pemecahan masalah dan terapi komunitas
DESCRIPTION
tugas dr. mariaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan masyarakat (public health) menurut Winslow (1920) adalah
ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, meningkatkan
kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang
terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di
masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan perorangan,
pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, untuk diagnosa dini,
pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung
agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang kuat untuk
menjaga kesehatannya. (Sihombing, 2000) Dalam UU Kesehatan No. 36 tahun
2009 ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera, baik secara fisik,
mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.
Kesehatan tidak terlepas dari masalah kesehatan. Masalah kesehatan
meliputi masalah kesehatan masyarakat dan masalah kedokteran. Pemecahan
masalah kesehatan adalah salah satu upaya untuk membuat wilayah dengan
kesehatan yang baik tercapai. Berbagai metode telah banyak digunakan untuk
memecahkan masalah kesehatan. Salah satu metode tersebut adalah siklus
pemecahan masalah (problem solving cycle). Siklus pemecahan masalah
merujuk pada kontinuitas langkah-langkah yang dilaksanakan secara sistematis
meliputi analisis situasi, identifikasi masalah, prioritas masalah, tujuan, alternatif
pemecahan masalah, rencana operasional, pelaksanaan dan penggerakan,
pemantauan, pengawasan dan pengendalian, serta evaluasi. (Sihombing, 2000)
Terapi komunitas (therapeutic community/TC) adalah suatu lingkungan
dimana sekelompok individu yang sebelumnya hidup ‘terasing’ dari masyarakat
umum, berupaya mengenal diri sendiri serta belajar menjalani kehidupan
berdasarkan prinsip-prinsip yang utama dalam hubungan antar individu,
sehingga mampu mengubah perilaku yang selama ini tidak sesuai dengan
1
norma-norma sosial ke arah perilaku yang dapat diterima oleh norma
masyarakat. Dengan semangat kebersamaan yang tinggi, saling mendukung
dalam mempersiapkan diri mereka untuk kembali ke masyarakat sebagaiwarga
yang dapat berfungsi sosial dan produktif. (Ufah, 2011)
Terapi komunitas adalah gaya pengobatan yang melibatkan keseluruhan
pribadi dalam proses pemulihan dan tantangan individu untuk memiliki
kehidupan yang positif dengan hubungan yang mendukung sehat dan bekerja
dengan memuaskan. Terapi komunitas palig sering ditujukan sebagai alternatif
pengobatan ketergantungan obat-obatan, misalnya narkoba. Terapi komunitas
dalam hal ini adalah lingkungan yang bebas dari narkoba, dimana para
pengguna yang mengalami ketergantungan narkoba hidup secara bersama secara
terorganisasi dan terstruktur yang memiliki tujuan yang sama yaitu berubah dan
membuktikan ke masyarakat luar bahwa telah bersih dari narkoba. Terapi
komunitas membentuk miniatur dari masyarakat, dimana ada penduduk,
kemudian staf yang berperan sebagai fasilitator. (Ufah, 2011)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemecahan Masalah
Masalah timbul jika ada kesenjangan antara kenyataan dan harapan.
Masalah kesehatan adalah kesenjangan antara standar yang diharapkan
masyarakat dengan kondisi kesehatan masyarakat yang sesungguhnya
ditemui. Salah satu metode yang digunakan untuk memecahkan sebuah
masalah kesehatan adalah siklus pemecahan masalah (problem solving
cycle). (Sihombing, 2000)
Siklus pemecahan masalah merupakan proses yang terdiri dari
langkah-langkah berkesinambungan yang mencakup:
1. Analisis situasi
2. Identifikasi Masalah
3. Prioritas Masalah
4. Tujuan
5. Alternatif pemecahan masalah
6. Rencana operasional
7. Pelaksanaan dan Penggerakan
8. Pemantauan
9. Pengawasan dan pengendalian
10. Evaluasi
Apabila prioritas masalah telah ditetapkan, langkah selanjutnya yang
dilakukan adalah menetapkan prioritas jalan keluar. Ada beberapa kegiatan
yang harus dilakukan, sebagai berikut : (Azwar, 2010)
1. Menyusun alternatif jalan keluar
Menyusun alternatif jalan keluar dapat dilakukan dengan berbagai teknik
misalnya teknik synetic. Teknik ini mirip dengan survei biasa hanya
respondennya pihak ketiga yang biasanya berupa para ahli. Dari
3
beberapa pendapat yang dikemukakan akan ditetapkan alternatif jalan
keluar. Jika dengan teknik berpikir kreatif masih belum dapat
menghasilkan jalan keluar alternatif, ada langkah-langkah yang dapat
ditempuh sebagai berikut :
a. Menentukan berbagai penyebab masalah
Menentukan berbagai penyebab masalah dapat dilakukan dengan:
Focus Group Discussion (FGD)
Adalah suatu bentuk diskusi mengenai suatu topik yang
diarahkan oleh moderator untuk memunculkan informasi baru
mengenai suatu topik atau mengeksplorasi lebih lanjut topik
tersebut.
Curah pendapat (brainstorming)
Adalah teknik mengembangkan ide dalam waktu singkat.
Setiap orang mengemukakan pendapat dan hasilnya berupa
daftar masalah. Daftar masalah dari anggota tersebut ditulis di
kertas atau papan tulis, dikelompokkan menjadi satu untuk
pendapat yang sama, dan diberikan kesempatan kepada setiap
anggota untuk meminta penjelasan atau bertanya terhadap apa
yang disampaikan oleh anggota kelompok.
Fish bone (metode tulang ikan)
Diagram tulang ikan digunakan untuk memberikan gambaran
umum suatu masalah dan penyebabnya. Penyebab paling
utama diletakkan paling dekat dengan kepala ikan. Diagram
tersebut memfasilitasi tim untuk mengidentifikasi sebab
masalah sebagai langkah awal untuk menentukan fokus
perbaikan, mengembangkan ide pengumpulan data dan/atau
mengembangkan solusi, mengenai penyebab terjadinya
variasi proses, dan menganalisis masalah.
4
b. Memeriksa kebenaran penyebab masalah
Karena daftar penyebab masalah yang disusun baru bersifat teoritis,
perlu dilakukan pemeriksaan tentang kebenaran penyebab masalah
misalnya dengan wawancara, observasi, Focus Grup Discussion.
c. Mengubah penyebab masalah ke dalam bentuk kegiatan
Apabila penyebab masalah telah berhasil disusun, lanjutkan dengan
mengubah daftar penyebab masalah tersebut ke dalam bentuk
kegiatan.
Contoh
Masalah Penyebab Alternatif
Tingginya angka
kematian bayi
karena tetanus
1. Persalinan ditolong
dukun bayi belum
terlatih
1. Kursus dukun
bayi
2. Cakupan imunisasi
ibu hamil terbatas
2.Meningkatkan
cakupan ibu
hamil
3. Pengetahuan ibu
tentang tetanus
rendah
3.Penyuluhan
Kesehatan
2. Memilih prioritas jalan keluar
Cara melakukan prioritas jalan keluar banyak macamnya dilihat dari :
1. Efektivitas jalan keluar
a. Besarnya masalah yang dapat diselesaikan
Makin besar masalah tersebut dapat diatasi, makin tinggi
prioritas jalan keluar tersebut.
b. Pentingnya jalan keluar
Pentingnya jalan keluar berkaitan dengan kelanggengan
selesainya masalah. Makin langgeng selesainya masalah,
makin penting jalan keluar tersebut.
c. Sensitivitas jalan keluar
5
Sensitivitas berkaitan dengan kecepatan jalan keluar
mengatasi masalah. Makin cepat masalah teratasi, makan
sensitif jalan keluar tersebut.
2. Efisiensi jalan keluar
Nilai efisien berkaitan dengan biaya. Makin besar biaya yang
diperlukan,makin tidak efisien jalan keluar tersebut.
3. Melakukan uji lapangan
Tujuan uji lapangan yaitu untuk menilai berbagai faktor penopang
dan faktor penghambat yang kiranya akan ditemukan, jika jalan keluar
tersebut dilaksanakan. Menurut teori Green dikenal dengan faktor
predisposisi (predisposing factors), faktor pemungkin (enabling factors),
dan faktor penguat (reinforcing factors).
Faktor predisposisi adalah faktor yang mempermudah atau
mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Berhubungan dengan
motivasi individu/ kelompok untuk bertindak.
Faktor pemungkin adalah faktor yang memungkinkan untuk
terjadinya perilaku tertentu atau memungkinkan suatu motivasi
direalisasikan. Yang termasuk adalah ketersediaan pelayanan
kesehatan, aksesibilitas, dan kemudahan pencapaian pelayanan
kesehatan baik dari segi jarak maupun segi biaya.
Faktor penguat adalah faktor yang memperkuat untuk terjadinya
perilaku tersebut dengan memberikan penghargaan secara terus
menerus pada perilaku sehingga terjadi pengulangan atau hukuman
sebagai konsekuensi suatu perilaku. Pemahaman faktor penguat
adalah sejauh mana ketidakadaannya akan berarti kehilangan
dukungan untuk tindakan dari individu atau kelompok.
6
Contoh :
Predisposing Enabling Reinforcing
Kurangnya
pengetahuan tentang
cara hidup bersih dan
sehat
Kebiasan MCK di
sungai
Penggunaan air sungai
sebagai sumber air
minum dan memasak
Terbatasnya
sumber/fasilitas
air bersih
Terbatasnya
fasilitas jamban
Terbatasnya daya
jangkau ke pusat
kesehatan
Perilaku tokoh
masyarakat
yang juga
tidak
memberikan
contoh yang
baik
Metode perencanaan strategis yang digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), peluang
(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek dapat
menggunakan analisis SWOT. (Azwar, 2010)
Ada empat unsur pokok dalam analisis SWOT yaitu : (Azwar, 2010)
Strengths (kekuatan) yaitu berbagai kelebihan dimiliki oleh
organisasi untuk mencapai tujuan yang dimiliki oleh organisasi
Weakness (kelemahan) yang dimiliki organisasi yang bila diatasi
dapat mencapai tujuan yang dimiliki oleh organisasi
Opportunity adalah faktor yang didapat dengan membandingkan
analisis internal yang dilakukan di suatu instirusi dengan analisis
internal dari kompetitor lain.
Threats (ancaman) adalah kendala yang bersifat negatif yang
dihadapi oleh suatu organisasi.
7
Langkah-langkah melakukan analisis SWOT : (Azwar, 2010)
1. Melakukan analisis kekuatan dan kelemahan organisasi
Untuk dapat melakukan analisis kekuatan dan kelemahan organisasi,
perlu dilakukan hal-hal sbb :
a. Menetapkan unsur-unsur organisasi yang akan dinilai
Unsur dibedakan atas dua macam, pertama unsur perangkat
organisasi yang terdiri dari tenaga (men), dana (money), sarana
(material), serta metoda (method). Kedua unsur fungsional yang
terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
penggerakan (actuating) serta pengawasan (controlling).
b. Memberikan nilai untuk setiap unsur yang akan dinilai
Nilai yang diberikan untuk setiap unsur yang dinilia secara umum
dapat dibedakan atas dua macam :
Nilai penampilan (performance) yang dinyatakan dengan baik
atau buruk
Nilai kepentingan (importance) yang dinyatakan dengan penting
atau tidak penting
c. Membuat matriks dari hasil penilaian yang dilakukan
Matrik Kekuatan dan Kelemahan Organisasi
Baik PERFORMANCE buruk
Penting A B
IMPORTANCE
Tidak penting C D
d. Menarik kesimpulan hasil penelitian
Pedoman yang dipakai untuk menarik kesimpulan dari hasil penilaian
adalah sbb :
Apabila unsur yang dinilai masuk dalam kotak A maka berarti
unsur yang dinilai tersebut merupakan salah satu dari
8
kekuatan organisasi sehingga layaknya dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya.
Apabila unsur yang dinilai masuk dalam kotak B, maka
berarti unsur yang dinilai tersebut adalah salah satu dari
kelemahan organisasi, sehingga perlu diperbaiki.
Apabila unsur yang dinilai masuk dalam kotak C, maka
berarti unsur yang dinilai tersebut juga merupakan salah satu
kelemahan organisasi, sehingga perlu upaya perbaikan tetapi
menempati prioritas yang rendah.
Apabila unsur yang dinilai masuk dalam kotak D maka berarti
unsur tersebut merupakan salah satu dari kekuatan organisasi
karena keadaannya memang telah baik tetapi tidak sepenting
kotak A.
2. Melakukan analisis kesempatan organisasi
a. Menetapkan unsur-unsur yang akan dinilai
b. Memberikan nilai untuk setiap unsur yang akan dinilai
Nilai yang diberikan sbb:
Nilai daya tarik (attractiveness) yang dinyatakan dengan
tinggi dan rendah
Nilai kemungkinan keberhasilan (success probability) yang
dinyatakan dengan tinggi dan rendah.
c. Membuat matriks dari hasil penilaian yang dilakukan
Matrik Kesempatan Organisasi
Tinggi ATTRACTIVENESS rendah
Tinggi A B
SUCCESS PROBABILITIES
Rendag C D
9
d. Menarik kesimpulan dari hasil penilaian
Apabila unsur yang dinilai masuk dalam kotak A, maka berarti unsur
yang dinilai tersebut merupakan salah satu dari kesempatan
organisasi dikarenakan mempunyai daya tarik dan kemungkinan
keberhasilan yang tinggi.
3. Melakukan analisis hambatan organisasi
a. Menetapkan unsur-unsur yang akan dinilai
b. Memberikan nilai untuk setiap unsur yang akan dinilai
Nilai yang diberikan sbb :
Nilai kemungkinan munculnya hambatan (probability of
occurance) yang dinyatakan dengan sering dan jarang
Nilai seriusnya hambatan (seriousness) yang dinyatakan
dengan serius atau tidak.
c. Membuat matriks dari hasil penilaian yang dilakukan
Matrik Hambatan Organisasi
Sering PROBABILITY OF OCCURANCE Jarang
Serius A B
SERIOUSNESS
Tidak serius C D
d. Menarik kesimpulan dari hasil penilaian
Apabila unsur masuk dalam kotak A maka berarti unsur yang dinilai
tersebut merupakan salah satu dari hambatan organisasi dikarenakan
sering muncul dan bersifat serius.
Biasanya nilai kesempatan dan hambatan sering dipadukan
Kesempatan Hambatan Nilai kombinasi
A D Ideal business
A A Speculative business
B D Mature business
D A Troubled business
10
4. Memperbaiki prioritas jalan keluar
Dengan memanfaatkan berbagai faktor penopang, dan bersamaan dengan
itu meniadakan berbagai faktor penghambat yang ditemukan pada uji
lapangan.
5. Menyusun uraian rencana prioritas jalan keluar
Untuk ini uraikanlah semua unsur rencana sebagaimana yang telah
dikemukakan, sehingga dapat dihasilkan suatu rencana yang lengkap
Rencana Operasional
Setelah solusi yang terbaik telah terpilih, rencana solusi tersebut
siap dilaksanakan. Pelaksanaan solusi tersebut perlu memperhatikan
prinsip-prinsip manajemen sebuah program. Aspek kepemimpinan serta
kegiatan pengawasan, pengarahan, motivasi dan komunikasi perlu
dijalankan dengan baik demi keberhasilan pelaksanaan rencana tersebut.
Langkah-langkah implementasi masalah, yaitu:
- Menyusun POA (Plan of Action)
- Efektifitas
- Efisiensi
- Produktifitas
Contoh penyusunan POA
Pendahuluan
Analisa situasi
Tujuan dan masalah
Kebijaksanaan pelaksanaan dan pokok kegiatan
Organisasi dan penggerakan pelaksanaan
Sumber daya yang dimanfaatkan
Perkiraan faktor penunjang dan faktor penghambat
Pengawasan pengendalian dan peniaian
Penutup
11
2.2 Terapi Komunitas
2.2.1 Definisi Terapi Komunitas
Therapeutic Community atau terapi komunitas merupakan salah
satu teknik dalam penyembuhan atau rehabilitasi, misalnya pada
penyalahgunan obat-obatan. Komunitas mantan pecandu yang satu dengan
yang lainnya saling membantu untuk pulih dan berhenti dari obat-obatan.
Dengan terapi komunitas penyembuhan tidak tergantung pada individu
tetapi pada dorongan kekuatan kelompok/komunitas. (Kepmenkes no 420,
2010)
Terapi komunitas adalah sekelompok orang dengan masalah yang
sama, mereka berkumpul untuk saling bantu dalam mengatasi masalah
yang dihadapinya, dengan kata lain, man helf man to help himself, yaitu
sesorang menolong orang lain untuk menolong dirinya, dalam program
terapi komunitas kesembuhan diciptakan lewat perubahan
persepsi/pandangan alam (the renewal of worldview) dan penemuan diri
(self discovery) yang mendorong pertumbuhan dan perubahan (growth and
change). (Kepmenkes no 420, 2010)
Menurut De Leon ada empat kerangka teori terapi komunitas,
yaitu: (Tetranto, 2008)
1. Terapi komunitas didefinisikan sebagai suatu bentuk self help
approach yang unik. Terapi memiliki makna menggunakan
pendekatan interaksi sosial dan psikologikal sebagai tujuan
utamanya dalam merubah gaya hidup dan identitas individu
sedangkan makna dari komunitas meruakan metode yang
digunakan dalam mencapai perubahan yang diinginkan dalam tiap
individu.
2. Kedua, secara esensi, terapi komunitas dibentuk dari kumpulan
konsep-konsep, kepercayaan, asumsi-asumsi, dan pengetahuan
klinis yang telah melalui proses penelitian dan observasi lebih dari
30 tahun yag memiliki fokus terhadap adiksi dan ilmu kejiwaan.
12
3. Ketiga, terapi komunitas diatur ke dalam tiga komponen meliputi
perspektif, model, dan metode. Secara perspektif menggambarkan
bagaimana terapi komunitas memandang gangguan
penyalahgunaan obat-obatan, individu yang menyalahgunakan
obat-obatan, proses pemulihan yang dijalani dan dinilai hidup yang
dianut. Secara model menjelaskan bahwa terapi komunitas
merupakan program perawatan yang terstruktur yang merupakan
organisasi sosial, dan mencakup aktifitas keseharian. Yang
dimaksud metode adalah community as method di mana orang
orang yang berada dalam program terapi komunitas dilatih atau
diajarkan bagaiamana mereka belajar untuk mengenal diri mereka
melalui interaksi sosial dengan rekan sebaya dan komunitas.
4. Keempat, menjelaskan bagaimana ketiga komponen utama
(perspektif, model, dan metode) bekerja secara bersama dan saling
berhubungan dalam proses perubahan yang dialami. Ketiga elemen
tersebut bertujuan untuk memfasilitasi perubahan gaya hidup dan
identitas individu. Untuk memperoleh perubahan yang optimal
membutuhkan respon dari interaksi individu dalam komunitas dan
internalisasi dalam proses belajar.
2.2.2 Komponen Dasar Terapi Komunitas
Terdapat dua prinsip pelaksanakan terapi komunitas yaitu
komunitas sebagai agen perubahan dan swadaya. Peserta pengobatan
diharapkan untuk mematuhi ketat dan eksplisit norma-norma perilaku.
Norma-norma ini diperkuat dengan hal-hal spesifik (imbalan dan
hukuman) yang diarahkan untuk mengembangkan kontrol diri dan
tanggung jawab. Aspek lain dari terapi komunitas adalah terapi
"masyarakat sebagai metode" dengan pendekatan yang berfokus pada
perubahan pola berpikir dan perilaku negatif melalui terapi individu dan
kelompok, sesi kelompok dengan rekan-rekan, pembelajaran berbasis
masyarakat, konfrontasi, permainan, dan peran-bermain. (Ufah, 2011)
13
Partisipasi dalam terapi komunitas dirancang untuk membantu
orang memperkirakan dan membangun, mengenali, mengungkapkan, dan
mengelola perasaan mereka. Konsep "hidup benar" (belajar etika dan
tanggung jawab pribadi dan sosial) dan "bertindak seolah-olah"
(berperilaku sebagai orang seharusnya) diintegrasikan ke dalam kelompok
terapi komunitas, pertemuan, dan seminar. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk meningkatkan kesadaran atas sikap tertentu atau perilaku dan
dampaknya pada diri sendiri dan lingkungan sosial. (Ufah, 2011)
2.2.3 Struktur Terapi Komunitas
Terapi komunitas dirancang untuk menekankan pengalaman
masyarakat dalam suatu wilayah. Pendatang baru dalam masyarakat
sepenuhnya harus berpartisipasi di dalamnya. Diharapkan dalam hal
demikian, identifikasi mereka sebelumnya dalam menggunakan obat-
obatan akan berkurang dan mengasimilasi sikap prososial, perilaku, dan
tanggung jawab. (Ufah, 2011)
Kapasitas terapi komunitas menampung 40 sampai 80 orang.
Terapi komunitas mempunyai berbagai pengaturan, yaitu kebutuhan,
sumber pendanaan, dan toleransi masyarakat. Misalnya, beberapa terletak
pada kamp dan peternakan atau di rumah-rumah pinggiran kota. Lainnya
telah dibentuk di penjara, dan tempat penampungan. Lembaga yang lebih
besar dapat mendukung beberapa fasilitas di berbagai pengaturan untuk
memenuhi kebutuhan klinis dan administrasi. (Ufah, 2011)
Ada satu konselor untuk setiap 11 warga dalam pengobatan. Terapi
komunitas mengandalkan berbagai derajat pekerjaan (misalnya, pekerja
sosial, perawat, dan psikolog) untuk beberapa aspek pengobatan. (Ufah,
2011)
2.2.4 Norma-norma dan Falsafah Terapi Komunitas
Terapi komunitas memiliki berbagai norma-norma dan falsafah yang
dianut untuk membentuk perilaku yang baik yaitu: (Ufah, 2011)
14
1. The Creed (Philosophy)
Merupakan filosofi atau falsafah yang dianut dalam terapi komunitas.
Falsafah ini merupakan kerangka dasar berpikir dalam program terapi
komunitas.
2. Unwritten Philosophy
Merupakan nilai-nilai dasar yang tidak tertulis, tetapi harus dipahami.
Karena inilah nilai-nilai atau norma-norma yang hendak dicapai dalam
program.
3. Cardinal Rules
Cardinal rules merupakan peraturan utama yang harus dipahami dan
ditaati dalam program terapi komunitas, yaitu :
a) No drugs
b) No sex
c) No violence
4. Four Structure Five Pillars dalam terapi komunitas
Kategori struktur program utama terdiri dari:
a) Behavioural management shaping (pembentukan tingkah
laku)
Perubahan perilaku yang diarahkan pada kemampuan untuk
mengelola kehidupannya sehingga terbentuk perilaku yang
sesuai dengan nilai-nilai, norma-norma kehidupan
masyarakat.
b) Emotional and phsicological (pengendalian emosi dan
psikologi)
Perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan
kemampuan peneyesuaian diri secara emosional dan
psikologis.
c) Intellectual and spiritual (pengembangan pemikiran dan
kerohanian)
Perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan aspek
pengetahuan, nilai-nilai spiritual, moral dan etika, sehingga
15
mampu menghadapi dan mengatasi tugas-tugas kehidupannya
maupun permasalahan yang belum terselesaikan.
d) Vocational and survival (keterampilan kerja dan ketrampilan
bersosial serta bertahan hidup)
Perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan
kemampuan dan keterampilan yang dapat diterapkan untuk
menyelesaikan tugas-tugas sehari-hari maupun masalah
dalam kehidupannya.
5. Lima tonggak dalam program terapi komunitas
a) Family mileu concept (konsep kekeluargaan)
Untuk menyamakan persamaan di kalangan komunitas
supaya bersama menjadi bagian dari sebuah keluarga.
b) Peer pressure (tekanan rekan sebaya)
Proses dimana kelompok menekankan contoh dengan
menggunakan teknik yang ada dalam terapi komunitas.
c) Therapeutic session (sesi terapi)
Berbagai kerja kelompok untuk meningkatkan harga diri dan
perkembangan pribadi dalam membantu proses pemulihan.
d) Religious session (sesi agama)
Proses untuk meningkatkan nilai-nilai dan pemahaman
agama.
e) Role modeling (keteladanan)
Proses pembelajaran dimana seorang belajar dan mengajar
mengikuti mereka yang sudah sukses.
6. Tools of the house
Tools of the house merupakan alat-alat atau instrumen yang ada dalam
terapi komunitas yang digunakan untuk membentuk perilaku.
7. Struktur (hirarki) fungsi kerja
Di dalam terapi komunitas dikenal adanya kelompok-kelompok yang
terbagi dalam departemen (divisi), dimana individu yang berada
dalam departemen tersebut akan menjalankan tugasnya setiap hari
16
sesuai dengan fungsi kerjanya (job function) masing-masing. Di dalam
job function tersebut dikenal adanya sistem status (hirarki) yang
menentukan tanggung jawab, yaitu:
a) C.O.D (coordinator of department)
b) Chief
c) Shingle/ H.O.D (Head of Departement)
d) Ramrod
e) Crew
8. Tahapan Program
a) Induction
Tahap ini berlangsung pada sekitar 30 hari pertama saat
anggota mulai masuk. Tahap ini merupakan masa persiapan
bagi anggota untuk memasuki tahap primary.
b) Primary
Tahap ini ditujukan bagi perkembangan sosial dan psikologis
anggota. Dilaksanakan selama kurang lebih 3 sampai dengan
6 bulan.
c) Re-entry
Re-entry merupakan program lanjutan setelah primary.
Program re-entry memiliki tujuan untuk memfasilitasi
anggota agar dapat bersosialisasi dengan kehidupan luar
setelah menjalani perawatan di primary. Tahap ini
dilaksanakan selama 3 sampai 6 bulan.
d) Aftercare
Program yang ditujukan bagi eks-anggota/alumni. Program
ini dilaksanakan di luar panti/rehab dan diikuti oleh semua
angkatan di bawah supervisi dari staff re-entry. Tempat
pelaksanaan disepakati bersama.
17
2.2.5 Pengobatan dalam Terapi Komunitas
Fase penanganan progam terapi komunitas terdiri atas 5 tahap, yaitu:
(Ufah, 2011)
1. Entry/Orientation Phase (perkiraan waktu 2 – 4 minggu)
Tahap awal berupa orientasi terhadap aturan, norma, ritual dan
tugas di terapi komunitas. Pengenalan terhadap komunitas dan staf
pegawai. Kegiatan yang dilakukan berupa pekerjaan sederhana dan
mudah sehingga tidak perlu mengambil keputusan penting, tetapi
perlu pengawasan tingkat tinggi.
2. Core Treatment Phase (perkiraan waktu antara 3 – 6 bulan)
Belajar untuk mengidentifikasi isu-isu klinis atau pengobatan
misalnya psikologis, sosial atau keluarga, kesehatan, pendidikan,
pelatihan, dan lain-lain. Pengelolaan emosi dan belajar ekspresi
perasaan yang tepat dalam kelompok dan bentuk lain dari
konseling. Selain itu praktek dalam mengartikulasikan dan
mengungkapkan masalah kritis kehidupan atau masalah pribadi
yang belum terselesaikan dalam sesi kelompok atau sesi pribadi.
3. Pre–Reentry Phase (perkiraan waktu antara 2 – 3 bulan)
Pada tahap ini fokus terhadap pengejaran karier, pendidikan dan
kegiatan produktif lainnya yang meningkatkan kemandirian,
sebagai wujud resosialisasi secara bertahap untuk persiapan
kegiatan di luar terapi komunitas. Proses Internalisasi yang baru
untuk memperoleh norma, nilai-nilai pribadi dan gaya hidup.
Keberhasilan dari proses ini perlu melibatkan peran manajerial dan
pengawasan.
4. Reentry Phase (perkiraan waktu antara 2 – 6 bulan)
Dalam usaha pengembalian diri ke masyarakat di luar kehidupan
komunitas, maka perlu belajar untuk menangani isu-isi jika terjadi
kekambuhan dan menemukan gaya hidup yang stabil. Oleh karena
itu perlu dukungan dari keluarga, teman, komunitas, dan lain-lain.
Melatih kemampuan dengan gaya hidup baru seperti mengelola
18
uang, manajemen waktu, manajemen stress, kesehatan dan praktek
seks yang aman.
5. Aftercare Phase (perkiraan waktu antara 6 – 12 bulan)
Melakukan kunjungan ke terapi komunitas untuk berhubungan
kembali dengan komunitas atau memberi waktu pribadi sebagai
pembicara atau fasilitator dari kelompok-kelompok khusus dalam
upaya mempertahankan gaya hidup bebas dari ketergantungan.
Prinsip terapi yang dilakukan dengan metode terapi komunitas
berupa kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan secara rutin dan
teratur. Adapun kegiatan yang rutin dilakukan, yaitu:
1. Perbaikan perilaku sehari-hari (behavior management), anggota
diharuskan beraktivitas mengikuti jadwal yang telah ditentukan,
kecuali ada kendala seperti sakit. Setiap kegiatan sudah dijadwal
secara padat dan teratur. Tujuannya agar pasien diberi kesibukan
sehingga tidak memiliki waktu untuk berdiam diri dan berkhayal.
Semua aktivitas dilakukan secara bersama–sama, antara para
anggota dan staf yang bertugas. Tujuannya untuk meningkatkan
kedisiplinan dan rasa kebersamaan dalam suatu komunitas.
2. Pertemuan pada terapi komunitas pertemuan berdasarkan
tujuannya, dibedakan menjadi 4 (empat) macam, yaitu :
a. Morning meeting
Kegiatan yang bersifat formal dilakukan pada pagi hari,
sesudah makan, selama 30-45 menit. Kegiatan ini diikuti
oleh staf dan anggota dengan mengenakan pakaian formal
dan bersepatu, kemudian mengucapkan moto hidup dari
terapi komunitas agar memberi semangat dan bebas dari
ketergantungan obat-obatan. Tujuan kegiatan ini yaitu
mempengaruhi aspek psikologi, dengan mengawali hari
dengan baik, meningkatkan rasa keakraban dan
persaudaraan dalam komunitas dan yang terutama adalah
19
memotivasi agar aktivitas sepanjang hari dapat berlangsung
dengan baik.
b. Seminar
Pertemuan formal yang dilakukan setiap sore selama 60-90
menit. Kegiatan seminar dilakukan untuk mengasah
kemampuan mendengarkan, berbicara dan memperhatikan.
Pada kegiatan ini pasien diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapat secara bebas sehingga
merangsang kemampuan berkomunikasi. Tujuan seminar
adalah sebagai stimulasi intelektual, yaitu merangsang
kreatifitas untuk memberi ide dan tanggapan terhadap hal-
hal yang baru, dan membentuk pola berpikir yang benar dan
sarana berinteraksi sosial serta merupakan pastisipasi aktif
dalam kegiatan berkomunikasi. Penataan ruang biasanya
disusun seperti susunan ruang kelas agar terkesan formal.
c. House meeting
Pertemuan informal yang dilakukan setiap malam hari,
setelah makan malam. Sifat pertemuan lebih akrab. Lama
pertemuan sekitar 45-60 menit. Situasi pada saat pertemuan
adalah pasien dalam keadaan santai, duduk tenang, pasif
atau cenderung mendengarkan. Tujuan house meeting
adalah mengevaluasi semua kegiatan yang telah dilakukan
sepanjang hari, baik yang positif maupun yang negatif.
d. General meeting
Pertemuan ini bersifat santai namun kekeluargaan. Lama
pertemuan tidak ditentukan. Tujuannya merayakan hal-hal
yang membanggakan atas prestasi residen sehingga
memotivasi dan meningkatkan kesadaran untuk berperilaku
positif. Hal ini akan meningkatkan rasa percaya diri
merupakan bagian yang sangat berarti bagi proses
kesembuhan.
20
3. Permainan
Berbagai permainan yang dapat meningkatkan kemampuan bekerja
sama dalam kelompok, mengasah kreativitas dan intelektual,
mengembangkan kemampuan untuk mengungkapkan pendapat dan
lain-lain.
4. Ibadah
Perbaikan mental spiritual sangat dibutuhkan oleh pasien. Memiliki
hubungan yang dekat dengan Tuhan dapat membantu pasien dalam
mengendalikan perilaku dan pola berpikir. Beribadah secara rutin
akan dapat membantu proses penyembuhan. Kegiatan beribadah
dilakukan bersama-sama.
5. Ketrampilan untuk bertahan mandiri lepas dari ketergantungan
dengan obat-obatan (vocational/survival skill)
Pelatihan yang diberikan untuk mampu bertahan mandiri lepas dari
ketergantungan obat-obatan dengan pemberian tugas secara
bertahap mulai dari yang mudah hingga kompleks dan menuntut
tanggung jawab dari setiap individu. Pelatihan kepemimpinan dan
penerapannya di lingkungan komunitas, meliputi evaluasi dan
pengambilan keputusan yang telah dibuat dalam komunitas.
21
BAB III
KESIMPULAN
Salah satu metode yang digunakan untuk memecahkan sebuah masalah
kesehatan adalah siklus pemecahan masalah (problem solving cycle). Siklus
pemecahan masalah merujuk pada kontinuitas langkah-langkah yang
dilaksanakan secara sistematis meliputi analisis situasi, identifikasi masalah,
prioritas masalah, tujuan, alternatif pemecahan masalah, rencana operasional,
pelaksanaan dan penggerakan, pemantauan, pengawasan dan pengendalian, serta
evaluasi.
Alternatif pemecahan masalah dilakukan dengan menetapkan prioritas
jalan keluar (solution priority). Kegiatan pokok yang harus dilakukan yaitu 1)
menyusun alternatif jalan ke luar, 2) memilih prioritas jalan keluar, 3)
melakukan uji lapangan, 4) memperbaiki prioritas jalan ke luar, dan 5)
menyusun uraian rencana prioritas jalan ke luar. Langkah-langkah implementasi
masalah yaitu menyusun POA (plan of action), efektifitas, efisiensi, dan
produktifitas. Monitoring adalah kegiatan untuk memantau jalannya suatu
program, sedangkan evaluasi adalah kegiatan untuk menilai hasil suatu program.
Terapi komunitas merupakan salah satu teknik pengobatan atau
rehabilitasi khususnya ketergantungan obat-obatan. Terapi komunitas
membentuk miniatur dari masyarakat, dimana ada penduduk dan staf yang
berperan sebagai fasilitator. Kategori struktur program utama terapi komunitas
terdiri dari behavioural management shaping (pembentukan tingkah laku),
emotional and phsicological (pengendalian emosi dan psikologi), intellectual
and spiritual (pengembangan pemikiran dan kerohanian), dan vocational and
survival (ketrampilan kerja dan keterampilan bersosial serta bertahan hidup).
22
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi Ketiga.
Tangerang: Binarupa Aksara Publisher
Sihombing G. 2000. Ilmu Administrasi dan manajemen program kesehatan
untuk mahasiswa kedokteran. Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI.
Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 420/Menkes/SK/III/2010
tentang Pedoman Layanan Terapi dan Rehabilitasi Komprehensif pada
Gangguan Penggunaan NAPZA Berbasis Rumah Sakit.
Ulfah, Maria. 2011. Metode Theraupetic Community bagi Residen Narkotika di
Unit Terapi dan Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Lido-Bogor.
(https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2943/1/
MARIA%20ULFAH-FDK.PDF ulfa, mariah therapeutic community).
Tetranto, T.H. Gambaran Status Depresi Pada Pecandu Narkoba yang Berada
dalam Pusat Rehabilitasi (12 steps and therapeutic community). Skripsi
S1 Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia. 2008. H 23
23