pemerintah kabupaten kotabaru · bidang pelayanan kesehatan/pengobatan, maka naskah perjanjian...
TRANSCRIPT
BUPATI KOTABARU
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU
NOMOR 29 TAHUN 2014
TENTANG
POLA TARIF BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTABARU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KOTABARU,
Menimbang : a. bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Kotabaru adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah dengan status
Badan Layanan Umum Daerah Penuh;
b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 58 Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah, perlu ditetapkan tarif layanan pada Badan Layanan
Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Kotabaru;
c. bahwa pengaturan retribusi sebagaimana Peraturan Daerah
Kabupaten Kotabaru Nomor 03 Tahun 2012 tentang
Retribusi Jasa Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 05 Tahun
2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten
Kotabaru Nomor 03 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Umum, perlu disesuaikan dengan pengaturan tarif layanan
sebagaimana dimaksud dalam huruf b;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan
Peraturan Daerah tentang Pola Tarif Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Kotabaru;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
- 2 -
2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 Tentang
Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1820);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4268);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4400)
6. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembahan Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 63, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4634);
9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5038);
10. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
11. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
12. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
- 3 -
13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Than 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 171,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5340);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor
25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Uang Negara/ Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738);
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Pelayanan Umum Daerah;
20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/
MENKES/PER/VII/ 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;
21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2013 tentang
Pola Tarif Badan Layanan Umum Rumah Sakit di Lingkungan Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 266);
- 4 -
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32);
23. Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 19 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi
Kewenangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kotabaru
(Lembaran Daerah Kabupaten Kotabaru Tahun 2007 Nomor
19);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN KOTABARU
dan
BUPATI KOTABARU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG POLA TARIF BADAN LAYANAN
UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTABARU.
BAB I KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Istilah dan Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Kotabaru.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
3. Bupati adalah Bupati Kotabaru.
4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Kotabaru.
5. Badan Layanan Umum Daerah, yang selanjutnya disingkat
BLUD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah yang dibentuk/ditetapkan untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktifitas.
- 5 -
6. Rencana Bisnis dan Anggaran, yang selanjutnya disingkat RBA adalah dokumen perencanaan bisnis dan penganggaran
tahunan yang berisi program, kegiatan, target kinerja dan
anggaran BLUD.
7. Rumah Sakit adalah Rumah Sakit Umum Daerah Kotabaru.
8. Direktur adalah Direktur RSUD Kotabaru.
9. Pola Tarif adalah merupakan dasar perhitungan untuk
menetapkan besaran tarif layanan rumah sakit.
10. Tarif Layanan adalah imbalan atas barang dan/atau jasa yang
diberikan oleh rumah sakit termasuk imbalan hasil yang wajar
dari investasi dana, dapat bertujuan untuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya per unit layanan.
11. Besaran Tarif Layanan adalah total tarif per unit layanan yang
dihitung berdasarkan biaya satuan (unit cost).
12. Biaya Satuan (unit cost) adalah perhitungan biaya riil yang
dikeluarkan untuk melaksanakan satu unit/jenis layanan
tertentu di rumah sakit yang terdiri dari biaya langsung dan
tidak langsung.
13. Jasa Sarana adalah imbalan hasil yang diterima rumah sakit
atas pemakaian sarana dan fasilitas serta pemanfaatan bahan,
yang digunakan langsung dalam rangka pelayanan kesehatan.
14. Jasa Pelayanan adalah imbalan hasil yang diterima rumah
sakit atas pelayanan yang telah diterima oleh pasien atau
pelanggan lainnya.
15. Akomodasi adalah penggunaan ruangan dan fasilitas di ruang
perawatan termasuk makanan dan minuman pasien.
16. Bahan Alat Kesehatan Habis Pakai yang selanjutnya disingkat BAKHP adalah bahan alat kesehatan habis pakai yang
digunakan dalam rangka penegakan diagnosis, perawatan,
penunjang pelayanan dan pengobatan pasien
Bagian Kedua
Maksud dan Tujuan
Pasal 2
(1) Maksud diberlakukannya Peraturan Daerah ini adalah untuk
mengatur/memberi acuan bagi rumah sakit dalam menyusun
besaran tarif layanan.
(2) Tujuan diberlakukannya Peraturan Daerah ini adalah agar
rumah sakit memperoleh rumusan besaran tarif layanan yang
tepat yang memenuhi unsur-unsur pertimbangan menjamin
kontinuitas pelayanan dan pengembangan pelayanan, fungsi sosial rumah sakit, kompetisi yang sehat dan azas gotong
royong.
- 6 -
Bagian Ketiga
Ruang Lingkup
Pasal 3
Ruang lingkup Peraturan Daerah ini meliputi kebijakan tentang
tarif layanan, identifikasi pelayanan yang dikenakan tarif layanan, komponen tarif layanan, pola perhitungan tarif layanan, serta
pendapatan dan pengelolaan pendapatan rumah sakit.
BAB II
KEBIJAKAN TARIF LAYANAN
Pasal 4
(1) Pemerintah dan masyarakat bertanggungjawab bersama dalam
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
(2) Semua kegiatan pelayanan dan kegiatan non pelayanan di
rumah sakit dikenakan tarif layanan.
(3) Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
seluruh biaya yang dibebankan kepada masyarakat pengguna
layanan atas penyelenggaraan kegiatan di rumah sakit dengan perhitungan biaya setara biaya satuan (unit cost).
(4) Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan:
a. tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan berdasarkan pada
prinsip efisiensi dan produktifitas;
b. harus mempertimbangkan standar pelayanan minimal sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
c. harus mempertimbangkan kontinuitas dan
pengembangan layanan, daya beli masyarakat, azas
keadilan dan kepatutan dan, kompetisi yang sehat.
Pasal 5
(1) Kelas ruang perawatan di rumah sakit yang membedakan
akomodasi ruangan terdiri atas :
a. kelas 3; b. kelas 2;
c. kelas 1;
d. kelas khusus; dan e. kelas Paviliun.
(2) Direktur menetapkan proporsi kelas perawatan sesuai dengan
kebutuhan dan fasilitas ruang rawat berdasarkan kelas-kelas perawatan.
(3) Proporsi tempat tidur perawatan kelas 3 sekurang-kurangnya 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah tempat tidur yang
tersedia.
- 7 -
Pasal 6
Perhitungan tarif pelayanan dengan besaran yang ditetapkan sesuai jenis, sifat atau klasifikasi tindakan/pelayanan dan tidak
memperhitungkan lagi berdasarkan kelas akomodasi ruang
perawatan atau disebut sebagai pelayanan non kelas yaitu untuk
pelayanan medik, pelayanan keperawatan dan pelayanan penunjang medik.
Pasal 7
(1) Tarif pelayanan dan lain-lain untuk golongan masyarakat yang
pembayaran tarif layanan dijamin oleh pihak penjamin, ditetapkan berdasarkan ketentuan yang ada atau ditetapkan
tersendiri berdasarkan prinsip kesetaraan dan saling
menguntungkan melalui suatu ikatan perjanjian kerjasama secara tertulis.
(2) Tarif pelayanan untuk peserta Badan Pelaksana Jaminan
Sosial Bidang Kesehatan (BPJS-BK), dan peserta Program
Jaminan Pelayanan Kesehatan Daerah (Jamkesda) Kabupaten Kotabaru, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Apabila pihak penjamin tertentu telah mengadakan perjanjian kerjasama dengan Pemerintah Daerah dan masih berlaku,
yang di dalamnya mencakup ruang lingkup kerjasama di
bidang pelayanan kesehatan/pengobatan, maka naskah perjanjian kerjasama dimaksud merupakan payung kerjasama
secara umum.
(4) Kerangka acuan teknis kerjasama pelayanan kesehatan/pengobatan akan dirumuskan lebih lanjut antara
rumah sakit dengan pihak penjamin, dengan tetap mengacu
kepada naskah perjanjian kerjasama antara Pemerintah
Daerah dengan pihak penjamin.
Pasal 8
(1) Besaran tarif pelayanan diusulkan Direktur kepada Bupati
melalui Sekretaris Daerah.
(2) Besaran tarif pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati dan disampaikan kepada
Pimpinan DPRD.
Pasal 9
(1) Direktur berwenang membebaskan tarif pelayanan.
(2) Petunjuk pelaksanaan mengenai pembebasan tarif pelayanan
ditetapkan oleh Bupati atas usulan Direktur.
- 8 -
BAB III
PELAYANAN YANG DIKENAKAN TARIF
Bagian Kesatu
Kegiatan Pelayanan Kesehatan
Pasal 10
(1) Kegiatan pelayanan kesehatan rumah sakit adalah mengacu
kepada Standar Pelayanan Minimum yang telah ditetapkan oleh Bupati.
(2) Kegiatan pelayanan kesehatan yang dikenakan tarif
dikelompokkan berdasarkan tempat pelayanan dan jenis pelayanan.
(3) Tempat pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri
atas penerimaan pasien, pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap dan pelayanan rawat darurat.
(4) Penerimaan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
adalah tempat penerimaan pasien rumah sakit, baik tujuan
rawat darurat, rawat jalan, rawat inap, maupun untuk tujuan lainnya.
(5) Pelayanan rawat jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
merupakan pelayanan kepada pasien untuk observasi/pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, pelayanan
keperawatan, rehabilitasi medis, dan pelayanan kesehatan
lainnya tanpa tinggal di ruang rawat inap, meliputi poliklinik, kamar operasi, rawat rehabilitasi, dan kamar tindakan lainnya.
(6) Pelayanan rawat inap sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
merupakan pelayanan kepada pasien untuk observasi/pemeriksaan, diagnosis, perawatan, pengobatan,
rehabilitasi medis dan/atau pelayanan kesehatan lainnya
dengan menempati tempat tidur, meliputi ruang perawatan,
kamar operasi, kamar bersalin, rawat intensif dan rawat rehabilitasi.
(7) Pelayanan rawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
merupakan pelayanan kesehatan yang harus diberikan secepatnya untuk mencegah dan/atau menanggulangi risiko
kematian dan/atau cacat.
(8) Jenis pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas pelayanan medis, pelayanan keperawatan dan pelayanan
penunjang medis.
(9) Pelayanan medis sebagaimana dimaksud pada ayat (8) adalah pelayanan yang bersifat individu yang diberikan oleh tenaga
medis yaitu dokter dan dokter gigi.
(10) Pelayanan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) adalah seluruh pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat atau bidan di tempat pelayanan rawat jalan, rawat
inap, rawat darurat, kamar operasi dan tempat
pelayanan/tindakan lainnya.
- 9 -
(11) Pelayanan Penunjang Medis sebagaimana dimaksud pada ayat
(8) merupakan pelayanan untuk penunjang penegakan
diagnosis dan penunjang pelayanan dalam rangka rehabilitasi dan penyembuhan pasien.
(12) Jenis pelayanan baru selain pelayanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (8) ditetapkan oleh Direktur.
Paragraf 1
Penerimaan Pasien
Pasal 11
(1) Pelayanan penerimaan pasien merupakan pelayanan pendaftaran dan administrasi pasien sebelum mendapatkan
pelayanan rumah sakit yang dilaksanakan di Loket
Penerimaan Pasien sebagai bagian dari Unit Rekam Medis Rumah Sakit.
(2) Pelayanan penerimaan pasien sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi : a. pemeriksaan dokumen persyaratan berobat; dan
b. pemberkasan dan pengelolaan rekam medis.
Paragraf 2
Pelayanan Rawat Inap
Pasal 12
(1) Pelayanan rawat inap terdiri atas :
a. rawat siang hari (day care);
b. rawat sehari (one day care);
c. rawat intensif;
d. perawatan di kamar operasi (pre-post; dan RR)
e. perawatan di kamar bersalin; dan
f. perawatan di kamar observasi IGD; dan
g. perawatan di kamar tindakan lainnya.
(2) Rawat siang hari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan pelayanan berkesinambungan kepada pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan,
perawatan/kebidanan, rehabilitasi, hemodialisa atau
pelayanan lainnya yang menempati tempat tidur 6 (enam) jam
sampai dengan 12 (dua belas) jam.
(3) Rawat sehari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan pelayanan kepada pasien untuk observasi, perawatan/kebidanan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi
medis dan/atau pelayanan lainnya yang menempati tempat
tidur lebih dari 12 (dua belas) jam sampai dengan 1 (satu) hari.
- 10 -
Paragraf 3
Pelayanan Medis
Pasal 13
(1) Pelayanan medis diselenggarakan di tempat pelayanan rawat
jalan, pelayanan rawat inap dan pelayanan rawat darurat.
(2) Jenis pelayanan medis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
meliputi :
a. pemeriksaan dan konsultasi;
b. visite dan konsultasi;
c. tindakan medis; dan
d. persalinan.
(3) Pemeriksaan dan konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan pelayanan medis yang dilakukan di
rawat jalan dan rawat darurat.
(4) Visite dan konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b merupakan pelayanan medis yang dilakukan di rawat inap dan rawat intensif.
(5) Tindakan medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
merupakan tindakan yang dilakukan oleh tenaga medis dibagi berdasarkan klasifikasi yang meliputi :
a. tindakan medis ringan;
b. tindakan medis sedang;
c. tindakan medis berat;
d. tindakan medis canggih; dan
e. tindakan medis khusus.
(6) Jenis pelayanan persalinan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf d adalah terdiri dari :
a. persalinan normal;
b. persalinan patologis;
c. kuretase; dan
d. pelayanan bayi baru lahir.
(7) Berdasarkan sifatnya pelayanan medis dibedakan menjadi :
a. terencana adalah pelayanan medis yang karena keadaan
pasiennya tidak memerlukan tindakan segera; dan
b. segera (cito) adalah pelayanan medis yang dikarenakan
keadaan pasien harus segera dilakukan.
(8) Tindakan medis tertentu di beberapa tempat pelayanan dapat
dilakukan secara pelimpahan wewenang dan kolaborasi dengan tenaga lain secara khusus perawat/bidan.
- 11 -
(9) Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
adalah pelimpahan tugas secara tertulis oleh dokter
penanggungjawab kepada perawat/bidan sesuai dengan kompetensinya.
(10) Pelayanan kolaborasi sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
adalah pelayanan yang dalam pelaksanaannya melalui
kerjasama lintas profesi.
(11) Direktur menetapkan ketentuan pelimpahan wewenang dan
pelayanan kolaborasi.
Paragraf 4
Pelayanan Keperawatan/Kebidanan
Pasal 14
(1) Jenis pelayanan keperawatan/kebidanan meliputi :
a. pengkajian keperawatan/kebidanan;
b. asuhan keperawatan/kebidanan;
c. tindakan keperawatan/kebidanan; dan
d. konsultasi keperawatan/kebidanan.
(2) Pengkajian keperawatan/kebidanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a adalah pemikiran dasar dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi dan data tentang pasien dalam rangka penegakan diagnosis
keperawatan, kekuatan pasien dan rencana yang efektif dalam
perawatan pasien.
(3) Asuhan keperawatan/kebidanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b diklasifikasikan sebagai berikut :
a. asuhan keperawatan dasar;
b. asuhan keperawatan parsial;
c. asuhan keperawatan total; dan
d. asuhan keperawatan intensif.
(4) Tindakan keperawatan/kebidanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c adalah pelaksanaan rencana tindakan
yang dikerjakan oleh perawat/bidan agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal, meliputi :
a. tindakan keperawatan mandiri; dan
b. tindakan keperawatan kolaborasi.
(5) Konsultasi keperawatan/kebidanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d adalah konsultasi perawat primer atau
perawat asosiasi kepada konselor keperawatan dalam ranah penanganan pelayanan keperawatan klien.
- 12 -
Paragraf 5
Pelayanan Penunjang Medik
Pasal 15
Jenis pelayanan penunjang medis meliputi :
a. pelayanan laboratorium;
b. pelayanan radiologi;
c. pelayanan farmasi;
d. pelayanan rehabilitasi medis;
e. pelayanan hemodialisa;
f. pelayanan gizi;
g. pelayanan transfusi darah dan bank darah plus;
h. pelayanan laundry;
i. pelayanan sterilisasi;
j. pemulasaraan jenazah;
k. pelayanan ambulance; dan
l. pelayanan pemeriksaan kesehatan;
Pasal 16
Pelayanan laboratorium sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
huruf a terdiri atas :
a. pemeriksaan patologi klinik;
b. pemeriksaan patologi anatomi; dan
c. pemeriksaan mikrobiologi klinik.
Pasal 17
Pelayanan radiologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf
b terdiri atas :
a. pemeriksaan radio diagnostik;
b. pemeriksaan diagnostik elektromedik; dan
c. pemeriksaan diagnostik khusus.
Pasal 18
(1) Pelayanan farmasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
huruf c terdiri atas pelayanan farmasi klinis dan pelayanan farmasi non klinis.
- 13 -
(2) Pelayanan farmasi klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari :
a. dispensing;
b. asuhan kefarmasian;
c. pelayanan informasi obat; dan
d. konseling obat.
(3) Pelayanan farmasi non klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah suatu proses yang merupakan siklus kegiatan
dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan
bagi kegiatan pelayanan.
Pasal 19
(1) Pelayanan rehabilitasi medis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 huruf d merupakan pelayanan yang diberikan oleh
Instalasi Rehabilitasi Medik.
(2) Pelayanan rehabilitasi medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :
a. fisioterapi;
b. terapi okupasional;
c. terapi wicara; dan
d. ortotik/prostetik.
Pasal 20
(1) Pelayanan hemodialisa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf e adalah pelayanan di Instalasi Hemodialisa merupakan
pelayanan cuci darah pasien gagal ginjal berdasarkan indikasi
medis.
(2) Pelayanan hemodialisa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk day care terdiri atas :
a. tindakan hemodialisa; dan
b. asuhan keperawatan.
Pasal 21
(1) Pelayanan gizi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf f
adalah pelayanan di Instalasi Gizi merupakan pelayanan oleh
tenaga gizi dalam bentuk asuhan (konseling) gizi dan pengadaan dan penyelenggaraan makanan pasien di ruang
rawat inap.
- 14 -
(2) Pelayanan gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas :
a. pengadaan dan penyelenggaraan makanan
b. distribusi makanan; dan
c. asuhan gizi.
Pasal 22
(1) Pelayanan transfusi darah dan bank darah plus sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 huruf g merupakan pelayanan
transfusi darah yang diselenggarakan oleh Instalasi Transfusi
Darah Rumah Sakit (UTDRS).
(2) Pelayanan transfusi darah dan bank darah plus sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :
a. seleksi donor darah
b. serologi dan crossmatch;
c. pengaktapan;
d. penyimpanan darah donor; dan
e. distribusi darah donor.
Pasal 23
(1) Pelayanan loundry sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
huruf h merupakan pelayanan dalam pengelolaan linen rumah sakit yang diselenggarakan Instalasi Loundry.
(2) Pelayanan loundry terdiri atas :
a. pengelolaan linen bekas pakai yang meliputi : pemilahan, dekontaminasi, pencucian, penyeterikaan; dan
b. distribusi kepada pasien rawat inap.
Pasal 24
(1) Pelayanan sterilisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
huruf i merupakan pelayanan yang bertanggungjawab
terhadap suplai alat/bahan kesehatan steril yang diselenggarakan di Instalasi Sterilisasi.
(2) Pelayanan sterilisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas :
a. pengelolaan alat/bahan bekas pakai; dan
b. sterilisasi.
- 15 -
Pasal 25
(1) Pelayanan pemulasaraan jenazah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf j adalah pelayanan pemulasaraan
jenazah baik yang berasal dari rumah sakit maupun jenazah
dari luar rumah sakit yang diselenggarakan di Instalasi
Pemulasaraan Jenazah.
(2) Pelayanan pemulasaraan jenazah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas :
a. perawatan jenazah;
b. penyimpanan jenazah;
c. bedah mayat;
d. konservasi (pengawetan) jenazah; dan
e. pelayanan medico legal.
Pasal 26
(1) Pelayanan ambulansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
huruf k adalah pelayanan mobilisasi terhadap
kegawatdaruratan, mobilisasi jenazah dan pelayanan rujukan pasien.
(2) Pelayanan ambulansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas :
a. ambulansi rujukan;
b. ambulansi kegawatdaruratan medik (118); dan
c. ambulansi jenazah (mobil jenazah).
Pasal 27
(1) Pelayanan pemeriksaan kesehatan (medical check up)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf l adalah
pemeriksaan kondisi kesehatan atas permintaan tertulis oleh
seseorang atau badan hukum, melalui pemeriksaan dan atau penunjang medik dengan hasil yang dinyatakan dalam surat
keterangan.
(2) Pelayanan pemeriksaan kesehatan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. pemeriksaan sederhana; dan
b. pemeriksaan standar.
- 16 -
Pasal 28
Bagi warga Negara Asing dikenakan tarif layanan sebesar dua kali dari tarif yang berlaku.
Bagian Kedua
Kegiatan Non Pelayanan
Pasal 29
(1) Kegiatan non pelayanan yang dikenakan tarif terdiri atas :
a. pendidikan dan pelatihan;
b. penelitian;
c. kerjasama bantuan alat dan tenaga kesehatan;
d. konsultasi dan narasumber; dan
e. kegiatan penunjang lainnya.
(2) Kegiatan pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi magang, orientasi, konsultasi,
studi banding, praktek lapangan, dan kegiatan pendidikan dan
pelatihan lainnya.
(3) Kegiatan penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b meliputi penelitian kesehatan dan penelitian non kesehatan,
termasuk permintaan data, dokumen atau referensi lainnya.
(4) Kegiatan kerjasama bantuan pemakaian alat dan tenaga
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
adalah pelaksanaan kegiatan pihak lain dengan pinjam pakai alat kesehatan atau tenaga kesehatan tertentu.
(5) Kegiatan konsultasi dan narasumber sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d adalah kegiatan konsultasi dan narasumber oleh pegawai rumakh sakit kepada orang/pihak
lain, dalam hal manajemen pelayanan kesehatan rumah sakit
dan pelayanan kedokteran.
(6) Kegiatan penunjang lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e antara lain kegiatan sewa lahan/ruang, parkir,
kantin, hostel, pemasaran, promosi dan kerjasama operasional
(KSO).
(7) Ketentuan lebih lanjut tentang kegiatan non pelayanan diatur
oleh Direktur.
(8) Jenis kegiatan non pelayanan selain yang ditetapkan pada ayat (1) ditetapkan oleh Direktur.
- 17 -
BAB IV
KOMPONEN TARIF
Pasal 30
(1) Tarif layanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi komponen jasa sarana dan jasa pelayanan.
(2) Obat-obatan dan bahan non medis lainnya, tidak termasuk
dalam komponen tarif rumah sakit, tetapi dibayar terpisah oleh pasien (pasien bukan peserta BPJS-BK).
(3) Komponen jasa sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan imbalan yang diterima oleh rumah sakit atas pemakaian sarana termasuk BAKHP, bahan lain, sarana atau
fasilitas lainnya, yang digunakan langsung dalam rangka
pelayanan medis dan pelayanan penunjang medis dengan memperhitungkan biaya investasi.
(4) Komponen jasa pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan imbalan yang diterima oleh pelaksana
pelayanan atas jasa yang diberikan rumah sakit kepada pasien dalam rangka pelayanan medis, pelayanan keperawatan,
pelayanan penunjang medis dan/atau pelayanan lainnya.
(5) Jasa pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas jasa medis, jasa keperawatan, jasa tenaga penunjang
medis, dan jasa tenaga kesehatan lainnya.
(6) Jasa medis sebagaimana dimaksud pada ayat (5) meliputi jasa seluruh tenaga medis yang melakukan pelayanan medis.
(7) Jasa keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
meliputi jasa seluruh tenaga perawat/bidan yang melakukan tindakan dan/atau asuhan keperawatan/ kebidanan.
(8) Jasa penunjang medis sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
meliputi jasa seluruh tenaga penunjang medis yang
melakukan pelayanan penunjang medis.
(9) Jasa tenaga kesehatan lainnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) meliputi jasa seluruh tenaga pelayanan disamping
jenis tenaga sebagaimana dimaksud pada ayat (6), ayat (7) dan ayat (8).
- 18 -
Pasal 31
Tarif pelayanan kegiatan non pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 meliputi komponen jasa sarana
dan/atau jasa lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB V
POLA PERHITUNGAN TARIF
Pasal 32
(1) Pola tarif merupakan dasar perhitungan untuk menetapkan besaran tarif layanan rumah sakit.
(2) Besaran tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dihitung berdasarkan activity based costing yaitu menghitung biaya satuan per tindakan, yang merupakan bagian dari
akuntansi murni.
(3) Rumus menghitung besaran tarif layanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) adalah penjumlahan biaya satuan (unit cost) dengan pengembangan layanan rumah sakit.
(4) Biaya satuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan
hasil perhitungan biaya BAKHP, inflasi biaya BAKHP, jasa pelayanan dan beban rumah sakit.
(5) Pengembangan layanan rumah sakit sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) ditetapkan dengan penambahan sebesar 20%
(dua puluh persen) dari total biaya satuan.
(6) Biaya BAKHP sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan
total biaya pembelian.
(7) Inflasi biaya BAKHP sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan perkiraan besar inflasi 10% (sepuluh
persen).
(8) Beban rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan perhitungan rata-rata beban rumah sakit untuk
setiap tindakan pelayanan.
BAB VI
PENGELOLAAN PENDAPATAN RUMAH SAKIT
Pasal 33
(1) Pendapatan Rumah Sakit berasal dari usaha kegiatan
pelayanan dan kegiatan non pelayanan.
(2) Pendapatan usaha dari kegiatan pelayanan merupakan
pendapatan yang diperoleh sebagai imbalan atas barang/jasa
yang diberikan kepada masyarakat.
- 19 -
(3) Pendapatan usaha dari kegiatan non pelayanan merupakan
pendapatan yang berasal dari kegiatan pendidikan dan
pelatihan, penelitian, hasil kerjasama operasional, parkir, sewa, jasa lembaga keuangan, dan kegiatan lainnya.
(4) Penggunaan jasa pelayanan diperuntukkan bagi petugas
pemberi pelayanan langsung, tidak langsung dan untuk
pengembangan rumah sakit.
Pasal 34
Seluruh penerimaan/pendapatan dari sumber manapun yang sah
di rumah sakit, wajib disetor dan dicatat kepada bendahara penerimaan rumah sakit.
Pasal 35
Pendapatan Rumah Sakit dikelola langsung untuk membiayai
belanja Rumah Sakit sesuai dengan RBA.
Pasal 36
Tata cara pengelolaan seluruh pendapatan Rumah Sakit meliputi
pemungutan, pembukuan, penyetoran, penyaluran, penggunaan dan pelaporan, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 37
(1) Penggunaan pendapatan yang diperoleh dari layanan
digunakan untuk membiayai pengeluaran rumah sakit yang
terdiri atas komponen jasa sarana (biaya operasional rumah sakit) dan jasa pelayanan.
(2) Penggunaan pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan oleh Direktur dengan proporsi sebagai berikut :
a. biaya pegawai paling besar 44% (empat puluh empat
persen); dan
b. biaya operasional, biaya investasi paling kecil 56% (lima puluh enam persen).
(3) Proporsi jasa pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, terdistribusikan secara proporsional pada seluruh instalasi/unit pelayanan yang dikenakan tarif layanan.
(4) Penetapan proporsi komponen tarif (jasa sarana dan
pelayanan) berdasarkan pertimbangan keberlangsungan
operasional pelayanan rumah sakit.
(5) Proporsi masing-masing komponen tarif ditiap instalasi/unit
pelayanan ditetapkan oleh Direktur.
- 20 -
BAB VII
PENYESUAIAN TARIF
Pasal 38
(1) Tarif layanan rumah sakit dapat dilakukan penyesuaian dan pemutahiran sesuai kebutuhan baik untuk tujuan menjamin
kontinuitas pelayanan dan pengembangan layanan serta
pertimbangan lainnya.
(2) Penyesuaian tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dilakukan terhadap sebagian atau seluruh bagian
tarif.
(3) Penyesuaian tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) diusulkan oleh Direktur kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah.
(4) Penyesuaian tarif layanan ditetapkan dengan Peraturan
Bupati.
BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 39
Pembinaan dan pengawasan untuk pelaksanaan Peraturan Daerah
ini dilakukan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 40
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, ketentuan Pasal 9,
Pasal 12 ayat (2) dan Lampiran II dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 03 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa
Umum (Lembaran Daerah Kabupaten Kotabaru Tahun 2012 Nomor
03, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 02) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Kotabaru Nomor 05 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas yang
Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 03 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Umum (Lembaran Daerah Kabupaten
Kotabaru Tahun 2013 Nomor 05, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Kotabaru Nomor 04), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
- 21-
Pasal 41
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Daerah Kabupaten Kotabaru.
Ditetapkan di Kotabaru
pada tanggal 31 Desember 2014
BUPATI KOTABARU,
H. IRHAMI RIDJANI
Diundangkan di Kotabaru pada tanggal 31 Desember 2014
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KOTABARU,
H. SURIANSYAH
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU
TAHUN 2014 NOMOR 29
NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU, PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN : (210/2014)
- 1 -
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU
NOMOR 29 TAHUN 2014
TENTANG
POLA TARIF BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTABARU
I. UMUM
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kotabaru dengan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLUD) dengan status BLUD
Penuh bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa, diperlukan upaya pengaturan dan penyesuaian sehingga proses
penerapan PPK BLUD itu sendiri dapat berjalan sesuai ketentuan.
Saat ini tahun 2014 RSUD Kotabaru memperoleh pendapatan dari dari tarif
retribusi pelayanan kesehatan yang diatur berdasarkan Peraturan Daerah
Nomor 03 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Umum sebagaimana diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 05 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 03 Tahun 2012 tentang
Retribusi Jasa Umum, maka dengan status BLUD yang telah ditetapkan, perlu dilakukan penyesuaian sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Keuangan BLUD yaitu penetapan pola tarif pelayanan berdasarkan perhitungan biaya satuan per jenis pelayanan.
Penetapan pola tarif pelayanan berdasarkan pertimbangan mampu menunjang operasional rumah sakit dan pengembangan pelayanan, fungsi
sosial rumah sakit, azas kekeluargaan dan gotong royong serta
pertimbangan kompetisi yang sehat dengan rumah sakit lain disekitar.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2 Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas. Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5 Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7 Ayat (1)
Pihak penjamin adalah orang atau badan hukum sebagai
penanggung biaya pelayanan kesehatan dari seseorang yang menggunakan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
- 2 -
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 8 Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11 Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas. Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5) Yang dimaksud dengan tindakan medis ringan adalah tindakan
medis yang memiliki risiko kecil, yang dilakukan oleh dokter yang
memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktek (SIP), dan dapat dilimpahtugaskan kepada perawat/bidan.
Yang dimaksud dengan tindakan medis sedang adalah tindakan
medik yang memiliki risiko sedang dan dapat dilaksanakan dengan atau tanpa pembiusan, yang dilakukan oleh dokter yang memiliki
STR dan SIP atau dapat dilimpahtugaskan atas dasar keyakinan
dokter kepada perawat/bidan.
Yang dimaksud dengan tindakan medis berat adalah tindakan
medik yang memiliki risiko tinggi dan umumnya dilakukan dengan pembiusan lokal, yang mutlak dilakukan oleh dokter yang
memiliki STR dan SIP sesuai dengan bidang keahliannya.
Yang dimaksud dengan tindakan medis canggih adalah tindakan
medik yang memiliki risiko tinggi dan tidak dapat
dilimpahtugaskan kepada perawat/bidan dan umumnya dilakukan dengan atau tanpa pembiusan, menggunakan alat canggih yang
dilakukan oleh dokter yang memiliki STR dan SIP sesuai dengan
bidang keahliannya.
Yang dimaksud dengan tindakan medis khusus adalah tindakan
medis dengan faktor penyulit dan memiliki risiko sangat tinggi,
umumnya dilakukan dengan pembiusan total, hanya dapat dilakukan oleh seorang dokter yang memiliki STR dan SIP sesuai
dengan bidang keahliannya dapat dikerjakan sendiri dan atau
bersama dalam tim.
- 3 -
Ayat (6)
Huruf a
Cukup jelas. Huruf b
Persalinan patologis meliputi :
1. Persalinan dengan cara vaccum ekstraksi;
2. Persalinan dengan forcep; 3. Persalinan dengan penanganan perdarahan post partum;
4. Persalinan sungsang; dan
5. Persalinan gemelli. Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d Cukup jelas.
Ayat (7) Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9) Yang dimaksud dengan pelimpahan wewenang adalah tindakan
medis yang dilimpahkan secara tertulis maupun lisan langsung
kepada perawat/bidan yang dianggap mampu dan kompeten melaksanakannya dan semua risiko yang terjadi akibat
pelimpahan wewenang tersebut merupakan tanggungjawab dokter
yang melimpahkan.
Pelimpahan wewenang harus terselenggara secara jelas untuk
tujuan kejelasan tanggungjawab dan kejelasan pembagian jasa pelayanan antara yang memberikan dan menerima limpah
wewenang.
Ayat (10)
Cukup jelas Ayat (11)
Cukup jelas
Pasal 14
Ayat (1)
Pelayanan keperawatan adalah bentuk pelayanan rofessional bio, psiko, sosial, spiritual secara menyeluruh oleh tenaga
keperawatan/kebidanan untuk membantu penderita dalam
menanggulangi gangguan dan mengatasi masalah kesehatan atau menanggapi upaya pengobatan untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3)
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan
pada praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada pasien dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan
berpedoman pada standar, etika dan etik keperawatan.
- 4 -
Huruf a
Asuhan keperawatan dasar (minimum nursing care) adalah
pelayanan yang diberikan oleh perawat/bidan kepada pasien
untuk pemenuhan kebutuhan kesehatannya saja yang memiliki kemampuan sendiri untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya, dengan riteria :
a. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
b. Makan dan minum dilakukan sendiri.
c. Ambulasi dengan pengawasan. d. Observasi tanda vital dilakukan setiap pergantian jaga.
e. Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
Huruf b
Asuhan keperawatan parsial (partial nursing care) adalah
pelayanan yang diberikan oleh perawat/bidan kepada pasien
untuk pemenuhan kebutuhan kesehatannya yang tidak memiliki kemampuan penuh untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya, dengan riteria :
a. Kebersihan diri, makan dan minum dibantu.
b. Observasi tanda vital setiap 4 jam.
c. Ambulasi dibantu. d. Pengobatan lebih dari sekali.
Huruf c Asuhan keperawatan total (total nursing care) adalah
pelayanan secara menyeluruh yang diberikan oleh
perawat/bidan kepada pasien untuk pemenuhan kebutuhan
kesehatannya yang sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya secara keseluruhan
dilaksanakan oleh perawat/bidan, dengan riteria :
a. Sebagian besar aktivitas dibantu.
b. Observasi tanda vital setiap 2-4 jam sekali.
c. Terpasang folley chateter, intake output dicatat. d. Terpasang infus.
e. Pengobatan lebih dari sekali.
f. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
Huruf d
Asuhan keperawatan intensif (intensive nursing care) adalah
pelayanan untuk pasien-pasien berpenyakit kritis di ruangan yang mempunyai peralatan khusus dan tenaga khusus untuk
melaksanakan monitoring, perawatan, pengobatan dan
penanganan lainya secara intensif dengan riteria :
a. Segala aktifitas diberikan oleh perawat.
b. Posisi diatur. c. Observasi tanda vital setiap 2 jam.
d. Makan memerlukan NGT.
e. Terapi intra vena.
f. Penggunaan suction. g. Gelisah/disorientasi.
- 5 -
Ayat (4)
Huruf a
Tindakan mandiri perawat merupakan tindakan mandiri dan tidak bergantung pada profesi lain dimana perawat
dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri
dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan
untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia sesuai kompetensinya.
Huruf b Tindakan kolaborasi perawat merupakan tindakan
keperawatan yang membutuhkan kerjasama dengan profesi
lain dalam rangka pemberian pelayanan kepada pasien sesuai kompetensinya.
Pasal 15 Cukup jelas.
Pasal 16
yang dimaksud dengan pemeriksaan patologi klinik meliputi pemeriksaan darah, kimia darah, urine, feses, sputum, sekret, liquor.
Yang dimaksud dengan Pemeriksaan patologi anatomi meliputi pemeriksaan sitologi, fine needle aspiration biopsy, histophatologi,
potong beku, histokimia dan imonologi.
Yang dimaksud dengan Pemeriksaan mikrobiologi klinik meliputi
pemeriksaan pewarnaan gram, sputum BTA, KOH/NACL/M.Blue (@),
dan kultur aerobe dan Resistensi.
Pasal 17
Yang dimaksud dengan Pemeriksaan radio diagnostik meliputi
pemeriksaan tanpa bahan kontras, dengan bahan kontras, ultrasonografi, dan pemeriksaan dental X-ray.
Yang dimaksud dengan Pemeriksaan diagnostik elektromedik meliputi pemeriksaan eletrocardiogram (EKG), echocardiografi, treedmill, dan
pemeriksaan holter monitoring.
Yang dimaksud dengan Pemeriksaan diagnostik khusus adalah
pemeriksaan yang belum termasuk dalam pemeriksaan radio diagnostik
dan pemeriksaan diagnostik elektromedik.
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Huruf a
Dispesing adalah pelayanan yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi, penyiapan obat, pemberian etiket,
penyerahan, informasi dan dokumentasi yang meliputi
dispesing resep individual dan disposing dosis unit.
Huruf b
Asuhan kefarmasian adalah melakukan isit eke ruang rawat untuk melaksanakan asuhan kefarmasian.
- 6 -
Huruf c
Pelayanan Informasi Obat (PIO) adalah menyiapkan dan
memberikan pelayanan informasi obat secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi
kesehatan lainnya dan pasien.
Huruf d
Konseling Obat adalah memberikan solusi atas keluhan-keluhan pasien yang berkenaan dengan penggunaan obat
dan memotivasinya sehingga tujuan terapi tercapai secara
optimal. Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 19 Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas. Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas. Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24 Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas. Pasal 26
Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan ambulance rujukan adalah
pelayanan ambulance untuk rujukan pasien. Huruf b
Yang dimaksud dengan ambulance 118 adalah pelayanan
ambulance untuk kasus kegawatdaruratan medik di masyarakat untuk dibawa ke sarana pelayanan kesehatan.
Huruf c
Yang dimaksud dengan ambulance jenazah adalah pelayanan mobilisasi jenazah baik dari rumah sakit ke
rumah atau sebaliknya.
Pasal 27 Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2) Huruf a
Yang dimaksud dengan pemeriksaan sederhana adalah
hanya pemeriksaan fisik oleh dokter.
- 7 -
Huruf b
Yang dimaksud dengan pemeriksaan standar adalah : a. Pemeriksaan fisik.
b. Elektrokardiografi.
c. Foto thorax.
d. Laboratorium klinik : pemeriksaan darah rutin, urin rutin, dan kimia darah.
e. Pemeriksaan gigi.
f. Pemeriksaan mata g. Konsul dokter spesialis, dan
h. Administrasi.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29 Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32 Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas. Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35 Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas. Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas. Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40 Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU
NOMOR 20