pemeriksaan biokimia untuk dm

4
DASAR TEORI Glukosa merupakan monosakarida utama dalam darah yang berasal dari makanan yang mengandung karbohidrat, dimana merupakan hasil dari proses glukogenolisis dan glukoneogenesis. Glukosa dibentuk dari senyawa-senyawa glukogenik yang mengalami glukoneogenesis. Glukosa juga diperlukan di dalam jaringan adipose sebagai sumber gliserida-gliserol dan mungkin juga berperan dalam mempertahankan kadar intermediate pada siklus asam sitrat di seluruh jaringan tubuh. Glukosa adalah gula yang terpenting bagi metabolisme tubuh. Di dalam ilmu kedokteran, gula darah merupakan istilah yang mengacu pada tingkat glukosa di dalam darah. Kadar glukosa normal berkisar antara 50-150 mg/dL. Walaupun terdapat jenis- jenis gula lainnya, seperti fruktosa dan galaktosa, hanya tingkatan glukosa yang diatur melalui insulin dan leptin serta kadar normal glukosa harus dipertahankan dan tidak boleh kurang dari normal karena sel saraf dan eritrosit hanya bisa menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Hormon yang mengatur kadar glukosa darah adalah insulin. Insulin merupakan suatu polipeptida yang mengandung dua rantai asam amino yang dihubungkan oleh jembatan disulfida. Insulin dibentuk di ribosom sel beta pancreas yang akan membentuk proinsulin. Jika kadar glukosa tetap tinggi disebut dengan hiperglikemia, dimana jika kondisi ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah kesehatan yang berkepanjangan pula seperti diabetes, termasuk kerusakan mata, ginjal, dan saraf.

Upload: lie-lhianna

Post on 13-Feb-2016

14 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

uji benedict dan o-toluidin

TRANSCRIPT

Page 1: pemeriksaan biokimia untuk DM

DASAR TEORI

Glukosa merupakan monosakarida utama dalam darah yang berasal dari

makanan yang mengandung karbohidrat, dimana merupakan hasil dari proses

glukogenolisis dan glukoneogenesis. Glukosa dibentuk dari senyawa-senyawa

glukogenik yang mengalami glukoneogenesis. Glukosa juga diperlukan di dalam

jaringan adipose sebagai sumber gliserida-gliserol dan mungkin juga berperan dalam

mempertahankan kadar intermediate pada siklus asam sitrat di seluruh jaringan tubuh.

Glukosa adalah gula yang terpenting bagi metabolisme tubuh. Di dalam ilmu

kedokteran, gula darah merupakan istilah yang mengacu pada tingkat glukosa di

dalam darah. Kadar glukosa normal berkisar antara 50-150 mg/dL. Walaupun terdapat

jenis-jenis gula lainnya, seperti fruktosa dan galaktosa, hanya tingkatan glukosa yang

diatur melalui insulin dan leptin serta kadar normal glukosa harus dipertahankan dan

tidak boleh kurang dari normal karena sel saraf dan eritrosit hanya bisa menggunakan

glukosa sebagai sumber energi.

Hormon yang mengatur kadar glukosa darah adalah insulin. Insulin

merupakan suatu polipeptida yang mengandung dua rantai asam amino yang

dihubungkan oleh jembatan disulfida. Insulin dibentuk di ribosom sel beta pancreas

yang akan membentuk proinsulin. Jika kadar glukosa tetap tinggi disebut dengan

hiperglikemia, dimana jika kondisi ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan

masalah kesehatan yang berkepanjangan pula seperti diabetes, termasuk kerusakan

mata, ginjal, dan saraf. Namun, jika kadar glukosa rendah maka akan terjadi suatu

kondisi fatal yang disebut dengan hipoglikemia.

Diabetes mellitus (DM) merupakan kelainan metabolic yang ditandai dengan

peningkatan kadar glukosa darah. penderita DM makin meningkat jumlahnya, dan

juga dapat menimbulkan komplikasi akut dan kronis. Diabetes adalah suatu penyakit

yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung

gula, dimana pada individu yang sehat tidak ditemukan. Kadar glukosa darah

merupakan indikator yang baik untuk memonitor terapi pada penderita DM, sehingga

pengukuran kadar glukosa darah perlu dilakukan secara rutin. Pengukuran kadar

glukosa darah dapat dilakukan dengan cara o-toluidin dan cara enzimatik

menggunakan enzim glukooksidase.

Page 2: pemeriksaan biokimia untuk DM

Prinsip pengukuran kadar glukosa darah dengan metode o-toluidin adalah

protein dalam darah dipresipitasi dengan menggunakan larutan asam trikloro asetat

untuk menghindari gangguan dalam pengukuran glukosa. Darah yang dipresipitasi

peoteinnya disentrifugasi untuk memisahkan proteinnya, supernatannya mengandung

glukosa. Metode ini merupakan metode yang mudah dilakukan dan merupakan

metode non enzimatis, dimana tidak menggunakan enzim melainkan dengan hanya

menambahkan larutan o-toluidin pada sample darah dan dengan menambahkan

larutan TCA (Tri Chloro Asetic Acid) 10% dan didiamkan 10 menit dengan tujuan

mengendapkan dan mendenaturasi protein yang terkandug di dalam darah secara

sempurna.

Penilaian kadar glukosa dalam urin juga dilakukan, dimana metode

pemeriksaan glukosa urin berdasarkan reaksi reduksi banyak macamnya, tetapi

metode benedict yang sampai saat ini masih banyak dipakai di laboratorium

sederhana untuk memeriksa glukosa urin.

Uji benedict merupakan uji kimia yang dilakukan untuk mengetahui

kandungan gula (karbohidrat) pereduksi, meliputi semua jenis monosakarida dan

beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Dalam suasana alkalis sakarida akan

membentuk enidid yang mudah teroksidasi. Semua monosakarida dan disakarida

kecuali sukrosa dan trekalosa akan bereaksi positif bila dilakukan uji benedict. Uji

benedict dapat dilakukan pada urin untuk mengetahui kandungan glukosa, dimana

urin yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda penyakit diabetes.

Tujuan pemeriksaan glukosa urin sebenarnya tidak untuk memastikan

diagnosis DM, karena pemeriksaan ini tidak selalu dapat mencerminkan konsentrasi

glukosa dalam darah. Pemeriksaan urin ini yang paling sering diminta oleh pasien.

Terdapat batas ambang ginjal untuk glukosa yang merupakan batas konsentrasi

glukosa dalam darah yang masih dapat ditahan oleh glomerulus ginjal. Apabila

konsentrasi glukosa dalam darah > 180 mg/dL ( batas ambang ginjal untuk glukosa),

glukosa akan keluar ke urin dan pada pemeriksaan glukosa urin hasilnya akan positif.

Urin yang dikeluarkan tidak secara langsung berkorelasi dengan konsentrasi glukosa

dalam darah pada saat yang sama. Hal ini disebabkan urin yang dikeluarkan oleh

ginjal akan ditampung sementara di kandung kemih kemudian setelah penuh baru

dkeluarkan. Dengan demikian apabila ingin diperiksa glukosa urin puasa, maka

Page 3: pemeriksaan biokimia untuk DM

setelah pasien puasa semalam , pasien pada pagi hari harus mengosongkan kandung

kemih dan membuang urinnya dahulu, kemudian kencing yang berikutnya baru

diperiksa. Dengan keterbatasan tersebut pemeriksaan glukosa dalam urin masih

bermanfaat sebagai penyaring, bila hasilnya positif kemungkinan besar DM yang

kada glukosanya tinggi melebihi nilai ambang ginjal dan sebagai pemantau

pengendalian DM.

Referensi :

Murray, Graner, et al. 1993. Biokimia Harper. Ed. 24. Jakarta: EGC