pemberian kompres hangat terhadap · pdf filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya...

69
i PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN SKALA FLEBITIS PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn. N DENGAN DISPEPSIA DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD KARANGANYAR Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DI SUSUN OLEH: RISKA DYAH PUSPITASARI NIM. P11048 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014

Upload: duonglien

Post on 30-Jan-2018

251 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

i �

PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN

SKALA FLEBITIS PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn. N

DENGAN DISPEPSIA DI RUANG INSTALASI GAWAT

DARURAT RSUD KARANGANYAR

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH:

RISKA DYAH PUSPITASARI

NIM. P11048

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2014

Page 2: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

ii �

Page 3: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

iii �

Page 4: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

iv �

Page 5: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

v �

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dam karuia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP

PENURUNAN SKALA FLEBITIS PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn. N

DENGAN DIAGNOSA DISPEPSIA DI RUANG INSTALASI GAWAT

DARURAT RSUD KARANGANYAR:

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan dukungan dari pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang

terhomat:

1. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII

Keperawatan, yang telah memberi kesempatan untuk dapat menimba ilmu di

Stikes Kusuma Husada Surakarta.

2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Sekertaris Ketua Program Studi

DIII Keperawatan dan selaku dosen penguji dua yang telah membimbing

dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman

dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini dan

telah memberi kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma

Husada Surakarta.

3. S. Dwi Sulisetyawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen pembimbing yang

telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

aplikasi riset ini.

4. Maula Mar’atus Solikhah, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji satu yang telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

aplikasi riset ini.

Page 6: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

vi �

5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya

serta ilmu yang bermanfaat.

6. Kedua orang tua saya yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

semangat untuk menyelesaikan pendidikan.

7. Andika Sumbara yang selalu memberikan semangat dan motivasi untuk

menyelesaikan tugas akhir pendidikan.

8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma

Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-

persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual

Semoga laporan aplikasi riset ini bermanaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, 21 Mei 2014

Penulis

Page 7: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

vii �

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME .................................................. ii

LEMBAR PESETUJUAN ............................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

DAFTAR GENOGRAM ................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................ 1

B. Tujuan Penulisan .................................................................... 5

C. Manfaat Peulisan .................................................................... 5

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Dispepsia ................................................................................ 7

B. Flebitis .................................................................................... 22

C. Terapi Kompres Hangat ......................................................... 25

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Identitas Klien ........................................................................ 27

B. Pengkajian .............................................................................. 27

C. Perumusan Masalah Keperawatan .......................................... 32

D. Perencanaan ............................................................................ 33

Page 8: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

viii �

E. Implementasi Keperawatan .................................................... 35

F. Evaluasi Keperawatan ............................................................ 37

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian ..................................................................................... 40

B. Perumusan Masalah ....................................................................... 42

C. Intervensi ....................................................................................... 45

D. Implmentasi ................................................................................... 48

E. Evaluasi ......................................................................................... 49

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ................................................................................. 51

B. Saran ....................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 9: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

ix �

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Genogram ............................................................................. 29

Page 10: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

x �

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Asuhan Keperawatan

Lampiran 2 Lembar Konsultasi

Lampiran 3 Loog Book

Lampiran 4 Pendelegasian

Lampiran 5 Jurnal Utama

Lampiran 6 Jurnal Pendamping

Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup

Page 11: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

1 �

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Prevalensi dispepsia di diketahui 20-40% orang dewasa dari jumlah

pasien yang datang ke klinik gastroenterologi. Beragamnya angka prevalensi

ini disebabkan oleh perbedaan persepsi dari definisi dispepsia. Data survei

yang dilakukan oleh (Zagari, dkk) pada populasi umum ditemukan bahwa

kasus dispepsia lebih tinggi dibandingkan dengan data di rumah sakit atau

pelayanan kesehatan, karena hanya 20-25% yang akan mencari pertolongan

medis. Berdasarkan penelitian pada populasi umum didapatkan prevalensi

dispepsia berkisar antara 12-45% dengan estimasi rerata adalah 25%. Insidens

dispepsia per tahun diperkirakan antara 1-11,5%, meskipun belum didapatkan

data epidemiologi di Indonesia (Rani, 2011:132).

Dispepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom ulu hati, mual,

kembung, muntah rasa penuh atau cepat kenyang dan sendawa. Dispepsia

merupakan masalah yang sering ditemukan dalam praktek sehari-hari.

Keluhan klinis dari dispepsia dapat menetap untuk waktu tertentu dan dapat

mengalami kekambuhan. Dispepsia merupakan keluhan umum yang dalam

waktu tertentu dapat dialami seseorang. Prevalensi dispepsia ini dipengaruhi

oleh faktor jenis kelamin, umur, indeks masa tubuh, perokok, konsumsi

alkohol dan psikis. Keluhan dispepsia dialami dalam waktu tertentu dan

Page 12: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

2 �

bersifat kronik dapat berdampak pada kualitas hidup penderita dan beban

ekonomi secara langsung maupun tidak langsung (Rani, 2011:131).

Salah satu terapi dalam penanganan penderita dispepsia adalah dengan

terapi intravena (IV) sesuai dengan advis dokter. Terapi intravena adalah

salah satu tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara memasukkan

cairan, elektolit, obat intravena dan nutrisi parenteral kedalam tubuh melalui

intravena (Komaling dkk, 2014).

Terapi intravena salah satu teknologi yang paling sering digunakan

dalam pelayanan kesehatan diseluruh dunia. Lebih dari 60% pasien yang

masuk ke rumah sakit mendapat terapi melalui IV (Hindley, 2004). Data

medis Internasional dikutip oleh Widigdo (2003:7) melaporkan, “lebih dari

300 juta IV kateter yang berupa kateter plastik atau Teflon dan jarum logam

yang digunakan pada rumah-rumah sakit dalam negeri”. Berkaitan dengan

terapi IV ini, maka telah diidentifikasi suatu masalah keperawatan yang

sering dijumpai yaitu terjadinya flebitis dan ekstravasasi vena. Komplikasi

yang paling sering terjadi akibat terapi IV adalah flebitis.

Flebitis merupakan masalah yang serius tetapi tidak menyebabkan

kematian karena dapat merugikan pasien dengan menambah kesakitan pada

pasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah

sakit. Menurut data surveilans World Health Organisation (WHO) dalam

jurnal Kristiyawati (2011) dinyatakan bahwa angka kejadian infeksi

nosokomial cukup tinggi yaitu 5% per tahun, 9 juta orang dari 190 juta

pasien yang dirawat di rumah sakit. Penelitian di Brigman Young University

Page 13: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

3 �

(2007) menunjukkan tingkat kejadian flebitis 5,79% dari 432 pasien (Zarate,

2007:8).

Flebitis merupakan suatu inflamasi vena yang terjadi akibat tidak

berhasilnya penusukan vena, kontaminasi alat IV dan penggunaan cairan

hipertonik yang tidak adekuat, yang secara kimiawi dapat mengiritasi vena.

Flebitis dapat diklasifikasikan dalam tiga tipe yaitu bakterial, kimiawi, dan

mekanikal. Adapun faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kejadian

flebitis ini termasuk tipe bahan kateter, lamanya pemasangan, tempat insersi,

jenis penutup (dressing), cairan intravena yang digunakan, kondisi pasien,

teknik insersi kateter (Oishi, 2001).

Perawat memiliki peran penting dalam menangani kejadian flebitis,

sehingga perawat memliki tugas profesional untuk mengenali dan mencegah

hal-hal yang berhubungan dengan terjadinya komplikasi flebitis tersebut,

salah satu tindakan yang dilakukan adalah pemberian kompres hangat.

Menurut Griffiths, Fernandez, dan Ussia (2001) dalam jurnal Nurjanah

(2011), dalam jurnal Pemberian kompres air hangat dapat membantu

vasodilatasi pembuluh darah dengan meningkatkan sirkulasi darah pada

pembuluh darah yang mengalami flebitis, sehingga selain mengurangi nyeri

juga dapat mempercepat proses penyembuhan luka flebitis. Penelitian ini

mendukung hasil penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan air dalam

perawatan luka dapat membantu proses penyembuhan luka. Dalam

penelitiannya terbukti bahwa air dapat membantu proses penyembuhan luka

tanpa menimbulkan dampak negatif pada pasien yang mengalami luka.

Page 14: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

4 �

Pemberian kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada klien

dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian

tubuh yang memerlukannya. Tujuannya adalah memperlancar sirkulasi darah,

mengurangi rasa sakit, merangsang peristaltik usus, memperlancar

pengeluaran getah radang (eksudat), memberi rasa nyaman atau hangat dan

tenang. Pemberian kompres panas dilakukan pada klien dengan perut

kembung, klien yang kedinginan, klien yang mengalami radang, kekejangan

otot (spasmus), adanya abses (bengkak) akibat suntikan, tubuh dengan abses

atau hematom (Kusyati, 2006:204).

Hasil penelitian yang dilakukan Handyo, Triyanto dan Latiah (2006)

dalam jurnal Trianto (2007) tentang pemberian kompres hangat terhadap

skala flebitis maka didapatkan hasil yang signifikan, yaitu setelah dilakukan

kompres hangat pada area flebitis, angka flebitis bisa menurun dengan nilai �

= 0.003, dan penelitian dilakukan selama 2 hari berturut-turut dengan hasil

yang signifikan.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk

mengaplikasikan hasil riset tentang tindakan pemberian kompres hangat

terhadap penurunan skala flebitis pada pengelolaan kasus yang dituangkan

dalam bentuk penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pemberian

Kompres Hangat terhadap Penurunan Skala Flebitis pada Asuhan

Keperawatan Tn. N Dengan Dispepsia di Ruang Intalasi Gawat Darurat

RSUD Karanganyar”.

Page 15: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

5 �

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Melaporkan pemberian kompres hangat terhadap penurunan skala flebitis

pada Asuhan Keperawatan Tn. N dengan Dispepsia di ruang Instalasi

Gawat Darurat RSUD Karanganyar.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. N dengan

Dispepsia.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. N

dengan Dispepsia.

c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Tn.

N dengan Dispepsia.

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. N dengan

Dispepsia.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. N dengan Dispepsia.

f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian kompres hangat

terhadap penurunan skala flebitis pada Tn. N dengan diagnosa

Dispepsia

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan menerapkan pemberian kompres hangat

untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia.

Page 16: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

6 �

2. Bagi Pedidikan

Sebagai refrensi untuk menambah wawasan bagi para mahasiswa

khususnya yang berkaitan dengan pemberian kompres hangat untuk

menurunkan skala flebitis, dalam melaksanakan asuhan keperawatan

dengan tepat.

3. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam praktek

pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan khususnya pada kejadian

flebitis dengan kompres hangat.

4. Bagi Profesi Keperawatan

Menghadirkan laporan aplikasi hasil penelitian tentang menurunkan skala

flebitis, untuk mengembangkan praktik keperawatan dan memecahkan

masalah dalam profesi keperawatan.

Page 17: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

7 �

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Dispepsia

1. Pengertian Dispepsia

Dispepsia adalah perasaan tidak nyaman atau nyeri pada abdomen

bagian atas atau dada bagian bawah. Salah cerna (indigestion) mungkin

digunakan oleh pasien untuk menggambarkan dispepsia, gejala

regurgitasi atau flatus (Grace, 2006:25). Dispepsia merupakan suatu

gejala yang di tandai dengan nyeri ulu hati, rasa mual dan kembung.

Gejala ini bisa berhubungan atau tidak ada hubungan dengan makanan

(dr Taufan, 2011:212).

Dispepsia sebagai suatu gejala atau sindrom ataupun kumpulan

gejala atau sindrom hal itu disebabkan oleh berbagai penyakit, baik yang

bersifat organik maupun fungsional. Begitu bervariasinya bentuk dan

beratnya gejala, sehingga istilah dispepsia banyak di interpretasikan

berbeda oleh dokter, sebagian ahli mengatakan harus berhubungan

dengan makanan, yang lain berpendapat bahwa harus berhubungan

dengan saluran cerna bagian atas (Rani, 2011:135).

Page 18: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

8 �

2. Etiologi

Berikut sejumlah faktor yang mendorong terjadinya dispepsia

(Yuliarti, 2009:3) yaitu:

a. Infeksi bakteri

Orang yang terinfeksi bakteri Helicobacter pylori dapat mengalami

gastritis. Penemuan bakteri ini dilakukan oleh Barry Marshall dan

Robin Warre, dua dokter peraih Nobel dari Australia. Saat ini telah

terbukti bahwa infeksi yang disebabkan oleh Helicobacter pylori

pada lambung biasa menyebabkan peradangan mukosa lambung

yang disebut dengan gastritis.

b. Obat penghilang nyeri

Konsumsi obat penghilang nyeri seperti, Nonsteroidal

antiinflamatory drugs (NSAIDs) misalnya aspirin, ibuproven (Advil,

Motrin, dan lain-lain), juga naproxen (Aleve) yang terlalu sering

dapat menyebabkan penyakit maag baik akut maupun kronis

c. Alkohol

Mengkonsumsi alkohol dapat mengiritasi atau merangsang dan

mengikis permukaan lambung sehingga asam lambung dengan

mudah akan mengikis permukaan lambung.

d. Stres

Keadaan stres yang disebabkan karena pembedahan luka atau

trauma, terbakar, ataupun infeksi penyakit tertentu dapat

menyebabkan gastritis akut.

Page 19: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

9 �

e. Asam Empedu

Asam empedu adalah cairan yang membantu pencernaan lemak.

Cairan ini diproduksi oleh hati dan di alirkan ke kantong empedu.

Ketika keluar kantong empedu, asam empedu akan di alirkan ke usus

kecil atau duodenum. Secara normal, cincin pylorus atau pada bagian

bawah lambung akan mencegah aliran asam empedu ke dalam

lambung setelah dilepaskan ke duodenum. Namun apabila cincin

tersebut rusak dan tidak bias menjalankan fungsinya dengan baik

karena pembedahan maka asam empedu dapat mengalir ke lambung

sehingga megakibatkan peradangan dan gastritis kronik.

f. Serangan tarhadap lambung

Sel yang dihasilkan oleh tubuh dapat menyerang lambung. Kejadian

ini memang jarang terjadi tetapi biasa terjadi. Autoimmune gastritis

sering terjadi pada orang yang terserang penyakit Hashimoto’s

disease, Addison’s disease, dan diabetes tipe 1.

3. Manifestasi klinik

Manifestasi klinik yang biasa muncul (Sukarmin, 2012:156) yaitu:

a. Gastritis akut erosive, gejala yang sangat mencolok adalah:

1) Hematemesis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat

sampai terjadi renjatan karena kehilangan darah.

2) Mual-mual dan muntah.

3) Perdarahan saluran cerna.

Page 20: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

10 �

b. Gastritis kronis non erosive

1) Gejalanya bervariasi antara satu orang dengan yang lain dan

kadang tidak jelas.

2) Perasaan cepat penuh, anoreksia.

Diakibatkan sekresi yang berlebihan pada lambung ketika ada

makanan yang masuk.

3) Distress epigastrik yang tidak nyata.

Distress epigastrik yang tidak nyata sering berkaitan dengan

perasaan gaster seperti penuh padahal kalau dilakukan

pengecekan secara detail lambung tidak mengalami peningkatan

intralumennya.

4) Cepat kenyang.

Seperti lambung terasa cepat penuh.

c. Gastritis atropi

1) Nyeri apigastrik.

Timbulnya nyeri pada gastritis atropi akibat peningkatan sekresi

gastrin, tetapi justru mengalami penurunan getah lambung

akibat atropi parietal.

2) Anemia pernisiosa.

Penurunan ikatan terhadap kobalamin pada intestinum dapat

mengakibatkan anemia pernisiosa sebagai dampak penurunan

faktor intrinsic dari lambung.

3) Mual dan muntah.

Page 21: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

11 �

d. Gastritis reaktif

1) Muntah yang berlebihan.

2) Nyeri epigastria.

3) Rusaknya mukosa oleh enzim atau garam empedu dapat

menurunkan ambang nyeri. Penderita menjadi sensitive terhadap

nyeri.

4) Lemah

Dapat diakibatkan oleh penurunan cairan dan nutrisi oleh

muntah yang berlebihan.

4. Patofisiologi Dispepsia

Mukosa lambung mengalami pengikisan akibat konsumsi alkohol,

obat-obatan antiinflamasi nonsteroid, infeksi helicobacter pylori.

pengikisan ini dapat menimbulkan reaksi peradangan.

Inflamasi pada lambung juga dapat dipicu oleh peningkatan sekresi

asam lambung. Ion H+ yang merupakan susunan utama asam lambung

diproduksi oleh sel parietal lambung dengan bantuan enzim Na+ atau K

+

ATPase. Peningkatan sekresi lambung dapat dipicu oleh peningkatan

rangsangan persarafan, misalnya dalam kondisi cemas, stres, marah

melalui serabut parasimpatik vagus akan terjadi peningkatan transmitter

asetilkolin, histamine, gastrin releasing peptide yang dapat

meningkatkan sekresi lambung. Peningkatan ion H+ yang tidak diikuti

peningkatan penawarnya seperti prostagladin, HCO3+, mukus akan

menjadikan lapisan mukosa lambung tergerus terjadi reaksi inflamasi.

Page 22: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

12 �

Peningkatan sekresi lambung dapat memicu rangsangan serabut

aferen nervus vagus yang menuju medulla oblongata melalui

kemoreseptor yang banyak mengandung neurotransmitter epinefrin,

serotonin, GABA sehingga lambung teraktivasi oleh rasa mual dan

muntah.

Mual dan muntah mengakibatkan berkurangnya asupan nutrisi.

Sedangkan muntah selain mengakibatkan penurunan cairan tubuh dan

cairan dalam darah atau hipovolemia. Kekurangan cairan merangsang

pusat muntah untuk meningkatkan sekresi antidiuretik hormon atau ADH

sehingga terjadi retensi cairan, kehilangan NaCl dan NaHCO3 berlebihan

ditambahkan dengan kehilangan natrium lewat muntah, maka penderita

dapat jatuh hipontremia. Muntah juga mengakibatkan penderita

kehilangan K+

atau hipokalemia. Muntah yang tidak terkontrol juga dapat

mengancam saluran pernafasan melalui aspirasi muntahan.

Perbaikan sel epitel dapat dicapai apabila penyebab yang

menggerus dihilangkan. Penutupan celah yang luka dilakukan melalui

migrasu sel epitel dan pembelahan sel yang dirangsang oleh insulin like

growth factore dan gastrin (Sukarmin, 2011:154).

5. Penatalaksanaan

Intervensi medis yang dilakukan apabila keluhan tetap tidak hilang

dengan menghindari agen penyebab adalah dengan terapi farmakologis,

meliputi terapi cairan dan terapi obat (Muttaqin, 2011:388) yaitu:

Page 23: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

13 �

a. Terapi cairan, hal ini diberikan pada fase akut untuk hidrasi pasca

muntah yang berlebihan.

b. Terapi obat

Prinsip pemberian terapi adalah sebagai berikut:

1) Tidak ada obat spesifik untuk menyembuhkan kecuali pada

infeksi H. Pylori.

2) Pemberian terapi sesuai dengan faktor penyebab yang diketahui,

yang disesuaikan dengan protokol pemberian dari Depkes RI.

3) Pemberian obat farmakologis antara lain:

a) Antasida, untuk menetralkan asam lambung.

b) Penghambat H2, penhambat reseptor histamin dan menekan

pengeluaran asam lambung.

c) Penghambat pompa poton, menghambat produksi asam

dengan durasi panjang, jenis obat diantaranya Omeprazole.

d) Antibiotik, digunakan ada gastritis dengan infeksi bakteri

seperti H. Pylori.

6. Pemeriksaan penunjang menurut (dr.Taufan, 2011:213) yaitu:

a. SGOT atau SGPT, fosfatase alkali, billirubin.

b. USG.

c. OMD bila ada tand striktur.

d. Endoskopi.

e. ECG bila ada kecurigaan.

Page 24: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

14 �

B. Asuhan Keperawatan Dispepsia

1. Pengkajian

Hal-hal yang menjadi orientasi pengkajian menurut (Sukarmin,

2011:162), yaitu:

a. Keluhan utama.

b. Riwayat kesehatan.

c. Pengkajian pola kebutuhan.

1) Kebutuhan rasa aman dan nyaman.

2) Kebutuhan nutrisi dan cairan.

3) Kebutuhan mobilisasi.

4) Kebutuhan mempertahankan suhu tubuh.

5) Kebutuhan oksigenasi dan pernafasan.

d. Pemeriksaan fisik.

1) Keadaan umun.

2) Kondisi fisik :

a) Mata

b) Mulut

c) Pernafasan

d) Kardiovaskuler

e) Genitourinaria

f) Ekstremitas

Page 25: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

15 �

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan sebuah lebel singkat yang

menggambarkan kondisi pasien yang di observasi di lapangan. Ada

beberapa diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan

dispepsia (Muttaqin, 2011:392) yaitu:

a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung.

b. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan ketidakadekuatan intake nutrisi sekunder akibat

nyeri, ketidaknyamanan lambung dan intestinal.

c. Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

keluarnya cairan dari muntah yang berlebihan.

d. Kecemasan berhubungan dengan adanya nyeri dan muntah darah.

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakadekuatan

informasi penatalaksaan diet dan faktor pencetus iritan pada mukosa

lambung.

Intervensi Keperawatan dan rasionalnya.

a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam nyeri

berkurang atau hilang.

Kriteria hasil:

1) Secara subyektif melaporkan nyeri berkurang atau hilang.

2) Skala nyeri 0-1 atau 0-4.

Page 26: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

16 �

3) Dapat mengidentifikasi aktifitas yang meningkatkan atau

menurunkan nyeri.

4) Pasien tidak gelisah

Intervensi:

1) Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri

nonfarmakologi dan noninvasif.

Rasional: pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan

nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam

mengurangi nyeri.

2) Lakukan menejemen nyeri, istirahatkan pasien saat nyeri

muncul, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam saat nyeri muncul,

ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri, menejemen lingkungan

tenang, batasi pengunjung dan istirahatkan pasien, lakukan

manajemen sentuhan.

Rasional: istirahat secara fisiologis akan menurunkan kebutuhan

oksigen yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme basal, meningkatkan intake oksigen sehingga

menurunkan nyeri sekunder dari iskemia intestinal, distraksi

atau pengalihan perhatian dapat menurunkan stimulus internal,

lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal

dan pembatasan pengunjung membantu meningkatkan kondisi

oksigen ruangan yang akan berkurang apabila banyak

pengunjung yang berada diruangan dan istirahat akan

Page 27: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

17 �

menurunkan kebutuhan oksigen jaringan perifer, manajemen

sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dan dukungan

psikologis dapat membantu menurunkan nyeri.

3) Tingkatkan pengetahuan pasien tentang penyebab nyeri dan

munghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung.

Rasional: pengetahuan akan dirasakan dan dapat membantu

mengembangkan kepatuhan pasien terhadap rencana terapeutik.

4) Tindakan kolaborasi, pemakaian penghambat H2 (seperti

Cimetidin atau ranitidin), antasida.

Rasional: Cimetidin penghambat Histamin H2 menurunkan

produksi asam lambung, miningkatkan pH lambung dan

menurunkan iritasi pada mukosa lambung, hal ini untuk

penyembuhan serta pencegahan lesi. Antasida untuk

mempertahankan pH lambung pada tingkat 4,5.

b. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan ketidakadekuatan intake nutrisi respon

sekunder akibat nyeri, ketidaknyamanan lambung dan intestinal.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam pasien

akan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.

Kriteria Hasil:

1) Membuat pilihan diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam

situasi individu.

2) Menunjukkan peningkatan berat badan.

Page 28: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

18 �

Intervensi:

1) Kaji pengetahuan pasien tentang tentang intake nutrisi.

Rasional: tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh kondisi sosial

ekonomi pasien, perawat menggunakan pendekatan yang sesuai

dengan kondisi pasien.

2) Mual dan makan kecil dan tingkatkan sesuai dengan toleransi.

Catat tanda kepenuhan gaster, regurgitasi, dan diare.

Rasional: kandungan makanan dapat mengakibatkan

ketidaktoleransian atau batasan faktor tertentu, seperti lemak

dan gula atau memberikan makanan yang di sediakan pasien.

3) Berikan diet nutrisi seimbang (misalnya semi kental atau

makanan halus) atau makanan selang (contoh makanan

dihancurkan atau sediaan yang dijual) sesuai indikasi.

Rasional: Untuk tambahan atau batasan factor tertentu, seperti

lemak dan gula.

4) Fasilitasi pasien untuk memperoleh diet sesuai indikasi dan

anjuran menghindari paaran dari agen iritan.

Rasonal: konsumsi minuman yang mengandung kafein perlu

dihindari, karena kafein adalah stimulant system saraf yang

dapat meningkatkan aktifitas lambung serta sekresi pepsin.

5) Berikan nutrisi parenteral.

Page 29: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

19 �

Rasional: Dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi yang

diperlukan oleh pasien untuk mempertahankan kebutuan nutrisi

harian.

c. Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

keluarnya cairan dari muntah yang berlebihan.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatn selama 1x24 jam

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit tidak terjadi.

Kriteria hasil:

1) Pasien tidak mengeluh pusing.

2) Membrane mukosa lembab.

3) Turgor kulit normal.

4) Tanda-tanda vital dalam batas normal, CRT kurang dari 3 detik,

urine kurang dari 600ml per hari.

5) Laboratorium, nilai elektrolit normal, hematokrit dan protein

serum meningkat, kreatinin menurun.

Intervensi.

1) Monior status cairan (turgor kulit, membrane mukosa, dan urine

output).

Rasional: Jumlah dan tipe cairan penganti ditentukan dari

keadaan status cairan. Penurunan volume cairan mengakibatkan

menurunnya produksi urine.

2) Kaji sumber kehilangan cairan.

Page 30: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

20 �

Rasional: Kehilangan cairan akn mengakibatkn risiko gangguan

elektrolit.

3) Kaji warna kulit, suhu, sianosi, nadi perifer, dan diaphoresis

secara teratur.

Rasional: mengetahui adana pengaruh peningkatan tahanan

perifer.

4) Tindakan kolaborasi, pertahankan emberian cairan secara

intravena.

Rasional: memudahkan perawat dalam melakukan kontrol

intake dan output cairan.

d. Kecemasan berhubungan dengan adanya nyeri, muntah darah.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam pasien

secara subyetif melaporkan rasa cemas berkurang.

Kriteria hasil:

1) Pasien mampu mengungapkan perasaanya kepada perawat.

2) Pasien dapat mencatat penurunan kecemasan atau ketakutan

dibawah standar.

3) Pasien dapat rileks dan tidur atau istirahat dengan baik.

Intervnsi.

1) Monitor respon fisik seperti kelemahan, perubahan tanda vital,

serta gerakan yang di ulang-ulang, catat kesesuaian respon

verbal dan non verbal selama komunikasi.

Page 31: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

21 �

Rasional: digunakan dalam mengevaluasi derajat tingkat

kesadaran atau konsentrasi, khususnya ketika melakukan

komunikasi verbal.

2) Anjurkan pasien dan keluarga mengungkapkan dan

mengekspresikan rasa takutnya.

Rasional: memberikan kesempatan untuk berkonsentrasi dan

mengurangi rasa cemas yang berlebih.

3) Catat reaksi dari pasien dari keluarga, berikan kesempatan untuk

mendiskusikan perasaan atau konsentrasinya, serta harapan

masa depan.

Rasional: Respon dan kecemasan anggota keluarga terhadap apa

yang terjadi dapat disampaikan kepada perawat.

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakadekuatan

informasi penatalaksaan diet dan faktor pencetus iritan pada mukosa

lambung.

Tujuan: selama dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam pasien

mampu melaksanakan apa yang telah di informasikan.

Kriteria hasil:

1) Pasien mampu mengulang atau menyebutkan kembali informasi

penting yang di berikan.

2) Pasien terlihat termotivasi terhadap informasi yang di jelaskan.

Page 32: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

22 �

Intervensi.

1) Kaji kemempuan pasien untuk mengikuti pembelajaran tingkat

kecemasan, kelelahan umum, pengetahuan pasien sebelumnya

dan suasana yang tepat.

Rasional: keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh

kesiapan fisik, emosional, dan lingkungan yang kondusif.

2) Jelaskan tentang proses terjadinya gastritis akut sampai

menimbulkan keluhan pada pasien.

Rasional: pengetahuan pasien tentang gastritis dievaluasi

sehingga rencana penyuluhan dapat bersifat individual.

3) Bantu pasien mengidentifikasi agen iritan.

Rasional: meningkatkan partisipasi pasien dalam program

pengobatan dan mencegah klien untuk kontak kembali dengan

agen iritan lambung.

C. Flebitis

1. Pengertian Flebitis

Menurut Darmadi (2008) dalam jurnal Maria (2012), flebitis

merupakan infeksi nosokomial yaitu infeksi oleh pasien yang diperoleh

selama dirawat di rumah sakit diikuti dengan menifestasi klinis yang

muncul sekurang-kurangnya 3x14 jam. Menurut Depkes RI, (2008)

dalam jurnal Maria (2012), kejadian flebitis menjadi indikator mutu

Page 33: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

23 �

pelayanan minimal rumah sakit dengan standar kejadian kurang dari

1,5%.

Menurut Flebitis Smeltzer and Bare (2001) dalam jurnal Handoyo

(2007) adalah salah satu komplikasi lokal intravena dan diidentifikasikan

sebagai inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi kimia maupun

mekanik.

Menurut Setio dan Rohani (2010) dalam jurnal Handoyo (2007) ,

flebitis didefinisikan sebagai peradangan pada dinding pembuluh darah

balik atau vena. Flebitis adalah peradangan vena yang disebabkan kateter

atau iritasi kimia dan zat aditif dan obat-obatan secara intravena.

Menurut Lonsway (2001) dalam jurnal Muladi (2013) flebitis

adalah kondisi dimana terjadi inflamasi pada vena intima biasa dicatat

karena komplikasi dari terapi intravena.

2. Skala Flebitis

Menurut Dougherty, dkk (2010) dalam jurnal Srimulyani (2012) skala

Flebitis dibagi menjadi 6 yaitu:

a. Skala 0, tempat suntikan tampak sehat, tidak ada flebitis dan

observasi kanula.

b. Skala 1, terjadi nyeri pada tempat suntikan serta eritema pada tempat

suntikan, mungkin tanda dini flebitis dan observasi kanula.

c. Skala 2, terjadi nyeri, eritema, dan pembekakan, dan ini merupakan

stadium dini flebitis dan ganti tempat klanula.

Page 34: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

24 �

d. Skala 3, terjadi nyeri sepanjang kanula, eritema, dan indurasi, ini

merupakan stadium moderat flebitis, ganti kanula dan pikirkan

terapi.

e. Skala 4, terjadi nyeri sepanjang kanula, eritema, indurasi, venous

cord teraba, ini merupakan stadium lanjut atau tromboflebitis, ganti

kanula dan pikirkan terapi.

f. Skala 5, terjadi nyeri sepanjang kanula, eritema, indurasi, venous

cord teraba, dan demam. Ini merupakan stadium lanjut

tromboflebilitis, segera ganti kanula.

3. Penyebab Flebitis

Flebitis disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, faktor kimia, faktor

mekanik, dan faktor bakterial (Maria, 2012) yaitu:

a. Faktor kimia, flebitis timbul karena obat yang dimasukkan

mempunyai sifat dan kekentalan yang berbeda dengan darah.

b. Faktor mekanis, flebitis dapat timbul karena beberapa hal yaitu :

diameter jarum kateter terlalu besar sehingga vena teregang, cara

insersi kateter yang tidak baik, fiksasi yang tidak baik, kateter yang

terbuat dari polivinil klorida, pasien banyak gerak, dan turbulensi

atau teknik insersi dan kepatuhan perawat dalam melaksanakan

Standar Prosedur Operasional dalam pemasangan infus.

c. Faktor Bakterial, flebitis timbul karena pencemaran. Pencemaran ini

terjadi ketika mikroorganisme dari kulit pasien atau tangan petugas

Page 35: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

25 �

pemasangan atau perawatan bersentuhan dengan kateter yang

berhubungan langung dengan pembuluh darah atau integritas kulit.

4. Pencegahan Flebitis

Menurut Darmawan (2008) dalam jurnal Srimulyani (2012), pencegahan

flebitis adalah:

a. Mencegah flebitis bakterial: pedoman ini menekankan kebersihan

tangan, teknik aseptik, perawatan daerah infus serta antisepsis kulit.

b. Selalu waspada dan jangan meremehkan taknik aseptik : Stopcock

sekalipun (yang digunakan untuk penyuntikan obat atau pemberian

infus IV, dan pengambilan sample darah) merupakan jalan masuk

kuman yang potensial kedalam tubuh.

c. Rotasi kanula: mengganti tampat atau rotasi kanula ke lengan

kontralateral setiap hari ada 15 pasien yang menyebabkan bebas

flebitis.

d. Asepting dressing: Di anjurkan aseptic dressing untuk mencegah

flebitis. Kasa steril diganti setiap 24 jam.

e. Laju pemberian: Para ahli umumnya sepakat bahwa makin lambat

infus larutan hipertonik diberikan makin rendah resiko flebitis.

D. Terapi Kompres Hangat

Pilihan alternatif lain dalam meredakan nyeri adalah terapi kompres

panas. Namun begitu, perlu adanya studi lebih lanjut untuk melihat

keefektifannya dan bagaimana mekanisme kerjanya. Terapi panas diduga

Page 36: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

26 �

bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri atau non-nosiseptor dalam

bidang reseptor yang sama pada cedera (Sulistyo, 2013:85).

Pemakaian kompres panas biasanya dilakukan hanya setempat saja

pada bagian tubuh tertentu. Dengan pemberian panas, pembuluh-pembuluh

darah melebar sehingga memperbaiki peredaran darah di dalam jaringan

tersebut. Dengan cara ini penyaluran zat asam dan bahan makanan ke sel-sel

diperbesar dan pembuangan dari zat-zat yang dibuang akan diperbaiki.

Aktivitas sel yang meningkat akan mengurangi rasa sakit atau nyeri dan akan

menunjang proses penyembuhan luka dan proses peradangan (Steven dkk,

2000).

Pemberian kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada klien

dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian

tubuh yang memerlukannya. Tujuannya adalah memperlancar sirkulasi darah,

mengurangi rasa sakit, merangsang peristaltik usus, memperlancar

pengeluaran getah radang atau eksudat, memberi rasa nyaman atau hangat

dan tenang. Pemberian kompres panas dilakukan pada klien dengan perut

kembung, klien yang kedinginan, klien yang mengalami radang, kekejangan

otot atau spasmus, adanya abses atau bengkak akibat suntikan, tubuh dengan

abses atau hematom. Metode kompres panas yaitu kompres panas basah dan

kompres panas kering yang menggunakan buli-buli panas (WWZ), bantal

listrik, busur lampu atau cahaya, solux, Fohn (Eni, 2006:204).

Menurut Griffiths, Fernandez, dan Ussia (2001) dalam jurnal Nurjanah

(2011), pemberian kompres air hangat dapat membantu vasodilatasi

Page 37: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

27 �

pembuluh darah dengan meningkatkan sirkulasi darah pada pembuluh darah

yang mengalami flebitis, sehingga selain mengurangi nyeri juga dapat

mempercepat proses penyembuhan luka flebitis. Penelitian ini mendukung

hasil penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan air dalam perawatan

luka dapat membantu proses penyembuhan luka. Dalam penelitiannya

terbukti bahwa air dapat membantu proses penyembuhan luka tanpa

menimbulkan dampak negatif pada pasien yang mengalami luka.

Page 38: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

28 �

BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas klien

Pengkajian yang dilakukan penulis dengan menggunakan metode

autoanamnesa dan alloanamnesa pada tanggal 9 April 2014 jam 15.40 WIB,

dan pasien masuk rumah sakit tanggal 9 April 2014 jam 15.30 WIB. Dari

pengkajian diperoleh data yaitu, nama Tn. N berjenis kelamin laki-laki, umur

40 tahun, beragama islam, alamat Brumbungan, pendidikan terakhir adalah

SD, dan saat ini bekerja sebagai buruh. Penanggung jawab dari Tn. N adalah

Ny. Y umur 32 tahun, bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan pendidikan

terakhir SD. Hubungan Ny. Y dengan Tn. N adalah adik kandung.

B. Pengkajian

Pengkajian tentang riwayat keperawatan, keluhan utama yang dirasakan

pasien adalah nyeri pada ulu hati. Riwayat penyakit sekarang, keluarga klien

mengatakan sebelum masuk rumah sakit mengeluh nyeri pada ulu hati, mual,

pusing, dan tidak nafsu makan, nyeri yang dialami klien sudah berlangsung

sekitar 1 bulan yang lalu, klien sudah periksa kedokter umum sebanyak 4

kali, namun tidak ada hasil dan klien masih merasakan nyeri, kemudian pada

tanggal 9 April 2014 jam 15.30 klien dibawa oleh keluarga ke IGD RSUD

Karanganyar , di dapatkan hasil observasi, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi

28

Page 39: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

29 �

82 kali per menit, suhu 36,8 OC, kemudian pasien mendapatkan terapi infus

RL 20 tpm.

Riwayat penyakit dahulu klien mengatakan belum pernah mengalami

penyakit seperti yang di deritanya saat ini, klien juga mengatakan belum

pernah dirawat di rumah sakit dan belum pernah mengalami operasi, klien

tidak memiliki alergi terhadap obat, makanan, minuman, maupun cuaca,

pasien sewaktu kecil mendapatkan imunisasi, kebiasaan pasien setiap sakit

selalu beli obat di warung. Riwayat kesehatan keluarga, keluarga Tn. N

mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit

menurun, seperti Diabetes Mellitus ataupun hipertensi. Riwayat kesehatan

lingungan, lingkungan sekitar rumah Tn. N bersih, jauh dari limbah pabrik

maupin tempat pembuangan sampah.

Genogram :

Tn. N 40 tahun

Keterangan :

= laki-laki = tinggal serumah

= perempuan

/ = meninggal

Page 40: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

30 �

= klien

Pola pengkajian primer, airway klien tidak ada sumbatan jalan nafas,

breathing tidak ada otot bantu nafas dibuktikan dengan RR 18 kali per menit,

circulation nadi 82 kali per menit, irama teratur dan tekanan darah 130/90

mmHg, disability tingkat kesadaran klien GCS klien 15 atau E4 M6 V5,

Eksposure tidak ada jejas pada tubuh klien.

Pola pengkajian sekunder, sign klien mengatakan mual, tidak nafsu

makan, dan lemas, data antropometri berat badan 63kg, tinggi badan 170cm,

IMT 21,79 atau normal, data biochemical Hb 12,9 mg/dl, LILA 27cm,

clinical data turgor kulit kering, diit bubur setengah porsi dan teh hangat

setengah gelas. Symptom klien merasakan nyeri dan pusing, dalam pengkajian

nyeri, provocate nyeri karna sakit yang dialami, quality nyeri seperti ditusuk-

tusuk dan panas, regio nyeri pada epigastrum, severe atau skala nyeri 7, time

nyeri datang sewaktu-waktu. Klien tidak memiliki alergi terhadap obat,

makanan, minuman maupun cuaca, sebelum masuk rumah sakit klien sudah

mengkonsumsi obat dari dokter umum, namun jenis obat tidak terkaji karena

pasien lupa, penyakit yang dialami klien adalah nyeri pada ulu hati sudah

sekitar 1 bulan yang lalu, namun tidak sampai dirawat di rumah sakit dan

hanya berobat jalan ke dokter umum, makanan terakhir yang di konsumsi

klien sebelum masuk IGD rumah sakit adalah setengah porsi bubur ayam dan

setengah gelas teh hangat, nyeri pada ulu hati sudah dirasakan oleh klien

sejak 1 bulan yang namun baru tanggal 9 April 2014 pukul 15.30 oleh

keluarga klien di bawa ke rumah sakit, karena klien mengeluh nyeri pada

Page 41: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

31 �

perut bagian atas, mual namun tidak sampai muntah, lemas, dan tidak nafsu

makan.

Pemeriksaan fisik, keadaan umum dari pasien adalah baik, kesadaran

adalah composmentis, untuk pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil

tekanan darah 130/90 mmHg, frekuensi nadi 82 kali per menit, irama teratur,

kekuatan kuat, frekuensi respirasi 18 kali per menit dan irama teratur, suhu

36,8 oC. Pemeriksaan fisik kepala, bentuk kepala mesochepal, kulit kepala

bersih, dan rambut lurus dan beruban. Mata klien simetris antara kanan dan

kiri, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, reflek pupil baik mengecil

jika terdapat rangsangan sinar, dan menggunakan alat bantu penglihatan

kacamata minus kanan minus 4, kiri minus 4. Hidung bersih tidak terdapat

polip, tidak terdapat sekret. Mulut simetris, mukosa bibir kering, dan tidak

ada stomatitis. Gigi tidak terdapat karies. Telinga simetris, bersih, dan tidak

ada serumen. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Pada pemeriksaan

dada paru, untuk inspeksi, pengembangan dada simetris kanan dan kiri,

ekspansi dada sama antara kanan dan kiri, palpasi vocal fremitus antara kanan

dan kiri sama, saat perkusi suara paru sonor, dan saat auskultasi suara nafas

vesikuler. Pemeriksaan jantung saat inspeksi ictus cordis tidak tampak dan

teraba tidak terlalu kuat di sub intercosta 4 dan 5 saat di palpasi, bunyi pekak

saat di perkusi, auskultasi bunyi jantung I dan II murni, tidak ada suara

tambahan. Pemeriksaan abdomen inspeksi perut datar, umbilicus kotor, tidak

ada jejas, auskultasi bising usus 21 kali per menit, saat dilakukan perkusi

terdengar bunyi timpani dan saat dilakukan palpasi terdapat nyeri tekan di

Page 42: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

32 �

epigastrum. Pemeriksaan genetelia dan anus bersih tidak terpasang kateter.

Pemeriksaan ektremitas atas tangan kanan dan kiri tidak ada kelainan, tidak

ada batasan gerak, capilary refile kurang dari 3 detik, perabaan akral hangat,

tangan kiri terpasang infus namun terdapat oedem dan tampak kemerahan.

Pemeriksaan ekstremitas bawah kaki kanan tidak ada kelainan, tidak ada

batasan gerak, capilary refile kurang dari 3 detik, perabaan akral hangat.

Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin tanggal 9 april 2014 pukul

16.00 WIB yaitu hemoglobin normal 12,9 g/dl (nilai normal 12,0-16,0),

hematokrit normal 42,7 % (nilai normal 37,0-47,0), leukosit normal 6,2

ribu/ul (nilai normal 5-10), trombosit normal 185 ribu/ul (nilai normal 150-

300), eritrosit normal 4,0 juta/ul (nilai normal 4,0-5,0), MPV normal 6,5 fl

(nilai normal 6,5-12,0), PDW normal 17,0% (nilai normal 9,0-17,0).

Pemeriksaan index MCV normal 91,0 fl (nilai normal 82,0-92,0), MCH

normal 28,0 pg (nilai normal 27,0-31,0), MCHC normal 36,0 g/dl (nilai

normal 32,0-37,0). Pemeriksaan hitung jenis limfosit% normal 26,0% (nilai

normal 25,0-40,0), monosit% normal 4,5% (nilai normal 3,0-9,0), gran%

normal 50,0% (nilai normal 50,0-70,0), RDW normal 13,1% (nilai normal

11,5-14,7). Pemeriksaan GDS normal 104mg/dl (nilai normal 70-150).

Terapi yang diberikan pada taggal 9 April 2014 jam 16.00 WIB. Infus

RL 20 tpm isi kandungan larutan elektrolit, nutrisi dan lain-lain, Na+ 130

mEg/L kalium klorida 0,39, sebagai pengobatan kekurangan cairan dimana

rehidrasi secara oral tidak dapat dilakukan. Ondasetron 50 mg per 12 jam, isi

kandungan obat saluran cerna, untuk penyakit lambung mual dan muntah.

Page 43: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

33 �

Antasida 3x5 ml isi kandungan alumunium hidroksida 200 mg, magnesium

hidroksida 200 mg per 5ml suspensi, digunakan untuk mengurangi gejala

kelebihan asam lambung, gastritis, tukak lambung, tukak usus 12 jari.

Omeprazol 20 mg per 8jam, isi kandungan obat untuk saluran cerna,

digunakan untuk tukak duodenum, tukak lambung dan erfluks esofagitis,

Sindroma Zollinger.

C. Perumusan Masalah Keperawatan

Analisa data yang dilakukan tanggal 9 April 2014 jam 15.40 WIB,

didapatkan data subyektif klien mengatakan nyeri pada perut bagian atas atau

ulu hati, dengan provocate nyeri karna sakit yang dialami, quality nyeri

seperti ditusuk-tusuk dan panas, regio pada epigastrum, skala nyeri 7 , dan

nyeri datang sewaktu-waktu, klien juga mengatakan merasa mual namun

tidak sampai muntah dan tidak nafsu makan. Data obyektif keadaan klien

composmentis, ekspresi wajah nampak meringis memegangi perut, tekanan

darah 130/90 mmHg, nadi 82 kali per menit, respirasi 18 kali per menit, suhu

36,8 0C.

Berdasarkan analisa data penulis diatas penulis merumuskan masalah

keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen injuru biologi,

inflamasi esofagus atau lambung, peningkatan asam lambung.

Analisa data yang dilakukan tanggal 9 April 2014 jam 15.40 WIB,

didapatkan data subyektif klien mengatakan tidak nafsu makan, mual namun

tidak sampai muntah. Data obyektif pasien tampak lemah, makan habis

Page 44: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

34 �

setengah porsi, antropometri berat badan 63kg, tinggi badan 170cm, IMT

21,79 atau normal, data biochemical hemoglobin 12,9 mg/dl, clinical sign

keadaan fisik lemah, turgor kulit kering mukosa bibir kering, diet bubur habis

setengah porsi, teh hangat habis setengah porsi.

Berdasarkan analisa data penulis diatas penulis merumuskan masalah

keperawatan yaitu resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan faktor biologis, asupan makanan inadekuat, mual.

Analisa data yang dilakukan tanggal 9 April 2014 jam 17.00 WIB,

didapatkan data subyektif yaitu pasien mengatakan tangan kiri bengkak dan

terasa nyeri setelah 1 jam yang lalu dipasang infus. Data obyektif yaitu tangak

kiri pasien tampak kemerahan, bengkak, dan jika diraba terasa hangat, tanda

flebitis skala 2.

Berdasarkan analisa data diatas penulis merumuskan masalah

keperawatan yaitu resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif, tidak

adekuat pertahanan sekunder (flebitis).

D. Perencanaan

Tindakan keperawatan dilakukan pada Tn. N selama 1x7 jam

diharapkan masalah nyeri perut klien dapat teratasi, dengan kriteria hasil klien

mampu mengontrol nyeri, klien mampu melaporkan bahwa skala nyeri

berkurang menjadi 3, dan klen tampak tenang dan rileks. Intervensi atau

rencana tindakan yang akan dilakukan yaitu kaji pengalaman nyeri klien dan

tentukan tingkat nyeri yang dialami, dengan rasional untuk mengetahui skala

Page 45: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

35 �

nyeri klien. Pantau keluhan klien secara verbal ataupun non verbal, dengan

rasional untuk mengetahui tindakan keperawatan selanjutnya. Beri

kesempatan klien untuk beristirahat, dengan rasional agar klien merasakan

nyaman. Ajarkan tingkat penurunan nyeri dengan relaksasi nafas dalam,

dengan rasional untuk mengurangi skala nyeri klien. Kolaborasi dengan

dokter untuk terapi analgetik, dengan rasional untuk mengurangi rasa sakit

klien.

Tindakan keperawatan dilakukan pada Tn. N selama 1x7 jam

diharapkan pasien menunjukkan peningkatan nutrisi terpenuhi, dengan

kriteria hasil pasien dapat mempertahankan berat badan, pasien dapat makan

3 kali sehari 1 porsi, dan pasien tidak terlihat pucat dan lemas. Intervensi atau

rencana tindakan yang akan dilakukan yaitu kaji pola makan pasien, dengan

rasional pemantauan kebutuhan nutrisi. Berikan makanan sedikit tapi sering,

dengan rasional pembatasan asupan nutrisi saat makan membantu mencegah

distensi lambung. Anjurkan pasien menghindari makanan yang dapat

meningkatkan asam lambung, dengan rasional perencanaan menghindari

peningkatan asam lambung. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penentuan diit,

dengan rasional menentukan metode diit yang memenuhinasupan kalori dan

nutrisi yang optimal.

Tindakan keperawatan dilakukan pada Tn. N selama 1x7 jam

diharapkan resiko infeksi pada ekstremitas atas kiri pasien dapat teratasi serta

skala flebitis dapat berkurang menjadi 1, dengan kriteria hasil klien bebas dari

tanda-tanda infeksi seperti bengkak dan kemerahan, skala flebitis berkurang

Page 46: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

36 �

dari 2 menjadi 1. Intervensi atau rencana tindakan yang akan dilakukan yaitu

observasi keadaan umum pasien, dengan rasional untuk mengetahui keadaan

umum pasien. Observasi tanda-tanda vital, dengan rasional untuk mengetahui

tanda-tanda vital pasien. Lakukan tindakan kompres air hangat pada daerah

flebitis, dengan rasional untuk menurunkan skala flebitis. Dorong pasien

untuk tenang dan istirahat, dengan rasional agar pasien mendapat istirahat

yang cukup.

E. Implementasi

Tindakan keperawatan yang dilakukan tanggal 9 April 2014 jam 16.00

WIB, yaitu mengkaji tingkat nyeri pasien, dengan respon subyektif klien

mengatakan nyeri pada ulu hati dengan provocate nyeri karna sakit yang

dialami, quality nyeri seperti ditusuk-tusuk dan panas, regio nyeri pada

epigastrum, intensitas skala nyeri 7, dan timing nyeri datang sewaktu-waktu.

Respon obyektif klien tampak lemah. Memantau keluhan klien, dengan

respon subyektif klien mengatakan nyeri perut bagian atas dan terasa mual.

Respon obyektif klien tampak lemah dan memegngi perut. Memberikan

kesempatan klien untuk beristirahat, dengan respon subyektif klien tampak

lemas. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, dengan respon subyektif

klien mengatakan bersedia. Respon obyektif klien tampak melakukan teknik

relaksasi nafas dalam. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi analgetik

ondasetron 1amp per 8 jam, antasida 3x5ml, omeprazol 20mg per 8 jam,

Page 47: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

37 �

dengan respon subyektif klien mengatakan iya. Respon obyektif klien tampak

kooperatif.

Tindakan keperawatan yang dilakukan tanggal 9 April 2014 jam 16.00

WIB, yaitu mengkaji pola makan pasien, dengan respon subyektif klien

mengatakan mual dan tidak nafsu makan. Respon obyektif pasien tampak

makan setengah porsi. Memberikan makanan sedikit tapi sering, dengan

respon subyektif klien mengatakan merasa mual jika diberi makan. Respon

obyektif klien tampak tidak mau makan. Menganjurkan pasien menghindari

makanan yang dapat meningkatkan asam lambung, dengan subyektif klien

mengatakan bersedia menghindari makanan yang meningkatkan asam

lambung. Respon obyektif klien tampak kooperatif. Kolaborasi dengan ahli

gizi untuk penentuan diit, dengan respon subyektif klien mengatakan

bersedia. Respon obyektif klien tampak kooperatif.

Tindakan keperawatan yang dilakukan tanggal 9 April 2014 jam 17.00

WIB mengobservasi keadaan umum pasien, dengan respon subyektif klien

mengatakan keadaannya saat ini lemas. Respon obyektif yaitu klien tampak

lemas, mukosa bibir kering. Mengobservasi tanda-tanda vital pasien, dengan

respon subyektif klien bersedia untuk di ukur tekanan darah, nadi, respirasi,

dan suhu. Respon obyektif tekanan darah klien 130/90mmHg, nadi 82 kali

per menit, respirasi 18 kali per menit, suhu 36,8oC. Melakukan kompres

hangat pada ekstremitas kiri daerah flebitis, respon subyektif klien

mengatakan bersedia untuk di kompres hangat. Respon obyektif klien tampak

kooperatif saat dilakukan tindakan kompres hangat. Mendorong klien unuk

Page 48: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

38 �

tenang dan istirahat, respon subyektif, klien mengatakan tidak bisa tidur karna

menahan sakit. Respon obyektif klien tampak menahan rasa sakit.

F. Evaluasi

Tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 1x7 jam, evaluasi

tanggal 9 April 2014 jam 16.30 WIB adalah subyektif, klien mengatakan

nyeri pada perut bagian atas atau ulu hati dengan provocate nyeri karna sakit

yang dialami, quality nyeri seperti ditusuk-tusuk dan terasa panas, severe atau

skala nyeri masih 7, dan timing nyeri datang sewaktu-waktu. Obyektif, klien

tampak lemas, ekspresi wajah tampak meringis menahan sakit. Analisis

masalah belum teratasi dan intervensi dilanjutkan dengan pantau keluhan

klien, kaji pengalaman nyeri atau tingakt nyeri yang dialami, anjurkan untuk

bedrest, ajarkan tingkat penurunan nyeri dengan relaksasi nafas dalam, dan

kolaborasi dengan dokter untuk terapi analgetik.

Tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 1x7 jam, evaluasi

tanggal 9 April 2014 jam 16.30 WIB adalah subyektif, klien mengatakan

perut terasa mual, tidak nafsu makan, antropometri berat badan 63kg, tinggi

badan 170cm IMT 21,79 atau normal, biochemical hemoglobin 12,9 mg/dl

LILA 27cm, clinical sign keadaan fisik lemah, turgor kulit kering dan

mukosa bibir kering, diet bubur habis setengah porsi, teh hangat habis

setengah porsi. Obyektif, pasien tampak pucat dan lemah. Analisis masalah

belum teratasi, intervensi dilanjutakan dengan kaji status nutrisi dan anjurkan

makan sedikit tapi sering.

Page 49: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

39 �

Tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 1x7 jam, evaluasi

tanggal 9 April 2014 jam 18.05 WIB adalah subyektif, klien mengatakan

bengkak, nyeri, dan kemerahan pada tangan kiri sudah berkurang, setelah di

kompres hangat. Obyektif, pasien tampak lebih tenang, bengkak sudah

berkurang, dan kemerahan sudah hilang. Analisis masalah klien sudah teratasi

dan intervensi dipertahankan.

Page 50: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

40 �

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas proses keperawatan pada asuhan

keperawatan yang dilakukan pada tanggal 9 April 2014 di ruang Instalasi Gawat

Darurat Karanganyar. Prinsip pembahasan ini dengan memperhatikan aspek

kehidupan proses keperawatan proses keperawatan yang terdiri dari tahap

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

keperawatan.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat

mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan

keperawatan klien, baik fisik, mental, social dan lingkungan (Darmawan,

2012:36).

Pengkajian pada pasien dengan dispepsia didapatkan keluhan abdomen

yang tidak jelas seperti mual dan muntah atau anoreksia, sehingga

menyebabkan pemenuhan kebutuhan nutrisi harian pasien berkurang. Pada

beberapa pasien didapatkan keluhan yang lebih berat seperti nyeri

epigastrium, muntah, perdarahan, dan hematemesis yang menimbulkan

manifestasi kecemasan secara individu (Muttaqin, 2011).

Keluhan utama pada penderita dispepsia adalah munculnya keluhan

nyeri pada epigastrium diakibatkan iritasi mukosa lambung yang merangsang

Page 51: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

41 �

nociseptor nyeri pada lapisan otot lambung pada bagian pleksus saraf

mienterikus (Auerbach) (Sukarmin, 2011). Keluhan dari Tn. N tidak jauh

berbeda dengan teori. Keluhan utama pada Tn. N adalah nyeri pada ulu hati.

Klien juga mengeluh mual, dan tidak nafsu makan, antropometri berat badan

63kg, tinggi badan 170cm, IMT 21,79 atau normal, biochemical hemoglobin

12,9 mg/dl, clinical sign keadaan fisik lemah, turgor kulit kering dan mukosa

bibir kering, diet bubur habis setengah porsi, teh hangat habis setengah porsi.

Pasien juga mengeluh tangan kiri bengkak dan terasa nyeri setelah 1

jam yang lalu dipasang infus, tangan kiri pasien tampak kemerahan, bengkak,

dan jika diraba terasa hangat, klien mengalami flebitis skala 2, tanda ini sama

dengan teori menurut Dougherty (2010) dalam jurnal Srimulyani (2012)

tanda dari skala 2 flebitis yaitu terjadi nyeri, eritema, dan pembekakan, dan

ini merupakan stadium dini flebitis.

Berdasarkan jurnal Maria Ince (2012) pemasangan infus banyak

dilakukan di IGD. Hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 23

September 2010 kasus pemasangan infus tidak sesuai Standar Prosedur

Operasional atau 5 kali tindakan pemasangan infus perawat tidak melakukan

teknik aseptik yaitu cuci tangan, memakai sarung tangan dan desinfektan

dengan benar serta tidak menggunakan alas. Berdasarkan wawancara,

perawat tidak patuh karena kesulitan saat mencari vena, menghemat waktu,

dan terburu-buru sebab keadaan pasien gawat dan kritis dan memerlukan

penanganan cepat serta belum terbiasa mengunakan alas.

Page 52: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

42 �

Kasus flebitis pada Tn. N sama dengan teori saat pemasangan infus

perawat tidak memperhatikan teknik aseptik berdasarkan Standar Prosedur

Operasional, seperti tidak cuci tangan, tidak memakai sarung tangan dan tidak

desinfektan dengan benar serta tidak menggunakan alas.

B. Perumusan Masalah

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon

individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses

kehidupan yang aktual atau potensial yang merupakan dasar untuk memilih

intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung

jawab perawat (Dermawan, 2012:58).

Masalah Keperawatan Nyeri akut, nyeri akut adalah pengalaman

sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat

kerusakan jaringan aktual atau potensial atau gambaran dalam hal kerusakan

yang sedemikian rupa (International for the Study of pain), awitan yang tiba-

tiba atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat

diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari 6 bulan

(Wilkinson, 2012:530).

Perumusan masalah keperawatan yang diambil penulis adalah nyeri

akut berhubungan dengan agen injuri biologi inflamasi esofagus atau

lambung, peningkatan asam lambung karena inflamasi pada lambung juga

dapat dipicu oleh peningkatan sekresi asam lambung, ion H+ yang merupakan

susunan utama asam lambung diproduksi oleh sel parietal lambung dengan

Page 53: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

43 �

bantuan enzim Na+ atau K

+ ATPase, peningkatan sekresi lambung dapat

dipicu oleh peningkatan rangsangan persarafan yang dapat meningkatkan

sekresi lambung (Sukarmin, 2011:154).

Penulis memprioritaskan masalah nyeri akut karena dari data yang

dikaji didapatkan data subyektif klien mengatakan nyeri pada ulu hati dengan

provocate nyeri karna sakit yang dialami, quality nyeri seperti ditusuk-tusuk

dan panas, regio nyeri pada epigastrum, skala nyeri 7, dan nyeri datang

sewaktu-waktu. Menurut Wilkinson (2012:530) batasan karakteristik nyeri

akut sendiri yaitu mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri

dengan isyarat, posisi untuk menghindari nyeri, perubahan tonus otot dengan

rentang dari lemas tidak bertenaga sampai kaku, respon autonomik misalnya

(perubahan tekanan darah, pernafasan nadi, dilatasi pupil), perubahan sclera

makan, perilaku distraksi misalnya mondar mandir, perilaku ekspresif

(misalnya, gelisah, merintih, menangis), perilaku menjaga atau sikap

melindungi, fokus menyempit, bukti nyeri yang dapat diamati, berfokus pada

diri sendiri, gangguan tidur, mengkomunikasikan deskriptor nyeri (misalnya

rasa tidak nyaman, mual, kesemutan pada ekstremitas), pucat, menarik diri.

Masalah keperawatan resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaan individu yang

mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolik

(Wilkinson, 2007:319).

Perumusan masalah keperawatan yang diambil penulis adalah

resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

Page 54: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

44 �

faktor biologis, asupan makanan inadekuat, mual karena sekresi lambung

dapat memicu rangsangan serabut aferen nervus vagus yang menuju medulla

oblongata melalui kemoreseptor yang banyak mengandung neurotransmitter

epinefrin, serotonin, GABA sehingga lambung teraktivasi oleh rasa mual dan

muntah (Sukarmin, 2011:154).

Penulis mengambil diagnosa resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan ,karna menurut data subyektif klien mengeluh mual dan tidak

nafsu makan, antropometri berat badan 63kg, tinggi badan 170cm, IMT 21,79

atau normal, biochemical hemoglobin 12,9 mg/dl atau normal, clinical sign

keadaan fisik lemah, turgor kulit kering dan mukosa bibir kering, diet bubur

habis setengah porsi, teh hangat habis setengah porsi. Batasan karakteristik

menurut (Wilkinson, 2011) resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan itu sendiri, yaitu kram abdomen, nyeri pada abdomen,

menghindari makan, kurang makanan, kurang minat pada makanan,

penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat, mengeluh asupan

makanan kurang dari RDA (recommended daily allowane).

Masalah keperawatan resiko infeksi berhubungan dengan prosedur

infasif, tidak adekuat pertahanan sekunder (flebitis). Resiko infeksi adalah

suatu individu mengalami peningkatan risiko terserangnya organisme

patogenik (Wilkinson, 2011).

Perumusan masalah keperawatan yang diambil penulis resiko

infeksi yang telah disesuaikan dengan diagnosa NANDA. Penulis

mencantumkan masalah resiko infeksi dengan alasan mengacu pada data

Page 55: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

45 �

subyektif pasien mengatakan tangan kiri bengkak dan terasa nyeri setelah 1

jam yang lalu dipasang infus. Data obyektif yaitu tangak kiri pasien tampak

kemerahan, bengkak, dan jika diraba terasa hangat, terjadi flebitis skala 2

menurut Dougherty, dkk (2010) dalam jurnal Sri Mulyani (2012) flebitis

skala 2 yaitu terjadi nyeri, eritema, dan pembekakan, dan ini merupakan

stadium dini flebitis.

Menurut (Wilkinson, 2007) batasan karakteristik terbebas dari tanda

atau gejala infeksi, menunjukkan higiene pribadi yang adekuat,

manggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi, melaporkan tanda

atau gejala infeksi serta mengikuti prosedur pemantauan.

C. Intervensi

Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah

yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yan akan dilakukan,

bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua

tindakan keperawatan (Dermawan, 2012:84).

Intervensi atau rencana yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan

dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat

dilaksanakan dengan SMART, Spesifik, Measurable, Acceptance, Rasional

dan Timing. Pembahasn dari intervensi yang meliputi tujuan, kriteria hasil

dan tindakan yaitu pada diagnosa keperawatan:

Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis iritasi mukosa

lambung. Pada kasus Tn. N penulis melakukan rencana tindakan selama 1x7

Page 56: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

46 �

jam dengan kriteria hasil secara subyektif melaporkan nyeri berkurang atau

dapat diadaptasi, skala nyeri bekurang 0-1 atau 0-4, dapat mengidentifikasi

aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri, pasien tidak gelisah

(Mutaqqin, 2011).

Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis yaitu kaji pengalaman

nyeri klien dan tentukan tingkat nyeri yang dialami, pantau keluhan klien

secara verbal ataupun non verbal, beri kesempatan klien untuk beristirahat,

ajarkan tingkat penurunan nyeri dengan relaksasi nafas dalam, kolaborasi

dengan dokter untuk terapi analgetik.

Dalam rencana tindakan yang dilakukan penulis pada kasus Tn. N sama

dengan rencana tindakan secara teori yaitu, jelaskan dan bantu pasien dengan

tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasif, lakukan menejemen

nyeri (misalnya istirahatkan pasien saat nyeri muncul, ajarkan teknik relaksasi

nafas dalam saat nyeri muncul, ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri,

menejemen lingkungan tenang, batasi pengunjung dan istirahatkan pasien,

lakukan manajemen sentuha), tingkatkan pengetahuan pasien tentang

penyebab nyeri dan munghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung,

tindakan kolaborasi untuk terapi analgetik (Muttaqin, 2011).

Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan faktor biologis, asupan makanan inadekuat, mual. Pada kasus Tn. N

penulis melakukan tindakan keperawatan 1x7 jam dengan kriteria hasil

pasien dapat mempertahankan berat badan, pasien dapat makan 3 kali sehari 1

porsi, dan pasien tidak terlihat pucat dan lemas. Tindakan keperawatan yang

Page 57: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

47 �

dilakukan penulis yaitu kaji pola makan pasien, berikan makanan sedikit tapi

sering, anjurkan pasien menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam

lambung, kolaborasi dengan ahli gizi untuk penentuan diit.

Dalam rencana tindakan yang dilakukan penulis pada kasus Tn. N tidak

sama dengan rencana tindakan secara teori dikarenakan keterbatasan waktu

penulis dalam pengkajian pasien. Resiko infeksi berhubungan dengan

prosedur invasif tidak adekuat pertahanan sekunder (flebitis). Pada kasus Tn.

N penulis melakukan tindakan keperawatan 1x8 jam dengan kriteria hasil

faktor resiko infeksi akan hilang dengan dibuktikkan oleh keadekuatan staus

imun pasien, pengetahuan yang penting: pengendalian infeksi, dan secara

konsisten menunjukkan perilaku deteksi resiko, dan pengendalian resiko.

Pasien menunjukkan pengendalian resiko, dibuktikan oleh indikator berikut

ini (antara 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, konsisten

menunjukkan). Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis yaitu observasi

keadaan umum pasien, observasi tanda-tanda vital, lakukan tindakan kompres

air hangat pada daerah flebitis, dengan rasional untuk menurunkan skala

flebitis. Dorong pasien untuk tenang dan istirahat.

Dalam aplikasi riset pemberian kompres hangat dapat menurunkan

skala flebitis. Kompres hangat adalah adalah memberikan rasa hangat pada

klien dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada

bagian tubuh yang memerlukannya. Tujuannya adalah memperlancar

sirkulasi darah, mengurangi rasa sakit, merangsang peristaltik usus,

memperlancar pengeluaran getah radang (eksudat), memberi rasa nyaman/

Page 58: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

48 �

hangat dan tenang. Pemberian kompres panas dilakukan pada klien dengan

perut kembung, klien yang kedinginan, klien yang mengalami radang,

kekejangan otot (spasmus), adanya abses (bengkak) akibat suntikan, tubuh

dengan abses (hematom). Metode kompres panas yaitu kompres panas basah

dan kompres panas kering yang menggunakan buli-buli panas (WWZ), bantal

listrik, busur lampu atau cahaya, solux, Fohn (Eni, 2006:204).

D. Implementasi

Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang lebih baik

yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Dermawan, 2012:118).

Pada pengelolaan kasus secara teori pada Tn. N ini penulis

mengimplementasikan hasil riset yaitu memberikan kompres hangat untuk

menurunkan skala flebitis pada luka pasca injeksi intravena. Tindakan

keperawatan yang dilakukan tanggal 9 april 2014 jam 17.00 WIB penulis

melakukan kompres hangat untuk menurunkan skala flebitis selama 15 menit,

setelah perlakuan selesai, maka penulis mengukur skala flebitis dengan

menggunakan penulis menggunakan teori menurut Dougherty, dkk (2010)

dalam jurnal Srimulyani (2012) skala 2 terjadi nyeri, eritema dan

pembekakan, dan ini merupakan stadium dini flebitis didapatkan hasil

significant terhadap penurunan skala flebitis pada jam 18.05 WIB setelah

dilakukan kompres hangat pada area yang mengalami flebitis. Keterbatasan

penulis dalam mengaplikasikan baxter scale dalam mengukur skala flebitis

Page 59: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

49 �

secara teori menurut jurnal utama karena keterbatasan waktu penulis dalam

mengaplikasikan metode baxter scale dalam pengukuran skala flebitis.

Implementasi yang dilakukan tanggal 9 April 2014 nyeri akut yaitu

menjelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi

dan noninvasif, melakukan menejemen nyeri (misalnya istirahatkan pasien

saat nyeri muncul, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam saat nyeri

muncul, mengajarkan teknik distraksi pada saat nyeri, menejemen lingkungan

tenang, batasi pengunjung dan istirahatkan pasien, lakukan manajemen

sentuhan), tingkatkan pengetahuan pasien tentang penyebab nyeri dan

munghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung, tindakan kolaborasi

untuk terapi analgetik (Muttaqin, 2011).

Implementasi yang dilakukan tanggal 9 April 2014 dengan resiko

ketidakseimbangan nutisi kurang dari kebutuhan yaitu mengkaji pengetahuan

pasien tentang tentang intake nutrisi, memberikan diet nutrisi seimbang

(misalnya semi kental atau makanan halus) atau makanan selang (contoh

makanan dihancurkan atau sediaan yang dijual) sesuai indikasi, memfasilitasi

pasien untuk memperoleh diet sesuai indikasi dan anjuran menghindari

paaran dari agen iritan, memberikan nutrisi parenteral (Muttaqin, 2011).

E. Evaluasi

Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan asuhan keperawatan antara

dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku

klien yang tampil (Dermawan, 2012).

Page 60: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

50 �

Evaluasi yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan kondisi

pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan

dengan SOAP, subjective, objective, analisa, planning. (Dermawan,

2012:136).

Pembahasan dari evaluasi yang meliputi subjektif, objektif, analisa dan

rencana. Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 9 April 2014 jam 16.30 WIB

adalah subyektif, klien mengatakan masih terasa nyeri pada ulu hati, nyeri

seperti ditusuk-tusuk dan terasa panas, intensitas nyeri masih 7, nyeri datang

sewaktu-waktu. Obyektif, klien tampak meringis memegangi perut dan

lemas. Analisis masalah belum teratasi dan intervensi dilanjutkan dengan

pantau keluhan klien, kaji pengalaman nyeri atau tingakt nyeri yang dialami,

anjurkan untuk bedrest, ajarkan tingkat penurunan nyeri dengan relaksasi

nafas dalam, dan kolaborasi dengan dokter untuk terapi analgetik.

Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 9 April 2014 jam 16.30 WIB

adalah data subyektif klien mengatakan perut masih terasa mual, tidak nafsu

makan, antropometri berat badan 63kg, tinggi badan 170cm IMT 12,79 atau

normal, biochemical hemoglobin 12,9 mg/dl LILA 27cm, clinical sign

keadaan fisik lemah, turgor kulit kering dan mukosa bibir kering, diet bubur

habis setengah porsi, teh hangat habis setengah porsi. Obyektif, pasien

tampak pucat dan lemah. Analisis masalah belum teratasi, intervensi

dilanjutakan dengan kaji status nutrisi dan anjurkan makan sedikit tapi sering.

Tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 1x7 jam, evaluasi

tanggal 9 April 2014 jam 18.05 WIB adalah subyektif, klien mengatakan

Page 61: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

51 �

bengkak, nyeri, dan kemerahan pada tangan kiri sudah berkurang, setelah di

kompres hangat. Obyektif, pasien tampak lebih tenang, bengkak sudah

berkurang, dan kemerahan sudah hilang. Analisis masalah klien sudah teratasi

dan intervensi di hentikan.

Hasil evaluasi untuk pemberian kompres hangat pada Tn. N adalah

sangat efektif dalam penurunan skala flebitis karena pemberian kompres air

hangat dapat membantu vasodilatasi pembuluh darah dengan meningkatkan

sirkulasi darah pada pembuluh darah yang mengalami flebitis, sehingga selain

mengurangi nyeri juga dapat mempercepat proses penyembuhan luka flebitis.

Penelitian ini mendukung hasil penelitian Griffiths, Fernandez, dan Ussia

(2001) dalam jurnal Nurjanah (2011) yang menyatakan bahwa penggunaan

air dalam perawatan luka dapat membantu proses penyembuhan luka. Dalam

penelitiannya terbukti bahwa air dapat membantu proses penyembuhan luka

tanpa menimbulkan dampak negatif pada pasien yang mengalami luka.

Pemberian kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada klien dengan

menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh

yang memerlukannya (Eni, 2006).

Hasil penelitian yang dilakukan Handyo, Triyanto dan Latiah (2006)

dalam junal keperawatan yang diangkat oleh penulis tentang “Upaya

Menurunkan Skala Flebitis Dengan Pemberian Kompres Hangat” oleh

Triyanto (2007) tentang pemberian kompres hangat terhadap skala flebitis

maka didapatkan hasil yang signifikan, yaitu setelah dilakukan kompres

hangat pada area plebitis, angka plebitis bisa menurun dengan nilai � = 0.003,

Page 62: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

52 �

dan penelitian dilakukan selama 2 hari berturut-turut dengan hasil yang

signifikan.

Page 63: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

51 �

53 �

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengkajian

Pengkajian Tn. N mengatakan nyeri pada perut bagian atas atau ulu

hati dengan provocate nyeri karna sakit yang dialami, quality nyeri

seperti ditusuk-tusuk dan panas, regio pada epigastrum, severe atau skala

nyeri 7 , dan timing nyeri datang sewaktu-waktu. Hasil pemeriksaan fisik

tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 82 kali per menit, respirasi 18 kali per

menit, suhu 36,8 OC.

Pengkajian selanjutnya klien mengatakan tidak nafsu makan, mual

namun tidak sampai muntah. Pasien tampak lemah, makan habis

setengah porsi, antropometri berat badan 63kg, tinggi badan 170cm, IMT

12,79 atau normal, biochemical hemoglobin 12,9 mg/dl LILA 27cm,

clinical sign keadaan fisik lemah, turgor kulit kering, diet bubur habis

setengah porsi, teh hangat habis setengah porsi.

Pengkajian selanjutnya pasien mengatakan tangan kiri bengkak dan

terasa nyeri setelah 1 jam yang lalu dipasang infus. Data obyektif yaitu

tangak kiri pasien tampak kemerahan, bengkak, dan jika diraba terasa

hangat.

Page 64: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

52 �

53 �

2. Diagnosa

Hasil perumusan diagnosa pertama keperawatan pada Tn. N adalah

nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi inflamasi esofagus

atau lambung, peningkatan asam lambung.

Hasil perumusan diagnosa kedua keperawatan pada Tn. N adalah

resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan faktor biologis, asupan makanan inadekuat, mual.

Hasil perumusan diagnosa ketiga keperawatan pada Tn. N adalah

resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif, tidak adekuat

pertahanan sekunder (flebitis).

3. Intervensi

Intervensi yang dilakukan penulis pada diagnosa nyeri akut yaitu

kaji pengalaman nyeri klien dan tentukan tingkat nyeri yang dialami,

pantau keluhan klien secara verbal atau non verbal, beri kesempatan klien

untuk beristirahat, ajarkan tingkat penurunan nyeri dengan relaksasi nafas

dalam, kolaborasi dengan tim dokter untuk terapi analgetik.

Intervensi yang dilakukan penulis pada diagnosa resiko

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan yaitu kaji pola makan

pasien, berikan makanan sedikit tapi sering, anjurkan pasien menghindari

makanan yang dapat meningkatkan asam lambung, kolaborasi dengan

ahli gizi untuk penentuan diit.

Intervensi yang dilakukan penulis pada diagnosa resiko infeksi

yaitu, observasi keadaan umum pasien, observasi tanda-tanda vital

54

Page 65: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

53 �

53 �

pasien, lakukan tindakan kompres hangat pada daerah yang terjadi

flebitis, anjurkan klien untuk tenang dan istirahat.

4. Implementasi

Implementasi yang dilakukan penulis pada diagnosa nyeri akut

yaitu mengkaji pengalaman nyeri klien dan tentukan tingkat nyeri yang

dialami, memantau keluhan klien secara verbal atau non verbal, memberi

kesempatan klien untuk beristirahat, mengajarkan tingkat penurunan

nyeri dengan relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan tim dokter untuk

terapi analgetik.

Implementasi yang dilakukan penulis pada diagnosa resiko

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan yaitu mengkaji pola

makan pasien, memberikan makanan sedikit tapi sering, menganjurkan

pasien menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung,

kolaborasi dengan ahli gizi untuk penentuan diit.

Implementasi yang dilakukan penulis pada diagnosa resiko infeksi

yaitu, mengobservasi keadaan umum pasien, mengobservasi tanda-tanda

vital pasien, melakukan tindakan kompres hangat pada daerah yang

terjadi flebitis, menganjurkan klien untuk tenang dan istirahat.

5. Evaluasi

Hasil evaluasi masalah keperawatan nyeri akut pada pasien selama

1x7 jam belum teratasi. Hasil evaluasi masalah keperawatan selama 1x7

jam dengan resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

belum teratasi. Hasil evaluasi masalah keperawatan selama 1x7 jam

55

Page 66: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

54 �

53 �

dengan diagnosa resiko infeksi selama 1x7 jam teratasi, karena sesuai

dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat oleh penulis, dengan ditandai

dengan berkurangnya bengkak, kemerahan, dan nyeri.

6. Analisis Pemberian Kompres Hangat

Hasil analisa penulis dalam melakukan kompres hangat pada

penurunan skala flebitis terbukti efektif, Tn. N mengalami bengkak pada

pukul 17.00 setelah 1 jam pemasangan infus ditandai dengan bengkak,

kemerahan, terasa nyeri, dan jika diraba terasa mengeras, kemudian

perawat melakukan kompres hangat dan pada jam 18.00 skala flebitis

berkurang dibuktikan dengan berkurangnya bengkak, kemerahan, dan

sudah terasa nyeri, sesuai dengan jurnal aplikasi riset penulis.

B. Saran

1. Bagi Pendidikan

Hasil aplikasi riset penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu

pelayanan pendidikan yang bekualitas dan profesional, sehingga dapat

tercipta perawat profesional, terampil, inovatif dan bermutu yang mampu

memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode

etik keperawatan.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Dapat digunakan sebagai referensi dan pengetahuan yang mampu

dikembangkan untuk memberikan pelayanan kepada klien dengan

hipertensi yang lebih berkualitas dengan mengikuti perkembangan ilmu

56

Page 67: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

55 �

53 �

pengetahuan, salah satunya pemberian kompres hangat terhadap

penurunan skala flebitis.

3. Bagi Rumah Sakit

Hasil aplikasi riset penelitian ini diharapkan rumah sakit mampu

memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif melalui terapi

pemeberian kompres hangat pada pasien dispepsia khususnya.

57

Page 68: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

56 �

53 �

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo, S.Kep., Ns. M. Kes. 2013. Konsep & Proses Keperawatan

Nyeri. Penerbit Ar-Ruzz Media: Yokyakarta.

Aprilin, Heti. 2011. Hubungan Perawatan Infus Dengan Terjadinya Flebitis Pada Pasien

Yang Terpasang Infus Di Puskesmas Krian Sidoarjo.�

http://www.dianhusada.ac.id/jurnalimg/jurper1-2-het.pdf Diakses tanggal

1 Mei 2014

Darmawan, deden. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep & Kerangka

Kerja. Penerbit Gosyen Publishing: Yokyakarta.

Nugraha, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit

Dalam. Penerbit Nuha Medika: Yokyakarta.

Grace, A Pierce dan Neil, R Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi 3,

Penerjemah dr. Vidhia Umami, Penerbit Erlangga: Jakarta.

Handoyo, dkk. 2007. Upaya Menurunkan Skala Flebitis Dengan Pemberian

Kompres Hangat DI RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto.

The Soedirman Journal of Nursing.

http://jos.unsoed.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/277 Diakses

tanggal 8 April 2014.

Handoyo, Endang Trianto. 2007. Analisis Tindakan Perawatan Yang Dilakukan

Pada Pasien Dengan Phlebitis Di RSUD Prof DR. Margono Soekardjo

Purwokerto. The Soedirman Journal of Nursing.

http://jurnalonline.unsoed.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/265/

110 Diakses tanggal 13 April 2014.

Ikatan Apoteker Indonesia 2006. Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia.

Penerbit PT ISFI: Jakarta.

Komaling, M Christian, Lucky Kumaat, Franly Onibala. 2014. Hubungan

Lamanya Pemasangan Infus (Intravena) Dengan Kejadian Flebitis Pada

Pasien Di Irina F Blu RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Ejournal

keperawatan (e-kep) Vol 2. No 1.

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/4051/3567 Diakses

tanggal 2 Mei 2014.

Kristiyawati, dkk. Hubungan Antara Lokasi Penusukkan Infus Dan Tingkat Usia

Dengan Kejadian Flebitis Di Ruang Rawat Inap Dewasa RSUD

Page 69: PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP · PDF filepasien dan semakin tingginya biaya karena lamanya perawatan di rumah sakit ... untuk menurunkan skala flebitis pada pasien Dispepsia. 6

57 �

53 �

Tugurejo Semarang. http://www.e-jurnal.com/2013/10/hubungan-antara-

lokasi-penusukan-infus.html. Diakses tanggal 1Mei 2014.

Kusyati, Eni. 2004. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan

Dasar. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Maria ince dan Erlin Kurnia. 2012. Kepatuhan Perawat Dalam Melaksanakan

Standar Prosedur Operasional Pemasangan Infus Terhadap Phlebitis.

http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/stikes/article/view/18467/182

81 Diakses tanggal 8 April 2014.

Muladi, Amik. 2013. Hubungan Perilaku Klien Yang Terpasang Infus Dalam

Menjaga Kepatenan Insersi Dengan Kejadian Flebitis.

http://akper17.ac.id/jurnal/index.php/JK17/article/view/1/1 Diakses

tanggal 1 Mei 2014.

Muttaqin Arif dan Kumala Sari. (2011). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi

Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit Salemba Medika: Jakarta.

Nurjanah, nunung. 2011. Studi Komparasi Efektivitas Kompres Normal Salin Dan

Air Hangat Terhadap Derajat Flebitis Pada Anak Yang Dilakukan

Pemasangan Infus Di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

http://stikesayani.ac.id/publikasi/e-journal/files/2012/201212/201212-

008.pdf Diakses tanggal 8 April 2014.

Rani, Aziz A. 2011. Buku Ajar Gastroenterologi. Penerbit Interna Publishing

Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam: Jakarta.

Srimulyani. 2010. Visual Infusion Phlebitis score.

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-srimulyani-

6170-2-babii.pdf Diakses tanggal 13 April 2014.

Sukarmin. 2012. Keperawatan Pada Sistem Pencernaan. Penerbit Pustaka

Pelajar: Yokyakarta.

Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis

NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Edisi 7 Ahli Bahasa Ns

Esty Wahyuningsih, dkk, Penerbit Perpustakaan Nasional: Jakarta EGC.

Yuliarti, Nurheti. 2009. Maag-Kenali, Hindari, dan Obati, Penerbit C.V Andi

Offset: Yokyakarta.