laporan pendahuluan dispepsia

23
LAPORAN PENDAHULUAN DISPEPSIA Pengertian Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2000 hal : 488). Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuh atau cepat kenyang, dan sering bersendawa. Biasanya berhubungan dengan pola makan yang tidak teratur, makanan yang pedas, asam, minuman bersoda, kopi, obat- obatan tertentu, ataupun kondisi emosional tertentu misalnya stress (Wibawa, 2006). Dispepsia merupakan kumpulan gejala klinis (sindrom) yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang dapat pula disertai dengan keluhan lain, perasaan panas didada di daerah jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, bersendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya. (Warpadji Sarwono, et all, 1996, hal. 26). Pengertian dispepsia terbagi atas dua yaitu: a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya. Sindroma dispepsia organik terdapat keluhan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari, radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain.

Upload: jordy

Post on 09-Dec-2015

39 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: laporan pendahuluan dispepsia

LAPORAN PENDAHULUAN

DISPEPSIA

         Pengertian

Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti pencernaan.

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di

perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus

klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi

termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2000 hal : 488).

Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri

atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuh atau cepat kenyang,

dan sering bersendawa. Biasanya berhubungan dengan pola makan yang tidak teratur, makanan

yang pedas, asam, minuman bersoda, kopi, obat-obatan tertentu, ataupun kondisi emosional

tertentu misalnya stress (Wibawa, 2006).

Dispepsia merupakan kumpulan gejala klinis (sindrom) yang terdiri dari rasa tidak

enak/sakit di perut bagian atas yang dapat pula disertai dengan keluhan lain, perasaan panas

didada di daerah jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang,

bersendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya. (Warpadji Sarwono, et all,

1996, hal. 26).

Pengertian dispepsia terbagi atas dua yaitu:

a.       Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya. Sindroma

dispepsia organik terdapat keluhan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka)

lambung, usus dua belas jari, radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain.

b.      Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus (DNU), bila tidak

jelas penyebabnya. Dispepsia fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ

berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, endoskopi (teropong saluran

pencernaan).

Page 2: laporan pendahuluan dispepsia

         . anatomi dan Fisiologi

a.       Esofagus

Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung. Panjang sekitar 25 cm

mulai dari faring sampai pintu masuk cardiac lambung. Lapisan dinding dari dalam keluar

lapisan mukosa, submukosa, lapisan otot melingkar esofagus terletak dibelakang trakhea dan

depan tulang belakang setelah melalui torak menembus difragma masuk .kedalam abdomen

menyambung dengan lambung.

b.      Gaster (lambung)

Gaster merupakan bagian dari saluran pencernaan yang melebar seperti kantong, terletak

didalam rongga perut terutama didaerah epigastrik. Sebagian terletak dibagian kiri daerah

hipokondriak dan umbilikal. Dalam keadaan kosong lambung berbentuk g dan dalam keadaan

penuh lambung berbentuk seperti buah dengan kapasitas normal lambung 1 sampai 2 liter.

Lambung terbagi atas cardiac gaster, fundus gaster, corpus gaster, antrum pylorus, spinkter

Page 3: laporan pendahuluan dispepsia

kedua pada ujung lambung untuk mengatur pengeluaran dan pemasukkan, mengalirkan makanan

masuk ke duodenum dan ketika berkontraksi spinkter ini akan mencegah terjadinya aliran balik

dari usus kelambung.

Persyaratan lambung sepenuhnya otonomi, suplai saraf parasimpatis untuk lambung dan

duodenum dihantarkan dari ke abdomen melalui nervus vagus. Serabut aferen mengantarkan

infuls nyeri yang dirangsang oleh peregangan kontraksi-kontraksi otot dan peradangan dan

dirasakan pada daerah epigastrium, serabut eferen simpatis menghambat pergerakan dan sekresi

lambung.

Didalam lambung makanan ditampung, dilancarkan, digiling, dan beberapa fungsi, antara

lain:

1)      fungsi motorik terdiri atas:

a.    fungsi reservoir, menyimpan makanan sehingga sedkit demi sedikit akan dicerna dan akan

masuk kedalam saluran cerna.

b.   Fungsi pencampuran, memecahkan makanan menjadi partikel - partikel kecil dan bercampur

dengan getah lambung melalui kontraksi otot yang mengelilingi lambung. Kontraksi peristaltik

diatur oleh satu irama listrik intrinsik dasar.

c.    Fungsi pengosongan lambung, diatur pembukaan spinkter pilorus dan dipengaruhi oleh

viskositas (kekentalan), volume, keasaman, aktifitas motorik, keadaan fisik serta emosi, dan

obat-obatan. Lambung biasanya kosong dalam waktu empat jam setelah makan dapat lebih cepat

atau lebih lambat tergantung dari banyak makanan yang masuk.

2)      Fungsi pencernaan dan sekresi

a.    Pencernaan protein oleh pepsin dan HCL, pencernaan karbohidrat dan lemak oleh amilase dan

lipase dalam lambung.

b.   Sintesis dan pelepasan gastrin dipengaruhi oleh protein yang dimakan, perenggangan dan

alkalinase antrum dan rangsangan vagus.

c.    Sekresi faktor intrinsik memungkinkan absorbsi vitamin B12 dari usus halus bagian distal.

d.   Sekresi muskulus berbentuk selubung yang melindungi lambung serta berfungsi sebagai pelumas

sehingga makanan mudah diangkut.

Pengaturan sekresi lambung dapat dibagi menjadi:

Page 4: laporan pendahuluan dispepsia

A. Fase sefalik

Yaitu sebagai akibat melihat, mencium, memikirkan atau mengecap makanan. Menyebabkan

fase sefalik berasal dari korteks serebri atau pusat nafsu makan, impuls eferen kemudian

dihantarkan melalui saraf vagus ke lambung. Hasilnya kelenjar gastrik dirangsang mengeluarkan

asam HCL.

B.  Fase gastrik

Dimulai antrum pilorus, distensi di antrum menyebabkan terjadinya rangsangan mekanis dari

reseptor-reseptor pada dinding lambung, gastrik dilepaskan dari antrum kemudian dibawa oleh

aliran darah menuju kelenjar lambung untuk merangsang sekresi pelepasan HCL.

C.  Fase intestinal

Dimulai dari gerakan kimus dari lambung ke duodenum. Adanya protein yang telah dicerna

sebagian dalam duodenum tampaknya merangsang pelepasan gastrin usus suatu hormon yang

menyebabkan lambung terus-menerus mensekresi cairan lambung.

         Etiologi

            Beberapa perubahan dapat terjadi pada saluran cerna atas akibat proses penuaan, terutama

pada ketahanan mukosa lambung (Wibawa, 2006). Kadar lambung lansia biasanya mengalami

penurunan hingga 85%. Dispepsia disebabkan karena kelainan organik, yaitu:

a.       Gangguan penyakit dalam lumen saluran cerna: tukak gaster atau duodenum, gastritis, tumor,

infeksi bakteri Helicobacter pylori.

b.      Obat-obatan: anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin, beberapa Jenis antibiotik, digitalis,

teofilin dan sebagainya.

c.       Penyakit pada hati, pankreas, maupun pada sistem bilier seperti hepatitis, pankreatitis,

kolesistisis kronik.

d.      Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, penyakit tiroid, penyakit jantung koroner.

Dispepsia fungsional dibagi menjadi 3, yaitu:

a.       Dispepsia mirip ulkus bila gejala yang dominan adalah nyeri ulu hati.

b.      Dispepsia mirip dismotilitas bila gejala dominan adalah kembung, mual, cepat kenyang.

Page 5: laporan pendahuluan dispepsia

c.       Dispepsia non-spesifik yaitu bila gejalanya tidak sesuai dengan dispepsia mirip ulkus dan

dispepsia mirip dismotilitas.

Peranan pemakaian OAINS dan infeksi H. Pylori sangat besar pada kasus-kasus dengan kelainan

organic (Panchmatia, 2010).

         Patofisiologi

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti

nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang

sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung

akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan

peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung,

sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak

adekuat baik makanan maupun cairan

Page 6: laporan pendahuluan dispepsia

         Patoflow

Perubahan pola makan yang tidak teratur

Pemasukan makanan berkurang

Lambung kosong

Peningkatan produksi hcl

Mengikis dinding lambung

Dispepsia

Page 7: laporan pendahuluan dispepsia

Merangsang BPH                    merangsang syaraf lambung            iritasi dinding lambung

Saraf afferent                                      hipotalamus                           perasaan tidak nyaman

                                                                                                            di epigastrium

Medulla spinalis                                      nausea

                                                                                                                    anorexia

      Thalamus                               Hcl mengiritasi dinding

  korteks serebri                                      esofagus                                 anorexia lama

saraf efferent                                          Disfagia                             (hipermetabolik)

                                   N

yeri

                                                               Anorexia                                   penurunan

pembentukan     ATP

Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

 

       kelelahan

Intoleransi Aktifitas

 

Page 8: laporan pendahuluan dispepsia

         Manifestasi Klinik

Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan gejala yang dominan, membagi

dyspepsia menjadi tiga tipe:

a.       Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus, like dyspepsia), dengan gejala:

1.      Nyeri epigastrium terlokalisasi

2.      Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasida

3.      Nyeri saat lapar

4.      Nyeri episodic

b.      Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility- like dysmotility), dengan gejala:

a.       Mudah kenyang

b.      Perut cepat terasa penuh saat makan

c.       Mual

d.      Muntah

e.       Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)

f.       Rasa tak nyaman bertambah saat makan

c.       Dispepesia nonspesifik (tidak ada gejala seprti kedua tipe di atas) (Mansjoer, et al, 2007)

Sidroma dyspepsia dapat bersifat rigan, sedang, dan berat, serta dapat akut atau kronis sesuai

dengan perjalanan penyakitnyaNyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin

dsertai dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa penderita,makan

dapat memperburuk nyeri, pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya. Gejala

lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).

Jika dyspepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak memberi respon terhadap

pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau gejala lain yang tidak biasa, maka

penderita harus menjalani pemeriksan.

         Komplikasi

Page 9: laporan pendahuluan dispepsia

            Komplikasi dispepsia yaitu luka didinding lambung yang dalam atau melebar tergantung

berapa lama lambung terpapar oleh asam lambung. Bila keadaan dispepsia ini terus terjadi luka

akan semakin dalam dan dapat menimbulkan komplikasi pendarahan saluran cerna yang ditandai

dengan terjadinya muntah darah, dimana merupakan pertanda yang timbul belakangan.

Awalnya penderita pasti akan mengalami buang air besar berwarna hitam terlebih dulu

yang artinya sudah ada perdarahan awal. Tapi komplikasi yang paling dikhawatirkan adalah

terjadinya kangker lambung yang mengharuskan penderitanya melakukan operasi.

         Pemeriksaan penujang

1.      Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap dan

pemeriksaan darah dalam tinja dan urine. Dari hasil pemeriksaan darah bila ditemukan

lekositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. pada pemeriksaan tinja, jika tampak cair berlendir

atau banyak mengandung lemak berarti kemungkinan menderta malabsorbsi. Seseorang diduga

menderita dispepsia tukak, sebaiknya diperiksa asam lambung (Hadi, 2002). Pada karsinoma

saluran pencernaan perlu diperiksa pertanda tumor,  misalnya dugaan karsinoma kolon perlu

diperiksa CEA, dugaan karsinoma pankreas perlu diperiksa CA 19-9 (Vilano et al, cit Hadi,

2002).

2.      Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus halus dapat dilakukan pada

orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan berat badan atau mengalami

nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita makan (Mansjoer, 2007).

3.      Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus kecil untuk

mendapatkan contoh jaringan untuk biopsy dari lapisan lambung. Contoh tersebut kemudian

diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter

pylori. Endoskopi merupakan pemeriksaan batu emas, selain sebagai diagnostic sekaligus

terapeutik. Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:

1.      CLO (rapid urea test)

2.      Patologi anatomi (PA)

3.      Kultur mikroorganisme (MO) jaringan

4.      PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian

Page 10: laporan pendahuluan dispepsia

4.      Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi, yatu OMD dengan kontras ganda,

serologi Helicobacter pylori, dan urea breath test (belum tersedia di Indonesia) (Mansjoer, 2007).

Pemeriksaan radiologis dilakukan terhadap saluran makan bagian atas sebaiknya dengan kontras

ganda. Pada refluks gastroesofageal akan tampak peristaltik di esofagus yang menurun terutama

di bagian distal, tampak anti peristaltik di antrum yang meninggi serta sering menutupnya

pylorus, sehingga sedikit barium yang masuk ke intestine (hadi, 2002).

      Pada tukak baik dilambung, maupun di duodenum akan terlihat gambar yang disebut niche,

yaitu suatu kawah dari tukak yang terisi kontras media. Bentuk niche dari tukak yang jinak

umumnya regular, semisirkuler, dengan dasar licin. Kangker dilambung secara radiologis, akan

tampak massa yang ireguler tidak terlihat peristaltik di daerah kangker, bentuk dari lambung

berubah. Pankreatitis akut perlu dibuat foto polos abdomen, yang akan terlihat tanda seperti

terpotongnya usus besar (colon cuf off sign), atau tampak dilatasi dari intestine terutama di

jejunum yang disebut sentinel loops.

Kadang dilakukan pemeriksaan lain, seperti pengukuran kontraksi kerongkongan atau respon

kerongkongan terhadap asam.

9. penatalaksanaan Medik

Berdasarkan konsensus nasional penanggulangan Helicobacter pylori 1996, ditetapkan

skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra kesehatan dengan tenaga ahli

(gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi dengan penatalaksanaan

dispepsia di masyarakat.

Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:

1.      Antasid 20-150 ml/ hari

Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menertalisir sekresi asam lambung.

Antasid biasanya mengandung Na bikarbonat, Al (OH)3, Mg(OH)2, dan MG trisiklat. Pemberian

antasid jangan terus-menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg

trisiklat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai adsorben sehingga

bersifat non toksik, namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa

Mgcl2.

2.      Antikolenergik

Page 11: laporan pendahuluan dispepsia

Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif yaitu pirenzepin

bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat mensenkresi asam lambung sekitar 28-43%.

Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.

3.      Antagonis reseptor H2

Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau esensial seperti

tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis reseptor H2 antara lain simetidin,

roksatidin, ranitidin, dan famotidin.

4.      Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor= PPI)

Golongan obat ini mengatur sekresi asamm lambung pada stadium akhir dari proses sekresi asam

lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol, dan

pantoprazol.

Obat Indikasi Dosis Pemberian Efek

samping

Omeperazol Tukak peptik

Tukak

duodenum

1x20

mg/hari

1x20-

50mg/hari

Setiap pagi,

selam 1-2

minggu, oral

Selama 2-4

hari, oral

Sakit

kepala,

nausea,

diare

Mabuk,

lemas,

nyeri

epigastrik,

banyak

gas

Lansoprazol Tukak peptik 1x30mg/hari 4 minggu, oral Oedem

Pantoprazol Tukak peptik,

inhibitor

1x40mg/har Oral Oedem

Page 12: laporan pendahuluan dispepsia

pompa proton

yang

reversibel

5.      Sitoprotektif

Prostoglandin sintetik seprti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2). Selain bersifat

sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi

meningkatkan sekresi protoglandin endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi,

meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk

lapisan protektif (site protective), yang bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran

cerna bagian atas (SCBA)

6.      Golongan prokinetik

Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan metaklopramid. Golongan ini

cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah

refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance)

7.      Kadangkala juga dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti-depresi dan cemas) pada

pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang muncul berhubungan

dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi.

         Penatalaksanaan Keperawatan

Menganjurkan untuk mengatur pola makan, pilih makanan yang seimbang dengan

kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan yang

berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu

Page 13: laporan pendahuluan dispepsia

penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi

lambung.

Page 14: laporan pendahuluan dispepsia

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

a.      Pengkajian

1.      Identitas

1.      Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku/ bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan,

alamat.

2.      Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, hubungan dengan

pasien, alamat.

2.      Alasan utama datang ke rumah sakit

3.      Keluhan utama (saat pengkajian)

4.      Riwayat kesehatan :

1.      Riwayat kesehatan sekarang

2.      Riwayat kesehatan dahulu

3.      Riwayat kesehatan keluarga

4.      Riwayat pengobatan dan alergi

5.      Pengkajian Fisik

         Keadaan umum: sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal hygiene dan lain-lain.

         Data sistemik

o   Sistem persepsi sensori: pendengaran, penglihatan, pengecap/penghidu, peraba, dan lain-lain

o   Sistem penglihatan: nyeri tekan, lapang pandang, kesimetrisan mata, alis, kelopak mata,

konjungtiva, sklera, kornea, reflek, pupil, respon cahaya, dan lain-lain.

o   Sistem pernapasan: frekuensi, batuk, bunyi napas, sumbatan jalan napas, dan lain-lain.

o   Sistem kardiovaskular: tekanan darah, denyut nadi, bunyi jantung, kekuatan, pengisian kapiler,

edema, dan lain-lain.

o   Sistem saraf pusat: kesadaran, bicara, pupil, orientasi waktu, orientasi tempat, orientasi orang, dan

lain-lain.

Page 15: laporan pendahuluan dispepsia

o   Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diet, porsi makan, keluhan, bibir, mual dan tenggorokan,

kemampuan mengunyah, kemampuan menelan, perut, kolon dan rektum, rectal toucher, dan lain-

lain.

o   Sistem muskuloskeletal: rentang gerak, keseimbangan dan cara jalan, kemampuan memenuhi

aktifitas sehari-hari, genggaman tangan, otot kaki, akral, fraktur, dan lain-lain.

o   Sistem integumen: warna kulit, turgor, luka, memar, kemerahan, dan lain-lain.

o   Sistem reproduksi: infertil, masalah menstruasi, skrotum, testis, prostat, payudara, dan lain-lain.

o   Sistem perkemihan: urin (warna, jumlah, dan pancaran), BAK, vesika urinaria.

         Data penunjang

         Terapi yang diberikan

         Pengkajian masalah psiko-sosial-budaya-dan spiritual

1.      Psikologi

         Perasaan klien setelah mengalami masalah ini

         Cara mengatasi perasaan tersebut

         Rencana klien setelah masalahnya terselesaikan

         Jika rencana ini tidak terselesaikan

2.      Sosial

1.      Aktivitas atau peran klien di masyarakat

2.      Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai

3.      Cara mengatasinya

4.      Pandangan klien tentang aktivitas sosial di lingkungannya

Page 16: laporan pendahuluan dispepsia

3.      Budaya

1.      Budaya yang diikuti oleh klien

2.      Aktivitas budaya tersebut

3.      Keberatannya dalam mengikuti budaya tersebut

4.      Spiritual

1.      Aktivitas ibadah yang biasa dilakukan sehari-hari

2.      Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan

3.      Aktivitas ibadah yang sekarang tidak dapat dilaksanakan

4.      Perasaaan klien akibat tidak dapat melaksanakan hal tersebut

5.      Upaya klien mengatasi perasaan tersebut

6.      Apa keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang sedang dialami

b.      Diagnosa Keperawatan

1.         Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.

2.         Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia, esofagitis dan

anorexia.

3.         Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

3.   Rencana Keperawatan

Dx 1 : Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.

Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri,

Kriteria hasil:  klien melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri

Intervensi Rasional

1.      Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0 –

10)

       Berguna dalam pengawasan kefektifan

obat, kemajuan penyembuhan

Page 17: laporan pendahuluan dispepsia

2.      Berikan istirahat dengan posisi

semifowler

3.      Anjurkan klien untuk menghindari

makanan yang dapat meningkatkan

kerja asam lambung.

4.      Anjurkan klien untuk tetap mengatur

waktu makannya.

5.      Observasi TTV

6.      Diskusikan dan ajarkan teknik

relaksasi

7.      Kolaborasi dengan pemberian obat

analgesik

       Dengan posisi semi-fowler dapat

menghilangkan tegangan abdomen yang

bertambah dengan posisi telentang

       dapat menghilangkan nyeri akut/hebat

dan menurunkan aktivitas peristaltik

       mencegah terjadinya perih pada ulu

hati/epigastrium

       sebagai indikator untuk melanjutkan

intervensi berikutnya

       Mengurangi rasa nyeri atau dapat

terkontrol

        Menghilangkan rasa nyeri dan

mempermudah kerjasama dengan

intervensi terapi lain

Dx 2 : Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia, esofagitis

dan anorexia.

Page 18: laporan pendahuluan dispepsia

Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan individu

Kriteria hasil: klien menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi

Intervensi Rasional

a. Pantau dan

dokumentasikan dan

haluaran tiap jam secara

adekuat

b. Timbang BB klien

c. Berikan makanan sedikit

tapi sering

d. Catat status nutrisi

paasien: turgor kulit,

timbang berat badan,

integritas mukosa mulut,

kemampuan menelan,

adanya bising usus,

riwayat mual/rnuntah

atau diare.

e. Kaji pola diet klien yang

disukai/tidak disukai.

f. Monitor intake dan

output secara periodik.

g. Catat adanya anoreksia,

mual, muntah, dan

tetapkan jika ada

hubungannya dengan

medikasi. Awasi

frekuensi, volume,

konsistensi Buang Air

1.      Untuk mengidentifikasi indikasi/

perkembangan dari hasil yang

diharapkan

2.      Membantu menentukan keseimbangan

cairan yang tepat

3.      Meminimalkan anoreksia, dan

mengurangi iritasi gaster

4.      Berguna dalam mendefinisikan derajat

masalah dan intervensi yang

tepat Berguna dalam pengawasan

kefektifan obat, kemajuan

penyembuhan.

5.      Membantu intervensi kebutuhan yang

spesifik, meningkatkan intake diet klien.

6.      Mengukur keefektifan nutrisi dan

cairan.

7.      Dapat menentukan jenis diet dan

mengidentifikasi pemecahan masalah

untuk meningkatkan intake nutrisi.

Page 19: laporan pendahuluan dispepsia

Besar (BAB).

Dx 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

Tujuan : menunjukkan kemampuan beraktivitas

kriteria hasil: klien menyatakan mampu menggerakkan tubuh

Intervensi Rasional

1.      kaji kemampuan klien untuk melakukan

aktivitas dan catat laporan kelelahan.

2.      awasi vital sign: TD, nadi, pernapasan

sebelum dan sesudah aktivitas.

3.      beri bantuan dalam melakukan aktivitas

1.      Untuk melakukan intervensi

selanjutnya

2.      Untuk mengetahui kondisi klien

3.      Menjaga keamanan klien, dan

menghemat energi klien

Page 20: laporan pendahuluan dispepsia

DAFTAR PUSTAKA

Anderson. 1999. Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia, Jones and barret Publisher Boston, Edisi Bahasa

Indonesia. Jakarta : EGC.

Pearce. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia.

Gibson. 1995. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta :EGC.

Lutjen, et all. 2001. Atlas foto anatomi: struktur dan fungsi tubuh manusia, edisi 2. EGC : Jakarta.