lp terapi tertawa dan terapi musik
DESCRIPTION
lanjutannya email aja di [email protected]TRANSCRIPT
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Hipertensi
2.1.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah sebuah
kondisi medis saat seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah di atas normal. Akibatnya, volume darah meningkat dan
saluran darah menyempit. Oleh karena itu, jantung harus
memompa lebih keras untuk menyuplai oksigen dan nutrisi ke
setiap sel di dalam tubuh (Puspitorini, 2008).
Hipertensi merupakan faktor utama penyebab kematian
karena stroke dan faktor yang memperberat infark miokard
(serangan jantung). Kondisi tersebut merupakan gangguan yang
paling umum pada tekanan darah. Hipertensi merupakan
gangguan asimptomatik yang sering terjadi dengan peningkatan
tekanan darah secara persisten. Diagnosa hipertensi pada orang
dewasa dibuat saat bacaan diastoliknya di atas 90 mmHg dan
bila tekanan darah multiple sistoliknya di atas 140 mmHg
(Potter, 2005).
Tekanan darah adalah kekuatan darah dalam menekan
dinding pembuluh darah. Setiap kali berdetak (sekitar 60-70 kali
per menit dalam keadaan istirahat), jantung akan memompa
darah kita melewati pembuluh darah (Puspitorini, 2008).
12
Tekanan darah sistolik adalah tekanan dalam arteri yang terjadi
saat dipompanya darah dari jantung ke seluruh tubuh. Tekanan
darah diastolik adalah tekanan dalam arteri saat jantung
beristirahat (Marliani&Tantan, 2007). Tekanan darah sistolik
pada orang dewasa yang sehat adalah antara 90 dan 120
mmHg. Tekanan darah diastolik pada orang dewasa yang sehat
adalah 60 dan 80 mmHg (Muhammadun, 2010).
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut JNC (Joint National
Committee On Prevention, Detection, Evaluation, And The
Treatment Of High Blood Pressure), yang dikajioleh 33 ahli
hipertensi nasional Amerika Serikat. Data terbaru menunjukan
jika nilai tekanan darah yang sebelumnya dipertimbangkan
normal ternyata dapat menyebabkan peningkatan resiko
komplikasi kardiovaskuler. Sehingga mendorong pembuatan
klasifikasi baru pada JNC 7, yaitu terdapat pra hipertensi
dimana tekanan darah sistolik pada kisaran 120 – 139 mmHg
dan tekanan darah diastolik pada kisaran 80 – 89 mmHg.
Hipertensi level 2 dan 3 disatukan menjadi level 2. Tujuan dari
klasifikasi JNC 7 adalah untuk mengidentifikasi individu –
individu yang dengan penanganan awal berupa perubahan gaya
hidup, dapat membantu menurunkan tekanan darahnya ke level
hipertensi yang sesuai dengan usia (Puspitorini, 2008).
13
Table 2.1 : Klasifikasi Hipertensi Menurut Joint National Committee
VII
Klasifikasi tekanan darah
Tekanan darah sistol(mmHg)
Tekanan darah diastole(mmHg)
Normal <120 <80Prahipertensi 120 – 139 80 – 89Hipertensi ≥ 140 ≥90Hipertensi stadium 1 140 – 159 90 -99Hipertensi stadium 2 160-≥ 180 100-≥ 110
Sumber : Myra Puspitorini dkk 2008.
Menurut National Institute of Health, lembaga kesehatan di
Amerika mengklasifikasikan tekanan darah sebagai berikut :
Tabel 2.2 : Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Menurut National Institute of Health
KATEGORI SISTOLIK DIASTOLIKNormal ≤119 mmHg <79 mmHg
Pra-hipertensi 120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHgHipertensi stadium I 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHgHipertensi stadium II ≥160 mmHg ≥100 mmHg
Sumber : Myra Puspitorini dkk 2008
Jika angka sistolik (atas) dan diastolik (bawah) berada
dalam rentang salah satu dari kategori di atas normal, maka
secara keseluruhan termasuk dalam kategori hipertensi.
NM Kaplan (Bapak Ilmu Penyakit Dalam) memberikan batasan
dengan membedakan usia dan jenis kelamin sebagai berikut
(Puspitorini, 2008) :
“ Priausia < 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah pada waktu berbaring ≥130/90 mmHg, pria usia >45 tahun, dikatakan hipertensi jika tekanan darahnya >145/95 mmHg, wanita dikatakan hipertensi jika mempunyai tekanan darah ≥160/95 mmHg”.
2.1.3 Penyebab Hipertensi
2.1.3.1 Hipertensi Primer
14
Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang
tidak atau belum diketahui penyebabnya (terdapat kurang dari
90% kasus dari seluruh hipertensi). Hipertensi primer
kemungkinan memiliki banyak penyebab. Perubahan pada
jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama – sama
menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hipertensi primer
adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi
sebagai akibat dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan.
Seseorang yang pola makannya tidak terkontol dan
mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas,
merupakan pencetus awal timbulnya penyakit tekanan darah
tinggi. Hal tersebut juga terjadi pada seseorang yang berada
dalam lingkungan atau kondisi stres tinggi sangat mungkin
terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang – orang
yang kurang olahragapun bisa mengalami tekanan drah tinggi
(Muhammadun, 2010).
2.1.3.2 Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan
akibat dari adanya penyakit lain. Jika penyababnya diketahui
maka disebut dengan hipertensi sekunder. Timbulnya penyakit
hipertensi sekunder sebagai akibat dari suatu penyakit, kondisi,
dan kebiasaan seseorang. Hipertensi sekunder adalah suatu
kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah tinggi
sebagai akibat seseorang mengalami atau menderita penyakit
15
lainnya seperti gagal ginjal, gagal jantung, atau kerusakan
sistem hormon tubuh. Sedangkan pada ibu hamil tekanan darah
secara umum meningkat pada saat kehamilan berusia 20
minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya di atas
normal (Muhammadun, 2010).
2.1.4 Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui
terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I
– cinverting enzyme (ACE).ACE memegang peran fisiologis
penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diperoduksi di hati. Selanjutnya oleh
hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi
angiotensin I. oleh ACE yang terdapat di paru – paru,
angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikan tekanan
darah malalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah
meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.
ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja
pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang di
sekresikan keluar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat
dan tinggi osmolitasnya. Untuk mengencerkannya, volume
cairan ekstraseluler akan di tingkatkan dengan cara menarik
cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya volume darah
16
meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan
darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari
korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang
memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume
cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal.
Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya
akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Muhammadun,
2010).
2.1.5 Gejala Hipertensi
Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak merasakan
timbulnya gejala apapun. Masa laten ini menyelubungi
perkembangan hipertensi sampai terjadi kerusakan organ yang
spesifik. Walaupun menunjukan gejala, gejala tersebut biasanya
ringan dan tidak spesifik. Meskipun jika kebetulan beberapa
gejala muncul bersamaan dan diyakini berhubungan dengan
hipertensi, gejala – gejala tersebut sering kali tidak ada
hubungannya dengan hipertensi. Akan tetapi jika hipertensinya
berat dan tidak diobati dapat timbul gejala, seperti sakit kepala,
kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, mata berkunang
– kunang, mudah marah, susah tidur, dll. Kadang penderita
hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan
“koma” karenan pembengkakan otak. Keadaan yang disebut
17
ensefalopati hipertensi ini memerlikan penanganan medis
secepat mungkin (Muhammadun, 2010).
2.1.6 Faktor Resiko Hipertensi
Faktor resiko dari suatu penyakit bukanlah penyebab
timbulnya penyakit tersebut, faktor resiko hanyalah pemicu dari
penyakit itu. Resiko hipertensi tergantung pada jumlah dan
keparahan dari faktor resiko yang dapat dimodifikasi dan tidak
dapat dimodifikasi. Faktor–faktor yang tidak dapat dimodifikasi
antara lain faktor genetik, jenis kelamin, umur, dan etnis.
Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi diantaranya stres,
nutrisi, dan obesitas (Marliani&Tantan, 2007).
2.1.6.1 Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
1. Umur
Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya
usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam
tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan
hormon. Satu dari lima pria berusia diantara 35-40 tahun
memiliki tekanan darah yang tinggi. Angka prevalensi tersebut
menjadi dua kali pada usia di antara 45-54 tahun. Sebagian dari
mereka yang berusia 55-64 tahun mengidap penyakit ini. Pada
usia 65-74 tahun prevalensinya menjadi lebih tinggi lagi sekitar
60% menderita hipertensi (Rohaendi, 2008).
2. Faktor Genetik
18
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu
menyebabkan keluarga tersebut mempunyai resiko menderita
hipertensi. Individu dengan orang tua hipertensi mempunyai
resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada
individu yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat
hipertensi. Pada individu yang anggota keluarganya mempunyai
riwayat hipertensi haruslah berhati–hati walaupun belum ada
tes genetik secara konsisten. Karena dalam garis keluarga pasti
punya struktur genetik yang sama (Gray, Huon H, dkk, 2005).
3. Jenis Kelamin
Pada umumnya insiden pada pria lebih tinggi dari pada
wanita, namun pada usia pertengahan dan lebih tua, insiden
pada wanita akan meningkat. Sehingga pada usia di atas 65
tahun, insiden pada wanita lebih tinggi (Rohaendi, 2008).
Perbandingan antara pria dan wanita ternyata wanita
lebih banyak menderita hipertensi. Dari laporan Sugiri (Jawa
Tengah) di dapatkan angka prevalensi 6% dari pria dan 11%
dari wanita. Laporan dari Sumatra Barat menunjukan 18,6%
pada pria dan 17,4% pada wanita. Di daerah perkotaan
Semarang didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada wanita.
Sedangkan di daerah perkotaan Jakarta didapatkan 14,6% pada
pria dan 13,7% pada wanita (Rohaendi, 2008).
19
4. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam
dari pada orang berkulit putih. Belum diketahui secara pasti
penyebabnya, namun pada orang berkulit hitam ditemukan
kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap
vasopressin lebih besar (Gray, Huon H, dkk, 2005).
2.1.6.2 Faktor yang dapat dimodifikasi
1. Stres
Salah satu tugas saraf simpatis adalah merangsang
pengeluaran hormon adrenalin. Hormon ini dapat menyebabkan
jantung berdenyut lebih cepat dan menyebabkan penyempitan
kapiler darah tepi. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan tekanan darah. Hipertensi akan mudah muncul
pada orang yang sering mengalami stres dan mengalami
ketegangan pikiran yang berlarut – larut (Muhammadun, 2010).
2. Obesitas
Obesitas adalah ketidak seimbangan antara konsumsi
kalori dengan kebutuhan energi yang disimpan dalam bentuk
lemak (jaringan sub kutan tirai usus, organ vital jantung, paru
dan hati) yang menyebabkan jaringan lemak aktif sehingga
beban jantung meningkat. Obesitas juga didefinisikan sebagai
kelebihan berat badan sebesar 20% atau lebih dari berat badan
ideal. Prevalensi obesitas menunjukan peningkatan sesuai
dengan penambahan usia pada umumnya berat badan laki – laki
20
mencapai puncaknya pada usia 36-65 tahun dan pada wanita
antara 55-65 tahun. Selanjutnya berat badan akan menurun baik
pada laki- laki maupun perempuan. Semakin besar massa tubuh,
semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen
dan nutrisi kepada jantung. Jadi volume darah yang diedarkan
melalui pembuluh darah meningkat mencapai kekuatan tahanan
pada dinding arteri. Pada penyelidikan dibuktikan bahwa curah
jantung dan volume darah sirkulasi penderita obesitas dengan
hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang
mempunyai berat badan normal dengan tekanan darah yang
setara. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal,
sedangkan aktivitas saraf simpatis meningkat dengan aktivitas
renin plasma yang rendah (Rohaendi,2008).
3. Nutrisi
Sodium adalah penyebab peting dari hipertesi esensial,
asupan garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran
berlebihan dari hormon natriouretik yang secara tidak langsung
akan meningkatkan tekanan darah. Konsumsi garam yang
dianjurkan setiap harinya tidak lebih dari 6 gram, setara satu
sendok teh (Muhammadun, 2010).
4. Merokok
Rokok mengandung ribuan zat kimia yang berbahaya
bagi tubuh, seperti tar, nikotin, dan gas karbon monoksida.
Merokok sangat besar peranannya meningkatkan tekanan
21
darah, hal ini disebabkan oleh nikotin yang terdapat didalam
rokok yang memicu hormon adrenalin yang menyebabkan
tekanan darah meningkat. Nikotin diserap oleh pembuluh –
pembuluh darah didalam paru dan diedarkan keseluruh aliran
darah lainnya sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah.
Hal ini menyebabkan kerja jantung semakin meningkat untuk
memompa darah keseluruh tubuh melalui pembuluh darah yang
sempit. Dengan berhenti merokok tekanan darah akan turun
secara perlahan disamping itu jika masih merokok obat yang
dikonsumsi tidak akan bekerja secara optimal dan dengan
berhenti merokok efektifitas obat akan meningkat
(Muhammadun, 2010).
2.1.7 Penatalaksanaan Hipertensi
Tujuan Penatalaksanaan hipertensi pada penderita
hipertensi adalah untuk menurunkan hipertensi dan mencegah
terjadinya komplikasi hipertensi. Penatalaksanaan ini termasuk
farmakologis dan non–farmakologis menurut Saloma (2007).
Penatalaksanaan secara farmakologis adalah dengan
meminum obat-obatan anti hipertensi yang telah diberikan oleh
dokter. Contoh : diuretik, vasodilator, beta – blockers, antagonis
kalsium (ACE).
22
Penatalaksanaan secara non – farmakologis adalah dengan
mengubah gaya hidup termasuk diantaranya mencegah dan
mengatasi obesitas, peningkatan aktivitas fisik dan olahraga
secara teratur, memodifikasi diet makanan termasuk
mengurangi intake sodium atau garam, menghentikan
kebiasaan merokok, tidak mengonsumsi alkohol dan mencegah
stresor. Penderita hipertensi yang sering mengalami merasakan
cemas, mudah marah dan stres terdapat cara untuk
meredakannya yaitu dengan menggunakan terapi musik klasik
atau terapi tertawa. Kedua cara ini lebih efektif dan mudah
digunakan untuk menurunkan hipertensi.
2.1.8 Peran Perawat Dalam Menangani Hipertensi
Sebagai perawat, kita tanggung jawab untuk memperoleh
dan mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan bagi
berbagai peran dan tanggung jawab professional. Adapun peran
perawat menurut Perry&Potter (2006) adalah:
1. Perawat sebagai pemberi layanan
Sebagai pemberi layanan, perawat membantu klien dan
keluarganya untuk merencanakan tujuan dan membantu mereka
mencapai tujuan tersebut dengan biaya, waktu, dan tenaga yang
seminimal mungkin.
2. Perawat sebagai advokat
23
Sebagai advokat, perawat melindungi hak azasi dan
hukum dari klien anda dan menyediakan bantuan dalam
menegakkan hak – hak tersebut jika dibutuhkan.
3. Perawat sebagai edukator
Sebagai edukator, perawat menjelaskan konsep dan fakta
kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas
perawatan diri, perbaikan tingkah laku belajar, dan
mengevaluasi kemajuan klien dalam belajar. Beberapa proses
pengajaran ini bersifat informal dan tidak terencana.
4. Perawat sebagai kewenangan dan keandalan
Kewenangan merupakan unsur terpenting dalam
keperawatan professional, terdapat beberapa intervensi
keperawatan independen yang dilakukan tanpa perintah medis.
5. Perawat sebagai komunikator
Komunikasi sangat penting dalam hubungan perawan
dengan klien. Dengan hubungan ini perawat dapat mengetahui
kelemahan, kelebihan, kebutuhan dan juga kekuatan klien.
6. Perawat sebagai menejer
Seorang menejer mengatur kegiatan staf perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan dan memiliki tanggung
jawab pribadi, kebijakan, dan kepegawaian untuk unit
keperawatan.
7. Perawat sebagai perkembangan karier
24
Keperawatan memberikan kesempatan bagi perawat
untuk belajar dan mengembangkan karier seumur hidup dengan
tujuan menyediakan layanan yang terbaik bagi klien. Peran
karier berupa posisi atau jalur pekerjaan tertentu. Karena
kesempatan pendidikan bagi perawat semakin bertambah,
perkembangan profesi perawat, dan perhatian untuk perluasan
pekerjaan. Profesi keperawatan menawarkan peran yang
semakin luas dan berbagai kesempatan karir.
2.2 Konsep Terapi Musik
2.2.1 Definisi Terapi Musik
Terapi musik adalah keahlian menggunakan musik atau
elemen musik untuk meningkatkan, mempertahankan, serta
mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional, dan
spiritual. Dalam kedokteran disebut sebagai terapi pelengkap
(complementary medicine) (Setyoadi&Kushariyadi, 2011).
Terapi musik terdiri dari dua kata, yaitu “terapi” dan
“musik”. Kata “terapi” berkaitan dengan serangkaian upaya
yang dirancang untuk membantu atau menolong seseorang.
Sedangkan kata “musik” dalam terapi musik “terapi musik”
digunakan untuk menjelaskan media yang digunakan secara
khusus dalam rangkaian terapi (Djohan, 2006).
Jenis musik yang digunakan dalam terapi musik dapat
disesuaikan dengan keinginan, seperti musik klasik,
intrumentalia, slow musik, orkestra, dan musik modern lainnya.
25
Tetapi beberapa ahli menyarankan untuk tidak menggunakan
jenis musik tertentu seperti rock and roll, pop, disko, dan musik
berirama keras (Anapestic beat) lainnya, karena jenis musik
dengan anapestic beat merupakan irama yang berlawanan
dengan irama jantung. Musik lembut dan teratur seperti
instrumentalia dan musik klasik merupakan musik yang sering
digunakan untuk terapi musik (Perry&Potter, 2005).
Terapi musik mempunyai tujuan membantu
mengekspresikan perasaan, membantu rehabilitasi atas fisik,
memberi pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati dan
emosi meningkatkan memori, serta menyediakan kesempatan
yang unik untuk berinteraksi dan membangun kedekatan
emosional. Dengan demikian terapi musik juga diharapkan
dapat membantu mengatasi stres, mencegah penyakit dan
meringankan rasa sakit (Djohan, 2006).
2.2.2 Fisiologi Terapi Musik Klasik
Musik, ketika dimainkan akan menghasilkan stimulus yang
dikirim dari akson – akson serabut asendens ke neuro – neuro
dari reticular activating system (RAS). Stimulus kemudian
ditransmisikan oleh nuclei spesifik dari thalamus melewati area
korteks cerebral, sistem limbik dan corpus collusum dan
melewati area sistem saraf otonom dan sistem neuro endokrin
(Chui&Kumar, 2005).
26
Sistem limbik bertanggung jawab dalam mengontrol emosi
dan juga mempunyai peran dalam belajar dan mengingat. Lokasi
yang berbatasan dengan korteks cerebral dan batang otak yaitu
sistem limbik, dibentuk oleh cincin yang dihunbungkan cigulate
gyrus, hipokampus, fornik, badan – badan mammilarry,
hypothalamus, traktus mammilothalamic, thalamus anterior, dan
bulbs olfaktorius. Ketika musik dimainkan semua bagian
dihubungkan dengan sistem limbik terstimulasi sehingga
menghasilkan perasaan dan ekspresi (Chui&Kumar, 2005).
Sistem syaraf otonom kemudian akan mengurangi pelepasan
katekolamin dalam pembuluh darah sehingga konsentrasi
katekolamin dalam plasma menjadi rendah dan juga
menyebabkan terjadinya pelepasan stress-released hormon. Hal
ini mengakibatkan tubuh mengalami relaksasi, denyut jantung
berkurang dan terjadi penurunan tekanan darah (Saloma, 2007).
Intervensi menggunakan terapi musik dapat mengubah
ambang otak yang dalam keadaan stres menjadi lebih adaptif
secara fisiologis dan efektif. Musik tidak membutuhkan otak
untuk berfikir maupun menginterpretasi, tidak pula dibatasi
oleh fungsi intelektual maupun pikiran mental. Musik tidak
memiliki batasan – batasan sehingga begitu mudah diterima
organ pendengaran. Musik diterima melalui saraf pendengaran
kemudian diartikan oleh otak atau sistem limbik. Musik dapat
pula beresonansi dan bersifat naluriah sehingga dapat langsung
27
masuk otak tanpa melalui jalur kognitif (Setyoadi&Kushariyadi,
2011).
Efek musik pada neouro endokrin menurut Komala (2011)
adalah memelihara keseimbangan tubuh melalui sekresi hormon
– hormon dan zat kimia kedalam darah. Efek musik ini terjadi
dengan cara:
1. Musik merangsang pengeluaran endorfin yang merupakan
opiat tubuh secara alami dihasilkan dari gland pituitary yang
berguna dalam mengurangi nyeri, mempengaruhi mood dan
memori.
2. Mengurangi pengeluaran katekolamin seperti epineprin dan
nerepineprin dari medulla adrenal. Pengurangan ketakolamin
dapat mengurangi frekuensi nadi, tekanan darah, asam
lemak bebas dan pengurangan konsumsi oksigen.
3. Mengurangi kadar glukortikoid, CRH, ACTH yang dihasilkan
selama stres.
Dalam terapi musik dikenal dengan istilah entraiment.
Entraiment (penyelaras) merupakan suatu proses adanya dua
objek yang bergetar pada frekuensi yang sama akan
cenderung untuk menghasilkan resonan simpatis yang sangat
menguntungkan. Tempo musik dapat digunakan untuk
menyelaras keadaan fisiologis, merubah irama didalam tubuh
(irama jantung atau pola nafas) yang disebabkan oleh
getaran musik. Musik memiliki potensi untuk menyelaras
28
denyut jantung melalui implus atau tempo untuk menyelaras
pernafasan melalui iramanya (Maranto, 2004 dalam Komala,
2011).
2.2.3 Langkah – Langkah Terapi Musik
Pada dasarnya terapi musik dapat dilakukan dimana dan
kapan saja. Tetapi terapi musik lebih efektif jika dilakukan
dipagi dan sore hari. Adapun langkah – langkah terapi musik
yang dapat digunakan menurut Setyoadi & Kushariyadi (2011)
adalah sebagai berikut :
1. Persiapan alat yang diperlukan.
a. MP4 player
b. Headphone
c. Tensi meter
d. Lembar observasi
e. Alat tulis
2. Mengukur tekanan darah pada responden sebagai tahap pre-
test
3. Memberitahu responden mengenai prosedur terapi musik
dan memperkenalkan perangkat yang digunakan.
4. Mengaktifkan perangkat MP4 player dengan volume sesuai
dengan keinginan pasien.
5. Responden dipersilahkan untuk mendengarkan musik klasik
dengan memakai headphone.
6. Terapi musik diperdengarkan.
29
7. Saat terapi musik diperdengarkan, responden dapat
menikmati irama musik, responden tidak diajak berbicara
dan tanpa dilakukan tindakan pengukuran tekanan darah
selama terapi musik.
8. Musik diperdengarkan terus-menerus dan diakhiri setelah 30
menit kemudian.
9. Mengukur kembali tekanan darah pada responden dan
meminta responden mengisi lembar observasi dan kuesioner
untuk mengetahui tekanan darah setelah pemberian terapi
musik (tahap post test).
Pemberian terapi musik klasik ini akan dilakukan sebanyak
3 kali dalam 2 minggu yang berdurasi waktu 30 menit. Menurut
Djohan (2006) terapi musik dapat digunakan dalam
menyembuhkan penyakit termasuk tekanan darah tinggi. Untuk
tekanan darah tinggi diperlukan waktu 20 menit sebanyak 3 kali
dalam 1 minggu sudah terjadi penurunan tekanan darah. Jadi
penelitian yang akan dilakukan ini dengan durasi waktu yang
telah ditentukan sudah dapat menurunkan hipertensi.
2.2.4 Manfaat Terapi Musik
Manfaat musik bukan hanya sekadar untuk hiburan. Musik
mempunyai manfaat sebagai berikut : (1) Efek Mozart, adalah
salah satu istilah untuk efek yang bisa dihasilkan sebuah musik
yang dapat meningkatkan intelegensia seseorang, (2) refresing,
pada saat pikiran seorang sedang kacau atau jenuh, dengan
30
mendengarkan musik walaupun hanya sejenak terbukti dapat
menenangkan dan menyegarkan pikiran, (3) Motivasi, hal yang
hanya bisa dilahirkan dengan “feeling” tertentu. Apabila ada
motivasi semangatpun akan muncul, (4) Terapi, berbagai
penelitian dan literatur menerangkan manfaat musik untuk
kesehatan, baik untuk kesehatan fisik maupun mental, beberapa
penyakit yang dapat ditangani dengan musik antara lain :
kanker, stroke, dimensia, nyeri, gangguan kemampuan belajar,
bayi premature (Anthony, 2003 dalam Komala, 2011).
2.2.5 Kontra Indikasi Terapi Musik
Penderita hipertensi yang tidak dapat diberikan terapi
musik adalah pasien mengalami gangguan pendengaran atau
tuna rungu, pasien mengalami keterbatasan gerak (tidak dapat
menggerakan anggota tubuh), dan pasien yang mengalami tirah
baring (Setyoadi&Kushariyadi, 2011).
2.3 Konsep Terapi Tertawa
2.3.1 Definisi Terapi Tertawa
31
Terapi tertawa adalah suatu terapi untuk mencapai
kegembiraan di dalam hati yang dikeluarkan melalui mulut
dalam bentuk suara tawa, senyuman yang menghias wajah,
perasaan hati yang lepas dan bergembira, dada yang lapang,
peredaran darah yang lancar sehingga bisa mencegah penyakit,
memelihara kesehatan, serta menghilangkan stres (Robinson,
1990; Dahl dan O’Neal, 1993, dalam, Setyoadi&Kushariyadi,
2011).
Tertawa adalah salah satu cara memberdayakan diri yang
orang lain tidak tahu manfaatnya. Padahal dengan tertawa
hidup kita menjadi lebih sehat, bahagia, dan tentram. Kesehatan
adalah bonus dari kedamaian yang diperoleh oleh jiwa dan
mental kita (Ayu, 2011).
2.3.2 Fisiologi Terapi Tertawa
Pada saat pasien melihat atau mendengarkan suatu hal
yang lucu, hal itu akan masuk ke sensor yang ada di otak akan
meresponnya dan menyalurkan ke sel neural. Kemudian sel
neural merangsang 15 otot muka dan otot – otot tersebut akan
melakukan kontak ke zygomatic major muscle (mekanisme
saluran pengangkat yang ada dibawah bibir). Zygomatic major
muscle yang akan mengerakan mulut kita ke atas maupun ke
bawah. Setelah itu pada epiglottis (katub nafas) akan menutup
setengah laring dan oksigen yang masuk dari proses tersebut
akan mengeluarkan suara yang disebut tertawa. Saat pasien
32
tertawa akan terjadi peningkatan sistem saraf parasimpatis dan
menurunkan kerja sistem saraf simpatis (Whipple&Calvert,
2008 dalam Desinta, 2011).
Hipotesis fisiologis menyatakan bahwa tertawa
melepaskan hormon endorfin ke dalam sirkulasi sehingga tubuh
menjadi lebih nyaman dan rileks. Hormon endorfin disebut juga
sebagai morfin tubuh yang menimbulkan efek sensasi nyaman
dan sehat (Potter, 2005). Saat tertawa tubuh akan
mengeluarkan hormon endorfin yaitu hormon yang diproduksi
oleh kelenjar pituitary yang terletak dibagian bawah otak.
Hormon endorfin bekerja seperti morfin yang mampu
menimbulkan perasaan senang, nyaman dan membuat
seseorang berenergi. Selain hormon endorfin masih banyak
hormon positif lain yang muncul seperti hormon serotonin
dimana hormon ini banyak berkumpul diruang sinaps, pada saat
peningkatan level hormon serotonin akan mengakibatkan
peningkatan rasa senang dan hormon melatonin diproduksi
secara alami dikelenjar pineal yang terletak diotak yang
bermanfaat untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh,
menimbulkan relaksasi otot, membantu mengontrol mood dan
menghilangkan ketegangan. Setelah tetawa pasien akan
merasakan rileks otot dan terjadi pelebaran pembuluh darah.
Pelebaran pembuluh darah yang mengkibatkan aliran darah
keseluruh tubuh lancar. Pada saat aliran darah keseluruh tubuh
33
lancar pasien akan merasa rileks dan pasien akan mengalami
penurunan takanan darah tinggi (Ayu, 2011).
2.3.3 Manfaat Terapi Tertawa
Ayu (2011) juga memaparkan manfaat-manfaat tertawa
diantaranya :
1. Membuat Tampak Lebih Muda
Orang melakukan latihan untuk semua otot tubuh,
tetapi tidak ada latihan teratur untuk otot-otot wajah kecuali
dalam yoga. Tawa merupakan latihan yang sangat bagus
untuk otot-otot wajah dan memperbaiki ekspresi wajah. Tawa
mengencangkan otot-otot wajah. Ketika tertawa, wajah
tampak merah karena peningkatan pasokan darah yang
menyegarkan kulit wajah dan membuat kulit wajah tampak
cerah.
2. Rasa Percaya Diri Melalui Tawa
Tertawa dalam kelompok atau ditempat umum dengan
kedua lengan terangkat kelangit, rasa takut atau malu akan
hilang setelah beberapa lama. Orang akan lebih suka
bergaul, terbuka dan ramah. Pada awalnya untuk memulai
hal ini sangatlah sulit, ini terbukti dengan adanya beberapa
orang yang enggan bergabung dengan kelompok tawa,
meskipun sangat ingin melakukannya, karena takut terlihat
aneh. Tetapi seiring berjalannya waktu dan mengetahui
34
manfaatnya, tidak lagi malu-malu untuk bergabung dan
mengikuti langkah yang dipraktekan. Untuk menghilangkan
rasa minder dan menjauhkan dari penyakit depresi. Tertawa
bisa mencairkan suasana dan mengusir rasa minder.
3. Anti Stres
Tawa adalah penangkal stres yang paling baik, murah
dan mudah dilakukan. Tawa adalah salah satu cara terbaik
untuk mengundurkan otot. Tawa memperlebar pembuluh
darah dan mengirim lebih banyak darah sehingga ke ujung-
ujung hormon semua otot diseluruh tubuh. Satu putaran
putaran tawa yang bagus juga mengurangi tingkat hormon
stres, epinephrine, dan korsitol. Bisa dikatakan tawa adalah
bentuk meditasi dinamis atau relaksasi.
4. Memperkuat Sistem Kekebalan
Sistem kekebalan memainkan peranan yang sangat
penting dalam menjaga kesehatan tubuh dan menjauhkan diri
dari infeksi, alergi dan kanker. Telah dibuktikan oleh
psikoneuroimunolog bahwa semua emosi negatif, seperti
kecemasan, depresi atau kemarahan akan memperlemah
sistem kekebalan tubuh dan dengan demikian mengurangi
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi. Menurut Dr. Lee
S. berk dari Universitas Loma Linda, California (2009) tawa
membantu meningkatkan jumlah sel-sel pembunuh alamiah
(Sel NK-seperti sel putih) dan juga menaikan tingkat
35
antibodi. Para peneliti telah menemukan bahwa, setelah
mengikuti terapi tawa peserta mengalami peningkatan
antibodi (immunoglobulin A) dalam lendir dihidung dan
disaluran pernafasan yang dipercaya mempunyai kemampuan
melawan virus, bakteri dan mikroorganisme lain.
5. Tawa Jadi Obat Ampuh Depresi
Stres dan tekanan kehidupan modern berdampak buruk
terhadap pikiran dan tubuh manusia. Penyakit yang
berhubungan dengan pikiran, seperti kecemasan, depresi,
gangguan saraf dan insomnia mengalami peningkatan. Tawa
telah membantu banyak orang yang menggunakan obat anti
depresi dan obat penenang. Sekarang mereka lebih mudah
tidur dan mengalami penurunan tingkat depresi. Orang-
orang yang mempunyai kecendrungan bunuh diri mulai
mendapat harapan untuk keluar dari penyakit yang
mematikan. Depresi sebenarnya hadir karena tekanan.
Faktornya jelas karena sebuah masalah yang rumit
dipecahkan sehingga membuat seseorang tertekan. Dengan
depresi seseorang tidak mungkin bisa membangkitkan
energinya untuk menghadapi masalahnya. Karena dalam
kondisi depresi tersebut, kondisi mental dan fisik seseorang
akan menurun. Maka untuk membangkitkan energi itu
dengan cara tertawa bisa membantu. Tertawa dapat
36
membuat seseorang senang dan terhibur sehingga dia bisa
melepaskan dirinya dari lingkungan depresi.
6. Tawa Mencegah Tekanan Darah Tinggi
Ada sejumlah penyebab darah tinggi, seperti faktor
keturunan, kegemukan, merokok dan konsumsi lemak yang
berlebih. Tetapi stres adalah salah satu faktor yang dominan.
Jangan dikira penyakit hipertensi pada hakikatnya hanya
disebabkan karena konsumsi daging kambing yang berlebih.
Faktor utama adalah karena tekanan jiwa dan fikiran. Saat
seseorang sedang kambuh darah tingginya, maka seluruh
tekanan darahnya akan naik sehingga kondisi ini
mempengaruhi tingkat emosi seseorang. Ketika tekanan
darah naik tanpa bisa dikontrol, maka emosi seseorang juga
sulit dikendalikan akhirnya akan menjadi marah. Tertawa
bisa membantu mengontrol tekanan darah dengan
mengurangi pelepasan hormon yang berhubungan dengan
stres dengan memberikan rileksasi.
7. Tawa Menghilangkan Rasa Sakit Alami
Tertawa menaikan tingkat endorfin dalam tubuh yang
merupakan penghilang rasa sakit alami. Norman Cousins
seorang wartawan Amerika yang menderita penyakit tulang
belakang yang tak tersembuhkan, mendapat manfaat dari
terapi tawa ketika tidak ada obat penghilang rasa sakit yang
bisa membantunya. Endorfin yang dipicu oleh tawa bisa
37
membantu mengurangi intensitas rasa sakit penderita radang
sendi, radang tulang belakang dan kejang otot.
8. Tawa Pencegah Penyakit Jantung
Tawa akan mengendalikan dan menghentikan penyakit
jantung. Tawa bisa menjadi obat penjegah yang terbaik
terhadap penyakit tersebut. Dari kebanyakan yang ikut club
tertawa yang menderita penyakit jantung dan keadaanya
telah menjadi stabil.
9. Tawa Mengurangi Bronkitis dan Asma
Tawa merupakan salah satu latihan terbaik untuk
penderita asma dan bronkitis. Tawa meningkatkan kapasaitas
paru-paru dan tingkat oksigen dalam darah. Para dokter
menyarankan fisioterapi dada untuk mengeluarkan lender
(dahak) dari saluran pernafasan. Meniup ke dalam sebuah
alat atau balon merupakan salah satu latihan yang bisa
diberikan kepada penderita asma. Terapi tawa juga
melakukan hal yang sama dan cara ini lebih mudah untuk
dilakukan. Banyak penderita asma dan bronkitis mencoba
dengan terapi tertawa. Dilaporkan terjadi penurunan
serangan penyakit. Terapi tawa bisa menyebabkan
ketidaknyamanan bila menderita penyempitan saluran
pernafasan yang parah.
10. Tawa sebagai Analgesik
38
Tawa melepaskan dua neuropeptide yaitu endorfin dan
enkefalin. Keduanya zat penenang yang merupakan agen
penghilang rasa sakit yang secara alami dihasilkan oleh
tuibuh. Tawa meredakan ketegangan otot dan menenangkan
saraf symphathetik, membantu mengendalikan rasa sakit
seperti halnya peningkatan sirkulasi.
2.3.4 Macam – Macam Terapi Tertawa
Menurut Ayu (2010) terapi tertawa dikategorikan menjadi
beberapa macam di antaranya yaitu :
1. Tawa Bersemangat
Tawa ini dilakukan bersamaan setelah kordinator
memberikan aba – aba. Cara ini membentuk irama yang bagus
dan nampaknya jauh lebih baik dari pada jika para peserta
tertawa pada saat besamaan. Dalam tawa bersemangat, orang
tertawa sambil mengangkat tangan ke atas dan tertawa penuh
semangat. Peserta tidak terus menerus mengangkat tangan ke
atas selama tawa bersemangat, namun beberapa saat kemudian
tangan diturunkan, di akhir tawa bersemangat, kordinator
memulai bertepuk sebelah tangan dan menderaskan ho-ho-ha-
ha-ha, sebanyak 5-6 kali. Ini menandai berakhirnya jenis tawa
tertentu yang diikuti dengan dua tarikan nafas dalam.
2. Tawa Penghargaan
39
Tawa ini berdasarkan nilai dimana kordinator mengangkat
para peserta betapa pentingnya menghargai orang lain. Tawa
jenis ini, ujung jari telunjuk dihubungkan dengan jari ibu jari
sehingga membentuk lingkaran kecil, sementara itu tangan
digerakkan kedepan dan kebelakang dengan cepat, sambil
memandang peserta lain, tertawa lembut seolah-olah
memberikan penghargaan pada sesama anggota kelompok.
3. Tawa Satu Meter
Tawa ini bersifat main-main dan meniru cara pura-pura
mengukur panjang satu meter. Tawa ini dilakukan dengan cara
menggerakkan tangan sepanjang lengan kita seperti gerakan
merentangkan busur untuk melepaskan busur anak panah.
Tangan digerakan dalam tiga gerakan pendek sambil
mengucapkan ae…ae…ae… dan kemudian para peserta tiba-tiba
tertawa sambil merentangkan kedua lengan dan sedikit
menegadahkan kepala serta tertawa dari perut. Pertama
dilakukan gerakan merentangkan busur ke sisi kiri lalu ke sisi
kanan, dan diulang dua kali.
4. Tawa Singa
Tawa ini diambil dari postur yoga yang disebut Samba
Mudra (Postur Singa). Postur singa dengan lidah dijulurkan
keluar seluruhnya dan mulut dibuka lebar-lebar. Mata terbuka
lebar, peserta mengacungkan tangan seperti cakar singa dan
mengaum seperti singa, lalu tertawa dari perut. Tawa singa
40
merupakan latihan yang sangat baik untuk otot-otot wajah, lidah
dan kerongkongan. Latihan ini menyingkirkan rasa takut atau
malu, dan baik untuk memperkuat kerongkongan dan juga
memperbaiki pasokan darah kelenjar tiroid.
5. Tawa Milk Shake
Baru baru ini dikenalkan variasi tawa satu meter, yaitu
tawa milk shake. Para peserta diminta berpura-pura disuruh
memegang dua gelas yang berisi susu, sesuai aba-aba
kordinator susu dituang dari gelas yang satu kegelas yang lain
sambil menderaskan ae…, dan kemudian dituang lagi ke gelas
pertama sambil menderaskan aeeee…. . setelah itu setiap orang
tertawa sembari membuat gerakan seolah-olah sedang minum
susu. Proses ini di ulangi empat kali di ikuti dengan tepuk
tangan sambil mengucapkan haha-hoo… .
6. Tawa Hening dengan Mulut Terbuka Lebar
Pada jenis tawa ini, mulut dibuka selebar mungkin dan
para peserta saling menatap wajah dan memperlihatkan telapak
tangan dengan berbagai gerakan, serta menggoyang-goyangkan
kepala dan kadang tangan. Tawa hening dilakukan dengan otot-
otot perut yang bergerak cepat, seperti yang dilakukan pada
saat tertawa spontan. Tawa ini sebaiknya tidak dilakukan
dengan tawa desis yang diperpanjang, yang lebih terkesan
41
dibuat-buat. Peserta sebaiknya tidak menggunakan tenaga
berlebihan atau mengeluarkan terlalu banyak tenaga sewaktu
tertawa tanpa suara bisa berdampak buruk jika tekanan dalam
perut ditambah secara berlebihan. Peserta sebaiknya mencoba
menggunakan lebih banyak perasaan dari pada mengerahkan
lebih banyak tenaga.
7. Tertawa Bersenandung dengan Bibir Tertutup
Bentuk tawa ini bibir diketupkan dan peserta berusaha
tertawa saat mengeluarkan senandung, yang bergema di kepala.
Peserta terus saling memandang sambil membuat beberapa
gerakan apapun yang sifatnya bermain-main dan bisa
merangsang tawa. Perlu diperhatikan tidak perlu tertawa tanpa
suara sambil mengatupkan mulut secara paksa. Hal ini
menimbulkan tekanan yang tidak perlu dirongga perut dan bisa
berdampak buruk.
8. Tawa Ayunan
Jenis tawa ini menarik karena banyak mengandung sikap
main-main. Semua peserta bergerak kebelakang sejauh dua
meter untuk memperluas lingkaran. Berdasarkan aba-aba
kordinator, para peserta bergerak maju dan mengeluarkan
suara ae....., semua mengangkat tangan dan serentak tertawa,
sambil bertemu ditengah sambil melambai lambaikan tangan.
Setelah satu putaran tawa kembali keposisi awal. Kemudian
yang kedua kali adalah bergerak maju sambil mengatakan oho…
42
dan sentak tertawa. Demikian juga yang ketiga dan keempat
dan seterusnya.
9. Tawa Ponsel
Tawa ini dikenal juga dengan tawa HP. Tawa ini sangat
menyenangkan dan bersifat main – main. Para peserta berpura –
pura memegang hp dan mencoba tertawa, sambil membuat
berbagai gerakan dan berkeliling untuk bertemu dengan orang –
orang yang berbeda dan seakan – akan menikmatinya. Tawa hp
juga dapat dilakukan dalam dua kelompok dan saling
berhadapan sesuai aba – aba kordinator, kedua kelompok saling
menyebrang sambil tertawa dan memegang hp. Jika
diperluakan, kedua kelompok ini bisa menyebrang lagi untuk
kembali ke posisi awal. Saat menyebrang peserta harus saling
pandang dan tertawa.
10. Tawa Bantahan
Tawa ini merupakan jenis tawa bersifat bersaing antara
dua kelompok yang dipisahkan oleh sebuah jarak. Dua kelompok
saling berpandang dan memulai tertawa dengan menudingkan
jari telunjuk kepada para anggota kelompok lain. Biasanya satu
kelompok wanita dan kelompok yang lain laki-laki. Tawa ini
cukup menyenangkan dan menghibur.
11. Tawa Memaafkan / Minta Maaf
Sesudah tawa bantahan tiba giliran tawa memaafkan,
pesan dibalik tawa ini jika bertengkar dengan seseorang dan
43
harus minta maaf. Betapa pentingnya meminta maaf. Dalam
tawa minta maaf peserta memegang cuping telinga, dengan
menyilangkan lengan kemudian berlutut dan tertawa.
12. Tawa Bertahap
Tawa ini dilakukan pada akhir sesi. Semua peserta diminta
mendekat ke kordinator. Tawa bertahap dimulai dengan senyum
dan melihat ke sekeliling, saling pandang. Berawal tawa kecil
kordinator menambah tawa kecil, dan yang lain memulai tawa
kecil juga. Secara bertahap dan intensitas semakin ditingkatkan
dan kemudian para peserta bertahap mulai semangat. Hal yang
seperti ini kira-kira dilakukan selama satu menit. Tawa ini
sangat menyegarkan dan mudah menular.
13. Tawa dari Hati Ke Hati
Tawa ini dilakukan terakhir setelah semua jenis tawa
dilakukan. Disini semua peserta saling berdekat dan saling
berpegangan tangan, serta tertawa dengan tatapan penuh bela
rasa. Mereka bisa berjabat tangan bahkan berpelukan jika hal
itu pantas dilakukan. Tawa ini juga dikenal dengan tawa
keakraban.
Dari sekian banyak jenis terapi tertawa diatas, peneliti
menggunakan tawa bersemangat, tawa ayunan dan tawa
bertahap dalam melakukan tindakan terapi tertawa pada
penderita hipertensi. Peneliti mengguanakan ketiga jenis tawa
tersebut karena tidak terlalu sulit untuk dipraktekan.
44
Pada tawa bersemangat akan dilakukan di awal sesi
pembukaan terapi tertawa dilakukan. Tawa ini bertujuan agar
para peserta terapi tertawa bersemangat dalam mengikuti
terapi tertawa. Kemudian tawa ayunan dilakukan setelah tawa
bersemangat selesai. Tawa ini bertujuan agar pasien dapat
mengekspresikan perasaan senang untuk mencapai rileks yang
optimal. Jenis tawa ini banyak mengandung sifat bermain – main
yang akan membuat pasien merasa senang dan tidak jenuh. Dan
yang terakhir mengguanakan tawa bertahap, yang dilakukan
diakhir sesi terapi tertawa. Bertujuan agar semua peserta tetap
bersemangat dan merasakan sesuatu yang menyegarkan di
akhir sesi terapi tertawa.
2.3.5 Prosedur Terapi Tertawa
Pada dasarnya tertawa dapat dilakukan dimana dan kapan
saja. Tetapi terapi tertawa dengan tertawa biasa memiliki
dampak yang berbeda. Adapun langkah – langkah terapi tertawa
yang dapat digunakan menurut Ayu (2010) adalah sebagai
berikut :
1. Persiapan alat dan bahan yang diperlukan.
a. Tensi meter
b. Lembar obsevasi
c. Alat tulis
2. Persiapan lingkungan.
3. Persiapan pasien.
45
4. Terapi tertawa dilakukan dengan panduan dari terapis.
Lakukan pemanasan dengan cara menghirup nafas melalui
hidung, tahan nafas selama 15 detik dengan pernafasan
perut. Lalu hembuskan secara perlahan melalui mulut.
Lakukan tindakan ini sebanyak lima kali berturut – turut.
5. Pertama tawa bersemangat dilakukan bersamaan setelah
pemandu memberikan aba – aba. Kemudian mengangkat
tangan keatas dan tertawa penuh semangat. Setelah itu
tangan diturunkan dan diakhir tawa bersemangat pemandu
menepuk sebelah tangan sambil mengucapkan ho-ho-ha-ha-
ha, sebanyak 5-6 kali.
6. Setelah melakukan tawa bersemangat diawal terapi,
kemudian pemandu memberikan tawa ayunan. Semua
peserta bergerak kebelakan sejauh dua meter untuk
memperluas lingkaran. Para peserta bergerak maju dan
mengeluarkan suara ae...., semua mengangkat tangan dan
serentak tertawa sambil bertemu ditengah dengan melambai
– lambaikan tangan. Kemudian kembali keposisi awal dan
bergerak lagi kedepan sambil mengatakan oho...., dan sentak
tertawa begitu pula seterusnya.
7. Dan yang terakhir melakukan tawa bertahap, semua peserta
diminta mendekat ke pemandu. Tawa bertahap dimulai
dengan senyuman dan melihat ke sekeliling, saling pandang.
Pemandu memulai tawa kecil yang kemudian peserta
46
mengikuti tawa kecil juga. Dilakukan secara bertahap dan
intensitas semakin ditingkatkan dan para peserta secara
bertahap mulai semangat, dilakukan kira – kira 5 menit.
Pemberian terapi tertawa ini akan dilakukan sebanyak 3
kali dalam 2 minggu dengan berdurasi waktu 30 menit. Menurut
Setyoadi&Kushariyadi (2011) terapi tertawa hendaknya
dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Lakukan sebanyak 3
kali seminggu dengan durasi waktu 30 menit jika dilakukan
rutin selama 2 minggu akan menurunkan tekanan darah tinggi
pada penderita hipertensi. Dari hasil penelitian yang sudah
dilakukan oleh saudari Susilowati (2011), terapi tertawa yang
dilakukan dengan frekuensi 3 kali dalam 1 minggu yang
berdurasi waktu 15 menit sudah dapat menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi. Jadi pada penelitian yang akan
dilakukan peneliti dengan frekuensi 3 kali dalam 2 minggu dan
berdurasi waktu 30 menit ini diharapkan hasil penelitian akan
maksimal dan terjadi penurunan tekanan darah yang signifikan
pada penderita hipertensi.
2.3.6 Kontra Indikasi Terapi Tertawa
Terapi tertawa menurut Hulse (1994) tidak diberikan pada
pasien yang mempunyai penyakit wasir akut, jantung dengan
sesak nafas, pasca operasi, hamil, flu, TBC, glukoma dan pasien
47
hipertensi yang mudah tersinggung (Setyoadi&Kushariadi,
2011).
2.4 Efektivitas Terapi Musik Klasik Dalam Menurunkan Tekanan Darah Tinggi
Hingga saat ini, musik telah banyak diteliti dan
dimanfaatkan untuk pendidikan, relaksasi, konseling, dan terapi,
serta banyak penelitian yang menggunakan musik terutama
adalah musik klasik. Musik klasik dianggap paling aman karena
bila dibandingkan dengan jenis musik dari zaman berikutnya,
musik klasik belum berfokus pada nuansa emosional, tetapi
lebih berfokus pada keseimbangan bentuk dan struktur, serta
bersifat stabil karena irama dan harmoninya tidak bergejolak.
Selain itu musik klasik memiliki penekanan terhadap melodi,
harmoni yang seimbang, dan ritme yang konstan (Natsir, 2009).
Sebuah penelitian yang dipresentasikan pada konfrensi
tahunan ke-62 America Heart Association 2008, mengemukakan
bahwa mendengarkan musik klasik dapat menurunkan tekanan
darah tinggi pada penderita hipertensi (Martha, 2012). Pada
penelitian lain yang dilakukan oleh Chafin (2004) dalam Martha
(2012) mendengarkan musik klasik dapat mengurangi
kecemasan dan stres sehingga tubuh mengalami relaksasi yang
mengakibatkan penurunan tekanan darah dan denyut jantung.
Musik klasik adalah musik yang mempunyai efek penyelaras
(seirama dengan jantung) sehingga mempengaruhi penurunan
48
pelepasan katekolamin plasma dalam pembuluh darah yang
dapat merangsang saraf simpati adenergik sehingga akan
mempengaruhi hormon stress-released yang menyebabkan
terjadinya relaksasi sehingga denyut jantung berkurang dan
tekanan darah menurun.
Rangsangan musik ternyata mampu mengaktifasi sistem
limbik yang berhubungan dengan emosi. Saat sistem limbik
teraktifasi otak menjadi rileks. Kondisi inilah yang memicu
tekanan darah menurun. Sistem limbik yang terdiri dari
amigdala, thalamus dan hipothalamus ini berperanan sangat
penting dan berhubungan langsung dengan sistem otonom
maupun bagian otak penting lainnya. Karena hubungan
langsung sistem limbik dengan sistem otonom, jadinya bila ada
stimulus emosi negatif yang langsung masuk dan diterima oleh
sistem limbik dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti:
gangguan jantung, hipertensi maupun gangguan saluran cerna.
Tidak heran saat seseorang marah, maka jantung akan berdetak
lebih cepat dan lebih keras dan tekanan darah dapat meninggi
(Turana, 2008).
2.5 Efektivias Terapi Tertawa Dalam Menurunkan
Tekanan Darah Tinggi
Tertawa merupakan paduan dari peningkatan sistem saraf
parasimpatik dan juga penurunan kerja sistem saraf simpatik.
Peningkatannya berfungsi untuk memberikan tenaga bagi
49
gerakan pada tubuh, namun hal ini kemudian juga diikuti oleh
penurunan sistem saraf simpatik yang salah satunya disebabkan
karena adanya perubahan kondisi otot yang menjadi lebih rileks,
dan pengurangan pemecahan terhadap nitric oxide yang
membawa pada pelebaran pembuluh darah, sehingga rata-rata
tertawa menyebabkan penurunan aliran darah sebesar 20
persen, sementara menyebabkan penurunan stres sebesar 30
persen (Hasan, 2009 dalam Desinta 2011).
Penelitian terhadap tertawa menunjukkan bahwa efek
tertawa baik secara psikologis maupun fisiologis. Secara
psikologis, penelitian menunjukkan tertawa dapat menurunkan
level stres. Crhistie dan Moore (2005) melakukan review
terhadap beberapa jurnal penelitian mengenai humor dan
tertawa yang menunjukkan bahwa humor digunakan sebagai
koping terhadap stres. Efek tawa secara fisiologis adalah dapat
membantu untuk mengontrol tekanan darah dengan
menurunkan stres hormon serta memunculkan kondisi rileks.
Pada penelitian Kanji, White, Ernst (2006) menunjukkan adanya
penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik setelah 2 minggu
pemberian intervensi berupa terapi tertawa dan dibandingkan
dengan grup terapi autogenik, serta grup tanpa intervensi.
Beberapa artikel menunjukkan bahwa setelah tertawa, maka
tekanan darah akan meningkat, namun hal tersebut hanya
terjadi lima menit setelah tertawa, kemudian akan menurun
50
atau menjadi lebih rendah daripada kondisi sebelumnya
(Whipple&Calvert, 2008 dalam Desinta, 2011).
Terapi tertawa dapat mengatasi efek buruk dari hormon
stres seperti adrenalin dan kortisol terhadap fungsi pembuluh
darah.Terapi tertawa dapat mempercepat produksi nitrogen
monoksida dalam tubuh, yang merelaksasikan lapisan dalam
arteri dan membuat aliran darah lebih efisien. Mekanisme kerja
lain, sebagaimana disampaikan oleh pusat pengobatan
University of Maryland di Baltimore, adalah pengembangan
arteri bronkial. Pengembangan arteri secara akurat
mengindikasikan aliran darah dari dari jantung menuju jantung.
Perbaikan pengembangan arteri akan menurunkan tekanan
darah (Kowalski, 2010).