemiskinan

    Kabupaten Sragen Tahun 2008 dan 2011 ........................................ 12

    Tabel 5. Rumah Tangga Miskin Menurut Kecamatan dan Klasifikasi Kemiskinan

    Kabupaten Klaten Tahun 2008 dan 2011 ......................................... 15

    Tabel 6. Rumah Tangga Miskin Menurut Kecamatan dan Klasifikasi Kemiskinan

    Kabupaten Karanganyar Tahun 2008 dan 2011............................... 18

    Tabel 7. Rumah Tangga Miskin Menurut Kecamatan dan Klasifikasi Kemiskinan

    Kabupaten Wonogiri Tahun 2008 dan 2011 .................................... 21

    Tabel 8. Pertumbuhan Ekonomi eks. Karesidenan Surakarta 2008 dan 2011 24

    Tabel 9. Perbandingan KHL dan UMK Karesidenan Surakarta Tahun 2008 dan

    2011.................................................................................................. 26

    Tabel 10. Perkembangan Pertumbuhan Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas dengan

    Pendidikan Minimal SLTA + (tamatan SLTA dan Perguruan Tinggi) Di

    Karesidenan Surakarta Tahun 2008 dan 2011 ................................. 27

    Tabel 11. Prosentase Pengangguran Karesidenan Surakarta Tahun 2008 dan 201128

  • v

    DAFTAR GAMBAR

    Peta 1. Keluarga Miskin Kota Surakarta Tahun 2008 dan 2011 .................... 6

    Peta 2. Keluarga Miskin Kabupaten Boyolali Tahun 2008 dan 2011 ............ 9

    Peta 3. Keluarga Miskin Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 dan 2011 ......... 11

    Peta 4. Keluarga Miskin Kabupaten Sragen Tahun 2008 dan 2011 .............. 14

    Peta 5. Keluarga Miskin Kabupaten Klaten Tahun 2008 dan 2011 ............... 17

    Peta 6. Keluarga Miskin Kabupaten Karanganyar Tahun 2008 dan 2011 ..... 20

    Peta 7. Keluarga Miskin Kabupaten Wonogiri Tahun 2008 dan 2011 .......... 23

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Indonesia memiliki sumberdaya alam yang melimpah, diantaranya dari

    sector tambang, pariwisata, agraris, dll. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan

    negara lain, Indonesia merupakan negara yang tergolong miskin. Hal ini

    dikarenakan tidak efisiennya dalam pengelolaan sumberdaya alam tersebut.

    Pancasila merupakan ideologi bangsa yang harus diterapkan untuk

    mensejahterakan rakyat. Selain itu Undang-Undang Dasar 45 pasal 33 juga

    mengatur tentang pengelolaan sumberdaya alam untuk mensejahterakan

    kehidupan rakyat. Tujuan dari ideology tersebut adalah untuk menjadikan Negara

    Indonesia sebagai Negara sosialis. Karena pengaruh kapitalisme global, ideology

    bangsa tersebut sering diabaikan. Hal tersebut mengakibatkan dampak yang

    negatif, salah satunya adalah kemiskinan.

    Kemiskinan merupakan salah satu penyakit dalam ekonomi, sehingga

    harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan

    memang merupakan permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensional.

    Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara

    komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan

    secara terpadu (M. Nasir, 2008).

    Kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mampu

    mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan

    minimal dari standar hidup tertentu. Setiap daerah memiliki perbedaan jumlah

    pengeluaran perkapita untuk memenuhi kebutuhan hidup berdasarkan harga yang

    berlaku. Terdapat beberapa cara dalam mengidentifikasikan atau menggolongkan

    kemiskinan, salah satunya berdasarkan pengeluaran perkapita tersebut.

    Karisedinan Surakarta merupakan bagian dari wilayah Negara Indonesia

    yang terdiri dari Kota Surakarta, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten,

  • 2

    Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, dan

    Kabupaten Sragen. Setiap Kabupaten/Kota memiliki karakteristik berbeda-beda,

    dalam hal ini ditinjau dari keadaan social masyarakatnya yang berupa tingkat

    kemiskinan.

    Kemiskinan merupakan hal yang kompleks karena menyangkut berbagai

    macam aspek seperti hak untuk terpenuhinya pangan, kesehatan, pendidikan,

    pekerjaan, dan sebagainya. Agar kemiskinan di eks. Karisedinan Surakarta dapat

    menurun diperlukan dukungan dan kerja sama dari pihak masyarakat dan

    keseriusan pemerintah dalam menangani masalah ini.

    Melihat kondisi masyarakat di eks. Karisedinan Surakarta yang masih memiliki

    angka kemiskinan tinggi, penulis tertarik untuk mengangkat masalah kemiskinan

    yang disajikan dalam bentuk data spasial.

    B. Perumusan Masalah

    Menurut Adit Agus Prastyo dalam pennnelitian yang berjudul ANALISIS

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN,

    terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan, antara lain:

    1. Pertumbuhan ekonomi

    Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan disertai pemerataan hasil

    pertumbuhan keseluruh sektor usaha sangat dibutuhkan dalam upaya menurunkan

    tingkat kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi Maka untuk mempercepat penurunkan

    tingkat kemiskinan, pertumbuhan ekonomi harus ditingkatkan.

    2. Upah minimum

    Faktor lain yang mempengaruhi tingkat kemiskinan adalah upah

    minimum. Upah minimum ditetapkan berdasarkan kebutuhan hidup layak yang

    dibutuhkan pekerja dengan harapan dapat mendorong peningkatan kesejahteraan

    pekerja sehingga tingkat kemiskinan akan berkurang.

  • 3

    3. Tingkat Pendidikan dan Pengangguran

    Pendidikan dan pengangguran juga berpengaruh terhadap tingkat

    kemiskinan. Keterkaitan kemiskinan dan pendidikan sangat besar karena

    pendidikan memberikan kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan ilmu

    dan keterampilan yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas kerja dan

    memperbesar peluang kesempatan memperoleh pekerjaan yang lebih layak dan

    memperoleh kemakmuran. Pendapatan masyarakat maksimum tercapai saat

    perekonomian mencapai kesempatan kerja penuh. Semakin meningkatnya tingkat

    pengangguran akan semakin mengurangi pendapatan masyarakat yang berakibat

    naiknya tingkat kemiskinan.

    Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan

    permasalahan sebagai berikut:

    1. Persebaran keluarga miskin di Eks. Karisedinan Surakarta,

    2. Faktor yang menyebabkan kemiskinan di Eks. Karisedinan Surakarta,

    3. Cara menanggulangi kemiskinan di Eks. Karisedinan Surakarta.

  • 4

    BAB II

    ISI / PEMBAHASAN

    A. Persebaran Keluarga Miskin

    Program Pendataan Perlindungan Sosial merupakan salah satu program

    pendataan yang dilakukan oleh pemerintah. Program menghasilkan basis data

    terpadu rumah tangga dan keluarga untuk sasaran pelbagai program perlindungan

    sosial (program klaster 1):

    1. Menurut nama dan alamat kepala rumah tangga,

    2. Mencakup 40% kelompok masyarakat menengah bawah (masyarakat

    miskin dan rentan miskin) dengan persentase beda untuk setiap

    provinsi/kabupaten/kota sesuai intensitas kemiskinan,

    3. Memuat informasi persyaratan program yang diluncurkan oleh

    Kementrian/Lembaga Non Kementrian di Pusat dan Pemerintah Daerah.

    Data tersebut dihimpun dan digunakan untuk pengambilan kebijakan

    pemerintah dalam hal mengatasi kemiskinan.

    1. Kota Surakarta

    Kota Surakarta terbagi menjadi 5 kecamatan yang memiliki klasifikasi

    kemiskinan berbeda-beda. Berikut data yang dihimpun Program Pendataan

    Perlindungan Sosial tahun 2008 dan 2011.

    Tabel 1. Rumah Tangga Miskin Menurut Kecamatan dan Klasifikasi

    Kemiskinan Kota Surakarta Tahun 2008 dan 2011

    No Kecamatan Tahun 2008 Tahun 2011

    Sangat

    Miskin

    Miskin Hampir

    Miskin

    Sangat

    Miskin

    Miskin Hampir

    Miskin

    1 Laweyan 338 850 1727 456 527 1952

    2 Serengan 323 676 1100 330 382 1248

    3 Pasar Kliwon 915 1610 2124 996 869 2207

  • 5

    4 Jebres 1019 1829 2512 1304 1384 3706

    5 Banjarsari 973 2170 3788 1010 1325 4423

    Jumlah 3568 7135 11251 4096 4487 13536

    Sumber: PPLS, BPS tahun 2008 dan 2011

    Tabel diatas menunjukan bahwa terjadi peningkatan jumlah keluarga

    sangat miskin dari tahun 2008 dengan 2011 yaitu sebesar 528 keluarga atau

    14.7%. Jumlah keluarga miskin Terjadi penurunan sebesar 2648 keluarga atau

    32.03%, dan keluarga hampir miskin terjadi peningkatan sebesar 2285 keluarga

    atau 20.31%. Berdasarkan data diatas, dapat disajikan dalam bentuk peta sebagai

    berikut:

  • 6

  • 7

    2. Kabupaten Boyolali

    Kabupaten Boyolali terbagi menjadi 19 kecamatan yang memiliki

    klasifikasi kemiskinan berbeda-beda. Berikut data yang dihimpun Program

    Pendataan Perlindungan Sosial tahun 2008 dan 2011.

    Tabel 2. Rumah Tangga Miskin Menurut Kecamatan dan Klasifikasi

    Kemiskinan Kabupaten Boyolali Tahun 2008 dan 2011

    No Kecamatan

    Tahun 2008 Tahun 2011

    Sangat

    Miskin Miskin

    Hampir

    Miskin

    Sangat

    Miskin Miskin

    Hampir

    Miskin

    1 Selo 642 1504 635 453 845 1573

    2 Ampel 1159 2539 1881 783 1296 3116

    3 Cepogo 365 1498 1911 532 1121 2030

    4 Musuk 276 1457 2373 364 914 2380

    5 Boyolali 469 1292 1023 125 259 1020

    6 Mojosongo 488 1352 1269 250 384 1126

    7 Teras 408 1462 1175 200 330 1802

    8 Sawit 460 1010 847 204 343 930

    9 Banyudono 1010 1720 763 394 494 1160

    10 Sambi 178 1148 3128 266 562 1627

    11 Ngemplak 1274 2474 1374 478 767 2122

    12 Nogosari 206 1132 3292 272 686 2256

    13 Simo 225 1469 2316 384 695 1952

    14 Karang Gede 700 2179 1696 382 756 2008

    15 Klego 484 1402 1648 344 650 1836

    16 Andong 455 1761 2359 596 1046 2359

    17 Kemusu 555 1868 2308 1137 954 1660

    18 Wono Segoro 811 2695 2298 1899 1892 3087

    19 Juwangi 245 839 1507 613 588 1015

    Jumlah 10410 30801 33803 9676 14582 35059

  • 8

    Sumber: PPLS, BPS tahun 2008 dan 2011

    Tabel diatas menunjukan bahwa terjadi penurunan jumlah keluarga sangat

    miskin dari tahun 2008 dengan 2011 yaitu sebesar 734 atau 4.08%. Jumlah

    keluarga miskin Terjadi penurunan sebesar 16219 atau 40.8%, dan keluarga

    hampir miskin terjadi peningkatan sebesar 1256 atau 3.72%. Berdasarkan data

    diatas, dapat disajikan dalam bentuk peta sebagai berikut:

  • 9

  • 10

    3. Kabupaten Sukoharjo

    Kabupaten Sukoharjo terbagi menjadi 12 kecamatan yang memiliki

    klasifikasi kemiskinan berbeda-beda. Berikut data yang dihimpun Program

    Pendataan Perlindungan Sosial tahun 2008 dan 2011.

    Tabel 3. Keluarga Miskin Menurut Kecamatan dan Klasifikasi Kemiskinan

    Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 dan 2011

    No Kecamatan Tahun 2008 Tahun 2011

    Sangat

    Miskin

    Miskin Hampir

    Miskin

    Sangat

    Miskin

    Miskin Hampir

    Miskin

    1 Weru 554 1466 2993 537 653 2746

    2 Bulu 620 1073 1958 304 312 1402

    3 Tawangsari 961 2092 3483 554 738 2734

    4 Sukoharjo 609 1686 2466 846 903 2707

    5 Nguter 807 1809 3009 699 603 2242

    6 Bendosari 801 1426 2627 438 471 1871

    7 Polokarto 1026 2266 2146 995 1169 3470

    8 Mojolaban 1169 2387 1898 835 913 3224

    9 Grogol 1395 2839 2787 790 908 3362

    10 Baki 741 1956 1524 554 599 2065

    11 Gatak 594 1403 1397 485 548 1837

    12 Kartosuro 775 2511 2700 456 551 2426

    Jumlah 9997 22914 28998 7493 8368 30007

    Sumber: PPLS, BPS tahun 2008 dan 2011

    Tabel diatas menunjukan bahwa terjadi penurunan jumlah keluarga sangat

    miskin dari tahun 2008 dengan 2011 yaitu sebesar 2504 atau 25,05%. Jumlah

    keluarga miskin Terjadi penurunan sebesar 14546 atau 40.4%, dan keluarga

    hampir miskin terjadi peningkatan sebesar 1009 atau 3.48%. Berdasarkan data

    diatas, dapat disajikan dalam bentuk peta sebagai berikut:

  • 11

  • 12

    4. Kabupaten Sragen

    Kabupaten Sragen terbagi menjadi 20 kecamatan yang memiliki klasifikasi

    kemiskinan berbeda-beda. Berikut data yang dihimpun Program Pendataan

    Perlindungan Sosial tahun 2008 dan 2011.

    Tabel 4. Rumah Tangga Miskin Menurut Kecamatan dan Klasifikasi

    Kemiskinan Kabupaten Sragen Tahun 2008 dan 2011

    No Kecamatan Tahun 2008 Tahun 2011

    Sangat

    Miskin

    Miskin Hampir

    Miskin

    Sangat

    Miskin

    Miskin Hampir

    Miskin

    1 Kalijambe 686 1900 2014 1168 1158 1881

    2 Plupuh 642 1666 1577 1248 1088 1746

    3 Masaran 973 1895 1371 937 1027 2036

    4 Kedawung 415 1053 891 605 655 1293

    5 Sambirejo 366 929 1055 309 439 1023

    6 Gondang 550 1109 1345 604 638 1124

    7 SambungMacan 983 1631 1099 971 998 1719

    8 Ngrampal 684 1006 878 549 591 1234

    9 Karangmalang 539 1394 1683 592 646 1337

    10 Sragen 763 1029 761 458 468 1014

    11 Sidoharjo 576 1437 1075 591 676 1341

    12 Tanon 801 1925 1666 1413 1393 2423

    13 Gemolong 720 1519 1551 873 930 1813

    14 Miri 315 1317 2579 492 724 1655

    15 Sumberlawang 773 1824 1878 1116 1253 2375

    16 Mondokan 403 1216 1172 932 870 1331

    17 Sukodono 310 1233 1663 503 624 1362

    18 Gesi 217 788 618 398 505 881

    19 Tangen 253 648 814 439 572 1105

    20 Jenar 462 1004 1052 423 584 1429

    Jumlah 11413 26532 26742 14621 15839 30122

  • 13

    Sumber: PPLS, BPS tahun 2008 dan 2011

    Tabel diatas menunjukan bahwa terjadi peningkatan jumlah keluarga

    sangat miskin dari tahun 2008 dengan 2011 yaitu sebesar 3208 atau 28.11%.

    Jumlah keluarga miskin terjadi penurunan sebesar 10693 atau 12.74%, dan

    keluarga hampir miskin terjadi peningkatan sebesar 3380 atau 12.64%.

    Berdasarkan data diatas, dapat disajikan dalam bentuk peta sebagai berikut:

  • 14

  • 15

    5. Kabupaten Klaten

    Kabupaten Klaten terbagi menjadi 26 kecamatan yang memiliki klasifikasi

    kemiskinan berbeda-beda. Berikut data yang dihimpun Program Pendataan

    Perlindungan Sosial tahun 2008 dan 2011.

    Tabel 5. Rumah Tangga Miskin Menurut Kecamatan dan Klasifikasi

    Kemiskinan Kabupaten Klaten Tahun 2008 dan 2011

    No Kecamatan Tahun 2008 Tahun 2011

    Sangat

    Miskin

    Miskin Hampir

    Miskin

    Sangat

    Miskin

    Miskin Hampir

    Miskin

    1 Prambanan 411 2669 1379 620 981 1947

    2 Gantiwarno 197 1222 2952 695 1235 2171

    3 Wedi 580 1444 4645 996 1523 2532

    4 Bayat 1844 5188 1566 1734 2618 3574

    5 Cawas 812 3981 1220 1077 2189 3147

    6 Trucuk 1141 3524 3110 2066 2873 3656

    7 Kalikotes 745 623 271 363 611 1061

    8 Kebonarum 88 1026 624 180 381 638

    9 Jogonalan 1521 2342 315 775 1270 2089

    10 Manisrenggo 54 868 2949 582 1103 2007

    11 Karangnongko 154 1368 2061 602 911 1451

    12 Ngawen 1192 1224 1010 488 958 1742

    13 Ceper 559 2975 2950 1034 1657 2634

    14 Pedan 905 3760 877 752 1292 2170

    15 Karangdowo 23 691 3755 1004 1490 2144

    16 Juwiring 715 1821 2537 991 1588 2416

    17 Wonosari 203 1065 3051 1208 1834 2706

    18 Delanggu 1044 2437 301 469 889 1451

    19 Polanharjo 120 1048 2314 392 755 1315

    20 Karangnom 434 1701 1992 496 843 1533

  • 16

    21 Tulung 244 1442 2234 956 1468 2316

    22 Jatinom 24 1325 3877 863 1530 2619

    23 Kemalang 405 1429 2022 578 1020 1906

    24 Klaten Selatan 1021 1224 67 249 442 933

    25 Klaten Tengah 925 1662 135 282 415 859

    26 Klaten Utara 374 1099 677 319 483 879

    Jumlah 15735 49158 48891 19771 32359 51896

    Sumber: PPLS, BPS tahun 2008 dan 2011

    Tabel diatas menunjukan bahwa terjadi peningkatan jumlah keluarga

    sangat miskin dari tahun 2008 dengan 2011 yaitu sebesar 4036 atau 25.65%.

    Jumlah keluarga miskin terjadi penurunan sebesar 16.779 atau 34.2%, dan

    keluarga hampir miskin terjadi peningkatan sebesar 3005 atau 6.15%.

    Berdasarkan data diatas, dapat disajikan dalam bentuk peta sebagai berikut:

  • 17

  • 18

    6. Kabupaten Karanganyar

    Kabupaten Karanganyar terbagi menjadi 17 kecamatan yang memiliki

    klasifikasi kemiskinan berbeda-beda. Berikut data yang dihimpun Program

    Pendataan Perlindungan Sosial tahun 2008 dan 2011.

    Tabel 6. Rumah Tangga Miskin Menurut Kecamatan dan Klasifikasi

    Kemiskinan Kabupaten Karanganyar Tahun 2008 dan 2011

    No Kecamatan Tahun 2008 Tahun 2011

    Sangat

    Miskin

    Miskin Hampir

    Miskin

    Sangat

    Miskin

    Miskin Hampir

    Miskin

    1 Jatipuro 246 862 1231 319 455 1000

    2 jatiyoso 525 1312 1195 715 855 1505

    3 Jumapolo 272 1360 1272 574 655 1257

    4 Jumantono 521 1332 1455 503 823 1912

    5 Matesih 720 1232 579 367 482 1313

    6 Tawangmangu 338 1336 1956 297 497 1246

    7 Ngargoyoso 395 1030 1442 322 607 1663

    8 Karangpandan 281 1179 1279 332 647 1753

    9 Karanganyar 1242 2265 1768 374 607 1541

    10 Tasikmadu 559 1594 1604 294 610 1745

    11 Jaten 305 1542 1833 246 357 1179

    12 Colomadu 573 1253 1460 278 270 983

    13 Gondangrejo 623 2703 2347 788 1117 2371

    14 Kebakkramat 882 2156 1620 336 631 1768

    15 Mojogedang 855 2209 2000 835 1101 2472

    16 Kerjo 404 1247 1059 389 513 1119

    17 Jenawi 252 789 1109 363 537 1234

    Jumlah 9135 25601 25613 7132 10764 26061

    Sumber: PPLS, BPS tahun 2008 dan 2011

  • 19

    Tabel diatas menunjukan bahwa terjadi penurunan jumlah keluarga sangat

    miskin dari tahun 2008 dengan 2011 yaitu sebesar 2003 atau 21.93%. Jumlah

    keluarga miskin terjadi penurunan sebesar 14837 atau 58%, dan keluarga hampir

    miskin terjadi peningkatan sebesar 448 atau 1.75%. Berdasarkan data diatas, dapat

    disajikan dalam bentuk peta sebagai berikut:

  • 20

  • 21

    7. Kabupaten Wonogiri

    Kabupaten Wonogiri terbagi menjadi 25 kecamatan yang memiliki

    klasifikasi kemiskinan berbeda-beda. Berikut data yang dihimpun Program

    Pendataan Perlindungan Sosial tahun 2008 dan 2011.

    Tabel 7. Rumah Tangga Miskin Menurut Kecamatan dan Klasifikasi

    Kemiskinan Kabupaten Wonogiri Tahun 2008 dan 2011

    No Kecamatan Tahun 2008 Tahun 2011

    Sangat

    Miskin

    Miskin Hampir

    Miskin

    Sangat

    Miskin

    Miskin Hampir

    Miskin

    1 Pracimantoro 745 2365 2253 926 1089 2465

    2 Paranggupito 90 697 1333 311 420 902

    3 Giritontro 415 1373 1108 266 434 1004

    4 Giriwoyo 597 1884 1357 400 546 1377

    5 Batuwarno 207 993 854 77 181 628

    6 Karangtengah 221 645 402 198 309 528

    7 Tirtomoyo 1220 2379 938 640 808 1722

    8 Nguntoronadi 273 1081 927 222 343 956

    9 Baturetno 280 1278 1753 259 390 1296

    10 Eromoko 206 1182 1551 242 409 1160

    11 Wuryantoro 348 1342 1261 125 232 777

    12 Manyaran 331 1303 1503 397 631 1566

    13 Selogiri 375 1056 1044 250 362 935

    14 Wonogiri 647 1804 1540 374 499 1143

    15 Ngadirojo 518 1449 1253 346 531 1269

    16 Sidoharjo 581 1245 1132 473 520 1042

    17 Jatiroto 299 810 749 354 423 898

    18 Kismantoro 955 1629 663 1421 1250 1670

    19 Purwantoro 729 2016 1676 1009 1063 1715

    20 Bulukerto 698 961 447 279 334 658

  • 22

    21 Puhpelem 405 770 506 206 286 680

    22 Slogohimo 667 1485 892 540 633 1353

    23 Jatisrono 1100 1616 922 325 450 934

    24 Jatipuro 451 698 391 290 268 610

    25 Girimarto 621 1282 662 333 475 1019

    Jumlah 12979 33343 27117 10263 12886 28307

    Sumber: PPLS, BPS tahun 2008 dan 2011

    Tabel diatas menunjukan bahwa terjadi penurunan jumlah keluarga sangat

    miskin dari tahun 2008 dengan 2011 yaitu sebesar 2716 atau 20.93%. Jumlah

    keluarga miskin terjadi penurunan sebesar 20457 atau 61.35%, dan keluarga

    hampir miskin terjadi peningkatan sebesar 1190 atau 4.39%. Berdasarkan data

    diatas, dapat disajikan dalam bentuk peta sebagai berikut:

  • 23

  • 24

    B. Faktor Penyebab Kemiskinan

    1. Pertumbuhan Ekonomi

    Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang

    dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi

    kepada penduduknya yang ditentukan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-

    penyesuaian teknoogi, institusional (kelembagaan), dan ideologis terhadap

    berbagai tuntutan keadaan yang ada (Simon Kuznetz dalam Todaro, 2004).

    Menurut Robinson Tarigan (2004) pertumbuhan ekonomi wilayah adalah

    pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan

    seluruh nilai tambah (value added) yang terjadi di wilayah tersebut. Berikut

    merupakan data pertumbuhan ekonomi tahun 2008 dan 2011 di eks. Karesidenan

    Surakarta.

    Tabel 8. Pertumbuhan Ekonomi eks. Karesidenan Surakarta 2008 dan 2011

    No Kabupaten / Kota 2008

    (%)

    2011

    (%)

    1 Boyolali 4.04 5.28

    2 Klaten 3.93 1.96

    3 Sukoharjo 4.84 4.59

    4 Wonogiri 4.27 2.03

    5 Karanganyar 5.30 5.50

    6 Sragen 5.69 6.53

    7 Surakarta 5.69 6.04

    Sumber : BPS Surakarta

    Dari Tabel diatas menunjukkan bahwa perkembangan perekonomian di

    eks. Karesidenan Surakarta pada tahun 2008 dan 2011 berbeda-beda setiap

    kabupatennya, hal ini ditunjukkan dengan laju pertumbuhan ekonomi yang diukur

    berdasarkan kenaikan PDRB non migas atas dasar harga konstan di masing-

    masing kabupaten/kota di Karesidenan Surakarta.

  • 25

    Kabupaten Sragen memiliki rata-rata tingkat pertumbuhan ekonomi

    tertinggi di Karesidenan Surakarta, sebesar 6.53% pada tahun 2011. Apabila

    dibandingkan dengan tahun 2008 terjadi kenaikan sebesar 0.84%. Kemudian

    didikuti Kota Surakarta 6.04%, dan apabila dibandingkan dengan tahun 2008

    mengalami kenaikan 0.95%. Kabupaten Karanganyar menempati posisi ketiga

    dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 sebesar 5.50%, dan mengalami

    kenaikan apabila dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 0.20%. Kabupaten

    Boyolali pertumbuhan ekonomi tahun 2011 sebesar 5.28, dan apabila

    dibandingkan dengan tahun 2008 terjadi kenaikan sebesar 1.24%.

    Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sukoharjo, dan Kabupaten Klaten terjadi

    penurunan pertumbuhan ekonomi. Kabupaten Klaten dari 3.93% pada tahun 2008

    turun menjadi 1.96 pada tahun 2011. Kabupaten Sukoharjo dari 4.84% pada tahun

    2008 turun menjadi 4.59% pada tahun 2011, dan Kabupaten Wonogiri pada tahun

    2008 4.27% turun menjadi 2.03%.

    2. Upah Minimum

    Kebijakan upah minimum di Indonesia tertuang dalam Peraturan Menteri

    Tenaga Kerja Nomor : Per-01/Men/1999 dan UU Ketenagakerjaan No. 13 tahun

    2003. Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Tenaga

    Kerja Nomor : Per-01/Men/1999 tentang Upah Minimum adalah upah bulanan

    terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Yang dimaksud

    dengan tunjangan tetap adalah suatu jumlah imbalan yang diterima pekerja secara

    tetap dan teratur pembayarannya, yang tidak dikaitkan dengan kehadiran ataupun

    pencapaian prestasi tertentu.

    Dalam rangka mewujudkan penghasilan yang layak bagi pekerja, perlu

    ditetapkan upah minimum dengan mempertimbangkan peningkatan kesejahteraan

    pekerja tanpa mengabaikan peningkatan produktivitas dan kemajuan perusahaan

    serta perkembangan perekonomian pada umumnya. Upah minimum merupakan

    upah terendah yang diterima karyawan/pekerja yang masa kerjanya dibawah satu

    tahun.

  • 26

    Bagi yang bekerja lebih dari satu tahun, maka upah yang diterima diatur

    oleh peraturan perusahaan dengan sistem pengupahan yang telah disepakati antara

    pengusaha dan serikat pekerja perusahaan. Penetapan upah minimum

    kabupaten/kota harus tetap berdasarkan kesepakatan tripartit antara buruh,

    pengusaha, dan pemerintah. Fungsi upah minimum pada dasarnya sebagai jarring

    pengaman terhadap pekerja atau buruh agar tidak diekspolitasi dalam bekerja

    sehingga penentuannya tetap melibatkan pemerintah. Berukit merupakan data

    perbandingan kebutuhan hidup layak (KHL) dengan upah minimum per

    kabupaten di sks. Karesidenan Surakarta.

    Tabel 9. Perbandingan KHL dan UMK Karesidenan Surakarta Tahun 2008 dan

    2011

    No Kabupaten /

    Kota

    2008 2011

    KHL UMK KHL UMK

    1 Boyolali 642.387 622.000 800.500 800.500

    2 Klaten 658.596 607.000 766.022,08 766.022

    3 Sukoharjo 659.715 642.500 790.358,82 790.500

    4 Wonogiri 618.020 585.000 772.931 730.000

    5 Karanganyar 668.810 650.000 820.800 801.500

    6 Sragen 640.286 607.500 771.035 760.000

    7 Surakarta 722.782 674.300 864.445 826.252

    Sumber : BPS Jawa Tengah

    Tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2008 sampai 2011, upah

    minimum kabupaten/kota di eks. Karesidenan Surakarta terus mengalami

    kenaikan, dengan adanya peningkatan upah minimum kabupaten/kota di Jawa

    Tengah diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan mendorong

    produktivitas pekerja.

    Apabila dibandingkan dengan kebutuhan hidup layak (KHL), pada tahun

    2008 upah minimum kabupaten lebih kecil pada seluruh kabupaten. Pada tahun

    2011 Kabupaten Boyolali, Klaten, dan Sukoharjo terjadi persamaan antara

  • 27

    kebutuhan hidup layak dengan upah minimum kabupaten. Tetapi pada Kabupaten

    Wonogiri, Karanganyar, Sragen, dan Surakarta tetap lebih rendah upah minimum

    kabupaten apabila dibandingkan dengan kebutuhan hidup layak.

    3. Pendidikan

    Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

    Tentang Sisitem Pendidikan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

    mewujutkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

    aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual

    keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

    ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

    Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka pengetahuan dan

    keahlian juga akan meningkat sehingga akan mendorong peningkatan

    produktivitas kerja seseorang (Rasidin K, 2004), maka indikator pendidikan yang

    dilihat dalam penelitian ini adalah penduduk usia produktif (15 tahun keatas) yang

    telah lulus pendidikan SMA keatas (lulus pendidikan menengah dan tinggi)

    termasuk didalamnya pendidikan SMA sederajat, D1, D2, D3, S1, S2, dan S3.

    Dimana pada tingkat pendidikan ini tingkat keahlian dan tingkat produktivitas

    lebih tinggi dibandingkan lulusan tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP),

    sehingga memiliki kesempatan yang lebih besar untuk memperbaiki

    kesejahteraannya karena pendapatan yang diperoleh lebih tinggi dibanding lulusan

    pendidikan dasar.

    Tabel 10. Perkembangan Pertumbuhan Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas

    dengan Pendidikan Minimal SLTA + (tamatan SLTA dan Perguruan Tinggi)

    Di Karesidenan Surakarta Tahun 2008 dan 2011

    No Kabupaten /

    Kota

    2008 2011

    Angkatan

    Kerja

    Jumlah

    Penduduk

    Angkatan

    Kerja

    Jumlah

    Penduduk

    1 Boyolali 148028 949594 152.004 953839

    2 Klaten 300408 1300494 212643 1311374

  • 28

    3 Sukoharjo 249479 826699 167773 851157

    4 Wonogiri 105279 1238912 73719 1.252930

    5 Karanganyar 180978 812423 149117 825671

    6 Sragen 144235 871951 105244 889464

    7 Surakarta 216237 522935 132734 501650

    Sumber: BPS Jawa Tengah

    Jumlah penduduk berumur 15 tahun keatas yang lulus pendidikan SMA

    keatas di eks. Karesidenan Surakarta mengalami penurunan apabila dibandingkan

    antara tahun 2008 dengan tahun 2011. Kabupaten Boyolali mengalami penurunan

    sebesar 147876 jiwa, Kabupaten Klaten 87765 jiwa, Kabupaten Sukoharjo 81706

    jiwa, Kabupaten Wonogiri sebesar 31560 jiwa, Kabupaten Karanganyar sebesar

    31861 jiwa, Kabupaten Sragen sebesar 38991 jiwa, dan Kota Surakarta sebesar

    83503 jiwa.

    4. Pengangguran

    Menurut Badan Pusat Stsatistik (BPS), pengangguran terbuka adalah

    adalah penduduk yang telah masuk dalam angkatan kerja tetapi tidak memiliki

    pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, serta sudah

    memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

    Tabel 11. Prosentase Pengangguran Karesidenan Surakarta Tahun 2008 dan 2011

    No Kabupaten / Kota TPT TPAK

    2008 2011 2008 2011

    1 Boyolali 5,51 5,24 74,65 70,44

    2 Klaten 6,36 6,21 68,27 70,03

    3 Sukoharjo 8,28 5,48 69,15 70,08

    4 Wonogiri 5,03 3,41 73,26 69,62

    5 Karanganyar 8,26 5,51 70,23 71,10

    6 Sragen 5,78 5,69 72,29 71,25

    7 Surakarta 10,44 6,36 65,02 69,01

  • 29

    Sumber : BPS Jawa Tengah

    Tingkat pengangguran di Karesidenan Surakarta tergolong masih tinggi,

    dimana masih dalam kisaran diatas 5 persen. Tingkat pengangguran mengalami

    penurunan pada setiap kabupaten antara tahun 2008 dengan tahun 2011.

    Penurunan yang terbesar adalah Kota Surakarta sebesar 4.08, Kabupaten

    Sukoharjo sebesar 2.8, Kabupaten Karanganyar sebesar 2.75, Kabupaten Boyolali

    sebesar 0.27, Kabupaten Klaten sebesar 0.15, dan yang terkecil Kabupaten Sragen

    Sebesar 0.09.

    C. Penanggulangan Kemiskinan di Eks. Karisedinan Surakarta

    Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah diberikan, maka

    dapat diberikan beberapa saran yaitu sebagai berikut :

    1. Pertumbuhan Ekonomi

    Pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan, sehingga

    hendaknya ke depan dapat dilaksanakan pembangun yang berorientasi

    pada pemerataan pendapatan serta pemerataan hasil-hasil ekonomi

    keseluruh golongan masyarakat, serta dilakukan upaya peningkatan

    pertumbuhan ekonomi di masing-masing kabupaten/kota dengan

    mengandalkan potensi-potensi yang dimiliki.

    2. Upah Minimum

    Upah minimum yang ditetapkan pemerintah juga berpengaruh negative

    terhadap tingkat kemiskinan. Untuk itu kebijakan penetapan upah

    minimum harus tetap dilakukan dan tingkat upahnya dinaikkan sesuai

    KHL (Kebutuhan Hidup Layak) untuk melindungi pekerja dari

    kemiskinan.

    3. Pendidikan

    Pendidikan memiliki pengaruh yang negatif terhadap tingkat kemiskinan.

    Kebijakan wajib belajar 9 tahun hendaknya ditingkatkan menjadi 12 tahun,

    sehingga semua mendapat pendidikan yang lebih tinggi dari pada

    pendidikan dasar, sehingga tingkat kemiskinan dapat diturunkan.

  • 30

    Memberikan jaminan pendidikan bagi orang miskin serta meningkatkan

    115 fasilitas-fasilitas pendidikan secara merata tidak hanya terpusat di

    suatu daerah tetapi merata ke seluruh daerah.

    4. Tingkat Pengangguran

    Tingkat pengangguran berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan.

    Untuk menurunkan tingkat kemiskinan, maka tingkat pengangguran juga

    harus dturunkan, dengan mempermudah ijin pendirian usaha agar

    kesempatan kerja semakin besar, sehingga banyak tenaga kerja yang

    terserap.

  • 31

    BAB III

    KESIMPULAN

    Berdasar pembahasan pada BAB II, maka dapat diambil kesimpulan

    sebagai berikut:

    1. Persebaran keluarga miskin di eks. Karesidenan Surakarta memiliki

    perbedaan antar kecamatan pada tingkat kabupaten, dan antar

    kabupaten/kota pada tingkat karesidenan. Jumlah keluarga miskin tersebut

    dipengaruhi oleh beberapa faktor/variabelyang berbeda-beda pula setiap

    wilayah.

    2. Sejumlah variabel dapat dipakai untuk melacak persoalan kemiskinan, dan

    dari variabel ini dihasilkan serangkaian strategi dan kebijakan

    penanggulangan kemiskinan yang tepat sasaran dan berkesinambungan.

    Variabel yang diprediksi berpengaruh terhadap kemiskinan adalah

    pertumbuhan ekonomi, upah minimum, tingkat pendidikan pada usia

    produktif, dan tingkat pengangguran kabupaten/kota.

    3. Penanggulangan kemiskinan keluarga miskin di eks. Karesidenan

    Surakarta dapat dilakukan dengan memperhitungkan variabel yang

    mempengaruhi kemiskinan tersebut.

  • 32

    DAFTAR PUSTAKA

    Badan Pusat Statistik. 2008. Surakarta Dalam Angka. Surakarta

    Badan Pusat Statistik. 2011. Surakarta Dalam Angka. Surakarta

    Badan Pusat Statistik. 2008. Boyolali Dalam Angka. Boyolali

    Badan Pusat Statistik. 2011. Boyolali Dalam Angka. Boyolali

    Badan Pusat Statistik. 2008. Sragen Dalam Angka. Sragen

    Badan Pusat Statistik. 2011. Sragen Dalam Angka. Sragen

    Badan Pusat Statistik. 2008. Wonogiri Dalam Angka. Wonogiri

    Badan Pusat Statistik. 2011. Wonogiri Dalam Angka. Wonogiri

    Badan Pusat Statistik. 2008. Karanganyar Dalam Angka. Karanganyar

    Badan Pusat Statistik. 2011. Karanganyar Dalam Angka. Karanganyar

    Badan Pusat Statistik. 2008. Sukoharjo Dalam Angka. Sukoharjo

    Badan Pusat Statistik. 2011. Sukoharjo Dalam Angka. Sukoharjo

    Badan Pusat Statistik. 2008. Klaten Dalam Angka. Klaten

    Badan Pusat Statistik. 2011. Klaten Dalam Angka. Klaten

    Badan Pusat Statistik. 2009. Jawa Tengah Dalam Angka Berbagai Tahun

    Terbitan.

    Badan Pusat Statistik. 2008. PDRB Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah

    Berbagai

    Badan Pusat Statistik. 2008. PDRB Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah

    Berbagai

  • 33

    Boediono, 2002, Ekonomi Mikro : Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.1,

    Edisi 2, BPFE, Yogyakarta.

    Robinson Tarigan, 2004. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara:

    Jakarta.

    Adit Agus Prastyo, 2010. Fnalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kingkat

    Kemiskinan. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.